Ceritasilat Novel Online

Pendekar Yang Berbudi 16

Pendekar Yang Berbudi Karya Okt Bagian 16


sekali. Bahwa aku sudah bersumpah tidak akan hidup bersama ayahku dalam dunia ini.
Sekarang.. . . Tak dapat si nona melanjutkan kata-katanya itu, karena tiba-tiba ia roboh pingsan
dan dari dalam mulutnya keluar darah segar.
Pek Kong terkejut tak terhingga. Terpaksa ia meraba tubuh si nona, digoyangkan
dan berulang-ulang memanggil namanya untuk menyadarkannya. Begitu si nona
siuman, ia berkata dengan sedih, air matanyapun turut keluar: Mana aku sudah
menerima budimu yang besar. Karena pertolonganmu itu, aku dapat hidup serta
mempunyai kepandaian seperti sekarang ini. Budimu, itu, nona, aku harus balas . . namun
disana ada paman Houw ku, dia juga sudah melepas budi kepadaku seumpama lautan
besarnya,. .Tak dapat tidak aku harus membalaskan sakit hatinya itu! Sebab itu, nona.
kecuali dalam hal pembalasan sakit hati ini, kau boleh perintahkan aku melakukan
apapun, akupun tak menolaknya, sekalipun aku harus masuk ke dalam api.
Selama siuman itu, Sian Hui Sim terus diam saja. Ia sudah mendengar dengan jelas
apa yang dikatakan si anak muda, bahkan lebih sadar agaknya. Namun ia tetap
menangis ketika ia berkata- Unjuk membalas sakit hati pamanmu, paman angkat, kau
harus membunuh ayahku. Inilah aku mengerti ! Lalu setelah kau membinasakan
ayahku" Dapatlah aku berpeluk tangan saja" Tidak! Aku adalah anaknya dan aku harus
membalas sakit hati ayahku ! Dengan demikian, selanjutnya kita berdua akan saling
balas membalas tak hentinya, ya, turun temurun! Bilakah akan berakhirnya balas
membalas itu" Dan bagaimanakah akan kesudahannya kelak"
Pek Kong terdiam termangu-mangu. Memang benar sebagai anak, si nona harus
membuat pembalasan, tak perduli ayahnya benar atau salah. Dan pembalasan pasti
akan dilakukan terhadap dirinya. Bagaimana itu"
Ya, bagaimana baiknya".. . . katanya kemudian, pikirannya kacau. Ia pikir bolak-balik,
semuanya serba salah. Soalnya ialah, saling balas membalas.
Sian Hui Sim diam dengan pikiran bekerja. Kemudian ia menghela napas, dengan
roman sangat lesu ia berkata: Mengenai urusan kita aku memikirkan sesuatu, tetapi
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 654
yoza collection berat untuk mengutarakannya. Soalnya ialah aku khawatir kau akan berprasangka dan
nanti menuduh aku hendak memaksa-maksa kau membalas budi kebaikanku.
Istilah memaksa itulah yang aku tak dapat lakukan, juga tidak ada pikiranku.
Sebenarnya dengan kau membunuh ayahku, bedanya seperti aku membunuh ayah
dengan tanganku sendiri! Apakah pula ayahku mati terbunuh, dapatkah aku hidup
sebatangkara" Pek Kong terkejut hingga tercengang.
Nona, kau bicaralah! katanya kemudian 'Kau utarakanlah apa sebenarnya yang kau
pikir! Dengan air mata berlinang-linang nona Sian menatapi anak muda dihadapannya.
Apakah benar-benar kau inginkan aku bicara" tanyanya menegaskan.
Bicaralah, nona, jawab si anak muda. Ia ingin sekali mendengar keterangan itu,
Baiklah , sabut Sian Hui Sim, eperti kau ketahu', dahulu hari aku telah
mendapatkan pek-bwee-ko. Seandainya buah itu aku tidak kembalikan kepadamu,
apakah kau ada itu jodoh memperoleh semua kepandaianmu seperti sekarang ini" Ilmu
silat ayahku liehay sekali, jika aku serahkan buah mujizat itu kepada ayahku, tidakkah
kepandaiannya akan menjadi luar biasa hebatnya" Dengan ayahku menjadi hebat luar
biasa, aku berani pastikan biarpun kau menitis dan menitis pula tak mungkin kau dapat
membalas sakit hatimu itu. Andaikata Pekbweeko aku tidak serahkan pada ayahku, kau
tetap tidak berjodoh memilikinya. Tanpa bantuan Pekbweeko, tak akan sanggup kau
turun tangan terhadap ayahku itu. Dengan demikian, bukankah ayahku akan tetap hidup
sewajarnya " Tetapi sekarang lain! Kau telah memiliki dan makan buah itu. Kau ini telah
menjadi begini liehay! Kau hendak mewujudkan maksudmu membalas sakit hati
terhadap ayahku apabila maksudmu tercapai bukankah ayahku binasa secara tak
langsung disebabkan Tak dapat Sian Hui Sim bicara lebih lanjut ia sudah menangis pula dengan sangat
sedihnya. Kedukaannya memutuskan kata-kata selanjutnya.
Pek Kong menjublek. Ia menjadi serba salah, la mau membalas sakit hati, ia benar
namun si nonapun sama benarnya. Nona itu memberikan buah pekbweeko kepadanya,
ia menjadi gagah melebihi Tong Thian Tok Liong, ayahnya sinona. Kini ia hendak
membinasakan ayah dari nona yang sudah melepas budi sedemikian besar
terhadapnya. Ia menjadi sangat masgul dan serba salah sehingga ia menghela napas berulangulang.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 655
yoza collection Hui Simpun masih diam tak bersuara, ia terbenam dalam kesedihan dan susah hati.
Dalam suasana sunyi itu, tiba-tiba terdengar satu seruan yang nyaring dan segera
tampak esosok bayangan putih melompat turun dari atas sebuah pohon dekat, mereka
berdiri. Muda-mudi itu terkejut, dengan sendirinya keduanya lompat mundur. Segera
mereka mengangkat kepala untuk melihat siapa gerangan yang muncul secara tibatiba itu.
Orang itu sebaliknya memperdengarkan suaranya yang bengis: Oh, perempuan
rendah tak tahu malu! Apakah kau kira dengan caramu yang sangat rendah ini
melibatkan seorang yang tak berbudi, kau dapat melindungi jiwa Sian Hiauw In" Hm!
Baiklah kukatakan terus terang padamu, sekalian kau dapat mempengaruhi dia, aku
sendiri dapat membuat ayahmu takkan mati wajar!
Pek Kong terkejut sekali. Nona itu adalah Honghu Pek Hee. Itulah sulit. Ia ingin
memberikan keterangan namun kata-kata Pek Hee terlalu tajam, ia sendiri, tak puas
mendengarnya. Maka ia menjadi serba salah!
Sian Hui Sim sebaliknya, kata-kata itu hebat benar menembus telinganya dan
menikam hatinya. Ia naik pitam dan segera lompat mencelat pada Nona Honghu dan
terus melancarkan serangannya yang dahsyat, yakni jurus Ngo Hong Sip Ie Lima Angin
Sepuluh Hujan. Sepuluh buah jari tangannya langsung mengarah nona yang baru
muncul itu! Honghu Pek Hee berkelit dari serangan maut itu. Sebagai murid Bwee Hong Soat
Lie, ke pandaian Pek Hee tidak rendah. Begitu ia bebas dari ancaman bahaya, ia segera
menghunus pedangnya. Maka dilain detik ia sudah merangsak pula.
Pek Kong bingung, ia berdiri menonton. Tak dapat ia membantu salah satu diantara
kedua nona itu. Mereka adalah nona-nona terhadap siapa ia berhutang budi. Ia pasti
akan berbuat keliru jika ia membantu salah satu diantaranya. Ia hanya memikir untuk
bersiap sedia menolong pihak yang terancam bahaya
Dalam hal ilmu silat, Sian Hui Sim lebih liehay dari pada Honghu Pek Hee, tetapi
sesudah bertempur sekian lama, segera ia telah berada dibawah angin. Ada dua sebab
yang membuat, ia terdesak: Pertama tama ia sedang berduka dan bingung baru saja ia
terlalu bersedih dan muntah darah, dan kedua, iapun bertangan kosong. Di pihak lain
Honghu Pek Hee bersenjatakan pedang dan dalam keadaan gusar sehingga
semangatnya menyala-nyala. Iapun tak mau mengalah!
Sepuluh jurus kemudian, Nona Honghu memperhebat desakannya. Pedangnya
menikam dan membabat berulang-ulang. Hui Sim terpaksa mundur terus. Tiba-tiba Pek
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 656
yoza collection Hee menikam dan menyambar kepala nona itu. Jurus yang digunakan ialah Lakgwee
Hui Song Es Terbang di Bulan Enam .
Pek Kong kaget bukan main. Hui Sim terancam bahaya maut. Segera ia melompat
maju, untuk menolongi nona itu.
Bertepatan dengan itu dari luar kalangan ada benda menyambar kearah Nona
Honghu. Si anak muda melihatnya. Syukur ia tidak menjadi gugup. Berbarengan itu ia
menggunakan kedua tangannya, menolak tubuh Hui Sim sambil menyampok juga benda
yang merupakan senjata rahasia itu. Ia pun menyerukan Nona Honghu agar waspada
terhadap senjata rahasia!
Akibat dari campur tangan Pek Kong kedua nona sama-sama luput dari bahaya.
Hanya Pek Hee, dadanya terserempet senjata rahasia sehingga merasakan nyeri pada
dadanya itu. Hui Sim menduga ia akan menemui ajalnya, maka iapun kaget ketika dirasakannya
tubuhnya ada yang tolak dengan keras sampai terhuyung-huyung. Karena itu, ia
selamat. Pek Hee merasa nyeri, kaget dan heran, namun akhirnya setelah hatinya, tenang
kembali, ia marah sekali terhadap si anak muda. Ia menyangka anak muda itu berbuat
demikian untuk membela Sian Hui Sim. Dalam marahnya, tanpa mengatakan sepatah
katapun ia melompat pula kepada Nona Sian!
Tahan! seru Pek Kong, Bukan aku Kemudian ia segera berkeliling kesamping
dimana terdapat banyak pohon cemara dan berkata dengan nyaring: Sahabat yang
bersembunyi dibalik pohon cemara sesudah kau berani menyerang dengan senjata
rahasiamu mengapa kau tidak mau segera menunjukkan diri untuk kita membuat suatu
pertemuan" Honghu Pek Hee terkejut dan heran. Hui Sim pun tak terkecuali. Keduanya lantas
menoleh kesamping. Segera mmculah seseorang dari balik sebuah pohon cemara yang besar seorang
tua dengan rambut bercampur uban. Melihat orang tua itu, Hui Sim kaget sehingga
mukanya pucat. Pek Hee tidak kenal orang tua itu. Ia heran mengapa orang membokong padanya.
Semula ia tertegun, seketika ia lupa akan Pek Kong dan Nona Sian, ia tertawa dingin
dan menegur. Tapi dalam sekejap ia teringat siapakah gerangan orang itu
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 657
yoza collection Ob, kiranya Khong Hu hoat yang termashur dari Thian Liong Pang yang maha
besar demikian suaranya, dingin, Tidakkah mengherankan, bila kau menggunakan
senjata rahasiamu untuk menolongi anak perempuan yang terhormat dari ketuamu!
Hian Kie Siu-su Khong Liong -- demikian orang tua itu tertawa manis.
Harap kau ketahui, nona, sebab aturan kami sangat keras, tadi aku bertindak karena
terpaksa ! Pek Kong melangkah maju. Iapun tertawa dingin.
Tuan, apakah tuan sudah berhasil menyelidiki dimana adanya muridmu yang
berdandan sebagai pelajar, memelihara kumis bercabang serta berjanggut seperti
janggut kambing" Hien Kie Siu-su memperlihatkan roman sungguh-sungguh.
Muridku yang jahat itu hingga kini tidak ada kabar beritanya, sahutnya. Bila aku si
tua mengelabui dimana ia ada, tentu aku tak
Pek Kong mendongkol atas jawaban itu. Ia tertawa dingin dan berkata: Aku yang
rendah mengetahui tempat kediaman muridmu yang pandai itu! Tuan, apabila tuan mau
membersihkan rumah perguruanmu, aku yang rendah bersedia menawannya.
Aku hanya membuat kau bercapek lelah,! siauwhiap! kata Hian Kie Siu su, yang
pura-pura memperlihatkan wajahnya yang gembira.
Wajah Pek Kong menjadi suram.
Kau masih mau mempermainkan aku dengan kata-katamu yang licik itu"' tegurnya.
Tiba tiba Hian Kie Siu su memperdengarkan! suaranya yang keras dan nyaring.
Pangcu lekas! Pangcu, puterimu terancam bahaya! Ia menoleh.
Pek Kong terkejut. Dikiranya benar-benar orang memanggil Tong Thian Tok Liong.
Tepat selagi ia berpaling, penegak hukum dari Thian Liong Pang melompat kesisinya
menyerang dengan kedua tangannya, lalu terus berlari pergi!
Pek Kong terkejut, ia lompat berkelit, namun terlambat, tubuhnya terpukul juga,
sehingga ia terhuyung-huyung beberapa tindak. Ini disebabkan baru saja sembuh, jika
tidak, tentu Khong Liang takkan berhasil dengan bokongannya itu.
Kedua nona terkejut, keduanya melompat menghampiri si anak muda. ,
Bagaimana" tanya mereka prihatin, sedang jantung masing-masing memukul.
Bersama mereka mengenai masing-masing sebelah lengan si anak muda.
Pek Kong menyeringai dan tertawa sedih.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 658
yoza collection Tidak apa-apa.. . sahutnya lemah, namun setelah itu sekonyong-konyong ia tumpah
darah. Hui Sim terkejut, segera ia mengeluarkah obatnya.
Siapa mau obatmu" bentaknya. Akupun punya.
Pek Kong menatapi kedua nona bergantian, ia menghela napas.
Yang paling sukar diterima ialah budinya si cantik keluhnya. Biar bagaimana akan
aku si orang she Pek tidak akan berani menerima budi pula pada penitisan kalian.. .
Pemuda ini jadi tawar hati akan tetapi iapun ingat tanggung jawabnya sangat besar.
Tiba-tiba ia mengerahkan seluruh tenaganya untuk berontak melepaskan diri dari nona
yang masih memegangi kedua belah lengannya, serentak ia lari sekerasnya
menyingkirkan diri. Melihat pemuda itu kabur, mula-mula Pek Hee kaget, setelah itu ia tumpahkan
amarahnya kepada Sian Hui Sim.
Perempuan rendah, serahkan jiwamu! bentaknya seraya terus ia menghunus
pedangnya dan menyerang. Nona Sian terkejut. Memang ia tidak puas karena tadi Pek Kong menampik obatnya,
hal mana membuat hatinya pedih! Sekarang nona Honghu menyerang padanya
Habislah kesabarannya, ia gusar bukan main.
Maka itu begitu ia berkelit dari tikaman, ia segera mencabut pedangnya. Ia
sebenarnya membawa senjata namun tadi ia tidak mau menggunakannya
Maka bertempurlah keduanya yang sama-sama panas hatinya, yang satu
disebabkan iri hati dan tidak puas, yang lainnya penasaran dan marah karena sangat
terhina. Kedua pedang bergerak-gerak gesit saling sambar menyambar dan menangkis,
hingga beberapa kali bentrokan terjadi, namun lebih sering mereka saling berkelit diri.
Sebegitu jauh tidak ada tikaman atau tabasan yang mengenai sasarannya,.
Pertempuran berlangsung dengan serunya.
Sian Hui Sim bersilat dengan Kim Liong Kiam-hoat, ilmu pedang Naga Emas, dan
Hong ha Pek Hee dengan Hoan Soat Kiam hoat, ilmu peJang Membalikkan Salju. Setelah
bertempur sekian Jama, ternyatalah Nona Honghu yang mulai keteter, ia terkurung sinar
pedang puteri Tong Thian Tok Liong, ketua Thian Liong Pang.
Nona Sian tertawa dan berkata tawar:
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 659
yoza collection Ingin aku melihat, apakah kau masih berani mengacau balau atau tidak . .
Pek Hee sudah bermandikan peluh. Ia tahu bahwa ia sudah terdesak namun ia tetap
berani. Iapun penasaran sekali karenanya, ia balik membentak: 'Hm! Anak kepala
penjahat, jangan kau jual lagak! Aku menyesal bahwa aku, Honghu Pek Hee tak dapat
menggerogoti dagingmu hidup-hidup! Andaikata selama hidupku aku tidak dapat
melampiaskan sakit hatiku, betapa kelak setelah aku akan membuat kalian, ayah dan
anak hidup tak tenang dan tenteram!
Sian Hal Sim terperanjat mendengar orang menyebut namanya. Ia segera lompat
mundur setombak lebih serta terus bertanya: Kau Honghu Pek Hee" Bukankah ayahmu
yang terhormat bernama Honghu In Liong"
Pek Hee heran hingga ternganga. Nona itu mengetahui nama ayahnya"
Benar Honghu In Liong adalah ayahku! sahutnya. Akan tetapi hanya sedetik, tibatiba ia teringat bahwa Hui Sim adalah puteri musuh ayahnya almarhum. Maka pikirnya,
terhadap musuh ayahnya ia tak usah berlaku sungkan-sungkan lagi. Serentak alisnya
berdiri dan wajahnyapun bermuram durja. Ia terus mendamprat: Hei, perempuan
rendah, jangan lah kau berpura-pura berbuat baik kepadaku! Apapun yang kau ucapkan,
takkan aku mempercayainya! dan kata-kata itu ditutup dengan satu tikaman.
Nona Sian menangkis, namun sekali ini ia tidak lagi berkelahi sehebat semula.
Bahkan ia teras berkelit saja. Inilah karena ia tahu ayah bunda nona itu binasa ditangan
ayahnya sendiri. Ia tak sampai hati menghabisi nyawa nona itu.
Kak, janganlah marah! akhirr berseru. Kak, aku harap sukalah kau dengar dulu
kata-kata adikmu in menggunakan kata-kata aku hanya adikmu .
Pek Hee tidak mendesak pula setelah melihat orang telah berubah sikap.
Kalau kau mau bicara, lekas! sahutnya.
Kak, ayah bunda kakak menemui ajal mereka ditangan ayahku. Mengenai hal itu
adikmu ini mengetahui juga sedikit peristiwanya, kata Hui Sim. Ketika itu ayahku
dipengaruhi tabiatnya yang keras, gemar akan kemenangan dari karenanya terjadilah
suatu kesalahan besar yang tak dapat diperbaiki lagi. Inilah membuat adikmu sangat
menyesal. Kak, orang yang sudah mati tak dapat hidup kembali. Sebab itu kini sukalah
adikmu menyediakan dirinya untuk menghamba dan merawat kakak seumur hidupku.
Biarlah adikmu menjadi pelayan kakak, asalkan adikmu dapat menebus dosa ayahku.
Siapa mau menerima kau, rase centil, bentak Pek Hee dengan jawabannya. Dan
kembali ia menyerang. Pendekar Yang Berbudi - Halaman 660
yoza collection Hui Sim tidak mau melayani berkelahi pula, namun karena diserang, ia berkelit ber
lompatan lari berpura-pura, sambil berlari-lari ia terus membujuki.
Ia tetap memohon kesabaran dan pengertian nona itu.
Pek Hee tidak mau mengerti, ia mengejar terus, sampai tiba-tiba ia dihadang oleh
seseorang yang muncul dari balik sebuah pohon besar. Orang itu menghadangnya
sambil tertawa terbahak-bahak. Ia adalah seorang berusia empat puluh tahun lebih.
Dan sebelum Nona Honghu sempat menegurnya, ia tertawa, dan mendahului berkata:
Sejak tadi anak Sian sudah rela mengalah dan membiarkan kau dapat hidup terus,
sebaliknya kau justeru banyak tingkah, galak tidak keruan! Nah, sekarang, walaupun kau


Pendekar Yang Berbudi Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ingin kabur, waktumu sudah tidak ada lagi, sudah terlambat ! Maka menurut pendapatku,
lebih baik lekas lekaslah kau tabas batang lehermu sendiri!
Honghu Pek Hee berdiri tegak matanya mengawasi tajam pada orang itu, yang
sikapnya sombong dan garang. Tentu sekali, tak mau ia berlaku semberono.
Kau beritahukan dulu namamu, baru kau terima
ajalmu! Kembali orang itu tertawa.
Aku si orang tua yang orang lain melihatnya merasa takut dan hantu
menjumpaipun bersusah hati karenanya !
Akulah Ciauw Bin Siu-su, satu diantara keempat Toa Sat Chee, Bintang-bintang Jahat
dari Thian Liong Pang. Aku si tua adalah orang utama dalam rombongan yang mengirim
ayah bundamu pergi kedunia baka, akan tetapi walaupun demikian, aku biasa murah
hati. Demikianlah kini, tak tega aku melihat kalian ayah bunda dan puterinya
berpencaran, maka lagi satu kali hendak aku berbuat baik dengan mengirim kau
kedunia lain supaya kau dapat tinggal dan hidup bersama sama ayah bundamu itu.
Hampir Pek Hee merasakan dadanya meledak! Kiranya ia berhadapan dengan salah
seorang musuh besar ayahnya, orang toh sudah mengaku sendiri! Maka segera ia maju
menerjang. Kak, tahan! seru Sian Hui Sim, yang ternyata tidak kabur terus begitu ia ditolong
Ciauw Bin Sia su, yang menghadang diantara mereka berdua. Iapun segera lompat maju
untuk melintang: dirinya diantara kedua orang itu. Kemudian ia menoleh kapada Ciauw
Bin Siu su sambil berkata: To Cianpwee, ini adalah urusan kami, karenanya aku minta
supaya urusan ini biarlah dibereskan oleh kami sendiri!
Walaupun ia berbicara dengan salah seorang Toa Sat Chee, Hui Sim tidak lengah
terhadap Honghu Pek Hee, maka juga ia segera menoleh kepada nona itu untuk berkata
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 661
yoza collection dengan sabar: Kak, adikmu minta janganlah kakak terburu nafsu. Tolong kakak
menantikan sebentar, untuk aku berbicara dulu dengan cianpwee ini, sesudah itu
terserahlah kepada kakak, apa yang kakak ingin lakukan
Honghu Pek Hee berpikir. Segera ia menguasai kemarahannya sehingga ia dapat
berlaku tenang. Ia tahu bahwa ia bukanlah lawan Ciauw Bin Siu su. Disebelah itu, ia juga
ingin mendengar apa kata Hui Sim. Maka ia terus berdiam saja.
Ciauw Bin Siu su tertawa. Katanya kepada Nona Sian: Ah, anak, bukankah
maksudmu untuk melepaskan harimau pulang ke gunungnya" Ia dapat menduga hati
si nona. Hui Sim menjawab segera: Jikalau kedua belah pihak dapat melenyapkan
permusuhan, supaya alat senjata dapat diubah menjadi sutera kemala, bukankah itu
baik sekali" Dengan alat senjata diubah menjadi sutera kemala diartikan supaya pertempuran
(peperangan) dihapuskan, disudahi secara namai.
Ciauw Bin Siu su tertawa dengan sombong.
Kau, anak kecil, kau hampir secara tolol!' katanya. Kau harus ketahui, kalau
menyingkirkan rumput tidak dibabat bongkar berikut akarnya, itu artinya bahwa dilain
musim semi rumput itu akan tumbuh kembali! Apabila kita tidak membasmi habis
kepada musuh kita, setelah nanti musuh datang pula, bukankah musuh itu dapat
mencelakakan kita" Nona Sian bingung, namun is berkata dengan cepat: Inilah urusan keluarga Sian,
dari itu tak berani aku membiarkan cianpwee turun tangan sendiri!
Tiba-tiba saja muka To Ya menjadi merah padam.
Eh, kau berani berlaku kurang ajar di hadapanku si orang tua" tegurnya.
Melihat demikian, Hui Sim tahu bahwa tak berdaya pula. Namun ia tak putus asa.
Baiklah, nanti aku bereskan dia! katanya yang segera membalikkan tubuh, menoleh
kepada Hong hu Pek Hee sambil mengedipkan mata. Itulah isyarat atau anjuran agar
nona ita segera mengangkat kaki.
Akan tetapi Ciauw Bin Siu su mendahului tertawa dan berkata dengan dingin: Oh,
anak kecil, kau hendak memperdayakan aku" Masihkah kau tidak mau pergi
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 662
yoza collection Sekali ini si sasterawan yang gemar tertawa itu, wajahnya menjadi suram, bengis
dan menakutkan. Nampaknya ia melangkah dengan perlahan tetapi nyatanya ia
berjalan dengan cepat, menghampiri Pek Hee.
Hui Sim jadi bingung bukan main.
Kak, lekaslah lari ! serunya pada Nona Honghu. Di lain pihak, ia memutar tubuhnya
akan menghadapi orang penting Thian Liong Pang, untuk menghalangi sambil
membentangkan kedua tangannya seraya berkata. To Cianpwee, aku minta janganlah
kau sembarang membunuh orang!
Ciauw Bin Siu su berteriak karena tak puas. Oh, bocah cilik, demikian serunya
mendongkol, kau berani menghalangi-halangi aku"
Dengan satu kibasan tangan, jago tua ini membuat tubuh Stan Hui Sim terpental
sejauh satu tombak. Ia ternyata berani sekali sehingga ia tidak mengindahkan putri
ketuanya. Pek Hee terharu menyaksikan Hui Sim mau membela dan melindunginya dengan
menerjang cahaya. Sebagai orang jujur, segera ia melupakan permusuhannya, Ia
melompat kepada nona itu. yang dikiranya tentu ia sudah mendapat luka.
Namun ia mendapatkan roman muka Hui Sim biasa saja, melainkan napasnya yang
agak tidak normal sedikit.
Melihat keadaan nona itu, tahulah Pek Hee bahwa Ciauw Bin Siu su tidak berani
mencelakai nona. Sebaliknya, ia Menjadi panas hati maka ia segera menghunus
pedangnya. Masih kau tidak mau serahkan jiwamu tegurnya pada jago Thian Liong Pang itu
dan matanya mengawasinya dengan tajam. Ia tidak takut sedikitpun juga.
Sementara itu Ciauw Bin Siu-su menyesali juga bahwa ia sudah berlaku kasar
terhadap Sian Hui Sim. Pikirnya, semua ini karena Pek Hee yang menjadi gara-gara.
Karenanya, kemarahannya bertambah-tambah terhadap nona itu.
Dasar kau, anak kecil! bentaknya. Kalau tidak kau..
Panas hati Pek Hee dikatakan anak kecil maka juga tanpa mengucapkan sepatah
kata lagi ia maju menyerang, dimulai dengan tinju kirinya, menyusul dengan tikaman
pedangnya dengan jurus ilmu pedang Ceng Thian It Soan atau Segaris Langit Biru.
Ciauw Bin Siu su melihat serangan datang, dengan mudah-mudah saja ia berkelit
dari tinju lawan. Pendekar Yang Berbudi - Halaman 663
yoza collection Ia menggunakan u Daun Cemara. Menyembahyangi pekuburan,
kemudian dari samping kemana ia berkelit itu, ia menyampok pedang dengan kedua
tangannya, dengan sampokan Menangis Tertawa Berbareng - Itulah kedua jurus yang
namanya aneh-aneh. Hooghu Pek Hee kaget sekali. Ia bukan hanya ditangkis tetapi pun disampok, bukan
hanya pedangnya namun juga tubuhnya. Ia terkejut sebab ia tidak menyangka orang
demikian liehay dan sampokannyapun sangat berbahaya .
Celaka! serunya, bingung sekali. Berkelit pun sudah tidak ada waktu.
Brak! tiba-tiba terdengar suara keras.
Dalam kagetnya serta putus asa, Pek Hee menjadi heran. Tiba-tiba saja ada orang
yang memotongnya menangkis sampokan maut Ciauw Bin Siusu itu. Iapun segera
melihat penolong itu, seorang pemuda tampan dan gagah sikapnya, yang bersenjatakan
sebatang cambuk panjang berukuran tujuh kaki. Dan pemuda itu segera mendampingi
nona yang ia tolongi ituCiauw Bin Siusu menjadi kaget berbareng marah sekali. Orang sudah merintanginya
sehingga iapun terhuyung mundur tiga tindak, baru ia dapat menahan tubuhnya.
Kau siapa" tegurnya bengis kepada orang yang merintanginya itu.
Orang yang ditegur itu, si pemuda, tertawa.
Aku yang rendah ialah Kim Pian Giok Liong Siangkoan Sun Siu! sahutnya penuh
hormat. Ciauw Bin Siu su tertawa tawar.
Anak kecil yang baru lahir semacammu juga berani banyak lagak dihadapanku
siorang iua" tegurnya, nadanya dingin mengejek.
Siangkoan Sun Siu tertawa lebar.
Baru Sa Toa Sat Chee tak akan membuatku kaget hingga roboh semaput! sahutnya.
Ciauw Bin Siu su percaya orang besar. Tan kisan pemuda itu tadi memang dahsyat.
Iapun menduga pemuda ini tentu bukan sembarang orang.
'Kau seorang muda, nada suaramu tak kecil! katanya. Murid siapakah kau"
Siangkan Sun Siu tidak mau memberitahukan nama gurunya.
Jikalau kau sudah melepaskan nona ini, demikian jawabannya, 'barulah aku yang
rendah sudah suka menjawab pertanyaanmu!
Wajah jago Thian Liong Pang kembali menjadi muram.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 664
yoza collection Ia mendongkol sekali. Kau ngaco, bentaknya. Baik, nyawamupan kuinginkan. ata-kata bengis itu diakhiri
dengan satu tinju hebat. Siangkoan Sun Siu segera menangkis, atas mana ia terpukul mundur tiga tindak. Ia
terperanjat, karena cambuk yang digunakannya dengan tangan lain gagal mengenai
sasarannya, sebab lawan dapat mengelit diri.
Ciauw Bin Siu-su tertawa terbahak-bahak. Ia puas! Maka ia berkata: Aku si tua
mengira kau lihay luar biasa, tak tahunya kepandaianmu begini saja! Sekarang baiklah
kau merangkak pergi! Dengan kau mengangkat kaki maka aku si orang tua masih dapat
membebaskan selembar jiwamu!
Siangkoan Sin Siu sangat mengongkol, terutama ia menghajar mundur dihadapan
si nona yang ia selalu pikirkan siang tnalam. Ia menyintai nona itu sejak pertemuan
mereka di bukit Ngo Bwee Nia. Ia mendongkol sehingga parasnya menjadi merah
padam. Ia segera berpaling kepada nona itu dan berkata: Sumoay, harap kau mundur
sedikit jauh, gie heng ingin mengambil keputusan dengan si tua itu!
UN SIU memanggil sumoay, adik seperguruan, kepada nona itu, maka juga
ia membahasakan diri gie heng (kakak). Setelah itu, ia lompat maju sambil
melancarkan serangan cambuknya yang panjang. Itulah jurus ' Cambuk
Menyambar Bayangan. Ciauw Bin Siu su melihat cara bergerak senjata lawan, tak berani ia berlaku alpa.
