Ceritasilat Novel Online

Pendekar Yang Berbudi 13

Pendekar Yang Berbudi Karya Okt Bagian 13


puasnya ia merasa orang berbuat berlebih lebihan.
Mudah saja untuk menyerahkan ularku ke padamu! katanya. Ia tahu dirinya kebal
racun. Memiliki Coa-po atau tidak, baginya tidak menjadi soal. Tapi kalau lootiang terlalu
memaksa, inilah tidak dapat! Lootiang, walaupun aku harus mati, tak dapat dipaksa!
Berkata demikian, anak tmuda ini lekas membungkus kepala ularnya dan
disimpannya kembali kedalam sakunya. Ia terus berdiri tegak menghadapi si orang tua.
Orang tua itu menancapkan pipa panjangnya di tanah.
Baiklah! katanya, keras. Kau sendiri yang mencari kematianmu, itulah mudah!
Pek Kong mundur dua tindak. Ia tetap tertawa.
Siapa akan mengalami sesuatu dan siapa terluka, tak dapat diperkirakan dari
sekarang , katanya, gagah. Lootiang, tak usah lootiang menyombongkan diri! Silahkan
lootiang menyerang lebih dahulu!
Dalam keadaan seperti itu, Pek Kong bersedia melayani orang tua itu.
Tian Tok Seng Ciu menatapi anak muda itu. Keberanian dan sikap gagah dari
sipemuda menarik perhatiannya. Timbul pula rasa tertariknya itu. Diam-diam ia merasa
kasihan Sejak aku dilahirkan, katanya, sambil tertawa, belum pernah aku bertempur
dengan orang dari angkatan muda. Maka hari ini. adalah diluar kebiasaanku. Walaupun
demikian, untuk aku turun tangan lebih dahulu, itulah tak mungkin ! Kini katakanlah
kehendakmu! Aku si tua akan melayanimu dengan sepenuh tenagaku. Bilamana kau
nanti kalah, kau harus kalah dengan merasa puas. Sedangkan aku, aku menang dengan
sepantasnya! Nah, bagaimana pendapatmu"
Pek Kong tahu bahwa orangtua itu meski nada bicaranya sabar, namun hatinya
panas. Pendekar Yang Berbudi - Halaman 518
yoza collection Hm! ia memperdengarkan suara dingin. Lootiang, jangan lootiang takabur ! Untuk
apa lootiang membikin lidah lootiang bercapek lelah"
Mau atau tidak, sijago tua ahli racun tertawa. Sikap sianak muda membuatnya
semakin tertarik dan menyukainya.
Sudahlah! katanya akhirnya. Sekarang baiklah kita bertaruh saja! Kita
menyesaikan perselisihan kita dengan cara ini!
Pek Kong tahu Kho Hui Liong bukan mati ditangan jago tua ini. Ia juga tidak mau
berbuat keterlaluan. Baiklah, lootiang, katanya, terserah kepada lootiang!
Tjian Tok SengTjiu tertawa haha hihi matanya dikedip-kedipkan. Ia melirik sianak
muda Bocah, kau besar kepala, ya! katanya. Jika kau turuti tabiatku dari tigapuluh tahun
yang lalu, tak dapat tiada, pastilah kau sudah aku bunuh! Ia berhenti sebentar, terus ia
menambahkan. Cara bertaruh tadi, kau tidak setujui. Baiklah, kita jangan anggap siapa
kalah siapa menang. Kita mulai dari baru lagi. Begini: Kalau kau kalah, kau mesti
serahkan Coa po padaku. Cara itu adil juga, kata Pek Kong. Nah, bagaimanakah cara bertaruhnya!
Si orang tua mencabut pipanya, dengan itu ia menowel bangkai katak emasnya.
Lalu dengan bersungguh-sungguh, ia berkata: Katak ini sudah mati, tetapi sisa racunnya
masih ada bahkan racunnya lebih dahsyat dari racun yang kebanyakan! Kita berdua
sama-sama tidak takut racun, bukan" Nah marilah kita sama-sama makan seorang
separoh! Siapa makan katak ini, biasanya ia sakit perut. Tetapi setelah lewat sesaat,
bukan saja bahayanya tidak ada, sebaliknya tenaga dalam kita akan bertambah besar!
Siapa menang atau siapa yang kalah itu akan ditentukan oleh siapa yang lebih dahulu
pulih keadaannya seperti sediakala!
Setelah mendengar keterangan si orang tua, Pek Kong mengawasi bangkai katak
itu. Bangkai itu sudah membengkak dan bernanah, baunya bukan main! Tadi saja,
setelah ia memegangnya, baunya telah melekat ditangannya. Sekarang ia mesti makan
bangkai itu! Dapat kali" Pasti ia bakal muntah uger! Tanpa terasa, tubuhnya menggigil.
Si orang tua terus menatapnya. Ia melihat orang ragu-ragu. Ia tertawa gelak-gelak.
Jangan khawatir, anak kecil, jangan takut. katanya. Setelah kau makan katak ini,
sukar dijamin bahwa kau tak akan mati. Namun padamu ada Coa-po, mustika itu tak
dapat dipakai untuk menghidupkan kau pula! Aku si tua, aku hanya menghendaki Coa
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 519
yoza collection po, tak tega aku mengambil jiwamu. Maka itu, janganlah kau takut! Tidak nanti aku si
tua tidak menolongmu, andaikata kau hadapi kematianmu!
Untuk Pek Kong, mati atau hidup, bukan soal. Yang sulit ialah memakan dan
menelan bangkai bernanah dan bau itu . .
Cian Tok Seng Ciu mengawasi. Karena orang berdiam sekian lama, ia mau percaya
si anak muda takut. Maka ia tertawa dingin.
Jikalau kau suugguh-sungguh tak berani makan katak itu, nah, kau keluarkanlah
Coa-po! katanya. Didesak secara demikian, hati Pek Kong menjadi panas. Sesungguhnya ia tak sudi
menyerahkan kepala ularnya itu. Namun akhirnya ia berkata dengan nyaring: Baik! Mari
kita bertaruh dengan makan katak emas itu!'
Mendengar jawaban itu, dari bersikap mengejek, si orang tua menjadi tertawa
gembira. Sungguh anak yang baik! ia memuji. Lantas ia pungut bangkai katak itu, dengan
satu gerakan jari tangannya, ia membuatnya menjadi dua potong. Yang sepotong ia
lemparkan pada anak muda dihadapannya itu.
Pek Kong menyambutnya. Ia mencium bau yang sangat keras. Tidak ayal lagi ia
menutup hidungnya dan menahan napasnya. Bahkan memejamkan juga matanya,
sebaiknya mulutnya terus dibuka.
Tahan! tiba-tiba si orang tua mencegah. Tunggu dulu!
Ada apa lagi, lootiang" tanya si anak muda Ia sudah siap untuk menelan bangkai
katak itu Cian Tok Seng Ciu tertawa.
Pada tubuhmu ada Coa po, katanya andaikata kau makan katak ini, racunnya akan
sirna sendirinya. Bukankah itu berarti bahwa sudah pasti aku situa akan kaiah"
Pek Kong ternganga. Habis kau menghendaki bagaimana, lootiang" tanyanya.
Paling dulu aku minta janganlah kau menyangka bahwa aku si orang tua
mempunyai hati tidak baik, kata Cian Tok Seng Ciu. Dengan nama Cian Tok Seng Ciu
empat huruf aku berani pastikan bahwa aku tak akan mencurangi kau bocah cilik umur
belasan tahun! Tak nanti aku mengakali mustikamu itu! Jikalau kau percaya, letakkanlah
mustikamu itu diatas batu karang disana, kemudian kita sama-sama mengambil jarak
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 520
yoza collection yang sama jauh terpisahnya, setelah itu dengan berbareng kita makan katak ini.
Bukankah dengan demikian kita jadi tak dapat saling memperdayai"
Pek Kong setuju dengan cara itu. Karena orang bicara pada tempatnya, iapun
berkesan baik pula terhadap orang tua itu. Bahkan ia segera pergi kebatu karang yang
ditunjuk untuk meletakkan bungkusan mustikanya itu.
Ketika itu Cian Tok Seng Ciu dengan membawa pipanyapun sudah pergi
menjauhkan diri, sehingga mereka bersama-sama terpisah dari batu karang sejauh
enam tombak. Dengan satu isyarat, sama-sama mereka duduk bersila.
Si orang tua mengawasi sianak muda, yang duduk tenang dengan tangannya
memegang bangkai katak. Segera ia berkata: "Kita sama-sama bersiap, sama-sama kita
menggerakkan tangan, untuk berbareng memasukkan katak kedalam mulut kita. Satu
hal kau harus perbatikan. Begitu katak sudah ditelan, kau harus mengerahkan tenaga
dalammu supaya pencernaanmu bekerja dengan segera, membikin katak itu hancur
dan larut secepat mungkin. Karena ketika itu bau busuknya akan menghebat. Kau harus
menutup jalan darah tiong-teng, agar hawa busuk tak menghembus naik. Di lain pihak,
dengan tenaga dalammu, kau paksa hawa busuk itu turun kejalan darah hwee-in. Ingat
kalau hawa busuk itu masuk ke bagian jalan hidup dan mati, sekalipun orang yang
paling liehay ilmu silatnya, ia mesti mati seketika, ia tak akan dapat bertahan dari
racunnya katak ini!"
Pek Kong puas dengan keterangan itu, yang berupa peringatan. Kesannya semakin
baik terhadap siorang tua.
Baik, lootiang! ia memberikan jawabannya.
Cian Tok Seng Ciu mengangguk, terus ia memberi isyarat untuk mereka mulai
makan bangkai itu. Melihat demikian, tak ayal lagi Pek Kong membuka mulutnya mencaplok bangkai
katak itu, dengan satu kali telan. Ketika ia menelannya, mendadak ia mendengar suara
tertawa nyaring tanda gembira, maka ia membuka matanya, yang baru saja ia
pejamkan. Ia kaget bukan main. Bungkusan Coa po diatas batu karang lenyap tak
berbekas. Tentu saja, ia ingin lompat bangun untuk mencari mustikanya itu. Namun
tiba-tiba ia merasa diserbu bau busuk, yang menyerang ketiong teng. Maka lekas-lekas
ia menutup jalan darahnya itu seraya terus mengerahkan tenaga dalamnya serta
menyalurkannya. Tepat pada waktu itu ia mendengar suara yang tak asing baginya,
mendamprat dengan nyaring: Oh orang yang menyimpan golok dalam tawanya! Hayo,
kemana kau hendak kabur! Sampai disitu, Pek Kong tidak tahu apa-apa lagi.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 521
yoza collection Tetapi ketika itu ia terjaga dan keadaannya pulih kembali seperti sedia kala, bau
busuknya pun lenyap, napasnya juga lega. Sehingga ia mengerti bahwa ia telah berhasil.
Justeru disaat ia sadar itu Pek Kong dikagetkan dengan jeritan keras dari Cian Tok
Seng Ciu. Ia segera membuka matanya menatap ke arah siorang tua. Untuk
kekagetannya ia dapatkan orang tua itu roboh terjengkang. Tangan dan kakinya
terpentang dan dari mulutnya darah segar mengalir keluar!
Lupa akan keadaan diri sendiri, Pek Kong berjingkrak bangun, terus ia lompat dan
lari pada orang tua itu serta memeriksa tubuh orang. Untung orang tidak terluka apaapa. Maka ia tahu, itulah tentu disebabkan bekerjanya bisa katak itu. Ia meraba dadanya,
dada itu masih bergerak perlahan. Itu artinya orang belum putus jiwa. Ia menyesal Coapo sudah lenyap, entah diambil oleh siapa, tidak ada jalan lain, segera ia menolong
siorang tua dengan menggunakan tenaga dalamnya, dengan bantuan ilmu saluran
napas Ayam Emas Mematuk Gabah
Lewat sekian lama, perlahan-lahan si orang tua terjaga dari pingsannya. Melihat
demikian, si anak muda girang sekali,
' Bagaimana kau rasa, lootiang" tanyanya.
Perlahan-lahan Cian Tong Seng Ciu membuka matanya. Setan itu benar amat jahat!
katanya, masgul. Sayang kini aku telah menjadi orang yang tak berguna, jikalau tidak,
aku akan cincang dia menjadi beberapa ratus keping!
Siapa gerangan yang kau maksudkan, loocianpwee" Pek Kong menanya heran.
Siapakah sebenarnya orang yaog telah membokong mu"
Dialah Ciauw Bin Siu su To Ya, sahut si orang tua. Selagi kita sedang mencaplok
katak, tiba-tiba ia muncul ! Entah dari mana datangnya dia! Dia telah mencuri Coa-po!
Sudah aku hajar dia, tetapi karena aku menggunakan tenaga tiong-tengku terbuka dan
aku terserang hawa busuk sehingga aku tidak berdaya lagi untuk mengelakkannya.
Seharusnya aku sudah mati, atau sedikitnya pingsan, karena itu aku tidak tahu mengapa
aku dapat ditolong sehingga hidup pula.
Aku telah mencoba menolongmu, loocianpwee, Pek Kong memberi keterangan.
Aku menggunakan ilmu Ayam Emas Mematuk Gaba, Pikirku untuk mengurutimu,
menyalurkan darah dan napas lootiang, mungkin aku dapat menambah
memperpanjang usia lootiang, supaya kita sempat mencari To Ya, buat merampas
pulang Tjoa-po. Tjian Tok Seng Tjiu tertawa sedih.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 522
yoza collection Tak usah kia bercapek lelah lagi, katanya, sedih. Jangankan dia sukar dicari, andai
kata mudah dapat dicarinya pun dengan ke pandaianmu, anak, kau tak akan dapat
merampas pulang mustikamu itu. Aku sudah berusia seratus tahun lebih, bagiku, tidak
berarti lagi soal mati atau hidupku. Hanya sayang, kepandaianku dalam hal
menggunakan racun, tidak ada akhli waris kepada siapa aku dapat turunkan.. .
Mendengar orang sedang mendekati ajalnya namun masih memberati ilmu
racunnya itu, Pek Kong merasa mendongkol bercampur lucu. Akan tetapi dilain pihak,
ia tak berdaya menolong jiwa orang, ia menyesal sekali.
Sewaktu dua orang itu terdiam saja, yang satu berdaya yang lain menyesal, tibatiba mereka mendengar satu suara mendengung bagai suara naga mengalun ditengah
udara. Lalu muncullah orangnya, ialah seorang yang rambutnya kusut pasat dan
pakaiannya kumal, bahkan mukanya pun kotor. Begitu ia muncul orang itu tertawa
terbahak-bahak sambil berkata dengan nyaring. Kau, makhluk berbisa kau sangat
tamak akan benda mustika. Sebab itu, bagimu mati pun masih berkelebihan. Sekarang,
untuk apa kau menarik napas panjang pendek"
Dua dua Tjian Tok Seng Tjiu dan Pek Kong menoleh mengawasi orang itu, yang
bukan lain dari pada Sin Tjiu Tjai Kit si pengemis pemabukan, sehingga mereka menjadi
heran. Orang sudah datang secara tiba-tiba!
Siorang tua lantas saja gusar. Ia tengah bersusah hati, datang-datang orang
mengejeknya. Ia anggap itu sebagai satu hinaan. Maka ia melotot dan memaki: Oh,
pengememis miskin melarat. kau terlalu! Aku sedang menjadi korban racun sehingga
aku tidak berdaya sama sekali, justeru kau memutar lidah di depanku! Sebenarnya kau
termasuk makluk apakah"
Sin Tjiu Tjui Kit tertawa.
