Ceritasilat Novel Online

Manusia Aneh Dialas 1

Manusia Aneh Dialas Pegunungan Hong San Koay Khek Karya Gan K.l Bagian 1


yoza collection Manusia Aneh Dialas Pegunungan
Saduran : Gan K.L Penerbit : Pantja Satya Semarang (1961)
Edited & Ebook by : yoza
Hong san Koay Khek " Halaman 0
yoza collection IANTARA gunung-gemunung diwilayah Tiongkok yang paling terkenal
adalah Ngo-gak atau lima gunung raksasa, yaitu Tiong-gak (gunung tengah)
Ko-san, Lam-gak (gunun selatan) Heng-san, Pak-gak (gunung utara) Hing san,
Tong-gak (gunung timur) Thay-san dan Se-gak (gunung barat) Hoa-san.
Lam-gak Heng-san yang tegak berdiri ditengah propinsi Oulam itu menjulang
setinggi beberapa ribu meter, diantaranya adalah puncak Giok-yong-hong yang paling
tinggi dan diatas puncak ini terdapat sebuah biara yang tidak terlalu besar, tapi cukup
megah, namanya Lo-seng-tian .
Suatu hari di-tengah2 pendapa rumah biara tersebut, beberapa orang tertampak
duduk berhadapan mengitari meja. Yang duduk ditempat tuan rumah adalah seorang
tosu atau imam tua yang berjenggot panjang memutih, memakai jubah biru,
dandanannya sederhana. Duduk disamping imam tua itu juga seorang tosu yang berusia setengah umur,
mata-alisnya jernih bagus, semangatnya tangkas. Dan dua orang lagi, yang satu adalah
seorang laki2 berewok, dipunggungnya menggemblok sebuah perisai besar, sedang
seorang lainnya adalah lelaki kurus.
Beberapa orang yang mengitari meja ini bukan sedang mengadakan Konperensi
Meja Bundar , tapi mereka duduk tenang tanpa buka suara, masing2 memandang keluar
pintu dengan wajah yang tak sabar se-akan2 sedang menantikan kedatangan
seseorang. Jing-ling Totiang , kata lelaki berewok tadi tiba2, agaknya sudah tak sabar lagi.
Siapakah gerangannya yang kau undang pula" Mengapa hingga kini masih belum
muncul" Lelaki tegap berewok ini adalah tokoh dunia persilatan yang terkenal didaerah
Kanglam, she Tong bernama Po, orang memberikan julukannya Tai-lik-kim-kong atau
Dewa bertenaga raksasa, perangainya sangat keras dan tak sabaran.
Hong san Koay Khek " Halaman 1
yoza collection Sedang Jing-ling Totiang yang ditegurnya itu ialah imam tua tuan rumah tadi. Maka
dengan mengelus jenggotnya ia menjawab dengan suara berat, Ya, orang ini selamanya
tak pernah ingkar janji, sepantasnya saat inipun sudah harus tiba.
Jing-ling Toyu (kawan dalam agama), sela imam setengah umur tadi, siapakah
gerangan yang seorang itu " Sungguh bukannya aku membual, sekalipun umpamanya
langit bakal ambruk, dengan kita beberapa orang ini rasanyapun cukup kuat untuk
menyanggahnya. Maka ada urusan apakah sebenarnya, lekas kau tuturkan saja!
Imam yang menyela ini she Cu bernama Hong Tin alias Siau-yau-ih-su atau si
Kelana hidup bebas. Ia adalah tokoh kelas tertinggi dari golongan Jing-sia-pay.
Silahkan kalian melihat tungku batu didepan pintu kelentingku itu ! demikian sahut
Jing-ling-cu sambil meng-geleng2 kepala menunjuk keluar pintu.
Kiranya kelenting Lo seng-tian itu hampir seluruhnya dibangun dengan lonjoran2
batu yang rata2 4-5 kaki persegi. Lebih2 undak2an batunya adalah tatahan dari
pegunungan yang melengkeit. Diatas undak2an batu itu, tadinya terdapat sebuah
tatahan tungku besar hio-lo (tempat pembakaran dupa besar) yang tingginya kira2 lima
kaki, tapi kini kelihatan sudah roboh.
Nampak itu, Tai-lik-kim-kong Tong Po menjadi heran. Apanya yang harus dilihat"
katanya dengan mata membelalak lebar.
Namun tidak demikian dengan Siau-yau-ih-su Cu Hong-tin. Eh, tenaga orang ini
besar amat! katanya heran sambil kebaskan kebut pertapaannya.
Ya, malahan amat besar pula nyalinya! timbrung si lelaki kurus yang sejak tadi
berdiam itu. Sungguh berani ia mengunjukkan kemahiran didepan Lo-seng-tian diatas
Ciok-yong-hong ini! Mendengar percakapan kawannya itu, barulah kini Tong Po tahu bahwa tungku batu
itu ternyata didorong roboh mentah2 oleh tenaga orang. Pernah beberapa kali ia datang
ke Ciok-yong-hong ini dan selamanya tahu kalau tungku batu itu aslinya bergandengan
dengan batu undak2an yang sengaja dipahat dari sebuah batu raksasa. Ia sendiri
berjuluk Tai-lik-kim-kong dan mempunyai tenaga sakti pembawaan, tapi ia sendiri
menaksir takkan mampu mendorongi tungku batu itu sedikit juga, maka ia melelet2kan
lidah, lalu ia tak berani buka suara lagi.
Hong san Koay Khek " Halaman 2
yoza collection Jing-ling-Toyu, sebenarnya siapakah gerangan seorang lagi yang belum datang
itu" kembali Siau-yau-ih-su Cu Hong-tin bertanya.
Kiranya ia bersama Tong Po dan Hui-hi (Ikan Terbang) Bok Siang-hiong dari Tongting-ou (Danau Tong-ting, diwilayah Oulam), yaitu silelaki kurus itu, semuanya datang ke
Lo-seng tian ini karena menerima undangan penting kilat dari Jing-ling-cu, maka siang
dan malam jauh2 mereka memburu datang. Siapa tahu sesudah sampai, Jing-ling-cu
sendiri tampaknya malahan tidak gugup atau kuatir, hanya bilang masih harus
menantikan pula kedatangan seorang bala bantuan, seorang tokoh terkemuka.
Siau-yau-ih-su Cu Hong-tin adalah seorang cerdik pandai dan serba bisa, baik ilmu
silat maupun ilmu surat, biasanya ia anggap dirinya seperti Khong Beng pintarnya.
Maka kini demi nampak robohnya tungku batu itu, segera ia tahu Jing-ling-cu telah
kedatangan musuh kelas berat, dirinya diundang kemari bukan lain melulu diminta
membantu menghadapi musuh, maka persoalannya dipandang remeh saja olehnya.
Dan karena ber-ulang2 didesak, maka sesudah merenung sejenak, pula melihat hari
sudah larut, akhirnya berkatalah Jing-ling-cu : Baiklah, kukatakan pun tiada halangannya.
Orang ini kalianpun sudah kenal semua, ialah Jiau Pek-king.
Ha. Thong-thian-sin-mo! teriak Tai-lik-kim-kong Tong Po per-tama2 sembari
meloncat bangun. Begitu pula wajah Cu Hong-tin tampak berubah hebat, sekali ia mengebas lengan
bajunya diatas meja, maka tertinggallah selarik goresan yang dalam bagai dikorek
pisau. Jing-ling cu , katanya kemudian kurang senang. Jika kau telah mengundang Jiau
Pek-king, mengapa mengundang pula aku Cu Hong-tin"
Kalau Tong Po dan Cu Hong-tin berjingkrak ketika mendengar siapa orang yang
ditunggu itu, adalah Hui-hi Bok Siang-hiong, Si-ikan terbang dari Tong-ting-ou, yang
masih tetap duduk tenang ditempatnya tanpa buka suara.
Cu-toyu, sahut Jing-ling-cu kemudian, undanganku kali ini sesungguhnya terlalu
hebat dan aneh, maka diapun sekalian telah kuundang.
Namun Siau-yau-ih-su Cu Hong-tin masih kurang senang tampaknya oleh
penjelasan itu. Hong san Koay Khek " Halaman 3
yoza collection Jing-ling Totiang. seru Tong Po pula, baiknya jangan kau main teka-teki lebih lama
lagi, sebenarnya ada urusan apakah " katakanlah lekas!
Ya, mungkin Jiau Pek-king takkan datang sudah, biarlah aku jelaskan kini! kata Jingling-cu, lalu ia berbangkit dan menuju keruangan dalam.
Karena tidak paham persoalan apa yang sedang dimainkan oleh sahabatnya itu Cu
Hong-tin, Tong Po dan Bok Siang-hiong hanya saling pandang sekejap, lalu duduk diam
menanti. Tapi baru saja Jing-ling-cu melangkah beberapa tindak, tiba2 terdengarlah suara
seorang wanita yang nyaring merdu sedang menanya diluar pendapa : Hai, apakah ini
Lo-seng-tian " Kenapa tiada satu imampun"
Jing-ling-cu melengak, ketika ia menoleh tahu2 bayangan orang berkelebat, satu
gadis jelita sudah menaiki undak2an batu dan berdiri di ambang pintu pendapa.
Usia gadis ini tidak lebih 17-18 tahun, cantik molek wajahnya, lebih2 sepasang mata
bolanya yang besar jernih makin menambah kelincahannya.
Siapakah nona, adakah sesuatu petunjuk atas kunjungan nona" segera Jing-lingcu menyapa sambil memberi hormat.
Ah, aku hanya mencari Jing-ling Totiang, sahut gadis itu sambil tertawa.
Akulah.. . . . O, tiba2 si gadis memutus kata2 orang, Kata Suhu, sebenarnya ia akan datang
sendiri ketika menerima undanganmu, tapi ia tahu tentu kau telah mengundang juga
seorang imam hidung kerbau (kata olok2 terhadap Tosu) yang lain yang bernama Cu
Hong-tin apa segala. Ia tidak sudi bertemu dengan manusia rendah semacam itu, maka
akulah yang disuruh datan
Dengan uraiannya yang panjang lebar itu, keruan disamping lain Siau-yau-ih-su Cu
Hong-tin mukanya sudah merah padam bagaikan kepiting rebus.
Budak bernyali besar! bentaknya mendadak saking gusar. Cu Hong-tin adalah tokoh
terkemuka aliran Jing-sia-pay, di waktu mudanya seorang diri pernah ia kalahkan
Khong-tong-su-kiat atau empat jago dari Khong-tong-pay, maka namanya menjadi
cerlang-cemerlang dikang-ouw. Sudah tentu suara gertakannya tadi pun bukan
sembarangan gertak. Hong san Koay Khek " Halaman 4
yoza collection Tapi gadis jelita itu ternyata tidak menjadi gugup, apalagi gentar, bahkan dengan
senyum simpul ia menoleh dan menuding Cu Hong-tin dengan jarinya yang halus lentik,
katanya: E-eh, jadi kau inilah yang disebut Siau-yau-ih-su itu" Ah, memang benar kata
Suhu, kau memang bikin orang jemu !
Habis berkata, kembali ia tertawa, maka pada pipinya sebelah kiri tertampak sebuah
lekuk kecil, hingga kecantikkannya makin menggiurkan.
Sebenarnya Siau-yau-ih-su Cu Hong-tin berwatak sangat tinggi hati, jangan kata si
gadis hanya anak muridnya Thong-thian-sin-mo Jiau Pek-king, sekalipun Jiau Pek-king
yang datang sendiri juga tidak nanti ia mau terima dihina mentah2. Tapi kini demi
nampak sikap dan wajah si gadis dikala tertawa, seketika hatinya tergetar, tiba2 teringat
olehnya sesuatu peristiwa pada masa berselang.
Siapakah namamu " Dan siapakah ayah bundamu" tanyanya kemudian setelah
tertegun sejenak. Namun si gadis tak mau menjawab, sebaliknya dengan mulut menjengkit ia
mengolok2: Tu, bukankah kau memang bikin orang jemu" Baru saja berkenalan sudah
bertanya macam2. Menanya namaku masih dapat dimengerti, tapi datang2 tanya orang
tuaku, aturan macam apakah ini"
Melihat si gadis bersikap kasar terus terhadap Cu Hong-tin, diam2 Jing-ling-cu
menjadi kuatir, lekas2 ia buka suara membilukan perselisihan mulut itu : Sebenarnya
diwakili nona, juga serupa saja. Gurumu bergelar Chong-thian-sin-mo , tidak saja
memiliki kepandaian yang tinggi, juga mempunyai pengetahuan yang luas, maka pinto
(imam miskin, sebutan diri sendiri) telah mengundang padanya, justru ingin minta dia
ber-sama2 untuk mengenali seseorang !
Itulah mudah, sahut si gadis cepat. Bagi Bu-beng-siau-cut (orang kecil tak
ternama) memang aku tak kenal, tapi kalau jago2 yang berilmu tinggi seperti Sian-hoat
Suthay dan Biau-in Suthay dari Go-bi-san, Pek-hoa-siancu To Hong dari Thian-ti, dan
tujuh pendekar wanita dari Bu-tong-pay, kesemuanya itu aku sudah kenal.
Begitulah tanpa berhenti gadis itu telah uraikan serentetan nama2 tokoh silat yang
kesohor dan semuanya adalah wanita.
Sebagai seorang pertapa yang saleh, Jing-ling-cu tak ingin memutus kata2 orang,
ia tunggu si gadis sudah selesai, barulah berkata : Baiklah, silahkan nona duduk dulu,
Hong san Koay Khek " Halaman 5
yoza collection biarlah pinto membawa keluar orang itu ! Lalu ia melanjutkan niatnya menuju
keruangan belakang. Sementara itu, demi mendengar cerita Jing-ling-cu tadi, diam2 Cu Hong-tin, Tong Po
dan Bok Siang-hiong menjadi heran. Mereka cukup kenal tokoh Jing-ling-cu yang
mempunyai pengalaman dan hubungan luas dikalangan Bu-lim serta lapisan atas dan
bawah, tapi kini mengapa malah mengundang mereka kemari untuk mengenal
seseorang, katanya" Sebaliknya si gadis tadi ternyata tidak bisa duduk anteng, hanya sejenak saja ia
duduk, lalu berbangkit dan mengelilingi ruangan pendapa sambil me-lihat2, sebentar2
ia melompat keatas panggung arca, untuk me-raba2 arca Sam-jing Cosu yang dipuja
dalam kuil itu, lain saat ia pun melompat turun lagi sambil memeriksa meja
sembahyang dan hiolou. Ketika pada saat tiba2 dilihatnya macam arca Tio Hian-than, itu malaikat yang
terkenal dalam cerita Hong Sin, mendadak ia tertawa terpingkal2 sambil menuding Tailik-kim-kong Tong Po.
Sudah tentu, semua orang menjadi heran, lebih2 Tong Po yang ditertawai tanpa
mengerti sebab2nya, menjadi mendongkol. Budak cilik, apa yang kau tertawai"
omelnya sambil melototkan kedua matanya yang besar.
Tapi gadis itu masih ter-pingkal2, kemudian sambil menuding Tong Po, lalu ia
menunjuk arca Tio Hian-than, katanya: Kalian berdua mirip benar!
Gusar tidak kepalang Tong Po dibuatnya, masakan dia dipersamakan dengan arca
saja, tapi sebenarnya kalau melihat wajah mereka yang berewok, memang rada2 mirip
juga. Cuma segan terhadap nama besar guru si gadis, yaitu Thong-thian-sin-mo, maka
tak berani ia umbar kemurkaannya.
Sebaliknya gadis itu makin senang, dengan lemah gemulai ia mendekati arca To
Hian-than itu, mendadak ia cabut seutas jenggotnya, lalu katanya: Nih, lihatlah, raksasa
(olok2nya pada Tong Po) ! Tak perlu matamu mendelik begitu rupa padaku, coba jenggot
kalian berdua boleh di-banding2kan, bukankah memang sama miripnya!
Sembari berkata, tanpa takut2 terus saja ia mendekati Tai-lik-kim-kong Tong Po dan
mendadak juga ulur tangannya hendak mencabut jenggotnya seperti lakunya kepada
arca Tio Hian than tadi. Nyata seorang tokoh terkemuka yang diangkat sebagai CiangHong san Koay Khek " Halaman 6
yoza collection bun-jin dari tiga belas aliran persilatan diempat propinsi daerah Kanglam sebagai Tailik-kim-kong Tong Po, oleh si gadis dianggap saja seperti anak kecil umur tiga tahunan.
Keruan muka Tong Po se-akan2 hangus saking gusarnya ketika melihat tangan si
gadis yang putih halus itu sudah hampir menyentuh jenggotnya yang pendek2 bagai
duri landak, se-konyong2 iapun ulur tangannya yang lebar bagai daun pisang, lima
jarinya tergenggam, lalu menjentik kedepan ber-turut2, sayup2 diantara tulang2 jarinya
terdengar berkertakan, dan yang diarah tepat kelima jari halus lentik si gadis.
Segera Cu Hong-tin dan Bok Siang-hiong dapat mengenali apa yang dikeluarkan
oleh Tong Po itu adalah sejurus serangan yang disebut Jiu hun-ngo-hian atau tangan
mementil rebab lima senar, salah satu jurus yang lihay dari Tai-lik-kim-kong-jiu-hat
atau ilmu pukulan sakti bertenaga raksasa.
Sebenarnya dengan kedudukannya sebagai Tong Po, agaknya ber-lebih2an untuk
mengeluarkan jurus serangan yang lihay itu untuk menghadapi seorang gadis jelita
yang berusia tiada 20 tahun. Tapi karena Tong-ting-hui-hi Bok Siang-hiong dan Siauyau-ih-su Cu Hong-tin berdua juga ada selisih paham dengan Thong-thian-sin-mo Jiau
Pek-king, ialah guru gadis itu, maka merekapun tak sudi melerai, malahan justru ingin
menyaksikan anak dara itu dihajar Tong Po.
Dalam pada itu, serangan kilat Tong Po yang menjentikan kelima jarinya ber-turut2
memapak tangan lawan, ternyata mengenai tempat kosong, sebab mendadak gadis
jelita itu sempat menarik tangannya.
Hihihi, kau ini benar2 pelit, masakan seutas jenggot saja disayang" kata gadis itu
sambil tertawa-tawa. Cara si gadis itu mengucapkannya begitu kalem dan wajar, tapi cara menggerakkan
tangannya justru cepat luar biasa, begitu ditaruh, tahu2 sebelah tangan lain sudah
melayang kemukanya Tong Po terus mendadak menepuk kebawah. Maka terdengarlah
suara plak yang nyaring, dengan tepat punggung tangan Tong Po yang diangkat tadi
kena dihantam. Hong san Koay Khek " Halaman 7
yoza collection Dalam terperanjatnya, lekas2 Tong Po
membaliki tangannya hendak menangkap tangan
orang, tapi tahu2 pipinya sendiri terasa sakit
pedas, menyusul terdengar suara tawa ter-kikik2
si gadis, ketika ditegasinya, ternyata anak dara itu
sudah berdiri ditempat sejauh setombak lebih,
sedang ditangannya terlihat memegangi seutas
jenggot pula sembari diunjukkan kepadanya.
Lihatlah, nih, tidak salah bukan, kataku " Mirip
amat, seperti pinang dibelah dua! kata gadis itu
dengan tertawa sambil geraki kedua utas jenggot
yang dipeganginya itu. Sampai disini Tai-lik-kim-kong Tong Po tak
tahan lagi, mendadak ia berbangkit, sekali
tangannya menarik kebelakang, segera perisai besar yang menggemblok di
punggungnya dikeluarkan, sambil mengeluarkan gertakan bagai guntur, ia melompat
maju dan angkat perisainya terus mengepruk keatas kepala si gadis.
Perisai itu terbuat dari baja, lebarnya kira2 satu meter bundar, tebalnya lebih satu
senti, beratnya hampir seratus kilo. Maka dapat dibayangkan betapa jadinya kalau
kepala gadis itu berkenalan dengan perisai. Keruan sambaran angin berjangkit karena
ayunan perisai itu, hingga areal dalam ruangan itu turut bergoncang !
Tiba2 terdengar suara jeritan si gadis, dengan gesit ia sudah meluncur pergi. Tong
Po hanya merasa pandangannya menjadi kabur, sasarannya tahu2 sudah menghilang.
Cepat ia membaliki tubuh, ternyata gadis itu sudah berdiri lagi ditempat sejauh
setombak lebih dan sedang melelet2kan lidah sambil unjuk muka badut kepadanya.
Gusar dan geli Tong Po melihat kelakuan anak dara itu. sesaat itu ia menjadi tak
tega untuk mencelakai gadis yang lincah menyenangkan itu.
Dan sedang ia ragu2, sementara itu Jing-ling-cu sudah keluar sambil menuntun
satu orang.

Manusia Aneh Dialas Pegunungan Hong San Koay Khek Karya Gan K.l di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Orang itu berkaki telanjang, memakai sepotong baju yang ukurannya tidak sesuai
dengan tubuhnya dan sudah compang-camping, sebaliknya kepalanya diselubungi
Hong san Koay Khek " Halaman 8
yoza collection sehelai kain hingga wajah aslinya tidak tertampak, hanya tangan dan kakinya terlihat
kurus kering. Sedang muka Jing-ling-cu tampak agak tegang seperti sedang menghadapi sesuatu
urusan yang maha penting.
Aha, apakah sedang main kemanten2an " Tapi kenapa seorang setan kurus begini
yang disuruh menyamar mempelai perempuan " demikian segera gadis tadi berseru
sambil tepuk tangan dan tertawa.
Hendaklah nona jangan bergurau, kata Jing-ling-cu. Lalu dengan sungguh2 ia
melanjutkan: Lihatlah para hadirin, apakah kalian kenal siapakah gerangan sobat ini "
Sembari berkata, berbareng iapun menyingkap kain yang menutupi kepala orang itu.
Ketika mendadak berasa kain selubung kepalanya disingkap, orang itu bersuara
perlahan tertahan, cepat sekali ia tutupi mukanya dengan kedua tangannya terus
menunduk hingga wajah aslinya tetap belum jelas dilihat orang.
Namun begitu, kepala orang itu toh sudah terlihat. Ternyata halus tanpa seutas
rambutpun, tapi bukan halus gundul, melainkan seperti terluka oleh sesuatu hingga
seluruh kulit kepalanya se-akan2 mengelotok, maka belangnya yang benjal-benjol
dengan sendirinya takkan tumbuh rambut lagi.
Melulu melihat keadaan kepala ini saja sudah bikin orang merasa seram.
Sobat , kata Jing-ling-cu kemudian kepada orang aneh itu. Lekaslah buka tanganmu,
biarlah kawan2 Bu-lim yang berada disini mengenali dirimu, mungkin siapa asal-usulmu
akan dapat diketahui "
Tapi orang itu seperti tak mendengar apa yang dikatakan Jing-ling-cu, masih tetap
mukanya ditutup kencang2.
Melihat itu, Jing-ling-cu menjadi kewalahan, ia geleng2 kepala dan bertanya : Nah,
apakah diantara kalian ada yang kenal siapakah gerangan sobat ini "
Diantara orang2 yang hadir itu, Siau-yau-ih-su meski berkediaman diatas gunung
Jing-sia, tapi jejaknya sudah meratai seluruh negeri, bahkan sampai daerah2 terpencil,
tempat2 tinggal suku2 bangsa diperbatasan, juga sudah pernah dikunjunginya. Sedang
Tai-lik-kim-kong Tong Po boleh dikata tiada seorang tokoh silat terkemuka didaerah
yang tak dikenalnya. Begitu juga Tong-ting-hui-hi Bok Siang-hiong yang merajai
perairan, siapa jago terkenal disungai telaga yang bukan sahabat kentalnya " Dan
Hong san Koay Khek " Halaman 9
yoza collection ditambah pula Jing-ling-cu sendiri yang kawannya merata di seluruh penjuru,
semestinya jago terkemuka Bu-lim yang manapun juga, walau tak pernah bertemu
seharusnya namanya juga sudah dikenal.
Namun anehnya justru selamanya mereka tidak pernah mendengar bahwa didunia
persilatan terdapat tokoh kelas terkemuka seperti orang aneh ini. Maka tidak heran
kalau mereka hanya saling pandang saja tanpa bisa buka suara.
Jing-ling Toyu, kata Cu Hong-tin sejenak kemudian. Mungkin orang ini hanya Bubeng-siau-cut saja dari kalangan Bu-lim, siapa bisa kenal padanya "
Akan tetapi Jing-ling-cu menggeleng kepala, sahutnya : Dugaan Toyu salah. Lihatlah,
tungku batu didepan Lo-seng-tian itu justru didorong roboh olehnya !
Ha, dia " seru Tong Po terkejut. Hai, sobat, marilah, biar aku melihat wajahmu yang
sebenarnya. Habis itu, dengan langkah lebar segera ia mendekati orang aneh itu sesudah
letakkan perisainya diatas meja, sekali tangannya menguIur, kedua tangan orang aneh
yang menutupi mukanya itu hendak ditariknya.
Sudah tentu yang paling terkejut adalah Jing-ling-cu demi melihat apa yang hendak
diperbuat oleh Tai-lik-kim-kong, cepat ia berseru: Jangan sembrono, Tong-heng!
Namun sudah terlambat, berbareng dengan suara seruannya itu, mendadak
terdengar suara teriakan aneh Tong Po, tahu2 orangnya terpental pergi hingga
berjumpalitan. Ketika Tai-lik-kim-kong Tong Po hendak menarik tangan orang itu, karena tubuh
Tong Po yang besar tegap hingga meng-aling2i penglihatan kawan2nya yang berada
dibelakangnya, maka apa yang terjadi sebenarnya tidaklah diketahui, hanya Tong Po
yang terpental hingga berjumpalitan itu, tampaknya sangat runyam, ia tak mampu
mengerem tubuhnya hingga meja bundar dibelakangnya kena diseruduk hingga pecah
berantakan, begitu pula senjatanya, perisai yang besar itu, terjatuh kelantai dan
menerbitkan suara yang gemerontang keras.
Sebaliknya ketika memandang manusia aneh itu, ternyata masih tetap berdiri kaku
ditempatnya tadi, kedua tangannya juga masih menutupi mukanya.
Tong-heng tidak sampai terluka, bukan" segera Jing-ling-cu menanya.
Hong san Koay Khek " Halaman 10
yoza collection Namun Tong Po sudah lantas gembar-gembor: Cepat benar gerakan tangannya !
Siau-yau ih-su, dia adalah orang dari Jing-sia-pay kalian. Tadi ketika aku hendak menarik
tangannya, mendadak tangannya membalik, kedua jarinya terus hendak mengarah
kedua mataku. Bukankah gerakan itu adalah tipu Siang-hong-jak-hun dari aliran Jingsia-pay kalian " Coba, kalau kurang cepat aku berkelit, mungkin dua biji mataku ini cacat.
Lihatlah, nih ! Betul juga, ketika semua orang memandang muka Tong Po, ternyata kulit kelopak
matanya terlihat lecet sedikit.
Aneh, demikian ujar Cu Hong-tin heran. Setahuku, dari yang tua sampai yang muda,
dalam Jing-sia-pay kami belum pernah ada orang seperti ini"
Habis itu, iapun berbangkit dan dengan lenggang2 ia mendekati orang itu serta
bertanya : Sobat, dari angkatan keberapakah kau ini dalam Jing-sia-pay kita "
Akan tetapi orang itu tetap tidak menjawab bagai tidak mendengar.
Orang ini kecuali makan minum, selalu menjublek kaku bagai patung dan
selamanya tak pernah bicara , demikian Jing-ling-cu menyela, namun ia memiliki ilmu
kepandaian yang hebat terang ia adalah seorang kosen yang belum dikenal, pinto
sendiri sampai kini pun belum bisa melihat wajahnya yang asli.
O , hanya sekali Cu Hong-tin bersuara, habis ini, mendadak dua jari tangannya
menjulur terus mengarah kedua mata orang itu. Gerak tipu inilah yang disebut Sianghong-jak-hun atau sepasang puncak gunung menembus awan, seperti dikatakan Tong
Po tadi. Siapa duga, belum lagi serangannya tiba, mendadak orang itu menjentikkan jarinya
-ciong dan siang-yang dua jalan darah diujung kedua
jarinya Cu Hong-tin tadi, bahkan jentikan itu diiringi pula sambaran angin tajam yang
menuju ke mukanya. Biasanya Siau-yau-ih-su Cu Hong-tin sangat agulkan dirinya, ketika tadi
menyaksikan orang itu berdiri kaku bagai patung sesudah dibawa keluar Jing-ling-cu,
pula tiada sesuatu tanda2 yang luar biasa, meski tadi Tong Po terkecundang, boleh jadi
karena kepandaiannya yang kurang becus, sebab itulah, waktu maju, Cu Hong-tin tidak
menaruh prasangka apa2. Hong san Koay Khek " Halaman 11
yoza collection Tapi kini demi nampak dimana jari orang itu menjentik, sambaran angin yang
terbawa terasa dingin bagai es ketika menyambar sampai mukanya, dengan latihan
Iwekangnya masih berasa juga panas pedas. Maka barulah ia terkejut dan kenal
kelihayan orang. Lekas2 ia tarik kembali serangannya tadi, namun tidak urung Siangyang-hiat diujung jarinya sudah terkena ditutuk orang dengan perlahan, hingga seketika
tangannya kesemutan. Cepat ia kumpulkan Iwekangnya untuk mendesak tempat yang
tertutuk itu hingga perasaan pegal kesemutan itu menjadi buyar. Namun begitu cepat
iapun sudah melompat mundur kesamping terus berteriak : Hai, lau-Tong, gerak orang
ini tadi sudah kau saksikan, bukan " terang sekali itu adalah Tai-lik-kim-kong-jiu-hoat,
cuma kemahirannya masih jauh diatasmu !
Melihat kedua kawannya ber-turut2 kecundang, Tong-ting-hui-hi Bok Siang-hiong
menjadi getol ingin coba2, mendadak ia lompat bangun hingga tinggi, kemudian baru
tancapkan kakinya kelantai dengan enteng sekali. Si Ikan terbang dari danau Tong-ting
ini mempunyai dua macam kepandaian yang diagulkan, pertama adalah ginkang atau
ilmu entengkan tubuh, dan yang lain adalah kemahiran renang.
Maka terdengarlah ia berkata : Tong-heng, harap pinjamkan perisaimu yang besar
itu ! Sembari berkata tanpa tunggu jawaban yang empunya perisai lagi, segera ia angkat
senjata itu terus mengemplang keatas kepala orang itu.
Hai, hai! Dia toh tiada permusuhan apa2 dengan kau, mengapa kau turun tangan
sekeji itu " tiba2 si gadis tadi berseru kuatir.
Namun belum selesai teriakannya, tahu2 terdengarlah suara trang yang keras,
hanya sedikit orang aneh itu angkat sebelah sikutnya keatas, maka terbenturlah perisai
besar yang beratnya hampir seratus kilo itu, kontan pula Bok Siang-hiong berikut
perisainya mencelat terbang keatas, malahan akhirnya iapun tak kuasa memegangi
perisai besar itu yang terus menerobos atap dan jatuh keluar Lo-seng-tian, sedang Bok
Siang-hiong sendiri lalu melayang turun kebawah dengan enteng sambil memandang
kepada Cu Hong-tin serta Tong Po.
Aneh, bukankah gerakannya tadi adalah Jian-kin-cun-tui (palu sikut beribu kati),
kepandaian Thi-thau-to dari Ngo-tai-pay" demikian mereka bertiga sama2 menyatakan
keheranannya. Hong san Koay Khek " Halaman 12
yoza collection Memang benar, ujar Jing-ling-cu. Orang ini hampir kenal dan memiliki kepandaian
istimewa dari segala aliran dan golongan, bahkan melebihi jago2 tertinggi dari aliranaliran bersangkutan. Maafkan bila aku boleh mengatakan terus terang, seperti gerak
tipunya tadi. Siang-hong-jak-hun dan Kim-kong-jiu-hoat terang masih lebih unggul
dari kalian berdua, begitu pula benturan jian-kin-cun-tui tadi, sekalipun umpamanya
Thi-thau-to dari Ngo-tai-san datang kemari juga mungkin tiada sehebat seperti dia!
Sedang mereka bicara, dua imam kecil sudah menggotong masuk perisainya Tong
Po yang terbang keluar kuil tadi. Ketika Tong Po periksa senjatanya itu, nyata pelat baja
yang berat dan tebal itu sampai dekuk meski hanya perlahan terkena sikutan orang itu.
Menyaksikan semuanya itu, sungguhpun Cu Hong-tin yang biasanya sangat tekebur,
kini mau tak mau harus mengakui juga akan kebenaran kata2 Jing-ling-cu tadi. Diam2
ia memikirkan tokoh2 kalangan Bu-lim yang sekaligus merangkap memiliki kepandaian
dari berbagai cabang silat, terang sudah jarang terdapat, apalagi ilmu silat dari cabang
orang lain sampai melebihi penganut cabang itu sendiri.
Lantas siapakah gerangan orang yang berada dihadapannya ini "
Jing-ling Toyu, segera ia menanya, dari manakah orang ini kau ketemukan "
Dapatkah kau ceritakan "
Cerita ini agak panjang, kata Jing-ling-cu lantas hendak menutur.
Kira2 setengah bulan yang lalu.. . . Tapi baru sampai disini, tiba2 si gadis tadi telah
menukas: Jing-ling Totiang, biarkan aku mencobanya juga, ingin kulihat apakah iapun
kenal akan ilmu silat Thong-thian-bun kami !
Mendengar itu, kembali hati Cu Hong-tin tergetar, serupa ketika melihat andeng2
merah kecil di-tengah2 dekuk pipi si gadis tadi, ia tertegun sejenak.
Sementara itu Tai-lik-kim-kong Tong Po lantas mengejek si gadis dengan tertawa
dingin : Hm, baiknya kau tinggalkan namamu dulu, nona! Supaya kami nanti dapat
mengabarkan pada gurumu, bahwa kau telah ketimpa malang disini !
Ya, nona harus hati2, begitu juga Jing-ling-cu memperingatkan.
Namun anak dara itu ternyata cukup bandel, ia malah melototi Tong-Po, lalu dengan
gaya yang lincah ia menjawab Jing-ling-cu : Aku mengertilah !
Hong san Koay Khek " Halaman 13
yoza collection Habis itu, cepat sekali ia memutar tubuh terus berkata kepada orang aneh itu
sembari memberi hormat : Aku bernama Lou Jun-yan. Ingin kumohon melihat wajah
aslimu. Bila tidak biarlah kau merasakan tipu pukulan lihay dari Thong-thian-bun kami!
Cara berkata si gadis begitu sungguh2, tapi kalimatnya justru tidak masuk akal,
keruan Tong Po yang per-tama2 bergelak ketawa geli.
Sebaliknya si gadis, Lou Jun-yan ternyata tidak merasa lucu sedikitpun, per-lahan2
ia mendekati manusia aneh itu, dengan teliti ia meng-amat2i sejenak, ia lihat muka
orang itu meski ditutupi kedua tangannya, tapi jarinya terdapat sela2. Pikiran cerdiknya
tergerak, segera ia cabut seutas rambutnya yang panjang.
Diam2 semua orang memperhatikan apa yang hendak dilakukan anak dara itu,
maka terlihatlah sebelah ujung rambut itu ia ikat dijarinya, lalu rambut yang panjangnya
belasan senti itu tiba2 menjengkit lurus kedepan, nyata gadis itu telah menyalurkan
Iwekangnya keatas rambut melalui jarinya yang lentik.
Sebagai tokoh silat terkemuka, sudah tentu Jing-ling-cu dan yang lain2 tahu akan
hal itu, diam2 mereka kagum akan kepandaian si gadis yang masih muda belia, tapi
Iwekangnya sudah terlatih cukup sempurna. Nyata di bawah pimpinan panglima
tangkas tiada prajurit yang lemah alias dibawah guru pandai tiada yang bodoh!
Sementara itu dengan wajah gembira, seperti menyusup kelubang jarum saja, Lou
Jun-yan menyisipkan rambutnya melalui sela2 jari orang aneh itu terus dimasukkan
kelubang hidungnya. Melihat itu, Tai-lik-kim-kong yang berwatak polos jujur, meski tadi kena digoda Lou
Jun-yan hingga marah2, tapi kini dialah yang paling kagum oleh kecerdikan si gadis,
maka ia telah ber-teriak2: Bagus! Akal bagus !
Dan karena di-kilik2 lubang hidungnya, mendadak orang aneh itu bersin: Haiiiiih!
Sebab itu untuk sesaat kedua tangannya yang menutupi muka menjadi kendor dan
sedikit terbuka kebawah. Lou-jun-yan sendiri segera gunakan gerakan le-hi-pak-teng atau ikan lele
melentikan tubuh, terus melompat pergi. Sedang yang lain2 menjadi terkejut ketika
sekilas dapat melihat jelas macam muka orang itu, begitu juga Jun-yan tidak terkecuali,
saking kagetnya sampai ia menjerit terus menutupi matanya tak berani memandang
pula. Hong san Koay Khek " Halaman 14
yoza collection Hanya sekejap saja tangan orang aneh itu kendor, sebab segera ia tutupi lagi
mukanya kencang2 seperti tadi.
Keruan semua orang hanya saling pandang terkesima setelah dapat melihat wajah
sebenarnya orang itu. Kemudian Jing-ling-cu yang mendekati orang itu, dengan
perlahan ia tepuk2 pundaknya dan membujuk : Lebih baik kau masuk istirahat saja,
sobat. Habis itu, kain selubung kepala tadi ia tutupkan pula keatas kepala orang aneh itu,
maka kedua tangan yang menutupi muka pun lantas diturunkan kembali. Ketika Jingling-cu mendorongnya, barulah ia bertindak, tapi gerak-geriknya tak bersemangat, mirip
orang gendeng belaka. Aduh mak ! Muka orang itu mengapa begitu menakutkan " kata Jun-yan kemudian
dengan lega sesudah orang aneh itu memasuki ruangan belakang.
Nona, siapakah gerangan nama ibumu " se-konyong2 Siau-yau-ih-su Cu Hong-tin
menanya. Karena pertanyaan itu, Tai-lik-kim-kong Tong Po menjadi geli. Cu-heng, macam
apakah kau ini, kenapa tanya2 ibu orang" godanya tertawa.
Mendadak wajah Lou-jun-yan berubah hebat. Hidung kerbau, apakah kau kenal
ibuku" balasnya menanya.
Ha " ah, tidak, hanya sekedar menanya saja ! jawab Cu Hong-tin cepat.
Diantara orang2 yang hadir disitu, si Ikan terbang dari danau Tong-ting, Bok Sianghiong, adalah yang paling pendiam, tapi cerdik. Sekilas dapat dilihatnya sikap Cu Hongtin rada aneh ketika mendadak menanya Lou-jun-yan tadi, namun ia tetap diam saja,
pura-pura tidak tahu. Tidak lama sesudah keluar kembali, segera Jing-ling-cu berkata : Ai, sungguh tidak
nyana bahwa muka sobat ini ternyata begitu menakutkan. Tentu nona Lou tadi
dikejutkan, bukan " Ya, tapi tak apa2 sudah! sahut Jun-yan sambil elus2 dadanya.
Kiranya ketika sekilas tangan orang aneh itu menjadi kendor hingga mukanya
kelihatan, ternyata macamnya tidak berwujut muka manusia lagi, tapi keadaannya
benjal benjol tidak rata penuh belang bekas luka, kedua biji matanya se-akan2 mencolot
Hong san Koay Khek " Halaman 15
yoza collection keluar, tampaknya sudah buta, jeleknya tak terkatakan. Jika kepergok di tengah malam
buta, heranlah kalau orang tidak menyangka genderuwo (hantu).
Tadi pinto hendak bercerita tentang diketemukan orang aneh ini, tapi telah terputus
oleh tindakan nona Lou tadi, maka kini biarlah aku melanjutkannya, kata Jing-ling-cu
kemudian. Hm, coba kalau tiada aku, boleh jadi seumur hidup kalian takkan dapat melihat
wajah orang jelek macam dia ! sela Jun-yan, rupanya ia penasaran karena dikatakan
memotong cerita orang. Namun Jing-ling-cu tidak menghiraukannya lagi, ia tersenyum dan meneruskan
ceritanya yang belum lagi dimulai tadi.
Kiranya tidak jauh dari belakang Lo-seng-tian itu adalah tebing2 jurang yang curam,
kira2 setengah bulan yang lalu, ketika Jing-ling-cu habis melatih diri diwaktu subuh,
dalam isengnya ia ber-jalan2 kebelakang kuilnya dan sampai ditebing curam yang
disebut sik-sin-khe itu, mendadak didengarnya semacam suara yang aneh. Suara itu
tidak mirip mengaumnya binatang buas, juga tidak serupa suara manusia, tapi
kedengarannya sedih dan sangat mengharukan.
Ketika didengarkannya lebih teliti, ia merasa berjangkitnya suara aneh itu kadang2
jauh dan tempo-tempo dekat, juga mendadak nadanya sangat tinggi, lain saat tiba-tiba
menjadi rendah, suatu tanda betapa cepat perubahan tempat berjangkitnya suara itu.
Diam-diam Jing-ling-cu teperanjat sekali, ia pikir, tak perduli suara itu suara manusia
atau binatang, tapi gerak-geriknya begitu pesat, sungguh hal yang susah dimengerti.
Dikalangan Bu-lim, Jing-ling-cu terkenal seorang yang budiman dan suka menolong
sesamanya. Ia pikir, meski sedikit tamu2 yang mengunjungi kuilnya sehari2, tapi
disekitar gunung itu tidak sedikit tukang2 kayu yang mencari nafkah, jikalau suara aneh
yang didengarnya itu adalah suara binatang buas, lalu kepergok oleh tukang2 kayu,
terang sekali nasib malang takkan dapat terhindar, kebetulan saat itu suara aneh tadi
telah berhenti pada suatu tempat yang tidak terlalu jauh, pula nadanya telah berubah
rendah lirih. Segera Jing-ling-cu mendekatinya per-lahan2 sambil menggendong tangan.


Manusia Aneh Dialas Pegunungan Hong San Koay Khek Karya Gan K.l di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tatkala itu sang betara surya sudah memancarkan sinarnya yang gilang gemilang
menguning emas, dan diutara puncak2 gunung yang se-akan2 gundukan arang
Hong san Koay Khek " Halaman 16
yoza collection terbakar oleh sinar emas sang surya, disitulah orang aneh itu diketemukan oleh Jingling-cu.
Saat mana dilihatnya manusia aneh itu lagi berdiri diatas tebing Sik-sin-khe yang
bertepikan jurang curam, kedua tangannya nampak dipentang keatas, kepalanya
mendongak, dan mengeluarkan suara teriakan aneh menyeramkan tadi.
Melihat gelagatnya, dengan suara teriakannya yang aneh itu, agaknya orang aneh
itu lagi melampiaskan perasaan hatinya yang penuh penasaran dan amarah yang tak
terhingga kepada alam semesta.
Sebagai seorang tokoh, begitu melihat tempat dimana orang itu berdiri, segera Jingling-cu tahu orang aneh itu pasti memiliki ilmu ginkang yang luar biasa, apalagi
mendengar suara yang aneh itu, rendah, tapi penuh tenaga dan mencapai jauh, terang
kalau Iwekangnya belum mencapai tingkatan sempurna, tak mungkin mampu
melakukannya. Dasar watak Jing-ling-cu memang suka bersahabat, pula ketarik oleh kelakuan
orang aneh itu, maka iapun segera menegurnya dengan suara kumandang yang
disertai tenaga dalam : Ksatria darimanakah telah sudi mengunjungi Ciok-yong-hong
ini, silahkan omong2 kedalam kuil kami saja"
Diluar dugaan, demi mendengar suaranya, orang aneh itu mendadak menghentikan
suara rintihannya, tanpa berpaling lagi se-konyong2 orangnya terus menerjun kedalam
jurang sik-sin-khe itu. Keruan Jing-ling-cu luar biasa terkejutnya. Ia cukup tahu akan kedalaman jurang
disitu yang sedikitnya ber-ribu2 kaki, kalau terjun ke bawah, jangan kata bisa hidup,
sedang mayatnya pasti akan hancur lebur juga.
Dalam kuatirnya, secepat kilat Jing-ling cu pun melompat maju ketempat si orang
aneh berdiri tadi, dan ketika melongok kedalam jurang, namun dibawah hanya kabut
tebal belaka yang menutupi permukaan jurang, lebih dari itu tiada sesuatu lagi yang
kelihatan. Mengira orang itu takkan bisa tertolong lagi dibawah jurang yang tak terkirakan
dalamnya, apa daya " Terpaksa Jing-ling-cu menghela napas dan kembali kekuilnya.
Siapa tahu, ketika besok subuh ia melakukan latihan pagi seperti biasanya, kembali
suara aneh orang itu dapat didengarnya. Segera Jing-ling-cu mendatangi pula tempat
Hong san Koay Khek " Halaman 17
yoza collection kemarin, betul saja, disitu dapat dilihatnya orang aneh itu masih tetap berdiri
mendongak sambil mengeluarkan suara teriakan atau lebih mirip rintihan yang
mengharukan. Dan ketika Jing-ling-cu mendadak menegurnya pula, tahu2 orang aneh itu terjun
lagi kedalam jurang. Jing-ling-cu menjadi ragu2, ia tahu tentu dibawah jurang itu ada apa2nya hingga
meski orang menerjunkan diri kebawah, tidak sampai terbinasa. Tiba2 tergerak
pikirannya, ia melompat keatas suatu pohon yang ada disitu dan memotes sebatang
dahan sebesar lengan yang lebat daunnya, dengan dahan itu sebagai payung yang dia
pegangi kencang2, kemudian iapun terjun kebawah jurang menyusul si orang aneh tadi.
Maka seperti parasut saja Jing-ling-cu melayang2 kedalam jurang, karena adanya
daya tahan payung itu, daya terjerumusnya menjadi agak lambat, namun begitu, Jingling-cu merasa cukup cepat tubuhnya menurun, sampai lama sekali barulah nampak
dataran bawah. Dan begitu kakinya menyentuh tanah, mendadak pluk , kakinya telah
kejeblos. Kiranya didasar jurang itu adalah sebuah kolam lumpur.
Lekas2 Jing-ling-cu sabetkan dahan pohonnya tadi kepermukaan lumpur, menyusul
itu cepat ia tutul kakinya se-kuat2nya, dan pada saat dahan pohon itu belum amblas
kedalam lumpur, orangnyapun mencelat keatas setinggi lebih dua tombak. Sekali
tangannya meraup, tepat dapat dipegangnya dahan sebuah pohon Siong yang tumbuh
ditepi tebing jurang itu.
Apabila ia melongok lagi kebawah, maka dahan pohonnya tadi ternyata sudah
menghilang kedalam lumpur.
Diam2 Jing-ling-cu bersukur atas nasibnya tadi. Ketika ia me-ngamat2i sekitarnya,
ternyata keadaan lembab dan agak gelap, dari dalam lumpur tadi tiada hentinya
mengeluarkan suara pluk-pluk , kadang2 berbuih, tempo2 menongol keluar ular berbisa
dan binatang2 lain yang tak dikenal namanya.
Semakin jauh mata memandang, keadaan makin gelap, tumbuh2an lebat yang tak
pernah terlihat diatas gunung, teramat banyak, hingga keadaan disitu ternyata berwujut
suatu dunia lain. Hong san Koay Khek " Halaman 18
yoza collection Jing-ling-cu merasa dirinya percuma saja berdiam selama berpuluh tahun dipuncak
Ciok-yong hong itu, tapi tak mengetahui bahwa dibawah gunung ternyata ada lagi
tempat yang seram bagai akherat ini.
Dan selagi ia meneliti sekitarnya, tiba2 tidak jauh dari tempatnya ada sesuatu suara
perlahan ketika dipandangnya kearah sana, maka terlihatlah dari segunduk rumput2
mendadak menyusur keluar seekor ular, dan sesudah berkecimpung dalam lumpur
sejenak, lalu amblas kebawah.
Ketika Jing-ling-cu berpaling memandang ke arah suatu batu besar yang menonjol
tidak jauh dari tempatnya, ia menjadi terkejut tidak kepalang.
Kiranya diatas batu itu tampaknya rata saja dan luasnya kira2 7-8 kaki, diatas bukit
tumbuh serumpun lumut hijau yang subur, tadinya ia sangka hanya lumut biasa saja,
siapa tahu mendadak bisa bergerak, ternyata dibawah lumut itu terlentang satu orang
! Segera Jing-ling-cu mengenali orang itu, bukan lain adalah orang aneh yang
disusulnya tadi. Mau tak mau hatinya kembali tercengang, ia menaksir kepandaian
dirinya sendiri boleh dihitung kelas tertinggi, tapi diwaktu menerjun ke bawah jurang
tadi, masih perlu ia gunakan bantuan sebatang dahan pohon berdaun sebagai payung
untuk mengurangi daya turunnya. Tapi orang aneh ini disaksikannya menerjunkan diri
begitu saja tanpa bantuan sesuatu benda, nyata ilmu kepandaian orang itu masih jauh
diatas dirinya. Maka tak berani Jing-ling-cu berlaku ayal, segera ia menegur pula : Orang kosen
darimanakah yang menyepi disini " Cayhe (aku yang rendah) bergelar Jing-ling, sudilah
kiranya memperlihatkan diri untuk bertemu "
Tiba2 orang itu berbangkit perlahan, kepalanya masih menghadap rumpun lumut
hingga seluruh mukanya ter-aling2, lalu berdiri tanpa bergerak.
Karena itu, kembali Jing-ling-cu mengulangi kata2nya tadi. Tak terduga mendadak
orang itu angkat sebelah tangannya dan tahu2 terus memukul kearah pohon siong di
mana Jing-ling-cu menahan dirinya itu, begitu keras pukulannya hingga lapat2 bersuara
se-akan2 bunyi guntur. Hong san Koay Khek " Halaman 19
yoza collection Terkejut luar biasa Jing-ling-cu, ternyata pukulan yang dilontarkan orang aneh itu
dapat dikenalinya bukan lain adalah Lui-bin-cio-hoat atau ilmu pukulan guntur
menggelegar, ialah ilmu pukulan yang terkenal dari Heng-san-pay mereka sendiri.
Kalau mendengar suara mengguruh yang terbawa dalam angin pukulan tadi, nyata
tenaga dalam yang dipergunakan sudah mencapai tingkat tertinggi, Jing-ling-cu sendiri
menaksir dirinya belum mencapai ketingkat itu, maka diam2 ia menjadi heran atas diri
orang aneh itu. Menurut peraturan Heng-san-pay mereka yang istimewa, tiap2 orang hanya boleh
menerima satu murid, ia sendiri juga murid tunggal dari gurunya, pernah ia menerima
seorang murid, tapi karena diketahui kelakuannya yang menyeleweng, sudah lama
berselang dibasminya dan kini belum punya ahliwaris. Gurunya sudah lama wafat, lalu
kalau melihat betapa tinggi ilmu pukulan bunyi guntur yang diunjukan orang aneh itu,
apakah mungkin ia adalah kaum angkatan tua dari perguruannya, sebab ilmu silatnya
terlalu tinggi hingga berumur panjang sampai sekarang "
Begitulah, selagi Jing-ling-cu memikir, sementara angin pukulan orang aneh itu
sudah mengenai dahan pohon yang dibuat pegangan tadi, maka terdengarlah suara
krak-krak yang keras, seketika dahan pohon itu patah, tubuh Jing-ling-cu pun terjerumus
kebawah. Baiknya ia cukup tenang, cepat ia himpun semangat dan melompat keatas
pula, selagi dirinya terapung diudara, lalu dengan punggungnya menempel dinding
tebing terus sambil tangannya bertahan mati2an, dengan begitu untuk sementara
badannya dapat diselamatkan. Bila ia melirik ketempat dahan patah tadi, ternyata disitu
seperti hangus habis terbakar, hal ini lebih nyata lagi bahwa ilmu pukulan yang
dilontarkan orang aneh itu adalah Lui-bin-cio-hoat dari perguruannya, Heng-san-pay.
Siapakah nama Locianpwe, sudilah kiranya memberitahu " Supaya tidak sampai
terjadi kekacauan peradatan kaum kita ! dengan merendah kembali Jing-ling-cu
menanya. Tapi orang itu tetap tidak menjawab, hanya kedua tangannya ber-gerak2 sambil
mulutnya mengeluarkan suara uh-uh-uh seperti orang gagu.
Jing-ling-cu menjadi bingung, dilihatnya tangan dan kaki orang itu kurus kering,
pakaian yang menempel dibadannya juga compang-camping tak keruan. Selang
sejenak, barulah kemudian Jing-ling-cu paham akan maksud orang itu, kiranya ia lagi
Hong san Koay Khek " Halaman 20
yoza collection memberi tanda agar dirinya pergi dari situ, tentu saja Jing-ling-cu bertambah heran,
segera iapun berseru : Baiklah, pinto menurut saja! Lalu tubuhnya bergerak, ia
keluarkan kepandaian pia-hou-yu-jio atau cecak merayap ditembok, dengan ilmu
Iwekang yang tinggi, cepat sekali ia merembet keatas setinggi beberapa tombak, ketika
tangannya dapat memegang sebuah tonjolan batu, lalu ia berhenti untuk mengaso
sambil memandang kebawah.
Ternyata orang itu sedang miringkan telinganya keatas buat mendengar, lalu
mulutnya bersuara uh-uh-uh lagi, kemudian orangnya berjongkok terus menyomot
beberapa potong daun lumut dan dimasukkan kedalam mulut, rupanya itulah
santapannya se-hari2 yang tampaknya lezat sekali.
Diam2 Jing-ling-cu mengkirik sendiri demi menyaksikan kelakuan orang aneh luar
biasa ini. Dan sesudah makan orang ini lalu merebahkan diri lagi diatas batu tanpa
bergerak. Diam2 Jing-ling-cu mempelajari keadaan orang itu lagi, tapi meski ia menunggu
sampai hari lewat lohor, masih belum diketahui dari mana asal usul orang ini, cuma
dapat ditaksirnya sudah cukup lama tinggal di tempat kolam lumpur itu.
Tapi apapun juga, sebagai seorang tokoh Bu-Iim, tak nanti tega melihat sesamanya
hidup ditempat binatang2 berbisa. Dan pula bila mendengar suara rintihan yang keluar
dari mulut orang aneh itu, entah perasaan penasaran dan benci apa yang terpendam
didalam hatinya. Oleh karena itu, tak tertahan Jing-ling-cu bersuara menegur pula : Sebenarnya ada
perasaan apakah yang tertekan dalam hatimu, kenapa tak mau kau bicarakan pada
orang, sebaliknya berkeluh kesah sendirian disini "
Karena suara Jing-ling-cu yang mendadak itu, rupanya orang aneh itu menjadi
kaget, cepat ia berdiri, kedua tangannya terus bergerak, hanya sekejap saja kekanan,
kekiri, kemuka dan kebelakang, sekaligus telah dilontarkannya 7-8 jurus pukulan.
Melihat hal ini, hati Jing-ling-cu semakin heran dan tercengang, sebab diantaranya
terdapat Lui-bin-cio-hoat , bahkan ada pula ilmu pukulan terkenal dari cabang2
persilatan lainnya, malahan jurus pukulan terakhir yang dilontarkan dengan tutukan jari,
dapat dikenalinya adalah Tiam-hiat-hoat atau ilmu tutuk yang tersohor dari Sian-hoat
Suthay dan Bian-in Suthay, kedua paderi wanita terkemuka dari Go-bi-pay, yaitu yang
disebut Ji-lay-it-ci atau jari tunggal Ji-lay-hud (budha).
Hong san Koay Khek " Halaman 21
yoza collection Dan setelah melontarkan pukulan2 tadi, lalu orang itu berdiri tegak sambil
mengerang tertahan. Menyaksikan kelakuan orang, semakin kuat dugaan Jing-ling-cu bahwa pasti orang
itu berhati penasaran tak terkatakan, mungkin kena diperdayai orang hingga mukanya
menjadi jelek, mata buta, mulut bisu, sebab itulah, asal sedikit mendengar suara orang,
segera terkejut terus melontarkan serangan.
Harap sobat jangan kuatir, pinto tiada maksud jahat ! Bagaimana kalau singgah
dikuil kami untuk sekedar omong2" demikian kemudian Jing-ling-cu membujuknya lagi
dengan ramah. Namun orang itu tetap tak menjawab, hanya sikapnya sudah agak tenang dan
dengan kaku berdiri ditempatnya.
Jing-ling-cu menjadi berani, sekali lompat ia menaiki batu besar itu, dan betul juga,
orang itu tidak menyerangnya lagi, melainkan dengan telinganya yang tajam untuk
mendengarkan gerak-gerik Jing-ling-cu.
Sobat, kata Jing-ling-cu pula sembari coba menarik tangan orang. Marilah kita naik
keatas bersama! Ternyata orang itu tidak melawan ketika tangannya dipegang, dan bila kemudian
Jing-ling-cu geraki tubuhnya meloncat keatas, tahu2 tubuh orang itu serasa enteng
bagai kapas, terus mereka me-rayap2 didinding tebing yang curam itu untuk menaik
keatas puncak Ciok-yong hong.
Setiba kembali dikuilnya, Jing-ling-cu memberi ganti sepasang pakaian kepada
orang aneh itu, tapi sepatahpun masih orang itu tidak bersuara. Maka kini Jing-ling-cu
mengerti mungkin orang sudah gendeng, kalau disuruh duduk, ia pun menurut, suruh
berdiri, juga ia berdiri. Hanya ada beberapa hal, reaksinya ternyata amat tajam dan
cepat. Pertama ialah mukanya tidak mau dilihat orang, kedua, jika ada orang mendadak
bersuara didepannya, maka seketika itupun ia melompat bangun dan sekaligus 7-8 jurus
pukulan lihay dilontarkannya.
Hari kedua, ketika Jing-ling-cu membawanya keruang depan, mendadak seorang
imam masuk memberi sesuatu laporan, dan karena mendengar suara yang tiba2,
kontan orang aneh itu melontarkan beberapa jurus serangan, tapi rupanya
Hong san Koay Khek " Halaman 22
yoza collection penglihatannya sudah tak ada, maka tungku batu didepan kuil itu kena dihantamnya
hingga roboh ! Dan karena bingung oleh asal usul orang aneh itulah, maka Jing-ling-cu
menyebarkan undangan kilat kepada para sobatnya supaya mereka datang
mengenalinya. lapun tahu diantara Thong-thian-sin-mo Jiau-pek-king dan Siau-yau-ihsu Cu Hong-tin ada perselisihan paham, tapi jejak keduanya sudah menjelajahi seluruh
negeri, terpaksa ia undang semuanya. Siapa tahu Thong-thian-sin-mo toh tidak datang,
hanya mengirim murid perempuannya, yaitu si nona jahil Lou-Jun-yan untuk memenuhi
undangan itu. Begitulah setelah Jing-ling-cu tuturkan kisahnya, semua orang hanya saling
pandang saja, mereka tetap tak mengetahui siapakah gerangan orang aneh ini.
Aku tahu, mendadak Lou Jun-yan mendahului, orang ini pasti seorang kosen yang
punya dendam kesumat aneh, sebab itulah ia korbankan masa hidupnya untuk menyepi
sambil melatih diri lebih tinggi didalam lembah dibawah jurang, boleh jadi ia hanya
pura2 gendeng saja! Ah, nona cilik tahu apa! cela Tai-lik-kim-kong.
Hm, kalau tiada aku, macam apa orang ini, belum tentu kalian bisa melihatnya,
balas Jun-yan menjengek. Hai, hidung kerbau, betul tidak kataku "
Yang berada disitu ada dua tosu atau imam, sedang kata2 hidung kerbau itu adalah
sebutan yang tidak terhormat bagi kaum imam, cuma ia tunjukkan kepada Cu Hong-tin,
maka Jing-ling-cu pun tidak ambil pusing. Sebaliknya karena lagak lagu si gadis itu,
telah mengingatkan Cu Hong-tin pada sesuatu peristiwa yang dulu, maka sejak tadi ia
mencoba untuk bersabar, setelah diolok-olok berulang kali, kini ia menjadi murka, sekali
bergerak, kebut pertapaannya segera menjengkit.
Budak cilik, mungkin gurumu tak berani datang, maka kau yang disuruh datang
kesini untuk menerima hajaranku " bentaknya.
Dasar watak Lou Jun-yan memang nakal, tapi lincah dan cerdik, pula bernyali besar,
berkat nama besar suhunya, siapapun suka mengalah padanya, kedatangannya ke
Heng-san kali ini justru atas suruhan sang guru, maka terhadap Siau-yau-ih-su Cu Hongtin, sedikitpun ia tak sungkan-sungkan.
Hong san Koay Khek " Halaman 23
yoza collection Karena itu, segera ia balas memaki : Hai, hidung kerbau, kata-katamu itu memang
betul, suhu suruh aku kemari untuk mewakilinya menghajar kau, maka lekaslah kau
turun kemari, biar aku gebuk kau tiga puluh kali dengan perisai besar si raksasa ini!
habis berkata ia tertawa terkikih-kikih.
Karena muka Cu Hong-tin merah padam seakan-akan orang keselak tulang, seketika
ia berbangkit hendak bertindak.
Baiknya tuan rumah, Jing-ling-cu keburu mencegahnya : Ah, apa guna Toyu
sepandangan dengan kanak2 " setelah itu ia berpaling dan berkata pada Lou Jun-yan
: Sudahlah, nona, kaupun terlalu nakal!
Baru saja selesai ucapannya, tiba2 dari belakang ruangan terdengar suara blung
yang keras, menyusul mana kembali tiga kali blung-blung-blung yang maha dahsyat,
seluruh isi kelenteng itu se-akan2 tergoncang oleh suara itu. Ketiga suara itu lebih keras
dari yang pertama, malahan kembali disusul lagi sekali blung yang terlebih keras,
seketika batu pasir berhamburan, tiga arca Sam-jing-cosu yang besar ditengah kuil
itupun mendadak roboh, dari gugusan tembok sana satu orang melangkah keluar
dengan tindakan lebar. Siapa lagi dia, kalau bukan si orang aneh itu !
Nyata cara keluarnya itu dengan menggunakan ilmu nge-kang (tenaga keras) untuk
menumbuk beberapa lapis tembok kuil itu.
Karena munculnya orang aneh ini secara mendadak, semua orang yang berada
dipaseban kuil itu sangat terperanjat, seketika mereka menyingkir minggir.
Maka terlihatlah orang aneh itu telah menyingkap kain selubung kepalanya, dua biji
matanya ternyata melolor keluar bagai ikan mas, tapi jelek luar biasa dan sudah buta
berkedip-kedip pula mengitari paseban itu dengan perlahan, tampaknya seperti ingin
sekali mengamat-amati seseorang yang berada disitu.


Manusia Aneh Dialas Pegunungan Hong San Koay Khek Karya Gan K.l di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sobat tidak jadi mengaso, ada perlu apakah maka keluar lagi" demikian Jing-lingcu coba membujuk.
Diluar dugaannya, mendadak dari tenggorokan orang itu mengeluarkan suara
gerungan kalap, kelima jarinya bagai kail terus mencengkeram kearah Jing-ling-cu.
Melihat serangan itu, sebagai kawan karib tuan rumah, Tong-ting-hui-hi Bok Sianghiong menjadi terkejut, dilihatnya serangan orang itu cepat luar biasa, dan pula Jingling-cu tanpa siap siaga, cepat ia mewakili bertindak, sepasang senjatanya Hun-cui-goHong san Koay Khek " Halaman 24
yoza collection bi-ji , yakni semacam cundrik (badik panjang berujung lancip) yang biasa dipakai kaum
nelayan, ia tarik keluar terus menghadang dimuka Jing-ling-cu sambil gunakan tipu
siau-hu-kiat-khiang atau sejodoh ikan selamat bahagia, kontan ia tusukkan dada orang
aneh itu. Tapi orang aneh itu mendadak berdiri tegak. Ujung cundrik yang gemerlapan itu
berhenti di depan dadanya sekira satu-dua dim saja hingga tak sampai mengenai
sasarannya. Sebaliknya karena senjatanya sudah diulurkan sepenuhnya dan tidak mengenai
sasaran, selagi Bok Siang-hiong hendak mengganti serangan tahu2 sesudah tertegun
sejenak, orang itu terus baliki tangannya mencengkram, dan sebelum Bok Siang-hiong
sempat menghindarkan diri, senjata Hun-cui-go-bi-ji sudah kena terbetot olehnya.
Senjata Hu-cui-go-bi-ji atau cundrik pemisah air yang dipakai Bok Siang-hiong ini
terbikin dalam bentuk segi empat dan tajam tiada bandingan, tapi ketika dipegang oleh
orang aneh itu dan ditarik kesamping, sesaat genggaman Bok Siang-hiong menjadi sakit
tak tertahan dan tahu2 senjatanya sudah berpindah tangan. Dalam kagetnya cepat2 ia
melompat mundur. Sebaliknya meski orang itu berhasil merampas senjata orang, tapi tak urung
tangannya juga terluka oleh mata Go-bi-ji yang tajam, namun seperti tak berasa sakit
saja, tiba2 kedua tangannya menekuk, sepasang senjata andalan Tong-ting-hui-hi Bok
Siong-hiong itu telah kena dipatahkan menjadi empat potong terus dibuang kelantai.
Berbareng dari tenggorokan si orang aneh mengeluarkan suara kruk-kruk yang tak
terhempas, mulutnya yang jelek, karena bibir atasnya sudah gerowak, menganga lebar,
hingga terlihat kedua gusinya yang merah darah lantaran giginya sudah ompong
seluruhnya, kesemuanya itu membikin orang2 yang memandangnya menjadi ngeri.
Dan kalau melihat gerak geriknya, agaknya orang itu seperti hendak mengucapkan
sesuatu, cuma tak mampu bersuara, sebab itulah ia menjadi kelabakan sendiri.
Melihat macam orang yang menakutkan bagai setan itu, tapi tampaknya hendak
mengucapkan sesuatu perkataan, Lou Jun-yan menjadi menaruh belas kasihan. Maka
lantas menegur : He, apakah kau hendak menga.. . . . .
Tapi belum lagi selesai pertanyaannya mengatakan sesuatu diucapkan tiba2 dari
tenggorokan orang itu mengeluarkan semacam suara siulan gembira, lalu kedua
tangannya dipentang terus menubruk kearah si gadis.
Hong san Koay Khek " Halaman 25
yoza collection Keruan Jun-yan menjerit kaget. Baiknya ilmu ginkangnya sudah terlatih sangat
matang, sekali kakinya menutul dengan gerakan Koan-im-seng-thian atau Budha
Koan-im naik ke langit, tubuhnya terus mencelat keatas dan menggunakan tangannya
memegangi belandar paseban kuil itu, hingga tubuhnya bergantung di udara. Tak
tersangka, tahu-tahu orang aneh itu seperti bayangan saja yang selalu mengikuti gerak
tubuhnya, iapun ikut meloncat keatas terus meraup, tiba-tiba Jun-yan merasa kakinya
terbetot, tapi syukur segera terlepas, kiranya sebuah sepatu yang terbuat dari kulit rusa
itu telah lepas kena ditarik manusia aneh itu. Dalam kaget dan takutnya, cepat si
gadispun melompat turun kesamping.
Orang aneh itu ternyata tidak memburunya lebih jauh, hanya sebelah sepatu si
gadis itu dipeganginya kencang-kencang, sambil tiada hentinya ditempelkan kepipinya
dengan lakunya yang lucu bagai sijejaka lagi bercumbu rayu dengan sang kekasih.
Melihat itu, Tai-lik-kim-kong Tong Po menjadi geli : Hahaha, mungkin sekali orang
ini berpenyakit gila perempuan!
Ngaco-belo! semprot Jun-yan dengan wajah merah jengah. Maklum seorang gadis
remaja tidak layak mendengarkan kata2 semacam itu.
Tapi karena suaranya itu, tiba2 orang aneh itu sisipkan sebelah sepatunya itu
kedalam bajunya, lalu bagai anak panah terlepas dari busurnya, cepat sekali ia
menubruk kearah si gadis sambil tangan dipentang.
Lekas-lekas Jun-yan berkelit kesamping hingga orang aneh itu menubruk tempat
kosong, dan begitu seterusnya sampai dua-tiga kali luput menubruk sasarannya, namun
masih tetap ia memburu kearah mana si gadis menyingkir dan menyusul menubruk
lagi, hingga keduanya undak-undakan kian kemari mengitari ruangan sampai beberapa
kali. Ketika sekilas Jun-yan mengetahui sikap Siau-yau-ih-su Cu Hong-tin yang lagi
senang2 lantaran menyaksikan dirinya diuber orang aneh itu, tiba-tiba iapun
mendapatkan akal, cepat ia berkelit dari tubrukan si orang aneh dan mengumpet
kebelakang tubuh Cu Hong-tin sembari mengeluarkan suara tertawa terkikih-kikih untuk
memancing datangnya si orang aneh itu.
Dan aneh juga, entah mengapa, asal mendengar suara si gadis, pasti orang aneh
itu pentang mulut mengeluarkan suara ah-ah-ah yang tak jelas terus menubruk
kearahnya. Sekali ini pun tidak terkecuali, kontan ia menubruk lagi ketika mendengar
Hong san Koay Khek " Halaman 26
yoza collection suara tawa si gadis, dan sudah tentu yang pertama-tama harus menghadapinya adalah
Siau-yau-ih-su Cu Hong-tin yang dibuat tameng.
Cu Hong-tin tadi sudah merasakan betapa lihaynya orang aneh itu, keruan ia sangat
terkejut oleh tubrukan itu, lekas-lekas ia mengegos kesamping, namun Lou Jun yan juga
terus menempel disebelahnya sambil tertawa pula, hingga tentu saja diuber lagi oleh
si orang aneh. Setelah berkelit beberapa kali masih terus diudak saja, akhirnya Cu Hong-tin menjadi
kalap. Sekali kebutnya mengebas, bulu kuda kebut itu mekar bagai berdiri, dengan gerak
serangan hun-hoa-hut-liu atau menebar bunga mengebut pohon liu, segera ia
menyabet kedada orang aneh itu.
Diwaktu mengubar Lou Jun-yan, kedua tangan orang aneh itu selalu dipentang
lebar2 se-akan2 hendak merangkul si gadis kepelukannya.
Dalam sikap demikian, dengan sendirinya dadanya menjadi terbuka tidak terjaga.
Maka serangan Cu Hong-tin itu boleh dikata dapat makanan empuk , apalagi bulu
kebutnya itu hanya satu perempat terbuat dari bulu kuda, sedang tiga perempat lainnya
adalah benang emas putih yang sangat lembut, bahkan pada tiap2 ujung benang emas
itu berkait kecil. Senjata ini adalah dahulu dimasa mudanya ia berkelana ke daerah
barat, dimana ia dapat menawan dua orang pandai emas, ia tutup mereka didalam
suatu kamar dan paksa mereka selama tujuh bulan untuk membuatkan benang emas
berkait dari bulu kebut itu. Dikalangan kang-ouw, kebutannya itu terkenal dengan nama
siau-yau-kek-lok-hut atau kebut pesiar kesorga.
Nama itu diambil oleh karena ilmu permainan kebutnya yang berjumlah tiga puluh
enam jurus itu disebut Kek-lok-hut-hoat atau ilmu kebut riang gembira, setiap jurus
mempunyai nama yang indah. Pula dengan kebutnya itu entah sudah berapa banyak
korbannya yang sudah dikirim ke sorgaloka.
Begitulah, sebab kebutnya cepat lagi ganas, dan orang aneh itu justru menubruk
kedepan, maka telah kena disabet. Tapi orang aneh itu pun amat sigapnya, cepat
sebelah tangannya membalik hendak menangkap ekor kebut lawan.
Namun Cu Hong-tin sudah sempat menarik kembali senjatanya, bahkan berbareng
sikunya digunakan untuk menyikut Lou Jun-yan yang berada dibelakangnya, malahan
kebutnya yang ujung benangnya berkait itu terus dikebaskan pula buat menyerempet
si orang aneh itu. sekali gerakan dua serangan yang amat lihay.
Hong san Koay Khek " Halaman 27
yoza collection Sebaliknya karena tahu dirinya hendak disikut, cepat Jun-yan melompat pergi,
sedang orang aneh itupun berusaha hendak bungkukan tubuhnya menghindarkan
serangan, namun demikian, dimana kebut Cu Hong-tin menyamber, terdengarlah suara
bret , kain baju dibagian dada orang aneh tetap tersobek sebagian besar, hingga tulang
iganya yang menonjol bagai jeruji pagar itu tampak jelas.
Sementara itu karena serangannya berhasil, hati Cu Hong-tin menjadi besar,
mendadak kebutnya ia sentak, tahu2 bulu kebut itu menjengkit terkumpul menjadi satu
hingga ujungnya yang lancip itu ditutukan kearah Jin-tiong-hiat dijidat si orang aneh.
Tipu serangan itu terkenal dengan nama gwa-ho-seng-thian atau menumpang
bangau menjulang kelangit, cepat lagi ganas luar biasa.
Tapi sama sekali orang itu tidak berkelit, tanpa menggeser tubuh, tahu-tahu
badannya menyondong kebelakang mengeluarkan ilmu tiat-pan-kio atau jembatan
papan besi yang maha hebat.
Dan pada saat itu Cu Hong-tin hendak ayunkan kebutnya terus, mendadak ia sendiri
menjerit kaget, kebutnya yang sudah dikebaskan itu ia tarik kembali mentah-mentah,
habis itu ia maIah terhuyung2 mundur kebelakang dengan muka pucat lesi dan sinar
matanya nyata sekali menunjukkan rasa ketakutan.
Tadi waktu orang aneh itu mengeluarkan kepandaian tiat-pan-ko , oleh Jing-ling-cu,
Tong Po dan kawan-kawannya dapat melihat dengan jelas bahwa kedua tangannya
menurun kebawah tanpa mengadakan pembelaan diri sedikitpun, tapi kenapa
mendadak Cu Hong-tin malah terhuyung-huyung mundur dengan wajah ketakutan "
Ada apakah, Cu-heng" Kau tidak apa-apa, bukan " demikian sebagai kawan mereka
lantas menanya. Namun Cu Hong-tin tidak menjawab, bahkan terus putar tubuh dan melangkah
keluar kelenteng, hingga sekejap saja orangnya sudah pergi jauh.
Hai, hai, hidung kerbau, utangmu 30 kali gaplokan tadi masih belum kulakukan!
segera Jun-yan ber-teriak2.
Tapi tahu bila dengar suaranya itu, tentu si orang aneh akan menubruknya lagi,
maka segera iapun menggeser tubuhnya terus mengumpet dibelakangnya Jing-ling-cu.
Saat itulah tubuh si orang aneh telah membal keatas, lalu tancap kaki kembali
kebawah, dan pada saat yang sama, Jun-yan juga sudah berdiri tegak dibelakang
Hong san Koay Khek " Halaman 28
yoza collection pelindungannya. Ia lihat orang aneh itu tengak-tengok kesana kemari sambil kepalanya
meleng-meleng seperti ingin mendengarkan sesuatu.
Maka tahulah kini semua orang dengan pasti bahwa kedua mata orang aneh itu
memang sudah buta, cuma anehnya sebab apakah selalu Lou Jun-yan yang di-uber2
saja " Dan dari sebab itu juga dapat ditarik kesimpulan bahwa tadi dengan
menggunakan ilmu ngekang yang dahsyat menerobos beberapa lapis tembok kuil dari
belakang kedepan, nyata tujuannya juga disebabkan mendengar suara tertawa si gadis
yang terkikih-kikih tadi.
Maka sambil menghalang-halangi Jun-yan, sebelah tangan Jing-ling-cu berjaga-jaga
didepan dada, lalu dengan sungguh2 dan jujur ia berkata : Sobat, sebenarnya siapakah
kau ini " Kenapa tak mau kau berterus terang " Kami sekali-kali tiada bermusuhan, hal
ini harap kau jangan kuatir!
Namun orang itu tetap membisu, kepalanya meleng dan termangu-mangu sejenak,
habis itu, kedua tangannya memegang mukanya, sesaat kemudian, tiba-tiba ia
menengadah sembari bersuara pilu, lalu secepat kilat tubuhnya melesat keluar pintu.
Hai, seru Jun-yan tiba-tiba, jangan kau pergi, aku ingin bertanya dulu padamu!
Begitu cepat cara tubuh orang aneh itu melesat pergi, tapi aneh, demi mendengar
suara teriakan Jun-yan, di mana angin berkesiur, tahu2 orangnya melesat balik, dan
kedua tangannya terus me-rangsang2 dengan samberan angin yang keras.
Sungguh tak terduga oleh Lou Jun-yan bahwa orang bisa mencelat balik secara
begitu cepat, hingga hampir saja ia kena ditangkap, untung ilmu entengi tubuh yang
dipelajari dari sang guru tidak mengecewakan, dalam gugupnya, ia masih sempat
mengegos kesamping Jing-ling-cu sembari sedikit menarik lengan orang.
Tapi karena tak ber-jaga2 lantaran tarikan itu, Jing-ling-cu kena diseret maju
selangkah hingga se-akan2 memapaki si orang aneh, pada saat mana kelima jarinya
yang bagai cakar sedang mencengkeram ke bawah.
Hihihi, maaf, Jing-ling-Totiang! Jun-yan terkikih-kikih senang. Nyata ia anggap
kejahilannya itu sebagai lelucon.
Tentu saja Jing-ling-cu yang serba berabe, lekas2 ia gunakan kepandaiannya yang
gesit untuk menghindarkan cengkraman si orang aneh, lalu ia pelototi si gadis yang
nakal itu. Hong san Koay Khek " Halaman 29
yoza collection Hahaha, budak ini benar2 telah menurunkan segala kelicinan gurunya! seru Tailik-kim-kong terbahak-bahak.
Emangnya aku muridnya suhu! sahut Jun-yan tertawa. Karena suaranya itu,
kembali orang aneh itu menubruk kearahnya meninggalkan Jing-ling-cu. Tapi Jun-yan
sudah bersiap-siap, segera ia melompat pergi, cuma sekali ini tidak kebelakangnya Jingling-cu, melainkan kesampingnya Tai-lik-kim-kong Tong Po.
Tong Po, simalaikat bertangan raksasa itu, memangnya seorang polos, ia anggap
kelakuan si gadis itu licin menarik, sama sekali tak terpikir olehnya bahwa selama
belajar silat pada Thong-thian-sin-mo Jiau Pek-king, sampai-sampai kesukaan
menggoda orang dari gembong persilatan itupun sudah diwarisi si gadis.
Lebih jail lagi, meski tahu betapa lihaynya setiap gerakan orang aneh itu, namun
gadis nakal itu ternyata tidak ambil perduli, ketika ia berkelit kesamping Tai-lik-kimkong, ia berterak : Aku tak ingin hidup lagi! dan kepalanya terus menumbuk keperisai
baja Tong Po yang besar itu.
Keruan si raksasa itu kena dikejutkan, lekas-lekas ia angkat senjatanya itu
kesamping, tapi sebab inilah ia telah kena diakali si gadis, ketika secara gesit tubuhnya
mendekati Tong Po mendadak jarinya yang lentik itu terus menjojoh kesamping iga
tempat Thian-coan-hiat . Dengan kepandaian ngekang yang dilatihnya hingga pada tingkat tertinggi itu, sekali
ia himpun tenaganya, 72 tempat hiat-to atau jalan darah seluruh tubuhnya seketika
tertutup semua, maka tak nanti Tong Po takut ditutuk si gadis. Cuma celakanya pada
saat itu juga tiba-tiba terdengar Jing-ling-cu dan Bok Siang-hiong telah berteriak: Awas,
Tong-heng! Berbareng itu dari belakang terasa angin keras menyambar datang, ia tahu tentu
si orang aneh yang sedang menyerangnya sebab hendak menubruk Lou Jun-yan.
Tadi perisainya yang hendak digunakan buat mengemplang orang aneh itu telah
kena disengkelit hingga senjatanya itu mencelat ke angkasa, maka ia sudah cukup kenal
akan lihaynya orang aneh itu, segera ia bermaksud memutar tubuh untuk menghalau
serangan. Tapi pada saat itu pula, tutukan Jun-yan sudah tiba, meski jalan darahnya tidak
sampai tertutup hingga badannya kaku, tapi tempat thian-coan-hiat yang tertutuk itu
Hong san Koay Khek " Halaman 30
yoza collection terasa kesemutan juga. Ia berseru tertahan, habis itu, cepat tangan kiri menahan
kebawah, lalu sebelah tangan lain lantas hendak disodokan.
Tatkala mana si orang aneh itu lagi menguber Jun-yan menuruti suaranya, tapi
karena gadis itu masih berada dibelakang Tong Po, maka rangsangan si orang aneh
menjadi seperti ditujukan kepada Tong Po.
Melihat raksasa bertenaga sakti itu lagi sibuk melayani Jun-yan, lekas2 Jing-ling-cu
dan Bok Siang-hiong turun tangan menolong, mereka melompat maju dari kanan kiri
terus menangkis keatas hingga kedua orang merasa ditumbuk oleh suatu tenaga yang
maha besar, cuma tenaga itu lunak kuat, beda sekali dengan angin pukulannya yang
keras. Sebagai ahli, Jing-ling-cu dan Bok Siang-hiong saling pandang dengan ter-heran2
oleh ilmu kepandaian orang aneh itu, bukan saja segala macam ilmu silat dipahaminya,
bahkan ilmu Iwekang dari berbagai cabang pun dimahirinya. Mereka tak berani ayal,
masing-masing segera balas menyerang sejurus.
Melihat kedua kawannya sudah turun tangan membantunya, Tong Po menjadi lega.
Sebaliknya Lou Jun-yan benar2 gadis jail, ketika jarinya dapat menutuk tubuh Tong
Po dan merasa badan orang keras bagai baja hingga jarinya sendiri yang kesakitan,
mendadak dari menutuk ia ubah menjadi mencengkeram, tiba2 ia mencengkeram tepat
sekali dibawah iga Tai-lik-kim-kong Tong Po.
Keruan mendadak Tong Po menjadi geli, tak tertahan lagi ia bergelak tertawa. Dan
yang menjadi heran adalah Jing-ling-cu dan Bok Siang hiong, mereka tak mengerti
sebab apa tiba2 Tong Po ketawa terpingkal-pingkal.
Sementara itu Jun-yan sudah melompat minggir, dengan tepuk tangan ia berkata
sambil tertawa : Hihi, ternyata Tai-lik-kim-kong seorang yang takut bini!
Kiranya menurut dongeng rakyat, katanya orang yang merasa geli bila dikitik2
iganya, maka orang itu tentu takut pada bininya!
Kini dikatai takut bini oleh Lou Jun-yan, seketika muka Tai-lik-kim-kong menjadi
merah, ia ber-kaok2 lucu : Budak cilik, biar kuhajar kau !
Ai, jangan galak2! goda Jun-yan sembari lelet2 lidahnya. Lalu katanya pula : Jingling Totiang, Bok-locianpwe, dan Tai-lik-kim-kong yang takut bini, karena disini tiada
urusan lagi, sekarang juga aku hendak pergi!
Hong san Koay Khek " Halaman 31
yoza collection Melihat si gadis akan mengeloyor pergi begitu saja, tentu saja Tong Po masih
penasaran. Sekali tubuhnya melesat, bagai malaikat penjaga pintu saja, tiba2 tubuhnya
yang besar sudah menghadang diambang pintu.
Namun Jun-yan hanya tersenyum, tahu2 kakinya menutul perlahan, mendadak
tubuhnya mencelat keatas. Ternyata ia tidak perlu menembusi rintangan Tia-lik-kim
kong itu, tapi terus menerobos keluar kelenteng melalui lubang atap yang jebol oleh
perisainya tadi. Melihat itu, Tong Po menjadi melongo, tapi segera ia hendak mengejar keluar.
Namun Jing-ling-cu keburu melerainya: Sudahlah, Tong-heng, buat apa kau mesti gusar
pada seorang anak dara "
Tapi tidak pantas ia bilang aku takut bini ! sahut Tong Po masih penasaran.
Mendengar itu, diam2 Jing-ling-cu dan Bok Siang-hiong menahan rasa geli mereka.
Kiranya istri Tai-lik-kim-kong Tong Po juga seorang pendekar wanita yang dikenal
orang sebagai Thay-jing-sian-cu, she Cio bernama Ham, asalnya adalah sumoay atau


Manusia Aneh Dialas Pegunungan Hong San Koay Khek Karya Gan K.l di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

adik seperguruan Tong Po sendiri. Dalam hal ilmu silat, Tong Po ada sedikit lebih rendah,
maka memang rada2 takut pada sang istri, hal ini sudah bukan rahasia lagi bagi orang
kang-ouw. Pantas kalau ia marah2 dikatai takut bini, sebab tepat kena boroknya.
Namun sesudah dihibur Jing-ling-cu, perlahan-lahan rasa gusarnya Tai-lik-kim-kong
pun menjadi reda. Heran juga, seperginya Lou Jun-yan, orang aneh tadi masih terus miringkan
kepalanya untuk mendengarkan, belang wajahnya yang mengerikan itu ber-kerut2,
matanya yang buta tiada hentinya mengerling. Bedanya tadi ia terus mengubar jejaknya
si gadis, adapun sekarang orangnya berdiri tegak bagaikan patung.
Melihat keadaan orang, Jing-ling-cu menghela napas kasihan, katanya pada Tong
Po dan Bok Siang-hiong: Bicara tentang ilmu silat, terang sobat ini jauh lebih tinggi dari
kita. Cuma sayang ia sudah buta, pula bisu, boleh jadi dimasa dulu hatinya pernah kena
pukulan yang hebat sehingga tindak-tanduknya menjadi abnormal. Untuk selanjutnya
diharap kalian mengingat akan sesama orang persilatan sukalah meng-amat2i dan
mencari tahu siapakah gerangan dia ini serta adakah sanak pamilinya. Adapun kini
terpaksa biarkan dia tinggal sementara dikelentingku ini !
Hong san Koay Khek " Halaman 32
yoza collection Habis berkata, lalu ia mendekati orang aneh itu. Tak terduga, tiba-tiba dilihatnya
pada pipi orang aneh yang jelek itu sedikit basah, nyata air matanya sudah meleleh.
Hati Jing-ling-cu tergerak, diam2 ia menduga pasti dimasa yang lalu orang aneh ini
tentu mengalami sesuatu peristiwa yang amat menyakiti hati dan menggetarkan
sukma. Cuma sayang, keadaan orang aneh ini kini dalam keadaan tidak waras hingga susah
untuk ditanya. Yang mencurigakan ialah kejadian tadi sebab apakah mendadak Siauyau-ih-su menjerit kaget, lalu berlari pergi begitu saja " Dan mengapa bila mendengar
suara si gadis, Lou Jun-yan, lantas mengubar terus " Apakah mungkin dengan kedua
orang tersebut belakangan ini memang pernah ada hubungannya "
Dasar watak Jing-ling-cu memang simpatik, ia pikir orang aneh itu ia sendiri yang
ketemukan, maka urusan apa yang menyangkut diri orang aneh itu, sudahlah pasti ia
takkan bisa tinggal diam.
Maka kembali ia tutup muka orang dengan kain selubung hitam tadi dan katanya
ramah : Sobat, marilah kembali kekamar mengaso dulu !
Orang itu tetap diam saja, maka Jing-ling cu lantas menarik tangannya dan dibawa
masuk keruangan belakang.
Besok paginya sesudah Tong Po dan Bok Siang-hiong memohon diri pulang
kekediamannya masing2, dalam keadaan seorang diri Jing-ling-cu terus memikirkan
teka-teki yang menyelubungi diri orang aneh itu. Tiba2 ia menjadi ingat, kalau tak bisa
buka suara, bukankah dapat menulis, dan kenapa kemarin tidak diberikan pena dan
kertas suruh menulis jawaban apa yang ditanyakan itu " Diam2 Jing-ling-cu mengomeli
dirinya sendiri yang kenapa begitu goblok hingga tidak ingat akan akal ini. Maka lekas2
ia mendatangi kamar si orang aneh.
Tapi ia kecele, sebab orang itu ternyata telah tiada di kamarnya lagi. Kalau melihat
bantal dan selimut yang masih baik2 berada diatas ranjang, nyata sekali semalam sama
sekali orang aneh itu tidak tidur disitu, dan sejak kapan orangnya menghilangpun susah
diketahui. Karena kejadian ini, hati Jing-ling-cu menjadi murung, tapi apa daya "
Dalam pada itu, mengenai diri Lou Jun-yan sejak meninggalkan kuil Lo seng-tian,
ditengah jalan teringat olehnya kejadian dikelenteng itu, dimana ia telah menggoda
Hong san Koay Khek " Halaman 33
yoza collection habis2an beberapa tokoh angkatan tua, diam2 ia merasa geli sendiri dan saking
senangnya, sepanjang jalan ia bersenandung per-lahan2 sembari memainkan
tetumbuhan bunga hutan di tepi jalan, terus turun ke bawah gunung.
Setibanya dibawah puncak gunung, gadis ini menjadi ragu2, apakah begitu saja
terus pulang kerumah " Biasanya sang guru teramat keras mengawasi dirinya, kalau
bukan undangan Jing-ling-cu dan sang guru enggan turun gunung, boleh jadi hingga
kini ia masih tetap dikeram, kini dirinya berada sejauh ribuan li dari gurunya, tentu
orang tua itu takkan tahu urusan disini ternyata begitu cepat sudah selesai " Dan
kesempatan ini mengapa tak dipergunakannya untuk pesiar dikalangan kang-ouw "
Setelah ambil ketetapan itu, hati si gadis makin gembira. Terus saja ia melanjutkan
perjalanan buat tinggalkan pegunungan Heng-san itu.
Tak terduga, karena terlalu sedikit pengalaman, dan pula Lam-gak Heng-san ini baru
pertama kali ia kunjungi, jalan pegunungan ber-liku2, bilak-biluk, meski ia sudah berputar2 hingga hari hampir magrib, masih juga belum keluar dari tanah pegunungan itu.
Jun-yan menjadi gugup, akhirnya ia pikir2 jangan2 malam ini harus tidur dialas
pegunungan terbuka. Dalam kesalnya ia duduk diatas satu batu ditepi jalan untuk
mengaso. Tiba2 dilihatnya dari jauh ada beberapa orang yang mendatangi, sesudah dekat,
ternyata mereka adalah beberapa tukang pencari kayu. Dalam girangnya Jun-yan
terlompat bangun serta berseru : Numpang tanya, toako tukang kayu! sembari berkata,
segera iapun memapak maju.
Siapa tahu, baru saja tubuhnya bergerak, mendadak terasa dibelakangnya ada
berkesiur angin yang sangat perlahan, se-akan2 ada seseorang yang mengintil
dibelakangnya. Gerak-gerik Jun-yan memang sangat gesit dan cekatan, ketika berasa begitu, tanpa
berpaling lagi, se-konyong2 ia baliki tangannya terus meraup kebelakang. Tapi ternyata
ia hanya meraup angin belaka, ketika ia menoleh, yang tertampak hanya cuaca
remang2 tanpa suatu bayanganpun. la menjadi heran dan melengak, tapi segera ia
meneruskan niatnya memapak beberapa tukang kayu tadi.
Sudah tentu para tukang kayu itu terheran-heran ketika mendadak melihat seorang
gadis jelita muncul ditengah-tengah alas pegunungan yang sunyi itu. Tadinya mereka
Hong san Koay Khek " Halaman 34
yoza collection menyangka jangan-jangan dewi kayangan yang turun kebumi. Sesudah mendengar
pertanyaan si gadis tentang jalan turun kebawah gunung, lalu dengan sangat sopannya
mereka memberitahukan dengan jelasnya.
Dengan riangnya Jun-yan mengucapkan terima kasih lalu berlari-lari lagi kejurusan
yang ditunjuk, tapi sesudah beberapa puluh tombak jauhnya, kembali ia merasa angin
silir berkesiur lagi dibelakangnya.
Tatkala hari itu sudah mulai gelap, cuma sang dewi malam belum menampakan
diri. Kembali hati si gadis terkejut, diam2 ia memikir, apakah mungkin ada setan alas
yang sedang mengintil dibelakangnya.
Ketika ia coba menghentikan langkahnya, tahu2 angin silir dibelakangnyapun
lenyap. Maka yakin sudah si gadis, pasti ada orang yang selalu mengintil, tapi bila ia
mendadak menoleh toh tiada sesuatu bayangan yang terlihat olehnya"
Dalam keadaan seorang diri di-tengah2 alas pegunungan, dan pula dimalam yang
kini sudah gelap, sungguhpun nyali si gadis cukup tabah, tak urung ia merasa mengkirik.
Segera ia tarik senjatanya Ah-jui-bian atau pecut mulut bebek, ia siapkan ditangan
untuk menjaga segala kemungkinan.
Pecut ini adalah senjata andalan gurunya, Thong-thian-sin-mo Jiau-Pek-king
diwaktu mulai berkecimpung didunia kang-ouw. Meski nama senjata itu lucu
kedengarannya, tapi sebenarnya adalah sesuatu genggaman yang liehay dan jarang
dilihat. Panjang pecut itu kira2 tujuh kaki, besarnya seperti jari dan terbagi dalam ruas2
yang terbikin dari baja yang tajam sekali. Di ujung pecut itu terdapat pula dua potong
pelat baja yang tipis tajam, letak kelihayannya justru pada kedua pelat baja ini, kalau
diputarkan, ke dua pelat ini bisa buka-tutup hingga mirip mulut bebek.
Begitulah, Jun-yan siapkan pecutnya ini di tangan terus melanjutkan perjalanan
dengan cepat. Beberapa kali terasa angin berkesiur lagi dibelakangnya, segera pecutnya
ia sabetkan, tapi selalu mengenai tempat kosong. Dengan sendirinya hatinya menjadi
semakin heran. Tidak antara lama, sesudah rembulan lambat laun meninggi disebelah belakangnya
serta memancarkan sinarnya yang indah, diam2 Jun-yan bergirang. Tapi ketika ia
memandang kebawah, ia menjadi terperanjat tidak kepalang.
Hong san Koay Khek " Halaman 35
yoza collection Kiranya di bawah sorot sinar bulan yang terang, kecuali bayangan tubuhnya yang
tertampak memanjang kedepan ditengah pegunungan itu, terdapat pula satu bayangan
orang lain yang lebih jangkung dari dirinya, kalau melihat jaraknya, orang itu terang
selalu mengintil dalam jarak tiada 4-5 kaki dari belakangnya.
Memangnya sejak tadi Jun-yan curiga ada orang yang mengintil dibelakangnya
hingga menerbitkan berkesiurnya angin, tapi beberapa kali ia berpaling atau menyabet
dengan pecutnya, toh selalu nihil tiada sesuatu yang dilihatnya. Kini kalau bukan dia
berjalan dengan memungkiri bulan hingga bayangannya tersorot kedepan, boleh jadi ia
belum berani yakin kalau berkesiurnya angin itu dijangkitkan oleh orang.
Dalam kagetnya, hati Jun-yan benar2 dek-dekan, ia menduga orang mungkin sudah
lama mengintil, maka betapa hebat ilmu entengi tubuh orang itu, sungguh susah
dibayangkan. Cuma anehnya, mustahil orang itu belum insyaf kalau bayangan tubuhnya
yang tersorot sinar bulan itu kini sudah dapat diketahui"
Ketika per-lahan2 Jun-yan sengaja melangkah dua tindak kedepan, tahu-tahu
bayangan orang itupun bertindak dua langkah. Bila ia berlari, bayangan itupun ikut
berlari, hingga mirip seperti bayangan sendiri saja.
Sembari berjalan, diam-diam Jun-yan menimang-nimang, ia pikir orang mungkin
tiada maksud jahat, sebab kalau punya tujuan jahat pada sebelum bayangannya
diketahui, sejak tadi-tadi sudah turun tangan. Boleh jadi orang ini adalah Bu-lim Cianpwe
atau angkatan tua dari dunia persilatan yang kenal akan kenakalannya maka sengaja
hendak bergurau padanya. Memikir akan itu, diam2 Jun-yan geli sendiri, sebab besar kemungkinan malah
suhunya sendiri yang telah turun gunung dan menggoda padanya.
Diam2 ia himpun tenaganya, ia siapkan pecutnya baik2, suatu ketika, mendadak ia
putar tubuh, terus menyabet ber-runtun2 tiga kali.
Cara menyerangnya itu cepat luar biasa, tapi gerak tubuh orang yang
dibelakangnya itu ternyata jauh lebih cepat lagi, hingga tiga kali sabetannya mengenai
tempat kosong semua. Cuma ada hasilnya juga, sebab ia sudah pusatkan perhatian,
maka sekilas dapat dilihat oleh Jun-yan, dibawah sinar bulan ada satu orang secepat
angin telah melesat pergi terus menyelusup masuk kedalam rimba yang berdekatan.
Hong san Koay Khek " Halaman 36
yoza collection Ha, masih lari " Sudah kepergok, kau mau sembunyi kemana " teriak Jun-yan. Dan
sambil mengangkat pecutnya, segera ia mengejar.
Sesudah menyusur rimba, ia ber-teriak2 lagi memaki dengan maksud memancing
keluar orang itu, tapi pohon2 rimba itu jarang2 saja tidak terlalu rindang, hingga keadaan
sekitarnya cukup terlihat jelas, sunyi senyap saja tiada seorangpun.
Tanpa terasa bulu roma si gadis berdiri, diam2 ia membatin, apakah mungkin setan
atau genderuwo yang lagi menggodanya " la coba tenangkan diri, lalu duduk dibawah
satu pohon besar sambil meng-amat2i keadaan sekitarnya, tapi benar2 tiada suatu
bayanganpun yang terlihat, ketika ia menengadah, sinar bulan yang putih jernih
menembus rimba yang jarang itu hingga suasana malam itu tenang2 aman.
Selagi Jun-yan tengak-tengok kesana kemari, tiba2 dilihatnya diatas sebatang dahan
pohon yang tumbuh miring, coraknya agak aneh. Ketika ditegasi, ternyata bukan dahan
pohon, tapi kain baju yang ber-goyang2, terang seorang manusia terpantek miring
dibatang pohon besar itu dengan ilmu kepandaian lip te-seng-kin atau berdiri ditanah
tumbuh akar, semacam ilmu yang memberatkan tubuh yang pernah didengar tapi
belum pernah dilihatnya. Ilmu lip-te-seng-kin itu adalah kepandaian tunggal kaum Khong-tong-pay. Yang
melatih ilmu ini, kalau Iwekangnya belum punya dasar yang kuat, tak nanti bisa berhasil.
Kalau begitu, apakah mungkin orang ini adalah Li Pong, Ciang-bun-jin atau ketua dari
Khong-tong-pay yang berjuluk Liok-hap-tong-cu itu "
Li Pong itu di waktu berusia tujuh belas tahun, ilmu silatnya sudah menjagoi sesama
saudara seperguruannya, dengan liok-hap-to-hoat dari Khong-tong-pay mereka,
sekaligus ia telah kalahkan tiga puluh lima saudara perguruannya hingga diangkat
sebagai ketua. Sebab itulah orang kang-ouw menyebutnya Liok-hap-tong-cu atau
sibocah pemain Liok-hap-to. Kini meski usianya sudah lanjut, tapi julukan muda itu
masih belum terhapuskan. Jun-yan pikir Li Pong adalah kawan sehidup semati gurunya, Jiau Pek-king, biasanya
suka menggoda dan bergurau padanya. Maka ia menduga orang ini pasti Li Pong
adanya. Hatinya menjadi lega, dengan ketawa-ketawa segera ia menegur : Hayo, Li-sioksiok
(paman Li), sudah dapat kukenali, kenapa masih kau pura2 tidak tahu disitu " Lekaslah
turun ke mari, ajarkanlah padaku ilmu golokmu Liok-hap-to-hoat. Bila tidak nanti aku
Hong san Koay Khek " Halaman 37
yoza collection akan siarkan kau seorang tua sengaja menindas yang muda, coba bagaimana kau akan
membela diri " habis berkata lalu iapun berdiri.
Dan ketika ia mendongak pula sambil berkata dengan ketawa: Nah, Li.. . . . belum lagi
sioksiok diucapkan tiba2 ia merasa mukanya seperti teraling-aling sesuatu nyata itulah
muka seorang yang jelek dan menyeramkan luar biasa yang hampir-hampir menempel
dengan mukanya, maka teranglah bahwa orang itu sekali-kali bukan Liok-hap-tong-cu
Li Pong yang disangkanya, tapi adalah si orang aneh yang dilihatnya dikelenteng Loseng-tian siang tadi.
Kiranya tadi tubuh orang aneh itu terpantek miring keatas dibatang pohon, tapi
kemudian menggantung kebawah, hingga mukanya hampir2 berciuman dengan
mukanya Jun-yan ketika si gadis berdiri.
Sesaat itu, saking kagetnya napas Jun-yan seakan-akan sesak, ia terhuyung-huyung
mundur beberapa tindak. Kau.. . .kau sebenarnya.. . . .siapa" tanyanya kemudian dengan
suara gemetar. Mendadak matanya menjadi burem, tahu-tahu orang itu telah melayang turun
kedua tangannya terpentang terus melangkah maju se-akan2 Jun-yan hendak dirangkul
kedalam pelukannya. Dalam kagetnya Jun-yan menjerit tajam sembari melompat mundur. Mendengar
suara jeritan si gadis, mendadak orang aneh itu berhenti tak jadi maju, kedua tangannya
pun diluruskan kebawah lagi, hanya dari tenggorokannya terdengar berkeruyukan,
mulut dengan bibirnya yang sudah tak utuh lagi itu ternganga dan mengeluarkan
semacam suara yang menakutkan dan menggetarkan sukma.
Mendengar orang mengandung rasa pilu, tapi penasaran dan benci, seperti orang
yang telah dianiaya musuh, tapi dendam sedalam lautan itu tak berdaya dibalas. Maka
meski suaranya tadi begitu menyeramkan, dari takut tiba-tiba timbul rasa simpatik si
gadis terhadap diri orang aneh itu. Jun-yan coba mengamati-amati perawakan dan
bentuk wajah orang, tapi tiada sesuatu yang mirip Li Pong, diantara anak murid Khongtong-pay juga tidak sedikit yang dikenalnya dan tiada seorangpun yang berwajah begini,
sebaliknya kepandaian lip-le-seng-kin yang ditunjukkan si orang aneh ini tadi justru
adalah ilmu tunggal golongan Khong-tong-pay yang tak mungkin diajarkan pada orang
luar. Hong san Koay Khek " Halaman 38
yoza collection Diam-diam Jun-yan menimang-nimang meski orang aneh tiada maksud jahat, tapi
ketika di Lo-seng-tian selalu mengejar saja pada dirinya, sesudah ia tinggalkan
kelenteng itu masih terus orang mengintil. Dengan siapapun boleh berkawan, tetapi
masa harus berkawan dengan seorang aneh seperti setan ini" Tidakkah jalan paling
selamat ialah : kabur "
Karena itu segera ia pura2 membentak: Hai, apakah kau ini orang Khong-tong-pay
" Berani kau menggoda aku ditengah jalan, jika aku laporkan pada Ciangbunjin dari
Khong-tong-pay, Liok-hap-tong-cu Li Pong, pasti takkan menguntungkan kau!
Cara Jun-yan berkata ini sengaja ia keraskan suaranya, sebab ia insyaf, sedikit saja
ia menggeser pergi, betapapun gesitnya, pasti orang aneh itu dapat menyusulnya. Maka
semakin berkata semakin keras suaranya, sedang kakinya terus menggeser kebelakang.
Ketika selesai ia berkata, sementara itu ia sudah berada sejauh 4-5 tombak dari orang
aneh itu. Betul juga, orang aneh itu masih berdiri terpaku ditempatnya, hanya kepalanya
miringi, rupanya sedang pasang kuping buat mendengarkan. Diam-diam Jun-yan sangat
girang, lebih pasti lagi dugaannya bahwa orang aneh tentu seorang buta, asal ia
menahan napas dan tidak menerbitkan suara, pasti orang takkan dapat mencari
jejaknya. Ia pikir mundur lagi sedikit jauh, lalu berdiam diri untuk melihat bagaimana
reaksi orang aneh itu. Tak terduga ada lebih baik kalau ia tidak mundur lagi, tapi baru mundur selangkah,
tahu-tahu tubuhnya telah menubruk kedalam pangkuan seseorang.
Kagetnya Jun-yan kali ini ber-tambah2, tanpa pikir lagi telapak tangan kirinya ia
tamparkan kebelakang. Dalam keadaan tubuh menempel, semestinya tamparan ini
tentu kena sasarannya, siapa duga, baru saja tangannya diayun, tahu-tahu pergelangan
tangannya malah terasa kesemutan, kiranya sudah kena ditangkap orang
dibelakangnya itu. Jun-yan jadi mengeluh, ia tak berani berteriak, karena kuatir diketahui orang aneh
itu hingga soalnya semakin bertele-tele. Dalam gugupnya ia ayun pecutnya yang
berujung mulut bebek itu kebelakang dengan tipu hwe-jui-tiok-le atau membalik mulut
mematok keong. Hong san Koay Khek " Halaman 39
yoza collection Tapi sial baginya, sebelum sabetannya mengenai sasarannya, tahu-tahu jiok-tekhiat di sikutnya terasa kesemutan, genggamannya menjadi kendor, dan senjatanya
sudah pindah ketangan orang.
Dahulu ketika Jun-yan mempelajari ilmu pecut itu, pernah gurunya Thong-thian-sinmo Jiau Pek-king berpesan: Dengan ilmu pecut lain dari pada yang lain ini, betapapun
musuh takkan dapat merampas senjatamu ini, tetapi bila sampai pecutmu ini kena
direbut, maka terang kau sudah kecundang, tak perduli lawan seorang sepele saja,
jangan lagi kau menempur terus, jalan paling selamat ialah lari. Baiknya gurumu ini
bukan seorang ksatria atau laki2 sejati, lebih2 bukan manusia yang suka cari nama,


Manusia Aneh Dialas Pegunungan Hong San Koay Khek Karya Gan K.l di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

maka kau larikan diri rasanya juga tidak merosotkan pamor gurumu ini!
Pesan itu selamanya diingat baik-baik oleh Jun-yan. Kini melihat pecutnya benar2
kena dirampas orang, segera ia bermaksud kabur. Namun pergelangan tangan kirinya
kena dipegang musuh, mana bisa lari begitu saja "
Dalam gugupnya ia me-ronta2 sembari melirik tangan musuh yang memegangi
tangannya itu, dan diluar dugaan, demi nampak tangan orang, dari keringat dingin yang
tadinya sudah membasahi tubuhnya itu, kini ia malah menjadi lega.
Kiranya tangan orang yang memegangnya itu ternyata berjari gemuk-gemuk dan
merah seperti diwanter kuku jarinya, panjang lebih dua senti hingga mengeluarkan
cahaya mengkilap, siapa lagi dia kalau bukan telapak tangan Cu-seng-cian atau tangan
merah Cu-se yang dikenalinya sebagai tangannya Liok-hap-tong-cu Li Pong.
Saking girangnya, segera iapun mengomel : He, Li-sioksiok, kenapa kau sengaja
bikin kaget padaku "
Maka terdengarlah orang yang dibelakangnya itu ketawa terbahak-bahak sembari
kendorkan cekalannya, kemudian katanya : Setan cerdik, dibelakangku kau selalu sebut
namaku, apa yang sedang kau lakukan untuk alamatku bukan " Haha, kalau tidak bikin
kaget kau sekali-kali, adu mulut aku memang kalah, bukankah selalu aku akan rugi "
Ketika Jun-yan menoleh, maka terlihatlah seorang berperawakan pendek buntat,
rambutnya hitam mengkilap, alisnya yang panjang tebal, tapi berwarna putih bersih,
dibawah janggutnya tumbuh serumpun jenggot, tapi warnanya justru hitam, dan diapit
dan alisnya putih, wajahnya masih kekanak2an, tambah lagi sepasang tangan Cu-sengciang , siapa lagi dijagat ini yang mempunyai corak khas seperti Liok-hap-tong-cu Li
Pong ini " Hong san Koay Khek " Halaman 40
yoza collection Sesudah tertegun sejenak, segera Jun-yan mengomel lagi: Bagus kau, Li-sioksiok !
Kau kirim orang golonganmu Khong-tong-pay untuk bikin rusuh di Lo-seng-tian diatas
Ciok-yong-hong, kini tua menghina lagi seorang gadis muda seperti aku, kelakuanmu
ini mana ada sifat pribadi yang agung sebagai Bu-lim-cianpwe (angkatan tua persilatan)
dan seorang ketua cabang persilatan. Biarlah aku siarkan berita ini tentu kau akan
dibuat buah tertawaan orang!
Hebat benar dakwaanmu ini " sahut Li Pong sambil melelet-leletkan lidahnya.
Tapi cara bagaimana untuk menebus kekalahanku ini, supaya nona jelita tidak
marah-marah lagi" Itu mudah , ujar Jun-yan sembari tekap mulutnya yang mungil untuk menahan
tertawanya. Asal kau ajarkan aku Liok-hap-to-hoat, maka segalanya akan menjadi
beres! Kiranya Liok-hap-tong-cu Li Pong ini memang bertabiat jenaka, meski seorang
ketua cabang persilatan, tapi paling suka pada orang muda yang ingin maju, sama
sekali tak berlagak tua terhadap kaum muda, dan Lou Jun-yan memang sudah biasa
bersenda gurau dengan dia.
Ai, setan cerdik , demikian sahut Li Pong kemudian dengan tertawa ia menyambung
: Belum lagi menjadi pembesar, sudah mau terima sogok, sayang Liok-hap-to-hoat yang
kau inginkan tidak ada, kalau Liok-hap-cio-hoat, bagaimana" Kau mau tidak"
Jun-yan tidak tahu kalau kata2 Li Pong itu sedang mempermainkannya, sebaliknya
ia pikir, menurut cerita suhunya ilmu silat rahasia kaum Khong-tong-pay sangat banyak
dan semuanya bagus tiada bandingan, keruan ia kegirangan, segera ia menyahut : Ya,
boleh, bagus sekali! Baik , kata Liok-hap-tong-cu Li Pong sembari geraki tangannya terus mendorong
ke arah si gadis. Sampai disini, barulah Jun-yan tahu dirinya kena diapusi. lapun tahu tak nanti Li
Pong memukul sungguh-sungguh padanya, namun bila pukulan itu sampai kena,
bukankah ia sendiri malu sebagai anak murid Thong-thian-sin mo Jiau Pek-king" Maka
cepat sekali ia berkelit kesamping.
Bagus, gerakan yang gesit! seru Li Pong memuji Tapi segera ia melangkah maju
dan pukulan kedua dilontarkan pula.
Hong san Koay Khek " Halaman 41
yoza collection Selagi Jun-yan hendak berkelit pula,
mendadak terasa angin berkesiur cepat lewat
disampingnya, si orang aneh yang terpaku
ditempatnya tadi tahu-tahu melesat ketengahtengah antara dia dengan Li Pong, terlihat pula
tangan si orang aneh diangkat, iapun
melontarkan pukulan kedepan, maka
terdengarlah suara plak , kedua tangan si orang
aneh dan Li Pong saling beradu.
Pukulan yang dilontarkan oleh Li Pong tadi
hanya pura2 saja untuk menggoda Jun-yan,
sama sekali ia tidak menduga bahwa mendadak
bisa muncul seseorang untuk merintanginya"
Sebaliknya orang aneh itu melontarkan pukulan
sepenuh tenaga, maka Liok-hap-tong-cu Li Pong tergetar hingga mundur 7-8 tindak, jika
bukan lwekangnya sudah terlatih sampai tingkat yang bisa dipergunakan dengan
sesukanya dan segera kumpulkan tenaga buat menahan, boleh jadi ia sudah terluka
dalam. Bila kemudian Li Pong dapat melihat bahwa lawannya itu ternyata seorang jelek
yang mukanya 90 persen lebih mirip setan, kedua matanya melolor memutih, terang
seorang buta, tapi tenaga dalamnya ternyata sedemikian hebatnya, ia menjadi
tercengang. He, budak cerdik, kiranya kau masih punya bala bantuan! , katanya kemudian.
Semula Jun-yan menyangka kalau orang aneh ini adalah orang Khong-tong-pay,
kini mendengar kata Li Pong, pula cara orang aneh itu turun tangan tadi terang
bukannya pura2, tapi menganggap Li Pong hendak mencelakainya, kalau begitu, apakah
benar2 orang aneh ini sudah berkawan dengan aku" demikian pikir si gadis.
Karena itu, cepat ia menjawab: Li-sioksiok, bergurau boleh bergurau, tapi kalau
sungguh2 hendaklah kita juga sungguh2. Orang ini adalah orang yang bikin rusuh di
kelenteng Lo-seng-tian, Jing-ling-cu dan kawan2nya tiada yang kenal asal-usulnya, tadi
aku melihat ia gunakan kepandaian lip-te-seng-kin untuk pantek dirinya diatas batang
pohon, masa dia bukan orang golonganmu" Dan tiba2 kaupun datang kemari, apakah
kau juga hendak mengunjungi Jing-ling Totiang"
Hong san Koay Khek " Halaman 42
yoza collection Ya, aku juga menerima undangan Jing-ling-cu , sahut Li Pong. Cuma ditengah jalan
terhalang sesuatu urusan, maka datangnya terlambat. Apakah undangan Jing-ling-cu
pada orang banyak, justru disebabkan urusan setan jelek ini"
Benar , kata Jun-yan mengangguk. Suhu juga diundang, ia bilang tentu akan
berjumpa dengan seorang yang bernama Cu Hong-tin yang memuakkan, ia sendiri tak
sudi turun gunung, maka aku yang diperintahkan kemari.
Bagus kuda liar terlepas dari kekangan, tentu saja hebat! goda Li Pong dengan
tertawa. Li-sioksiok, biasanya kau sangat sayang padaku. Aku hanya gunakan kesempatan
ini untuk mencari pengalaman kangouw, maka terlambat pulang, kelak jika ketemu suhu,
harap jangan kau laporkan! pinta si gadis.
Tak bisa , kata Li Pong sembari geleng2 kepalanya. Masa kau suruh aku seorang
tua yang menghina kaum muda, seorang yang tanpa sifat pribadi ketua cabang
persilatan, supaya berdusta untukmu"
Aii, Li-sioksiok ini.. . sahut Jun-yan sambil menjengkitkan mulut.
Li Pong menjadi geli melihat muka si gadis yang menyenangkan ini. Jun-yan tahu
kalau orang tua itu diam2 sudah berjanji, lalu ia menceritakan pengalamannya di Loseng-tian diatas Ciok-yong-hong itu.
Sambil mendengarkan cerita si gadis yang menarik itu, diam2 Li Pong
memperhatikan orang aneh itu. Ia lihat orang aneh itu berdiri menghadap kearah si
gadis tanpa bergerak sedikitpun, se-akan2 sangat senang dan ketarik oleh setiap kata2
serta setiap suara ketawa si gadis.
Sesudah Jun-yan selesai menutur, lalu Li Pong berkata : Kalau dia mahir ilmu silat
cabang lain, itulah bukan soal, tapi kepandaian lip-te-seng-kin benar2 adalah ilmu
tunggal Khong-tong-pay kami, darimana ia dapat mempelajarinya" Ahm.. . ia merenung
sejenak, tiba2 dari pinggangnya ia lolos keluar sebilah golok yang bersinar hijau
mengkilap. Nyata itulah golok pusaka Pek-lin-sin-to kaum Khong-tong-pay.
Melihat Li Pong mendadak lolos senjata, sedang orang aneh itu juga rupanya sudah
mendengar suara senjata tajam dicabut, maka agak terkejut dan terus mundur setengah
langkah, kakinya berdiri kokoh dalam gaya miring, nyata itulah kuda2 yang kuat sekali
untuk menghadapi segala kemungkinan.
Hong san Koay Khek " Halaman 43
yoza collection Menyangka kedua orang bakal saling gebrak dan kasihan juga bila orang aneh yang
cacat itu sampai terluka, maka cepat Jun-yan bertanya: Li-sioksiok, apa yang hendak
kau lakukan " Aku hendak menjajal dia. Kau bilang dia mahir ilmu lip-seng-kin , apakah ia juga
pandai Liok-hap-to-hoat"! sahut Li Pong. Lalu ia membentak ke arah si orang aneh:
Nah, sobat, sambutlah! Habis itu, sekali tangannya bergerak, tahu2 golok pusakanya itu tertimpuk kedepan
membawa selarik sinar hijau yang menyilaukan ke-arah orang aneh itu.
Ternyata orang aneh itu sangat cekatan, sekali tangannya membalik, segera golok
itu sudah kena dipegangnya.
Terkejut sekali Li Pong melihat cara si orang aneh itu menyambuti goloknya, tanpa
terasa ia berseru memuji.
Kepandaianmu bagus! Awas serangan!
Segera ia gunakan sarung goloknya sebagai senjata, terus dengan tipu Ci-gi-tonglai atau hawa ungu datang dari timur, sarung goloknya membawa angin kencang terus
menusuk kemuka si orang aneh.
Liok-hap-to-hoat dan Liok-hap-co-hoat dari Khong-tong-pay, kesemuanya
mengambil atas gabungan langit bumi dan keempat penjuru yang diubah lagi, jadi langit
dan bumi atau atas dan bawah ditambah empat penjuru yalah enam, maka disebut
Liok-hap atau enam gabungan.
Ilmu golok dan pukulan itu sebenarnya masing-masing hanya terdiri dari enam
jurus saja, yaitu dengan aksara langit, bumi, timur, barat, utara dan selatan, tapi diantara
tiap-tiap jurus itu terkandung pula enam macam pecahan, dari tiap-tiap pecahan, ini
juga mengambil kedudukan enam aksara seperti tersebut diatas, maka kalau dimainkan
menjadi enam kali enam menjadi tiga puluh enam jurus. Ilmu silat ini adalah kepandaian
tunggal Khong-tong-pay yang tak diajarkan pada orang lain.
Begitulah Jun-yan melihat gerak serangan Li Pong itu dilontarkan sangat perlahan
sekali, ia tak kenal tipu serangan macam apakah itu, juga tak tahu kemuzizatan yang
terkandung dalam tipu ini, tapi bila ingat inilah kesempatan bagus untuk mencuri belajar
Liok-hap-to-hoat, berkat otaknya yang tajam, segera ia perhatikan sungguh2 gerak
geriknya Li Pong, ia ingat baik2.
Hong san Koay Khek " Halaman 44
yoza collection Ia lihat ketika tusukan Li Pong itu dilontarkan, sarung golok yang dibuat senjata itu
mendengung sekali terus ujungnya memutar hingga menjadi satu lingkaran kecil,
kembali mendengung sekali terus menggores sebuah lingkaran besar, selesai dua
lingkaran digores, ujung golok itu sudah mendekati muka si orang aneh.
Orang aneh itu masih berdiri tegak sambil memegangi Pek-lin-to yang dilemparkan
Li Pong tadi, sama sekali tiada tanda2 hendak menangkis atau berkelit.
Hayo sambut! bentak Li Pong lagi sembari menggores lingkaran yang ketiga.
Dengan digoresnya tiga lingkaran sinar itu, ujung goloknya sudah tinggal beberapa
senti saja didepan muka si orang aneh. Karena itu, baru mendadak orang aneh itu
geraki goloknya secepat kilat.
Herannya gerak tipunya ternyata sama dengan tipu serangan Li Pong, golok
bersinar hijau yang menyilaukan itu segera melingkar menjadi satu bundaran, hebatnya
lingkaran pertama ini sudah jauh lebih besar dari lingkaran ketiga yang digoreskan Li
Pong tadi. Dibawah sambaran sinar senjata itu, sarung golok Li Pong sudah terkurung
didalamnya. Melihat sekali bergerak, orang itu benar-benar melontarkan tipu Ci-gi-tong-lai , jurus
pertama dari Liok-hap-to-hoat, bahkan tenaga dalam yang digunakannya terang diatas
dirinya, tak nanti dibawahnya, keruan Li Pong terkejut, segera ia bermaksud menarik
kembali sarung goloknya, tapi sudah tidak keburu lagi.
Tiba2 sinar hijau berkelebat, ilmu golok orang aneh itu sudah berubah, Pek-lin-to
dibujurkan kesamping. Li Pong adalah Ciangbunjin atau ketua Khong-tong-pay, sudah tentu ia kenal gerak
tipu itu disebut Se-jut-ham-koan atau kebarat keluar benteng Ham. Jika ia tidak mundur
cepat saatnya, tapi tunggu sampai orang habis memainkan enam jurus hingga tiga
puluh enam macam perubahan seluruhnya dilontarkan, maka pasti ia akan kewalahan
menghadapinya. Ia menjadi geregetan mengapa tadi terlalu pandang enteng lawannya
dan menyerahkan golok pusaka kepadanya, kini ia sendiri hendak melepaskan diri dari
rangsakan saja rasanya susah.
Mendadak ia kendorkan cekalannya, sarung goloknya terpaksa ia korbankan, ia
ulurkan kedepan dan dilepaskan, berbareng orangnya terus melompat mundur.
Hong san Koay Khek " Halaman 45
yoza collection Maka terlihatlah sinar golok gemerlapan, sarung golok itu tahu2 terkutung menjadi
tujuh potong. Nyata itulah tipu Lam-tau-liok-sing atau enam bintang dari langit selatan. Tipu
serangan ini biasanya sangat susah dimainkan, sebab harus sekali membacok
beruntun-runtun menyendal enam kali, tapi dalam permainan orang aneh itu, tipu itu
seperti sepele saja, jitu dan langgeng, sedikitpun tidak meleset, hingga sarung golok itu
terbabat enam kali dan terkutung menjadi tujuh potong dan berserakan ditanah.
Sesudah Liok-hap-tong-cu Li Pong melompat pergi, kembali orang aneh itu berdiri
kaku. Saking herannya Jun-yan sampai ternganga, hingga lama baru ia buka suaranya
: Li-sioksiok, bagaimana ini " Kau adalah Ciangbunjin Khong tong-pay, masa ilmu
golokmu Liok-hap-to-hoat malah kalah sama dia"
Bukan saja ilmu golokku kalah, bahkan tenaga dalam juga dia lebih menang , sahut
Li Pong. Umpamanya dia yang gunakan sarung golokku dan aku memegang Pek-lin-to,
rasanya akupun bukan tandingannya! Bukankah kau saksikan tadi, begitu bergerak, jurus
pertama saja sarung golokku sudah terkurung didalam sinar goloknya" Sungguh aneh!
Orang ini pasti tokoh Khong-tong-pay, apakah mungkin masih angkatan tua dari
golongan kami " Sehabis berkata, segera ia gelengi kepala menjawab sendiri: Tak mungkin, tak
mungkin! Li-siok-siok, tak perlu kau terka tak keruan, sebab ilmu silat cabang lain, iapun
sangat mahirnya! ujar Jun-yan.
Paling benar sekarang carilah akal untuk merebut kembali golok pusakamu itu dari
tangannya! Benar juga pikir Li Pong, segera ia menubruk maju sambil julurkan tangannya yang
merah itu untuk merebut goloknya, tapi sedikit orang aneh itu angkat lengannya, dengan
jurus Thian-ho-to-kwa atau sungai langit gantung terbalik, satu jurus dari Liok-hap-tohoat, terus hendak memotong pergelangan tangan Li Pong.
Keruan Li Pong menjadi terkejut, cepat ia tarik tangannya dan ganti jari tangan kiri
diangkat buat menyerang kedua mata lawan, dan ketika orang aneh itu lintangkan
goloknya hendak menangkis, Li Pong membarengi sekali gertak, tangan kanan secepat
kilat hendak menangkap punggung golok.
Hong san Koay Khek " Halaman 46
yoza collection Tipu serangan Li Pong ini disebut sam-sing-boan-ngoat atau tiga bintang
mengelilingi bulan, ialah semacam ilmu kepandaian merebut senjata orang dengan
tangan kosong, lebih dulu jari kiri mengarah mata lawan, disusul menggertak, berbareng
tangan kanan merebut, tiga gerakan sekaligus dilontarkan. Dibawah permainan Liokhap-tong-cu, tipu itu menjadi makin hebat.
Tapi hasilnya ternyata nihil, sebab orang aneh itu mendadak tekan goloknya
kebawah sembari kepala mengegos, lalu tubuhnya terus meloncat keatas, dalam
sekejap saja tipunya thian ho-to-kwa tadi sudah berganti menjadi te-lai-hong-seng
atau bumi bergoncang menjangkitkan angin.
Dalam kagetnya Li Pong tak berani menyusul buat merebut senjata lagi, dengan
masgul ia melompat mundur, ia termangu-mangu tak berdaya.
Disamping sana Jun-yan juga ikut kuatir bagi Li Pong, Pek-lin-to itu adalah golok
pusaka kaum Khong-tong-pay yang hanya dibawa oleh ketuanya, malahan ada
peraturan yang menentukan bahwa melihat golok itu seakan-akan melihat ketuanya,
anak murid Khong-tong-pay sendiri tidak sedikit jumlahnya, golok pusaka itu mana
boleh dihilangkan begitu saja" Tapi apa daya, kalau Li Pong sendiri tak mampu merebut
kembali, apa lagi ia sendiri "
Hai, kau ini kenapa tidak kenal kebaikan , dalam gugupnya ia berseru, Orang
meminjamkan golok padamu untuk menjajal ilmu goloknya, mengapa senjatanya malah
kau kangkangi" Tiba-tiba mulut orang aneh itu menyengir, tapi karena wajahnya yang jelek dan
bibirnya yang sudah cacat, maka nampaknya menjadi ngeri. Menyusul ia angsurkan
Pek-lin-to itu kepada Lou Jun-yan yang terperanjat sembari mundur selangkah, tapi
kemudian dapat dilihatnya orang tak bermaksud jahat, segera ia tabahkan diri dan
menanya: Apakah kau hendak berikan golok ini padaku " Orang aneh itu tertegun
sejenak, lalu mengangguk.
Maka tanpa ragu2 lagi Jun-yan mendekatinya, cuma untuk menjaga segala
kemungkinan pecutnya ia siapkan ditangan. Lalu golok yang diangsurkan orang aneh
itu diterimanya. Melihat itu, Liok-hap-tong-cu Li Pong menjadi lega, golok pusaka itupun ia terima
kembali dari si gadis, dan katanya : Setan cerdik, sekali ini benar2 berkat kau !
Kebaikanmu ini tentu takkan kulupakan!


Manusia Aneh Dialas Pegunungan Hong San Koay Khek Karya Gan K.l di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hong san Koay Khek " Halaman 47
yoza collection Takkan melupakan, apa gunanya " Masakan kau bakal memberikan golok itu
padaku" demikian sahut Jun-yan. Lalu iapun berkata lagi pada dirinya sendiri : Ah,
betapa baiknya kalau benar2 golok pusaka ini milikku "
Siapa duga, baru selesai ia berkata, mendadak si orang aneh itu terus menerjang
ke arah Li Pong, kelima jarinya terpentang terus hendak merebut golok itu, diwaktu
tangannya bergerak itu samar2 membawa suara yang gemuruh.
Lekas2 Li Pong enjot tubuh berjumpalitan kebelakang hingga jauh sambil berseru :
Ilmu Pi-lik-cio yang hebat ! Setan cerdik, apa yang kau katakan tadi memang benar,
orang ini mahir benar dalam berbagai cabang silat, ilmu pukulan Pi-lik-cio ini adalah
kepandaian tunggal keluarga In di Holam yang hanya diturunkan kepada anaknya,
ternyata diapun bisa menggunakannya, benar-benar hebat dan aneh !
Begitu ia melompat mundur, segera orang aneh itu memburunya dan beruntunruntun melontarkan beberapa jurus serangan buat merebut golok, tapi Li Pong sudah
memegang senjata pusakanya, iapun tidak gentar pula, segera ia mainkan Liok-hap-tohoat dengan kencang hingga orang aneh itu ditahan dalam jarak-jarak tertentu tak
mampu mendekat. Karena itu, maka terdengarlah orang aneh itu bersuara uh-uh-uh pula, rupanya
gugup karena seketika tak bisa merebut senjata lawan.
Lekas kau pulang ketempatnya Jing-ling-cu saja, buat apa masih keluyuran disini
" kata Jun-yan kemudian.
Aneh bin ajaib, terhadap apa yang dikatakan Jun-yan, ternyata orang aneh itu selalu
menurut. Maka sekali putar tubuh, cepat ia mengeloyor pergi.
Li Pong dan Jun-yan ter-mangu2 melihat kelakuan orang yang susah dimengerti
itu. Berpuluh tahun aku berkecimpung di kang ouw, tapi belum pernah kenal dikalangan
persilatan ada seorang tokoh aneh seperti ini , demikian kata Li Pong saking herannya.
Kalau melihat tindak tanduknya sudah terang seorang gendeng yang tak merasa
lagi asal usul dirinya sendiri. Menurut aku, Jing-ling-cu harus mengumpulkan semua
tokoh2 dunia persilatan dari yang rendah sampai yang tinggi, boleh jadi baru bisa
mengenalinya! Maka kini biarlah aku pergi ke Ciok-yong-hong untuk menemui Jing-lingcu, apakah kau juga ingin ikut"
Hong san Koay Khek " Halaman 48
yoza collection Ah, tidak , sahut Jun-yan menggelengkan kepala. Tapi harap Li-siok-siok, jangan
sekali2 kau beritahukan suhu tentang jejakku ini, bila kau mengatakan padanya, kelak
pasti aku akan siarkan kejadian golokmu dirampas orang aneh tadi, coba pamormu
bakal merosot atau tidak "
Habis berkata, dengan tertawa ter-kikih2 ia terus berlari pergi. Melihat kenakalan si
gadis, Li Pong hanya bisa angkat bahu sambil tersenyum, lalu melanjutkan
perjalanannya ke Ciok-yong-hong.
Dengan kata2nya tadi, Jun-yan sudah yakin meski ia keluyuran setengah atau
selama setahun diluaran, pasti juga Li Pong akan membelanya dimuka sang suhu, maka
tak kuatir lagi kini, saking senangnya larinya tambah cepat.
Malamnya, ia dapatkan sebuah penginapan disuatu kota kecil dibawah gunung, tapi
belum lagi fajar tiba ia sudah bangun, ia melompat keluar melalui jendela, ia pilih sebuah
gedung yang paling mentereng dan digerayanginya belasan lonjor emas yang
seluruhnya hampir 400 tahil, dengan ini ia akan gunakan sebagai biaya pesiarnya nanti.
Memangnya Jun-yan murid Thong-thian-sin-mo yang terkenal ksatria bukan,
penjahat pun tidak, maka mesti sementara menjadi pencuri, Jun-yan tidak merasakan
sesuatu keganjilan. Setibanya kembali dihotel, hari masih belum terang, ia masuk tidur lagi hingga hari
sudah dekat lohor baru mendusin, tapi baru saja sadar, segera ia merasakan sesuatu
yang aneh, di dekat lehernya serasa dingin tajam, seperti ada sesuatu senjata tajam
terletak disitu. Ketika ia menoleh kesamping, maka terlibatlah sebilah golok pusaka yang
memancarkan sinar hijau menyilaukan, persis terletak diujung hidungnya, jaraknya tidak
lebih dari satu senti saja. Coba bila ia menolehnya sedikit sembrono, boleh jadi
hidungnya yang mancung itu sudah menjadi pesek.
Demi nampak golok pusaka itu, segera Jun-yan mengenali itu adalah Pek-lin-to milik
Khong-tong-pay, maka tanpa ragu2 lagi segera ia berteriak: Ha, Li-siok-siok, kau selalu
mau takut2i aku saja! Tapi meski ia mengulangi teriakannya, masih tiada orang menyahut, malahan
terdengar pelayan hotel yang sedang menegur diluar: Apakah nona sudah bangun "
Apakah perlu diambilkan air cuci muka "
Hong san Koay Khek " Halaman 49
yoza collection Siau-ji-ko (panggilan pada pelayan), mari kau masuk, aku ingin tanya padamu !
sahut Jun-yan sembari betulkan rambutnya yang kusut.
Sebenarnya datangnya Jun-yan seorang diri menginap dihotel sudah membikin
pengurus hotel merasa heran, kini dilihatnya pula si gadis tidur hingga lohor masih
belum bangun, rasa curiga mereka semakin menjadi, maka sebenarnya sipelayan dan
kasir lagi kasak kusuk dan bisik-bisik diluar kamar, kini demi mendengar panggilan,
segera mereka mendorong pintu dan masuk kekamar.
Tapi begitu pintu terbuka, mendadak mereka melihat si gadis berdiri didepan
ranjang sambil menghunus golok, mereka menjadi terpaku kaget, malahan saking
ketakutan kasir hotel itu sampai mendeprok ditanah sembari memohon : Am.. . . .ampun
Li-tai-ong (sebutan pada begal wanita) ! sedang sipelayanpun ikut-ikut mendekam
diatas tubuh sikasir dengan badannya menggigil ketakutan.
Mengkal dan geli si gadis melihat macam kedua orang itu, lalu dampratnya : Ngaco
belo, masa aku kalian sangka Li-tai-ong apa segala" Lekas bangun!
Dengan gemetar kedua orang itu berbangkit tapi muka mereka tetap pucat bagai
mayat. He, apakah semalam kalian melihat ada orang memasuki kamarku " tanya Junyan.
Kedua orang itu saling pandang dengan heran oleh pertanyaan itu. Tidak ada!
sahut mereka akhirnya. Tiada seorang kakek buntak bertangan merah yang masuk kemari " desak Junyan.
Tidak ada, tidak ada! sahut kedua orang itu berulang-ulang.
Jun-yan menjadi semakin heran dan bingung tiba-tiba dapat dilihatnya disamping
bantalnya terdapat pula secarik kertas kecil, lekas-lekas ia mengambilnya dan dibaca,
ternyata diatasnya tertulis dua huruf Jing-kin , gaya tulisannya kuat dan indah, selain
itu, tiada sesuatu lagi yang didapatkannya.
Semakin Jun-yan tak faham apakah artinya itu, dan meski sudah dipikir dan tiada
mengerti, akhirnya iapun simpan baik-baik golok pusaka itu dan pesan pelayan
menyediakan makanan, habis itu, iapun tinggalkan hotel. Ia membeli seekor kuda kuat
untuk alat pembantu perjalanannya, sepanjang jalan ia selalu tungak tengok kesana
Hong san Koay Khek " Halaman 50
yoza collection kemari hingga sangat menarik perhatian orang-orang yang berlalu lalang, namun sama
Seruling Sakti 27 Pedang Siluman Darah 2 Ratu Penggoda Siluman Muka Ayu Tongkat Sihir Dewa Api 1

Cari Blog Ini