gadis tadi, hanifa. Dari situlah affand dan denis mulai bersahabat, berlanjut hingga denis mulai belajar alquran dari affand dan abahnya, kemudian pertemuannya
dengan reina, ta'aruf dan rencana khitbah, sampai pembatalannya. Affand juga menceritakan sakit dan proses penyembuhan reina kepadaku.
aku mendengar dengan saksama, mencatat dengan baik dalam memori fikiran dan batinku.
"Tapi mbak sekar tidak usah khwatir. Kakak saya sudah mengikhlaskan bang denis, yah walaupun tidak bisa di pungkiri jika masih ada rasa di hati kakak saya,
mbak pasti mengerti karna mbak juga wanita. tapi, insya Allah kakak saya wanita yang kuat, dia pasti bisa melewati ujian ini dengan baik" tutup affand
takjub Aku menatap affand nanar. Cerita-cerita mengalir tadi, walaupun ada perih di hati, tapi aku menyadari satu hal. Suami ku itu special. Bagaimana mungkin
seorang reina wanita luar biasa itu bisa jatuh hati kepadanya jika denis bukan lelaki luar biasa juga. Iya kan"
Trrdd trrdd Getaran halus muncul dari saku rok A line ku. Aku memasukan tangan meraih hp ku.
2 pesan 1 panggilan tak terjawab, satu dari bunda, satu dari suamiku. Panggilan tak terjawab dari bunda.
Ada rasa teramat kesal melihat nama denis terpampang di layah hp. Dengan berat hati ku geser pesan darinya
Kamu nggk ketemu bunda"
Tadi bunda kerumah tapi katanya kamu nggk ada, terus kamu di telfon nggk di jawab. Aku bilang mungkin kamu masih di jalan. katanya, beliau nitip sesuatu
di pos satpam kompleks. Kamu ambil yah sayang.
Jariku beralih pada pesan kudua dari bunda
denis di pak satpam, dan ada juga jamu untuk kamu, kamu sehat-sehat ya nak, cepat kasi bunda cucu. Bunda sama ayah satu pekan ini lagi ke surabay. Kamu
mau oleh-oleh" Aku menghebuskan nafas, sedikit sesak. Akhir Pesan bunda ini membuat mood ku tambah memburuk.
"Mbak baik-baik saja"" tanya affand padaku, mungkin menyadari perubahan parasku.
Aku tersenyum kaku melihatnya. Lalu menggeleng .
"Aku nggk ppa affand, tapi sekarang aku harus cepat-cepat pulang. Terimaksih sudah mau menceritakan sepenggal kisah yang begitu berhaga ini"
"Saya yang harus berterimaksih karena mbak sudah mau memaafkan kakak saya dan berbesar hati atas masa lalu dengan suami mbak" jawab affand sedikit terlihat
pilu "Tidak ada yang salah dalam hal ini affand, semua sudah terjadi dan yang piling penting, semua ini akan ku jadikan pelajaran berharga dalam hidupku. "
tutupku. lalu mengabil kantongan belanjaan ku, beri salam ke affand kemudian berlalu meninggalkannya masih duduk di situ.
Pikiran ku kalut, aku merasa ada sedikit nyeri di kepala. Doaku dalam hati semoga tidak terjadi apa-apa dengan kepalaku ini.
Kantongan belanjaanku terlalu berat, jadi setelah turun dari bus, aku langsung menaiki becak di depan kompleks.
Becak yang ku naiki perlahan memasuki kompleks perumahan kami, rumahku di bagian paling ujung jadi masih ada lima bilik lagi baru tiba di rumah.
Sebenarnya hatiku sudah ingin mengikhlaskan apa yang baru saja ku ketahui, tapi masih ada perassan tidak terima dengan semua ini.
Harusnya denis jujurkan"
Iya, itu pernyataan yang selalu mengusiku dari tadi. Mungkin sebagian hatiku belum bisa menerima masalalu suamiku. Tapi aku berjanji akan belajar menerima
dan mengikhlaskan segalanya. Toh, sekarang ia menikah denganku bukan dengan reina. Lalu apa yang harus ku khwatirkan. Cemburu" Mungkin sedikit ada terselip,
tapi tak apalah, aku seorang wanita, jadi wajar jika ada perasaan begitu. Insya Allah akan hilangang seiring berjalannya waktu.
Becak yang ku naiki sudah masuk ke pekarangan rumah ku, tapi ada yang lain. Iyah, ada mobil mewah yang terparkir di depan rumahku, mobil itu tidak ku kenali.
Ada tamukah" Mungkin tamunya denis. Kualihkan cepat pandangan ku ke arah depan rumahku. Ada seorang wanita dan seorang anak kecil. Aku lalu kembali menatap wanita itu, sepertinya aku mengenalinya.
Pandangan ku tidak lepas darinya hingga becak ku tumpangi berhenti dengan sempurna. Aku langsung turun, membayar dan langsung berjalan menuju wanita itu.
Wanita itu "Dina"" Iyah, dia adalah dina. Seseorang di masalaluku.
"Hai, ternyata lu masih ingat sama gue""
Penampilannya sangat beda, anggun dan cantik tidak seperti dulu yang urakan.
Aku masih berdiri beberapa langkah di depannya. Pandanganku lalu beralih ke anak laki-lakidi semping dina. Anak itu berusia mungkin sekitar 6-7 Tahun.
"Anak lu"" tanyaku pada dina yang masih duduk di kursi depan rumah ku. Tidak ada adegan peluk cium ala-ala pertemuan sahabat lama. Aku terlalu canggung
untuk melakukannya. Toh, dina juga tidak memulai.
"Yoi, anak gue" aku lalu kembali menatap anak itu.
ganteng sekali. tapi ada sesuatu yang aneh.
Matanya, iya mata anak ini. Mata yang sepertinya sangat aku kenal.
Wajahku langsung beralih cepat ke arah dina
"Apa maksud lu datang ke sini""
**** Denis POV Hari ini aku ingin pulang cepat, ada oseng-oseng pepaya dan istri tercinta menunggu di rumah. Makan oseng-oseng pepaya sambil menatap wajah polosnya pasti
sangat istimewa. Sekar dan oseng-oseng pepaya, bagus juga yah jika di jadikan buku cerita. Sama-sama kesukaanku, 11-12 lah. Tapi, sekar 12 dong oseng-oseng
pepaya buatan bunda 11. Belum ada yang bisa mengalahkan kesukaanku padannya, termasuk oseng-oseng pepaya buatan bunda, makanan kesukaanku.
"Ciee senyum-senyum sendiri pak, nggk mau di bagi nih""
Aku sedikit terkejut mendengar ocehan nikita, sekertarisku. Sepertinya aku ke gep lagi senyum-senyum sendiri.
"Kamu yah. Kalau mau masuk ketuk dulu dong" protesku.
"Maaf yak pak denis. Mungkin setelah dari ruangan bapak saya harus langsung kerumah sakit memeriksa jari-jari saya yang hampir bengkak akibat mengetuk
terlalu lama" Oh ya" "Haha, maafkan saya" nyengirku.
Nikita sedikit mencibir melihat tingkah anehku. Ia lalu maju beberapa langkah ke mejaku, sepertinya ada yang mau dia sampaikan.
"Ada apa"" tanyaku
"Tadi pagi, saat bapak sedang keluar besama pak avian ada seorang wanita dan anak laki-laki datang katanya hendak mau bertemu dengan bapak"
"Oh ya" Terus sekang mereka di mana" Kamu kenal wanita itu""
Nikita menggeleng Sepertinya manager kesejahtraan pekerja tidak becus lagi membawahi para buru, ini sudah sekian kali para pekerja datang melayangkan protes ketidak adilan
perusahaan dalam pemberdayaan tenaga kerja. Kalau sudah berulangkali begini, harus aku sendiri yang turun tangan. Lebih baik ku suruh Mas avian pecat saja
para manager yang tak berkompeten dalam bidangnya. Perusahaan tidak butuh pendidikan tinggi tapi kualitas nol.
"Tapi pak" "Tapi apa nikita""
"Wanita itu tidak terlihat seperti para pekerja yang sering datang menemui bapak"
Nikita sepertinya tahu isi pikiranku.
"Maksud kamu"" aku mengerutkan dahi
"Wanita itu cantik dan sedikit glamor, seperti wanita karir"
Siapa ya" Aku berfikir sejenak. Lalu hendak menyuruh nikita keluar nantilah coba aku ingat-ingat mungkin ada rekan bisnis wanita yang luput dari ingatanku. Tapi saat nikita beralih pada
pintu, ruanganku di ketuk. Dengan sigab nikita langsung berjalan membukanya.
"Hai denis" Dina Aku terkejut bukan main melihat tubuh dina muncul dari arah pintu dengan menggandeng seorang anak laki-laki, sepertinya anaknya.
Nikita perpaling ke arahku, aku lalu memberi kode agar dia keluar. Nikita menurut.
Beberapa detik berlalu. Ruangan ku ini terasa sepi dan aneh lantaran Aku masih membungkam, tidak tahu kenapa, aku seperti kehabisan kata-kata.
"Ruangan kerjamu bagus juga" dina pertama kali mulai berbicara sembari melempar pandangan ke seluruh isi ruangan ku.
"Silahkan duduk din" aku akhirnya mempersilahkannya duduk.
Dia menurut sembari menarik lengan anaknya agar mendekat padanya.
Aku lalu keluar dari balik mejaku menghampiri dina.
"Apa kabar denis"" dia mulai membuka pembicaraan saat beberpa menit kami hanya diam-diaman.
"Baik, kamu"" tanyaku balik
"Seperti yang kamu lihat"
"Sudah menikah" tanyaku sambil memandang anak laki-lakinya, tapi dina tidak menjawan hanya menbalasku dengan senyum, senyum yang sangat aneh.
"Kamu pasti sudah tau kalau aku"
"Aku sudah tau kamu menikah dengan sekar"
Dina memotong perkataan ku membuatku sedikit salah tingkah
"Hm... Baguslah" aku benar-benar canggung "sekarang tinggal di mana" Kenapa tidak pernah ada kabar"" sambungku lagi bertanya
Lagi-lagi dina hanya tersenyum, senyum yang sangat aneh. Membuat suasana ruangan ini juga terasa sangat aneh.
Kami lalu kembali ke pada aksi diam-diaman.
Aku mengutuk nikita yang tak kunjung datang membawa minuman padahal dia tahu sendiri jika ada tamuku, kewajibannya untuk menyajikan minuman.
"Denis, kamu bahagia dengan sekar""
Sial, untuk apa dia menanyakan hal itu.
"Tentu, aku sangat bahagia. Kamu kan tahu sendiri bagaimana perasaanku padanya"
"Yah aku tahu" lalu dia tertenduk sambil mengeratkan genggamannya terhadap anaknya.
Aku menggeser posisi duduku, sedikit mendekat ke arahnya, ada rasa tak enak melihatnya seperti ini.
"Oh yah, siapa nama anakmu. Dia gagah sekali"
"Aryan" seru dina, tapi terdengar seperti jawabnnya tertahan di tenggorokan.
Aku mencoba mengelus kepala anak laki-lakinya.
"Aryan" Wah bagus sekali namamu nak"
"Firmansyah" potong dina cepat
"Firmansyah"" sumpah ini sedikit membingungkan .
"Iyah aryan Firmansyah"
Aku menatap lekat dina yang kini telah meneteskan air mata
Hei, ada apa ini kenapa dina menangis.
Dan juga, Firmansyah. Firmansyah itu bukannya nama belakangku.
Jangan-jangan "Dina" Tanganku dengan cepat ku tarik dari atas kepala anak itu. Aku bergeser menjauh.
"Ini tidak mungkin" ucapku menggeleng "kamu berbohong"
dina sudah menangis tersedu sambil menggeleng keras.
"Aku tidak berbohong denis"
"Kamu berdusta"
Dina metap tajam ke arah ku, mataku langsung beralih ke lain arah.
"Asal kamu tau denis, dulu aku tidak pernah tidur dengan lelaki manapun selain dirimu"
Ku cibir dengan keras jawabannya itu, enak saja dia datang-datang langsung mengakui anak ini anakku.
"Ini anakmu denis" jawabnya sambil memegang anaknya.
"Cukup dina cukup!" bentak ku kepadanya. Aku harus berfikir. Ini terlalu cepat, aku butuh waktu untuk sesuatu yang diluar dugaanku ini.
dina lalu berdiri cepat sambil menarik lengan anak kecil itu hendak meninggalkanku. Aku hanya tertunduk, kepalaku penuh untuk bisa menelaah peristiwa ini.
Bagaimana dengan sekar" Iya sekar.
Aku lalu berdiri dari duduk ku.
"Dina tunggu" cegahku saat dina sudah memutar gagang pintu
" tolong, sekar Ja-"
"Sekar sudah tau semuanya"
"APA"" aku memandang dina tidak percaya yang kini sudah sempurna menghilang di balik pintu.
Aku teduduk lemas. Apa yang harus aku lakukan"
*** Sekar POV Rentetan peristiwa hari ini semacam klise film, berputar berulang-ulang di depan mataku. Semenjak kejadian tadi siang aku hanya terduduk lemas di sofa
merah. Aneh, tidak seperti biasanya, tak ada pertnyaan-pertanyaan atau persangka aneh yang terlintas dalam pikiran ku. Semua kosong, sangat kosong. Isi
pikiran ku serasa terkuras abis, seperti lelah untuk bekerja mengolah semua cerita-cerita itu.
Sama seperti perasaanku. Tak ada sakit hati, tak benci pun tak ada kesedihan sedikitpun. harusnya aku senang dengan hal itu. Tapi tidak, yang membuat sangat
aneh adalah tidak ada juga perasaan bahagia, senang, gembira yang ku rasa. Semuanya terasa kosong melompong.
Aku seperti Mati Rasa. Ada apa dengan ku" Bunyi pintu terbuka terdengar. Harista sudah tiba. Aku tadi sempat mengirim pesan kepadanya, berharap jika harista datang aku bisa meluapkan semuanya padanya.
+ "Assalamualaikum ajeng. Lu kenapa" pucat sekali"
Aku menggeleng. Aku juga tidak tahu aku kenapa" Yang aku tahu adalah sedari tadi aku sedang menonton kejadia-kejadian tadi siang yang terus melayang dan
berputar berulangkali di pelupuk mataku.
"Kita kerumah sakit yuk" ajaknya
Aku menggeleng lagi. Aku sedang tidak sakit
"Denis mana, Belum pulang""
Denis" Siapa itu. "Ajeng, kenapa menagis" Ajeng" harista terdengar sangat panik sambil menggoncang-goncang tubuhku
Aku menangis" Akhirnya. Artinya aku masih memiliki rasa. Walaupun air ini keluar tanpa terasa.
Aku memandang harista berterimakasih, dia sedang sibuk mengotak atik hpnya.
"Denis tidak angkat jeng, ikut sama gue aja yuk. Lagian jam segini suami lu kok belum pulang"
Denis" Suamiku. "Harista" Alhamdulillah aku masih normal. Suaraku masih ada.
Aku ingat dan aku tahu apa yang harus aku lakukan sekarng.
Aku menatap harista yang juga kini menatap penuh tanya kepada
"Jaga rumah sebentar" seruku langsung berdiri meninggalkannya tapi dia malah ikut mengekor di belakangku
"Gue yang antar, lu seperti kurang sehat ajeng"
Dengan cepat ku putar badanku menghadapnya membuat harista menghentika langkah. Aku langsung menarik kunci mobil yang sedang dia tahan.
"Gue pinjam mobil, please kali ini nurut ris, dan jangn bertanya apapun dulu"
Harista mematung memandangku, aku langsung melangkah pergi.
*** Author Pov Denis. Iyah dia adalah pelaku utama dalam kejadian ini. Bodoh sekali sekar sampai melupakannya.
Mobil harista yang sekar kendarai tetus melaju cepat. Suasana kota terlihat seperti biasa. Ia lalu membuka kaca mobil mengizinkan angin malam, angin Favoritnya
menembus setiap lubang porinya. Iyah, sekar masih normal, ia masih bisa merasakan angin malam menusuk indra perasanya. Itu adalah kabar baik untuk dirinya.
Mobil itu akhirnya melaju lambat memasuki sebuah rumah. Rumah bunda. Tadi sekar sudah menghubungi nikita, katanya denis sudah pulang dan sekar tahu jika
bukan kerumah mereka pulang sudah pasti dia di rumah ini.
Pak ence satpam rumah ini melihat sekar dari balik pagar buru-buru menggeser pintu gerbang, mempersilahkan mobil harista memasuki halaman rumah.
"Makasih pak" "Non mau ngapain malam-malam ke sini"
Sekar turun dari mobil sambil tersenyum kepada pak ence. yah dia masih normal, sekar masih bisa senyum. Ini juga kabar baik.
Pak ence, pak ence jangan bilang kalau tidak ada orang di rumah karena aku tidak percaya itu
"Tidak ada orang di rumah non. Tuan dan nyonya lagi di surabaya"
Telak sekali tebakanku pak ence. Anda berbohong.
Sekar tidak menanggapi ucapan pak ence, Setelah menyerahkan kunci mobil harista untuk di parkir dengan baik oleh pak ence ia langsung menerobos masuk ke
dalam rumah. Denis pasti ada di kamarnya. Tebaknya dalam hati.
Sekar berjalan cepat menyusuri rumah itu lalu saat tiba di depan pintu kamar yang sudah ia hafal betul jika itu kamar orang yang dia cari. Dengan kuat
sekar lalu dorong begitu saja pintu kamar itu.
Dan lihatlah, denis sedang duduk menatap semua berkas-berkas pekerjaannya. Ia yang terkejut dengan kehadiran sekar langsung menatapnya dengan tatapan dingin.
"Denis" panggil sekar saat denis mulai kembali mengalihkan padangannya pada berkas-berkasnya lengkap dengan ekspresi datar yang saat ini sangat di benci
sekar. "Kamu sudah tahu"" tanya denis dengan nada yang begitu dingin dan menakutkan.
"Iyah" jawab sekar, sambil mengagguk. Sekar menahan keras air matanya agar tak ada yang boleh menetes.
Aku tidak boleh menangis. Aku harus dewasa. Batinya menguatkan.
"Baguslah" "Apa tidak ada lagi yang ingin kau sampaikan kepadaku"" semua makain, kutukan, cacian sekar tahan dengan baik di kerongkongan. Tidak ada ia izinkan satupun
bisa lolos dari bibirnya aku harus dewasa. Kuatnya lagi dalam hati.
"Lebih baik kamu pulang"
"Maksud kamu""
"Lebih baik kita tidak bertemu untuk saat ini dulu"
"Apa" Jadi kamu ingin kita cerai""
"Pulanglah sekar"
"Tapi-" Denis tidak menanggapi sekar lagi. dia malah kembali menyibukan diri dengan semua berkas-berkasnya.
Melihat sikap acuh tak acuh dari denis, sekar sangat marah dan kesal dia lalu berbalik membuka pintu keluar, kemudian membanting keras pintu hingga terdengar
sampai di luar rumah. Kalah, sekar sudah kalah. Air matanya sudah meleleh, seperti melakukan demonstrasi protes kepada empunya karena tidak mendapatkan jawaban yang di harapakan.
Sekar terduduk lemas di balik pintu kamar denis, dia hanya ingin penjelasan dan kejujuran. Ia hanya mau mendengar langsung dari bibir denis semua itu,
apa susahnya jujur" Dengan lemas sekar lalu mengangkat tubuhnya perlahan.
Pulang dan bertemu dengan harista adalah keinginannya. Barada di sini membuat hatinya sesak, sesuatu menyumbat hingga tenggorokan, bernafaspun susah. Kini
ia biarkan saja air matanya mengalir, berharap semoga air itu habis malam ini juga, biar tidak ada lagi tangisan di kemudian hari.
Di kamar, denis yang menyadari kondisi sekar langsung meraih hpnya menelfon seseorang.
"Pak ence tolong tahan sekar sampai saya datang"
Setelah berkata begitu pada pak ence, Denis lalu berjalan cepat keluar dari kamar menuju halaman rumah.
-di halaman- "Kemarikan kunciku pak ence hwee..."
Sambil menangis sekar berusaha mengambil kuncinya dari satpam rumah itu
"Maaf non, saya tidak bisa menyerahkannya"
Kekeuh pak ence Sekar yang sangat kesal menagis sejadi-jadinya sambil membanting-banting kakinya, dia seudah terlihat seperti anak kecil.
"Itu kunci mobilku pak, aku mohon" dentuman sepatunya semakin keras, suara tangisannya apalagi. Saking kesalnya dia mengacak semua bentuk jilbabnya.
"Kamu tidak bisa menyerir dengan kondismu" terdengar suara denis muncul dari arah belakang meraka
Sekar masih dalam keadaan menangis langsung meneriaki denis
"Apa urusan mu"
"Biar aku panggilkan taksi"
"Nggk! Aku mau naik mobil ku saja" rengek sekar sambil berusaha mengambil kunci yang sedari tadi di pegang pak ence. Sekarang sekar sudah sempurna terlihat
seperti anak kecil yang meraung-raung meminta kunci mobil.
"Baiklah, kemarikan kuncinya pak ence"
Pak ence melempar kunci itu pada denis.
"Aku yang menyetir" ucapnya langsung menarik lengan sekar.
Sekar memberontak berusaha melepas genggaman denis, tapi percuma denis sudah membuka pintu mobil lalu memaksa sekar masuk dan duduk.
*** Mobil itu melaju membelah malam di kota ini, dua orang yang ada di dalamnya membisu tanpa kata sedikitpun, senyap hanya terdengar suara mesin mobil di
tambah suara AC. Sekar, semenjak di mobil tak sekalipun melihat denis, bahkan melirikpun dia tak sudi. Denispun begitu, Ia hanya konsentrasi memegang badan stir.
Mereka akhirnya tiba. Sekar dengan cepat membuka sabuk pengaman lalu medorong pintu mobil, keluar. Denis juga melakukan hal yang sama.
Dengan gerakan cepat pula Sekar berjalan cepat memasuki rumah, penampilannya sudah sangat berantakan. Tapi, Dia lalu teringat sesuatu. Buru-buru sekar
berputar badan ke arah mobil.
"Kamu" Langkah denis tercekal berhenti demi mendengar panggilan 'kamu' dari sekar. Sudah pasti di tujukan untuknya.
Hijrah Cinta Karya Miylahun di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kamu tahu, tadi aku juga bertemu dengan reina. kamu pasti ingatkan" Lalu, siangnya aku bertemu dengan Dina dan anak kamu. besok siapa lagi yang ingin
kau pertemukan dengan ku, Hah""
Setelah berkata demikian sekar langsung berlari masuk ke dalam rumah meninggalkan denis yang terbungkam seribu bahasa.
Hari ini benar-benar hari yang sangat berat.
?"22. Denis jika MeRindu titiplah rindu itu pada doa, Sehingga ketika Beribu rindu menghujan maka akan ada beribu doa terucap3
*** Sekar Satu minggu berlalu kabut menyelimuti kota ini, hujan lebat terus mengguyur tanpa ampun, tak ada jeda sedikitpun. beberapa sudut kota sudah terendam banjir
banyak penduduk yang telah mengungsi, mencari tempat perlindungan. +
"Ajeng, nih minum obat dulu" harista membuyarkan fokusku pada TV keluarga yang tengah memberitakan kondisi kota yang terendam banjir.
Aku meraih segelas air putih dan beberapa butir obat dari uluran telapak harista. Ku telan cepat tablet-tablet itu membiarkannya melebur dalam setiap aliran
darah, semoga bisa mengobati juga luka yang teramat menusuk ini.
"Lu yakin tidak mau memberitahu keluarga besar"" harista bersua lagi
Aku menggeleng. Masalah rumah tanggaku tak boleh keluar dari rumahku ini sebelum bisa ku selesaikan sendiri.
Harista menatapku, dia mendesah seperti terlalu pelik mengenyam pikirannya.
"Tapi ajeng, sudah satu minggu ini penyakit lu kambuh lagi. Dan gue khawatir akan bertambah parah. Lu sudah lebih dari lima kali kambuh. Kasiahani sedikitlah
tubuh lu itu,ck" ketusnya dengan dahi berkerut
Aku memang dari dulu mengalami penyakit psikologi yaitu
Gangguan psikosomatis atau penyakit yang melibatkan pikiran dan tubuh, di mana pikiran memengaruhi tubuh hingga penyakit muncul atau diperparah. Dengan
kata lain, istilah gangguan psikosomatis digunakan untuk menyatakan penyakit fisik yang diduga disebabkan atau diperparah oleh faktor mental. Sedangkan
dalam istilah psikologi, psikosomatis atau penyakit "fungsional" merupakan kondisi yang menyebabkan rasa sakit dan masalah pada fungsi tubuh walaupun tidak
tampak kelainan pada pemeriksaan X-ray atau tes darah.
Aku biasa merasakan sakit di kepalaku yang tak bisa ku gambarkan rasa sakitnya. Penyebabnya karena aku pernah mengidap kanker di kepala. Sebenarnya aku
sudah sembuh total tapi tubuhku yang sendiri merespon atau memberi gambaran jika aku masih sakit. Sehingga rasa sakit itu terasa begitu nyata.
Entahlah, akhir-akhir ini sakit ini sudah sering muncul padalah sudah sangat lama semenjak di jerman aku sudah tidak mengalaminya lagi. Kata dokter mungkin
karena kondisi mentalku sedang tidak stabil. 1
"Lu harus bisa kuat ajeng, lu bakalan mati jika terus-terusan begini"
"gue nggk ppa ris" ku tekan suaraku mencoba meyakinkannya. Aku memang tidak apa-apa. Yang apa-apa itu penyakitnya, siapa suruh dia muncul lagi. Iyah kan"
"Kalo gitu, lu mau ya ngomong sama yori, yah yah" mohon harista dengan wajah setengah memelas
Sudah tiga hari ini dia membujuk ku agar mau bicara dengan yori. Memang, sejak kejadian itu yori sudah datang beberapa kali ingin bertemu denganku, katanya
ada hal penting yang ingin dia sampaikan. tapi aku menolak, aku belum bisa membahas masalah pelik ini dulu. Aku butuh ketenangan.
Tapi, harista tidak pernah menyerah dengan kata 'tidak' 'anggk ah!' Atau 'malas' dari bibir ku. segala bujukan dia tempuh agar bisa mendapat satu anggukan
dari ku. Entah apa yang mau di sampaikan sama si kampret yori itu sampai harista mati-matian begini membujuk ku.
"Ajeng mau dong... sumpah! Ini buat kebaikan lu" bujuknya lagi sambil menggoyang-goyangkan lengan ku.
Ku tatap wajah sok polosnya.
'Dasar' batinku "Ck, Baiklah" yah... demi kebaikan ku biar tidak di todong terus oleh harista.
Mendengar jawaban ku harista langsung berdiri berlari kegirangan ke arah pintu, aku menatapnya penuh tanya, apa yang tengah dia lakukan" Bukannya menanggapi
jawabanku malah pergi, aneh.
Tidak berselang beberapa menit, harista suduh kembali tapi, dia menggandeng seseorang, dan seseorang itu...
"Yori" Astaga, jangan bilang dia sudah menunggu di depan rumah sedari tadi"
"Asalamualaikum sekar, " seru yori sambil berjalan dan duduk di depan ku, tak lupa pula harista mengekorinya.
"Waalaikumsalam yori"
"Gimana kabar""
"Alhamdulillah selalu baik insya Allah"
Jawabku tersenyum melihat tingkah harista dan yori yang sesakali bertukar kode, entah apa yang tengah mereka rencanakan.
"Kalau kamu kesini hanya untuk membela sahabat mu; maaf yor, kayakanya kamu salah tempat dan salah waktu" ucapku kemudian di sela tingkah bodoh harista
dan yori yang tidak jelas
"Oh, bukan bukan, bukan itu" potong yori cepat, terdengar sedikit gugup
"Terus"" "Err... aku sudah tau semua dari harista masalah kamu dan sahabat ku" hahaha terdengar aneh mendengar yori berbicara pake 'aku kamu' semoga harista bisa
ketularan juga. Biar kelihatan sedikit dewasalah
"Awalnya aku tak mau ikut campur, karna ku pikir ini masalah rumah tangga kalian tapi, melihat harista terus berada di sampingmu aku jadi berfikir mungkin
ini saatnya di butuhkannya seorang sahabat, seperti aku " nyengirnya.
Aku tersenyum mendengar penuturan yori yang tumben terdengar dewasa itu, walaupun aku belum menangkap kemana arah pembicaraannya.
"Gini sekar, sebelum aku menceritakan segalanya dari awal aku ingin kamu tahu satuhal dulu. denis sahabat aku itu sangat mencintai kamu, termat cinta malah"
Huh! Yori, kamu menjilat ludahmu sendiri. Katanya tidak akan membela denis.
"Yor, sorry tapi untuk saat ini aku belum siap mendengar pembelaan diri dari dia" ku geser cepat bantal sofa dari pangkuanku lalu berdiri hendak meninggalka
mereka "Et.. Tunggu sekar, tunggu" cegah yori membuatku terduduk kembali " sumpah! Ini bukan pembelaan denis, atau terserah kamu mau menganggap ini pembelaan
atau bukan, tapi aku bersumpah dari kejadian pertengakaran kamu sama denis aku belum pernah sekalipun berkomunikasi dengan denis, So... aku tidak berniat
datang kesini untuk membela denis. Aku hanya mengatakan apa yang selalu mengganjal di hatiku"
kami terdiam sesaat memberi jeda agar benak mengolah perkataan yori, mungkin ada baiknya juga untuk sedikit mendengar apa yang selama ini di sembunyikan
denis, dan orang yang tepat untuk mengetahui semua itu tentu saja yori, sahabat denis.
Aku akhirnya mengagguk, dan tentu saja di ikuti oleh senyum bahagia dua sejoli di depan ku ini.
Dasar pasangan edan. Yori akhirnya memperbaiki posisi duduknya, harista sedikit menggeser memberi ruang pada yori, terlihat seperti orang yang lagi audisi. Yori peserta dan
aku jurinya. "Seperti yang tadi aku bilang bahwa denis sangat mencintai kamu dan mungkin melebihi dirinya sendiri" aku tertunduk demi mendengar awal kisah tak bersajak
dari yori ini Awal yang menyanyat yori, jika memang cinta, harusnya tidak menyakiti. iya kan"
"Kamu pasti tahu bagaimana denis waktu kita masih duduk di bangku SMA dulu" goresan seyum tertera di bibir yori, matanya terlihat berbinar mungkin membayangkan
masa-masa konyol kami dulu.
"Denis sudah jatuh cinta sama kamu saat pertama kali dia melihat mu ketika perkenalan siswa baru dia aula sekolah. dia tidak pernah mengatakannya padaku
tapi taulah bagaimana jelinya akukan. Hahaha" tawa yori membeberkan deretan gigi putihnya.
Denis menyukaiku dari dulu".
Ya Allah, ada rasa senang menyelinap di antara pahit yang tengah ku enyam.
Kali ini pasti tidak bisa ku sembunyikan senyumku dari bibir.
" dia selalu mencari alasan agar bisa melintasi depan kelas mu demi sedikit menengok wajahmu. dan begitulah hari-hari terlewati sampai kamu sendiri yang
menyatakan rasa sukamu yang tentu saja di iyakan oleh denis"
Iya, aku ingat moment itu, sangat ingat. bahkan selau berputar di kepalaku seperti hantu pikiran.
Yori terdiam, cukup lama sampai ku kira hanya sampai di situ ceritnya tapi ternyata tidak, ada yang ingin dia beritahukan tapi ragu-ragu seakan akan di
hukum mati jika dia membeberkannya.
Aku terus mentapnya dengan tanda tanya besar di kepalaku
"Oke, demi keutuhan kembali rumah tangga kalian 'denis maafin gue' " kalimat terakhirnya sedikit berbisik pada dirinya tapi masih jelas di telinga ku.
"Sebenarnya, dari dulu denis sudah sangat akrab dengak kakek kamu-"
"Maksud kamu"" aku kaget" Tentu saja
"Iyah, jadi dari masa SMA dulu kakek sudah sangat akrab dengan denis sampai-sampai akupun terikut akrab. dari dulu kakek sudah 'menitipkan' mu untuk denis,
aku juga heran dari mana dia tahu denis suka sama kamu. Hampir Tiap hari denis terus melaporkan keadaanmu sama kakek, mengawasi mu makan, belajar sampai
pulang dengan selamat. Apalagi saat kamu di fonis sakit. Dia sudah seperti bodyguard pribadimu"
Pantas saja kakek yang super pemilih itu mau saja menjodohkan ku dengan denis yang dulu terkenal begitu keparat.
"Aku sendiri tidak bisa membayakan besar bagaimana rasa suka denis padamu. Asal kamu tahu saja, moto hidup denis dulu saat awal kami menginjak bangku kuliahan
'sukses adalah kebahagiaan sekar' yang selalu dia lafadzkan seperti bacaan wajib, di mana dan kapanpun. jadi jangan heran dia begitu berprestasi di bangku
kuliah. katanya 'karena sekar berasal dari keluarga terpandang maka aku juga harus menjadi orang terpandang agar bisa hidup dengannya'. Itulah modal kehidupannya
dulu". yori membasuh mukanya yang kering dengan kedua telapak tangannya, dadanya naik turun sesekali berhembus. Lalu ber hembus lagi seolah kisah selantunya
begitu berat Bibirku masih terkunci dengan pandangan mata masih lekat pada yori, bagitu juga dengan harista wanita di seblahnya.
"Sampai pada kedatanganmu kembali dari singapore" yori mulai menutur setelah beberapa saat sedikit menimbang-nimbang
"Maaf sekar, saat itu aku sedikit berkhianat karna berjanji tidak membeberkan kedatanganmu pada denis tapi aku melakukannya. Hehe" dia tertawa lagi walau
kali ini sedikit kaku " denis lari pontang panting seperti orang kesetanan ketika ku sampaikan itu. Terlalu bahagia sepertinya.
Melihat dia pergi begitu saja meninggalkanku, aku langsung memutusakan pergi ke rumahnya mengacak DVD-DVD barunya, karena kebetulan orang tua denis lagi
keluar kota" yori terdiam lagi.
Ekspredinya berubah pilu tapi tetap tersenyum simpul.
"Pukul 3 dini hari, aku terjaga mendengar bunyi motor denis.
Aku lalu menghampirinya di luar, aku terlonjak melihat denis sudah menangis tersedu di sudut sofa ruang tamu, itu pertama kali aku melihatnya menangis.
dia lalu menceritakan kejadian pada hari itu, katanya dia melihatmu pergi dengan farid sampai pada menguping pembicaraan kalian bahwa akan menghabiskan
malam bersama. Terlalu shock Denis lalu pergi menemui dina, dia berfikir tidak akan dapat solusi jika menceritakan padaku, ck dia memang keterlaluan yah"
yori tertawa lagi. Astaga! Jadi farid juga terhubung dalam kehancuran hubungan ku dulu.
Hatiku seakan menolak mendengar Potongan selanjutnya. Ingin sekali tanganku membekam mulut yori agar berhenti. Tapi dia sudah terlanjur melanjutkan.
"Denis akhirnya tiba di sana, dan kamu harus tau satuhal" yori menatapku lekat
" denis tahu kamu ada di rumah dina pada hari itu"
Aku terbelalak menganga.... Ku bekam bibirku dengan kedua tangan ku. Seperti sambaran petir. Segitu teganyakah denis pada ku" +
Dia tahu aku ada di rumah dina pada hari itu, tapi dengan brenseknya dia tetap melakukan hal bejat itu"
"Setelah itu, tebaklah semuanya. Aku tidak tahu jelas kenapa denis dan dina bisa melakukan hal sekotor itu, yang jelas pada hari itu denis begitu kalut
karena teramat kecewa sama kamu, sekar." Tutup yori sembari menundukan pandangannya.
"Jadi maksud kamu aku biang perbuatan dosa mereka, Hah"" Bentakku pada Yori membuatnya terkejut dalam duduknya "Kamu tahu yori, aku siap menerima anak
dari hubungan haram mereka itu, aku sudah ikhlas yori. tapi denis tidak pernah memberiku kesempatan itu!! hikss." Ucapku tanpa jeda dengan dada naik turun.
Emosi ku sudah di ubun-ubun.
Ya Allah ku kira air mata ku sudah benar-benar kering. Namun kenyataannya air bening ini masih setia menemani pipi merahku.
Dadaku naik turun menahan sesutu yang mendorong keras dari dalam. Perih...
aku merasakan lingkaran tangan di punggung lenganku. Ku tengok di sampingku. Ternyata harista sudah menyebrang ke arahku memeluk membatuku menehan gejolak
ini. "itulah kenapa ku awali cerita ini dengan meyakinkan mu jika denis teramat mencintai mu melebihi dir-"
"Kamu boleh pulang yori" ku potong cepat perkataannya.
Cukup! Tidak ada lagi nama denis di sini.
"Tapi sekar""
"Please..." mohonku
Perlahan yori berdiri dari duduknya sembari menatap harista berbisik sesuatu lalu kembali memandangku, aku menbuang muka. Yori dan denis sama saja. Sama-sama
tidak bisa di percaya. "Kamu harus tahu sekar, yang denis lakukan sekarang adalah sesuatu untuk menyalamatkan mu, menyelamatakan dari masalalunya. Dia tidak ingin lagi menyakitimu,
sebab hal itu sangat menyiksanya. Dan entah pendapatku ini benar atau tidak tapi menurutku kamu harus lebih kuat sekali lagi, Selamatkan rumah tangga kalian
sekar. Permisi" yoripun berlalu meninggalkan kalimat-kalimat terakhirnya berputar-putar di kepalaku. 1
*** Ku tarik selimut tebal berwarna silver bermotiv bunga sakura membalut sekujur tubuhku. Yori sudah pulang dua jam yang lalu sejam kemudian harista menyusulnya.
Harista meninggalkan ku dengan tidak banyak berucap seperti biasanya. Dia hanya terus memandangku, sesekali memelukku dan berbisik "semua terserah lu jeng,
gue akan selalu ada di sini dengan keputusan apapun yang lu ambil".
Ku pandang langit sore berkabut dari balik jendela kaca kamar kami. di luar gerimis menetes perlahan, butiran airnya sangat kecil jika tidak perhatikan
baik-baik kita bisa saja tertipu jika di luar tidak sedang hujan.
Kata-kata terakhir yori masih berputar di kepalaku. batin dan fikiran ku masih menimbang-nimpang saling berseteru tanya.
Kepalaku kembali merasa nyeri beberapa detik. Ku tekan kuat punggung leherku dengan bantal. walau cuman sekilas tapi sangat menyiksa ku. Wajah denis kembali
muncul di pelupuk mataku, dengan cepat ku gelengkan kepalaku agar bayangan itu lenyap. denis, kenapa harus dalam banyanganpun kamu terus menyakitiku"
Ku raba bagian dadaku. Rasa nyeri itu masih ada setia berkungkung di dalam sana. Tapi, Entah kenapa nyeri yang ini terasa aneh Seperti nyeri karena mengingkan
atau membutuhkan sesuatu.
Langit berkabut mulai terbungkus warna hitam tipis, pertanda magrib sebentar lagi. ku coba memejamkan tapi yang muncul wajahnya lagi wajahnya lagi; membuatku
frustasi. Getaran kuat muncul dari hape pintarku.
Ku lirik sebentar. Ada pesan dari hatista.
< Harista Tungga Dewi>
"jika MeRindu titiplah rindu itu pada doa, Sehingga ketika Beribu rindu menghujan maka akan ada beribu doa terucap.
Jangan lupa sholat magrib yah Ajeng"
Tanpa sadar cairan yang berkali-kali ku sangka kering kembali menetes.
Masya Allah..... Subhanallah.... Ku lafadzkan kalimat-kalimat dzikir dari bibirku.
Alhamdulliah, aku tahu apa yang terjadi pada ku sekarang dan akupun faham apa yang harus aku lakukan sekarang.
Aku sedang tidak Sholat jadi harus segera kulakukan.
Sepersekian detik kemudian aku sudah berdiri dari tidurku. Ku raih cepat switer dari gatungan kamar serta kunci mobil di atas meja kemudian berlari keluar
dari rumah menuju mobilku.
*** Pukul 7 malam, aku tiba di kantor denis. dia pasti masih di kantor.
Kantor sudah sangat sepih, jam pulang kantor memang jam 5 jadi pegawai pasti sudah banyak pulang di kecualikan yang lembur serta para pegawai keamanan
yang harus menjaga sampai pagi. Tapi, lain lagi dengan denis. jam pulang denis sudah dari dulu sedikit terlambat karena setahuku dia harus mengasistensi
laporan-laporan kantor yang masuk.
Kling! Tanda lift sudah tiba di lantai ruangan denis.
Ku percepat langkahku. ku lirik ke meja nikita sekertaris denis, dia sudah tidak di sepertinya sudah pulang. Syukurlah.
aku tiba di pintu ruangan denis, ku putar perlahan gagang pintunya....
hufttt...... 'Bismillah, ya Allah bantulah hamba' doa terlirih pelan.
Ku kuatkan hatiku dengan segala keyakinan yang kupunya, jika memang ada porsi keberanian yang di berikan Tuhan kepada manusia, aku berharap semua jatah
keberanianku Allah Subuhanahu Wata'ala full kan posri itu untuk sekarang ini. dan biarlah kedepan nanti hanya tinggal ketakutan dalam diriku.
aku masuk perlahan ke ruangan denis dan terperanjat melihatnya berbaring di sofa. hampir saja ku hamburkan pelukan untuknya jika tidak ku tahan nafsuku
ini dengan kuat. dia sedang pulas di sofa kantornya dengan tangan memengang selembar kertas.
Rasa berani yang tadi ku letakan di hatiku, kini ku turunkan pada kakiku agar melangkah mendekat pada sang pemilik rinduku yang sedang terpejam. 2
Akupun duduk di sampingnya, bersinggung dengan tubuhnya. sekuat tenaga ku jaga agar tak ada bunyi atau sesuatupun yang bisa membangunkannya. Aku ingin
memandangnya sepuas hatiku. menyenbuhkan rasa nyeri yang beru beberapa jam lalu baru ku ketahui jika nyeri dan sakit di dadaku itu karena aku terlalu merindukan
lelaki ini. Wajahnya terlihat sangat pucat, lingkaran hitam terlihat sangat jelas karena begitu pekat. Bibirnya kering, keriput putihnya menggumpal. ada bintik-bintik
merah di sekujur tubuhnya dan Ya Allah jari-jarinya membiru.
Apa dia sakit" Ya Allah apa yang telah ku lakukan sampai suamiku terlihat semengenaskan ini.
hikss.... ku bekam kuat mulutku agar tangisku tidak mengelurkan suara. dia tidak boleh bangun.
Tidak! Melihat kondisinya seperti ini, Aku sudah tahan lagi ya Allah.
Ku lingkarkan cepat lengaku pada tubuhnya sambil meletakan kepala pada dada bidangnya. Tuhan... bahkan suhu badannyapun sangat panas... hiks.
Lolos, suaraku tangisku. Biarlah...
dia tegelak kaget, Bisa ku rasakan dari gerak tubuhnya.
"Se,kar" Ya Allah bahkan suaranya terdengar sangat serak serta aneh seperti kodok kejepit pintu. 4
"Hwueeee.... maafin aku denis. Maafin aku hwee hiksss...." persetan dengan suara tangisku yang tiba-tiba melambung, pokoknya aku sekarang mau di samping
denis. ku eratkan lagi pelukan ku.
Tadinya ku kira dia akan mengusirku, atau membentaku seperti biasa. Tapi ternyata tidak. dia malah terdiam membiarkan ku menikamati dada bidangnya yang
teramat ku rindukan. I love you denis, So much
*** ?"23. Sekar Aku mencintai mu tanpa alasan apapun. Tidak ada kalimat tanya dalam barisan kata merdu. Sangat teramat yakin jika aku mencintaimu. Percayalah...
**** Baru aku sadari mencintai itu ternyata semelelahkan ini. Tolong sampaikan pada orang-orang yang terus bersua jika cinta itu memberi kekuatan. Kalian keliru,
cinta tidak hanya selalu menjadi penguat tapi bisa juga menjadi penghancur. Dan itu terjadi pada diriku. +
Cinta terlalu banyak mengandung rasa. Rasa yang tidak terkecap sekaligus, namun terurai dari waktu ke waktu. Kadang suka, kadang marah, kadang benci, kadang
gudah, kadang merana, dan kadang-kadang lainnya silih berganti mengisi lembaran-lembaran kisah cinta.
Aku mencintai sekar, sangat. dan rasa cinta teramat dalam itu membuatku ingin pergi meninggalkannya, memberi kesempatan untuk yang bernama 'kebahagian'
hadir menyapa hidupnya. 1
Terlalu sering rasa sakit aku tancapkan dalam relungnya. terlalu banyak air matanya terbuang untuk diriku.
Itu semua terlalu menyiksaku. Jika aku memang mencintainya harusnya tidak menyakitinya kan"
Kedatangan dina dengan membawa seorang anak yang tidak berdosa menjadi pukulan telak bagiku.
Akhirnya ku putusakan untuk meninggalkan sekar. Tapi hal itu membuatku terkungkung dalam nestapaku sendiri. sangat teramat tidak rela untuk pergi meninggalkannya.
Tapi, bukankah terlalu egois jika aku bahagia berada di sampingnya namun ia terus tersakiti". Tidak! aku harus bisa. Sekar sudah terlalu sering mengenyam
rasa sakit. Pada awal kejadian pertengkaran kami. Aku sungguh tidak bermaksud mendiaminya. tapi aku merasa bahkan kata yang ingin ku ucapkan bisa membuat sekar terluka.
Dan aku tidak rela akan itu. Itulah sebabnya aku menghidarinya sampai sekarang ini.
Aku tidak pernah kembali kerumah semenjak kejadian malam itu. Aku teramat rapuh untuk mengingat kejadian itu.
akhirnya ku putuskan untuk tinggal di kantor, dan syukurlah karena Mas Avian lagi dalam perjalanan bisnis ke luar negri selama satu bulan jadi tak harus
susah payah menjelaskan mengapa sampai aku tinggal di kantor.
Namun hari-hari yang ku lewati tidak sesuai dengan harapan.
Aku sangat merindukan sekar. Rindu yang membuatku begitu tersiksa.
Susah payah ku tenggelamkan diriku dalam lembaran-lembaran kertas. tapi nihil, wajah sekar selalu saja muncul, di setiap sudut mataku memandang selalu
ada dia di sana, seperti menggantung di bulu mataku. Wajah senyumnya, kesalnya, marahnya, jahilnya, ngambeknya dan lain-lain.
argh......!!! ingin sekali saat ini aku berlari kembali kerumah, memeluknya dan tidak akan ku lepas kembali.
Hape ku mengeluarkan bunyi. Ku lirik nama di situ, dina. Sedikit kecewa karena jujur yang ku harapkan nama yang tertera di situ adalah nama sekar, istriku.
"Hallo" "Aku di depan pintu ruanganmu. Boleh aku masuk""
"mendobaraknya pun terserah kamu"
Klik! pintuk ku terbuka, dina muncul dengan menggandeng aryan.
ini sudah kesekian kali aku bertemu dengan mereka.
"Aku ada acara arisan hari ini, aryan akan ku tinggalkan di sini" ucapnya ketus
"Sesuai kesepakan kita. Aryan akan menjadi tanggunganku, jadi itu sudah tanggung jawabku" balasku lebih ketus lagi.
"Aryan sini nak sama papa" panggilku pada arya. Anak kecil itu lalu menghampiriku dengan sangat polos.
Dina langsung pergi setelah aryan sudah ada di pangkuan ku.
"Aryan sudah makan""
Anak kecil di pangkuan ku menggeleng
"Hm... papa belikan makan. Mau""
dia menggeleng lagi "Papa di sini saja" ucapnya dengan aksen belum begitu jelas.
**** Hari-hari terlalui seperti biasa dengan penyakit rindu yang terus menggebu berdemo meminta penawarnya.
Intensitas Pertemuanku dengan aryan juga sudah sangat sering, dan secara otomatis aku juga sering bertemu dengan dina. selalu melihat wajah dina, Rasa
bersalahku pada sekar semakin menjadi-jadi. Hari-hari terlewati menyiksa ku. atau mungkinkah ini menjadi hukuman bagiku.
Lain lagi dengan bunda yang terus menerorku ingin bertemu dengan sekar sebab aku melarang beliau dengan mengarang alasan sekar lagi sakit jadi dia butuh
istirahat total. Satu fakta baru yaitu ternyata dina sudah menikah dan suaminya adalah salah satu pengusaha kaya raya di korea selatan. Dia menceritakannya saat menjemput
arya dari kantorku. kataya sebenarnya dia tidak ingin lagi mengganggu kehidupanku tapi tidak dengan aryan, di menikah saat aryan berumur lima tahun jadi
sudah tahu jika ayahnya sekarang bukankah ayah kandungnya. Katanya Anak itu sering menanyakan keberadaanku jadi mau tidak mau di kembali keindonesia untuk
Hijrah Cinta Karya Miylahun di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mempertemukan kami. "Aku akan kembali ke korea 4 hari lagi setelah semua urusan suamiku selesai di sini. Maaf telah mengganggu kehidupanmu dengan sekar. Aku tahu, rumah tanggamu
dengan sekar sedang dalam keadaan tidak baik. Aku pernah menjadi sahabat baiknya denis, kamu harus tahu dia sangat mencintaimu. Ayolah denis, tandaskan
sikap pengecutmu itu lalu selesaikan masalahmu"
Dina seperti menceramahiku saat itu.
"pulanglah denis, kamu sangat tidak terurus. Kamu memang tidak bisa hidup tanpa sekar"
Sambungnya sembari berlalu membawa arya.
*** Sudah 2 hari aku mengalami demam tinggi. Kata dokter ini gejala malaria. Ya Tuhan uang segudang yang kupunya tapi aku masih bisa sakit. Ck.
Tapi kabar baiknya keadaan sekar sudah beransur membaik. Syukurlah.
Hei, kalian pasti mengira aku tidak tahu menahu keadaan sekar. Tidak, kekalutan ku tidak serta merta membodohiku untuk tidak mencari tahu keadaan sekar.
jangan mengira aku bisa bertahan dengan rasa rinduku ini tanpa mengetahui kondisi sekar, satu haripun mungkin aku tidak bisa bertahan.
Untunglah harista sahabat sekar itu mau terus berbagi kabar sekar padaku. Memberi sedikit obat pada rasa rinduku padanya. Yori" Ck persetan dengan dia.
yori sangat marah padaku. Katanya aku bukanlah manusia tapi setan yang datang dalam kehidupan sekar. Ku maklumi itu karena selain diriku yorilah yang mengenal
baik sekar. Aku tahu sekar sedang sakit, penyakit psikologis itu kambuh lagi. dan aku tahu penyakit itu tidak akan kambuh jika dia tidak berada dalam kondisi mental
yang sangat rapuh. tertebaklah aku penyebabnya.
Sekar maafkan aku..... Untunglah ada aryan dengan keceriannya membuat bibirku bisa sedikit tersenyum walau hatiku tidak.
Dan sekarang Aryan ada di sini menemaniku. Tapi setelah sholat magrib bersamanya aku menyuruh nikita menemaninya beli es cream di minimarket depan kantor.
di sana juga ada tempat permainan anak-anak sekalian mengajaknya bermain biar dia tidak bosan. Entahlah aku sudah menyayangi dari pertama kali melihat
wajah anak kecil itu. Sekarang aku ingin istrahat dulu. Kata tante elma ibu yori yang berprofesi sebagai doket dan beliau juga yang memantau kesehatan ku selama ini, aku harus
banyak istirahat. Kepalaku terasa peningm baiknya ku rebahkan dulu tubuhku di sofa.
**** Aku terkaget dari pulasku dan mendapati seseorang tengah memeluk ku erat.
Sekar" ku pandang seorang wanita yang tergelatak di dadaku. sudah beberapa menit ini posisinya masih sama dengan suara tangis melengking khasnya yang ku akui
sangat ku rindukan. Ku tarik tubuku agar kembali ke posisi duduk. tapi yang memeluk masih saja enggan bergeser dari dadaku. harus ku hentikan cepat kegiatan tangisnya. Lihatlah
tubuhnya sudah gemetaran, pertanda sesaknya itu sudah sangat mengganjal.
"Sekar, sudah ya. Bangun yuk" seruku lembut
dia menggeleng. Ya Rabb. Wanita ini. Aku terpaksa mengangkat bandanya yang terlalu erat di ligkaran tubuhku. Lembut tapi sedikit memeksa. Dan syukurlah dia sedikit menurut.
Wajahnya sangat merah. pertanda dia sedang marah tapi uniknya kali ini marahnya dia tahan.
"Kamu harusnya tidak di sini sekar. Aku akan kembali menyakiti mu lagi. Kita harusnya memang tak harus bersama. Maafkan aku sekar atas terlampau sering
kamu mengeyam rasa sakit karena perbuatanku"
dia terdiam dalam termehek-meheknya.
"Aku memang tidak pantas di maafkan, sekar"
Satu anggukan keras dari kepalnya
"Aku sudah sangat jahat sama kamu"
mengagguk lagi kali ini dua kali
hati ku terpukul melihat anggukannya.
Ingin sekali ku benamkan kembali tubuhnya dalam pelukanku agar dia tidak menggangguk mengiyakan, sebab hatiku begitu sakit melihat anggukan itu.
Ku tundukan kepalaku memutar kembali memori dosa-dosaku pada sekar, Agar aku sadar jika memang sangat tidak pantas di maafkan olehnya.
"Tapi" dia bersua. ku angkat cepat kepalaku memandangnya yang juga tertunduk. pundaknya turun-naik karena termehek "aku sangat mencitai mu. Aku sangat
menginginkan mu, tak semenitpun kulewati tanpa merindukamu. Aku harus bagaimana"" dia mengangkat kepalanya "ha" Tolong beri aku solusi" kali ini dengan
meninju-ninju tubuhku aku membiarkan tangan mungilnya menjamah tubuhku dengan tinjunya sebab aku sendiri bingun entah bagaiman menjawab semua pertanyaannya. Aku sudah menyerah
pada diriku yabg terlampau sering menyakiti sekar.
"Kenapa harus kamu sekar yang mengatakan itu, kenapa aku selalu kalah di setiap memperjuangkan hubungan kita"
Tinjunya berhenti. dia memicing sembari memasang wajah serius
"Aku tahu kok. Bahkan sangat tahu kamu tidak pernah seberani diriku, iyakan". Aku tahu kamu tidak akan bertindak menyelsaikan masalah kita ini jika bukan
diriku yang memulai. Kamu sadar nggk sih denis kamu dari dulu sudah seperti itu. Siapa yang pertama kali menyatakan perasaan" Aku. Siapa yang berani mengajak
menikah" Aku. Begitu seterusnya"
Aku terbungkam seribu bahasa.
Ya Rabb dia sangat benar akan itu.
"Kamu sangat hebat dalam urusan karir denis, tapi begitu pengecut dalam hal rasa"
Baru ku tahu tamparan kata-kata itu lebih sakit serta lebih menyadarkan ku akan kebodohanku. Suami macam apa aku ini"
Ku tundukan kepalakh sedalam mungkin. Aku sudah sangat bersalah pada sekar.
Tapi, tiba-tiba ku rasakan tangan yang tadi meninjuku kini mulai mengenggam lembut jari- jemariku.
"Sayang" ku angkat wajahku. Astaga jika tidak pernah terbentur kepalaku oleh sesuatu sehingga separuh memori ku hilang berani ku jamin, ini pertama kalinya
dia memanggilku dengan kata 'sayang'.
" Aku mencintai mu denis sungguh, dulu dan sekarang. Entah bagaimana menjelaskan hal ini pada mu karna aku tak punya rangkain kata untuk mengungkapkannya.
Kamu adalah alasan segala beraniku, bawelku, angresifku pada dunia. bahkan mengenal mu jugalah adalah sebab-akibat aku kembali ke jalan Tuhan. Denis, aku
tau dari masa lalu hingga sekarang masih banyak perlu di jelaskan. Masih banyak yang perlu di jawab. Tapi, aku hanya ingin memastikan satu hal, mau kah
kamu menjadi separuh hidupku selamanya""
Astaga! Wanita ini. Aku tidak bisa menyembunyikan lagi deretan gigiku. Aku sudah terkekeh di buatnya
"Kurang kreatif bangat sih" timpalku sambil tertawa.
"Denis jawab" rengeknya. Dan hei dia sudah berhenti menagis tapi di ganti sikap manjanya dan yah....m yang sangat aku rindukan.
"Gimana mau jawab Kalau kamu copast gitu kata-kataku"
"Yah jawab aja susah amat sih" oh tidak keningnya sudah berkerut. Pertanda dia sudah mulai kesal
aku menarik nafas sedalam mungkin.
Huft.... Ku tatap matanya lekat, mengatur kata, Memberi jeda sedikit dan
"Baiklah aku menerima mu serta bersedia menyerahkan segala yang ku miliku hanya untuk mu selamanya. Tapi--"
Buk! Belum habis kalimat yang ku rangakai instan dalam benak ku, sekar sudah merangak cepat berhambur memeluk ku erat. Dan, tebaklah sendiri bukan sekar namanya
jika dia tidak menetekan air mata.
"Sayang, please forgive my broken promises I made to you time after time. bersedialah selau menjadi pelitaku saat aku terjatuh dalam gelap" mohonku pada
sekar. Sumpah! Kalimat ini benar-benar keluar dari lubuk hatiku yang paling dalam. Kalimat yang telah lama ku simpan.
"I will always denis, I will Always"
Tanpa sadar air bening yang selalu ku lihat mengalir di pipi putihnya kini ku rasakan juga mengalir di pipiku.
Ku tarik tubuhnya dari pelukan ku kemudian ku jamah seluruh wajahnya, dahi, kening, pipi, bibir, hidung dengan kecupan lembut bertubi-tubi. Kemudian kembali
memelukanya. "Thank you sekar." kali ini aku yang mengaratkan pelukan.
Biasanya sekar yang enggan melepaskan pelukan. Kali ini biarlah aku yang meneluknya tanpa jeda apapun.
Mungkin Tuhan sudah bosan menengar janji ku untuk tidak akan menyakiti sekar yang terlalu sering ku ucapkan, jadi aku tidak bisa berjanji jika aku tidak
akan menyakitinya lagi, karena posisiku adalah seorang hamba tempat salah dan dosa. Tapi please.. ya Allah untuk terakhir kalinya ini aku berjanji akan
menjaga dan memperjuangkan sekar dengan segenap hidupku. Ku mohon terimlah janji ini Ya Allah...
"Papa" suara aryan memanggil ku
Sekar langsung melepas pelukannya. Kami sama-sama menoleh ke arah pintu. di sana berdiri dina menggandeng tangan aryan. Kemana nikita"
Aku sedikit panik. Sekar bisa saja salah paham lagi, cepat aku menggeser tubuhku lalu berdiri dari duduk ku, Tak lupa ku gandeng tangan sekar yang sedikit
enggan ku sentuh. Sekarang dia sudah pasti salah paham.
"Sekar, din--" "Hm.hm biar aku saja" dina memotong kalimatku dengan gerakan melambaikan tangan.
Dina lalu berjalan ke arah kami dan duduk di salah satu sofa dengan menja sebagai pemisah kami.
Ku lirik wajah sekar sudah memerah, ku eratkan lagi genggamanku. Kamu akan faham sekar.
"Langsung saja. jadi, besok aku akan kembali ke korea bersama suami" terlihat ekspresi kaget di wajah sekar, dia menatap ku minta penjelasan. Aku tersenyum
"dan kami berncana akan membawa aryan juga" kali ini aku yang kaget.
Aku sudah sangat sayang pada aryan dina tidak bisa seenaknya saja.
"Tapi dina" "aku belum selesai denis" potongnya lagi. Lalu kembali bertatap muka dengan istriku.
Aryan sudah di bawa keluar oleh nikita bebera detik yang lalu.
"Aku tahu sekar, kamu pasti kesal dan marah atas kehadiran ku. Maaf mungkin tidak cukup untuk rasa sakit yang ku berikan beberpa waktu ini" kata-kata dina
lembut tapi terdengar sedikit tajam "baiklah, sekarang aku akan jujur. dari dulu aku sudah menyukai denis, bahkan mungkin sebelum mu menyukainya"
Ya Tuhan apa yang di katakan dina" Harusnya tidak sekarang ia melakukan pengakuan ini.
"dulu aku memang sangat kesal padamu sekar karena berhasil mendapatkan denis. Namun setelah itu aku mulai merelakan denis, tapi kelakuan mu yang selalu
mengabaikannya dan mempermainkannya, membuatku ku tersakiti.aku mulai membencimu hingga berjanji pada diriku bahwa suatu saat nanti aku akan merebut denis
darimu dan membuatmu merasakn sakit seperti yang ku rasakan"
Kata-kata dina lolos dari bibirnya begitu saja.
Ku rasakan tubuh sekar sudah begetar dan wajahnya sudah memerah, tangan yang tadi ku pakai menggenggam tangan sekar kini ku linkarkan di pinggangnya.
"Aku mulai mencoba menarik perhatian denis saat kamu sudah di singapore, tapi brenseknya yang ada di benak denis hanya kamu, kamu dan kamu. Sampai pada
hari di mana denis datang ke apartementku. Hari itu bukan sepenuhnya salah denis tapi akulah yang paling bersalah, aku sudah berteka akan melemparmu pergi
dari kehidupan denis"
Bunyi gigi sekar terdengar. Tangannya sudah mengepal.
Maafkan aku sekar. Tapi kamu harus mendengarnya sampai habis
"Denis yang memang sedang dalam keadaan kalut dan hancur ku pengaruhi untuk membalas sakit hatinya. Aku sudah tahu kamu akan datang jadilah ku jalankan
rencana jahatku, aku lalu memberitahu denis kamu akan datang dan dia harus membalas semua rasa sakitnya padamu. Tapi, tidak dengan meniduri ku, hal itu
seutuhnya adalah keinginan ku"
Hampir saja vas bunga di atas meja melayang ke wajah dina jika tidak cepat ku cekal pergelangan tangan sekar.
"Denis marah padaku setelah itu" Tentu saja. Tapi, dia tidak bisa berbuat apa-apa karena kami sudah sepakat dari awal, semua rencana aku yang buat dan
dia harus melaksanakan tanpa terlewati sedikitpun. Well.... ujung dari semuai itu akhirnya aku hamil. Selesai." Dina menutup cerita itu dengan senyuman
tipis. Lalu kembali berucap1
" sekar, kamu kira aku pergi tanpa merasa bersalah padamu" kamu salah. hidupku terus di hantui dosa-dosaku karena memanfaatkan kepolosan mu. Kemudian,
aku berjanji untuk tidak hadir kembali dalam kehidupan mu maupun kehidupan denis. Hingga aku bertemu dengan suamiku sekarang. Jangan khwatir sekar, sekarang
aku sangat mencintai suami ku diapun sama, aku kembali atas kemauan arya mungkin nanti denis akan berbaik hati menceritakannya padamu" jika tadi dina menutup
dengan senyuman tipis, kali ini senyumnya begitu lebar mempertontonkan dua gigi ginsunya.
Sekar" dia sudah terisak memeluk ku. Sepertinya hari ini aku akan sangat kelelahan akibat sering di peluk.
Terimakasih sekar karena selalu ada untukku. Selalu memberiku kesempatan untuk terus mencintaimu. Selalu menjadi obat atas semua rasa sakitku.
uhibbukifillah sekar2 *** ?"24. Hijrah Cinta (END)
Bila tekad untuk berhijrah telah kuat, maka kuatkanlah Azammu, tutup semua pintu yang akan membawamu ke masa lalu.
Selamat berhijarah. (Ustadz Aan Chandra Thalib) 2
1 Tahun kemudian "DEENIIS!!!" sekar menjambak rambut denis.
"SA....KIT!!!" di susul dengan tinju yang melayang ke wajah denis.
Denis hanya mematung menatap sekar pilu tidak tahu harus berbuat apa
"Sabar ya sayang" ucapnya sambil mengenggam tangan sekar
"Sabar sabar ini sakit tau!!"
"Iya, maaf udah nyakitin"
"Ayok buk dorong lagi ini kepalanya sudah kelihatan" sang dokter memotong
" fyuh.. fyuh.." sekar mengambil nafas "Aaa!!.." lalu mengejang lagi
"Semangat sayang. Semangat"
"Diam kamu!!" denis tercekak pucat di bentak sekar3
"Maaf sayang sudah buat kamu sakit gini, sedikit lagi" ucap denis dengan tampang bloon membuat sekar tambah kesal
Dokter yang membantu hanya menggeleng melihat tingkah sekar yang begitu murka pada denis. Apalagi para suster, mereka sudah saling melirik sesekali cekikinan
menyaksikan tampang polos denis .
"Ayo bu sekar satu kali lagi. Mengejang maximal buk"
Sekar mulai mengambil ancang-ancang bak orang mau start lari maraton dengan satu sangan di kepala ranjang dan tangan satunya lagi menggenggam rambut denis
dan yang di genggam rambutnya hanya pasrah pada keadaan.
1 2 3 "AAAAAAAAAA!!!!!!!!"
"Alhamdulillah, selamat ya. Anaknya Perempuan bu sekar, pak denis" ujar sang perawat sambil menunjukan bayi mungil berlumuran darah pada ayah dan ibunya.
"Alhamdulillah" denis meloncat kegirangan sedangkan sekar terkujur lunglai tak berdaya. dia hanya mampu mengucap syukur dalam batin, sedikit shock tidak
menyangka jika barusan seorang anak manusia baru saja keluar dari dalam tubuhnya, sungguh Maha Kuasa Allah. Sekar menggigit bibir bawahnya terisak....
"Bayinya kami bersikan dulu yah bu, pak" ucap salah satu suster di situ kemudian pergi membawa bayi itu.
Denis menggaguk kemudian beralih pada istrinya langsung menjamah sekar dengan kecupan ringan di seluruh wajahnya lalu memeluk erat sang istri.
"Terimakasih sayang"
"Denis aku berhasil..hiks"
"Iyah sayang, walaupun secara tidak langsung aku juga korbannya" sekar tersenyum dalam tangisnya mendengar tuturan suaminya. Sejak tadi Denis pasti sangat
tersiksa olehnya. Merekapun larut dalam pelukan dan tangis bahagia, sebuah nikmat luar bisa di titipankan sekaligus diamanahkan dari Sang Khaliq pada mereka berdua.
Di luar ruangan bersalin, Kebahagiaan bukan hanya di rasakan oleh mereka berdua saja, tapi seluruh anggota keluarga yang menunggu di luar juga di hujani
rasa bahagia yang tak bisa di gambarakan oleh kata-kata. Semua saling berpeluk memberi selamat sesama anggota keluarga, besan dengan besan, ipar dengan
ipar, saudara dengan saudara, dan lain sebagainya, satu dua orang sampai menitikan Air Mata.
"Selamat yah Aryan kamu punya dedek cewek sekarang" ucap kakek pada sang cucu yang langsung di balas dengan teriak kegirangan
"Yee... Ary punya dedek cewek..Ary punya dedek cewek......... " kalimat itu di ulang sambil loncat-loncat di susul gelak tertawa bahagia semua keluarga
melihat tingakah konyol Aryan.
Hari ini semua anggota keluarga hadir, bahkan yang kecil-kecil seperti raja keponakan sekarpun tak mau ketinggalan. Koridor depan ruangan sekar bersalin
di penuhi oleh keluarga besar sekar dan denis. Ini sudah seperti acara khusus pertemuan dua keluarga besar, bahkan lebih banyak yang datang dari pada saat
mereka menikah dulu. Oh iya masalah Aryan, pada akhirnya denis dan sekar memberanikan diri untuk membawanya menemui keluarga besar mereka berdua. awalnya mereka kira keluarga
sekar yang mungkin tidak akan mau menerima kehadiran Aryan, tapi mereka salah. Justru yang murka itu adalah keluarga denis terutama bundanya. Namun, Alhamdulillah
bunda akhirnya luluh ketika mendengar sekar hamil dan mengatakan "mungkin Allah kasi rezekinya pas datangnya Aryan".
Tak lama kemudian denis keluar dengan bercucuran air mata.
"Mas denis, selamat" seruni berlari memeluk denis
"Makasih rere" Dan begitu seterusnya. Satu-satu anggota keluarga menyalami, memeluk denis memberi selamat atas terbayarnya penantian mereka.
**** Yah! Kalian pasti bertanya-tanya 'kok aryan di indonesia, bukannya di bawa sama dina ke korea"' (semoga bertanyalah biar author nggk malu hihi).
Flashback on Jadi, saat Dina ingin membawa Aryan untuk pulang ke korea, Denis menolak mentah-mentah dan mengancam akan membawa masalah ini ke jalur hukum. Dina dan
Suaminya terpaksa menunda kepulangannya sampai seminggu hanya untuk menyelesaikan masalah ini secara baik-baik tanpa adanya jalur hukum. Bukan apa, tapi
suami dina baru saja membangun bisnis di indonesia dan masih terkendala di perijinan, jika dia sampai berurusan dengan hukum maka tentu saja perijinan
itu akan lebih sulit lagi.
Sekar yang sudah sangat menyayangi Aryan karena selama di indonesia tinggal bersama dia dan denis juga mendukung penuh tindakan sang suami. Sampai-sampai
suatu hari sekar pergi menemui dina
"Kamu jangan lupa, kamu masih berhutang kata maaf dariku"
Dina yang awalnya enggan dan cuek atas kedatang sekar langsung tercekak demi mendengar ucapan sekar
"Jadi aku harus bagaimana biar bisa mendapat maaf itu"" Tanyanya dengan suara berat. hidupnya tidak akan pernah bisa tenang jika sekar belum memaafkannya,
itu adalah penderitaan terbesarnya selama ini.
"Biarkan Aryan tinggal bersama kami"
dina tidak terkejut atas permintaan sekar itu, dia sudah menebak-nebak kalau itulah yang akan di ajukan sekar.
"Baik, tapi yakinkan aku dulu. Bagaimana bisa kamu akan mengurus anak ku dengan " dina menahan ucapannya lalu menilik penampilan sekar dari atas sampai
bawah yang tertutupi jilbab dan gamis panjang menjuntai"dengan penampilan mu seperti ini" Kamu sudah nggk seperti dulu lagi yang gaul, moderen. terlihat
sangat lincah, pintar dan profesional"
Sekar menangkap arah pembicaraan dina saat itu langsung tersenyum lembut.
"Maaf dina. Aku tahu apa yang kamu fikirkan. Tapi asal kamu tahu saja bahwa semua anak di dunia ini tidak membutuhkan seorang ibu yang medoren, profesional
atau segala yang kamu sebutkan tadi. Tapi seorang anak hanya membutukan seorang ibu yang tulus memberi segala yang dia punya untuk anaknya agar kelak ia
tumbuh pribadi yang bermanfaat bagi dirinya, keluarganya, hingga dunia dan akhiratnya"
Dina terpaku mendengar kalimat- kakimat sekar. Sekarang dia mengerti kenapa semua orang bisa sangat menyayangi sekar terutama anaknya Aryan yang begitu
lengket bersama wanita ini semenjak pertama kali bertemu.
Flashbackoff **** 2 Tahun kemudian "Bunda" "Inda" "Bunda nak B.U.N.D.A"
"Inda" "Loh kok inda lagi sayang, bunda nak bunnnnda"
"Innnnnda" Sekar frustasi mengajari anak perempuannya yang masih berusia 2 Tahun 3 bulan itu untuk menyebut kata bunda panggilan 'ibu' untuknya.
"Kenapa sayang" Belum berhasil juga" Denis mucul dari arah dapur menghampiri Si istri dan anaknya yang lagi berlalih berprofesi sebagai guru dan murid
dengan mata pelajaran 'BELAJAR MEMANGGIL BUNDA DAN PAPA' materi yang membuat sekar uring-uringan karena sang anak belum berhasil juga menyebut sempurna
kata 'bunda' untuk dirinya.
Sekar menatap pilu arany sayang yang begitu polos.
" yang... apa kita ganti aja panggilannya"" Usul sekar setelah menimbang-nimbang
Denis mengerutkan keningnya berfikir.
"Tunggu" tahannya pada sekar lalu beralih wajah ke arah lain " Aryan bawa botol Susunya dedek ke sini nak" teriak denis pada anak laki-lakinya yang entah
di mana keberadaanya. Tidak lama kemudian Aryan muncul sambil berlari menghampiri mereka dengan sebotol susu di genggamannya
"Nih appa" ucapnya sambik duduk di samping sekar hendak mengajak ngobrol Arany
"Makasih anak papa. Papa yah nak bukan APPA"
Bukan sekar saja ,denis pun sama pusingnya, semenjak Aryan pulang dari korea 1 minggu yang lalu,anak itu sudah susah menyebut kata 'papa' dengan merubahnya
menjadi 'appa'. Denis sangat murka dan memarahi dina habis-habisnya, pasalnya dia sudah susah payah mengajarkan anak itu aksen indonesia yang fasih, eh
malah di recoki dina dengan membawa Aryan tinggal di korea selama sebulan.
"Yang.. sepertinya kita punya problematika dalam hal panggil memanggil deh"ucap denis memasang tampang sok serius.
"Lebay bangat sih yang.. pake kata problematika segala"
"Yee biar kelihatan keren dong" nyengir lebar denis yang lansung di sambut hadiah cubitan pinggang dari sekar
"Awww" denis mengerang kesakitan.
"Udah jangan lebay" potong sekar pada tingkah denis yang berlebihan melakoni rasa sakit dari cubitan sekar.
"Jadi gimana nih. Mau ganti jadi apa""
"Mommy dan daddy" Atau Mama dan ayah" Kan Aryan lancar tuh kalau panggil Ayah" usul sekar
"Ck, udah mainstream bangat sih yang lebih islami dikit kek biar kelihatan lembut gitu"
"Aha! Abi dan Ummi ajah yang"
"Ide brilliant tuh yang.." sambut denis kesenangan. dia lalu beralir wajah ke Arany
"Ara nak, coba nyebut Ummi"
"ummi" turut si kecil polos
Sekar lansung mencium si anak saking gembirannya
"Oke sekarang A.b.i" denis membuka lebar mulutnya menyebut kata 'Abi' berharap anaknya bisa mengikuti dengan sempurna.
Dan "A b i" tiru Arany sempurna
Hijrah Cinta Karya Miylahun di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Denis dan sekar langsung berpulukan kegirangan atas kelulusan Arany dalam pelajaran memanggil 'ABI DAN UMMI'.1
"Nah sekarang giliran anak Ummi tersayang yang gede nih. Yok bang Ary coba sebut kata ummi " mata bulat sekar menatap Aryan antusias
"Ummi" sempurna. Sekar tidak bisa lagi menahan air mata, dia memang sangat cepat terharu.
"Oke satu lagi nak kamu lulus. Coba sebut A b i"
denis dan sekar menatap anak itu sesekali mereka bertukar pandang,antusias. Ini sudah seperti lomba kuis berhadiah milyaran Rupiah.
Aryan membasahi bibirnya, menimbang-nimbang, menarik nafas dalam-dalam lalu..
"B a b i" Gubrak!!! Sekar langsung tertawa terpingkal-pingkal mendengar ucapan Aryan dalam satu tarikan nafas itu, Astaga air matanya sampai keluar. Tapi, kedua anaknya hanya
menatap bingung sang ibu. dan saking terbahak dia melupakana jika sang suami sedari tadi sudah tidak mengucapkan apa-apa. Seperdekian detik sekar yang
menyadari tingkah denis langsung membekap mulutnya dengan cara menggiggit bibir bawahnya.
"Nggk lucu yah"" Pertanyaan super bodoh sekar.
Krik Krik Denis kesal langsung berdiri hendak meninggalkan mereka. Sekar yakin dia pasti mencari hape nya lalu menelfon dina dan memakinya atas kesalahn aksen Aryan
tadi. Ck, lebay deh denis.
"Eh tunggu yang" sekar mencekal lengan denis cepat "gitu ajah kok marah kaya cewek PMS saja. Ary kan masih kecil. Ck, sini duduk aku masih punya solusi"
Sekar sudah tahu solusi yang tepat.
"Gini yang... dalam bahasa arab itu panggilan ayah banyak jenisnya. Bukan hanya 'abi' saja. Jadi karena aku fikir supaya lebih beda lagi dan mudah di ucapkan
Aryan jadi kita ganti saja jadi 'Abuya' atau bisa di singkat 'buya' .walau setiap huruf aksennya hampir sama tapi dia berada dalam kelopok huruf yang banyak
jadi akan mudah di sebut Aryan tidak seperti panggilan Abi" 1
Denis menatap kagum wajah cantik sang istri menjelaskan panjang lebar.
Setelah sepakat dengan panggilan itu, denis menarik Aryan duduk di pangkuannya sedangkan Arany di pangkuan sekar. Sekarang mereka siap mengeksekusi cara
panggil-memanggil. "Di mulai dari Ara dulu, ara coba paggil Abuya"
Mata Ara membulat, mungkin heran dengan tingkah kedua orang tuanya itu.
"Buya" ucap arany sambil menggosok matanya, bosan.
Sekar dan denis bertukar tatap tersenyum lebar. Sekarang tinggal aryan.
"Oke. Sekarang giliran abang Ary nyebut Abuya, hayo.. coba sebut sayang"
mata aryan cilangak-cilinguk memikirkan satu kalimat dari sekar.
Kemudia "Abuya" Aryan menyebutnya tanpa berfikir panjang tidak seperti tadi.
tanpa babibu sekar langsung memeluk denis, dan Aryan dan Arany hanya mendongak menyaksikan dua orang berpelukan dia atas kepala mereka. Orang dewasa memang
aneh. pikir dua anak itu, mungkin.
Akhirnya usaha ajar-mengajar anak-anaknya selesai juga.
Dan Resmilah panggilan Ummi dan Abuya di sandingkan pada bapak dan ibu muda ini dengan di persaksikan oleh kedua buah hati, belahan jiwa mereka atau 'dunia
sekar' panggilan khusus sekar bagi kedua belahan hatinya itu.
**** Saat kau memutuskan untuk hijrah ke Jalan Allah. Maka ingatlah jika Sang Maha Mulia tidak hanya akan menghijrakan niat mu saja tapi juga segala dalam kehidupanmu
termasuk rasa cintamu. Proses hijrah itu bukanlah sesuatu yang mudah seperti membalikan telapak tangan atau perandain terkenal itu 'tidak semudah isapan jempol'. Banyak duri
dan krikil menggu setapak jalan yang akan kau lalui. Tapi Percayalah. Semua itu bisa di lewati jika ada ketulusan dan keikhlasan dalam menapaki jalah hidayah
itu. Seperti halnya denis dan sekar. Dari awal saat benih-benih cinta itu di anugrahkan kepada mereka Allah tidak serta merta menyatukan mereka pada saat itu.
Tapi Allah menginginkan cinta yang mereka rasakan haruslah berlandaskan cinta pada-Nya, sebab itulah yang di sebut cinta sejati.
Sebab, Kalian Tahu, dari awal mereka jatuh hati mereka sudah berazzam jika cinta yang mereka rasakan saat itu semoga bisa berlabu dalam ikatan yang suci
kelak nanti. Suatu niat yang mulia bukan"
Malam itu rembulan lagi bersemangatnya bersinar, dia menampakan seluruh anggota tubuhnya tak satupun titik tertutupi oleh awan. Angin malam berlalu lalang
menerpa sang malam dan segala prajurinya, lembut hingga terdengar seperti nyanyian indah jika menyapa daun telinga.
Dua insan sedang menikmati pemandangan gelap di susupi sinar remang-remang dari setiap sudut rumah.
Di beranda rumah di atas bangku panjang favorit mereka, duduk menikmati malam.
"Yang... gimana yah jika dulu kamu tidak memaksaku untuk menikah"" Tanya denis pada sekar yang berada di pelukannya, kepala sekar di letakan di dadanya.
Sekar sedikit menggeliat mendengar penuturan denis. dia lalu mengeratkan lengannya pada lingkaran perut denis.
"Entahlah denis, sebenarnya bukan hanya paksaan dari mama dan keluarga lain. Tapi ada sesuatu di sini" sekar menarik tangannya dari lingkaran badan denis
lalu mengarahkan jarinya dada "yang mendorong kuat agar aku mau melakukannya. Seakan ada yang indah menungguku di suatu hari nanti jika aku berani melakukannya"
lalu melingkarkan tanganya kembali ke tubuh denis
Denis mengecup lembut ubun-ubun sekar yang semakin manja bergelut pada tubuhnya.
"Dulu saat aku belum bersedia menerimamu kembali, Apa kamu sering mendoakan ku dalam setiap sujud-sujudmu"" Tanya denis lagi.
sekar tersenyum, senyumnya begitu manis sampai-samapi lesung pipitnya tak malu lagi menampakan diri.
"Always denis. semua jenis doa ku rapalkan untuk mu. Dusta bangat aku dulu bilang kalau tidak pernah berdoa untukmu. Karena itu tidak sesuai dengan aplikasinya"
Denis menautkan dua keningnya, berkerut.
"Semua jenis doa" Kok banyak bangat"
Sekar bedecak kesal sembari mengangkat wajahnya menatap wajah denis yang sedari tadi menodongnya dengan pertanyaan-pertanyaan.
Tangannya tak lagi memluk denis, tapi semua anggota badanya di tumpukan pada tubuh denis, sempurna bersandar.
"Fyuh..." sekar medesah pasarah saat melihat ekspresi ingin tahu tapi sok polos dari denis (nah ini author pun tdk tahu ekspresi macam apa ini haha)
"Pertama, saat aku belum mendapatkan mu, aku berdoa agar kita berdua bisa berjodoh. Kedua, saat aku sakit dulu aku berdoa semoga cuman aku yang sakit kamu
tidak" malu-malu tapi jujur sekar.
Denis sedikit terkesiap mendengar jawaban sekar, jarinya yang tadi di pake mengelus-elus rambut lembut sekar sekarang sudah gantian memeluk sang istri
"Yang ke tiga"" Tanyanya kemudia
"Selanjutnya seperti itu juga. Apapun yang aku alami jika itu baik aku akan berdoa agar kamu juga bisa merasakannya tapi jika itu buruk maka sebisa mungkin
aku meminta agar Allah menjauhakan mu dari hal itu"
denis mengecup ubun-ubun sekar lagi, tapi sangat lama sampai-sampai sekar merasakan sensasi bibir denis menempel di kepalanya.
"Kalau kamu yang"" Sebenarnya pertanyaan denis tadi adalah pertanyaan sekar juga, yang telah dia simpan amat lama. dia penasaran sekuat apakah denis dulu
menginginkannya. Denis menelenan air liurnya gugup. Tapi, dia mulai mengatur nafas, Menimbang, lalu berucap
"Dari dulu hingga sekarang hanya satu doaku sayang" dia mengeratkan pelukannya.
Sekar mendongak, memasang tampang penasaran seperti denis tadi, tapi memang dia sangat penasaran
"Yaitu, semoga kamulah jodoku hingga di syurga kelak"
"Tapi, kenapa dulu kamu sangat membenci ku""
Denis mencubit hidung sekar demi melihatnya mendongak dengan ekspresi sangat penasaran yang bagi denis itu terlihat imut sekali.
"Sekar sayang umminya anak-anak ku, terkadang cinta tidak harus selamanya di tunjukan dengan sayang-sayangan atau peluk-pelukan seperti sekarang yang kita
lakukan ini, tapi masih banyak cara yang lain. dan ketahuilah aku tidak pernah membenci mu aku hanya marah, sangat marah karena teramat mencintai mu tapi
kunjung memiliki mu"
Tanpa sadar, air mata sekar sudah meleleh.
"Loh kok nangis""
"I love you Abuyanya anak-anak ku" ucap sekar malu-malu langsung membenamkan wajahnya pada tubuh denis, menghirup lekat-lekat harum bunga sakura.
Denis terkekeh melihat tingkah sekar yang sudah seperti anak kecil itu.
"I love you much more umminya anak-anak ku" balas denis lalu memeluk sekar kembali.
Mereka berpelukan lama,saling menikmati keromantisan. Membayar hutang kesalah pahaman di masa lalu. Saling mengucap janji jika tidak akan pernah lagi mengabaikan
satu sama lain. Mendoakan dalam diam Semoga Allah menjaga cinta mereka hingga ke Syurga Kelak.
"ABUYA! UMMI!" hampir saja tubuh sekar meluncur dari atas bangku jika tidak cepat denis menangkap karah daster batiknya. Mereka seperti tertangkap basah sedang melakukan
perbuatan kriminal tingkat kebablasan.
Mereka lalu sama-sama menoleh cepat pada arah datang suara. Aryan yang sudah berdiri dengan wajah kucel di depan pintu.
"Ke,kenapa Ary"" tanya denis gugup
"Itu" jawabnya sambil menujuk ke dalam rumah
"Itu apa"" Tanya sekar menghampiri
"Itu" jawabnya lagi
"Iya itu apa sayang"
Aryan memasang tampang yang tak bisa di predikisikan alias absurd, lalu membuka mulut
"Ara eek" END ?"25. Extra Part **** Pukul 8 malam, keluarga kecil denis sekarang sedang menikmati hari-hari bahagia seperi biasa.
Denis sedang bertengger di depan TV dengan hanya menggunakan boxer abu-abu berpadu T-shirt putih bertulisan 'aku cinta istriku' baju yang baru seminggu
lalu dia beli untuk merayakan kehamilan anak ketiga mereka. posisi tidur dengan arany didudukan di atas perut sambil sama-sama menikmati cemilan kiripik
kiriman oma -bunda denis- sesekali iler arany jatuh membasahi baju kesayangan denis itu, tapi bukannya marah malah gemes mencium pipi arany sembari sesekali
berkata 'ih anak buya romantis deh, basahi baju buya. muah muah muah' ciuman bertubi-tubi sampai pipi anak itu memerah. arany lalau tertawa memamerkan
giginya yang berjendela satu itu. Begitulah, arti romantis denis memang" sederhana. Sesederhana secuil senyum dari keluarga tercintanya.+
Aryan sedang menyusun lego berbntuk jalan raya beserta mobil-mobilan. Sedangkan sekar sedang sibuk mengunyah mangga kecut dengan sesekali berekspresi lucu.
" eh yank kok rere kamu suruh ke sulawesi sih"" Tanya denis tiba-tiba teringant adik ipar paling jahilnya itu.
"Nggk tau tuh pengen aja" jawab sekedar sekar sambil mengunyah.
"Alasan kamu tidak berdasar sekali sekar""
"Udah deh yank nggk usah sok politikus gitu, semua itu untuk kebaikan seruni"
"Seruni maunya disini sekar, lagian kasian mama masih rindu dengan seruni"
Sekar tak menanggapi malah terus mengunyah mangga asamnya.
"Sekar" panggil denis
Masih Tak ada tanggapan. Merasa tak digubris. Denis bangun dari baringannya, menggendong Arany kemudian berjalan menghampiri sekar yang sedang asyik dengan mangganya tanpa memperdulikan
wajah kesal Denis. Kadang sekar harus ditegasi agar egonya tak selalu dikedepankan
"Kamu dengar nggk sih sekar. Kamu jangan semena-mena begitu sama seruni"
Kening sekar berkerut mendengar tuturan denis yang bagi sekar itu terdengar kasar. Hormon sensitif ibu hamilpun terespon olehnya.
"Udahlah denis, aku malas debat sama kamu. Aku kan udah bilang ini untuk kebaikan seruni. Kamu dengar nggk sih tadi!!!""
"Kenapa suaramu mulai meninggi sekar" Jaga suara mu didepan suami!"
Sekar langsung melempar mangga dari tangannya kembali kepiring, selera ngidamnya sudah lenyap. Wajahnya memerah. Oke Denis benar-benar bikin dia emosi
sekarang. "Oh jadi sadar ya Pak situ suami saya, kalau begitu bapak harus berpihak sama saya dong bukan yang lain"
"Sekar kamu-" "APA"" "Buya mweeee........"
Tinggi suara sekar membuat arany dalam gendongan denis terkejut dan menangis.
Sekar refleks" ingin meraih arany dari gendongan denis tapi langsung ditepis oleh denis.
"Pikirkan semua keputusan bodohmu itu dulu baru bisa mengambil Arany!" Tunjuk denis pada wajah sekar yang hampir berurai air mata."
Denis membalikan badan melangkah pergi meninggalkan sekar, kemudian disusul" uraian air mata istrinya itu.
Sekar menangis bukan karena denis tak mengerti alasan sebenarnya sekar memindahkan seruni ke sulawesi, tapi sekar menangis karena denis benar-benar tidak
mengerti jika dia sedang hamil dan tak suka disikapi seperti itu.
"Ummi, kenapa menangis"" Aryan menghampiri sekar langsung di peluk sekar lalu menangis sejadi-jadinya.
"Karna Buya kah"" Tanya Ary lagi." Sekar menggeleng keras.
"Kalau begitu sini biar Ary marahin Buya" sekar tersenyum lalu melepas pelukan dan menatap anak laki-lakinya itu.
"Anak Ummi sayang," tadi bukan salah Buya kok. Buya cuman tidak mengerti sesuatu saja"" lalu kembali memeluk anaknya lagi, mengecup ubun-ubun Aryan.
*** Denis menepuk-nepuk tubuh Arany menunggu anak itu pulas dalam mimpinya. Perdebatan dengan sekar tadi harusnya tidak boleh terjadi didepan anak-anaknya,
itu akan berdampak buruk untuk psikologis mereka. Lain kali mungkin harus lebih dia jaga emosi jika ada arany dan Aryan.
"Sahh shh shhh...." Arany sedikit menggeliat Dan langsung di tenangkan oleh denis.
Beberapa menit kemudia arany pun pulas, denis menggeser lengannya perlahan dari tubuh anak kecil itu. Arany jika baru saja tidur dia sangat sensitif oleh
pergerakan. Saat berhasil lolos dari box baby Arany denis langsung melirik jam dinding.
Pukul 11, sekar kenapa belum masuk kamar"
Tidak seperti biasanya, walau bagaiman bersegitegangnya merak, sudah ada kesepakatan tetap tidur seranjang. Tidak ada namanya tidur disofa, kamar lain
ataupun minggat ke rumah lain.
Denis melangkah keluar dari kamar dan mendapati sekar sedang menerawang tak jelas.
"Masuk di kamar sekar"
Dia sedang duduk di sofa, diam mengabaikan perintah denis.
"Masuk sekar, aku tidak akan menggulang perintahku lagi" suara dingin denis membuat sekar mengankat bokongnya dari tempat yang didudukinya.
Sekar berdiri mengerucutkan mulut, mengehentakan kakinya kesal lalu berjalan masuk ke kamar sesuai instruksi denis.
Mengindahkan perintah suami= durhaka terhadap suami. Durhaka itu kata paling mengerikan untuk ku. Tutur sekar suatu ketika.
Setelah mengecek kamar Aryan memastikan anak itu sudah tidur Denis kembali ke kamar, dia harus bicara dengan Sekar. Denis tidak suka masalah keluarganya
berlarut terlalu lama, sudah menjadi prinsipnya begitu. Dan sebagai laki-laki denis harus menepiskan jauh-jauh Ego dan Gengsi jika terjadi masalah dengan
istri. lama bersama sekar, dia jadi faham betul tabiat sekar termasuk bagaimana membujuknya jika sedang ngambekan begini.
Denis membuka pintu dan mendapati sekar sudah menyelimuti tubuhnya utuh dengan badcover. Ini artinya sekar benar-benar sedang kesal olehnya.
"Yankk..." Panggilnya pelan sambil menaikan badannya di atas tempat tidur.
"Sekar sayang...."
Sekar menggeser tubuhnya menjauh dari denis.
"Ummi... Maaf" denis menjulurkan tangan hendak memeluk sekar tapi sekar menggeliat agar denis menepiskan lengan besarnya.
"Udah dong jangan marah lagi ya" mohon denis
Masih diam. Lama, hingga denis merasakan getaran tubuh sekar.
Astaga, sekar menangis"
"Sayang kamu kenapa" Jangan nangis dong" denis masih berusaha memeluk sekar tapi tanggapan sekar masih sama.
"Sayang.... Aku peluk ya..." Selimut bergerak-gerak. Sekar menolak!
Duh gini nih kalo istri marah serasa dunia mau runtuh. Masih mudah dimana-mana membujuk arany dari pada istri tersayangku ini. Hais... Rutuk denis membatin.
Denis memutar otak dan mengambil kesimpulan jika sekar sudah begini maka senjata terakhirnya hanya satu yaitu memaksa.
Tanpa babibu dengan cepat denis menggapai memeluk erat tubuh sekar.
"DENIS PINDAHKAN TUBUHMU!" teriak sekar dari balik selimut
"Maafkan aku dulu baru kulepaskan"
"Aku tidak mau berbicara padamu"
"Masa!"" "AKU SERIUS!" Teriak sekar lagi
Denis tersenyum mendengar teriakan sekar itu. Duh istrinya ini menggemaskan sekali.
"Tapi kamu sekarang lagi ngomong sama aku loh ayankk"
"Oh ya" Aku nggk merasa tuh"
Denis terbahak mendengar elakan sekar. Tuhkan memang menggemaskan sekar ini.
"LEPAS DENIS!" Sekar masih menggeliat tapi denis malah menikmatinya dan makin memperErat pelukannya.
"Maafkan dulu sayang"
"Lepas.." "Maaf dulu" "Lepas" suara sekar makin menurun
"Ma-af du-lu" keukeh Denis
Sekar tak menjawab lagi dan mulai diam.
Seperderik kemudian. tiba-tiba "DENIS BODOH AKU TAK BISA NAFASSSS........"
Astaga! Denis terbelalak kaget langsung melepas pelukannya lalu menarik selimut besar bebaskan dari tubuh sekar.
"Kamu nggk papa sayang" Maaf sayang, maaf" Tanya panik lalu mebolak- balik memeriksa wajah sekar.
Sekar menormalkan nafasnya dan menatap denis sayup.
"Nggk ppa" Medengar itu denis langsung memeluk sekar lama.
Setelah semuanya kembali normal, denis memeluk sambil mengelus-elus rambut sekar sayang.
"Jadi, sekarang mau cerita apa alasannya"" Sekar menangguk kepala yang berada di dada bidang denis.
"Aku tidak mau seruni sepertiku Buya, yang selalu bergantung terhadap kekayaan orang tua, merasa aman dibalik punggung kekuasaan keluarga. Aku ingin dia
mandiri. menemukan kekuatan lewat kehidupan lain yang tak sejalan dengan kemewahan keluarga kita. Aku tidak mau dia seperti diriku dulu sayang, yang cepat
sekali terpuruk oleh ujian. Kekayaan tak selamanya menyematkan seseorang, bisa jadi malah menyudutkan dalam kebutaan terhadap dunia, semenjak seruni kembali
ke indonesia aku sudah memperhatikan gerak-geriknya yang ingin memanfaatkan kekayaan keluarga. Pertama ingin dibangunkan Rumah sakit sendiri, setelah itu
klinik lalu apotik, ini itu dan lain sebagainya. Itulah kenapa aku bertindak cepat sebelum Kakek atau ayah menyetujuinya"
klinik lalu apotik, ini itu dan lain sebagainya. Itulah kenapa aku bertindak cepat sebelum Kakek atau ayah menyetujuinya"
sekar menutup tuturannya dengan senyum yang langsung di sambut oleh kecupan cepat dari denis.
"Ai lope yu Ummi anak-anak ku"
"Love you more Abuya nya Aryan Arany ku"
"Cumn itu""
Sekar mengangguk. Denis langsung mengelus perut sekar
"Dedeknya kok nggk di sebut""
mendengar itu sekar langsung teringat kalau dia marah karena denis berkata kasar padahal dia sedang sensitif karna hamil. sekar lalu buru-buru membalikan
tubuhnya. + "Loh loh ada apa ini, aku salah ngomong lagi yank""
Denis panik. Apa lagi sekar"
"Aku masih marah!" Ketus sekar
"Hah" A_a_ku salah apa lagi istriku""
"Pokoknya MARAH!"
Denis menjambak rambutnya sendiri frustasi.
Dan malam itu berlanjut dengan aksi bujuk-membujuk denis sekar lalu lelah dan berkahir dengan sama-sama terlelap sambil menenggelamkan tubuh dalam pelukan.
(Baper euy. Pen dipeyuk juga haha jone jones) 1
*** Esok harinya. Hari ini akhir pekan. Denis dan kedua telurnya masih terlelap dalam kandang masing-masing setelah sholat subuh.
Sedangkan sekar sejak pagi buta sudah sibuk di dapur. Rutinitas akhir pekan dan hari-hari biasa sekar tak ada yang beda, jika hari biasa dia sibuk menyiapkan
3 bayinya -baginya Denis tidak ada bedanya dengan dari dua anaknya- seperti sarapan, sekolah dan kantor. Maka akhir pekan jadwalnya membuatkan cemilan-cemilan
untuk anak dan suaminya. Jarang sekali sekar mau membelikan cemilan untuk keluarganya. bagi sekar buat sendiri lebih sehat.
"Sarapan selesai. Waktunya membangunkan para tukang tidur" serunya sambil berjalan ke kamar.
"Duduk yang rapi Ary sayang, buya cuci muka dulu baru sarapan. Any jangan lari-lari sayang Popok mu belum diganti" ocehan disetiap pagi tak pernah jauh
berbeda. "Pelan-pelan makannya Ary, Any awas susuhnya tumpah. Buyaaaaa kan aku bilang cuci muka dulu"
Rasanya setiap pagi hanya sekar sendiri yang selalu banyak mengoceh.
"Yank... Rere kapan berangkat ke sulawesi""
Denis membuka suara setelah beberapa menit berkonsentrasi oleh -yang lagi- nasi goreng dan telur ceplok, eh tapi rasa yang sekarang sudah di jamin sangat
enak. "Udah dari dua hari yang lalu kali Yank"
"Oh yah" Moga dapat jodoh disana deh, biar kita bisa jalan-jalan ke sulawesi juga"
Sekar mengangguk setuju, pasalnya adiknya itu pemilih sekali, padahal kalau ngomong kawin dia paling semangat." Apa memang benar kata tetangga kalau seruni
itu keras jodoh" Sekat menggeleng cepat memikirkan itu.
Mitos mah itu. "Buya, jodoh itu apa"" Tanya Aryan penasaran. Mungkin karena melihat kedua orang tuanya sangat serius membahas topik itu.
Denis tekesiap oleh pertanyaan anak lelakinya itu tapi langsung cepat memutar otak berfikir, mencari kalimat yang tepat untuk menjawab. Kadang menjawab
pertanyaan anak itu membutuhkan energi serta putaran otak yang tak gampang.
"Jodoh itu kayak ummi, yang nempel-nempel ke Buya, sudah nggk mau kelain hati" jawabnya santai sambil cekikian.
"Enak aja sini nempel ke situ, yang ada situ yang grepe-grepe sama sini"
Hijrah Cinta Karya Miylahun di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
" oh salah yah" Yaudah kamu benar mi aku penuh dosa"
"Emang" "Tapi Alhamdulillah karna sini grepe-grepe situ timbulah arany, bahkan satu lagi siap di produksi, entar kalau sudah keluar kita grepe-gre.. Aww....."
Mulut denis betul-betul harus dilakban kalau sudah laju begitu ngomongnya." Atau mungkin cubitan sekar bisa mewakili lakbanan itu.4
"Sadar Pak, tuh anak dua punya telinga. Kalao ngomong di filter dulu ngapa"
Denis menggaruk tengukuknya dengan cengiran lebar "keceplosan sayang"
Dan beginilah keluarga kecil Denis dan Sekar serta Dua buah hati," insya Allah ada lagi yang akan menyusul.
Oh iya aku bilang di awal keluarga mereka selalu bahagiakan" Iya memang, bahagia yang sesekali ditimpali masalah di antara mereka, dari yang kecil samapai
yang pelik. Misalnya masalah susu Arany, celana sekolah Aryan, mainan-mainan mereka, atau bahkan sekedar cemilan saja selalu ada perdebatan kecil-kecilan.
hingga pada masalah besar yang menyangkut keluarga sekar atau denis. akh... atau kecemburuan sekar dengan wanita-wanita yang suka cari kesempatan pada
denis. Yah namanya juga kebahagiaan di dunia, hanya fana, tidak kekal. Tapi jika kita memandang masalah-masalah itu dari sudut pandang rasa Syukur, maka yang
tersisa hanyalah ketenangan menghadapi semuanya. Hingga pada suatu hari nanti kebahagiaan hakiki menghampiri yaitu Syurga Allah Subhanahu wata'la.
Jangan lupa bersyukur semua, semoga bahagia.
SELESAI Tiga Naga Sakti 15 Breaking Dawn Twilight Buku Ke 4 Karya Stephenie Meyer Manusia Beracun 1