Pendekar Yang Berbudi Karya Okt Bagian 17
sebab sedu sedannya. Ia menuturkan peristiwa di Ap Cui Cui Kong sampai sebegitu
jauh ia alami dan lihat, karena setelah tertotok ia pingsan dan tak sadarkan diri lagi.
Hanya, akhirnya ia berkata: Angin puyuh itu mencurigakan aku. Mestinya itu adalah
angin buatan manusia! Hanya saat itu aku menyelidikinya pun tak sempat . . .
Tiat Tan Kong Kek menghela napas dalam.
Jikalau bukan untuk sahabatnya, tentu Pek Siauwhiap tak akan mengalami
peristiwa seperti itu . . . katanya.
Siapakah yang ingin ditolongnya" tanya Sun Siu, heran.
Tong Thian Tok Liong mengirimkan surat tantangan kepadanya, sahut si orang tua.
Siangkoan Sun Siu menjadi heran sekali.
Ong Pek Coan" katanya tak habis mengerti. Ia nyata berada di kuil Hoat Siang Sie
ditelaga See Oiw. Hang Ciu! Mengapa ia ditahan pula Tong Thian Tok Liong" Mungkin ini
adalah akal muslihat siorang tua she Sian itu! Ia sudah tahu ia tak sanggup melawan
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 699
yoza collection shatee, akan tetapi sengaja menggunakan saat Leng In Ie su sedang mengadakan rapat
dengan para hantu, ia memakai Ong Pek Coan sebagai umpan pemancing.
In So Ceng marah bukan main, ketika mendengar semua itu.
a membinasakan Pek Kong satu orang, tetapi aku akan binasakan mereka selaksa
jiwa! teriaknya, Dialah manusia paling kejam! Mari kita segera berangkat dari sini!
Pui Hui dan Kat In Tong setuju, mereka melompat bangun. Sabar, berkata
Siangkoan Sun Siu. 'Sakit hati memang harus dibalas, namun jika sekarang pergi kesana,
aku khawatir kita seakan-akan merupakan telur'Fui ! ln So Ceng berteriak dengan sengit. , Disana hanya ada satu Lerg In si siluman
tua yang liehay! Biarkanlah aku saja yang mengadu jiwa dengannya! Kalian
membinasakan Tong Thian Tok Liong si jahat! Mustahilkahh kalian tidak berhasil" . Tidak
beranikah kau" Kata-kata terakhir ini ditujukan kepada Siangkoan Sun siu. Muka si anak muda
nampak merah karena malu. Ia mengerti orang berbicara disebabkan hati panas, maka
ia menjawab dengan sabar: Aku dan Pek Kong adalah saudara angkat sehidup semati.
Keinginanku membalas sakit hatinya tak kalah besarnya dari pada niat kamu sekalian
nona-nona. Kau sendiri dapat melayani Leng In Ie Su.
Namun disaimping rahib itu, masih banyak pula kawan-kawan lainnya yang liehay,
umpamanya dua orng bhikshuni yang dihadapan rahib siluman itu berani membentak
bentak Tong Thian Tok Liong. Aku kira mereka tak kalah liehay dari pada sirahib tua.
Apakah kedua bbikshuni itu yang dimaksud satu gemuk dan satu kurus" Tiat Tan
Kong Kek menyelak Bukankah yang satu berwajah riang dan yang lainnya tampak
suram seakan akan Si bhikshuni gemuk rupanya telah memiliki
tenaga dalam luar biasa istimewa. Dua kali Kak Honghu menyerang Tong Thian Tok
Liong, bahkan kedua kalinya ia ditolak mundur . .
Ya, Pek Hee membenarkan. Ketika itu akupun heran sekali sebab aku bagai
terhadang tembok yang sangat kuat! . .
Tiat Tan Kong Kek menghela napas.
Kedua bhikshuni luar biasa itu, katanya pula, adalah Ku Sin dan Ciauw Hud dari
India. Kelihayan mereka tak ada bandingannyai Sukar sekali melayani mereka kecuali
Leng Jie Yu serta Seng Nie sendiri yang turun gunung. Siangkoan Tayhiap benar. Untuk
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 700
yoza collection menolongi orang, lebih cepat lebih baik! Namun membalas sakit hati, janganlah kita
tergesaIn So Ceng terdiam.
Bagaimanakah aku harus mengundang guru"' pikirnya.
Kat In Tong merasa kurang puas, sebab itu segera ia hampiri Siangkoan Sun Siu
serta bertanya: Toako, menurut kau, kapan kita baru dapat menuntut balas"
Perihal menumpas Thian Liong Pang, menyahut Sun Siu, yang memberikan
keterangannya, sudah berapa bulan itu aku mondar-mandir mengunjungi berbagai
partai, menjumpai beberapa pemimpinnya serta minta bantuan mereka, kini aku sudah
berhasil memperoleh janji: Ada dua hal yang berhubungan satu dengan yang lain.
Asalkan salah satu dapat ujudkan, maka tinggallah dilakukan pengangkatan
pemimpinnya, segera kita akan mulai menyerbu Thian Liong Pang. Nah, saat itulah
pembalasan kita! Apakah dua hal itu" tanya Pui Hai, yang ikut pula berbicara.
Siangkoan Sun Siu menghela napas dulu, lalu ia jawab dengan sabar: Dua hal itu
merupakan dua soal yang sederhana.
Setiap orarg juga mengetahuinya, hanya tanpa bukti, semua partai tidak mempunyai
alasan untuk turun tangan. Yang pertama yaitu bukti dari keinginan Tong Thian Tong
Liong menelan kekuasan kaum Rimba Persilatan agar dialah menjadi jago tunggal.
Nomor dua ialah bukii dari hal bahwa dia telah membunuh gurunya sendiri
Mendengar semua itu. Tiat Tan Kong Kek hanya dapat menggeleng-geleng kepala.
katanya. k memperoleh kedua bukti itu tentu
kita harus bersusah payah dulu serta sabar menanti.. 'Siangkoan Suheng, tiba-tiba Honghu Pek Hee tanyakan Siangkoan Sun Siu,
Sungguhkah Ong Pek Coan berada di Hang ciau"
Sun Siu mengangguk. oleh OuwYam Nio dan Ho Tong, katanya.
belum aku datang kesini, lebih dulu aku sudah minta pendeta kepala dari Hoat Siang
Sie untuk merawatnya dengan hati-hati supaya ia tak sampai lenyap pula.
Cukuplah bila demikian balnya !
Sekarang marilah kita pergi
menyerbu Thian Liong Pang sekalian membuktikan kenyataan tentang diri Pek Kong
pribadi dan aku pula! ' Kak, tanya In Tong, apakah kakak maksudkan Ong
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 701
yoza collection Ya, sahut Pek Hee sambil mengangguk. Ia adalah satu-satunya murid ayahku
almarhum. Tentu ia mengetahui sebab musabab tentang meninggalnya ayah bundaku!
Bila tidak untuk apa Tong Thian Tok Liong menawan dan mengurungnya"
moay kata Siangkoan Sun Siu, tetapi tak dapat ia melanjutkan
kata-katanya, sebab ia melihat mata Pek Hee menjadi merah serta mengucurkan air
mata. In Tong dan Pui Hui terdiam. Mereka sangat terharu dan berduka cita sangat.
Bahkan In So Ceng menangis keras-keras.
Sungguh Tiat Tan Kong Kek tak habis mengerti melihat semua nona menangis,
lebih-lebih In Su Ceng, yang nampak sangat muram dan berduka.
Jika Ong Pek Coan berada di Hangciu, marilah kita segera pergi kesana! katanya
kemudian. Pada tempatnya bahwa saksi itu harus dilindungi!
Itulah benar, semua nona insaf, lalu mereka berhenti menangis.
Segera mereka berangkat. Nona-nona itu menangis! Tiadakah air mata mereka sia-sia belaka"
Marilah kita saksikan! Pek Kong sudah tercebur kesungai, tubuhnya segera digulung mata air. Ia pingsan
tak tahu apa yang terjadi dengan dirinya. Sudah tentu, iapun tidak mengetahui berapa
lama ia tak sadarkan diri itu. Hanya mendadak saja ia merasakan tubuhnya dingin
sekali, sehingga ia kaget dan terkejut. Segera ia membuka matanya. Ia tak dapat melihat
apa-apa kecuali gelap gulita disekitarnya. Setelah ia mengawasi sekian lama, samarsamar ia mendapatkan tubuhnya diatas sebuah batu karang dan separuhnya masih
terpendam air. Dalam kagetnya ia bangkit, naik keatas batu karang itu dan duduk. Lalu
ia pun berpikir. lah perkiraannya. Begitu ia
teringat pengalamannya, bagaimana ia menggempur musuh, dan roboh sebab, sudah
mengadu kekuatan dengan Tong Thian Tok Liong, ia pingsan dan tak sadarkan diri pula
Mengapa saat ini aku berada disini"
Tak dapat pemuda ini memikirkan peristiwa apa yang sebenarnya telah terjadi.
Dengan berada sendirian, Pek Kong dapat berpikir lebih jauh. Ia lalu ingat setelah
bertempur, tenaga dalamnya terasa berkurang. Kini aneh, ia mendapatkan dirinya sehat
kembali, bahkan lebih segar dari pada biasanya,
Mengapakah demikian " tanyanya pada diri sendiri.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 702
yoza collection Berpikir lebih jauh, Pek Kong mau menduga bahwa Sian Hui Sim sudah
menolongnya sehingga ayah sinona mau mengurungnya dalam penjara air itu.
Baiklah aku bersabar, pikirnya. Sebentar tentu ada orang mengantarkan makanan
kepadaku dan akan aku minta keterangan padanya.
Sambil duduk diam, sambil berpikir, Pek Kong pun bersemadhi, mengatur
pernapasan serta tenaga dalamnya. Selama itu, ketika ia tidak melihat sesuatu,
telinganya mendengar suara air mengalir tak hentinya, kemudian ia mulai merasa lapar.
Sebab itu, melihat pula ke sekelilingnya.
Setelah sekian waktu berdiam ditempat gelap itu, lama kelamaan Pek Kong menjadi
biasa lagi. Dikakinya ada air, dikedua sisinya ada dinding. Ia percaya, bahwa itu
bukankah dinding buatan manusia. Lalu bagaimana "
Meneliti lebih jauh, anak muda itu meneliti sebuah lobang besar diatas kepalanya.
Hanya entah berapa tingginya lubang itu! Untuk mengetahui, ia segera bangun berdiri,
terus menjejakkan kaki ditanah, lalu berlompat naik mengapungkan diri.
Kiranya ia dapat menginjak suatu landasan yang membawanya pada sebuah
terowongan gelap. Dengan berani namun hati-hari sekali ia bertindak maju menyelusuri
terowongan itu. Ia terkejut, akan tetapi dengan hati lega, sebab heran, sewaktu matanya
melihat satu cahaya terang. Sebab ia sudah tiba di ujungnya terowongan, yang
merupakan mulutnya, atau mulutnya gua. Memandang kemuka ia melihat sebuah
pantai terbuka! Ha! ia menghela napas lega. Angin bertiup keras serta dingin.
Setelah sekian lama mengawasi kemuka. Pek Kong menjadi berpikir keras. Ia hanya
melihat langit yang luas, laut dengan gelombang mendamprat pergi datang.
Ah! katanja dalam hati. Karena ingin tahu ia berada dimana, Pek Kong mendaki puncak. Setelah tiba diatas,
ia merasakan hatinya terbuka!
Ia sudah lantas memanjat sebuah pohon yang paling besar lagi tinggi dan dari situ
ia mendapat kenyataan bahwa ia berada di sebuah pulau, ya, pulau kosong . .
Tamatlah aku . . pikirnya, kaget sekali. Disini tak ada seorang juapun, juga tidak ada
perahu! Bagaimana aku menyebrangi laut"
Pek Kong mahir dalam ilmu meringankan tubuh yang paling sempurna. Iapun dapat
berjalan dipermukaan air, namun itu hanya dalam jarak pendek, bukan dilaut bagaikan
tak berujung pangkal itu . .
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 703
yoza collection kemana sekarang akan harus pergi" demikian pikirnya.
Sang perut yang lapar juga mengganggu anak muda ini. Disitu tak tampak makanan
apa juga, tidak pula binatang kelinci atau burung, Sesudah berpikir agak lama dengan
bingung, ia teringat bahwa untuk menahan lapar, ia perlu mencari ikan. Bukankah ia
berada ditepi laut" Dengan pedang Kim Liong Kiam, Pek Kong menebas cabang pohon. Ia memotong
dan merautinya, sehingga ia dapat membuat kaitan mirip pancing.
Iapun mengambil sebatang rotan dan menggunakannya sebagai tali. Sebagai
umpan pancing, ditepi pantai itu ia dapat menangkap beberapa ekor ikan kecil.
Usaha itu, dengan penuh sabar, dapat memberikan hasil. Beberapa ekor ikan telah
terkait. Dengan menyalakan api, yang didapat dari kedua batu yang digosokkan satu
sama lain, ia menyalakan api unggun dari rumput dan kayu kering. Ikan dibakar serta
dimakan begitu saja, tanpa garam atau kecap. Untuk istirahat ia mencari sebuah gua
dimana ia tidur sesudah mulut gua ditutupnya.
Hebat penderitaan si anak muda. Siang dan malam ia menantikan pertolongan,
namun tetap tilak berhasil. Tak pernah ada perahu yang lewat atau mendatangi pulau
itu, yang iapun tidak mengetahui namanya. Sungguh pulau itu kosong, sebab ia tidak
melihat seorang lainpun disitu.
Kecuali mencari ikan, setiap hari Pek Kong menjelajahi pula sehingga ia telah
mengelilingi seluruhnya. Dengan demikian, dua bulan lamanya ia berada disitu. Ia hanya
melihat pohon-pohon rotan dan pohon kayu yang sudah tua.
Ia merencanakan membuat perahu, untuk berlayar meninggalkan pulau itu. Tetapi,
sebaliknya ia pikirkan pula, untuk apakah itu" Disana ada banyak budi dan permusuhan,
di sini sunyi tenang . . .
ankah lebih baik aku menetap disini saja" demikian pikirnya.
Pada suatu hari, tengah ia memancing dan memandangi laut, tiba-tiba nampaklah
olehnya sebuah perahu layar sedang mendatangi pulau itu. Ia heran! Mula-mula ia
menyangka sekawanan perampok. Sebab itu cepat-cepat ia menyimpan pancingnya,
terus melompat ke atas pohon, mengintai sambil menyembunyikan dirinya.
Tak lama kemudian, sampailah perahu itu ditepinya. Sebuah perahu yang besar.
Tampak ketiga orang keluar dari perahu itu.
Pek Kong dapat melihat dengan tegas, ia heran serta terkejut! Karena ia kenal ketiga
orang itu: Im Yang Toojin bersama Ciong Thian Auwcu dan Thian hud ciang Ie Yang!
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 704
yoza collection Ah, apakah yang mereka inginkan" Mau apakah manusia-manusia jahat itu datang
ke sini" demikianlah pikirnya.
Ketiga orang itu turun dari perahunya, terus mendarat.
Pulau ttu pulau kosong akan tetapi mereka bicara kasak-kusuk. Setelah itu Im Yang
Toojin dan Ciong Thian Auwcu berjalan terus ke sebelah timur, mereka berlari-lari
dengan tindakan kecil. Ie Yang ditinggalkan menanti di pantai.
Pek Kong terus menanti. Ia sudah merencanakan membekuk Ie Yang, iapun berpikir
pula, lebih baik ia tunggu Im Yang Toojin kembali, mungkin mereka berdua dapat
memceritakan lebih banyak keterangan. Ia tak gentar terhadap mereka itu.
Lewat kira-kira setengah jam, Im Yang Toojin berdua sudah kembali. Mereka
nampak girang sekali. Dari jauh sudah terdengar tawa mereka.
Ie Yang menyambut dengan girang. Berhasilkah" demikian sapanya sambil
menghampiri. Ciong Thian Auwcu menunjukkan kantong kuning di punggungnya.
lah" sahutnya tertawa,
Semua sudah lengkap. Im Yang Toojin pun ikut bersuara. Tinggal si angin timur,
karena obatnya semua sudah sedia, maka sakit kaki Hong Hwee si kepala gundul akan
dapat disembuhkan. Dengan demikian akan tibalah saatnya diwaktu mana kita semua
akan mengalami m Ciong Thian Auwcu tertawa katanya:
dah bersusah-payah ada juga hasilnya,
hanya aku khawatir Liong-yan-coh kalah mustajab dari pada Pek-houw-tha. Atau ilmu
pengobatan dari Tay Cu Ciauw Hud kurang sempurna. Pikirlah baik-baik, mengapa ia
mencoba dahulu dengan berbagai obat lainnya lalu baru kini ia menyarankan kita
mencari obat Liong-yan-coh itu"
Pek Kong menangkap semua pembicaraan itu, ia girang bukan main.
Terima kasih atas petunjukmu katanya dalam hati. Pek Kong juga membutuhkan
Liong-yan-coh! Segera anak muda ini berpikir lebih baik ia rampas obat Liong-yan-coh, obat rumput
Liar Naga, atau ia mencarinya sendiri. Bertepatan dengan itu Im Yang Toojin yang liehay
telah menangkap suara berkeresek diatas pohon. Ia mengangkat kepalanya, mengawasi
keatas sambil menegur dengan bengis: Tikus dari mana mengintai diatas pohon" Lekas
turun. Pendekar Yang Berbudi - Halaman 705
yoza collection Pek Kong tertegun. Memang pohon dimana ia bersembunyi terpisah tidak jauh dari
mereka. Hanya ia tidak menyangka si rahib mempunyai telinga demikian lihay.
Ah, aku ketahuan.. . pikirnya. Maka ia anggap baik ia tak usah bersembunyi lebih
lama pula. Pada saat ia ingin menlompat turun, tiba-tiba. Srett , dan tampaklah olehnya
sesosok tubuh kecil langsing lompat kebawah dari sebuah pohon lainnya dan segera
dapat diterka ialah seorang wanita.
Begitu orang menjejaknya kaki di tanah, Pek Kong melihat seorang nona bersanggul
tinggi pakaiannya ringkas, membawa pedang pula! dan mukanya tertutup dengan tutup
muka imam. Nona itu melompat ringan sekali dan tepat ia berdiri dihadapan Im Yang
Toojin sejauh dua tombak Apakah yang kau lakukan di atas pohon" Im Yang Toojin menegur dengan bengis.
au mengakulah baik baik. Orang bertopeng itu tertawa dingin. Ia tak menjawab hanya menunjuk kantong
kuning dipinggang Ciong Thian Auwcu si Elang Menyerbu Langit, cepat ia menggerakgerakkan kedua belah tangannya, memberi isyarat bahwa ia minta kantong itu . .
Anak bisu! berkata Ciong Thian Auwcu, yang tertawa terbahak-bahak, nadanya
aneh. , anak bisu, kau salah pikir. Aku Ciong Thian Auwcu, sejak aku dilahirkan, aku hanya
minta barang orang, tak pernah orang meminta sesuatu padaku! Kaupun telah bertemu
dengan kakek moyangmu. Orang itu mengenakan topeng, tak dapat orang melihat perubahan air mukanya,
namun dari cara ia membanting-bantingkan kakinya serta menggerakkan lengannya,
orang tahu bahwa ia marah sekali.
Ciong Thian Auwcu tertawa dan berkata pula: Aku Kat Hiong Hui hari ini kurang
beruntung, syukur aku telah bertemu denganmu, anak bisu! Namun tak apalah, tunggu
sebentar aku ajar adat padamu!
Kata-kata jago rimba hijau itu ditutup dengan satu lompatan menyerang, tangan
kanannya diluncurkan dengan lima jari jemarinya terbuka bagai kaitan ingin
Pendekar Yang Berbudi Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mencengkaram orang. Tapi . .
Aduh! demikianlah ia menjerit, tubuhnya terpental mundur dan roboh terguling.
Sedangkan kantong kuning dipinggangnya sudah berpindah ketangan sinona bisu!
Sebaliknya nona itu segera membuka tangannya yang tergenggam. Lalu dari situ
terjatuhlah berserakan lima jari-jemari berdarah dari Orang she Kat itu. Kemudian
dengan meletakkan kantong kuning dibahunya ia berdiri tegak mengawasi kedua jago
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 706
yoza collection Kat Hiong Hui mempunyai kepandaian Eng Jiauw Kang, Kuku Garuda, lima buah jari
jemarinya dapat dipakai menjambret pecah barang besi dan batu. Sebab itu
kepandaiannya sangat diandalkan, tidak disangka-sangka sekarang ia justeru roboh
ditangan si nona tak dikenal ini!
Bagus! seru Pek Kong dalam hati. Ia mengagumi nona yang tak dikenal itu. Im
Yang Toojin kaget bukan main, ia pun amat marah.
He, anak bisu, mengapa kau melukai orang" tegurnya. Rupanya si nona bukan bisu
benar-benar, sebab atas teguran, tiba-tiba ia memperdengarkan bentakan sengit: Fui!
lalu ia memutar tubuhnya serta pergi dari situ. Ia melangkah perlahan-lahan.
Bukan main gusar si rahib, mukanya menjadi merah. Dengan satu gerakan tubuh,
ia melompat jauh melewati nona itu. Setelah itu ia berbalik dan menghadangnya.
, kau mau pergi secara begini liciknya" tegurrya. 'Tidak mungkin! Si nona
bertopeng tidak menjawab hanya mendadak ia menghunus pedangnya terus menabas
si rahib! , Anak kurang ajar! bentak Im Yang Toojin marah, namun ia berkelit dengan cepat.
Lengan kebutannya terus ia berbalik menyerang, sebab ia menggunakan tipu silat Tat
Sie Kay Hoa Bunga Pohon Besi Mekar. Semua ujung yang tajam dari kebutan menusuk
kearah si nona tak dikenal itu, menusuk dengan cara totokan pada jalan darah! Sasaran
tepatnya ialah lengan kanan nona itu.
Si nona menggeser tubuhnya sambil pedangnya ditarik kembali, setelah itu
membalikkannya untuk menabas pula!
Im Yang Toojin membalikkan tangannya menangkis tabasan itu, ingin ia melihat
pedang lawan. Lepaskan tanganmu! serunya. Ketika itu. iapun mengerahkan tenaga dalamnya.
Hm! si nona memperdengarkan ejekannya sambil ia meneruskan membuat dua
gerakan. Pedangnya yang terlibat kebutan itu ditolaknya, sedangkan tangan kirinya
tangan kosong dipakai menyerang si rahib.
Kesudahan pertempuran itu adalah dahsyat! Im Yang Toojin terpukul mundur satu
tombak lebih, kebutannya terbabat putus dan terbang berhamburan! Si nona sebaliknya
hanya terhuyung kebelakang tiga tindak, setelah itu ia dapat berdiri tegak pula. Diamdiam Pek Kong memuji si nona, yang hebat ilmu silatnya itu.
Bukan main marah Im Yang Toojin karena kegagalannya itu, sehingga mukanya
yang memangnya belang, menjadi berwarna tidak keruan. Anak kurang ajar! ia
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 707
yoza collection mendamprat pula. Nah kau rasakan obat Tha It le Sin San dari rahibmu ini! ia
menyerang dengan meluncurkan kedua belah tangannya!
Pek Kong tertegun mendengar si rahib menyebut nama obatnya itu sehingga ia
lompat dan pohon tempat persembunyiannya sambil berseru: Nona, awas! Ia pun lari
memberikan bantuannya. Si nona heran mendengar suara orang yang begitu tiba-tiba. Justeru itu datang pula
serangan si rahib. Anginnya terus menyambar padanya. Sebelum ia dapat berbuat apaapa, hidungnya sudah mencium sesuatu yang berbau, sia-sia saja ia menyampok,
segera ia roboh tak sadarkan diri.
Im Yang Toojin juga mendengar suara orang, bahkan ia lantas mengenali anak
muda kita. Semula ia terkejut, namun secepat kilat ia melompat kepada si nona
bertopeng, serta mencekal lengannya. Inilah sebab ia sudah mengerti bahwa mereka
bertiga bukanlah lawan anak muda itu. Ia tertawa dingin dan mengancam si anak muda:
Kalau tuan menggunakan kekerasan, cinjinmu akan menghabisi dulu jiwa nona ini! .
Cinjin adaiah panggilan untuk rahib Agama Too yang telah mencapai tingkat
kesempurnaan agamanya sehingga ia tidak dikuasai lagi oleh apa yang dilihat, didengar
dan dirasakannya. Pek Kong mengerti nona itu terancam bahaya. Ia menyesal bahwa ia telah datang
terlambat. Ia dapat mengerti pula karena si rahib berada lebih dekat pada si nona. Ia
tidak maju lebih jauh hanya ia tertawa serta bertanya: Rahib siluman, mau apakah
kau" Im Yang Toojin menjawab dengan tenang namun keras sifat kata-katanya. Jikalau
cinjin kau tidak mengamguni jiwa nona ini, tuan tentu tidak akan mau sudah saja!
Bagaimanakah jika kita membuat perjanjian secara orang budiman"
Pek Kong marah. Bentaknya: Kau menawan orang, bagaimana kita dapat bicara
dari hal perjanjian secara orang budiman"
Kau keliru tuan! ketasi rahib, sambil tertawa. Kau harus mengetahui, bahwa selagi
perang berlangsung orang tak memperdulikan perbuatan curang! Tanpa cinjinmu
menguasai dulu nona ini bagaimana kau mau membuat perjanjian denganku" Oleh
karenanya akulah yang harus mengajukan syarat perjanjian itu!
Pek Kong mendongkol bukan main, namun ta tak dapat berbuat lain. Kau
sebutkanlah! katanya sengit.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 708
yoza collection Sengaja Im Yang Toojin mencekal keras-keras tangan si nona sehingga dia menjerit
perlahan, sesudahnya dengan sabar ia berkata : Syarat yang pertama ialah cinjinmu
akan mengampuni jiwa anak ini, setelah itu kita boleh saling mengganggu!
Pek Kong melihat tubuh sinona bergetar, tahulah ia bahwa orang sudah terkena
racun si rahib. Kini lebih dulu kau bebaskan si nona dari racunmu! katanya. Dengan demikian
dapatlah kita berbicara, Matanya Im Yai.g Toojin berputar.
Baiklah! jawabnya kemudian. 'Inilah janji kita! Segera ia lemparkan kebutannya
yang kutungannya terus dimasukkan kedalam sakunya, kemudian ia mengeluarkan
sebutir pil. Segera ia ingin memasukkan itu kedalan mulut sinona. Untuk melakukannya,
tubuhnya dibungkukkan. Tunggu dulu! cegah Pek Kong, yang melihat wajah orang berubah luar biasa.
Im Yang Toojin tertawa. Asalkan sebutir pil ditelan, penyakitnya segera sembuh!
katanya. Aku tanggung ia akan tetap hidup.. .
Tak dapat si rahib melanjutkan perkataannya itu. Tiba-tiba saja ia merasakan
punggungnya tertekan kuat-kuat, sebab Pek Kong telah menaruh jari jemarinya diatas
punggungnya. Untuk mencegah sipemuda melompat dengan kecepatan luar biasa
kebelakang orang. Sambil tertawa, Pek Kong berkata: 'Inilah dia yang dikatakan, diwaktu perang orang
orang tidak memperdulikan perbuatan licik! Rahib siluman, kau sudah menelan katakatamu seudiri! Katakanlah segera, kau mau berikan
Jikalau bukan obat pemunah racun apala
Pek Kong tertawa pula. 'Aku tidak percaya obrolanmu! katanya Sekarang begini
saja. Kau keluarkan lagi sebutir pilmu yang sama seperti pil ini. Lalu kau berikan satu
kepada si nona dan kaupun berbareng menelannya. Sesudahnya barukah kita berbicara
pula. Im Yang Toojin hanya menyerangai saja. Tuan terlalu berhati-hati! katanya. Akan
tetapi tak mengapalah! Ia mengeluarkan pilnya dan diserahkan kepada Pek Kong. Ia
tertawa dan berkata. Tuan, periksalah! Kau boleh menciumnya, kelak kau dapat
membuktikannya sama atau tidak!
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 709
yoza collection Pek Kong menyambuti, ia menciumnya. Baunya benar sama. Segera ia
mengembalikan obat itu pada si rahib, menyuruh dia menelannya. Ia sendiri menolong
si nona. In Yang Toojin menelan obat itu, tampaknya tak ragu-ragu.
Masih sianak muda curiga, ia tertawa dan berkata: Rahib siluman, tunggu dulu!
Janganlah kau harap dapat menipuku! Bagaimana jika kau makan obat yang sifatnya
lunak, setelah kau berlalu dari sini, kau makan pula obat pemunahnya" Bukankah itu
berarti nona ini sia-sia saja mengantarkan jiwanya. Kini, baiklah kau tunggu dulu
sebentar ! Kau tunggu sehingga si nona sadar kembali, sesudahnya baru kau pergi.
Untuk itu masih banyak waktu !
Berkata demikian, Pek Kong menyodorkan dua buah jeriji tangannya mengancam
akan menotok. gga mukanya pucat pasi. Jangan! teriaknya kelabakan.
Pek Kong tertawa dan berkata pula: Bila ak u menginginkan jiwamu, rahib siluman,
itulah mudah! Aku dapat membinasakan kau, lalu aku periksa bajumu, untuk
mendapatkan obat pemunah itu! Namun aku adalah laki-laki sejati, tidak mau aku
memperdayaimu ! Jadi orang budiman masih tetap berlaku! Sebab itu keluarkanlah obat
pemunahnya! Rahib itu menjadi lesu, segera ia mengeluarkan sebuah botol kecil.
Inilah! katanya. Obat tadi adalah obat beracun bersifat lunak, walaupun demikian,
jika kau menotokku, cinjinmu segera akan mati sungguh-sungguh..Pek Kong menatapi orang tajam, sehingga ia menduga si imam tidak berdusta lebih
jauh. Segera ia mengeluarkan dua butir obat dan memasukkannya kedalam mulut si
nona setelah itu ia menantikannya.
Lewat sekian lama, berhentilah gemetar tubuh nona itu.
Melibat demikian, Pek Kong mengembalikan botol obat orang sambil berkata:
Sekarang, pergilah kau segera! Jika lain kali kau main gila pula terhadapku, hati-hati
ya! Begitu ia bebas, sirahib lompat kebelakang beberapa tombak, terus ia memutar
tubuhnya, sambil tertawa licik, ia berkata: Kau juga hati-hatilah! Masih belum diketahui,
menjangan akan binasa ditangan siapa! Semoga, tuan kepalamu akan tetap berada
pada batang lehermu, agar cinjinmu mudah mengambilnya!
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 710
yoza collection Ketika itu Ie Yang sudah mengangkat tubuh Kat Hiong Hui keperahunya. Iapun
sudah siap berlayar pula, maka Im Yang Toojin berlari cepat keperahunya.
Tahan! tiba tiba Pek Kong berseru. Tubuh nya mencelat dan melewati rahib itu,
untuk dirintanginya. Im Yang Toojin kaget sekali.
Mau apa, anak" tanyanya. Apakah kau ingin merusak kepercayaanmu" Apakah
kau tida Wajah si rahib nampak pucat, namun ia tetap tertawa.
Lalu, bagaimana" tanyanya: kau merintangi aku pula"
Aku ingin tanyakan kau tentang isi kantong kuningmu! kata Pek Kong sambil
menunjuk. Apakah itu Liong-yan-coh"
Oh!' si rahib terkejut Segera ia menambahkan: 'Dalam gua Naga Kunirg, semua
Liong-yan-coh sudah habis dimakan dua ekor ular berbisa. Sebab itu Cinjimnu telah
mengobral banyak Thay It Ie Sin San dan telah membinasakan dua ekor ular itu. Setelah
memeriksa keseluruh gua, barulah kami menemukan sekantong Liong-yan-coh ini! Kau
memegat aku, apakah kau ingin merampasnya"
Wajah Pek Kong menjadi merah.
Kau mengoceh! bentaknya. Aku hanya ingin minta sedik.it saja!
Mendadak rahib itu tertawa nyaring.
Obat mujarab semacam ini bagaimana boleh diberikan kepada orang lain dengan
cuma-cuma saja" katanya.
Pek Kong berpikir. Bagaimana jika aku menukarnya dengan barang lainnya tanyanya. Dapatkah"
Im Yang Toojin menatapi muka orang. Mengertilah ia bahwa orang membutuhkan
sangat obat itu. Maka ia pura-pura ragu-ragu. Lalu tanyanya: Untuk apa kau
memerlukan Liong-yan-coh" Dan, dengan barang apa kau ingin menukarnya"
Pek Kong mengeluarkan Kim Liong Kiam, pedang Naga Emas. Ia kibaskan itu.
Mengenai persoalanku dengan daun itu, tak usahlah kau tanyakan! sahutnya kasar.
'Bagaimana jika aku menukar separuh isi kantongmu dengan pedang ini"
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 711
yoza collection Im Yang Toojin mengawasi pedang itu. Ia kenali dan mengetahui hal ihwalnya. Ia
tertawa. Kim Liong Kiam memang pedang mustika, katanya kemudian, 'hanya, bila pedang
itu berada ditangan Cinjinmu. aku bakal menjadi penasaran tanpa dapat dijelaskan!
Pedang itu milik Tong Thian Tok Liong! Jika kini tuan memakai pedang itu sebagai alat
penukar, kemudian orang melihatnya ada padaku, bukankah aku bakal dituduh telah
mencurinya" Menjadi perampok mudah dilakukan, akan tetapi menjadi maling cilik,
itulah nama buruk yang tak dapat dideritanya.
Pek Kong tidak puas. Kata-kata si rahib bagai cacian tak langsung terhadapnya. Si
rahib seperti mau mengatakan ia memperoleh pedang itu dari mencuri . . .
Jangan kau sembarangan berkata-kata, tegurnya. Orang sudah menghadiahkan ini
padaku! Sesungguhnya kau tidak bersangkut paut di dalam hal ini!
Im Yang Toojin menggeleng-gelengkan kepalanya.
Tak perduli itu diperoleh secara halal atau tidak atau sebagai hadiah, cinjinmu, tak
dapat menerima itu! katanya kasar. Segera ia bertindak melalui si anak muda, berjalan
terus ke pantai. Pek Kong bingung juga. Mencegah salah, tidak mencegah iapun takkan memperoleh
obat itu. Orang tidak bersedia menukar barangnya, tak dapat ia memaksa orang itu.
Sebaliknya, jika orang itu sudah pergi, tak ada kemungkinan lagi baginya memperoleh
pohon itu. Dan itu artinya penyakit Ong Pek Coan takkan dapat disembuhkan, atau yang
paling hebat, akan tetap gelaplah rahasia yang meliputi asal-usulnya.
Dengan demikain juga sebab musabab kematian Paman Houw akan merupakan
rahasia yang tidak terungkapkan.
Setelah berpikir lebih lanjut, sianak muda teringat baiklah ikuti imam itu, untuk
menanti berlalunya waktu satu hari, baru ia berusaha pula. Saat itu, ia merampasnya
pun boleh, sebab saat perjanjian mereka hari itu sudah lewat. Akan tetapi ketika ia
mengangkat matanya memandangi Im Yang Toojin, dia itu sudah tiada dipantai dan
segera melompat ke atas perahunya, lalu berlayar pergi.
Tepat waktu itu, Pek Kong pun kaget. Bagaimana dapat ia mengikuti orang " Orang
itu naik perahu! Mengapa ia demikian pelupa " Tanpa perahu ia tak dapat meninggalkan
pulau itu! Tas lama kemudian, ia teringat pula akan hal lainnya. Tentang sinona bertopeng itu!
Bukankah sinona berada bersamanya dipulau ini" Teringat sinona. Pek Kong segera
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 712
yoza collection memutar tubuhnya. Cepat ia menghampiri nona itu. Ketika itu sinona senang duduk
bersila. Nona bagaimana dengan lukamu" tanyanyaNona bertopeng itupun aneh. Ia tidak menjawab hanya dengan tangannya ia
menulis di tanah; Aku sudah sembuh
Si anak muda tercengang. Bagaimana nona dapat data
tanyanya pula. Bertepatan orang bertanya demikian, tiba-tiba si nona bangkit berdiri, terus
melompat keatas pohon, berlari-larian dengan menggunakan Keng Sin Kang, ilmu
meringankan tubuh, dengan cekatan sekali.
Semula Pek Kong tercengang tapi segera ia lompat menyusul. Ia sadar dalam
sedetik. Ia melihat nona itu sampai didepan sebuah gua. Dari dari dalam dia menarik
keluar sepasang papan serta melemparkannya ke laut, terus dia lompat menginjak
papan itu, serta menyusur pergi!
Oh seru si anak muda, terkejut berbareng kagum. Kau dapat, aku pun bisa! Tanpa
membuang waktu lagi, Pek Kong menghampiri sebuah pohon kayu, menabas sepotong
cabang yang besar dan panjang berukuran tujuh atau delapan kaki, lalu ia kutungi
menjadi dua. Sesudahnya, ia membabati oyot-oyot rotan, membuat semacam papan
seperti milik si no.i tadi Ia bekerja dengan sebat, segera selesai dan dilain sait ia pun
sadah menyusuri laut seperti nona itu! Akan tetapi ia tidak menyusul si nona, namun
mengikuti perahu layar Im Yang Too jin. Incarannya ialah Liong-yan-coh!
Pek Kong seakan-akan sudah melupakan nona tadi. Menghadapi wanita, ia sudah
merasa kan pahit getirnya. Disana ada beberapa nona yang membuatnya pusing. Yang
terakhir adalah soalnya In So Ceng dan Honghu Pek Hee, semua yang iri hati satu sama
lain, membuat hatinya tawar.
Belum lagi soal Sian Hui Sim, puterinya Tong Thian Tok Liong Sian Hiauw In ketua
Thian Liong Pang, Partai Naga Langit. Ia adalah puteri seorang pemimpin kaum sesat
namun ia baik hati terhadapnya. Beberapa kali ia sudah menolongnya, sehingga budinva
bagai budi orangtua atau Paman Houwnya. Hanya sayang ia puterinya Hiauw In,
sehingga hal membuat sulit kepadanya.
Selama menyusul perahu Thian Liong Pang, Pek Kong kadangkala menengok
kearah sinona bertopeng. Semula ia masih dapat melihatnya dengan tegas, lalu samarsamar nona ia hilang lenyap bagai ditelan gelombang. Ketika itu sorepun mulai tiba. Ia
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 713
yoza collection sudah berada dekat dengan perahu besar yang dikuntit itu. Dilain pihak, didarat, ia
melihat ada cahaya api. Dengan cepat pemuda ini berpikir, la puas.
Begitu mereka mendarat, beberapa jahanam itu tentu lebih dahulu akan mengisi
perutnya, demikianlah pikirnya. Baiklah aku mendahului mendarat, buat memasang
mata kepada mereka. Segera sianak muda melewati perahu besar itu. Ia masih mempunyai banyak waktu.
Segera ia mencari rumah penginapan dimana iapun makan siang dan selanjutnya pergi
kepesisir mengintai musuh.
Baru saja Im Yang Toojin meminggirkan perahunya. Sebelum mendarat, mereka
Pendekar Yang Berbudi Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bicara dahulu satu dengan lain. Dari tempat persembunyiannya, Pek Kong tidak
mendengar jelas apa yang mereka itu bicarakan. Ia hanya melihat mereka justeru
mendarat dan menuju ke pondoknya.
Thian membantu aku! pikir si anak muda girangnya bukan main. Segera masuk
kekamarnya, memasang telinganya.
Im Yang Toojin beramai mengambil tempat dihalaman belakang. Kebetulan sekali
Pek Kong mendengar suaranya Ie Yang: Aku dengar dikota Unciu ini ada ikan yang
tersohor lezat, justeru kita telah berhasil, marilah kita makan besar.
Ya, tootiang, disini hanya ada kita saja, dapatkah kau memperlihatkan Liong-yancoh kepadaku, agar aku dapat membuka mataku"
Dalam gembiranya, orang she Ie ini bicara sambil tertawa.
Mendengar suara itu. Pek Kong cepat-cepat mengintai. Ia melihat Ie Yang berdua
Im Yang Toojin ditambah Ku Kun Si rahib sedang menggangsurkan kantong kuningnya,
dengan roman puas, sambil tertawa, dia berkata: Dalam gua Naga Kuning itu hanya
ketinggalan sisa ini! Coba pintoo terlambat satu tindak saja, mungkin semua ini dimakan
habis oleh ular berbisa itu.. .
Ie Yang mengangguk. Ia membuka tutup kantong, menuangnya keatas meja, untuk
melihat isinya. Sambil berpikir, ia berkata. Pohon ini mirip anggrek, hanya daunnya
lebih kuning serta pinggirannya ada ujungnya, berduri mirip gigi naga. Heran, tumbuhtumbuhan semacam ini katanya sangat besar khasiatnya!
Berkata demikian, orang she Ie itu meraba-raba pohon obat itu, atau tiba-tiba saja
ia menjerit Aduh! paskannya, diletakkan di meja.
Katanya: Tajam benar pinggiran daun ini bagai kalajengking mengantuk!
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 714
yoza collection Lekas tutup jalan darahmu! berkata Ku Kun.. Jangan membiarkan racun menjalar
kehulu hatimu! Jangan khawatir! kata In Yang Toojin yang tidak mengerti pengobatan namun
mengerti cara melawan bisa. Pintoo mempunyai resepnya untuk itu.
Selalu Im Yang menyebut dirinya pintoo si rahib melarat.
Ie Yang mengerutkan alisnya, wajahnya nampak berduka serta menderita. Ia
memegangi keras-keras lengan kirinya. Ia membiarkan kawannya mengobati lukanya
itu. Ku Kun mengawasi saja dua orang kawannya, dan Liong-yan-coh terus terletak
diatas meja. Pek Kong menyaksikan peristiwa itu, ia jadi girang ! Karena merasa ini adalah
kesempatan yang baik, maka segera ia keluar dari kamarnya, terus tangannya dipakai
memadamkan api, bertepatan dengan mana ia lompat menyembunyikan diri.
Im Yang Toojin terkejut. Ia dapat menduga sebab musabab dari padamnya api itu.
Oh. anak cilik yang buta! dampratnya. Segera ia lompat keluar, ingin menyusul
pada si anak cilik!.. . .
Ie Yang bersama Ku Kun juga menyusul si rahib, hanya mereka melompat kekiri
dan ke kanan memecah diri.
Begitulah orang sudah keluar, Pek Kongpun segera keluar dari tempat
persembunyian. Tidak lama muncul pula si pelayan dengan kuwenya.
Disini biasanya jam berapa para tamu datang. Pek Kong tanya.
Kira-kira begini hari tuan. Lihatlah sebentar lagi.
Apakah disini ada orang yang suka main catur"
Ada, bahkan banyak sekali! Dalam sepuluh ahli catur kota Tay goan, delapan atau
sembilan yang biasa datang kesini. Kalau tuan suka main catur, tentu sebentar datang
orang yang akan menemani.
Pek Kong berdiam, tetapi otaknya bekerja, ia pikir, kalau demikian, pantaslah, Sian
Tee memang sangat gemar main catur dan minum teh, karenanya mungkin dia tidak
memilih tempat lagi. Ketika pelayan itu mau mengundurkan diri, Pek Kong memanggilnya kembali.
Ada apa lagi, tuan" Pendekar Yang Berbudi - Halaman 715
yoza collection Dengan lagak wajar, Pek Kong tanya. Kabarnya disini ada seorang tua bungkuk
yang sangat gemar dan pandai main catur apakah ia datang saban hari kemari"
Pelayan itu berpikir. Apakah tuan maksudkan Phang Toocu" tanyanya. Phang Toocu ialah siorang she
Phang yang tubuhnya bungkuk.
Untuk sejenak, Pek Kong pun berdiam.
Didalam hati ia mengulangi: Phang Toocu
kas-lekas ia mengangguk: sahutnya. Memang aku dengar, tuan itu she Phang. Jam berapa kiranya dia biasa
datang kemari" si anak kecil. Selanjutnya mereka f menyusul kearah ini dan
bertemulah mereka dengan si anak muda.
Im Yang Toojin tertawa terbahak-bahak.
'Sungguh bagus tipumu memancing harimau meninggalkan gunungnya! serunya,
mengejek. Jikalau bukan puncinjinmu cerdas serta terus menyusul kesini, tidaklah aku
kena diselomoti kau" Rupanya liongyancoh telah kau curi, tuan. Janji kita orang-orang
budiman tak pernah batal, janji itu masih tetap berlaku. Sebab itu sekarang aku mintalah
tuan dengan rela mengambilkannya kepadaku!
Sengaja si rahib membahasakan diri dengan pun-cinjin , berarti aku si rahib .
Wajah Pek Kong nampak merah mendengar kata-kata itu. Ia tidak mencuri barangbarang hanya ingin memilikinya.
Benar ia tidak berhasil, namun ia adalah seorang jujur, ia malu sendirinya. Syukur
malam gelap dan orang tak nampak perubahan pada wajahnya.
Bicara terus terang, sesungguhnya adalah keinginanku mengambilnya secara
diam-diam, katanya, Akan tetapi Liong-yan-coh sudah diambil orang lain, yang aku
tidak kenal. Aku datang kesini justeru untuk menyusul dia itu! Terserah pada kalian mau
percaya atau tidak Baru saja ia menutup kata-katanya, atau
segera tampaklah Ie Yang yang lari mendatangi sambil berteriak-yancoh
Memang, sewaktu Ie Yang tiba ia pun tampak terhuyung-huyung.
Lekas susul, seru Im Yang Toojin, yang terus membalikkan tubuhnya serta lari
kearah yang ditunjuk Ie Yang tanpa memperdulikan pula Pek Kong.
Ku Kun dan Ie Yang lari menyusul kawan mereka.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 716
yoza collection Pek Kong tercengang. Katanya dalam hati: Ah, kiranya dia! Pantas dia demikian
lincah dan sebat! Anak muda ini menduga seseorang.
Dengan Liong-yan-coh ditangan si nona bertopeng, walaupun Im Yang Toojin
bertiga liehay sekali ilmu larinya, namun tak dapat mereka menjangkau nona itu.
Karenanya si anak muda lega juga hatinya.
Segera Pek Kong teringat pula akan Ong Pek Coan, yang kini entah mati entah masih
hidup ditangan orang jahat itu. Tanpa kembali lagi kerumah penginapan, ia kabur ke
Ouwkong. Itulah terjadi pada suatu malam yang di ganggu hujan lebat dan angin keras. Untuk
mencari Ong Pek Coan, Pek Kong tidak menghiraukan semua itu. Ia muncul dengan
tubuh ditutupi baju berlapis. Malam-malam ia mendaki Ap Cui Kang, anak bukit Mulut
Bebek. Disepanjang jalan anak muda kita merasa sunyi dan sepi. Tiada tampak seorang
juapun. Hanya dari atas bukit dengan tiba-tiba ia men dengar suara tangis seorang
perempuan, samar-samar dikejauhan.
pikirnya. ''Sewaktu hawa udara seburuk ini, mengapa orang menangis
ditempai terbuka" Mungkinkah ia sedang mengalami derita yang hebat"
Dengan mengikuti suara tangis itu, Pek Kong bertindak maju. Semakin dekat dan
semakin ia menghampiri orang yang sedang mencurahkan kepedihan hatinya itu.
Setibanya didekat tanah kosong dimana ia pernah melakukan pertempuran, ia
menghentikan langkahnya. Diatas batu besar serta lebar, yang menjurus kesungai, tampaklah olehnya sesosok
tubuh tengah berlutut dipinggiran batu itu. Dia adalah seorang nona bertubuh langsing,
berpakaian serba putih, pakaian berkabung ! Dia menangis tanpa memperdulikan
serangan hujan atau angin, yang membuat pakaiannya basah kuyup, dan menyebabkan
hawa dingin sekali. bisik Pek Kong, dalam hati. Ia tertegun, sedangkan mula pertama
dilihatnya, ia terkejut, namun cepat ia mengenali nona itu.
Ia berkabung.,. ia pikir pula. 'Untuk siapa" Mungkinkah Tong Thian Tok Liong sudah
meninggal dunia" Lekas-lekas pemuda ini bertindak maju. Bertepatan dengan itu ia mendengar suara
si nona. Sampai hari ini cukup sudah seratus hari. Sejak kau tercemplung kedalam
sungai, setiap malam aku datang kesini uutuk menangisimu. Menyatakan penyesalan.. .
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 717
yoza collection Tahukah kau akan perbuatanku ini. Semasa hidupmu, kaulah seorang gagah perkasa.
Sesudah kau menutup mata, kau tentu menjadi malaikat. Sebab itu tak mungkin kau
tidak mengetahui perbuatanku ini.. Akan tetapi kemanakah kau" Pek long! Seluruh
malam aku berdoa untukmu, seluruh malam aku memanggil kau mengapa juga tidak
sekalipun kau beri impian padaku" Ayah tidak mau memberi maaf kepadaku, namun
Pek-long ku, mau bukan mengampuni aku" Tetapi.. .
Nona itu, yang menyebut-nyebut Pek-long atau Pek suamiku , tak dapat berbicara
lebih jauh, hanya kata-katanya dilanjutkan dengan tangisannya pula.
Bukan main terharunya Pek Kong, tanpa terasa, airmatanya mengalir keluar.
Ah, kiranya ia berkabung pikirnya. Betapa ia mengasihi daku.. .Bagaimana.
Tengah menangis itu, Sian Hui Sim melanjutkan kata-katanya: Aku adalah orang
yang malang sekali hidupnya. Hingga saat ini aku masih bernapas, aku tetap memintaminta, mengharap-harap supaya kau mau berikan kepadaku satu kali mimpi saja.. .
Sekalipun dalam impian itu kau hajar aku, sama saja, hatiku senang dan puas. Namun
hari ini sudah cukup hari ke seratus, kau tetap tidak memberi mimpi padaku..
Sungguhkah, manusia dan rohnya berbeda jalannya, sehingga dalam impian sekalipun
kita tak dapat berjumpa" Pek Kong, kau tunggulah sebentar.. .
Pek Kong terkejut sekali.
Hui Sim mengangguk-angguk berulang kali kearah sungai. Setelah itu ia bangkit
dan berdiri dengan tiba-tiba diatas batu gunung untuk menerjunkan diri ke tengah
sungai ! Dalam kagetnya, masih sempat Pek Kong melompat menyambar tubuh orang,
dirangkul erat-erat. Belum lagi ia sempat .membuka mulutnya, air matanya sudah mengucur dengan
deras. Nona Sian.. katanya kemudian, susah payah, Janganlah kau.. .
Hui Sim terdiam, air matanya berlinang.
Pek long, katanya. Pek long, benarkah kau sedang memberikan impian" . .
Pek Kong menangis, tapi iapun tersenyum.
Ini bukanlah impian, katanya. lni adalah kenyataan . .
Nona itu tercengang, ia menyeka air matanya dan terus menatapi si anak muda.
Rupanya benar kedua arwah kita saling ber
. katanya. Pek long, sekali ini kita
berdua takkan berpisah pula, kita akan senantiasa bersama . .
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 718
yoza collection Kembali Pek Kong tertawa, walaupun tertawa sedih.
Nona Sian, katanya, untuk meyakinkan nona itu, Janganlah kau siksa dirimu lebih
lama pula. Nona, inilah k
Kembali sinona tercengang. Lagi-lagi ia menatap wajah orang. Tiba-tiba ia
merangkulnya erat-erat serta menjerit. Menangis keras!
Pek Kong membiarkan orang menangis, ia sendiri terharu bukan main. Nona itu
benar-benar sangat mencintainya. Nona itu telah berkorban, bahkan bersedia
mengorbankan pula jiwanya! Seorang istripun belum tentu sedemikian kokoh teguh
cintanya . . . Memikirkan kasih sayang sinona, tanpa merasa Pek Korg mengeluarkan banyak
airmata. Hui Sim menangis terus ia terkejut sendirinya merasakan airmatanya yang
mengalir di pipinya terasa hangat dingin. Ia membuka matanya, menatapi sianak muda,
serta nampak orang-orangpun m
Pek-long, katanya, Pek-long, janganlah kau menangis. Kau dan aku, kita berdua kita
temui jalan kita yang lurus.. .
Pek Kong menghela napas. Ia memisahkan dirinya perlahan-lahan.
Nona katanya, Nona budimu sangat besar. Aku khawatir, dalam hidupku ini tak
sanggup aku membalasnya. Aku sangat khawatir kelak membuatmu menyesal seumur
hidupmu . . Nona Sian terperanjat. Apakah kau tetap tidak mau memberi ampun pada ayahku" tanyanya.
Pek Kong menghela napas pula. Ia melihat airmata si nona mengucur dengan deras.
Nona itu sendiri menghela napas. Selama itu ia tak dapat membuka mulutnya.
Lewat seketika. Pek long aku mengerti kau, katanya perlahan-lahan. Aku juga mengerti bahwa
ayahku telah berbuat salah terhadapmu terutama terhadap kak Honghumu. Sudah
seharusnya kalian berdua bersumpah tak mau hidup bersama ayahku dalam dunia
yang fana ini. Akan tetapi, betapa aku ingin kau mengerti bahwa dikolong langit tiada
seorangpun tanpa ayah bundanya. Akulah seorang anak, mana dapat aku membiarkan
kau bertempur mati hidup dengan ayahku" Pek long mustahilkah kau tak dapat berpikir
seperti aku, sebagai pihakku" Benarkah kau tak dapat"
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 719
yoza collection Mendengar disebutnya ayah bunda, mendadak bibir Pek Kong bergerak, matanya
bersinar dingin. Dikolong langit ini, siapakah yang tak beribu bapa" ia mengulangi. Nona, mengapa
kau tak mau memikirkan orang lain dulu. Kau tentu mengetahui, berapa banyak orang
yang sudah binasa ditangan ayahmu" Nah, bagaimanakah dengan anak-anak, pria dan
wanita, yang telah kehilangan ayah bundanya" Sedangkan disamping itu, ayahmu kini
sedang mengumpulkan banyak kawan, siap sedia melakukan pembunuhan secara
besar-besaran! Oleh karena itu, tak lama lagi, entah berapa banyak pula ayah bunda
mereka akan terbinasa ditangannya!
Sian Hui Sim terdiam. Tiada alasan untuk berbantah.
Kenyataannya memang demikian.
Setelah sekian lama, barulah ia berkata pula dengan perlahan: Bicaramu tepat, tidak
selayaknya aku mengotot. Dengan demikian aku hanya mengingat ayahku dan diriku
sendiri saja. Aku sudah melupakan jumlah yang lebih banyak, ya bahkan banyak sekali.
Memang, andaikata kau luluskan permintaanku, untuk kau tidak membunuh ayahku,
ayah sendiri tentu tidak mau memberi ampun kepadamu. Pada akhirnya pembunuhan
tak dapat di elakkan lagi
Si nona mengawasi si pemuda, matanya tak bersinar lagi. Hanya sebentar, sinar
mata itu seakan-akan pudar nampaknya
Aku sudah berjumpa denganmu serta melihat pula wajahmu untuk penghabisan
kali, aku puas, Hati Pek Kong gelisah. Aneh nada kata-kata sinona.
Lalu, nona, apakah yang akan kau perbuat selanjutnya" tanyanya.
Hi.i Sim memandang ketengah sungai.
Air itu sedemikian luas dan dalam. Apakah itu tak cukup untuk mencuci bersih
seluruh dosa seseorang" ia balas bertanya.
Pek Kong segera mencekal lengan orang.
' Mengapakah kau harus membunuh dirimu" tanyanya heran. Hul Sim berontak
sehingga lengannya tepas.
Seseorang mempunyai cita-citanya sendiri! katanya nyaring. Karena itu tak usah
kau desak padaku! Tiba-tiba si nona melompat berlari pergi Sambil lompat, Pek Kong berteriak : Jangan
pergi! Pek Kong kaget, namun ia menyambar tubuh si nona. Karena terlalu gesit nona
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 720
yoza collection itu, ia hanya dapat mencekal kakinya saja. Di lain pihak, sebab ia melompat pula, ia
kehilangan keseimbangan tubuhnya, juga ia kena tertarik kaki nona itu, maka dengan
sendirinya, berdua mereka roboh bersama!
Hui Sim roboh terus pingsan, karena hatinya pedih kesal bukan main! Iapun kaget
sebab kakinya disambar si anak muda.
Pek Kong berkhawatir sekali, sedapat-dapatnya ia ingin menolong si nona agar
siuman kembali. EWAT beberapa waktu, Hui Si m mendusin terus menangis sedih pula.
Nona, janganlah kau memandang ringan akan hidupmu.. kata Pek Kong,
yang juga turut bersedih, suaranya menanyakan hatinya terharu. Baiklah, nona, aku
berjanji tidak akan memusuhi ayahmu pula. Biarlah paman Siokku yang sudah
Hui Sian tak menanti orang selesai bicara.
Plok, demikian terdengar satu suara, disusul oleh yang lain.
Pek Kong terkejut sekali! Sinona menamparnya dua kali. Ia kaget sehingga ia
berontak. Hui Simpun terkejut. Gerakan tangan si pemuda membuatnya terpental setombak
lebih. Bertepatan dengan itu muncullah disitu sesosok tubuh lainnya, ialah seorang wanita
muda yang mukanya tertutup topeng. Ketika itu dia lantas berkata dengan sengitnya:
Pendekar Yang Berbudi Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Oh, kau. makhluk yang lupa hati sanubarimu sendiri! kasihan . .
Tak dapat nona itu melanjutkan kata-katanya lagi, tiba-tiba ia menangis sedih,
sambil menutupi mukanya yang terselubung topeng.
Pek Kong sungguh kaget begitu mendengar suara orang. Bagaikan disambar guntur
ia berdiri tertegun. Hui Sim tidak kenal siapa nona bertopeng itu. Ia memang sedang susah pikiran.
Iapun menyesal sudah menampar anak muda itu. Maka sengitlah ia terhadap si nona.
Anak kurang ajar! dampratnya sambil m lompat maju dan tangannya diluncurkan!
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 721
yoza collection Tahan! seru Pek Kong, yang masih ingat akan dirinya, dan menyelak di antara
kedua orang itu. Kau . . ia teruskan pada siorang bertopeng.
Kau masih pura-pura! bentak nona itu. Kau.. Fui! dan ia lari kabur.
Pek Kong tertegun, hanya sejenak, ia ingin pergi menyusul, atau Sian Hui Sim sudah
menarik tangannya. Tunggu! kata nona Sian. Aku ingin bicara denganmu . .
Pek Kong mengetahui dengan pasti siapa si nona bertopeng itu, hatinya bingung
sekali. Nanti saja kita bicara lagi! katanya. Kau lepaskan tanganku.
Nona Sian bukan saja tidak mau melepaskannya, bahkan cekalannya diperkuat
dengan bantuan tangannya yang lain. Bahkan sipemuda dipeluki erat-erat.
Inilah urusan sangat penting, kata sinona kemudian. Mana dapat kita bicara lain
kali. Pek Kong terdesak. Urusan penting apakah itu" tanyanya. Ia terpaksa
menyabarkan dirinya. Hui Sim menoleh kekiri dan kanan.
Nama Thian Liong Parg terkenal sangat jahat, nama busuk itu telah tersiar luas,
katanya. Orang luarpun hanya mengetahui bahwa ayahku jahat tak terhingga, padahal
yang sebenarnya, disana masih ada dua orang lagi yang jauh lebih jahat! Tahukah kau
siapa kedua orang itu"
Lekas sebutkan! kata Pek Kong, yang hatinya berada pada si nona bertopeng. Ia
ingin sekali menyusulnya. Lekas!
Hui Sim mengerti orang mau cepat pergi, iapun tidak mau menahan.
Mereka adalah Hian Kie Siu-su serta Ciauw Bin Siu su! sahutnya. Dalam semua
hal merekalah yang menyebabkan topan dan gelombang! Sebab itu mungkin sekali
musuh kalian yang benar ialah mereka berdua!
Itulah hal aneh, yang Pek Kong baru pernah dengar!
Bagaimana halnya" tanyanya.
Itulah semata-mata dugaanku, sahut Hui Sim. Sampai sebegitu jauh, orang-orang
yang ayahku sangat andalkan ialah didalam Hian Kie Siu-su dan diluar Leng In le-su,
gurunya. Mereka itu, yang satu harus dibinasakan dan yang lainnya dibunuh! Asalkan
mereka sudah disingkirkan maka kak Honghu Pek Hee dapat diminta berbicara dan
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 722
yoza collection dialah akan membereskan semua urusan kalian. Pula ada kemungkinan hantu-hantu
lainnya akan saling membunuh diantara sama sendirinya.
Pek Kong semakin heran. Sementara itu sang waktu sudah berlalu. Pemuda ini menjadi putus asa dalam hal
menyusul sinona bertopeng. Ia tahu dia itu adalah Siauw Couw Kun. Sebab itu ia
memiliki kesabaran menunggui puterinya ketua Thian Liong Pang itu.
Coba kau jelaskan, mengapa harus dimintakan bantuan kak Honghu" tanyanya.
Dalam Thian Liong Pang sekarang ini, Hui Sim jelaskan lebih jauh, diantara
anggota-anggotanya yang paling liehay adalah Leng In le-su, Hong Hwee Hoat-su, Tay
Ciu Cauw Hud dan Tay Pie Ku Sin berempat. Diantaranya pula, Hong Hwee Hoatsu
terutama mengarah Kat Giok Tong atau semua orang yang bersangkut paut dengan
Kat Giok Tong untuk melakukan pembalasan sakit hati. Begitulah kak Honghu, kak Pui
dan adik Kat adalah orang-orang yang ia arah sebab dianggapnya sebagai musuh
musuh besarnya. Disebelah itu pernah aku dengar tentang Ku Sin Ciauw Hud, halnya ia
dulu pernah menerima budinya Tek Looyacu. Tempo hari ketika kau terjatuh kedalam
sungai dan kak Honghu datang menyusul, mereka berdualah yang melindungimu,
sehingga Kim Pian Giok Liong dapat lolos. Hanya kedua bhikshuni itu masih belum
mengetahui dengan pasti bahwa kak Honghu adalah turunan dari keluarga Tek. Maka
itu andai kata Kak Honghu memberi penjelasan kepada kedua bhikshuni itu, tak usah
dikhawatirkan bahwa mereka tak akan bentrok dengan Hong Hwee Hoatsu si Pendeta
Angin dan Api. Apabila itu sampai terjadi tentu tenaga dalam Leng In Ie su akan
berkurang sehingga suilt baginya untuk daipat bertahan lebih lama pula sebagai jago
Thian Liong Pang. Bahkan untuknya tiada jalan lain kecuali menyembunyikan dirinya
pula selama tiga puluh tahun ! Setelah sampai sebegitu jauh maka ayahku tentu akan
dapat kembali ke jalan yang benar, sebab ia tak usah jeri terhadap gurunya itu. Dengan
demikian juga tentu aman sejahteralah Kaum Rimba Persilatan, yang bebas dari
kutukan mara bencana besar itu.
Pek Kong girang mendengar penjelasan tersebut. Pikiranmu bagus! pujinya.
Hanya.. . Kata-kata iiu tiba-tiba terputus-putus oleh suatu suara tertawa dingin disusul
dengan kata-kata tajam seperti ini: Hanya dikhawatirkan daya upaya itu bukan hanya
jalan mencelakakan orang lain, melainkan diri sendiri jalan lebih dahulu pada jalan
kemattan Hui Sim kaget sekali. Celaka ! serunya. Lekas pergi! Ia menarik tangan sianak
muda untuk diajak lari. Pendekar Yang Berbudi - Halaman 723
yoza collection Belum lagi mereka berdua meninggalkan batu besar itu, dengan lantas terdengar
suara menggelegar dalam tanah, terus kaki mereka bergetar. Seluruh batu besar itu
bergerak hebat. Daiam sekejap batu itu terlepas dari bukit, bergeser sejauh tujuh atau
delapan tombak kearah surgai, terus berada ditengah-tengah diantara tiga permukaan
air, sehingga merupakan sebuah pulau tunggal. Sedangkan bagian yang merenggang
diri nampak seperti semacam solokan lebar dua tombak, serta dasarnya penuh dengan
kayu kering dan kain berminyak !
Bukan main kaget dan tercengangnya Pek Kong !
Jarak tujuh atau delapan tombak ini mungkin dapat dilewati dengan satu loncatan
saja, pikirnya, atau terpaksa orang harus terjun keair untuk lari diatasnya . .
Setelah berpikir demikian, si anak muda berkata pada Hui Sim: Nona, marilah kita
berlalu dengan menggunakan ilmu melompat!
Jangan sembarangan bergerak! Nona Sian mencegah. Nampaknya ia khawatir
benar. Gili-gili dimuka itu, juga terdapat batu ini dibawahnya, dimana telah terpendam
bahan peledak. Bila kita bertindak sembarangan dan batu itu bergerak, tubuh kita akan
menjadi hancur lebur! Pada permukaan air itu juga sudah dituangkan minyak yang
mudah menyala! Jika kita terjun ke air, bukankah kita akan mati terbakar"
Pek Kong bingung juga Ia lihat tubuh sinona gemetar karena takutnya. Jadi nona itu berbicara dengan
sesungguhnya. Lalu, katanya, mana dapat kita berdiam diri disini saja"
Belum seiesai sianak muda berbicara, atau ia sudah mendengar gelak tertawa
nyaring. Di depan, diseberang sana, mandilah seseorang yang memelihara kumis
mablang, usianya se tengah tua, berdandan seperti pelajar. Dikedua sisinya berdirilah
dua orang bertubuh besar, dan lainnya dua pesuruh yang mengangkat tinggi-tinggi dua
batang obor kayu cemara. Obor semacam itu tak takut angin.
Begitu Hui Sim melihat orang itu, ia menegur: Orang she Kong tua bangkotan,
beranikah kau melakukan sesuatu atas diriku"
Hian Kie Siu su Khong Liang tertawa. Ia tidak menjawab, hanya mengambil panah
dari tangannya salah seorang pengiringnya. Segera ia memanah kearah kayu kering
dan kain berminyak dalam selokan! Selagi berbuat demikian, ia tertawa pula terbahakbahak.
Hai, sepasang pria dan wanita!' katanya keras, kalian Mm! Sekarang mi huhoat
kamu ingin membantu kalian menyalakan dulu api yang maha hebat, untuk berbuat
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 724
yoza collection baik terhadap kalian. Dengan demikian kalian berdua akan menjadi pasangan mempelai
dalam kobaran api! Hui Sim menjadi sangat malu dan marah, mukanya merah padam.
Pengacau yang sakit jiwa! dampratnya pula, janganlah kau merasa puas! Lihat
sebentar apabila ayahku mengetahui kejahatanmu, kaupun takkan luput dari kematian!
Hian Kie Siusu tertawa terbahak-bahak pula.
Tentang aku, janganlah kau takut! katanya tawar. Kalau sebentar Sian Hiauw In
mengetahui bahwa anak perempuannya sendiri tidak berbakti dan telah berbuat
durhaka, bahkan anak itu sudah bersekongkol dengan musuh untuk berkhianat serta
dengan sembunyi-sembunyi pula mencuri laki-laki, maka ia sebaliknya akan sangat
bersyukur kepada huhoat kamu ini!
Pek Kong akan membunuhmu, mengertilah kau! teriak sipemuda.
Agaknya Hian Hie Siusu terkejut, tetapi hanya sebentar saja. Segera ia memanah
dua kali kesisi jurang, Lalu terdengarlah dua kali suara ledakan dari parit, sehingga batu
besar itu tergetar hampir roboh! Asap pun bergulung naik, sedangkan batu-batu hancur
berhamburan! Hian Kie Siu-su tertawa menyaksikan ledakan itu.
Bocah she Pek! serunya, bocah semberono, sia-sia saja kau pernah menyerbu Hek
Bong Tan! Walaupun kau nampak gagah, namun saksikanlah barisan rahasiaku ini,
barisan guntur api Lui Hoh Tin!
Pek Kong insaf bahwa ia sedang menghadapi bencana kematian, akan tetapi ia tak
gentar. Ia tertawa dingin serta berkata: Kau lihatlah bukankah aku menyerbu pula"' Dan
kata-kata itu dibarengi dengan satu loncatannya. Akan tetapi baru saja kakinya menjejak
tepi gili-gili, kembali ada panah melesat, terus terdengar ledakan pula, disusul semburan
api ke udara. Syukur untuknya, ia sempat melompat kebelakang, jika tidak, tentu hancur
leburlah tubuhnya! ' Pek Kong bukan melompat sendiri, ia menyambar Hui Sim dan membawanya serta.
Begitupun ketika ia melompat kembali. Sebab itu, bukan main kaget sinona, sehingga
wajahnya berubah pucat sekali. Namun setelah ia ingat bila ia mati, ia akan mati
bersama pria yang dicintainya, ia terhibur lenyap kaget dan takutnya!
Suara tertawa besar terdengar pula dari seberang.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 725
yoza collection Itulah suara tertawa Hian Kie Siu-su, yang kembali berkata dengan ejekannya:
Kalian suami isteri, jiwa kalian hanya menanti waktu siang dan malam! Mengapa kalian
tidak menyayangi waktu singkat ini serta kini bersenang-senang hati"
Ejekan itu disusul dengan dilontarkannya sebuah peluru lainnya kesisi muda-mudi
itu, sehingga kembali pula terdengar ledakkan dan anginnya berputar, membuat batu
hancur berhamburan. Tak dapat Pek Kong dan Hui Sim menyingkir dari hancuran hujan batu itu. Tubuh
mereka terhajar, hingga robek-robek baju mereka dan dari kulit mereka mengucurlah
darah merah segar. Sementara itu kata-katanya Hian Kie Siu-su yang menyindir itu, membangkitkan
semangat Sian Hui Sim. Nona ini menjadi nekad. Tiba-tiba saja ia merangkul Pek Kong,
membuat orang roboh. Sesudahnya, ia meletakkan tubuhnya diatas tubuh pemuda itu.
Sambil merangkul, ia memondong si anak muda. Dibawanya melompat kesisi, ditempat
ledakan mula itu, dimana mereka merebahkan diri saling susun.
Pek Kong kaget bukan main !
Apakah yang kaulakukan" tanyanya. Ia pula malu.
Hul Sim sebaliknya, Bahkan ia tertawa.
Jangan iakut!' katanya. Kita takkan mati!
Berkata demikian, si nona melekatkan tubuhnya lebih erat sehingga sukar orang
berontak. Lekas mundur! Pek Kong perintahkan dengan keras.
Wajah si nona segera memerah. Iapun mengerti bahwa perbuatannya adalah
karena amat terpaksa. Namun lantas saja ia berkata: Pek long, janganlah salah
mengerti! Sampai disini. Tiba-tiba terdengarlah ledakan pula, kembali disisi sepasang muda-mudi itu. Sekali
ini tubuh mereka berdua terpental setinggi tiga kaki. Setelah itu, mereka jatuh pula
kebatu bekas ledakan tadi. Karena mereka sedang rebah, maka mereka bebas dari
serangan hancuran batu itu!
Melihat hal itu, Hui Sim girang sekali.
Betapa tepat dugaanku! katanya dengan gembira. Tempat yang sudah diledakan
tak akan meledak pula! Pek-long rebahlah, aku ingin pergi kesana.. Pek Kongpun segera
mengerti. Dari heran dan malu, ia tertawa. Tanpa malu-malu lagi ia rangkul nona itu.
Sambil menyeringai ia kata.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 726
yoza collection Sudahlah, tak usah kau pergi kesina! Jikalau kita harus mati, biarlah kita mati
berdua.. Dengan lain perkataan, Hui Siam tak usah memisahkan dirinya pula.
Tubuh sinona gemetar. Ia sangat girang sehingga air matanya mengucur keluar.
Dengau lebih merapatkan tubuhnya yang lembut hangat mewangi pada Pek long yang
gagah perkasa, bibir merekapun bertemu dalam kecupan manis, indah, mesra. . .
Tiba-tiba mereka dikejutkan lagi oleh satu ledakan baru. Lalu terdengar bentakan
nyaring merdu! Karena kagetnya, mereka berdoa melompat menyingkirkan diri. Setelah
itu mereka nampak sinona bertopeng muncul kembali, hanya sekali ini tepat ketika si
nora menabas kutung tubuhnya seorang jahat.
Apa yang aneh, ledakan itu membuat batu besar yang tadi terpisah dari tepi daratan
yang merupakan jurang, bergeser kembali ketempat asalnya sehingga menjadi rapat
seperti semula. menghampirinya. Akan tetapi Pui! ia dengar bentakan nona itu, yang terus pergi dengan sangat cepatnya. Ia
mengejar namun sia-sia belaka, tak dapat ia menyusulnya. Nona itu lenyap dari
pandangannya. Sebaliknya iapun telah memisahkan diri dari Hui Sim. Lalu ia menarik
napas dalam-dalam Oh, adik Couw keluhnya. Kau salah paham . . . Kau membuatku
sengsara. Anak muda ini segera duduk diam menghadapi sungai, pikirannya kacau balau.
Beberapa kali ia memjeamkan mata, seakan-akan ingin memeras otaknya, akan tetapi
sia-sia adanya. Ia sungguh terbenam dalam kesulitannya Ah.. salah paham, pikirnya
kemudian, Mengapa aku tidak mau pergi mencari Siangkoan Toako untuk minta
. Siangkoau Sun Siu dapat dicari dipaseban Ouw Sim Teng, Ia berada seorang diri
dan matanya memandang jauh kedepan. Pemuda itu juga sedang berpikir keras. Ia
heran sewaktu dikejauhan ia nampak sebuah perahu kecil mendatangi kearahnya. Ia
melihat perahu itu memuat seorang muda yang ia segera kenali.
Shatee! teriaknya, kepada kawan itu, yang ia panggil adik nomor tiga (shatee). Ia
terus terjun ke air untuk berlari menyelusur dipermukaannya dan segera ia naik keatas
perahunya Pek Kong, anak muda itu. Oh, kau saudaraku! sapanya sambil berjabatan
tangan erat-erat. Pendekar Yang Berbudi - Halaman 727
yoza collection Pek Kong tertawa ped:h, hatinya girang namun penuh kesal.
Siangkoan Sun Siu mengawasinya. Ia mengira adik itu letih nampaknya karena baru
saja melakukan suatu perjalanan yang amat jauh.
Aku tinggal dikuil, sahutnya. Marilah kita bersama pergi kesana. . .
Dan tukang perahu, yang memegang kemudi, disuruh mendayung kembali kekuil
Hoat Siang Sie. Selama mereka berada didalam perahu, Pek Kong menuturkan
pengalamannya, terutama bagaimana ia sudah lolos dari lubang jarum, dari ancaman
maut. Juga Sun Siu menuturkan tentang dirinya sendiri, sehingga mereka saling
mengagumi dan juga saling bersyukur bahwa mereka tak kurang suatu apa dan kini
berkumpul pula. Hanya tentang kesulitan-kesulitan, Pek Kong tidak bicarakan sepatah
katapun. Sudah lewat Souw Tee. Ciri-ciri Souw mereka mendarat. Siaugkoan Sun Siu menarik
tangan kawannya terus memasuki sebuah rumah besar disamping kuil Hoat Siang Sie.
Begitu ia tiba diambang pintu, ia berseru: Kalian lihat lah! Siapakah yang datang"
Ketika iiu diruang tengah sedang berkumpul Honghu Pek Hee bersama Pui Hui, Kat
In Tong, Liu Hong Lim, Ouw Yam Nio dan Auwyang Kian. Bila mereka itu menoleh atas
seruan Sun Siu, semua orang girang sekali, semuanya melompat bangun, kata mereka
berseru. Justeru itu Ho Tong si dungu mendadak muncul sambil berseru: Pek Kong aku
sudah menemukan Couw Kun!
Suara itu membuat seluruh ruang menjadi senyap dengan tiba tiba. Semua orang
berpaling seketika. Namun disitu tak ada Nona Siauw Couw Kun. Yang ada Ho Tong
sendiri. Hanya setelah berseru dia berdiam tertegun.
Aneh! katanya keras. -terangan aku menuntunnya, bahkan menariknya
kesini, mengapa sekarang ia lenyap"
Sesudah terdiam sejenak, tiba-tiba ia bagaikan sadar pula. Itulah sebabnya ia
merasa tangannya mengepal sesuatu. Cepat-cepat ia melihat tangannya itu.
Segera ia melemparkan sesuatu sambil mengoceh mendongkol. Ah, barang apa ini
membuat tanganku tertusuk nyeri! Sesudahnya iapun menginjak-injak barang yang
dilemparkan itu!
Pendekar Yang Berbudi Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 728
yoza collection Jangan! teriak Pek Kong sambil lompat menghampiri, ia segera memungut satu
bungkusan kecil, sambil memeganginya, ia tertawa dan berkata: Didalamnya ada liongyan-coh! Ini adalah bukti bahwa adik Couw Kun sudah tiba disini!
Honghu Pek Hee segera berkata dengan sabar: Ia datang satu jam lebih dahulu
dari kau! Setelah melihat kau, ia segera mengangkat kaki pula Mungkin kau
membuatnya mendongkol! Memang kau paling suka menghina orang.
Pek Kong tidak melayani nona itu. Sebaliknya dengan satu luncuran dua buah jari
jemarinya, ia menotok Ho Tong pada lengannya menutup nadinya, agar darahnya
terpegat salurannya. Liong-yan-coh berbisa! mengobatinya! Segera kau minta pertolongan Seng Loociaapwee
Siangkoan Sun Siu terkejut! Apalagi, ketika ia melihat tangan Ho Tong membengkak
dekak dengan tiba-tiba, warnanya merah geram. Tidak ayal lagi, ia menarik tangan si
dungu, diajak lari kedalam.
Yang lainnya segera menyusul!
Setibanya didalam, semua orang kaget sekali, hingga ada yang berseru !
Tok Kak Yang Cun terdapat rebah terlentang.
Pek Kong segera lompat menghampiri.
Ia terkena racun" serunya sambil mengobatinya. Ia menggunakan Coa-Po.
Cepat sekali Tok Kak Yang Cun mendusin tapi segera ia berseru: Lekas kalian lihat
Ong Pek Coan! Pek Kong kaget sekali, ia segera menerka sesuatu. Maka itu ia lantas lompat naik
keatas genteng. Ia masih sempat melihat dua bayangan orang berlari-lari pergi, tanpa
ragu-ragu lagi, ia lari menyusul, disuatu tempat dimana terdapat sebuah kuburan kecil,
dua bayangan orang itu lenyap begitu saja.
Heran, bisiknya dalam hati. Sanggupkah mereka pandai ilmu menghilang"''
Selagi pemuda ini ingin mencari Siangkoan Sun Siu pun menyusulnya.
Apakah kau dapat menjangkau mereka" tanya pemuda itu, napasnya terengahengah.
Pek Kong menggelengkan kepalanya.
Ateh! sahutnya. Kalau orang itu memanggil seseorang, apapula orang terluka tak
akan dia dapat lari sedemikian cepatnya.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 729
yoza collection Baru saja Pek Kong habis bicara, mendadak saja ia bagai tersadar.
serunya, kita jangan terpedaya oleh tipu memancing harimau meninggalkan
gunung. Benar, teriak Sun Siu. Marilah kita kembali.
Lalu pulanglah mereka berlari sekencang-kencangnya. Sampai didalam ruangan,
mereka kaget sekali. Beberapa nona rebah tak berkutik kecuali Pui Hui bersama Tok
Kak Yang Cun, yang berdiri diam dipinggiran.
Apakah yang terjadi"
Kedua-duanya, Pek Kong dan Sun Siu kaget. Mari pinjamkan dulu Coa Po! Tok Kak
Yang Cu berkata. Pek Kong segera memberikan mustika ularnya itu dan Tok Kak Yang Cun menolong
menyadarkan semua kawan-kawannya.
Segera mereka siuman dan semua tercengang, Bagaimana duduknya hal" tanya
Pek Kong. Kiranya nona itu roboh tak sadarkan diri lagi karena pemunculan seorang
bertopeng merah yang terus menyebarkan uap bagaikan asap sehingga seorang yang
menyedot asap itu, rebah tak berdaya. Hanya masih sempat mereka melihat ada orang
menggondol sebuah kantong besar, sedangkan Ong Pek Coan telah lenyap.
Tok Kak Yang Cun berkata: Dua orang sudah menyerbu aku situa. Dengan berbareng
mereka itu menyebarkan asapnya. Setelah itu mereka terus mengangkat kaki ! Apakah
mereka bukan murid muridnya Hong Hwee Hoai su" Auwyang Kian berpikir, baru ia
menjawab. Kalau Hong Hwee Hoatsu mengirim orang-orangnya, seharusnya yang
diculik ada lah kau seorang tersohor ! Mengapa mereka justeru menculik Ong Pek Coan"
Menurut aku, mereka kebanyakan adalah orang-orang Thisan Liong Pang!
Seharusnya mereka merupakan satu kawan, Pek Kong mengutarakan dugaannya.
'Aku pernah pergi kepuncak Pek Bu Hong serta Kiu Kiong San, karena itu aku ingin
menyerbu pula ke sana! Mereka juga harus dibuat tidak dapat tidur dengan nyenyak
dan aman. Tiba-tiba diantara mereka terdengar satu suara nyaring, seperti suara
seorang tua. Katanya: Anak, sungguh besar nyalimu! Puncak dan gunung itu tak
ubahnya dengan kedua naga dari gua harimau, mana dapat kau sembarang
mendatanginya" Semua orang terperanjat dan menoleh. Maka entah kapan datangnya, diantsra
mereka sudah muncul seorang petani tua, yang berdandan ringkas serta menaruh kaki
diatas wuwungan. Tangan kanan orang itu memegang huncwee panjang, pundak kirinya
memanggul sebuah karung besar. Ia menganggu- angguk sambil tersenyum.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 730
yoza collection Pek Kong terkejut! Ia mengenali siapa pak. tani tua itu. Ia maju untuk memberi
hormat sambil menyembah. Loocianpwee baik-baik saja" sapanya penuh hormat.
Itulah Cian Tok Seng Ciu, yang terus melompat turun. Ia hanya tersenyum, namun
tidak mengatakan sesuatu. Seenaknya saja, dengan tenang, ia membuka karungnya,
yang ia turunkan dari bahunya. Lalu ia mengeluarkan seorang yang lagi tidur nyenyak
sekali. Setelah itu, ia tertawa dan berkata: Anak, bukankah kau sedang mencari si edan
ini" Benar! teriak Siangkoan Sun Siu dengan jawabannya, mendahului Pek Kong yang
diam tercengang. Dan lantas ia maju, ingin mengangkat orang itu bangun. Ong Pek Coan
yang mereka sedang cari. Minggir! bentak Cian Tok Seng Ciu tiba-tiba, sedangkan sebelah tangannya dipakai
menolak, membuat Sun Siu mundur terhuyung-huyung !
'Orang tua celaka! teriak Ho Tong, yang terus melompat maju menyerang !
Tahan! teriak Pek Kong tetapi ia terlambat.
Cian Tok Seng Ciu menyambuti tangan Ho Tong sambil ujung hunchweenya
ditotokkan pada betis orang sambil ia tertawa dan berkata: Anak tolol, hari ini kau
ketemu sama orang tua celaka, rejekimu tak kecil ! Jikalau tidak, lewat lagi setengah
jam, pasti kau mesti mati. Sekalipun CoaHo Tong segera juga tertolak mundur dua tombak dan jatuh terduduk hingga
duburnya terbanting pada lantai !
Pek Kong bermata jeli, ia melihat tangan si dungu, yang tadinya bengkak telah
kempes seluruhnya. Ia tertawa dan berkata pada si orang tua ahli racun : Loocianpwee
dengan ini aku yang muda mewakili kakakku menghaturkan terima kasihnya!
Loocianpwee. orang yang loocianpwee tolongi ini adalah kakak seperguruanku, baru
saja diculik orang jahat. Bagaimana ia berada dalam tangan loocianpwee"
Cian Tok Seng Ciu tertawa pula.
Ada apa sih yang perlu ditanyakan" sabutnya, balik bertanya. Siap" yang
menculiknya maka dari tangan siapa itu ia dirampasnya pulang! Aku si tua tak ada
waktuku untuk mengobrol dengan kau, hanya aku ingin menyampaikan sepatah kata
padamu: Jikalau kau mau menyerbu Kiu Kiong San, untuk dihancur leburkan, itu tak
dapat dilakukan hanya mengandalkan darah panas.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 731
yoza collection Begitu ia habis berkata, begitu tubuh siorang tua mencelat naik pula keatas genteng
dimana ia segera menghilang!
Semua hadirin, kecuali Pek Kong tidak melihat bagaimana caranya orang berlalu,
tak perduli mereka semua berilmu silat sempurna.
Siapakah dia" tanya Siangkoaa Sun Siu heran.
Ia adalah Cian Tok Seng Ciu. Honghu Pek Hee mendahului menjawab.
Semua orang heran dan kagum. Akhirnya semua memuji orang tua aneh itu.
Segera juga Tok Kak Yang Cun mulai mengobati Ong Pek. Coan. Bahan obatnyapun
sudah terkumpul lengkap, ialah pekhouwiha dan liongyancoh. Hanya beberapa hari saja,
orang she Ong itu sudah sembuh dari penyakit gilanya. Bukan main girangnya ia kapan
ia melihat Pek Kong dan Ho Tong begitupun yang lain-lainnya. Dengan siapa dia semula
ia belum pernah bertemu, iapun diajar kenal. Ia girang tak kepalang setelah mengetahui
Pek Kong adalah yang berusaha menolongnya dari genggaman tangan musuh dan
liongyancoh di dapatkan oleh Siauw Couw Kun.
Penuh syukur, orang she Ong tiu menghaturkan terima kasihnya berulang-ulang
pada semua penolongnya. Janganlah sungkan-sungkan, kak! Pek Kong mencegah. Sekarang beritahulah kami
sebenarnya Paman Houw menemui ajalnya di tangan siapa.
Itulah pertanyaan yang paling penting.
Ong Pek Coan mengucurkan air mata dengan derasnya. Karena sedihnya, tak dapat
ia segera membuka mulutnya, sehingga ia memerlukan waktu sekian lama guna
meredakan kesedihannya itu.
Paman Siauwmu melihat kau bersama Couw Kun sudah dewasa, ia tak
demikianlah ia memberi keterangan Begitulah ia mengajak
kakakmu ini pergi mencari Tong Thian Tok Liong, untuk membereskan hutang darah
tempo hari itu! Bukankah itu hutang darah dari ayah bundaku" Honghu Pek Hee memotong.
Ong Pek Coan mengangguk. Benar! sahutnya serta terus melanjutkan penuturannya: Begitu kami tiba dipusat
Thian Liong Pang, kami disambut seorang setengah tua yang berdandan sebagai
seorang pelajar. Ia mengatakan kepada kami bahwa Tong Thian Tok Liong tidak berada
dirumah dan meminta kami datang pula lain hari. Kami menurut serta berlalu. Diluar
dugaan kami di tengah jalan kami berpapasan dengan Tong Thian Tok Liong, la
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 732
yoza collection mengajak serta orang dan kami diserbu. Dalam pertempuran yang kacau kami tak dapat
bertahan. Celaka sekali, seorang pelajar setengah tua, yang memelihara kumis mablang,
secara diam-diam telah menyerang Paman Siokmu dengan suatu senjata rahasia
berkilauan hijau.. Pek Kong berseru: Senjata itu ialah jarum Cian Tok Bong hong-ciam! Pelajar itu
adalah Hian Kie Siu-su. Betapa aku membencinya! Aku ingin mencincangnya berlaksa
potong! Pek Coan mengangguk. Benar dia! ia membenarkan adik seperguruannya itu. Pamanmu menjerit keras
ketika ia terkena senjata rahasia berbahaya itu. Ia lalu menerjang dengan keras untuk
membuka jalan darah. Tetapi aku, aku tertawan oleh Tong Thian Tok Liong. Mulutku
dijejalkan semacam barang yang bau sekali, maka sejak itu, aku tak sadarkan diri lagi.. .
Kak , kata Pek Kong yang, menahan kesedihannya, apakah kakak mengetahui
tentang asal usulku"
Ditanya begitu, Ong Pek Coan terdiam. Ia berpikir keras"
Adik , sahutnya kemudian, Kau dan adik Honghu sudah memiliki ilmu silat yang
sempurna, kukira tak ada halangan lagi untuk aku berbicara terus terang. Kalian berdua
berbeda nama keluarga, namun sebenarnya kalian adalah saudara-saudara kandung!
Pek Kong terperanjat, ia menjerit lalu menangis. Kak! teriaknya terus menubruk
Pek Hee sehingga ia terjatuh dalam pelukannya si nona, yang membentangkan
tangannya menyambutnya. Pek Hee menangis sehingga ia tak dapat mengatakan sesuatu. Semua hadirin
menjadi girang berbareng heran. Segera Sun Siu bersama Pui Hui, In Tong dan Hong
Lim membujuk kakak beradik itu agar jangan bersedih lebih lama pula. Kini saatnya
mereka berdua harus bersuka ria.
Sendirinya Pek Hee merasa malu. Syukur rahasia hatinya hanya diketahui oleh Pui
Hui, In Tong dan Hong Lim bertiga. Jadi ia masih dapat mundur teratur.
Kak.., kemudian Nona Honghu tanyakan Pek Coan, ketahuilah kakak mengapa kami
berdua adalah saudara kandung, namun she kami berlainan"
Segera kakakmu memberikan keterangannya, "dik", sahut Pek Coan. Saat itu, "dik",
Kau masih terlalu kecil sewaktu suhu dan sunnio, ayah bundamu, diserbu oleh Tong
Thian Tok Liong serta kawan-kawannya. Suhu binasa diantara hujan tikaman dan
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 733
yoza collection bacokan pedang. Su nio dapat menerobos keluar akan tetapi ia terluka parah. Maka
sunio meninggalkan surat yang ditulisnya dengan darah bersama pekbweko ia
sembunyi lu adik ditinggalkannya ditengah tegalan, dengan
maksud bila ada orang yang berlalu lalang nanti, orang itu dapat memungut dan
menolongnya. Setelah itu, su nio pun melahirkan Pek Kong, yang dititipkan kepada
paman guru agar supaya tak terhabiskan oleh musuh dan keluarga Tek dan Pek tidak
putus turunan" Maka adik Kong diberikan she ibunya, Ketika itu paman Siauw sudah
dipesan tidak akan mengajarkan adik Kong ilmu silat, agar kemudian hari, adik Kong
tidak mengantar jiwa ke dalam tangan musuh . . .
Mendengar demikian, para hadirin terdiam, semua terharu.
Tapi tak lama, mereka semua sudah lagi bermupakatan.
Mereka bersatu pikiran untuk bersama-sama menyerbu Thian Liong Pang, guna
membasmi perkumpulan Naga Langit yang sama-sama berbahaya itu. Mereka juga
meminta bantuan dari pelbagai pihak. Buat ini Cie Jiam Toojin Auwyang Kian diminta
menjadi pengaturnya. Kemudian telah ditetapkan Siangkoan Sun Siu harus pergi mengundang Hong
Hweeshio serta Sin Ciu Cui Kit. si pendeta angin-anginan dan pengemis pemabukan.
Honghu Pek Hee bersama Ouw Yam Nio akan mengundang Pee Bie Loolo serta Bwee
Hong Soat Nie, Pui Hul bersama Kat In Tong memperoleh tugas mencari Siauw Couw
Kun, Liu Hong Lim harus menanti dahulu tibanya In So Ceng, untuk bersama-sama
menuju ke Loo Ya Nia menemui Geng Khong Seng Nie.
Ong Pek Coan bersama Tok Kak Yong Cun. karena harus berobat lebih jauh, mereka
minta tempo untuk beristirahat. Mereka akan dirawat dan dilindungi oleh Pek Kong
bersama Ho Tong. Buat sementara mereka dipindahkan kegunung Giok Hang San,
supaya pihak Thian Liong Pang tak mudah mencegahnya.
Semua utusan itu berjanji akan memakai tempo setengah bulan pergi dan pulang
dan pulangnya akan berkumpul didusun Kay pay-tin dekat, atau dikirinya, gunung Kiu
Kiong San. Dari tempat itu mereka bakal mulai berangkat guna menantang dan
menyateroni Tong Thian Tok Liong.
Demikianlah, setelah mengantarkan setiap utusan berangkat, maka Pek Kong
bersama Ho Tongpun menuju ke Giok Hong San dimana mereka dapat tempat
menumpang disebelah kelenteng agama To Kauw.
Disini, Pek Kong mendapat tugas yang tidak ringan. Disiang hari mereka dapat
beristirahat dengan hati lega, akan tetapi setibanya sang malam, anak muda itu harus
waspada. Ho Tong doyan tidur, jika malam tiba, dengan menaruh kepala diatas
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 734
yoza collection pembaringan saja, lantas ia tidur, menggeros. Hingga anak muda kita kebanyakan biasa
duduk sendirian saja ditemani sang lampu.
Begitulah pada suatu malam, ruwet pikirannya Pek Kong. Berada seorang diri, tibatiba ia ingat urusan dirinya sendiri, Ia ingat akan keluarga Tek, hal ayah bundanya dan
Paman Houwnya. Semua mereka itu binasa ditangan Thian Liong Pang.
Buat menghadapi Tong Thian Tok Liong, ia merasa cukup kalau ia sendiri yang
pergi mencari musuh itu, tak usah ia mengumpulkan dan menggeraki banyak orang.
Hanya ada kesulitannya. Justeru puterinya Sian Hiauw In-- Nona Sian Hui Sim. Nona itu
telah berulang kali menolongnya. Tanpa bantuan nona itu mungkin ia tak hidup sampai
sekarang ini, ia tentu takkan memiliki kepandaiannya yang liehay itu. Terutama ia pula
sudah memberikah janjinya kepada si nona akan tidak memusuhi ayahnya itu.
Seorang manusia tak boleh tak mempunyai kepercayaan! demikian pikirnya Dan
aku harus memegang janjiku. Tapi sekarang, karena mesti menghormati janji, tak dapat
aku membalaskan sakit hatinya ayah-bunda serta pamanku itu.. ,Masihkah aku dapat
menjadi seorang manusia atau seorang anak" Kemana aku barus menaruh mukaku"
Makin ia berpikir, Pek Kong merasa hatinya tertekan makin berat, maka tanpa
merasa ia melangkah keluar pintu, menuju kebelakang kelenteng.
Sudah tua sekali usia rumah suci itu, tembok pekarangannya ada beberapa bagian
yang telah runtuh. Diwaktu malam seperti itu, seluruh kelenteng, luar dan dalam, sangat
sunyi. Suasana diam itu membuat si anak muda terharu. Ia bersendirian, tiada kawan
yang dapat diajak bicara.
Sekonyong-konyong Dibelakangnya beberapa buah pohon, dengan mendadak tampak memancarkan
sinar hijau mirip asap, yang bergerak-gerak bergelindingan bulak-balik.
Ah! p kirnya, Adakah ini yang orang bilang api setan"
Dengan kesangsian, dengan hati curiga, Pek Kong berlari kearah api setan itu atau
jerambang. Baru ia lari sejauh sepanahan, api itu mendadak lenyap sendirinya, tanpa
bekasnya. Sehingga ia berpikir, apa itu bukan daun-daun atau rumput busuk, yang
memancarkan cahaya sendiri. Lalu ia berjalan pulang serta masuk kedalam. Ho Tong
tak ada di pembaringannya.
Apakah ia kebelakang pikirnya. Segera ia memanggil: Ho Tong! Ho Tong!
Tidak ada jawaban. Ketika panggilannya di ulangi tetap kelenteng itu sunyi
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 735
yoza collection Au! Si anak muda kaget dan timbulah kecurigaannya. Tidak ayal lagi, ia lari
kekamar sebelah, kamar Ong Pek Coan dan Tok Kak Yang Cun.
Betapa terkejutnya, dua orang itupun tidak ada di tempatnya!
ka! si anak muda berseru. Ia lari ke cimchee, yaitu halaman dalam, dimana ia
Pendekar Yang Berbudi Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengenjot tubuhnya mencelat naik keatas genteng dan segera mengawasi
sekelilingnya. Disana, menuju kebarat, terlihatlah beberapa bayangan orang berlari-larian.
Kecuarigaan Pek Kong bertambah-tambah. Segera ia lompat turun dari genteng
dan lari mengejar. Ia menggunakan ilmu lari meringankan tubuh. Ia melintasi kuil Houw
Pauw Sie dan tiba di solokan Sip Pat Kian.
lah ia menyusul mereka, bahkan ia menyampok satu
orang yang memanggul satu bungkusan besar sehingga orang itu roboh.
Yang lainnya kaget, mereka lari berpencaran. Tak mau mereka berhenti.
Pek Kong mengejar seorang yang lari kesebelah kanannya.
Orang itu memanggul sesuatu dipunggungnya. Itulah dua orang yang lari kearah
kanan itu. Mereka adalah seorang rahib Too Kauw dan seorang biasa, muka mereka
ditutup dengan topeng. Yang dipanggul dipunggung mereka adalah masing tnastng
sebuah karung besar. Rupanya mereka tidak ungkulan lari lebih iauh dengan bawaan
barang seberat itu. Segera mereka berhenti berlari dan menurunkannya. Setelah itu
mereka memutar tubuh menyambuti pengejarnya dengan satu serangan mendadak.
Hebat anginnya empat tangan mereka. Melihat ia diserang secara tiba-tiba, Pek Kong
meloloskan diri dari ancaman bahaya dengan menjejakkan kakinya ditanah dan
tubuhnya berjumpalitan diatas, melewati kedua penyerangnya itu. Begitu ia tiba di
belakang mereka, ia pun balas menyerang.
Kedua orang itu tidak menduga akan penyerangan balasan itu. Belum lagi mereka
memutar tubuh, mereka sudah terhajar roboh. Pek Kong tidak memberikan waktu
lowong. Ia maju dan menyabet muka si imam. Ia melompat dengan tipu silat 'Harimau
Si rahib kaget, ia sempat bangun berdiri namun tidak ada ketika untuk memperbaiki
tubuhnya. Maka ia berkelit dengan lompat berjumpalitan kesamping. Sambil
berjumpalitan kedua kakinya dipakai menendang.
Untung Pek Kong sebat dan lihay, ia lolos dari tendangan dan maju terus.
Rahib itu baru menaruh kakmva atau mukanya sudah kena dijambret.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 736
yoza collection Aduh! teriaknya. Selain topengnya juga hidungnya terkena tangan si anak muda.
Hanya sekejap, Pek Kong mengenali rahib Im Yang Toojin.
Hahaha! ia tertawa dingin
seorang manusia ke Mengapa kau tidak mau lekas-lekas memperlihatkan diri peribadimu " Mari, keluarlah agar aku si
orang s Kata-kata yang belakangan ini ditujukan kepada orang lain, yang bukan pendeta
atau rahib. Pek Kong segera mengenali Ho Siu Cbong Liong Ku Kun. Maka ia tertawa dingin
pula. Ha, tak kuduga, salah seorang dari keempat Toa Chee juga seorang bandit saja!
Pek Kong menghina. Terus ia maju menghampiri.
Ku Kun bersuara besar, akan tetapi bila ia melihat orang maju kepadanya, segera
ia melangkah mundur, untuk sampai kesamping Im Yang Toojin, sehingga mereka
berdua berdiri sejajar. Pek Kong tidak menghiraukan orang, ia hanya menghampiri karung besar itu. Ia
berjongkok membuka ikatannya, dan isinya, ialal Tok Kak Yang Cun. Secepat kilat ia
menotok orang agar bebas dari totokan lawan. Begitu orang tua itu sadar, ia berkata:
Tootiang, tolong orang dalam karung itu! Ia menunjuk pada karung yang pertama.
Sesudahnya, dengan air muka tawar, ia menghadapi Im Yang Toojin dan Ku Kun, yang
tidak segera mengangkat kaki.
Dari tiga orang yang hilang, dua sudah ditemukan! katanya, keras. Sebab itu, dan
antara kalian berdua, salah satu harus berdiam disini sebagai barang tanggungan!
Katakanlah, siapa diantara kalian tinggal disini. Kalian boleh berempuk!
Ku Kun marah bukan main! Ia menjadi anggota dari Sa Toa Sat Chee, si Empat
Bintang jahat. Dalam dunia Sungai Telaga ia ternama besar. Kini ia dibinasakan secara
demikian, tak dapat ia berpeluk tangan saja.
'Kau lihat, kakekmu membereskanmu! teriaknya sambil melangkah maju.
Sret demikianlah suara pedang dihunus. Itulah Im Yang Toojin, yang bersiap sedia
melakukan perlawanan. Iapun berkata dengan nyaring pada kawannya: Kau benar,
saudara Ku! Hari ini kita harus membuat bocah ini memuncratkan darahnya.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 737
yoza collection Ku Kun melompat maju menyerang dengan dua belah tangannya.
Justeru kawan itu menyerang, bertepatan Im Yang Toojin membalikkan tubuhnya
mengangkat kaki! Kurang ajar! teriak Pek Kong, yang menjadi marah sekali. Sebab itu, sambil berkelit
dari serangan Ho Siu Cong Liong, ia melompat lari menyusul rahib yang licik itu.
Ku Kun lihay dan cerdik. Melihat si ana muda lompat tinggi, ia bergerak membarengi
guna menyambar selangkangan si anak muda
Ia menggunakan tipu silat yang,
Memetik Buah. . . . Melihat demikian, Pek Kong marah bukan main! Kecuali dirintangi, ia pun terancam
ba Kau cari ajalmu! bentaknya. Segera ia menyambuti tangan penyerang ini, lalu
ditangkap terus ditarik dengan keras sekaligus dilemparkan kearah Im Yang Toojin.
Ku Kun tak berdaya, tubuhnya terangkat dan terlempar kearah kawannya. .
Im Yang Toojin sudah membalikkan tubuhnya. Ia menyangka Pek Kong
mengejarnya, maka sambil berbalik, ia menahas. Ia mempergunaknya waktunya yang
tepat. Adu ' demikianlah terdengar suatu jeritan yang menyayat hati dan kaki kiri Ku
Kun sudah terbabat kutung! Segera robohlah tubuhnya bergelindingan di tanah.
Pek Kong maju terus. Ia menghadang di depan si rahib sambil tertawa tawar.
Ho Siu Chong Liong tepat mendapat bagiannya" katanya, kering! Tetapi kau rahib
dosamu bertambah berlipat ganda. Kini janganlah
kau memikir pula akan dapat lolos
Bukan main takutnya, si rahib, namun dalam keadaan yang seperti itu, ia menjadi
tanpa mengatakan sesuatu, ia mendahului menyerang. Dengan tangan kanannya, ia
menggunakan pedang, dan tangan kirinya dengan tangan terbuka.
Pek Kong sedang marah sekali. Ia bukan menantikan serangan, bahkan mendahului.
Ia berkelit kesamping dengan kegesitan luar biasa, dari samping itu kedua tangannya
diluncurkan kepada lawannya
Aduh si rahib menjerit, terus terlepaslah kedua belah tangannya.
Pek Kong segera menoleh, ia melihat orang yang diculik itu, yang disebabkan oleh
Tok Kak Yang Cun, bukan Ong Pek Coan, sang suheng. Lalu ia berpaling pula pada Im
Yang Toojin serta berkata dengan bengis: Hari ini aku beri ampun pada jiwamu, agar
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 738
yoza collection kau tetap masih hidup! Aku beri tempo tiga hari kepadamu, jikalau kau tidak
mengantarkan Ong Pek Coan pulang kesini, aku akan bikin gunung Ku San banjir dengan
darah begitupun Kiu Kong San dan tempat lainnya yang menjadi sarangmu!
Sebab itu tanpa mengatakan sesuatu pula melangkah seribu, menyingkir dari
hadapan anak muda itu. Pek Kong merasa sangat menyesal atas kehilangan Ong Pek
Coan, mukanya nampak merah dan sikapnya lesu waktu ia memberi hormat pada Tok
Kak Yang Cun serta berkata:
'Loociang. maafkanlah aku yang muda karena. penjagaanku kurang sempurna
sehingga lootiang menjadi kaget
-cepat Tok Kak Yang Cun membalas hormat
pula. angan merendah, siauwhiap, katanya. Aku sendiri tidak berarti apa-apa, yang
disayangi ialah tidak adanya saudara Ong Pek Coan, karenanya kita tidak mempunyai
saksi. Pek Kong terdiam. Tapi.. katanya kemudian, disini masih ada Ho Siu Chong Liong
Ku Kun.. demikianlah terdengar jeritan tertahan, yang terputus, mengganggu katakata si anak muda. Jeritan itu dibarengi dengan suara tertawa dingin dan satu suara
Sree Dalam terkejutnya, si anak muda segera berpaling dan ia menyaksikan sesuatu
yang membuatnya heran dan menyesal.
Disana terlihat Ku Kun rebah binasa, kepalanya terpisah dari tubuhnya. Disana
tampak In So Ceng sedang memasukkan pedangnya ke dalam sarungnya, alis nona
berdiri, matanya melotot . Sebab si nona itulah yang menabas kutung batang lehernya
orang Thian Liong Pang itu" Bahkan si nona tertawa dingin pula dan berkata dengan
suara tawar: Manusia sejahat ini masih kau ingin beri hidup..
Lupa segala sesuatu, Pek Kong girang tidak kepalang melihat si nona itu.
Adik..! serunya sambil lompat menghampiri. Hanya ia tertegun mendengar suara
nona itu serta melihat sikapnya yang bengis. Segera ia berkata. Adik, kau belum
mengerti dengan jelas ! Aku bukan menyayangi dia hanya karena kakak Ong Pek Coan
telah di culik maka.. . Hm! si nona memperdengarkan suaranya pertanda ia masih sengit. Apakah satu
jiwa ini dapat ditukar dengan Ong Pek Coan "
Repot juga Pek Kong menghadapi nona yang sedang panas hati itu.
usahamu, dik" tanyanya.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 739
yoza collection So Ceng tetap tidak puas. Katanya dengan keras: Pantas adik Siauw melarang aku
mencarimu, kiranya kaulah seseorang dengan si fat mudah berubah.
Mengapa kau tidak mengutamakan budi" Marilah aku tanyakan kau: Siauw Seng
Houw sudah merawatmu dari kecil, kau tahu ia binasa ditangan Sian Hiauw In, mengapa
tidak membalaskan sakit hatinya" Apakah benar mereka ingin berbuat sesuatu kepada
orang lain" Benarkah kau ingin mendapat muka dari kedua belah pihak"
Pek Kong terheran-heran. Ia terdiam sedemikian lama, lalu ia menghela napas.
Ah.. keluhnya. Adik, sekalipun kau tak dapat mengerti. Sebab itu dalam dunia ini
ada siapakah lagi yang mengerti aku--Betapa senang In So Ceng mendengar suara pemuda itu, tapi ia sengaja masih
bersikap keras. Baik! demikian katanya: Sudahlah, tak usah kau bicara pula! Perkara Keluarga
Siauw tidak ada hubungannya lagi denganmu!
Begitu mengakhiri pembicaraannya, Nona In segera pergi !
Adik! Adik! Pek Kong memanggil-manggil ia terkejut, segera ia lari menyusul.
Mengertilah anak muda ini perihal Siuaw Couw Kun sudah memberitahukan In So
Ceng tentang urusannya dengan Sian Hui Sim di Ap Cui Kang. Jika tidak, tak akan nona
itu bersikap begini keras.
Sambil lari menyusul, Pek Kong teringat Siauw Couw Kun. Ia heran mengapa adik
itu tidak turut bersama In So Ceng.
Oh, celaka! serunya kemudian. Mungkin adik Couw Kun pergi menyerbu Kiu Kiong
San! . . Akhirnya dapat juga Pek Kong menyandak So Ceng.
Mana Couw Kun" tanyanya.
Nona itu menoleh, matanya melotot
Masihkah kau prihatin atas hidup dan matinya adik Siauw" tanyanya dingin.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 740
yoza collection Pek Kong bingung. Ia menjawab: Ia dengan aku melebihi hubungan kakak beradik,
mana aku tak prihatin terhadapnya" Oh, adik, aku minta kau bicaralah tentang adik
Couw Kun. So Ceng sudah berjalan terus, namun ketika mendengar suara orang bergetar ia
memperlambat langkahnya. Ia menoleh pula dan tertawa.
Bila kau sungguh prihatin terhadapnya pergilah kau susul dia! sahutnya. Jika kau
tidak mau menyusulnya maka kita berdua, marilah kita putuskan hubungan kita dengan
satu tabasan dan jangan kau melihat lagi padaku!
Pek Kong terkejut! Takkan aku menyia-nyiakan kau, adik! katanya cepat. Setelah itu, ia lompat dan lari
mendahului nona itu. Demikianlah si anak muda melakukan perjalanannya ke Kiu Kiong San, siang dan
malam. Ia tidak membuang-buang waktu kecuali untuk makan dan minum. Maka juga
di hari kedua, ia sudah tiba digunung yang dituju itu dan ia melihat gunung itu banyak
puncaknya. Hanya disini ia menjadi bingung. Ia tidak melihat sarang penjahat, pun ia
tidak berjumpa dengan, Siauw Couw Kun! Di sanakah adik" Mungkinkah dia telah
tertawan musuh" Bila demikian, dimanakah dia dikurungnya" Lalu bagaimanakah
dengan nasibnya" Dengan berpikir lebih jauh, Pek Kong teringat perihal ia menolongi Ouw Yam Nio
didalam gua batu. Sampai ia masuk di kamar rahasianya Leng In Ie-su. Ia berpikir akan
mengambil jalan itu. Begitu anak muda ini tiba didepan air terjun, mendadak ia nampak melesatnya satu
sinar biru dari sisinya. Sesudah ia mengawsi dengan tajam, ia mengenali Na Po, pesuruh
kepercayaan Tong Thian Tok Liong.
Adik! panggilnya. Na Po segera melambaikan tangannya, mencegah orang bicara terus, lalu ia
menarik tangan pemuda itu untuk diajak melintas ke belakang sebuah batu gunung
dimana ia mulai berbicara, katanya. Kawanan hantu sedang rapat diatas puncak Siang
Goang Hong! Mereka menantikan tibanya Hong Hwee Hoat su dan kedua bhikshuni tua,
umuk mengadakan perundingan. Aku sedang menjalankan perintah mengundang
mereka. Kak, mau apa kau datang kesini"
Pek Kong tercengang. Pendekar Yang Berbudi - Halaman 741
yoza collection Adik! tanyanya, mengapa kau dapat berbicara"
Na Po tampak merah mukanya, ia tertunduk. Kemudian ia mengangkat kepalanya
dan sambil tertawa menjawab. Selama di Ap Cui Kang. Khong Lio Dengan sudah
memberikan aku obat yang membuatku bisu, setelah itu.. . Mukanya semakin bertambah
merah. Dengan perlahan, ia berkata pula. Kak, jika kakak memerlukan sesuatu, lekaslah
kau katakan! Aku harus segera pergi melakukan tugasku!
Pek Kong sedang bingung. Ia tidak memperhatikan roman muka orang yang tak
wajar itu. Na Po seperti malu sendirinya. Lantas ia bertanya. Apakah gua itu nembus
ke Siang Goan Hong "
Apakah kau lihat seorang nona dengan topeng hitam tiba disini"
Na Po tidak menjawab, hanya wajahnya nampaknya sangat perhatian terhadap si
anak muda, katanya: Aku lihat, kak, lebih baik..
Adik! Pek Kong menyelak. Adik cukup as
Anak itu tampak berduka. Jika kakak ingin menempuh bahaya itu, baiklah, sahutnya kemudian. Kak, tak
dapatkah adikmu mencegahmu pula" Memang gua ini adalah jalan terdekat mendaki
puncak Siang Goan Hong, hanya disepanjang jalan, di mana saja, tentu ada perangkap
atau penjagaannya. Mari aku berikan petunjuknya.
Benar-benar Na Po memberikan keterangannya. Juga tentang bagaimana membuka
dan me nutup berbagai alat rahasianya itu, ia menambahkan. Dua orang yang tertawan
itu kini di kurung dalam dua buah kamarnya. Pangcu dan Leng In Ie su, kedua kamar
itu berada di belakang kamar mereka. Itu adalah kamar-kamar dari batu. Bila kakak
menuju langsung dari sini tentu kakak akan menemui kedua kamar itu. Semoga kakak
berhasil membekuk Tong Thian Tok Liong atau puterinya untuk dijadikan orang
tanggungan. Jika sebaliknya, tentu kakak akan menghadapi banyak ancaman bahaya.
Aku lemah, rak dapat aku membantu sesuatu, kecuali mengganggu mereka secara
diam-diam.. . Mendengar itu, Pek Kong insyaf bahwa ia akan menghadapi bahaya. Akan tetapi ia
tidak gentar. Terima kasih, dik, katanya. Kau sudah memberikan banyak budi kepadaku. Tak
usah pula kau menjeratkan dirimu dalam bahaya! Kini silahkanlah kau undang mereka
itu. Sebentar diatas puncak, aku akan melakukan pertempuran yang memutuskan!
Mata Na Po bersinar, agaknya ia ingin mengatakan sesuatu pula namun gagal.
Akhirnya ia hanya dapat berkata: Kak, kau baik-baiklah! Lalu ia pergi.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 742
yoza collection Pek Kong heran. Baru sekarang ia merasa Na Po berbicara dan berkelakuan aneh.
Akan tetapi, saat ini sudah tak ada kesempatan lagi untuk berpikir banyak. Ia maju
dengan mengikuti petunjuk anak itu. Ia memasuki gua, yang berada didekatnya itu.
Tanpa rintangan, ia sampai disebelah dalam dimana segera ia mendengar suara Tong
Thian Tok Liong. Wanita itu tidak seharusnya diberi ampun! demikianlah suara keras dari ketua
Thian Liong Pang itu. Kita mesti jaga dia agar jangan menjadi ancaman malapetaka
dibelakang hari! Jika bocah perempuan itu dibinasakan , terdengar suara Leng Ie su, maka kita
harus bermusuhan dengan Ceng Khong si bhikshuni tua, akan tetapi mengingat lambat
laun kita akan bentrok dengannya, ada baiknya Jika sekarang kita singkirkan salah satu
pembantunya ! Mendengar suara itu. Pek Kong kaget sekali. Itu artinya orang ingin
binasakan Siauw Couw Kun. Tanpa ragu-ragu lagi, ia menarik sebuah gelang besi, maka
dengan memperdengarkan satu suara nyaring, terbukalah dinding dihadapannya, yang
merupakan sebuah pintu. Bertepatan dengan itu anak muda ini merasakan ada tangan yang lembut
menyentuh punggungnya, hingga ia terkejut dan segera berpaling. Lalu ia lihat Nona
Sian Hm Sun mendadak muncul di belakangnya. Sejenak ia segera mengerti. Ia pegang
Pendekar Yang Berbudi Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tangan orang, untuk digenggam erat-erat!
Orang di dalam terkejut mendengar suara pintu rahasia, dinding tembok, terbuka
secara tiba-tiba. Iapun melihat si anak muda, sehingga ia terkejut.
Bocah, sungguh besar nyalimu! ia menegur dengan bengis Bagaimanakah kau
berani datang ke sini"
Itulah Suara Tong Thian Tok Liong.
Pek Kong menarik Hui Sim kedepannya Ia tertawa menyambut teguran itu!
Sian Hiauw In! ia balik menegur. Sian Hiauw In, bila kau tidak menyayangi lagi
puterimu ini, mari, mari kita bertempur. Sebaliknya, jika kau masih menyayanginya, mari
kita bicara. Tong Thian Tok Liong terkejut. Ia melihat snaka ui Sim berada dalam genggaman
si anak muda Semula ia menduga anak itu dan musuhnya sedang bersandiwara,
sampai ia me lihat muka si anak pucat pasi sebab ketakutan la bingung berbareng
marah sekali. ajalmu" bentaknya. Siapa suruh kau lari kesini" sang putri
terdiam, ia hanya menyeringai kesakitan.
Pendekar Yang Berbudi - Halaman 743
yoza collection Pek Kong tertawa dingin. Sudah, Sian Hiauw In! katanya. Tuan mudamu tak sempat mendengarkan kau
mendidik puterimu ini! Lekas kau bebaskan Ong Pek Coan dan Siauw Couw Kun. Jika
tidak, anakmu ini tak akan menanti didikanmu lebih jauhi
Leng In Ie su, yang sejak tadi berdiam saja berteriak-teriak,
Serahkan dua makhluk itu kepadanya! katanya kepada muridnya. Iapun sangat
mendongkol. Celaka Kiu Kiong San! Nama baiknya sudah dirusak oleh kalian ayah dan
anak yang tolol! Kau mau bicara apa lagi"
Tong Thian Tok Liong tidak berani berkata sesuatu pula. Agaknya jeri betul terhadap
gurunya itu. Segera ia bertindak ketembok memegang dan menekan sesuatu, dan
ditembok itu muncullah sebuah pintu. Lalu terlihatlah pemandangan didalamnya yang
merupakan sebuah ruangan besar bagai pendopo istana.
Begitu pintu terpentang, Hiauw In memberikan perintahnya kepada dua orang pria
bertubuh tinggi besar, yang berdiri tegak dikedua sisi pintu: Bawa kesini pria serta
wanita itu! Kedua orang itu menjawab: Ya! sambil mengangguk dan terus pergi. Hanya
sebentar mereka sudah kembali bersama dua orang pria dan wanita, yang matanya
terpejam tak sadarkan diri.
Pek Kong melihat Ong Pek Coan dan Siauw Couw Kun hanya pingsan sebab ditotok.
Maka dengan tak membuang waktu lagi, ia berkata: Sekarang aku minta puterimu
bersamamu mengamarkan kami sampai diluar, dipintu besar! Jikalau tidak terjadi
sesuatu atas diri kami, puterimu ini tak akan terganggu sekalipun selembar rambutnya.
Walaupun ia sangat mendongkol, Hiauw In tak dapat tidak meluluskan permintaan
orang. Dengan terpaksa ia mengantarkan sianak muda keluar. Anak muda itu masih
tetap memegangi lengan puterinya. Kedua orangnya turut serta membawa Pek Coan
dan Couw Kun. Keluarnya orang dari pintu besar. Tong Thian Tok Liong berseru: Mati aku! Inilah
disebabkan kemendongkolannya itu- Terus ia jatuh duduk.
Dengan menarik lengan Hui Sim, Pek Kong mengikuti kedua orangnya Hiauw In
yang membawa Pek Coan dan Couw Kun. Mereka berjalan terus, sampai jauh
meninggalkan pintu besar dan berada disebuah halaman terbuka.
nilah terpaksa, nona, kata Pek Kong kemudian pada Hui Sim. Maafkanlah aku.
Ketika itu kedua pengantar tadi sudah pergiPendekar Yang Berbudi - Halaman 744
yoza collection Hui Sim nampak sangat berduka, ia menghela napas. Katanya perlahan: Kau
pergilah! Bila kau menemui jalan cabang, ambillah yang kanan! Dan kalau kau
menghadapi rimba, janganlah memasukinya! Dengan mata merah, lekas-lekas nona itu
memutar tubuhnya dan pergi bersama kedua orangnya.
Pek Kong mengawasi terus kepintu besar diatas mana nampak tiga huruf. Sui Keng
Kiong , nama dari tempat itu, yang adalah sebuah kelenteng. Diam-diam, hatinya
tergetar. Lalu ia menotok bebas pada Pek Coan dan Couw Kun, membuat mereka sadar.
Heran Nona Siauw begitu ia membuka matanya. Ia berada disuatu tempat terbuka
dan mendapatkan Pek Kong bersama Ong Pek Coan dihadapannya.
Ah! serunya, tertahan. Tadi aku terkurung dalam rimba bambu, mengapa kini aku
Pek Kong mengira si nona sudah berubah sikapnya dan mau berbicara dengannya.
Segera ia berkata: Adik Couw, kau telah ditawan Tong Thian Tok Liong. Tadi . .
Fui! si nona menyelak dengan bengis.
Siapakah adikmu" Adikmu ialah itu perempuan yang lain! Jangan kau perdulikan
urusan ayahku lagi! Ong Pek Coan bingung. Ia tidak mengetahui hal ihwal sepasang muda-mudi itu.
Sabar, sumoay, katanya ingin menghibur. Kematian ayahmu itu disebabkan ia
ingin membalas sakit hati ayah bunda adik Pek ini, maka itu musuh kalian berdua ialah
Tong Thian Tok Liong. Bagaimana ia dapat dilarang untuk tidak campur tangan dalam
urusan pembalasan itu"
Couw Kun tertegun mendengar kata-kata si orang she Ong. Hanya sejenak, lantas
ia melototi Pek Kong dan dengan bengis ia berkata: Bukan saja kau tidak
memperdulikan sakit hati ayah bundamu lagi, bahkan kau sudah berjanji pada
perempuan itu akan tidak memusuhi pula Tong Thian Tok Liong! Oh, manusia yang tak
berperikemanusiaan, lebih baik kau pulang siang-siang!
Adik Couw, kata Pek Kong dengan bingung. Dik, kau belum tahu duduknya hal
Fui! Couw Kun meludah dan terus berlari pergi. Pek Kong kaget. Terutama ia
khawatir nona itu tidak kenal jalanan.
Adik. panggilnya. 'Tunggu!' Ia pun menoleh pada Ong Pek Coan serta mengajaknya
Kak, mari turut aku! Pendekar Yang Berbudi - Halaman 745
yoza collection Sayang sekali, pemuda ini sudah jauh ketinggalan baru satu lintasan, Couw Kun
sudah lenyap dari pandangan matanya. Ketika ia menoleh, iapun tidak melihat Ong Pek
Coan lagi yang tadi ia tinggalkan dibelakangnya!
Ah, celaka! serunya, tertahan.
Sewaktu dia bingung, tiba-tiba ia dengar suara nyaring yang datang dari tumpukan
batu disisinya. Suara itu, berbareng ditimpali dengan gelak tertawa yang amat nyata.
Bocah she Siauw, kau anggap dirimu lihay luar biasa, mengapa kau tidak dapat lolos
t Kwa Tin , ialah barisan rahasia segi delapan.
Segera terdengar suara Couw Kun Kau siapa"
Nona itu mendapat jawaban: Akulah si orang tua musuhmu! Ayahmu berdosa,
maka ia nenerima ajalnya. Sebab itu, janganlah kau heran bila pangcumu
membinas.akannya, bahkan juga sekalian ingin membinasakanmu, agar kamu habis
sekeluarga! Aku tidak mau memberi ampun lagi padamu!
Siauw Couw Kun marah bukan main! Manusia busuk' dampratnya Kau tua bangka
beranikah kau keluar. Kau rasakan pedangku!
Pek Kong tercengang. Ia mengawasi kearah suara, namun tak melihat suatu apa
Hanya terdengar kata-kata itu dan mengenali suara orang. Ia mau bertindak, namun
tiba-tiba ia dengar suara keras dari Tong Thian Tok Liong.
Anak kecil, awas, ajalmu hampir tiba! Tetapi tunggu pangcumu bereskan dulu
sibocah she Pek, baru aku bereskan kau! Supaya kalian berdua pergi bersama
menghadapi Raja Ya-ma! Kau mau cari aku, itulah bagus! pikir Pek Kong. Kau sendiri yang ingin memusuhi
Hijaunya Lembah Hijaunya 21 Hardy Boys Misteri Jejak Zombie Misteri Kapal Layar Pancawarna 2
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama