Manusia Aneh Dialas Pegunungan Hong San Koay Khek Karya Gan K.l Bagian 5
Dengan muka ber-seri2 kembali Ngo-seng Thauto masuk dengan mem-bungkuk2.
Mendongkol sekali Jun-yan oleh lagak tengik paderi itu, ia pikir bila sebentar ada
kesempatan, biar kuhajar pula.
Ngo-seng, tanya orang itu, paling akhir ini, dikalangan Kangouw adakah muncul
tokoh-tokoh lihay " Ada, sahut Ngo-seng tanpa pikir, baru-baru saja ada seorang aneh yang linglung,
mahir segala macam ilmu silat, lihaynya luar biasa. Kabarnya Jing-ling-cu hendak
mengundang semua tokoh silat untuk mengenalinya.
Hong san Koay Khek " Halaman 198
yoza collection Apakah anak dara ini muridnya" tanya orang itu. Rasanya tidak mungkin, sahut
Ngo seng geleng kepala. Lalu ada lagi siapa "
Banyak! kata Ngo-seng. Seperti Thong thian-sin-mo Jiau Pek-king, Liok-hap-tongcu
Li Pong, kedua paderi dari Go-bi, Tai-liksin Tong Po, Bok Siang Hiong dan.. . . .
Stop! bentak orang itu mendadak. Kenapa manusia2 sebangsa itu kau sebut2
didepanku" Masa mereka sanggup mendidik murid seperti ini" Hm, sekali orang itu
masih hidup, tetap aku tidak lega! habis berkata, ia mendadak ia hantam meja
disebelahnya hingga ujung meja sempal seketika.
Karuan Ngo-seng mengkeret sampai agak lama barulah ia berani bersuara: Kilocianpwe, aku ada satu usul. Jika kau tahan bocah perempuan ini disini, bukankah
gurunya akau mencari kemari"
Fui,masakah kau ukur dirimu yang rendah dengan derajatku, semprot orang she
Ki itu. Diam2 Jun-yan dan A Siu memuji orang yang mendamprat jiwa Ngo-seng yang
rendah itu. Tapi mereka lantas dibikin terkejut bentakan orang she Ki itu: Baiklah, biar
bocah ini sekarang juga binasa dibawah Thian-sing-cing-lik-ku.
Kiranya ilmu pukulannya yang dasyat tadi disebut Thian-sing-cing-lik atau tenaga
murni taburan bintang maka terlihat Tun-kau-kiam yang terletak dimeja itu mendadak
diambilnya terus disentilnya hingga senjata itu menyambar kearah Jun-yan. Terimalah
bocah, bolehlah kalian berdua maju berbareng dan melawan sekuatnya supaya matipun
tidak penasaran ! seru orang itu pula.
Jun-yan bergirang melihat senjatanya pulang kandang, cepat ia ulur tangan
menyambutnya. Diluar dugaan, mukanya menjadi merah dan badannya hampir2
terjengkang, ternyata tenaga jentikan orang itu kuat luar biasa, sampai2 ia tidak
sanggup menahannya. Tapi nyali Jun-yan menjadi besar pula sesudah memegang senjatanya, ia pikir
dengan kepandaian dua orang masakan akan kalah" Maka bisiknya lantas kepada A
Siu: Lihatlah betapa liciknya manusia, maka jangan kau sungkan2 lagi, marilah kita
hajar manusia busuk ini! Hong san Koay Khek " Halaman 199
yoza collection Diam-diam A Siu membenarkan ujar Jun-yan itu, tapi bila ia pikir pula, apa yang
terjadi itu toh gara-gara Jun-yan yang telah mencuri kelinci panggang orang, bukankah
ini pun keterlaluan. Cuma pikiran demikian tak enak dikatakannya.
Sementara itu orang she Ki itu masih menunggu walaupun melihat kedua gadis itu
main bisik2. Malahan kemudian Jun-yan memulai bersuara garang lagi: Supaya tidak
menyesal, hai, siapa namamu, kenapa tak kau beritahukan lebih dulu !
Tapi belum lagi orang itu bersuara, tiba2 Ngo-seng telah menyeletuk dengan
mengejek: Hm, budak picak, masakan Ki-go-thian, Ki-lo cianpwe yang berjuluk Tok-pohkian-kun yang namanya termashur dikalangan Bu-lim berpuluh tahun yang lalu, tidak
kau kenal" Sebenarnya Jun-yan lantas hendak memaki Ngo-seng yang berani menimbrung itu,
tapi mendengar siapa adanya orang she Ki itu, seketika ia terperanjat sampai mundur
beberapa langkah tanpa merasa.
Kiranya pernah didengarnya dari sang suhu bahwa jago silat terkemuka pada
jaman itu dan dari lapisan apa saja, tiada yang bisa menandingi Tok-poh-kian-kun Ki
Go-thian. Ilmu silat Ki Go-thian ini sukar diukur tingginya, anehnya iapun tidak suka ada
orang yang berkepandaian lebih tinggi darinya, maka tindakannya sewenang-wenang,
beberapa kali tokoh Bu-lim hendak membasminya, tapi lima kali berkumpul; setiap kali
kena dikalahkannya. Paling akhir tokoh2 Bulim itu berkumpul ditepi tembok besar, tapi
begitu Ki Go-thian tiba, sekali ia bergelak ketawa berpuluh tokoh silat itu menjadi keder
semua akan Lwekangnya yang hebat, malahan yang ilmu silatnya sedikit rendah sudah
lantas ter-kencing2 sampai senjata terjatuh tak disadarinya. Tatkala itu usia Jiau Pekking masih muda, adatnya juga sombong, namun nyalinya cukup besar, ialah yang
tampil kemuka sebagai juru bicara Ki Go-thian, katanya: Kami mengakui ilmu silatmu
memang susah dilawan, tapi berkepandaian sungguh hebat tanpa tandingan, apanya
yang menarik" Apabila kau dapat memberi kesempatan kepada kaum muda untuk
melatih diri dalam jangka waktu tertentu, aku yakin bukan mustahil akan muncul jago
baru yang sanggup merobohkan kau, tatkala mana bila kau masih mampu menjagoi
barulah kami benar2 takluk.
Dasar adat Ki Go-thian sangat tinggi, tanpa pikir terus saja menjawab: Haha, jago
muda" Baik usiaku sekarang tiga puluh delapan tahun biarlah aku tunggu sampai
berumur tujuh puluh tahun, aku akan muncul pula mencari kalian, tatkala mana bila
kalian toh masih begini tak becus, haha, jangan salahkan aku yang tak kenal ampun.
Hong san Koay Khek " Halaman 200
yoza collection Habis berkata, iapun tinggal pergi dan betul saja sejak itu Ki Go-thian menghilang
dari dunia Kangouw dan lama2 orangpun se-akan2 lupa padanya.
Sebenarnya Jun-yan sudah ragu-ragu sejak mula ketika mendengar Ngo seng
Thauto yang bukan orang sembarangan itu menyebut Ki-locianpwe pada orang tua itu,
sungguh tidak terduga olehnya bahwa tokoh tertinggi berpuluh tahun yang lalu itulah
yang kini dijumpai, padahal usianya kalau dihitung sudah 70an namun tampaknya
belasan tahun lebih muda. Maka untuk sejenak ia rada tercengang, tapi segera ia
tenangkan diri dan berkata : Oho kiranya adalah Tok-poh-kian-gun Ki-locianpwe,
sungguh tidak nyana dapat berjumpa disini, kalau tidak salah, menurut ceritera, katanya
kau berjanji takkan menjelajah Kangouw dalam waktu tertentu "
Karena teguran ini, tiba2 Ki Go-thian mengerling sekejap kepadanya, tapi lantas
berpaling pula menatap A Siu dan katanya dengan dingin : Ya, tiga hari yang lalu, persis
genap waktu yang kujanjikan itu !
Jun-yan menjadi putus asa, maksudnya memancing menjadi gagal. Ia pandang A
Siu sekejap, sebaliknya A Siu yang polos merasa tenang saja walaupun dalam tiga
gebrak tadi sudah merasakan betapa lihaynya orang itu. Maka kata A Siu dengan
sewajarnya : Mungkin dia hanya bergurau saja dengan kita, marilah kita pergi saja, enci
Jun-yan. Melihat A Siu pandang suasana berbahaya itu seakan tak terjadi apa2, diam2 Junyan gegetun akan kepolosan sang kawan. Tapi segera terpikir pula olehnya, kenapa
tidak tiru caranya Suhu mengumpak musuh, lalu tinggal ngeloyor pergi " Maka segera
sahutnya dengan tertawa : Ya, ya, kau benar A Siu, Locianpwe ini hanya bergurau saja
dengan kita, masakan seorang Bu-lim-cianpwe benar2 sudi main2 dengan si anak kecil,
kalau tersiar keluar, bukankah akan dibuat tertawaan" sembari berkata, ia coba melirik
sikap Ki Go-thian, ternyata tokoh itu bermuka masam saja tanpa mengunjuk apa2, maka
katanya pula: Ki-locianpwe, sering guruku berkata bahwa tokoh Bu lim seluruh jagat
tiada satupun yang ia kagumi, kecuali kau seorang!
Tiba-tiba Ki Go-thian mengejek, sahutnya: Ya, dan diseluruh jagat ini, dalam hal
keberanian juga melulu siau-jiau saja seorang!
Jangan kau senang dulu, kata guruku lagi bahwa disaat genting, kelakuanmu juga
rada-rada rendah,maka dapat dipastikan kaupun bukan seorang kesatria sejati! kata
Jun-yan pula. Hong san Koay Khek " Halaman 201
yoza collection Ngaco belo! mendadak Ki Go-thian menggerung keras. Begitu hebat suara
gerungan itu hingga muka Jun-yan pucat, telinga pekak.
Nyata suara gerungan itu apa yang disebut Say-cu-bo atau raungan singa,
semacam lwekang yang hebat. Diantara mereka bertiga hanya A Siu yang masih
sanggup bertahan; walaupun jantungnya memukul keras juga. Yang paling celaka
adalah Ngo-seng Thauto, hampir-hampir ia jatuh tergetar oleh suara raungan itu,
baiknya cepat ia menutupi telinganya, namun begitu kepalanya sudah pening dan mata
ber-kunang2. Kini barulah Jun-yan mau percaya sebabnya sang guru kagum terhadap Ki Go-thian
yang memang bukan omong kosong ini padahal biasanya Jiau Pek-king tidak
memandang sebelah mata kepada siapapun. Segera iapun mengerti umpannya telah
termakan Ki Go thian sekali tokoh itu sudah gusar pasti sudah akan masuk
perangkapnya, ia tunggu sesudah suara raungan orang sudah reda; segera ia tambahi
minyak lagi : Tak perlu kau gusar tanpa alasan masakan guruku berani omong begitu
tentang dirimu" Buktinya seperti sekarang ini, kau melihat ilmu silat A Siu sangat tinggi
lantas ketakutan pada gurunya seketika minta bergebrak padanya disini. A Siu coba
kau mengaku terus terang apakah kau sanggup melawannya"
Sudah tentu dengan jujur tanpa aling2 A Siu menjawab: Mungkin aku hanya
sanggup menandinginya paling banyak dalam sepuluh jurus.
Bagus, seru Jun-yan tertawa. Nah Ki-lo-cianpwe kau sendiri sudah dengar, jika kau
hanya pintar mencari lawan yang selalu menandingi kau sebanyak 10 jurus saja lalu
macam jagoan apa kau ini" Kenapa kau tidak mencari gurunya saja buat bertanding "
Tapi terang kau tak berani kepada gurunya, paling2 kami berdua boleh kau binasakan
saja. Haha ! Enci Jun-yan, aku toh tidak mempu.. .
Ya, sudah tentu kau tak mempunyai pendirian apa2, sela Jun-yan cepat sebelum
A Siu selesai berkata, nyata ia tahu gadis itu hendak bilang tak mempunyai guru , hal
mana berarti usahanya mengumpak Ki Go-thian akan gagal maka sembari berkata,
terus iapun mengedipi A Siu hingga gadis itu menjadi bingung dan urung bicara lagi.
Mm, lantas siapa gurunya " tanya Go-thian menjengek. Muridnya saja begini lihay,
apalagi sang guru,'' ujar Jun-yan. Apalagi dia orang tua melarang kami menyebut
Hong san Koay Khek " Halaman 202
yoza collection namanya diluaran, seumpama diperbolehkan, juga aku takkan terangkan, supaya kau
tidak bakal kebat kebit merasa tidak tenteram.
Melihat tutur-kata Jun-yan itu tanpa merasa jeri sedikit juga, benar saja Ki Go-thian
menjadi ragu2, ia coba meng-ingat2 tokoh persilatan terkemuka dimasa lalu, tapi ia
merasa tiada seorangpun diantaranya yang dapat mengungkuli dirinya. Kalau bilang
selama ini muncul lagi jago baru, masakan Ngo-seng tidak tahu " Setelah di-ingat2 pula,
mendadak hatinya tergerak, teringat olehnya pada waktu dirinya malang melintang
tanpa tandingan dahulu, pernah mendengar ceritera orang katanya di puncak tertinggi
Khong-tong-san yang terdiri dari puncak timur dan barat itu, masing2 berdiam seorang
paderi. Kedua paderi sakti itu, bagi orang Khong-tong-san-pay sendiri belum pernah
melihatnya. Tapi kalau ada kabar demikian tentunya bukan tiada alasan. Konon kedua
paderi itu sangat tinggi ilmu lwekangnya, walaupun puncak timur dan barat itu berjarak
beberapa li jauhnya tapi bila perlu mereka menyiarkan suara mereka dengan Iwekang
yang tinggi itu untuk saling bicara.
Berpikir begitu, bukannya Ki Go-thian menjadi jeri, tapi dia merasa senang malah,
sebab bakal mendapatkan tandingan yang selama ini dirasakannya hampa, maka
dengan tertawa dingin katanya: Hm budak setan, kenapa mesti pura-pura, apa kau
sangka aku tak tahu gurunya kalau bukan kedua keledai gundul di Khong tong-san itu
siapa lagi" Sebenarnya selama hidupnya belum pernah Jun-yan mendengar tentang paderi
sakti dipuncak Khong-tong-san itu sebab usianya masih terlalu muda bagi kejadian
dahulu. Tapi gadis cerdik begitu mendengar kata2 Ki Go-thian itu ia merasa paderi2
yang dimaksud itu pasti bukan sembarangan orang, maka sengaja ia mengunjuk rasa
heran dan berkata kepada A Siu : Eh, dari mana dia dapat tahu "
Jika benar, bocah ini tetap harus kutahan disini! kata Ki Go-thian lagi, nyata seorang
tokoh terkemuka dan pintar seperti dia ini juga kena diselomoti Jun-yan.
Melihat akalnya berhasil, dengan cepat kata Jun-yan lagi : He, bukankah kau tadi
sedang berunding dengan Ngo seng katanya hendak hajar adat kepada Jing-ling
Totiang, hendak kemanakah kalian itu "'' Menghadiri pertemuan para jago Bu-lim yang
diadakan Jing-ling-cu di kuilnya Lo-kun-tian dipuncak Ciok-yong-hong, sahui Ki Go-thian.
Hong san Koay Khek " Halaman 203
yoza collection Wah, sangat kebetulan sekali, jika begitu pasti kau akan bertemu dengan kedua
Locianpwe dari Khong-tong-san itu, ujar Jun-yan. Tapi segera ia pura2 ketelanjur omong
: Eh, jangan2 kau tidak jadi pergi kesana mendengar kabarku ini!
Amarah Ki Go-thian memuncak dikatai jeri pada orang lain. Kau boleh saksikan
kedatanganku disana nanti ! Sekarang lekas enyah ! bentaknya sembari kebaskan
lengan bajunya hingga Jun-yan merasa se-akan2 ditiup angin badai terus mencelat
keluar sejauh beberapa tombak. Cepat, A Siu ! seru Jun-yan sembari lari ketika
dilihatnya A Siu juga sudah memutar tubuh.
Setelah beberapa li jauhnya, barulah mereka berani kendorkan langkah, namun
suara bergelak Ki Go-thian masih terdengar berkumandang keras bagai guntur. Cepat
mereka berlari pula meninggalkan tempat berbahaya itu.
Wah, bila orang she Ki itu tak mau masuk perangkap, boleh jadi jiwa kita sudah
melayang, ujar Jun-yan sesudah jauh.
Enci Jun-yan, kenapa kau suruh dia bertanding dengan guruku, darimana aku
mempunyai guru" tanya A Siu tertawa.
Jangan kuatir A Siu, kalau sudah tiba harinya pertemuan di Ciok-yong-hong nanti,
biarlah kita juga kesana, tentu disana akan terkumpul banyak jago2 terkemuka, masakan
benar2 semuanya akan dikalahkan orang she Ki itu " ujar Jun-yan, Dan bila benar2 dia
memang lihay, kita punya kaki, masakan kita tak bisa angkat langkah seribu " Kita juga
hadir kesana, tapi kalau kepergok, bagaimana "
tanya A Siu lagi ragu2. Kau jangan kuatir, guruku mahir menyamar, maka akupun sudah mempelajari
kepandaian itu, sahut Jun-yan, nanti kalau kita sudah menyamar, tanggung kau takkan
kenali dirinya sendiri lagi. Sekarang paling perlu kita mencari tahu dulu kapan
pertemuan para jago Bu-lim itu akan diadakan Jing-ling-cu. sampai disini, ia merandek,
lalu katanya pula: A Siu kita sudah seperti saudara sekandung saja, dapatkah kau
ceritakan padaku, kau bilang tiada punya guru, lantas dari mana kau belajar
kepandaian" A Siu menjadi ragu2, tapi bila mengingat hubungan mereka memang melebihi
saudara sekandung, tanpa sangsi lagi lalu diceritakannya tentang Siau-jang-cit kay
yang diperolehnya dari Lo-liong-thau digua itu.
Hong san Koay Khek " Halaman 204
yoza collection Heran sekali Jun-yan oleh penemuan aneh itu, sungguh tidak nyana seorang tua
cacat Suku Biau yang sepele itu juga mahir ilmu silat setinggi itu. Sembari bicara
mereka sambil berjalan, kata Jun-yan pula: A Siu, kata orang diatas ada sorga, dibawah
ada Soh Hong (Sociau dan Hangciu), perjalanan kita toh mesti lewat wilayah Ciatkang,
biarlah kita pesiar sekalian ke Hangciu.
Bagus, seru A Siu girang. Tempat seindah itu, boleh jadi disana kita akan bertemu
dengan Ti-koko. Diam2 Jun yan gegetun akan hati A Siu yang telah begitu kesemsem atas diri Tiput-cian. Tidak seberapa hari, tibalah mereka dikota Hangciu dan mereka pesiar
beberapa hari menikmati keindahan kota sorga itu. Dan karena selama itu tidak melihat
bayangannya Ti-put-cian hati A Siu menjadi murung.
Suatu hari mereka lagi pesiar mendayung perahu ditelaga So-oh yang indah permai
itu. Sedang mereka asyik tamasya, se-konyong2 suara air telaga gedebyuran, tahu2
sebuah kapal pesiar yang besar menerjang dari samping dengan kerasnya, diatas Kapal
belasan lelaki sedang makan-minum sambil terbahak2 hingga suasana yang tadinya
aman tentram itu jadi gaduh.
A Siu mengkerut kening, sebaliknya Jun-yan menjadi gusar. Tanpa pikir lagi, cepat
ia berdiri, ia tunggu kapal itu sudah hampir mendekat, ia samber sebuah ember
disampingnya terus menciduk seember air penuh dan digebyurkan sekuatnya kearah
kapal itu. Betapa hebat tenaga yang digunakan Jun-yan, byur , itu tepat masuk kedalam
ruangan kapal itu melalui jendela dan belasan lelaki di-dalamnya menjadi gelagapan
dan jatuh pontang-panting, kemudian kapal itu sedikit miring hingga hampir2 terbalik.
Jun-yan ter-bahak2, dan sekali dayungnya bekerja, cepat perahunya sudah
meluncur pergi jauh, tiba2 dari dalam kapal itu melompat keluar seorang terus terjun
ketengah telaga, hebatnya meski didalam air, orang itu tidak tenggelam, tapi air hanya
sebatas lututnya, dengan cara inilah orang itu mengejar perahunya Jun-yan dengan
berjalan diatas air, dan cepatnya sungguh luar biasa. Hayo, berhenti, siapa berani tepuk
lalat diatas kepala harimau, main gila di telaga ini "
Suara itu Jun-yan merasa sudah pernah kenal, tapi karena perahunya meluncur
sangat cepat, pula deburan air yang tinggi, lantaran diseberangi orang itu, maka
Hong san Koay Khek " Halaman 205
yoza collection mukanya tidak nampak jelas. Dalam pada itu, A Siu sudah samber dayung satunya lagi
membantu percepat lajunya perahu.
Rupanya melihat tak sanggup mengejar lagi, mendadak tubuh orang itu tenggelam
kedalam telaga, hingga lama belum kelihatan muncul. Jun-yan menyangka orang itu
mungkin sudah kelelap ditelan ikan, maka ia berhenti mendayung untuk bergurau
dengan A Siu. Diluar dugaan, tiba2 terdengar suara pluk-pluk beberapa kali dibawah perahu,
tahu2 air telaga merembas masuk dari bawah, ternyata dasar perahu itu tahu2
bertambah beberapa Iobang kecil, menyusul mana suara pluk2 terdengar pula
dihaluan dan buritan perahu berlubang lagi beberapa buah hingga cepat sekali separuh
dari perahu itu sudah terendam air. Baru sekarang Jun-yan insaf orang tadilah yang
telah menyabot perahunya itu, cepat ia sumpal sebilah papan perahunya terus
Manusia Aneh Dialas Pegunungan Hong San Koay Khek Karya Gan K.l di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dilemparkan ke-permukaan telaga sambil peringatkan A Siu agar berlaku cara yang
sama. Menyusul mana, ia genjot tubuhnya melompat keatas papan yang terapung
ditelaga itu. Melihat perahunya sudah hampir tenggelam cepat A Siu berbuat seperti caranya
Jun-yan hingga mereka menumpangi dua papan sejajar seperti orang main ski. Dan
baru saja mereka selamatkan diri, terdengarlah suara air gedeburan, seorang telah
muncul dari dasar telaga dengan tangan memegang senjata Hun-cui-go-bi ji semacam
cundrik kaum nelayan, sekali tusuk perahu itu telah ditenggelamkannya, tapi ketika
melihat kedua gadis itu sudah berpisah keatas dua papan ia alihkan senjatanya sambil
membentak: Berani kau . .
Hanya sekian saja ucapan orang itu karena orangnya lantas saja terkesiap.
Berbareng itu Jun yan pun sudah melihat jelas bahwa orang itu adalah Tong-ting-huihi Bok Siang-hiong.
Haha kiranya kau! seru Jun-yan tertawa.
Melihat Jun-yan untuk sesaat Bok Siang-hiong juga tertegun, karena jeri terhadap
gurunya thian-sin-mo Jiau Pek-king, pula kepandaian si gadis sendiri juga tidak rendah,
sebagaimana dahulu Siau-yau-ih su Cu Hong-tin pernah dipermainkan, maka Bok Sianghiong menjadi serba salah terpaksa iapun menyapa dengan tertawa: O kiranya nona
Lou juga pesiar kesini apakah kau datang bersama gurumu dan hendak menghadiri
undangannya Jing liang Totiang"
Hong san Koay Khek " Halaman 206
yoza collection Maafkan Bok-bengcu kami telah mengganggu kesenanganmu dikapal tadi, sahut
Jun-yan terpaksa merendah melihat kesungkanan orang. Tentang undangan Jingling
Totiang, entahlah aku sendiri tidak tahu kapan harinya" Terus terang saja sejak tempo
hari sampai sekarang aku masih belum pulang maka kalau ketemu Suhu, tolonglah kau
banyak memberi alasan. Sebenarnya Bok Siang hiong rada heran oleh munculnya Jun yan disitu, tapi demi
mendengar penuturan itu segera sahutnya dengan tertawa: Ah jamak juga orang muda
suka pesiar, kalau sudah keluar segan kembali, tentunya gurumu takkan mengenali kau.
Tentang hari undangannya Jing ling cu telah ditetapkan tanggal satu bulan dua belas,
tinggal setengah bulan saja sudah tiba. Diatas kapal kami sana masih ada Tai lik-sin
Tong-Po dan beberapa kawan Bu-lim lain bila nona Lou tidak mencela, maukah kita
bikin perjalanan bersama !
Mendengar itu Jun-yan menaksir kalau terus langsung menuju ke Hing-san
menghadiri pertemuan yang diadakan Jing-ling-cu, waktunya masih cukup, maka
jawabnya : Terima kasih atas kebaikanmu, masih ada sedikit urusanku yang lain,
tolonglah kau sampaikan guruku, dan aku tidak sekapal dengan kau, nyata diam2 dalam
hati Jun-yan sudah mempunyai rencana sendiri, bukan saja hendak mengingusi Tokpoh-kian-gun Ki Go-thian yang disegani semua jago silat, bahkan gurunya sendiri juga
akan diselomotinya. Bok Siang-hiong pun tidak memaksa, ia melihat tidak jauh dari situ sebuah perahu
kecil lagi meluncur tiba, anehnya diatasnya tiada pengemudinya, melainkan satu orang
sedang ngantuk mendekam diatas meja. Kebetulan disitu ada sebuah perahu, silahkan
nona menumpang kesana, dihadapan gurumu kelak aku akan memberi penjelasan
bagimu, katanya kepada Jun-yan, lalu ia selulup lagi kedalam air terus menghilang.
A Siu, kepandaian berenang orang ini rasanya tiada seorangpun dijagat ini yang
menandinginya, kata Jun-yan. Marilah kita naik keperahu itu !
Sebenarnya A Siu ragu2 melihat perahu orang itu. Tetapi Jun-yan sudah mendahului
luncurkan papan yang diinjaknya kesana, terpaksa ia menyusul.
Hai, Toako diatas perahu, kami minta numpang perahumu ! seru Jun-yan ketika
sudah dekat. Namun orang itu masih menggeros dengan pulasnya. Tanpa pikir lagi Junyan melompat keatas perahu dengan enteng sekali dan disusul oleh A Siu.
Hong san Koay Khek " Halaman 207
yoza collection Waktu Jun-yan meng-amat2i orang yang masih mendengkur itu, ia lihat perawakan
orang rada tegap, berbaju hitam singsat, warnanya sudah luntur, malahan disana sini
banyak tambalan. Karena mukanya terbenam disekap kedua lengannya diatas meja,
maka tidak kelihatan. Yang terang, tidurnya ternyata nyenyak sekali.
Orang ini pulas seperti babi mati, mungkin perahu ini sudah kita dayung ketepi, ia
sendiri masih belum tahu, ujar Jun-yan geli.
Perlahan-lahan mereka angkat penggayuh dan mendayung perahu itu ketepi sana.
Sembari mendayung Jun-yan berkata perlahan kepada A Siu: Hari pertemuan jago Bulim yang diadakan Jing-ling-cu katanya tgl. 1 bulan 12. Jika begitu, sesudah mendarat,
kita harus terus berangkat. Untuk tidak diketahui Suhu, biarlah aku menyamar seorang
seperti Thio Hui (tokoh dalam cerita Sam Kok yang berwajah hitam bengis) dan kau,
menurut pendapatku menyamar seorang pemuda ganteng, boleh jadi sepanjang jalan
kau akan digilai oleh kaum gadis !
Wajah A Siu menjadi merah oleh olok-olok itu, sahutnya: Apakah aku dapat lebih
gagah daripada Ti-koko "
Terang lebih bagus dari dia, ujar Jun-yan. Maka untuk selanjutnya aku disebut Say
Thio-hui dan kau bernama.. . bernama Giok bin-long-kun (sijejaka bermuka bagus), kita
mengaku bersaudara, aku Toako dan kau adik.
Aku sebenarnya ingin mencari Ti koko dulu, ujar A Siu. Eh, kembali kau rindu lagi,
siapa tahu, kalau di Ciok-yong hong nanti justru dapat kau jumpai dia" bujuk Jun yan.
Tidak lama, perahu mereka sudah dekat tepi telaga, tiba2 mereka mendengar suara
orang menguap, waktu mereka menoleh, kiranya lelaki yang tidur tadi sedang mengulet
sambil julurkan kedua tangannya kelantai, sehabis mengulet, sambil mulutnya
berkemak-kemik bagai orang ngelindur, mendekam diatas meja tertidur pula.
Melihat tangan orang itu ketika dijulurkan keatas, panjangnya luar biasa, alisnya
juga tebal sekali, cuma tadi orang lagi menguap, maka wajahnya macam apa, belum
tampak jelas Jun-yan menjadi geli melihat kelakuan orang, katanya. A Siu.. tidak, Giokbin-long-kun, tampaknya orang ini kerjanya hanya gegares dan tidur melulu, tidur
dirumah kuatir diganggu, maka pindah tidur diatas perahu. Marilah kita tinggal pergi,
peduli amat dia mau tidur sampai tahun depan !
Hong san Koay Khek " Halaman 208
yoza collection Diwaktu bicara, karena anggap dirinya sekarang sudah Say Thio-hui atau si Thio
Hui kedua, sengaja Jun-yan bikin kasar suaranya, karena A Siu tertawa geli, katanya:
Enci Jun-yan. . . Stop, sela Jun-yan mendadak, bukan enci lagi, tapi ingat, selanjutnya harus panggil
Toako ! Ah, nanti saja kalau sudah sampai di Ciok-yong hong, tawar A Siu geli.
Sementara itu perahu sudah menepi, mereka meletakan dayung dan melompat
kedaratan dalam pada itu lelaki tadi kedengaran lagi menguap dan kemak kemik
mengigau pula. Tanpa ambil pusing lagi, mereka tinggal menuju kekota. Disebuah toko, Jun-yan
membeli pupur minyak, jenggot palsu dan sebagainya lalu membeli pula bahan obat2an
disebuah apotik. Dengan semua itu mereka pulang kehotel.
Hai dimanakah pedangmu, kenapa tinggal sarungnya melulu ! seru A Siu kaget
ketika melihat senjata yang terselip dipinggang Jun-yan sudah tak kelihatan.
Jun-yan terkejut ketika diperiksanya benar saja sarung pedang masih, senjatanya
sudah hilang. Ia ingat ketika menghadapi Bok Siang-hiong tadi karena menyangka orang
akan menyerangnya ia masih meraba senjatanya itu, kenapa sekarang bisa mendadak
hilang". Untuk sesaat itu Jun-yan menjadi bingung, yang bikin mengejutkan lagi, ketika ia
merasa sutera merah yang diperolehnya dari gua didaerah Biau itu juga sudah hilang
tak berbekas, padahal ia ingat benar barang tersebut tersimpan baik2 dalam bajunya.
A Siu ikut sibuk melihat kawannya kelabakan, lekas2 ia tanya apalagi yang hilang:
Sepotong kain sutera merah, sahut Jun-yan. Entah keparat jahanam yang mana berani
main gila dengan aku, jika dapat kubekuk, kalau tidak kucacah badannya, tidak puas
hatiku. Dan sedang Jun-yan mencak2 tanpa sasaran tiba2 datanglah pelayan hotel
menghantarkan sepucuk surat sambil menanya: Apakah nona she Lou "
Jun-yan melengak, tapi cepat sahutnya: Benar. Ada apa " Disini ada sepucuk surat
ditujukan untuk nona, kata pelayan.
Hong san Koay Khek " Halaman 209
yoza collection Cepat Jun-yan menerima surat itu dengan heran, ia lihat diatas sampul tertulis :
Dihaturkan kepada nona Lou ! Tulisannya indah kuat. Sebagai murid Thong-thian-sinmo yang serba pandai, dengan sendirinya dalam hal seni tulis Jun-yan pun terhitung
akhli, ia merasa tidak kenal gaya tulisan siapakah dari orang2 yang dikenalnya.
Ketika sampul itu disobeknya, ia lihat kertas surat didalamnya putih kosong kecuali
dua huruf yang cukup besar : Kiam, Leng.
Melihat tulisan kedua huruf yang berarti : pedang dan sutera, segera Jun-yang tahu
ada hubungannya dengan kedua bendanya yang hilang itu. Dari siapakah surat ini "
Cepat ia tanya sipelayan. Saking tidak sabar, bahu pelayan itu terus dicengkeramnya
sambil di-gentak gentak. Karuan pelayan itu meringis kesakitan sambil ber-kuik2 seperti babi disembelih.
Sementara itu Jun-yan telah membentak pula suruh mengaku.
Aku. . . akupun tidak tahu siapa pengirimnya, aku hanya terima dari satu kacung
penjual kacang, katanya suruhan seorang sastrawan . . . . sahut pelayan itu tak lampias.
Untuk sejenak Jun-yan tertegun oleh jawaban itu, tapi segera pelayan itu
dilepaskannya ia tarik A Siu: Marilah, kita pergi bikin perhitungan dengan jahanam itu.
He, siapakah" tanya A Siu heran.
Masakan kau sudah lupa pada lelaki yang tidur seperti babi mati diatas perahu
itu" sahut Jun-yan. A Siu menjadi ingat pada orang itu. Namun begitu, iapun heran apakah mungkin
orang itulah yang mempermainkan mereka. Tapi selamanya ia hanya menurut saja
segala apa yang dikehendaki kawannya, tanpa bicara segera ia ikut dibelakang Jun-yan
ketelaga Se-oh. Sementara itu hari sudah sore, sinar mata sang surya diwaktu senja menyorot
indah diair telaga yang biru ke-hijau2an itu, namun Jun-yan berdua tiada pikiran buat
menikmati keindahan pemandangan itu mereka terus langsung menuju ketempat pagi
tadi, mereka melihat ditepi telaga sana masih tertambat sebuah perahu yang
dikenalnya sebagai perahu lelaki sastrawan baju hijau itu, malahan diatas perahu itu
masih ada seorang yang kelihatan masih sibuk entah apa yang sedang dikerjakan.
Hai, keparat, bagus sekali perbuatanmu. Ya! teriak Jun-yan sebelum dekat.
Hong san Koay Khek " Halaman 210
yoza collection Tapi sesudah dekat, ia menjadi melongo, karena orang diatas perahu itu ternyata
seorang kacung berumur belasan tahun, maka cepat tegurnya dengan nada lain: He,
kau bocah ini lagi kerja apa disini"
Kacung itu tidak menjawab, tapi matanya berjelilatan mengawasi Jun-yan berdua,
kemudian baru buka suara: Apakah kalian ini berdua masing2 bernama Say Thio-hui
dan Giok Bin-long-kun"
Seketika Jun-yan dan A Siu melengak oleh pertanyaan itu. Tapi bila dipikir lagi,
segera merekapun sadar duduknya perkara, tentu ketika mereka berunding tentang
menyamar diatas perahu, rahasianya telah didengar oleh sastrawan itu, dan jika begitu,
orang yang mencuri lebih terang lagi juga sastrawan itu.
Aku menanya dimana majikanmu, kenapa kau cerewet" bentak Jun-yan lagi tak
sabar. Tunggu sebentar, nona, memang aku ditugaskan menyambut kedatangan kalian,
ujar kacung itu tertawa. Habis itu, kembali ia sibuk mengurusi kerjanya tadi, ia mengangkat sebuah Khim
kuno, sebuah anglo yang kecil mungil, seperangkat alat2 minum komplit dengan teko
dan cangkir yang indah. Semuanya itu diboyongnya kedaratan dan diletakkan didalam
dua keranjang, lalu dipikulnya dan berjalan didepan mendahului Jun-yan, sambil menyanyi2 kecil. Dengan mendongkol Jun-yan berdua ikut dibelakang kacung itu.
Tidak terlalu lama, ketika hari sudah remang-remang, tibalah mereka sampai di
suatu gubuk yang terletak ditepi sebuah sungai kecil. Tampaknya atap gubuk itu masih
baru, agaknya belum lama dibangun.
Sudah sampai, silahkan kalian masuk, kata sikacung. Gubuk itu ternyata dikitari
pagar bambu, didalam pekarangan tertanam aneka warna bunga yang indah. Waktu
Jun-yan ikut melangkah masuk kedalam, ia lihat keadaan dalam rumah sederhana saja,
diujung timur sana sebuah dipan di-aling2 pintu angin dari anyaman, diruangan sebuah
meja lengkap dengan alat2 tulis, diterangi sebuah pelita yang ber-kelip2.
Ketika tidak melihat majikannya disitu, kacung itu coba berseru memanggilnya, tapi
tiada sahutan. Tiba2 dilihatnya diatas meja tulis terdapat sehelai surat, disamping surat
itu terletak sebuah pedang terbungkus kain sutera merah.
Hong san Koay Khek " Halaman 211
yoza collection Cepat kacung itu ambil kertas surat itu, sesudah dibaca sekedarnya, segera ia
sodorkan kepada Jun-yan. Waktu Jun-yan membaca surat itu tertulis : Nona Jun-yan yang terhormat,
Pencurian Kiam dan Leng ini melulu bergurau belaka, sebagai timpalan olok2 nona
siang tadi. Sebenarnya kedatangan nona sangat kunantikan sekedar memenuhi
kewajiban tuan rumah, tetapi sayang, karena keperluan harus segera berangkat tak
sempat menunggu, harap dimaafkan.
Kiam dan Leng lengkap berada di sini, harap nona terima kembali dengan baik.
Cuma sayang Leng tulen, tapi Kiam tiruan, sayang!
Surat ini ternyata tidak dibubuhi tandatangan pengirimnya, dibawah tertulis seekor
burung belibis serta beberapa pucuk rumput egel2. Untuk sesaat Jun-yan ter-mangu2
ia merasa ilmu silat sastrawan itu sebenarnya susah diukur, mengingat mencuri
barangnya tanpa berasa, pula sekarang ternyata gaya tulisannya begitu indah, nyata
orang itu serba pandai, silat dan surat. Diam-diam iapun menyesal tak bisa berjumpa
dengan orangnya. Kiam dan Leng ini sudah kuambil kembali, marilah kita kembali, katanya kemudian.
Tapi sebelum melangkah keluar, tiba2 ia menanya sikacung : Eh, siapakah nama
majikanmu" Ternyata kacung itu hanya menggeleng kepala tanpa menjawab.
Jun-yan menjadi masgul. Sungguh aneh, hatinya yang polos tiba2 timbul semacam
perasaan gegetun. Dengan rasa hampa ia ajak A Siu pulang kehotel.
Besok paginya, Jun-yan sudah pulih akan kelincahannya. Ia merasa senang apabila
terpikir sesudah menyamar dan sampai di Hing-san ia akan dapat menggoda gurunya
sendiri. Segera ia bangunkan A Siu dan ber-kemas2 menyamar dengan bahan2 yang
sudah dipersiapkan itu. Lebih dulu Jun-yan membantu A Siu bersolek, sebentar saja A Siu ternyata sudah
berubah menjadi satu pemuda pelajar yang tampan, ketika A Siu bercermin, ia sendiri
hampir-hampir tak kenal dirinya lagi.
Kemudian Jun-yan merias dirinya sendiri, lebih dulu ia poles mukanya agak kehitam2an lalu ditempeli lagi berewok palsu. Ketika mendadak berpaling, A Siu menjadi
kaget. Ternyata seorang gadis cantik ayu, kini telah berwujud seorang laki2 hitam
Hong san Koay Khek " Halaman 212
yoza collection berewok seperti sikat kawat. Apalagi kalau Jun-yan berteriak, boleh jadi A Siu bisa lari
ketakutan. Habis merias muka mengenakan pakaian yang serasi dengan penyamaran.
Haha, dengan dandanan kita sekarang, kalau kita keluar, boleh jadi kuasa hotel
takkan kenal kita, dan kita tinggal kabur saja, ujar Jun-yan.
Ya, tapi tanpa sebab bikin rugi orang, buat apa" sahut A Siu.
Perduli amat, kalau kita sewaktu butuh, sewa hotel juga akan mereka catut berlipat
ganda, kata Jun-yan. Dan benar juga, ketika melangkah keluar dengan lagak seperti tidak pernah terjadi
apa2, pelayan dan kuasa hotel menjadi ternganga heran, kenapa dari kamar yang
tadinya ditinggali dua nona, sekarang keluar dua lelaki yang berbeda seperti langit dan
bumi " Namun Jun-yan tak ambil pusing, terus saja ia ajak A Siu pergi, mereka membeli
dua ekor kuda dulu, lalu menempuh perjalanan dengan cepat menuju Hing-san. Mereka
menghitung masih cukup waktu, maka mereka lanjutkan perjalanan seenaknya.
Jun-yan tahu undangan Jing-ling-cu kepada para jago silat seluruh jagat, tujuannya
yalah untuk mengenali siapa adanya manusia yang lebih mirip setan dari pada manusia
itu. Namun begitu, kebiasaan orang Bu-lim yang suka unggul, untuk mencari nama ,
entah berapa orang rela mati untuknya, apalagi sudah dekat waktunya janji Ki Go-thian
yang beritanya disebarkan Ngo seng Thauto, bahwa pada saat para jago berkumpul di
Ciok-yong-hong, akan muncul untuk memenuhi janjinya dahulu.
Sebab itulah maka begitu Jun-yan berdua memasuki wilayah Oulam, mereka lantas
melihat tidak sedikit tokoh Bu-lim ber-bondong2 melampaui mereka menuju ke Ciokyong-hong, cuma diantara mereka semua belum ada yang kenal, terutama manusia
aneh itu tidak terlihat lagi sejak pertemuan terakhir digua berbahaya didaerah Biau.
Selagi mereka mengenali setiap orang yang jalan searah dengan mereka, tiba2 dari
belakang seekor kuda putih menyalip lewat dengan cepatnya. Penunggangnya seorang
Tosu atau imam setengah umur dengan jubahnya yang bersih dan berkopiah
pertapaan, dipunggung terselip sebuah kebut, kiranya dialah Siau-yau-ih-su Cu-hongtin.
Diam2 Jun-yan saling pandang dan tertawa bersama A Siu, dalam hati mereka
mentertawai jago2 yang sudah keok dibawah tangannya A Siu itu masih berani
Hong san Koay Khek " Halaman 213
yoza collection berlagak. Sedangkan Jun-yan bermaksud meneriaki dan menggodanya, mendadak
terdengar dibelakangnya ada suara orang ter-bahak2 dan berkata: Haha, kehadiran Liheng dalam pertemuan para jago diatas hinsan sekali ini, pasti Li-heng sudah siapkan
semacam kemahiran Khong-tong-pay untuk dipertunjukkan dihadapan kawan2
semuanya! Nyata, lagu suara orang ini seperti memuji juga se-akan2 mengolok-olok, tapi orang
she Li itu agaknya sangat sabar dan merendah, sahutnya: Ah, mana ada! Khong-tongpay jauh terpencil disebelah barat sana, kami justru akan minta petunjuk kepandaian2
dari aliran lain. Maka terdengar lagi orang tadi bergelak ketawa.
Waktu Jun-yan berpaling, kiranya orang yang dipanggil Li-heng itu bukan lain ialah
Liok-hap-tong-cu Li-pong, itu ketua dari Khong tong-pay. A Siu, kakek itu bernama Li
Pong adalah sobat baik guruku, biarlah kutegurnya, coba dia kenali aku tidak, katanya
kepada sang kawan.
Manusia Aneh Dialas Pegunungan Hong San Koay Khek Karya Gan K.l di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Habis itu, ia tahan kudanya sedikit dijalan, setelah mendekat, ia lihat orang setengah
umur dengan lagak tengik yang memuakkan, tampak Li Pong agak sungkan bikin
perjalanan dengan dia, tapi orang itu terus ajak bicara padanya.
Sesudah dekat, segera Jun-yan memapaki sambil memberi hormat dan berkata :
Ah, mendengar suaranya, ternyata memang benar Li-heng adanya, sungguh tidak
nyana sesudah sekian lamanya, kini berjumpa lagi disini.
Li Pong menjadi heran ketika mendadak ditegur seorang hitam berewok yang tidak
pernah dikenalnya, tapi mengapa dengan begitu menghormat. Sesudah melengak,
terpaksa ia menjawab dengan tertawa : O ya, sudah lama tidak berjumpa, apakah Hengtay (saudara) juga hendak pergi ke Giok-yong-hong "
Diam2 Jun-yan geli oleh jawaban itu, sudah terang tidak kenal masih berani
menyahut Sudah lama tidak berjumpa. Segera ia teriaki A Siu : Jite, marilah
kuperkenalkan Li-heng kepadamu, selanjutnya kau mungkin harus banyak minta
pelajaran Li-heng. Ketika Li Pong memandang A Siu, ia melihat seorang pemuda tampan dengan sipat
likat2 seperti anak perempuan, meski usianya muda, tapi sinar matanya tajam, sebagai
seorang ahli begitu pandang, segera Li Pong tahu pemuda
Hong san Koay Khek " Halaman 214
yoza collection ini lihainya memiliki ilmu Lwekang yang tidak bisa dibilang rendah.
Li Pong terkejut, diam2 dia heran darimana tiba-tiba muncul dua saudara yang satu
jelek yang satu tampan, tapi selamanya tidak dikenalnya.
Ketika Jun-yan melihat kawan perjalanan Li Pong tadi sedang memandang padanya
dengan wajah menghina, ia menjadi gemas apa lagi setelah mendengar lagu suaranya
yang sombong kepada Li Pong tadi, ia pikir, manusia congkak demikian harus diberi
hajaran. Maka pura2 ia tanya: Li-heng, siapakah sobat ini, sudikah kau memperkenalkan
kepada kami " Sudah tentu mimpi pun Li Pong tidak menduga bahwa sang keponakan perempuan
nakal itu lagi bergurau kepadanya, maka jawabnya: Saudara ini murid Pi-lik-jiu In Thian
Sang In-locianpwe dari Holam, namanya Ong Lui, orang menjulukinya Siau-pi-lik !
Jun-yan terkejut mendengar nama itu, ia pernah dengar beledek itu, usianya sudah
lebih 80 tahun, tingkatannya dikalangan Bu-lim sangat tinggi, ilmu pukulan beledek yang
dilatihnya sangat disegani. Tentu muridnya ini juga tidak boleh dibuat main. Maka ia
cepat bersoja dan berkata: O, kiranya Ong-hiantit, sungguh kagum !
Mendengar sebutan Hian-tit atau keponakan itu bukan saja wajah Ong Lui seketika
berubah hebat, bahkan Li Pong rada terkejut dan merasa siberewok ini sengaja cari2.
Masakan Ong Lui yang usianya sudah dekat 50an dan nampak jelas masih lebih tinggi
dari siberewok itu, tapi orang berani menyebutnya keponakan yang berarti anggap
dirinya lebih tua setingkat. Padahal Li Pong saja sebut Ong Lui saudara, walaupun
tingkatannya sebenarnya sejajar dengan gurunya yaitu sitangan geledek.
Benar juga, Ong Lui menjadi amat murka, biasanya ia tidak pandang sebelah mata
pada siapapun juga, apalagi kini dipandang rendah terang2an, segera iapun berseru: Liheng siapakah orang ini"
Untuk sejenak Li Pong gelagapan, sebab ia sendiripun sebenarnya tidak kenal
siberewok. Baiknya dengan cepat Jun-yan sudah menggantikan menjawab: Ah, Cayhe
hanya orang tak terdaftar, maka tidak tenar seperti Ong-hiantit, aku bersama Kah-lotoa,
dan saudaraku ini Kah loji, karena macam maki yang tak berarti ini, ada kawan juga
yang sudi memberikan julukan pada kami sebagai Say-thio-hui dan Giok-bin-long-kun.
Ong Lui tambah murka mendengar orang terus sebut hiantit padanya, ia pikir Kahloji" Kenapa selamanya tidak pernah dengar nama jago silat demikian"
Hong san Koay Khek " Halaman 215
yoza collection Tapi iapun tak mau kalah gertak, segera ia menjengek dan menanya pula: Ehm,
entah kalian dari golongan atau aliran mana"
Eeh, kenapa Ong-hiantit begitu pelupa" sengaja Jun-yan meng-olok2 lagi. Bukankah
aliran kami dengan golongan gurumu, Lo In (In si tua) terkenal sebagai dua aliran
terkemuka di Holam, cuma nama Pi-lik-pay kalian lebih kumandang sedikit sebaliknya
kami hanya Tang-ko-pay (aliran genderang) maka suaranya kalah keras.
Karuan Ong Lui murka oleh sindiran itu masakan golongan Beleged mereka
diimbangi dengan golongan genderang segera dia mendamprat: Orang she Kah,
apakah barangkali mulutmu belum dicuci, kenapa kentut semuanya"
Eeeeh, panas amat darah orang Ong-hiantit ini! sahut Jun-yan semakin menggoda.
Bicara tinggal bicara, apa kau sangka orang Tang ko-pay kami kena digertak"'' Karena
sambil berjalan, tatkala itu kebetulan mereka tiba sampai disuatu tanah datar, segera
saja Ong Lui melompat turun dari kudanya sambil menantang: Hayolah orang she-kah
bila kau berani, turunlah kemari!
Tatkala itu, orang berlalu lalang dijalan cukup ramai, ketika mendengar Ong Lui
berteriak-teriak menantang, semua orang menjadi ketarik, sebentar saja ditanah lapang
itu sudah dirubung penonton. Begitu pula Li Pong ikut merandek ingin melihat gaya dari
golongan manakah Jun-yan berdua.
Jun-yan sendiri tahu bila ia turun lapangan sekali gebrak pasti akan dikenal Li Pong,
maka katanya pada A Siu, Jite, Toako sungkan turun kalangan, bolehkah kau
mewakilkan aku ! A Siu ragu2, masakan tanpa sebab disuruh berkelahi. Jun-yan tahu bahwa
kawannya itu sungkan bergebrak dengan orang, cepat katanya lagi: A Siu, cukup asal
kau jungkalkan dia, tak usah melukainya, kenapa mesti takut"
Terpaksa A Siu meloncat turun dari kudanya, dengan ayal2an ia masuk kalangan.
Melihat A Siu begitu ganteng, semua penonton lantas saja sudah bersorak memuji,
karuan Ong Lui semakin murka, tanpa bicara lagi ia memukul dengan tangannya.
Ilmu Pi-lik-jiu atau pukulan geledeg dari keluarga In di Holam itu nyata bukan
kepalang hebatnya, begitu pukulan dilontarkan, segera angin men-deru2 bagai guntur
gemuruh. Lekas-lekas A Siu pasang kuda-kuda dengan kuat sambil kedua lengan
bajunya mengebas ke-samping.
Hong san Koay Khek " Halaman 216
yoza collection Satu kali, tiba-tiba Jun-yan berseru mengejek.
Ong Lui tambah sengit, angin pukulannya tadi belum mengenai musuh atau tahu2
sudah dipatahkan musuh, padahal pukulan pertama yang disebut Lui-su-kay-loh atau
malaikat beledeg membuka jalan, hampir seluruh tenaga dikeluarkannya, tapi hasilnya
malah tenaga pukulannya itu se-akan2 terpental oleh kebasan A Siu tadi.
Terkejut dan gusar Ong Lui, sekali menggerung, kembali sebelah tangannya
memukul lagi kedepan dengan sekuatnya. Serangan ini dilakukan dengan cepat dan
dari jarak dekat, asal badan A Siu kesenggol boleh jadi akan remuk seketika.
Melihat kekejian Ong Lui, semua orang ikut kuatir bagi A Siu. Siapa duga dengan
enteng sekali A Siu menggunakan samberan angin pukulan itu, tubuhnya terus ikut
tergintai ikut pergi, habis itu, dengan pelahan ia turun kembali. Melihat keindahan
gerakan itu, kembali penonton bersorak. Sebaliknya Jun-yan terus berseru pula : Dua
kali! Alangkah mendongkolnya Ong Lui, musuh yang satu selalu bisa hindarkan
serangannya dengan gesit, sebaliknya musuh yang lain berkoak-koak mengejek
disamping. Keparat, sambutlah seranganku ini! teriaknya murka.
Habis mana, tiba2 kedua telapak tangannya bergetar hingga bersuara, lalu
didorongkan kedepan dengan tenaga beledek yang mengejutkan.
Dalam pada itu A Siu semakin sengit oleh maki-makian orang, ia pikir bila tidak
diberi tahu rasa, mungkin pertandingan ini takkan habis2. Ia berdiri diam menunggu,
ketika tenaga pukulan lawan sudah mendekat ia membaliki tangannya terus menekan
dari atas kebawah, memapak pukulan orang. Gerakan lemas saja, tapi membawa
kekuatan maha besar. Melihat sebagai akhli silat, segera Li pong menduga Ong Lui bakal celaka. Benar
saja, segera Ong Lui menjerit sekali sambil sempoyongan kebelakang, untung dia masih
tahan tubuhnya hingga belum terjungkal, namun begitu, darah segar terus saja
menyembur dari mulutnya. Nyata beradunya tenaga pukulan itu hanya digunakan separo dari Lwekang A Siu,
bila tidak, mungkin Ong Lui sudah menggeletak tak bernyawa lagi.
Hong san Koay Khek " Halaman 217
yoza collection Sebaliknya demi nampak keadaan Ong Lui yang cukup parah, A Siu menjadi tak
tega, ia mendekatinya sambil mengurut dua kali dipunggung orang untuk menenangkan
jalan darahnya lalu katanya : Maaf, saudara sudi mengalah sejurus !
Ong Lui menjadi malu, sahutnya lesu : Ilmu silatmu sungguh hebat, biarlah kita
bertemu lagi kelak ! habis berkata tanpa berpaling lagi ia mengeloyor pergi diantara
penonton sampai berpamit kepada Li Pong pun dilupakan.
Kah-heng, kata Li Pong kepada Jun-yan.
Pi-lik-cio In Thian-sang suka mengeloni anak muridnya, pulangnya Ong Lui ini
mungkin akan mengadu biru kepada gurunya, kelak kalian harus berhati-hati!
Jika begitu, kejadian tadi Li heng sendiri ikut menyaksikan, bila kelak perlu dibuat
saksi, tolong Li-heng suka berlaku adil, ujar Jun yan.
Diam2 Li Pong pikir kejadian tadi benar disebabkan Ong Lui yang menantang, tapi
asalnya karena Jun-yan yang mulai mengolok-olok dengan kata-kata Tang-ko-pay
yang terang dimaksudkan untuk menimpali Pi-lik-pay orang, apalagi asal usulnya kedua
orang dihadapannya ini tidak pernah dikenal. Namun begitu bila melihat kepandaian
adiknya sudah begini hebat, jangan kata lagi sang kakak. Maka iapun menjawab sekedar
memuaskan hati Jun-yan . Sepanjang jalan Li Pong terus memikirkan dari golongan mana atau aliran manakah
kedua teman perjalanan ini, terutama gerak silat A Siu yang aneh dan lihay itu
hakekatnya tidak pernah dilihatnya. Sudah tentu mimpipun tak terpikir olehnya bahwa
A Siu alias Kah-loji hanya seorang gadis Biau yang secara kebetulan memperoleh ilmu
Siau-yang-chit-kay yang lihay. Ingat punya ingat, mendadak hatinya tergerak, terpikir
seseorang lihay dimasa mudanya dahulu, cepat ia mendekati Jun-yan dan menanya :
Kah-heng apakah gurumu she-Ki "
Kiranya ia teringat kepada Tok-pok-kian-gun Ki Go-thian, ia pikir, selain orang she
Ki ini, rasanya tiada jago lain lagi yang mampu mendidik murid seperti kedua saudara
Kah ini. Untuk sesaat Jun-yan tertegun mendengar pertanyaan itu, tapi segera jawabnya
sambil menggeleng kepala : Orang she Ki, apakah Li heng maksudkan Tok-poh-kiangun Ki Go-thian dimasa dahulu itu "
Benar, kata Li Pong. Hong san Koay Khek " Halaman 218
yoza collection Bukan, guruku adalah orang lain. sahut Jun-yan.
Sedang mereka tanya jawab, se-konyong2 suara derapan kuda dari belakang
berbunyi dengan riuhnya, seekor kuda tinggi kurus secepat angin telah melampaui
mereka. Kaki kuda itu jauh lebih panjang dari kuda biasa, maka larinyapun sangat
kencang, ketika lewat, debu ikut bertebaran hingga muka Jun-yan se-akan2 ditabur
debu. Hai, orang itu apakah kau jalan tak pakai aturan " seru Jun-yan segera dengan
gusar. Mendengar itu, mendadak penunggang kuda yang berbaju kelabu itu menahan
kudanya hingga kedua kaki muka binatang itu terangkat keatas. Waktu penunggangnya
menoleh seketika rasa gusarnya Jun-yan tadi lenyap, bahkan hampir ia tertawa.
Ternyata orang berbaju kelabu itu bermuka sangat lucu, muka potongan segitiga
seperti kepala walang, rambutnya jarang setengah botak.
Dan selagi Jun-yan hendak menegurnya lagi tiba2 A Siu menjawilnya memberi
tanda hati2. Dalam pada itu terdengar Li Pong telah berseru: Hai, kiranya kau Hweheng, cepat amat binatang tungganganmu itu!
Apakah dia kawanmu, Li-heng" tanya Jun-yan.
Benar dia she Hwe, bernama Tek adalah sobat baikku, sahut Li Pong.
Jun-yan geleng2 kepala seperti seorang tua bicara kepada orang muda, ujarnya: Liheng mencari kawan juga harus yang genah, kalau segala manusia congkak kau jadikan
teman apakah kau tidak kuatir ikut campur namamu"
Sungguh geli dan dongkol Li Pong oleh lagak orang, sebagai seorang ketua Khongtong-pay, biasanya dia memberi petuah, masa sekarang dia yang diberi ceramah" Tapi
dasarnya memang seorang sabar, maka ia hanya tersenyum tak menjawabnya.
Begitu pula lelaki jelek itupun tak menggubris akan olok2 Jun-yan itu, ia mendengus
sekali, lalu keprak kudanya tinggal pergi.
Maaf, Kah-heng, Cayhe berjalan dahulu, kata Li Pong kemudian larilah kudanya
menyusul orang aneh itu. Dari jauh mereka terus pasang omong, malahan kadang kala
menoleh lagi memandang Jun-yan berdua.
Hong san Koay Khek " Halaman 219
yoza collection Jun-yan pun tidak ambil pusing, sebaliknya A Siu senantiasa pasang mata kekanan
ke kiri, sudah tentu yang dicarinya yalah buah hati yang dirindukannya itu, Kang Lamit-ci-seng Ti Put-cian.
Melihat kelakuan kawannya ini, aneh juga tanpa merasa Jun-yan terkenang pula
kepada sastrawan baju hitam yang menggodanya di Hang ciu itu.
Selamanya Jun-yan suka menggoda orang tapi sekali itu dia yang kena
dipermainkan ketika diketahui siapa penggodanya serta melihat kepandaiannya yang
serba pintar, timbul juga rasa kagumnya yang aneh yalah timbul rasa menyesalnya
karena tak bisa berjumpa dengan sastrawan itu.
Begitulah tanpa pernah terjadi apa2 lagi, akhirnya merekapun sampai di Hian-san,
mereka menghitung waktunya masih ada tiga hari pertemuan yang akan diadakan Jingling-cu. Jun-yan pikir, puncak keramaiannya dari pertemuan itu tentu takkan terjadi
pada permulaan, buat apa mesti buru-buru hadir kesana, pegunungan Hian-san seindah
ini, kenapa tempo beberapa hari ini tak digunakan untuk menikmatinya.
Tapi. . . tapi aku ingin mencari Ti-koko, kata A Siu tak sabaran, mengingat sudah
sampai di Hian-san, tapi sang kawan tidak mau terus naik ke Ciok-yong-hong.
Kita sendiri belum lagi pasti, apakah dia hadir, bukankah percuma bila sudah
sampai di sini, tapi tak menjumpainya" ujar Jun-yan. Diam2 ia sangat gegetun akan
cinta A Siu yang sudah buta itu, namun begitu iapun tidak mau mengecewakan sang
kawan, katanya pula: Baiklah A Siu, bila kau ingin datang ke Ciok-yong hong dahulu,
bolehlah kau kesana. Tapi ingat, untuk sementara jangan sekali-kali kau ajak bicara
pada Ti-put-cian apabila kau melihat dia disana.
Sebab apa " tanya A Siu heran. Bukankah atas kehadiran Ki Go-thian ke Ciokyong-hong ini kecuali kita berdua, orang lain tiada yang mengetahui" tutur Jun-yan
perlahan. Dan kalau kau unjukkan asal usul dirimu penyamaran kita sekarang ini, boleh
jadi kita akan celaka. Baiklah, Enci Jun-yan, pasti aku akan berlaku hati2, sahut A Siu. Habis itu, dia putar
kudanya dan ikut pendatang lain keatas gunung.
Jun-yan sendiri terus keprak kudanya menyusur lembah pegunungan itu. Tapi
jalannya menjadi berliku-liku terpaksa ia melompat turun dari kudanya, dia tambat
binatang itu disuatu pohon, lalu melanjutkan dengan berjalan kaki.
Hong san Koay Khek " Halaman 220
yoza collection Sebabnya Jun-yan tidak mau terus menuju Ciok-yong-hong, sebenarnya adalah
karena terbayang oleh sipemuda sastrawan yang menggodanya ditelaga Se oh itu. Ia
pikir alangkah sedapnya apabila dapat mencari tempat yang sepi untuk duduk
melamun mengenangkan orang yang tanpa merasa telah mencuri hatinya itu.
Maka ia melanjutkan langkahnya tanpa tujuan, sehingga hari sudah petang,
sampailah disatu lembah yang suasananya terasa aneh, tatkala itu bulan sabit sudah
menongol diujung langit, hingga menambah sekitarnya terlebih seram.
Ia melihat sekelilingnya sunyi senyap, hanya gemercik sebuah sungai kecil yang
mengalir pelahan merupakan suara satu-satunya dalam suasana seakan-akan
membeku itu. Jun-yan melihat sungai itu mengalir lewat dua tebing yang curam.
Dalam keadaan remang2, mendadak Jun-yan tertarik oleh dua hurup besar yang
terukir didinding tebing itu, hurup2 itu adalah Su-kok atau Lembah kematian.
Hati Jun-yan ber-debar2 melihat tulisan itu, tanpa merasa Tun-kau-kiam dilolosnya.
Ia lihat dibawah hurup besar itu tertulis pula sebaris hurup yang lebih kecil, maksudnya:
Disanalah Lembah kematian, siapa yang masuk takkan bisa keluar.
Diam2 Jun-yan menjengek, mungkin siapa yang jahil sengaja mengukir tulisan itu
disitu, masakan lembah sunyi begitu diberinya nama Lembah kematian , padahal bila
benar2 tempat itu berbahaya, masakan selama ini tidak pernah didengarnya dari sang
guru, terutama Jing-ling-cu yang bertempat tinggal dipegunungan ini"
Ia melihat dinding gunung itu ada sebuah batu besar diatas mendatar rata, kalau
dibuat merebah dan melamun, rasanya sangat tepat. Karena ingin tahu, segera ia
melompat ke atas batu itu, terbayang olehnya kelakuan Sasterawan diatas perahu yang
sedang mengulet dan menguap itu, tatkala mana orang sama sekali tak menarik
perhatiannya, siapa tahu sekarang justru terkenang.
Selagi pikirannya terbenam lamunan yang aneh itu, tiba2 ia merasa tengkuknya seakan2 ditiup dari belakang, cepat ia berbangkit, tapi tiada seorangpun terlihatnya. Tanpa
merasa ia mengkirik, apalagi dibawah sinar bulan yang remang2 tapi kembali tiupan
angin itu terjadi lagi. Ia coba meneliti dibelakang batu itu, maka tahulah ia kemudian,
ternyata dibelakang batu yang mepet tebing itu ternyata ada sela-selanya. Ia coba
tempelkan jarinya kesela-sela itu ternyata tiupan angin yang dingin. Nyata dibalik batu
itu ada lobangnya. Hong san Koay Khek " Halaman 221
yoza collection Ia menjadi heran dan curiga, ia mencoba korek lobang itu dengan pedangnya, benar
saja disitu ada sebuah goa yang ditutup dengan batu besar, lekas-lekas ia melompat
turun, batu itu didorongnya, karena beralaskan pasir, maka batu itu dengan mudah
lantas menggeser, maka tertampaklah sebuah gua yang gelap gulita, segera terasa pula
angin dingin meniup keras dari dalam gua.
Ia bertambah heran, masakan angin meniup keluar dari dalam gua, dan bukan
meniup kedalam, jika begitu tentu gua ini bertembusan dengan sebelah sana. Ia hendak
menyalakan api, tapi api selalu sirap oleh angin itu. Padahal di dalam gua terlalu gelap.
Segera ia tabahkan diri, dengan pedang terhunus ia menerobos kedalam gua itu. Gua
itu ternyata hanya cukup dilalui seorang saja, dengan kedua belah dindingnya basah
dengan penuh lumut. Syukur dengan berkat sinar kemilau pedangnya Tun-kau-kiam
lapat lapat sekedar dapat dibuat penerangan.
Benar juga tidak diantara lama, ia telah menembus kebalik gua sana, diatas langit
bulan remang2, bintang ber-kelip2, nyata ia telah berada diudara terbuka lagi. Malahan
terdengar pula diatas karang sana ramai dengan suara berisik orang. Jun-yan menjadi
Manusia Aneh Dialas Pegunungan Hong San Koay Khek Karya Gan K.l di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
heran. Tapi segera ia paham, tentu diatas situ adalah Ciok-yong-hong, dimana Jing-lingcu hendak mengadakan pertemuan dengan para jago silat, dan suara berisik itu orang
yang berbondong2 datang memenuhi untuk memenuhi undangan itu.
Tiba2 Jun-yan mendengar suara pluk-pluk yang tidak terlalu keras, waktu ia
memandang kedepan, ia lihat disana sebuah kolam lumpur penuh tumbuh-tumbuhan
aneh, suara pluk-pluk itu keluar dari dasar lumpur, ditengah kolam lumpur itu ada
sebuah batu besar hingga seperti pulau kecil, diatas batu itupun penuh lumut dan
cendawan yang ber-macam2.
Hati Jun-yan tergerak melihat itu, ia menjadi ingat cerita Jin-ling-cu dahulu tentang
diketemukannya manusia aneh didasar lembah itu, Jangan2 inilah yang
diketemukannya orang aneh itu " pikir Jun-yan.
Mendadak ia tertarik oleh beberapa tempat diatas batu yang kelihatan bersih dari
lumut, ia menjadi heran, ia coba mendekati, ternyata lumut yang tumbuh disitu memang
sudah bersih dikorek orang, malahan sebagai gantinya terdapat beberapa hurup Jingkin , yang terang digores dengan tenaga jari.
Goresan tulisan itu sudah sangat dikenal Jun-yan, yaitu mirip seperti tulisan dicarik
kertas yang ditinggalkan orang aneh ketika memberikan Pek-lin-to dan mencurikan
Hong san Koay Khek " Halaman 222
yoza collection kapal jamrut dahulu. Dari goresan hurup diatas batu itu Jun-yan bertambah yakin bahwa
tempat itu memang bekas tempat tinggal manusia aneh.
Teringat pada orang aneh itu, Jun-yan merasa nasib orang harus dikasihani, baiknya
sekarang Jin-ling-cu sudah mengundang semua jago silat ke Ciok-yong-hong ini untuk
mengenalinya, kalau melihat bekas tempat tinggalnya yang banyak goresan hurup
Jing-kin ini, boleh jadi disekitar gua ini masih dapat diperoleh tanda2 lainnya, bukankah
untuk mengenali asal usul orang aneh itu akan jadi lebih gampang "
Karena itu Jun-yan masuk kedalam gua itu lagi untuk meneliti dalamnya. Sungguh
tak tersangka olehnya bahwa hampir ia terkubur benar benar didalam lembah kematian
sesuai dengan nama pegunungan itu.. . .
Sementara itu A Siu yang mengikuti orang banyak menuju ke Lo-kun-tiau dipuncak
Ciok-yong-hong itu sudah sampai ditempat tujuannya. Ia lihat kuil itu tidak terlalu
megah, tapi cukup angker, ditanah lapang depan kuil itu tampak baru dibangun belasan
rumah atap, agaknya disediakan untuk kediaman darurat para tamu undangan. Disitu
ternyata sudah tidak sedikit tamu yang datang lebih dahulu.
Sebelum tiba sepanjang jalan A Siu sudah mengawasi kian kemari, untuk
berhadapan dengan orang banyak itu dapat dilihatnya Ti-put cian. Kelakuannya yang
lucu banyak menimbulkan heran bagi semua orang, tapi nampak A Siu berdandan
sebagai pemuda sastrawan, orangpun tidak banyak ambil perhatian.
Sebenarnya A Siu sudah janji dengan Jun yan akan tutup mulut, sekalipun sudah
ketemu dengan Ti Put-cian.
Tapi ketika sudah sampai di Ciok-yong-hong, pesan Jun-yan sudah dilupakan semua.
Ia lihat didepan kuil sama berdiri seorang imam tua para pengunjung itu satu persatu
maju menyapa dan memberi salam padanya. A Siu pikir tentu itulah Jing-ling-cu yang
menjadi tuan rumah dalam pertemuan besar ini. Kehadiran Ti Put ciang kesini, kalau
ditanyakan pada imam itu pasti akan diketahui dengan jelas.
Segera iapun maju kehadapan imam itu dan menyapa sambil memberi hormat:
Apakah Totiang Jing-ling-cu adanya" Cayhe memberi hormat disini.
Imam itu memang benar ketua Hing-san-pay tuan rumah dari Lo-song-tian, yaitu
Jing-ling-cu adanya. Ketika mendadak melihat pemuda ganteng dengan sorot mata
tajam suatu tanda Lwekangnya yang tinggi, Jing-ling-cu menjadi heran darimanakah
Hong san Koay Khek " Halaman 223
yoza collection tiba2 muncul satu jago muda yang begini hebat, maka cepat jawabnya: Ah, terima kasih
atas kunjungan Hengtay, pinto memang benar bergelar Jing-ling-cu dan Siauko ini..
Jing-ling Toheng, Siauko ini bernama Kah loji! tiba2 seorang menyanggapi dari
samping. Ternyata orang yang menyela itu bukan lain adalah Liok Hap-tongcu Li Pong yang
sudah mendekati mereka. Jing-ling-cu bertambah heran, masakan seorang jago muda
yang begitu ganteng, suatu nama saja tidak ada, tapi pakai panggilan menurut urut2an,
ia pikir didalamnya pasti ada apa2nya, maka katanya kemudian : O, kiranya Kaheng
adanya silahkan masuk dan istirahatlah seadanya ! habis itu ia sibuk menyambut tamu
yang lain lagi. A Siu pikir Li Pong adalah sahabat baik Jing-ling-cu, pergaulannya luas,
pengalamannya banyak, kalau tanya tentang Ti Put-cian kepadanya, tentu ia bisa
memberi keterangan. Maka orang tua itu hendak segera dihampirinya, namun baru ia
memutar atau Li Pong sudah mendekatinya lebih dulu sambil menyapa : Kah-laute,
apakah saudaramu tidak ikut datang"
Melihat orang tua itu sangat peramah, cepat jawab A Siu : Ia sudah datang, cuma
masih banyak tempo, sementara ini ia masih menikmati pemandangan indah
pegunungan ini, sebaliknya aku ingin sekali mencari seseorang, maka datang kemari
lebih dulu. Memangnya Li Pong ingin tahu asal usulnya A Siu dan Jun-yan, mendengar ada
seseorang yang hendak dicarinya, segera tanyanya : Eh, entah siapakah yang hendak
Ka-laute cari " Ia she Ti bernama Put-cian, orang Kang ouw menjuluki dia Kang Lam-it-ci-seng,
sahat A Siu. Li Pong menjadi terkesiap, pernah beberapa kali ia melihat Ti Put-cian, orangnya
memang tampan, tapi kelakuannya sama sekali tidak dipuji. Entah Kah-loji ini untuk
apa hendak mencarinya " Kemudian iapun menjawab : Agaknya tiada kelihatan
bayangannya bahwa Ti Put-cian disini, hanya dua tahun yang lalu pernah kuberjumpa
dengan dia. A Siu menjadi kecewa dan Li Pong bertambah heran. Ia pikir mungkin Ti Put-cian
yang terkenal jahat itu telah berbuat sesuatu dosa apa, maka Kah-loji hendak mencari
Hong san Koay Khek " Halaman 224
yoza collection dan bikin perhitungan dengan dia. Sudah tentu tak terpikir olehnya bahwa Kah-loji
dihadapannya ini justru satu gadis jelita yang putih bersih tapi kesengsem dan
merindukan Kam Lam it-ci-seng Ti Put-cian yang jahat laknat itu.
Apakah mungkin hadir kesini, Li-locianpwe " tiba2 A Siu bertanya pula dengan
sipatnya yang polos. Susah dipastikan, sahut Li Pong ragu2.
. Tapi biasanya Ti Put-cian itu berkeliaran di daerah Kanglam, sekarang tidak sedikit
tokoh2 Kanglam yang lagi duduk2 mengobrol didalam, jika Kah-laute suka mencari
keterangan pada mereka, tentu akan diketahui jejaknya.
Segera A Siu menerima usul itu lalu ikut menuju keruangan belakang, lantas
terdengarlah suara gelak tawa yang ramai didalam. Ketika A Siu ikut Li Pong melangkah
masuk ruangan kamar itu, terlihatlah ditengah duduk lelaki jelek bermuka walang yang
dijumpainya ditengah jalan itu lagi ter-bahak2 suaranya yang nyaring melengking.
Didepannya duduk seorang Nikoh atau paderi wanita yang berwajah welas asih,
tangannya memegang sebatang kebut.
Disamping mereka duduk lagi dua orang, satu lelaki dan yang lain wanita. Yang
lelaki berjidat lebar, penuh berewok sangat gagah, sedang yang wanita kira-kira berusia
lima puluhan tahun, kurus kering badannya, dari mukanya kelihatan bukanlah orang
jahat. Disebelah lagi duduk dua orang, juga satu lelaki dan seorang wanita. Yang lelaki
berperawakan pendek, bermuka cemberut mirip rupanya orang kematian. Sedang yang
wanita tinggi besar itu kulitnyapun juga yang sudah keriput, rambutnya ubanan,
mukanya juga bersengut seakan2 orang menagih utang, tapi tidak berhasil.
Diantara mereka terdapat pula seorang Thauto atau Hwesio yang berambut,
kepalanya sebesar gantang, wajahnya merah ber-seri2, duduknya bersandar tiang.
A Siu mengerling sekeliling atas dari semua orang itu, ia merasa silelaki jelek
bermuka walang dan Nikoh tua itulah yang kelihatan Lwekangnya yang paling hebat,
sedang yang lain biasa saja baginya.
Kemudian satu persatu Li Pong memperkenalkan padanya kepada A Siu. Ternyata
Thauto itu adalah Thi-thau-to sipaderi kepala besi dari Ngo-tai-san. Ilmu Lwekangnya
sudah mencapai tingkatan yang tinggi. Lelaki berewok dan wanita kurus kering itu
Hong san Koay Khek " Halaman 225
yoza collection bukan lain yalah Tai-lik-sin Tong Po bersama isterinya Tay-jing-siancu Cio Ham. Lelaki
pendek dan wanita tinggi bermuka cemberut itu masing2 adalah Ok Hua to Ciok Katsing dan Li-pian-jiok Sian Tim, keduanya juga tokoh persilatan juga mahir ilmu
pertabiban, maka mereka diundang oleh Jing-ling-cu dengan maksud, kalau perlu
supaya bisa mengobati manusia aneh yang cacat itu.
Sedang lelaki yang bermuka walang itu sudah kenal A Siu sebagai Hwe Tek dan
Nikoh tua itu ternyata satu diantara kedua paderi sakti dari Go-bi-san yang terkenal
dengan ilmu Ji-lay-it-ci, tutukan dengan jari sakti namanya Boh-hoat Suthay.
Ketika semua orang mula2 melihat Li Pong membawa masuk seorang pemuda,
semua orang merasa heran. Tapi demi nampak tindakan A Siu yang kokoh kuat, sinar
matanya yang tajam semua orang bertambah aneh oleh pemuda yang lihay ini.
Sesudah Li Pong memperkenalkan, kemudian katanya pula, Kah-heng ini ingin
mencari keterangan satu orang. Dalam hal ini rasanya Tong-heng akan lebih
mengetahui. Siapakah yang dia tanya, tentang urusan apa " tanya Tong Po.
Ia ingin tahu jejaknya Kang Lam-it-ci-seng Ti Put-cian, sahut Li Pong.
Mendengar nama itu disebut, wajah Tay-lik-sin Tong Po mendadak berdiri dan
berseru : Apakah Ti Put-cian hadir kemari "
Tidak, tapi Kah-heng justru lagi mencarinya, sahut Li Pong.
Perawakan Thay-jing-siancu Cio Ham yang kurus kering tinggi gala bambu itu
tingginya, ternyata melebihi sang suami. Dengan wajah merah padam mendadak dia
berteriak kearah A Siu: Kau pernah apanya Ti Put-cian, untuk keperluan apa kau
mencari dia" Diam2 A Siu pikir, kenapa wanita kurus ini begitu galak" untuk sejenak ia ragu2
cara bagaimana dia harus menjawabnya, sahutnya kemudian: Aku adalah sobat
baiknya. Lau Tong, seru Cio Ham kepada sang suami, akhirnya dapatlah kita menemukan
dia! Tong Po mengangguk, sudah tentu orang semua yang hadir disitu tidak paham apa
yang sudah terjadi dan apa maksud kata2 Cio Ham itu.
Hong san Koay Khek " Halaman 226
yoza collection Bagus sekali, orang she Kah, jika memang kau sobat baik sikeparat Ti Put Cian itu,
sekarang juga ingin kami tanya kau kejadian dua bulan yang lalu, dua murid kami
terbunuh di dekat Tinkang itu, kau ikut serta tidak" tanya Cio Ham sambil melangkah
maju. Karuan A Siu bingung. Dar . . . darimana aku tahu" sahutnya kemudian dengan
tidak lancar. Cio Ham menjadi gusar. Masih berani kau pura2 tidak tahu, apabila kau mengaku
sobat baik dengan Ti Put-cian, tentu kaupun bukan manusia baik2, bentaknya sembari
ulur tangannya terus mencengkeram.
Tenaga cengkeraman itu ternyata keras sekali, hingga membawa angin mendesing,
sedang Li Pong terus berseru : Enso Tong, ada urusan apa, terangkanlah dahulu, jangan
buru2 turun tangan ! Untuk sejenak Cio Ham berhenti, katanya dengan muka merah padam : Kedua
murid kami dua bulan yang lalu telah terbinasa ditangannya Ti Put-cian, sebelum
ajalnya, mereka sempat mengirim berita pada kami bahwa musuh yang membokong
mereka adalah Ti Put cian beserta seorang kawannya, jika begitu, siapa lagi kawannya
itu kalau bukan bocah sekarang ini " Apakah sakit hati membunuh murid harus
kudiamkan begini saja "
Li Pong menjadi bungkam mendengar alasan itu. Sebaliknya silelaki jelek bermuka
walang itu tiba2 ter-kekeh2 dan berkata : Aha, muridnya sendiri yang tak becus,
pembunuh biang keladinya tak diketemukan, sekarang malah merecoki pada seorang
yang belum pasti diketahui berdosa atau tidak !
Cio Ham menjadi murka, muridnya dibunuh orang, masih di-olok2, ia tertawa dingin
dan menyahut: Lo-mo-thau (iblis tua), kau membual apa "
Kembali lelaki jelek bernama Hwe Tek itu terkekeh-kekeh katanya: Alangkah
garangnya lagakmu! Apa kau sangka orang mudah kau robohkan" Cobalah kalau kau
tak percaya, kalau kalian suami istri berdua mampu mengalahkan anak muda ini, aku
terima menjura tujuh likur kali padamu !
Hm, Lo-mo-thau, kau benar2 memandang rendah pada kami! jengek Cio Ham. Habis
ini mendadak berseru: Lo Tong!
Hong san Koay Khek " Halaman 227
yoza collection Rahasia Tong Po takut bini sudah bukan rahasia lagi dikalangan kangouw, maka
demi mendengar panggilan istrinya itu, cepat ia mengia dan melompat maju.
Mari kita jajal bocah ini kepelataran depan sana, kata Cio Ham pula.
Melihat orang sungguh2 hendak bergebrak dengan dia, A Siu menjadi gugup, ia
menggoyang-goyang tangannya sambil berkata, Kita selamanya tidak kenal, tanpa
dendam takkan sakit hati! habis berkata, sekali tubuhnya melesat, segera bermaksud
undurkan diri. Namun baru sedikit badannya bergerak, tahu2 Cio Ham sudah mendahului
membentak: Jangan lari! berbareng itu, pedang sudah dilolosnya dan menghadang
diambang pintu. Melihat kesebatan dan gerak senjatanya
yang lihay, A Siu tak berani sembrono, ia
mundur selangkah, lalu menegur. Sudah
kukatakan kita tiada bermusuhan apa2, kenapa
kau memaksa aku turun tangan "
Justru aku ingin kau turun tangan! teriak
Cio Ham sambil ayun pedangnya dengan cepat
dan kencang, sinar pedang kemilauan
menyilaukan mata. Akan tetapi A Siu tidak ingin berkelahi
dengan orang, ia terus mundur hingga tanpa
merasa telah mundur sampai didepan kursi
silelaki jelek bernama Hwe Tek itu.
Ketika ia hendak mundur lagi, ternyata dari belakang se-akan2 ditahan oleh selapis
tembok kuatnya. Ia melengak, ketika melirik, kiranya Hwe Tek itu masih duduk tenang
ditempatnya, hanya sebelah telapak tangannya sedikit membalik mengarah
kepunggungnya A Siu, dengan sorot mata tajam sedang menatap padanya.
Maka tahulah A Siu tenaga kuat yang menahan dari belakang terang keluar dari
tangan Hwe Tek itu. Ia menjadi terkejut, memang sejak bertemu ditengah jalan, ia sudah
melihat Lwekang lelaki jelek ini luar biasa, tatkala iapun menjawil A Siu agar berlaku
hati-hati, kini dugaannya itu ternyata tidak salah.
Hong san Koay Khek " Halaman 228
yoza collection Dan karena ditolak dari belakang, terpaksa A Siu berulang kali mesti menghadapi
bahaya, ia berkelit kian kemari oleh serangan Cio Ham yang sementara itu sudah
dilontarkan. Tapi A Siu dapat menghindarkannya dengan enteng dan manis sekali.
Ilmu pedang yang dimainkan Cio Ham itu terkenal sebagai Thay-jing-kim-hoat ,
anehnya setiap kali serangan tampak hampir mengenai sasaran, selalu A Siu dapat
menghindar dengan cepat dan enteng seperti gontai pergi oleh angin serangannya.
Lama2 Cio Ham menjadi gemas. Tiba2 ia getarkan pedangnya hingga mengeluarkan
sinar gemilapan; seketika A Siu seperti terkurung didalam sinar pedangnya, tampaknya
asal sekali tusukan pedang dilontarkan, pasti A Siu akan mengalami nasib malang.
Nampak keadaan itu, tanpa pikir Li Pong sudah lantas lolos golok pusakanya Peklin-sin-to dan Boh-hoat-suthay juga angkat kebutnya dengan maksud hendak menolong
A Siu. Tak terduga, tiba2 bayangan orang berkelebat, tahu2 A Siu sudah menyelinap
keluar dari kurungan sinar senjata itu, anehnya tak kelihatan dari arah mana A Siu
menerobos keluar. Karuan semua orang tercengang, sungguh tidak tersangka dengan ilmu pedangnya
Cio Ham yang terkenal lihay dan tampaknya A Siu sudah terkurung oleh sinar
senjatanya itu, tapi tahu2 bisa loloskan diri, sampai seujung bajunya saja tidak sobek,
maka dapatlah dibayangkan betapa hebat Ginkang atau ilmu mengentengkan tubuh
bocah itu. Maka tak mau mereka pun berseru memuji.
Tentu saja Cio Ham tambah sengit, dengan gusar teriaknya : Anak busuk, tidak lekas
kau lolos senjata, jangan salahkan aku jika kau sebentar badanmu berlubang!
Sudah kukatakan tidak bermaksud berkelahi dengan kau, darimana aku punya
senjata " sahut A Siu tenang.
Ternyata jawaban yang tulus itu telah disalahartikan sebagai ejekan oleh Cio Ham,
tanpa berkata lagi ber-runtun2 ia melontarkan serangan lagi beberapa kali. Akan tetapi
masih tetap A Siu menghindarkan tanpa balas menyerang.
Keparat, terimalah serangan ini! teriak Cio Ham pula, dengan geram cepat
pedangnya menebas. Namun dengan sebat dan enteng sekali A Siu tergontai pergi hingga saking
cepatnya pedang Cio Ham menyerempet tiang disamping A Siu. Sungguh hebat
serangan itu, sedikit berayal saja tubuh A Siu mungkin sudah terkutung.
Hong san Koay Khek " Halaman 229
yoza collection Semua orang menjadi ter-heran2 pula melihat gerakan A Siu yang lincah dan aneh
itu. Walaupun disitu hadir jago silat dari berbagai golongan, tapi tiada satupun yang
mengenali dari aliran mana ilmu silat A Siu itu. Maka baru sekarang mereka mau
percaya olok2 Hwe Tek tadi, memang nyata, kalau mau sungguh2 A Siu sudah dapat
mengalahkan Cio Ham. Diluar dugaan, mendadak A Siu melompat kesamping lalu berseru: Sudahlah cukup,
Manusia Aneh Dialas Pegunungan Hong San Koay Khek Karya Gan K.l di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
baiklah aku mengaku kalah saja!
Karuan semua orang ternganga heran, lebih2 Cio Ham yang tahu jelas yang tak
mampu menyenggol seujung rambut lawannya tapi mengapa tiba2 lawannya itu terima
mengaku kalah" Untuk sesaat ia menjadi tertegun ditempatnya.
Aha, teranglah dia bukan manusia sebangsanya It-ci-seng Ti Put-cian, harap Enso
Tong dapat berlaku bijaksana, lekas2 Li Pong berusaha meredakan suasana tegang itu.
Haha, bocah ini terang memiliki kepandaian yang sangat tinggi, mengapa dia
berlaku sungkan2" Biarlah aku menjajalnya, seru Hwe Tek tiba2 sambil melangkah
maju. Habis ini ia menanya pula kepada A Siu: Bocah, siapakah gurumu "
Hai, Lo-mo-thau, orang begitu muda, dengan pamormu, masakan kau akan
bergebrak dengan dia" seru Li Pong tiba-tiba.
Hm, pamor apa segala" jengek Hwe Tek mendadak.
Mungkin selekasnya kalian akan terbinasa tanpa kubur, masih bicara tentang
pamor segala! Apa maksud kata2mu ini, Lo-mo-thau" tanya Li Pong heran.
Bocah ini umurnya belum ada 20 tahun tapi sudah sekian tinggi kepandaiannya,
lantas kalian sangka siapa gurunya" Kecuali dia , siapa lagi" Dan kalau dia untuk kedua
kalinya muncul pula di Kangouw, siapa diantara kita mampu menandinginya" kata Hwe
Tek. Mendengar itu, semua orang menjadi bungkam dengan saling pandang, tiba-tiba
Thi-thau to berkata tak lancar: Kau maksudkan dia.. , dia.. .
Ya, dia! Dikalangan jaman ini, siapa orangnya bisa lebih lihay dari dia" sahut Hwetek.
Hong san Koay Khek " Halaman 230
yoza collection Tanya jawab itu walaupun tidak dijelaskan siapa nama si dia itu, tapi semua orang
hadir disitu semua sudah sama memahami siapa gerangan yang dimaksudkan.
Kalian masih ingat bahwa tahun ini adalah tepat waktu yang dia janji akan muncul
pula, kata Hwe Tek pula. Selama 32 tahun ini dia juga sudah berumur tujuh puluhan
dan kalau dia belum mati dan benar2 muncul kembali siapa sanggup menandingi"
Menandingi siapa" tiba2 seorang menyambung dari luar. Kiranya dia adalah Tuan
rumah Jing-ling-cu yang masuk membawa seorang Hwesio pendek gemuk, didadanya
tergantung tiga buah kecer tembaga yang kuning gilap.
Marilah kita perkenalkan, inilah Hoat-teng Taysu dari Thian-tongsi di Ciatkang, kata
Jing ling-cu. Lalu dia menanya lagi tentang siapa yang tak bisa ditandingi itu.
Gurunya, sahut Hwe Tek sambil menunjuk A Siu.
Sudah kukatakan aku tak mempunyai guru kalau murid sih ada! sahut A Siu kekanak2an.
Karuan semua orang melengak lagi, masakan ada murid tanpa guru"
Lalu, siapa muridmu itu" tanya Hwe Tek lagi.
Muridku juga seorang Hwesio gede, namanya Tiat-pi Hwesio, ujar A Siu.
Mendengar itu orang lain hanya heran saja, sebaliknya Hoat teng Taysu terus
berjingkrak, teriaknya : Dusta !
Mengapa " tanya silelaki jelek alias Hwe Tek itu.
Tiat-pi adalah saudara angkatku, kepandaiannya Gwakangnya jarang ada
tandingannya disekitar Hunlam dan Kuiciu, namanya sudah tersohor lebih 20 tahun
yang lalu, mana mungkin mengangkat bocah cilik ini sebagai guru " tutur Hoat-teng.
Semua orang diam2 tertawa geli dan mau percaya apa yang dikatakan itu memang
sungguh-sungguh. Sebab kalau benar Tiat-pi Hwesio adalah muridnya A Siu, bukanlah
Hoat-teng juga menjadi keponakan guru anak muda ini, pantasan saja ia berjingkrak.
Hwe Tek tak urus soal itu lagi, tiba2 ia menghela napas dan berkata : Sungguh tidak
nyana sang Tempo liwat begini cepat, tahu2 30 tahun sudah lewat. Dan sampai
sekarang, toh masih tiada seorangpun diantara kita yang dapat menandingi dia !
Hong san Koay Khek " Halaman 231
yoza collection Sebelum ini akupun sudah teringat soal ini, sela Jing-ling-cu. Menurut aku orang
yang bisa menandingi dia bukannya tidak ada !
Hwe Tek bergelak ketawa mengadah. Siapa" tanyanya. Lagu suaranya penuh
kesombongan se-akan2 pertanyaan siapa itu termasuk pula : Aku saja mengaku tak
bisa menandingi, lalu dijagat ini siapa lagi yang mampu "
Justru undanganku ini kepada para tokoh Bu-lim, karena aku ingat tahun ini adalah
tahun yang dijanjikan iblis itu, menurut pendapatku, orang yang mampu menandinginya,
mungkin sobat aneh yang tak diketahui asal usulnya itu, ujar Jing-ling-cu.
Sobat itu berada dimana " tanya Hwe Tek.
Beberapa hari yang lalu sudah kelihatan muncul dipegunungan ini, tapi pagi hari
ini telah menghilang lagi, kata Jing-ling-cu.
Usul Jing-ling Toheng memang beralasan, ujar Li Pong. Kebetulan hari ini kita
berkumpul disini, tentu dia akan datang kemari untuk memenuhi janjinya.
Siapakah gerangan yang kalian bicarakan " saking heran A Siu menanya.
Tiba2 hati Li Pong tergerak, sahutnya : Kah laute, kebetulan kali ini kaupun hadir
disini, maka alangkah baiknya bila kaupun suka membantunya nanti. Orang itu she Ki,
namanya Go-thian, berpuluh tahun yang lalu sudah tiada tandingan diseluruh Bu-lim,
kini kalau muncul lagi, terang malapetaka bagi dunia persilatan kita.
Ah, kiranya Ki Go-thian itu, ujar A Siu.
Semua orang menjadi heran, masakan usia semuda Kah-loji ini juga kenal Ki Gothian.
Jadi Kaheng sudah kenal dia " Dimana bertemu " tanya semua orang berbareng.
Aku bertemu dia diwilayah Ciatkang, ia berada bersama seorang Thauto yang
bernama Ngo-seng. tutur A Siu. Lalu ia ceritakan pengalaman yang lalu itu.
Mendengar kepandaian Ki Go-thian ternyata jauh bertambah lihay itu, seketika
wajah semua orang berubah pucat. Dan selagi Li Pong hendak menanya pula, mendadak
diluar kuil sana terdengar suara blung yang keras, begitu keras suara itu hingga debu
sana bertebaran. Semua orang terkesiap dan semua orang berkata : Ah, datanglah dia
! Hong san Koay Khek " Halaman 232
yoza collection Suara dentuman itu terlalu keras datangnya maka seketika semua orang menduga
pasti Ki Go-thian yang sudah datang. Untuk sesaat ruangan itu menjadi hening. Hanya
Hwe Tek yang tampak tenang-tenang saja.
Betapapun juga, sebagai jago kawakan serta tuan rumah, kemudian Jing-ling-cu
buka suara: Hari ini kita akan menghadapi musuh lama mati atau hidup kita biarlah
bersama. Marilah kita menghadapi diluar!
Segera Jing-ling-cu mendahului keluar dan diikuti oleh semua orang. Ternyata
dipelataran luar sudah ramai dikerumuni orang, apa yang dikerumuni itu tidak kelihatan.
Anehnya orang-orang yang lagi merubung itu sama-sama bisik-bisik entah apa yang
diceritakan, tapi tiada seorangpun diantara mereka yang tampak ketakutan.
Siapakah gerangan yang bikin ribut disini" Mungkin sobat lama yang mana sudi
berkunjung kemari, maafkan bila penyambutan kami kurang sempurna! Segera Jingling-cu berseru. Suaranya keras berkumandang hingga berisik semua orang itu tersirap,
nyata Lwekang yang diunjukan Jing-ling-cu ini tak bisa dipandang enteng.
Melihat munculnya tuan rumah, maka menyingkirlah orang2 yang merubung itu
kepinggir maka tertampaklah di-tengah2 situ seorang berbaju hitam yang sudah luntur
hingga lebih mirip warna kelabu, lagi meringkuk tidur sambil berpeluk dengkul,
disampingnya ada segunduk benda kehitam-hitaman entah apa barangnya.
Ketika sudah dekat, ternyata orang itu berdandan sebagai sastrawan miskin,
tampaknya masih muda, bukanlah Ki Go-thian yang mereka takuti itu. Sedang gundukan
benda tadi ternyata sebuah genta raksasa yang sudah berkarat. Semua orang menjadi
heran mengapa tiba-tiba muncul seorang aneh demikian.
Siapakah tuan, ada keperluan apakah kunjunganmu kemari " segera Jing-ling-cu
menegur lagi. Tiba-tiba orang itu menguap sambil mengangkat kedua tangannya kelangit dan
mengulet ke-malas2an, tangannya ternyata panjang luar biasa, kemudian dengan
sungkan ia menjawab: Ah, kiranya Jing-ling Totiang sendiri sudi keluar menyambut.
Kunjunganku kemari tiada maksud lain, cuma kabarnya hari ini semua tokoh dan jago
Bu-lim sama berkumpul disini, maka Cayhe hanya datang sebagai peninjau saja!
Tutur kata sastrawan miskin ini ternyata cukup sopan santun, suara nyaring jelas,
terang bukan sembarangan orang. Anehnya tiada seorangpun tokoh2 yang hadir itu
Hong san Koay Khek " Halaman 233
yoza collection yang kenal padanya, padahal seorang jago yang membawa sebuah genta raksasa yang
menyolok itu, masakan selamanya tak pernah dengar namanya.
Hanya A Siu saja segera mengenali bahwa orang inilah yang telah menggodanya
diatas perahu ditelaga Se-oh itu. Tatkala mana sastrawan inipun sedang nyenyak, lalu
menguap dan mengulet, lagaknya persis seperti barusan ini.
Dalam pada itu Tong Po mempunyai tenaga raksasa pembawaan, menjadi ketarik
oleh genta yang dibawanya sastrawan miskin itu, ia tidak percaya orang sekurus itu
mampu mengangkat genta yang besar dan antap itu.
Tanpa pikir ia terus mendekati genta itu, ia pegang kupingan genta itu sambil
membentak naik ! Diluar dugaan, tiba2 sastrawan itu sedikit menahan genta itu dengan sebelah
tangannya, kontan Tong Po merasa suatu tenaga besar menggetar dadanya. Lekas ia
lepas tangan, namun begitu, iapun tergetar mundur beberapa tindak, dengan
tercengang ia pandang sastrawan miskin itu.
Tapi sastrawan itu hanya tersenyum tawar saja, dengan enteng sekali tiba2 ia
angkat gentanya secara terbalik diatas pundak, lalu hendak menuju kegubuk yang
dibangun untuk para tetamu itu.
Se-konyong2 bayangan orang berkelebat, tahu2 Hwe Tek melesat menghadang
kehadapan sastrawan itu sambil berkata dengan dingin : Jika saudara datang kemari
untuk ikut pertemuan kita kenapa nama saja tak kau beritahukan kepada tuan rumah
" Aha, namaku yang rendah sebenarnya tiada harganya disebut, tapi kalau kalian
ingin tahu, terserahlah, sahut sastrawan itu dengan lagak jenaka. Namaku Ko, she Wi,
dari wilayah barat, ditengah jalan kebetulan memperoleh genta rombeng ini, maka
sekalian kubawa. Nah, apa lagi yang kalian ingin tahu "
Mendengar nama orang Wi Ko, diam2 Hwe Tek tersenyum geli, ia pikir orang pakai
nama samaran lagi seperti Ka-loji itu. Tapi demi mendengar orang datang dan wilayah
barat, tanpa merasa ia pandang Liok-hap-tongcu Li Pong.
Hendaklah diketahui bahwa Khong-tong-pay terhitung suatu aliran terbesar
dikalangan wilayah barat, sebagai seorang ketua, tentunya Li Pong kenal nama orang.
Tak terduga Li Pong hanya menggeleng kepala saja.
Hong san Koay Khek " Halaman 234
yoza collection Sementara itu sastrawan yang memperkenalkan namanya sebagai Wi Ko itu telah
berdiam saja kepada semua orang, lalu pergi sendiri ke gubuk disamping sana.
Selagi Jing-lingcu heran oleh kelakuan orang tiba2 dilihatnya Thi-thau-to yang
berdiri disampingnya mengunjuk rasa curiga seperti tiba2 ingat sesuatu.
Rupanya Li Pong juga sudah melihat perubahan sikap Thi-thau-to itu segera ia
menanya: Lau Thi, ada apakah kau, kenapa tak kau katakan saja dihadapan orang
banyak! Aku hanya ragu2 kepada genta yang dibawa orang she Wi itu seperti.. .
Seperti apa" Apa kau maksudkan seperti genta besar milik Biau-jiu-losat Ki Tengnio di puncak Go-bisan itu" sela Cio Ham tiba2.
Thi-thau-to melengak bingung, sebab ia tidak tahu kalau Ki Teng nio itu
menggantung sebuah genta bwsar dikaki gunung kediamannya, maka ia tak bisa
menjawab. Sebaliknya A Siu yang sejak tadi mendengarkan terus, kini tiba2 menyela:
Hanya mirip, tapi bukan Genta yang tergantung dikaki gunung Go-bisan itu, berukiran
kembang yang menonjol keluar, tapi ukiran genta tadi mendengkuk kedalam!
Dari mana kau tahu" bentak Cio Ham. Rupanya ia masih mendongkol pada A Siu.
Aku pernah memukul genta itu digunung, maka cukup jelas melihatnya, sahut A
Siu. Lalu Lau Thi maksudkan genta yang mana" tanya Li Pong tak sabaran.
Kejadian itu kalau dibicarakan sungguh memalukan, tutur Thi-thau-to. Dahulu
karena menguber Ngo-seng yang mendurhakai perguruan itu, aku telah tiba sampai
disuatu pulau terpencil dilautan selatan, pulau itu ternyata tiada penduduknya, dan
disanalah aku melihat genta tadi. Pikirku kalau pulau tanpa penduduk, dari manakah
terdapat genta semacam itu" Aku menjadi heran dan bermaksud membawa kembali
genta itu, tak terduga belum maksudku terlaksana, tiba2 muncul seorang wanita
berambut panjang terurai, berjari merah membara, tapi wajahnya cukup cantik, cuma
dari sifatnya tampak sekali bukan dari aliran suci. Dan karena percekcokan mulut,
akhirnya aku terpaksa bergebrak dengan dia.. .
Tak usah diterangkan lagi pasti kau dikalahkan, bukan"
tiba2 Hwe Tek menyela. Hong san Koay Khek " Halaman 235
yoza collection Benar, apakah Hengtay tahu siapa wanita itu" sahut Thi-thau-to.
Aneh, sebagai seorang ketua aliran terkemuka, masakan wanita itu tak kau
ketahui" jengek lelaki jelek alias Hwe Tek itu.
Sungguh memalukan, harus diakui, memang sampai kini aku masih belum tahu
siapa dia, kata Thi-thau-to.
Aneh juga dengan kedudukan Thi-thau-to sebagai Ketua Ngo-thay-pay, terhadap
Hwe Tek ternyata sangat merendah dan mengia. Dari sini dapat dibayangkan betapa
disegani Hwe Tek itu. Apa kalian pernah dengar disana dahulu diwilayah Hunlam dan Kuiciu muncul
seorang jago wanita, Kui-bo Li-hun " tutur Hwe Tek. Selama hidupnya ia sungkan
terima murid, baru usianya sudah lanjut, ia menerima dua orang murid. Tatkala mana
usia Kui-bo Li-hun sudah hampir sembilan puluh tahun, tapi betapa tinggi ilmu silatnya
juga susah diukur. Kedua muridnya itu yang satu kita kenal sebagai Biau-jiu-losat Kiteng-nio yang sudah mati, sedang seorang lagi adalah wanita yang dijumpai Lau Thi
yang berjari merah membara, rambut terurai tapi ilmu silatnya jauh lebih tinggi dari
sang suci boleh dikata hampir mewariskan seluruh kepandaian gurunya, ia bernama
Li-giam Ong To Hiat-koh! Mendengar Li-giam-ong To Hiat-koh atau siratu akherat, seketika semua orang
terkejut. Sudah lama nama Li-giam-ong itu lenyap dari Bu-lim, apabila dia masih hidup,
pasti ilmu silatnya bertambah tinggi lagi. tapi genta pusakanya tahu2 jatuh ditangan
sastrawan miskin she Wi itu, maka kepandaiannya yang belakangan ini dapat
dibayangkan. Yang mengherankan yalah umurnya masih begitu muda, siapa gurunya
pun tak diketahui. Dalam pada itu masih juga memikirkan daya-upaya akan menghadapi Ki Go-thian
yang ditakuti itu. Karena itu be-ramai2, mereka terus masuk kembali kekuil untuk berunding lebih
dulu, tapi tiada sesuatu hasil pembicaraan yang diambil.
Sementara itu hari sudah petang, dalam hati A Siu masih tetap terkenang kepada
Ti-put-cian, akan tetapi selama itu masih belum diketahui jejaknya, ia menjadi masgul,
ia ingin sekali berbicara kepada seseorang kawan, seperti Jun-yan, yang selalu
menghibur hatinya yang lara. Tapi gadis itu entah berada dimana sekarang.
Hong san Koay Khek " Halaman 236
yoza collection Dalam keadaan murung, A Siu terus ayun langkahnya menjelajahi bukit pegunungan
itu, ia mendapatkan sebuah batu besar, dengan duduk bersandarkan batu itu, ia
melamun jauh kelautan mega sana sambil menghela napas.
Dan sekali ia duduk melamun, tahu-tahu 2-3 jam telah lewat, dewi bulan sudah
menghiasi ditengah cakrawala, tapi diatas puncak sana bertambah berisik oleh
datangnya tetamu yang baru. A Siu merasa jemu dengan segala suara ramai itu ia
ingin keadaan sunyi senyap, alangkah baiknya diganti dengan suaranya Ti-put-cian
biarpun suara makian atau cacian, rasanya ia pun suka, daripada hati selalu dirundung
rindu. Per-lahan2 ia berdiri hendak kembali kepondoknya, tapi baru selangkah, tiba2
didengarnya diatas batu besar yang dibuatnya bersandar itu ada suara orang menghela
napas juga. Malahan terdengar orang itu bersenandung pula yang bernada rindu.
Segera A Siu dapat mengenali suara orang itu sebagai sastrawan she Wi itu, ia
heran siapakah gerangan yang dirindukan sastrawan itu"
Sedang A Siu berpikir, terdengar orang she Wi itu berkata lagi pada dirinya sendiri:
Haha, wanita menyamar sebagai lelaki, hampir aku kena diingusi!
A Siu tergerak pikirannya, ia coba mendongak keatas, terang itulah sorot mata
orang yang tajam lagi memandang juga kebawah. Ia menjadi jengah sendiri, nyata
penyamarannya sudah diketahui orang.
Dalam pada itu Wi Ko itu sudah lantas berkata dengan tertawa : Maaf, nona Siu,
bila aku bikin kaget padamu. Aku hanya ingin numpang tanya. Kenapa nona Jun-yan
tidak ikut serta bersama kau kesini "
Enci Jun-yan sudah berada disini, sahut A Siu. cuma dia bilang hatinya masgul,
ingin menikmati pemandangan alam pegunungan ini, sebaliknya aku kesusu hendak
mencari Ti-toa ko, maka hadir kesini lebih dulu.
Ti-toako" Apakah kau maksudkan Ti Put cian berjuluk Kang Lam-it-ci-seng itu "
tanya Wi Ko. Benar, sahut A Siu, Apakah kau tahu dia berada dimana " Ah, rasanya dia takkan
hadir kesini! Heran sekali Wi Ko mendengar orang yang dicari si gadis adalah Ti put-cian yang
terkenal ganas laknat itu, padahal kalau dibandingkan gadis polos dihadapannya ini,
Hong san Koay Khek " Halaman 237
yoza collection terang bedanya langit dan bumi. Namun begitu, ia menjawab juga : Dimana dia berada
sekarang, aku tidak tahu. Tapi bagaimanakah nona kenal dan berkawan dengan dia "
belum lama kami berkenalan, hanya secara kebetulan saja kami bertemu didaerah
Biau, tutur A Siu singkat.
Ah, kiranya nona berasal dari suku Biau, tanya Wi Ko.
A Siu hanya mengangguk. Sebaliknya sikap Wi Ko yang biasa ke-malas2an itu tiba2
Manusia Aneh Dialas Pegunungan Hong San Koay Khek Karya Gan K.l di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berubah sungguh2, nyata perhatiannya terhadap diri A Siu bukanlah secara kebetulan
saja. Tiba2 katanya dengan menahan suara, Nona Siu, ingin aku menanya sesuatu
kepadamu . . . . . . Tapi belum lagi ia melanjutkan kata2nya terdengarlah suara tertawa orang yang
seram sekali bergema diangkasa pegunungan itu, begitu seram menusuk suara tawa
itu hingga bagi yang mendengar, seketika bulu roma sama berdiri.
Suara tertawa siapakah, begitu menyeramkan dimalam buta " tanya A Siu.
Sebentar lagi tentu kau akan tahu, ujar Wi Ko seakan-akan ia sudah kenal suara
siapa itu. Dalam pada itu, suara tertawa itu rupanya juga sudah mengejutkan semua orang
yang berada dipuncak Ciok-yong-hong itu, sebab beramai-ramai mereka terus bangkit
berkerumun ke pelataran depan kuil, sebaliknya didalam kuil itu lantas terang
benderang agaknya mereka juga terjaga bangun, lalu sama keluar ingin melihat apa
yang bakal terjadi. Segera A Siu juga hendak kembali ke Ciok yong hong dibawah sana, tapi keburu
ditahan Wi Ko, kata sastrawan rudin itu: Tunggu sebentar nona Siu, daripada kita ikut
bikin kacau, tidakkah lebih baik kita menonton saja disini"
Sementara itu terlihat Jing-ling-cu, Liok-hap-tong-cu Li Pong dan silelaki bermuka
walang, Hwe Tek, serta lain-lainnya sudah muncul.
Tiba2 Wi Ko menunjuk Hwe Tek dan menanya A Siu: Nona Siu, kau datang lebih
dulu, apakah kau tahu siapakah lelaki jelek itu "
Entah, cuma dia diperkenalkan sebagai Hwe Tek, ada juga yang mau menyebut Lomo thau (iblis tua) padanya. kata A Siu.
Hong san Koay Khek " Halaman 238
yoza collection Lo-mo-thau " Hahaha ! Memang aku sudah menduga dia, ternyata tidak salah! seru
Wi Ko bergelak tertawa. ELAGI A Siu hendak menanya lebih jelas tiba-tiba belasan obor yang
dipasang dipelataran sana, apinya se-akan2 menjulang keatas seperti ditiup
angin besar, sampai A Siu yang jaraknya belasan tombak jauhnya
merasakan angin yang kuat itu. Dalam pada itu suara ringkik tawa tadi semakin keras,
seorang wanita berambut terurai kusut mendadak muncul diatas puncak itu.
Wanita itu angkat tinggi2 tangannya sambil tertawa-tawa menengadah, karena
mukanya tertutup rambutnya yang kusut, maka tidak tampak jelas, yang terang sepuluh
jari tangannya merah membara, ditumbuhi kuku jarinya yang panjang, tapi putih bersih,
paduan warna merah putih itu menjadi sangat menyolok.
Maka terlihatlah Jing-ling-cu dan Hwe Tek serta jago lainnya sama memapak maju,
wajah Jing-ling-cu nampak terkejut dan heran, dari jauh segera membalas orang
dengan suitan nyaring. Walaupun suaranya singkat pendek, begitu suara suitan itu
berkumandang, maka berkatalah Jing-ling-cu: Ah, kiranya Li giam-ong To Hiat koh yang
sudah lama tidak keluar dikangouw hari ini mendadak sudi hadir kemari, maafkan bila
sebelumnya tak dilakukan penyambutan!
A Siu pikir, kiranya wanita aneh inilah yang disebut si Ratu akherat To Hiat-koh
yang ilmu silatnya masih diatas Sucinya, yaitu Ki Teng-nio. Ia coba melirik Wi Ko.
Pemuda itu ternyata biasa saja, tetap dengan sikap yang ke-malas2an, si ratu akherat
yang menggetarkan itu seperti tak dipandang mata olehnya.
Dalam pada itu, karena teguran Jing-ling-cu tadi, mendadak wanita itu menggeleng
kepalanya, rambutnya yang kusut terurai itu lantas tergontai kebelakang. Diluar dugaan
wajahnya ternyata cantik ayu tampaknya juga belum terlalu tua, cuma saja bila dilihat
dari sorot matanya yang tajam dapat diketahui pasti bukan orang dari aliran baik2. Ia
hanya mengerling sekejap kearah Jing-ling-cu, lalu menyahut: Hidung kerbau, pakai
banyak adat apa segala! Aku hanya ingin tanya kau, apakah tadi ada seorang sastrawan
rudin yang datang kemari, harap kau suruh keluar terima kematian! habis berkata, dia
perdengarkan lagi suara ketawanya yang menyeramkan itu.
Hong san Koay Khek " Halaman 239
yoza collection Eh, kiranya kedatangannya kemari hendak mencari kau, diam2 A Siu berkata pada
Wi Ko ditempat sembunyinya itu.
Ya, sudah kuketahui ia akan datang kemari, herannya kenapa dia baru sekarang
tiba, ujar Wi Ko tertawa.
Dalam pada itu baru Jing-ling-cu mengetahui maksud kedatangan To Hiat-koh itu,
pikirnya, walaupun sastrawan she Wi itu barusan dikenal tapi sekali ia sudah hadir
disini, sebagai tuan rumah aku harus konsekwen, aku menghadapi segala kemungkinan.
Maka sahutnya segera: Ah Li-giam-ong hendaknya suka menerima usulku ini karena
berkumpulnya kami disini justru perlu persatuan sesama kita untuk menghadapi lawan
tangguh, maka sebelum peristiwa itu berakhir haraplah Li-giam-ong kesampingkan
dahulu percekcokan pribadi!
Diam2 Wi Ko memuji akan sifat kesatria Jing-ling-cu itu, katanya pada A Siu: Jingling Totiang nyata tidak kecewa sebagai tokoh yang dikagumi orang Bu-lim!
Sementara itu Tohiat-koh sudah berjingkrak karena sahutan Jing-ling-cu tadi,
teriaknya sengit: Jing-ling-cu yang kutanya adalah sastrawan keparat itu, jika benar dia
berada disini, kau akan menyerahkan dia tidak"
Betapa sabarnya Jing-ling-cu, melihat kekerasan orang, dia menjadi gusar juga,
sahutnya dingin: Hm, siapa yang sudah berada ditempatku ini, rasanya tidak mudah
orang hendak berbuat se-wenang2 padanya! Walaupun aku tidak becus, sekalipun
hancur lebur, demi kehormatan biarlah! Jing-ling-cu bukan seperti manusia pengecut!
Karuan To Hiat-koh berjingkrak murka oleh tantangannya itu, rambutnya yang
terurai itu se-akan2 mengak, jari tangannya yang merah darah itu, sudah lantas
diangkat hingga ruas tulangnya bunyi kertikan, segera dia hendak menyerang.
Tahan dulu! tiba-tiba terdengar seruan orang, tahu2 bayangan orang berkelebat,
ditengah kalangan itu sudah bertambah seorang, dia bukan lain, adalah Wi Ko.
Keparat, akhirnya kau keluar juga! bentak To Hiat-koh terus mencengkeram
dengan jari tangannya yang sudah diangkat tadi.
Cengkeraman jari yang dilontarkan To Hiat koh itu terkenal dengan nama Kaubeng-jiu atau cakar pencabut nyawa yaitu sesuai pula dengan julukannya sebagai ratu
akherat. Kuku jari itu tampaknya putih bersih, tapi sebenarnya sudah direndam air
Hong san Koay Khek " Halaman 240
yoza collection berbisa, sekali kena terpukul, racunnya meresap kedalam badan, tanpa keluar darah
seketika orangnya terbinasa.
Akan tetapi dengan gesit sekali Wi Ko sudah menghindarkan cengkeraman itu.
Sedang Jing-ling-cu terus berseru : To Hiat-koh, betapapun besarnya urusan, Ciok-yonghong ini adalah kediaman Jing-ling-cu, mana boleh orang berlaku sewenang-wenang
didepan mata hidungnya. To Hiat-koh tertawa dingin, tapi demi dilihatnya dipihak orang begitu banyak
jumlahnya, ia pikir gelagat tidak menguntungkan, maka jawabnya : Apa kira aku jeri
terhadap hidung kerbau macammu " Katakanlah apa kau minta satu lawan satu, atau
hendak maju berbareng "
Jing-ling totiang, seru Wi Ko sebelum Jing-ling-cu menjawab orang, sembelih ayam
tak perlu pakai golok, bagi perempuan bawel macam dia, tak perlu totiang capekan diri
! To Hiat-koh menjadi murka dikatakan perempuan bawel, tanpa bicara lagi ia
mencengkeram lagi kearah punggung Wi Ko yang rada mungkur itu. Serangan itu cepat
lagi tanpa suara, pula dilakukan diluar dugaan Wi Ko, semua orang ikut terkejut dan
menyangka pasti sastrawan itu bakal celaka, untuk menolongnya juga tak keburu lagi.
Siapa nyana, seenaknya saja Wi Ko melangkah maju, maka cengkeraman To Hiat
Ko itu luput mengenai sasaran, sekalipun demikian baju Wi Ko sobek juga sebagian.
Sungguh hebat, memang Kau-beng-jiau tidaklah tersohor kosong ! seru Wi Ko.
Diam2 To Hiat-koh sangat terkejut, serangan kilat dan ganas yang diandalkan itu,
dengan enteng dapat dihindarkan oleh orang.
Keparat, siapa kau sebenarnya, kenapa mencuri gentaku " bentaknya kemudian.
Siapa diriku, rasanya tiada perlu kau tahu. sahut Wi Ko dengan mata berkilat2.
Sedang untuk apa aku mencuri gentamu, kau sendiri cukup tahu !
Kata2nya itu diucapkan dengan tenang dan biasa saja, tapi bagi pendengaran To
Hiat-koh, kata itu se-akan2 guntur disiang bolong. Tangan yang sudah diangkat yang
hendak menyerang pula seketika terhenti diudara, sedang wajah yang cantik penuh
nafsu pembunuh itu, seketika pun lenyap dan berobah hebat.
Hong san Koay Khek " Halaman 241
yoza collection Semua orang menjadi heran, mengapa kata-kata Wi Ko tadi, telah bikin iblis
perempuan itu sedemikian terkejutnya. Apakah mungkin siapa gerangan Wi Ko itu dapat
diketahuinya, atau gurunya yang disegani " Siapa gurunya, apa mungkin Ki Go-thian
yang bergelar Tok-po-kian kun itu "
Akan tetapi dugaan mereka itu telah tersangkal oleh seruan To-Hiat-ko sesudah
tertegun sejenak: Jadi . . jadi kau sudah mengetahui manfaat Tui-hun-kim-ceng (genta
pembunuh nyawa)" lagu suaranya itu lemas lesu, seakan-akan rahasia yang
disekamnya sekian lama mendadak kena dibongkar orang.
Dalam pada itu Wi Ko hanya tersenyum tawar saja sambil mengangguk.
Darimana kau mengetahui " teriak To Hiat-koh pula dengan suaranya yang tajam
melengking. Nyata gusarnya sudah memuncak.
Kalau ingin orang tidak tahu, kecuali diri tidak berbuat! ujar Wi Ko tertawa. Apakah
ada sesuatu dijagat ini dapat membohongi orang selamanya "
Rupanya hati To Hiat-koh tergoncang luar biasa, kembali ia melangkah maju dan
membentak lagi: Kecuali kau siapa lagi yang mengetahui"
Hahaha, langit mengetahui, bumi mengetahui, kau tahu dan akupun tahu, apa masih
kurang " sahut Wi Ko bergelak tertawa.
Baik dan untuk selanjutnya hanya langit tahu, bumi tahu, dan aku yang tahu ! seru
To Hiat-koh. Berbareng itu, jarinya yang merah membara itu terus mencengkeram
kebatok kepalanya Wi Ko. Ternyata sekali ini Wi Ko tak berkelit lagi, tapi mengebas lengan bajunya yang besar
longgar itu keatas, hingga tangan To-Hiat-koh terlibat. Maka terasalah To Hiat koh
semacam tenaga maha besar merintangi cengkeramannya itu, tanpa pikir lagi kelima
jari tangannya yang lain terus menjojoh kedepan pula mengarah lambung lawan.
Serangan ini sangat ganas sekali, asal sedikit tubuh Wi Ko kena kuku jarinya, seketika
air racun akan meresap kedalam darah, kecuali obat pemunah To Hiat-koh sendiri,
sekalipun malaikat dewata juga tak sanggup untuk mengobatinya.
Siapa tahu sebelah lengan baju Wi Ko tiba-tiba mengibas juga keatas, melibat
tangan To Hiat-koh sembari melindungi badan sendiri. Tahu akan betapa tenaga dalam
lawannya itu, asal kedua tangannya itu semua terlibat oleh lengan baju orang mungkin
Hong san Koay Khek " Halaman 242
yoza collection susah lepaskan diri lagi, maka sekuatnya To Hiat-koh menyampok kesamping,
berbareng kakinya menutul terus membetot kebelakang.
Walaupun begitu tidak kuranglah terdengar suara krak, krak, krak tiga kali, To Hiatkoh sempat melompat mundur kebelakang tapi tiga kuku jarinya telah patah tertinggal
dilibatan lengan baju Wi Ko. Keruan To Hiat-koh terkejut dan berdiri terpaku ditempatnya
dengan wajah pucat. To Hiat koh, jengek Wi Ko dengan tertawa dingin, masih mujur bagimu, hanya kuku
jarimu yang tercabut, belum lagi pergelangan tanganmu patah. Gentamu berada disini,
apa kau masih menginginkannya "
To Hiat-koh benar-benar mati kutu, sungguh tak diduga bahwa lawan semuda itu
sudah memiliki kepandaian sedemikian tingginya, kalau pertandingan diteruskan,
rasanya tak menguntungkan, maka jawaban sambil berkekeh-kekeh : Baik, genta boleh
kau tahan, lihatlah apa yang bisa kau lakukan !
Habis berkata, sekali tubuhnya melesat, secepat kilat orangnya sudah berada
belasan tombak jauhnya dan sekejap pula menghilang dibalik tebing sana, hanya
ketinggalan suara tertawa yang tajam melengking.
Begitu To Hiat-koh angkat kaki, mendadak wajah Wi Ko berubah, ia berpaling kearah
Jing-ling-cu terus menanya : Jing-ling Totiang undanganmu pada seluruh jago Bu-lim
ini bukankah tujuannya hendak mengenali manusia aneh yang kau ketemukan
dipegunungan sini itu "
Kecuali itu apakah Wi-heng tahu ada tujuan lain" tiba2 Li Pong menyela. Nyata
dengan pertanyaan ini, Li Pong bermaksud akan memancing asal-usul dari orang, apa
mungkin ada hubungannya dengan Ki Go-thian.
Siapa tahu, tiba2 Wi Ko mengerut alis dan menyemprot; Tujuan apalagi, aku tidak
pusing, aku hanya ingin menanya Jing-ling Totiang, apakah orang aneh itu kini berada
disini" Betapa tinggi kedudukannya dan nama Li Pong dihormati dikalangan persilatan,
belum pernah ia disemprot orang dihadapan umum, apa lagi orang muda seperti Wi
Ko, karuan semua orang merasa orang she Wi itu rada kelewatan.
Hong san Koay Khek " Halaman 243
yoza collection Benar juga mendadak lelaki jelek alias Hwe Tek yang berada disamping Li Pong itu,
lantas tampil kemuka sambil ter-kekeh2 aneh, katanya dingin: Hehe, selamanya justru
aku paling suka pusing urusan orang lain, entah saudara mau apakah dariku"
Tertegun juga Wi Ko oleh sikap Hwe Tek itu, tapi segera katanya: Apa maksudmu
ini" O, apa barangkali kau anggap kata-kataku kepada Liheng tadi rada kasar, bukan"
Emangnya apa kau kira halus" sahut Hwe Tek. Jika tahu salah, seorang kesatria
harus berani mengaku keliru.
Mendengar perdebatan itu, Li Pong dan Jing ling-cu merasa keadaan bakal runyam,
kedua orang itu pasti segera akan saling gebrak.
Diluar dugaan, mendadak Wi Ko terus berpaling kearah Li Pong sambil
membungkuk badan katanya: Ya, memang kata-kataku tadi kurang pantas, harap Liokhap-tong-cu jangan ambil marah! ternyata apa yang dikehendaki Hwe Tek itu telah
diturutnya dengan baik. Padahal terjadinya percekcokan dikalangan Bu-lim pada
umumnya biasanya disebabkan menjaga muka saja, kalau semua orang mau berlaku
jujur seperti Wi Ko, tentu segala percekcokan dapat dilenyapkan.
Li Pong sendiri menjadi likat melihat kejujuran Wi Ko itu, lekas-lekas ia membalas
hormat dan berkata: Ah, kenapa Wi-heng bersungguh-sungguh.
Permintaan maafku kepada Liok-hap-tongcu adalah timbul dari hatiku sendiri.
tiba2 Wi Ko berkata kepada Hwe Tek. Tapi, jangan kau kira aku kena kau gertak, lalu
turut perintahmu " Hm, walaupun asal usulmu sangat disegani, kalau ada kesempatan
aku justru ingin belajar kenal padamu !
Hwe Tek menjadi gusar, tapi belum juga buka suara, se-konyong2 Wi Ko berseru :
Celaka. berbareng orangnya terus melesat pergi, hanya beberapa kali lompatan,
orangnya sudah lenyap ditempat gelap.
Sungguh aneh orang she Wi ini, tapi apa yang dia maksudkan celaka tadi " Ujar Li
Pong tak mengerti. Semua orang ter-heran2 juga macam2 dugaan dan tafsiran mereka, tapi tiada
satupun pendapat mereka yang masuk diakal, sampai merekapun pada bubar kembali
kepondoknya sendiri-sendiri untuk mengaso. Hanya ketinggalan Si A Siu saja seorang
diri masih termenung-menung diatas batu yang besar itu.
Hong san Koay Khek " Halaman 244
yoza collection Kembali bercerita tentang Jun-yan yang kembali masuk gua untuk mencari kalaukalau ada sesuatu tanda lain mengenai diri si orang aneh itu. Gua itu terlalu gelap,
walaupun dengan gemilang pedangnya Tun-kau-kiam, lapat2 jalanan gua itu masih
dikenali, tapi hendak melihat jelas keadaan disitu terang tidak mungkin. Ia hendak
menyalakan api, tapi angin meniup santar diduga itu, tentu akan tersirap.
Tiba2 ia berpikiran lain, ia mundur kembali dan mendapatkan dua batang kayu, ia
nyalakan dulu hingga berupa suatu obor besar, karena besarnya obor, tidaklah mudah
sirap tertiup angin, dengan penerangan obor itu, dapatlah dilihatnya didalam gua itu
penuh tumbuh macam-macam lumut dan jamur yang beraneka warnanya, malahan
batu dinding gua itu macam2 bentuknya sampai jauh gua itu dimasukinya tapi tiada
suatu tanda yang mencurigakan.
Sampai akhir ia tertarik oleh suatu tempat yang terdapat segundukan rumput kering
yang sudah apak, karena lembabnya gua rumput kering itu sampai tumbuh jamurnya.
Dinding di samping rumput kering itu tiba2 tertampak banyak goresan tulisan yang
serupa, yaitu kesana kemari melulu dua huruf saja, Jing-kin.
Jun-yan menduga tempat ini tentu dahulu digunakan manusia aneh itu sebagai
kediamannya. Ia coba menggunakan Tun-kau kiam untuk menjingkap rumput kering itu,
diluar dugaan tiba-tiba pandangannya menjadi silau oleh sesuatu benda putih didalam
rumput itu. Waktu Jun-yan menegasi, kiranya itu adalah sebuah mutiara sebesar biji
lengkeng, malah mutiara itu malah masih terdapat sebagian rantai emas yang sudah
putus. Cepat Jun-yan menjemputnya, tapi segera hatinya tergerak, ia merasa mutiara
ini mirip benar dengan mutiara yang dipakai A Siu itu, keduanya sama-sama bersinar
hingga bercahaya terang ditempat gelap, tanpa pikir ia masukkan mutiara itu kedalam
bajunya lalu meneruskan pemeriksaannya dirumput itu, tapi tiada lagi yang
diketemukan. Yang ada hanya bau apak dari rumput kering yang sudah membusuk itu. Dalam
pada itu obor ditangannya sudah terbakar lebih separoh, kuatir obor itu mati sirap, Junyan tak berani tinggal disitu lama, segera ia bermaksud keluar kembali dari gua itu.
Tapi tidak seberapa jauh ia melangkah, sekonyong-konyong ia berhenti lagi, entah
mengapa selalu ia rasa ada yang menguntit dibelakangnya, persis seperti dahulu ia
dikuntit si orang aneh itu. Ia pikir, jangan-jangan orang aneh itu telah kembali, ia menjadi
girang, cepat ia berpaling dan serunya : He, sobat aneh apa..
Hong san Koay Khek " Halaman 245
yoza collection Akan tetapi belum lanjut parkataannya atau sesuatu tenaga yang maha besar
sudah menyambar kemukanya.
Dalam keadaan tak berjaga-jaga, baiknya Jun-yan sudah makan empedu dari katak
berwajah manusia didaerah Biau, Lwekangnya sudah jauh maju, cepat ia pinjam
sambetan angin pukulan itu untuk ikut tergontai mundur ke luar. Sekilas obornya
memanjang terang, tetapi sekejap lantas padam oleh angin pukulan tadi.
Walaupun belum jelas apa yang terjadi, dan ilmu silat yang menyerang tinggi sekali.
Tak berani gegabah lagi, segera Tun-kau-kiam diputarnya untuk melindungi tubuhnya.
Siapa tahu, diantaranya sinar pedangnya yang rapat gemilapan itu, tahu-tahu
Manusia Aneh Dialas Pegunungan Hong San Koay Khek Karya Gan K.l di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sebuah tangan menerobos masuk mencengkeram dadanya. Sungguh terkejut Jun-yan
tidak kepalang, lekas-lekas ia balikkan pedangnya memotong ke bawah, dari sinarnya
pedang yang terang itu sekilas dapat pula dilihatnya sebuah wajah yang aneh dan jelek
luar biasa lagi berhadapan dengan dirinya. Siapa lagi dia kalau bukan manusia aneh
yang diduga Jun-yan dan selalu mengintil padanya itu.
Sama sekali tak tersangka oleh Jun-yan bahwa manusia aneh yang begitu menurut
dan membela mati2an padanya, kini bisa mendadak menyerangnya malah. Ia menjadi
tertegun sejenak, dalam pada itu tangan si orang aneh sudah membalik pula hendak
mencengkeram pundaknya, lihat serangan orang bukan pura2 belaka, Jun-yan terkejut,
sukur dia masih sempat mengegos, hanya bajunya tersobek sebagian dan karena itu
mutiara yang tersimpan dibajunya terjatuh ke tanah.
Mendengar suara jatuh benda itu tiba2 orang aneh itu merandek, dia menjemput
mutiara itu, kesempatan ini telah digunakan Jun-yan untuk melompat mundur sejauh
lebih setombak. Ketika ia pandang orang aneh itu, ternyata mutiara itu lagi diciumnya
dengan bibirnya yang sumbing itu.
Tidak lama orang aneh itu mendongak pula sambil mengeluarkan suara uh, uh, tak
lampias, lalu kepalanya miring seperti lagi mendengar sesuatu.
Jun-yan tahu tentu orang sedang mendengarkan suara dimana dirinya berada,
syukurlah sekarang dirinya sudah setombak lebih jauhnya dari orang aneh itu.
Perlahan2 ia coba menggeser lebih jauh. Diluar dugaan sedikit dia bergerak, secepat
kilat orang aneh itu menubruk maju lagi.
Hong san Koay Khek " Halaman 246
yoza collection Belum dekat orangnya, angin pukulannya sudah membentur Jun-yan hingga
badannya tertumbuk dinding gua, sampai tulang punggungnya terasa sakit sekali.
Lekas2 Jun-yan berdiam, sampai bernapas pun tak berani, kuatir didengar lagi oleh
orang aneh itu. Ia tahu pengliatan orang aneh itu sudah tidak ada, tapi pendengarannya
justru tajam luar biasa, sedikit ia bersuara, segera akan diserang pula.
Benar juga untuk sesaat orang aneh itu kelihatan berdiri bingung sambil
mendengarkan lagi. Tapi sampai sekian lamanya, ia tidak mendengar apa2, ia bersuara
Uh, uh lagi seperti tadi sambil menyeringai seram dengan bibirnya yang sumbing itu.
Untuk beberapa saat mereka sama2 berdiri diam, yang satu lagi pasang kuping
hendak mencari sasarannya, yang lain menahan napas kuatir diterkam. Sedang Junyan heran mengapa manusia aneh itu bisa berubah sikap terhadap dirinya, tiba2 ia
menjadi sadar. Yah, karena mata orang tak bisa melihat, hanya berdasarkan suara saja,
padahal kini dia dalam penyamaran, suaranya juga sudah dibikin serak dengan obatobatan sedikitnya juga harus belasan hari baru bisa pulih kembali. Dengan sendirinya
orang aneh itu sama sekali tidak tahu lagi berhadapan dengan siapa.
Tapi sebab apakah suaranya begitu menarik perhatian orang aneh itu" Padahal
merasa dirinya tak ada sangkut paut apa-apa dengan dia"
Segera teringat olehnya orang aneh itu suka menuliskan huruf Jing-kin . Apakah itu
nama seorang wanita, yang suaranya mirip benar dengan dirinya. Lalu apa
hubungannya Jing-kin itu dengan si orang aneh"
Makin dipikir semakin ruwet. Selagi bingung harinya, tiba-tiba orang aneh itu
melangkah setindak lagi kearahnya.
Sedapat mungkin Jun-yan berdiam diri dengan perasaan tegang, walaupun insaf
keadaan begitu tidak bisa didiamkan terus. Dalam keadaan genting itu, ia menjadi
teringat pada tulisan dimulut lembah itu, diam-diam hatinya berdebar-debar, nyata
keadaan sekarang bukankah akan terbukti dengan tulisan itu.
Dalam keadaan bingung dan sudah kepepet Jun-yan menjadi nekad, tiba-tiba
dilihatnya orang aneh itu sudah melangkah maju dua tindak pula. Segera ia angkat
tangannya pelan-pelan, pedangnya siap untuk ditimpukkan ke arah orang aneh, tapi
baru tangannya bergerak sekonyong-konyong orang itu terus menubruk maju, cring ,
Hong san Koay Khek " Halaman 247
yoza collection tahu-tahu pedangnya terjentik jauh, berbareng suatu tenaga raksasa seakan-akan
menindih keatas kepalanya.
Sungguh tak kepalang kagetnya Jun-yan, Tamatlah riwayatku ! keluhnya.
Pada saat yang menentukan itu, sekilas pikirannya tergerak, tiba-tiba ia berteriak
Jing-kin''. Dan sungguh heran, tahu-tahu tenaga raksasa yang mengurung ke atas kepalanya
tadi mendadak lenyap tanpa bekas, sedang tangannya orang aneh itu masih bergaya
hendak mencengkeram, tapi berdiri ditempatnya seperti patung, hanya dari
tenggorokannya terdengar mengeluarkan Krok-krok yang menyeramkan dan
mengharukan itu. Walaupun barusan jiwanya hampir melayang dibawah cengkeraman maut orang
aneh itu tapi kini Jun-yan berbalik merasa kasihan padanya.
Jun-yan tahu kesempatan baik untuk meloloskan diri segera ia mendak kebawah.
terus melompat keluar sejauh lebih setombak, ketika menoleh, terlihat orang aneh itu
masih menjubleg terkesima ditempatnya. Cepatan saja Jun yan melompat lebih jauh
sesudah jemput kembali pedangnya lalu dengan jalan mungkur ia keluar dari situ untuk
menjaga kalau si orang aneh itu mengubernya lagi, sungguh sama sekali tak diduga
bahwa karena teriakan Jing-kin , lalu jiwanya bisa diselamatkan.
Maka lambat laun ia telah mundur sampai di mulut gua tadi, ia dengar orang aneh
itu masih mengeluarkan suara uh uh yang tak lampias. Diam2 Jun-yan merasa lega,
andaikan sekarang orang aneh itu hendak mengubernya, rasanya ia tidak kuatir lagi.
Akhirnya ia dapat keluar dari gua itu dengan selamat, dan sampailah dilembah
kematian tadi, dan baru saja ia hendak melintasi lembah itu, tiba-tiba didengarnya
tertawanya dingin orang yang seram, menyusul suara seorang yang kaku terdengar
berkumandang: Inilah Lembah Kematian, bisa masuk tak bisa keluar!
Misteri Kurcaci Gaib 2 Pendekar Mabuk 078 Dewi Kesepian Hidung Belang Berkipas Sakti 2
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama