Ceritasilat Novel Online

Celebrity Wedding 4

Celebrity Wedding Karya Aliazalea Bagian 4


"Saya Ami, ketua Revelino Darby Fans Club," ucapnya seraya menyodorkan tangannya. Meskipun Ina masih terkejut dgn keramahan Ami, di
a memindahkan gelasnya ke tangan kiri dan mengulurkan tangannya dan menyalami Ami. "Ini semua teman saya dari club." Dengan menggunakan tangannya, Ami mempersembahkan sekitar sepulah anak ABG dibawah kawalannya. Ian mengangguk dan tersenyum kepada mereka semua. Bingung apakah dia harus menyalami mereka juga atau tdk, tapi karena tdk satupun dari mereka mengulurkan tangannya, Ina pun membiarkan tangannya menggantung di samping pahanya.
"Boleh kami minta foto bareng mbak"" pertanyaan ini membuat Ina bengong selama beberapa detik, yg membuat fans Revel saling pandang satu sama lain.
"Oke," akhirnya Ina berkata stelah sadar dari kekagetannya.
Mereka langsung tersenyum lebar dan mulai mengatur posisi, dan selama beberapa menit wajah Ina dihujani oleh lampu blitz. Satu per satu dari mereka bergantian menjadi fotografer.
"Kayaknya malam ini istri saya lebih populer daripada saya."
Ina hampir meloncat ketika mendengar suara ini. Punggungnya yg membelakangi panggung tdk melihat kedatangan Revel yg kini sedang memberikan senyum lebarnya pada fansnya yg hanya bisa menganga. Ina melihat betapa mereka siap menangis saking terkesimanya melihat Revel berdiri di hadapan mereka.
"Apa kalian perlu fotografer supaya semua bisa ambil foto bareng istri saya sekaligus""
Dan kekacauan terhasil dari pertanyaan ini. Semua orang langsung berbicara pada saat bersamaan. Ina hanya bisa berdiri mencoba menangkap inti dari semuanya. Pada detik selanjutnya dia menemukan pinggangnya dilingkari oleh tangan Revel dan dia berbisik, "Saya mau lihat si Damon Salvatore yg kmu sebut2 tadi karena saya yakin saya pasti lebih seksi dari dia."
Ina mendongak menatap wajah Revel, tdk percaya bahwa Revel masih stuck dgn ide itu. Dia baru akan membalas komentar Revel ketika terdengar teriakan, "Smile for the camera."
Fans Revel sekali lagi bergantian mengambil foto dgn mereka berdua sambil tertawa cekikikan gara2 komentar2 lucu yg diucapkan Revel untuk membuat mereka semua merasa nyaman dengannya. Ina betul2 salut pada Revel dan kemampuannya untuk mendekatkan dirinya pada fansnya. Ina harus pasrah diputar ke kiri dan ke kanan karena tentunya stiap fans menginginkan foto yg sespesial mungkin sebagai koleksi pribadi mereka. Para wartawan yg sadar akan keramaian yg terjadi disamping panggung segera mengitari area kejadian sperti burung hering dan mengambil foto Revel secara candid. Keramaian ini terhenti dgn kemunculan pak Danung yg meminta Revel untuk sekali lagi naik keatas panggung dan memperkenalkan single-nya. Revel langsung minta diri dari fansnya dan naik keatas panggung.
Setelah sedikit lelucon disana-sini yg disambut oleh gemuruh tawa semua orang, Revel akhirnya berkata dgn serius, "Kalian semua tahu bahwa single saya yg ini seharusnya launch Februari lalu, tetapi harus diundur tanggalnya karena suatu gosip yg menurut manager saya bisa berdampak buruk kepada penjualan single saya."
Ina tertawa mendengar komentar ini. Revel sengaja membicarakan isu ini secara blak2an, dgn begitu tdk memberikan kesempatan kepada media untuk menyerangnya. Puas dgn reaksi yg didapatkan dari para wartawan yg sekarang sedang menatapnya dgn sedikit malu2 karena secara tdk langsung menerima peringatan untuk tdk menanyakan hal2 yg menyangkut Luna malam ini, Revel melanjutkan pidatonya.
"Meskipun orang melihat pengunduran ini sebagai bencana, tp untuk saya itu justru jadi suatu anugerah. 6bulan belakangan ini saya sudah melakukan banyak hal yg nggak pernah terpikir saya bisa lakukan sebelumnya. Saya meyakinkan manajer saya supaya memperbolehkan saya membuat perubahan drastis pada single saya dgn mengganti lagu2 yg ada di dalamnya. Bukan hal yg mudah dilakukan klo kalian mengenal manajer saya." Revel menunjuk kepada pak Danung yg sedang melipat tangannya di depan dadanya sambil tersenyum simpul.
"Um.. selain itu, saya juga sudah membantu 2penyanyi baru masuk ke belantika musik Indonesia di bawah naungan label saya." Ina melihat anggukan dan mendengar kata2 persetujuan dan pujian dari khalayak ramai. "Tapi yg lebih penting adalah bahwa saya melamar wan
ita paling perfect yg pernah saya temui dan dia setuju menikahi saya. A very brave woman, klo mengingat sejarah tingkah laku saya sbelum saya menikah." Sekali lagi suara gemuruh tawa mengikuti kata2 Revel. Beberapa pasang mata mengarah kepada Ina dan Ina mencoba sebisa mungkin terlihat terhibur dgn kata2 Revel.
Semua berjalan sesuai dgn rencana pak Danung. Apa yg dikatakan Revel adalah sebagian dari pidato yg ditulis oleh pak Danung dan staf PR-nya. Ina sudah dilatih oleh pak Danung untuk bereaksi secara tertentu ketika mendengar pidato ini dan tubuhnya langsung tegang, menunggu apa yg seharusnya dikatakan Revel selanjutnya. Pertama kali Ina mendengarnya, dia tdk merasakan apa2, tetapi stelah mendengar Revel mengucapkannya berkali-kali agar terdengar lebih natural, mau tdk mau hatinya meleleh juga.
Kemudian Ina mendengarnya. Kata2 yg selama beberapa hari ini diucapkan berkali2 oleh Revel dgn intonasi berbeda-beda. Dia baru berhenti mengucapkannya stelah dia puas dgn pengucapan dan nada yg menurutnya tepat untuk acara ini.
"Ina.. I love you, babe." Revel mengatakan ini sambil menatap Ina dalam dgn senyuman yg sedikit tersipu-sipu, seakan2 malu mengakuinya, tp dia tdk bisa menyembunyikan lagi apa yg dia rasakan, bahkan tdk peduli ada sekitar 300orang asing di dalam ruangan itu bersama mereka. Dan Ina bisa merasakan aliran listrik yg menghubungkan mereka.
Wow! Revel betul2 harus mencoba masuk ke dunia akting, karena Ina yakin bahwa semua orang di dalam ruangan itu tdk bisa lagi mengatakan bahwa Revel menikahi Ina hanya karena dia ingin melarikan diri dari gosipnya dgn Luna, karena Revel kelihatan betul2 mencintai wanita yg dinikahinya. Ina membalas senyum Revel dgn senyum yg penuh pengertian, sperti yg diajarkan pak Danung. Revel masih mengucapkan beberapa kalimat lagi, tetapi Ina tdk mendengarnya. Dia merasa kepalanya tiba2 jadi enteng, sperti rasa yg dia dapatkan ketika dia minum Panadol terlalu banyak. Dia menyalahkan keadaan PH yg terlalu penuh sesak sebagai penyebabnya.
Memastikan bahwa perhatian semua orang sudah kembali tertuju kepada Revel diatas panggung, Ina menyelinap ke dalam toilet. Dia baru saja akan membasahi matanya dgn air dingin ketika dia ingat bahwa dia mengenakan maskara malam ini. Akhirnya dia harus puas dgn hanya mencuci tangannya. Ketika dia keluar, Revel dan kru band-nya sudah duduk di belakang instrumen masing2 dan Revel membuaka acara dgn menyanyikan 4lagu dari album2nya terdahulu, diikuti oleh 2lagu yg etrdapat di dalam single terbarunya. Acara itu ditutup dgn lagu Bebas yg menghasilkan gemuruh tepuk tangan dari orang2 yg berdiri dari duduk mereka. Ina mengembuskan napas lega ketika melihat Revel menuruni panggung dan berjalan kearahnya sambil tersenyum. Tugasnya sudah selesai.
*** Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam ketika Ina dan Revel kembali ke rumah. "I think that went well," komentar Ina.
"You think so"" Revel terdengar ragu.
Ina mengangguk. "Pidato kmu benar2 meyakinkan dan to the point. Kmu harusnya lihat wajah para wartawan ketika mereka mendengarnya. Dan performance kmu dan band kmu betul2 superb. Klo dilihat dari jumlah orang yg menghadiri pelucuran single kmu, saya rasa karier kmu sudah masuk ke daerah aman."
"Thanks to you," balas Revel rendah hati.
Ina menyangka Revel sedang bersikap sinis, sperti biasanya, tp ketika dia menatap wajahnya, dia melihat bahwa Revel betul2 tulus ketika mengucapkan kata2nya. Untuk menyembunyikan ketidaknyamanannya, Ina mengangkat bahunya biar terkesan cuek sambil berkata, "Jangan terima kasih sama saya, ini semua hasil kerja kmu."
"Tapi semua ini nggak akan berhasil tanpa bantuan kmu," Revel bersikeras.
"Kita baru stengah jalan untuk memperbaiki karier kmu. Kmu bisa berterimakasih sama saya stelah tur delapan belas kota kmu selesai, oke"" Ina menutup topik itu.
Revel mengangguk dan berdiam diri, meskipun Ina bisa melihat bahwa dia ingin meneruskan argumentasinya klo dilayani. Ina sedang memikirkan rencananya untuk mandi dgn air hangat dan duduk diatas tempat tidur dan menyelesaikan novel yg sedang dibacanya
ketika dia mendengar pertanyaan Revel.
"Laki2 yg kmu sebut2 tadi, yg vampir itu.. seseksi apa sih orangnya""
Ina terkikik mendengar pertanyaan Revel. Dia tdk menyangka Revel masih stuck dgn komentar yg diberikannya beberapa jam yg lalu itu.
"Ummm.. kmu sebagai laki2 mungkin nggak akan ngerti knapa dia seksi karena pada dasarnya karakternya adalah seorang vampir antagonis dan suka ngebunuh orang hanya sebagai hiburan, tapi bagi kita para perempuan, dia itu dark, handsome, dan bikin penasaran," jelas Ina.
Revel memberikan tatapan tdk percaya dan Ina melanjutkan, "Oke, kmu mungkin akan lebih bisa melihat knapa kita semua tergila2 sama karakter ini klo kmu nonton. Saya ada set DVD komplet Season pertama klo kmu tertarik."
Ina tertawa melihat reaksi Revel yg terlihat sperti dia lebih memilih gantung diri daripada menerima tawarannya. "Would it sell better klo saya bilang bahwa cerita Vampire Diaries cukup bagus"" pancing Ina.
Revel menggelengkan kepalanya, masih tdk yakin. "Gimana klo saya bilang bahwa kmu nggak akan rugi nonton serial ini karena penuh dgn karakter cewek2 yg tipe kmu banget""
Ina tdk tahu knapa dia mengatakan ini dan dia sangat menyesalinya ketika mendengar kata2 yg keluar dari mulut Revel selanjutnya.
"Maksud kmu""
Dia betul2 harus belajar menutup mulutnya. Dia bahkan tdk tahu knapa dia menyentuh isu ini sebelumnya. Ina berusaha terdengar santai ketika membalas, "You know.. 18tahun kebawah, seksi dan slalu berpakaian minim dan ketat"" Dia bahkan menambahkan cengiran agar Revel bisa melihat bahwa dia hanya bercanda.
Sayangnya Revel sama sekali tdk menghargainya karena sekarang dia sedang mengerutkan dahinya. "Saya suka berbagai macam tipe perempuan. Dan lagi dari yg kmu sangka, perempuan2 itu nggak harus memiliki karakteristik yg kmu sebutkan tadi," balas Revel tersinggung.
"Oke," sambung Ina mencoba mengakhiri topik yg kelihatannya akan berakhir dgn pertengkaran dan dia terlalu capek malam ini untuk melakukan itu.
"Apa maksud kmu ngomong kayak begitu"" Revel menghentikan langkahnya dan menghadap Ina.
Ina hampir saja menabrak dada Revel klo saja refleknya kurang cepat untuk menghentikan langkahnya. "Nothing," jawab Ina sambil menggeleng dan memutari tubuh Revel, melangkah menuju tangga.
Ina berharap bahwa Revel akan berhenti membahasnya, tp tentu saja dia tdk seberuntung itu. Sambil mengikuti langkah Ina, Revel berkata, "Itu bukan nothing. Kmu pikir saya tipe laki2 yg hanya menilai perempuan dari penampilan fisik mereka""
Oke, klo saja Revel mengatakan hal lain, Ina mungkin akan tinggal diam, tp tdk kalli ini. Ina membalas sambil terus menaiki anak tangga tanpa menolehkan kepalanya. "Rev, saya dan seluruh Indonesia tahu siapa mantan pacar2 kmu dan jujur saja semuanya berasal dari pabrik yg sama, hampir sperti barbie versi Indonesia. Tinggi, putih, di bawah 25tahun, rambut panjang dan memiliki ukuran dada yg diatas rata2."
Revel terdiam. Kata2 Ina spertinya lebih mengena pada dirinya daripada yg dia tunjukkan dan Ina baru saja akan mengucapkan permohonan maafnya ketika dipotong oleh Revel. "Nggak semuanya hanya karena faktor fisik sperti itu. Beberapa dari mereka bahkan cukup pintar." Revel berusaha membuktikan bahwa Ina salah.
Ina mendengus. Revel harus dibangunkan dari ilusinya itu. "Oh ya" Yg mana tuh yg pintar, saya mau tahu""
Revel berpikir sejenak. "Anissa, toh dia mantan Miss Indonesia," ucap Revel dgn penuh kemenangan.
"Ahh.. perwakilan Indonesia ke Miss World yg mengatakan bahwa dia mau jadi Swedia karena tdk mau memihak urusan hak aborsi" Ezra saja yg baru 10tahun tahu klo negara yg nggak memihak itu Switzerland bukan Swedia."
Ina melirikkan matanya pada Revel yg sedang menatapnya sambil mempertimbangkan apakah dia ingin mencekiknya. "Kmu mengatakan itu karena kmu jealous saja," ucap Revel.
"WHATTT"" teriak Ina sambil menghentikan langkahnya.
"You heard me. Kmu cemburu dgn mantan2 saya, itu sebabnya kmu berkelakuan sperti ini." Revel tdk menghentikan langkahnya ketika mengatakannya.
"Itu tuduhan paling tdk masuk akal yg pernah saya
dengar," teriak Ina sambil mencoba menahan tawa.
Ina mengenal banyak orang yg slalu merasa dirinya kurang. Kurang cantik, kurang pintar, kurang ini dan itu... tp dia bukanlah orang itu. Dia betul2 senang dan mensyukuri apa yg dia miliki.
Mereka sudah sampai di lantai dua dan Revel, tanpa menunggu Ina, terus berjalan menuju tangga ke lantai tiga. Ina yg sudah pulih dari kekagetannya mencoba mengejar Revel sambil berkata, "Percaya sama saya, saya nggak jealous sama mereka."
"You should," balas Revel.
"Nooo.. I shouldn't. Manusia diciptakan berbeda2 oleh Tuhan. Ada yg cantik, ada yg pintar, ada yg baik, ada yg kaya, dan semuanya harus dibagi dgn rata, supaya adil. Bagi saya, saya sudah dilahirkan pintar dan itu cukup untuk saya."
"Jangan bilang ke saya klo kmu nggak pernah minta ke Tuhan supaya diberikan penampilan fisik yg lebih bisa menarik perhatian laki2, sperti ukuran dada yg lebih besar mungkin""
Revel sengaja membuat Ina tersinggung tp Ina tdk mau terpancing. "No, I don't think so, tp saya dulu pernah minta kepada Tuhan supaya saya bisa sedikit lebih tinggi."
"Spertinya Tuhan sedang sibuk hari itu karena jelas2 permintaan kmu nggak pernah dipenuhi." Revel terdengar sinis.
"Actually no. Tuhan mendengar permintaan saya yg satu lagi, yg lebih penting daripada ketinggian saya."
"Which is""
"Saya minta supaya bisa lulus ujian SMP dgn nilai yg cukup bagus sehingga bisa masuk SMA nomor satu."
Revel kini sedang menatap Ina sperti dia adalah allien sebelum berkata, "Kmu nih orang paling aneh yg pernah saya temui."
Jelas2 Ina tersinggung mendengar komentar ini, dan dia sudah siap membalas ketika melihat Revel menarik ujung lengan kemeja hitam yg dikenakannya dan melirik jam tangannya. "Oke, saya akan nonton satu episode," ucap Revel.
"Hah"" Ina bingung akan pergantian topik ini.
"Tadi kmu minta saya nonton Vampire Diaries supaya ngerti knapa kmu bilang whoever that guy is seksi, kan""
"Ooohhh," adalah satu2nya kata yg bisa Ina ucapkan. "Sebentar saya ambilkan," ucapnya ketika sadar bahwa Revel sedang menatapnya, menunggunya mengatakan sesuatu.
Ina buru2 menaiki sisa anak tangga, dan mendengar suara berat sol sepatu Revel dibelakangnya. Ina langsung menyalakan lampu dan menuju rak bukunya ketika memasuki kamar. Ina menemukan DVD yg dicarinya dgn mudah dan bergerak menyerahkan kepada Revel yg tdk mengikutinya masuk ke dalam kamar, tp memilih tetap berdiri diambang pintu.
"Here you go. Have fun," ucap Ina sambil tersenyum.
Revel kelihatan ragu melihat boks yg sekarang berada di dalam genggamannya. "Yg mana laki2 itu"" tanyanya sambil menatap cover books DVD.
"Yg ini." Dengan jari telunjuknya Ina menunjuk kepada gambar Ian Somerhalder.
"Kok bisa sih kmu suka laki2 yg kelihatan pissed off begini"" Revel betul2 kelihatan bingung.
"Ya karena karakternya memang pissed off selama 150tahun belakangan ini. Dia cinta sama seorang perempuan, namanya Katherine, yg ternyata adalah seorang vampir yg tanpa sepengetahuannya juga ada main sama Stefan, adiknya."
"terus"" Selama 10menit Ina mencoba merangkum cerita Vampire Diaries untuk Revel.
"Dari cerita kmu ini saya sama sekali nggak mendapatkan bagian dimana ada cewek2 cantik berpakaian minim dan ketat di dalamnya""
Ina menahan diri agar tdk memutar bola matanya. Bagaimana muingkin Revel masih menyangkal bahwa dia adalah tipe laki2 yg sangat terpengaruhi oleh fisik perempuan. "It's in there, I promise."
"Episode keberapa""
Ina mendengus. "Hampir di stiap episode." Revel merengut dan Ina hampir tersedak menahan tawa. "Klo gitu kmu harus nooton bareng saya," ucap revel.
"Lho, kok begitu""
"Ya soalnya saya mau pastiin saya bisa cekik kmu klo ternyata episode pertama nggak ada cewek yg naked."
"Saya nggak bilang naked, saya bilang berpakaian minim dan ketat."
"Fine, whatever. Gimana" Ketemu di ruang TV sekitar stengah jam lagi""
Ina menghembuskan napas pasrah. "Sejam lagi. Saya harus cuci rambut malam ini," balas Ina. Dan dengan begitu dia menutup pintu kamarnya tepat dihadapan Revel.
BAB 19 (The Morning after) 45menit kemudian Ina menemukan Revel sedang memasukkan DVD ke dalam player. Ruang TV dipenuhi oleh aroma karamel. Ina menemukan sumber aroma ini diatas meja, popcorn berwarna putih gading dgn taburan warna perunggu di dalam mangkuk porselen besar berwarna kuning. Dia juga menemukan 2botol Pepsi ukuran 500ml yg dipenuhi kondensasi karena baru saja keluar dari lemari es. Revel menoleh ketika mendengar langkahnya. Dia mempersilahkan Ina duduk sbelum mematikan lampu sehingga ruangan itu jadi gelap. Satu2nya sumber cahaya adalah dari TV dan lampu luar yg masuk dari jendela dgn tirai yg terbuka. Kemudian Revel mengambil tempat duduk disebelah Ina di sofa. Revel mengancam Ina sekali lagi tentang janjinya sebelum menekan tombol play pada remote.
Ketika mendengar suara narator pada menit pertama Revel bertanya, "Ini sura siapa""
Dan Ina harus menjelaskan bahwa itu suara Paul Wesley, alias Stefan. Revel mengangguk sambil memasukkan popcorn ke dalam mulutnya. Dia terdiam, tp semenit kemudian Ina mendengarnya menarik napas terkejut ketika melihat korban serangan vampir pertama. Ina berusaha tdk tertawa melihat reaksinya itu. Dan Revel tdk berkata2 lagi selama 40menit, dari wajahnya spertinya dia mulai tenggelam ke dalam dunia fiksi ilmiah Mystic Falls.
*** Revel sebetulnya hanya berencana menonton satu atau dua episode, hanya untuk tahu seberapa seksinyakah karakter laki2 yg disebut2 oleh Ina, tp dia tdk bisa berhenti. Tahu2 jam sudah menunjukkan pukul 4pagi. Ina sudah tewas di sofa sekitar sejam yg lalu dan semenjak permulaan episode ketujuh kepalanya sudah beristirahat pada dada Revel. Panjang sofa yg bisa mengakomodasikan tubuhnya yg tinggi memperbolehkannya berbaring sperti sedang berada diatas tempat tidur. Revel mencoba membangunkan Ina dgn mengguncangkan bahunya sambil memanggil namanya, tetapi Ina hanya mengeluarkan suara2 yg biasa dikeluarkan oleh seseorang yg menolak bangun meskipun hari sudah pagi dan sekolah akan dimulai sebentar lagi. Parahnya lagi kini lengan Ina sudah memeluk pinggang Revel dan hidungnya terkubur pada dada Revel. Dia bersumpah bahwa Ina bahkan mengambil napas dalam2 dan mengembuskannya dgn penuh kepuasan, seakan2 aroma tubuh Revel bisa menenangkan tidurnya. Entah knapa, tp itu membuat Revel tersenyum.
Revel melirik wajah Ina dan agak terkejut ketika menyadari bahwa wajah itu untuk pertama kalinya kelihatan tenang. Ina slalu kelihatan serius dan siap perang, membuatnya kelihatan sperti Xena, the warrior princess, tp sekarang, Ina keihatan sperti sewajarnya seorang perempuan yg dilahirkan untuk berada di dalam pelukan seorang laki2. Revel adalah tipe laki2 modern yg mendukung wanita memiliki hak yg sama sperti laki2, tp dia tetap seorang laki2,oleh karena itu, sekali2 dia ingin merasa dibutuhkan oleh seorang wanita. Dan saat ini, dia merasa dibutuhkan oleh Ina, meskipun itu brarti hanya sebagai bantal tidurnya.
Revel bisa saja menggendong Ina dan membawanya masuk ke kamar tidurnya atau meninggalkannya tidur di sofa sendirian, tp dia adalah seorang laki2 yg selama beberapa bulan belakangan ini terpaksa tidur sendirian diatas tempa tidurnya yg berukuran King, dan dear Lord, dia sudah bosan tidur sendirian. Dengan sangat berhati2 agar tdk membangunkan Ina, Revel mematikan DVD player dan TV. Ruangan kembali gelap, hanya sinar lampu taman yg masuk melaui jendela menyinari ruangan itu. Kemudian Ina menarik selimut yg biasa disampirkan disandaran sofa dan menebarkannya agar bisa menyelimuti tubuh Ina dan tubuhnya. Lalu dia mengatur posisi tubuhnya agar lebih nyaman dan menarik Ina ke dalam pelukannya. Tubuh Ina terasa hangat terbarinf stengah diatas dadanya dan stengah lagi menutupi sbelah kanan tubuh Revel. Kaus yg dikenakan Ina terbuat dari katun yg terasa lembut dibawah belaiannya. Tanpa dia sadari, dia sudah mengangkat tangan kirinya dan membelai rambut Ina.
Dia betul2 bisa terbiasa dgn ini. Dia dan Ina menghabiskan hari Sabtu malam mereka hanya tinggal di rumah untuk nonton TV atau DVD sambil makan popcorn, mereka akan membahas apa yg mereka sedang tonton, tdk pedu
li bahwa itu tentang politik atau fiksi ilmiah, kemudian Ina yg slalu bangun lebih pagi daripada dirinya, akan tertidur di dalam pelukannya, sperti malam ini. Dia merasakan pergerakan resah kepala Ina pada dadanya sbelum dia mendengar suara rintihan lemah darinya, spertinya Ina sedang mimpi buruk.
"Ssshhh," ucap Revel selembut mungkin sambil membelai kepala Ina, "Just sleep, I'm here," bisiknya sbelum kemudian mencium kepala Ina.
Revel merasa puas ketika tubuh Ina kembali tenang di dalam pelukannya. Definitely, dia bisa terbiasa hidup sperti ini.
Semakin Revel mengenal Ina, semakin dia ingin terlihat baik di mata Ina. Dia ingin Ina menyukainya, menyetujui tingkah lakunya, memujinya klo dia melakukan hal yg benar, dan yg paling penting lagi adalah memberikan lampu hijau padanya untuk mendekatinya. Itu sebabnya knapa dia merasa sangat tersinggung ketika Ina mengomentari tipe wanita yg selama ini dia pacari. Revel slalu bangga dgn kemampuannya mendapatkan wanita mana saja yg dia mau. Let's face it, dia adalah Revelino Darby, wanita akan mengantre unruk menjadi pacarnya, dan dia slalu memilih yg paling cantik diantara mereka. Jd knapa dia menginginkan Ina" Mungkin karena Ina telah berani menertawakannya waktu dia mengatakan bahwa Ina sudah jealous pada mantan2nya, seakan2 itu adalah lelucon paling lucu yg dia pernah dengar. Sejujurnya, klo dia adalah manusia yg kurang bermoral, dia akan mendorong Ina ke dinding dan menciumnya sampai wajahnya merah sbelum memaksanya berkata bahwa dia memang cemburu. Tp karena dia orang bermoral, dia justru mengatakan betapa anehnya Ina, dan kata2 itu jelas2 membuatnya tersinggung.
Dia menutup matanya, berusaha tdk menggeram. Pikirannya kembali kepada kejadian malam itu ketika Ina menyebutkan nama Damon Salvatore dgn wajah memerah dan mata berbinar2. Kini dia tahu bahwa Damon hanya karakter fiksi, oleh sebab itu dia bisa lebih tenang. Tp sbelumnya, dia menyangka bahwa Damon adalah mantan pacar Ina atau setidak2nya seorang laki2 yg sudah menarik hati Ina, dan yg dia ingin lakukan pada saat itu adalah menonjok laki2 itu. Dia sudah jealous dgn laki2 yg bahkan tdk nyata. DEAR GOD! Bagaimana semuanya bisa berakhir sperti ini"
Revel mendengar Ina mendesah dan sekali lagi dia melirik wanita yg sudah membuat dunianya porak poranda dan dia berkata pelan, "What have u done to me""
Tentu saja Ina tdk menjawab kata2nya itu. Revel baru saja menutup matanya ketika dia mendengar tetesan hujan yg perlahan2 mulai turun.
*** Ina tdk tahu apa yg membangunkannya, mungkin karena tangannya terasa kebas karena sudah tertindih oleh badannya sendiri atau mungkin suatu rasa bahwa bantalnya terasa lebih keras daripada biasanya. Dia membuka matanya perlahan2, mencoba mengenali sekitarnya. Dia melihat TV plasma berukuran superbesar di hadapannya dan perlahan2 memorinya kembali. Dia mengangkat kepalanya sepelan mungkin untuk melihat wajah pemilik dada yg tadi digunakannya sebagai bantal dan dia menyadari bahwa dia sudah... Oh my God! Did she" No she didn't.. but she did! Dia sudah tidur dgn Revel bagaimana itu bisa terjadi" Dia masih ingat ketika Revel bangun tuk menukar DVD, tp dia tdk bisa ingat apa2 lagi stelah itu. Dear God, mudah2an dia nggak ngorok tadi malam atau lebih parah lagi mengigau dan mengatakan hal2 yg tdk akan dia katakan klo sedang 100% sadar. Ina bergerak menjauhkan dirinya dari Revel. Mungkin klo dia pergi sekarang dan Revel bangun sendirian, dia tdk akan ingat bahwa mereka sudah tidur sama2 tadi malam.
Perlahan2 Ina menopang tubuhnya dgn kedua tangannya, kemudian menjejakkan kaki kanannya ke lantai, disusul dgn kaki kiri. Tangan Revel bergerak sedikit dan Revel mengembuskan napasnya, Ina harus berhenti selama beberapa detik, menunggu hingga Revel kembali tenang. Ketika yakin bahwa Revel sudah kembali tidur, Ina buru2 berdiri dan harus meringis karena jelas2 otot2 tubuhnya protes karena diperlakukan semena2. Dgn langkah sepelan mungkin dia berjalan menuju tangga dan dia langsung cabut lari ketika mendengar bunyi per sofa.
*** Revel bangun beberapa jam kemudian, zendirian
diatas sofa. Ina spertinya sudah menghilang cukup lama karena sisi sofa tempat dia tidur terasa dingin dibawah telapak tangannya. Perlahan2 dia memaksa dirinya bangun. Oh! Otot2 tubuhnya terasa kaku semua. Meskipun sofa itu adalah sofa paling nyaman untuk menonton TV, tp jelas2 bukan untuk tidur. Dia melirik jam dinding yg menunjukkan jam 10pagi. Wow, dia tdk pernah bangun sepagi ini smenjak dia memulai karier musiknya. Di luar kelihatan gelap dan Revel mendengar suara rintik2 hujan. Klo dilihat dari gelagatnya, spertinya akan hujan seharian, yg berarti bahwa Jakarta kemungkinan bisa banjir. Untung saja dia tdk harus keluar rumah hari ini.
Dia melangkahkan kedua kakinya menuju tangga agar bisa meneruskan tidurnya. Ketika dia tiba di lantai 2, dia mendengar suara cipratan air, Revel menoleh dan menemukan seseorang sedang menggunakan kolam renangnya. Stelah beberapa saat dia sadar bahwa orang itu adalah Ina. Orang gila mana yg akan berenang di bawah cuaca mendung dan hujan rintik2. Dia bisa jatuh sakit dgn melakukan hal itu, atau lebih parah lagi, kesambar petir. Ina sudah stengah jalan untuk menyelesaikan lap-nya yg akan berakhir pada tepi kolam renang tempat Revel berdiri. Revel buru2 mendekati dan menunggu hingga Ina berhenti dibawahnya. Revel baru saja akan berteriak memarahi Ina ketika dia hanya berjarak sekitar 1meter dari tepi kolam renang, tp diluar sangkaannya, bukannya berhenti, Ina justru melakukan salto dibawah air, menendang dinding kolam renang dan melanjutkan lap-nya. Dia sama sekali tdk berniat berhenti.
Sonuvabitch, knapa dia tdk berhenti" Apa Ina tdk melihat bahwa dia sedang menunggunya" Omel Revel dalam hati. Rintik2 hujan sekarang sudahsemakin deras, sinar kilat menerangi langit, disusul oleh suara guntur. Oke, dia harus menarik Ina keluar dari kolam renang, sekarang juga!! Meskipun rumahnya dilengkapi oleh beberapa penangkal petir, dan dia yakin bahwa kemungkina Ina akan disambar petir adalah minim, tetapi siapa yg bisa menebak kuasa Tuhan" Revel langsung meneriakkan nama Ina sekencang2nya, tp Ina tdk mendengar atau tdk menghiraukannya, dia tetap melanjutkan lap-nya.
Oh, goddamn it, this crazy woman. Tanpa pikir panjang lagi, Revel melepaskan sandalnya dan mulai menanggalkan celana piama dan kaus yg dikenakannya. Dengan hanya mengenakan boxer berwarna hitam dia terjun ke dalam air dan dia merasa sperti ditabrak truk. Dia tdk bisa bernapas selama beberapa detik. SHIIIIIIITTTTTTTTT! Air kolam renang terasa sperti air es. Dia mencoba menggerakkan tubuhnya yg terasa kebas. Stelah selama kira2 2menit dia merasakan darah mulai mengalir dan menghangatkan tubuhnya kembali. Dia memutar tubuhnya, melihat dimanakah Ina berada, dan ketika menemukannya, dia buru2 berenang menghampirinya. Revel tahu bahwa jgn pernah menarik kaki seseorang yg sedang berenang karena refleks mereka adalah menendang dan itu bisa berakibat fatal bagi orang yg berada di belakangnya. Oleh karena itu dia mendekati Ina dari samping.
Revel langsung meraih pinggang Ina begitu tiba di sisinya dan menariknya ke dalam pelukannya dgn sekuat tenaga. Jelas2 Ina terkejut stengah mati, tp teriakannya tenggelam di dalam air. Tanpa memedulikan protes Ina, Revel segera menariknya ke tepi kolam yg paling landai sehingga kakinya bisa menyentuh dasar kolam dan tanpa meminta izin kepada Ina dia langsung mengangkat tubuh Ina dan mendaratkannya ke tepi kolam renang sbelum dia menarik dirinya keluar dari air yg dingin itu.
"What do you think you're doing"" Teriak Ina dan Revel pada saat yg bersamaan.
"Saya lagi berenang. Saya masih harus menyelesaikan 3putaran lagi, sbelum kmu ngagetin saya," balas Ina, pada saat yg bersamaan Revel berkata, "Saya nyoba nyelametin kmu supaya ngga kesambar petir. Orang gila mana yg hujan2 berenang""
Ina menarik kacamata renang yg dikenakannya sbelum bergerak berdiri. "Saya sering koq berenang meskipun sedang hujan waktu saya tinggal di apartemen saya dan saya nggak pernah kesamber petir," ucap Ina kesal.
Revel sudah bergerak untuk berdiri. "Saya nggak peduli apa yg kmu lakukan sbelum ini, sekarang kmu tin
ggal di rumah saya maka dari itu kmu harus mengikuti peraturan saya. Dan saya bilang kmu nggak boleh berenang klo lagi hujan, paham""
Ina mendongak dan memberikan Revel tatapan yg bisa membunuhny ahidup2. "Dasar sombong, you're not the boss of me," teriak Ina dan tanpa disangka2 dia mendorong tubuh Revel sekuat tenaga dan pada detik selanjutnya Revel sudah menemukan dirinya kembali berada di dalam air yg dingin dan terbatuk2 karena sudah menelan air kolam.
Dia betul2 tdk memperhitungkan serangan Ina yg tiba2 ini sehingga selama beberapa detik dia hanya bisa terbatuk2 dan menatap Ina yg sedang berdiri di tepi kolam renang sambil bertolak pinggang. Sebelah kanan tubuh Revel terasa perih karena sudah menghantam air dari sudut yg salah.
"What did u do that for"" Teriak Revel stelah batuknya reda, dia tdk marah, hanya sedikit terkejut dgn kekuatan Ina.
"Sekali lagi saya dengar kmu mencoba mengatur saya, saya akan minta cerai. Tdk peduli pada dampak buruknya terhadap karier kmu atau pandangan keluarga saya tentang saya. Paham""
"Technically kmu nggak bisa minta cerai dari saya, karena kmu tdk memiliki dasar untuk melakukannya," balas Revel.
"Siapa bilang saya nggak punya dasar" Saya akan bilang ke hakim klo kmu sudah kasar pada saya."
Revel megap2 selama beberapa detik. Dia merasa sangat tersinggung karena Ina sudah menuduhnya berkelakuan kasar. Oke, dia memang terkadang senang main kasar dgn perempuan, tp dalam konteks yg betul2 lain daripada yg dimaksud Ina, dan itu hanya akan terjadi klo diminta oleh perempuannya. Dia pastikan bahwa klo dia main kasar, perempuan itu akan menikmatinya dan mengucapkan terimakasih padanya sesudahnya, bukannya marah2 sperti ini. But damn, Ina kelihatan seksi marah2 dgn hanya mengenakan pakaian renangnya yg meskipun hanya berwarna hitam polos dan satu piece, bukannya 2piece, tetapi berpotongan halter neck dgn sebuah lingkaran besar berwarna emas yg mengikay bagian atas dan bagian bawah pakaian renang itu. Dgn begitu memperlihatkan kulitnya yg halus.
"Saya nggak pernah main kasar dgn kmu atau perempuan manapun juga, and u know it. Sekarang bantu saya naik," ucap Revel sambil mengulurkan tangannya kepada Ina yg menatap tangannya dgn curiga.
Tetesan air hujan sudah kembali kepada keadaan gerimis dan tdk ada lagi guntur dan petir di langit, sehingga Revel tdk perlu berteriak ketika mengatakan ini.
"Ina, saya cuma perlu bantuan naik, bukan minta kmu untuk jd ibu anak2 saya," lanjut Revel. "Kmu tadi bisa naik sendiri, knapa sekarang perlu bantuan saya""
"Karena tadi masih ada adrenalin yg mengalir di dalam tubuh saya, sekarang adrenalin itu sudah habis."
Ina masih menatapnya curiga, tp kemudian dia mendengus dan stelah meletakkan kacamata renangnya di tepi kolam renang, dia mengulurkan kedua tangannya untuk menarik Revel naik. "Awas saja klo kmu narik saya ke dalam kolam renang."
Revel menggeleng untuk menunjukkan bahwa dia berjanji tdk melakukan itu.
"Oke.. satu, dua..," ucap Ina. Dan dgn satu sentakan Revel menarik Ina masuk ke dalam kolam renang bersamanya. Punggungnya mendarat duluan, dan mengeluarkan bunyi "byur" yg cukup keras. Kepala Ina muncul kembali ke permukaan sambil memuncratkan air dari mulut dan hidungnya.
"Kmu curang. Kmu bilang kmu nggak akan narik saya ke kolam renang," teriak Ina penuh kemarahan.
"I can't believe u fell for that." Revel tertawa penuh kemenangan, tp tawanya hilang ketika melihat Ina mencoba memotong air dgn tubuhnya dan berjalan ke arahnya dgn wajah yg tdk kalah gelapnya sperti langit diatas mereka. Revel mencoba berenang menjauh, tp terlambat karena Ina sudah loncat ke punggungnya dan dgn kedua tangannya mencoba menenggelamkan Revel.
"Bodoh, saya akan menenggelamkan kmu hidup2. Aggghhh," teriak Ina.
Itu mungkin akan berhasil klo saja Revel lebih pendek atau kurang berotot. "Woman, saya akan membawa kmu tenggelam dgn saya," balas Revel lalu memutar tubuhnya dan memeluk pinggang Ina sbelum dia menenggelamkan dirinya dan Ina ke bawah air.
Ina mencoba mendorong tubuh Revel dibawah air, tp tdk berhasil. Yg ada dia
gelagapan dan berusaha menarik oksigen ke dalam paru2nya. Revel tahu bahwa Ina bisa menahan napas dibawah air dari postur sempurnanya ketika berenang. Ina kelihatan sperti seseorang yg merasa nyaman berada di dalam air, begitu juga di darat. Satu2nya alasan yg membuatnya gelagapan adalah karena panik. Revel buru2 menarik Ina ke permukaan dan membiarkannya bernapas.
"Are u okay"" Tanya Revel dgn sedikit terengah2 ketika mereka mencapai permukaan.
"I'm fine, but you're not. Hah!!" Balas Ina dan langsung menduduki bahu Revel dan menenggelamkan kepalanya.
Selama beberapa menit mereka bergulat dibawah air dan berteriak2 sperti kaum Aztec sedang perang diselingi oleh suara tawa. Masing2 mencoba mengalahkan lawannya dgn trik2 mereka, dan Revel had the most fun he had in years. Terkadang Revel membiarkan Ina menenggelamkannya hanya untuk mendengar suara tawa Ina stelah dia berhasil melakukannya, entah knapa, tp suara tawa itu menyentuh suatu tempat yg tdk pernah tersentuh oleh siapapun sebelumnya. Mencoba membedah lebih jauh perasaan tersebut, Revel memfokuskan energinya untuk menyentuh semua bagian tubuh Ina yg bisa dia sentuh karena dia tahu bahwa Ina tdk akan memperbolehkannya melakukan itu lagi stelah mereka keluar dari kolam renang. Meskipun begitu, dia menjaga tdk menghabiskan waktu terlalu lama pada satu tempat, agar tdk terkesan sperti sedang melecehkan. Diluar sangkaannya, kaki Ina yg pendek itu cukup berotot dan bisa melingkari pinggangnya dgn kuat. Revel tdk pernah merasa sebegini turn-on-nya sepanjang hidupya.
Dia mungkin masih bisa menahan diri klo saja Ina tdk memutuskan untuk menyentuhnya pada saat itu. Dia merasakan sentuhan Ina pada dadanya. Sentuhan itu lembut dan hampir sperti embusan angin, tp itu adalah puncak dari apa yg dia lakukan seanjutnya. Tanpa pikir panjang dia langsung menarik Ina kedalam pelukannya dan menciumnya dgn bergairah. Mulut Ina terasa hangat dan manis. Ina melingkarkan kedua kakinya pada pinggang Revel dan melakukan eksplorasinya sendiri. Revel tahu bahwa Ina sudah sama tenggelamnya di dalam ciuman ini karena Ina bahkan tdk mengatakan apa2 sewaktu Revel menciumi dadanya dan berakhir pada bagian atas pakaian renang yg menutupi payudaranya.
"Kita.. harus.. berhenti," bisik Ina dgn susah payah dan mendorong kepala Revel menjauhi dadanya. Napasnya terputus2.
"Just one more." Dan Revel menarik kepala Ina kembali padanya dan menciumnya lagi.
Meskipun awalnya Ina agak ragu, tp dia tdk bisa menolaknya. Detik selanjutnya Ina sudah tenggelam lagi di dalam ciuman Revel. Dear God, dia tdk akan bisa bertahan tetap hidup bersama dgn Ina, melihatnya stiap hari tanpa menyentuhnya sperti ini lagi selama 8bulan ke depan. Dia bisa gila. Dia mau Ina, dan dia mau Ina sekarang. Bagaimana dia bisa meminta hal ini kepadanya tanpa terdengar bahwa dia hanya menginginkan seks darinya" Karena lebih dari apapun Revel menginginkan sesuatu yg lebih dari hubungannya dgn Ina. Dia ingin menjadi suami Ina dalam artian sebenarnaya, tp dia cukup tahu kepribadian Ina yg menjunjung tinggi kode etik. Ina tdk akan pernah mau memberikan apa yg dia minta selama dia masih berpikir bahwa Revel tdk lebih dari rekan bisnis. Dia harus merubah pendapat Ina tentangnya, dan satu2nya cara yg bisa dia pikirkan adalah menggoda Ina hingga dia tdk bisa berpikir lagi dan dgn begitu dia tdk akan bisa menolak permintaannya.
BAB 20 (The Impossible Request)
"Kmu tadi bangun jam berapa"" bisik Revel yg kini sedang mencium kulit lembut dibawah daun telinga Ina.
"Jam delapan," desah Ina dan Revel tersenyum ketika menyadari bahwa dia sudah berhasil membuat pikiran Ina kacau balau karena Ina memerlukan beberapa detik untuk menjawab pertanyaan ini.
"Knapa nggak bangunin saya""
"Karena kmu perlu istirahat. Saya perhatikan kmu biasanya baru bangun tengah hari klo tidur pagi."
Revel mengalihkan bibirnya ke leher Ina yg otomatis mendongakkan kepalanya dan memberikan akses penuh bagi bibir Revel untuk mengeksplorasi area tersebut.
"Ina.. " "Ehm"" "Lain kali bisa nggak kmu nggak berenang klo sedang hujan" Say
a nggak mau kmu sakit."
Ina tertawa dan Revel mencium getaran itu dari leher Ina. "Klo gitu kita sebaiknya keluar dari kolam renang ini sekarang juga karena hari masih hujan," balas Ina.
"In a minute." Revel menghabiskan beberapa menit untuk menciumi semua tetesan air hujan yg membasahi wajah Ina dan Ina tertawa cekikikan, tp dia tdk melawan.
Revel tahu bahwa inilah saatnya untuk mengemukakan permintaannya, dan dia berharap bahwa Ina tdk akan menolaknya karena dia tdk tahu apa yg dia akan lakukan klo itu sampai terjadi.
"Ina, saya perlu minta sesuatu dari kmu." Revel mencium sudut bibir Ina perlahan2 sehingga dia merasakan tubuh Ina melemah di dalam pelukannya.
"Oke.. apa"" bisik Ina dgn suara serak.
"Saya mau tidur dgn kmu," bisiknya dan berhenti mencium Ina.
Ina membuka matanya, memberikan jarak diantara wajahnya dan wajah Revel agar dia bisa menatapnya. "Waktu kmu bilang 'tidur dgn saya', saya mendapat feeling bahwa kmu bukan bermaksud hanya tidur sama2 di satu tempat tidur tanpa melakukan hal2 lainnya."
Revel menggelengkan kepalanya dan melihat permainan emosinpada wajah Ina. Dia tdk bisa membacanya dan itu membuatnya nervous. Apakah Ina akan mengabulkan permintaannya atau menamparnya, dia tdk tahu.
"Why"" tanya Ina dgn suara pelan.
"Karena saya mau kmu," jelas Revel. Dia memang penulis lagu yg andal, tp pada saat ini tdk ada kata2 puitis yg bisa menggambarkan apa yg dia rasakan terhadap Ina.
"I see," ucap Ina pelan dan dia melingkarkan kedua tangannya pada leher Revel dan mengistirahatkan kepalanya disamping kepala Revel. Revel memindahkan letak kedua lengannya agar bisa menopang tubuh Ina dgn lebih nyaman. Setidak2nya Ina tdk menamparnya dan Revel pikir bahwa itu pertanda baik.
Mereka terdiam. Revel sudah ingin berteriak ketika stelah 3menit kemudian Ina masih tdk mengeluarkan kata2 dan ketika itulah dia mendengarnya. "Apa kmu slalu menawarkan tempat tidur kmu ke semua partner bisnis kmu"" tanya Ina.
"Selama ini partner bisnis saya adalah laki2 berumur 40tahun keatas dgn perut gendut dan kepala botak. Mereka bukan tipe saya."
Ina tertawa dan Revel tersenyum karena dia bisa membuat Ina tertawa dgn leluconnya. Kemudian Ina berkata perlahan2. "Kmu pernah bilang bahwa alasan kmu milih saya untuk jadi istri kmu adalah karena saya bukan tipe kmu. Kmu bilang saya aman."
"Saya bilang begitu ya""
"Yep." "Well, mungkin saya perlu menarik kembali kata2 saya itu. Satu2nya alasan knapa saya mengatakan itu adalah supaya kmu bisa merasa aman dgn saya. Meyakinkan kmu bahwa saya tdk akan menggoda kmu."
"Jadi saya ini tipe kmu"" tanya Ina bingung.
"Nggak bisa disangkal lagi, kmu adalah tipe wanita yg saya suka."
"Tapi semua mantan pacar kmu nggak ada mirip2nya dgn saya."
"Itu sebabnya saya nggak menikahi mereka. Saya menikahi kmu."
Ina mempertimbangkan kata2 Revel. "Klo saya tidur sama kmu, hubungan kita akan berubah. Profesionalisme kita akan hilang dan saya nggak yakin bahwa kita akan bisa mendapatkannya kembali klo hal itu sudah hilang."
"Apa kmu pikir kmu masih bisa bertingkah laku profesional stelah hari ini" Stelah kmu memperbolehkan saya mencium payudara kmu"" Revel mencoba membuat suaranya setenang mungkin, padahal yg dia ingin sekali mengguncangkan bahu Ina sampai giginya rontok semua.
Ohhh! Dia harus bisa mengontrol dirinya. Ina tdk akan pernah menyetujui rencananya klo dia membuatnya tersudut.
"Kmu nggak mencium payudara saya. Saya akan ingat klo kmu melakukan itu," balas Ina tenang, tetapi Revel melihat bahwa wajahnya sedikit memerah.
Perlahan Ina melepaskan diri dari pelukan Revel. Dia tdk ingat bahwa Revel sudah mencium payudaranya. SIALAN, omel Revel dalam hati. Ina perlu belajar berbohong dgn lebih baik.
Ketika Ina akan melangkah pergi Revel menarik lenganya dan memutar tubuhnya untuk kembali mengahadapnya. "Ina, bilang ke saya klo kmu nggak menginginkan hal yg sama dan saya akan mundur teratur. Saya nggak pernah menyinggung2 hal ini lagi," pinta Revel dgn setulus mungkin, meskipun darahnya sudah mulai mendidih.
Revel tdk menyangka ba hwa dia akan harus mengemis agar bisa tidur dgn seorang perempuan, tp lihatlah apa yg dia lakukan sekarang. Pengalaman ini betul2 membuka matanya.
"Saya nggak akann jadi satu lagi perempuan yg bisa kmu pakai sekali dan dibuang begitu kmu bosan dgn mereka, Rev. Harga diri saya nggak akan bisa menerima itu," ucap Ina.
"Percaya sama saya, kmu beda dgn perempuan lain. Kmu istri saya."
Ina mendengus. "Saya nggak percaya kmu sudah menggunakan trik murahan sperti itu untuk membuat saya mengiyakan permintaan kmu." Ina menggelengkan kepalanya. "Untuk kmu seks mungkin sesuatu yg gampang dan lumrah untuk dilakukan oleh manusia, tp nggak untuk saya. Saya hanya akan melakukannya dgn suami saya.."
"Saya suami kmu," geram Revel.
"Hanya untuk 8bulan lagi, stelah itu kontrak kita akan selesai dan kita akan bercerai secara damai. Kita akan melanjutkan hidup masing2. Mungkin suatu hari nanti saya akan menemukan seorang laki2 yg betul2 mencintai saya dan mau menikahi saya. Saat itu terjadi, saya tahu bahwa ikatan itu tdk akan melibatkan kontrak yg ada tanggal kadaluarsanya."
Revel terdiam, dia betul2 tdk suka dgn bayangan Ina menikah dgn laki2 lain. Dia berusaha membaca ekspresi wajah Ina dan yg ia lihat adalah rasa tdk percaya dan kecewa karena Revel sudah meminta ini darinya. Ina tdk lagi menatap wajah Revel, tp pada satu titik diatas kepala Revel.
"Oke, klo itu yg kmu mau dari saya, sekarang juga saya akan telpon om Siahaan untuk membatalkan kontrak itu."
Ina langsung menatapnya dgn mata terbelalak. Mengambil kesempatan dari kekagetan Ina, Revel melanjutkan argumentasinya.
"Kita akan betul2 menikah dan hidup sebagaimana layaknya suami istri, tanpa kontrak atau perjanjian jenis apapun. Kita akan tidur di kamar tidur yg sama, berbagi tempat tidur, kamar mandi, bahkan sabun mandi. Kmu akan menemani saya menghadiri acara publik dan saya akan menemani kmu ke setiap acara keluarga, bukan karena terpaksa atau karena merasa bahwa itu suatu kewajiban, tp karena kita sama2 mau melakukannya untuk memberikan dukungan kepada satu sama lain. Kmu akan mendengar stiap permintaan yg saya ajukan demi menjaga kesejahteraan kmu dan saya akan melakukan hal yg sama untuk memperbaiki hubungan saya dgn mama saya. Saya janji untuk tetap setia dgn kmu selama kmu berjanji melakukan hal yg
sama." Dan kita akan have sex whenever I want it and whenever I want it, pikir Revel, tp dia tdk mengatakannya. "Gimana"" tanyanya.
Ada kerutan pada wajah Ina yg berarti bahwa dia sedang betul2 mempertimbangkan ini semua. Dengan harap2 cemas, Revel menunggu apa yg akan dikatakan Ina.
"Saya perlu waktu untuk memikirkan ini semua," ucap Ina pelan.
Revel menahan diri agar tdk mendengus. Ini bukan jawaban yg dia harapkan, tp setidak2nya Ina tdk menolak proposalnya mentah2, oleh sebab itu Revel bersyukur. "Oke, sampai kapan""
Klo saja dia tdk betul2 menginginkan Ina, dia mungkin akan melupakan ini semua dan pergi ke rumah salah satu teman wanitanya dan memuaskan dirinya. Dia tdk pernah mengalami sebegini banyak masalah hanya untuk tidur dgn seorang wanita.
"I don't know."
Dan Revel meledak. Dia melepaskan Ina dan berjalan menuju tepi kolam, sambil berteriak, "Ada sekitar 10argumen yg bisa saya ajukan supaya lebih bisa meyakinkan kmu untuk mengiyakan permintaan saya sekarang juga, tp sembilan diantaranya akan membuat saya terdengar sperti orang gila."
Ina mengikuti jejaknya. Revel yg sudah berhasil menarik dirinya keluar dari kolam renang dan mengulurkan tangannya dan membantu Ina naik. Mereka sama2 berjalan menuju kursi malas tempat Ina meletakkan handuknya.
"Apa satu argumentasi yg nggak akan membuat kmu terdengar sperti orang gila"" tanya Ina sambil mengeringkan tubuhnya dgn handuk.
Revel terdiam sejenak, berharap bahwa dia adalah handuk yg dia gunakan, sbelum mengedipkan matanya dan berkata sambil menatap Ina yg sekaranng sedang menatapnya balik dgn penuh antisipasi, "Oh forget it. Yg itu juga akan membuat saya terdengar sperti orang gila."
Menyadari bahwa dia sudah tertangkap basah sedang menelanjangi Ina dgn matanya, waj
ahnya langsung memerah dan Revel buru2 menyabet pakaiannya dan bergegas menuju lantai atas. Ina menahan senyumnya. Revel slalu akan moody klo dia merasa kehilangan kontrol atas situasi yg dia hadapi, spertinya ini adalah salah satu situasi tersebut. Stelah yakin bahwa handuk yg melingkari pinggangnya tdk akan merosot, Ina pun mengikuti jejak Revel.
"Kmu tahu kan klo saya bisa maksa kmu melakukan ini, bahwa kmu tdk punya hak menolak tempat tidur kmu untuk saya"" tanya Revel.
Ina menghentikan langkahnya, terkejut mendengar kata2 Revel. Menyadari bahwa langkah Ina sudah berhenti, Revel menoleh dan ketika melihat ekspresi pada wajah Ina dia berteriak, "Dear God, woman! Saya sudah bilang aya tdk akan pernah main kasar dgn perempuan. Kmu aman dgn saya."
"Tapi kmu tadi baru bilang.. "
Revel melambaikan tangannya, mencoba mencari kata2 yg tepat. "Itu Cuma hormon saya yg bicara. Mama saya memang a cold-hearted bitch, tp dia tahu cara membesarkan anak laki2nya menjadi orang yg bermoral. Saya nggak akan menyentuh kmu tanpa persetujuan kmu."
Revel mengantar Ina hingga ke depan pintu kamarnya dan meninggalkannya stelah berkata, "Coba pikirkan permintaan saya, tp jangan terlalu lama, ya."
*** Sebulan berlalu dan Ina masih belum bisa memberikan jawabannya kepada Revel yg meskipun tdk pernah mengucapkan permintaannya lagi, tetapi Ina bisa melihat dari cara dia menatapnya bahwa keinginannya masih belum berubah. Terkadang tatapannya itu bisa melumpuhkan sehingga untuk beberapa detik Ina tdk bisa mengalihkan perhatiannya dari mata Revel. Bagaimana dia bisa menyetujui rencana Revel untuk membatalkan kontrak itu hanya supaya Revel bisa tidur dengannya" Dia memerlukan komitmen yg lebih dari hanya kepuasan fisik belaka. Dia ingin Revel menginvestasikan perasaannya untuk jangka panjang ke dalam hubungan ini sebelum dia bersedia tidur dengannya.
Ina bersyukur bahwa Revel menghabiskan lebih banyak waktunya di dalam studio, mempersiapkan diri untuk turnya dan membantu latihan artis pembuka konsernya, daripada memperhatikan Ina sperti dia adalah mangsanya. Tapi sayangnya, untuk menjaga kesehatan dan suaranya, Revel berusaha menghindari tidut terlalu malam, maka dari itu jadwalnya jadi sinkron dgn jadwal Ina. Dulu mereka hanya makan malam bersama2, tetapi kini mereka juga makan siang pada akhir minggu klo Ina tdk perlu pergi ke kantor, bahkan terkadang sarapan bersama. Pak Danung tdk kelihatan selama seminggu penuh, yg menurut laporan dari Jo, beliau sedang melihat kelengkapan dan keamanan semua venue konser disetiap kota. Tur Revel akan berlangsung selama satu bulan lebih, bermula di Medan dan berakhir di Manado. Untuk membawa Revel dan kru turnya, MRAM sudah mencater jet pribadi agar perjalanan mereka akan lebih lancar.
Stiap hari Revel melakukan hal2 yg membuat pendirian Ina sedikit goyah. Semuanya hanya hal kecil, sperti slalu memastikan bahwa ada apel hijau, buah favorit Ina, di dalam lemari es; mengantar Ina ke kantor sbelum mengantar mobil Ina ke dealership karena perlu ganti oli padahal dia belum tidur semalaman; mengundang Gaby untuk nonton latihannya; menawarkan diri untuk babysit Zara dan Ezra waktu pembantu kak Kania jatuh sakit dan mereka harus menghadiri acara kantor suaminya, meskipun dia tahu kak Kania tdk menyukainya; membelikan makanan favorit Zara dan Ezra, yaitu pizza dgn ukuran large; main Bratz dool dgn Zara meskipun dia takut stengah mati sama boneka itu; mengantar Ezra ke rumah sakit akibat keracunan pizza; merasa sangat bersalah karena sudah membeli pizza itu; menunggu selama 3jam hingga dokter bisa mendiagnosis penyakit Ezra yg ternyata bukan karena keracunan makanan, tp gejala flu; dan menerima omelan dari kak Kania yg tdk tahu keadaan sebenarnya tanpa perlawanan meskipun dia tdk bersalah.
Revel slalu mendorong Ina untuk tdk hilang kontak dgn kedua orangtuanya, maka dari itu mereka slalu berkunjung ke Grogol setidak2nya sebulan sekali. Revel bahkan menyempatkan dirinya membawa orangtua Ina berlibur akhir pekan ke Bali. Selama liburan itu tdk sekalipun Ina mendengar mamanya mencoba mengatur tid
ak tanduknya, karena stiap kali mama akan melakukan itu, Revel akan menarik perhatiannya ke hal lain. Pada acara liburan itu tdk ada pilihan bagi Ina selain tidur satu kamar dgn Revel. Revel langsung mengatur posisi tidurnya di lantai pada malam pertama, karena sofa yg tersedia di kamar tdk cukup panjang untuk mengakomodasikan ketinggian tubuhnya.
"Rev, kmu nggak usah tidur di bawah, kmu bisa tidur diatas tempat tidur dgn saya," ucap Ina.
Revel melemparkan bantal bulu angsa yg dia temukan di dalam lemari keatas ekstra bedcover dan selimut yg dia sudah tebarkan diatas lantai sbelum menjawab, "Apa kmu berencana tidur dgn saya""
Pikiran Ina tiba2 jadi kosong. Inilah pertama kalinya dia mendengar Revel mengemukakankeinginannya lagi.
Melihat keraguan pada wajah Ina, Revel berkata, "Saya akan tidur di bawah." Kemudian dia embaringkan tubuhnya diatas tempat tidur buatannya yg berada di kaki tempat tidur.
Ina menghembuskan napasnya. Dia betul2 tdk tahu apa yg harus dia perbuat. Di satu sisi dia merasa kasihan karena Revel harus tidur dibawah sedangkan dia mendapatkan tempat tidur berukuran King dgn kasur yg empuk hanya untuknya sendiri, tetapi di sisi lain, dia betul2 tdk berniat tidur dgn Revel.
"Good night," ucsp Ina akhirnya. "Good night, Ina," balas Revel.
Ina mematikan lampu yg berada di samping tempat tidur dan kamar hotel langsubg jadi gelap. Dia bisa mendengar suara deburan ombak dan pergerakan resah Revel yg mencoba menemukan posisi yg paling nyaman untuknya.
"Rev, kmu sudah tidur"" tanya Ina.
"Hampir, knapa"" Revel menjawab dgn suara yg sedikit teredam, spertinya dia mengubur wajahnya pada bantal.
"Kmu tahu kan klo satu2nya alasan knapa kmu maksa banget mau tidur sama saya adalah karena hormon kmu""
Revel terdiam sejenak sebelum menjawab, "Mungkin sekitar 25% hormon, tp selebihnya adalah karena.. "
"Ya"" tanya Ina ketika Revel tdk melanjutkan kalimatnya. "I like u.. a lot actually."
Ina tersenyum, kata2 itu membuatnya lebih senang daripada seharusnya. "Apa ini biasanya yg kmu katakan kepada semua wanita yg kmu inginkan"" tanya Ina, mengalihkan perhatiannya dari perasaannya sendiri.
Revel terkikik sbelum menjawab, "Kadang malah saya nggak usah ngomong apa2." Dan Ina tdk meragukan kebenaran kata2 itu.
Klo kmu saya beri izin untuk berhubungan dgn perempuan lain, apa kmu akan melakukannya"" tanya Ina.
"Of course not! What kind of a stupid question is that."
"Toh yg kmu mau hanya seks. Perempuan manapun bisa memberikan itu kepada kmu." "Tapi saya nggak mau tidur dgn perempuan lain, saya mau tidur sama kmu."
Ina menghembuskan napasnya. Spertinya dia tdk akan bisa meyakinkan Revel untuk mengubah pemikirannya. Revel terdiam begitu lama sehingga Ina menyangka bahwa dia sudah tidur, tp kemudian dia mendengar suaranya. "Kmu sebaiknya tidur, lots to do tomorrow."
Tahu2 ketika Ina sadar kembali, hari sudah pagi dan Revel yg sedang duduk diatas sofa sambil menonton TV kelihatan cukup fresh. Spertinya dia tdk mengalami masalah dgn susunan tempatnya tidur ataupun percakapan mereka semalam.
Seakan2 ini semua masih belum cukup membuat Ina ragu akan pendiriannya, Ina memerhatikan bahwa Revel berusaha mendekatkan diri dgn mamanya. Terkadang Revel akan mengajak Ina untuk mengunjungi mamanya dan mereka akan menghabiskan Sabtu atau Minggu siang mereka membicarakan tentang hal2 yg tdk berbau bisnis. Meskipu Revel masih belum membicarakan satu hal penting yg perlu dia bicarakan dgn mamanya, tp Ina bersyukur bahwa setidak2nya hubungannya dgn mamanya sudah sedikit menghangat. Rupanya bukan hanya Ina yg menyadari perubahan pada diri Revel, ibu Davina juga menyadarinya.
"Saya lihat kmu betul2 bisa memegang janji kmu. Saya tdk pernah melihat Revel sebahagia ini semenjak papanya meninggal," bisik ibu Davina suatu sore ketika beliau sedang berkunjung ke rumah Revel untuk makan siang.
Revel sedang menjawab telpon diruangan lain, oleh sebab itu Ina bertanya2 knapa ibu Davina harus berbisik ketika mengemukakan hal ini.
"Dia bahagia karena semuanya berjalan sesuai rencananya. Singlenya
akhirnya keluar dan meledak di pasaran, persiapan turnya juga lancar2 saja, dan media dan masyarakat sudah hampir tdk pernah lagi mengutuknya."
Ibu Davina terkikik, seakan2 apa yg akan dikatakan Ina betul2 dianggap lucu olehnya. "No, anak saya hanya akan merasa senang klo semua rencananya berjalan lancar, tp alasan knapa dia kelihatan bahagia adalah karena untuk pertama kalinya di dalam hidupnya dia punya kmu untuk berbagi semua itu," lanjut ibu Davina.
Ina sempat terkejut ketika ibu Davina menyebut Revel sebagai "anak saya", beliau tdk pernah menggunakan istilah itu sebelumnya. Sbelum Ina bisa mengomentari, ibu Davina sudah melanjutkan.
"Saya mau berterimakasih karena kmu sudah mau melakukan ini semua untuk Revel. Saya betul2 hargai usaha kmu yg mau memahami segala keantikannya. Saya berharap hubungan kalian bisa jadi permanen. Apa kmu akan mempertimbangkannya""
Ina terdiam. Dia tdk percaya bahwa ibu Davina sudah memojokkannya sperti ini, lagi. Melihat keraguan dan kebingungan pada wajah Ina, ibu Davina mengasihaninya.
"Saya bukannya mau memojokkan kmu. Kmu adalah wanita dewasa, tentunya kmu mampu membuat keputusan sendiri. Saya hanya nggak mau kehilangan kmu sebagai menantu saya. I really like you, as a person, dan juga sebagai istri Revel. Kmu membuat dia jadi lebih dewasa, stabil, dan.. happy."
Tanpa dia sadari. Ina sudah berdiri dari kursinya dan memeluk serta mencium pipi ibu Davina. Untuk beberapa detik ibu Davina hanya terdiam, terkejut, tp kemudian beliau membalas pelukannya.
"Mulai sekarang kmu panggil saya 'Mama', jangan 'ibu Davina' lagi, oke"" pinta ibu Davina. Ina mengangguk sambil memeluk mama Revel yg sore ini sudah betul2 menjadi ibu mertuanya.
BAB 21 (The Much Needed Distance)


Celebrity Wedding Karya Aliazalea di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Revel merayakan ultahnya beberapa hari sbelum turnya dimulai, dgn begitu acara ultah itu digabungkan dgn acara syukuran turnya. Ina sempat bertanya padanya apa yg dia inginkan untuh hadiah ultahnya, yg dijawab dgn tatapan sensual dari Revel. Ina tdk perlu jadi Sookie Stackhouse untuk tahu apa yg diinginkannya, sesuatu yg dia tdk bisa berikan, setidaknya tdk sekarang, atau bahkan mungkin selamanya. Kontrak mereka akan berakhir 6bulan lagi, dan 2bulan diantaranya Revel tdk akan ada di Jakarta dan Ina yakin bahwa selama 2bulan mereka terpisah, Revel akan bisa mendapatkan pandangan baru tentang hubungan mereka.
Lain dgn pernikahan mereka, acara ultah ini dirayakan secara kecil2an. Hanya sekitar 50orang yg diundang ke acara tersebut. Om Danung dan Revel memotong tumpeng bersama2, kemudian Revel diminta memotong kue ultahnya untuk dihidangkan sebagai makanan penutup. Senyum simpul muncul pada sudut bibir Ina ketika melihat Revel menyempatkan diri mengobrol dgn setiap tamu yg datang pada pesta ultahnya. Ina mendengar suara tawa Revel yg sepertinya baru mendengar suatu lelucon dari salah satu OB yg bekerja untuk MRAM. God, dia betul2 suka melihat wajah Revel klo sedang tertawa. Sudut matanya akan berkerut dan matanya akan hilang sama sekali. Ina slalu menggoda Revel dgn mengatakan bahwa dia tdk akan tahu klo orang sudah ngumpet klo dia sedang tertawa, saking kecilnya matanya.
Yes, definitely, aku harus menjaga jarak dgn Revel untuk mencegah hal2 yg tdk diinginkan, pikir Ina ketika menyadari bahwa dia sudah tertangkap basah oleh Revel ketika sedang memandanginya dgn tatapan yg Ina yakin terlihat siap menelannya bulat2.
*** Revel dan timnya berangkat ke Medan hari Kamis pagi dan Ina tdk ikut mengantar. Malam sebelumnya Revel mengetuk pintu kamarnya dan Ina mempersilahkannya masuk. Revel memilih duduk di kursi sofa dan Ina diatas tempat tidur.
"Saya akan pergi selama sebulan lebih, tp kmu slalu bisa menghubungi saya melalui HP. Will u be okay while I'm gone""
Ina tersenyum dan membalas, "I'll be fine."
"Klo kmu perlu apa2 minta saja sama mbok Nami, Sita, atau bahkan mama saya."
"Rev, I'll be fine."
Revel mengangguk mendengar nada peringatan Ina. Dia kemudian berdiri dan Ina mengiringinya menuju pintu.
"While I'm gone, bisa tolong kmu betul2 pikirkan permintaan saya" Maybe, kmu bisa
kasih saya jawabannya waktu saya kembali dari tur"" tanya revel dgn penuh harap.
"We'll se. Mungkin perasaan kmu terhadap saya akan berubah selama kmu tur ini dan siapa tahu ternyata stelah kmu kembali dari tur, kmu sudah tdk menginginkan hal yg sama."
"Not bloody likely. Klo saya sudah mengambil keputusan biasanya saya tdk akan merubahnya."
"You might." "No, I won't," jawab Revel tegas seraya meninggalkan kamar Ina.
Kamis malam ketika Ina pulang dari kantor dan tdk menemukan Revel menunggunya sperti biasanya, dia merasa sedikit kesepian. Dia merindukan Revel. Suara tawanya, kehangatannya, leluconnya, wajahnya.. Ina merindukan kehadirannya. Dia tdk menyangka bahwa dia akan merasa sperti ini, dan perasaan itu betul2 mengejutkannya. Dengan perginya Revel, Ina mendapatkan ritual baru, yaitu menunggu telpon dari Revel. Setiap kali Revel akan naik pentas, dia slalu menelepon Ina terlebih dahulu. Mereka akan mengobrol selama 5menit dan Ina akan mengatakan bahwa konsernya akan sukses. Revel juga akan meneleponnya lagi stelah selesai konser untuk mengatakan bahwa semuanya berjalan lancar. Ina memasukkan jadwal tur Revel ke dalam Blackberry-nya agar dia slalu tahu dimana Revel, bukan karena dia posesif terhadap Revel tp karena inilah satu2nya cara agar bisa merasa dekat dgn Revel selama dia pergi.
Stelah berita heboh tentang video Luna dan bayinya di Youtube pada bulan Juli, sekali lagi Luna menghilang dari peredaran. Ian memperkirakan bahwa luna mungkin sedang mencoba membesarkan bayinya di Jerman. Sebagai warga negara Jerman dia tentunya memiliki hak untuk tinggal di negara itu tanpa batasan waktu. Ina bertanya2 apakah Dhani akan maju ke publik dan mengakui bayi Luna sebagai miliknya. Kini image Revel sudah betul2 berubah di mata masyarakat. Mereka kini kembali memuji Revel, mulai dari penjualan single-nya yg lebih dari sukses, sehingga kehidupan rumah tangganya dgn Ina adem ayem. Dan Revel juga sudah membuang kebiasaan buruknya untuk berkonfrontasi dgn wartawan, sehingga media betul2 tdk memiliki dasar melakukan bad publicity.
*** Ketika bulan Oktober tiba, Ina sudah tdk tahan lagi tinggal di rumah Revel tanpa ada Revel di dalamnya. Setiap sudut rumah itu mengingatkan Ina akan Revel. Kursi di meja makan tempat dia biasa duduk, kolam renang tempat dia biasa berenang, studio tempatnya bekerja, berbotol2 Evian di dalam lemari es, bahkan ketiga mobilnya yg diparkir di garasi. Para pembantu mulai menyadari bahwa dia kini tidur di kamar Revel karena mereka menemukan seprai tempat tidur itu kusut setiap pagi dan tempat tidur Ina masih tetap rapi. Beberapa kali Ina mempertimbangkan untuk mengambil cuti dari pekerjaannya dan mengunjungi Revel, yg pada saat itu sudah berada di Kalimantan, tp dia tdk mau mengganggu konsentrasi Revel ketika dia sedang bekerja. Lagi pula dia tdk tahu apakah Revel akan senang melihatnya muncul dgn tiba2 tanpa sepengetahuannya, toh Revel tdk pernah mengundangnya untuk turut serta dalam turnya.
Seminggu kemudian Ina memutuskan pindah ke rumah ibu Davina untuk sementara waktu sampai Revel kembali dari turnya. Dia memilih rumah mama Revel karena apartemennya masih disewakan, dan karena orangtuanya, kak Mabel, dan kak Kania akan curiga klo dia menginap di rumah mereka. Ina hanay memberitahu mbok Nami tentang keberadaannya klo2 ada emergency. Dia juga memintanya untuk tdk memberitahu Revel tentang kepindahan sementaranya, karena klo Revel bertanya2 tentang alasannya, maka Ina harus menjelaskan, dan itu adalah hal terakhir yg ingin dilakukannya saat ini. Meskkipun ibu Davina awalnya menolak perpindahan ini tetapi atas ancaman Ina bahwa dia akan pindah ke hotel klo tdk diperbolehkan tinggal di situ, ibu Davina menyerah. Entah gosip apa yg akan tersebar klo menantunya ditemukan menginap di hotel selama Revel pergi tur.
Ina baru saja bisa mulai menikmati proses Detox Revelnya stelah beberapa hari berada di rumah ibu mertuanya, ketika telpon rumah berbunyi pada Sabtu siang. Ibu Davina terdengar cukup tenang ketika menjawabnya, tp stiap detiknya nadanya semakin terburu2 dan Ina menangkap
nama Revel disebut2. Kemudian telpon itu ditutup dan Ina mendengar langkah ibu Davina mendekat. "Kmu sebaiknya menyiapkan penjelasan kmu karena Revel sedang dalam perjalanan kesini," ucapnya.
"Lho, kok dia ada di Jakarta" Dia seharusnya konser di Gorontalo besok. Apa ada masalah"" balas Ina sambil meloncat berdiri dari kursi taman yg didudukinya.
"Tentu saja ada masalah. Dia pulang ke rumahnya untuk ketemu dgn istrinya yg ternyata sudah minggat ke rumah mamanya. Dia mungkin menyangka kmu sedang ngambek."
Ina memerhatikan wajah ibu Davina dan membutuhkan beberapa detik untuk mengenali ekspresi itu. Ibu Davina kelihatan takut. Ina tdk percaya ini. Ibu paling menyeramkan yg dia pernah temui sepanjang hidupnya, pada detik ini, takut pada anaknya. Setelah rasa terkesimanya luntur, Ina sadar bahwa... Oh, my God.. Revel akan datang dan ini adalah pertama kalinya mereka akan bertemu muka setelah 5minggu dan dia kelihatan berantakan dgn pakaian rumahnya. Tanpa permisi lagi Ina langsung ngacir ke lantai atas untuk mencuci muka,mengganti pakaiannya dgn celana capri dari bahan khakis dan kaus putih. Dia kemudian menyisiri rambutnya hingga rapi. Dia sedang mempertimbangkan apakah dia mau mengoleskan lipgloss pada bibirnya ketika mendengar suara mobil. Ina mengintip dari jendela kamarnya yg terletak dilantai atas dan melihat Revel turun dari Range Rover-nya. Dari langkahnya Ina tahu bahwa mood-nya tdk baik.
Ina langsung ngacir ke pintu untuk menyambutnya. Dia tdk peduli seberapa marah Revel padanya, yg penting dia sudah kembali, dan dgn begitu Ina bisa melepas rindunya dgn memeluknya seerat2nya selama 5menit penuh. Dia baru saja mau menuruni tangga ketika dia melihat Revel yg dgn langkahnya yg besar2 sedang menaiki anak tangga tiga sekaligus. Ketika Revel menyadari bahwa Ina ada dihadapannya, langkahnya tersandung, tp kemudian dia menghampiri Ina dgn cepat, dan Ina terpaku pada tempatnya, menunggu hingga Revel mencapainya.
"Hei, Rev," ucap Ina sambil tersenyum ragu.
Kemudian semuanya berlangsung dgn cepat sehingga Ina tdk bisa berpikir lagi, dia hanya bisa melakukannya. Revel mendorongnya ke dinding dan tanpa menunggu reaksi dari Ina, langsung menciumnya habis2an. Ciumannya terasa rough dan demanding sehingga Ina kalang kabut mengikutinya. Revel kemudian menarik tubuh Ina kedalam pelukannya dgn tangan kanannya seakan2 Ina adalah boneka, sedangkan tangan kirinya memegang belakang kepala Ina, membantalinya agar tdk membentur dinding sementara dia melakukan serangannya. Ina tdk protes sama sekali karena dia dapat merasakan apa yg dirasakan Revel saat itu. Mereka sama2 meluapkan kerinduan mereka akan satu sama lain dgn satu2nya cara yg mereka tahu. Kata2, pelukan, dan ciuman di pipi tdk akan cukup.
Revel mengangkat bibirnya dari bibir Ina dan berkata, "I miss you," diantara napasnya yg memburu.
Ina tdk bisa melihat wajah Revel yg kini sedang menciumi pelipis dan keningnya berkali2. "I miss you too," balas Ina sambil tersenyum.
Kata2 Ina membuat Revel berhenti menciumnya dan menatap wajahnya. Wajah Revel kelihatan terkejut dan tdk percaya. "You do"" tanyanya.
Ina mengangguk memberikannya kepastian dan spertinya itu saja konfirmasi yg dia perlukan sebelum menciumi Ina lagi, tp kini ciumannya lebih lembut dan tdk terlalu terburu2. Dan itu justru membuat Ina meleleh. Dia melingkarkan kedua tangannya pada leher Revel dan menikmati apa yg diberikan Revel padanya. Ina baru ingat keberadaan mereka ketika dia mendengar suara seseorang berdeham beberapa kali. Buru2 dia menarik kedua lengannya dari leher Revel, tp Revel terlihat tdk peduli karena dia masih menciumi Ina sperti besok akan kiamat. Dia baru berhenti stelah mendengar suara mamanya.
"Revelino Darby! Mama tdk membesarkan kmu untuk berkelakuan sperti kaum barbar. Kmu sebaiknya bawa istri kmu ke tempat yg lebih private klo kmu memang ingin melakukan apapun itu yg kmu sudah rencanakan waktu masuk ke rumah ini tanpa permisi."
Dgn sangat tdk rela, Revel melepaskan Ina yg mencoba manarik napas ke dalam paru2nya. Puas melihat mata Ina yg masih sedikit tdk fokus
stelah ciyumannya, Revel kemudian memutar tubuhnya menghadap mamanya. "Hei, mam," ucapnya santai.
Ibu Davina mengangkat alisnya sbelum berjalan menuruni tangga sambil geleng2 kepala dan menghilang dari pandangan mereka.
"Rev..," ucap Ina memulai penjelasannya.
"Kmu bisa jelaskan knapa kmu minggat sementara saya menanggalkan setiap helai pakaian yg menempel pada tubuh kmu. Dimana kamar tidur kmu""
Revel sudah menarik Ina melangkah ke lantai atas. "Wait.. wait.. Rev, apa kmu sudah gila" Ini rumah mama kmu." Ina mencoba menyadarkan Revel yg spertinya sudah melewati batas kesabarannya.
"So"" "Ini nggak sopan," desis Ina.
Ina terkejut ketika sekali lagi Revel mendorongnya ke dinding. "Jadi kmu nggak keberatan tidur dgn saya sekarang, kmu hanya keberatan dgn lokasinya""
Ina hanya bisa menatap Revel selama beberapa detik mencoba mencerna kata2 itu, sementara dia mengontrol keinginannya untuk menarik Revel ke dalam kamar tidurnya dan memintanya melakukan apa saja yg mau dia lakukan padanya, tp kemudian dia berhasil mengatasi kebingungannya dan menganguk. Revel melepaskannya.
"Oke, saya akan bawa kmu pulang ke rumah kita, tp kmu harus janji sama saya bahwa kmu tdk akan berubah pikiran selama perjalanan kesana," ucapnya.
"Janji," jawab Ina.
*** Meskipun Ina berjanji bahwa dia tdk akan mengubah pikirannya, tp Revel tdk mau mengambil resiko. Oleh sebab itu dia membawa mobilnya sudah sperti orang gila dan melanggar hampir stiap peraturan lalu lintas. Dia bersyukur bahwa tdk ada polisi sama sekali. Dia mengetukkan jari2nya pada setir menunggu hingga pintu gerbang terbuka sebelum tancap gas dan berhenti di depan rumah dgn ban berdencit diatas batu kerikil. Dia tdk memedulikan tatapan bingung mbok Nami dan menggeret Ina bersamanya menuju lantai atas.
"Kamar kmu apa kamar saya"" tanya Revel. "Errr.." ucap Ina ragu.
"Kamar saya. Ada alasannya knapa saya membeli tempat tidur ukuran King," potong Revel. "Rev, soal kamar kmu.. "
"Jangan khawatir, kmu adalah perempuan pertama yg tidur diatas tempat tidur itu. Saya tdk pernah membawa perempuan pulang ke rumah untuk seks."
Ina hanya menganga mendengar pernyataan ini. Kenyataan bahwa Revel akan lebih berpengalaman daripada dirinya membuatnya ragu. Sbelum Ina bisa mengemukakan apa yg dipikirkannya, Revel sudah mendorongnya masuk ke dalam kamar tidurnya, menutup pintu dan menguncinya sbelum menghadapnya.
Revel mengambil 2 langkah lebar menujunya dan Ina mundur.
"Rev, tunggu sebentar. Ada sesuatu yg saya perlu bicarakan dgn kmu."
"Saya tdk peduli alasannya, tp saya sudah maafin keminggatan kmu." Revel tdk memdulikan bahasa tubuh Ina yg mencoba menjauhinya. Dia meraih lengan Ina bagian atas dan mendorongnya ke arah tempat tidur.
Ina jatuh terduduk diatas tempat tidur sambil berteriak, "Wait.. wait.."
Revel yg sedang dalam proses menanggalkan sabuknya stengah melemparkan kausnya ke lantai, berhenti dan menatapnya. "Sumpah Ina, klo kmu menolak saya sekarang, saya cekik kmu."
Mau tdk mau Ina terkikik. "No, no, no.. saya nggak menolak kmu. Pada detik ini saya rasa saya nggak akan sanggup menolak kmu."
Revel menghembuskan napasnya dan melanjutkan proses penanggalan pakaiannya. Stelah dia tdk mengenakan sehelai pakaianpun, dia menatap Ina yg masih berpakaian lengkap dan sedang menarik tatapannya dari ujung kaki hingga ujung rambutnya sbelum tersenyum simpul.
"Kmu knapa ngelihatin saya kayak gitu" Kayak kmu nggak pernah ngeliat laki2 telanjang saja sebelumnya," komentar Revel sambil berjalan kearah tempat tidur.
Ina menarik tubuhnya ketengah tempat tidur, menjauhi Revel. "Kmu yg pertama buat saya," ucap Ina.
Kata2 itu menghentikan Revel yg sedang naik keatas tempat tidur.
"Itu yg sudah saya coba katakan dari tadi, tp aksi striptease kmu mengalihkan perhatian saya."
Revel terdiam, dari wajahnya Ina bisa membaca bahwa dia masih ingin melanjutkan rencananya, tp dia kelihatan ragu dan sedikit khawatir. Pada detik itu In atahu bahwa dia tdk perlu khawatir akan perlakuan Revel padanya. Dia tahu bahwa Revel tdk akan bisa menyakit
inya dlm situasi apapun juga. Ina bangkit dan mendekatinya.
Ina menyentuh pipi Revel dan berkata, "Rev, I'll be fine. Saya tahu kmu akan menjaga saya selama saya melalui proses ini. I trust you."
"Ina, dalam situasi saya yg sekarang, saya nggak yakin saya bisa gentle dgn kmu. Saya bisa secara nggak sengaja menyakiti kmu." Revel terdengar putus asa.
Ina meletakkan kedua tangannya pada wajah Revel dan berkata, "I trust you," dgn penuh keyakinan.
Ina emncium sudut bibir Revel untuk meyakinkannya. Awalnya Revel masih ragu, tp Ina tahu bahwa dia sudah menang ketika Revel mulai menciumnya balik sementara kedua tangannya mulai menanggalkan pakaian yg dikenakan Ina. Dan selama 2jam ke depan Ina dapat merasakan apa artinya dipuja oleh laki2.
*** "Are you okay"" tanya Revel stelah dia puas mengeksplorasi tubuh Ina dan membuatnya berteriak berkali2.
"I'm okay." Suara Ina terdengar sedikit teredam karena kepalanya beristirahat pada dada Revel.
Matahari sudah akan terbenam, tp mereka menolak meninggalkan kamar itu. Dia seharusnya tahu bahwa dibawah sikap seriusnya Ina menyimpan energi yg bahkan bisa menghidupkan kota Jakarta selama sebulan. Revel tdk menyesali keputusannya untuk bersabar hingga Ina betul2 siap, karena Ina memang worth the wait. Ina sangat responsif dibawah sentuhannya dan dia tdk malu2 memberitahu Revel apa yg diinginkannya. Dia tdk tahu apakah Ina merasakannya, tp Revel merasakan pergerakan kosmik, seakan2 bumi, bulan, bintang, dan matahari, bergerak pada saat yg bersamaan, mendukung kebersamaan mereka. Ini bukan hanya seks biasa. Ini seks yg melibatkan hati dan perasaan dan ini adalah seks terbaik yg pernah dia alami sepanjang hidupnya. Gosh... he can't wait to do it again. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, dia betul2 kehilangan kontrol dan bukannya takut, yg dia rasakan adalah kebebasan. Ina dgn tubuh mungilnya dan otaknya yg brilian telah membebaskannya dari segala beban yg telah memberatkan hatinya.
Selama sebulan lebih tur ke kota2 dimana dia tdk mengenal siapa2 selain kru turnya, Revel banyak menghabiskan waktunya di dalam kamar hotel, sendirian. Kesendirianya itu membantunya berpikir tentang hubungannya dgn mamanya dan dgn Ina. Dia kini menyadari bahwa Ina benar, bahwa dia memang harus memaafkan mamanya agar bisa melanjutkan hidupnya. Selama ini dia memang sudah mencoba memperbaiki hubungan itu, tetapi dia belum betul2 siap berbicara dgn mama dan menyelesaikan masalah mereka. Stelah mengambil keputusan untuk betul2 berbicara dgn mamanya sekembalinya ke Jakarta, pikirannya kemudian beralih kepada Ina.
Dia mulai merasa bahwa ada sesuatu yg salah dgn dirinya 2hari stelah turnya dimulai. Awalnya dia menyalahkannya pada kenyataan bahwa dia harus membiasakan diri dgn kehidupan tur lagi, tp dia tahu bahwa itu bukan sebabnya ketika dia mulai mencari2 alasan hanya untuk menelpon Ina di luar jadwal yg sudah ditetapkan. Dia hanya mau mendengar suaranya yg slalu ceria stiap kali menerima telponnya. Revel menolak mengakui bahwa dia memerlukan Ina untuk mengisi hari2nya dan karena dia tdk tahu bagaimana mengungkapkan perasaannya, akhirnya dia jadi moody. Om Danung yg sudah tdk tahan melihat tingkah laku Revel yg mulai menurunkan semangat timnya, memerintahkan Revel agar pulang ke Jakarta.
Dia yg sudah membayangkan wajah Ina ketika melihatnya muncul tiba2, hanya mendapatkan mbok Nami yg mengatakan bahwa Ina tinggal dgn mamanya semenjak seminggu belakangan ini. Dan itu membuatnya marah besar. Segala macam skenario bermunculan dikepalanya. Dia berusaha mengingat2 apakah dia sudah menyinggung hati Ina sehingga dia pergi meninggalkannya, tp stelah beberapa menit dia tdk bisa menemukan alasan knapa Ina berlaku sperti itu, Revel merasa ingin mencekiknya. Tp ketika dia melihat Ina, semua kemarahannya sirna, yg tersisa hanya keinginan untuk menyatukan partikel2 atom yg tersisa yg ada pada dirinya dgn Ina.
Pergerakan pada tubuh Ina membangunkannya dari lamunan. "Sori ya," ucap Revel.
"Untuk apa"" tanya Ina.
"Saya takut sudah menyakiti kmu," jelas Revel.
Revel mendengar Ina terkikik da
n dia menopang tubuhnya dgn sikunyadan menatap Ina. Perempuan satu ini memang betul2 tahu cara menginjak2 egonya. Dia sedang menunjukkan sisi sensitifnya dgn mengatakan konsekuensi tindakan mereka dan Ina malah menertawakannya. "Ada yg lucu"" tanyanya.
"Kmu," balas Ina dan menggulingkan tubuhnya ke atas kasur sambil tertawa terbahak2.
"Apa sih yg lucu""
"Kmu," jawab Ina diantara tawanya.
"Well, excuse me klo saya mencoba menjadi laki2 yg sensitif."
Ina terdiam dan menatap Revel, tp kemudian dia meledak tertawa lagi. Merasa tersinggung Revel bergerak meninggalkan tempat tidur, tp Ina menariknya.
"Kmu marah ya""
"Nggak," ucap Revel yg bersusah payah mencoba menyembunyikan nada ngambeknya.
Ina tersenyum. "makasih ya atas perhatiannya," ucap Ina dan mengecup kening Revel yg langsung salting.
Untuk menyembunyikan wajahnya yg sudah memerah sperti tomat, Revel perlahan2 memandangi sekelilingnya dan menyadari bahwa ada sesuatu yg beda dgn kamar itu. Dia baru sadar bahwa TV plasmanya hilang, selain itu desain kamar juga sedikit berbeda. Sofanya hilang dan digantikan dgn sofa yg tadinya berada di kamar tidur Ina. Perlahan2 Revel turun dari tempat tidur dan tanpa mempedulikan kebugilannya, dia berjalan dan menyalakan lampu kamar.
"In, kita lagi berada di dalam kamar tidur saya kan"" Ina mengangguk. "Memangnya knapa""
"TV dan sofa saya hilang, dan... tunggu sbentar.. itu seprai saya, ya"" ucap Revel sambil menunjuk tempat tidurnya.
"TV kmu saya pindahkan ke kamar tamu karena saya nggak bisa tidur klo ada TV didepan saya. Sofa kmu saya tukar dgn sofa saya karena sofa saya lebih nyaman untuk baca buku. Dan ini adalah seprai kmu, karena baunya sperti kmu."
"Wait a second.. have you sleeping in my room""
"Yes, selama beberapa minggu sbelum akhirnya saya memutuskan untuk pindah ke rumah mama kmu."
Revel memandangi Ina dgn tatapa serius tapi tentu saja Ina tdk bisa menganggapnya serius ketika dia berdiri naked dihadapannya, bertolak pinggang sekalipun. Revel berjalan menuju laci, mengambil underware baru dan mengenakannya. Ina muncul dihadapannya, sudah mengenakan celana dalam dan kaus, tanpa bra.
"Saya Cuma lagi kangen sama kmu waktu itu, dan satu2nya tempat yg bisa membuat saya merasa dekat dgn kmu adalah kamar tidur kmu, tp ternyata tidur di kamar ini malah justru membuat saya semakin kangen sama kmu, itu sebabnya saya meginap di rumah mama kmu.
Saya minta maaf klo saya sudah memasuki teritori kmu tanpa izin. Saya akan kembalikan barang2 kmu.. "
Revel mendiamkan Ina dgn ciumannya, stelah dia bisa meyakinkan Ina bahwa dia tdk marah, dia mengangkat kepalanya, "Saya mau kmu tidur disini stiap malam dgn saya. Saya mau berbagi segalanya dgn kmu."
"Really"" tanya Ina ragu.
"Most definitely," balas Revel, mencium ujung hidung Ina.
Ina terkikik dan menbiarkan Revel menciumi wajahnya. "Kosongkan jadwal kmu untuk bulan November," pinta Revel.
"Why"" "Karena Nyonya Darby.. suamimu akan membawa kmu pergi honeymoon."
Ina mengerutkan keningnya. "Yea.. klo kmu nggak keberatan saya lebih suka dipanggil Ina. Nyonya Darby terdengar sperti mama kmu."
Revel tertawa terbahak2. Kemudian, "I can't believe I'm saying this, tp kmu mengingatkan saya padanya."
Oke, that just sound wrong. "Errr.. Rev, klo ini cara kmu untuk menggida saya supaya mau tidur dgn kmu lagi, saya usulkan kmu ganti taktik," balas Ina.
Revel tertawa lagi. Dia mengangkat tangannya, menyentuh wajah Ina yg sedikit kemerahan karena kesan beard burn darinya. Dia tdk akan pernah bisa berhenti menyentuhnya. "Kmu pernah tanya saya apakah kmu tipe perempuan yg saya suka."
"Ya... " "Saya slalu suka wanita yg mandiri, percaya diri, dan tahu apa yg dia mau. Kmu memiliki semua karakteristik itu. Mama saya juga. Selama ini saya slalu menghindari wanita jenis kmu karena saya melihat apa yg sudah mama lakukan kepada papa. Mama sudah mematahkan hati papa, bahkan tanpa mengedipkan matanya. Waktu papa meninggal, saya berjanji bahwa saya tdk akan berakhir sepertinya."
Wajah Ina kelihatan serius mendengarnya menumpahkan
seluruh isi hatinya. Revel tdk pernah mengungkapkan hal ini kepada siapa2, bahkan tdk kepada mamanya.
"Saya berusaha menjaga jarak dgn kmu. Saya bilang kepada diri saya bahwa kmu nggak baik untuk saya, bahwa kmu akan melakukan hal yg sama kepada saya, sperti yg mama sudah lakukan kepada papa. Saya nggak bisa ambil resiko."
Ina menolehkan kepalanya dan mencium telapak tangan Revel yg membelai pipinya. Meskipun gerakan itu simple dan Revel yakin bahwa Ina melakukannya karena reflek, tp dia bisa merasakan bulu tengkuknya berdiri. Pada detik itu dia menyadari bahwa dia sudah jatuh cinta pada Ina. Dia tdk tahu kapan perasaan ini bermula, mungkin smenjak dia melihatnya dgn blus hijaunya, atau mungkin ketika Ina membalas ciumannya didalam studio. Namun dia tdk peduli lagi, yg dia tahu adalah bahwa saat ini, detik ini, dia mencintai Ina dan bahwa dia tak akan bisa berhenti mencintainya sampai kapanpun.
"Saya nggak tahu apa kmu nantinya akan merasa bosan pada saya, menginjak2 ego saya, dan meninggalkan saya klo saya sudah tdk menghasilkan uang lagi, tp sejak saat ini.. saya nggak peduli. Sekarang saya mengerti knapa papa tetap mencintai mama, tdk peduli apa yg sudah mama lakukan padanya. Untuk bisa hidup dgn wanita yg kita inginkan, walaupun hanya sbentar saja, akan lebih baik daripada menghabiskan kehidupan kita dgn wanita yg tdk berarti apa2 bagi kita."
Ketika Revel selesai dgn deklarasi cintanya, atau setidak2nya sedekat2nya dia mampu mengucapkannya tanpa betul2 mengucapkan kata "I love you", mata Ina sudah berkaca2.
"Woman, you better not be crying now," ucap Revel dan Ina tersedak diantara tawa dan tangisannya. Sbelum Revel sadar apa yg sedang terjadi Ina sudah memeluknya dgn erat, seakan2 dia tdk akan melepaskannya hingga sepuluh tahun lagi.
"I love you," bisil Ina.
Selama beberapa detik Revel tdk bisa bernapas, apalagi berkata2. Ada banyak wanita yg mengatakan "I love you" padanya sepanjang 33tahun hidupnya, tp tdk satu pun dari mereka yg bisa membuatnya merasa sebahagia ini karena mendengar 3kata itu.
"Me too, babe. Me too." Balas Revel
BAB 22 (The Honeymoon Is Over)
Revel berangkat keesokan harinya untuk meneruskan turnya dan kali ini Ina mengantarkannya ke bandara. Stelah satu ciuman dalam dan usaha meakinkan Ina agar mengabaikan pekerjaannya dan ikut dengannya dalam sisa tur, yg tentunya ditolah oleh Ina dgn janji bahwa Revel bisa melakukan apa saja yg dia mau kepadanya ketika dia kembali, Revel menaiki tangga pesawat. Ina melambaikan tangannya sbelum berjalan menjauhi landasan agar pesawat bisa mulai lepas landas. Revel meneleponnya ketika tiba di Gorontalo dan smenjak itu mereka tdk pernah berhenti telpon satu sama lain stiap ada waktu luang. Ina merasa sperti sedang pacaran dgn suaminya sendiri, sesuatu yg agak aneh tp cukup menyenangkan.
*** Pertama kali Ina terbangun pada malam pertama mereka tidur di tempat tidur yg sama sekembalinya Revel dari merampungkan jadwal turnya, dan menemukan wajah Revel yg masih tertidur di hadapannya, Ina hanya terdiam, tdk menggerakkan satu pun otot pada tubuhnya dan memandangi Revel. Dia tidur dgn posisi tengkurap dan Ina hanya bisa melihat sebagian wajahnya, tp itu sudah cukup membuat tangannya gatal sehingga dia melarikan jari2nya pada wajah sempurna itu. Wajah Revel terlihat lebih damai, agak berbeda dgn semalam ketika dia menagih janji Ina. Mengingat segala macam posisi yg mereka coba tadi malam membuat pipi Ina memerah. Tp Ina menikmatinya karena Revel melakukan semuanya dgn sangat lembut dan dia mengutamakan kebutuhan Ina terlebih dulu daripada kebutuhannya. Ina tdk pernah merasa lebih disayangi oleh laki2 manapun ketika dia mendengar Revel berbisik, "Baby, you gotta let go."
Tanpa bisa menahan diri lagi, perlahan2 Ina menyentuhkan jari2nya pada wajah Revel dgn sangat berhati2 agar tdk membangunkannya. Ina melihat pergerakan pada bulu mata Revel sbelum dia mendengar Revel berkata dgn nada mengantuk, "Morning."
"Morning," balas Ina. "Sekarang jam brapa""
Ina melirik beker yg ada di night stand. "Stengah delapan," jawab Ina sambil
melangkah turun dari tempat tidur, berusaha mencari tank top yg dikenakannya tadi malam, yg sudah melayang entah kemana.
"Masih pagi. Come back to bed with me," ucap Revel dan secepat kilat meraih pinggang Ina dan menariknya kedalam pelukannya.
Ina tertawa dan membiarkan dirinya dipeluk kembali oleh Revel. "Saya mau menghabiskan hari Sabtu ini seharian penuh diatas tempat tidur dgn kmu," bisik Revel.
"Gimana klo kita lapar"" Tanya Ina.
"Kita nggak perlu makanan selama kita ada untuk satu sama lain," balas Revel.
Ina terkikik mendengar betapa gombalnya pernyataan Revel itu, tp tubuhnya menjadi relaks didalam pelukan Revel. Dada Revel yg menempel pada punggung Ina terasa hangat dan detak jantung Revel yg teratur menemaninya sperti lagu nina bobo dan tak lama kemudian di sudah tertidur kembali.
*** Smenjak hari itu mereka tdk pernah lagi pisah tempat tidur. Atas persetujuan bersama, mereka membagi kamar tidur Revel. Revel membiarkan Ina mendekorasi ulang kamarnya sesuai dgn keinginannya. Klo saja Ina perempuan lain, mungkin dia sudah marah2 ketika Ina mengosongkan separo dari lemarinya dan memindahkan isinya ke tempat lain agar Ina bisa memasukkan pakaiannya. Belum lagi segala produk wanita yg memenuhi stiap permukaan meja wastafelnya, jumlah novel yg bertebaran didalam kamar tidur, bahkan kamar mandinya, dan segala pernak pernik Ina lainnya. Meskipun begitu, Revel tdk protes karena sejujurnya segala perubahan ini membuatnya sadar bahwa kini dia tdk sendirian lagi. Kini stiap pagi dia merasakan sentuhan bibir Ina pada wajahnya untuk membangunkannya. Kini ada orang yg memintanya memperbaiki pipa wastafel yg bocor, bukannya langsung memanggil orang lain untuk melakukannya. Yg jelas, kini ada orang yg mencarinya klo dia belum pulang ke rumah lewat dari jam malam. Revel slalu tahu bahwa dia menyukai Ina dan kemudian mencintai Ina, tp kini dia tahu bahwa apa yg dia rasakan terhadap Ina adalah lebih dari itu semua. Dia membutuhkan Ina di dalam hidupnya dan dia tdk merasa malu mengakuinya, karena dia tahu bahwa Ina merasakan hal yg sama.
Sesuai dgn permintaannya Ina memang tdk pernah menyingung2 hubungannya dgn Mama, tp ketika Revel memintanya untuk menemaninya ketika dia pergi berbicara dgn mama, mata Ina langsung menghangat sbelum dia mengangguk antusias. Dan Revel tahu bahwa lebih dari segala sesuatu yg dia pernah lakukan untuk Ina, inilah hal yg paling berarti baginya. Mama kelihatan cukup terkejut ketika dia ingin berbicara dgnnya sendiri di teras belakang. Beliau semakin waswas ketika melihat Ina tdk ikut dgn mereka, meskipun begitu mama tdk mengatakan apa2. Revel menunggu hingga mamanya duduk sebelum dia mendudukkan dirinya dikursi yg satu lagi. Mereka terdiam selama beberapa menit, hanya ditemani oleh suara TV yg terdengar samar2.
"Apa yg kmu mau bicarakan dgn mama""
Revel menatap mamanya sbelum berkata, "Apa mama cinta sama papa"" "Knapa kmu tanya begitu"" "Just answer the question."
"Tentu saja mama cinta sama papa kmu. He's the love of my life."
Mata Revel sedikit terbelalak ketika mendengar pernyataan ini, kemudian dia bertanya, "Klo mama memang cinta sama papa, knapa mama nggak pernah nengokin papa waktu dia sakit, atau bahkan datang ke pemakamannya""
Mama mengembuskan napas dgn cukup keras sebelum berkata, "Karena itulah satu2nya cara bagi mama untuk membalas apa yg sudah papa lakukan ke mama."
Kata2 itu membuat Revel tersinggung. "Papa nggak pernah melakukan apapun ke mama, kecuali mencintai mama."
Bukannya membalas, ibu Davina hanya menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi dan menyilangkan kakinya. Tanpa menatap Revel beliau berkata, "Kmu masih ingat tante Vero""
"Ya," jawab Revel dgn sedikit bingung.
Tentu saja dia ingat akan partner bisnis papanya itu, seorang wanita yg slalu bisa ditemukan di sisi papanya. Dia suka dgn tante Vero yg slalu baik dgnnya.
"Mama slalu suka sama dia, karena insting bisnisnya cocok dgn papamu."
Sbelum Revel bisa bertanya kemanakah arah pembicaraan ini, mamanya sudah berkata2 lagi. "Mama nggak pernah menyangka bahwa hubungan me
reka ternyata lebih daripada rekan bisnis, sampai papa minta cerai dari mama untuk menikahi tante Vero."
Pupil mata Revel membesar mendengar pernyataan ini. Ibu Davina menolehkan kepalanya untuk melihat reaksinya. "Rupanya tanpa sepengetahuan mama, mereka sudah bersama2 selama 2tahun lebih. Tante Vero bahkan sudah setuju untuk meninggalkan suaminya dan menikah dgn papa. Waktu mama tanya knapa papa sampai tega selingkuh, dia bilang bahwa dia sudah tdk tahan dgn keambisiusan mama. Bahwa dia sudah bosan karena hidupnya terus diatur oleh mama."
Revel hanya bisa menatap mamanya dgn tatapan tdk percaya. Dia tahu bahwa mama tdk pernah berbohong kepadanya, tp dia juga mengalami masalah untuk percaya bahwa papa yg dia puja stengah mati itu ternyata adalah seorang suami yg tega selingkuh. Ibu Davina tersenyum kepada Revel sebelum melanjutkan ceritanya. "Did you know that I married your father without your grandparents' permission""
"Mama sama papa kawin lari"" Tanya Revel. Dia belum pulih dari kekagetannya ketika diserang dgn fakta lain tentang perkawinan orangtuanya yg dia tdk pernah ketahui.
Ibu Davina mengangguk. "Papa kmu bukan dari keluarga berada, oleh sebab itu mbah Kakung, yg pada saat itu adalah orang penting di DKI, nggak setuju dan bilang bahwa klo sampai mama menikahi papa, kami akan hidup serba kekurangan. Tp mama sudah cinta mati pada papa dan mama bisa lihat bahwa dia punya ambisi untuk jadi orang yg sukses, maka dari itu mama tetap nekat menikahi papa kmu."
"Then what happened""
"Kami memang hidup serba kekurangan selama 3tahun pertama dan mbah Kakung dan mbah Putri menolak membantu kami sama sekali. Dan karena orangtua papa hidupnya juga pas2an karena mereka masih harus menyekolahkan om Jon, ya.. mereka juga nggak bisa bantu banyak. Pakde Ray juga masih ada di Amerika saat itu, jd dia nggak tahu menahu tentang kesulitan keuangan kami."
"Itu sebabna aku nggak pernah ketemu sama mbah Kakung atau mbah Putri sampai aku SD," ucap Revel pelan. Sedikit demi sedikit memori tentang masa kecilnya kembali.
Ibu Davina mengangguk. "Mama berusaha sekuat tenaga mendukung papa kmu supaya dia bisa jadi orang yg sukses. Memang perlakuan mama kepada papa sering kelihatan terlalu ambisius, tp mama punya alasan yg kuat untuk melakukan itu. Mama harus membuktikan bahwa mbah Kakung dan mbah Putri salah karena sudah menolak papa. Perusahaan yg papa kmu bangun berkembang pesat dan mencapai kesuksesan waktu kmu SD, pada saat itulah mereka akhirnya bisa mengakui kesalahan mereka karena sudah meremehkan papamu."
Klo tadi hanya matanya saja yg terbelalak dgn pupil mata melebar, kini mulut Revel sudah ternganga.
"Yg mama nggak pernah sangka adalah bahwa dalam proses pembuktian diri itu, mama sudah kehilangan satu2nya alasan knapa mama melakukan itu semua. I lost your father. So, to answer your question, knapa mama nggak pernah nengokin papa di rumah sakit atau datang ke pemakamannya adalah karena mama marah besar dan kecewa sama papamu. Stelah segala sesuatu yg mama lakukan, dia membalasnya dgn selingkuh dan menceraikan mama."
Pengertian muncul dan Revel berkata, "Itu alasannya knapa hak asuh aku jatuh ketangan mama bukan papa, karena papa sudah selingkuh dgn tante Vero."
Ibu Davina mengangguk. "Mama tahu kmu cinta sama papa dan memisahkan kmu dgn papa adalah hal tersulit yg pernah mama harus lakukan. Tp mama nggak rela kmu dibesarkan oleh tante Vero. Kmu darah daging mama dan mama bertanggung jawab sepenuhnya sama kmu. Oleh karena itu mama bilang ke hakim bahwa papa kmu sudah selingkuh. Itu adalah hal paling memalukan yg pernah mama akui. Untung saja mbah2 kmu sudah nggak ada waktu itu, karena mama nggak tahu gimana mama akan menghadapi mereka klo mereka tahu tentang itu."
Ibu Davina mengulurkan tangannya, menyentuh wajah Revel. "Mama minta maaf atas perlakuan mama kepada kmu selama ini. Mama sekarang sadar bahwa semua tindakan mama yg sebenarnya ditujukan untuk menyakiti papa kmu, actually menyakitkan kmu juga. Will you forgive me""
Revel melihat mamana yg tdk pernah menunjukkan emosinya sama sekali
kepada siapapun sedang berusaha mengontrol tangis dan dia langsung bangun dari kursinya dan berlutut
dihadapan mamanya, memeluknya. "Of course. Dan aku minta maaf atas perlakuan aku kepada mama selama ini," ucap Revel pelan.
"It's okay. You didn't know the whole story," balas mama.
Stelah beberapa menit Revel melepaskan mamanya. "Omong2 tentang the whole story, klo papa menceraikan mama untuk menikahi tante Vero, knapa aku nggak pernah melihat tante Vero lagi stelah papa dan mama cerai""
Ibu Davina terkekeh. "Tanpa sepengetahuan papa kmu, tante Vero ternyata masih berhubungan baik dgn suaminya. Selama proses perceraian mama dgn papa dan dalam proses menunggu, dia sudah jatuh cinta lagi dgn suaminya. Tante Vero langsung memutuskan hubungan mereka, berhenti bekerja dan ikut suaminya ke Bali. Mama nggak tahu lagi ceritanya stelah itu."
"Kapan tante Vero pindah ke Bali""
"Sekitar setahun stelah mama dan papa cerai, knapa""
"Itu waktu papa mulai sering muncul di rumah dan pada dasarnya minta rujuk dgn mama." Kini semuanya lebih masuk akal bagi Revel. Segala kejadian yg sbelumnya membuatnya bingung karena kehilangan satu bagian penting yg bisa menjelaskan semuanya, kini terlihat jelas baginya.
"Yes," balas ibu Davina dan sudah tertawa terbahak2 sambil menggeleng2kan kepalanya. Awalnya Revel hanya bisa menatap mamanya dgn bingung dan sedikit khawatir, tp kemudian dia ikut tertawa. Sudah lama dia tdk mendengar swara tawa mama dan suara itu betul2 menyentuh hatinya.
"Dari mana mama tahu tentang berakhirnya hubungan papa dgn tante Vero"" Tanya Revel stelah tawanya reda.
"Karena papa kmu cerita ke mama waktu dia minta ruju. Tentu saja mama menolaknya mentah2. Apa yg papa kmu lakukan ke mama adalah suatu pengkhianatan yg tdk bisa dilupakan begitu saja, dan bagaimanapun mama mencoba melupakannya, mama nggak bisa maka dari itu mama nggak bisa memaafkannya,"
"Apa mama pernah menyesali keputusan mama""
"Every damn day of my life, terutama klo mama melihat cara kmu menatap mama. Penuh dgn kekecewaan dan terkadang tanpa emosi."
Revel merasa sperti baru saja dihantam oleh beton, dadanya sakit karena rasa bersalah yg mendalam. Dia tdk tahu bagaimana mama menyimpan rahasia sebesar ini selama bertahun2.
"Mama knapa nggak pernah cerita ke aku tentang semua ini sebelumnya""
"Karena kmu masih terlalu kecil waktu semua itu terjadi. Mama hanya menunggu hingga kmu lebih dewasa agar bisa mengerti semuanya, tp ternyata stelah kmu dewasa, semuanya sudah terlambat. Kmu sudah terlanjur membenci mama, dan mama tdk melihat keuntungan dari menghancurkan nama baik papa kmu hanya untuk membuat kmu mencintai mama."
"Mama lebih memilih aku membenci mama daripada menjelek2kan nama papa di mata aku"" Tanya Revel, mencoba mengerti logika mamanya.
"Klo itu lebih bisa membuat hati kmu tdk terbebani," balas mama sambil mengangguk.
"Oh, mam, you're so wrong. Hati aku slalu terasa berat karena aku nggak pernah ngerti tindakan mama. You could've spared me all the heartache klo saja mama cerita ke aku kejadian sebenarnya dari dulu. Perkawinan mama dan papa betul2 memengaruhi pilihan aku untuk nggak pernah menikah, karena aku nggak mau hidupku didominasi oleh orang lain hanya karena aku mencintai orang itu. Aku takut aku akan berakhir sperti papa klo aku membiarkannya. Klo aku tahu apa yg sebenarnya terjadi didalam perkawinan mama dan papa, pendapatku akan beda. Aku mungkin lebih bisa let people in."
"Well, now you know. Mudah2an pandangan kmu tentang pernikahan akan berubah. Mama harap sakit hati kmu bisa terobati dan kmu bisa melanjutkan hidup kmu dgn lebih tenang stelah ini."
Revel mengangguk dan berkata, "Thanks for telling me everything mom," dan memeluk mamanya dgn erat.
Melalui percakapan dgn mamanya, Revel akhirnya bisa mengerti dan memaafkan segala tindakan yg dilakukan mama terhadap dirinya dan papa. Dan itu adalah obat yg paling ampuh untuk menyembuhkan patah hati. Perlahan2 dia merasakan hatinya mulai utuh. Revel melangkah kembali ke dalam rumah.
Ina yg sedang menonton TV langsung meloncat berd
iri ketika melihatnya dan tanpa permisi lagi Revel langsung memeluk istrinya itu dgn erat.
"Thank you," bisik Revel.
"For what"" Tanya Ina balik.
"Karena sudah jadi istri saya," balas Revel.
"You're welcome." Dan Ina berjinjit, mencium pipi Revel.
Revel tdk tahu bagaimana dia bisa seberuntung ini, akhirnya dia menemukan seseorang yg betul2 mengerti dirinya. Dengan Ina dia tdk perlu memberikan penjelasan panjang lebar tentang semua tindakannya, karena dia tahu Ina mengerti dirinya luar dalam tanpa dia harus menjelaskannya dgn kata2.
*** Bulan November tiba dan Revel membawa Ina pergi honeymoon ke pulau Bintan, jauh dari segala sorotan media dan masyarakat. Staf hotel tentunya mengenali Revel dan Ina, tetapi mereka sudah cukup terlatih untuk menjaga jarak dan memberikan Revel serta Ina privasi. Selama 2minggu mereka menghabiskan stiap detik bersama2 dan menikmati kehadiran satu sama lain.
Pada suatu sore, ketika mereka membicarakan tentang rencana masa depan mereka, Revel mengumumkan bahwa dia menginginkan setidak2nya 2anak, satu laki2 dan satu perempuan. Ina hanya tertawa mendengarnya karena jujur saja, dia tdk ada niat untuk jd seorang ibu, oleh sebab itu dia slalu meminta Revel agar mengenakan pengaman klo mereka bercinta dan selama ini Revel slalu menghormati permintaannya. Lain waktu, mereka akan duduk bersama2 di balkon kamar hotel mereka, Ina dgn novel terbarunya dan Revel dgn iPadnya. Dan mereka bisa melakukan ini dalam diam selama berjam-jam. Tdk ada satu pun dari mereka yg merasa perlu mengisi kesunyian dgn kata2 karena mereka merasa nyaman hanya dgn keberadaan satu sama lain. Dan rasa nyaman ini berlanjut sehingga mereka pulang ke Jakarta dan melanjutkan kehidupan mereka bersama2. Ina tdk pernah merasa sebahagia ini sepanjang hidupnya. Dia merasa sperti sedang terbang ke awang2 dan dia tdk pernah mau turun lagi ke bumi.
Tapi tentu saja akhirnya dia perlu turun ke bumi. Pertama2 dgn kepulangan Luna ke Indonesia pada bulan Desember. Ina tdk tahu bagaimana wartawan tahu jadwal kepulangan Luna, tp nyatanya mereka menemui Luna dan bayinya yg kini sudah berumur 5bulan di bandara. Kali ini Ina langsung tahu berita itu dari Helen dan dia langsung menelepon Revel untuk memastikan bahwa dia siap dgn segala berita yg akan menyerangnya lg dgn kepulangan Luna, tp panggilannya tdk dijawab. Ina mencoba menenangkan dirinya dgn mengatakan bahwa kemungkinan suaminya sedang ada di studio untuk menyelesaikan albumnya yg akan launch akhir tahun ini, sebab itu dia tdk mengangkat telponnya. Ketika beberapa jam kemudian Ina sekali lagi mencoba menelpon kantor MRAM. Panggilan itu dijawab oleh salah satu staf yg mengatakan bahwa Revel sudah keluar smenjak sebelum makan siang dan belum kelihatan lagi smenjak itu. Sekali lagi Ina berusaha tetap tenang dan meneruskan pekerjaannya.
Jennings Si Iseng 3 Pendekar Gila 37 Petaka Seorang Pendekar Perempuan Lembah Hitam 2

Cari Blog Ini