Ceritasilat Novel Online

Hijrah Cinta 2

Hijrah Cinta Karya Miylahun Bagian 2


dalam hati kalau hendak protes jika mereka bertemu lagi.
*** Denis melirik jam tangan yang melingkari lengannya.
" wanita ini, dia kira cuman dia yang punya kesibukan" gumamnya kesal.
Jus Alpukat yang di pesannya sudah lenyap dari dalam gelas, habis.
Kemarin dia sudan mengirim SMS kepada wanita itu untuk ketemu hari ini, walaupun tanpa balasan tapi denis yakin jika wanita itu mengiyakan, Denis sangat
mengenalnya. Hari ini ada yang harus denis bicarakan dengan wanita itu, perihal pernikahan mereka, walaupun denis sedikit malas untuk bertemu denganya.
Sudah seperkian kalinya denis melirik jam tangannya. 2 jam lagi dia ada meeting di kantor sedangkan perjalanan dari cafee ke kantornya bisa memakan waktu
1 jam itupun sesampainya di kantor dia harus mempersiapkan bahan meeting nya sebab tadi pagi dia belum selesai mempersiapkannya." denis berfikir jika wanita
itu tidak tiba 5 menit lagi dia akan pergi.
Dia lalu merogoh hp dari kantong bajunya, membuka layarnya dan menekan sebuan kontak, denis mulai mengetik sms. wanita itu harus cepat tiba disini.
"bolek aku duduk"" suara seorang wanita. denis hanya melirik sekilas, seorang wanita berdiri di sampingnya, dia memakai rok" abu-abu. Sepertinya orang
salah tempat, batinya. dalam tunduk dia" terus melanjutkan sms yang sedang dia ketik.
"maaf ya pak denis firmansya.... " dia tidak mendengar lagi apa lanjutan kalimat wanita itu. Kepala denis langsung mendongak, dia mengenal betul suara
itu. Wanita ini" apa dia sedang terganggu kejiwaannya" itu yang ada di kepala denis saat pertama menatap lurus wanit yang di depannya itu. Matanya menilik wanita
itu dari kepala sampai kekaki, tunggu!," kaos kaki"" tanya denis dalam bingunnya. lalu mengankat perlahan kembali wajahnya, rok"" Jilbab" ini tidak salah"
"maaf ya pak, kalau tidak bisa duduk boleh aku pulang"" wanita itu berkata kesal. denis Langsung terkaget dari pertanyaan-pertanyaannya.
"iya duduk" wanita itu langsung mengambil posisi duduk santai di kursi tanpa perduli dengan kekagetan luar biasa denis.
"hei kamu, tidak sakit kan""
"sekar, sekar nama ku. maksud kamu aku sakit itu apa"" wanita itu terlihat semakin kesal menjawab pernyataan denis
"cih.... Sejak kapan kamu mau mengenakan pakaian seperti itu""
"bukan urusan kamu, sudahlah langusung saja ke inti pembicaraan. Ada apa mau bertemu dengan ku"" wanita itu menjawab ketus
"ya Tuhan, Hei kamu harus sadar setelah menjadi istriku nanti kamu akan sering bertemu denga ku, jadi tidak usah berlagak begitu" denis besua sementra
wanita itu diam menatap ke arah lain, seakan tak ingin Menanggapi apapun ucapan denis.
"oke, aku langsung saja. Jadi sesuai kontrak yang sudah sah. Aku sudah membeli rumah khusus untuk mu. Jadi setelah menikah kamu lansung pindah ke rumah
itu" wanita mentap denis degan tatapan kaget bercampur Bingung.
"maksud kamu rumah untuk ku"" dia bertanya heran
hei, bukannya sudah tertulis jelas di surat yang beberapa waktu lalu denis tunjukan kepadanya. Oh iya denis hampir lupa wanita itu langsung menandatangani
surat itu tanpa membaca terlebih dahulu.
"kamu lupa surat kontrak kita"""
"tidak mau!" "maksud kamu tidak mau"" suara denis sedikit meninggi
"aku tidak mau tinggal berdua dengan mu di rumah itu, kita harus tinggal di rumah kakek. Itu sudah peraturan keluarga" wanita itu berbicara dengan posisi
menoleh ke kanan tidak mau melihat denis. denis sedikit terganggu degan tingkahnya itu.
"ow. ow. siapa bilang aku akan tinggal bersama mu di rumah itu. Haha kamu sepertinya benar-benar tidak membaca surat itu" denis menahan kata-katanya sebentar
menghabiskan tawa ringan penuh kemenangannya , lalu melanjutkan lagi ucapannya
"oke biar aku jelaskan. kamu akan tinggal sendiri di rumah itu, aku akan datang jika ada kunjungan kelurga. terus kamu juga akan bertanggung jawab penuh
jika aku tidak ada sementara mereka datang, Terserah kamu mau kasih alasan apa. dan masalah aturan konyol keluarga kolemeret mu itu, biar aku yang urus.
Siapkan saja keperluan mu. alamatnya akan ku kirim lewat sms, kamu masih punya waktu Sampai besok untuk melihat-lihat rumah itu. kamu mengerti kan""" denis
mengakhiri kalimatnya dengan senyum Kemenangan."
Wanita itu masih diam, Denis yakin dia sangat kaget sampi tak bisa berkat apapun, dan itu semakin membuat denis tersenyum senang.
"baiklah jika tidak ada sanggahan apapun aku harus pergi. sampai ketemu lagi calon ISTRI ku" dengan menekan kata istri denis meraih kunci mobil yang berada
di atas meja. kemudian beranjak.
"aku ingin membaca surat itu" posisi denis sudah berjalan sedikit melewati wanita itu tapi" langkahnya" tertahan dengan suara sedikit terisak" wanita itu.
"lusa setelah akad, kamu bahkan boleh tidur degannya" jawab denis datar kemudian berlalu meninggalkan wanita itu. terdengar wanita itu menangis.
Lagi" sudah berapa kali wanita itu menangis setelah bertemu dengannya" tidak capek kah" akh denis tak perduli.
?"10. Keyakinan Hati
Sekar pov Aku masih bingung dengan keputusan hatiku yang sangat mantap menerima Denis kembali. Oke, aku tak bisa pungkiri dengan presepsi orang yang selalu mengatakan
jika aku ikhlas di jodohkan dengan lelaki bejat itu karena memilih membahagiakan kelurgaku, aku akui tidak salah karena itu juga menjadi salah satu-iya
salah satu- alasannya. Tapi alasan yang lebih mendasar adalah hatiku yang begitu yakin.
Bekali-kali ku kutuk diriku karena begitu bodoh menerimanya. Lihatlah diriku yang kini duduk di depan cermin mematung. Mata bengkak, muka pucat, jilbab
acak-acak kan. Lelaki itu" Akkhhhh.....
Ku tarik kerudung yang sedari tadi menutupi kapala ku hingga dada.
Berkali-kali dia melukai ku, berkali-kali dia membuatku terpuruk. Mungkin benar kata dia dan orang-orang kalau aku memang sudah gila. Tapi itu tidak mungkin
sebab keyakinan ini datang setelah beberapa kali istikharah.
Aku tidak sebodoh itu mengikhlaskan diri ku kembali kepadanya. Cukup dengan luka-luka lama itu. Cukup! Tapi tidak dengan jawaban istikharah ku itu. Itu
terlalu kuat. Mimpi yang menggambarakan aku dan denis menarik tali bersama-sama, melewati beberapa bukit batu yang berduri bersama-sama sambil tersenyum
bahagia atau mimpi ke tiga saat dia memakaikan ku jilbab putih dengan raut wajah yang begitu tenang dan damai, Aku tidak mungkin membohongi mimpi itu.
Akh andaikan itu terjadi di dunia nyata.
Aku memaksa kedua kaki ku untuk berdiri. Walau tergopoh-gopoh aku harus mencapai kasur ku, Pinggul ku terasa sakit terlalu lama duduk, iya sudah 5 jam
duduk dan jika di hitung dari kejadian tadi siang aku sudah menangis sekitar 8 jam . sedari tadi aku duduk di situ menatap, menanyai, memaki, mengutuk
diri. Oke, mungkin ini terlalu berlebihan tapi itulah kenyataan diri ku, hati ku terlalu sensitif jika menyangkut denis. Ini pun sudah lebih baik, dulu
saat melihat denis berselingkuh dengan di- akh aku malas mengingat nama itu- aku menangis kurang lebih 16 jam.
Aku lagi tidak terkena kewajiban sholat alias lagi datang bulan jadi tubuhku langsung terespon nyaman ketika menyentuh kasur. Aku harus tidur menikmati
masa single ku, tinggal 1 malam lagi setelah malam ini aku akan menjalani status baru sebagai seorang 'istri'.
Aku harus tidur melupakan kejadian tadi siang, melupakan sementara wajah lelaki itu, memberikan hak kepada pikiran untuk rehat.
Aku harus tidur Ya harus tidur **** " Min 1 hari menuju hari H "
"Jadi maksud kedatangan nak denis kesini ini untuk apa"" tanya antusias lelaki paruh baya itu, rupa wajahnya begitu kegirangan.
"Jadi sebelum menjelaskan maksud kedatangan saya kesini , saya mohon maaf sebesar-besarnya ustadz. Mungkin kali ini kedatangan saya sedikit mengecewakan"
denis menghentikan kalimatnya demi melihat wajah kaget yang muncul dari kedua orang yang ada di depannya ini.
"Maksud bang denis"" si lelaki dewasa bersua, memanggilnya dengan awalan "bang" membuat mereka terlihat begitu akrab.
"Iya fand, ustadz, seperti yang sering ustadz katakan jika manusia hanya merencanakan Allah yang menentukan, sekuat apapun kemauan dari seorang insan tapi
jika Dia mengatakan tidak maka tidaklah segalanya" denis berhenti mengambil nafas lalu melanjutkan
"Pun begitu juga dengan saya yang jelas-jelas hanyalah manusia yang lemah dan fakir, rencana-rencana yang sudah saya susun dan saya tata dengan rapi harus
mendapat perubahan dari Sang Pemilik kuasa" kesekian kalinya denis berhenti mengambil nafas, jantungnya bedegub kencang, bibirnya kalut tak mampu mengucapakan
inti dari kedatangannya. kalimat-kalimat yang tersusun dengan rapi semenjak dari kantor, entah melayang kemana. Tak mampu dia mengangkat wajahnya, rasa
bersalah untuk melanjutkan kalimat itu membuat wajahnya tunduk tak berdaya.
"Kenapa diam nak denis, silahkan di lanjutkan" pria itu bersua dengan nada sedikit memaksa tapi penuh kelembutan.
Denis kembali menata hatinya demi mendengar teguran halus itu. dia harus bisa bertanggung jawab atas perbuatannya. Denis mengakat wajahnya perlahan, menatap
lurus penuh arti kepada lelaki paruh baya itu
"Bismillah, jadi maksud kedatangan saya kesini, maaf. Saya ingin membatalkan rencana saya untuk menghitbah reina ardina putri ustadz, karena-- "
Braankkk Semua kepala langsung menoleh demi mendengar bunyi belingan yang pecah itu. Di sana berdiri tak jauh dari kursi-kursi tamu seorang wanita berbalut jilbab
panjang hingga ke lututnya, wajahnya pucat, matanya berkaca-kaca. Dia menatap hanya ke satu arah, denis. Tatapan menuntut penjelasan.
"Astagfirullah nak, kamu kenapa"" lelaki paruh baya adalah abah reina itu mengelurkan suara
"Mbak"" affand lelaki dewasa itu memanggilnya dengan suara sedikit keras
"A a a ku tidak apa-apa, silahkan di lanjutkan. Sebentar di buat yang baru dulu" jawabnya gagab lalu berlau setelah meraih nampan yang jatuh dan memungut
beling pecah. Denis menatap punggunya tanpa berkedib hingga menghilang. Ingin sekali denis berlari dan berlutut memohon maaf kepadanya. Wanita yang sangat
di kaguminya. Selain dia cantik, dia sangat shalihah serta begitu menjaga kehormatan. Ini pertama kalinya reina membawa nampan minuman sejak tak terhitung
kedatangan denis di rumah ini untuk belajar atau sekedar ngobrol dengan affand atau sesekali abahnya reina. Denis yakin reina di suruh untuk membawa minuman
menggantikan umminya yang biasa bertugas, mereka sengaja agar denis bisa melihat reina dengan jelas untuk sekaligus memperkenalkan secara sah reina kepada
denis sebab mereka kira dia datang untuk menghitbah. Pikiran-pikiran denis melayang membuatnya semakin meresa tidak enak hati kepada keluarga ini.
Setelah di tegur oleh abah karena menatap reina terlalu lama denis kembali menjelaskan tentang perubahan kondisinya itu. Di mulai dari kemauan orang tuanya
hingga calon istrinya yang datang dari keluarga kolomerat tapi hanya segelintir yang dia sebut tentang sekar sebab dia tak mau lama-lama membahas tentangnya.
dia juga mendapat banyak wejangan pernikahan dari abah reina.
Denis pamit pulang dengan memeluk affand dan abahnya ada raut kecewa yang sangat mendalam pada raut wajah abah dan anak ini, hati denis teriris melihatnya.
Dia tau kalau abah reina sangat antusias terhadap rencananya dulu, dia bisa simpulkan dari sms reina tempo hari. Denis melirik ke dalam rumah. Kenapa dia
tak keluar lagi, batinya.
"Dia mungkin sedikit shok, tapi nak denis tak usah khawatir purti saya itu tidak seperti wanita lain, dia sangat kuat. Percayalah" ucap abah membaca telak
pikiran denis. Denis lalu mengangguk, mengucapakan salam lalu melangkah menuju mobilnya.
Denis sudah dalam perjalanan pulang dia melirik jam tangannya, pukul 9:30 malam. Tadi setelah singgah sholat isya di sebuah mesjid bundanya menelfon jika
dia harus tiba di rumah tidak boleh lewat dari jam 10, denis menjawab lemah menyetujui permintaan bundanya tapi malah di semprot dengan nasehat yang entah
datang dari mana jika pamali calon pengantin keluar malam-malam padahal besok adalah hari pernikahannya. Denis meringis, bundanya terlalu percaya dengan
takhayyul. Lampu merah Denis kembali tenggelam dalan lamunannya.
Apakah dia sudah siap menjalani hidupnya kedepan dengan seorang wanita yang begitu di bencinya"
Apakah hatinya ridho"
Bagaimana jika tidak"
Apa yang pertama dia lakukan jika statusnya sudah berubah"
Bagaimana dia memperlakukan istrinya nanti sedangkan yang menjadi pendamping hidupnya adalah orang yang ingin sekali dia lenyapakan dari sejarah hidupnya"
Apakah dia harus ikhlas"
'Tidak aku harus ikhlas, harus! harus ikhlas dalam menikah. Aku harus meluruskan niat menikah karena Allah agar hari-hari yang aku jalani nanti bisa mendapat
berkah, walaupun dengan wanita yang entah bisa aku terima nanti atau tidak'. batinya berkecamuk
Denis terkaget seketika demi mendengar bunyi klakson motor dan mobil di belakan menuntutnya untuk segera menjalankan mobilnya.
"Baiklah aku harus siap dengan segala resiko, yang penting aku harus ikhlas"
"Bismillah, semoga hati ku bisa yakin"?" gumamnya
Lalu mobil itupun menghilang di antara kendaraan-kendaraan lain.
?"11. The Day Hari ini mereka melepas ku. Mereka memberi kepercayaan kepadamu untuk menuntun ku ke jalan yang lebih baik. Mulai hari ini akan selalu ku titip nama ku
dalam setiap lantunan doa mu, dalam setiap baris kata mu, dalam setiap hembusan hidup mu." Hari ini ingatlah aku sebagai pelengkap hidup mu. Hari ini,
mohon terimalah namaku dalam dekapan kasih mu. Bersama menyempurnakan separuh agama.
Sekar Ajeng Hari ini ku rebut engkau dari mereka, menjadi pendamping langkah hidup ku. Hari ini menjadi pemimpin hidup mu.
Hari ini ku ikrarkan janji suci pengikat jiwa ku dan jiwa mu. Hari ini ku sambut engkau dalam hidup ku, tegur aku jika salah, sentil aku jika lalai dan
doakan aku jika khilaf. Mohon buatlah hatiku ikhlas menerimu dalam dekapan Ragaku. Bersama menyempurnakan separuh agama.
Denis Firmansyah *** "Saya terima nikah dan kawinya Sekar Ajeng binti Herman Prajasa dengan mas kawin tersebut di bayar tunai" ucap seorang lelaki lancar tanpa jedah nafas
dalam kalimatnya. Anggukan serta ucapan sah keluar bibir orang-orang di sekitarnya. Lelaki itu lalu menarik lembut tangannya yang sedari tadi di genggam
oleh seorang lelaki tua di depannya, lelaki itu memandangnya takjup dengan mata berkaca-kaca.
"Tolong jaga sekar yah den, om percaya sama kamu" ucap lirih om herman yang kini telah menjadi mertuanya.
Denis mengangguk megiyakan kalimat bapak mertuanya itu sambil tersenyum.
Lantunan doa-doa Suci terucap," harapan-harapan indah terukir menyongsong kehidupan baru. Banyak senyum yang tersungging, banyak air mata yang tertitih,
suka cita menyelimuti ruang keluarga salah satu rumah mewah nan besar itu.
Di rumah itu di lain bilik, seorang wanita dengan paras menawan tengah mengucap doa dan dzikir. Balutan jibab putih lembut dengan mahkota mutiara di atasnya
menambah kecantikannya. Baru saja dia 'culik' dari kuasa orang tuanya. Jangan tanya tentang air mata karena kini tisu pun tak mampu untuk membendung.
Dia menyimpan harapan besar kepada seorang lelaki yang kini telah resmi menjadi imamnya. Tentunya harapan kebahagian, dia ingin mendapatkan surga dengan
berada di sisi lelaki itu.
Tak pernah terlintas di fikirannya jika lelaki yang dulu pernah menghancurkan mimpi-mimpinya kini mengucap janji suci meresmikan dia menjadi pendamping
hidupnya. Wanita itu terus menitikan air mata. Pernikahannya" seperti halnya" pernikahan-pernikahan lain, ketika ikrar terucapa maka bayangan membangun keluarga
sakinah, mawaddah dan warahmah akan tertancap di hati kedua mempelai." Sekalipun itu cuman harapan. mengingat dua insan yang menjadi 'lakon' utama pada
hari ini adalah dua insan yang saling membenci yang entah masih adakah terselip cinta di hati mereka, tidak ada yang tau kecuali Sang Pemilik hati kemudian
mereka sendiri. Sekar kembali meraih tisu yang entah sudah berapa bungkus dia habiskan.
"Ajeng" seorang memanggilnya lembut, harista. Dia mengenal suaranya.
"Ris" sekar mendongak kepalanya melihat harista yang kini sudah berdiri di depannya sambil menangis, dia memakai dress abu-abu, terlihat begitu anggun
menempel pada kulit putihnya.
"Ajeng, selamat ya" harista menyambar memeluk sahabatnya itu dia menangis tersedu sambil berucap dalam pelukan
"Ajeng, gue nggk tau harus bilang apa. Gue sebenarnya nggk mau ngasih ucapan selamat karna gue tau-" ucapannya tertahan saat sekar mengeratkan pelukan
mereka tanda 'jangan lanjutin lagi kalimat itu'
Sekar melepas pelukannya kemudian menatap harista yang terisak
"Ris, udah.." insya Allah gue pasti bahagia, Kalau bukan sekarang yah nanti. Aku percaya dengan janji Allah kepada orang-orang yang bersabar lagi ikhlas"
ucap sekar membuat harista semakin terisak. Melihatnya Sekar langsung tetawa kecil dalam tangisnya
"Ris ini yang kawin sebenar siapa sih" Kenapa lu yang heboh gini meweknya"
"Yah gue kan sayang sama lu, jadi gue nggk rela aja lu terjebak dalam pelukan manusia kaya gitu"
Sekar langsung menengkup mulutnya pura-pura kaget
"Ris, jadi selama ini lu suka sama gue" Ya ampun"
"Au ah lap" harista membuang mukanya kesal.
dia begitu menyayangi sahabatnya bahkan harista sudah mengaggap sekar itu adiknya sendiri, sebab" memang sekar lebih muda satu tahun darinya.
"Yoweslah mbak e, nggk usah mikir yang macem-macem. Doain aja si dia semoga berubah setelah nikah, dan lagian situ sibuk amat neng ngurusin nikahan orang,
padahal diri sendiri nggk laku-laku"
Ucap asal dari sekar berhasil membawa satu toyoran mendarat di jidatnya. Barus saja dia ingin membalas tapi sepertinya ada suara-suara dari luar yang mendekat.
Pintu terbuka, ternyata itu mamanya dan mbak prita istri mas avian.
"Sekar," siap-siap denis udah mau ke sini" teriak mbak prita. mereka langsung sibuk mengambil bedak memperbaiki make up sekar -sedikit hancur kibat kebanyakan
menangis- . Sekar memang tidak duduk mendampingi denis saat akad, itu adalah maunya. Awalnya keluarganya sangat keras menentang keputusan sekar dengan tidak duduk
bersanding saat denis mengucap ikrar pun tak mau juga duduk di ruangan akad, dia hanya mau di kamar, menunggu. Tidak ada yang setuju bahkan kakeknya sekalipun,
dalam sejarah menikah keluarganya semua harus duduk mendampingi sang pria, apalagi" dalam kelurganya tradisi adalah nomor satu. tapi kali ini sekar menentang
habis. Bahkan sampai beberapa jam sebelum acara pernikahan mulai keluarga mereka masih bersitegang, alvaro dan avian yang sudah mengalah dengan keputusan
sekar memilih berbelok membelanya di hadapan anggota keluarga besar lainnya. Pamanya yang dari jepang bahkan mengelurkan statemen jika orang tua sekar
tidak berhasil mendidik mereka dengan benar, perkataan kasarnya itu langsung mendapat sambutan marah dari mama dan papanya.
Keadaan ini mulai pulih saat beberapa menit sebelum MC membuka acara. Kakek sekar akhirnya mengalah dan mengiyakan kemauan cucu kesayangannya itu. Beliau
sangat tau dengan watak sekar yang keras. Sekali tidak tetap tidak.
"Beby! Jangan ngelamun, ayo baikin duduknya biar lebih anggun" mamanya ngerocos memperbaiki poisi duduk sekar.
"Ma, liat handphone aku nggk""
"Eing" Hp" Ini mau ketemu suami pertama kali kok malah mikirin hape. Udah nanti aja bilaperlu mama beli baru kalau hilang" mamanya menjawab asal lalu mengikuti
sekar duduk di sampinya, mengahadap mengarah pintu yang kini terbuka lebar. Harista dan mbak prita sudah keluar untuk menyampaikan kalau pengantin wanita
telah siap di temui. "Tapi ma, ada pesan penting mesti aku balas" jawab sekar memelas. Yori sahabat denis itu tadi pagi SMS menanyakan jam akadnya," dia tak sempat membalas
karena leluarganya lagi bersitegang. Sekalipun sekar yakin itu cuman akal-akalan yori saja supaya bisa menggodanya sebab tidak mungkin denis tak memberi
tahunya. tapi sekar harus membalasnya dia mau memastikan yori sudah ada di sini.
Sekar mendenggus kesal melihat mamanya begitu lebay duduk dengan anggun menatap pintu mendampinginya.
"Mereka kok belum tiba, emang nikahanya di monas ampe lama gini. Padahal kan cuman di rumah ini" mamanya bergumam membuat sekar tertawa jahil.
Tapi sekar masih memikirkan hapenya, dia gelisa. dia lalu berdiri dari duduknya, mencari di atas meja rias, di dalam tas--"Sekar! Sini, duduk, nanti aja hepenya aduhhh" kata mamanya khawatir sambil menepuk-nepuk tempat di sebelahnya, memberi tanda agar sekar cepat kembali
duduk. sekar tidak peduli dengan tingkah mamanya dia terus mencari sampai taringat sesuatu
"Astagfirullah sekar lupa, tadi pagi kan raja yang mainin dan melemparnya ke-" dia lalu berlari ke arah mamanya setelah teringat keponakannya tadi pagi
main game di hpnya. "Ma angkat kaki coba"" mamanya menatap bingung ke arah sekar yang kini berjongkok memakasanya mengankat kedua kaki
"Ikh apaan sih beby! " mamanya berteriak protes mencegahnya. tapi sekar sudah tunduk, memasukan kepalanya di bawa tempat tidur mencari hapenya, tak peduli
dengan omelan mamanya yang terlalu heboh. dia melihat hapenya menyala " kamu di situ rupanya" gumamnya. Sekar memanjangkan tangannya, tapi tak sampai dengan
posisi sujud begini. Dia harus lebih memasukan badannya lagi.
Tepat pada saat itu juga rombongan pengantin pria tiba di depan pintu. Seketika mereka semua berhenti tanpa kata.
Mamanya yang menganga berusaha menarik cepat ujung jilbab sekar. Memaksanya keluar dari kolong tempat tidur.
Terlambat, karena kini sekar berada dalam posisi yang sangat tidak di harapkan terlebih dengan satatusnya sebagai 'lakon' utama. Kepalanya sudah menjulur
masuk ke bawa ranjang yang sengaja di tinggikan itu, kaki kirinya menjulur keluar sehingga kain kebaya naik sampai ke lutut memperlihatkan lagging putihnya,
sedangakn kaki kanannya menopang tubuhnya yang sedikit tiarap.
"Ma tolong ambilin" sekar menjulurkan tangannya kelaur tanpa menyadari situasi saat ini. Mamanya lalu meraih hape itu, meringis.
Sekar kemudian berusaha keluar dari bawa tempat tidur lansung menghadap mamanya
"Ma udah bagus jilbabnya"" tanya nya dengan polos setelah merapikan jilbabnya kembali. Mamanya hanya bisa menunjuk kaku kearah pintu, tak sanggup berkata
apapun. "Astagfirullah!!!!" sekar terlonjak kaget melihat papa, ayah dan bunda -mertuanya- denis, mas avian dan alvaro dan beberapa keluarga dari papa dan mamanya
yang datang dari daerah lain, kini mereka menatapnya lurus. Sekar melihat ekspresi Mereka seakan baru menyaksikan film paling horor. Sekar menelan ludah,
tangannya mulai mencari batuan dari mamanya Dengan Tatapan yang masih lurus, semua masih diam tak ada yang berani angkat suara.
Sekar memotar otak mencari solusi.
Ting Tong!" Sekar lalu memperbaiki posisi berdirinya. Dengan sigap dia mulai mengatur langkah menuju denis 'salim, itu yang harus di lakukan pertama' itu yang terlintas
di pikirannya. Tapi baru beberapa langkah
Bukk! Dia menginjak ujung kebayanya yang terjolor turun. wajahnya tepat berada di depan kaki denis dalam posisi tiarap. Sekar meringis. seketika tawa langsung
pecah di ruangan itu, tak terkecuali denis. Dia kini terbahak-bahak menatap sekar.
"Awal yang baik untuk hidup yang baru" denis duduk lalu berbisik halus kepada sekar.
### ?"12. Malam pertama Sekar tertunduk di atas kasur dengan pakaian yang masih lengkap. dia betul-betul malu dengan kejadian tadi siang. Setelah aksi tiarap bak TNI" kesasar,"
sekar lalu melakukan aksi diam seribu bahasa, makan pun tak mau. Mamanya sudah bolak-balik membujuknya. Padahal tidak ada yang menyalahkan kelakuan konyolnya
itu yah di kecualikan om ferry pamannya yang di tinggal di jepang itu, beliau memang marah besar kemudian kembali menyalahkan orang tua sekar lagi. tapi
hanya itu, kakek dan keluarga besar lain pun tak mempermasalahkannya.
Denis melangkah masuk ke kamar tidak memperdulikan sekar yang berantakan itu. Dia meraih handuk lalu masuk ke kamar mandi.
Sekar melirik sekilas lalu mencibir kesal "katanya nggk mau serumah, sekarang malah enteng-enteng aja sekamar" ucapnya sedikit menggumam
"Aku dengar semua, jangan khwatirkan aku. Urus saja dirimu yang berantakan itu" denis berteriak dari balik pintu kamar mandi.
Sekar mencibir kembali. 2 hari lagi baru resepsi, keluarga memang sengaja memberi jeda sedikit panjang dengan alasan agar mereka bisa istirahat, awalnya tidak seperti ini cuman
saja bunda denis memberikan pertimbangan lagi mengingat denis saat ini sedang dalam puncak kesibukan.
Berita buruk untuk sekar dan denis adalah mereka harus sekamar selama dua malam di sini. Setelah acara resepsi selesai di laksanakan barulah mereka di
bolehkan pindah ke rumah yang baru.
Tok tok tok "Denis..." temenin sekar turun makan. Cepat ya. Semua udah tunggu di bawah loh" suara mama Meneriaki denis agar mengajak sekar. Tapi yang di teriaki malah
meneriaki yang lain "Kamu dengar kan" Sana turun" teriaknya dari balik pintu kamar mandi.
30 menit kemudian denis keluar dari kamar mandi. Hanya menggunkan handuk dan membiarkan dada bidangnya terpampang. Denis melirik sekar yang masih dalam
posisi yang sama. "Ya ampun, wanita ini, apa dia kesurupan" batinya." Denis lalu berjalan menuju kamar ganti sekaligus lemari pakain kemudian meraih sembarang
kaos oblong yang sudah di sediakan oleh keluarga barunya itu. Setelah keluar dari ruang ganti baju denis kemudian melirik sekar untuk kesekian kalinya.
Posisi duduk yang masih sama, tempat yang masih sama. Jilbab putihnya yang tadi terlihat rapi kini sudah tak berbentuk lagi, dalam posisi tunduk seperti
itu wajahnya tak terlihat lagi karena bagian depan jilbabnya sudah melorot menutupi wajahnya.


