Ceritasilat Novel Online

Pendekar Yang Berbudi 1

Pendekar Yang Berbudi Karya Okt Bagian 1


yoza collection Saduran : O.K.T Penerbit : U.P. Sastra Kumala Jakarta (1979)
Sumber DJVU : Dewi KZ & Aditya Indrajaya
Coverted to Plaint Text, Edited & Ebook by : yoza
Pendekar Yang Berbudi - Halaman
0 yoza collection NGIN UTARA bertiup menderu-deru mengawani hujan salju yang turun
besar-besaran. Hawa yang dingin meresap kesetiap pembuluh sampai
ketulang-tulang seperti tusukan ribuan jarum. Kota Ngobwee-kwan berubah
menjadi putih seluruhnya berlapiskan salju nan putih bagaikan perak.
Ngobwee-kwan didepan menghadapi sungai Kiong yang ketika itu airnya telah
membeku dan dibelakangnya bersandar pada perbukitan Bwee Nia. Nama kota kwan
mengingatkan orang kepada kota2 Nia-cu-kwan dan Kee-ju-kwan yang termasyur
diwilayah Tembok Besar (Ban Lie Tiang Shia). Sebenarnya Ngobwee-kwan bukan kota,
hanya sebuah tempat atau daerah belaka, karena disitu tidak ada kotanya, tak ada
tembok benteng berikut serdadu2 penjagaannya. Malahan kepala kampungnyapun tidak
ada. Toh tempat itu penting letaknya, karena kota itu menghubungkan daerah selatan
dengan daerah utara. Disitu terdapat seratus buah lebih rumah penduduk hingga
merupakan satu dusun kecil dimana biasa orang singgah untuk bermalam.
Pada suatu malam kira2 jam satu, selagi seluruh dusun dan sekitarnya sunyi
senyap, terdengar suara langkah seekor kuda yang datang dari jurusan utara. Jalannya
sangat perlahan. Tengah berjalan, se-konyong2 kuda itu jatuh tersungkur karena kedua kaki
depannya tertekuk dengan sendirinya. Penunggangnya yang terdiri dari dua orang turut
terjatuh pula. Terang bahwa kedua orang itu tengah melakukan suatu perjalanan jauh
yang sangat meletihkan karena setelah jatuh itu, mereka tak dapat segera bangkit
berdiri. Berselang beberapa detik barulah salah seorang merangkak hendak bangun. Ia
seorang yang masih muda. Dia lantas menegur kawannya yang masih rebah itu. Ho
Tong. lekas bangun, jangan kau malas-malasan. Mari kita lanjutkan lagi perjalanan kita
kembali ! Walau mengatakan demikian, anak muda itu tak sanggup bangun berdiri. Sukar dia
melempangkan kakinya untuk dapat berdiri tegak. Ia meringis-ringis menahan sakit dan
akhirnya menarik napas duka. Aduh . . ! keluhnya.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman
1 yoza collection Kawan yang dipanggil Ho Tong itu seorang pemuda juga, bertubuh besar dan gagah.
Ia lantas melompat bangun, tetapi ia terperanjat ketika melihat kawannya berdiri
limbung seperti mau roboh. Sedangkan kuda mereka meringkuk kesakitan, kedua kaki
depannya masih bertekuk lutut..
Kuda ini besar dan kuat namun tak dapat bangun, pikirnya, apa lagi Pek Kong
yang tubuhnya lemah, yang belum pernah melakukan perjalanan jauh ribuan li.. Kita
sudah berjalan tiga hari tiga malam terus menerus, sampai kuda yang kuat pun tak
dapat bertahan . Tiba-tiba ia teringat sesuatu, lantas berkata kepada kawannya. Pek Kong jangan
bingung, mari kita lanjutkan perjalanan kita, kau yang menunggang kuda, aku mengikuti
berjalan kaki di belakang !
Pek Kong menoleh pada kudanya. Ia dapati binatang tunggangannya patah kaki
kanannya. Kuda itu sudah tak dapat dipakai lagi. Maka ia tertawa sedih.
Tolol kau ! katanya Apakah kau tak lihat kaki kuda itu sudah patah" Mari kau
papah aku, kita jalan perlahan-lahan saja.. Didepan ada cahaya api, mari kita menuju
kesana.. Kita cari penginapan dulu untuk bermalam, besok baru kita melanjutkan
perjalanan, aku kuatir penyakitnya paman Houw sudah..
Menyebut paman Houw itu, teringat dan terbayanglah oleh pemuda ini akan
pamannya yang sedang menderita sakit, yang sangat membutuhkan obat. Ia menjadi
bingung dan mengeluarkan air mata.
Nampaknya Ho Tong sangat penurut. Ia bergerak dengan cepat melepaskan
buntalannya dari kuda, lantas digendongnya pemuda itu.
Tunggu dulu ! kata si anak muda.
Lepaskan juga pelananya serta tali kekangnya.
Apa" tegaskan si kawan, heran. Kita membawa bawa juga pelana itu" Tidakkah
bikin berabe saja" Bukan begitu, sahut si anak muda.
Kuda itu letih dan luka, kita harus bebaskan dia supaya dia merdeka mencari
hidupnya sendiri.. Oh begitu! kata Ho Tong melengak.
Dasar kutu buku! Tapi ia menurut, ia melepaskan pelana dan tali kekang kuda itu.
Habis itu ia menggendong si anak muda, untuk dibawa pergi..
Pendekar Yang Berbudi - Halaman
2 yoza collection Dimusim dingin, Ngobwee-kwan beda daripada hari-hari biasa, pada malam hari
penduduknya lebih senang berdiam didalam rumah, tapi di musim dingin mereka justru
berkumpul di tempat minuman, guna menghangatkan tubuh dengan minuman arak.
Demikian malam itu. Penginapan Makmur di timur sudah ramai dengan banyak tamu.
Penginapan itu sekalian rumah makan.
Diwaktu malam yang bersalju dan angin hebat, pintu penginapan ditutup rapat.
Mendadak pintu itu ada yang tolak keras sekali hingga tersentak terbuka dengan
menimbulkan suara keras. Para tamu jadi terperanjat dan heran. Semua segera
menoleh ! Merekapun hening seketika!
Kiranya pintu ditolak oleh seseorang yang muncul diambang pintu sambil
menggendong seorang lain dipunggungnya, orang itu bertubuh besar sedang orang
yang digendongnya seorang anak muda. Begitu orang itu berada di dalam, dia lantas
berteriak meminta kamar, sedang orang yang digendongnya sudah lantas diturunkan.
Pemilik penginapan yang berpaling bersama para temannya menjadi terperanjat
melihat dan mendapatkan orang itu bertubuh tinggi tujuh kaki lebih, pinggangnya lebar,
mukanya hitam legam, alisnya gompyok, matanya gede, dan hidungnya mancung
mulutnya lebar, hingga nampaknya keren sekali. Dan pemuda yang digendongnya,
pakaiannya tidak rapi dan berlepotan darah pula pada kakinya tapi tampak pada
wajahnya sebagai seorang pemuda tampan.
Selamat datang, tuan-tuan ! tuan rumah lantas menyambut dengan hormat dan
manis. Dia memberi hormat. Tapi maafkan aku tak dapat kami menerima pula tuan.
Tempat kami kecil dan sudah penuh semuanya. Harap tuan-tuan cari lain rumah
penginapan saja Ho Tong demikian orang bertubuh besar dan karena itu, menjadi tidak senang.
Kurang ajar! teriaknya. Jikalau kau tidak memberikan kepada kami, awas, akan aku
obrak-abrik penginapan ini! Dan iapun mengangkat kepalanya.
Tuan rumah tertegun. Dia sudah banyak pengalaman namun dia bingung
menghadapi orang yang demikian galak.
Jangan berlaku kasar, Ho Tong! berkata si anak muda yang terus menghadapi tuan
rumah dan berkata sambil bersenyum.
Aku bernama Pek Kong dan ini Sahabatku Ho Tong. Kami tengah melakukan
perjalanan penting, kebetulan ditengah jalan tadi kuda kami roboh patah kakinya, maka
terpaksa kami datang kemari mohon diberi tempat untuk beristirahat satu malam saja.
Sebenarnya kami sudah mencari lain-lain penginapan tetapi tak dapat dari itu kami
Pendekar Yang Berbudi - Halaman
3 yoza collection datang kemari, tahu-tahu penginapanmupun sudah penuh. Itulah sebabnya mengapa
sahabatnya ini menjadi gusar. Aku harap kau maklum.
Sehabis mengatakan demikian, pemuda ini memberi hormat pula lalu dia menarik
tangan kawannya, untuk diajak pergi. Tunggu ! bentak tuan rumah yang mendadak
menjadi bengis. Rupanya dia manusia licin dan licik, takut kepada yang kosen, galak
terhadap yang lemah. Dia mengira Pek Kong dapat digertak. Dia melirik kepada para
tamunya lalu mendekati si anak muda dan berkata kasar. Kau telah merusak pintu
kami, dapatkah itu disudahi dengan kata-kata manismu itu" Kalau semua tamuku
seperti sahabatmu ini, berapa banyak kuharus menyediakan pintu"
Pek Kong melengak. Ia tidak sangka akan terjadi begitu. Habis tuan mau apa"
tanyanya sabar. Kawanmu ini seorang kasar, kau mesti mengekangnya. Tak dapat dia dibiarkan
berbuat seenaknya. Sekarang tak apa, cukup asal dia meminta maaf.
Pek Kong jengah mukanya jadi merah. Ia malu diperlakukan begitu kasar. Ia seorang
jujur dan tahu pihaknya bersalah, maka itu ia tak dapat melawan bicara dan berbantah.
Terpaksa ia bersabar terus. sambil mengedipkan mata pada Ho Tong supaya kawan itu
jangan sembarang bertindak, lalu ia berkata kepada tuan rumah. Kami mengaku salah,
tiada niat kami mencari onar. Sahabatku ini memang kasar, dia telah merusak daun
pintu tuan dengan ini aku mewakili dia memohon maaf padamu.
Kembali si anak muda memberi hormat. Ia meminta maaf karena ia tahu
sahabatnya yang tabiatnya keras takkan sudi berbuat begitu.
Di luar dugaan, tuan rumah menjadi galak, sebab dia beranggapan pemuda itu
pengecut. Sedangkan Ho Tong berdiri diam saja. Seraya tertawa menghina dia kata.
Tak kusangka kau akan melindungi sahabatmu! Tidak, aku tidak mau mengerti. Aku
minta para tamu suka jadi saksi. Dihadapanku, Tiauw Sam tak dapat orang menggoyang
lidah seenaknya saja. Mendengar kata-kata tuan rumah itu yang menyebut dirinya Tiauw Sam ramailah
ruang rumah makan itu. Diantara tamu-tamu yang datang tertawa lebar. Tapi ada pula
yang berdiam diri dengan hati tak puas.
Tiauw Sam melirik pula kepada para tetamunya. Dilihatnya banyak sekali yang
berpihak kepadanya. Hatinya menjadi bertambah besar. Maka dia berkata dingin
galaknya. Aku telah berpengalaman beberapa puluh tahun sudah menjelajahi ketimur
dan barat keselatan dan keutara, tak pernah aku merasa takut! Si hitam itu, mesti
berlutut dan mengangguk-angguk padaku tiga kali menghaturkan maaf dengan begitu
Pendekar Yang Berbudi - Halaman
4 yoza collection aku suka mengakhiri perkara ini! Kalau tidak kalian mesti unjukkan kepandaian mereka
untuk membuatku takluk atau
Tiba tiba Tiauw Sam menghentikan katanya itu karena sekonyong-konyong Ho Tong
lompat dan menerjangnya! Ho Tong tak dapat menahan diri lagi terhadap penghinaan
orang yang bermulut besar dan keterlaluan itu. orang itu sangat menghina dia dan
kawannya! Pemilik rumah makan masih sempat menangkis serangan itu karena ia mengerti
ilmu silat. Cepat pula dia menggeser tubuh kesamping, kaki kiri diajukan selangkah
kedepan berbareng membalikkan tubuh hingga berada dibelakang lawan, darimana dia
membalas menyerang kearah punggung Iawan.
Jangan galak bocah" katanya didalam hati. Kau rasai pukulan mematikan dari
Tuan Tiauwmu ini! Satu suara nyaring mengiringi serangan itu tetapi yang roboh
bukanlah Ho tong melainkan si penyerang sendiri. Ia roboh kesisi, tubuhnya menerjang
meja sampai terbalik hingga piring mangkok berikut isinya terbang berhamburan dan
pecah berantakan! Lekas-lekas pemilik rumah makan penginapan itu merayap bangun, mulutnya
mengeluarkan darah. Ia bangkit dan berdiri terpaku saking herannya.
Bertepatan dengan itu tampak empat orang mencelat bangun dari kursinya
masing-masing. Mereka adalah pria dan seorang wanita dengan dandanannya yang
ringkas singkat, usianya rata-rata empat puluh tahun lebih dan romannya buruk sekali!
Mereka itu lantas mengawasi Ho tong. Mereka heran dan menyangka Ho tong pandai
mengekang ilmu kekuatan tenaga Sedangkan romannya ketololHei, bocah bung! kemudian salah satu di antaranya yang didahinya berbekas golok
menegur bengis. Lebih dahulu dia memperdengarkan suara, Hm! terus dia
menambahkan. Kau berani dengan mengacau disini" Lihat. Kongcee Thayswee menghendaki jiwa
anjingmu! Kongcee Thayswee berarti Datuk Badibaja, sebab senjatanya ialah
sepasang senjata bercagak. Meneruskan bentakannya itu dia menyerang dengan
sepasang senjatanya yang tajam runcing.
Ho Tong kaget ketika kedua cagak mengancam kedua dadanya. Sebenarnya ia
tengah berdiam karena kuatir ditegur Pe Kong. Syukur ia tidak kaget dan bingung.
Secara wajar ia menangkis membuat kedua cagak lepas dari tangan lawan mental
menancap dipenglari rumah.
Penyerang itu kaget dan tangannya terasa sakit. Sebenarnya dia adalah satu
diantara Ouw kong Su Sin, si Empat Jelek dari Ouw-kong. Kedua tangannya telah pecah
Pendekar Yang Berbudi - Halaman
5 yoza collection terluka karena tangkisan yang sangat keras. Tapi itu belum semua. Dia tadi menyerang
secara bernapsu sampai dia tak dapat menahan laju tubuhnya. selagi senjatanya lepas
terpental, tubuhnya itu menabrak Ho Tong, maka keduanya jatuh saling tindih. Ho Tong
tertabrak tak berdaya sebab dia sedang tertegun.
Ketiga kawannya Kongcee Thayswee menjadi terkejut dan heran berbareng gusar.
mereka juga kuatir kawan mereka dapat celaka. sambil berseru mereka mengeluarkan
senjatanya. Si wanita berseru penasaran. Ho dungu, kau rupanya sudah makan nyali
harimau maka kau berani main gila terhadap Thian Liong Pang ! Awas ! Kau rasailah
toyanya Ko Jie Nio ! Dengan menyebut Thian Long Pang atau Partai Naga Langit, nona itu hendak
menggertak lawannya. Diapun segera menyerang pinggangnya si anak muda.
Juga dua kawan lainnya maju bersama, menyerang dengan berbareng. Hebatnya,
toya wanita itu berat sekali, Sedangkan penyerangan dilakukan dengan tenaga penuh,
menuruti amarah yang hendak dilampiaskan!
Menyusul toya itu datang, juga cambuknya seorang musuh lainnya.
Ho Tong dapat melihat datangnya serangan tongkat, ia berkelit dengan
membalikkan tubuh terus ia menendang cambuk yang menyambarnya tapi musuh
yang bersenjata cambuk itu lihay setelah senjatanya ditendang, dia segera menyerang
pula sambil berseru, Jangan kau sesalkan aku!
Ho Tong masih bisa mengelak diri, terus ia melompat bangun. Saking gusarnya ia
maju menyerang ketiga musuhnya itu. Ia menerjang sekena-kenanya.
Ketiga si jelek itu menjadi heran dan penasaran. Mereka bertiga tidak dapat segera
merobohkan seorang lawan, yang dari gerak-geriknya saja sudah nyata dia tidak
mengerti ilmu silat. Dia cuma berani dengan tenaganya yang besar dan gesit.
Perkelahian itu mengacaukan ruang makan. Tamu tamu itu repot menyingkir ketepi.
Meja dan kursi pada terbalik, terlanggar dan dijungkirbalikkan.
Pek Kong kuatir dan bingung. Ia mengeluh pada dirinya sendiri. la tidak bisa berbuat
apa-apa karena tidak punya kepandaian. Iapun tidak mencegah kawannya sebab bisa
mencelakakan kawan itu. Disaat kawannya terancam maut, dalam bingungnya ia
berkhayal melihat pamannya sedang sakit dan adiknya perempuan yang bernama
Couw Kun tengah bermandikan air mata.
Tiauw Sam merayap bangun. Lantas dia menyelinap diantara para tamu untuk
menyaksikan perkelahian. Gerakan Ho Tong sangat kacau, ia asal bisa menangkis dan
menyerang. Pendekar Yang Berbudi - Halaman
6 yoza collection Sambil menonton diam-diam Tiauw Sam memperhatikan Pek Kong, lantas timbul
niatnya yang jahat. Dia anggap karena gara-gara si pemuda lemah itu, dia berkelahi
dengan Ho Tong dan roboh mendapat malu. Baik aku bekuk dia untuk dijadikan barang
tanggungan. pikirnya, yang mana lantas dilaksanakan.
Diam-diam dia menghampiri pemuda itu dan sesudah dekat, dari belakang
tangannya mendorong, kakinya mengait ! Tapi diluar dugaan bukan si anak muda yang
terkulai jatuh melainkan sipembokong yang menjerit kesakitan dan tubuhnya terguling
roboh! Dia kaget, kesakitan dan heran, menyusul robohnya itu telinganya mendengar
orang tertawa mengejek. Lekas-lekas si jelek ini memutar tubuh dan mengangkat kepala untuk melihat siapa
orang yang merobohkannya. Ia tidak melihat siapa juga kecuali para penonton yang
matanya asyik diarahkan kemedan perkelahian, maka ia menerkanya mungkin
keserimpet jatuh sendiri.. .
Pengalaman itu membuat si Jelek makin gusar kepada si pemuda lemah, Dia
merangkak bangun dan mengawasi Pek Kong dengan bengis sekali. Mendadak ia
mengangkat kakinya menendang pemuda itu.
Selagi kaki itu terangkat naik, tepat datang sambaran yang membuatnya merasa
sangat sakit dan kaget, seketika dia roboh terjungkal, lalu rebah terlentang, sedangkan
telinganya kembali mendengar tawa ejekan tadi.
Namun kali ini mendengar suara susulan, suara tak tegas dari seorang tua. Bagus
pintoo berhasil menyaksikan Kim Pian Giok Liong yang terkenal gagah ! Maka
Selanjutnya baiklah Ouw Kong Su Siu jangan mempertontonkan kejelekannya lagi
dimuka umum ! Untung Siangkoan tayhiap telah berlaku murah hati. Kalau tidak pastilah
Empat si Jelek bakal menjadi delapan si buruk ! Pintoo telah beruntung bertemu dengan
Siangkoan Tayhiap, sedikitnya ingin pintoo memohon beberapa jurus pelajaran.. .
Pintoo-too artinya imam yang melarat ialah kata-kata aku yang merendah dari


Pendekar Yang Berbudi Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seorang imam untuk membahasakan dirinya. Dengan kata-kata imam disini diartikan
toosu atau toojin penganut Too Kauw Agama Too dari Lao Tze (Loo Cu). Dan tayhiap atau pendekar besar dimaksudkan sebutan pujian seorang gagah.
Begitu terdengar suara si imam, maka keempat si jelek itu serentak menghentikan
keroyokannya terhadap Ho Tong yang terus berdiri disisi pemuda yang lemah yang
juga berdiri terpaku karena heran dan bingung melihat kejadian yang tampak didepan
matanya itu. Pendekar Yang Berbudi - Halaman
7 yoza collection Disebutnya Kim pian Giok liong yang berarti Cambuk Emas Naga Kemala membuat
tertarik perhatiannya para tamu rumah makan itu. Selama beberapa tahun paling
belakang, nama itu sebuah julukan - mendengung dalam dunia Sungai Telaga, baik
diselatan, utara Sungai Besar atau didaerah perbatasan. Sekalipun orang-orang Hek Too
- Jalan Hitam turut memujinya. Ini menyatakan bahwa selain gagah dia juga bijaksana
hingga sepak terjangnya mendatangkan kekaguman khalayak ramai.
Disamping julukannya itu, Kim pian Giok-liong bagaikan naga yang tampak
kepalanya, tidak terlihat ekornya . sangat jarang orang dapat melihat atau
menjumpainya. Maka anehlah ia sekarang muncul dirumah penginapan kecil ditempat
ini justeru ia memainkan atau memberi pelajaran kepada si Empat Jelek dari Ouw kang
itu! Bahkan yang terlebih mengherankan, juga lantas ada orang yang menantangnya
mengadu kepandaian! Semua mata segera ditujukan kesatu arah ialah kearah suara orang yang bicara
dan menantang itu. orang yang menantang itu adalah seorang imam berjubah itu
dengan matanya yang tajam tengah mengawasi seorang muda yang duduk dilain meja
didepannya. Pemuda itu kira-kira berusia duapuluh tujuh tahun, dadanya lebar dan pinggangnya
ceking matanya tajam dan alisnya melengkung, hidungnya mancung. Dialah seorang
pemuda yang tampan dan gagah. Ketika itu dia memegang senjata pentungan disatu
tangan dan tangan lainnya mengangkat cawan arak dibawa kemulutnya. Sehabis
menghirup araknya itu, dia bangkit perlahan-lahan dengan mata tajam memandang si
imam, setelah mana dia tertawa lebar.
Selamat bertemu! Selamat bertemu! serunya gembira. Aku yang muda merasa
sangat berbahagia dapat bertemu dengan Cio Jiam Too ting yang namanya sangat
tersohor dalam Rimba Persilatan ! Maafkan Siangkoan Sun-Siu, yang telah sembrono
memberi pertunjukan kucing mempermainkan tikus. hingga aku jadi mendatangkan
buah tertawaan orang! Mendengar kata-kata kucing mempermainkan tikus itu Tiauw Sam menjadi terkejut
berbareng sadar. Jadinya ia telah dirobohkan tidak karuan oleh sentuhan senjata
pemuda yang tersohor namanya itu!
Cio Jiam Too jin mengawasi si anak muda dengan kumis janggutnya tergetar
sendirinya, ia menjadi terperanjat. Lekas-lekas ia tunduk akan melihat kumis janggutnya
itu. Ia terkejut tanpa berani mengunjukkan kekagetannya kepada umum.
Namanya Auw-yang kiam nama kosong belaka! ia lantas kata sambil memaksakan
Tak berani aku menerima pujianmu yang telah menggunakan
Pendekar Yang Berbudi - Halaman
8 yoza collection ilmu Menyalurkan suara menguntungi kumis , aku berterima kasih sekali perjumpaanku,
tayhiap, mengapa kau tidak mau sekalian memberikan pengajaran "
Sambil berkata begitu, dengan sikap wajah si imam mengurut-urut kumis
janggutnya. Kim Pian Giok Liong agak terkejut tapi lantas saja dia tertawa.
Bagus tootiang! jawabnya (tootiang adalah panggilan seorang imam). Sekarang
telah aku menyaksikan ilmu Kesaktian Menyentil jari tangan dari tootiang. Sungguh,
itulah ilmu yang hebat sekali. Apapula itu ditambah dengan ilmu menggerakkan Kumis,
Memecahkan Benda Keras! Dengan sesungguhnya, sudah sekian lama aku yang rendah
mengharap-harap, oleh karena itu jikalau tootiang sudi mengajarkan aku, baiklah
sebentar kita bertemu pula dijalan didepan sana! Ia hening sejenak, lantas ia
menambahkan. Perihal tempatnya, silahkan tootiang yang tunjukkan.
Baru sekarang orang ketahui bahwa kedua orang itu secara diam-diam sudah
lantas saja mengadu kepandaian sambil bicara dan tertawa. Karenanya tak ada
seorangpun juga yang tahu siapa yang terlebih liehay.
Auwyang Kian tertawa pula dan berkata. Kepandaian tayhiap yaitu ilmu
menaklukkan iblis. Baiklah, suka pintoo menerima petunjukmu, sebentar kita bertemu
pula ditengah jalan! Lalu dia menunjuk kepada si Empat Jelek, untuk meneruskan
berkata kepada lawannya. Urusan mereka nanti pintoo yang bereskan. Karena guru
taihiap, Thyiong Thian Auwcu Kat Hiong Hui telah pintoo kenal baik, dia tentu takkan
keberatan dengan keputusanku ini!
Siangkoan Sun Sui tertawa. Jawabnya. Asal tootiang memutuskan secara adil, itu
sudah cukup, tidak nanti guruku memikir untuk menegurnya.
Auwyang Kian ketahui betul maksud kata-kata lawannya yang mengancam secara
halus. Ia berkata pula, jumawa. Seumurku asal pintoo melakukan sesuatu, tak perlu
pintoo meminta pengertian dari orang luar! Lalu ia meneruskan kepada si Empat Jelek.
Nah, hari ini kalian telah berbuat usil hingga kalian mirip anjing yang menangkap
tikus. Kalian telah dihina! Mengenai itu, kalian harus sesali kepandaianmu yang tak
sempurna. Sebenarnya kalian harus merasa malu sekali! Bukankah kalian mengerti
silat" Bahkan berempat kalian tak sanggup menjatuhkan seorang anak dungu! Dengan
begitu kalian sudah menjebloskan muka gurumu kedalam kakus. Masih kalian tak mau
menggelinding pergi" Apakah kalian hendak menerima bagian terlebih jauh"
Mendengar dan menyaksikan begitu diam-diam Siangkoan Sun Siu mengangguk
dan bersenyum. Katanya didalam hati. Nyata imam ini bertindak dengan wajar, dia
bukannya seorang sesat! Pendekar Yang Berbudi - Halaman
9 yoza collection Yang tidak puas adalah si Empat Jelek. Tapi mereka jeri terhadap imam itu, yang
mereka tahu wataknya, terpaksa mereka membungkam mulut, mereka insaf bahwa
mereka akan merasai perlakuan yang tidak enak apabila mereka berbantah atau
membangkang. Merekapun mungkin akan dihajar Siangkoan Sun Siu pula apabila
mengotot. Maka akhirnya mereka lantas mengangkat kaki dengan hati mendongkol.
Setelah Ouwkong Su Siu berlalu, Cie Jiam.Toojin mengawasi Tiauw Sam si pemilik
penginapan, dengan tertawa dingin dia kata. Konon didalam dunia Rimba hijau ada
orang yang berjuluk Kiauw Tiauw Niauw si Burung kepala sembilan, seratus lidah
berkaki kelinci ternyata orang itu kaulah adanya tuan! Kau tentu memikir bahwa
mulutmu dapat membuat mega terbalik dan awan membujur, tak dinyana hari ini kau
justru roboh berulangkalil Tak suka pintoo banyak bicara, itu cuma-cuma akan
menambah kutukan saja, kaupun tak berharga untuk kudamprat! Karena hari ini aku
telah menerima ajaran baiklah urusan akan kusudahi, tapi ingat, bila kelak kau berbuat
pula kejahatan semacam ini, awas takkan aku membiarkannya!
Seketika matanya si imam nampak bersinar sangat bengis mengawasi Tiauw Sam
setelah mana dia bertanya nyaring. Kau mengaku salah atau tidak"
Pemilik penginapan itu takut bukan kepalang, mukanya menjadi pucat. Lekas-lekas
dia bertekuk lutut dan memberi hormat sambil berkata. Aku tidak berani.
Bagus ! kata si imam. Sekarang serahkanlah kamar si Empat Jelek dari Ouwkong
kepada anak muda itu serta kawannya !
Baik, kami akan menyerahkannya, sahut Tiauw Sam masih ketakutan. Selanjutnya..
Jangan banyak mulut ! Siangkoan Sun Siu membentak. Seterusnya kau berani
berbuat apa lagi" Kembali Tiauw Sam kaget dan mengkerat. Ya, ya.. . sahutnya sembarangan saking
bingungnya, terus dia membungkam.
Dengan sikap memandang hina, Siangkoan Sun Siu mengawasi manusia rendah itu,
lalu dia menoleh kepada Pek Kong. Ketika itu si anak muda diam saja, matanyapun
diam tak bergerak tak bersinar.
Heran, kenapakah anak muda ini " kata Sun Siu didalam hati. Ia mengira orang
lupa kepada dirinya. Maka lekas2 ia menepuk jalan darah pemuda itu, yang
menyebabkan si anak muda mendadak memuntahkan segumpal darah mati.
Jangan bicara saudara! Sun Siu berkata cepat untuk mencegahnya, Kau mendapat
serangan penyakit jantung, walaupun kau sekarang telah sadar, namun kau perlu
beristirahat. Selanjutnya kau jangan bingung, segala urusan disini, akan dibereskan oleh
Pendekar Yang Berbudi - Halaman
10 yoza collection Auwyang Tootiang. Pergilah kau turut tuan rumah kedalam, untuk beristirahat didalam
kamar. Pek Kong mengangguk. Belum dapat ia membuka mulut berbicara. Siangkoan Sun
Siu menunjuk pada Ho Tong, yang sedang tidur mendekur. Katanya, Saudara ini jujur
dan baik hatinya, hanya sayang ia bagaikan batu kemala yang belum digosok atau
diukir. Dunia sungai telaga banyak gelombangnya, jangan saudara sembrono, karena
itu, andaikata saudara sudah tak memerlukan sesuatu lagi baik kalian berdua berdiam
saja didalam rumah. Pek Kong menjura kepada penolongnya itu. Terima kasih! ucapnya, sebenarnya
kami melakukan perjalanan jauh ini untuk mencari obat guna menolong pamanku,
paman Hauw yang tengah menderita sakit berat. Apakah aku akan berhasil atau tidak
itu bergantung kepada nasib, aku hanya hendak menunaikan tugasku. Aku tahu bahwa
kami akan menghadapi bahaya. Tetapi kami terpaksa.
Pek Kong masih mau bicara terus tetapi Siangkoan Sun Siu mengulapkan tangan
mencegahnya. Jangan banyak bicara saudara! katanya. Ia terus menoleh kepada Cie
Jiam Too jin, seraya tertawa dan berkata. Too tiang mari kita pergi!
Pek Kong cuma melihat dua sosok tubuh berkelebat lantas dua orang itu sudah tak
tampak dipandangan matanya, ia tertegun dibuatnya! Ia sadar setelah telinganya
mendengar dengkurnya Ho Tong yang tidur dengan kepala diletakkan diatas meja.
Ketika itu suasana rumah penginapan telah kembali tenang seperti sedia kala. Kursi
meja telah diatur pula dan para tamu sudah duduk kembali seperti semula. Pek Kong
meraba tubuh kawannya dan digoyang2 dibangunkan.
Ho tong mendusin bagaikan habis bermimpi. Eh, oh, mengapa kita berada diatas
perahu" tanyanya. Ia menyangka tubuhnya bergoyang-goyang sebab goncangan
perahu. Mendengar itu, Ger! orang pada tertawa. Mau atau tidak, Pek Kong pun turut
tertawa. Kawannya itu sangat dungu! Dengan terpaksa dengan sabar, ia tuturkan
duduknya kejadian. Masih Ho tong belum sadar seluruhnya ia memegangi kepalanya mendadak dia
mencelat bangun. Eh, kemana perginya mereka itu" tanyanya Mereka telah menghajar
aku, tapi aku belum membalasnya. Aku penasaran! aku mesti cari mereka untuk
menghajarnya! Lagi-lagi Pek Kong tertawa hanya kali ini bercampur mendongkol! Apa lagi yang
mau dihajar" katanya. Mari kita tidur supaya besok kita bisa melanjutkan perjalanan
kita! Pendekar Yang Berbudi - Halaman
11 yoza collection Segera setelah berkata demikian Pek Kong berpaling kepada Tiauw Sam. Didalam
hati dia masih jeri terhadap tuan rumah yang galak itu.
Sebenarnya hatinya Tiauw Sam masih panas dan penasaran. Dia memikir hendak
mengganggu kedua tamunya itu tapi dia segera ingat ancamannya Cie Jiam Tojin dan
Siangkoan Sun siu. Diapun bersangsi mendengarkan kata-kata Ho tong itu akhirnya dia
tertawa dengan wajah manis, dibuat2 dia memberi hormat kepada tamunya itu seraya
berkata, Tuan2 maafkan atas kesalahan tadi.
Sudahlah jangan sebut-sebut soal itu pula, urusan toh sudah dibereskan, berkata
Pek Kong. Ho tong tertawa. Ia merasa puas bahwa orang itu telah mengaku salah.
Cukup asal selanjutnya kau berlaku baik, Katanya.
Terima kasih, kata Tiauw Sam, yang lantas memanggil pelayannya. Lekas sediakan
sebuah kamar untuk kedua tuan ini.
Pelayan yang dipanggil datang dengan segera, Kamar yang mana, tuan "
Kamar yang mana" ulang majikan itu, matanya melotot. Buat apa kau tanya-tanya
lagi " Habis itu, lekas sajikan satu meja perjamuan serta dua poci arak nomor satu, juga
air teh! Kau mesti terus melayani hingga selesai ! Awas, jangan kau main gila nanti
kuhajar patah kakimu. Itulah suatu perintah sempurna. Pek Kong yang polos menjadi kurang enak hati.
Tak usah repot-repot, tuan, katanya. Untuk kami sudah cukup dengan sehelai tikar,
sedikit santapan dan beberapa cangkir teh..
Tiauw Sam tertawa. Tak sedap suaranya itu. Tidak apa tuan, katanya, Kami sekedar
melakukan tugas. Kalau aku tidak terluka, aku sendiri yang akan melayani kalian.
Memang tuan rumah itu terluka lengannya, ia menjura dan mengundurkan diri.
"Tuan-tuan, mari turut saya! ajaknya si pelayan setelah majikannya itu berlalu, ia
mendahului jalan pergi. Pek Kong berdua Ho Tong mengikuti pelayan masuk kedalam. Ada sebuah halaman
terbuka ditanami beberapa rupa pohon. Tempat yang menyenangkan. Mereka dipimpin
masuk kesebuah kamar disebelah barat. Setelah menyediakan teh, pelayan itu
mengundurkan diri. Karena sangat lelahnya, Pek Kong lantas saja menjatuhkan diri diatas pembaringan
untuk beristirahat. Pendekar Yang Berbudi - Halaman
12 yoza collection Hong Tong tertawa dan katanya. Kalau kau tidur, apabila nanti orang membawakan
barang makanan akan kumakan seorang diri !
Pemuda itu hanya tersenyum. terus ia memejamkan matanya. Si dungu juga
tersenyum. Walaupun demikian ia toh berkata didalam hati. Anak tolol ini tentulah ingat
kepada paman Houwnya dan adik Couw Kun nya . . . . Dia berpikir terlalu banyak. pantas
ia berduka Tak lama pelayan tadi muncul lagi. Kini dia datang dengan seorang kawannya yang
membawa nampan berisi makanan. Mereka menyajikannya diatas meja. lantas ia
mengundurkan diri pula. Eh. Eh. Kau mau dahar atau tidak tegurnya kepada Pek Kong yang dilihatnya masih
rebah. Pek Kong bangkit, ia nampak lesu. Daharlah kau lebih dulu katanya sambil
menghela napas. Apakah kau tidak mau dahar" Hidangan ini lezat-lezat ! mendadak si dungu diam.
Agaknya dia berpikir. Dikala dia berkata pula. nadanya menyesal. aku tahu kini Kau
tentu tak senang aku berkelahi pula Sekonyong2 dia terhenti. lantas menambahkan
Tetapi tanpa berkelahi kita tak akan mendapat hidangan selezat ini .
Mau atau tidak, Pek Kong tersenyum, Kawannya tampak lesu Sudah jangan bicara
saja! katanya. Lekas dahar lalu tidur ! Besok kita mau pergi berangkat pagi !
Ah. tidak ! kata si dungu. Kalau kau tidak makan aku juga tak akan makan-! \
Akhirnya si anak muda tertawa. Baiklah aku makan katanya tertawa.
Ho tong diam. Dengan sumpitnya ia menjepit haysom dibawa ke mulutnya terus
dikunyah. Pek Kong berpikir. Tahukah kau pemuda gagah tadi " tanyanya. Ia ingat Siangkoan
siu. Dialah Kim Piau Giok Liong jawab sidungu nyaring. Ia gembira sebab masih ingat
nama orang itu. Sebaiknya si anak muda yang pintar tak lupa nama itu.
Kim piauw giok Liong Pek Kong mengulangi seperti pada dirinya sendiri. Suatu
nama atau sebenarnya suatu gelar juga ia belum pernah dengar. Benarkah ia demikian
lihay ilmu silatnya"
Ho tong mengawasi orang yang tengah berdiam bagaikan patung itu.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman
13 yoza collection Kau menyaksikan ilmu silat orang itu" Tegurnya. Bukankah paman Houw pernah
mengatakan bahwa ada orang yang pandai menyerang dengan anginnya saja, menotok
jalan darah musuh melumpuhkannya atau membebaskannya" Mustahil kau belum
pernah mendengarnya . Pernah aku mendengar bahwa kata orang yang paling perkasa dijaman ini ialah
Hong Hweeshio si pendeta edan, Cu Hang Taysu serta Tong Thian Tok Liong si naga
berbisa menembus langit yang menjadi ketua Thian Liong Pang, partai Naga Langit.. . .
Hanya apa " Kenapa kau tidak bicara terus"
Pek kong menghela napas Aku merasa aneh melihat sikap paman Houw, paman
banyak kenal orang Rimba Persilatan, ilmu silatnya juga cukup baik, kenapa tidak
ajarkan kita ilmu silat" Sekarang kasihan paman yang penyakitnya sangat parah,
berapa tabib tak dapat menyebutkan apa penyakitnya itu sampai datangnya Liauw
Kong Siansu dari gunung Ngo Tay san yang mengatakan dia terkena racun ganas,
hingga, kita diperintahkan pergi mencari obatnya yaitu buah pee bwee yang mujarab.
Pee bwee adalah buah zahib putih.
Itu benar ! Ho Tong berseru Besok kita pergi ke puncak Pee Bwee Hong untuk
memetik buah pee bwee itu .
Pek kong tersenyum melihat kawannya demikian gembira dan bersemangat seperti
juga buah itu terdapat dalam kebunnya sendiri, tinggal petik saja
Eh apakah yang kau maksudkan paman Houw buah zahib yang biasa saja" katanya
tertawa.

Pendekar Yang Berbudi Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Habis" Buah zahib toh tetap buah zahib!
Mau tidak mau. Pek Kong mesti memberikan keterangan. Katanya, Pee bwee itu
bukan buah zahib biasa terdapat ditempat umum. Itulah buah yang semenjak Ahala
Tong dipindahkan ke Longlam. Itulah Jenis pee bwee yang berbuahnya seribu tahun
cuma sekali serta buahnya cuma satu ataun dua biji. Tempat berbunga dan berbuahnya
sangat pendek, dan asal bunganya masak buahnya lantas rontok jauh keatas salju terus
lumer hilang menjadi satu dengan salju. Maka untuk mendapatkan buah itu tentu harus
tepat disaat rontoknya, tak boleh mendahului atau terlambat tidaklah semudah apa
yang kau kehendaki! Sehabis memberikan penjelasan itu, tiba-tiba saja si anak muda menjadi sedih. Guna
menolong pamannya ia menempuh perjalanan jauh ribuan lie. semula ia tidak
memikirkan kesulitannya. kini setelah bercerita barulah sendirinya ia dapat merasakan
betapa sukarnya untuk mendapatkan buah yang dimaksud itu.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman
14 yoza collection Ho Tong juga berduka. hingga dia berdiam lama, lalu mendadak dia menepuk
kepalanya. Ada! ia berseru kemudian. Ada harapan ! Bukankah bapak pendeta Liauw Khong
mengatakan bahwa aku walaupun tolol namun rejekiku basar " Benar ada kalanya aku
membuat urusan menjadi kacau. tetapi sebaliknya urusan kacau bisa menjadi beres!
pekerjaan ini benar sulit tampaknya tapi apa salahnya dikerjakan. siapa tahu akan
menjadi mudah ! Pek kong memperhatikan raut bentuk muka kawannya itu. Ho Tong memiliki alis
tebal dan 2 mata bundar besar dahi besar. Dia nampaknya bengis. Akan tetapi,
hidungnya bangir, tulang pipinya monjol. mulutnya bersegi dan lebar semua itu
pertanda orang yang rejekinya besar.
Maka itu, mengawasi kawannya itu. Pek Kong berpikir. Kata-katanya bapak pendeta
Liauw Kong beralasan juga mungkin benar, untuk berusaha mendapatkan buah peebwee itu, Ho Tong adalah orang yang akan mendapatkannya. Baiklah aku tak usah
pikirkan lagi urusan itu terserah bagaimana nanti.. . . . .
Kini baru Pek Kong merasa lapar dan mau makan. Tiba-tiba berbareng dengan itu
mendadak Ho Tong menjerit. Celaka! dan terus roboh tak sadarkan diri dengan biji
mata keatas! Bukan main kagetnya si anak muda. Ho Tong! Ho tong! serunya.
Kau kenapakah" Ia tidak jadi dahar, ia lemparkan sumpitnya dan menubruk sang
kawan. Lagi-lagi ia memanggil-manggil dan menggoyang-goyangkan tubuh kawannya
itu. Ah kenapakah dia" tanya 'Pek Kong kepada diri sendiri. Ia bingung sekali.
Saudara ho! Saudara ho! Bangun! Bangun ! ia memanggil pula.
Tepat waktu itu terdengar suara nyaring-bengis. Masih kalian tidak mau masuk!
Mau tunggu apalagi" Lalu munculah beberapa orang yang romannya bengis dengan tangan mencekal
golok, toya dan tambang!. Orang yang menjadi kepala ialah Tiauw Sam si pemilik
penginapan atau rumah makan! Dia memperlihatkan senyum iblis dan tawa dingin.
saja" Tadi kalian makan santapan yang lezat, sekarang kalian boleh rasakan bakmie
toya dan daging ayam Bukan main Tiauw Sam girang dan puas terus dia menunjuk kepada tamunya itu
seraya memerintahkan orang-orangnya, Lekas ringkus mereka .
Pendekar Yang Berbudi - Halaman
15 yoza collection Tak kepalang takutnya Pek Kong. Celakanya ia tidak mengerti ilmu silat sama sekali
dan Ho Tong telah rebah laksana mayat. Tapi sekalipun tidak berdaya, ia tidak sudi
menyerah mentah-mentah. Wajar saja ia menyambar poci arak dengan mana ia timpuk
tuan rumah yang jahat itu.
Tiauw Sam tahu. anak muda itu tidak mengerti silat dan menganggapnya sebagai
kambing potong. Maka tidak menyangka orang itu demikian berani dan sudah
menimpuknya. Tak terelakkan lagi cepat kepalanya terkena poci arak itu.
Aduh! dia menjerit. Tepatlah kejadian itu seperti perahu karam dalam selokan. Darahpun bercucuran
dari hidungnya si tuan rumah. Sebab poci arak itu beratnya hampir setengah kati!
Kurang ajar! dia berteriak memaki.
Binatang kumampuskan kau Menyusul suara bengis itu dari jendela terdengar suara nyaring merdu diikuti katakata. Jangan terlalu bengis sahabat! Sudah lama nonamu menonton gerak-gerikmu ini!
Kau dapat mengelabui Siangkoan si bocah dan Auwyang si imam bangkotan tetapi tak
nanti kau dapat bermain gila didepannya Kiu Bwe Ho Ouw Yam Nio!- Hayo apa kau
masih tidak mau segera sadarkan pemuda yang kau pikir lupa daratan dengan obat
bong-ham yoh mu itu"
Betapa terkejutnya Tiauw Sam, ia menengok kearah jendela dari mana suara itu
berasal. Tampak seorang puteri tegak di luar jendela.
Ia seorang wanita muda cantik yang pakaiannya serba merah rambutnya di gulung
dimana ditancapkan serupa perhiasan yang merupakan seekor rase terbuat dari
kemala merah yang diantaranya sinar api, warna merah memantul berkilauan.
Pek Kong tidak kenal Kiu Bwe Ho Ouw Yam Nio, si rase berekor sembilan yang
menjadikan anggota dari Partai Naga Langit yaitu ketua seksi Leng Ho Tan Ruang
Ruang Rase Sakti. Ouw Yam Nio tertawa dingin melihat perintahnya tidak dihiraukan. Hei tuan Tiaw
Sam! tegurnya apakah kau ingin bertindak baharu kau mau melakukan perintahku ini"
Nona ini bisa menunjukkan roman welas asih sebagai yang mulia Koan Im Pousat
tetapi hatinya luar biasa kejam bagaikan kala berbisa maka ancamannya itu membuat
Tiauw Sam takut sampai semangatnya terbang. Dengan gugup ia berkata. Maaf, tuanku
aku segera melaksanakan kehendak tancu . .
Pendekar Yang Berbudi - Halaman
16 yoza collection Lalu dari sakunya dia mengeluarkan dua butir obat pulung yang segera dijejalkan
kedalam mulutnya Ho Tong, sedang orangnya diperintah mencekokan air kepada
korbannya itu. Walaupun dia takut dan telah menurut perintah tapi setelah melakukan itu tiba-tiba
dengan bersemangat dia berkata kepada si Rase Berekor Sembilan, Peristiwa hari ini
pasti tancu melihatnya dengan mata kepala sendiri. Jikalau bukannya bocah ini bicara
tak pantas, tidak nanti aku berani ganggu dia. Ia pun sudah melukai beberapa orangku,
bahkan telah membuat malu kepada Ouwkong Su Kiat! Aku bukannya anggota dari
partai tancu tapi aku penasaran karenanya maka itu, aku berniat membalaskan sakit
hati mereka untuk memulihkan nama baik partai Thian Liong Pang!
Namun segera juga Tiauw Sam menjadi kuatir sendirinya. Ia insaf bahwa katakatanya itu kurang pantas didengar oleh Ouw Yam Nio sehingga ia kuatir sekali nona
itu menjadi tidak senang dan gusar. Maka diam-diam ia melirik si nona. Sesudah melihat
wajah nona itu, hatinya lega juga sedikit.
Ouw Yan Nio nampak bersenyum berseri seri . .
Tiauw Sam berbesar hari dan melanjutkan kata-katanya. Sebenarnya mudah saja
bagiku untuk membekuk kedua bocah ini tetapi sayang aku dirintangi oleh Kim Pian
Giok Liong, yang secara menantang campur tangan dalam usahaku itu, lebih-lebih Cie
Jiam Si imam tua bangka yang sombong itu! Dia sama sekali tidak peduli kepada Thian
Liong Pang, dia sudah memaksa Ouwkong Su Kiat segera mengangkat kaki! Bukan main
kesal hatiku, maka juga .
Maka juga kau hendak membalaskan sakit-hati dengan cara rendah dan hina
seperti ini! si nona menambahkan sambil tertawa-tawa. Nona itu sudah tidak
memperdulikan orang she Tiauw itu mengangkat-angkat si Empat Jelek. Dia bukannya
menyebut Ouwkong Sun Siu si Empat Jelek dari Ouwkong tetapi Ouwkong Su Kiat si
Empat Perkasa dari Ouwkong.
Dengan sebenarnya, tancu, memang demikian niatku . - Tiauw San mengakui.
Kiu Bwee Ho berhenti tertawa manis; sebaliknya kini sepasang matanya bersinar
tajam bengis. Hm! ia perdengarkan suara dihidung. Kepala tikus! Kau berani main lagi
dihadapanku! Bagaimana kau berani mencoba-coba akal jahatmu terhadap lain orang"
Mana dapat kau menyerambikan semua orang partai Naga Langit" jikalau bukannya
sedang mempunyai urusan penting, tak nanti aku membiarkan kepada Siangkoan Sun
Sia dan Auwyang Kian! Pendekar Yang Berbudi - Halaman
17 yoza collection Si nona berhenti sebentar. Ia melirik kepada Ho Tong dan Pek kong. Cepat sekali, ia
berpaling pula pada Tiauw Sam. Sekarang apakah pikirmu pula terhadap mereka
berdua itu" demikian tanyanya.
Aku si tua melainkan akan mendengar keputusan tancu, sahut pemilik penginapan
itu. Si nona tertawa pula, manis. Dasar mata tikusmu tidak melek. katanya nyaring.
Bagus kau suka mendengar keputusanku! Tapi aku bukan seperti si imam tua Auwyang
cuma melihat kedepan tidak mengingat ke belakang! Kau dengar sekarang! kalau lagi
satu kali kau berani langgar sehelai rambutnya kedua orang itu maka aku jamin bahwa
kau bakal mati tak keruan!
Tiauw Sam mengangguk berulang-ulang seraya mengatakan berkali-kali. Aku tahu,
aku tahu. Nampaknya dia hendak bicara lebih jauh tetapi si-nona memotongnya:
Masih kau tidak mau pergi!
Sempat si-licik melirik nona itu. Ia melihat senyuman atau tawanya lenyap dari
wajahnya, maka lekas-lekas ia mengiyakan, terus ia ajak orang-orangnya
mengundurkan diri. Ouw Yam Nio mengawasi sampai orang itu tak tampak, baru dia melangkah masuk
kedalam kamar. Ho Tong baru saja sadar dari pingsannya disebabkan bekerjanya obat bius Bong
Ham Yoh, maka itu ia tidak tahu bahwa ia sudah diracuni dan sekarang telah disadarkan
dengan obat pemunah racun. Ia cuma heran menyaksikan nona yang tidak dikenal itu,
yang berpakaian merah, telah menegur dan mengusir Tiauw Sam. Ia merasa tidak puas
terhadap sepak terjang nona itu. Waktu ia menoleh Pek kong dan menyaksikan si anak
muda mengawasi Tiauw Sam dengan roman mendongkol atau gusar, semakin bingung.
Benar benar ia berada dalam kegelapan ia tak mengerti apa persoalannya.
Pek Kong sebaliknya. Ia sangat benci terhadap Tiauw Sam. Dua kali sudah ia hendak
dicelakakan, karenanya ia sangat bersyukur terhadap nona penolongnya. Tapi
disamping itu ia ragu-ragu. Ia melihat nona itu centil atau terlalu sembarangan, terlalu
merdeka. Tapi dasar ia seorang pemuda terpelajar tak berani ia berlaku sembarangan.
Lekas-lekas ia memberi hormat, merapatkan kedua belah tangannya. Terima kasih,
nona, katanya halus. Budi nona besar bagaikan nona telah menghidupkan kembali jiwa
kami! Selama aku masih hidup, takkan kulupakan budimu yang sangat besar ini.
Mendengar kata-kata pemuda itu, Nona Ouw tertawa geli. Jangan sungkan, saudara
muda! katanya, tertawa. Adalah biasa bagiku kapan aku menyaksikan perbuatan yang
tidak pantas dan tidak adil, aku segera memberikan bantuan atau pertolonganku.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman
18 yoza collection Didalam kalangan Sungai Telaga, itu sudah umum. Jadi tak usah kau menghaturkan
terima kasih. sebaliknya, aku pun hendak memohon kau maklum. Tapi Ouwkong Su Kiat,
yang menjadi orang partaiku, sudah berbuat salah terhadap kalian. Lagi-lagi si nona
tertawa manis sekali sedang matanya yang indah bersinar menggiurkan memandangi
anak muda itu. Pek Kong dengan sendirinya, mukanya menjadi merah. Nonalah yang sungkan . katanya memaksakan diri.
Ho Tong sebaliknya tak puas terhadap gerak-geriknya pemudi yang centil itu. He,
perempuan genit, tegurnya, Kenapa kau mengawasi orang laki-laki seperti caramu ini"
Hus, membentak Pek Kong, Lekas . jangan kau kurang ajar! Kau tak tahu bahwa
Nona Ouw Yam Nio inilah menjadi penolong kita berdua!
Yam Nio telah memuaskan pandangan matanya sampai dia tak sadar sesudah ia
mendengar kata-kata si anak muda. Tentu sekali tak senang ia ditegur secara sembrono
itu, hingga alisnya bangun berdiri. Namun karena suaranya si anak muda ia dapat lekas
mengendalikan diri. Cepat sekali ia sudah bisa tertawa pula. Jangan kau tegur dia
saudara Pek, katanya, manis. Dengan memandang kepadamu aku Ouw Yam Nio tidak
nanti aku melayani berurusan dengan dia! Duduklah, aku masih hendak bicara padamu!
Berkata begitu nona ini mendahului menghampiri kursi disisi meja untuk terus
duduk tanpa dipersilakan lagi.
Berdua mereka berada berdekatan, muda dan mudi maka tanpa merasa hidungnya
si pemuda dapat mencium bau istimewa yang keluar dari tubuhnya si pemudi
sendirinya Pek Kong goncang.
Segera terdengar pula tawa manis Nona Ouw yang terus berkata-kata merdu.
Sudah belasan tahun lamanya Ouw Yam Nio merasa hatinya kesepian maka itu
saudara kecilku dengan melihat aku berusia lebih tua sedikit dari padamu silakan kau
memanggil kakak padaku, supaya akupun dapat memanggil adik padamu! Setujukah"
Didalam hati Pek Kong terkejut. Hal itu tak diduganya. Kembali muncul rasa jemunya.
Ia tak menyukai kecantikannya nona itu. Perempuan cabul! cacinya dalam hati.
Tetapi ia tetap tidak berani menunjukkan sikap keras saja. ia tetap ingat budi besar
si nona. Maka ia mencoba menguasai dirinya. Dengan rendah hati ia berkata. Nona
adalah ketua dari sebuah partai besar kaum persilatan aku sebaliknya hanyalah
seorang pelajar yang melarat mana aku berani sembarangan mengangkat diriku! Tak
berani aku menjadi adikmu, nona!
Ouw Yam Nio mengangkat pundak ia tertawa terkekeh.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman
19 yoza collection Oh, adikku, adik! katanya menggairahkan; jadi sekali kali kau mengangkat angkat
aku, kakakmu ini! Mnng kin didepan orang lain aku berani mengangkat diri tetapi tidak
didepanmu, dik! Nah, beginilah kita mengambil ketetapan!
Nona itu hening sejenak. Adik! katanya kemudian, Adik, hendak aku bertanya
kepadamu. Kalau bilang bahwa kau telah melakukan perjalanan seribu lie sampai ke
Ngobwee koan ini sebenarnya untuk apakah itu" Coba kau jelaskan padaku .
Pek Kong merasakan kepalanya pusing. Hebat nona itu. Dia langsung menyebut diri
kakak dan memanggilnya adik. Sama sekali ia tidak diberi kesempatan untuk terpikir,
Maka kesannya ialah bahwa ia telah dipaksa dengan cara halus. Tentu sekali didalam
hati ia menjadi tidak senang.
Nona Ouw kau harap tidak main-main, kata-kata dia akhirnya. Aku yang rendah
berhutang budi, sudah selayaknya saja jikalau aku membalas budimu yang besar itu.
Hanya mengenai soal panggilan kita ini, soal menjadi kakak beradik, maafkan aku,
sungguh aku tidak berani menerima! Barusan nona menanyakan tentang maksud
perjalanan kami mungkin tentang itu, nona sudah mengetahuinya, sebab sekian lama
nona secara diam-diam telah menantikan diluar kamar ini. Maksud perjalanan kami
ialah mencari obat buat pamanku yang tengah menderita sakit, sama sekali tiada
maksud lainnya. Ouw Yam Nio heran melihat tawar dari si-anak muda, hal mana ada diluar
dugaannya. Iapun merasa dirinya tinggi, sebab biasanya ia selalu memerintah orang
dan kehendaknya biasa diturut. sebaliknya tak pernah ia memohon kepada lain orang!
Ada lagi satu soal lain bahkan yang terutama, ialah ia sangat bangga dengan
kecantikannya, ia beranggapan bahwa ia menang daripada See Sie, nona cantik di
jaman dahulu. Sedangkan didalam golongan hitam dan putih sudah banyak orang-orang
merasa dirinya gagah berlutut didepannya untuk diterima atau mendapatkan cintanya.
Tapi terhadap mereka itu belum pernah ia mau mengasih hati. Karena belum ada
seorang pemuda jua yang ia penuju. oleh karena itu, walaupun centil, ia adalah seorang
nona yang menjaga dirinya baik baik yang tetap putih bersih! Maka anehnya pemuda
yang lemah itu. Ia malah tak sudi berhubungan sebagai kakak beradik dengannya!
Tidakkah itu membuat hatinya dingin bagaikan es"
Untuk sejenak lenyap tawanya si nona hingga parasnya nampak bersungguhsungguh. Sinar matanyapun dingin sekali. Tapi cuma sejenak; kembali terjadi perubahan
yang sangat cepat. Ini disebabkan ketika ia mengawasi si pemuda sinar mata mereka
bentrok satu dengan yang lain. Mendadak lenyaplah hawa amarahnya. Dan selekasnya
ia bisa menguasai diri, segera tampak pula senyum dan tawanya yang manis.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman
20 yoza collection Jangan merasa sulit Tuan Pek, berkata ia sambil tersenyum. Jikalau kau tidak sudi
bergaul denganku tidak apa, aku tidak akan memaksanya, Ouw Yam Nio menjadi orang
Sungai telaga dia keluar kalangan Rimba Raya, akan tetapi kalau dia menanya dirinya
sendiri, dia merasa bahwa dia tahu juga adat istiadat dapat dia menyayangi dirinya.
Dalmm hal kita berdua yang penting ialah kehendak masing masing itu tak dapat
dipaksakan dan akibatnya ialah hati tidak puas penghidupan jadi tawar. Peristiwa hari
ini adalah hal kebetulan saja aku membantuu, tentang itu mohon sukalah kau jangan
memperhatikannya, jangan kau pikirkan bahwa pada dasarnya tak usah kau
mengaturkan terima kasihmu! Apa yang aku mau minta ialah kalau kelak dibelakang
hari kita berkesempatan bertemu pula, sudi kiranya kau tidak memandang aku sebagai
orang ditengah jalan yang asing
. Berkata-kata begitu si nona merasa hatinya pedih dengan sendirinya. Tanpa
merasa air matanya mengembang bagaikan butir-butir mutiara yang bersinar
Pek Kong keras hati, tapi ia seorang yang berbudi pekerti halus. Mudah ia berkesan
baik, maka itu ia mendengar kata-kata orang yang lemah-lembut dan beralasan itu,
tergeraklah hati nuraninya. Maka itu ia merasa menyesal kepada dirinya yang sudah
mengeluarkan kata-kata getas. Bagaimana sekarang" Kata-katanya itu telah diucapkan.
Demikian Ho Tong. Dia beradat keras, juga jujur dan mulia hatinya. Iapun menyerah


Pendekar Yang Berbudi Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pada budi pekerti yang halus. oleh karena itu, melihat sikap si nona hatinya berubah
pula. Hai, orang perempuan kenapa kau berkecil hati" tegur si dungu, yang tak dapat
berpikir panjang. Apakah sulitnya buat kau minta orang memanggilmu kakak" Kalau
Pek Kong tidak mau memanggil kakak padamu, baiklah, aku Ho Tong dapat
memanggilmu. Kakak! Kakak! Dan si dungu ini memanggil terus menerus hingga
belasan kali! Menyaksikan kelucuan si dungu, mau atau tidak, Ouw Yam Nio tertawa. Disamping
ia merasa sebal akan kedunguan orang itu; ia pun senang dengan kejenakaannya.
Adik. sekarang sudah tak siang lagi, akupun harus berangkat! Dan ia bangkit dari
tempatnya duduk, lantas jalan perlahan-lahan kemuka pintu. Setibanya diambang pintu,
mendadak ia memutar tubuh mengawasi si anak muda she Pek.
Tuan Pek. katanya sambil tertawa sedih dan suaranya bernada duka, bukankah
kalian hendak mencari buah la bwee " Mengenai usahamu baiklah kau ketahui bahwa
disamping kau juga ada banyak orang Rimba persilatan yang mengincarnya, bahwa
diantara mereka itu sudah ada yang berkumpul dipuncak Ngo bwee Nia! Sebenarnya,
setiap orang menghendaki buah mukjizat itu, siapapun berniat merampas untuk
Pendekar Yang Berbudi - Halaman
21 yoza collection mendapatkannya ! Maka itu, jikalau kau tidak peroleh bantuannya orang yang gagah
dan liehay pasti kau tak bakal mendapatkan buah itu! Tapi kau jangan khawatir,
disebelah depan sana kita bakal bertemu pula! Kau percaya, Ouw Yam Nio akan
membantumu sebisa-bisanya! Nah, tuan silahkan kalian beristirahat !
Begitu si nona menutup kata-katanya, begitu Pek Kong melihat satu bayangan yang
berkelebat bagaikan sinar merah terbawa angin begitu lekas juga hilanglah nona Ouw
itu. Ia terkejut. Lantas ia menghela napas lega. Sungguh berbahaya! katanya perlahan.
Jikalau nona itu gusar, apakah masih selamat jiwa kita sekarang"
Ho Tong membelalakkan matanya. Jika aku memiliki kepandaian seperti dia, tak
nanti orang dapat mengeroyok aku! katanya menyesal. Berulangkali kau menyebut
nyebut tentang budi nona itu. Sebenarnya, kebaikan apakah dia telah berbuat terhadap
kita " Pek Kong tahu kawannya masih belum ketahui duduknya persoalan, maka ia
memberi penjelasan. Kau tadi pingsan karena makan obat tidur, katanya. Selagi begitu,
Tiauw Sam dan kawan-kawannya hendak membinasakan kau dan juga aku, syukur si
nona tiba saatnya yang tepat hingga kita jadi tertolong.. .
Jikalau demikian halnya, benar2 ia telah berjasa besar terhadap kita, kata si polos.
Hanya aku heran mengenai obat tidur itu. Kalau benar aku telah memakannya, kenapa
kerjanya demikian lambat hingga masih ada tempo bagiku bicara banyak sekian lama"
Kecurigaan itu benar juga, maka Pek Kong lantas berpikir. Mungkin obat dicampur
didalam arak, katanya kemudian. Kau dengar dengan merdeka, setelah aku menenggak
arak, baru kau roboh tak sadarkan diri . .
Mungkin benar demikian, berkata kawan itu. Aku sudah makan, maka sekarang
giliranmu buat bersantap.
Memang Pek Kong sudah merasa sangat lapar, ia lantas saja menggasak barang
hidangan yang telah disediakan itu. Habis itu mereka berdua beristirahat. Segera juga
sang fajar tiba. Langit mulai bersinar terang. Angin utara bertiup keras mendatangkan
hawa dingin sekali. Gangguan udara itu tak dihiraukan si pemuda she Pek. Ia selalu
ingat pamannya yang sedang menderita sakit berat dan berbahaya serta adik Couw
Kun yang menjaga dan merawat paman itu. Ia ingin lekas mendapatkan buah obat,
guna menolong sang paman, guna melenyapkan kekuatirannya kalau2 si adik Couw
Kun ada yang ganggu . . Pendekar Yang Berbudi - Halaman
22 yoza collection KAN berhasilkah aku mendapatkan buah itu" tanyanya pada dirinya
sendiri. Ouw Yam Nio mengatakan ada banyak orang yang menghendaki
buah itu dan mereka adalah orang-orang Rimba Persilatan yang liehay.
Buah itu buah mujarab dan mujizat, siapakah yang akan beruntung memperolehnya"
Karena pikirannya ini, si anak muda lantas mendesak Ho Tong untuk lekas-lekas
berangkat. Mereka tak usah menanti sampai terang tanah.
Lewat kira-kira dua jam, maka kedua anak muda ini sudah mulai berada dijalan
pegunungan yang berliku-liku, yang sempit dan sukar, hingga kuda mereka tak dapat
jalan bergandeng. Dimana-mana terdapat salju yang putih. Sampai begitu jauh mereka belum melihat
gunung Ngo Bwee Nia, gunung yang sebenarnya mereka belum kenal . .
Kira-kira tengah hari maka Pek Kong berdua telah melalui habis ujung jalan
pegunungan itu. Sekarang dikirinya terdapat sebuah jurang yang sangat dalam dan
disebelah kanannya sekelompok bata yang disebut batu rebung . Di depannya
melintang sebuah kali tanpa jembatan, pinggiran kali demikian tinggi dan curam hingga
sukar menuruni tepiannya.
Menghadapi jalan buntu itu, Pek Kong mengernyitkan alis. Bagaimana sekarang"
katanya masgul. Jalan sudah buntu, bagaimana kita maju terus " Mungkinkah gunung
Ngo Bwee Nia menjadi tanah putus harapan"
Pemuda itu bicara seorang diri atau secara tidak langsung terhadap Ho Tong. Di
situpun tak tampak lain orang! Tetapi segera dia menjadi kaget. Dengan tiba-tiba dari
balik batu rebung terdengar tawa nyaring yang dingin diiringi kata-kata lantang : Hm,
bocah cilik! Benar katamu! Inilah bukit Ngo Bwee Nia bakal menjadi tempat pekuburan
kalian! Tak kepalang kagetnya Pek Kong. Segera dia menoleh ke arah datangnya suara itu.
Tak usah dia menanti lama, maka munculah lima orang dari balik batu yang terus
bergerak cepat ke arahnya. Kembali dia menjadi kaget bukan main. Kali ini disebabkan
dia mengenali empat orang diantaranya, ialah Tiauw Sam dan kawan-kawannya dari
Penginapan Makmur. Orang yang ke lima adalah seorang tua yang bertubuh kurus kecil
tetapi jangkung, panjang kaki dan tangannya, dan mukanya mirip muka si raja geledek .
Sebab pipinya mirip pipi monyet, hidungnya lengkung, matanya celong, dan
punggungnya menggendong dua batang joran pancing!
Pendekar Yang Berbudi - Halaman
23 yoza collection Bapak guru! lalu terdengar suaranya Tiauw Sam, yang memanggil siorang tua,
Dua orang yang galak dan menghina itu adalah mereka ini! Terus dia menuding Pek
Kong berdua! Si orang tua melirik kepada kedua pemuda itu yang masing-masing usianya belum
dua puluh tahun, bahkan yang satu adalah seorang pelajar yang tampaknya lemah. Cua
kawannya si pelajar itu yang tubuhnya besar dan kekar tetapi nampaknya seperti orang
yang tidak pandai silat, bahkan agak tolol! Maka ia menjadi heran. Terus ia mengawasi
Ouwkong Su Siu dan menegur: Bagaimana" Bukankah mereka cuma dua orang bocah
cilik" Apakah kepandaiannya mereka itu" Kenapa kalian berempat tidak mampu
merobohkan dua orang bocah saja" Bukankah itu sangat memalukan" Kalau hal itu
sampai tersiar luas, pasti aku Kim Eng Tocu akan turut kehilangan muka juga! Mana dia
Kim Pian Giok Liong dan si imam tua Cie Jiam" Kalau mereka yang membelai bocah
bocah itu, kenapa sekarang mereka tidak muncul sekalian"
Ouwkong Su Siu pada menundukkan kepala. Mereka merasa sangat malu. Semua
berdiri diam dikiri dan kanan hinggap sekumpulan boneka! Melihat wajah mereka, orang
bisa merasa kasihan terhadapnya.
Sementara itu Pek Kong diam saja. Ia berduka dan kuatir sekali. Tapi ia lebih
menguatiri keselamatan pamannya dan adik Cauw Kun-nya. Ho Tong sebaliknya.
Pemuda ini justeru menjadi sangat gusar. Dia memang benci sekali terhadap Tiauw
Sam dan keras keinginannya menuntut balas. Bukankah dia hampir mampus
ditangannya si pemilik penginapan" Maka dia memandang bengis pada rombongan itu
dan mendampratnya, Kawanan iblis muka jelek! Aku justeru mau cari kalian, kiranya
kalian yang datang mengantarkan jiwa sendiri !! Siapa diantara kalian yang bernyali
besar, mari maju! Jangan hanya pandai main keroyok atau mengandalkan guru!
Si orang kurus adalah Chiang Than Auwcu Kat Hiong Hui si Elang Menyerbu Langit,
guru dari Ouwkong Su Siu. Didalam partai Naga Langit, dialah ketua seksi Kim Eng Tong
ruang Elang Emas. Maka itu dapat dhmengerti betapa tinggi kedudukannya. Sebagai
seorang cabang atas, karena dia dihina oleh seorang dungu, mana dia mau mengerti.
Toh ia masih dapat bersikap sabar, Cuma wajahnya saja yang menjadi muram dan
suram. Dia menoleh kepada murid-muridnya dan membentak: Masih kalian tak hendak
menghajar sidungu" Kongcee Thayswee, si Datuk Kaitan, memperdengarkan suaranya, terus dia maju,
diturut ketiga kawannya. Pek Kong terkejut. Itu berarti bahaya bagi Ho Tong. Taruh kata
kawannya menang, bagaimana nanti dia dapat melawan si jago Kurus Kering itu" Pula
masih belum tahu, berapa jumlahnya konco-konco dari si kurus.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman
24 yoza collection Tahan! ia berseru sambil terus memberi hormat kepada Kat Hiong Hui dan maju
tiga langkah menghampirinya. Hiong Hui mengawasi heran. Menurut penglihatannya
yang tajam, pemuda ini pasti tidak-mengerti ilmu silat satu nol putul. Tentu dia tidak
mempunyai tenaga, taruh kata untuk menyembelih ayam sekalipun.
Kau hendak bicara apa" ia menegur. Ouwkong Su Siu tidak maju terus, mereka
mengawasi sebentar pada si pemuda lemah lalu terus menatap bengis kepada Ho Tong.
Pek Kong menjura pada si jago tua. Bapak yang gagah, suka apalah bapak mendengar
sedikit kata-kataku, katanya dengan hormat. Perihal perkelahian diantar sahabatku dan
murid-murid bapak dirumah penginapan, tak dapat aku mengatakan siapa yang benar
dan siapa yang salah. Ketika peristiwa terjadi, bapak sendiri tidak hadir, akupun tengah
pingsan. Cuma mengenai sahabatku ini hendak aku memberi penjelasan. sahabatku
tidak mengerti ilmu silat, dia cuma bertenaga besar. Perkelahian itu adalah
pengeroyokan, empat mengepung satu orang. Itulah berat sekali, bahkan itu dapat
membuat rugi nama harum dan kegagahan bapak!
Mendengar kata-kata orang Kat Hiong Hui berpikir: Bicaranya bocah ini beralasan.
Maka ia memikir buat menyuruh muridnya berkelahi satu lawan satu. Justru itu ia
mendengar suara lantang dari Ho Tong.
Dalam murkanya, sidogol tak puas menyaksikan sikap lemah dari Pek Kong, maka
dia berkata pada kawannya itu: Pek Kong, minggir kau! Biarkan mereka berlima maju
berbareng! Tak sedap kata-kata itu masuk kedalam telinganya Kat Hong Hui.
Cabang atas itu lantas berubah pula pikirannya. Maka sambil mengibaskan
tangannya, dia berkata pada Pek Kong. Sudah, kau jangan bicara pula! Biarlah mereka
ajar adat pada sidungu itu!
Pek Kong menjadi bingung. Tapi ia tetap kepada keputusannya. Kembali ia menjura
pada si Cabang atas. Harap sabar, bapak, pintanya. Telah aku jelaskan tentang tololnya
kawanku ini, aku minta supaya bapak jangan meladeninya.
Kat Hiong Hui tertawa dingin. Aku justru hendak mengobati kedunguannya itu.
katanya bengis. Ho Tong menjadi semakin tidak puas terhadap kawannya itu. Pek Kong! tegurnya
sengit. Mengapa kau mengemis-ngemis secara demikian merendahkan diri" Kalau
begitu, justru kaulah si tolol! Kali ini kata-kata si dungu ditutup dengan luncuran sebelah
tangannya kemuka Tiauw Sam!
Kongcee Thayswee terkejut. Ia tahu tenaga banteng dari lawan itu, maka ia berkelit
dengan sebat, sambil terus berseru: mengatur diri! Mendengar aba aba itu, ketiga
Pendekar Yang Berbudi - Halaman
25 yoza collection kawannya segera mengepung dari tiga arah, berempat dengan si Datuk Kaitan.
Serempak mereka menyerangnya.
Ho Tong sudah dapat pengalaman, dia sengaja mendahului menerjang, dia
merabuh! Mulanya dia menangkis kekiri terus menolak cambuknya Cie Kwie Pian,
membuat cambuk melibat kaitannya Pok Houw Kongcu, si Kaitan Menyergap Harimau,
sedangkan dengan tangan kanan dia membuat serangannya Ko Jie Nio terpental
kepada orang yang bersenjatakan Giam-lo pit, atau Pit Raja Neraka.
Toyanya go Jie Nio berat, siapa bentrok dengan itu, pasti genggamannya akan lepas
dari cekalan, tetapi Giam lo Pit cerdas, dia lekas-lekas mengelit untuk terus menyambar
kakinya Ho Tong. Ko Jie Nio meneruskan menyerang musuh itu.
Ho Tong menjatuhkan diri, terus dia menendang toyanya si wanita dan kena! Maka
terpentallah toya itu! Giam lo Pit kaget, dia lompat mundur. Kalau tidak, dia bakal kena
tertendang juga sebab Ho Tong menyusuli dengan kaki yang lainnya. Habis itu, Ho Tong
lompat bangun dan menyerang dua orang lawan lainnya yang tengah keheranan sebab
tidak disangka-sangka, dia bisa berkelahi sebat seperti orang yang mengerti silat!
Celaka! berseru Tiauw Sam kaget. Dia lompat mundur sambil menarik kawannya,
Cio Kwie pian si Cambuk Penikam Hantu. Sayang dia terlambat, kakinya si dungu tiba
lebih dahulu. Maka korban tendangan itu, menjerit kesakitan, jeritannya tertahan, darah
menyembur dari mulutnya! Pek Kong melongo, ia heran dan kagum, tidak disangka olehnya Ho Tong dapat
merobohkan seorang musuh dan mendesak mundur tiga yang lainnya. Karena ini ia
jadi berpikir. Kalau murid-muridnya bangpak begini, bagaimana lagi dengan gurunya"
Iapun melirik Hiong Hui. Mukanya ketua Kim Eng Tong menjadi merah padam, Dia malu dan mendongkol
menjadi satu. Sambil berseru bengis dia lompat maju, menghadang diantara Ho Tong
dan murid-muridnya itu, supaya mereka tidak terhajar lebih jauh. Hari ini matanya Kiat
Hong Hui kelilipan, katanya dingin. Kiranya bocah, kau mempunyai ilmu setan. Barusan
kau menggunakan tipu silat Sepasang Bebek mandarin Terbang Bersama dan Roda
suci Berputar Pesat, siapakah yang mengajarkan kau ilmu itu"
Ho Tong mengelak sebab dia dihalangi si orang tua, tetapi ketika ditanya, dia tertawa
terbahak. Memang dia tidak kenal takut. Lantas dia menjawab: Eh, orang tua, matamu
kabur! Aku tak tahu dan tak mengerti ilmu silat yang kau tanyakan itu!
Hiong Hui yang salah paha .menganggap dirinya telah dihina. Wajahnya nampak
suram sekali. Diapun tertawa dingin.
Kau berani menghina aku" tegurnya.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman
26 yoza collection Jangan salahkan aku bertindak keterlaluan!
Lagi-lagi Pek Kong terkejut. Bahaya mengancam Ho Tong. Sahabatnya itu benarbenar tak mengerti ilmu silat. Lawan sebaliknya. lawan itu nampak sangat gesit. Maka
ia menjura pula kepada si kurus itu. Sabar, bapak ! katanya hormat. Harap bapak
jangan bergusar dahulu. Dengan sebenarnya, sahabatku ini belum pernah belajar silat,
kalau tidak.. Tutup mulutmu! Kata Hiong Hui membentak. Matanya menatap tajam. Jangan
memutar lidah didepanku! Baik aku hajar kau dahulu! Belum berhenti kata-kata itu, atau
tangannya si jago tua telah diulur, guna dipakai menyambar anak muda itu!
Celakalah si anak muda andaikata tubuhnya tersentuh tangannya Cabang atas itu.
Namun selagi tangannya itu hampir mengenakan sasarannya, mendadak sudah ditarik
pulang dengan kaget, diikuti suara barang jatuh ketanah jatuhnya segumpal es!
Sekonyong konyong dari balik sebuah batu rebung yang besar terdengar satu suara
tawa yang nyaring, disusul dengan berkelebatnya sesosok bayangan hitam, yang
dengan cepatnya sudah melesat kesisinya Pek Kong, diiringi ketawa gelaknya dan
dengan kata-kata ini: Ini dia yang dibilang, Menghadiahkan aku sebuah tangan,
membalas tuan segumpal es! Ini pasti suatu peristiwa yang bersejarah untuk partai
Naga Langit! Tapi bagaimana dengan Ciong Auwcu yang demikian tersohor tetapi sudah
menghina seorang pelajar yang lemah tidak berdaya " Tidakkah itu akan menurunkan
martabatnya seorang Tongcu "
ooOOoo KAT HIONG HUI menjadi heran, segera ia mengawasi tajam pada pendatang baru
itu yang telah menghalang halangi usahanya memberi hajaran kepada si anak muda.
Dia melihat seorang muda usia duapuluh enam atau duapuluh tujuh tahun tubuhnya
serasi dengan pinggang kecil dada lebar, sedangkan matanya adalah apa yang
dinamakan mata burung phoenix dan alisnya alis ular sutera melingkar. Dia lantas
tertawa lebar begitu dia mengenali orang itu.
Kiranya Siangkoan Tayhiap! katanya nyaring. Aku yang rendah justeru sudah lama
menantikanmu disini! Apa yang terjadi ini bukannya disebabkan aku menghina si
pemuda she Pek sebagai seorang tak berguna, ini hanya karena dia bicara tidak keruan.
Lain dari pada itu, sudah dua kali murid-muridku telah menerima penghinaan! Aku Kat
Hiong Hui kepandaianku memang rendah, tetapi aku adalah seorang guru! Bukankah
pepatah mengatakan. Kalau murid dihina, gurunya menerima malu" Karenanya,
dapatkah aku duduk saja mengawasinya"
Pendekar Yang Berbudi - Halaman
27 yoza collection Orang yang baru datang dan mengawasi itu, Siangkoan Sun Siu. Dia dapat menerka
maksud kata-katanya si Cabang atas yang hendak mencoba memperbaiki mukanya.
Tapi ia telah berpikir masak-masak. Pikirnya: Aku berada di sini, jangan harap kau akan
dapat berbuat sekehendak hatimu! Maka ia tertawa pula, dan berkata: Telah dua kali
murid-murid tongcu menerima penghinaan, semua itu aku rendah telah menyaksikan
sendiri! Hal itu harap tongcu jangan sebutkan berulang-ulang.
Kat Hiong Hui berpikir cepat. Mungkinkah dia bersembunyi disini sejak lama" Kalau
benar, mengapa aku tidak dapat mengetahuinya" Ah, rupa-rupanya kepandaiannya tak
dapat dipandang ringan.. Karena memikir begini, ia tertawa menyeringai.
Perihal peristiwa di Penginapan Makmur, muridku telah memberi laporan, katanya


Pendekar Yang Berbudi Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kemudian, Maka itu, tahulah aku duduk persoalannya. Ketika itu, keputusan yang
diberikan tidak selayaknya! Didalam hal itu si imam tua Auwyang sudah tak berpikir
sempurna ! Tatkala itu tayhiap cuma menjadi penonton, kau tidak ingin campur tangan
hingga diantara kita tak usah ada ganjalan apa-apa, mengenai itu aku mengerti dan
bersyukur atas sikapmu itu. Akan tetapi kejadian sekarang ini, ialah kedua bocah itu
sudah mengalahkan murid-muridku, perbuatannya itu dapat merusak nama baik
partaiku! Dan kejadian ini aku telah saksikan sendiri. Partai kami tak dapat dibandingkan
dengan sembilan partai lainnya, kami dapat membedakan budi dan penasaran. Oleh
karena itu tuan, mengenai urusan ini, aku minta sukalah kau tetap menjadi penonton
saja, supaya aku bebas untuk membereskannya!
Siangkoan Sun Siu tertawa gelak gelak. Kat Tongcu, tanya dia, Aku mohon
bertanya dengan cara bagaimana tongcu hendak menyelesaikannya"
Pertanyaan yang diluar dugaan itu, membuat Giong Thian Auwcu melengak. Tapi ia
tak dapat tidak menjawab, maka lekas-lekas ia berkata: Hendak kami bawa mereka
ketempat pusatku, untuk dihadapkan kepada pangcu kami, supaya mereka dihukum
rangket tiga ratus rotan! Dengan cara demikian perkara dapat dihabisi!
Kim Pian Giok Liong tertawa melengak. Sungguh sederhana! Tiga ratus rotan, lantas
habis perkara! katanya. Sekarang ijinkanlah aku bertanya: Jikalau partai tuan tidak ingin
memperoleh nama buruk karena urusan kecil ini, bagaimana dengan sikap tongcu,
apakah tongcu hendak menganggap aku sebagai musuh turunan"
Lagi-lagi Kat Hiong Hui menatap si anak muda, parasnyapun berubah menjadi
muram. Hanya sedetik, dia tertawa pula, tawar. Tayhiap, berat perkataanmu ini!
katanya. Dia tetap membahasakan tayhiap , orang gagah. Partai kami telah menjadi
terkenal seperti sekarang ini berkat mengalahnya orang-orang gagah berbagai
kalangan, dan walaupun orang-orang kami gagah-gagah dan tersebar diseluruh negara,
denganmu kami hendak mempererat persahabatan kita, agar kita hidup rukun akur
Pendekar Yang Berbudi - Halaman
28 yoza collection bersama. Andai kata hari ini Tayhiap tak sudi memberi muka padaku, maka aku akan
pulang ke-pusatku guna melaporkan kepada pangcu kami, supaya nanti pangcu dan
partai kamilah yang mengambil keputusan.
Siangkoan Sun Siu berpikir selagi ia mendengarkan orang berbicara itu. Ia ingat
kata orang bahwa diantara enam tongcu dari partai Naga Langit, yang paling licik ialah
dua yang disebut si Elang dan Rase atau Rubah, maka sekarang ia dapat buktikan itu
dalam dirinya Kiat Hiong Hui si Elang Menyerbu Langit ini. Dia tidak mau bentrok
denganku, dia mencoba menyebut-nyebut ketua atau partainya, untuk menggertak aku!
Apakah dia sangka aku hanya seekor anak ayam yang baru turun dari petarungan"
Jangan sungkan, Kat Congcu, katanya ramah. Menurut apa yang aku ketahui,
perbuatan murid-muridmu itu adalah apa yang dikatakan mencari penyakit sendiri.
Tongcu didalam partaimu, kau berkedudukan diatas ribuan orang, maka itu sudah
sepantasnya kalau tongcu dapat membedakan hijau merah atau hitam putih dan tidak
selayaknya apabila tongcu mengesampingkan yang benar melindungi yang salah
hingga tongcu kena dikelabui orang. Aku tidak mau ambil pusing bagaimana sikap
partai tongcu terhadap orang luar, hanya hari ini aku hendak menjadi juru pendamai,
guna mengakurkan kalian satu dengan lain. Andaikata tongcu memikir lain, tak ada
halangan untuk tongcu mengutarakannya padaku sekarang berhadap-hadapan.
Siangkoan Sun Siu bicara secara jujur tetapi kata-katanya itu sulit masuk didalam
telinganya Kat Hiong Hui sebagai orang golongan kedua dari Partai Naga Langit.
Untuk sejenak tongcu ini berdiam, paras mukanya suram pula. Tapi dilain detik, dia
dapat tertawa gembira. Kata-kata tayhiap bermaksud baik sekali, tidak berani aku
menolaknya, kata dia. 'Hanya kita harus bicarakan latar belakangnya. Didalam peristiwa
dirumah penginapan itu, Kalau Cie Jiam si imam tua tidak mengambil keputusan yang
lancang dan sembrono, kalau dia membiarkan murid-muridku dan si dungu itu
mengambil keputusan sendiri menang atau kalah, tak nanti terjadi hal yang sekarang
ini, hal yang tak menyenangkan. Hanya hari ini, dengan memperoleh petunjuk berterus
terang dari tayhiap, itu berarti aku memperoleh pengalaman yang tidak sedikit. Maka
itu selanjutnya.. . Tiba-tiba saja perkataannya si tongcu dari Partai Naga Langit berhenti sendirinya.
Kata-kata itu diputuskan oleh satu siulan nyaring dan panjang, yang berkumandang di
tengah udara, diikuti datangnya sesosok tubuh yang cepat bagaikan bayangan sudah
tiba di dekat mereka! Segeralah dapat dikenali orang itu ialah Cie Jiam Toojin Auwyang Kian, yang
jubahnya berkibar memain diantara sampokan angin dan kumis janggutnya yang
merah berjuntai.. . Pendekar Yang Berbudi - Halaman
29 yoza collection Ini dia yang dibilang: Baru menyebut Co Coh, Co Coh sudah datang.
Mau tidak mau, Kat Hiong Hui terperanjat, disebabkan urusannya sekarang ini. Tak
sudi ia mengalah dari Siangkoan Sun Siu, tetapi sulit juga untuk bersikap keras terhadap
anak muda yang gagah itu.
Auwyang Kian begitu tiba segera mengawasi semua orang, terutama Siangkoan
Sun Siu dan Kat Hiong Hui. Ia melihat si orang she Kat agak likat, lantas ia tertawa
sendirinya. Siapa membicarakan tentang lain orang dibelakang orang itu, adakah itu
perbuatannya seorang gagah atau seorang tongcu" demikian katanya tajam. Ia berlaku
tenang, sembari mengusut usut kumis janggutnya, ia menatap tongcu itu.
Parasnya si imam bersemu sedikit merah. Melihat tangan orang itu bergerak pada
kumis janggutnya, Kat Hiong Hui kaget hingga mengeluarkan seruan tertahan: Celaka!
Diam-diam ia mengerahkan tenaga dalamnya, untuk bersiap sedia menghadapi
sesuatu! Terus ia berkata: Biasanya mengenai urusan Partai kami, tidak dapat kami
membiarkan lain orang mencampurinya! Kalau . .
Hendak tongcu ini melanjutkan kata-katanya itu dengan kata-kata ini: . . Kalau tidak
demikian, pasti sukar kita mau menyudahinya begitu saja! Tapi mendadak dia ingat
sesuatu lekas-lekas dia mengubah maksudnya. Dia kuatir dua orang itu Siangkoan Sun
Siu dan Auwyang Kian nanti akur dan bekerja sama. Tapi tak dapat ia berhenti lama,
maka ia meneruskan kata-katanya ini: Kalau aku tidak melihat muka tayhiap, maka
kau, imam tua Auwyang, kau akan lihat bahwa aku tak sudi melihat persoalan ini
disudahi saja secara begini !
Auwyang Kian tertawa gelak-gelak. Dia adalah jago dari Liauwtong, dia bukan
sembarang orang maka itu dapat dia menerka maksudnya Kat Hiong Hui yang dengan
kata-katanya itu bermaksud mengangkat Siangkoan Sun Siu. Si Elang hendak membikin
pemuda itu berpihak padanya, ia jadi berada sendiri saja.
Saudara Kat, tak mengecewakan kau menjadi ketua suatu bagian dari partaimu!
katanya. Kepandaianmu menepuk-nepuk mengangkat orang seperti ini sudah
membuktikan bahwa kau berada diatas lain orang! Tapi kau jangan kuatir! Segala sepak
terjangku juga sama dengan sepak terjang partaimu itu, di dalam segala hal, aku tidak
menghendaki lain orang campur tangan dan juga tak ingin aku nanti merembet-rembet
orang tua! Saudara Kat, jikalau benar-benar kau menghendaki, tidak ada halangan
bagimu untuk membuktikan hal itu!
Pendekar Yang Berbudi - Halaman
30 yoza collection Kat Hiong Hui tidak takut terhadap Auwyang Kian, ia hanya kuatir akan sikapnya
Siangkoan Sun Siu yang tampak jelas sekali sangat memperhatikan urusan mereka
berdua. Mungkin pemuda itu tidak akan membantu orang she Auwyang, tetapi kesan dia itu
tentunya jelek terhadapnya. Maka itu, untuk menutupi muka, ia lantas tertawa terkekehkekeh.
Saudara Anwyang,' katanya kemudian, Kau adalah jago dari satu wilayah, maka itu
aku si orang she Kat, suka aku mengalah tiga bagian, hanya hari ini aku tengah
mempunyai lain urusan yang penting sekali. Saudara Auwyang, jikalau kau
menghendaki, bagaimana kalau kau berdua saudara Siangkoan nanti setelah satu bulan
ini datang berkunjung ke pusat kami digunung Ku San di kecamatan Hanyang" Disana,
didalam ruang Kim Eng Tong kami, pasti aku akan menantikannya sambil menyediakan
satu meja perjamuan, supaya aku dapat memohon pengajaran darimu!'
Selekasnya dia habis bicara, Hiong Hui tidak menanti jawaban lagi terus dia
memutar tubuhnya mengajak keempat mnridnya berlalu dari tempat itu, menghilang
diantara batu-batu rebung!
Melihat mereka berlalu, Siangkoan Sun Siu menarik napas masgul. Dia cerdas dan
gagah, Sayang jalannya tersesat, berduka. Sangat su
Auwyang Kian tidak berkata apa-apa, ia hanya mengawasi Pek Kong dan Ho Tong
selayang pandang, terus ia berpaling kepada si orang she Siangkoan.
'Tayhiap!' katanya, bagaimana, apakah dapat kita mewujudkan janji kita sekarang"
Sebelum menjawab pertanyaan itu, Siang Koan Sun Siu mengawasi dahulu pada
Pek Kong Si anak muda, yang bertubuh tak sanggup melawan serangan hawa dingin,
ketika itu dia telahmenggigil dan mukanya pucat kebiru-biruan.
Saudara Pek, mari makan dahulu obatku ini untuk menahan hawa dingin, katanya
seraya merogoh sakunya dan mengeluarkan sebutir pil merah, terus dilemparkan
kepada si anak muda. Habis itu, baru ia menoleh kepada penantangnya- Ia bersenyum.
Auwyang Kian menjadi tidak puas menyaksikan lagak orang itu, Sun Siu nampak
tenang-tenang saja. Dengan sikapmu ini, tuan, tegurnya, apakah kau menyangka aku tak ada harganya
untuk melayani" Pendekar Yang Berbudi - Halaman
31 yoza collection Sun Siu tertawa Apakah tootiang ingin menyaksikan ilmu kepandaianku yang
dinamakan Hok Mo Sin-kang" tanyanya, menegaskan.
Sebenarnya aku yang rendah telah mempertunjukkan kepandaianku yang buruk
itu. Sayang kepandaianku itu masih belum terlatih sempurna maka aku juga tidak
merasa pasti batu rebung itu telah terpapas kutung atau tidak, karenanya aku tidak
berani lancang lantas menyebutnya
Hok mo Sin-kang, berarti ilmu menaklukkan Iblis. Mendengar kata orang itu,
Anwyang Kian melengak sejenak, apalagi ketika ia melihat sebuah batu rebung
dibelakangnya si anak muda telah miring dan bagian tengahnya ada tanda bergaris
bekas tabasan. Batu itu besarnya sepelukan, rupanya saking besarnya tak roboh
seketika. Siangkoan Sun Siu mempertunjukkan kepandaiannya itu tanpa banyak cingcong,
dilakukan disaat sekaligus ketika ia melemparkan obatnya kepada Pek Kong barusan
tadi, sedangkan tingginya batu seimbang dengan dadanya si pemuda she Pek.
Diam-diam Auwyang Kian menjadi kagum karena itu, ia jadi berpikir waktu ia
hendak mengambil keputusan melangsungkan pertandingan atau tidak. Hanya, belum
sempat ia membuka mulut, Ho Tong sudah mendahuluinya.
Si-sembrono itu berseru nyaring: Aku tidak percaya! lantas dia melangkah
menghampiri batu rebung itu, kemudian dia menyampok dengan tangannya.
Bruk! demikian batu itu roboh, suaranya berisik membisingkan lembah.
Bagus! Bagus! dia berseru-seru kegirangan saking gembiranya. Baharu sirap suara
berisik itu maka segera terdengar suara siulan keras dan lama, yang menggema juga
ketengah udara. Pek-kong dan Ho Tong heran sebab mereka bukannya orang-orang Rimba
persilatan, mengenal baik suara semacam itu. Tidak demikian dengan Siangkoan Sun
Siu dan Auwyang Kian, tetapi mereka agak heran akan gema suara itu. Cuma jago
Rimba Persilatan yang luar biasa yang memiliki tenaga dalam demikian hebat. Dan jago
semacam itu sangat jarang mereka temui. Tahu-tahu sekarang mereka mendengarnya
ditanah pegunungan ini. Lantas keduanya mengawasi kearah datangnya suara itu.
Sekejap kemudian segera terlihat tibanya satu bayangan manusia, dan selekasnya
mereka bisa melihat tegas seorang pengemis tua berpakaian compang-camping
sedangkan dipunggungnya tergendong sebuah buli-buli besar (buli-buli : peranti
penampung arak). Begitu melihat orang yang baru tiba itu Siangkoan Sun Siu segera
lari menghampirinya untuk memberi hormat sambil menjura seraya berkata: 'Paman,
terimalah hormatnya Sun Siu! orang dengan dandanan sebagai pengemis itu ternyata
Pendekar Yang Berbudi - Halaman
32 yoza collection adalah sahabat karib gurunya sendiri. orang yang ia kenal baik, ialah Sinciu Cui Kit si
pengemis pemabukan dari Sinciu (Tionggoan), maka juga ia memanggilnya paman guru,
singkatnya paman. Mata orang tua itu berputar mencilak, terus dia tertawa terbahak-bahak- Eh, anak
janganlah kau demikian menghormat! katanya tertawa pula, maksudnya supaya si
keponakan murid tak pakai banyak adat peradatan, terus dia melirik Auwyang Kian,
untuk tertawa dan berkata jenaka: Ini si janggut merah, telah aku kenal! Tapi itu dua
orang bocah, siapakah mereka"
Mereka adalah Pek Kong yang kecilan dan Ho Tong yang besaran, sahut Sun Siu.
Aku masih belum berbicara dengan mereka itu '
Hai, kau aneh! tegur Sinciu Cui Kit. Kau belum bicara dengan mereka, tapi mengapa
kau ketahui nama mereka" Hahahaha!
Itulah karena.. Cukup! memotong si pengemis yang menggoyang-goyangkan tangannya.
Bukankah karena yang satu bernama Pek Kong dan yang lain Ho Tong" Aku tahu
sudah! Sun Siu melengat berdiam. Pengemis itu melihat kesekitarnya. Tempat ini dingin
dengan es, tak menarik hati, katanya. Mari aku ajak kalian kesuatu tempat untuk minum
arak! Berkata begitu, si pengemis melangkah ke gundukan batu rebung.
Pek Kong menyambut ajakan itu, ia menarik tangannya Ho Tong untuk mengikuti.
Ia telah memikirkan bagaimana sukarnya untuk mendapatkan buah la bwee itu.
Bukankah banyak orang yang mau mencarinya dan mereka itu semua orang-orang
kosen" Bakal berhasilkah ia" Ia merasa bersyukur juga bahwa Ouw Yam Nio dan
Siangkoan Sun Siu berpihak padanya, mungkin mereka itu dapat membantu atau
menolongnya. Ia selalu ingat pamannya yang sedang sakit dan juga adik Couw Kunnya.. .
Siangkoan Sun Siu jalan bersama-sama Cie Jiam Tojin. Imam itu turut tanpa bicara
apa-apa, ia cuma memberi hormat pada si pengemis tetiron. Sesudah berjalan sekian
lama, mendadak Sinciu Cui Kit menghentikan langkah kakinya untuk terus menoleh
kebelakang. Kata dia: Ah, aku lupa! Kenapa aku sinting sampai begini lupa daratan"
Kalau kita jalan seperti ini, sampai kapan kita akan tiba ditempat tujuan" Sampai
dimusim semi lain tahunpun tidak! Eh, nak Sun Siu, pergi kau bantu bocah she Pek itu,
dan aku akan bantu si hitam ini! Dan kau, si janggut merah, kau bawalah dirimu sendiri!
Kita harus berjalan lebih cepat sedikit!
Pendekar Yang Berbudi - Halaman
33 yoza collection Siangkoan Sun Siu mengangguk dan menurut. Sementara itu ia merasa sayang
kalau ia kasih lewat ketika yang baik, maka selagi menghampiri Pek Kong, ia membisiki
pemuda itu: Paman guruku ini gemar bicara yang tidak-tidak mungkin jenaka, mungkin
tak sedap suaranya, tetapi dia adalah orang gagah, jujur dan lihay! sekarang mari aku
gendong kau. Dengan kau turut bersama, mungkin kau nanti memperoleh kebaikan!
Baik, tayhiap, kata Pek Kong mengangguk. Ia pun memanggil tayhiap, orang gagah.
Lantas ia menghaturkan terima kasih. Katanya ia merepotkan saja orang-orang muda
yang gagah itu. Ho Tong dungu tetapi dia tertarik sekali dengan gerak-gerik sipengemis, bahkan dia
tertawa bergelak-gelak ketika pengemis itu menggendongnya!
Tinggallah Auwyang Kian yang bingung sendirinya. Si janggut merah ini tidak kenal
pengemis itu, ia menerka-nerka didalam hatinya: Siapakah gerangan" Ia merasa
usianya dan usia si pengemis tak beda jauh tetapi orang itu bertingkah menjual lagak
tuanya! Hanya, karena Kim Pian Giok Liong memanggilnya Susiok, paman guru, mungkin
dia itu liehay ilmu silatnya. Sia-sia belaka ia memeras otaknya, tak ingat ia siapa dan
orang macam apa pengemis itu. Tidak bisa lain, tanpa mengatakan apa-apa ia
mengikuti pengemis itu. Syukur ia bisa mengimbangi ilmu ringan tubuh kedua orang
itu. Maka ketiganya bisa lari bagaikan terbang.
Lewat sekian waktu, berhentilah si pengemis dan si anak muda. Dan Pek Kong
segera dikasih turun oleh Siangkoan Sun Siu, hingga ia melihat bahwa ia berdiri
menghadapi sebuah batu yang bentuknya luar biasa, beda daripada batu-batu yang
lainnya. Dan memandang jauh kedepannya, ia menyaksikan beberapa buah puncak yang
tinggi rendah tak menentu. Tentu sekali ia tidak kenal tempat itu. Ketika si pengemis
berjalan diikuti Siangkoan Sun Siu dan Auwyang Kian, ia mengikutinya. Maka selama
belasan langkah ia mendapati sebuah gua, kamar batu yang terawat baik dan hawanya
hangat, mirip dengan hawa musim.semi. Di situ pun ada meja kursi batu, ada
pembaringan batu dan lain lain alat rumah tangga. Bahkan diatas meja sudah tersedia
barang hidangan lengkap! Sinciu Ciu Kit segera mengambil tempat duduk menghadap keluar. Atas
undangannya, dikanannya, ia didampingi Auwyang Kian dan Ho Tong. Siangkoan Sun
Siu duduk disebelah kiri. Maka Pek Kong terus duduk disisinya orang she Siangkoan itu,
hingga ia menjadi duduk berhadapan dengan Ho Tong.
Sinciu Cui Kit mengawasi para hadirin, lantas dia tertawa sendiri.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman
34 yoza collection Eh, janggut merah, jangan kau bingung tidak keruan! katanya tertawa. Jikalau


Pendekar Yang Berbudi Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bukannya di Penginapan Makmur itu kau telah berlaku seperti hakim, tidak nanti aku
undang kau bersantap di sini! Kau telah mempunyai tiga lembar bulumu yang merah,
tentunya kau tidak puas dipanggil si janggut merah, bukan"
Tanpa menanti jawaban, si pengemis mengisikan cawan araknya yang besar, terus
ia menghirupnya habis dengan sekali teguk. Habis itu ia melanjutkan berkata: Ada arak
ada sayurnya! Kalian masih belum mau dahar itu" Buat apa kalian bengong saja "
Ia menoleh kepada Auwyang Kian, untuk menyapanya: Eh, orang tua janggut merah,
kalau kau memperoleh ilmu di gunung Mauw San, awas, habis kita minum arak ini,
sebentar bakal ada hantu-hantu datang mencari kita! Jikalau sampai terjadi begitu, kau
harus menulis beberapa helai surat jimat kertas kuning guna mengusirnya pergi!
Mendengar kata-kata orang itu, Auwyang Kian berkata di dalam hatinya: Pantas
dia tahu aku, kiranya dia telah ketahui kejadian di Penginapan Makmur itu! Karena ini,
ia menjadi heran. Walaupun demikian, ia mencoba menenangkan dirinya. Kalau toh
benar ada setan, sahutnya, memang itulah tugasku si imam untuk membekuknya!
Sinciu Cui Kit tertawa. Kalau nanti setan datang, waktunya masih ada sekian lama
lagi! katanya jenaka. sekarang mari kita bersantap dan minum-minum dahulu biar
kenyang! Ho Tong yang doyan makan minum sudah menelan-nelan air liurnya, jika tidak ada
Pek kong yang mengedipkan mata mencegahnya, pasti ia sudah gasak barang
hidangan didepannya itu, tetapi sekarang, setelah kata-katanya si pengemis, tak dapat
ia menahan lagi suara hatinya. Segera ia mengulur tangannya menyambar seekor
ayam, yang terus digerogoti! Paling dahulu ia menggigit putus lehernya ayam itu.
Si pengemis yang menyaksikan lagak orang itu, bukannya marah, dia justeru
tertawa berkakakan. Anak, sungguh kau menarik hati! Kata dia. Tetapi didalam sakumu
kau telah menyembunyikan satu ekor dan kau tidak makan itu, mustahilkah kau hendak
meninggalkan itu diperuntukkan memelihara sang rase" orang heran mendengar
perkataan itu, orang tak mengerti apa yang diartikan si pengemis dengan kata-kata
rase itu. Cuma Pek Kong yang dapat menangkap artinya. Dengan kata-katanya itu si
pengemis maksudkan halnya ia berdiam didalam kamar bersama Kiu Bwee Ho. Ia tidak
menyangka sekali si pengemis telah ketahui semua hal itu. Maka juga sendirinya muka
dan telinganya menjadi merah!
Pendekar Yang Berbudi - Halaman
35 yoza collection Sementara itu Siangkoan Sun Siu dan Auwyang Kian melihat benar-benar Ho Tong
dari sakunya mengeluarkan seekor ayam panggang, maka mereka saling mengawasi
dan tertawa, sedangkan si dungu sendiri menyeringai.
Walau pun demikian, otaknya Auwyang Kian bekerja terus. la masih memikirkan si
pengemis, wajah siapa sering-sering ia lirik. Lewat lagi sekian lama, barulah ia nampak
girang. Maka ia lantas berbangkit, untuk menjurus didepan pengemis itu. Bapak tua,
katanya hormat, Kau bukankah Sinciu Cui Kit yang sejak lama namanya sangat terkenal
karena kegagahanmu yang menjagoi dikolong langit ini"
Dengan bapak tua dia maksudkan loo-cianpwee, sebutan untuk orang dari
generasi yang lebih tua yang dihormatinya. Sinciu Cui Kit tertawa gelak-gelak. Eh, imam
tua hidung kerbau! katanya, kepandaianmu menangkap setan masih belum terlihat
tegas tetapi dalam kepandaian menepuk-nepuk punggung kuda nyata kaulah yang
nomor wahid! Kepandaian menepuk-nepuk punggung itu ialah kepandaian
mengangkat angkat dan memuji orang.
Mukanya Auwyang Kian menjadi merah. Tidak ia sangka bahwa ia bakal ditanggapi
secara demikian, sedangkan ia bicara dengan setulus hati tidak lagi ia bergurau.
Berbareng dengan itu, ia juga heran sekali. Karena ia pikir: Bukankah telah lama tersiar
berita, halnya tua-bangka ini sudah masuk kedalam liang kubur" Jikalau tidak salah
sekarang ini usianya sudah diatas seratus tahun! Pantaslah dia selalu menyebut-nyebut
aku, si tua bangka si anak tua! Usianya jauh lebih tua dari padaku, tetapi dia toh nampak
sehat-sehat saja, dia tetap segar. Bukankah itu bukti bahwa ilmu tenaga dalamnya
mahir luar biasa dan telah mencapai kesempurnaannya "
Selekasnya ia mengetahui bahwa orang itu Sinciu Cui Kit, si pengemis pemabukan
dari Tionggoan, maka dengan sendirinya Auwyang Kian menjadi kuncup, tak lagi dia
kelihatan bebas merdeka seperti tadi-tadinya.
Sinciu Cui Kit Sementara itu menatap mukanya. Aku lihat kau, anak tua, kau masih
dapat diperbaiki! demikian katanya menyambung, Cuma kejumawaanmu itu harus
diubah dan diubah lagi secara luar biasa istimewa, supaya kalau nanti kau menempur
raja setan yang galak, selagi kau menempur setan itu, lantas kau bertemu dengan iblis
atau hantu! Itu berabe. Habis mengucap begitu, si pengemis berdiam sekian lama, sedangkan orang yang
diajak bicarapun bungkam saja. Lewat sesaat, tak lagi ia tampak tertawa atau
bersenyum. Sebaliknya, ia menarik napas dalam-dalam.
Kita si orang-orang tua belum mau mati, bagaimana kita masih mengharapkan
memakan buah mujarab itu" Katanya perlahan. Apa yang kita harus kuatirkan atau
Pendekar Yang Berbudi - Halaman
36 yoza collection harus jaga, yaitu supaya buah itu jangan sampai terjatuh kedalam tangannya kawanan
hantu. Kalau hal itu sampai terjadi, maka sampai kapankah baru selesai tugasku
membasmi si jahat.. ."
Dahulu, akupun ada punya apa yang dinamakan budi dan penasaran.. .
Siangkoan Sun Siu semua saling mengawasi. Terhadap si pengemis, mereka
terhitung kaum muda, dari itu, tak tahu mereka apa itu perkara budi dan penasaran nya
si pengemis itu. Maka juga habis saling mengawasi, mereka lantas mengawasi si
pengemis. Sinciu Cui Kit menatap Ho Tong Pek Kong bergantian. Liauw Khong Hweeshio telah
memberitahukan kalian tentang buah mujizat la-bwee yang umurnya sudah seribu
tahun itu, kata ia kemudian, karena itu tiadalah halangannya kalau sekarang akupun
menuturkan sesuatu mengenai buah itu kepada kalian, setelah itu maka terserahlah
kelak kepada untung bagus kalian sendiri!
Pek Kong dan Ho Tong mengawasi pula jago tua itu. Tak terkecuali Siangkoan Sun
Siu dan Auwyang Kian, yang menjadi tertarik hatinya.
Sinciu Cui Kit lantas menoleh kepada Auwyang Kian. Ia tertawa. Eh, anak tua Cie
Jiam ! katanya sambil tertawa. Kau telah melakukan perjalanan jauh laksaan lie, kau
datang dari Liauwtong sampai ke bukit Ngo Bwe Nia ini justeru di saat disinipun tiba
lain-lain orang lagi, tak usah dijelaskan pula bahwa kau datang pasti untuk buah itu
juga ! Tapi, anak tua, kau boleh legakan hatimu, pasti aku si tua tidak nanti merintangi
kau! Hanya haruslah kau ketahui, atau itulah yang harus dikuatirkan, bahwa sekarang
ini telah datang juga beberapa orang hantu yang liehay! Soal buah ini sudah
menggemparkan dunia Rimba Persilatan atau pelbagai partai, mereka ini pasti sudah
mengirimkan orang-orangnya yang pandai guna mencoba mengadu untung juga. Maka
itu, kau harus berhati-hati melayani mereka itu. Dapat aku jelaskan, buah itu luar biasa,
tidak sembarang orang mampu mendapatkannya. Siapakah yang rejekinya besar"
Auwyang Kian yang diajak bicara, berdiam, sebaliknya Pek Kong adalah yang
menjadi bingung. Bapak tua, katanya, apakah disini bergantung soal rejeki"
Terima kasih, bapak tua! Auwyang Kian pun berkata. Dapatkah bapak memberi
petunjuk padaku" Ia nampak tenang tetapi hatinya sebenarnya goncang juga.
Sanggupkah ia menentang para hantu" Punyakah ia untung baik hingga ia yang
mendapatkan buah itu"
Pengemis itu berkata pula, sikapnya acuh tak acuh. Tidak apalah aku memberi
petunjuk! Cuma harus kau ketahui, urusan kalian ini sebenarnya tidak ada hubungannya
dengan aku si tukang mabuk arak! Dan aku juga anak Siangkoan hitung-hitungan
Pendekar Yang Berbudi - Halaman
37 yoza collection patkwa dari gurumu si hantu edan tidak tepat sama sekali, belum sampai pada
waktunya, dia membuat aku lari-larian sampai kakiku hampir patah! Lihat nanti aku Cari
dia guna membuat perhitungan dengannya!
Siangkoan Sun Siu heran hingga mengawasi pengemis tua itu. Paman. tanyanya.
Paman apakah sekarang ini belum tiba waktunya matangnya buah la-bwee itu"
Auwyang Kian, Pek Kong dan juga Ho Tong mengawasi sipengemis dengan mata
mendelong. Mereka semua tak kurang herannya. Bahkan mereka bingung.
Pek Kong bingung, karena ia kuatir tidak berhasil mendapatkan buah yang
dimaksud. Itu berarti pamannya terancam bahaya maut. Auwyang Kian sebaliknya
kuatir ia tidak mendapat buah disebabkan mungkin ia tidak sanggup menghadapi
banyak saingan yang tangguh terutama si pengemis tua ini. Dia ini acuh tak acuh, toh
dia datang kemari.. habis, apakah maksudnya yang sebenarnya"
Selagi si imam berpikir itu, Ho Tong si polos sudah lantas membuka mulutnya.
Apakah kalian juga datang buat mencari pek bwee lengko itu" Demikian tanyanya.
Pertanyaaan sidungu itu membuka rahasianya sendiri, sebab dia menggunakan
kata juga itu. Dia seperti mengatakan: Aku justeru mau mencari buah dewa itu .
Sinciu Cui Kit menoleh kepada si dungu itu dia melirik. Tapi ketika berbicara pula,
ia justru berkata kepada Pek Kong: Waktu itu dapat dikatakan, terlalu pagi bukannya
terlalu pagi, terlambat bukannya terlambat. Tepatnya detik ini bukan waktunya! Lantas
si pengemis menghela napas. Buat bicara jelas, aku sisetan arak, mesti aku mulai dari
mula lagi, katanya menambahkan.
Kali ini ia benar-benar memberikan keterangannya. Tigapuluh tahun yang lalu
dalam kalangan Sungai Telaga telah muncul cerita burung yang luar biasa, katanya ada
orang yang berhasil memakan buah pek bwee lengko itu, bukan saja ilmu silatnya
sudah memperoleh kemajuan pesat didalam tempo yang pendek sekali tapi juga
kecerdasannya turut bertambah dan tampangnya yang buruk berubah menjadi tampan.
Maka gemparlah orang akan khasiat atau mujijatnya buah tersebut. Maka ramailah
orang pergi mencarinya. Hingga kesudahannya banyak orang yang membuang jiwanya
secara sia-sia belaka. Sementara itu, tak ada orang yang tahu pohon buah itu berada
dimana dan kapan berbuahnya. Yang toh dianggap mengetahui jelas yalah para tukang
tenung yang pandai hingga paling akhir orang menunjuk pada bukit Ngo Bwee Nia dan
sekitarnya. Ngo Bwee Nia adalah sebuah gunung besar juga, nama lainnya yaitu Ngo
Heng Hong Puncak Lima sebab didalamnya terdapat puncak-puncak Kim Kong, Hong
Ie, Lok Sin, Ciok Yong dan Su Kauw, dan kelimanya letaknya seperti bunga bwee Hong.
Katanya di Ngo Heng Hong itu pernah berdiam dewi Bwee Hoa Siancu, maka ada pula
Pendekar Yang Berbudi - Halaman
38 yoza collection yang menamakan puncak Ngo Bwee Hong. Selama sepuluh tahun puncak itu penuh
dengan salju dan pepohonannya, pohon bunga bwee hidup segar didalam empat
musim. Masih ada lagi yang luar biasa diantara Ngo Heng Hong ialah pada setiap
puncak pada sekitar empat penjurunya, kedapatan pula masing-masing lima buah
puncak yang kecil dan tajam, yang mengitari puncak itu. Maka itu, sudah ada kemiripan
bunga bwee yang besar, ada juga yang kecil. Jadi seluruhnya ada dua puluh puncak
kecil. Dan diantara pelbagai puncak itu, katanya terdapat pohon buah pek bwee lengko
itu. Habis ceritanya itu maka ular arak merayap ke kerongkongannya si pengemis,
dari itu tanpa ayal lagi ia mengangkat holouw yaitu buli-bulinya yang terisi arak, dibawa
kemulutnya, guna digelogoki untuk ditenggaknya sepuas-puasnya! Habis menenggak
araknya itu, Sinciu Cui Kit mengusap-usap bibirnya. Itulah katanya cerita dari tiga puluh
tahun dahulu, ia melanjutkan. Sekarang sebuah cerita lain, cerita yang sangat
menyedihkan. sekali peristiwa maka didalam sebuah kamar batu dipuncak Bok Hio Hong
bukit Hui In Nia ada satu keluarga terdiri dari tiga turunan kakek, bapak dan anak berikut
seorang keponakan perempuan. Mereka itu mendatangi Ngo Bwee Nia untuk mencari
pek bwee lengko: Apa lacur mereka semua menerima bencana.. .
Belum habis si pengemis berbicara itu mendadak ia berhenti dan mulutnya ditutup
rapat, selang satu detik ia membuka mulutnya itu untuk menyemburkan araknya yang
meluncur kearah pintu bagaikan anak panah. Menyusul itu Siangkoan Sun Siu berempat
lantas melihat berkelebatnya sesosok tubuh manusia, dari luar melesat kedalam, bebas
dari semburan arak itu. Maka didalam kamar itu tambahlah seorang lain, yalah seorang
pendeta yang tubuhnya besar dan katai-dampak!
Hahaha! demikian tertawa pendeta tak diundang itu selekasnya dia bebas dari
serangan senjata gelap yang berupa arak itu. Hai, dari mulut siapakah datangnya ini
arak-bau, yang disemburkan tak keruan, yang membuat orang kaget terperanjat" Coba
aku tidak waspada dan bersiap sedia terlebih dahulu, bukankah orang bakal mandi
arak" Begitulah melihat pendeta itu, begitu Sinciu Kit tertawa dingin, terus dia tertawa
nyaring dan berkata dengan keras. Oh, kiranya kau, setan jahat! Kiranya kau si setan
gila yang datang kemari! Siangkoan Sun Siu heran berbareng girang melihat pendeta itu, ialah Hong
Hweeshio, gurunya sendiri! Maka tanpa ayal sedetik juga, ia melangkah
menghampirinya, untuk menyambut sambil memberi hormat. Suhu! panggilnya.
Pek Kong bersama Auwyang Kian heran melihat pendeta itu yang luar biasa. Sebab
beda sekali dari pada orang alim yang seumurnya, pendeta itu yang tubuhnya gemuk
Pendekar Yang Berbudi - Halaman
39 yoza collection terokmok, mukanya berminyak. Siapa belum mengenalnya tidaklah akan menyangka
bahwa dialah gurunya Kim Pian Giok Liong Siangkoan Sun Siu si Cambuk Emas Naga
Gembala yang muda belia dan tampan serta gagah.
Cuma Ho Tong sendiri yang masih tetap duduk bercokol sambil tertawa haha hihi!
Pertanda dari kedunguannya! Hong Hweeshio menggoyang-goyangkan tangannya
mencegah muridnya serta Auwyang Kian sekalian memberi hormat padanya, lantas
tanpa diundang lagi, tanpa menghiraukan si pengemis edan, sudah lantas
menghempaskan tubuhnya yang gemuk itu diatas kursi bahkan tanpa banyak omong
lagi, dia mencabik sepotong daging kambing untuk terus dibawa kedalam mulutnya
untuk dikunyah! Sipengemis aneh tidak menggubris lagak orang itu. Ia sudah tidak mengambil
mumet bahwa ia tidak disapa atau disahuti, sebaliknya ia lantas memperdengarkan
suara karena keheranan: Eh, oh! Toh terang-terang barusan aku mendengar suara yang
luar biasa diluar kamar batu ini dan itu bukannya suara salju yang terbawa angin,
apakah mungkin benar, si hantu jahat telah mempertunjukkan permainan gilanya"
Baharu sekarang si pendeta edan yang kelakuannya aneh sekali, bersenyum dan
berkata: Walaupun si hantu belum datang tetapi disana ada seekor rase yang gatal
yang telah kubikin kaget hingga dia lari kabur ! Karena itu, melihat keadaan, mungkin
segala setan siluman dan beburonan benar-benar sudah berkomplotan satu dengan
lain. Celaka betul! berseru si pengemis mendengar keterangan orang itu. Sebenarnya
puncak Bek Hie Hong dibukit Hui In Nia ada menjadi tempat bersemayamnya si hantu
jahat dan biasanya si hantu jahat tidak mengizinkan segala siluman dan beburonan
datang kesini. Tetapi ketika aku datang kemari, semua mereka itu tak tampak, ada juga
ini persediaan barang santapan yang rupanya disediakan guna mengundang sahabat
atau konco-konconya berpesta pora. Dengan melihat meja perjamuan ini aku menerka
bahwa kabar angin yang aku dengar tidak dusta adanya. Jikalau benar mereka itu sudah
bergabung menjadi satu maka berabelah kita si pemabuk! Seandainya buah pek bwee
lengko terjatuh kedalam tangan mereka maka teranglah bahwa dunia Rimba Persilatan
bakal tak lagi dapat mengalami hari-harinya yang tenang dan aman.
Hong Hweeshio tertawa gelak-gelak, Ha, dasar rejekimu besar tukang mabuk!
berkata ia. Tapi tahukah kau bahwa sampai pun Liauw Khong dan Leng Toojin juga
sedang menjual tenaga untukmu" Rupa-rupanya kau masih tenggelam saja didalam
mimpimu! Si pengemis pemabuk heran. Berpikirlah ia didalam hatinya: Lantaran urusan
pekbwee lengko ini bersangkut paut dengan urusan besar dari tahun-tahun yang telah
Pendekar Yang Berbudi - Halaman
40 yoza collection lalu, tak dapat tidak aku mesti datang kemari untuk membuat penyelidikan, maka itu
aku heran mengapa si pendeta dan si imam begitu mendadak telah mengeluarkan
tenaga untukku" Mereka itu toh sudah lama mengundurkan diri dan tak lagi mau
menyampuri urusan dunia" Karena memikir demikian, tanpa merasa ia berkata kepada
si kepala gundul yang kata-katanya membuat ia heran itu: Jikalau benar mereka berdua
telah datang maka segala siluman dan beburonan aneh itu tak usah dibuat takut lagi!
Hanya kau, dengan kata-katamu yang nadanya angin-anginan ini, kata-katamu yang
kurang.. Hong Hweeshio memutus kata-katanya si pengemis dengan tertawanya yang
dingin disusul dengan kata-katanya ini. Eh, setan pemabukan, kau memang paling tak
percaya orang! Walaupun pendeta dan imam itu mau bekerja untukmu tetapi bukan
kepentinganmu sendiri. Ingatkah kau bagaimana ketika tiga tahun yang lampau aku
bertemu dengan mereka itu" Sekalian saja, aku tuturkan kepada mereka perihal
urusanmu yang mengenai urusan budi dan penasaran dan aku minta mereka sekalian
mewakilkan aku membuat penyelidikan akan duduknya hal yang sebenar-benarnya.
Mereka itu tidak lantas menerima permintaanku itu mereka cuma mengatakan sayang
dan sesalnya kemudian sebaiknya mereka menganjurkan aku menasehati kau agar kau
jangan sembarangan melakukan pembunuhan hingga membangkitkan kutukan! Mereka
juga bilang bahwa si pengacau yang memindahkan bencana itu belum tentu Sian Hiauw
In adanya! Ketika itu aku sebal dengan tingkah mereka itu maka urusan itu tidak
tuturkan padamu, kecuali hari ini.
Pendeta itu berhenti bicara untuk menghirup araknya beberapa teguk. lapun
memain-mainkan lidahnya dari kiri dan kanan dan sebaliknya. Habis minum susu


Pendekar Yang Berbudi Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

macan itu, baharu dia bicara pula: Diluar dugaanku, lewat lima hari berselang, mereka
itu datang mencari aku digunung Go Houw San. Mereka memberitahukan bahwa ada
urusan sebuah jodoh yang masih belum diselesaikan dalam hal mana mereka
mengajak aku dan kau bekerja sama. Katanya dalam urusan itu kaulah yang
berkepentingan paling besar, bahkan mereka sudah menetapkan bahwa pada hari dan
jam ini kau harus tiba di Bek Hie Hong untuk membekuk siluman dan membawa hantu
iblis! Sinciu Cui Kit heran. Bagaimanakah dengan mereka" tanyanya. Habis mereka
sendiri mengerjakan apa" Sang pendeta yang tak berpantang mencaplok pula daging,
masih lama dia menggayem sebelumnya dia sempat menjawab. Mereka cuma
membocorkan satu urusan besar, sahut si pendeta kemudian sehabis menelan daging
yang dikunyahnya itu. Katanya didalam perguruanmu masih ada orang yang menjadi
turunan atau ahli waris, bahwa dalam urusan membalas dendam janganlah kau
Pendekar Yang Berbudi - Halaman
41 yoza collection melewati batas membantu mengurusnya, supaya tidak sampai urusan itu nanti
menubuhkan atau menimbulkan urusan baru lainnya.
Pengemis itu heran dan girang berbareng, tetapi kemudian dia berduka. Katanya :
Perguruanku masih ada ahli warisnya, itulah sungguh satu urusan yang sangat
menggirangkan! Coba kau beritahu aku, dia itu keturunannya Tek Looyacu atau dari Pek
Bwee Nio" Adakah mereka berdua menjelaskannya" Hong Hweshio bukannya
menjawab, dia hanya tertawa. Barulah setelah itu memberikan jawaban yang tak
langsung. Katanya: Kalau perahu sudah tiba di jembatan wajarlah dia berhanyut lurus!
Buat apakah kau tanya banyak-banyak"
Sipengemis pemabuk menghela napas. Aku memang tahu banyak bertanyapun
Ki Anjeng Laknat 2 Tangan Tangan Setan Karya Abdullah Harahap Pedang Ular Mas 10

Cari Blog Ini