Boulevard Revenge Karya Crimson Azzalea Bagian 2
Terlihat team 3 sudah hadir disana, begitu melihat team 1 memasuki kantin, Braga langsung melambaikan tangannya memanggil Bara
"Bara!. .come here" panggil Braga
Bara yang sudah mengambil makanan menghampiri Braga disusul Villan juga Azka
Genta dan Anya duduk bersama para suster dan perfusionist lainnya di meja lain
Irina masih mengambil makanan kemudian mencari - cari sosok Edel yang tidak terlihat batang hidungnya
"Edel kemana ya?" ujar Irina dan berjalan menghampiri meja teamnya yang bergabung dengan team 3
"Hay. .ini pasti dokter Irina yang kamu ceritakan berani melawan Bara itu ya, Braga?" ujar seorang dokter berwajah tampan dengan kesan playboy yang sangat
kentara "Maaf. .sepertinya anggapan anda itu terlalu blak - blakan ya pak dokter. .mmm. ." ujar Irina bingung mau memanggil apa saat melihat nama Dr.Renno Alexander
Sp.S di saku jas dokternya
"Perkenalkan aku Renno Alexander, dokter spesialis syaraf paling tampan di rumah sakit ini. .salam kenal dokter Irina yang cantik. ." ujar dokter narsis
bernama Renno sambil menjabat tangan Irina
"Ya salam kenal dokter Renno. .perkenalkan saya Irina Aruna Yasmine, spesialis bedah TKV baru, asisten dokter Bara. .senang berkenalan dengan anda. ."
jawab Irina dengan ekspresi sedikit risih dengan kata - kata 'cantik' yang dilontarkan Renno secara terang - terangan
"Jangan merasa terganggu Irina. .Renno memang seperti ini. .dia mengidap penyakit narsis stadium akhir. .jadi dimaklumi saja. .hey Renno jangan kurang
ajar begitu" ujar Braga memperingatkan sahabatnya Renno
"Ooh. .aku tidak kurang ajar, Braga. .aku mengatakan yang sejujurnya. .dokter Irina memang sangat cantik. .bagaimana menurutmu Bara" asistenmu ini cantik
kan" aku sanksi dengan konsentrasimu selama operasi jika ada wanita secantik ini dihadapanmu bertindak sebagai asisten. . ." goda Renno pada Bara
"Jangan bertanya yang tidak - tidak dr.Renno. .tidak mungkin selama operasi seorang dokter memikirkan hal lain selain pasien. .kalau kamu tidak pernah
melakukan tindakan operasi jangan bicara seenaknya apalagi tentang Bara. .dia adalah dokter bedah jantung paling handal di rumah sakit ini jadi tidak mungkin
terpecah konsentrasi selama operasi hanya untuk hal konyol begitu" ujar Villan membela Bara
"Loh. .apanya yang tidak mungkin". .Bara laki - laki normal yang juga punya ketertarikan pada wanita cantik kan". .apalagi dr.Irina yang selalu ada di
hadapannya saat operasi, saat rapat dan melakukan tindakan pada pasien jadi bukan mustahil sempat terbersit pikiran seperti itu saat operasi walaupun tidak
sampai memecah konsentrasinya. .kenapa kamu jadi terkesan ketakutan begitu Villan" apa kamu takut Bara lebih tertarik pada dokter Irina daripada kamu?"
ujar Renno dengan nada meledek pada Villan
"Siapa yang takut". .aku tidak takut. .aku hanya membela tunanganku. .memangnya salah?" ujar Villan membela diri
"Oke. .ayo kita tanya sendiri apa jawaban Bara tentang pertanyaanku tadi. .apa kamu pernah terpikir bahwa Dr.Irina itu cantik saat sedang melakukan operasi?"
tanya Renno lagi pada Bara dengan antusias
Semuanya menatap Bara yang sama sekali tidak berubah ekspresinya
Irina menatap tidak percaya apa yang terjadi dihadapannya
"Dokter narsis itu kenapa menggunakan aku sebagai objek pertanyaannya pada Bara begitu". .aku sudah susah payah menjaga kedamaian hubunganku dengan Bara.
.pakai memanas - manasi Dr.Villan juga lagi. .habis aku kalau Bara jadi berpikir aku adalah pengganggu. .kesempatanku untuk menjadikan Bara sumber informasiku
bisa gagal total. .untuk apa menanyakan pertanyaan yang sudah ketahuan jawabannya begitu pada orang yang juga tidak akan menjawab dengan jawaban normal
sih?" dalam hati Irina menatap cemas pada Bara
"Pernah. . ." jawab Bara dengan singkat dan berwajah datar
"Hah?"?"" teriak semua yang ada di meja team 1 dan team 3 termasuk Irina yang sama terkejutnya mendengar jawaban Bara
"Lihat!!. .apa aku bilang?". .instingku memang tidak pernah salah kan?" ujar Renno dengan bangga
"Kau serius Bara?" tanya Braga tidak percaya mendengar jawaban adiknya itu
"Silahkan berpikir sesuka kalian yang jelas aku sudah menyampaikan jawabanku. ." jawab Bara sambil meneruskan makannya
Irina terbelalak kaget dengan jawaban Bara tentangnya
"Kamu benar berpikir seperti itu tentang dokter Irina" apa kamu pernah berpikir seperti itu juga tentang aku saat operasi?" tanya Villan menarik lengan
Bara "Buat apa kamu sekarang menanyakan hal ini juga padaku". .kamu tadi bilang ini pertanyaan konyol kan". .sudahlah jangan membahas ini lagi. .sikapmu sekarang
yang jadi terkesan konyol, Villan" jawab Bara pada Villan
"Setidaknya jawab dulu pertanyaanku. .jangan mengalihkannya, Bara. ." tambah Villan
"Tidak pernah. .sudahi tanya jawab konyol ini! Aku tidak akan menjawab lagi!" ujar Bara
Mendengar jawaban Bara, Villan berdiri dan pergi dengan marah meninggalkan kantin
Irina tambah tercengang melihat apa yang terjadi di hadapannya
"Hey Bara. .kata - katamu itu terlalu ketus pada Villan. .dia kan tunanganmu. .bersikaplah lebih manis sedikit padanya. ." ujar Braga
"Aku hanya menyampaikan apa ingin aku sampaikan. .aku bukan laki - laki yang bermulut manis menciptakan rayuan dan bualan sana sini untuk perempuan seperti
Renno. ." jawab Bara
"What" Bualan" Itu seni dr.Bara bukan bualan. .seorang wanita itu perlu disanjung dan diberi kata - kata manis. .meskipun keahlian bedah jantungmu number
one tapi sepertinya keahlianmu tentang wanita nol besar. .ckckck. ." ujar Renno dengan bangga
Mereka langsung memasang ekpsresi bosan dan sebal dengan tingkah Renno
"Si narsis ini berani berkata begitu karena tidak ada dr.Bastian. .coba saja ada. .nyalinya langsung tiarap pasti" ujar Azka dengan ekspresi bosan melihat
tingkah Renno "Tapi kata - kata Braga ada benarnya juga, Dr.Bara. .tidak seharusnya kamu bersikap seketus itu pada tunanganmu sendiri. .dia yg akan jadi istrimu nanti.
.kalian akan tinggal serumah, tidak pantas kamu sedingin itu pada Dr.Villan" kata Irina
Mendengar Irina memanggil Braga dengan nama saja tanpa embel - embel membuat ekspresi Bara sedikit mengeras dan menatap curiga Irina
"Hay. .Bas. .baru selesai operasi?" tanya Braga menyapa Bastian dan team 2 yang baru bergabung
Renno langsung salah tingkah dan sedikit menunduk seperti ingin bersembunyi di samping Braga
Bastian duduk dan saat melihat kehadiran Renno, terlihat jelas perubahan ekspresi di wajahnya yang semula lembut dan ramah menjadi sedikit keras
"Hallo. .dokter Bastian. .senang bertemu kamu lagi. ." sapa Renno sedikit canggung melihat Bastian seperti maling yang sedang kepergok
"Hallo juga dr.Renno. .aku pun cukup senang bertemu denganmu disini. .terlebih karena aku bisa memastikan kamu tidak sedang mengganggu istriku. ." jawab
Bastian sambil tersenyum dengan sorot mata mengerikan
"Ooh. .ten. .tentu saja aku tidak menggoda istrimu, dokter. .haha. .iya kan Braga". .aku tidak pernah mengganggu dokter Edel kok. .hahaha. ." jawab Renno
dengan canggung dan ketakutan melihat ekspresi Bastian
"Tidak sekali dua kali mungkin maksudmu". ." jawab Braga sambil tertawa geli melihat ekspresi ketakutan Renno
"Ahh. .jangan di dengarkan apa kata Braga, dokter Bastian. .dia memang suka bercanda. .haha. .ehem. .aku ada jadwal konsultasi pasien sebentar lagi. .aku
pamit dulu ya. .bye" ujar Renno lalu pergi dengan terburu - buru
"Dasar buaya darat penakut. .bisanya hanya menggoda perempuan saja. .jangan terlalu dipikirkan Bas. .mana mungkin Edel bisa dia goda. ." ujar Braga sambil
tertawa geli "Menggoda Edel" maksudnya apa ya?" tanya Irina minta penjelasan
"Oh. .iya maaf kamu belum tahu. .Renno yang tadi itu adalah playboy yang hobby menggoda wanita tidak terkecuali para dokter dan suster wanita. .tapi yang
paling hobby dia goda itu dokter Edel, istri Bastian. .apalagi pekerjaan mereka sering berkaitan di beberapa case. .makanya dia takut pada Bastian. ."
tutur Braga "Ooh. .begitu. .pantas reaksinya panik begitu. .tidak mungkin playboy seperti itu berhasil menggoda Edel. ." ujar Irina tersenyum geli
"Kamu harus lihat apa yang terjadi setiap dokter Renno menggoda dokter Edel, dokter Irina. .benar - benar tontonan yang lucu dan menghibur" ujar Takhrit
sambil tertawa geli "Oh ya"bagaimana bisa jadi hiburan?" tanya Irina penasaran
"Setiap dokter Renno menggoda dokter Edel dengan sejuta jurus playboynya itu, pasti selalu kena tampar oleh dokter Edel. .terakhir waktu sedang minta bantuan
terapy pasien yang mengalami penyakit syaraf karena stress tingkat tinggi seminggu yang lalu. .dokter Renno merayu dokter Edel saat sedang melakukan proses
terapy pada pasiennya sehingga membuat dokter Edel naik pitam dan menamparnya keras saat dokter Renno berani merangkul bahunya. ." kata Bumi
"Dia berani merangkul Edel" kenapa kalian tidak menceritakan bagian itu padaku?" ujar Bastian bertanya pada Takhrit dan Bumi
"Ups. .keceplosan Kiet. ." ujar Bumi menutup mulutnya dan memandang Bastian dengan wajah ngeri
"Ah. .bodohnya!. .habis aku selama operasi nanti sore oleh mood dokter Bastian yang rusak karena ulahmu, Bum!" bisik Takhrit pada Bumi
"Sorry. .lupa saking serunya membahas kejadian yang itu" ujar Bumi balik berbisik pada Takhrit
Dengan kesal Bastian menggenggam sendok kuat - kuat hingga bengkok
Takhrit dan Bumi langsung menjauhi Bastian karena ngeri
"Kalian sih. .makanya kalau bicara dipikir dulu!" ujar Cello mencubit Takhrit dan Bumi
"Maaf dokter Bastian. .ngomong - ngomong Edel kenapa tidak terlihat makan siang sekarang?" tanya Irina mencoba merubah suasana panas akibat ulah Takhrit
dan Bumi "Tadi katanya sedang menangani pasien Anoreksia Nervosa jadi terlambat makan siang" jawab Bastian
"Anoreksia Nervosa" artis bernama Brenda tempo hari itu ya". .akhirnya mau juga dia di terapy. ." ujar Irina
"Brenda" Brenda Evelinn model sekaligus artis yang sedang naik daun itu?" tanya Takhrit lupa sedang jadi sasaran kekesalan Bastian
"Iya dia. .sekitar 2 bulan lalu dia datang tapi tidak mau melakukan pengobatan Anoreksia Nervosa nya" jawab Irina
"Dia mengidap Anoreksia Nervosa" pasti sekarang dokter Edel sedang mengalami masa sulit kalau menangani pasien dengan kondisi seperti itu. ." ujar Braga
" artis yang sedang naik daun seperti Brenda Evelinn pasti tidak akan mau jika dirinya yang mengidap Anoreksi Nervosa terekpsose media terlebih saat sedang
mengunjungi psikiater. .nama baiknya bisa jatuh" kata Dastan
"Kenapa membawanya ke rumah sakit alih - alih mengundang psikiater ke rumah kalau memang setakut itu pada media?" tanya Cecillia
"Menurutku justru ini bisa jadi sensasi yang menaikkan namanya. . artis biasanya suka hal - hal begini kan?" jawab Irina
"Tidak sebaiknya kamu melihat apa yang sedang dilakukan Edel" siapa tahu dia sedang kesulitan karena media yang mengejar - ngejar artis itu?" saran Bara
pada Bastian "Aku sudah menawarkannya tadi tapi dia menyuruhku makan dulu. .setelah ini aku akan langsung mengunjunginya ke divisi kejiwaan supaya Edel tidak punya
alasan lagi untuk mengusirku dari sana. ." jawab Bastian
"Suaminya saja bisa diusir dari kantornya apalagi playboy payah seperti dokter Renno" ujar Azka
Semua yang ada di meja itu tertawa terbahak - bahak mendengar kata - kata Azka
"Hey. .kalian semua sudah dengar". .artis dan model Brenda Evelinn masuk rumah sakit ini dengan dibawa ambulans. .dia ditemukan pingsan di apartemennya
dengan kondisi gawat. .tadi aku lihat. .badannya kurus kering seperti mayat hidup!" ujar Atthar menghampiri meja team bedah jantung dengan tergesa - gesa
"Dengan ambulans" sudah muncul efek samping lanjutan dari Anoreksianya berarti. ." ujar Irina
"Code blue. .ICU section 3. .Code blue. .ICU section 3. .Code Blue in ICU section 3!!" suara panggilan darurat
(*code blue adalah istilah rumah sakit untuk keadaan darurat pasien yang mengalami henti jantung membutuhkan pertolongan segera)
Para team bedah jantung langsung siaga dan berdiri
"Aku dan Dr.Irina akan kesana. .Azka tetap disini jika ada kondisi darurat lainnya. .Anya!" ujar Bara memberikan komando dan memanggil suster Anya
"Kiet kamu dan Bumi tetap disini lanjutkan operasi jika aku tidak bisa kembali sampai waktu yang ditentukan. .Amira!" ujar Bastian mengikuti Bara sambil
memanggil suster Amira Ketiganya berlari menuju ruang ICU section 3 mengikuti panggilan darurat
Di ruang ICU section 3 terlihat Edel sedang membantu melakukan CPR pada artis bernama Brenda Evelinn yang kondisinya sudah sangat memprihatinkan
Irina langsung mengambil alih tindakan CPR dari Edel
Bastian memeriksa kondisi fisik pasien mulai dari mata, kuku dan pergelangan kaki
"Siapkan defibrilator!" perintah Bara pada suster Anya setelah memeriksa nadi di leher pasien
Suster Anya dibantu suster Amira membawa defibrilator
"Mulai dengan 200mV. .shock!" komando Irina dan mulai mendefibrilasi jantung Brenda
Irina mendengar denyut jantung Brenda belum kembali, mencoba sekali lagi defibrilasi
"Sekali lagi. .shock!" ujar Irina mendefibrilasi ulang dan mencoba mendengarkan lagi denyut jantung di dada Brenda
"Denyutnya kembali. ." ujar Irina menghembuskan napas lega lalu turun dari atas tempat tidur Brenda
"Denyut nadi kembali stabil. .untuk sementara lakukan tes keseluruhan apakah perlu tindakan operasi dan gunakan pengobatan farmakology serta pantau kondisinya
dulu" ujar Bastian sambil mengecek denyut nadi di pergelangan tangan Brenda dan di lehernya
"Gunakan obat ini sesuai dosis yang sudah aku tulis. .pasang alat pemantau jantung dan pantau terus pergerakannya. .hubungi dokter spesialis penyakit dalam
juga untuk melakukan pengecekkan organ dalam lainnya. .henti jantung ini pasti akibat komplikasi dari organ lainnya. ." ujar Bara pada suster Anya dan
Amira "Bagaimana episode Anoreksia Nervosanya?" tanya Bastian pada Edel
"Melihat dari kondisi rambut, kulit, dan bibirnya yang kering. .episode mengalami penambahan secara signifikan dari terakhir kali pasien mengunjungiku.
.dari keterangan managernya juga, pasien mengganti konsumsi makanan dengan kapas yang diberi air untuk menghilangkan rasa laparnya. .pasien melihat dirinya
masih terlalu gemuk meski sudah dalam kondisi seperti sekarang adalah tanda episode halusinasi . .emosinya juga mudah meledak sebagai efek samping lanjutan.
." jawab Edel "hubungi dokter spesialis syaraf juga untuk mengecek kondisi syarafnya karena kondisi emosi seperti itu. ." ujar Bastian sedikit sebal mengingat siapa
yang dimaksud "Suster tolong hubungi dokter Renno untuk turut membantu melakukan pengecekkan pasien bernama Brenda Evelinn. ." pinta Irina pada suster lainnya
"Sebaiknya pasien yang satu ini kita beri ruang khusus yang tidak bisa dimasuki media. .pasien akan semakin stress dan berdampak pada kondisi psikis juga
fisik. .ini termasuk perlindungan privasi pasien yang ada dalan aturan rumah sakit terutama pasien sakit jiwa. ." ujar Edel
"Hubungi team keamanan untuk mengamankan semua awak media yang ingin masuk untuk meliput. .untuk sementara minta Braga untuk memberikan keterangan pada
awak media bahwa saat ini pasien tidak bisa diganggu karena dalam proses penanganan tema media rumah sakit. .dengan dokter bedah jantung yang memberikan
keterangan maka tidak akan ada yang tahu kalau pasien mengidap kelainan jiwa. ." usul Bara
"Aku setuju. .kamu cerdik juga ya. ." jawab Edel setuju dengan usul Bara
"Tapi kenapa harus Braga" bukan diantara kalian berdua saja yang memberikan keterangan supaya cepat?" tanya Irina
"Braga lebih pandai bicara dari aku ataupun Bara. .atau kamu mau jadi juru bicara rumah sakit pada awak media itu, Dr.Irina?" jawab Bastian
"Eh. .tidak mau. .aku juga tidak pandai bicara apalagi pada media. .nanti aku salah bicara" ujar Irina langsung menolak
"Tapi kamu sangat pandai saat menjawab kata - kataku. .terutama saat marah. ." ujar Bara
"Kalau itu lain. .aku hanya membela diri. .kamu juga sama. .tidak pintar bicara apanya. .kamu sangat pintar bicara saat memarahi atau membentakku. .kenapa
mengutus Braga untuk menjadi jubir ke media. .kamu bisa saja keluar menghadapi media dan marah - marah dengan ekpsresi datar seperti biasanya kamu memarahiku.
." ujar Irina Bastian dan Edel menyaksikan adu mulut keduanya dengan ekspresi tidak habis pikir
"Mereka lama - lama seperti pasangan suami istri yang sedang bertengkar ya. .kita saja tidak seperti itu. ." ujar Edel
"Sepertinya begitu. .melihat mereka begini membuatku lupa bahwa Bara adalah tunangan Villan. .sikap Bara pada Dr.Irina lebih wajar dibanding dengan Villan.
." kata Bastian Edel menatap khawatir Bara dan Irina yang masih adu mulut di depannya dan Bastian sambil menuju kamar rawat Brenda
"melihat tatapan Irina pada Bara, dia sudah mulai jatuh cinta pada Bara. .dia pasti tidak sadar dengan perasaannya itu. .semoga dugaanku tentang Irina
yang kesini dengan misi balas dendam atas malprakter ayahnya hanya kecurigaan tak beralasanku saja. .jika benar". .Irina akan sangat terluka memgetahui
Bara adalah pelakunya. .tapi kalau memang iya". .kenapa Irina bersikap biasa saja pada Bara" tidak ada kebencian di mata Irina saat menatap Bara. ." dalam
hati Edel bingung "Bar. .sebaiknya kamu kembali bergabung dengan teammu saja. .selama Braga menghandle para media, tidak ada dokter bedah jantung senior untuk membackup
para junior. .biar disini aku handle tapi Dr.Irina juga sebaiknya ikut disini karena pasien wanita takutnya lebih nyaman jika ada dokter bedah jantung
wanita. ." ujar Bastian memanggil Bara
"Oke. .sepertinya sarannya masuk akal. .aku kembali ke team. .kamu bisa tetap disini Dr.Irina. .operasi nanti sore jika tidak memungkinkan tidak apa apa untuk tidak kamu ikuti. .akan aku handle sendiri bersama yang lainnya. .aku pamit Bas, Del" ujar Bara setuju dan memberi ijin Irina untuk tidak mengikuti
operasi team 1 di sore hari
Saat akan berjalan pergi, Bara berbalik lagi
" jangan mengacau dan membuat kehebohan. ." ujar Bara memperingati Irina sambil menunjuknya lalu dengan wajah datar berbalik pergi
Bastian dan Edel tertawa mendengar kata - kata Bara pada Irina
"Siapa yang mau mengacau dan membuat kehebohan?". .orang ini benar - benar!. .aarggh. .lama - lama aku bisa kena serangan darah tinggi karena orang yang
satu ini!. .kamu liat sendiri kan Del". .dia selalu curiga padaku. .dia menganggap aku seperti anak SD yang gemar meracau. .kenapa ada orang seperti itu
di dunia". ." keluh Irina kesal setengah mati pada Bara
Keluhan Irina justru membuat Edel dan Bastian tambah tertawa geli
"Kalian berdua bukan terlihat seperti musuh bebuyutan tapi lebih seperti pasangan yang unik" kata Edel tertawa
"Apa?" aku dan balok es itu seperti pasangan?" yang benar saja Del. ." ujar Irina
"Tapi perlakuan Bara padamu dengan yang lain berbeda. .sekarang Bara sudah bisa mempercayai kamu bertindak sendiri dan dengan mudah memberikan ijinnya
padamu. .itu kemajuan yang bagus. .kamu jadi terkesan istimewa" ujar Bastian tertawa geli
"Dokter Bastian please jangan menambahkan alasan istrimu ini untuk terus membahas masalah menjodohkanku dengan balok es itu. .aku sudah cukup dibuat terkaget
- kaget dengan pernyataan gila si balok es itu di hadapan para dokter team bedah jantung tadi. ." kata Irina
"Pernyataan apa" apa Bara mengatakan sesuatu?" tanya Edel penasaran
"Ah. .sudahlah tidak usah dibahas lagi. .ayo kita urus saja artis Anoreksia itu. ." ujar Irina kabur dari pertanyaan Edel sebelum terjebak lagi oleh keahlian
Edel mengorek informasi Saat memasuki kamar pasien yang dituju, Edel, Bastian dan Irina dikagetkan dengan kehadiran seorang laki - laki tua yang sudah ada disana
Laki - laki tua itu berambut pirang campur putih, berkumis pirang keputihan, kulitnya putih, berwajah blasteran dengan sisa ketampanan yang masih terlihat
jelas, tubuhnya tinggi meski sudah dimakan usia, mengenakan stelan jas hitam dengan kemeja merah pudar dan dasi merah gelap
Laki - laki yang sedang melihat artis bernama Brenda itu kemudian menatap Irina, Edel dan Bastian dengan mata kecokelatan yang memancarkan otoritas tinggi
"Ah. .ini dia dokter - dokter handal kita. ." ujar laki - laki dengan ekspresi bangga
"Selamat siang pak Gerard. ." sapa Bastian dan Edel dengan sikap hormat
Irina justru terdiam shock menatap Gerard sambil menahan emosinya
"Gerard Isaac Witchlock. .dia pembunuh ayahku. ." dalam hati Irina dengan ekspresi keras penuh dendam sambil mengepalkan tangan kanannya
04. Hidden Hate Irina menatap Gerard dengan pandangan benci dan sakit hati tapi mati - matian ditahannya agar tidak tampak mencurigakan
"Dihadapanku adalah pembunuh ayah. . dia hidup dengan nyaman tanpa memikirkan dosanya padaku. . wajah bijaksana itu hanya topeng yang menyembunyikan kebusukan
aslinya!. . lihat saja sampai kapan wajah tenangmu itu akan bertahan. . aku mau lihat bagaimana reaksi dan ekspresimu saat aku bongkar semua kebusukanmu
pada semua orang!. . apa kamu masih bisa berkata sebangga itu". ." dalam hati Irina sambil mengepalkan tangan menahan emosinya
"Rin". .Irina. ." panggil Edel menyadarkan Irina yang setengah mati menahan diri untuk tidak bertindak konyol di depan Gerard
"Oh. . ini pasti Dr.Irina. . satu - satunya dokter bedah TKV wanita di rumah sakit ini. . aku sudah dengar kinerjamu yang outstanding sebagai dokter bedah
TKV baru dari Profesor Ilyas. . sangat memuaskan. . kamu satu - satunya dokter bedah TKV yang mendapat pengakuan Bara selain Braga dan Bastian. ." puji
Gerard senang melihat Irina
"Terima kasih pak Gerard. . anda terlalu tinggi menilai saya. . maaf. . saya belum memperkenalkan diri pada anda semenjak saya bergabung disini. . saya
Irina Aruna Yasmine. .terima kasih atas pujian dan kesempatan yang anda berikan sehingga saya bisa bergabung di team bedah jantung rumah sakit sehebat
ini. . pak Gerard. ." ujar Irina memperkenalkan diri dengan sopan dan berjabat tangan dengan Gerard
"Jangan merendah dokter Irina. . sangat jarang ada dokter wanita yang mengambil spesialisasi bedah TKV dan mampu lulus diusia semuda kamu. ." ujar Gerard
memuji Irina lagi "Terima kasih pak Gerard atas sanjungannya. . saya jadi merasa sangat tersanjung. ." ujar Irina sambil tersenyum
Edel memperhatikan gerak gerik dan bahasa tubuh Irina dengan seksama
"Sepintar apapun kamu menyembunyikan kegelisahan dan emosimu itu, Rin. . aku justru semakin bisa melihat apa yang ada dalam hatimu terutama saat ini. .
yang kamu benci ternyata pak Gerard. . kenapa kamu justru menumpahkan kebencianmu itu pada pak Gerard". . apa kamu belum tahu pelakunya adalah Bara". .
tapi kenapa kamu beranggapan itu adalah salah pak Gerard". . aku benar - benar harus segera mencaritahu semuanya. ." dalam hati Edel memperhatikan Irina
dan pak Gerard "Kapan anda kembali dari New York, pak Gerard" saya dengar anda baru akan kembali akhir minggu ini. ." ujar Bastian
"Ah. . iya benar harusnya aku kembali akhir minggu ini, tapi urusanku bisa selesai lebih cepat jadi aku sebaiknya kembali untuk melihat situasi rumah sakit.
. sesuai dugaanku rumah sakit bisa terkendali dengan baik karena kemampuan para dokter - dokter handal seperti kalian bertiga yang dimiliki rumah sakit
ini. . aku sangat puas dan bangga. . ada rumor seorang model papan atas menjadi pasien dan banyak sekali wartawan di depan rumah sakit membuatku penasaran
jadi aku mengunjungi ke sini. . setelah aku tahu bisa kalian handle dengan baik, aku jadi tenang. ." ujar Gerard
"Braga sudah memberikan pernyataan sebagai perwakilan rumah sakit, pasien sudah kami beri pertolongan pertama dan para dokter spesialis lain akan segera
memeriksa kondisi pasien, setelah hasil pemeriksaan keseluruhan keluar akan kami identifikasi segera permasalahan yang ada pada pasien sebelum memutuskan
tindakan apa yang akan dilakukan. . kondisi pasien mengalami komplikasi akibat kelainan Anoreksia Nervosa yang dialaminya sejak 2 bulan lalu" tutur Bastian
"Sangat detail dan teliti seperti biasanya, dokter Bastian. . aku rasa tidak ada yang perlu aku khawatirkan jika sudah ada di bawah pengawasan tangan dinginmu.