Hijrah Cinta Karya Miylahun di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Hei, kamu tidak lelah duduk seperti itu"
"Apa peduli mu""
"Oh... Jadi kamu mau keluarga mu mengetahui segalanya"" denis sudah mulai kesal dengan wanita itu. Tapi sekar hanya diam, Posisi tunduk masih sama.
Denis maju beberapa langkah mendekati sekar. perasaannya tidak enak, bukan apa tapi jika terjadi sesuatu dengannya itu pasti akan merepotkan denis sementara
dia sedang dalam puncak kesibukan.
"Angkat wajah mu" perintah denis kesal
Sekar masih diam "Hei angkat wajah mu, punya telinga kan""
Masih" keukeh diam tak menuruti keinginan denis. Denis lalu meraih hp sekar yang ada di meja samping tempat tidur. Hp itu denis gunakan untuk mengangkat
wajah sekar, dia tidak mungkin menyentuh sekar menggunakan tangan kosong karena itu akan melanggar kontrak mereka.
Sekar menekan dagunya pada dada membuat denis kewalahan hanya untuk mengangkat wajahnya saja."Tapi beberapa detik kemudian sepertinya sekar menyerah dan
mau mengangkat wajahnya perlahan.
Tapi- "Allahu Akbar!"
Hampir saja denis melempar hp yang di tangannya ke wajah wanita di depannya ini jika dia tidak berfikir cepat kalau wanita di depannya ini adalah cucu
kesayangan di rumah ini. Lihatlah wajah sekar, maskara sudah melebur ke segala arah, bedak di pipi kiri lebih putih dari pada pipi kanan. Lipstiknya" Akh jangan di tanya, itu bukan
lipstik lagi tapi bedak mulut sampai dagu.
"Kamu"" kata denis tesendak
"Apa" Minggir, aku mau mandi" sekar lalu turun dari tempat tidur kemudian mengambil handuk
"Oh iya bilang sama orang rumah Aku sudah mandi" sekar berbalik badan masuk kedalam kamar mandi, setelah menyampaikan pesannya kepada denis yang kini terlihat
pucat."" *** Denis POV Setelah mengantar ayah dan bunda pulang, aku langsung berjalan menuju kamar ku. Oh iya, mungkin untuk dua hari ke depan aku sebaiknya mengatur rencana
lagi, karena kabar buruknya aku dan sekar akan tinggal sekamar. Huft tau kalau akhirnya menjadi seperti ini dulu aku tidak akan memaksa bunda untuk menunda
resepsi pernikahan ku. "Besan ku udah pulang"" tanya mama tiba-tiba saat aku mendekati kamar. Sepertinya beliau baru saja keluar dari situ.
"Besan"" tanya ku bingung
"Loh bunda kamulah. Gimana sih"
Denis hanya ber 'oh' sambil nyengir
"iya deh maklum yang baru nikah tadi jadi belum terbiasa" jawab mama menggoda
"Hehe iya. Mungkin tan eh ma ma" nyengir lagi. Aku belum terbiasa memanggil kata mama jadi mungkin sedikit terbata saat menyebutnya.
"Den, ajak sekar turun makan ya. Dia masih mojok. Duhh anak itu betul-betul ckck"
Apa" Wanita itu, cukup betah juga yah menempelkan dirinya di atas kasur. Sudah hampir 9 jam dia hanya berdiam diri di kamar padahal tidak ada seorangpun
yang menyinggung tentang hal tadi siang lagi. Dan aku" Aku juga tidak permasalahkan, walaupun itu sangat lucu sampai-sampai melihat wajahnya saja membuat
ku ingin tertawa terus. Aku langsung menuju ke kamar setelah basa-basi dengan mama. Mama sedikit menggoda ku, dengan membisikan malam pertama di telinga ku, membuat ku terbelalak
kaget. Aku hanya menajawab beliau dengan senyuman berat."
Saat masuk kamar, aku melihatnya masih dengan posisi yang sama saat kami meninggalkannya tadi siang di kamar ini.
Sekelebat ingatan ku kembali kepada kejadian tadi siang membuatku ingin tertawa lagi, tapi aku menahannya. Buru-buru ku sambar handuk lalu berjalan dengan
langkah cepat menuju kamar mandi. Aku takut kelepasan tertawa.
Belum rapat pintu kamar mandi tertutup" ku dengar dia berbicara sendiri, walau tidak terdengar jelas tapi aku yakin dia berbicara tentang ku.
"Aku dengar semua, jangan khwatirkan aku. Urus saja dirimu yang berantakan itu""
Aku meneriakinya dari dalam. Akh wanita satu ini.
Aku baru saja mau menikmati air hangat tiba-tiba mama datang lagi berteriak di balik pintu kamar menyuruh ku untuk menemani wanita itu makan.
Astaga. Memangnya dia tidak punya telinga, kaki dan tangan jadi harus aku yang melakukan segalanya. Orang di rumah ini betul-betul tak punya tenggang rasa.
Buru-buru ku raih shower lalu memutar kerangnya sampai ke arah merah. Mandi, yah itu yang harus ku lakukan terlebih dahulu sebelum mengurusi yang lain.
Aku keluar dari kamar mandi dan MASIH melihatnya dalam posisi yang sama. Otakku mulai bekerja.
Wanita ini apa dia sakit"
Wah ini tidak boleh terjadi, akan menambah beban lagi jika dia sakit.
Buru-buru ku raih sembarang baju kaos lalu memakainya.
Sungguh! Aku sangat takut kalau dia sakit. Pasalnya aku belum pernah mengurusi orang sakit jadi melihatnya seperti ini aku sangat ketakutan.
Aku lalu meraih hpnya yang terletak di meja kemudian memaksanya mengangkat wajah, tapi dia menahan kepalanya dengan keras. Sampai memaksa ku mengeluarkan
sedikit tenaga, akhirnya dia menyerah dan mau mengangkat wajahnya.
Rasanya jantung ku hampir melorot ke perut melihat wajah wanita ini.
Gila! Ku maki habis-habisan Reza rekan kerja ku di kantor yang mengatakan pengantin wanita pada malam pertama akan terlihat sangat cantik dan menawan sampai-sampai
kita akan merasa belum pernah melihat wanita secantik itu di sepanjang hidup.
Sial kamu reza! Jujur tadi sebelum mengangkat wajahnya aku sedikit berharap seperti itu. Sedikit, SEDIKIT saja.
Tapi itu musnah begitu saja demi melihat wajahnya yang akhhh....
Aku mengatur nafas dan kesadaran, kemudian turun ke bawah untuk makan malam bersama keluarga besar wanita itu. Di ruangan keluarga ini sangat rame dengan
suara keponakan-keponakan wanita itu. Aku tersenyum melihat kelucuan mereka. Keluarga ini benar-benar harmonis.
Benar-benar besar, bukan saja rumahnya tapi meja makannya. Wah terbuat dari kayu apa sampai sebesar ini.
"Den sini duduk" papa mempersilahkan ku duduk di dua kursi kosong yang aku yakin itu untuk aku dan wanita itu.
Aku hanya mengangguk mengiyakan tanpa menjawab balik, kemudian duduk dengan santi.
"Loh den, sekar mana"" mas alvaro bertanya
"Oh, katanya bilang sama semua dia sudah mandi, itu aja" jawab ku menyampaikan pesan wanita itu.
"Anak itu, denis abis ini kamu naik dengan membawa semangku bubur ya" kata kakek yang sedari tadi sudah menikmati makanannya.
Aku menatap mereka bingung. Memangnya apa hubungannya 'aku sudah mandi dengan makan"' keluarga ini benar-benar penuh teka-teki.
Aku, kakek, mas alvaro dan avian serta papa duduk menikmati buah di ruang tv setelah makan malam. Kami berbicara banyak hal mulai dari perekonomian indonesia,
rupiah yang selalu melemah sampai kepada putusan-putusan pemerintah yang selalu merugikan investor. Kami berhenti saat mbak minah salah satu asisten rumah
tangga rumah ini membawa nampan yang isinya semangku bubur.
"Nah den, bawa itu ke atas. Paksa sekar makan" papa memerintah
Aku menganggukan kepala ku lalu permisi dengan membawa nampan itu menuju kamar kami.
Wanita ini, belum lengkap sehari hidup dengannya tapi sudah sangat merepotkan.
Ku buka gagang pintu kamar perlahan lalu dengan hati-hati masuk. AKu memutar kepala ku ke sekeliling kamar tapi mata ku tidak melihat sosok wanita itu.
Dimana dia" Jangan-jangan di kabur. Baguslah, jadi tidak perlu merepotkan ku lagi.
Tapi impian indah ku hilang ketika mendengar krasa-krusu"" dari dalam kamar ganti. Ah masih ada rupanya.
"Aku baru tau kamu punya hobi baru, merepotkan orang lain"
Aku berusaha mengeraskan suara ku agar dia bisa dengar lebih jelas. Tadinya ku kira akan ada jawaban sanggahan seperti biasa tapi ternyata tidak.
Yasudah! Aku tidak peduli. Lebih baik menyibukan diri dengan pekerjaan yang menumpuk.
Ku raih leptop merek samsung" yang ada di atas meja rias wanita itu. Bunda yang tau kalau aku akan tinggal di sini selama dua hari sudah mempersiapkan
segala sesuatu yang sangat aku perlukan, salah satunya yah leptop ini.
Aku menekan tombol power lalu menunggu leptop itu bekerja membuka dirinya.
Tapi pada saat itu pintu kamar ganti terbuka. Telinga ku yang memang sangat sensitif dengan bunyi langsung mengirim sinyal ke otak. Aku memutar kepala.
Astaga! Wanita ini" Dia sangat berniat ingin membunuh ku secara perlahan"
Aku ini laki-laki normal.
Penampilannya yang hanya memakai kemeja putih laki-laki berlengan panjang, Yang panjangnya hanya sampai ke lutut. Memperlihatkan betisnya yang putih. Rambutnya
basahnya tergerai panjang.
Oke, aku tidak mau munafik saat ini. wanita di depan ku ini, dia benar-benar" terlihat sedikit cantik, tidak tidak tapi dia sangat cantik tanpa polesan
make up sedikitpun di wajahnya.
Sial! Jantungku! Aku harus cari jalan keluar. Mungkin pergi dari tempat ini"
"Apa liat-liat"" bentaknya membuatku sadar kalau mataku sedari tadi masih terus memandangnya.
"Ganti baju mu" jawab ku ketus lalu kembali menatap layar leptop dengan wallpaper bunga sakura itu.
"Tidak mau" "HEI. kamu"!" sial, wanita ini menguji pertahanan ku.
"Ada baju lain, tapi lebih pendek dari ini"
"Maksud kamu" "
"Di dalam itu cuman ada baju laki-laki"
"Jadi"" Sumpah! Aku benar-benar tidak mengerti perkataannya.
"Ya Ampun kamu tidak mengerti juga, turun minta sama mama baju untuk ku. Sebab aku tidak mungkin keluar seperti ini" jawabnya dengan nada kesal.
Rasanya seperti tubuhku terbakar seluruhnya. Bisa-bisanya dia seenaknya memerintah. Aku sudah sangat tidak tahan. Sebaiknya mungkin aku bicara dengan kakek
agar resepsinya di majukan besok, ah bila perlu sekarang.
*** Sekar POV Sungguh! Aku sangat malu dengan kejadin tadi siang. Itu sangat membuat ku terpukul." Rasanya martabat ku hilang bersama suara terbahak-bahak orang-orang
di depan pintu tadi. Bayang-banyang tawa mereka masih terus menghantui ku. Aku seperti mau mati saja. Hiks
Tadi mama sudah beberepa kali datang" memaksa ku untuk makan. Tidak! Aku tidak mau turun, aku pasti akan teringat dengan jelas kejadian tadi siang saat
melihat wajah mereka semua lagi. Padahal aku sangat rindu dengan raja, ingin sekali memeluknya.
Denis masuk, aku tau dari langkah kakinya. Aku yakin dia sangat heran dengan posisi ku yang masih sama seperti tadi siang. Tidak perduli, aku sudah terbiasa
seperti ini belasan jam, jadi tidak perlu di khawatirkan.
Sepertinya dia mau mandi sebab kini ku dengar pintu kamar mandi terbuka. Sebenarnya aku tidak bermaksud untuk berkata begitu karena perkataan itu seingat
ku hanya ku ucapkan di dalam hati tapi kenapa dia bisa dengar" Apa dia bisa membaca isi hati" Atau bibirku memang benar-benar bergerak mengatakan hal seperti
itu" Mama datang lagi, dan menyuruhnya menemaniku." dan lagi," dia berkata kasar kepada ku. Huft.." Sepertinya mimpi memiliki suami yang romantis di malam pertama
seperti yang ada dalam bacaan-bacaan ku hanya akan benar-benar menjadi sebuah mimpi. Akh novel-novel itu, aku berjanji akan membakar semuanya besok di
tempat sampah. Kalian terlalu membuatku terbang dengan impian memiliki suami gagah, matang, pintar, aku akan menjadi wanita yang paling bahagia di dunia
ini. Hah, Kalian bercanda", Ck.
30 menit kemudian aku mendengar suara pintu kamar mandi terbuka lagi.
"Busyet dah ini laki, mandi lama amat" batin ku.
Dia sepertinya berdiri memandang ku lagi. Mungkin masih heran. Biar saja aku tak perduli.
Bau bunga sakura keluar dari tubuhnya menyebar ke seluruh sudut ruangan. Tak terkecuali hidung ku. Harum, sangat harum. Lelaki ini, dia mungkin sangat
menyukai bunga sakura. Otak ku teracuni dengan harumnya sehingga memberanikan diri untuk melirik tubuhnya dari dalam tunduk ku.
Astagfirullah! Dadanya yang bidang! Mama tolong! Sadar-sadar sekar sadar! Aku buru-buru mengembalikan posisi mata ku seperti semula. Tapi tiba-tiba dia muncul memaksa ku mengangkat wajah ku.
Mati aku! Wajah ku! Dia terus memaksa menaikan wajah ku menggunakan hp yg tadi ku letakan di meja. Aku menempel keras dagu dengan dada agar tidak bisa di angkatnya. Tapi dia
masih memaksa sampai dagu ku terasa sangat sakit. Aku menyerah. Aku mengangkat wajah ku perlahan.
Haha ekspresinya saat melihat wajah ku. Aku menatapnya ganas.
Apa" Siapa suruh memaksa, kagetkan"
Aku kemudian berdiri meraih handuk lalau masuk ke kamar mandi setelah menyampaikan beberapa pesan kepadanya.
hanya butuh waktu 10 menit aku di dalam kamar mandi. Saat keluar dari kamar mandi denis sudah tidak ada, oh mungkin dia sudah turun untuk makan malam.
Aku lantas membuka kamar ganti yang sekaligus lemari itu.
Apa" Tidak ada baju untuk wanita, semuanya untuk laki-laki. Aduh bagaimana ini" Aku tidak mungkin keluar dengan penampilan seperti ini, handuk di dada.
Ini memang bukan kamar ku, ini kamar khusus untuk setiap keluarga yang baru saja menikah. Lebih tepatnya kamar ini akan menjadi milik ku dan denis selamanya
karena kami baru saja menikah. Begitulah di keluarga ku, ketika ada yang menikah maka ada kamar baru yang di sediakan untuk pengantin baru untuk menjadi
milik mereka seterusnya. Masih ada beberapa lagi kamar kosong di rumah ini. Entahlah siapa yang akan menyusul sesudah ku.
Baiklah mungkin sebaiknya aku mencari kemeja yang sediki panjang dan lebar untuk di pakai.
Sudah hampir 30 menit aku mencari, membokar isi gantungan baju-baju. tapi tidak ada ku temukan, ada yang lebar tapi panjangnya hanya sampai di atas paha,
ada yang panjang tapi sangat ketat.
Aku terus mencari sampai menemukan sebuah kotak kemeja, terselip di sela-sela kotak-kotak celana yang belum terbuka. Aku mulai membukanya. Warna putih,
ukurannya pas dengan yang aku mau.
Baru saja aku mau melepas handuk ku terdengar suara denis berteriak.
Ya ampun. Buru-buru ku kenakan kembali handuk ku yang sudah sedikit terlepas takut dia masuk secara tiba-tiba. Tapi beberapa menit kemudian hening, hanya
terdengar bunyi kresek-kresek. Aku langsung menyambar kemeja itu lalu memakainya.
Ketika keluar dari kamar ganti aku melihatnya sudah duduk di sofa berhadapan dengan leptop. Sepertinya benar dia sedang sibuk.
Mungkin karena menyadari kehadiran ku dia langsung melihatku dengan melotot, menatapku lama. Aku" merasa tidak nyaman dengan tatapannya itu. Baiklah, aku
tau dia berhak memandangku sesuka hatinya karena dia sekarang sudah resmi menjadi suami ku." tapi sumpah, aku sangat terganggu kalau di tatap lama-lama
seperti ini. "Apa liat-liat"" sambar ku membuatnya terkejut. Oh bukan lebih tepatnya salah tingkah.
Hah denis firmansyah, apa yang sedang kamu fikirkan dari tadi"
### ?"13. new home Denis pov Tubuhku terhempas percuma di atas sofa merah yang sengaja ku letakan khusus di ruang keluarga.
Memulai hari yang baru dengan orang yang baru ah ralat orang lama tapi terasa baru dalam hidup ku.
Wanita itu dan bunda masih bercengkrama di ruang tamu. Membicarakan banyak hal yang menurut ku terlalu berlebihan, ataukah memang seperti itu perangai
wanita" Terlalu sensitif dengan hal-hal kecil di sekitarnya.
Aku meraba saku celana ku, ada yang bergetar di sana. 5 panggilan tak terjawab dari kantor dan 1 sms dari atasan ku.
Tangan kanan memijat-mijat bagian pelipis yang terasa lelah.
Aku lupa beberapa jam lalu rasyid rekan kerja ku mengabari tentang perkembangan rupiah sedang dalam posisi tidak stabil. Hal ini akan sangat membahayakan
kestabilan di perusahaan kami, terutama dalam bidang keuangan yang merupakan jantung perusahaan.
Hembusan nafas berat keluar begitu saja dari kedua bibir ku. Posisi ku dalam perusahaan sangat di pertaruhkan dalam bulan ini jika tak ku tangani masalah
ini dengan baik. Portofolio" Mungkin ini jalan yang harus ku fikirkan ulang.
Mimpiku baru saja akan berpetualang gagal dengan siluet wanita itu berjalan melewati ku naik ke lantai 2. Ku buka mataku dengan berat hanya mau memastikan
jika dia benar-benar wanita itu. Banyak masalah yang sudah cukup menguras tenagaku dalam 1 bulan terakhir ini jadi aku tak mau menambah masalah baru seperti
muncul pencuri di rumah ini.
Aku menepis jauh-jauh pikiran aneh itu setelah memastikan betul kalau itu benar-benar dia. Lalu kembali memulai mimpi ku.
Hp pintar ku mengaung membela kesunyian malam. Dengan kantuk ku lirik layarnya, terpampang nama yang sangat ku kenal.
Sial! Apa yang mau di bicarakan seperdua malam seperti ini.
Dengan cepat ku geser tombol hijau di layar hp ku.
Aku bersumpah akan membirukan mukanya jika dia ada di depan ku saat ini.
"Gue harap lu lagi sekarat yor" semburku setengah sadar saat menepelkan hp di telinga kiri.
" nyantai bro. Gue cuman mau ngasi slamat doang" aku yakin yori sedang terbahak di sana
"Yah nggk harus tengah malam gini etang, kecuali-"
"Kecuali apa"" ku dengar suara tawa tertahan yori bertanya
"Kecuali besok lu beneran mati"
"Kampret lu" "Udah gue mau tidur" putus ku langsung tanpa memperduliakan suara protes di sebrang sana.
Sahabat ku yang satu itu, kapan dia akan dewasa. Gerutku dalam hati.
Aku menggeser sembarang layar hp tak sengaja ujung jari menyentuh salah satu menu bertulisan 'Galeri' serta merta salah satu foto muncul ke depan layar.
Aku menatap nanar gambar itu. Denggusan kecil lolos begitu saja tanpa permisi.
Pikiranku sekelebat kembali kepada peristiwa-peristiwa dalam kurung waktu 1 bulan ini.
++++++ Aku tidak bergurau saat mengatakan akan memajukan hari resepsi kami. Aku benar-benar melakukannya dan entah terkontaminasi kemurahan hati dari mana orang-orang
di keluarga ini yang notabene jika sudah ada keputusan di ambil maka tidak ada apa-pun bisa merubahnya kecuali ada pertimbangan khusus. Ah, atau aku termasuk
ke dalam daftar pertimbangan khusus mungkin. Tak ada bantahan, ibarat skripsi langsung ACC . sebaliknya mereka malah mencandai ku alih-alih tak sabaran
tinggal berdua dengan wanita itu. membuatku sekali lagi menyesali perbuatan tergesa-gesa yang selalu merugikan itu.
Resepsi kami di majukan 1 hari, persiapan sudah sangat matang dari jauh-jauh hari oleh 2 keluarga sehingga mau di majukan 1 jam lebih cepatpun di jamin
beres Tapi pada keesokan harinya kejadian yang tak di harapkan terjadi. Papa terkena serangan jantung dan harus di larikan kerumah sakit, kepanikan bertambah
ketika papa di nyatakan koma. Tidak ada resepsi-resepsian, tidak ada pesta, pun tidak ada gaun pengantin mahal yang selalu di ributkan mama. Semua berganti
menjadi pilu, wajah-wajah bermuram durja, sangat sedikit senyum merebah.
Pemilik hotel yang ku dengar adalah sahabat wanita itu datang memberi kabar jika di sudah membereskan masalah hotel. Mama hanya menatap bisu sahabat wanita
itu, selama ini beliaulah yang paling bersemangat dengan acara resepsi itu, bahkan sebagian besar biaya acara ini -aku dengar- keluar dari kantong pribadi
mama. Hanya kata "terserah" yang ku dengar keluar dari bibir mama.
Buat apa memikirkan hal untuk bersenang-senang sedangkan suami tercinta terbujur tak berdaya di tempat tidur paling menyeramkan di dunia itu. Harap-harap
cemas kaluarga baru ku ini menunggu hasil test dari laboratorium.
Tapi ada yang lebih mengkhwatirkanku dan membuatku mengumpat habis-habisan dalam diam. Pertama kalinya aku merasa khwatair, sejak sekian lama rasa itu
lenyap. Aku khawatir, dan mungkin terlampau khawatir dengan wanita itu.
Wanita itu, Dia sangat terpukul, kesehatannya menurun drastis sampai diharuskan opname beberapa hari di rumah sakit yang sama dengan papa. Wajah putihnya
terlihat sangat pucat, tak pernah ada senyum tersungging, tatapannya selalu kosong, sesekali aku melihatnya menangis. Pantaslah mungkin, sebab di antara
semua kelurga besar baru ku ini hanya dia satu-satunya yang paling dekat dengan papa dan kakek.
Kamarnya di rawat di lt. 2 rumah sakit ini, sedangkan papa di lanta 4. Sebagai suami dari wanita itu secara otomatis aku menyandang profesi perawat pribadi
bagi wanita itu. Aku yang mengurus segala keperluannya. mungkin ini sedikit di luar logika Tapi percayalah, kami tidak pernah bercakap walau sekata atau
sekalimat. Jika ada pertandingan diam seribu bahasa, aku menjamin kami akan menduduki peringat pertama,
Sampai pada malam itu, malam ke 3 dia di rawat dan malam 4 papa koma. Selesai melaksanakan sholat isya di musholah rumah sakit aku merebahkan tubuhku di
atas hamparan sajad yang memanjang membela luasnya mesjid. Otot-ototku seperti retak, ku pijat pelan pelipis ku, rasa lelahnya baru terasa. Aku memberikan
hak kepada mata ku untuk memejamkan dirinya sejenak, melupakan rentetan peristiwa beberapa waktu ini.
Aku terbangun dan menyadari jam sudah menunjukan pukul 12 malam, musholah terlihat lihat sepi walau ada beberapa laki-laki dewasa yang tertidur di situ.
Mungkin mereka juga penunggu pasien yang lelah lalu tertidur juga di sini, pikir ku.
Aku lalu meraih ponsel yang tersimpan di saku kemeja ku, ada pesan masuk dari mama.
Astaga! Wanita itu aku melupakannya. Tadi waktu adzan isya aku pamit ke mama yang datang menggantikan ku menjaganya, tapi mama cuman sampai jam 9 karena harus
pulang untuk merawat kakek.
Buru-buru ku kenakan jam tangan ku lalu berlari keluara menyusuri lorong rumah sakit, lorong terlihat sangat sepi hanya ada beberapa orang perawat rumah
sakit yang berlalu-lalang mendorong kereta makan dan obat memesuki kamar-kamar pasien. Kaki ku melangkah cepat, dengan helaan napas tidak teratur aku mendorong
pelan pintu kamar. dia sudah tidur, batin ku. Pastilah, sudah tengah malam begini. Maki ku kepada hati yang menghadirkan sedikit harapan dia akan menunggu
ku. Aku melangkah pelan mendekati tempat tidurnya, memandangi wajahnya yang tertidur pulas, ada guratan kesedihan yang dalam di sana. Akh wajah ini yang pada
masa lalu hanya mendengar namanya jantung akan bedetak takaruan. Relungku teriris mengingat masa aku mencintainya tanpa menoreh pilu, Sangat mencintanya
sampai menepis luka. Wajah yang dulu terindu oleh malam agar lambat menggapai pagi, sebab terhujani dengan mimpi-mimpi syurgawi.
Ada cairan bening mengalir membelah pipi putihnya. Dia menangis" Jadi"Maaf" Itu adalah kata pertama yang dia ucapakan. isaknya membuat tubuhku terperanjat, salah tingkah" Pasti. Aku seperti terhakimi telah mengintip tidur
istri orang. Aku refleks membelakanginya, sial kebodohan apa yang aku lakukan ini.
"Maafkan aku, bisakah kau melihat ku lagi"" lanjunya paru sedikit membujuk.
Perlahan aku mengebalikan posisi tubuh ku seperti semula.
Di menatapaku dengan tatapan sendu, tangisnya masih sama. Terisak....
"Maafkan aku telah melibatkan mu terlalu jauh, mengusik mu terlalu dalam" jari-jari kecilnya memainkan ujung selimut yang menetupi sebagian besar tubuhnya.
Ingin sekali aku membenarkan semua perkataannya itu dengan kalimat. Tapi bibirku terkunci, batin ku memaki mengutuk habis bibir yang tak mau bekerja sama
dengan fikiran. "Aku tidak tau kesalahan apa yang telah aku perbuat di masal lalu sehingga kau begitu membenciku"
Berhenti! Bentakku dalam hati, ingatan yang telah lama ku kubur jangan kau gali kembali. Ku mohon.
"Kau tidak pernah menyebut nama ku denis, segitu bersalahnya kah aku"" lanjutnya tanpa memperdulikan wajah memanas ku. Ingin sekali tangan ini membekap
bibir kecilnya itu. Tidak bisakah aksi diam kami bertahan. Aku benci membicarakan masa lalu.
"Aku akan melepas mu, kau boleh pergi menempatkan hatimu di tempat yang tepat, ceraikan aku denis-" kaliamatnya tercekak di tenggorokan.
Aku tidak bisa menyembunyikan ekspresi kaget di wajahku. Seharusnya aku senang dengan tawaran menggiurkan itu tapi entah kenapa seseutu dalam hati menahan


Hijrah Cinta Karya Miylahun di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kalimat persetujuan keluar dari mulut ku.
"Hentikan omongkosong mu itu" dan ini kalimat pertamaku
"Sehatkan dirimu dulu baru kita bicara lagi" aku langsung melangkah pergi meninggalkannya menangis, lagi.
Aku terpaksa mengcancel diri dari kegiatan kantor, namun tetap bekerja, memanfaatkan media sosial online untuk melakukan tugas ku. pengimputan data hingga
pembukuan aku lakukan di Rumah sakit. meja yang di sediankan dalam ruang rawat inap VIP ku sulap sepenuhnya menjadi meja kerja ku. Beruntung kemurahan
hati rasyid mau membantu dengan selalu memberikan info-info pun sesekali dia membantuku untuk mengimput data. Kami berada pada bulan terakhir di tahun
ini, tanggal 31 membayangi seperti hantu. Pembukuan terakhir harus rampung paling lambat tanggal 29.
Helaan nafas lega saat melihat tujuh puluh persen data keuangan sudah berhasil aku input, aku benar-benar di kejar waktu, beruntung juga Percakapan dengan
wanita itu hanya sampai pada malam itu, setelah itu hari berlanjut seperti biasa. Jujur fikiran ku saatini sangat full, tak bisa di tambah dengan masalah
perceraian dan lain sejenisnya.
**** 1 minggu berlalu. Alat-alat pembantu kehidupan masih menempel di setiap senti tubuh papa. Kesuraman masih menyelimuti keluarga ini, tarikan nafas berat sesekali terdengar
walaupun itu sangat lirih. sekalipun begitu dukungan datang silih berganti dari keluarga dekat, keluarga jauh, sampai relasi-relasi bisnis. Mereka datang
memberi sedikit warna di antara kabut.
Beberapa hari kemudian Aku terpaksa kembali ke kantor seperti biasa tapi dengan resiko jadwal menanggung lelahku di naik tingkatkan. Beruntung wanita itu
sudah beransur pulih, sehingga tidak perlu dirawat di rumah sakit namun diharuskan untuk istirahat total oleh dokter.
Kami sudah di izinkan menempati rumah baru walau belum melaksanakan resepsi, awalnya aku menolak tapi kakek memaksa dengan alasan supaya kami bisa fokus
dan tidak terlalu larut dalam masalah dikeluarga, "pekerjaan kantor mu sudah banyak yang menumpuk denis, dan sekar butuh istirahat total, di rumah akan
menambah rasa sesak di hatinya. Kakek sudah mengutus seorang asisten rumah tangga ke rumah mu itu, jadi bersiaplah dan jangan membantah lagi" tutup beliau
lalu berlalu tanpa memperdulikan protes yang barusa saja ingin ku lontarkan.
1 minggu kembali berlalu Papa masih koma. Alat-alat masih sama. Menancap dengan anggun di seluruh tubuhnya. Tapi yang membuatku sedikit lega adalah kondisi wanita itu, dia sudah
pulih total. Mas Alvaro dan istri sudah kembali ke bogor sebab mereka memang tinggal di sana. Mereka hanya datang dan menginap pada jadwal makan malam
1 minggu sekali atau ada acara keluarga. Mas avian harus kembali ke kantor menggeluti pekerjaannya yang tertunda selama dua minggu sekaligus menangani
pekerjaan papa yang tertunda total, istrinya mempunyai kewajiban merawat anak-anaknya di rumah. Sedangkan mama sendiri mengurus kakek yang akhir-akhir
ini juga terganggu kesehatannya. Menyisakan aku dan wanita itu.
menarik ujung bibir kanan tersenyum pias, menyadari jika aku sudah sangat hafal seluk-beluk keluarga baruku ini.
Sejauh ini, hubungan kami berjalan sesuai apa yang tertera di kontrak nikah, aku menghubungi rangga pengacara ku untuk membuatkan surat perjanjian nikah
ulang, dengan menghapus 1 poin. Terlalu beresiko saat ini untuk tinggal pisah rumah dengan wanita itu, kakek akan sangat curiga. Aku tidak ingin kepercayaan
beliau yang begitu lama diamanahkan kepadaku berkurang biar sesenti.
Aku terpaksa kembali menyusun rencana untuk memaksa wanita itu menandatangani surat yang baru.
Pukul 11 malam aku tiba di rumah yang baru 2 hari kami tinggali, sedikit terkejut melihat wanita itu duduk bersila di atas sofa merah, sambil menonton.
Sangat tidak anggun dan Sudah jam segini kenapa dia belum tidur, gerutku dalam hati.
aku baru menyadari penampilannya selama ini. Dia begitu berbeda saat di rumah. Daster batik, rambut di kepang, Sendal karet hello kitty dan tanpa polesan
makeup. Sangat jauh dari kesan putri kesayangan keluarga kolomerat.
"Kau belum tidur""
Dia terperanjat kaget langsung memperbaiki duduknya, tapi gerakan cepat itu membuat kaki kirinya menendang ujung meja di depan sofa. Dia merengis kesakitan.
Wanita ini, salalu saja ceroboh.
"A..ku menunggu mu, awww" jawabnya setengah meringis
"Tanda tangan di sini"
Seruku sedikit memaksa sambil menyodorkan kerjas dan pulpen ke arahnya, dia tidak menolak maupun membantah, dia menerimanya dengan rela lalu menandatanganinya,
Tidak membaca terlebih dahulu.
Bodoh! Bagaimana jika surat itu adalah pengalihan seluruh kekayaan mu atas nama ku! Ck.
Aku lalu meraih surat itu kembali dari tangannya.
" Kembali ke kamar mu, dan stop! Jangan pernah menunggu ku lagi"
Aku lalu berlalu meninggalkan dia yang masih berdiri di tempatnya.
Aku sengaja memasang telinga, entahlah seperti penasaran apa dia akan menangis. Dan yah dia menangis, lagi.
*** 1 minggu berlalu Aku dan wanita itu mengatur waktu sebaik mungkin agar bisa bergantian menjaga papa, beberapa kali kami gantian dengan mas avian dan istrinya, atau mama.
Beberpakali juga mas alvaro datang gantian menjaga papa. Keadaan kakek masih kurang sehat sehingga di larang keras oleh dokter keluarga untuk sebisa mungkin
tidak mengunjungi rumah sakit.
Tapi hari itu kakek datang, aku dan wanita itu sangat kaget hendak protes tapi di cegah mama yang datang bersamaan dengan beliau.
"Kakek datang mau bertemu kalian" seru beliau setelah nyaman dalam duduknya.
Aku mengerutkan kening, kenapa harus datang kesini, beliaukan bisa memanggil kami kerumah. Tanyaku bingung
"Tadi kakek dan mira singgah di kantor harista, kami membicarakan hotel. Dan kami sepakat resepsi kalian akan di laksanakan besok"
Apa""" Astaga! Keluarga ini" Mereka sangat hobi meng upnormalkan detak jantung.
Papa masih sakit dan.... Sepertinya bukan aku saja yang kaget tapi wanita itu juga. Dia sudah berdiri menghampiri mama yang sedang membersihkan tubuh papa dengan lab air hangat,
dia meminta penjelsan, tertebaklah sudah. Pasti maunya mama.
Acara resepsi benar-benar terlaksana. Tapi yang membendakan, Acaranya sangat sederhana, hanya keluarga dan segelintir dari sekian banyak rekan bisnis keluarga
ini yang datang... Tapi yang terlihat istimewa adalah wanita yang berdiri di sampingku. Baiklah sekali lagi aku tidak akan munafik untuk saat ini, dia terlihat cantik dengan
balutan jilbab pink soft, aku mencibir diriku yang tanpa sadar memandanginya begitu lama, sampai terkejut saat mbak prita memanggil hendak memotret kami
dengan hp ku yang tadi ku titip kepadanya.
Dia langsung merapatkan tubuhnya kepadaku, lenganya di kalungkan pada lenganku aku sedekit kebingungan melihat tingkanya yang agak agresif itu
Wajahnya di dekatkan dengan telinga ku, bisa ku dengar tarikan nafanya yang cepat, dia gugup. Hah! Apa yang di pikirkan wanita ini, tingkahnya sangat betolak
belakang denga raut wajah gugupnya. Dia menatap ku lalu memberikan isyarat agar tersenyum pada kamera. Tubuhnya lebih dia rapatakan lagi kepadaku. Mbak
prita mulai menghitung "aku belum beca surat perjanjian kontrak kita, padahal sudah dua kali tanda tangan" bisiknya tajam membuatku terperanjat
+++++ **** Adzan subuh menampar ku dari lamunan.
Ah wantunya menghadap Sang Pencipta.
Ku letakan hp pintar ku di atas meja, terlihat gambar seorang wanita yang tersenyum bahagia, sedangkan seorang di sampingnya menatap wanita itu dengan
ekspresi kaget. #### ?"14. feeling and cooking
Sekar POV Aku melipat mukena sholat bermotif bunga melati, udara dingin AC kamar menusuk tanpa permisi ke dalam pori-pori kulitku. Aku mengerut tubuhku di atas sajadah.
Ingin sekali meraih Al quran yang duduk cantik di atas meja kamar. Tapi dingin ini membuatku malas gerak.
Ku lirik remot AC di atas tempat tidur. Sepertinya itu yang harus ku lakukan pertama kali, mematikan AC.
Sudah 2 bulan aku tinggal bersama lelaki itu yang dengan berat harus ku akui dia sebagai suami ku. Kaki ku melangkah berat turun keluar dari kamarku, daster
batik berbentuk A line mengembang-ngembang di terpa tiupan angin subuh dari arah pintu rumah yang barusan aku ku buka. Dapur tinggal beberapa langkah lagi,
tapi terlalu dingin, aku memutuskan duduk sebentar di kursi tamu, akh seharusnya pintu itu tidak buka.
Pukul 5:30 aku seharusnya menyiapkan sarapan pagi. Tapi sangat dingin, tulang ku sampai terasa nyilu.
sudah 2 bulan aku tinggal bersama denis. Hari-hari kami berjalan seperti yang tertera di dalam kontrak nikah, tak ada keributan apalagi konflik, yah bagaimana
mau terjadi konflik jika interaksi intensif aku dan dia sangat jarang terjadi. Kegiatan rutin kami yang menyebabkan terjadinya interaksi adalah ketika
sarapan pagi dan saat dia pulang kerja, ini terjadi akibat surat kontrak kami, surat yang sangat menguntungkan denis. Aku membacanya 1 hari setelah acara
resepsi kami.?" Surat kontrak dengan isi menjengkelkan itu membuatku harus menangis 2 jam, bagaiman tidak, aku tidak boleh kerja di kantor hanya boleh di
rumah menjalankan tugas sebagai seorang istri, huh tugas seorang istri kepalamu denis. Apa hanya memasak menjadi tugas seorang istri" Kamu bercanda.
Dan yang paling menyakitkan dari isi surat itu adalah, karena aku tidak mungkin mengandung anaknya jadi pembagian harta saat kami bercerai akan di bagi
seadil-adilnya. Ya Tuhan untuk apa dia menikahi ku jika niat awalnya sudah ingin menceraikan ku.
Relungku tersayat merobek luka. Bukan karena harta gono-gini, keluargaku sudah cukup kaya untuk menghidupiku jika dia ingim mengambil semua kekayaan yang
beratas nama ku. Tapi Hati ku terluka saat tertera dalam surat kontrak aku tidak mungkin mengadung keturunannya.
Aku tau perjanjian awal tidak ada sentuhan kulit adalah kemauan ku, tapi tidakah dia fahami jika yang kulakukan itu agar supaya dia mau menyetujui pernikahan
kami. Ya Allah entah kenapa hatiku sangat sakit saat membaca penggalan tulisan itu. Denis begitu jahat, berkali-kali dia membuat ku melayang dan berkali-kali
pula dia hempasakan. dasar bajingan! brensek! "Apa aku bisa kenyang dengan isi pikiran kotor mu itu"" aku terlonjak mendengar sosok manusia yang enatah dari kapan dia berdiri memandangi ku di ujung
tangga itu. "A,aku kedinganan jadi-"
"Oh. Jadi kamu pikir matahari bisa membuatmu terasa dingin""
Jawaban gugub ku langsung di potong olehnya.
Aku refleks memalingkan wajah melihat ke arah pintu.
Astagfirullah. benar saja dia kalap, ini mungkin sudah jam 7, Sepertinya aku harus ke psikiater memeriksa kejiwaan, bagaimana mungkin aku bisa menghayal
sampai memakan waktu berjam-jam.
Dengan merasa bersalah Aku berlari kecil ke dapur menyiapakan sarapan untuknya.
Aku tadi bilang apa" Tidak ada konfilk" Sepertinya harus di ralat bagian itu sebab konflik selalu saja terjadi di sela-sela sedikitnya interaksi kami.
"Papa pulang malam ini, aku ingin ada di sana, maukah kamu mengantarku"" kataku sedikit lirih. Sudah 2 pekan papa siuman dan sudah di perbolehkan pulang
oleh dokter malam ini. Dia hanya diam tidak menanggapi. Tapi aku tau dia mengiyakan. Hidup dua bulan dengannya membuat ku mengerti banyak hal, seperti bahasa diamnya atau sekedar
bahasa isyarat. Lelaki penuh misteri. "Jangan melihat ku seperti itu" tebaknya telak, buru-buru ku perbaiki sikap ku.
"Jadikan jemput"" nada suaruku sedikit ku tekan biar lebih terkesan tidak gugup karena memandangnya begitu lama.
"Kenapa tidak sama pak rahman saja"" balasnya dengan nada super data
"Bisa, tapi nanti keluarga bilang apa""
Nasi goreng buatanku sepertinya lebih penting dari pertanyaan ku. Walau aku tau diamnya mengiyakan, tapi sekedar mengagguk sedikit apa tidak bisa atau
kepalanya itu tercipta dari batu.
Bagaimana caranya aku membuatmu jatuh cinta kepadaku denis jika hanya sekedar berbicara kepadaku saja kau sangat enggan.
Kau harusnya bertanggung jawab dengan detak jantungku yang selalu upnormal saat bersama mu seperti ini, sejak kau merawat ku dengan telaten di rumah sakit,
hingga malam di mana kau menatapku begitu lama, Aku terus kelimpungan selama dua bulan ini memaksa hatiku untuk menuruti kemauanku agar berdetak senormal
mungkin jika berada dekat dengan mu. 2
Bunyi bling gelas denis tergletak di atas meja setelah menempel pada bibirnya.
Dia lalu menenteng tas kerjanya, Melangkah keluar tanpa pamit meninggalkan ku.
Hari ini dia kembali memakai kemeja abu-abu warna kesukaan ku, dia terlihat begitu tampan. mungkin denis juga suka warna abu-abu. Buktinya sangat sering
dia menggunakan warna abu-abu.
*** Aku menghabiskan waktu di rumah dengan mencoba segala jenis masakan rumah. aku sering menghubungi harista agar datang membantu tapi anak itu terlalu sibuk
dengan pekerjaan hotel jadi dia mampir hanya kalau tidak sibuk. Katanya akhir-akhir ini hotel banyak di pakai untuk acara pernikahan jadi kesibukannya
sedikit bertambah. Aku juga bingung kenapa akhir-akhir ini banyak sekali pasangan yang menikah. Mungkin lagi musim kawin kali ya. Undangan buat aku dan denis beberapa pekan
kedepan saja ada sekitar 9 atau 10.
Aku membasuh peluh yang menumpuk di leher. Semua cup cake yang ku masak berubah menjadi hitam, hangus. bahkan warna cream pink yang ku polesi tadi sekarang
sudah berubah menjadi coklat. Aku benar-benar parah dalam hal seperti ini.
Aku melempar celemek masak ke sembarang tempat. Ku hempaskan bokong ku ke kursi makan keluaga. Mataku memanas. Sudah hampir ratusan kali aku mencoba tapi
selalu saja gagal. Kenapa kalau harista yang buat berhasil dan sangat enak. Tapi Kenapa aku tak bisa" Padahal tangan ku dan tangannya sama, jumlah jari
kita juga sama. Hiks Aku mau kembali ke kantor, pokoknya aku mau kembali bekerja di kantor kakek. Persetan dengan surat kontar, persetan dengan durhaka kepada suami. Kedongkolan
ku sudah ada di abang batas. Ini sudah dua bulan, bahkan hanya membuat cup cake saja aku tidak bisa bagaimana dengan masakan lain, sudah aku tidak bisa
memotong ikan, mengiris sayur dan sekarang giliran bikin cake yang tidak bisa. Masa setiap hari denis hanya makan nasi goreng pagi, malam sayur asam dan
telur ceplok, itu pun sayur sudah di iris-iris sebelum aku aku membelinya dari bang udin penjual sayur keliling.
Dan kenapa juga si brensek itu tidak pernah protes dengan masakanku yang itu-itu saja" Bahkan sudah dua bulan. Apa dia mengejek ku"
Seharusnya aku tidak meminta kakek untuk menarik kembali asisten rumah tanggahnya. Bodohnya aku, bodoh bodoh.
Aku frustasi dan mungkin sebentar lagi depresi. Terus gila terus....
Astagfirullah.... Hiks. *** Aku mengucek-ngucek mataku yang terasa gatal, sepertinya tangisku terlalu berlebihan. Ini sudah hampir magrib aku harus sholat dan bersiap-siap sebentar
lagi denis akan datang menjemputku.
Aku memakai gamis hijau dengan jilbab yang senada, ini pemberian bunda waktu datang berkunjung 1 minggu yang lalu.
Bunyi klakson mobil denis mengaung-mengaung. Akh lelaki itu, apa dia tidak bisa bersabar sedikit" Aku tidak mungkin bisa terbang atau ting! Menghilang
bak jini oh jini di sinetron zaman purba itu, aku harus jalan. Lagian gamis yang di kasi bunda juga sedikit kepanjangan jadi jalanku harus berhati-hati.
"Kamu tidak bisa lebih cepat"" sergabnya ketika kami sudah di dalam mobil. Aku hanya diam memonyongkan mulut, malas menanggapi. Aku lelah harus pasang
tanduk terus-menerus dengannya.
Mobil kami berjalan membelah malam. Kerlap-kerlip lampu jalan menghias di setiap sudut kota, masih banyak pejalan kaki melakukan aktifitas mereka. Sesekali
aku melihat anak-anak jalanan duduk di pinggiran jalan menadahkan tangan mereka. Hatiku terasa teriris melihatnya, dari kecil sampai sekarang aku belum
pernah meminta uang, uang selalu tersedia di rekeningku. Bahkan saat di jerman menjalani masa hukuman dari kakek hidupku masih terbilang mewah, walau hanya
tinggal di apartement sederhana. Tapi aku tidak pernah kekurangan uang, kakek selalu kirim di waktu yang tepat.
Tak sadarku ada buliran bening mengalir di pipi membuat sensasi dingin.
Buru-buru aku meraih tissu di dalam tas dan menghapusnya. Semoga denis tidak menyadarinya, akan sangat memalukan jika dia sampai lihat.
Kami tiba 1 jam kemudian. Mama dan mas avian sudah menunggu kami di rumah sakit sedangkan keluarga lain menunggu di rumah.
"Mama sudah urus administrasinya"" tanyaku saat melihat mama memasukan pakaian papa ke dalam tas.
"Sudah beby, risman sudah mengurusnya dari dua hari yang lalu" jawabnya menjelaskan kalau sekertaris kakek sudah melakukan segalanya.
"Oke sudah selesai, panggil denis dan mas mu, bantu papa naik ke mobil"
Aku mengagguk lalu berlalu meninggalkan papa dan mama.
*** "Iya rere, ini mbak udah di jalan pulang sama mas denis"
Seruni adik bungsu ku yang melanjutkan studi kedokterannya di Amerika menelfon menanyakan kepulangan papa dari rumah sakit, katanya dia telfon kerumah
tapi tidak ada tanggapan.
"Mungkin orang di rumah lagi sibuk, coba di nomornya putri, sepertinya di nginap di rumah katanya mau belajar resep baru dari mbak prita"
"Mbak aku mau ngomong sama mas denis"
Mati aku! Ini rere sangat tidak faham situasi. Aduh apa yang harus aku lakukan.
"Nggk bisa re, dia lagi nyetir"
"Bentar aja" rengeknya
Denis melirik ku, dia pasti sudah tau kemauan seruni. Dengan gugup aku menyodorkan hp kepadanya. Tanpa basa basi dia langsung meraih ujung hp dari tangan
ku sambil berhati-hati jangan sampai menyentuh kulitku, Itu akan melanggar kontrak.
Wajahnya sedang terfokus ke jalan dan hp jadi aku bisa menatapnya sepuas mungkin, melepaskan dahaga rindu yang membuncah. Dia tidak pernah memberiku kesempatan
untuk itu, jadi aku harus lebih pintar mencuri pandang.
Saat bercengkrama dengan seruni di hp, tiba-tiba aku melihat ekspresinya berubah sedikit gugup. Sepertinya seruni menanyakan hal yang tidak-tidak. Aku
harus menghentikannya. "Ada yang mau aku sampaikan sama seruni" pintaku sambil menadahkan tangan. Tanpa di suruh dua kali dia lalu meletakan hp di atas telapak tanganku.
"Rere udah yah, nanti mbak telfon lagi"
"Yah mbak, kan rere lagi ngomong sama mas, kok di ambil hpnya"
"Udah kamu jangan manja, mbak tutup ya, jangan lupa telfon putri. Assalamualaikum" gerutku kesal kepada adikku yang ku panggil rere itu. Anak itu kadang-kadang
mulutnya tidak bersopir, dia pasti biacara yang tidak-tidak dengan denis.
*** Pagi ini sepesial, karna aku membuatkan sesuatu yang berbeda, denis pasti menyukainya. 10 menit lagi dia akan turun dari kamarnya aku harus cepat-cepat
membuatkan teh manis. Dia turun tepat seperti perkiraan ku, 10 menit. Dengan gagah dia berjalan menuju meja makan minimalis kami, aku tidak bisa menyembunyikan rupa bahagia
ku, senyumku terus mengembang menghantar langkahnya menuju meja makan.
Kamu pasti akan terkejut denis. Batin ku girang
Dan benar saja dugaanku, dia terkejut.
Alhamdulillah... dia menatap masakan spesial ku itu beberapa menit lalu duduk untuk bersiap menyantapnya. Hati ku serasa ingin loncat dari tempatnya.
"Apa telur di kulkas habis"" tanya nya mengejutkan
"Hah"" "Aku tidak suka nugget"
"Ma,maksudnya"" sumpah aku benar-benar bingung bercampur gugup
"Lebih baik nasi goreng dengan telur saja, tidak usah di ganti dengan makanan aneh ini"
Ya Allah air mataku seperti ingin muncrat keluar. Aneh" Denis mulut begitu pedis.
"Aku akan keluar kota besok" ucapnya kemudian berdiri lalu berlalu meninggalkan sepiring nasi goreng yang belum tersentuh.
Aku mentap sayup nasi goreng nugget ku. Yah walaupun cuman nasi goreng nagget tapi usahaku untuk memasaknya bukan hal yang mudah, berperang melawan minyak
panas itu sangat sulit. *** ".............. Ya Allah pemilik jiwa ku. Ampunilah dosaku dan kedua orang tua ku. Ampunilah dosa suami ku Ya Rabb, sehatkanlah dia dalam sibuknya. Ingatkanlah
dia kepada-Mu saat dunia akan merenggutnya. dia suamiku Ya Allah berikanlah hidayah kepadanya. Ampunilah dia. Aamiin Ya Rabb. Aamiin"
Ku akhri lantunan doaku di seperdua malam yang sepi. Tidak ada yang lebih indah selain bercengkrama dengan Allah di saat yang lain terlelap. Tidak ada
yang lebih mulia selain berdiri melaksanakan Sholat di saat yang lain merebakan lelahnya.
Tiba-tiba hatiku merasa rindu dengan denis. Ingin sekali aku menemuinya. Ingin sekali aku memandangnya. Ya Allah apakah hal yang ku inginkan ini salah.
Tidak, aku tidak salah. Aku halal kedapanya pun dia juga halal kepadaku.
Ku lepas rok mukena sholat menyisakan jilbab sholatnya. Aku memandang celana tidur hello kittyku sambil tersenyum. Aku akan melihatnya dia pasti sedang
terlelap aku akan leluasa memandanginya. Ya Allah aku sangat merindukan wajah dinginnya.
Kakiku melangkah dengan pelan menuju kamarnya yang berselang satu kamar dari kamar ku, di rumah kami memiliki 4 kamar 1 di lantai dasar khusus untuk tamu
dan 3 di lantai 2. aku tidak akan merasa bersalah apalagi berdosa melakukan hal ini. Dia suami ku dan aku berhak atas ini. Aku hanya ingin melihatnya, sumpah hanya itu.
Ku putar gagang pintunya perlahan-lahan.
Ya Allah apa mataku salah lihat atau aku sedang bermimpi"
Apa yang sedang dilakukan denis itu" 2
Ya Allah suami ku- Air mataku mengalir tanpa bisa ku cegah
Denis, ini sudah kesekian kalinya kau membuatku menangis.
?"15. Are you ok"
Denis POV Naik jabatan dari seorang manajer keuangan menjadi seorang direktur keungan itu Bukanlah hal" yang mudah, apalagi naik jabatana secara tiba-tiba tanpa
ada persiapan apapun. Mungkin bagi sebagian orang itu adalah hal yang sangat menggiurkan tapi tidak dengan diriku, aku tidak perduli dengan budgetnya tapi
kinerja kerja yang membuat pusing." itulah yang terjadi padaku, sejak papa siuman aku langsung di tarik dari perusahaan tempatku bekerja ke perusahaan
kakek, dan menempatkan ku sebagai direktur keuangan di salah satu perusahaan manufaktur milik keluarga."
Butiran keringat kecil membasahi wajahku, AC begitu dingin tapi aku masih berkeringat, mempelajari semua dokumen-dokumen ini sangat menguras otak, ini
sudah hampir 1 bulan dan aku baru mempelajari setengah dari isi-isi dokumen itu, belum lagi sambil belajar aku di tuntut untuk langsung bekerja. Sepertinya
aku harus menghubungi rasyid, aku membutuhkan cekatan dalam bekerjanya saat ini. biarlah nanti dia ku bayar dari sebagian gajiku hitung-hitung melepas
kangen juga dengan anak itu.
"Denis ingat kita berangkat jam 11 malam "
Mas avian masuk tiba-tiba membuatku terkejut
"Loh kok jadi malam lagi mas, kemarin katanya sore"
"Menghindari macet den, dan ternyata aku ada meeting nanti sore dengan bidang pemasaran lagian meeting di sanakan besok pagi baru mulai, kamu hanya perlu
menyiapkan bahannya saja dari sini" jelasnya kepadaku
"Baik Mas" aku mengguk paham. Kemudian Mas Avian permisi dan keluar dari ruangan ku.
*** Aku melaksanakan sholat magrib di salah satu mesjid dalam perjalanan pulang, sedikit miris saja melihat kondisi mesjid kurang terurus dengan jama'ah yang
sangat sedikit, akh manusia terlalu sibuk dengan keduniaan sampai melupakan kewajiban. Padahal hidup ini hakikatnya sementara, tidak ada yang menjamin


Hijrah Cinta Karya Miylahun di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

satu menit atau satu jam kedepan kita masih bernafas.
Aku harus banyak bersyukur karena jiwaku belum terpisahkan oleh jasad saat dulu masih terjebak dalam hitam dunia.
Aku duduk di teras mesjid memakai sepatu usai sholat magrib. Hp pintarku yang baru saja aku nyalakan sebab sebelum sholat aku matikan langsung bergetar
ada pesan masuk. Mungin dari Mas Avian mengingatkan ku kembali. Batinku.
Tapi ternyata bukan, itu dari seseorang yang sudah aku anggap adik sendiri, Affand. Untuk apa dia SMS malam-malam begini, lagian ini belum jadwal kajian
atau belajar Al quran. Tanyaku bingung. Dengan cepat ku geser kata open pada smsnya.
"Assalamualaikum, maaf bang, sms ku ini mungkin akan menimbulkan murka abah, tapi aku tidak tau harus bagaimana lagi.
Mbak reina sakit sudah lama. Dan dia tidak mau di rawat dirumah sakit. Sekali lagi maaf mas aku harus menyampaikan ini tapi mbak ku sakit semenjak mas
membatalkan rencana khitbah itu.
Syukran, semoga bang denis sehat selalu"
Aku termenung beberapa saat. Betapa bejat dan brenseknya diriku, bagaimana bisa aku memberi harapan palsu lalu mengabaikan wanita sebaik reina, Ya Allah.
Keluhku dalam diam. aku harus melakukan sesuatu
Bunyi nada sambung terdengar bebrapakali dan akhirnya di jawab oleh seseorang
"Assalamualaikum affand"
"Waalaikumsalam bang, gimana kabarnya" Mbak sekar gimana, sehat" Wah katanya abang sudah di naik jabatan, kapan traktirannya nih"
" reina bagaimana"" kamu sudah terlalu banyak bicara affand. Mengindar membicarakan dia itu sama saja kau memberi umpan daging pada buaya. tingkah mu Terlalu
terbaca. Dia diam beberapa saat tapi kemudian ragu-ragu mau menjawabku
"Maaf bang, ini seharusnya nggk aku lakuin, dan tidak boleh seperti ini bang"
Tapi kamu sudah melakukannya affand, salahmu sendirikan.
"Sudah jangan bacot, reina gimana" Aku akan kesana sekarang. Beritahu ustadz aku dalam perjalanan ke situ"
Tutupku tanpa memberi kesempatan affand untuk membantah.
Ku putar mobil cepat, menginjak gas lalu melaju dengan kecepatan di atas rata-rata. Kepalaku terasa berat memikirkannya, reina gadis anggun yang pernah
membuatku terpesona dengan ahlaknya. Aku tidak mau berbohong jika mungkin di dalam sana masih tersimpan rasa cinta untuknya. dia terlalu istimewa untuk
di abaikan. Aku tiba 40 menit kemudian di rumah affand, dia mondar-mandir di teras rumah, sepertinya gelisa menungguku.
"Abang sudah tiba ayo masuk" dia sedikit kaget saat aku mengucapkan salam. Affand apa yang kamu pikirkan sampai tidak menyadari kehadiranku"
Abahnya memelukku erat beberapa menit, tadinya aku kira beliau akan marah karena kedatangan ku tapi sepertinya tidak.
Lain lagi dengan Umminya, beliau" menatap ku begitu lama, aku tau tatapan beliau itu tatapan kecewa bercampur sedih.
"Ustadz bolehkah aku menemui reina"" aku suda tidak sabar ingin melihat keadaanya. Banyak yang ingin aku tanyakan kepadanya. Apa kabar" Kenapa kamu sakit"
Berapa banyak sakitnya" Apa aku bisa membantu". Pertanyaan-pertanyan itu berputar-putar dalam kepalaku.
Abahnya menatapku beberapa saat lalu mengangguk, kulihat rupa kaget di wajah umminya meminta penjelasan dari abahnya atas anggukan tadi. Aku tidak perduli
langsung berdiri di temani affand berjalan menuju kamarnya.
Ya Allah hatiku bagai di sileti sembilu.
Wajah terlelap yang dulu begitu meneduhkan sekarang terlihat sangat pucat. Bibirnya putih kering. Aku langsung mengambil posisi duduk di ujung tempat tudurnya
di ikuti affand. Air mataku serasa ingin tumpah, aku penyebab sakitnya. Rasa bersalah meninju-ninju hatiku, maraung menggrogoti relungku. Aku penyebab wajah teduh berubah
pias. Seumur hidup aku akan menyesali semua ini. Apa kau sedang menghukum ku reina" Maafkan aku.
Ku tatap lekat wajah pucatnya. Kami tidak" Tidak bangunkan dia, sebab kata affand beberapa hari ini dia mengalami susah tidur dan baru hari ini tidurnya
sangat lelap. Aku pamit kepada abah dan umminya setelah beberapa menit berada di kamar reina. Aku tidak enak berlama-lama apalagi kami bukan mahram sekalipun ada affand
yang menemaniku tapi kurang etis saja menunggui gadis perawan terlalu lama.
*** Dalam perjalanan pulang aku meggorocoti hpku mencari kontak yang lama tidak ku hubungi.
"Assalamualaikum yori""
Yori, dia selama ini di kanada. Setelah kuliah dia tidak ingin kembali ke indonesia dan merintis karir di sana. Bahkan saat pernikanku saja dia hanya membual
akan datang, tapi mulut yori itu buaya, pandai menipu.
"Yor gue butuh bantua lu" pintah ku setelah dia memaki ku karena baru menghubunginya lagi
"Alah, mati aja lu. Pas lagi butuh aja lu kontak gue""
"gue serius yor, ini urgent yor sumpah"
"Emang appaan""
"Gue butuh tante elma yor, ada kakak teman gue sakit. Gue mau nyokap lu yang jadi dokternya"" yup. Mami yori adalah seorang dokter spesialis. dan yori
adalah anak satu-satunya yang permintaannya adalah segalanya.
"Tapi nyokap lagi di sini den. Dua hari lagi baru balik ke indo. Emang parah yah""" inilah yori yang asli, walau sesongong-songonya dia, Tapi sangat peduli
dengan orang lain. Aku mengakhiri pembicaraan kami setelah membuat kesepakatan dengan mami yori yang kebetulan berada bersamanya saat itu.
Aku sudah berjanji akan mengurus reina sampai sembuh. Dan itu janii yang harus ku tepat.
Aku lalu mencari nama lain dari kontak hp ku.
" Bismillah. Assalamualaikum Reina~ Dengan segala rasa bersalah dan dosaku kepadamu aku mohon kamu mau berobat kerumah sakit, aku sudah mengurus segalanya. 2 hari lagi akan ada petugas dari
rumah sakit menjemputmu. Terserah kamu mau rawat jalan atau rawat inap. Dokternya sudah siapa.
Maafkan segala kehilafanku.
Mohon jangan hukum aku dengan sakit mu itu. Aku tidak bisa menerimanya.
Denis Setelah mengirim penggalan SMS itu, Perjalanan pulangku di penuhi dengan reina. tetapi ada yang lain kali ini, sangat aneh," ada semacam rasa berdosa menggorogoti
hati ku, seperti rasa bersalah kepada seseorang tapi aku tak tau siapa dan kenapa. Adu tanya antara batin dan fikiran membuatku tak sadar jika sudah pukul
9:35, aku harus tiba lebih cepat tiba" " di rumah. Belum ada apapun ku siapakan, ditambah bahan meeting yang mas avian minta juga belum aku selesaikan.
Perjalan kali ini pasti akan kacau.
*** Aku tiba di pintu rumah tepat pukul 10, dengan tergesa-gesa ku putar gagang pintu. Tidak terkunci sepertinya.
Aku menyusup cepat ingin melangkah ke lantai dua dimana kamar ku berada. Tapi,
Astaga! wanita ini, apa yang dia lakukan berdiri tepat di hadapan ku seperti ini", membuatku mati kutu tidak bisa bergerak maju. Apa dia balas dendam karena tadi
pagi aku langsung pergi sebelum dia bangun sehingga tidak menyantap nasi goreng andalannya.
"Minggir" gertak ku, wajahnya langsung pias.
"Ayo makan, aku sudah membuatkan Balado udang, sop buntu, cumi kari dan oseng-oseng pepaya kesukaan mu " wajah yang tadi pias berubah menjadi riang, tak
ada ku temukan tanda-tanda akan menangis jika sudah mendapat bentakan dari ku, dia juga banyak bicara, tumben.
Dan astagfirullah ku turunkan mataku menilik penampilannya dari bawa sampai atas, daster batik serta celemek masakanya sangat berantakan ada banyak tepung menempel di mana-mana.
cairan merah, biru, percikan minyak serta telur dan oh tidak," dia sangat bau. Rambutnya, Ya Ampun rambut kuncir kudanya sudah tidak beraturan lagi, ujung
rambut sudah keluar kemana-mana terus ada sebagian yang tidak menyatu lagi dengan ikat rambutnya. Dia sangat menyeramkan.
Ingin sekali aku terbahak melihat penampilannya kalau tidak cepat teringat dengan kejadian waktu akad dulu. Tidak, aku harus menahannya. Perjalanan keluar
kota 1 jam lagi dan aku tidak mau gagal hanya karena tingkah bodohnya, menangis.
"Denis ayo makan dulu, Mas avian tadi telfon katanya 1 jam lagi dia akan datang menjemput mu"
"Bisakah kau minggir dari hadapan ku"
Bagaimana aku bisa bergerak jika dia mengahadangku dari depan begini. Aku ke kiri dia ke kiri aku ke kanan dia kenanan.
"Nggk! Kamu harus makan dulu, aku sudah masaka capek-capek, dan lagian aku sudah bilang sama mas agar sedikit lebih lambat datangnya soalnya kamu belum
pulang" Ya Ampun kenapa hari ini dia banyak biacara sekali. Hidungku juga sudah tidak mampu menahan lagi bau dari bajunya.
"Apa kamu salah minum obat"""curigaku. mungkin saja dia salah minum vitamin yang di kasi dokter.
Ini pertama kali dia bertingkah aneh seperti ini, menyambutku dengan rupa sangat kegirangan. Kemana perginya sikap cuek dan judesnya"
"Ck, aku normal. Tidak kekurangan apapun, ayo denis makan dulu" rengeknya setengah manja. Astaga, beberapa menit ini dia sudah berkali-kali mambuatku terkaget-kaget.
"M.i.n.g.g.i.r!" dia benar-benar menguji kesabaran ku. Aku mentapnya geram lalu mendorong dengan kasar tubuhnya menggunakan tas kerja ku. Wanita ini Apa
dia kemasukan roh jahat"
Aku melangkahkan kaki ku meninggalkannya berdiri di posisi terdorong tadi, dan see sebentar lagi dia pasti menangis. Pertahanan yang sangat mudah ku terobos.
Dan dia bilang apa" Makan" Hah tidak cukupkah 2 bulan ini dia mengerocoki ku dengan 2 masakan andalan nasi goreng dan sayur asam, membuatku setiap hari
harus berdoa semoga rasa yang kadang hambar atau keasinan itu cepat berubah menjadi sedap. Tapi" yang membingungkan, bibir ku tidak pernah bisa protes
masakannya, ada sesuatu di hati ku yang kembali lagi, menahanku untuk melakukan itu.
Aku sudah melangkah jauh darinya tapi tidak ada suara tangisan ku dengar, Hari ini benar-benar kejutan. Aku sangat penasaran lalu memilih berhenti kemudian
memutar badan ku. Astagfirullah apa yang dia lakukan dengan Menggigit bibir", wajah putihnya berubah menjadi merah. Apa dia menahan tangisannya" Aku tidak tau tapi akhhhh.....
SIAL! Pikiran kotor ini, ada keinginan untuk berlari memeluk dan memaksanya berhenti bertingkah seperti itu. Aku lebih suka melihatnya menangis dari pada
harus menahannya seperti itu, entah kenapa itu menyakiti ku.
"Aku akan makan setelah mandi" kalimat itu meluncur begitu saja tanpa permisi.
Eksperisnya lansung berubah senang. Sambil memautkan jari telunjuk dan ibu jari membetuk huruh O lalu berseru "oke"
Wanita aneh. Aku masuk kamar dan kembali terlonjak. Sepertinya aku harus menelfon mama menanyakan keadaan putrinya. Siapa tau ada penyakit bawaan aneh yang biasa muncul
kapan-kapan. Sebuah koper dan tas jinjing sudah siap. aku memeriksa isi kopernya, semua baju yang perlu aku bawa sudah terlipat rapi di koper. Tas jinjingan kecil itu
berisi vitamin, dan peralatan mandi. Lengkap semua.
Oke, Aku lebih suka memikirkan milyaran uang untuk ku hitung dari pada kejadian ini Otak tidak bisa lagi mencerna, buntu.
40 menit kemudian aku turun setelah mandi dan memakai baju yang sudah dia siapkan di atas tempat tidur. Baiklah, aku tidak mau memikirkan dan menanyakan
kepadanya kenapa pakain ku sudah siapa semua, memori kepalaku sudah error," sebaiknya langsung" makan saja . Wanita itu juga sepertinya menyadari penampilan
berantakannya tadi, sebab dia sudah mandi dan rapi dengan memakai daster batik, rambut panjang basahnya di biarkan tegerai dan, apa" Bau bunga sakura"
"Kau mencuri sabunku"" tanya ku curiga di sela-sela menyendok nasi. dia yang duduk di kursi lain langsung mencibir.
"Ye... Emang sabun sakura cuman situ yang punya"
nah sekarang kenapa gaya bicaranya seperti itu" Benar-benar aneh.
"Hah, kamu sebaiknya menyingkir aku tidak bisa makan jika kamu terus mengawasi" pintaku, tapi dia malah menggeleng keras. Baiklah aku malas berdebat.
Aku menyendok semua masakan yang dia sediakan di meja malam ini sambil sesekali meliriknya, ada senyum bahagia di bibir kecilnya membuat lesung pipitnya
terlihat menonjol, matanya terus mengawasi tanganku menyendok satu-satu persatu masakannya. Tanpa sadar bibirku juga ikut tersenyum, ada sedikit perasaan
damai yang melintas di hati ku, semacam debaran kecil.
Tidak boleh. Cepat-cepat mataku ku pindahkan ke piring.
Kenapa akhir-akhir ini aku suka sekali mencuri kesempatan menatapnya. Menyebalkan. Kutuk ku pada diri.
Aku" mulai mencoba masakannya dan benarlah semua dugaan ku sedaritadi, makanan ini di ada satupun yang enak. Tapi Demi melihat wajah kelebihan senangnya
aku menelan bulat-bulat makanan itu satu persatu, menahan cita rasa yang tak bisa di deskripsikan." Namun tidak dengan wajahku, dia pasti menyadari sesuatu
dengan melihat ekspresi ku
"Kenapa" Enak kan"" tanyanya tanpa dosa sambil mengerutkan dua alisnya.
"Pe,das-" ucapku tertahan.
"Assalamualikum, Denis.... sekar......"
Alhamdulillah, sepertinya aku harus berterimakasih berkali-kali kepada Mas avian nanti.
serta merta aku langsung berdiri meninggalkan makanan aneh itu mengikuti arah suara salam.
"Waalaikumsalam," masuk mas"
Jawab ku setengah berlari
"Dari mana aja sih", aku panggil-panggil tidak ada yang nyaut"
"Tadi lagi makan jadi nggk denger, ayo mau berangkat sekarang kan" Aku sudah siap"
"Tunggu! Aku agak mules nih. Aku ke toilet dulu ya" ucapnya lalu berlari menuju kamar mandi
"Mas avian mana"" suara wanita itu muncul dari arah dapur, rambutnya sudah di kuncir kembali, aku menunjuk ke arah kamar mandi menggunakan bibir dia lalu
menanggapi deng ber "oh" serta angguk-anggukan. Setelah melihat ke arah kamar mandi dia langsung berjalan ke arah ku kemudian duduk dengan polos di sofa
yang sama dengan ku. Aku otomatis bergeser sedikit.
Wah wanita ini betul-betul tidak waras, apa dia lupa dengan isi kontrak sampai mau mepet-mepet denganku.
"Kamu tadi dari mana" Kok bisa telat pulang" Padahal kamu pulangnyakan dari sebelum magrib" aku langsung mentapnya dengan tatapan introgasi, dari mana
dia tau aku pulang cepat hari ini
"Tadi mas avian yang nelfon aku"" dia berucap sebelum aku bertanya, sepertinya dia mengerti arti tatapan bingung ku.
"Penting untuk kau ketahui" " tanyaku balik menyergabnya. Aku tidak tau kenapa, tapi sepertinya rasa bersalah itu kembali menyerang ku. Membuatku dongkol.
"Aku kan istrimu"
Ya Rabb sepenggal kalimat itu seakan sengatan listrik kepadaku, Sekarang aku mengerti kenapa ada rasa bersalah menghantuiku dari tadi. Aku lupa telah memiliki
seorang yang di sebut istri. Rasa bersalah itu"semacam aku sedang berkhianat, kurang lebih selingkuh mungkin.
Aku telah temukan jawabannya.
Tapikan aku tidak melakukan apa-apa, itu bukan sesuatu yang salah. Aku hanya ingin menolong seseorang yang terluka akibat ulahku. Apa itu salah". Pikirku
berkecamuk. "Den ayo" suara mas avian datang menyelamatkan ku lagi.
"Eh ayo mas" aku langsung berdiri tanpa di minta dua kali. Harus cepat-cepat menjauh darinya.
"Dek kami berangkat ya" seru mas avian kepadanya yang berdiri di depan pintu saat kami sudah hampir memasuki mobil
"Tunggu" ucapnya mencegahku membuka pintu mobil, dia berlari ke arah kami.
maungkin mau menyampaikan sesuatu ke mas avian. Pikirku
Tapi, dia melewati posisi mas avia berdiri lalu mendekati ku.
Tunggu, apa yang akan kamu lakukan"" Tatapku bingung kepadnya.
Dia lalu meraih lengan ku seraya mencium punggung tangannku. Aku melongo" Pasti.
"Hati-hati denis" pintanya lalu tersenyum kemudian berbalik jalan ke arah pintu. Kontrak kami memang tidak boleh ada sentuhan fisik tapi ada pengecualian
yaitu ketika kami bersama keluarga poin perjanjian itu tidak berlaku." Dan sepertinya dia memanfaatkannya dengan baik.
Wanita memang sulit ditebak.
"Istri yang baik" seru Mas avian menggoda. Aku terpaksa dengan berat harus tersenyum di tengah-tengah kebingungan.
?"16. HE is MINE Kadang raga kalah akan rasa memaksa menuruti kata tanpa lisan, hati. Saat itu rindu ikut menyemai membungkus jiwa, hingga logikapun lumpuh.
Tapi bagaimana jika di tuntut fitrah" Halal lah menjadi jawaban.
Dia milik ku *** Reina terbangun di saat gelap membungkus sunyi, kepalanya terasa berat pandanganya kurang jelas.
Suara parunya memanggil-manggil ummi, abah dan adiknya tapi tidak ada jawaban. sesak terasa menyadari tubuhnya tidak bisa bergerak, dia bingung dan bertanya-tanya
apa yang harus dia lakukan. Reina ingin minum, tenggorokannya terasa kering, dia lalu mengumpulkan sisa-sisa kekuatannya pada lengan kanan agar bisa meraih
gelas di meja samping tempat tidur.
Susah. Keluhnya di hati Reina terus berusaha, air matanya menetes tapi terus beristigfar sambil memaksa juluran lengannya pada gelas.
Pankk!!! Gelas terjatuh. Terdengar suara kaki berlari menuju kamarnya.
"Astagfirullah nduk kamu nda ppa"",
Umminya langsung menyambar reina dengan wajah panik.
" minum" ucap reina tertahan
"Baik tunggu ummi ambilkan, kamu jangan gerak ya nak"
Apa yang terjadi pada reina, dia pun tak mengerti, yang dia tau hanya hatinya yang sakit, tapi entah kenapa seluruh tubuh ikut merespon seakan protes terhadap
hati yang luka. "Ayo nduk minum dulu"
Umminya kembali dengan segelas air kemudian membantu reina untuk meminumnya. Rasa sakit bercampu iba menusuk di hati sang ummi tak kuasa melihat putri
kesayangan terbujur tak berdaya. Jeritan batin meraung tapi bibir terkunci. Apa daya dan kekuatan beliau hanyalah seorang hamba yang taat akan kehendak
Tuhan. Ingin hati meraipkan semua kesedihan sang buahati apadaya diri tak mampu.tinggal doalah satu-satunya senjata. Semoga Sang Pemilik kekuasan segerakan
kebahagiaan. Umminya menatap sendu putri tercinta dengan deraian air mata.
"Sabar ya nduk , insya Allah ada hikma di balik semua ujian ini, kamu harus bisa terima kenyataan nak. Jangan melawan takdir Allah, karna kau tak mampu
nak" ucap sang ummi lirih sambil memeluk si putri yang semakin tersedu dalam kaku.
*** Affand mengangkat tubuh sang kakak ke atas kursi roda lalu mengiringnya dengan lembut menuju ruang keluarga, suasana pagi di rumah sederhana ini adalah
suasana paling indah dan menyenagkan, di mana mereka semua berkumpul menikmati teh pagi sebelum kembali sibuk dengan aktifitas masing-masing. Di rumah
ini tidak seperti rumah-rumah lain yang menyediakan sarapan dengan aneka hidangan, di sini sudah menjadi kebiasaan pagi adalah jadwal minum teh dan menyantap
kue pukkis buatan ummi. "Reina, sampai kapan kamu mau begini nduk"" abah membuka percakapan saat beberapa menit hanya ada bunyi gelas.
Reina hanya terdiam. "Nduk, abah mu bertanya nak" ummi menyambung
Reina tetap diam. Reina juga tidak ingin seperti ini, badan hanya tinggal tulang berbungkus kulit, wajah pucat, tubuh kaku. Sungguh dia membenci keadaannya. Tapi harus bagaimana
lagi, hatinya tak mau mengalah, perasaan lukanya seakan menghasut seluruh anggota tubunya untuk ikut merasakan sakit. Sekarang Dia hanya bisa ikhlas dan
sabar. Cinta, iyah dia jatuh cinta, jatuh cinta pada orang yang salah. Reina menyadari itu, sangat sadar. Namun perasaan itu tidak bisa lenyap seperti yang di
inginkan orang-orang. Perasaan itu masih utuh, sama seperti dulu, masih berharapa pada yang sama, denis.
"Rei, kamu harus sadar. Denis itu sangat mencintai istrinya" abahnya melanjutkan
"Dari mana abah tau"" tanya reina setengah cemburu
"Abah ini murabbinya nak, dan dia itu mutarrabbinya abah. Abah tau gelagatnya. Denis itu orang yang berprinsip, berkarakter, tidak mudah goyah. Apa yang
baginya salah selamanya akan salah. Dia tidak akan mungkin begitu saja meneriman perjodohan itu jika melihat sifat dan sikapnya. Tapi pada kenyatannya
dia terima. Itu sudah menjadi penjelasan kalau dia sangat mencintai istrinya" jelas abahnya panjang lebar.
"Bah, ummi, dek, " suara parunya terdengar halus
"Aku Masih berharap pada denis" matanya tertekuk tunduk, tak berani menatap sang abah dan ummi yang mungkin sebentar lagi akan murka.
"Reina, apa yang kamu pikirkan nak. Rasa suka mu itu sudah tidak wajar lagi, itu bukan cinta tapi nafsu" ucap sang abah dengan suara lantang tapi terdengar
di paksa agar lembut . "Abah, tidak ada yang salah dengan cinta bah. Cinta itu fitrah lagi suci, Yang salah jika manusia yang aplikasikan dengan cara keliru. untuk itu abah,
reina tidak mau terjerat perangkap syetan, reina ingin cinta reina suci dengan cara di halalkan" sura parunya kini terdengar lebih lantang di sela tangis
yang berurai. "Maksud kamu nak" umminya kini mengambil alih bicara
"Rei ingin denis menikahi rei, reina rela jadi istri kedua Asal cinta reina terselamatkan dari nafsu "
Abahnya serta merta berdiri meninggalkan ruang keluarga menyisakan diam dan tangis beradu di ruang kelurga yang biasanya terasa menyenangkan itu.
Reina menatap punggung sang abah, kata nya telah habis, kalimatnya raib. Tinggal batin yang bersua.
Aku mencintai denis, dia miliku.
**** Sekar POV " iya rere. mbak udah kasih ke denis tapi kan itu cuman vitamin C, yang mbak mau itu supplement agar selalu fit, gimana sih... nggk guna bangat jadi dokter"
"Loh yang kemarin minta resep vitamin siapa" Mbak kan nggk bilang resep suplement. Lagian pengantin baru minta vitamin, maunya tuh obat kuat"
Ucap Seruni di ikuti gelak tawa. Nah kalau sudah masalah begini, seruni dedengkotnya.
"Otak mu ngeres. Mbak nggk mau tau Pokoknya harus smsm resepnya "
Kemudian percakapan kami berlanjut dengan membicarakan kegiatannya selama seminggu terakhir. Kadang aku merasa serunilah yang kakak sedang aku adiknya,
dia cerdas dewasa dan penyayang walau kadang jahilnya minta di japlok datang, tapi itu tidak mengurangi aura kedewasaannya.
Aku kembali mengorocoti hp pintar ku mencari nama bunda, akhir-akhir ini beliau harus siap aku repotkan dan salahkan anak lakinya sebagai biang masalah..
" bun, sepertinya bukan oseng-oseng pepaya deh." keluhku setelah beliau menjawab salam.
"Kok bisa" Padahal itu kesukaanya"
"Tapi dia makannya dikit bangat"
"Mungkin dia udah kenyang karena makan di kantor"
"Mungkin" Kemudian percakapan itu berlanjut lagi membicarakan banyak hal.
Sejak denis pergi dua hari yang lalu aku mengahabiskan waktu dirumah hanya dengan menelfon kesana-kesini atau baca buku, buku apasaja asalkan bukan novel,
aku sudah tobat di bohongi oleh penulis-penulis yang kelebihan imanjinasi itu. 1
Kadang-kadang aku minta di temani harista mencoba resep-resep baru, dan pastinya dia yang masak aku yang makan. Sesekali ingin keluar menghilangkan kepenatan
tapi aku tidak berani, sebab sejak kejadian beberapa malam yang lalu aku sudah bertekad akan menjadi istri sholihah, yah salah satunya jika mau keluar
rumah harus ada izin suami. Sekarang bagiku Ridho suami adalah prioritas ke 2 setelah Ridho Allah.
Jadi jangan heran jika ku bilang segala hal-hal yang ku lakukan di atas dengan tujuan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya agar nanti bisa menyenangkan
hati denis, suamiku. Halal ku.
Ahk senyum ini, kenapa sengat betah berlama-lama di bibir jika memikirkannya.


Hijrah Cinta Karya Miylahun di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Alasannya yah tentu karna itu.
Jadi pada malam itu, saat keberanian tanpa alasan menaklukan ku menyusup ke kamar denis. Tepat pada saat aku melongokan kepala masuk di sela pintu kamarnya,
terdengar suara takbir, dahiku mengerut, mataku langsung mencari pelaku sura itu dan benar saja itu adalah suaranya. dia lagi mengangkat kedua tangan bersahaja
tunduk di hadapan Rabb, rasa takjub seketika membuncah dari dadaku. Aku menangis, tentu saja.
Melihatnya berdiri dengan melantun lirih ayat-ayat Al Quran memoriku langsung berputar mencerna keseharian kami, sebenarnya aku yang kurang peka atau terlalu
bodoh untuk mengartikan semua gelagat denis selama ini. dia tidak perah mabuk-mabukan lagi, atau sekedar mencium bau minuman di mulutnya saat dia pulang
kerja saja tidak pernah. Dia juga tidak merokok bahkan nyaris 1 puntung rokok pun tak pernah terlihat di rumah ini, sikapnya banyak yang berubah tidak
searrogant dulu, bahkan seringkali saat aku turun dari kamar usai sholat subuh pintu rumah utama sudah terbuka dan pintu kamar denis juga terbuka, aku
saat itu hanya berfikir mungkin denis sedang mencari angin. bodoh, mana ada orang cari angin subuh-subuh yang ada malah angin mencari orang, sebab setiap
subuh pasti dingin. Aku samasekali tidak bisa berfikir kalau denis mungkin baru pulang sholat subuh dari mesjid. Ya Allah sebejat itukah denis di mataku
sampai tak bisa memberi kesempatan pada hati dan fikiran untuk mencerna kabaikannya.
Saat itu aku tau, aku telah menemukan alasan tepat untuk berada di samping denis, yang nanti menjadi sandaran ketika aku hilanga pijakan.
Malam itu aku langsung berbalik ke kamar kemudian memikirkan banyak hal termasuk yang akan aku lakukan hari ini.
"Halo assalamualaikum"
Jawaban salam terdengar sangat sopan dari sebrang sana
"Jadi jam berapa""
Orang itu lalu menjawab kesepakatan waktu dan tempat untuk pertemuan kami nanti. Jadi, Sekarang aku perlu mengirim pesan mohon izin dari denis sebelum
melangkah keluar rumah. Menjadi istri sholehah mungkin gampang-gampang susah, tapi tak apa-apa yang penting berkah.
Orang tadi adalah rangga pengacara pribadi denis yang sekarang menjadi pengacaraku juga atau bisa di sebut pengacara keluarga kami.
Aku akan membatalkan kontrak itu, harus. Perduli setan dengan murka denis. Aku sudah bertekad menjadi istri yang utuh untuk dia, Selamanya.
Dan hari ini akan ku paksa rangga melakukannya. Tak peduli apapun resikonya, kalau dia takut akan di pecat denis, tenang aku masih banyak simpanan kok
untuk menunjang kehidupannya sampai dia mendapatkan pekerjaan lain.
Hah, denis. Kamu lupa sedang berhadapan dengan siapa.
Masa ingatan mu bisa lengah dari diriku yang dulu, melakukan segala cara asal bisa mendapatkan mu.
Dan mulai saat ini aku juga akan melakukan segala cara, tapi kali ini caranya di jamin halal, bila perlu dapat stempel halal MUI.
So... Sudah barang tentu tujuan itu adalah mendapatkan mu secara utuh. Kita halal kan"
Kamu milik ku, denis. ?"17. Name Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: Kami telah beriman , sedang mereka tidak diuji" (Qs. Al 'ankabut :2 ).
Percayalah hakikatnya hidup adalah ujian.
**** Affand menutup khidmat mushaf berwarna coklat setelah membaca beberapa surah, akhir-akhir ini keluarganya sedang mendapat ujian yang tidak biasa.
"Affand, sini dulu nak" panggil sang abah dari balik pintu
Dia bergegas berdiri merapikan Al quran dan sajadah, panggilan dari abah terdengar serius. Dengan langkah seribu affand sudah tiba di ruang keluarga tempat
abahnya duduk. "Iya bah ada apa""
Abahnya meliriknya sekilas di susul deheman kecil
"Mbak mu bagaimana""
Affand sepertinya sudah paham arah pembicaraan mereka nanti kemana
"Alhamdulillah bah, dokter rekomendasi bang denis sangat baik dan pengertian, mbak rei juga mendapat perawatan maksimal, sampai saat ini walaupun belum
signifikan tapi kondisi mbak rei agak lebih baik"
Abahnya mengagguk-nagguk, kemudian berhembus
"Nak, mbak mu sekarang lagi di uji, dan mungkin ini adalah ujian terberatnya sepengetahuan abah. baru kali ini abah melihat reina seterpuruk itu, dulu
banyak ujian yang mungkin sebagian orang tidak bisa melewatnya"
Abahnya menggantungkan kalimat lalu menatap affand sekilas kemudian melanjutkan
"Kamu ingat mbak mu beberapa kali pindah kampus"" affand mengagguk tak menjawab"" "kamu tau, dia di berhentikan dari kampusnya hanya karena alasan hijab,
padahal IPK reina di atas rata-rata dan itu terjadi hampir 3 kampus, tapi dia tetap kuat bahkan tak pernah menyusahkan abah dan ummi. Kemudian ujian-ujian
yang lain datang silih berganti dia tetap kokoh tak bergeser walau setapak, hingga Allah mengujinya sekarang dengan rasa cinta. Mbak mu lagi goyah affand,
dia sedang membutuhkan doa-doa dari kita, jangan pernah lupa mendoaknnya ya.
Ingat affand ketika Allah peduli dengan seorang hamba, maka Allah akan menyentilnya dengan sedikit ujian. Ujian itu yang akan mengakat derajat seseorang.
Tapi pertanyaannya apakah kita mampu melewati atau malah angkat bendera, itu semua adalah pilihan dan reina sekarang berada di posisi itu, maka doakan
dia" Affand menunduk mengolah kata demi kata abahnya tadi.
**** Denis Pov Tok tok tok "Den ayo, para staff sudah menunggu di bawah" suara memanggil dari luar kamar
"Sip mas, aku turun sekarang"" kemudian terdengar langkah kaki berlalu
--------- *Meeting Room hotel* " terimakasih atas kepercayannya pak, kami harap kerjasama ini berjalan dengan baik, kami tunggu kejutan-kejutan luar biasa dari perusahaan bapak" Mas
avian penuh wibawa berbicara sambil menjabat tangan seorang relasi bisnia kami yang baru beberapa menit yang lalu menandatangi kontrak kerja.
---------- "Cari makan yuk den, kamu belum sarapan kan"" tanya mas avian setelah kami mengantar relasi bisnis tadi. Meeting hari ini memang sangat pagi hingga aku
dan mas avian tak sempat sarapan.
"Ayo, tapi di warung-warung biasa aja boleh nggk""
"Tumben" dengan kening berkerut mas avian menatapku bingung
"Bosan mas di hotel" gerutku dengan wajah memelas
"Yok" ajaknya langsung berjalan menuju parkiran hotel sambil memainkan kunci mobilnya.
--------- *rumah makan sederhana bu ratna*
"Pesan apa den"" tanya mas avian sambil melihat-lihat menu makanan.
Sudah 8 hari kami di sini dan entah kenapa dari kemarin aku seperti ingin sesuatu, sesuatu itu
"Nasi goreng Mas"
"Hah" Nggk salah nih""
Aku mengagguk mantap "Sepertinya ada yang kangen masakan istri nih"
Hah" Astaga. Telak sekali. "Apaan sih mas, lagi pengen aja kok" dustaku.
mas avian benar, entahlah beberapa hari ini aku ingin makan nasi goreng dengan rasa yang unik itu.
"Iya deh yang mahal pengakuan"
Godanya kemudian memanggil pelayan untuk memesan.
Aku mengacak-acak smartphone ku membaca beberapa pesan yang belum sempat aku baca dari tadi malam, termasuk sms dari wanita itu.
Assalamualaikum. Denis kamu sudah terima kirimannya"
Sms aku yah kalo sudah Sudah dua hari ini dia sibuk membombardirku dengan pesan-pesan tentang kiriman. Apapula benda-benda yang dia kirim itu. Aku sudah seperti anak rantau dari
kampung yang butuh kiriman saja. Tingkah wanita itu lama-lama tambah tidak bisa di tebak.
Pendekar Bayangan Malaikat 6 Joko Sableng 18 Bara Di Kedung Ombo Pendekar Latah 23

Cari Blog Ini