Segera ia menghunus pedangnya, menyambut serangan dengan satu tebasan, untuk
coba membuat kutung cambuk lawannya. Itulah jurus yang diberi nama Gunung Golok
Rimba Pedang. Siangkoan Sun Siu berlaku cerdik. Ia tak mau ijinkan cambuknya tersentuh sebab
itu berarti senjatanya akan terkutungkan. Sebaliknya, setelah mengelitkan cambuknya
pula, terus ia membalas menyerang, lalu ia berbalik mendesak.
Ciauw Bin Siu su nampak terdesak, agaknya ia repot membela diri. Cambuk datang
tak henti-hentinya, dari berbagai arah, mencari macam-macam sasaran. Kemudian,
karena terpaksa ia menjejakkan kakinya ditanah mencelat mundur sejauh setombak
lebih! Pendekar Yang Berbudi - Halaman 665
yoza collection Tahan! serunya. Sungguh ilmu cambuk Hok Mo Pian Hoat yang liehay sekali!
Apakah engkau masih bersanak dengan Hong Hwee-shio si Pendeta Angin-anginan"
Hok Mo Pian hoai ialah ilmu cambuk Menaklukkan Hantu!
SIangkoan Sun Siu tidak menghiraukan pertanyaan itu, ia sedang menang diatas
angin. Ia ingin menghajar terus lawannya yang tadi sangat sombong itu.
Juga ia ingin mempertontonkan kepandaiannya dihadapan kekasihnya.
Kau mau tahu tentang diriku" Sudah terlambat, demikian katanya, sombong. Juga
ia ingin Ciauw Bin Siu-su menjadi bertambah mendongkol, marah sekali.
Ciauw Bin Siusu lebih tua tapi dilihat mata! Maka katanya, mengejek: Gurumu sendiri
tidak berani membuka mulut besar-besar dihadapanku si orang tua! Hari ini tak dapat
tidak, aku harus ajar a Singkoan Sun Siu tidak menghiraukan orang berkata yang sombong itu. Ia
menjawab tenang-tenang: Apakah yang aku tahu ialah dihadapan guruku kau sudah
lari kabur tunggang langgang seperti tikus melihat kucing!
Kurang ajar! teriak Ciauw Bin Siu su bertambah gusar. Kali ini ia berteriak sambil
melompat maju terus menyerang dada sianak muda!
Sun Siu berkelit. Ia tahu orang liehay, tak mau ia berlaku lengah. Bahkan ia lompat
menyingkir setombak lebih, karena dengan menggunakan cambuk, ia lebih suka
bertempur renggang. Hanya setelah berkelit tak mau segera membuka serangan
balasan! Sekali ini kedua lawan itu bertempur dengan serunya. Yang tua hebat tenaga
dalamnya, yang muda gerakannya lincah. Di satu pihak sinar pedang berkilauan, di lain
pihak ujung cambuk berputar sambar menyambar. Sering mereka merapat akan tetapi
lebih banyak mereka merenggang.
Honghu Pek Hee bingung menyaksikan pertempuran yang seru itu, sambil
memegang erat-erat pedangnya, ia memasang mata tajam-tajam menanti kesempatan
melompat kedalam kalangan untuk membantu si anak muda.
Di lain pihak, Sian Hui Sim tak kalah bingungnya. Sejak tadi iapun berdiri diam saja
memperhatikan kedua orang yang tengah bertempur mati-matian itu.
Ia bingung sebab orang yang satu adalah sahabat karib ayahnya dan si pemuda
adalah kakak angkat dari pemuda yang ia cintai. Tak dapat ia membantu salah satu
pihak, iapun tidak menginginkan salah seorang mendapat kecelakaan. Maka itu ia berdiri
saja sambil terus berpikir mencari jalan pemecahan.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 666
yoza collection Sedang kedua nona sama bingungnya, pertempuran berlangsung terus. Hanya
lewat lagi sekian lama, terdengarlah suara nyaring dari Ciauw Bin Sia-su yang berkata
kepada lawannya itu: Oh, bocah yang baik, beranikah kau mengadu kekuatan denganku
si orang tua "'' Lalu ia tertawa menghina.
Mengapa tidak! sahut Sun Siu dengan berani.
Segera kedua tangan lawan bertemu satu dengan yang lain.
Brak! demikianlah suara beradu tangan mereka itu.
Siangkoan Sun Siu terpental lima tombak tubuhnya jatuh ketanah. Ciauw Bin Siu su
sebaliknya hanya terpental dua tombak lebih dan ia terhuyung-huyung untuk terus
berdiri tegak. Honghu Pek Hee menjerit kaget, segera ia melompat lari kepada pemuda
itu. Ia melihat si anak muda memejamkan kedua matanya dan bibirnya nampak pucat,
dari mulutnya keluar darah hidup. Ia berduka sekali, pemuda itu terluka karena mau
menolong padanya. Tanpa terasa ia merangkul anak muda itu dan menangis sedih.
Sedang si nona menangis, tiba-tiba ia mendengar suara nyaring dari Sian Hui Sim
: To- Loocianpwee, jangan! Janganlah kau menurunkan tangan jahat sewaktu orang tak
Pek Hee terkejut. Ia berhenti menangis dan mengangkat kepalanya. Maka ia melihat
Nona Sian sedang berdiri didepan Ciauw Bin Siu-su kedua tangannya dibentangkan
lebar-lebar untuk menghadang jago tua itu.
Wajah Ciauw Bin Siu su berwarna kebiru-biruan. Itulah bukti dari kemarahan atau
ia menahankan rasa nyeri. Iapun rupanya terluka tak ringan Sebelah tangannya dipakai
menekan dadanya, dan tubuhnya berdiri limbung Sebaliknya matanya mengawasi
dengan bengis kepada Nona Sian.
Sungguhkah kau ingin berontak" tanyanya keras. Dihadapan kita ini adalah dua
orang musuh besar kita! Bukan kau lekas lekas turun tangan membinasakan mereka,
kau justeru menghalang-halangi aku! Apa artinya ini"
Berkata demikian, ia bernapas memburu suatu tanda bahwa pernapasannya tak
lurus. Atau mungkin ia sudah kehabisan tenaganya.
Hui Sim mundur dua tindak, namun ia masih mengatakan: Jikalau kau ingin
merampas jiwa orang, kau harus menanti sampai ia sudah sadar! Kau hendak turun
tangan secara pengecut begini, adakah perbuatanmu itu perbuatan seorang laki-laki
sejati" Ciauw Bin Siu su tertawa dingin.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 667
yoza collection Kau anak masih berbau deringo, apakah yang mengerti tentang seorang laki laki
sejati! Katanya. Satu laki-laki sejati adalah dia yang dalam saat mengambil keputusan
dapat tegas! Ia harus berhati baja dan bertangan besi! Bila sebaliknya, namun kau
menganggap dirimu laki-laki sejati, maka akhirnya, sampai kepalamu pindah dari batang
lehermu, kau masih belum tahu bagaimana cara matinya kau itu ! Jikalau kau
menginginkan seorang suami, pulanglah kau dan carilah dia diantara orang-orang
Partai kita sendiri. Muka Hui Sim menjadi merah.
Minggir! teriaknya sambil menyampok. Hilang sudah sabarnya sehingga ia berani
melawan tangan kanan ayahnya itu, orang yang tadinya ia hormati dan segani.
Tepat hajaran itu sehingga Ciauw Bin su, yang tidak menyangka, roboh terguling.
Dia memang sedang terluka.
Pek Hee melihat keadaannya yang baik itu, ia lompat bangun sambil berseru,
pedangnya digerakkan, diayunkan kearah Ciauw Bin Siu su, orang yang ia sangat benci.
Ciauw Bin Siu su sedang rebah, belum sempat ia bergerak bangun ketika tabasan
tiba, untuk membela diri, ia menangkis dengan tangannya.
Maka kutunglah sebelah tangannya itu. sehingga rasa nyerinya menusuk uluhatinya. Lengannya itu
lengan besi namun besi itu tak dapat menentang Kim Liong Kiam yang tajam luar biasa.
Nyeri, kaget dan marah bergabung menjadi satu dalam hati Ciauw Bin Siu su, di lain
pihak, ia pun takut sebab ia tahu bahwa ia sedang tak berdaya. Maka itu dengan marah
ia memaki: Anak yang tidak berguna, lain kali aku rampas jiwamu! Bila aku tidak


Pendekar Yang Berbudi Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mampu, aku bersumpah tak mau menjadi manusia! Setelah berkata demikian, dengan
berjingkat-jingkat ia lari kabur
Honghu Pek Hee tertolak mundur dua tindak walaupun ia berhasil mengutungkan
tangan besi orang, itulah disebabkan tangkisan hebat dari jago Thian Liong Pang itu. Ia
marah dimaki anak yang tak berguna, iapun penasaran bahwa orang tak terbunuh mati.
Kemanakah kau mau kabur" teriaknya sambil lompat mengejar.
Tahan, kak! Sian Hui Sim mencegah.
au mau api" tanya Pek Hee heran, agak mendongkol.
Ia sudah terluka parah, aku minta kakak membiarkan ia pergi, kata Nona Sian.
Pek Hee sedang panas hati, tiba-tiba amarahnya meluap-luap. Segera dengan
pedangnya ia menuding hidung Hui Sim.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 668
yoza collection Belum lagi aku hancurkan tubuh ayahmu menjadi berlaksa potong, sekarang kau
sudah berani memintakan ampun untuk lain orang" tegurnya bengis.
Hui Sim tercengang. Ia jadi sangat bersusah hati.
Harap sabar, kak, pintanya. Sebenarnya adikmu ini memikirkan untuk meminta
kakak menghapus permusuhan diantara kau dan ayahku. Namun aku kira kakak tidak
suka menerima baik permintaanku itu, sebab itu aku ingin minta kakak berpikir jauh
dan berlaku murah, agar kakak janganlah memasukkan ayahku lebih jauh. Dalam hal
ini, adikmu bersedia menggantikan ayahku menerima hukuman Kak, kau tunggulah
sehingga kita sudah berhasil mencari Pek Siauwhiap. Aku ingin mengambil selamat
berpisah dari padanya, setelah itu dihadapan kakak, aku akan menghabiskan nyawaku,
atau terserah kepada kakak untuk membunuhnya, baik batang leherku di tabas atau
bagaimana! . . Tak dapat lagi Nona Sian melanjutkan kata-katanya, sedu-sedannya membuat katakatanya tersumbat. Ternyata ia salah berkata-kata. Ia bermaksud baik, sambil menyebut
Pek Siauwhiap, Pek Kong. Tapi ini justeru membuat Pek Hee menjadi marah pula.
'Fut! dia meludahi. Oh rase tak tahu malu! Apakah kau kira dengan perbuatanmu
ini kau mendapat nama sebagai anak berbakti" Apakah kau kira kata-kata ini akan
menggerakkan dan mengharukan hati nonamu" Tidak! Nah, kau gunakanlah pedangmu,
mari kita bertempur! Ingin aku membuat kau puas.
Sejak kecil, Hui Sim biasa dimanjakan. Lagi pula, ia biasa memerintahkan orang,
tetapi tidak pernah diperintah. Namun disamping itu, ia berhati baik, maka juga ia dapat
berpikir. Demikianlah sekali ini, untuk ayahnya, sedapat-dapatnya ia ingin
menyelamatkannya dari kebinasaan, dapat ia berlaku sabar luar biasa. Ia merasa
terhina atas sikap Nona Honghu tetapi ia dapat bersabar. Begitulah, dicaci dan ditegur,
diancam dengan ujung pedang, ia diam saja. Ia pun tak mau menyambut tantangan itu.
Pek Hee memperdengarkan suara jemunya. Jikalau kau tidak mau bersiapsiap dengan pedangmu, janganlah kau sesalkan aku tak mengenal kasihan!
Sewaktu menghadapi kesulitan itu tiba tiba Hui Sim teringat nona itupun sedang
mencari Pek Kong. Kak, katanya, mengalihkan persoalan, bukankah kakak ingin mencari Pek Siauvvhiap" Kalau sekarang kita bertempur dan bila kita sedang berkuat Hian Kee Siusu
menggunakan akal bulusnya, bagaimana" Ia dapat menggunakan perangkap! Kalau
sampat terjadi demikian, apakah kita tak akan menyesal" Bagi adikmu ini, matipun tak
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 669
yoza collection disayangkan lagi! Dalam segala hal, kakak terhadap diriku, akan tetapi bagaimana
dengan Pek Siauwhiap. Pek Hee terkejut mendengar kata-kata nona itu. Baiklah! serunya kemudian. Untuk
beberapa hari ingin aku memberi ampun pada jiwamu!
Berkata demikian, nona ini mau segera pergi atau tiba-tiba ia mendengar keluhan
Siangkoan Sun Siu dibelakangnya, sehingga ia teringat pada si anak muda yang gagah
yang sudah menolongnya. Cepat ia lari kepada anak muda itu.
Kak, seru Hui Sim, Ijinkanlah aku pergi lebih dulu! Kita nanti jumpa didepan sana!
Tanpa menanti jawaban. Hui Sim membawa pedangnya mengangkat kaki, terus pergi.
Saat itu Siangkoan Sun Siu dapat duduk bersila. Rasa nyeri tadi, ketika ia bergerak
bangun, membuatnya mengeluh kesakitan. Sekarang ia duduk diam, hanya matanya
mengeluarkan air mata, suatu tanda bahwa ia sangat menderita dan berduka atas
kekalahannya itu. Tak tega hati Pek Hee menyaksikan keadaan orang itu. Ia merasa sangat terharu.
Bagaimana kau rasakan, suheng" tanyanya. Kau merasa banyak baikan"
Anak muda itu memaksakan dirinya bersenyum sehingga ia menyeringai.
Segala luka dikulit, tidak ada artinya! sahutnya membesarkan hati.
Pek Hee terdiam, ia mengawasi. Ia percaya si anak muda mendustainya.
Siangkoan Sun Siu terdiam sekian lama, baru ia berkata: Mungkin Pek Sutee sedang
terancam bahaya, baiklah sumoay segera pergi mencarinya untuk membantu!
Pek Hee semakin tertarik oleh anak muda ini. Karenanya iapun merasa menyesal
bahwa ia sudah menuruti suara hatinya mau berlomba mendapatkan Pek Kong, yang
pun direbuti oleh beberapa nona lainnya. Bukankah, andaikata ia berhasil menarik
dengan Pek Kong, hati si anak muda akan terbagi empat" Hanya, soal itu sudah berjalan
lama, hatinya menjadi tidak enak. Bagaimanakah kelak"
Karena berduka, nona ini mengeluarkan airmata.
Suheng, kau berdiam seorang diri disini, bagaimana aku dapat meninggalkanmu"
katanya perlahan. Bagaimana hatiku dapat tenang"
Mendengar itu, Sun Siu tertawa.
Mendengar saja kata-katamu ini, sumoay, hatiku sudah puas! Katanya gembira.
Sumoay, pergilah kau berangkat lebih dulu, setelah beristirahat lagi sebentar, aku akan
menyusulmu! Pendekar Yang Berbudi - Halaman 670
yoza collection Psk Hee terharu pula, air matanya keluar lagi. Namun, tak lama, ia menggertak gigi
dan berkata: Baiklah, suheng, adikmu akan berangkat lebih dulu! dan segera ia pergi
dengan cepat, sebab perlu ia menyusul Hui Sim.
Silahkan, sumoay!' kata Sun Siu, yang melambaikan tangannya.
Dengan hati berat, nona Honghu meninggalkan kakak seperguruannya itu.
Sementara itu kita ingin melihat pula Pek. Kong yang berlalu dengan hati kesal. Ia
merasa sangat terganggu oleh nona-nona itu yang tidak bersatu hati. Ia masgul dan
menyesal, sehingga ia berpikir lebih baik mati untuk membalas budi mereka.
Demikianlah sesudah berlari lari cepat sekian lama, anak muda kita sudah tiba
ditepi Tay Kang, Sungai Besar, pada sebelah barat. Disitu terdapat pohon-pohon yang
liar. Sedang ia berdiam mengawasi tepi sungai, tiba-tiba telinganya menangkap suara
orang yang serak, yang ia rasa mengenalnya: Eh, manusia buruk sebagai iblis, ada
urusan besar bagaimanakah maka kau menggangguku sehingga aku sedang enak-enak
Suara itu datang dari gerombolan pohon gelaga yang tinggi dan lebat, namun tak
tampak orangnya yang berbicara. Lagi pula, terpisahnya dari Pek Kong sekira sepuluh
tombak. Sebab itu, si anak muda mau mencarinya.
Terdengar pula satu suara lainnya, juga ia kenal. Kata suara ini. Pendeta tua,
bukankah aku berpesan, kalau ada orang datang, kau harus diberitahukan, supaya kau
dibangunkan" Sekarang ada orang datang ke sini, hanya tinggal sepuluh tombak lagi.
PeK Kong heran. Bukankah ia yang dimaksudkan iiu.
Segera terdengar suara orang yang pertama tadi: Oh, begitu" Nah, lekaslah kau
tangkap bocah itu dan bawa ia kesini, nanti aku ajar adat padanya!
Pek Kong terkejut. Ia menerka pada orang Thian Liong Pang. Maka untuk
mendahuluinya ia melompat pesat kearah suara orang berbicara tadi. Sehingga ia
melihat sebuah perahu kecil dipermukaan air.
Tuan kecil kamu sudah datang! iapun berseru. Terus ia lari kearah perahu itu.
, Tiba-tiba dari sampingnya, Pek Kong mendengar angin menyambar keras.
Telinganya jaga mendengar bentakannya: Eh, kau mau mencari ajalmu!
Serangan datang disaat kaki Pek Kong menjejakkan perahu, maka cekatan sekali ia
lompat menyelamatkan dirinya. Serangan lewat dibawah kakinya, sehingga pohon gela
ga tersampok rebah. Sungguh berbahaya Pendekar Yang Berbudi - Halaman 671
yoza collection Justeru itu terdengarlah suara terkejut yang dikenal: Oh Pek Siauwhiap!
Pek Kong mengawasi dengan tajam. Ia tidak kenal orang itu, yang usianya sudah
lebih, tubuhnya jangkung dan besar, mukanya buruk nampaknya, sehingga tak enak
dipandang. Hanya aneh, suara orang ini adalah suara yang dikenal.
Dari dalam perahu segera terdengar suara kelawa yang disusui dengan kata-kata
ini: Eh, manusia buruk, kau dengarlah! Mengapa kau mudah saja menghajar orang"
Coba bila dia bukanlah bocah bertubuh sangat ringan dan lincah, bagaimanakah
akhirnya" Bukankah dia akan tercebur kedalam sungai sehingga dia akan menjadi
makanan buaya" Pek Kong tidak puas. Ia merasakan diperolok-olokan sejenak. Maka ia bertanya:
kah gerangan yang sudah berani mencaci orang" Mari! Kau keluarlah!
Si orang tua bermuka buruk menggoyang-goyangkan tangannya, kemudian ia
berkata kepada orang dalam perahu itu: Hong Cianpwe! Orang itu adalah Pek Siauwhiap
yang aku sering ceritakan! Berkata demikian ia menoleh kedalam perahu, hingga ia
menjadi heran sekali. Ia tidak melihat siapapun, sehingga ia berkata: Ah. aneh! Inilah
yang dikatakan bertamu naga sakti, tampak kepalanya, tidak ekornya! Eh kemana
gerangan bapak Hong Hwee shio sudah pergi"
Pek Kong terperanjat mendengar disebut nama Hong Hweeshio, si Pendeta Angin
anginan, sipendeta yang orang katakan tidak sehat pikirannya. Itulah orang yang ia
pernah dengar di puncak Bek Hie Hong.
Akhirnya ia tertawa sendirinya.
Bila dia benar orang tua itu, sudahlah tak usah kau mencarinya! katanya.
Sebenarnya lootiang sendiri siapakah"
Orang bermuka buruk itu tertawa. Aku si orang tua pernah berhutang budi sebab
sudah diiolong kau siauwhiap, katanya.
Hanya siauwhiap belum pernah melihat wajahku yang sebenarnya.
Pek Kong terkejut. Ia lalu tertngat sesuatu. Jadi lootiang adalah Tiat Tan Kong Kek!
katanya. Si buruk itu tertawa terbahak-bahak.
Silahkan masuk, siauwhiap, mari kita duduk didalam! ia mengundang. Setelah
mereka duduk, ia menambahkan.
nya perahu curian Hong Hweeshio
yang ia sengaja bawa kesini, rupanya istimewa untuk menyambut kau, siauwhiap!
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 672
yoza collection Hanya ia aneh! Justeru ia pergi pula! Siauwhiap aku mempunyai arak, mari kita minum
sampai puas! Selama orang berkata-kata, Pek Kong terdiam saja. Hanya matanya melihat kesanasini, sehingga ia melihat dibawah buli-buli Hong Hweeshio terdapat sehelai kertas. Ia
menghampiri dan menjemputnya, maka ia melihat surat yang tertulis dengan arang :
'Inilah pesanku! Dimana dapat, ampunilah seseorang! Sekali-kali, janganlah sembarangan
membunuh supaya tak usah terkutuk Thian!
Thian! ialah Tuhan Yang Maha Kuasa.
Dalam hati Pek Kong terkejut sekali.
Heran, mengapa Hong Hweeshio mengetahui aku akan tiba disini" tanyanya dalam
hati. Dan mengapa ia meninggalkan nasehatnya ini"
Mau atau tidak, anak muda ini menjadi berpikir. Pengalamannya sungguh hebat,
tawar, banyak ragamnya. Dendam dan asmara sangat memusingkannya. Setiap wanita
mencintainya, setiap nona sudah berbuat baik untuknya. Dan nona-nona itu terdiri dari
berbagai kalangan, lurus dan sesat, lemah dan gagah. Akhir-akhir ini, ada nona-nona
yang selalu mengelilinginya sehingga ia menjadi berduka, penasaran, tawar hati dan . .
nekad! Bagaimanakah ia tak putus asa" Satu kali, pernah ia ingin mengambil keputusan
melakukan pembunuh-pembunuhan yang hebat . .
Namun kini, muncullah surat Hong Hwee shio itu. Mau atau tidak, ia berpikir jauh, ia
harus mengasah otaknya . Tiat Tan Kong Kek menyaksikan orang berdiri terpaku dan wajahnya nampak
suram, la mengawasi wajah pemuda itu, ia heran. Katanya: Sungguh aneh! Ceng Khong
Seng Niepun memerintahkan aku pergi keselatan untuk mencari In So Ceng, guna
memberitahukan nona itu bahwa siapa yang dapat diberi ampun, dia harus diampuni..
Rupa-rupanya Seng Nie sudah berpikir bahwa terhadap Thian Liong Pang kita tak boleh
berlaku bengis, agar kita tak terlalu banyak melakukan pembunuhan.. .
Pek Kong tertegun, namun ia mendengar. maka itu ia dapat menangkap arti katakata orang, sehingga ia berpikir bahwa kata-kata itu, bukan tidak beralasan. Akan tetapi,
bilamana ia teringat kejahatan dan kekejaman Tong Thian Tok Liong dan orang-orang
yang bagaikan tidak mengenal Tuhan, hatinya panas bukan main. Bukankah hidup
mereka terlalu enak" Mereka tidak dihukum berat sedangkan mereka jahat sekali..
Mengapakah para cianpwee berpikir untuk mengampuni mereka". Tidakkah dunia nanti
penuh dengan segala orang jahat"
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 673
yoza collection Tiat Tan Kong Kek mengerti orang sedang berpikir keras.
Siauwhiap, katanya sambil tertawa, nadanya sabar, aku situa mengharapkan kau
sukalah melegakan hatimu. Bukankah ada pepatah yang berbunyi, kalau perahu tiba
dijembatan maka perahu itu harus diluruskan arahnya" Demikianlah dalam hal kita
menghadapi orang jahat. Memang benar sewaktu menghadapi mereka itu, perlu kita
memikirkan dia harus dibinasakan atau tidak. Siauwhiap, ijinkanlah aku bertanya
kepadamu: Nona ini keluar dari rumah perguruannya untuk mencarimu. Apakah
siauwhiap pernah bertemu dengannya atau tidak"
Wajah Pek Kong menjadi merah padam. Ia malu sendirinya. Maka ia
mempertetapkan hatinya. Ya, aku sudah bertemu dengannya, sahut nya. Kini nona itu bersama dua nona
lainnya sedang menuju ketelaga See Ouw, atau mungkin mereka sudah berada ditempat
Cu Hang Su thay. Jikalau lootiang mau mencarinya, baik lootiang tanyakan dulu kebiara
Ceng Cu Sie. Andaikata dia tak ada disana, mungkin lootiang akan memperoleh
keterangan terlebih jauh. Lootiang, akupun ingin menanyakan padamu: Lootiang datang
dari tempat Seng Nie tahukah lootiang keadaan Nona Siauw Couw Kun, muridnya yang
baru itu" Tiat Tan Kong Kek berpikir sejenak sebelum ia menjawab: Sekarang ini nona itu
tidak kurang suatu apa. Seng Nie sudah membersihkan tubuhnya dengari ilmu Muni
Tay Seng Bu Siang Sin Kang dan sudah menetapkan juga selewatnya satu tahun akan
mengijinkan muridnya itu turun gunung mencari pengalaman. Akhir-akhir ini,
penemuan waktu itu diundurkan Sebabnya ialah secara kebetulan sekali, Seng Nie
mendapatkan sepohon Soat Som, atau ginseng salju yang berusia delapan atau
sembilan ratus tahun, maka jua ia memelukan waktu singkat untuk membuat semacam
obat memperkuat tubuh, guna membantu nona itu. Aku kira sekarang sudah saatnya
nona itu turun gunung. Pek Kong terperanjat berbareng girang sekali. Terperanjat bukan karena kaget
namun karena kagum, dan merasa girang sebab nyatanya Couw Kun maju demikian
pesat, sehingga dia bagaikan berubah menjadi seorang baru. Bahankah nona itu, karena
tidak diajari iimu silat oleh ayahnya, menjadi seorang nona sangat lemah" Dan
sekarang" Sekarang ia mungkin melebihi ketangkasan In so Ceng, atau sedikit
berimbang dengan Nona In itu.
Bagus! serunya tanpa disengaja. 'Sakit hati Paman Siauw itu, biarlah puterinya
sendiri yang membalasnya!
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 674
yoza collection Sukacita pemuda ini berhenti tiba-tiba, diganti oleh rasa terkejut dan heran.
Sekonyong-konyong ia mendengar suara dingin yang datang dari gili-gili. Ia mengenali
baik sekali, itulah suara tertawa pihak lawan. Maka segera ia melompat maju kearah
dari mana suara tertawa itu datang. Namun ia hanya sempat melihat berlompatnya
sesosok tubuh yang lari digili-gili dimana terdapat banyak pohon yang liu.
Justeru itu Tiat Tan Kong Kek yang lompat kekepala perahu, membentak bengis: Eh,
orang tua she Ku, kau mau lari kemana" Dan kata-katanya itu disusul lebih jauh oleh
lompatnya kedarat untuk mengejar!
Pek Kong juga mengenali orang itu adalah Ho Siu Chong Liong Ku Kun. Karena ia
berkuatir Tiat Tan Kong Kek akan gagal atau menempuh bencana, ia segera lari
menyusul. Tanpa menoleh lagi, Ho Siu Chong Liong lari terus kehilir, lewat lima atau enam lie,
ia membelok kearah tepi sungai di mana ada tanjakan, atau bukit yang penuh dengan
pohon bambu yang lebat. Pek Kong dapat menyusul Tiat Tan Kong Kek, terus ia mau mengejar lebih jauh
pada Ku Kun, atau kawannya memanggilnya.
Siauwhiap, tahan! Dan bila sianak muda sudah menghentikan larinya, ia segera
menambahkan: Siauwhiap, tempat ini dipanggil Ap Cui Kang. Inilah salah satu pusat
atau tempat penting dari partai Naga Langit
Aku percaya orang she Ku itu ingin memancing kita memasuki tempat
perangkapnya, maka itu, janganlah kita membiarkan diri kita diperdayakan!
Pek Kong mengawasi tanjakan itu dan sekitarnya. Dihadapannya terbentang tanah
seluas tiga bau, letaknya miring terus kesungai Diujung lereng terdapat sebuah batu
karang besar yang berpeta bagaikan Ap Cui alias moncong bebek, yang menghadapi
sungai. Di bagian sungai iiu justeru terdapat belasan perahu kecil yang sedang berlabuh.
Model perahu sama dengan perahu yang dicuri Hong Hwee-shio.
Setelah mengawasi itu, Pek Kong berpaling.
Nah, lootiang. sekarang bagaimanakah" tanyanya. Apakah yang kita harus
lakukan" Belum lagi Tiat Tan Kong Kek memberi jawabnya, mereka sudah mendengar bunyi
kelenengan. Bertepatan dengan itu nampaklah seekor kuda mendatangi menuju kaki


Pendekar Yang Berbudi Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bukit. Pek Kong segera mengenali sipenunggang kuda itu.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 675
yoza collection Kak kecil, apakah kau mencari aku" tanyanva keras.
Penunggang kuda itu adalah Na Po, segera ia tiba kepada si anak muda. Cepatcepat ia memberi isyarat supaya si anak muda jangan membuka suara, menyusul itu
ia lompat turun dari kudanya, terus menyerahkan sehelai kertas. Begitu Pek Kong
menyambuti, ia lompat ke sisi, berdiri diam saja. Pek Kong membaca dengan cepat.
Bunyi surat itu singkat saja.
Dengan hormat! Aku menantikan saudara, untuk menerima pengajaran!
Hormatnya Sian Hiauw In Dipojok surat itu ada tambahan sebaris huruf halus seperti berikut:
Sekarang ini Ong Pek Coan berada di tempatku, ia menantikan saudara tiba
untuk menyambutnya, atau kalau tidak, ia segera akan dihukum mati!
Pek Kong tidak menghiraukan bunyi tantangan itu. Ia hanya memikirkan soalnya
Ong Pek Coan. Bukankah Pek Coan sudah dibawa Ouw Yam Nio dan Ho Tong ke Hang
ciu" Mengapa sekarang ia terjatuh pula ditangan Thian Liong Pang"
Karena heran, ia tanyakan Na Po.
Benarkah Ong Pek Coan berada diatas gunung"' Pembawa surat itu mengangguk,
namun lebih dulu ia menoleh kekiri dan ke kanan, keempat penjuru. Bukan main
herannya si anak muda. Bagaimanah caranya ia tertangkap" tanya nya pula.
Na Po menggeleng-gelengkan kepala pula.
Pek Kong bertambah heran. Mengapa kau tidak mau bicara" tanyanya.
Tiba-tiba air mata si kacung berlinang-linang. Ketika ia membuka mulutnya, dua kali
ia mendengarkan suaranya ah eh uh uh, sedangkan tangannya dipakai menunjuk
mulutnya. Pek Kong kaget dan heran, ia pun terharu.
Na Po telah menjadi bisu!
Siapa yang menganiaya" tanya Pek Kong. Na Po menangis tersengguk-sengguk,
airmatanya bercucuran deras. Namun tak dapat ia berbicara. Dengan kakinya ia
mencoret-coret di tanah, menuliskan huruf Liang . Setelah itu, dengan memutar
tubuhnya, ia menunjuk keatas bukit, terus tangannya itu digoyang-goyangkan.
Itulah isyarat, supaya Pek Kong jangan mendaki bukit itu. Setelah itu ia melompat
keatas kudanya terus kabur pulang kegunungnya!
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 676
yoza collection Pek Kong marah tak terhingga.
Sungguh kejam manusia itu! katanya sengit. Ia tahu dengan Liang itu diartikan
siapa. Melihat kemarahan kawan itu, Tiat Tan Kong Kek segera berkata; Seorang taytianghu, ia dapat bengkok dan juga dapat lurus, maka itu, kita jangan dipancing oleh
akal membangkitkan kemarahan!
Tay-tianghu adalah laki-laki sejati.
Pek Kong mengerti namun ia tak mau bengkok diri. Artinya ia tak mau tunduk atau
menyerah. Lootiang, silahkanlah! katanya. Lalu, tanpa menanti jawaban lagi, ia lari keatas bukit
dengan menggunakan ilmu lari meringankan tubuh.
Tidak lama tibalah anak muda kita diatas bukit, yang mempunyai dataran seluas
kira-kira dua bau. Dataran itu kosong, tidak ada bangunannya. Yang ada hanya pohonpohon dan rumput. Disisinya adalah sebuah rimba rumput. Pula tidak ada seorangpun
ditempat itu. Sedang ia melihat sekelilingnya tiba-tiba, muncullah seorang dari dalam
rimba disisinya itu. Siauwhiap, silahkan ikut aku! kata orang itu, yang bertubuh kekar.
Ia berkata sambil memberi hormat, terus ia memutar tubuhnya, kembali melangkah
memasuki rimba. Pek Kong berani sekali, tanpa mengatakan sesuatu, ia mengikuti orang itu.
Melintasi rimba, mereka jalan menurun. Dari situ segera tampak batu tadi, yang
mirip mulut bebek itu. Segera Pek Kong melihat dirinya berada di suatu tempat seluas satu bau di mana
tampak banyak orang. Ia melihat ditengah tengah rom bongan duduk seseorang dengan
dahi lebar dan mulut monyong atau lancip, kedua belah pipinya menonjol. Dia bermuka
kurus. Alisnya sebaliknya tebal dan panjang sehingga hampir menutupi matanya. Ya,
dua buah mata yang bersinar tajam! Pun mukanya penuh keriput-keriput. Dia tidak
berjanggut. Dia adalah se I toosu, atau rahib Agama Too, yang tubuhnya tertutup dengan
jubah kuning. Disebelah kiri rahib itu berdiri Ho-Siu Chong Liong Ku Kun, Thian Hud Ciang serta
Thian Lay Mo Lie, dan disebelah kanan nya adalah Tong Thian Tok Liong Sian Hiauw In
dengan Im Yang Toojin. Dibelakang mereka nampak Ciong Thian Auwca serta belasan
orang lainnya, tua dan muda berbeda usia.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 677
yoza collection Disebelah sitoosu berjubah kuning masih ada satu rombongan lainnya Mereka ini
berada disebelah kiri. Ditengah-tengah duduk bersila dua orang Niekouw atau bhikshuni
tua. Si gemuk itu mempunyai wajah ramah manis karena ia selalu tersenyum, hanya
mulutnya yang petot membuatnya tak sedap dipandang, apalagi jika ia sedang
tersenyum itu. Ia bermuka dada segar, kulitnya putih sudah mulai keriput-keriput. Si
kurus mempunyai sepasang alis buntung, yang disebut alis setan menggantung diri ,
hidungnya mancung bagai menjulang kelangit, sedangkan mulutnya agak petot!
Keseluruhan wajahnya nampak sebagai seorang sedang menangis!
Dibelakang kedua bhikshuni itu tampak berdiri It Koay Sam Yauw serta belasan
orang lainnya, yang semuanya tak dikenal si anak.
Begitu ia melihat semua orang itu, mengerutlah Pek Kong bahwa ia sedang
menghadapi ancaman bahaya. Tidak saja mereka adalah pihak lawan, juga jumlahnya
tak sedikit. Namu n demikian, ia sudah datang, ia tidak takut. Dengan langkah gagah, ia
menghampiri rombongan atau kelompok, Sian Hiauw In itu.
Tiba tiba bhikshuni gemuk tertawa nyaring din b
lihatlah bocah itu! Lihat bagaimana tampaknya dan sikapnya amat gagah! Coba ia tidak
bermusuhan dengan kalian, pinnie ingin sekali mengambilnya sebagai muridku!
'Loa Koay itu berani siluman tua dan si pendeta perempuan, yang membahasakan
dirinya pinnie, si pendeta melarat, menggunakan sebagai sebutan kepada Leng In Ie su,
gurunya Sian Hiauw In. Si Bikshuni kurus kering juga turut bicara dengan menunjukkan muka sedihnya
serta memperdengarkan suara serak, ia berkata kepada Sian Hiauw In: Sian Loo jie,
orang sudah tiba! Mengapa kau tidak mau lekas-lekas mengajar kami kenal kepadanya"
Mustahilkah kau mau menanti sampai tutup peti sudah di buka di pentang"
Dengan seenaknya saja ia memanggil ketua Thian Liong Pang sebagai Loo-jie, si
anak tua bangka. Tong Thian Tok Liang menyembah kepada wanita itu. Sikapnya sangat menghormat.
kata nya segera. Boanpwee itu berarti Aku yang bertingkat muda .
Setelh menjawab si bhikshuni, Sian Hiauw In terus maju beberapa langkah, lalu
Pek Siauwhiap, tunggu dulu! Loohu ajar kenal kau kepada tiga
orang gagah perkasa dari jaman kita ini, setelah barulah kita bereskan soal budi dan
penasaran di antara kita berdua!
Pek Kong sudah mengambil keputusan maka juga ia bersikap tegas.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 678
yoza collection Segala sesuatu terserah kepadamu, tuan! jawabnya gagah.
Tong Thian Tok Liong miringkan tubuhnya, terus ia menunjuk pada si toosu berjubah
kuning. Itulah Leng In Ie su, guruku! ia memperkenalkan. Guruku sudah terkenal di seluruh
negeri, ilmu siiatnya lihay, pengetahuan agamanyapun luas sekali melebihi orang lain.
Maka itu tak perlulah aku bicara banyak-banyak.
Pek Kong sudah menduga orang itu Leng In Ie su. Ia mendahului ketua Thian Liong
Pang dengan suara d m Iapun membuang mukanya terhadap rahib itu.
Sian Hiauw In berkata pula serta tangannyapun menunjuk: Dan ini kedua
loocianpwee adalah Tay Cu Ciauw Hud dan Tay Pie Ku Sin berasal dari India. Dapat
dikatakan mereka adalah dua orang terpandai dikolong langit ini, yang ilmu ke
pandaiannya aneh luar biasa, sehingga mereka tak ada lawannya baik sekarang
maupun nanti Si anak muda tertawa tanpa terasa dan berkata: Sungguh julukan-julukan yang tak
tepat, yang tidak ada artinya sama sekali
Memang Tay Cu Ciauw Hud berarti Buddha Tertawa Maha Pemurah, dan Tay Pie Ku
Sin ialah Malaikat Menangis Maha Penyayang..
Sian Hiauw In tidak memperduiikan sikap anak muda itu, ia melanjutkan
memperkenalkan semua orang kawan lainnya, mulai dari Thian Lay Mo Lie sampai
yang terakhir Sesudah itu barulah sambil tertawa ia berkata Selama beberapa bulan
ini tuan sudah menyerbu Hek Bong Tan, menginjak-injak Ku San, minum racun untuk
menghilangkan dahaga seorang diri menggempur Su Sat dan mengacau Kiu Kiong San!
Berturut tuanpun sudah melukai tongcu Partai kami. Dengan demikian tuan mengangkat
nama tuan, sedangkan disini sekarang tuan bersedia menemui para cianpwee dan
orang-orang gagah yang pernah malang melintang didaerah berlaksa lie luasnya!
, loohu yang menjadi Pangcu dari Thian Liong Pang, mau atau tidak loohu
ingin meminta pelajaran beberapa jurus dari kepandaianmu yang liehay itu! Hanya,
sebelumnya lebih dahulu aku ingin menanyakan keteranganmu mengapa tanpa sebab
tanpa lantaran, tuan sudah mengacaukan Partai kami ! Bila tuan berbicara dengan
alasan kuat, bukan saja loohu tidak akan menarik panjang semua urusan yang
kusebutkan itu, bahkan loohu pun akan mengantarkan pulang orang yang tuan minta
itu! Jikalau tidak, hahaha! maka terpaksa loohu minta supaya tuan tinggalkan kepala
tuan disini. Pek Kong tertawa dingin terhadap suara sombong tuan rumah itu.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 679
yoza collection Sungguh, Pangcu dari Thian Liong Pang bukan sembarang orang! katanya tawar.
Akan tetapi tuan, sekarang ini, biarpun kau bicara sampai lidahmu terbalik, tidak akan
kau sanggup menyangkal halnya kau tidak berdosa! Sekarang aku ingin tanyakan dulu.
Tempo hari, Tek sie Sam-tay Su Gie bersama Kian Kun Kian Honghu In Liong suami
isteri, serta yang terakhir ini, Pek Hong Too Siauw Seng Houw dan lainnya, jiwa mereka
benar atau tidak, sudah terbinasa ditanganmu"
Tong Thian Tok Liorg tertegun, namun lekas ia tertawa.
Apakah tuan mau mewakili lain orang menuntut keadilan katanya dengan
sombong, nadanya menghina. Loohu sangat kagum akan semangat keberanianmu ini!
Tiba-tiba ia memperlihatkan roman sungguh-sungguh, sehingga nampaknya bengis,
dan berkata terus terang, oohu juga ingin meminta darimu jiwa dua orang!
Pek Kong menatapi dengan tajam, ia pun melirik pada semua orang didepannya itu.
Ia melihat dengan nyata semua menunjukan roman muka penuh kemuakan serta mata
mereka itu bersinar dengan bengis. Namun ia tidak takut sedikit juga. Sebaliknya, ia
berkata dengan keras: Segala pengkhianat, segala penjahat, setiap orang berhak
membinasakannya! Karena itu buat apa kau banyak bicara lagi" Nah, silahkan tuan
tunjukkan kehendak tuan! Bibir Tong Thian Tok Liong, si Naga berbisa Menembusi Langit, sudah bergerak,
namun belum sempat ia berkata-kata, ia sudah dicela oleh Leng In Ie su, yang tertawa
nyaring. Guru itu berbangkit dan
kamu justeru ingin mengetahui beratmu sebenarnya berapa katikah"
Dengan berat berapa kati , secara menghina si rahib maksudkan kepandaian si
anak muda. Eh, eh, Lao Koay, tunggu dulu! sela si bhikshuni kurus yang disebut Ciauw Hud,
Budha Tertawa. Ia selalu menyebut orang Lao Koay, siluman tua. Kita sekarang
berkumpul disini dalam satu rombongan besar, sebaliknya Sian Loo jie, ia mengundang
seorang bocah seorang diri untuk membereskan urusannya. Sebenarnya, tindakannya
itu tidak sesuai! Sebab itu, Loa Koay, bila kau turun tangan, apakah kau tidak akan
ditertawakan orang sehingga orang copot giginya" Menurut aku, urusan ini harus
diselesaikan oleh anak-anak yang tingkatnya lebih muda, dengan demikian barulah
tepat! Sian Loo Jie berarti Sian si anak tua , dan itu dimaksudkan Sian Hiauw In.
Wajah Leng In Ie su menjadi pucat biru dan merah padam, ia melotot terhadap Pek
Kong, namun setelah itu, ia tertawa terhadap si bhikshuni gemuk dan berkata:
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 680
yoza collection sehingga pintoo menjadi tolol! Ciauw Hud berkala dari hal yang
benar! Maka terus ia berpaling kepada Tong Thian Tok Liong, muridnya untuk berkata:
Baiklah, mengenai urusan ini kau bebas membereskannya sendiri! Hanya ingat, jangan
kau membuat orang hilang muka!
Pek Kong memikirkan sikap Leng In Ie su yang agak aneh. Terang guru sudah
memberikan peringatan keras pada muridnya. Kecuali Tong Thian Tok Liong sendiri
serta Leng ln Ie su, Ciauw Hud dan Ku Sin, juga Thian Lay Mo Lie, dengan siapa ia belum
pernah bertempur, semua orang lainnya ia tak begitu perhatikannya. Apa maksudnya
peringatan itu bukankah akan terjadi, andaikata Tong Thian Tok Liong terdesak, dia akan
berkelahi main keroyok" Itulah tak baik. Kalau ia gagal, tentu takkan ada orang lagi yang
akan menindas rombongan ini. Namun ia tetap tidak takut. Maka ia tertawa dan berkata
dengan lantang: Orang-orang dari pihakmu tuan, tak ada halangan umuk mereka maju
dengan serentak! Dengan demikian tak usahlah aku melayani mereka satu demi satu!
Suara hebat anak muda ini mendatangkan kesukaran bagi Tong Thian Tok Liong,
Memang ia sedang berpikir keras bagaimana ia harus menghadapi lawan. Ia ingin
mangepung, tetapi ia ragu-ragu, ia khawatir nanti ditertawakan orang banyak. Apabila
ia melawan sendiri saja, ia khawatir dialah bukan lawannya belum tentu dia akan
menang. Namun dialah seorang Kang-ouw ulung. Segera dia mendapatkan akal maka
dia berkata dengan sombong.
Janganlah kau banyak tingkahi Lihat Pangcumu membereskan.
Sambil berkata demikian, Sian Htauw Ia bertindak maju selangkah demi selangkah
perlahan-lahan. Pangcu tahan! demikian terdengar satu teriakan kuat ketika ketua ini bertindak
dengan ayal-ayalan. Menyusul suara itu, dan dua orang tampak melompat maju!
Tong Thinn Tok Liong berpaling dengan cepat. Ia segera mengenali dua orang itu
ialah Mo Pak Liang Pa, dua jago Padang pasir utara, yang diundangnya terakhir ini.
Dalam hati, ia girang sekali, akan tetapi dimulut umum, ia berlagak pilon. Demikianlah
ia sengaja menanyakan: Tuan-tuan, bagaimana pengajaran kalian"
Dari dua orang jago padang pasir itu, orang yang tubuhnya lebih pendek dengan
gagah menjawab: Tubuh pangcu berharga ribuan tail emas, untuk apa pangcu turun
tangan sendiri" Baiklah pangcu menyerahkan diri kepada kami berdua saudara!
Si Naga berbisa tertawa. Pendekar Yang Berbudi - Halaman 681
yoza collection Walaupun aku menjadi pangcu namun dalam menghadapi suatu urusan tak berani
aku lepas tangan untuk hidup menganggur saja! demikianlah katanya: Saudara berdua
baru datang dari tempat yang jauh dan masih letih sekali, karena itu lebih baik
biarkanlah aku sendiri yang turun tangan . .
Pembicaraannya itu kedengarannya tepat sekali, namun sewaktu mendengarnya,
Pek Kong mengeluarkan suara dari hidung.
Mo Pak Liang Pa mendengar suara dingin si anak muda, lalu orang yang tubuhnya
lebih tinggi tertawa dan berkata: Janganlah Sian Pangcu merendahkan diri dan malumalu! Kami dihargai Pangcu, kami berbahagia sekali. Sudah selayaknya kami berbuat
sesuatu untu Pa Sampai aisitu, Tong Thian Tok Liong memberi hormat pada kedua tamunya itu.
"Jikalau demikian kata saudara berdua baiklah, aku menurut perintah!" Dan segera
ia mengundurkan diri. Selekasnya ketua partai Naga Langit mundur, Mo Pak Liang Pa lantas menggantikan
maju menghampiri Pek Kong sampai dihadapan sianak muda.
Jago yang pendek gemuk, melotot terhadap Pek Kong sambil membentak: "Kau,
bocah dengarlah! Kami berdua berasal dari padang pasir Utara, kami datang dari
jauhnya ribuan lie dimana kami biasa hidup tanpa lawan. Hanyalah kami harus jelaskan,
jikalau kami bertempur, kami selalu berdua, maka itu kau baikMendengar suara serta menyaksikan tingkah sombong orang, Pek Kong tertawa
serta berkata dalam hati. "Dua orang ini sudah makan habis hidangan orang serta
minuman araknya. Mereka rela mengamarkan jiwa mereka sendiri, sungguh tepat apa
yang dikatakan, burung itu mati karena makanan! Mereka tolol benar, dan harus
Segera anak muda kita berpikir. Ia harus menurunkan tangan berat atau jangan.
Akan tetapi kedua jago padang pasir itu tidak mmberi ketika orang mengasah otak,
mereka nenghunus golok mereka yang panjang dan melomoat maju berdiri sejajar,
terus yang gemuk mengejek. Bocah, kau sedang pikirkan apa Bukannya kau cepatcepat menghunus senjatamu untuk menerima ajalmu!'
Pek Kong menatapi orang, dan tertawa manis.
Tuan-tuan, aku akan melayani kalian dengan sepasang tanganku yang kosong!
katanya dengan sabar. Aku percaya bahwa tuan-tuan mengenal diri dan akan mundur
karenanya. Pendekar Yang Berbudi - Halaman 682
yoza collection Banyak hadirin lainnya percaya bahwa perkataan anak muda itu bukanlah katakata sombong, namun tidak demikianlah tanggapan Mo Pak Liang Pa, mereka ini
menjadi tak senang hatinya menjadi panas sekali. Segera mereka memasukan goloknya
kedalam sarung masing-masmg dan si pendek berkata: Kami tidak mau menang diatas


Pendekar Yang Berbudi Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

angin! Nah, awaslah! Bertepatan dengan teriakan itu, Ma Pk Liang Pa menyerang dengan serentak. Sebab
si pendek itu, kata-katanya sama seperti kata-kata si gemuk. Dan si gemuk segera turun
tangan mengikuti kawannya itu.
Sekejap Pek Kong mendapat satu pikir
Orang rupanya agak tolol karena jujurnya
Karena mereka itu bukan musuh, ia berpikir untuk tidak mencelakainya, agar
mereka tak sampai kalah dan mendapat malu. Begitu diserang, ia berkelit dengan satu
gerakan dari Coa Yu --Ular Bermain-main, atau Ular Menggeleser.
Dua orang jago dari Utara menyerang dari kiri dan kanan dengan sasaran bagai
menghilangkan diri, tinju mereka beradu satu dengan lain tanpa mereka sempat
menarik pulang. Hebat serangan itu, nyaring suara bentrokan tangan mereka berdua.
Justeru itu, mereka sama-sama tertolak mundur sendirinya!
Pek Kong berdiri disamping mereka ia terawa sendirinya.
Muka kedua jago padarg pasir itu menjadi merah sekali. Mereka malu sendirinya.
Bukan mereka mundur teraiur seperti diharapkan Pek Kong, justeru mereka menjadi
marah, sambil berseru, mereka menyerang pula, hanya kali ini mereka berlaku keras,
namun mata mereka terbuka.
Kembali Pek Kong berkelit. Sekali ini ke dua lawan tidak lagi saling hajar menghajar.
Sewaktu mereka mendapatkan serangan itu gagal pula, segera mereka mengulanginya.
Mereka mendesak dan menyerbu !
Melayani dua orang yang bersikap keras itu, Pek Kong tersandar pada gerakan
yang lincah. Ia bergerak bagai kupu-kupu diantara bunga-bunga, tak mau ia memberi
ketika tubuhnya tersentuh. Sebaliknya ia juga tidak mau lantas turun tangan menghajar
kedua lawannya itu. Semua lawan yang liehay mengagumi gerak-gerik si anak muda. Mereka
menganggap caranya bersilat luar biasa. Hanya mereka, yang kepandaiannya kepalang
tanggung mengira bila mereka yang maju, mudah saja mereka merobohkan pemuda
itu . . Sekejap saja Pek Kong telah membuat kedua lawannya itu menjadi letih, sehingga
mereka bernapas Senen Kemis. Baru sampat waktu ini, karena orang bandel sekali, ia
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 683
yoza collection menggunakan kesempatannya. Ia menggunakan jurus Tay peng Thian Cie, Garuda
Mementang Sayap, maka kedua tangannya terbentang bagai kilat cepatnya, atas mana
Mo Pak Liang Pa terpental roboh sejauh setombak lebih !
Setelah merangkak bangun, kedua jago pendek dan gemuk dari padang pasir Urara
itu membersihkan pakaian mereka. Terus mereka berkata dengan wajah memerah :
Kami kalah namun kami puas, kami takluk! Diwilayah Tionggoan ini tiada lagi tempat
bagi kami, maka marilah kita angkat kaki! Mereka segera bertindak pergi untuk pulang
ke kampung halaman mereka!
Tahan! seru Tong Thian Tok Liong, yang melompat pesat kepada kedua orang itu,
tangan siapa segera ia tarik, untuk mendekati kuping mereka serta berbisik atas nama
kedua jago itu nampak menghela napas, terus mereka batal pergi, sebaliknya mereka
ikut tuan rumah kembali kedalam rombongannya.
Ketika kedua orang itu menarik diri, dari belakang Ku Ciauw Jie Nie. kedua bhikshuni
Menangis dan Tertawa, muncul empat orang yang maju sambil berlari-lari
menghampiri anak muda kita.
Pek Kong mengawasi lawan. Ia dapat melihat keempat orang itu berseragam hitam
dan memakai celana merah, dandanannya singset dan masing-masing senjatanya ialah
Kwie tauw too, golok berkepala setan-setanan, usianya rata-rata sudah diatas
enampuluh tahun. Matanya semua bersinar tajam, pertanda dari sempurnanya tenaga
dalam mereka. Ia ingat kepada Tong Teng San Su Kwie. Empat setan dari gunung Tong
Teng San, yang tadi diperkenalkan kepadanya. Dengan segera ia menyambut mereka
itu sambil memberi hormat dan berkata: Lootiang berempat tidak bermusuhan dengan
aku yang muda, mengapa kalian membantu seorang jahat mengganas"
Setan yang menjadi pemimptn tertawa dingin. Dengan sombong ia menjawab :
Tuani baik tuan jangan banyak bicara lagi, karena tak ada gunanya! Kami bersaudara
memang ingin menanam bibit permusuhan baru! Terus ia mengibaskan goloknya dan
tiga orang kawannya memecah diri keempat penjuru. Setelah itu berbareng mereka
maju membacok, menikam dan menabas, menurut kehendaknya masing-masing!
Ini tidak diduga Pek Kong yang bermaksud baik. Terpaksa ia berkelit dengan
menjejak kan kaki di tanah lompat mengapungkan diri, membuat semua golok tak
mengenai sasarannya. Sesudah itu, ketika tubuhnya turun pula, ia membungkuk terus
membalas menyerang dengan kedua tangan yang dipukulkan ke empat penjuru.
Lompat mengapungkan diri adalah tipu si lat Kiu Siauw It Ho, Jenjang Tunggal Ter
in Cie Liang Hong. Pendekar Yang Berbudi - Halaman 684
yoza collection Menggerakkan sayap menyampok angin-- yang terakhir ini adalah tipu silat serupa
Garuda Mementang Sayap tadi. Kesudahannya hebat sekali. Diluar dugaan
keempat jago tua itu, tak sempat menangkis atau berkelit, mereka terpukul sehingga
semuanya terpental dua tombak jauhnya terguling-guling, kepala mereka bengkak dan
babak belur! Menyaksikan kesudahan pertempuran yang sekejap itu, kecuali si rabib dan kedua
bhikshuni, musuh yang lainnya semua tercengang, mata mereka terbuka lebar-lebar,
mulut mereka ternganga. Sekaligus mereka kaget, heran dan kagum.
Namun Pek Kongpun, karena bergeraknya terlalu tergesa gesa serta menggunakan
tenaga berlebih-lebihan, ketika kakinya menginjak tanah, ia merasa darahnya bergolak,
dan segera ia merasakan juga mulutnya manis. Tiba-tiba saja ia muntah darah.
Leng In Ie su, yang wajahnya berubah menjadi pucat lalu merah oleh karena
melihat si anak muda demikian mudah mengalahkan enam orang lawannya, segera
bangkit, ingin ia mengajukan dirinya, namun Tong Thian Tok Liong sudah melompat
kepadanya sambil melintangkan tangannya. Murid ini menghadang serta terus berkata:
Jangan, suhu, tak berani muridmu membiarkan suhu turun tangan sendiri! Suhu,
muridmu akan membereskannya!
Suhu ialah panggilan terhadap seorang guru, artinya bapak guru
Leng In Ie-su tidak menjawab muridnya itu, ia hanya memandang kepada Pek Kong.
Ia melihat sianak muda berdiri terhuyung-huyung didepannya, ia dapat menerka apa
artinya itu. Lantas ia duduk pula.
Tong Thian Tok Liong memutar tubuh, ber jalan kedepan, menghadapi
rombongannya, untuk berkata dengan nyaring kepada mercka- itu Yang membuka
ikatan genta ialah orang yang mengikatnya sendiri, demikian pun dalam urusanku
siorang she Sian ini! Tak berani aku minta saudara sekalian menjual jiwa untukku! Ia
berpaling kepada Pek Kong, dan, menantang secara lantang.
Pek Siauwhiap, silahkan kau menyerang!
Ketua Thian Liong Paug ini senang melihat orang muntah darah.
Pek Kong insyaf sebab musabab muntahnya itu. Tadi ia sudah mengeluarkan suara
kaget dan berlebiban, jadi ia telah mendapat luka dalam tubuhnya yang tidak ringan,
namun si Naga Berbisa menantangnya, tak dapat ia menolaknya. Maka itu iapun
menjawab sama sombongnya: Tamu-tamu yang kuat tak menindih tuan rumahnya,
oleh karena itu, silahkan tuan yang mulai !
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 685
yoza collection Tong Thian Tok Liong terkejut! Orang masih saja berani. Sebenarnya iapun tidak
memikirkan untuk menyerang lebih dulu. Karena orang menantang, terpaksa ia harus
menerimanya. Namun ia masih coba merendah.
Jikalau Siauwhiap sungkan, baiklah, maklumilah bahwa loohu bergerak terlebih
dahulu! Segera ia bertindak maju, perlahan-lahan, kedua bahunya diturunkan,
menyiapkan tenaga pada kedua belah tangannya itu untuk mengumpulkan tenaga
dalamnya. Dengan sikap bersiap sedia, ia maju terus kepada lawannya. Hanya, belum
lagi ia datang cukup dekat untuk mulai menyerang, tiba-tiba ia mendengar teriakan
kepadanya: Ayah, jangan serang padanya!
Tong Thian Tok Liong terperanjat karena herannya. Ia merdengar suara itu dan
mengenalinya Dengan cepat ia membalikkan tubuhnya.
Ia melihat seorang muda belia lari kepadanya. cepat bagai terbang. Ia adalah puteri
tunggalnya yang menyamar sebagai pria. Dalam herannya, ia bertanya: Anak Hui,
mengapakah ka Begitu ia sampai pada ayahnya, tanpa men jawab dulu pertanyaan ayahnya sambil
ber kata: Ayah, ia adalah seorang baik, jangan ayah membinasakannya!
Hanya sekejap Tong Thian Tok Liong tercengang, segera ia bentak putrinya. Ia sudah
menduga bahwa Pek Kong terluka parah dan dengan satu hajaran saja, ia akan dapat
menghabiskan jiwa musuh itu, karenanya mana ia mau mengerti.
Minggir! teriaknya sambil berontak, terus ia menolak tubuh anaknya, membuat si
anak muda roboh terguling.
Dengan satu lompatan Lee Hie Ta Teng -- Ikan Tambra Meletik - Hui Sim lompat
bangun, segera ia memegangi kaki ayahnya itu.
Anakmu memohon, ayah, membinasakannya . . Dia katanya sambil menangis, janganlah ayah Ayah itu tak mau mengerti, tak mau ia dicegah, maka juga dengan hanya satu
totokan, ia membuat puterinya itu rebah pingsan.
Pek Kong menghela napas dalam dalam menyaksikan pemandangan
dihadapannya. Seorang ayah yang hatinya keras dan seorang puteri yang berbakti dan
halus budi pekertinya. Setelah menotok puterinya, Tong Thian Tok Liong berlompat maju kepada si anak
muda yang menjadi lawannya. Begitu ia tiba, begitu pula ia menyerang dengan kedua
tangan dan kaki berbareng. Ia menggunakan tipu silat To Hay Kim Liong, Terbalikkan
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 686
yoza collection laut, Menawan Naga. Gerakannya membuat tubuhnya seakan-akan nampak sebagai
segumpat asap bergulung menyerbu . . .
Pek Kong mengerti akan ancaman bahaya besar, namun ia tak mau melawan keras
dengan keras. Lekas-lekas ia berkelit dan tangannya menangkis. Sesungguhnya ia
kurang gesit Begitu ia berkelit begitu seranganpun tiba, sehingga tangkisannya kena
serangan seteru, dan bentrokan tangan mereka berdua terdengar nyaring.
Kesudahannya ialah si anak muda terhuyung-huyung lima tombak lebih. Ia jatuh
duduk, lalu muntah darah pula. Sebaliknya, Tong Thian 'I ok Liong juga tidak menang
sepenuhnya. Tangkisan si anak muda membuat ia merasakan darahnya bergolak, suatu
tanda bahwa ia mendapat gempuran didalam. Tapi ia bertahan. Bila ia melihat keadaan
anak muda itu, ia terus bertindak maju untuk menghampiri.
Pek Kong duduk ditempat yang terpisah dari jurang tak ada sepuluh tombak. Tadi
ia dapat mempertahankan dirinya, kalau tidak, ia juga bisa terhuyung-huyung terus
sampai ditepi jurang. Setelah muntah darah, ia mengangkat kepalanya, ia menoleh
kearah musuh. Maka ia melihat bagaimana si Naga Berbisa sedang menghampiri.
Mengertilah ia akan ancaman maut, namun ia tidak takut bahkan ia bersedia, ia
melompat bangun, untuk menantikan, tenaganya dikerahkan dikedua belah tangannya.
Ia menatap dengan tajam. Tong Thian Tok Liong maju terus, sehingga ia terpisah dari si anak muda setombak
jauhnya. Ia pun mengawasi dengan tajam. Ia melihat lawannya, matanya putih pucat
dan mukanya merah. Lalu ia tertawa dingin.
Ha, bocah! tegurnya, bengis: Kau ingin membebaskan dirimu sendiri atau kau mau
Pangcumu menurunkan tangannya"
Jangan mengoceh tidak keruan! bentak Pek Kong. Dalam marahnya, sembari
membentak, ia mendahului lompat menyerang dengan seluruh tenaganya.
Hm! Tong Thian Tok Liong memperdengarkan suara dingin sambil terus ia
memasang kuda-kudanya dan menangkis serangan itu!
Keras sekali, terdengarnya satu suara beradu diantara kedua lawan itu. Segera
nampak tubuh Pek Kong terpental mundur terus rebah bergulingan kearah jurang. Akan
tetapi, syukurlah untuknya, sebelum ia tergelincir kedalam jurang, ada oyot rotan yang
menahan tubuhnya, sehingga ia tersangkut disitu. Meski demikian, kembali ia muntah
darah. Sekali ini sampai dua kali. Setelah itu ia rebah tak sadarkan diri lagi!
Tong Thian Tok Liong juga terpukul keras. Ia terhuyung-huyung kebelakang tujuh
atau delapan tindak, baru ia dapat menahan dirinya, untuk berdiri tegak. Tentu sekali, ia
marah dan penasaran. Sebab itu ia ingin maju pula guna menghabiskan jiwa musuh
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 687
yoza collection yang dianggapnya adalah musuh besarnya itu. Selagi ia ma u ia mendengar bentakan
berupa ancaman nyaring merdu dari arah belakangnya :
Jangan kau maju lebih jauh! Awas, aku bunuh anakmu ini!
Tong Thian Tok Liong heran dan terkejut ! Ia segera menoleh. Lalu kagetlah ia!
Seorang nona berdiri disisi Sian Hui Sim dan dengan sebilah pedang bercahaya
berkilauan sedang memandang mengancam puterinya!
Tatkala itu semua orang yang bergabung dalam rombongan Tong Thian Tok Liong,
sedang terpengaruh oleh jalannya pertempuran. Sebab itu merekapun tidak melihat
munculnya nona itu dengan tiba-tiba. Sian Hiauw In mengenali bahwa ia adalah Honghu
Pek Hee, puterinya Honghu In Liong.
Apa yang kauinginkan"' Tok Liong bertanya penuh khawatir.
Honghu Pek Hee tertawa tawar.
Bila kau inginkan jiwa anakmu ini, haruslah kau penuhi tiga syaratku! sahutnya
terus terang. Kau sebutkanlah, nona! jawab Hiauw In segera.
Pertama-tama, kata si nona, Kau harus serahkan Pek Kong padaku dan ijinkanlah
aku membawanya pergi dari sini! Yang kedua kau harus menyerahkan Gin Hee Kiam,
pedang mustikaku itu! Dan yang ketiga.. .
Belum lagi si nona selesai mengucapkan syarat-syaratnya yang ketiga, tiba-tiba
ada segulang angin yang menyambar keras. Sedemikian kerasnya sehingga Pek Kong
terlepas dari sangkutan oyot rotan itu dan jatuh terguiing ke dalam jurang !
Honghu Pek Hee melihat kejadian itu, lupa pada syaratnya, ia lompat ke tepi jurang,
melongok kebawah. Masih sempat ia melihat tubuh Pek Kong terjatuh kedalam sebuah
perahu, dan orang-orang dari perahu itu menyambutnya dengan satu pukulan sehingga
tubuhnya terjatuh kedalam air dan hanyut di bawa oleh arus yang deras! Tepi jurang
itu merupakan tepi sungai.
Seakan-akan hatinya lepas, nona Honghu menjadi lemas, ia terjatuh dengan
sendirinya. Terus ia menangis sedu-sedan Tadipun sewaktu ia melihat Pek Kong
terdampar angin, ia lupa segala sesuatu dan meninggalkan Siaw Hui Sim.
Tong Thian Tok Liong heran sekali menyaksikan peristiwa diluar dugaannya itu, se
hingga ia tercengang. Ia baru sadar ketika ia menyaksikan puterinya tidak kurang suatu
apa. Segera hatinya tenang kembali. Ketika ia berpaling kearah rombongannya,
dilihatnya Im Yang Toojin tersenyum kepadanya.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 688
yoza collection Segera ia mengerti duduknya perkara, iapun tersenyum. Tidak ayal lagi, ia bertindak
menghampiri Pek Hee. Ia tertawa tawar.
Bangun! bentaknya bengis Nona Honghu kaget, ia bangun berdiri. Tiba-tiba ia teringat sakit hati ayah bundanya.
Aku akan adu jiwaku denganmu!' teriaknya sambil menikam.
Stan Hiauw In berkelit dan melompat ke samping lima tindak.
Tahan! serunya. Honghu Pek Hee terkejut. Seruan itu bagaikan mengguntur ditelinganya. Ia tidak jadi
menyerang, hanya .mengawasi dengan tajam kepada musuh besar itu. Matanya
bersinar menyala. Tong Thian Tok Liong pun balik menatap. Ia tertawa dingin.
Hee bocah wanita!' katanya sombong, Jika kau berpikir siang-siang mau pergi ke
nirwana aku akan membuatmu memperoleh kepuasan hatimu! Hanya tunggulah
sejenak! Pangcumu sudah lanjut usianya. Ada permusuhan apakah diantara kami
berdua, maka tak dapat tidak kau ingin mengadu jiwa denganku" Hayo bicara biar jelas!
Nona Pek Hee menjadi sengit sehingga ia mengertak giginya.
Penjahat yang licin! bentaknya. Kau masih berlagak pilon" Ibuku Pek Bwee Nio
pernah menjadi saudara seperguruan denganmu. Mengapa kau justeru mencelakainya
secara diam-diam, bahkan kaupun membinasakan Tek sie Sam Tay Su Gte serta ayahku
Honghu In Liong" Kau masih berani menyangkal
Tiba tiba Tong Thian Tok Liong tertawa terbahak-bahak.
Sungguh, inilah yang dikatakan kita mencari sesuatu sampai sepatu besi yang kita
pakai rusak, namun masih juga belum diperoleh, sebaliknya kalau masih milik kita,
ditemuinya mudah sekali! demikianlah katanya suaranya tetap tawar. Pangcumu
sedang mencarimu, anak kecil! Siapa sangka kau sendiri justeru datang mengantarkan
dirimu! Pek Hee marah sekali! Orang tak menyangkal mengaku terus terang. Segera ia
menyerang kembali dengan Kim Kong Ktam pedang yang tajam itu, pedang Pelangi
Emas. Tong Thian Tok Liong tidak melawan, ia hanya berkelit.
Adakah kau masih berkeluarga dengan bocah yang tergelincir kedalam jurang itu"
tanyanya. Pendekar Yang Berbudi - Halaman 689
yoza collection Pek Hee menyerang sasaran kosong. Mendengar pertanyaan itu, ia tertegun, namun
ia segera berpikir. Kau tak berhak menanyakannya! bentaknya. Tong Thian Tok Liong tersenyum


Pendekar Yang Berbudi Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyindir. Rupanya dia adalah anak Pek Bwee Nio katanya mengejek.
Mendengar perkataan itu, Pek Hee terdiam. Tiba tiba ia teringat sesuatu. Pikirnya:
Dia she Pek, dia satu she dengan ibuku.. .Dulupun pernah aku mendengar suhu
memberitahukan bahwa aku masih mempunyai seorang saudara laki laki yang entah
berada dimana. Bukankah benar Pek Kong ini adikku"
Nona ini teringat juga halnya Pek Kong tidak mempunyai ayah bunda dan hidupnya
terpelihara dan terdidik oleh Siauw Seng Houw. Sedangkan Seng Houw itu sahabat karib
ayahnya. Kemungkinan besar benarlah kata-kata Hiauw In ini. Ia menjadi bingung, Ia
menyintai Pek Kong, bahkan sudah mengikat janji dengannya. Sebaiknya, iapun ingin
sekali Pek Kong itu sungguh adiknya
Lekas sekali si nona menemukan jalan keluar, Inilah karena ia menduga bahwa Pek
Koru sudah mau kelelep dan hanyut dibawa arus sungai itu.
Menurut pendapatku, ia bernama Pek Kong dan sejak kecil sudah kehilangan ayah
bundanya, demikian jawabnya. Terpaksa ia menjawab pertanyaan musuh itu. Ia
dirawat oleh Siauw Seng Houw. Kemungkinan besar ia adalah saudaraku . .
Tong Thian Tok Liong berdiam. lapun berpikir. Hanya sekejap! Selanjutnya ia tertawa
terbahak-bahak Keluarga Tek dan Keluarga Pek berdua, begitupun Keluarga Honghu
kalian, semuanya termasuk bagian mati! demikianlah kata-katanya. Kini tinggallah kau
sendiri, anak perempuan kecil. Kau tak akan lolos dari tanganku si orang tua! Bocah,
baiklah, tak ada halangannya untuk aku bicara secara blak-blakkan kepadamu . . . .
Sekonyong-konyong pangcu dari Thian Liong Pang menghentikan kata-katanya. Itu
disebab kan karena dengan tiba-tiba saja ia seakan-akan mendengar suara batuk batuk
ditelinganya. Justeru saat itu si Blkshuni gemuk batuk-batuk, sambil terus ia tertawa serta
berkata. Hebat ilmu Toan Im Jip Bit dari Leng In Lao Koay! . .
Toan Im Jip Bit ialah ilmu menyalurkan suara bagai berbisik walaupun kedua belah
pihak terpisah jauh. Leng In Ie su malu, mukanya menjadi merah.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 690
yoza collection Dialah Lao Koay, si siluman tua yang disebut pendeta wanita itu. Kemudian ia
tertawa dan berkata. "Kau memuji berlebih-lebihan! Ilmuku tak ada satu perselaksa dari
kepandaian kalian berdua!
Pada menangis Wajah si bhikshuni kurus nampak suram: Kak , katanya pada kawannya, salahkah
bahwa kita sudah datang ke Tionggoan ini! Kita memikir mewakilkan orang lain menjual
jiwanya, kiranya tak sudi ada orang yang menerimarya! Lalu, apakah artinya ini"
Si bhikshuni gemuk tertawa. Kalau kita sekarang pulang, bukankah tak ada
halangannya" katanya.
Leng In Is su merasa tak enak hati oleh pembicaraan kedua bhikshuni itu, namun
ia berlagak pilon. Ia berkata. Bolehkah pintoo bertanya. Kami mengundang saudari
berdua ke sini, rasanya kami tak pernah melakukan sesuatu yang kurang pantas.
Mengapa saudari mengatakan ingin pulang"
Si kurus tertawa dingin. Kau berpura-pura ! katanya tawar. Janganiah kau kira, kau dapat mengelabui kami
Ku Sin Ciauw Hud! Ku Sin Ciauw Hud ialah Ku Sin si Malaikat menangis dan Kiauw Hud, si Buddha
tertawa. Si rahib Too Kauw tetap tertawa,
Mana pintoo berani.. katanya.
Bila demikian, mengapa kau tidak membiarkan Sian Hiauw In bicara terus" tanya
si bhikshuni kurus. Leng In Ie su tertawa pula.
berdua, kalian tetap datang kesini, mustahilkah pintoo akan menyembunyikan sesuatu"
Hal yang sebenarnya i lah karena muridku yang buruk ini tidak tahu salatan! Lihat saja,
terhadap seorang bocah perempuan seperti itu ia masih suka mengoceh saja!
Bagaimana jika hal itu tersebar luas dan membuat tertawaan orang" Begitulah pintoo
mengisiki dia. Jikalau saudara berdua curiga, baiklah, ia boleh diperintahkan bicara
terus! Lalu ia berpaling pada Tong Thian Tok Liong dan berkata keras: Tolol, lekas kau
bicara pula! Pendekar Yang Berbudi - Halaman 691
yoza collection Tong Thian Tok Liong oleh gurunya telah diberi kisikan supaya tidak bicara terus.
Itulah karena Ku Sin dan Ciauw Hud bersahabat kental dengan Tek Looyacu.
Jika mereka itu mengetahui duduknya hal tentu mereka akan pergi mengangkat
kaki. Kalau mereka pergi saja, masih tidak apa, bagaimana andaikata mereka gusar dan
memilih pihak Keluarga Tek" Bukankah urusan akan menjadi hebat" Namun, ia sudah
menghentikan keterangannya, bagaimana sekarang ia harus melanjutkannya"
Sebagai orang cerdik, si Naga Berbisa pandai berpikir. Segera ia memberi hormat
kepada kedua bhiksuni itu. Sambil tertawa ia berkaia: Locianpwee berdua, harap
Joocianpwee jangan bercuriga. Boanpwee dan anak itu tidak mempunyai persoalan budi
atau permusuhan yang harus dibicarakan.
Sambil berkata begitu, diam-diam Tong Thian Tok Liong melirik pada kedua
bhikshuni itu. Setelah ia memperoleh kenyataan mereka itu tidak mengambil perhatian,
ia terus menoleh kepada Honghu Pek Hee untuk menyarnbungi kata-katanya tadi:
Bocah perempuan, kau dengar biar nyata! Ayah bundamu serta turunan keluarga Tek,
semua telah binasa di ujung jarum Cian Tok Bong hong cian! Siapa pemilik senjata itu,
kau tentu sudah menyelidikinya dengan baik. Karena itu tak dapat aku siorang tua
dapat dosa dengan membebernya, tetapi kau sekarang kau berani menguasai anak
perempuanku untuk memaksa aku, itulah dosa yang pasti tidak ringan, maka jika engkau
ingin mati dengan puas, aku akan berkenan supaya kau menyampaikan atau
mewujudkan keinginanmu itu!
Pek Hee marah sehingga dadanya terasa mau pecah.
Oh, orang tua yang licin dan licik! dampratnya. Memang ayah dan ibuku terbinasa
diujung jarum beracun Cian Tok Bong tak akan terjadi jikalau kau tidak bersekongkol
Oh, kau berani menista aku siorang tua" berseru Tong Thian Tok Liong dengan
gusar sekali. Kau berani menghina aku"
Kata-kata bengis itu diucapkan sehingga memutus kata-kata sinona, terus si Naga
Berbisa maju melompat dua tindak, siap menurunkan tangan mautnya!
Tahan! demikian tiba-tiba terdengar suara yang nyaring. Itulah suara cegahan
sibhiksbuni gemuk. Hatinya Tong Thian Tong Liong cemas. Ia menduga buruk.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 692
yoza collection ENGAN terpaksa ia membatalkan niatnya menyerang, bahkan ia mundur
ketempatnya berdiri semula.
Si bhikshuni tua duduk sejak tadi, tetapi menyusul seruannya itu, mendadak tubuh
gemuknya bergerak atau tiba-tiba ia sudah berdiri diantara si ketua Partai Naga Langit
dan si nona Honghu, ia terus tertawa dan berkata: Disini tidak ada uang tiga ratus tail
perak tetapi kau tanpa disiksa lagi, kau telah membuat pengakuanmu! Sekarang pinnie
tak usah bertanya tegas-tegas lagi sebab musabab atau asal-usulnya semua peristiwa,
pin-nie hanya ingin menanyakan satu hal: Keluarga Tek itu orang macam apa" Kau
katakanlah terus terang. Pertanyaan itu ditujukan kepada Tong Thian Tok Liong. Dalam
hati, ketua partai itu terkejut, akan tetapi pada wajahnya, ia perlihatkan roman tenang
Jawabnya tersenyum: Keluarga itu satu keluarga ahli silat yang di Kang Lam ternama
dan terkenal sekali, tetapi itulah bukan Tek Loo-enghiong yang menjadi sahabat karib
loocianpwee, karenanya, andaikata aku menyebutkannya, aku khawatir loocianpwee
akan tidak mengerti jelas.
Sibhiksbuni gemuk ragu-ragu. Ia tahu, kalau ia terus menanyakan Teng Thian Tok
Liong, orang dapat menyebut nama atau nama-nama palsu, itulah pertanyaan tidak ada
gunanya, maka itu teras ia berpaling kepada Pek Hee.
Nona demikian tanyanya, Tadi kau sebut Tek sie Sam Tay, turunan Keluarga Tek,
siapakah namanya itu" Kau katakan terus terang padaku, pinnie akan memberikan
keadilan kepadamu! Tak usah kau takut takut!
Pek Hee bersangsi. Ia mau percaya sibhiksbuni bermaksud baik namun orang ada
bersama Tong Thian Tok Liong. Mereka adalah orang-orang satu golongan, diantara
mereka mana ada orang baik" Lagipula ia tidak tahu jelas perihal Keluarga Tek itu.
Setelah berpikir, ia berkata keras: Siapa mau kau mencampuri urusan kami" Minggirlah
kau! Tiba tiba si gemuk tertawa nyaring.
'Nona kecil, sungguh besar nyalimu! katanya. Terhadap aku Tay Cu Ciauw Hud pun
kau berlaku galak! Mendengar suara orang. Tong Thian Tok Liong menggunakan kesempatannya.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 693
yoza collection Loocianpwee, katanya, kaulah orang tua yang terkenal, namun anak ini berani
berlaku kurang ajar, ia sungguh harus mati berlaksa kali! Baiklah nanti boanpwee
membereskannya. Berkata demikian, pangcu itu maju .satu tindak.
Hai! terdengar suara Tay Cu Ciauw Hud, atas mana Tong Thian Liong lekas-lekas
mundur pula. Ketika orang terdiam maka dari sebelah kiri mereka, dari dalam rimba, nampaklah
seorang pemuda berpakaian hitam, namun mukanya putih dan tampan, matanya terang
dan jernih, sambil ia bersangsi sejenak, segera ia lari bagaikan angin puyuh sampai
dihadapan nona Honghu. Tay Cu Ciauw Hun melirik pada anak muda itu, terus ia tersenyum. Lalu ia berkata
dengan garang kepada Torg Thian Tok Liong: 'Sebelum pinnie mengetahui dengan jelas
persoalan Tek Loo enghiong maka siapapun tak dapat mengganggu meski hanya
selembar rambut nona itu!
Dengan nona itu , si bhikshuni maksudkan Pek Hee, sedangkan Loo eng hiong
adalah panggilan menghormati jago she Tek yang tua itu.
Tong Thian Tok Liong menganggukkan ke palanya
Ya, loocianpwee, sahutnya, pesan loocianpwee, siapakah yang berani tidak
dengar" Hanya saja.. .
Mata biiikshuni ini bersinar tajam. Melihat itu, ketua Thiat Liong Parg tidak berani
meneruskan kata-katanya, bahkan ia mundur tiga tindak.
Sesudah mengundurkan diri Tong Thian Tok Liong, bhikshuni itu berhadapan
dengan sianak muda, serta merta dia m
ankah kau" Mengapa kau
berani tidak dengar perintahku!
Anak muda itu memberi hormat sambil menyembah, Boanpwee Siangkoan Sun
Siu, sahutnya penuh hormat. Boanpwee datang kesini ingin mencari sumoayku.. .
Sumoay, ialah adik seperguruan wanita.
Mendengar jawaban itu, Tay Cu Ciauw Hud nampak girang. Segera ia berkata: Jikalau
ia adalah sumoaymu, bawalah ia pergi!
Sebaliknya Honghu Pek Hee amat membenci Tong Thian Tok Liong. Iapun meniru
sifat kepala besar Bwee Hoat Soat Lie, gurunya. Sebab itu, begitu mendengar suara
bhikshuni, begitu pula ia melompat, sambil membentak ia menyerang musuh ayah
bundanya itu ! Pendekar Yang Berbudi - Halaman 694
yoza collection Sekonyong-konyong si nona melompat mundur, ia merasakan ada tenaga kuat
menolaknya sehingga ia menjadi heran dan tercengang. Oleh karena ia tertarik keras,
sekaligus ia melompat, mempertahankan dirinya, ia terhuyung-huyung sebelum ia
dapat berdiri tegak ditempat lebih jauh dari pada semula ia berada.
Tay Cu Ciauw Hud tertawa. Katanya pada nona itu: Pinnie berada disini! Tak dapat
aku ijinkan kau bergeser barang sedikitpun!. Turutlah perintahku, untukmu ada baiknya
tidak ada bahayanya! Bila kau masih tetap berlaku, aku tak akan hiraukan lagi urusanmu
Pek Hee sudah marah, wajahnya nampak suram.
Siapa inginkan kau, siluman.. bentaknya
Tak dapat nona ini menjelesaikan kata-katanya! Tiba-tiba Siangkoan Sun Siu
menotoknya sampai roboh seketika juga serta tak sadarkan diri. Setelah anak muda
kita mengangkat tubuh orang dan memanggulnya.
Terima kasih, loocianpwee! katanya pada si bhikshuni gemuk sambil ia memberi
hormat, lalu terus ia melarikan sinona kedalam rimba dari mana ia datang tadi. Bahkan
ia lari terus menuruni gunung, sejauh kira-kira tigapuluh lie. Setelah ia melihat tiada
yang mengejarnya baru ia menghentikan tindakannya.
Maksud pemuda ini adalah menotok siuman Nona Honghu, namun belum sempat
ia melakukannya, mendadak ia dikejutkan oleh suatu bentakan nyaring, yang
membuatnya segera berpaling. Ia melihat tengah mendatangi seorang nona berbaju
hijau serta seorang tua berpakaian hitam. Melihat cara orang berlari lari, Sun Siu
menduga bahwa orang itu bukanlah. orang baik-baik. Mungkin mereka itulah sahabat
sahabat Tong Thian Tok Liong maka ia menggendong pula Pek Hee dan terus dibawa
lari lagi!. Siangkoan Sun Siu menjadi murid kesayangan Hong Hweeshio, si pendeta
angin-anginan, seorang luar biasa dalam dunia Rimba Persilatan, dan dikalangan muda,
ia adalah seorang yang memiliki kepandaian liehay, maka itu ilmu lari meringankan
tubuhnya mahir sekali. Sekali melesat, tidak mengherankan apabila ia lantas lenyap dari pandangan!.
Akan tetapi kali inii, belum lagi ia lari jauh, ia terkejut melihat berkelebatnya. suatu
sinar terang, terus seorang nona menghadang dihadapannya. Ketika ia menoleh
kebelakang, ia melihat siorang tua kawannya nona itu. Orang tua itu berparas buruk
sekali ! Dalam ketakutan, Sun Siu menjadi nekad. Segera ia menghunus senjatanya yang
berkilauan kuning emas, ialan sebuah ruyung panjang berukuran tujuh kaki. Dengan
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 695
yoza collection tangap kanan ia mencekal senjatanya keras-keras dengan tangan kirinya ia memegangi
tubuh Pek Hee agar si nona tak jatuh.
Wanita berbaju hijau itu tertawa dingin. Katanya: Hei, anak kecil yang bernyali
besar! Mengapa siang-siang terang benderang, kau berani menculik seorang wanita"
Kau tak mau memerdekakannya! Awas, jangan]ah kau heran jika nonamu tidak mau
memberi ampun padamu ! Siangkoan Sun Siu ingin benar menolongi Pek Hee. Tak mau ia berdiam lebih lama
di situ. Sebab itu atas kata-kata si nona, ia bukan menjawab, justeru menyerang.
Ia mau buka jalan, agar supaya ia dapat menyingkir pergi.
Kurang ajar! bentak sinona dengan roman bengis. Kau berani melakukan
perlawanan" Ia berkelit dsn lompat kesan piug. Sesudahnya terdengar. 'Serett! ia
menghunus pedangnya serta terus maju menyerang!
Siangkoan Sun Siu geram menyaksikan gerakan pedang nona itu. Orang tak
berkepandaian sembarang. Terpaksa ia berseru, terus ia menggunakan tipu-tipu dari
ilmu silat Hok Mo Pian-hoat, ilmu ruyung Menaklukkan Iblis.
Betapa hebat sinona berbaju hijau itu! Ia menyerang belum lama ketika tiba-tiba ia
melakukan satu tabasan yang membuat lawannya kaget sekali, sebab ruyungnya
kutung! Oleh karenanya lawan itu melompat sejauh lima tindak!
Si nona tidak mendesak, ia hanya berkata: Ilmu silatmu tidak tercela. Sekarang
lekas tinggalkan nona itu disini, akan aku beri ampun padamu!
Senjata yang dirusakkan adalah sesuatu yang paling memalukan dan itu adalah
suatu penghinaan dan Sun Siu belum pernah mengalaminya. Sebab itu halnya sinona
berani berbicara tentang ilmu silatnya.
Ia marah sekali sehingga ia lupa akan akan keadaannya yang kalah angin itu.
Jangan jual lagak! bentaknya. Siapakah yang takut kepadamu "
Si nona tidak lantas memberi jawabannya, ia hanya menoleh kepada sipria tua
yang mukanya jelek sambil berkata: Teng Loojie, kau pergi lebih dulu! Aku ingin
membereskan orang ini, baru aku menyusulmu.
Rupanya mereka itu mempunyai urusan yang penting,
Si orang tua she Teng itu ragu-ragu.
Lebih baik bocah itu kau serahkan kepadaku, agar aku yang membereskannya,
nona! katanya 'Kau sendiri, pergilah berikan bantuanmu disana.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 696
yoza collection Siangkoan Sun Siu mendongkol sekali mendengar pembicararn dua orang itu.
Rupanya ia tak dihargai sama sekali, seperti kambing yang mudah disembelih. Bukan
ia lari menyingkir, sebaliknya ia lompat kepada sinona.
u mencari ajalmu, nona itu membentak melihat orang menyerangnya.
Siangkoan Sun Siu dan bentakan si nona mengakibatkan berkilaunya sinar pedang
disusul dengan suara jeritan kaget dan kesakitan dari si anak muda, yang terus lompat
mundur pula, lalu dari bahu kirinya mengalir darah segar, yang membasahkan
pakaiannya. Kau mau turunkan atau tidak orang itu" pula si nona berbaju hijau sambil
mcnuging-nuding. Belum sempat Siangkoan Sun Siu yang kaget dan heran itu, memberikan
jawabannya, terdengarlah satu suara keras lagi nyaring: Sama-sama orang sendiri!
Janganlah menggerakkan tangan!
Si nona berbaju hijau menoleh kearah dari mana suara itu datang, disana ia melihat
Pui Hui, Kat In Tong lari mendatangi. Ia heran sekali sehingga ia berkata: Terang
penjahat cabul ini s Kat In Tong, yang segera tiba didepan nona itu, tertawa serta berkata: Inilah Kim
Pian Ciok Liong Siangkoan Tayhiap!
Mendengar itu, si nona berbaju hijau nampak kaget benar!


Pendekar Yang Berbudi Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Oh, Siangkoan Toako! serunya. Mengapa Toako tidak segera memberikan
keterangan" Bila aku tidak khawatir melukai Kak Pek Hee, mungkin aku sudah
membunuhmu . . Toako ialah kakak tertua , suatu istilah menghormati.
Pui Hui lantas menjerit ketika ia tiba serta melihat lengan Siangkoan Sun Siu
berlumuran darah. Toako, kau terlukai demikianlah tanyanya. Ah, anak yang mencari ajalmu, sungguh
kau kejam . . . Namun si orang tua bermuka buruk segera menyelak: Janganlah khawatir! Aku si
tua mempunyai obat luka! Siangkoan Sun Siu, yang sebelumnya terdiam saja, segera menaruh tubuh nona
Honghu. Sambil menyeringai ia berkata perlahan: Aku yang muda juga mempunyai
obat luka! Lagi-pula, lukaku tak seberapa. Nah, tolonglah memperkenalkan kita kepada
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 697
yoza collection Kar In Tong tertawa mengejek serta katanya: Adik ini adik In So Ceng, murid
terpandai dan Ceng Khong Seng Nie! Setelah mengucapkannya, ia menoleh kepada si
pria jelek, ia heran serta tertegun.
Si nona berbaju hijau In So Ceng, tertawa dan berkata. Ia adalah Teng Loojie kami!
Siangkoan Sun Siu pun terkejut. Sekarang ia melihat dengan nyata orang tua itu.
Bukankah ini Teng Loocianpwee Tian Tat Kong Kek" katanya.
Kau terlalu memuji, tayhiap, si maka jelek merendah, setelah itu ia menambahkan:
Waktu itu amat berharga bagaikan mustika! Marilah kita cepat pergi ke Ap Cui Kang
menyambut Pek Siauwhiap !
Pui Hui dan Kat Tong kaget bukan kepalang.
Mengapakah dia" tanya mereka bingung.
Segera In So Ceng memberi keterangan bahwa ia telah menerima berita dari Tiat
Tan Kong Kek yang menyatakan Pek Kong menyambut tantangan Tong Thian Tok Liong
Sian Hiauw In sehingga si anak muda dengan lancang menyerbu ke Ap Cui Kang
tulah berbahaya! teriak Siangkoan Sun-siu. Aku baru datang dari sana, mengapa
aku tidak melihat Pek Shatee" Mungkinkah ia dicelakai kaum sesat itu"
Shatee ialah adik yang ketiga.
Semua nona itu kaget sekali, muka mereka nampak pucat. Lekas kita pergi! seru
In So Ceng yang segera mau kabur.
Tunggu dulu! Siangkoan San Siu menghalangi. Tadi sumoay Honghu Pek Hee
berada di Ap Cui Kang, ia tentu mengetahui segala sesuatu.
Cepat Nona Ia berhenti memutar tubuhnya dan melompat kepada Pek Hee, yang ia
lupakan. Segera ia menotok bebas jalan darah si nona itu.
Kak Honghu ! tanyanya, Kak, apakah kau melihat Pek Kong " Pek Hee tak sadarkan
diri pula, namun setelah itu ia menangis tersedu-sedu. Air matanya bercucuran tiada
hentinya, Dia. . . katanya, sambil tergugah, Dia telah tiada lagi . . Begitu dia berkata tiada lagi
begitu nona itu be dan muntah darah, terus ia jatuh pingsan.
Oh In So Ceng menjerit tertahan Ia juga rebah tak sdarkan diri lagi. Kat In Tong
dan Pui Hui menengada:h, keduanya menutupi muka mereka.
Siangkoan Sun Siu pun turut menangis.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 698
yoza collection Sudahlah diam! katanya sambi! membantingkan kakinya. Kalian hanya bisa
menangis saja, apakah faedahnya"
Ya, janganlah kalian menuruti hati, menangis terus. Tiat Tan Kong Khek pun turut
membujuk. Kini harus segera kita membuat nona itu siuman kembali, kemudian baru
kita usahakan pembalasan bagi mereka!
Mendengar jago tua itu, segera tangis Kat In Tong dan Pui Hui reda pula. Pui Hui
lompat pada Pek Hee dan In Tong kepada So Ceng. Berbareng menguruti kedua nona
itu. agar mereka lekas sadar. Begitu mereka siuman, Pek Hee dan So Ceng menangis
pula. Siangkoan Sun Siu pun mengucurkan airmata pula. Pek Kong adalah saudara
angkatnya, bersama-sama mereka sudan bersumpah sehidup semati.. .
Tiat Tan Kong situa juga mengucurkan air mata. Namun karena usianya sudah
lanjut serta berpengalaman pula ialah yang pertama yang dapat menguasai kesedihan
hatinya. Ia mengerti dengan menangis terus menerus juga tiada gunanya.
katanya pada Pek Hee. Loohu ingin menanyakan,
bagaimanakah duduknya perkara maka Pek siauwhiap dapat menemui ajalnya" Tolong
nona terangkan semua itu!
Pek Hee menggigit bibirnya, menguasai kesedihan hatinya. Dengan terputus-putus
Semester Pertama Di Malory 3 Hotel Majestic Peril At End House Karya Agatha Christie Api Di Bukit Menoreh 25

Cari Blog Ini