.disini juga ada psikiater handal kita, dokter Edelwiss. . istrimu dokter jiwa yang sangat penting untuk rumah sakit ini. . banyak pasien sakit jiwa yang
sudah bisa tertangani dengan baik dibawah perawatannya. . para pemegang saham bahkan mengajukan penambahan untuk divisi kejiwaan karena melihat potensi
sangat besar pada divisi kejiwaan karena kinerja dokter Edelwiss. . aku sangat senang, tidak hanya divisi bedah jantung yang menjadi andalan rumah sakit
ini sekarang, tapi divisi kejiwaan kita sudah semakin dipercaya oleh masyarakat. . sangat memuaskan dokter Edelwiss. ." puji Gerard pada Bastian dan Edel
"Terima kasih pak Gerard, pujian anda membuat saya jadi sedikit besar kepala nanti. ." ujar Edel dengan sedikit bercanda
"Hahaha. . jangan sungkan dokter Edelwiss. . kamu dan suamimu adalah dokter kebanggaan rumah sakit dan aku tentunya. .aku juga sangat rindu ingin bertemu
anakmu, Vino. . dia pasti sudah besar ya sekarang?" tanya Gerard
"Sekarang umurnya 2 tahun pak. . sudah mulai tidak bisa diam dan banyak bertanya" jawab Edel
"Ah. . anak yang sangat cerdas dan aktif aku rasa. . tidak mengherankan dengan ibu dan ayah seperti kalian, sudah pasti anaknya akan jadi genius nantinya.
. aku ingin juga segera punya cucu seperti Vino. . tapi sepertinya Bara ataupun Braga belum terlihat ada keinginan kearah sana. ." ujar Gerard sambil menghela
napas "Bara dan Braga pasti akan memberikan anda cucu, pak Gerard. . anda tidak perlu secemas itu memikirkan mereka berdua. . pasti akan ada saatnya anda bisa
mendapatkan cucu dari mereka berdua. ." ujar Bastian
"Kamu benar pasti akan saatnya. . padahal aku sudah bersusah payah menjodohkan Bara dengan Villan tapi sepertinya belum ada perkembangan apa - apa dari
mereka. . aku akan mulai beralih ke Braga, sebagai anak sulung harusnya dia yang lebih duluan kan?" ujar Gerard
"Saya rasa itu lebih berpeluang daripada mengharapkan kemajuan pada hubungan Bara dan Villan, pak. ." jawab Bastian dengan jujur
Irina dan Edel menatap Bastian dengan terkejut mendengar keterusterangannya terkait hubungan Bara dan Villan di depan Gerard
"Kamu juga berpikir seperti itu ya". . akan aku pertimbangkan lagi nanti. . baiklah aku serahkan semua penanganan disini pada kalian bertiga. . Dokter
Irina sore ini setelah jam kerjamu selesai tolong menghadap ke kantorku. . ada beberapa hal yang perlu kita bicarakan. . dokter Bastian anda juga sebaiknya
ikut bersama Bara dan Braga. ." ujar Gerard
"Baik pak akan saya sampaikan pada Bara dan Braga. ." jawab Bastian
"Good luck. ." ujar Gerard lalu beranjak pergi meninggalkan ruang rawat
Irina memandang Gerard dengan ekspresi dingin dan kebencian yang tersembunyi
Sambil mengepalkan tangannya, Irina memperhatikan Gerard hingga keluar ruangan
" yang ada dikepalamu hanya tentang kemajuan dan nama baik rumah sakit, Gerard. . ternyata selama 10 tahun ini kamu tidak berubah sama sekali. . tidak
ada pembahasan mengenai pasien darimu. . hanya pembahasan tentang bagaimana majunya rumah sakit ini saja. . kamu berharap hidup dengan damai bersama anak
cucumu dengan dosa masa lalu yang belum kamu tebus". . jangan harap aku akan membiarkannya!. . aku akan buat kamu sangat mempercayaiku. . kamu sudah memberitahu
aku dimana celah yang harus aku manfaatkan untuk menikammu. . harapan konyolmu pada Braga akan aku manfaatkan. .kita lihat selebar apa senyummu akan terlihat,
Boulevard Revenge Karya Crimson Azzalea di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Gerard . ." dalam hati Irina
Edel menatap Irina dengan cemas dan curiga lalu memperhatikan kepalan tangan dan ekspresi mata Irina saat menatap Gerard keluar
Bastian memperhatikan arah pandangan Edel dan ekpsresinya dengan curiga
Ditengah suasana hening dimana ketiganya sedang bergulat dengan pikiran masing - masing, pasien bernama Brenda itu sadar
Edel yang pertama bisa kembali fokus pada sekelilingnya langsung menghampiri Brenda untuk mengecek kondisinya
"Nona Brenda. . apakah anda mendengar saya". . nona Brenda apa anda bisa melihat dan mendengar saya dengan jelas". ." tanya Edel sambil memeriksa nadinya
dan memeriksa kesadarannya
"Iya. . ini dimana". . aku kenapa?" tanya Brenda setengah sadar
"Anda sekarang berada dirumah sakit karena komplikasi juga henti jantung mendadak. . bisa sebutkan nama anda?" tanya Edel
"Brenda Evelinn. ." jawab Brenda
"Oke. . ini berapa?" tanya Edel memperlihatkan dua jarinya di hadapan Brenda
"Dua. ." jawab Brenda
"Oke. . sekarang apa yang anda rasakan?" tanya Edel
"Lemas. . pusing. . sakit. ." jawab Brenda
"Kapan terakhir kali anda makan dan apa yang anda makan?" tanya Edel
"Dua hari yang lalu. . salad" jawab Brenda
"Hanya itu" bagaimana dengan kapas yang diberi air?" tanya Edel
"Sejak 1 bulan lalu aku mulai mengkonsumsinya. . untuk mempertahankan berat idealku. . aku harus bisa lebih langsing lagi dari sekarang. ." ujar Brenda
"Apakah menurut anda saat ini kondisi anda masih kurang ideal?" tanya Edel lagi
"Masih kurang. . banyak wanita lain yang lebih langsing dari aku. . aku tidak bisa bertahan dengan berat seperti sekarang. . harus lebih kurus lagi. ."
ujar Brenda seperti orang yang berhalusinasi
Edel membuka jas putih dokternya dan memberikannya pada Bastian
"Apakah menurut anda saya lebih langsing dari anda?" tanya Edel
"Kamu lebih kurus dariku. ." jawab Brenda
Irina dan Bastian tercengang menatap Brenda karena menyatakan Edel lebih kurus darinya dimana kondisi yang sebenarnya adalah tubuh Brenda jauh lebih kurus
seperti mayat hidup dan Edel berbobot normal
"Oke. . terima kasih sudah menjawab pertanyaan saya. . sekarang anda akan mengikuti beberapa tes untuk kondisi tubuh anda. . tolong diikuti dengan baik.
. manager anda sedang mengurus administrasi, sebentar lagi akan kesini. ." ujar Edel
"Aku tidak perlu diperiksa dokter. . aku sehat. . aku tidak mau di rawat di rumah sakit. . jangan pasang infus padaku. . itu bisa membuat tubuhku membengkak!.
. aku tidak mau!" teriak Brenda meronta dengan histeris
Edel dan Irina maju dan menahan Brenda yang mau mencabut infusnya
Bastian ikut maju dan menahan tongkat infus yang hampit jatuh mengenai Edel karena di pukul oleh tangan Brenda
"Bas, tolong tahan disini. ." teriak Edel
Bastian mengambil alih sisi yang dipegang Edel
Edel mengeluarkan obat penenang dari saku jas putihnya dan memasukkannya ke suntikan lalu menyuntikkannya pada Brenda
Beberapa saat Brenda mulai melemas dan tertidur
"Huft. . untung saja kamu membawa obat penenang, Del" ujar Irina lega
"Aku dokter jiwa yang selalu berurusan dengan pasien sakit jiwa, sudah seharusnya aku membawa - bawa obat penenang kemana - mana selama tugas. . lebih
cepat di cek kondisi keseluruhan akan lebih baik. . kondisi kejiwaannya juga perlu segera di terapy. . halusinasinya sudah jadi berbahaya dan mindsetnya
terhadap berat badan masih sangat besar meskipun sudah mengalami henti jantung seperti tadi. . akan sulit menyadarkannya" kata Edel
Bastian mengeluarkan suntikan dari jas putihnya dan mengambil darah dari lengan Brenda
"aku akan membawa ini ke bagian laboratorium untuk segera di cek. . Bumi akan aku minta datang ke sini untuk memantau kondisi jantung dan pembuluh darahnya.
. dokter penyakit dalam juga sudah dihubungi tadi. . dokter Renno kemana saja belum kesini juga?" ujar Bastian sedikit kesal
Edel dan Irina melirik Bastian yang berwajah kesal
"Aku ke bagian laboratorium dulu. . saat dokter Renno datang pastikan dia fokus mengecek pasien dan tidak membuat ulah hanya karena pasien artis atau ulah
lainnya. ." ujar Bastian sebelum keluar dari ruangan
"Iya. . sudah sana. . tenang saja" ujar Edel
"Wah. . dokter Bastian sensitif sekali pada dokter Renno" kata Irina heran
"Ya begitulah semenjak Bastian pernah memergoki dokter Renno menggodaku dan mengajakku kencan 6 bulan lalu. ." kata Edel
"What" dokter narsis itu sampai berani mengajakmu kencan" apa dia sakit jiwa" mengajak istri orang lain kencan. . aku bisa membayangkan wajah suamimu saat
tahu. . dia minta dikuliti hidup - hidup oleh dokter Bastian. .mungkin dia lupa suamimu dokter bedah utama" ujar Irina
"Makanya dia sangat ketakutan jika bertemu Bastian setelah itu. . tapi tetap saja kalau tidak ada Bastian, dia senang menggodaku. . sangat menjengkelkan.
. aku sudah katakan padanya dari awal, aku ini sudah punya suami dan anak. . dia kan bisa saja menggoda perempuan lain yang tidak bersuami. . memang playboy
jadi - jadian, tidak bisa dikasih tahu" ujar Edel sambil menghela napas
"Tapi anehnya. . dia terkesan tidak suka dengan dokter Villan. . kalau dia memang playboy sejati, harusnya dokter Villan yang berfisik sempurna adalah
sasaran empuknya. . aneh" kata Irina
"Ooh. . itu aku tahu. . dokter Renno pernah bilang, dia tidak suka dengan perempuan seperti Villan. . menurutnya Villan tidak lebih dari perempuan yang
tidak punya harga diri karena terus mempertahankan laki - laki yang tidak mencintainya dengan memanfaatkan orang tua. ." kata Edel
"Hah" maksudnya bagaimana?" tanya Irina terkejut
"Villan bisa jadi tunangan Bara karena pak Gerard adalah rekan bisnis ayah Villan di Amerika. . ayah Villan adalah pemilik bisnis alat - alat medis di
Amerika. . saat pak Gerard memboyong Bara dan Braga ke Amerika untuk bertemu ayah Villan dan Villan, dia langsung tertarik dengan Bara. . ayah Villan yang
tahu kemudian menghubungi pak Gerard untuk mengijinkannya praktek di rumah sakit ini supaya bisa lebih dekat dengan Bara. ." tutur Edel
"Biar aku tebak. . melihat dari karakter aneh si balok es itu, pasti dokter Villan di cuekin habis - habisan olehnya kan?" tebak Irina
"Wah. . itu sih masih lebih baik. . waktu pertama menyapa Bara, yang dikatakan Bara 'kamu siapa"'. ."kata Edel meniru ekspresi dingin Bara
"Hah" hahahaha. . . benar - benar bermasalah otaknya si balok es itu" kata Irina tertawa geli mendengar jawaban Bara
"Ini benar - benar tidak lucu loh, kamu tahu itu terjadi saat pertemuan seluruh dokter serumah sakit di auditorium utama" kata Edel
"Eh. . iya jadi tidak lucu kalau situasinya begitu. .lalu bagaimana bisa jadi mereka tunangan?" tanya Irina penasaran
"Karena frustasi, Bara tidak juga tergerak. .Villan mendekati pak Gerard dan berusaha mengambil hati pak Gerard. . pak Gerard juga dibujuk oleh ayah Villan
sehingga setuju menjodohkan Bara dengan Villan. . ini sudah jadi rahasia umum di rumah sakit ini. .sebenarnya belum ada pertunangan resmi antara Bara dan
Villan. . hanya dari pihak pak Gerard dan Villan yang menyatakan bahwa mereka adalah tunangan. . makanya jangan heran kalau sikap Bara dingin dan berjarak
pada Villan" kata Edel
"Ooh. .pantas waktu itu seketus itu. .sepertinya buat Gerard, anaknya sendiri bisa dia gunakan untuk kepentingan rumah sakit. .benar - benar penjahat"
ujar Irina dengan ekspresi benci
"Hah" apa tadi kamu bilang" Gerard" kamu memanggil pak Gerard dengan sebutan penjahat?" tanya Edel terkejut
"Hah" Ah. . gak. . tadi aku menyebut pak Gerard. . kamu salah dengar mungkin. . aku juga tidak menyebut kata penjahat. . aku coba panggil sekali lagi dokter
Renno dan dokter penyakit dalam ya. . kenapa belum datang juga" kata Irina lalu beranjak keluar
"Ternyata benar kan. . kamu menaruh dendam pada orang yang salah, Rin. . bagaimana reaksi kamu saat tahu kalau Bara adalah pelaku yang sebenarnya" Apa
yang harus aku lakukan?" dalam hati Edel
Artis bernama Brenda itu ditangani oleh team dokter yang terdiri dari dokter anastesi jantung, dokter penyakit dalam, dokter syaraf, dokter paru, dokter
bedah jantung, dokter kejiwaan dan ahli gizi
Edel dan Bastian yang ditunjuk menangani Brenda bersama Renno
Menangani pasien pengidap Anoreksia Nervosa bukan hal mudah, perlu kesabaran dan kecerdikkan ekstra untuk bisa menyadarkannya bahwa apa yang dia lakukan
membahayakan dirinya sendiri
Manager Brenda bahkan sama kesulitannya karena tidak mampu lagi membujuk Brenda
Yang membuat kesal Edel adalah, Brenda hanya tenang saat ditangani oleh Bastian yang dianggapnya ganteng
Para dokter lain hanya bisa menggelengkan kepala melihat sikap aneh Brenda
Bastian yang awalnya hanya ikut serta sebagai tambahan untuk mengontrol kondisi jantung Brenda jadi ikut direpotkan
"Lain kali kalau pasiennya artis jangan undang dokter laki - laki dari divisi bedah jantung. ." bisik Edel pada Bumi
"Memang kenapa kalau dari divisi bedah jantung, dokter Edel?" tanya Bumi bingung
"Kamu lupa dokter laki - laki dari divisi bedah jantung paling ganteng - ganteng" apalagi dokter utamanya. .Bastian, Bara dan Braga " ujar Edel kesal
"Ehem. .berarti secara tidak langsung, dokter Edel mengatakan aku juga ganteng ya. .aku juga bagian dari divisi bedah jantung" tanya Bumi
"Kamu malah ge'er. . ah. .sudahlah tidak usah dibahas lagi. .menjengkelkan" ujar Edel jengkel
Malam harinya setelah selesai jam praktek, Bastian, Braga, Bara dan Irina berkumpul di ruangan Gerard
Irina datang belakangan bersama Bara setelah usai memantau kondisi pasien pasca operasi
"Sudah berkumpul semua rupanya. . " ujar Gerard senang melihat kedatangan keduanya
"Untuk apa kami dikumpulkan disini?" tanya Bara to the point
Irina hanya diam sambil memperhatikan sekitar kantor Gerard
"Di ruangan ini pasti Gerard menyimpan file tentang kronologis dan riwayat ayah. . setelah aku selidiki dan cek di file database rumah sakit, data mengenai
kasus ayah tidak terdaftar sama sekali. .aku harus cari cara untuk bisa memeriksa kantor Gerard" dalam hati Irina
"Tidak perlu securiga itu pada ayahmu sendiri, Bara. . aku hanya ingin sedikit berbincang dengan para dokter handal rumah sakitku ini. ." jawab Gerard
"Bagaimana kondisi bisnis di Amerika yah?" tanya Braga mengalihkan suasana panas antara Bara dan Gerard
"Sangat baik. . kita juga sudah merintis sendiri bisnis untuk alat - alat medis. . banyak rumah sakit lain yang sangat percaya dengan alat medis kita karena
nama dan reputasi rumah sakit Boulevard. ." ujar Gerard
Ekspresi Bara sedikit mengeras mendengar kata - kata Gerard
Irina memasukkan tangannya ke saku jas putihnya untuk menutupi kekesalannya yang ditahan
"Semakin banyak yang kamu terima dari reputasi rumah sakit ini akan semakin banyak yang hilang saat aku hancurkan rumah sakit ini, Gerard" dalam hati Irina
"Apa dengan adanya prospek bagus pada bisnis alat medis itu akan membuat kerjasama dengan ayah Villan menjadi berakhir pak?" tanya Bastian mencoba menghibur
Bara Irina, Bara dan Braga melirik ke arah Bastian yang terpikir sampai kesana
"Hhmm. . aku pun sempat berpikiran kesana. . kerjasama yang satu itu memang sepertinya mulai tidak menguntungkan. . tapi tentunya aku perlu memikirkan
cara halus untuk melakukannya. . apalagi ada kesepakatan lain antara aku dan ayah Villan terkait perjodohan Bara dan Villan. ." ujar Gerard
"Untuk apa terus membahas perjodohan yang hanya disetujui satu pihak. . kalau ayah masih bersikeras tentang perjodohan ini, kenapa tidak ayah saja yang
menikah dengan Villan. . jangan memaksaku" ujar Bara lalu berdiri dan keluar dari ruangan
"Hey Bara! tunggu. .Bara!!" panggil Braga mengejar Bara
Irina hanya tercengang mendengar kata - kata Bara
"Bara masih belum berubah. . sepertinya benar katamu dokter Bastian, Villan tidak bisa melunakkan sifat keras Bara justru menambah jarak antara aku dan
Bara. ." ujar Gerard menghela napas sambil memijat dahinya
"Tentu saja tidak akan bisa. . siapa yang akan melunak jika dijodohkan secara paksa seperti itu. . dimana letak otakmu, Gerard?" dalam hati Irina
"maaf ya dokter Irina. . kamu jadi melihat masalah keluarga yang bermasalah ini. . kamu satu team dengan Bara jadi pasti sudah terbiasa dengan sikap keras
Bara. . kalau ada kata - kata atau perlakuannya yang kurang mengenakkan tolong dimaafkan ya. ." ujar Gerard
"Tidak masalah pak. . saya sudah terbiasa menghadapi dokter Bara. . walaupun sempat terjadi perselisihan sedikit di awal. . dokter Bara sangat profesional.
. hanya perlu sedikit diberi pengertian saja" ujar Irina
"Aku sudah dengar pertengkaranmu dengan Bara saat menangani pasien transfer dari Bastian. . kamu cukup berani melawan Bara. . Aku sangat terkesan Bara
bisa open membagi tanggung jawabnya sehingga mau bekerja sama. . Biasanya Bara hanya mau mendengarkan kata - kata Braga atau Bastian" ujar Gerard
"Dokter Bastian sepertinya sedikit melebihkan saja pak. . saya tidak sehebat itu. . waktu itu saya hanya membela diri karena saya tidak merasa salah atas
apa yang saya lakukan" kata Irina
"Itu sangat mengagumkan dokter Irina. . berani bertahan karena merasa benar saat berhadapan dengan Bara. . aku sangat salut dengan kamu. . akhirnya ada
yang berani melawan Bara. . tidak salah kamu ditempatkan sebagai asisten Bara" kata Gerard
" terima kasih pujiannya pak. . saya yang banyak belajar dengan menjadi asisten dokter Bara. . saya juga mendapat bantuan dari dokter Bastian dan Braga
saat bermasalah dengan dokter Bara. . Kalau bukan karena pertolongan keduanya saya pasti masih bermasalah dengan dokter Bara. ." ujar Irina
"Ah. . begitu ya. . bagaimana dengan kondisi kerja di rumah sakit" apakah sudah sangat membantu kamu dokter Irina?" tanya Gerard
"Sangat membantu dan menunjang sekali pak. . fasilitas yang sangat maju dan lengkap juga tenaga kerjanya yang handal memang sangat layak untuk rumah sakit
kelas internasional. . saya sangat nyaman bekerja disini. . saya juga sudah bisa akrab dengan anggota divisi bedah jantung lainnya terutama rekan satu
team saya, dokter Bastian dan Braga. . ." ujar Irina sambil tersenyum
"Oh. . Kamu sering bekerjasama dengan team lainnya juga?" tanya Gerard menjadi tertarik
"Tentu saja pak. . apalagi dokter Bastian dan Braga kan dokter utama disini jadi kalau ada pertanyaan atau kesulitan saya bisa juga bertanya pada mereka.
. kebetulan istri dokter Bastian adalah sahabat saya sejak SMA jadi saya tidak sungkan lagi dengannya dan Braga juga sudah mengijinkan saya untuk bertanya
padanya jika mengalami kesulitan" kata Irina
"Kamu bersahabat dengan dokter Edelwiss. . How nice. . Braga juga menawarkan bantuannya pada kamu". . bagus sekali jika bisa saling bekerja sama. ." ujar
Gerard senang Bastian menatap Irina dengan pandangan curiga dan menilai
"Ya sangat membantu dalam proses kerja dan belajar. . Maaf sebaiknya saya kembali mengontrol pasien karena dokter Bara perlu menenangkan emosinya dulu.
. saya permisi dulu pak" ujar Irina pamit
"Ya. . silahkan dokter Irina" jawab Gerard
Hanya tinggal Gerard dan Bastian di ruangan itu
" ada yang sedang anda rencanakan pak" terkait dengan dokter Irina?" tanya Bastian
"Kenapa kamu bisa berpikir seperti itu dokter Bastian?" tanya Gerard
"Anda biasanya tidak mengundang dokter lain selain kami bertiga ke ruangan anda semenjak kasus malpraktek 10 tahun lalu itu. . kecuali ada yang ingin anda
pastikan" ujar Bastian
"Kamu peka seperti biasanya. . iya aku memang merencanakan sesuatu terkait dengan dokter Irina. . " jawab Gerard
"Apa yang anda rencanakan?" tanya Bastian
"Aku sangat terkesan dengan dokter Irina. . dokter wanita yang menjadi spesialis bedah TKV sangat langka. . diumur semuda itu sudah bisa jadi dokter bedah
TKV yang diakui bahkan oleh Bara. . kamu dan Braga juga mengakui kemampuannya. . kalian bertiga lulusan Harvard tentu punya penilaian yang sangat objektif.
. dari segi fisik dokter Irina juga sangat cantik. . aku ingin menjodohkannya dengan Braga. . bagaimana menurutmu?" ujar Gerard
" penilaian anda sangat beralasan pak. . tapi apa tidak terlalu terburu - buru untuk langsung berencana menjodohkan dokter Irina dengan Braga" dokter Irina
sepertinya orang yang sangat berpendirian bukan type yang mudah dipaksa" kata Bastian
" aku juga berpikiran begitu. . itu baru niatanku saja. . aku juga perlu melihat bagaimana kedekatan dokter Irina dan Braga. . dari cerita dokter Irina
tadi kelihatannya Braga sedikit memberikan perhatian pada dokter Irina. . Ini pertanda baik kan" Apa dokter Irina sudah punya kekasih?" ujar Gerard
"Kekasih sepertinya belum. . Edel bilang dia belum mempunyai kekasih. . " jawab Bastian
"Ah. . bagus kalau begitu rencanaku bisa dilanjutkan" ujar Gerard girang
"Bagaimana kalau dokter Irina tertarik pada yang lainnya pak?" tanya Bastian
"Pada yang lain" siapa yang kamu maksud?" tanya Gerard
"Bara misalnya?" tanya Bastian
"Bara" apa dokter Irina pernah mengatakan bahwa dia lebih tertarik pada Bara?" tanya Gerard
"Itu hanya seandainya saja pak. . karena dokter Irina kan lebih dekat dengan Bara dari Braga" kata Bastian
"benar juga. . tapi ada Villan juga di team itu, apa mungkin keduanya bisa saling tertarik?" kata Gerard
" aku akan melihat dulu bagaimana kedekatan Braga dan dokter Irina. . akan aku minta untuk team 1 dan team 3 banyak menerima case yang saling berkaitan.
. Aku juga minta tolong ya dokter Bastian untuk membantuku mendekatkan Braga dan dokter Irina. . apa menurutmu perlu kita tukar dokter Irina ke team Braga?"
ujar Gerard "Sebaiknya untuk yang satu itu tidak perlu pak. . hanya dokter Irina yang bisa menjadi asisten Bara. . akan timbul masalah baru jika anggota team ditukar.
. " ujar Bastian "Oke. . akan aku minta list jadwal dan pasien" ujar Gerard
Bastian jadi serba salah karena tahu perasaan Bara yang sebenarnya
"Bagaimana bisa aku membantu mendekatkan Braga dan dokter Irina sedangkan aku tahu Bara mulai membuka hatinya pada dokter Irina. . cerita dokter Irina
tadi kenapa terkesan memprovokasi pak Gerard" apa maksudnya" Apa Edel mengetahui sesuatu yang berhubungan dengan ini" dia belakangan sering memperhatikan
gerak gerik dokter Irina. . semakin rumit saja. ." dalam hati Bastian
Irina mendengar semua percakapan Gerard dan Bastian dari depan pintu ruangan Gerard
"Ternyata benar kerahasiaan tentang kasus ayah ada di ruangan Gerard. . aku perlu tahu dimana letaknya. . dia berniat menjodohkanku dengan Braga. . Bagus!
