Irama Pencabut Nyawa Karya Wen Wu Bagian 1
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
IIR RA AM MA AP PE EN NC CA AB BU UT TN NY YA AW WA A Karya : WEN WU Scan Djvu : Mukhdan, editor : Hendra
Final Edit & Ebook oleh : Mukhdan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ & http://kang-zusi.info/
1 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
SEPATAH KATA PADA tiap jam 12 tengah malam, dari atas puncak Kiat-yun-hong di pegunungan Thian-taisan, selalu terdengar gerak irama Kim (sejenis alat musik) dengan nada-nada yang enak
ditangkap telinga dan sesuai sebagai suatu sajian musik instrumental yang sederhana dan
lembut lagi. Tetapi, kekuatan pengaruh irama dalam bentuk-bentuk bunyi yang sederhana yang telah
berhasil membawa pendengarnya kesuatu dunia impian itu, kadang-kadang dengan tiba-tiba
saja lenyap tak berbekas! Sebagai gantinya gerak irama yang kuat diseling dengan
keruntunan nada-nada yang dahsyat berkumandang keseluruh pelosok daerah pegunungan
Thian-tai-san yang luas itu.
Selama sepuluh tahun lamanya, diwaktu cuaca baik maupun badai mengamuk menderuderu, pada tiap jam 12 tengah malam, gerak irama gaib itu dengan tentu pasti terdengar,
tetapi yang aneh, lagunya selalu sama, yaitu lagu yang mencerminkan rasa sayang, dendam
dan sedih dipadukan menjadi satu keseluruhan yang merupakan berpaduan rasa yang sukar
dimengerti. Dimana sentuhan-sentuhan pada senar Kim senantiasa berubah-ubah, lembut
untuk kemudian kuat dan dahsyat!
Apakah Kim tersebut dimainkan oleh setan atau iblis?" Entahlah!
Banyak orang telah datang ke pegunungan Thian-tai-san dengan maksud membikin
penyelidikan siapa sebenarnya sipemain musik tunggal itu, tanpa menghiraukan kesaksian
bisu tentang malapetaka yang bisa menimpa usaha mereka yang gegabah itu!
Tepat jam 12 tengah malam, mereka lalu mendaki puncak Kiat-yun-hong, tetapi ternyata
mereka tidak dapat terus naik keatas tatkala mendengar gerak irama gaib itu. Tenaga dan
semangat mereka tiba-tiba lenyap dan seolah-olah didesak turun kembali oleh sesuatu yang
tidak tampak sama sekali! Barulah, setelah tiba dibawah lagi, mereka jadi tidak mengerti
mengapa tenaga serta semangat mereka tiba-tiba lenyap hanya mendengar irama yang
misterius itu! Demikianlah, selama sepuluh tahun tiada seorang pun berhasil mendaki puncak tersebut
untuk melihat sipemain Kim Maut itu. Namun kegagalan-kegagalan tersebut tidak pernah
membuat orang-orang yang berkecimpung dikalangan Bu-lim berhenti berikhtiar untuk
memecahkan teka-teki itu.
Mereka lalu berusaha mendaki puncak itu diwaktu siang hari. Tetapi usaha mereka inipun
ternyata gagal! Karena begitu tiba di dekat puncak, lagi-lagi suara Kim Maut yang
melemahkan jiwa maupun raga mereka terdengar!
I. DIPERTENGAHAN MUSIM PANAS, tiada awan tampak di langit yang tinggi. Hari cerah dan
matahari pun memancarkan sinarnya dengan megah.
Di atas jalan yang menuju kepegunungan Thian tai-san, tampak seorang kakek dan seorang
pemuda tengah berjalan dengan gagah dan pesat sekali.
Si kakek berwajah menyenangkan dan bertubuh sehat meskipun usianya tidak dapat
diragukan lagi sudah lebih dari 70 tahun.
Sipemuda yang baru berusia kira-kira 18 tahun berwajah tampan dan gagah perkasa. Tetapi
2 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
pada saat itu tampak dahinya berkerut dan seluruh wajahnya mencerminkan suatu
kecemasan. Tiba-tiba dari jurusan yang bertentangan mendatangi lima orang kakek yang sudah lanjut
usianya. Ketika sudah berada dekat dengan kakek dan pemuda itu, mereka lalu menjura.
"Tidak terduga kami dapat menjumpai si Kakek cerdas Gouw Wie To disini !" kata salah
seorang diantara kelima kakek itu. "Sudah 20 tahun kita tidak berjumpa, namun ternyata
saudara Gouw masih tetap tampak sehat dan segar sekali !"
Sipemuda yang agaknya berwatak tinggi hati tiba-tiba melengos dan melihat ke lain jurusan
dengan sikap dingin terhadap kelima kakek yang baru datang itu. Tetapi tidak demikian hal
dengan sikap kakek Gouw Wie To. Ia bersenyum lebar sambil balas memberi hormat dan
berkata: "Sebetulnya ada urusan apakah sehingga kelima kakek dari sungai Liong kang
bersama-sama sudah datang didaerah pegunungan Thian sai-san ini?"
Pertanyaan itu agaknya ingin dielakkan oleh kelima kakek itu. Pertanyaan itu tidak dijawab
bahkan salah satu antara mereka lalu menanya : "Apakah saudara Gouw ingin pergi ke
puncak Kiat-yun-hong untuk menyelidiki Irama Pencabut Nyawa?"
"Aku mau pulang, dan aku terpaksa harus berjalan di atas jalan ini," sahut Gouw Wie To.
"Aku tidak pernah menghiraukan teka-teki irama yang kau maksud itu."
"Tetapi mungkin saudara Gouw sudah mengetahui bahwa masing-masing partai silat telah
mengutus beberapa puluh orang-orang mereka untuk mendaki puncak Kiat-yun-hong
dengan maksud memecahkan teka-teki Irama Maut itu bukan" Aku yakin mereka kini akan
berhasil mengetahui siapa itu sipemain musik tunggal itu."
"Mungkin"."
"Saudara Gouw, siapakah pemuda ini?" tanya lain kakek.
"Dia muridku, yang selalu mengikut aku berkelana"."
"Hai......kau beruntung sekali saudara Gouw! Kau sudah mempunyai seorang ahliwaris yang
gagah perkasa, aku yakin kau sudah mewariskan ilmu-ilmu-mu yang lihay kepada pemuda
itu......" "Ho, ho, ho! Aku memang ingin mempunyai seorang ahliwaris seperti yang kau katakan itu,"
sahut Gouw Wie To sambil menoleh kepada sipemuda dan melanjutkan: "Anak, mari aku
perkenalkanmu kepada kelima Locianpwee dari sungai Liong-kang ini."
Sipemuda acuh tak acuh membalikkan mukanya dan membuat kelima kakek itu terkejut
melihat wajahnya yang congkak dan keras kepala itu.
Ia memberi hormat lalu dengan cepat melengos lagi ke jurusan lain.
Kelima kakek itu tidak jadi tersinggung melihat sikap dingin pemuda itu. Mereka hanya
menggeleng-geleng kepala dan menghela napas panjang.
"Baiklah, saudara Gouw," kata si kakek yang bicara tadi. "Kami harus melanjutkan
perjalanan kami. Sampai kita jumpa lagi!"
Setelah kelima kakek itu pergi, sipemuda lalu menghampiri Gouw Wie To dan menanya:
"Suhu......." 3 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Anak, aku bukan gurumu!" selak Gouw Wie To.
"Tetapi, bukankah Suhu yang telah mengajari aku ilmu-ilmu pukulan?"
"Apa yang telah kau peroleh dari aku itu, hanya sekedar untuk menjaga diri saja!"
"Apakah Suhu tidak sudi menerima aku sebagai murid?"
"Kau keliru, nak! Aku bukan tidak sudi, tetapi terus terang saja aku tidak mampu!"
"Apakah kepandaian Suhu masih kurang?"
"Aku telah mewariskan seluruhnya padamu apa yang aku miliki, dan karena kau masih
muda dan kuat lagi, maka kau pasti dapat mengalahkan aku sekarang! Tetapi kau harus
membalas dendam, dan musuh yang harus kau gempur itu lihay sekali, kepandaian yang
telah kau peroleh dari aku belum mampu menandingi musuh-musuhmu itu !"
Wajah sipemuda tampak muram sekali mendengar keterangan itu. Ia mengawasi gurunya
dan tidak mengatakan apa-apa.
"Dan jika aku mewariskan juga ilmu-ilmuku yang masih serba kurang itu, disamping karena
mengingat kepada sahabatku, aku bermaksud agar kau mempunyai dasar untuk kelak
menerima ilmu-ilmu dari orang pandai lainnya !" kata lagi Gouw Wie To.
"Suhu bermaksud mencarikan seorang guru untukku?"
"Betul, tetapi begitu jauh aku belum berhasil...."
"Suhu telah merawat aku dengan baik sekali, budi Suhu yang besar itu tidak dapat aku
lupakan. Untuk mencari seorang guru, biarlah mulai hari ini aku berusaha sendiri...."
"Dengan demikian, kita harus berpisah bukan?"
Dengan perasaan agak berat sipemuda menganggukkan kepala.
Gouw Wie To bersenyum getir kepada muridnya yang diketahuinya sangat keras kepala itu.
"Baiklah," sahutnya kemudian. "Ilmu-ilmu yang telah kau miliki sekarang hanya dapat
digunakan sekedar untuk menjaga diri. Jagalah pedangmu yang buntung itu sehingga tidak
hilang atau mendapat perhatian orang banyak!"
Sipemuda mengawasi gurunya. Ia merasa heran dipesan untuk melindungi pedang buntung
yang tidak tampak luar biasa yang selalu terpancang ditali pinggangnya itu.
"Suhu, bolehkah aku mengetahui siapa musuh besarku dan bagaimana riwayatku sendiri?"
tanyanya dengan suara sedih.
Gouw Wie To berpikir sebentar, lalu menghela napas dan menyahut: "Belum tiba saatnya
untuk kau mengetahui itu semua, jika aku memberitahukan juga sekarang, itu berarti aku
sengaja menjerumuskanmu kedalam jurang kematian!"
"Lalu kapan baru aku diperbolehkan mengetahui itu?"
"Bila kau sudah memiliki ilmu-ilmu yang ampuh untuk mengganyang musuh-musuhmu itu!"
"Bagaimana dengan riwayatku, apakah akupun belum boleh mengetahui itu?"
4 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"itupun tidak dapat aku beritahukan sekarang. Tetapi ketahuilah bahwa kau she Khouw...."
"Dan siapa namaku?"
Gouw Wie To tiba-tiba jadi gugup ditanya demikian, karena dengan sesungguhnya ia tidak
mengetahui siapa nama pemuda itu....
"Anak, aku hanya mengetahui bahwa kau she Khouw," akhirnya ia menyahut juga. "Ketika
aku menerimamu, kau masih kecil sekali. Pada waktu itu....aaiii....sudahlah...nanti jika
saatnya sudah masak, aku pasti akan memberitahukan semua..."
Bukan main kecewa si pemuda yang ternyata bernama depan Khouw. Ia bukan saja tidak
mengetahui siapa musuh-musuh besar dan hal ikhwalnya, bahkan namanya sendiri tidak
diketahuinya! Hampir selama 17 tahun ia dipelihara dan dilatih oleh Gouw Wie To dengan penuh kasih
sayang, baru setelah agak besar ia mengetahui bahwa kakek itu bukan ayah atau sanak
familinya dan ia katanya mempunyai musuh-musuh yang harus digempur.
Sambil memegang pundak pemuda itu, Gouw Wie To lalu menghibur dengan berkata:
"Anak, kau mempunyai she, dan kaupun harus mempunyai nama. Kau pakai saja nama
Kiam Siu, karena Kiam berarti Pedang sedangkan Siu berarti Pembalasan. Dengan nama itu
aku berharap kau selalu akan mengingat tugasmu untuk membalas dendam dengan pedang
yang buntung yang terpancang ditali pinggangmu itu!"
"Terima kasih, Suhu..." sahut Khouw Kiam Siu sambil meraba pedangnya.
"Kau masih mempunyai seorang kakak kandung yang berusia 10 tahun lebih tua darimu..."
kata lagi Gouw Wie To dengan suara berat. "20 tahun yang lalu, aku pernah melihat
kakakmu itu dikalangan Kang-ouw dan dia bernama Khouw Thian Siong."
"Masih hidupkah kakakku itu?" tanya Khouw Kiam Siu bernapsu.
"Entahlah.....yang penting kau ingat ialah, dalam jangka waktu tiga tahun, jika segala
sesuatu berjalan lancar sebagaimana telah direncanakan, kau harus segera kembali ke
pegunungan Sie-thian-bok-san...."
"Untuk apakah?"
"Mungkin pada waktu itu aku sudah mati, tetapi seumpama aku belum meninggal dunia,
aku pasti akan menjawab segala pertanyaan-pertanyaanmu tadi dan berusaha terus
membantu usahamu membalas dendam!"
Airmata Khouw Kiam Siu jatuh berlinang mendengar ucapan Gouw Wie To yang sudah
dianggapnya sebagai kakeknya sendiri itu.
"Segala petunjuk dan nasehat Suhu akan kutaati," sahutnya parau.
"Baiklah, kita berpisah disini saja...jagalah dirimu baik-baik," Berkata begitu, Gouw Wie To
lekas-lekas membalikkan tubuhnya dan berjalan pergi. Diam-diam iapun menyusut air mata
yang menetes dipipinya. Khouw Kiam Siu mengawasi punggung gurunya itu yang dengan cepat saja sudah berjalan
jauh. Ia merasa kecil sekali ditinggalkan seorang diri saja untuk menghadapi dunia
persilatan yang terkenal ganas dan penuh dengan peristiwa-peristiwa tidak keruan. Sambil
menyusut air matanya perlahan-lahan ia berjalan untuk kemudian menggabung diri dengan
5 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
orang-orang yang bersimpang siur dijalan itu.
Ia tidak mengetahui apa itu Irama Maut, karena begitu jauh Gouw Wie To belum pernah
menceritakan padanya tentang seluk-beluk peristiwa itu. Ia baru saja mengetahui bahwa
beberapa partai telah mengutus orang-orangnya untuk menyelidiki puncak Kiat-yun-hong.
Karena tidak mempunyai tujuan tertentu dan ingin juga mengetahui apa yang hendak
dilakukan oleh orang-orang itu, maka ia lalu mengikuti saja rombongan yang berduyunduyun menuju ke suatu kaki gunung.
Selama 10 tahun, usaha menyelidiki Irama Maut di atas puncak Kiat yun-hong telah
dilakukan berkali-kali dan meskipun telah mengalami kegagalan-kegagalan, bahkan
beberapa korban jiwa telah jatuh, namun rombongan penyelidik yang satu setelah yang
lainnya gagal, senantiasa bertambah besar saja.
Dan rombongan yang diikutsertakan oleh sipemuda she Khouw pada saat itu, mungkin
adalah rombongan yang terbesar yang pernah tergabung selama jangka waktu 10 tahun itu.
Karena tidak kurang daripada 10 partai silat yang besar serta tenar namanya, disamping
beberapa puluh orang yang tidak berpartai pun telah mengambil bagian dalam ekspedisi
yang dimaksud di atas. Demikianlah, kira-kira 200 orang yang berkepala batu dan bertekad membongkar teka-teki
Irama Maut berbondong-bondong telah tiba di kaki puncak tersebut. Dihadapan mereka
terbentang satu lapangan rumput yang luas, di atas mana tampak gunung yang menjulang
tinggi ke langit biru. Mereka menanti dan menanti, tetapi Irama Maut tidak terdengar. Dengan hati berdebardebar mereka menoleh keatas puncak yang hijau dan penuh dengan batu-batu gunung.
Suasana mulai menjadi tegang, kenyataan-kenyataan dimasa lampau telah membuktikan
bahwa tiap orang yang berusaha mendaki terus lereng puncak yang tebing itu, terpaksa
harus turun kembali karena dengan tiba-tiba kehilangan tenaga serta semangat ketika
mendengar pentilan Kim gaib dari atas puncak itu.
Memang ada sementara orang yang betul-betul berkepala batu, sekalipun telah mengetahui
sudah tidak bertenaga dan bersemangat lagi, mereka toch terus mendaki dan mendaki
untuk kemudian tidak kembali......
KHOUW KIAM SIU turut menoleh keatas, namun ia tidak merasa gelisah ataupun gentar.
Puncak Kiat-yun-hong atau Irama Maut sangat asing dan agaknya tidak berarti maut
baginya. Sebelum rombongan itu bergerak untuk mendaki puncak itu, ia melihat semua
orang yang berada disitu tiba-tiba membuyar memberi jalan kepada tiga orang pemuda dan
seorang gadis. Rasa heran mendadak timbul dalam benaknya, mengapa semua orang tampaknya demikian
hormat dan takut kepada keempat orang yang baru datang itu. Ia memperhatikan bahwa si
gadis bukan saja masih muda belia, tetapi juga sangat cantik menggiurkan.
Dengan wajah yang keras serta kaku ketiga pemuda itu berjalan mengikuti si gadis dari
belakang. Mereka rata-rata berusia lebih kurang 20 tahun. Dari lambang sebilah pedang,
yang tersulam di-seragam mereka yang serba hitam itu, dapat dibedakan dengan jelas
bahwa sipemuda yang berjalan sedikit lebih kedepan, berpangkat lebih tinggi, karena
lambang sebilah pedang yang tersulam indah didada bajunya, disulam dengan benang
warna emas, sedangkan kedua kawannya mempunyai lambang sebilah pedang yang tersulam dengan benang warna perak.
6 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Didesak oleh rasa ingin tahu, sipemuda she Khouw lalu mendesak kemuka, tetapi justru
sikapnya itu menarik perhatian si gadis yang tiba-tiba menghentikan langkahnya dan
mengawasi padanya. Berkelebatnya sinar kedua mata gadis cantik yang tajam sekali itu membuat Khouw Kiam
Siu terdiam sebentar, namun sekonyong-konyong ia melengos dan tidak menggubris
sedikitpun perhatian gadis cantik itu.
Senyum manis yang menghias bibir gadis itu serta merta lenyap. Kedua matanya mendadak
terbuka lebar dan terlontarlah teguran ketus: "Hei, siapa kau"!"
Khouw Kiam Siu menatap sebentar, tetapi tiba-tiba ia berbalik dan berjalan pergi.
"Berhenti!" bentak si gadis.
Khouw Kiam Siu jadi jengkel. Ia menghentikan langkahnya dan berbalik dengan wajah
masam. "Apa maksud siocia menahan aku?" tanyanya kaku.
"Siapa namamu?" tanya gadis itu.
"Aku kira aku berhak untuk tidak menjawab pertanyaanmu itu!"
Sahutan yang ketus itu membuat si gadis sangat terperanjat. Belum pernah ia menghadapi
seorang pria yang demikian kaku serta dingin, apalagi tidak menghiraukan sama sekali
kecantikannya yang luar biasa itu. Ia merasa tersinggung sekali diperlakukan demikian
dihadapan orang-orang dari sembilan partai besar.
Irama Pencabut Nyawa Karya Wen Wu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Hm! Mungkin kau belum mengenal aku ini siapa sehingga kau berani bersikap demikian
kurang ajar!" teriak si gadis agak kalap. "Ketahuilah, aku ini Kat Ju Hui alias Cui-bun-ceng
lie, si Pelenyap sukma!"
"Aku tidak perduli kau siapa! Yang penting ialah, jangan kau sekali-kali hendak merampas
kebebasanku bergerak!"
Berkata demikian, Khouw Kiam Siu segera berjalan dengan langkah-langkah lebar, tetapi
kedua pemuda yang berlambang sebilah pedang perak didada pakaian masing-masing
sekonyong-konyong menerkam dari belakang dan dengan mudah saja berhasil menelikung
kedua tangannya. Dengan sikap yang dibuat-buat sipemuda berlambang sebilah pedang emas mendekati. Lalu
sambil bersenyum penuh sindir ia berkata: "Hm....rupanya kau harus diberi tamparan agar
kau tahu bagaimana menekuk kecongkakanmu itu!"
Khouw Kiam Siu tidak menyahut. Ia merasa kecewa sekali apa yang telah dipelajari dari
gurunya ternyata tidak bisa digunakan untuk membela dirinya sendiri.
Sementara itu, semua orang yang menyaksikan peristiwa itu sangat tercengang dan tiada
satupun diantara mereka yang sudi turut campur dalam urusan itu.
"Hei, bocah!" bentak lagi sipemuda yang berlambang sebilah pedang emas. "Siapa
namamu" Siapa gurumu" Ayoh, lekas katakan atau...."
"Atau apa"!" seru Khouw Kiam Siu sengit.
7 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Mata pemuda itu tiba-tiba melotot dan tidak mengatakan apa-apa. Tangan kanannya
diangkat dan..... "Plokk! Plokk!! Plokk!!!"
Serentetan tamparan dengan keras sekali mengenai muka Khouw Kiam Siu yang tidak bisa
menangkis atau mengelakkan karena kedua tangannya diputar kebelakang oleh 2 kawan
pemuda itu. "Bocah!" bentak sipemuda. "Apakah kau masih tidak mau menjawab pertanyaanku tadi?"
Dengan matanya yang seolah-olah menyala Khouw Kiam Siu hanya bisa mengawasi
penyerangnya itu. Tidak sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Tiga tamparan dilepaskan
lagi dan darah mengucur dari hidung dan mulutnya!
Si pemuda sudah siap untuk menyerang lagi, tetapi ia mendadak membatalkan maksudnya
itu tatkala melihat lima orang kakek menghampirinya.
"Hm....apakah kelima kakek dari sungai Liong-kang ingin membela bocah ini?" tanyanya
sambil mengawasi kelima kakek itu.
"Siao Pao-cu," kata salah seorang kakek, "dia itu adalah murid Gouw Wie To, si Kakek
cerdas." "Aku tidak perduli bocah ini murid siapa," kata sipemuda. "Agar dia ini tidak berani kurang
ajar lagi, aku terpaksa harus mengajar adat dengan caraku sendiri!"
"Aku bukan murid Gouw Wie To!" tiba-tiba Khouw Kiam Siu berteriak.
"Oho! Kau bukan murid si Kakek cerdas?" Kau tentu malu orang-orang mengetahui bahwa
kakek itu mempunyai seorang murid setololmu bukan" Ha, ha, ha!"
"Jahanam!" bentak Khouw Kiam Siu, tetapi serangkaian tamparan-tamparan lagi telah
menghajar mukanya sehingga bibirnya terpecah. la meronta-ronta untuk melepaskan diri
dan melawan, namun cekalan kedua pemuda itu tidak mampu ia lepaskan.
"Hei, kakek-kakek dari sungai Liong-kang!" bentak sipemuda. "Aku minta kalian mundur jika
tidak mau terkena tamparan!"
Kelima kakek itu bersenyum dingin mendengar kata-kata yang merupakan usiran itu. Tetapi
akhirnya toch mereka melangkah mundur juga ketempat mereka semula.
Sipemuda memberikan isyarat kepada kedua kawannya, yang mendadak melepaskan
cekalan-cekalan mereka. Dan seperti harimau terluka tampak Khouw Kiam Siu menerkam
tanpa menghitung-hitung lagi untung ruginya.
Sipemuda bersenyum mengejek, justru itulah yang memang diharap-harap olehnya. Dalam
posisi setengah berjongkok, tubuhnya dimiringkan kebelakang sedikit sambil menarik tinju
kanannya. Begitu tangannya itu disodorkan ke depan, tampak Khouw Kiam Siu yang sedang
menyeruduk seperti banteng gila, terpental balik dan roboh terjengkang!
Khouw Kiam Siu melihat bintang-bintang bertaburan didepan mukanya. Kepalanya dirasakan
amat sakit. Namun, semangatnya yang seperti baja tidak mengijinkannya untuk
menggeletak terus disitu. Sambil meringis-ringis kesakitan ia menggerakkan tubuhnya dan
dengan susah payah ia akhirnya berhasil juga berdiri. Serentak dengan itu ia mendengar
suara berseresetnya sesuatu. Ia mengawasi sipemuda yang ternyata sudah menghunus
8 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
pedangnya! "Bocah!" kata sipemuda keras. "Merurut peraturan Kiam Pao atau Puri Pedang, aku harus
menggores sebuah gambar salib di atas pipimu!"
Dengan hidungnya yang masih meneteskan darah, Khouw Kiam Siu mengawasi tajam
lawannya itu. Sekalipun berwatak congkak tetapi menghadapi ancaman pemuda yang
tangguh itu, ia merasa gentar juga. Dalam keadaan yang kritis itu, tiba-tiba ia mendengar
bentakan yang ditujukan kepada lawannya.
"Hei, Thio Kun! Kau tidak boleh melukai pemuda itu!"
Sipemuda mendadak merandek. Ia sudah mengenali suara siapa gerangan yang
membentaknya itu. la mengalihkan pandangannya kearah Kat Ju Hui dan menanya:
"Mengapa tidak boleh"! Mengapa kau justru memihak kepada bocah congkak ini?"
"Aku melarang! Dan tidak usah kau menanya mengapa aku berbuat demikian!'' bentak Kat
Ju Hui gemas. Dan sungguh diluar dugaan siapapun, sipemuda yang ternyata bernama Thio Kun itu, tibatiba saja jadi mengkeret mendengar bentakan si gadis. Untuk melampiaskan rasa jengkelnya
ia masukkan lagi pedangnya kedalam serangka, kemudian tiba-tiba saja ia menyerang
Khouw Kiam Siu yang lagi-lagi tidak bisa mengelak dan roboh terpukul dadanya.
Lalu....suasana sekonyong-konyong berubah.....
Suara pentilan Kim tiba-tiba terdengar dan membuat semua orang terkejut bukan main.
"Irama Maut !" Demikianlah terdengar beberapa orang berseru serentak dengan menggetar. Suasana jadi
hiruk-pikuk dengan berserabutnya kaki orang-orang yang membuyar keempat penjuru.
Khouw Kiam Siu merasakan dadanya sakit, kepalanya pusing dan mukanya yang bengkak,
panas bekas tamparan. Sedangkan pakaiannya kotor dengan debu dan noda darahnya
sendiri. Tetapi begitu kedua kakinya sudah berdiri lagi, sekalipun masih limbung, diangkat
tangannya untuk menuding lawannya dan mengancam: "Anjing! Aku takkan melupakan
penganiayaan ini!" "Ha, ha, ha! Kau bermimpi jika mengatakan demikian!" ejek Thio Kun. "Kau takkan hidup
terus untuk menunaikan ancamanmu itu!"
Kat Ju Hui mengeluarkan sebutir pil yang kemudian dilemparkan kepada Khouw Kiam Siu
seraya berkata: "Telanlah pil itu untuk menyembuhkan luka-lukamu."
Khouw Kiam Siu yang masih jengkel terhadap gadis itu, menangkap pil yang dilemparkan
untuk kemudian dilemparkan lagi ketanah sambil membentak gusar: "Aku tidak perlu pil
obatmu!" "Ha, ha, ha! Jika kau menganggap pil itu kurang mujarab, kau terima saja pil obatku ini!"
kata Thio Kun yang menutup kata-katanya dengan jotosan.
Khouw Kiam Siu mengingat2 jurus yang telah dipelajari dari Gouw Wie To untuk
mengelakkan serangan itu, tetapi belum lagi ia berhasil mendadak ia merasa dada yang
masih sakit jadi bertambah sakit, pandangannya pudar. Sejurus kemudian ia tidak lagi
mengetahui apa yang telah terjadi atas dirinya yang sekonyong-konyong terbanting ditanah.
9 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Sementara itu, Irama Maut makin mendahsyat, yang seolah-olah ujung pedang tajam
menusuk telinga, untuk kemudian berubah lagi menjadi angin menderu-deru santar, setan
menangis serta iblis menjerit-jerit, dan matahari tertutup gumpalan awan hitam!
Semua orang terpaku, semangat mereka seolah-olah terbang. Yang berhati kecil dan tidak
dapat menahan serangan-serangan itu, lekas-lekas meninggalkan lapangan tersebut,
sedangkan yang berilmu tinggi lekas-lekas duduk bersila sambil mengerahkan tenaga
dalamnya untuk menahan desiran suara yang membetot-betot sukma itu. Dan hanya
beberapa gelintir orang saja yang bisa berdiri di atas kaki mereka sendiri.
Kedahsyatan daripada serangan bathin ini mencapai puncaknya, yaitu ketika sentuhansentuhan pada senar Kim melengking tinggi dan membuat semua orang yang berada disitu
merasa seolah-olah tengah berada di atas sebuah perahu yang terkatung-katung di atas
samudra raya dengan ombaknya yang seperti gunung raksasa yang sebentar-sebentar
melonjak tinggi keatas dan menterbalikkan kapal-kapal. Guntur menggelegar dan kilat
menyambar dan membuat suasana seolah-olah dunia ini akan segera kiamat !
Hampir 200 orang telah lenyap semangat serta tenaganya, dan yang masih dapat menahan
dan tetap berada di atas lapangan rumput itu hanya tinggal tiga orang hweeshio, seorang
pendeta atau tojin, empat orang kakek, Thio Kun, Kat Ju Hui, dua pengikut Thio Kun
dan".KHOUW KIAM SIU yang masih pingsan dadanya diterjang tinju Thio Kun, Siao Pao-cu
atau simajikan muda dari Puri Pedang!
Mereka merasa seolah-olah baru terjaga dari suatu impian yang amat menakutkan. Tetapi,
kecuali beberapa orang yang ilmu tenaga dalamnya sudah betul-betul mencapai tingkat
kesempurnaan, lainnya sudah seperti bayi-bayi yang tidak berdaya, semangat serta tenaga
mereka sudah lenyap! Satu-satunya orang yang tidak terpengaruh sama sekali oleh Irama
Maut itu adalah Khouw Kiam Siu yang menggeletak semaput!
Orang pertama yang memecahkan suasana yang masih tegang itu, adalah Thio Kun yang
berwatak congkak dan kejam. Ia memaksakan diri untuk tertawa berkakakan dengan
maksud memperlihatkan kelihayannya masih bisa menahan serangan suara Kim Gaib.
"Begitu sajakah kedahsyatan Irama Maut"!" teriaknya mengejek. Lalu ia menoleh kepada
ketiga hweeshio, sipendeta dan keempat kakek seraya melanjutkan: "Apakah kalian masih
berani meneruskan usaha penyelidikan ini?"
Sipendeta menyeringai ditanya demikian. Jenggotnya yang panjang bergoyang-goyang
tertiup angin pegunungan itu.
"Aku sudah lulus dari ujian pertama," sahutnya berat. "Dan aku takkan merasa puas
sebelum mengetahui ujian selanjutnya!"
Sahutan ini ternyata mendapat dukungan penuh dari ketiga hweeshio dan keempat kakek,
yang dengan serentak berkata: "Kamipun tidak mau meninggalkan tempat ini begitu jauh
kami masih bisa menahan serangan Irama Maut itu!"
Thio Kun melirik orang-orang itu. Tetapi sebentar saja ia sudah tertawa lagi dan berkata:
"Baiklah, mari kita lanjutkan penyelidikan kita ini!" Lalu ia mendahului mendaki pegunungan
itu yang segera diikuti oleh dua orang pembantunya, sipendeta, dan ketiga hweeshio.
Kat Ju Hui membiarkan saja rombongan itu mendaki terus keatas. Ia menghampiri Khouw
Kiam Siu yang masih menggeletak ditanah. Ia meraba denyutan urat nadi pemuda itu dan
bersenyum girang. 10 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Dia masih dapat ditolong!" bisiknya seorang diri sambil mengeluarkan sebutir pil yang lalu
dimasukkan kedalam mulut pemuda itu.
Selang beberapa saat tampak Khouw Kiam Siu menggerakkan tubuhnya. Kesadarannya
sudah pulih kembali dan merasa heran rasa sakit didada maupun dimukanya sudah agak
menghilang. Matanya dibuka dan dapat melihat seorang gadis cantik tengah menatapnya
sambil bersenyum manis. "Bagaimana luka-lukamu, apakah sudah banyak lebih baik?" tanya Kat Ju Hui dengan
suaranya yang merdu. Khouw Kiam Siu mengendus suatu rasa harum semerbak dalam mulutnya. Ia berbangkit
seraya menanya dengan suara tetap dingin: "Apakah kau yang telah menolong aku?"
"Betul." "Mengapa kau mau juga mengobati aku?"
Alis lentik si gadis mendadak terangkat keatas. Ia tidak menduga orang yang telah diberi
pertolongan itu masih bersikap demikian kaku.
"Aku hanya sudi menolong!" sahutnya agak jengkel.
"Dari semula aku sudah tidak sudi mengenalmu apalagi untuk menerima budimu! Tetapi"
tanpa persetujuanku kau sudah menolong aku juga!"
"Ee, ee! Kau betul-betul seekor mahluk yang tidak mengenal budi!"
"Aku mengetahui, atas kemauanmu sendiri kau sudah mengobati aku, meskipun demikian,
budimu itu kelak akan kubalas!"
Paras Kat Ju Hui jadi merah padam. Tiba-tiba saja rasa menyesalnya timbul. Betapa tidak,
dengan bersusah-payah ia telah mencegah Thio Kun, yang mencintai serta memujanya
sebagai seorang Dewi, agar tidak membunuh pemuda itu, yang ketika pingsan telah diberi
obat olehnya, tetapi ternyata jerih-payah itu tidak diterima sebagaimana layaknya! Ia
bahkan dibentak-bentak seperti anjing buduk yang sangat tidak disukai oleh siapapun! Ia
berdiri terpaku dan tidak bisa mengatakan sesuatu, hanya matanya saja terbuka lebar-lebar
tanpa berkesip! Dipihak Khouw Kiam Siu yang seluruh jiwanya tertutup oleh hasrat membalas dendam, tidak
terpengaruh sedikitpun oleh kecantikan gadis itu, pendeknya, pada saat itu, tiada panah
asmara yang betapapun runcingnya dapat menembusi jantungnya!
"Masih adakah yang hendak kau katakan?" tanyanya dingin.
"Kau boleh pergi!!" teriak Kat Ju Hui yang sudah betul-betul kalap.
"Jika aku tidak mau pergi bagaimana"!" tanya Khouw Kiam Siu tidak kalah kalapnya.
"Akan kubunuh kau!"
"Kau bunuhlah !!"
Sekonyong-konyong saja, mata Kat Ju Hui yang lembut serta sayu menyala. Tanpa terasa
dengan gerak yang mengagumkan sekali diangkat tinjunya setinggi dada. Dari geraknya ini
segera dapat dilihat bahwa ia berkepandaian lebih tinggi daripada Thio Kun.
11 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Dengan gugup Khouw Kiam Siu lekas-lekas bersiap untuk menghadapi segala kemungkinan.
Pengalaman pahit yang baru beberapa saat saja dialami membuatnya lebih cerdik sedikit.
Sebelum si gadis menyerang, tiba-tiba ia mendahului menjotos. Tetapi terdengar ia melepaskan jeritan yang membangkitkan bulu roma. Tampak tubuhnya yang kokoh kuat itu
terpental jauh kebelakang sambil muntahkan darah dari mulutnya!
Bukan main terkejut Kat Ju Hui, ia sudah mengetahui bahwa pemuda itu tidak mampu
melawan Thio Kun tadi, tetapi ia sungguh tidak menyangka jika sebagai murid si Kakek
Cerdas, pemuda itu tidak bisa menahan tangkisannya yang boleh dikatakan acuh tak acuh.
Ia meloncat mendekati sambil cepat-cepat menjejal sebutir pil kedalam mulut pemuda
ganteng yang ternyata cengeng itu!
"Aaai! Mengapa aku menghajarnya?"!" tanya gadis itu pada dirinya sendiri sambil
mengawasi pemuda itu yang sudah pingsan lagi dengan mukanya yang penuh debu serta
darah. Mungkin karena rasa sangat menyesalnya, sekonyong-konyong tak tertahan lagi
kedua matanya berlinang air!
"Piauw Moy," tiba-tiba seseorang berkata. "Mengapa kau menangis setelah menghajar
anjing itu?" Dengan terkejut Kat Ju Hui mengalihkan pandangannya kearah suara itu. Tepat
dibelakangnya, tampak Thio Kun tengah berdiri sambil menolak pinggang.
Thio Kun tadi sudah memimpin rombongannya mendaki jalan yang menuju keatas puncak.
Ia sudah tiba disuatu tempat tertentu dan baru menyadari bahwa Piauw Moy-nya atau adik
kemenakannya, Kat Ju Hui, ternyata tidak berada dalam rombongannya itu. Ia lalu
menyuruh kedua kawannya memimpin terus rombongan itu keatas, sedangkan ia sendiri
turun lagi kebawah untuk mencari adik kemenakannya itu.
Adegan dan percakapan antara Kat Ju Hui dan Khouw Kiam Siu yang telah disaksikan dan
didengarnya dengan jelas itu, hanya membuat rasa cemburunya menjadi-jadi saja. Entah
berapa tahun lamanya ia sudah berusaha keras untuk memikat hati adik kemenakannya itu,
namun begitu jauh belum ada tanda-tanda bahwa ia sudah berhasil !
Ia sungguh merasa heran hanya dalam beberapa menit saja, dewi pujaannya sendiri sudah
tercuri hatinya oleh seorang pemuda - meskipun tampan - tetapi menurut anggapannya
sendiri terlalu tolol untuk memperoleh 'rezeki' demikian besarnya!
Semula Kat Ju Hui merasa agak malu rahasia hatinya sudah diketahui, tetapi ketika
mendengar sebutan 'anjing', tiba-tiba ia jadi gusar.
"Sebutan apa kau pakai untuk memanggil pemuda ini"!" tanyanya sengit.
"Anjing!" sahut Thio Kun keras.
"Coba kau katakan lagi!"
"Piauw Moy! Apakah kau sudah gila" Atau memang otakmu sudah miring"!"
"Aku tidak edan! Tetapi jangan sekali lagi kau panggil pemuda ini 'anjing' !''
"Mengapa kau tergila-gila terhadap seorang yang kau tidak kenal sama sekali"!"
"Jika aku mengaku telah jatuh cinta pada dia itu, lalu kau mau apa"!"
"Tetapi.... 'anjing' itu tidak membalas cintamu!"
12 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Thio Kun!" seru Kat Ju Hui sambi! melotot beringas. "Sebelum aku menjadi nekad aku
minta kau lekas-lekas enyah dari sini!"
Thio Kun cepat-cepat melangkah mundur. Ia menginsyafi adik kemenakannya itu setingkat
lebih tinggi kepandaiannya.
"Piauw Moy," katanya. "Ayahku dan aku sendiri selalu memperlakukan dan menaruh
perhatian penuh terhadap dirimu. Mengapa sikapmu tiba-tiba berubah demikian jauh?"
"Sudahlah! Aku minta kau lekas-lekas pergi, dan akupun takkan kembali ke Kiam Pao lagi!"
Sementara pertengkaran itu masih berlangsung dengan sengitnya, Khouw Kiam Siu sudah
siuman lagi. Ia menggerakkan tubuhnya untuk duduk dan mulutnya jadi ternganga dapat
melihat Kat Ju Hui dan Thio Kun sedang adu mulut.
"Aneh!" katanya dalam hati. "Mengapa mereka berselisih" Bukankah mereka dari satu
partai?" Thio Kun melirik kearah pemuda saingannya itu. "Semua ini melulu adalah gara2mu!"
hardiknya dalam hati. Lalu secepat kilat ia menghunus pedangnya yang bergagang emas
dan menusuk Khouw Kiam Siu yang baru saja berhasil berdiri.
Dalam keadaan tidak terluka Khouw Kiam Siu tidak mampu melawan pemuda she Thio itu,
apalagi pada saat itu, ialah pada saat ia masih merasakan sisa-sisa bekas tangkisan Kat Ju
Hui. Ia memejamkan kedua matanya dan siap menerima segala kemungkinan. Ia menunggu
dan menunggu dengan hati berdebar-debar, namun ujung pedang yang tajam itu ternyata
tidak kunjung tiba! la mendengar suatu benda beradu yang dibarengi dengan terbantingnya
sesuatu yang berat.
Irama Pencabut Nyawa Karya Wen Wu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dengan memberanikan diri ia lekas-lekas membuka matanya dan apa yang dilihatnya betulbetul membuatnya bingung tidak kepalang!
Thio Kun, si pria yang dirundung cemburu sudah terlentang mengawasi langit yang terang
menyilaukan ! Sedangkan Kat Ju Hui, dengan paras masam, sedang berdiri tidak jauh
didepannya. Sambil menahan sakit Thio Kun berbangkit dan berkata: "Piauw Moy, apakah dengan jalan
ini kau telah memutuskan hubungan kita?"
"Aku sudah memberikan kesempatan untuk kau pergi, maka ayohlah, enyah!" sahut Kat Ju
Hui ketus. "Apakah betul-betul kau tidak ingin pulang ke Puri Pedang lagi?"
"Tidak!" Khouw Kiam Siu mengangkat mukanya mengawasi gadis itu. Ia mengetahui, karena telah
menolong dirinya, si gadis jadi bertentangan dengan Thio Kun. Namun, kenyataan ini tidak
berhasil merubah wataknya yang congkak.
"Hei, Thio Kun!" sekonyong-konyong ia membentak. "Kau telah memberikan 'bingkisan' di
atas mukaku, dan 'bingkisan' yang terlebih mahal akan kelak kuberikan padamu!"
"Ha, ha, ha! Jadi kau mengancam"!" ejek Thio Kun.
"Ya! Pada suatu waktu, kau pasti akan menerima apa yang aku janjikan itu!" lalu ia menoleh
13 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
kepada Kat Ju Hui tanpa menghiraukan Thio Kun yang masih tertawa mengejek dan
melanjutkan. "Dan kau, kau telah mengobati aku untuk kemudian membuat aku pingsan lagi! Budi dan
dendam ini kini menjadi dua soal yang tidak dapat disamakan! Budimu, maupun dendamku,
kelak akan kubalas juga!"
"Piauw Moy," selak Thio Kun yang bermaksud memancing di air keruh. "Bukankah aku
sudah memberitahukan bahwa anjing ini tidak sudi membalas cintamu" Biarlah aku......"
"Tutup mulutmu!" teriak Kat Ju Hui beringas.
Ia sudah mengangkat tinjunya dan siap menyerang pemuda she Thio itu, tetapi tiba-tiba
Irama Maut yang seolah-olah gelombang raksasa mendampar bibir pantai terdengar!
Dua jeritan yang mengerikan memecahkan suasana yang sunyi di pegunungan itu. Serentak
dengan itu, Irama Maut pun menghilang dari udara.
Dengan loncatan yang indah sekali tampak tubuh Kat Ju Hui dan Thio Kun terapung keatas
dan hinggap didinding gunung di atas mana puncak Kiat yun hong terletak untuk kemudian
mendaki terus keatas, meninggalkan Khouw Kiam Siu seorang diri.
ketinggian 300 meter telah dicapai, dan tiba-tiba saja mereka merandek ketika dapat
melihat dua mayat manusia dengan kepala hancur tergeletak dilereng puncak itu! Kedua
mayat itu adalah mayat-mayat kedua kawan Thio Kun yang berlambang sebilah pedang
perak di-masing-masing dada pakaian mereka.
Pada saat yang sama, sekonyong-konyong dari atas puncak terdengar tindakan-tindakan
kaki yang berbondong-bondong menyusur jalan yang mudun itu. Ternyata mereka adalah si
tiga hweeshio, sipendeta dan si empat kakek yang sudah bermuka pucat pasi karena
ketakutan! Mereka menghentikan langkah-langkah mereka didepan Kat Ju Hui dan Thio Kun
tanpa dapat mengatakan sesuatu karena tersengal-sengal !
Kat Ju Hui menggeleng-gelengkan kepalanya melihat keadaan kedelapan orang yang sudah
betul-betul seperti bayi-bayi tanpa semangat untuk hidup itu!
"Apa telah terjadi?" tanya Thio Kun bingung.
"S E E .... S E E T A N N... " sahut si kakek yang berjenggot panjang terputus2.
"Setan"!!" seru Kat Ju Hui terperanjat.
"Be .... betul"."
Kat Ju Hui memiliki kepandaian tinggi sekali, ia sebetulnya tidak merasa yakin jika setan itu
betul-betul ada di atas bumi ini. Ia sudah ingin mendaki lagi keatas untuk membuktikan
sendiri pengakuan kakek berjenggot panjang itu, namun mendadak ia teringat akan
sipemuda yang tidak mengenal budi yang ditinggalkannya dibawah.
Pada saat itu perasaan cinta dan benci berkecamuk hebat dalam hatinya. Pertarungan yang
tidak tampak itu tidak berlangsung lama, rasa cinta akhirnya menang. Ia sekonyongkonyong bergerak turun lagi dari tempat yang tinggi itu untuk menjenguk pemuda pujaan
hatinya. Thio Kun yang juga memiliki kepandaian hampir setarap dengan adik kemenakannya itu,
sekalipun berwatak congkak, kejam serta berakal bulus, tetapi setelah melihat kesaksian
14 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
bisu yang telah menimpa kedua kawannya tadi, tidak lagi berani mendaki terus keatas.
Tanpa pikir-pikir panjang lagi ia segera mengikuti jejak Kat Ju Hui yang dengan cepat saja
sudah berlari-lari di atas jalan yang menurun itu.
Tetapi, ketika tiba di atas lapangan rumput tadi, mereka jadi terkejut tidak melihat Khouw
Kiam Siu berada disitu. Mereka lalu mencari disekitar tempat itu, namun hasilnya tetap nihil.
"Kemana perginya anjing itu?" pikir Thio Kun. "Aku harus menyingkirkannya itu demi cintaku
terhadap Piauw Moy!"
Kat Ju Hui mencari terus. Ia merasa khawatir sekali akan keselamatan si pemuda yang telah
berhasil mencuri hatinya. Ketika tidak menjumpai orang yang dimaksud itu, ia lalu turun
terus ke kaki jurang diikuti oleh Thio Kun.
Demikianlah, rombongan expedisi terbesar yang pernah tergabung dalam waktu 10 tahun
untuk menyelidiki rahasia Irama Maut di puncak Kiat-yun-hong telah berakhir dengan
kegagalan yang amat mengecewakan.
Bagaimana dengan nasib Khouw Kiam Siu sendiri"
Apakah iapun sudah meninggalkan daerah pegunungan Thian-sai-san itu"
Tidak ! Khouw Kiam Siu belum meninggalkan tempat itu. la bahkan bertekad tidak
meninggalkan tempat itu sebelum mengetahui apa yang hendak diketahui oleh tidak kurang
daripada 200 orang itu! MARILAH kita tengok sipemuda yang menurut Kat Ju Hui tidak mengenal budi itu.
Melihat ilmu meringankan tubuh Kat Ju Hui dan Thio Kun yang demikian mahirnya, yang
dengan mudah saja sudah hinggap di atas dinding gunung untuk selanjutnya mengejar
suara jeritan di atas puncak, Khouw Kiam Siu tidak menjadi putus harapan.
"Akupun ingin mendaki keatas sekalipun aku tidak mampu menempuh jalan yang sama!"
katanya perlahan. Ia tidak mengetahui, karena masih pingsan, bahwa kira-kira 200 orang yang bermaksud
menyelidiki teka-teki Irama Maut sudah siang-siang mabur dari tempat itu. Ia hanya
mengira mereka semua kini sudah berada di atas puncak itu. Maka digeraki kedua kakinya
dan mendaki gunung itu dengan mengambil jalan lain, yang sekalipun memutar dan lebih
jauh, tetapi tidak seterjal jalan yang telah ditempuh oleh Kat Ju Hui dan Thio Kun tadi.
Matahari sudah condong kebarat dengan sinarnya yang kuning keemas2an. Tidak lama
kemudian senja pun tiba yang kemudian disusul dengan datangnya sang malam yang gelap
gulita tanpa rembulan ataupun bintang-bintang dilangit.
Angin gunung yang dingin mendesir dan membuat tubuhnya menggigil. Meskipun
mengalami kesukaran-kesukaran hebat, tetapi akhirnya, berkat kecongkakan serta
semangatnya yang tidak terpatahkan, dengan napas tersengal-sengal ia berhasil juga
memijakkan kedua kakinya di atas puncak Kiat yun-hong!
Luas puncak itu kira-kira setengah Bou (1 bou = kira-kira 900 meter persegi). Suasana di
tempat itu sunyi senyap. Hanya kadang-kadang saja desiran angin menghembus daun-daun
pohon dan menerbitkan suara yang menyeramkan sekali.
"Aneh!" pikir Khouw Kiam Siu. "Mengapa tidak ada seorang pun disini"! Apakah mereka
tertimpa malapetaka dan mati?"
15 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Bunyi-bunyian serangga yang beraneka ragam terdengar, yang kadang kalah disambut oleh
pekikan burung hantu. Dilihat keseluruhannya, tempat itu betul-betul seperti tempat
bernaungnya setan-setan atau iblis-iblis!
Karena lelahnya, Khouw Kiam Siu lalu duduk sambil bersandar kesebuah pohon besar. Ia
merasa masgul ketika mengenakan peristiwa siang hari tadi.
"Aku harus mencari seorang guru yang pandai !" geramnya seorang diri. "Aku harus
membalas tamparan yang telah kuterima dari Thio Kun!"
Tetapi, dengan tiba-tiba saja satu suara aneh berkeresek, tidak beberapa jauh
dihadapannya berkelebat satu bayangan hitam!
"Apakah itu setan"!" bisiknya seorang diri. "Akh! Masakan didunia ini ada setan"!"
Meskipun mulutnya mengatakan demikian, namun bulu romanya berdiri, jantungnya
memukul dengan keras sekali. Perasaan dingin menggigil mengalir sepanjang anggota
tubuhnya. Perasaan gemetar yang seperti dinginnya es mencekam jantungnya. Pada saat ia
memandang jauh kedepan, dilihatnya satu bayangan hitam bergerak-gerak dengan cepat
sekali untuk kemudian duduk bersila di atas tanah dan.....
"Teng......!" Menjilak kedua mata Khouw Kiam Siu. Suara itu pernah didengarnya ketika ia masih berada
jauh dibawah puncak itu. "IRAMA MAUT....." bisiknya tanpa terasa.
"Treng - - teng! Treng-- teng -- ting -- teng!"
Demikianlah, sentuhan-sentuhan pada senar Kim yang membawakan lagu merayu....merayu
sepasang merpati yang sedang mencurahkan isi-hati masing-masing terdengar.... suatu lagu
yang merawan hati yang seperti air sungai mengalir dengan derasnya dari hulu ke muara
bebas". Khouw Kiam Siu merasa berkesan sekali mendengar lagu itu.
Perasaan takut yang mencekam jantungnya perlahan-lahan lenyap, yang kemudian diganti
oleh perasaan seolah-olah ia sedang berada disuatu taman yang indah permai, bebas dari
segala kekhawatiran dan kecemasan.
Ia seolah-olah mendengar burung-burung berkicau, mengendus harum bunga yang
semerbak ditaman firdaus dan melupakan segala sesuatu yang menindih jiwanya......
Tetapi lagu yang menawan hati itu tiba-tiba berubah.....sebagai gantinya terdengar lagu
yang menyayat hati, seolah-olah seorang janda atau seorang anak piatu menangis di atas
perahu dimalam hari.... seolah-olah burung perkutut sedang merindukan kekasihnya yang
tak kunjung datang...... Air mata Khouw Kiam Siu jatuh berlinang, alam khayalannya tidak tahan terombang-ambing
oleh lagu yang membetot sukmanya itu. Dan.....
"Ting! Tiiiinnnngggg...."
16 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Dengan pentilan senar panjang itu, maka selesailah lagu yang merayu, menggembirakan
untuk kemudian menyayat hati itu.
Khouw Kiam Siu merasa kepalanya kosong melompong, penghidupan di atas dunia seperti
suatu impian .... tanpa arti . . . hampa!
Tetapi Irama Maut tiba-tiba terdengar lagi dan membuyarkan pikirannya yang sudah putus
asa itu. Seluruh alam menjadi gaduh dengan suara pentilan-pentilan senar Kim yang
menciptakan suasana seolah-olah disitu tengah mengalami hujan lebat yang tumpah dari
langit dan menyiram seluruh jagad.
Taupan mengamuk dan menyapu bersih segala sesuatu yang kotor, busuk dan terkutuk.
Gunung berapi meledak, laharnya membakar segala makhluk jahat, keji dan berdosa.
Perasaan benci, murka, dan dendam tercermin dalam lagu yang nadanya tidak bertentuan
itu. Melengking tinggi keatas untuk kemudian dengan sangat mendadak ambruk kebawah.
Khouw Kiam Siu yang sudah terpengaruh dan terseret kesuatu arus yang penuh dendam,
sekonyong-konyong berbangkit dan berjalan menghampiri sipemain Kim Gaib itu. Seluruh
jiwa dan raganya diliputi oleh perasaan BENCI yang sangat. Ia sudah mengangkat
tangannya dan siap untuk menyerang....namun suara pentilan pada senar Kim Gaib itu tibatiba berhenti, bayangan hitam yang tengah duduk bersila pun lenyap!
Serentak dengan menghilangnya Irama Maut itu, iapun tiba-tiba tersadar akan dirinya lagi,
bahwa ia kini berada di atas puncak Kiat-yun-hong yang sangat disegani oleh semua orang
yang berkecimpung dikalangan persilatan!
Ia berdiri terpaku. Matanya berkelebat-kelebat liar dan kekiri kekanan. Tiba-tiba ia merasa
pundak kanannya tersentuh oleh suatu yang dingin seperti es. Pada saat itu juga, semangat
serta tenaganya sudah terbang entah kemana. Kedua lututnya dirasakan lemas tidak
bertenaga sehingga ia tidak mampu membalikkan tubuhnya untuk melihat apa gerangan
yang sudah menyentuh pundaknya itu.
"Kau datang dari mana!" tiba-tiba terdengar suara yang serak dan berat menanya.
Tersentak jantung Khouw Kiam Siu mendengar nadi suara itu. Segera diketahuinya bahwa
sesuatu yang dingin yang menyentuh pundaknya itu adalah cengkeraman kuat entah
makhluk apa! Dikumpulkan seluruh tenaganya dan berkata dengan suara menggetar:
"kau....kau manusia atau iblis ....iblis jahat?"
"HAA! HAA!! HAA!!! Apa bedanya antara manusia dan iblis jahat ! Yang dipanggil manusia
itu sebetulnya adalah Iblis yang terjahat! Ha, ha, ha!!"
"Kau .... kau bukan iblis .... kau adalah satu manusia.....manusia seperti ....aku?"
"Bagaimana kau mengetahui itu" Bukankah kau belum melihat bagaimana wujudku
sebenarnya?" "Karena kau .... bisa bicara .... bicara seperti aku...."
"Tetapi...bukankah satu iblis pun dapat berbicara?"
"Ya...namun aku dapat membedakan bahwa kau bukan iblis jahat"."
"Bagaimana kau membedakan?"
"Nada suaramu....nada suaramu menunjukkan dengan jelas bahwa kau....."
17 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Bahwa aku mengapa"!"
Khouw Kiam Siu tidak lantas menyahut, la berpikir sebentar.
Kemudian dengan suara perlahan ia berkata: "Bahwa kau adalah satu manusia yang telah
patah hati!" "Ha, ha, ha! Aku seorang yang patah hati"!"
"Ya, apakah aku sudah tidak salah menerka?"
"Ha, ha, ha! Tidak! Kau sudah tidak salah menerka! Hanya terkaanmu itu separuh saja yang
betul....." "Apa itu yang tidak betul?"
"Aku sudah kehilangan tekad untuk hidup, maka sekalipun betul aku memang manusia,
tetapi hanya separuh saja! Separuh tubuhku yang lainnya ini, adalah iblis jahat!"
"Tetapi......kau masih tetap satu manusia"manusia dari darah dan daging!"
"Satu manusia yang sudah siap untuk membunuhmu !"
Khouw Kiam Siu terdiam seketika, ia heran tanpa melakukan sesuatu yang melanggar
hukum dirinya hendak dibunuh.
"Kau hendak membunuh aku?" tanyanya kemudian.
"Ya!" "Mengapa"!"
"Untuk mencegah kau turut campur dalam urusanku!"
"Urusan apa....."
"Cukup! Tidak usah kau menanya secara bertele2!"
Tiba-tiba saja Khouw Kiam Siu meronta dengan maksud melepaskan cengkeraman
dipundaknya, tetapi ternyata betapapun keras ia menggerakkan tubuhnya, genggaman
orang itu tetap melekat dipundaknya yang terasa semakin sakit saja. Semula hatinya
berdebar-debar mengetahui orang itu akan betul-betul melaksanakan ancamannya namun
wataknya yang congkak membuatnya berteriak:
"Hei! Siapapun kau sebenarnya, aku tidak perduli! Tetapi camkanlah, aku tidak bersedia
dibunuh tanpa melihat wujudmu!"
Serentak dengan selesainya kata-kata itu, Khouw Kiam Siu merasa cengkraman
dipundaknya perlahan-lahan mengendor untuk kemudian terlepas sama sekali.
"Persilahkan kau berbalik dan lihatlah siapa aku sebenarnya!" bentak orang itu getas.
Khouw Kiam Siu melirik kesamping. Perlahan-lahan diputar tubuhnya kebelakang.....
"Aah...!" serunya terkejut sambil melangkah mundur beberapa tindak dengan mulut
ternganga. Dihadapannya, tidak lebih daripada 5 langkah, ia melihat seorang yang berambut panjang
18 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
hingga menutupi kedua pundaknya. Berjubah hitam dan menutupi mukanya dengan
selembar kain hitam pula. Dari kedua lubang mata di atas kain hitam itu, tampak satu sinar
tajam menyorot keluar! Orang itu mengawasi tajam dan tiba-tiba iapun melangkah mundur kebelakang. Sikapnya
menunjukkan bahwa iapun tidak kalah kagetnya ketika melihat wajah sipemuda she Khouw.
Khouw Kiam Su tidak menghiraukan sikap ganjil orang itu. Mengingat orang itu akan segera
membunuhnya, mendadak ia jadi nekad dan berkata dengan keras:
"Aku tidak mau dibunuh tanpa melawan! Ayohlah, aku sudah siap untuk menerima segala
pukulanmu!" "Hee, hee, hee! Ternyata hatimu cukup besar untuk menghadapi kematian ya" Tetapi,
katakanlah bahwa kau betul-betul tidak takut mati," kata orang itu sember.
"Tiada seorang pun di atas dunia ini yang tidak takut mati! Tetapi jika kau ingin membunuh
aku, aku tidak bersedia ditelan mentah2!"
"Hee, hee, hee! Jika kau mengatakan demikian, yah, sudahlah. Akupun tidak sudi
membunuhmu!" "Kau...kau hanya menggertak2 saja?"
"Aku tidak pernah menggertak2! Aku semula memang bermaksud membunuhmu!"
"Mengapa kau membatalkan maksudmu itu kini?"
"Karena kau sangat jujur! Dan mungkin dengan perantaraanmu, rencanaku akan
terlaksana!" Khouw Kiam Siu tidak bisa menafsirkan maksud ganjil orang itu. Ia tidak mengatakan apaapa dan menantikan saja pembicaraan orang itu lebih lanjut.
"Ayohlah, ikuti langkahku!" kata lagi orang itu sambil membalikkan tubuhnya dan berjalan
pergi. "Hendak kemana kau?"
"Kau ikutilah jejakku !"
Tanpa bercakap2 lagi mereka lalu berjalan ke tepi jurang. Di suatu tempat tertentu orang itu
lalu berhenti dan berkata:
"Kau duduklah dan jangan terlalu banyak menanya."
Khouw Kiam Siu tertarik sekali dengan keganjilan orang itu yang sudah mendahului duduk
Irama Pencabut Nyawa Karya Wen Wu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bersila sambil mengeluarkan sebuah benda yang berukuran 20 x 40 cm, dengan beberapa
puluh kawat baja yang sebesar tali rami menghias permukaan benda itu.
"Kim!" katanya perlahan.
Orang itu tidak menghiraukan kata-kata Khouw Kiam Siu itu. Diletakkannya benda itu, yang
memang sebuah Kim, di atas pangkuannya. Setelah menghela napas dalam2, ia lalu mulai
menyentuh2 alat tetabuhannya yang gaib itu.
"Trang-teng!Trang--teng-ting--teng...."
19 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Demikianlah, lagu serupa yang paling akhir didengar oleh Khouw Kiam Siu tadi
berkumandang lagi diudara - - suatu lagu yang mencerminkan perasaan benci dan
membangkitkan tekad membalas dendam!
Orang itu tidak menyelesaikan lagunya itu, karena ia tiba-tiba dapat melihat Khouw Kiam Siu
lagi-lagi sudah terbawa oleh alunan lagu tersebut dan siap menyerangnya! Ia mengawasi
pemuda itu yang mendadak tersadar dan berkata sambil mengangkat sebelah tangannya
menunjuk kearah puncak gunung diseberang. "Apakah kau melihat sesuatu di atas puncak
itu?" Khouw Kiam Siu mengalihkan pandangannya kearah yang dimaksud itu sambil mengerahkan
indera penglihatannya. Samar-samar dilihatnya satu bayangan putih sedang berduduk di
atas teras sebuah Vila. "Aku melihat sesuatu," sahutnya kemudian.
"Apa yang kau lihat itu?"
"Sesosok bayangan putih..."
"Cocok!" "Dilihat dari gerak-geriknya, aku condong kepada kesimpulan bahwa itu adalah bayangan
seorang wanita..." "Tidak salah!" "Apakah wanita itupun tengah mendengari pentilan Kim?"
Orang itu tidak lantas menjawab. Diangkat mukanya dan memandang jauh ke seberang.
Lama juga baru terdengar ia berkata:
"Ya....selama tidak kurang daripada 10 tahun, tiap jam 12 tengah malam, tidak perduli
cuaca baik ataupun buruk, aku selalu dan pasti akan mementil Kim ini untuk menghibur
wanita itu...." Tercengang Khouw Kiam Siu mendengar pengakuan itu. Di dalam dunia yang luas ini,
memang segala hal yang luar biasa bisa terjadi. Tetapi ia betul-betul tidak mengerti jika di
atas muka bumi ini masih ada dua makhluk yang luar daripada luar biasa itu. Yang satu
menghibur dengan alat tetabuhannya, sedangkan yang lainnya mendengari jauh diseberang
puncak tiap tepat jam 12 tengah malam tanpa kecuali hujan ataupun badai mengamuk
selama 10 tahun lamanya! Lama juga ia memikiri keganjilan itu sambil menerka2 maksud daripada sipemain musik
tunggal itu. "Siapakah wanita itu?" akhirnya ia menanya.
"Seorang wanita yang hidup dalam khayalan!"
"...........?""!"
"Lagu yang keluar dari Kim ini membuat wanita itu memperoleh harapan dan hidup terus.
Hal yang sama pun telah terjadi atas diriku, aku masih dapat hidup terus karena masih bisa
melihat wanita itu sambil mementil alat tetabuhanku ini!"
20 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Khayalan....wanita hidup dalam khayalan...."
"Hee, hee, hee......"
"Kau bisa hidup terus karena telah menganjurkan dan memberikan harapan2 kepada wanita
itu untuk hidup terus. Hai.....aku"..aku betul-betul tidak mengerti semua ini!"
"Kau masih muda dan belum bisa mengerti, tetapi kelak kau pasti akan mengerti serta
menginsyafi apa itu penghidupan. Sekarang, marilah kita membuat perjanjian......"
Khouw Kiam Siu merandek. Tidak berani ia sembarangan membuka mulutnya untuk
membuat perjanjian dengan orang yang aneh itu.
"Mengapa kita harus membuat perjanjian segala?" tanyanya heran.
"Hee, hee, hee! Aku sudah mengatakan tadi bahwa kau adalah orang paling jujur yang
pernah aku jumpai dan....mungkin kaulah orang satu-satunya yang dapat membantu aku
melaksanakan rencanaku..." sahut orang itu.
Khouw Kiam Siu tidak menyahut. Dengan tajam ditatapnya selembar kain hitam yang
menutupi muka orang itu dan ternyata sinar mata orang itu kini tidak lagi setajam tadi.
"Tetapi, maukah kau membantu aku?" tanya lagi orang itu.
"Aku.....tidak memiliki kepandaian apa-apa untuk membantumu ....."
"Itu tidak menjadi soal. Yang harus kau jawab yalah, apakah kau sudi membantu aku?"
"Apa yang harus....aku lakukan?"
"Orang-orang dari Kiam Pao sangat congkak dan kejam! Dan hal ini tentu sudah kau ketahui
bukan?" Disebutnya nama Kiam Pao membuat Khouw Kiam Siu teringat akan Thio Kun, si majikan
muda dari Puri Pedang, yang pernah menganiayanya.
"Apakah kau bermusuhan dengan orang-orang dari puri tersebut?" tanya kemudian.
"Betul! Dendamku terhadap Kiam Pao lebih dalam dari lautan manapun!"
"Mengapa kau memencilkan diri di atas puncak ini dan tidak menggempur musuh-musuhmu
itu" Aku merasa yakin kau akan berhasil....."
"Treng - - teng - - ting - - teng - - tiinngg ..."
Demikianlah, kata-kata Khouw Kiam Siu dipotong ditengah-tengah oleh suara Kim Gaib yang
tiba-tiba dipentil dengan dahsyat sekali.
"Karena aku tidak lagi mungkin melakukan itu untuk selama-lamanya!" teriak orang itu kalap
sambil menghentikan pentilan-pentilan jarinya pada senar Kim. Sikapnya menunjukkan
bahwa ia sudah beringas sekali.
"Mengapa?" tanya Khouw Kiam Siu ragu-ragu.
"Kesatu, aku tidak bisa meninggalkan puncak ini, karena tiap-tiap malam aku harus
mementil Kim agar wanita diseberang puncak ini bisa hidup terus. Kedua, karena aku sudah
tergolong sebagai satu iblis dan tidak lagi bisa aktif disiang hari. Disamping itu, Puri Pedang
21 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
letaknya jauh sekali dan tidak mungkin dapat kutempuh dalam setengah hari. Lepas dari itu
semua, aku hanya masih bisa hidup tidak lebih dari pada 3 bulan lagi saja....."
"Kau hanya bisa hidup 3 bulan lagi saja"!"
"Ya, selewatnya jangka waktu 90 hari ini, aku akan betul-betul jadi setan!"
Khouw Kiam Siu tidak bisa melihat wajah dibalik selembar kain hitam itu, namun ia dapat
membayangkan bahwa orang itu sangat menderita tekanan bathin. Tanpa terasa dengan
suara penuh simpati ia menanya:
"Setelah 3 bulan lewat, siapakah yang akan mementil Kim Gaib itu?"
"Kau ! Haa, haa haa! Ya, jika malam ini aku tidak menjumpaimu, aku akan menyesal terus
menerus. Mungkin ini sudah ditakdirkan oleh Tuhan bahwa kau seorang diri saja malam ini
bisa tiba di atas puncak ini dengan selamat!"
"Aku seorang diri saja " Bukankah tidak kurang daripada 200 orang telah mendaki puncak
ini?" "Aku hanya melihat 10 orang."
"10 orang" Kemana perginya yang lain" Dan ada dimana sekarang kesepuluh orang itu?"
"Mereka telah terbirit2 turun lagi setelah semangat serta tenaga mereka lenyap mendengar
suara gaib alat tetabuhanku ini. Hanya 10 orang yang terdiri dari 3 orang hweeshio, 1
pendeta, 4 orang kakek dan 2 orang muda usia, dapat bertahan dan berhasil mendaki
hingga hampir tiba di atas puncak ini. Tetapi akhirnya mereka harus meninggalkan juga
tempat ini ketika mendengar lagu yang bukan saja melenyapkan tenaga serta semangat,
bahkan menghalau sukma mereka! Dalam kesempatan yang terbaik itu, aku telah
membunuh kedua orang muda tadi yang ternyata berasal dari Puri Pedang!"
"O.... tidak heran jika aku tidak melihat siapapun ketika memijakkan kedua kakiku di atas
puncak ini tadi." Orang itu mendadak jadi heran jika Khouw Kiam Siu tidak mengetahui bahwa semua orang
telah turun lagi kebawah.
"Bukankah kau mendaki puncak ini bersama-sama mereka itu?" tanyanya.
"Betul. Tetapi aku telah mengambil jalan yang berlainan..."
Orang itu tertawa berkakakan.
"Tidak heran jika akupun tidak mengetahui kau sudah datang disini! Ha, ha, ha!"
"Tetapi, aku kurang merasa yakin jika karena kejujuranku, kau lalu tidak sudi membunuh
aku." "Betul! Aku tidak membunuhmu karena disamping kau seorang yang jujur, wajahmu pun
mirip benar dengan wajahku pada 10 tahun yang lalu! Dengan wajahmu itu kau pasti akan
berhasil melaksanakan rencanaku!"
"Mementil Kim tiap jam 12 tengah malam dari hari yang satu kehari yang lainnya?"
"O....bukan, bukan!"
22 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Lalu"!" "Sebelum aku mati aku akan menyerahkan seluruh tenaga dalamku padamu!"
"Aku tidak mau!"
"Mengapa tidak mau?"
"Karena itu berarti kau membunuh diri! Aku tidak berani menerima budi yang demikian
besar....aku pasti tidak mampu membalas...."
"Kau keliru! Ini bukan urusan balas-membalas budi. Urusan kita ini semata-mata adalah
urusan dagang. Aku menyerahkan dan kau memberikan sesuatu!"
"Apa yang harus aku berikan padamu?"
"Jasamu!" "Hanya jasaku saja yang kau perlukan?"
"Ya!" "Mengapa soal jasa saja kau sampai perlu menyerahkan seluruh tenaga saktimu"
Katakanlah urusan yang kaumaksud itu, dan aku berjanji untuk melaksanakan tanpa
mengharap jasa apapun!"
"Bagus, aku sudah tidak melihat keliru! Kau memang seorang yang jujur dan berwatak luhur
lagi. Tetapi aku masih memegang teguh pendirianku, urusan antara kita ini merupakan
tukar menukar jasa, jika kau tidak mau menerima jasaku, maka urusan ini dengan
sendirinya, BATAL!" Khouw Kiam Siu terdiam seketika. Sungguh diluar dugaannya seorang yang lebih banyak
mirip entah makhluk apa itu, ternyata memiliki jiwa yang demikian besar. Ia pasti akan
memiliki kekuatan yang dahsyat jika menerima tenaga sakti orang itu, tetapi orang itupun
pasti tewas karena kehabisan tenaga.
Tengah ia bingung dan belum bisa mengambil keputusan, orang yang aneh itu sudah
berkata lagi: "Terus terang saja, dengan ilmu yang kau miliki sekarang, meskipun kau sudi menolong,
rencanaku pasti akan gagal. Kau hanya merupakan daging empuk bagi lawan-lawanku!"
"Tetapi bukankah kau dapat mengajari aku ilmu-ilmu pukulan untuk menghadapi lawanlawanmu itu" Aku kira jalan ini lebih baik daripada kau menyerahkan seluruh tenaga saktimu
padaku." "Kau bermaksud mengangkat aku sebagai gurumu?"
"Betul." Orang itu menggeleng-geleng kepalanya sambil menghela napas panjang.
"Apa yang dapat kau pelajari dalam waktu sesingkat 3 bulan" Untuk memiliki tenaga sakti
dengan usahamu sendiri, kau memerlukan jangka waktu setengah abad, dan untuk memiliki
tenaga sakti serupa kepunyaanku, kau memerlukan waktu tidak kurang dari pada 100
tahun! Lagipula, aku lebih suka dipandang sebagai seorang sahabat daripada seorang guru!"
23 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Tetapi, aku tidak pantas menjadi sahabatmu..."
"Mengapa tidak pantas?"
"Kau sudah berusia 100 tahun lebih, aku hanya merupakan seorang bocah ingusan....."
Orang itu tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan itu.
"Bagaimana kau mengetahui aku sudah berusia 100 tahun?" tanyanya sambil tertawa terus.
Khouw Kiam Siu terbengong ditanya demikian. Ia sendiri tidak mengetahui mengapa ia
menganggap orang itu sudah berusia demikian tuanya.
"Aku menduga2 saja...." sahut sembarangan.
"Ha, ha, ha! Aku jauh lebih muda daripada itu! Aku berusia hanya sedikit lebih tua darimu.
Mungkin kau merasa heran mengapa semuda ini aku sudah memiliki tenaga sakti bukan"
Ya, dalam soalku ini, suatu mujizat telah terjadi!" ia berhenti sebentar dan mengawasi
Khouw Kiam Siu yang mengawasinya dengan tajam sekali. Kain hitam yang menutupi
mukanya bergerak disusul dengan kata-katanya:
"Aku dapat memiliki tenaga sakti dalam waktu yang sangat singkat dan .... aku dapat
memindahkan tenagaku ini kepadamu, dalam waktu tidak kalah singkatnya! Aku telah
dikurniai mujizat kurnia Tuhan! Maka janganlah ragu, terimalah permintaanku tadi."
Khouw Kiam Siu menjadi gelisah. Ia tidak dapat mengambil keputusan dan harus mengakui
bahwa ia telah menjumpai mujizat, justru kejadian itu membuatnya berhadapan dengan dua
keputusan yang sukar dipilih!
Orang itu agaknya jadi tidak sabar dan berkata lagi: "Siapa namamu?"
"Aku Khouw Kiam Siu....."
"Hah" Kau she Khouw"!"
"Betul......" "Aneh! Ini betul-betul takdir Tuhan!"
"Apa yang aneh?"
"Karena akupun she Khouw!"
"Dan namamu Kiam Siu?"
"O.. bukan, bukan! Namaku Kie Cong! Tetapi kau she Khouw dan akupun she Khouw juga,
maka dengan sendirinya kita berdua masih pernah sanak famili ! Kau panggil saja aku
Toako!" Semenjak ditinggalkan oleh gurunya, Gouw Wie To, Khouw Kiam Siu sudah merasa sangat
kesepian, ditambah pula dengan penganiayaan atas dirinya oleh Thio Kun, maka ia sudah
menganggap semua orang, kecuali gurunya dan Kat Ju Hui yang agaknya sangat menaruh
simpati padanya, adalah orang-orang yang berwatak kejam dan jahat.
"Ternyata aku keliru!" katanya dalam hati. "Orang yang sudah menganggap dirinya sebagai
iblis ini masih mau juga mengakui aku sebagai sanak familinya !"
24 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Hei, kau tidak sudi menjadi saudaraku?" tanya Khouw Kie Cong agak keras.
"Toako !" tiba-tiba Khouw Kiam Siu berseru.
"Ha, ha, ha! Dulu aku kira Tuhan buta, tetapi sekarang ternyata Dia memang Maha-adil!
Siao-tee, marilah, aku akan menyalurkan separuh tenaga saktiku dan kau harus lekas-lekas
berangkat melaksanakan suatu urusan yang penting sekali, selambat-lambatnya 10 hari kau
sudah harus kembali lagi disini untuk menerima tenaga saktiku yang separuhnya lagi
dan....." "Toa-ko!" Khouw Kiam Siu memotong. "Aku tidak sudi menerima sumbangan tenagamu itu,
aku....." Belum selesai kata-kata itu diucapkan, ketika tampak Khouw Kie Cong dengan lincah sekali
menerkam dan berhasil memegang kedua pergelangan tangan Khouw Kiam Siu yang tibatiba tersungkur kedepan tertarik oleh suatu gentakan tenaga yang keras sekali.
Dalam keadaan tertiarap dan sambil memegangi terus pergelangan tangan Siaotee-nya itu,
Khouw Kie Cong berbisik: "Pejamkan matamu!"
Khouw Kiam Siu sudah tidak berdaya lagi, maka terpaksa dipejamkan kedua matanya.
Sejenak kemudian, ia merasa suatu arus hawa panas tersalur keseluruh tubuhnya.
Seperempat jam kemudian, tampak tubuh Khouw Kie Cong maupun tubuh Khouw Kiam Siu
sudah basah kuyup oleh keringat mereka masing-masing.
Sambil melepaskan cekalannya Khouw Kie Cong perlahan-lahan bergerak untuk duduk.
Dadanya kembang kempis dengan cepat sekali.
"Toa-ko, aku cemas sekali melihat keadaanmu itu," kata Khouw Kiam Siu yang sudah duduk
dihadapan Toako-nya. "Aku......aku masih sehat, jangan kau khawatir!" sahut Khouw Kie Cong agak termengih.
"Kau masih perlu beristirahat satu hari disini untuk minum air mujizat dan makan hidangan
yang menambah semangat untuk memperkokoh tenaga yang baru saja kau terima dariku
itu." "Apa yang harus aku kerjakan kemudian?"
"Kau harus pergi ke markas besar partai Hong-bie-pang yang terletak 30 lie disebelah barat
kota Lam-ciang untuk menyampaikan satu benda kepada seorang tertentu."
"Benda apakah itu?"
"Tugasmu hanya menyampaikan benda itu kepada seorang tertentu dimarkas besar partai
Hong bie-pang!" "Kepada siapa?"
"Seorang gadis yang berusia 20 tahun lebih. Dia bernama Cio Tin, puteri tunggal pemimpin
besar partai Hong bie-pang. Kau dengan mudah saja akan bisa mengenali gadis itu yang
selain cantik jelita juga mempunyai tai-lalat sebesar kacang kedele dipelipis kirinya."
"Jika aku tidak menjumpainya bagaimana?"
Khouw Kie Cong terdiam sejenak. Kemudian baru ia berkata lagi: "Jika demikian halnya, kau
25 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
harus membawa kembali benda itu."
"Baik." "Satu soal lagi. Jika gadis itu menanyakan tentang aku, katakan saja bahwa aku sudah....
mati! Dan bahwa kau telah diminta olehku, sebelum aku mati tentu, untuk menyampaikan
benda tersebut padanya. Jangan lupa untuk memberitahukan juga bahwa aku tidak pernah
melupakan dia...." "Aku berjanji untuk melaksanakan itu semua!"
"Bagus! Marilah ketempatku bersemayam, setelah beristirahat cukup kau harus segera
berangkat pada lusa tengah malam."
Irama Pencabut Nyawa Karya Wen Wu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
DEMIKIANLAH, Khouw Kiam Siu diberi makan hidangan mujizat. Keesokan malamnya, ketika
ia sedang menantikan datangnya jam 12 malam bersama Khouw Kie Cong, ia lalu menanya:
"Toa-ko, mengapa kau harus mati setelah lewat 3 bulan?"
"Aku akan memberitahukan kepadamu setelah kau kembali dari kota Lam-ciang," sahut
Khouw Kie Cong sambil mengeluarkan satu bungkusan dari kain yang berukuran 25 x 12
cm. Lalu dengan suara gemetar ia melanjutkan:
"Siao-tee, dengan menyerahkan benda ini, itu berarti aku telah menyerahkan jiwaku
kedalam tanganmu! Urusan ini sangat penting, dan jagalah jangan sampai benda ini
terjatuh kedalam tangan orang lain karena itu berarti malapetaka !"
"Aku berjanji untuk tidak membuat kau kecewa!"
Khouw Kie Cong menyerahkan benda itu dan tidak lagi mengatakan apa-apa. Ia duduk
bersila sambil memejamkan matanya dan menantikan kedatangan jam 12. Beberapa jam
kemudian tiba-tiba ia berkata:
"Siao-tee, sudah tiba waktunya untuk kau pergi ke kota Lam-ciang sekarang."
Tanpa mengatakan apa-apa Khouw Kiam Siu lalu memberi hormat dan meninggalkan
tempat itu. Ia merasa amat heran, setelah menerima tenaga Khouw Kie Cong, tiap
gerakannya tiba-tiba jadi gesit sekali dan ilmu-ilmu yang telah diwarisinya dari Gouw Wie To
pun agaknya mengalami perubahan-bahan.
Dengan langkah-langkahnya yang lincah, cepat sekali ia sudah berada di-tengah-tengah
lereng puncak. Tetapi tiba-tiba ia berhenti ketika dapat mendengar dua suara yang tertawa
mengejek. Tidak beberapa jauh didepannya, samar-samar tampak dua orang yang
berambut dan jenggot merah tengah mengawasinya sambil menyeringai.
"Apa yang lucu?" bentaknya sengit.
"Ha, ha, ha! Aku kira siapa, tidak tahunya kau, seorang bocah ingusan?" ejek salah seorang.
"Kau mungkin belum mengenal kami siapa, maka dengarlah baik-baik. Aku Pan Houw
sedangkan adikku ini bernama Pan Pauw dan kami terkenal dengan julukan Bian san ji-kwi!"
"Aku tidak kenal siapa kalian! Tetapi jika kalian ingin selamat, lebih baik lekas-lekas turun
dari gunung ini!" Khouw Kiam Siu memberi peringatan.
Pan Pauw maju selangkah seraya mengancam:
"Bocah! kau betul-betul tidak mengenal kematian! Nah, kau terimalah salam perkenalanku
26 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
ini!" Selesainya kata-kata itu disusul dengan meluncurnya tinju Pan Pauw kearah dada Khouw
Kiam Siu yang tiba-tiba tampak menangkis.
"Blukk !!" Serentak dengan suara itu, tampak Pan Pauw terhuyung2 dan akhirnya roboh!
Bukan main terkejut Pan Houw menyaksikan tenaga luar biasa yang baru saja dipamerkan
oleh lawannya yang masih bocah itu.
"Bocah!" bentaknya mengguntur. "Aku tidak sudi bertempur dengan orang yang tidak
terkenal. Sebutlah namamu!"
Khouw Kiam Siu diam-diam merasa girang sekali. Ia tidak mengetahui cara bagaimana jurus
si Kakek cerdas telah dilancarkannya. Karena semua gerakan mundur dan menangkis tadi,
adalah gerakan otomatis. Kemenangannya yang pertama itu membuat hatinya jadi tabah
sekali. "Aku Khouw Kiam Siu!" sahutnya lantang.
"Apakah kau baru saja turun dari atas puncak?"
"Tidak perlu kau ketahui hal itu!"
"Mengapa kau mengusir kami dari gunung ini?"
Khouw Kiam Siu tidak menjawab pertanyaan itu. Dengan jurus-jurus si Kakek cerdas, ia
menyerang dengan gencar sekali.
Pan Pauw yang sudah berdiri lagi segera membantu kakaknya yang sudah mulai terdesak
kepinggir jurang, namun sudah tidak keburu, satu tempaan belakang tinju Khouw Kiam Siu
menghantam kepala Pan Hauw dan sambil menjerit seram ia terjatuh kedalam jurang!
Gelap mata Pan Pauw melihat kematian kakaknya itu.
maksud mendorong Khouw Kiam Siu kedalam jurang
mengenai sasarannya, ketika tampak sipemuda
membungkukkan tubuhnya, sehingga ia sendiri yang
jurang! Satu terkaman dilancarkan dengan
itu. Kedua tinjunya sudah hampir
she Khouw sekonyong-konyong
terapung dan terjerumus kedalam
Khouw Kiam Siu tertawa berkakakan melihat hasil tenaga yang telah disalurkan kedalam
tubuhnya itu. "Aku pasti akan berhasil membalas dendam!" katanya dalam hati girang. Tetapi
kegirangannya itu tiba-tiba diputuskan oleh satu teguran dingin:
"Hei, apakah kau yang bernama Khouw Kiam Siu?"
Khouw Kiam Siu mengangkat mukanya dan melihat seorang yang berusia pertengahan
sedang berdiri didekat lereng gunung itu sambil bersenyum mengejek.
"Betul!" sahutnya heran mendapat kenyataan orang itu mengetahui namanya. "Dan siapa
kau?" "Hee, hee, hee! Aku Tjiu Peng, guru silat dari puri Kiam Pao. Aku memang sedang
mencarimu!" 27 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Khouw Kiam Siu merasa mukanya tiba-tiba jadi panas mendengar disebutnya nama Kiam
Pao. Karena selain ia sendiri telah mengalami tamparan-tamparan Thio Kun, iapun pernah
mendengar bahwa Khouw Kie Cong, Toa-konya, juga sangat bermusuhan dengan orangorang dari puri itu.
Tetapi tiba-tiba suara Kim Gaib terdengar dan membuat muka Tjiu Peng pucat pasi.
"Khouw Kiam Siu!" seru Tjiu Peng. "Kita akan berjumpa lagi kelak!" lalu dengan tergesa2 ia
berlari turun dari gunung itu. Khouw Kiam Siu mendongak keatas. Ia merasa cemas Tjiu
Peng, salah seorang Kiam Pao, telah melihat dirinya turun dari puncak itu. Karena jika
siorang she Tjiu itu menyiarkan berita bahwa dia (Khouw Kiam Siu) sudah mengetahui tekateki tentang Irama Maut.
"Aku pasti akan dikejar-kejar oleh semua orang dikalangan Bu-lim!" demikian katanya dalam
hati sambil lekas-lekas mengejar kebawah kaki gunung dengan maksud mengancam Tjiu
Peng, tetapi ia tidak berhasil menjumpai orang yang dimaksud itu. Maka dengan perasaan
masih cemas, ia lalu melanjutkan perjalanannya kekota Lam-ciang.
Keesokan harinya, ketika berada dijalan yang menuju ke kota dimaksud di atas, di-semaksemak ditepi jalan itu, ia terkejut dapat melihat banyak mayat berserakan disitu. Semua
mayat-mayat itu adalah hweeshio-hweeshio yang mengenakan jubah warna abu2. Yang
aneh yalah, tidak tampak bekas luka-luka ditubuh mayat-mayat itu.
"Siao......siao Sicu...." tiba-tiba terdengar salah seorang hweeshio merintih.
Khouw Kiam Siu mengalihkan pandangannya kearah suara panggilan itu. Ia melihat seorang
hweeshio dengan napas termengih2 sedang melambai2kan tangannya. Cepat ia
menghampiri dan bertanya: "Apakah Toa hweesio dari partai Bu-tong?"
Dengan susah payah hweeshio lalu menyahut: "Be.... tul....Bu".Bu-tong...."
"Apakah kalian baru kembali dari puncak Kiat-yun hong?"
"Ya......" "Siapa yang melukai Toa hweeshio?"
"Cui .... Cui......"
"Siapa"! Yang Toa hweeshio maksud Cui-hun-tjeng-lie-kah?"
Hweeshio itu tidak menyahut, karena dia sudah menarik napasnya yang terakhir.
Khouw Kiam Siu sudah ingin lekas-lekas berlalu dari situ, tetapi".tiba-tiba tiga orang
hweeshio tahu2 sudah berada didepannya.
"Hm! Kau masih muda tetapi ternyata kau sudah demikian kejam!" geram salah satu
hweeshio itu beringas. "Mengapa kau membunuh mereka yang sudah lenyap tenaga dan
semangatnya"!" "Toa hweeshio! Bukan aku yang membunuh orang-orang ini!" Khouw Kiam Siu membantah
keras. Ketiga hweeshio itu mengawasi dengan beringas. Mereka bukan lain daripada Ngo Pun
Taysu yang terkenal sebagai ahli Kim-kong ciang atau pukulan geledek, Ngo Seng Taysu,
ahli Lo han-kun atau ilmu pukulan Dewa dan Ngo Tan Taysu, ahli Hud-siu-eng atau si Tinju
28 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
baja. "Kami adalah angkatan tua dari partai Siauw lim," kata Ngo Pun Taysu. "Kami sebetulnya
bermaksud menyelidiki Irama Maut, tetapi ternyata kami telah terlambat!"
"Mengapa kau membunuh orang-orang dari partai Siauw lim dan Bu-tong?" Ngo Tan Taysu
sengit. "Taysu! Aku sudah mengatakan bahwa bukan aku yang melakukan perbuatan keji ini!"
sahut Khouw Kiam Siu penasaran. "Mengapa kau menuduh sembarangan saja!"
"Dapatkah kau membuktikan kata-katamu itu?"
"Tadi aku sudah menyelidiki seorang pendeta dari partai Bu-tong, tetapi sayang pendeta itu
hanya dapat mengatakan 'Cui' lalu ia menarik napasnya yang terakhir....."
"Aku tidak dapat menerima alasanmu yang singkat itu! Kami terpaksa harus mengajakmu ke
markas partai Siauwlim untuk diperiksa lebih lanjut!"
Khouw Kiam Siu jadi gusar sekali.
"Menyesal sekali aku tidak mempunyai waktu untuk mengikuti kepada Taysu!" sahutnya
keras. Pada saat itu, mendadak seorang hweeshio muda mendatangi.
Begitu melihat wajah Khouw Kiam Siu, mukanya agak berubah dan lekas-lekas menghampiri
Ngo Pun Taysu dan berbisik.....
Ngo Pun Taysu mendekati telinganya kedekat mulut muridnya itu. Sejenak kemudian
tampak kepalanya mengangguk-angguk sambil menyapu Khouw Kiam Siu dengan lirikannya
yang tajam. "Apakah kau bernama Khouw Kiam Siu?" tanyanya setelah selesai mendengar bisikan
muridnya itu. Khouw Kiam Siu terdiam sebentar. Dugaannya ternyata tidak meleset, jika bukan Tjiu Peng
yang sudah menyiarkan berita, sudah pasti hweeshio muda itu tidak mungkin mengetahui
siapa ia sebenarnya. Tetapi ia lalu menyahut juga: "Betul."
"Jika kau turun dari puncak Kiat-yun-hong, kau tentu ahliwaris pemilik Kim Gaib!"
"Itu urusanku sendiri, tidak usah Taysu turut campur!"
Ngo Pun Taysu mengerutkan dahinya sebentar. Lalu wajah terhias dengan senyuman
mengejek dan berkata: "Kau tidak menyangkal, itu berarti kau memang betul ahliwaris sipemilik Kim Gaib. Tetapi
mengapa kau begitu kejam membunuh orang-orang Siauw-lim dan Bu tong?"
"Toa hweeshio, kau keliru! Dia bukan sipembunuh!"
Demikianlah, suara merdu memberi peringatan kepada Ngo Pun Taysu. Mereka semua
menoleh suara itu dan melihat Kat Ju Hui, si Pelenyap sukma, tengah berjalan menghampiri.
Melihat gadis itu Khouw Kiam Siu tiba-tiba jadi teringat akan pengakuan si hweeshio yang
mengatakan 'Cui' sebelum meninggal dunia dan kata 'Cui' itu dihubunginya dengan nama
29 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
julukan si gadis Cui-hun tjeng-lie!
"Tentu dia ini yang ingin menjerumuskan aku!" katanya dalam hati. "Dia membunuh
hweeshio-hweeshio ini dan membiarkan aku masuk perangkap untuk kemudian berlagak
membela aku!" Berpikir demikian, mendadak ia mengangkat tangannya dan bermaksud menyerang Kat Ju
Hui, tetapi..... "Sicu! Nanti dulu!" teriak Ngo Pun Taysu mencegah.
"Mengapa kau ingin menyerang aku?" tanya Kat Ju Hui bingung.
"Aku bermaksud membunuhmu!" teriak Khouw Kiam Siu sengit.
"Ya, tetapi, mengapa"!"
"Kau adalah seorang wanita yang berhati seperti seekor ular berbisa! Kau telah membunuh
banyak orang, tetapi kau tidak berani bertanggung jawab atas keganasanmu itu! Itulah
mengapa!" "Hei, jangan kau menuduh orang serampangan saja! Tetapi mengapa kau justru menuduh
aku?" "Orang yang terakhir masih sempat mengatakan 'Cui' dan itu berarti Cui-hun-tjeng-lie, kau!"
Kat Ju Hui menggigit bibirnya sambil menatap Khouw Kiam Siu. Sejenak kemudian ia
menoleh kepada Ngo Pun Taysu dan berkata:
"Toa hweeshio, apakah kau sudah memeriksa mayat-mayat itu?"
"Aku sudah melihat, korban2 itu tidak meninggalkan bekas2 luka. Rupanya mereka telah
dibunuh oleh totokan yang lihay!" sahut Ngo Pun Taysu.
"Lalu bagaimana kesimpulanmu" Apakah kaupun menuduh aku yang telah melakukan
pembunuhan itu?" tanya Kat Ju Hui.
"Tidak!" "Mengapa Taysu mengatakan demikian?" tanya Khouw Kiam Siu cepat.
Ngo Pun Taysu tidak lantas menyahut. Ia mengawasi Khouw Kiam Siu sebentar.
"Karena aku sudah mengetahui cara siocia ini melukai orang !" sahutnya ketus.
"Aku ingin juga mengetahui 'cara" yang Taysu maksud itu!" selak Khouw Kiam Siu.
"Kau dapat menanyakan orang-orang yang mengenal aku!" sahut Kat Ju Hui. "Mereka akan
memberitahukan padamu cara aku melukai orang!"
"Tetapi...." kata Ngo Pun Taysu. "Tadi siocia mengatakan bahwa dia ini bukan sipembunuh,
dapatkah siocia meyakinkan kami?"
Kat Ju Hui sudah merasa jengkel sekali terhadap pemuda pujaan hatinya yang ternyata
tidak sudi membalas cintanya itu, bahkan ia tadi ingin diserang! Maka ia sengaja berkata:
"Aku tidak dapat membuktikan, aku hanya kira dia bukan si-pembunuh..."
30 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Jika demikian halnya, maka terpaksa aku harus membawa pemuda ini ke markasku!" kata
Ngo Pun Taysu. "Jika Taysu ingin jadi hakim sendiri, akupun terpaksa harus melawan!" kata Khouw Kiam
Siu. Ngo Pun Taysu tidak menunggu lagi. Ia segera melepaskan serangan tiga kali berturut-urut
dan membuat Kat Ju Hui yang pernah melihat Khouw Kiam Siu dipermainkan oleh Thio Kun
dua hari yang lalu, terkejut sekali. Ia merasa yakin betul pemuda itu pasti akan dipukul
mati! Tetapi tampak Khouw Kiam Siu dengan tenang saja menangkis.....
"Blukk ! Blukk ! Blukk !!"
Serentak dengan berakhirnya suara itu, tampak Ngo Pun Taysu maupun Khouw Kiam Siu,
masing-masing terdorong kesamping!
Bukan main terperanjat Kat Ju Hui, Ngo Tan Taysu, Ngo Seng Taysu dan Ngo Pun Taysu
sendiri melihat kenyataan itu.
Ilmu Kim-kong ciang telah mengambil banyak korban dimasa yang lalu, tetapi kini untuk
merobohkan seorang bocah ingusan saja, pukulan yang terkenal dahsyat itu, ternyata sudah
kehilangan keampuhannya! Kat Ju Hui yang telah mendengar berita bahwa Khouw Kiam Siu telah mengalahkan Biansan jie kwi, semula sangat menyangsikan berita itu, tetapi setelah melihat sendiri bahwa
Ngo Pun Taysu bukan saja tidak berhasil mengalahkan pemuda she Khouw itu, bahkan si
biarawan sendiri jadi terpental terkena tangkisan yang dahsyat, mau atau tidak ia harus
percaya juga akan kebenaran berita itu.
"Khouw Kiam Siu!" serunya lantang. "Apakah kau murid sipemilik Kim Gaib?"
"Tidak perlu kau mengetahui hal itu!" sahut Khouw Kiam Siu ketus.
Sementara itu, Ngo Pun Taysu yang masih penasaran, tiba-tiba sudah menyerang lagi, dan
lagi-lagi ia maupun Khouw Kiam Siu terpental mundur.
Bersamaan dengan itu, terdengar tindakan-tindakan kaki mendatangi. Sejurus kemudian, di
tempat itu sudah datang empat orang gadis yang berseragam hitam dan seorang nenek
yang bermuka jelek sekali.
Hampir pada saat yang bersamaan, tampak beberapa orang yang dipimpin oleh seorang
yang bertubuh pendek, bermata juling dan berusia sudah lanjut pun tiba disitu.
Entah mengapa, setelah melihat kedatangan orang-orang tersebut di atas, Ngo Pun Taysu
lalu berkata kepada Kat Ju Hui:
"Siocia, aku kira dugaanmu memang benar, Khouw Sicu mungkin bukan sipembunuh orangorang Siauw-lim dan Bu-tong ini, maka kami minta diri saja sekarang...."
Berkata demikian, Ngo Pun Taysu lalu mengajak kawan2nya berlalu dari tempat itu.
Kat Ju Hui tidak mengatakan apa-apa. Ia hanya bersenyum dan membiarkan saja biarawan2
itu pergi, namun senyumnya tiba-tiba menghilang ketika mendengar bentakan seorang yang
bermata juling. 31 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Hei, kau! Apakah namamu Khouw Kiam Siu"!"
Khouw Kiam Siu tidak menyahut. Ia mengawasi saja orang itu sambil bersenyum sindir.
"Katanya kau adalah murid sipemilik Kim Gaib yang sudah membunuh kedua Bian san ji-kwi,
betulkah?" tanya lagi si juling dengan beringas.
"Jika betul lalu bagaimana?" tanya Khouw Kiam Siu mendongkol diperlakukan demikian
bengis. "Bagaimana" Kau harus mengembalikan benda itu!"
"Benda apa"! Dan siapa kau !"
"Aku Sin Soan Tju! Jangan kau pura2 tidak tahu benda yang aku maksud itu! Ayoh, lekas
kembalikan dan segala urusan antara kita ini akan segera beres!"
Khouw Kiam Siu agak bingung mendengar tuduhan orang itu. Ia mengingat2 sebentar dan
merasa yakin tidak pernah mengambil apa pun dari saku kedua Bian san jikwi yang
diterjerumuskannya kedalam jurang tadi.
"Aku tidak mengambil apa-apa dari mereka!" serunya sengit.
"Sin Soan Tju, sebetulnya benda apakah yang kau maksud itu?" tiba-tiba si nenek yang
bermuka jelek menanya. "Hee, hee, hee! Jadi kaupun ingin mengetahui benda milikku itu?" sahut Sin Soan Tju sambil
tertawa terkekeh. "Benda itu adalah sebuah batu Ban-lian-ciok-tam. Benda pusaka turunan
yang tidak mempunyai nilai apa-apa bagi orang lain! Benda itu telah dicuri oleh Bian-san jikwi dan karena kedua jahanam itu telah dibunuh oleh bocah ini, tentu dialah yang telah
mengambilnya!" Mendadak berubah muka si nenek mendengar keterangan itu, karena ia sudah mengetahui
Irama Pencabut Nyawa Karya Wen Wu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bahwa batu Ban lian-ciok-tam adalah batu mujizat yang bisa memunahkan segala jenis
racun. Mungkin Sin Soan Tju saja yang mengetahui cara menggunakan batu itu, tetapi
meskipun demikian, banyak orang dikalangan persilatan keranjingan untuk memiliki batu
pusaka tersebut. Khouw Kiam Siu melangkah mundur dengan perasaan gelisah. Ia telah dipesan oleh Khouw
Kie Cong agar menjaga baik-baik bungkusan yang kini berada dalam dada bajunya. Ia
merasa khawatir jika bungkusan itu akan disangka sebagai batu pusaka yang disebut2 oleh
Sin Soan Tju tadi. Justru sikapnya yang agak gugup ini membuat si nenek yang sebetulnya bermaksud
menyelidiki Irama Maut, jadi benar2 menduga bahwa bungkusan yang tampak menonjol
didadanya itu sebagai Ban-lian-Ciok-tam!
Sambil melonjorkan tangannya yang kurus kering dan berkuku panjang serta runcing, ia
berkata: "Bocah, berikanlah benda itu padaku!"
Khouw Kiam Siu tidak menyahut. Dikerahkan seluruh tenaganya dan bersiap-siap untuk
menghadapi nenek yang bermuka sangat buruk itu.
"Hii hii hii! Setan kecil, aku tidak perduli jika kau adalah murid sipemilik Kim Gaib, tetapi jika
kau menolak menyerahkan batu pusaka itu, kau akan mati konyol! Ayohlah serahkan!"
32 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Baik! Kau terimalah!" seru Khouw Kiam Siu sambil melepaskan tinjunya dalam gerakan
melingkar. Si nenek dengan tenang dan lincah sekali mengegos. Kemudian seperti burung elang
tampak tubuhnya mencelat dan menerkam dengan kedua tangannya yang berkuku seperti
gaitan baja. Khouw Kiam Siu melangkah satu tindak sambil menengadah mengawasi kedua tangan yang
sudah menjurus kearah dadanya, tetapi tiba-tiba kedua tangannya terbentang lebar
menghalau cengkeraman itu. Si nenek terpental sambil menggeram tertahan, tetapi ia
sendiri tidak luput dari cakaran kuku yang runcing itu.
Darah menetes dan membasahi pakaian yang berwarna biru laut itu. Kedua lengannya
dirasakan perih dan amat sakit. Hatinya panas sekali, ia sudah siap untuk menyerang lagi
ketika tampak si nenek lagi-lagi mencelat dan menerkam dengan gaya yang indah sekali
dan" "Breetttt !!"
Bagian dada baju Khouw Kiam Siu tersobek! Lekas-lekas ia meloncat ke belakang sambil
menekap pakaiannya yang sudah tercengkram itu. Bukan main kagetnya, karena bungkusan
yang berukuran 25 x 12 cm telah berada ditangan si nenek!
Bungkusan yang seharusnya diserahkan kepada puteri sipemimpin besar partai Hong-biepang telah berhasil direbut si nenek yang meskipun sudah tua dan kurus kering lagi, tetapi
ternyata sangat lincah dan lihay itu.
Khouw Kie Cong telah mengatakan bahwa dengan menyerahkan bungkusan itu, ia sudah
menyerahkan jiwanya kedalam tangan Khouw Kiam Siu dan bahwa jika bungkusan itu
direbut oleh lain orang, akibatnya akan membawa malapetaka!
Dengan sinar matanya yang liar si nenek mengawasi bungkusan yang baru direbutnya itu,
Tetapi satu sontekan ujung pedang membuat bungkusan itu terlempar dan jatuh ditanah. Ia
sudah bergerak untuk menubruk bungkusan itu, namun ujung pedang yang berkeledepan
membuatnya melangkah mundur lagi.
"Cui-hun-tjeng-lie!" bentaknya kalap. "Kau berani merintangi aku"!"
"Mengapa tidak"!" sahut Kat Ju Hui dengan sikap mengedak. "Aku sungguh tidak heran kau,
Kwi-siu Po-po hendak merebut milik orang lain!" lalu ia menyerang lagi.
Si nenek yang ternyata bernama Kwi-siu Po-po atau si Tangan iblis, lagi-lagi terpaksa harus
mundur, dan kesempatan itu digunakan oleh Kat Ju Hui untuk memungut bungkusan yang
tergeletak di-tanah. Bersamaan dengan itu, mendadak terdengar Sin Soan Tju menjerit seram. Tampak
tubuhnya terpental sambil muntahkan darah untuk kemudian roboh tidak berkutik lagi.
Ternyata ia diam-diam sudah ingin membokong si Pelenyap sukma, tetapi perbuatannya itu
telah digagalkan oleh jotosan Khouw Kiam Siu, yang kini sudah mengetahui dipihak siapa
sebenarnya gadis cantik yang senantiasa bermaksud membantunya itu berdiri.
Keempat gadis yang berseragam hitam, yang sedari tadi berdiri sebagai penonton saja,
dengan tiba-tiba serta serentak menyerang Kat Ju Hui yang sudah berhasil memegang
bungkusan Khouw Kiam Siu.
"Bo-im-sin-hong-ciang!" seru Kwi-siu Po po terkejut melihat jurus-jurus serangan itu.
Ternyata nenek ini tidak mengenal sama sekali keempat gadis itu.
33 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Menghadapi serangan yang dahsyat itu, Kat Ju Hui terpaksa mengeluarkan senjata
rahasianya, Cui-hun-gin tin yang merupakan jarum2 perak beracun dan berhasil menahan
keempat lawannya itu yang mendadak bergerak mundur.
"Hei! Siapa kalian"!" bentaknya.
Keempat gadis itu tertawa mengejek. Lalu salah satu diantara mereka berkata:
"Aku bernama Cui-beng Lo-sat, dan kami terkenal dengan nama Su Lo-sat, murid2 Sauwhun Mo-kie!"
Nama Sauw-hun Mo-kie atau si Iblis penyapu sukma, mengingatkan Khouw Kiam Siu akan
cerita gurunya, Gouw Wie To, yang pernah mengisahkan padanya, bahwa pada 30 tahun
yang lampau ada seorang jago wanita yang kejam dan jahat. Wanita itu pernah
menggoncangkan rimba persilatan karena keganasan2nya yang melampaui batas. Belum
pernah terdengar ada seorang pun yang mampu melawan wanita lihay itu lebih dari 3 jurus.
Wanita itu mengganas selama 3 tahun, namun tiba-tiba saja ia menghilang dari kalangan
persilatan dan dia bukan lain adalah siwanita yang bernama julukan Sauw hun Mo-kie!
Kini keempat gadis berseragam hitam itu telah mengaku bahwa mereka adalah murid2 si
Iblis penyapu sukma itu. Kenyataan ini membuat Khouw Kiam Siu menduga bahwa mungkin
gadis2 inilah yang telah membunuh orang-orang dari Siauw-lim dan Bu-tong itu, dugaan ini
timbul karena ia baru saja mendengar si gadis yang memperkenalkan diri itu ternyata
bernama Cui-beng Lo-sat. "Hei, apakah kau yang membunuh hweeshio-hweeshio ini?" tanyanya ketus sambil
menunjuk kearah mayat-mayat yang berserakan disitu.
Cui-beng Losat dengan tiba-tiba mengalihkan pandangannya ke-arah orang yang
menanyanya itu. "Hm!" dengusnya mengejek. "Memang kami yang membunuh hweeshio-hweeshio ini, lalu
kau mau apa"!" "Mau apa"! Perbuatan kalian berempat itu telah membuat aku dituduh melakukan
pembunuhan2 kejam oleh orang-orang dari pihak Siauw-lim!" bentak Khouw Kiam Siu
sengit. Tetapi Su Lo-sat tidak menghiraukan sikapnya itu, karena Cui-beng Lo-sat tiba-tiba
menuding Kat Ju Hui dan mengancam:
"Hei, jika kau tidak
menggempurmu!" mau menyerahkan bungkusan itu, kami terpaksa harus "Kau tidak berhak mengambil bungkusan ini!" Kat Ju Hui berusaha melindungi bungkusan
Khouw Kiam Siu itu. Dan baru saja kata-katanya itu selesai, mendadak tampak Cui-beng Lo-sat mengayun kedua
tinjunya dalam jurus yang mungkin telah membunuh hweeshio-hweeshio dari Siauw-lim dan
Bu-tong itu, yalah jurus Bo-im-sin-hong-ciang atau ilmu Pukulan angin sakti!
Secepat kilat Kat Ju Hui meloncat kesamping dan angin pukulan yang dahsyat itu menghajar
tanah sehingga abu mengepul ke udara bebas! Satu tusukan pedang dilepaskan dan
berhasil membuyarkan keempat gadis yang ternyata dapat bergerak dengan lincah sekali
itu. 34 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
BEBERAPA puluh jurus telah lewat dan dapat dilihat dengan jelas bahwa Kat Ju Hui sudah
tersengal-sengal. Empat tusukan pe dang dilancarkan berturut-urut dan terdengar ia sendiri
menjerit tertahan sambil terhuyung2 kebelakang.
Apa yang terjadi dengan Su Lo sat "
Mereka sedang berdiri terpaku dengan satu sayatan pedang di-dada mereka masing-masing!
"Su Losat!" bentak Kat Ju Hui beringas. "Bersediakah kalian melanjutkan pertarungan kita ini
dilain tempat?" "Mengapa tidak"!" Cui-beng Lo-sat balas membentak.
Kat Ju Hui segera membalikkan tubuhnya dan berjalan kearah semak-semak. Dibelakangnya
tampak Cui-beng Lo-sat dan ketiga saudarinya mengikuti dengan paras merah padam.
Khouw Kiam Siu meneliti keadaan disekelilingnya, ternyata setelah Sin Soan Tju terkena
pukulannya, orang she Sin itu telah tewas dan beberapa kawan2nya berikut Kwi-siu Po-po,
diam-diam telah meninggalkan tempat itu!
Ia berdiri saja disitu sambil menantikan Kat Ju Hui yang sedang bertarung melawan Su Losat disemak belukar tidak beberapa jauh dari tempat itu.
Beberapa saat kemudian, tampak Kat Ju Hui sudah kembali lagi disitu dengan paras yang
menunJukkan bahwa ia sudah terluka di dalam tubuhnya. Diangsurkan tangannya yang
memegang bungkusan dan berkata:
"Kau terimalah milikmu ini!"
Rasa jengah terhias diwajah Khouw Kiam Siu. Perasaan bencinya terhadap gadis itu tiba-tiba
lenyap ketika mengetahui gadis itu lagi-lagi telah menolongnya. Dengan agak ragu-ragu
diulur kedua tangannya dan menerima bungkusannya itu seraya berkata:
"Sio...Kat siocia...mengapa kau melakukan ini semua?"
Kat Ju Hui memaksakan diri untuk bersenyum dan berkata:
"Aku sebetulnya bermaksud mencari untuk kemudian mem".membunuhmu....tetapi, aku....
tidak sampai hati melakukan itu kini..."
"Mengapa kau ingin membunuh aku?"
"Terus terang saja karena rasa benci!"
"O.... kau membenci aku" Tetapi mengapa kau justru membantu aku?"
"Jika kau tidak mengetahui itu, ya sudahlah...."
"Tetapi karena telah membantu aku, kau kini terluka....."
"Luka-lukaku ini tidak berarti...."
"Aku sangat mengharap .... pada suatu waktu dapat membalas budimu yang besar ini."
Kat Ju Hui bersenyum lebar mendengar ucapan itu.
"Bagaimanakah kiranya kau akan membalas budiku ini?" tanyanya sengaja.
35 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Aku kini masih harus melakukan suatu tugas penting, tetapi setelah tugas itu selesai, aku
bersedia melakukan pekerjaan apa saja untuk kepentinganmu!"
"Sekalipun pekerjaan itu sangat berbahaya?"
"Ya!" "Hii, hii, hii! Aku harap saja kau takkan mengingkari janjimu itu...."
"Kau pasti akan melihat buktinya kelak! Dan dengan ini pula terimalah rasa sesalku atas
sikap serta perbuatanku yang kasar dua hari yang lalu."
Kat Ju Hui tertawa girang mendengar pemuda yang keras kepala itu sudi juga minta maaf.
Dikeluarkannya empat butir pil, dua butir kemudian diserahkan kepada pemuda itu seraya
berkata: "Kaupun terluka, maka aku berharap kau tidak lagi menolak untuk menelan pilku ini," lalu ia
menyerahkan pil obatnya sambil memasukkan dua butir kedalam mulutnya sendiri.
Tanpa sungkan-sungkan lagi Khouw Kiam Siu segera menerima pil2 tersebut dan ditelannya.
"Kat siocia," katanya kemudian. "Aku merasa heran melihat hweeshio-hweeshio dari Kuil
Siauw-lim sie agaknya sangat percaya kepada kata-katamu tadi. Apakah memang
hubunganmu dengan partai Siauw-lim sangat erat?"
"Karena aku tidak pernah berdusta terhadap siapapun. Tetapi betulkah isi dalam bungkusan
itu batu mujizat Ban-lian-Ciok tam?"
"Entahlah......aku hanya harus menyerahkan bungkusan ini kepada seseorang."
"Bolehkah aku mengetahui siapa itu 'si seseorang" ?"
Khouw Kiam Siu menggeleng-geleng kepalanya seraya berkata:
"Menyesal sekali aku tidak dapat memberitahukan itu dan karena aku harus lekas-lekas
menjumpai orang itu, maka sekian saja dulu"."
Berkata demikian, ia segera memberi hormat dan membalikkan tubuh untuk lekas-lekas
berlalu dari situ. "Khouw Kiam Siu!" seru Kat Ju Hui. "Jika kita berjumpa lagi, aku mengharap kau akan
memenuhi janjimu!" "Tentu! Aku pasti takkan lupa!" sahut Khouw Kiam Siu sambil berlari terus, tetapi tiba-tiba ia
merandek ketika melihat dihadapannya menghadang dua orang.
"Mengapa demikian cepat?" tanya orang itu dengan sikapnya yang mengejek.
Khouw Kiam Siu mengertak giginya ketika mengenali kedua orang itu. Mereka adalah Thio
Kun dan Tjiu Peng, siguru silat dari Puri Pedang.
Paras Kat Ju Hui pun jadi merah padam melihat kedua orang itu.
"Khouw Kiam Siu," katanya keras. "Kau pergilah, aku akan menghadapi kedua orang ini!"
"Tidak! Aku belum puas sebelum memberi 'bingkisan' yang telah aku janjikan 2 hari yang
lalu!" sahut Khouw Kiam Siu beringas.
36 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Menjilak mata Thio Kun mendengar kata-kata agak terkebur itu. Tetapi ia segera
menghadapi Kat Ju Hui dan sambil bersenyum ia lalu berkata:
"Piauw Moy, dengan susah-payah aku mencarimu dan akhirnya kita berjumpa juga....."
"Tidak perlu kau mencari-cari aku lagi!" sahut Kat Ju Hui ketus.
"Piauw Moy, aku diperintahkan oleh ayahku untuk memanggil kau pulang."
"Kat siocia," selak Tjiu Peng. "Pao-cu (majikan Puri Pedang, ayah Thio Kun) sangat gelisah
karena siocia tidak pulang.."
"Piauw Moy, semenjak ayah bundamu meninggal dunia, ayahku sudah merawat dan
mendidikmu seperti ia merawat puteri kandungnya sendiri. Ayahku tidak mau kau berkelana,
lagipula...jika kau mengikuti anjing ini, kau......"
"Hei, siapa yang kau maksud dengan anjing itu?" bentak Khouw Kiam Siu beringas.
"Kau! Ya, kau anjing!" teriak Thio Kun kalap sambil menuding. "Jangan tergesa2, hari ini,
kau tidak mungkin lolos lagi!"
"Jahanam! Aku tunggu kedatanganmu disana!" bentak Khouw Kiam Siu sambil menunjuk ke
suatu tempat tertentu. Kemudian dengan langkahnya yang lincah sekali ia berjalan pergi.
Thio Kun mengerutkan dahinya melihat perubahan lawannya.
Namun sebentar saja ia sudah tertawa berkakak sambil menoleh kepada Kat Ju Hui dan
berkata: "Piauw Moy, aku minta kau pikir masak2. Apakah kau mungkin sudah lupa bahwa selama
tiga tahun kita selalu menikmati bulan purnama ber....."
"Cukup!!" Kat Ju Hui memotong dengan tiba-tiba.
"Kat siocia, jangan lupa bahwa kau adalah salah satu anggota Kiam Pao!" Tjiu Peng bantu
memberi peringatan. "Tutup mulutmu! Aku bukan lagi orang dari Puri Pedang!" bentak Kat Ju Hui.
"Sekalipun demikian," kata Tjiu Peng keras. "Kau tentu sudah mengetahui bagaimana
akibatnya bagi orang atau orang-orang yang bermusuhan dengan Kiam Pao, bukan"!"
Bersamaan dengan itu, tiba-tiba tampak Su Losat sudah datang di tempat itu. Belum lagi
mereka berada dekat betul, Thio Kun sudah menegur dengan suaranya yang menggeledek:
"Mengapa tanpa izin kalian sudah lancang datang disini" Apakah kalianpun bermusuhan
dengan Kiam Pao"!"
Cui-beng Lo-sat, pemimpin dari keempat gadis berseragam hitam itu bersenyum dingin
ditegur demikian kasarnya.
"Apakah kau kira dengan menyebut nama Puri Pedang kau dapat menggertak kami?"
tanyanya kaku. Setelah berkata demikian, Cui-beng Lo-sat tidak menunggu lagi. Tangannya ditarik yang
kemudian didorong kedepan dengan keras sekali, dan hembusan angin serangannya yang
sangat diandalinya itu berhasil membikin Thio Kun terhuyung jauh ke belakang. "Bo-im-sin37 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
hong-ciang!" tiba-tiba Tjiu Peng berseru kaget. Thio Kun terkejut mendengar nama jurus
itu. Mukanya jadi pucat pasi dan tanpa mengatakan apa-apa, ia segera mengambil langkah
seribu. Tjiu Peng tidak mau tinggalkan seorang diri saja. Iapun segera meloncat. Namun terdengar
ia menjerit seram sambil terjatuh bergulingan ditanah. Setelah berkelejat sekali, napasnya
segera berhenti. Di atas tengkuknya tampak sebatang jarum Cui-hun-gin-tin Kat Ju Hui
sudah tertancap dalam sekali.
Sementara Khouw Kiam Siu yang sedang menunggu kedatangan Thio Kun jadi kaget sekali
mendengar jeritan Tjiu Peng tadi. Cepat ia meloncat menghampiri. Ia masih sempat melihat
Thio Kun yang sedang melarikan diri menyelinap dan menghilang disemak belukar.
Su Lo-sat mengawasi tajam kearah Khouw Kiam Siu yang sudah berdiri dekat Kat Ju Hui.
"Apakah pemuda ini kekasihmu?" sekonyong-konyong Cui-beng Lo-sat menanya Kat Ju Hui.
Pertanyaan tanpa tedeng aling2 itu membuat paras si gadis she Kat jadi bersemu merah
hingga bahna jengahnya ia tidak bisa mengatakan apa-apa.
"Tak usah kau gelisah," kata lagi Cui-beng Lo-sat tenang. "Kami tidak menghendaki jiwa
maupun bungkusan dibawa olehnya itu."
"Aku tidak mempunyai waktu untuk melayani ocehanmu!" sahut Kat Ju Hui ketus.
Su Lo-sat segera bergerak untuk mengurung muda-mudi itu. Tetapi tiba-tiba terdengar
suara kerincingan. Serentak dengan itu tampak sebuah benda hitam melayang yang dengan
cepat sekali sudah menancap dihadapan mereka.
"Thiat-Cong gin-leng!" seru Cui-beng Lo-sat kaget.
Khouw Kiam Siu memperhatikan benda hitam itu. Ternyata yang tertancap dihadapannya itu
adalah sebuah tongkat yang ujungnya digantungi serangkaian kerincingan. Mendengar
disebutnya Thiat Cong-gin-leng, membuatnya teringat akan cerita si Kakek cerdas, bahwa
antara tokoh2 persilatan dari angkatan yang terlebih tua, Thiat-Cong-gin-leng merupakan
seorang pendekar wanita yang sangat ganjil. Ilmunya lebih lihay daripada ilmu Sauw-hun
Irama Pencabut Nyawa Karya Wen Wu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Mo-kie, guru ke-empat Su Lo-sat.
Thiat Cong-gin-leng terkenal sebagai seorang pendekar wanita yang selalu membela
keadilan, ia tidak bisa berpeluk tangan saja jika melihat perbuatan-perbuatan yang
sewenang2. Ia jarang sekali tampak dikalangan Kang-ouw dan namanya sudah lama lenyap
dari kalangan tersebut. Sementara itu, Kat Ju Hui dengan tenang2 saja menghampiri tongkat itu yang ternyata
membawa sepucuk surat diujung bagian bawahnya. Dicabutnya tongkat itu dan membaca
suratnya. Cui beng Lo-sat mengawasi gadis itu dari bawah sehingga ke-atas. Dengan paras cemas ia
lalu menanya: "Apakah Thiat-Cong-gin-leng gurumu?"
Terbang Harum Pedang Hujan 12 Satu Tiket Ke Surga Karya Zabrina A. Bakar Kisah Si Pedang Kilat 10
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama