Ceritasilat Novel Online

Anne Of Avonlea 5

Buku 2 Anne Of Avonlea Karya Lucy Maud Montgomery Bagian 5


"kami harus angkat kaki dari sini", seperti yang Paul Irving
katakan setiap kali dia berkunjung ke Green Gables."
"Paul Irving?" ada perubahan samar dalam suara Miss
Lavendar. "Siapa dia" Kupikir tidak ada orang yang
namanya begitu di Avonlea."
Anne kesal karena kecerobohannya. Dia telah
melupakan tentang romansa lampau Miss Lavender saat
nama Paul tak sengaja dia ucapkan.
"Dia adalah murid kecilku," Anne menjelaskan
perlahan-lahan. "Dia datang dari Boston tahun lalu untuk
tinggal bersama neneknya, Mrs. Irving di jalan pantai."
"Apakah dia putra Stephen Irving?" Miss Lavendar
bertanya, membungkuk di atas tanaman pembatas pagarnya
sehingga wajahnya tersembunyi.
"Ya." "Aku akan memberi kalian masing-masing segerumbul
lavendar," kata Miss Lavendar ceria, bagaikan tidak
mendengar jawaban atas pertanyaannya. "Sangat manis,
bukan" Ibu selalu menyukainya. Dia menanam tanaman
pembatas ini sudah lama sekali. Ayah menamaiku Lavendar
karena dia sangat menyukai tanaman ini. Pertama kalinya
Ayah melihat Ibu adalah ketika dia mengunjungi rumahnya
di Grafton Timur bersama kakak lelaki Ibu. Dia jatuh cinta
~265~ kepada ibuku pada pandangan pertama, dan mereka
mempersilakannya tidur di ruang tidur tamu. Seprainya
beraroma lavendar dan ayahku terjaga sepanjang malam
dan memikirkan ibuku. Dia selalu menyukai aroma lavendar
setelah itu " dan karena itulah dia menamaiku begitu.
Jangan lupa untuk segera kembali, Gadis-Gadis Tersayang.
Kami Charlotta Keempat dan aku akan menunggu kalian."
Miss Lavendar membuka gerbang di bawah pepohonan
cemara agar mereka bisa lewat. Tiba-tiba, dia tampak tua
dan lelah; kemilau dan keceriaan telah menguap dari
wajahnya; senyumnya yang merekah sama manisnya
dengan senyum para gadis muda, tetapi saat kedua gadis itu
menoleh ke belakang dari kelokan pertama, mereka melihat
Miss Lavendar duduk di bangku batu tuanya, di bawah
pohon poplar keperakan di tengah taman, dengan kepala
yang bersandar lemas ke tangannya.
"Dia memang tampak kesepian," kata Diana pelan.
"Kita harus sering kemari untuk menjumpainya."
"Kupikir orangtuanya benar-benar memberinya nama
yang sangat tepat," kata Anne. "Jika saja mereka sama
sekali tidak peduli, mereka akan memberinya nama
Elizabeth atau Nellie atau Muriel dan kupikir tetap saja dia
lebih cocok dipanggil Lavendar.
Nama itu sangat mengesankan sesuatu yang manis, keanggunan kuno, dan
"pakaian sutra". Sementara, namaku hanya mengesankan
roti dan mentega, selimut perca dan pekerjaan-pekerjaan
biasa lainnya." "Oh, kupikir tidak begitu," kata Diana. "Bagiku, Anne
berkesan anggun dan seperti nama seorang ratu. Tapi, aku
akan tetap suka kalaupun namamu Kerrenhappuch. Kupikir
~266~ orang-orang membuat nama mereka sendiri berkesan indah
atau jelek karena kelakuan mereka sendiri. Sekarang aku
tidak suka nama Josie atau Gertie. Tapi, sebelum mengenal
gadis-gadis Pye, kupikir nama-nama itu benar-benar indah."
"Itu adalah pemikiran yang bagus, Diana," kata Anne
antusias. "Menjalani hidup untuk mengharumkan nama kita,
bahkan meskipun awalnya tidak indah " membuat nama
kita membekas di pikiran semua orang karena sesuatu yang
sangat indah dan menyenangkan, yang tidak akan pernah
mereka pikirkan sama sekali. Terima kasih, Diana."
~267~ ~268~ Hal-Hal Remeh "Tapi, lengan Paul lebih panjang daripada lenganku,"
bantah Davy. "Lengan-lengan Paul punya sebelas tahun
untuk tumbuh dan lengan-lenganku baru punya waktu tujuh
tahun. Lagian, aku TADI minta tolong, tapi kau dan Anne
sibuk ngobrol dan nggak dengar. Lagian, Paul belum pernah
makan di sini kecuali saat minum teh, dan jauh lebih mudah
sopan saat minum teh daripada saat sarapan. Waktu minum
teh, kita nggak terlalu lapar. Nungguin waktu sarapan habis
waktu makan malam kan, lama sekali. Anne, sesendok
makan sirup itu sama aja kayak tahun lalu, padahal Aku
udah tambah besar." "Tentu saja, aku tidak tahu seperti apa penampilan Miss
Lavendar dulu, tapi entah mengapa, kukira dia tidak banyak
berubah," jawab Anne, setelah dia menolong Davy
mengambilkan sirup mapel, memberinya dua sendok makan
penuh untuk menenangkan anak itu. "Rambutnya seputih
salju, tetapi wajahnya segar dan nyaris kekanak-kanakan,
dan dia memiliki mata cokelat yang paling manis " suatu
nuansa cokelat seperti kayu yang indah dengan binar-binar
kecil keemasan di dalamnya " dan suaranya membuat kita
membayangkan satin putih, air yang menetes-netes, dan
lonceng-lonceng peri yang membaur jadi satu."
~269~ "Dia terkenal sangat cantik saat masih muda," kata
Marilla. "Aku tidak pernah mengenalnya dengan cukup
baik, tapi aku menyukainya, sejauh yang kuketahui
tentangnya. Tapi beberapa orang berpendapat bahwa dia
aneh. Davy, jika aku memergokimu melakukan itu lagi, kau
terpaksa harus makan setelah orang-orang lain selesai
makan, seperti orang Prancis."
Kebanyakan percakapan antara Anne dan Marilla yang
terjadi di depan si kembar sering kali disela dengan teguranteguran terhadap kenakalan Davy. Saat itu juga, sayang
sekali, Davy yang tidak mampu menyendok tetes terakhir
sirupnya dengan sendok makan telah memecahkan masalah
itu dengan mengangkat piring dengan kedua tangannya dan
menjulurkan lidah merah mudanya ke permukaan piring.
Anne menatapnya ngeri hingga wajah si pendosa cilik itu
memerah dan berkata, setengah malu, setengah membela
diri, "Sirupnya kan, nggak ada yang terbuang, kalau begini."
"Orang-orang yang berbeda dengan orang lain selalu
disebut ganjil," kata Anne. "Dan Miss Lavendar memang
berbeda, meskipun sulit untuk dikatakan di mana
perbedaannya. Mungkin karena dia adalah salah satu dari
orang-orang yang tidak pernah dewasa."
"Seseorang seharusnya tumbuh dewasa saat seluruh
generasinya juga tumbuh dewasa," kata Marilla tak peduli.
"Jika tidak, orang itu tidak akan bisa cocok di mana pun.
Sejauh yang kuketahui, Lavendar Lewis telah mengabaikan
segalanya. Dia tinggal di tempat terpencil itu sehingga
semua orang melupakannya. Rumah tua itu adalah salah
satu rumah tertua di pulau. Mr. Lewis tua membangunnya
delapan puluh tahun yang lalu, saat dia datang dari Inggris.
Davy, berhentilah menyenggol-nyenggol siku Dora. Oh, aku
~270~ melihatmu! Kau tidak perlu tampak sok tidak berdosa
seperti itu. Apa yang membuatmu banyak bertingkah pagi
ini?" "Mungkin aku bangun dari sisi tempat tidur yang salah,"
Davy mengajukan alasan. "Milty Boulter bilang, jika kau
bangun di sisi yang salah, semua yang kau lakukan hari itu
akan salah. Neneknya yang bilang begitu. Tapi, sisi tempat
tidur mana yang benar" Dan apa yang akan kita lakukan
jika satu sisi tempat tidur kita merapat ke dinding" Aku
ingin tahu." "Aku selalu bertanya-tanya, ada masalah apa antara
Stephen Irving dan Lavendar Lewis," Marilla melanjutkan,
mengabaikan Davy. "Mereka memang bertunangan dua
puluh lima tahun yang lalu, kemudian, pertunangan itu putus
begitu saja. Aku tidak tahu masalahnya, tapi pasti itu
sesuatu yang buruk, karena Stephen Irving pergi ke
Amerika dan tidak pernah pulang sejak itu."
"Mungkin masalahnya sama sekali tidak mengerikan.
Kupikir hal-hal remeh dalam kehidupan sering kali lebih
menyulitkan daripada hal-hal besar," jawab Anne, dengan
salah satu pemikiran bijaknya yang matang, didasari oleh
pengalaman-pengalamannya sendiri. "Marilla, tolong jangan
katakan apa-apa tentang kunjunganku ke rumah Miss
Lavendar kepada Mrs. Lynde. Mrs. Lynde pasti akan
mengajukan ratusan pertanyaan dan entah mengapa, kurasa
aku tidak akan menyukainya " begitu juga Miss Lavendar,
jika dia tahu, aku yakin."
"Aku berani menjamin Rachel pasti akan penasaran,"
Marilla mengakui, "meskipun dia saat ini dia tidak memiliki
banyak waktu untuk mengurusi masalah orang lain
dibandingkan sebelumnya. Sekarang dia harus tetap di
~271~ rumah karena Thomas; dan dia merasa cukup pasrah,
karena kupikir dia mulai kehilangan harapan bahwa Thomas
akan membaik lagi. Rachel pasti akan kesepian jika terjadi
sesuatu pada Thomas, apalagi semua anaknya yang sudah
berkeluarga di daerah barat, kecuali Eliza yang ada di kota;
dan dia tidak menyukai suami Eliza."
Kata-kata Marilla ini sedikit menyudutkan Eliza, yang
sangat mencintai suaminya.
"Rachel berkata, jika saja Thomas bisa menguatkan
tekad dan mengumpulkan kekuatan, dia akan membaik.
Tapi, apa gunanya menyuruh ubur-ubur untuk duduk
tegak?" Marilla melanjutkan. "Thomas Lynde tidak pernah
memiliki kekuatan untuk berusaha. Ibunya menyetir
Thomas dengan begitu ketat hingga dia menikah, kemudian
Rachel melanjutkannya. Aku heran dia berani sakit tanpa
meminta izin pada Rachel. Tapi, tentu saja aku tidak boleh
berkata demikian. Rachel adalah istri yang baik untuknya.
Thomas tidak akan pernah berhasil dalam apa pun tanpa
Rachel, sudah pasti. Thomas dilahirkan untuk diperintah
orang, dan karena itulah dia cocok di tangan seorang
manajer yang cerdas dan ahli seperti Rachel. Dia tidak
berkeberatan dengan cara-cara
Rachel. Rachel menyelamatkannya sehingga dia tidak perlu berpikir keras
untuk memutuskan segala sesuatu. Davy, berhentilah
menggeliat-geliut seperti belut."
"Aku nggak bisa ngapa-ngapain lagi," protes Davy.
"Aku sudah kenyang, dan membosankan melihat kau dan
Anne makan." "Baiklah, kau dan Dora boleh keluar dan memberikan
gandum untuk ayam-ayam betina," kata Marilla. "Dan
jangan coba-coba menarik bulu ekor ayam jantan putih
~272~ juga." "Aku ingin bulu untuk mahkota bulu Suku Injun," Davy
merengut. "Milty Boulter punya mahkota bulu yang bagus,
dari bulu-bulu ayam yang diberi ibunya, saat ayam jago
putih mereka disembelih. Kau harusnya ngasih beberapa
bulu padaku. Ayam jago itu sudah punya banyak bulu, jadi
harusnya aku boleh ambil sedikit saja."
"Kau boleh mengambilnya dari kemoceng tua di
gudang," kata Anne, "dan aku akan mencelupnya dengan
warna hijau, merah, dan kuning."
"Kau sangat memanjakan anak itu," kata Marilla, saat
Davy, dengan wajah berseri-seri, mengikuti Dora yang
tenang keluar. Marilla sudah jauh lebih banyak terlatih
selama enam tahun terakhir ini; tetapi dia belum mampu
menghilangkan pendapat bahwa keinginan seorang anak
kecil yang begitu banyak dikabulkan adalah tindakan yang
sangat buruk. "Semua anak lelaki di kelasnya memiliki mahkota bulu
Indian, dan Davy juga menginginkannya," kata Anne. "Aku
tahu bagaimana rasanya " aku tidak pernah lupa
bagaimana aku ingin sekali memakai lengan baju
menggelembung, saat gadis-gadis lain memakainya. Dan
Davy tidak kumanjakan. Semakin hari, sikapnya semakin
baik. Sungguh besar perubahan dalam dirinya sejak dia
datang kemari setahun yang lalu."
"Dia memang tidak terlalu banyak melakukan
kenakalan sejak mulai pergi sekolah," Marilla memaklumi.
"Kupikir dia kehilangan hasratnya nakalnya setelah
berteman dengan anak-anak lelaki lain. Tapi, aku heran
mengapa kita belum mendengar kabar dari Richard Keith
~273~ sampai saat ini. Tak ada sepucuk surat pun sejak Mei lalu."
"Aku akan takut jika mendengar kabar darinya," desah
Anne, sambil mulai membereskan peralatan makan. "Jika
ada sepucuk surat yang datang, aku akan ngeri untuk
membukanya, karena takut surat itu akan menyuruh kita
mengirim si kembar kepadanya."
Sebulan kemudian, sepucuk surat memang datang.
Tetapi, surat itu bukan dari Richard Keith. Seorang
temannya menulis surat bahwa Richard Keith sudah
meninggal karena infeksi paru-paru dua minggu yang lalu.
Penulis surat itu adalah eksekutor surat wasiatnya, dan
bersama surat itu, simpanan uang sejumlah dua ribu dolar
dipercayakan kepada Miss Marilla Cuthbert untuk dana
warisan David dan Dora Keith saat mereka dewasa atau
menikah. Selama itu belum terjadi, bunga simpanan uang itu
bisa digunakan untuk perawatan si kembar.
"Mengerikan rasanya, senang karena sesuatu yang
berhubungan dengan kematian," kata Anne dengan muram.
"Aku berduka cita atas wafatnya Mr. Keith yang malang;
tapi aku Memang senang kita bisa mengurus si kembar."
"Warisan uang itu sungguh suatu hal yang baik," kata
Marilla dengan praktis. "Aku ingin merawat mereka, tapi
aku benar-benar tidak tahu bagaimana aku mampu
melakukannya, terutama saat mereka semakin besar.
Penyewaan lahan pertanian tidak lagi cukup untuk merawat
rumah ini, dan aku bertekad, tak sesen pun uangmu boleh
digunakan untuk biaya mereka. Kau sudah melakukan


Buku 2 Anne Of Avonlea Karya Lucy Maud Montgomery di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terlalu banyak untuk mereka. Dora tidak memerlukan topi
~274~ baru yang kau belikan, seperti seekor kucing tidak
membutuhkan dua ekor. Tapi, sekarang semua sudah beres
dan mereka bisa tumbuh besar dengan layak."
Davy dan Dora sangat senang saat mendengar bahwa
mereka akan tinggal di Green Gables, "untuk selamanya".
Kematian seorang paman yang belum pernah mereka temui
bukanlah beban bagi mereka saat itu. Namun, Dora
memiliki satu kekhawatiran.
"Apakah Paman Richard dimakamkan?" dia berbisik
kepada Anne. "Ya, Sayang, tentu saja."
"Dia " dia " tidak seperti paman Mirabel Cotton,
bukan?" dia bertanya, masih dalam bisikan yang gelisah.
"Dia tidak akan berjalan mengelilingi rumah setelah
dimakamkan, kan, Anne?"
~275~ Kisah Cinta Miss Lavendar "Sepertinya salju akan turun," kata Marilla khawatir.
"Aku akan tiba di sana sebelum salju turun, dan aku
bermaksud menginap di sana. Diana tidak dapat pergi
karena dia kedatangan tamu, dan aku yakin Miss Lavendar
menunggu-nunggu kedatanganku malam ini. Sudah dua
minggu aku tidak ke sana."
Anne sering berkunjung ke Pondok Gema sejak
kunjungan mereka bulan Oktober lalu. Kadang-kadang, dia
dan Diana memakai kereta melalui jalan utama, kadangkadang mereka berjalan menembus hutan. Jika Diana
berhalangan, Anne pergi sendirian. Di antara dirinya dan
Miss Lavendar telah tumbuh suatu persahabatan yang kuat
dan hangat, yang hanya bisa terjadi antara seorang
perempuan yang masih memiliki kesegaran masa muda di
hati dan jiwanya, dengan seorang gadis yang imajinasi dan
intuisinya mewarnai sekelilingnya berdasarkan pengalaman.
Anne akhirnya menemukan seorang "belahan jiwa"
yang sejati. Sementara, dalam kesepian perempuan tua
~276~ mungil itu, kegembiraan serta keceriaan Anne dan Diana
yang begitu jelas, sudah lama didambakan oleh Miss
Lavendar yang "sudah melupakan dunia, dan dilupakan oleh
dunia". Mereka membawa atmosfer jiwa muda dan realita
ke rumah batu kecil itu. Charlotta Keempat selalu
menyambut mereka dengan senyumannya yang paling lebar
dan senyum Charlotta Memang sangat lebar karena dia
menyayangi gadis-gadis itu, dan dia mengagumi majikannya
seperti Anne dan Diana. Belum pernah terjadi "kehebohan
ceria" di rumah batu kecil itu seperti pada akhir musim
gugur yang indah tahun ini, sehingga November terasa
seperti Oktober kembali, bahkan Desember pun terasa
bagaikan bergelimang sinar matahari dan kabut tipis musim
panas. Namun, pada hari ini, tampaknya Desember ingat
bahwa sudah waktunya musim dingin tiba, sehingga ia tibatiba berubah menjadi suram dan pilu, dengan hening udara
tak berangin yang menandakan salju akan turun. Namun,
Anne sangat menikmati perjalanannya melalui labirin besar
hutan pohon beech kelabu; meskipun sendirian, dia tidak
merasa kesepian; imajinasinya menemani perjalanan itu
dengan para pendamping yang ceria. Dia berjalan dengan
bahagia, membayangkan percakapan yang lebih lucu dan
menarik daripada percakapan-percakapan dalam dunia
nyata, karena kadang-kadang, orang-orang gagal melakukan percakapan dan membuat orang lain kecewa.
Dalam lamunan, semua orang berbicara seperti yang
kita inginkan, dan memberi kita kesempatan untuk
mengatakan apa yang ingin Kita ucapkan. Diiringi temanteman tak kasatmata ini, Anne menyusuri hutan dan tiba di
~277~ jalan sempit yang dipagari pohon-pohon cemara, saat
butiran-butiran salju besar dan lembut mulai turun perlahan.
Di kelokan pertama, dia melihat Miss Lavendar, berdiri
di bawah sebatang pohon cemara yang besar dan berdahan
lebar. Dia mengenakan gaun merah terang yang hangat,
kepala dan bahunya terselubung syal sutra kelabu
keperakan. "Kau tampak bagaikan ratu peri hutan cemara," kata
Anne ceria. "Sudah kuduga kau akan datang malam ini, Anne,"
sahut Miss Lavendar, berlari menyambutnya. "Dan aku
lebih senang daripada biasanya, karena Charlotta Keempat
sedang pergi. Ibunya sakit dan dia harus pulang malam ini.
Aku pasti sangat kesepian jika kau tidak datang " bahkan
khayalan dan gema pun tidak akan mampu menemaniku.
Oh, Anne, betapa cantiknya dirimu," dia tiba-tiba
menambahkan, menatap gadis remaja tinggi dan ramping
dengan rona lembut di wajahnya. "Betapa cantik dan
mudanya! Rasanya sangat menyenangkan berusia tujuh
belas tahun, bukan" Aku benar-benar iri padamu," Miss
Lavendar berkata dengan jujur.
"Tapi, di hatimu, kau juga baru berusia tujuh belas
tahun," Anne tersenyum.
"Tidak, aku sudah tua " atau separuh baya, lebih
buruk lagi," desah Miss Lavendar. "Kadang-kadang aku
berpura-pura belum tua, tapi pada saat-saat lain, aku
menyadarinya. Dan aku tidak bisa menerima seperti
kebanyakan perempuan. Aku sama pemberontaknya seperti
ketika aku menemukan uban pertamaku. Nah Anne, jangan
menatap seperti kau sedang berusaha mengerti. Gadis
berusia tujuh belas tahun Tidak Dapat mengerti. Aku akan
~278~ berpura-pura jika aku berusia tujuh belas tahun juga, dan
aku bisa melakukannya, karena kau ada di sini sekarang.
Kau selalu membawa kemudaan di tanganmu, bagaikan
suatu anugerah. Kita akan mengalami malam yang bahagia.
Diawali dengan minum teh " apa yang kau inginkan untuk
minum teh" Kita akan membuat apa pun yang kau suka.
Pikirkan sesuatu yang enak dan tidak mudah dicerna."
Ada suara-suara gaduh dan tawa di rumah batu kecil
tersebut pada malam itu. Dengan memasak, menikmatinya,
membuat permen, tertawa, dan "berpura-pura", memang
cukup benar jika Miss Lavendar dan Anne bertingkah laku
tidak sesuai dengan martabat seorang perawan tua berusia
empat puluh lima tahun dan seorang ibu guru sekolah yang
tenang. Kemudian, kelelahan, mereka duduk di karpet di
depan perapian ruang tamu, hanya diterangi oleh nyala api
lembut dan ditemani aroma nikmat dari vas mawar Miss
Lavendar di rak atas perapian. Angin semakin kencang
bertiup, mendesah dan melolong saat menerpa pinggiran
atap dan salju menumbuk jendela dengan lembut, bagaikan
ratusan peri badai mengetuk-ngetuk ingin masuk ke rumah.
"Aku sangat senang kau ada di sini, Anne," kata Miss
Lavendar sambil mengunyah permennya. "Jika tidak,
perasaanku pasti membiru " sangat biru " hampir biru
gelap. Impian dan khayalan bisa menemaniku pada siang
hari dan saat matahari masih bersinar, tapi saat gelap dan
badai, mereka gagal memuaskanku. Seseorang pasti
menginginkan sesuatu yang nyata saat itu. Tapi, kau tidak
mengetahuinya " gadis berusia tujuh belas tahun tidak
pernah mengetahuinya. Pada usia tujuh belas tahun, impianimpian Memang memuaskan, karena kau pikir realita masih
~279~ menunggumu jauh di depan. Saat aku berusia tujuh belas,
Anne, aku tidak berpikir jika pada usia empat puluh, aku
adalah seorang perawan tua mungil berambut putih tanpa
apa pun kecuali mimpi yang memenuhi hidupku."
"Tapi, kau bukan perawan tua," kata Anne, tersenyum
menatap mata sedih Miss Lavendar yang berwarna cokelat
seperti kayu. "Perawan tua itu Terlahir " bukan Tumbuh."
"Beberapa orang memang terlahir sebagai perawan
tua, beberapa orang berhasil menjadi perawan tua, dan
beberapa orang terpaksa menjadi perawan tua," Miss
Lavendar berkata, setengah bercanda.
"Kalau begitu, kau adalah orang yang berhasil menjadi
perawan tua," Anne tertawa, "dan kau melakukannya
dengan indah, karena jika semua perawan tua seperti
dirimu, pasti hal itu akan menjadi tren baru, kupikir."
"Aku selalu senang melakukan hal-hal sebaik
mungkin," kata Miss Lavendar sambil merenung, "dan
karena aku harus menjadi perawan tua, aku bertekad untuk
menjadi perawan tua yang sangat baik. Orang-orang
berkata aku ganjil, tapi itu hanya karena aku mengikuti
caraku sendiri untuk menjadi perawan tua, dan menolak
untuk meniru pola-pola tradisional. Anne, apakah ada orang
yang pernah bercerita tentang Stephen Irving dan aku?"
"Ya," jawab Anne dengan jujur. "Aku pernah
mendengar jika kau dan dia pernah bertunangan."
"Memang begitu " dua puluh lima tahun yang lalu "
sudah lama sekali. Dan kami seharusnya menikah musim
semi berikutnya. Gaun pengantinku sudah siap, meskipun
tidak ada orang selain Ibu dan Stephen yang mengetahui
Itu. Kami sudah bertunangan nyaris seumur hidup kami,
~280~ bisa dibilang begitu. Saat Stephen masih kecil, ibunya biasa
membawanya kemari saat ingin menemui ibuku; dan kedua
kalinya dia datang dia sembilan tahun dan aku enam tahun
dia berkata di taman bahwa dia sudah bertekad untuk
menikahiku saat dewasa. Aku ingat, aku berkata "Terima
kasih", dan saat dia pergi, aku berkata kepada Ibu dengan
muram bahwa beban yang sangat memberati pikiranku
sudah hilang, karena aku tidak lagi takut menjadi seorang
perawan tua. Dan ibuku yang malang tertawa!"
"Lalu, ada masalah apa?" tanya Anne tanpa berani
bernapas. "Kami mengalami perselisihan yang bodoh, konyol, dan
remeh. Begitu remehnya sehingga, jika kau bisa
memercayaiku, aku tidak ingat kapan pertengkaran itu
bermula. Aku tidak tahu siapa yang harus lebih disalahkan.
Stephen memang memulainya, tapi kupikir aku yang
mengusiknya terlebih dulu, karena beberapa ketololanku.
Dia memiliki satu atau dua saingan, kau tahu. Aku dulu
angkuh, genit, dan ingin menggodanya sedikit. Dia adalah
seorang pemuda yang sangat mudah tersinggung dan
sensitif. Yah, temperamen kami berdua sangat berlawanan.
Tapi kupikir semua itu tidak masalah; dan semua tidak akan
terjadi jika Stephen tidak kembali terlalu cepat. Anne,
Sayangku, aku menyesal harus mengatakan" " suara Miss
Lavendar memelan bagaikan akan mengakui bahwa dia
telah membunuh orang, "bahwa aku benar-benar orang
yang sangat perajuk. Oh, kau tidak perlu tersenyum, " itu
benar-benar nyata. Aku Benar-Benar merajuk; dan
Stephen kembali sebelum aku selesai merajuk. Aku tidak
mau mendengarkannya dan tidak mau memaafkannya; jadi
dia pergi untuk selamanya.
"Mungkin aku bisa saja menyusulnya, tapi aku tidak
bisa merendahkan diriku untuk melakukan itu. Aku terlalu
~281~ angkuh, seperti dirinya " kesombongan dan sifat perajuk
adalah kombinasi yang sangat buruk, Anne. Tapi, aku tidak
pernah menyayangi orang lain dan aku tidak ingin. Aku
tahu, lebih baik aku menjadi seorang perawan tua selama
seribu tahun daripada menikah dengan seseorang yang
bukan Stephen Irving. Yah, semua itu bagaikan mimpi saat
ini, tentu saja. Betapa simpatiknya kau, Anne " seperti
yang bisa tampak pada seorang gadis tujuh belas tahun.
Tapi, tak usah memikirkannya terlalu serius. Aku benarbenar seorang manusia mungil yang sangat bahagia,
meskipun patah hati. Hatiku memang hancur, sehancurhancurnya, saat menyadari Stephen Irving tidak kembali.
Tapi, Anne, hati yang hancur dalam kehidupan nyata tidak
semengerikan cerita-cerita di buku.
"Sakitnya seperti saat kita sakit gigi " meskipun kau
tidak akan berpikir bahwa Itu adalah suatu perumpamaan
yang sangat romantis. Patah hati membuat kita sakit dan
menyebabkan kita tidak bisa tidur beberapa saat, tapi di
antara saat-saat itu, patah hati membiarkanmu menikmati
kehidupan, impian, gema-gema, dan permen kacang,
bagaikan kita sama sekali tidak memiliki masalah. Dan
sekarang kau tampak kecewa. Kau tidak lagi berpikir aku
adalah orang yang menarik seperti lima menit sebelumnya,
saat kau yakin aku selalu menjadi mangsa kenangan tragis
yang tersembunyi di balik senyuman nyataku. Itu adalah hal
terburuk atau terbaik dalam kehidupan nyata, Anne.
"Patah hati Tidak Akan membuatmu menderita. Patah
hati hanya akan berusaha membuatmu nyaman dan berhasil
bahkan meskipun kau bertekad untuk tidak bahagia dan
romantis. Bukankah permen ini lezat sekali" Aku telah
memakannya jauh lebih banyak daripada biasanya, tapi aku
~282~ terus melakukannya."
Setelah diam sebentar, Miss Lavendar tiba-tiba berkata,
"Aku sangat terkejut mendengar cerita tentang putra
Stephen pada hari pertama kau kemari, Anne. Aku tidak
pernah mampu mengatakannya kepadamu sejak saat itu,
tapi aku ingin tahu semua tentang anak itu. Seperti apa
dia?" "Dia adalah anak lelaki paling manis dan
menyenangkan yang pernah kukenal, Miss Lavendar "
dan dia juga sering berpura-pura, seperti kau dan aku."
"Aku ingin bertemu dengannya," kata Miss Lavendar
lembut, bagaikan berbicara kepada dirinya sendiri. "Aku
ingin tahu apakah dia mirip dengan anak lelaki khayalan
yang tinggal di sini bersamaku " anak lelaki khayalanku."
"Jika kau ingin bertemu Paul, aku akan mengajaknya
ke sini kapan-kapan," kata Anne.
"Aku akan menyukainya " tapi jangan cepat-cepat.
Aku ingin terbiasa dulu dengan pikiran itu. Pasti rasa sakit
yang terasa akan lebih banyak daripada kesenanganku jika
dia mirip sekali dengan Stephen atau jika dia tidak cukup
mirip dengan ayahnya. Sebulan lagi, kau boleh mengajaknya
ke sini."

Buku 2 Anne Of Avonlea Karya Lucy Maud Montgomery di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Seperti yang telah dijanjikan, sebulan kemudian Anne
dan Paul berjalan menembus hutan menuju rumah batu, lalu
menemui Miss Lavendar di jalan sempit. Saat itu, Miss
Lavendar tidak menduga kedatangan mereka, dan
wajahnya berubah menjadi sangat pucat.
"Jadi, ini putra Stephen," dia berkata pelan, meraih
tangan Paul dan menatapnya saat anak itu berdiri, tampan
dan kekanak-kanakan, dengan mantel bulu mungilnya yang
sederhana dan topi. "Dia " dia sangat mirip ayahnya."
"Semua orang berkata aku seperti versi kecil ayahku,"
~283~ kata Paul, sopan dan santai.
Anne, yang mengamati peristiwa kecil itu,
mengembuskan napas lega. Dia melihat Miss Lavendar dan
Paul saling "mengenal", dan tidak ada tanda-tanda
penolakan atau kekakuan. Miss Lavendar adalah seseorang
yang sangat logis, meskipun banyak berkhayal dan
mengalami kisah cinta yang tragis. Dan setelah awalnya
sedikit menyangkal, dia menyembunyikan perasaannya dan
menyambut Paul dengan ceria dan luwes, bagaikan Paul
adalah putra siapa pun yang datang untuk menemuinya.
Mereka semua menikmati sore yang menyenangkan
bersama-sama, dan berpesta menikmati hidangan-hidangan
berlemak saat makan malam yang akan membuat Mrs.
Irving tua mengangkat tangan ngeri, yakin bahwa
pencernaan Paul akan rusak untuk selamanya.
"Datanglah lagi, Anak Muda," kata Miss Lavendar,
menjabat tangan Paul saat berpisah.
"Anda boleh menciumku jika Anda mau," kata Paul
tulus. Miss Lavendar membungkuk dan mencium Paul.
"Bagaimana kau bisa tahu aku menginginkannya?"
bisiknya. "Karena Anda menatapku seperti ibuku yang mungil
biasa menatapku, saat dia ingin menciumku. Seperti biasa,
aku tidak suka dicium. Anak-anak lelaki tidak menyukai itu.
Anda tahu, Miss Lewis. Tapi, kupikir, aku senang Anda
menciumku. Dan tentu saja, aku akan menjumpai Anda
lagi. Kupikir aku ingin Anda menjadi teman baikku, jika
Anda tidak keberatan."
"Aku " aku tidak berpikir bahwa aku harus
~284~ keberatan," sahut Miss Lavendar. Buru-buru berbalik dan
masuk rumah, tetapi sesaat kemudian, dia melambai dengan
ceria dan tersenyum kepada mereka, mengucapkan selamat
jalan dari jendela. "Aku menyukai Miss Lavendar," kata Paul, saat
mereka berjalan menyusuri hutan beech. "Aku senang
caranya menatapku, dan aku menyukai rumah batunya, dan
aku menyukai Charlotta Keempat. Kuharap Nenek Irving
mempekerjakan Charlotta Keempat, bukannya Mary Joe.
Aku merasa yakin Charlotta Keempat tidak akan berpikir
aku salah dengan khayalan-khalayanku saat aku bercerita
kepadanya tentang segala sesuatu. Bukankah itu acara
minum teh yang menyenangkan, Ibu Guru" Nenek bilang,
seorang anak lelaki tidak boleh memikirkan apa yang dia
makan, tapi kadang-kadang seorang anak tidak dapat
mencegahnya, saat dia benar-benar lapar. Kau tahu itu, Ibu
Guru. Kupikir Miss Lavendar tidak akan menyuruh seorang
anak lelaki makan bubur untuk sarapan jika anak itu tidak
menyukainya. Dia akan mempersiapkan makanan yang
anak itu sukai. Tapi, tentu saja," bukan Paul namanya jika
tidak berpikir bijaksana "tidak akan baik untuk anak lelaki
itu. Tapi, sekali-sekali pasti menyenangkan, Ibu Guru. Kau
pasti tahu." ~285~ Seorang Peramal di negerinya sendiri Seperti biasa, gosipnya salah. Gilbert Blythe, dibantu dan
dipanas-panasi oleh Anne-lah yang menulis surat-surat itu,
dan berhasil bersikap seperti tidak tahu apa-apa. Hanya dua
suratnya yang berhubungan dengan kisah yang terjadi
selanjutnya: " Rumor mengatakan bahwa akan ada suatu pernikahan
di desa saat bunga-bunga aster sedang bermekaran.
Seorang penduduk baru yang sangat terhormat akan
membawa salah seorang perempuan paling populer di desa
kita ke altar pernikahan.
" Paman Abe, peramal cuaca kita yang terkenal,
meramalkan akan terjadi badai mengerikan penuh guntur
dan petir pada malam hari, tanggal dua puluh tiga Mei, tepat
pukul tujuh. Area yang terkena badai akan meluas ke
bagian lain di provinsi itu. Orang- orang yang akan
berpergian malam itu sebaiknya membawa payung dan jas
hujan." "Paman Abe beberapa kali meramalkan akan ada badai
pada musim semi ini," kata Gilbert, "tapi, apakah kau pikir
Mr. Harrison benar-benar berkencan dengan Isabella
~286~ Andrews?" "Tidak," jawab Anne tertawa, "Aku yakin dia hanya
pergi untuk bermain catur dengan Mr. Harmon Andrews,
tapi Mrs. Lynde berkata, dia tahu Isabella Andrews akan
menikah, karena gadis itu terlihat begitu bersemangat
musim semi ini." Paman Abe yang malang agak kesal dengan suratsurat itu. Dia menduga bahwa si "Pengamat" sedang
mengolok-olok dirinya. Dengan marah dia menyangkal telah
mengatakan tanggal tertentu dalam ramalan badainya, tetapi
tidak ada orang yang memercayainya.
Kehidupan di Avonlea terus berjalan lancar dan bahkan
membosankan. "Benih-benih" sudah ditanam; dan para
Pengembang merayakan Hari Berkebun. Masing-masing
Pengembang menanam, atau berniat menanam, lima pohon
hias. Karena kelompok itu sekarang memiliki empat puluh
anggota, artinya total pohon muda yang akan ditanam ada
dua ratus. Tanaman-tanaman gandum muda menghijau di
ladang-ladang kemerahan; kebun-kebun apel mengembangkan dahan-dahannya yang penuh kelopak
bunga mekar di atas rumah-rumah pertanian, dan Ratu
Salju menghias dirinya sendiri, bagaikan seorang pengantin
menanti calon suaminya. Anne senang tidur dengan jendela
terbuka dan membiarkan aroma buah ceri berembus ke
wajahnya sepanjang malam. Dia berpikir bahwa ini sangat
puitis. Marilla berpikir bahwa Anne membahayakan
nyawanya sendiri dengan mengundang penyakit.
"Hari Raya Thanksgiving seharusnya dirayakan pada
musim semi," kata Anne kepada Marilla suatu malam, saat
mereka duduk di tangga dekat pintu depan, mendengarkan
~287~ paduan suara manis katak-katak yang parau. "Kupikir akan
jauh lebih menyenangkan daripada merayakannya pada
bulan November, saat semuanya mati atau tertidur. Pada
saat itu, kita harus ingat untuk bersyukur, tapi pada bulan
Mei, seseorang pasti sulit bersyukur " karena mereka
masih hidup, jika bukan karena hal lain. Aku persis seperti
apa yang dirasakan Hawa di Taman Surga sebelum
masalah dimulai. Apakah rumput di ceruk berwarna hijau
atau keemasan" Bagiku, Marilla, mutiara terindah dalam
hari seperti ini adalah saat bunga-bunga bermekaran dan
angin tidak tahu ke mana mereka harus berembus, rasanya
seindah surga." Marilla tampak sangat terkejut dan menoleh ke
sekelilingnya dengan waspada, untuk memastikan bahwa si
kembar tidak bisa mendengar perkataan Anne. Tepat saat
itu, mereka berdua muncul dari sudut rumah.
"Enak sekali ya, baunya petang ini?" tanya Davy,
mengendus-endus gembira sambil mengayunkan cangkul di
tangannya yang kotor. Dia baru saja mengerjakan
kebunnya. Pada musim semi itu, Marilla yang ingin
menyalurkan hasrat Davy untuk berkubang di dalam lumpur
dan tanah ke hal-hal yang berguna, telah memberi Davy
dan Dora sedikit lahan untuk kebun mereka. Keduanya
bekerja penuh semangat dengan karakteristik masingmasing. Dora menanam, mencabuti rumput liar, dan
menyirami kebunnya dengan hati-hati, sistematis, tetapi
tanpa antusiasme. Hasilnya, lahannya sudah hijau dengan
barisan-barisan kecil sayuran dan tanaman musiman yang
rapi dan teratur. Namun, Davy yang bekerja dengan
antusiasme lebih besar daripada ketelitian, telah menggali,
~288~ memacul, membajak, menyirami, dan menanam dengan
penuh semangat, sehingga benih-benih tanamannya tidak
memiliki kesempatan untuk hidup.
"Bagaimana perkembangan kebunmu, Davy-boy?"
tanya Anne. "Sedikit lambat," jawab Davy sambil mendesah. "Aku
nggak tahu kenapa tanaman-tanaman itu nggak cepat
tumbuh. Milty Boulter bilang aku harus menanamnya saat
nggak ada bulan di langit, dan itu masalahnya. Dia bilang,
kita nggak boleh menyebar benih, menyembelih babi,
memotong rambut atau melakukan hal-hal penting pada
fase bulan yang salah. Benar nggak, Anne" Aku ingin
tahu." "Mungkin jika kau tidak mencabuti akar tanamanmu
setiap beberapa hari untuk melihat bagaimana keadaan
mereka, tanaman-tanamanmu akan tumbuh lebih baik,"
kata Marilla, menyindir Davy.
"Aku hanya menarik enam," protes Davy. "Aku ingin
melihat apakah ada larva di akarnya. Milty Boulter bilang,
kalau bukan bulan yang salah pasti karena larva. Tapi, aku
hanya nemu seekor larva. Larva yang sangat besar, gemuk,
dan keriting. Aku meletakkannya di sebuah batu, lalu
mengambil batu, dan menghancurkannya. Suaranya benarbenar Berkecipak, tahu. Aku menyesal karena tidak ada
larva lain. Kebun Dora ditanam barengan dengan kebunku,
tapi tanamannya tumbuh dengan baik. Pasti bukan salah
bulan," simpul Davy serius.
"Marilla, lihat pohon apel itu," kata Anne. "Bayangkan,
pohon itu seperti manusia. Ia merentangkan lenganlengannya yang panjang untuk mengangkat rok merah muda
yang ia kenakan dengan anggun, dan membuat kita
~289~ mengaguminya." "Pohon-pohon Yellow Duchess selalu tumbuh dengan
baik," sahut Marilla puas. "Pohon itu pasti akan berbuah
banyak tahun ini. Aku benar-benar senang " apel-apelnya
sangat sempurna untuk pai."
Namun, baik Marilla maupun Anne atau orang lain
tidak ditakdirkan untuk membuat pai dari apel-apel Yellow
Duchess tahun itu. Tanggal dua puluh tiga Mei datang " suatu hari hangat
yang tidak seperti biasanya. Tidak ada orang yang
menyadari hal itu lebih jelas daripada Anne dan sekelompok
kecil muridnya, yang berkeringat dalam pelajaran
pembagian dan struktur kalimat di ruang kelas Sekolah
Avonlea. Angin panas berembus sepanjang siang, tetapi
setelah tengah hari, angin benar-benar mati, tak bergerak
sedikit pun. Pada pukul setengah empat, Anne mendengar
guntur bergemuruh rendah. Dia langsung membubarkan
sekolah saat itu juga, agar anak-anak bisa pulang ke rumah
sebelum badai datang. Saat mereka keluar, dunia terlihat gelap dan suram
meskipun matahari masih bersinar cerah. Annetta Bell
meremas-remas tangannya gelisah.
"Oh, Ibu Guru, lihat awan yang mengerikan itu!"
Anne mendongak dan berseru khawatir. Di arah barat
laut, segumpal besar awan yang belum pernah dia saksikan
sepanjang hidupnya, bergulung-gulung dengan cepat.
Warnanya hitam pekat, kecuali di tepi-tepinya yang
berlekuk, menampakkan warna putih terang misterius. Ada
sesuatu tentang awan itu yang sangat mengancam, saat
warnanya semakin suram di langit biru yang cerah. Dan
saat itu, sebuah kilat menyambar di awan, diikuti oleh
~290~ gemuruh yang mengancam. Awan bergantung begitu
rendah sehingga nyaris bagaikan menyentuh puncakpuncak bukit yang ditumbuhi pepohonan.
Mr. Harmon Andrews datang tergesa-gesa menaiki
bukit dengan kereta besarnya, menggiring sekelompok sapi
kelabunya agar bisa bergerak secepat mungkin. Dia
berhenti sebentar di seberang sekolah.
"Sepertinya Paman Abe benar sekali dalam hidupnya,
Anne," dia berteriak. "Badainya datang tepat waktu.
Apakah kau pernah melihat awan seperti itu" Ayo, AnakAnak, yang searah denganku, naiklah. Dan yang tidak
searah bisa berteduh di kantor pos jika kalian harus
menempuh jarak lebih dari setengah kilometer, dan tetaplah
tinggal di sana hingga badai usai."
Anne menggenggam tangan Davy dan Dora lalu lari
menuruni bukit, menyusuri Jalan Birch, melewati Permadani
Violet dan Kolam Dedalu, secepat yang bisa ditempuh oleh
kaki-kaki montok si kembar. Mereka tiba di Green Gables
tepat waktu dan disambut di pintu oleh Marilla, yang baru
saja menggiring bebek-bebek dan ayam-ayam ke kandang.
Saat mereka masuk ke dapur, cahaya tiba-tiba menghilang,
bagaikan ditiup oleh napas yang sangat kuat; awan
mengerikan bergulung-gulung menutupi matahari, dan
kegelapan seperti hampir malam menyelubungi. Pada saat
yang sama, dengan gelegar guntur dan kilatan petir yang
menyilaukan, hujan es turun dan menerpa pelataran di luar
dengan deras dalam sekejap mata.
~291~ Di antara gelegar badai, terdengar dentuman dahandahan patah yang menimpa rumah dan suara kaca pecah.
Dalam tiga menit, semua kaca jendela di bagian barat dan
utara sudah pecah, dan bola-bola es menyerbu masuk di
antara celah-celah, menutupi lantai dengan batu-batu es,
yang terkecil seukuran sebutir telur ayam. Selama tiga
perempat jam, badai mengamuk tanpa henti dan tidak ada
orang yang mengalaminya akan pernah melupakan hal itu.
Marilla, untuk pertama kali dalam hidupnya terguncang
karena kengerian yang sangat sehingga kehilangan
ketenangannya, berlutut di dekat kursi goyangnya di sudut


Buku 2 Anne Of Avonlea Karya Lucy Maud Montgomery di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dapur, terengah-engah dan terisak-isak di antara gelegar
guntur yang memekakkan telinga. Anne, yang sepucat
kertas, telah menyeret sofa menjauh dari jendela dan duduk
di atasnya dengan si kembar di kedua sisinya.
Saat guntur pecah pertama kalinya, Davy melolong,
"Anne, Anne, apakah ini Kiamat" Anne, Anne, aku nggak
pernah bermaksud jadi anak nakal," kemudian dia
membenamkan wajahnya ke pangkuan Anne, tubuh
mungilnya gemetar. Dora, yang juga pucat, tetapi cukup
tenang, duduk, dengan tangan menggenggam tangan Anne,
diam dan tidak bergerak. Bahkan gempa bumi pun
sepertinya tak bisa menggoyahkan ketenangan Dora.
Kemudian, nyaris secepat mulainya, badai pun berlalu.
Hujan es berhenti, guntur terus bergemuruh dan bergumam
menuju timur, dan sinar matahari menyorot dengan cerah
dan terik di atas dunia yang sudah sangat berubah, tak bisa
dipercaya bahwa tiga perempat jam saja cukup untuk
membuat perubahan sebesar itu.
Marilla bangkit, lemah dan gemetar, lalu menjatuhkan
~292~ diri ke kursi goyangnya. Wajahnya tampak lesu dan dia
tampak sepuluh tahun lebih tua.
"Apakah kita semua selamat?" dia bertanya pelan.
"Ya," jawab Davy agak ceria, berhasil menguasai
dirinya kembali. "Aku sama sekali nggak takut " sedikit
sih, awalnya. Terus aku jadi terbiasa. Aku sempat
bersumpah nggak akan berkelahi dengan Teddy Sloane
pada hari Senin seperti yang kujanjikan, tapi mungkin
sekarang aku akan melakukannya. Dora, apakah kau
takut?" "Ya, aku sedikit takut," jawab Dora tenang, "tapi aku
menggenggam tangan Anne dan mengucapkan doaku
berulang-ulang." "Yah, aku pasti akan mengucapkan doa kalau ingat,"
kata Davy, "tapi," dia menambahkan dengan penuh
kebanggaan, "kau lihat, aku selamat seperti dirimu,
meskipun nggak berdoa."
Anne mengambilkan Marilla segelas anggurnya yang
sangat kuat Seberapa kuatnya pengaruh anggur itu, Anne
mengetahuinya dengan pasti karena pengalaman masa
kecilnya lalu mereka pergi ke pintu untuk melihat keadaan
yang porak-poranda di luar.
Sejauh mata memandang, tampak batu-batu es
bagaikan karpet putih, setinggi lutut; juga bertumpuk di
bawah pinggiran atap dan di atas anak tangga. Tiga atau
empat hari kemudian, saat batu-batu es itu mencair,
kerusakan yang mereka timbulkan bisa terlihat dengan jelas,
karena semua tanaman hijau di ladang atau kebun rusak.
Bukan hanya setiap bunga mekar di pohon apel, tetapi
batang-batang besar dan dahan-dahan pun patah. Dan
~293~ hampir dua ratus pohon yang ditanam oleh para
Pengembang patah atau rusak menjadi serpihan.
"Mungkinkah ini dunia yang sama setengah jam yang
lalu?" tanya Anne, terkesima. "Pasti waktu yang
dibutuhkan harus lebih lama untuk membuat kerusakan
semacam ini." "Badai seperti ini belum pernah terjadi di Pulau Prince
Edward," sahut Marilla, "tidak pernah. Aku ingat saat
masih kecil, pernah ada badai yang mengerikan, tapi sama
sekali tidak seperti ini. Kita pasti akan mendengar
kerusakan yang parah, aku yakin."
"Aku benar-benar berharap tidak ada anak-anak yang
terjebak di luar," gumam Anne gelisah. Syukurlah, tidak ada
anak yang terjebak di luar, karena semua anak yang harus
menempuh perjalanan jauh telah menuruti nasihat Mr.
Andrew yang cemerlang untuk mencari perlindungan di
kantor pos. "Itu dia John Henry Carter," kata Marilla.
John Henry datang, berjalan di antara batu-batu es,
dengan seringai yang menampakkan kengerian.
"Oh, bukankah ini mengerikan, Miss Cuthbert" Mr.
Harrison mengutusku untuk memastikan kalian baik-baik
saja." "Tidak ada yang tewas," jawab Marilla muram, "dan
tidak ada bangunan yang rusak. Kuharap kalian juga
selamat." "Ya, Ma"am. Nggak terlalu, Ma"am. Kami kesambar.
Kilat menyambar cerobong asap di dapur dan menjalar
sepanjang cerobong, lalu mengenai kandang Ginger,
membuat sebuah lubang di lantai, dan keluar lewat gudang
~294~ bawah tanah. Ya, seperti itu, Ma"am."
"Apakah Ginger terluka?" tanya Anne.
"Ya, Ma"am. Dia terluka parah. Dia tewas."
Beberapa saat kemudian, Anne pergi ke sana untuk
menghibur Mr. Harrison. Dia menemukan Mr. Harrison
duduk di depan meja, membelai tubuh kaku Ginger dengan
tangan gemetaran. "Ginger yang malang tidak akan mengata-ngataimu
dengan nama-nama jelek lagi, Anne," Mr. Harrison berkata
murung. Anne tidak pernah membayangkan bahwa dia akan
menangis karena Ginger, tetapi air mata merebak di
matanya. "Ia satu-satunya teman yang kumiliki, Anne " dan
sekarang ia sudah mati. Yah, memang, aku lelaki tua yang
terlalu menyayanginya. Aku hanya pura-pura saja tak
peduli. Aku tahu kau akan mengatakan sesuatu yang penuh
simpati segera setelah aku selesai bicara " tapi jangan.
Jika kau melakukannya, aku akan menangis seperti bayi.
Bukankah itu tadi badai yang mengerikan" Kupikir orangorang tidak akan menertawakan ramalan Paman Abe lagi.
Sepertinya semua badai yang dia ramalkan sepanjang
hidupnya, yang tidak pernah terjadi, datang sekaligus. Hari
yang dia ramalkan benar-benar tepat, bukan" Lihat
kerusakan di sini. Aku harus bekerja keras dan mengambil
beberapa papan untuk menambal lubang di lantai."
Keesokan harinya, para penduduk Avonlea tidak
melakukan apa pun selain saling mengunjungi dan
membandingkan kerusakan yang mereka alami. Jalan-jalan
tidak bisa dilewati oleh kereta karena bongkahanbongkahan es, jadi mereka berjalan atau menunggang kuda.
~295~ Surat-surat datang terlambat dengan berita-berita buruk
dari seluruh provinsi. Rumah-rumah rusak, orang-orang
yang tewas dan terluka, seluruh sistem telepon dan telegraf
kacau, dan banyak tanaman muda di ladang yang musnah.
Paman Abe berjalan ke luar menuju bengkel pandai
besi pagi-pagi sekali, dan menghabiskan sepanjang hari di
sana. Itu adalah saat-saat kebanggaan Paman Abe, dan dia
sangat menikmatinya. Sungguh tidak adil jika kita
mengatakan bahwa Paman Abe senang badai telah terjadi,
tetapi dia sangat senang karena telah meramalkannya "
pada hari yang tepat juga. Paman Abe lupa bahwa dia
pernah menyangkal menyebutkan harinya. Dan meskipun
jamnya tidak seperti yang diramalkan, itu tidak banyak
berarti. Gilbert tiba di Green Gable pada malam harinya dan
menemukan Marilla dan Anne sedang sibuk memaku
lapisan-lapisan kain berminyak di jendela-jendela yang
kacanya pecah. "Hanya Tuhan yang tahu kapan kita akan mendapatkan
kaca untuk jendela-jendela ini," kata Marilla. "Mr. Barry
pergi ke Carmody siang ini, tapi tidak ada kaca yang bisa
dia dapatkan, baik dengan simpati maupun uang.
Persediaan di Lawson dan Blair telah habis diborong
penduduk Carmody pada pukul sepuluh. Apakah di White
Sands badainya separah ini juga, Gilbert?"
"Ya. Aku terjebak di sekolah dengan semua muridku,
dan kupikir beberapa dari mereka bisa gila karena
ketakutan. Tiga di antara mereka pingsan, dan dua anak
perempuan histeris, sementara Tommy Blewett tidak
~296~ melakukan apa-apa selain memekik dengan suaranya yang
paling tinggi sepanjang waktu."
"Aku hanya melolong sekali," kata Davy dengan
bangga. "Kebunku benar-benar hancur," dia melanjutkan
dengan sedih, "tapi kebun Dora juga," dia menambahkan
dengan nada yang menandakan bahwa masih ada sedikit
keuntungan di antara kerugian.
Anne datang sambil berlari-lari turun dari loteng barat.
"Oh, Gilbert, apakah kau sudah mendengar berita"
Rumah tua Mr. Levi Boulter tersambar petir dan terbakar
hingga rata. Aku merasa sangat buruk karena senang
mendengar Hal Itu, setelah begitu banyak kerusakan yang
telah terjadi. Mr. Boulter berkata, dia yakin Kelompok
Pengembangan Desa Avonlea merekayasa badai itu secara
sengaja." "Yah, memang ada satu hal yang pasti," sahut Gilbert
sambil tertawa. "Para Pengamat telah meneguhkan reputasi
Paman Abe sebagai peramal cuaca. "Badai Paman Abe"
akan segera menjadi sejarah lokal. Ini adalah suatu
kebetulan yang paling istimewa, yang terjadi pada hari yang
kita pilih. Aku sebenarnya sedikit merasa bersalah,
bagaikan aku memang benar-benar "merekayasanya". Kita
juga bisa merasa gembira karena rumah tua itu akan
diperbaiki, karena tidak banyak yang bisa menghibur kita
dengan pohon-pohon muda yang rusak. Tidak sampai
sepuluh pohon yang bisa bertahan."
"Ah, tidak apa-apa, kita bisa menanamnya kembali
musim semi mendatang," kata Anne dengan penuh filosofi.
"Itu adalah salah satu hal menyenangkan tentang dunia ini
" pasti selalu ada musim semi berikutnya."
~297~ ~298~ Sebuah Skandal di Avonlea "Lihat, Marilla," dia berkata dengan sedih, mendekatkan
bunga-bunga narcissus-nya ke mata perempuan tua muram
itu, dengan rambut terbungkus celemek genggang hijau,
yang baru hendak masuk rumah membawa seekor ayam
yang bulunya sudah dicabuti, "hanya dua kuntum ini yang
disisakan oleh badai " bahkan mereka pun tidak sempurna.
Aku sangat sedih " aku ingin beberapa kuntum untuk
makam Matthew. Dia selalu sangat menyenangi bungabunga lily bulan Juli."
"Aku sendiri juga kehilangan mereka," Marilla
mengakui, "meskipun rasanya tidak benar untuk meratapi
mereka, saat begitu banyak hal yang lebih buruk terjadi "
seluruh tanaman rusak, juga buah-buahan."
"Tapi, orang-orang telah menyebar benih gandum
mereka kembali," kata Anne, menghibur, "dan Mr. Harrison
berkata, menurutnya musim panas nanti pasti
menyenangkan dan tanaman gandumnya bisa dipanen
dengan baik, meskipun terlambat. Dan tanaman-tanamanku
akan segera tumbuh lagi " tapi oh, tidak ada yang bisa
~299~ menggantikan bunga-bunga lily bulan Juli. Hester Grey
mungil yang malang pun tidak akan mendapatkannya.
Petang kemarin aku pergi ke tamannya, tapi sama sekali
tidak ada bunga lily yang tumbuh di sana. Aku yakin dia
akan kehilangan bunga-bunga itu."
"Kupikir tidak baik bagimu untuk mengatakan hal
seperti itu, Anne," kata Marilla dengan datar. "Hester Gray
sudah meninggal tiga puluh tahun lalu dan jiwanya sudah
tenang di surga " kuharap."
"Ya, tapi aku percaya dia masih mencintai dan
mengingat tamannya di sini," sahut Anne. "Aku yakin, tak
peduli berapa pun lamanya aku tinggal di surga, aku akan
senang menatap ke bawah dan melihat seseorang
meletakkan bunga di atas makamku. Jika aku memiliki
taman seperti taman Hester Gray di sini, aku akan
membutuhkan waktu lebih dari tiga puluh tahun, bahkan di
surga sekalipun, untuk melupakan kerinduanku akan
rumah." "Yah, jangan biarkan si kembar mendengarmu
berbicara seperti itu," protes Marilla lemah sambil
membawa ayamnya ke rumah.
Anne menyematkan bunga narcissus-nya di rambut
lalu pergi ke gerbang, dan di sana dia berdiri sebentar,
menjemur dirinya di bawah cerahnya matahari bulan Juni,
sebelum melanjutkan tugas-tugas Sabtu paginya. Dunia
kembali tumbuh dengan indah; Ibu Bumi yang tua telah
mengerahkan usaha terbaiknya untuk menyapu sisa-sisa
badai, dan, meskipun ia belum banyak berhasil dalam waktu
sebulan setidaknya sudah banyak keajaiban alam yang
~300~ mulai kembali. "Kuharap aku bisa bermalas-malasan sepanjang hari
ini," kata Anne pada seekor burung biru, yang berkicau dan
berayun-ayun di sebatang dahan pohon dedalu, "tapi,
seorang ibu guru sekolah, yang juga harus membantu
membesarkan sepasang anak kembar, tidak boleh bermalasmalasan, Burung Manis. Betapa indahnya nyanyianmu,
Burung Mungil. Kau benar-benar mencurahkan perasaan di
dalam hatiku menjadi suatu nyanyian yang jauh lebih indah
daripada yang bisa kulakukan sendiri. Hei, siapa yang
datang itu?" Sebuah kereta cepat muncul di jalan sempit, dengan
dua orang di kursi depan dan sebuah kopor besar di bagian
belakang. Saat kereta itu mendekat, Anne mengenali
pengemudinya sebagai anak lelaki agen perjalanan di
Stasiun Bright River; tetapi seseorang yang bersamanya
adalah orang asing " seorang perempuan yang turun
dengan gesit ke gerbang, tepat sebelum kudanya diam. Dia
adalah seorang perempuan mungil yang manis, sepertinya
hampir berusia lima puluh tahun; tetapi pipinya merona
kemerahan, matanya hitam dan berbinar, serta rambut
hitamnya berkilauan, dibingkai sebuah topi bonnet berhias
bunga-bunga dan buah-buahan mungil. Meskipun sudah
menempuh tiga belas kilometer jalan berdebu, dia tetap rapi,


Buku 2 Anne Of Avonlea Karya Lucy Maud Montgomery di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bagaikan baru saja melangkah keluar dari sebuah kotak
hadiah berlapis kertas indah.
"Apakah di sini tempat tinggal Mr. James A.
Harrison?" dia bertanya penuh percaya diri.
"Bukan, Mr. Harrison tinggal di sana," jawab Anne,
~301~ nyaris tidak bisa berbicara karena terpana.
"Yah, aku Memang berpikir jika tempat ini tampak
terlalu rapi " Jauh terlalu rapi bagi James A. untuk tinggal
di sini, kecuali jika dia sudah banyak berubah, sejak aku
mengenalnya," perempuan mungil itu berkicau. "Apakah
benar James A. akan menikah dengan perempuan yang
tinggal di sini?" "Oh, tidak," pekik Anne, wajahnya merona, merasa
sangat bersalah karena orang asing itu menatapnya dengan
penasaran, seakan-akan setengah curiga bahwa Anne
terlibat dengan rencana perjodohan Mr. Harrison.
"Tapi aku membacanya di surat kabar dari pulau ini,"
wanita asing manis itu bersikeras. "Seorang teman
mengirimkan sebuah surat kabar itu kepadaku " teman
sejati selalu siap melakukan hal-hal seperti itu. Nama James
A. tertulis sebagai "penduduk baru"."
"Oh, surat itu hanya lelucon," kesiap Anne. "Mr.
Harrison sama sekali tidak berniat menikahi Siapapun. Aku
meyakinkan Anda, dia tidak begitu."
"Aku sangat senang mendengarnya," kata perempuan
cantik itu, dengan cepat memanjat kembali tempat
duduknya di atas kereta, "karena dia memang sudah
menikah. Aku istrinya. Oh, kau boleh tampak terkejut.
Kurasa selama ini dia berpura-pura menjadi bujangan dan
mematahkan hati gadis-gadis di sekelilingnya, ya. Baiklah,
baiklah, James A.," dia mengangguk bersemangat ke arah
rumah putih panjang di seberang ladang, "waktumu untuk
bersenang-senang sudah berakhir. Aku di sini " meskipun
aku tidak akan datang jika tidak berpikir kau melakukan
suatu kenakalan. "Apakah," dia menoleh ke arah Anne,
~302~ "burung beonya masih kurang ajar seperti dulu?"
"Burung beonya " sudah mati " Kurasa," Anne yang
malang tergagap. Bahkan dia merasa tidak yakin bisa
mengingat namanya sendiri saat itu.
"Mati! Semua akan berjalan lancar kalau begitu," pekik
perempuan cantik itu gembira. "Aku bisa menghadapi
James A. jika burungnya tidak ada."
Dengan kata-kata ceria yang sulit dimengerti itu, dia
melanjutkan perjalanan dengan riang. Anne sendiri langsung
melesat ke pintu dapur untuk menemui Marilla.
"Anne, siapa perempuan itu?"
"Marilla," kata Anne tenang, tetapi matanya menarinari, "apakah aku tampak gila?"
"Tidak lebih gila daripada biasanya," jawab Marilla,
tanpa bermaksud sinis. "Yah, kalau begitu, apakah kau pikir aku ini terjaga?"
"Anne, omong kosong apa yang kau bicarakan" Siapa
perempuan itu?" "Marilla, jika aku tidak gila dan tidak sedang tertidur,
maka perempuan itu pasti bukan makhluk dari dunia mimpi
" dia pasti nyata. Lagi pula, aku yakin, aku tidak bisa
membayangkan sebuah topi bonnet seperti itu. Dia berkata
jika dia adalah istri Mr. Harrison, Marilla."
Marilla menatap Anne, terpana.
"Istrinya! Anne Shirley! Kalau begitu, mengapa dia
mengatakan bahwa dia adalah seorang lelaki yang tidak
menikah?" Sebenarnya, kupikir Mr. Harrison tidak pernah berkata
demikian," sahut Anne, berusaha menilai dengan adil. "Dia
tidak pernah berkata dia tidak menikah. Orang-orang hanya
menganggap bahwa dia bujangan tua, itu saja. Oh, Marilla,
~303~ apa yang akan Mrs. Lynde katakan jika mendengar hal
ini?" Mereka mengetahui pendapat Mrs. Lynde saat dia
datang malam itu. Mrs. Lynde tidak terkejut! Mrs. Lynde
sejak dulu sudah menduganya. Mrs. Lynde selalu tahu
bahwa ada Sesuatu yang aneh tentang Mr. Harrison!
"Bayangkan, dia menelantarkan istrinya!" Mrs. Lynde
berkata marah. "Itu sesuatu yang biasa terjadi di Amerika
Serikat, tapi siapa yang akan menyangka hal itu terjadi tepat
di sini, di Avonlea?"
"Tapi, kita tidak tahu jika Mr. Harrison menelantarkan
istrinya," protes Anne, bersikukuh untuk meyakini temannya
tidak bersalah hingga terbukti bersalah. "Kita sama sekali
tidak tahu apa-apa."
"Yah, kita akan segera tahu. Aku akan langsung pergi
ke sana," kata Mrs. Lynde, yang tidak pernah belajar
bahwa ada sebuah kata berbunyi "tenggang rasa" di
kamus. "Aku pura-pura saja tidak tahu apa-apa tentang
kedatangan istrinya, dan Mr. Harrison berjanji
membawakan obat untuk Thomas dari Carmody hari ini,
jadi itu akan menjadi alasan bagus. Aku akan mengorek
seluruh ceritanya dan masuk, lalu menceritakannya kepada
kalian dalam perjalanan pulang."
Mrs. Lynde terburu-buru pergi ke tempat yang justru
Anne hindari. Anne jelas tak mau pergi ke rumah Mr.
Harrison saat itu; tetapi dia juga penasaran, dan diam-diam
merasa senang karena Mrs. Lynde akan mengungkap
misteri itu. Dia dan Marilla menunggu kedatangan
perempuan baik hati itu dengan sabar, tetapi sia-sia saja.
~304~ Mrs. Lynde tidak mengunjungi Green Gables lagi malam itu.
Davy, yang tiba di rumah pukul sembilan malam dari rumah
Keluarga Boulter, menjelaskan sebabnya.
"Aku bertemu dengan Mrs. Lynde dan seorang
perempuan di Lynde"s Hollow," katanya, "dan astaga,
mereka berdua ngomong nggak putus-putus! Mrs. Lynde
titip pesan, dia minta maaf karena sudah kemalaman untuk
ke sini. Anne, aku lapar banget. Tadi aku minum teh di
rumah Milty jam empat, dan Mrs. Boulter itu pelit banget.
Dia nggak ngasih kami manisan atau kue ... dan rotinya
basi lagi." "Davy, jika kau mengunjungi seseorang, kau tidak boleh
mengkritik apa pun yang dihidangkan untukmu," tegur Anne
serius. "Itu adalah sikap yang sangat buruk."
"Baiklah " lagian aku cuma mikir saja kok, nggak
ngomong," kata Davy dengan ceria. "Kasihlah pemuda cilik
yang malang ini makanan, Anne."
Anne menatap Marilla, yang mengikutinya ke dapur
lalu menutup pintu dengan waspada.
"Kau boleh mengoleskan sedikit selai di rotinya, aku
tahu seperti apa hidangan minum teh di rumah Levi
Boulter." Davy menerima irisan roti dan selainya sambil
mendesah. "Dunia ini mengecewakan," dia berkata. "Milty punya
kucing yang suka kejang-kejang " kucing itu terus kejangkejang tiap hari selama tiga minggu. Milty bilang, asyik
sekali dilihat, lho. Aku ke sana hari ini mau melihat, tapi
kucing jahat itu sama sekali nggak pernah kejang dan sehat
terus, walau Milty dan aku menunggu sesorean. Tapi, tak
apa." Davy berubah ceria saat menikmati selai plum yang
~305~ menyebar dan merasuk ke dalam jiwanya "mungkin nanti
aku akan melihatnya juga. Nggak mungkin kucing itu tibatiba berhenti kejang-kejang kalau ia sudah biasa begitu,
kan" Selainya enak banget."
Tak ada kesedihan Davy yang tak bisa disembuhkan
oleh selai plum. Hari Minggu hujan turun sangat deras, sehingga tidak
ada kabar yang menyebar; tetapi pada hari Senin, semua
orang telah mendengar cerita tentang Keluarga Harrison.
Di sekolah, semua sibuk membicarakannya, dan Davy
pulang membawa informasi lengkap.
"Marilla, Mr. Harrison punya istri baru " yah, nggak
baru-baru amat sih, tapi mereka sempat berhenti menikah,
kata Milty. Kukira orang-orang terus menikah sejak awal
mereka menikah, tapi Milty bilang tidak, kau boleh berhenti
menikah kalau nggak suka. Milty bilang, salah satu caranya
adalah kabur dan ninggalin istrimu, seperti yang dilakukan
Mr. Harrison. Milty bilang, Mr. Harrison ninggalin istrinya
karena istrinya melemparkan barang-barang kepadanya "
benda-benda Keras " dan Arty Sloane bilang karena
istrinya tidak ngebolehin Mr. Harrison ngerokok, dan Ned
Clay bilang karena istrinya selalu marah-marah. Aku nggak
akan ninggalin istriku karena hal-hal seperti itu. Aku akan
mengentakkan kakiku dan bilang, "Nyonya Davy, kau harus
melakukan semua yang membuat Aku senang karena aku
adalah seorang Lelaki." Itu pasti akan membuatnya diam.
Tapi, Annetta Clay bilang Mrs. Harrison ninggalin Suaminya
karena Mr. Harrison nggak mau bersihin sepatu botnya
sebelum masuk rumah, dan Annetta nggak nyalahin Mrs.
Harrison. Aku mau ke rumah Mr. Harrison sekarang juga,
mau lihat kayak apa istrinya."
Dengan segera Davy kembali, tampak sedikit kecewa.
"Mrs. Harrison lagi pergi " dia ke Carmody dengan
~306~ Mrs. Rachel Lynde, beli kertas dinding baru untuk ruang
tamu. Dan Mr. Harrison titip pesan ke Anne untuk ke sana
dan menemuinya, karena dia ingin ngomong sama Anne.
Dan lantai rumahnya disikat bersih, terus Mr. Harrison
bercukur, meskipun kemarin nggak ada kebaktian."
Dapur rumah Mr. Harrison benar-benar asing bagi
Anne. Lantainya memang digosok hingga sangat bersih,
begitu juga dengan setiap perabot di ruangan itu; tungku
digosok mengilap sehingga Anne bisa berkaca di sana,
dinding-dindingnya dicat putih dan kaca-kaca jendela
berkilauan di bawah sinar matahari. Di dekat meja, Mr.
Harrison duduk dengan pakaian kerjanya, yang pada hari
Jumat tampak compang-camping dan kumal, tetapi
sekarang dengan rapi sudah ditisik dan disikat. Dia bercukur
rapi dan rambutnya yang sedikit, dipangkas dengan hatihati.
"Duduklah, Anne, duduklah," kata Mr. Harrison dengan
muram seperti nada suara orang yang menghadiri
pemakaman. "Emily pergi ke Carmody bersama Rachel
Lynde " sepertinya dia sudah seumur hidup bersahabat
dengan Rachel Lynde. Wanita memang aneh. Yah, Anne,
saat-saatku yang menyenangkan sudah usai " benar-benar
usai. Sekarang, waktunya aku mengalami hari-hari yang
rapi dan teratur, selama sisa hidupku, kurasa."
Mr. Harrison berusaha keras untuk berbicara dengan
muram, tetapi binar bahagia di matanya mengkhianati
omongannya. "Mr. Harrison, Anda senang istri Anda sudah kembali,"
seru Anne, menggoyangkan jari di depan wajah lelaki itu.
"Anda tidak perlu berpura-pura tidak menyukainya, karena
aku bisa melihatnya dengan jelas."
Ekspresi Mr. Harrison mengendur dan dia tersenyum
malu-malu. ~307~ "Yah " memang " aku mulai terbiasa," dia mengakui.
"Aku tidak bisa mengatakan bahwa aku menyesal bertemu
dengan Emily. Seorang lelaki membutuhkan perlindungan
dalam komunitas seperti ini, saat dia tidak bisa bermain
catur dengan tetangga tanpa dituduh ingin menikahi adik
perempuan tetangganya itu, dan ditulis di surat kabar lagi."
"Tidak ada yang akan berpikir Anda tertarik kepada
Isabella Andrews jika Anda tidak berpura-pura tidak
menikah," kata Anne datar.
"Aku tidak berpura-pura begitu. Jika ada yang bertanya
apakah aku menikah, aku pasti akan menjawab, ya. Tapi,
mereka hanya menyimpulkan begitu saja. Aku tidak terlalu
ingin membicarakan masalah itu " aku merasa tidak enak
membicarakannya. Pasti Mrs. Lynde akan gila jika dia tahu
istriku yang meninggalkanku, bukan?"
"Tapi beberapa orang berkata Anda yang
meninggalkannya." "Dia yang memulainya, Anne, dia yang memulainya.
Aku akan menceritakan seluruh kisahnya kepadamu,
karena aku tidak ingin kau menganggap aku lebih buruk
daripada yang layak kuterima " begitu juga dengan Emily.
Tapi, ayo kita ke beranda. Segalanya benar-benar rapi di
sini, sehingga sedikit membuatku rindu rumah. Kupikir aku
akan terbiasa dengan semua ini setelah beberapa saat, tapi
aku merasa lebih nyaman melihat ke arah pekarangan.
Emily belum sempat merapikannya."
Segera setelah mereka duduk di beranda dengan
nyaman, Mr. Harrison memulai kisah sedihnya.
"Aku tinggal di Scottsford, New Brunswick, sebelum
aku datang kemari, Anne. Kakak perempuanku yang
mengurus rumah untukku dan dia memperlakukanku dengan
baik; dia cukup rapi dan membiarkanku sendirian serta
~308~ memanjakanku " begitu yang Emily katakan. Tapi, tiga
tahun yang lalu dia meninggal. Sebelum meninggal, dia
sangat mengkhawatirkanku, dan akhirnya dia membuatku
berjanji bahwa aku akan menikah. Dia menyarankan agar
aku menikahi Emily Scott karena Emily memiliki uang
sendiri dan merupakan pengurus rumah yang baik. Aku
berkata, "Emily Scott tidak akan melirikku." "Coba saja
lamar dia dan lihat hasilnya," kata kakakku, dan untuk
membuatnya merasa lega, aku berjanji kepadanya aku akan
melakukan itu " dan aku memang melakukannya. Dan
Emily berkata, dia mau menikah denganku.
"Aku tidak pernah sekaget itu seumur hidupku, Anne
" seorang perempuan mungil yang cantik dan cerdas mau
menerima seorang lelaki tua seperti aku. Kuberi tahu,
awalnya aku berpikir jika aku beruntung. Yah, kami
menikah dan berbulan madu sebentar ke St. John selama
dua minggu, lalu pulang. Kami pulang pada pukul sepuluh
malam, Anne, dan aku berkata jujur kepadamu, dalam
waktu setengah jam, perempuan itu bekerja keras untuk
membersihkan rumah. Oh, aku tahu kau berpikir bahwa
rumahku memang membutuhkan itu " kau memiliki wajah
yang sangat ekspresif, Anne; pikiran-pikiranmu terbaca


Buku 2 Anne Of Avonlea Karya Lucy Maud Montgomery di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

begitu saja seperti gambar " tapi rumahku tidak
membutuhkannya, tidak separah itu. Memang rumahku
cukup berantakan selama aku bujangan, kuakui, tapi aku
mempekerjakan seorang perempuan untuk membersihkannya sebelum aku menikah, mengecat banyak
~309~ bagian rumahku, dan memperbaiki bagian-bagian yang
rusak. "Kuberi tahu, jika kau membawa Emily ke sebuah
istana yang dibangun dari marmer putih yang baru, dia pasti
akan langsung menggosok lantainya segera setelah dia
berhasil mendapatkan sebuah gaun tua. Yah, dia
membersihkan rumah hingga pukul satu malam itu, dan
pada pukul empat, dia sudah bangun dan melakukannya
lagi. Dan dia terus seperti itu " sejauh yang kuketahui, dia
tidak pernah berhenti. Dia terus menyikat, menyapu, dan
membersihkan debu tanpa henti, kecuali pada hari-hari
Minggu, kemudian dia menunggu-nunggu hari Senin untuk
memulai kembali pekerjaannya. Tapi, itu adalah caranya
untuk menyenangkan dirinya sendiri, dan aku sendiri tidak
pernah berkeberatan jika dia membiarkanku. Tapi, dia tidak
melakukan itu. Dia bertekad untuk melibatkanku, tapi
menganggapku tidak cukup muda. Aku tidak diizinkan
masuk ke rumah kecuali setelah mengganti sepatu botku
dengan sandal di pintu. Aku tidak boleh merokok dengan
pipaku seumur hidup, kecuali jika aku pergi ke kandang.
Dan menurutnya bahasaku tidak menggunakan struktur
bahasa yang baik. "Emily adalah seorang guru sekolah sebelumnya, dan
dia tidak pernah melupakannya. Lalu, dia benci melihat
caraku makan dengan pisau. Yah, selalu seperti itu, teguran
dan omelan sepanjang waktu. Tapi, kupikir
Anne, sejujurnya, aku juga bersikap tidak baik. Aku tidak berusaha
berubah menjadi lebih baik, seperti yang seharusnya
kulakukan " aku hanya menjadi pemarah dan
menyebalkan saat dia menemukan kesalahan. Suatu hari,
~310~ aku berkata kepadanya, dia tidak memprotes struktur
bahasaku saat aku melamarnya. Itu adalah hal yang sangat
keterlaluan untuk dikatakan. Seorang perempuan mungkin
bisa memaafkan seorang lelaki karena telah memukulnya,
lebih cepat daripada memaafkan seorang lelaki yang
berkata bahwa perempuan itu terlalu senang untuk
menerima lamarannya. "Yah, kami terus bertengkar seperti itu dan itu sama
sekali tidak menyenangkan, tapi mungkin kami bisa terbiasa
satu sama lain setelah beberapa saat jika tidak ada Ginger.
Ginger adalah pemicu perpisahan kami. Emily tidak
menyukai burung-burung beo dan dia tidak tahan terhadap
kebiasaan Ginger yang sering berbicara kasar. Aku sangat
terikat dengan burung itu karena adikku yang pelaut.
Adikku si pelaut adalah kesayanganku saat kami kecil, dan
dia mengirimkan Ginger kepadaku saat dia menjelang ajal.
Aku tidak melihat adanya alasan untuk mengubah
kebiasaannya mengumpat. Tidak ada yang lebih kubenci
daripada seorang manusia yang berkata-kata kasar, tapi
untuk seekor burung beo, yang hanya menirukan kata-kata
yang ia dengar tanpa lebih mengerti daripada aku mengerti
bahasa Cina, aku memakluminya. Tapi, Emily tidak bisa
mengerti. Kaum perempuan memang tidak logis. Dia
berusaha mengubah kebiasaan Ginger mengumpat, tapi dia
tidak berhasil lebih baik daripada berusaha membuatku
berhenti mengatakan "aku liat" dan "hal-hal anu".
Tampaknya, semakin keras dia berusaha, kelakuan Ginger
semakin buruk, seperti juga aku.
~311~ "Yah, semua berjalan seperti ini, kami berdua samasama semakin pemarah, hingga suatu saat terjadilah
Klimaks. Emily mengundang pendeta kami dan istrinya
untuk minum teh, dan seorang pendeta lain bersama istrinya
yang sedang mengunjungi mereka. Aku berjanji untuk
menyingkirkan Ginger ke tempat yang aman, hingga tidak
ada orang yang bisa mendengarnya Emily tidak mau
menyentuh kandangnya dengan tongkat sepanjang tiga
meter sekalipun dan aku memang berniat untuk
melakukannya, karena aku tidak ingin pendeta mendengar
kata-kata yang tidak sopan di rumahku. Tapi, aku lupa
Emily sangat membuatku gelisah dengan kemeja berkerah
yang bersih dan struktur bahasa yang tepat sehingga aku
sibuk dan aku tidak pernah memikirkan burung beo malang
itu hingga kami duduk untuk minum teh.
"Tepat saat pendeta nomor satu berada di tengahtengah doanya, Ginger, yang berada di beranda di luar
jendela ruang makan, menaikkan suaranya. Seekor kalkun
tampak di pekarangan dan melihat makhluk itu selalu
mengakibatkan efek mengerikan pada Ginger. Ia benarbenar bertingkah berlebihan saat itu. Kau boleh tersenyum,
Anne, dan aku tidak akan menyangkal jika aku pun
terkekeh mengingatnya saat aku sendirian, tapi waktu itu,
aku sama terpananya dengan Emily. Aku keluar dan
membawa Ginger ke kandang. Aku tidak bisa berkata jika
aku menikmati makananku. Aku tahu dari cara Emily
memandang, akan ada masalah besar bagi Ginger dan
James A. "Saat para tamu sudah pulang, aku pergi ke kandang
pemerahan sapi, dan sepanjang perjalanan aku berpikir. Aku
merasa menyesal telah mengecewakan Emily dan merasa
bahwa aku memang kurang memerhatikan perasaannya
seperti yang seharusnya; selain itu, aku bertanya-tanya
~312~ apakah kedua pendeta itu berpikir bahwa Ginger mempelajari umpatan-umpatannya dariku. Singkatnya, aku
memutuskan bahwa Ginger harus disingkirkan dan saat aku
menggiring sapi pulang, aku bermaksud untuk memberi tahu
itu kepada Emily. Tapi, Emily tidak ada dan ada sepucuk
surat di atas meja " benar-benar seperti dalam buku-buku
cerita. Emily menulis bahwa aku harus memilih antara
dirinya dan Ginger; dia kembali ke rumahnya sendiri dan
akan tetap tinggal di sana hingga aku menyusulnya dan
memberi tahu bahwa aku telah menyingkirkan burung beo
itu. "Aku benar-benar marah, Anne, dan aku berkata dia
boleh tinggal di sana hingga kiamat jika dia menungguku
mengatakannya, dan aku tetap bertekad seperti itu. Aku
mengemasi barang-barangnya dan mengirimkannya ke
sana. Hal itu menimbulkan banyak pergunjingan Scottsford
hampir sama buruknya dengan Avonlea dalam hal gosip dan
semua orang bersimpati kepada Emily. Itu membuatku
semakin marah dan kesal, dan aku tahu, aku harus keluar
dari sana, atau tidak akan pernah merasa damai. Aku
memutuskan untuk datang ke pulau ini. Aku pernah ke sini
saat masih kecil dan aku menyukainya; tapi Emily selalu
berkata dia tidak akan tinggal di suatu tempat di mana
orang-orang takut berjalan setelah gelap karena khawatir
akan jatuh ke laut dari pinggirannya. Jadi, aku pindah
kemari. Dan begitulah ceritanya.
"Aku belum pernah mendengar kabar darinya atau
tentangnya, hingga pulang dari ladang di belakang rumah
Sabtu lalu, dan melihatnya sedang menggosok lantai. Tapi,
hidangan makan siang paling layak yang pernah kulihat
~313~ sejak dia meninggalkanku sudah siap di meja. Dia
menyuruhku makan dulu, lalu kami berbicara " dan aku
menyimpulkan bahwa Emily telah mempelajari sesuatu
tentang hidup bersama seorang lelaki. Jadi, dia di sini dan
akan tetap tinggal " terutama setelah kematian Ginger dan
pulau ini lebih besar daripada yang dia bayangkan. Itu Mrs.
Lynde bersamanya. Tidak, jangan pergi, Anne. Tinggallah
dan berkenalanlah dengan Emily. Dia menyebut-nyebutmu
sekilas Sabtu lalu " dia ingin mengenal siapa gadis cantik
berambut merah dari rumah sebelah."
Mrs. Harrison menyambut Anne dengan ramah dan
bersikeras agar dia tetap tinggal untuk minum teh.
"James A. telah menceritakan kepadaku segala hal
tentangmu dan betapa baiknya dirimu, membuatkannya kue
dan hal-hal lain untuknya," Mrs. Harrison berkata. "Aku
ingin berkenalan dengan semua tetangga baruku sesegera
mungkin. Mrs. Lynde adalah perempuan yang
menyenangkan, bukan" Sangat ramah."
Saat Anne pulang pada senja di bulan Juni yang indah,
Mrs. Harrison berjalan bersamanya menyeberangi ladang,
dengan kunang-kunang yang menerangi perjalanan mereka.
"Kurasa," Mrs. Harrison berkata, "James A. sudah
menceritakan kisah kami kepadamu?"
"Ya." "Kalau begitu, aku tidak perlu menceritakannya lagi,
karena James A. adalah seorang lelaki sejati dan dia pasti
menceritakan semuanya dengan jujur. Sebenarnya, dia
sama sekali tidak bisa disalahkan. Belum ada sejam sejak
aku kembali ke rumah waktu itu, aku sudah menyesal,
seandainya saja aku tak tergesa-gesa mengambil keputusan,
tapi aku tak mau menyerah lebih dulu. Sekarang aku sadar
bahwa aku berharap terlalu banyak dari seorang lelaki. Dan
aku benar-benar konyol karena berkeberatan dengan
~314~ struktur bahasanya yang buruk. Tidak penting bagi seorang
lelaki untuk menggunakan struktur bahasa yang buruk
selama dia adalah pencari nafkah yang baik, dan tidak
terus-menerus memeriksa ke dapur untuk melihat seberapa
banyak gula yang kita gunakan dalam seminggu. Aku
merasa jika James A. dan aku akan benar-benar bahagia
sekarang. Aku ingin tahu siapa "Pengamat" itu, agar bisa
berterima kasih kepadanya. Aku benar-benar berutang
banyak." Anne tidak membocorkan rahasianya, dan Mrs.
Harrison tidak pernah mengetahui kepada siapa dia harus
berterima kasih. Anne merasa cukup kewalahan karena
konsekuensi-konsekuensi "surat-surat" konyol yang
ternyata di luar dugaan. Mereka telah mempersatukan
kembali seorang lelaki dengan istrinya, dan berhasil
membangun reputasi seorang peramal.
Mrs. Lynde ada di dapur Green Gables. Dia sedang
menceritakan seluruh kisahnya kepada Marilla.
"Nah, apakah kau menyukai Mrs. Harrison?" dia
bertanya kepada Anne. "Sangat menyukainya. Kupikir dia adalah seorang
perempuan mungil yang benar-benar menyenangkan."
"Memang seperti itulah dia," kata Mrs. Rachel
menekankan, "dan seperti yang baru saja kukatakan kepada
Marilla, kupikir kita harus melupakan keganjilan-keganjilan
Mr. Harrison demi kepentingan istrinya, dan berusaha
membuatnya merasa betah di sini, begitulah. Yah, aku harus
pulang. Thomas pasti akan mencari-cariku. Aku beberapa
kali bisa keluar sejak Eliza datang dan tampaknya Thomas
semakin membaik beberapa hari terakhir ini; tapi aku tidak
~315~ ingin jauh-jauh darinya. Aku mendengar Gilbert Blythe telah
mengundurkan diri dari Sekolah White Sands. Dia akan
masuk perguruan tinggi musim gugur ini, kurasa."
Mrs. Rachel menatap Anne tajam penuh makna, tetapi
Anne sedang membungkuk di atas Davy yang sudah
mengantuk dan mengangguk-angguk di sofa, dan tidak ada
yang bisa terbaca di wajahnya. Dia menggendong Davy,
pipi menempel di rambut ikal Davy yang pirang. Saat
mereka menaiki tangga, Davy melingkarkan sebelah
lengannya yang lelah ke leher Anne, memberinya pelukan
hangat, dan kecupan lengket.
"Kau manis banget, Anne. Milty Boulter menulis di
batu tulisnya hari ini lalu dia tunjukin ke Jennie Sloane,
?"Mawar itu merah, dan violet itu biru; Gula itu manis,
dan kau juga." "Tepat seperti itulah perasaanku padamu, Anne."
~316~ Di Balik Kelokan "Kau adalah istri yang baik untukku, Rachel," sekali
waktu Thomas berkata begitu, saat Rachel duduk
bersamanya suatu petang, memegangi tangan tuanya yang
kurus dan pucat, dengan tangan khas seorang perempuan
pekerja keras. "Seorang istri yang baik. Aku minta maaf,
aku tidak bisa meninggalkanmu dalam keadaan yang lebih
baik; tapi anak-anak akan menjagamu. Mereka semua
anak-anak yang cerdas dan mampu, seperti ibu mereka.
Seorang ibu yang baik " seorang perempuan yang baik
"." Kemudian, Thomas tertidur, dan keesokan paginya,
saat fajar putih menyelinap di antara pucuk-pucuk cemara
di ceruk, Marilla naik pelan-pelan ke loteng timur dan
membangunkan Anne. "Anne, Thomas Lynde meninggal " pekerja mereka
baru saja menyampaikan pesan. Aku akan langsung ke
rumah Rachel." Pada hari pemakaman Thomas Lynde, Marilla pulang
ke Green Gables dengan ekspresi khawatir ganjil. Berulangulang, dia menatap Anne, tampak ingin mengatakan
sesuatu, tetapi kemudian menggelengkan kepala dan
mengunci mulutnya. Setelah minum teh, dia pergi untuk
~317~ mengunjungi Mrs. Rachel; dan saat kembali, dia langsung
naik ke loteng timur, tempat Anne sedang mengoreksi
kertas-kertas kuis murid-murid sekolahnya.
"Bagaimana keadaan Mrs. Lynde malam ini?" tanya
Anne. "Dia lebih tenang dan lebih terkendali," jawab Marilla,
sambil duduk di tempat tidur Anne suatu tindakan yang
merupakan pertanda ada sesuatu yang menggelisahkannya,
karena peraturan sopan santun di rumah Marilla


Buku 2 Anne Of Avonlea Karya Lucy Maud Montgomery di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyatakan jika seseorang duduk di atas tempat tidur yang
sudah dibereskan, itu adalah tindakan yang tak termaafkan.
"Tapi dia sangat kesepian. Eliza harus pulang hari ini "
anak lelakinya tidak sehat dan dia merasa tidak dapat
tinggal lebih lama lagi."
"Setelah menyelesaikan memeriksa kertas-kertas ini,
aku akan berlari dan mengobrol sebentar dengan Mrs.
Lynde," kata Anne. "Aku berniat untuk mempelajari
beberapa karangan bahasa Latin malam ini, tapi itu bisa
menunggu." "Kupikir Gilbert Blythe akan masuk perguruan tinggi
musim gugur ini," kata Marilla tiba-tiba. "Apakah kau tak
ingin masuk perguruan tinggi juga, Anne?"
Anne mendongak heran. "Aku ingin sekali, tentu saja, Marilla. Tapi, itu tidak
mungkin." "Kupikir mungkin saja. Aku selalu berpikir jika kau
harus pergi. Aku tidak pernah merasa tenang jika
memikirkanmu melepaskan kesempatan itu hanya karena
diriku." "Tapi, Marilla, aku tidak pernah menyesali saat-saat
aku harus tinggal di rumah. Aku begitu bahagia ". Oh, dua
~318~ tahun terakhir ini sangat menyenangkan."
"Oh, ya, aku tahu kau pasti cukup puas. Tapi, bukan itu
tepatnya pertanyaanku. Kau harus melanjutkan pendidikanmu. Kau telah menabung cukup banyak untuk
biayamu selama tahun pertama di Redmond, dan uang
tabungan kita akan cukup untuk tahun berikutnya " dan
banyak beasiswa serta hal-hal lain yang bisa kau
dapatkan." "Ya, tapi aku tidak bisa pergi, Marilla. Matamu memang
lebih baik, tentu saja; tapi aku tidak bisa meninggalkanmu di
sini sendirian bersama si kembar. Mereka harus diawasi
dengan baik." "Aku tidak akan sendirian bersama mereka. Inilah yang
akan kudiskusikan denganmu. Malam ini, aku dan Rachel
berbicara panjang lebar. Anne, dia merasa sangat sedih
karena banyak sekali hal. Saat ini dia tidak berkecukupan.
Tampaknya, mereka menggadaikan pertanian delapan tahun
yang lalu, untuk memodali anak bungsu mereka pergi ke
barat; dan sejak saat itu, mereka hanya mampu membayar
bunganya. Kemudian, sakitnya Thomas menghabiskan
banyak biaya, tentu saja. Pertanian itu akan dijual dan
Rachel berpikir tidak akan cukup banyak yang tertinggal
setelah utang-utangnya dilunasi. Dia berkata, dia akan pergi
dan tinggal bersama Eliza, dan pikiran bahwa dia
meninggalkan Avonlea membuat hatinya hancur. Seorang
perempuan seusianya tidak akan mudah mendapatkan
teman dan minat-minat baru. Dan Anne, saat dia berbicara
tentang itu, terpikir olehku untuk memintanya pindah dan
tinggal bersamaku. Tapi, ~319~ kupikir aku harus membicarakannya dulu denganmu sebelum mengatakan
sesuatu kepadanya. Jika aku mengajak Rachel tinggal
bersamaku, kau bisa pergi ke perguruan tinggi. Bagaimana
menurutmu?" "Aku merasa " bagaikan " seseorang " telah "
memberiku " bulan " dan aku tidak tahu " tepatnya "
apa yang harus kulakukan "," kata Anne terpana. "Tapi,
meminta Mrs. Lynde pindah ke sini, mungkin harus kau
pikirkan dengan matang, Marilla. Kau pikir " apakah kau
yakin " kau akan menyukainya" Mrs. Lynde adalah
seorang perempuan berhati luhur dan tetangga yang baik,
tapi " tapi "."
"Tapi dia juga memiliki beberapa kekurangan, kau
bermaksud berkata begitu, kan" Yah, memang begitu, tentu
saja; tapi kupikir aku akan lebih memilih menerima
kekurangan-kekurangannya daripada melihat Rachel pergi
dari Avonlea. Aku akan sangat merindukannya. Dia adalah
satu-satunya teman baik yang kumiliki di sini, dan aku pasti
akan kehilangan dirinya. Kami sudah bertetangga selama
empat puluh lima tahun dan tidak pernah bertengkar "
meski kami nyaris bertengkar saat kau menyerbu Mrs.
Rachel karena menyebutmu gadis kecil sederhana dan
berambut merah. Apakah kau ingat, Anne?"
"Aku tak pernah lupa," kata Anne penuh penyesalan.
"Orang-orang tidak bisa melupakan hal semacam itu.
Betapa bencinya aku terhadap Mrs. Rachel yang malang
saat itu!" "Kemudian, "permintaan maaf" yang kau sampaikan
kepadanya. Yah, sejujurnya kau memang sulit dikendalikan,
Anne. Aku benar-benar merasa bingung dan kewalahan,
bagaimana harus mendidikmu waktu itu. Matthew jauh
~320~ lebih mengerti dirimu."
"Matthew mengerti segala hal," sahut Anne lembut.
Dia selalu seperti itu jika membicarakan Matthew.
"Yah, kupikir bisa diatur agar Rachel dan aku tidak
akan bertengkar sama sekali. Aku selalu menganggap
alasan dua orang perempuan tidak akan dapat bertahan
dalam satu rumah adalah karena mereka berusaha berbagi
dapur dan berselisih karenanya. Nah, jika Rachel pindah ke
sini, dia bisa mendapatkan loteng utara sebagai kamar
tidurnya, dan kamar tidur tamu akan diubah menjadi dapur,
karena kita sama sekali tidak membutuhkan kamar tidur
tamu. Dia bisa meletakkan tungkunya di sana beserta
perabot-perabot yang ingin dia simpan, agar tetap nyaman
dan mandiri. Dia pasti bisa hidup cukup layak, tentu saja
anak-anaknya pasti akan menjamin jadi, yang akan
kuberikan kepadanya hanyalah ruangan untuk tinggal. Ya,
Anne, sejauh ini aku sepertinya menyukainya."
"Kalau begitu, ajaklah dia," Anne langsung berkata.
"Aku sendiri pun akan sangat sedih jika Mrs. Rachel harus
pergi." "Dan jika dia pindah," Marilla melanjutkan, "Kau bisa
pergi ke perguruan tinggi tanpa harus merasa cemas. Dia
akan menemaniku dan dia akan melakukan hal-hal yang
tidak bisa kulakukan terhadap si kembar, jadi tidak ada
alasan di dunia ini yang mencegahmu pergi."
Malam itu, Anne merenung lama sekali di jendelanya.
Kebahagiaan dan penyesalan bergelut di dalam hatinya.
Akhirnya dia bisa pergi tiba-tiba dan tidak diduga melewati
suatu kelokan di jalan, dan perguruan tinggi ada di sana,
dengan ratusan pelangi harapan dan cita-cita; tetapi, Anne
juga menyadari bahwa jika dia menyusuri kelokan itu, dia
akan meninggalkan banyak sekali hal manis di belakangnya.
Seluruh tugas dan minat kecil yang sederhana, yang telah
~321~ sangat akrab dengannya selama dua tahun terakhir ini, yang
dia anggap sebagai keindahan dan kenikmatan karena
antusiasme yang dia rasakan saat bersinggungan dengan
semua itu. Dia harus berhenti mengajar dan dia menyayangi
semua muridnya, bahkan murid-murid yang tidak cerdas
dan nakal. Pikiran tentang Paul Irving membuatnya
bertanya-tanya, apakah dia memang seharusnya masuk ke
Redmond. "Aku telah banyak terlibat dalam perkembangan akarakar kecil itu selama dua tahun," kata Anne pada bulan,
"dan saat aku pergi, mereka pasti akan sangat terluka. Tapi,
kupikir pergi ke perguruan tinggi adalah keputusan yang
terbaik, dan seperti yang Marilla katakan, tidak ada alasan
masuk akal yang bisa mencegahku. Aku harus
mengerahkan seluruh ambisiku dan mencoba meraihnya."
Anne mengirimkan surat pengunduran diri keesokan
harinya; dan Mrs. Rachel, setelah berbicara dari hati ke hati
dengan Marilla, dengan penuh rasa terima kasih menerima
tawaran tempat tinggal di Green Gables. Namun, dia
memilih untuk tetap tinggal di rumahnya sendiri selama
musim panas; pertaniannya tidak akan dijual hingga musim
gugur dan banyak pengaturan yang harus dilakukan.
"Aku benar-benar tidak pernah berpikir untuk tinggal
jauh dari jalan seperti di Green Gables," desah Mrs. Rachel
kepada dirinya sendiri. "Tapi, memang, Green Gables
sepertinya tidak tampak berada di luar duniaku seperti
biasanya " Anne bisa menjadi teman yang baik dan si
kembar akan membuat kehidupanku lebih ceria. Dan lagi
pula, aku lebih memilih tinggal di dasar sumur daripada
harus meninggalkan Avonlea."
Dua keputusan ini dengan cepat langsung menyebar,
~322~ mengalahkan gosip populer tentang kedatangan Mrs.
Harrison. Kepala-kepala yang ragu menggeleng mendengar
langkah ceroboh Marilla untuk mengajak Mrs. Rachel
tinggal bersamanya. Orang-orang berpendapat bahwa
mereka tidak akan bisa tinggal bersama. Mereka berdua
sama-sama "terlalu terikat cara mereka masing-masing",
dan begitu banyak perkiraan yang muncul, meskipun sama
sekali tidak mengusik pihak-pihak yang dibicarakan.
Mereka telah mencapai suatu pengertian yang jelas dan
tegas tentang tugas-tugas serta hak-hak dalam kehidupan
mereka yang baru, dan bertekad untuk mematuhinya.
"Aku tidak akan ikut campur dalam urusanmu, begitu
juga kau dalam urusanku," Mrs. Rachel berkata dengan
tegas, "dan dalam hal si kembar, aku akan senang
melakukan semua yang kumampu untuk mereka; tapi aku
tidak mau menjawab pertanyaan-pertanyaan Davy, begitulah. Aku bukan ensiklopedia, dan aku juga bukan
seorang pengacara dari Philadelphia. Kau akan kehilangan
Anne untuk itu." "Kadang-kadang, jawaban Anne sama anehnya dengan
pertanyaan Davy," sahut Marilla datar. "Si kembar pasti
akan merindukannya; tapi masa depannya tidak bisa
dikorbankan untuk memenuhi keinginan Davy yang haus
akan informasi. Saat Davy mengajukan pertanyaan yang
tidak bisa kujawab, aku hanya akan mengatakan kepadanya
bahwa anak-anak boleh dilihat, tapi tidak untuk didengar.
Seperti itulah aku dibesarkan, dan aku tidak tahu pasti
apakah itu cara yang baik untuk mendidik anak-anak
dengan segala gaya baru yang sedang berkembang."
~323~ "Yah, metode-metode Anne tampaknya berjalan cukup
baik dengan Davy," kata Mrs. Lynde sambil tersenyum.
"Karakter Davy sudah banyak berubah, begitulah."
"Dia bukan jiwa kecil yang jahat," Marilla mengakui.
"Aku tidak pernah menduga akan menyayangi anak-anak
seperti yang kurasakan saat ini. Entah bagaimana, Davy
pasti akan membuatmu kewalahan " dan Dora adalah
seorang anak yang manis, meskipun dia " dia " yah, dia
sedikit "." "Monoton" Tepat sekali," Mrs. Rachel menyimpulkan
sendiri. "Seperti sebuah buku yang setiap halamannya
sama, begitulah. Dora pasti akan menjadi seorang
perempuan yang baik dan bisa diandalkan, tapi dia tidak
akan pernah bisa melakukan suatu hal yang besar. Yah, kita
akan nyaman dengan orang-orang semacam itu di sekitar
kita, bahkan meskipun mereka tidak semenarik orang-orang
lain." Gilbert Blythe mungkin satu-satunya orang yang
mendengar berita pengunduran diri Anne dengan
kegembiraan yang tak terkira. Murid-murid Anne menganggap berita itu sebagai suatu musibah besar.
Annetta Bell histeris saat pulang ke rumah. Anthony Pye
dua kali berkelahi tanpa alasan dengan anak-anak lelaki,
untuk melampiaskan perasaannya. Barbara Shaw menangis
sepanjang malam. Paul Irving secara terbuka memberi tahu
neneknya bahwa Mrs. Irving tidak perlu berharap agar dia
mau menghabiskan bubur selama seminggu.
"Aku tidak bisa melakukannya, Nenek," dia berkata.
"Aku benar-benar tidak tahu apakah aku bisa makan
~324~ Sesuatu. Aku merasa bahwa ada sesuatu yang mengerikan
mengganjal kerongkonganku. Aku pasti menangis dalam
perjalanan pulang dari sekolah jika Jake Donnell tidak
memandangku. Aku yakin aku akan menangis saat aku
pergi tidur. Bekas-bekasnya tidak akan tampak di mataku
besok, bukan" Dan aku pasti akan merasa lega. Tapi, tetap
saja, aku tidak bisa makan bubur. Aku akan mengerahkan
seluruh kekuatan pikiranku untuk bertahan menghadapi
semua ini, Nenek dan aku tidak akan memiliki sisa kekuatan
yang cukup untuk menghabiskan buburku. Oh, Nenek, aku
tidak tahu apa yang akan kulakukan setelah guruku yang
cantik pergi. Milty Boulter berkata, dia yakin Jane Andrews
yang akan mengajar di sekolah. Kupikir Miss Andrews
sangat baik. Tapi, aku tahu dia tidak akan mengerti banyak
hal seperti Miss Shirley."
Diana juga merasa sangat pesimistis dengan rencana
kepergian Anne. "Pasti akan sangat sepi di sini musim dingin
mendatang," dia meratap, pada suatu malam saat bulan
sedang mencurahkan sinar "lembut keperakan" melalui
dahan-dahan pohon ceri dan memenuhi loteng timur dengan
cahaya lembut, bagaikan di alam mimpi, menemani dua
gadis yang sedang duduk sambil mengobrol. Anne duduk di


Buku 2 Anne Of Avonlea Karya Lucy Maud Montgomery di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kursi goyangnya yang rendah di dekat jendela, Diana
berselonjor di tempat tidur. "Kau dan Gilbert akan pergi "
begitu juga Keluarga Allan. Mereka menugaskan Mr. Allan
ke Charlottetown, dan tentu saja dia akan menerimanya.
Semua ini terlalu kejam. Kami akan kesepian sepanjang
musim dingin, kupikir, dan harus mendengarkan barisan
panjang kandidat pendeta " dan setengah dari mereka
~325~ tidak akan sama bagusnya dengan Mr. Allan."
"Kuharap mereka tidak memindahkan Mr. Baxter dari
Grafton Timur kemari," kata Anne dengan yakin. "Dia ingin
pindah ke sini, tapi isi khotbahnya selalu murung. Mr. Bell
berkata dia adalah pendeta aliran lama, tapi Mrs. Lynde
berkata, tidak ada yang salah dengannya kecuali masalah
pencernaannya. Istrinya bukan seorang juru masak yang
cukup andal, tampaknya, dan Mrs. Lynde berkata, saat
seorang lelaki harus makan roti basi selama dua dari tiga
minggu, maka suatu saat, teologinya akan terpengaruh juga.
Mrs. Allan merasa sangat sedih karena harus pergi. Dia
berkata semua orang telah bersikap baik kepadanya sejak
dia datang sebagai seorang pengantin baru, sehingga dia
merasa bagaikan meninggalkan sahabat-sahabat sejatinya
seumur hidup. Selain itu, ada makam bayinya, kau tahu. Dia
berkata, dia tidak mampu mengerti bagaimana dia bisa pergi
dan meninggalkannya " bayi itu adalah seorang makhluk
mungil yang lucu dan baru berusia tiga bulan saat
meninggal, dan dia berkata, dia takut bayi itu akan
merindukan ibunya. "Meskipun begitu, Mrs. Allan mengerti maksud di balik
semua itu dan tidak mengatakan apa-apa kepada Mr. Allan.
Dia berkata, nyaris setiap malam dia menyelinap menyusuri
gerumbul pohon birch di belakang rumah pendeta menuju
pemakaman, dan menyanyikan lagu nina bobo untuk
bayinya. Dia menceritakan itu kepadaku tadi malam, saat
aku meletakkan beberapa mawar yang tumbuh lebih awal
di makam Matthew. Aku berjanji kepadanya, selama aku
tinggal di Avonlea, aku juga akan meletakkan bunga-bunga
~326~ di makam bayinya, dan saat aku harus pergi, aku akan
memastikan agar "."
"Aku akan melakukannya," Diana menawarkan diri
sepenuh hati. "Tentu saja aku akan melakukannya. Dan aku
akan meletakkan bunga-bunga di makam Matthew juga,
untukmu, Anne." "Oh, terima kasih. Aku bermaksud meminta
pertolonganmu, jika kau tidak berkeberatan. Dan di makam
Hester Gray mungil juga" Tolong jangan lupakan dia. Kau
tahu, aku sering sekali memikirkan dan membayangkan
Hester Gray yang mungil, sehingga anehnya dia benarbenar nyata bagiku. Aku memikirkannya, di sana, di sebuah
sudut taman kecilnya yang sejuk, hening, dan hijau; dan aku
merasa, jika aku bisa menyelinap ke sana pada suatu malam
musim semi, saat waktu penuh keajaiban antara terang dan
gelap, berjingkat-jingkat begitu lembut mendaki bukit beech
sehingga suara langkah kakiku tidak akan membuatnya
takut, aku akan menemukan taman itu seperti dulu. Semanis
bunga-bunga lily dan mawar-mawar yang tumbuh awal
pada bulan Juni, dengan rumah mungil yang ditumbuhi
tanaman rambat di atasnya.
"Dan Hester Gray mungil akan berada di sana, dengan
mata lembutnya. Angin akan menyibakkan rambut
gelapnya, dan dia berjalan-jalan, menempelkan ujung jarinya
di bawah kelopak bunga-bunga lily, membisikkan rahasia
pada bunga-bunga mawar; dan aku akan berjalan maju, oh,
begitu lembut, lalu mengulurkan tangan dan berkata
kepadanya, "Hester Gray Mungil, maukah kau mengizinkan
aku menjadi teman bermainku, karena aku juga sangat
~327~ menyukai mawar-mawar itu?"
"Lalu, kami akan duduk di bangku tua, berbincang
sedikit dan berkhayal sedikit, atau hanya diam saja berdua.
Kemudian, bulan akan naik dan aku akan memandang
berkeliling " dan tidak akan ada lagi Hester Gray beserta
rumah mungil yang tertutup tanaman rambat, dan tidak ada
lagi mawar-mawar " hanya sebuah taman tua yang tersiasia, dihiasi bunga-bunga lily bulan Juni di antara rumput liar,
dan angin bersenandung, oh, begitu pedih di antara pohonpohon ceri. Dan aku tidak akan tahu apakah itu nyata atau
apakah aku hanya mengkhayalkan itu semua." Diana
meringkuk dan menyandarkan punggung di kepala tempat
tidur. Saat seorang teman menceritakan hal-hal menakutkan
setelah matahari terbenam, sungguh tidak menyenangkan
jika tidak ada sesuatu di belakang kita.
"Aku khawatir kinerja Kelompok Pengembangan akan
menurun saat kau dan Gilbert sama-sama pergi," Diana
berkata dengan sangat sedih.
"Sama sekali tidak perlu ditakutkan," Anne langsung
menyahut, kembali dari dunia mimpi ke urusan praktis
dalam kehidupan nyata. "Kelompok kita sudah berkembang
dengan sangat mantap, terutama karena orang-orang tua
menjadi sangat antusias tentang kegiatan kita. Lihatlah apa
yang mereka lakukan musim panas ini di pekarangan dan
jalan-jalan depan rumah mereka. Selain itu, aku pasti akan
mengamati dari Redmond, dan aku akan menulis sebuah
makalah musim dingin nanti, dan mengirimkannya. Jangan
memandang sesuatu dengan begitu suram, Diana. Dan
jangan ganggu aku yang sedang mengalami saat-saat
~328~ singkat kebahagiaan dan keberhasilanku. Nanti, saat aku
harus pergi, aku tidak ingin merasakan apa pun selain
bahagia." "Kau tidak apa-apa merasa bahagia " kau akan pergi
ke perguruan tinggi. Kau pasti akan bergembira di sana dan
mendapatkan banyak sekali teman baru yang
menyenangkan." "Kuharap aku bisa mendapatkan teman-teman baru,"
kata Anne dengan sungguh-sungguh. "Kemungkinan
mendapatkan teman baru membantu membuat kehidupan ini
terasa sangat menarik. Tapi, tak peduli berapa pun teman
baru yang akan kudapatkan, mereka tidak akan lebih
kusayangi daripada teman-teman lamaku " terutama
seorang gadis bermata hitam dan berlesung pipit. Bisakah
kau menebak siapa dia, Diana?"
"Tapi, pasti akan banyak sekali gadis cerdas di
Redmond," desah Diana, "dan aku hanya seorang gadis
desa kecil yang bodoh, yang kadang-kadang mengucapkan
"aku liat" " meskipun aku benar-benar tahu kapan aku
harus berhenti memikirkannya. Yah, tentu saja dua tahun
terakhir ini terlalu menyenangkan untuk dilupakan.
Bagaimanapun, aku mengenal Seseorang yang benar-benar
senang kau akan pergi ke Redmond. Anne, aku akan
mengajukan sebuah pertanyaan kepadamu " sebuah
pertanyaan yang serius. Jangan tersinggung, dan jawablah
dengan serius. Apakah kau memiliki perasaan terhadap
Gilbert?" "Seperti perasaan terhadap seorang teman, dan sama
sekali tidak seperti yang kau maksud," jawab Anne tenang
dan mantap; dia juga berpikir bahwa dia berkata jujur.
Diana mendesah. Entah bagaimana, dia berharap agar
jawaban Anne berbeda. "Apakah kau Pernah berharap untuk menikah, Anne?"
~329~ "Mungkin " suatu hari " jika aku bertemu dengan
orang yang tepat," jawab Anne, tersenyum menerawang
menatap cahaya bulan. "Tapi, bagaimana kau bisa yakin saat bertemu dengan
seseorang yang tepat?" Diana mendesak.
"Oh, aku pasti akan mengetahuinya " Sesuatu akan
memastikan itu kepadaku. Kau tahu bagaimana pria
idamanku, Diana." "Tapi, kadang-kadang idaman orang berubah."
"Pria idamanku tidak akan berubah. Dan aku Tidak
akan memedulikan para pria yang tidak sesuai dengan
kriteriaku." "Bagaimana jika kau tidak pernah bertemu
dengannya?" "Maka, lebih baik aku meninggal sebagai perawan tua,"
jawab Anne ceria. "Aku berani menjamin, meninggal dalam
keadaan seperti itu sama sekali bukan hal yang paling
menyedihkan." "Oh, kupikir meninggal akan cukup mudah; kehidupan
sebagai perawan tualah yang tidak kusukai," kata Diana,
tanpa bermaksud bercanda. "Meskipun aku tidak akan
berkeberatan menjadi seorang perawan tua Sama sekali jika
aku bisa seperti Miss Lavendar. Tapi, aku tidak akan pernah
mampu begitu. Saat berusia empat puluh lima tahun, aku
pasti akan gemuk sekali. Dan sementara ada kemungkinan
kisah cinta bagi seorang perawan tua yang kurus, pasti tidak
akan ada kemungkinan bagi seorang perawan tua yang
gemuk. "Oh, kau tahu, Nelson Atkins melamar Ruby Gillis tiga
minggu yang lalu. Ruby menceritakan semuanya kepadaku.
Dia berkata, dia tidak pernah berniat untuk menerima
Nelson Atkins, karena semua orang yang menikahi pemuda
itu pasti harus tinggal bersama orangtua Nelson; tapi Ruby
~330~ berkata Nelson mengajukan lamaran yang sangat indah dan
romantis, sehingga dia langsung terhanyut. Tapi, Ruby tidak
ingin memutuskan sesuatu dengan gegabah, sehingga dia
meminta waktu seminggu untuk mempertimbangkannya.
"Dua hari kemudian, dia menghadiri pertemuan
Kelompok Menjahit di rumah ibunya, dan ada sebuah buku
berjudul Tuntunan Lengkap Etiket tergeletak di meja
ruang tamu. Ruby berkata, dia benar-benar tidak dapat
menggambarkan perasaannya saat membaca sebuah judul
bab yang berbunyi "Tata Cara Melamar dan Menikah". Dia
menemukan lamaran yang Nelson ajukan, kata demi kata.
Dia pulang ke rumah dan menulis suatu penolakan yang
sangat pedas untuk Nelson, dan dia berkata jika ayah dan
ibu Nelson bergantian mengawasi Nelson sejak itu, karena
khawatir Nelson akan membenamkan diri di sungai. Tapi,
Ruby berkata mereka tidak perlu khawatir; karena di dalam
bagian "Tata Cara Melamar dan Menikah" tercantum
bahwa seseorang yang cintanya ditolak harus bersikap baik
dan sama sekali tidak ada hal tentang membenamkan diri di
Bagian Itu. Dan Ruby berkata, Wilbur Blair sangat naksir
padanya, dan Ruby benar-benar tidak berdaya untuk
mengubahnya." Anne bergerak-gerak tidak sabar.
"Aku benci mengatakannya " rasanya benar-benar
tidak setia " tapi, yah, aku sekarang tidak menyukai Ruby
Gillis. Aku menyukainya saat kita bersekolah dan bersamasama di Akademi Queen " meskipun tidak sebesar aku
Kota Seribu Cerita 4 Pendekar Naga Putih 20 Bencana Dari Alam Kubur Perintah Maut 1

Cari Blog Ini