Rencanaku berhasil. . ini bisa aku gunakan untuk akses keluar masuk ruangannya. . jika aku bisa dekat dengan Braga seperti keinginannya, dia akan lengah
dan aku bisa sering diundang ke ruangannya sebagai daftar penting. ." dalam hati Irina sambil tersenyum senang
Selama beberapa hari Bastian dan Edel terus disibukkan dalam penanganan Brenda
Team 2 sementara dihandle oleh Kiet asisten Bastian yang sesekali diawasi Braga atau Bara jika operasinya kompleks
Siang hari Irina baru selesai operasi bersama team 1 lainnya sedang istirahat diruang istirahat khusus dokter divisi bedah
Irina membaca isi pesan dari Edel yang menceritakan tentang penanganan pasien bernama Brenda itu lalu tertawa sendiri saat membacanya
"Apa yang kamu tertawakan?" tiba - tiba ada suara laki - laki dari belakang Irina
"Waaa. .!" teriak Irina yang terkejut
"Kenapa kamu sekaget itu?" tanya Bara
"Kamu hobby sekali mengagetkan orang lain?" ujar Irina
"Kamu yang terlalu asik. . setelah ini kita harus memeriksa pasien yang kemarin" ujar Bara
"Oke. . tiada hari tanpa bersikap ketus sepertinya. ." ujar Irina
" Emergency call. . Pasien room 557 is out of room. . Emergency call. . Pasien room 557 is out of room!" suara panggilan darurat
Edel, Bastian dan Bumi berlari menuju kamar 557 yang merupakan kamar rawat Brenda
"Kemana artis manja ini?" keluh Bumi
Edel segera menelephone manager Brenda
"Bagaimana bisa?"" ujar Renno memasuki ruangan dan langsung diam begitu melihat wajah Edel, Bastian dan Bumi yang kesal
" apa yang kamu lakukan dokter Renno". . bukankah sekarang waktunya kamu yang melakukan kontrol pada pasien diruangan ini". . bagaimana bisa jadi pasiennya
justru melarikan diri?" tanya Bastian kesal
"Tadi dia memintaku untuk mencarikan vitamin penambah nafsu makan. . Jadi" belum selesai Renno menjawab
"Jadi dengan sangat berbaik hati kamu keluar mencarinya tanpa minta tolong pada suster". . pasien ini tidak bisa dilepaskan pengawasannya. . lihat sekarang
melarikan diri" ujar Bumi
"Ya aku mana tahu kalau dia berbohong. ." ujar Renno masih berusaha membela diri
" managernya masih berusaha mencari pasien disekeliling rumah sakit. . dengan kondisi seperti itu dia pasti masih berada di lingkungan rumah sakit. . sebaiknya
kita minta tolong cek bagian keamanan dengan melihat cctv" ujar Edel
Edel, Bastian, Bumi dan Renno bergegas menuju ruang keamanan rumah sakit
Di ruang keamanan mereka melihat seluruh monitor cctv
" itu disana. . Itu ruang tunggu pasien rawat jalan di divisi umum. ." tunjuk Bastian pada salah satu monitor cctv
Terlihat Brenda yang sedang berjalan dengan mengenakan baju pasien berwarna biru langit seperti menoleh ke arah televisi di ruang tunggu
"Ini gawat. . kalau dia menyaksikan berita tentang dirinya yang sedang tersebar baru - baru ini bisa membuatnya shock dan histeris" kata Edel
"Memang beritanya sudah sampai bocor ke wartawan?" tanya Bumi kaget
"Iya. . kemarin managernya cerita padaku untuk tidak mengijinkan Brenda melihat televisi, radio, atau media cetak dan elektronik apapun yang bisa membuatnya
bisa mengetahui kabar berita tentang dirinya di media. . entah dapat darimana berita tentang Brenda yang mengalami masalah kejiwaan tersebar hingga ada
fotonya juga. . aku sudah cek kebenarannya dan memang sudah ramai diberitakan. ." kata Edel
"Pasti ada pihak dalam rumah sakit yang membocorkannya kalau sampai dapat foto kondisi Brenda saat ini. . setelah masalah ini selesai perlu diusut siapa
dalangnya. . Coba lihat sepertinya memang dia sudah mengetahui berita itu. . Dia terkejut dan berlari ke arah sana. . Ayo kita susul" ujar Bastian menunjuk
tempat di lokasi cctv Edel, Bastian, Bumi dan Renno berlari mencari Brenda ke lokasi bersama beberapa team keamanan yang membantu
Mereka berpencar ditemani team keamanan yang ikut memantau dari ruang cctv
Petugas keamanan yang bersama Edel mendapat info dari ruang cctv
"Dokter, pasien terlihat ada di atap rumah sakit. ." lapor petugas keamanan pada Edel
Edel langsung berlari ke atap rumah sakit diikuti petugas keamanan
Di atap rumah sakit Brenda sedang menangis dan meratapi nasibnya
"Kenapa pemberitaan tentangku selalu seenaknya?". . aku tidak gila!!. . siapa yang mengatakan aku mengalami masalah kejiwaan?". . aku seratus persen normal
dan waras!!. . Sembarangan saja mengatai aku gila!!" umpat Brenda
"Brendaaa!!. . syukur masih terkejar. . apa yang kamu lakukan disini Brenda?" ujar Edel yang tiba dengan terengah - engah
"Dokter Edel. . kenapa aku ditahan di rumah sakit ini dan dibawah pengawasan anda". . anda kan dokter jiwa memangnya aku sakit jiwa". . aku sangat waras,
dokter. .tidak gila seperti yang mereka katakan!" ujar Brenda
"Oke. . begini biar saya jelaskan. . sepertinya banyak yang salah sangka dengan bidang yang saya kerjakan. . tidak semua pasien yang ditangani dokter jiwa
adalah orang gila, Brenda. . Masalah kejiwaan bukan berarti selalu gangguan mental bisa juga pemberian motivasi, sedang ada masalah yang mengganggu dan
untuk masalah efek samping ke suasana hati pasien dari gangguan kesehatan juga bisa ditangani oleh spesialis kejiwaan. . " kata Edel sambil memberi isyarat
pada petugas keamanan untuk tetap bersembunyi di belakang pintu menuju atap rumah sakit
"Tapi orang - orang memberitakan aku mengidap kelainan jiwa yaitu anoreksia nervosa makanya aku dirawat sebagai pasien sakit jiwa disini. . " ujar Brenda
"Pasien anoreksia nervosa bukan berarti dia gila, Brenda. . itu hanya kecenderungan yang muncul karena obsesi kamu yang sangat menjaga berat badanmu. .
Itu yang perlu saya bantu untuk luruskan supaya kamu bisa sehat kembali" kata Edel
"Aku berusaha menjaga berat badan demi karirku. . apa itu salah". . Aku tidak mau menjadi pecundang seperti dulu hanya karena berat badan yang berlebihan!.
. kenapa orang - orang melecehkan aku saat aku berbadan gemuk dan melecehkan juga saat aku berbadan kurus?" ujar Brenda
"kamu jangan hanya melihat dari sisi yang melecehkanmu. . fansmu juga sangat banyak kan yang mendukung dan menunggu kesembuhanmu. . setiap hari pihak keamanan
rumah sakit sampai dibuat repot oleh fansmu yang selalu berdatangan hanya untuk mendukungmu dari dekat. . " kata Edel
"Mereka pasti akan menjauhiku setelah melihat kondisiku sekarang. . setelah tahu berita tentang aku yang mengalami kelainan jiwa. . Dokter tidak akan mengerti
karena dokter hidup dengan baik dan nyaman. . tidak pernah ada yang melecehkan dokter karena profesi anda yang sangat tinggi. . aku sudah capek hidup dilecehkan
terus. . aku mau mati saja dokter. . " kata Brenda mendekat ke ujung atap
"Mati bukan solusi untuk masalahmu. . dengan kamu bunuh diri justru membuat orang - orang yang melecehkanmu semakin senang dan merasa menang. . kamu harus
tunjukkan pada mereka bahwa kamu tidak seperti yang mereka tuduhkan. . " bujuk Edel berusaha mendekati Brenda
"Jangan mendekat! aku sudah tidak mau dengar apa - apa lagi. . biarkan saja aku mati. . Biar puas mereka semua!" ujar Brenda yang naik ke atas pembatas
atap "Brenda ayo turun jangan berpikiran untuk mati!. . masih banyak yang mendukung kamu untuk hidup untuk apa kamu memikirkan mereka yang mendukung kamu untuk
mati. . tidak ada manusia yang disukai oleh semua orang. . pasti ada yang suka dan ada yang tidak suka. . ayo turun. . kami akan bantu kamu jadi jangan
merasa tertekan sendiri dengan apa yang orang lain katakan tentang kamu" bujuk Edel mendekat pelan - pelan
"Tidak ada yang bisa dibantu lagi. . berita yang sudah menyebar itu sudah pasti menghancurkan seluruh karirku. . aku sudah tidak bisa lagi melihat ada
harapan karirku akan kembali jadi buat apa. . " kata Brenda sambil melihat ke bawah
Edel menghela napas karena sering mengalami situasi seperti ini saat menangani pasien sakit jiwa
Boulevard Revenge Karya Crimson Azzalea di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Bastian, Bumi dan Renno yang baru tiba melihat dengan terkejut kondisi Brenda yang sudah naik diatas pembatas atap gedung
Edel memberikan isyarat ketiganya untuk tidak maju dulu
"Oke. . kalau itu pilihan kamu. . " ujar Edel lalu ikut naik ke atas pembatas atap
Membuat Bastian, Bumi dan Renno tercengang kaget dengan kenekatan Edel
Brenda menatap heran Edel yang berdiri disebelahnya
"Apa yang mau anda lakukan?" tanya Brenda
"Kenapa kamu bertanya". . aku hanya mau melihat apa yang bisa kamu lihat dan tidak bisa kamu lihat dari posisimu sekarang. . tadi kamu bilang aku tidak
akan pernah mengerti bagaimana jadi kamu. . dari posisi ini kamu masih bisa melihat langit yang biru, matahari juga masih terang, angin masih berhembus
sejuk, oh. .coba lihat dibawah sana itu para fansmu yang masih menunggui kamu di depan rumah sakit. . wah. .mereka sangat menyukai kamu sampai rela bersusah
- susah seperti itu. . sayang sekali orang yang mereka tunggu mungkin akan mereka temui saat sudah jatuh dari sini. ." ujar Edel menunjuk ke bawah
Brenda melihat para fansnya yang berusaha masuk dan menunggu di depan rumah sakit
"Bagaimana" kamu jadi melompat" menemui mereka dengan melompat dari sini sudah pasti bukan keinginan mereka kan. . akan lebih baik kamu menemui mereka
lewat pintu depan rumah sakit dengan kondisi yang sudah sehat dan segar. . " tanya Edel
"Mereka masih menyukaiku meskipun ada pemberitaan seperti itu?" ujar Brenda tidak percaya
"Tidak ada manusia yang dibenci semuanya, sama mustahilnya dengan manusia yang disukai semua orang . . jangan sibuk memikirkan orang yang membencimu jika
kamu belum cukup memikirkan orang yang menyukaimu. . kamu pasti bisa bangkit lagi , Brenda karena kamu masih punya mereka yang mendukung kamu. . Ayo turun
dan mulai pulihkan kesehatanmu demi mereka yang mendukung kamu" bujuk Edel
Brenda cuma bisa menangis mendengar kata - kata Edel dan melihat ke bawah
"Ayo turun dan kita mulai pemulihan kamu. . kamu pasti mau cepat pulih dan menemui mereka" ajak Edel mengulurkan tangannya pada Brenda
Brenda menatap Edel dengan mata sembab dan mengulurkan tangannya menggenggam tangan Edel
Bastian, Bumi dan Renno menghela napas lega melihat Edel berhasil membujuk Brenda
Setelah kejadian di atap rumah sakit, Brenda mulai mengikuti terapy dan pemulihannya dengan sungguh - sungguh yang awalnya tidak mau diajak kerjasama dalam
proses pengobatan sekarang bersemangat untuk sembuh
Dari diagnosa penyakit dalam, jantung dan paru ditemukan kondisi yang membutuhkan penanganan ekstra di bagian jantung sehingga memerlukan operasi bypass
jantung yang dilakukan oleh team 2 Bastian
Di lantai 5 gedung khusus dokter divisi bedah jantung, profesor Ilyas sedang mengatur kembali jadwal dan list pasien team 1 dan team 3 atas permintaan
Gerard "Apa yang sedang direncanakan pak Gerard sehingga meminta team 1 dan team 3 bisa saling berkoordinasi". . Oh. .ya aku lupa belum memeriksa status medical
check up para dokter yang memerlukan medical check up ulang siapa. ." ujar profesor Ilyas kemudian membuka databasenya
Saat membuka data team 1 dan sampai di data Irina, dokter Ilyas tersadar sesuatu
"Aku sepertinya pernah melihat dokter Irina tapi entah dimana. . wajahnya sedikit familiar" ujar profesor Ilyas
Saat ke bagian data pribadi, profesor Ilyas terkejut
"nama ayahnya sama dengan pasien malpraktek Bara 10 tahun lalu. .apa benar Arya Wiguna yang itu" Atau. . .siapa dia sebenarnya?" ujar profesor Ilyas dengan
wajah terkejut dan curiga
05. Past Mistake Profesor Ilyas yang terkejut langsung membuka database rahasia rumah sakit
Login dengan user khusus miliknya, profesor Ilyas membuka file case atas nama Arya Wiguna
Dari database terlihat dua data atas nama Arya Wiguna yang dilakukan transplantasi jantung di waktu bersamaan 10 tahun yang lalu
"Apa benar Arya Wiguna yang ini" kalau yang ini berarti dia pembunuh bu Delilah. . atau yang satunya". .keduanya sama - sama punya anak perempuan. . Yang
manapun bisa jadi motif kuat untuk menghancurkan rumah sakit. . Bisa juga bukan keduanya. . diluar sana pasti banyak Arya Wiguna lainnya. . Yang mana sebenarnya
kamu Dr.Irina?" ujar profesor Ilyas bingung sambil menatap kedua data pasien malpraktek dengan nama sama itu
"Aku sebaiknya selidiki diam - diam karena belum tentu benar juga. . untuk sementara jangan sampai pak Gerard curiga dulu. . bisa ada kecurigaan macam
- macam pada dokter Irina nanti. ." dalam hati profesor Ilyas
Disaat profesor Ilyas bingung dengan identitas Irina, Bara dan Irina sibuk mengontrol kondisi pasien di ruang rawat
Salah satu pasien yang ditangani Bara dan Irina adalah anak remaja laki - laki berumur kira - kira 14 tahun yang mengidap kelainan katup jantung ( Kelainan
katup jantung adalah kelainan pada jantung yang menyebabkan kelainan kelainan pada aliran darah yang melintasi katup jantung. Katup yang terserang penyakit
dapat mengalami dua jenis gangguan fungsional yaitu ; Regurgitasi dimana daun katup tidak dapat menutup rapat sehingga darah dapat mengalir balik. Dan
Stenosis Katup dimana lubang katup mengalami penyempitan sehingga aliran darah mengalami hambatan.)
"Bagaimana keadaanmu sekarang Zahir?" tanya Irina sambil mengecek kondisi pasien bernama Zahir
"Sudah lebih baik dokter. . aku senang hari ini dokter Irina yang melakukan kontrol. . " ujar Zahir
"Aku juga senang bisa menangani pasien yang punya semangat sembuh yang tinggi seperti kamu. . kondisimu cukup baik dan stabil. . jangan terlalu lelah dan
memikirkan hal - hal yang memberatkan pikiranmu. . kemana ayahmu?" tanya Irina
"Ayah sedang keluar dari tadi pagi belum kembali lagi. . mungkin dia sudah capek mengurusiku" ujar Zahir dengan wajah sedih
"Jangan berpikiran negatif. . mungkin ayahmu sedang mengurus hal lain yang penting demi kesembuhanmu. ." kata Irina
"Benar begitu dokter?" tanya Zahir
"Setiap orang tua pasti begitu. . jangan khawatir. . pikirkan saja kesembuhanmu ya" kata Irina
"Oke. .terima kasih dokter Irina. .bisakah dokter sering - sering mengunjungiku" aku tidak punya teman bicara. . " pinta Zahir
"Aku akan usahakan meluangkan waktu mengunjungimu. . asal kamu mengikuti semua terapy dan pengobatan dengan baik. .ok?" ujar Irina
"Oke. .dokter" jawab Zahir girang
"Bagaimana kondisi pasien di sebelah sana?" tanya Bara saat selesai mengecek pasien lainnya
"Yang lainnya oke. . yang mengidap Stenosis Katup Aorta (Stenosis Katup Aorta adalah kerusakan katup jantung yang ditandai dengan penyempitan katup aorta
pada jantung, yang mana hal ini membatasi kemampuan katup untuk membuka sepenuhnya. Aorta adalah pembuluh arteri utama yang membawa darah keluar dari jantung.
Pada stenosis aorta, katup aorta tidak terbuka sepenuhnya. Adanya hambatan aliran darah dari aorta ke seluruh tubuh meningkatkan beban kerja bagi jantung
karena jantung harus memompa lebih kencang untuk mendorong darah melewati katup yang menyempit ) mempunyai ayah yang brengsek menurutku" kata Irina
"dari mana kamu tahu semua itu?" tanya Bara
"Ayahnya pernah menanyaiku tentang kondisi anaknya tapi bukan tentang seberapa besar kemungkinan kesembuhannya tapi berapa lama lagi umur anaknya. . dia
bertanya seakan - akan menunggu kematian anaknya sendiri. . Aku sudah sarankan untuk melakukan operasi penggantian katup jantung agar anaknya bisa sembuh
tapi dia bilang tidak perlu. . benar - benar menjengkelkan" kata Irina sebal
"Melihat kondisinya, akan sulit mendapat support dari ayah yang seperti itu. . Penggantian katup jantung bisa saja dilakukan tapi kalau pihak keluarga
tidak bersedia, kita tidak bisa juga ambil tindakan" kata Bara
"Benar juga. . hari ini saja belum kelihatan batang hidung ayahnya. . tapi si anak mulai merasakan kejanggalan pada sikap ayahnya. . Aku takut dia jadi
tertekan dan membuat kondisinya down" kata Irina
"Pasien masih remaja. . kondisi mentalnya juga sedang labil apalagi dengan bawaan penyakit sejak lahir. . dia akan lebih sensitif lagi. . kalau dia memang
bisa open padamu lebih sering diajak bicara saja dan pantau kondisinya lebih ketat. . " kata Bara
Tidak jauh dari ruangan tempat Irina dan Bara sedang melakukan kontrol, terlihat wanita berumur sekitar 25an seperti kebingungan
Saat Bara dan Irina keluar ruangan, mereka melihat wanita yang sedang kebingungan itu
"Itu pengasuh Vino. . sedang apa dia disini". ." ujar Bara langsung mengenali wanita itu sebagai pengasuh Vino anak Edel dan Bastian
"Vino anak Edel dan dokter Bastian?" tanya Irina mengikuti Bara yang menghampiri pengasuh Vino
"Mbak Ratri. . sedang apa disini" Vino nya mana?" tanya Bara menghampiri pengasuh bernama Ratri
"Oh. . Tuan Bara. . " ujar Ratri
"Hay. .salam kenal mbak Ratri. .saya Irina teman Edel dan dokter Bastian. . " sapa Irina memperkenalkan diri
"Salam kenal juga nona Irina. . Saya Ratri pengasuhnya tuan Vino. . Untung saya ketemu tuan dan nona disini. . tadi tuan Vino rewel minta bertemu dengan
papa mamanya jadi saya bawa kesini karena tidak mau makan kalau tidak bertemu orang tuanya. . sampai disini saya kehilangan dia. . tolong bantu saya mencarinya
tuan Vino. ." ujar Ratri
Bara dan Irina terkejut mendengar Vino hilang dirumah sakit
"Mulai menghilangnya dimana mbak?" tanya Bara
"Saya mulai sadar tuan Vino hilang saat melewati area bergaris biru disana" tunjuk Ratri
"Itu area divisi jantung. . ayo kita cari" ujar Irina
Bara, Irina dan Ratri berlari mencari Vino disekitar area divisi jantung
Di salah satu area divisi jantung, ada anak kecil berumur sekitar 2 tahun berwajah bule, rambut pendek kecokelatan, kulit putih, hidung mancung, mata bulat
warna kecokelatan dan berlesung pipi sedang berjalan sambil melihat area sekitarnya dengan antusias
Mengenakan kaos hitam dan celana jeans selutut, anak kecil bule itu memasuki lift karena mengikuti dokter rumah sakit yang dilihatnya
Area divisi jantung bukan area yang kecil, banyak lorong dan penuh lalu lalang pasien dan staff rumah sakit
Mencari anak kecil di wilayah seperti itu sama dengan mencari jarum dalam jerami
Setelah sibuk kesana kemari tidak menemukan jejak Vino, mereka berhenti di dekat ruang rawat
"Kita tidak mungkin menemukan Vino dengan cara begini. . sama seperti mencari jarum dalam jerami. ." ujar Irina
"Aku akan hubungi Azka untuk membantu melihat cctv" ujar Bara mengeluarkan handphonenya dan menelephone Azka
"Hallo Azka. . Tolong ke ruang cctv keamanan. . cek keberadaan Vino anak Bastian dan Edel. . jika ketemu segera kabari aku. . " ujar Bara via telephone
"Sambil menunggu kabar dari Azka kita cari lagi" ajak Bara
Ketiganya melajutkan pencarian mereka disekeliling wilayah divisi jantung
Di tempat lain team 3 baru selesai melakukan operasi, keluar setelah pasien dibawa ke ruang pemulihan oleh suster Anjani dan Razo diikuti oleh Cecillia
sebagai dokter anastesinya
Braga berjalan keluar bersama asistennya, Dastan dan Atthar
"Setelah operasi ini, pasien harus dipantau perkembangannya bagaimana apakah bisa menyesuaikan dengan baik atau tidak dengan donornya. . Jika mengalami
kejanggalan segera laporkan kembali padaku untuk diberi tindakan segera. . cek juga organ dalam lainnya bersama spesialis penyakit dalam untuk menghindari
komplikasi lanjutan pasca pencangkokan jantung" ujar Braga memberikan instruksi pada Dastan dan Atthar
"Baik. . akan aku hubungi ke spesialis penyakit dalam untuk bantu memantau kondisi pasien" jawab Dastan
Saat mereka hendak beranjak dari sana, lewat petugas rumah sakit mendorong troly besar bermuatan sampah medis dan berhenti di ujung lorong untuk mengambil
sampah medis lain di salah satu ruangan
Braga, Dastan dan Atthar menunggu lift di ujung lain lorong itu
Di dekat troly yang sedang ditinggal oleh petugasnya itu muncul Vino yang penasaran dengan isi troly itu
Atthar melihatnya dan langsung mengenali Vino
"Hmm. .itu kan Vino anak dokter Bastian. . Vin!. ." saat Atthar akan memanggil Vino, petugas tadi keluar dan membawa seperangkat alat medis lainnya lalu
di taruh diatas troly Vino naik keatas troly dan bersembunyi dibagian bawah troly
Tanpa menyadari kehadiran Vino, petugas itu mendorong trolynya memasuki lift barang
Atthar tercengang melihatnya dan kemudian tersadar saat di panggil oleh Dastan yang sudah di dalam lift bersama Braga
"Hoy. . Atthar. . Sedang apa kamu bengong disitu". . cepat masuk nanti kami tinggal" ujar Dastan
"Itu tadi disana ada Vino. . dia naik keatas troly petugas bersih - bersih sampah medis" ujar Atthar panik
"Vino" anak Bastian?" tanya Braga
"Iya Vino anak dokter Bastian. . tadi aku lihat disana dibawa dengan troly petugas kebersihan sampah medis" ujar Atthar masih ngotot
"Sudah ayo cepat naik jangan berkhayal terus" ujar Dastan menarik Atthar naik ke lift
Sepanjang di lift, Atthar terus membahas masalah dirinya yang melihat Vino membuat Braga dan Dastan pusing
Saat keluar lift mereka berpapasan dengan Bara dan Irina yang sedang sibuk mencari Vino diikuti Ratri
"Hay dokter Bara, dokter Irina. ." sapa Dastan dan Atthar
"Bara, Irina. . Kenapa" kalian sepertinya sedang panik?" tanya Braga
"Kalian melihat Vino anak dokter Bastian tidak?" tanya Irina terengah - engah
"Vino" memangnya kenapa?" tanya Braga bingung
"Pengasuhnya kehilangan dia saat di divisi jantung. . kami sudah cari tapi belum ketemu" kata Bara yang juga mulai kehabisan napas
"Nah. .benar kan kataku tadi". . Yang aku lihat itu Vino anak dokter Bastian" ujar Atthar
"Kamu lihat" dimana?" tanya Irina
"Aku lihat tadi di dekat ruang operasi lantai 3 dibawa dengan troly petugas kebersihan sampah medis" ujar Atthar
"Hah" dibawa petugas sampah medis?" ujar Irina dan Bara
"Kenapa tidak kamu kejar?" ujar Bara
"Aku tadinya mau kejar tapi mereka tidak percaya padaku" kata Atthar
"Kemana kita cari troly yang membawa Vino?" ujar Braga
Bara menelephone Azka lagi
"Azka coba cek cctv dimana posisi troly petugas kebersihan sampah medis. . " ujar Bara via telephone
"Azka sedang dimana?" tanya Braga pada Irina
"Dokter Azka membantu melihat cctv di ruang keamanan" ujar Irina
"Ini jadi sangat heboh ya" ujar Dastan
"Bastian dan Edel sudah diberitahu?" tanya Braga
"Tadi aku sudah mencoba menghubungi mereka tapi belum diangkat. . mereka sepertinya masih sibuk mengurusi pasien anoreksia kemarin. . tapi aku sudah meninggalkan
pesan" kata Irina "Oke. . pantau terus. . segera telephone bagian keamanan gerbang belakang untuk tahan mobilnya" ujar Bara kemudian menutup telephonenya
"Bagaimana?" tanya Irina
"Trolynya terlihat di lorong menuju pintu belakang. . kita harus cepat sebelum dibawa naik ke mobil pengangkut sampah medis" kata Bara
Mereka langsung berlari menyusul troly yang membawa Vino
Disalah satu lorong panjang dan bercabang, petugas kebersihan itu mendorong troly dengan tenang tanpa tahu di trolynya ada anak kecil
Di dalam troly, Vino sibuk memainkan sampah medis yang ada disitu dengan penuh minat
Bara, Irina, Braga, Dastan, Atthar dan Ratri tiba dan melihat petugas bertroly itu
"Nah. . yang itu trolynya. ." tunjuk Atthar
"Pak kebersihan sampah medis! Tunggu!!" teriak Bara dan Irina memanggil duluan sambil berlari menghampiri diikuti yang lainnya
Petugas yang membawa troly langsung berhenti dan menoleh ke arah sumber suara yang memanggilnya
Saat petugas berbalik ke arah pemanggilnya, troly yang di bawanya tersenggol oleh tempat tidur pasien yang sedang dibawa tergesa - gesa oleh team medis
memasuki rumah sakit Troly yang berisi Vino itu berjalan menuruni lorong yang berstruktur turunan
"Waaaa. .trolynya lepas!!" teriak Dastan dan Atthar
Petugas kebersihan tadi menoleh balik dan berusaha mengejar trolynya
Bara dan Braga yang berkaki lebih panjang mempercepat larinya meninggalkan Irina, Dastan, Atthar, Ratri dan petugas kebersihan
Sebelum troly menghantam pembatas di ujung lorong, Bara dan Braga berhasil menahan troly dan menariknya ke depan mereka
Irina, Dastan, Atthar dan Ratri menghampiri bersama petugas kebersihan
Bara langsung membuka kain penutup dibagian bawah untuk mencari Vino
Braga membantu melihat bagian atasnya dan Irina melihat di bagian tengah
Atthar dan Dastan menahan petugas kebersihannya
Vino terlihat sedang memainkan bekas suntikan dan termometer listrik rusak dengan stetoskop rusak menggantung dilehernya sambil tertawa riang menatap ke
arah Bara memperlihatkan lesung pipinya
"Doctor. ." ujar Vino dengan suara imut anak kecil dan logat blasteran
"Vino. .kesini" ujar Bara tersenyum sambil mengangkat Vino dari troly dan menggendongnya
Melihat Vino sudah ada di gendongan Bara, yang lain lega dan membiarkan petugas kebersihan sampah medis melanjutkan pekerjaannya
"Tuan Vino. . jangan lari dari mbak ya. . nanti mbak dimarahi mama dan papa tuan. ." ujar Ratri mau mengambil Vino dari Bara
"Gakkk!!" ujar Vino menolak pindah dari gendongan Bara
"Wah. . Vino memang selalu paling suka dengan dokter Bara dibanding dengan yang lainnya" ujar Dastan
"Mungkin karena mirip dengan ayahnya, dokter Bastian makanya dia lebih nyaman dengan dokter Bara" ujar Atthar mencoba mencubit pipi Vino
"Hay. . Vino nama tante Irina teman mama dan papamu. . nice to meet you" sapa Irina sambil mengulurkan tangan
Vino menatap Irina dengan kedua mata bulatnya lalu mengulurkan tangannya
"Nice to meet you too. ." jawab Vino dengan logat anak kecil
"Waw. . you are smart boy. ." ujar Irina mengelus kepala Vino
"Vino. . jangan bermain dengan sampah itu ya. . ayo sini berikan pada tante" bujuk Irina meminta suntikan bekas yang dipegang Vino
"Nooo. . . I want it!" ujar Vino tidak mau menyerahkannya
"Om punya yang baru. . ayo kita tukar" bujuk Braga memperlihatkan suntikan baru yang masih diplastik
Vino menatap Braga dengan mata bulat penuh minat dan menyerahkan suntikan bekas ditangannya pada Braga
"Braga. . kamu tidak serius memberikan suntikan itu pada Vino kan" bahaya itu tajam. ." tanya Irina menahan tangan Braga
"Tentu saja aku serius. . kita tidak boleh membohongi anak kecil kan" tenang saja ini tidak bahaya. ." ujar Braga kemudian memberikan suntikan baru kepada
Vino Vino menerimanya dengan girang, saat asik memainkan suntikan barunya, Bara melepaskan stetoskop bekas di leher Vino dan memberikannya pada Atthar
Atthar menerimanya dengan jijik dan membuangnya ke tempat sampah terdekat
"Tenang saja itu suntikan mainan. . aku membawanya karena aku sedang punya pasien anak - anak. . dia selalu meminta untuk punya suntikan sendiri sebagai
mainan. . untuk membujuknya agar mau mengikuti pengobatan makanya aku harus bisa mengikuti kemauannya" ujar Braga pada Irina yang berjalan di sampingnya
"Ooh. . pantas saja kamu bisa dengan mudah menyerahkannya pada Vino. . syukur kamu sedang bawa itu. . cukup sabar juga ya kamu menghadapi pasien seperti
itu?" ujar Irina "Aku suka anak kecil apalagi yang seperti Vino. . hanya saja Vino lebih suka pada Bara dibanding denganku" ujar Braga sambil tersenyum
"Oya" Vino lebih suka pada balok es itu daripada denganmu" wah. . fakta yang cukup mengejutkan melihat anak kecil biasanya lebih suka pada orang yang menyenangkan.
. kamu bisa jadi dokter spesialis anak yang baik kalau tidak jadi spesialis bedah TKV" ujar Irina
"Dulu sempat terpikir olehku jadi spesialis anak tapi tidak jadi karena ambisi ayahku yang lebih mengarahkan aku dan Bara menjadi spesialis bedah TKV.
. meskipun awalnya terpaksa, sekarang aku sangat mencintai bidang ini karena bisa menolong orang yang merasa sudah berada diambang kematian. ." kata Braga
"Kamu orang yang penurut dan optimis ya ternyata. . kalau aku mungkin tidak bisa berpikir seperti kamu untuk menerima keadaan yang tidak aku suka. . kamu
hebat" ujar Irina simpati
"Terima kasih. . aku belum merasa hebat. . sebagai dokter kita tidak akan pernah berhenti belajar sampai kapanpun. . kesalahan demi kesalahan kadang juga
sering menghantui kita. . Aku masih berusaha memperbaiki kesalahan - kesalahan masa lalu yang sudah aku perbuat. . " ujar Braga
Irina berhenti berjalan dan menatap dalam Braga karena teringat kasus malpraktek yang dialami ayahnya
Braga ikut berhenti dan menatap bingung Irina
"Kalau kamu pernah melakukan kesalahan hingga menyebabkan kematian pada pasien, apa yang akan kamu lakukan Braga?" tanya Irina
Braga awalnya menatap Irina dengan ekspresi bingung mendengar pertanyaan tiba - tiba Irina
"Sebagai manusia kita tidak luput dari kesalahan tapi sebagai dokter dan pelaku kesalahan, kita wajib minta maaf dan mengakui kesalahan. . ." jawab Braga
"hanya itu yang diinginkan keluarga pasien tapi pada kenyataannya, pihak yang bersalah tidak mau mengakui dan menutupinya demi nama baik semata. . hal
itu yang memancing rasa sakit hati keluarga pasien" ujar Irina dengan pandangan sakit hati
"Irina. . apa kamu baik - baik saja" kenapa kamu mengatakannya seakan - akan itu mengganggumu?" tanya Braga
"Maaf. . aku hanya teringat kejadian lalu yang pernah aku alami. . kita sebagai dokter memang pernah melakukan kesalahan fatal atau tidak fatal" ujar Irina
tersadar hampir saja dia membuka identitasnya dihadapan Braga
"Hey. . dokter Braga. . dokter Irina! kalian sedang apa?" ujar Atthar
Irina dan Braga menoleh ke arah Bara, Atthar, dan Dastan yang sudah meninggalkan mereka
" maaf. . kami segera kesana!. . Braga ayo. ." ujar Irina mengajak Braga menyusul yang lainnya
Braga menghembuskan napas dan tersenyum lalu mengikuti Irina
Bara menatap keduanya dengan tatapan tidak suka
Tidak lama, Bastian yang masih mengenakan stelan baju operasi berwarna biru dan Edel yang mengenakan jas putih dokternya berlari menghampiri mereka
"Vino. . .!!" ujar keduanya
"Mama. .papa. .!!"ujar Vino girang dan berusaha menggapai keduanya
Edel mengambil alih Vino dari Bara
"Kamu ngapain kesini sayang" kamu bikin ulah ya tadi" ayo ngaku sama mama?" tanya Edel
"I do nothing mama. . . I have this!" ujar Vino memperlihatkan mainan suntikan dari Braga
"Thanks semua. . sewaktu dapat kabar selesai operasi aku langsung menghubungi Edel dan tidak sengaja bertemu Azka katanya kalian ke arah sini mengejar
troly petugas kebersihan medis yang dinaiki Vino. ." kata Bastian
"Sama - sama Bas. . sebaiknya kalian istirahat sambil menemani Vino. . kata mbak Ratri, dia gak mau makan kalau tidak sama kalian. . yang lainnya akan
kami handle" ujar Bara
"Oke. . Thanks ya" jawab Bastian kemudian menghampiri Edel yang sedang menasihati Vino dan mengambil alih Vino dari Edel
"Semuanya makasih ya. . sudah menolong dan mengurus Vino tadi. . maaf jadi menyusahkan dan membuat heboh. .ayo ucapkan salam perpisahan dan terima kasih
sayang. ." ujar Edel berterima kasih dan minta maaf sekaligus meminta Vino melakukannya juga
"Sorry. .thank you. .bye - bye. . " ujar Vino sambil melambaikan tangan mungilnya dan tersenyum riang
"Daa Vinoo. . ." ujar mereka semua
Keluarga kecil itu segera berjalan pergi bersama Ratri
"Melihat mereka, aku juga jadi ingin cepat menikah dan punya anak. ." ujar Dastan
"Iya aku juga. ." ujar Atthar setuju
Bara tersenyum melihat tingkah Vino digendongan Bastian
"Si balok es itu bisa tersenyum juga ternyata. . dia sepertinya juga suka anak kecil. . tidak kusangka dia bisa selembut itu pada anak kecil. . melihat
senyumnya yg begitu, dia jadi terkesan orang yang hangat dan baik. ." dalam hati Irina melihat senyum Bara untuk pertama kalinya
Setelah siang yang panjang dan heboh karena ulah Vino, para dokter team bedah jantung kembali ke rutinitas mereka menangani pasien - pasien
"Code blue. .code blue in room 673. . code blue in room 673. ." suara panggilan emergency
Bara dan Irina berlari menuju panggilan darurat di ruang 673
Di ruang itu sudah ada Azka sedang melakukan pertolongan pertama dengan defibrilator
"Azka. . bagaimana kondisinya?" tanya Bara
"Denyut jantungnya bisa kembali. . Arrythmianya semakin bertambah episodenya dokter. . dalam satu hari, dia bisa berkali - kali mengalami henti jantung.
." jawab Azka Bara mengambil alih pasien dan melakukan pengecekkan langsung lalu membaca statusnya
"Azka. . Cek ulang keseluruhan kondisinya dan laporkan padaku. . Minta bantuan spesialis onkologi untuk mengecek status tumornya. . berikan info pada keluarga
pasien untuk kemungkinan dilakukan transplantasi jantung. . " ujar Bara
Bara menatap pasien itu dengan wajah sedikit takut seakan teringat sesuatu yang tidak enak
Irina memandang heran ekspresi wajah Bara
"Dokter Bara. . Dokter Bara. . kita perlu mengadakan meeting setelah hasil tes keseluruhan keluar kan" operasi transplantasi perlu pencocokan lebih lanjut
sebelum operasi" ujar Irina memecah pikiran Bara
Boulevard Revenge Karya Crimson Azzalea di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ah. . iya setelah Azka membawa hasil tesnya kita perlu meeting. . aku akan ajak Bastian, Braga dan profesor Ilyas untuk yang satu ini. .undang juga spesialis
onkologi, penyakit dalam dan syaraf " jawab Bara
"sebanyak itu" biasanya kamu tidak memerlukan meeting dengan dokter spesialis selengkap itu?" ujar Irina kaget dengan permintaan Bara
"Yang ini aku butuh banyak masukan dari mereka. . Kalau sudah tidak ada pertanyaan lagi ayo kita cek yang lainnya selama menunggu hasil dari Azka" ujar
Bara Irina mengikuti Bara dengan wajah curiga
Ditempat lain Edel sedang berjalan memasuki gedung khusus dokter divisi bedah jantung sambil membawa sekotak besar buah yang sudah dipotong - potong
"Sore dokter Edel. . mau mengunjungi dokter Bastian?" sapa penerima tamu yang sudah mengenal Edel
"Sore Indah. . Aku mau menaruh buah untuk Bastian di kantornya. . bye" ujar Edel
Edel naik ke lantai 2 dan berjalan menuju kantor dengan tulisan nama 'Dr. Bastian Archard Denfort' di pintunya
Karena sudah hapal kodenya, Edel bisa masuk dengan mudah
Setelah menaruh kotak buah yang dibawanya ke kulkas, Edel menuju meja kerja Bastian
Edel duduk dan menghidupkan komputer kerja Bastian
"Aku harus cari tahu info mengenai kasus malpraktek atas nama ayah Irina. . login Bastian passwordnya pasti sama dengan passwordnya yang lain. ." dalam
hati Edel sambil login dengan username Bastian
Setelah berhasil login, Edel mencari dengan nama Arya Wiguna tapi tidak ditemukan
"Kenapa tidak ada" berarti datanya memang disembunyikan serapi ini. . bagaimana caranya aku bisa mendapatkan datanya" Bastian tahu tentang kejadian itu.
. harusnya kalau memang itu termasuk top secret, dengan login Bastian data itu bisa dilihat. . kecuali. . Oleh pihak atas dibuat database khusus untuk
menyembunyikan data itu secara terpisah. . kemungkinan hanya pak Gerard dan profesor Ilyas yang bisa punya akses. . kalau Bastian tahu, tidak mungkin dia
tidak punya akses juga. . " dalam hati Edel menganalisa situasi
"aku cari file di komputernya saja. . siapa tahu ada petunjuk atau apapun yang berkaitan dengan case itu. ." ujar Edel
Saat membuka salah satu file Edel terkejut membaca isinya
"Ya Tuhan. . bisa ada kejadian begini?" ujar Edel dengan ekspresi kaget
06. Melting Ice Di ruang pribadi Bastian yang bernuansa cokelat itu, Edel membaca file kronologi kejadian 10 tahun lalu tentang kegagalan operasi transplantasi jantung
dua pasien dengan nama Arya Wiguna
Dengan ekspresi tidak percaya, Edel membaca dan menyimak apa yang terjadi sebenarnya secara garis besar dari berita acara kronologi yang dibuat oleh Bastian
sebagai catatan pribadi "Kronologi kesalahan tindakan medis tahun 2004. . Pasien pertama mengidap tumor jantung (*) stadium akhir sehingga kondisi jantung sudah tidak mampu lagi
bekerja tanpa bantuan alat, nama dokter yang menangani Bara Darren Witchlock. . pasien kedua tidak diketahui penyebab sakitnya, kondisi jantung dalam kondisi
rusak parah dan hanya transplantasi jantung secepatnya yang bisa menyelamatkan hidup pasien. . Nama dokter yang menangani Gerard Isaac Witchlock. . Tindakan,
Terjadi kesalahan pemberian donor jantung pada kedua pasien. . Dampak, keduanya mengalami kerusakan otak dan meninggal dunia pasca operasi transplantasi
jantung akibat ketidakcocokan golongan darah antara donor dan penerima. . pasien pertama bergolongan darah A mendapatkan donor bergolongan darah O dan
pasien kedua bergolongan darah O menerima donor dengan golongan darah A. . " ujar Edel selesai membaca kronologis yang dibuat oleh Bastian
(* Tumor jantung adalah jaringan abnormal yang berasal dari dalam jantung dan bisa terjadi di bagian manapun dari jaringan jantung. Tumor adalah setiap
jenis pertumbuhan yang tidak normal, baik bersifat kanker (malignant) atau bukan kanker (benign). Tumor yang dimulai di jantung disebut tumor primer. yang
bisa terbentuk di setiap jaringan jantung dan bisa bersifat kanker atau bukan kanker)
" apa ayah Irina pasien yang ditangani oleh pak Gerard makanya dia menaruh sakit hatinya pada pak Gerard bukan pada Bara" bisa juga sebaliknya. . disini
tidak tertera riwayat penyakit pasien yang ditangani pak Gerard. . tanpa itu aku tidak bisa memastikan yang mana dari kedua pasien ini yang adalah ayah
Irina. . aku harus bisa dapat info lengkapnya. ." ujar Edel mencari - cari file lainnya
Setelah mencari di file lain tidak ada, Edel menyudahi penyelidikannya dan mematikan komputer Bastian lalu beranjak meninggalkan kantor suaminya itu
"Dimana aku bisa mendapatkan info lengkap tentang kedua case ini" yang sudah pasti tahu yaitu pak Gerard, Bara, Bastian dan profesor Ilyas. . pada ketiga
lainnya aku tidak mungkin bertanya atau berusaha menyelidiki. . aku berbeda divisi dengan mereka akan sangat mencurigakan jika terlalu menanyakan hal hal yang berkaitan dengan case ini. . hanya Bastian yang bisa aku tanya. . tapi bertanya padanya sama saja membongkar identitas Irina yang sebenarnya.
. apa tindakan itu bijaksana tanpa bukti pasti tentang motif Irina apa". . posisiku jadi serba salah. . sebaiknya aku awasi dulu pergerakan Irina disamping
mencari informasi lainnya. . jika ada pergerakannya yang agresif ke arah sana, aku harus bicara serius dengan Irina. ." dalam hati Edel sambil menunggu
lift "Ting. .!!" pintu lift terbuka di dalamnya ada Bara dan Irina yang baru akan turun ke ruang meeting
"Hy. . Edel" sapa Irina senang saat melihat Edel
Edel justru terkejut melihat kehadiran Bara dan Irina di tengah pergulatan pikirannya yang berkaitan dengan keduanya
Bara dan Irina ikut terkejut melihat keterkejutan Edel
"Kamu kenapa Del" seperti melihat hantu saja. . ayo naik" ujar Irina bingung
"Hah" ah. . tidak. . aku hanya terkejut karena sedang memikirkan sesuatu dan melihat kalian berdua tiba - tiba muncul di depanku. ." jawab Edel menutupi
kegelisahannya dan naik ke lift bersama keduanya
" kamu dari kantor dokter Bastian?" tanya Irina
" iya aku menaruh buah - buahan untuk Bastian. . kalian mau kemana?" tanya Edel
" kami mau meeting membahas pasien pengidap tumor jantung yang akan di transplantasi jantung. . Suamimu juga nanti ikut" kata Irina
" pasien tumor jantung" Transplantasi jantung" team kalian yang akan melakukannya?" tanya Edel dengan wajah sedikit cemas
" iya team 1 yang akan melakukannya. . kenapa?" tanya Irina bingung dengan pertanyaan Edel
" tidak kenapa - kenapa. . pasti akan lancar dan baik - baik saja jika kalian yang melakukannya. . apalagi Bara dokter bedah utamanya. . iya kan Bara?"
tanya Edel sambil menatap seksama ekspresi Bara
Bara sedikit terkejut dengan pertanyaan Edel lalu menoleh menatap Edel
" ah. . Iya akan baik - baik saja" jawab Bara menghindari kontak mata dengan Edel
Edel paham bahwa saat ini Bara sedang mengalami Deja Vu dan ketakutan dengan pengalamannya yang dulu
" Tiingg. .!!" pintu lift terbuka tanda mereka sudah sampai di lantai dasar
"Oke. . Good luck dengan meeting dan operasi kalian. . tolong sampaikan pada Bastian untuk memakan buah yang aku taruh di kantornya ya. . aku kembali ke
kantorku dulu. . bye Irina, Bara" pamit Edel meninggalkan keduanya
Bara menatap Edel dengan ekspresi curiga dan takut
" kamu tidak bisa menutupi ketakutanmu, Bara. . bahasa tubuhmu itu menunjukkan ciri - ciri orang yang sedang berperang dengan traumanya. . kamu pasti akan
sangat terpukul jika ini gagal lagi. . Semoga Irina jangan sampai curiga padamu sekarang atau semuanya akan semakin rumit. ." dalam hati Edel sambil berdoa
semuanya akan berjalan lancar
Di ruang meeting Sudah hadir Bastian, profesor Ilyas, Braga, Azka, Villan, Genta, Anya, Renno, dokter spesialis penyakit dalam, dokter spesialis bedah onkologi, profesor
spesialis penyakit dalam dan profesor spesialis syaraf
(* spesialis bedah onkologi adalah bidang kedokteran yang berfokus pada bedah kanker dan tumor)
Irina terkejut melihat jumlah ahli yang hadir disana dan masuk mengikuti Bara
"Nah. . Bara dan Irina sudah hadir. . kita langsung mulai saja meetingnya membahas mengenai pasien bernama Bimasakti ini. ." Ujar Braga
Profesor Ilyas memandang Irina dengan seksama dan hati - hati
Villan memandang kedatangan keduanya dengan tidak suka dan duduk menghampiri Bara, mengambil alih kursi disebelah Bara yang tadinya akan diduduki Irina
Irina jadi sedikit kesal karena dia butuh duduk didekat Bara untuk membahas segala detail yang berkaitan dengan operasi
Karena sebal melihat tingkah Villan yang kekanak - kanakkan, Irina memilih duduk di sebelah Braga sekaligus melancarkan niatnya untuk mendekati Braga
"Hay. . bagaimana perasaanmu akan menangani operasi tingkat kompleks ini" apakah kau cemas atau takut?" tanya Braga
"Sedikit. . tapi lebih besar rasa ketertarikan dari takutnya. . kamu sudah membaca detailnya?" tanya Irina pada Braga
"Aku sudah membacanya. . ini detailnya, bisa kamu pelajari sambil mendengar penjelasan Azka" ujar Braga sambil memberikan berkas ditangannya pada Irina
Bara sempat melirik keakraban Braga dan Irina dengan pandangan terganggu lalu melanjutkan mempelajari detail informasi yang diberikan Azka
Bastian yang duduk disebelah Bara membisikkan sesuatu pada Bara
"This case is same with that case. . be careful. . don't too afraid or you will lose focus. ." bisik Bastian pada Bara
"I know that. . I will success this time. . don't worry. . I Think, your wife is know about this" bisik balik Bara pada Bastian
"What do you mean" Edel know" what make you think like that?" tanya Bastian kaget
"She ask me, like want to confirm something. ." jawab Bara
"When she ask you?" tanya Bastian
"A couple minutes ago. . In lift, she is from your office and she remind you for eat the fruits" jawab Bara
Bastian berpikir dengan ekspresi curiga begitu mendengar kata - kata Bara tentang Edel
Meeting membahas case pasien tumor jantung itu pun dimulai, Azka yang pertama melakukan presentasi untuk menjelaskan kondisi terakhir pasien dari hasil
pemeriksaan keseluruhan kemudian dilanjutkan oleh spesialis bedah onkologi bernama Hector yang menjelaskan status tumornya dan spesialis penyakit dalam
bernama Adrian yang menjabarkan kondisi organ dalam lainnya
Bara kemudian menjelaskan prosedur yang akan dilakukan untuk proses transplantasi jantung dan berdiskusi tanya jawab dengan para dokter lainnya yang hadir
terutama dari Profesor Ilyas, Bastian dan Braga yang aktif bersuara
Irina yang belum berpengalaman menangani case serumit ini banyak menyerap ilmu baru bersama dokter bedah thoraks kardiovaskular junior lainnya yaitu Takhrit
dan Dastan Dipertengahan meeting, Gerard muncul memantau jalannya meeting dengan pandangan fokus pada Bara
Bastian dan Profesor Ilyas tahu betul penyebab kemunculan Gerard di meeting internal itu karena mendengar case serupa dengan case 10 tahun lalu yang pernah
gagal ditangani Bara Semua yang hadir disana paham jika Gerard muncul di salah satu meeting internal yang membahas sebuah case maka yang menerima case bisa saja berganti orang
Team Braga dan Team Bastian hanya bisa bersiap jika diakhir meeting Gerard mengumumkan perubahan team yang akan bertanggung jawab menangani case super
rumit itu Bara menyadari kehadiran Gerard, hanya beradu pandang dengan Gerard seperti saling berkomunikasi tanpa bicara
" ini adalah case serupa dengan 10 tahun lalu, Bara. . apa yang akan kamu lakukan?" dalam hati Gerard sambil menatap Bara
" aku tidak akan gagal lagi dengan case yang serupa. . aku pasti bisa sukses dan berhasil pada operasi kali ini. . aku tidak akan melarikan diri. . ayah"
dalam hati Bara membalas tatapan Gerard dengan berani lalu melanjutkan diskusi itu
" Gerard juga hadir disini. . balok es itu dan Gerard memang tidak akur tapi tatapan keduanya tadi seperti saling berdebat. . sebenarnya ada apa pada operasi
kali ini" apa karena ini operasi yang sangat rumit dan beresiko tinggi" sehingga Bara merasa memikul beban" sikap Bara juga aneh semenjak menangani case
ini. . " dalam hati Irina menatap Bara dan Gerard
"Kenapa semua langsung terlihat tegang saat pak Gerard mengikuti meeting?" tanya Irina pada Braga
" karena keputusan siapa yang akan menangani case ini bisa berubah sesuai keputusan ayah. ." ujar Braga
" diubah" kenapa?" tanya Irina kaget
" ayah biasanya menganalisa siapa yang lebih mampu dan pantas menangani case yang super rumit. . agar setiap pasien bisa ditangani dengan tenaga ahli yang
tepat dan tingkat resikonya kecil" jawab Braga
" demi pasien apa". . kamu hanya takut inj bisa menjatuhkan nama baik rumah sakit. . hanya itu yang ada di kepalamu Gerard" dalam hati Irina sebal
Sebelum mengakhiri meeting, Bara mendeklamirkan bahwa dia yang akan bertindak sebagai dokter bedah utama pada operasi itu
" sebelum meeting ini berakhir, saya yang akan mengajukan diri sebagai dokter bedah utama dalam operasi transplantasi jantung ini. . diharapkan untuk team
1 bisa bersiap untuk operasi yang akan dilakukan besok siang. . terima kasih" ujar Bara
Semua mata memandang Bara termasuk Gerard, Bastian, Profesor Ilyas dan Braga yang menatapnya dalam penuh pertimbangan
" aku tahu jika aku tidak melakukan ini dihadapan semua orang, maka ayah akan mensetting segalanya agar beban ini dilimpahkan pada orang lain, dan aku
tahu siapa yang akan ayah korbankan diantara kami bertiga dokter bedah utama. . Bastian yang akan ayah jadikan korban jika operasi tidak bisa ayah hentikan.
. tidak akan aku biarkan itu terjadi lagi. . aku yang akan menanggungnya" dalam hati Bara
" kamu tidak perlu melindungiku Bara. . aku paham betul arah pikiranmu dan arah pikiran pak Gerard. . seperti biasanya aku yang akan jadi korban pak Gerard
untuk case beresiko seperti ini. . tapi kamu juga harus ingat kalau aku selalu bisa lolos dari perangkap ayahmu itu. . aku bukan dokter yang mudah dijebak
oleh ayahmu itu Bara" dalam hati Bastian
Setelah meeting itu usai sudah dipastikan Team 1 yang akan melakukan operasi itu dan Bara sebagai dokter bedah utamanya
Gerard langsung menghampiri Bastian dan membisikkan sesuatu lalu pergi dengan wajah kesal
Semua peserta meeting sudah meninggalkan ruang meeting, hanya tinggal Bara, Irina, Bastian, Profesor Ilyas, Braga dan Villan
"Bara. . pak Gerard meminta kamu dan aku untuk menghadap ke ruangannya" ujar Bastian
" aku tahu dia akan memanggilku. . Azka ajak Genta dan Anya untuk memantau terus kondisi dan perubahan grafik pasien. . catat secara rinci semua perubahan
pada pasien sekecil apapun. . minta bantuan dokter Hector dan dokter Adrian. . Setelah ini aku akan menyusul memantau semuanya termasuk kecocokan donor.
. Irina bantu Azka. . Villan sebaiknya kamu juga ikut Azka dan Irina untuk mempelajarinya sebelum operasi. . aku tidak mau ada kesalahan pada saat operasi"
ujar Bara memberikan pengarahan detail sebelum pergi bersama Bastian
" siap kapten. ." ujar Azka
Villan dan Irina menatap kepergian Bara dan Bastian dengan fokus yang berbeda
Di ruangan Gerard, Bara dan Bastian menghadap Gerard seperti keinginannya
Bastian dengan wajah tenang dan kalem seperti biasa sedangkan Bara dengan wajah dingin tanpa ekspresinya
" apa yang kamu pikirkan Bara?"" ujar Gerard dengan suara meninggi
" menyelamatkan pasien" jawab Bara singkat tanpa ekspresi
" apa kamu lupa" case pasien ini sama persis dengan pasienmu 10 tahun yang lalu! apa kamu mau mengulanginya lagi?" ujar Gerard
" aku melakukannya bukan untuk mengulanginya tapi memperbaiki kesalahanku 10 tahun yang lalu! " jawab Bara dengan suara yang juga mulai meninggi
" dengan niat memperbaiki kesalahan 10 tahun lalu, kamu dengan suka rela menawarkan diri untuk melakukan operasi yang tingkat keberhasilannya dibawah 30%
ini" kita semua tahu ini table death (istilah kedokteran untuk pasien yang meninggal di meja operasi saat operasi berlangsung)..." ujar Gerard
Di luar pintu, Irina mengendap - endap mencoba mencuri dengar pembicaraan mereka tapi sedikit terlambat karena tidak mendengar bagian awal perdebatan Bara
dan Gerard yang mengungkapkan nama pelaku salah satu case malpraktek 10 tahun lalu
" sebagai dokter, meskipun kemungkinan berhasil kecil bukan berarti kita harus menyerah dan membiarkan pasien mati begitu saja tanpa melakukan tindakan!
pasien itu masih punya harapan hidup! aku, Bastian bahkan kamu juga tahu itu! jangan hanya memikirkan bahwa ini adalah table death. . " ujar Bara
" kamu tidak mengerti Bara. . kondisi seperti 10 tahun lalu itu bisa terulang lagi dan rumah sakit bisa jatuh nama baiknya juga kehilangan kepercayaan
dari masyarakat akibat keyakinan kamu itu! hentikan niat kamu untuk meneruskan operasi itu dan informasikan pada keluarga pasien bahwa transplantasi jantung
tidak bisa dilakukan karena kondisi yang sudah tidak memungkinkan lagi untuk ditolong!" ujar Gerard
" Aku tidak akan melakukan apapun dengan caramu! aku akan menyelamatkan pasien itu dan aku tidak akan lari seperti kejadian 10 tahun lalu. . hanya demi nama
baik rumah sakit, ayah mengorbankan ibu! kalau saja ayah setuju dengan permintaan maaf pada keluarga pasien maka ibu tidak perlu jadi korban! hanya minta
maaf yang mereka butuhkan yah! mereka tidak butuh uang dari kita, mereka tidak minta kita mengembalikan nyawa pasien yang sudah kita renggut. . mereka
hanya butuh permintaan maaf dan pengakuan kita atas kesalahan itu. . tapi ayah terlalu egois dan ketakutan" ujar Bara dengan nada tinggi
" karena tidak mau mengakui kesalahan 10 tahun lalu ibunya meninggal" apa maksudnya" kasus malpraktek mana yang mereka bicarakan" jadi benar Bara tahu
soal kejadian malpraktek 10 tahun lalu itu. . dokter Bastian juga saat ini ada di dalam berarti dia juga tahu soal kejadian itu. . apa Gerard memaksa Bara
untuk menghentikan operasi besok siang karena takut Bara akan melakukan kesalahan yang sama seperti yang 10 tahun lalu dia lakukan" kalau iya, apa hubungannya
dengan meninggalnya ibu Bara" apa hubungannya dengan operasi kali ini?" dalam hati Irina bingung sambil terus menguping tanpa tahu bahwa yang mereka bicarakan
case malpraktek 10 tahun lalu yang ditangani Bara bukan Gerard
" maaf saya memotong, saya setuju dengan Bara, pak. . sekecil apapun peluangnya, operasi ini wajib kita coba. . saya merasa operasi ini bisa berhasil dan
Bara pasti mampu melakukannya. . untuk masalah 10 tahun lalu itu sebaiknya jangan dijadikan acuan bahwa ini pasti menjadi table death. . " ujar Bastian
membela Bara " operasi dengan peluang dibawah 30%, bagaimana kalian berdua lulusan Harvard bisa yakin ini bukan table death" ini bukan main - main! pasien bisa mati
kapan saja saat operasi berlangsung dan itu akan jadi masalah besar bagi rumah sakit karena sudah menyetujui operasi dengan hasil yang sudah bisa diprediksi
sejak awal! " ujar Gerard
" kenapa ayah selalu saja membahas tentang nama baik rumah sakit" hidup pasien tidak ada hubungannya dengan nama baik rumah sakit. . kami ini dokter, tugas
kami menyelamatkan pasien. . kami bukan artis rumah sakit yang harus memikirkan image rumah sakit seperti keinginan ayah! setuju atau tidak setuju, aku
akan tetap melakukan operasi ini! jika pihak keluarga saja sudah setuju maka ayah tidak bisa melarang operasi ini dilaksanakan!" ujar Bara beranjak pergi
meninggalkan Gerard dan Bastian
" Bara! apa kamu mau menanggung beban seperti 10 tahun lalu jika operasi ini gagal?" ujar Gerard
" resikonya akan aku tanggung jadi ayah tidak perlu repot - repot dan jangan pernah berusaha untuk menutupinya. . jika terjadi kegagalan aku akan meminta
Dendam Dukun Jalang 2 Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan 17
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama