Manusia Aneh Dialas Pegunungan Hong San Koay Khek Karya Gan K.l Bagian 2
sekali ia tak menghiraukan.
Jalan yang diikutinya itu ternyata adalah jalan raya yang menuju kota Hengyang,
suatu kota yang ramai makmur dan terkemuka diwilayah Oulam dan banyak dikunjungi
saudagar2. Diatas kudanya Jun-yan sangat terpesona oleh keramaian lalu lintas itu. Tiba2
didengarnya ada suara keleningan bercampurkan suara berdetaknya kaki kuda dari
belakang, ketika ia menoleh, kiranya seorang Su-seng atau orang sekolahan,
menunggang seekor keledai sedang mendatangi cepat dari belakang.
Orang menunggang keledai sebenarnya tidaklah mengherankan, tapi Suseng ini
justru anak aneh, sebab caranya menunggang binatangnya itu dengan mungkur, jadi
seperti caranya Thio-ko-lo, itu dewa dalam cerita Pat-sin (delapan dewa). Pula keledai
itu meski kecil, tapi larinya ternyata amat cepat, lebih aneh lagi ialah bulu tubuhnya
seluruhnya putih mulus, sebaliknya empat telapakan kaki dan ekornya hitam mengkilap.
Ter-heran2 Jun-yan melihat macam keledai yang menarik itu, diam2 ia membatin :
Keledai ini hebat amat, jika dapat kurebutnya untuk pesiar ke-mana2, bukankah jauh
lebih bagus daripada menunggang kuda belian ini "
Tapi sipelajar muda itu se-akan2 dapat menerka akan maksud hatinya, tiba2 ia
membentak, segera keledai putih itu pentang kaki terus lari cepat luar biasa.
Sesaat itu Jun-yan malah tertegun, ketika ia sadar kembali, dua saudagar yang
berlalu disitu sudah mendahuluinya lagi. Lekas2 ia berdiri diatas kudanya untuk
melongok, tapi keledai sipelajar sudah jauh sekali, untuk mengejar rasanya tak mudah,
diam2 ia menyesal kenapa tadi melepaskan kesempatan baik itu.
Sedang ia ter-menung2, tiba2 disamping ada orang membentak keras2 : Samthay.. . lalu yang seorang menyambung: Piau-kiok!
Nada teriakan itu semuanya sengaja ditarik panjang2 hingga kedengarannya rada
aneh dan lucu. Ketika Jun-yan berpaling, kiranya itu adalah dua orang pembuka jalan dari sesuatu
perusahaan pengawalan. Hong san Koay Khek " Halaman 51
yoza collection Memangnya hati Jun-yan lagi mendongkol, apa pula tiba2 melihat kedua pembuka
jalan Piau-kiok itu selalu melarak-lirik kearahnya seperti copet mengincar sasarannya,
tentu saja ia menjadi gusar.
Setan, disamping nonamu, kenapa gembar-gembor sesukanya" demikian
dampratnya. Pada umumnya, sebagai pengawal rendahan Piaukiok, meski bisa silat juga tiada
artinya, tapi karena pengalaman pekerjaan mereka yang senantiasa merantau, mulut
mereka justru tajam luar biasa, lebih-lebih kata-kata yang bersifat menggoda dan
rendah, jangan ditanya lagi!
Maka ketika mendengar Jun-yan mendamprat orang tanpa alasan, cara mereka
memandang si gadis menjadi semakin berani, mereka tidak melirik lagi kini, tapi sengaja
mengamat-amati dari depan sampai kebelakang dan dari kepala turun kekaki lalu dari
kaki naik lagi keatas. Menghadapi seorang gadis jelita, tentu saja mereka menjadi tambah berani dan
ingin mendapatkan keuntungan kata-kata. Mereka saling pandang sekejap, lalu tertawa
bersama, sikap mereka sangat rendah memuakkan.
He, nona besar, kami bukan lakimu, kenapa belum kenal, datang-datang kau memaki
orang " segera seorang buka suara.
Ai, toako ini! demikian sambung yang lain seperti dua pelawak yang lagi main
dagelan, kenapa dia memaki orang" Siapa tahu kalau dia telah penujui kita berdua!
Hahaha! Begitulah mereka bergelak ketawa, masih ada tiga-empat orang kawannya yang
dengan sendirinya ikut terbahak-bahak.
Sebenarnya mulut Lou Jun-yan tidak kalah tajamnya, ditambah kecerdasannya,
biasanya tokoh persilatan mana saja kalau kebentur dia, tentu akan merasa kewalahan.
Seperti halnya Siau-yau-ih-su yang dipermainkannya diatas Ciok-yong-hong, tapi tak
mampu membalas. Tapi kini menghadapi dua lelaki bangor dengan kata-katanya yang bersifat rendah
kotor, sebagai seorang gadis dengan sendirinya tak ungkulan menandinginya.
Keruan mukanya menjadi merah mendengar apa yang dikatakan kedua orang Piaukiok tadi, pikirnya : Mereka berteriak membuka jalan memang sudah menjadi peraturan
Hong san Koay Khek " Halaman 52
yoza collection Piaukiok, salahku sendiri tadi memaki mereka, kini rugi sendiri! maka sembari melototi
kedua orang itu dengan sengit, tanpa buka suara lagi ia keprak kudanya berlari
mendahului. Kalau si nona sudah terima salah, sebenarnya urusan menjadi beres, tapi dasar
kedua orang Piaukiok itu memang lelaki bangor, mereka masih tidak kenal selatan,
dikiranya Jun-yan hanya seorang gadis biasa yang mudah digoda. Tiba-tiba merekapun
keprak kuda menyusul bahkan sambil bergembar-gembor dengan kata2 kotor yang tak
sedap untuk didengar. Sungguh hati Jun-yan tak bisa bertahan lagi, diam2 ia pikirkan nama perusahaan
Sam-thay-piau-kiok yang diteriakan mereka tadi, logat mereka juga logat daerah
Soatang, nama Sam-thay-piau-kiok di Soatang memang sangat terkenal, cuma siapa
pemimpinnya ia sudah lupa. Kini ia hendak memberi hajaran setimpal pada laki2 bangor
itu, iapun tak pikir bakal cekcok dengan siapa nanti.
Maka segera ia menahan kudanya sambil menoleh, ia menggapaikan tangan dan
memanggilnya : Marilah, kalian kemari !
Melihat itu, mengira kalau si nona sungguh2 kepincut, saking senangnya, tulang
kedua orang itu se-akan2 lemas seluruhnya. Maka dengan suara sahutan yang di-bikin2,
segera merekapun keprak kuda kedepan.
Diluar dugaan, baru mendekati si gadis, mendadak sinar pecut berkelebat,
pandangan mereka menjadi silau tar-tar dua kali, muka kedua orang itu terkena
sabetan pecut, saking kesakitan hingga mereka ber-kuik2 bagai babi disembelih, terus
merosot kebawah kuda. Rasa gusar Jun-yan masih belum reda, sekali lompat turun sret golok Pek-lin-to
asal milik Li Pong itu ia lolos hingga memancarkan sinar hijau, dan sekejap kemudian,
daun telinga kedua orang itu sudah berpisah dengan tuannya, menyusul mana si gadis
ayunkan kakinya hingga tubuh mereka terpental jauh ke tepi jalan.
Meski perbuatan Jun-yan dilakukan dengan cepat sekali, namun tempat dimana
terjadi itu adalah jalan raya yang sangat ramai. Maka demi melihat seorang gadis jelita
memegangi sebilah golok yang gemerlapan, sedang dua orang lagi ber-guling2 ditanah
penuh darah dimuka, karuan orang yang berlalu disitu menjadi kacau.
Hong san Koay Khek " Halaman 53
yoza collection Tapi Jun-yan tidak peduli, sedang ia hendak melanjutkan perjalanannya, tiba2
terdengar lagi suara keleningan yang ber-ning2. Waktu ia memandang, kiranya keledai
putih yang bertelapak kaki dan ekor hitam itu lagi yang sudah balik kembali dan
berhenti sejauh dua-tiga tombak darinya. Penunggangnya, sipelajar muda itu yang
menunggang keledai secara mungkur, lagi ter-senyum2 kearahnya diatas binatang
tunggangannya. Pikir Jun-yan, kebetulan ular mencari penggebuk , memangnya dirinya lagi hendak
merampas keledai itu, kini ia sendiri yang datang kembali, kenapa tidak sekalian
dilakukan sekarang, tokh tadi sudah terjadi onar"
Dengan keputusan itu, sedang ia hendak melesat kesana, tiba-tiba dilihatnya ada
tiga kuda bagus sedang menerobos rombongan kereta dan berjalan menuju kearahnya,
tiga orang penunggangnya nampak cekatan sekali diatas kudanya hingga sekejap saja
sudah datang menghadang didepan si gadis.
Belum lagi Jun-yan mengamat-amati ketiga orang itu, dilihatnya si Suseng tadi
sedang bertepuk tangan sambil tertawa dan berkata : Hahaha, bakal ramai, bakal ramai,
tentu bakal ramai sekali!
Jun-yan menjadi mendongkol, ia mendelik kearahnya. Tapi tiba-tiba dilihatnya
sewaktu pelajar itu bertepuk tangan tadi, tangannnya gemerlapan dengan sinar kuning
emas, bila ditegasinya, baru diketahui bahwa kedua telapak tangan pemuda itu ternyata
halus rata tanpa satu jaripun, kecuali ditangan kanannya pada jari telunjuknya memakai
sebuah salut emas yang bersinar kuning mengkilap.
Melihat itu, diam2 Jun-yan gegetun sendiri. Sungguh sayang seribu kali sayang,
seorang pemuda yang begitu tampan ganteng ternyata tangannya cacat tanpa jari.
Karena itu, tanpa merasa ia memperhatikan pula sekejap pada orang, sebaliknya
Suseng itupun lagi tersenyum padanya, entah mengapa, Jun-yan menjadi merah jengah
dan lekas-lekas melengos.
Ketiga penunggang kuda yang memburu datang tadi, sebenarnya mula-mula
berwajah sangat gusar, tapi ketika melihat ditangan si gadis membawa Pek-lin-to,
mereka jadi tercengang dan mengunjuk rasa heran.
Segera yang berdiri ditengah yang berumur paling tua melangkah maju serta
menegur: Sam thay-piaukiok kami selamanya tiada permusuhan dengan Khong-tongpay, guru kami Sam-jiu ji-lay Hang-It-wi dengan Liok-hap-tong-cu malahan adalah sobat
Hong san Koay Khek " Halaman 54
yoza collection kental, kenapa sekarang nona mencegat ditengah jalan hendak merampas piau
(barang kawalan) kami ditengah hari bolong "
Meski lagu perkataan orang ini tidak kasar tapi terang bersifat menuduh tanpa
sebab musababnya, walau sudah kenal juga golok pusaka yang berada ditangan si
gadis adalah Pek-lin-to pusaka Khong-tong-pay.
Keruan Jun-yan menjadi marah. Hm, jadi kalian bilang aku hendak merampas
barang kawalanmu" jengeknya segera.
Ketiga orang itu tertegun, tapi toh menjawab juga : Rasanya juga tidak mudah, jika
itu memang maksudmu ! Sebenarnya tiada maksud sama sekali pada Jun-yan hendak merampas barang
kawalan orang, tapi kini ia benar2 dibikin marah.
Tiba2 terdengar Suseng muda tadi dari samping malahan ikut mengipasi, katanya
dingin: Aha, orang sudah terlalu mendesak, kalau tidak turun tangan, kemanakah muka
harus disembunyikan! Sementara itu ketiga orang tadi sudah ambil kedudukan sejajar, masing2
mengeluarkan toya Sam-ciat-kun , yaitu toya tekuk tiga, hingga menerbitkan suara
gemerincing karena rantai penyambungnya.
Tentu saja hal mana sangat menarik perhatian orang yang berlalu lalang disitu,
segera penonton merubung makin lama makin berjubel, se-akan2 tinggal menunggu
Jun-yan yang memulai turun tangan.
Dasar anak murid Thong-thian-sin-mo Jiau Pek king yang tindak tanduknya terkenal
aneh, setiap perbuatan hatinya menurut panggilan hati seketika, sedang akibatnya tak
pernah dipikir. Rupanya sifat ini sedikit banyak juga menurun pada diri Jun-yan.
Maka dengan tertawa dingin segera jengeknya : Baiklah, katakan terus terang
barang apa yang kalian kawal, jika nonamu tidak penuju, boleh jadi tidak sudi turun
tangan! Ketiga orang itu berwatak berangasan dan tinggi hati, berkat nama besar Sam-thay
piaukiok pula dengan tiga pemimpinnya, yaitu terdiri dari tiga saudara perguruan, yang
tua bernama Sam-jiu-ji-lai Hang It-wi, kedua Sam-pi lo-jia Tiat Gin, ketiga Sam-bok-Iengkoan Siang Lui. Kesemuanya memiliki kepandaian tunggal yang lihay, pergaulannya
luas diseluruh negeri, sejak membuka Sam-thay piaukiok, dari kalangan mana saja suka
Hong san Koay Khek " Halaman 55
yoza collection memberi bantuan seperlunya dan selamanya tak pernah gagal. Sebab itu sedikit banyak
orang2nya menjadi terkebur, apalagi kini melihat Jun-yan hanya seorang gadis jelita,
lebih2 tak dipandang sebelah mata oleh ketiga orang itu.
Maka dengan tertawa dingin orang yang tadi menjawab : Yang kami kawal adalah
benda berharga yang bernilai belasan laksa tahil emas, ada diantaranya sebuah kopiah
bertabur mutiara yang besar-besar, ada pula sebuah perahu jamrud yang panjangnya
hampir satu meter warna seluruhnya hijau dan terukir dari batu kumala asli, betapa
hidup ukiran perahu itu hingga beberapa puluh penumpangnya diatas perahu juga
seperti hidup sungguh2. Nah, dapatkah barang2 itu menarik perhatianmu "
Begitu terkeburnya, hingga barang2 berharga yang mereka kawal, benar2 ia
beritahukan pada Jun-yan. Padahal biasanya benda apa yang dikawal, justru harus
dirahasiakan, tak nanti sembarangan boleh diketahui orang, kini caranya bilang terus
terang, jelas sekali Jun-yan di pandang sepele saja.
Keruan hati si gadis semakin geram, ia pikir sekalipun nantinya harus berurusan
dengan Sam jiu-ji-lai bertiga, hari ini sudah pasti aku akan menahan piau ini, bila tidak,
mukaku ini harus ditaruh dimana seperti kata si Suseng tadi " Mengingat akan pelajar
muda itu, tanpa terasa ia melirik pula kearahnya dan tertampak orang masih berpeluk
tangan sambil bersenyum saja menonton disamping.
Dasar watak Jun-yan memang tak mau dikalahkan orang, apalagi sejak kecil sudah
dimanjakan sang guru, maka begitu ambil keputusan, segera ia membentak : Nah, jika
begitu, semuanya tinggalkan untuk nonamu disini!
Habis itu, goloknya bergerak, selarik sinar hijau segera menyambar dari atas
kebawah. Cepat ketiga orang itu bersuit, lalu memencar tanpa balas menyerang.
Tapi orang yang berdiri ditengah-tengah tadi telah menjadi incaran Jun-yan, ia
menyusul cepat dan mengirim tusukan dari samping. Lekas-lekas orang itu ayun
toyanya untuk menangkis hingga menerbitkan suara gemerincingan.
Mendadak dari menusuk Jun-yan baliki golok pusakanya terus membabat kebawah,
maka terdengarlah suara creng yang keras, toya yang bertekuk tiga itu sudah kena
ditabas kutung sebagian. Hong san Koay Khek " Halaman 56
yoza collection Ha, benar-benar Pek-lin-to pusaka Khong tong-pay! seru orang itu dengan muka
berubah. Mungkin tadinya ia masih ragu-ragu apakah anak murid Khong-tong-pay bisa
melakukan pembegalan. Sementara itu Jun-yan telah tertawa dan berkata : Nah, jika sudah kenal
kelihayanku, tinggalkan barangmu, biar jiwamu nonamu ampuni! sembari berkata,
goloknyapun terus membacok dan membabat ber-runtun2 beberapa kali.
Sebenarnya ia tak faham To-hoat atau ilmu permainan golok, gerak serangan ini
hanya dia keluarkan berdasarkan Hui-hun-cio-hoat atau ilmu pukulan awan
mengapung yang dipelajari dari sang guru, gerakan enteng gesit, tipu serangannya
cepat ganas, pula ketiga orang itu takut pada tajamnya golok itu, maka mereka jadi
terdesak sampai mundur2 terus.
Melihat ada kesempatan, segera Jun-yan melompat kedepan.
Tatkala itu para pekerja perusahaan pengawalan itu lagi berdiri disamping kereta
muatan buat menonton pertempuran dan kereta2 itu berhenti ditengah jalan raya,
ketika Jun-yan menerjang kesamping kereta itu, sekali kakinya melayang, dua orang
disitu segera terpental pergi. Menyusul mana Jun-yan cabut panji pertandaan diatas
kereta itu dan sekali tekuk, ia patahkan panji itu menjadi dua terus dibuang sekenanya,
habis itu goloknya untuk membacok kereta.
Keruan ketiga orang tadi sangat terkejut, berbareng mereka memburu datang.
Mendengar dari belakang ramai dengan tindakan orang, tanpa berpaling lagi Junyan ayun goloknya terus membabat kebelakang dengan gerakan heng-hun-liu-cui atau
awan meluncur air mengalir, tapi mendadak ia robah menjadi liu-hun-tui-gan atau awan
meluncur mengejar belibis.
Dasar golok pusaka Pek-lin-to lebar dan panjang, maka seperti tangan si gadis
bertambah panjang, dan pula dimainkan dengan dasar bui hun-cio-hoat , maka
terdengarlah segera suara creng-creng dua kali, menyusul sekali lagi suara jeritan
orang yang ngeri. Setelah ini, barulah Jun-yan memutar tubuh, dilihatnya toya kedua lawannya sudah
terkutung semua, seorang lagi pundaknya terluka parah dan roboh ditanah. Nyata
dalam dua jurus saja tiga orang lawan sudah dikalahkannya.
Hong san Koay Khek " Halaman 57
yoza collection Nah, bagaimana " Cukup tidak untuk maukan perahu jamrudmu itu " jengek Junyan kemudian sembari acungkan goloknya.
Tapi baru selesai ucapannya, tiba2 terlihat wajah ketiga orang itu mengunjuk rasa
girang sembari berseru : Sam-susiok !
Menyusul mana lantas terdengar dibelakangnya ada suara orang tua yang serak
sedang berkata : Perahu jamrud itu berada padaku, jika nona mau boleh mengambilnya,
mari! Cepat Jun-yan berpaling, maka terlihatlah diatas kereta piau sana entah kapan
sudah berdiri seorang tua berpakaian ringkas.
Wajah muka orang tua ini aneh luar biasa, mukanya lebar, diantara kedua alisnya
terdapat sebuah belang panjang bundar hingga nampaknya seakan-akan punya tiga
mata, tangan dan kakinya pendek, tapi tanpa senjata. Kedua matanya bersinar tajam
sedang memandangi Jun-yan.
Hm , tiba2 kakek itu menjengek pula, kau membawa Pek-lin-to kaum Khong-tongpay, tapi terhadap Liok-hap-to-hoat sedikitpun tidak becus. Ketiga murid keponakanku
itu kena kau kelabui, sebab menyangka kau adalah anak murid Khong-tong-pay dan
rada mengalah, karena itu, apakah kau lantas anggap diri sendiri tiada bandingan
dikolong langit ini "
Melihat macamnya orang, diam2 Jun-yan menduga orang tua ini tentu yang disebut
Sam bok-leng-koan Siang Lui, simalaikat bermata tiga. Pikirnya kebetulan, memangnya
aku bertujuan menyohorkan nama, kenapa aku tidak coba-coba tempur tokoh terkenal
ini " Maka dengan tertawa dingin iapun menyahut : Huh, kalau golok pusaka Khongtong-pay saja sudah berada di tanganku, lalu apa kau tidak pikir baik2 dulu, tapi ingin
cari penyakit " Dengan kata2nya itu, ia seakan-akan maksudkan : jika golok pusaka Liok-hap-tongcu Li Pong dari Khong-tong-pay saja dapat kurebut, lalu kau Sam-bok-leng-koan kirakira bagaimana kalau dibandingkan Li Pong "
Tapi Sam-bok-leng-koan Siang Lui justru bertabiat sangat keras, meski banyak
sabar sesudah tua, namun tak tahan juga oleh kata2 pancingan si gadis, sekali
menggereng tertahan mendadak orangnya mendoyong kedepan dengan kaki masih
Hong san Koay Khek " Halaman 58
yoza collection
Manusia Aneh Dialas Pegunungan Hong San Koay Khek Karya Gan K.l di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menancap diatas kereta, lalu tangan kanannya tiba2 diulur, jarinya bagai kaitan terus
mencengkeram kepundak si gadis.
Melihat tangan orang pendek-pendek saja pula jarak mereka lebih dari lima kaki,
Jung yan menaksir pasti cengkeraman orang itu tidak sampai, maka ia anggap sepi.
Tak terduga, di waktu kecil Siang Lui bertiga pernah mendapat guru kosen dan
masing-masing mendapatkan pelajaran ilmu yang lihay, sejak masih muda Siang Lui
sudah berhasil melatih ilmu thong-pi-kong atau ilmu lengan sakti, walaupun lengannya
pendek, tapi bila dijulurkan buat mencengkeram, sekali lengan kiri sedikit mengkeret,
segera lengan kanan memanjang lebih dari dua kali.
Karena tak ter-sangka2 akan kepandaian orang, hampir-hampir saja Jun-yan kena
dicengkeram, cepat ia balikkan goloknya dengan tiy hun-li-yu-liong atau naga melayang
didalam awan, segera ia bermaksud membabat lengan musuh.
Akan tetapi sudah terlambat, tahu-tahu goloknya telah kena tercengkeram, ketika
Siang Lui gunakan jari telunjuknya terus menjentik, maka nadi tangan Jun-yan kena
tertutuk, separoh tubuh si gadis terasa kaku kesemutan, tubuhnya pun ter-huyung2
mundur beberapa tindak dan golok pusaka Pek-lin-to sudah pindah ke tangan Siang
Lui. Ternyata sekali gebrak saja, segera golok pek-lin-to sudah dapat direbut Siang Lui,
hal ini benar salah Jun-yan sendiri yang lengah, tapi kalau dibandingkan sungguh2,
keuletan Siang Lui memangnya juga jauh diatas si gadis, seumpamanya sekali gebrak
tak berhasil, dalam sepuluh jurus hendak merebut golok, rasanya juga tidak sulit
baginya. Setelah golok dirampas orang, Jun-yan berdiri tertegun ditempatnya tanpa berdaya.
Sementara itu Sam-bok-leng-koan Siang Lui telah berkata lagi dengan dingin : Nah,
perahu jamrud itu apakah nona masih inginkan pula "
Dibawah pandangan orang banyak, Jun-yan menjadi malu dan gusar, sesaat ia
berdiri kaku tanpa bisa menjawab, dan selagi hendak nekad menubruk maju buat adu
jiwa dengan Siang Lui, tiba2 terdengar suara ting-ting keleningan, Suseng menunggang
keledai tadi tahu2 telah menyelak masuk kelingkaran orang banyak terus bersoja
kepada Siang Lui. Hong san Koay Khek " Halaman 59
yoza collection Sam-bok-leng-koan , sapa pemuda itu, sudah lama namamu tersohor, kenapa
harus main2 dengan seorang nona cilik" Jika melihat dia membawa Pek-lin-to, dengan
sendirinya dia ada hubungan dengan Liok-hap-tong-cu janganlah sampai dari kawan
nanti menjadi lawan "
Siang Lui tergerak hatinya oleh kata2 si pelajar, sahutnya : Lalu, dua orangku
dicelakai, apa lantas selesai begitu saja"
Kejadian itu aku juga melihatnya tadi , kata Suseng itu pula. Asalnya disebabkan
kata-kata orangmu yang kasar hingga terjadi salah faham, maka menurut aku, tidakkah
lebih baik dianggap selesailah sudah!
Meski usianya muda, tapi caranya berkata ternyata seperti orang tua. Memangnya
Jun-yan lagi serba susah, kini dapat diketengahi orang, hatinya benar2 berterima kasih.
Sesudah memikir sejenak, kemudian Siang Lui menjawab : Kata-katamu memang
tidak salah, tapi golok ini harus ditinggalkan padaku biar kelak kalau pekerjaanku sudah
selesai akan kuhantarkan sendiri ke Khong-tong san untuk diserahkan pada Li Pong!
Mendengar golok pusaka itu akan ditahan, Jun-yan menjadi gusar lagi dan segera
hendak mendamprat, tapi suseng itu telah kedipi matanya mencegah, lalu terdengar ia
berkata : Baiklah, begitu juga boleh!
Habis itu, keledainya ia keprak mundur ke samping Jun-yan dan berkata pula
: Marilah kita pergi saja ! dan sedikit tubuhnya menggeser, tangannya diulur, tahu2 Junyan telah ditarik keatas keledainya, ketika suara keleningan berbunyi lagi, keledai itu
segera pentang kaki berlari cepat, sekejap mata saja sudah jauh meninggalkan tempat
itu. Karena merasa terima kasih, maka Jun-yan pun tidak anggap sembrono kelakuan
Suseng itu, tanyanya kemudian : Belum lagi aku menanya namamu yang terhormat,
banyak terima kasih atas pertolonganmu !
Tiba2 suseng tertawa dan menjawab: Keledaiku ini disebut oh-hun-hoan-hui
(mega hitam ber-gulung2), disebut juga soat-li-song-than (menghantar orang dibawah
salju), adalah binatang pilihan yang susah didapatkan, kalau siang bisa mencapai ribuan
li, bila malam sanggup berlari ber-ratus2 li! nyata jawabannya menyimpang dari yang
ditanya. Hong san Koay Khek " Halaman 60
yoza collection AHA, kau ini sungguh lucu, orang tanya namamu, tapi kau jawab tentang
keledai! kata Jun-yan sambil tertawa geli.
Eh, kiranya nona menanya namaku yang rendah " Tapi bukankah nona
juga ingin tahu betapa bagusnya keledai ini, supaya kalau ada kesempatan lantas turun
tangan merampasnya kata suseng itu mengunjuk heran.
Ternyata rahasia hati Jun-yan dengan tepat telah kena dibongkar oleh pelajar itu,
keruan muka si gadis menjadi merah. Tapi iapun benar2 seorang gadis yang bersifat
ke-kanak2an, segera iapun bertanya : He, darimana kau tahu "
Mudah saja , sahut suseng itu. Aku melihat nona mengincar keledaiku terus ketika
aku larikan dengan cepat, malahan nona berdiri keatas punggung kuda buat melihatnya,
mengapa aku tak mengerti maksud nona"
Mendengar itu Jun-yan semakin kikuk, diam-diam ia merasa pelajar itu sangat
menyenangkan, kalau melihat sifatnya yang ramah tamah tapi tentu juga orang
kalangan Bulim, sudah tahu dirinya hendak mengincar keledainya, namun masih sudi
menolong padanya, kalau dibandingkan, nyata dirinya yang terlalu tak berbudi. Karena
pikiran ini, disamping berterima kasih, Jun-yan jadi menaruh hormat juga padanya.
Pesat sekali keledai itu berlari, tidak lama 40-50 li sudah dilalui, tiba2 suseng itu
menahan keledainya, perlahan sekali tangannya mengebas, tiba2 Jun-yan merasa
didorong oleh sesuatu kekuatan yang maha besar, tahu2 orangnya terpental dari
punggung keledai terus berdiri tegak baik2 diatas tanah.
Sedang si gadis heran dan bingung sementara suseng itu sudah berkata: Harap
nona jaga diri baik2 dalam perjalanan selanjutnya, aku masih ada urusan lain, sekarang
juga kumohon diri , ketika mengucapkan kata2 mohon diri itu, orang berikut keledainya
sudah berada belasan tombak jauhnya.
Dengan ter-mangu2 Jun-yan terpaku ditempatnya, sampai bayangan orang sudah
menghilang, barulah ia seperti tersadar dari impian. Aneh juga, hatinya yang selama ini
tiada ganjelan, tiba2 timbul semacam perasaan kesal, ia merasa kalau bisa hendak
menyusul suseng itu untuk diajak ngobrol, dengan begitu hatinya yang kesal akan
terhibur. Hong san Koay Khek " Halaman 61
yoza collection Sesudah merenung sejenak, dengan masgul iapun meneruskan perjalanannya.
Petangnya, ia sampai disuatu kota dan mendapatkan suatu penginapan, didalam
kamarnya, ia masih merasa kesal, sembari bersandar pada jendela, ia memandang jauh
keluar, pikirannya me-layang2 pada suseng tampan itu.
Pada saat itulah diluar terdengar suara ramai berisik, kiranya kereta barang Samthay Piaukiok itu juga menginap pada hotel yang sama, tapi Jun-yan tidak ambil pusing.
Malamnya sehabis dahar, kembali Jun-yan ter-mangu2 menghadapi pelita didalam
kamar, sesudah capek akhirnya ia tidur. Tapi sebelum hari terang tanah ia telah
mendusin. Diluar dugaan, ketika ia menggeliat bangun, se-konyong2 terasa angin lembut
berkesiur, menyusul daun jendela berbunyi keriut sekali, dimana jendela terbuka seakan2 ada seorang melompat keluar dengan cepat luar biasa terus menghilang.
Karena baru mendusin, matanya masih sepat, dan pula gerakan orang itu hampir
tiada mengeluarkan suara, hanya sekejap saja orang sudah menghilang, Jun-yan
menjadi ragu2 akan pandangannya sendiri yang kabur, maka dengan sangsi ia
rebahkan diri buat tidur pula.
Bila kemudian ia mendusin pula, ini disebabkan oleh suara orang yang keras
bagaikan guntur sedang ber-cakap2 diluar kamar. Segera juga Jun-yan dapat mengenali
itu adalah suaranya Sam-bok-leng-koan Siang Lui.
Sementara itu terdengar lagi Siang Lui membentak: Bagus, kapal terbalik didalam
selokan! kalian tidur dengan mengelilingi kereta2 kawalan, masa tidur kalian sedemikian
nyenyak seperti babi mati"
Lalu seorang dengan suara gemetar, telah menyahut: Sung.. sungguh kami ti.. tidak
merasa sa.. sama sekali! Hm , terdengar Siang Lui mengejek. Jika manusia sembarangan rasanya tak berani
membentur Sam-thaypiaukiok, bila bukan orang sembarangan, tak nanti berbuat secara
sembunyi2. Coba periksa adakah sesuatu tanda yang ditinggalkan, mungkin sobat baik
siapa yang telah bergurau dengan kita!
Sudah kami periksa , sahut orang tadi, tiada sesuatu tanda2 yang ditinggalkan,
golok Pek-lin-to dan perahu jamrud itupun lenyap semuanya!
Hong san Koay Khek " Halaman 62
yoza collection O, jangan2 Liok-hap tong-cu yang menyesali aku" Tapi rasanya tak mungkin
Ujar Siang Lui men-duga2 sendiri. Menyusul mana lantas terdengar
suara tindakannya yang mantap.
Rumah penginapan itu sebenarnya sudah kuno, dan mungkin Sam-bok-leng-koan
Siang Lui sudah gusar luar biasa, maka diwaktu berjalan tindakannya menjadi berat
luar biasa, sampai hotel itu se-akan2 ikut tergoncang.
Mendengar percakapan itu, diam2 Jun-yan senang sekali, ia bersyukur Sam-bokleng-koan ini bisa kehilangan barang2, benar2 Thian maha adil.
Segera ia hendak ber-kemas2 untuk keluar buat melihat apa yang sebenarnya
sudah terjadi. Diluar dugaan, baru ia bangun berduduk, tiba2 dilihatnya golok pusaka
Pek-lin-to justru terletak diatas mejanya dengan mengeluarkan sinar kemilauan,
malahan disamping golok ada pula sebuah bungkusan besar sepanjang hampir satu
meter, cuma apa isinya belum diketahui.
Kembali Jun-yan ter-heran2. Pikirnya, golok ini sudah dua kali mendadak datang
padanya, pertama kali terang direbut langsung dari tangannya Li Pong, dan kini terang
dicuri dari orang2nya Sam-thay Piaukiok ini, maka dapatlah dibayangkan betapa pandai
orang yang melakukannya ini, cuma entah mengapa selalu golok ini diserahkan pada
dirinya " Cepat ia melompat bangun sambil betulkan rambutnya yang terurai, lalu membuka
kain sutera bungkusan itu, meski didalamnya masih dibungkus lagi oleh selapis kertas,
tapi segera sudah kelihatan cahaya hijau yang menyilaukan. Ketika kertas dibuka,
kiranya isinya adalah sebuah kapal kumala hijau yang diukir sebagai Liong-cun atau
kapal naga, didalam kapal itu terukir pula berpuluh penumpangnya yang semuanya
beberapa senti besarnya, tapi gayanya seperti hidup sungguhan, benar2 semacam
benda pusaka yang jarang diketemukan dan harganya tak ternilai.
Dengan adanya benda itu, seketika Jun-yan malah menjadi terperanjat, lekas2 ia
bungkus kembali kapal jamrud itu, dalam hatinya ia menjadi ragu-ragu dan serba salah.
Terang sudah baginya kapal jamrud itu adalah benda kawalan Siang Lui yang
memang nilainya tak terkatakan, jika ia ambil apa gunanya" Tadi Sam-bok-leng-koan
Siang Lui marah2 diluar, tentu disebabkan kehilangan kapal ini, dan seharusnya
sekarang juga ia kembalikan barang orang.
Hong san Koay Khek " Halaman 63
yoza collection Tapi karena masih mendongkol kecundang oleh Siang Lui kemarin, jika bukan dilerai
oleh suseng itu, entahlah bagaimana kesudahannya"
Kalau teringat si suseng itu, hati Jun-yan jadi tergerak, diam-diam ia memikirkan
gerak-gerik pemuda yang tampaknya lemah gemulai itu, tapi sebenarnya memiliki ilmu
kepandaian yang sangat tinggi, hal ini telah terbukti ketika ia dinaik-turunkan keledainya
itu, bukankah dengan mudah suseng itu sedikit kebaskan tangannya. Maka terang sudah
betapa tinggi tenaga dalamnya. Jangan2 dialah yang malam tadi menggerayangi
barang kawalan Sam-bok-leng-koan Siang Lui sekedar untuk bergurau saja"
Karena kemungkinan itu memang ada, tanpa merasa hati si gadis berlaut-madu. Ia
termenung-menung sendiri, kemudian golok pusaka Pek-lin-to ia masukkan
kebungkusan kapal jamrut itu dan di luarnya dibungkus lagi dengan sehelai kain kasar,
ia pikir biarkan Siang Lui kelabakan sendiri, toh dirinya tiada pekerjaan lain, mengapa
kapal jamrud ini tidak kuhantarkan sekalian ke Sam-thay Piaukiok di Soatang "
Sesudah ambil keputusan ini, segera ia angkat bungkusannya, lalu hendak keluar
kamar, tapi tiba-tiba dilihatnya diujung ranjangnya sana terdapat lagi secarik kertas
putih, waktu ia menjemputnya dan dilihat, ternyata diatas-kertas itu tertulis dua huruf
Jing-kin yang mencang menceng, gaya tulisannya mirip seperti apa yang diketemukan
waktu pertama kalinya orang menghantarkan golok dulu.
Untuk sesaat Jun-yan tertegun, ia heran apakah artinya Jing-kin ini" Ia pikir, hal ini
mungkin harus ditanyakan pada suseng itu.
Tapi bila ia pikir lagi, tak mungkin orang yang pertama kali menghantarkan golok
padanya itu adalah si suseng, sebab waktu itu kenal saja mereka belum, tentu percuma
saja bertanya padanya. Karena kenyataan yang bertentangan itu, hati Jun-yan menjadi bingung, dengan
murung ia melangkah keluar kamarnya hendak berangkat. Ia lihat Sam-bok-leng-koan
Siang Lui sambil menggendong tangan lagi berjalan mondar-mandir di tengah ruangan
hotel, mukanya mengunjuk rasa gusar, sedang orang2nya dan ketiga pembantunya
yang kemarin itu berdiri dipinggir, semuanya diam tak berani buka suara.
Tapi Jun-yan tak peduli, mendekati meja pengurus hotel dan berseru: Hai, kuasa, ini
rekening saya! sembari berkata, ia letakkan serenceng uang perak di atas meja terus
putar tubuh hendak pergi.
Hong san Koay Khek " Halaman 64
yoza collection Diluar dugaan, mendadak dari samping tubuhnya angin menyerempet lewat, tahutahu Siang Lui sudah menghadang diambang pintu sambil melototkan mata padanya.
Hei, maukah kau minggir, aku masih ada keperluan harus lekas-lekas berangkat!
demikian Jun-yan mencoba berkata dengan sopan.
Siapa tahu Siang Lui terus memaki: Budak maling! habis itu, mendadak ia ulur
tangan mencengkram kemuka si gadis.
Lekas-lekas Jun-yan melompat mundur menghindarkan serangan itu.
Sementara itu Siang Lui sudah berteriak-teriak lagi: ayoh, kenapa kalian masih diam
saja, kapal jamrud justru berada padanya!
Jun-yan menjadi heran, dari manakah orang bisa tahu, dan bila ia memeriksa
bungkusannya, barulah ia insyaf, kiranya dalam ter-gesa2nya waktu membungkus tadi,
kain sutera pembungkus kapal jamrud itu ada sebagian terkacir keluar.
Karena perbuatannya sudah konangan, ia pun tak mau unjuk kelemahan, cepat ia
tarik Pek-lin-to dari bungkusannya terus mengayun kebelakang hingga orang2 yang
mengepung di belakangnya itu terdesak mundur. Lalu dengan suara keras ia berseru :
Sam-bok-leng-koan, katanya kau adalah Bu-lim cianpwe, kau tahu malu tidak "
Tapi Siang Lui sudah terlalu murka, mendadak ia melangkah maju, tangan kiri
mengebas kesamping sekuatnya, walaupun kebasan itu tidak langsung menyerang Junyan, tapi tiba2 si gadis merasa ada suatu tenaga yang maha besar se-akan2 menyedot
dirinya kesamping hingga hampir saja ia terjungkal, dan pada saat itulah, cepat sekali
Siang Lui sudah baliki tangannya terus mencengkeram kemukanya lagi.
Tenaga kebasan Siang Lui itu sebenarnya bertujuan untuk membikin miring tubuh
Jun-yan, menyusul terus mencengkeram. Kalau tubuh Jun-yan sudah terhuyung-huyung
kesamping, maka pasti akan kena dicengkeram seperti sengaja memapakkan sendiri.
Dalam keadaan terancam, ternyata Jun-yan tidak kurang akal, mendadak ia jatuhkan
dirinya kelantai dengan berduduk, berbareng golok Pek-lin-to ia babatkan kedepan dua
kali, habis itu, ujung golok ia tutulkan kelantai dan tubuhnya meloncat kesamping.
Sam-bok-leng-koan , dampratnya, kemudian mengancam, Jika kau berani maju lagi,
segera aku bacok kapal jamrud ini hingga hancur, coba kau mampu membunuh aku
tidak" Hong san Koay Khek " Halaman 65
yoza collection Siang Lui menjadi mati kutu, ia pikir, sekalipun gadis itu ia cincang, tapi kalau kapal
pusaka itu sudah remuk, kemana harus dicari ganti benda yang tiada taranya itu"
Lalu, kau mau apa" tanyanya kemudian kewalahan, tapi dalam hati gusar tidak
kepalang. Sebenarnya kapal jamrud ini aku tak inginkan, cuma.. . . ah, meski aku ceritakan juga
kau takkan percaya, lebih baik tak diceritakan , demikian sahut Jun-yan. tapi golok ini
biar tinggalkan padaku saja, nanti aku yang kembalikan pada Liok-hap-tong-cu!
Sejak Sam-bok-leng-koan Siang Lui malang melintang di kangouw, belum pernah
ia dibikin mendongkol seperti sekarang ini. Maka sembari mendengar iapun sambil
mencari akal. Ketika Jun-yan lagi senang2 hampir selesai mengucapkan kata2nya,
mendadak Siang Lui menggertak: Ngaco-belo! dan sekali tubuhnya bergerak, secepat
kilat ia menubruk maju, tangan kiri mengulur, seketika mulur hampir dua kali lipat, terus
membalik hendak menampar muka si gadis.
Keruan Jun-yan terkejut, tapi cepat pula ia angkat goloknya buat menangkis. Namun
tahu2 tangan kiri Siang Lui sudah mengkeret lagi, sebaliknya tangan kanan yang mulur
terus memegang buntalan dipinggang si gadis, ia barengi mendorong dengan tenaga
dalamnya hingga gadis itu ter-huyung2 kebelakang sambil berseru: Sambuti! dan
segera orang2nya menyambut buntalan itu dengan hati2.
Merasa kecundang lagi, Jun-yan gusar tidak kepalang, sesudah berdiri tegak
kembali, mendadak sinar tajam berkelebat, ia putar golok pusaka Pek-lin-to dan
menghujani bacokan kepada Siang Lui.
Karena tidak bisa menggunakan golok, meski Jun-yan mainkan dengan menurut
ilmu pukulan Hui-hun-cio-hoat namun tetap tak ungkulan melawan Siang Lui. Sesudah
beberapa jurus, ia sudah terdesak kalang kabut, keruan ia gugup dan sengit, permainan
goloknya semakin cepat, ia menyerang mati2an tanpa pikir.
Tapi pada suatu saat, ketika Sam-buk-leng koan kebaskan lengan bajunya kedepan
hingga angin kuat menyambar pergelangan tangan, Jun yan merasa kesemutan hampir
Pek-lin-to terlepas dari cekalannya. terpaksa ia melompat mundur, lalu putar golok
semakin kencang. Tampaknya bila empat-lima jurus lagi, pasti si gadis akan kecundang dan goloknya
terampas, tiba2 terdengar diluar hotel itu ada suara orang berkata : He, Li-heng didalam
Hong san Koay Khek " Halaman 66
Manusia Aneh Dialas Pegunungan Hong San Koay Khek Karya Gan K.l di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yoza collection hotel ada orang lagi bertempur, sinar senjata itu tampaknya adalah senjatamu Pek-linto!
Lalu suara seorang menjawab : Benar, mari cepat kita melihatnya kedalam !
Girang sekali Jun-yan mendengar suara orang2 itu. dalam seribu kerepotannya itu
ia kenal suara orang pertama itu adalah Jing-ling-cu dan yang lain terang Liok-haptong-cu Li Pong adanya. Saking girangnya semangatnya terbangkit.
ser-ser dua kali ia ayun goloknya hingga Siang Lui terdesak mundur, dan pada
saat itulah Jing-ling-cu dan Li Pong pun telah melangkah maju.
Ketika tiba2 melihat yang sedang bertarung itu satu diantaranya ialah Lou Jun-yan
yang memegang golok pusakanya sambil memainkan jurus2 ilmu golok yang aneh lagi
bertahan mati-matian, sesaat itu Li Pong tertegun. Tapi kemudian bila mengetahui
lawan si gadis adalah Sam-bok-leng-koan Siang Lui, segera iapun terkejut. Lekas2 ia
berseru: Tahan dulu, tahan dulu! Orang sendiri semua.
Namun Siang Lui sudah ketelanjuran murka, sesaat tak mudah untuk melerai,
terutama bila mengingat si gadis segera dapat dilakukan.
Berhenti dulu, Siang-heng! teriak Li Pong pula. Dengarlah kataku, Siang-heng, anak
dara ini adalah murid lo-Jiau, pikiran lo-Jiau (maksudnya Jiau Pek-king situa) biasanya
sempit suka mengeloni murid sendiri, kenapa kau mesti cekcok dengan dia "
Jun-yan tahu persahabatan antara Liok-hap tong-cu Li Pong dengan gurunya
sangat karib, asal dia ikut campur, betapa besarnya urusan pasti akan beres, maka
hatinya menjadi lega. Segera iapun berseru : Awas, Li-sioksiok, dibelakang suhu kau
berani merasahi, kalau pulang nanti, biar aku laporkan pada suhu, coba bagaimana kau
akan bela diri" Sembari berkata, ia menjadi sedikit lengah, kesempatan itu segera digunakan Sambok-leng koan untuk menyerang sambil berteriak : Sebentar lagi, Li-heng, biar aku rebut
dulu goloknya! dan cepat sekali ia menabok kedepan, lalu tangannya menekan turun,
lengan bajunya terus membelit hingga golok Pek-lin-to itu kena digulungnya sambil
ditarik. Keruan tangan Jun-yan menjadi kesemutan hingga goloknya terlepas dari
cekalannya. Hong san Koay Khek " Halaman 67
yoza collection Liok-hap-tong-cu Li Pong cukup kenal gurunya Jun-yan yang suka mengeloni
muridnya pasti tak mau membiarkan muridnya dihina orang, dan jika sampai urusan
makin meluas, kedua pihak sama-sama sahabat, tentu ia serba salah. Maka cepat ia
menyelak ketengah sembari mengomeli si gadis : Jun-yan, makin lama kau semakin
sembrono, Sam-bok-leng-koan adalah Bu-lim-cianpwe, kenapa kau sembarangan
bergebrak dengan dia " Nah, lekas kau minta maaf!
Namun Jun-yan masih penasaran, sahutnya: Hm, kalau dia adalah Bu-lim cianpwe,
seharusnya dia mempunyai sifat angkatan tua dari Bu-lim, kenapa dia berkeras
menuduh aku yang telah mencuri kapal jamrudnya itu, tak sudi aku meminta maaf
padanya! Li Pong benar2 kewalahan, maka dengan tertawa katanya kepada Sam-bok-lengkoan: Lau Jiau orangnya aneh, murid ajarannya ternyata juga serupa!
Kalau Li Pong berulang kali menyebut asal usul Lou Jun-yan perlunya biar Siang
Lui mengetahui dan jangan coba terlibat permusuhan dengan Jiau Pek king yang
disegani itu. Tak terduga, maksud baiknya itu berbalik jelek, Siang Lui menjadi salah
paham malah, segera dengan tertawa dingin ia menjawab: Jau-li, budak ini kemarin
membawa golok Pek-lin-to dari Kong-tong-pay kalian dan mematahkan tiga bendera
pertandaan kami, waktu aku tinggal minum di belakang hingga datang terlambat sedikit,
ternyata daun telinga dua orangku sudah kena diirisnya. Tatkala mana ia sudah
terang2an hendak merampas kapal jamrud itu, tapi melihat pertandaan golok pusakamu
itu, aku hanya tahan goloknya dan biarkan dia pergi, siapa tahu semalam ia datang
kembali untuk mencuri golok dan kapal, kalau bukan bungkusannya kurang rapat hingga
dapat kuketahui boleh jadi sekarang ia sudah kabur jauh2. Hm, kau jeri pada Jiau Pekking, masakan kami juga takut padanya "
Mendengar lagu kata2 orang menjadi kurang senang juga kepadanya, Li Pong hanya
tersenyum saja, sahutnya : Siang-heng, gadis ini meski nakal, tapi tentang merampas
barang kawalanmu, mungkin belum tentu berani melakukannya.
Tapi Siang Lui makin gusar, plok mendadak ia gebrak meja hingga meja itu
amblong suatu lubang besar, berbareng tangan lainnya pun mengayun, Pek-lin-to yang
dirampasnya ia tancapkan keatas meja, lalu katanya dengan sengit : Tidak, budak ini
takkan kulepaskan pergi, sesudah aku selesai hantarkan barangku, aku sendiri akan
mengirimnya kembali ke Jing-sia san untuk menanya pada Jiau Pek-king cara
Hong san Koay Khek " Halaman 68
yoza collection bagaimana mengajar murid. Jika kau merasa kurang senang, terserahlah kau bila mau
membelanya! Melihat Siang Lui ternyata bermaksud menawan si gadis, Li Pong cukup kenal akan
watak Jun-yan yang tentu takkan mau turut. Tapi tabiat Siang Lui juga keras luar biasa,
apa yang dikatakannya kembali, maka ia menjadi serba salah untuk sesaat itu.
Li-sioksiok" tiba2 Jun-yan berseru, orang itu menantang kau, masa kau tidak
berani" Ciangbunjin dari Khong-tong-pay janganlah sampai dibikin malu orang!
Li Pong menjadi geli dan mendongkol, omelnya: Jun-yan, jangan sembarangan
omong ! habis itu ia coba kedipi Jing-ling-cu.
Imam itu faham akan maksud sang kawan, maka cepat ia menyela: Siang-heng,
kalau barang kawalanmu belum sampai hilang, kenapa mesti sepikiran seperti bocah
ini" Biarkanlah dia pergi!
Boleh juga, asal dia menjura tiga kali meminta maaf padaku , sahut Siang Lui
marah2. Kent.. . segera Jun-yan hendak mendamprat, tapi belum lagi ucapannya selesai,
tahu-tahu Sam-bok-leng-koan Siang Lui sudah melesat kedekatnya dimana tangannya
sampai, koh-ceng-hiat dipundak si gadis telah kena ditutuknya.
Namun cepat Jun-yan dapat menyalurkan tenaga mematahkan tutukan itu, lalu
teriaknya : Bagus, Li-sioksiok, kau tinggal peluk tangan saja tidak mau menolong, ya"
Masa keparat ini menuduh aku merampok, lantas kau mau percaya "
Li Pong tahu didalam urusan ini tentu ada hal2 yang ber-belit2, tapi Siang Lui sudah
ketelanjur bergusar sungguh2, rasanya susah mau beres begitu saja, maka cepat ia
menyahut : Jun-yan, lekaslah kau pergi saja. Disini masih ada aku!
Bagus, Lau-Li, beginilah baru benar-benar tegas , teriak Siang Lui tiba-tiba dengan
bergelak tertawa. Dengan kata-katamu ini, putuslah persahabatan kami tiga saudara
dengan pihak Khong-tong-pay kalian . Habis berkata, mendadak tangannya bergerak
membalik dengan ilmu thong-pi-kang, tiba-tiba lengan kanannya seakan-akan mulur
lebih panjang terus menggaplok ke dadanya Li Pong.
Cepat Li Pong berkelit dan gunakan satu tipu Liok-hap-cio-hoat untuk mematahkan
serangan Siang Lui itu. Dalam hati diam2 ia mengeluh. Ia cukup kenal Siang Lui bertiga
saudara perguruan itu semuanya berwatak keras berangasan. Ketika melihat Siang Lui
Hong san Koay Khek " Halaman 69
yoza collection hendak buka serangan pula dan Jun-yan masih belum mau pergi, tiba2 hatinya tergerak,
cepat ia berseru; Nanti dulu Siang-heng, dengarlah kata2ku .
Apalagi" jengek Siang Lui.
Tapi Li Pong terus menanya si gadis: Golok Pek-lin-to itu cara bagaimana bisa jatuh
di tanganmu, Jun-yan"
Maka berceritalah si gadis apa yang dialaminya didalam hotel serta cara
bagaimana golok Pek-lin-to itu tahu2 sudah berada disamping bantalnya hingga batang
hidungnya hampir2 pesek terpapas.
Siang-heng , kata Li Pong sesudah merenung sejenak, setelah mendengar
penuturan Jun yan, urusan ini memang rada aneh, sesungguhnya Jun-yan tak bisa
disalahkan. Lalu iapun menuturkan pengalamannya ketika bertemu si-orang aneh
dirimba tempo hari dan menyambungnya pula: Setelah aku melanjutkan perjalanan ke
Lo-seng-tian, sampai disana barulah aku mengetahui golokku sudah hilang tanpa aku
merasa. Melihat gelagatnya, terang dilakukan oleh manusia aneh itu. Maka hendaklah
Siang-heng jangan salah sangka pada orang lain .
Namun Siang Lui tidak mau mudah percaya, bukankah sudah terang2an ia melihat
Jun yan yang hendak membawa pergi kapal jamrudnya yang dicuri orang malam2 itu
" Maka dengan tertawa dingin ia menjawab : Liok-hap-tong-cu, biasanya kami tiga
saudara selalu pandang kau sebagai seorang laki2 sejati, siapa tahu kaupun tak
bertulang, berani pada yang lemah, takut pada yang jahat!
Betapa sabarnya Li Pong, akhirnya menjadi kurang senang oleh olok2 Siang Lui ini,
katanya segera : Siang-heng, telah kukatakan bahwa anak dara ini adalah muridnya
Lau Jiau, maksud baikku kenapa kausalah artikan"
Siang Lui menjadi gusar. Aku justru ingin tahu betapa lihaynya Thong-thian-sinmo , sahutnya. Jika ternyata kau begitu karib dengan dia, nah, silahkan kau pergi
memberitahukan padanya, bahwa didalam dua bulan, pasti kami bertiga saudara akan
membawa murid mustikanya ini ke Jing-sia-san untuk mencarinya .
Melihat urusan makin lanjut makin runyam Jing-ling-cu cukup kenal watak Siang
Lui yang gopoh, tentu susah dilerai, boleh jadi nanti dua bulan lagi amarahnya sudah
hilang dan percekcokan inipun dapat didamaikan, maka cepat ia memberi tanda pada
Li Pong. Hong san Koay Khek " Halaman 70
yoza collection Li Pong tahu maksud kawan itu, maka katanya pada si gadis: Jun-yan, sebenarnya
kau juga salah mematahkan panji pertandaan orang. Sam-bok-leng-koan ingin kau ikut
padanya, dalam dua bulan, kau akan dihantar pulang ke Jing-sia-san, baik kau terima
saja, nanti tiba waktunya, tentu kita akan selesaikan urusan ini.
Semula Jun-yan berniat melancong di kang ouw, dengan sendirinya sangat berat
kalau disuruh pulang. Tapi bila mengingat Liok-hap-tong-cu berada dalam keadaan
serba salah, kenapa mesti bikin susah padanya, masa nanti di tengah jalan aku tak bisa
meloloskan diri" Maka segera ia mengangguk. Baiklah, Li-sioksiok, masa aku takut
padanya" Tapi masih kuatir terjadi apa2 atas diri si gadis, maka ia berkata pula: Jangan kuatir,
Sam-bok-leng-koan adalah angkatan tua, tak nanti dia bikin susah padamu.
Dengan kata2 ini, ia telah cegah lebih dulu agar Siang Lui sebagai orang tua tak
nanti merecoki seorang muda. Habis ini, bersama Jing ling-cu mereka lantas berlalu.
Jangan kau coba melarikan diri! kata Siang Lui gemas kepada Jun-yan, lalu
perintahkan orang2nya berangkat.
Jun-yan tidak gubris akan kata2 orang, bahkan terus melengos dengan sikap
memandang hina. Keruan Siang Lui ber-jingkrak2, tapi sebagai seorang tua, tidak pantas
juga bertengkar terus dengan seorang muda, terpaksa ia menahan gusar pergi
mengatur pemberangkatan kereta-keretanya.
Tidak lama, iring2an kereta sudah meninggalkan kota kecil itu, Siang Lui dan Junyan menunggang kuda mengikuti dari belakang, diam2 Sam-bok-leng-koan menimang2, Thong-thian sin-mo Jiau Pek-king itu benar2 lihay, tiga saudara maju sekaligus
belum tentu sanggup melawannya, rasanya didalam dua bulan ini mesti mengundang
lagi bala bantuan. Sampai disini ia menjadi agak menyesal juga akan keburu nafsunya
menimbulkan percekcokan ini.
Sebaliknya Jun-yan sendiri lagi memikirkan bagaimana caranya meloloskan diri,
malahan sebelum kabur, Siang Lui harus diberitahukan dulu, barulah mendongkolnya
bisa terlampias. Tapi apa daya, jika bertempur terang2an takkan berhasil. Lalu akal
apakah yang harus dipakai"
Malamnya, mereka menginap dihotel lagi. Siang Lui mengirim dua orangnya
menjaga di luar kamar Jun-yan.
Hong san Koay Khek " Halaman 71
yoza collection Karena itu si gadis menjadi mati kutu. Jika ia terjang keluar, tapi kemudian dibekuk
kembali oleh Siang Lui, bukankah akan membikin malu saja "
Ia menjadi kesal hati, ia rebahan diranjangnya, tanpa terasa ia terpulas. Sampai
tengah malam, tiba2 terdengar berkesiurnya angin, samar-samar terasa suatu
bayangan berkelebat di depannya. Ia menyangka pandangan sendiri menjadi kabur,
cepat ia bangun, tiba2 berjangkit lagi kesiurnya angin, menyusul daun jendela berkedut
dan terpentang, satu bayangan orang secepat terbang sudah melayang keluar.
Jun-yan kucak2 matanya, kemudian ia menegasi pula, dan memang jendela
kamarnya sudah terpentang. Ia menjadi ingat kejadian malam kemarin yang mirip
dengan barusan ini. Pada saat itulah, lantas terdengar suara bentakan orang diluar : Budak liar, jangan
lari! Menyusul suara itu, segera seorang menjerit di barengi suara gemerentang
jatuhnya senjata. Jun-yan dapat mengenali suara jeritan itu adalah suara orang yang dikirim Siang
Lui untuk mengawasi dirinya itu, dan bayangan orang yang begitu cepat dan gesit itu
siapa gerangannya" Mungkinkah sipelajar penunggang keledai berjari tunggal itu"
Sedang memikir, tiba2 didengarnya lagi suara bentakan Siang Lui yang keras,
menyusul mana ada orang sedang melapor dengan gemetar: Susiok, Loji dan Losam
telah terbinasa! Jun-yan terkejut, betapa lihaynya cara turun tangan orang itu"
Dalam pada itu Siang Lui hanya menjengek tanpa menyahut, mendadak Jun-yan
dikagetkan oleh suara blang yang keras, sekonyong-konyong pintu kamarnya kena
didepak terpentang. Cepat ia bangkit berduduk, dengan suara keras ia membentak : Siapa"
Tadinya Siang Lui menyangka kalau si gadis telah lari sehabis membunuh orang,
ia mendepak pintu kamar yang untuk melampiaskan amarah saja, kini mendengar Junyan masih berada didalam kamar, seketika ia melengak, tapi terpaksa ia menyahut:
Aku ! Tiba2 Jun-yan tergerak pikirannya, ia pura2 mendamprat : Tengah malam buta kau
dobrak kamarku ada apa " Katanya angkatan tua Bu-lim, kenapa kelakuanmu begini
rendah " Hong san Koay Khek " Halaman 72
yoza collection Betapapun Siang Lui memang seorang kesatria, kena digertak demikian, ia menjadi
mengkeret dan lekas2 undurkan diri sambil menggerutu didalam hati akan kelicikan si
gadis. Sebaliknya diam2 Jun-yan tertawa geli.
Karena kematian dua murid keponakannya, dan pula dirinya kena di-olok2 si gadis,
sungguh Siang Lui gusar tidak kepalang. Besoknya di waktu meneruskan perjalanan,
diam2 ia mengambil ketetapan akan mengundang semua kawan yang dahulu pernah
bertengkar dengan Jiau Pek-king untuk mendatangi Jing-sia-san dan menentukan
unggul atau asor dengan iblis itu, lalu Jun-yan juga akan dicincangnya pula.
Melihat sikap orang, Jun-yan tahu Siang Lui sudah membencinya tujuh turunan, tapi
dasar jahil, dalam perjalanannya ia justru sengaja pakai macam2 cara untuk bikin
marah Siang Lui hingga tokoh ini semakin geregetan.
Untuk selanjutnya Siang Lui tidak mengirim orang untuk menjaganya lagi,
sebenarnya kalau mau Jun-yan sudah bisa melarikan diri. Tapi sekarang justru ia
berbalik pikiran, ia tidak mau tinggal pergi. Maka tiada beberapa hari akhirnya
sampailah mereka diperbatasan daerah Ciatkang, kalau Siang Lui sudah selesaikan
barang hantarannya di Hengciu, ia lantas bisa pulang ke Soatang.
Selama beberapa hari terakhir ini, setiap tengah malam tentu ada satu orang yang
diam2 masuk kamar Jun-yan. Setiap malam si gadis juga melihat bayangan orang, tapi
asal sedikit ia bergerak, segera orang itu melompat keluar jendela dan menghilang
untuk malam berikutnya datang lagi. Betapa cepat gerakan orang itu, benar2 sukar
dilukiskan. Tidak peduli betapa perlahan Jun-yan bergoyang, segera orang itu mendapat
tahu dan lantas melesat pergi.
Suatu malam, sengaja Jun-yan mengincar orang, pura2 pejamkan mata menantikan
datangnya orang. Betul juga, tengah malam orang itu melayang masuk kekamarnya
lagi, karena gelap gulita, maka muka orang itu tak tertampak jelas, hanya perawakannya
cukup besar, terang seorang laki2.
Sesudah, masuk kekamar, orang itu terus berdiri kaku didepan ranjang Jun-yan
hingga tanpa merasa si gadis merinding. Diam2 ia pikirkan ilmu silat yang luar biasa
itu, kalau orang bermaksud jahat, untuk mencelakai dirinya adalah terlalu mudah, tetapi
setiap malam hanya datang, lalu pergi lagi, entah apa yang hendak diperbuatnya "
Agaknya yang dua kali membawakan golok Pek-lin-to, tentulah orang ini tak salah lagi.
Hong san Koay Khek " Halaman 73
yoza collection Jun-yan men-duga2 siapakah gerangan orang ini, mulanya ia sangka si pelajar
berjari tunggal itu, tapi lantas terpikir olehnya mungkin sang guru yang telah turun
gunung dan secara diam2 melindungi dirinya" Namun bila dipikir lagi, rasanya hal itu
tidak mungkin. Ketika dilihatnya orang itu masih berdiri terpaku, se-konyong2 ia melompat bangun
terus menubruk kearah orang. Ia menaksir dengan tubrukannya secara mendadak itu
tentu orang akan kena dicengkeramnya. Siapa tahu ia hanya tubruk tempat kosong
saja. Terdengar dua kali suara plak-plak , kedua tangannya telah menghantam diatas
meja, sedang disampingnya angin berkesiur perlahan, ketika ia menoleh, orang itu
sudah menghilang. Keruan Jun-yan tambah curiga, cepat ia menyalakan lentera, ia lihat keadaan
kamarnya tiada tanda2 aneh. Ketika ia hendak matikan lentera untuk tidur lagi, sedikit
menunduk, mendadak dilihatnya permukaan meja yang tadinya rata mengkilap itu, kini
nampak benjal-benjol seperti terukir tulisan. Waktu ia angkat lentera memeriksanya,
ternyata diatas meja itu terukir beberapa hurup yang mencang-mencong, semuanya
bertuliskan Jing-kin . Ukiran ini sedalam hampir setengah senti, licin halus, tanpa ada
tanda-tanda bekas korekan senjata, terang asal goresan dengan jari, dan tempat dimana
orang tadi berdiri tepat berdekatan dengan meja ini, maka dapat diduga tentu dilakukan
orang itu, betapa tinggi ilmu silatnya, sungguh bikin orang tercengang.
Jin-kin, Jin-kin , tanpa terasa Jun-yan menyebut nama itu. Ia pikir tentu ini nama
seorang wanita, tapi apa hubungannya dengan diriku" Kenapa diwaktu orang hantarkan
golok dan kapal jamrud itu selalu disertai secarik kertas yang bertuliskan kedua hurup
itu" Ia tak bisa pulas lagi, ia coba merenungkan pengalamannya selama ini, tiba2 ia
teringat orang aneh yang dilihatnya di Lo-seng-tian dan selalu menguntitnya dalam
perjalanan itu. Ia menjadi bergidik bila mengingat betapa seramnya muka orang aneh
itu, ia coba lupakan orang, tapi makin hendak melupakan, semakin teringat.
Manusia Aneh Dialas Pegunungan Hong San Koay Khek Karya Gan K.l di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Teringat olehnya kelakuan orang aneh itu Pek-lin-to diminta Liok-hap-tong-cu Li
Pong tidak boleh, tapi rela diserahkan padanya. Ketika dirinya berkata ingin memiliki
golok pusaka itu, tahu2 besoknya senjata sudah berada di samping bantalnya. Ketika
terjadi pertengkaran dengan orang Sam-thay Piaukiok, pernah dirinya berteriak ingin
mereka tinggalkan kapal jamrud, eh, tahu2 besok paginya benda itu dihantarkan
kepadanya. Maka dapatlah dipastikan, kesemuanya itu dilakukan si orang aneh itu. Tapi
Hong san Koay Khek " Halaman 74
yoza collection sebab apakah orang aneh itu sedemikian menurut pada kata2nya serta berbuat apa
yang dapat memenuhi keinginan batinnya"
Makin dipikir, makin Jun-yan tidak mengerti. Pikirnya lagi, jika begitu naga-naganya,
terang orang aneh itu senantiasa berada disekitarnya, mungkin sekarang juga masih
berada disitu, kenapa aku tidak menjajalnya lagi, apa dugaannya itu sesuai dengan
kenyataannya " Maka ia mendekati jendela, ia lihat diluar sana sunyi senyap, maka ia menggumam
sendiri : Ai, kapal jamrud itu benar2 sangat mungil dan indah, kalau besok pagi sudah
sampai di Hangciu, tiada kesempatan untuk menikmatinya lagi, alangkah baiknya jika
malam ini aku dapat memainkannya benda itu sejenak ! Habis berkata, ia tutup daun
jendelanya dan merebahkan diri buat tidur lagi.
Tidak lama kemudian, mendadak diluar terdengar suara bentakan Siang Lui yang
keras : Siapa kau " menyusul terdengar suara blang yang keras, lalu Siang Lui
berteriak lagi : Kau adalah sobat dari gadis mana " Tapi tiada suara orang menyahut,
sebaliknya terus berkumandang suara gedubrakan yang gaduh. Maka dalam sekejap
saja hotel itu menjadi kacau balau semua orang keluar untuk melihat keramaian.
Jun-yan bergirang dan terkejut. Terkejutnya
karena orang yang selalu mengintil itu ternyata
benar si orang aneh yang menyeramkan.
Girangnya sebab dugaannya ternyata tepat.
Maka cepat iapun membuka pintu kamar, ia
lihat dibawah sorot obor, orang aneh itu sudah
hancurkan sebuah kereta muatan hingga benda
mustika berantakan berserakan ditanah,
tersorot oleh sinar api, benda2 berharga itu
memancarkan sinar kemilauan yang indah.
Sedang kapal jamrud itu tampak sudah dikempit
oleh si orang aneh. Kedua mata Siang Lui se-akan2
memancarkan api saking murkanya, dengan
senjatanya Hok-mo-kim-kong-co atau gada penakluk iblis yang diputar sedemikian
kencangnya, ia terus memburu. Begitu hebat tenaganya hingga meja kursi, tembok dan
pintu berantakan kena dihantam senjatanya itu.
Hong san Koay Khek " Halaman 75
yoza collection Belum pernah Jun-yan melihat Siang Lui memakai senjatanya itu. Mungkin melihat
si orang aneh itu terlalu tangguh baginya, maka Malaikat bermata tiga ini sekarang
merasa perlu keluarkan senjata andalannya. Tapi orang aneh itu seperti tidak mau
terlibat dalam pertempuran, hanya berkelit kian kemari dibawah sambaran gada orang,
dan sedikitpun Siang Lui tak bisa menyentuh padanya.
Ber-duyun2 begundalnya Siang Lui juga merubung datang dengan senjata lengkap,
tapi ketika melihat macamnya orang aneh yang menakutkan, yang bernyali kecil segera
bergidik, apalagi suruh maju mengeroyok"
Dalam keadaan ribut2 itu, tiba2 diantara penonton itu ada satu orang berteriak:
Wah, celaka, hancur semua, hancur semua!
Terkesiap hati Jun-yan mendengar suara itu, ketika ia berpaling kearah suara itu,
benar juga dilihatnya sisuseng berjari tunggal itu lagi berjingkrak2 kegirangan oleh
peristiwa itu. Ketika melihat Jun-yan berpaling, ia membalasnya dengan seulas
senyuman. Sementara itu Siang Lui memutar gadanya semakin kencang, ditambah ilmu
Thong-pi-kang yang lihay, tapi sesudah 30-40 jurus sedikitpun masih belum bisa
menyentuh tubuh orang aneh itu. Diam-diam ia apa mau percaya apa yang diceritakan
Li Pong tempo hari ternyata tidak omong kosong belaka, betapa hebat ilmu silat orang
aneh ini, benar-benar susah diukur. Tapi sekali gebrak saja hampir pundaknya kena
dihajar orang, melihat serangan orang aneh ini, terang ilmu pukulan geledek Pi-lik-jiu
dari keluarga In di Holam, tapi sekarang melihat gerak tubuhnya yang enteng,
tampaknya dari aliran lain lagi. Dan karena sudah lama masih belum bisa mengalahkan
lawan, hati Siang Lui menjadi gugup. Makin lama ia menjadi semakin kalap, saking
sengitnya ia memutar gadanya hingga penonton terpaksa menyingkir mundur oleh
angin gambarannya. Melihat pertarungan yang susah dilerai itu jika diteruskan entah bagaimana
akhirnya, maka cepat Jun-yan berseru : Sudahlah, berhenti, berhenti !
Mendengar suara Jun-yan, orang aneh itu tampak tertegun sejenak hingga gerak
tubuhnya agak merandek, kesempatan itu telah digunakan Siang Lui untuk
mengemplang dengan gadanya. Saat itu kedua tangan si orang aneh itu lurus kebawah
tanpa ber-jaga2, jika kemplangan itu kena kepalanya, jangankan manusia, sekalipun batu
juga akan hancur lebur. Hong san Koay Khek " Halaman 76
yoza collection Keruan Jun-yan terkejut, ia menjerit kaget sambil menekap mulutnya. Tapi pada
saat itulah, sampai Siang Lui sendiri tidak jelas bagaimana jadinya. tiba2 pandangan
semua orang se-akan2 kabur, mendadak orang aneh itu ulurkan tangan kirinya, secepat
kilat gada Siang Lui sudah kena ditangkapnya.
Cepat Siang Lui menarik sekuatnya, tapi sedikitpun lawan tak bergeming, lekas2 ia
gunakan ilmu Thong-pi-kang mendorong kedepan, tapi masih tetap tak bisa membuat
orang aneh itu bergerak malahan lengannya sendiri hampir2 patah, keruan terkejutnya
tidak kepalang. Ketika tiba2 orang aneh itu menarik kebawah, menyusul disengkelit kesamping,
maka terasa oleh Siang Lui suatu tenaga yang amat besar menubruk kedadanya hingga
cekalannya menjadi kendor, gadanya telah kena dirampas orang, sedang tubuhnya
akhirnya ter-huyung2 kebelakang terus jatuh terduduk. Sejak ia unjuk diri di kangouw,
belum pernah mengalami kekalahan sehebat ini, dalam masgulnya ia membentak pula:
Tinggalkan namamu sobat! Akan tetapi orang aneh itu hanya sedikit mengapkan mulutnya yang sudah tidak
utuh lagi dan mengeluarkan semacam suara yang menggoncangkan sukma, sekonyong2 gada yang dirampasnya itu ditimpukan ketanah hingga amblas sedalam
setengah gada itu, lalu berjalan ke arah Lou Jun-yan.
Terima kasih atas maksud baikmu , kata Jun-yan ketika melihat orang aneh itu
mendekatinya. Tiba2 orang aneh itu taruh kapal jamrud itu ditangan Jun-yan, sekali melesat,
mendadak meloncat keluar secepat terbang.
He, nant.. . Jun-yan hendak meneriakinya, tapi orang sudah sampai diluar dan
sekejap mata saja sudah menghilang.
Menyaksikan semua itu, Sam-bok-leng-koan Siang Lui benar2 terkejut, iapun tahu
bukan tandingan orang. Maka ia berbangkit buat kembali kekamarnya.
Orang she Siang , tiba2 Jun-yan menegurnya sembari meletakkan kapal jamrud
yang diterimanya dari si orang aneh itu keatas meja, barangmu ada disini, apa kau kira
aku benar2 menginginkannya" kau sendiri yang menjaganya masih dapat dibegal
orang, kalau panji Sam-thay Piaukiok kalian telah kupatahkan, rasanya tidak berlebihan.
Sekarang apa kau masih akan menggiring aku kembali ke Jing-sia-san"
Hong san Koay Khek " Halaman 77
yoza collection Siang Lui sudah lesu sekali, ia hanya kebas tangannya dan menyahut: Bolehlah kau
pergi, dalam dua bulan, biar aku pergi menemui gurumu!
Haha, berani mengaku kalah, masih terhitung seorang laki2 sejati! Jun-yan mengolok2 sembari tinggalkan pergi.
Baru saja ia melangkah keluar pintu, segera dilihatnya sisuseng berjari tunggal itu
lagi menggapai padanya. Cepat ia mendekatinya. Tabah benar nona puji pelajar itu
dengan tertawa. Biasanya mulut Jun-yan cukup tajam, tapi aneh, menghadapi suseng ini, mukanya
menjadi merah, hatinya ber-debar2, sekejappun tak sanggup buka suara, sampai lama
sekali baru ia menjawab : Ah, kau terlalu memuji saja !
Disini bukannya tempat bicara, bila nona tidak menolak, marilah kita tinggalkan
tempat ini , ajak suseng itu tiba2.
Aneh juga, Jun-yan benar2 kesemsem oleh pemuda ini, maka ia hanya mengangguk
setuju. Segera mereka mendatangi kandang kuda, suseng itu menuntun keluar
keledainya, mereka berdua menunggangi satu keledai terus dilarikan keluar kota.
Siapakah she nona yang terhormat " tanya suseng itu sesudah sampai ditempat
yang sepi. She Lou, bernama Jun-yan.. ia merandek lalu pikirnya hendak balik menanya : Dan
kau " Namun aneh, ia menjadi tak enak mengucapkannya. Ia sendiri heran mengapa
bisa malu2 kucing begini.
Nona Lou , kata suseng itu pula, orang aneh yang mirip mayat hidup itu, pernah
apa dengan kau" Tidak pernah apa2 denganku , sahut Jun-yan. Lalu menyambungnya pula: Tapi
kalau diceritakan, agak panjang juga!
Tidak apa, lihatlah, dibawah sinar bulan yang indah, kita menunggang diatas satu
keledai, sekalipun kau bercerita sebelum setahun, akupun takkan bosen, makin jelas
ceritamu, makin baik , ujar suseng itu.
Senang sekali hati Jun-yan oleh rayuan pemuda itu. Tanpa pikir lagi, segera ia
tuturkan pengalamannya selama itu. Ketika selesai ceritanya, hari sudah remang2,
subuh sudah tiba. Hong san Koay Khek " Halaman 78
yoza collection Karena sejak tadi tidak mendengar suara sisuseng, maka Jun-yan berpaling
memandang orang, ia lihat wajah si pelajar itu mengunjuk rasa heran dan girang bukan
buatan, ia menjadi heran, tanyanya: Eh, hal apa yang membuat kau begini gembira"
Ah, tidak apa2 , sahut suseng itu tertawa.
Aku hanya terlalu kagum terhadap ilmu kepandaian orang aneh yang tinggi itu.
Nona Lou, apakah kau tahu, sebab apakah ia selalu tunduk dan menurut pada
perintahmu" Ya, aku sendiri tidak mengerti kelakuannya yang aneh itu , sahut Jun-yan. Orang
itu mahir ilmu silat dari berbagai cabang aliran, sesungguhnya susah dipercaya.
Suseng itu termenung sejenak, tiba2 bertanya pula: Sekarang tujuan nona hendak
kemana" Memangnya aku tidak mempunyai tujuan, cuma Sam-bok-leng-koan itu bilang
dalam dua bulan ini akan mencari suhu ke Jin-sie, bila aku tidak hadir hingga suhu mau
percaya atas obrolan mereka sepihak, kelak pasti aku akan didamprat habis2an .
Nona Lou, ujar suseng itu. Sam-bok-leng-koan bertiga tidak nanti berani
mendatangi gurumu, tentu mereka akan mengundang banyak tokoh2 Kangouw lainnya
untuk mana sedikitnya akan makan waktu sebulan, dan selama sebulan ini, aku ingin
minta sesuatu bantuan, entah kau sudi tidak.
Silahkan berkata , sahut Jun-yan. Betapa tidak, sejak si gadis merasa orang sudi
menolong hindarkan dirinya dari kesulitan, dalam hatinya sebenarnya sudah berbenih
asmara, ia justru berharap setiap hari bisa berdampingan dengan sipemuda.
Aku ingin minta nona bikin perjalanan bersamaku ke Hun-kui (Hunlam dan Kuiciu),
dalam sebulan, tentu kita bisa kembali , sahut suseng itu.
Tentu saja aku iringimu , sahut si gadis. Dalam hati ia memikir, meski tidak bisa
kembali dalam sebulan juga aku tidak menyesal. Karena pikiran ini, wajahnya menjadi
merah. Maka sambil mengucapkan terima kasih, segera suseng itu keprak keledainya
terlebih cepat ke arah barat.
Jun-yan duduk didepan orang, maka tidak mengetahui gerak gerik sisuseng yang
waktu itu sebenarnya lagi tengak tengok kebelakang, maksudnya ialah ingin tahu
Hong san Koay Khek " Halaman 79
yoza collection apakah orang aneh yang berilmu silat tinggi, tapi sangat menurut pada Jun-yan itu,
apakah mengintil dibelakang. Namun ia agak kecewa, sebab satu bayanganpun tidak
kelihatan. Dalam perjalanan selama setengah bulan, dasar gadis remaja mudah terpikat, tanpa
merasa Jun-yan telah jatuh kedalam jaring2 cinta, ia merasa setiap gerak-gerik suseng
tampan itu sangat menarik. Hanya satu hal yang belum diketahuinya, ialah setiap kali
ia menanya nama dan asal usul suseng itu, orang selalu menjawabnya samar2 dan
membilukan pembicaraan. Karena melihat kedua tangan orang tak berjari, kecuali jari
tengah tangan kanan dan memakai sebuah selongsong emas yang ber-kilat2, maka ia
memanggilnya It-ci Toako atau engko berjari satu, tapi pemuda itupun mau
menyahutnya. Suatu hari, selewatnya Kuiciu, tibalah mereka diwilayah Hunlam. Tempat dimana
mereka lalui, kedua samping adalah lereng2 gunung hanya di-tengah2nya suatu jalan
yang tidak terlalu besar.
Daerah Kuiciu dan Hunlam terhitung dataran tinggi yang banyak lereng
pegunungan, penduduknya jarang, tempatnya penuh rahasia. Sebab itu banyak pula
binatang2 aneh yang tak dikenal namanya, dan karena jarang melihat manusia, maka
bila ketemu orang, binatang itupun tidak takut2. Sungguh tidak Jun-yan duga bahwa
tempat yang mereka datangi ini ternyata indah permai tidak kalah dengan pegunungan
Jing sia tempat kediaman gurunya. Ditambah lagi bikin perjalanan dengan suseng itu,
maka hatinya selalu riang gembira.
Sesudah sehari pula, sampai petangnya, tiba2 mereka melihat di tepi jalan terdapat
sebuah gardu istirahat yang kecil. Didalam gardu itu berduduk dua orang wanita yang
berdandan sebagai suku Biau (Miao), yang satu sudah nenek keriput, sedang lainnya
gadis jelita. Kulit badan gadis itu putih laksana salju, tapi diantara putih itu bersemu ke-hijau2an
seperti bukan manusia hidup. Namun ketika kedua bola matanya mengerling,
menimbulkan rasa senang bagi orang yang memandangnya.
A Siu, siapakah orang yang datang ini " tanya sinenek itu dengan suara tertahan
ketika mendengar Jun-yan dan suseng itu mendekati gardu.
Entah siapa, belum pernah kenal sahut si gadis dengan wajah heran sesudah
memandangi kedua orang. Hong san Koay Khek " Halaman 80
yoza collection Barulah kini Jun-yan berdua memperhatikan bahwa nenek itu adalah seorang buta.
Tiba2 suseng itu merosot dari keledainya, dengan jari tunggal ia gantol semacam benda
kehitam2an yang diambil dari bajunya, lalu disodorkan sambil bertanya : Apakah aku
berhadapan dengan Tiat hoa-popo " periksalah ini !
Jun-yan tidak jelas benda apa yang diangsurkan sisuseng itu, cuma dalam hati ia
merasa heran untuk apa It-ci Toako ini bersalaman dengan orang Biau dan
memanggilnya Tiat-hoa-po po atau nenek bunga besi segala.
A Siu, coba kau ambilkan, terdengar nenek tadi berkata. Lalu si gadis Biau tampak
bisik-bisik beberapa kali dalam bahasa mereka. Karena kepalanya bergerak, maka
anting2 besar di telinganya ikut bergoncang tiada hentinya. Kemudian nenek itu perlahan2 telah berbangkit.
Karena tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan, maka Jun-yan berdiam diri
saja, tapi perhatiannya tidak lepas dari gerak-gerik wanita2 Biau itu, yang menurut
kabar, suku Biau pandai main guna2 dan meracun, mungkinkah mereka akan
mencelakai engko jari satunya" Karena pikiran ini, maka ia hendak mendekati kearah
mereka bertiga. Tapi tiba2 dilihatnya sisuseng telah menoleh sambil memberi tanda padanya
supaya Jun-yan diam2 saja, terpaksa si gadis urungkan niatnya, meski hatinya penuh
tanda tanya. Sesudah Tiat-hoa-popo berdiri, ia ambil benda dari tangan sisuseng serta diraba2nya dengan teliti. Barulah sekarang Jun-yan dapat melihat jelas bahwa benda itu
berbentuk bunga seruni yang terbuat dari besi.
Setelah me-raba2 sebentar, terdengar nenek itu bersuara puas, lalu katanya :
Betullah, nah pergilah, kiri tiga, kanan tujuh, timur tiga belas, dan barat delapan belas !
Jun-yan menjadi bingung oleh istilah2 itu, tapi sisuseng meng-angguk2 dan
menyahut : Banyak terima kasih atas petunjuk Popo !
Baru saja mereka putar tubuh hendak berlalu, tiba2 si gadis jelita tadi memandang
tajam kearah Jun-yan dan bersuara : Tiat-hoa-popo !
Ada apa " nenek itu menjawab. Tapi si suseng itu sudah keburu kedipi si gadis
sembari jari tunggalnya itu menggandeng sebelah tangan orang.
Hong san Koay Khek " Halaman 81
yoza collection Gadis itu menjadi ragu2 sejenak, tapi akhirnya ia berkata pula pada sinenek: Tidak
apa2, aku hanya panggil biasa saja!
Segera sisuseng itu menarik gadis jelita ini kepinggir dan berbisik: A Siu, terima
kasih kau tidak menceritakan pada Tiat-hoa-popo.
Tapi gadis itu tidak menjawab, hanya mengebas tangannya dengan muka merah
jengah, ia melirik sekilas pada sipemuda lalu menunduk.
Melihat itu, perasaan Jun-yan menjadi kecut. Namun sisuseng sudah menaiki
keledainya dan melanjutkan perjalanan. Sesudah jauh tak tahan lagi segera Jun-yan
menanya: It-ci Toako, tadi nenek itu bilang tentang kiri-kanan-timur-barat, apa2an itu"
Ia menunjukan suatu tempat tujuan kita, yaitu didepan sana yang disebut Bwe-hocap-peh-tong. Tempat itu sangat sulit didatangi karena jalannya yang me-lingkar2 bagai
jaring laba-laba, maka apa yang dikatakan nenek itu tadi yalah langkah2 kemana kita
harus membalik sesudah sampai dipersimpangan jalan.
Masih Jun-yan belum faham, tanyanya pula: Lalu untuk apa sesudah sampai
disana"
Manusia Aneh Dialas Pegunungan Hong San Koay Khek Karya Gan K.l di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kita bicarakan kalau sudah sampai disana, sahut si suseng.
Kembali jawaban demikian yang diperoleh, Jun-yan menjadi uring2an. Sepanjang
jalan ia sudah sering tanya, dan selalu mendapat jawaban yang sama, padahal ia justru
sangat ingin tahu. Maka omelnya: Aku minta sekarang juga kau terangkan, bila tidak,
biar aku kembali saja. Habis berkata, ia pura2 hendak merosot kebawah keledai.
Diam2 si suseng rada kuatir, maka terpaksa katanya: Tujuan kita menyangkut
urusan besar. Kita berada ditanah Biau, mereka ada peraturan yang menentukan orang
tidak boleh sembarangan omong. Maka nona, haraplah kau sabar dulu"
Jun-yan serba salah, kalau melihat sikap pemuda ini, tampaknya bukan pura2. Maka
sesudah berpikir, katanya kemudian: Jika begitu, masa namamu juga tidak boleh
kuketahui" Apakah selama hidup aku harus memanggil It-ci Toako" Sesudah
mengucapkan ini, barulah teringat olehnya agak ketelanjuran hingga mukanya menjadi
merah. Namun suseng itu tampaknya lagi susah oleh recoknya, maka tidak
memperhatikannya, dan sahutnya: Soalnya karena namaku tak sedap didengar, maka
tidak ingin kau tahu. Baiklah kukatakan, aku she Ti, bernama Put-cian (tidak cacat) .
Hong san Koay Khek " Halaman 82
yoza collection Mendadak Jun-yan tertawa. Namamu tidak cacat, tapi jarimu justru bercacat,
kesembilan jarimu itu.. . Sebenarnya ia hendak bertanya mengapa jarimu itu putus, tapi
belum terucapkan, tiba2 teringat seseorang olehnya hingga tanpa terasa ia berseru: He,
Kanglam-it-ci-seng, kau adanya"
Benar , sahut sisuseng mengangguk.
Jun-yan coba meng-amat2i orang sejenak, kemudian menggumam sendiri: Kau
adalah Kanglam-it-ci-seng" Ah, bukan, bukan! Tentu memalsukan namanya!
Lalu, macamnya Kanglam-it-ci-seng itu dalam bayanganmu, seharusnya
bagaimana, nona" tanya Ti Put-cian tertawa.
Aku tidak pernah melihatnya, tapi. . . . tapi. . . . Sebenarnya ingin bilang: tapi
betapapun juga takkan secakap macam suseng muda seperti kau ini! cuma kata2 ini
tak enak diutarakan. Rupanya Ti Put-cian dapat meraba dugaan orang, maka katanya: Ha, dalam
bayangan nona, Kanglam-lt-ci-seng yang terkenal jahat itu tentu berwujut seorang yang
kepalanya sebesar gantang, mata sebesar mangkok, ditambah lagi hidungnya sebesar
kentongan, mulut sebesar baskom, penuh berewok macam singa, bukan"
Jun-yan terkikih geli oleh kata2 itu, sahutnya: Tak peduli apa dia singa atau macan,
sekalipun kau benar Ti Put-cian, masakan aku takut padamu" Berani kau menyentuh
seujung rambutku" Kiranya nama Kanglam-lt-ci-seng Ti Put-cian atau si pemuda jari tunggal dari
kanglam itu sangat disegani orang Bu-lim. Pada jari satu-satunya itu terpasang
segolongan emas yang bisa mulur mengkeret dan khusus dipakai untuk mematuk, ilmu
yang menjadi kemahirannya. Tindak tanduknya kejam, ganas dan tak pilih bulu. Sebab
itulah Jun-yan mulai meragukan kebenaran Kanglam-it-ci-seng yang tersohor sebagai
momok itu bisa berupa seorang suseng tampan, malahan diam2 ia sendiri telah jatuh
hati padanya. Sudahlah, jangan2 kita akan kesasar , kata Ti Put-cian kemudian sambil tertawa.
Karena benih cinta telah tumbuh pada orang dengan sendirinya yang terpikir
olehnya hanya mengenai hal2 yang baik, maka Jun-yan menjadi lupa namanya lebih
jauh soal tadi. Sebaliknya Ti Put-cian sedang memperhatikan jalan yang mereka lalui
Hong san Koay Khek " Halaman 83
yoza collection itu, haripun mulai gelap. Dan sesudah melingkat kian kemari, akhirnya terdengar Ti Putcian berkata : Sudah sampai !
Segera hidung Jun-yan mengendus bau harum bunga Bwe, sejauh mata
memandang, pepohonan jarang2, tetapi bunga2 mekar mewangi ditambah bulan baru
menyinari malam nan indah itu. Jun-yan benar2 kesemsem akan keadaan waktu itu.
Ketika tiba2 mendengar pemuda itu bilang sampai, ia memandang kearah barat, ia lihat
tidak jauh sebuah tebing curam tegak berdiri, tampaknya satu jalan buntu, maka
jawabnya : It-ci Toako, jalan sana buntu, jangan-jangan nenek itu salah menunjukkan
jalan " Tidak, Bwe-hoa-cap-peh-tong memang melingkar-lingkar tempatnya, jika orang
kesemsem akan pemandangan sekitarnya, tentu dia akan kesasar , sahut Ti Put-cian.
Mereka terus menuju ketebing curam itu, sesudah dekat, tampaklah di bawah
semak-semak rotan pegunungan situ terdapat sebuah gua, setelah memasuki gua itu
dan berbiluk-biluk didalamnya, akhirnya menembusi perut pegunungan itu dan sampai
disuatu lembah dengan lima gua yang lebih besar. Ketika beberapa gua dilewati pula
dan sampai digua kedelapan belas, jauh-jauh sudah terdengar didalam perut gunung
itu suara tambur dipukul riuh ramai mengejutkan orang.
Sampailah tempat tujuan kita , kata Ti Put-cian akhirnya. Mendengar sudah sampai,
segera Jun-yan mengamati tempat itu, ia lihat didekat gua sana tumbuh beberapa
pohon Bwe dengan bunga sebesar mangkok dan ranting2nya yang lebat. Suara tambur
itu berkumandang terus dari dalam gua.
Ti Put cian melepaskan keledainya agar pergi makan rumput sendiri, lalu Jun-yan
diajaknya mendekati pintu gua. Ternyata gua itu berpintu besi yang sangat lebar dan
setinggi lebih dua tombak hingga nampaknya sangat megah.
Lalu suseng itu mengeluarkan bunga seruni besi dari bajunya dan mengetok
beberapa kali pada pintu besi. Melihat itu, hati Jun-yan penuh tanda tanya, namun ia
coba menanti apa yang akan terjadi selanjutnya.
Tidak lama, pintu besi itu terdengar berbunyi, tampak satu lubang kecil terpentang
dari lubang itu. Ti Put-cian angsurkan bunga seruni besi. Sebentar kemudian, pintu besi
itu terbuka, didalam gua itu gelap gulita, Jun-yan kencang2 menggendoli lengan si
pemuda dan ikut masuk kedalam.
Hong san Koay Khek " Halaman 84
yoza collection It-ci Toako, kemanakah kita ini " tanya pula Jun-yan.
Didepan ada orang mengunjukan jalan bagi kita, sebentar lagi tentu kau akan jelas
melihatnya , sahut Ti Put-cian.
Tak lama kemudian, karena sudah biasa dalam kegelapan, samar2 Jun-yan dapat
melihat di depan betul saja ada dua orang Biau yang tegap bertombak sedang
menunjukan jalan. Sesudah beberapa jauhnya, di depan terdapat pintu besi semacam
itu. Suatu saat Jun-yan merasa angin silir berkesiur lewat disampingnya.
Tepat pada saat itulah, tiba2 Ti Put-cian berpaling menanya: Jun-yan, sepanjang
jalan, apakah kau merasa bahwa manusia aneh itu terus mengintil di belakangmu"
Barusan saja terasa angin lewat menyambar disampingku, apakah kau tidak berasa
" sahut Jun-yan. Gerak gerik orang aneh itu tidak bersuara, tapi menimbulkan kesiurnya
angin, tampaklah dia sudah pasti. Ia ikut kemari, tidak berhalangan bukan"
, sahut Ti Put Cian. Jun-yan, sebentar
nanti kalau terpaksa, aku ingin minta bantuanmu, hendaklah kau jangan menolak .
Jun-yan tidak tahu bantuan apa yang orang harapkan darinya, tapi iapun menjawab
: Jangan kuatir ! Pada saat itulah, tiba2 pandangan mereka terbeliak, suara tamburpun semakin
keras terdengar. Ternyata mereka sudah berada di-tengah2 sebuah lembah
pegunungan yang sekelilingnya diapit oleh lereng2 tebing yang tinggi dan curam. Tanah
mangkok lembah itu seluas kira-kira dua ha dan tandus tak tertumbuh apapun, malahan
dibawah sinar bulan nampaknya halus licin, kecuali dapat dimasuki melalui pintu2 besi
dalam gua tadi, agaknya burung sekalipun tak dapat masuk ketempat ini.
Di-tengah2 tanah lapang itu terdapat sebuah batu besar setinggi tiga kaki dan
lebarnya lebih dua tombak persegi, permukaan batu rata gelap, nyata sebuah meja batu
buatan alam. Di atas meja batu itu waktu itu ada seorang Biau dengan bagian atas
badan telanjang hingga tampak kulitnya yang ke-hitam2an, sedang memukul tambur
se-kuat2nya hingga air keringatnya bertetes-tetes.
Disekitar batu besar itu banyak orang yang sedang duduk mengitari, ada suku Biau
sendiri, juga ada bangsa Han. Didepan batu besar itu terdapat tujuh kursi yang diatur
berderet, semuanya masih lowong. Dekat dengan dinding tebing sana beberapa ratus
Hong san Koay Khek " Halaman 85
yoza collection orang Biau memegangi obor besar hingga lembah itu tersorot terang benderang bagai
siang hari. Diam2 Jun-yan memikir mungkin ini pertengahan bulan, tentu orang2 Biau lagi
mengadakan perayaan apa2. Maka iapun tidak banyak tanya, kemana Ti Put-cian pergi
ia mengikut kesitu. Sesudah hampir mengitari tanah lembah itu, kemudian Ti Put-cian
memilih suatu tempat yang longgar dan berduduk, tempat itu kira2 beberapa tombak
jauhnya dari meja batu tadi, maka Jun-yan pun berduduk disamping kawannya ini.
Ketika tanpa sengaja ia berpaling, tiba2 ia berseru kaget: He, hidung kerbau! Kaupun
berada disini" Lekas2 Ti Put-cian menjawil si gadis dan membisikinya: Ssst, jangan bersuara Junyan! Namun seruan Jun-yan tadi meski tak keras, tapi karena waktu itu hanya suara
tambur saja yang berdentang, semua orang lagi menanti dengan berdiam, maka yang
berdekatan dengan Jun-yan lantas banyak yang berpaling kearahnya.
Sebab itu, Jun-yan menjadi makin heran. Kiranya tadi diantara orang2 itu ia telah
melihat Siau-yau-ih-su Cu Hong-tin juga berduduk disana, sebab itulah ia berseru kaget.
Tapi kini ketika banyak orang berpaling kearahnya, ia menjadi melihat pula diantaranya
bukan saja terdapat Tong-ting-hui-hi Bok Siang-hiong, bahkan si orang aneh juga
tertampak berduduk tidak jauh dari dirinya dan kepalanya tertutup selapis kain.
Walaupun orang aneh itu berkedok, tapi dari bentuk tubuh dan dandanannya Junyan masih dapat mengenalinya, maka katanya kepada Ti Put-cian : It-ci Toako, ternyata
disini tidak sedikit kenalan lama !
Siapa saja " tanya Put-cian.
Lihatlah, imam setengah umur itu ialah Siau-yau-ih-su Cu Hong-tin, dan kakek
pendek buntik itu adalah Tong-ting-hui-hi Bok Siang-hiong, sedang lelaki berkedok itu
bukan lain adalah orang aneh yang banyak bikin gara2 atas diriku itu!
Benar" Kau tidak salah mengenalinya" Put-cian menegas. Dan rupanya saking
girang hingga suaranya agak keras.
Ssst , cepat pula Jun-yan menjawil padanya. Maka keduanya lantas saling pandang
dengan tersenyum. Hong san Koay Khek " Halaman 86
yoza collection Mendadak suara tambur tadi semakin keras dan cepat, lalu beberapa ratus orang
Biau lantas bersorak-sorai hingga suasana seketika bergemuruh oleh suara gema
kumandang dilembah pegunungan itu.
Hampir mulailah sekarang , kata Ti Put-cian rada tegang ketika melihat sang dewi
malam sudah berada di-tengah2 cakrawala.
Maka tertampaklah dari pintu besi sana berduyun2 datang tujuh orang, setiap orang
memondong satu mayat yang sudah kering, ada lelaki ada perempuan, tapi tubuh
mayat itu sudah mengering kuning hingga tampaknya sangat menyeramkan.
Dandanan mayat2 itupun tidak seragam, ada suku Biau, ada bangsa Han dan suku
lain pula. Agaknya, orang yang memondong mayat itu sangat menghormat sekali terhadap
apa yang mereka bawa itu. Setelah sampai didepan ketujuh kursi kosong tadi, merekamereka meletakkan mayat2 itu diatasnya, lalu berlutut memberi sembah, sesudah
bangun, mereka lantas berbicara, mula2 dengan bangsa Biau, kemudian dengan bangsa
Han, seru mereka: Secara sembrono kami berani menyentuh tubuh Seng-co (nabi
agung), pantas kalau mati, maka mengharap Seng-co suka memberi berkah!
Habis berkata, cepat mereka melolos senjata terus membunuh diri. Segera pula ada
orang yang menyeret ketujuh jenazah baru ini kepinggir.
Betapa terkejut dan berdebar hati Jun-yan oleh kejadian itu, sebaliknya Ti Put-cian
ternyata sangat kesemsem menyaksikan itu katanya dengan perlahan pada si gadis:
Lihatlah, betapa agung perbawa Seng-co, sesudah wafat, tubuh emasnya masih begitu
keramat hingga siapa yang menyentuhnya rela membunuh diri untuknya!
Apa2an Seng-co itu " tanya Jun-yan.
Ssst, jangan sembrono , bisik Ti Put-cian dengan wajah kuatir.
Jun-yan masih hendak menanya, tapi suara tambur tadi sudah berhenti mendadak
dan orang yang memukul tambur itu terus melompat turun dari meja batu itu dengan
gesit. Maka terlihatlah Tiat-hoa-popo menaiki meja batu dengan langkah yang tidak
tetap sebagai lajimnya seorang nenek2. Sesudah berada diatas, ia memandang
kesekitarnya hingga seketika sunyi senyap, maka iapun mulai berkata, juga bahasa Biau
dulu, kemudian bahasa Han. Katanya: Seng co ketujuh sudah wafat 30 tahun yang lalu,
Seng-co kedelapan juga sudah menghilang selama 30 tahun dan tak pernah kita
Hong san Koay Khek " Halaman 87
yoza collection ketemukan. Menurut tradisi kita, Seng-co kesembilan harus kita angkat diantara semua
hadirin ini. Menurut peraturan, 49 bunga seruni sudah kita sebarkan keseluruh negeri,
siapa yang memperolehnya malam ini juga sudah hadir semua. Maka Lopocu (nenektua) tidaklah perlu banyak omong, terserah pada takdir, siapakah gerangannya yang
bakal terpilih sebagai Seng-co dari rakyat2 72 gua kita.
Habis itu, sekali tubuhnya melesat cepat sekali orangnya sudah melayang turun.
Jangan dikira usianya sudah tua dan matanya buta, tapi betapa cepat gerakannya,
ternyata tidak kalah dengan tokoh kelas satu dari kalangan Bulim.
Sampai disini, sedikit banyak Jun-yan sudah mengetahui duduknya perkara. Apa
yang disebut Seng-co itu tentu adalah pemimpin tertinggi dari 72 gua suku Biau, dan
hari ini justru hari pemilihan Seng-co baru itu. Cuma yang tidak dapat dipahaminya
ialah apa yang dikatakan sinenek bahwa Seng-co ke 8 bisa menghilang sejak 30 tahun
yang lalu, padahal kedudukan Seng-co ini ada sekian banyak orang yang
menginginkannya" Sedang ia berpikir, tiba2 dilihatnya didepannya berdiri satu orang berbaju putih,
ujung lengan baju orang hampir2 menyentuh mukanya. Ketika ia mendongak, kiranya
adalah si gadis yang bernama A Siu itu. Gadis jelita ini lagi memandangi Ti Put-cian
dengan senyum yang penuh arti.
Hati Jun-yan menjadi panas, segera ia bermaksud membentak, tapi gadis itu hanya
sejenak saja merandek, lalu meninggalkan pergi.
Hm, gadis Biau ternyata begini tak kenal malu , segera Jun-yan mencemoh sambil
melihati belakang A Siu, yang sementara itu telah mendekati dan duduk disamping Tiathoa Popo.
Sejenak nenek itu turun panggung, semua hadirin berdiam diri saja, setelah lama
barulah si orang Biau yang tinggi besar wajahnya bengis membawa tombak, sambil
meloncat dan berlari menaiki panggung batu, lalu teriaknya : Tong-cu (kepala Gua) dari
Jing-cha-tong, Pulaihua, minta pengajaran dari para hadirin ! Habis berkata, dengan
congkaknya ia berdiri menolak pinggang dengan sebelah tangannya, sikapnya memang
gagah sekali, tapi bagi penglihatan orang ahli segera tahu kuda2nya tidak kuat, tidak
tahan sekali pukul saja. Kiranya ke-72 gua suku Biau itu yang hidupnya diantara tanah pegunungan yang
penuh binatang-binatang berbisa, jiwa mereka sama sekali tak terjamin, maka segera
Hong san Koay Khek " Halaman 88
yoza collection telah mengadakan perserikatan mengangkat seorang yang serba pandai untuk menjadi
pemimpin besar mereka, yaitu disebut Seng-co, dengan hak kekuasaan penuh. Sejak
Seng-co pertama diangkat, selamanya tidak membeda-bedakan suku bangsa dan
keturunan, sebab itulah diantara delapan Seng-co yang lalu, enam diantaranya adalah
bangsa Han. Waktu pemilihan Seng-co baru selalu diadakan pada pertengahan bulan
pertama diwaktu bulan purnama, sesudah Seng-co lama wafat, sebelum itu, 49 buah
bunga seruni besi yang menjadi tanda pemilihan itu disebar keseluruh negeri, siapa
yang memperolehnya dapat ikut hadir dalam pemilihan. Urusan ini selamanya
dirahasiakan, maka Jun-yan sejak mula tidak mengetahui untuk apakah kedatangan Ti
Put-cian ini. Begitulah, sesudah Pulaihua tadi naik ke-panggung, lalu datang seorang Biau lalu
sebagai penantang dan mulai bertanding, akhirnya Pulaihua itu kena dijungkalkan
kebawah. Selanjutnya seluruh suku Biau saja yang saling bertempur hingga dua jam
lebih, tapi cara berkelahi mereka adalah terlalu kasar hingga tiada harganya dilihat.
Tampaknya sang bulan sudah mendoyong kebarat, tiba2 Tong-ting-hui-hi Bok
Siang-hiong melolos senjatanya, Go-bi-ji, sekali lompat, panggung yang jauhnya dua tiga
tombak itu telah kena dinaikinya. Waktu yang berada disitu adalah seorang Biau yang
muda tangkas, diantara leher pergelangan tangan dan kakinya memakai gelang rotan
yang hitam gelap. Sesudah naik keatas, tanpa bicara lagi senjata Bok Siang hiong terus
menusuk kepaha orang Biau itu.
Namun orang Biau berdiri diam saja tanpa menghindar, maka tepat kena pahanya
yang di arah itu, tapi hanya mengeluarkan suara seperti kayu diketok, sedikitpun
kakinya ternyata tidak terluka. Keruan Bok Siang-hiong terkejut, segera ia tarik kembali
senjatanya hendak ganti serangan, namun tombak orang Biau itu juga telah menusuk
kebadannya, cepat ia meraup hingga ujung tombak orang kena ditangkapnya, sekali
gertak, Bok Siang-hiong kerahkan tenaga dalamnya yang kuat, tanpa ampun lagi orang
Biau itu terpental jatuh kebawah seperti layang2 putus benangnya.
Maaf ! Bok Siang-hiang coba merendah lalu ada seorang Biau lagi yang melompat
keatas, tapi juga bukan tandingannya, ber-turut2 beberapa orang lagi dari berbagai suku
bangsa, tapi semuanya kena dikalahkan Bok Siang-hiong.
Sementara itu hari sudah terang, obor sudah dipadamkan, Bok Siang-hiong masih
menjagoi di atas panggung, kedua matanya selalu mengincar Siau-yau-ih-su Cu Hongtin saja.
Hong san Koay Khek " Halaman 89
yoza collection Karena ditunggu lama masih belum ada yang naik, akhirnya Cu Hong-tin berbangkit,
sekali ayun kebutnya, perlahan dan enteng sekali ia melompat keatas panggung batu
itu. Melihat betapa indah loncatan itu, semua hadirin bersorak memuji. Sebaliknya Bok
Siang-hiong sangat mendongkol akan datangnya Cu Hong-tin ini, sedangkan dirinya
sudah bertempur setengah malam, tenaganya sudah habis, barulah orang maju
menantang padanya, maka tanpa bicara lagi, begitu membuka serangan, segera ia putar
sepasang cundriknya itu mengurung rapat lawannya.
Dalam hal keuletan, sebenarnya Cu Hong-tin memang masih lebih unggul dari pada
Manusia Aneh Dialas Pegunungan Hong San Koay Khek Karya Gan K.l di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Bok Siang-hiong. Apa lagi orang telah bertempur selama setengah malam dengan
berpuluh orang. Betapapun lihay serangannya, tidaklah dipandang berat oleh Cu Hongtin. Sekali Siau-yau-ih-su ini meloncat, dari atas kebutnya yang berekor benang emas
itu terus mengepruk kebawah dengan tipu Thian-hoa-kap-teng atau bunga langit
menghambur kepala. Ketika mendadak Bok Siang-hiong merasa kabur pandangannya, Cu Hong-tin telah
menghilang, tahu2 dari atas suatu tenaga maha besar menindih kepalanya, ia menjadi
terkejut luar biasa, tanpa pikir lagi ia melompat pergi sejauh mungkin. Sementara itu Cu
Hong-tin sudah tancap kaki kebawah lagi dengan sikapnya yang gagah sebagai jago
yang berada diatas angin, katanya : Jurus Siao-jin ki-loh (sang dewa menunjuk jalan)
ini silahkan Bok-heng terima lagi ! tiba2 ujung kebutnya menjadi tegang terus menutuk
kedada lawan. Belum lagi bisa berdiri tegak, terpaksa Bok Siang-hiong menangkis pula serangan
ini. Namun kebut Cu Hong-tin ternyata sangat hebat dan serba guna, dengan tenaga
dalam ia patahkan tenaga keras tangkisan orang, lalu ekor kebutnya melibat diatas
cundrik orang hingga kencang, habis itu ia tarik sekuatnya. Keruan Bok Siang-hiong tak
sanggup menahan hingga senjatanya terlepas dari cekalannya. Ketika sedikit Cu Hongtin menggentak pula, cundrik rampasan itu mencelat terbang keudara, hingga
menimbulkan sinar kemilauan diatas.
Insyaf tak ungkulan, diam2 Bok Siang-hiong undurkan diri dengan rasa likat.
Sementara itu dengan tekebur Cu Hong-tin memandangi sekeliling panggung, ia lihat
orang Biau disitu tiada satupun yang dapat ditakuti, sedang diantara bangsa Han, kecuali
sepasang pemuda pemudi yang dikenalinya sebagai Lou Jun-yan, sedang si pemuda
rasanyapun bukan tandingannya. Ada seorang lagi yang berkedok kepala, ketika datang
Hong san Koay Khek " Halaman 90
yoza collection disitu terus duduk terpaku, agaknya datang untuk melihat keramaian saja. Maka dapat
diduga kedudukan Seng-co dari 72 gua suku Biau sudah yakin akan diperolehnya, bukan
saja bangsa Biau akan tunduk pada perintahnya, bahkan juga akan mendapat rahasia
pembuatan berbagai macam racun dan obat bius. Apalagi sudah lama terdengar bahwa
banyak orang mendatangi daerah ini untuk mencari harta karun serta kitab rahasia
ilmu silat peninggalan tokoh Bu-lim dari jaman dahulu. Saking senangnya Cu Hong-tin,
tiba2 ia unjukan pula ilmu mengentengi tubuhnya yang indah, ia meloncat lurus keatas
dan tepat cundrik yang baru jatuh kembali itu dapat ditangkapnya. Lalu orangnya turun
lagi diatas panggung batu dengan enteng. Dan sekali ia tekuk cundrik baja itu, tahu2
telah melengkung bagai gendewa.
Melihat itu, tidak kepalang orang2 Biau yang hadir disitu, mereka menyangka apa
orang bukan jelmaan malaikat "
Lalu Cu Hong-tin buang cundrik itu ketanah katanya dengan angkuh : Entah masih
ada siapa lagi yang berani naik kemari "
Jun-yan , tiba2 Ti Put-cian membisiki si gadis, telah tiba saatnya sekarang.
Permintaanku akan bantuanmu justru inilah urusannya. Jika aku tak ungkulan melawan
Cu Hong-tin, hendaklah kau bisiki orang aneh itu agar suka membantu aku dari bawah.
Apa yang kau katakan selalu diturutnya, tentu dia takkan menolak .
Jun-yan ter-mangu2 sejenak oleh permintaan itu. Apa " Kau juga ingin menjadi
kepala orang Biau " tanyanya heran.
Jun-yan, harap kau suka membantu sungguh2 , pinta Ti Put-cian lagi.
Baiklah, akan kukatakan padanya nanti sahut Jun-yan kemudian merasa tak tega
untuk menolaknya. Tapi kalau kau tak ungkulan, ada lebih baik kau lekas kembali saja.
Dan selagi Ti Put-cian hendak berdiri dan melompat keatas panggung, tiba2
terdengar Tiat hoa popo berseru : A Siu, dimana kau, kenapa belum naik keatas "
Ti Put-cian dan Jun-yan terkejut, sungguh mereka heran, apa benar A Siu yang
mereka ketemukan yang tampaknya lemah gemulai tak tahan angin itu berani naik
panggung bertanding dengan Siau-yau-ih-su Cu Hong-tin "
Mereka bertambah terkejut bila kemudian melihat gadis yang muncul itu memang
benar A Siu yang berbaju putih mulus itu, ditambah lagi kulit dan wajahnya juga putih
Hong san Koay Khek " Halaman 91
yoza collection pucat, perlahan2 A Siu bertindak kedepan dengan gayanya yang menggiurkan bagai
dewi kayangan yang baru turun kebumi.
Ketika tiba2 menampak seorang gadis jelita tampil kemuka sebagai penantangnya,
sesaat itu Cu Hong-tin pun tertegun. Ia sangsikan apa benar gadis semuda ini berani
coba2 naik panggung "
Sementara itu A Siu sudah sampai didepan panggung batu, tanpa kelihatan ia
bergerak, tahu2 sudah meloncat keatas panggung setinggi beberapa kaki itu. Ia tidak
lantas memapaki Cu Hong-tin, melainkan menjemput dulu cundrik, senjata Bok Sianghiong yang dibengkokkan Cu Hong tin tadi, ketika tangannya yang halus putih itu pegang
kedua ujungnya terus ditarik, tahu2 cundrik itu telah lempeng kembali seperti asalnya.
Cu Hong-tin menjadi kaget dan curiga, sungguh susah dimengerti, gadis semuda ini,
sekalipun belajar sejak masih dalam kandungan ibu, Iwekangnya juga takkan sehebat
ini. Maka sekarang yakinlah dia si gadis benar2 seorang penantangnya yang tangguh,
ia tak berani ayal lagi, segera ia ber-siap2 dengan kebutnya, katanya : Silahkan nona
keluarkan senjata ! Aku tak punya senjata, sahut A Siu.
Diam2 Cu Hongkebutku sudah malang melintang selama ini, sampai tokoh lihay seperti Thong-thiansin-mo Jiau Pek king juga mesti bertarung sama kuat dengan aku, masakan aku malah
takut ter tangannya menggertak, ekor kebutnya menjengkit, dengan tipu Sian-jin-ki-loh seperti
tadi segera ia tutuk kedada A Siu tempat Ki-bun-hiat , cuma serangan tidak penuh
dilontarkan, hanya ia tahan ketika hampir mengenai sasarannya, ia ingin melihat jelas
gaya silat dari aliran manakah si gadis ini, agar dapat mengatur cara menghadapinya.
Tak terduga, A Siu tetap berdiri dengan kedua tangan lurus kebawah, hanya
sepasang matanya menatap tajam keujung kebutnya. Melihat kesempatan itu, segera
Cu Hong-tin dorong kebutnya kedepan. Tapi baru saja bergerak, tahu2 A Siu telah
menggeser pergi hingga ujung kebutnya menyambar lewat disampingnya, ujung baju
saja tidak menyentuhnya. Diam2 Cu Hong-tin memuji akan kecepatan orang, sekali kebutnya ditarik, sekali
kebas dengan tipu pek-hun-bian-bian atau awan bergumpal me-layang2 segera ia
menyabet dari samping. Hong san Koay Khek " Halaman 92
yoza collection Tapi kecepatan bergerak A Siu juga cepat dan gesit luar biasa, ditambah bajunya
yang berwarna putih dan berkaki telanjang hingga langkahnya tidak bersuara, maka
cara bagaimana bergeraknya susah terlihat jelas, hanya tampak bayangan putih
berkelebat, tahu2 orangnya melesat minggir kesamping dengan indahnya.
Diam2 Cu Hong-tin menjadi gugup melihat dua kali serangannya mengenai tempat
kosong. Bila ia lihat gerak tubuh orang, nyata semacam ginkang yang maha hebat
dengan kecepatan yang susah dibayangkan. Kalau melihat ujung kakinya sedikit melejit,
lalu orangnya sedikit mumbul, lantas mengikuti tenaga kebasan kebutnya melompat
kedepan, nyata sekali adalah ilmu leng-kong-poh-hi atau melangkah kosong diatas
udara yang biasanya hanya bisa dilatih oleh orang yang berilmu Iwekang tinggi,
padahal gadis ini masih sangat muda, darimanakah bisa melatih ilmu entengi tubuh
yang sehebat itu" Dalam sengitnya segera Cu Hong-tin menyerang tanpa berhenti dengan ke 36 jurus
ilmu kebutnya. Tapi meski sekejap serangan berantai itu selesai dilontarkan, ujung baju
gadis itu masih belum dapat disentuhnya. Malahan orang hanya berkelit kian-kemari
tanpa membalas. Sungguh tidak kepalang terkejutnya Cu Hong-tin, sama sekali tak bisa dipahaminya,
mengapa seorang gadis jelita suku Biau dapat memiliki kepandaian setinggi ini. la
benar2 penasaran, sekali kebutnya diayun, kembali ia mengebas, sekali ini dengan jurus
siau yau-bu-kek atau gembira ria tak terbatas, ia salurkan seluruh tenaga dalamnya
kesenjatanya hingga membawa samberan angin keras.
Tapi masih A Siu tidak balas menyerang, malahan dengan baik2 ia mengatakan :
Aku telah mengalah tiga puluh enam jurus seranganmu, dengan ilmuku ham-hong-giheng (bergerak terbawa angin), masakan kau mampu apakan aku " Jika kau masih tidak
kenal gelagat, rasanya kau sendirilah yang mencari susah! Lekas turun panggung
sajalah! Mendengar ilmu kepandaian orang, terkejut Cu Hong-tin ber-tambah2, pantas ujung
baju orang saja ia tak mampu menyentuhnya. Ia menaksir dirinya tak akan sanggup
melawan ilmu ginkang yang hebat itu, cuma tujuannya kemari telah banyak mengalami
aral lintang dan berhasil merebut bunga seruni besi, sangkanya daerah Biau tak
terdapat orang pandai, bila dirinya dapat memperoleh kedudukan Sengco dan
memerintah tujuh puluh dua gua rakyat Biau, pula bila bisa mendapatkan harta pusaka
serta kitab silat rahasia yang tersiar dlkalangan Bulim itu, kelak ia bisa mendirikan
Hong san Koay Khek " Halaman 93
yoza collection cabang aliran tersendiri dan akan berdiri sama derajat dengan Jing-sia pay, Khongtong-pay, Bu-tong-pay dan Go-bi-pay yang besar2 itu. Siapa duga, baru saja
mengalahkan Bok Siang-hiong, tahu2 datang seorang gadis jelita yang membuatnya tak
berdaya. Sudah tentu ia tak rela menyerah begitu saja. Tanpa bicara lagi, ia himpun
tenaga, dengan tipu Thian-hoa-kap-teng atau bunga langit menghambur kepala,
secepat kilat ia sabet kepala A Siu.
Namun samberan angin senjatanya itu lebih dulu membuat A Siu terbawa pergi
beberapa kaki hingga sabetannya mengenai tempat kosong. Tahu2 gadis itu telah
melompat maju, dengan tangannya yang putih bersih bergelang keleningan, segera
kebutnya Cu Hong-tin kena ditangkapnya.
Maka seketika kedua orang saling tarik menarik mengadu tenaga dalam, banyak
orang yang kuatirkan A Siu yang bertubuh lemah itu takkan tahan, maka orang2 Biau
sama bersorak membantu suara. Sebaliknya bagi penglihatan Ti Put-cian, ia sudah
menduga Siau-yau ih-su pasti akan kalah. Kalau ia tahu diri mau turun panggung masih
mendingan, tapi kalau mengadu tenaga dalam demikian, walaupun A Siu tidak ada niat
arah jiwanya, sedikitnya akan terluka parah.
Tadinya ia memperhitungkan tiada orang lain lagi yang bisa menandingi Cu Hongtin, sebaliknya ia sendiri menaksir dengan mudah sanggup mengalahkannya. Siapa tahu
ilmu silat A Siu bisa begini lihay, tampaknya tidak mudah jika bertanding dengan dia.
Sementara itu diatas panggung Cu Hong-tin masih berkutetan dengan A Siu, meski
ber-ulang2 ia kerahkan tenaga dalamnya, tapi selalu tak berhasil menarik kembali
kebutnya. Maafkan ! tiba2 A Siu tersenyum, segera Cu Hong-tin merasa suatu tenaga yang
kuat sekali menumbuk kembali dari kebutnya hingga dadanya serasa sesak. Hampir2
darah menyembur keluar dari tenggorokannya. Terpaksa ia lepaskan kebutnya dan
melompat kebelakang turun dari panggung, menyusul pandangan menjadi silau,
kebutnya sudah dilemparkan A Siu kearahnya. Masih tak berani ia menyambutnya,
melainkan melompat kesamping, tak terduga sekali ini A Siu memang benar2 hendak
mengembalikan senjatanya itu, maka tidak menggunakan tenaga, dengan enteng kebut
itu jatuh ditanah, cepat Cu Hong-tin menjemputnya.
Hong san Koay Khek " Halaman 94
yoza collection Sejak Cu Hong-tin malang melintang dikang ouw, belum pernah ia dikalahkan
seperti sekarang ini, keruan ia gemas bukan kepalang kepada A Siu, tanpa menoleh lagi
ia berlari pergi. Sesudah kalahkan Siau-yau-ih-su Cu Hong-tin, lalu dengan senyum simpul A Siu
berkata kepada para hadirin : Masih ada orang gagah manakah yang sudi naik kemari
memberi pelajaran " Ia ulangi beberapa kali tantangannya itu, tapi tiada seorangpun
yang tampak berani maju. Ti Put-cian pikir telah tiba saatnya, ia memberi pesan pada Jun-yan tentang bantuan
orang aneh itu, lalu berdiri dan berseru : Aku yang rendah mohon petunjuk pada nona
! Lalu dengan jalan berlenggang ia mendekati panggung batu, sekali enjot, dengan
enteng ia sudah melompat keatas.
Kau " dengan wajah merah A Siu menegasi, ia tidak percaya kalau pemuda itu
juga hendak bertarung padanya.
Benar aku, petunjuk apakah yang hendak nona berikan " sahut Ti Put-cian dengan
lagak tengik. A Siu tudingi jari satu2nya Ti Put-cian, lalu tunjuk pergelangan tangannya sendiri
dengan wajah merah jengah.
Ti Put-cian menjadi ingat godaannya tempo hari digardu tepi jalan itu, nyata si gadis
ini telah jatuh hati padanya. Jika seorang gadis Biau sudah jatuh cinta pada seseorang,
ia rela berkorban untuk segalanya, apalagi hanya kedudukan Seng-co.
Memang dugaan Ti Put-cian tidak salah, diam2 A Siu memang sudah jatuh cinta
padanya. Kiranya pergaulan laki perempuan diantara suku Biau meski bebas, tapi sekali2 tak boleh kedua badan saling sentuh, kecuali kalau sudah suka sama suka untuk
mengikat menjadi suami isteri. Ketika Ti Put-cian gunakan jarinya menggantol lengan
A Siu digardu itu, kalau bukan ketampanan Ti Put-cian telah menggiurkan hati A Siu,
tentu gadis itu sudah menghajarnya.
Kini sesudah berhadapan, A Siu menjadi ragu2, ber-kali2 Ti Put-cian
mempersilahkannya bergebrak, ia hanya memandangi pujaan hatinya dengan mata
mendelong. Long-kun ( panggilan pada kekasih ), mana bisa aku menangkan kau,
silahkan kau turun tangan saja !
Hong san Koay Khek " Halaman 95
yoza collection Dasar orang Biau memang sangat jujur, karena menyangka Ti Put-cian sudah
penuju padanya, maka tanpa tedeng aling2 lagi A Siu terus menyebut long-kun
padanya. Tentu saja diam2 Ti Put-cian bergirang, terus ia menutuk ke Ki-bun-hiat didada
orang. Sama sekali A Siu tidak menghindarinya, maka tutukan itu tepat kena tempatnya,
sekali tubuhnya mendoyong kebelakang terus terperosot kebawah panggung. Ketika
hampir merosot kebawah, tiba2 telinga Ti put-cian mendengar gema suara yang lirih
jelas: Sampai ketemu besok malam dibawah bulan purnama, longkui. Tampak bibir A
Siu bergetar dan mengulum senyum, habis itu ia berjalan mendekati Tiat-hoa-popo.
Lalu terdengar Tiat-hoa-popo sedang berkata dalam bahasa Biau dengan suara
keras seperti orang marah, begitu pula orang2 Biau lainnya sama berteriak merasa
penasaran. Namun A Siu tidak ambil pusing, ia tinggal memandang kearah Ti Put-cian
diatas panggung itu dengan kesemsem.
Ketika keduanya diatas panggung, hakekatnya tidak sampai bergebrak, sebaliknya
pasang omong dengan mesra, lalu sekali Ti Put-cian geraki tangannya, lantas A Siu
turun panggung, terang se-akan2 keduanya sudah berunding secara baik2. Tentu saja
hal ini membikin Jun-yan naik darah, tanpa pikir lagi ia terus melompat keatas
panggung. Waktu itu Ti Put-ciang lagi senang2 karena merasa tiada orang lagi yang berani
menantang dirinya. Ketika tiba2 melihat Jun-yan melompat keatas, ia menjadi kaget,
tegurnya : Hai, Jun-yan, ada apa kau naik kemari "
Ti Put-cian, manusia rendah, kasak-kusuk apa yang kau lakukan dengan budak hina
itu" damprat Jun-yan.
He, nona Lou, kenapa kau menjadi marah2 begini " jengek Ti Put-cian.
Makin dipikir, makin gusar Jun-yan, tiba2 ia angkat tangannya terus menempiling
kemuka orang. Namun Ti Put-cian telah memapaki sekali menjentik dengan jari
tunggalnya itu hingga setengah tubuh si gadis merasa kaku kesemutan. Keruan Junyan semakin murka, teriaknya gusar : Bagus kau, Ti Put-cian !
Sebenarnya kalau turuti tabiat Kanglam-it-ci-seng Ti Put-cian, perbuatannya akan
jauh lebih keji dan ganas. Sepanjang jalan ia begitu baik pada Lou Jun-yan, tujuannya
tiada lain hanya bermaksud memperalat si gadis untuk merebut kedudukan Seng-co
Hong san Koay Khek " Halaman 96
yoza collection saja. Kini kedudukan itu sudah terang dalam genggamannya, apa gunanya lagi seorang
macam Lou Jun-yan. Segera dengan tertawa dingin iapun menjawab : Baiklah, jika sudah berani naik
kepanggung, silahkan nona menyerang ! Habis berkata, selongsong emas dijarinya
itu tiba2 mengkilat, tahu2 menjulur panjang terus menutuk ke tubuh si gadis, tanpa
kenal ampun ia telah keluarkan kemahiran menutuk yang lihay itu.
Cepat Jun-yan melompat mundur buat berkelit sambil mendamprat, tapi secepat
kilat tutukan kedua Ti Put-cian sudah dilontarkan lagi. Tampaknya sekali ini tenggorokan
Jun-yan pasti akan terkena. Tiba2 terdengar suara creng yang nyaring, entah dari
mana datangnya sebutir batu, selongsong emas jarinya Ti Put-cian itu telah terbentur
hingga lengannya tergetar kaku, seketika semper. Kesempatan itu digunakan Jun-yan
dengan baik, plak , kontan ia persen sekali tampar dimuka orang hingga merah bengkak.
Diam2 Ti Put-cian mengeluh, tentu batu tadi disambitkan si orang aneh itu, dalam
seribu kerepotannya ia coba melirik kearah si orang aneh, tapi orang tertampak duduk
anteng saja ditempatnya. Sesudah memukul orang, Jun-yan menjadi menyesal malah, katanya. Sudahlah, asal
kau dapat memahami maksudku, marilah kita tinggalkan tempat ini! sambil berkata,
tanpa berjaga-jaga ia terus mendekati orang.
Namun kekejaman Ti Put-cian sudah tidak kenal maksud baik Jun-yan, ia tunggu si
gadis sudah mendekat, mendadak tangan kiri menggaplok dari samping, sedang jari
tunggal tangan kanan terus menutuk ketengah jidat Jun-yan.
Serangan mendadak ini membikin Jun-yan tak berdaya sama sekali, dengan
penasaran ia hanya bisa tunggu ajal saja sambil pejamkan mata. Tapi mendadak
terdengar Ti Put-cian berseru tertahan, ketika ia membuka mata, ia lihat orang berdiri
kaku sambil tangan kiri lagi meraba pinggang, menyusul mana orangnya malah terus
mendeprok jatuh diatas panggung. Tanpa ayal lagi Jun-yan ayun kakinya menendang
hingga tubuh Ti Put-cian tertendang kebawah panggung.
Sebenarnya tadi Ti Put-cian lagi menutuk dengan tipu it-liong-tam-cu atau sinaga
mencakar mutiara, yaitu mengarah tengah2 batok kepala si gadis, tapi baru sampai
tengah jalan tiba2 pinggangnya terasa pegal linu, ia insyaf terkena bokongan orang
aneh itu lagi, lekas2 sebelah tangannya dipakai memijat tempat yang terasa pegal itu,
Hong san Koay Khek " Halaman 97
yoza collection tapi sudah terlambat, jalan darah itu telah tertutup dan badannya lemas terkulai hingga
memberi kesempatan kepada Jun yan untuk menendangnya kebawah.
Baru saja Jun-yan hendak menyusul kebawah panggung untuk memberi penjelasan,
Manusia Aneh Dialas Pegunungan Hong San Koay Khek Karya Gan K.l di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ia lihat A Siu sudah keburu mendekati Ti Put-cian dan membangunkannya. Malahan Ti
Put-cian melotot dengan penuh kebencian kearahnya.
Jun-yan menjadi kesima, pikirnya, Ah, ia telah kena kutendang kebawah, terang
takkan bisa menjadi kepala suku Biau, tentu ia akan membenci padaku, pelototan
matanya tadi seakan mendekam kesumat tak terhingga padaku.
Sedang perasaannya diliputi sesal tak terkatakan, mendadak suara tabur dipukul
ramai pula, seluruh orang Biau yang hadir disitu telah berlutut menyembah kearahnya,
Tiat-hoa-popo juga mendekati panggung batu itu serta berseru keras2 : Dengan hormat
mohon tanya nama suci Seng-co kesembilan siapa "
Jun-yan menjadi bingung, tapi segera ia pun mengerti, kalau Ti Put-cian telah dapat
dirobohkannya kebawah panggung dan tiada lagi yang berani naik menantang padanya,
maka kedudukan Seng-co yang diperebutkan itu terang sudah jatuh atas dirinya.
Saat itu, sebenarnya Jun-yan sama sekali tidak ketarik oleh kedudukan Seng-co dari
tujuh puluh dua gua suku Biau yang sangat diharapkan oleh orang2 Bu-lim itu. Kalau
tidak menyaksikan berapa mesranya waktu A Siu membangunkan Ti Put-cian, mungkin
ia lebih suka menunggang bersama diatas satu keledai suseng berjari tunggal itu
berkelana di kangouw. Tapi dasar wataknya memang sangat suka turuti pikiran hatinya
yang timbul seketika, kini demi cemburu, segera ia menyahut, Aku she Bo bernama Junyan!
Sementara itu Tiat-hoa-popo telah berlutut ditanah sambil berseru beberapa kali
dalam bahasa Biau. Seketika orang2 Biau itu berjingkrak gembira ria dan bersorak
gegap gempita. Kemudian Tiat-hoa-popo berkata lagi terhadap Jun-yan: Ilmu silat nona Lou sudah
lulus ujian, tetapi menurut peraturan, harus menghadapi tiga mahluk berbisa lagi,
hendaklah bersiap menunjukan kesaktianmu untuk menaklukannya!
Diam2 Jun-yan memikir, kiranya masih begini banyak permainan dalam pemilihan
Seng-co ini. Ia lihat orang2 Biau yang tadinya bersorak sorai itu kini telah diam
mendadak, seorang wanita setengah umur tampak tampil kemuka dengan membawa
Hong san Koay Khek " Halaman 98
yoza collection keranjang rotan, dengan hati2 sekali keranjang itu dilemparkan keatas panggung, lalu
orangnya berlari ketempat semula.
Silahkan nona Lou membunuh dulu katak berwajah manusia didalam keranjang
ini! terdengar Tiat-hoa-popo melapor dibawah panggung dengan sangat menghormat.
Jun-yan pikir tentu katak berwajah manusia itu adalah semacam binatang aneh
yang jarang terlihat, apa yang harus ditakuti " Tapi karena memang ia tidak bersenjata,
maka katanya: Aku tidak punya senjata, biarlah bertangan kosong saja !
Mendengar si gadis akan menghadapi katak dengan tangan kosong saja, tanpa
merasa semua orang berseru kaget berbareng. Tapi Jun-yan masih belum insyaf akan
gawatnya peristiwa nanti, tanpa ambil pusing ia mendekati keranjang rotan tadi terus
ditendangnya hingga menggelundung pergi beberapa tindak jauhnya, se-konyong2
terdengar suara kok sekali, dari dalam keranjang melompat keluar suatu mahluk aneh
yang belum pernah dilihatnya.
Mahluk itu tampaknya gepeng mendekam diatas panggung batu itu, warnanya
serupa warna kulit manusia, besarnya pun serupa muka manusia, malahan seperti
lengkap dengan mata, hidung dan mulut manusia, cuma jeleknya luar biasa macam
siluman. Dalam terkejutnya hampir-hampir Jun-yan menjerit, maka cepat ia mundur
selangkah. Siapa duga mahluk itupun terus mendesak maju.
Sesudah itu barulah Jun-yan dapat melihat jelas, kiranya mahluk aneh itu adalah
seekor katak dengan empat kakinya yang pendek, bentuk yang mirip wajah manusia
itu hanya guratan2 diatas punggungnya saja.
Dengan sendirinya Jun-yan tambah berani sesudah mengetahui mahluk itu hanya
seekor katak, ia tidak tahu mahluk itu justru satu diantara tiga binatang berbisa yang
paling ditakuti suku Biau. Katak berwajah manusia itu dapat menyemburkan hawa
berbisa yang jahat, melulu menyenggol badannya saja tentu akan kena racunnya dan
kulit daging orang bisa membusuk. Tempat dimana binatang itu hidup seluas beberapa
tombak tiada hidup tetumbuhan apapun, maka dapat dibayangkan betapa jahat
racunnya. Untuk menangkap binatang ini guna ujian bagi calon Seng-co, orang Biau
entah berapa banyak harus dikorbankan.
Namun Jun-yan masih belum kenal akan kelihayan katak berbisa ini, segera ia
hendak memapak maju untuk membunuhnya, tapi tiba-tiba didengarnya suara
menjengek Ti Put-cian dibawah panggung. Ketika Jun-yan menoleh, ia lihat suseng
Hong san Koay Khek " Halaman 99
yoza collection berjari tunggal itu duduk berendeng dengan mesranya bersama A Siu, wajahnya
mengunjuk ejekan. Seketika darah Jun-yan bergolak, cepat ia melengos tak sudi
memandangnya. Tapi pada saat itulah, terdengar suara
'kok' sekali, katak itu telah menubruk
kearahnya sambil meleletkan lidahnya
seperti ular, malahan membawa semacam
bau amis yang tak enak dicium. Tanpa pikir
lagi Jun-yan ayun telapak tangannya terus
menghantam. Mendadak katak berwajah
manusia itu gembungkan perutnya dan
melompat keatas, nyata itulah katak jenis
kintak yang perutnya gembung bulat seperti
bola, lalu dari atas udara terus menubruk
kebawah dengan suara kok-kok yang keras.
Melihat binatang itu bisa menghindari
serangannya, Jun-yan menjadi terkejut,
sementara hidungnya mengendus bau amis
yang memuakkan dan memusingkan kepala, hampir2 saja ia tak sanggup berdiri tegak,
Karunia Mutiara Cinta 3 Wiro Sableng 104 Peri Angsa Putih Kuda Besi 1
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama