Pendekar Yang Berbudi Karya Okt Bagian 10
Tian Hong hanya untuk mengulurkan tangan memegang tubuh Pek Kong untuk
dibangunkan. Tapi si anak muda, yang malu telah menindih Tian Hong, lantas berlompat
bangun, hingga ia tak usah dibantu Nona Pui. Mukanya menjadi merah.
Ia mengawasi Pui Hui dengan wajah yang likat, kemudian ia lekas-lekas berpaling
kepada Tian Hong untuk berkata perlahan: "Adik, maaf!" Iapun membungkuk, berniat
membangunkan nona itu. Muka Nona Tian menjadi merah. Ia malu untuk dibangunkan oleh pemuda itu.
Memang ia sudah jengah terlebih dahulu. Sebaliknya, ketika ia melihat Pui Hui disisinya
si anak muda, hatinya menjadi panas.
"Minggir!" bentaknya. "Kau sengaja membiarkan aku dihina dia! Kau masih berpurapura menolong aku! Hm! . ." Terus ia berlompat bangun, dan menyerang Pui Hui.
Nona Pui berkelit, tetapi sebelah tangannya menyerang. Maka itu, kembali mereka
bertarung lagi! Pek Kong berdiri tertegun. Tak dapat ia membantu salah satu pihak. Ia tidak
mengerti kenapa kedua nona itu menjadi demikian marah satu sama lain. Adakah itu
karena dia" Mereka tidak dapat dimengerti, bahkan mereka bergusar.. . . . .
"Ah.. . . . . " ia menyesal diri. Lalu ia ingat bahwa Honghu Pek Hee telah "membenci"
padanya. Selamanya ia tidak tahu. Ia tak dapat mencari kesalahannya sendiri karena ia
merasa tak pernah berbuat salah . .
Tiba tiba terdengar satu suara keras, suara itu membikin terkejut dan sadar si anak
muda, ketika ia mengawasi kepada kedua nona, baru saja mereka itu merenggangkan
diri, Tian Hong terpental dua tombak, terus jatuh tersungkur. Pui Hui terhuyung-huyung
mundur beberapa langkah, hampir roboh, tetapi selekasnya ia maju pula, berniat
menyerang lagi. Pek Kong berlompat maju menghadang. Celaka Tian Hong kalau dia diserang selagi
duduk tak berdaya itu. "Kakak Hui," katanya, memohon, "ampunilah dia . . Bukankah diantara kalian tidak ada
permusuhan?" Pui Hui tak menyangka anak muda itu masih mau melindungi "saingannya, " ia
mendelik terhadapnya dan berkata dengan sengit: "Bagus perbuatanmu, ya!" Dan lantas
ia berlari pergi! Pek Kong mengawasi, ia menghela napas panjang.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 385
yoza collection Dalam pertarungan paling belakang itu, kelincahan Tian Hong berkurang. Itu
disebabkan tadi waktu ia roboh tertindih Pek Kong punggungnya terbanting keras, rasa
nyerinya tidak segera lenyap. Begitulah ketika melayani pula Pui Hui, meskipun ia
menggunakan seluruh kepandaiannya, ia kalah gesit, hingga serangan yang terakhir itu
tak dapat dielakkan sepenuhnya, hingga ia terpental jatuh. Tapi ditanya Pek Kong
hatinya panas. "Siapa sudi ditanya olehmu?" katanya sengit, matanya berputar. "Minggir!"
Lalu si nona menggerakkan tubuhnya untuk bangkit, tapi baru berdiri, ia sudah
roboh lagi. Pek Kong segera memegang tubuh si nona, dan didudukkan kembali.
"Lukamu parah, adik," katanya perlahan. Lalu ia berjalan menghampiri Tian Hong.
Nona itu mengernyitkan alis, kedua tangannya mendekap dadanya. Tampak dia
sangat menderita, sebagaimana mukanya meringis menahan sakit.
"Bagaimana, adik Hong?" tanya si anak muda, yang terus duduk disisinya.
"Janganlah kau bergusar menuruti tabiatmu, baik kau beristirahat dahulu..
Bagaimana kalau aku membantu kau meluruskan pernapasan dan jalan darahmu?"
Pemuda ini bicara dengan ragu-ragu, ia khawatir nanti dapat hadiah yang berupa
bentakan pula.. . Masih nona itu panas hatinya. Ia tahu orang bermaksud baik, tapi hatinya toh
mendongkol. "Kalau kau benar begini baik hati," katanya, "Kenapa kau tadi berpeluk tangan,
menonton saja dipinggiran" Kenapa kau tidak membantu aku?"
Tak puas Pek Kong. Ia sudah mengalah dan merendah terus, masih ia tidak
mendapat muka. Rupanya orang tetap tidak mengerti atau tidak mau mengerti akan
kedudukannya yang sulit. Habis bagaimana ia harus berbuat" Begini salah, begitu salah!
Tapi, biar bagaimana, ia harus sabar.
"Mungkin aku salah," katanya perlahan, "tetapi itu bukanlah karena aku sengaja. Aku
minta kau jangan sesalkan aku. Mari lebih dahulu aku.. . . . .
"Minggir!" bentak si nona. Ia tetap panas hati karena orang tidak mau mengaku
salah seluruhnya. "Jangan kau pedulikan aku lagi." Pek Kong tetap menyabarkan diri. Ia
memang lemah lembut. Ia memungut pedang si nona dan dimasukkannya kedalam
sarungnya, lalu ia mendekati telinga nona itu dan berkata seperti separoh berbisik: "Adik
Hong, apa kau juga tak dapat memaafkan aku?"
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 386
yoza collection Tidak ada jawaban, tidak juga ada gerakan dari si nona. Nona itu berdiam, juga tidak
menentang. Bukan main masgulnya si anak muda. Tak dapat ia berpura-pura, maka ia
berbangkit perlahan-lahan, sambil menarik napas dalam-dalam.
"Benarkah aku bersalah?" katanya seorang diri. "Benarkah" Kenapa mereka itu
begini membenci aku . . ?" Ia menoleh kepada nona itu, lantas ia berjalan, berlalu dari
situ. Tapi baru saja beberapa langkah, ia sudah menjadi kaget. Ia mendengar jeritan
tertahan dibelakangnya, hingga mesti memutar tubuh untuk menoleh. Lantas ia menjadi
kaget sekali. Tian Hong roboh terkulai!
Dengan satu loncatan pesat, Pek Kong tiba di sisi si nona. Tian Hong rebah dengan
mata tertutup rapat, didepannya ada darah hitam gelap yang baru saja dia muntahkan.
Ketika tubuhnya diraba, tubuh itu dingin, sedangkan napasnya berjalan pelahan sekali.
Pek Kong segera memondong tubuh nona itu. Ia melihat sekitarnya, lantas ia lari
ke sebuah gua dimana mereka akan berlindung dari serangan angin. Disitu ia letakkan
Tian Hong, terus ia menotok menutup jalan darah hian kwan. Setelah itu dengan sebat
ia membuka baju si nona dan terus menotok dengan ilmu Kim Kee Tok Siok, Ayam
Emas Mematuk Gabah. Ia menotok dan menekan pelbagai jalan darah tiongkek, tantian,
simkam, Kiebun dan Pekbwee. Ia menguruti guna meluruskan pernapasan. Tak lama
maka Tian Hong merasa ada hawa hangat dari tangannya si anak muda tersalurkan
ketubuhnya, mulai masuk dijalan darah tiongkek, terus tersalurkan lagi ke kedua nadi
jim tok, yang berakibat ia merasa tubuhnya lega.
Ia terus menutup rapat kedua matanya karena malu, tetapi ia membiarkan si anak
muda mengurutinya terus . .
Masih Pek Kong melanjutkan cara pertolongannya, ketika sudah lima kali, ia heran
bahwa si nona masih belum juga sadar dan pingsannya. Seorang diri ia berkata seperti
menggerutu: "Heran . . Menurut keterangan di dalam kitab, cukup dengan tiga kali, orang
akan sadar dan luka orang akan lantas sembuh. Kenapa nona ini masih pingsan terus"
Apakah aku salah menotok dan mengurutnya?" Tian Hong dengar suara itu.
"Tolol!" katanya didalam hati. Mau atau tidak, ia bersenyum sendiri.
Pek Kong berkata-kata sambil mengawasi si nona, maka itu ia dapat melihat si
nona bersenyum. "Hm, aku tahu!" katanya di dalam hati. Kiranya nona itu tengah menggodanya.
Karena ini, ia lantas main kayu juga.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 387
yoza collection "Dia nakal, baiklah!" Lalu sengaja ia mengoceh pula seorang diri: "Ah, mungkin
hidungnya adik Hong masih mampet . . Tiga kali aku mengurutinya, dia belum siuman
juga, malah sampai lima kali dia masih diam saja. Nanti aku cari batang rumput buat
mengorek hidungnya, asal dia dapat bersin, itu artinya dia tertolong, baginya tak ada
ancaman bahaya lagi.. "
Tian Hong mendengarkan, ia berdiam terus. Ia merasa bagaimana anak muda itu
mulai merapihkan bajunya. Samar-samar ia melihat tubuh pemuda itu bergerak. Ia
menerka orang benar benar hendak mencari batang rumput, Tentu saja ia tidak mau
hidungnya nanti dikilik. Maka lekas-lekas ia menggerakkan tubuhnya bangun dan
berduduk, sedangkan dari mulutnya segera terdengar suaranya yang merdu: "Kau, kau
mau bikin apa" Apa belum cukup kau permainkan aku?" Pek Kong tertawa.
"Adik yang baik!" katanya, "justeru akulah yang dipermainkan kalian! Maka itu
sekarang bolehlah sudah kau memaafkan aku!" Mendengar perkataan "kalian" itu,
kembali timbul rasa tak senangnya Tian Hong.
Ia berkata didalam hatinya: "Untuk kepentinganmu aku telah menempuh bahaya,
aku sampai tak gentar lagi bertentangan dengan tak sedikit orang, tetapi toh kau
menyamakan aku dengan wanita hina itu.,. " Ia lantas ingat pada Pui Hui.
Maka ia berkata sengit. "Orang yang permainkan kau, Tuan Pek yang terhormat, bukankah dia sudah
mengangkat kaki pergi dari sini" Orang semacam aku, yang asal turunan rendah, maka
dapat aku bermain-main dengan seorang tuan yang terhormat?"
Pek Kong terkejut. Tidak disangka, selagi ia bergurau, si nona bergusar. "Oh, adik
yang baik," katanya sambil menjura, "jangan kau membikin aku merasa tersiksa.. ,
sebenarnya dimanakah kesalahanku" Aku minta sukalah kau tunjukkan dengan jelas!
Aku minta janganlah kau mendongkol atau bergusar. Kalau benar aku bersalah, nah,
hajarlah aku!" Tian Hong melihat orang bersusah hati, tanpa terasa ia tertawa. "Hm, siapakah yang
mau menghajar kau si kepala kerbau?" katanya.
Puas juga Pek Kong melihat ia dapat membuat orang tertawa. Legalah hatinya.
"Kemarin surat didalam penginapan, adakah kau yang sengaja menulisnya, adik?" ia
tanya. Tian Hong tidak menjawab, ia hanya tertawa.
"Kau jawab dulu, kau percaya atau tidak aku orang Thian Liong Pang?" tanyanya.
Pek Kong mengawasi, otaknya bekerja hatinya memikir.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 388
yoza collection "Thian Liong Pang terdiri dari orang orang jahat, dapatkah mereka menerima kau,
adik, kau yang berbudi luhur?" ia balik bertanya.
"Sebaliknya, andai kata benar kaulah orang Thian Liong Pang, aku perduli apa"
Terhadapmu Pek Kong akan bersikap tetap teguh. Ada budi harus dibalas dengan budi!
Seumpama, kakakmu itu, dia begitu jujur dan gagah, sekalipun Thian Liong Pang sangat
jahat, dia bakal tak kerugian sedikit juga!"
Mendengar kata kata itu, beberapa kali air mukanya Tian Hong berubah, sebentar
pucat sebentar merah. Ketika ia mendengar disebutnya kata "kakakmu" itu, sekonyongkonyong saja ia tanya. "Kakak Kong, kau kenal Tian Ceng?"
Ditanya begitu, Pek Kong menjadi heran hingga ia menatap si nona.
"Bagaimana aku tidak kenal dia?" dia balik bertanya pula. "Kakakmu itu sudah
menempuh ancaman bahaya besar, dengan menempuh bahaya itu dia telah menolong
jiwaku! Malahan buah pekbweeko yang aku bikin hilang, dia telah mengembalikan
padaku. Orang lain siapakah yang dapat berbuat baik demikian terhadapku" Maka itu
budinya terhadap aku sama dengan ia telah menghidupkan aku pula dari kematian,
budi itu besar bagaikan gunung! Adik, biarpun Pek Kong sedang tidur atau bermimpi
tidak nanti aku melupakan kakakmu itu!"
Tian Hong tertawa. "Coba tolong pinjamkan kopiahmu padaku." dia minta.
Pek Kong merasa aneh. Walaupun demikian ia menurunkan kopiah dari kepalanya,
kopiah yang biasa dipakai pemuda pelajar. Lantas ia menyerahkannya. Sementara itu
Tian Hong telah menggulung rambutnya di atas kepalanya, setelah ia menyambut
kopiahnya si anak muda, terus saja ia letakkan di kepalanya, dipakai dengan rapi, setelah
itu ia tertawa dan bertanya: "Nah lihatlah, ini siapa?"
Pek Kong senantiasa mengawasi nona itu, tatkala ditanya, ia menjadi berdiri
tertegun. Tapi cuma sedetik, ia lantas saja berseru dengan kegirangan luar biasa: "Oh!
kiranya kaulah Tian Ceng!" Dan lupa bahwa orang di depannya itu seorang gadis remaja,
ia mementang kedua belah tangannya, menubruk dan merangkulnya erat-erat.
"Hai! Hai!" si nona berseru, mukanya merah. "Masih kau tak mau lepaskan
tanganmu?" Pek Kong tersadar, lekas-lekas ia melepaskan rangkulannya, terus ia berdiri diam,
matanya menatap wajahnya si nona yang demikian halus dan cantik.
Tian Hong menanggalkan kopiah itu dan mengembalikannya.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 389
yoza collection Selagi mengulurkan tangannya, ia melihat matanya si anak muda menatap tajam
padanya, tanpa merasa ia menjadi likat, mukanya menjadi merah. Lekas lekas ia tunduk,
tetapi mulutnya membilang: "Eh, mau apa kau mengawasi aku saja?"
Pek Kong menghela napas perlahan. "Aku sedang bingung," sahutnya perlahan, "aku
tidak tahu bagaimana aku harus membalas budimu ini.. " Tiba-tiba ia ingat sesuatu, maka
lantas ia menyambung. "Ah, adik! Kalau begitu peristiwa di Cit-lie kee di mana di waktu
malam kau telah melawan Hian Siu Toojin dan di dusun itu orang memaksa aku menjadi
pengantin, semua itu adalah sandiwaramu bukan?"
Nona itu tertawa geli. "Siapa suruh wajahmu mirip sekali dengan wajahku?" dia
berkata. "Dasar jail!" kata Pek Kong didalam hati, "Hebat permainanmu ini.. ." Tapi tak mau ia
berbantah pula. Ia tertawa dan berkata : "Peristiwa di Dusun Liu itu telah kuketahui!
Sekarang urusan rumput obat Liong yan cauw itu! Maukah kau memberikan keterangan
padaku?" Tian Hong menatap. Sinar matanya hidup menandakan bagaimana girang hatinya.
"Urusan rumput obat itu?" katanya. "Bukankah itu juga guna kepentinganmu" Ia
diam sejenak, baru ia melanjutkan ; "Setelah aku lolos dari libatannya Thian Lay Mo Lie,
ditengah jalan aku bertemu dengan Honghu Pek Hee hingga aku ketahui, untuk
keperluan sakitnya pamanmu, kau membutuhkan pekbweeko. Ketika itu aku menerka
sakitnya pamanmu itu tentulah disebabkan semacam racun. Pernah aku dengar bahwa
pada tiga puluh tahun yang lampau telah terjangkit penyakit panas serupa itu dan
obatnya ialah liong-yang-cauw dicampur dengan semacam buah bwee. Karena itu,
untuk membantu kau, ingin aku mencari obat itu. Pikirku, tidak perlu aku pakai
pekbweeko yang mujizat itu cukup kalau aku mendapatkan liong yan cauw. Maka aku
lantas pergi ke Kun Lun San mencari rumput itu. Aku telah pikir, pekbweeko baiklah
aku yang makan. Diluar dugaanku, ketika aku kemudian tiba di Sip-hong-tin dan bertemu
dengan Siauw Couw Kun, kiranya pamanmu itu sudah menutup mata dan kau sendiri
sudah kembali ke Kie Hong Kok guna belajar silat. Akupun lantas pergi pula kelembah
itu, mencari kau tetapi tidak dapat kutemukan. Karena itu, lantas aku pergi berkeliling
kemana-mana. Secara kebetulan aku bertemu dengan Hian Su. Dia sangat mendesak
aku hingga aku jadi berkeputusan tidak mau mengembalikan liong yan cauw padanya.
Karena itu aku jadi bentrok dan bermusuh dengannya."
Mendengar cerita itu, Pek Kong bersyukur bukan main. Kiranya "adik Hong" itu
sangat prihatin terhadapnya, dia baik hati tak kalah dengan Siauw Couw Kun yang
cuma lemah lembut dan mencinta. Nona ini bahkan gagah berani dan sudi berkorban
untuknya. Pendekar Yang Berbudi - Halaman 390
yoza collection Karena nona Tian menyebut Siauw Couw Kun, Pek Kong menjadi ingat adik itu.
"Tahukah kau dimana adik Couw Kun sekarang ?" ia tanya.
Tian Ceng mendengar disebutnya adik Couw itu, suaranya si anak muda sangat
prihatin, tanpa merasa timbullah iri hatinya. Diam diam ia menghela napas. Tapi ia
menjawab : "Dalam perjalanan pulang ke Ku San, aku memergoki Khong Liang
membawa lari nona Siauw. Sedang aku memikir bagaimana aku harus menolong nona
ini, mendadak muncul seorang yang wajahnya bengis luar biasa, yang menghadang
orang she Khong itu, sedang seorang kawannya lagi sudah lantas merampas nona
culikannya itu seraya terus dibawa lari dan sembari berlari pergi dia menganjurkan
Khong Liang pergi ke Loo Ya Nia mencari Ceng Khong Seng Nia untuk meminta kembali
nona itu. Dua orang itu sangat ringan tubuhnya, sebelumnya . . "
Belum habis kata-kata si nona, tiba-tiba terdengar satu suara keras dan parau,
sembari tertawa dia berkata: "Oh kiranya begitu. Itulah hal yang membuat aku si orang
tua tambah penglihatan dan pendengaran."
Tian Ceng kaget sekali, mendadak saja dia berlompat bangun dan terus lari kabur.
Pek Kong terperanjat. Tak ia sangka si nona lari kabur seperti orang yang ketakutan.
"Adik Tian, tunggu!" ia memanggil. Iapun hendak lari menyusul, tapi dari balik sebuah
batu, muncul seorang tua yang terus tertawa dan berkata dengan suaranya yang
nyaring: "Nah, tuan, apakah kau masih menyangsikan kata-kataku si orang tua?"
Pek Kong mengenali orang tua itu, ialah Hian Kie Kiesu Khong Liang, huhoat atau
penegak hukum dari Thian Liong Pang, partai Naga Langit. Mulanya ia melengak, tapi
cepat sekali ia sadar. Dengan sungguh-sungguh ia lantas menegur. "Kau mengatakan
Nona Siauw dirampas oleh Pek Gan Kwie; kenapa Nona Tian mengatakan dia dibawa
pergi oleh Ceng Khong Seng Nie?"
Khong Liang tidak menjawab, hanya saking heran dia berseru. "Eh, Nona Tian . ."
Mendadak ia menghentikan perkataannya, tapi segera pula ia menambahkan: "Oh, aku
mengerti sekarang! Apa katanya Nona Tian tadi, aku telah mendengarnya karena
kebetulan aku lewat disini. Ceng Khong Seng Nie dan Pek Gan Kwie sama-sama tinggal
di Loo Ya Nia, maka itu terang sudah mereka berdua bersama melakukan perampasan
itu! Pantaslah kalau muridku yang celaka itu tidak sanggup melayani mereka itu dan
telah melepaskan si nona."
Lagi-lagi orang tua itu menarik napas dalam dalam hingga beberapa kali.
Pek Kong mau percaya keterangan itu. Karena ia tidak perlu berurusan lagi dengan
hu hoat dari Thian Liong Pang itu, lantas ia lari meninggalkannya, lari kearah Tian Hong
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 391
yoza collection kabur tadi. Didalam waktu sekejap saja ia sudah melalui lima atau enampuluh lie tetapi
ia tidak mendapatkan nona yang disusulnya itu.
Pendekar Yang Berbudi Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ah . . !" ia bergumam menyesal. Ia bagaikan kehilangan sesuatu. Iapun heran si
nona demikian aneh. Maka ingatlah ia akan kata-katanya Pui Hui serta hal munculnya
Khong Liang tadi, yang membuat nona itu kabur.
"Pasti benar dia adalah orang Thian Liong Pang.. " pikirnya. "Dalam hal ilmu silat dia
lebih menang dari pada beberapa tongcu dan hiocu, dan dalam kedudukan, agaknya
dia lebih tinggi pula, kenapa ketika melihat Khong Liang dia lari sipat kuping?"
Lantas pemuda ini ingat pula pada Honghu Pek Hee.
"Ah, jangan-jangan nona Honghu pun tak menyukai aku sebab kenalan adik Hong
ini," pikirnya lebih jauh. Mengingat itu ia mendongkol berbareng merasa lucu juga. Pasti
Pek Hee telah digodai.. .
Terus Pek Kong berdiri diam, pikirannya kacau. Tengah ia berdiri bengong, tiba tiba
telinganya mendengar ringkik kuda yang keras sekali. Ia lantas mengangkat kepalanya
dan dengan girang ia melihat Ho Tong tengah mendatangi bersama kuda putihnya.
"Ho Tong!" serunya sambil ia lari memapaki. Ho Tong pun melihat dan mendengar
suara kawannya itu, girangnya bukan kepalang. Dia segera menahan kudanya, hingga
kuda putih itu berhenti mendadak sambil meringkik keras hampir ia terjungkal dari atas
kudanya itu yang mengangkat kedua kaki depannya sampai berdiri seperti manusia.
Pek Kong berlompat maju akan menjambret les kuda.
"Ah, kenapa kau menghentikan demikian mendadak?" katanya tertawa.
Ho Tong bersenyum. Tiba tiba dia menyambar lengan si anak muda dan berseru.
"Ah, benar benar siluman rase itu tidak mendustai aku!"
Pek Kong heran. Tak keruan kawan itu berseru demikian.
"Apa katamu?" tanyanya. Ho Tong tertawa.
"Siluman rase itu, karena urusan kita, sudah bentrok dengan Cit Seng Bong!" kata
dia, "Kau tahu tidak urusan mereka itu?" Pek Kong melengak. Dia mengawasi.
"Ajaran dua jurus ilmu silatmu itu sungguh berfaedah!" Ho Tong melanjutkan
keterangannya. "Telah aku gunakan itu terhadap Cit Seng Bong yang menghadangku.
Satu tinjuku membuat dia roboh hampir mampus, syukur baginya, Kiu Bwee Ho keburu
datang dan mencegah aku menghajarnya terlebih jauh. Lantas Kiu Bwee Ho
menyadarkan Cit Seng Bong, tetapi dia tidak kenal budi, hampir mereka berdua
bertempur. Setelah Cit Seng Bong berlalu, Kiu Bwee Ho bersamaku mencari kau. Kami
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 392
yoza collection tidak berhasil. Kau tidak diketemukan. Maka dia menganjurkan aku menyusul kau ke
Kun San. Dia pula telah menunjukkan jalan kegunung itu. Dia sendiri pergi mencari kau
dengan menuju kearah yang berlainan. Ditengah jalan, aku dicurangi segala hantu
pejajaran, baiknya aku ditolongi Nona Pui Hui, ia pun memberikan obat padaku. Dia
berangkat lebih dahulu ke Ku San. Apakah kau bertemu dengannya?"
Diakhir cerita Ho Tong, Pek Kong menghela napas. Cuma berita itu menambah
kesulitan baginya. Bagaimana Kiu Bwee Ho harus diatur dibelakang hari" Pui Hui mau
menolongnya tetapi salah paham dengan Tian Hong, membuatnya mengangkat kaki!
Urusan menjadi ruwet sekali.
"Ceriteraku panjang," katanya kemudian. "Sekarang baik kita menyeberang dahulu,
sesudah dapat tempat penginapan, baharu kita memasang omong."
Ho Tong heran. Dia mengawasi. "Disana ada penginapan!" katanya. "Kenapa kita
menanti sampai diseberang dahulu?"
"Besok kita pergi ke Loo Ya Nia," kata Pek Kong menjelaskan, "dengan bermalam di
seberang, di Hankauw, itu lebih memudahkan kita."
Ho Tong menurut, maka bersama-sama mereka menyeberangi sungai. Dengan
segera mereka mencari penginapan dan Ho Tong segera memesan barang makanan.
Mereka dahar sambil bercakap-cakap.
Pek Kong menuturkan segala sesuatunya sejak mereka berpisah, sampai pada
halnya ia melayani Bwee Hong Soat Lie bertempur. Mendengar itu, si dungu jadi
gembira luar biasa, sampai dia berseru keras.
Tiba-tiba dari luar kamar terdengar suara tertawa diikuti dengan kata-kata:
"Sungguh bernyali besar kau berani menempur Bwee Hong Soat Lie.. ." Menyusul itu,
daun pintu ditolak dari luar, terus muncul Kim Pian Giok Liong.
Oh, Siangkoan Tayhiap! Ho Tong berseru. Kenapa kau pun datang kemari!
Pek Kong menyambut anak muda itu, kemudian mereka duduk bertiga. Ketiganya
gembira sekali. Siangkoan Sun Siu memberi keterangan bahwa ia telah bertemu dengan Cie Jiam
Toojin hingga ia ketahui Pek Kong, sahabatnya ini telah memperoleh ilmu kepandaian
yang luar biasa, maka itu ia lantas memberi selamat. Kemudian ia minta penjelasan
tentang pertempurannya Pek Kong dengan Bwee Hong Soat Lie, hal mana membuatnya
menghela napas dan berkata: Menurut Liauw Khong Taysu, Thian Liong Pang hendak
mengacau dunia Rimba Persilatan dengan menyingkirkan semua orang yang tidak
berdiri dipihaknya, tetapi setelah pekbweeko muncul dan telah dapat orang yang harus
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 393
yoza collection memilikinya, itu berarti telah muncul juga orang yang akan mencegah malapetaka
besar tersebut. Maka itu, saudara Pek, untuk selanjutnya tanggung jawabmu bukan main
beratnya . .! Guna melindungi kesejahteraan umum, aku tak akan mengingkari tugasku, berkata
Pek Kong. Cuma satu hal membuatku kawatir, yaitu kepandaianku tidak cukup dan
namaku belum menjadi jaminan! Dapatkah aku menjalankan tugasku seorang diri"
Bagaimana lega hatiku andaikata semua cianpwee sudi membantu aku! Demikian juga
dengan kau, Siangkoan Tayhiap, aku minta kaulah yang nanti memegang tampuk
pimpinan . . Jangan kau merendah, saudara Pek, berkata Siangkoan Sun Siu. Menurut aku, kita
baiklah melakukan tugas kita sebisa-bisanya!
Ho Tong berdiam sekian lama, tak ada kesempatan baginya untuk campur bicara
dia menjadi habis sabar. Kali ini dia menyelak: Ah, kalian main merendah diri saja!
Apakah artinya itu" Kalian tak sepolos Tiat Lohan! Jikalau kalian tidak sanggup, baiklah,
biarlah aku yang maju! Pek Kong tertawa. Kau bukannya Tiat Lohan si Arhat besi, tetapi Thio Hui yang
sembrono! katanya. Tahukah kau Siangkoan Tayhiap bicara hal apa"
Kau bukannya salah seorang dari ketiga pendekar dijaman Kerajaan Han. Lauw Pie,
Kwan Kong dan Thio Hui, ketiga jago yang mengangkat saudara di Toh Wan, taman
Bunga Toh. Pek Kong mengawasi kawannya itu, terus dia tertawa.
Bukankah kalian membicarakan hal melakukan pertempuran" dia tanya. Aku
belajar Silat belum ada setengah bulan, dengan satu tinju berhasil aku merobohkan Cit
Seng Bong. Kalau aku mempelajari pula beberapa bulan, pasti aku akan dapat
menghajar runtuh Thian Liong Pang..,.!
Kian Pian Giok Liong si Cambuk Emas Naga Kumala tertawa. Kau gagah sekali,
saudara Ho! pujinya. Dengan bantuanmu, pasti Thian Liong Pang akan dapat digempur!
Nah, marilah kita bertiga mengangkat saudara, seperti contoh persaudaraan dari Taman
Bunga Toh itu! Mari kita bekerja sama, setapak demi setapak! Pek Kong menampik.
Mana dapat.. katanya merendah, atau Ho Tong sudah menyeletuk: Kalau mau
mengangkat saudara, baiklah, nanti aku pergi membeli lilin, kertas dan hio! dan tanpa
menanti suaranya berhenti, ia sudah lantas mencelat bangun dari tempatnya duduk
akan lari keluar. Tidak lama ia telah kembali dengan ketiga rupa barang yang
dibutuhkan untuk upacara mengangkat saudara itu.
Pek Kong tidak lagi merendahkan diri, bahkan ia lantas minta alat tulis untuk
membuat naskah pengangkatan saudara, kemudian mereka menyulut lilin dan
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 394
yoza collection menyalakan hio, dan segera berlutut didepan jendela, mengucapkan sumpah
mengangkat saudara dengan Thian atau Tuhan sebagai saksinya. Mereka bertiga
berjanji akan bekerjasama saling bantu membantu. Setelah satu sama lain saling
memberi hormat, upacara diakhiri dengan membakar kertas. Menurut urutan umur,
Siangkoan Sun Siu yang paling tua, Ho Tong nomor dua, dan Pek Kong si bungsu.
Ho Tong girang luar biasa sebab dia menjadi jieko, kakak nomor dua, hingga dia
tertawa lebar. Habis upacara itu, mereka selanjutnya berpesta.
Sebenarnya, adik Pek, berkata Sun Siu kemudian pada saudaranya yang termuda
itu shatee, adik ketiga - tak dapat kau menampik tugas pimpinan itu apa pula sekarang
ini justeru pelbagai partai tengah saling bertentangan, sebabnya ialah disamping
ganjalan lama, kini muncul soal perebutan pekbweeko itu. Dalam partai-partai persilatan
itu termasuk Siauw Lim Pay, Bu Tong Pay, Heng San Pay, Ceng Shia Pay, Ngo Bie Pay,
Hoa San Pay, Kun Lun Pay, Kiong Lay Pay, Tian Chong Kay dan Soat Heng Pay. Karena
demikian, sukar buat memilih orang yang harus jadi pemimpin umum . .
Kakak, aku masih kurang jelas, kata Pek Kong pada sang kakak tertua, toako.
Mereka itu memperebutkan pekbweeko sebab mereka tahu buah itu berkhasiat
menambah latihan selama puluhan tahun, sahut Sun Siu. Mereka ketahui apabila
mereka dapat makan buah itu, mereka bakal jadi si pemimpin utama. Sekarang
pekbweeko telah didapat olehmu adik, baiklah kau pergi kepada mereka itu satu demi
satu. Dihadapan setiap partai kau pertunjukkan salah satu kepandaianmu yang
istimewa, aku percaya mereka akan tunduk dan menghormatimu, lantas segala
perintahmu akan diturut . . . . .
Pek Kong tersenyum. Buat melakukan itu, suka, katanya, asal mereka dapat
bersatu dan bekerja sama. Bagiku sudah cukup asal mereka tidak mengacau. Untuk
mentaati perintahku, itu soal lain.
Kau berpikir begini karena kemurahan hatimu, adik. Ada sebabnya kenapa ada
partai-partai yang berani mencampuri sepak terjangnya partai Thian Liong Pang.
Mungkin kau ketahui, Tong Thian Liong adalah muridnya Leng In Kiesu, karena dia gagal
mendapatkan pekbweeko, dia telah mengundang gurunya itu turun gunung guna
membantu usahanya, supaya ia menjadi jago dunia. Dahulu hari di dalam pertarungan
di Bang Hua Kok, lembah Roh Gentayangan, banyak partai yang pernah merasakan
hajarannya Leng In Kiesu serta ke empat Toa Sat Choe, karenanya hati mereka sudah
ciut terlebih dahulu. Bagaimana kalau kita bekuk Leng In Kiesu dan menghajarnya " tanya Ho Tong.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 395
yoza collection Tetapi berapakah tingginya kepandaianmu" Tanya suara diluar jendela sambil
orang itu terus tertawa. Pek Kong bertiga terkejut. Tepat waktu itu seseorang berlompat
masuk lewat jendela, dan selekasnya dia menaruh kaki ditanah, dia tertawa pula dan
berkata Kalian terlalu sembrono! Tempat ini terpisah dari Ku San hanya oleh sebuah
sungai dan kalian bicara demikian keras dengan daun jendela terpentang! Sekalipun
kalian tak akan diganggu segala cecunguk, tetapi kalian toh seperti membocorkan
maksud kalian! Dapatkah itu dibenarkan"
Kagetnya ketiga orang itu lenyap. Yang datang itu kiranya Cie Jiam Toojin. Maka
mereka semua berbangkit, menyambut sambil memberi hormat, lalu mengundang si
imam duduk bersama. Tootiang benar, Siangkoan Sun Siu akui. Sekarang bagaimana
pendapat tootiang mengenai niat kita menentang Thian Liong Pang"
Niat itu baik sekali, tapi perlu kalian berhati-hati, sahut Cie Jiam. Dan tindakan yang
pertama ialah baik kalian menghubungi para nona yang kalian kenal, supaya mereka
mau memberikan bantuannya serta lebih dahulu kalian harus menyelidiki biar jelas
perihal keadaan pihak sana itu. Untuk membekuk Leng In Kiesu kita membutuhkan
kehadirannya Liauw Khong Taysu serta Leng Toojin, kalau tidak, tidak akan ada orang
yang sanggup menandingi dia itu.
Sayang mereka itu sukar dicari, kata Sun Siu. sudah berbulan-bulan aku yang
muda tak bertemu dengan guruku dan juga aku belum berhasil mencari keturunan
keluarga Tek.. . Eh, eh, apakah nona Honghu Pek Hee bukan keturunannya keluarga itu" tanya Ho
Tong, yang terus tertawa.
Sun Siu terperanjat. Benar, berkata Pek Kong sambil mengangguk. Pemuda ini mendahului menjawab
karena ia tahu, suaranya Ho Tong sangat besar, kalau si polos yang berbicara,
pembicaraan mereka itu mungkin akan menarik perhatian orang luar. Ia lantas
menuturkan tentang apa yang pernah didengarnya mengenai nona Honghu itu.
Bagus! berkata Sun Siu girang. Kalau kata-kata itu keluar dari mulutnya Leng Sie
Cay tak mungkin itu palsu. Aku memang hendak mencari guruku, maka sekalian saja
aku nanti melaporkan, meminta guruku membantu usaha kita ini. Guruku ini juga dapat
diminta untuk memohon bantuannya Cui Susiok.. .
Dan aku hendak pergi ke Loo Ya Nia mencari Ceng Khong si pendeta wanita tua,
buat minta orang dari dia, kata Pek Kong.
Bagaimana ini, tanya Cie Jiam heran, Kau mau Cari Pek Gan Kwie, kalau kau mau
cari juga Ceng Khong" Untuk apakah"
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 396
yoza collection Pek Khong lantas memberi keterangan kepada si imam perihal berita yang ia
dengar dari Tian Hong tentang siapa yang sudah menculik Siauw Couw Kun. Cie Jiam
Toojin menggeleng-geleng kepala. Telah lama pintoo berdiam di Liauw tong segala
sesuatu disitu, tak ada yang pintoo tidak ketahui, katanya, Perihal si pendeta wanita
Ceng Khong Seng Nie, telah terdengar berita bahwa dia sudah meninggal dunia pada
duapuluh tahun yang lampau. Kenapa sekarang dia masih hidup" Andaikan perihal
kematiannya itu berita dusta belaka tetapi dia seorang pendeta yang sadar dan sifatnya
pendiam, bagaimana dia mau membantui Pek Gan Kwie merampas orang ditengah
jalan" Aneh! Di selatan Liauw Khong dan di utara Ceng Khong, berkata Sun Siu, merekalah dua
orang berilmu yang kenamaan, maka itu ada kemungkinan mereka sudah mencapai
tingkat kesempurnaan hingga mereka tak mudah mati. Ceng Khong jauh lebih tawar
hati dari pada Liauw Khong, tak mungkin dia membiarkan Pek Gan Kwie main gila di
dalam wilayah pertapaannya. Aku percaya, pendeta wanita yang disebut Nona Tian itu
mungkin lain orang.. . Pek Kong terdiam. Terhadap Tian Hong, ia menaruh kepercayaan penuh. Maka
mungkin juga si nona keliru melihat orang. Tapi, kapan ia ingat suratnya Nona Tian,
yang mengatakan Couw Kun sudah selamat, ia mau menerka, mungkin benar Ceng
Khong adalah si penolong. Karena ini, mungkin orang yang dikatakan bermuka bengis
itu bukannya Pek Gan Kwie. Lagi pula, kalau benar begitu, pastilah Khong Liang sudah
berdusta ketika dia mengatakan Pek Gan Kwie adalah si penghadang.
Maka itu, pikir anak muda ini kemudian, untuk mengetahui jelas perihal adik Couw
Kun, aku mesti mencari Ceng Khong Seng Nie, dan untuk mengetahui tentang
kematiannya paman Siauw, mesti aku Cari Pek Gan-Kwie.
Setelah berpikir begitu, Pek Kong terus menjelaskan maksudnya pergi ke Loo Ya
Nia, bukit yang menjadi tempat kediamannya Ceng Khong Seng Nie, serta Pek Gan Kie
Leng Sie Cay. Sungguh kau pandai memikir adik, memuji Sun Siu sambil tertawa. Aku tak dapat
memikir sejauh itu. Baiklah, begini kita bekerja. Aku turut Cie Jiam Tootiang dan daerah
kami ialah bagian selatan dan utara dari Sungai Besar. Aku pikir baik kita menentukan
tempo tiga bulan diwaktu mana kita nanti bertemu pula dipaseban Ouw Im Tiang
ditelaga Shee Ouw. Pikiran itu disetujui Pek Kong dan Cie Jiam Toojin, maka keputusan segera diambil.
Sampai disitu, mereka terus berhenti bersantap, lalu masuk tidur. Besok paginya, habis
sarapan mereka pergi dalam dua rombongan.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 397
yoza collection Pek Kong bersama Ho Tong naik seekor kuda menuju ke Utara, mereka
menyebrangi sungai dan melintasi gunung-gunung, tanpa merasa mereka telah tiba di
Liauwtong, lantas terus mereka memasuki wilayah gunung Tian Pek San. Ketika itu di
Kang Lam selatan, sedang musim semi, hawanya agak dingin, tidak demikian dengan
wilayah Liauwtong, hawa udaranya sudah sangat dingin. Ditengah jalan salju tebalnya
sampai beberapa kaki. Bagi Pek Kong dan Ho Tong, hawa dingin ini tidak menjadi
gangguan, tubuh mereka bagaikan kebal. Yang agak sulit ialah soal makanan, sebab
perut mereka sama dengan perut orang lainnya.. .
Hari ini mereka keliru mengenal waktu mereka berjalan terus sedangkan
seharusnya singgah. Maka tibalah mereka ditanah pegunungan di mana cuma tampak
bukit atau puncak-puncak tinggi serta rimba lebat. Sebaliknya asap-asap dari dapur
rumah, tak nampak sedikit juga. Juga disitu sulit untuk mendapatkan gua di mana
mereka bisa bernaung. Ho Tongpun bingung dengan rintangan banyak dahan pohon yang kasar dan juga
keras dingin bagaikan es akibat serangan salju. Maka berkatalah dia keras keras:
Bagaimana sekarang" Perut sudah.minta makan . . !
Pek Kong juga sudah merasa lapar, tetapi ia dapat bertahan. Sebenarnya baginya
untuk dapat mencari rumah orang karena ia bisa berlari-lari keras. Tidak demikian
dengan kawannya. Maka akhirnya ia berkata: Kalau kau sudah tidak dapat bertahan,
tunggulah di sini, nanti aku cari barang makanan. Ya, lekaslah kau pergi! kata Ho Tong.
Tak perduli burung atau binatang apapun, kau tangkap dan bawalah kemari!
Pek Kong ketawa. Lantas ia lompat naik keatas pohon, guna melihat kesekitarnya.
Setelah itu ia turun, dan terus berlari-lari dengan ilmu ringan tubuh. Lekas sekali, ia
sudah melalui empatpuluh lie, hingga samar-samar ia melihat, jauh di sebelah depan,
diantara pepohonan, sesuatu yang mirip pintu atau gua.
Itulah sebuah dataran rendah dari mana samar-samar terlihat asap mengepul.
Ada asap tentu ada rumah, pikirnya. Maka larilah ia ke arah tanah rendah itu.
Selekasnya ia mendekati, ia menjadi heran. Ia mendapatkan dua orang sedang
bergumul berkelahi. Ia lantas memasang mata.
Dari dua orang itu Pek Kong mengenali yang seorang ialah Kim Cie Taypeng Liu
Kun San dari Liu-sie San-Chung, Didusun Liu. Lawannya adalah seorang tua usia kirakira enampuluh tahun, romannya bengis. Masih ada dua orang lain disitu, disisi
gelanggang pertempuran. Dengan terkejut ia mengenali Liu Hong Go, yang seorang lagi
siorang tua dengan kaki sebelah. Rupanya mereka keduanya, sudah terluka.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 398
Pendekar Yang Berbudi Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yoza collection Mengawasi pula orang-orang yang bertempur itu, Pek Kong melihat Liu Kun San
sudah mulai kehabisan napas. Dia bermandikan keringat, walaupun hawa udara sangat
dingin, kepalanya mengeluarkan uap.
Ah . . . . . anak muda kita berseru perlahan. Itulah uap yang disangkanya asap tadi,
yang dilihatnya dari tempat jauh..
Nampaknya lawannya Liu Kun San itu ulet sekali. Liu Kun San! berkata dia
selewatnya sekian waktu, jikalau kau tetap berkukuh dengan pendapatmu itu, kau lihat,
akan aku ajar kau kenal dengan Thian Hud Ciang yang liehayl
Mendengar itu, mengertilah Pek Kong bahwa Thian Hud Ciang itu namanya ilmu
silat bertangan kosong, yang mempunyai arti Tangan Buddha Langit.
Tapi Liu Kun San membentak sengit: Aku Liu Kun San, bukannya aku jumawa, tidak
bisa aku bergalang-gulung dengan kamu bangsa orang jahat! Kau lihat ilmu Cit Kim
Ciang-hoat. Itulah ilmu silat tangan kosong juga, artinya Tujuh Tangkapan . Begitu
berhenti suaranya, begitu serangannya Kun San dilakukan.
Hm! si orang tua bermuka bengis memperdengarkan suaranya yang dingin, terus
dia meluncurkan tangan kirinya, tangan yang kurus, menyambut serangan. Aneh,
tangan itu lantas nampak merah seperti api. Maka beradulah tangan mereka.
Akibat dari beradunya kedua tangan itu, Liu Kun San terpental mundur lima langkah.
Sang lawan cuma tubuhnya terhuyung-huyung sebentar, setelah itu dia berlompat maju
menyusul musuh, guna membalas menyerang.
UN SAN sementara itu belum bisa berdiri tegak. Karena terkena Thian Hud
Ciang, ia merasakan kepalanya pusing dan matanya berkunang-kunang. Ia
tidak melihat datangnya musuh, cuma telinganya mendengar satu suara
keras sekali dan daun-daun pohon didekat mereka rontok jatuh. Ia mencoba mengawasi
dengan tajam. Maka ia melihat musuhnya roboh didepannya terpisah setombak lebih,
sebelah tangannya memegangi lengannya, yang rupanya telah terluka. Disisinya
menyaksikan seorang muda tengah mengawasi lawannya itu. Dan dengan heran ia
mengenali anak muda itu ialah menantu nya yang buru-buru lari kabur!
Itulah disebabkan Pek Kong, disaat Kun San terancam hajaran maut dari musuhnya
itu, sudah berlompat maju mewakili menangkis, tetapi ia lantas merasa tak enak hati
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 399
yoza collection sebab orang yang terlukakan itu tidak dikenalnya. Maka ia lantas lompat menghampiri
sambil bertanya: Bagaimana dengan lukamu, lootiahg" Maukah kau diobati olehku"
Tapi si orang tua mengawasi bengis, dengan suara dingin dia berkata sengit. Aku
si orang she Ie, asal aku masih hidup, pasti satu kali akan aku balas budi satu tanganmu
ini, tuan! Dan lantas dia berlompat pergi berlari-lari. Tapi belum jauh dia lari, dia sudah
berhenti, lantas membalik tubuhnya dan bertanya keras. Apakah tuan mempunyai
nama" Jikalau kau tidak takut mati. beritahu akan namamu padaku!
Pek Kong mendongkol, tetapi ia dapat menyabarkan diri. Ia tertawa dan berkata
dengan terang tegas. Aku yang rendah adalah Pek Kong dari Taman Keluarga Siauw
di Sip hong tin, tetapi dirumahku tidak ada orang dan aku tidak mempunyai kesempatan
menantikanmu, tuan! Jikalau tuan mempunyai kegembiraan akan bertemu lagi
denganku, baiklah tuan menyebutkan waktu dan tempat yang ditentukan!
Orang tua itu tertawa dingin, tanpa rasa dia ngeloyor pergi!
Pek Kong mengawasi sampai orang itu telah pergi jauh, lantas ia menarik napas
dalam terus ia kembali kepada Liu Kun San. Ketika itu jago she Liu itu justru sedang
diam mengawasi dua orang lainnya yang terluka itu, air matanya tergenang sebab dua
orang itu berhenti bernapas seperti orang yang telah putus jiwa. Ia terkejut, segera ia
lompat kepada dua orang itu. Tanpa ayal ia menutup jalan darah hian kwan dari mereka
itu sambil diteruskan dengan pertolongan totokan dan pengurutan Ayam Emas
Mematuk Gabah. Dengan caranya ini, lewat sesaat, ia membuat kedua orang itu siuman.
Lega hatinya Kim Cie Taypeng menyaksikan percobaan yang berhasil itu. Ia
bersyukur sekali. Ia tidak menyangka sesudah beberapa puluh tahun malang melintang dalam dunia
sungai Telaga, hampir ia membuang jiwa di tanah pegunungan yang sunyi sepi ini.
Sedang orang yang menolongnya adalah seorang anak muda yang dulu ia paksa
hendak dijadikan menantunya, bahkan hampir ia hajar mati. Tapi ia tidak bisa berbuat
apa-apa terhadap anak muda itu, yang membalas kejahatan dengan kebaikan, hal mana
membuat ia sukar membuka mulut, hingga cuma air matanya saja yang meleleh
keluar Pek Kong mengawasi jago tua itu. Ia dapat menerka kesusahan hati orang itu.
Jangan khawatir, lootiang, katanya, menghibur. Mereka berdua telah terhindar dari
bahaya maut, Si orang tua berkaki satu mendengar suaranya anak muda ini, tahulah bahwa ia
telah ditolong pemuda itu, maka ia lantas merayap bangun, untuk memberi hormat
dengan menjura dalam sambil menghaturkan terima kasih. Kemudian ia berpaling pada
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 400
yoza collection Kun San, tangannya menunjuk penolongnya itu, ia menanya: Saudara Liu, apakah
saudara muda ini menjadi sahabatmu"
Ditanya begitu, telinganya Kun San panas sendirinya karena jengah. Ya, beberapa
kali kita telah bertemu satu dengan lain.. . sahutnya ragu-ragu.
Ketika itu Liu Hong Go sudah berbangkit bangun, lantas ia menjura memberi hormat
pada Pek Kong sambil berkata: Saudara Tian kau telah menolong kami, aku akan.. .
Dengan tersipu-sipu si anak muda membalas hormat sambil menjura juga, lalu
sambil tertawa ia berkata. Oh, saudara Liu, kau keliru ! Aku bukannya she Tian! Dahulu
itu adalah suatu salah paham yang besar sekali. Kalian belum sembuh seluruhnya, tak
dapat kalian berdiri lama-lama. Silahkan duduk! Nanti aku berikan penjelasanku.
Hong Go seperti ayahnya, mukanya menjadi kemerah-merahan. Baik kita bicara
didalam, berkata siorang tua berkaki satu. Pek Kong menoleh kedalam rimba, maka
sekarang ia melihat sebuah rumah kecil, yang atapnya tertutup salju, hingga tak mudah
mengenali bahwa itulah sebuah rumah.
Disaat mereka mulai berjalan, Ho Tong datang secara tiba-tiba sambil terus dia
berkata yang nyaring: Ah, kiranya kau bersembunyi disini! Liu Kun San bertiga kaget
sekali. Baru mereka lolos dari bahaya. Suara itu nyaring dan yang bersuara itu adalah
seorang muda bermuka hitam bertubuh kekar yang menunggang seekor kuda putih.
Kun San lantas saja menyambut dengan satu serangan Cit Kim Ciang hoat. Tetapi
Ho Tong tidak kurang suatu apa, sebab mendadak dan samping ada satu tenaga kuat
yang menotok serangan maut itu, lalu terdengar suaranya Pek Kong yang berkata
sambil tertawa: Semua adalah kawan sendiri! Harap jangan salah mengerti!
Ho Tong tak tahu ada orang menyerangnya, ia hanya berkata nyaring: Perutku
lapar sekali tetapi kau menyuruh aku menunggui disana sampai aku merasa hampir
mati kelaparan. Coba aku tidak berpikir dan datang kemari, mungkin aku sudah mati
benar-benar.. Pek Kong membungkam. Memang tak sempat ia ingat kawannya itu. Ia tak
menjawab si kawan hanya berkata kepada si orang tua berkaki satu: sahabatku ini
sudah sangat lapar, entah disini ada makanan untuk menangsel perut"..
Ada, ada! menjawab si orang tua itu yang berjalan dimuka Ho Tong turut bersama.
Sesampainya didalam, tuan rumah lantas mengeluarkan kuwe yang terbuat dari terigu
yang ia suguhkan kepada para tamunya.
Disitu Liu Kun San lantas perkenalkan Pek Kong pada si orang tua berkaki satu,
yang sebenarnya adalah Tok Kak Yang Cun Seng Sie Jin, seorang jago dan ahli
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 401
yoza collection pengobatan, dan dia kehilangan kakinya ketika dahulu kawanan Rimba persilatan
mengepung Leng In Kiesu. Pek Kong memberi hormat, ia mengagumi jago tua itu, Kemudian ia tanya apa
sebabnya pertempuran tadi dengan si orang she Ie.
Sang Sie Jin menghela napas, sebelunya dia menjawab. Ketika ia bicara, ia berduka
sekali. Katanya: Orang tadi itu bernama Ie Yang Ceng. Dia adalah salah satu dari
keempat Toa Sat Cee! Aku kenal dia sebab aku dahulu justeru terluka di tangannya. Dia
datang kemari tadi pagi, aku menemukannya selagi dia bergulingan tak hentinya dilatar
yang berumput ditepi kali. Lantas aku ketahui sebabnya itu. Dia telah kena minum air
kali beracun yang tak membeku. Lantas aku bawa dia pulang dan mengobatinya. Siapa
sangka dia membalas kebaikan dengan kejahatan, dia hendak membekuk aku untuk
dibawa kesarangnya untuk diangkat menjadi tabib istimewa dari Thian Liong Pang.
Syukur saudara Liu keburu datang, kalau tidak tentulah aku dibawa lari . .
Kun San menyeringai. Jikalau sahabat muda ini tidak keburu sampai, katanya, likat,
selagi kau sendiri, saudara Sen, belum tentu akan menerima ajalmu, yang sudah pasti
yalah kami ayah dan anak akan terkubur tulang belulangnya ditanah belukar ini . . !
Mendengar keterangan itu, Pek Kong menghela napas penyesalan. Jikalau aku
ketahui dia sebagai salah satu dari Su Sat, si Empat jahat, katanya, pastilah aku
buntungkan dahulu kakinya, baru aku lepaskan dia pergi!
Mendengar demikian, Ho Tong berkata: Bila kelak kita ketemu lagi dengan dia,
biarlah aku menempurnya terlebih dahulu! Hendak aku membikin dia seperti Cit Seng
Bong yang dengan satu tinju saja dariku roboh jungkir balik!
Liu Kun San pernah menyaksikan kepandaiannya Pek Kong, tak dapat ia
mengatakan apa-apa, akan tetapi mendengar si dungu ini bisa membuat Cit Seng Bong
sungsang sumbel hanya dengan satu pukulan, ia kagum dan heran. Pikirnya: Mana aku
sanggup melakukan itu" Syukur Pek Kong mencegah aku, kalau tidak, aku pasti akan
mendapat malu.. . Kemudian ia ingat peristiwa pertama kali ia bertemu si anak muda,
ia merasa heran, maka ia bertanya: Sahabat muda, bagaimanakah duduknya salah
mengerti diantara kita baru-baru ini"
Pek Kong menjura kepada jago tua itu, kemudian dengan roman sungguh-sungguh
ia memberikan jawabannya. Salah mengerti itu disebabkan oleh seorang sahabatku
yang melakukan tanpa sengaja. Aku mohon dengan sangat sukalah cianpwee
memaafkannya.. . Kun San menggoyang-goyangkan tangan. Jangan terlalu banyak hormat, sahabat
kecil! katanya. Kami ayah dan anak telah menerima budimu yang sangat besar,
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 402
yoza collection perkara yang terlebih besar daripada itu pun dapat diselesaikan. Aku cuma meminta
penjelasan supaya aku mengerti duduknya hal yang membingungkan itu.
Pek Kong suka memberikan keterangan, ia terus menjelaskannya.
Oh . . . . .! seru Ho Tong tertahan. Lalu dia tertawa dan berkata: Ah, kiranya kembali
Tian Ceng! Orang lain tak dapat membedakan jelas, aku dapat. Dia memang halus gerakgeriknya, dia cuma agak nakal..
Kun San menatap si anak muda, ia tetap ragu-ragu. Dimana adanya sahabatmu itu
sekarang" tanyanya. Dapatkah aku bertemu dengannya"
Pek Kong tertawa. Harap kau jangan menyangsikan aku, loo-cianpwee. Katanya
sungguh sungguh. Di dalam hal ini, aku berani bersumpah! Kalau nanti aku bertemu
sahabatku itu, akan aku ajak dia menemui loocianpwee, supaya dengan demikian
loocianpwee dapat memastikan siapa si tulen siapa si palsu diantara kami berdua.. .
Mendengar orang berani sumpah, Kun San tak menyangsikan lagi anak muda itu.
Sebaliknya, ia menjadi berduka memikirkan putrinya, yang menjadi kapiran jodohnya.. . .
Kemudian terdengar suara Tok Kak Yang Cun. Sahabat kecil, kalian berdua
memerlukan datang ke Liauwtong yang jauh ini, pasti ada sesuatu yang hendak
dilakukan. Dapatkah kalian memberi keterangan padaku" Kalau ada sesuatu yang
diperlukan, katakanlah, akan aku berikan bantuan sebisa-bisaku!.. .
Pek Kong memang mau mencari keterangan perihal Pek Gan Kwie serta Ceng
Khong Seng Nie, tawarannya Tok Kang Yang Cun kebetulan sekali baginya. Tok Kak
Yang Cun sudah tinggal lama di Liauwtong dan terutama suka menjelajah hutan dan
gunung, dia pasti mengetahui betul rimba-rimba dan pegunungan diwilayah
kediamannya itu. Tapi untuk memberikan keterangannya itu, lebih dulu ia perlu
menuturkan perihal dirinya sendiri, akhirnya barulah ia tambahkan: Kedatanganku ini
adalah untuk urusan lenyapnya putrinya Siauw Seng Houw. Ada yang mengatakan Ceng
Khoan Seng Nie yang merampasnya. Maka itu terlebih dulu hendak aku Cari Pek Gan
Kwie untuk dimintai keterangannya.. .
Kun San tidak menanti orang bicara habis, dia sudah lantas menyelak: Sahabat
kecil, kau menyebut Siauw Seng Hauw, apakah dia bukannya Pek Hong Too Siauw Seng
Houw, salah satu dari Liong Houw Siang Hiap Sepasang Pendekar Naga dan Harimau
yang namanya telah menggetarkan wilayah Kang Lam"
Mengenai hal ikwalnya Siauw Seng Houw, Pek Kong tidak tahu banyak, maka itu
pertanyaan si orang tua membuatnya berpikir kemudian ia menjawab! Aku yang muda
dipelihara dan dirawat pamanku ini, tetapi sebenarnya mengenai dirinya aku tahu
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 403
yoza collection sedikit sekali. Begitulah aku tidak tahu bahwa dia benar atau bukan salah seorang dari
Liong Houw Siang Hiap itu.
Kun San berpikir pula, lalu ia menanya lagi, Bukankah pamanmu itu bertubuh besar
kekar, alisnya tajam mirip pedang, kedua matanya panjang dan dibibirnya yang atas
ditengah-tengahnya ada tahi lalat hitam sebesar kacang hijau, dan pada tahi lalat itu
tumbuh sehelai rambut panjang"
Pek Kong heran. Benar demikian ciri-ciri pamanku itu, sahutnya.
Liu Kun San menghela napas panjang, matanya lantas mengeluarkan air
Pek Kong heran pula. Lekas-lekas ia memberi hormat sambil menjura dalam.
Cianpwee, katanya, tahukah cianpwee tentang riwayatnya pamanku itu"
Kakak kecil, duduklah dahulu . . katanya Kun San. Pek Kong menurut. Bicara tentang
halnya Siauw Seng Houw maka kami sebenarnya bukanlah orang luar, kata jago tua
kemudian. Mula-mula aku si orang tua bersahabat dengan Kiam Kun Kiam Honghu In
Liong, sesudah itu baru aku berkenalan dengan adik Seng Houw. Mereka itu masingmasing bersenjatakan pedang dan golok, kepandaiannya berimbang satu dengan lain,
merekapun bergaul rapat seperti Beng Liang dengan Ciauw Can dijaman dahulu kala.
Mereka selalu berdua, kemanapun mereka pergi. Untuk wilayah Kanglam, tak ada lawan
yang sama gagahnya dengan mereka. Begitulah orang memberikannya itu, si Naga dan
si Harimau. Belakangan orang membicarakan luas mengenai kematian yang terbinasa
secara gelap oleh musuh atau musuh-musuhnya. Sekarang Pek Hong Too telah
meninggal dunia juga, maka perkaranya Honghu In Liong itu jadi jatuh atas diriku si tua,
yang harus bertanggung jawab
Ingat sahabat karibnya itu, si orang tua terus menangis sedih sekali.
Pek Kong turut terharu. iapun berpikir keras. Kiranya Paman Houw bersaudara
angkat dengan Honghu In Liong, demikian pikirnya. Tak mungkinkah paman, setelah
dia merawat aku dan adik Couw Kun, telah pergi mencari musuhnya Honghu In Liong,
guna menuntut balas, tetapi gagal dan mendapat celaka karenanya" Kalau terkaanku
ini benar musuh itu mesti salah satu: Tong Thian Tok Liong atau Leng Sie Cay. Ketika
paman Houw hendak menghembuskan napasnya yang penghabisan dia mengatakan
bahwa dia bersahabat dengan ayahku almarhum melebihi saudara sepupu. Tetapi,
siapakah ayahku itu"
Anak muda ini berpikir terus dan menerka-nerka, sampai kemudian ia ingat bahwa
Honghu In Liong masih mempunyai seorang anak perempuan, yang menjadi muridnya
Bwee Hong Soat Lie, bahwa nona itu sudah memperoleh kepandaian silat yang mahir.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 404
yoza collection Dengan begini, aku percaya, pada suatu hari sakit hatinya Honghu In Liong itu bakal
terbalaskan! pikirnya lebih jauh. Karena ini, ia lantas tanya Liu Kun San kalau-kalau
jago tua itu mengetahui, siapa atau siapa-siapa sahabat kekalnya Honghu In Liong. Ia
memberitahukan juga bahwa Honghu In Liong mempunyai anak gadis yang menjadi
muridnya Bwee Hong Soat Lie itu.
Kun San berpikir sekian lama, tetapi akhirnya dia menggeleng kepala. Sukar untuk
menjawab kau, anak, katanya, masgul. Walaupun namanya Honghu In Liong terkenal
diseluruh Kanglam tetapi sahabatnya sangat sedikit.
Pek Kong tampak kecewa. Jangan kau berduka, kakak kecil, kata Kun San, yang melihat kedukaan pemuda itu.
Selagi telur ayam dapat menetas demikian juga perkaranya Honghu In Liong ini satu
waktu pasti bakal terbuka juga rahasianya!
Pek Kong dapat memahaminya, maka ia pun dapat menghibur diri. Sampai disitu,
Tok Kak Yang Cun turut bicara pula. Sahabat kecil, katanya, tadi kau menanyakan
tentang Pek Gan Kwie. Tentang dia aku ketahui juga sedikit. Aku tahu tempat
kediamannya. Hanya sekarang sedang musim salju hebat, seluruh gunung penuh salju
melulu, sukar menunjukkan tempatnya secara tepat. Jikalau kau tidak menganggap aku
merepotkan kau, aku suka menjadi penunjuk jalan . .
Pek Kong girang sekali. Tawaran itu diluar dugaannya dan memang yang diharap
olehnya. Aku yang muda justeru memikirkan sulitnya mengenal jalan, katanya. Tadinya
tak berani aku meminta petunjukmu, cianpwee . . .
Tok Kak Yang Cun bersenyum. Aku pun suka turut kalian, berkata Liu Kun San.
Untuk kepentingan almarhum sahabatku itu, aku harus melakukan sesuatu. Anak Go,
kau pulanglah lebih dahulu.
Pek Kong segera menghaturkan terima kasih atas kesediaan Kim Cie Tay Peng
membantu usahanya itu. Selekasnya Hong Go berlalu dan Tok Kak Yang Cun sudah
berkemas, Pek Kong mengajak mereka itu berangkat. Tok Kak Yang Cun diminta naik
kuda bersama Ho Tong. Ia bersama Kun San berjalan kaki.
Di sepanjang jalan, mereka terus beromong-omong, diantaranya Kim Cie Tay Peng
memberitahukan juga tentang perjalanannya. Tuturnya: Kun San mempunyai seorang
sahabat karib she Keng bernama Houw, gelarnya Kian Kan Kong Kek, si Kelana Bernyali
Besi yang tabiatnya aneh. Dalam hal ilmu silat, dia lebih liehay dari pada Liu Kun San.
Walaupun binal, Keng Hauw itu tidak menyeleweng dari segala perbuatan kaum lurus.
Kendati demikian, dia tak bersahabat erat dengan kaum lurus, atau lebih benar kaum
lurus tidak dapat bergaul rapat dengannya disebabkan tabiatnya yang kadang-kadang
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 405
yoza collection
Pendekar Yang Berbudi Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
angin anginan itu, Sebaliknya ia usil sekali, dia suka mencampuri segala urusan.
Karenanya dia pun mempunyai musuh yang tidak sedikit.
Pernah terjadi sepuluh tahun yang lalu, pada suatu hari Keng Houw dikeroyok
musuh musuhnya hingga terluka pada sekujur tubuhnya. Syukur untuknya, seorang
gagah yang kebetulan lewat ditempat kejadian telah menolongnya hingga lolos dari
kepungan. Semenjak itu, orang Kang ouw tak pernah menemui pula Kiat Kan Kong Kek
Liu Kun San telah menyelidiki tentang sahabatnya itu, sebegitu jauh ia tidak pernah
memperoleh hasil sampai belum lama berselang si sahabat sendiri justeru yang datang
berkunjung secara tiba-tiba ke Dusun Liu, tetapi dia tidak mau menemui tuan rumah,
dia hanya meninggalkan surat. Dia memberi keterangan bahwa akibat pertempuran
dahulu itu, mukanya rusak hingga dia malu menemui orang tetapi sekarang hendak dia
mengobati diri. Untuk itu dia memperoleh obat hosiuw yang mujarab. Hanya selesai
berobat, dia mesti menutup diri. Karenanya, dia perlu kawan yang harus membantunya,
guna menjaga dia, supaya musuh dapat dicegah andaikan selagi menutup diri dia itu
diserbu. Didalam suratnya itu dia menjelaskan bahwa dia tinggal menyendiri
dipegunungan Loo Ya Nia bagian selatan.
Untuk kepentingan sahabatnya itu Kun San sudah lantas berangkat. To Kak Yang
Cun tinggal di timurnya Bu-siong, bagian selatan bukit Pek Tauw San, karena itu sekalian
membuat perjalanan, ia ingin singgah pada sahabatnya itu untuk diajak pergi bersama
ke Loo Ya Nia. Diluar dugaan ditengah jalan ia ketemu dan bentrok dengan Ie Yang
Ceng yang lihay itu. Tertarik hatinya Pek Kong mendengar ceritanya Kun San itu. Ia mengagumi jago
tua ini yang bersedia berkorban untuk sahabatnya. ' Bagaimana dengan Keng Cianpwee
itu" tanyanya. Apakah keperluannya itu sangat mendesak" Dapatkah dia menanti
sampai urusan ini beres" Kalau dapat, aku bersedia berdiam lebih lama di Kwangwa,
guna bantu melindungi dia hingga selesai dengan pengobatan dirinya itu.
Kun San juga tidak menyangka anak muda ini demikian bersungguh hati, maka
selain lenyap sudah segala macam perasaan atau kesannya terhadap anak muda itu,
ia sebaliknya menjadi bersyukur dan berterima kasih.
Perjalanan dilanjutkan dengan cepat. Kun San dapat berjalan cepat dan ulet. Pantas
dia memperoleh julukan Kim Cie Tay Peng. Garuda Bersayap Emas, hingga dapat
diumpamakan dia bisa terbang. Didalam tempo dua hari, tiba sudah mereka di Yong
Seng Sipcu, sebuah dusun di selatan Loo Ya Nia.
Karena waktu itu sudah magrib, mereka lantas mencari rumah penginapan. Tak
dapat mereka merantau mendaki gunung malam-malam. Ho Tong tidur pules begitu
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 406
yoza collection dia merebahkan diri. Dia letih dan mengantuk habis melakukan perjalanan jauh dan
cepat-cepat itu. Lekas sekali terdengar suara dengkurnya yang keras.
Sebaliknya dengan Pek Kong. Pemuda itu duduk diam didalam kamarnya dengan
pikiran kusut. Ia banyak berpikir. Semakin ia menggunakan otaknya, semakin tak karuan
rasanya. Entah mengapa, makin ia mendekati tempat tujuan, makin keras ia berpikir,
seperti juga makin banyak soalnya. Sebabnya yang utama yalah kekawatirannya kalau
ia ketemu Pek Gan Kwie dan hasilnya tidak memuaskan.. . Iapun mendapat pikiran kalaukalau Pek Gan Kwie memalsukan Ceng Khong Seng Nie tetapi sebenarnya dialah yang
menculik Couw Kun. Dan puncak kekawatirannya yalah, bagaimana kalau Couw Kun
telah disiksa dan diperkosa Pek Gan Kwie" Duduk diam mengawasi lampu, berulang kali
Pek Kong menarik napas guna melegakan hatinya yang pepat itu.
Beberapa lamanya ia sudah melewatkan waktu, ia tidak tahu. Ia baru bagaikan
tersadar ketika ti ba-tiba telinganya mendengar suara tawa dingin dari luar jendela. Ia
terkejut. Ia heran kenapa ia tidak tahu ada orang menghampiri kamarnya, kecuali
setelah orang datang dekat dan tertawa itu. Ia tidak ingat bahwa pikirannya kacau
sekali. Dengan satu loncatan mencelat yang ringan, ia tiba dimuka jendela. Sebat luar
biasa ia menolak terbuka daun jendela. Maka diluar jendela, terpisah sejauh kira-kira
satu panahan, ia melihat sesosok tubuh langsing kecil sedang berdiri membelakangi.
Hampir ia berseru setelah melihat tegas potongan tubuh itu, yang mirip sekali dengan
potongan tubuhnya Siauw Couw Kun, adiknya. Ia lantas mengawasi dengan tajam,
otaknyapun bekerja. Dengan demikian, ia jadi bisa berpikir dengan tenang. Ia segera
merasa tak mungkin Couw Kun datang ketempatnya menginap itu. Suaranyapun tidak
sama. Habis siapakah nona itu" Apakah perlunya dia menghampiri jendela" Kenapa dia
tertawa dan lantas lari, lalu berdiri diam ditempat yang terdapat banyak salju"
Tak dapat Pek Kong memperoleh kepastian maka ia menjejak tanah untuk lompat
melewati jendela, tetapi ia tidak lantas lari untuk menyusul atau mengejar. Ia hanya
berjalan dengan perlahan dan tenang, seperti juga ia sedang menikmati keindahan sang
salju di waktu tengah malam itu. Ia masukkan kedua tangannya kedalam lengan
bajunya, ia berjalan dengan perlahan-lahan, tetapi sambil diam-diam memasang mata.
Meski ia berjalan dengan perlahan, lambat laun toh Pek Kong dapat juga mendekati
wanita itu. Segera ia mendengar pula suara tawa orang, hanya kali ini wanita itu terus
berkata-kata seorang diri.
Sungguh aneh! Pek Kong heran tertegun. Dia tengah mengoceh seorang diri atau
dia maksudkan kata-katanya terhadapku" si anak muda menerka-nerka. Ia berhenti
sebentar, lantas berjalan lagi. Kali ini ia membuka langkah lebar dan cepat.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 407
yoza collection Sekonyong-konyong wanita itu tertawa lagi sekali, tawanya tetap dingin, lalu dia
pun lari pula, keras sekali. Ketika Pek Kong tiba ditempat si nona, ia melihat salju. Ia
terperanjat. Ia mendapatkan kecuali tampak kaki bekas menjejaknya si nona, disitu tidak
terdapat tapak kaki lainnya. Itulah bukti dari kemahirannya ilmu ringan tubuh si nona.
Dia pandai Tap Soat Bu Kim, ilmu menginjak salju tanpa meninggalkan bekas.
Oleh karena itu, Pek Kong menjadi ingin mengetahui siapa gerangan wanita itu.
Tanpa ragu-ragu ia percepat larinya untuk menyusul Nona aneh itu.
Wanita itu benar-benar luar biasa. Dia seperti ketahui ada orang menyusulnya, dia
lari tak langsung kedepan, hanya sebentar menikung sana sebentar menikung sini. Dia
berputaran dibeberapa tanjakan bukit. Tegas terlihat guratan tubuh yang sangat ringan
dan lincah. Heran! pikir si anak muda. Ia sudah menyusul sekian lama, belum juga ia berhasil
dapat menyusul menyandaknya. Ditempat begini kenapa ada orang begini lihay"
pikirnya. Maka sekarang otaknya bekerja keras akan menerka siapa nona itu : Couw
Kun atau bukan" Kalau bukan, dia orang baik-baik atau orang jahat"
Ketika ia memikir maka tanpa merasa Pek Kong berlari agak perlahan. Justeru
begitu tiba-tiba si wanita hilang dari pandangan matanya. Aneh! pikirnya, heran dan
menyesal. Terpaksa ia lari asal lari saja, cuma dengan menduga-duga kemana
hilangnya nona itu. Hampir ia menunda larinya ketika ia pikir pula apa perlunya terus
menyusul orang yang tak ketahuan siapa. Tepat memikir untuk kembali saja ke
penginapannya, tiba-tiba ia mendengar sayup-sayup suara bentakan bentakan.
Ah! pikirnya pula, mungkinkah dia tengah berkelahi" Tak jadi Pek Kong kembali
kepenginapannya karena pikirnya disana toh ia tidak akan dapat tidur. maka ia lantas
lari kearah suara bentakan itu datang. Lekas juga ia tiba ditempat suara itu. Iapun
segera dapat melihat orangnya. Tiga orang wanita serta seorang pria tengah
mengurung seorang yang bertopeng.
Pek Kong pun segera mengenali si pria, ialah Say Tauw Thayswee yang pernah ia
ketemukan dipuncak Ciok Yong Hong. Maka ia menerka ketiga orang wanita itu tentunya
Cian Bin Jin Yau, Ban Hoa Yam Yauw dan Pek Leng Coa Yauw. Ketika itu selagi suaranya
Say Tauw Thay-swee berhenti maka terdengarlah suara siorang bertopeng, yang
tertawa keras dan kemudian berkata nyaring : Tuan, kau sangat gagah tak kalah dengan
masa dahulumu ! Kau telah membawa ketiga isterimu yang cantik hidup tinggal diluar
lautan. Pastilah disamping kalian menikmati hidup bersuami isteri seperti burungburung hong dan loan bernyanyi bersama, kau juga tentu telah memahami suatu ilmu
yang luar biasa. Bagus, aku justeru hendak membuka mata menyaksikannya.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 408
yoza collection Hampir Pek Kong tertawa sendirian mendengar orang bertopeng menyebut ketiga
wanita itu sebagai isteri-isteri yang cantik, sedang sebenarnya wajah mereka buruk
luar biasa. Sesudah itu lantas terdengar hentakan ketiga wanita itu: Hm, makhluk kurang ajar!
Kami adalah saudara-saudara angkat satu dengan yang lain! Kami bukannya tak tahu
malu sebagai kau. Kaulah yang berkelakuan tidak karuan! Jaga Serangan kami!
Habis berkata begitu lantas salah seorang wanita itu berlompat maju sambil
menyerang dengan sebelah tangannya serta lima buah jarinya terbuka. Serangan itu
hebat dan cepat luar biasa.
Hebat pula orang bertopeng yang diserang itu. Dengan mudah, tetapi dengan sama
lincahnya dia menggeser tubuhnya, membikin serangan menemui tempat kosong. Dia
tidak membalas menyerang, hanya tertawa nyaring dan berkata. Adik kata-katamu
menyenangkan hatiku! Aku memang berkelakuan tidak karuan, tapi sayang aku
kekurangan seorang wanita cantik untuk menjadi temanku, hingga aku menjadi
sebatang kara! Wanita berwajah buruk itu, Ban Hoa Yam Yauw mendongkol bukan main
mendengar ejekan orang itu. Dia lantas menyerang lagi, kali ini dengan kedua-dua
tangannya terus disusul dengan satu dupakan kakinya. Dia menyerang tiga sasaran!
Dupakan itu mendatangkan angin keras.
Si orang bertopeng menerka angin itu membawa senjata rahasia, dia lantas
mencelat kesamping sejauh setombak lebih. Selekasnya dia menginjak tanah, dia
menyerang tubuh dan mengawasi penyerangnya itu.
Kiranya senjata rahasianya Ban Hoa Yam Yauw adalah tiga buah benda yang
berkilau kuning emas. Tidak mengenai sasarannya, senjata itu menghajar tanah sejauh
beberapa tombak dan meledak, memancarkan bunga api yang bercahaya seperti emas,
mirip dengan kembang api!
Si orang bertopeng tertawa dan berkata : Sahabat, kau keliru menggunakan
mustikamu itu! Seharusnya kau gunakan didalam kamar, terhadap kakakmu sendiri!
Say Tauw Thayswee menjadi gusar sekali. Tak dapat ia berdiam saja mendengar
pelbagai ejekan itu. Sahabat, bukankah kau menjadi orang Kang Ouw yang kenamaan" tegurnya.
Kenapa kau bicara sembarangan saja" Jikalau kau tidak menghentikan lagakmu ini,
jangan menyesal jikalau aku tak mengindahkan lagi segala aturan kaum Kang Ouw!
Katanya: Bicara sembarangan atau tidak, terserah padaku! Juga terserah kepadamu,
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 409
yoza collection apa yang hendak kau perbuat bagiku, selamanya aku tak perhatikan segala aturan
kaum Kang Ouw! Sambil berkata begitu dia bertindak maju.. .
Sam Tauw Thayswee heran akan keberaniannya orang bertopeng itu. Baiklah!
katanya kemudian. Disini kita turun tangan akan menentukan siapa tinggi siapa rendah!
Bilanglah tuan, kau menyukai cara halus atau cara kasar"
Orang itu tertawa nyaring. Lalu dia menjawab dengan temberang. Paling benar
kalian It Koay dan Sam Yauw maju berbareng! Aku justeru hendak membekuk siluman
dan hantu keempat-empatnya berbareng! It Koay ialah satu siluman dan Sam Yauw
tiga iblis jejadian. Bagus! berseru Cian Bin Jin Yauw, yang terus melompat mendekati lawan.
Say Tauw Thayswee tidak jeri terhadap Hong Hweeshio dan Sin Ciu Cui Kit tetapi
terhadap orang bertopeng ini tak mau ia berlaku sembrono, maka lekas-lekas ia
mencegah kawannya, kemudian dengan nada dingin ia berkata, Kau hendak
mengangkat dirimu maka kau berlaku takabur seperti ini. Sengaja kau menantang satu
melawan empat! Sebenarnya paling baik akulah si orang tua yang mencoba-cobamu.
Mendengar demikian, Sam Yauw mundur serentak. It Koay pun mundur tetapi untuk
mengambil tempat dan bersiap. Katanya menantang: Silahkan maju!
Pek Kong menonton terus sambil menyembunyikan diri di atas sebuah pohon
cemara tua. Ia tertarik menyaksikan gerak-gerik semua orang itu. Memang pernah ia
mendengar tentang It Koay dan Sam Yauw dari pulau Kauw Kie To, bahwa mereka itu
termasuk kaum tak lurus. Tapi juga si orang bertopeng ini mungkin dari golongan sesat.
Kata-katanya, gerak-geriknya, telah menyatakan itu. Yang diragukan ialah kalau-kalau
dia sengaja bersikap demikian. Walaupun demikian, ia berpendapat baik tetap menonton
saja. Tak ingin ia membantu salah satu pihak.
Lantas terdengar pula suara orang bertopeng itu. Katanya: Sudah lama aku
mendengar, siluman, bahwa jari tanganmu dapat menjadi kaku seperti baja, bahwa
kaupun pandai apa yang dinamakan ilmu siluman Pa-tkwa Yu Sin, maka itu, baiklah kau
yang turun tangan terlebih dulu! Asal kau jangan takut nanti menyangkok mempelajari
kedua ilmumu itu! Hm! Say Tauw Thayswee menggeram dingin, Kalau demikian katamu, baiklah, aku
akan turun tangan terlebih dulu! Lantas dia menggoyang kepalanya, membuat
rambutnya kaku seperti jaru. Kemudian tubuhnya terus bergerak memutari orang
bertopeng itu. Gerakannya sangat gesit.
Gerakannya mirip dengan Coa Yu.. . pikir Pek Kong. Coa Yu ialah ilmu silat Ular
bermain-main . Pendekar Yang Berbudi - Halaman 410
yoza collection Sementara itu Sambil berputar Say Tauw Thayswee telah memperciut kalangan
berputarnya, hingga lekas tangannya
.. Si orang bertopeng bersikap acuh tak acuh, bahkan kepalanya menengadah dengan
tenang, melainkan langit mulutnya yang digerakkan untuk tertawa tawar.
Say Tauw Thayswee melihat bagaimana orang tidak memperdulikan padanya, tak
kepalang mendongkolnya, hingga meluaplah amarahnya. Mendadak ia menyerang
dengan kedua tangannya yang kuat, dari atas kebawah. Hampir tak terlihat, cuma
sekelebatan saja, tubuhnya orang bertopeng itu menyingkir dari serangan dasyat itu,
yang anginnya menghajar salju hingga salju muncrat beterbangan. Karena ini, si
penyerang terus menyerang ke belakang, khawatir nanti lawan menggunakan
kesempatan membokongnya. Juga serangan kebelakang itu tanpa hasil.
Tepat waktu itu terdengar orang tertawa nyaring dan dingin, diiringi dengan katakata: Tuan yang baik, jurusmu ini - Menggeleng Kepala Menggoyang Ekor tak dapat
dicela! Benar-benar lihay
Merah mukanya Say Tauw Thayswee. orang telah mengejeknya. Tapi kau tidak
berani menangkis aku! bentaknya. Adakah kau seorang jago"
Si orang bertopeng itu tertawa pula. Aku toh tidak mengakui diriku jago! katanya.
Adalah kau sendiri yang menghadiahkan gelar itu! Karena gusarnya, Say Tauw
Thayswee tidak mau membuka mulut lagi, hanya kakinya dimajukan, tangan kirinya
menyerang disusul dengan tangan kanan. Bahkan terus dia menyerang lebih jauh
dengan rambutnya, dengan kepalanya ditundukkan mendadak.
Kali ini si orang bertopeng tidak berkelit, tidak mundur maupun kesamping,
sebaliknya ia menyambut dengan kedua tangannya, guna membuka rambut orang ke
kiri dan kanan. Berbareng dengan itu, mulutnya dipakai meniup!
Say Tauw Thayswee terkejut, dengan segera ia mencelat ke samping!
Hahhaa ! orang bertopeng itu ketawa. Kenapa kau menyingkir" Takutkah" Nah
ajaklah ketiga isterimu maju bersama! Bukankah menjadi ada kesempatan untukmu
melindungkan diri" Kata-kata itu berupa sindiran.
Say Tauw Thayswee mengerti itu, maka panas hatinya tak terkirakan. Dia selalu
diejek sedangkan dia kalah sabar. Dari mana kau pelajari lagak gilamu ini" bentaknya.
Bagaimana kau berani main gila di depanku si orang tua"
Tetap orang bertopeng itu tertawa. Kau menggunakan rambutmu, aku
menggunakan hawa dari dalam perutku! katanya. Bukankah kita menjadi seimbang"
Jangan kau repot tak keruan, sahabat!
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 411
yoza collection Mendengar orang menyebut serangan dengan hawa panas itu, Pek Kong menerka
si orang bertopeng menggunakan ilmu siluman. Maka ia beranggapan, Say Tauw
Thayswee menjadi rada tak sesat . . Lantas anak muda kita ingat bahwa Say Tauw
Thayswee pernah berprihatin terhadapnya dengan membantu Pee Bie Looloo
mencarinya ketika dahulu ia hilang, sedangkan setelah dia dicurangi di Ciok Yong Hong,
mungkin dia telah bentrok dengan pihak Thian Liong Pang. Karena ini Pek Kong menjadi
berkesan baik terhadap si datuk atau Thayswee.
Ketika itu terdengar suara tertawa dingin dari Say Tauw Thayswee, yang terus
berkata keras. Jangan kau bicara besar! Jikalau kau berani menyambut aku tiga kali
dan tidak roboh, sejak hari ini aku si orang tua akan mengagumimu!
Orang yang ditantang itu tertawa. Asal kau tidak menggunakan ilmu sesat. pasti
aku akan memberi kepuasan padamu! dia menerima tantangan itu. Tay Tauw
Thayswee berseru keras, hingga suaranya berkumandang diempat penjuru. Setelah itu
perlahan-lahan ia mengangkat kedua belah lengannya, untuk mengerahkan tenaga
dilengannya itu, kemudian dengan keras dia menyerang dari atas kebawah !
Selama itu si orang berkedok berdiri diam dengan kedua tangannya,
dikebelakangkan. Dia melayani bicara dengan sikap acuh tak acuh, akan tetapi
selekasnya serangan tiba, dia mengangkat kedua tangannya menangkis.
Maka beradalah tangan kedua belah pihak dengan memperdengarkan suara keras,
sampai saljupun bermuncratan karenanya. Akibatnya, Say Tauw Tnayswee roboh
terduduk diatas salju sedangkan si orang bertopeng terpental dua langkah, terus dia
berdiri tegak. Tetapi cuma sedikit, dia lantas berseru dengan bentakannya, terus
berlompat maju kepada lawannya!
Pek Kong terkejut melihat orang menyerang lagi.
Say Tauw Thayswee bisa celaka karenanya.
Tahan! dia berseru sambil berlompat turun, untuk mencelat lebih jauh
menghadang di depan penyerang itu.
Semua hadirin terkejut melihat munculnya si anak muda yang mendadak itu, lebihlebih Cian Bin Jin Yauw, yanng segera maju menghampiri si anak muda untuk
mengawasi. Si orang bertopeng yang mengawasi tajam menegur. Eh, bocah! Kita tidak kenal
satu dengan yang lain, mengapa kau menghadang di depanku"
Suit unt.uk Pek Kong menjawab. Ia memang tidak mempunyai alasan untuk campur
Pendekar Yang Berbudi Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tangan dalam pertempuran itu.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 412
yoza collection Maaf, tuan, katanya kemudian. Aku melihat ilmu silatmu rada-ada sesat, karenanya
aku hendak memohon pengajaran beberapa jurus darimu.
Si orang bertopeng tertawa nyaring. Benarkah kau hendak mencoba aku" dia
menanya, menegaskan. Pek Kong tertawa. Aku seorang bocah tetapi aku tak pernah bicara bohong!
sahutnya. Orang bertopeng itu bersikap tawar. Nah, kau mulailah terlebih dulu! katanya,
Pek Kong mendongkol karena sikap jumawa orang itu. Tak mau aku sebagai tamu
mendahului tuan rumah, katanya. Baiklah tuan yang mulai
Orang itu melirik. Tahukah kau bahwa Tiat Tan Kong Kek tak pernah turun tangan
terlebih dahulu. katanya dingin.
Mendengar orang itu menyebutkan gelarnya Pek Kong tertegun, tetapi lekas juga ia
tertawa. Oh, kiranya Teng Loocianwee! katanya. Maaf, aku yang rendah tidak tahu.. .
Kedua mata siorang bertopeng melotot bengis. Dengan perlahan dia berjalan
menghampiri. Siapakah yang kenal kau, bocah cilik" bentaknya. Bagaima kau bisa memanggil
loocianpwee padaku" Apakah dengan bahasa panggilanmu ini kiranya kau akan
mendapat kebebasan dari kematian!
Dari Kim Cie Tay Peng, Pek Kong telah tur ngetahui bahwa Tiat Tan Kong-Kek sangat
berjumawa, hanya ia tak mengira bahwa orang sedemikian takaburnya. Ia menjadi tidak
puas. Jangan kau berjumawa! ia menegur. Ilmu kepandaian semacam yang kau miliki
itu tak ada harganya.. . Tiat Tan Kong-kek menunda langkahnya. Dia menatap tajam. Terus dia tertawa.
Bocah cilik, kau terlebih takabur daripada aku! katanya nyaring. Maka hari ini biarlah
ku bertindak tidak seperti biasa!
Lantas dia mengangkat sebelah tangannya perlahan-lahan. Selagi berbuat begitu,
dia mengawasi si anak muda. Lantas dia menjadi heran. Anak muda itu menengadah
tangannya pun diangkat dengan membalik belakang kepada langit. Ia seperti tak lagi
menghadapi pertempuran. Maka dia pikir: Kalau tanganku ini kuturunkan, mungkin
tubuhnya akan terbelah dua. Tapi aku tidak bermusuhan satu dengan lain, kenapa aku
mesti berlaku kejam"
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 413
yoza collection Karena ini, dia lantas mengurangi tenaganya sebanyak lima bagian.
Selama itu, Pek Kong terus berdiam saja. Ia tidak menghiraukan walaupun gerakan
tangan orang itu sudah mendatangkan angin.
Ia seperti tidak merasakan sesuatu.
Tiat Tan Tong-kek heran berbareng penasaran. Sendirinya ia menambah
tenagannya dengan tiga bagian lagi. Dengan begitu, serangannya dari ringan berubah
menjadi keras! Menjadi berat!
Duk ! demikian terdengar suara nyaring suara dari tinju yang menghajar dada.
Sebab si anak muda tidak menangkis hingga dadanya kena terhajar!
Hajaran itu membuat tubuh Pek Kong tergerak limbung, sebaliknya Tiat Tan Kong
kek mundur sampai tiga tindak, baru dia dapat mempertahankan diri. Maka itu, bukan
main kagetnya si jago tua. Dia terpental tetapi lawan tidak bergeming!
Pek Kong melihat orang keheran-beranan. Ia mengerti sebabnya. Ia pun menerka
lawan tidak menyerangnya dengan sepenuh tenaga. Maka ia berkata sambil tertawa
manis: Kita sudah mencoba-coba, puaslah hatiku, maka itu sampai kita berjuma pula!
terus ia memberi hormat, lalu memutar tubuh untuk berlalu.
Tunggu ! teriak Tiat Kong-kek. Dia bergelar Kong kek , si orang edan atau kasar,
tak heran kalau perilakunya angin-anginan, ia suka berbuat semaunya.
Diantara kita masih belum ada yang menang atau kalah, bagaimana kau hendak
lantas mengangkat kaki saja" dia tanya.
Kong-kek tahu orang itu kalah liehay dari padanya, tetapi ia belum mengeluarkan
semua tenaganya, ia masih penasaran. Lagi pula ketika itu di depannya ada It Koay
Sam Yauw, maka ia harus memegang nama. Apakah ia tak akan ditertawai kaum
Kangouw kalau seorang bocah saja tak dapat dirobohkan" Lantas sembari tertawa pula,
ia berkata lebih jauh: Bocah jangan kau bertingkah! Kau harus mengerti aku si orang
she Teng dapat berlaku lunak dan juga keras! Kalau kau mau pergi juga, itu tak sukar,
namun kau harus meninggalkan suatu benda sebagai tanda mata.
Pek Kong tertawa. Aku yang muda tak mempunyai apa-apa. sahutnya. Benda apa yang dapat
dijadikan tanda mata"
Tiat Tan Kong kek berkata dingin: Meninggalkan sebelah telinga toh tak keterlaluan,
bukan" Pendekar Yang Berbudi - Halaman 414
yoza collection Kembali Pek Kong tidak puas. Ia menganggap orang bertopeng itu sangat
keterlaluan. Tapi ia tidak mau mengalahkan orang itu, cukup kalau mereka seri saja,
supaya kelak mereka berdua dapat bertemu pula secara sahabat. Maka ia tertawa dan
berkata. Meninggalkan telinga sih boleh. Akan tetapi, telinga itu alat pendengar suara!
Begini saja. Kalau kau benar hendak menguji kepardaianku, bagaimana seandainya kita
main-main lagi untuk beberapa jurus"
Menyaksikan orang sungkan, Tiat Tan Kong kek menjadi tidak puas. Tanpa
mengatakan sesuatu lagi, seraya mendengus. Hm! ia lantas menyerang dengan satu
jurus Singa Betina Menyerang Gajah kedua tangannya diarahkan kepada kedua bahu
si anak muda. Pek Kong tahu tenaga lawan besar. Kalau ia kena terhajar, bahunya bisa celaka,
maka ia lantas menggerakkan tubuhnya berkelit ke samping, dari mana ia bergerak
terus kebelakang lawannya.
Tiat Tan Kong Kek terperanjat. Ia dapat menerka lawan berada dibelakangnya. Tak
sudi ia dibokong. Maka ia lantas memutar tubuh sambil mengerjakan sebelah kakinya
dari samping untuk merubah kuda kudanya lawan itu. Tapi ia menyambar tempat
kosong, hingga tubuhnya menjadi sedikit limbung. Lekas-lekas ia mempertahankan diri.
Pek Kong telah berlompat tinggi waktu ia diserang itu. Selekasnya ia menaruh lagi
kakinya ditanah, ia tertawa dan berkata: Barusan aku yang muda melihat loocianpwee
menggunakan tipu silat Naga Jahat Naik ke Udara, maka itu aku segera menggunakan
tipu Burung Jenjang Naik ke Angkasa. Nama dan gerakan kedua ilmu itu lain tetapi
maksudnya sama! Mendengar itu, It Koay Sam Yauw tertawa. Kecuali Cian Bin Jin Yauw, tiga yang ini
tidak kenal pemuda gagah ini, Malah mereka heran kenapa anak muda itu berpihak
kepada mereka. Bagus! terdengar Tiat Tan Kong berseru. Nah, sambutlah lagi yang satu ini !
Belum berhenti kata-katanya itu, serangan sudah dilakukan, dengan tipu silat Ikan
Lodan Menyedot Air. Serangan inipun dengan kedua tangan berbareng.
Pek Kong tidak kenal jurus itu, cuma merasakan anginnya. Yang satu menahan,
yang lain menolak. Untuk meloloskan diri, ia berlompat tinggi, sebelah tangannya diulur
guna menangkap lengan lawan itu!
Tiat Tam Kong kek percaya serangannya itu iihay sekali, sehingga lawan tak akan
dapat menghindarkan diri lagi. Maka terperanjatlah ia menyaksikin lawan bisa bebas.
Bahkan sebelah lengannya tersambar. Tetapi Pek Kong lekas-lekas melepaskan
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 415
yoza collection cekalannya sembari berkata nyaring: Benar-benar loocianpwee l.ihay sekali, aku yang
muda menyerah! It Koaiy Sam Yauw tidak melihat tegas orang bergerak, cuma mereka mendengar
suaranya si anak muda. Tidak demikian dengan Tiat Tan Kong kek, dia tahu bahwa
orang telah melepas budi padanya, kalau tidak, lengannya itu bisa celaka. Sampai disitu
dia tak berkeras kepala lagi. Dia menyeringai dan terus memberi hormat sambil berkata:
Bagus kata-katamu! Bagus kata-katamu! Anak, benar kau menang satu tingkat, aku
menerima dengan senang! Belum lagi suara si orang tua berhenti, mereka mendengar satu suara tertawa yang
nyaring-nyaring merdu, yang disusul dengan kata-katanya pula: Tidak tahu malu! Sudah
terang tanganmu telah kena ditangkap, kau masih bicara begini rupa!
Semua orang heran, mereka lantas berpaling ke arah dari mana suara itu datang!
Terpisah 10 tombak dari rombongannya Tiat Tan Kong Kek itu ada sebuah pohon
besar diatas salah satu dahannya tampak seorang nona tengah berdiri menghadap
mereka. Pakaiannya nona itu bergoyang melambai hingga tampaknya dia mirip seorang
dewi . . . Ketika It Koay Sam Yauw sudah melihat jelas nona itu, hati mereka ciut, lantas
dengan satu isyarat, mereka kabur tanpa menoleh.
Lagi Pek Kong heran melihat It Koay Sam Yauw lari, ia heran. Ia berdiri bengong.
Tiat Tan Kong Kek seorang jumawa. Ia sangat besar kepala, tetapi ketika ia melihat
nona itu, lantas sikapnya berubah menjadi sangat lunak. Ia memberi hormat sambil
bertanya perlahan: Kap Tubuh si nona bergerak, bagaikan melayang, dia tiba di depan si Nyali Besi.
E.a, setan tua, bukankah kau memikirkan mengobati dan memulihkan bentuk
wajahmu" katanya bengis. Kalau aku tahu telah ada dua orangtua dan dua orang muda
yang bakal menjadi tulang punggungmu, guna apa aku bersusah payah lagi untukmu.
Heran Pek Kong dengar kata-kata nona itu. Adakah maksud nona ini" tanyanya di
dalam hati. Saking heran, anak muda ini melirik nona itu. Justeru ia melirik, ia menjadi
terlebih merasa aneh lagi, hingga dengan sangsi, iapun berdiri tertegun.
Nona itu mempunyai tubuh yang tinggi rendahnya sangat sama dengan potongan
tubuh Siauw Kouw Kun, adiknya. Juga pakaiannya, sama seluruhnya. Hanya kecantikan
wajahnya berimbang dengan Tian Hong. Apa yang beda ialah, nona ini cantik
bercampur sifat kegenit-genitan, dan Tian Hong cantik kepolosan.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 416
yoza collection Si anak muda bukanlah penggemar paras elok tetapi melihat wajah si nona, hatinya
tergoncang, semangatnya seperti melayang-layang.
Ketika itu lenyap sudah kejumawaan Tiat Tan Kong-kek. Malah sebaliknya dia
menjadi sedemikian menghormatnya. Ditegur si nona, dia menjura dalam.
Maaf, nona, karena aku nona sampai mesti turun gunung, katanya, sangat hormat,
bahkan merendah. Tetapi nona siapakah empat orang tua dan muda yang nona
maksudkan" Sungguh, aku tidak tahu menahu tentang mereka itu.. .
Nona itu tertawa geli sebelum dia menjawab. Sahutnya: Mereka adalah satu si
orang tua aneh, satu si pincang, satu si orang hitam legam dan satu si tolol!.. . Dan
mengucapkan kata yang terakhir ini, dia melirik kepada Pek Kong.
Muka si anak muda terasa panas. Eh. bagaimana begitu membuka mulut kau
mencaci orang" tegurnya.
Si nona berbaju hijau itu menengadah. Dia menjawab seenaknya saja. Aku toh tidak
langsung menunjuk hidung orarng! Malam begini dingin, dari manakah datangnya salak
anjing" Pek Kong mendongkol sekali hingga ia maju satu langkah, tapi mendadak ia ingat
bahwa ia adalah seorang laki laki sejati, tidak dapat ia melayani seorang gadis - remaja
mengadu lidah! Ha!' ia menggeram dingin. Setelah mana ia menoleh kepada Tiat Tan Kong kek dan
berkata: Loocianpwee, sampai jumpa lagi. Terus ia memberi hormat, lantas ia memutar
tubuhnya dan segera berjalan pergi.
Si nona berbaju hijau mengawasi berlalunya si anak muda, dia tertawa nyaring.
Katanya, MakhIuk itu bukan saja tolol bahkan dia dungu hingga harus dikasihani!.. .
Pek Kong baru berjalan enam langkah ketika ia mendengar suara menghina itu. Ia
menduga langkah kakinya dan menoleh kebelakang.
Jikalau kau menghina sekali lagi akan aku..''
Si nona melirik dan berkata: Kau mau mau apakah" Mungkinkah kau akan berlaku
kasar dan menyerang aku"
Habislah kesabaran Pek Kong giginya berbunyi. Apakah kau sangka aku takut"
tanyanya, dan ia lompat maju kedepan.
Kini Tiat Tan Kong-kek mulai dapat menerka. Anak muda inilah yang mungkin
dimaksud si nona. Tak dapat ia membiarkan orang bentrok. Anak muda itu adalah
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 417
yoza collection penolongnya. Segera ia menyelak menengahi. Marilah kita bicara baik-baik . . ia berkata
Harap kau jangan Si nona membentak sebelum orang sempat bicara terus. Setan tua minggir!
demikian nona itu. Disini tak ada urusanmu!
Tiat Tan Kong kek kaget sekali. Ia melihat wajah si nona menjadi sangat dingin.
Ya! katanya dan terus mundur.
Sehabis mendamprat si Nyali Besi, nona itu menghadapi si anak muda. Dia tertawa
dan berkata dengan dingin: Kau bicara takabur sampaipun kerbau kena kau tiup
mumbul naik kelangit! Hayo, bilanglah, kau berani memukul aku atau tidak"-- Cis!
Lantas nona itu menengadah lagi, mengawasi s.i Puteri Malam. Nampak dia wajar
saja, tak khawatir nanti diserang secara tiba-tiba.
Benar-benar amarahnya Pek Kong sudah meluap, ia maju pula, lantas sebelah
tangannya digerakkan untuk menyerang.
Tiba-tba bayangan hitam menyerang berkelebat maju Mendadak Tiat Tan Kang-kek
sudah mewakili si nona menangkis serangan anak muda itu sekalian dia meninju dada
orang. Pek Kong terkejut. Ini diluar dugaannya. Dalam keheranannya, dengan sebat ia
berkelit. Sinona menyaksikan kejadian itu dia tertawa.
Hei, setan, tua! katanya, Kau membuat orang gusar! Apakah kau tak takut nanti
kena dihajar" Tiat Tan Kong kek menjura.
Sudah selayaknya aku si tua melindungi kau nona, sahutnya. Aku tahu aku
bukanlah tandingannya tetapi aku mesti melawannya juga ! Biarlah tubuh ragaku
hancur lebur, tak nanti aku mengijinkan dia mengganggu kau.
Tapi mendadak nona itu memperlihatkan roman bengis.
Kau aneh, ya! tegurnya. Kenapa hari ini kau berani mengacau" Kenapa kau
membantah perkataanku"
Tiat Tan Kong kek terkejut, agaknya dia takut sekali. Si jumawa menjadi si jinak.
Melihat orang demikian takut, suara si nona beruba lunak tak lagi sekeras tadi. Ia
berkata sabar: Apakah kepandaianku tak seperti pandaianmu" Nah, selanjutnya jangan
kau campuri lagi urusanku!
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 418
yoza collection Kembali Dia ! Aku situa turut perintahmu, nona, berkata Tiat Tan Kong kek, yang terus mundur
menyingkir kesamping. Pek Kong merasa sangat heran. Tiat Tan Kong kek yang demikian galak terhadap
It Koay Sam Yauw tetapi jinak sekali terhadap si nona! Tengah ia memikir, tiba tiba ia
mendengar suara bengis-bengis dingin terhadapnya. Jikalau kau tidak mau menempur
aku, aku persilahkan kau lekas-lekas menggelinding pergi dari sini.
Pek Kong terkejut. Kembali darahnya naik. Maka ia maju pula, tangannya diangkat
naik. Justeru selagi ia hendak menyerang, ia mengawasi padanya dengan wajah
tersingguing senyum manis, disusul dengan tertawa dengan sangat geli sekaii. Ia pun
lantas melihat bagaimana jelinya mata nona itu, kemudian, menyusul itu tampak si
nona agak berduka atau menyesal..
Tak dapat anak muda ini turun tangan, ia menjadi masgul dan bingung, tiba-tiba ia
memutar tubuhnya dan berlari pergi!
Melihat orang tak jadi menyerangnya dan sebaliknya kabur, nona itu tertawa pula,
orang" Sungguh lucu.. .cis!
Masih sempat Pek Kong mendengar penghinaan itu. ia menghentikan larinya.
Heran wanita ini.. pikirnya. Kenapa dia tahu mau pergi ke Loo Ya Nia untuk mencari
orang" Kalau begitu, mungkin dia tahu juga urusannya Pek Gan Kwie..
Hampir pemuda ini kembali balik menghampiri nona itu, guna menanyakan
keterangan tapi ia segera membatalkannya. Ia anggap itu tidak perlu, malah mungkin
ia nanti dihina lagi oleh nona aneh yang jahil dan nakal itu. Maka ia berlompat maju,
dan terus lagi.. Kembali terdengar suara tawa nyaring dan empuk dari si nona. Hanya kali ini suara
itu makin lama makin jauh, dan akhirnya lenyap, tak terdengar lagi. Toh suara itu
bagaikan masih mendengung ditelinga Pek Kong dan lagak si nona masih terbayang
didepan kelopak matanya, nona itu cantik dan menawan hati, toh dia jahil dan nakal
sekali, kata-katanya tajam. Tak mudah akan melupakan suara dan gaya nona itu..
Seberlalunya si anak muda, Tiat Tan Kong Kek bertanya kepada si nona, suaranya
perlahan sekali. Apakah pemuda barusan salah satu dari empat orang yang nona
sebutkan tadi. Nona itu mengangguk. Memang! sahutnya, sebenarnya aku mau
menolong kau mencari Tok Kak Yang Cun. Siapa sangka ditengah jalan aku bertemu
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 419
yoza collection dengan rombongan pemuda itu, kecuali dia, ketika kawannya yang lain ialah Kim Cie
Tay Peng, Tok Kak Yang Cun sendiri dan seorang pemuda hitam legam seperti arang.
Bukan main girangnya Tiat Tan Kong Kek mendengar sudah datangnya Kim Cie
Tay Peng dengan sahabat itu membawa kawan. Apakah nona tahu dimana singgahnya
mereka itu" ia bertanya.
Pendekar Yang Berbudi Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Nona itu menoleh mengawasi langit, sekian lama ia berdiam saja, ketika kemudian
ia mengawasi orang yang menanya, ia berkata sungguh-sungguh: Aku larang kau
menemui mereka sekarang juga!
Tiat Tan Kong kek melengak. Ia menganggap larangan itu tidak pantas. Walaupun
demikian, tidak berani ia menanya apa-apa. Ia melihat wajah nona itu suram. Si nona
berbaju hijau seperti juga dapat menebak isi hati orang.
Jangan kau tanya alasannya" katanya. Tentang wajahmu yang hendak diperbaiki,
aku telah memperoleh satu cara yang lain. Tentang itu jangan kau khawatirkan. Suhu
telah mengajarkan itu kepadaku. Jikalau kau berbuat, lain dimulut lain dihati, ingat, aku
tak akan pedulikan usiamu yang lanjut, akan kuhajar kau!
Sembari berkata begitu si nona mendelik dan romannya dibikin bengis.
Sudah sepuluh tahun lamanya Tiat Tan Kong Kek melayani si nona, ia ketahui betul
tabiatnya. Segalanya mengenai nona itu baik, kecuali tabiatnya yang dapat membuat
orang tak bisa tertawa, menangis pun tak dapat ! Ia menjadi bingung dan susah hati. Si
nona mau memperbaiki wajahnya yang buruk, itu satu soal yang melegakan dan
menggairahkan hatinya. Tapi ia toh menyesal tak diberi ijin menemui Kim Cie Tay Peng
dan kawan-kawannya. Jauh-jauh mereka datang untuk menjenguknya, untuk
membantunya, sekarang mereka dipisahkan tanpa diketahui apa alasan si nona..
Bagaimana aku dapat membalas budinya sahabatku itu" pikirnya. Kau telah
memesan, nona, tak berani aku menentangnya, kemudian dia berkata saking
bingungnya, Hanya.. . Hanya apa" tanya si nona bengis. Tidak dapatkah kau menulis surat kepada
mereka itu" Ya, ya, nona . . . . . berkata Tiat Tan Kong Kek, terpaksa. Di dalam hati, dia sangat
masgul. Nona itu bersenyum, terus dia berjalan perlahan diantara pepohonan. Tiat Tan
Kong Kek membiarkan si nona pergi, sampai ia itu tak tampak baru dia mengeluarkan
napas lega, terus dia pun pulang ke tempat kediamannya.
Sementara itu Pek Kong merasa tak keruan. Ia sebal terhadap si nona, tetapi
sekarang, dengan si nona tidak ada dihadapannya, ia merasa kehilangan. Aneh! Ia
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 420
yoza collection berjalan terus dengan pikiran kosong. Ketika akhirnya ia kembali kepenginapan, sang
waktu sudah menunjukkan sudah hampir jam tiga.
Ho Tong masih tidur nyenyak. Dikamar lainnya, kedua orang tua masih belum tidur,
rupanya mereka tengah membicarakan sesuatu. Ia terus mengetuk pintu kamar kedua
kawan itu. Liu Kun San dan Seng Sie Jin sudah bertahun-tahun tak bertemu satu dengan lain,
maka mereka bicara banyak hingga lupa tidur. Ketika mereka mendengar ada orang
mengetuk pintu, mereka memasang telinga, selekasnya mereka mengenali si anak
muda, segera mereka membukakan pintu dan mengundang pemuda itu masuk.
Selagi membuka pintu, Tok Kak Yang Cun berkata sambil tertawa: Kami berdua tua
bangka sedang membicarakan pelbagai soal kaum Kang Ouw dahulu dan sekarang.
Kami mendapat kenyatan anak muda sekarang jauh melebihi kaum tua, seperti kau
sendiri, sahabat kecilku! Kaulah pemuda luar biasa yang selama seratus tahun yang
lampau sukar didapati . . . . .!
Cianpwee bisa saja!.. . kata Pek Kong merendahkan diri. Terus ia mengambil tempat
duduk, akan melanjutkan perkataannya. Baru saja aku menemui seorang nona berbaju
hijau, yang usianya lebih muda beberapa tahun dari padaku tetapi kepandaiannya harus
diakui luar biasa sekali! Pernahkah kedua Cianpwee mendengar tentang nona baju hijau
itu" Pek Kong menuturkan dan mempetakan tentang nona yang ia tanyakan itu, supaya
kedua kawannya mengetahui jelas dan bisa memberikan jawaban.
Seng Sie Jin heran. Sudah dua puluh tahun lebih aku tinggal digunung Tian Pek
San, katanya, dan sudah sering aku pergi kegunung Loo Ya Nia mencari daun-daun
obat, tetapi belum pernah aku mendengar tentang nona yang kau maksudkan itu,
sahabat kecil . . Liu Kun San pun heran, lebih-lebih setelah mengetahui bahwa Tiat Tan Kong Kek
demikian patuh dan demikian takut terhadap nona baju hijau itu. Ia menjadi curiga dan
sangsi. Akhirnya ia tertawa dan berkata: Sungguh lucu! Tiat Tan Kong Kek yang tak
takut Langit dan Bumi, kenapa dia jeri terhadap seorang nona yang masih hijau" Ah,
mungkin sekali nona itu pandai sesuatu ilmu gaib hingga sahabatku itu menjadi mati
kutu! Atau lagi.. Tiba-tiba terdengar daun pintu bergerak, terus ada angin halus yang bertiup masuk.
Tampak Pek Kong mengangkat tangannya menyambut sesuatu, kemudian angsurkan
itu kepada Liu Kun San, hingga jago dari Dusun Liu itu melihat sebatang jarum halus.
Siluman tua yang mau mampus, demikian berbareng terdengar dampratan dari luar
jendela itu. Itulah suara seorang wanita muda, dan berbareng dengan itu, ada lagi jarum
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 421
yoza collection yang menyerang masuk. Kun San tak sempat berkelit. Ia telah didahului Pek Kong. Ia
mau melompat juga ke jendela. Tapi si anak muda mencegahnya. Jangan repot-repot,
cianpwee, jangan sibuk! berkata si anak muda. Kita baik menanti dahulu sampai kita
bertemu Teng Cianpwee untuk tuturkan hal disini, kemudian meminta keterangannya.
Kita jangan membuatnya nanti menghadapi kesukaran. Sesudah dapat penjelasan, baru
kita pergi cari nona itu untuk berhitungan dengannya!
Cis! kembali terdengar suara diluar jendela, disusul dengan suara tertawa dingin
yang segera hilang. Kun San tak segusar semula setelah dia melihat jarum rahasia
ditangan Pek Kong. Ia tahu liehaynya jarum semacam itu. Itulah ilmu senjata rahasia
yang disebut Kui Hoa Kiak Tek Ditangan orang biasa, senjata rahasia itu tidak aneh. Yang aneh ialah Si nona dapat
menimpuk menembus jendela! Kemudian ia mengawasi lubang yang sangat kecil pada
daun jendela itu, sambil berkata Biar bagaimana, satu kali wanita itu harus diberi rasa.. .
Sang Sie Jin sebaliknya menyumbat lobang itu dengan kertas, kemudian seperti orang
yang baru ingat sesuatu, dia berkata. Bukankah sahabat kecilku mengatakan bahwa
Ceng Khong Seng Nie juga tinggal digunung Loo Ya Nia" Tak mungkinkah kalau nona
itu muridnya bhikshuni tersebut" Kalau bukan, siapakah orangnya yang dapat
mengajarkan seorang murid yang demikian lihay"
Pek Kong menyetujui terkaannya Seng Sie Jin. Maka mereka bertiga lantas
berdamai dan mengambil keputusan untuk pertama-tama mencari Tiat Tan Kong kek,
supaya dari si Nyali Besi itu mereka dapat meminta keterangan mengenai Pek Gan
Kwie dan juga nona berbaju hijau itu.
Keesokan harinya perjalanan dilanjutkan. Setibanya mereka dibagian selatan
pegunungan Loo Ya Nia, mereka melihat rimba sangat luas, yang menjurus kearah
timur laut. Puncak pepohonan penuh dengan salju, tetapi dibawahnya, terlihat hitam
mirip lubang-lubang gua disebabkan lebatnya rimba. Empat orang itu tidak takut,
mereka langsung memasuki rimba itu. Disebelah dalam mereka menyingkirkan banyak
rintangan dari dahan-dahan yang malang melintang serta salju yang membeku. Mereka
tetap berkumpul, supaya tak ada yang kesasar.
Ditempat seperti ini, mana bisa kita cari sahabatku she Teng itu" kemudian Kun
San berkata. Kau keliru, saudara Liu! kata Seng Sie Jin, tertawa. Justeru tempat beginilah yang
paling cocok untuk ditinggali sahabatmu itu. Disini tak ada tempat luang, tanah penuh
dengan dedaunan yang masih baru serta yang sudah membusuk, saljupun tebal, hingga
tak dapat orang membangun rumah atau gubuk.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 422
yoza collection UN SAN heran tetapi dia sadar.
Mungkinkah dia membuat sarang diatas pohon"
Saudara menerka benar separohnya sahut she Jin. Kalau benar saudara Teng itu
berada di dalam hutan lebat ini, dia pasti membuat gubuknya ditas puncak pohon!
Pek Kong segera juga melihat ke sekitarnya. keatas pohon. Buah pekbweeko
membuat matanya tajam melebihi yang lain-lain. Setelah meneliti sekian lama, ia
menunjuk kesuatu arah di atas pohon.
Lihat diaias pohon itu! katanya. Itulah sebuah gubuk kayu! Mungkinkah Teng
Cianpwee tinggal diatas sana!
Sermia mata lantas ditujukan kearah yang ditunjuk itu. Diatas beberapa dahan besar
terdapat sebuah gubuk model sarang burung
Tetapi Seng Sie Jin dan Liu Kun San tak dapat melihatnya. Mata mereka kurang
tajam. Ho Tong juga tak dapat melihat, maka ia majukan kudanya sampai kebawah
pohon itu, dari situ barulah ia mendapati rumah mirip sarang burung itu. Tapi ia
menyesal. Tak sanggup ia memanjat pohon yang sangat tinggi itu. yang tak ada
cabangnya dibagian sebelah bawahnya Hai, sahabat di atas pohon! ia lantas
memanggil. Sahabat, kami beramatramai telah datang kemari, lekas kau turun.
Tidak ada jawaban! Tidak sekalipun, panggilan sudah diulangi beberapa kali.
Jikalau kau main gila, aku ada akal! teriak Ho Tong akhirnya. Ia menjadi tak sabar
lagi. Lantas ia bekerja. Waktu di Ngo Bwee Nia ia pernah menendang pohon hingga
roboh sekarang ia tidak mau menggunakan lagi kakinya, ia justeru menggunakan
kepala: Kontan pohon tumbang hingga roboh berikut rumah yang mirip sarang burung itu.
Pek Kong bertiga tak sempat mencegah tindakan kawan muda itu. Tadinya mereka
menyangka si semberono cuma membuka mulut besar.
Ah, kenapa kau begini semberono" tegur pemuda she Pek itu. Kalau gubuk ini
benar gubuknya Teng Cianpwee, bagaimana kita harus bertanggung jawab"..
Kun San sebaliknya tertawa.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 423
yoza collection Kalau gubuk ini benar gubuknya, katanya; dengan robohnya gubuknya itu mau
atau tidak dia nanti akan turut kita!
Ho Tong sementara kecele. Rumah itu tidak ada penghuninya: Ia berdiri mendelong,
teguran Pek Kong membuat hatinya tak tenang. Namun tiba-tiba ia lompat menghampiri
robohan rumah itu dan memungut sehelai kertas. Selekas dia membaca itu, dia berseru:
Dia tak akan pulang lagi tak apalah rumahnya ini runtuh
Kun San menghampiri, akan meminta kertas yang dipegang si dungu. Ketika
membuka surat itu hatinya goncang.
Begini bunyinya surat: Adikmu terkurung ditelaga Keng Pok Ouw, jiwaku terancam siang dan malam. Maka
itu harap kau lekas datang menolongi. Teng Houw.
Kalau Teng Cianpw.ee terancam, kita mesti lekas pergi menolong dia, kata Pek
Kong. Akan tetapi dimanakah letaknya telaga itu"
Telaga itu terletak ditempat yang hawanya dingin luar biasa berkata Seng Sie Jin.
Disana, segala sesuatu berubah menjadi es, Kalau dari sini kita pergi ke sana, kita harus
melintasi puncak tertinggi dari gunung Loo Ya Nia ini. Tak usah dikatakan lagi sulitnya
jalan mendaki itu. Pernah aku dengar orang bercerita, cuma Ceng Khong Seng Nie
seorang yang sanggup melintasi puncak tertinggi itu lain orang tidak ada yang berani.
Tiba tiba Pek Kong ingat sesuatu. Apakah tak mungkin Teng Cianpwee terjatuh
kedalam tangan Ceng Khong Seng Nie" tanyanya.
Seng Sie Jin menggeleng kepala. Kabarnya bhikshuni itu sudah lama meninggal,
katanya Sebaliknya dari kaulah aku mendengar dia masih hidup. Soal ini sukar
dipastikan. Namun aku percaya, andai kata benar, Teng Cianpwee jatuh ketangan Seng
Nie, tak akan dia dicelakakan.
Mendadak Ho Tong menyelak: Bhikshuni itu manusia, kita manusia juga. Kenapa
kita tidak sanggup melintas puncak itu "
Pek Kong pun lantas berkata: Biar bagaimana, perlu kita menolong Teng Cianpwee.
Kalau puncak ini menjadi jalan satu-satunya terpaksa aku hendak mencobanya!
Hati Kun San sangat tertarik. Dengan berjalan bersama-sama kau, anak gagah, aku
rela menyediakan diriku! katanya sungguh-sungguh. Jangankan baru Loo Ya Nia
sekalipun Couw Cong Hong, akan aku coba melintasinya! mari.
Sangat mengagumi si anak muda, jago dai dusun Liu memanggil Pek Kong sebagai
anak gagah anak muda yang gagah perkasa. Ia pun dengan sengaja menyebut puncak
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 424
yoza collection Couw Cong Hong sedangkan puncak itu tidak ada, tiada juga namanya. Dengan Cauw
Cong Hong sebab Loo Ya dari Loo Ya Nia berarti kakek .
Seng Sie Jin tertawa mendengar kata-kata yang gagah dari kawannya itu.
Jikalau kalian sudah bersatu pikiran, baiklah, aku pun bersedia turut serta ! katanya.
Aku hanya mengandalkan pada bantuanmu, anak yang gagah !
Demikian telah didapat kecocokan. Lantas mereka mulai berangkat. Seng Sie Jin
menjadi penunjuk jalan. Bersama Ho Tong, dengan menunggang kuda, ia jalan dimuka.
Dalam tempo kira-kira satu jam, keluar sudah mereka dari dalam rimba. Sekarang
didepan mereka tampak daerah yang mendaki dan hawa udara mulai terasa lebih
dingin. Itulah punggungnya puncak Loo Ya Nia , berkata Seng Sie Jin sambil menunjuk
kekiri dimana tampak puncak putih seluruhnya karena salju. Puncak itu tertutup salju
sepanjang tahun. Disitu salju lumer menjadi air, merupakan aliran kali. Namun Loo Ya
Nia, Puncak Kakek, disebabkan warna putih dari salju yang merupakan seperti rambut
ubanan. Asal kita bisa mendaki puncak sana akan kita lihat telaga Keng Pok Ouw itu.
Mendengar keterangan tersebut, terbangunlah semangat rombongan itu. Mereka
mempercepat jalannya, tak peduli hawa semakin dingin. Kecuali Pek Kong, Kun San
bertiga sudah mulai menggigil. Karenanya, si anak muda dapat melebihi mereka.
Ho Tong di atas kuda, giginya bersuara bergelutukan saling beradu.
Pek Kong, hawa bukan main hebatnya ! katanya saking dinginnya itu.
Pek Kong menghentikan langkahnya, ia menoleh. Maka ia melihat menggigilnya
ketiga kawannya itu, yang kopiahnya diturunkan melesak ketelinganya masing-masing.
Tiba-tiba ia ingat obatnya Hong Hweeshio. Lekas-lekas ia mengeluarkan kantong
kecilnya, dari dalam mana ia ambil tiga butir obat, terus dibagikan seorang sebutir.
Inilah obat Gie Han Pou Sin Wan untuk menahan hawa dingin dari Hong Hweeshio ,
katanya, dan terus menyerahkan kantongnya kepada Ho Tong sambil menambahkan :
Kalau kau merasa dingin, makanlah sebutir lagi. Kau bagi juga kepada cianpwee berdua.
Kalau perlu, berilah juga pada kuda putihmu itu
Ho Tong tertawa. Kau aneh! Kuda mempunyai bulu, masa dia makan obat
Habis menelan obat, semua orang merasa serangan hawa dingm berkurang
Dengan begitu mereka dapat maju seperti memperoleh semangat baru.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 425
yoza collection Lewat setengah jam, tiba sudah mereka di kaki puncak tertinggi itu. Disitu mereka
merandek, kepala mereka terasa pusing. Puncak itu tinggi dan curam! Mana bisa
mereka mendakinya" Ketika itu angin dingin menghembus-hembus, maka Kun San bertiga merasa betapa
hebatnya hingga mereka menggigil lagi. Bahkan kali ini, kuda mereka pun meringkik
dan terus roboh sdndirinya secara tiba-tiba.
Tok Kak Yang Cun sempat berlompat tetapi Ko Tong roboh bersama, karena kakinya
masih nyangkut pada sanggurdi. Dia menjerit saking nyerinya.
Pek Kong lompat menolong kawannya itu. Kau tidak memperhatikan kudamu, inilah
akibatnya! katanya, tertawa. Lantas dia mengambil obat dua butir untuk Ho Tong dan
kudanya. Setelah binatang itu dapat bangun. Pek Kong meneruskan berkata kepada Kun San
berdua: Baiklah cianpwee berdua saudara Ho Tong pulang lebih dahulu, aku sendiri
akan mencoba mendaki puncak ini . .
Sembari berkata begitu, anak muda ini mengambil tiga butit obat penahan dingin,
lantas kantongnya dikembalikan kepada Ho Tong, kemudian tanpa membilang apa-apa
lagi, ia lari kedepan, untuk mulai mendaki puncak.
Kun San bertiga repot menangkis serangan hawa dingin. Ketika mereka sudah
merasa lebih ringan, baru mereka mengawasi kearah mana Pek Kong pergi. Kawan
muda itu sudah lenyap dari pandangan mata!
Bagaimana sekarang" tanyanya, bingung. Pulang atau jangan"
Tepat itu waktu, mereka mendengar suatu suara aneh.
Lekas lari! teriak Seng Sie Jin, yang lantas saja berlompatan dengan sebelah
kakinya. Liu Kun San heran. Ia melihat kawan itu beroman sangat ketakutan. Pula hebat
larinya kawan itu dengan sebuah kakinya. Tapi iapun mengerti, mesti ada ancaman
bencana, maka ia menarik tangannya Ho Tong untuk diajak lari bersama.
Si anak muda menurut. Sang kuda putih juga rupanya mengerti akan bahaya, dia
Darah Olympus 5 08 Api Di Bukit Menoreh Karya Sh Mintardja Rahasia Dara Ayu 1
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama