115 Kisah Menakjubkan Dalam Kehidupan Rasulullah Saw Karya Fuad Abdurahman Bagian 3
akan berkata kepada kaumnya dengan marah. Di saat
senang, beliau akan berkata kepada kaumnya dengan
hati yang senang. Jangan lagi berkata seperti itu hingga
kau bisa menyampaikan kepada orang lain apa yang
membuat mereka senang, dan tidak membuat mereka
marah atau ketakutan. Atau memang kau menghendaki
perbedaan dan perpecahan?"
Hudzaifah terdiam, dan Salman melanjutkan, "Aku
pernah mendengar Rasulullah berkhutbah, "Siapa pun
dari umatku yang pernah aku maki atau atau kukecam
ketika aku marah, maka (maklumilah karena) aku
adalah anak Adam yang bisa marah seperti mereka.
Pada hakikatnya, aku diutus sebagai rahmat bagi
alam semesta. Semoga Allah menjadikan (makian dan
kecamanku) sebagai rahmat bagi mereka di Hari Kiamat."
Hai Hudzaifah, berhentilah melakukan tindakan seperti
itu. Jika tidak, aku akan melaporkanmu kepada Umar!"[]
Tahanlah Amarah! 185 Berbuat Baik pada Hewan D ikisahkan bahwa suatu hari Rasulullah Saw. dan para
sahabat menempuh suatu perjalanan. Di tengah
perjalanan, Rasulullah memisahkan diri sebentar dari
rombongan untuk suatu keperluan. Para sahabat melihat
dua ekor anak burung hammarah (burung merah), lalu
mengambilnya. Tidak lama kemudian, induknya datang dan
tampak gelisah karena tidak menemukan kedua anaknya.
Ketika Rasulullah Saw. datang dan melihat induk burung
itu, beliau bertanya, "Siapakah yang telah menyusahkan
burung ini" Segera kembalikan anak-anaknya!"
Di lain kesempatan, ketika melihat sarang burung
yang dibakar, beliau bertanya, "Siapakah yang telah
membakar sarang ini?"
Para sahabat menjawab, "Kami."
"Hanya Rabb Al-N?r (Sang Pemilik Api, yakni Allah)
yang pantas mengazab dengan api."
Suatu saat Rasulullah Saw. melihat seseorang menginjak
perut seekor kambing, menajamkan pisaunya, dan
memperlihatkan pisau itu di depan mata si kambing.
Maka, Rasulullah Saw. bersabda, "Apakah kau ingin
membunuhnya dengan dua kematian" Asahlah pisaumu
itu sebelum kau merebahkannya!"
Di lain kesempatan, beliau berpesan kepada para
sahabat, "Sesungguhnya Allah telah menetapkan
kebaikan atas segala sesuatu. Jika kalian membunuh,
perbaguslah caranya. Dan jika menyembelih, perbaguslah
caranya. Tajamkanlah pisau kalian dan senangkanlah
sembelihan kalian!" (HR Muslim).
Imam Al-Thabrani meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw.
pernah memiringkan bejana untuk seekor kucing agar
ia bisa minum air darinya, kemudian beliau berwudhu
dengan sisa air dari bejana itu.
Suatu saat Rasulullah Saw. bercerita kepada para
sahabat bahwa dulu ada seorang pelacur yang merasa
sangat kehausan sehingga ia bergegas mendekati sumur
untuk mendapatkan air. Namun, di dekat sumur, pelacur
itu melihat seekor anjing berjalan lemah mengitari sumur.
Sepertinya, anjing itu pun kehausan. Ia ingin minum air
dari sumur itu tetapi tidak bisa mengambilnya. Akhirnya,
ia hanya bisa menjulur-julurkan lidahnya.
Pelacur itu merasa iba sehingga ia segera membuka
sepatunya, mengikat sepatu itu dengan selendangnya, lalu
Berbuat Baik pada Hewan 187 menurunkannya ke dalam sumur. Ujung lain selendang itu
ia ikatkan pada tubuhnya. Setelah sepatunya terisi air, ia
menariknya, lalu minum air dari sepatu itu dan kemudian
memberi minum anjing itu hingga kenyang.
Karena kebaikannya itulah Allah mengampuni dosadosanya sebagai pelacur. Amal salehnya (bersedekah
pada anjing) telah menghapus dosa-dosa yang ia lakukan
di masa silam (HR Muslim).
Kisah serupa juga diriwayatkan oleh Al-Bukhari, tetapi
yang melakukannya adalah seorang laki-laki. Rasulullah
Saw. bercerita bahwa ada seorang laki-laki yang berjalan
di bawah terik matahari. Setelah lama berjalan, ia merasa
sangat kehausan. Namun, bekal airnya telah habis dan
sepanjang perjalanan ia tak menemukan sumber air.
Maka, ia terus melanjutkan perjalanan dengan pikiran
dipenuhi keinginan agar segera menemukan sumur untuk
memuaskan dahaganya. Ia sangat senang ketika dari kejauhan melihat sebuah
oase di tengah gurun pasir yang terbentang luas. Tetapi,
alangkah kecewanya saat menemukan ternyata oase itu
hanya fatamorgana. Ia kembali melanjutkan perjalanan hingga akhirnya
ia menemukan sebuah perigi atau sumur. Para kafilah
biasa berhenti dan beristirahat, lalu mengambil air
untuk bekal perjalanan mereka di sekitar sumur ini.
188 Fuad Abdurahman Betapa senangnya sang musafir ketika melihat ke dalam
sumur dan masih banyak air di sana. Namun, ia bingung,
bagaimana cara mengambil air itu" Tidak ada ember dan
tali timba di sana! Pinjam" Ia tak melihat seorang pun
melintas di tempat itu. Hanya ia seorang di sana.
Akhirnya, ia putuskan untuk merangkak turun ke
dasar sumur itu. Dengan susah payah ia jejakkan kedua
kakinya ke dinding sumur hingga akhirnya ia tiba di dasar
sumur dan minum hingga puas. Setelah merasa cukup,
ia pun merangkak naik. Namun, ia terkejut ketika keluar
dari sumur dan melihat seekor anjing di bibir sumur
menjulur-julurkan lidahnya saking kehausan.
"Anjing ini benar-benar kehausan seperti aku tadi.
Jika tidak segera minum, ia pasti mati, sepertiku,"
pikirnya dalam hati. Tanpa pikir panjang, ia kembali menuruni sumur
itu, membuka sepatunya dan mengisinya dengan air
hingga penuh. Lalu, ia gigit kuat-kuat sepatunya itu dan
perlahan merangkak naik. Akhirnya, ia sampai di luar
sumur dan cepat-cepat meminumkan air itu pada anjing
yang langsung mereguknya dengan rakus.
"Maka," kata Rasulullah Saw. di ujung ceritanya,
"Allah berterima kasih kepadanya, karena ia telah menolong salah satu makhluk-Nya. Allah juga mengampuni
dosa-dosanya sebagai balasan atas kebaikannya itu."[]
Berbuat Baik pada Hewan 189 Mengambil Pelajaran dari Orang Lain S uatu hari seorang laki-laki tua menemui Rasulullah
Saw. dan mengadukan perilaku anaknya yang kaya
raya tetapi kerap mengabaikannya. Ia menuturkan,
"Wahai Rasulullah, anakku berbuat baik kepada semua
orang dan mau membantu mereka, tetapi ia tidak
mau membantuku sebagai orangtuanya. Bahkan, ia
mengusirku dari rumahnya."
Mendengar laporan orangtua itu, Rasulullah Saw.
segera mengutus seorang sahabat untuk menemui
anak itu dan menasihatinya agar mau menerima dan
mengurus ayahnya. Namun, pemuda itu berbohong
kepada Rasulullah Saw. dengan mengatakan, "Aku tidak
punya cukup harta untuk mengurusi ayahku."
Rasulullah Saw. berkata, "Aku tahu, kau punya
gudang gandum dan kurma. Kau juga memiliki simpanan
uang yang sangat banyak."
Pemuda itu tetap mengelak, "Wahai Rasulullah,
siapa pun yang mengatakan hal itu kepadamu pasti
telah berdusta!" Rasulullah Saw. melihat bahwa semua nasihatnya
tak dapat memengaruhi hati pemuda yang lebih keras
dari batu itu. Maka, beliau bersabda, "Berdiri dan
pergilah dari hadapanku. Ingatlah! Tak lama lagi kau
akan menyesal dan di saat itu datang, penyesalanmu itu
tak lagi berguna." Kemudian Rasulullah Saw. memerintahkan para
sahabat untuk menyediakan tempat tinggal dan
kebutuhan hidup orangtua itu dari baitulmal agar ia tak
lagi merasa kesusahan. Sementara, si pemuda itu merasa senang setelah
pergi dari hadapan Rasulullah Saw. karena sekarang ia
telah lepas dari keharusan mengurusi ayahnya.
Beberapa waktu kemudian, ketika datang saat yang
tepat untuk menjual kurma, pemuda itu membuka
gudang tempat penyimpanan kurmanya. Namun,
ia terkesiap saat mendapati semua kurma di dalam
gudangnya telah habis dimakan ulat. Tak ada yang tersisa
sedikit pun kecuali biji-biji kurma yang tidak akan laku
dijual. Kemudian, ia bergegas pergi menuju gudang tempat
penyimpanan gandumnya. Lagi-lagi ia tersentak, kaget,
dan marah saat melihat gandum di dalam gudangnya
diserang serangga. Hewan kecil itu memakan gandum
Mengambil Pelajaran dari Orang Lain
191 di gudang itu hingga yang tersisa hanya batangnya. Ia
melihat ada sebagian gandum yang belum diserang
serangga. Namun, ternyata gandum-gandum itu pun
telah rusak dan bau karena ditempeli banyak ulat. Tentu
saja ia mengalami kerugian yang besar.
Ia telah mengeluarkan modal yang sangat besar
untuk mengolah kurma dan gandum itu kemudian
menyimpannya di gudang. Tak ada yang bisa ia lakukan
kecuali membuang biji-biji kurma dan batang gandum
yang tersisa. Sayang, semua musibah itu tidak membuatnya
sadar dan jera untuk kemudian meminta maaf kepada
ayahnya. Sedikit pun ia tidak menyadari bahwa semua
itu merupakan peringatan baginya. Ia pun tak ingat
peringatan Rasulullah yang begitu keras. Ia tetap tidak
mau menemui ayahnya dan meminta maaf. Akhirnya,
beberapa hari setelah musibah itu, ia jatuh sakit. Dan
ketika ia hendak mengambil uang yang selama ini
disimpannya untuk berobat, lagi-lagi ia terkesiap karena
semua uangnya telah berubah menjadi lempengan
tembikar tak berharga. Hari demi hari penyakitnya kian parah. Semua
kawannya menjauhinya karena tahu bahwa kemiskinan
dan penyakitnya itu akibat ia durhaka kepada ayahnya.
Dua tahun kemudian, tinggal kulit dan tulang yang
tersisa pada tubuhnya. Ia berjalan sambil bertumpu pada
tongkat dan meminta pertolongan kepada semua orang.
192 Fuad Abdurahman Suatu hari Rasulullah Saw. berjalan bersama
beberapa sahabat. Beliau melihat pemuda itu duduk di
pinggir gang dengan kondisi yang sangat mengenaskan.
Beliau menoleh kepada sahabatnya dan berkata, "Hai
orang-orang yang durhaka kepada ayah dan ibunya,
ambillah pelajaran dari orang ini. Alih-alih mendapatkan
kedudukan mulia di surga, itulah yang ia dapatkan.
Ia merasa mampu membeli surga dengan harta dan
kedudukannya. Ketahuilah! Sebentar lagi pemuda ini
akan meninggal dunia dan masuk Neraka Jahanam."[]
Mengambil Pelajaran dari Orang Lain
193 Rasulullah Tak Pernah Menolak Permintaan R asulullah Saw. adalah sosok yang paling dermawan.
Tak ada sedikit pun rasa takut menjadi fakir
sehingga beliau sangat suka bersedekah. Kebahagiaannya
ketika memberi jauh lebih besar daripada rasa
senangnya ketika menerima pemberian dari orang lain.
Tidak ada seorang pun sahabat yang dapat menandingi
kedermawanannya. Rasulullah Saw. adalah orang yang
paling pemurah, paling pengasih, dan paling dermawan.
Sahabat Anas r.a. menuturkan, "Setiap kali Rasulullah
diminta sesuatu, beliau pasti memberikannya. Suatu
ketika, datang seorang peminta-minta dan beliau
memberinya kambing yang berada di antara dua bukit.
Kemudian, orang itu kembali kepada kaumnya .?"
Dalam kesempatan lain, seorang perempuan menemui
Rasulullah Saw. sambil membawa kain tenun.
"Wahai Rasulullah, kain ini kutenun sendiri. Aku
ingin memberikannya kepadamu," ujar perempuan itu.
Rasulullah Saw. pun menerimanya, karena beliau
memang membutuhkannya. Tidak lama setelah
kedatangan perempuan itu, Rasulullah Saw. keluar rumah
mengenakan sarung tenun itu. Namun, saat beliau
berjalan, seseorang menyapanya dan berkata, "Alangkah
bagusnya kain itu, wahai Rasulullah, seandainya saja aku
bisa memilikinya." "Baiklah," jawab Rasulullah Saw., sambil berbalik
pulang, melipat kain itu, lalu mengirimkannya kepada
orang itu. Para sahabat yang mendengar kejadian itu menegur
orang itu, "Jangan bertingkah seperti itu. Kain itu sedang
dikenakan Rasulullah. Beliau membutuhkannya. Kau
malah memintanya. Kau sendiri "kan tahu, Rasulullah
tidak pernah menolak permintaan siapa pun."
"Demi Allah, aku meminta kain ini bukan untuk
kupakai, melainkan untuk kain kafanku kelak," jawab
lelaki itu. Sahal yang meriwayatkan hadis ini berkata, "Ternyata
benar. Kain itu, dipakai sebagai kafannya ketika ia
meninggal dunia."[]
115 Kisah Menakjubkan Dalam Kehidupan Rasulullah Saw Karya Fuad Abdurahman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Rasulullah Tak Pernah Menolak Permintaan
195 Rasulullah dan Ahlu Shu"ah S uatu saat ketika sedang berjalan-jalan, Rasulullah
Saw. melihat Abu Hurairah r.a. duduk di pinggir
jalan dengan tubuh yang tampak lunglai. Beliau tahu,
sahabatnya itu sedang kelaparan. Beliau tersenyum
seraya memanggil, "Hai Aba Hirr (panggilan Abu Hurairah
r.a.)!" "Labbaika, y? Ras?lullah."
"Ikutilah aku," titahnya.
Maka, Abu Hurairah mengikuti Rasulullah Saw.
yang berjalan ke rumahnya. Setelah diberi izin, Abu
Hurairah masuk di belakang Rasulullah. Di dalam rumah,
Rasulullah Saw. melihat satu wadah dipenuhi susu dan
beliau bertanya kepada istrinya, "Dari mana susu ini?"
"Seseorang mengirimkannya untukmu sebagai
hadiah," jawab istrinya.
Rasulullah Saw. memanggil Abu Hurairah, "Hai, Aba
Hirr!" "Labbaika, y? Ras?lullah."
"Panggillah ahlu shu"ah (kaum fakir yang menetap
di serambi masjid Nabi)!"
Seperti itulah kebiasaan Rasulullah Saw. Setiap kali
mendapatkan sedekah, beliau langsung mengirimkannya
kepada ahlu shu"ah. Beliau tidak mengambil sedikit
pun. Sementara jika mendapatkan hadiah, beliau akan
memakan sebagian dan memberikan sebagian lainnya
kepada para sahabat, terutama ahlu shu"ah.
Ketika diperintahkan untuk memanggil ahlu shu"ah,
Abu Hurairah r.a. berkata dalam hati, "Aku berhak
mendapat seteguk lebih dulu untuk mengembalikan
tenagaku. Toh nanti, kalau ahlu shu"ah datang, tentu
aku yang akan disuruh melayani mereka. Pasti nanti
aku akan mendapatkan sisanya." Tetapi, ia tidak berani
memintanya kepada Rasulullah Saw.
Abu Hurairah r.a. bergegas pergi memanggil ahlu
shu"ah. Saat tiba di rumah Rasulullah Saw., mereka
langsung menempati tempat duduk masing-masing.
"Hai, Aba Hirr!"
"Labbaika, y? Ras?lullah."
"Terima ini dan bagikan kepada mereka!" perintah
Rasulullah Saw. Abu Hurairah pun menerima wadah susu itu. Lalu,
ia memberikan kepada orang pertama untuk diminum
sampai puas. Lalu, orang kedua, ketiga, keempat, sampai
semuanya kebagian. Setelah itu, wadah dikembalikan
Rasulullah dan Ahlu Shuffah
197 kepadanya, dan ia langsung memberikannya kepada
Rasulullah Saw. Beliau menerimanya sambil tersenyum.
"Hai, Aba Hirr!"
"Labbaika, y? Ras?lullah."
"Kini, tinggal aku dan engkau."
"Benar, ya Rasulullah."
"Duduklah dan minumlah," pinta beliau. Ia pun
duduk dan minum susu itu. Rasulullah Saw. beberapa
kali menyuruhnya: "Minumlah!" sehingga Abu Hurairah
terus-terusan minum sampai kekenyangan.
"Demi Allah yang mengutusmu dengan kebenaran,
aku sudah kenyang," ujar Abu Hurairah.
"Kalau begitu, berikan kepadaku!"
Abu Hurairah pun memberikan wadah itu. Rasulullah
Saw. memuji Allah, membaca basmallah, lalu meminum
susu itu.[] 198 Fuad Abdurahman Kebaikan untuk Orangtua S uatu hari Rasulullah Saw. berkumpul bersama para
sahabat, termasuk di dalamnya ada Buraidah ibn
Al-Hushaib Al-Aslami. Saat beliau asyik menyampaikan
tuntunan, tiba-tiba muncul seorang perempuan.
Setelah mengucapkan salam dan saling menyapa
sejenak dengan Rasulullah Saw., ia bertutur dengan
suara lirih, "Wahai Rasulullah, beberapa waktu lalu aku
memberikan seorang budak perempuan kepada ibuku,
tetapi sekarang ibuku telah meninggal."
Rasulullah Saw. bersabda, "Kau pasti mendapatkan
pahala dan budak itu kini menjadi milikmu kembali
sebagai warisan." "Wahai Rasulullah," ucap perempuan itu melanjutkan, "Ibuku punya utang puasa sebulan, bolehkah aku
berpuasa atas nama ibuku?"
"Berpuasalah atas namanya."
"Wahai Rasulullah, ibuku juga belum pernah menunaikan
ibadah haji. Bolehkah aku berhaji atas nama ibuku?"
"Berhajilah atas namanya."
Pada kesempatan yang lain seorang laki-laki datang dan
bertanya kepada Rasulullah Saw., "Ya Rasulullah, ibuku
mendadak meninggal dunia. Aku menduga seandainya
ia sempat bicara sebelum meninggal, tentu ia akan
bersedekah. Jadi, apakah ia dapatkan pahala sedekah
apabila aku bersedekah atas namanya?"
Rasulullah Saw. menjawab singkat, "Ya, dapat."
Hampir senada dengan kisah di atas, seorang laki-laki
bertanya kepada Rasulullah Saw., "Ya Rasulullah, bapakku
sudah meninggal. Ia meninggalkan harta tetapi tidak
memberi wasiat berkaitan dengan harta peninggalannya.
Dapatkah harta-harta itu menghapus dosa-dosanya jika
kusedekahkan atas namanya?"
"Ya, dapat," jawab Rasulullah Saw. singkat.
Sementara, berkaitan dengan nazar seseorang yang
telah meninggal, diriwayatkan bahwa Sa"d ibn Ubadah
pernah meminta fatwa kepada Rasulullah Saw. tentang
nazar ibunya yang telah meninggal, tetapi belum sempat
ditunaikan. Maka, Rasulullah Saw. bersabda, "Tunaikan olehmu
atas namanya!"[] 200 Fuad Abdurahman Keutamaan Bagian Kanan U mmu Sulaim adalah perempuan Anshar dari Bani
Najjar yang menikah dengan Malik ibn Nadhr. Dari
pernikahannya itu ia dikaruniai seorang putra bernama
Anas ibn Malik, yang kemudian menjadi pelayan
Rasulullah Saw. dan kelak menjadi salah seorang sahabat
yang banyak meriwayatkan hadis beliau. Namun, suatu
hari, karena bertengkar dengan istrinya, Malik pergi
merantau ke Syiria dan akhirnya meninggal dunia di
sana. Setelah itu, perempuan yang terkenal cerdas dan
memiliki dua bola mata yang sangat indah itu menikah
dengan Abu Thalhah, seorang Anshar yang terkenal
dermawan. Hari ini, perempuan yang terkenal tabah dan berhati
mulia itu merasa sangat senang karena kedatangan tamutamu istimewa tanpa diduga. Mereka adalah Rasulullah
Saw. disertai beberapa sahabat, termasuk Abu Bakar,
Umar, dan seorang Arab Badui. Tentu saja, Ummu Sulaim
dan keluarga senang bukan kepalang. Ia menyilakan
tamu-tamu istimewa itu masuk ke dalam rumah. Ketika
Rasulullah Saw. duduk, orang Arab Badui itu duduk di
sebelah kanan beliau, sedangkan Abu Bakar dan Umar
duduk di sebelah kiri beliau.
Kemudian, Ummu Sulaim segera menghidangkan
kepada Rasulullah Saw. dan para sahabat susu
kambing yang diperah oleh Anas ibn Malik. Beliau
pun dengan suka cita menerima hidangan itu dan
meminumnya. Setelah menikmati hidangan, Rasulullah
Saw. menyerahkan wadah berisi susu itu kepada orang
Arab Badui yang berada di sisi kanan beliau. Rupanya
Umar ibn Khaththab kurang suka dan berujar, "Wahai
Rasulullah, serahkanlah wadah itu kepada Abu Bakar
lebih dulu ...." Namun, Rasulullah Saw. tetap menyerahkan wadah
susu itu kepada orang Arab Badui, bukan kepada Abu
Bakar. Sesudah orang Arab Badui itu menerima wadah
itu, beliau berkata kepada semua, "Dahulukanlah orang
yang di sebelah kanan! Dahulukanlah orang yang di
sebelah kanan! Dahulukanlah orang yang di sebelah
kanan!" Tidak hanya itu, dalam berbagai aktivitas sehari-hari
Rasulullah Saw. menyuruh kita untuk mendahulukan
yang kanan atau memulai sesuatu dengan tangan kanan,
termasuk makan, minum dan sebagainya, kecuali ketika
202 Fuad Abdurahman memasuki kamar mandi atau WC. Maksudnya, agar
kita tidak meniru setan yang selalu melakukan sesuatu
dengan tangan kirinya. Suatu ketika Rasulullah Saw. siap menyantap
hidangan bersama anak tirinya, Umar ibn Abi Salamah.
Anak itu kelihatan tak sabar untuk segera menikmati
hidangan itu. Rasulullah berkata kepadanya, "Duduklah,
wahai Anakku. Sebutlah nama Allah, makanlah dengan
tangan kananmu, dan makanlah yang dekat denganmu."
Setelah dewasa, Umar ibn Salamah berkata, "Demi
Allah, sejak saat itu, aku senantiasa makan dengan cara
seperti itu."[] Keutamaan Bagian Kanan 203 Memberi Kelonggaran kepada Tawanan R asulullah Saw. pernah mengirim pasukan berkuda
ke wilayah Najd, lalu mereka menangkap seorang
laki-laki Bani Hanifah yang bernama Tsumamah ibn
Utsal, pemuka orang Yamamah. Mereka membawanya
ke Madinah kemudian mengikatkannya pada salah satu
tiang masjid. Beberapa saat kemudian Rasulullah Saw.
menemuinya dan bertanya, "Apa yang kaumiliki, hai
Tsumamah?" Ia menjawab, "Hai Muhammad, aku memiliki
kebaikan. Jika kau membunuhku, berarti kau membunuh
orang yang terhormat. Jika kau membebaskanku, berarti
kau membebaskan orang yang akan membalas budi.
Jika kau menghendaki harta sebagai tebusan, mintalah
sesukamu, pasti engkau akan diberi."
Rasulullah Saw. tidak meresponsnya dan beranjak
pergi meninggalkan Tsumamah. Keesokan harinya
Rasulullah Saw. kembali menemuinya dan bertanya, "Apa
yang kaumiliki, hai Tsumamah?"
"Aku memiliki apa yang telah kukatakan kepadamu.
Jika kau membebaskanku, berarti kau membebaskan
orang yang akan membalas budi. Jika kau membunuhku,
berarti kau membunuh orang yang terhormat. Jika
kau menginginkan harta sebagai tebusan, mintalah
sekehendakmu, pasti engkau akan diberi."
Seperti hari sebelumnya, Rasulullah Saw. tidak
menjawab dan beranjak pergi meninggalkan Tsumamah.
Esoknya, Rasulullah Saw. bertanya lagi, "Apa yang
kaumiliki, hai Tsumamah?"
"Aku memiliki apa yang telah kukatakan kepadamu.
Jika kau membebaskanku, berarti kau membebaskan
orang yang akan membalas budi. Jika kau membunuhku,
berarti kau membunuh orang yang terhormat. Jika
kau menginginkan harta sebagai tebusan, mintalah
sekehendakmu, pasti engkau akan diberi."
Maka, Rasulullah Saw. berkata, "Bebaskanlah
Tsumamah!" Setelah dibebaskan, Tsumamah pergi ke pohon
kurma dekat masjid, lalu mandi, kemudian memasuki
masjid, menghadap Rasulullah, dan berkata, "Aku bersaksi
bahwa tiada tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa
Muhammad adalah hamba Allah dan Rasul-Nya. Hai
Muhammad, demi Allah, semula di atas bumi ini tidak
ada wajah yang lebih kubenci daripada wajahmu, tetapi
sekarang wajahmulah yang paling aku cintai. Demi Allah,
di atas bumi ini tadinya tidak ada agama yang paling
Memberi Kelonggaran kepada Tawanan
205 kubenci daripada agamamu, tetapi sekarang agamamulah
yang paling kusukai. Demi Allah, semula tidak ada
negeri yang lebih kubenci daripada negerimu, tetapi
sekarang negerimulah yang paling kucintai. Ketahuilah,
wahai Muhammad, pasukan berkudamu menangkapku
ketika aku hendak menunaikan umrah. Bagaimanakah
pendapatmu?" Maka, Rasulullah Saw. menghiburnya dan
menyuruhnya kembali menunaikan umrah.
Setelah tiba di Makkah, seseorang bertanya, "Apakah
kau pindah agama?" Tsumamah menjawab, "Tidak, tetapi aku masuk
Islam menyertai Rasulullah. Demi Allah, Yamamah tidak
akan mengirim sebutir gandum pun kepada kalian kecuali
setelah diizinkan Rasulullah."[]
206 Fuad Abdurahman Berkah Uang Delapan Dirham S uatu hari Rasulullah Saw. hendak belanja. Dengan
bekal uang delapan dirham, beliau ingin membeli
pakaian dan peralatan rumah tangga. Belum juga sampai
di pasar, beliau melihat seorang wanita sedang menangis.
"Mengapa kau menangis" Apakah kau sedang
ditimpa musibah?" tanya Rasulullah Saw.
115 Kisah Menakjubkan Dalam Kehidupan Rasulullah Saw Karya Fuad Abdurahman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Wanita itu mengatakan bahwa ia adalah seorang
budak. Ia menangis karena kehilangan uang dua dirham
dan takut akan dipukuli majikannya. Maka, Rasulullah
Saw. mengeluarkan dua dirham dan diberikan kepada
budak wanita itu. Kini, uang beliau tinggal enam dirham
lagi. Rasulullah Saw. bergegas membeli gamis, pakaian
kesukaannya. Namun, saat mau beranjak pulang, seorang
laki-laki tua berteriak, "Barangsiapa memberiku pakaian,
Allah akan mendandaninya kelak." Rasulullah Saw.
memperhatikan orang itu. Ternyata benar, pakaiannya
compang-camping, tak pantas lagi dipakai. Maka, beliau
memberikan gamis yang baru dibelinya itu dengan suka
rela kepadanya. Rasulullah Saw. pun meneruskan langkahnya hendak
pulang. Namun, lagi-lagi beliau harus bersabar. Kali ini,
budak wanita tadi mendatanginya dan mengeluh bahwa
ia takut pulang. Ia khawatir akan dihukum majikannya
karena terlambat pulang. Memang, di masa itu, seorang
budak, apalagi wanita, tak ubahnya binatang. Hukuman
fisik sudah lazim diterima. Dan Rasulullah Saw. diutus
salah satunya untuk membela kaum tertindas. Akhirnya,
beliau dengan senang hati mengantarkan budak wanita
itu ke rumah majikannya. Sampai di rumah orang itu, Rasulullah Saw.
mengucapkan salam, tetapi tidak ada yang menjawab.
Beliau kembali mengucapkan salam. Baru pada kali
ketiga, penghuni rumah menjawabnya. Tampaknya,
semua penghuni rumah adalah perempuan.
"Kenapa salam pertama dan keduaku tidak kalian
jawab?" tanya Rasulullah.
"Kami sengaja diam karena ingin didoakan olehmu,
wahai Rasulullah, dengan tiga kali salam."
Kemudian beliau menyerahkan budak wanita itu
kepada pemiliknya dan menjelaskan persoalannya
seraya berpesan, "Jika budak wanita ini salah dan perlu
dihukum, biarlah aku yang menerima hukumannya."
208 Fuad Abdurahman Mendengar penuturan Rasulullah Saw. yang begitu
tulus dan ikhlas, penghuni rumah terkesima dan terharu.
Ia berkata, "Budak ini sekarang bebas karena Allah."
Tentu saja Rasulullah Saw. sangat senang
mendengarnya. Beliau bersyukur sambil berkata,
"Tidak ada delapan dirham yang begitu besar
berkahnya daripada delapan dirham ini. Dengannya
Allah telah memberi rasa aman kepada orang yang
ketakutan, memberi pakaian orang yang telanjang, dan
membebaskan seorang budak."[]
Berkah Uang Delapan Dirham
209 Adab Memelihara Masjid P ara sahabat sangat memahami adab di masjid,
selalu mempelajarinya, dan kukuh menjalankannya.
Mereka sangat tekun dan berlomba-lomba memelihara
kebersihan masjid. Itu mereka lakukan setelah suatu
hari melihat Rasulullah Saw. membersihkan dahak
di masjid dengan ujung ranting, lalu beliau meminta
minyak wangi kepada yang hadir. Lalu seorang pemuda
memberikan parfum jenis "khaluq", dan beliau langsung
memercikkannya ke bekas dahak tadi.
Setelah kejadian itu, beliau berbicara di depan
hadirin mengajarkan bagaimana mengatasi masalah
mulut. "Siapa di antara kalian yang ingin dibelakangi Allah?"
tanya Rasulullah Saw. Para sahabat diam, terkejut mendengar pertanyaan
beliau. Namun, setelah beliau mengulangi pertanyaannya,
mereka menjawab, "Tidak ada, wahai Rasulullah!"
"Ingatlah," lanjut beliau, "ketika kalian berdiri shalat,
Allah Swt. ada di hadapan kalian. Maka, jangan meludah
ke depan dan ke kanan. Jika mendesak ingin meludah,
usaplah dengan pakaianmu, seperti ini "." Rasulullah
Saw. lalu melipat pakaian satu di atas yang lain.
Kemudian beliau juga memerintahkan agar masjid
diberi harum-haruman dan dupa bakar, "Harumkanlah
masjid kalian dengan asap dupa!"
Kemudian beliau berpesan agar masjid dibersihkan
dari kotoran seraya bersabda, "Dipampangkan kepadaku
seluruh pahala umatku, sampai pahala orang yang
membuang kotoran dari masjid."
Dikisahkan bahwa suatu ketika seorang wanita berkulit
hitam tinggal di salah satu pojok masjid. Ia mendirikan
sebuah kemah kecil di sana. Ia adalah seorang budak
milik seorang penduduk Makkah. Suatu hari, sang
majikan kehilangan barang, dan mereka menuduh budak
itu sebagai pencurinya. Ia diperiksa dan ditelanjangi lalu
dihina sejadi-jadinya. Setelah diketahui bahwa ia bukan
pelakunya, budak wanita ini mereka tinggalkan sehingga
akhirnya ia pergi ke Madinah.
Wanita ini sangat rajin menyapu dan membersihkan
masjid. Rasulullah Saw. menyukai pekerjaan wanita itu
hingga ketika suatu hari beliau tidak melihatnya, beliau
Adab Memelihara Masjid 211 bertanya kepada para sahabat. "Ia sudah meninggal,
wahai Rasulullah," jawab para sahabat.
Rasulullah Saw. menegur keras mereka karena
dianggap memandang remeh masalah ini. "Apakah
(dengan tidak peduli terhadap wanita itu) kalian
merasa tidak menyakitiku" Tunjukkan kepadaku, mana
kuburannya"!" tanya beliau keras.
Para sahabat mengantarkan Rasulullah Saw. ke
kuburan wanita itu, kemudian beliau mendirikan shalat
di dekat kuburan wanita itu dan berdoa untuknya.[]
212 Fuad Abdurahman Bagian 5 Kisah-Kisah tentang Amar Ma"ruf Nahyi Munkar Keutamaan Sedekah S uatu hari kabilah Mudhar datang menemui Rasulullah
Saw. Mereka datang membawa pedang, tetapi
berpakaian compang-camping terbuat dari kain kasar.
Tubuh mereka nyaris tidak tertutup kecuali bagian aurat.
Rasulullah Saw. sedih melihat keadaan mereka.
Wajah beliau berubah dan marah karena masyarakat
melupakan mereka yang fakir. Namun, akhirnya beliau
tahu bahwa mereka fakir bukan karena tidak punya
apa-apa, melainkan karena mereka tidak mau memberi
dan tidak mau meminta-minta kepada manusia. Mereka
merasa cukup dengan keadaan mereka. Kalaulah bukan
karena kumal dan rasa lapar yang tergambar pada wajah
mereka, tentu tidak ada seorang pun yang mengetahui
keadaan mereka. Rasulullah Saw. memerintahkan Bilal untuk
mengumandangkan azan zhuhur. Usai shalat, beliau
berkhutbah membaca Surah Al-Nis?" ayat pertama dan
Surah Al-Hasyr ayat 18. Kemudian beliau menyuruh para
sahabat untuk bersedekah dengan harta, baju, gandum,
atau kurma. Beliau berkata, "Bersedekahlah, meskipun
dengan sebiji kurma!"
Para sahabat menjawab seruan Rasulullah Saw.
Mereka langsung pulang ke rumah dan kembali lagi
membawa sedekah masing-masing. Ada yang membawa
makanan, ada juga yang membawa pakaian. Wajah
Rasulullah Saw. kembali bersinar karena senang lalu
bersabda: "Siapa yang menghidupkan suatu Sunnah yang baik
dalam Islam, baginya pahala dan pahala orang yang
mengerjakannya setelah ia, tanpa dikurangi sedikit pun.
Dan barangsiapa menghidupkan Sunnah yang jelek,
baginya dosa dan dosa orang yang mengerjakannya
setelah ia, tanpa dikurangi sedikit pun."
Dalam riwayat Ahmad dan Thabrani diceritakan bahwa
Rasulullah Saw. kedatangan 400 orang yang meminta
makanan, sedangkan para sahabat yang ada di sana
saat itu hanya berjumlah 40 orang. Saat mereka datang,
Rasulullah Saw. berkata kepada para sahabat, "Berdirilah
dan berilah mereka makanan!"
Para sahabat menjawab, "Wahai Rasulullah, kami
tidak punya makanan kecuali untuk bayi dan anak-anak."
Namun, beliau tetap berkata, "Berdirilah dan berilah
mereka makanan!" Keutamaan Sedekah 215 Umar ibn Khaththab, yang juga hadir saat itu
berkata, "Wahai Rasulullah, kami mendengar dan kami
taat." Lalu, Umar dan para sahabat lainnya pergi ke
tempat penyimpanan makanan. Umar mengambil
kunci dan membuka pintunya. Ternyata, di dalamnya
ada tumpukan kurma. Para sahabat berkata kepada
para tamu, "Ambillah sesuka kalian!" Akhirnya, masingmasing lelaki mengambil sesuai dengan kebutuhannya.
Ternyata, kurma itu tidak berkurang sedikit pun, meski
telah diambil oleh 400 orang.[]
216 Fuad Abdurahman Janganlah Menipu! S uatu hari Rasulullah Saw. melewati sebuah pasar
bersama beberapa sahabat. Beliau ingin memastikan,
tidak ada kecurangan dalam transaksi di pasar. Tibatiba, pandangan beliau tertuju pada tumpukan gandum
milik salah seorang pedagang. Beliau mendekatinya dan
memasukkan tangannya ke dalam tumpukan gandum itu.
Ternyata, jari-jari beliau menyentuh bagian gandum yang
basah dan hampir busuk di bagian bawah. Si penjual
meletakkan gandum yang bagus di atas gandum yang
sudah jelek sehingga tak seorang pun yang melihatnya.
Dengan begitu, ia telah menipu manusia.
"Apa ini, hai Pemilik Gandum?" tanya Rasulullah
Saw. "Ini bagian yang terkena hujan, wahai Rasulullah,"
jawab si pemilik gandum. "Mengapa tidak kausimpan di bagian atas agar bisa
dilihat para pembeli. Apakah kau sengaja menempatkan
gandum yang basah ini di bawah gandum yang bagus
agar tidak ada orang yang melihatnya?"
Pedagang itu diam saja. Rasulullah kembali berujar,
"Barangsiapa menipu kami maka ia tidak termasuk
golongan kami." Dalam riwayat lain dikatakan, "Barangsiapa membunuh saudaranya sesama Muslim maka ia bukan
termasuk golongan kami. Dan barangsiapa menipu kami,
ia bukan golongan kami."
Suatu hari seorang laki-laki menemui Rasulullah Saw. dan
menuturkan bahwa ia tertipu dalam sebuah transaksi.
Setelah mendengar pengaduannya, beliau bersabda,
"Saat bertransaksi dengan siapa pun, katakan: "Jangan
menipu!?" Sejak saat itu, ia selalu mengatakan "jangan
menipu!" setiap kali hendak bertransaksi.[]
218 Fuad Abdurahman Tentang Barang Temuan S uatu hari seorang sahabat bernama Ayyub ibn
Ka"b menemukan sebuah bungkusan di jalan, yang
setelah dibuka ternyata berisi uang sebanyak 100 dinar.
Maka, Ayyub bergegas menghadap Rasulullah Saw. dan
menceritakan pengalamannya.
Setelah mendengar penuturannya, beliau bersabda,
"Umumkan kepada orang-orang!"
Ayyub segera menjalankan perintah Rasulullah Saw.
Ia berkeliling Madinah sambil berteriak, "Siapa yang
merasa kehilangan kantong berisi uang 100 dinar ini,
ambillah sekarang juga!" teriaknya sambil mengacungacungkan kantong tersebut. Namun, tak seorang pun
yang datang dan mengakui benda itu.
Maka, Ayyub kembali menghadap Rasulullah Saw.
dan beliau sekali lagi menyuruhnya untuk mengumumkan
kepada orang-orang. Untuk kali keduanya Ayyub berkeliling Kota Madinah
dan mengumumkan temuannya. Tetap saja tidak ada
seorang pun yang datang dan mengklaim kantong itu.
Sekali lagi Ayyub melapor kepada Rasulullah Saw. dan
beliau bersabda, "Jagalah keutuhan dan jumlah barang
itu. Apabila pemiliknya datang, berikan kepadanya. Tetapi
jika tidak, kau boleh memanfaatkannya untukmu."
Zaid ibn Khalid Al-Juhani r.a. menuturkan bahwa
Rasulullah Saw. pernah ditanya tentang luqathah (barang
temuan) berupa emas atau perak. Beliau menjawab,
"Kenalilah ikatan dan kantongnya (ciri-cirinya), lalu
umumkan selama setahun. Jika tidak ada pemilik yang
datang mengambilnya, pergunakanlah, tetapi statusnya
sebagai barang titipan. Jika sewaktu-waktu pemiliknya
datang mencarinya, berikanlah kepadanya."
Lalu seseorang bertanya tentang penemuan unta.
Beliau berkata, "Mengapa kau peduli dengan unta itu"
Biarkan saja, karena unta itu punya kaki dan kantong air.
Ia bisa mendatangi air dan makan pepohonan hingga si
pemilik menemukannya."
Lalu, seorang bertanya kepada Rasulullah Saw.
115 Kisah Menakjubkan Dalam Kehidupan Rasulullah Saw Karya Fuad Abdurahman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tentang penemuan kambing. Beliau menjawab, "Kambing
itu untukmu (jika tidak diketahui siapa pemiliknya
setelah diumumkan setahun) atau untuk saudaramu yang
kekurangan, atau untuk serigala (jika tidak kauambil)."
220 Fuad Abdurahman Di lain kesempatan, Rasulullah Saw. bersabda, "Siapa
saja yang menyembunyikan barang temuan milik orang
lain maka ia sesat selama ia tidak mengumumkannya."[]
Tentang Barang Temuan 221 Jangan Sakiti yang Mati! B eberapa waktu setelah Futuh Makkah, Rasulullah
Saw. berangkat menuju Thaif ditemani Abu Bakar
beserta putra-putri Said ibn Al-"Ash. Ketika mereka
melewati kuburan Said ibn Al-"Ash, Abu Bakar bertanya,
"Kuburan siapakah ini?"
"Kuburan Said ibn Al-"Ash," jawab yang lain.
"Semoga Allah melaknat penghuni kubur ini,"
hardiknya, "sungguh ia telah memerangi Allah dan
utusan-Nya." Mendengar ucapannya, Amr ibn Said naik pitam
dan berkata kepada Rasulullah, "Wahai Rasulullah, ini
adalah kuburan orang yang lebih banyak bersedekah
dan memiliki kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan
Abu Quhafah." Abu Bakar menukas, "Apakah kau rela ia berkata
seperti itu kepadaku, wahai Rasulullah?"
"Bertuturlah yang sopan kepada Abu Bakar, hai
Amr." Karena merasa jengkel, Amr ibn Said memisahkan
diri dari rombongan Rasulullah Saw. sehingga beliau
memperingatkan Abu Bakar dengan berkata, "Wahai Abu
Bakar, jika kau hendak menyebut orang kafir, sebutlah
secara umum. Karena jika kau menyebut orang tertentu,
itu akan menyakiti perasaan keturunannya."
Sejak peristiwa itu, kaum Muslim tidak pernah
menyebut lagi kejelekan orang kafir yang telah mati
secara perorangan. Rasulullah Saw. juga melarang kaum Muslim mencaci
orang musyrik yang terbunuh dalam Perang Badar. Beliau
berkata, "Jangan menghina mereka, karena mereka tidak
akan pernah menyukai apa yang kalian katakan. Kalian
pun hanya akan menyakiti keluarganya yang masih hidup.
Sesungguhnya hinaan adalah perkataan yang keji."
Sejak kembali dari Perang Uhud, para sahabat terus
mendesak Rasulullah Saw. agar mengutuk kaum kafir
Quraisy. Namun, dengan bijak beliau mengatakan,
"Sesungguhnya aku diutus dengan penuh rahmat, bukan
untuk melaknat." Padahal, jika mau, beliau bisa saja memohon kepada
Allah untuk membinasakan kafir Quraisy yang sangat
memusuhinya.[] Jangan Sakiti yang Mati! 223 Bekerjalah! S uatu hari seorang sahabat datang menghadap
Rasulullah Saw. untuk meminta sedekah. Beliau
bertanya, "Adakah sesuatu di rumahmu?"
"Ada," jawabnya, "Kain yang sesekali dipakai dan
sesekali dijadikan alas, dan sebuah cangkir untuk
minum." "Bawalah kepadaku!" pinta Rasulullah Saw.
Orang itu kemudian pulang ke rumahnya dan
tak lama kemudian ia datang lagi membawa barangbarangnya.
"Siapa yang mau membeli barang-barangnya ini?"
tanya Rasulullah Saw. kepada para sahabat lain.
"Aku akan membelinya seharga satu dirham," jawab
seorang sahabat. "Adakah yang mau membeli dengan harga yang lebih
tinggi?" pancing Rasulullah Saw.
"Aku akan membayarnya seharga dua dirham," kata
yang lain. Rasulullah Saw. memberikan kain serta cangkir itu
kepada sahabat yang mengajukan penawaran tertinggi,
mengambil uang darinya, kemudian memberikannya
kepada orang pertama seraya berkata, "Ini uangmu.
Satu dirham untuk membeli makanan untukmu dan
keluargamu. Sisanya untuk membeli kapak. Carilah kayu
bakar, kemudian juallah. Aku tidak ingin melihatmu lagi
selama lima belas hari."
Orang itu menjalankan nasihat Rasulullah Saw.
Lima belas hari kemudian, ia datang lagi dan telah
memiliki sepuluh dirham. Lima dirham ia belanjakan
untuk membeli pakaian dan selebihnya untuk makanan
bagi keluarganya. "Ini lebih baik bagimu daripada kelak di Hari Kiamat
kau bangkit dengan noda di wajahmu. Sesungguhnya
noda itu hanya menempel pada wajah orang fakir yang
hina. Mereka termasuk golongan orang yang sangat
merugi," kata Rasulullah Saw.
Lebih lanjut beliau bersabda, "Sungguh, jika salah
seorang di antara kalian mencari kayu bakar dan memikul
ikatan kayu itu maka itu lebih baik daripada memintaminta kepada orang lain, baik orang itu memberinya
atau tidak."[] Bekerjalah! 225 Cinta karena Allah K etika seseorang mencintai orang lain, hendaklah ia
menyampaikannya kepada orang yang dicintainya.
Dan hendaklah keduanya membangun hubungan cinta
semata-mata karena Allah Swt. Tentang hal ini Rasulullah
Saw. bersabda, "Jika seseorang mencintai saudaranya,
hendaklah ia ungkapkan cintanya itu."
Saat itu, ada seorang laki-laki yang duduk di sisi
Rasulullah Saw. Lalu, seorang sahabat lewat dan orang
yang duduk berujar, "Wahai Rasulullah, aku mencintai ia."
Rasulullah Saw. bertanya, "Apakah sudah kaukatakan
kepadanya cintamu itu?"
"Belum." "Sampaikanlah."
Orang itu bangkit dan mendekati orang kedua lalu
berkata, "Sesungguhnya aku mencintaimu karena Allah."
Ia menjawab, "Semoga Allah mencintaimu sebagaimana kau mencintaiku demi ridha-Nya."
Senada dengan kisah di atas, suatu hari Rasulullah Saw.
bersabda, "Seseorang pergi untuk menemui saudaranya
di desa lain. Kemudian, Allah Swt. mengutus malaikat
dalam rupa manusia untuk menghadangnya. Ketika
bertemu orang itu, malaikat bertanya, "Mau ke mana
kau?" Ia menjawab, "Aku akan mengunjungi saudaraku
yang tinggal di desa itu."
"Apakah kau mengunjunginya karena suatu
kebutuhan darinya?" "Tidak, aku mengunjunginya sebab aku mencintainya
karena Allah." Malaikat lalu berkata, "Sesungguhnya, aku adalah
utusan Allah untuk menjumpaimu dan sesungguhnya
Allah mencintaimu sebagaimana kau mencintai
saudaramu karena Allah."[]
Cinta karena Allah 227 Adab Bertetangga R asulullah Saw. memerintahkan umatnya agar
senantiasa menghormati dan memuliakan tetangga.
Beliau berpesan, "Barangsiapa beriman kepada Allah
dan Hari Akhir, hendaklah ia memuliakan tetangganya"
(HR Muslim). Dalam redaksi lain, ?" janganlah menyakiti
tetangganya" (HR Bukhari-Muslim). Pada kesempatan
yang lain beliau bersabda, "Jibril mewasiatkan kepadaku
(agar menghormati) tetangga sampai-sampai aku mengira
bahwa tetangga akan mendapat warisan" (HR BukhariMuslim).
Suatu hari seorang laki-laki mendatangi Rasulullah Saw.
mengadukan tetangganya yang sering mengganggunya.
Rasulullah Saw. berkata, "Pergilah dan bersabarlah!" Lakilaki itu pun beranjak pergi. Namun, keesokan harinya ia
datang lagi menemui Rasulullah Saw. mengadukan hal
yang sama. Kali ini Rasulullah Saw. berkata, "Keluarkan
barang-barangmu, lalu letakkan di jalan!"
Laki-laki itu pulang ke rumahnya dan melakukan
apa yang diperintahkan Rasulullah Saw. Ia mengeluarkan
semua barang di rumahnya dan meletakkannya di tengah
jalan. Tentu saja banyak orang yang berkumpul ingin
mengetahui apa yang terjadi.
Mereka bertanya, "Apa yang terjadi pada dirimu?"
Ia menjawab, "Aku memiliki seorang tetangga yang
selalu menggangguku."
Maka, orang-orang melaknati si tetangga usil itu:
"Ya Allah, laknatilah ia!"
Ketika si tetangga itu mengetahui apa yang terjadi,
ia segera menemui laki-laki yang kerap ia sakiti dan
berkata, "Pulanglah ke rumahmu! Demi Allah, aku tidak
akan mengganggumu lagi!"
Nasihat Rasulullah Saw. itu benar-benar efektif,
sehingga membuat si tetangga yang usil menyadari
kesalahannya dan meminta maaf.[]
Adab Bertetangga 229 Allah Itu Indah, Menyukai Keindahan "W ahai Rasulullah, aku ingin memiliki rumah
yang bagus dan memakai pakaian yang
indah. Apakah itu termasuk kesombongan?" tanya
seorang sahabat. "Tidak," jawab Rasulullah, "sesungguhnya Allah itu
indah dan menyukai keindahan. Takabur (kesombongan)
adalah menolak kebenaran dan menganggap rendah
orang lain." Suatu hari Rasulullah Saw. melihat Auf ibn Malik
mengenakan baju yang lusuh dan kumal. Beliau bertanya,
"Apakah kau memiliki harta?"
"Segala puji bagi Allah yang telah memberiku banyak
harta, berupa unta dan kambing," jawab Auf.
"Gantilah bajumu!" pinta Rasulullah, "Allah itu indah
dan menyukai keindahan, dermawan dan menyukai
kedermawanan, bersih dan menyukai kebersihan."
Aisyah r.a. pernah bercerita bahwa pada hari Jumat
kaum Muslimin pergi ke masjid untuk menunaikan
shalat Jumat. Sebagian mereka harus menempuh jarak
yang cukup jauh sehingga tubuh mereka mengucurkan
keringat dan terkena debu. Akibatya, tubuh mereka
mengeluarkan bau tak sedap. Ketika salah seorang di
antara mereka menemui Rasulullah, beliau berujar,
"Sebaiknya, bersihkan badanmu hari ini."
Khusus untuk hari Jumat, Rasulullah Saw. berpesan
kepada para sahabat, "Mandilah pada hari Jumat dan
berkeramaslah walaupun kalian tidak junub. Lalu,
pakailah wangi-wangian" (HR Bukhari).[]
Allah Itu Indah, Menyukai Keindahan
231 Rasulullah Menyukai Wewangian dan Gosok Gigi R asulullah Saw. yang mulia menyukai wangi-wangian
dan menjaga diri dari bau tak sedap. Beliau punya
sikkah yang digunakan sebagai parfum. Beliau juga suka
menerima hadiah berupa parfum. Beliau tidak pernah
menolak jika seseorang menghadiahkan parfum.
Rasulullah Saw. memakai wangi-wangian ketika
berihram dan membolehkannya hingga sebelum tawaf
di Al-Bait. Tentang hal ini, Aisyah r.a. bertutur, "Aku
mengusap Rasulullah dengan parfum terbaik yang
kudapatkan. Aku melihat beliau lebih tampan dari
sebelumnya. Minyak menjadikan rambut dan janggutnya
mengilat, dan saat itu beliau sedang berihram."
Rasulullah Saw. memiliki serban tebal yang diolesi
za"faran. Hanya beliau satu-satunya yang memakai
serban jenis itu di antara sekian banyak jamaah yang
mendirikan shalat bersamanya. Jadi, Rasulullah Saw.
sangat memperhatikan penampilan dan kebersihan
dirinya. "Aku tidak pernah mencium wangi yang lebih harum
daripada wewangian yang dipakai Nabi," komentar Anas
ibn Malik r.a. Rasulullah Saw. juga suka menyisir rambut dan
janggutnya serta meminyaki rambutnya. Pada waktuwaktu tertentu beliau menggunakan hinnah (pewarna
rambut) pada kepala beliau. Adapun baju yang beliau
miliki kebanyakan berwarna putih, karena beliau sangat
menyukai warna putih. Ketika bangun malam, Rasulullah Saw. serta-merta
membersihkan mulutnya dengan siwak. Beliau selalu
menjaga kebersihan gigi dan mulutnya dengan bersiwak.
Karena itulah suatu ketika beliau bersabda, "Seandainya
tidak memberatkan umatku, niscaya kuperintahkan
mereka untuk bersiwak setiap kali hendak shalat." Sudah
sepatutnya kita mengikuti jejaknya ini.[]
Rasulullah Menyukai Wewangian dan Gosok Gigi
233 Jangan Dekati Dukun! K
115 Kisah Menakjubkan Dalam Kehidupan Rasulullah Saw Karya Fuad Abdurahman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
etika Rasulullah Saw. memimpin shalat jamaah
di masjid, tiba-tiba seorang makmum bersin
dan Muawiyah ibn Al-Hakam yang berada persis di
sebelahnya menjawab, "Yarhamukall?h (Semoga Allah
merahmatimu)." Tentu saja orang-orang yang sedang shalat berpaling
kepadanya dengan pandangan menyalahkannya.
Muawiyah berkata, "Kenapa kalian melihatku seperti
itu?" Orang-orang memukulkan tangan mereka ke paha
sebagai isyarat agar Muawiyah tak bicara. Maka, ia pun
diam hingga shalat usai. Setelah shalat, Rasulullah Saw. menghadap kepada
jamaah dan berkata, "Ketika shalat, jangan sampai keluar
satu ucapan pun. Dalam shalat hanya ada tasbih, takbir,
dan bacaan Al-Quran."
Muawiyah yang merasa bersalah berkata, "Wahai
Rasulullah, aku baru saja lepas dari keadaan jahiliah
dan memasuki Islam. Dan sesungguhnya, banyak di
antara kami yang biasa mendatangi dukun yang mengaku
memiliki ilmu gaib."
"Jangan datangi mereka!"
"Di antara kami juga ada orang suka ber-tathayyur
(menganggap sial dengan sesuatu, seperti dengan suara
burung, dll.)," tambah Muawiyah.
"Itu adalah sesuatu yang dibuat-buat dalam dada
mereka. Jangan sampai semua itu menghalangi dari
tujuan mereka, karena semua itu tidak berpengaruh,
tidak mendatangkan manfaat maupun mudarat."
Suatu hari orang Yahudi mendatangi Rasulullah Saw.
yang sedang bersama istrinya, Aisyah. Mereka berkata,
"Assamu "alaikum! (Kebinasaan bagimu)."
Rasulullah Saw. menjawab, "Wa "alaikum (Dan
atasmu juga)!" Aisyah r.a. juga menjawab, "Assamu
"alaikum wa la"anakumullah wa ghadiba "alaikum
(Kebinasaan bagi kalian, laknat, dan murka Allah atas
kalian)." "Tahan ucapanmu, hai Aisyah. Kau seharusnya
berlemah lembut. Berhati-hatilah dari sikap keras dan
keji!" tegur Rasulullah Saw.
"Apakah engkau tidak mendengar apa yang mereka
ucapkan?" Jangan Dekati Dukun! 235 "Apakah kau juga tidak mendengar apa yang
kuucapkan" Aku telah membalas mereka. Ucapanku
dikabulkan, sedangkan ucapan mereka tidak akan."
Dalam riwayat lain disebutkan, "Janganlah kau
(Aisyah) menjadi orang yang berbuat keji, karena
sesungguhnya Allah tidak menyukai perkataan yang keji
dan kotor."[] 236 Fuad Abdurahman Tobat yang Diterima M a"iz adalah sahabat Rasulullah Saw. yang masih
muda dan menikah di Madinah. Suatu hari, setan
menggodanya sehingga ia jatuh hati pada tetangganya,
istri seorang Anshar. Mereka kerap berdua-duaan tanpa
seorang pun mengetahuinya. Lalu, hadirlah setan di
antara mereka. Setan terus membujuk mereka hingga
terjadilah perbuatan haram. Setan berhasil menggoda
mereka dan setelah itu ia pergi meninggalkan mereka.
Ma"iz menangis saat menyadari keburukannya. Ia
membayangkan dosa yang telah dilakukannya. Ia sangat
takut terhadap azab Allah. Hidupnya menjadi sangat
sempit dan sulit. Rasa berdosa terus membakar hatinya.
Namun, ia tidak berputus asa. Ia segera mendatangi sang
pengobat hati, berdiri di hadapan beliau, dan berkata
lirih, "Wahai Rasulullah, orang hina ini telah melakukan
zina, sucikanlah aku!"
Di luar dugaan, Rasulullah Saw. pergi menghindar
sehingga Ma"iz mengejar beliau dan berkata, "Wahai
Rasulullah, aku telah berzina. Sucikanlah aku!"
Rasulullah Saw. berkata, "Hus, pulanglah kamu, mohon
ampun kepada Allah, dan bertobatlah kepada-Nya!"
Ma"iz pun pulang. Namun, belum jauh melangkah, ia
kembali mendatangi Rasulullah Saw. dan berkata, "Wahai
Rasulullah, sucikanlah aku!"
"Hus, pulanglah, mohonlah ampunan kepada Allah,
dan bertobatlah kepada-Nya!"
Belum jauh melangkah, ia kembali lagi dan
mengatakan perkataan yang sama.
Maka, Rasulullah Saw. berseru, "Sudahlah! Apakah
kau tahu apa itu zina?"
Kemudian, beliau menyuruhnya keluar sehingga ia
pun keluar. Ia kembali datang menemui Rasulullah Saw.
lebih dari empat kali, sampai-sampai beliau bertanya
kepada para sahabat, "Apakah ia sakit jiwa?"
Mereka menjawab, "Wahai Rasulullah, setahu kami,
ia baik-baik saja." "Apakah ia minum arak?" tanya Rasulullah Saw.
lagi. Seorang lelaki berdiri dan mengendus mulut Ma"iz.
Ternyata, tidak tercium bau arak.
Rasulullah Saw. bertanya, "Tahukah kamu, apa zina itu?"
Ma"iz menjawab, "Ya. Aku mendatangi perempuan
yang haram untukku seperti aku mendatangi istriku
sendiri." 238 Fuad Abdurahman "Lantas, apa maumu dengan terus mengatakan yang
kaukatakan?" "Aku ingin engkau menyucikan diriku."
"Baiklah," ujar Rasulullah Saw., kemudian memerintahkan para sahabat untuk merajam Ma"iz hingga ia
meninggal. Usai dishalatkan dan dikubur, Rasulullah Saw. beserta
sebagian sahabat berjalan melewati tempat perajaman.
Beliau mendengar salah seorang dari mereka berbicara
kepada temannya, "Lihatlah ini! Allah telah menutupi
kehormatan orang ini, tetapi nafsunya tidak mau hingga
ia dirajam seperti anjing."
Rasulullah Saw. terdiam, lalu berjalan lagi sampai
melewati bangkai keledai yang telah terbakar matahari,
tubuhnya menggelembung dan kedua kakinya copot.
Melihat bangkai itu, beliau bertanya, "Mana si fulan dan
si fulan?" Mereka berdua menyahut, "Kami, wahai Rasulullah."
"Turunlah, lalu makan bangkai keledai ini!" suruh
Rasulullah Saw. Keduanya berkata, "Wahai Nabiyullah, semoga Allah
mengampuni engkau. Siapa yang mau memakan bangkai
ini!" Rasulullah Saw. bersabda, "Apa yang kalian katakan
tadi lebih buruk daripada makan bangkai ini. Saudara
kalian itu telah mendapat karunia tobat yang besar,
yang kalau dibagi-bagikan ke seluruh manusia, pasti
Tobat yang Diterima 239 masih bersisa. Demi Allah, saat ini ia sudah berada di
sungai surga. Berbahagialah Ma"iz ibn Malik. Benar, ia
telah melakukan zina dan mengoyak tirai antara dirinya
dan Tuhan. Namun, ia telah mendapat karunia tobat
yang besar, yang kalau dibagi-bagikan ke seluruh umat
manusia, pasti masih bersisa."
Pada kesempatan yang lain, seorang perempuan dari
daerah Ghamid menemui Rasulullah Saw. dan berkata,
"Wahai Rasulullah, sungguh aku telah berzina. Maka,
sucikanlah diriku." Rasulullah Saw. menyuruhnya pulang.
Keesokan harinya ia datang lagi dan berkata, "Wahai
Rasulullah, mengapa Tuan menolak pengakuanku"
Mungkin engkau akan menolak pengakuanku sebagaimana engkau menolak pengakuan Ma"iz" Demi Allah,
aku hamil!" Rasulullah Saw. menjawab, "Mungkin saja kau tidak
hamil. Pergilah sampai kau melahirkan!"
Perempuan itu pun pulang. Setelah melahirkan, ia
datang lagi kepada Rasulullah Saw. seraya membawa
anaknya yang digendong dengan kain sehelai selendang.
Ia berkata, "Inilah anak yang kulahirkan."
Rasulullah Saw. menjawab, "Pergilah dan susuilah
anak itu hingga kau menyapihnya!" Perempuan itu pun
pulang membawa anaknya. 240 Fuad Abdurahman Setelah disusui hingga disapih, ia datang lagi
kepada Rasulullah Saw. dengan membawa anak itu yang
memegang potongan roti. Ia berkata, "Wahai Rasulullah,
inilah anakku. Aku telah menyapihnya dan ia sudah bisa
makan." Maka, Rasulullah Saw. menyerahkan anak itu kepada
salah seorang Muslim, lalu beliau memerintahkan
untuk menghukum perempuan itu. Maka, digalilah
lubang sedalam dada perempuan tersebut dan beliau
memerintahkan orang-orang untuk merajam sehingga
mereka pun merajamnya. Khalid ibn Walid datang membawa batu, lalu
melempar kepala perempuan itu hingga darahnya
memerciki wajah Khalid. Kemudian Khalid mencerca
wanita itu, tetapi Rasulullah Saw. yang mendengar
cercaannya berkata, "Jangan begitu, Khalid! Demi
Allah yang diriku berada dalam kuasa-Nya, sungguh
perempuan itu telah bertobat yang seandainya tobat
ini dilakukan pemungut harta yang zalim, tentu ia akan
diampuni." Kemudian, Rasulullah Saw. memerintahkan
untuk merawat jenazah perempuan itu dan beliau
menyalatinya. Setelah itu, jenazahnya dimakamkan
seperti biasa.[] Tobat yang Diterima 241 Menyisir dan Menyemir Uban J abir ibn Abdullah bercerita, "Rasulullah Saw.
mengunjungi tempat tinggal kami dan beliau melihat
seseorang dengan rambut yang acak-acakan. Beliau
bertanya, "Apakah orang ini tidak punya sisir untuk
merapikan rambutnya?""
Lalu, ketika melihat seseorang mengenakan pakaian
yang kotor, Rasulullah Saw. berkata, "Dan orang itu,
apakah ia mendapatkan air untuk membersihkan
pakaiannya?" Dalam hadis lain, Jabir meriwayatkan bahwa Abu
Quhafah (ayahanda Abu Bakar) didatangkan pada hari
Futuh Makkah dengan jenggot dan rambut yang telah
memutih semua. Rasulullah Saw. mengomentarinya, "Ubahlah ini
(warna rambutnya) dengan sesuatu, dan jauhi warna
hitam!" Suatu ketika lewat di hadapan Rasulullah Saw.
seseorang yang rambutnya diwarnai dengan hina" (daun
pacar). Melihat laki-laki itu, beliau berujar, "Alangkah
bagusnya." Tidak lama kemudian lewat seseorang yang
mewarnai rambutnya dengan hina" dan al-katm (sejenis
tumbuhan untuk mewarnai rambut). Beliau berkata, "Ini
lebih baik dari yang tadi."
Setelah itu, lewat lagi seseorang yang menyemir
rambutnya dengan warna kuning. Beliau berkomentar,
"Ini lebih baik dari dua sebelumnya."
Dalam kesempatan lain, Rasulullah Saw. menyuruh para
sahabat untuk menyemir rambut putih (uban) seperti
yang beliau lakukan kepada orang-orang tua dari
kalangan Anshar yang janggutnya telah memutih. Beliau
bersabda, "Hai sekalian orang Anshar, ubahlah dengan
warna merah atau warna kuning, dan bedakanlah dirimu
dari ahli kitab" (HR Ahmad).[]
Menyisir dan Menyemir Uban
243 Kewajiban di Tepi Jalan S elepas shalat berjamaah di masjid, Rasulullah
Saw. menggelar pertemuan dengan para sahabat,
termasuk di antaranya Abu Hurairah. Pada pertemuan
itu, Rasulullah Saw. menasihati mereka agar jangan
suka berkerumun di tepi jalan serta mengobrol atau
ngerumpi tanpa arah. Beliau berbicara tentang hal itu
karena melihat banyak di antara mereka yang sering
melakukannya. "Hindarilah duduk di tepi jalan," pesan
Rasulullah Saw. kepada mereka.
Para sahabat terdiam mendengar pesan itu, terutama
mereka yang tinggal di kawasan padat dengan loronglorong yang sempit. Maka, mereka bertanya, "Wahai
Rasulullah, bagaimana kalau kami terpaksa duduk di tepi
jalan dan mengobrol di situ?"
"Kalau kalian tidak mendapatkan tempat lain dan
terpaksa duduk di tepi jalan maka penuhilah kewajiban
kalian di tepi jalan!"
"Kewajiban apakah itu, wahai Rasulullah?"
Rasulullah Saw. melanjutkan, "Kewajiban kalian
adalah menundukkan pandangan, menghindarkan
terjadinya gangguan, menjawab salam, mengajak berbuat
kebaikan dan mencegah kemungkaran."
Menundukkan pandangan di jalan merupakan keharusan
agar kita terhindar dari fitnah dan godaan setan. Allah
Swt. menjanjikan balasan kebaikan bagi orang yang
menundukkan pandangan dan menggolongkan perilaku
itu sebagai ibadah. Orang yang melakukannya akan
merasakan manisnya keimanan dalam hati (HR Ahmad).
Dikisahkan bahwa Fadhl ibn Abbas r.a. pernah
membonceng Rasulullah Saw. pada hari penyembelihan
(di musin haji) dari Muzdalifah menuju Mina. Lalu,
115 Kisah Menakjubkan Dalam Kehidupan Rasulullah Saw Karya Fuad Abdurahman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
lewatlah beberapa wanita yang berada dalam sekedup
unta. Saat mereka melintas, kontan Fadhl memandang
ke arah mereka, tetapi cepat-cepat Rasulullah Saw.
memalingkan kepala Fadhl ke arah lain.
Itulah beberapa adab di tepi jalan dan di dalam
perjalanan. Sepatutnya kita selalu menundukkan
pandangan ketika melihat atau berpapasan dengan lawan
jenis yang bukan mahram, bahkan sekalipun orang itu
adalah orang buta. Kewajiban di Tepi Jalan 245 Dikisahkan bahwa suatu ketika Ummu Salamah
dan Maimunah sedang bersama Rasulullah Saw., lalu
datanglah Abdullah ibn Ummi Maktum. Saat itu, telah
turun perintah berhijab untuk kaum perempuan. Maka,
Rasulullah Saw. berkata kepada keduanya, "Tutuplah
(hijabilah) diri kalian darinya!"
Kedua istri Rasulullah Saw. berkata, "Wahai
Rasulullah, bukankah ia buta" Ia tidak dapat melihat
dan mengenali kami?"
"Apakah kalian berdua buta" Bukankah kalian dapat
melihatnya?" Kemudian Rasulullah Saw. bersabda, "Ada
tiga mata yang tidak akan melihat neraka: mata yang
berjaga di jalan Allah Swt., mata yang menangis karena
takut kepada Allah Swt., dan mata yang terjaga dari
segala hal yang dilarang Allah Swt."[]
246 Fuad Abdurahman Jauhilah Semua Penyeru Menuju Neraka! S ejak memeluk Islam bersama ayah dan saudaranya,
Hudzaifah ibn Al-Yaman menjadi sahabat yang sangat
dekat kepada Rasulullah Saw. Ia menjadi Muslim yang
benar-benar taat dan tunduk kepada Allah dan RasulNya. Ia terus mempelajari dan menghayati setiap ajaran
dan perintah junjungannya, Rasulullah Saw. Ia tidak
hanya menaati dan mengamalkan segala perintah Allah
dan Rasul-Nya dari sisi lahiriah, tetapi juga benar-benar
menghayati makna dan hakikat setiap ibadah yang
dilakukannya. Karena itulah, ia dikenal sebagai sahabat
yang memiliki pengetahuan khusus tentang rahasia batin
dan berbagai hal tersembunyi dalam diri manusia.
Hudzaifah mampu membedakan antara orang yang
beriman dan munafik. Bahkan, sahabat Umar ibn AlKhaththab tidak akan ikut menyalatkan seseorang yang
mati jika Hudzaifah tidak ikut menyalatkannya. Hanya
Hudzaifah yang diberi kabar oleh Rasulullah Saw. tentang
siapa saja orang yang benar-benar beriman dan siapa
saja orang munafik. Setelah diberi tahu, ia berjanji tidak
akan membocorkannya kepada siapa pun sepeninggal
Rasulullah Saw. Dalam majelis-majelis Rasulullah Saw., ia kerap
bertanya tentang keburukan dengan maksud agar tidak
tertimpa keburukan itu. Misalnya, ia pernah bertanya
kepada Rasulullah Saw., ia bertanya kepada beliau,
"Wahai Rasulullah, dulu kami hidup dalam kebodohan
dan keburukan. Kemudian Allah Swt. melimpahkan
kebaikan (Islam) kepada kami. Apakah setelah kebaikan
ini akan ada keburukan?"
"Ya, ada, hai Hudzaifah," jawab Rasulullah Saw.
"Ya Rasulullah, apakah setelah keburukan itu ada
kebaikan lagi?" "Ya, ada, hai Hudzaifah! Tapi, kebaikan itu akan
disertai keburukan."
"Ya Rasulullah, apa keburukannya?" desak Hudzaifah.
Rasulullah Saw. diam sejenak. Pandangan beliau
ke depan seakan-akan menerawang berbagai peristiwa
yang akan menjelang, lalu berkata, "Yaitu orang yang
mengikuti ajaran selain ajaranku dan memberikan
petunjuk selain petunjukku. Mereka berbuat kebaikan,
tetapi sesungguhnya melakukan keburukan."
"Ya Rasulullah, apakah setelah kebaikan akan ada
keburukan lagi?" tanya Hudzaifah penasaran.
248 Fuad Abdurahman "Ya, ada, yaitu orang yang mengajak ke pintu neraka.
Barangsiapa mengikuti ajaran itu, mereka akan terseret
ke neraka," jelas Rasulullah Saw.
"Bagaimana ciri-ciri mereka, ya Rasulullah?"
"Mereka berasal dari kalangan kita juga dan berkatakata dengan bahasa kita," tegas Rasulullah Saw.
Mendengar jawaban beliau, Hudzaifah ibn Al-Yaman
tercenung. Setelah diam beberapa saat, ia bertanya
lagi dengan penuh rasa ingin tahu, "Wahai Rasulullah,
apakah yang harus kulakukan jika hidup di masa seperti
itu?" "Tetaplah bergabung dengan kelompok Muslim dan
pemimpin mereka!" "Tetapi bagaimana jika mereka tidak punya
pemimpin?" "Hindarilah seluruh kelompok itu, bahkan meskipun
kau harus menggigit pangkal pohon sampai kau mati
dalam keadan demikian," ujar Rasulullah Saw. mengakhiri
majelis hari itu.[] Jauhilah Semua Penyeru Menuju Neraka!
249 Evaluasi Diri S uatu hari seorang wanita menemui Rasulullah Saw.
dan mengadukan suaminya, "Wahai Rasulullah,
suamiku, Shafwan, menghardik dan memukulku bila aku
shalat, memaksaku berbuka bila aku berpuasa (sunnah),
dan ia tidak shalat shubuh kecuali setelah matahari
terbit." Setelah mendengar tuturannya, Rasulullah Saw.
berpaling dengan seluruh badannya"begitulah cara
beliau menoleh"kepada suami wanita itu sambil
bertanya, "Benarkah itu, hai Shafwan?"
"Benar, ya Rasulullah," jawab Shafwan tenang, "tetapi
aku menghardik dan memukulnya karena ia membaca
dua surah (selain Al-F?tihah) pada setiap rakaatnya.
Aku telah berkali-kali menegurnya, tetapi tetap saja ia
melakukannya. Aku juga menyuruhnya berbuka saat ia
berpuasa sunnah, karena aku seorang pemuda sehat
yang sering kali tak mampu menahan berahi. Juga benar
bahwa aku tidak shalat shubuh kecuali setelah matahari
terbit, karena keluargaku terbiasa bangun kesiangan.
Sungguh sulit bagiku bangun di waktu fajar."
Rasulullah Saw. membenarkan sikap Shafwan,
lalu berpesan, "Shalat shubuhlah segera setelah kau
bangun!" Kemudian beliau menoleh kepada istri Shafwan
dan berkata, "Persingkat shalatmu dan jangan berpuasa
sunnah kecuali atas izin suamimu!"
Senada dengan kisah di atas, suatu ketika Abu Rafi
mengeluarkan hadats (kentut) dalam shalatnya tetapi ia
tetap melanjutkannya. Salma, istrinya yang mengetahui
hal itu menyuruhnya berwudhu lagi. Namun, di luar
dugaan, Abu Rafi justru memukulnya, karena ia merasa
tersinggung. Ia merasa tersakiti dengan teguran istrinya
itu. Tentu saja, sang istri, tidak bisa menerima perlakuan
suaminya itu dan mengadu kepada Aisyah r.a., yang
kemudian menyuruhnya melaporkan kepada Rasulullah
Saw. Setelah menerima pengaduan tersebut, Rasulullah
Saw. memanggil suami istri itu, lalu beliau bertanya
kepada Abu Rafi, "Apa yang terjadi dengan istrimu, hai
Abu Rafi?" "Istriku telah melukaiku, wahai Rasulullah," jawab
Abu Rafi. Evaluasi Diri 251 "Dengan apa kau melukainya, hai Salma?" tanya
Rasulullah Saw. Salma menjawab, "Aku tidak melukainya dengan apa
pun. Saat itu, ia kentut dalam shalat sehingga kukatakan
kepadanya, "Hai Abu Rafi, sesungguhnya Rasulullah telah
memerintahkan orang Muslim apabila salah seorang
di antara mereka kentut lalu hendak shalat, ia harus
berwudhu." Akan tetapi, ia kemudian berdiri dan
memukulku." Mendengar penuturan Salma, Rasulullah Saw.
pun tersenyum dan berkata, "Wahai Abu Rafi, ia tidak
menyuruhmu selain suatu kebaikan!"[]
252 Fuad Abdurahman Keutamaan Memaafkan H ari itu, Rasulullah Saw. dan sahabat-sahabatnya
sedang berkumpul di Masjid Nabawi. Ketika
semuanya sedang asyik tenggelam dalam majelis
ilmu, tiba-tiba mereka dikagetkan dengan kemunculan
seorang pria yang menyeret pria lainnya yang diikat
tali. Setelah mengucapkan salam, pria di depan berkata
marah, "Wahai Rasulullah, orang ini telah membunuh
saudaraku!" Rasulullah Saw. diam sejenak dan beberapa saat
kemudian beliau berkata dengan nada yang lembut
kepada orang yang diikat, "Benarkah kau telah
membunuh saudaranya?"
"Kalau ia tidak mengaku, aku punya saksi, wahai
Rasulullah!" sergah orang pertama menyela jawaban
orang yang diikat. Kemudian, ia serahkan tali pengikatnya
kepada Rasulullah Saw. "Benar, wahai Rasulullah, aku telah membunuh
saudaranya," jawab orang yang diikat itu dengan
suara lirih seraya menundukkan kepala menyesali
perbuatannya. "Bagaimana kau membunuhnya?" tanya Rasulullah
Saw. tetap dengan nada yang lembut.
"Begini ceritanya, wahai Rasulullah Saw.," tutur si
pembunuh, "ketika aku dan saudaranya itu memetik
dedaunan dari sebatang pohon, ia mencaci maki dan
menghinaku. Aku tidak tahan mendengar caciannya. Aku
marah dan kupukul kepalanya dengan kapak hingga ia
terbunuh." Mendengar jawabannya yang jujur, Rasulullah Saw.
diam sejenak, lalu beberapa saat kemudian berujar,
"Apakah kau punya keluarga yang mungkin bisa
membayar tebusan untuk membebaskanmu?"
"Wahai Rasulullah, di mata keluargaku, aku lebih
hina daripada kapak itu," jawab si pembunuh.
Rasulullah Saw. menarik napas dalam-dalam. Setelah
itu, beliau menyerahkan kembali tali itu kepada keluarga
si korban seraya berkata, "Terserah kalian, apa yang akan
kalian lakukan terhadap temanmu yang telah membunuh
saudaramu ini." Setelah menerima tali pengikat tersebut, keluarga si
korban lalu mohon diri seraya menyeret si pembunuh.
Baru saja beberapa langkah ia berlalu dari hadapan
Rasulullah Saw., beliau berkata kepada para sahabat
yang hadir kala itu, "Jika ia membunuh si pembunuh itu
maka ia sama dengannya."
254 Fuad Abdurahman Ternyata orang yang sedang menyeret si pembunuh
itu mendengar ucapan Rasulullah Saw. itu sehingga ia
menghentikan langkahnya, berbalik mendekati Rasulullah
dan berkata, "Wahai Rasulullah, barusan aku mendengar
ucapanmu: "Jika ia membunuh si pembunuh itu maka
ia sama dengannya." Kini, aku serahkan sepenuhnya
persoalan ini kepadamu, ya Rasulullah."
Mendengar ucapannya, Rasulullah Saw. diam dan
termenung. Beberapa saat kemudian beliau berkata
kepada saudara si korban, "Maukah kau jika pembunuh
ini memikul dosamu dan dosa saudaramu yang
terbunuh?" Laki-laki itu termenung mendapat pertanyaan yang
tak terduga itu. Ia diam beberapa lama, sepertinya tak
rela bila si pembunuh dibiarkan hidup. Namun, akhirnya
ia menjawab, "Tentu saja aku mau, wahai Rasulullah!"
"Jika kau membebaskannya maka ia akan memikul
dosamu dan dosa saudaramu yang terbunuh!"
Setelah mendengar penuturan Rasulullah Saw., lakilaki itu pun melepaskan tali yang mengikat si pembunuh
dan membebaskannya pergi.[]
Keutamaan Memaafkan 255 Bagian 6 Kisah-kisah Rasulullah Saw. dalam Peperangan Memata-matai Musuh M enjelang terjadinya Perang Badar, Rasulullah
Saw. bersama Abu Bakar keluar dari tempat
peristirahatan untuk mencari kabar tentang kekuatan dan
persiapan pasukan Quraisy. Setelah berjalan agak jauh,
mereka bertemu dengan seorang laki-laki tua bernama
Sufyan Al-Dhamari. Rasulullah Saw. pura-pura bertanya
tentang pasukan Quraisy dan pasukan Muhammad.
"Aku tidak akan memberi tahu sebelum kalian bilang
siapa dan dari mana kalian datang!" kata orang tua itu.
Rasulullah Saw. menjawab, "Bila kau memberitahukannya maka kami akan katakan kepadamu siapa
kami." "Benarkah begitu?"
"Ya, betul." "Aku mendengar Muhammad dan para sahabatnya
telah keluar pada hari anu. Jika kabar itu benar, tentu
115 Kisah Menakjubkan Dalam Kehidupan Rasulullah Saw Karya Fuad Abdurahman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sekarang mereka sudah berada di tempat anu. Aku juga
mendengar pasukan Quraisy telah keluar pada hari anu.
Jika ini benar maka kini mereka berada di tempat anu."
Ia menerangkan keadaan pasukan Muhammad dan
pasukan Quraisy, lalu bertanya, "Nah, sekarang, dari
pihak manakah kalian berdua?"
Rasulullah Saw. menjawab, "Kami dari ma" (air)."
Kemudian, beliau dan Abu Bakar pergi meninggalkan
orang tua itu yang diam terpaku mendengar jawaban
Rasulullah Saw. Saat tiba waktu sore, Rasulullah Saw. mengutus Ali
ibn Abi Thalib, Al-Zubair ibn Al-Awwam dan Sa"d ibn
Abi Waqqash untuk memata-matai musuh. Ketiganya
menjumpai dua orang yang sedang mengambil air
untuk pasukan Quraisy. Kedua orang ini dibawa untuk
menghadap Rasulullah Saw., tetapi dihadang kaum
Muslim yang langsung menginterogasi keduanya. Ketika
ditanya berbagai pertanyaan, mereka menjawab, "Kami
hanya pemberi minum kaum Quraisy." Namun, orangorang tidak memercayai ucapan mereka sehingga terus
mendesak bahkan memukuli mereka.
Ketika itu terjadi, Rasulullah Saw. sedang mendirikan
shalat. Usai shalat, beliau segera menemui mereka
dan berkata, "Jika kalian benar, kalian boleh memukul
keduanya. Namun, jika kalian salah, tinggalkan mereka.
Demi Allah, mereka berdua hanyalah pemberi minum
Memata-matai Musuh 259 untuk kaum Quraisy." Kemudian Rasulullah Saw. berpaling
kepada kedua orang itu dan berkata, "Sekarang,
ceritakanlah tentang kaum Quraisy!"
Mereka menjawab, "Pasukan Quraisy ada di balik
bukit ini." "Berapa jumlah mereka?"
"Banyak." "Kira-kira berapa?"
"Kami tidak tahu."
"Berapa mereka menyembelih unta setiap hari?"
"Sembilan hingga sepuluh ekor!"
"Kalau begitu, jumlah mereka antara 900 hingga
seribu orang." "Siapa para pemimpin Quraisy yang ikut?"
"Utbah ibn Rabiah, Saibah ibn Rabiah, Abu AlBukhturi ibn Hisyam, Hakim ibn Hizam .?"
Kemudian Rasulullah Saw. berkata kepada semua
orang, "Perhatikanlah! Pasukan Makkah telah datang
kepada kalian."[] 260 Fuad Abdurahman Membuat Tuhan Tersenyum M enjelang Perang Badar, kaum Muslim tidak merasa
gentar sedikit pun meskipun mereka tahu bahwa
Makkah datang membawa pasukan yang jauh lebih
besar dibanding pasukan Muslim dan perlengkapan
perang yang lebih sempurna. Kaum Muslim bersiap-siap
menghadapi peperangan dengan hati dipenuhi keimanan
serta cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Salah seorang
sahabat, Auf ibn Al-Harits, bertanya kepada Rasulullah
sebelum perang berkecamuk, "Wahai Rasulullah, apakah
perbuatan seorang hamba yang akan membuat Tuhan
tersenyum?" Maksudnya, perbuatan apakah yang paling disukai
Allah sehingga Dia tersenyum saat seorang hamba
melakukannya" Rasulullah menjawab, "Jika seorang hamba
menyerang musuh tanpa tameng pelindung (perisai dan
baju perang)." Mendengar jawaban Rasulullah, Auf langsung
menanggalkan baju zirahnya dan membuangnya jauhjauh. Kemudian, ia menghunus pedangnya dan terjun ke
medan perang tanpa pelindung.
Ia berperang dengan keberanian luar biasa. Allah
pun mengabulkan cita-citanya untuk mati syahid dalam
keadaan tanpa baju perang. Ia gugur setelah membunuh
sekian banyak orang musyrik.
Dalam setiap peperangan, kaum Muslim berlomba-lomba
meraih kesyahidan. Mereka menghendaki kematian yang
indah sebagai syahid di medan perang, termasuk di
antaranya Umair ibn Himam. Sesaat sebelum Perang
Badar dimulai, Rasulullah Saw. sebagai panglima perang
memeriksa pasukan Muslim.
"Luruskan barisan kalian dan bersiaplah untuk
berperang. Demi Allah, seseorang yang berperang di
hari ini dengan sabar, mengharap ridha Allah, dan tidak
lari dari medan perang, Allah akan memasukkannya ke
surga." Rasulullah Saw. terus membangkitkan semangat
mereka, "Raihlah surga yang luasnya seluas langit dan
bumi!" "Bakh! ... Bakh!!" teriak Umair ibn Himam menjawab
seruan Rasulullah. 262 Fuad Abdurahman "Apa yang membuatmu berteriak, "Bakh! ... bakh!!?""
tanya Rasulullah Saw. "Tidak, wahai Rasulullah. Demi Allah, aku hanya
berharap menjadi salah seorang penghuni surga."
"Demi Allah, kau akan menjadi penghuni surga."
Kemudian Umair mengeluarkan beberapa butir
kurma dari kantongnya dan berniat memakannya, tetapi
tiba-tiba ia berubah pikiran: "Jarak antara aku dan saat
memasuki surga adalah ketika aku memerangi kaum
musyrik. Demi Allah, waktu untuk makan kurma ini
sangat lama!" ujar Umair sambil melemparkan kurmakurma itu. Lalu, ia melangkah cepat merangsek ke
medan perang sambil bersyair:
"Aku melompat ke surga Allah tanpa bekal
Aku hanya berbekal ketaatan dan kebaikan
serta kesabaran untuk berjihad karena Allah.
Sesungguhnya segala perbekalan akan habis,
kecuali perbekalan kebaikan dan kebenaran."
Suatu hari Rasulullah Saw. bersabda, "Allah tertawa
kepada dua orang yang saling membunuh dan keduanya
masuk surga." Para sahabat bertanya, "Apakah maksudnya, wahai
Rasulullah?" Membuat Tuhan Tersenyum 263 "Orang pertama (Muslim) terbunuh (dalam perang
di jalan Allah), lalu masuk surga. Kemudian orang
kedua (kafir), bertobat dan tobatnya diterima Allah,
lalu ditunjukkan oleh Allah ke dalam Islam, kemudian ia
berjihad di jalan Allah, dan mati syahid."[]
264 Fuad Abdurahman Tewasnya Abu Jahal D ikisahkan bahwa ada dua orang remaja yang
bersemangat terjun ke medan Perang Badar. Mereka
adalah Muaz ibn Amr ibn Jamuh dan Mu"awwaz ibn Afra.
Abdurrahman ibn Auf menuturkan kisah tentang mereka:
"Aku berada dalam barisan kaum Muslim pada
Perang Badar. Tiba-tiba, aku melihat dua remaja belia
di sebelah kanan dan kiriku. Aku nyaris tidak memercayai
penglihatanku. Salah seorang dari mereka berbisik
kepadaku, "Hai Paman, tunjukkan kepadaku, mana orang
yang bernama Abu Jahal?"
"Wahai Anakku, apa yang akan kamu lakukan
kepadanya?" "Aku mendapat kabar, ia telah menghina Rasulullah.
Aku telah bersumpah, jika melihatnya, aku pasti akan
menyerangnya sampai mati."
Tentu saja aku sangat mengagumi semangat dan
keberaniannya. Lalu, remaja lainnya mengatakan ucapan
yang sama. Tak lama kemudian, aku melihat Abu Jahal
di antara kerumunan musuh. "Kalian lihat orang itu"
Ialah orang yang kalian tanyakan tadi," kataku kepada
keduanya. Maka, kedua remaja itu mencabut pedang masingmasing dan merangsek maju mendekati Abu Jahal dan
bersama-sama menyerangnya hingga ia tewas.
Seusai perang, Rasulullah Saw. memerintahkan kaum
Muslim untuk mencari mayat Abu Jahal. Ibn Mas"ud
membawa kepala Abu Jahal ke hadapan Rasulullah Saw.
seraya meneriakkan takbir. "Inilah Fir"aun umat ini," tegas
Rasulullah Saw. "Siapakah yang telah membunuhnya?"
"Kudengar, ada dua orang remaja yang mengaku
telah membunuhnya, yaitu Muaz dan Mu"awwaz," jawab
salah seorang sahabat. "Suruh kedua remaja itu menghadap kepadaku
sekarang juga!" perintah Rasulullah Saw.
Mereka pun dihadapkan kepada Rasulullah Saw. dan
kemudian menceritakan apa yang telah mereka lakukan.
"Siapakah di antara kalian yang telah membunuhnya?"
tanya Rasulullah Saw. Masing-masing mengaku bahwa ialah yang telah
membunuh Abu Jahal. "Apakah kalian sudah membersihkan pedang kalian?"
"Belum!" jawab keduanya serentak.
"Kalian berdua telah membunuhnya," ujar Rasulullah
Saw. setelah memeriksa pedang mereka."[]
266 Fuad Abdurahman Ingin Berjihad Lagi J abir ibn Abdullah menangis sambil memandangi wajah
ayahnya yang terbunuh pada Perang Badar. Para
sahabat melarang Jabir menangis, sementara Rasulullah
Saw. tidak berkomentar. Bibinya juga menangisi kematian
ayah Jabir. Setelah beberapa saat, Rasulullah Saw.
mendekati Jabir dan menghiburnya: "Engkau tangisi atau
tidak, malaikat tetap akan menaungi ayahmu dengan
sayap-sayapnya hingga kalian mengangkatnya."
Jabir berujar, "Wahai Rasulullah, ayahku baru saja
syahid di Badar. Ia meninggalkan keluarga dan utang
yang banyak." Beliau berujar, "Maukah kau menerima kabar
gembira tentang bagaimana Allah menyambut ayahmu?"
"Tentu, wahai Rasulullah!" jawab Jabir senang.
"Allah tidak pernah berbicara dengan makhlukNya kecuali melalui tirai. Dia menghidupkan ayahmu
dan berbicara dengannya berhadap-hadapan. Dia
berfirman, "Hai hamba-Ku, mintalah kepada-Ku, Aku akan
memberimu." Ayahmu berkata, "Tuhanku, hidupkan aku lagi, biar
aku berjihad di jalan-Mu untuk kedua kalinya."
Allah berfirman, "Sudah berlaku ketentuan-Ku, orang
yang sudah terbunuh tidak akan kembali lagi ke dunia."
Ayahmu berkata, "Jika begitu, sampaikan, duhai
Tuhanku, kepada orang yang di belakangku tentang
kebahagiaan yang kuperoleh.?"
Lalu turunlah ayat: Janganlah sekali-kali kamu
mengira bahwa orang yang terbunuh di jalan Allah itu
mati. Bahkan mereka hidup di hadapan Tuhan mereka
dan diberi rezeki. Mereka bergembira dengan apa yang
Allah berikan sebagai anugerah-Nya kepada mereka.
Mereka berbahagia demi orang yang belum menyusul
mereka di belakang mereka. Tidak ada rasa takut bagi
mereka dan tidaklah mereka berduka cita (QS ?li "Imr?n
[3]: 169-170). Itulah kenikmatan yang diperoleh Abdullah ibn
Haram, ayahanda Jabir.[] 268 Fuad Abdurahman Hak Pedang Rasulullah K etika pasukan Muslim yang dipimpin Rasulullah
Saw. telah siap menghadapi pasukan musuh dalam
Perang Uhud, beliau berseru, "Siapakah yang siap
mengambil pedangku ini dan memenuhi haknya?"
Beberapa orang sahabat bangkit untuk menyambut
amanah tersebut, tetapi Rasulullah Saw. tidak juga
menyerahkan pedangnya. Lalu, bangkitlah Abu Dujanah
seraya bertanya, "Apakah hak pedang ini, wahai
Rasulullah?" "Pergunakan pedang ini untuk menebas musuh
sampai mereka menyingkir."
Abu Dujanah, alias Samak ibn Kharsyah berkata,
"Aku yang akan mengambil pedang ini dan memenuhi
haknya." Rasulullah Saw. pun menyerahkan pedangnya
kepada Abu Dujanah. Ia dikenal sebagai lelaki
pemberani yang terlihat angkuh ketika berjalan, dan
kukuh dalam peperangan. Rasulullah Saw. mengomentari
cara berjalannya Abu Dujanah yang terlihat angkuh,
"Cara berjalan seperti itu sangat dibenci Allah, tetapi
dibolehkan dalam situasi perang seperti ini."
Zubair ibn Al-Awwam yang hadir di sana, merasa
kecewa karena Rasulullah Saw. enggan memberikan
pedang kepadanya, malah menyerahkannya kepada Abu
Dujanah. Zubair berbisik dalam hati, "Demi Allah, aku
akan memperhatikan apa yang ia (Abu Dujanah) perbuat
dengan pedang itu." Kemudian Zubair mengikuti gerak-gerik Abu
Dujanah dengan ujung matanya. Ia memperhatikan
bagaimana Abu Dujanah mengambil ikat kepala merah
lalu memakainya di kepala. Orang Anshar berkata, "Abu
Dujanah telah mengeluarkan ikat kepala kematian!"
Lalu Abu Dujanah berjalan gagah sambil bersenandung:
Akulah orang yang telah berjanji kepada sang
kekasih
115 Kisah Menakjubkan Dalam Kehidupan Rasulullah Saw Karya Fuad Abdurahman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ketika kami beristirahat di bawah sebatang
pohon kurma Aku berjanji takkan ada di barisan akhir
sepanjang masa Aku akan menyerang dengan pedang Allah dan
Rasul-Nya 270 Fuad Abdurahman Lalu, ia terjun ke medan perang dengan gagah berani,
menebas dan menyerang setiap musuh yang ditemuinya.
Tidak terlihat gentar atau takut sedikit pun pada setiap
gerak dan sorot matanya. Ibn Ishak meriwayatkan bahwa setelah pulang dari
medan Perang Uhud Rasulullah Saw. memberikan
pedangnya kepada Fatimah, sang putri tercinta, seraya
berkata, "Putriku, cucilah darah pada pedang ini!" Dan
Ali (suami Fatimah) juga memberikan pedangnya kepada
Fatimah seraya berkata, "Wahai Fatimah, bersihkan darah
dari pedang ini. Demi Allah, sesungguhnya pedang ini
telah berbuat jujur kepadaku hari ini."
Mendengar ujaran Ali, Rasulullah Saw. bersabda,
"Jika hari ini kau berlaku jujur dalam berperang maka
sesungguhnya Sahl ibn Hanif dan Abu Dujanah pun
berbuat jujur."[] Hak Pedang Rasulullah 271 Jangan Salahi Perintah Rasul! R asulullah Saw. merupakan teladan utama bagi
semua Muslim tidak hanya dari sisi akhlak dan
keutamaan ibadahnya, tetapi juga dalam keberanian,
ketangkasan, dan kecerdikannya. Dalam berbagai
peperangan, beliau tak pernah menunjukkan rasa gentar
sedikit pun. Beliau menjadi teladan dalam keberanian
dan kewiraan. Tidak pernah sekalipun Nabi Saw.
melarikan diri dari medan perang. Sikap dan perilakunya
selalu menampilkan ketenangan dan kewaspadaan.
Semua itu bersumber dari keyakinan dan ketakwaannya
kepada Allah Swt. Beliau selalu yakin, jika kaum Muslim
memegang teguh keimanan dan kesabaran, kekuatan
mereka pasti akan melebihi kekuatan musuh meskipun
musuh lebih banyak dan peralatan perangnya lebih
lengkap. Tidak hanya itu, kepintaran dan kecerdikan beliau
telah teruji dalam berbagai medan perang. Karena itulah,
Rasulullah dikenal sebagai ahli perang yang istimewa
dan perancang strategi militer yang ulung. Medan
Perang Badar telah menjadi bukti nyata keistimewaan
sang panglima yang mulia. Begitu pula medan perang
berikutnya, yaitu di Uhud yang terjadi pada tahun ketiga
Hijriah. Dalam Perang Uhud, pasukan Muslim yang hanya
berjumlah 750 orang harus berhadapan dengan tiga ribu
pasukan musuh. Maka, Rasulullah Saw. segera mengatur
posisi dan strategi perang yang terbukti efektif. Beliau
menempatkan 50 orang pemanah di atas sebuah bukit
di garis belakang pasukan Islam, seraya berpesan kepada
mereka: "Lindungilah punggung kami, dan tetaplah bertahan
di pos kalian. Meskipun kalian melihat kami berhasil
memorak-porandakan barisan musuh dan mereka lari
tunggang-langgang, jangan tinggalkan posisi kalian.
Sebaliknya, walaupun kalian melihat musuh berhasil
menerobos dan membuat kami porak-poranda, jangan
pernah mencoba-coba turun untuk menolong kami.
Tetaplah pada tugas kalian: hujani mereka dengan
anak panah kalian. Bidik kuda mereka, karena pasukan
berkuda tak akan sanggup melawan hujan panah."
Pada awalnya pasukan Muslim berhasil memukul
mundur pasukan Quraisy. Namun, pasukan pemanah
Jangan Salahi Perintah Rasul!
273 yang ditempatkan Rasulullah Saw. di bukit sebagai
kunci strategi tidak menaati perintah Rasulullah Saw.
Ketika melihat pasukan Muslim berhasil menerobos dan
memorak-porandakan barisan musuh, mereka menuruni
bukit mengikuti kawan-kawan mereka yang sibuk
mengumpulkan pampasan perang yang ditinggalkan
pasukan Quraisy. Mereka sama sekali tidak sadar bahwa posisi
pasukan Muslim belum sepenuhnya aman. Mereka
tinggalkan pos yang sangat strategis itu demi mengejar
pampasan perang. Mereka sama sekali tidak tahu bahwa
di balik bukit, kavaleri musuh di bawah pimpinan Khalid
ibn Walid tengah mengintai kelengahan mereka. Khalid
tahu, barisan Quraisy porak-poranda bukan hanya akibat
serangan pasukan infanteri kaum Muslim, tetapi juga
karena hujan anak panah yang dilontarkan dari atas
bukit. Maka, saat melihat sebagian besar pemanah
menuruni bukit, Khalid memerintahkan pasukannya
untuk menyerang mereka dari belakang. Tentu saja
dengan langkah mudah, pasukan Khalid berhasil
menyapu bersih pasukan pemanah yang telah bubar.
Dalam waktu yang singkat, kavaleri Quraisy berbalik
menguasai bukit dan menyerang pasukan Muslim yang
tengah sibuk mengumpulkan pampasan perang.
Tentu saja, pasukan muslim yang sama sekali
tidak mengira akan mendapat tikaman dari belakang,
langsung kocar-kacir. Akhirnya, dalam waktu sekejap,
274 Fuad Abdurahman pihak pemenang berubah menjadi pihak yang kalah dan
porak-poranda. Kini, kita mengetahui penyebab kekalahan Muslim
dalam Perang Uhud. Di babak awal, mereka memenangi
perang dan menghancurkan barisan musuh sehingga
mereka lari tunggang langgang. Mereka menang
karena patuh dan taat kepada komando panglima
perang. Sebaliknya, ketika mereka menyalahi perintah
pimpinan, yaitu menuruni bukit sebagai pos yang
harus dipertahankan, seketika itu juga mereka dilanda
kekalahan dan kehancuran.[]
Jangan Salahi Perintah Rasul!
275 PahlawanPahlawan Uhud A kibat pasukan pemanah yang tidak mematuhi
perintah Rasulullah Saw., pasukan musyrik Quraisy
dapat memukul mundur pasukan Muslim pada Perang
Uhud. Kavaleri Quraisy menghantam pasukan Muslim
dari belakang, dan pasukan infanteri Quraisy, yang
sebelumnya melarikan diri berbalik menghadang pasukan
Muslim ketika melihat pasukan Khalid menyerang
pasukan Muslim. Akibatnya, pasuk Muslim terjepit di
tengah-tengah. Saat itu, banyak pasukan Muslim yang
terbunuh dan sebagian lainnya lari menghindari musuh.
Hanya sembilan orang sahabat yang tersisa di
sekitar Rasulullah Saw. Tujuh orang Anshar dan dua
orang Muhajirin. Melihat kaum Muslim melarikan diri,
Rasulullah Saw. berteriak, "Kemarilah, hai kaum Muslim.
Aku, Rasulullah, di sini!"
Mendengar teriakan Rasulullah Saw., kaum kafir
segera menyerang beliau. Mereka terus melancarkan
serangan sebelum pasukan Muslim berbalik kembali ke
medan perang. Sembilan orang sahabat berusaha melindungi
Rasulullah Saw. dari gempuran pasukan kafir Quraisy.
"Siapa yang berani melindungiku dari serangan
mereka, ia berhak mendapatkan surga! Ia akan menjadi
temanku di surga!" seru Rasulullah Saw. kepada para
sahabatnya. Lalu, tampil ke muka seorang laki-laki dari Anshar.
Ia maju dan bertempur dengan sengit hingga terbunuh.
Begitulah seterusnya, satu demi satu kaum Anshar maju
menjadi tameng pelindung Rasulullah hingga semuanya
gugur sebagai syuhada. Orang yang terakhir adalah
Umarah ibn Yazid ibn Al-Sakan.
Kini yang tersisa hanya dua orang Muhajirin di sisi
Rasulullah Saw., yaitu Thalhah ibn Ubaidillah dan Sa"d
ibn Abi Waqqash. Kaum musyrik tidak menyia-nyiakan
kesempatan itu. Utbah ibn Abi Waqqash melemparkan
batu ke arah Rasulullah Saw. hingga mengenai wajah
beliau dan menanggalkan gigi geraham dan melukai
bibir bawah beliau. Lalu, serangan berikutnya dilancarkan
Abdullah ibn Syihab Al-Zuhri yang berhasil melukai
kening Rasulullah Saw. Kemudian seorang penunggang kuda dari Quraisy,
Abdullah ibn Qum"ah, menghantam pundak Rasulullah
Saw. dengan pedangnya. Namun, beliau tidak terluka
Pahlawan-Pahlawan Uhud 277 parah karena memakai baju zirah. Ia juga memukul pipi
Rasulullah Saw. bagian atas dengan keras.
"Terimalah itu. Aku adalah Ibn Qum"ah," sesumbar
Abdullah dengan sombong. Rasulullah Saw. lalu mengusap darah dari wajahnya
sambil berseru, "Semoga Allah menghinakanmu!"
Doa Rasulullah Saw. ini terbukti di kemudian hari.
Ketika Abdullah keluar rumah menuju ternaknya di bukit,
ia terjatuh ke lembah dan tewas.
Dua orang sahabat Muhajirin yang melindungi Rasulullah
Saw. bertarung sekuat tenaga. Mereka terus berperang
dengan gagah berani. Bahkan, Thalhah sampai tidak
menyadari jari-jari tangannya putus dan mendapat luka
lebih dari 35 tikaman pedang serta lembing. Kelak,
Thalhah terkenal dengan sebutan "Syahid yang hidup."
Sementara, Sa"d ibn Abi Waqqash dikenal sebagai
pemanah ulung. Ia melindungi Rasulullah Saw. dengan
melontarkan anak panah kepada setiap musuh yang
mendekat dan menyerang beliau. Di saat genting itulah,
pertolongan Allah datang. Sa"d menceritakan apa yang
dilihatnya saat itu: "Aku melihat Rasulullah pada Perang
Uhud ditemani dua orang laki-laki berpakaian putih.
Keduanya berperang dengan hebat. Keberanian dan
ketangkasan keduanya belum pernah kulihat sebelum
atau sesudah peristiwa itu."
278 Fuad Abdurahman Mereka adalah Malaikat Jibril dan Mikail. Jibril
berperang di sebelah kanan Rasulullah Saw. dan Mikail
di sebelah kiri beliau. Beberapa saat kemudian, mulailah para sahabat yang
lain berkumpul di sekitar Rasulullah Saw., termasuk di
antaranya Abu Dujanah, si pemilik ikat kepala merah dan
pemegang pedang Rasulullah Saw. Ia melindungi beliau
dengan punggungnya. Ia terus bertarung tidak memedulikan
rasa sakit, meskipun beberapa anak panah menancap di
tubuhnya. Ada juga Hatib ibn Abi Balta"ah yang membunuh
Utbah ibn Abi Waqqash dengan pedangnya.
Sahabat lainnya adalah Sahl ibn Hanif, pemanah
ulung. Juga ada Abdurrahman ibn Auf, yang mendapatkan
lebih dari dua puluh luka. Tak kalah hebatnya, Malik ibn
Sinan, atau Abu Sa"id Al-Khudri. Ia membersihkan darah
dari pipi Rasulullah Saw., kemudian berperang dengan
hebat hingga gugur sebagai syahid.
"Siapa yang ingin melihat seorang lelaki penduduk
surga, lihatlah orang ini," kata Rasulullah Saw. tentang
Malik ibn Sinan. Mush"ab ibn Umair juga tampil melindungi Rasulullah
Saw. dari serangan kaum musyrik. Saat itu, ia memegang
panji pasukan Muslim. Ketika tangan kanannya putus,
ia pegang bendera dengan tangan kirinya sambil
memukulkannya ke arah orang kafir. Saat tangan kirinya
juga putus, ia mendekap panji itu dengan kedua pangkal
lengannya hingga akhirnya ia terbunuh. Selanjutnya,
Pahlawan-Pahlawan Uhud 279 Rasulullah Saw. memberikan bendera itu kepada Ali ibn
Abi Thalib. Setelah itu, datanglah Utsman ibn Abdullah ibn
Al-Mughirah, seorang penunggang kuda musyrik.
Ia menyerang Rasulullah Saw., tetapi kuda yang
ditungganginya terperosok ke lubang. Saat itulah, Al-Harits
ibn Al-Shamit menyergapnya dan berhasil melukai kakinya.
Melihat hal itu, Abdullah ibn Jabir, penunggang kuda
terakhir kaum musyrik, memacu kudanya mendekati AlHarits dan memukul pundaknya hingga terluka. Namun,
dengan sigap Abu Dujanah menghadang Ibn Jabir,
bertarung, dan membunuhnya.
Seusai perang, para sahabat mengumpulkan syuhada
yang gugur maupun yang terluka ."
"Hai Zaid, carilah Sa"d ibn Rabi! Jika kau menemukannya, sampaikan salam dariku! Katakan kepadanya,
Rasulullah menanyakan keadaannya," pesan Rasulullah
Saw. kepada Zaid ibn Tsabit.
Maka, Zaid bergegas mencari Sa"d ibn Rabi di antara
syuhada. Akhirnya, Sa"d ditemukan dalam keadaan
terluka parah. Ia mendapatkan tujuh puluh luka, baik
akibat sabetan pedang, lemparan lembing, maupun
lontaran anak panah musuh. "Hai Sa"d, Rasulullah
menyampaikan salam untukmu. Beliau juga menanyakan
keadaanmu," ujar Zaid dengan lembut.
280 Fuad Abdurahman "Semoga Rasulullah senantiasa mendapatkan
keselamatan. Katakan kepada beliau, "Ya Rasulullah,
aku telah mencium wangi surga." Katakan juga kepada
kaumku, orang-orang Anshar, "Jangan kalian ragu.
Kalian tidak pantas melarikan diri dari peperangan jika
mencintai Rasulullah dengan tulus meskipun kalian punya
pilihan!?" ujar Sa"d.
115 Kisah Menakjubkan Dalam Kehidupan Rasulullah Saw Karya Fuad Abdurahman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Setelah itu, ia mengembuskan napasnya yang
terakhir. Ruhnya terbang menuju surga yang penuh
kenikmatan. Para sahabat juga menemukan Amr ibn Tsabit di
antara orang-orang yang terluka. Ia sedang menghadapi
sakratulmaut. Ia adalah orang Madinah yang ikut berperang,
tetapi belum masuk Islam. Hingga saat itu, ia masih
menolak untuk masuk Islam. Karena itulah, Rasulullah
Saw. menyuruh orang untuk menanyainya: "Apakah yang
membuatmu berperang bersama kami" Apakah karena
kaummu atau karena Islam?" tanya sahabat.
"Aku berperang karena Islam. Aku beriman kepada
Allah dan Rasul-Nya, lalu aku berperang bersama
Rasulullah hingga terluka seperti yang kalian lihat," jawab
Amr. Tidak lama kemudian, ia mengembuskan napasnya
yang terakhir. Para sahabat melaporkan keadaannya
kepada Rasulullah Saw. sehingga beliau bersabda, "Ia
termasuk ahli surga."
"Padahal, ia belum pernah shalat sekali pun," tutur
Abu Hurairah.[] Pahlawan-Pahlawan Uhud 281 Jasad yang Dimandikan Malaikat S alah seorang sahabat yang juga gugur sebagai syahid
dalam Perang Uhud adalah Hanzhalah. Ketika perang
usai, para sahabat menemukan jasadnya basah dan
masih meneteskan air. Para sahabat segera melaporkan
keadaannya kepada Rasulullah Saw.
"Jasadnya dimandikan malaikat. Tanyakanlah kepada
istrinya, mengapa bisa demikian?" ujar Rasulullah Saw.
Maka, tiba di Madinah, para sahabat menceritakan
keadaan Hanzhalah kepada istrinya, Jamilah binti Ubay
ibn Salul: "Suamimu telah gugur sebagai syahid di medan
perang kemarin. Bersabarlah, karena Allah tidak akan
menyia-nyiakan suamimu. Allah akan membalasnya
dengan surga." "Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan
suamiku syahid di medan perang. Insya Allah, aku
bersabar," ujar Jamilah tegar.
"Kami ingin bertanya kepadamu tentang suamimu."
"Memangnya, ada apa dengan suamiku?"
"Kami menemukan jasad suamimu basah dan
masih meneteskan air. Lalu, kami laporkan kepada
Rasulullah dan beliau bilang, suamimu telah dimandikan
malaikat. Selanjutnya, Rasulullah menyuruh kami untuk
menanyakannya kepadamu, mengapa bisa demikian?"
"Oh " itu," kata Jamilah agak malu, "sebenarnya,
aku dan suamiku baru saja menikah. Sebagai pengantin
baru, kami lalui malam-malam laiknya orang yang baru
menikah. Beberapa hari kemudian, kami mendengar
seruan untuk berjihad. Tanpa pikir panjang, suamiku
bergegas bangun, mengenakan baju zirah, mengambil
pedang, lalu keluar menuju medan perang dalam
keadaan junub." "Sekarang, kami tahu mengapa suamimu dimandikan
malaikat setelah ia berperang dengan gagah berani dan
akhirnya gugur sebagai syahid," kata para sahabat.
"Ini adalah karunia Allah yang Dia berikan kepada
siapa pun yang Dia kehendaki. Allah adalah pemilik
karunia yang besar," tutur Jamilah dengan wajah berseri.[]
Jasad yang Dimandikan Malaikat
283 Prajurit yang Menjadi Ahli Neraka S uatu ketika pasukan Muslim yang dipimpin Rasulullah
Saw. berhadapan dengan pasukan musyrik dalam
sebuah peperangan. Ketika sebagian orang beristirahat,
Rasulullah pergi ke markas pasukan Muslim. Di antara
pasukan Muslim saat itu ada seorang laki-laki yang
tampak sangat bersemangat dalam peperangan. Ia tidak
membiarkan seorang musuh pun lepas dari sabetan
pedangnya. Para sahabat berkomentar tentang orang
ini, "Betapa besar pahala si fulan itu pada hari ini
dibandingkan kita." Mendengar komentar mereka, Rasulullah Saw.
menanggapinya, "Sesungguhnya ia termasuk ahli neraka."
Karena heran mendengar ucapan Rasulullah, salah
seorang sahabat berkata, "Aku adalah temannya dan
aku akan mengikuti gerak-geriknya."
Kemudian, ia pergi memperhatikan segala gerakgerik orang yang disebut sebagai ahli neraka itu. Jika
orang itu maju, ia pun maju, dan jika temannya itu
berhenti, ia juga berhenti.
Selang beberapa waktu, orang yang disebut ahli
neraka itu mendapat luka yang sangat parah akibat
tebasan musuh. Namun, alih-alih bersabar, ia malah
mempercepat kematiannya dengan menancapkan pangkal
pedangnya ke tanah dan mengarahkan hulu pedangnya
yang runcing ke ulu hatinya, dan ia hempaskan tubuhnya
ke pedang itu. Ternyata, ia memilih jalan pintas: bunuh
diri. Setelah melihat at dengan mata kepala sendiri ri apa yang dilakukan orang ang "Sesungguhnya ada laki-laki yang tampak oleh
itu, sahabat yangg manusia melakukan amal ahli
tadi mengawasi surga, tetapi sebenarnya ia
dan mengikutinya termasuk ahli neraka. Dan
segera menghadap sesungguhnya ada laki-laki yang
tampak oleh manusia melakukan
Rasulullah Saw. amal ahli neraka, tetapi dan berkata, "Aku sebenarnya ia termasuk bersaksi, engkau u ahli surga." adalah utusan Allah."
h." Rasulullah Saw. bertanya, "Ada apa?"
?" "Tentang laki-laki yang engkau sebutkan sebagai
ahli neraka tadi sehingga orang-orang terkejut
mendengarnya. Aku mengatakan kepada mereka bahwa
aku akan mengikutinya dan mengabarkan keadaannya.
Prajurit yang Menjadi Ahli Neraka
285 Maka, aku mengawasi gerak-geriknya hingga ia
terluka parah. Namun, ia mempercepat kematiannya
dengan cara menancapkan tungkai pedangnya ke
tanah dan mengarahkan hulunya ke ulu hatinya, lalu
menghempaskan tubuhnya ke pedang itu hingga ia tewas
akibat bunuh diri." Mendengar cerita sahabat itu Rasulullah Saw.
bersabda, "Sesungguhnya ada laki-laki yang tampak oleh
manusia melakukan amal ahli surga, tetapi sebenarnya
ia termasuk ahli neraka. Dan sesungguhnya ada laki-laki
yang tampak oleh manusia melakukan amal ahli neraka,
tetapi sebenarnya ia termasuk ahli surga."[]
286 Fuad Abdurahman Rasulullah Kehilangan Julaibib J ulaibib adalah seorang sahabat Rasulullah Saw.
yang terkenal berani. Suatu hari Rasulullah Saw.
menempuh perjalanan menuju satu peperangan bersama
kaum Muslim. Kemudian, Allah memberikan karunia
berupa pampasan perang kepada pasukan Muslim.
"Apakah kalian kehilangan salah seorang teman
kalian?" tanya Rasulullah Saw. kepada para sahabat.
Para sahabat menjawab, "Benar, kami kehilangan
fulan, fulan, dan fulan .?"
Rasulullah Saw. bertanya lagi, "Apakah kalian
kehilangan salah seorang teman?"
"Benar, kami kehilangan fulan, fulan, dan fulan ","
jawab para sahabat. Untuk kali ketiga, Rasulullah Saw. bertanya lagi,
"Apakah kalian kehilangan salah seorang teman?"
"Tidak," ujar para sahabat.
Maka, Rasulullah Saw. berkata, "Akan tetapi, aku
kehilangan Julaibib. Jadi, kalian carilah ia sampai ketemu!"
Para sahabat segera mencari Julaibib dan mereka
menemukannya tergeletak bersama tujuh orang musuh
yang berhasil ia bunuh. Mereka bergegas melaporkan
keadaannya kepada Rasulullah Saw. yang melangkah
cepat mendatangi tempatnya, lalu berkata, "Julaibib
telah membunuh tujuh musuh kemudian ia terbunuh.
Ia merupakan bagian dari diriku dan aku bagian dari
dirinya." Selanjutnya, Rasulullah Saw. mengangkat Julaibib
dengan kedua tangan beliau dan menguburkannya tanpa
memandikan jenazahnya terlebih dahulu.[]
288 Fuad Abdurahman Dikafani dengan Baju Zirah Nabi A da seorang laki-laki Badui (pedalaman Arab, yang
tinggal nomaden di kemah-kemah) datang menemui
Rasulullah Saw., lalu menyatakan beriman dan mengikuti
beliau. Ia berkata, "Aku akan berhijrah bersamamu."
Rasulullah Saw. dan para sahabat memberikan nasihat
agama kepadanya. Tidak lama setelah menyatakan keislamannya, orang
Arab Badui ini ikut berperang bersama Rasulullah Saw.
daam Perang Khaibar. Ketika kaum Muslim menang dan
mendapatkan ganimah, Rasulullah Saw. membagikannya
kepada para sahabat, termasuk laki-laki Badui itu. Semua
sahabat yang kebagian ganimah tentu saja bergembira,
tetapi tidak dengan laki-laki Badui itu. Ia bertanya, "Apa
ini?" Para sahabat menjawab, "Ini adalah bagian ganimah
untukmu dari Rasulullah."
Ia menerima bagian ganimahnya, tetapi kemudian
menghadap Rasulullah Saw. seraya berkata, "Harta
apakah ini?" "Ini adalah bagian ganimah yang kuberikan sebagai
bagianmu," jawab Rasulullah Saw.
"Ya Rasulullah, bukan karena urusan ini aku
mengikutimu. Tetapi aku ingin agar suatu saat nanti aku
terkena tancapan di sini"sambil menunjuk ke lehernya"
sehingga aku terbunuh dan masuk surga."
"Jika kau menepati janjimu kepada Allah, Dia juga
akan menepati janji-Nya kepadamu," tegas Rasulullah
Saw. Setelah kaum Muslim beristirahat, mereka kemudian
bangkit untuk melanjutkan penyerbuan. Di tengah
kecamuk peperangan, para sahabat menggotong laki-laki
Badui ini menghadap Rasulullah Saw. Lehernya terkena
anak panah"di tempat yang sesuai dengan yang ia
tunjukkan sebelumnya. Melihat keadaan laki-laki itu, Rasulullah Saw.
bertanya, "Apakah ini orang yang kemarin?"
"Benar," jawab para sahabat.
Rasulullah Saw. bersabda, "Ia telah menepati
janjinya kepada Allah. Maka, Allah pun menepati janjiNya kepada laki-laki ini."
Kemudian, Rasulullah Saw. mengafaninya dengan
baju zirah milik beliau. 290 Fuad Abdurahman "Ya Allah, ini adalah hamba-Mu. Ia keluar untuk
hijrah di jalan-Mu dan terbunuh sebagai syahid. Maka,
akulah yang menjadi saksi atasnya," ujar Rasulullah Saw.
usai menguburkannya. Lain lagi nasib yang dialami seorang penggembala milik
Jabir. Ia syahid setelah minta didoakan oleh Rasulullah
Saw. dalam suatu peperangan melawan Bani Amar.
Di tengah perjalanan, para sahabat beristirahat
sejenak di bawah sebatang pohon. Tiba-tiba, Rasulullah
Saw. menghampiri mereka. Jabir, yang duduk bersama
para sahabat lain saat itu berkata kepada Rasulullah
Saw., "Wahai Rasulullah, mari berteduh."
Beliau berjalan mendekat, memberi salam, dan
berteduh di sana. Kemudian Jabir mengeluarkan
mentimun kecil dan menghaturkannya kepada Rasulullah
Saw. Beliau bertanya, "Dari mana kalian mendapatkan
ini?" "Kami membawanya dari Madinah," ujar Jabir.
Tidak lama kemudian, seorang penggembala milik
Jabir datang dengan mengenakan dua burdah yang telah
usang. Rasulullah Saw. melihat kepadanya, kemudian
bertanya kepada Jabir,
115 Kisah Menakjubkan Dalam Kehidupan Rasulullah Saw Karya Fuad Abdurahman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kemelut Di Pulau Aru 2 Joko Sableng Malaikat Penggali Kubur Pendekar Kidal 3
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama