The Last Secret Of The Temple Decrypted Karya Paul Sussman Bagian 2
mengapung di air mancur pusat kota, sudut pandang sempurna
untuk tulisan feature-nya mengenai para kaki tangan, yang dia
garap untuk Guardian. hanya perlu waktu beberapa jam untuk
meneliti. Saat mereka berada di sana, terjadi lagi bom bunuh diri
al-mulatham pada sebuah pesta pernikahan di Tel Aviv. Israel
kemudian menutup seluruh Tepi Barat, tidak memberinya pilihan
kecuali untuk menyenangkan diri dengan teman kuliah lama, yang
pada saat bersamaan helikopter senjata Ah-64 Apache buatan
Amerika telah menunggu di atas, menembaki gedung otoritas
Palestina yang masih separuh hancur sejak terakhir kali mereka
menembakinya. ~ 56 ~ THE LAST SECRET OF THE TEMPLE
Ini bukanlah kegiatan menunggu yang sepenuhnya sia-sia. Ia
mengangkat kisah penjarahan barang-barang antik dan telah
mengatur wawancara dengan Sa"eb marsudi, salah satu pemimpin
Intifada Pertama dan bintang yang mulai bersinar di kancah politik
Palestina. Ia seorang yang karismatik"muda, penuh gairah, tampan, dengan rambut hitam dan keffiyeh terpilin di lehernya"dan
seperti biasa, telah memberinya beberapa catatan penting.
Sekarang, ternyata, Layla cemas untuk kembali ke Yerusalem.
Chayalei David, para Pejuang David, telah menguasai sebuah
bangunan di Kota Tua, yang terdengar seperti feature yang baik.
Sementara itu Layla sendiri sudah seminggu melebihi tenggat
waktu yang diberikan al-Ahram, ketika ia sedang menyelesaikan
artikel tentang malnutrisi pada anak-anak Palestina. Lebih dari
semuanya, ia hanya ingin cepat kembali ke apartemennya, segera
mandi"IDf telah memutus suplai air ke Ramallah dan ia belum
membersihkan diri secara sempurna sejak pagi sebelumnya. Bau
yang agak asam menyeruak dari blus dan celana panjangnya.
Ia kini berada dua puluh meter menjelang pos penjagaan dan
berhenti. Sebuah truk terbuka yang berisi semangka diperintahkan
untuk berbalik. Si sopir berteriak dan menggerakkan tangan pada
salah seorang serdadu yang hanya menatapnya tanpa minat
melalui bayang-bayang cermin dan kadang-kadang mengeluarkan
kata "Ijmia?"pulanglah. Dari arah berlawanan, kendaraankendaraan lain juga mengantre, keluar dari Yerusalem, walaupun
tidak sebanyak yang berada di sisi ini. Di sebelah kirinya, ambulans
Bulan Sabit merah tak bergerak dengan lampu merahnya berputarputar tak berdaya.
Ia telah menulis tentang situasi seperti ini lebih dari sepuluh
tahun lalu, diterbitkan ke dalam bahasa Arab dan bahasa Inggris,
menulis untuk apa saja dari Guardian ke al- Ahram, dari Palestinian
Times ke New Internationalist. Setelah peristiwa yang menimpa
ayahnya, tidak mudah baginya menegakkan dirinya sendiri,
khususnya pada hari-hari awal setelah kepulangannya dari Inggris,
saat ia harus menyesuaikan diri kembali. Namun, ia telah bekerja
keras untuk memperoleh kepercayaan orang-orang, untuk mem~ 57 ~
PAUL SUSSMAN buktikan diri, untuk memperlihatkan bahwa dia orang Palestina
sejati, dan walaupun akan selalu ada mereka yang seperti Kamel
yang tidak akan pernah percaya sepenuhnya, pada akhirnya,
kebanyakan mereka dapat menerima dirinya, dipengaruhi oleh
keterbukaannya demi orang Palestina. "Assadiqa", demikian mereka memanggilnya sekarang, orang yang selalu berkata tentang
kebenaran. orang-orang Israel tampak tidak terlalu bersemangat.
"Pembohong", "Pembeci orang Yahudi", "Teroris" dan "Perempuan
jalang yang selalu ikut campur", adalah sedikit julukan dan nama
baru yang telah ia sandang selama bertahun-tahun. Dan semua itu
benar-benar yang termanis.
Layla menarik bungkusan permen karet dari sakunya dan mengunyah isinya, penasaran apakah dia harus pergi ke pos penjagaan militer dan menunjukkan ID persnya, mencoba mempercepat
segala sesuatunya. Namun dia hanya akan buang-buang waktu,
dengan atau tanpa kartu pers tidak akan mengubah kenyataan
bahwa dirinya seorang Palestina. Dia mengamati keadaan itu
beberapa saat lagi, dan kemudian berbalik ke jalan yang tadi ia
lalui, sembari menggeleng-gelengkan kepalanya dengan kesal.
Tanah yang dipijaknya bergetar ketika sepasang tank merkava
melintasi jalan di seberangnya, bendera Israel biru dan putih berkibar dari menara kecilnya.
"Kosominumhum kul il-Israeliien," gumamnya.
L uxor DR IBRAhIm ANWAR, KePALA AhLI PeNYAKIT DI RUmAh SAKIT LUXoR,
memiliki banyak kebiasaan buruk, belum termasuk penolakannya
untuk diganggu oleh urusan pekerjaan di tengah-tengah permainan
seru domino. hasrat Anwar terhadap apa yang ia sebut "papan
permainan para dewa" itu telah menunda banyak investigasi selama bertahun-tahun dan ini terjadi juga pada kasus Jansen. Ia telah melakukan pemeriksaan awal terhadap mayat yang ditemukan
~ 58 ~ THE LAST SECRET OF THE TEMPLE
di malqata itu dan mengirimkannya kembali lewat sungai ke
morque di luar Luxor General. Alih-alih melakukan otopsi pada
sore yang sama, seperti yang diharapkan Khalifa, sang ahli penyakit ini malah menundanya agar dia tidak ketinggalan berpartisipasi
dalam kompetisi domino antardepartemen. Walhasil, sudah hampir siang bolong pada keesokan harinya saat dia akhirnya menelepon kantor kepolisian dan mengabarkan sudah ada hasil otopsi.
"Urusan waktu," kata detektif, sambil mematikan rokok kelimabelas dengan marah ke dalam asbak yang sudah penuh.
"Sebenarnya aku berharap mendapatkan hasil ini tadi malam."
"Semua hal baik diberikan bagi mereka yang sabar menunggu,"
kata Anwar dengan muka ceria, tertawa geli. "Bagaimanapun juga,
ini kasus yang menarik. Sangat ... menggelitik pikiran. Tapi sekretarisku baru saja menyelesaikan pengetikan laporan ini. Aku bisa
mengirimkannya padamu atau kau yang datang ke sini dan
mengambilnya sendiri. Terserah kau."
"Aku akan datang," kata Khalifa, karena maklum bahwa bila
diserahkan pada Anwar, ia mungkin harus menunggu lagi berharihari sampai laporan itu ada di tangannya.
"Tolong katakan saja apakah itu kecelakaan atau perbuatan
jahat." "oh, jelas-jelas perbuatan jahat," jawab si ahli penyakit ini.
"Benar-benar curang dan keji, walaupun barangkali tidak seperti
yang kaubayangkan." "Apa pula maksudnya itu?"
"Katakan saja ini seperti sebuah cerita yang rumit, dan sebuah
kisah dengan sedikit sengatan di bagian akhirnya. Cepatlah kemari
dan semua akan terungkap. menurutku nanti kau akan menganggapku telah melakukan pekerjaan yang luar biasa dalam kasus
ini, Khalifa. Benar-benar hebat."
Detektif itu mengeluarkan desahan jengkel dan mengatakan
pada Anwar bahwa ia akan sampai di rumah sakit dalam dua
puluh menit, tunggu saja.
muhammad Sariya masuk ke dalam kantornya.
~ 59 ~ PAUL SUSSMAN "Si ahli penyakit sialan itu," gerutu Khalifa. "Sialan betul."
"Sudah selesai dengan otopsinya?"
"Baru saja. Laki-laki itu tidak bisa bergerak lebih lambat lagi jika
ia adalah seekor kura-kura sialan. Aku akan mengambil laporan itu
sekarang. Ada kemajuan?"
Ketika Khalifa berada di kantornya menunggu panggilan telepon dari Anwar, Sariya telah menghabiskan pagi harinya melanjutkan apa yang telah ditemukan atasannya di rumah korban pada
malam sebelumnya. "Tidak banyak," jawabnya, sambil mendatangi meja Khalifa
dan duduk di kursi kerja. "Bank mesir telah mengirim faksimili
salinan pernyataannya selama satu jam terakhir dan aku telah pergi
ke perusahaan telepon untuk mendapatkan rincian sambungan
telepon yang dilakukannya dalam periode yang sama. Aku juga
telah berusaha menelusuri pengurus rumah tangganya."
"Ada sesuatu?" "Tentang cara terbaik memasukkan molochia lebih daripada
yang dapat kau ketahui. Tentang Jansen, hampir tidak ada.
Pengurus itu datang selama beberapa jam, dua kali seminggu,
bersih-bersih, belanja untuk tuannya. Jansen memasak sendiri.
Ternyata dia tidak pernah pergi ke gudang. Tidak diperbolehkan."
"Wasiatnya?" tanya Khalifa. "Apa kau berbicara dengan para
pengumpul dermanya?"
Sariya mengangguk. "Dia secara pasti telah melakukannya karena para pengumpul dermanya menyaksikan. meskipun demikian,
dia tidak punya salinannya. Katanya Jansen memegang satu untuk
dirinya sendiri dan memberi yang lain untuk temannya di Kairo."
Khalifa mendesah dan berdiri, meraih jaketnya dari sandaran
kursi. "Baiklah. Kita mulai mempelajari latar belakang Jansen,
bagaimana" Berapa lama dia telah menetap di mesir, sebelumnya
dari mana dia berasal, apa yang dia lakukan ketika menetap di
Iskandaria. Apa pun yang dapat kau gali. Ada sesuatu yang salah
dengan laki-laki ini. Paling tidak, ada sesuatu yang tidak benar. Aku
~ 60 ~ THE LAST SECRET OF THE TEMPLE
dapat merasakannya."
Ia mengenakan jaketnya dan berjalan. Begitu sampai di pintu,
ia berbalik. "Ngomong-ngomong, kau belum menemukan dari mana asal
nama Arminius itu, "kan?"
"Sebenarnya sudah," kata Sariya, tampak senang. "Aku melakukan pencarian melalui internet."
"Dan?" "Sebenarnya itu adalah seorang laki-laki Jerman kuno.
Pahlawan nasional, sebenarnya."
Khalifa menjentikkan jari-jarinya tanda mengenali informasi
tersebut. "Aku tahu. Aku pernah mendengar nama itu sebelumnya. Kerja
bagus, muhammad. Sangat bagus."
Ia melangkah menuju pintu dan menuruni koridor, tangan dimasukkan ke dalam saku celana, sembari bertanya-tanya mengapa
di bumi ini ada seseorang dari Belanda mau menamakan anjingnya
pahlawan nasional Jerman.
BeNAR SAJA, Anwar tidak ada di kantornya begitu Khalifa tiba lima
belas menit kemudian. Ketika seorang suster berseragam hijau pergi mencarinya, detektif itu berdiri di dekat jendela memandangi
halaman rumah sakit di bawah, tempat sekelompok pekerja
sedang menggali parit di sepanjang halaman rumput. Ritme suara
cangkul menggema sampai ke telinga. Paru-parunya sakit karena
rokok, tapi itu masih bisa dia tahan. Anwar benar-benar antirokok. Dan sakit paru-paru, betapapun tak nyamannya, jauh lebih
baik daripada salah satu kuliahnya, "Bila-Anda-ingin-meracuni-diriAnda-sendiri-silakan-saja-tapi-jangan-lakukan-itu-di dekatku". Ia
malahan menggigiti kukunya dan membuka jendela, bertopang
dagu dengan sikutnya pada kusen jendela, sembari mengamati seorang bocah sedang mengejar kupu-kupu di seputar area parkir
mobil rumah sakit. Ada yang salah di sini. Ia mencoba berkata pada dirinya sendiri
~ 61 ~ PAUL SUSSMAN bahwa ia sedang membayangkan banyak hal, membaca situasi terlalu banyak, tetapi tidak ada perbedaan. Setiap elemen kecil,
masing-masing pecahan gambar"tongkat korban, kebenciannya
pada bangsa Yahudi, rumah di sisi Kuil Karnak, topi berbulu yang
aneh"semuanya menambah kegelisahan dalam dirinya, sehingga
apa yang awalnya berupa rangsangan samar tentang ketidakpastian kini telah berkembang menjadi kepanikan korosif yang
terasa menyakitkan bagian dalam lambungnya.
memang, ia selalu mengalami dorongan adrenalin pada permulaan kasus, kerja pikiran yang terlalu berat karena berjuang
menguasai semua elemen masalah dan menatanya menjadi polapola yang dikenal. Namun, hal ini berbeda, karena apa yang menjadi masalah baginya bukanlah semata penyelidikan yang sedang ia
lakukan, melainkan lebih pada hal sebelumnya, bertahun-tahun lalu,
tepat pada awal karier kepolisiannya. Sebuah pembunuhan, yang
pertama ia tangani, urusan yang mengerikan dan brutal. Schlegel.
Demikian nama perempuan itu. hannah Schlegel. Seorang Israel.
Yahudi. Kasus yang mengerikan. Dan kini, tiba-tiba saja, entah dari
mana ... bergema kembali. Tidak ada yang konkret. Tidak ada yang
dapat ia pegang dengan segala kepastian. hanya kebetulan, kilas
sementara dalam kegelapan masa lalu. Tongkat, pembeci Yahudi,
Karnak, bulu-bulu"kata-kata itu terus berdengung di telinganya
seperti mantra, membor, masuk ke dalam tengkoraknya.
"Ini gila," ia berkata pada dirinya sendiri, sambil menggigiti
kuku ibu jarinya. "Saat itu, lima belas tahun yang lalu, demi Tuhan.
Selesai sudah!" Namun, bahkan ketika ia menyatakannya, ia merasa bahwa ini
belum selesai sama sekali. Sebaliknya, ia memiliki perasaan tak
menyenangkan bahwa sesuatu baru saja dimulai.
"Sialan kau, Jansen," gumamnya. "Sial kau mati dengan cara
seperti ini." "Sentimenku pastinya," kata suara di belakangnya. "Walaupun
bila dia tidak mati aku tidak akan memiliki kepuasan membongkar
kasus ini untukmu." ~ 62 ~ THE LAST SECRET OF THE TEMPLE
Khalifa berbalik, kesal karena pikirannya terganggu. Anwar
sudah berdiri di pintu memegang gelas beruap.
"Aku tidak mendengarmu."
"Aku tidak heran," kata si ahli penyakit. "Kau seolah berada
bermil-mil jauhnya dari sini."
Ia menyeruput minumannya dan mengangkat gelas, sembari
melihat warna cairan kuning pucat di dalamnya.
"Yansoon," katanya sambil tersenyum. "Yang terbaik di Luxor.
Salah satu ibu asrama membuatkannya untukku. zat yang luar
biasa. Sangat menenangkan. Kau harus mencobanya."
Ia berkedip pada Khalifa, kemudian menuju mejanya dan
duduk. Seraya meletakkan gelas pada satu sisi, ia mulai menangani
tumpukan pekerjaan kertas di depannya.
"Sekarang, di mana aku meletakkan benda itu" Aku sudah ...
ah, ini dia!" Ia duduk kembali, sembari mengacungkan dokumen ketik yang
tipis. "Laporan temuan otopsi Tuan Piet Jansen," katanya, membaca
judul pada bagian atas dokumen. Kemenangan lain Anwar.
Ia melihat ke arah Khalifa, sembari tersenyum menyeringai.
Detektif itu merogoh sakunya untuk mengambil beberapa batang
rokok, tetapi ia menghentikan gerakan tangannya, dan malah
meletakkan tangannya pada pinggiran jendela.
"Lanjutkan," katanya. "Ceritakan seluruhnya padaku."
"Dengan senang hati," kata Anwar, duduk di kursinya. "Untuk
memulainya, aku bisa mengatakan bahwa laki-laki ini dibunuh."
Khalifa agak memajukan tubuhnya.
"Aku juga dapat mengatakan padamu bahwa aku cukup pasti
mengetahui identitas pihak yang bersalah. mereka, aku curiga,
bertindak untuk mempertahankan diri, walaupun itu sama sekali
tidak mereduksi besarnya kejahatan, juga kenyataan bahwa Jansen
mati dalam kematian yang tak menyenangkan dan sangat menyakitkan."
~ 63 ~ PAUL SUSSMAN Anwar berhenti sejenak untuk memberi efek dramatis. Dia
telah mempelajari hal ini, pikir Khalifa.
"Sebelum aku mengungkapkan nama pembunuhnya, mungkin
ada baiknya kita mengingat kembali bagaimana tepatnya keadaan
saat jasad Jansen ditemukan."
Khalifa membuka mulutnya untuk mengatakan bahwa ia mengingat keadaan dengan sangat baik dan sempurna, tetapi urung
karena pengalaman panjang bahwa Anwar akan melakukan sesuatu dengan caranya sendiri. Betapapun banyaknya keluhan dilontarkan Khalifa, itu tidak akan dapat mengubahnya.
"Terserah kau," gumamnya, sambil menggerakkan tangannya,
pasrah. "Terima kasih. menurutku kau tidak akan kecewa."
Si ahli penyakit ini meneguk minumannya kembali dan menurunkan gelasnya.
"Jadi," lanjutnya, "kejadiannya begini. Jasad laki-laki ini, kau
pasti ingat, ditemukan terbaring dengan wajah tertelungkup ke lantai dalam keadaan yang agak tidak enak dipandang, sebuah paku
besi menghunjam kantong mata kirinya. Seperti juga trauma yang
kuat pada tulang zygomatic, sphenoid dan lachrymal, dan ke seluruh sisi kiri otak"cerebrumnya, terus terang saja, seperti semangkuk terong yang dilumatkan"ia juga menderita luka gores
cukup besar pada bagian kanan tengkorak kepala, sedikit di atas
batas telinga, jelas lebih disebabkan oleh agen daripada paku.
Tambahan pula, ada luka kecil pada telapak tangan kirinya?"si
ahli penyakit ini mengangkat tangannya sendiri untuk menggambarkan lokasi luka itu?"dan lutut kiri, seperti juga area yang rusak
dan membengkak di sekitar bagian bawah jempol kanan, tepat di
The Last Secret Of The Temple Decrypted Karya Paul Sussman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bawah sendi sinovial pertama. Kau mungkin tidak memerhatikan
hal ini karena tangan tersebut diposisikan di bawah tubuh. Ada
juga bekas-bekas lumpur kering di bawah kuku di tangan yang
sama." Ia menyeruput sisa terakhir yansoon-nya dan, dengan sedikit
bersendawa, meletakkan gelas itu di pinggir meja.
~ 64 ~ THE LAST SECRET OF THE TEMPLE
"Tiga meter dari jasad itu," lanjutnya, "terlihat tanda adanya
gangguan pada permukaan padang pasir, seperti telah berlangsung
adegan perkelahian tertentu, dan juga batu dengan bekas darah
pada satu ujungnya. Dua ratus meter dari situ, tas dan tongkat korban ditemukan di samping bagian dinding berbata lumpur yang
dipenuhi gambar, sehingga ia terbukti sedang dalam proses membongkar. Untuk mencapai ini tampaknya ia melepaskan balok
batubata dengan palu dan pahat, kemudian berusaha menariknya
dengan tangannya, maka ada bekas lumpur pada kukunya."
Anwar kemudian meletakkan kedua sikunya di atas meja dan
menyatukan tangan di depannya.
"Cukup banyak setting kejadian tadi. Pertanyaannya adalah
bagaimana semua bagian yang berbeda dari gambar ini sebenarnya
berhubungan satu dengan yang lain?"
Lagi-lagi, tangan Khalifa, seolah bagian yang terbebas dari
bagian tubuh lain, merogoh rokoknya. Dan kembali ia menahannya pada menit terakhir, lalu memasukkannya lagi ke saku pantalonnya.
"Ya, katakan saja."
"Tentu saja akan kuungkapkan," jawab Anwar. "mari kita lihat
masing-masing potongan gambar ini secara terpisah, bagaimana"
Pertama, paku logam. Luka yang disebabkan olehnya tentu saja
fatal. Namun, ini bukan penyebab kematian. Atau, Jansen pasti
akan mati bagaimanapun juga, terlepas dari apakah ia telah jatuh
atau tidak di atasnya."
mata Khalifa menyipit. Terlepas dari keinginannya, ia mulai tertarik.
"Teruskan." "Luka gores pada sisi kepala seperti ikan haring merah. Ini pasti
disebabkan batu dengan noda darah. Namun ini tidak mungkin
membahayakan bahkan pada orang setua dan selemah Jansen.
Tidak ada luka atau kerusakan pada tengkorak di bawahnya, dan
tidak ada luka memar yang signifikan. Itu hanya luka pada daging
saja, tidak lebih. ~ 65 ~ PAUL SUSSMAN "Jadi, bila dia tidak mati karena ada hantaman pada kepala,
dan dia juga tidak mati karena otaknya tertancap paku, lalu bagaimana dia mati?"
Anwar menepuk dadanya. "myocardial infarction...."
"Apa?" "Serangan jantung. Laki-laki ini mengalami trombosis koroner
yang masif dan serangan jantung lanjutannya. Bisa jadi dia sudah
mati sebelum tertancap paku."
Khalifa maju selangkah. "Jadi apa yang hendak kau katakan" Seseorang mengetuk
kepalanya dengan batu dan jantungnya menyerah?"
Si ahli penyakit ini menyeringai, menikmati permainan.
"Tidak ada yang mengetuk kepalanya dengan batu. Luka gores
itu hanyalah kecelakaan."
"Tapi kau bilang dia dibunuh."
"Ya memang." "Lalu bagaimana?"
"Dia diracun." Khalifa menghantamkan tangannya pada dinding dengan rasa
marah. "Sialan, Anwar, apa yang sebenarnya mau kau katakan?"
"Persis seperti apa yang telah kukatakan. Pembunuh Piet Jansen
meracuni dia, dan racun itu, secara langsung atau tidak, menjadi
pemicu terjadinya serangan jantung yang kemudian mematikan
laki-laki malang ini. Aku tak dapat menguraikan persoalan ini lebih
jelas lagi. Apa yang masih belum kau mengerti?"
Khalifa menggertakkan giginya, memutuskan tidak terprovokasi nada menggurui si ahli penyakit ini.
"Dan siapa persisnya yang berperan sebagai pemberi racun misterius ini?" tanyanya, sambil mencoba mempertahankan suaranya.
"Kau bilang kau tahu siapa dia."
"oh, tentu saja," kata Anwar, dengan menahan tawa. "Aku
~ 66 ~ THE LAST SECRET OF THE TEMPLE
yakin sekali." Lagi-lagi, ia berhenti sejenak untuk memberi efek dramatis.
Kemudian, sambil menyorongkan tubuhnya, ia menghadapkan
telapak tangannya ke atas. Ia melipatnya menjadi sebuah kepalan,
meluruskan jari telunjuk dan, dengan gerakan mengentak tajam, ia
menarik jarinya lagi. "Nama penjahatnya," ia menyebutkannya dengan penuh
isyarat, "adalah Tuan Akarab."
Ia mengulang gerakan mengentak yang aneh, menancapkan
jari tengahnya ke permukaan telapak tangan.
"Akarab," ulang Khalifa, sambil melongo. "maksudmu...."
Si ahli penyakit tersenyum. "Tepat sekali. Teman kita Jansen ini
disengat akarab. Kalajengking."
Ia meliuk-liukkan jarinya, meniru gerakan ekor kalajengking
dan terjatuh ke belakang kursinya, sambil tertawa terbahak-bahak.
"Sudah kubilang ini kisah tentang sengatan di ekor," katanya.
"Tunggu saja sampai aku mengatakan pada anak-anak tentang hal
ini. Kisah tentang Peracun malqata! Atau haruskah itu ekor dari
Peracun malqata" ha, ha, ha!"
"Lucu sekali," Khalifa menggerutu, menyunggingkan senyum
yang dipaksakan. "Aku menduga pembengkakan pada bagian
bawah ibu jarinya adalah...."
"Tempat ia disengat," kata Anwar, sambil mencoba mengatur
napasnya. "Tepat sekali. menilai dari warna dan luas sengatannya,
tampaknya ini sengatan yang cukup kuat. Kalajengking dewasa,
bukan anaknya. Sakit bukan kepalang."
Ia kemudian berdiri dan, masih tetap tertawa, berjalan menuju
tempat cuci tangan di sudut ruangan, memutar tombol air dingin
dan menuangkan air minum ke dalam cangkir.
"Dugaanku, secara kasar kejadiannya seperti ini. Jansen pergi
ke malqata untuk mencuri beberapa batu lumpur yang sudah dihias. Ia melonggarkan satu batu lumpur dengan palu dan pahatnya, kemudian merogoh ke dalam lubang untuk mencopotnya dan
... bang! Tersengat Tuan Kalajengking. Saking sakitnya, dia tidak
~ 67 ~ PAUL SUSSMAN sempat memukirkan tas serta palunya dan terhuyung-huyung
melangkah ke mobilnya. mungkin untuk mencari pertolongan.
Setelah beberapa ratus yard, sengatan itu menyebabkan serangan
jantung yang mematikan. Ia pun tersungkur, tangan dan lutut serta
kepalanya menghantam batu. Walaupun, bisa juga dia baru mengalami serangan jantung setelah jatuh. Atau, dia tertatih-tatih dan
akhirnya berhasil berdiri, meneruskan berjalan beberapa meter lalu
tersungkur lagi. Kali ini bola matanya menghunjam pasak dan...
selamat tinggal Tuan Jansen!"
Khalifa mencerna urutan peristiwa itu dalam kepalanya. Ia
merasa terganggu dengan keentengan Anwar dalam menyelesaikan kasus ini. meskipun demikian, melegakan juga. Tidak ada pembunuhan berarti tidak ada investigasi kriminal, dan walaupun
barang antik di dalam gudang milik Jansen jelas-jelas perlu dilihat
lebih jauh, rasanya tidak ada perlunya mengurusi terlalu dalam
masa lalu laki-laki itu. Ini merupakan kabar baik, karena bila ia
jujur dengan dirinya sendiri, Khalifa merasa takut dengan apa yang
mungkin akan ia temui dalam masa lalu itu.
"oh, baiklah," katanya, sambil mengeluarkan keluhan yang
dalam, "paling tidak sudah cukup menjelaskan."
"Ya, memang seperti itu," kata Anwar, seraya menghabiskan isi
gelasnya dan kembali ke mejanya, tempat ia mengambil laporan
otopsi dan menyerahkannya pada Khalifa. "Semua ada di situ,
bersama beberapa observasi kecil lain, siapa tahu kau tertarik."
Khalifa membalik-balikkan halaman.
"observasi macam apa?"
"oh, hanya pemeriksaan medis umum. Di satu sisi, ia menderita kanker prostat yang sudah lanjut. mungkin hanya bisa bertahan
hidup beberapa bulan lagi. Dan ada banyak jaringan tua yang
rusak pada lutut kirinya, yang mungkin menerangkan mengapa dia
menggunakan tongkat. Ia juga berbohong tentang usianya. Paling
tidak pada kartu identitasnya."
Khalifa memandangnya penuh tanda tanya.
"Aku akui, aku memang tidak ahli dalam hal ini," kata Anwar.
~ 68 ~ THE LAST SECRET OF THE TEMPLE
"Tetapi menurut KTP, ia lahir pada 1925, yang artinya sekarang dia
berusia 80 tahun. Kalau melihat keadaan gigi dan gusinya, aku
bertaruh dia paling tidak sepuluh tahun lebih tua dari itu. memang
tak mengubah apa pun, tapi kupikir aku harus menyatakan ini."
Khalifa mempertimbangkan hal ini untuk sesaat, kemudian
dengan anggukan, menyelipkan laporan ke saku jaketnya dan
menuju pintu. "Kerja bagus, Anwar," katanya. "Aku benci mengatakan ini,
tetapi aku benar-benar terkesan."
Ia tiba di muka pintu, dan baru hendak melangkah ke dalam
gang ketika Anwar memanggilnya.
"Satu hal yang lucu!"
Khalifa membalikkan tubuhnya.
"Aku tidak mau repot menuliskan ini di dalam catatan, juga
rasanya tidak relevan terhadap apa pun, tetapi teman kita satu ini
menderita syndactylisme pada kaki."
Detektif itu kembali beberapa langkah. Wajahnya tampak
bingung. "Apa artinya?" "Pada dasarnya, ini adalah penggabungan bawaan dari jari-jari
kakinya. Sangat jarang. Dalam istilah orang awam, laki-laki itu
memiliki kaki yang seperti jaring. Ia seperti...."
"Katak." Tidak ada rona apa pun pada wajah Khalifa. mukanya pucat.
"Kau baik-baik saja?" tanya Anwar. "Tampangmu seperti baru
saja melihat hantu!"
"memang," bisik detektif itu. "Namanya hannah Schlegel dan
aku sudah melakukan sesuatu yang mengerikan. Benar-benar
mengerikan." ~ 69 ~ PAUL SUSSMAN Y erusaLem SAAT ITU SoRe hARI SeBeLUm L AYLA AKhIRNYA SAmPAI KemBALI DI
Yerusalem. Kamel mengantarnya sampai di ujung Jalan Nablus,
dengan anggukan kepalanya yang tak beraturan. Kamel sendiri
kembali melanjutkan perjalanannya, menghilang di seputar sudut
yang mengarah ke jalan Sultan Sulaiman. Saat itu mulai gerimis,
percikan air dingin dan lembut menerpa dari atas seperti kerudung
yang menggelembung, menerpa rambut dan jaketnya, membasahi
atap rumah dan teras tanpa suara. Potongan langit biru terlihat
jelas di atas Gunung Scopus jauh di timur, di atas kepalanya langit
berwarna abu-abu dan pekat, menekan kota seperti penutup tempat sampah baja yang sangat besar.
Layla membeli setengah lusin roti yang masih hangat di kedai
tepi jalan dan menaiki bukit, melewati pintu masuk ke Pemakaman
Garden, hotel Yerusalem, dan barisan orang-orang Palestina
bertampang aneh yang sedang mengantre untuk memperbarui izin
tinggal mereka di luar pagar metal abu-abu di kantor Kementrian
Dalam Negeri Israel. Akhirnya ia sampai di depan pintu sempit
antara toko roti dan toko grosir, berseberangan dengan areal tertutup berdinding tinggi ecole Biblique. Seorang tua dengan setelan
abu-abu dekil dan keffiyeh sedang duduk di bagian dalam, bersandar pada tongkatnya, mengamati air hujan.
"Assalamualaikum, fathi," katanya.
Si Pak tua menengok, menyipitkan mata dan mengangkat tangannya yang rematik untuk membalas salam.
"Kami mengkhawatirkanmu." Ia terbatuk. "Kami berpikir
mungkin kau sedang ditahan."
Layla tertawa. "Israel tak akan berani. Bagaimana Ataf?"
Pak tua itu mengangkat bahunya. Jari-jarinyanya yang keriput
mengetuk-ngetuk gagang tongkat.
"Biasa-biasa saja. Punggungnya sakit hari ini, jadi dia istirahat di
tempat tidur. Kau mau teh panas?"
~ 70 ~ THE LAST SECRET OF THE TEMPLE
Layla menggelengkan kepala.
"Aku ingin segera mandi. Ada banyak tugas yang harus kukerjakan. Lain waktu saja. Sampaikan pada Ataf untuk memberitahuku
bila ia ingin berbelanja."
Layla melangkah melewati pak tua dan melintasi aula utama,
menaiki dua anak tangga ke atas menuju kamarnya yang menempati bagian atas rumah tersebut. Tempat ini begitu sederhana,
berlangit-langit tinggi dan sejuk dengan dua kamar tidur yang salah
satunya berperan ganda sebagai ruang kerja, serta ruang tamu
yang luas. Di belakang ada dapur dan kamar mandi, tangga sempit dari beton menuju atap dengan pemandangan di bawah ke
Gerbang Damaskus dan kumpulan papan main dam dari Kota Tua.
Ia telah tinggal di sana selama hampir lima tahun, menyewanya
dari pengusaha setempat yang orangtuanya, fathi dan Ataf, tinggal
di lantai dasar dan berlaku sebagai pengawas gedung. Dengan jumlah uang yang ia dapatkan dari kerja lepas, ia dengan mudah dapat
membeli sesuatu yang berkelas"di wilayah Syeikh Jarrah misalnya, dengan blok apartemen dan rumah-rumah berdinding tinggi.
Ia sudah mengambil keputusan dasar untuk tetap berada di sana di
jantung kota Yerusalem Timur, di antara hiruk-pikuk, kebisingan
dan sampah. Semua itu menyiratkan pesan: Aku bukan salah satu
jurnalis yang mendapatkan apa yang kuinginkan dari Anda dan
kemudian pensiun sebagai penjaga keamanan hilton atau koloni
Amerika. Aku adalah salah satu dari Anda. orang Palestina. Itu merupakan bahasa tubuh yang kecil, tetapi perlu. Ia selalu berusaha
membuktikan dirinya sendiri, mempertahankan tampilan luarnya.
Layla melemparkan barang-barang bawaannya ke sofa"yang
bersama meja makan kecil, TV dan beberapa kursi tangan yang
dekil merupakan furniturnya di ruang keluarga. Lalu, sembari
meraih botol evian dari lemari pendingin, ia masuk ke ruang kerjanya. Lampu mesin perekam pesan berkedip di telepon. Sambil
meneguk air, ia berjalan di ruang itu dan duduk di meja kerjanya,
mengamati sejenak, sebagaimana biasa, foto besar ayahnya dalam
bingkai di dinding atas, dalam jaket putih dokter dan stetoskopnya. Itu adalah foto ayahnya yang paling dia disukai, satu-satunya
~ 71 ~ PAUL SUSSMAN yang dia simpan setelah kematiannya. Tiba-tiba Layla merasa
kerongkongannya tercekat untuk sejenak, sebelum melihat ke
bawah lagi dan menekan tombol "play".
Ada sebelas pesan. Satu dari Guardian yang menagih tulisannya
mengenai kaki tangan Palestina; satu dari Tom Roberts, laki-laki di
konsulat Inggris yang telah mencoba"dan gagal"mengajaknya
berkencan selama enam bulan terakhir; satu lagi dari temannya
Nuha, yang bertanya apakah dia ingin bertemu nanti untuk minum
bersama di hotel Yerusalem; dan satu dari Sam Rogerson, kontak
Reuters, yang mengingatkannya tentang pendudukan para Pejuang
David di Kota Tua, yang sudah ia dengar di Ramallah. Sisanya
adalah kecamaan atau ancaman kematian. "Kau menjijikkan,
cabul, pendusta." "Nikmati hari ini Layla, karena ini akan menjadi
yang terakhir bagimu". "Kami sedang mengamati dirimu, dan
suatu hari kami akan datang dan melesakkan peluru di batok
kepalamu. Setelah kami memperkosamu tentunya." "Kami akan
tancapkan pisau ke dalam kemaluanmu dan mengiris-ngirisnya, kau
jalang nista!" "mati kau Arab! Israel! Israel!"
Dari aksennya, kebanyakan panggilan telepon adalah, seperti
biasa, kalau tidak dari orang Israel, ya orang Amerika. Ia mengganti nomor teleponnya secara berkala, tetapi mereka selalu dapat
menemukan nomor baru itu dalam sehari atau lebih sejak nomor
baru tersebut diaktifkan, dan panggilan telepon pun terus berdering tanpa henti. Bertahun-tahun lalu, ketika ia pertama kali
melakukan perjalanan, mereka telah membuatnya marah. Ia sudah
The Last Secret Of The Temple Decrypted Karya Paul Sussman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
terbiasa dengan semua itu hingga mereka kini tak berpengaruh
sama sekali. Ia lebih tertekan oleh editor yang mengejarnya dan
meminta salinan tulisannya. hanya pada malam hari, sunyi, sendiri, gangguan itu datang, juga kengerian tentang sesuatu yang melibatkan dirinya, seperti racun memasuki aliran darahnya. malammalam itu bisa jadi begitu menakutkan. Sungguh menakutkan.
Ia mendengarkan semua pesan dan kemudian menghapus
rekaman itu sampai bersih, memasukkan telepon genggamnya ke
dalam alat pengisi baterai dan melakukan beberapa panggilan telepon dengan cepat. Satu ke Nuha untuk mengatur acara minum
~ 72 ~ THE LAST SECRET OF THE TEMPLE
bersama sore hari, yang lain untuk mendapatkan detail tentang
pendudukan rumah oleh orang Yahudi di Kota Tua. Ia telah
menulis sejumlah tulisan selama beberapa tahun belakangan ini
tentang Chayalei David, dan baru-baru ini telah dikomisikan oleh
the New York Review untuk menghasilkan profil mendalam tentang sang pemimpin kelompok, militan, kelahiran Soviet, Baruch
har-zion. Pendudukan sekarang ini akan memberikan kesempatan
baik, dan ia baru saja menimbang-nimbang apakah ia tidak perlu
segera turun ke Kota Tua. Ia memutuskan bahwa beberapa jam
tidak akan membuat perbedaan apa pun dan, sembari menghabiskan air minumnya, ia menuju kamar tidur lalu menanggalkan
seluruh pakaiannya. Ia mandi air panas dalam waktu yang cukup lama, menyabuni
tubuh rampingnya, menyandarkan kepalanya, membiarkan air
membasuh wajah dan mendesah dengan penuh kesenangan ketika
kehangatan menghapus daki dan keringat dari permukaan kulitnya. Selama tiga puluh detik terakhir, ia memutar tombol ke suhu
dingin, kemudian melilitkan tubuhnya dalam jubah handuk, ia
kembali ke ruang kerja, duduk dan menyalakan laptop Apple-nya.
Layla bekerja selama dua jam berikutnya, menyelesaikan tulisan
yang sudah dia mulai tentang malnutrisi di kalangan anak-anak
Palestina, dan memulai menyusun artikel kolaborasi dengan
Guardian, yang kadang-kadang merujuk pada catatan yang ditulisnya tetapi kebanyakan terbangun dari ingatan. Jari-jarinya menari
di antara tuts keyboard komputernya, citra dan suara di kepalanya
tercurah tanpa usaha keras ke dalam jalinan kata dalam layar
laptopnya. Sebenarnya, meskipun begitu mudah dia lakukan, jurnalisme
bukanlah pilihan karier pertama atau bahkan kedua. Sebagai remaja, sebelum pembunuhan terhadap ayahnya, ia telah mempersiapkan diri menjadi dokter seperti ayah, bekerja di kamp-kamp pengungsian di Gaza dan Tepi Barat. Tapi kemudian, di Universitas
Beit zeit, tempat ia telah membaca sejarah kontemporer Arab, ia
tergoda dengan gagasan untuk mendalami politik. Akhirnya ia
memutuskan jurnalismelah yang akan memberinya kesempatan
~ 73 ~ PAUL SUSSMAN terbaik untuk membawanya mewujudkan apa yang ia canangkan
sebagai misi hidupnya. Begitu lulus, Layla mendapatkan pekerjaan di harian Palestina
al-Ayyam, tempat editornya saat itu adalah perokok berat
berpunggung besar dengan nama Nizar Sulaiman, mengajaknya
bergabung di bawah sayapnya, menimbulkan banyak kritik dalam
prosesnya karena sejarah keluarga Layla begitu dikenal luas. Tulisan
feature pertamanya, sebuah tulisan tentang kamp indoktrinasi
Palestina tempat anak usia enam tahun diajarkan berbagai lagu
anti-Israel dan seni pembuatan bom molotov (banyak Vaseline di
sekitar putaran, itulah kuncinya, sehingga petrol yang menyala
dapat melekat ke target), telah mengalami enam belas kali
penulisan ulang sebelum Sulaiman dengan enggan mengizinkan
untuk diterbitkan. Dengan berat hati ia berpikiran untuk menghentikan kariernya di sana. Sulaiman menolak membiarkannya pergi"
"Bila kau berhenti sekarang aku akan menendangmu!?"dan feature keduanya, tentang pemindahan suku asli Badui oleh Israel di
Negev, telah mengalami penulisan ulang sebanyak lima kali.
feature ketiganya tentang orang-orang Palestina yang, karena
desakan ekonomi, terpaksa menerima pekerjaan membantu pembangunan perkampungan Israel, telah disindikasikan kepada tiga
surat kabar berbeda dan memberi kemenangan jurnalisme yang
pertama baginya. Setelah itu popularitasnya menanjak dengan mantap. Latar
belakangnya yang campuran"ibu dari Inggris dan ayah seorang
Palestina, serta pengetahuan yang mendalam tentang dunia
Palestina, belum lagi kefasihannya dalam bahasa Arab, Ibrani,
Inggris, dan Prancis, memberinya permulaan yang baik pada
banyak korespondensi lain. Dan ia menerima tawaran untuk menjadi staf di Guardian dan New York Times (ia menolaknya). Ia
bekerja pada al-Ayyam selama empat tahun, kemudian menjadi
wartawan lepas, menulis apa saja mulai dari penggunaan siksaan
oleh jasa keamanan Israel sampai proyek menumbuhkan bayam di
Lower Galilee, memperoleh reputasi"bergantung dari arah mana
kau melihatnya"untuk kampanye jurnalisme atau bias anti-Israel
~ 74 ~ THE LAST SECRET OF THE TEMPLE
yang menutup mata. Urusan bias adalah salah satu dari sejumlah kritik"dan banyak
sekali"yang terus-menerus ditujukan kepadanya; bahwa ia hanya
menceritakan dari satu sisi saja; menyuarakan penderitaan
Palestina tetapi mengabaikan hal sama yang terjadi pada
masyarakat sipil Israel; melaporkan kengerian yang berlangsung di
kamp pengungsian tetapi tidak pernah melaporkan orang-orang
tak bersalah yang tereduksi menjadi daging cincang oleh bom
mobil dan bom bunuh diri. Sungguh-sungguh tidak adil. Setelah
bertahun-tahun, ia berhasil menyelesaikan banyak artikel tentang
masyarakat sipil Israel yang menjadi korban, belum termasuk
korupsi dan pelanggaran hAm dalam otoritas Palestina. Namun,
kenyataannya, ini bukan konflik yang dapat kau laporkan secara
objektif. Betapapun kuat usahamu agar dapat seimbang, pada
akhirnya kau tidak akan dapat bertahan kecuali dengan berpihak.
Dan intinya, dengan latar belakang yang ia miliki, dia tidak bisa
dipandang memberikan hal yang tak diinginkan terhadap sensibilitas Israel.
Layla menghasilkan sekitar seribu kata dalam tulisannya mengenai kaki-tangan, kemudian mengirimkan artikel tentang malnutrisi
ke kantor al-Ahram di Kairo melalui e-mail dan mematikan laptopnya. Ia tidak cukup tidur selama beberapa hari terakhir dan
sekarang kelopak matanya terasa berat. Tahun-tahun pelaporan,
dengan jam kerja yang tidak teramalkan dan tenggat waktu yang
ketat telah membawanya pada kelelahan. Namun begitu, dia tetap
ingin turun ke Kota Tua untuk mencari tahu tentang pendudukan.
Jadi dia segera mengenakan pakaian lalu, sembari mengunyah
apel, meraih notebook dan kameranya, keluar kamar dan membuka pintu depan.
fathi, si pengurus rumah baru saja tiba di anak tangga teratas
dengan terengah-engah. Satu tangannya memegang tongkat, yang
lain memegang amplop. "Ini tiba untukmu pagi ini," katanya. "Aku lupa mengatakannya
padamu lebih awal. maaf."
~ 75 ~ PAUL SUSSMAN Ia mengulurkan sebuah amplop. Tidak ada cap pos atau
alamat, hanya namanya yang tertulis dengan tinta merah darah,
dengan huruf-huruf yang ditekan dan teratur, seperti barisan serdadu yang berdiri siap siaga.
"Siapa yang mengantar?" tanyanya.
"Anak-anak," jawab si orang tua, berbalik dan mulai menuruni
tangga lagi. "Tak pernah melihat dia sebelumnya. Dia tahu-tahu
datang, bertanya apakah kau tinggal di sini lalu memberikan ini
padaku, kemudian pergi."
"orang Palestina?"
"Tentu saja orang Palestina. Sejak kapan anak-anak Yahudi
bermain-main di bagian kota ini?"
Ia mengibaskan tangannya seolah berkata "pertanyaan aneh"
dan menghilang di sudut jalan.
Layla membalik amplop itu, menelitinya, merasakan apakah
ada kawat atau isi yang potensial mengancam. merasa aman, ia
membawanya ke apartemen, meletakkannya di meja, dengan hatihati membukanya, menarik keluar dua lembar kertas yang disatukan dengan stapler. Bagian atasnya adalah surat pengantar dalam
tulisan gotik seperti yang tertera pada amplop, yang lain adalah
salinan berukuran A4 tentang sesuatu seperti dokumen lama. Ia
melihatnya sekilas pada yang kedua, dan memusatkan perhatian
pada catatan yang ada, yang ditulis dalam bahasa Inggris.
Nona al-madani, Saya sudah begitu lama mengagumi tulisan jurnalisme
Anda, dan hendak mengajukan sebuah tawaran pada
Anda. Beberapa waktu lalu Anda mewawancarai
pemimpin yang dikenal sebagai al-mulatham. Saya memiliki informasi yang tak ternilai harganya bagi laki-laki ini
dalam perjuangannya melawan zionis penindas; dan
berkeinginan mengontaknya. Saya yakin Anda akan dapat
membantu saya. Sebagai imbalannya, saya dapat
menawarkan hal yang, saya yakin, akan menjadi laporan
~ 76 ~ THE LAST SECRET OF THE TEMPLE
ekslusif terbesar dalam karier Anda yang sudah cemerlang.
Dengan situasi yang genting, Anda akan menghargai
keinginan saya untuk terus bergerak dengan penuh kehatihatian dalam hal ini. Sampai pada titik ini, saya tidak akan
mengungkapkan lebih banyak lagi. mohon tawaran saya
dipertimbangkan, dan bila mungkin, sampaikan ini pada
teman kita. Saya dapat dihubungi dalam waktu dekat.
PS. Petunjuk kecil, sekadar untuk merangsang selera Anda.
Informasi yang saya kemukakan tadi terkait erat dengan
dokumen terlampir. Bila Anda seorang jurnalis setengahnya saja dari yang saya perkirakan, maka tentunya Anda
tidak akan mengambil waktu lama untuk menemukan
signifikansi tawaran saya ini.
Tidak ada tanda tangan. Ia membaca catatan itu berulang-ulang, kemudian melihat
kembali dokumen fotokopi. Ini seperti sebuah surat, bila dinilai
dari gaya tulisannya, tua, sangat tua. Dokumen itu menggunakan
abjad timbul, tetapi jauh di luar itu, ia tidak tahu ujung
pangkalnya, selain kata dan kalimat individual yang tampak terdiri
~ 77 ~ PAUL SUSSMAN atas sekuen huruf-huruf tunggal tak terpecah, yang betapapun
keras ia melihatnya, tetap gagal menerjemahkan ke dalam bahasa
yang ia kenal. Di bagian bawah, agak terpisah dan dalam tulisan yang lebih
besar, ada inisial GR yang tidak berarti apa-apa baginya selain
bagian membingungkan. Ia melihatnya kembali untuk beberapa saat lamanya. matanya
menyipit, bingung, kemudian ia kembali ke surat pengantar. Wawancara yang dirujuk oleh surat itu adalah yang telah ia publikasikan lebih dari setahun lalu. Wawancara tersebut telah menarik
minat saat itu karena merupakan satu-satunya kesempatan ketika
subjeknya, teroris Palestina al-mulatham, telah menyibak tabir
rahasia yang menyelimuti dirinya dan berkenan berbicara di depan
publik. Jasa keamanan Israel telah memperlihatkan minat khusus,
menyita notepad dan laptopnya serta mengajukan banyak pertanyaan terhadapnya. Ia telah mampu mengungkapkan sedikit tentang tujuan surat itu"sebagaimana telah ia jelaskan dalam artikelnya, wawancara dilaksanakan di sebuah tempat rahasia dan
matanya ditutup sepanjang aktivitas itu"dan kecurigaannya
sekarang adalah bahwa surat dan dokumen fotokopi itu bukanlah
bentuk tipu muslihat Shin Bet yang baik untuk mengetahui apakah
ia tahu lebih banyak tentang asal-usul pemimpin teroris daripada
sekadar yang ia tulis. Ini tentu saja bukan kali pertama mereka
mencoba menjebak dan mendiskreditkannya. Beberapa tahun
belakangan ia pernah didekati seorang laki-laki yang mengaku
aktivis Palestina dan menanyakan apakah ia bisa menggunakan status persnya untuk membantu membawa senjata melintasi pos penjagaan militer erez ke Gaza"sejenis agen"diprovokasi secara
terang-terangan begitu ia tertawa dan menjawab dalam bahasa
Ibrani bahwa dirinya lebih senang menemani Ami Ayalow makan
malam. Ya, pikirnya, surat ini pastilah sejenis petunjuk jasa keamanan.
Atau, lelucon yang dielaborasi. Tidak sepadan bila harus menghabiskan waktu untuk memikirkannya. Kemudian, setelah sekali
lagi melihat dokumen fotokopi tersebut, ia pun membuangnya,
~ 78 ~ THE LAST SECRET OF THE TEMPLE
berikut surat yang menyertainya, ke keranjang sampah dan pergi
meninggalkan flat. L uxor "K AU PemImPI , K hALIfA ! S eLALU BeGITU DAN AKAN TeRUS BeGITU !
Pemimpi payah!" Inspektur Kepala Abdul ibn-hasani memukulkan kepalan tangannya ke atas meja, berdiri dan menghampiri jendela ruang kerjanya, dengan marah melemparkan pandangan pada pilar pertama
Kuil Luxor, tempat berkerumunnya para turis yang sedang melihatlihat tugu Ramses II dan mendengarkan penjelasan pemandu.
Dengan bahu lebar dan tubuh besar, alis tebal, hidung tinggi
dan datar, ia terkenal karena sifat pemarah dan kesombongannya.
Sifat yang pertama terwujud, seperti yang sedang terjadi sekarang,
dalam nada suara tinggi, muka merah dan pembuluh darah kecil
yang menonjol di bawah mata kanannya. Sementara yang kedua
terwujud dalam bermacam kegemaran kecilnya, salah satunya
rambut palsu berpotongan indah yang bertengger di bagian
kepalanya yang botak seperti kumpulan kusut rumput sungai Nil.
Gedebuk pada meja telah sedikit menggeser posisi rambut palsu
itu, dan, sambil berpura-pura menggaruk keningnya, ia membenahi letaknya secara hati-hati kembali ke posisi semula, agak miring
sedikit ke kiri, yang terlihat melalui bayangannya pada cermin
yang tergantung di dinding.
"Benar-benar tolol!" bentaknya. "maksudku, demi Tuhan
Bung, itu sudah dua puluh tahun yang lalu."
"Lima belas tahun."
"Lima belas, dua puluh"apa artinya" Terlalu lapuk untuk
dikhawatirkan kembali. Itu intinya. Kau habiskan terlalu banyak
waktu dengan pikiranmu terjebak pada masa lalu. Seharusnya kau
cari udara baru untuk sesaat."
~ 79 ~ PAUL SUSSMAN Ia berbalik menghadap Khalifa, menatapnya tajam, ekspresi
yang tidak cukup berhasil"seperti seseorang yang mencoba serius
dengan hewan kecil yang tergencet dan bertengger di kepalanya.
Dalam situasi lain Khalifa pasti telah berjuang keras untuk menahan
tawanya. hari ini, ia hampir tidak memerhatikan rambut palsu itu,
karena begitu fokus pada apa yang sedang dikatakannya.
"Tetapi, Pak...."
"masa kini!" hasani membentak, maju ke depan dan memantapkan posisi tubuhnya, lengan terlipat, berdiri di bawah bingkai
foto Presiden husni mubarak, figur yang selalu ia angkat ketika
hendak memberikan ceramahnya. "Di situlah kita kerja, Khalifa. Di
sini dan sekarang. Ada banyak kejahatan dilakukan setiap hari, setiap jam dalam setiap harinya. Dan itulah yang harus kita tangani
dengan penuh konsentrasi, bukan sesuatu yang terjadi sepuluh,
atau lebih, tahun yang lalu. Sesuatu yang sudah terpecahkan saat
itu, harus kutambahkan itu!"
Alisnya menyatu beberapa saat, seolah ia tidak cukup yakin
bahwa kalimat terakhirnya itu masuk akal. hal ini berlalu begitu
cepat dan, sambil melebarkan dadanya, ia mencolek Khalifa yang
tengah duduk di kursi rendah di depan mejanya.
"Ini selalu menjadi masalahmu. Bila aku telah mengatakannya
sekali, itu artinya aku mengatakannya seratus kali"ketidakmampuan untuk fokus pada masa kini. Terlalu banyak waktu tersita untuk
melihat-lihat benda di museum, dan selalu begitu. Tutankhamun
ini, Antenaben itu...."
"Akhenaten," Khalifa mengoreksi.
"Nah, kau begitu lagi! Siapa peduli apa pun namanya. masa
lalu sudah berlalu dan selesai, tidak relevan lagi. hari ini, itu yang
lebih penting!" Kekaguman Khalifa dengan masa lalu selalu menjadi pokok
perselisihan di antara kedua laki-laki ini; itu satu hal, dan kenyataan lainnya, bahwa Khalifa merupakan salah satu dari sedikit polisi
di kepolisian itu yang menolak diintimidasi oleh hasani. mengapa
Chief memiliki rasa tidak hormat terhadap sejarah, agak aneh
~ 80 ~ THE LAST SECRET OF THE TEMPLE
memang, tidak pernah diketahui Khalifa walaupun ia curiga itu
karena hasani tidak memiliki pengetahuan apa-apa tentangnya
dan karena itu akan selalu tidak menguntungkan baginya bila pembicaraan mulai beralih ke arah itu. Apa pun kasusnya, akan selalu
ada hal yang diangkat hasani kapan pun ia ingin menggertak
Khalifa, seolah pekerjaan detektif dan minat terhadap warisan
kekayaan negerinya bukanlah hal membanggakan.
"Tidakkah mereka akan senang!" hasani berteriak, "Para mucikari, pencuri dan penipu. Tidakkah mereka akan begitu bahagia
bila kita menghabiskan seluruh waktu kita hanya untuk bermainmain dengan kasus yang sudah selesai lima belas tahun lalu, sementara mereka dengan tenang dan damai melanjutkan kegiatannya,
The Last Secret Of The Temple Decrypted Karya Paul Sussman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menjadi calo, mencuri dan...." Ia berhenti sejenak, mencari kata
yang pas. "menipu!" Akhirnya dia berteriak. "oh, ya, tidakkah
mereka akan senang! Kita hanya akan ditertawakan!"
Pembuluh darah di sisi matanya berdenyut lebih kencang dari
sebelumnya, urat hijau yang gemuk merayap di bawah permukaan
kulitnya. Khalifa menarik rokoknya, membungkuk ke depan,
menyalakannya dan menatap lantai.
"mungkin saja memang telah terjadi ketidakadilan," katanya
perlahan, mengisap rokoknya, menyerap nikotin di dalamnya.
"Tidak pasti, tetapi tentu saja sangat mungkin. Dan apakah itu
kasus lima belas tahun lalu atau tiga puluh tahun lalu, aku rasa kita
bertanggung jawab untuk menyelidikinya!"
"Tapi, bukti apa yang telah kau dapatkan?" teriak hasani.
"Bukti apa, Bung" Aku tahu kau bukan orang yang membiarkan
fakta mengikuti lingkaran teori konspirasi, tapi aku perlu lebih dari
sekadar "mungkin barangkali".
"Seperti kataku, tidak ada yang pasti...."
"Tidak ada sama sekali, maksudmu!"
"Ada beberapa kesamaan."
"Ada kesamaan antara istriku dan seekor kerbau air sialan,
tetapi itu tidak berarti ia berdiam di kolam kotorannya sendiri sambil makan daun kelapa sepanjang hari!"
~ 81 ~ PAUL SUSSMAN "Terlalu banyak kesamaan untuk disebut sekadar kebetulan,"
lanjut Khalifa, menceramahi atasannya, menolak untuk dikalahkan.
"Piet Jansen terlibat dalam pembunuhan hannah Schlegel. Aku
tahu itu. Aku tahu itu!"
Ia dapat merasakan suaranya sendiri meninggi sembari mencengkeram lututnya sendiri dengan satu tangan, mengisap rokoknya dalam-dalam untuk menenangkan dirinya sendiri.
"Begini," katanya sembari mencoba menjaga nada suaranya
tetap lambat dan terukur. "hannah Schlegel dibunuh di Karnak.
Jansen tinggal di sebelah Karnak!"
"Begitu juga seribu orang lainnya!" sembur hasani. "Dan lima
ribu orang mengunjungi tempat itu setiap hari. Lalu apa maksudmu" mereka semua terlibat?"
Khalifa mengabaikan pertanyaan itu dan menekankan lagi.
"Simbol Ankh dan hiasan berbentuk bunga mawar pada panel
tongkat Jansen pas dengan bekas pukulan yang ditemukan pada
wajah dan tengkorak Schlegel. Kedua tanda itu tidak pernah benarbenar diperhitungkan dengan layak."
hassani mengibaskan tangannya tak peduli.
"Ada ribuan objek dengan desain seperti itu tertera di permukaannya. Puluhan ribu. Argumen ini terlalu lemah, Khalifa.
Terlalu lemah." Lagi-lagi, detektif ini mengabaikan kata-kata atasannya dan
melanjutkan. "Schlegel adalah Yahudi Israel. Jansen membenci Yahudi."
"Demi Tuhan, Khalifa. Setelah apa yang mereka lakukan terhadap Palestina, setiap orang di mesir membenci Yahudi sialan itu.
Apa yang akan kita lakukan" membawa masuk seluruh penduduk
untuk ditanya?" Khalifa tetap menolak dialihkan.
"Penjaga di Karnak mengatakan dirinya melihat seseorang terburu-buru pergi dari area itu dengan sesuatu yang aneh pada
kepalanya. "Seperti burung kecil yang lucu?"begitu ia menjelaskan.
Ketika aku berada di rumah Jansen, kutemukan topi yang pas
~ 82 ~ THE LAST SECRET OF THE TEMPLE
dengan deskripsi tersebut tergantung pada bagian belakang pintu
gudangnya. Topi dengan bulu-bulu tertempel di atasnya."
hassani meledak dalam tawa panjang.
"Ini makin terdengar aneh dan bodoh. Penjaga itu, bila
ingatanku benar, setengah buta. Ia hampir tidak dapat melihat tangannya sendiri, apalagi seseorang yang berjarak 50 meter darinya. Kau benar-benar nekad, Khalifa. Atau, lebih-lebih lagi, makin
ngawur. Burung kecil yang lucu" Kau tidak memahami kejadiannya, Bung!"
Khalifa melakukan isapan terakhir pada rokoknya, menyorongkan badan ke depan, dan mematikan rokoknya di asbak di sisi
meja. "Ada satu hal lain lagi!"
"oh, silakan katakan saja," kata hasani, sambil bertepuk tangan. "Aku belum pernah tertawa seperti ini selama bertahuntahun."
Khalifa duduk kembali. "Sebelum mati Schlegel berusaha mengucapkan kata, Thoth,
yang merupakan nama dewa mesir untuk tulisan dan kearifan...."
"Ya, ya, aku tahu!" sela hasani.
"Dan tzfardeah, kata dalam bahasa Ibrani yang berarti kodok."
mata hasani mengecil. "Jadi?" "Jansen memiliki kondisi genetik yang membuatnya punya telapak kaki berjaring, seperti kodok."
Ia bicara cepat, mencoba agar kata-kata itu keluar sebelum
atasannya mencemooh. mengejutkan sekali, hasani tidak mengatakan apa-apa, hanya berjalan ke jendela dan berdiri, melihat
jauh keluar, punggungnya menghadap Khalifa, kedua tangan pada
sisinya mengepal seolah ia sedang memegang sepasang kopor yang
tidak terlihat. "Aku tahu bahwa secara individual tidak ada yang berarti
banyak dari hal ini," Khalifa melanjutkan, mencoba memanfaatkan
~ 83 ~ PAUL SUSSMAN peluang yang ada. "Tetapi, ketika Anda menerima semuanya,
Anda harus berhenti dan mulai berpikir. Terlalu berlebihan untuk
sebuah kebetulan. Dan bahkan bila pun semua itu bergantung pada
keadaan, masih tetap ada persoalan barang antik di lantai bawah
rumah laki-laki itu. Jansen itu pencuri. Aku tahu itu. Aku dapat
merasakannya. Dia perlu diselidiki."
Kepalan tangan hasani semakin ketat sehingga buku-buku
jemarinya berubah menjadi putih. mereka diam beberapa saat
lamanya, kemudian ia berbalik menuju Khalifa.
"Kita tidak akan membuang waktu lebih banyak lagi untuk
kasus ini," katanya perlahan, dengan sengaja, kemarahan yang
terkontrol dalam suaranya lebih mencekam daripada gertakan
model apa pun. "Kau mengerti, laki-laki itu sudah mati, dan dalam
hal apa pun ia terlibat, apa pun yang telah dilakukannya, semua
sudah berlalu. Tidak ada yang dapat kita lakukan untuk itu."
Khalifa menatap hasani penuh keheranan.
"Dan muhammad Jamal" Laki-laki tak bersalah itu bisa jadi
didakwa secara salah."
"Jamal juga sudah mati. Kita tidak bisa berbuat apa-apa!"
"Keluarganya masih hidup. Kita berutang...!"
"Jamal dinyatakan bersalah di pengadilan hukum. Dia secara
terbuka mengakui bahwa dia merampok perempuan tua itu."
"Tetap saja itu tidak berarti dia telah membunuh perempuan
itu. Dia selalu menyangkalnya."
"Ia bunuh diri, demi Tuhan. Pengakuan seperti apalagi yang kau
inginkan?" hasani melangkah maju beberapa langkah.
"Laki-laki itu bersalah, Khalifa. Salah adalah dosa. Ia tahu itu
dan kita juga tahu itu. Kita semua tahu itu! Kita semua."
matanya terbuka lebar. Ada hal lain juga di dalam matanya.
Semacam rasa putus asa, bahkan ketakutan. Itu bukan sesuatu yang
pernah dilihat Khalifa sebelumnya. Ia menyalakan rokok baru lagi.
"Aku tidak." ~ 84 ~ THE LAST SECRET OF THE TEMPLE
"Apa" Kau bilang apa?"
"Aku tidak berpikiran Jamal bersalah. Aku ragu tentang itu,
sejak dulu aku ragu dan kini semakin kuat. mungkin saja ia
memang telah merampok perempuan itu, tetapi muhammad
Jamal tidak membunuh hannah Schlegel. Aku mengetahuinya saat
itu, tetapi aku tidak punya cukup nyali untuk mengatakan tidak.
Aku pikir secara mendalam bahwa kita semua tahu itu ... kau, aku,
Chief mahfudz...!" hasani melangkah maju dan menghantamkan kepalan tangannya ke tepi meja, sehingga menerbangkan beberapa helai kertas ke
lantai. "Cukup sudah, Khalifa! Cukup, kau dengar?"
Seluruh tubuhnya gemetar. Air liur berkumpul di ujung sudut
bibirnya. "masalah psikologis yang kau alami adalah urusan pribadimu, tetapi aku punya kantor polisi yang harus kujalankan, dan
aku tidak akan membuka kembali kasus lima belas tahun lalu hanya
karena seorang idiot mengalami krisis kata hati. Kau tidak memiliki
bukti, tidak satu pun, untuk mengatakan muhammad Jamal tidak
membunuh hannah Schlegel"kecuali dalam pikiranmu, yang dari
perkataanmu barusan tentang bulu-bulu dan kodok akan tampak
semakin jauh dari kondisi stabil. Aku selalu tahu bahwa kau tidak
terbuat dari hal-hal yang baik, Khalifa, dan ini semakin menguatkan hal itu. Bila kau tak tahan panas, keluarlah dari dapur. Pergilah
dan jadilah arkeolog atau apa pun yang kau inginkan atau ingin
lakukan, dan tinggalkan aku untuk melanjutkan pekerjaan menangkap penjahat. Penjahat nyata, bukan yang imajiner!"
Lupa bahwa ia mengenakan rambut palsu, ia menggapai dan
menggaruk bagian atas kepalanya, melepaskan beberapa helai
rambut yang setengah turun menutupi keningnya. Dengan menggerutu ia mengambil semua dan melemparkannya, kembali ke
kemejanya dan duduk, menarik napas dalam.
"Lupakan saja, Khalifa," katanya. Suaranya tiba-tiba terdengar
aneh. "Kau mengerti apa yang kukatakan" Demi semua orang.
muhammad Jamal membunuh hannah Schlegel, Jansen mati
~ 85 ~ PAUL SUSSMAN karena kecelakaan, dan tidak ada kaitan antara keduanya. Aku
tidak akan membuka kembali kasus ini."
matanya mendelik dan kemudian turun kembali, menghindar
dari tatapan Khalifa. "Sekarang, ada hawagaya di Winter Palace yang mengatakan
bahwa perhiasannya dicuri. Aku ingin kau ke sana dan melihat
kasus ini. Lupakan Jansen dan lakukan pekerjaan polisi yang sesuai
untuk sekali saja dalam hidupmu!"
Ia meremas setumpuk kertas di depannya, rahangnya mengencang. Khalifa menyadari tak ada gunanya melanjutkan perdebatan.
Ia berdiri dan melangkah menuju pintu.
"Kuncinya," kata hasani. "Aku tidak ingin kau tetap mengurusi
rumah Jansen di belakang pengetahuanku."
Khalifa berbalik, mengambil kunci rumah Jansen dari sakunya
dan melemparkannya ke hasani, yang menangkapnya dengan satu
tangan. "Jangan melangkahi aku dalam hal ini, Khalifa. Kau mengerti"
Tidak yang satu ini!"
Detektif itu diam, kemudian membuka pintu dan melangkah ke
koridor. Y erusaLem LAYLA TIDAK PeRNAh BISA meLeWATI GeRBANG DAmASKUS DI KoTA TUA,
dengan lengkungan menara kembarnya yang mengesankan, batubatu ubin yang menghitam dan rombongan para pengemis serta
penjual buah, tanpa mengingat kembali saat pertama ia datang ke
sini bersama kedua orangtuanya"semasa ia berusia lima tahun.
"Lihat, Layla," kata ayahnya dengan bangga, sambil berjongkok di sisinya dan membelai rambutnya yang panjang sepinggang. "Al-quds" kota paling indah di dunia. Kota kita. Lihatlah
betapa terang dan cerah batu itu di bawah sinar matahari pagi;
~ 86 ~ THE LAST SECRET OF THE TEMPLE
ciumlah aroma za"atar dan roti yang baru dipanggang, dengarlah
panggilan muazin dan teriakan para penjual tamar hindi. Ingatlah
semua hal ini, Layla, simpan di dalam hatimu. Karena bila orang
Israel sudah menguasai, kita semua akan diusir dan al-quds akan
menjadi tak lebih dari sekadar nama tempat yang kita baca dalam
buku sejarah." Layla melingkarkan lengannya pada leher sang ayah.
"Aku tidak akan membiarkan mereka melakukan itu ayah!"
teriaknya. "Aku akan lawan mereka. Aku tidak takut!"
Ayahnya tertawa dan menggendongnya, memeluk dan mendekapnya erat ke dada, yang rata dan kuat, seperti marmer.
"Pejuang kecilku! Layla, yang tak terkalahkan! oh ... betapa
hebatnya putriku." Ketiganya telah mengelilingi bagian luar kota, mengikuti garis
tembok"yang pada saat itu telah membuat Layla terkagumkagum karena begitu besar dan menakutkan, batu bergelombang
besar yang ada di atas, dan kemudian melewati Gerbang Damaskus
ke jalan berlabirin di atas sana. mereka minum Coca-cola di kafe
tepi jalan, ayahnya mengisap pipa shisha dan berbicara penuh
semangat dengan sekelompok orang-orang tua, sebelum menuruni
jalan al-Wad menuju haram al-Syarif, berhenti pada waktu-waktu
tertentu sehingga ia dapat menunjukkan toko roti yang selalu ia
datangi untuk menikmati kuenya ketika masih kanak-kanak, alunalun tempat ia bermain bola dengan teman-teman, pohon ara tua
yang tumbuh di luar tembok dan buah-buahan yang biasa ia petik.
"Bukan untuk dimakan," jelas ayahnya. "Terlalu keras dan
pahit. Kami memakainya untuk melempar teman. Sekali waktu aku
pernah kena lemparan tepat di hidungku. Seharusnya kau mendengarkan bunyi gemeretaknya. Darah di mana-mana."
Ayahnya tertawa mengingat kenangan itu, Layla pun tertawa
dan mengatakan pada ayah betapa lucunya peristiwa itu menurutnya, walaupun kisah itu menakutkannya karena membayangkan
ayahnya kesakitan. Ia begitu mencintai ayahnya sehingga selalu
ingin menyenangkannya, menunjukkan padanya bahwa ia tidak
~ 87 ~ PAUL SUSSMAN lemah atau takut, tetapi kuat seperti dirinya"seorang Palestina
sejati yang berani. Dari pohon ara, mereka tiba di jalan sempit berliku, yang pada
akhirnya tiba di titik dengan gedung di sisi kiri dan kanannya
melengkung tepat di atas kepala mereka, membentuk terowongan.
Sekelompok serdadu Israel sedang berdiri di bagian dalam pintu
masuk dan menatap ke arah mereka dengan penuh curiga saat
mereka lewat. "Lihat bagaimana mereka memandang kita," keluh ayah.
"mereka membuat kita merasa seperti pencuri di rumah sendiri."
Ia menggandeng tangan Layla dan mengajaknya menuju pintu
kayu yang di atasnya ada kusen diukir dengan desain buah dan
batang anggur yang halus. Plakat braso mendeklarasikan bahwa itu
adalah Yeshiva untuk memperingati Alder Cohen; mezuzah tertanam pada kusen batu di sebelah kanannya.
"Rumah kita," katanya dengan sedih, sambil menyentuh pintu
itu. "Rumah kita yang indah."
Keluarganya"keluarga Layla"telah melarikan diri selama
pertempuran pada Juni 1967, meninggalkan kota hanya dengan
sedikit perbekalan dan mencari perlindungan ke kamp Aqabat Jabr
di luar Jericho, empat puluh kilometer jauhnya. Tadinya keadaan
itu diduga sebagai tindakan sementara, dan mereka akan kembali
segera setelah perang berhenti. Namun kemudian, rumah mereka
diambil alih oleh orang Israel dan tidak satu pun keluhan terhadap
penguasa kota yang baru dapat merebut kembali tempat itu. Sejak
itulah mereka hidup sebagai pengungsi.
"Aku dilahirkan di sini," demikian ayahnya pernah berkata,
sambil mengelus panel pintu kayu dengan lembut dan menyentuh
kusen yang diukir. "Begitu juga ayahku. Dan ayahnya ayahku, dan
ayahnya juga sebelum itu. empat belas generasi. Tiga ratus tahun.
Kini semuanya hilang, begitu saja!"
Ia mengibaskan jari-jarinya ke udara. Layla melihat air mata
menetes dari mata cokelat ayahnya yang besar.
"Tak apa, ayah," katanya sambil memeluk ayahnya, mencoba
~ 88 ~ THE LAST SECRET OF THE TEMPLE
menguras seluruh kekuatan dan cintanya ke dalam tubuhnya yang
kurus dan keras. "Ayah akan mendapatkannya kembali suatu hari
nanti. Kita semua tinggal di sini bersama-sama. Semua akan baikbaik saja."
Sang ayah memiringkan badannya dan menggesek-gesekkan
wajahnya pada rambut hitam Layla yang panjang.
"Kalau saja hal itu benar, Layla sayangku," ia berbisik, "Tetapi
tidak semua kisah berakhir bahagia. Terutama untuk orang-orang
kita. Kau akan belajar tentang ini bila kau besar nanti."
KeNANGAN INI DAN YANG LAIN berkelebat di benak Layla sekarang
begitu ia melewati gerbang dan menapaki tanah Jalan al-Wad yang
disemen.
The Last Secret Of The Temple Decrypted Karya Paul Sussman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Biasanya, bagian kota ini akan ramai dengan kedai aneka
warna yang menjual aneka bunga, buah dan rempah-rempah, para
pembeli yang berbondong-bondong kian kemari, bocah laki-laki
yang sambil mendengung melewati kereta kayu yang membawa
tumpukan tinggi daging. hari ini, segala sesuatunya tenang tidak
seperti biasanya"tidak diragukan lagi, berkat penjagaan para
Pejuang David yang sampai jauh ke dalam kota. Sekumpulan orang
tua sedang duduk di bawah kerai timah yang berombak dari
sebuah kafe; di sisi kirinya seorang perempuan petani sedang
berjongkok di pintu dengan tumpukan jeruk nipis di depannya,
wajahnya tenggelam dalam tangannya yang cokelat penuh
keriput. Di luar itu, satu-satunya orang yang hadir adalah militer
Israel dan personel polisi: trio dari brigade Giv"ati muda yang
sedang wajib militer dan bersiap di belakang karung pasir penyangga meriam; satu unit polisi perbatasan mengenakan baret hijau
sedang bermalas-malasan pada anak tangga di depan kafe; patroli
polisi di dalam pintu gerbang, jaket biru mereka menyatu ke dalam
bayangan sehingga kepala, lengan dan kaki mereka seperti menghilang ke dalam lubang kosong tempat tubuh mereka seharusnya
berada. Layla memperlihatkan kartu persnya kepada salah satu mereka,
~ 89 ~ PAUL SUSSMAN gadis cantik yang mestinya dapat menjadi model kalau saja dia
tidak menjadi polisi wanita, dan bertanya apakah dirinya dapat
masuk ke dalam rumah yang diduduki.
"Jalan ditutup di bawah sana," kata perempuan itu, sambil
mengamati kartu. "Tanya saja di sana."
Layla mengangguk dan terus berjalan ke pusat kota, melewati
Austria hospice, Via Dolorosa, gang berisi pohon ara yang pernah
diceritakan ayahnya beberapa tahun lalu"yang tampak nyaris
tidak tumbuh sepanjang waktu itu. Ketika tengah berjalan ia
mendengar teriakan-teriakan di depannya, lalu para polisi dan serdadu semakin ramai berdatangan. Ia mulai melewati sekelompok
syabab, pemuda Palestina, sebagian mengenakan ikat kepala fatah
hitam dan putih, yang lain membawa bendera Palestina merah,
hijau, hitam dan putih. Kelompok itu berbaur ke dalam kerumunan sehingga orang-orang jadi berjejal-jejalan. Jalan kecil menggemakan suara hiruk-pikuk yang ada, tangan-tangan yang mengepal
diacungkan ke udara. Serdadu Israel menyebar di setiap sisi jalan,
mencegah para pemrotes melesak ke dalam kota. Wajah-wajah
tanpa ekspresi para serdadu bertentangan dengan wajah para
pemrotes yang penuh amarah. Serakan abu dan kardus yang terbakar mengotori bongkahan batu tempat api dinyalakan. Kamera
pengawasan Israel tergantung pada dinding seperti bangkai hewan
mati, lensa-lensanya pecah dan hancur.
Layla melanjutkan perjalanan mendekati kerumunan. orangorang yang sedang berbondong-bondong semakin rapat, dan
sepertinya dia mungkin tidak akan dapat menerobos sama sekali
sampai dia dikenali seorang laki-laki muda yang pernah dia
wawancarai beberapa bulan lalu untuk artikelnya mengenai Gerakan Pemuda fatah. Laki-laki itu memberi salam padanya dan menjadikan dirinya sebagai pengantar Layla, melesak masuk menerobos massa sampai mereka mencapai perbatasan yang dibangun
melintang oleh Israel di jalan itu. Ada sekelompok kecil Peace Now
Israel sedang berkumpul bersama di sini di antara orang-orang
Palestina, kemudian seseorang, perempuan yang sudah tua dalam
topi rajutan, memanggilnya.
~ 90 ~ THE LAST SECRET OF THE TEMPLE
"Aku harap kau akan menulis tentang kehebohan ini, Layla!
mereka akan memulai perang!"
"Itulah sesungguhnya yang ingin mereka lakukan," teriak lakilaki di sebelahnya. "mereka akan membunuh kita semua. Usir
mereka yang menduduki rumah itu! Kami ingin perdamaian.
Perdamaian sekarang!"
Ia maju ke depan dan menggerakkan kepalan tangannya pada
barisan polisi perbatasan bersenjata lengkap yang berbaris di sisi
jauh perbatasan. Di luar mereka, kerumunan jurnalis dan kru TV,
banyak dari mereka mengenakan helmet dan jaket anti-peluru,
berkumpul bersama di luar rumah yang diduduki. Jauh di ujung
jalan blok pembatas kedua juga sudah dibangun, yang ini menahan
kerumunan orang Yahudi haredi dan kelompok sayap kanan Israel,
untuk menunjukkan solidaritas dengan penghuni rumah. Salah seorang memegang papan bertuliskan KAhANe BeNAR! Yang lain
adalah spanduk yang mengklaim ARAB meReBUT TANAh
BANGSA YAhUDI. Layla memperlihatkan kartu persnya kepada
salah seorang serdadu di perbatasan dan setelah beberapa kali
berkonsultasi dengan atasannya, ia diizinkan masuk, menerobos
kerumunan para jurnalis dan berhenti di samping laki-laki berjanggut yang mengenakan kacamata kawat dan helmet pelindung
plastik. "Layla al-madani yang hebat akhirnya membahagiakan kami
dengan kehadirannya," serunya. Suaranya tertelan oleh teriakan
massa. "Baru saja aku bertanya-tanya kapan kau akan muncul."
onz Schenker adalah koresponden masalah politik untuk
Jerusalem Post. Pertama kali mereka bertemu, ia menyiramkan
segelas air pada laki-laki itu karena menuliskan pernyataan yang
merendahkan kaum perempuan Palestina, dan itu hampir membentuk pola hubungan mereka sejak itu. mereka tetap mempertahankan sopan santun baku, tetapi ada sedikit cinta yang hilang
pada keduanya. "Lihatlah topimu, Schenker," gerutu Layla.
"Kau akan berharap bisa memakainya ketika teman Arabmu
~ 91 ~ PAUL SUSSMAN mulai melempar batu dan botol," balasnya.
Seolah menekankan apa yang baru saja dia katakan, sebuah
botol yang dilempar para pemrotes Palestina mendarat, mengempas pelataran beberapa meter di sebelah kanannya.
"Kubilang juga apa," serunya. "Tapi aku kira mereka tidak akan
pernah melempar apa pun padamu. Bukan begitu, Assadiqa" Inilah
jurnalis paling pantas yang ingin mereka sakiti!"
Layla setengah membuka mulutnya untuk membalas penghinaan itu, tetapi ia tidak mau ribut, dan sebagai gantinya ia hanya
mencemooh dengan jarinya dan berlalu, melangkah ke barisan
depan kerumunan wartawan. Jerold Kessel dari CNN sedang
berjuang menyampaikan berita di depan kamera di tengah-tengah
penganiayaan; di sisi kirinya polisi perbatasan Israel telah mengangkat pembatas dan mendorong mundur para pemrotes
Palestina, mengarahkan mereka untuk menjauh. Teriakan-teriakan
semakin membahana. Semprotan gas air mata kemudian ditembakkan. Botol-botol pun lebih banyak lagi yang dilemparkan.
Untuk sesaat Layla berdiri tak bergerak, memerhatikan sekitar,
kemudian menarik kamera yang tercangklong di bahunya dan
mulai memotret, mengambil gambar menorah yang disemprot di
bagian pintu depan"identitas tradisional para Pejuang David"
bendera Israel yang terbentang di depan gedung, tentara yang
bersiaga di atap pada semua sisi, barangkali untuk mencegah penduduk lokal menyerang rumah dari atas. Layla baru saja berbalik
ke kanan untuk memotret pemrotes yang berpihak pada pendudukan ketika ia tiba-tiba saja merasa kerumunan di sekitarnya
semakin padat dan mendesak ke depan.
Pintu rumah yang diduduki telah terbuka. Suasana hening,
kemudian sosok Baruch har-zion yang gemuk dan pendek
melangkah keluar, didampingi penjaganya yang berpotongan rambut cepak, Avi Steiner. Para penentang yang pro-pendudukan
bersorak dan hanyut dalam nyanyian "hatikva", lagu nasional
Israel. orang-orang Palestina dan permotes perdamaian, yang kini
telah didorong hampir seratus meter ke belakang dan tidak dapat
~ 92 ~ THE LAST SECRET OF THE TEMPLE
melihat dengan baik dan menyeluruh apa yang tengah terjadi,
mendesak pembatas dan mengumandangkan lagu mereka sendiri,
"Kampung halamanku, Kampung halamanku". Steiner mendorong
dengan marah para jurnalis yang berkerumun membentuk setengah lingkaran, mencoba mendorong mundur mereka. Beberapa
kamera menyorot seperti lampu kelap-kelip.
Untuk beberapa detik pandangan mata har-zion bersirobok
dengan mata Layla, dan kemudian mengalihkan pandangannya.
Berbagai pertanyaan dilontarkan padanya seperti rentetan
tembakan, tetapi ia mengabaikannya, menolehkan kepalanya ke
sana kemari, senyum tersamar membuat kedua ujung mulutnya
berlipat, sebelum perlahan memutar kepalanya ke beberapa arah
dan mengangkat tangan kanannya secara perlahan, menandakan ia
menghendaki suasana tenang. Pertanyaan mengalir dan kerumunan orang semakin ke depan, alat perekam disorongkan ke hadapannya. Layla menyilangkan kembali kameranya di bahu dan mengeluarkan buku catatannya.
"Sebuah pepatah Yahudi Kuno mengatakan," kata har-zion
dengan aksen bahasa Inggris yang kental, suaranya berat dan rendah seperti batu berguling. "hamechadesh betuvo bechol yom
tamid ma"aseh bereishit. Tuhan membuat rumah baru setiap harinya. Kemarin tanah ini berada di tangan musuh-musuh kami. hari
ini ia telah dikembalikan kepada pemiliknya yang sah, orang-orang
Yahudi. Ini adalah hari yang mulia. hari bersejarah. hari yang tidak
akan dilupakan. Dan percayalah padaku, saudara-saudara sekalian,
akan datang lebih banyak lagi hari-hari seperti itu."
L uxor WALAUPUN SUDAh BeRLALU SeLAmA LImA BeLAS TAhUN, KhALIfA meNGINGAT
kasus Schlegel seolah baru terjadi kemarin.
Tubuh perempuan itu ditemukan oleh penduduk setempat,
~ 93 ~ PAUL SUSSMAN muhammad Ibrahim Jamal, di Pelataran Konshu, sebuah gedung
yang gelap, suram, dan jarang dikunjungi, di sudut barat daya
kompleks Kuil Karnak. Berusia enam puluh tahun, warga negara
Israel keturunan Yahudi, lajang, menurut laporan otopsi menderita
serangkaian pukulan keras di kepala dan wajahnya yang disebabkan benda tumpul dengan jenis yang tidak dapat ditentukan.
Seperti keretakan pada tulang rahang dan tengkoraknya di tiga
tempat berbeda, senjata pembunuh juga telah meninggalkan bekas
tanda pada kulitnya"simbol ankh berselang-seling dengan tanda
kecil berbentuk mawar, barangkali semacam desain dekoratif pada
permukaan senjata. Terlepas dari luka berat yang terdapat pada tubuh perempuan
itu, Jamal yakin sekali bahwa Schlegel masih hidup ketika ia menemukannya. Dalam kondisi bersimbah darah dan tidak sepenuhnya sadar, ia membisikkan dua kata"Thoth dan tzfardeah"mengulanginya selama beberapa kali sebelum koma dan tak tersadar lagi
sejak itu. Tidak ada saksi lain untuk menguatkan pernyataannya
dan tidak ada saksi sama sekali terhadap pembunuhan itu sendiri,
kecuali penjaga kuil tua yang mengaku mendengar jeritan dari
dalam kuil dan sekilas melihat seseorang terburu-buru pergi dari
tempat kejadian, terhuyung-huyung dengan "sesuatu di atas
kepalanya, seperti burung kecil yang lucu!" Karena laki-laki itu
sudah tua dan separuh buta, juga memiliki reputasi sering mabuk
dalam bekerja, tidak satu pun yang menganggap serius bukti yang
dikemukakannya. Kepala kepolisian Luxor saat itu, Inspektur Kepala ehab Ali
mahfudz, telah mengambil alih kendali atas kasus ini, dibantu
wakilnya Inspektur Abdul Ibn-husani. Khalifa, yang baru saja
ditempatkan di Luxor dari tempat asalnya di Giza, juga ditugaskan
sebagai tim penyelidik. Ia berusia 24 tahun saat itu, dan ini adalah
kasus pembunuhan pertama baginya.
Dari sini, investigasi telah terfokus pada dua motif yang paling
mungkin di balik pembunuhan tersebut. Yang pertama tampak
jelas, didukung juga oleh mahfudz, adalah perampokan, karena
dompet milik korban dan jam tangannya hilang. Yang kedua, pilih~ 94 ~
THE LAST SECRET OF THE TEMPLE
an kemungkinan yang tipis meski tidak bisa dikesampingkan begitu saja, adalah bahwa ini merupakan bentuk serangan fundamentalis. hanya sebulan sebelumnya, sembilan orang Israel ditembak
mati dalam bus wisata di jalan bebas hambatan antara Kairo dan
Ismailiya. Khalifa, yang paling sedikit pengalamannya juga sekaligus anggota tim yang paling muda, sejak awal ragu pada kedua skenario
tersebut. Bila perampokan yang menjadi motifnya, kenapa pelaku
tidak mengambil Bintang David emas yang tergantung pada kalung
di leher korban" Dan bila serangan fundamentalis, kenapa mereka
tidak mengklaim pengakuan atas tindakan mereka, sebagaimana
yang biasa dilakukan setelah serangan seperti ini"
Ada aspek teka-teki yang masih berlanjut dalam kasus ini.
Schlegel tiba di mesir satu hari sebelumnya dari Tel Aviv,
melakukan perjalanan seorang diri, terbang langsung ke Luxor dan
telah memesan kamar di mina Palace, sebuah hotel di Corniche elNil. menurut petugas hotel, perempuan itu tetap berdiam di
kamarnya sejak ia check-in hingga pukul 3:30 pada sore hari kematiannya, ketika ia, sesuai permintaan perempuan itu, memesan
taksi untuk membawanya ke Karnak. Ia hanya membawa tas kecil
dan tiket pulang ke Israel pada malam yang sama. Apa pun alasannya berada di Luxor, jelas sekali bahwa ia di sana tidak untuk
berlibur. Sebenarnya, ia telah membuat satu panggilan telepon dari
kamarnya, pada malam kedatangannya"pengurus rumah tangga
hotel tidak sengaja mendengarnya saat ia mengantar handuk dan
sabun. Dan sebuah pisau dapur yang besar telah ditemukan di
dalam tas tangan di samping tubuhnya, baru saja diasah, seolah ia
tengah bersiap melakukan kekerasan pada seseorang, atau sebaliknya alasan lain untuk mempertahankan dirinya dalam menghadapi
kekerasan dari orang lain.
Semakin dalam Khalifa berpikir tentang kasus ini, semakin ia
yakin bahwa ini tidak ada kaitannya dengan pencurian dan
ekstremisme. Kuncinya, ia merasa yakin, adalah panggilan telepon.
~ 95 ~ PAUL SUSSMAN Dengan siapa Schlegel telah berbicara" Apa yang telah dikatakannya" Ia telah meminta cetak rekam pembicaraan telepon itu dari
pihak hotel, tetapi secara kebetulan meterannya telah memilih sore
itu sebagai saat yang tepat untuk rusak, dan sebelum ia memiliki
waktu untuk mengejar kantor Telekomunikasi mesir guna mendapatkan rincian panggilan telepon untuk seluruh gedung, penyelidikan telah menerima hasil yang tidak diperkirakan: jam tangan
Schlegel ditemukan di rumah muhammad Jamal.
Jamal dikenal luas oleh kantor Polisi Luxor. Sebagai penjahat
kecil-kecilan yang telah mendarah daging, ia memiliki serangkaian
dakwaan hukum sepanjang lengan Anda, mulai dari serangan dan
pukulan"yang telah membuatnya mendekam di tahanan al-Awdial-Jadid selama tiga tahun"hingga pencurian mobil dan suplai
ganja (enam bulan di Abu zaabal). Pada saat terjadi pembunuhan
itu, ia sedang bekerja sebagai pramuwisata tak berlisensi, dan
mengklaim dirinya sudah bersih selama beberapa tahun, klaim
yang selalu diabaikan dan tidak dipedulikan oleh Chief mahfudz.
"Sekali penjahat, selamanya tetap penjahat," katanya. "Seekor
macan tutul tidak akan mengubah bintik-bintik yang ada pada
tubuhnya, dan sampah seperti Jamal tidak akan berubah menjadi
malaikat hanya dalam waktu semalam."
Khalifa hadir pada interogasi terhadap Jamal. Aktivitas yang
tidak menyenangkan. Brutal. mahfuz dan hasani melayangkan
pukulan membabi buta pada si tersangka. Pertama, ia menolak
semua hal yang berkenaan jam tersebut. Setelah dua puluh menit
dihajar dan dipukuli, ia tersungkur dan mengaku bahwa, ya, ia
telah mengambil jam itu tanpa pikir panjang. Ia memiliki utang,
dan keluarganya akan diusir dari rumah mereka, anak perempuannya sakit. Namun, ia dengan keras menolak tuduhan telah membunuh Schlegel atau mengambil dompetnya, dan tetap bersikap
seperti itu dalam dua hari pemeriksaan yang semakin keras memperlakukan dirinya. Saat sesi interogasi berakhir, ia kencing darah
dan matanya begitu lebam sehingga hampir tidak dapat melihat
siapa pun. Ia terus saja menyatakan ketidakbersalahannya.
Khalifa telah mencerna semua ini, menyesali keberadaannya di
~ 96 ~ THE LAST SECRET OF THE TEMPLE
sana yang terlalu takut untuk bicara, ketakutan bahwa bila ia
melakukannya maka dalam beberapa hal dapat membahayakan
karier kepolisiannya. Yang membuat keadaan menjadi lebih buruk
lagi adalah sejak awal ia begitu yakin Jamal telah mengatakan yang
sebenarnya. Ada sesuatu dalam kemarahannya yang teramat sangat, yang membuatnya menjerit untuk mengatakan ia tidak membunuh perempuan itu, dalam penolakannya untuk menyerah
bahkan di bawah hantaman tinju hasani, yang begitu meyakinkan
Khalifa bahwa ia, seperti yang diakuinya, menemukan Schlegel
setelah perempuan itu diserang. Laki-laki ini bisa jadi seorang pencuri, tetapi sudah pasti ia bukan pembunuh!"
Namun mahfudz tetap bergeming. Dan Khalifa tidak mengatakan apa-apa. Tidak selama interogasi, tidak juga ketika Jamal dikirim ke pengadilan, tidak juga saat ia didakwa dua puluh lima tahun
kerja paksa di penggalian Tura, bahkan tidak juga ketika"empat
bulan setelah penghukumannya"ia merenggut hidupnya sendiri,
menggantung diri dengan kabel di palang yang ada di selnya.
Pada tahun-tahun setelahnya Khalifa mencoba melakukan pembenaran untuk dirinya sendiri atas bungkamnya ini, membela diri
bahwa Jamal adalah pelanggar hukum yang keji dan sudah mendarah daging, adil atau tidak, mungkin saja tidak kurang dari yang
memang layak ia terima. Namun, kebenarannya adalah kepengecutannya telah membuat seorang laki-laki tak bersalah didakwa
melakukan kejahatan yang tidak dilakukannya, dan membiarkan
seorang perempuan mati tanpa pembunuh sebenarnya diseret ke
pengadilan. Dan sekarang, kepengecutannya itu telah datang kembali menghantuinya. Jauh di dalam benaknya, ia selalu tahu hal ini
akan terjadi. Y erusaLem BAGI PARA PeNDUKUNGNYA"YANG SemAKIN BeRKemBANG"BARUCh
har-zion adalah David baru, pejuang yang dipilih Tuhan untuk
~ 97 ~
The Last Secret Of The Temple Decrypted Karya Paul Sussman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
PAUL SUSSMAN memerangi keganjilan yang sudah berlebihan dan mengantar rakyatnya ke Tanah Yang Dijanjikan. Tangguh, tak kenal takut, disegani
dalam perang, ia adalah lambang schtarker"pahlawan kokoh
Yahudi yang memerhatikan dirinya sendiri, rakyatnya dan
Tuhannya, dan tidak ada rasa penyesalan apa pun tentang alat atau
cara apa yang digunakan untuk melakukan semua hal itu.
Lahir sebagai Boris zegowsky di desa kecil di selatan Ukraina,
ia datang ke Israel pada 1970 saat usianya 16 tahun, setelah ia dan
adik laki-lakinya berhasil menyelundupkan diri keluar Uni Soviet,
menyeberang separuh eropa dan menyerahkan diri ke Kedutaan
Besar Israel di Wina, mengklaim hak mereka sebagai orang Yahudi
untuk membuat aliyah. Perjalanan itu, bagi har-zion, bagaikan
perjalanan rohani, yang sebagaimana pelarian, sebuah petualangan ke tanah mistis yang menawarkan tidak saja tempat aman dari
sikap anti-Semit korosif di negara asalnya, tetapi manifestasi fisik
dari janji Tuhan terhadap orang yang dipilih-Nya.
har-zion telah mengabdikan sisa hidupnya untuk mempertahankan dan mengembangkan tanah air. Pertama sebagai serdadu
pada IDf, tempat ia mengabdi dengan penuh dedikasi di resimen
elite Sayeret matkal; kemudian, setelah mengalami kebakaran
mengerikan saat humvee-nya menabrak daerah pertambangan di
Libanon selatan, ia bergabung dengan Intelijen militer, mengepalai
unit yang bertugas merekrut dan mengatur informan dari Palestina.
Pengabdian yang absolut kepada cita-cita Israel itulah yang menyebabkannya menjadi seperti sekarang ini, pengabdian yang termanifestasi dalam aksi heroisme ekstrem"ia telah dua kali dianugerahi penghargaan medal of Valour untuk keberaniannya, medali
Israel yang setara dengan Victoria Cross"dan juga brutalitas
ekstrem. Pada 1982, ia menerima teguran resmi karena menyembunyikan seorang gadis belia Libanon dalam patroli dan memerintahkan bawahannya untuk mengancam gadis itu kecuali dia membuka rahasia tentang di mana senjata hizbullah disembunyikan
(dan gadis itu pun memberitahukannya). Selama masa tugasnya
pada Intelijen militer har-zion pernah dikirim ke pengadilan
perang atas pernyataannya bahwa ia telah memberi otoritas pada
~ 98 ~ THE LAST SECRET OF THE TEMPLE
ancaman pemerkosaan ramai-ramai sebagai alat untuk menghukum perempuan Palestina menjadi kaki tangannya (semua
tuduhan telah dihapus setelah saksi presekusi utama mati dalam
kecelakaan mobil yang misterius).
Dan itu hanyalah ujung dari sebuah gunung es. Kisah tentang
kekerasan, brutalitas dan intimidasi mengikutinya ke mana pun ia
pergi"sesuatu yang, jauh dari membuatnya peduli, malah muncul
sebagai sumber kebanggaan yang lebih besar daripada semua
penghargaan atas keberaniaannya. "Sungguh menyenangkan menjadi seseorang yang dikagumi," sekali waktu ia pernah berkata, "tetapi jauh lebih menyenangkan menjadi seseorang yang ditakuti."
Sebagai oponen yang sengit terhadap persetujuan perdamaian
oslo"terhadap persetujuan perdamaian apa pun yang terlibat
dalam penaklukan setiap inci tanah Israel"ia meninggalkan
Inteligen militer pada pertengahan 1990-an dan memasuki dunia
politik, bergabung terlebih dahulu dengan organisasi pendudukan
militan Gush emunim sebelum melepaskan diri untuk menemukan
Chayalei David yang bahkan lebih militan. Kampanye David tentang perampasan dan pendudukan kembali tanah Arab awalnya
dibubarkan karena dianggap pekerjaan orang pinggiran yang gila.
Namun, dengan tampilnya al-mulatham dan Persaudaraan
Palestina, pesan garis kerasnya"bahwa tidak akan ada jaminan
keselamatan dari bom bunuh diri sampai seluruh tanah eretz Israel
dikuasai bangsa Yahudi dan setiap orang Palestina didesak keluar
perbatasan menuju Yordania"memperoleh popularitas tinggi.
Rapat umumnya menarik kerumunan lebih besar lagi, acara makan
malam untuk pencarian dana dihadiri lebih banyak tamu terkemuka. Pada pemilu 2000, ia memenangkan kursi di Knesset, dan
dalam beberapa wilayah, ia kini secara serius sedang ramai
dibicarakan sebagai pemimpin Israel di masa depan. "Bila Baruch
har-zion menjadi Perdana menteri maka itu berarti berakhirnya
negeri ini," demikian komentar yang dilontarkan politikus moderat
Israel, Yehuda milan. "Bila Baruch har-zion menjadi Perdana
menteri, maka itu berarti berakhirnya yutzim seperti Yehuda
milan," demikian har-zion memberi tanggapan.
~ 99 ~ PAUL SUSSMAN ReSUme INI BeRPUTAR dalam benak Layla ketika ia berdiri menatap lakilaki di hadapannya, dengan tangan tertutup sarung tangan, rambut
yang mulai abu-abu dan wajah dengan rahang persegi, pucat serta
berjanggut, seperti kotak granit yang tertutup lumut. Di sekelilingnya
nyamuk pers sekali lagi meneriakkan bermacam pertanyaan.
"Tuan har-zion, apakah Anda mengakui bahwa Anda telah
melanggar hukum karena telah menduduki rumah ini?"
"Apakah Anda percaya bahwa ada akomodasi yang mungkin
terwujud antara Israel dan Palestina?"
"Dapatkah Anda berkomentar tentang klaim yang mengatakan
bahwa aksi Anda dibantu secara jelas oleh Pm Sharon?"
"Apakah benar Anda ingin menghancurkan Kubah Batu dan
membangun Kuil Kuno di lokasi tersebut?"
har-zion menjawab pertanyaan satu per satu, dengan senjata
dipegang ketat pada sisi tubuhnya, " dan " dalam suara yang
rendah dan keras, menyatakan ini bukanlah pendudukan dan
bukan pula penyelesaian melainkan lebih sebagai pembebasan
tanah milik bangsa Yahudi yang merupakan hak dari Tuhan. Ia
menjelaskan itu selama dua puluh menit sebelum kemudian memberi tanda bahwa tidak ada lagi yang ingin dikatakan, dan ia pun
kembali ke dalam. Baru saja melangkah, Layla maju dan berteriak
mengejarnya. "Lebih dari tiga tahun terakhir anggota Chayalei David telah
meracuni sumur-sumur orang Palestina, merusak peralatan irigasi
orang Palestina, dan memotong kebun buah-buahan orang
Palestina. Tiga orang anggota yang terpisah dari organisasi Anda
telah dipenjara karena kasus pembunuhan rakyat sipil Palestina,
termasuk satu kasus ketika anak laki-laki usia 11 tahun dipukul hingga mati dengan gagang kampak. Anda sendiri telah berbicara dengan restu dari Baruch Goldstein dan Yigal Amir atas aksi Anda.
Bukankah Anda ini seorang al-mulatham Israel, Tuan har-zion?"
har-zion terhenti, kemudian berbalik perlahan menghadap
pers lagi, mencari wajah Layla, menatap matanya untuk beberapa
lama. Tatapannya begitu tajam, marah, walaupun ada sesuatu
~ 100 ~ THE LAST SECRET OF THE TEMPLE
yang berkedip di belakangnya, hampir kegirangan, seolah keduanya sedang melakukan permainan pribadi yang hanya mereka saja
yang tahu rahasianya. "Jelaskan padaku, Nona madani,?"ia menyebut nama perempuan itu sambil meludah, seolah terasa begitu pahit dalam mulutnya?"mengapa ketika seorang Arab membunuh dua puluh orang
sipil ia disebut korban, tetapi ketika seorang Yahudi mempertahankan diri dan keluarganya ia dituduh sebagai pembunuh?"
Layla membalas tatapan matanya, menolak diintimidasi.
"Jadi Anda mendukung pembunuhan yang tak beralasan terhadap masyarakat sipil Palestina?"
"Aku mendukung hak orang-orangku untuk hidup dalam damai
dan aman di tanah yang diberikan Tuhan kepada mereka."
"Sekalipun itu melibatkan aksi terorisme yang sistematis?"
Wajah har-zion memberengut. Wartawan lain menatap pada
mereka, suasana tiba-tiba hening, terserap ke dalam duel pribadi.
"hanya ada satu kelompok teroris di wilayah ini," kata harzion, "dan itu bukan Yahudi. Walaupun Anda tidak akan mengira
hal itu dari laporan Anda."
"menurut Anda pembunuhan terhadap anak-anak bukan terorisme?"
"Aku menyebutnya tragedi perang, Nona al-madani. Tetapi
bukan kami yang memulai perang itu."
Ia berhenti sejenak, dengan mata terus menatap Layla. "Walaupun tentu saja kamilah yang akan mengakhirinya!"
Ia membalas tatapan Layla, dan melangkah mundur memasuki
rumahnya. "Perempuan jalang," desis salah satu pengikut har-zion begitu
ia memasuki ruangan. "Dia perlu sebutir peluru menembus kepalanya."
har-zion tersenyum. "mungkin saja, tapi masih belum. Bahkan
dia pun ada gunanya."
~ 101 ~ PAUL SUSSMAN L uxor KhALIfA SUKA SeKALI ReRUNTUhAN KUIL KARNAK, KhUSUSNYA DI AKhIR
hari, ketika kerumunan orang sudah menipis dan matahari terbenam menyelimuti seluruh kompleks dengan kabut keemasan. IputIsut, begitu orang-orang zaman dulu menyebutnya, "tempat paling
bernilai", dan ia dapat mengerti karena memang ada sesuatu yang
magis di dalamnya, kota reruntuhan yang terentang di tengahtengah antara bumi dan surga. Berada di sana selalu mampu membawanya keluar dari dirinya sendiri, menghaluskan dan menenangkannya, seolah ia telah dipindahkan ke dimensi waktu dan ruang
berbeda, meninggalkan semua masalah yang sedang melanda.
Tetapi tidak hari ini. hari ini, patung monumental dan dinding
yang dipenuhi hieroglif telah membuatnya membeku dingin.
memang ia hampir tidak memerhatikan mereka, begitu hanyut
dalam pikirannya sendiri, melintasi pilar pertama dan kedua lalu
masuk ke dalam ruang rimba dalam Aula hypostyle yang besar
dengan menatap sekilas pada sekelilingnya.
Saat itu hampir pukul 5 sore. Atas perintah Chief hasani, ia
telah menghabiskan hampir seluruh sore harinya di Winter Palace,
berurusan dengan turis perempuan Inggris yang telah melaporkan
kehilangan perhiasannya. Ia dan Sariya telah menghabiskan waktu
tiga jam mewawancarai seluruh staf rumah tangga sebelum perempuan itu akhirnya ingat bahwa ia tidak membawa perhiasannya.
"Anak perempuanku memintaku meninggalkan perhiasan itu di
rumah saja," jelasnya, "nanti malah dicuri. Anda tahu, di negaranegara Arab...."
Setelah menyelesaikan persoalan tersebut, Khalifa kembali ke
kantor dan duduk sendiri di meja kerjanya, terus-menerus
merokok, mencoret-coret bukunya, berpikir tentang Piet Jansen
dan hannah Schlegel serta pertemuannya dengan Chief hasani,
mengulang-ulang kembali seluruh hal yang ada di kepalanya.
Setelah satu jam, ia bangkit dan turun ke ruang arsip di lantai
bawah tanah untuk mencari catatan tentang kasus Schlegel, sadar
~ 102 ~ THE LAST SECRET OF THE TEMPLE
bahwa ia harus meninggalkan kasus ini namun tidak mampu menahan diri. Namun, di sini, misteri lain telah menyapanya, karena
catatan itu tidak dia temukan. Nona zafouli, perawan tua yang,
seingat Khalifa"sepanjang yang bisa diingat oleh siapa pun"telah
menjadi penjaga kasus-kasus lama milik kantor, telah mencarinya
kian kemari tapi tetap nihil. Arsip itu hilang.
"Tidak bisa kujelaskan," katanya bergumam. "Pokoknya tidak
bisa kujelaskan." Khalifa meninggalkan lantai bawah tanah dengan perasaan
lebih gelisah lagi daripada sebelumnya dan, tanpa berpikir panjang, langsung melompat ke dalam taksi yang segera meluncur ke
Karnak. Bukan untuk membersihkan pikirannya sebab itu adalah
tempat terbunuhnya hannah Schlegel dan karenanya, bagaimanapun, merupakan titik pusat semua keragu-raguan dan kekhawatirannya.
Kini ia tengah menyusuri Aula hypostyle yang besar, pilarpilarnya yang berbentuk lontar menjulang di atasnya seperti
batang pohon sequoia, dan keluar melalui pintu di dinding selatan.
Saat itu hampir mendekati waktu ditutupnya kuil, dan polisi wisata mulai mengimbau para pengunjung untuk kembali menuju pintu
masuk utama. Seseorang mendekati Khalifa sembari memainkan
jemarinya, namun kemudian sang detektif menunjukkan ID-nya
dan diizinkan melanjutkan perjalanan.
mengapa hasani demikian bersikeras meminta Khalifa tidak
kembali membuka kasus Schlegel" Itu adalah pertanyaan yang
tidak kunjung lenyap dari pikirannya. mengapa Chief ini kelihatan
begitu gugup" Ada yang tidak beres di sini. Sangat salah. Dan dia
mencoba menemukan apa yang terjadi dan akan membawanya
pada masalah. Banyak sekali masalah. Namun tetap saja, Khalifa
tidak dapat membuangnya. "Sialan!" gerutunya, sambil mematikan rokok Cleopatra di
bawah sol sepatunya dan langsung menyalakan yang lain. "Sialan
benar!" Ia menuju sudut tenggara area kuil, mengikuti jalur antara
~ 103 ~ PAUL SUSSMAN baris-baris blok batu pasir yang dipenuhi hieroglif, seperti potongan puzzle mozaik yang banyak sekali, sebelum akhirnya sampai di
gedung persegi panjang yang agak terpisah dari bagian kompleks
lainnya. Pelataran Khonsu. Ia melambat sebentar, memandangi
dinding monumental dari batu pasir yang kusam, kemudian
jantungnya tiba-tiba berdebar, saat ia menyelusup pintu samping
menuju bagian dalam. Bagian atau ruang dalam terasa dingin dan teduh, sangat tenang, begitu senyap, dengan sinar matahari pada lantai pelataran
yang masuk dari pintu seberang, seperti aliran emas yang mencair.
Di bagian kirinya serambi yang disangga pilar terbuka; di sisi
kanannya adalah halaman terbuka lainnya, dan jauh di sisi sana
adalah jalan rendah menuju tempat suci utama. Ia sendiri sedang
berdiri di dalam aula sempit hypostyle yang merupakan bagian
tengah atau pusat gedung, dengan delapan pilar berbentuk lontar
berjajar di depannya, empat di masing-masing sisi. Di bawah pilar
ketiga sebelah kiri itulah tubuh hannah Schlegel ditemukan.
Ia biarkan matanya menyesuaikan diri dengan kesuraman yang
ada, kemudian melangkah maju. Walaupun telah mengunjungi
Karnak beberapa kali dalam tahun-tahun berselang, ia selalu
menghindari bagian khusus ini. Saat ia melintasi aula itu sekarang,
ia setengah berharap dapat menemukan beberapa jejak darah
merah yang dulu menempel tetap ada menandai lantai pelataran,
atau garis kapur yang membentuk tubuh. Namun, tidak ada tanda
yang mengatakan bahwa kekerasan telah terjadi di sini; tidak ada
bekas darah, tidak ada kapur, tidak ada kenangan kecuali yang tersimpan dalam bebatuan itu sendiri, yang tampak memiliki sejenis
kesadaran elemental, ketenangan. "Kita telah menyaksikan banyak
hal," seolah mereka berkata, "baik dan buruk. Tetapi kita tidak
akan bicara tentang hal itu."
Ia sampai di pilar ketiga itu lalu berjongkok, mengingat kembali
momen saat pertama kali melihat mayat perempuan itu. Untuk
alasan tertentu, keadaan tubuh mayat secara keseluruhan tidak terlalu berpengaruh baginya dibandingkan beberapa detail yang tidak
relevan: celana dalam korban yang berwarna hijau, yang terlihat
~ 104 ~ THE LAST SECRET OF THE TEMPLE
karena roknya tersingkap hingga di atas pinggangnya; barisan
semut di dekat kaki kanannya yang tidak bersepatu; codet atau
bekas luka yang melintang di perutnya seperti garis pensil yang
dibuat oleh pemabuk; selain itu semua, yang paling utama adalah
adanya tato aneh di lengan atas bagian kiri, segitiga yang diikuti
lima angka dalam tinta biru gelap yang sudah memudar, seperti
lajur yang tergambar pada permukaan keju. Tanda Yahudi, kata
Chief mahfuz menjelaskan. Sejenis tanda keagamaan atau sesuatu
yang lain. Seperti tanda yang kau temukan pada daging untuk
memperlihatkan dari mana ia berasal. Analogi itu mengejutkan
Khalifa, seolah korban hanyalah seonggok bangkai tanpa nama
yang tergeletak di meja tukang jagal. Seperti tanda yang kau
temukan pada daging. mengerikan.
Ia menggosok-gosokkan tangannya pada lantai. Telapak
tangannya membuat suara desis kering pada lantai batu yang
berdebu, kemudian berdiri lagi, memusatkan matanya ke dinding
di belakang ruang berisi relief kuno yang menggambarkan firaun
Ramses XI sedang disucikan oleh dewa horus dan Thoth, yang terakhir digambarkan dengan tubuh manusia berkepala ibis.
Thoth dan tzfardeah, itu yang dikatakan Schlegel sesaat sebelum mengembuskan napas terakhir. Tzfardeah, ia merasa pasti,
merujuk ke telapak kaki Jansen yang bentuknya tidak lazim. Lalu,
bagaimana dengan Thoth" Apakah ia begitu saja, dalam saat-saat
sekarat, menyatakan apa yang dapat ia lihat di atasnya" Thoth, si
Ibis itu, pastilah citra terakhir yang menjadi fokus mata perempuan
malang itu. Atau, adakah makna lain yang lebih dalam, resonansi
yang lebih mengungkapkan"
Ia mengisap rokoknya dan mengosok-gosok pelipis, berpikir
lebih dalam, menarik keluar apa saja yang dapat ia ingat tentang
dewa. Kearifan, kesusastraan, penghitungan dan obat-obatan"ini
adalah karakter khusus yang dilekatkan pada Thoth. Juga
Keajaiban, karena dialah yang, menurut mitologi mesir, telah
menyediakan mantra yang memungkinkan Dewi Isis menghidupkan kembali suami/saudara laki-lakinya yang terbunuh, osiris.
Apalagi" Ia adalah pesuruh dan utusan para dewa, pencipta
~ 105 ~ PAUL SUSSMAN hieroglif, penulis hukum suci mesir, pencatat putusan abadi dalam
hati orang yang sudah mati. Ia diasosiasikan begitu dekat dengan
bulan"ia sering digambarkan dengan cakram atau lempeng bulan
di atas kepalanya"dan memiliki pusat pemujaan di hermopolis,
mesir Tengah, tempat ia dikenal, di antaranya, sebagai "Jantungnya Dewa Ra"; "Sang Pengukur Waktu"; dan "Pemilik Sabda
Tuhan". Kapal Barque peraknya memindahkan jiwa orang yang
telah mati melintasi langit malam. Ia menikahi Seshat, "Perempuan
The Last Secret Of The Temple Decrypted Karya Paul Sussman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Pecinta Buku", pustakawan para dewa.
Ada banyak keterkaitan yang mungkin ada dalam kasus ini,
banyak cara bagi Khalifa untuk mengaitkan ucapan Schlegel tentang
kata "Thoth" ke dalam tuduhan yang dikaitkan pada Piet Jansen.
Jansen adalah orang yang cerdas dan membaca dengan baik; ia
dapat berbicara dalam banyak bahasa; ia punya perpustakaan yang
besar. Bila ahli mesir purbakala memiliki minat dalam arkeologi,
Thoth akan hampir pasti merupakan dewa pelindungnya.
Namun, terlepas dari kesamaan ini, Khalifa masih tetap memiliki kepekaan bahwa ada sesuatu yang kurang darinya; bahwa ia
masih belum mendapatkan esensi dari apa yang telah disampaikan
Schlegel. Schlegel bermaksud mengatakan sesuatu yang spesifik,
dan ia tidak memahaminya. Dia benar-benar tidak memahaminya.
Khalifa menyelesaikan Cleopatra-nya dan menginjak puntung
rokok itu di bawah sepatunya. mungkin hasani benar, pikirnya.
mungkin aku memang hanya membayangkan sesuatu, mencoba
melakukan sesuatu yang berlebihan. Dan bahkan, andaipun aku
tidak sedang berimajinasi, apa yang dapat kulakukan dalam hal itu"
meneruskan investigasi tanpa sepengetahuan Chief, mempertaruhkan seluruh karirku" Dan untuk apa" Ketika semua sudah terjadi,
Schlegel pun hanyalah seseorang dari masa lalu.
Suara langkah kaki bergema di kejauhan. mulanya ia menganggap itu pasti penjaga. Dengan langkahnya yang semakin dekat,
Khalifa menyadari bahwa suara itu terlalu lembut untuk langkah
seorang laki-laki. Lima detik berlalu, sepuluh, kemudian seorang
perempuan dalam djellaba suda memasuki aula dari ujung selatan,
~ 106 ~ THE LAST SECRET OF THE TEMPLE
setumpuk bunga liar terangkum di antara kedua tangannya, selendang hitam menutupi kepalanya sehingga wajahnya tersembunyi.
matahari telah berlalu sekarang, dan dalam senja yang pekat,
perempuan itu tidak menyadari keberadaan Khalifa, yang telah
bergeser ke balik pilar. Ia datang ke tempat tewasnya hannah
Schlegel dan melepas selendangnya, berjongkok kemudian meletakkan bunga-bunga di lantai. Khalifa melangkah mendekati.
"halo, Nur," Ia berputar, terperanjat.
"Jangan takut," katanya sambil mengangkat tangan memberi
tanda bahwa ia tidak akan membahayakan orang lain. "Aku tak
bermaksud membuatmu takut."
Ia berdiri, mundur menjauh, melihat ke arah laki-laki itu penuh
curiga. Sesaat kemudian ia mengenali Khalifa.
"Khalifa," bisiknya. Ada jeda sejenak dan kemudian: "orang
yang membunuh suamiku. Salah satu dari laki-laki itu."
Perempuan itu telah berubah sejak ia terakhir kali melihatnya
di ruang pengadilan pada hari penentuan hukuman bagi
muhammad Jamal. Ia perempuan muda yang cantik. Kini
penampilannya berbeda, terlihat lelah, wajahnya layu seperti kayu
yang sudah lapuk. "Kenapa Anda mengawasiku?" tanyanya.
"Aku tidak sedang mengawasi Anda. Aku hanya...."
Ia berhenti, tidak mampu menjelaskan secara pasti mengapa ia
datang ke kuil itu. Perempuan itu menatapnya, kemudian menurunkan pandangannya kembali pada bunga-bunga, berjongkok
dan mengaturnya kembali di sekitar lantai ruang itu. Burung bangau putih muncul di luar pelataran depan, mematuk-matuk lantai
berdebu. "Aku datang ke sini setiap waktu," katanya setelah beberapa
saat, lebih mirip seperti berbicara pada dirinya sendiri daripada
kepada Khalifa, memetiki akar bunga dengan jari-jarinya yang
keriput. "muhammad tidak punya makam yang layak. mereka
hanya mendepaknya di halaman luar penjara. Terlalu jauh bagiku
~ 107 ~ PAUL SUSSMAN untuk pergi sampai Kairo. Jadi aku datang ke sini. Aku tidak tahu
mengapa. Aku duga, ini adalah ... yahh, tempat dia mati."
Nada suaranya menunjukkan realita dengan apa adanya, tidak
secara terbuka menuduh, yang entah bagaimana malah lebih tidak
mengenakkan bagi Khalifa. Ia merasa tidak nyaman, tangannya
memainkan uang logam di dalam sakunya.
"Aku tinggalkan bunga-bunga ini untuk perempuan tua itu
juga," katanya melanjutkan. "Itu bukan kesalahannya, "kan" Dia
tidak menuduh muhammad."
Ia mengatur bunga-bunga itu sesuai dengan keinginannya dan
berdiri lagi, bersiap untuk pergi. Khalifa melangkah mendekatinya.
"Anak-anak?" tanyanya cemas, tiba-tiba saja, sehingga percakapan itu belum berakhir.
Ia mengangkat bahu. "mansyur mendapatkan pekerjaan sebagai mekanik. Abdul baru saja menyelesaikan sekolahnya. fatma
sudah menikah, sebentar lagi akan punya anak. Dia tinggal di
Armant sekarang. Suaminya bekerja di pabrik tebu."
"Dan kau, sudah...."
"menikah lagi?" Ia menatap laki-laki itu dengan mata sayup.
"muhammad adalah suamiku. Dia mungkin bukan orang baik,
tetapi dia tetap suamiku."
Burung bangau putih telah berjalan menuju pintu dan kini
sedang melangkah dengan anggun ke dalam aula, kepalanya melongkok ke sana-sini; kakinya yang bagai jarum rajut naik dan
turun dengan irama yang terkontrol dan lembut bagai penari balet.
Ia berada dalam jarak satu meter dari perempuan itu, kemudian
bergerak ke tempat lain lagi.
"Dia tidak melakukannya, kau tahu," katanya perlahan. "Dia
memang mengambil jam tangan itu, yang ternyata buruk. Sangat
buruk. Tetapi dia tidak membunuh perempuan tua itu. Dan dia
tidak mengambil dompetnya. Bukan dompet."
Khalifa menatap lantai. "Aku tahu," gumamnya. "maafkan aku."
Ia mengikuti burung bangau itu dengan matanya sampai
~ 108 ~ THE LAST SECRET OF THE TEMPLE
terbang ke pilar. "Anda adalah yang terbaik," bisiknya. "Satu-satunya yang kupikir mungkin dapat menolongnya. Tetapi kemudian Anda...."
Ia mendesah dan berbalik pergi, bergerak beberapa langkah
sebelum menengok kembali.
"Uang itu memang menolong. memang tidak bisa membuatnya hidup kembali, tetapi cukup menolong. Jadi terima kasih
untuk itu." Khalifa mendongak, bingung.
"Aku tidak ... uang apa?"
"Uang yang Anda kirim. Aku tahu itu dari Anda sendiri. Anda
satu-satunya yang baik."
"Aku tidak..., uang apa" Aku tak tahu apa yang kau bicarakan."
Ia tengah menatap jauh ke balik bahu Khalifa, ke bayangbayang yang pekat pada bagian belakang aula, matanya kering dan
kosong"mata seseorang yang darinya semua harapan telah sirna.
"Setiap tahun. Beberapa saat sebelum Idul Adha. Uang itu
datang melalui pos. Tanpa catatan, tanpa nama, tanpa apa-apa.
hanya 3000 pound mesir, dalam lembaran seratus. Selalu dalam
lembaran ratusan. Kiriman itu dimulai satu minggu setelah
muhammad bunuh diri, dan terus-menerus hingga kini. Setiap
tahun. Dengan itulah aku dapat menyekolahkan anak-anak dan
bertahan hidup. Aku tahu itu pasti dari Anda. Anda adalah laki-laki
yang baik, terlepas dari hal-hal lain."
Ia menatapnya, kemudian berbalik dan bergegas keluar dari
kuil. Y erusaLem DALAm PeRJALANAN Ke RUmAh DARI KoTA TUA, LAYLA BeRheNTI DI hoTeL
Yerusalem untuk sekadar minum dan sedikit makan makanan kecil
dengan temannya, Nuha. Sebuah gedung dengan gaya Utsmaniyah yang manis dekat
~ 109 ~ PAUL SUSSMAN ujung bawah jalan Nablus, dimiliki dan dikelola oleh orang
Palestina, dengan interior berlantai batu yang dingin dan teras
depan yang ditutupi tanaman anggur, hotel ini merupakan bagian
kehidupannya karena sejauh yang diingatnya, di sinilah ia bertemu
Nizar Sulaiman, editor al-Ayyam yang telah memberinya pekerjaan menulis pertamanya; di sini ia telah mengambil beberapa poin
cerita terbaiknya; di sinilah ia kehilangan keperawanannya (usia 19
tahun, menyerahkan diri kepada jurnalis Prancis yang perokok
berat, hubungan yang menggelisahkan dan gagal, meninggalkan
perasaan ternoda dan bingung). Dan tentu saja, di hotel Yerusalem
itulah kedua orangtuanya pertama kali bertemu. Dan kalau percaya pada cerita ibu, keberadaan Layla sendiri juga sudah direncanakan.
"malam itu banyak petir yang menakutkan," ibunya pernah
bercerita padanya. "Petir, kilat, hujan yang belum pernah kau lihat.
Seluruh dunia sepertinya terpisah-pisah dengan sendirinya. Kadang
aku berpikir itulah sebabnya kau seperti apa adanya sekarang ini."
"Seperti apa, Bu?"
Ibunya tersenyum, tetapi tidak berkata apa-apa.
mereka, orangtuanya, merupakan pasangan yang tidak biasa,
seorang perempuan Inggris yang senang tertawa dari keluarga
Cambridgeshire kelas menengah dan seorang dokter introvert
sepuluh tahun lebih tua yang setiap jam meleknya didedikasikan
untuk perawatan dan kesejahteraan teman-teman Palestinanya.
mereka bertemu pada 1972, di sebuah acara pertemuan untuk
merayakan pernikahan seorang teman. Alexandra Bale, demikian
ibu Layla dikenal saat itu, baru saja meninggalkan universitasnya
dan bekerja sebagai guru sukarela di sekolah putri Yerusalem Timur,
tidak pasti tentang apa yang ingin ia lakukan dalam kehidupannya.
muhammad faisal madani tinggal di Jalur Gaza, mengelola klinik
medis di tenda pengungsi Jabaliya, yang bekerja 14 jam per hari, 7
hari seminggu, merawat penghuni perkemahan.
Terlepas, atau mungkin dikarenakan, latar belakang yang sangat berbeda, mereka cepat akrab. Ayah Layla terpukau oleh
Pena Wasiat 10 Pendekar Rajawali Sakti 122 Sepasang Pendekar Bertopeng Dracula 7
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama