A Garland For Girls Karya Louisa May Alcott Bagian 2
Nah! Semua sudah masuk. Tinggal koper kapal uap yang harus dipak pada saat-saat terakhir, kata Jenny sambil menyilangkan lengannya yang lelah setelah pergumulan panjang dengan setengah lusin gaun baru, bermacam-macam topi,
~76~ sepatu bot, sarung tangan, dan parfum. Dua koper besar berdiri di jalan masuk dan siap untuk dibawa. Koper ketiga sudah selesai dipak sekarang dan tidak ada yang tersisa kecuali satu koper kecil dan koper besar Jenny yang lusuh.
Betapa hebatnya kau! Aku seharusnya membantumu, tapi kau tidak mengizinkanku dan aku pasti akan merusak pakaianku. Kemari dan istirahatlah dan bantu aku menyortir sampah ini, kata Ethel, tertahan oleh gaun-gaun malam baru yang semuanya berenda, berpita, dan bercita rasa Perancis.
Kau tak akan bisa memasukkan semua itu ke dalam kotak itu, Sayang, jawab Jenny, duduk di samping Ethel. Sofa bertaburkan berbagai perhiasan yang rusak karena ditangani secara sembrono dan karena terus-terusan dibawa bepergian dalam koper.
Aku bosan dengan benda-benda itu. Aku akan membuangnya seandainya aku tidak menghabiskan banyak uang untuk membelinya, kata Ethel sambil membalik perhiasan yang sudah pudar, mutiara palsu, kalung koral imitasi, gelang, dan bros yang terguling dari kotak-kotak rapuh tempat bendabenda itu disimpan.
Perhiasan itu tampak cantik bagi orang-orang yang tidak melihat begitu banyak hal seperti kita. Aku akan memperbaiki kotak-kotak yang rusak, menggosok perak-perak, memasang benang pada manik-manik, dan membuat semuanya seperti baru. Banyak gadis yang senang mendapatkan benda-benda ini
~77~ di rumah, aku yakin, jawab Jenny sambil merapikan kekacauan itu dengan tangannya yang terampil.
Ethel bersandar dan memperhatikan Jenny tanpa bicara selama beberapa menit. Selama minggu terakhir gadis muda ini telah banyak berpikir. Ia memiliki keinginan kuat untuk memberitahu Jane Bassett betapa ia menyayangi dan berterima kasih kepadanya atas kesabaran dan perhatiannya selama enam bulan yang akan segera berakhir itu. Namun harga dirinya terlalu tinggi dan kerendahan hati adalah hal yang sulit dipelajari. Kebulatan tekad adalah sesuatu yang baik dan mengakui kesalahan diri sendiri adalah pekerjaan yang paling tidak menyenangkan. Gadis yang menyesal itu tidak tahu bagaimana harus memulai, jadi ia menunggu kesempatan dan akhirnya kesempatan itu datang.
Apakah kau senang pulang ke rumah, Jenny" Ethel bertanya dengan nadanya yang paling lembut sambil memasangkan kalung tercantik miliknya di leher temannya itu. Selama masa sakitnya semua formalitas dan sikap dinginnya telah lenyap. Sekarang ia memanggil Nona Bassett dengan Jenny sayang .
Aku akan sangat senang melihat orang-orang yang aku sayangi dan bercerita tentang liburanku yang luar biasa. Namun aku tak bisa berhenti berharap kita bisa terus tinggal hingga musim semi, karena kita sudah ada di sini, dan aku tidak memiliki murid untuk kuajar, dan mungkin tidak akan mendapatkan kesempatan lain. Rasanya seperti tak tahu
~78~ berterima kasih padahal aku sudah mengalami banyak hal, namun aku akui rasanya rugi jika pulang tanpa melihat Roma, jawab Jane jujur.
Ya, memang. Tapi aku tidak terlalu memikirkannya karena aku akan datang ke sini lagi. Aku juga berniat untuk mempersiapkan diri dengan lebih baik agar bisa menikmati berbagai hal. Aku akan belajar dengan sungguh-sungguh musim dingin ini agar tidak menjadi gadis bodoh. Jenny, aku memiliki rencana di kepalaku. Aku penasaran apakah kau akan menyukainya" Aku sungguh-sungguh dan akan mengusulkannya kepada Mama begitu tiba di rumah, kata Ethel.
Apa itu, Sayang" Maukah kau menjadi guru pribadiku di rumah pada musim dingin ini dan mengajarkanku semua hal yang kau ketahui" Aku tidak ingin bersekolah kembali hanya untuk belajar bahasa dan pelajaran-pelajaran lain yang tersisa. Aku pikir akan lebih baik jika kau yang mengajariku dan bukan orang lain. Kau tahu apa yang kubutuhkan dan sangat sabar menghadapi gadis nakal, lancang, dan tidak tahu terima kasih ini. Apa kau bisa" Apa kau mau" Ethel mengalungkan lengannya di leher Jenny sambil terisak dan menciumnya. Bagi Jane ini jauh lebih berharga daripada kalung intan terkenal Marie Antoinette yang ia baca.
Aku bisa dan aku mau dengan sepenuh hatiku jika kau menginginkanku, Sayang! Aku rasa kita sudah saling mengenal dan menyayangi satu sama lain. Kita bisa bergembira dan saling
~79~ membantu. Aku akan datang dengan senang hati jika ibumu memintaku, jawab Jenny. Ia segera memahami apa yang menyebabkan kelembutan yang tiba-tiba itu. Dengan senang hati ia menerima penyesalan atas berbagai kesulitan yang tidak akan pernah ia ceritakan kepada ibunya sendiri.
Sekarang Ethel menjadi dirinya yang terbaik. Jenny merasa mendapatkan ganjaran yang pantas atas apa yang terjadi di masa lalu. Jadi mereka membicarakan rencana baru itu dengan bersemangat hingga Nyonya Homer datang untuk membawakan surat dari rumah yang baru saja tiba. Wanita itu melihat ada sesuatu yang tidak biasa yang terjadi. Namun ia hanya tersenyum, mengangguk, dan pergi sambil berkata, Aku mendapatkan kabar gembira di SURATKU. Kuharap surat kalian membuat kalian bahagia seperti aku, anak-anak.
Segera keadaan hening karena mereka duduk membaca dengan tekun. Tiba-tiba Ethel berseru dan Jenny berteriak gembira karenanya. Ia meloncat dan menari mengelilingi kamar, melambai-lambaikan suratnya sambil berteriak,
Aku diterima! Aku diterima! Aku tidak percaya, tapi ini tertulis di sini! Betapa baik semua orang kepadaku! lalu ia pergi ke tempat tidurnya dan menutup wajahnya, tertawa dan menangis hingga Ethel menghampiri dan bergembira bersamanya.
Oh, Jenny. Aku sangat gembira! Kau berhak mendapatkannya. Coba kubacakan apa yang Mama tulis
~80~ untukmu. Ini suratku. Lihat betapa manis kata-katanya tentangmu dan betapa berterimakasihnya mereka atas semua yang kau lakukan untukku.
Surat-surat itu berpindah tangan. Kedua gadis itu duduk berdempetan dengan penuh kasih sayang. Mereka membaca berita gembira itu. Jane akan pergi ke Roma dengan keluarga Homer selama musim dingin, dan mungkin ke Yunani di musim semi. Tahun yang membahagiakan terbentang di depannya, ditawarkan dengan cara yang menyenangkan, dengan katakata penuh penghargaan. Hati gadis itu bahagia dan ia merasa semua perasaan pahit yang ia rasakan, semua waktu-waktu sepi yang ia lalui, atau pekerjaan tidak menyenangkan yang ia lakukan mendapatkan balasan yang melimpah ruah. Ia mendapatkan kesempatan langka untuk menikmati berbagai kebijakan, keindahan, dan keanggunan dunia yang indah.
Ia segera berlari untuk berterima kasih kepada sahabatsahabat barunya dan kembali dengan menyeret sebuah koper baru yang ringan yang terlihat nyaris menenggelamkan dirinya yang mungil. Lalu ia menjelaskan asal-muasal koper itu sambil membongkar dan memperlihatkan kegunaannya.
Nyonya Homer berkata aku bisa mengirimkan hadiahhadiahku ke rumah dengan koper lama dengan menitipkannya padamu dan membawa koper ini untuk diisi di Roma. Bayangkan! Sebuah koper Perancis yang baru dan indah serta Roma yang penuh dengan gambar, patung, gereja St. Peter, dan Colosseum. Semua ini menyebabkan aku tak bisa bernapas
~81~ dan membuat kepalaku pusing.
Aku paham. Ini koper yang besar, tapi St. Peter tak akan muat di sini, Sayang. Jadi sebaiknya kau tenang dan mengemas barang-barangmu. Aku akan membantu, seru Ethel.
Jenny memasukkan berbagai hadiah yang ia beli ke dalam koper lamanya. Ia juga memasukkan hadiah-hadiah yang diberikan untuknya sutra mengkilap, renda yang cantik, kristal yang indah, sarung tangan, botol parfum, gambargambar, dan buku-buku. Terakhir ia memasukkan sketsa yang ia buat untuk menjelaskan catatan harian yang disimpannya dengan hati-hati bagi orang-orang di rumah.
Nah, jika suratku sudah ditulis dan cek dengan sisa gajiku dimasukkan, maka bereslah semua. Masih ada tempat untuk benda-benda lain. Tapi bodoh sekali jika aku membeli gaun sekadar karena merasa harus membeli sesuatu, padahal aku tidak tahu apa yang adik-adikku butuhkan. Aku merasa sangat kaya sekarang. Aku harus pergi dan membeli beberapa perhiasan cantik untuk mereka. Mereka hanya memiliki sedikit perhiasan, jadi perhiasan seperti apa pun akan menyenangkan hati mereka, kata Jenny.
Kalau begitu, biar aku menyingkirkan benda-benda ini dan memasukkannya ke kopermu. Aku akan pergi menemui keluargamu dan menceritakan semua hal tentangmu kepada mereka. Juga menjelaskan mengapa kau mengirimkan begitu banyak sampah.
~82~ Ethel memasukkan sejumlah ukiran Swiss, perhiasan kecil terbaik, dan sebungkus dasi serta ikat pinggang khas Paris yang indah. Semua itu akan menggembirakan hati gadis-gadis miskin yang mulai membutuhkan asesori untuk menghias pakaian mereka yang sederhana. Sekotak besar kembang gula melengkapi sumbangannya. Tidak ada tempat yang tersisa di koper itu kecuali satu sudut kosong.
Aku akan menyisipkan topi lamaku agar barang-barang di dalam tidak berpindah tempat. Adik-adikku akan menyukainya saat mereka berdandan. Lagipula aku sangat menyayangi topi ini karena topi ini mengingatkanku akan hari-hari bahagia yang kualami, kata Jenny sambil mengambil topi yang sering ia pakai. Sekumpulan gandum mengucur ke tangannya. Gandum yang menguning itu masih tetap berada di tempatnya. Ia pun teringat percakapan di Schawlbach.
Ethel melirik topinya. Warna bunga palsu yang ia pasang di topi itu memudar. Matanya memandang barang-barang Jenny yang dikumpulkan dengan hati-hati dan gembira. Lalu ia memandang perhiasan yang hampir tak berguna yang bertaburan di atas tempat tidurnya. Ethel pun berkata dengan bijak, Kau benar, Jenny. Bunga poppy milikku tidak berharga, dan aku tidak mendapatkan banyak manfaat darinya. Gandummu jatuh di tanah yang subur, dan kau mendapatkan banyak hal sebelum pulang. Yah, Aku akan menyimpan topi lama MILIKKU ini untuk mengingatkanku kepadamu. Saat aku kembali lagi, kuharap aku sudah memiliki kepala yang lebih
~83~ bijak sehingga pantas memakai topi baru. []
1 Tokoh-tokoh dalam puisi karya Robert Burns, penyair Skotlandia. ll
2 Fitz-James dan Marmion adalah tokoh dalam puisi Lady of the Lake karya Sir Walter Scott. ll
3 Nama lain bunga bluebell atau Campalia rotundifolia. ll 4 Diterjemahkan secara bebas. ll
5 Judul puisi karya Sir Walter Scott. ll
6 Nama bunga. Calluna vulgaris.
7 Gereja paling terkenal di Inggris Raya, juga dikenal sebagai Collegiate Church of Saint Peter di Westminster. 8 Nama wilayah di utara Skotlandia.
9 Alat musik khas Skotlandia
10 Nama gedung yang dirancang oleh Sir Joseph Paxton. Gedung ini hancur karena kebakaran pada tahun 1936.
11 Kereta kuda publik beroda dua yang bisa memuat dua orang dengan kusir duduk di belakang.
12 Judul buku karya Kaulbach yang berisi ilustrasi dari puisipuisi Goethe.
~84~ 13 Centaurea cyanus. ~85~ ~86~ May Flowers Table of Content L ebagaimana gadis Boston lainnya, enam orang gadis
muda sepakat untuk membentuk sebuah klub pengembangan diri. Mereka berenam adalah keturunan dari Pilgrim Fathers 1 , karena itu mereka menamakan klub mereka Mayflower. Bunga bulan Mei. Mereka bertemu seminggu sekali untuk menjahit dan membaca buku-buku pilihan. Dan setiap kali bertemu, mereka membuat satu rangkaian bunga yang sangat indah.
Setelah berpisah di sepanjang musim panas, mereka bertemu kembali dengan begitu banyak gosip untuk diperbincangkan. Lalu seseorang menanyakan buku apa yang akan mereka baca kali ini. Anna Winslow, selaku presiden klub, memulai diskusi serius dengan mengusulkan Happy Dodd . Namun suara serempak Aku sudah membacanya! membuat Anna harus melihat catatannya dan mengusulkan judul lain.
Prisoners of Poverty bercerita tentang wanita bekerja. Ceritanya sangat nyata dan sangat sedih, tapi Mama bilang
~87~ mungkin ada baiknya jika kita tahu kehidupan keras yang dialami gadis-gadis lain, kata Anna dengan bijak.
Kalau aku sih lebih baik tidak tahu hal-hal yang menyedihkan, toh aku juga tak bisa melakukan apa-apa untuk memperbaikinya, jawab Ella Carver sambil menepuk bunga apel yang ia sulam di atas kain satin biru.
Aku rasa kita bisa membantu jika kita benar-benar mencoba. Kalian tahu berapa banyak yang Happy Dodd lakukan ketika ia mulai berbuat baik. Padahal ia hanya seorang gadis kecil miskin yang bahkan tidak memiliki setengah dari yang kita miliki, kata Anna. Sebenarnya ia telah memiliki sebuah rencana kecil dan tengah mencari jalan untuk mengajukannya.
Ya. Aku hidup dengan banyak kenikmatan, kenyamanan, dan barang-barang bagus. Aku tahu aku harus membaginya dengan seseorang, tapi aku tidak melakukannya. Setiap mendengar tentang kemiskinan atau penyakit parah, aku merasa jahat. Andai aku tahu BAGAIMANA memulainya, aku pasti akan melakukannya. Tapi aku tak pernah bertemu anak kecil yang kotor, perempuan pemabuk yang harus disadarkan, atau gadis lemah yang manis untuk diajak bernyanyi dan berdoa bersama, seperti yang terjadi dalam buku-buku, ujar Marion Warren dengan sedih. Ekspresi sesal di wajahnya yang bulat membuat teman-temannya serempak tertawa. Aku tahu sesuatu yang DAPAT kulakukan jika aku
~88~ memiliki keberanian untuk memulainya. Tapi Papa pasti tidak percaya dan Mama akan bertanya-tanya apakah itu pantas. Lalu itu akan mempengaruhi musikku dan semua hal baik yang ingin kucapai. Lalu aku akan berkecil hati atau malu dan melakukannya dengan setengah hati. Makanya aku tidak memulainya. Tapi aku tahu aku harus. Mata besar Elizabeth Alden beralih dari teman yang satu ke teman yang lain, seakan meminta mereka menasihati atau memberikan dukungan atau semacamnya.
Yah, aku rasa itu benar. Tapi aku tidak suka berkeliaran di antara orang miskin, menghirup bau yang tidak enak, melihat pemandangan yang mengerikan, mendengar kisah sedih, dan berhadapan dengan risiko terkena demam, difteri, dan hal-hal mengerikan lainnya. Aku tidak berpura-pura senang berderma, tapi aku berani mengatakan aku ini orang bodoh, egois, dan ingin menikmati setiap menit hidupku tanpa mengkhawatirkan orang lain. Bukankah itu memalukan"
Maggie Bradford tampak seperti pendosa kecil yang manis saat mengakui semua itu dengan berani sehingga tidak seorang pun dapat memarahinya, walaupun Ida Standish teman akrabnya menggelengkan kepala.
Anna menghela napas dan berkata, Aku rasa kita semua merasakan apa yang Maggie rasakan, walaupun kita tidak bisa mengatakannya dengan begitu jujur. Musim semi yang lalu saat sakit dan berpikir mungkin aku akan mati aku merasa malu karena menghabiskan musim dingin dengan bermalas~89~ malasan dan bersikap seenaknya. Aku ingin mengulang musim dingin itu dan melakukan sesuatu yang lebih berguna. Aku tahu gadis delapan belas tahun tidak diharapkan untuk melakukan hal besar. Tapi, oh! Ada banyak hal kecil yang BISA kulakukan seandainya aku tidak hanya memikirkan diriku sendiri. Maka saat itu aku berjanji jika tetap hidup aku akan mencoba untuk tidak terlalu egois dan membuat seseorang menjadi lebih bahagia dengan kehadiranku di dunia ini. Jadi, teman-teman, saat kau berbaring dan berpikir kau akan mati dan dosadosamu termasuk dosa-dosa yang sangat kecil terlihat di depan mata, kau akan bersungguh-sungguh dengan janjimu. Aku tak akan melupakan pengalaman itu. Setelah musim panas yang menyenangkan berlalu, aku bertekad untuk menjadi gadis yang lebih baik dan menjalani hidup yang lebih baik.
Anna begitu bersungguh-sungguh. Kata-katanya yang berasal dari hati yang tulus dan penuh rasa sesal menyentuh hati para pendengarnya sehingga mereka siap untuk mendengarkan apa yang ingin ia usulkan. Untuk beberapa saat tidak ada yang berbicara hingga akhirnya Maggie berkata pelan,
Aku juga merasa begitu saat kuda yang kutunggangi kabur. Selama lima belas menit aku duduk berpegang erat pada Mama dan berpikir aku akan mati. Aku teringat kembali semua katakata kasar dan membangkang yang pernah kukatakan kepada Mama. Rasanya lebih buruk daripada rasa takut mati. Peristiwa itu mengusir kenakalanku. Sejak itu Mama dan aku menjadi lebih akrab.
~90~ Mari kita mulai dengan The Prisoners of Poverty. Mungkin buku ini bisa menunjukkan apa yang dapat kita lakukan, kata Lizzie. Tapi aku rasa gadis-gadis penjaga toko tidak membutuhkan pertolongan. Mereka tampaknya cukup puas dengan diri mereka. Mereka juga tidak sopan dan sering meremehkan kita. Aku tidak merasa iba sedikit pun kepada mereka, walaupun pasti hidup mereka sulit.
Mungkin tidak banyak, tapi kita bisa menunjukkan cara bersopan-santun saat berbelanja. Aku mengusulkan agar masing-masing dari kita memilih satu amal kecil untuk dilakukan pada musim dingin ini dan melakukannya dengan sungguhsungguh. Itu sedikit-sedikit akan mengajarkan kita untuk berbuat lebih baik. Kita juga dapat saling membantu dengan berbagi pengalaman atau mungkin saling menghibur dengan kegagalan kita. Bagaimana menurut kalian" tanya Anna sambil memandang kelima temannya dengan senyum membujuk. Apa yang BISA kita lakukan"
Orang-orang akan menyebut kita sok baik. Aku bahkan tak pernah berpikir untuk bekerja.
Aku ragu Mama akan mengizinkanku.
Sebaiknya kita mengganti nama klub kita dari May Flowers menjadi gadis badan amal serta mengenakan topi hitam lembut dan jubah yang berkibar.
~91~ Anna mendengarkan jawaban mereka dengan sabar, menanti mereka tenang kembali. Ia sudah menduga gadis-gadis itu akan menertawakan dan ribut terlebih dahulu, tapi kemudian mereka akan bekerja dengan sungguh-sungguh.
Aku rasa itu gagasan yang bagus, dan bagaimana pun aku akan melaksanakan rencanaku. Tapi aku tidak akan memberi tahu kalian dulu. Kalian akan berteriak dan berkata aku tak bisa melakukannya. Meskipun begitu, aku tetap akan melakukannya, kata Lizzie sambil mengatupkan guntingnya saat merapikan bagian tepi wadah kertas musik kesayangannya.
Bagaimana jika kita semua melakukannya diam-diam, tidak membiarkan tangan kanan kita tahu apa yang tangan kiri kita lakukan" Pasti menyenangkan jika tidak ada orang yang tahu. Tidak ada yang bisa menertawakan kita. Jika kita gagal, kita tidak perlu mengatakan apa-apa. Jika kita berhasil, kita dapat bercerita dan mendapatkan imbalan kita. Aku lebih suka seperti itu, seru Maggie.
Gadis-gadis lainnya berdiskusi dan akhirnya setuju. Lalu Anna kembali memimpin dan berkata, Aku mengusulkan agar kita bekerja sendiri-sendiri hingga bulan Mei mendatang. Lalu, pada pertemuan terakhir kita, masing-masing melaporkan apa yang telah dilakukan sejujur-jujurnya. Kemudian kita membuat rencana yang lebih baik untuk tahun depan. Setuju" Jelas semuanya setuju. Lima bidal emas teracung ke atas,
~92~ lima wajah ceria tersenyum, dan kelima gadis itu berseru, Setuju!
Baiklah, sekarang mari kita putuskan apa yang akan kita baca dan mulai membacanya. Aku rasa Prisoners buku yang bagus. Lagipula kita pasti bisa mendapat beberapa petunjuk dari buku itu.
Maka mereka mulai membaca buku itu selama satu jam. Di akhir cerita semua terkesan dan menjadi lebih tahu kehidupan orang lain yang tidak seberuntung mereka.
Kita tak bisa melakukan banyak hal. Kita hanyalah gadisgadis muda, kata Anna, Tapi jika setiap orang melakukan satu amal kecil di suatu tempat, jalan untuk amal yang lebih besar akan terbuka. Jadi setidaknya kita semua harus mencoba, walaupun mungkin ini bagaikan semut-semut yang mencoba memindahkan gunung.
Yah, di Afrika semut membuat sarang yang lebih tinggi daripada kepala manusia. Kau ingat fotonya di pelajaran Geografi kita" Kita bisa melakukan hal yang sama jika setiap orang melakukan amalnya dengan tekun. Aku akan melakukannya besok jika Mama mau, jawab Lizzie sambil menutup tas kerja seolah ia menyimpan rencananya di dalam tas itu dan takut rencana itu menguap sebelum tiba di rumah.
Aku akan berdiri di tempat umum dan mengumumkan keras-keras, Di sini ada seorang pekerja amal muda yang
~93~ butuh pekerjaan! Amal dengan harga murah! Siapa mau beli" Siapa mau beli" kata Maggie, dengan ekspresi kaku dan suara sok suci.
Aku akan menunggu dan melihat apa yang datang kepadaku karena aku tak tahu apa yang cocok untukku, ujar Marion sambil memandang ke luar jendela seolah berharap ada orang miskin yang menanti kehadirannya.
Aku akan meminta saran dari Nona Bliss. Dia tahu segalanya mengenai orang miskin dan akan memberiku kesempatan yang baik, tambah Ida dengan hati-hati. Ia bertekad untuk tidak melakukan sesuatu dengan terburu-buru agar tidak gagal.
Aku mungkin akan membuat kelas menjahit untuk gadisgadis kecil yang kotor karena aku tak bisa melakukan hal lain. Mereka mungkin tidak akan belajar banyak, malahan mencuri, merusak, membuat kekacauan, dan diajukan ke pengadilan. Lalu aku akan menjadi bahan tertawaan orang-orang dan berharap tidak pernah melakukan itu. Tapi aku tetap akan mencobanya dan mengorbankan karyaku yang indah untuk tujuan mulia, kata Ella.
Aku tak punya rencana, tapi aku sangat ingin melakukan sesuatu! Aku akan menunggu sampai menemukan yang terbaik. Mulai besok, kita tidak akan membicarakan rencana kita, karena jika tidak nanti itu bukan rahasia lagi. Pada bulan Mei, kita akan memberikan laporan. Semoga sukses. Sampai jumpa
~94~ Sabtu depan. Dengan kata-kata penutup dari presiden mereka, gadisgadis itu berpisah. Masing-masing memiliki rencana dan gagasan di kepala dan hati mereka. Dalam waktu singkat terlihat jelas bahwa setiap gadis telah menemukan amal kecil mereka. Saat bertemu mereka tidak mengucapkan apa pun tentang kegiatan mereka, tetapi wajah mereka tidak bisa berahasia.
Marion sering terlihat di bagian utara kota. Lizzie tampak di bagian selatan kota, dengan sekantong buku dan kertas. Ella sering mengunjungi satu toko yang menjual berbagai benda indah. Ida selalu membawa jahitan yang belum dikerjakan ke klub. Maggie tampak sangat sibuk di rumah dan Anna sering kepergok sedang menulis dengan rajin saat salah satu temannya berkunjung. Semua gadis itu terlihat bahagia dan merasa melakukan hal penting saat orang lain bertanya apa yang mereka lakukan.
Musim dingin pun berlalu. Wajah para gadis itu tidak tampak lesu dan tidak puas lagi. Kegiatan menyenangkan yang mereka lakukan dengan sungguh-sungguh itu membuat mereka semakin memesona, walaupun mereka tidak menyadari itu. Mereka bahkan merasa heran saat orang-orang berkata, Gadis-gadis itu tumbuh dengan baik. Mereka akan menjadi wanita yang luar biasa.
Kuncup-kuncup bunga bulan Mei terbentuk di bawah salju. Dan saat musim semi tiba, wangi bunga segar mulai tercium,
~95~ warna-warna cerah bermunculan, dan daun-daun mati dari tahun yang telah lewat pun rontok, hingga tinggallah tumbuhan muda yang hijau dan kuat.
Tanggal 15 Mei menjadi hari terakhir pertemuan mereka di musim itu karena ada sebagian dari mereka yang harus pergi dari kota itu lebih awal. Pada hari itu setiap anggota telah duduk di tempat masing-masing lebih awal dari biasanya. Ekspresi mereka campur-aduk antara gelisah, berharap, dan puas. Anna meminta mereka tenang dengan mengetukkan bidalnya tiga kali dan tersenyum berseri-seri.
Kita tidak perlu memilih buku untuk dibaca hari ini karena masing-masing dari kita akan menceritakan kegiatan musim dinginnya. Ini akan sangat menarik dan kuharap mengandung lebih banyak pelajaran daripada novel-novel yang telah kita baca. Mulai dari siapa"
Kamu! Kamu! jawab gadis-gadis lainnya dengan suara bulat.
Wajah Anna merona malu. Namun ia mengejutkan temantemannya saat ia menceritakan pengalamannya dengan tenang, seakan terbiasa berbicara di depan umum.
Ternyata aku memerlukan waktu lama untuk menemukan kegiatanku. Aku nyaris putus asa ketika tanpa terduga sesuatu itu datang. Kesibukan musim dingin telah selesai, jadi aku memiliki waktu untuk berbelanja. Aku sering pergi membeli
~96~ hiasan dan kancing di Cotton s dan bertemu dengan dua orang gadis penjaga toko di konter. Mereka sangat membantu dan sabar mencari ornamen hitam yang cocok untuk Mama. Nama mereka adalah Mary dan Maria Porter. Aku menyukai mereka karena cara mereka berpakaian sangat rapi dan sederhana, tidak seperti gadis-gadis lain yang sibuk mengurusi pinggang mereka yang terlalu kecil atau apakah rambut mereka ditata sesuai mode terbaru, tanpa peduli kerah baju mereka kotor atau kuku mereka tidak rapi.
Nah, suatu hari aku pergi untuk membeli kancing yang dibuat khusus untuk kami. Maria, sang adik, tidak ada di sana. Ternyata ia harus tinggal di rumah karena lututnya sakit. Penyakit itu sudah lama dideritanya, tapi Maria tidak berani mengeluh karena takut kehilangan pekerjaan. Di Cotton s tidak boleh ada bangku. Jadi gadis-gadis malang itu berdiri hampir sepanjang hari, atau sesekali beristirahat barang satu menit di laci yang setengah terbuka. Aku tidak berani berbicara dengan pemilik toko itu. Namun aku memberikan hiasan bunga mawar yang kupakai di dadaku dan bertanya apakah aku boleh membawa buku atau bunga untuk Maria. Aku bahagia saat melihat wajah murung Maria berubah ceria dan mendengarnya berterima kasih saat aku mengunjunginya. Ia sangat kesepian tanpa kakaknya dan takut kehilangan pekerjaan. Dia tidak sepenuhnya kehilangan pekerjaan itu, tapi ia harus bekerja di rumah karena lututnya akan lama sembuh. Lalu aku memohon pada Mama dan Nyonya Allingham untuk berbicara pada Tuan Cotton demi Maria. Jadi akhirnya Maria bisa membetulkan
~97~ hiasan dan manik-manik, melapisi kancing, dan melakukan halhal semacam itu. Maria merasa senang karena tidak menganggur. Kami juga memperoleh bangku untuk semua gadis yang ada di toko itu. Nyonya Allingham sangat kaya dan baik hati. Ia dapat melakukan apa pun dengan uangnya. Menyenangkan sekali melihat gadis-gadis yang lelah itu sekarang bisa beristirahat saat mereka sedang tidak bertugas. Aku juga sering berkunjung ke sana untuk menengok mereka.
Anna berhenti saat teriakan Bagus! Bagus! menyela kisahnya. Dia tidak menambahkan bagian yang paling indah dari cerita itu. Betapa wajah-wajah para gadis di belakang konter menjadi cerah saat Anna masuk. Atau bagaimana semua gadis pelayan toko itu melayani wanita muda ini dengan senang hati. Wanita muda yang menunjukkan kepada mereka arti dari wanita sejati.
Kuharap masih ada lagi! kata Maggie bersemangat.
Masih ada sedikit lagi. Aku membacakan surat kabar untuk sekelompok gadis pelayan toko di Serikat Pekerja seminggu sekali selama musim dingin.
Bisik-bisik rasa kagum dan takjub menyambut berita menarik itu. Menurut tradisi Athena modern yang mereka jalani, para gadis sangat menghormati surat kabar dengan topik apa pun. Surat kabar sudah menjadi mode bagi para wanita terhormat, tua ataupun muda, di berbagai perkumpulan di seluruh kota. Mereka semua membaca dan membahas setiap
~98~ topik, mulai dari tembikar hingga Panteisme.
Itu terjadi begitu saja, lanjut Anna dengan bersemangat. Aku sering bertemu Mary dan Ria, mendengar kisah hidup mereka dan sedikitnya kesenangan yang mereka rasakan. Mereka hanya hidup berdua, tinggal di flat dengan dua kamar, bekerja sepanjang hari dan hanya mendapatkan hiburan atau pelajaran di Serikat Pekerja pada malam hari. Aku pergi bersama mereka beberapa kali dan melihat Serikat Pekerja itu sangat berguna dan juga menyenangkan. Di sana ada ada gadis baik yang membantu mereka. Ia hanya sedikit lebih tua dariku dan aku juga ingin membantu. Suatu kali Eva Randal membacakan surat dari seorang teman di Rusia, dan gadisgadis itu sangat menyukainya. Itu membuatku teringat akan surat-surat yang begitu hidup dari abangku, George, yang ia tulis saat berada di luar negeri. Kalian ingat kita selalu tertawa saat membaca surat yang abangku kirimkan"
Nah, ketika aku diminta untuk mengisi acara malam mereka, aku membaca salah satu surat George. Aku memilih cerita yang paling bagus, tentang bagaimana George dan temannya pergi ke berbagai tempat yang dikisahkan Dickens dalam bukubukunya yang lucu. Mereka tertawa sampai berlinang air mata ketika George dan temannya terheran-heran saat mengetuk pintu di Kingsgate Street dan bertanya apakah Nyonya Gamp 2 tinggal di sana. Tempat itu sebenarnya adalah tempat pangkas rambut. Seorang lelaki kecil yang mirip Poll Sweedlepipes menjawab Perawat yang tinggal di sini dulu bernama Nyonya
~99~ Britton. Kedua berandal itu kaget karena kebetulan yang tak disangka-sangka dan langsung lari saking gelisahnya.
Anggota perkumpulan itu tersenyum saat mengingat Sairey Gamp yang terus hidup dengan kalimat ajaibnya the bottle in the mankle-shelf 3 , cowcuber 4 , dan kisah apel kayu. Lalu Anna melanjutkan, dengan tenang dan puas.
Semua sangat bergembira sehingga sehingga aku terus membaca. Setelah semua surat George selesai aku bacakan, aku membacakan hal-hal lain dan memberikan buku untuk perpustakaan mereka. Aku berusaha mengenal mereka lebih baik dan membuat mereka percaya kepadaku. Mereka menjaga harga diri dan pemalu, seperti kita juga. Namun jika kalian BENAR-BENAR ingin menjadi teman dan tidak keberatan sesekali mendapatkan penolakan, mereka akan mempercayai dan menyukai kalian. Banyak sekali yang bisa dilakukan untuk mereka sehingga kita tidak bisa lagi duduk diam. Aku bahagia telah menemukan kegiatan ini. Nah, siapa selanjutnya"
Begitu Anna selesai berbicara, semua jarum dijatuhkan dan sepuluh tangan halus bertepuk tangan untuknya. Semua gadis itu merasa Anna telah bekerja dengan baik dan memilih kegiatan yang sesuai dengan kemampuannya. Gadis itu memiliki uang, waktu, kebijaksanaan, dan tata krama yang baik untuk berteman di mana pun.
Anna berseri-seri melihat pujian teman-temannya. Namun
~100~ karena merasa mereka terlalu berlebihan dalam menilai keberhasilan kecilnya, ia menertibkan kembali pertemuan itu dengan berkata, Tampaknya Ella sangat bersemangat untuk menceritakan pengalamannya. Mari kita memintanya untuk melanjutkan.
Ayo kita dengar! teriak para gadis. Tanpa ragu Ella langsung memulai dengan mata bersinar dan bibir tersenyum malu-malu.
Jika kalian tertarik dengan gadis pelayan toko, Nona-nona sekalian, kalian pasti suka jika tahu AKU adalah salah satunya. Yah, setidaknya aku adalah salah satu rekanan bisnis sebuah toko pernak-pernik kecil di bagian barat kota.
Bohong! Gadis-gadis lainnya berseru kaget. Puas dengan permulaan yang sensasional itu, Ella melanjutkan ceritanya.
Tidak. Itu benar. Dan kalian sebenarnya telah membeli beberapa karyaku. Lucu, kan" Kau tidak perlu melotot begitu karena sebenarnya akulah yang membuat tempat jarum itu, Anna, dan rekan kerjakulah yang merajut syal baru Lizzie. Begini ceritanya. Waktu itu aku tidak ingin membuang-buang waktu, tapi kita tidak bisa berlari begitu saja ke jalan dan mengajak gadis-gadis buruh yang lusuh untuk menjahit. Jadi aku pergi untuk bertanya kepada Nyonya Brown. Kalian tahu kan, cabang Yayasan Amal Nyonya Brown ada di Laurel Street, tak jauh dari rumah kami. Aku pikir aku akan bekerja untuk penjahit miskin, atau pergi mengunjungi orang-orang sakit, atau
~101~ memandikan anak-anak keluarga Pat. Lalu aku berjalan mendaki bukit di tengah angin kencang. Tiba-tiba topiku terbang tertiup angin, disaksikan beberapa bocah nakal yang tertawa dan menyorakiku saat aku mengejar topiku dengan hebohnya. Akhirnya aku berhasil mengeluarkan topiku dari kubangan air, dalam keadaan kacau-balau. Karetnya rusak, bulunya basah, dan penuh lumpur serta kotoran.
Aku tidak bisa pulang ke rumah tanpa topi. Aku juga tidak mengenal seorang pun di daerah itu. Jadi aku mencari toko untuk meminjam sikat atau membeli selembar kertas untuk kupakai, karena aku akan terlihat seperti orang gila jika memakai topi rusak di atas rambut yang tertata rapi. Untungnya aku melihat toko pernak-pernik wanita di sudut lain jalan itu. Aku bergegas masuk. Toko itu sangat kecil, dan di balik konternya duduklah seorang wanita tinggi, kurus, dan bermuka pucat. Ia sedang membuat tutup kepala bayi. Ia terlihat miskin, muram, dan agak masam, tapi ia kasihan kepadaku. Saat wanita itu menjahit tali topiku, mengeringkan bulunya, dan menyikat kotoran, aku berkeliling untuk melihat apa yang bisa kubeli sebagai balas budiku.
Sejumlah celemek anak-anak tergantung di jendela kecil itu. Selain itu ada renda rajutan, bola, ikat kaos kaki kuno, dua atau tiga buah boneka, serta barang-barang pajangan kecil yang sangat jelek. Namun, di atas sebuah meja aku menemukan beberapa benda yang sangat indah, terbuat dari bahan mewah, sutra, dan pita. Jadi aku membeli sebuah tempat jarum, sebuah
~102~ bola yang manis, dan sepasang sepatu bayi berbentuk seperti kaus kaki terbuka dengan tali merah muda. Sangat cantik dan lucu, dan aku senang bisa membelikannya untuk bayi sepupuku, Clara. Wanita itu kelihatan senang, walaupun cara bicaranya masam dan tidak pernah tersenyum barang sedikit pun.
Aku mengamati dia menangani topiku seperti orang yang telah terbiasa melakukannya, dan ia juga jelas-jelas sangat suka mengerjakannya. Aku berterimakasih karena ia memperbaiki kerusakan itu dengan baik dan cepat. Lalu dengan tangan masih memegang topiku seakan tak rela berpisah, ia berkata, Aku terbiasa menangani topi wanita dan seharusnya tidak berhenti bekerja seandainya aku tidak memiliki keluarga yang harus diurus. Aku mengambil toko ini karena toko semacam ini dibutuhkan di sini. Namun ibuku sakit dan harus dirawat. Aku tak bisa meninggalkannya, sedangkan biaya dokter mahal, dan sekarang zaman susah. Maka aku terpaksa menjual murah barang daganganku, dan kembali menggunakan peniti dan jarum.
Ella pintar meniru. Ia menirukan suara sengau wanita Vermont itu dan juga kerut muram di wajahnya sehingga orang yang pernah melihat Nona Almira Miller langsung mengenali wajah itu dan tergelak.
Saat aku menggumamkan rasa simpatiku, lanjut Ella, terdengar suara tajam memanggil dari kamar belakang, Almiry! Almiry! Kemari! Suara itu seperti suara burung kakaktua, tapi sebenarnya itu suara ibu Almiry. Ia bertanya
~103~ siapa yang ada di toko dan apa yang kami obrolkan, lalu bersikeras ingin melihatku. Aku masuk ke kamarnya yang kecil, gelap, dan suram tapi rapi. Di atas tempat tidur ia duduk seperti Nenek Smallweed 5 , sedang menghisap cerutu, sambil memakai topi besar, memegang sebuah kotak tembakau dan sapu tangan katun merah. Wanita tua itu kecil dan kurus kering, kulitnya cokelat seperti biji, matanya seperti manikmanik hitam. Hidung dan dagunya berdekatan, dan tangannya seperti cakar burung. Tapi ia galak, bersemangat, penuh rasa ingin tahu, serta jujur. Kalian tak akan pernah menemukan wanita tua lain seperti dia. Aku merasa bingung saat ia mulai bertanya, membentak, dan akhirnya menuntut, Orang-orang harus datang dan berbelanja ke toko Almiry! Mereka sudah berjanji! Dan Almiry telah menyewa tempat ini gara-gara kebohongan mereka. Aku ingin tertawa, tapi tidak berani. Jadi aku membiarkannya berkicau karena anaknya harus melayani pelanggan. Dari kemarahan wanita tua itu aku tahu mereka datang dari Vermont, tinggal di sana sampai sang ayah meninggal dan menjual pertaniannya. Mereka datang ke Boston dan hidup cukup layak sampai sang ibu terkena stroke apapalsy itu.
Akhirnya Almiry harus tinggal di rumah untuk merawatnya. Wanita tua yang malang itu kelihatan lucu sekaligus menyedihkan. Ia sangat bersemangat tapi juga begitu tak berdaya. Anaknya begitu berkecil hati dengan toko kecilnya yang menyedihkan dan tak ada pelanggan yang bisa diajak bicara. Aku terus diam sampai Nenek Miller berkata sambil
~104~ merajut, Jika orang-orang yang menghabiskan uang untuk membeli mainan konyol saat Natal memerlukan barang-barang indah, berguna, dan menarik, aku dan Almiry bisa membuatnya. Mereka tinggal datang dan beli. Jadi aku tak perlu masuk Panti Jompo dan anak perempuanku yang pekerja keras itu juga tidak perlu masuk rumah sakit jiwa. Dia bakal masuk ke sana kalau dia tidak juga mendapatkan dorongan. Dia repot mengurus uang sewa, makanan, dan stok toko, padahal aku hanya bisa memutar-mutar jarum rajut.
Aku akan membeli barang di sini dan memberi tahu semua temanku tentang tempat ini. Aku juga punya selaci penuh sutra, beludru, dan kain mewah. Aku akan memberikannya kepada Nona Miller untuk dia kerjakan, jika ia mengizinkan. Aku menambahkan itu karena melihat Almiry agak menjaga harga diri dan menyembunyikan kesulitannya di balik tampangnya yang muram.
Itu membuat wanita tua itu senang, lalu dia berkata dengan berbisik dan pandangan keibuan di matanya, Karena kamu sangat ramah, aku akan memberi tahu apa yang paling memberatkan hatiku. Ini tentang anakku. Dia berteman akrab dengan Nathan Baxter si tukang kayu ulung di Westminster, tempat kami tinggal dulu. Jika ayahnya tidak meninggal mendadak, pasti mereka sudah menikah. Mereka sudah menunggu bertahun-tahun, bekerja dan menabung. Tapi kemudian kami mendapat masalah, dan di sinilah kami sekarang. Nathan juga punya keluarga yang harus dirawat.
~105~ Almiry tidak mau menambah beban LELAKI ITU atau pun meninggalkanku. Jadi Almiry mengembalikan cincinnya dan bertekad untuk hidup sendiri. Ia tidak mengatakan apa pun, tapi ia semakin muram. Aku tak bisa melakukan apa-apa untuk membantu. Aku hanya bisa membuat beberapa tempat jarum, ikat kaos kaki rajut, dan tali topi. Jika ia bisa mulai berbisnis, tentu itu akan membuatnya sedikit lebih bahagia dan memberikan harapan baru. Bagaimanapun, orang tua tak akan hidup selamanya. Lagipula Nathan menunggunya, dengan setia.
Begitulah. Aku orang yang romantis dan sangat menyukai kisah cinta meskipun tokoh utamanya hanyalah penjahit kurus dan seorang tukang kayu ulung. Jadi aku bertekad untuk membantu Almiry malang dan wanita tua pemarah itu. Aku tidak menjanjikan apa pun, tapi aku membawa benda-benda yang kubeli, pulang ke rumah, dan berbicara dengan Mama. Ternyata Mama sering membeli jarum, pita, dan benda-benda kecil lainnya di toko kecil itu dan merasa toko itu menyenangkan. Namun Mama tidak tahu apa pun mengenai keluarga Miller. Mama mendukungku untuk membantu mereka jika aku mampu. Namun ia juga menyarankan agar aku bertindak pelan-pelan dan melihat apa yang bisa mereka lakukan. Kami tidak berani memperlakukan mereka seperti pengemis dengan mengirimkan uang, pakaian, teh, dan gula seperti yang kami lakukan untuk orang Irlandia, karena mereka adalah orang miskin yang terhormat dan memiliki harga diri. Jadi aku mengumpulkan barang-barangku, dan Mama menambahkan sejumlah kain sisa pakaian kami, lalu memesan
~106~ celemek, ikat kaos kaki, dan bola untuk pekan raya gereja kami.
Teman-teman, menyenangkan sekali melihat wajah tua malang itu berseri saat aku memperlihatkan kain perca dan meminta agar pesanan itu selesai saat Natal. Almiry mencoba untuk tetap terlihat muram, tapi gagal saat ia mulai memotong celemek, dan air matanya membanjiri kain gorden saat membelakangiku. Aku tak pernah tahu seorang perawan tua yang termakan zaman BISA begitu menyedihkan.
Ella berhenti untuk menyesali kebutaannya selama ini, sementara para pendengarnya menggumamkan kata-kata simpati.
Yah, itulah awal semuanya. Aku begitu sibuk membuat hidup mereka jadi lebih baik sehingga aku tidak membuat rencana jangka panjang. Aku hanya sibuk dengan Almiry dan membantunya menjalankan toko itu. Di jalan itu tidak ada yang mengenalku, jadi aku bisa keluar-masuk melakukan apa yang kusuka. Aku dan wanita tua itu menjadi teman baik, walaupun ia cerewet seperti burung gagak dan suka mengatur. Aku membuatnya sibuk merajut dan membuat tempat jarum. Aku juga memberi Almiry bahan-bahan indah yang bisa ia buat menjadi bermacam-macam benda. Kalian akan takjub melihat pita indah yang dibuatnya, topi boneka menarik dari potongan kain sutra dan renda, juga benda unik dari buah pohon cemara, kulit kerang, kipas, dan keranjang. Aku sering ke sana dan membantunya karena aku ingin jendela dan tokonya penuh saat
~107~ Natal dan memancing banyak pelanggan datang. Mainan baru kami dan tempat peralatan menjahit dari sutra laku keras. Orang yang datang semakin banyak setelah aku meminjamkan uang kepada Almiry untuk membeli barang-barang yang lebih baik. Papa sangat menikmati petualangan bisnisku dan terus berguyon mengenainya. Papa pernah datang dan membeli bola untuk empat anak hitam yang menempelkan wajahnya di jendela karena terpikat oleh benda-benda berwarna-warni yang dipajang di sana. Papa juga menyukai tampang Almiry. Ia menggodaku, katanya kami harus menambahkan limun ke dalam daftar jualan kami. Kami tidak membutuhkan lemon karena wajah Almiry sudah cukup masam, lagipula gula dan air murah harganya.
Lalu Natal tiba. Bisnis kami sukses karena Mama datang dan membawa orang-orang lain. Barang-barang kami lebih cantik dan lebih murah daripada yang dijual di toko bendabenda seni, jadi penjualannya bagus dan keluarga Miller pun senang. Aku merasa semakin bersemangat dan kami akan mulai berbisnis kembali setelah liburan. Salah satu hadiah Tahun Baruku adalah tempat sarung tanganku sendiri. Kalian ingat benda dengan bunga apel yang mulai kukerjakan pada musim gugur yang lalu" Aku memajangnya di jendela toko kami. Lalu Mama membelinya dan memberikannya kepadaku, lengkap dengan sarung tangan yang elegan dan disertai sebuah surat yang manis. Papa mengirimkan cek untuk Miller, Warren & Co. Aku begitu senang dan bangga sampai rasanya sulit untuk merahasiakannya dari kalian. Tapi yang paling lucu adalah saat
~108~ kalian masuk dan membeli barang-barang kami. Aku mengintip kalian dari celah pintu di kamar belakang, tertawa setengah mati melihat kalian melihat-lihat dan memuji bermacam-macam benda cantik dan berguna.
Semuanya terdengar hebat! Tapi di mana keluarga Miller sekarang" Apakah kau sudah menyewa toko mewah di Boylston Street untuk tahun ini dan berniat untuk menjalankannya sendiri" Kami semua akan jadi pelanggan di sana. Lagipula namamu pasti bagus di papan nama toko, kata Maggie penasaran.
Ah! Masih ada lagi. Kisah romantisku berakhir bahagia. Kami berhasil di sepanjang musim dingin. Jadi hidup keluarga Miller sudah lebih baik, dan kami menjadi teman akrab. Tapi tiba-tiba pada bulan Maret Nenek meninggal. Keinginan terakhir wanita tua itu adalah memakai topi dengan pita satin biru pucat karena warna putih tidak keren. Diantar ke pemakaman dengan tiga kereta. Dan agar surat kematiannya dikirim ke N. Baxter, Westminster, Vermont.
Aku mematuhi permintaannya. Aku sendiri yang memakaikan topi jelek itu, lalu membawa serombongan wanita tua naik kereta kuda, dan menulis surat untuk Nathan, berharap ia BENAR-BENAR setia. Aku tidak berharap itu benar, jadi aku tidak heran ketika tidak menerima surat jawaban. Tapi aku agak kaget waktu Almiry bilang ia tidak peduli dengan toko karena sekarang ia bebas. Ia ingin mengunjungi temantemannya dan kembali bekerja di toko topi.
~109~ Aku sedih karena aku sangat menikmati kerja sama kami. Rasanya ia seperti tidak tahu terima kasih atas jerih payahku mencarikan pelanggan untuknya. Tapi aku tidak mengatakan apa pun, jadi kami menjual toko itu kepada janda Bates yang baik dan memiliki enam anak, dan akan mendapatkan keuntungan dari usaha kami.
Almiry mengucapkan selamat tinggal kepadaku. Ia sudah tidak muram lagi. Ia juga mengucapkan terima kasih dan berjanji menulis surat secepatnya. Itu terjadi di bulan April. Seminggu yang lalu aku menerima sebuah surat pendek yang berbunyi,
SAHABATKU, kau akan senang mendengar aku telah menikah dengan Tuan Baxter dan akan tinggal di sini. Dia sedang pergi saat surat kematian ibu tiba, tetapi ia langsung menjawab surat itu saat ia tiba. Aku belum bisa membuat keputusan sampai suatu hari aku tiba di rumah dan melihatnya di sana. Sekarang semua baik-baik saja, dan aku sangat bahagia. Terima kasih banyak untuk semua hal yang kau lakukan untuk kami. Aku tak akan pernah melupakannya. Suamiku menitipkan salam hormatnya kepadamu. Aku selamanya berhutang budi kepadamu, ALMIRA M. BAXTER.
Itu luar biasa! Kau melakukannya dengan baik. Pada musim dingin mendatang kau bisa mencari perawan tua berwajah masam dan wanita tua cerewet lain dan membuat mereka bahagia, ujar Anna dengan senyuman tanda setuju.
~110~ Petualanganku tidak romantis atau pun menarik. Namun sepanjang musim dingin yang lalu aku begitu sibuk dan sangat menikmati pekerjaanku, Elizabeth mulai bercerita setelah sang Presiden memberi isyarat dengan mengangguk kepadanya.
Aku berencana untuk membawa buku dan surat kabar untuk orang-orang di rumah sakit, seperti yang dilakukan oleh teman Mama. Aku pernah pergi bersamanya satu kali, dan itu pengalaman menarik. Tapi aku tidak berani pergi ke bagian orang dewasa sendirian. Jadi aku pergi ke Rumah Sakit Anak- Anak, dan ternyata aku senang menghibur anak-anak malang itu. Aku membawa buku bergambar untuk mereka, mendandani boneka, memperbaiki mainan, membelikan mainan baru, dan membuat pakaian bayi dan gaun tidur. Aku merasa seperti seorang ibu dengan banyak anak.
Aku membaca, menyanyi, dan menghibur mereka. Seorang gadis kecil menderita luka bakar begitu parah sehingga ia tak bisa menggunakan tangannya. Ia hanya berbaring memandangi boneka cantik yang diikat di tiang tempat tidur, berbicara dengannya dan begitu menyayanginya. Ia meninggal dengan boneka di bantalnya saat aku menyenandungkan lagu tidur untuk terakhir kali baginya. Aku menyimpan boneka itu sebagai kenang-kenangan karena aku belajar mengenai kesabaran dari Norah kecil.
Lalu Jimmy Dolan yang berpenyakit panggul. Ia begitu ceria dan tidak merasakan penyakitnya. Ia seorang pahlawan cilik sejati, melihat bagaimana ia dapat menahan sakit akibat
~111~ semua pengobatan yang harus ia jalani. Ia tak akan pernah sembuh, dan sekarang tinggal di rumah, tapi aku masih menengoknya. Ia sedang belajar membuat mebel mainan, jadi kelak ia bisa belajar berbisnis mebel, atau yang lainnya.
Tapi yang paling aku sayangi adalah Johnny, seorang anak lelaki buta. Matanya harus diangkat. Tak ada yang menolongnya karena keluarganya miskin dan ia harus meninggalkan rumah sakit karena tak dapat disembuhkan. Ia seolah diberikan untukku. Aku bertemu Johnny pertama kali saat sedang bernyanyi untuk Jimmy, lalu tiba-tiba pintu terbuka dan seorang bocah cilik masuk sambil meraba-raba.
Aku mendengar suara yang merdu, aku ingin menemukannya, katanya. Saat aku berhenti bernyanyi, ia berhenti berjalan dengan kedua tangan terentang seolah memohon agar aku terus bernyanyi.
Ayo ke sini, Johnny. Nona ini akan bernyanyi untukmu seperti kutilang, panggil Jimmy dengan bangga.
Anak malang itu menghampiri dan berdiri di dekat lututku. Ia diam di situ saat aku menyanyikan semua lagu anak-anak yang kuketahui. Lalu ia meletakkan jari kecilnya yang kurus di bibirku seakan ingin merasakan dari mana musik itu datang. Lalu ia berkata dengan senyum merekah menghiasi wajahnya yang putih, Lagi, lagi. Kumohon. Yang banyak! Aku suka! Maka aku bernyanyi sampai suaraku serak. Johnny
~112~ mendengarkan semuanya, mengangguk-nganggukkan kepalanya dan mengetukkan kaki. Aku senang karena memiliki suara yang dapat menenangkan anak-anak malang itu. Ia menangis saat aku harus pulang. Tangisannya begitu menyentuh sehingga aku menanyakan semua hal tentangnya. Lalu aku memutuskan untuk membawanya ke sekolah khusus tuna netra karena hanya di tempat itu ia bisa belajar dan bergembira. Jika Johnny tidak bisa sekolah di sana ia pasti sangat sedih. Untungnya Nyonya Russel yang baik membantuku. Sekolah itu mau menerimanya walaupun tempatnya sudah penuh. Kami tak bisa mengabaikan satu orang pun, kata Tuan Parpatharges yang baik.
Jadi, di sanalah bocah itu berada. Bahagia seperti seorang raja dengan teman-teman kecilnya. Ia belajar berbagai pelajaran berguna dan bermain dengan gembira. Ia pintar membuat kerajinan dari tanah liat. Ini salah satu karya kecilnya. Apakah kalian bisa membuat yang sebagus ini tanpa melihat" tanya Lizzie sambil mengeluarkan sebuah buah pir tanah liat yang besar sebelah dengan sebuah jerami panjang sebagai batangnya. Aku tidak berharap ia menjadi seorang pemahat. Tapi kuharap ia akan melakukan sesuatu dengan musik yang ia cintai, lagipula ia sudah pintar memainkan suling. Apa pun bakatnya, jika ia tetap hidup ia akan belajar untuk menjadi lelaki yang berguna dan mandiri. Ia tidak akan menjadi beban tak berdaya atau menjadi makhluk malang yang hanya duduk sendiri di kegelapan. Aku sangat menyukai anak-anakku, dan terkejut melihat begitu mudahnya aku dekat dengan mereka.
~113~ Aku akan melakukan hal yang sama tahun depan.
Gadis-gadis lain terpesona melihat Lizzie menemukan kekuatannya sendiri, karena sebelumnya Lizzie adalah seorang gadis yang anggun, tidak pernah bermain-main, dan hanya hidup untuk musiknya. Tampaknya ia telah menemukan kunci untuk membuka hati anak-anak. Ia tidak menyadari suara indah yang sangat dibanggakannya itu menjadi lebih indah ketika ia menyanyikan nada-nada lembut lagu pengantar tidur. Setelah itu Ida mulai bercerita dengan suara riang.
Aku sedang makan siang sendirian di ruang makan, agak sedih karena tidak bisa pergi mengunjungi Ella. Tiba-tiba terdengar tangisan pelan. Aku berlari membuka pintu dan melihat seorang gadis kecil terbaring jatuh dengan kepala masuk ke genangan air di kaki tangga. Sepatu botnya melambai-lambai dan tubuhnya tertutup payung.
Apa kau terluka, Nak" tanyaku.
Tidak, Nona. Terima kasih, katanya dengan cukup tenang sembari duduk dan memasang topi wanita hitam lusuh di kepalanya.
Apa kau kemari untuk meminta-minta" tanyaku lagi.
Tidak, Nona. Aku kemari untuk mengambil barang dari Nyonya Grover. Ia yang menyuruhku ke sini. Aku tidak meminta-minta. Lalu makhluk basah kuyup itu berdiri dengan penuh martabat.
~114~ Setelah menyuruhnya duduk, aku pergi memanggil Nyonya Grover yang sedang sibuk dengan Kakek. Saat aku kembali untuk melanjutkan makan siang, gadis itu sedang duduk dengan lengan dilipat dan mata biru besarnya menatap kue dan jeruk di meja. Aku memberinya sepotong, dan ia menarik napas panjang karena terpesona. Ia baru mengambilnya setelah aku bertanya apakah ia tidak menyukainya.
Oh, ya, Nona. Cantik sekali! Hanya saja aku berharap bisa membawanya untuk Caddy dan Tot, jika Nona tidak keberatan. Mereka sama sekali belum pernah makan kue dengan krim, sedangkan aku pernah satu kali.
Tentu saja aku memberikan sebuah keranjang kecil berisi kue, jeruk, dan daun ara. Saat Lotty makan, kami berbincangbincang. Ternyata ibunya mencuci piring sepanjang hari di sebuah restoran di Stasiun Albany dan meninggalkan tiga anaknya di rumah mereka di Berry Street. Bayangkan! Selama musim dingin ibu itu pergi sebelum matahari terbit, mencuci piring-piring kotor sepanjang hari, sementara ketiga anaknya terlantar hingga malam! Kadang-kadang mereka memiliki pemanas ruangan, dan jika tidak, mereka diam di tempat tidur. Wanita itu hanya memperoleh makanan sisa dan empat dolar seminggu, dan mereka mencoba bertahan hidup dengan itu.
Lotty berusia sembilan tahun. Ia yang menjaga adikadiknya. Nyonya Grover pergi menengok mereka, dan walaupun ia juga seorang pekerja keras, ia tetap berupaya membantu mereka. Pada musim dingin ini ia memiliki banyak
~115~ waktu untuk menjahit karena Kakek tidak terlalu membutuhkan bantuan kecuali pagi dan malam hari. Ia menggunakan uangnya sendiri untuk membeli kain flanel yang hangat, kain katun, dan semacamnya, lalu membuatkan baju bagus untuk anak-anak itu. Lotty datang untuk mengambil bajunya. Dan ketika mendapatkannya, gadis kecil itu memeluk Nyonya Grover erat dan mencium wanita itu. Aku juga merasa ingin melakukan sesuatu. Jadi aku mencari topi, mantel hujan, dan sepatu karet Min sehingga Lotty pulang dengan bahagia. Aku juga berjanji untuk pergi dan menemuinya.
Lalu aku pergi ke sana, dan di situlah kegiatanku. Oh, teman-teman! Kamar itu begitu kosong dan dingin, tanpa ada api sedikit pun. Tidak ada makanan kecuali remah-remah pie, roti, dan daging yang tidak bisa mengenyangkan siapa pun. Di atas ranjang yang bertilamkan sebuah karpet tua, tiga anak itu berbaring. Aku tidak tahu harus mulai dari mana, jadi aku hanya menjalankan perintah Lotty. Gadis kecil yang pintar itu memberitahuku di mana aku bisa membeli seember batu bara dan kayu bakar, juga susu dan makanan, dan semua yang kuinginkan. Aku bekerja dengan rajin selama satu dua jam, dan syukurlah aku pernah mengikuti kelas memasak, jadi aku bisa menyalakan api. Lotty mengerjakan bagian yang kotor. Lalu kami membuat sup yang enak dengan kentang, daging dingin, dan bawang atau semacamnya. Dengan segera ruangan itu menjadi hangat dan penuh dengan wangi yang sedap. Bayibayi itu meloncat dari tempat tidur untuk kemudian menari di dekat kompor, membaui sup, dan minum susu seperti anak
~116~ kucing lapar sampai aku menyiapkan roti dan mentega.
Rasanya menyenangkan! Kami membersihkan ruangan dan menyimpan makanan untuk makan malam di lemari makan. Aku meminta Lotty memanaskan semangkuk sup untuk ibunya dan menjaga agar api tetap menyala. Setelah itu aku pulang ke rumah dengan lelah dan kotor namun sangat senang karena menemukan sesuatu untuk dilakukan. Mengherankan betapa murahnya barang-barang orang miskin, tapi mereka tidak dapat memperoleh sedikit uang tanpa bekerja setengah mati. Aneh. Uang yang kuhabiskan untuk membeli semua barang itu lebih sedikit daripada uang yang biasanya aku habiskan untuk bunga, atau tiket teater, atau makan siang. Namun barang-barang itu membuat bayi-bayi malang itu merasa begitu nyaman, sampai aku ingin menangis karena tidak pernah melakukannya sebelumnya.
Ida berhenti untuk menggelengkan kepala dengan sangat menyesal. Lalu ia melanjutkan ceritanya sambil sibuk menjahit sebuah gaun tidur katun yang tidak dikelantang, yang ukurannya tampak cocok untuk sebuah boneka besar.
Aku tak punya cerita romantis untuk diceritakan. Nyonya Grover bilang dulu Nyonya Kennedy adalah wanita pemalas, pengangguran, yang hanya bisa bersenang-senang. Ia menikah muda dan tidak memiliki kecakapan apa pun. Jadi ketika suaminya meninggal, ia ditinggalkan dengan tiga anak kecil. Ia melakukan yang terbaik dengan mencintai anak-anaknya dan bekerja keras melakukan pekerjaan satu-satunya yang bisa ia
~117~ dapatkan. Kalau ia menyerah, mereka semua akan terpisah. Nyonya Kennedy akan masuk rumah sakit sedangkan anakanaknya tinggal di rumah orang lain. Ia tak ingin itu terjadi. Nyonya Grover berhasil membuat mereka hidup lebih nyaman.
Sang ibu mendapatkan pekerjaan di tempat yang lebih dekat dengan rumah. Lotty dan Caddy bisa sekolah. Tot juga aman karena ada Nona Parsons yang menjaganya. Nona Parsons adalah seorang wanita yang tinggal di salah satu kamar di atas. Ia kedinginan dan kelaparan, tapi terlalu gengsi untuk minta tolong. Ia juga terlalu pemalu dan penyakitan sehingga tidak bisa bekerja terlalu banyak. Suatu hari aku melihat Nona Parsons berada di kamar Nyonya Kennedy, sedang menghangatkan tangannya dan berjinjit di atas panci sup seakan melahap baunya. Maka aku langsung mengajak Nona Parsons makan siang. Kami semua duduk dan makan sup dengan begitu nikmat. Saat itu aku memakai pakaian lamaku sehingga Nona Parsons berpikir aku adalah seorang penjahit atau gadis pekerja. Karena itu ia membuka hatinya untukku. Padahal ia tidak akan begitu jika aku mendatanginya, berusaha membujuk serta mengurusnya seperti yang dilakukan orang yang ingin membantu. Aku berjanji untuk mencarikannya pekerjaan dan mengusulkan agar ia membantu Nyonya Kennedy dan keluarganya sehingga anak-anak bisa bersekolah dan Tot memiliki seseorang untuk menjaganya. Ia setuju. Semangat hidupnya muncul kembali dan keluarga Nyonya Kennedy terbantu. Nona Parsons mencoba berubah pikiran saat ia tahu di mana tempat tinggalku. Tapi ia ingin bekerja dan
~118~ menyadari aku tidak memberikan janji-janji palsu. Aku meminjamkan bukuku dan membawakan buket untuknya dan Tot.
Musim panas ini mereka semua pergi ke kebun Paman Frank untuk memetik buah beri. Paman Frank mengupah lusinan perempuan dan anak-anak pada musim buah dan kata Nyonya Grover itu tepat seperti yang mereka perlukan. Jadi pada bulan Juni mereka pergi dengan suka cita. Aku tetap bisa mengawasi mereka karena aku selalu pergi ke pertanian itu pada bulan Juli. Selesai. Bukan cerita yang menarik tapi itulah yang datang kepadaku. Aku melakukannya, walaupun itu hanyalah pekerjaan kecil.
Aku yakin membantu lima jiwa malang adalah pekerjaan yang baik. Kau boleh bangga, Ida. Sekarang aku tahu mengapa kau tidak mau pergi menonton pertunjukan denganku atau membeli benda-benda cantik seperti biasanya. Uang sakumu kau gunakan untuk membeli batu bara dan makanan, dan pakaian yang kau buat adalah baju kecil untuk boneka-boneka hidup -mu. Sayang, kau baik sekali!
Kecupan tulus Maggie dan ekspresi teman-temannya membuat Ida merasa pekerjaannya yang remeh begitu berharga di mata mereka, seperti juga di matanya. Setelah itu semua gadis bersiap untuk mendengar cerita Marion.
Aku merawat seorang kurir merah. Makhluk malang yang kedinginan dan terlupakan. Untunglah ia sudah ditransplantasi
~119~ dan hidup dengan baik. Apa maksudmu" tanya Ella. Gadis-gadis lainnya juga terlihat penasaran.
Marion melanjutkan tusukan yang lepas di kaus kaki biru besar yang ia rajut, lalu melanjutkan ceritanya dengan mata berbinar.
Teman-temanku sayang, yang aku maksud adalah Soldiers Messenger Corps 6 . Mereka mengenakan topi merah dan berjalan sepanjang hari. Aku merawat salah satu dari mereka. Tapi sebelum aku menceritakan keberhasilanku, aku harus jujur mengakui kegagalanku. Ceritanya sangat menyedihkan. Aku begitu bersemangat untuk memulai tugasku, jadi aku menangkap orang miskin pertama yang kulihat. Dia lelaki tua yang kadang berdiri di ujung jalan, menjual rangkaian bunga kertas jelek. Aku yakin kalian pernah melihat lelaki itu dengan bunga aster merah dan peony kuningnya. Yah, ia tampak menyedihkan dengan hidung tuanya yang merah, matanya yang muram, dan rambutnya yang putih, serta berdiri di jalan berangin tanpa berbicara sambil memegang bunga-bunga mengerikan itu. Pada hari itu aku membeli semua bunganya dan memberikannya kepada bocah-bocah kulit berwarna dalam perjalanan pulang. Aku juga menyuruhnya datang ke rumah kami dan mengambil mantel tua Mama yang ingin Mama buang. Lelaki itu bercerita sedih tentang dirinya dan istrinya yang sudah tua yang membuat bunga kertas jelek di atas tempat tidurnya. Mereka membutuhkan banyak hal tapi tidak mau
~120~ meminta. Aku begitu tersentuh dan segera pulang untuk mencari mantel dan beberapa sepatu. Dan saat ia datang, aku meminta juru masak untuk memberinya makan malam yang hangat dan sesuatu yang enak untuk istrinya.
Ketika lelaki tua itu makan dan mendoakanku, aku dipanggil ke atas. Setelah lelaki itu pergi dengan senang, aku memuji diriku sendiri. Tetapi satu jam kemudian juru masakku datang dengan panik dan melaporkan pengemisku yang saleh dan terhormat itu mengambil beberapa kemeja Papa dan beberapa pasang kaus kaki dari keranjang cucian di tempat cuci serta tutup kepala yang tebal dan bagus yang kami siapkan untuk anak-anak perempuan.
Aku SANGAT marah. Bersama Harry, aku langsung pergi ke alamat yang diberikan bajingan tua itu. Ternyata tempat itu hanya sebuah lapangan kotor di Hanover Street. Tak ada orang yang pernah tinggal di sana, dan si orang saleh berambut putihku adalah seorang penipu. Harry menertawakan aku, Mama melarangku membawa lagi pencuri ke rumah, dan pelayan-pelayan di rumah dimarahi habis-habisan.
Yah, setelah pulih dari keterkejutan itu, aku mendatangi wanita Irlandia kecil yang menjual apel di alun-alun. Bukan yang gemuk dan cerewet dengan kios di dekat West Street melainkan yang keriput dan duduk di jalan kecil dan membawa keranjang tua berisi enam apel dan empat batang permen. Tampaknya tak ada orang yang membeli barangnya, tapi ia duduk di sana dan yakin ada orang baik yang akan memberikan
~121~ uang receh. Ia tampak begitu lemah dan sedih serta kedinginan.
Wanita itu bercerita bagaimana ia kesepian dan tak bisa bekerja lagi. Aku tidak sepenuhnya percaya karena ingat pengalaman dengan penipuku itu. Namun aku kasihan kepada ibu tua itu. Jadi aku mengambil teh dan gula, serta selendang, dan sering memberi uang receh yang aku miliki saat lewat di sana. Aku tidak pernah memberi tahu orang rumah karena mereka menertawakan usahaku untuk menjadi dermawan. Setelah beberapa waktu, aku pikir semua berjalan baik karena Nenek tuaku tampaknya lebih ceria. Aku juga berencana untuk memberinya batu bara. Namun tiba-tiba ia menghilang. Aku takut ia sakit jadi aku bertanya kepada Nyonya Maloney, wanita gemuk itu.
Tuhan menyayangimu, Nona manis. Dia pergi ke Pulau selama tiga bulan. Si perempuan tua tukang mabuk itu kan Biddy Ryan. Semua uangnya ludes untuk wiski. Memalukan sekali. Padahal ia punya anak laki-laki baik yang mau mengurusnya.
Aku jadi kecil hati lalu pulang. Aku berniat tidak akan melakukan apa pun dan menunggu saja apa yang akan dibawa nasib, karena upayaku sendiri selalu gagal.
Menyedihkan. Nasibmu benar-benar malang! kata Elizabeth setelah mereka tenang, puas menertawakan kemalangan Marion.
~122~ Sekarang ceritakan keberhasilanmu dan kurir merah itu, tambah Maggie.
Ah! Itu suatu KEMUJURAN. Papa pernah jadi tentara dan ikut berperang hingga akhirnya terluka di Gettysburg. Papa bertunangan tepat sebelum ia pergi. Jadi waktu kakek menjemput Papa, Mama juga ikut dan merawat Papa hingga Papa bisa pulang ke rumah. Papa tidak dirawat di rumah sakit tentara, tapi tetap tinggal bersama anak buahnya di tempat yang mengenaskan. Banyak anak buahnya yang terluka dan ia tak mau meninggalkan mereka. Sersan Joe Collins adalah salah satu anak buah Papa yang paling berani. Ia kehilangan lengan kanannya saat menyelamatkan bendera di salah satu pertempuran paling dahsyat dalam peperangan itu. Sebelumnya ia adalah seorang penebang pohon dari Maine, tingginya 183 cm, tapi baik dan periang seperti anak kecil, serta sangat menyayangi kolonelnya.
Papa meninggalkan tempat itu duluan. Namun Papa memaksa Joe berjanji untuk memberitahukan kabarnya dan Joe melakukan itu hingga ia pulang ke rumah. Setelah itu Papa kehilangan kontak dengannya. Lalu karena sibuk, Joe Collins pun terlupakan hingga anak-anak Papa lahir. Kami suka mendengar cerita perang Papa dan keberanian sersan itu. Ia terus membawa bendera itu dalam kerusuhan hingga salah satu lengannya hancur dan lengan satunya terluka.
Suatu hari di bulan Desember yang lalu, tepat setelah kekecewaan yang aku alami itu, Papa mengumumkan dengan
~123~ gembira: Aku menemukan Joe! Seorang kurir datang membawa surat untukku. Saat aku mendongakkan kepala untuk menjawab, di hadapanku berdiri seorang lelaki beruban, tinggi, tegak bagai patung, menyeringai lebar, dengan tangan di pelipisnya dan memberi hormat kepadaku. Lupakah Anda dengan Joe Collins, Kolonel" Senang bertemu Anda, Pak, katanya. Lalu kami berbincang-bincang. Ternyata ia bernasib malang, hampir tanpa teman, tetapi tetap menjaga harga diri dan mandiri. Ia mampu mengurus dirinya sendiri walaupun kakinya tinggal satu. Aku mendapatkan alamatnya dan bertekad untuk menjaganya karena ia terlihat lemah dan pasti tak punya banyak uang.
Kami semua sangat gembira. Lalu Joe datang ke rumah. Papa memberikan begitu banyak tugas untuk membantu Joe sampai Papa pergi ke New York. Karena kesibukan dan kegembiraan musim liburan, kami sama sekali lupa dengan Joe sampai Papa pulang dan Joe tak ada di tempatnya. Aku dan Harry mengobrak-abrik kota sampai kami menemukannya di sebuah rumah kecil di North End, terbaring karena penyakit rematik di kamar belakang yang sesak. Tak ada orang yang menjaganya kecuali tukang cuci wanita, pemilik tempat itu.
Aku SANGAT menyesal telah melupakannya! Tapi Joe tidak pernah mengeluh. Ia hanya menyeringai ceria, Aku menduga Kolonel sedang pergi. Jadi aku tak mau merecokinya. Ia berterima kasih untuk semua yang kami bawa, walaupun ia tidak mau jeruk dan teh. Ketika aku menawarkan diri untuk
~124~ menyeka dahinya, ia menolak dan malah meminta tembakau. Harry bergegas mengambil segenggam tembakau dan pipa. Joe berbaring dalam kepulan asap rokok dengan bahagia. Lalu kami pulang dan berjanji untuk datang lagi. Kami mengunjunginya hampir setiap hari dan bersenang-senang karena Joe bercerita tentang petualangannya. Kami menjadi sangat tertarik dengan perang sehingga aku mulai membaca setiap malam. Papa senang dan menceritakan lagi semua pertempuran yang ia alami untuk kami. Papa terpesona melihat jiwa pejuang di dalam diri kami karena kami begitu bergairah dan membahas semua perang dengan semangat patriot yang membuat Mama tertawa. Joe bilang aku bergairah mendengar kata PERTEMPURAN bagai kuda perang yang mencium mesiu. Ia juga bilang aku seharusnya menjadi pemain drum karena musik perang membuatku begitu semangat.
Itu semua begitu memikat bagi kami yang masih muda, tapi Joe tua yang malang sangat sakit dan kesulitan. Cuaca, rasa sakit, makanan yang buruk, rasa sepi, dan luka-lukanya terlalu berat baginya. Jadi jelas ia tak mungkin bekerja lagi. Ia benci memikirkan rumah penampungan, hanya itu yang dapat diberikan kotanya kepadanya. Ia tidak memiliki teman untuk hidup bersama dan juga tidak bisa mendapat uang pensiunnya karena ada yang salah dengan dokumen-dokumennya. Jadi ia hanya bisa masuk Rumah Tentara di Chelsea. Secepatnya Papa memasukkan Joe ke sana. Joe menyukai tempat itu. Sebagai orang yang memiliki harga diri yang sangat tinggi, ia bisa menerima kemurahan hati itu setelah mempertaruhkan nyawa
~125~ untuk negaranya. Ke sanalah biasanya aku pergi saat kau melihatku. Aku cukup dikenal di sana. Para lelaki itu memberi hormat kepadaku saat aku datang, menceritakan kemalangan mereka, dan berpikir Papa dan aku dapat mengatasi semua masalah itu. Aku juga sangat bangga dan sayang terhadap pejuang-pejuang tuaku itu seolah aku adalah Rigoletto 7 dan mengendarai meriam sejak bayi. Jadi begitulah, susah untuk mengatakannya. Semua itu sangat menarik dan aku sangat senang dapat belajar sejarah perjuangan Amerika dan membaca kisah leluhurku yang terlibat peperangan.
A Garland For Girls Karya Louisa May Alcott di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tepuk tangan keras menyambut cerita Marion. Wajah Marion yang bercahaya dan suaranya yang bersemangat mengobarkan jiwa patriotisme gadis-gadis Boston itu.
Nah, Maggie, Sayang. Yang terakhir tapi pastinya bukan tidak penting, kata Anna dengan lirikan yang membesarkan hati karena ia telah mengetahui rahasia temannya ini dan semakin menyayanginya.
Maggie tersipu dan terlihat ragu ketika meletakkan tali topi dari kain kasa yang sedang ia kelim dengan hati-hati. Kemudian ia memandang berkeliling dengan wajah rendah hati dan bangga. Dengan susah payah ia berkata, Setelah mendengarkan pengalaman teman-teman yang begitu hidup, ceritaku akan terdengar sangat datar. Sebenarnya aku tidak punya cerita untuk dibagi karena amal yang AKU lakukan
~126~ dimulai di rumah dan berakhir di sana
Ceritakanlah, Sayang. Aku tahu ceritamu menarik dan akan baik bagi kita semua, kata Anna dengan cepat. Maka, karena mendapat dukungan, Maggie bercerita.
Aku merencanakan hal-hal hebat dan terus berbicara mengenai apa yang ingin kulakukan. Akhirnya suatu hari Papa berkata, saat rumah kami tengah kacau, Jika gadis-gadis muda yang ingin membantu dunia itu ingat bahwa beramal itu dimulai dari rumah, pasti mereka akan menemukan banyak hal untuk dilakukan.
Aku agak terpukul dan tidak mengatakan apa pun. Namun setelah Papa pergi ke kantor, aku mulai berpikir dan melihat ke sekitarku untuk mencari apa yang bisa kulakukan. Aku menemukan cukup banyak hal untuk dilakukan pada hari itu dan segera melakukannya. Mama sedang sakit kepala. Adikadikku tidak bisa keluar karena hujan dan menangis di kamar mereka. Juru masak sedang sibuk dan Maria sakit gigi. Jadi aku mulai dengan membaringkan Mama supaya ia bisa tidur tenang. Aku menenangkan adik-adikku dengan memberikan kotak pita dan perhiasanku agar mereka bisa bermain dandan-dandanan. Aku memasangkan koyo di wajah Maria dan menawarkan diri untuk mencuci alat makan agar juru masak senang karena tidak perlu mencuci lagi. Seperti yang kalian bayangkan, itu tidaklah menyenangkan. Namun hari itu aku sibuk bekerja dan menjaga agar rumah tetap tenang. Lalu pada sore hari aku menyalakan perapian di kamar Mama agar kamarnya lebih terang saat
~127~ Mama bangun. Setelah itu aku pergi ke dapur untuk minum teh dan mendengar suara perempuan mengobrol berisik . Dari celah pintu dapur aku dapat mengintip pesta itu. Ketika aku masuk, mereka langsung sibuk menyembunyikan barang-barang.
Aku merasa kesal dan ingin memarahi mereka semua, tapi aku menutup mulutku, menutup mata, dan dengan sopan meminta air panas. Aku juga mengangguk kepada para tamu itu dan memberitahu si juru masak bahwa Maria sudah membaik dan akan melakukan pekerjaan juru masak jika ia ingin pergi keluar.
Jadi keadaan tenang kembali. Aku curiga juru masak yang bertanggung jawab atas pesta itu. Tapi saat aku membereskan baki, aku mendengar ia berkata dengan nada tenang, Kasihan sekali nyonya, tapi Nona merawatnya dengan baik.
Ia hanya berbasa-basi. Namun itu menyenangkan hatiku dan membuatku ingat betapa lemahnya Mama dan betapa tak berartinya apa yang kulakukan. Aku sadar Mama akan merasa lebih lega jika aku lebih sering membantunya, seperti seharusnya. Jadi aku bertekad untuk terus melakukannya.
Aku tak mengatakan apa-apa, tapi aku melakukan apa pun yang bisa kulakukan. Sebelum kusadari, sudah banyak pekerjaan Mama yang kuambil alih. Kadang-kadang aku menggerutu dan merasa kesal saat ingin pergi bersenangsenang. Melakukan pekerjaan rumahan itu hal yang baik, tapi tidak mudah. Satu-satunya hal menyenangkan adalah perasaan
~128~ yang kau rasakan setelah terbiasa. Perasaan yang kuat, seperti saat kau menemukan tempat berpegangan yang membantumu berdiri tegak.
Aku tidak ingin membuat kalian bosan dengan semua hal-hal sepele yang kulakukan, lanjut Maggie. Aku tidak membuat rencana apa pun dan setiap hari hanya berkata, Aku akan mengerjakan apa pun yang bisa kukerjakan dan berusaha untuk tetap ceria dan senang. Jadi aku menjaga adik-adik sehingga Maria memiliki lebih banyak waktu untuk menjahit dan membantu pekerjaan lain. Aku melakukan tugas-tugas rumah, pergi ke pasar, dan melihat Papa menikmati makanannya dengan tenang saat Mama tidak bisa turun untuk makan. Aku juga mewakili Mama melakukan kunjungan dan menerima tamu. Semua itu terus berlanjut seolah aku adalah nyonya rumah dan bukan sekadar anak gadis seperti biasanya sepupu Tom menyebutku.
Sekarang, saat Papa pulang, aku tak perlu pergi karena mereka ingin bertanya dan memberitahuku banyak hal, juga membahas berbagai urusan. Itu membuatku merasa benarbenar sebagai anak perempuan paling tua. Oh, begitu membahagiakannya duduk di antara mereka dan mengetahui mereka membutuhkanku dan senang karena aku ada bersama mereka! Itu menghapuskan semua beban dan perasaan tidak menyenangkan. Belum lama ini aku mendapatkan imbalannya. Kondisi Mama membaik dan ia berkata, Aku sudah lebih sehat dan berharap bisa segera membebaskan anak gadisku yang
~129~ baik dari tugas-tugas rumah. Aku ingin memberitahumu, Sayang, ketika sedih aku bahagia mengingat jika aku harus meninggalkan adik-adikmu yang malang, mereka akan mendapatkan ibu kecil yang setia di dalam dirimu.
Aku SANGAT senang sehingga ingin menangis. Adik-adikku MEMANG menyayangiku dan selalu mencariku untuk urusan apa pun. Padahal dulu waktu aku masih sekadar kakak mereka, mereka tidak peduli denganku. Tapi itu belum semua. Saat aku bertanya kepada Papa apakah kondisi Mama BENAR-BENAR membaik dan tidak akan sakit lagi, Papa berkata sambil memeluk dan menciumku dengan lembut.
Keadaan sudah aman karena gadis pemberani ini mengambil beban Mama pada waktu yang tepat sehingga Mama bisa beristirahat. Kau tak mungkin melakukan kegiatan amal yang lebih baik atau yang lebih manis daripada ini, Sayang.
Suara Maggie menghilang. Ia menutup ceritanya dengan menyembunyikan wajah dan terisak bahagia. Marion bergegas mengusap air matanya dengan kaus kaki biru. Gadis-gadis lain bergumam penuh simpati dan tampak begitu tersentuh. Mereka teringat dengan pekerjaan rumah yang selama ini mereka abaikan. Mereka bertekad untuk segera melakukan pekerjaan itu setelah melihat apa yang Maggie dapatkan.
Aku tidak ingin terlihat bodoh. Aku ingin kalian tahu bahwa aku tidak duduk diam selama musim dingin. Jadi, walaupun tak banyak yang bisa kuceritakan, aku cukup puas
~130~ dengan apa yang kulakukan, katanya seraya mengangkat wajah sambil tersenyum di balik air matanya.
Banyak anak perempuan yang telah melakukannya dengan baik, tapi kau melakukannya dengan sangat baik, jawab Anna sambil mencium Maggie.
Nah, saat ini sudah lewat dari waktu yang biasanya, dan kita harus berpisah, lanjut sang Presiden sambil mengeluarkan sebuah keranjang bunga dari tempat persembunyiannya, Kupikir kita semua telah banyak belajar dan akan melakukan yang lebih baik pada musim dingin mendatang. Aku yakin kita semua ingin mencoba lagi. Membantu orang yang kesulitan dan miskin membuat kehidupan kita sendiri menjadi lebih baik. Sebagai hadiah perpisahan, aku membawa bunga bulan Mei khas Plymouth. Ini dia. Masing-masing mendapatkan satu buket, teriring rasa cinta dan terima kasihku karena kalian membantu menjalankan rencanaku dengan begitu baik.
Jadi rangkaian bunga diberikan, obrolan terakhir dinikmati, rencana baru diajukan, dan kata-kata perpisahan diucapkan. Lalu pertemuan itu pun bubar. Setiap anggotanya pergi dengan riang dengan bunga yang indah tersemat di dadanya. Pada bunga itu tersimpan pencerahan yang mereka dapat. Tentang sisi kesulitan dalam hidup, tentang keinginan untuk melihat dan membantu lebih banyak, serta rasa puas yang terasa manis karena telah membantu orang lain. []
1 Penetap awal koloni Plymouth di Plymouth,
~131~ Massachusetts, Amerika Serikat. Mereka bermigrasi menggunakan kapal Mayflower.
2 Sarah Gamp atau biasa dipanggil Sairey Gamp adalah tokoh perawat dalam Martin Chuzzlewit karya Charles Dickens.
3 Seharusnya the bottle in the mantleshelf (botol di rak di atas perapian).
4 Seharusnya cucumber (timun).
5 Tokoh dalam buku Bleak House karya Charles Dickens.
6 Sistem pengiriman surat atau barang. Kurirnya adalah para prajurit yang tidak bisa berperang.
7 Badut bangsawan dalam Rigoletto opera tiga babak karya Giuseppe Verdi.
~132~ ~133~ Pansy Table of Content M ereka yang selalu ditemani pikiran mulia tak akan
pernah kesepian. SIR PHILIP SIDNEY.
Aku SUDAH selesai membaca buku. Sekarang, apa yang BISA kulakukan sambil menunggu hujan menyebalkan ini reda" seru Carrie. Ia sedang berbaring di atas sofa sambil menguap karena bosan.
Ambil buku lain yang lebih bagus. Rumah ini penuh dengan buku, dan sekarang adalah kesempatan langka untuk menikmati buku-buku terbaik, jawab Alice sambil memandang setumpuk buku di pangkuannya. Ia duduk di lantai di depan salah satu rak dari rak-rak buku tinggi yang berjejer di ruangan itu.
Aku kan bukan kutu buku sepertimu. Aku tak bisa membaca selamanya. Dan kau tidak perlu mendengus pada Wanda karena buku ini sangat menegangkan! seru Carrie. Kita seharusnya membaca untuk mengembangkan pikiran
~134~ kita, dan cerita omong kosong seperti itu hanya membuangbuang waktu, ujar Alice dengan nada memperingatkan sambil menengadahkan kepala dari Romola 1 .
Aku tidak INGIN mengembangkan pikiranku, terima kasih. Aku membaca untuk menghibur diri di masa liburan ini dan aku tidak ingin mendengar nasihat-nasihat moral hingga musim gugur yang akan datang. Sudah cukup banyak nasihat yang kudapatkan dari sekolah. Lagipula buku ini bukan sampah ! Buku ini penuh dengan gambaran indah pemandangan
Yang kau lompati. Aku melihatmu melakukannya, kata Eva, gadis ketiga di perpustakaan itu sambil menutup buku tebal di lututnya dan mulai merajut seolah percakapan itu mengganggu kenikmatannya melahap The Dove in the Eagle s Nest. 2
Ya, aku melompatinya, tapi hanya pada awalnya, saking tertariknya aku pada orang-orang di buku ini. Tapi aku hampir selalu kembali dan membacanya, protes Carrie. Kau tahu KAU sendiri suka mendengar tentang baju-baju bagus, Eva. Gaun-gaun Wanda di sini sangatlah cantik, salah satunya adalah gaun beludru putih dengan untaian mutiara. Ada juga gaun beludru abu-abu dengan korset perak. Lalu gaun Idalia yang bertabur renda mewangi, atau gaun satin berwarna emas dan merah tua, atau sutra kuning dengan bunga-bunga violet. Indah sekali! Aku sangat menyukainya!
Kedua gadis itu tertawa mendengar cara Carrie menyebut
~135~ daftar gaun indah itu dengan cepat dan penuh antusiasme, bagaikan seorang perancang busana dari Perancis.
Yah, aku miskin dan tidak bisa memiliki banyak benda indah yang kuinginkan, jadi rasanya MEMANG menyenangkan membaca buku mengenai wanita yang memakai gaun satin putih dan beludru yang panjang menyapu lantai, berwarna zaitun serta berhiaskan renda transparan dari Mechelen 3 . Intanintan sebesar kacang, rangkaian opal, safir, rubi dan mutiara, juga menyenangkan untuk dibaca kalau kalian belum pernah melihat yang asli. Aku rasa bagian percintaannya tidak berdampak buruk bagi diriku karena toh kita tidak pernah melihat kehidupan yang begitu mewah di Amerika, atau wanita cantik yang nakal. Lagipula Ouida memarahi mereka semua, jadi pastilah ia tidak setuju dengan tingkah laku mereka. Aku yakin ada pesan moral di sana.
Namun sekali lagi Alice menggelengkan kepala saat Carrie berhenti bicara karena kehabisan napas. Kemudian Alice berkata serius, Itulah keburukannya. Hal-hal yang mengadaada dan bodoh memang membuatnya menarik. Lalu kita membaca untuk itu, bukan untuk mendapatkan pelajaran yang mungkin tersembunyi di baliknya. Nah, buku INI menggambarkan Florence, kota di Italia, tempo dulu dengan sangat bagus dan juga menceritakan tentang orang-orang terkenal yang benar-benar ada. Buku ini juga mengandung moral cerita sehingga pembacanya akan merasa lebih bijak dan lebih baik setelah membacanya. Aku benar-benar berharap kau
~136~ akan meninggalkan buku sampah itu dan mencoba membaca buku yang benar-benar bagus.
Aku benci George Eliot karena sok bijak, menggurui, dan muram! Aku tidak bisa menuntaskan Daniel Deronda, walaupun The Mill on the Floss tidak buruk, jawab Carrie, sekali lagi menguap karena teringat ceramah panjang Mordecai dan meditasi Daniel.
Aku yakin kau akan menyukai ini, kata Eva, menepuk bukunya dengan rasa puas dan tenang. Ia adalah seorang gadis yang rendah hati, berakal sehat, menyukai kisah fiksi yang jujur dan cerita roman yang ringan. Aku menyukai Nona Yonge, dengan keluarganya yang besar dan manis, cobaan hidup mereka, kehidupan mereka yang saleh, rumah yang menyenangkan dengan banyak saudara laki-laki dan perempuan, serta ayah dan ibu yang baik. Aku tak pernah bosan dengan mereka dan telah membaca Daisy Chain setidaknya sembilan kali.
Memang buku itu bagus untuk para gadis muda, dan juga Queechy serta Wide, Wide World, dan buku-buku semacam itu. Sekarang usiaku delapan belas tahun dan aku lebih menyukai novel berat dan juga buku-buku mengenai lelaki dan perempuan hebat karena buku-buku semacam itu selalu dibicarakan oleh orang-orang terpelajar. Saat aku memasuki dunia pergaulan pada musim dingin mendatang, aku harap aku bisa mengerti apa yang mereka bicarakan dan dapat ikut berdiskusi.
~137~ Kau pasti bisa, Alice, kau kan selalu membaca buku. Aku yakin kau akan menulis buku suatu hari nanti atau menjadi wanita intelek. Tapi aku masih punya waktu satu tahun lagi untuk menikmati masa sekolah dan berkeluh-kesah tentang itu. Aku akan menikmati waktuku sebisa mungkin dan melupakan buku-buku berat hingga aku lulus.
Tapi, Carrie, nanti kau tak akan punya waktu untuk membaca. Kau akan disibukkan dengan pesta-pesta, temanteman pria, perjalanan-perjalanan, dan semacamnya. Aku AKAN menuruti saran Alice dan membaca sedikit sekarang. Aku senang karena mengetahui hal-hal berguna dan juga mendapat bantuan dan hiburan dari buku-buku bagus saat masalah datang seperti Ellen Montgomery dan Fleda, juga Ethel, dan gadis-gadis lain dalam cerita Nona Yonge, kata Eva sepenuh hati. Ia teringat bagaimana pahlawan-pahlawan kecil itu membantunya mengatasi masalahnya sendiri serta mengajarkan pengendalian diri dan memikul beban hidup dengan ceria.
Aku tidak ingin menjadi Ellen yang angkuh atau Fleda yang bermoral. Aku juga tidak suka membahas mengenai pengembangan diri terus-menerus. Aku tahu aku harus, tapi aku ingin menunggu satu atau dua tahun dan menikmati masa bersenang-senangku SEDIKIT lebih lama. Lalu Carrie menyelipkan Wanda ke bawah bantal sofa, seakan merasa malu terhadap teman-temannya, dengan Eva yang menatapnya dengan mata polos dan Alice yang memandangnya dengan
~138~ sedih dari balik tumpukan buku-buku bijak. Tumpukan itu semakin lama semakin tinggi karena gadis rajin itu menemukan lebih banyak buku bagus di dalam perpustakaan tersebut.
Lalu keheningan menyelimuti mereka dan hanya dipecahkan oleh rintik hujan di luar, gemeretak kayu bakar di dalam, dan goresan pena yang sibuk dari balik gorden yang menutupi ceruk di ujung ruangan panjang itu. Dalam keheningan, mereka mendengar suara pena itu dan ingat bahwa mereka tidak sendiri.
Ia pasti mendengar semua yang kita bicarakan! Carrie duduk dengan wajah cemas sambil berbisik.
Eva tertawa, tapi Alice hanya mengangkat bahu dan berkata dengan tenang, Aku tidak keberatan. Ia tidak akan berharap gadis sekolahan seperti kita begitu bijak.
Kata-kata itu tidak menenangkan Carrie, yang sadar telah bertingkah seperti anak sekolah yang bodoh. Jadi ia mengerang dan kembali berbaring, berpikir seandainya ia tadi tidak mengutarakan pendapatnya dengan begitu bebas dan menyimpan Wanda di kamar untuk dibaca sendiri.
Ketiga gadis itu adalah tamu dari seorang wanita tua yang menyenangkan. Ia mengenal ketiga ibu gadis itu dan sedang berupaya memperbarui hubungan dengan mereka melalui anakanak mereka. Wanita itu menyukai anak muda. Setiap musim panas ia mengundang anak-anak muda untuk menikmati
~139~ rumahnya yang indah. Ia tinggal sendiri di rumah itu karena ia adalah janda tak beranak dari seorang lelaki ternama. Wanita itu membuat tamu-tamunya betah dengan membiarkan mereka menghabiskan waktu di siang hari melakukan apa pun yang mereka suka. Ia juga menyediakan makanan terbaik untuk makan malam, memberikan hiburan yang menyenangkan di malam hari, dan sebuah rumah besar yang dipenuhi dengan barang-barang aneh dan menarik untuk diamati di saat senggang.
Hujan telah merusak rencana mereka dan surat-surat bisnis menyebabkan Nyonya Warburton tidak bisa menemani ketiga gadis itu setelah makan siang. Selama beberapa jam ketiga gadis itu membaca dalam diam. Tuan rumah mereka baru saja menyelesaikan surat terakhirnya saat potongan percakapan itu mencapai telinganya. Ia mendengarkan dengan senang, tidak sadar mereka melupakan keberadaannya. Ia melihat perbedaan sudut pandang yang mudah dijelaskan karena masing-masing gadis dibesarkan dengan cara berbeda.
Alice adalah anak satu-satunya dari seorang lelaki cendekiawan dan seorang wanita cerdas. Karena itu kecintaannya terhadap buku dan keinginannya untuk mematangkan pikirannya sangatlah alamiah. Namun bahaya sekali jika Alice mengabaikan hal-hal lain yang sama pentingnya, membaca bacaan yang terlalu bervariasi, dan memiliki pengetahuan semu mengenai banyak pengarang. Padahal akan lebih baik baginya jika ia dapat mengapresiasi
~140~ sedikit pengarang-pengarang terbaik. Eva adalah salah satu dari banyak anak di sebuah rumah yang bahagia, dengan seorang ayah yang sibuk dan seorang ibu yang baik hati. Gadis itu mengemban banyak tugas rumah tangga. Pada dasarnya Eva adalah anak yang baik hati dan tidak manja. Ia hanya perlu mendapatkan petunjuk ke mana harus mencari orang baru yang dapat membantunya dalam menghadapi ujian hidup yang sebenarnya, karena tokoh-tokoh dari buku yang ia sukai itu tak akan mampu membantunya di masa-masa mendatang.
Carrie adalah gadis biasa yang ambisius dan ingin bersinar. Namun ia belum bisa membedakan antara cahaya lilin yang memikat ngengat, cahaya bintang yang tenang, atau cahaya api unggun yang membuat banyak orang berkumpul di dekatnya. Cita-cita ibunya tidaklah tinggi. Kedua anaknya yang cantik tahu sang ibu menginginkan pasangan hidup yang baik untuk mereka, karena itu ia mendidik mereka untuk mencapai tujuan itu. Selama tinggal dengan Nyonya Warburton, Carrie belajar banyak hal dan tanpa sadar membandingkan kehidupan di tempat itu dengan kehidupan di rumahnya yang terasa kacau. Di rumahnya mereka hidup dengan mengorbankan rasa nyaman, martabat, dan kedamaian demi mengesankan orangorang. Di tempat Nyonya Warburton, Carrie bertemu dengan orang-orang yang berpakaian sederhana, senang berbincang, terus berprestasi walaupun sudah tua, dan sangat sibuk, memikat, serta memesona. Berada di antara mereka sering kali membuat Carrie merasa kasar, bodoh, dan malu padahal mereka adalah orang-orang yang baik dan ramah. Lingkungan
~141~ pergaulan Nyonya Warburton terdiri atas orang-orang terbaik, tua dan muda, kaya dan miskin, bijaksana dan sederhana, dan tampaknya tulus. Mereka senang memberi atau menerima, menikmati waktu dan beristirahat, dan kembali bekerja dengan segar karena pengaruh dari tempat itu dan sang wanita tua yang baik hati. Sebentar lagi ketiga gadis itu akan hidup mandiri. Akan baik bagi mereka untuk melihat seperti apa lingkungan pergaulan yang baik sebelum meninggalkan kenyamanan rumah dan memilih teman, hiburan, dan cita-cita mereka sendiri.
Keadaan yang tiba-tiba hening dan diikuti suara berbisik menyadarkan sang pendengar bahwa ia mungkin telah mendengar sesuatu yang tidak seharusnya ia dengar. Jadi ia segera keluar dengan surat-suratnya dan berkata, saat menghampiri ketiga gadis di dekat perapian itu sambil tersenyum,
Bagaimana kalian menghabiskan waktu di sore yang panjang dan membosankan ini, Sayang" Sepi sekali. Apa yang membangunkan kalian" Perang buku" Tampaknya Alice sudah menumpuk banyak amunisi dan kalian bersiap-siap untuk menyerangnya.
Ketiga gadis itu tertawa dan berdiri. Nyonya Warburton adalah wanita tua yang terhormat sehingga orang bahkan di masa yang kurang sopan santun itu akan memperlakukannya dengan hormat tanpa perlu disuruh.
~142~ Kami hanya berbicara mengenai buku, jawab Carrie, dalam hati ia bersyukur Wanda sudah disembunyikan.
Dan kami tidak bisa sepakat, tambah Eva.
Jika kalian lelah membaca dan mengizinkanku ikut berdiskusi, mari kita berbincang. Membandingkan selera buku selalu menyenangkan, dan dulu aku suka berdiskusi tentang buku dengan teman-temanku.
Sambil berbicara begitu, Nyonya Warbuton duduk di kursi yang tadinya digunakan Alice, menarik Eva ke bantal di kakinya, dan mengangguk kepada kedua gadis yang lain saat mereka kembali duduk dengan wajah penuh rasa ingin tahu. Salah satu gadis itu duduk di meja dengan tumpukan buku-buku pilihan, gadis yang lain duduk tegak di sofa, tempat ia mempraktekkan postur penuh keanggunan karena terinspirasi tokoh kesukaannya.
Carrie menertawakan saya karena saya menyukai bukubuku yang bijak dan ingin mengembangkan pikiran saya. Apakah itu bodoh dan membuang-buang waktu" tanya Alice, bersemangat untuk mendapatkan sekutu dan meyakinkan temannya.
Tidak, Sayang. Itu keinginan bijaksana. Aku harap semua gadis bisa sebijak itu. Hanya saja, jangan terlalu rakus dan terlalu banyak membaca. Terlalu banyak belajar atau memiliki pengetahuan yang dangkal sama buruknya dengan membaca
~143~ novel yang buruk atau tidak membaca sama sekali. Pilihlah dengan saksama, bacalah dengan cerdas, dan cernalah dengan baik, maka kau akan mendapatkan pengetahuan, jawab Nyonya Warburton. Ia senang memberi nasihat, seperti umumnya para wanita tua.
Tapi bagaimana kita bisa tahu APA yang harus dibaca jika kita tidak boleh menuruti selera kita" tanya Carrie, mencoba untuk tertarik dan intelek walaupun ia takut sang guru sudah menyiapkan wejangan untuknya.
Mintalah saran, dan kembangkan selera yang baik. Aku selalu menilai sifat orang dari buku yang mereka sukai, dan juga dari teman-teman mereka. Hati-hatilah karena ini adalah tes yang bagus. Satu lagi, buku yang tidak berani kalian baca keras-keras pasti tidak baik untuk dibaca sendirian. Banyak gadis muda yang bebal atau penasaran sehingga mengambil buku tak berguna. Ini sangat berbahaya karena di balik tulisan indah dan gambaran menarik itu terdapat hal-hal tidak bermoral yang menimbulkan gagasan keliru tentang kehidupan dan halhal lain yang seharusnya diagungkan. Mungkin mereka pikir orang tidak akan tahu buku seperti apa yang mereka sukai, tapi sebenarnya semua itu akan tampak. Sikap, penampilan, katakata sembrono, dan cara pandang romantis yang bodoh terhadap hal-hal tertentu akan memperlihatkan tumpulnya naluri kewanitaan mereka. Kerusakan itu mungkin tak akan bisa diperbaiki.
Nyonya Warbuton memandang besi perapian yang tinggi
~144~ seolah memarahinya. Itu sangat melegakan Carrie, yang pipinya memerah. Perasaan bersalah timbul di hatinya. Gadis itu teringat adegan dalam buku kesukaannya yang tidak akan pernah dibacanya keras-keras, bahkan untuk wanita tua itu, walaupun ia menikmatinya saat sendirian. Adegan itu tidak terlalu buruk, tapi palsu dan bodoh, dan bukan bacaan yang baik untuk anak muda. Terbukti dari perasaan yang timbul setelah buku itu selesai dibaca. Buku bagus akan membuat pembaca bergairah, bukannya bosan.
Alice, dengan siku di atas meja, mendengarkan dengan mata terbuka. Eva memandangi air hujan menetes di kaca jendela dengan se"hus seolah be?"`nya-tanya apakah ia pernah melakukan perbuatan nakal tersebut.
Lalu ada kesalahan lain, lanjut Nyonya Warburton, sadar nasihat pertamanya mengenai sasaran dengan tepat. Ia bertekad untuk bersikap adil. Ada gadis-gadis kutu buku yang ingin membaca semua, termasuk buku yang belum bisa ia pahami, atau bermacam-macam buku pengembangan diri sekaligus. Bukannya memasukkan pengetahuan sejati dan gagasan terbaik, mereka memasukkan banyak hal-hal tak berguna ke kepala mereka. Mereka harus belajar menunggu dan memilih, karena setiap usia memiliki buku-buku tersendiri. Apa yang terlihat intelek saat kita berusia delapan belas mungkin baru kita butuhkan saat kita berusia tiga puluh tahun. Daging dan anggur juga dapat menyebabkan sakit perut seperti es krim dan kue, kalian tahu.
~145~ Alice tersenyum. Ia menyingkirkan empat dari delapan buku yang telah ia pilih. Ia sadar telah bersikap rakus dan sebaiknya menunggu hingga waktu yang tepat.
Eva berkata dengan mata bersemangat, Sekarang giliran saya. Apakah saya harus melupakan buku-buku sederhana dan membaca Ruskin, Kant, atau Plato"
Nyonya Warburton tertawa sambil mengelus kepala berambut cokelat indah di lututnya.
Belum, Sayang. Mungkin malah tak perlu, karena aku yakin mereka bukanlah guru yang kau butuhkan. Karena kau suka cerita-cerita mengenai orang-orang biasa, cobalah membaca biografi. Kehidupan mereka penuh dengan pengalaman yang membangkitkan semangat, menginspirasi dan indah. Dengan membacanya, kau juga akan memperoleh keberanian, harapan, dan keyakinan untuk memikul ujian hidupmu saat ujian itu datang. Kisah-kisah nyata cocok dan baik untukmu. Di sana kita mendapatkan tragedi dan komedi yang nyata serta pelajaran hidup untuk semua orang.
Terima kasih! Saya akan segera mulai jika Anda berbaik hati memberikan daftar buku semacam itu yang bagus untuk saya, seru Eva, dengan sikap patuh yang manis. Ia bersemangat untuk menjadi wanita yang disukai dan bijak.
Beri kami sebuah daftar, dan kami akan mencoba untuk meningkatkan diri. Anda tahu apa yang kami butuhkan. Anda
~146~ juga senang membantu gadis-gadis bodoh, jika tidak tentu Anda tidak akan begitu baik dan sabar terhadap kami, ujar Alice. Ia berjalan untuk duduk di samping Carrie.
Dengan senang hati. Tapi aku hanya membaca sedikit novel modern, jadi aku mungkin tidak bisa memberikan saran mengenai novel modern mana yang bagus. Kebanyakan dari novel-novel itu tampaknya bukanlah buku yang bagus, dan aku tidak dapat membuang-buang waktu walaupun hanya untuk membaca sekilas seperti yang dilakukan beberapa orang. Aku masih menyukai novel-novel lama yang aku baca saat masih gadis, walaupun kalian mungkin tertawa mendengarnya. Apakah ada di antara kalian yang pernah membaca Thaddeus of Warsaw "
Saya pernah, dan saya pikir buku itu sangatlah lucu, begitu juga dengan Evelina dan Cecilia Saya ingin mencoba membaca buku karya Smollett dan Fielding setelah membaca sejumlah esai mengenai mereka, tapi Papa bilang saya harus menunggu, kata Alice.
Ah, anak-anakku sayang, di masaku, Thaddeus adalah tokoh kesukaan kami. Kami pikir adegan ketika ia dan Miss Beufort berada di taman adalah adegan paling menarik. Dua orang pria bertanya kepada Thaddeus dari mana ia memperoleh sepatu botnya dan dengan serius ia menjawab, Di tempat aku memperoleh pedangku, Tuan-tuan. Aku menyimpan gambaran adegan itu untuk waktu yang lama. Thaddeus memakai sebuah topi yang dihiasi bulu-bulu hitam
~147~ dan sepatu bot Hessia 4 yang berumbai di bagian depan. Ia membungkuk ke arah Mary, yang tampak merana di tempat duduknya. Mary memakai gaun dengan pinggang tinggi, selendang di salah satu sisi, topi wanita dengan pinggiran depan yang lebar, dan tas besar. Dulu itu anggun, tapi sekarang tentunya sangat lucu. Lalu William Wallace dalam Scottish Chiefs. Ya, Tuhan! Kami menangisinya seperti kalian menangisi Heir of Clifton atau siapa pun nama anak laki-laki itu. Kalian tak akan bisa menuntaskannya, aku yakin. Kalian juga tak akan bisa menuntaskan karya Richardson malang yang membosankan tokoh wanitanya yang menulis surat itu akan membuat kalian bosan setengah mati. Bayangkan saja seorang kekasih berkata seperti ini kepada temannya, Aku meminta bidadariku untuk tinggal dan meminum seteguk teh. Ia meminum seteguk teh dan pergi.
Saya yakin itu lebih lucu daripada apa pun yang pernah ditulis Duchess dengan waktu minum teh pukul limanya dan saat tokohnya bergenit-genit dengan kue besar di taman, teriak Carrie saat mereka semua menertawakan kisah Lovelace yang abadi.
Saya tidak pernah membaca Richardson, tapi pastilah ia tidak semembosankan Henry James dengan kisahnya yang penuh dengan orang-orang yang banyak bicara. Saya suka novel-novel lama dan lebih menyukai tulisan Scott dan Edgeworth daripada Howell atau penulis realistis modern lain yang menulis tentang lift, vas bunga yang dicat, dan orang~148~ orang biasa, kata Alice yang jarang menikmati buku-buku ringan.
Aku senang mendengarnya karena aku juga menyukai halhal yang kuno. Aku lebih suka membaca mengenai seperti apa tokoh-tokoh itu dulu, karena itu adalah sejarah. Karenanya itu memberi pelajaran kepada kita. Aku tidak suka membaca seperti apa tokoh-tokoh itu pada saat ini karena kita juga sudah tahu. Buku-buku itu membuat kita menjadi orang yang lebih baik dan dapat memandang hidup dan manusia dengan lebih bijak serta dengan sudut pandang yang lebih luas daripada saat ini, saat semua begitu sibuk mencari sesuap nasi, mengejar nasib baik, kehormatan, atau hal-hal lainnya. Seharusnya aku tak menguliahi kalian. Aku akan membuat kalian bosan, lupa bahwa aku adalah tuan rumah kalian dan seharusnya menghibur kalian.
Saat Nyonya Warburton berhenti, Carrie, dengan bersemangat mengganti topik pembicaraan. Sambil memandangi perhiasan menarik yang wanita itu kenakan ia berkata, Saya juga suka kisah nyata, dan Anda pernah berjanji untuk bercerita mengenai bros indah itu. Sekarang waktu yang tepat untuk itu. Ayolah.
Dengan senang hati. Sedikit kisah romantis pasti sesuai dengan perbincangan kita kali ini. Kisah ini hanyalah kisah biasa dan agak sedih, tapi memiliki pengaruh besar terhadap hidupku dan aku sangat menyayangi bros ini.
~149~ Saat Nyonya Warburton berhenti bicara, ketiga gadis itu memandang bros menarik itu dengan penuh minat. Bros itu menjepit lipatan kain tipis di atas gaun sutra hitam dan tampak begitu sesuai dengan wanita tua yang cantik itu. Bros itu berbentuk bunga pansy, kelopak ungunya terbuat dari batu kecubung, batu ratna cempaka kuning, dan di bagian tengahnya terdapat setetes embun dari intan. Di batangnya terdapat huruf-huruf yang digrafir dengan hati-hati, dan sebuah pelindung peniti menunjukkan betapa pemakainya sangat menyayangi bros itu.
Kakakku, Lucretia, jauh lebih tua daripadaku. Di antara kakakku dan aku ada tiga anak laki-laki, mulai Nyonya Warbuton, masih memandangi perapian, seolah dari sana masa lalu Nyonya Warbuton kembali hidup. Ia seorang gadis yang menyenangkan dan hebat. Aku mengaguminya, begitu juga dengan orang lain. Pada usia delapan belas tahun ia bertunangan dengan seorang lelaki yang menawan dan sukses. Pada saat itu Lu masih terlalu muda untuk menikah dan Frank Lyman mendapatkan kesempatan bagus untuk bekerja di Selatan. Jadi mereka berpisah selama dua tahun. Pada saat berpisah itulah Frank memberikan bros ini untuk Lu seraya berkata, saat Lu berbisik betapa kesepiannya ia tanpa Tuan Lyman, pansy ini melambangkan kebahagiaan dan kesetiaanku. Pakailah ini, gadisku tersayang, dan jangan bersedih saat kita terpisah. Membacalah dan belajarlah, tulislah yang banyak untukku, dan ingatlah, Mereka yang selalu ditemani dengan pikiran mulia tak akan pernah kesepian.
~150~ Manis sekali! seru Eva, puas dengan awal cerita kisah itu.
Sangat romantis! tambah Carrie.
Apakah kakak Anda membaca dan belajar" tanya Alice. Pipinya memerah dan matanya bergairah karena dalam hatinya ada sebuah kisah romantis yang akan dimulai, dan ia menyukai cerita cinta.
Pada saat itu gadis-gadis hanya mendapat sedikit kesempatan untuk bersekolah dan memilih kepandaian yang mereka bisa. Pada musim dingin pertama, Lu membaca dan belajar di rumah, dan menulis cukup banyak untuk Tuan Lyman. Aku menyimpan surat-surat mereka. Surat-surat itu sangat bagus, walaupun mungkin akan terlihat kuno untuk kalian. Surat-surat itu adalah surat cinta yang menarik penuh dengan nasihat, pembahasan buku, laporan kemajuan, pujian yang gembira, ucapan terima kasih, dan rencana-rencana menyenangkan. Selain itu juga ada rasa cinta serta kesetiaan yang tak tergoyahkan walaupun Lucretia cantik dan dikagumi dan Tuan Lyman disukai oleh banyak wanita Selatan yang cerdas.
Pada musim semi kedua, Lucretia, karena bersemangat untuk tidak membuang-buang waktu dan berambisi untuk memberi kejutan bagi Lyman, memutuskan untuk pergi belajar dengan Dr. Gardener tua di kota Portland. Lelaki itu membimbing para pemuda agar dapat kuliah. Ia adalah teman ayah kami dan memiliki seorang putri yang sangat bijak dan
~151~ pandai. Di musim panas Lu berhasil dengan baik sehingga ia memohon untuk tinggal di sana selama musim dingin. Itu jarang terjadi dan sangat tidak biasa karena pada masa itu tidak ada gadis yang kuliah. Lu ingin menjadi lebih baik di segala bidang agar menjadi lebih berharga bagi kekasihnya. Ia membuktikan dirinya pantas untuk kuliah bersama-sama dengan pemudapemuda lain di sana. Cinta mempertajam kecerdasannya dan harapan akan pertemuan yang menyenangkan memacunya untuk terus belajar tanpa kenal lelah. Lyman akan datang pada bulan Mei dan pernikahan akan dilangsungkan pada bulan Juni. Tapi malang menimpa gadis itu. Demam kuning mewabah dan Lyman adalah salah satu korban pertamanya. Mereka tak pernah bertemu lagi. Tak ada saat-saat bahagia yang tersisa bagi Lu kecuali surat-surat Lyman, perpustakaannya, dan pansy ini.
Nyonya Warburton berhenti sejenak untuk menghapus sedikit air mata dari matanya sementara ketiga gadis itu menunggu dengan simpatik dalam keheningan.
Kami pikir Lu akan begitu patah hati karena cinta, harapan, dan kebahagiaan itu tiba-tiba berubah menjadi duka, kematian, dan kesepian. Tapi hati tidak akan pernah patah jika kita tahu bagaimana cara mendapatkan kekuatan, dan Lucretia mendapatkannya. Setelah peristiwa itu berlalu, ia menemukan kebahagiaan dalam buku-bukunya. Lalu dengan berani, gembira, dan tabah ia berkata, Aku harus terus berusaha agar semakin pantas baginya karena kami akan bertemu kembali
~152~ pada saatnya, seperti yang Tuhan gariskan. Lyman akan melihat bahwa aku tidak pernah lupa.
Itu lebih baik daripada menangis dan meratap. Tahun-tahun setelah itu adalah masa-masa yang indah dan sibuk. Lu selalu berusaha keras untuk meningkatkan kepandaiannya, sehingga ia menjadi salah satu wanita bangsawan di kota kami. Pengaruh Lu tersebar luas, semua orang pintar mencarinya. Saat bepergian pun ia diterima di mana-mana karena orang yang terdidik memiliki pembawaan tersendiri dan langsung dikenali.
Apakah ia menikah" tanya Carrie, merasa hidup tidak bisa disebut sukses tanpa peristiwa besar itu.
Tidak pernah. Ia menganggap dirinya seorang janda dan selalu memakai pakaian hitam hingga hari kematiannya. Banyak lelaki yang ingin mendampinginya, tetapi ia menolak mereka semua. Ia adalah perawan tua termanis yang pernah ada ceria dan tenang hingga akhir hayatnya. Ia lama menderita sakit dan mendapatkan hiburan dan dukungan dalam buku-buku kesayangannya. Walaupun ia tidak bisa lagi membaca bukubuku itu, ingatannya masih kuat dan memberikan santapan mental yang menjaga jiwanya tetap kuat walaupun badannya lemah. Mengagumkan melihat dan mendengarnya mengulang kalimat-kalimat yang bermutu, kata-kata heroik, dan doa-doa ketika ia tidak bisa tidur. Ia membuat kematian terlihat indah dan mengajarkanku jiwa itu abadi walaupun sakit menyerang raga fana kita.
~153~ Lu meninggal saat fajar pada hari minggu Paskah setelah melewati malam yang tenang. Pada malam itu ia memberiku surat-surat, buku-buku, dan satu perhiasan yang selalu ia kenakan, dan mengulang kata-kata kekasihnya untuk menenangkanku. Aku baru saja membaca doa pengantar kematian. Saat aku selesai, ia berbisik dengan wajah yang sangat damai, Tutup buku itu, sayang. Aku tak perlu belajar lagi. Aku memiliki harapan dan keyakinan, sekarang aku akan tahu. Ia pun pergi dengan bahagia untuk menemui kekasihnya setelah begitu lama menanti.
Dalam keheningan itu hanya terdengar bunyi angin hingga akhirnya suara lembut itu terdengar lagi.
Aku juga mendapatkan hiburan dalam buku-buku karena aku sangat kesepian setelah kepergian Lu. Ayahku juga meninggal, abang-abangku menikah, dan rumah begitu sunyi. Aku belajar dan membaca untuk bersenang-senang, tidak memiliki keinginan untuk menikah, dan selama bertahun-tahun merasa cukup bahagia di antara buku-bukuku. Tapi karena ingin mengikuti jejak Lucretia, tanpa sadar aku membuat diriku pantas untuk mendapatkan kehormatan dan kebahagiaan hidupku. Anehnya, aku juga berutang budi pada sebuah buku.
Tumbal Perkawinan 2 Pertama Kalinya Karya Sitta Karina Pencuri Petir 5
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama