Ceritasilat Novel Online

Fazahra Akmila 2

Fazahra Akmila Karya Naima Adida Bagian 2


Akmal sudah berjalan mendahuluinya. Ia mungkin sudah sampai dimasjid.
Nisa melangkahkan kakinya ke masjid.
"Allahuakbar... Allahuakbar"
Suara indah nan merdu itu menyusup ke indra pendengarannya.
"Suaranya bagus. Siapa muadzinnya?" tanya nisa berharap ada orang yang menyahutinya.
"Itu suara kak akmal" sahut seorang anggota osis lain yang ternyata juga ikut ke masjid.
"Demi apa" Masa' sih" Kok gue ragu ya" ucap nisa.
"Kalo gak percaya... Liat aja sendiri didalam." balasnya.
Tanpa menunggu lagi, nisa langsung masuk ke dalam masjid. Benar saja, akmal sedang adzan disana.
Tiba-tiba senyum nisa mengembang. Entahlah, melihat seorang laki-laki itu sedang adzan membuat hatinya tentram. Rasa kesalnya seolah lenyap begitu saja.
**** Nisa tersadar dari pikirannya. Ia melihat henna ditangannya. Lukisannya sangat bagus disana.
Nisa tersenyum miris melihat nama yang tertera ditengan henna telapak tangannya. Nama yang ditulis dengan bahasa arab yang sangat indah. Siapa lagi kalau
bukan nama calon suaminya, Faiz Akmal.
"Kenapa kenangan bersama kakak selalu berputar di kepalaku" Dan itu menyiksaku" ujar nisa lirih pada dirinya sendiri berharap orang yang dimaksud dapat
mendengarnya. Ia lantas berdiri dan mencuci tangannya. Ia keluar dari kamar mandi dan melihat gadis kecil masih tidur dengan wajah polosnya. Ia tersenyum mendekat kearahnya.
Mengelus pipi tembemnya. Mencoba membangunkan malaikat kecil itu.
"Sayang.... Bangun. Kita sholat ashar dulu"
Gadis mungil itu menggeliat kecil lalu mengerjap-ngerjapkan matanya. Sungguh menggemaskan menurut nisa, ia sangat ingin mencubitnya saat ini juga.
"Kakak... Aku masih ngantuk" ujarnya menutup matanya kembali.
Nisa menarik hidung gadis kevil itu pelan. Dia benar-benar menggemaskan.
"Aw.... Kak nisa" keluhnya lalu mendudukan tubuhnya.
"Beginikan langsung bangun" ucap nisa lalu terkekeh pelan.
"Sana, cuci tangan... Henna mu bagus" ucap nisa kembali dengan nada datarnya. Dengan malas, aisyah melangkahkan kakinya untuk mencuci tangan. Bahkan, ia
sampai menabrak pintu karena nyawanya belum genap. Bukannya membantu, nisa malah tertawa melihatnya.
"Ck... Dasar anak kecil. Selalu bisa buat gue ketawa"
**** Ba'da isya' semua santri masih berada dimasjid. Hari ini pengajian akan diisi oleh gus rifat karena abah sedang ada halangan.
Nisa duduk bersebelahan dengan lifa. Ia menatap sepupunya dengan satu alis terangkat. Ia sedikit heran. Mengapa lifa menatap gus rifat seperti itu.
'Apa segitu tampannya calon kakak ipar" Ya, nisa akui gus rifat memang ganteng. Tapi, tetap saja lebih ganteng gus faiz. Eh... Kenapa aku bilang kayak
gitu" Tauk ah...' "Dosa tuh mata kak lifa" sindir nisa membuat lifa menoleh ke arahnya.
"Heh... " lifa sama sekali gak ngeh atas apa yang diucapkan sepupunya itu.
"Apa loe gak pernah liat orang cakep kayak yang didepan?" tanya nisa begitu menusuk sambil melirik ke arah orang yang ada didepan yang tak lain yaitu gus
rifat. Lifa hanya mampu menelan ludahnya dalam. Tak tau harus menjawab apa.
"Aku lagi dengerin aja yang dia sampein kok" jawabnya dengan sedikit gugup.
Nisa tersenyum miring. "Loe suka ya sama gus rifat" ucap nisa dengan blak-blakan.
Skakmat. Lifa membeku ditempat. Nisa terkekeh melihat ekspresi lifa yang paling gak banget menurutnya.
"Sumpah... Muka loe minta dibayar" ucap nisa dengan masih terkekeh bahkan ia sekarang malah tertawa.
Lifa menekuk mukanya kesal juga malu. Refleks ia membekap mulut nisa sebelum mereka menjadi pusat perhatian karena suara tawa nisa.
"Perempuan tuh kalau ketawa jangan sampai bersuara. Tawa setan itu namanya" ucap lifa mengalihkan pembicaraan.
Nisa menarik tangan nisa kasar.
"Gue gak bisa nafas bodoh"
"Hm" "Loe suka kan sama gua rifat"
"Gak" "Bohong dosa loh"
"Enggak" "Gak salah maksudnya"
"Apaan sih loe?"
"Hm" "Surat dari gus faiz udah kamu baca?" tanya lifa mengalihkan topik pembicaraan lagi. Kali ini, nisa terdiam lalu menepuk dahinya sendiri.
"Mampus... Gue lupa"
"Makanya.. Makanya..." ucap lifa menggantungng.
"Makanya apa?" sewot nisa lalu akan berdiri. Namun, tangannya dicegah oleh lifa.
"Heh... Mau kemana?" tanya lifa.
"Mau ke neraka boleh?" jawab nisa asal membuat tangan lifa yang mencengkram lengannya langsung terlepas. Tanpa pamit, nisa langsung berlalu dari pandangannya.
"Ya Allah, kenapa aku gak dikasih sepupu selayaknya... Dia gadis tapi kayak iblis"
**** Nisa berjalan terburu-buru menuju kamarnya. Ia membuka pintu kamrnya kasar. Mencari sesuatu diatas meja sebelah tempat tidurnya.
"Alhamdulillah, masih ada" ujar nisa lega. Ia duduk diatas ranjangnya. Membuka amplop putih itu. Di dalamnya ada kerras putih biasa dengan tulisan yang
penuh. "Yakin... Sama sekali gak romantis" cedaknya melihat surat yang diberikan oleh calon suaminya itu.
Assalamu'alaikum... Bissmillahirrahmanirrohim...
Semoga Allah selalu meridhoi dan merahmatimu calon istriku.
'Calon istri"' Sebelumnya aku minta maaf gak ngasih kabar selama seminggu ini. Aku juga gak nemuin kamu padahal aku disini. Umi melarangku, katanya dipingit.
'Persetan dengan pingitan'
Sekali lagi maaf untuk semua kesalahanku hari ini, kemarin, dan yang telah lalu.
'Maaf kok terus' Aku hanya mau menyampaikan. Besok kita nikah.
'Ya... Besok kita akan menikah. Namun, sampai detik ini aku masih ragu pada diriku sendiri'
Aku ingat, kamu pernah bilang. Nikah itu sekali untuk seumur hidup, iyakan". Dan besok kita akan nikah. Aku tau, kamu tidak lagi mencintai. Tapi, singkirkanlah
egomu besok dan hari ini. Mari kita bersama meluruskan niat untuk menikah karena mengikuti sunnah Rasulullah. Semoga dengan itu, Allah meridhoi dan merahmati
pernikahan kita. Dear... Love is not false
Never regret with what's been happen
It can happen, because Allah wanna it happen
All will pass Now, we meet in better place
Let me hug our memories Let me tell our story Let your heart guide you to go home...
From: kakak tersayang 'Yah, kamu benar... Mungkin, aku harus meluruskan niat agar pernikahan ini mendapat ridho dari Allah... Aku akan mencoba. Jika ini memang takdirku, ikhlaskan
hatiku ya Robb' Begitulah isi surat dan komentar dari penerima surat. Pernikahan bukanlah mainan. Ia adalah ikatan suci yang menyatukan 2 orang insan. Setiap hari kita
akan melihat orang yang sama dengan kebiasaan yang sama. Walau pernikahan ini tidak seperti pernikahan lain dalam prosesnya. Setidaknya, mereka harus meluruskan
niat untuk menikah mengikuti sunnah Rasulullah, agar pernikahan ini menjadi ladang padala bagi mereka. Semoga, pernikahan ini mendapat ridho dan rahmatNya.
part 16 wedding day A Hari ini hari yang paling mendebarkan bagi faiz. Bagaimana tidak" Sebentar lagi ia akan mengucapkan janji suci mengikat anak gadis orang menjadi istrinya.
Ia benar-benar gugup hari ini. Beberapa kali ia mengucap dzikir untuk menenangkan hatinya. Namun, nihil... Ia justru semakin gugup seiring berjalannya
waktu. Dari semalam ia tidak bisa tidur karena nanti ia akan menikah. Ia akan melepas masa lajangnya hari ini. Ia tidak single lagi melainkan akan mengemban tanggung
jawab atas istri dan anaknya kelak. Sepupunya yang sesari tadi menemaninya jadi kesal sendiri karena kegugupan faiz sungguh terlalu.
"Yaelah... Gak usah gugup kayak gitu kali iz. Pusing gue liatnya" tegur seseorang yang tak lain adalah gus rifat.
"Ya udah gak usah liat."
"Loe ada didepan gue gila. Gimana gue gak liat"
"Gue gugup banget, yakin. Gue udah baca dzikir dari tadi tapi gue masih gugup"
"Santai aja bro... Loe itu mau nikah. Bukan mau nemuin boss mafia"
"Asem loe... Mungkin saat ini loe bilang kayak gitu. Tapi, nanti pas loe mau nikah. Loe pasti kayak gitu. Gue yakin seribu persen"
"Masa' sih gak juga. Loe udah hafal akad nikahnya"."
"Udah diluar kepala lagi. Abah udah ngingetin gue dari semalam."
"Oh ya udah. Ayo... Ke masjid. Akad nikahnya mau dimulai"
"Bissmillah... Aku menikah karena mengikuti sunnah Rasulullah"
Mereka berdua menuju masjid bergaya arabik di tengah pondok ini. Disana sudah dipenuhi banyak orang yang akan menyaksikan moment penting ini.
**** Seorang gadis berwajah tirus dengan balutan gaun pengantin berwarna putih itu terlihat sangat cantik. Apalagi, jilbab yang membingkai wajahnya serta mahkota
diatasnya membuatnya terlihat seperti bidadari.
Ya, gadis itu tak lain adalah nisa. Ia sedang duduk dikamar ditemani mama dan sepupunya. Ia berulang kali mengucap dzikir untuk mengusir gugup pada dirinya.
Namun, tetap saja tak berhasil.
Gadis itu terserang gugup luar biasa. Bagaimanapun juga ia tetap seorang wanita yang akan merasa gugup saat akan menikah walau pernikahannya ini cenderung
terpaksa. Namun, setelah semalam ia membaca surat dari suaminya itu. Ia sadar, ia harus menghilangkan egonya hari ini.
Nisa menghembuskan nafasnya kasar. Gus faiz memang benar.
Ia harus ikhlas dan meluruskan niat untuk mengikuti sunnah Rasulullah. Itulah yang terbaik. Semoga Allah meridhoi dan merahmati mereka.
'Bissmillahirrahmanirrahim.. Aku menikah untuk mengikuti sunnah Rasulullah'
Nisa menghela nafas sekali lagi. Ia menoleh ke arah mamanya sekarang. Ia sedikit merasa bersalah pada mamanya. Mamanya terlihat masih cantik diusianya.
Dulu, mamanya tidak mengizinkannya untuk kepesantren ini bersama lifa karena alasan kekhawatiran. Namun, ia tetep keukuh penasaran dengan dunia pesantren.
Dan beginilah akhirnya, ia harus menikah hari ini.
Nisa menyenderkan kepalanya dipundak mamanya. Ia menangis dalam diam. Mamanya mengelus lengan menenangkan purti bungsunya ini.
"Ma... Maafin nisa ya" ucapnya lirih.
"Buat apa" Tidak ada yang salah. Mungkin, ini sudah takdirNya. Tidak perlu disesali... Sayang. Mama rasa kamu sudah mampu menjadi istri yang baik. Luruskan
saja niatmu untuk menikah hanya mencari ridho Allah" ucap mamanya lembut.
Nisa mengusap air matanya pelan. Lalu, menegakkan tubuhnya. Ia menatap sendu mamanya.
"Aku sayang mama" ujarnya lalu memeluk mamanya dengan erat.
"Heh... Jangan erat-erat. Nanti, make up kamu rusak" cerca lifa yang sedari tadi cuma jadi patung menonton adegan anak dan ibu ini.
"Ck... Perusak suasana" cedak nisa dengan sinis lalu melepas pelukan mamanya.
"Heh.. Yang sopan sama kakak sepupumu." tegur mamanya.
Lifa tersenyum puas. Lalu, tiba-tiba keadaan menjadi hening.
"Kalo nisa udah nikah. Nisa gak bisa lagi nemenin aku disini. Ah.. Bakal kangen nih sama si putri es" ujar lifa dengan senyum dipaksakan. Sebenarnya, ia
juga sedikit merasa bersalah juga kehilangan sepupunya yang memiliki sifat dingin dan konyol secara bersamaan setelah nisa menikah nanti.
"Kayak aku mau mati aja. Kamu lupa faiz itu gus disini" jawab nisa dengan tidak ada manis-manisnya.
Lifa terkekeh pelan mendengar jawaban nisa. Sedang, mamanya hanya tersenyum tipis.
Putrinya sudah dewasa sekarang. Ia akan menjadi istri hari ini. Berat juga rasanya dia ditinggalkan oleh putrinya. Padahal, baru seminggu saja nisa di
pesantren. Ia sudah merindukannya. Apalagi, setelah menikah. Nisa pasti akan selamanya tinggal bersama suaminya. Ia akan jarang bertemu dengan putrinya.
Tapi, ia harus ikhlas. Putrinya pantas untuk mendapatkan kebahagiaan uang tak bisa diberikan olehnya selama ini.
Pikir mama nisa. Setelah candaan garing kedua sepupu itu. Keadaan kamar menjadi hening. Hanya terdengar suara kisruh diluar pertanda akad nikah akan segera dimulai.
Qobiltu nikahaha watazwijaha annisa zahra kamilah binti harris jamal bi mahri dzalika halan.
Tes. Tanpa disuruh air mata nisa keluar begitu saja mendengar akad nikahnya. Ada sedikit rasa senang dihatinya. Entahlah... Ia sendiri tidak tau. Yang
Ia tau ia resmi menyandang status sebagai istri muhammad faiz akmal zidan hari ini.
Bacaan surat al waqiah juga beberapa surat lainnya sebagai salah satu mahar pernikahannya mengalun indah di telinga. Ia dapat mendengarnya dengan sangat
jelas karena masjid yang dipakai untuk akad nikah sangat dekat dengan ndalemnya kyai.
'Jadi, loe masih ingat itu, kak. Loe beneran cinta sama gue"'
Lagi-lagi air matanya keluar. Mama nisa sudah mengelus-elus tangan menenangkannya. Lifa juga siap sedia tisu mengusap air matanya.
"Jangan nangis dong.. Make up loe luntur gue gak tanggung jawab. Nanti gus faiz takut liat loe karena istrinya kayak badut. I don't care" cercanya pada
nisa. Satu jitakan mulus mengenai keningnya.
Jtakk... "Sarap. Pengantin cantik gini dibilang kayak barongan" balas nisa tak terima dengan ucapan lifa. Lalu, mengambil tisu mengusap air matanya sendiri.
"Udah... Jangan nangis. Ayo, keluar. Sudah di tunggu suamimu" ucap mams nisa yang langsung menggandengnya keluar untuk menuju masjid.
**** Didalam masjid yang bergaya arabik dengan kolam yang mengelilinginya ini seperti dibanjiri oleh lautan manusia.
Dia dituntun menghampiri suaminya. Baru saja satu langkah ia masuk masjid. Semua mata sudah tertuju padanya.
Nisa terlihat sangat cantik hari ini. Bahkan, gus faiz sampai menganga menatapnya. Beberapa detik ia terkesima.
"Hey.. Bro. Masih pagi. Sadar. Istri loe emang cantik dan gak bakal ilang. Muka loe minta dibayar. Yakin" tegur gus rifat pada gus faiz sambil menepuk
bahunya. "Dia beneran istri gue" Mila?" tanyanya dengan tidak mulu.
"Gak. Sebelahnya tuh calon istri gue" jawab rifat asal. Namun, sedetik kemudian ia sadar bahwa ia keceplosan. Untung saja, sepupunya ini masih tersihir
dengan kecantikan istrinya.
"Ish... Malah loe gak nyambung."
Balasnya sinis. "Abis pertanyaan loe gak mutu sih. Ya itu bener istri kamulah, nisa"jawab rifat enteng.
"Subnallah walhamdulillah... Sungguh indah ciptaanmu ya Allah" puji faiz akan kecantikan istrinya.
Tepat setelah ia menyelesaikan kalimatnya. Nisa sudah sampai didepannya lalu mengambil tangannya dan menciumnya.
Faiz membalasnya dengan mengecup keningnya lama sambil melantunkan do'a dalam hati.
Ya Allah... Tiada yang ku inginkan lagi selain limpahan ridho dan rahmatMu untuk pernikahan kami.
"Barakallah... Barakallah"
part 17 wedding day B Hamparan luas pelataran depan masjid dan pondok pesantren telah disulap menjadi tempat resepsi pernikahan yang indah.
Banyak orang yang menghadiri acara ini. Mulai dari saudara, teman dan rekan bisnis orang tua mereka semua diundang kesini. Tak lupa dengan teman-teman
SMA gus faiz dan juga nisa.
Segerombolan remaja dengan baju formal nampak mendekat kearah kursi pelaminan.
Kedua mempelai yang sedari tadi hanya diam sukses melebarkan kornea matanya untuk memastikan siapa yang menghadiri acara pernikahan mereka.
"Kakak yang undang mereka kesini?" tebak nisa dengan nada dinginnya tanpa melihat ke arah seseorang yang beberapa menit lalu sudah resmi menjadi suaminya.
"Iya" jawabnya singkat.
"Ngapain di undang segala sih?" tanya nisa dengan tajam yang kini menoleh kearahnya.
"Hendaknya pernikahan itu dihadiri banyak orang agar tidak timbul fitnah" jawab faiz dengan nada dinginnya.
"Jadi, loe gak seneng kalo kita dateng nis" Yaudah, kita balik aja yuk, sob" suara barithon seorang pria mengagetkan mereka.
Nisa hanya bisa melengos pasrah. Ia kesal dengan orang yang didepannya ini. Orang yang menjadi sumber semua keadaan ini. Siapa lagi kalau bukan reyhan.
Orang yang mempotret mereka. Hingga terciptanya foto terkutuk itu.
"Yaudah... Sono pulang"
"Yaelah neng. Pengantin baru sensi amat?" sahut fahri, teman sekelas faiz dulu.
"Gara-gara loe. Kita jadi gini" balas nisa pada reyhan.
"Loh.. Bukannya kalian sepasang kekasih yang paling kontroversial se SMA" Bersyukur dong.. Karena gue loe berdua menikah dengan cepat" ujar reyhan membela
diri. "Keadaanya udah beda" ujar fais sangat dingin. Namun, wajahnya terlihat sangat tenang.
"Yaudah, toh kalian udah menikah kan" Di syukuri aja kali. Gue doain deh... Jadi keluarga samawa" ucap reyhan.
"Thanks... Mana yang...?" belum selesai faiz berkata, seseorang telah memotongnya.
"Assalamualaikum... Hei bro. Gak nyangka loe nikah sama baby imut gue bukannya loe udah tunangan sama orang lain. Padahal yang naksir baby imut kan gue
dari kelas 1." ujar seseorang dengan kesal yang di buat-buat. Dia adalah temannya nisa yang sudah menaksirnya sejak kelas satu SMA. Namun, nisa selalu
menolaknya. "Waalaikum salam... Don't call me baby imut. My name is nisa" balas nisa dengan wajah dingin sedingin es.
JTAkkk... Satu jitakan mulus meluncur indah di dahinya. Siapa lagi pelakunya kalau bukan gus faiz.
"Heh... Sembarangan. Nisa itu kekasih gue dari kelas 1" balas faiz tak terima jika istrinya dipanggil dengan baby imut oleh orang itu.
"Oh ya" Tapi, kenapa loe ninggalin dia tanpa kabar selama ini" Dia bahkan kayak mayat hidup saat tau loe udah tunangan dengan orang lain" balasnya dengan
sinis. Skakmat. Faiz tertegun, mencerna perkataan orang itu. Apakah benar apa yang dikatakan orang itu" Ia tak tau jika selama ini nisa begitu tersakiti. Ia merasa sangat
bersalah sekarang. Pantas saja, gadisnya itu marah padanya saat mereka bertemu kembali.
Nisapun sedikit terkejut pria itu berani berkata seperti itu didepan gus faiz. Tak seharusnya dia berkata seperti itu. Padahal awalnya nisa mengira orang
itu hanya bercanda, melihat ekspresinya yang menjijikan menurutnya.
"Diem kan loe" Gak bisa jawab."
Ujar pria itu dengan sinis dan menatap gus faiz dengan tajam. Faiz menatap orang itu dengan tak kalah tajamnya.
Nisa yang melihat perang dunia kelima sebentar lagi akan terjadi. Dia menjitak kepala dua orang itu.
Jtak.. Jtak... "Aw..." ringis keduanya.
"Loe berdua mau perang di pernikahan gue" Sorry... Ini bukan ring tinju" ucap nisa dengan dinginnya.
Dua pria itu menatap ke arah nisa yang menatap mereka berdua dengan tajam.
"Zaki... Sudahlah. Gue udah nikah. Ikhlasin gue. Gue udah bahagia. Masih banyak wanita lain yang lebih baik dari gue" ucap nisa dengan sedatar mungkin.
Pria yang bernama zaki itu tersenyum ke arahnya. Sedangkam, guz faiz tersenyum puas lalu merangkul bahu istrinya.
"Gue akan ikhlasin loe, kalau loe bahagia. Tapi inget! Jika loe butuh gue, jangan sungkan. Loe masih tetep jadi prioritas gue" ucap zaki dengan lembut
ke arah nisa. "Terimakasih... Tapi, sekarang dia perioritas utama gue karena dia Nyonya Zidan" balas faiz dengan penuh penekanan lalu dengan singkat mengecup bibir istrinya
itu. Nisa mematung di tempat. Masih syok dengan apa yang dilakukan gus faiz.
"Gue doain semoga kalian jadi keluarga samawa" ucapnya dengan tersenyum.
"Tapi, gue gak akan segan-segan ngerebutnya dari loe. Kalo sampai gue tau dia menderita karena loe" bisik zaki dengan sangat pelan tepat ditelinga faiz.
Bukan lagi bisikan, lebih tepatnya ancam.
Faiz hanya membalasnya dengan senyum sinis.
"Aku gabung ke sana dulu ya nis" ucap zaki menyadarkan nisa. Ia hanya mampu mengangguk pelan. Pria itu kemudian bergabung ke yang lain.
Nisa menyentak tangan yang gus faiz yang merangkul bahunya.
"Kenapa" mau lagi?" tanya gus faiz menggodanya.
"Makasih. Gak usah" jawab nisa dengan cepat lalu menjauhkan tubuhnya. Takut dia kecolongan lagi.
Gus faiz hanya terkekeh pelan. Ia mengamati wajah istrinya. Menikmati setiap lekuk wajahnya. Ia terlihat sangat cantik hari ini.
"Loe selalu cantik" puji gus faiz jujur.
Nisa menoleh ke arah suaminya. Apa dia tidak salah mendengar. Barusan gus faiz memujinya. Sungguh hal yang langka.
"Wah... Loe muji gue kak" Perlu sujud syukur nih gue. Tapi, emang semua wanita juga cantik. Mana ada wanita itu ganteng" balas nisa dengan dingin sambil
memalingkan muka ke arah lain. Mencoba untuk tidak tergoda oleh pujiannya.
Gus faiz tersenyum tipis. Istrinya itu masih sama dinginnya seperti dulu. Tapi, itu yang paling ia sukai.
Mereka berdua terdiam agak lama. Melihat teman-temannya yang sedang mengambil makanan sambil bersenda gurau. Momen seperti ini dimanfaatkan oleh mereka
untuk reuni dadakan dengan gratis.
Tiba- tiba, bacaan surat alwaqiah yang dibuat mahar pernikahan mereka, terngiang lagi dikepala nisa.
"Kenapa maharnya ada Al Waqiah?" ucap nisa tanpa sadar. Entahlah, pertanyaan itu begitu saja meluncur dari mulutnya.
"Loe pernah bilangkan saat kajian kitab dulu. Ketika loe nikah nanti pengen diberi mahar uang tunai dan bacaan surat Al Waqiah" jawab faiz sesantai mungkin.
"Jadi, loe masih inget itu?"
"Masihlah... Gue masih muda. Ingetan gue masih seger" jawab gus faiz tanpa ada lembut-lembutnya dan tanpa menoleh ke arahnya.
Nisa memalingkan mukanya. Dikira ini film apa" yang bakal di jawab semua kenangan kita akan selalu gue ingat. Jangan terlalu berharap nisa. Suamimu itu
juga manusia es sepertimu.
Kemudian, beberapa tamu undangan menghampiri dan menyalami mereka. Baik gus faiz maupun nisa mengembangkan senyum mereka. Walau terkesan senyuman palsu.
Tapi, mereka tamu undangan. Berhak mendapat perilaku ramah dari tuan rumah. Mereka sudah mau meluangkan waktunya untuk menghadiri pernikahan ini. Bukankah
itu perlu dihargai".
part 18 wedding day C

Fazahra Akmila Karya Naima Adida di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Waktu maghrib tiba, semua orang menghentikan aktifitasnya. Mereka menuju masjid dekat tempat pelataran pernikahan ini untuk melakukan sholat maghrib. Acara
pernikahan bukanlah alasan untuk meninggalkan sholat bukan".
"Loe lagi udzur?" tanya gus faiz sama nisa. Ia hanya membalasnya dengan gelengan. Gus faiz menyerngitkan dahinya seolah berkata ayo, sholat dulu.
Nisa hanya menghela nafas. Suaminya ini bodoh atau tidak peka sih".
"Gue sholat pakai gaun pengantin?" tanya nisa dengan sinis. Gus faiz mengangguk mengerti.
Seorang gadis dengan kebayak ungu menghampiri mereka. Ia tersenyum ke arah mereka berdua.
"Jangan khawatir gus. Gue yang akan menenin sepupu gue yang paling cantik ini" ucapnya sambil nyengir tanpa dosa. Namun, tak ada respon dari keduanya.
"Nanti, qodho' semua sholat yang loe tinggalin ketika sampai rumah" ujar gus faiz dengan dingin.
"Hm" balas nisa hanya dengan deheman saja.
"Jagain dia. Nanti dia gondol kucing lagi" ucap gus faiz lalu pergi tanpa permisi. Hal itu membuat lifa tertawa lebar. Sedangkan nisa menekuk mukanya.
"Yakin... Gus faiz bisa ngelawak juga. Digondol kucing katanya" sahut lifa sambil masih tertawa.
"Ketawa aja terus sampai keselek. Kalo perlu sampai mati" ucap nisa kesal setengah hidup pada sepupunya itu.
Bukannya menanggapi, lifa justru mengambil makanan di tempat yang sudah tersedia. Lalu, duduk di samping nisa. Ia makan dengan lahap sampai lupa tujuannya
kesini. 15 menit berlalu, tapi lifa masih saja fokus pada makannya.
"Loe laper apa doyan sih" Gue heran. Loe doyan makan tapi gak gede-gede" ujar nisa dengan kesal. Dirinya sudah dikacangin oleh sepupunya. Menyebalkan!
"Dua-duanya... Nis" jawab lifa dengan santai. Lalu, melanjutkan makannya. Tak sadar, 2 orang pria telah berjalan mendekati mereka.
"Hei... Pelan-pelan makannya" suara barithon khas pria mengejutkan mereka.
"Uhuk.. Uhuk" lifa tersedak karena kaget melihat gus rifat menghampirinya.
"Minum dulu" ucap gus rifat sambil menyodorkan segelas air pada lifa. Ia juga menarik paksa piring yang ada ditangan lifa.
Gadis itu menunduk malu menerima minuaman itu lalu meneguknya sampai habis.
Nisa dan gus faiz hanya saling berpandangan melihat pemandangan didepannya ini. Mereka berdua sama menggidikan bahunya.
'Sejak kapan lifa jadi malu-malau kayak gitu" Bener dugaan gue dia suka sama gus rifat'
'Tumben, rifat peduli sama cewek. Apa lifa itu gadis yang dia maksud"'
Lifa yang sadar sedang diperhatikan lantas berdiri, mengambil piringnya dari tangan gus rifat lalu mengembalikaanya beserta gelas minumannya.
"Makasih gus" ucap lifa yang terdengar sedikit gugup. Gus rifat hanya mengangguk.
Faiz kembali ke tempat duduknya. Ia duduk sedikit menjauh dari nisa. Rifat mengamatai mereka berdua. Lalu, tersenyum. Ia tak menyangka sepupunya yang lebih
muda darinya sudah menikah terlebih dulu. Terus
.. Dirinya sendiri kapan" Entahlah, dia juga belum tau. Biarlah Allah yang mengatur segalanya.
"Selamat ya bro... Akhirnya loe nikah juga. Semoga jadi keluarga sakinah mawadah dan ..." belum selesai ucapanya sudah disambung oleh lifa.
" warahmah. Gue request.. Keponakan kembar yak" sambungnya dengan sumringah.
Nisa menautkan alisnya heran. Mood sepupunya cepat sekali berubah. Tadi gugup. Sekarang heboh.
"Oke... Tapi, loe berdua segera nyusul" balas nisa dan gus faiz secara bersamaan.
"Ecie... Kompak nih ya pengantin baru" ejek salah satu teman sekolahnya yang sudah berjajar rapi dibelakang lifa dan rifat.
Niat hati mau menggoda lifa. Justru mereka yang digoda.
"Kita foto bareng yuk. Kenang-kenangan" sahut reyhan yang sudah siap dengan kameranya.
"Hidup mati loe kamera doang" Nikah sono sama kamera" balas nisa dengan sinis membuat teman-temannya tertawa.
"Yang penting kita foto dulu. Tapi, jangan gue yang foto. Nanti gue gak ke foto lagi" ucapnya dengan melas minta di bayar.
"Eh... Kita juga dong ikutan. Assalamualaikum, nisa. Maaf ya kita telat dateng. Nih si rika lama banget dandannya" sahut seorang wanita dengan kebaya biru
ke arahnya. "Kok gue sih" Bukannya kita telat kesini karena loe diapelin." balas seorang gadis dengan memakai kebayak yang sama yang tak lain adalah rika.
"Pas... Rikha sama zizi udah disini. Jadi komplitkan. Ayo... Foto" seru reyhan dengan semanagt 45.
"Eh... Kang. Boleh minta tolong fotoin kita?" pinta gus rifat pada salah seorang santri yang kebetulan lewat di dekat mereka.
"Iya gus" Mereka semua telah berbaris rapi dengan sepasang pengantin yang berada ditengah. Santri itu juga sudah mengambil kamera yang diberikan reyhan.
CEKREK... CEKREK.... CEKREK.... Tiga kali foto telah diambil dengan pose yang berbeda.
"Makasih ya kang" ucap reyhan pada santri yang menyodorkan kamera setelah mempotret mereka.
Reyhan melihat hasil jepretan itu. Foto pertama, baik seperti foto formal. Semua tersenyum dan berdiri tegak menghadap kamera.
Foto kedua, Reyhan menyunggingkan senyumnya.
Pose ke dua ini sedikit absurd karena barisan sudah pecah juga pose teman-teman SMA nya yang sedikit alay. Maklum, anak gaul gitu loh.
Foto kegita membuat reyhan tertawa sampai guling-guling. Pose ketiga sangat hancur dan adsurb. Ada beberapa yang jongkok didepan, hormat ala tentara, jari
yang dibentuk menjadi huruf "V", ada yang merentangkan tangannya. Dan yang terakhir pasangan pengantin dengan pose yang sangat gak banget. Nisa melongo
karena saat kamera di klik. Faiz mencium pipi kirinya dan melingkarkan tangannya dipinggang nisa.
"Kenapa rey?" tanya nisa penasaran karena reyhan tertawa sampai segitunya.
Reyhan mendekat ke arah mereka. Lalu, menunjukan foto yang ada di kameranya.
"Yakin... Muka loe gak banget. Tapi, masih cantik kok" ucap reyhan yang masih tertawa.
Nisa melirik ke arah faiz dengan tajam. Namun, yang dilirik justru acuh tak mau tau.
"Udah... Jangan mulai perang. Loe serem kalo mata loe ditajemin gitu. Kita balik dulu ya. Semoga Allah selalu meridhoi dan merahmati pernikahan kalian"
ujar reyhan dengan tulus ke arah mereka. Mau tidak mau rifat dan nisa tersenyum.
"Kita juga mau ngucapin happy wedding faza. Semoga jadi keluarga samawa. Maaf kita datangnya telat" sahut rika.
"Makasih .. Udah dateng kesini dan makasih atas doanya. Gue seneng kok kalian datang walaupun telat" balas nisa dengan sedikit melembutkan suaranya. Tidak
dingin seperti biasanya. Ia bahagia teman-temannya hadir disini. Bahkan, kedua sahabatnya pun hadir walaupun telat.
Reyhan dan teman yang lain mulai pamit untuk pulang. Rika dan zizipun ingin pulang karena sudah kemalaman datang kesini.
"Kalian mau langsung pulang" Gak mau ambil makan dulu gitu?" tanya nisa dengan datar.
"Maaf deh, nis. Gak bisa. Soalnya udah kemalaman. Maaf ya... Besok-besok kita main deh kerumah loe" jawab rikha dengan jujur.
"Emang loe berdua tau rumah gue?" tanya nisa sinis.
"Gak juga sih... Hehe" jawab zizi dengan terkekeh tanpa dosa.
"Yaudah pulang sono. Hati-hati ya" ucap nisa yang terdengar seperti usiran. Sebenarnya, ia ingin cerita banyak dengan sahabatnya itu. Namun, ia tak boleh
egois. Ini sudah malam. Keselamatan mereka lebih penting.
"Oke gue pulang. Jaga sahabat gue yang satu ini ya kak. Yang sabar, dia itu orangnya rada-rada... "
"Enyah loe dari sini" potong nisa yang tersulut emosi karena tau lanjutan kalimat yang akan siucapkan oleh sahabatnya itu.
"Assalamualaikum, kita pulang. Kalo ada apa-apa jangan lupa telfon kita ya" ujar rikha dengan cepat sebelum di hajar oleh nisa.
"Waalaikum salam. Langsung pulang. Ini udah malam" jawab faiz dengan dingin. Kedua gadis itu langsung pergi.
Faiz menatap nisa gemas. Kalo sedang kesal, ekspresi istrinya ini sangat lucu menurutnya. Mukanya ditekuk 100 lipatan dan bibirnya itu loh menggoda.
Nisa yang sadar gus faiz sedang menatapnya. Segera memalingkan mukanya.
" Kecantikan gue gak bakal luntur, meskipun loe pandengin gue terus. Jadi, berhenti menatap gue kayak gitu" ucap nisa sinis lalu menolehkan pandangannya
dari gus faiz. Faiz yang tertangkap basah memandangi istrinya itu segera mengalihkan pandangannya.
"Liatin istri sendiri gak dosa. Daripada gue liatin istri orang" balas faiz dengan tak kalah tajam.
Nisa hanya mendelik tajam. Ucapan suaminya ini menusuk sampai ke tulang-tulanganya. Ia menatap ke depan berusaha acuh.
Nisa mulai mengantuk. Badanya juga sangat lelah. Namun, ia masih memaksakan membuka matanya yang sudah seperti lampu 5 watt. Ia melihat sekitar, lifa dan
gus rifat sudah tak lagi disini. Teman-temannya juga sudah pulang. Tamu undangannya juga sudah pada pulang. Hanya keluarga besarnya yang masih disini.
"Kapan sih, selesainya?" ucap nisa dengan setengah serak karena kantuk yang menyerangnya.
"Ini udah selesai. Nunggu, keluarga besar kumpul. Lalu, pamit. Kita pindah kerumah kita malam ini juga." balas faiz dengan santai.
Nisa hanya menghela nafas kasar. Ia ngantuk, dan masih harus menunggu" Yang benar saja".
part 19 (not) first night
Setengah jam berlalu. Kini, nisa sudah tidak lagi mengenakan gaun pengantin. Ia memakai baju yang didesain khusus couple. So, faiz juga memakai baju sepertinya.
Mereka terlihat cocok sekali. Nisa memakai gamis berwarna biru donker dengan desain elegan. Sedangkan, faiz memakai kemeja biru donker.
Keluarga besar mereka sudah berbaris didepan pintu. Mereka berdua akan berpamitan pada mereka karena hari ini juga mereka akan pindah ke rumah mereka.
"Faiz, jaga istrimu baik-baik. Kini, dia tanggung jawabmu. Dia sedikit manja juga cengeng. Kamu harus ekstra sabar menghadapi tingkah gadis kecil ayah
ini" ujar tuan harris yang tak lain ayah dari nisa.
"Ah... Ayah" ucap nisa dengan manja lantas memeluk ayahnya.
"Kamu juga nisa, harus jadi istri yang baik buat faiz. Bantu dia dalam segala hal." ucap mama nisa lantas memeluk putrinya itu. Faiz hanya bisa tersenyum
mendengarkan wejangan-wejangan mereka.
"Kalian harus selalu bersama. Nisa, kamu harus bisa menghargai faiz. Dia itu seperti es. Beku dan dingin. Jadi, sebisa mungkin mengerti karakternya. Semoga
kalian selalu bahagia." ucap mama karin dengan tersenyum tulus ke arah meraka.
"Kami menginginkan kabar baik secepatnya dari kalian." ucap tuan zian sambil menyeringai ke arah faiz. Nisa tertunduk malu sedangkan faiz terlihat salah
tingkah. Semua orang hanya terkekeh pelan melihat sepasang suami istri baru itu.
"Semoga Allah selalu melindungi kalian" lanjut tuan zidan lalu memeluk anak lelakinya. Pelukan ala laki-laki.
"Pernikahan bukan hal main-main. Jangan mudah mengatakan cerai faiz karena 3 hal yang disengaja maupun tidak dikatakan akan tetap terjadi salah satunya
itu cerai" ujar abah yang terdengar sebagai wejangan.
"Semoga kalian menjadi keluarga yang sakinah, mawadah, warahmah. Semoga ridho dan rahmat Allah selalu terlimpah atas keluargamu" ucap abah kembali.
"Aamin..." "Kami pamit dulu abah, umi, ayah, mama, papa, gus rifat, zahra, lifa dan semuanya. Terimakasih atas doa kalian. Assalamualaikum" ucap faiz lalu menggandeng
nisa memasuki mobil. Semua keluarga tersenyum kearah mereka. Nisa melambaikan tangannya dari dalam mobil.
"Aku pasti merindukan kalian" ujar nisa pelan lalu menyenderkan tubuhnya ke jok mobil. Tubuhnya lelah, ia juga mengantuk. Perlahan ia menutup matanya.
Faiz sedari tadi mengamati istrinya yang sudah terlelap. Memang, mereka diantar oleh supir karena mereka sangat lelah.
Seulas senyum terlihat di wajah dinginnya. Tersirat rasa bahagia karena gadis pujaannya kini telah resmi menjadi miliknya.
Perlahan senyum itu pudar tergantikan dengan senyum pahit. Ia mengingat ucapan zaki tadi. Benarkah selama ini nisa tersakiti olehnya".
'Oh ya" Tapi, kenapa loe ninggalin dia tanpa kabar selama ini" Dia bahkan kayak mayat hidup saat tau loe udah tunangan dengan orang lain'
"Maaf..." ucap faiz begitu lirih sambil mengelus puncak kepala istrinya.
**** Waktu telah menunjukan pukul 11 malam. Mereka kini telah sampai di sebuah rumah yang terlihat sederhana dari luar. Namun, sangat mewah dan megah bila diamati.
"Pak... Tolong angkat kopernya ke dalam. Saya akan menggendong istri saya" ujar faiz kepada supir pribadinya itu.
"Baik tuan zidan" jawab sopir itu lantas keluar dari mobil lalu membawa 2 koper masuk kedalam rumah itu.
'Oke... Faiz, loe pria yang bertanggung jawab. Ayo... Semangat'
Ucap faiz dalam hati menyemangati dirinya sendiri karena ia akan membopong istrinya sampai lantai 2 karena kamar mereka ada di lantai 2.
Tak butuh waktu lama, faiz sudah sampai dikamarnya. Ia meletakan tubuh istrinya diatas ranjang dengan hati-hati.
Faiz melirik jam tangannya, sudah pukul 12 malam. Ia menghela nafas sebentar. Wajah istrinya terlihat kelelahan dan sangat polos saat ini. Namun, ia harus
tega. Harus. Perlahan tangannya menepuk pelan pipi mulus istrinya. Namun, ia masih saja terlelap. Faiz mendesis pelan lalu membopong tubuh istrinya ke kamar mandi.
Faiz berusaha keras membuat nisa berdiri. Kemudian menyalakan sowher air dingin.
"Aaaa..." teriak nisa yang kaget karena diguyur air dingin ditengah malam dengan keadaan tertidur.
Mereka berdua basah. Perlahan nisa membuka matanya. Melihat siapa yang melakukan hal ini padanya.
Terlihat sosok pria jangkung dengan ekspresi datar menatapnya instens. Nisa mendecak keras.
"Ck... Apa gak ada cara lain buat bangunin gue" Loe jahat" bentak nisa dengan suara serak khas orang bangun tidur.
Faiz tetap diam tak berniat menjawab. Ia tetap menatap istrinya dengan datar. Nisa mengusap wajahnya sendiri yang terguyur air. Mencoba mengembalikan kesadarannya.
"Lebih jahat kalo gue biarin loe masuk neraka karena ninggalin sholat. Mandi dan wudlu. Qodlo' semua sholat yang loe tinggalin. Kita jamaah sholat isya'."
ucap gus faiz dingin dan terkesan bossy.
Nisa tak berniat membantah sekarang. Nyawanya belum terkumpul. Badannya masih syok karena terguyur air dingin.
Ia menatap suaminya dengan tajam. Ia ingin marah tapi raganya tidak bisa diajak kompromi saat ini.
"Oke... Sekarang loe pergi. Gue bisa mandi sendiri" balas nisa dengan datar. Faiz tak ingin berkomentar. Ia langsung keluar dari sana.
Faiz yang badannya sudah basah, memutuskan untuk mandi dikamar sebelah. Tak lama, ia sudah rapi dengan kemeja juga sarung. Ia kembali ke kamarnya.
Masih terdengar gemericik air dari kamar mandi.
'Ck...Kenapa cewek kalo mandi selalu lama"'
Faiz mendekat kearah koper. Mengambil pakaian untuk istrinya. Ia mengetuk pintu kamar mandi.
"Nis... Ini baju ganti loe" ujar faiz dari luar.
Pintu terbuka sedikit, satu tangan yang basah terulur menerima baju itu.
Faiz kemudian duduk diatas ranjang dan memainkan ponselnya. Banyak pesan yanh masuk disana. Memang seharian ini ia tak memegang ponsel sama sekali. Ia
meletakkan ponselnya kembali, tidak berniat membaca apalagi membalasnya.
Faiz menyandarkan tubuhnya diatas ranjang. Menutup matanya sebentar. Mencoba melawan lelah dan kantuk yang menyerangnya.
Suara pintu terbuka. Memperlihatkan seorang gadis yang keluar dari kamar mandi dengan piyama panjangnya. Ia mengusap rambutnya yang basah.
Faiz sudah membuka kembali matanya. Ia tersemyum melihat istrinya yang sudah mengambil mukena dan sajadah. Istrinya mulai mengqodlo' sholatnya.
Ia tau biarpun nantinya istrinya akan marah padanya karena dibangunkan dengan tak berperi kemanusiaan. Tapi, istrinya tak akan meninggalkan kewajibannya
pada sang kholiq. Faiz terus mengamati istrinya. Walau, dalam keadaan masih ngantuk, ia dapat mengontrol dirinya untuk tetap terjaga dan fokus pada sholatnya. Lagi-lagi,
entah mengapa senyum faiz mengembang. Ia merasa beruntung dapat menikahi wanita sholehah seperti istrinya.
Tepat setelah selesai salam yang diyakini oleh faiz itu sholat qodlo' maghrib ia mendekat ke arah nisa sambil membawa sajadah.
"Jamaah sholat isya' sama gue" ucapnya lalu menggelar sajadahnya sendiri didepan nisa.
Nisa hanya diam dan mengikuti. Mereka sholat isya' bersama. Baru saja mereka menoleh ke kiri tanda salam yang kedua. Suara merdu DVD qori' yang diputar
dimasjid dekat rumahnya terdengar ditelinga mereka.
Faiz membalikan badannya menghadap sang istri yang sedang memejamkan mata dan menopang dagunya dengan kedua tangan.
"Jangan tidur. Sekalian jamaah subuh" ucap faiz sambil terus memandang ke arahnya. Nisa hanya menjawabnya dengan deheman.
Adzan subuh terdengar. Faiz menghela nafasnya, melihat istrinya menahan kanntuk berat.
"Sudah adzan... Berdiri, kita sholat subuh dulu. Nanti loe bisa tidur" ujar faiz dengan nada dingin yang pelan.
Nisa menegakan tubuhnya. Berusaha berdiri dengan sempurna. Ia menepuk pipinya sendiri agar matanya dapat terbuka.
Mereka berdua jamaah sholat isya'. Entah sudah berapa kali ia melakulan jamaah bareng. Dulu, saat masih sekolah mereka juga sering sholat bareng.
Ketika selesai salam, faiz memimpim doa. Setelah itu ia berbalik menghadap istrinya. Ia sedikit berjongkok mengucapkan beberapa doa lantas meniup ubun-ubun
istrinya. Kemudian mencium keningnya. Tak disangka, nisa sudah ambruk kedalam pelukannya. Istrinya sudah tidur.
Faiz membopomg istrinya ke atas kasur. Ia melepas mukena dan menyelimutinya.
Setelah merapikam sajadahnya, ia membaringkan tubuhnya disamping nisa. Memejamkan matanya dan terlelap. Mereka sangat lelah hari ini.
Malam yang seharusnya dilalui pasangan pengantin baru dengan malu-malu memadu kasih. Justru mereka lalui dengan memenuhi kewajiban pada sang kholiq. Mendekatkan
diri padaNya. Sungguh, pasangan yang lebih dari biasa.
part 20 masakan" spesial"
Sang mentari kini telah menampakkan dirinya. Menyinari setiap makhluk dibumi. Rumah yang hanya dihuni oleh 2 manusia ini terlihat damai.
Cahaya matahari masuk melalui celah jendela menyoroti seorang gadis berwajah tirus itu. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali. Ia masih sangat ngantuk.
Tapi, ia tak pernah bangun siang.
Gadis itu menatap sekeliling. Ini bukan kamarnya. Lalu, kamar siapa ini". Ia mencoba bangun. Tapi, badannya terasa berat. Ada sesuatu yang melingkar dipingangganya.
Ia melihat ke samping. Terlihat seorang pria bertubuh jakung sedang terlelap disampingnya. Hampir saja ia berteriak karena kaget. Tapi tidak jadi. Sekelebat bayang pernikahan
kembali berputar di otaknya.
Ya, siapa lagi gadis dan pria itu kalo bukan sepasang pengantin baru yang tak lain dan tak bukan adalah faiz dan nisa.
Nisa melepaskan tangan faiz perlahan. Takut pria itu terbangun. Ia merasa badannya sedikit hangat, itu tak membuatnya nyaman. Nisa memutuskan untuk mandi
agar badannya lebih segar.
**** Faiz meraba-raba tempat tidur disampingnya. Nothing. Ia refleks bangun menyapu kamarnya. Istrinya tidak ada.
Ia memegang kepalanya sendiri. Sedikit pusing karena ia baru tidur setelah subuh tadi. Ia mengangkat kepalanya menciun aroma sedap dari dapur. Kini, ia
bisa bernafas lega. Pasti nisa ada didapur, pikirnya.
Setelah mandi dan memakai baju santai, faiz langsung menuju dapur. Ia duduk dimeja makan. Mengamati seorang gadis yang sedang memegang spatula dengan lincahnya.
Faiz menghela nafasnya sejenak. Ia baru sadar. Nisa hanya memakai hotpans dan baju longgar berwarna putih serta rambutnya yang disemir.
'Kenapa dia jadi brandal kayak gini" Apa segitu frustasinya"'
Faiz berdiri dan menghampiri istrinya. Memeluk pingangganya tanpa izin. Refleks, nisa berbalik menyentak kedua tangan faiz dengan kasar.
"Ya Allah... Kak faiz. Gue kaget. Gue geli. Jauh-jauh sana. Entar gosong lagi nasi gorengnya" ucapnya dengan kesal. Memang dasarnya nisa orangnya gelian.
Di sentuh dikit gak bisa.
Faiz hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ternyata, nisa masih sama. Tidak sebrandal tampilannya saat ini. Masih steril alias gak pernah disentuh
cowok. Terbukti dari responnya terhadap tindakan faiz tadi.
'Dasar, gak bisa diajak romantis.'
Faiz menghampiri istrinya yang sudah berada di meja makan.
"Loe kesambet nis" Pakai hotpans pendek, kaos longgar, rambut di semir. Mau casting jadi cabe-cabean?" tanyanya dengan nada meremehkan juga untuk mengalihkan
pembicaraan.2 "Gue mau casting jadi preman" jawab nisa lebih dingin lalu menaruh 2 piring nasi goreng dimeja makan.
"Nih, makan. Enak nih masakan gue." ucap tak ada lembut-lembutnya padahal ia sedang menawari suaminya.
Faiz langsung duduk saja. Matanya terfokus pada makanan. Ia juga sangat lapar. Ia kemudian menatap nisa yang sudah makan dengan halap didepannya.
"Loe dulu pernah bilang, masakan loe hanya untuk orang yang spesial. Apakah sekarang aku menjadi salah satunya?" tanya faiz dengan sedikit lembut. Berharap
nisa akan menjawab iya. "Berdoa dan makanlah" jawab nisa dengan datar lalu meneruskan makanan.
Faiz tersenyum tipis mendengar jawaban nisa. Setidaknya ia masih mau menjawab dan tidak menjawab 'tidak'.
Kedua orang itu makan dalam diam. Nisa sudah menyelesaikan makannya. Ia teringat pertanyaan faiz. Orang spesial" Masakan".
**** Lomba class meeting telah berlangsung seminggu yang lalu. Hari ini, mungkin akan jadinya harinya para gadis dan surga makan di sekolah ini.
Yups, tepat sekali. Ada lomba masak hari ini. Tersedia berbagai macam makan dan minuman di ruang tata boga ini. Para siswi dengan lincahnya memainkan spatula
dan pisaunya untuk membuat masakan paling enak.
Beberapa panitia melihat jalannya lomba. Melihat apa ada keributan". Tapi, semuanya terlihat tertib dan aman.
2 orang panitia didepan pintu dengan bersender terlihat mengamati keadaan didalam.
"Loe gak ikut lomba masak, mila ?" tanya akmal pada gadis disampinya.
"Gak tertarik" jawabnya singkat
"Alah, alesan. Loe gak bisa masak kan?" ujar akmal meremehkan.
"Bisalah" "Paling masak mie instan doang"
"Oh,,, sorry bro. Masakan gue hanya untuk orang spesial"
"Ya deh terserah. Gue mau chek lomba lain"
"Up to you" Perboncangan singkat mereka berakhir begitu saja karena mereka harus mengechek lomba lainnya.
Waktu berlalu cepat. Semua lomba sudah selesai. Warga sekolahpun sudah pulang.
Gadia berwajah tirus itu merasa perutnya sangat lapar karena belum makan dari pagi. Lalu, ia ingat di ruang tata boga pasti ada makanan. Namun, naas keindahan
tak seindah bayangan. Diruang ini sama sekali tak ada makanan. Semuanya sudah ludes. Gadis itu menghela nafas sebentar. Menyapu semua yang ada di ruang ini.
Senyumnya sedikit terangkat. Masih ada bahan masakan disini. Tanpa ragu, ia lalu memasak.
Cukup 15 menit. Makananpun sudah siap. Ia meletakkannya di atas meja. Kemudian, membuat minuman untuknya sendiri.
Gadis itu baru akan makan. Tapi, seorang pria dengan jas almamater yang bertengger manis di bahunya telah makan dengan lahap.
"Kak akmal... Makanan gue" teriak gadis itu menghampiri pria itu.
"Jadi... Ini masakan loe, mila" Wah, gue orang spesial itu berarti" balas akmal tanpa berdosa dan tetap meneruskan makannya.
"Persetan sama spesial. Gue laper kak" bentak mila padanya.
Bukannya membalas ucapan mila. Ia justru menariknya untuk duduk.
Baru aja mila akan menceramahinya. Satu suapan nasi goreng sudah memenuhi mulutnya. Siapa lagi kalo bukan akmal pelakunya.
"Ginikan loe bisa diem" ucap akmal tanpa beban. Mila ingin marah, tapi mulutnya masih penuh dengan makanan. Tak baik bila ia harus bicara sambil makan.
Jorok sekali. Tiap ia sudah menghabiskan makan dan membuka mulut ingin mencerca akmal. Pria itu menyuapinya lagi. Alhasil, nasi goreng satu piring itu ludes dimakan
oleh mereka. Akmal berdiri dari duduknya. Hendak pergi, namun ia berbalik kembali.
"Thanks... Gue ralat kalo loe gak bisa masak. Masakan loe enak." ucapnya lalu pergi.
Mila hanya geleng-geleng kepala melihat ketua osisnya yang aneh itu. Lagian kenapa bisa dia kesini". Mungkin, mau cari makanan. Mungkin.
Dasar tukang makan. *** "Pagi-pagi jangan ngelamun neng. Kesambet tau rasa loe" tegur faiz dengan sangat dingin pada istrinya.
Nisa menatap faiz dengan tatapn yang sulit diartikan. Ia mengambil piring kotor itu lalu akan mencucinya di wastafel. Namun, faiz segera menariknya.
"Gue aja" ucap faiz yang di acuhkan oleh nisa. Ia menarik kembali piring itu dan mencucinya disana.
"Loe suami gue... Gak pantes loe harus cuci piring." ujar nisa datar.
Faiz tersenyum. Walau nisa berkata ia tak mencintainy lagi. Tapi, gadis itu sangat menghormatinya sebagai suami.
"Tugas suami itu membantu istri. Bahkan nabi pun memcuci baju dan belanja kepasar. Bukankah itu sudah cukup menjadi contoh bagi suami untuk membantu istrinya
dan tidak semerta-merta menyerahkan tugas rumah yang segunung pada istrinya semua?" balas faiz dengan santai sambil berdiri disampingnya.
Nisa hanya menjawab dengan deheman.
"Gue akan jawab pertanyaan loe soal yang tadi. Tapi, lawan gue dulu di area judo" tantang nisa saat sudah menyelesaikan pekerjaannya.1
"No problem... Gue mau lihat apa kali ini loe akan menang dari gue?" tanya faiz meremehkan.
"Gue yakin... "
"Kalo gue menang apa tawaran loe"


Fazahra Akmila Karya Naima Adida di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Loe mau apa" Gue turuti dan kalo yang menang gue. Berarti itu sebaliknya."
"Oke... Setuju" jawab faiz dengan senyum meremehkan.
part 21 sabuk hitam Suasana di ruang judo yang dibuat khusus di rumah ini sedikit tegang. Terlihat 2 orang dengan pakaian hitam dan sabuk hitam khas baju pencak silat saling
berhadapan. Kedua orang itu kini saling bertatapan mengamati satu sama lain. Sorot mata mereka sangat tajam seperti ingin membunuh satu sama lain.
Seorang gadis memandang pria didepannya dengan lekat dan tatapan tajam. Wajah pria itu sangat tenang dengan rambut acak-acakan. Sorot matanya tajam meneduhkan.
Dan itu membuatnya terlihat keren.
'Tak bisa dibohongi kalo loe itu selalu keren. Gue gak yakin akan mengatakan ini dengan cara ini. Entahlah, aku hanya ingin mengungkapkan apa yang ku rasa'
Pria itu tersenyum miring menatap gadis didepannya, yang tak lain adalah istrinya sendiri , nisa. Dan pria itu siapa lagi kalau bukan faiz.
Nisa memakai baju hitam sepertinya tanpa jilbab. Rambutnya di gulung ke atas semua memperlihatkan lehernya. Faiz tau betul kemampuan gadis didepannya.
Sabuk hitam. Sabuk hitam telah dipegangnya sejak SMA. Dan dialah satu-satunya gadis yang pernah mengalahkannya saat latihan pencak silat dulu. Walau hanya sekali.1
Dia itu unik, langka, berbeda, bahkan tajam disetiap serangannya. Sifatnya yang terlalu cuek membuatnya dijuluki kristal dingin.
'Kita lihat, apa loe bisa kalahin gue lagi'.
Pria itu mengeratkan sabuknya dan memasang kuda-kuda. Lalu menjukurkan tangannnya dan melambaikan jarinya. Memberi instruksi agar gadis itu mulai terlebih
dulu. Nisa tersenyum remeh. Menundukkan kepala. Memasang kuda-kudanya. Lalu, mengangkat kepalanya lagi dan....
Bugh... "Gue mau bilang sesuatu sama loe tapi loe gak boleh komentar" ujar gadis itu setelah melayangkan pukulannya.
Faiz mengangguk. Ia hanya mengangkis setiap serangan gadis itu tanpa balik menyerang.
Bugh... "Gue benci sama loe. Tapi gue gak bisa"
Pria itu sedikit terkejut akan ucapan gadis itu. Ia menatap lekat dirinya. Mencari kebenaran dimatanya.
Bugh... "Gue pengen marah sama loe tapi gak bisa"
Bugh... "Gue dulu cinta sama loe. Bahkan sangat-sangat cinta"
Pria itu blank seketika. Pengakuan gadis itu menusuk hatinya dengan ribuan jarum.
Bugh... "Tapi, kenapa loe ninggalin gue" Loe ngilang kayak ditelen bulan"
Bugh... "Tiap hari gue coba ngubungin loe. Tapi, selalu gak bisa"
Bugh... "Gue pasrah saat itu."
Bugh... "Gue percaya, loe cinta sama gue"
Ucapan gadis itu sangat datar. Namun, mampu menyayat hatinya. Bahkan, lebih sakit dari setiap pukulannya.
Bugh...bugh.. Dakk "Tapi, loe justru tunangan sama cewek lain. Brengsek"
Bugh... "Gue kayak mayat hidup karena syok akan kabar itu. Gue gak lagi ada semangat hidup"
Faiz tak fokus pada pukulan nisa. Pikirannya melayang kemana-mana. Bayangan keadaan gadis itu seperti mayat hidup membuatnya merasa bersalah.
Bugh... Bugh... Bugh... "Gue pengen nangis. Tapi gak bisa"
Bugh... Bugh... Bugh... "Loe selalu bilangkan" Jangan pernah menyesal. Ini semua kehendak Allah."
Faiz memenuhi ucapannya untuk tidak berkomentar. Ia diam saja mendengar perkataan istrinya. Ini juga yang ia suka dari istrinya. Nisa akan jujur mengungkapakan
perasaannya padanya dengan cara tersendiri tanpa memikirkan egonya.
Bugh... "Gue berusaha bangkit lagi. Buat apa nangisin tunangan orang lain?"
Bugh... "Lalu, loe datang lagi saat gue benar-benar udah gak ada rasa ke loe".
"Dan tiba-tiba jadi istri loe."
"Hidup gue kayak drama tau gak?"
"Tapi, gue gak nyesel"
Bugh.... Ceklek... Brak... Brak.
"Loe istimewa karena pernah coba masakan gue. Buat gue jatuh cinta lagi sama loe"
Faiz sudah ambruk dilantai karena bertubi-tubi mendapat serangan dikakinya membuatnya limbung. Ucapan terakhir gadis itu membuatnya blank total.
Prok... Prok... Prok... "Wah... Hebat kamu kak nisa. Bisa kalahin kak faiz" teriakan cempreng seorang cewek membuat nisa menoleh ke sumber suara.
"Kalian pengantin baru malah olahraga di tempat judo bukan dikamar." ujar seorang wanita paruh baya yang sudah berdiri didekat pintu dengan tersenyum.
Nisa segera menyambar jilbab yang tergantung di dekatnya. Lalu, memakainya asal. Sedang faiz masih blank dengan ucapan nisa yang sangat jujur tanpa dusta.
Nisa menarik tangan pada suaminya. Satu hentakan membuatnya langsung berdiri.
Faiz masih belum sadar. Pikirannya masih ngambang.
Plak... Satu tamparan kecil mengenai pipinya. And see... Dia langsung sadar.
"Ngapain loe nampar gue?" tanyanya dengan nada tinggi. Tapi, nisa justru berjalan kearah pintu, mengacuhkannya. Faiz sangat kesal dan ingin marah padanya
tapi... "Assalamualaikum, ma. Pa. Kenapa pagi-pagi udah kesini?" tanya nisa lalu menyalimi keduanya.
Kemarahan faiz lenyap melihat kedua orang tuanya sudah rapi berdiri didepan pintu.
"Waalaikum salam. Loh, kalian lupa" Hari ini kan ada acara syukuran pernikahan kalian dirumah baru ini. Supaya tetangga sekitar tau kalian sudah menikah"
jawab mama karin dengan ramah. Nisa hanya menangguk mengerti.
"Wah... Payah kamu iz. Masa' kalah sama istri sendiri" ujar papa zidan meremehkan faiz yang berjalan mendekatinya lalu menyalimi mereka. Mama dan zahra
tertawa melihat ekspresi kekesalan faiz.
"Baru juga 2 kali, pah. Lagi pula, istrikan buat disayang, bukan dipukul. Ia kan sayang?" jawab faiz tak mau kalah lalu merangkul pinggang istrinya.
"2 kali?"" Waaaah...." sahut cewek dengan cemprengnya. Lalu, mendecak 3 kali. Siapa lagi kalau bukan zahra".
"Kalo gitu... Aku mau dong diajarin sama kak nisa" lanjutnya dengan semangat 45.
"Iya... Kapan-kapan kesini. Aku ajarin pasti langsung bisa" jawab nisa dengan nada sedikit rendah.
"Iyah... Bisa gila dan sedikit sedeng" sahut faiz asal. Membuat nisa menatapnya tajam.
Nisa menahan kesalnya. Disini ada mertuanya. Tak baik jika ia marah-marah pada suaminya.
"Bagus ya... Baru aja nikah kemarin. Mulai lagi kayak abg labil." tegur mama karin dengan nada bercanda namun mampu membuat nisa dan faiz terdiam.
"Oh ya ma... Apa nanti orang tuaku juga akan kesini?" tanya nisa mengalihkan pembicaraan.
"Tentu saja. Kerabat dekat juga akan datang. Nanti makanannya udah mama delivery kemarin. Kita tinggal nata tempatnya aja"
"Kalo gitu... Mama, papa sama zahra keruang tengah aja dulu. Aku sama nisa mau ganti baju dulu" sahut faiz.
Orang tua faiz dan zahra sudah menuju ke ruang tengah. Sedangkan nisa dan faiz menuju kekamarnya untuk ganti baju.
Sesampainya dikamar mereka. Faiz menarik tangan nisa dan menguncinya ditembok. Menatap wajah istrinya lekat-lekat. Ada sedikit kelelahan disana. Tapi,
wajah itu selalu tenang. Dan apa yang dikatakan nisa tadi sungguh mengusik pikirannya.
"Lepas" ucap nisa baik-baik dengan datar.
Namun, faiz tetap menatapnya.
"Mau gue tampar lagi?" tanya nisa dengan kesal. Ia sudah gerah dan ingin ganti baju. Mereka juga sudah ditunggu kedua orang tuanya.
"Tampar aja kalo itu bisa ngilangin rasa sakit loe." jawab faiz dengan menatap nisa dalam.
Nisa tak berani menatapnya. Ia terlalu takut untuk melihat mata yang pernah membuatnya jatuh cinta.
"Gak akan bisa."
"Apa udah gak ada lagi rasa dihati loe buat gue, mila?"
"Sepertinya loe cukup pintar buat ngerti kata buat gue cinta lagi sama loe."
"Oke.... I want to try it"
"Gue menang. Gue ingin satu hal dari loe"
"Everything" "Jangan pernah ceraiin gue sampai kapanpun dan apapun yang terjadi. Sekalipun gue yang minta"
"Never" "I want you promise"
"I am promise" "Thanks... I hope you don't make me dissappointed again"
Nisa mengakhiri ucapannya dan memukul tangan faiz yang menguncinya. Dia meringis kesakitan.
"Loe makan beling" Pukulan loe maha dahsyat"
"Sekali lagi loe komen. Gue hajar lagi loe disini"
"Nih... Pakai" ujar nisa melempar baju santai kearahnya.
"Istri macam apa sih loe. Gak ada lembut-lembutnya sama suami". Balas faiz dengan tajam.
Nisa tak membalasnya. Ia langsung masuk kekamar mandi dan mengganti bajunya. Sedang faiz, ia masih syok, bingung, dan merasa bersalah. Setiap kata yang
keluar dari bibir manis istrinya seperti jarum yang menusuk di hatinya.
'Aku janji akan membuatmu jatuh cinta lagi padaku'
part 22 si kembar Rumah baru yang semula hanya dihuni oleh 2 manusia, kini sudah penuh dan ramai. Ruang tengah yang semula hanya berisi sofa, kini diganti dengan karpet
yang dipenuhi makanan. Para kerabat dan sanak saudara pun sudah berdatangan. Yah, nanti malam akan ada syukuran disini.
Dua orang gadis kecil kembar berlari menghampiri sosok wanita berwajah tirus yang sedang berbincang-bincang dengan beberapa anggota keluarganya. Wanita
itu membelakangi mereka. Cup... Cup... Dua kecupan mendarat dipipi mulus wanita itu. Wanita itu membulatkan matanya sempurna. Menoleh kekanan dan kekiri.
"Rahma .. Rahmi" pekik nisa melihat siapa yang telah mencuri ciuman dipipinya. Satu gadis kembar itu memeluk lehernya dan satunya lagi duduk dipangkuannya.
"Loh, nisa sudah kenal sama mereka?" tanya mama karin padanya.
"Ya udah dong mama kalin. Kan kita udah pelnah ketemu sama mamu nisa dulu disekolahnya papi faiz" sahut salah satu gadis itu dengan cadelnya.
"Ah... Masa'" Hubungan kalian semasa sekolah sudah jauh ya. Sampai si kembar ini lengket banget sama kamu" balas mama karin sedikit takjub. Ternyata, nisa
sudah banyak mengenal keluarga mereka.
"Gak juga ma. Kebetulan waktu itu ada acara bazar di sekolah. Kak faiz ngajak mereka jadinya aku kenal deh sama mereka" jawab nisa jujur.
"Oh ya sayang. Mana mommy sama daddy kalian?" tanya mama karin pada si kembar.
Dua gadis kecil itu lantas menunjuk pintu utama. Terlihat 2 orang pasangan yang masih muda, bergandengan masuk.
"Assalamualaikum... Rahma/Rahmi, jangan ganggu kak nisa. Sini sama mommy aja" ujar wanita muda yang tak lain adalah ibunya si kembar.
"Waalaikum salam. Gak papa kok. Aku suka anak kecil kak. Apalagi mereka si kembar yang ngegemesin" jawab nisa lalu mencium pipi kedua gadis itu. Ia terus
bermain dengan dua gadis itu hingga tak sadar seseorang tengah mangamatinya.
**** "Iz... Istri loe gampang banget akrab sama anak kecil. Buatin dedek sonoh! Biar bisa main sama anak sendiri" celetuk seorang pria dengan kumis tipis diwajahnya
saat mengamati nisa bersama dengan anaknya.
"Asem loe. Buatin dedek apaan. Dia aja orangnya gak bisa disentuh. Orangnya terlalu gelian. Gimana buat nya" " jawab faiz dengan ekspresi yang sangat datar
yang dia punya. Pria itu tertawa melihat adik sepupunya itu. Nasibnya benar-benar tragis menurutnya. Dia menepuk-nepuk bahu faiz.
"Jadi loe belum ngelakuin lailatul zifaf?" tanyanya sedikit tak percaya.
"Belum" jawab faiz SPJ (singkat, padat, dan jelas)
Pria itu tertawa semakin keras.
"Jangankan lailatul zifaf. Nyentuh dia barang sehelaipun tidak. Bisa mati gue dihajar sama dia" lanjut faiz masih tetap mengamati nisa.
"Oh ya" Coba lagi aja, mungkin tadi malam loe belum beruntung" ucapnya sok menasehati.
"Kayak undian di kemasan ale-ale loe. Belum beruntung" jawab faiz asal. Pria itu tertawa kembali. Sepupunya ini sangat bodoh masalah wanita.
"Loe itu ganteng" Iya. Mampan" Udah jelas. Wanita mana sih yang bisa nolak pesona loe?" ujar pria itu menggoda. Lebih tepatnya mengejek dirinya.
"Udah deh kak harry, hobby banget sih loe buat gue kesel dari tadi" jawab faiz dengan dingin.
"Oke. Oke. Gue kasih tips nih sama loe biar dia nurut dan gak nolak saat loe sentuh." ujar harry padanya dengan raut muka sedikit serius.
Faiz menolehkan kepalanya melihat kakak sepupunya. Ia mengangkat sebelah alisnya pertanda bingung. Seolah bertanya 'gimana caranya"'.
"Gampang. Gue liat dia gadis yang ngerti agamakan". Ancem aja. Dosa loh kalo istri nolak suami. Dijamin dia gak akan nolak" lanjut pria itu dengan percaya
dirinya. Faiz hanya mengangguk-angguk mengerti.
"Eh.. Kok gue amati istri loe udah akrab banget sama sikembar ya" celetuk harry lagi saat nisa tertawa gemas ketika bermain dengan si kembar.
"Loe lupa. Dulu loe nitipin si kembar sama gue. Pas banget waktu itu ada bazar di sekolah. Gak mungkin gue tinggal si kembar di apartemen. Gue ajak aja
dia. Dan nisa yang jagain mereka. Mangkanya, mereka sudah akrab" jawab faiz dengan datar. Ia kembali mengingat kejadian beberapa tahun silam.
**** Sekolah menengah atas ini sudah dibanjiri oleh manusia. Yah, hari ini ada kegiatan bazar disekolah.
Taman sekolah yang biasa sepi, kini penuh dengan warga sekolah yang saling bertransaksi barang.
Dari koridor sekolah terlihat seorang pria jangkung dengan kemeja biru dan celan putih sedang menggendong putri kecil dan menggandeng seorang putri kecil
lagi. Ia tanpa ragu melangkah kearah tenda bazar khusus panitia.
Banyak warga sekolah yang heran melihatnya. Namun, ketua osis itu masih dengan PD nya berjalan.
"Wah... Wah... Wah... Anak siapa tuh mal yang loe bawa?" celetuk salah seorang temannya yang ada ditenda yang tak dan tak bukan adalah reyhan.
"Anak gue... " jawab akmal dengan asal.
"Wah... Berita hangat tuh. Sang ketos yang dingin, kaku, dan super nyebelin ternyata sudah punya anak. Kembar lagi. Cocok tuh, berita ditaruh mading" sahut
mila yang berada tak jauh darinya.
JTAkkk... Satu jitakan mulus mendarat mulus didahinya.
"Papi, kok tante belbie nya di pukul sih" Kasihan tau. Tulunin lahma pi, lahma mau main sama tante belbie aja." rengek gadis kecil yang ada digendongan
akmal. Semua orang yang ada disitu hanya bisa menganga lebar. Tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh bibir manis gadis itu. Sedangkan, gadis kecil yang digandeng
oleh akmal sudah melepas gandengannya.
Kedua gadis kembar itu menghampiri mila dan mencium pipi mila.
"Tante belbie, mau ya jadi maminya lahmi?" tanya gadis kembar itu serempak sambil mengerjapkan matanya memohon.
Nisa hanya bisa diam. Bingung harus bereaksi bagaimana". Apa bener 2 gadis kembar ini anaknya akmal".
"Rahma, rahmi... Jangan nakal. Nanti papi telpon daddy biar jemput kalian kesini" ujar akmal dengan dingin.
"Jangan dong pih. Nanti kita dimarahi daddy lagi" jawab salah satu gadis kecil itu.
Mila yang mendengar ucapan faiz dan gadis kembar itu semakin bingung. Papi" Daddy" Anak siapa sikembar ini" Mila jadi kepo berat. Dia merangkul kedua gadis
kembar itu. Mengelus kepalanya.
"Assalamualaikum.. Cantik. Papi sama daddy kan sama. Kok kalian takut sama daddy?" tanya mila dengan lembut.
Akmal sedikit terenyuh. Nada bicara mila sangat berbeda. Dia yang sangat cuek dan dingin, bisa lembut dan ramah pada anak-anak.
"Ya gak sama dong, mi. Kalo papi itu om faiz. Kalo daddy itu ayah harry" jelas gadis kembar itu serempak.
Kini, mila mengerti. Faiz itu hanya om dari gadis kembar itu.
"Eh.. Om yang bawa kamera. Jangan melongo dong. Jelek tau. Fotoin kita aja deh" celetuk gadis kecil itu tiba-tiba membuat tawa mila meledak.
Reyhan hanya bisa melengos pasrah. Berusaha memaksakan senyum kedua gadia kembar itu. Apa iya dia harus marah" Toh itu hanya anak kecil berusia 4 tahun.
"Oke deh... Pose yang bagus ya" ujar reyhan yang sudah mengarahkan kameranya.
"Sebentar om... Pih, mana ponsel papi. Lahmi pinjem" ucap rahmi dengan cadel. Akmal hanya mengikuti permintaan keponakannya itu.
"Thank you, papi... Ini om. Foto sama ponselnya papi juga ya" ujar rahmi kembali sambil menyodorkan ponsel akmal kearah reyhan.
"Papi... Gendong" rengek rahmi.
"Mami... Lahma juga gendong" rengek rahma.
Akmal dan mila masih sama-sama diam. Menatap heran kedua gadis kembar itu.
"Papi... Mami... Hiiihhh.. Ayo kita foto dulu. Kalo papi sama mami gak mau. Kita nangis nih disini" rengek mereka berdua dengan nada seperti ingin menangis.
Reyhan yang melihat adegan telenova dunia nyata hanya terkiki geli melihat mereka.
"Udah... Turutin aja deh. Daripada nih anak nangis. Kita semua yang repot" ujar reyhan menengahi.
Akmal dan mila saling berpandangan dan mengangguk. Lantas, menggendong sikembar itu. Mereka berpose di depan kamera.
Cekrek... Cekrek... Dua gambar telah diambil dalam kamera juga ponsel akmal. Reyhan, memandang puas hasil jepretannya. Ia segera mengunggah hasil jepretan itu di akun ig milik
akmal dengan hestag 'keluarga kecil Faiz Akmal Zidan'.
Ia lantas memberikan ponsel itu pada si kembar dan langsung kabur entah kemana.
Si kembar tersenyum dan tertawa melihat foto itu. Akmal dan mila juga penasaran dan ingin melihat foto mereka.
Akmal dan mila sama-sama membulatkan mata mereka melihat apa yang terpampang dalam ponsel itu.
Foto mereka telah sukses diunggah dan menuai banyak like serta komentar yang rata-rata di lakukan oleh teman sekolah mereka.
"Reyhan... Awas loe" ujar mila pelan namun penuh penekanan. Ini semua gara-gara si kembar ini. Jika bukan mereka gadis kecil yang menggemaskan. Mungkin,
mila sudah menghabisinya sekarang juga.
'Hellll..... They are naughty twins sister... '
part 23 (not) MBA?""
Semua orang sudah berkumpul disini. Bukan hanya kerabat dan saudara. Namun juga banyak tetangga yang memenuhi undangan mereka dalam acara syukuran ini.
Bacaan doa menggema diseluruh rumah ini. Mereka semua mendoakan agar pernikahan baru ini bisa langgeng untuk selamanya.
Acara syukuran ini berlansung dengan lancar dan berakhir pada pukul setengah sembilan malam.
Para tamu mulai berpamitan pulang. Faiz dan Nisa selaku tuan rumah mengantar para tamu yang telah datang sampai didelan pintu. Beberapa dari para ibu-ibu
berbisik-bisik. Seperti ada yang ingin mereka katakan.1
"Sebelumnya, maaf ya dek. Kalau boleh kami tau, adek berdua ini MBA ya" Umurnya masih sangat muda tapi sudah menikah" ujar salah satu dari ibu itu.
Nisa mengkerutkan dahinya bingung. Apa maksud dari ibu ini".
"Maaf ya bu. MBA itu apa ya?" tanya nisa sesopan mungkin.
"Duh, cantik-cantik kok lemot sih. MBA itu marriage because accident". Sahut wanita paruh baya di sampingnya.
Nisa semakin bingung dengan perkataan mereka.
"Maksudnya accident apa ya?" tanya nisa lagi dengan nada sopan agar mereka tidak tersinggung.
"Tuh kan, cantik tapi lemot ya jeung. Maksudnya, apa kamu hamil diluar nikah" ucap ibu itu dengan jelas bahkan sangat jelas.
Tenaga nisa seakan lepas dari raganya. Ucapan ibu itu terdengar seperti tuduhan yang sangat keji baginya. Secara tidak langsung, mereka mengira pernikahan
ini karena zina. "Astaghfirullahaladzim. Tidak bu" balas nisa dengan lirih dan menunduk. Tenaganya hilang terbawa angin. Dadanya terasa sesak bak ditimpa dinding beton.
Faiz yang melihat respon nisa sangat syok seperti itu sedikit khawatir pada istrinya. Ia langsung memeluk pinggangnya dari samping. Mencegah tubuh istrinya
agar tidak ambruk. "Maaf ya bu. Kami tidak seperti dugaan ibu. Alasan kami menikah muda agar kami tidak terjerumus pada hubungan yang tidak halal bernama pacaran untuk menghindari
zina dan fitnah. Kami juga menikah atas kesadaran dan kemauan kami. Kami juga masih belajar untuk membina rumah tangga yang sakinah. Kami mohon, ibu sekalian
bisa menerima kehadiran kami sebagai tetangga baru kalian" ucap faiz meluruskan hal yang ada.
Para ibu itu hanya diam dan merasa sedikit bersalah karena telah berburuk sangka pada mereka.
"Oh, gitu ya nak. Maafkan kami karena telah berburuk sangka."
"Tidak papa. Terimakasih sudah mau datang kesini" ucap faiz mengakihri percakan mereka
"Iya. Sama-sama. Terimakasih juga atas jamuannya. Sekali lagi kita minta maaf. Wassalamualaikum"
"Waalaikum salam".
Para ibu itu sudah menghilang dari pandangan mereka.
Nisa menjauhkan tubuhnya dari faiz. Dan perlahan melepas rangkulan suaminya itu. Faiz hanya menatap sendu ke arahnya. Ia tau, suasana hati istrinya sedang
tidak baik walau raut mukanya terlihat tenang.
Mereka kembali masuk kedalam rumah. Para kerabat mereka sudah berdiri hendak pulang. Nisa memaksakan senyumnya. Menganggap tidak ada yang telah terjadi
tadi. "Loh... Si kembar gak nginep disini aja kak." ujar nisa dengan kecewa saat harry telah menggendong rahma yang sudah tertidur pulas. Sedang, rahmi juga
ada dalam gendongan istrinya.
"Udah gak usah sedih gitu. Kapan-kapan si kembar kita ajak lagi kesini" sahut istri harry. Sedang harry hanya terkekeh dan memain matanya ke arah faiz.
"Kode tuh faiz. Si nisa pengen cepet punya dedek." celetuk harry dengan tanpa dosa.
Nisa hanya bisa membulatkan matanya sempurna mendengar ucapan harry. Sedangkan faiz menatap tajam kakak sepupunya itu.
"Apaan sih kak harry. Udah sono pulang. Nanti gue culik lagi si kembar" usir nisa dengan wajah datar.
"Gini ngusir tadi aja disuruh nginep. Mau cepet-cepet buat baby ya?" goda harry lagi pada mereka.
"Iya. Mau cepet buat baby. Makanya, pulang gih" balas faiz sambil menarik pinggang istrinya agar lebih dekat kesampingnya.
Refleks nisa mencubit pinggang suaminya dan menatap faiz tajam. Membuat harry dan istrinya terkekeh pelan melihat kelakuan pengantin baru itu.
"Udah... Kami pulang dulu ya. Kasihan si kembar. Assalamualaikum" ucap istri harris mengakhiri perbincangan mereka.
"Waalaikum salam. Hati-hati dijalan" ujar faiz dan nisa bersamaan. Mereka berdua menoleh.
Lalu, sedetik kemudian tertawa berdua. Entahlah, memang tidak ada yang lucu. Tapi, kenapa mereka berdua bisa kompak" Jodoh mungkin".
Semua tamu sudah pulang. Ruang tengah sedang dibereskan oleh bi inah, pembantu rumah ini.
Nisa dan faiz mengantarkan keempat orang tua mereka sampai kedepan pintu.
"Mama, papa, mommy, daddy gak sekalian nginep?" tanya faiz pada mereka.
"Gak usah. Malam ini juga mommy sama daddy langsung balik ke aussie. Kamu jaga istrimu baik-baik."balas mommy karin. Faiz hanya mengangguk mengerti.
"Kami juga akan kembali ke rumah. Kasihan syarif dirumah sendiri. Tadi dia ada project di sekolah jadi gak bisa ikut kesini." ujar mama nisa dengan tersenyum


Fazahra Akmila Karya Naima Adida di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pada mereka. "Yaudah. Kita pulang dulu. Jaga diri kalian baik-baik. Assalamualaikum" ujar papa zidan dengan senyum wibawanya.
"Waalaikum salam" jawab nisa dan faiz serempak sambil membalas senyum mereka.
"Hati-hati" ujar nisa kembali sambil melambaikan tangannya.
Mereka berdua masuk kedalam rumah saat orang tua mereka sudah pergi. Mereka berdua terdiam.
Keadaan tiba-tiba menjadi hening. Tak ada yang berbicara. Hanya ada paduan suara antara lantai dan alas kaki.
Nisa berjalan terlebih dulu ke kamar mereka yang berada dilantai 2. Sedang faiz hanya berjalan dibelakangnya.
Nisa membuka pintu kamar dengan pelan. Membuka hijabnya dan menggantungnya. Ia berjalan ke arah kamar mandi lantas menyalakan shower. Badannya lengket
hatinya pun sedikit panas. Air bisa meredam panas yang menyerang mata dan dadanya. Ia teringat dengan perkataan ibu tadi.
'Apa" MBA?"" Astahgfirullah... '
Nisa terus menyalakan shower. Tak peduli ia akan kedinginan setelah ini. Ia butuh pendingin untuk mengontrol dirinya.
Faiz yang mendengar bunyi gemericik air dikamar mandi menghembuskan nafas kasar. Ia sangat tau bahkan sangat tau gadis itu tidak tahan dengan dingin dan
nekat mengguyur diri di malam hari seperti ini.
Bersama dengannya satu tahun dalam organisasi, membuat faiz mengenal nisa tanpa rekayasa karena diorganisasi selalu dituntut bersikap real.
Faiz memilih keluar kamar dan mandi dikamar sebelah. Badannya juga lengket dan gerah saat ini.
Selesai mandi, nisa memakai piyama panjangnya. Ia mengeringkan rambutnya dengan hair dryer karena ia tak bisa tidur dengan rambut basah.
Faiz masuk ke dalam kamar dengan sudah memakai baju santai. Ia hanya melihat sekilas istrinya yang sibuk dengan rambut panjangnya.
Faiz hanya geleng-geleng kepala melihat rambut istrinya yang diberwarna merah kecoklatan diujungnya. Ia berniat menanyakan hal itu besok. Ia cukup lelah
untuk adu mulut saat ini.
Faiz membaringkan tubuhnya diatas bed king size nya. Menyenderkan punggungnya di tepian kasur. Membuat tubuhnya masih setengah duduk.
Nisa berjalab ke arah kasur. Lantas, duduk membelakangi faiz. Ia menunduk. Rasanya aneh ia harus tidur dengan seorang cowok dalam satu tempat yang sama.
Tiba-tiba, nisa merasa ada yang menarik bahunya. Dan menyenderkan kepalanya di dada bidang seseorang. Ternyata itu faiz. Nisa berusaha berontak, menjauhkan
tubuhnya. Namun, tidak bisa. Rangkulan faiz terlalu kuat.
"Kak lepasin. Geli" ujar nisa dengan kesal. Badannya terasa sangat geli saat disentuh. Kulitnya terlalu sensitif dengan sentuhan.
"Nolak suami itu dosa. Ingat!" ujar faiz dengan datar sambil menggenggam tangan nisa yang sangat dingin.
Nisa hanya bisa mendecak pelan. Jika sudah berhubungan dengan dosa. Ia tak bisa berkutik. Ia membiarkan faiz merangkulnya. Ia tau, faiz hanya ingin memberi
kehangatan untuknya. Tapi, tetap saja nisa harus menahan geli yang luar biasa.
"Relaks aja biar gak geli." ucap faiz seakan bisa membaca pikirannya. Nisa hanya diam dan mengatur nafasnya dan indra perabanya agar geli yang menyiksanya
cepat hilang. Mereka berdua sama-sama diam dalam posisi yang lama dan waktu yang lama.
"Ucapan ibu tadi gak usah dimasukkan dalam hati. Toh, nyatanya kita tidak seperti itu" ucap faiz sambil mengekua rambut panjang istrinya.
Nisa tertawa pelan. Namun, terdengar sangat tidak mengenakkan.
"Nasib gue kok gini amat ya kak" Udah nikah sama orang yang pernah ninggalin gue. Nikah dengan cara tak biasa lagi. Juga masih dikira MBA" Wow..." keluh
nisa dengan nada datar. Faiz tersenyum pahit mendengar ucapan dari bibir istrinya.
"Maaf..." "Jangan bilang maaf sama gue. Maaf loe gak bisa balikin semuanya"
"Loe benci sama gue?"
"Pengennya gitu. Tapi gak bisa."
"Apa loe sama sekali gak ada rasa sama gue?"
"Enggak" "Yakin dan sangat. Rasa gue udah mati"
"Maaf..." "Bosen gue denger maaf dari loe"
"Terus, apa yang harus gue lakuin?"
"Buat gue cinta lagi sama loe. Dan jangan pernah cerai in gue"
"Baiklah. Gue janji"
"Gua gak mau kecewa untuk ke 2 kalinya."
"Gak akan" Ujar faiz dengan penuh keyakinan.
"Udah malam. Ayo tidur... " ujar faiz mengakhiri obrolan mereka.
Kemudian faiz mulai membaca dzikir sebelum tidur. Mereka berdua bersama-sama membaca alfatihah, al ikhlas 3 kali, al falaq, annas, ayat kursi, sholawat
atas nabi, takbir dan istighfar lalu membaca doa sebelum tidur sebagai pengantar tidur mereka.
Faiz mengecup singkat puncuk kepala nisa dan akhirnya mereka terlelap dialam mimpi.
part 24 Ngaji bareng Sayup-sayup suara indah nan merdu menyusup ke indra pendengaran faiz. Yah, suara itu adalah adzan subuh yang berasal dari masjid kompleks perumahan ini.
Ia bangkit dari tidurnya dan segera mengambil air wudlu.
Faiz keluar dari kamar mandi, ia melihat istrinya masih terlelap dengan pulas. Faiz menyentuh pipi istrinya dengan tangannya yang basah setelah wudlu.
Perlahan mata istrinya terbuka. Sudah bisa ditebak. Nisa akan terbangun dengan mudah. Kulitnya sangat sensitif dengan dingin dan sentuhan.
Faiz tersenyum ke arahnya. Jika sedang seperti ini, wajah istrinya terlihat seperti anak kecil.
"Wudlu sana" ucap fahri dengan datar. Nisa menutup matanya kembali dan menarik selimutnya. Mengacuhkan faiz yang berusaha membangunkannya. 1
Faiz mengambil air di meja dekat kasurnya. Ia menyipratkan air itu ke muka cantik istrinya.
Nisa mendecak dengan masih memejamkan matanya. Menyingkap selimut dan menegakkan tubuhnya.
"Bagus. Wudlu sana. Kita subuhan dulu" ujar faiz lalu berbalik ke kamar mandi karena wudlunya batal sebab menyentuh istrinya.4
Nisa berdiri dan mengerjapkan mata beberapa kali. Mengumpulkann nyawanya yang masih terbang dialam mimpi.
Gadis berwajah tirus itu mengusap kasar wajahnya dan menggulung asal rambutnya lalu mengambil air wudlu.
**** Faiz dan nisa sudah selesai melakukan sholat. Seperti biasa mereka akan berdzikir dulu, lalu berdoa. Selesai berdoa, faiz membalikkan badannya untuk menghadap
ke arah nisa. Nisa mengulurkan tangannya untuk menyalimi suaminya, namun faiz justru mengambil 2 al Qur'an didekatnya. Ia tadi mengambilnya sebelum melakukan sholat.
Nisa menarik tangannya kembali. Tanpa dijelaskan, nisa sudah paham jika faiz mengajaknya untuk ngaji bareng.
Faiz menyodorkan salah satu al Qur'an pada nisa. Istrinya itu menerimanya dengan senang hati. Sejak menikah beberapa hari lalu, baru sekarang ia menyentuh
kitab suci tersebut. "Ngaji bareng setelah subuhan kita jadiin rutinisan tiap hari. Kita ngaji berdua, tapi bergantian. Sistem sima'an". Ujar fahri dengan datar.1
Nisa hanya mengangguk paham. Sistem sima'an berarti ketika salah satu membaca yang lain menyimak dan menegur bila salah lalu sebaliknya juga.
Faiz mulai membaca al fathihah dan beberapa surat lain. Suaranya terdengar sangat indah menggema di seluruh penjuru kamar. Nisa mendengarkannya dengan
seksama. Semua bacaannya nyaris sempurna tiada celah. Namun, ada sesuatu yang mengganjal disini.
"Kak.. Bacaan?"?"", bukannya seharusnya na-nya pendek." ujar nisa menghentikan faiz untuk membaca ayat selanjutnya.
"Gak, nisa. Memang semua na dalam al Qur'an dibaca pendek. Tapi, ada beberapa yang harus dibaca panjanh" jelas faiz. Tapi, sepertinya nisa belum puas dengan
jawaban itu. "Masa' sih kak. Bukannya sama saja" balas nisa dengan datar ia mengamati setiap huruf dalam mushaf itu. Faiz hanya menghela nafas. Punya istri cerdas pasti
akan selalu debat masalah teori.
"Iya, dear. Makanya, saat diajar dikelaa mengenai baca tulis al Qur'an jangan tidur atau bolos. Jadi gak tau kan. Nanti yang dosa siapa" Diri sendiri kan".
Banyak orang yang membaca al Qur'an tapi banyak pula yang dilaknat karena salah dalam membaca. Sebab salah salam membaca sama dengan merubah makna" jelas
faiz panjang lebar. Nisa baru pernah faiz berbicara banyak seperti ini kecuali saat memberi sambutan atau pidato.
"Ngertikan?" tanya faiz. Nisa hanya tersenyum tipis menyadari kesalahannya. Niat hati menegur, justru salah kaprah.
"Sekarang gantian" ujar faiz membuat nisa mengangguk sebagai jawaban. Ia mulai membaca Al-Qur'an. Suara sangat indah, damai, dan tentram. Sama seperti
dirinya, nisa sudah paham mengenai tartil membaca al Qur'an. Mungkin, ada beberapa yang terlupa seperti tadi.
Nisa membaca surat ar-ra'du. Jam dinding telah menunjukan setengah 6 pagi. Sedang, nisa masih membacanya.
"Alaa bidzikrillahi tatthma'innul qulub. Shodaqallahul adzim" sambumg faiz bersamaan dengan bacaan nisa. Gadis itu paham, karena kebiaasan saat ekstra
kajian kitab di SMA. Bila disambung seperti itu. Waktu telah selesai.
"Kita lanjutkan lagi besok." ujar faiz mengambil al Qur'an dari tangan nisa.
Faiz meletakkan nya di tempat semula. Kemudian, ia menghadap ke arah nisa dan mengucapkan beberapa doa setelah itu meniupkannya di ubun-ubun nisa dan mencium
keningnya lama. Nisa hanya diam saja dengan apa yang dilakukan suaminya. Sudah sah juga kan". Mau menolak juga dosa. Lebih baik dinikmati saja.
Jujur, jika faiz berbuat seperti ini. Ada desiran aneh dalam hatinya. Namun, nisa selalu memungkiri itu. Ia terlalu takut mengakui itu.
Setelah mencium keningnya. Faiz menangkup wajah istrinya dengan kedua tangannya agar menatap ke arahnya.
"Listen to me, dear. Ini adalah salah satu caraku untuk membuatmu merasakan arti cinta kembali. Dulu, mila selalu mengajari akmal untuk yakin pada Allah
atas segalanya. Akmal jatuh cinta pada mila tanpa alasan kecuali hanya karena Allah menghendaki itu terjadi. Ketika seseorang dekat dengan Allah, cinta
itu akan tumbuh sengan sendirinya. Dengan cara seperti itulah, faiz akan membuat nisa mencintai suaminya lagi" ujar faiz membuat nisa ingin menangis. Namun,
ia menahannya. Kenangan mengenai akmal-mila berputar di otaknya.
Akmal-mila, pasang yang dianggap paling kontroversial di SMA. Yang cowok ketua osis dengan wibawa sangat kuat. Sedang, ceweknya adalah sekretaria osis
juga bintang kelas di satu angkatannya. Sama-sama berwajah tampan dan cantik pula. Kurang serasi bagaimana coba".
Mereka bukan pacaran. Hanya sebatas rekan di organisasi dan menjadi sepasang kekasih dalam sehari sebelum kelulusan akmal.
Pernyataan cinta akmal yang diluar dugaan semua orang. Membuat mila dikenal sebagai kekasih akmal di 2 tahun ajaran. Padahal, akmal sudah lulus.
Melegenda sekali bukan". Tapi, cinta tak selamanya indah. Pasti ada juga luka dibalik kebahagiaan itu. Seperti yang faiz dan nisa sekarang. Padahal, ini
justru menyiksa diri mereka sendiri.
Akmal-mila kini hanya sebatas kenangan masa putih abu-abu. Dan berganti dengan faiz-nisa di skenario kehidupan asli. Akmal-mila dan faiz-nisa adalah pasangan
yang sama dengan alur yang berbeda.
Nisa tersadar dari lamunannya, saat ia merasa bibirnya di cium singkat oleh faiz.
"Love you, dear" ucap faiz tanpa suara. Ia takut mengatakan hal itu saat ini. Ia takut nisa akan semakin terluka.
Faiz melipat sajadahnya dan meletakkan kembali ke tempatnya. Ia melihat nisa masih diam di tempat. Mungkin, istrinya itu terlalu syok dengan yang ia lakukan.
"Nis, buat sarapan gih. Gue laper akut nih" ujar faiz dengan dingin. Ia kembali pada sifat aslinya kembali. Membuat nisa bernafas sedikit lega karena dengan
sifat dinginnya, faiz tidak akan berbuat seperti tadi lagi. Mungkin.
"Mau sarapan apa?" tanya nisa saat melipat mukenanya.
"Terserah" jawab faiz singkat.
"Gak ada makan terserah." ujar nisa dengan datar. Dia berada di depan cermin. Membuka ikatan asal di rambut panjangnya.
Nisa ingin menyisir rambutnya agar rapi. Tapi, tangan kokoh faiz mengambil alih sisir di tangannya lalu menyisir rambut istrinya.
Ada sedikit rasa aneh di hatinya ketika faiz menyentuh rambutnya. Ia menyisir dengan telaten. Menguncirnya ala faiz sendiri. Ia memegang ujung rambut nisa
yang berwarna merah kecoklatan.
Nisa berdecak pelan. Pasti faiz akan menceramahinya pagi-pagi.
"Rambut loe itu cantik dan lebih cantik tanpa semiran" ujar faiz dengan dingin.
"Semir itu halal asal tidak warna hitam. Kalo kakak gak suka. Boleh kok dipotong. Tapi, harus kakak sendiri yang motong" bakas nisa dengan datar. Ia tau,
faiz akan berkomentar seperti ini.
"Apa loe itu terlalu frustasi gara-gara gue sampai loe nyemir rambut. Pakai baju yang terbuka tanpa ragu.Bahkan di hadapan gue?" tanya faiz masih memainkan
ujung rambut nisa. "PD nya... Ya gak lah. Ini gara-gara kak lifa salah kasih minyak rambut malah semir" ujar nisa dengan kesal membuar faiz terkekeh pelan. Ia lega ternyata
gadis itu tak senekad yang ia pikirkan.
"Ya syukur lah kalo enggak. Gak perlu dipotong. Mungkin, seminggu lagi ilang. Ini pewarna alami" ucap faiz menggulung rambut nisa ke atas.
Ia mengambil satu hijab yang tersampir tak jauh darinya.
"Kalo keluar, jangan lupa pakai hijab. Kalo dirumah, terserah loe mau pakai apa." ujar faiz sambil menaruh hijab yang sudah terlipat segitiga ke kepala
nisa. Nisa hanya mengangguk mengiyakan. Lalu, memakai hijab itu dengan benar.
"Mau sarapan apa" Nasi goreng atau yang lain?" tanya nisa menoleh ke arah faiz. Pria itu sedikit berfikir.
"Nasgor aja dan penutupnya.... " jawab faiz singkat lalu mengecup bibir nisa sekejap.
"Morning kiss" lanjut faiz yang sudah berada diluar ruangan.
Nisa membulatkan matanya sempurna. Pagi ini ia sudah kecolongan dua kali.
"Kak faiz .. Bener-bener loe ya" teriak nisa dengan kesal. Faiz sudah kabur ke luar kamar meninggalkan istrinya yang sudah dipastikan mencak-mencak tak
karuan. part 25 keterbukaan Nisa sedang berkutat di dapur. Ia akan membuat sarapan untuk faiz. Ia mengiris bahan-bahan masakan dengan lincahnya. Seorang wanita berusia kepala empat
berjalan cepat ke arahnya.
"Maaf nyonya, biar bi inah saja" ujar wanita itu dengan hati-hati. Takut istri majikannya itu akan memarahinya.
"Tidak usah. Biar aku aja bi. Oh ya... Gak usah panggil nyonya. Panggil nisa aja. Berasa tua aja aku" jawab nisa dengan datar tanpa menatap ke arahnya.
Nisa menyalakan kompor dan mulai memasak. Bi inah hanya bisa menganga tak percaya. Istri majikannya ini tak seperti gadis muda biasanya. Tak ada kemarahan
maupun kekesalan dalam ucapannya. Hanya saja nada bicaranya sangat dingin. Dan apa tadi"
Tidak usah panggil nyonya. Panggil nisa aja. 1
Jarang sekali, majikan yang tidak mau disebut nyonya maupun nona. Apalagi, dia masih muda. ia sama sekali tak mementingkan egonya. Tetap rendah hati meskipun
pada pembantunya. Nisa membalikkan badannya. Menyodorkan satu cendok nasi goreng ke arah bi inah.
"Nih, coba masakanku bi. Enak gak?" tanya nisa sambil tersenyum tipis. Namun, bi inah masih bingung dengan sikap nisa.
"Duh, bi inah... Kok bengong sih. Ayo di coba." ucap nisa, kali ini tak sedingin dan sedatar tadi.
Bi inah menerima sendok itu dan menyuapkannya dengan hati-hati ke dalam mulutnya. Rasanya asin manis menyatu dengan lezat memanjakan lidahnya.
"Sangat lezat nyonya. Pasti tuan faiz menyukainya" ucap bi inah dengan jujur.
"Udah aku bilangkan" Jangan panggil nyonya" balas nisa dengan dingin lalu mematikan kompornya dan menuangkan nasi goreng itu dalam 3 piring.
Mendengar ucapan dingin dari nisa, senyum di wajah bi inah langsung memudar. Apakah nisa marah padanya". Kenapa nada bicaranya kembali dingin".
Nisa menyodorkan satu piring pada bi inah. Sedang, 2 piring lainnya masih berada di atas meja. Bi inah mengkerutkan dahinya bingung.
"Untuk apa nyonya?"
"Buat dikasih ke tetangga sebelah"
"Tetangga mana nyonya?"
"Ya ampun. Buat makan bibi maksudnya."
"Buat bi inah?"
"Gak tetangga sebelah. Yah, bi inah lah."
"Maaf, apa nyonya marah?"
"Haduh, enggak bi. Ini emang buat sarapan bibi. Jangan takut, nada bicara nisa emang gini." ucap nisa mengakhiri percakapan mereka.
Nisa mengambil 2 piring lagi yang berisi nasi goreng. Dia akan membawa ke ruang makan.
"Bi... Tolong buatkan segelas susu coklat dingin untukku dan minuman yang biasa diminum kak faiz di pagi hari" ucap nisa saat melewati bi inah.
Wanita paruh baya itu mengangguk. Lalu, melakukan apa yang nisa minta. Bi inah masih tak menyangka akan mempunyai majikan sepertinya. Walau, perkataannya
itu dingin. Tapi, sikapnya sangat baik dan menghormati orang lain. Sekalipun kepada pembantunya, ia tak berlaku sewenang-wenang.
**** Suara ketukan pintu dari luar sangat menggaanggu tuan rumah. Seorang pria bertubuh jangkung membukaan pintu.
Terlihat seorang tukang pos menyodorkan sebuah surat ke arahnya.
"Maaf tuan, mengganggu pagi-pagi. Ini surat untuk nona Annisa Zahra Kamilah" ujarnya.
"Iya, dia istri saya." jawab faiz dengan datar. Ia menerima surat itu.
"Tangga tangan disini, tuan" ujar tukang pos itu kembali sambil menyodorkan sebuah kertas tanda terima padanya.
"Terimakasih" ucap faiz setelah menanda tangani surat itu.
Faiz masuk kembali ke dalam rumahnya. Ia mengamati surat itu dan membukanya karena terlalu penasaran.
Dari kop suratnya saja, ia sudah tau ini surat penawaran beasiswa dari perguruan tinggi.
Faiz memasukkannya kembali seperti semula. Tak baik ia membacanya, sebelum nisa. Ini bukan hak nya.
Pria bertubuh jangkung itu melihat istrinya sedang menaruh 2 piring berisi makanan di atas meja makan. Dari aromanya saja, ia tau ini adalah nasi goreng.
Faiz duduk di sebelah nisa. Ia memberikan surat itu pada nisa. Nisa menautkan alisnya bingung. Langsung saja ia membuka amplop itu dan membaca isi suratnya.
Gadis berwajah tirus itu menganggukkan kepalanya, ternyata surat penawaran beasiswa kuliah.
Nisa menaruh surat itu diatas meja lalu menatap ke arah faiz. Ia tau dibalik wajah tenang faiz menyimpan sebuah pertanyaan mengenai surat itu.
"Surat penawaran beasiswa kuliah" ujar nisa menjelaskan.
"Dari mana?" "Universitas di madinah"
"Ini sudah penawaran ke berapa?"
"Kelima mungkin"
"Lalu, kamu mau kuliah dimana?"
"Rencana gue sih, pengen kuliah keluar negri. Tapi, semua sudah diluar rencana gue. Gue kuliah disini. Kemarin, mama bilang udah daftarin gue di universitas
loe" jawab nisa dengan datar.
Faiz menghembuskan nafas lega, setidaknya itu lebih baik daripada mereka harus berjauhan. Pernikah mereka baru saja dimulai. Masa' iya mereka harus menjadi
LDR" Ini bukan pacaran lagi, tapi pernikahan. Tidak baik, jika suami-istri berjauhan.
"Percayalah, rencana Allah pasti lebih baik" balas faiz sambil tersenyum ke arahnya.
Nisa menatap ke arah faiz. Kata itu, pernah ia ucapkan untuk faiz dan sekarang justru sebaluknya.
Nisa mengamati faiz dengan seksama. Ada yang berbeda dari penampilannya. Yah, suaminya ini memakai setelan kemaj dan jas. Mau kemana faiz setelah ini"
Apa dia akan meninggalkannya dirumah sendirian".
"Mau kemana loe pakai baju formal kayak gitu?" tanya nisa dengan dingin, datar dan tak ada lembut-lembutnya.
Faiz hanya menatap nisa lekat. Baru faiz sadari, logat bahasa nisa masih seperti abg lainnya. Dan jujur, terlalu kasar padanya. Padahal, saat masih sekolah
dulu, nisa lebih banyak memanggilnya dengan kakak dan selalu menghindari kata 'loe' saat mereka berbicara. Tapi, apa sekarang" Semua sudah berubah.
"Dear, nada bicaramu semakin dingin saja. Aku ini suamimu. Jangan pakai gue-elo lagi. Kita udah nikah" tegur faiz membuat nisa diam.
"2 tahun ini, apa aja yang kamu lakuin" Sampai logat bahasamu kayak gitu?" tanya faiz dengan tajam. Nisa hanya mengkerucutkan bibirnya kesal.
"Kok kakak ngalihin pembicaraan sih. Tadi, aku kan tanya" Kakak mau kemana pagi gini udah pakai baju formal" balas nisa dengan sengit.
"Mau ke kantor" jawab faiz singkat lalu memasukkan satu sendok ke dalam mulutnya. Nisa membuka mulutnya ingin bertanya lagi, namun ia urungkan karena faiz
sudah memulai makannya. Mereka makan dalam diam. Tak ada yang bicara satu pun. Nisa sebenarnya, masih ingin bertanya. Namun, ia tahan sampai mereka berdua selesai makan.
"Kak, aku mau tanya lagi" ucap nisa setelah meneguk habis minumannya.
Faiz yang akan berdiri kembali duduk.
"Ada apa?" "Kakak sebenernya siapa sih" Kita udah nikah. Tapi, ada banyak hal yang nggak aku tau dari kamu" ucap nisa dengan nada serius. Wajahnya terlihat menggemaskan
ketika sedang serius seperti ini.
Faiz hanya terkekeh pelan melihat wajah nisa.
"Jawab dong kak malah cengengesan. Aku serius nih"
"Aku dua rius malah. Aku seneng kamu udah banyak bicara kayak mila"
"Jadi, dengerin aku ya dear. Aku ini suami kamu, Muhammad Faiz Akmal Zidan. Anak dari keluarga zidan. Mahasiswa semester 4 jurusan bisnis di universitas
Exflord. Seorang CEO Zidan's crop yang ada di indonesia. Sudah?" jawab faiz panjang lebar.
Mulut nisa sedikit terbuka. Antara syok dan tak percaya.
"Masa' sih kak. Kok muka loe gak menyakinkan gini sih" ujar nisa dengan entengnya. Faiz membulatkan matanya sempurna.
Nisa bukanlah gadis yang akan tergiur dengan kedudukan dan harta. Mendengar penjelasan faiz pun dia sama sekali tak takjub.
"Dear, jangan pakai gue-loe."
"Maaf, anggap aja khilaf. Kenapa kakak nggak kasih tau aku dari awal?".
"Kamu gak nanya sih"
"Udahlah, lupakan. Anggep aja tadi aku gak nanya" ucap nisa dengan datar lalu membawa piring kotoe itu kedapur dan mencucinya.
Faiz mengikutinya dari belakang. Ia tau nisa kesal padanya. Walau, muka istrinya itu sangat tenang.
"Dear, kamu marah?"
"Nggak" "Yakin?" "Iya" "Yaudah" ucap faiz yang masih mengamati nisa mencuci piring
"Kamu nanti pulang jam berapa?" tanya nisa setelah selesai mengerjakan pekerjaannya.
"Mungkin, malam" jawab faiz singkat. Nisa melirik tajam ke arahnya
"Loe ninggalin gue dirumah seharian" Yang bener aja. Mati suntuk gue di rumah" teriak nisa di hadapannya. Faiz hanya tersenyum tipis. Sikap nisa sudah
mulai melunak tak sedingin saat pertemuan pertama mereka setelah lama berpisah. mungkin kemarin istrinya perlu waktu untuk beradaptasi.
"Yaudah, ikut ke kantor aja" jawab faiz enteng. Ia pikir itu jawaban yang paling tepat. Jika ia mengajaknya ke kantor, setidaknya istrinya tak akan keluyuran
tanpa sepengetahuannya. Ia tau sifat nisa. Tak betah jika harus berdiam diri dirumah.
"Oke. Aku mandi dulu ya" jawab nisa dengan singkat dan langsung kabur ke kamar.
**** 15 menit kemudian. Nisa sudah siap dengan blazer biru, rok biru dongker serta jilbab biru yang membingkai wajahnya.
Penampilannya sederhana, tapi sangat elegan. Faiz sampai tidak berkedip ketika melihatnya. Istrinya itu sangat cantik saat memakai apapun walau tanpa make
up. 1 Nisa berjalan melewati faiz begitu saja. Ia membuka pintu mobil dan duduk di jok depan serta memakai sabuk pengaman.
Nisa pikir, tak perlu menunggu faiz membuka pintu mobil dan memakaikannya sabuk pengaman. Ini dunia nyata, bukan film. Jadi, tak perlu lah seperti itu.
Faiz menatap istrinya tak percaya. Biasanya wanita akan menunggu untuk sekedar dibukakan pintu. Tapi, ini istrinya" Langsung duduk manis tanpa disuruh.
Pria itu langsung masuk dalam mobil dan melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.
Keadaan dimobil sangat hening. Sampai salah satu dari mereka membuka suara.
"Kak, mampir ke toko kue didepan ya" pinta nisa menunjuk salah satu toko kue di ujung jalan.
Faiz tidak bertanya, ia hanya mengangguk dan memberhentikan mobilnya didepan toko itu.
Nisa langsung keluar dan masuk ke dalam. Ia membeli kue lumayan banyak. Terbukti, dia menenteng dua tas bag berisi berbagai macam kue.
Setelah membeli kue itu, nisa kembali masuk ke dalam mobil.
"Kakak ada meeting pagi ini?" tanya nisa sambil menoleh ke arah faiz. Pria itu menoleh ke arah nusa sekilas lalu fokus kembali menyetir.
"Pagi gak ada. Meetingnya siang. Ada apa?"


Fazahra Akmila Karya Naima Adida di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Anter aku ke Faza's company" jawab nisa dengan santai.
"Ngapain?" tanya faiz bingung. Ngapain istrinya ke perusahaan yang isinya para designer dan perancang baju itu". Apa istrinya mau memesan baju".
"Berkunjung. Sekalian aku mau kenalin kamu ke karyawanku" ucap nisa tanpa menatap ke arah faiz.
"Apa" Karyawan" Kamu... Fazahra Akmila" Designer terkenal sekaligus pemilik perusahaan itu?" tanya faiz dengan tak percaya menatap ke arah nisa.
Yang dilihat justru cuek dan menghiraukan. Kenapa suaminya harus kaget" Tadi saja, dirinya tak kaget saat tau fakta bahwa suaminya adalah seorang CEO.
"Biasa aja kali kak. Liat jalan sana. Nanti nabrak lagi" balas nisa dengan datar. Faiz kembali fokus pada jalan didepannya.
"Kenapa kamu gak pernah bilang?"
"Kamu gak nanya sih"
"Balas dendam nih ceritanya?"
"Yah, gak juga sih. Biar terbuka aja. Masa' nanti kalo ada yang nanya. Istri kamu kerjanya apa faiz" Maaf saya gak tau. Kan gak etis banget tuh." ucap
nisa dengan di buat-buat membuat faiz terkekeh pelan.
"Good. Keterbukaan itu memang penting dalam sebuah hubungan." ucap faiz dengan tersenyum ke arah nisa.
Dalam sebuah hubungan. Keterbukaan adalah hal yang sangat penting. Agar tidak terjadi kesalah pahaman. Hubungan tanpa keterbukaan sama saja bohong. Hubungan
berdasarkan kebohongan tidak akan pernah bisa langgeng.
part 26 godaan 1 Nisa turun terlebih dulu dari mobil. Faiz menyusul dari belakang. Mereka masuk kedalam gedung bertingkat itu secara beriringan. Seorang penjaga pintu masuk
menyapa mereka. "Selamat pagi nona zahra. Pagi tuan" ucap pria itu.
"Pagi juga pak" jawab nisa dengan datar. Pria itu tersenyum ke arah mereka. Bukan hal baru jika penjaga itu mendengar ucapan dingin nisa seperti itu. Sudah
biasa, karena sifat aslinya memang seperti itu. Masih mau menjawab saja, dia sudah senang.
Faiz dan nisa masuk ke dalam gedung itu. Didalamnya terlihat sepi. Kemana semua karyawan".
Faiz hanya mengamati kantor berlantai tiga ini. Sederhana, namun interiornya sangat bagus dan penuh seni artistik. Ia tak berniat menanyakan perihal karyawan.
Yang ia pikirkan. Apa istrinya merintis perusahaan yang berjalan dibidang pakaian ini sendiri dari zero sampai seperti ini" Mengagumkan!.
"Kapan kamu mulai merintis perusahaanmu?" tanya faiz saat mereka naik ke dalam lift.
"Sejak kelas 1 SMA. Kedua sahabatku yang membantuku mulai dari bawah sampai sekarang. Awalnya, aku tak pernah menyangka. Usaha yang ku mulai dari hobby
mendesign baju akan menjadi besar seperti ini.
Kakak tau kan, aku sering telat berangkat ke sekolah. Alasannya, malamnya aku begadang buat bikin design untuk rancangan produk baru di perusahaan ini.
Kadang juga, aku sering ngilang saat masih jam sekolah atau saat ada kegiatan osis. Itu ku lakukan untuk mengembangkan perusahaan ini.
Setengah tahun, aku baru bisa mendirikan hanya beberapa cabang butik saja. Tapi, tepat satu tahun usahaku. Aku bisa mendirikan perusahaan sendiri. Walau,
tak sebesar perusahaanmu. Tapi, aku bersyukur kok, setidaknya aku tidak lagi menadah pada orang tua. Yah, walau modal pertamaku dari papa." jelas nisa
panjang lebar. Faiz sedikit kagum dengan istrinya ini. Selain cantik, cerdas, sholihah juga pekerja keras. Kurang apanya coba".
"Kamu sendiri" Kapan mulai mengelola Zidan's corp?" tanya nisa menatap ke arah faiz.
"Sejak 2 tahun lalu. Tepat setelah aku lulus. Papa menyerahkan semua urusan perusahaan yang ada disini padaku. Sedang, beliau sendiri mengurus perusaan
pusat di luar negeri" jelas faiz. Tepat setelah ia menyelesaikan kalimatnya. Pintu lift terbuka.
Nisa berjalan mendahului faiz. Ia menuju salah satu ruang dengan pintu kaca. Ia membuka pintu itu perlahan. Terlihat semua karyawannya sudah berkumpul
di ruang itu. Ia memang menyuruh semua karyawannya itu berkumpul disini karena ada sesuatu yang akan ia sampaikan.
Nisa dan faiz masuk secara bersamaan. Para karyawan langsung menyambut mereka dengan senyum ramah. Terbilang hanya ada sekitar 30 karyawan disini. Semua
karyawan wanitanya memakai hijab. Sedang, yang laki-laki juga berbaju santai. Semuanya memakai baju semi formal.
Dua orang gadis yang tak lain sahabat nisa sendiri juga ada disini. Mereka menghampiri nisa dan faiz.
"Baiklah, teman-teman... Kak zahra sudah datang. Ia ingin mengatakan sesuatu pada kita semua" ujar zizi yang tak lain adalah sahabat nisa.
"Iya terimakasih sebelumnya. Hay guys... Selamat pagi. Pastinya, kabar tentang pernikahan ku sudah kalian dengarkan". Dan perkenalkan, Pria di sampingku
ini adalah suamiku, Faiz akmal. Kalian bisa memanggilnya, tuan faiz. Tolong, hormati dia seperti kalian menghormatiku." ucap nisa dengan nada dinginnya.
Ia tersenyum simpul pada semua karyawannya.
"Wah... Kalian cocok banget, kak. Semoga langgeng sampai tua dikaruani anak banyak yang unyu-unyu " celetuk salah satu karyawati membuat semua orang tertawa.
"Kak... Yang di tas bag itu kue kan" Wah... Makasih ya. Tau aja kita laper" ucap seorang karyawati lain yang langsung menyambar tas bag itu.
"Eits... Ini emang buat kalian. Tapi, gak ada kado pernikahan nih buat gue?" tanya nisa sambil mengangkat tas bag itu ke atas.
"Ayolah, ra... Sama temen sendiri pelit. Itung-itung itu syukuran buat pernikahan loe, ya gak guys" Kita doain deh pernikahan loe langgeng, sakinah, mawadah
dan ... " ucap seorang karyawan dengan santai. Sepertinya, karyawan itu teman istrinya sendiri.
"Warahmah... " sahut semua karyawan. Lalu, mereka semua tertawa. Nisa ikut tersenyum lalu membagikan kue yang tadi ia beli pada semua orang yang ada disini.
Faiz mengembangkan senyumnya.
Nuansa kekeluargaan dan kebersamaan disini sangat kental. Tak ada yang terlihat lebih rendah atau tinggi.
Semua karyawan itu menikmati kue yang dibawakan oleh nisa. Semua terlihat bahagia. Sama halnya dengan faiz. Senyum kebahagiaan terukir jelas di matanya.
Nisa memperkenalkan dirinya secara terang-terangan bahkan dengan semua karyawannya yang memang sama sekali tak diundang dalam acara pernikahannya.
Seorang gadis berpipi chubby menghampiri faiz yang sedang mengamati nisa.
"Loe beruntung banget punya istri kayak nisa kak. Dia gadis yang nyaris sempurna. Panutan bagi gue dan rekan-rekan disini." ujar gadis itu yang tak lain
sabahat nisa, zizi. Faiz memutar kepalanya, menoleh sekilas ke arah zizi lalu kembali menatap istrinya.
"Tapi sayang, rasa cintanya sudah mati buat gue"
"Alah, persetan dengan cinta kak. Nisa itu sebenernya masih cinta sama loe. Tapi, dia terlalu takut buat mengakui hal itu. Dia takut untuk kecewa lagi"
sahut seorang perempuan bermata sipit yang ikut nimbrung bersama mereka.
"Bener kata rikha, kak. Dia itu cinta sama loe. Cinta mati malah" tambah zizi dengan penuh penekanan.
"Loe bodoh kalo gak menyadari hal itu" lanjut zizi kembali.
"Nama perusahaan ini juga nama samarannya didunia bisnis itu buktinya."
"Maksud loe?" "Apa masih perlu gue jelasin lagi" Faza's company dan fazahra akmila itu gabungan nama loe sama nisa. Sehari sebelum peresmian perusahaan ini, nisa mengganti
semua berkas perusahaan cuma buat ganti namanya aja. Nisa terlalu bahagia, loe nyatain perasaanya ke dia malam itu. Dia memang bodoh ngelakuin hal itu
cuma buat loe. Dan sekarang, gue mohon jangan kecewain dia lagi" ucap zizi panjang lebar.
Faiz terenyuh mendengar penjelasan zizi. Ia kembali merasa sangat bersalah. Ia baru sadar akan hal itu. Faza adalah gabungan dari faiz-zahra. Sedangkan,
fazahra akmila.. Gabungan dari faiz-zahra / akmal-mila. Yah, nama mereka berdua.
" kak... Nisa itu terlalu baik. Di balik sifat dinginnya, dia gadis yang sangat baik. Jaga dia kak. Kita percaya sama loe. Buat dia bahagia. Cukup 2 tahun
aja, dia kecewa dan menderita karena loe" sahut rikha dengan pelan.
Mereka bertiga menatap ke arah nisa. Gadis itu berjalan ke arah mereka.
"Ngapain, loe bertiga natap gue kayak gitu?" tanya nisa dingin.
"Gak papa. Seneng aja, liat loe bisa disini lagi. Hampir 3 bulan gak ketemu loe. Kangen gue" ucap zizi dengan nada yang di lembutkan.
Nisa hanya bergidik ngeri sendiri melihat ekspresi wajah sahabatnya itu.
"Najis banget ucapan loe, zi" balas nisa dengan datar membuat tawa rikha meledak seketika.
"Nis... Loe emang gak berubah ya. Kristal dingin." sahut rikha sambil tertawa melihat ekspresi zizi yang gak banget karena denger ucapan nisa tadi. Faiz
hanya tersenyum tipis melihat istri dan sahabatnya sedang bergurau.
Faiz melihat jam tangannya. Waktu telah menunjukkan jam 10 pagi. Ia harus kekantor sekarang.
"Dear... Kamu jadi ikut ke kantor?" tanya faiz dengan datar. Zizi dan rikha hanya menganga setelah mendengar panggilan faiz pada nisa.
"Cie... Yang udah nikah. Sekarang, panggilnya pakai dear. Pakai aku-kamu lagi" goda zizi pada mereka. Nisa melirik zizi sangat tajam. Sedang yang dilirik
hanya nyengir tanpa dosa.
"Jadilah, aku ambil laptop sama draft ku dulu" balas nisa dengan kesal lantas berlalu dari hadapan mereka.
"Zi, nanti sampein ke nisa. Gue tunggu di mobil" ucap faiz pada gadis berpipi chubby tersebut.
Gadis itu hanya mengacungkan jempolnya dan tersenyum. Pertanda mengiyakan permintaannya.
**** Faiz dan nisa sudah berada di dalam mobil. Mereka akan menuju ke kantornya faiz. Keadaan di mobil sangat hening.
Faiz dan nisa hanyut dalam pikiran masing-masing. Tak terasa mereka sudah sampai di depan kantor Zidan corp.
Nisa membuka pintu mobil. Turun dengan membawa tas gendongnya yang berisi laptop.
Jika dilihat sekilas, nisa terlihat seperti siswi SMA. Selain, wajahnya yang terlihat masih sangat muda. Postur tubuhnya yang proporsional sangat mendukung
persepsi tersebut. " aku aja yang bawa tas nya. Kamu kayak siswi SMA nyasar" ujar faiz dengan santai membuat nisa membulatkan matanya sempurna.
"Emang gue baru lulus SMA. Puas?" balas nisa dengan sengit saat memberikan tasnya. Lalu, berjalan mendahuluinya.
Faiz tersenyum tipis lalu menyampirkan tas itu di bahu kanannya. Berjalan menyamai langkah kaki nisa. Ia menarik pinggang nisa agar berjalan beringingan
dengannya. "Apaan sih, kak. Geli tau." protes nisa berusaha melepaskan rangkulan faiz.
"Kamu jangan ngambek. Nanti aku lepasin" jawab faiz dengan datar, pelan, dan penuh penekanan.
Nisa mendecak pelan. Heran dengan kelakuan faiz. Ia ingin marah. Namun, banyak karyawan yang memperhatikan mereka.
Ada yang tersenyum ramah serta memberi hormat. Ada pula yang tersenyum sinis dan menatap nisa dengam tajam seolah ingin membunuhnya saja. Nisa sampai bergidik
ngeri sendiri pada 3 karyawati yang menatapnya horor. Yah, hanya padanya. Sedang, pada faiz mereka tersenyum dengan sangat manis.
"Dasar. Pria kelewat mempesona. Mereka itu karyawan atau fans kakak?" tanya nisa dengan ketus. Namun, sama sekali tak diindahkan oleh faiz.
Faiz justru mengeratkan rangkulannya. Faiz membuka sebuah pintu ruangan yang nisa yakini sebagai ruangan faiz.
Setelah sampai diruang tersebut. Faiz melepas rangkulannya dan meletakkan tas nisa diatas meja. Pria itu berjalan ke arah kursi kerjanya.
Ia menghela nafas sebentar. Terlihat setumpukan proposal setinggi 10 cm yang harus ia chek dan ditanda tangani. Tidak masuk ke kantor selama beberapa hari
saja, kerjaannya sudah menumpuk.
Faiz duduk di kursi itu dan memulai pekerjaannya. Meneliti satu persatu berkas itu. 30 menit sudah, ia meneliti berkas itu. Namun, baru setengahnya saja
yang sudah clear. Ia melirik ke arah nisa yang terlihat fokus pada kertas, pensil, dan draft sketsa di depannya. Gadis itu menjulurkan kakinya diatas sofa menekuknya setengah
untuk menjadi tumpuan papan sketsa. Membiarkan laptopnya yang masih terbuka diatas meja.
Faiz merasa sedikit bersalah. Gadis itu menyibukkan dirinya sendiri. Sama sekali tak mengganggu pekerjaannya. Apalagi menarik perhatiannya. Padahal, yang
mengajaknya kesini adalah dirinya. Tapi, justru faiz mengacuhkan nisa begitu saja.
Perlahan nisa mengangkat kepalanya. Manik matanya menangkap faiz sedang mengamatinya. Faiz tau gadis itu sangat peka jika ada orang yang mengawasinya.
"Apa?" tanya nisa dengan dingin. Ia kembali fokus pada sketsanya. Ia menggoreskan pensil dengan lihai di atasnya.
Faiz tersenyum tipis. Rasa kesal nisa dapat dibaca oleh faiz walau wajahnya terlihat tenang.
Baru faiz akan membuka mulut, ketukan pintu terdengar dari luar.
"Masuk" ujar faiz dengan datar.
Suara pintu terbuka, memperlihatkan seorang wanita dengan baju kurang bahan menatap faiz dengan kagum.
Nisa hanya meliriknya sekilas dan beristighfar dalam hati.
"Maaf Mr. Zidan. Saya janny sekretarisnya tuan jake. Ini proposal yang harus anda tanda tangani" ujar wanita itu dengsn nada yang dibuat sok lembut.
Faiz tak menjawabnya, ia menarik sebuah proposal yang wanita itu taruh diatas meja. Ia membacanya dengan seksama.
" maaf tuan. Kabarnya, pertunangan anda di batalkan. Saya mau loh jadi calon istri tuan" ucap wanita itu menggoda.
Faiz mendongakkan kepalanya, menatap risih wanita didepannya ini. Ia melirik ke arah istrinya yang terlihat masih fokus pada sketsanya.
Faiz segera menanda tangani berkas itu.
"Maaf... Silahkan anda keluar. Berkas ini sudah saya tanda tangani." ujar faiz sedatar mungkin.
"Saya akan keluar. Tapi, bagaimana dengan tawaran saja tadi. Saya mau jadi istri anda. Kalau tidak, pacar juga gak papa. Atau, simpanan juga boleh" ujar
wanita itu sambil tersenyum nakal ke arah faiz. Ia mencoba mendekatkan wajahnya ke arah faiz.
Nisa yang melihat kelakuan wanita itu geram juga. Ia menggebrak meja dengan papan sketsanya membuat faiz dan wanita itu menoleh ke arahnya. Nisa melirik
tajam wanita itu. "Anda sudah dengar kan Mr.Zidan meminta anda keluar. Apa perlu saya seret agar anda keluar" ujar nisa dengan dingin tanpa melihat wanita itu. Nisa bahkan
masih dalam posis menjulurkan kaki diatas sofa.
"Anda siapa" Yang sopan ya. Saya ini rekan kerjanya Mr.zidan" blas wanita itu dengan ketus.
"Saya simpanannya Mr.Zidan" balas nisa dengan asal.
Faiz hanya membulatkan matanya sempurna dan mengusap wajahnya kasar. Bisa di pastikan nisa sangat marah padanya. Mendengat nada bicaranya saja, semua orang
pasti tau dia sedang menahan amarah.
Wanita itu mengambil berkas itu dan segera keluar dari sana.
"Senang bisa bertemu denganmu Mr.Zidan. jika anda menginginkan simpanan kedua hubungi saya. Kartu nama saya ada diatas meja anda" ucap wanita itu diambang
pintu sambil mengerlingkan matanya ke arah faiz.
Nisa ingin muntah saja melihat kelakuan wanita itu. Sangat menjijikan.
"Cantik-cantik kok di jual obral"
part 27 '10 detik Faiz mendekat kearah nisa yang kembali fokus pada sketsanya. Gadis itu menyenderkan punggungnya bertumpu pada sofa. Kakinya, masih ia selonjorkan diatas
sofa. Tangannya kembali bermain diatas kertas itu. Sebenarnya, ia sudah tidak mood meneruskan pekerjaannya. Tapi, ia berusaha mengalihkan pikirannya agar
tidak terus memikirkan kejadian beberapa menit yang lalu.
Faiz duduk di tumpuan sofa itu hingga dadanya sejajar dengan kepala nisa. Ia mengulurkan satu tangannya dan manarik bahu istrinya agar menyender pada dadanya.
Nisa meletakkan sketsa diatas pangkuannya. Berusaha melepas rengkuhan suaminya. Tapi, tidak bisa. Faiz justru mengeratkan rangkulannya dan mencium puncuk
kepala nisa. "Tenang. Gak usah marah. Aku gak bakal tergoda" ujar faiz dengan datar. Nisa membalikkan tubuhnya, menghadap faiz. Kakinya ia turunkan dari sofa.
"Aku gak marah kak. Cuma kesel aja" balas nisa sama datarnya. Ia memaksakan tersenyum kearah suaminya. Perlahan tangannya memundurkan tubuh faiz agar tak
terlalu dekat dengannya. Faiz membalasnya dengan senyuman manis yang dapat membuat banyak gadis terpesona. Namun, itu sama sekali tak berpengaruh pada istrinya.
"Kamu cemburu?" tebak faiz yang sangat mengena di hati nisa. Namun, ia berusaha setenang mungkin.
"Ngapain cemburu" Gak mutu cemburu sama wanita murahan itu." jawab nisa dengan nada sedatar mungkin tanpa menatap ke arah faiz.
Faiz hanya terkekeh mendengar jawaban nisa. Istrinya itu benar. Kenapa istrinya harus cemburu dengan wanita itu" Wanita itu tidak ada apa-apanya dibanding
nisa. Ia bahkan sangat kalah telak dengan istrinya yang sangat mengerti agama.
"Ngapain juga aku cemburu. Aku sudah tidak mencintaimu seperti dulu" lanjut nisa dengan dingin membuat senyum diwajah faiz memudar.
Perlahan tangannya menangkup kedua pipi nisa. Ia ingin membuat nisa menatap ke arahnya. Namun, gadis itu mengalihkan perhatiannya. Tak ingin menatap mata
elang itu. "Dear... Please, look at me" pinta faiz dengan pelan. Nisa memutar bola matanya malas lalu menatap suaminya.
Faiz menatap lekat istrinya itu. Dia masih sama. Selalu cantik dimatanya. Mulai dari mata, alis, hidung, pipi, dan bibirnya terlihat sempurna dimatanya.
"Apaan sih, kak" Jangan natap aku kayak gitu. Nanti aku jatuh cinta lagi" ucap nisa dengan dingin lalu menutup wajahnya dengan kedua tangan.
"Dear... Tatap mataku" ucap faiz dengan lembut. Tapi, nisa masih menutupi wajahnya.
Lama-lama faiz geram juga gemas dengan istrinya.
"Dear... Tatap mataku" ucap faiz dengan dingin dan penuh penekanan. Mendengar ucapan faiz yang sangat dingin membuat nisa takut sendiri.
Perlahan nisa menurunkan tangannya dan menatap faiz.
"Zahra... Tatap mataku selama 10 detik dan katakan kalo kamu tidak mencintaiku lagi" ucap faiz dengan datar dan dingin.
Nisa menatap dalam kearah mata faiz. Mereka saling beradu pandangan.
"Satu detik" "Mata elang" "Dua detik" "Sangat tajam dan dingin"
"Tiga detik" "Tapi, selalu meneduhkan"
"Empat detik" "Banyak gadis terpesona karena mata mu"
"Lima detik" "Mata mu unik" "Enam menit" Aku sayang sama kamu. Entah sejak kapan" aku juga tidak tau. Aku tidak pernah memintamu menjadi pacarku. Aku hanya memintamu menjadi kekasihku hari ini,
esok, dan selamanya "Kenangan bersamamu berputar jelas disana"
"Tujuh detik" Love is not false Not love but dear Nothing reason i dear you
It happen because Allah comman it
Never regret with what's been happen
We are not always together
Let me hugs our memories Let me tell our strory When me meet again Follow your heart to giude you for home
"Kata itu kembali terlihat jelas dimatamu"
"Delapan detik"
"Rasa sakit yang kurasakan terasa kembali saat melihat matamu"
"Sembilan detik"
"Bayangan pernikahan kita berputar kembali"
"Sepuluh detik"
"Mata elangmu selalu bisa membuatku jatuh cinta di sepuluh detik pertama." ucap nisa dengan datar sambil terus menatap mata elang itu.
Faiz menarik nisa dalam pelukannya. Senyum mengembang di wajahnya. Nisa memang tidak bisa berbohong dan menyembunyikan perasaannya sendiri.
Faiz merenggangkan pelukannya. Menatap lekat wajah nisa. Perlahan ia mendekatkan wajahnya kearah nisa. Semakin dekat, semakin dekat.... faiz memiringkan
wajah dan memejamkan matanya. Nisa pun ikut memejamkan matanya.
Hembusan nafas keduanya terasa sangat dekat. Kurang 1 cm saja bibir mereka akan bersentuhan.
CLEK... Suara pintu terbuka. Refleks nisa mendorong tubuh faiz dengan kasar. Pria itu mendengus kesal. Siapa sih yang berani mengganggunya disaat seperti ini"
Mau cari mati". Faiz melirik tajam ke arah wanita yang berdiri didepan pintu. Wanita itu setengah membuka mulutnya. Terkejut dengan pemandangan yang ia lihat tadi.
"Lain kali ketuk pintu dulu, Nita. Ada apa?" tanya faiz dengan sangat dingin dan menatapnya dengan sangat tajam.
Wanita yang dipanggil nita itu meneguk ludahnya dalam. Raut muka atasannya saat ini sangat menyeramkan. Ia benar-benar telah mengganggunya kali ini.
"Maaf pak. Anda sudah ditunggu di ruang rapat" jawab nita dengan hati-hati.
"Baik, sana akan kesana sebentar lagi." ujar faiz dengan dingin. Nita menutup pintu kembali dan langsung kabur.
Faiz memandang kearah nisa yang sedang mengotak-atik laptop dihadapanya.
"Rapat sana!" usir nisa dengan dingin pada suaminya itu sembari mengetik beberapa kata pada keyboardnya. Ia sama sekali tak menghiraukan faiz. Pria itu
mendecak kesal. Acaranya di ganggu oleh sekretaris kurang kerjaan itu.
Faiz menarik dagu nisa agar menghadap ke arahnya. Ia mencium bibirnya singkat lalu berjalan keluar meninggalkan nisa yang masih syok dengan yang dilakukan
suaminya. "Buat lanjutin yang tadi" ucap faiz saat akan menutup pintu sebelum dia keluar menuju ruang rapat.
Pedang Sinar Emas 23 Pendekar Rajawali Sakti 147 Tongkat Sihir Dewa Api Nyi Bodong 2

Cari Blog Ini