Ceritasilat Novel Online

Anne Of Avonlea 6

Buku 2 Anne Of Avonlea Karya Lucy Maud Montgomery Bagian 6


menyukaimu dan Jane, tentu saja. Tapi, tahun terakhir ini di
Carmody, tampaknya dia sangat berbeda " sangat "
sangat "." "Aku tahu," Diana mengangguk. "Sifat khas Keluarga
Gillis memancar dari pribadinya " dia tidak bisa
~331~ mencegahnya. Mrs. Lynde berkata, jika seorang gadis Gillis
memikirkan sesuatu selain para pemuda, dia tidak akan
pernah menunjukkannya dalam caranya berjalan dan
pembicaraannya. Ruby tidak pernah membicarakan hal
selain para pemuda dan pujian-pujian yang mereka berikan
kepadanya, dan betapa mereka tergila-gila kepadanya di
Carmody. Dan anehnya, mereka Memang tergila-gila "."
Diana mengakuinya dengan sedikit menyesal. "Tadi malam,
saat aku berjumpa dengannya di toko Mr. Blair, Ruby
berbisik bahwa dia baru saja mengalami "kisah" baru. Aku
tidak bertanya kepadanya siapa pemuda itu, karena aku
tahu dia sangat Ingin ditanyai. Yah, itulah yang selalu Ruby
inginkan, kupikir. Kau ingat, saat masih kecil, dia selalu
berkata dia ingin ditaksir lusinan pria saat dewasa dan
menikmati saat-saat yang sangat menyenangkan sebelum
mengambil keputusan. Dia sangat berbeda dengan Jane,
bukan" Jane benar-benar seorang gadis yang manis, logis,
dan sopan." "Jane kita tersayang adalah sebutir batu mulia," Anne
menyetujui, "tapi," dia menambahkan, membungkuk ke
depan untuk menepuk lembut tangan mungil montok Diana
yang terletak di atas bantalnya, "sama sekali tidak ada
orang yang dapat menyamai Dianaku sendiri. Apakah kau
ingat malam pertama kita bertemu Diana, dan mengucapkan "sumpah" persahabatan abadi di taman
rumahmu" Kita telah menjaga "sumpah" itu, kupikir " kita
tidak pernah bertengkar, bahkan tidak pernah saling
mendiamkan. "Aku tidak akan pernah melupakan getaran yang
kualami di sekujur tubuhku, saat kau berkata bahwa kau
menyayangiku. Sepanjang masa kecilku, hatiku selalu
kesepian dan haus kasih sayang. Aku baru saja mulai
~332~ menyadari betapa haus dan sepinya hatiku. Tidak ada orang
yang memedulikan aku, atau ingin diusik olehku. Aku pasti
akan menderita jika tidak memiliki dunia khayalan kecilku
yang ganjil, tempat aku membayangkan seluruh teman dan
kasih sayang yang ingin kudapatkan. Tapi, saat aku datang
ke Green Gables, segalanya berubah. Lalu, aku bertemu
denganmu. Kau tidak akan tahu seberapa besarnya arti
persahabatanmu untukku. Aku ingin berterima kasih
kepadamu saat ini, di tempat ini, Diana Manis, untuk kasih
sayang hangat dan tulus yang selalu kau curahkan
kepadaku." "Dan aku akan selalu, selalu menyayangimu," Diana
terisak. "Aku tidak akan Pernah menyayangi seseorang "
Gadis mana pun " seperti aku menyayangimu. Dan jika
aku menikah dan memiliki seorang anak perempuan, aku
akan menamainya Anne."
~333~ Suatu Sore di Rumah Batu Anne turun untuk makan siang memakai sebuah gaun
baru dari kain muslin hijau pucat " warna pertama yang
dia kenakan sejak kematian Matthew. Gaun itu sangat
cocok untuknya, mengeluarkan seluruh rona seperti bunga
yang elok dari wajahnya, serta kilau dan warna cerah
rambutnya. "Davy, berapa kali aku mengatakan kepadamu, kau
tidak boleh mengatakan itu kepada orang-orang," dia
menegur. "Aku akan pergi ke Pondok Gema."
"Aku ikut dong," Davy memohon.
"Aku akan mengajakmu jika aku membawa kereta.
Tapi, aku akan berjalan dan jarak ke sana terlalu jauh untuk
kaki anak delapan tahun sepertimu. Selain itu, Paul akan
ikut bersamaku, dan aku khawatir kau tidak akan menyukai
kehadirannya." "Oh, sekarang aku jauh lebih suka Paul," kata Davy,
menyendok pudingnya dengan bergairah. "Karena aku
sendiri sudah lumayan baik, aku nggak keberatan kalau dia
jauh lebih baik dariku. Jika aku terus baik, nanti aku pasti
~334~ akan menyamainya, kakiku dan kebaikanku. Selain itu, Paul
benar-benar baik ke kami, anak-anak kelas dua, di sekolah.
Dia nggak membiarkan anak-anak lelaki besar lainnya
mengganggu kami, dan dia mengajari kami banyak
permainan." "Bagaimana Paul bisa jatuh ke sungai kemarin siang?"
tanya Anne. "Aku bertemu dengannya di taman bermain,
begitu basah kuyup sehingga aku langsung menyuruhnya
pulang untuk berganti pakaian tanpa menunggu untuk
mencari tahu apa yang terjadi."
"Yah, itu sih, kecelakaan," Davy menjelaskan. "Dia
sengaja mencelupkan kepalanya, tapi sisa tubuhnya tidak
sengaja jatuh. Kami semua ada di sungai dan Prillie
Rogerson memarahi Paul karena sesuatu " dia memang
sangat kejam dan mengerikan, sok cantik " dan Prillie
bilang, nenek Paul mengeriting rambut Paul setiap malam.
Paul kayaknya nggak akan tersinggung karena kata-kata,
tapi Gracie Andrews tertawa, dan wajah Paul jadi merah
banget, karena Gracie itu pacarnya, kau tahu. Paul BenarBenar Suka padanya " biasa memberi bunga untuknya,
dan membawakan buku-bukunya sampai di jalan pantai.
"Wajah Paul semerah bit dan dia bilang neneknya
nggak ngotak-atik rambutnya sama sekali, dan rambutnya
memang keriting sejak lahir. Lalu, dia membungkuk di tepi
sungai dan mencelupkan kepalanya ke mata air untuk
menunjukkan kepada mereka. Oh, bukan mata air yang kita
minum ?" Davy melihat tatapan mengerikan di wajah
Marilla " "mata air kecil yang lebih di bawah. Tapi, tepi
sungai licin dan Paul terpeleset.
"Cipratannya seronok banget lho. Oh, Anne, Anne, aku
nggak bermaksud bilang begitu " kata itu muncul begitu
saja sebelum aku berpikir. Cipratannya sangat Dahsyat.
~335~ Tapi, Paul kelihatan lucu banget saat merangkak naik, basah
kuyup dan penuh lumpur. Anak-anak perempuan tertawa
lebih keras, tapi Gracie tidak tertawa. Dia tampak
menyesal. Gracie adalah anak yang baik, tapi hidungnya
mencuat. Jika aku besar nanti dan punya pacar, aku nggak
akan nyari yang hidungnya mencuat " aku akan milih gadis
dengan hidung cantik seperti hidungmu, Anne."
"Tidak akan ada gadis yang sudi melirik seorang
pemuda yang membuat seluruh wajahnya belepotan sirup
saat makan puding," tegur Marilla.
"Tapi, aku akan cuci muka sebelum kencan," protes
Davy, berusaha untuk memperbaiki keadaan dengan
menggosokkan punggung tangannya ke noda sirup di
wajahnya, dan malah jadi lebih buruk. "Dan aku akan
membersihkan telingaku juga, tanpa disuruh. Aku ingat
melakukannya pagi ini, Marilla. Aku nggak terlalu sering
lupa. Tapi ?" Davy mendesah " "begitu banyak sudut di
tubuh seorang anak lelaki sehingga sulit untuk ingat
semuanya. Yah, jika aku nggak bisa pergi ke rumah Miss
Lavendar, aku akan ke rumah Mrs. Harrison. Mrs.
Harrison itu perempuan yang baik, lho. Dia menyimpan
sebuah stoples berisi biskuit di dapurnya, khusus untuk
anak-anak lelaki kecil, dan dia selalu memberiku sisa-sisa
adonan kue plum dari pancinya. Banyak sekali plum lezat
yang menempel di sisi-sisinya. Kau tahu, Mr. Harrison
selalu baik, tapi dia dua kali lebih baik sejak menikah lagi.
Kukira, menikah akan membuat orang-orang bertambah
baik. Mengapa Kau tidak menikah, Marilla" Aku ingin
tahu." Kesendirian Marilla tidak pernah membuatnya merasa
getir, jadi dia menjawab dengan jujur, sambil saling
bertatapan penuh arti dengan Anne, dia berpikir tidak ada
orang yang mau menikah dengannya.
~336~ "Tapi mungkin kau tidak pernah meminta seseorang
untuk menikahimu," protes Davy.
"Oh, Davy," tegur Dora dengan keras mengejutkan,
karena dia membuka mulut meskipun tidak diajak berbicara,
"Kaum Lelaki yang harus melakukan itu."
"Aku nggak tahu kenapa lelaki yang Selalu harus
melakukannya," gerutu Davy. "Sepertinya semua di dunia
ini jadi tanggung jawab lelaki. Boleh aku nambah pudingnya
lagi, Marilla?" "Yang kau makan sudah cukup banyak," kata Marilla;
tetapi dia memberi Davy tambahan puding yang cukup
besar. "Andai saja orang bisa tetap hidup hanya dengan
makan puding. Kenapa tak bisa Marilla" Aku ingin tahu."
"Karena mereka akan bosan."
"Aku nggak akan bosan," kata Davy. "Tapi kupikir,
lebih enak makan puding setelah makan ikan atau saat
kedatangan tamu daripada tidak sama sekali. Di rumah
Milty Boulter nggak pernah ada puding. Milty bilang, saat
tamu datang, ibunya memberi mereka keju dan memotongnya sendiri " masing-masing tamu mendapatkan
seiris tipis dan tambahan seiris lagi untuk bersopan santun."
"Jika Milty Boulter berkata seperti itu tentang ibunya,
setidaknya kau tidak perlu mengulanginya," tegur Marilla
lagi. "Astaganaga,"Davy meniru dari Mr. Harrison dengan
penuh semangat"maksud Milty itu pujian. Dia bangga
banget ke ibunya, karena orang-orang bilang, ibunya bisa
mengais kehidupan dari sebongkah batu."
"Kupikir " kupikir ayam-ayam betina mengganggu
petak bunga pansy-ku lagi," kata Marilla, berdiri dan cepat~337~
cepat pergi. Ayam-ayam betina itu sama sekali tidak berada di dekat
petak bunga pansy dan Marilla sama sekali tidak
meliriknya. Tetapi, dia duduk di pintu gudang dan tertawa
keras-keras hingga merasa malu kepada dirinya sendiri.
Saat Anne dan Paul tiba di rumah batu sore itu, mereka
menemui Miss Lavendar dan Charlotta Keempat di taman,
sedang mencabuti rumput liar, menggaru, memotong, dan
memangkas tanaman mereka dengan sangat tekun. Miss
Lavendar sendiri, yang tampak ceria dan manis dalam
rimpel-rimpel dan renda-renda yang sangat dia sukai,
menjatuhkan gunting rumputnya dan berlari gembira untuk
menyambut para tamunya, sementara Charlotta Keempat
menyeringai riang. "Selamat datang, Anne. Sudah kuduga kau akan datang
hari ini. Kau memang gadis senja, jadi senja selalu
membawamu. Hal-hal yang saling terkait memang selalu
datang bersamaan. Begitu banyaknya masalah yang akan
teratasi jika orang-orang mengetahui hal itu. Tapi, mereka
tidak tahu " dan mereka menyia-nyiakan energi indah
untuk melakukan segala sesuatu yang bisa menyatukan halhal yang Tidak saling terkait. Dan kau, Paul, " hei, kau
telah tumbuh! Kau setengah kepala lebih tinggi daripada
saat kau kemari sebelumnya."
"Ya, aku mulai tumbuh seperti anak babi pada malam
hari, seperti yang Mrs. Lynde katakan," kata Paul, dengan
gembira. "Nenek bilang, akhirnya bubur membawa hasil.
Mungkin memang begitu. Hanya Tuhan yang tahu "."
Paul mendesah dalam-dalam. "Aku telah makan cukup
banyak untuk membuat semua orang tumbuh. Aku benarbenar berharap, saat aku mulai tumbuh sekarang, aku akan
terus tumbuh hingga setinggi ayahku. Tingginya seratus
~338~ delapan puluh sentimeter, kau tahu, Miss Lavendar."
Ya, Miss Lavendar memang tahu; rona di pipi-pipinya
yang cantik sedikit menggelap. Dia meraih tangan Paul di
satu tangannya dan tangan Anne di tangan yang lain, lalu
berjalan ke rumah tanpa berbicara.
"Apakah ini hari yang baik untuk mendengar gema,
Miss Lavendar?" tanya Paul gelisah. Pada hari pertama
kunjungannya ke rumah itu, angin begitu keras bertiup dan
mengalahkan gema-gema, membuat Paul sangat kecewa.
"Ya, ini adalah hari yang baik," jawab Miss Lavendar,
tersadar dari lamunannya. "Tapi, sebelumnya kita harus
makan sesuatu dulu. Aku tahu kalian berdua pasti akan
lapar setelah berjalan sejauh itu menyusuri hutan beech,
sementara Charlotta Keempat dan aku bisa makan jam
berapa pun " kami benar-benar memiliki selera makan
yang hebat. Jadi, kita hanya akan berkunjung ke dapur.
Untungnya, di sana sudah tersedia banyak hidangan
menyenangkan. Aku mendapatkan firasat jika aku akan
kedatangan tamu hari ini, jadi Charlotta Keempat dan aku
sudah bersiap-siap."
"Kupikir Anda adalah salah seorang yang selalu
memiliki makanan-makanan enak di dapur," kata Paul.
"Nenek juga menyukainya. Tapi, dia tidak menyetujui aku
makan camilan di antara waktu makan. Aku ingin tahu," dia
menambahkan sambil merenung, "apakah aku Boleh makan
camilan jauh dari rumah, jika aku tahu Nenek tidak setuju."
"Oh, kupikir nenekmu tidak akan melarang jika kau
telah menempuh perjalanan jauh. Itu bedanya," kata Miss
Lavendar, bertukar pandangan geli dengan Anne di atas
rambut ikal Paul yang kecokelatan. "Kupikir camilan
Memang sangat lezat. Itulah alasan kami sangat sering


Buku 2 Anne Of Avonlea Karya Lucy Maud Montgomery di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menikmatinya di Pondok Gema. Kami Charlotta Keempat
dan aku menjalani hidup dengan meyakini kebalikan hukum
~339~ diet yang diketahui semua orang. Kami menyantap segala
macam makanan yang sulit dicerna kapan pun kami
memikirkannya, siang atau malam, dan kami tumbuh
bagaikan pohon bay hijau.
"Kami selalu berniat untuk berubah. Saat kami
membaca artikel di surat kabar yang mengingatkan kami
akan kerugian kebiasaan itu, kami akan mengguntingnya
dan menempelkannya di dinding dapur agar bisa terus
mengingatnya. Tapi, entah mengapa kami tidak pernah bisa
" hingga kami membuat dan memakan segalanya. Belum
ada makanan yang pernah membunuh kami, tapi Charlotta
Keempat pernah bermimpi buruk setelah kami makan
donat, pai daging cincang, dan kue buah sebelum tidur."
"Nenek membolehkan aku minum segelas susu dan
makan seiris roti berlapis mentega sebelum aku tidur, dan
pada Minggu malam, dia mengoleskan selai di atas rotinya,"
kata Paul. "Jadi, aku selalu senang jika Minggu malam tiba
" bukan karena itu saja. Minggu adalah suatu hari yang
sangat panjang di jalan pantai. Nenek berkata, hari Minggu
selalu terlalu singkat untuknya, dan Ayah tidak pernah
merasa bosan terhadap hari Minggu saat masih kecil.
Rasanya lama sekali aku harus menunggu untuk bisa
berbicara kepada manusia-manusia batuku, tapi aku tidak
pernah melakukan itu karena Nenek tidak mengizinkannya
pada hari Minggu. Aku banyak berpikir pada hari Minggu;
tapi aku khawatir pikiran-pikiranku bersifat duniawi. Nenek
bilang, kita tidak pernah boleh memikirkan hal-hal yang
tidak religius pada hari Minggu.
"Tapi, Ibu Guru pernah berkata bahwa setiap pikiran
yang indah bersifat religius, tak peduli tentang apa pun itu,
~340~ atau hari apa pun kita memikirkannya. Tapi aku yakin
Nenek berpikir bahwa hanya khotbah dan pelajaran di
Sekolah Minggu yang bisa kita anggap sebagai pikiranpikiran religius. Dan saat ada pendapat yang berbeda antara
Nenek dan Ibu Guru, aku tidak tahu apa yang harus
kulakukan. Dalam hatiku," Paul menempelkan tangan di
dada dan mengarahkan mata birunya yang sangat serius ke
arah wajah Miss Lavendar yang tiba-tiba sangat penuh
simpati"Aku setuju dengan Ibu Guru. Tapi, Anda tahu,
Nenek telah membesarkan Ayah dengan Caranya sendiri
dan sangat berhasil melakukannya; dan Ibu Guru belum
pernah membesarkan siapa pun, meskipun dia membantu
membesarkan Davy dan Dora. Tapi, kita tidak bisa tahu jadi
orang seperti apa mereka, hingga mereka Sudah dewasa.
Jadi, kadang-kadang kupikir lebih aman untuk mengikuti
pendapat Nenek." "Kupikir memang seharusnya begitu," Anne menyetujui
dengan serius. "Lagi pula, aku berani menjamin bahwa jika
nenekmu dan aku sama-sama memikirkan maksud yang
sama, tapi cara mengekspresikannya yang berbeda.
Sebaiknya kau menuruti caranya untuk mengekspresikan
maksudmu, karena cara nenekmu adalah hasil pengalaman.
Kita harus menunggu hasilnya hingga si kembar dewasa
sebelum bisa meyakini bahwa caraku sama bagusnya."
Setelah makan siang, mereka kembali ke taman. Di
sana, Paul berkenalan dengan gema-gema, yang
membuatnya kagum dan gembira, sementara Anne dan
Miss Lavendar duduk di bangku batu di bawah pohon
poplar sambil mengobrol. "Jadi, kau akan pergi musim gugur ini?" tanya Miss
Lavendar khawatir. "Seharusnya aku gembira karena
keberhasilanmu, Anne " tapi sungguh mengerikan, benarbenar egois, aku sangat menyesalinya. Aku pasti akan
~341~ sangat merindukanmu. Oh, kadang-kadang, kupikir tidak
ada gunanya kita berteman. Mereka hanya pergi dari
kehidupan kita setelah beberapa saat dan meninggalkan
sebuah luka yang lebih pedih daripada kesepian sebelum
mereka datang." "Itu seperti sesuatu yang akan Miss Eliza Andrews
katakan, tapi tidak akan pernah Miss Lavendar katakan,"
kata Anne. "Tidak Ada yang lebih buruk daripada
kehampaan " dan aku tidak akan pergi dari kehidupanmu.
Masih ada surat-surat dan liburan. Miss Lavendar Sayang,
aku khawatir, kau tampak sedikit pucat dan lelah."
"Oh " huuu " huuu " huuu," Paul berseru di pagar
batu, tempat dia berseru penuh semangat. Suara-suara yang
dia keluarkan sama sekali tidak bernada, tetapi semuanya
bergaung kembali dengan perubahan besar, menjadi suara
yang sangat merdu dan indah, karena rekayasa kimia peri di
seberang sungai. Miss Lavendar menggerakkan kedua
tangannya yang indah dengan tidak sabar.
"Aku hanya bosan dengan segalanya " bahkan
dengan gema-gema. Tidak ada apa-apa dalam kehidupanku
selain gema " gema harapan-harapan, impian-impian, dan
kebahagiaan yang hilang. Semua terdengar indah sekaligus
terasa menghinakan. Oh, Anne, sungguh mengerikan
karena aku berbicara seperti ini saat memiliki teman bicara.
Hanya saja, aku semakin tua dan hal itu tidak cocok
denganku. Aku tahu, aku akan sangat pemarah saat aku
berusia enam puluh tahun. Tapi mungkin, yang kubutuhkan
hanyalah beberapa pil biru." Saat itu Charlotta Keempat,
yang menghilang setelah makan siang, kembali. Dia berkata
bahwa sudut timur laut ladang penggembalaan Mr. John
Kimball berwarna merah karena buah stroberi yang tumbuh
lebih awal. Dia juga bertanya apakah Miss Shirley mau
~342~ pergi dan memetik beberapa.
"Stroberi yang tumbuh lebih awal untuk minum teh!"
seru Miss Lavendar. "Oh, aku tidak setua yang kupikirkan
" dan aku tidak membutuhkan sebutir pun pil biru! Gadisgadis, jika kalian kembali dengan stroberi, kita akan minum
teh di luar sini, di bawah pohon poplar perak ini. Aku akan
mempersiapkan krim kocok buatan rumah untuk kalian."
Anne dan Charlotta Keempat lalu pergi ke belakang
rumah, menuju ladang penggembalaan Mr. Kimball, suatu
lapangan hijau terpencil dengan udara selembut beledu dan
aromanya bagaikan petak bunga violet, dan keemasan
bagaikan batu amber. "Oh, bukankah di sini terasa manis dan segar?" Anne
menghirup udara. "Aku merasa bagaikan menghirup sinar
matahari." "Ya, Ma"am, aku pun begitu. Tepat seperti itulah yang
kurasakan juga, Ma"am," Charlotta Keempat berkata. Dia
pasti akan mengatakan hal yang sama jika Anne berkata
bahwa dia merasa bagaikan seekor pelikan di alam liar.
Setelah Anne mengunjungi Pondok Gema, Charlotta
Keempat selalu naik ke kamar mungilnya di atas dapur dan
berusaha berbicara, bergaya, dan bergerak seperti Anne di
depan cerminnya. Charlotta tidak akan pernah yakin jika dia
cukup berhasil; tetapi latihan membuat semuanya
sempurna, bagaikan Charlotta pernah belajar di sekolah.
Dan, dia sangat berharap, suatu saat nanti dia bisa
menguasai cara mengangkat dagunya dengan anggun,
membuat matanya berbinar-binar, dan menguasai gaya
berjalan bagaikan dia sebatang dahan yang berayun-ayun
ditiup angin. Tampaknya semua itu sangat mudah jika kita
memerhatikan Anne. ~343~ Charlotta Keempat memuja Anne sepenuh hatinya.
Bukan karena dia berpikir bahwa Anne sangat cantik.
Kecantikan Diana Barry, dengan pipinya yang kemerahan
dan rambut ikalnya yang hitam, jauh lebih memenuhi
standar kecantikan Charlotta Keempat daripada pesona
Anne yang bagaikan sinar bulan, dengan mata kelabu dan
pipi pucat yang jarang berubah warna.
"Tapi, aku lebih suka tampak seperti dirimu daripada
tampak cantik," dia berkata dengan jujur kepada Anne.
Anne tertawa, menikmati pujian itu, sekaligus merasa
pedih. Dia telah terbiasa menerima pujian dengan perasaan
campur aduk. Pendapat umum tidak pernah sepakat dalam
menilai penampilan Anne. Orang-orang yang mendengar
bahwa dia cantik sering kali kecewa saat bertemu
dengannya. Orang-orang yang mendengar bahwa dia biasabiasa saja, sering kali bertanya-tanya apakah penglihatan
orang-orang yang berpendapat begitu masih normal. Anne
sendiri tidak akan pernah meyakini bahwa dia bisa dibilang
cantik. Saat bercermin, yang dia lihat hanyalah seraut
wajah mungil yang pucat, dengan tujuh bintik di hidungnya.
Cermin tak pernah menunjukkan diri sejatinya, perasaanperasaan hatinya yang berubah-ubah seperti api yang
kemerahan, ataupun pesona, mimpi, dan tawa yang singgah
bergantian di matanya. Meskipun Anne tidak dianggap cantik oleh semua
standar umum, dia memiliki suatu pesona tertentu yang
samar dan suatu penampilan yang bisa membuat orangorang yang melihatnya merasakan kepuasan yang sangat
menyenangkan dalam penampilannya yang sangat khas
gadis remaja, dengan seluruh potensi yang terasa sangat
kuat. Orang-orang yang paling dekat dengan Anne merasa,
tanpa menyadari bahwa mereka merasakan itu, bahwa hal
~344~ yang paling menarik darinya adalah aura semangat dan
harapan yang menyelubunginya " kekuatan untuk
menentukan masa depan yang ada dalam dirinya. Anne
bagaikan berjalan dengan keyakinan bahwa tak ada yang
tak mungkin. Saat mereka memetik buah, Charlotta Keempat
mengakui ketakutannya tentang Miss Lavendar kepada
Anne. Gadis muda yang berhati hangat itu benar-benar
mengkhawatirkan kondisi majikannya yang dia puja.
"Miss Lavendar tidak baik-baik saja, Miss Shirley,
Ma"am. Aku yakin dia tidak sehat, meskipun tidak pernah
mengeluh. Tampaknya dia tidak seperti dirinya sebelum ini,
Ma"am " sejak kau dan Paul kemari waktu itu. Aku
merasa yakin dia terkena pilek malam itu, Ma"am. Setelah
dia dan kau pergi, dia keluar dan berjalan-jalan di taman
lama sekali setelah gelap, tanpa pelindung apa pun kecuali
sehelai syal kecil. Banyak salju di jalan dan aku yakin dia
kedinginan, Ma"am. Sejak saat itu, aku menyadari bahwa
dia tampak lelah dan kesepian. Dia tidak lagi tampak
tertarik terhadap apa pun, Ma"am. Dia tidak pernah
berpura-pura ada tamu yang akan datang, tidak
mempersiapkan apa-apa, atau melakukan apa-apa, Ma"am.
"Hanya saat kau datang dia tampaknya sedikit ceria.
Dan yang terburuk dari semuanya, Miss Shirley, Ma"am
"." Charlotta Keempat merendahkan suaranya, bagaikan
akan menceritakan sesuatu yang sangat ganjil atau gejala
yang mengerikan " "saat ini dia tidak pernah marah jika
aku memecahkan sesuatu. Yah, Miss Shirley, Ma"am,
~345~ kemarin aku memecahkan mangkuk hijau kunonya yang
selalu terletak di rak buku. Neneknya membawa mangkuk
itu dari Inggris dan Miss Lavendar benar-benar menyayanginya. Aku membersihkan debunya dengan hatihati, Miss Shirley, Ma"am, dan mangkuk itu tergelincir,
begitu saja, sebelum aku bisa menahannya, lalu pecah
menjadi empat puluh juta keping.
"Aku sangat menyesal dan ketakutan. Kupikir Miss
Lavendar akan sangat memarahiku, Ma"am, dan aku lebih
suka dia begitu daripada diam saja. Tapi dia hanya masuk
dan meliriknya sedikit dan berkata, "Tidak apa-apa,
Charlotta. Kumpulkan kepingannya dan buanglah," bagaikan
benda itu bukan mangkuk neneknya dari Inggris. Oh, dia
tidak sehat dan aku merasa sangat tidak enak karenanya.
Tidak ada orang yang menjaganya kecuali aku."
Mata Charlotta Keempat berlinang air mata. Anne
menepuk tangan mungil kecokelatan yang memegang
cangkir retak berwarna merah muda dengan penuh simpati.
"Kupikir Miss Lavendar membutuhkan suatu
perubahan, Charlotta. Dia terlalu lama tinggal di sini
sendirian. Bisakah kita membujuknya untuk melakukan
perjalanan singkat?"
Charlotta menggelengkan kepala dengan cepat, merasa
kecewa. "Kupikir tidak, Miss Shirley, Ma"am. Miss Lavendar
benci kunjungan. Dia hanya memiliki tiga kerabat yang
pernah dia kunjungi dan dia bilang, dia hanya menemui
mereka karena kewajiban sebagai keluarga. Saat terakhir
berkunjung, dia bilang dia tidak akan lagi melakukan
~346~ kewajibannya sebagai keluarga. "Aku pulang ke rumah
dalam keadaan mencintai kesendirian, Charlotta," dia
berkata kepadaku, "dan aku tidak pernah ingin berpisah dari
tanaman rambat dan pohon fig milikku lagi. Kerabatku
berusaha sangat keras untuk membuatku merasa seperti
perempuan tua, dan efeknya buruk bagiku." Hanya seperti
itu, Miss Shirley, Ma"am. "Efeknya buruk bagiku." Jadi,
kupikir tidak ada gunanya membujuknya berkunjung."
"Kita harus mengetahui apa yang bisa kita lakukan,"
Anne memutuskan, sambil menyimpan stroberi terakhir
yang bisa dia petik ke dalam cangkir merah mudanya.
"Segera setelah aku libur, aku akan datang dan
menghabiskan seminggu penuh bersama kalian. Kita akan
berpiknik setiap hari dan berpura-pura melakukan segala
hal yang menarik, dan melihat apakah kita bisa menceriakan
Miss Lavendar." "Itulah yang bisa dilakukan, Miss Shirley, Ma"am," seru
Charlotta Keempat dengan gembira. Dia merasa senang
untuk Miss Lavendar dan dirinya sendiri. Selama seminggu
penuh, dia bisa mempelajari tingkah laku Anne dengan
teratur, dan dia yakin akan mampu mempelajari bagaimana
caranya bergerak dan bertingkah seperti gadis itu.
Saat kedua gadis itu kembali ke Pondok Gema, mereka
melihat bahwa Miss Lavendar dan Paul telah mengeluarkan
meja segi empat kecil dari dapur ke taman, dan telah
mempersiapkan segalanya untuk minum teh. Tidak ada


Buku 2 Anne Of Avonlea Karya Lucy Maud Montgomery di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang terasa senikmat stroberi dan krim itu, disantap di
bawah langit biru yang luas, dihiasi gumpalan kecil awan
putih, dan dinaungi bayangan-bayangan panjang hutan
~347~ dengan desisan dan gumamannya. Setelah minum teh,
Anne membantu Charlotta mencuci peralatan makan di
dapur, sementara Miss Lavendar duduk di bangku batu
bersama Paul dan mendengarkan cerita tentang manusiamanusia batunya. Miss Lavendar yang manis adalah
pendengar yang baik, tetapi pada saat terakhir, Paul
menyadari bahwa tiba-tiba Miss Lavendar kehilangan minat
terhadap si Pelaut Kembar.
"Miss Lavendar, mengapa Anda menatapku seperti
itu?" dia bertanya dengan muram.
"Seperti apa aku menatapmu, Paul?"
"Kelihatannya, Anda menatapku seperti membayangkan seseorang di dalam benak Anda," jawab
Paul, yang punya pengamatan yang sangat bagus akan
orang-orang di sekelilingnya, sehingga orang sulit
menyimpan rahasia darinya.
"Kau benar-benar memikirkan seseorang yang kukenal
sudah lama sekali," sahut Miss Lavendar, menerawang.
"Saat Anda masih muda?"
"Ya, saat aku masih muda. Apakah aku tampak sangat
tua bagimu, Paul?" "Anda tahu, aku tak yakin tentang itu" tanya Paul
dengan penuh percaya diri. "Rambut Anda tampak tua "
aku belum pernah melihat seorang perempuan muda dengan
rambut putih seperti Anda. Tapi, mata Anda semuda dan
seindah mata Ibu Guruku yang cantik saat Anda tertawa.
Kuberi tahu, Miss Lavendar" suara dan wajah Paul tampak
sangat serius, seperti ekspresi seorang hakim"Kupikir, Anda
pasti akan menjadi ibu yang hebat. Aku mengetahuinya dari
tatapan mata Anda " tatapan yang selalu dimiliki oleh
~348~ ibuku yang mungil. Kupikir, sayang sekali Anda sendiri tidak
memiliki anak lelaki."
"Aku memiliki seorang anak lelaki idaman, Paul."
"Oh, benarkah" Sebesar apa dia?"
"Kupikir sebaya denganmu. Mungkin dia lebih tua,
karena aku memimpikannya lama sebelum kau lahir. Tapi,
aku tidak pernah membiarkannya bertambah usia lebih dari
sebelas atau dua belas tahun, karena jika aku
membayangkannya bertambah usia, dia mungkin akan
tumbuh dewasa, lalu aku akan kehilangan dirinya."
"Aku tahu," Paul mengangguk. "Itulah keindahan dari
orang-orang khayalan " mereka tetap berusia seperti yang
kita inginkan. Anda dan Ibu Guruku yang cantik dan aku
sendiri adalah orang-orang di dunia ini yang kuketahui
memiliki orang-orang khayalan itu. Bukankah lucu dan
menyenangkan, bagaimana kita semua bisa saling
mengenal" Tapi, kupikir orang-orang semacam kita akan
selalu saling mengenal. Nenek tidak pernah memiliki orangorang khayalan, dan Mary Joe berpikir aku kurang waras
karena sering membayangkannya. Tapi, kupikir sungguh
menyenangkan memiliki orang-orang khayalan. Anda tahu,
Miss Lavendar. Ceritakanlah kepadaku tentang anak lelaki
impian Anda." "Dia memiliki mata biru dan rambut ikal. Dia
menyelinap masuk dan membangunkan aku dengan sebuah
kecupan setiap pagi. Kemudian, sepanjang siang, dia
bermain di sini, di taman " dan aku bermain bersamanya.
Banyak sekali permainan yang kami lakukan. Kami
berlomba lari dan berbicara dengan gema-gema; dan aku
menceritakan kisah-kisah kepadanya. Dan saat senja tiba
"." ~349~ "Aku tahu," sela Paul dengan penuh semangat. "Dia
mendekat dan duduk di sebelah Anda " Begitu " tentu
saja, pada usia dua belas tahun, dia akan terlalu besar untuk
duduk di pangkuan Anda " dan menyandarkan kepalanya
di bahu Anda " Begitu " dan, Anda melingkarkan lengan
di tubuhnya dan memeluknya dengan erat, erat, dan
menempelkan pipi Anda di kepalanya " ya, tepat seperti
itu. Oh, Anda Benar-Benar tahu, Miss Lavendar."
Anne menemukan mereka berdua di sana saat dia
keluar dari rumah batu, dan suatu ekspresi di wajah Miss
Lavendar membuat Anne benci harus mengusik mereka.
"Aku khawatir kita harus pergi, Paul, jika kita ingin
pulang sebelum gelap. Miss Lavendar, aku akan
mengundang diriku sendiri ke Pondok Gema selama
seminggu penuh, dengan segera."
"Jika kau hanya berada di sini seminggu, aku akan
menahanmu hingga dua minggu," ancam Miss Lavendar
sambil tersenyum. ~350~ ~351~ Sang Pangeran Kembali ke Istana Ajaib Mrs. Harmon Andrews, Mrs. Peter Sloane, dan Mrs.
William Bell berjalan pulang bersama-sama dan
membicarakannya. "Aku benar-benar berpikir, sayang sekali Anne harus
pergi saat anak-anak begitu terikat kepadanya," desah Mrs.
Peter Sloane, yang memiliki kebiasaan mendesah karena
segala sesuatu, bahkan menutup leluconnya dengan suatu
desahan. "Meskipun tentu saja," dia menambahkan dengan
terburu-buru, "kita semua tahu, kita juga akan mendapatkan
seorang guru yang baik tahun depan."
"Jane akan melakukan tugasnya, aku tidak ragu," sahut
Mrs. Andrews kaku. "Kupikir dia tidak akan menceritakan
begitu banyak kisah fantasi kepada anak-anak atau
menghabiskan begitu banyak waktu untuk berkeliaran di
hutan bersama mereka. Tapi, namanya sudah tercantum di
Daftar Kehormatan Dewan Pengawas Sekolah, dan orang~352~ orang Newbridge pasti benar-benar kehilangan jika dia
pergi." "Aku benar-benar senang Anne bisa masuk perguruan
tinggi," kata Mrs. Bell. "Dia selalu menginginkannya, dan
itu akan menjadi hal yang sangat menyenangkan baginya."
"Yah, aku tidak tahu." Mrs. Andrews bertekad untuk
tidak sepenuhnya sepakat dengan semua orang pada hari
itu. "Aku tidak menganggap Anne membutuhkan pendidikan tambahan lagi. Dia mungkin akan menikah
dengan Gilbert Blythe, jika Gilbert Blythe masih tertarik
kepadanya hingga dia lulus dari perguruan tinggi. Lalu, apa
gunanya bahasa Latin dan Yunani untuk Anne" Jika di
perguruan tinggi diajarkan tentang cara mengatur seorang
lelaki, maka kepergian Anne akan sedikit berguna."
Mrs. Harmon Andrews, menurut gosip yang beredar di
Avonlea, tidak pernah belajar bagaimana cara mengatur
"lelakinya", dan hasilnya, rumah tangga Keluarga Andrews
sama sekali bukan suatu contoh kebahagiaan dan
ketenteraman. "Aku mendengar Charlottetown memanggil Mr. Allan
sebelum pertemuan Gereja Presbyterian," kata Mrs. Bell.
"Itu berarti kita juga akan segera kehilangan Mr. Allan,
kurasa." "Mereka tidak akan pergi sebelum bulan September,"
sahut Mrs. Sloane. "Masyarakat kita akan sangat
kehilangan dirinya " meskipun aku selalu berpendapat
bahwa Mrs. Allan berpakaian terlalu indah untuk seorang
istri pendeta. Tapi, tidak ada di antara kita yang sempurna.
Apakah kalian menyadari betapa rapi dan necisnya Mr.
~353~ Harrison hari ini" Aku tidak pernah melihat seorang lelaki
yang berubah begitu banyak. Dia pergi ke gereja setiap
Minggu dan telah menyumbangkan uang."
"Bukankah Paul Irving tumbuh menjadi seorang anak
lelaki bertubuh besar?" tanya Mrs. Andrews. "Dia benarbenar mungil untuk anak seusianya saat datang kemari.
Aku nyaris tidak mengenalinya hari ini. Dia semakin
tampak seperti ayahnya."
"Dia anak yang pintar," kata Mrs. Bell.
"Dia cukup pintar, tapi"Mrs. Andrews merendahkan
suaranya"Aku yakin dia sering menceritakan kisah-kisah
ganjil. Suatu hari minggu lalu, Gracie pulang sekolah dan
memberi tahu kisah panjang yang Paul ceritakan kepadanya
tentang orang-orang yang tinggal di pantai " kisah yang
sama sekali tidak ada kebenarannya, kalian tahu. Aku
melarang Gracie untuk memercayainya, dan dia berkata,
Paul memang tidak menyuruh dia memercayainya. Tapi,
jika tidak, untuk apa Paul bercerita kepadanya?"
"Anne berkata Paul adalah seorang anak genius," kata
Mrs. Sloane. "Mungkin saja. Kita tidak pernah mengetahui secara
pasti seperti apa orang-orang Amerika itu," kata Mrs.
Andrews. Satu-satunya pengetahuan Mrs. Andrews
tentang kata "genius" didapatkan dari gaya percakapan
nonformal yang menjuluki orang eksentrik sebagai "seorang
genius ganjil". Dia mungkin berpikir, sama seperti Mary
Joe, itu artinya seseorang yang memiliki masalah besar
dengan cerita-cerita khayalannya.
Sementara itu, di ruang kelas sekolah, Anne duduk
sendirian di mejanya, seperti saat pertama kalinya dia duduk
di sekolah dua tahun sebelumnya, wajahnya bersandar di
~354~ tangannya, matanya yang berkaca-kaca menatap sedih ke
jendela, ke arah Danau Riak Air Berkilau. Hatinya begitu
pedih karena perpisahan dengan murid-muridnya, sehingga
untuk saat itu, perguruan tinggi kehilangan seluruh daya
tariknya. Dia masih merasakan rangkulan lengan Annetta
Bell di lehernya dan mendengar rengekan kekanakkanakannya, "Aku Tidak Akan Pernah menyayangi guru
lain seperti menyayangimu, Miss Shirley, tidak pernah, tidak
akan pernah." Selama dua tahun, dia telah bekerja dengan sungguhsungguh dan tak pernah menyerah, membuat banyak
kesalahan, dan belajar dari kesalahan-kesalahan itu. Dia
telah mendapatkan imbalan yang setimpal. Dia telah
mengajarkan sesuatu kepada murid-muridnya, tetapi dia
merasa bahwa mereka yang jauh lebih banyak mengajarinya " pelajaran tentang kelembutan,
pengendalian diri, kebijaksanaan yang murni, dan
pengetahuan akan perasaan anak-anak.
Mungkin dia tidak berhasil "menginspirasi" ambisi
menakjubkan apa pun dalam murid-muridnya. Namun, dia
telah mendidik mereka lebih dengan kepribadiannya sendiri
yang manis daripada prinsip-prinsip yang dia pikirkan
dengan saksama bahwa mereka harus berusaha menjalani
kehidupan mereka dengan murah hati dan penuh kebaikan,
memegang erat prinsip-prinsip kebenaran, kesopanan, dan
kemurahan hati, serta menjauhi semua kepalsuan,
kekejaman, dan segala sesuatu yang bersifat vulgar.
Mungkin, mereka semua tidak sadar telah mempelajari halhal ini; tetapi mereka akan mengingat dan
mempraktikkannya lama setelah mereka melupakan ibu
kota Afghanistan dan tanggal berlangsungnya Perang
Mawar. "Sebuah bab lagi dalam kehidupanku telah berakhir,"
~355~ kata Anne keras-keras, saat mengunci mejanya. Dia
merasa sangat sedih mengingatnya, tetapi romansa dalam
ide "bab yang berakhir" ternyata sedikit membuatnya
nyaman. Anne menghabiskan dua minggu awal liburannya di
Pondok Gema dan semua orang mengalami waktu yang
menyenangkan. Dia mengajak Miss Lavendar dalam suatu ekspedisi
berbelanja ke kota, dan membujuk perempuan itu membeli
sebuah bahan untuk gaun organdy baru; kemudian terlibat
dalam kegembiraan memotong dan menjahitnya bersamasama, sementara Charlotta Keempat yang riang menjelujur
dan membersihkan sisa-sisa potongannya. Miss Lavendar
memprotes bahwa dia tidak begitu tertarik pada apa pun,
tetapi matanya kembali berbinar saat membayangkan
gaunnya yang cantik. "Betapa konyol dan tiada gunanya diriku," dia
mendesah. "Aku benar-benar malu memikirkan bahwa
gaun baru itu bahkan bahan organdy-nya yang berwarna
biru muda ternyata bisa membuatku merasa girang,
sementara suatu perbuatan baik dan sumbangan tambahan
untuk Misi Gereja di Luar Negeri tidak mampu membuatku
seriang ini." Di tengah-tengah kunjungannya, suatu siang Anne
pulang ke Green Gables selama sehari untuk memperbaiki
stoking si kembar dan menjawab pertanyaan-pertanyaan
Davy yang sudah menumpuk. Pada malam harinya, dia
pergi ke jalan pantai untuk menemui Paul Irving. Saat dia
melewati jendela rendah ruang duduk Keluarga Irving yang
berbentuk segi empat, dia melihat sekilas bahwa Paul
sedang duduk di pangkuan seseorang, tetapi saat
berikutnya, Paul sudah berlari menyambutnya.
~356~ "Oh, Miss Shirley," Paul memekik penuh semangat,
"kau tidak akan bisa menebak apa yang terjadi! Sesuatu
yang sangat menakjubkan. Ayah di sini " bayangkan! Ayah
di sini! Silakan masuk. Ayah, ini guruku yang cantik. Kau
pasti tahu, Ayah."

Buku 2 Anne Of Avonlea Karya Lucy Maud Montgomery di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Stephen Irving mendekat dan menyapa Anne dengan
sebuah senyuman. Dia adalah seorang lelaki paruh baya
yang tinggi dan tampan, dengan rambut berwarna kelabu
seperti besi, mata biru yang gelap, serta wajah kuat yang
murung, dengan garis-garis kuat yang indah di dagu dan
keningnya. Tepat seperti wajah seorang tokoh utama dalam
kisah romantis, Anne berpikir sambil merasa tergetar
karena kepuasan yang tak terperi. Sungguh mengecewakan
harus bertemu dengan seseorang yang bisa menjadi seorang
tokoh utama kisah romantis dan menemukan bahwa dia
botak atau bungkuk, atau tidak terlalu tampan. Anne pasti
akan merasa ngeri jika objek romansa Miss Lavendar tidak
tampak seperti Stephen Irving.
"Jadi, ini "guru cantik" putraku yang mungil, yang sudah
sangat sering kudengar," sapa Mr. Irving sambil menjabat
tangan Anne dengan hangat. "Surat-surat Paul penuh cerita
tentangmu, Miss Shirley, sehingga aku merasa sudah cukup
mengenalmu. Aku ingin berterima kasih kepadamu atas
segala yang kau lakukan bagi Paul. Kupikir pengaruh
darimu adalah hal yang benar-benar dia butuhkan. Ibu
memang salah seorang perempuan terbaik dan paling
berbudi, tapi sifat khas Skotlandianya yang keras dan blak
blakan membuatnya tidak selalu bisa mengerti temperamen
putraku. Kau memiliki sifat-sifat yang tidak dimiliki ibuku.
Berkat kalian berdua, kupikir pendidikan Paul di sini selama
dua tahun terakhir nyaris sempurna bagi seorang anak lelaki
yang tidak memiliki ibu."
~357~ Semua orang senang dipuji. Mendengar sanjungan Mr.
Irving, wajah Anne "merona merah bagaikan mawar
mekar", dan seluruh pria yang sibuk dan lelah di dunia ini,
saat melihatnya, pasti akan berpikir bahwa mereka belum
pernah melihat gadis yang lebih cantik dan manis daripada
guru sekolah mungil "dari timur" yang berambut merah dan
mata berbinar-binar ini. Paul duduk di antara mereka dengan sangat gembira.
"Aku tidak pernah bermimpi Ayah datang," dia berkata
dengan ceria. "Bahkan Nenek pun tidak mengetahuinya. Ini
adalah kejutan yang sangat hebat. Meskipun sebenarnya
?" Paul menggelengkan rambut ikal cokelatnya dengan
muram " "aku tidak suka dikejutkan. Kita kehilangan
seluruh kegembiraan penantian saat dikejutkan. Tapi, dalam
kasus seperti ini, tidak apa-apa. Ayah datang tadi malam
setelah aku tidur. Dan setelah Nenek serta Mary Joe tidak
lagi merasa kaget, Ayah dan Nenek naik ke lantai atas
untuk melihatku, tanpa bermaksud membangunkanku hingga
pagi. Tapi, aku langsung bangun dan melihat Ayah. Kuberi
tahu, aku langsung menubruknya."
"Dengan pelukan erat seperti beruang," Mr. Irving
menimpali, melingkarkan lengannya di bahu Paul sambil
tersenyum. "Aku benar-benar sulit mengenali anakku,
karena dia telah tumbuh begitu besar, berkulit cokelat, dan
tampak gagah." "Aku tidak tahu siapa yang lebih senang bertemu
dengan Ayah, Nenek atau aku," Paul melanjutkan. "Nenek
berada di dapur sepanjang hari untuk membuatkan makanan
kesukaan Ayah. Nenek tidak bisa memercayakan pekerjaan
itu kepada Mary Joe, katanya. Itulah cara Nenek
menunjukkan kegembiraan. Aku lebih senang duduk dan
berbicara dengan Ayah. Tapi, aku akan meninggalkan kalian
sebentar jika boleh. Aku harus menjemput sapi-sapi untuk
~358~ Mary Joe. Itu adalah salah satu tugas harianku."
Sementara Paul pergi untuk melakukan "tugas
hariannya", Mr. Irving berbincang-bincang tentang berbagai
hal dengan Anne. Namun, Anne merasa bahwa Mr. Irving
sedang memikirkan hal lain selama pembicaraan itu.
Akhirnya, hal itu muncul ke permukaan.
"Dalam surat Paul yang terakhir, dia bercerita jika dia
pergi denganmu mengunjungi seorang " teman lamaku "
Miss Lewis di rumah batu di Grafton. Apakah kau
mengenalnya dengan baik?"
"Ya, sebenarnya, dia adalah sahabatku," jawab Anne
tenang, tidak memberikan tanda-tanda bahwa tiba-tiba dia
merasa gemetar dari ujung kepala hingga ujung kaki
mendengar pertanyaan Mr. Irving. Anne "merasakan
firasat" bahwa suatu kisah romantis sedang mengintip ke
arahnya di balik sebuah kelokan.
Mr. Irving berdiri dan berjalan ke jendela, menatap ke
arah laut bergelora yang luas dan keemasan, dengan angin
ribut yang terus berembus. Selama beberapa saat, ada
keheningan di ruangan kecil berdinding gelap itu. Kemudian,
dia berbalik dan menatap wajah Anne yang penuh simpati
sambil tersenyum, setengah geli, setengah lembut.
"Aku ingin tahu berapa banyak yang kau ketahui," dia
berkata. "Aku mengetahui semuanya," jawab Anne dengan
jujur. "Anda tahu," dia menjelaskan dengan terburu-buru,
"Miss Lavendar dan aku sangat akrab. Dia tidak akan
menceritakan apa pun yang sepenting itu kepada orang
sembarangan. Kami ini belahan jiwa."
"Ya, aku percaya kalian adalah belahan jiwa. Baiklah,
~359~ aku akan minta tolong padamu. Aku ingin pergi dan
mengunjungi Miss Lavendar jika dia mengizinkan. Maukah
kau menanyakan kepadanya, apakah aku boleh datang?"
Apakah Miss Lavendar akan membolehkannya" Oh,
tentu saja dia akan mengizinkan Mr. Irving datang! Ya, ini
adalah suatu kisah romantis, suatu hal yang nyata, dengan
seluruh pesona rima, cerita indah, dan impian. Mungkin ini
sedikit terlambat; seperti sekuntum bunga mawar yang
mekar pada bulan Oktober meskipun seharusnya dia mekar
pada bulan Juni; tetapi bunga itu tetap bunga mawar,
dengan seluruh keindahan dan keharumannya, dengan
semburat keemasan di bagian tengah kelopaknya. Belum
pernah sebelumnya, kaki Anne menanggung beban suatu
tugas yang sangat berat daripada berjalan menyusuri hutan
beech ke Grafton keesokan paginya. Dia menemukan Miss
Lavendar di taman. Anne benar-benar bergairah.
Tangannya dingin dan suaranya gemetar.
"Miss Lavendar, aku memiliki sebuah kabar untukmu
" sesuatu yang sangat penting. Bisakah kau menebak apa
itu?" Anne tidak pernah menduga bahwa Miss Lavendar
akan bisa Menebaknya, tetapi wajah Miss Lavendar
berubah menjadi sangat pucat dan dia berbicara dengan
suara yang pelan dan kaku seluruh warna dan kilau pesona
yang biasa terdengar dalam suara Miss Lavendar tiba-tiba
menguap. "Stephen Irving pulang?"
"Bagaimana kau tahu" Siapa yang memberitahumu?"
pekik Anne dengan kecewa, merasa kesal karena
rahasianya dengan mudah bisa ditebak.
"Tidak ada. Aku tahu bahwa hal itu terjadi, hanya dari
caramu berbicara." ~360~ "Dia ingin berkunjung dan menemuimu," kata Anne.
"Bolehkah aku mengatakan kepadanya bahwa dia boleh
melakukannya?" "Ya, tentu saja," jawab Miss Lavendar cepat. "Tidak
ada alasan yang melarangnya. Dia bisa datang sebagai
teman lamaku." Anne memiliki pendapatnya sendiri tentang hal itu,
sehingga dia terburu-buru masuk ke rumah untuk menulis
pesan di meja Miss Lavendar.
"Oh, sungguh menakjubkan bisa hidup dalam sebuah
buku cerita," dia berpikir dengan ceria. "Semua akan
berjalan lancar, tentu saja harus begitu dan Paul akan
memiliki seorang ibu yang benar-benar cocok dengannya,
dan semua orang akan bahagia. Tapi, Mr. Irving akan
membawa Miss Lavendar pergi dan siapa yang bisa
mengetahui apa yang akan terjadi pada rumah batu kecil
ini" Jadi, ada keuntungan dan kerugiannya, seperti yang
juga terdapat pada segalanya di dunia ini." Pesan penting itu
sudah ditulis dan Anne sendiri yang membawanya ke kantor
pos Grafton. Di sana, dia menemui pembawa surat dan
memintanya untuk meninggalkan surat itu di kantor pos
Avonlea. "Ini pesan yang sangat penting," Anne meyakinkan si
pembawa pesan dengan gelisah. Si pembawa pesan adalah
seorang lelaki tua penggerutu yang sama sekali tidak mirip
sesosok malaikat kecil pembawa pesan cinta, dan Anne
sama sekali tidak yakin apakah ingatan si pembawa pesan
bisa dipercaya. Namun, pembawa pesan itu berkata dia
akan mengerahkan usaha terbaiknya untuk mengingat, dan
Anne harus memercayainya.
Charlotta Keempat merasa bahwa ada suatu misteri
yang menyelubungi rumah batu pada sore itu " sebuah
misteri yang tidak dia ketahui. Miss Lavendar menjelajahi
~361~ taman sambil melamun. Anne juga, yang tampaknya
dikuasai kegelisahan, berjalan mondar-mandir, naik turun.
Charlotta Keempat menahan diri hingga kesabarannya
habis; kemudian dia mencegat Anne saat gadis muda
romantis itu ketiga kalinya berkeliaran tanpa tujuan di dapur.
"Tolonglah, Miss Shirley, Ma"am," kata Charlotta
Keempat, sambil menepuk keningnya yang sangat biru
dengan penuh semangat, "dengan jelas aku melihat bahwa
kau dan Miss Lavendar memiliki sebuah rahasia. Dan
kupikir, aku minta maaf jika aku terlalu kurang ajar, Miss
Shirley, Ma"am, kalian benar-benar kejam jika tidak
memberitahuku, karena kita semua sudah begitu akrab."
"Oh, Charlotta Sayang, aku pasti akan menceritakan
semuanya kepadamu jika ini adalah rahasiaku. Tapi, ini
adalah rahasia Miss Lavendar, kau tahu. Aku akan
memberi tahu ini saja kepadamu " dan jika itu tidak terjadi,
kau tidak boleh membocorkan sepatah kata pun tentang itu
kepada siapa pun. Kau tahu, sang Pangeran Idaman akan
datang malam ini. Dia pernah datang pada masa lalu, tapi
karena kejadian konyol, dia pergi dan menjelajah jauh, lalu
melupakan rahasia jalan setapak magis menuju istana ajaib,
di mana seorang putri sedang meratapi kesetiaan hatinya
kepada sang Pangeran. Tapi, akhirnya, sang Pangeran
mengingat jalan itu lagi, dan sang Putri masih menanti "
karena tidak ada orang selain pangerannya tersayang yang
bisa meluluhkan hatinya."
"Oh, Miss Shirley, Ma"am, apa maksud cerita itu dalam
kata-kata yang bisa dimengerti?" Charlotta yang terkesima
menarik napas tiba-tiba. Anne tertawa. "Maksudnya, seorang teman lama Miss Lavendar akan
datang menemuinya malam ini."
~362~ "Apakah yang kau maksud adalah mantan kekasihnya?" desak Charlotta yang blak blakan.
"Mungkin itu yang kumaksud " dalam kata-kata yang
bisa dimengerti," jawab Anne dengan serius. "Dia adalah
ayah Paul " Stephen Irving. Dan hanya Tuhan yang tahu
apa yang akan terjadi setelah itu, tapi kita harus
mengharapkan yang terbaik, Charlotta."
"Kuharap dia akan menikahi Miss Lavendar," itu
adalah jawaban tegas Charlotta. "Beberapa orang
perempuan sejak awal sudah berniat menjadi perawan tua,
dan aku khawatir aku salah satu dari mereka, Miss Shirley,
Ma"am, karena aku hanya memiliki sedikit kesabaran
dengan para pemuda. Tapi, Miss Lavendar tidak pernah
begitu. Dan aku benar-benar khawatir, memikirkan apa
yang akan dia lakukan jika aku telah tumbuh dewasa dan
Harus pergi ke Boston. Tidak ada lagi anak perempuan di
keluarga kami, dan tidak ada yang tahu apa yang akan dia
lakukan jika yang bekerja di sini adalah orang asing, yang
mungkin menertawakan kepura-puraannya dan meninggalkan benda-benda tidak pada tempatnya, serta
tidak mau dipanggil Charlotta Kelima. Dia bisa saja
mendapatkan seseorang yang tidak seceroboh aku dalam
hal memecahkan piring, tapi dia tidak akan pernah
mendapatkan seseorang yang lebih menyayanginya."
Dan pelayan mungil yang setia itu berlari ke oven
sambil menahan sedu sedan.
Mereka minum teh seperti biasa di Echo Lodge malam
itu; tetapi tidak ada yang bisa makan apa pun. Setelah
minum teh, Miss Lavendar pergi ke kamar tidurnya dan
mengenakan gaun organdy biru terangnya, sementara Anne
menata rambutnya. Keduanya benar-benar bergairah; tetapi
Miss Lavendar berpura-pura sangat tenang dan tidak
peduli. ~363~ "Aku benar-benar harus membetulkan sobekan tirai itu
besok," dia berkata gugup, memeriksanya bagaikan
sobekan itu adalah satu-satunya hal penting saat itu. "Tiraitirai itu tidak tampak sebagus seharusnya, mengingat harga
yang kubayarkan. Astaga, Charlotta lupa membersihkan
debu di pinggiran tangga Lagi. Aku benar-benar Harus
menegurnya tentang itu."
Anne sedang duduk di tangga beranda saat Stephen
Irving muncul di jalan sempit dan menyusuri taman.
"Di tempat ini waktu seakan terhenti," katanya,
memandang berkeliling dengan mata berbinar. "Tidak ada
yang berubah dengan rumah atau taman ini sejak aku
berada di sini dua puluh lima tahun yang lalu. Ini
membuatku kembali merasa muda."
"Anda tahu, waktu memang selalu bagaikan terhenti di
sebuah istana ajaib,"sahut Anne sungguh-sungguh. "Hanya


Buku 2 Anne Of Avonlea Karya Lucy Maud Montgomery di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ketika sang pangeran datang, waktu mulai berjalan
kembali." Mr. Irving tersenyum sedikit sendu sambil menatap
wajah Anne yang ceria, begitu cerah dengan kemudaan dan
harapan yang dia rasakan.
"Kadang-kadang, sang pangeran datang terlambat,"
Mr. Irving berkata. Dia tidak meminta Anne menerjemahkan kalimatnya ke dalam kata-kata yang bisa
dimengerti. Seperti semua belahan jiwa, dia "mengerti".
"Oh, tidak, tidak jika dia adalah seorang pangeran sejati
yang akan menemui seorang putri sejati," bantah Anne,
menggelengkan kepala berambut merahnya dengan tegas,
sambil membuka pintu ruang tamu. Saat Mr. Irving sudah
masuk, dia menutup pintu rapat-rapat di belakang lelaki itu,
lalu berbalik dan menghadapi Charlotta Keempat, yang
~364~ berada di ruang tengah, dengan "senyuman lebar dengan
sejuta arti". "Oh, Miss Shirley, Ma"am," Charlotta mengembuskan
napas. "Aku mengintip dari jendela dapur " dan dia benarbenar tampan " dan umurnya benar-benar sesuai untuk
Miss Lavendar. Dan oh, Miss Shirley, Ma"am, apakah
menurutmu buruk jika kita menguping dari pintu?"
"Oh, itu sangat buruk, Charlotta," kata Anne dengan
tegas, "jadi, kau harus ikut bersamaku, agar bisa terhindar
dari godaan itu." "Aku tidak bisa melakukan apa pun, dan sungguh
menyebalkan, tidak mengerjakan apa-apa selain
menunggu," desah Charlotta. "Bagaimana jika dia sama
sekali tidak melamar Miss Lavendar, Miss Shirley, Ma"am"
Kita tidak akan pernah bisa memercayai kaum lelaki.
Kakakku, Charlotta Pertama, pernah berpikir bahwa dia
bertunangan dengan seorang lelaki. Tapi, ternyata Lelaki itu
memiliki pendapat yang berbeda, dan Charlotta Pertama
bilang, dia tidak akan pernah memercayai salah satu dari
mereka lagi. Dan aku mendengar sebuah kisah lain, saat
seorang lelaki berpikir bahwa dia sangat menginginkan
seorang perempuan, ternyata yang sangat dia inginkan
adalah saudara perempuannya sendiri. Ketika seorang lelaki
tidak mengetahui pasti perasaannya, Miss Shirley, Ma"am,
bagaimana seorang perempuan malang bisa yakin
kepadanya?" "Kita akan pergi ke dapur dan membersihkan sendoksendok perak," kata Anne. "Itu adalah suatu tugas yang
untungnya tidak mengharuskan kita banyak berpikir "
karena aku Tidak Bisa berpikir malam ini. Dan tugas itu
akan menghabiskan waktu."
Pekerjaan itu selesai dalam waktu satu jam. Kemudian,
saat Anne baru saja meletakkan sendok mengilap yang
~365~ terakhir, mereka mendengar pintu depan tertutup. Keduanya saling bertatapan khawatir.
"Oh, Miss Shirley, Ma"am," Charlotta mendesah, "jika
dia pergi secepat ini, tidak ada sesuatu yang terjadi, dan
tidak akan pernah terjadi." Mereka berlari ke jendela. Mr.
Irving ternyata tidak berniat pergi. Dia dan Miss Lavendar
berjalan perlahan-lahan menyusuri jalan setapak di tengah
taman menuju bangku batu.
"Oh, Miss Shirley, Ma"am, dia melingkarkan lengan di
pinggang Miss Lavendar," bisik Charlotta Keempat dengan
gembira. "Dia pasti telah melamar Miss Lavendar. Jika
tidak, Miss Lavendar pasti tidak akan pernah
mengizinkannya." Anne menangkap pinggang Charlotta Keempat yang
montok, lalu mengajaknya berdansa mengelilingi dapur,
hingga mereka berdua kehabisan napas.
"Oh, Charlotta," Anne memekik gembira. "Aku bukan
peramal maupun seorang putri peramal, tapi aku akan
meramalkan sesuatu. Akan ada sebuah pernikahan di
rumah batu tua ini sebelum daun-daun pohon mapel
berubah warna menjadi kemerahan. Apakah kau ingin itu
diterjemahkan dalam kata-kata yang bisa dimengerti,
Charlotta?" "Tidak, aku bisa mengerti," sahut Charlotta. "Sebuah
pernikahan bukan puisi. Hei, Miss Shirley, Ma"am, kau
menangis" Mengapa?"
"Oh, karena semua ini sangat indah " sangat mirip
kisah-kisah dalam buku " dan romantis " dan
menyedihkan," jawab Anne, mengedip-ngedipkan matanya
yang berair. "Semua ini benar-benar indah " tapi ada
sedikit kesedihan juga di dalamnya, tentu saja."
~366~ "Oh, tentu saja pasti ada suatu risiko untuk menikahi
seseorang," ujar Charlotta Keempat, "tapi, jika semua telah
dikatakan dan dilakukan, Miss Shirley, Ma"am, banyak hal
yang lebih buruk daripada seorang suami."
~367~ Puisi dan Prosa Semua orang yang mengetahui kisah Miss Lavendar
merasa sangat bahagia. Paul Irving terburu-buru ke
Green Gables untuk menceritakan berita itu kepada Anne
segera setelah ayahnya memberi tahu kabar itu.
"Aku tahu, aku bisa memercayai Ayah untuk memilih
seorang ibu kedua untukku yang mungil dan baik hati," dia
berkata dengan bangga. "Sungguh menyenangkan memiliki
seorang ayah yang bisa kita andalkan, Ibu Guru. Aku
memang menyayangi Miss Lavendar. Nenek juga senang.
Nenek bilang, dia benar-benar senang karena Ayah tidak
memilih seorang Amerika sebagai istri keduanya, karena
meskipun pada kesempatan pertama pilihan Ayah ternyata
tepat, hal seperti itu tak akan terjadi dua kali. Mrs. Lynde
berkata, dia benar-benar menyetujui pernikahan itu dan
berpikir bahwa Miss Lavendar tidak akan dianggap aneh
lagi. Sekarang dia akan dianggap orang biasa, karena dia
akan menikah. Tapi, kuharap Miss Lavendar tidak akan
kehilangan pikiran-pikiran anehnya, Ibu Guru, karena aku
menyukainya. Dan aku tidak ingin dia menjadi seperti orang
lain yang biasa saja. Terlalu banyak orang biasa di sekeliling
kita. Kau pasti tahu, Ibu Guru."
Charlotta Keempat adalah orang lain yang juga
gembira. ~368~ "Oh, Miss Shirley, Ma"am, semua berubah menjadi
sangat indah. Saat Mr. Irving dan Miss Lavendar kembali
dari menara mereka, aku akan pergi ke Boston dan tinggal
bersama mereka " dan aku baru berusia lima belas tahun,
sementara gadis-gadis lain belum bisa pergi ke sana hingga
berumur enam belas tahun. Bukankah Mr. Irving hebat"
Bahkan dia memuja tanah yang Miss Lavendar pijak, dan
kadang-kadang aku merasa sangat gelisah jika melihat
tatapan matanya saat dia memandang Miss Lavendar.
Semua terlalu mengejutkan, Miss Shirley, Ma"am. Aku
benar-benar bersyukur karena mereka begitu saling terikat.
Itu jalan yang terbaik, saat semua sudah terjadi, meskipun
beberapa orang bisa bertahan tanpa hal itu. Aku memiliki
seorang bibi yang telah menikah tiga kali. Dia bilang,
pernikahan pertamanya karena cinta, dan dua pernikahan
berikutnya benar-benar hanya bersifat bisnis, dan dia
bahagia menjalani ketiganya, kecuali saat-saat pemakaman.
Tapi, kupikir bibiku mengambil suatu risiko, Miss Shirley,
Ma"am." "Oh, semua ini sangat romantis," desah Anne kepada
Marilla malam itu. "Jika aku tidak mengambil jalan yang
salah saat pergi ke rumah Mr. Kimball, aku tidak akan
pernah mengenal Miss Lavendar, dan jika aku tidak
bertemu dengannya, aku tidak akan pernah mengajak Paul
ke sana " dan dia tidak akan pernah menulis surat kepada
Ayahnya, menceritakan kunjungannya kepada Miss
Lavendar, tepat saat Mr. Irving akan menuju San Fransisco.
Mr. Irving berkata, saat menerima surat itu, dia berubah
pikiran sehingga mengutus rekanannya ke San Fransisco,
dan malah pulang ke sini. Dia belum pernah mendengar
kabar apa pun tentang Miss Lavendar selama lima belas
tahun. ~369~ "Seseorang bercerita kepadanya jika Miss Lavendar
sudah menikah, dan dia berpikir kabar itu benar, dan tidak
pernah menanyakan apa pun tentang Miss Lavendar
kepada siapa pun. Dan sekarang, segalanya telah berjalan
lancar. Dan aku berperan dalam mewujudkan hal itu.
Mungkin, seperti yang Mrs. Lynde katakan, segalanya telah
ditakdirkan dan memang akan terjadi. Namun, meskipun
begitu, sungguh menyenangkan untuk berpikir bahwa aku
adalah suatu alat yang digunakan untuk menentukan takdir.
Ya, memang, semua ini sangat romantis."
"Aku tidak bisa mengerti bagaimana kau menganggap
peristiwa itu sangat romantis," kata Marilla, sedikit ketus.
Marilla berpikir Anne terlalu membesar-besarkan hal itu
dan tidak banyak melakukan persiapan untuk pergi ke
perguruan tinggi, dan selalu "berkeliaran" ke Pondok Gema
untuk membantu Miss Lavendar. "Awalnya, dua anak muda
bertengkar dan saling merajuk, lalu Steve Irving pergi ke
Amerika dan setelah beberapa saat menikah di sana, dan
sangat bahagia dalam segala hal. Kemudian, istrinya
meninggal, lalu setelah beberapa saat, dia berpikir untuk
pulang ke rumah dan mencari tahu apakah kekasih lamanya
masih menyukainya. Sementara itu, Lavendar Lewis tetap
melajang, mungkin karena tidak ada orang yang cukup baik
bagi dirinya, lalu mereka bertemu dan sepakat untuk
menikah. Nah, di mana romantisnya semua itu?"
"Oh, memang tidak terdengar romantis, jika kau
menceritakannya seperti itu," Anne terkesiap, bagaikan
seseorang mengguyurnya dengan air dingin. "Kupikir,
seperti itulah cerita mereka jika dituangkan dalam bentuk
prosa. Tapi, sungguh berbeda jika kita menuangkannya
~370~ dalam bentuk puisi " dan kupikir lebih menyenangkan"
Anne berhasil memulihkan diri sehingga matanya berbinar
dan pipinya merona "untuk menuangkannya dalam puisi."
Marilla melirik wajah muda yang bercahaya itu, dan
mencegah dirinya melontarkan komentar-komentar pedas
lainnya. Mungkin dia menyadari bahwa lebih baik seperti
Anne, memiliki "visi dan anugerah keindahan". Itu adalah
suatu berkah yang tidak bisa diberikan atau direnggut oleh
dunia, dalam cara memandang suatu kehidupan melalui
suatu media yang membuatnya tampak lebih indah atau
lebih nyata" saat segalanya tampak berkilauan dalam
cahaya dari angkasa, dengan kemegahan dan kesegaran
yang tidak bisa dilihat oleh orang lain seperti dirinya sendiri
dan Charlotta Keempat, yang hanya bisa mengerti
segalanya jika dituangkan ke dalam prosa.
"Kapan pernikahannya berlangsung?" Marilla bertanya
setelah diam sejenak. "Rabu terakhir bulan Agustus. Mereka akan menikah di
taman, di bawah kanopi tanaman honeysuckle tempat Mr.
Irving melamarnya dua puluh lima tahun yang lalu. Marilla,
semuanya Memang romantis, bahkan meskipun dituangkan
dalam prosa. Tidak ada orang lain yang akan berada di sana
kecuali Mrs. Irving dan Paul, Gilbert, Diana, dan aku, serta
sepupu-sepupu Miss Lavendar. Dan mereka akan pergi
dengan kereta pukul enam untuk berlibur ke Pantai Pasifik.
Saat kembali pada musim gugur, Paul dan Charlotta
Keempat akan pergi ke Boston untuk tinggal bersama
mereka. Tapi, Pondok Gema akan ditinggalkan dengan keadaan
seperti itu " hanya tentu saja, mereka akan menjual ayamayam dan sapi, lalu menutup semua jendelanya. Dan setiap
musim panas, mereka akan pulang untuk tinggal di sana.
Aku sangat senang. Aku pasti merasa sangat sedih di
~371~ Redmond musim dingin mendatang, jika memikirkan bahwa
rumah batu tersayang itu tertutup dan tersia-sia, dengan
ruangan-ruangan yang kosong " atau lebih buruk lagi,
dengan orang lain yang tinggal di dalamnya. Tapi, sekarang
aku bisa melihatnya, seperti yang selalu kulihat, bahwa
Echo Lodge selalu menanti-nanti musim panas dengan
bahagia, yang akan membawa kembali kehidupan dan tawa
ke dalamnya lagi." Masih ada lebih banyak kisah romantis lain di dunia ini
daripada yang terjadi pada sepasang kekasih berusia paruh
baya di rumah batu itu. Anne tiba-tiba memergokinya pada
suatu malam, saat dia pergi ke Orchard Slope dengan
memotong jalan hutan, dan muncul di kebun keluarga Barry.
Diana Barry dan Fred Wright sedang berdiri berdampingan
di bawah pohon dedalu besar.
Diana sedang bersandar ke batang pohon kelabu,
matanya tertunduk sehingga bulu matanya menempel di pipi
yang merona sangat merah. Sebelah tangannya digenggam
oleh Fred, yang berdiri dengan wajah tertunduk
memandanginya, tergagap-gagap mengucapkan sesuatu
dengan nada pelan sepenuh hati. Tidak ada orang lain di
dunia ini kecuali mereka berdua pada saat penuh keajaiban
itu; jadi mereka berdua tidak melihat Anne, yang setelah
memandang sekilas, dengan penuh pengertian berbalik dan
berjalan terburu-buru tanpa suara, kembali menyusuri hutan
spruce, tidak berhenti hingga dia tiba di kamar lotengnya
sendiri. Di sana, dia duduk di dekat jendelanya sambil
kehabisan napas, dan berusaha untuk mengumpulkan
kembali kesadarannya yang berkeping-keping.
"Diana dan Fred saling jatuh cinta," dia terkesiap. "Oh,
rasanya benar-benar " benar-benar Sangat dewasa."
Anne, akhir-akhir ini, tidak merasa curiga sedikit pun


Buku 2 Anne Of Avonlea Karya Lucy Maud Montgomery di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

~372~ bahwa idaman Diana berubah, bukan lagi seperti seorang
tokoh utama dalam puisi Byron yang melankolis seperti
yang sebelumnya dia impikan. Namun, seperti pepatah
bahwa "melihat lebih mengesankan daripada mendengar",
atau menduga, kesadaran akan hal itu benar-benar
mengejutkan Anne. Lalu, dia merasa agak kesepian "
bagaikan, entah bagaimana, Diana telah melangkah ke
suatu dunia baru, dan menutup gerbang di belakangnya,
meninggalkan Anne. "Keadaan berubah sangat cepat sehingga nyaris
membuatku ketakutan," Anne berpikir, sedikit sedih. "Dan
aku khawatir, perbedaan antara Diana dan diriku tidak akan
bisa dicegah. Aku yakin, aku pasti tidak bisa menceritakan
seluruh rahasiaku setelah ini " dia mungkin saja memberi
tahu Fred. Dan, apa yang Bisa dia lihat dalam diri Fred"
Fred sangat baik dan menyenangkan " tapi dia hanyalah
Fred Wright." Itu adalah suatu pertanyaan yang selalu sangat
membingungkan " hal istimewa apa yang bisa seseorang
lihat dalam diri orang lain" Namun, betapa beruntungnya
mereka yang bisa melihatnya, karena jika semua orang
tampak sama " yah, dalam kasus ini, seperti pepatah
Indian kuno, Semua orang pasti menginginkan bini-ku.
Sudah jelas bahwa Diana Memang melihat sesuatu yang
istimewa dalam diri Fred Wright, meskipun Anne
sebelumnya tidak terlalu memerhatikannya. Diana
berkunjung ke Green Gables malam berikutnya. Dia tampak
malu-malu dan khawatir, tetapi menceritakan seluruh
kisahnya kepada Anne di loteng timur yang terpencil dan
remang-remang. Kedua gadis itu menangis, saling
mengecup, dan tertawa. ~373~ "Aku sangat gembira," kata Diana, "tapi sungguh
menggelikan karena berpikir bahwa aku sudah
bertunangan." "Seperti apa rasanya benar-benar bertunangan?" tanya
Anne penuh rasa ingin tahu.
"Yah, semua bergantung dengan siapa kau
bertunangan," jawab Diana, dengan nada lebih bijak sok
dewasa, yang selalu diungkapkan seseorang yang telah
bertunangan kepada seseorang yang belum mengalaminya.
"Sungguh menyenangkan bisa bertunangan dengan Fred "
tapi kupikir, pasti mengerikan jika aku bertunangan dengan
orang lain." "Sayangnya cuma ada satu Fred," kata Anne tertawa.
"Oh, Anne, kau tidak mengerti," kata Diana, sedikit
menyesal. "Aku tidak bermaksud mengatakan Itu "
sungguh sulit untuk dijelaskan. Tidak apa-apa, suatu saat
kau pasti mengerti, saat giliranmu tiba."
"Tuhan mengasihimu, Diana Tersayang, aku bisa
mengerti saat ini. Apa gunanya imajinasi jika tidak bisa
membuat kita mengintip kehidupan melalui mata orang
lain?" "Kau harus menjadi pendamping pengantinku, kau tahu,
Anne. Berjanjilah kepadaku " di mana pun kau akan
berada saat aku menikah."
"Aku akan datang dari ujung dunia, jika mampu," Anne
berjanji sepenuh hati. "Tentu saja, aku belum akan menikah cepat-cepat,"
kata Diana sambil tersipu. "Paling sedikit aku harus
menunggu tiga tahun " karena aku baru delapan belas
tahun dan Ma berkata, tidak ada anak perempuannya yang
~374~ boleh menikah sebelum berusia dua puluh satu. Selain itu,
ayah Fred akan membeli pertanian Abraham Fletcher
untuknya, dan dia berkata, dia harus membayar dua
pertiganya sebelum bisa memilikinya atas nama sendiri.
Tapi, tiga tahun bukan waktu yang terlalu lama untuk
mempersiapkan rumah tangga, karena aku sama sekali
belum mengerjakan apa pun. Tapi, aku akan memulai
merajut pelapis perabotan besok. Myra Gillis memiliki tiga
puluh tujuh rajutan pelapis perabotan saat dia menikah, dan
aku bertekad untuk memiliki sebanyak itu juga."
"Kupikir sangat tidak mungkin untuk mengatur rumah
tangga hanya dengan tiga puluh enam rajutan pelapis
perabotan," goda Anne, dengan wajah sungguh-sungguh,
tetapi mata yang menari-nari.
Diana tampak tersinggung. "Katanya kau tidak akan
mengolok-olokku, Anne," dia berkata kesal.
"Sayang, aku tidak mengolok-olokmu," Anne memekik
penuh penyesalan. "Aku hanya menggodamu sedikit.
Kupikir, kau akan menjadi seorang ibu rumah tangga mungil
yang paling manis di dunia. Dan kupikir, sungguh hebat
dirimu, karena sudah merencanakan rumah impianmu
sendiri." Anne tidak mengungkapkan "rumah impian" sebelum
dia memikirkannya, dan dengan segera dia mulai
membayangkan sebuah rumah impian bagi dirinya sendiri.
Rumah itu, tentu saja, ditinggali oleh pria idamannya
misterius, penuh harga diri, dan melankolis; tetapi, anehnya,
bayangan Gilbert Blythe juga melekat dan tak mau pergi,
membantunya mengatur lukisan-lukisan, menata kebun, dan
menyelesaikan berbagai pekerjaan yang akan dianggap
seorang tokoh penuh kebanggaan dan melankolis sebagai
~375~ tugas yang tidak sesuai dengan martabatnya.
Anne berusaha menghapus bayangan Gilbert dari
istananya yang terletak di Spanyol itu, namun entah
bagaimana, Gilbert terus ada di sana. Jadi, Anne terburuburu berhenti berusaha membayangkan "rumah impiannya",
sebelum Diana berbicara lagi.
"Menurutku, Anne, kau pasti berpikir sungguh lucu
karena aku sangat menyukai Fred meskipun dia sangat
berbeda dengan pria idamanku " pemuda yang tinggi dan
ramping" Tapi, entah mengapa, aku tidak ingin Fred
bertubuh tinggi dan ramping, " karena, kau bisa lihat, dia
bukan Fred kalau begitu. Tentu saja," Diana menambahkan
dengan muram, "kami akan menjadi pasangan gemuk yang
mengerikan. Tapi, meskipun begitu, itu lebih baik daripada
salah seorang dari kami pendek dan gemuk, sementara
yang lain tinggi dan kurus, seperti Morgan Sloane dan
istrinya. Mrs. Lynde berkata, dia selalu memikirkan sesuatu
yang panjang dan pendek saat dia melihat mereka bersamasama."
"Yah," Anne berkata kepada dirinya sendiri malam itu,
saat menyikat rambut di hadapan cerminnya yang
berbingkai keemasan. "Aku senang Diana begitu bahagia
dan puas. Tapi, saat giliranku tiba jika memang terjadi aku
benar-benar berharap ada sesuatu yang sedikit lebih
menggetarkan tentang itu. Tapi, Diana juga dulu berpikir
begitu. Aku pernah mendengarnya beberapa kali berkata
bahwa dia tidak akan pernah bertunangan dengan cara
biasa yang membosankan " sang lelaki Harus melakukan
sesuatu yang hebat untuk memenangi hatinya. Tapi, Diana
berubah pikiran. Mungkin aku akan berubah pikiran juga.
Tapi, aku tidak akan begitu " aku bertekad tidak akan
berubah. Oh, pertunangan sangatlah tidak menyenangkan,
~376~ bila itu terjadi pada sahabatmu."
~377~ Pernikahan di Rumah Batu "Perubahan tidak seluruhnya menyenangkan, tapi
perubahan adalah hal yang hebat," kata Mr. Harrison,
berfilsafat. "Dua tahun sudah cukup lama untuk keadaan
yang sama saja. Jika keadaan terus begini lebih lama lagi,
mungkin semua akan menjadi kacau."
Mr. Harrison sedang merokok di berandanya. Istrinya
mengalah dengan mengatakan bahwa dia bisa merokok di
dalam rumah, jika dia selalu berhati-hati untuk duduk di
depan sebuah jendela terbuka. Mr. Harrison menghargai
pengorbanan ini dengan selalu keluar untuk merokok saat
cuaca bagus. Jadi, mereka sama-sama menghargai niat baik
masing-masing. Anne datang untuk meminta beberapa kuntum dahlia
kuning milik Mrs. Harrison. Dia dan Diana akan pergi ke
Pondok Gema malam itu untuk membantu Miss Lavendar
dan Charlotta Keempat dalam melakukan persiapan
terakhir untuk pernikahan besok. Miss Lavendar sendiri
belum pernah menanam bunga dahlia; dia tidak menyukai
bunga-bunga itu dan bunga dahlia tidak akan cocok dengan
keindahan tamannya yang bergaya kuno. Namun, bunga
~378~ jenis apa pun cukup langka di Avonlea dan daerah-daerah
di sekitarnya musim panas itu, akibat Badai Paman Abe.
Anne dan Diana juga berpikir bahwa vas batu tua berwarna
krem yang biasanya untuk menyimpan adonan donat, bila
dihiasi oleh bunga-bunga dahlia kuning, adalah satu-satunya
benda yang cocok untuk dipasang di sudut remang-remang
dekat tangga rumah batu itu, di depan latar belakang gelap
berupa kertas dinding berwarna merah.
"Kau akan pergi ke perguruan tinggi dua minggu lagi,
ya?" Mr. Harrison melanjutkan. "Yah, kami akan sangat
merindukanmu, Emily dan aku. Memang, Mrs. Lynde akan
ada di rumahmu. Meskipun begitu, tidak ada yang bisa
menggantikan dirimu."
Ironi dalam nada suara Mr. Harrison tidak mudah
dituangkan ke dalam tulisan. Meskipun istrinya sangat
akrab dengan Mrs. Lynde, hal terbaik yang bisa
diungkapkan tentang hubungan antara Mrs. Lynde dan Mr.
Harrison adalah menjadi netral dan saling memaklumi.
"Ya, aku akan pergi," sahut Anne. "Aku sangat senang
dalam pikiranku " tapi perasaanku sangat sedih."
"Kupikir kau akan menyabet semua penghargaan yang
tersedia di Redmond."
"Aku mungkin akan berusaha meraih salah satu atau
dua di antaranya," Anne mengakui, "tapi, aku tidak terlalu
memedulikan hal-hal seperti itu, seperti yang kualami dua
tahun lalu. Yang ingin kudapatkan setelah lulus dari
perguruan tinggi adalah suatu pengetahuan untuk menjalani
hidup sebaik mungkin dan melakukan hal terbaik yang bisa
kulakukan. Aku ingin belajar untuk mengerti dan membantu
orang lain sekaligus diriku sendiri."
Mr. Harrison mengangguk. "Memang itulah intinya. Untuk itulah perguruan tinggi
ada, bukannya mencetak banyak sarjana yang kepalanya
~379~ begitu penuh teori dari buku dan kesombongan, sehingga
tidak ada ruang untuk hal-hal lain. Kau benar. Perguruan
tinggi tidak akan mampu menyulitkanmu, aku menjamin."
Diana dan Anne pergi dengan kereta ke Pondok Gema
setelah minum teh, membawa seluruh bunga hasil
penjelajahan di kebun mereka sendiri dan kebun para
tetangga lain yang bisa mereka ambil. Mereka menemukan
rumah batu itu meriah dengan kegembiraan. Charlotta
Keempat berkeliaran ke sana kemari dengan penuh energi
dan sibuk sehingga pita-pita birunya bagaikan melambailambai di mana-mana. Seperti "Helm Perang dari Navarre"
pita biru kaku Charlotta sebenarnya tak terlalu cocok bila
disebut melambai. "Syukurlah kalian datang," dia berkata sepenuh hati,
"karena banyak sekali hal yang harus dilakukan " dan krim
hiasan kue Tidak Mau mengeras " dan peralatan makan
perak belum digosok " dan peti harus dikemasi " dan
ayam untuk salad ayam masih berlarian di sekeliling
kandangnya, berkotek, Miss Shirley, Ma"am. Dan Miss
Lavendar tidak bisa dipercaya untuk melakukan apa pun.
Aku bersyukur saat Mr. Irving datang beberapa menit yang
lalu dan mengajaknya berjalan-jalan di hutan. Pernikahan
adalah hal yang sangat baik, Miss Shirley, Ma"am, tapi jika
kita berusaha mencampuradukkannya dengan kegiatan
memasak dan membereskan, segala sesuatu pasti akan
kacau. Itu pendapatku, Miss Shirley, Ma"am."
Anne dan Diana bekerja keras hingga pukul sepuluh
malam, bahkan Charlotta Keempat pun terlihat puas. Dia
membuat banyak sekali kepangan rambut dan
mengistirahatkan tulang-tulang mungilnya yang lelah di
~380~ tempat tidur. "Tapi aku yakin tak akan mampu tidur sekejap mata
pun, Miss Shirley, Ma"am, karena takut akan ada sesuatu
yang salah pada menit terakhir " krimnya tidak mau beku
" atau Mr. Irving mengalami stroke dan tidak mampu
datang." "Dia bukan orang yang memiliki kebiasaan mengalami
stroke, bukan?" tanya Diana, lesung pipit di sudut-sudut
mulutnya berkedut. Bagi Diana, Charlotta Keempat
meskipun tidak tampak terlalu cantik selalu menjadi sumber
kegembiraan. "Stroke bukan kebiasaan," bantah Charlotta Keempat
dengan sedikit tersinggung. "Hal-hal seperti itu Terjadi
begitu saja " dan kalian juga bisa mengalaminya. Semua
Orang bisa mengalami stroke. Kita tidak perlu belajar
bagaimana caranya. Mr. Irving tampak sangat mirip
pamanku yang pernah mengalami stroke saat dia duduk
untuk makan siang suatu hari. Tapi, mungkin segalanya
akan berjalan lancar. Di dunia ini, kita harus mengharapkan
hal terbaik dan bersiap-siap menghadapi kemungkinan
terburuk, dan menerima apa pun yang telah Tuhan
takdirkan." "Satu-satunya yang kukhawatirkan adalah cuaca yang
tidak akan cerah besok," kata Diana. "Paman Abe
meramal akan ada hujan pada pertengahan minggu, dan
sejak badai besar itu, aku tidak bisa menahan diri untuk
memercayai banyak hal yang dikatakan Paman Abe."
Anne, yang lebih mengetahui peran Paman Abe dengan
badai itu daripada Diana, tidak terlalu mencemaskan hal itu.
Dia tertidur nyenyak begitu saja karena kelelahan, dan
dibangunkan dini hari oleh Charlotta Keempat.
"Oh, Miss Shirley, Ma"am, aku sangat tidak enak untuk
~381~ membangunkanmu sepagi ini," terdengar suara ratapan dari


Buku 2 Anne Of Avonlea Karya Lucy Maud Montgomery di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lubang kunci, "tapi begitu banyak hal yang harus dilakukan
" dan oh, Miss Shirley, Ma"am, aku takut hujan akan turun
dan kuharap kau bisa bangun dan meyakinkanku bahwa
hari akan cerah." Anne berlari ke jendela, berharap melihat
sesuatu, kebalikan dari kekhawatiran Charlotta Keempat.
Hal ini benar-benar membuatnya terjaga. Namun,
sayangnya, pagi ini tampak tidak terlalu cerah. Di luar
jendela, taman Miss Lavendar yang seharusnya
bergelimang sinar matahari awal yang pucat, tampak
muram dan tak berangin; langit di atas pohon-pohon cemara
pun tampak gelap dengan awan yang menggumpal.
"Ini buruk sekali!" keluh Diana.
"Kita harus mengharapkan yang terbaik," kata Anne
penuh tekad. "Jika hujan tidak akan benar-benar turun, hari
kelabu yang dingin dan berkilauan seperti ini pasti lebih
menyenangkan daripada hari yang cerah."
"Tapi hujan akan turun," ratap Charlotta, menyelinap ke
dalam kamar. Sosoknya tampak jenaka, dengan begitu
banyak kepangan di kepalanya, ujung-ujungnya yang diikat
benang putih mencuat ke segala arah. "Hujan tidak akan
turun hingga menit terakhir, kemudian tiba-tiba saja akan
tumpah ruah dengan deras. Dan kita semua akan basah
kuyup " lalu mengotori seluruh lantai rumah dengan
lumpur " dan mereka tidak akan bisa menikah di bawah
honeysuckle " dan sungguh sial jika matahari tidak
menyinari seorang calon pengantin perempuan. Kau boleh
mengatakan apa pun, Miss Shirley, Ma"am. Aku tahu halhal seperti itu pasti akan terjadi."
~382~ Charlotta Keempat tampaknya tertular sedikit sifat
pesimistis Miss Eliza Andrews.
Hujan tidak turun, meskipun langit tampak mendung
dan mengancam. Pada tengah hari, ruangan-ruangan sudah
dihias, meja sudah diatur dengan indah, dan di lantai atas,
sang pengantin perempuan menunggu, "tampil sempurna
untuk calon suaminya."
"Kau benar-benar tampak manis," kata Anne sangat
bahagia. "Cantik sekali," Diana menimpali.
"Semua sudah siap, Miss Shirley, Ma"am, dan Belum
ada hal mengerikan yang terjadi," itu adalah pernyataan
Charlotta yang ceria saat dia berlari ke kamar mungilnya di
belakang untuk berganti pakaian. Semua kepangannya
sudah dilepas; hasilnya berupa rambut ikal yang
mengembang, dibagi dalam dua jalinan, dan diikat, bukan
oleh dua helai, tetapi empat helai pita yang baru, berwarna
biru terang. Dua pita di bawah memberi kesan seperti sayap
tambahan yang tumbuh dari leher Charlotta, sedikit mirip
dengan gaya sayap malaikat kecil Raphael. Namun,
Charlotta Keempat menganggap itu sangat indah, dan
setelah dia mengenakan gaun putihnya, yang sangat kaku
terkanji sehingga bisa berdiri sendiri, dia memerhatikan
dirinya di cermin dengan sangat puas " kepuasan yang
langsung menguap hingga dia keluar menuju lorong, dan
melirik ke kamar tidur tamu, melihat seorang gadis tinggi
yang mengenakan gaun ringan melambai, menyematkan
bunga-bunga putih yang berbentuk mirip bintang di
gelombang lembut rambutnya yang kemerahan.
"Oh, aku Tidak Akan Pernah mampu tampak seperti
~383~ Miss Shirley," pikir Charlotta yang malang putus asa. "Pasti
dia terlahir seperti itu, kupikir " tampaknya latihan
sebanyak apa pun tidak akan membuat siapa pun bisa
tampak seperti itu."
Pada pukul satu siang para tamu sudah datang,
termasuk Mr. dan Mrs. Allan, karena Mr. Allan harus
melakukan acara seremonial itu, menggantikan pendeta
Grafton yang sedang berlibur. Tidak ada formalitas dalam
pernikahan itu. Miss Lavendar menuruni tangga untuk menemui
pengantin prianya di lantai dasar, dan saat sang pengantin
pria menggandeng tangannya, dia mengarahkan mata
cokelatnya yang besar ke arah mata si pengantin pria,
dengan tatapan yang membuat Charlotta Keempat yang
tidak sengaja melihatnya merasa lebih canggung daripada
biasanya. Mereka berjalan keluar, menuju kanopi honeysuckle,
tempat Mr. Allan menunggu mereka. Para tamu
menempatkan diri sesukanya. Anne dan Diana berdiri di
dekat bangku batu tua, dengan Charlotta Keempat di antara
mereka, dengan putus asa menggenggam tangan mereka
dengan tangan-tangan mungilnya yang dingin dan gemetar.
Mr. Allan membuka buku birunya dan upacara
pernikahan berlangsung. Tepat saat Miss Lavendar dan
Stephen Irving dinyatakan sebagai suami istri, suatu
peristiwa yang sangat indah dan simbolis terjadi. Matahari
tiba-tiba bersinar terang menembus awan kelabu, dan
menghamburkan kemilaunya kepada sepasang pengantin
yang berbahagia. Tiba-tiba saja, taman itu begitu hidup
dengan bayangan-bayangan yang menari dan cahaya yang
~384~ berkilauan. "Sungguh suatu pertanda yang indah," pikir Anne, saat
dia berlari untuk mengecup pengantin perempuan.
Kemudian, ketiga gadis itu meninggalkan para tamu lain
yang sedang tertawa di sekeliling pasangan pengantin itu.
Mereka berlari ke rumah untuk memeriksa persiapan
pestanya. "Syukurlah, semua sudah selesai, Miss Shirley,
Ma"am," Charlotta Keempat mengembuskan napas lega,
"dan mereka sudah menikah dengan lancar dan selamat,
tak peduli apa yang akan terjadi saat ini. Kantung-kantung
berasnya ada di dapur bersih, Ma"am, dan sepatu tuanya
ada di belakang pintu, dan krim kocoknya ada di anak
tangga gudang." Pada pukul setengah tiga sore, Mr. dan Mrs. Irving
pergi, dan semua orang ikut ke Bright River untuk
mengantar mereka menaiki kereta sore. Saat Miss
Lavendar maaf, Mrs. Irving melangkah dari pintu rumah
tuanya, Gilbert dan para gadis melemparkan beras, dan
Charlotta Keempat penuh semangat melemparkan sepatu
tua yang tepat mengenai kepala Mr. Allan.
Namun, yang memberikan sambutan paling meriah
adalah Paul. Dia muncul dari beranda sambil membunyikan
sebuah lonceng tua besar dari tembaga yang ada di rak
perapian ruang makan. Paul mungkin hanya ingin membuat
suara yang menyenangkan dan riang; tetapi saat anak
loncengnya berhenti berdentang, dari titik-titik dan
lengkungan-lengkungan bukit di seberang sungai terdengar
dentangan gema"lonceng pernikahan peri" yang terdengar
jernih, manis, dan lebih lembut. Seakan gema-gema yang
sangat Miss Lavendar sayangi memberikan ucapan selamat
~385~ dan salam perpisahan kepadanya.
Dan begitulah, di antara keindahan suara-suara manis
itu, Miss Lavendar meninggalkan kehidupan lampaunya
yang penuh impian dan khayalan, memasuki kehidupan
nyata yang lebih berarti, di dunia yang sibuk di hadapannya.
Dua jam kemudian, Anne dan Charlotta Keempat
sudah kembali ke jalan sempit Pondok Gema. Gilbert pergi
ke Grafton Barat untuk suatu urusan dan Diana harus
mengurus persiapan pertunangannya di rumah. Anne dan
Charlotta kembali untuk membereskan segalanya dan
mengunci rumah batu tua itu. Taman Pondok Gema
bagaikan sebuah kolam penuh sinar matahari senja yang
keemasan, dengan kupu-kupu yang berkeliaran dan lebahlebah yang berdesing; namun, rumah kecil itu sudah
menampakkan kesepiannya. "Oh, ya ampun, bukankah rumah ini tampak kesepian?"
Charlotta Keempat menyedot ingusnya. Dia menangis
sepanjang jalan menuju rumah dari stasiun. "Pernikahan
ternyata tidak lebih membahagiakan daripada pemakaman,
saat semua sudah usai, Miss Shirley, Ma"am."
Mereka mengalami malam yang sibuk. Dekorasi harus
dibereskan, peralatan makan dicuci, makanan yang tersisa
dikemas ke dalam sebuah keranjang untuk adik-adik lelaki
Charlotta Keempat di rumah. Anne tidak akan beristirahat
hingga segalanya beres; dan setelah Charlotta pulang ke
rumah dengan perbekalannya, Anne menjelajahi ruanganruangan yang sunyi, merasa bagaikan seseorang yang
berjalan sendirian di sebuah aula besar bekas restoran, lalu
menutup tirai. Kemudian, dia mengunci pintu dan duduk di
bawah pohon poplar perak menunggu Gilbert yang akan
menjemput dan mengantarnya pulang, merasa sangat lelah,
~386~ tetapi benaknya tak kenal lelah memikirkan "pikiran-pikiran
panjang dan penuh perenungan."
"Apa yang sedang kau pikirkan, Anne?" tanya Gilbert,
tiba-tiba muncul di jalan setapak. Dia meninggalkan kuda
dan kereta buginya di jalan utama.
"Aku memikirkan Miss Lavendar dan Mr. Irving,"
jawab Anne sambil menerawang. "Bukankah menakjubkan
untuk memikirkan akhir segalanya " bagaimana mereka
kembali bersama setelah bertahun-tahun berpisah dan salah
paham?" "Ya, itu memang indah," sahut Gilbert, menatap wajah
Anne yang mendongak padanya penuh makna, "tapi,
bukankah akan lebih indah, Anne, jika Tidak Ada
perpisahan atau kesalahpahaman " jika mereka bersatu
sepanjang hidup mereka, tanpa ada kenangan buruk di
belakang mereka kecuali kenangan indah yang mereka
alami bersama?" Sejenak, jantung Anne bergetar aneh, dan untuk
pertama kalinya, matanya tidak mampu menatap mata
Gilbert dan rona kemerahan mewarnai pipinya yang pucat.
Sepertinya, sehelai selubung yang tergantung di depan
kesadarannya yang paling dalam telah terangkat,
menampakkan suatu kejelasan perasaan dan kenyataan
yang sama sekali tak terduga.
Mungkin, apa pun yang terjadi, kisah cinta romantis
tidak datang dalam kehidupan seseorang dengan kejutan
dan gelora, seperti seorang ksatria gagah yang datang tibatiba. Mungkin, cinta merayap ke samping seseorang
bagaikan seorang teman lama, melalui cara-cara yang
tenang; mungkin cinta menampakkan diri dalam suatu prosa
yang samar, hingga larik-larik ~387~ cahaya tiba-tiba menggetarkan halaman-halamannya, mengkhianati irama
dan musiknya, mungkin " mungkin " cinta tumbuh secara
alamiah dari persahabatan yang indah, bagaikan sekuntum
mawar berkelopak keemasan yang tumbuh dari selubung
daunnya yang berwarna hijau.
Kemudian, selubung itu tertutup kembali; tetapi Anne
yang melangkah menyusuri jalan gelap tak lagi sama
dengan Anne yang menapakinya dengan ceria pada malam
sebelumnya. Lembar-lembar tulisan tentang masa
remajanya telah tertutup, bagaikan dibalik oleh jari-jari tak
kasatmata, dan lembar-lembar tulisan tentang masa
dewasanya telah menunggu di depan dengan seluruh
pesona dan misterinya, begitu juga dengan seluruh rasa
pahit dan kebahagiaannya.
Dengan bijak, Gilbert tidak mengatakan apa-apa lagi,
tetapi dalam kebisuannya, dia bisa membayangkan empat
tahun ke depan dalam rona wajah Anne. Empat tahun
penuh kerja keras yang sungguh-sungguh dan gembira,
kemudian setumpuk pengetahuan yang berguna akan
mereka kuasai, dan hati yang tulus akan menang.
Di belakang mereka, di tengah taman, rumah batu kecil
itu merenung di antara bayangan kegelapan. Rumah itu
kesepian, tetapi tidak terabaikan. Rumah itu belum selesai
mengalami impian, tawa, dan kebahagiaan hidup, karena
masih ada musim-musim panas mendatang baginya. Untuk
sementara, rumah batu itu bisa menunggu. Dan di seberang
sungai, dalam nuansa ungu, gema-gema menanti untuk
~388~ bersuara. ~389~ Laskar Dewa 3 Dewi Ular 58 Manusia Meteor Cowok Misterius 1

Cari Blog Ini