Seandainya kau tidak sedang terkena racun lalu apa yang kau dapat berbuat atas
diriku, leluhurnya kaum pengemis" tanyanya.
Aku pasti akan membuat tulang-tulangmu remuk dan menjadi abu' kata si orang
tua yang hatinya tetap panas.
Sin Tjiu Tjui Kit mengulurkan lidahnya terus tertawa pula.
Aku sipengemis tua sudah bosan dengan segala sisa makanan
serta tidur sembarangan di kaki lima atau gang-gang. Aku sudah tidak sabaran hidup
lebih lama lagi di dunia ini. Sebab itu baiknya ada kau yang mau menghajar aku dan
mengirim aku pulang ke nirwana ! Oh, raja racun, sudah seharusnya aku mengucapkan
terima kasih terlebih dahulu padamu!
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 523
yoza collection Benar-benar si pengemis menyembah dalam sekali pada ahli racun itu. Namun
diam-diam ketika ia membungkuk, dilemparkannya sesuatu kepada Pek Kong.,.
Tjian Tok Seng Tjiu sedang repot dengan napasnya yang sengal-sengal, ia kurang
perhatian Sebab itu, ia tidak melihat gerak-gerik sipengemis. Hatinya pun sedang panas
mendidih. Sejak tadi Pek Kong sedang berdiri. Ia ingin menghampiri si pengemis jago tua itu
serta memberi hormat. Oleh karena Si pengemis terus mengadu lidah saja dengan si
orang tua, ia jadi berdiri mengawasi. Justru itu ia melihat si pengemis melemparkan
barang padanya, dengan sigap ia menyambutnya. Segala suka citanya meluap-luap
sebab benda itu ialah Coa-po, mustika kepala ular kepunyaannya! Hampir ia berteriak
bersorak-sorai, kalau tidak Sin Ciu Cui Kit meneruskan menoleh kepadanya sambil
melirik dan mengedip-ngedipkan matanya
Sebagai seorang yang cerdas, anak muda ini mengerti, maka terus ia berkata
kepada Cian Tok Seng Ciu: Lootiang, aku akan berusaha mengobati luka racunmu ini!
Si orang tua heran. Kata-kata anak muda itu diluar dugaannya. Bukankah baru saja
bocah itu putus asa" Sebab itu ia hendak minta keterangan namun ia tiba-tiba tak ingat
apa apa lagi . Itulah hasil karya Sin Ciu Cui Kit. Sewaktu siraja racun menatapi Pek Kong, yang
menyebabkan dia merasa aneh itu ia sudah melakukan serangan. Kek Khong Tiam
hoat, totokah Ditengah Udara.
Artinya pengemis itu menotok orang dari jauh, tanpa jari tangannya mengenakan
sasarannya. Mula-mula Pek Kong tertegun. Ia tidak menyangka si pengemis menyerang
orang yang sedang menantikan ajalnya itu, atau segera juga ia mendengar Sin Ciu Ciu
Ki tertawa bergelak. Kebetulan sekali untuk kau anak, kata si .pengemis ketika ia berhenti tertawa.
Sekarang kau boleh obati si raja racun! Kau letakkan Coa-po dekat ulu hatinya, dalam
waktu singkat, racun itu akan lenyap semuanya.
Pek Kong mengerti, ia menurut. Segera ia taruh Coa-po di dada siorang tua, yang
rebah pingsan bagaikan mayat. Hanya setelah menaruh Coa- po itu, ia menoleh kepada
si pengemis untuk bertanya: Loocianpwee, darimana loocianpwee memperoleh Coapo ini " Mengapa loocianpwee mau mengobati ia ini tetapi dengan tidak mau
memberitahukan atau membuatnya ia mengetahui akan pertolongan loocianpwee"
Sekarang jangan kau bertanya banyakmengerti sendiri.
ia mencegah, Sebentar kau bakal
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 524
yoza collection Pek Kong heran tetapi ia menurut. Ia berdiam.
Maka itu kedua-duanya membungkam, sehingga suasana diantara mereka menjadi
sunyi sekali, merekapun mengawasi saja pada Cian Tok Seng Ciu, si raja racun.
Lewat sekian lama nampaklah tubuh siorang tua bergerak, lalu terdengar suara
batuk-batuknya yang perlahan, sesudah itu terus ia tumpah darah kental, darah yang
menyiarkan bau busuk sekali.
Menyaksikan semua ini, hati Pek Kong lega sekait. Ia tahu, bahwa itulah darah
beracun Dengan muntahkan darah itu, bersih sudah tubuh Cian Tok Seng Ciu Lekaslekas ia memungut Coa po.
Lootiang, kau telah sembuh! serunya!
Cepat sekali tenaga Cian Tok Seng Ciu pulih kembali. Tiba-tiba saja ia dapat
berlompat bangun. Hanya setelah itu, ia segera berdiri diam dengan penuh keheranan.
Semula ia menatapi Pek Kong dan Sin Ciu Cui Kit bergantian, terus ia bertanya:
Bukankah kau sudah menolong aku dengan menggunakan Coa-po"
Belum sempat si anak muda menjawab, Sin Ciu Cut Kit sudah mendahuluinya


Pendekar Yang Berbudi Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan kata-katanya yang tajam:
Eh, mahluk berbisa tua bangka, apakah kau tak sudi menjadi anak berbakti atau
cucu yang bijaksana" Bukankah tadi kau katakan kau ingin mengantarkan leluhur
pengemismu ini pergi naik ke langit" Nah, mengapa kau sekarang tidak mau
melakukannya" Cian Tok Seng Ciu tidak melayani orang bicara, hanya mendadak tubuhnya
mencelat kepada pengemis jago itu, sambil membentak ia menyerang dengan dua
tangan dan kakinya. Menyaksikan demikian, Pek Kong menjadi kaget. Namun tak sempat ia mencegah
atau memberi peringatan kepada si pengemis
Sin Ciu Cui Kit sebaliknya tidak terkena serangan semacam pembokongan itu. Ia
juga tidak menangkis hanya tubuhnya berkelit sambil berputar. Karena iseng, adalah
untuk berteriak-teriak keras, sehingga ia membuat penyerangan menjadi semakin gusar
dan menjerit-jerit serta mengulangi serangannya berulang-ulang dengan setiap kali
secara hebat sekali! Celaka! si pengemis berteriak.
Bruk! demikian terdengar suara barang berat jatuh.
Dan itulah tubuh si pengemis!
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 525
yoza collection Cian Tok Seng Ciu tertawa dingin, agaknya Ia puas sekali.
Menurut kabar, ilmu silat sipengemis sudah mencapai taraf kemahiran yang
tertinggi, demikian katanya mengejek. Kiranya kepandaiannya begini saja!
Lantas ia maju satu tindak, sebelah kakinya diayunkan menendang seenaknya saja.
Orang itu toh sudah roboh terkulai tanpa berdaya lagi. Tapi jusieru ia menendang itu
tiba-tiba dirasakannya angin menyambar dibelakangnya bahkan menyambar dengan
keras sehingga ia menjadi kaget. Ia mencelat melompat tubuhnya Sin Ciu Cui Kit seraya
terus berbalik. Ia melihat bahwa ia telah diserang oleh Pek Kong! Saking heran, ia
menjadi berdiri tercengang.
Pek Kong menyerang karena ia mau menolong Sin Ciu Cui Kit. Iapun menyerang
dengan terpaksa. Setelah itu ia maju terus ingin membangunkan sipengemis yang
roboh itu. Tiba-tiba ada seorang yang tahu-tahu tangannya sudah disampokkan
kepadanya dan Cian Tok Seng Ciu sesudah mana penyerang itu lantas mengangkat
kakinya lari sekeras-kerasnya!
Cian Tok Seng Ciu berkelit.
Sambil betkelit, ia menatapi seorang, sehingga ia mengenali penyerangnya itu.
Kurang ajar! bentaknya. Kemana kau hendak kabur" Dan terus ia lari mengejar!
Pek Kong juga menjadi heran. Penyerang itu tak dikenalnya. Karena si ahli racun
pergi mengejar, ia turut mengejar juga.
Orang itu bukan sembarang orang. Ia tidak lari terus-terusan. Ketika ia lari, ia tak
pernah menoleh kebelakang, namun bilamana Cian Tok Seng Ciu hampir
menyandaknya, tiba-tiba ia mencelat kesamping, melompat lebih jauh ke belakang
pengejarnya. Ia dapat bergerak cepat dan lincah. Lantas ia menghajar punggung si
orang tua! Cian Tok Seng Ciu memang liehay, namun ia baharu saja sembuh, ia kurang gesit.
Sedang ia berlari gesit itu, tak dapat ia segera meng hentikan larinya. Dengan demikian
ia tak dapat memutar tubuhnya untuk menangkis sipe nyerang, ataupun hanya berkelit.
Maka juga ia menjadi terancam bahaya
Tiba tiba sijago tua menjadi terperanjat.
Dengan mendadak ia merasakan tubuhnya tertiup angin keras bagaikan badai,
tertolak kepinggir. Menyusul itu, telinganyapun menangkap satu suara keras sekali. Ia
membuka matanya dan melihat. Ia mendapatkan Pek Kong berdiri disisinya dan
penyerangnya telah terdampar jauh dua tombak dimana dengan susah payah dia
menahan tubuhnya agar tak roboh!
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 526
yoza collection Tahulah sijago tua bahwa ia telah ditolong si anak muda. Dalam hati, ia malu
sendirinya. Sudah ia dipermainkan Sin Ciu Cui Kit, sekarang ia ditolong pula pemuda itu.
Ia beradat keras dan temberang. Biasanya ia tak pandang mata pada orang Rimba
Persilatan lainnya. Siapa tahu hari ini ia memperoleh pengalaman yang menusuk rasa
keagungan dirinya itu. Bagaimana ia dapat menerimanya begiiu saja. Maka ia menjadi
sangat mendongkol. Segera ia maju kedepan si anak muda, untuk menghadapi
lawannya tadi. Eh, Ciauw Bin Siu-su! bentaknya, ada permusuhan apakah diantara aku dengan
kau" Mengapa kau sudah mencelakakan aku dengan fitnah"
Ciauw Btn Siu-su, Sasterawan Bermuka Tertawa demikian penyerang itu teitawa
tergelak-gelak. Coa-po bukanlah milikmu makhluk beracun tua bangka! sahutnya. Kau hendak
memiliki itu dengan cara bulusmu, karena itu apakah salah jikalau aku sekalian saja
sambil lalu menjemputnya. Lagi pula telah dua kali kau membokong aku, tak cupat aku
tak menggunakan tangauku untuk membalas menyerangmu! Bagaimana kau katakan
akan mencelakakanmu"
m! Cian Tok Seng Ciu memperdengarkan suara dingin. Aku si otang tua dengan
anak ini sedang bertaruh secara adil, mana dapat perbuatanku disamakan dengan
perbuatanmu yang main rampas saja" Janganlah kau berlagak pilon! Jangan kau main
gila. Memang aku katakan kau telah mencelakakan aku! Tuduhanku tidak ada
hubungannya dengan urusan Coa-po ini! Hayo kau mengakulah terus terang!
Ciauw Bin Siu-su nampak terkejut, iapun heran. Karena itu, ia berdiam berpikir.
Hanya sebentar, ia berkata dengan nyaring. Eh. makhluk beracun bangkotan, kau
menuduh aku mencelakakan kau dalam hal apakah" Aku tidak tahu hal itu! Aku tidak
ingat! Cobalah kau jelaskan! '
Ha, manusia berlidah tajami bentak si orang tua, marah.
Sebab orang telah menyangkal. Apakah kau masih tetap menyangkal" Mari aku
tanya kau" Tempo hari aku pernah berikan kau sepotong pek kut-leng Sekarang
kemanakah benderaku itu"
Begitu disebut Pek kut leng tahulah To Ya bahwa rahasianya sudah bocor namun
ia tidak takut, bahkan untuk menutupi malunya ia tertawa gelak-gelak.
Aku yang rendah, jikalau bukan aku memandang tinggi kepadamu, mahluk beracun,
tidak nanti aku mau meminjam pek kut leng-mu itu! katanya mengejek. Bukankah kau
telah membanggakan dirimu sendiri sebagai ahli racun nomor wahid dikolong langit
ini" Bahwa ilmumu tentang racun telah menggetarkan dunia" Mengapa sekarang
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 527
yoza collection mendadak saja kau timbulkan soal itu" Bukankah kau takut Kat Giok Tong nanti datang
mencarimu akan membuat perhitungan denganmu"
Itulah kata-kata mengejek, untuk membangkitkan amarah orang. Mendengar itu Cian
Tok Seng Cin tertawa lebar.
Jikalau arwah Kat Giok Tong tidak pergi berkeliaran dalam neraka, pastilah aku si
orang tua sudah mencarinya untuk membuat perhitungan! katanya.
Nah, itulah dia! berkata Ciauw Bin Siu-su. Aku yang rendah meminjam pek-kutleng mu juga tak lebih tak kurang untuk mewakili kau membalas tusukan pedang Kat
Giok Tong tempo hari itu!
Cian Tok Seng Ciu tidak mengerti. Apa arti kata-katamu ini"
To Ya memperlihatkan wajah sungguh-sungguh.
Mungkinkah kau lupa bahwa Kian Kun Kiam Honghu In Liong adalah murid yang
sah dari Kat Giok Tong" ia balik bertanya. Bukankah ia dengan kemenakanmu, Leng
Sie Cay disebabkan permusuhan kalian berdua, telah bermusuh besar juga bersamanya!
Begitulah aku yang muda rendah, karena timbul amarahku, seecara diam-diam aku
sudah membantu kemenakanmu itu!
Benarkah itu" Cian Tok Seng Cin bertanya. Ia belum pernah mendengar hal itu dari
Leng Sie Cay sehingga ia tak tahu apa-apa mengenai urusan itu.
Ciauw Bin Siu-su agak mendongkol. Orang seperti tidak percaya padanya.
Jikalau kau tidak percaya aku, untuk apa kau bertanya menegaskan pula" tegurnya.
Siorang tua lantas berpikir.
Sekarang kau ceritakan dahuiu duduk perkara itu, katanya kemudian.
Bila uraianmu benar maka kesalahanmu dengan lancang menggunakan pek kut
leng akan kuperingan, bilamana sebaliknya, jangan katakan aku kejam!
Ciauw Bin Siu-su segera berpaling kepada Pek Kong, dan mengawasi. Mau ia
membuka mulutnya namun ia ragu-ragu.
Sementara itu Pek Kong sudah memperhatikan orang itu begitu Cian Tok Seng Cu
menyebut ia sebagai Ciauw Bin Siu su si Sastrawan Bermuka Tertawa. Orang berambut
dan berkumis hitam, wajahnya terang. Pada mulutnya selalu tersungging senyum,
mukanya berseri-seri- Potongan tubuhnya baik sekali. Sehingga pantaslah kalau ia
disebut seorang Sastrawan. Hanya nada kata-katanya tak sedap bagi telinga, Setiap
kata-katanya tajam dan menusuk, iapun tidak senang sebab orang seperti tidak
mempercayainya. Maka dengan sendirinya ia memperdengarkan suara tawar: Hm!
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 528
yoza collection Cian Tok Seng Ciu dapat menduga keragu-raguan To Ya itu, maka ia kata kepadanya:
Anak ini jujur dan polos, kau bicaralah, jangan khawatirkan apa-apa!
Mendengar itu, Ciau Bin Siu-su segera membuka mulutnya:
Kian Kun Kiam itu, dikalangan angkatan muda, adalah orang yang paling terkemuka.
Sebab itu juga kemenakanmu, kalau ia menempurnya secara jantan, ia bukanlah lawan
yang setimpal. Aku pun sudah membantunya dengan menunjukkan pelbagai cara
berkelahi, karena ia kurang pengalaman Disebelah itu aku menyuruh Sian Hiauw In,
murid Leng In le su, membantu padanya. Begitulah kesudahannya, Kian Kun Kiam
kehilangan jiwanya diujung jarum berbisa Tjian Tok Boag hong tjiam! Dengan demikian,
selain aku sudah membereskan seorang musuhmu, tuan, aku pun sudah menerbitkan
suatu badai iain Badai lain" tanya Tjian Tok Seng Tjiu Badai apakah itu"
Tjtau Bin Siu-su menoleh kekiri dan kanan, Aku khawatir si pengemis tua itu
bersembunyi didekat sini sehingga ia akan mendapat dengan perkataan ini, katanya
perlahan, matanya terus melihat kesana sini.
Tjian Tok Seng Tjtu tertawa.
Masih juga Ciauw Bin Siu-su bersangsi. Lewat sejenak barulah ia membuka mulutnya
'Kian Kun Kiam adalah suami Tek-tie Su Gie Pek Bwee Nio, demikian ia melanjutkan
keterangannya, dengan matinya Kian Kun Kiam itu, Pek Bwee Nio turut dibinasakan
juga ditangan kemenanganmu itu. Sebenarnya sampai, habis sudah urusan itu. Siapa
tahu kemudian ternyata si pengemis tua itu adalah murid akuan dari Tek Loojie tertua
Keluarga Tek itu. Dan si pengemis mengajak Hong Hwee shio, si pendeta gila, pergi
berkeliaran mencari berbagai macam bukti, supaya ia dapat bersiap-siap melakukan
satu pertempuran yang memutuskan dengan pihak kami. Jikalau hanya ia sendiri satu
pemabukan dan satu si edan mereka tak usah dikhawatirkan. Namun katanya, Liauw
Khong Hweesbio serta Leng Toojin pun sudah turut keluar bersama serta berdiri dipihak
mereka. Bersama dengan itu terdengar pula berita halnya Kiam Kun Kian masih
mempunyai dua orang anak, satu pria dan satu wanita Dan anak perempuannya itu
menjadi murid Bwee Hong Soat Lie, sedangkan anak laki-lakinya tak ketahuan kemana
perginya. Karena ini soal Hong sinenek dengan sendirinya menjadi musuh kami. Lalu
melihat jumlah musuh, bagaimana kami tak usah memikirkannya ". Begitulah aku
katakan karena urusanmu jadi muncul pula badai baru
Cian Tok Seng Ciu berpikir sejenak, lalu ia berkata gusar. Ya bicaramu ini beralasan
sekali! katanya nyaring. Akan tetapi tempo hari kematian tiga orang turunan Keluarga
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 529
yoza collection Tek dalam rumah batu dipuncak Bek Hie Hong itu, semua itu telah terjadi karena akibat
akal muslihatmu yang jahat! Kau yang menerbitkan onar, kau sendiri yang harus
bertanggung jawab ! Mengapa kau membawa bawa aku"
Ciauw Bin Siu-su tertawa dingin.
Sesungguhnya kamu tak dapat menyangka bahwa denganmu ada hubungannya
juga, bukan" tanyanya.
IAN TOK SENG CIU terdiam oleh karena peristiwa yang lalu itu gelap baginya
sehingga sulit untuknya menyangkal, hanya sebentar, ia berkata dengan
bengis: Juga hal ini aku si orang tua ingin memeriksanya lebih dahulu. Aku
mau menyelidikinya! Akan tetapi mengapa kau dengan lancang menggunakan pek-kut
lengku dengan apa kau membinasakan Kho Hui Liong piatauw dari Ban Coan Pio Hang"
Ciauw Bin Siansu melirik kepada Pek Kong sebelum ia menjawab pertanyaan itu
yang serupa teguran. Ia tersenyum,
Kho Hui Liong mengangkut melindungi kepala Honghu In Liong, katanya kemudian.
Kepala itu sudah dirampas oleh Liauw Khong karena itu ia harus dibunuh untuk
membungkam mulutnya. Hal itu seharusnya akulah yang mengurusnya. Aku merasa
tidak sempurna andaikata hal itu diketahui Liauw Khong si kepala gundul. Sebab itu
orang tua yang terhormat, bersandar pada nama besarmu, aku sudah menggunakan
pek-kut-leng. Memang perbuatan itu tidak tepat, tidak selayaknya, namun dapat
dimaklumi, karenanya aku minta sukalah kau memaafkannya.
Segera si Sasterawan Bermuka Tertawa itu memberi hormat dengan menyembah
dalam kepada siorang tua.
Pek Kong muak mendengar cara Ciauw Bin Siu-su. Mula-mula ia menyebut Cian
Tok Seng Ciu sebagai si mahluk berbisa tua bangka, lalu ia berbahasa kasar dengan
kau , sekarang ia menghormati dengan memanggil orang, orang tua yang terhormat.
Itulah perbuatan kurang ajar berbareng merendahkan diri secara yang tidak-tidak.
Dilain pihak ia heran mengapa Cian Tok Seng Ciu nampak reda amarahnya, tak lagi
gusar seperti semula. Bahkan siorang tua itu segera bertanya: Itulah halnya mengapa
kau tak dapat membawanya sendiri" Mengapa pula kau harus menyuruh orang
mengangkutnya" Pendekar Yang Berbudi - Halaman 530
yoza collection Itulah sebab kuburan Kian Kun Kiam telah diketahui oleh si pengemis tua dan
kawan-kawannya serta selanjutnya sering dijagai. Dengan demikian apakah aku yang
rendah harus pergi mengantarkan diri masuk ke dalam jaring"
Tjiauw Tok Seng Tjiu dapat mengerti alasan orang itu. Memang, dalam permusuhan,
orang dapat berbuat tanpa terlalu rewel memilih cara turun tangan. Ia pun percaya,
pek-kut-leng dipakai terutama untuk mengandalkan pengaruhnya saja. Jadi suka
dipastikan bendera itu dipakai untuk memfitnah padanya. Maka ia mengelus-elus
janggutnya dan berkata: Baiklah, dalam hal ini aku suka memberi ampun padamu,
namun kau harus mengetahui, ini juga membutuhkan penyelidikan lebih jauh! Bila aku
memperoleh kepastian semuanya tidak benar maka kau harus tanggung jawab segala
akibatnya dengan menyerahkan kepalamu kepadaku!
Dalam hati, To Ya mencaci maki, akan tetapi pada wajahnya, ia memperlihatkan wa
jah penuh tawa. Apa aku yang muda telah katakan sekarang ini, semua tidak ada yang tidak benar!
katanya. Hanya kau harus mengetahui, kalau si pengemis tua pun sudah
mengetahuinya, pasti ia tak mau melepaskan engkau, orang tua yang harus dihormati!
Pikirku lebih baik kau bekerjasama dengan Thian Liong Pang . . . .
Ngaco belo! Cian Tok Seng Ciu membentak. Ia gusar, suaranya keras sekali.
'Seumurku, aku si orang tua bila aku bekerja, sekali pun aku tidak memberikan jasaku
pada orang lain, sebaliknya aku tak pernah bekerja ama dengan siapa juga.
'Tetapi pihak sana itu.. kata Ciauw Bin S'u su yang masih berusaha membujuknya.
Masih kau tidak mau bergelinding pergi! bentak orang tua dengan garang.
Ciauw Bin Siu-su gentar hati ketika dia melihat sinar mata orang. Tak perduli dia
adalah kepala dari keempat Su Toa Sat Chee. Cepat ia rangkapkan kedua tangannya
memberi hormat. Baiklah, aku menurut perintah! ujarnya sambil terus memutar tubuh dan pergi.
Pek Kong sebaliknya, semakin lama ia mendengar kata-kata orang, hatinya makin
panas. Kembali, mendadak ia berseru, nyaring dan bengis.
To Ya menoleh kebelakang. Ia tertawa. Eh, anak kecil, kau mempunyai urusan
apakah" tanyanya. Pek Kong maju beberapa tindak.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 531
yoza collection Apakah tuan lupa bahwa tuan sudah meninggalkan dua helai pek kut-leng
tanyanya. Ciauw Bin Sin su tertegun, lalu ia tertawa.
Rupa-rupanya kau ingin menggempur aku si orang tua! Benar bukan" tanyanya
takabur. Pek Kong menunjukkan sinar mata amat tajam, wajahnya pun suram sekali.
Kau menciptakan yang tidak-tidak! bentaknya. Kau juga membunuh serampangan
saja! Hari ini aku mau mewakili Kho Hui Liong menagih jiwa kepadamu!
Ciaw Bin Siu su tertawa tergelak gelak.
Ah, anak kecil! katanya, memandang hina, jikalau bukan pada saat ini dan ditempat
ini berlagak bernyali besar seperti sekarang ini aku si tua, sungguh sangat
mengagumimu! Sekarang kau mau mengandalkan Cian Tok Seng Ciu, itulah lain!
Cian Tok Seng Ciu tertawa dingin ia membuang mukanya.
Pek Kong sebaliknya, alisnya berkerut.
Hari ini kita bertempur! katanya keras, berdirinya tegak, kita bertempur satu lawan
satu! Bila ada orang yang ketiga yang mau campur tangan, terpaksa aku akan
mendapat salah dari padanya!
Cian Tok Seng Ciu puas mendengar kata- kata gagah dari si anak muda. Ia semakin
menyukainya. Ia tertawa sambil mengurut-ngurut kumis janggutnya.
Menyaksikan demikian, maka lega hatinya Ciauw Bin Siu su. Dia menduga orang tua
itu akan berpihak pada si anak muda. Maka katanya: Kau dapat berkata seperti ini, anak,
kau harus dipuji gagah, akan tetapi lain orang, apakah kau sangka ia bakal diam saja"


Pendekar Yang Berbudi Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiba-tiba Cian Tok Seng Ciu melompat sejauh dua tombak, terus ia berkata nyaring
dingin: Aku si orang tua pasti tidak akan campur tangan urusan kalian berdua! Jikalau
diantara kalian ada yang celaka, janganlah kalian sesalkan aku!
Itulah pernyataan yang diharap-harapkan To Ya. Segera ia maju dua tindak, iapun
tertawa. Bocah! katanya, kau boleh gariskan cara bertempur yang kau inginkan! Kau
mau bertempur secara lunak atau cara
Jangan banyak rewel! Pek Kong membentak.
Dan segera ia mulai menyerang, dengan satu jurus Guntur dan Kilat Saling
menyambar! Pendekar Yang Berbudi - Halaman 532
yoza collection Melihat cara serangan si anak muda, Ciauw Bin Siu-su tidak berani memandang
ringan. Segera ia berkelit kesamping. Ia sudah memikir akan lompat kebelakang lawan,
agar mudah ia menyerang anak muda itu.
Tapi Pek Kong menyerang dengan kegesitan luar biasa. Ia memang mau berlaku
cepat untuk mendesak musuhnya. Baru orang bergerak kesisinya, ia sudah menyusul
dengan tinju lainnya. To Ya kaget sekali, ia repot bukan main ! Tak dapat ia berkelit pula, terpaksa ia
menangkis. Namun iapun tidak menghendaki diserang terus-terusan, sambil menangkis,
ia menggerakkan kakinya menjejak keperut lawan! Itulah tangkisan dibarengi
penyerangan membalas! Pek Kong pun terkejut. Benar hebat lawannya itu. Ia juga dapat berkelit. Maka sambil
membiarkan tinjunya ditangkis ia menyampok kebawah, menangkis serangan kaki itu!
Maka beradulah tangan dan kaki mereka, dan tubuh Pek Kong terpental satu tombak
lebih! Nampaknya sianak muda kalah angin. Tapi kesudahannya bagi Tjiauw Bin Siu-su
lain sekali. To Ya juga roboh karena kakinya kena disampok, sedangkan beradunya
tangannya membuat tubuhnya terhuyung. Tanpa ampun, ia roboh terlentang! Tak dapat
ia segera bangun berdiri pula.
Tjian Tok Seng Tjiu tertawa terbahak-bahak.
Ha, kemanakah perginya kegagahan To Ya dahulu hari" demikian ejeknya.
Tak kepalang mendongkol dan gusarnya Tjiauw Bin Siu su, mukanya menjadi merah
padam. Ia berlompat bangun dan terus menyerang Pek Kong. Ia menggunakan tipu silat
Melemparkan Bunga Toh Menggantikan Bunga Lie, maka juga kedua tangannya
meluncur saling susul! Pek Kong terkejut. Tidak disangkanya bahwa lawanpun demikian gesit. Ketika ia
mau coba menangkis, ia merasakan desakan angin yang keras sekali, maka terpaksa
ia melompat berkelit sejauh setombak.
Dalam hatinya To Ya memuji lawannya itu, yang demikian liehay, yang dapat lolos
dari serangan mautnya. Ia menjadi tambah berani, maka ia lompat menyusul untuk
mengulangi penyerangannya. Kembali ia menggunakan berbareng kedua belah
tangannya. Itulah pukulan keras seumpama guntur!
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 533
yoza collection Namun setelah menyerang, si Sasterawan Bermuka Tertawa menjadi heran
sehingga tertegun. Nyatalah ia menyerang tempat kosong, sasarannya tak berada
ditempat. Justeru itu, iapun menjadi kaget. Tiba-tiba saja ia merasakan sambaran angin
pada belakang lehernya, sedemikian kerasnya sehingga ia tidak berdaya, tak sempat
ia menangkis atau berkelit, tahu-tahu kerongkongannya terasa manis dan tubuhnya
pun terpental jauh kira-kira dua tombak roboh dengan tak berkutik pula!
Pek Kong telah menggunakan ilmu silat Ngo Kim, Lima hewan. Setelah lawan itu
roboh, ia terus lompat menghampirinya. Jurste ru itu tubuh To Ya bergerak, sebab lekas
sekali ia sadar dari pingsannya. Segera tubuhnya itu punggungnya diinjak sianak muda.
Hari ini adalah hari dari penuh lubernya kejahatanmu! kata si anak muda bengis,
maka hari ini aku ingin mengantarkan kau lebih dahulu pergi ke langit Barat.
Tepat si anak muda mau mengerahkan tenaga kakinya, untuk menginjak dengan
hebat punggung orang itu, mendadak Sin Ciu Cui Kit muncul sambil ia terus mencegah:
Jangan celakakan dahulu padanya! Ia perlu diberi hidup lebih lama lagi supaya ia
menjadi saksi! Sekarang kita harus menanti sampai sudah jelas dikejahatannya si biang
penjahat itu! Pek Kong mengendorkan injaknya, lekas-lekas ia memberi hormat pada sipengemis
pemabukan. Aku rendah menurut perintah, katanya. Cuma aku khawatir dibelakang hari sulit
untuk kita mencarinya . . .
Pengemis itu tertawa lebar.
Jikalau kita melakukan sesuatu, katanya manis, kita harus melakukannya sampai
orang puas dan takluk dari mulut.. . sampai kehati! Supaya orang yang telah meninggal
tidak perasaan pula' Sekarang biarkanlah ia pergi! Kalau kau nanti memerlukannya, kau
Masih kau tidak mau mengangkat kaki" Apakah kau mau menantikan
disediakannya joli dengan delapan orang tukang gotongnya untuk mengantarkan kau
turun gunung" To Ya merayap bangun, ia menggertak gigi karena ia sangat malu dan panas hati.
Eh, pengemis bau, kau jangan mengandalkan jumlahmu yang banyak! katanya
sengit. Hari ini aku si tua tak dapat membunuhmu, akan tetapi nanti, setelah aku tiada
akan aku geragoti jiwamu!
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 534
yoza collection Hebat kata-kata itu, dan hebat pula gerakan menyusul si Sasterawan Bermuka
Tertawa. Setelah bangkit berdiri, mendadak ia mengayunkan sebelah tangannya
menghajar batok kepalanya sendiri untuk membunuh diri!
Cian Tok Seng Ciu menjelat kepada orang yang nekad itu. Ia menyampok tangan
orang untuk dicekalnya. Sambil tertawa dingin, ia terus berkata. Kalau kau memang
begini keras hati ingin menamatkan riwayatmu, mengapa kau tidak mau masuk saja
kedalam rimba dimana kau dapat menggatung diri!
Itu adalah suatu hinaan, yang membuat Ciauw Bin Siu su menghela napas panjang.
Dengan sorot mata membenci, ia mengawasi Pek Kong bertiga, kemudian dengan
langkah terhuyung-huyung ia bertindak pergi.
Haha! Haha! Sin Ciu Cui Kit tertawa terbahak-bahak. Kau mahluk beracun
bangkotan, hampir saja kau mengantarkan jiwamu di tangan orang! Ada sakit hati, kau
tidak balas! Justeru kau melepaskan musuh! Sesungguhnya kau tolol dan aneh tolol
dipuncak ketololan! Cian Tok Seng Ciu mendongkol sekali.
Aku tidak penasaran dan tidak bermusuhan denganmu, mengapa kau berulang kali
menghina aku" tegurnya.
hluk beracun bangkotan, mengapa kau
tak dapat dicaci maki" tanyanya.
Cian Tok Seng Ciu tak dapat menguasai dirinya lagi, tahu-tahu sebelah tangannya
sudah melayang! Lootiang, tahan! seru Pek Kong kaget sedangkan tubuhnya segera mencelat
menghadang diantara kedua orang itu.
Cian Tok Seng Ciu terkejut, telinganya mendengar, matanya melihat bayangan
berkelebat, segera ia berseru kaget, tangannya diteruskan kesamping karena tak dapat
menariknya pulang. Ia kaget sebab ia percaya meskipun sudah dikesampingkannya, Pek Kong- orang
yang menghadang itu - bakal tak terluput dari serangannya yang dahsyat, si anak muda
tak dapat bertahan. Kesudahannya, ia menjadi tertegun.
Pek Kong tidak kurang suatu apa, malah dengan tenang ia memberi hormat
padanya sambil menyembah.
Oh, kakak kecil! seru Cian Tok Seng Ciu heran dan kagum, sedangkan hatinya lega
bukan main. Kakak kecil, kau mau apakah"
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 535
yoza collection Terhadap lootiang, Cianpwee Cui Kit ber maksud . . . .
Belum sempat anak muda itu menyelesaikan kata-katanya, Sin Cui Ciu Kit sudah
memotongnya: Makhluk berbisa bangkotan, bila benar-benar kau tidak puas, mari kau
layani aku, leluhur pengemismu. bertempur sebanyak tiga ratus jurus, tetapi janganlah
kau membawa lagak si nenek-nenek,, berteriak-teriak tidak keruan!
Cian Tok Seng Ciu bersuara dingin. Baiklah, mari kita bertempur, jangan kita berhenti
sebelum salah satu pindah kedunia lain! Dan ia maju dua langkah.
Tunggu dulu! sipengemis mencegahnya.
Ada dua hal yang harus dijelaskan dulu! Tahukah kau bahwa didepanmu masih
ada satu perkara besar"
Cian Tok Seng Ciu terdiam. Ia tidak mengerti. Lalu katanya: Kita berdua bagai air
sungai dan air kali, yang tak pernah saling menyerbu, sebab itu diantara kita ada urusan
besar apakah" Lagi-lagi si pengemis tertawa. Ia gembira serta amat suka berjenaka.
Eh. makhluk beracun yang tak dapat membedalan budi dan penasaran! katanya, '
gan kau berlaku pilon terhadapku! Tadi aku bertaruh dengan kakak kecil ini. Bahkan
dua kali kau bertaruh, kedua kalinya kau kalah, kedua-dua kalinya kau menganglap,
menyangkal membayar! Itu berarit bahwa dua kali orang sudah menolong jiwa
kacoamu! Jika kau tetap mau menyangkal terus menerus, sungguh kecewa!
Diam-diam Cian Tok Seng Cian terkejut, lagi pula ia malu sendirinya. Namun ia
berpura-pura marah. 'Itu adalah urusan kami si kakak kecil dan aku! katanya. Urusan itu toh tidak ada
sangkut pautnya denganmu, bukan"
Lagi-lagi Sin Ciu Cui Kit tertawa.
Jawabnya tak langsung: Jika kau tidak bereskan dulu perkaramu itu, nanti kapan
kau binasa ditanganku sileluhur pengemis, bukankah selagi rohmu berkeliaran dialam
baka, kau tetap masih mempunyai utang"
Diam-diam Cian Tok Seng Ciu sadar. Kiranya sekian lama orang berkelakar
menggodanya hanya untuk urusan janji taruhannya itu. Karena itu mengertiiah ia yang
sipengemis tidak mengandung maksud jahat. Iapun segera ingat Ciauw Bin Siu su. Kalau
bukan Ciauw Bin Sin su, si apakah siorang jahat yang bertanggung jawab" Siapakah
yang menganjurkan To Ya melakukan perbuatan jahatnya itu" Hal itu perlu diselidiki.
Karena ini ia jadi berdiam sekian lama.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 536
yoza collection Sipengemis mengawasi dengan tajam. Dari roman muka orang tahulah ia bahwa
orang sudah mulai mengerti. Ia tertawa pula dan berkata: 'Aku sileluhur pengemis!
Kalau aku bertindak, selamanya aku memikirkan untuk ke baikan orang lain! Demikian
dalam urusan kau ini, mahluk berbisa, aku hendak menanti dulu sampai kau sudah
membayar hutangmu, baru aku mau mengambil jiwamu !. Sampai Waktu itu masih
belum terlambat. Segera kata-kata itu diakhiri, tubuh sipenge etis sudah -mencelat jauh, terus lari
pergi turuti gunung. Cian Tok Seng Ciu menjadi mendongkol sekali.
Kemanakah kau hendak pergi" bentaknya sambil iapun lompat mengejar, atau
mendadak tubuhnya Pek Kong berkelebat, mengha dang dihadapannya.
Janganlah kau marah lootiang, kata anak muda ini, sabar. 'Tadi kalau bukan
Cianpwee Cui Kit yang datang pada waktu yang tepat setelah ia merampas pulang
Coa-po, dengan kepandaianku yang tak berarti ini, tidak nanti aku sanggup menolong
dan menyembuhkan lootiang dari racun emas. Sebab itu terhadap lootiang, Sin Ciu Cui
Kit telah melepaskan budi, sama sekali tidak ada soal sakit hati atau permusuhan. Maka
itu aku minta.. . Tiba-tiba saja Pek Koug menghentikan kata-katanya. Ia merasa bahwa ia sudah
bicara berlebihan, sehingga ia seperti sedang memberi nasehat. Namun kata-kata itu
sudah cukup menyadarkan Cian Tok Seng Ciu.
Sikapnya tadi adalah yang membuat sipengemis mengatakan ia tak dapat
membedakah antara budi dan penasaran. Lalu ia menarik napas panjang
Aku situa, seumurku belum pernah aku menerima budi dari siapa juga, demikian
katanya, masgul, etapi sekarang, setelah berusia seratus tahun lebih, diluar
kebiasaanku itu, justeru aku menerima budi orang. Ah.. Air mata jago tua ini tergenang
karena terharunya, akan tetapi ia mencoba menahan mengalirnya air mata itu. Ia
mengeraskan hati sekuat-kuatnya.
Pek Kong turut terharu, Sesungguhnya orang tua ini berhati baik, katanya dalam hati. Jadi cerita diluar
bahwa ia jahat, itulah berlebihan. Yang benar ial
Cian Tok Seng Ciu menarik napas pula, kemudian ia mengoceh seorang diri:
Sipengemis tua menjemukan! Biarlah, setelah aku membalas budinya, ingin aku
mengadu jiwa dengannya sehingga salah satu berhenti bernapas.
Pek Kong terkejut mendengar kata-kata itu, sampai ia tercengang.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 537
yoza collection Menurut apa yang aku si anak muda ketahui, katanya, sebenarnya Sin Ciu Cui Kit
hanya berandalan saja, sedangkan sebenarnya hatinya baik . .
Cian Tok Seng Ciu tertawa.
Sia-sia aku sudah beratusan tahun dan hari ini aku harus mendengar kata-katamu
yang membuka batiku! katanya nyaring.
Muka Pek Kong menjadi merah. Ia malu sendirinya. Ia menyesal bahwa ia telah
berbicara sedemikian terbukanya.
Namun si orang tua ahli racun berhenti bicara, ia tertawa. Kemudian tanyanya pula:
Mengenal budi serta ingin membalasnya, aku si orang tua tak dapat mengatakannya,
tetapi aku mohon Yang Maha Kuasa memperpanjang umur agar nanti, sebelum aku
menutup mata, aku dapat melakukan sesuatu yang membedakan budi dan perasaan..
Ia berhenti sebentar, baru ia meneruskan: Hari ini kita bertaruh dua kali, kedua-dua
kalinya aku si tua kalah. Sekarang kau sebutkan apa keinginanmu yang paling besar,
nanti aku melakukannya untukmu
Pek Kong terdiam untuk berpikir. Ia tidak memikirkan menggunakan budi itu untuk
mendesak atau memaksa orang membalasnya.
Looliang, aku yang muda tidak mempunyai urusan apa juga,' katanya kemudian,
Aku harap looiiang tak usah memikirkan hal itu.
Tiba-tiba sijago tua menunjukan roman muka tidak senang.
Eh, anak kecil, apakah kau tidak pandang mata terhadapku" tanyanya.
Pek Kong heran, iapun merasa tak enak hati- Lootiang, mengapa lootiang berkata
seperti ini" tanyanya.
Jika kau mengindahkanku! kata sijago tua keras, seharusnya kau sebutkan salah
satu keinginanmu, nanti aku situa mewakili kau melakukannya! Jikalau kau tetap tak
mau mengatakannya, bukankah itu berarti kau tidak melihat mata kepadaku"
Tertarik hati Pek Kong oleh sikap orang tua itu. Nyata sekali akan kesungguhannya.
Maka dengan apa boleh buat, ia berkata: Baiklah lootiang, aku turut kata-katamu ini.
Sebenarnya aku yang muda mempunyai seorang paman angkat, Siauw Seng Houw
namanya dan gelarnya Pok Hong Too, si Golok Menyerbu Angin. Setahun yang lalu,
pamanku mendapat sakit dan menutup mata karenanya. Katanya ia tiba-tiba mendapat
semacam penyakit panas yang tak diketahui apa namanya. Kemudian nyata pada
tubuhnya dibagian dada terdapat sejumlah luka kecil seperti sarang tawon. Itu adalah
bukti Pendekar Yang Berbudi - Halaman 538
yoza collection Mendengar sampai disitu Cian Tok Seng Ciu nampak terperanjat.
Apakah luka itu mengeluarkan darah hitam keungu-unguan yang baunya luar biasa
keras" tanyanya. Benar, sahut Pek Kong. ''Sebab itu, aku telah pergi ke berbagai tempat melakukan
penyelidikan serta mencari orang yang telah mencelakakan pamanku itu untuk
melakukan pembalasan karena sakit hati pamanku itu.
Luka semacam itu sama dengan luka senjata rahasia Leng Sie Cay, kemenakanku
itu, berkata Cian Tok Seng Ciu, hanya aneh mengapa ia sudah melukai pamanmu itu"
Menurut apa yang aku tahu, walaupun Leng Sie Cay biasa melakukan segala macam
kejahatan namun tak mungkin ia membinasakan orang yang tidak salah dosanya . .
Pek Kong mengangguk. Pamanku itu mengangkat saudara dengan Kian Kun Kiam Honghu In Liong, ia
menerangkan lebih jauh, Karena itu menduga kematian Paman Houw semestinya ada
hubungannya dengan Honghu In Liong. Tegasnya si musuh adalah satu orang juga,
Cian Tok Seng Ciu mengerutkan sepasang alisnya. Terang ia sedang berpikir keras.
Segera ia mendengarkan lebih jauh keterangan Pek Kong, yang berkata pula: Tiga bulan
yang lalu, puteri paman Houw juga sudah diculik orang, dan menurut katanya Khong
Liang penegak hukum dari Thian Thong Pang, puteri itu dibawa lari oleh kemenakanmu
itu! Segera wajah si ahli racun menjadi suram.
Jika benar Leng Sie Cay berbuat seperti itu, aku si tua akan membekuknya! katanya
keras. Aku akan menghajarnya didepanmu supaya kau puas! Hanya sejenak orang tua
itu tampak masgul, sehingga alisnya dikerutkan. Katanya, menambahkan: Leng Sie Cay
tidak gemar paras.elok! Untuk apa ia menculik wanita"
Soalnya ialah urusan Pek Kong, Supaya si jakut tak
dibiarkan hidup bebas merdeka melanjutkan perbuatan-perbuatan jahatnya. Tentang
menuntut balas, lootiang, tidak berani aku menyusahkanmu, sudah cukup asalkan
lootiang memberitahukan aku alamatnya..
Cian Tok Seng Ciu berpikir.
Dengan kemenakanku itu, aku situa jarang sekali berhubungan satu dengan yang


Pendekar Yang Berbudi Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lain, katanya kemudian, lebih-lebih selama beberapa tahun paling akhir ini, aku tak
tahu sama sekali tentang sepak terjangnya. Walaupun demikian aku siorang tua dapat
membantu kau mencarinya. Namun ini bukanlah kehendakmu, yang aku minta kau
sebutkan, ialah kau harus mengucapkan sesuatu atau hal yang lebih besar dan penting!
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 539
yoza collection Pek Kong memperlihatkan roman muka sungguh-sungguh.
Keinginanku yang paling besar tak ada yang melebihi daripada keinginanku
membalas sakit hati pamanku serta mencari sampai dapat puterinya yang bernama
Siauw Couw Kun! Lootiang, asal lootiang mau mewakili aku mencari Leng Sie Cay maka
dengan demikian terpenuhilah keinginanku yang paling besar!
Cian Tok Seng Ciu berpikir pula.
Baiklah, akhirnya ia berkata: Setelah setengah bulan sesudah hari ini, aku akan
bawa Leng Sie Cay kepadamu!
Lantas sijago tua bertindak, menjemput pipa panjangnya yang terbuat dari bambu.
Sesudah itu dia hendak berjalan pergi, mendadak empat orang telah berlari-lari tiba
didepannya. Gerakan mereka sangat cepat bagaikan bayangan saja. Begitu lekas juga
terdengar teriakan nyaring dari mereka itu, yang menghadang dengan mengunjukkan
roman muka bengis. Begitu Pek Kong melihat keempat orang itu semua wanita, inginlah ia menyapanya,
atau dua orang nona Kat In Tong bersama Pui Hui sudah bertindak lebih jauh, ialah
berbareng mereka maju menyerang si orang tua sehingga empat buah senjata mereka
meluruk bersama! Cian Tok Seng Ciu adalah seorang jago tua, entah sudah berapa banyak orang kosen
dam gagah luar biasa yang pernah ia temukan. Sampai sebegitu jauh, ia hanya pernah
melihat orang lari dari depannya, tak pernah ada yang berani menghadang
menghalangnya. Namun sekali ini, ia berbuat sebaliknya dari kebiasaanya itu. Begitu ia melihat orang
menghadang, segera ia 'lompat mundur dua tindak, Sehingga ia tidak kena diserang.
Lantas ia mengawasi dengan tajam keempat nona itu, lalu ia tertawa terbahak-bahak.
tua " -bocah berbulu kuning, rupanya kalian tak tahu siapa aku siorang
kalian pasti tak mampu. Lekas kau Pek Kong segera maju menghampiri Cian Tok Seng Ciu, ia berikan keterangan, Dan
Cui Cui adalah burung rajawalinya yang sangat jinak dan terdidik sehingga mengerti
maksud orang dan dapat diperintah. 'Aku mohon supaya lootiang tidak
memperhitungkan urusan lama sampai kepada kaum muda.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 540
yoza collection Cian Tok Seng Ciu terdiam sebentar, lalu ia berkata: Memang burung itu aku hajar
satu kali dengan tangan kosong. Aku percaya ia tak akan mati karenanya.. .
Pui Hui tertawa dingin dan berkata dengan tawar: Kau melukai dan membinasakan
burung dengan pukulan pet-kut-leng bagaimana kau masih berani menyangkal"
Kembalii Cian Tok Seng Ci.u, tercengang, namun setelah itu wajahnya menjadi
merah padam. Katanya keras: Aku siorang tua biasanya aku berani berbuat berani
bertanggung jawab, belum pernah aku menyangkal! Mustahil seekor burung saja ada
harganya sehingga aku mesti menggunakan senjata rahasia", Karena, karena kalian
ada turunan dari orang she-Kat tua bangka itu paling dulu, kalian harus menyerahkan
nyawa, kalian. Jago tua itu menolaka tangannya. Karena itu mau atau tidak Pui Hui dan In Tong
terpaksa mundur. Tak dapat mereka menahan tolakan itu. Tetapi mereka ingat burung
mereka, hati mereka panas. Mereka menj,adi tidak kenal takut, meskipun mereka
mengerti bahwa siorang tua bukanlah lawan mereka. Keduanya lantas membentak
berbareng mereka maju menyerang!
Melihat sikap orang itu, Cian Tok Seng Ciu memutar pipanya sehingga ia bagaikan
terkurung sinar berkilatan dari sang pipa. Lalu ia tartawa dan berkata Baiklah, mari aku
siorang tua memberi pelajaran kepada kalian.
Pek Kong kaget Itulah berbahaya, Maka ia mencelat kehadapan keempat nona itu.
Jangan bergerak! ia berseru. Setelah itu, ia memutar tubuh menghadapi sijago tua
serta berkata: Lootiang, harap lootiang jangan marah dulu. Mengenai kematian Cui Ciu
siburung rajawaii, aku percaya itu pula perbuatan Ciauw Bin Siu su! Ia telah
mengunjukkan dua buah pek kut leng di Ban Coan Pio Hang. Dengan demikian tak sukar
baginya untuk menggunakan pek kut leng yang ketiga atau keempat dan maksudnya
pastilah tak lain tak bukan untuk menambah membangkitkan amarah lootiang terhadap
keluarga Kat, agar supaya lootiang bergumul dan terlibat dtantara mata air budi dan
permusuhan. Cian Tok Seng Ciu mengerti. Bagai terjaga ia lantas tertawa Kau benar! katanya.
Tetapi aku siorang tua . .
Pek Kong lekas-lekas menyelak: Jika lootiang maksudkan soal satu tusukan pedang
tempo hari, aku percaya bahwa persoalannya sudah diselesaikan. Bukankah murid Kat
Loo cianpwee yaitu Honghu In Liong sudah dibinasakan" Memang urusan masih belum
dapat dibuktikan tetapi sudah jelas ialah tentang adanya komplotan atau hubungan
diantara Leng Sie Cay dan Tong Thian To
Kata-kata si anak muda diputuskan dengan teriakan tangisan dari Honghu Pek Hee.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 541
yoza collection Nona itu, yang sejak semula berdiam saja, mendengar disebut kematian ayahnya,
disamping bersedih, iapun menjadi amat marah Dan selagi menjerit, air matanya juga
mengucur dengan derasnya.
He, hantu tua, ada permusuhan apakah di antara ayahku denganmu" Demikian ia
menegur, disusul dengan gerak tubuhnya, melompat menyerang!
Cian Tok Seng Ciu, si Nabi Bisa tercengang Tahan! serunya
Suara jago tua ini keras bagai guntur. Ia membuat nona Honghu tersadar dari
keadaan tak ingat diri. Sebab tadi si nona marah secara tiba-tiba dan menjerit serta
melompat ingin menyerang hanya karena amarahnya meluap disatu detik. Namun
setelah sadar, ia tetap marah. Hanya kini ia mengerti bahwa dengah tangan kosong, tak
dapat ia berbuat apa-apa terhadap jago tua itu, maka segera ia menghunus pedangnya,
pedang sepasang. Pek Kong menyesal bukan main bahwa tadi ia menyebut-nyebut nama atau urusan
Honghu In Liong, ayah si nona. Ia tidak menduga, karena kecerobohannya sekarang ia
membangkitkan amarah Pek Hee. Bahkan si nona bergerak dengan luar biasa cepatnya,
Cian Tok Seng Ciu menangkis dengan gapanya selekas dua bilah pedang menimpa
kearah tubuhnya, Diantara suara bentrokan senjata, tubuh Pek Hee terpental mundur
satu tombak, bahkah pedang ditangannya terlepas dan terpental juga!
Setelah itu, si Nabi Seribu Bisa menjadi marah sekali. Inilah dikarenakan ketika ia
memeriksa pipahya, ia dapatkan pipa itu gempal karena beradu dengan pedang.
Anak celaka! bentaknya sengit. Kau berani merusak tongkat Siauw yauwthungku!
Itulah pipa, namun si jago tua menyebutnya tongkat, bahkan tongkat yang
dipakainya selama meluangkan waktu (siauwyauw). Rupanya luar biasa ia menyayangi
tongkatnya, maka juga ia menjadi demikian marahnya. Dalam keadaan marah, ia
menggerakkan tongkatnya, untuk diluncurkan sambil dilepas, dan alat penunjang tubuh
ini melesat kearah si nona dengan ulu hatinya menjadi sasarannya!
Honghu Pek Hee kaget sebab pedangnya terlepas dan pada waktu ia baru
memperkokoh tubuhnya, tongkat sudah sampai, sehingga tidak ada ketika untuk berkelit,
terpaksa ia tne nangkis dengan pedang kirinya. Saat itu, tangan kanannya masih kaku,
sebab getaran pedangnya yang terpental tadi.
Jangan! Pek Kong berteriak sambil tubuhnya mencelat maju, menangkap tongkat,
namun ia terlambat. Pendekar Yang Berbudi - Halaman 542
yoza collection Karena ditangkis dengan pedang, tongkat terbabat kutung, tetapi ujungnya melesat
terus kearah sasarannya. Hal itu membuat Pek Kong amat khawatir Syukur ia tabah
dan tak menjadi bingung, bahkan ia bertindak terus dengan cepat dan gesit.
Begitulah dengan gagang tongkat yang buntung itu ia menimpuk ujung tongkat
yang melesat terus itu. Dilain pihak, dengan tangan kirinya ia menolak tubuh Nona Pek
Hee! Walaupun demikian, ia toh tak berhasil seluruhnya. Ujung tongkat yang dihajar
gagang tongkat itu melesat kesamping, mengenakan bahu si nona, membuat kulitnya
lecet dan mengeluarkan darah!
Biar bagaimana, Pek Hee terkejut sehingga ia mengeluarkan keringat dingin !
Ketika Nona Honghu menghadapi ancaman bencana itu, Kat In Tong bertigapun
lompat maju bersama, maksudnya untuk menolong kawannya, namun mereka terpisah
cukup jauh. Mereka menjadi seperti air yang jauh tak dapat menyiram padamkan api
kebakaran yang dekat. Mereka terlambat sehingga mereka menjerit. Barulah mereka
merasa lega setelah mendapat kenyataan kawannya itu hanya lecet.
Kat In Tong segera mengawasi Pek Kong.
Kak Pek! panggilnya keras, akak, jangan lepaskan orang tua ini!
Jangan maju! teriak Pui Hui.
Nona Pui sudah melibat betapa gagahnya si jago tua. Maka mengertilah ia,
walaupun mereka berempat maju bersama, belum tentu mereka dapat berbuat apaapa terhadap jago tua itu. Sedangkan kepandaian Pek Kong mereka sangsikan,
karenanya ia memikir, baiklah mereka bersabar dulu, untuk menunggu waktu. Katanya:
Asalkan ia tidak mati secara mendadak, tentu ada waktunya untuk kita mencari balas.. .'
In Tong bertiga pun segera mengerti, mereka berdiam hanya mata mereka tertuju
kepada sianak muda. Pek Kong melirik kepada keempat nona itu lalu ia menoleh kepada Cian Tok Seng
Ctu, sambil memberi hormat, ia bertanya: Lootiang, dapatkah urusan ini dihentikan
sampai disini" Cian Tok Seng Cin tidak ingin bertempur dengan anak muda itu, bila ia menganggap
orang berbuat melampaui batas, sebab iongkatnya sudah dirusakan. Iapun berpikir
untuk mengajar adat pada si nona. Dengan segara amarahnya mereda. Akan tetapi tadi
melihat cara Pek Kong bergerak, menangkap gagang tongkat dan menimpuk ujung
tongkatnya, ia menjadi heran serta kagum, sehingga timbulnya pikirannya ingin
mencoba dan menguji sianak muda. Demikianlah ia pura-pura marah dan berkata
dengan keras kepada anak muda itu: Kau jangan campur urusan ini! Aku situa berutang
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 543
yoza collection budi terhadapmu, lain waktu tentu aku membayarnya. Akan tetapi kalau sekarang kau
mengandalkan utang itu dan ingin memaksa aku, tak dapat aku berdiam saja!
Pek Kong mengawasi tajam. Biar bagaimana ia tahu bahwa orang bukanlah orang
yang jujur, tak sempat ia menduga bahwa orang mungkin sedang bersandiwara
berlagak piton terhadapnya. Ia maju dua tindak, dengan wajah sungguh-sungguh, ia
berkata: Tak pernah aku yang muda berpikir untuk melakukan paksaan karena budi
yang sudah dilepaskan. Sebab itu, baiklah permintaanku mengenai urusan Leng Sie Cay
itu disudahi saja. Lootiang, mengapa kau menganggap bahwa aku hendak
memaksamu" Tapi sijago tua membentak: Jika kau benar-benar tidak usilan, pergilah kau! Jangan
kau sesalkan aku! Tanpa merasa darah sianak muda naik. Ia tertawa nyaring dan berkata menantang:
'Jika demikian halnya kata lootiang. baiklah! Aku justeru usilan, ingin aku turut campur
urusan mereka ini! Baiklah! berseru si Nabi Seribu Bisa. Lekas kau gariskan kehendakmu, bagaimana
kau mau berkelahi! Lebih dulu aku ingin menghajar padamu. Setelah itu aku tangisi
kepergianmu kealam baka. Orang tua ini berbicara dengan sengit. Walaupun demikian, tak dapat ia melupakan
budi orang, sebab itu setelah orang tiada, ingin ia tangisinya-. . . .
Pek Kong menjadi serba salah.
Hm! ia perdengarkan suara tawarnya. 'Bagaimana cara kita bertempur terserah ke
pada lootiang, bagiku sudah cukup asalkan janganlah lootiang secara menggelap
melukai lain orang! Cian Tok Seng Ciu melirik kepada keempat nona itu. Ia dapatkan mereka, satu demi
satu, mempunyai kecantikan tersendiri, bagaikan bunga dan rembulan. Lalu ia tertawa
nyaring! 'Hai, bocah! katanya, kepada Pek Kong, sungguh baik hatimu, kau dapat menyayangi
bau yang harum dan kumala permata!
Keempat nona itu malu sendirinya muka mereka terasa panas. Mereka saling
melirik, terus mereka menunduk.
Pek Kong pun lihat, mukanya merah. Lootiang, hati-hatilah dengan kata-katamu!
tegurnya. Namun si orang tua justeru tersenyum.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 544
yoza collection Baiklah aku terima baik permintaanmu katanya. Sebelum aku robohkan kau. tidak
akan aku lukai mereka sekalipun sehelai rambutnya! Baiklah aku suka memberi waktu
baik padamu, yaitu aku ijinkan mereka maju membantu kau! Kalian berlima bekerja
sama mengepung aku seorang! Selama itu, kecuali kau, aku tak akan melukakan mereka
yang mana saja! Dalam hati Pek Kong tertawa. Jago tua itu terlalu sombong.
Lootiang, kita bertempur Jikalau ada orang yaug kedua yang membantu aku, anggaplah, aku sudah kalah Dan setelah aku kalah,
urusan disini dapat kau lakukan semaumu, aku tidak ikut campur lagi!
Mendengar kata-kata sianak muda, keempat nona saling mengawasi. Mereka
mengkhawatirkan si anak muda itu.
Mata si Nabi Seribu Bisa sangat tajam. Ia dapat melihat gerak-gerik nona-nona itu,
lantas ia tertawa gelak-gelak.
Ha, anak! katanya, ' meski apapun yang kau ucapkan ini, bila nanti tiba saatnya,
tentu kau tak akan tidak bertindak juga mencampuri urusanku!
Pek Kong tertawa dingin. Ia tidak menjawab, hanya terus memasang kuda-kuda,
yang disebut put teng put pat. Itulah kuda-kuda wajar namun dalam keadaan siap
sedia, dengan demikian, diam-diam ia sudah mengerahkan tenaga dalamnya serta
matanya dipasang tajam. Kedua pihak berdiam sekian lama, akhirnya situa menegur: Kau menjublak saja,
rupanya kau menyesal, ya" Bilamana demikian halnya baiklah kau mundur..
Pek Kong menyambut dengan tertawa dingin, jawabnya: Aku yang muda tak pernah
menyesal! Lootiang, silahkan kau mulai.
Baik! seru siorang tua, menyambut tantangan itu. Biarlah satu kali ini aku si tua
menyimpang dari kebiasaanku!
Segera ia menyingkap dan menggulung ujung bajunya, terus ia melangkah maju,
dengan perlahan-lahan. Baru beberapa langkah saja, ia berhenti. Sekonyong-konyong ia tertawa dan berkata:
Eh, eh, mengapa kau menggunakan kecerdikannu" Mengapa kau hendak
memperdayakan aku si tua, agar supaya aku mendapatkan celaka"
Si anak muda tertegun. Bilakah aku berusaha mencelakakan kau, lootiang"
tanyanya heran. Pendekar Yang Berbudi - Halaman 545
yoza collection Si orang tua tertawa, tangannya menunjuk Lihatlah nona-nona dibelakangmu itu!
katanya sambil menunjuk pula Mereka terpisah dari kau tak ada tiga tindak! Kalau kita
bertempur, mana dapat mereka tak akan terdampar serta terseret
Pek Kong segera menoleh keempat nona itu, Nona-nona, silahkan kalian mundur
lebih dari sepuluh langkah! pintanya.
Nona-nona itu menatap. Mereka nampak si anak muda tenang sekali, sedang
wajahnya menandakan ia meminta sangat pada mereka, sehingga hati mereka jadi
lunak. Walaupun sebenarnya mereka tak mau, namun permintaan itu harus diluluskan.
Maka mereka saling mengawasi, terus mereka menatapi anak muda itu, dan akhirnya
semua mundur. Sorot mata mereka menunjukkan rasa kasih mereka
Pek Kong dapat menerka hati orang namun ia tak dapat mengatakan sesuatu. Agar
dapat menguatkan hatinya, lekas-lekas ia berpaling pula pada si jago tua.
Lootiang, silahkan lootiang mulai lebih dulu! katanya menantang.
Mendadak saja Cian Tok Seng Ciu tertawa nyaring, sekaligus tubuhnya mencelat,
melompat maju, menyusul mana kedua belah tangannya diluncurkan kedepan!
Gerakannya itu menyebabkan bersiurnya angin keras. Segera juga bahu si anak muda
terancam jari tangan yang tajam!
Pek Kong terkejut. Tadi ia menyaksikan orang melayang, Sin Ciu Cui Kit tak selihay
ini. Tentu sekali, ia tidak berani berlaku alpa atau memandang enteng kepada situa ini.
Maka dengan kegesitan luar biasa ia berkelit berbareng menggerakkan tangannya
untuk menangkap tangan lawan!
Bagus! berseru si orang tua yang menggeser kakinya, sedangkan tangannya
dibalik dipakai menghajar tangan orang!
Itulah tabasan pada lengan, bila mengenai pasti lengan orang patah!
Pek Kong tidak berani mengadu tangan. Ia bergerak kesamping sambil dengan
babat menarik pulang tangannya yang diselang itu, sedangkan dengan tangan yang
lain ia balas menyerang, menotok iga orang!
Tepat totokan itu, yang kena jitu pada sasarannya, namun kesudahanya membuat
anak muda kita terkejut dan heran. Jari tangannya menyentuh sasaran empuk seperti
kapas tak ada perlawanan sama sekali.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 546
yoza collection Sedang orang terheran-heran, si orang tua tertawa tergelak-gelak, tangannya


Pendekar Yang Berbudi Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

diluncurkan kemuka orang kelima jari jemarinya bagai kuku-kuku yang tajam
menyambar kebahu ! Pek Kong terkejut, ia melompat mundur lima tindak.
dalam hati. Aku bisa celaka! Karena ini, ia jadi waspada sekali.
Cian Tok Seng Ciu tertawa ketika mendapatkan si anak muda berdiri diam.
Aku si orang tua sudah berusia seratus tahun lebih, dua tempat penting dari darah
dan hawaku tak lagi menjadi tempat atau anggota-anggota tubuh yang berbahaya !
Dengan bersandarkan kepandaian seperti yang dimilikimu, kau memikir buat menutup
dua anggota pentingku itu! Mana dapat"
Pek Kong tertegun. Ia memang heran sekali. Percuma ia menang liehay dan bisa
menyerang mengenai sasarannya, kalau sasarannya itu tidak membahayakan si lawan.
Dilihat dari sini, nyata orang tua ini telah mencapai kesempurnaannya ! pikirnya.
Walaupun berpikir demikian, namun ia tidak terdiam lebih lama pula, ia mulai dengan
penyerangannya lebih jauh. Begitulah ia menyerang saling susul dengan dua macam
jurusnya. Harimau Menerkam, Biruang Berjumpalitan , dan Di Empat Penjuru Angin
Dahsyat . Gerakan tangannya senantiasa memperdengarkan suara angin yang keras. '
Cian Tok Seng Ciu dapat menduga orang sudah menggunakan kepandaiannya, tak
berani ia memandang ringan. Ia bergerak sangat cepat dan lincah, dan selalu
menyingkir dari totokan, tinju dan sabetan.
Keempat nona menonton dengan kagum. Semula mereka masih dapat melihat
tegas tubuh kedua orang itu si jago tua dan si jago muda, lalu sesaat kemudian, mereka
hanya melihat dua sosok bayangan bergerak bulak-balik tak henti-hentinya, sedangkan
debu di medan laga itu mengepul naik. Mereka pula mengagumi Pek Kong, si anak
muda yang tadinya tak mempunyai tenaga sebesar tenaga ayam sedikitpun, namun
sekarang menjadi sedemikian perkasanya. Baru lewat setengah tahun ia sudah dapat
melawani seorang jago tua kawakan. Dilain pihak disamping kagum, mereka pun
merasa khawatir. Itulah disebabkan si anak muda masih hijau, si jago tua sudah
berpengalaman sangat luas, bahkan berasal dari golongan sesat yang biasa berlaku
licik. Begitulah nona-nona itu menonton dengan rasa lebih banyak khwatir dari pada
gembira untuk sipemuda cakap ganteng dan gagah itu.
Pui Hai bersama Kat In Tong dan Honghu Pek Hee selalu mencekal senjatanya
masing-masing dengan erat-erat, bahkan Liu Hong Lim juga sudah memungut pedang
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 547
yoza collection Pek Hee yang tadi dibikin terpental oleh si jago tua. Mereka mengawasi dengan tajam,
hati mereka kurang tenang.
Pertempuran berlangsung terus. Kalau tadi kedua jago itu bertarung dengan
kecepatan luar biasa, kemudian nampak gerak-gerik mereka menjadi perlahan, bahkan
Cian Tok Seng Ciu kelihatan seperti sudah kehabisan tenaga, seakan-akan seperti ia tak
sanggup lagi melakukan serangan membalas.. .
Menyaksikan itu, hati keempat nona menjadi lagi.
Pek Kong sementara itu menjadi heran. Beberapa kali sijago tua mengulangi
serangan selalu dengan tipu silat serupa, dengan jurus-jurus yang sama, dan ia, ia heran
sebab ia seperti tak dapat menembus pertahanan orang tua itu. Orang lambat, ia turut
menjadi lamban. Segera tiba suatu saat baik bagi Pek Kong. Ketika Cian Tok Seng Ciu maju
merangsek, ia melihat sebuah lowongan. Ia berkelit kesamping, terus tangannya
menyambar kebahu sipenyerahg. Ia percaya yang ia akan berhasil sebab lawannya
sudah letih sekali. Segera terjadi hal yang mengagetkan. Di luar dugaan, Cian Tok Seng Ciu dapat
mengelit diri, menyusul mana, ia justeru membalas menyerang, menyambar pinggang
sianak muda! Pek Kong kaget sekali, tak sempat ia menarik pulang tangannya, tak dapat
kesamping sambil terus mencelat setombak lebih.
Ha ha ha! Cian Tok Seng Ciu tertawa tergelak gelak. Aku situa menyangka kau
lihay luar biasa, kiranya kepandaianmu hanya seperti ini saja! Kepandaianmu baru
berimbang dengan ilmu silatku yang dinamakan Lima hantu menolak lumpang. Baru
kau merubah dengan tipu Memetik bintang untuk ditukar dengan bintang biduk, kau
sudah repot tidak keruan! Maka aku pikir, lebih baik kau tidak usah ikut campur
urusanku ini, agar supaya kepalamu tak utah penuh abu dan muka berlumur debu!
Dengan kepala dan muka kotor, non
Mula-mula Pek Kong bingung mengenai ilmu silat orang tua itu. Tak dapat ia
memikirkan jalan untuk memecahkannya, selekas orang menyebut nama silat Lima
hantu menolak lumpang itu, mengertilah ia yang lawan telah menggunakan cara Ngo
Panca Logam, yang dibolak-balikan. Karena menginsafi intisari ilmu silatnya lawan,
tak sudi ia melayani kejailan si lawan, yang menggodanya dengan menyebut-nyebut
nona-nona hadirin diantara mereka. Ia lantas berkata Lootiang, jangan lootiang menjadi
takabur! Aku yang rendah masih ingin meminra beberapa jurus lagi!
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 548
yoza collection Mendengar suara sianak muda, yang ia anggap sombong, Cian Tok Seng Ciu tertawa,
lantas ia kata: Semua ilmu silatku yang beracun terdiri dari tiga belas macam, setiap
jurus melebihi liehaynya jurus-jurus yang pertama-tama, maka itu asal kau dapat
melayani sampai sepuluh jurus tanpa kau rebah memegang tanah maka urusan kita
hari ini ingin aku habiskan saja!
Dalam hati Pek Kong tertawa dan berkata. Siluman tua ini sangat tinggi hati dan
pandai sekali membual . .
Lantas terdengar orang-orang tua itu menambahkan kata-katanya. Tidak ada
halangannya untuk aku situa menjelaskan kepadamu! Kalau jurusku yang pertama kau
tak mampu pecahkan maka jurus yang lainnya tak usah dilanjutkan lagi, aku hendak
membatasi sampai tiga kali, nanti pada jurus keempat aku mau merampas nyawamu.
Ngoceh saja! mendadak Pek Kong memutuskan kata-kata orang, berbareng
dengan mana ia lantas menyerang, sebelah tangannya meluncur kedada orang! Ia
bertindak maju dengan menyelosor dengan 'Coa Yu Pou, tindakan Urar Bermain-main
Cian Tok Seng Ciu melihat gerakan si unak muda itu, ia menyangka hanya satu tipu
silat Hek Houw Tauw Sim Harimau Hitam Mencuri Hati, tanpa merasa ia tertawa geli,
terus dengan seenaknya saja ia menggerakkan tangannya untuk menghalau serangan
itu. Dalam hatinya. iapun berkata: Dasar usianya masih muda pelajarannyapun tidak
seberapa Belum berhenti orang tua ini berpikir, tangkisannya mengenai tempat kosong dan
berbareng ia tidak melihat sianak muda yang menyerangnya. Baru sekarang ia terkejut.
Karena tahulah ia bahwa orang hanya menggertak. Maka lekas-lekas ia ingin memutar
tubuh buat melihat lawan berada diarah mana. Atau selekasnya ia menoleh, ia merasa
angin keras meniup kedadanya. Sebab lawan benar-benar menyerangnya dari depan,
dengan tipu silat. Harimau Hitam Mencuri Hati! Lekas-lekas ia memiringkan tubuh,
tubuhnya menangkis terus menyambar, niatnya ialah mematahkan pergelangan tangan
si anak muda. 'Justeru itu tubuh si anak muda lenyap pula. Hingga lagi-lagi si jago tua ini kaget
dan tertegun. Mau atau tidak, ia menjejak tanah untuk melompat mundur! Begitu ia
mundur, ia melihat si anak muda berada didepannya, sambil tertawa anak muda itu
menegurnya: Eh, lootiang, satu jurus belum selesai, mengapa lootiang kabur tanpa
bertempur terus" Bukan main malunya si jago tua, mukanya menjadi merah.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 549
yoza collection Aku tahu kau menggunakan tipu silat Sian Kek Yu Cong! serunya, mendongkol.
Kau merubah ilmu silat itu demikian rupa! Apakah kau sengaja hendak main gila
didepan aku si orang tua" Hm!-- Nah, kau lihatlah bagaimana lihay aku!
Sian Kek Yu Cong itu ialah Dewa Pesial Berjalan-jalan.
Mendengar suara orang itu, Pek Koug tertawa dalam hati. Katanya dalam hatinya
itu. Ilmu silatku yang bernama Leng Coa Yu Cong kau namakan Sian Kek Yu Cong tetapi
itulah nama yang tidak terlalu salah . .
Leng Coa Yu Cong ialah Ular Sakti Menyelosor Mundar mandir.
Sementara itu Cian Tok Seng Ctu sudah maju pula.
Lihat tanganku! serunya. Sengaja ia menyerang sambil memperdengarkan
suaranya. Lekas juga angin serangannya sudah bertiup kearah lawan.
Pek Kong tahu bahwa ia telah berhasil mempermainkan jago tua itu, namun, ia tidak
menyebabkan ia alpa, bahkan ia telah menerka bahwa lawan pasti tidak mau sudah
sampai disitu saja, maka itu selekas ta berkelit diri, ia membalas menyerang menghadapi jago tua imt tetap ia menggunakan pelbagai tipu dari Ngo Kim.
Hewan; Ia menggunakan siasat yang dinamakan membela diri untuk menyerang.
Dalam sekejap itu, kedua pihak sudah lantas saling menyerang dan membela diri
dengan seru, gerakan- erakan mereka sangat cepat sedangkan angin pelbagai
serangan keras seperti menderu-deru. Karena kerasnya angin itu, keempat nona-nona
harus mundur dengan sendirinya.
Tengah pertempuran berlangsurg sangat seru itu, terdengarlah suara nyaring dari
si orang tua Katanya: '''Anak, benar-benar kau liehay ! Kau sudah melayani aku si tua
sembilan jurus! Nah, sekarang tinggal jurus yang penghabisan! Kau baik-baiklah
menjaga dirimu. Kata-kata itu ditutup dengan berkelebatnya tubuh siorang tua, yang tangan kirinya
lantas menyambar kemuka sianak muda, sedang tangan kanannya meluncur ingin
mencakar-atau menjambret ketulang tantian.
Pek Kong menduga orang hanya mengancam dengan tangan kirinya maka ia
mengelit kepalanya dan kedua tangannya digerakkan turun, untuk melindungi tubuhnya,
namun diluar dugaannya, tangan lawan meluncur panjang, tahu tangan kena disambar
dan dicekal! Begitu ia mencekal, begitu Cian Tok Seng Ciu melepaskan cekalannya itu sambil ia
melompat mundur,, dan juga sambil tertawa, ia berkata: Inilah satu jurusku yang
dinamakan Beng Cu Touw Am. Bagaimanakah kau melihatnya"
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 550
yoza collection Beng Cu Touw Am berarti Mutiara Mustika Terang menjadi Gelap
Tanpa terasa, muka sianak muda menjadi merah. Ia kena diselomoti. Itulah
berbahaya! Kalau lawan berniat jahat, celakalah ia. Sekarang ia mendapat kenyataan
akan maksud baik dari lawan itu. Walaupun demikian, bila ia segera mengaku kalah,
belum tentu si tua ini mau melepaskan nona-nona itu.
Justeru si anak muda bersangsi, si tua tertawa dan berkata pula: Tak apa-apa !
Inilah yang pertama kali! Masih ada waktu dua kali lagi! Bilamana dua kali lagi kau tetap
tidak berdaya mengelakkan dirimu hati-hatilah akan nyawamu!
Para nona itu heran, semua mengawasi bergantian kepada si kakek dan si anak
muda. Baru mereka mengetahui bahwa Pek Kong telah kalah dalam ronde pertama,
maka itu mereka saling melirik.
Pek Kong sementara itu kurang puas. Maka katanya: Lootiang, mari kita bertempur
pula! Kalau sudah pasti aku kalah, matipun aku tidak penasaran !
Cian Tok Seng Ciu tertawa nyaring.
Kau ternyata laki-laki sejati! pujinya. Mereka itu, tubuhnya melompat maju.
Pek Kong sudah bersiap sedia, ia segera menyambut. Dua tangannya digerakkan
dengan berbareng. Kali ini ia menggunakan jurus Angin dan Mega Berkumpul. Maka
hebatlah angin diri bergeraknya kedua tangannya itu.
Ketika dulu Cian Tok Seng Ciu belum memperoleh nama, ia sudah pernah
menghadapi banyak lawan tangguh, umpamanya Leng lu Insu dan Sin Kiam Ciu.
Kepandaian mereka hampir berimbang dengan kepandaiannya. Sekarang ia mendapat
kenyataan, bahwa ia belum pernah melayani lawan seperti anak muda ini, maka
terpaksa dari menyerang ia mengubah siasat menjadi membela diri.
Dalam tempo yang singkat sekali, si jago tua dan keras, datangnya dari seluruh
penjuru, dari depan dan belakang, dari kiri dan kanan. Pada segala arah ia melihat
hanya tubuh lawan bergerak bagaikan bayangan-bayangan yang sangat gesit. Karena
iiu, ia menjadi terkejut. Segera ia mengerahkan tenaganya, merentang kedua belah
tangannya, untuk lolos dari kurungan. Setelah itu, dengan ternganga ia mengawasi
sianak muda. 'Apakah jurusmu ini yang disebut jurus, Angin dan Mega Berkumpul" tanyanya.
Pek Kong heran hingga ia tidak lantas memberikan jawabannya. Ia berpikir: Situa
ini benar-benar liehay! Mengapa ia kenal salah sebuah jurus dari Ngo Kim Keng
sedangkan Bwe Hong Soat tidak mengetahuinya" Benar-benar luar biasa.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 551
yoza collection Cian Tok Seng Ciu menatap sianak muda. Sikap orang yang berdiam saja
membuatnya mengerti, maka ia tertawa gelak-gelak dan berkata dengan nyaring:
Kiranya ilmu silat Ngo Kim Keng yang telah lenyap selama limaratus tahun sekarang
muncul pula! Aku situa memberi batas padamu sampai sepuluh jurus, tetapi sekarang
aku ingin menguji terus padamu, supaya aku mendapat kenyataan ilmu silat Ngo Kim
Keng yang dulu sangat termasyhur itu tepat atau tidak dibandingkan dengan tigabelas
jurusku yang aku telah ciptakan dan latih selama hidupku!. Sekarang aku ingin
menjelaskan padamu rupaya kau berlaku waspada! Tiga jurus terakhir dari ilmuku
bukan lagi ilmu silat belaka hanya padanya tercampur racun, karena itu kau harus hatihati menjaganya!
Pek Kong tidak takut walaupun ia merasa pasti bahwa tiga jurus terakhir dari
siorang tua itu mestinya liehay luar biasa. Bahkan ia tertawa nyaring dan berkata
lantang. Aku yang muda kebal dari segala macam racun. Karena itu lootiang, kau
keluarkanlah semua kepandaianmu!
Cian Tok Seng Ciu menyukai dan menghargai sianak muda. Sekian lama ia
membiarkan saja orang beraksi terhadapnya tetapi sekali ini ia membentak, sebab
orang tidak saja tidak melihat mata bahkan memandang hina ilmu bisanya.
Bocah, awas serangan! bentaknya.
Menyusuli bentakannya itu, sijago tua menggerakkan kedua belah tangannya, maka
dalam sekejap saja tersiarlah asap kehijau-hijauan yang juga menyiarkan bau busuk
dan amis yang hebat! Pek Kong segera dapat melihat asap itu. Tahulah ia bahwa orang sudah Jantas
menggunakan racunnya. Mendadak ia menjadi kaget. Ia ingat keempat nona itu tidak
akan dapat bertahan andaikata bau racun menyerang mereka itu. Maka segera ia
mengeluarkan dan melemparkan Coa-po kepada mereka seraya berseru: Lekas
berkumpul menjadi satu dan lindungilah dirimu dengan mustika ini!
Memang segera keempat nona itu merasa pusing kepala sebab asap racun sudah
lantas bertiup kearah mereka, tetapi menyusul suara Pek Kong, kontan mereka
mendapat cium bau yang harum, sedangkan Honghu Pek Hee dengan sebat
menyambuti benda yang dilemparkan Pek Kong.
Pek Kong sendiri bersama si tua sudah terlibat didalam satu pertempuran yang
dahsyat, dengan begitu berdua mereka bagaikan terkurung asap hijau yang tergulunggulung ditempat seluas tiga tombak disekitarnya. Mereka terkadang berpisah terkadang
rapat satu dengan lain, tubuh mereka merupakan bayangan belaka.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 552
yoza collection Cian Tok Seng Ciu heran menyaksikan si anak muda tak roboh karena racunnya
yang dahsyat itu, bukan orang kalah atau keteter, orang justeru nampak makin hebat.
Dalam penasaran, ia mengebut dengan keras, membuat lenyap asap hijaunya itu,
untuk ditukar dengan uap mirip halimun putih!
Jika asap hijau menyiarkan bau amis dan busuk maka uap putih membuat hidung
orang dtsergap bau harum semerbak, membuat orang merasa nyaman sekali.
Pek Kong heran atas perubahan bau itu namun ia tidak menghiraukannya. Ia tetap
melayani sijago tua, menangkis bila diserang dan membalas menghajar begitu ia
melihat lowongan an. Ia kaget sekali sewaktu mendadak ia merasakan tubuhnya lemas
dan kaku. Ia menduga itu adalah akibat uap putih, maka lekas-lekas ia mengerahkan
tenaga dalamnya untuk mengumpulkan tenaganya.
Bertepatan anak muda itu sedang lelah, sekonyong-konyong Cian Tok Seng Ciu
menyampok tubuhnya. Nampaknya ia menggerakkan tangannya secara perlahan-lahan,
namun kesudahannya tubuh Pek Kong tertolak mental setombak lebih!
Hongbu Pek Hee beramai yang terus menonton dengan prihatin menjadi terkejut,
sambil berseru mereka melompat kepada si anak muda.
Melihat demikian si jago tua tertawa tergelak-gelak dan berkata dengan
congkaknya. Anak kecil, kau berani tak memandang orang, maka sekali ini kau harus
mengetahui betapa liehaynya ilmu kepandaianku! Bukankah ini adalah ilmu nomor satu
dikolong langit" Pek Kong menetapkan tubuhnya ketika ia mendengar suara besar dari lawannya.
Belum tentu! serunya nyaring, tubuhnya terus menjelat, menghampiri. Didepan si
jago tua ia memberi hormat sambil merangkap ke dua tangannya dan menambahkan.
Loocianpwee, dua kali kau sudah berbuat baik terhadapku. Aku menerimanya dengan
rela. Menurut aturan, siapa kalah ia tak dapat bicara lagi perihal kegagahan.
Demikianpun dengan aku, hanya, bilamana loocianpwee berkenan, aku masih ingin
mencoba lagi satu jurus, ialah jurus loocianpwee yang terakhir!
Cian Tok Seng Cim tertegun mengawasi si anak muda. Orang tak kurang suatu apa.
orang tetap sehat wal'afiat. Orangpun mengubah panggilan dari loo tiang, orang tua
yang dihormati, menjadi loocianpwee,--orang dari angkatan tua yang mulia.
Tanpa merasa ia tertawa dan. berkata: 'Kata-kata yang bagus! Setelah itu ia
menambahkan Baiklah! Hanya ingin aku memberitahukan kau bahwa jurus yang
terakhir ini racunnya lebih hebat lagi, kalah sedikit dari racun katak emas berkaki lima!
Untuk menjaga diri baiklah kau ambil pulang Coa-po dari tangan nona-nona manis itu!
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 553
yoza collection Masih ada kegembiraan siorang tua akan menggodai pemuda itu.
Sementara itu Pek Kong sudah berpikir. Ia percaya racun ketiga itu bakal menjadi
hebat sekali. Yang kedua itu, sudah ia merasakannya. Ia kena dikalahkan. Hampir ia tak
dapat bertahan. Hanya kalau ia mengambil Coa-po, bagaimana dengan Honghu Pek Hee
beramai"

Pendekar Yang Berbudi Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Si orang tua mengawasi tajam. Ia dapat menerka hati orang.
'Aku mengerti tentang kekhawatiranmu ! katany'a tersenyum, kau pasti
mengkhawatirkan keselamatan nona-nona manis itu! Inilah mudah! Kau suruh saja
mereka mundur sampai sepuluh tombak lebih, mereka tak akan mendapat celaka. Kalau
tidak, aku tentu tidak dapat menggunakan racunku.. .!
Honghu Pek Hee mendengar tegas suara si jago tua. Mulanya ia pikir untuk
mengembalikan Coa-po kepada Pek Kong. Tapi, mendengar orang dapat berkelahi tanpa
menggunakan racun, ia membatalkan niatnya itu. Ia menerka Pek Kong bakal menerima
baik syarat tersebut, melanjutkan pertempuran dengan situa. dengan tidak
menggunakan racunnya. Diluar dugaan, Pek Kong sudah memperdengarkan suara nyaring Tidak, lootiang,
tidak dapat boanpwee menerima syaratmu! Justeru boanpvvee ingin menyaksikan
semua kepandaian loocianpwee! Bila boanpwee mengandalkan Coa-po, atau
loocianpwee menang tanpa menggunakan racun, andaikata boanpwee menang,
kemenangan Sianak mudapun membahasakan dirinya boanpwe , orang tingkat muda.
Honghu Pek Hee sebaliknya terkejut mendengar suara anak muda itu, bahkan Kat
In Tong segera menyerukan padanya: 'Kakak, lekas serahkan benda itu padanya. Mari
Tapi Pui Hui menghela napas dan berkata:
a sudah memberikan kata-katanya, jika menyerahkan benda itu, pasti ia tak mau
menerimanya.. Asalkan si makhluk berbisa tidak menurunkan tangan telengas, sebentar
kita masih dapat menolongnya!
Honghu Pek Hee terdiam, begitu pula Liu Hong Lim. Kemudian keduanya menahan
mengucurnya air mata mereka.
Segera terdengar tertawa nyaring dari si orang tua.
harapanmu ! Pendekar Yang Berbudi - Halaman 554
yoza collection Dengan perlahan-lahan, Cian Tok Seng Ciu mengangkat kedua belah tangannya,
kemudian dengan cekalan sekali, ia menarik pulang secara kaget, terus kedua tangan
itu dipentang kekiri dan kanan. Sama sekali tak tampak ia melemparkan barang apa
juga. Hanya mulutnya memperdengarkan seruan: Kau sambutlah! Sekali ini, si tua
berlompat maju mengikuti seruannya itu! Pek Kong sudah lantas bergerak, menyambuti
serangan itu. Ketika bertempur, meresa heran. Ia menganggap si orang tua aneh sekali.
Tidak tampak racun yang di lepaskan.
Sehingga ia menduga orang hanya menggertak padanya, bahwa racun belum
digunakan. Sedang ia terheran-heran itu sekonyong-konyong ia merasakan tubuhnya
menjadi dingin sekali, bagaikan es, dan napasnyapun sesak. Baru sekarang berbareng
kaget, ia menginsafi orang tua itu benar-benar jago rimba persilatan yang luar biasa
lihaynya. Lekas-lekas ia mengerahkan tenaga dalamnya serta menyalurkan
pernapasannya, sekaligus iapun menerjang dengan hebat sekali. Ia pikir akan berkelahi
secepat mungkin untuk lekas-lekas menghadapi pertempuran itu.
Cian Tok Seng Ciu bagaikan dapat menerka pikiran orang. Ia melayani si anak muda
dengan sikap tenang. Sekali ini ia lebih banyak berkelit dari pada menyerang, tubuhnya
bergerak lincah. Selalu ia menyingkir dari serangan berdepan-depan.
Sesudah lewat sekian banyak jurus, Pek Kong mulai hilang sabar. Pikirnya. Kalau
terus-terusan aku bertempur secara begini, misalnya aku tak akan terluka, aku bisa
kehabisan tenaga, maka itu baiklah aku bertindak cepat!
Begitu berpikir, begitu sianak muda mengambil keputusan, demikian pula ia
bertindak, Dengan berani ia mengempos napasnya, tak perduli hawa beracun masuk
kedalam tubuhnya. Setelah itu ia mengirim serangan yang dikeluarkan dengan
menggunakan seluruh tenaganya. Ia sudah nekad, inilah usahanya yang terakhir.
Diluar dugaannya, tindakan Pek Kong yang terakhir ini justeru mendatangkan
kebaikan kepadanya. Mendadak ia merasa dirinya sehat luar biasa, lenyap rasa letihnya.
Tenaganyapun bertambah seketika! Maka insaplah ia halnya racun itu, uap putih tadi
sudah memberi khasiat kepadanya. Sebab itu ia menjadi girang sekali.
Ciao Tok Seng Ciu sudah melihat dengan tegas bagaimana sianak muda mulai letih.
Ia merasa tak tega mencelakainya, sebab itu ia melanjutkan siasat bertempurnya
dengan mengulur-ulurkan waktu, untuk mempermainkan anak muda itu, agar dia
kehabisan tenaga sendirinya. Maka heranlah ia ketika dilain saat mendapatkan si anak
muda itu menjadi segar pula.
a benar hebat! pikirnya. Maka ia berseru: Nah, kau libat kepandaianku! segera ia
menyerang dengan dua tangannya, serta menggunakan tenaganya sepenuhnya.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 555
yoza collection Berbareng dengan satu seruan tertahan, tubuh Pek Kong tampak terpental
jumpalitan. Melihat demikian, siahli racun melompat maju, menyusul dengan
serangannya yang lain! Pek Kong sadar bahwa itulah saat atau ketika baiknya yang terakhir, maka juga
selekas kakinya menginjak tanah, ia meneruskan menjatuhkan dirinya bergulingan,
untuk lompat melesat sejauh satu tombak. Disitu ia membalikkan tubuhnya, berniat
balas menyerang bilamana lawannya menerjang lebih jauh. Namun, baru ia berbalik,
atau bahunya ada yang tepuk, sehingga ia terkejut dan menoleh!
Kiranya itulah Ctan Tok Seng Ciu, yang terus tertawa kepadanya, sehingga ia
menjadi sangat malu, mukanya menjadi merah sekali. Ia terus terdiam sambil
menunduk. I JAGO tua menatapi orang. Ia tertawa pula dan berkata dengan ramah. Eh,
anak, apakah kau masih ingin mencampuri urusanku"
Pek Kong menghela napas. Terhadap diriku, lootiang dapat perbuat apa yang lootiang suka. sahutnya perlahan.
Ia terus memutar tubuh, akan berpaling kepada si nona-nona.
Honghu Pek Hee melihat kesudahannya pertempuran itu, mereka menurunkan
tangan mereka, sambil tunduk, merekapun berdiam saja. Merekapun menyerah diri.
Cian Tok Seng Ciu tertawa gembira.
Kau menyerah kepadaku, bagus! katanya. Baik sekarang yang pertama dahulu!
Kau anggaplah bahwa aku sudah menerima setengah murid! Yang kedua, kau harus
menerima keempat nona nona dihadapanmu ini sebagai isteri-isterimu! Hahaha!
Keempat nona itu terkejut, bukan karena kaget, melainkan karena girang. Hati
mereka semua segera terbuka. Dari mengawasi dua orang itu, mereka terus menunduk.
Mereka likat. Karena kata-kata si orang tua, Pek Kongpun terkejut, maka juga dari tunduk, ia
mengangkat kepalanya, memandang orang tua itu, berbareng ia menjadi heran sekali.
Cian Tok Seag Ciu tidak ada dihadapannya, yang tampak hanya tubuhnya saja seperti
bayangan, sebab dia sudah lari pergi dengan cepat sekati. Dilain saat dia mirip satu titik
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 556
yoza collection hitam, yang lenyap dengan sekejap. Pada detik itu juga, sadarlah. Ia menjadi sangat
girang sekaligus terkejut.
Rupanya semuanya tiga belas jurus ilmu beracun dari orang tua yang telah
diwariskan padaku.. . demikian pikirnya. Ia memberi pelajaran kepadaku secara tidak
langsung. Hanya bagaimana dengan kata-katanya yang terakhir itu.. .
Itulah tentang hal ia harus mengambil istri keempat nona-nona itu!
Bagaimana sekarang" pikirnya. Tak berani ia mengawasi Pek Hee berempat.
Loocianpwee, mana dapat! katanya dalam hati. Pek Hee dan Hong Lim tak menjadi
soal! Bagaimana dengan Pui Hui dan In Tong" Mereka adalah bibi dan kemenakannya!
Mana mungkin dua-duanya menjadi isteriku".. .Akan tetapi ini sudah diatur oleh siorang
tua. Aku pula harus menanti dahulu persetujuan nona-nona itu . .Yang penting sekarang
ialah aku harus melatih diri, menyempurnakan pelajaran yang diwariskan si orang tua
padaku supaya dipersatukan dengan ilmu silat Ngo Kim.
Karena berpikir demikian, Pek Kong menjadi berdiri diam sekian lama.
Semua nona heran mendapatkan Cian Tok Seng Cui kabur secara tiba-tiba setelah
dia mengucapkan kata-katanya itu. Merekapun heran melihat Pek Kong berdiam saja,
seperti orang yang sedang berpikir keras. Sebentar Pek Kong tersenyum lalu
mengerutkan alisnya terus berdiri diam bagaikan patung. Karena mereka sendiri malu,
merekapun turut berdiam saja, tak ada yang berani menjaga pemuda itu.
Lewat pula sekian lama, In Tong tak dapat bersabar lebih lama.
Pek long! ia memanggil, suaranya merdu. Mengapa kau diam saja"
Panggilan long dari -Pek long itu adalah panggilan lebih prihatin, lebih akrab dan
lebih hormat dari pada koko , kakak. Itu pula panggilan pada tunangan atau suami.
Pui Hui terperanjat mendengar In Tong memanggil Pek long pada pemuda itu.
Bagaikan orang yang takut ketinggalan, ia pun segera berkata: Pek long, mari kita
Pek Kong terkejut, ia mengangkat kepalanya. Bagaimana kau membahasakan aku"
tanyanya heran. Kat In Tong mencibir bibirnya. Apakah barusan kau tidak mendengarnya"
tanyanya. Tapi.. . tapi.. . mana itu dapat.. ." kata si anak muda, bingung.
Menyaksikan itu, Honghu Pek Hee tertawa. Ia adalah nona yang paling dulu kenal
dengan Pek Kong dan pernah juga ia dipeluk pondong. Ia lantas turut bicara. Katanya:
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 557
yoza collection Mengapa tak dapat, Empat orang nona menikah dengan seorang suami toh sudah
umum sejak dahulu kala" Lagi pula jodoh kita telah disetujui oleh loocianpwee tadi"
Apa yang hendak dikatakan pula" Kami berempat bersaudara, kami sudah bersatu
hati, maka kau jangan mengkhawatirkan apa juga
Pek Kong masih bersangsi. Terutama berat baginya adalah bertalian adanya
hubungan sanak diantara Pui Hui dan In Tong. Itu pula tidak dapat ia jelaskan, sebab ia
kuatir kedua nona itu menjadi malu
Tentang ini baiklah kita bicarakan dilain waktu... katanya kemudian.
Hm! Hong Lim memperdengarkan suara dingin. Iapun turut pula bicara. Kau
memang paling pandai menyangkal! katanya. Dahulu kau mengingkari aku sehingga
aku menderita. Sekarang begini saja: Kau harus meninggalkan tanda mata!
Pek Kong tahu orang menimbulkan soal lama. Tak dapat ia mengungkat-ungkat itu.
Aku hanya membawa tubuhku sendiri, katanya, terpaksa. Dari mana aku bisa
mendapatkan tanda mata"
Nona Liu berpaling kepada ketiga nona lainnya.
Nah, kalian dengar atau tidak" katanya, Orang tak berbudi ini hendak mengingkari
pula janjinya! Marilah kita buka bajunya, supaya kita bisa mendapatkan sekalipun ujung
bajunya itu! Pek Kong berdiri terpaku. Hebat Nona Liu. Tentu sekali, ia mati akal, Jangan kalian
turun tangan! katanya akhirnya. Baik, aku tinggalkan tanda mata untuk kalian..
Keempat nona kuatir orang nanti mengangkat kaki, mereka lantas mengurung.
Pek Kong meraba-raba seluruh tubuhnya, ia tidak mendapatkan suatu apapun,
maka juga ia menyeringai mengawasi nona-nona itu. Akhirnya ia menggelenggelengkan kepalanya serta berkata perlahan: Dengan sebenarnya aku tidak mempunyai
barang apapun juga ! Bagaimana"
Hong Lim menjadi sengit sekali. Mungkinkah kau tidak membawa sabukmu"
tanyanya. Disebutnya sabuk ikat pinggang membuat Pek Kong ingat kepada sabuk kulit badak
pemberian Paman Houwnya, maka dengan terpaksa ia meloloskan sabuknya itu. Inilah
sabuk tandamata dari paman Houw, jangan dipotong bagikan antara kalian! katanya
menyeringai, Dengan sebat Pui Hui menyambar sabuk itu.
Kami berempat bersatu hati, siapa yang ingin memotong-motongnya" katanya
tertawa, Terus ia serahkan itu pada Pek Hee sambil berkata nyaring: 'Diatas ada langit
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 558
yoza collection dibawah ada Bumi, kedua duanya dapat menjadi saksi untuk kami! Kakak tolong simpan
sabuk ini Mula-mula Pek Hee khawatir Pui Hui menyambar sabuk itu untuk dia yang
memegangnya. Baru sekarang ia tahu maksud dan kejujurannya. Ia menyambuti lalu
sambil tertawa ia berkata: Ia tidak mempunyai sabuk lagi, biarlah aku tukar dengan
sabukku! Dan ia segera menukarnya dengan sehelai sabuk putih, yang ia terus
serahkan pada si anak muda sekalian ia bertanya. Bilakah kau mengangkat orang tua
itu sebagai gurumu" Pek Kong tertawa. Sudah sejak siang-siang ia mau mengambil aku sebagai muridnya. Aku telah
menolaknya, sahutnya. Karena ia ajak aku bertaruh dengan mengadu kepandaian
dengan apa, secara tidak langsung dia mengajarkan ilmu silat beracunnya itu yang
berjumlah tiga belas jurus, yang sebenarnya adalah Tok Kang Cap Sha Sie. Kalau ia
tidak menjelaskannya sendiri masih aku belum tahu bahwa ilmunya itu sudah dj
wariskan padaku. Sekarang marilah kita bicarakan tentang sintiauw, sirajawali jinak itu.
Aku percaya burung itu bukan mati ditangannya. Mengenai ayahmu juga, asal peristiwa
itu ada hubungannya dengan Pek Gan Kwie, akupun percaya bukan dialah yang
mencelakainya, Cian Tok Seng Ciu tiada sangkut paut sama sekali dalam hal ini
Pek Hee tertawa. Ia girang sekali dan percaya Cian Tok Seng Ciu bukan orang jahat.
Baiklah aku percaya kau! katanya. Apakah kau telah berhasil mencari Ouw Yam
Nio Pek Kong bagaikan tersadar. Baru ia teringat pula akan Kiu Bwee Ho. Segera ia
menggeleng-geleng kepala.
Aku sudah diselomoti. To Pie Wan! katanya, menyesal. Lihatlah gunung batu yang
gundul itu. Mungkinkah tempat semacam ini dijadikan penjara untuk menahan orang"
Hong Lim tertawa geli. Kakak Hee menerka kau akan diakali, maka itu kami sengaja menyusulmu! katanya.
Pek Kong menghela napas. Jiwa Ouw Yam Nio terancam maut setiap saat, katanya. Ia harus dicari dan ditolong
segera! Dan ia menggerakkan kaki lari pergi.
Tunggu! Kat In Tong berseru sambi! menghadang. Pek Kong, mengapa kau pergi
tanpa pamit" Pek Kong mengawasi keempat nona itu. Ia menghela napas.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 559
yoza collection Kalau kalian suka membantu, marilah ikut padaku!' katanya. Jika tidak, aku hendak
berangkat lebih dahulu ke See Ouw!
Biar bagaimana nona-nona itu merasa jelus juga. Nyata Pek Kong sangat,
memperhatikan Ouw Yam Nio. Honghu Pek Hee berkata dengan sengit. Kami berempat
bersedia untuk mati bersama, karenanya mengapa kami tidak mau membantumu "
Sepantasnya kau menyebutkan dahulu tempat tujuanmu ! Mungkinkah kami berempat
kalah dengan satu Ouw Yam Nio"
Pek Kong terdiam untuk berpikir. Iapunsang si kemana lebih dahulu harus pergi.
Mari kita lebih dahulu pergi kebukit Gouw Kong Nia! sahutnya kemudian.
Keempat nona itu mengangguk, tanpa mengatakan sesuatu, mereka berjalan
mengikuti sang kekasih. Tepat waktu itu terlihatlah Ho Tong diatas kuda putihnya kabur mendatangi, sambil
berteriak: Lekas! Lekas! Mari kita tolong Ouw Yam Nio! Ia dikurung dalam penjara air.
Kat In Tong tertawa dan menegur. He, untuk apa kau membuat berisik" Dari mana
kau peroleh kabar ini"
Ho Tong menghembuskan napas melegakan dadanya. Dari sakunya terus ia
menarik, ke luar sehelai kulit kayu.
Tiat Tan Kong Kek menitahkan aku membawa ini! sahutnya tanpa menjawab
pertanyaan si nona. Pek Kong menyebuti dan keempat nona datang mengerumuninya, untuk bersama
membacanya. Itulah kulit kayu yang berupa surat.
Diatas kulit kayu itu, Tiat Tan Kong Kek mengukir suratnya ini:
Ouw Yam Nio dikurung di Gunung Kiu Kiong San. dalam penjara dibawah tanah.
Penjara itu diluarnya ada alingan air tumpah, serta didalamnya ada ular
berbisanya. Si hantu besar sering berkumpul di gunung itu.
Sebab itu Jangan sembarangan pergi ke sana, supaya tak usah mendapat
kecelakaan yang tak dikehendaki.
Pek Kong bercuriga. Ia khawatir nanti ter ulang peristiwa di Loo Ya Nia.
Apakah Tiat Tan Kong Kek sendiri yang menyerahkan surat ini padamu" tanyanya
pada Ho Tong. Ya, jawab orang yang ditanya sambil mengangguk. ' Tidak lama setelah aku
berpisah dari nona-nona ini, segera aku bertemu dengan Siu pie kauw dan bertempur
dengannya. Selagi bertempur, datanglah seorang lain yang bertopeng. Aku menyangka
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 560
yoza collection kaulah yang menyamar pula. Kemudian ternyata itulah Tiat Tan Kong Kek sendiri!
Dengan satu luncuran tangan, ia menghajar Siu pie kauw sehingga tewas seketika.
Setelah itu lalu aku turunkan padanya tentang kau, ia terkejut. Ia lantas berpikir.
Kemudian ia katakan bahwa tak biasa Cian Tok Seng Cui melayani anak muda berkelahi.
Dikatakan pula, kalau kau pergi ke Ku Gu Nia, kau hanya akan mendapat kaget namun
tidak berbahaya. Karena ia mesti lekas-lekas pulang, ia tak sempat menemui kau, maka
itu ia mengukir suratnya ini dengan jari tangannya, terus ia serahkan kepadaku dengan
memerintahkan aku lekasHoog Lim khawatir bahwa Pek Kong mencari Ouw Yam Nio. Ia khawatir anak muda
itu menghadapi bahaya. Justeru ada surat Tiat Tan Kong Kek ini, ia lantas berkata
kepada Ho Tong: "Kau sidungu! Terang-terang Tiat Tan Kong Kek tak menginginkan kita
pergi ke Kiu Kiong San, mengapa kau justeru berteriak tidak keruan" Adakah kau ingin
cari kematianmu?" Ho Tong tertawa. Hm! Hai! ia perdengar suara dinginnya : Kita justeru mau cari si kepala hantu,
apakah yang harus ditakutkan" Kalian adalah wanita-wanita, bila hati kalian kecil, tak
usah kalian turut pergi! Nanti aku pergi berdua sa


Pendekar Yang Berbudi Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hm! In Tong pun memdengarkan suara dinginnya. Hendak ia menegur si tolol atau
Pek Hee sudah mendahului berkata pada Pek Kong:
dipenjarakan dipenjara dalam tanah, tentu ia tidak akan segera dihukum mati, maka tak
usah kau kesusu. Disebelah itu, nasihat Tiat Tan Kong kek pun tak dapat dipikirkan
dahulu.. . Pui Hui lantas menggunakan ketika untuk turut bicara.
Apa yang dikatakan kakak Honghu benar adanya, demikian katanya. Kabarnya Tiat
Tan Kong Kek juga bukan sembarang orang, dia bernyali besar, tidak takuti langit tak
jeri akan bumi. Karena itu, kalau toh ia sampai merasa ngeri. Kiu Kong San pasti benar
berbahaya. Mesti ada perangkap-perangkap diempat penjurunya! Sebab itu, menurut
pendapatku. baik kita pergi ke See Ouw lebih dahulu untuk menggabungkan diri dengan
Siangkoan Tayhiap agar kita dapat berdamai
In Tong dengan mata bercahaya menatapi si anak muda, ia ingin mendengar
jawabannya si anak mkda. Pek Kong mengerti betul bahwa di Kiu Kiong San hadir beberapa hantu tertua,
apabila ia mengajak nona-noa ini, bukan saja mereka akan tak dapat membantunya,
malah justeru mereka akan menyusahkan ia sendiri. Sebab justeru ialah yang akan
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 561
yoza collection membantu dan melindungi mereka itu. Segera memikirkan alasan untuk membebaskan
dirinya. Oleh karena pendapatmu sama, baiklah, mari kita pergi bersama ke See Ouw!
demikian sahutnya. Bukan kepalang leganya nona-nona itu bahwa orang mau menerima baik pikiran
mereka. Semua nampak gembira, wajah mereka tersungging senyuman manis. Tapi
tidaklah demikian dengan Ho Tong. Pemuda ini menjadi heran sehingga ia bertanya
keras: Bagaimana, eh" Kaupun tidak berani pergi ke Kiu Kiong San untuk menolongi
Pek Kong tertawa. Bukan aku tidak berani, jawabnya, aku hanya mau menemui dulu kakak Siangkoan umuk berunding dengannya.
Ho Tong sudah mengira, bahwa jika mereka pergi kegunung Kiu Kong San pasti
akan terjadi suatu pertempuran ramai dan dahsyat. Ia tidak mengira bahwa Pek Kong
justeru mundur teratur, maka tampak wajahnya menjadi lesu.
Ah, . . ah begitu gerutunya berulang kali.
Melihat wajah orang dan mendengar gerutu sesal itu, Pek Hee semua tertawa.
Mereka menganggap pemuda semb
Demikian dua orang pemuda dan empat pemudi melakukan perjalanan bersama
menuju telaga See Ouw dikota Hang-ciu. Selekas mereka keluar dari wilayah gunung
Gouw Kong San, sang fajar menyingsing. Itulah bukti bahwa selama satu malam mereka
sudah berjalan ditanah pegunungan yang penuh belukar itu. Kecuali Ho Tong, semua
tidak ada yang merasa letih, tenaga dalam mereka sudah terlatih baik apa pula berada
bersama Pek Kong, hati mereka itu sangat terbuka. Apa yang dirasakan mereka ialah
laparnya sang perut dan haus.
Ho Tong pun mendapat pertolongan dari kudanya. Hanya karena ingin minum dan
makan ia sudah menjadi bingung sekali. Disepanjang jalan ia melihat kekiri dan kekanan
dengan mementang mata lebar-lebar. Demikianlah begitu tampak sebuah desa
didepannya, segera ia mengaburkan kudanya kedesa itu.
Pek Kong tahu maksud orang, ia tertawa dan berkata: Kalian menyusul belakangan,
Hati Budha Tangan Berbisa 15 Animorphs - 5 Serangan Nekat Imam Tanpa Bayangan 4

Cari Blog Ini