Cinta Sepanjang Amazon Karya Mira W Bagian 2
tradisional yang bertingkat dua. Perahu itu cukup besar dan dijejali
penumpang Vania merasa lebih aman ikut gaiolas. Tetapi Aries tidak mau. Bulan madu
kan tidak seru kalau bawa orang sekampung" Memangnya mau mudik"
Jadi dia memilih sebuah perahu kayu kecil. Bangkunya dari papan. Motornya
ditempel di buritan. Aries sama sekali tidak merasa gentar meskipun mereka
cuma bertiga. Dan di kiri-ka-nan, semak belukar yang rimbun seperti-tidak
ada habis-habisnya mengiringi perjalanan mereka.
Untung tidak ada anaconda yang menyambut kedatangan mereka. Sepanjang
perjalanan ha- nya seekor uacari, monyet muka merah, yam bersedia jadi gambar sampul
album foto Aries. Sementara seekor monyet wooley yang tengah asyik bergelantungan di
pohon dengan ekornya, langsung kabur begitu melihat paparazzi.
Selebihnya yang mereka temui hanyalah seekor burung uirapuru, burung
kecil oerkepala cokelat yang tidak istimewa penampilannya. Padahal Amazon
adalah surga burung-burung cantik seperti toucan yang berparuh besar dan
aram caninde yang kombinasi Joining dan birunya sangat memikat.
Tapi hari itu yang mereka temui hanya kesunyian, air, dan hutan. Terang
saja Vania mulai merasa bosan. Rasanya bukan hanya uangnya yang
terbuang percuma sebenarnya uang Aries-lengannya juga dikorbankan sia-sia untuk disakiti jarum suntik.
Kalau cuma hutan yang mau dilihat, buat apa jauh-jauh kemari" Kalimantan
juga punya hutan lebat. Tentu saja sebelum hutannya di-kapling-kapling,
pepohonannya dibabat habis, dan kayunya diselundupkan.
Untung Aries cepat tanggap. Begitu alarm berbunyi, dia langsung banting
setir. Dia minta dibawa ke suara tempat yang unik Tempat pertemuan antara
dua anak Sungai Amazon, Rio.
Negro yang hitam pekat dan Rio Solimoes yang berwarna cokelat. Tempat
pertemuan itu berjarak kira-kira sepuluh kilometer dari Manaus. Karena
perbedaan PH, temperatur dan kecepatan, sepanjang sepuluh kilometer,
kedua sungai itu berjalan beriringan tanpa bercampur.
"Seperti kita," bisik Aries mesra. Walaupun sebenarnya dia tidak perlu
berbisik. Mereka hanya bertiga di tengah kemegahan Sungai Amazon yang
membentang luas seperti laut. Dan pemandu mereka tidak mengerti bahasa
Indonesia. "Kita berbeda segalanya. Tapi cinta menyatukan kita. Dan selama
Sungai Amazon masih mengalir, cinta kita takkan pernah kering."
Lalu Aries melakukan sesuatu yang tidak terduga. Dia menceburkan dirinya
ke air sambil berteriak, "Vania, do you love me""
Selagi Vania masih tertegun bingung, pemandunya menoleh sambil
tersenyum. "Lekas jawab, Neng. Sebelum dia dimangsa piranha!"
# # * Honeymoon suite mereka terletak di sebuah lodge di tengah Hutan Amazon,
kira-kira enam kilometer dari Manaus, ditempuh melalui sungai dengan sebuah perahu kayu bermoto tempel. Jauh dari kesan indah.
Apalagi roman tis! Kabin sempit yang remang-remang, itu pun kalau listrik tidak sedang
dipadamkan untuk penghematan generator, AC zaman Dinasti Ming yang
getarannya mirip gempa delapan SR, kamar mandi berlantai semen dengan
kepala pancuran sebesar mangkuk bakso, pendeknya jauh dari kategori
hotel bintang lima setengah.
Itu pun kalau tidak ada kunjungan muhibah boa hijau, ular kobra yang
sering mengintai di sela-sela dedaunan pohon yang menaungi kabin mereka.
Jangan lupakan juga carapana, nyamuk lokal yang sering berdendang di
telinga kalau minta izin ikut masuk ke kabin. Vania harus buru-buru
menutup pintu kalau menyelinap masuk, supaya terhindar menggaruk badan
sepanjang malam. Soalnya repelen yang dibawanya dari tanah air tidak
mempan. Bukannya pergi, nyamuknya malah mampir seperti mencium
aroma terapi. Dan celakanya, ke tempat seperti inilah Aries membawa Vania berbulan
madui Kalau dibandingkan kamar ini, rasanya kamar -di nanahku lebih nyaman,
pikir Vania ge- \ mas ketika dia sedang mengguyur badannya di
bawah pancuran. Paling tidak, di sana tidak usah takut ada ular yang tiba-tiba bertamu atau kalajengking yang merayap naik ke tempat
tidur! Hiii, Vania memejamkan matanya sambil menggigil. Dan dia tidak
mendengar Aries menyibakkan tirai, satu-satu
nya pemisah kamar mandi itu
dari dunia luar. Tahu-tahu Aries sudah tegak di belakang tubuhnya. Dan
menarikan dua.jarinya di punggung Vania sampai dia memekik saking
kagetnya. Dikiranya ada osga, cecak Amazon, kirim salam.
Secepat kilat Aries memeluknya dari belakang. Memutar tubuhnya yang
basah berair. Dan memagut bibirnya untuk menghentikan pekikannya.
Sesaat Vania gelagapan mengatur napasnya. Air menyerbu hidungnya.
Memedihkan matanya. Sebelum sekujur tubuhnya terasa panas membara.
Guyuran air di kepalanya tak terasa dingin lagi. Berganti dengan gejolak
gairah yang menggelegak Tak sadar kedua lengannya naik merangkul leher suaminya. Aries
mendekapnya lebih erat lagi. Dan kedua tubuh mereka melekat rapat seperti
Rio Negro yang mengalir berdempetan dengan Rio Solimoes.
Begitu lamanya mereka bermesraan di bawah pancuran, sampai saking
capeknya jadi saksi 105 bisu, kepala pancuran yang sebesar mangkuk bakso itu jatuh tersungkur
menimpa kepala Aries. Untung dia tidak semaput.
* * * Sesudah itu, berbulan madu di hutan tidak menakutkan Vania lagi. Dia mulai
bisa menikmati suasana unik yang melingkupi mereka. Dia bahkan mulai
menyukainya. Dalam cottage-nya yang terpencil di tengah hutan, dia bisa menjerit
sepuasnya jika mereguk kenikmatan yang dipersembahkan suaminya. Tanpa
khawatir ada serigala gundul yang sedang memasang telinga di balik dinding
kamarnya. Pahhg-pahng kelepak sayap burung yang kaget mendengar
jeritannya yang terdengar di luar jendela. Atau ular yang meliuk kabur
mengira dinosaurus hidup kembali.
Sesudah bermesraan setengah harian, mereka bisa makan sepuasnya di
tengah hutan. Di restoran mirip pendopo yang memelihara lalat sebesar-besar tawon.
Di sana mereka bisa mencicipi daging ikan piranha yang tertangkap basah
sebelum mereka mencicipi daging manusia. Atau jika Vania jijik melihat
mata ikan yang melotot di atas piring itu, dia bisa mengadu kuat giginya
dengan daging ayam. E- "
Setelah makan mereka bisa menyusuri hutan untuk kembali ke kabin dan
siap masuk ring kembali. Atau menyewa perahu menelusuri Rio Negro. Atau
berjalan kaki lebih jauh lagi menerobos belukar menuju permukiman suku
Indian Caboclos. Melihat-lihat rumah mereka yang mengingatkan Aries pada
rumah penduduk di bantaran Sungai Ciliwung.
Suku Caboclos, keturunan Indian dan Portugis, masih mempertahankan
tradisi nenek moyang mereka. Pengetahuan mereka tentang hutan dan
pohon-pohon yang berkhasiat untuk makanan maupun pengobatan sangat
mengagumkan. Buah tucuma yang berwarna Jingga misalnya, digunakan untuk campuran
pembuatan es krim, permen, atau minuman. Rasanya boleh diadu dengan
lidah. Sementara minyak pohon copaiba sudah sejak lama dipakai sebagai
pembersih luka. Juga digunakan untuk pengobatan infeksi tenggorok-an,
bronkitis, diare, sampai infeksi saluran kencing. Barangkali khasiatnya
semacam antibio-tika. Tetapi guarana, tanaman asli Amazon, merupakan pohon yang paling
menarik perhatian Vania. Buahnya berwarna merah Jingga, bijinya mirip
mata manusia. _____/-""k/vlns vang mengantar mereka
ke hutan, menurut legenda, biji itu adalah mat seorang anak laki-laki
berumur lima tahui yang dibunuh oleh pamannya. Ibunya mencungkil
matanya dan menanamnya sambil memohon kepada Dewa Tupa untuk
mengembalikan hidup anaknya sebagai tanaman.
Sudah lama guarana dipercaya sebagai obat multiguna. Penurun panas.
Penghilang nyeri saraf. Bahkan bisa menyembuhkan diare. Tentu saja itu
kata pemandu wisata mereka. Bohong atau tidak, cuma dia yang tahu.
Karena makin menarik ceritanya, biasanya makin besar tipnya.
Mereka juga diajak ke witch market, pasar yang menjual obat-obatan yang
dibuat oleh paje atau dukun.
Tang mana yang bisa membuat istriku awet muda terus seperti Dayang
Sumbi"" tanya Aries j separo berkelakar. "Soalnya dia judes. Takut i cepat
tua." Tentu saja orang Caboclos itu tidak tahu siapa Dayang Sumbi, siapa
Sangkuriang. Tetapi obat untuk awet muda tentu saja mereka tahu. Sejak
dulu sampai sekarang, manusia memang tidak pernah berhenti mencari obat
awet muda. Soal manjur atau tidaknya, itu urusan belakang- j an. I
* * * Begitu banyak pilihan yang
ditawarkan oleh pemandu mereka. Tetapi pilihan
mana pun yang mereka ambil, semuanya demikian berkesan. Demikian
menantang bahaya. Dari nyamuk anofeles sampai ular anaconda, semuanya
readystock di sana. Untung jaguarnya belum diinden.
Bersembunyi dalam kesunyian sungai yang mengalir misterius. Hidup dalam
naungan ketenangan hutan lebat dengan pohon-pohon ratusan tahun yang
menjulang tinggi tegap. Sementara satwa lain seperti tidak acuh pada makhluk perusak nomor wahid
yang bernama manusia. Dari ikan piranha yang tidak peduli pada umpan di
ujung kail sampai semut yang beriringan membawa makanan di dekat kaki
Vania. Semuanya begitu magis. Begitu memesona. Seperti cinta yang diembuskan
Aries bersama semilirnya angin sepoi-sepoi basa.
Mereka seperti tidak kenal lelah menyusuri . lebatnya hutan dan beceknya
tanah. Jika Vania tampak kesulitan melangkah, Aries dengan sigap
menggendongnya melewati bebatuan licin dan belitan akar sebesar-besar
ular. Bahkan Rio Negro yang sarat misteri terutama jika dijelajahi pada waktu
malam, tidak menghalangi niat Vania untuk mengukur ke-beraniannva.
Genaerecik air sungai ketika dibelah perah mereka, kerlip bintang yang
tersenyum malu malu, tersembul di balik kerimbunan dedaunan justru
menjadi pemanis bulan madu mereka Rasanya Vania tidak mungkin dapat
melupakan nuansa yang dialaminya di sini. Sampai kapan pun.
Apalagi dia berada di sana bersama Aries Bintang Dewabrata. Suaminya yang
tak pernah sepi dari kejutan.
Ketika mereka sedang menyusuri Rio Negro pada jam sebelas malam, hanya
dengan sebuah perahu kayu kecil bermotor tempel, sengaja dia
menceburkan dirinya sampai Vania memekik ngeri. Mengira Aries yang
sedang tegak di haluan sambil berbincang dengan pemandu mereka
tergelincir dan tercebur ke air. Padahal di bawah sana sudah menanti seekor
alligator... matanya berkilauan memantulkan cahaya senter....
Tahu-tahu Aries muncul kembali sambil memegang alligator berukuran tiga
puluh sentimeter'. "Lekas naik, Ries!" teriak Vania panik. Mengira dia akan segera jadi janda.
"Jangan khawatir," pemandunya tersenyum tenang. Tidak memahami
kengerian seorang wanita yang suaminya sebentar lagi akan jadi sushi di
perut buaya. "Alligator-nya baru berumur tiga tahun."
"Dan peliharaan dia," Aries tertawa geli. "Makanya gampang ditangkap!"
Persetan! Balita ataupun ABG, buaya tetap buaya! Mereka bukan anak anjing
yang bisa dibelai-belai diberi tulang plastik! Lagi pula siapa bilang alligator
mungil itu sudah yatim-piatu" Di bawah air sana, mungkin induknya sedang
menunggu dia pulang sekolah!
"Lekas naik, Ries!" ulang Vania gemas. "Jangan cari
penyakit!" Pemandu mereka lebih dulu menolong alti-gator peliharaannya. Bukan
manusia yang membayarnya. Aries harus merangkak naik sendiri. Lengannya
luka tergores bibir perahu. Dan perahu kayu itu bergoyang-goyang seperti
hendak terbalik. Vania sudah menunggu suaminya dengan gemas. Siap menggebuk bahunya
sekuat-kuatnya kalau dia berani mendekat.
Untung jantungnya masih standar. Belum bocor. Belum karatan. Kalau tidak,
dia pasti sudah permisi pulang duluan!
Tapi Vania belum sempat memukul ketika mulutnya sudah berdesah kaget
kembali. Pemandu itu mengoyak perut alligator-nya yang masih balita itu
dan mengambil sebuah cincin yang diserahkannya kepada Aries. Tanpa ragu-ragu, Aries berlutut di depan Vania.
"Boleh memasukkannya ke jarimu, Sayang""
tanyanya lembut. "Walaupun keluar dari pena mi cincin tulen, bukan cacing
gelang!" Tidak!" teriak Vania ngeri sambil memejam kan matanya. Tidak sudi
mempunyai suami yang eksentrik dan sadis!
Buaya memang satwa ganas. Kalau ada ke sempatan, dia tidak segan-segan
menjadikan manusia santapannya. Tetapi buaya membumi untuk mengisi
perutnya yang lapar. Bukan membuka perutnya untuk mengeluarkan
sebentuk cincin kawin! Vania membuka matanya kembali ketika mendengar tawa mereka. Tawa
yang cerah Sama sekali tak ada rasa berdosa.
Manusia apa yang menjadi suaminya ini" Tega membelah perut anak buaya
hanya untuk membuat kejutan memberikan sebentuk cincin kawin"
Dengan geram Vania merebut cincin itu dari j tangan Aries. Dan siap
melemparkannya den gan jijik ke sungai.- "Jangan!" seru Aries menahan tawa. "Kamu tega membuat suamimu yang
sudah basah kuyup begini dikulum buaya atau dicium piranha ketika
mencari cincin di dasar sungai" Lihat, lenganku berdarah! ini obat
perangsang buat mereka!' I
"Nggak lucu!" bentak Vania sengit. "Kamu sadis! Aku tidak sudi memakai
cincin ini!" Vania sudah hendak melemparkan cincin itu ke sungai ketika si pemandu
menghampirinya sambil tertawa. Di tangannya dia mernegang anak alligator
yang hidup. Tiba-tiba saja Vania mengerti, dia telah dipermainkan lagi!
Aries mengambil bangkai alligator karet dari lantai perahu. Perutnya terbuka
lebar. Sama lebarnya dengan senyum Aries.
"Kurang ajar!" Vania memukul dada suaminya dengan
gemas. Sambil tertawa Aries menangkap tangan istrinya dan memeluknya dengan
hangat. Lalu dia memasukkan cincin itu ke jari manis istrinya. Bukan cincin
bermata berlian. Hanya cincin belah rotan dari emas delapan belas karat
Tapi itulah meterai cinta mereka. Nilainya tidak dapat dibandingkan dengan
apa pun. "Sepuluh tahun lagi kita akan kembali kemari," bisik Aries mesra.
"Merayakan ulang tahun perkawinan kita bersama alligator dan piranha.
Karena istriku tidak punya teman yang berbentuk manusia."
Selanjutaya hanya kegelapan dan keheningan yang menyelimuti perjalanan
perahu mereka menyusuri Rio Negro.
Aries memang penuh kejutan. Tapi di balik kejutannya, dia menyimpan
cint& yang sepanjang Sungai Amazon. Sungai sepanjang 6.515
kilometer, yang mengalir dari Peru, melirn^ hutan Brasil, dan bermuara di
Samudra Atfcm tik. Memang bukan sungai terpanjang di dunia Tapi tak
pelak lagi merupakan sungai terbesar Dan dengan sungai yang luar biasa
besar itu Aries membandingkan cintanya!
Cinta yang membuat dia rela meninggalkan segala-galanya. Orangtua.
Kemewahan. Masa depan. Selama dua minggu, ketika masih menikmati keindahan swargaloka, cinta itu
terasa begitu kokoh. Rasanya tak ada guncangan sebesar apa pun yang
mampu meruntuhkannya. Sampai tiba saatnya mereka harus kembali
menjejakkan kaki di mayapada.
Dan masalah sudah menanti.
Cinta Sepanjang Amazon Karya Mira W di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
BAB VII KAPAN dia pergi, Ries"" keluh Vania resah setelah sebulan mereka hidup
serumah bertiga. "Sabar, Van. Sebentar lagi Guntur pasti punya tempat sendiri. Kami hampir
dapat pekerjaan." Aries benar. Dia memang hampir dapat pekerjaan. Jadi sales yang
menawarkan barang. Turun-naik bus. Menjajakan barang ke rumahnunah. Tapi Vania tidak yakin dia mampu bertahan. Sudah berdesak-desakan di bus.
Mengetok pw-tu rumah orang. Kadang-kadang rumah kosong. Kadang-kadang diusir seperti pemulung. Digonggongi anjing seperti maling. Mampukah
Aries bertahan" Dan dugaannya benar. Aries hanya mampu
bertahan tiga hari. Hari keempat dia sudah
menganggur lagi. Ketika dia pindah ke perusahaan lain, dia
malah harus mengganti rugi karena barangnya hilang. Karena tidak mau
repot bolak-balik, Aries menitipkan barangnya di rumah calon pembeli.
Katanya, orang itu serius. Mau memborong barang dagangannya. Cuma hari
itu uangnya tidak cukup. Harus ambil uang dulu di ATM.
Tentu saja Aries tidak curiga. Dia percaya saja. Masa ada orang mau menipu
cuma untuk dua juta rupiah" Digebuki di penjara lebih mahal dari itu.
Tetapi ketika Aries datang lagi keesokan harinya, bukan hanya calon
pembelinya yang tidak dapat ditemukannya lagi. Barangnya juga ikut raib.
Dan ternyata rumah itu bukan rumahnya. I Orang yang katanya calon
pembeli itu cuma numpang di sana. Sial, kan" Atau bodoh.' Istilah kerennya,
kurang pengalaman. Terang saja Aries langsung dipecat. Dan disuruh mengganti rugi. Kalau tidak
mau membayar, dia akan diadukan ke polisi. Dituduh I menghilangkan
barang yang bukan miliknya. I Lebih sadis lagi akan dituntut mencuri
dagang-an yang dipercayakan padanya
Terpaksa Vania yang membayar. Siapa lagi" Daripada suaminya kena
urusan" Masuk penjara. Atau paling sial dipermak.
Tetapi Aries menanggapinya dengan enteng saja. Seolah-olah dunia masih
miliknya. Dan duit masih datang sendiri mencarinya.
"Jangan khawatir," hiburnya optimis. "Aku sedang melamar pekerjaan lagi. Di
toko play-station. Urusan game, siapa yang lebih tahu dari aku""
Ar ies benar. Dia memang paling tahu. Game apa pun dia kenal. Tapi karena
dia terlalu banyak main, hanya seminggu dia bekerja di sana. Majikannya
marah-marah karena setiap kali datang, yang dilihat cuma pegawainya yang
sedang asyik main, bukan pembeli.
"Kau digaji buat kerja, bukan buat main."" tegur bosnya judes.
"Saya kan cuma main kalau iseng! Kalau tidak ada pembeli!" bantah Aries
jengkel. Kalau ada Guntur, pasti muka bosnya yang rata itu tambah pipih!
"Ada atau tidak ada pembeli, kau tidak boleh main terus! Itu banyak
pekerjaan yang bisa kau-kerjakan! Beres-beres, bersih-bersih..."
Berantem, geram Aries gondok. Ngelas mukamu!
Hari itu juga dia minta berhenti. Daripada dibawa ke polsek karena berkelahi
dengan majikannya. I Bayangkan saja. Dia sudah bekerja seminggi Dari pukul sembilan pagi
sampai jam lima so re. Tapi bosnya menolak memberi gaji/ Keter laluan,
kan" Padahal kan dia datang pakai - ongkos! Memangnya dia bisa terbang"
"Kalau gajiku tidak dibayar, mukamu bakal mencium aspal," ancam Aries
berang. Tentu saja si pesek tidak mau mencium aspal Memangnya dia ban mobil"
"Coba kalau berani.'" balasnya galak. "Ku-laporkan sama polisi!"
Aries tahu ancaman itu tidak main-main. Dan dia tahu siapa yang menang
kalau perkara ini dibawa ke yang berwajib. Padahal bukankah dia yang telah
diperlakukan tidak adil" Tapi di mana keadilan bersembunyi kalau uang
sudah bicara" Jadi Aries terpaksa mengalah. Menelan kedongkolannya. Dan berpikir
dengan gemas, kalau saja Bapak turun tangan! Si pesek bukan i saja
mencium aspal! Dia pasti mencium terali besi!
Mana ada bos yang tidak mau membayar gaji karyawan" Biarpun dia baru
bekerja seminggu! Tapi dalam posisi Aries sekarang, dia hanya bisa pulang samba marah-marah. Semua orang dimarahi. Termasuk Guntur yang sedang main I bola di
depan rumah dengan anak-anak re- I tangga.
"Nggak ada kerjaan"" gerutunya kesaL "Bukannya ngepel malah main bola!"
Rumah masih kotor. Masih bau. Masih be-rantakan. Kalau Vania pulang nanti
malam dan melihat rumahnya masih mirip pasar kebakaran, dia pasti marah-marah.
Dia memang selalu marah kalau melihat puntung dan abu rokok Guntur
bertebaran di se^ luruh rumah. Apalagi bau rokok langsung menyengat
hidung begitu dia membuka pintu. Dan dia langsung bersin-bersin tiga kali.
"Rumahku sekarang mirip stasiun kereta api," keluhnya menahan marah.
Rumahku. Teriris hati Aries-mendengarnya. Mungkin Vania hanya kelepasan.
Terdorong rasa jengkel. Mungkin juga dia lupa. Mereka sudah menikah.
Semua dimiliki bersama. Mengapa dia masih menyebut "rumahku""
Tetapi apa lagi yang dapat dilakukan Aries" Dia kini bukan siapa-siapa.
Tidak punya apa-apa. Bahkan memprotes pun bukan haknya lagi!
"Dipecat lagi"" tanya Guntur datar ketika dia mengikuti Aries pulang ke
rumah. "Dia tidak mau membayar gajiku!" Dengan jengkel Aries menendang pintu
rumah. Tentu saja untuk melampiaskan kemarahan. Tetapi ketika pintu itu
bukan hanya terempas terbuka tapi sekaligus roboh, Aries tertegun. Yang
lepasbukan hanya engselnya. Yang rusak bukan cuma kuncinya. Daun pintu
itu remuk! Rusak total! "Lekas betulkan, Tur.'" desisnya panik. Sebelum Vania pulang!
Dibetulkan pakai apa"" gerutu Guntur kesal. "Pintunya mesti diganti!" "Harus
beli"" - "Kamu suruh aku mengemis" Atau mencuri"" "Punya uang"" "Masih di bank
bapakmu!" "Tambal saja, Tur."
Tambal pakai apa" Karton" Pintu ini hancur, Ries!"
"Putar otakmu, Tur! Jangan ngomel saja kayak nenek-nenek!"
"Putar ke mana" Kuputar otakku seperti gasing pun pintu ini tetap rusak!"
"Biasanya akalmu banyak."
"Ketinggalan di rumah," sahut Guntur antara sedih dan kesal. "Dari dulu kan
aku sudah bilang, hidup seperti ini bukan bagianmu!"
"Ini soal pintu, bukan hidupku!"
"Sudahlah, jangan pura-pura lagi. Sekarang kamu juga menyesal, kan""
"Menendang pintu sampai jebol" Tentu saja aku menyesal!"
"Menikah dengan Vania." I
Tidak. Kalau yang itu, aku tidak pernah menyesal. Aku mencintainya dengan
cinta yang sepanjang Sungai Amazon!" "Nah, lihatlah apa cintamu bisa memperbaiki
pintu ini!" Sesorean itu mereka berusaha keras. Tapi sampai Vania pulang, pintu itu
tetap tidak bisa pu lih seperti semula. Vania terenyak sesaat ketika melihat pintu rumahnya mirip pintu gubuk di
bantaran sungai. "Jangan marah dulu," pinta Aries begitu Vania masuk dan langsung bersin
ketika hidungnya mengendus bau rokok keretek yang
menyengat. Tetapi bagaimana dia tidak marah" Bukan hanya abu rokok yang bertebaran
di mana-mana. Bukan cuma Guntur yang sedang merokok dengan nikmatnya
di sofa. Sekarang dia tidak sendirian. Aries juga ikut merokok!
Dalam keadaan seperti ini, dia memang perlu nikotin untuk menenangkan
sarafnya. Tetapi Vania mana mau mengerti"
Kemarahannya sudah langsung meledak. Capek-capek pulang kerja, pintu
rumahnya rusak. Rumah kotor dan bau. Suaminya dan sahabat karibnya
sedang enak-enakan merokok Tanpa berkata apa-apa dia membanting
tasnya. Membuka sepatunya dan melontarkannya ke sudut ruangan.
Biasanya Vania selalu rapi. Bersih. Teratur Biar kecil rumahnya selalu apik.
Tentu saja itu dulu. Sebelum dia memelihara dua ekor mo nyet.
Begitu rapinya dia sampai kadang-kadang Aries stres. Coba saja pikir. Kalau
punya istri yang tidak bisa melihat baju kotor bertebaran di lantai kamar.
Padahal itu kebiasaan Aries dari kecil. Dia selalu punya mesin kaki dua yang
memunguti sampahnya. Bukan itu saja. Vania tidak bisa melihat barang yang diletakkan tidak pada
tempatnya. Apalagi yang berantakan ke mana-mana. Begitu juga lukisan atau
foto yang tergantung miring. Asimetris sedikit saja sudah dibetulkannya.
"Obsesif kompulsif!" gerutu Guntur gemas. Tentu saja di belakang Vania. Di
depannya berarti diusir dari rumah.
Padahal Guntur tahu sekali, kalau ada perlombaan memberantakkan barang,
Aries-lah juaranya. Dia meletakkan barangnya di mana saja. Bukankah selalu
ada orang yang bertugas mengembalikan barang itu ke tempatnya semula"
Nah, buat apa repot-repot"
"Sori," desah Aries sambil menghela napas berat ketika dia menyusul istrinya
ke kamar. Rokok tentu saja sudah dipadamkannya di luar. Ikut masuk ke
kamar berarti memaklumkan perang.
"Aku sudah capek," tukas Vania dingin. Dia. sedang menukar bajunya tanpa
menoleh sekilas pun pada suaminya. Ganti baju sepulangnya ke
rumah memang sudah menjadi rutinitas baginya. "Tidak tahu lagi harus
bagaimana." "Aku dipecat."
Tidak heran. Mana ada majikan yang mau memakai karyawan seperti
suaminya". Mereka harus punya jantung cadangan kalau punya pegawai
seperti dia! "Si sialan itu tidak mau membayar gajiku." Tentu saja," potong
Vania gemas. "Kamu baru kerja seminggu!"
Aries duduk di tepi ranjang dengan lesu. Tubuhnya terasa lemas. Letih
setelah sia-sia memperbaiki pintu. Dan dia terpaksa mengangkat pinggulnya
lagi ketika melihat mata istrinya melebar.
Aries tahu sekali kenapa Vania mendadak melotot. Apa lagi. Pasti dia takut
kuman-kuman dari celana kotor suaminya bertransmigrasi ke kasurnya.
Jadi dengan lesu Aries merosot ke lantai. Duduk di sana seperti si Belang
menunggu kepala ikan. Dan Vania tidak menyuruhnya bangun. Tidak berkata dengan manis, nggak
apa-apa duduk di ranjang, Sayang! Tidak memeluknya dengan iba seperti
waktu mereka baru menikah dulu.
Tidak menghiburnya dengan lembut, tidak dipecat. Besok kamu bisa cari
kerjaan lain. "Besok aku cari kerjaan lain," pancing Aries dengan suara senyeri ditikam
sembilu. Tidak ada sambutan. Sepotong kalimat ini seperti lagu basi yang sudah
bosan didengar telinga istrinya. Vania tidak memperlihatkan rasa iba. sedikit
pun. Parasnya membeku seperti mumi.
"Besok aku cari kerjaan apa saja," sambung Aries pedih. Kali ini suaranya
benar-benar melukiskan sakit hatinya. "Cuci piring di dapur restoran juga
aku mau." "Jangan," cegah Vania datar. "Kalau kompornya meledak, restorannya
kebakaran, kamu masuk penjara." Lalu sambil melangkah keluar kamar
disambungnya pedas, "Dan aku tidak sanggup mengganti kerugian. Belum
setahun menikah, aku sudah kehilangan empat kom puter."
Bles. Kali ini pisaunya benar-benar menikam jantung. Darahnya membanjir
tak terbendung lagi. Sakitnya tidak terperi.
Perempuan yang dicintainya dengan cinta sepanjang Amazon, Yang
membuatnya rela meninggalkan orangtua dan semua kemewahan yang
mereka berikan. Perempuan seperti inikah
yang dinikahinya dengan mengorbankan segalanya"
Di mana cinta Vania bersembunyi" Benarkah dia mencintai suaminya" Atau
sudah pudarkah cinta itu dilunturkan penderitaan"
Belum setahun menikah, aku sudah kehilangan empat
komputer. Di mana ada istri yang membandingkan usia pernikahan dengan komputer"
Memang Vania terpaksa menjual komputer-komputernya untuk membiayai
rumah tangga mereka. Untuk mengganti kerugian kalau Aries berbuat salah.
Untuk membeli rokok keretek Guntur. Tapi kata-katanya sungguh tidak
pantas! Sangat menghina! Menyakitkan!
Aries keluar dari rumah itu tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Guntur
yang sedang dimarahi Vania karena mengajak Aries merokok, buru-buru
mengejarnya. "Mau ke mana, Ries"" Jangankan menjawab. Aries menoleh pun
tidak. Dia melangkah gontai menjauhi rumah. Saat itu kilat menyambar
"seperti sebuah pertanda. Tetapi Aries tidak peduli. Dia melangkah terus.
"Kamu menyiksanya," geram Guntur sengit. Dia dapat merasakan sakitnya
hati Aries. "Kamu sendiri tidak"" balas Vania sama pedasnya.
"Aku"" belalak Guntur. Tatapannya membara. Matanya membeliak gusar.
Sejak tinggal di ru- mah Vania, dia memang sudah mencopot kacamata hitamnya. Vania alergi
melihatnya. "Aku salah apa""
"Kamu menambah berat bebannya! Bukan membantu malah menyusahkan!"
"Maksudmu dengan menumpang di sini"desis Guntur tersinggung. "Dan
mengangguri" "Aku harus kerja apa"" Kerjaku selama ini hanya mengawal Aries! Tapi siapa
yang buruh pengawal di tempat semacam ini" Anjing saja banyak yang
nganggur di luar! "Cari! Jangan .enak-enakan di rumah! Memang nasi datang sendiri kalau
tidak dicari"'' Dirilah,judesnya!Tapi dari dulu juga mereka sudah tahu betapa
judesnya gadis yang satu im! Tapi Aries tetap juga mengejar-ngejar dia!
Sekarang beginilah akibatnya. Aries sangat menderita. Hidupnya penuh
kepahitan. Tinggal di ramah bobrok. Tidak punya mobil. Boro boro mobil,
sepeda saja tidak punya! Mana hidup manis seperti kolak yang diimpi kannya" Aries seperti tercebur
ke kubangan. Lumpur pekat semaian hari semakin dalam me
nenggelamkannya! "Seharusnya kamu tidak menikah dengan
dia." Korang ajar, geram Vania sengit. Sekarang parasit im mengajari aku!
"Seharusnya kamu tidak jadi parasit di rumah ini!"
"Aku cuma tidak tega meninggalkan Aries
sendirian!" "Dia tidak sendirian! Aries sudah menikah! Dan dia tidak perlu lagi
pengawal!" "Kamu akan menyesal." "Kehilangan kamu" Barangkali cuma
tukang rokok di ujung gang itu yang menyesal!"
"Sebelum bertemu kamu, hidup Aries sangat bahagia." "Dan tidak berguna."
"Sekarang dia begitu menderita." "Begitu dia bilang sama kamu"" "Lebih baik
dia pulang ke rumah .orangtua-nya."
"Tidak sebelum melangkahi ambang perceraian."
"Kamu benar-benar kejam!" "Kejamkah istri yang memberi makan suami dan
teman suaminya"" "Kenapa kamu bangga sekali memberi makan
kami"" "Kenapa kamu tidak malu jadi parasit di ru mah ini""
"Kalau kamu betul-betul mencintai Aries, mestinya kamu rela menderita
untuk dia! Tidak mengeluh karena suamimu menganggur!"
Kalau kamu sayang padanya, kenapa menjadi bebannya seumur hidup" Kamu muda kuat, terpelajar. Kenapa tidak
berusaha cari kerjaan""
"Kalau aku pergi, kamu janji akan memperlakukan Aries lebih baik""
"Memangnya kamu siapa sampai aku harus berjanji di hadapanmu""
Guntur sangat marah sampai tidak mampu mengucapkan sepatah kata pun.
Kejengkelan yang tertimbun di dadanya seperti tidak mampu dibendungnya
lagi. Kemarahan itu meledak dalam sebuah tamparan ke pipi Vania.
Baru ketika melihat Vania terjajar mundur, Guntur sadar apa yang telah
dilakukannya. Dia telah memukul istri Aries!
Ketika Guntur bergegas mengulurkan tangannya untuk menangkap tubuh
perempuan itu, Vania membalas mengayunkan tangannya ke pipi Guntur.
Rasa sakit yang membakar pipinya membuat darahnya bergolak lagi. Guntur
sudah meng- angkat tanganya umtuk memukul lagi ketika tiba tiba di batalkanya.dan dia
terlambat mengantisipasi gerakan perempuan luar bisa ini,karenadalam
Cinta Sepanjang Amazon Karya Mira W di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
waktu sempit itu vania telah mengayunkan kembali tanganya kepipi guntur.
ketika ia hendak memukul lagi,guntur menangkap lenganya
danmenguncinya,vania mero nta dengan buas untuk membebaskan diri. Tapi Guntur tidak
melepaskannya lagi. Dia menelikung kedua belah lengan Vania dan mendorong tubuhnya dengan
kasar sampai punggungnya membentur dinding di belakangnya. Vania
merasa punggungnya dikoyak rasa sakit yang menggigit. Tapi dia tidak
mengaduh. Dia masih berusaha meronta ketika, tiba-tiba Guntur melakukan
sesuatu yang tidak disangka-sangka. Guntur memagut bibirnya dengan kasar
dan mengulumnya. Sejenak Vania terkesiap. Ciuman itu begitu berbeda dengan ciuman Aries
yang lembut membelai. Ciuman ini bukan hanya kasar. Sekaligus menguasai.
Ciuman seorang jantan... BAB VIII GUNTUR merupakan generasi ketiga penjaga keamanan di pabrik rokok
mihk keluarga Bintang Dewabrata. Karena kesetiaannya, Pak Broto, ayah
Guntur, abadikan pengawal pribadi Titah. Dan diberi rumah di belakang
rumah besar mereka. Tentu saja bukan rumah sebagus dan semewah rumah majikannya. Hanya
sebuah rumah sederhana berukuran tiga enam dalam kompleks perumahan
karyawan pabrik rokok milik Bintang Dewabrata.
Di rumah itulah Guntur dibesarkan. Dalam aroma pengabdian yang kental
Sejak kedi, Guntur dan Aries sudah bersahabat. Ke mana pun mereka pergi, mereka selalu pergi berdua. Jarang
menemukan Aries seorang diri, tanpa Guntur.
Ketika meningkat remaja, Guntur bukan hanya menjadi sahabat Aries. Dia
sekaligus menjadi pengawalnya. Tidak ada orang yang bisa mengganggu
Aries kalau di sana ada Guntur.
Begitu tak terpisahkannya mereka sampai Guntur lupa, suatu saat dia harus
membiarkan temannya melangkah seorang diri. Tidak mungkin membawa
seorang sahabat ke sebuah pernikahan. Karena kehadiran Guntur malah
membuat rumah tangga Aries tambah kacau.
Pertengkaran antara Vania danAries menjadi lebih kerap dengan adanya
Guntur di rumah mereka. Karena setiap kali Vania mengeluh, Aries selalu
membelanya. Dan semakin sering Aries membela sahabatnya, semakin benci
juga Vania kepada Guntur.
Mula-mula dia memang tidak keberatan Guntur tinggal bersama mereka.
Karena jauh dalam hatinya, sebenarnya Vania juga mengagumi kesetiaan
Guntur. Dia memilih ikut menderita bersama sahabatnya daripada mengabdi
kepada orangtua Aries. Padahal pilihan yang terakhir itu lebih memiliki masa
depan. Tetapi lama-kelamaan Vania gerah juga. Guntur tidak pernah berusaha
mencari pekerjaan. Malas. Jorok. Dan asap rokoknya mengelu terus seperti kereta api tua.
Guntur juga tidak pernah menyukai Vania. Dari pertama kali berkenalan, dia
sudah sebal melihat gadis itu. Sudah angkuh, judes, lagi, Heran Aries justru
tergila-gila padanya sampai lupa pada hobi lamanya. Berganti cewek tiap
seratus hari. "Aku jatuh cinta padanya, Tur," kata Aries terus terang ketika Guntur
menanyakannya. "Kira-kira, Ries. Begitu banyak pilihan, kenapa justru miiih dia""
"Aku kan tidak milih cewek minus satu, Tur! Vania kurang apa lagi" Cantik,
cerdas, ulet, dan lain-lain."
"Cantiknya cuma tujuh setengah, Ries. Tapi judesnya tujuh ribu volt!" Aries
tertawa geli. "Justru karena itu aku tergila-gila padanya, Tur. Dia beda. Model yang sudah
jarang diproduksi! Punya harga diri' Tidak silau melihat kekayaanku."
"Siapa bilang" Dia kan tidak butaf Dia tahu siapa kamu, apa merek
mobilmu!" "Dia malah tidak bisa membedakan mobilku dari mobil di sebelahnya!"
"Cewek bloon seperti itu yang kamu kejar-keiar sampai tersandung"" 'l
"Kesasar pun aku tidak takut! Aku akan mengejarnya ke mana pun dia lari!"
"Dia tidak bakal lari! Karena tidak ada yang
mengejarnya kecuali kamu! Cowok ngeri sama
cewek galak seperti dia!"
"Cewek kayak dia merangsang untuk ditaklukkan!"
Mula-mula Guntur menanggapinya dengan sinis. Tetapi hari ini, rangsangan
itu justru menyerangnya. Ketika Vania melawan dengan ganas, dia tergugah
untuk menaklukkan perempuan buas itu.
Diangkatnya tubuh perempuan itu. Dibantingnya ke atas sofa. Lalu
dipaksanya menyerah. Pada mulanya, memang hanya nafsu. Tetapi tatkala Vania memberikan
sesuatu yang belum pernah dirasakannya seumur hidup, Guntur tiba-tiba
menyadari, dia sudah jatuh cinta.
Mungkin cinta itu sudah lama tumbuh di hatinya. Cinta yang selalu
dikuburnya dalam kumparan kebencian. Cinta yan
g tumbuh di bawah sadarnya. Yang tak pernah muncul ke permukaan. Karena wanita yang diam-diam dicintainya itu istri Aries, sahabat karibnya. Majikannya. Junjungan
hidupnya! Sekarang Guntur baru percaya. Batas antara cinta dan benci itu hanya secarik
selaput tipis! Malam itu hujan turun dengan lebatnya. Gun tur sudah lama mencari Aries.
Karena dia belum pulang juga meskipun malam sudah larut.
Menjelang tengah malam, dia akhirnya menemukan sahabatnya. Di rumah
biliar dekat kampus. Aries bukan hanya sedang main. Dia juga sudah
setengah mabuk. Sodokannya serba-kacau. Tetapi dia memukul terus.
Jam tangannya sudah ludes. Bahkan cincin : kawinnya sudah digadaikan.
"Pulang, Ries," kata Guntur sambil menyentuh bahunya.
Aries menoleh. Dan melihat wajah sahabatnya basah kuyup. Air hujan masih
mengalir dari kepalanya yang botak. Tetapi bukan itu yang membuat Guntur
tampak berbeda. Ada sesuatu di matanya. Di wajahnya. Sesuatu yang coba
disembunyikannya. "Pulang ke mana"" Aries separo meracau. "Ke rumahmu.
Ke mana lagi." "Apa aku punya rumah"" Guntur menarik napas. Dan dia
merasa dadanya salat Dia memang sudah merasa nyeri setiap kali menghela
napas sejak meninggalkan rumah.
"Kuantarkan kamu milang." s m m____
perti menahan sakit. Yang sakit memang bukan
hanya dadanya. Tapi seluruh tubuhnya. Yang perih bukan hanya bekas
cakaran Vania. Hati* nya juga. "Kamu tidak ikut pulang"" Aries melihat
betapa muramnya wajah sahabatnya. Tapi bukan itu saja. Dia seperti tidak
berani membalas tatapannya. Berusaha memalingkan mukanya.
"Kenapa" Vania mengusirmu"" desak Aries marah.
"Aku hanya tidak ingin lagi menjadi sumber
pertengkaranmu." "Kami sudah bertengkar biarpun tidak ada
kamu!" "Rasanya sudah saatnya aku pergi...." Karena aku memang tidak berani
kembali! Tidak berani melihat Vania lagi!
"Hei!" Pria bertubuh tegap bergaya preman itu menggebrak meja biliar
sampai bola menggelinding ke sana kemari. Sebuah bola terpental masuk
lubang. "Mau main apa ngobrol""
Aries melemparkan tongkat biliarnya ke atas meja. Lalu tanpa berkata apa-apa dia melangkah ke pintu. Guntur mengikutinya dari belakang. Dia sudah
bertekad mengantar Aries pulang. Mengawalnya sampai ke rumah. Tetapi
hanya sampai di depan pintu. Dia tidak mau masuk. Tidak berani membalas
tatapan Vania. Dan tidak mau tinggal di rumahnya lagi.
Apa yang dilakukannya sudah keterlaluan Dia seperti anjing yang menggigit
kaki majikan nya sendiri! Atau mungkin bukan kaki. Dia sudah menggigit
leher Aries! Aries yang menampungnya di rumah itu. Dia menerimanya dengan tulus. Dia
bahkan rela bertengkar tiap hari asal bisa memberi sahabatnya tempat
berteduh! Lalu apa balasannya" Sahabatnya memerkosa istrinya!
Karena sedang gundah, Guntur terlambat mengantisipasi gerakan pria
bertampang junkie yang tiba-tiba merenggut bahu Aries itu.
"Mau ke mana"" bentaknya sambil mendorong tubuh Aries dengan kasar.
"Bayar dulu utangmu baru pulang!"
Aries yang sudah separo mabuk tidak mampu mempertahankan diri. Dia
terhuyung menabrak tubuh Guntur yang melangkah di belakangnya.
Dengan gesit Guntur menangkapnya. Dan menyisihkan tubuh Aries ke
samping. "Jangan ganggu dia!" ancamnya sambil maju ke depan.
"O, ya"" Seringai ejekan yang menyakitkan tergurat di bibir yang bebercak-bercak nikotin itu. "Kalau aku mau mengganggu dia, kau mau j apa"
Membela pacarmu""
Dengan sudut matanya Guntur melihat tiga
| orang menghampiri mereka. Dia sudah merasakan gelagat berbahaya itu.
Dalam keadaan biasa, dia tidak gentar. Tapi saat im, Aries sudah separo
mabuk. Dan tampaknya mereka mengincar dia.
"Biarkan dia pulang. Dia mabuk. Urusan lain, kita selesaikan di luar."
Keempat orang yang sudah mengepung mereka itu tertawa terbahak-bahak.
"Dengar, jagoan!" Laki-laki yang mendorong Aries itu mengulurkan
tangannya untuk merenggut leher Guntur. "Pacarmu tidak boleh pergi
sebelum melunasi utang-utangnya!"
Tetapi Guntur bukan Aries. Kalau dildranya bisa merenggut Guntur semudah
dia merenggut Aries tadi, dia salah besar.
Guntur bukan saja dapat mengelak dengan gesit. Dia malah balas memukul.
Dan pukulannya begitu keras. Begitu cepat tak terduga. Sa
mpai lawannya terpukul telak. Ketika melihat temannya roboh hanya dengan satu pukulan saja, ketiga
orang im langsung maju mengeroyok Guntur.
Aries sudah setengah mabuk. Tetapi dia masih sadar. Melihat Guntur
dikeroyok, dia langsung menyambar botol kosong bekas minumannya tacli.
Dan diayunkannya ke kepala lawan vang paling dekat. Lelaki itu langsung
ambruk. Tubuhnya ter- Jculai seperti pohon tumbang. Jatuh dengan kedua lututnya membentur
lantai. Melihat kejadian itu, pria yang tadi dipukul Guntur menghunus pisaunya.
Dan menikam Aries. Saat itu, Guntur melakukan tindakan yang akan disesah" Aries seumur
hidupnya. Dia melemparkan tubuhnya ke depan Aries.
Vania tidak bisa memejamkan mata sekejap pun. Bukan hanya karena
menunggu suaminya pulang. Tetapi karena bayangan peristiwa itu tak mau
lenyap dari benaknya. Mula-mula dia memang melawan. Dia merasa marah. Merasa jijik. Merasa
terhina. Tetapi ketika Guntur terus memaksa, akhirnya Vania menyerah. Dan dalam
penyerahan itu, entah dari mana datangnya perasaan itu, Vania tidak henti-hentinya mengutuki dirinya sendiri, dia merasa nikmat....
Kenikmatan yang berbeda dengan yang dirasakannya ketika sedang memadu
cinta dengan suaminya. Ini bukan cinta. Ini hanya gairah. Tapi mengapa
sensasinya tak kalah nikmatnya"
Aries memberikannya dengan lembut. Membelainya dengan cinta yang
hangat dan murni. Ibarat angin, dia melakukannya seperti angin buritan yang tenang. Yang
mendorong biduk cinta mereka mengarungi segara yang beriak
halus. Yang diberikan Guntur sungguh berbeda. Dia menerjang dengan kasar.
Mengoyak. Merampas. Menggilas. Ibarat badai yang mengombang-ambingkan
bahtera di laut penuh gelombang
pasang. Tetapi mengapa bukan hanya angin yang sepoi-sepoi basa saja yang
menyejukkan" Mengapa bahkan topan yang menggulung dahsyat dapat
membangkitkan gairah"
Aku sakit! Sambil tidak henti-hentinya mengguyur tubuhnya di kamar mandi,
tidak henti-hentinya pula Vania menyesali diri. Memaki. Mengutuki
kebiadabannya. Di mana ada perempuan yang merasa nikmat diperkosa"
Celakanya, Guntur seperti memahami perasaannya. Kalau mula-mula dia
memaksa, Belakangan dia hanya membimbing. Dan mereka bersama-sama
menelusuri kota terlarang itu/ Bersama-sama mencicipi anggur yang tak
boleh mereka teguk. Bersama-sama merengkuh kenikmatan yang tak boleh
mereka gapai. Dan bersama-sama terkapar dalam penyesalan ketika
kesadaran mengempaskan mereka ke alam nyata kembali! Malam itu Vania
memang menunggu Aries pulang. Tapi di balik penantiannya, sebenar-dia berharap Aries dan Guntur
tidak usah kem! bah ke rumah malam ini. Karena dia tidak sanggup melihat
mereka. Tidak berani membalas tatapan suaminya!
Bagaimana kalau Aries melihat lebam di le ngannya" Di bagian dalam
pahanya" Bagaimana harus menyembunyikan luka di bibirnya, bahkan di
payudaranya" Apa yang harus dikatakannya" Bukankah lebih baik kalau
malam ini Aries tidak pulang"
Dan memang. Malam itu, harapan Vania terwujud. Aries tidak kembali ke
rumah. Karena Guntur pun tidak pernah pulang ke rumah itu lagi. Dia pergi
ke rumah yang lebih indah.
BAB IX DOKTER tidak berhasil menyelamatkan nyawa Guntur. Perutnya koyak
ditoreh pisau belati. Darahnya membanjir. Ususnya terburai.
Bahkan air mata dan suara Aries tidak dapat membangunkan sahabatnya.
Padahal kapan Guntur pernah tidak datang jika Aries yang memanggilnya"
Ketika Aries memeluknya setelah Guntur terkapar berlumuran darah, hanya
sebaris kalimat yang sempat diucapkannya. . .
% "Bukan salahnya... dia sangat mencintaimu...."
Tapi saat itu Aries tak mampu ^rn^. Yang ada di depan matanya hanya
sahabat ka- ribnya yang sedang meregang nyawa. Sahabat yang mengorbankan diri untuk
menolongnya. "Kenapa kamu lakukan itu, Tur"" ratap Aries pan.
Ya, kenapa Guntur melakukannya" Aries memang sudah separo mabuk Tapi
dia masih bisa berkelit Masih mampu membela diri! Mengapa Guntur seolah-olah sengaja membuang dirinya ke depan pisau terhunus" Untuk
menyelamatkan sahabatnya" Atau... dia sengaja... membunuh diri"
Tidak seorang pun yang tahu alasannya. Tidak juga Aries. Dia tetap
berpendapat Guntur mengorbankan nyawanya untuk menyela
matkan sahabatnya. Untuk apa dia membunuh diri"
Guntur mati karena Aries! Karena dia telah menukar nyawanya dengan
nyawa majikannya! Dan penyesalan itu terus menghantui Aries seumur
hMupnya. Kalau dia tidak mabuk... kalau dia tidak main biliar:,, kalau Vania tidak
mengusir Guntur! Menyakiti hatinya. Mungkin malah menghina dia!
"Maafkan aku, Tur," bisik Aries dengan air mata berlinang ketika dia sedang
bersimpuh di sisi jenazah sahabatnya. "Seharusnya kudengarkan kata-katamu dulu... dia bukan cewek yang cocok untukku...."
Tapi apa lagi yang dapat kulakukan" Aku begitu mencintai Vania, seperti apa
pun kejamnya dia! Keesokan harinya Aries langsung membawa jenazah Guntur ke rumah
orangtuanya. Ketika sedang terguncang-guncang di samping mayat
sahabatnya di dalam mobil, air mata Aries tak mau kering menggenangi
matanya. Tetapi ketika mendengar ratapan ibunya, ketika mendengar desah
lirih ayahnya, air mata Aries meleleh tak tertahankan lagi.
"Ketika kamu masuk universitas, Bapak kira kamu bakal jadi orang, Le.
Orang terpelajar. Orang pintar. Orang terhormat...."
Lelaki separo baya itu tersungkur di samping jenazah putranya. Sementara
istrinya tak mau juga melepaskan jenazah Guntur dari pelukannya. Dia
melolong. Meratap. Menangis tersedu-sedu.
Tapi tidak seorang pun menyalahkan Aries. Tidak seorang pun menyesali
kepergian Guntur ^ untuk menyelamatkan majikannya.
Hari itu, Aries melihat sesuatu yang selama ini tidak pernah dilihatnya.
Sesuatu yang sejak dulu ada di depan matanya tetapi tak pernah tampak.
Cinta Sepanjang Amazon Karya Mira W di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Pengabdian. Pengabdian orang-orang seder hana yang digaji ayahnya. Yang
rela mengabdi, kan hidup dan mati mereka untuk majikan.
Ketika mendengar tewasnya Guntur, Titah Bintang Dewabrata sangat
terperanjat. Tetapi ketika mengetahui apa penyebab kematiannya, dia
tersentuh. Tergugah. "Guntur mati demi Aries," desahnya gemetar. "Dia sudah menjalankan
tugasnya. Dia mati terhormat."
Titah memerlukan datang sendiri ke pemakaman. Padahal biasanya mana
pernah dia menghadiri pemakaman pegawainya, berapa lama pun mereka
sudah bekerja untuknya. Dia bahkan langsung berniat menghadiahkan
sebuah rumah beserta isinya untuk ayah Guntur.
Tentu saja bukan rumah sederhana di kompleks karyawan. Rumah yang
bakal dihadiahkannya sebuah rumah yang cukup besar walaupun tidak
tergolong mewah. Letaknya juga bukan dalam kompleks pabrik rokoknya.
"Jangan anggap sebagai hadiah," katanya brih kepada ayah yang berduka itu.
"Anggaplah sebagai ucapan terima kasih."
Titah mengatakannya segera sesudah pemakaman berakhir. Ketika semua
pelayat telah meninggalkan tempat itu. Dan kesunyian kembali merebak.
Hanya tinggal keluarga Guntur yang masih berkumpul di sana. Jumlahnya
pun tidak banyak. Mereka masih berusaha menghibur ibu Guntur.
Titah menepuk bahu Pak Broto dengan lembut. Meskipun sedang berduka,
sentuhan tangan majikannya, sesuatu yang belum pernah dirasakannya
selama ini, mampu mengurangi sedikit kesedihannya.
Lalu Titah menghampiri putranya. Aries masih tepekur di depan gundukan
tanah merah. Matanya masih berlinang air mata. Dia tidak menoleh. Tidak
menyapa. Tanpa berkata apa-apa, Titah meletakkan tangannya di bahu putranya.
Aries menoleh. Ketika matanya bertemu de-Jigan mata ayahnya, dia seperti
melihat dunianya yang lama. Dan untuk pertama kalinya dia menyadari,
betapa damainya dunianya yang dulu. Dunia yang telah lenyap bersama
masa lalunya. Seperti mengerti perasaan putranya, Titah memeluk Aries. Pelukan itu
seolah-olah berkata, jangan takut, anakku. Akan kukembalikan duniamu
yang hilang. Akan kuberikan kebahagiaan yang selama ini menjadi milikmu.
Karena sekarang kamu sadar, hanya ayahmu yang dapat memberikannya!
* * # Hari itu juga, Titah membawa anaknya pulang.
Ibu Aries yang sudah lama menunggu anai yang hilang itu, langsung
memeluknya sambil menangis. Tangis itu bukan hanya tangis keharuan
karena anaknya sudah kembali. Tetap juga ekspresi syukur karena dia bisa
kembali dengan selamat. Taurina bisa memaklumi perasaan orangtua nya. Dia mengucapkan selamat
datang kembali kepada adiknya.
"Dulu aku sudah bilang, jangan takut berbuat salah. Karena kapan pun
kamu kembali, Bapak-Ibu pasti menerimamu."
Tetapi Sagitaria tidak dapat memaafkan adiknya.
"Dia harus belajar konsekuen," katanya dingin. "Jangan jadi anak-anak terus.
Kalau setiap kau" jatuh dia menangis, lalu Ibu datang menggendongnya,
kapan dia bisa dewasa""
Tetapi siapa yang peduli" Ayah-ibunya sedang amat gembira. Aries kembali
dengan selamat ke rumah. Apa lagi kebahagiaan yang lebih besar dari itu"
Jika dia tewas bersama Guntur, apa lagi artinya harta yang mereka
kumpulkan" Karena harta yang sebesar apa pun tak mampu lag,
membangunkan yang sudah mati! J &
Ibu Aries berniat memberikan uang kepada ibu Guntur sebagai ucapan
terima kasih. Tetapi ibu Guntur menolak.
"Sudah cukup rumah yang diberikan Bapak, Bu. Saya rasa Guntur juga tidak
ingin saya menerimanya. Ketika berumur lima belas tahun, Guntur pernah
bilang, dia rela mati untuk Aries. Sekarang dia telah memenuhi janjinya. Dia
mati demi melindungi majikannya."
"Aries bukan cuma majikan," gumam ibu Aries lirih. "Mereka bersahabat
sejak kecil. Saya tahu mereka saling menyayangi. Aries begitu kehilangan
Guntur. Sampai sekarang dia belum mau bicara."
* * * Vania mendengar berita itu pertama kali dari Arifin. Saat dia memasuki
kampus, Arifin tergopoh-gopoh menghampirinya. Parasnya tegang seperti
dikejar penagih utang. Kacamatanya melorot ke hidung. Untung yang
melorot cuma kacamatanya. "Sudah dengar"" tanyanya serius sekali. "Dengar
apa"" nada suara Vania skeptis seperti biasa. Kalau Arifin yang bawa info,
biasanya beritanya tidak pernah bagus. Lagi pula suasana hatinya sedang
tidak enak. Aries tidak pulang. Dan Guntur...
"Guntur mati/" Vania berhenti melangkah. Dia tertegun, r*, enyak seperti tiba-tiba disihir
jadi batu. "Aku tidak bercanda/" sambung Arifin cepat-cepat ketika dilihatnya
pancaran berbahaya Jte-luar dari mata Vania.
"Jangan main-main/" bentak Vania gemetar. "Kamu ngomong apa sih""
"Guntur mati/ Ditikam anak geng di rumah biliar/ Sekarang teman-teman
lagi pada lce sana/ Mereka mau mengobrak-abrik tempat itu/"
Kepala Vania seperti diguyur seember air es. Dinginnya terasa sampai ke
kaki. "Aries"" tak terasa nama itu terucap di bibirnya yang
gemetar. "Aries sedang membawa pulang mayat Gun- I tur. Dia tidak pamit""
Aries bahkan tidak pulang/ Tidak memberi f kabar sama sekali/
"Aries tidak pulang"" desak Arifin dalam I nada menyelidik. I
Vania sedang berduka. Sedang shock. Tapi f dia benci sekali melihat cara
Arifin menatapnya. \ Dan dia tidak merasa perlu menjawab pertanyaannya.
Aries memang tidak pulang. Tapi bukan itu j I saja. Guntur... Ya Tuhan/
Benarkah Guntur... I mati" f
Tak sadar bayangan adegan mesra di rumah-I nya terlintas kembali di
depan matanya. Guntur begitu perkasa. Begitu menguasai. Cumbuan-I nya
begitu panas. Begitu membara.... Sekarang dia sudah mati" Sudah jadi
mayat" Sudah terbujur kaku"
Vania masih dapat membayangkan kebahagiaan yang mehimuri wajah
Guntur. Selama setahun lebih mengenalnya, Vania belum pernah melihat
wajah Guntur secerah itu. Biasanya tampangnya selalu dingin. Seram.
Menakutkan. Dan kebahagiaan itu ternyata kebahagiaan terakhir yang pernah diraihnyal
"Maafkan aku," itu kata-katanya yang ter-aldiir sebelum meninggalkan
rumah. Ketika kebahagiaannya berganti dengan rasa bersalah yang
menyiksa. Ketika kesadaran atas apa yang telah mereka lakukan tiba-tiba
muncul ke permukaan. "Tidak seharusnya aku merampas milik Aries!"
"Kamu bukan hanya merampas," sahut Vania gemetar. "Kamu
membunuhnya!" Dan itu bukan salahmu seorang! Aku juga ikut bersalah. Karena aku ikut
menikmatinya! Jika Aries sampai tahu... masih sanggupkah jiwanya yang belum dewasa itu
menerimanya" Sahabat karib yang sangat disayanginya. Istri yang dicintainya
dengan cinta sepanjang Sungai
Amazon. Mereka berselmgkuh! Tapi... berseling, kuilkah namanya diperkosa"
Guntur mengasarinya. Memaksanya menyerah/ Guntur yang seria. Sahabat
Aries yang terbaik.... Betapa terpukulnya Aries dikhianati oleh orang
kepercayaannya/ Aku tidak sanggup mengatakannya, pikir Vania getir. Aku bahkan tidak
berani membalas tatapannya/
Tapi jika aku tidak mengakui dosaku, bagai
mana aku dapat melanjutkan
hidupku sebagai istri Aries"
Puluhan mahasiswa berbondong-bondong mendatangi rumah biliar itu. Siap
meluluhlantakkan segalanya. Bahkan Agung dan teman-temannya ikut dalam
rombongan yang marah itu. Sia-sia Rektor yang tergopoh-gopoh datang ke
kampus mencoba menasihati mereka.
Aries dan Guntur memang sudah hampir setahun tidak kuliah. Tapi mereka
masih terdaftar sebagai mahasiswa di sana. Dan berita kematian Guntur
menyebar dengan cepat ke seluruh kampus. Menimbulkan kegeraman yang
luar biasa. "Sudah lama tempat itu menjadi tempat maksiat/" cetus seorang mahasiswa
bersemangat I sekaii. Di mana-mana memang selalu ada provokator. "Dan tempatnya
terlalu dekat dengan " kampus kita!"
"Kalau kalian merusak tempat itu, apa bedanya kalian dengan preman""
suara Rektor yang biasanya berwibawa kini tak ubahnya angin lalu. Hilang
ditelan teriakan kemarahan. "Kasus ini sudah ditangani polisi. Jangan
menimbulkan kerusuhan!"
Dan kerusuhan memang hampir terjadi ketika polisi yang sudah mencium
aksi itu dan berjaga-jaga di sana, hampir saja bentrok dengan rombongan
mahasiswa yang datang berbondong-bondong. Sebagian datang dengan
berjalan kaki. Yang lain membawa belasan motor.
Begitu tiba mereka langsung mengamuk Memecahkan kaca. Berteriak-teriak.
Berorasi. Ketika mereka hendak bertindak lebih jauh lagi, mereka digebah
pergi. Provokatornya ditangkap. Di bawah sorotan belasan kamera media
massa, dia dijebloskan ke dalam mobil tahanan.
Peristiwa tragis itu memang mendapat liputan luas sekali. Tiba-tiba saja aksi
heroik seorang mahasiswa yang mati membela temannya menjadi santapan
publik. Guntur yang tak pernah mendapat respek selama hidupnya ternyata
mendapat banyak sekali simpati ketika tewas. Semua sudah mendengar apa yang dilakukannya untuk memb^
Aries. -Kau anjing penjaga yang setia, Tur," CetUs Agung ketika mendengar berita
itu. "Aku fc. gum padamu dan menyesal kita tidak bisa berkelahi lagi."
Pemakamannya bukan saja dihadiri oleh Pu. rek Tiga sebagai wakil
universitas. Juga dihadiri oleh puluhan mahasiswa dan wartawan yang
menyesakkan area pemakaman yang sempit itu.
Karangan bunga datang dari mana-mana. Bertumpuk dan berdesakan karena
tak mendapat tempat yang cukup.
Titah Bintang Dewabrata ingin menyelenggarakan pemakaman yang lebih
marak. Tapi ayah Guntur menolaknya. Dia ingin putranya dimakamkan
dengan sederhana. Karena dia vakin, jika Guntur masih hidup, itu pula yang
dimgjnkannya. Selama hidupnya, Guntur tidak pernah menonjol. Dia selalu bersembunyi di
bawah bayang-bayang Aries. Karena itu ayahnya yakin, Guntur tidak ingin
keramaian mengiringi perjalanannya yang terakhir
temannya sudah BAB X Di belakang rumah ayah Aries ada sebidang tanah yang sangat luas. Waktu
kecil dulu, Aries sering main sepeda di sana. Karena tidak punya sepeda
sendiri, Guntur sering meminjam sepeda temannya. Kalau tidak, dia akan
berlari-lari di belakang sepeda Aries.
Di sana Aries juga gemar main mobil-mobilan. Yang manual. Atau yang
memakai remote control. Guntur juga sering meminjamnya. Karena yang dia
miliki hanya sepasang kelinci.
Karena kelincinya beranak terus, ayahnya menjual kelinci-kelinci itu. Guntur
sangat marah ketika sepulmgny* sekolah, dia tidak menemukan lagi
binatang kesayangannya. Guntur kabur dari rumah untuk mencari fe incinya. Aries-Iah yang datang
untuk menemu kehnci-kelinci itu. Sayangnya, yang dapat ditebusnya hanya
dagingnya. Saat itu, di tempat ini, mereka berdua bersumpah tidak akan
pernah lagi makan daging kelinci.
Sekarang Aries duduk termenung di belakang rumahnya. Di tanah lapang
tempat dia dan Guntur bermain semasa kecil mereka. Dia seperti dapat
membayangkan Guntur sedang mengejar-ngejar kelincinya. Kelinci bermata
merah dan berbulu putih bersih dengan bulatan hitam di kepalanya.
Begitu nyatanya pemandangan itu sampai Aries bertanya-tanya benarkah apa
yang dilihatnya itu" Benarkah Guntur sudah bertemu kembali dengan kelinci
mata merahnya" Benarkah ada tempat bernama surga di atas sana" Dan
benarkah di surga Guntur dapat bermain-main kembali dengan kehnci-kelincinya" Bagaimana wujudnya saat ini" Anak
kecil atau lelaki dewasa"
Guntur bukan orang yang emosional. Seumur hidupnya, dia tidak pernah
memperlihatkan perasaannya kepada siapa pun. Setahu Aries, dia juga tidak
punya pacar. Aries tidak pernah dengar dia menaruh perhatian kepada
seorang gadis. Hanya kepada kelincinya dia bisa mencurahkan kasih
sayangnya. Pernah Aries bertanya kepadanya, kenapa kamu tidak pernah naksir cewek"
Guntur menjawab dengan suara datar, mana ada cewek yang bisa kutaksir
kalau semua yang lewat sudah kamu ambil"
Tentu saja Guntur hanya bercanda. Paling tidak, itu pendapat Aries. Dan itu
menambah penyesalannya. Guntur tewas sebelum mencicipi kenikmatan hidup yang terbesar! Dia sudah
keburu mati. Keburu dikubur. Hanya ditemani cacing-cacing tanah!
Guntur belum pernah merasakan manisnya bibir cewek. Hangatnya
tubuhnya. Harumnya rambutnya. Nikmatnya kemesraan yang dapat mereka
berikan.... Kalau saja aku tahu waktunya secepat ini, pikir Aries sedih. Akan kupaksa
kamu mencicipi kenikmatan itu! Mustahil tidak ada seorang gadis pun yang
tertarik kepadamu! Apalagi kalau dompetmu penuh!
Mungkin gadis yang kamu sukai bukan cewek matre. Seorang gadis yang
seperti Vania".. Lalu tiba-tiba... tiba-tiba saja, Aries seperti melihat Vania. Berjongkok di
depan pusara Guntur. Berdoa dan menabur bunga.
"Maafkan aku," desah Vania lirih. "Seharusnya aku tidak
mengusirmu." "Bukan salahnya..." desah Guntur ketika dia
sudah terkapar berlumuran darah dalam pel^. an Aries. "Dia sangat
mencintaimu...." Guntur masih mencoba membela Vania. Bahkan pada saat-saat terakhir
hidupnya, hanya kata-kata itu yang diucapkannya. Padahal selama
menumpang di rumahnya, Vania tidak pernah bersikap ramah/
Akhir-akhir ini dia malah selalu menolak cumbuan Aries.
"Aku tidak bisa," katanya dingin. "Bagaimana bisa menikmati kebersamaan
kalau ada orang ketiga di luar sana""
"Tapi dia kan tidak mengintip kita/" protes Aries kesal. "Tidak menguping
desahan napasmu/" "Perasaanku tidak tenang. Dan kalau tidak tenang, aku tidak bisa menikmati.
Buat apa dipaksakan kalau tidak enak" Malah bikin penasaran/"
Aries mengatupkan rahangnya menahan marah.
Itu memang alasan Vania untuk memojokkan Guntur. Untuk
menyingkirkannya dari rumah.
Tapi seiama ini dia tidak herani terang-terangan mengusir. Karena dia tahu,
Aries bisa ngamuk Rumah tangga mereka memang sudah lama panas. Hampir tidak ada hari
yang lewat tanpa pertengkaran. Vania jadi sering marah-marah.
Uring-uringan. Ngambek. Tapi belum pernah dia marah seperti malam itu.
Malam ketika dia pulang dan menemukan pintu rumahnya rusak
Malam kematian Guntur....
"Tega kamu mengusirnya!" desis Aries penuh dendam. "Mengusir sahabat
yang rela mati untukku!"
Vania tertegun. Napasnya tertahan. Mulurnya
terkunci. Tapi diamnya justru disalahartikan oleh Aries. Kapan Vania pernah tidak
menjawab taduhannya" Kapan mereka pernah tidak bertengkar akhir-akhir
ini" Kalau dia diam saja, berarti tuduhan Aries benar! Dia telah mengusir Guntur!
Kematiannya sebagian karena kesalahan Vania!
Vania tidak membantah. Tidak menjawab. Tidak mendamprat dengan judes
seperti biasa. Akhir-akhir ini dia memang lebih galak lagi. Sedikit-sedikit
meledak. Tetapi saat ini dia seperti tidak mampu menggerakkan Kdahnya
Cinta Sepanjang Amazon Karya Mira W di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang pahit. Dia bahkan tidak berani membalas tatapan suaminya.
Ibu Aries yang diam-diam sedang mengawasi tingkahnya dari kejauhan
mengeluh bingung. "Rasanya kita harus membawa adikmu ke dokter, Rin," keluhnya resah.
"Tingkahnya sudah seperti orang sakit. Seminggu dia tidak mau bicara.
Sekarang dia malah ngomong sen"Biarkan saja dulu, Bu," sahut Taurina yanfi juga sedang mengawasi adiknya
dengan dahi berkerut "Saya rasa masalahnya bukan hanya kematian Guntur.
Ada masalah yang lebih besar dari itu." "Masalah apa"" tanya ibunya tambah
kalut. "Mungkin menyangkut istrinya." "Istrinya" Apa hubungannya dengan
kematian Guntur" Dia mati karena berkelahi...."
"Saya juga belum tahu, Bu. Tapi hubungan mereka pasti sedang bermasalah.
Kalau tidak, mengapa perempuan itu tidak datang""
"Mana ada perempuan yang tidak bermasalah dengan Aries"" sela Sagitaria
sinis. Dia sedang duduk di depan laptop
nya di teras belakang rumahnya.
Tentu saja dia tahu keadaan adiknya. Tapi dia tidak peduli. Menurut
pendapatnya, semua kejadian ini karena salah Aries juga. "Hubungan mereka
bisa bertahan hampir satu tahun saja sudah memecahkan rekor!"
"Tadi malam dia mengurung diri di kamar," sambung ibu Aries tanpa
mengacuhkan kata-kata putri sulungnya. "Dia menyetel musik keras sekali."
"Nessun Dorma," sahut Taurina. "Permohonan agar sang Putri jangan tidur."
"Hm, aku tidak tahu si Aries sekarang gemar
opera." "Mungkin dia sedang terkenang pada istrinya. Dia terus-menerus memandangi fotonya."
'Tukang warnet itu"" Sagitaria mencibir melecehkan. "Aku rasa dia malah
tidak tahu Pava-rotti itu penyanyi, bukan tukang roti."
"Mbak Gita paling pintar menghina orang," cela Taurina kurang senang.
"Pantas saja Mas Gilang kabur."
"Bukan kabur!" bantah Sagitaria tersinggung. "Aku yang sudah bosan
mengajarinya!" "Salah Mbak Gita sendiri! Calon suami mesti diajak kerja sama, bukan
aikuliahi terus!" "Sudah, jangan cerewet! Ambil saja kalau kamu mau!"
"Bekasmu" Memangnya sudah tidak ada cowok nganggur di dunia""
"Kok malah jadi ribut sendiri"" belalak Ibu jengkel. "Bukannya bantu Ibu
memikirkan adikmu!" "Apa yang harus dipikirkan lagi" Dia sudah pergi. Kita masih mau
menerimanya kembali saja sudah bagus!"
"Gita!" bentak ibunya jengkel. "Ibu tahu kamu selalu iri pada Aries! Tapi dia
tetap adikmu! Seharusnya kamu gembira dia kembali!"
Tidak, berungut Sagitaria dalam hati. Aku benci dia kembali! Karena kalau
tidak ada dia, akulah orang nomor satu di perusahaan!
Vania hampir tidak berani melihat sofa itu. Di sanalah Guntur tidur. Di
sanalah mereka melakukan perbuatan terlarang itu.
Setiap kali melewati sofa itu dia membuang muka. Tidak ingin melihatnya.
Karena setiap kali melihatnya, terbayang kembali wajah Guntur. Terlintas
kembali perbuatan mereka.
Pernah Vania berpikir untuk membuang sofa itu. Tetapi apa kata Aries kalau
dia pulang nanti" Dia pasti marah.
"Kenapa dibuang" Supaya aku tidak ingat Guntur lagi" Percuma! Karena
sampai mati pun aku tidak bisa melupakannya!" Aries pasti tidak bisa
melupakan Guntur. Aku juga tidak, desis Vania pahit. Dan aku tidak bisa
melupakan dosaku. Aku bahkan tidak dapat memaafkan diriku sebelum
mengakui dosa itu di depan Aries. Tapi bagaimana harus mengatakannya"
Dari mana aku harus mulai"
Sudah hampir enam minggu Aries tidak pulang. Mungkin dia ingin hadir
dalam peringatan empat puluh hari kematian Guntur. Tapi seharusnya dia
bisa memberi kabar. Mengapa dia tidak pernah menghubungiku lagi, pikir Vania resah. Sudah
tahukah dia perselingkuhan istrinya dengan sahabat karibnya"
Tak sadar seluruh tubuh Vania menggigil. Bibirnya gemetar. Air matanya
berlinang. Aries sangat mencintainya. Dengan caranya sendiri, dia menyatakan
cintanya. Cinta sepanjang Sungai Amazon, katanya. Kadang-kadang
pernyataan cintanya memang konyol. Tapi maknanya tetap cinta.
Sering bila malam tiba, tatkala sedang berbaring kesepian seorang diri di
tempat tidurnya yang dingin, Vania membayangkan bulan madu mereka di
Hutan Amazon. Dan penyesalan itu tiba-tiba menggigit hatinya.
Mengapa baru sekarang dia membayangkan manisnya bulan madu mereka,
hangatnya cinta mereka"
Mengapa bulan-bulan terakhir ini hidup perkawinan mereka lebih banyak
diisi dengan pertengkaran"
Gara-gara Guntur" Tidak semuanya salah
dia. Aku juga yang terlalu keras terhadap mereka. Padahal apa salah Aries" Dia
hanya ingin melindungi sahabatnya yang setia. Yang rela mengorbankan
nyawanya untuk temannya! Apa lagi pengorbanan yang terbesar selain seseorang yang mati untuk
sahabatnya" Penyesalan itu sering membangkitkan ke-| inginan Vania
untuk menelepon Aries. Bahkan kalau rasa rindunya sudah menggigit, dia
nekat ingin menjumpai suaminya. Memeluknya. Me ciumnya. Mengakui dosanya.
Mohon maJ Bahkan memeluk dan mencium kakinya pun Vania rela.
Dia istri yang tidak setia. Kotor. Hina. Berzina dengan sahabat suaminya
sendiri! Apa lagi dosa yang lebih memalukan dari itu"
Tetapi Vania belum berani menghadapi reaksi Aries. Dia malah belum berani
mengakui kesalahannya. "Akan kubunuh lelaki yang
berani menggoda istriku," seloroh Aries ketika
mereka sedang mencoba memancing piranha di Rio Negro. "Kuranpankan
pada piranha." Memang yang dimaksudkannya saat "itu Arifin. Bukan Guntur. Mimpi juga
tidak Guntur akan berani mengambil miliknya.
Lain dengan Arifin. Dari dulu Aries tahu, Arifin sudah lama menaruh hati
pada Vania. Dan meskipun Vania sudah jadi istri Aries, Arifin masih tetap
lengket. Tiap hari dia masih bertandang ke warnet Vania.
"Membunuh ikan saja kamu tidak berani," Vania tersenyum tipis.
Ariesmemang sudah dua kali dapat ikan. aS^" ^ bukan Piranha. Dan kedua-aSaslSerarkannya **** * air setelah dilepaskan dan mata kailnya
ArieTLt^ me^nggu istriku," sahut
Sanggupkah Aries mendengar pengakuan Vania" Yang mengganggu istrinya
sahabatnya sendiri! Justru pada saat Guntur sudah tiada.
Sudah tidak dapat minta maaf.
Rasanya Vania tidak tega. Dan dia terpaksa memendam perasaannya.
Meredam rindunya seorang diri. Dia hanya dapat membayangkan masa-masa bulan madu mereka, ketika
kemesraan masih menjadi milik mereka berdua. Lalu tiba-tiba saja adegan
itu melintas di depan matanya... Guntur merampas kehormatannya... sesuatu
yang bukan haknya. Milik Aries!
Sekonyong-konyong pikiran itu mampir di benaknya. Enam minggu telah
berlalu. Dan dia belum mendapat haid juga! Mvmgkmkah... ya
BAB XI TlTAH BINTANG DEWABRATA membelikan sebuah mobil sport tahun
terbaru untuk putranya. Dia tahu Aries sudah menjual mobilnya dan
mengirimkan uangnya ke rekening bank ayahnya.
Titah juga tahu uang yang dikirim sudah dipotong lebih dulu. Aries tidak
mengirimkan seluruh uang penjualan mobilnya. Tetapi dia tidak peduli. Dia
tidak menyentuh uang itu sampai sekarang.
Tetapi ketika putranya pulang, dia menyuruh karyawannya mengambil uang
itu dan membeli sebuah mobfl sport baru dari merek yang sama.
Berapa pun kekurangannya akan ditambahi-nya.
Aries tertegun sesaat ketika melihat mobil itu di halaman depan rumahnya.
Wajahnya' langsung berubah. Matanya berkaca-kaca.
Dia tahu mengapa ayahnya membelikannya mobil itu. Bapak mengira dia
bisa menukar keberadaan Guntur dengan sebuah mobil sport!
"Bapak tahu mobil ini tidak dapat menggantikan Guntur," cetus ayahnya lirih
seperti mengerti perasaan putranya. "Tapi paling tidak dapat mengurangi
kesedihanmu." Aries mengangguk lesu. Ayahnya memegang bahunya dengan lembut.
"Kalau kamu belum mau mencobanya, tidak apa. Masih banyak waktu."
Sagitaria yang baru pulang naik mobil kantor mendengus jengkel ketika
melihat mobil itu. Tentu saja dia tahu siapa pemiliknya.
"Saya sudah bekerja mati-matian di perusahaan," dumalnya sambil masuk ke
dalam rumah. Diletakkannya tas tangannya dan tas laptopnya di atas meja.
"Tidak pernah sekali pun Bapak membelikan saya mobil. Jangankan mobil.
Motor saja tidak!" "Kamu selalu bersama Bapak," sahut ayahnya tegas. "Semua milik Bapak
milikmu juga. Tapi adikmu baru pulang. Sudah lama dia tidak punya mobil
bagus." Q t^tnc "Salahnya sendiri." gerutu M*" " "Dia yang memilih terjun
ke comberan. "Sekarang dia sudah keluar dari sana. Ap" salahnya kita beri dia kesempatan
kedua"" "Kesempatan apa" Bekerja di kantor dari jam sembilan sampai lima sore
tidak sama dengan ngebut dari jam sembilan sampai lima pagi!"
Sagitaria masuk ke kamarnya dengan jengkel. Harinya sangat panas. Ayah
selalu memanjakan adik bungsunya. Mentang-mentang dia laki-laki!
Baru juga pulang, Bapak sudah begitu murah hati. Rasanya seisi dunia ini
hendak diberikannya kepada Aries! Padahal apa sih jasanya" Dia bisa apa"
Memble! Cengeng! Lemah! Baru kehilangan teman saja seperti dunia sudah mau kiamat!
Dan Ibu! Sama juga! Kalau tidak menangis, kerjanya cuma membelai-belai
anak bungsunya! Seolah-olah dia baru menemukan kembali boneka tuanya
yang hilang! Sebetulnya memang gara-gara Ibu juga Aries jadi begitu. Ibu yang
menciptakannya jadi anak mama!
"Kalau Aries sudah pulih, Bapak ingin kamu membimbingnya," kata ayahnya
kemarin. Membimbing jadi apa" Direktur" Lebih mudah menjadikannya puppy yang
manis daripada direktur yang berwibawa!
"Buat apa capek-capek mengajarinya"" sahut Sagitaria datar. "Dua hari lagi
juga dia lari pulang mencari istrinya!" "Kelihatannya Aries tidak mau kembali ke
Jakarta." "Kata siapa" Sejak datang dia tidak ngomong apa-apa! Kerjanya cuma
memelototi foto istrinya dan Guntur!"
"Firasat Bapak mengatakan rumah tangganya sudah berantakan. Mana tahan
adikmu hidup susah begitu" Dia kan sudah biasa hidup enak."
"Kalau Bapak menyuruhnya hidup enak seperti dulu, buat apa saya capek-capek mendidiknya" Kerja di kantor kan tidak enak! Lagi pula kata siapa dia
mampu" Si saja belum lulus!"
"Bapak akan memaksanya kubah lagi. Mungkin tidak di Jakarta. Supaya
perempuan itu tidak bisa memengaruhinya lagi."
Sementara itu aku yang jadi ban serep, geram Sagitaria muak. Tentu saja
hanya dalam hati. Setelah dia lulus, aku harus mundur teratur. .Menyerahkan
tongkat pimpinan kepadanya. Tidak! Sudah cukup aku mengalah!
"Apa maksudmu"" tanya Taurina heran. Seharian ini Sagitaria marah-marah
terus di kantor. Sekretarisnya sudah setengah matang disiram caci makinya
yang lebih panas dari minyak mendidih. "Mbak mau mengundurkan diri""
"Ada tawaran menarik dari dua perusahaan di Jakarta vane sudah lama
mengincarku," sa- hut Sagitaria datar. Sebuah perusahaan mi m. stan. Dan perusahaan minyak
goreng. "Mereka menawarkan posisi CEO kepadaku."
"Untuk apa kerja di perusahaan mereka""
"Karena Bapak tidak pernah menghargai lata."
"Apa maksudmu""
"Kita cuma dayang. Aries-Jah yang sudah di-pJot untuk jadi raja. Sejak masih
dalam kandungan." "Mbak Gita selam iri padanya," keluh Taurina agak kesal. "Kamu tidak""
"Mau apa lagi" Ini perusahaan milik Bapak Dia yang berhak mengangkat
penggantinya." "Justru itu yang membuatku tidak puas. Aku merasa diperlakukan tidak adil!
Mengapa Bapak memihn Aries" Padahal dia tidak ada apa-apanya
dibandingkan kita/" "Karena dia laki-laki" dengus Taurina muram.
"Makanya aku bilang tidak adil!"
"Mbak yakin di perusahaan lain akan diperlakukan adil""
"Mereka mencari CEO, bukan badut!"
"Bapak pasti marah sekali."
"Selalu ada maaf untuk Aries, kan" Mengapa untuk kita tidak""
"Aku tetap akan bertahan di perusahaan Jdta sendiri, Mbak
"Itulah. Kamu pengecut! Tidak berani mencari tantangan di luar!"
"Apa pun katamu. Aku tidak tega berkhianat."
"Berkhianatkah mencari tantangan demi kemajuan karier lata di tempat
lain"" "Apa yang kurang di perusahaan kita" Mbak Gita sudah menjadi orang
nomor satu kalau Bapak mundur."
"Sampai Aries datang."
"Apa salahnya mengalah kepada adik sendiri""
"Kita sudah mengalah sejak dia masih bayi!"
Dan Sagitaria sudah bersiap-siap untuk mengundurkan diri ketika terjadi
kejutan baru. Aries memutuskan untuk pulang ke Jakarta.
# * # Vania menunggu hasil tes kehamilan im dengan dada berdebar-debar.
Negatif... negatif... negatif... Dan dia jatuh terduduk dengan lemas. Begitu
pinggulnya menyentuh sofa, serentak dia melonjak kaget. Seolah-olah dia
baru saja menduduki bara api.
Di sana Guntur tidur. Di sana Guntur memerkosanya. Di sana dia menikmati
gejolak gairah- nya.... Di sana, di sofa itu, dia mengkhiana Aries!
Kini perbuatannya telah berbuah. Telah ha dir di rahimnya buah dosa
mereka. Tes itu positif. Ada janin dalam kandungannya. Dan bayi itu pasti anak
Guntur! Pasti! Akhir-akhir ini dia selalu menolak kalau Aries ingin berhubungan.
"Aku tidak bisa! Bagaimana bisa menikmati kebersamaan kalau ada orang
ketiga di luar sana""
Dan orang ketiga itu yang kini telah membuahi rahimnya! Telah hadir benih
Guntur dalam kandungannya!
Maafkan aku, Ries, desah Vania gemetar. Ketika dia menyadari dosanya
semaian menyuruk-kannya ke kubangan. Lumpur yang telah
menenggelamkannya sampai ke leher, kini telah membenamkan seluruh
kepalanya! Aku tidak sanggup lagi menanggung semua ini, keluh Vania putus asa. Kalau
dulu dia tidak mampu membalas tatapan mata suaminya, kini dia malah
tidak sanggup lagi berada di dekatnya.
Rasanya seluruh tubuhnya memancarkan bau busuk yang menyengat
hidung. Rasanya bayi dalam rahimnya ibarat bom waktu yang setiap saat
dapat meledak... menghancurkan tubuhnya sampai berkeping-keping...
meluluhlantakkan perkawinannya....
Bagaimana mengatakan kepada Aries anak
siapa yang tengah dikandungnya"
* # * Aries sedang berbaring di ranjangnya ketika Guntur tiba-tiba hadir di
depannya. Dia tidak tahu bayangan itu hanya halusinasinya semata-mata.
Atau arwah Guntur yang sungguh-sungguh mengunjunginya.
Kata neneknya, arwah orang mati baru datang kembali ke rumah setelah
lewat empat puluh hari. Saat itu Nenek sedang menceritakan arwah Kakek
Cinta Sepanjang Amazon Karya Mira W di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang menyambanginya di rumah.
Dulu Aries tidak percaya! Takhayul, ejeknya sambil tertawa. Nenek memang
pating pintar mendongeng. Supaya cucunya cepat tidur karena takut. Tapi
malam ini dia mengalaminya sendiri. Guntur datang. Kepalanya masih
gundul. Mukanya masih sangar. Tubuhnya masih tegap. Tetapi perutaya
tidak koyak. Bajunya yang putih tidak dilumuri merahnya darah. Dia tampil
bersih. Malah seperti bercahaya.
"Pulanglah, Ries," suaranya masih suara Guntur yang dikenalnya. Besar dan
serak. Tidak bergema. Tidak bergetar. 'Varna tidak bersalah, mencintaimu."
Aku pun sangat mencintainya, desah Aries 1 lirih. Tapi aku belum bisa
memaafkannya karena mengusirmu!
Guntur tidak menjawab. Aries pun belum I sempat bertanya lagi. Guntur
sudah pergi. Bayangannya menghilang. Sia-sia Aries mem- ' burunya ke
jendela. Di luar tidak ada apa-apa. Hanya kegelapan yang merangkul malam.
Kesunyian yang membelenggu suasana.
Guntur datang hanya untuk mengulangi kata-katanya sebelum meninggal,
gumam Aries masygul. Kata-katanya tentang Vania.
Tapi., benarkah dia yang datang" Atau... hanya halusinasiku semata-mata"
Vania tidak bersalah. Dia sangat mencintaimu.
Semalam-malaman kata-kata itu tidak mau lenyap dari benaknya.
Jika benar Vania tidak bersalah, jika benar dia tidak mengusir Guntur, aku
tak pantas meninggalkannya! Mengapa aku begitu kejam memperlakukan
wanita yang sangat kucintai"
Cintanya tak pernah berubah biarpun kemarahan membelenggu hatinya. Kini
setelah segurat penyesalan menoreh jantungnya, Aries tak tahan lagi. Dia
harus segera pulang menemui Vania!
Dia akan meminta maaf. Mengakui kesalahannya. Menuduh tanpa bukti.
Dia akan berusaha memperbaiki bubungan mereka yang renggang akhk-akhir ini. Berusaha mengembalikan kemesraan yang dulu menjadi milik
mereka, j Aries tahu tidak sulit meraih kembali kemesraan itu. Karena dia sadar,
sebenarnya dia dan Vania masih saling mencintai.
Mungkin hanya karena kebodohanku, pikir Aries tulus. Karena sifatku yang
kekanak-kanakan. Belum dewasa. Mungkin juga karena kehadiran Guntur....
Apa sebenarnya salah Vania" Dia hanya tidak ingin ada orang ketiga di
tengah-tengah perkawinan mereka. Terlalu besarkah permintaannya" Tiga
memang terlalu banyak Tiga orang membuat perkawinan mereka menjadi
sempit! * * * "Bapak kecewa," keluh Titah ketika putranya pamit hendak kembali ke
Jakarta. Ternyata mobil baru pun tidak mampu mencegahnya. "Ibumu pasti
jatuh sakit sepeninggalmu." "Maafkan Aries, Pak," Aries menundukkan
kepalanya. "Aries sudah menikah. Aries harus
pulang." "Pulang ke mana lagi" mi rumahmu!" "Ini memang rumah Aries. Rumah masa
ke- di. Sesudah menikah, setiap orang harus punya rumah sendiri."
"Yang mana rumahmu"" bentak Titah berang. "Gubuk itu milik istrimu!"
"Rumah Vania rumah saya juga, Pak," sahut Aries tenang. "Kapan-kapan
kalau ke Jakarta, mampir, Pak. Supaya Bapak tahu, rumah kami bukan
gubuk. Vania punya warnet yang sedang berkembang pesat. Sebentar lagi dia
jadi sarjana. Tinggal menyelesaikan skripsi. Dia istri yang sempurna.
Seharusnya Bapak bangga punya menantu seperti dia. Kalau Bapak tidak
terlalu sombong." "Kalau dia bukan anak haram!" dengus ayahnya jijik "Bapak tidak sudi punya
cucu dari perempuan yang tidak tahu dari mana asalnya!"
"Saya tidak akan mengizinkan siapa pun menghina anak saya," geram Aries
tersinggung. "Jangan harap anakmu bisa menduduki kursi direktur di perusahaanku!"
"Simpan saja kursi im untuk Mbak Gita," sahut Aries datar. "Dia yang lebih
pantas duduk di sana."
BAB XII "TUJUH minggu," kata Dokter Gani mantap. "Jenis kelaminnya belum bisa
(htentukan. Tapi janin Ibu sehat. Tidak usah khawatir."
Bukan itu yang kukhawatirkan, desah Vania dalam hati. Justru kalau janin ini
tidak sehat dan gugur, aku lebih lega!
Sudah hampir seminggu Vania didera kere
sahan. Dan dia tidak tahu harus
bertanya kepada siapa. Arifin memang masih datang tiap hari ke warnetnya. Dan dia menyadari
kegelisahan Vania. Tapi dia bukan orang yang tepat untuk bertanya...
"Ada apa"" tanya Arifin dalam nada menyindir. "Sudah kangen suami" Dia belum pU Iang juga" Jangan-jangan dia
betah di rumah bapaknya. Di sana kan serbaada. Semua keperluannya
datang sendiri. Tidak usah dicari."
Vania tidak menjawab. Dia memang sedang malas meladeni ocehan Arifin.
Jadi dia pura-pura sibuk saja. Pura-pura tidak mendengar. Tapi tikus kerdil
mil Dia mencicit terus seperti kurang makan.
"Nggak takut dia tergoda kebiasaan lamanya"" Arifin menyeringai sinis.
"Julukannya kan cowok seratus hari.'"
"Fin," cetus Vania seperti tidak mendengar smdirannya. "Kamu sudah pernah
mencicipi sambal bajaknya Ibu Kantin""
"Belum," sahut Arifin serius. "Kenapa" Mau ngajak aku ke kantin" Kamu
lapar" Ingin makan yang pedas-pedas""
"Kalau kamu tidak bisa diam juga, sebentar lagi mukamu yang bakal makan
sambal.'" Vania memang sedang pusing. Memikirkan haidnya yang tak kunjung
datang. Padahal biasanya dia paling kesal kalau sedang sibuk, riba-riba tamu
yang tak diundang itu datang tanpa j bilang-bilang.
Dia juga sedang resah memikirkan hasil tes- j nya yang positif. Mungkinkah
tes kehamilan itu j salah" I
Akhirnya dia tak dapat menahan kegelisahan- l
nya lagi. Dia mengunjungi seorang dokter kandungan.
Dan kata-kata dokter im meruntuhkan harapannya. Melambungkan
kebingungannya ke titik yang paling mencemaskan.
"Kenapa"" Dokter Gani melirik cincin di jari manis Vania. "Belum ingin punya
anak"" "Suami saya belum kerja, Dok," Vania meng-gagap gugup. "Saya juga masih
kuliah...." "Kenapa tidak pakai kontrasepsi" Sekarang sudah terlambat. Kehamilan
sudah terjadi. Masa mau digugurkan" Sayang, kan""
"Tolong saya, Dok," pinta Vania mengiba-iba. Matanya menatap penuh
permohonan. "Aborsi"" tanya Dokter Gani ragu. "Betul Anda tidak menginginkan bayi ini""
"Saya khawatir menelantarkannya, Dok...." "Jadi Anda memilih
mengeluarkannya"" "Kami belum sanggup." "Di mana suami Anda"" "Sudah
hampir dua bulan tidak pulang." Dokter Gani mengawasi ibu muda itu
sesaat. Dan matanya yang berpengalaman mengatakan, persoalannya lebih
besar dari yang dikatakannya. Masalahnya bukan hanya karena dia tidak
sanggup merawat anak ini. Ada persoalan yang lebih besar lagi. "Lebih baik
dipikirkan lagi...." "Saya sudah mantap, Dok."
Tidak menyesal nanti"" Vania menggeleng. Dia tidak menghendaki anak ini.
Anak korban perkosaan. Dia berhak menyingkirkannya. Untuk melindungi
perkawinannya. "Oke. Atur waktunya dengan perawat saya." Bukan hanya waktunya. Biayanya
juga. Dan biaya yang dibutuhkan cukup besar.
Tetapi Vania sudah nekat. Dia akan melakukan aborsi. Dia harus
menggugurkan anak ini. Berapa pun yang harus dibayarnya. "Menutup
warnetmu"" belalak Arifin kaget. Tentu saja dia terkejut. Kalau tidak ada
angin puting beliung, tidak mungkin Vania menutup warnetnya!
"Memang kamu mau ke mana" Menyusul suamimu""
"Bukan urusanmu," sahut Vania judes. Dan dia bergegas membenahi
warnetnya. Tutup, Mbak"" tanya seorang mahasiswi yang baru muncul di pintu.
"Datang besok saja, ya," sahut Vania sambil j bergegas keluar.
"Warnetnya tutup, Van"" di luar seekor tawon lagi berdengung. Tumben.'"
"Mbak Vania, warnetnya buka lagi jam be- I rapa"" tanya seorang mahasiswa
lain. Dia tam- f paknya kecewa sekali. J
178 Tapi Vania mana tahu" Dia belum pernah
dikuret. Kata perawat Dokter Gani, kuremya paling lama cuma setengah jam.
Tapi sesudah itu dia harus istirahat beberapa jam. Dan itu
tergantung kondisinya nanti.
Jadi dia tidak berani menjanjikan apa-apa. Mungkin dia malah tidak bisa
datang ke sini lagi nanti sore. Dia harus pulang. Istirahat di
rumah. Sementara itu Arifin tidak dapat tinggal diam. Karena curiga, dia
membuntuti Vania. Dan kecurigaannya berubah menjadi kejengkelan ketika
dia melihat Vania masuk ke sebuah klinik bersalin.
Jadi dia hamil! Cemburu membakar hatinya. Lebih-lebih ketika sesampainya
di kampus kembali, dia bertemu dengan Aries. Dia sedang menunggu di
depan warnet. "Ke mana V ania"" tanya Aries begitu melihat Arifin.
"Lho, kok tanya aku"" balas Arifin dingin.
"Situ kan suaminya!"
"Aku serius!" bentak Aries geram. "Di rumah nggak ada, warnetnya tutup,
Vania ke mana""
"Mana aku tahu""
"Siapa lagi yang lebih tahu dari kamu""
"Kenapa mesti aku""
"Kamu kan sandal bututnya!"
"Kurang ajar!" geram Arifin gemas. "Suamiapa kamu, istri hamil tidak tahu!
Malah di tinggal kabur!" Vania hamil" Hamil"
Kabar itu seperti ledakan bom di telinga Aries. Untung gendang telinganya
tidak pecah. Vania hamil! Tidak gilakah Arifin" Tidak bohongkah cacing gelang ini"
"Jangan bercanda kamu!" bentak Aries galak. "Di mana Vania""
"Kok galakan yang nanya""
"Kamu jangan main-main, Fin! Di mana Vania" Kamu tahu dari mana dia
hamil"" "Makanya punya istri harus punya tanggung jawab! Jangan ditinggal
sendirian sampai dua bulan! Kalau dia kesepian..."
"Fin, kamu sudah pernah makan tanah""
"Wah, suami-istri satu cetakan!"
Aries hampir tidak memercayai pendengarannya sendiri Ketika dia
memperkenalkan dirinya, Dokter Gani memandangnya dengan tenang.
Seolah-olah dia hanya melakukan eks-tirpasi kutil.
"Kondisinya bagus, tidak usah khawatir."
"Bayi kami sehat, Dok"" desak Aries menahan keharuannya. Akhirnya telah
hadir buah cinta kasih mereka. Bayi yang akan mengembalikan kebahagiaan ke dalam
perkawinan mereka! Pantas Guntur datang menyuruhnya pulang.
Tetapi sekarang malah dokter itu yang memandang Aries dengan tegang.
Alisnya terangkat sedikit.
"Anda ayahnya""
"Ya," Aries mengembuskan kata itu bersama napasnya yang tertahan sesaat.
Siapa lagi" "Rivania Ayudya istri Anda"" Astaga. Apa dokter ini perlu surat
nikah" "Kalian tidak menginginkan anak itu, kan"" Aries menatap Dokter
Gani dengan bengong. Apa maksud pertanyaannya"
"Kata istri Anda, kalian belum ingin punya anak. Karena dia masih kuliah.
Dan suaminya belum bekerja." Aries terenyak kaget. Dan pintu di
belakangnya terbuka. "Pasien sudah siap, Dok." Perlahan-lahan paras Aries
memucat. * * * Vania sudah dibaringkan di meja ginekologi. Sudah disuntik obat anestetik.
Tinggal menunggu Dokter Gani datang untuk melakukan kuretasi.
Tetapi Aries membatalkan aborsi itu. Dia
mengancam akan melaporkan Dokter Gani ke pada yang berwajib. Dialah
ayah anak itu. Dia berhak melindungi anaknya.
"Sebenarnya istri Anda sudah menanda tangani izin untuk melakukan
tindakan ini, kata Dokter Gam sabar. Tapi saya masih memberikan
kesempatan kepada kalian untuk memikirkannya lagi."
"Memikirkan apa" geram Aries menahan marah. "Membunuh anak saya"" Itu
kehendak istri Anda." Vania pasti sudah gila Mengapa dia ingin
menyingkirkan anak kami" Anaknya sendiri. Mengapa dia sesadis itu" Di
mana ada ibu yang tega membunuh anak kandungnya sendiri" Bahkan
harimau yang buas tidak pernah membunuh anaknya/
Tanpa merasa berdosa, Dokter Gani malah menyodorkan foto USG janin
dalam kandungan Vania. "Ini foto pertama anak Anda," katanya tenang."Mungkin mau disimpan untuk
kenang-kenangan." Aries memang tidak bisa melihat jelas anak nya.Perlu imajinasi untuk
membayangkan itulah bayi dalam rahim istrinya seperti dikatakan
dokter.Tapi ketika melihat gambar USG itu, tiba-tiba saja lahir cinta yang
amat dalam di hatinya. Dan kemarahan yang luar biasa kepada istrinya.
Ketika Vania sadar apa yang terjadi, dia me nyesal tidak membeli sebungkus
arsen sebelum datang kemari.
Melihat kemarahan yang bersorot di mata Aries,dia tahu, pintu maaf sudah
tertutup untuknya. Belum pernah dia melihat suaminya semarah itu. Bahkan ketika mereka
sedang bertengkar karena Vania menghina Guntur.
Aries tidak berkata apa-apa sepanjang jalan. Vania juga sudah kehilangan
semangatnya untuk membuka mulut. Hanya dua patah kata yang terlepas
dari celah-celah bibirnya yang pucat.
"Maafkan aku." Tetapi dia tahu, permohonan itu tidak ada gunanya. Sama sia-sianya seperti
memohon perpanjangan umur kepada Malaikat Maut
"Aku tidak butuh penjelasanmu," desis Aries sengit sesampainya di rumah.
"Aku hanya tidak pernah menyangka, perempuan yang kunikahi, perempuan
yang sangat kucintai, punya sifat sesadis kamu."
Vania tidak menjawab. Dia sudah hampir merosot lesu ke sofa k
etika tiba-tiba dia sadar. Dia tidak jadi duduk di sana. Dan gerakannya menambah
kemarahan Aries. "Aku hanya ingin mengajukan satu permohonan kepadamu."
Berikanlah cawan berisi racun itu. Akan ku teguk sampai habis Aku memang
pantas di hukum mari "Biarkan anakku lahir." Tapi dia bukan anakmu,Ries
Dia anak Guntur Di sanalah dia diciptakan. Di atas sofa terkutuk itu.Dia
tercipta dalam kubangan dosa!
"Aku akan membawanya pergi karena ibunya tidak menginginkannya."
Kalau kamu tahu siapa ayahnya, masihkah kamu menginginkannya"
Aries menjatuhkan tubuhnya ke sofa. Dan Vania merasa kepalanya seperti
dihantam palu. "Rasanya kita tidak ditakdirkan sebagai suami-istri."
Vania menoleh kaget.Matanya menatap nanar.
Aries membalas tatapan istrinya. Matanya masih bersorot marah.Tapi di
balik itu dia menyimpan kepedihan.Kekecewaan. Sakit hati. Begini nyerinya
tatapan itu sampai Vania ikut merasa perih.
"Aku ingin bercerai,"akhirnya terlepas juga kata yang amat menyakitkan itu
dari mulut Aries."Sesudah anakku lahir.Aku akan mem
bawanya pergi.Supaya kamu tidak usah melihatnya lagi.Dan supaya dia tidak
tahu, ibunya sendiri ingin membunuhnya."
Vania memalingkan wajahnya. Menyembunyikan air mata yang mengalir
menuruni pipinya. Nun jauh di sana, Sungai Amazon masih menumpahkan ratusan ribu meter
kubik air ke laut.Tapi Vania yakin,di hati Aries, cintanya sudah kering.Tak
ada lagi setetes cinta pun yang dapat diberikannya kepada istrinya.
"Aku tidak mengenalmu,"kata Aries dingin. "Selama ini, aku telah tidur dan
bercinta dengan monster.Ayahku benar. Jangan menikah dengan perempuan
yang tidak diketahui asal usulnya. Karena mungkin kamu menikah dengan
Cinta Sepanjang Amazon Karya Mira W di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
setan." Cercalah aku terus,Sayang, Vania memejamkan matanya menahan kepedihan
yang mengiris hatinya.Karena cintamu kini telah berubah menjadi sebilah
sangkur.Sayatlah dagingku. Keringkan darahku.Karena aku telah berdosa
padamu! "Pura-pura tidak tega membunuh anak alligator,"dumal Aries
jijik."Membunuh anak sendiri tega!Kamu iblis bertopeng malaikat!"
Ke mana cinta pergi" Begitu tipiskah batas antara cinta dan kebencian"
Suami yang begitu mencintainya. Kini dia
menginjak dan meludahinya seperti seonggok sampah busuk!
Aku tidak mengenalmu. Selama ini aku telah tidur dan bercinta dengan
monster! Ingin Vania menjelaskan semuanya. Alasan mengapa dia ingin
mengenyahkan bayinya.Ba rangkali Aries baru mengerti. Barangkah Aries
bisa memaafkannya. Tetapi setiap kali hendak membuka mulut nya,lidahnya menjadi kaku.
Percayakah Aries pada kata-katanya" Atau dia malah akan bertambah benci
karena mengira Vania berdusta" Guntur sudah mati. Siapa lagi yang dapat
menjadi saksi kebenaran Pengakuannya"
Aries mungkin malah semakin marah. Sudah berzina, membunuh,lagi!
Jadi apa gunanya lagi pengakuan itu" Bukan-lebih baik dia pasrah saja
menerima hukumannya"
BAB XIII JlKA sebelum prahara itu terjadi, rumah tangga mereka selalu panas laksana
kawah Candra-dimuka, maka sesudahnya, perkawinan mereka membeku
seperti gletser Hubbard pada musim dingin.
Aries selalu menghindari pembicaraan yang tidak perlu.Dia tidak mau lagi
tidur di kamar Vania. Dan memilih tidur di sofa. Padahal setiap kali melihat
suaminya berbaring di sofa itu,Vania merasa hatinya terkoyak dicabik sejuta
cemeti. Adegan yang tidak ingin diingat-ingatnya kembali itu justru seperti
potongan-potongan kilas balik yang melintas di depan matanya.
Tetap terbayang meskipun dia sudah memejamkan matanya rapat-rapat.Terus menghantui biarpun sudah seribu kali diusir.
Aries juga memilih lebih banyak berada di luar rumah.Dia hanya pulang
kalau malam. Seolah-olah keberadaannya di rumah itu cuma untuk menjaga
jangan sampai Vania punya kesempatan untuk menyingkirkan anaknya lagi.
Sia-sia Vania berusaha memperbaiki keadaan. Percuma dia berusaha
mengubah sikapnya. Memperbaiki perlakuannya terhadap suaminya.
Mencoba mengulang kembali paragraf pertama kisah cinta mereka.
Karena Aries sudah berubah total Tak ada lagi senyumnya yang
kebocahan.Raut mukanya yang sepolos bayi enam bulan. Tatapannya yang
jenaka dan selalu tersenyum.
Sikapnya yang penuh cinta pun sudah berubah Seolah-olah
dia sudah bermetamorfosis menjadi pribadi yang lain.
Padahal Vania sendiri sudah berubah. Sikapnya tidak judes lagi.Dia tidak
pernah marah-marah sepulangnya kerja.
Kalau Aries kebetulan sudah pulang, dia berusaha bersikap manis.Menyapa
suaminya dengan ramah.Tidak peduli ke mana pun Aries membuang baju
kotornya,Vania memungutnya tanpa mengomel.
Tetapi tanggapan Aries sangat gersang. Vania jadi putus asa.
Rasanya segala macam cara telah dicobanya untuk memperbaiki
keadaan.Tapi kalau cuma dia yang berusaha, percuma saja. Seperti main
pingpong sendirian. "Tidak dapatkah kita menjalani sisa umur perkawinan kita dengan lebih
baik""keluh Vania lirih ketika malam itu dia menunggu Aries makan.vania
sudah menyiapkan makan malam untuk suaminya.Tetapi Aries menjawab
dingin, sudah makan. "Tidak ada lagi perkawinan," sahut Aries tanpa menoleh."Kita hanya dua
orang asing yang kebetulan harus hidup di bawah satu atap."
"Apa pun pendapatmu, sebelum resmi bercerai, aku tetap istrimu,Ries!"
sergah Vania gemas. "Bukan,"desis Aries kering."Aku tidak kenal siapa kamu. Dulu kukira kamu
cuma cewek judes.Ternyata kamu bukan cuma judes.Kamu kejam! Bukan
hanya pada Guntur.Juga pada anakmu sendiri!"
Vania hampir tidak tahan lagi.Dia sudah ingin membuka rahasianya. Biar
Aries tahu siapa Guntur.Siapa anak dalam perutnya ini!
Tetapi pada saat terakhir dia ragu. Percayakah Aries"Haruskah mereka
melakukan tes DNA nanti" Kalau tidak,mustahil dia percaya! Dia begitu
memuja Guntur! Setiap kali berbaring di sofa itu,dia selalu termenung.Kadang-kadang
matanya berkaca kaca. Aku tidak pernah benar-benar menghargainya sampai aku kehilangan
dia,desah Aries setiap kali dia tengah merenung,Mengapa penyesalan selalu
datang terlambat" "Jangan kawin sama dia,Ries," berulang kali Guntur memperingatkannya."Dia
bukan cewek untukmu!"
"Perempuan yang tidak ketahuan siapa bapaknya"" terngiang kembali kata-kata ayahnya. "Bapak tidak sudi punya menantu yang tidak punya latar
belakang keluarga yang baik!"
"Kalau mencari istri,harus tahu bobot, bibit, bebernya, Ries,"gumam Ibu
lirih."Bukan sembarangan ambil perempuan dari pinggir jalan."
"Kamu bakal menyesal,"gerutu Sagitaria ketus.
"Pikirkan lagi baik-baik,Ries," pinta Taurina. "Jangan sampai cinta
membutakan matamu." Mereka semua sudah memperingatkannya. Mereka semua meragukan
Vania.Hanya dia yang nekat!Dia yang bodoh!Dia yang buta!
Kalau dia tidak datang tepat pada waktunya, anaknya sudah mati.Dibunuh
dengan kejam oleh ibunya sendiri! Perempuan yang sangat dicintainya.Yang
dibelanya mati-matian sampai
mengorbankan segala-galanya! Ternyata perempuan itu cuma beludak
berparas malaikat! Aku benar-benar tidak dapat menilai orang!
Aku buta walaupun bermata!
"Aries jalan sama Rani, Van!"cetus Arifin bombastis sekali.Matanya separo
terbeliak. Napasnya kembang-kempis. "Dia kan baru putus sama si Agung!
Masa sudah disambar si Aries!"
Tentu saja Vania sedih.Jengkel. Cemburu. Tapi dia mau apa lagi" Umur
perkawinannya memang tinggal hitungan bulan!Boleh saja jika Aries sudah
mencuri start. Tetapi di depan Arifin, Vania tetap berpurapura acuh tak acuh.
"Kalau tidak mengurusi orang lain,kamu tidak bisa tidur nyenyak, ya""gerutu
Vania di ngin."Selesaikan tuh skripsimu! Daripada ngoceh tidak keruan!"
"Aku serius, Van! Mereka sekarang ada di kantin!" "Biar saja."
"Biar saja""belalak Arifin.Matanya terbeliak makin lebar."Jelek-jelek kan dia
masih suamimu!" "Mereka kan cuma makan." "Tapi seharusnya Aries makan sama kamu!"
190 "Apa salahnya makan dengan teman""
"Ramu mau makan sama aku""
"Boleh saja kalau bisa."
Vania memang selalu menerapkan hukum itu.Siapa pun yang mengajaknya
makan, kecuali tentu saja suaminya,harus bayar sendiri-sendiri.
"Betul""desak Arifin bersemangat."Kapan"" "Pokoknya tidak sekarang.Aku
belum lapar." "Kapan kamu pernah lapar kalau kuajak makan""
"Kapan kamu pernah mengajakku makan"" "Bagaimana kalau sekarang""
Tentu saja Vania mau.Bukan karena perut nya lapar.Tapi karena dia
cemburu. Dia ingin metihat Aries.Benarkah dia sedang makan dengan Rani"
Patung Iblis Banci 1 Wiro Sableng 124 Makam Ke Tiga Pertempuran Di Kutub Utara 3
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama