Ceritasilat Novel Online

Assasins Credd 5

Assasins Credd Karya Oliver Bowden Bagian 5


"Tidak ada waktu untuk itu, Tuan," kata orang berseragam
kedua, menendang kain kedai pengusaha tersebut. Pria itu
berjualan barang-barang dari kulit. Orang-orang berseragam
itu mengambil barang-barang terbaik, lalu melemparkan
sebagian besar barangnya ke dalam kanal.
"Nah, mari sudahi omong kosong ini, Tuan," kata
salah seorang yang berseragam, lalu mereka berjalan pergi
dengan angkuh, tanpa terburu-buru.
"Apa yang sedang terjadi?" Ezio bertanya kepada
Nero. "Bukan apa-apa, Altezza. Masalah kecil setempat. Aku
minta kau tidak hiraukan. Sekarang kita akan melewati di
bawah jembatan kayu Rialto yang terkenal, dan satu-satunya
jembatan di atas Kanal Besar, termashyur sepanjang sejarah
untuk?" Ezio senang membiarkan kutu malang itu berbicara tanpa
tujuan, tapi apa yang telah dia lihat membuatnya merasa
terganggu, dan dia telah mendengar nama Emilio. Itu nama
Kristen yang lumayan umum, tapi Emilio Barbarigo"
Tidak lama setelah itu, Leonardo bersikeras untuk
berhenti supaya dia bisa melihat sebuah pasar dengan
stan-stan yang menjual mainan anak-anak. Dia naik ke
salah satu stan yang telah menarik perhatiannya. "Lihat,
Ezio," dia berseru. 300 "Apa yang telah kau temukan?"
"Ini boneka tanah liat. Kami para seniman menggunakan
manekin kecil bersendi sebagai model. Aku bisa dengan
dua model. Maukah kau berbaik hati?" Sepertinya aku
telah mengirim dompetku bersama tas-tasku ke bengkel
baruku." Tapi ketika Ezio meraih dompetnya sendiri, sekelompok
pemuda mendorong melewati mereka, dan salah satunya
berusaha memotong dompet dari ikat pinggangnya.
Ezio berteriak, "Hei! Coglione! Berhenti!" Kemudian dia
melesat mengejar mereka. Orang yang dia tandai sebagai
penyerangnya langsung berbelok, mendorong sebuah kunciran
rambut berwarna cokelat kemerahan dari wajahnya. Wajah
seorang wanita! Tapi kemudian ia pergi, menghilang ke
dalam kerumunan bersama rekan-rekannya.
Mereka melanjutkan pariwisata mereka dengan hening.
Bagaimanapun juga, Leonardo sekarang dengan gembira
menggenggam dua boneka tanah liat. Ezio tidak sabar untuk
pergi dari pelawak yang menjadi pemandu mereka, dan dari
Leonardo. Dia butuh kesendirian, waktu untuk berpikir.
"Dan sekarang kita mendekati Palazzo Seta yang
ternama," Nero berbicara dengan datar. "Rumah dari Su
Altezza Emilio Barbarigo. Messer Barbarigo terkenal atas
usahanya untuk menyatukan para pedagang kota di bawah
kendali pedomannya. Ini sebuah tindakan terpuji yang
telah, setidaknya, menghadapi beberapa perlawanan dari
unsur-unsur kota yang lebih radikal?"
301 Bangunan berbenteng yang seram itu berdiri dari kanal,
menyediakan ruang persegi di depannya, pada kaki dermaga
itu ditambatkan tiga gondola. Ketika gondola mereka sendiri
berlalu, Ezio memperhatikan pengusaha yang telah dia lihat
ditindas sebelumnya kini berusaha memasuki bangunan
itu. Dia ditahan oleh dua orang penjaga lagi, dan Ezio
memperhatikan di bahu mereka ada sebuah lambang perisai
kuning dilintangi sebuah tanda pangkat merah, di bawahnya
kuda hitam, di atasnya lumba-lumba, bintang, dan granat.
Orang-orang Barbarigo, tentu saja!
"Kedaiku telah dihancurkan, barang-barangku dirusak.
Aku meminta ganti rugi!" pengusaha itu berkata dengan
nada suara marah. "Maaf, Tuan, kami sedang tutup," kata salah satu yang
berseragam, mendorong pria malang itu dengan tombak
kapaknya. "Aku belum selesai dengan kalian. Aku akan melaporkan
kalian kepada Dewan."
"Berguna untukmu," kata pria berseragam kedua yang
lebih tua. Tapi sekarang seorang pelaksana dan tiga pria
lagi muncul. "Bertengkar lagi, kami rasa?" kata pelaksana
tersebut. "Tidak, aku?" "Tangkap pria ini!" pelaksana itu menyalak.
"Apa yang kalian lakukan?" kata pengusaha itu sambil
ketakutan. Ezio melihat tanpa daya dan kemarahan, tapi
telah menandai tempat ini di dalam benaknya. Pengusaha
302 itu ditarik ke arah yang berlawanan dengan bangunan di
mana sebuah pintu besi tetap terbuka untuk menerimanya,
langsung menutup di belakangnya, dan langsung berada
dekat dengan mereka. "Kau tidak memilih tempat terbaik, meskipun memang
ini mungkin yang paling indah," Ezio memberi tahu
Leonardo. "Aku mulai berharap bahwa aku telah pergi ke Milan saja,"
Leonardo menjawab. "Tapi pekerjaan adalah pekerjaan."
303 Setelah Ezio meninggalkan Leonardo dan tinggal di
kediamannya sendiri, dia tidak buang-buang waktu untuk
pergi ke Palazzo Seta. Itu bukan tugas yang mudah di
kota yang berisi jalan sempit, kanal yang berliku-liku,
lengkungan rendah, lapangan kecil, dan jalan buntu. Tapi
semua orang tahu palazzo tersebut, dan penduduk setempat
mau mengarahkan Ezio ketika dia tersesat, meskipun
mereka semua tampaknya bingung kenapa ada orang yang
mau ke sana atas kehendak sendiri. Satu atau dua orang
menyarankan bahwa lebih mudah baginya untuk mengambil
gondola, tapi Ezio ingin membiasakan dirinya dengan kota
itu, juga mencapai tujuannya tanpa diperhatikan.
304 Sudah sore ketika dia mendekati palazzo itu, meskipun
itu lebih seperti istana daripada benteng, atau penjara,
karena kompleks bangunan utamanya telah dibangun di
dalam tembok-tembok benteng. Sekeliling kedua sisinya
dijaga oleh bangunan-bangunan lain yang terpisah darinya
dengan jalan sempit, tapi di belakangnya ada kebun besar
yang juga dikelilingi oleh dinding tinggi, dan di bagian
depannya, menghadap ke kanal, ada daerah terbuka luas
yang telah Ezio lihat sebelumnya.
Sekarang di sini, sebuah pertarungan sengit sedang terjadi
di antara kelompok penjaga Barbarigo dan sekelompok berisi
bermacam-macam orang muda yang mengejek mereka, para
pemuda itu lalu melompat ringan di luar jangkauan ayunan
tombak kapak dan tikaman tombak runcing penjaga. Mereka
melemparkan bata, batu, dan telur basi, dan buah kepada
para penjaga yang marah. Mungkin mereka hanya membuat
pengalihan karena Ezio melihat ada sebuah sosok memanjat
dinding palazzo di balik adegan pertempuran tersebut.
Ezio terkesan" dinding itu sangat curam sehingga dia
akan berpikir dua kali untuk melakukannya. Tapi siapa pun
itu sudah mencapai tembok pertahanan tanpa ditemukan
dan tanpa kesulitan, lalu secara mengejutkan, melompat ke
atap salah satu menara pengawas. Ezio melihat bahwa orang
itu berencana untuk melompat lagi dari sana ke atap istana
itu sendiri, dan berusaha masuk ke bagian dalamnya dari
situ, lalu Ezio mencatat dalam hati, taktik yang akan dia
butuhkan"atau dia bisa lakukan"untuk dia gunakan sendiri.
Tapi para penjaga di menara pengawas telah mendengar
305 orang itu mendarat, lalu membunyikan peringatan kepada
teman-temannya yang berjaga di istana. Seorang pemanah
muncul di sebuah jendela di pinggiran atap istana, lalu
menembak. Sosok itu melompat dengan luwes dan anak
panah itu melebar, bergemerencing menabrak genting, tapi
kedua kalinya pemanah itu menembak, arahnya benar, dan,
dengan teriakan lemah, sosok itu terhuyung-huyung sambil
mencengkeram paha yang terluka.
Pemanah itu menembak lagi, tapi meleset, karena sosok
itu telah kembali ke jalannya tadi, melompat dari atap menara
kembali ke tembok pertahanan, di mana sepanjangnya para
penjaga sudah berlarian, lalu melompat kembali ke dinding
dan setengah meluncur, setengah jatuh ke tanah.
Di sisi lain ruang terbuka di depan palazzo, para
penjaga Barbarigo mendorong para penyerang kembali ke
jalan sempit di balik mereka, di bawah sana mereka mulai
mengejar orang-orang tersebut. Ezio mengambil kesempatan
ini untuk menyusul sosok itu, yang mulai terpincang-pincang
mencari aman ke arah yang berlawanan.
Ketika berhasil menyusulnya, Ezio terkejut melihat tubuh
orang itu yang ringan, seperti bocah, tapi atletis. Ketika
hendak menawarkan bantuan, orang itu berbalik kepadanya,
lalu Ezio mengenali wajah gadis yang mencoba memotong
dompetnya di pasar sebelumnya.
Ezio terkejut, bingung, dan"anehnya"tersipu.
"Berikan lenganmu," kata gadis itu terburu-buru.
"Tidakkah kau mengingatku?"
"Haruskah?" 306 "Maaf tapi ini bukan waktu yang tepat untuk me"ngenangnya dengan nyaman. Kalau kita tidak keluar dari
jarak penglihatan dengan cepat, kita akan dilumat sampai
mati." Seakan-akan untuk menggambarkan alasan gadis itu,
sebuah anak panah berdesing lewat di antara mereka. Ezio
meletakkan lengan gadis itu di bahunya, dan lengan Ezio
di pinggangnya, menopangnya seperti dia pernah menopang
Lorenzo. "Ke mana?"
"Kanal." "Pastinya," kata Ezio menyindir. "Hanya ada satu di
Venesia, kan?" "Kau sombong sekali untuk pendatang baru. Ke arah
sini" Aku akan menunjukkannya kepadamu" tapi cepatlah!
Lihat" mereka sudah mengejar kita." Dan benar, sebuah
resimen kecil sudah mulai menyeberangi kerikil ke arah
mereka. Dengan satu tangan mencengkeram pahanya yang
terluka, dan tegang karena kesakitan, gadis itu memandu
Ezio menyusuri lorong menuju lorong lainnya, dan lainnya,
dan lainnya, sampai Ezio kehilangan arah. Di belakang
mereka, suara-suara orang yang mengejar mereka secara
bertahap surut, kemudian hilang.
"Orang-orang sewaan dari daratan," kata gadis itu
dengan nada suara yang sangat menghina. "Tidak punya
kesempatan di kota ini melawan kami penduduk lokal.
Terlalu mudah tersesat. Ayo!"
307 Mereka telah tiba di sebuah tembok di atas Canale della
Misericordia. Sebuah perahu tak berbentuk ditambatkan
di sana dengan dua pria di dalamnya. Ketika melihat Ezio
dan gadis itu, salah satunya langsung mulai melepaskan
tali tambang yang ditambatkan, sementara yang lainnya
membantu mereka masuk. "Siapa dia?" pria kedua bertanya kepada gadis itu.
"Tidak tahu, tapi dia berada di tempat dan waktu yang
tepat, dan jelas bukan temannya Emilio."
Tapi gadis itu sudah hampir pingsan sekarang.
"Pahanya terluka," kata Ezio.
"Aku tidak bisa mengeluarkan itu sekarang," kata pria
itu sambil menatap anak panah kecil di paha gadis itu.
"Aku tidak punya balsem atau pembalut luka di sini. Kita
harus membawanya kembali dengan cepat, dan sebelum
tikus-tikus gotnya Emilio menyusul kita." Dia menatap Ezio.
"Omong-omong, siapa kau?"
"Namaku Auditore, Ezio. Dari Florence."
"Hmmn. Aku Ugo. Dia Rosa, dan orang di sana
dengan dayungnya adalah Paganino. Kami tidak terlalu
suka orang asing." "Siapa kalian?" Ezio membalas, tidak menghiraukan
pernyataan terakhir. "Pembebas profesional atas properti orang lain," kata
Ugo. "Pencuri," Paganino menjelaskan sambil tertawa.
"Kau merusak puisinya," kata Ugo dengan sedih.
Kemudian dia mendadak menjadi waspada. "Awas!" dia
308 berteriak saat sebuah anak panah, lalu satu lagi, menghantam
lambung perahu dari suatu tempat di atas. Mendongak,
mereka bisa melihat dua pemanah Barbarigo di atap terdekat,
memasukkan anak-anak panah baru ke dalam busur
panjang mereka. Ugo menggaruk-garuk dasar perahu, dan
muncul dengan busur bersilang yang gemuk dan tampak
ahli, sementara pada saat yang sama Ezio melemparkan
pisau-pisau lempar dengan urutan cepat kepada pemanah
yang lain. Kedua pebusur itu terjun sambil berteriak ke
dalam kanal di bawahnya. "Si bangsat itu punya orang dungu di mana-mana,"
kata Ugo kepada Paganino dengan nada mengobrol.
Mereka berdua pendek, berbahu bidang, dan berwajah
teguh di usia dua puluhan. Mereka menangani perahu
itu dengan sangat ahli dan jelas tahu sistem kanal seperti
punggung tangan mereka sendiri, karena lebih dari sekali
Ezio yakin mereka telah berbelok ke jalan buntu versi air,
ternyata tidak berakhir di dinding bata melainkan sebuah
lengkungan rendah yang bisa mereka lewati di bawahnya
kalau semuanya membungkuk rendah.
"Apa yang kau lakukan menyerang Palazzo Seta?" Ezio
bertanya. "Apa urusanmu?" Ugo menjawab.
"Emilio Barbarigo bukan temanku. Mungkin kita bisa
saling membantu." "Apa yang membuatmu berpikir kami butuh bantuanmu?"
Ugo menjawab dengan pedas.
309 "Ayolah, Ugo," kata Rosa. "Lihat apa yang baru saja
dia lakukan. Kau juga tidak memperhatikan fakta bahwa


Assasins Credd Karya Oliver Bowden di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dia telah menyelamatkan nyawaku. Akulah pemanjat terbaik
di antara kita semua. Tanpa aku, kita tidak akan pernah
bisa masuk ke dalam sarang ular berbisa itu." Ia berbalik
kepada Ezio. "Emilio berusaha memonopoli perdagangan
di dalam kota. Dia orang yang kuat, dan mengantongi
beberapa pejabat dewan kota. Ia sudah menuju tahap di
mana pengusaha mana pun yang menentangnya dan berusaha
mempertahankan kebebasannya dibungkam begitu saja."
"Tapi kalian bukan pedagang" kalian pencuri."
"Pencuri profesional," gadis itu memperbaiki kata"katanya. "Bisnis perorangan, toko perorangan, masyarakat
perorangan" mereka semua lebih mudah dicopet daripada
monopoli badan hukum. Lagi pula, mereka punya asuransi,
dan perusahaan-perusahaan asuransi itu membayar setelah
mengambil premi raksasa dari para pelanggan mereka. Jadi
semua orang senang. Emilio akan mengubah Venesia menjadi
gurun pasir bagi orang-orang seperti kami."
"Belum termasuk dia yang tidak hanya ingin mengambil
alih bisnis setempat, tapi juga kota ini," Ugo menyela. "Tapi
Antonio akan menjelaskan."
"Antonio" Siapa dia?"
"Kau akan mengetahuinya dengan segera, Tuan
Florence." Akhirnya mereka mencapai tembok lainnya dan me"nambatkan kapal, bergerak dengan cepat karena luka Rosa
perlu dibersihkan dan diobati kalau tidak ingin gadis itu
310 mati. Meninggalkan Paganino dengan perahu itu, Ugo dan
Ezio bersama-sama setengah menarik, setengah membawa
Rosa, yang sekarang sudah kehilangan kesadaran karena
kehilangan darah, lewat jalan pendek tapi gelap berliku
di antara bata merah tua dan kayu ke sebuah lapangan
kecil. Ada sumur dan pohon di tengah-tengah lapangan itu,
dikelilingi oleh bangunan-bangunan yang kelihatan kotor
dan plester semennya sudah lama terkelupas.
Mereka berjalan ke pintu merah tua kotor salah satu
bangunan itu, dan Ugo mengetukkan pola yang rumit pada
pintu itu. Sebuah lubang intip membuka, lalu menutup, dan
pintu itu dibuka dengan cepat dan ditutup dengan sama
cepatnya. Meskipun apa pun lainnya telah ditelantarkan,
engsel dan kunci dan bautnya diminyaki dengan baik dan
tidak berkarat. Ezio kini berada di dalam halaman lusuh yang dikelilingi
oleh dinding tinggi dan abu-abu bergaris-garis yang diselingi
oleh jendela-jendela. Dua tangga kayu dipasang di dinding
lantai pertama dan kedua, dan dari sana mengarah ke
sejumlah lorong. Beberapa orang berkumpul, sebagian dikenali oleh Ezio
dari keributan di luar Palazzo Seta sebelumnya. Ugo sudah
memberikan perintah. "Di mana Antonio" Bawa dia ke
sini!... Dan beri tempat kosong untuk Rosa, ambil selimut,
balsem, air hangat, pisau tajam, pembalut luka?"
Seorang pria terburu-buru naik tangga menghilang
menembus lorong lantai pertama. Dua wanita membuka
gulungan sebuah tikar yang sangat bersih, lalu membaringkan
311 Rosa dengan lembut di atasnya. Wanita ketiga menghilang
untuk kembali bersama kotak obat yang telah diminta
oleh Ugo. Rosa sadar dari pingsannya, melihat Ezio, lalu
mengulurkan tangan kepadanya. Ezio mengambil tangannya,
lalu berlutut di sebelahnya.
"Kita di mana?"
"Aku rasa ini pasti markas orang-orangmu. Pokoknya,
kau aman." Gadis itu mengelus tangan Ezio. "Maaf aku telah
mencoba merampokmu."
"Tidak usah dipikirkan."
"Terima kasih sudah menyelamatkan nyawaku."
Ezio tampak cemas. Gadis itu sangat pucat. Mereka
harus bekerja dengan cepat kalau benar-benar ingin
menyelamatkannya. "Jangan khawatir, Antonio tahu harus melakukan apa,"
Ugo memberi tahu ketika Ezio berdiri lagi.
Bergegas menuruni salah satu tangga, datanglah seorang
pria berpakaian rapi berusia akhir tiga puluhan. Dia
memakai anting-anting emas besar di daun telinga kirinya,
dan sehelai syal di kepalanya. Dia langsung menghampiri
Rosa dan berlutut di samping gadis itu, lalu menepukkan
tangannya untuk meminta kotak obat.
"Antonio!" kata Rosa.
"Apa yang telah terjadi denganmu, Sayangku?" katanya
dengan lafal tajam orang kelahiran Venesia.
"Keluarkan saja benda ini dariku!" Rosa menggeram.
312 "Coba aku lihat dulu," kata Antonio. Suaranya mendadak
menjadi lebih serius. Dia memeriksa luka itu dengan hati"hati. "Masuk dan keluar dengan bersih menembus pahamu,
meleset dari tulang. Untung ini bukan anak panah busur
bersilang." Rosa mengertakkan giginya. "Keluarkan saja."
"Beri ia sesuatu untuk digigit," kata Antonio. Dia
mematahkan sayap anak panah itu, membungkus kain di
kepalanya, membasahi ujung-ujungnya dengan balsem, lalu
menariknya. Rosa meludahkan sumbatan yang telah mereka letakkan
di antara giginya, lalu menjerit.
"Maaf, piccola," kata Antonio sambil tetap menekan
kedua titik luka tersebut.
"Makan saja maafmu, Antonio!" Rosa menyalak saat
para wanita menopangnya. Antonio mendongak kepada salah satu pendukungnya.
"Michiel! Bawa Bianca ke sini!" Dia menatap Ezio dengan
tajam. "Dan kau! Bantu aku dengan ini! Ambil kain kompres
itu dan tekan pada luka itu begitu aku memindahkan
tanganku. Lalu kita bisa membalutnya dengan benar."
Ezio buru-buru mematuhi. Dia merasakan kehangatan
paha atas Rosa di bawah tangannya, merasakan reaksi
tubuh gadis itu kepada tangannya, dan berusaha tidak
bertemu mata. Sementara itu, Antonio bekerja dengan cepat,
menyikut Ezio ke samping pada akhirnya, dan dengan lembut
menyambung pembalut bersih pada kaki Rosa. "Bagus,"
kata pria itu. "Agak lama sebelum kau bisa memanjat
313 tembok pertahanan lagi, tapi aku rasa kau akan sembuh
total. Hanya bersabarlah. Aku tahu kau!"
"Apakah kau harus melukaiku separah itu, dasar idiot
lamban?" Rosa melotot kepada Antonio. "Semoga kau
mendapat kutukan! Kau dan ibumu yang kotor!"
"Bawa dia ke dalam," kata Antonio sambil tersenyum.
"Ugo, pergilah bersamanya. Pastikan ia beristirahat."
Empat wanita mengangkat ujung-ujung tikar, dan
membawa Rosa yang masih mengeluh melewati salah satu
pintu di lantai dasar. Antonio memperhatikan mereka pergi,
lalu berbalik lagi kepada Ezio. "Terima kasih," katanya.
"Si jalang kecil itu yang paling aku sayang. Kalau aku
kehilangan dia?" Ezio mengangkat bahu. "Aku selalu menjadi tempat empuk
bagi para dara yang sedang berada dalam marabahaya."
"Aku senang Rosa tidak mendengarmu berkata begitu,
Ezio Auditore. Tapi nama baikmu sudah menduluimu."
"Aku tidak mendengar Ugo memberitahumu namaku,"
kata Ezio, langsung waspada.
"Memang tidak. Tapi kami semua tahu tentang
pekerjaanmu di Florence dan San Gimignano. Pekerjaan
yang bagus juga, kalau sedikit tidak sopan."
"Kalian ini siapa?"
Antonio membentangkan tangannya. "Selamat datang di
markas Serikat Pencuri dan Pelacur Profesional di Venesia,"
katanya. "Aku de Magianis, Antonio" sang amministratore."
Dia membungkuk dengan ironis. "Tapi tentu saja kami
hanya mencuri dari yang kaya untuk diberikan kepada yang
314 miskin, dan tentu saja para pelacur kami memilih untuk
menyebut diri mereka berkelas tinggi."
"Dan kau tahu kenapa aku di sini?"
Antonio tersenyum. "Aku punya ide" tapi itu bukan
sesuatu yang telah aku bagi dengan" pegawai-pegawaiku.
Mari! Kita harus pergi ke kantorku dan berbicara."
Kantor itu mengingatkan Ezio dengan sangat jelas
dengan ruang belajar Paman Mario, sehingga awalnya dia
sempat terkejut. Dia tidak tahu apa yang sebelumnya dia
harapkan, tapi di sini dia berhadapan dengan ruangan yang
dibarisi buku, buku-buku mahal dengan jilidan yang bagus,
karpet-karpet Ottoman yang indah, perabotan kayu kenari
dan boxwood , juga corong lilin dan tempat lilin bercabang
yang dilapisi perak. Ruangan itu didominasi oleh sebuah meja di tengah"tengahnya. Di atasnya ada model berskala besar dari Palazzo
Seta dan lingkungan sekitarnya. Tak terhitung boneka kayu
disebarkan di sekitar dan di dalamnya. Antonio melambai
kepada Ezio ke arah sebuah kursi, lalu menyibukkan diri
di atas sebuah perapian yang nyaman di sudut. Dari sana
tersebar bau yang menarik tapi tidak familiar.
"Bisakah aku menawarimu sesuatu?" Antonio berkata.
Anehnya, dia sangat mengingatkan Ezio kepada Paman
Mario. "Biscotti" Un caff?""
"Maaf" apa?"
Kayu kuning berserat tebal yang sangat keras tapi ringan, biasa digunakan
untuk membuat alat musik.
315 "Kopi." Antonio menegakkan dirinya. "Ini adalah
campuran yang menarik. Seorang pedagang Turki memba"wakannya kepadaku. Ini, cobalah sedikit." Kemudian dia
memberi Ezio sebuah cangkir porselen kecil berisi cairan
hitam panas yang beraroma tajam.
Ezio mencicipinya. Bibirnya terbakar, tapi lumayan, dan
dia mengatakan demikian, tapi menambahkan dengan tidak
bijaksana, "Mungkin lebih baik dengan krim dan gula."
"Cara yang pasti untuk merusaknya," Antonio men"dengus tersinggung. Mereka menghabiskan kopi mereka,
bagaimanapun juga, lalu Ezio segera merasakan gairah penuh
energi yang membuatnya gugup. Perasaan itu baru baginya.
Dia harus memberi tahu Leonardo tentang minuman ini
kalau bertemu dengannya lagi. Untuk sekarang, Antonio
menunjuk model Palazzo Seta.
"Inilah posisi yang telah kami rencanakan kalau Rosa
berhasil masuk dan membuka salah satu gerbang kecil
belakang. Tapi seperti yang kau tahu, ia terlihat dan tertembak,
sehingga kami harus mundur. Sekarang kami harus menyusun
pasukan lagi sementara Emilio akan punya waktu untuk
memperkuat pertahanannya. Lebih parah lagi, operasi ini
mahal. Aku hampir menghabiskan soldoku."
"Emilio pasti penuh," kata Ezio. "Kenapa tidak menyerang
lagi sekarang dan meringankan uangnya?"
"Kau tidak mendengarkan, ya" Sumber kami menipis
dan dia sedang bersiaga. Kami tidak akan pernah bisa
melemahkannya dengan unsur kejutan. Di samping itu,
dia punya dua sepupu yang kuat, kakak beradik Marco
316 dan Agostino yang mendukungnya, meskipun aku percaya
setidaknya Agostino adalah orang baik. Sedangkan Mocenigo,
yah, Doge itu adalah orang yang baik, tapi dia tidak
mementingkan hal-hal duniawi, dan menyerahkan masalah
bisnis kepada orang-orang lainnya" orang-orang yang sudah
dikantongi oleh Emilio." Dia menatap Ezio dengan keras.
"Kami butuh bantuan ini untuk memenuhi perbendaharaan
kami lagi. Aku rasa mungkin kau bisa membantu. Kalau
kau melakukannya, itu akan membuktikan kepadaku bahwa
kau sekutu yang pantas dibantu. Maukah kau melakukan
misi seperti itu, Tuan Krim dan Gula?"
Ezio tersenyum. "Coba saja," katanya.
317 Wawancara Ezio dengan Ketua Bendahara Serikat Pencuri
itu tidak nyaman dan berlangsung lama. Tapi Ezio bisa
menggunakan keahlian yang telah dia pelajari dari Paola
untuk memotong dompet dan merampok penduduk kota
Venesia yang bersekutu dengan Emilio sebanyak yang bisa
dia dapatkan. Beberapa bulan kemudian, ditemani oleh
beberapa pencuri lainnya"karena sekarang Ezio adalah
Anggota Terhormat Serikat"dia membawa dua ribu ducati
yang dibutuhkan oleh Antonio untuk meluncurkan kembali
operasinya melawan Emilio. Tapi ada harganya. Tidak semua
anggota Serikat berhasil lolos dari pengejaran dan penangkapan
oleh Penjaga Barbarigo. Dan meskipun Pencuri sekarang
318 mempunyai dana yang mereka butuhkan tapi sumber daya
manusia mereka berkurang.
Tapi Emilio Barbarigo secara congkak membuat kesa"lahan. Sebagai contoh dia menempatkan pencuri-pencuri
yang tertangkap untuk dipamerkan secara publik dalam
kandang besi sempit di sekitar distrik yang dia kendalikan.
Jika Emilio menyimpan mereka di penjara bawah tanah
palazzonya"Tuhan sendiri tidak akan bisa mengeluarkan
mereka"tapi ia memilih untuk mempertunjukkan mereka,
kekurangan makanan dan air, disodok dengan tongkat
oleh para penjaga setiap kali mereka hendak tidur, dan
bermaksud membuat mereka kelaparan hingga mati di
depan mata publik. "Mereka tidak akan bertahan hidup selama enam hari
tanpa air, apalagi makanan," Ugo berkata kepada Ezio.
"Apa kata Antonio?"
"Terserah kau untuk merencanakan sebuah
penyelamatan." Seberapa banyak bukti kesetiaanku lagi yang dibutuhkan
oleh pria itu" pikir Ezio. Tapi kemudian dia menyadari
bahwa Antonio telah memercayainya sampai-sampai sang
Pangeran Pencuri memercayainya untuk misi yang paling
penting ini. Ezio tidak punya banyak waktu.
Dengan hati-hati, Ugo dan Ezio mengamati diam-diam
datang dan perginya para pengawas. Kelihatan bahwa
ada satu kelompok yang terus-menerus bergilir dari satu
kandang ke kandang lainnya. Meskipun setiap kandang selalu
dikelilingi oleh sejumlah pelancong yang penasaran, di antara
319 mereka bisa jadi adalah mata-mata Barbarigo, Ezio dan Ugo
memutuskan untuk mengambil risiko. Pada giliran malam,


Assasins Credd Karya Oliver Bowden di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ketika ada lebih sedikit pengawas, mereka menghampiri
kandang pertama ketika penjaga baru saja hendak pergi ke
kandang kedua. Begitu penjaga telah berangkat dan berada
di luar jangkauan penglihatan dan pendengaran, mereka
berhasil melepaskan gembok, semangat mereka bangkit
dengan sorakan yang tiada henti dari sejumlah penonton
yang tenang saja, atau yang heboh seakan-akan terhibur,
dan beberapa penonton ikut ke kandang kedua, bahkan
kandang ketiga. Pria dan wanita yang mereka bebaskan,
dua puluh tujuh orang jumlahnya, sudah dua setengah hari
berada dalam kondisi buruk, tapi setidaknya mereka tidak
dibelenggu masing-masing, lalu Ezio membimbing mereka ke
sumur-sumur yang bisa ditemukan di tengah-tengah hampir
setiap lapangan, maka kebutuhan pertama dan terpenting
mereka"kehausan"bisa terpenuhi.
Di akhir misi, yang dimulai sejak lilin dinyalakan sampai
ayam jantan berkokok, Ugo dan rekan-rekannya sangat
menghormati Ezio. "Menyelamatkan saudara-saudariku
lebih dari sekadar tindakan dermawan, Ezio," kata Ugo.
"Ini" teman-teman ini akan memainkan peran yang sangat
penting dalam beberapa minggu ke depan." Suaranya menjadi
khidmat. "Serikat kami pun berutang terima kasih yang
tidak akan mati." Kelompok itu telah kembali ke markas Serikat lagi.
Antonio memeluk Ezio, tapi wajahnya serius.
"Bagaimana kabar Rosa?" tanya Ezio.
320 "Lebih baik, tapi ia terluka lebih parah daripada yang
kami kira, dan ia berusaha untuk berlari sebelum ia bisa
berjalan!" "Kedengarannya memang seperti dia."
"Sudah biasa." Antonio berhenti. "Ia ingin bertemu
denganmu." "Aku tersanjung."
"Kenapa" Kaulah pahlawan hari ini!"
Beberapa hari kemudian, Ezio dipanggil ke kantor Antonio
dan menemukannya sedang mengamati dengan saksama
model Palazzo Seta. Maneken-maneken kayu kecil itu telah
disebarkan ulang di sekelilingnya, dan ada tumpukan kertas
yang berisi perhitungan dan catatan di atas meja di samping
model itu. "Ah! Ezio!" "Signore." "Aku baru saja kembali dari penggerebekan kecil ke
dalam wilayah musuhku sendiri. Kami berhasil merampas
tiga perahu barang berisi persenjataan yang ditujukan ke
palazzo kecil Emilio sayang. Jadi kami berpikir mungkin
nanti kami bisa mengatur pesta kostum kecil, dengan kami
semua memakai seragam pemanah Barbarigo."
"Cemerlang. Itu pasti bisa membuat kita masuk ke
dalam perbatasan tanpa masalah. Kapan kita mulai?"
321 Antonio mengangkat sebelah tangan. "Tidak secepat itu,
Sayangku. Ada sebuah masalah, dan aku ingin meminta
nasihatmu." "Kehormatan bagiku."
"Tidak, aku hanya menghargai penilaianmu. Faktanya,
aku tahu dari sumber informasi terbaik bahwa beberapa
orangku telah bergabung dengan Emilio dan sekarang menjadi
agen-agennya." Dia berhenti. "Kita tidak bisa menyerang
sampai para pengkhianat diatasi. Lihat, aku tahu aku bisa
bergantung kepadamu, dan wajahmu tidak dikenal dengan
baik di dalam Serikat. Kalau aku bisa memberimu petunjuk"petunjuk tertentu tentang keberadaan para pengkhianat ini,
apakah kau bisa mengurus mereka" Kau bisa membawa
Ugo sebagai pendukungmu, dan satuan pasukan apa pun
yang kau butuhkan." "Messer Antonio, kejatuhan Emilio sama pentingnya
bagiku dan bagimu. Mari bekerja sama dalam hal ini."
Antonio tersenyum. "Jawaban yang tepat yang aku
harapkan darimu!" Dia memberi isyarat supaya Ezio bergabung
dengannya di meja peta yang telah dipasang di dekat jendela.
"Inilah rancangan kota. Sebagaimana yang diberitahukan
oleh mata-mata setiaku kepadaku, orang-orangku yang telah
membelot bertemu di kedai minum ini. Namanya Il Vecchio
Spechhio. Mereka berhubungan dengan agen-agen Emilio,
bertukar informasi, dan menerima perintah."
"Berapa banyak?"
"Lima." "Kau ingin aku melakukan apa dengan mereka?"
322 Antonio menatapnya. "Bunuh mereka, Kawanku."
Ezio memanggil kelompok yang telah dia pilih untuk misi
pada hari berikutnya di senja hari. Dia telah menjelaskan
rencana-rencananya. Dia mendandani mereka semua di
dalam seragam Barbarigo dari perahu yang telah dirampas
oleh Antonio. Ezio tahu dari Antonio bahwa Emilio percaya
bahwa perlengkapan yang dicuri itu telah hilang di laut, maka
orang-orangnya tidak mencurigai apa pun. Bersama Ugo dan
empat orang lainnya, Ezio mendarat di Il Vecchio Specchio
setelah gelap. Itu adalah tempat bergaulnya Barbarigo, pada
jam itu hanya ada beberapa pengunjung, selain dari para
pembelot dan pengendali Barbarigo mereka. Mereka nyaris
mendongak saat melihat sekelompok penjaga Barbarigo
memasuki penginapan. Dan saat mereka terkepung, perhatian
mereka teralih kepada para pendatang baru. Ugo menarik
tudungnya, menunjukkan dirinya di dalam kedai minum
setengah gelap tersebut. Para pembelot bangkit dan terkejut,
rasa takut tertulis di wajah mereka. Ezio menempatkan
tangan dengan tegas pada bahu pengkhianat terdekat, lalu
dengan efisien menusukkan pedang Codexnya yang sudah
terlepas di antara kedua mata pria tersebut. Ugo dan
yang lainnya mengikuti dan menghabisi saudara-saudara
pengkhianat mereka. Pada waktu itu, Rosa telah berangsur pulih dengan tidak
sabaran. Ia aktif, tapi masih bergantung kepada tongkat
untuk berjalan, dan kakinya yang sakit masih dibalut. Sambil
323 terus-menerus meminta maaf dalam pikirannya kepada
Cristina Calfucci, Ezio menghabiskan waktu sebanyak yang
dia bisa bersama gadis itu.
"Salute, Rosa," kata Ezio pada pagi hari yang biasa. "Ba"gaimana kabarmu" Aku lihat kakimu sudah membaik."
Rosa mengangkat bahu. "Lama sekali, tapi aku akan
pulih. Kalau kau" Menurutmu bagaimana kota kami?"
"Ini kota yang hebat. Tapi bagaimana kau bisa tahan
dengan bau kanal-kanalnya?"
"Kami sudah terbiasa. Kami tidak akan suka bau debu
dan kotorannya Florence." Ia berhenti. "Jadi, kenapa kau
ke sini kali ini?" Ezio tersenyum. "Apa yang kau pikir dan apa yang
tidak kau pikir." Dia ragu-ragu. "Aku berharap kau bisa
mengajariku memanjat sepertimu."
Gadis itu menepuk kakinya. "Butuh waktu," katanya.
"Tapi kalau kau terburu-buru, temanku Franco hampir bisa
memanjat selihai aku." Ia menaikkan suaranya. "Franco!"
Seorang pemuda berambut gelap langsung muncul di
ambang pintu. Diam-diam Ezio merasa tersengat cemburu
karena pemuda itu sangat jelas diperhatikan oleh Rosa.
Gadis itu tersenyum. "Jangan khawatir, tesoro, dia sama
bancinya seperti Santo Sebastiano. Tapi dia juga setangguh
sepatu bot tua. Franco! Aku ingin kau menunjukkan kepada
Ezio beberapa muslihat kita." Rosa menatap ke luar jendela.
Ada sebuah gedung kosong di seberang yang ditutupi dengan
penopang bambu diikat dengan sabuk kulit. Ia menunjuk.
"Bawa dia ke atas sana sebagai permulaan."
324 Ezio menghabiskan sisa pagi itu"tiga jam"mengejar
Franco di bawah petunjuk Rosa yang melengking. Pada
akhirnya, Ezio bisa memanjat sampai ketinggian yang
memabukkan hampir dengan kecepatan dan gaya yang sama
dengan pelatihnya, dan belajar bagaimana melompat ke atas
dari satu pegangan ke pegangan berikutnya, meskipun Ezio
ragu dia akan pernah mencapai standarnya Rosa sendiri.
"Makan siangnya ringan saja," kata Rosa, menyimpan
pujian apa pun. "Kita belum selesai hari ini."
Pada sore hari, pada jam-jam tidur siang, Rosa membawa
Ezio ke lapangan gereja Frari yang besar dengan bata merah.
Bersama-sama mereka mendongak menatap bangunan
utamanya. "Panjat itu," kata Rosa. "Sampai ke paling
puncaknya. Dan aku ingin kau kembali ke bawah sini
sebelum aku menghitung tiga ratus."
Ezio berkeringat dan kelelahan. Kepalanya penuh dengan
usaha. "Empat ratus tiga puluh sembilan," Rosa mengumumkan
ketika Ezio bergabung kembali dengannya. "Lagi!"
Pada akhir usaha kelima, Ezio yang kelelahan dan
berkeringat merasa bahwa sekarang dia hanya ingin menonjok
muka Rosa, tapi hasrat itu luluh ketika gadis itu tersenyum
kepadanya dan berkata, "Dua ratus sembilan puluh tiga.
Kau nyaris." Kerumunan kecil yang telah berkumpul pun bertepuk
tangan. 325 Selama bulan-bulan berikutnya, Serikat Pencuri menyelesaikan
tugas untuk menyusun dan memperlengkapi diri mereka
kembali. Kemudian pada suatu pagi, Ugo tiba di kediaman
Ezio untuk mengundangnya ke dalam sebuah pertemuan.
Ezio mengemasi senjata-senjata Codexnya ke dalam sebuah
tas kecil dan mengikuti Ugo ke markas, di mana mereka
menemukan Antonio yang semangatnya sedang meluap-luap.
Lagi-lagi Antonio sedang menggeser-geser maneken-maneken
kayu di sekeliling model Palazzo Seta. Ezio bertanya-tanya
apakah pria itu sedikit terobsesi. Rosa, Franco, dan dua
atau tiga anggota senior Serikat juga hadir.
"Ah, Ezio!" Antonio tersenyum. "Terima kasih berkat
keberhasilanmu baru-baru ini, sekarang kita berada dalam
326 posisi untuk menyerang balik. Sasaran kita adalah gudangnya
Emilio, tidak jauh dari palazzonya. Inilah rencananya. Lihat!"
Dia menepuk model dan menunjuk barisan-barisan serdadu
kayu berwarna biru yang berderet di sekitar garis pertahanan
gudang tersebut. "Ini adalah para pemanah Emilio. Mereka
melambangkan bahaya terbesar bagi kita. Di balik selubung
malam, aku berniat mengirim kalian dan dua orang lainnya
naik ke atap bangunan yang bersebelahan dengan gudang.
Aku pun tahu bahwa kau sanggup melakukannya, berkat
pelatihan dari Rosa baru-baru ini. Kau jatuhkan para pemanah
dan habisi mereka. Dengan tenang. Saat kau melakukannya,
orang-orang kita, berpakaian seragam Barbarigo yang telah
kita tangkap, akan bergerak dari jalan-jalan sempit di
sekitarnya dan akan mengambil alih tempat mereka."
Ezio menunjuk maneken merah di dalam dinding gudang.
"Bagaimana dengan penjaga di dalamnya?"
"Ketika kau sudah mengurus para pemanah, kita akan
berkumpul di sini?" Antonio menunjukkan sebuah piazza
di dekat situ yang Ezio kenali sebagai lokasi bengkel Leon"ardo"sejenak dia bertanya-tanya bagaimana perkembangan
pekerjaan sahabatnya itu, "... dan membahas langkah-langkah
selanjutnya." "Kapan kita bergerak?" tanya Ezio.
"Malam ini!" "Sempurna! Izinkan aku membawa dua orang yang
lihai. Ugo, Franco, kalian bersamaku?" tanya Ezio.
Kedua pria itu menyeringai.
327 Ezio berkata, "Kami akan mengurus para pemanah dan
menemuimu seperti yang kau sarankan. Dengan orang-orang
kita menempati para pemanah mereka, mereka tidak akan
mencurigai apa pun."
"Dan langkah berikutnya?"
"Begitu kita telah mengunci gudang, kita akan melun"curkan serangan ke palazzo itu sendiri. Tapi ingat! Lakukan
dengan diam-diam! Mereka tidak boleh mencurigai apa pun!"
Antonio menyeringai, lalu meludah. "Semoga beruntung,
kawan-kawanku"in bocca al lupo!" Dia menepuk bahu
Ezio. "Crepi il lupo," Ezio menjawab, meludah juga.
Operasi itu berlalu malam itu tanpa rintangan. Para pemanah
Barbarigo tidak tahu apa yang telah menyerang mereka.
Dengan sangat tidak kentara, mereka digantikan oleh
orang-orangnya Antonio sehingga para penjaga di dalam
gudang bisa dijatuhkan dengan tenang dan tanpa banyak
perlawanan terhadap pembantaian dari para pencuri itu
karena tidak menyadari bahwa rekan-rekan mereka di luar
telah dinetralkan. Serangan terhadap palazzo merupakan agenda Antonio
yang berikutnya, tapi Ezio bersikeras supaya dia maju duluan
untuk memeriksa lokasi. Rosa telah pulih dengan luar biasa
pada tahap-tahap akhirnya berkat gabungan kemampuan
Antonio dan Bianca. Kini gadis itu bisa memanjat dan
melompat hampir sebaik ketika ia sehat sepenuhnya. Rosa
328 ingin menemani Ezio, tapi Antonio marah dan menolaknya.
Terlintas di dalam benak Ezio bahwa Antonio, pada
akhirnya, mempertimbangkan bahwa lebih baik kehilangan
Ezio daripada Rosa, tapi Ezio menghapus pikiran itu dan
mempersiapkan dirinya untuk misi pengintaian, mengikatkan
pengikat pelindung Codex di lengan kirinya dengan belati
gandanya. Pada lengan kanannya, Ezio memasang pedang
lompat aslinya. Dia harus melakukan banyak pemanjatan
yang sulit, maka dia tidak ingin mengambil risiko dengan
pedang beracun karena dalam kondisi apa pun itu adalah
senjata yang benar-benar mematikan. Ezio sangat ingin
menghindari kecelakaan apa pun yang bisa berakibat fatal
kepada dirinya sendiri. Setelah menarik tudung ke kepalanya dan menggunakan
teknik-teknik barunya untuk melompat ke atas yang telah
diajarkan oleh Rosa dan Franco, Ezio melesat ke dinding
luar palazzo, sehening bayangan dan hampir tidak menarik
perhatian, sampai dia berada di atap dan menunduk
mengamati kebun. Di sana dia memperhatikan ada dua
pria yang sedang mengobrol serius. Mereka sedang menuju
gerbang samping yang mengarah ke kanal pribadi yang


Assasins Credd Karya Oliver Bowden di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sempit yang berputar ke bagian belakang palazzo. Saat
mengikuti gerakan mereka dari atap, Ezio bisa melihat
bahwa ada sebuah gondola ditambatkan di tembok penahan
air di sana. Dua pendayungnya berpakaian serba hitam
dan lenteranya padam. Berkaki kokoh seperti tokek di atas
atap dan dinding, Ezio bergegas turun dan melindungi
dirinya di antara dahan sebuah pohon dari mana dia
329 bisa mendengarkan pembicaraan mereka. Salah satu pria
itu adalah Emilio Barbarigo. Ezio mengenali pria yang
satu lagi dengan terkejut, dia tidak lain dan tidak bukan
adalah Carlo Grimaldi, yaitu salah satu pendamping Doge
Mocenigo. Mereka ditemani oleh sekretaris Emilio, seorang
pria tinggi kurus yang berpakaian abu-abu, yang kacamata
baca beratnya terus-menerus merosot ke hidungnya.
?"Tumpukan kartu kecilmu akan runtuh, Emilio,"
Grimaldi berkata. "Ini cuma kemunduran kecil, tidak lebih. Pada pedagang
yang menentangku, dan Antonio de Maggianis sialan itu
akan segera mati atau dirantai, atau bekerja mendayung
kapal Turki." "Aku berbicara tentang Assassin. Dia di sini, kau tahu.
Itulah yang membuat Antonio sangat berani. Dengar, kita
semua telah dirampok atau digarong, dan para penjaga
kita dikelabui. Ini sudah sebanyak yang bisa aku lakukan
supaya Doge tidak ikut campur."
"Assassin" Di sini?"
"Dasar otak lembek, Emilio! Kalau Tuan tahu sebodoh
apa kau ini, kau pasti dilumat sampai mati. Kau tahu
kerusakan yang telah dia lakukan kepada tujuan kita di
Florence dan San Gimignano."
Emilio membuat tinju dengan tangan kanannya. "Aku
akan meremasnya seperti nyamuk!" dia menggeram.
"Yah, dia jelas sedang menyedot darahmu. Siapa yang
tahu mungkin dia ada di sini sekarang, mendengarkan kita
berbicara?" 330 "Nah, Carlo" setelah ini kau akan mengatakan kepadaku
bahwa kau percaya hantu."
Grimaldi menatap Emilio lekat-lekat. "Kesombongan
membuatmu bodoh, Emilio. Kau tidak melihat bingkai
besarnya. Kau cuma ikan besar di dalam kolam kecil."
Emilio mencengkeram tunik Grimaldi, lalu menariknya
mendekat dengan marah. "Venesia akan menjadi milikku,
Grimaldi! Aku sudah menyediakan semua persenjataanku
di Florence! Bukan salahku kalau si idiot Jacopo itu tidak
menggunakannya dengan bijaksana. Dan jangan coba-coba
merusak namaku di telinga Tuan. Kalau aku mau, aku bisa
memberitahunya beberapa hal tentangmu yang bisa?"
"Diamlah! Aku harus pergi sekarang. Ingat! Pertemu"annya sepuluh hari dari sekarang di San Stefano, di luar
Fiorella"s." "Aku akan ingat," kata Emilio dengan masam. "Pada
waktu itu, Tuan akan mendengar bagaimana?"
"Tuan akan berbicara, dan kau akan mendengarkan,"
Grimaldi membalas dengan kasar. "Selamat tinggal!"
Ezio memperhatikan Grimaldi masuk ke dalam gondola
yang gelap, lalu meluncur ke dalam kegelapan malam.
"Cazzo!" Emilio bergumam kepada sekretarisnya ketika
dia menyaksikan gondola itu menghilang ke arah Kanal
Besar. "Bagaimana kalau dia benar" Bagaimana kalau Ezio
Auditore sialan itu memang di sni?"
Emilio berpikir sejenak, lalu berkata, "Dengar, suruh para
tukang perahu itu bersiap-siap, sekarang juga. Bangunkan
para bajingan itu kalau memang perlu. Aku ingin peti-peti
331 itu dimasukkan sekarang dan aku ingin kapal siap dalam
setengah jam berdasarkan jam airmu. Kalau Grimaldi
memang mengatakan hal sebenarnya, aku harus mencari
tempat bersembunyi, setidaknya sampai pertemuan. Tuan
akan mencari cara untuk mengurus Assassin?"
"Dia pasti bekerja sama dengan Antonio de Magianis,"
sekretaris itu menyela. "Aku tahu itu, dasar idiot!" Emilio mendesis. "Sekarang,
bantu aku mengemasi dokumen yang kita bicarakan sebelum
teman kita tersayang Grimaldi berkunjung."
Mereka kembali menuju bagian dalam palazzo, dan
Ezio mengikuti. Ezio tidak memberikan rasa keberadaannya
seperti hantu. Dia melebur dengan bayang-bayang dan derap
kakinya seperti kucing. Dia tahu Antonio akan menahan
serangan terhadap palazzo sampai dia memberi sinyal, dan
pertama-tama Ezio ingin tahu rencana Ezio sampai ke
dasarnya"dokumen apa yang telah dia bicarakan?"
"Kenapa orang-orang tidak mendengarkan akal sehat?"
Emilio berkata kepada sekretarisnya ketika Ezio melanjutkan
untuk membuntuti mereka. "Semua kebebasan kesempatan
ini hanya mengarah kepada lebih banyak tindak kejahatan!
Kita harus memastikan negara mengendalikan semua unsur
kehidupan masyarakat, dan pada saat yang sama memberikan
kendali bebas kepada para bankir dan ahli keuangan swasta.
Dengan begitu, masyarakat berkembang. Dan kalau orang"orang yang keberatan itu harus dibungkam, maka memang
itulah harga kemajuan. Assassin merupakan bagian dari
masa lalu. Mereka tidak menyadari bahwa Negaralah yang
332 penting, bukan perorangan." Dia menggelengkan kepalanya.
"Seperti Giovanni Auditore, dan dia sendiri seorang bankir!
Kau pasti dapat mengira, seharusnya dia lebih menunjukkan
kesatuan!" Ezio menarik napas dengan tajam saat nama ayahnya
disebut, tapi melanjutkan untuk mengejar mangsanya ketika
Emilio dan sekretarisnya berjalan ke kantornya, memilih-milih
kertas, mengemasinya, lalu kembali ke tembok penahan air
kecil di dekat gerbang kebun di mana ada gondola besar
lainnya yang kini menunggu majikannya.
Emilio mengambil tas kecil berisi kertas-kertasnya dari
sekretarisnya, membentakkan perintah terakhirnya. "Kirimlah
beberapa pakaian, susul aku dalam semalam. Kau tahu
alamatnya." Sekretaris itu membungkuk dan menghilang. Tidak ada
orang lain lagi di sekitar situ. Para pendayung bersiap-siap
untuk melepaskan tali, di depan dan di belakang.
Ezio muncul dari tempat menguntungkannya di atas
gondola, yang terguncang menakutkan. Dengan dua gerakan
siku yang cepat, dia menjatuhkan para tukang perahu ke
dalam air, kemudian mencekik leher Emilio.
"Penjaga! Penjaga!" Emilio berdeguk sambil meraba-raba
belati di ikat pinggangnya. Ezio menangkap pergelangan
tangannya saat dia hendak mencelupkan senjata itu ke
perut Ezio. "Tidak secepat itu," kata Ezio.
"Assassin! Kau!" Emilio menggeram.
"Ya." 333 "Aku telah membunuh musuhmu."
"Itu tidak menjadikanmu temanku."
"Membunuhku tidak akan menyelesaikan apa pun
bagimu, Ezio." "Aku rasa itu akan membuat Venesia terhindar dari"
nyamuk yang mengganggu," kata Ezio sambil melepaskan
pedang lompatnya. "Requiescat in pace." Tanpa ragu, Ezio
menghentikan baja mematikan itu di antara tulang belikat
Emilio. Kematian datang dengan cepat dan diam. Keahlian
membunuhnya Ezio hanya disaingi oleh keputusan dingin,
seperti logam yang dengannya Ezio telah memenuhi kewajiban
panggilannya. Setelah mengikat tubuh Emilio ke atas sisi gondola,
Ezio berusaha menggeledah kertas-kertas di dalam tas kecil
pria itu. Ada banyak yang menarik bagi Antonio, pikir
Ezio, ketika dengan cepat menyaringnya, karena sekarang
tidak ada waktu untuk memeriksanya secara keseluruhan.
Tapi ada satu perkamen yang menarik perhatiannya sendiri,
selembar kertas kulit yang digulung dan disegel. Pastinya
sebuah halaman Codex! Ketika dia hendak membuka segelnya"suuuf!"sebuah
anak panah bergemerencing dan berbunyi keras ke dalam
dasar gondola di antara kakinya. Langsung waspada, Ezio
merunduk memandang dengan tajam ke arah datangnya misil
tadi. Tinggi di atas benteng pertahanan palazzo, sejumlah
besar pemanah Barbarigo sudah berjajar.
Salah satu di antara mereka melambaikan tangan.
Seperti pemain akrobat, ia menjatuhkan diri dari dinding
334 yang tinggi. Detik berikutnya, ia sudah berada di dalam
pelukan Ezio. "Maaf, Ezio" lelucon bodoh! Tapi kami tidak
tahan." "Rosa!" Gadis itu merapat. "Kembalilah ke keramaian dan
bersiaplah untuk beraksi!" Rosa menatap Ezio dengan mata
yang bersinar-sinar. "Dan Palazzo Seta sudah diambil! Kami
telah membebaskan para pedagang yang menentang Emilio,
dan sekarang kami menguasai distrik ini. Sekarang, ayo!
Antonio sedang merencanakan sebuah perayaan, dan ruang
bawah tanah Emilio berisi banyak sekali anggur!"
Waktu berlalu, dan Venesia tampak damai. Tidak ada yang
meratapi menghilangnya Emilio. Bahkan banyak orang
percaya dia masih hidup, dan beberapa orang beranggapan
dia hanya pergi ke seberang untuk mengurus bisnisnya di
Kerajaan Naples. Antonio memastikan bahwa Palazzo Seta
masih berjalan seperti detik jam. Selama minat perdagangan
Venesia secara keseluruhan tidak terpengaruh, tidak ada
orang yang benar-benar peduli tentang nasib salah satu
pengusaha, betapa pun ambisius atau suksesnya dia.
Ezio dan Rosa semakin dekat, tapi persaingan sengit
masih ada di antara mereka. Sekarang Rosa telah sembuh, dan
ingin membuktikan diri. Pada suatu hari, Rosa mendatangi
kamar Ezio dan berkata, "Dengar, Ezio. Aku rasa kau perlu
335 dites lagi. Aku ingin melihat apakah kau masih selihai ketika
Franco dan aku pertama kali melatihmu. Jadi... bagaimana
kalau kita balapan?"
"Balapan?" "Ya!" "Di mana?" "Dari sini sampai Puta della Dogana. Dimulai sekarang!"
Rosa pun melompat keluar jendela sebelum Ezio bisa bereaksi.
Dia melihat Rosa berlari cepat di atas genting merah dan
kelihatan seperti hampir sedang berdansa di atas kanal
yang memisahkan bangunan-bangunan. Setelah melepaskan
tuniknya, Ezio berlari mengejar gadis itu.
Akhirnya mereka sampai, sama cepatnya, di atas genting
bangunan kayu yang berdiri di tanah di ujung Dorsoduro,
mengamati Kanal St Mark dan danau dari atas. Di seberang
air berdirilah bangunan-bangunan rendah biara San Giorgio
Maggiore. Di tempat berlawanan, ada bangunan besar
berkilauan yang merupakan Palazzo Ducale.
"Sepertinya aku menang," kata Ezio.
Rosa mengerutkan dahinya. "Omong kosong. Lagi pula,
bahkan sambil berkata demikian, kau menunjukkan bahwa
kau bukan gentleman dan jelas-jelas bukan orang Venesia.
Tapi apa yang bisa diharapkan dari orang Florence?" Ia
berhenti. "Pokoknya kau pembohong. Aku yang menang."
Ezio mengangkat bahu dan tersenyum. "Terserah kau,
carissima." 336 "Kalau begitu, kepada sang pemenang, hadiah," kata
gadis itu. Ia menarik kepala Ezio kepadanya, lalu menciumi
bibirnya dengan penuh gairah. Sekarang tubuh Rosa lembut
dan hangat, dan menyerah tanpa batas.
337 Emilio Barbarigo sendiri mungkin tidak bisa memenuhi
janji ke Campo San Stefano, tapi Ezio jelas tidak akan
melewatkannya. Dia menempatkan dirinya sendiri di lapangan
yang sudah sibuk pada fajar yang cerah di tahun 1485.
Pertarungan terhadap kekuasaan Templar keras dan panjang.
Ezio mulai memercayai itu, karena seperti itulah bagi ayah
dan pamannya. Sekarang gilirannya dan akan menjadi
pekerjaan seumur hidupnya juga.
Tudungnya ditarik menutupi kepala. Dia melebur ke
dalam keramaian, tapi tetap dekat dengan sosok Carlo
Grimaldi saat seorang lainnya yang berwajah keras mendekat.
Pria itu berambut dan berjenggot lebat berwarna cokelat
kemerahan yang tidak sesuai dengan kulitnya yang pucat
338 kebiruan. Dia mengenakan jubah merah Penyelidik Negara.
Ini"Ezio tahu"adalah Silvio Barbarigo sepupunya Emilio,
yang julukannya adalah Il Rosso. Kelihatannya suasana hati
pria itu sedang tidak bagus.
"Di mana Emilio?" dia bertanya dengan tidak sabar.
Grimaldi mengangkat bahu. "Aku sudah memberitahunya
supaya datang ke sini."
"Kau memberitahunya sendiri" Secara pribadi?"
"Ya," Grimaldi membentak balik. "Aku sendiri! Secara
pribadi! Aku khawatir kau tidak memercayaiku."
"Memang," kata Silvio. Grimaldi mengertakkan giginya,
tapi Silvio hanya memandang sekeliling dengan linglung.
"Yah, mungkin dia akan datang dengan yang lainnya. Ayo,
jalan sebentar." Mereka meneruskan berjalan mengelilingi campo yang
besar dan berbentuk persegi, melewati gereja San Vidal dan
istana-istana di ujung Kanal Besar, sampai San Stefano di ujung
lainnya, berhenti dari waktu ke waktu untuk melihat-lihat
barang dagangan yang sedang dirapikan oleh penjaga kedai
pada permulaan perdagangan hari itu. Ezio membayangi
mereka, tapi sulit. Grimaldi gugup, dan terus-menerus
menoleh ke belakang dengan curiga. Berkali-kali Ezio hanya
bisa menjaga mangsanya dalam jarak pendengaran.
339 "Sementara kita menunggu, kau bisa memberitahuku kabar"kabar terbaru tentang bagaimana jalannya hal-hal di Istana
Doge," kata Silvio. Grimaldi membentangkan tangannya. "Yah, sejujurnya,


Assasins Credd Karya Oliver Bowden di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ini tidak mudah. Mocenigo tetap dekat dengan lingkarannya.
Aku telah mencoba menjelaskan asas-asasnya, seperti yang
kau minta, membuat saran berdasarkan minat untuk tujuan
kita, tapi tentu saja bukan hanya aku yang berlomba untuk
mendapatkan perhatiannya. Meskipun dia sudah tua, dia
serangga yang cerdik."
Silvio mengambil sebuah boneka kaca yang kelihatan
rumit dari sebuah kedai, memeriksanya, lalu meletakkannya
kembali. "Kalau begitu, kau harus bekerja lebih keras, Grimaldi.
Kau harus menjadi bagian dari lingkaran dalamnya."
"Aku sudah menjadi salah satu sekutunya yang paling
dekat dan paling dipercaya. Butuh bertahun-tahun untuk
memantapkan diriku. Tahun-tahun perencanaan dan pe"nungguan yang sabar, bahkan menerima penghinaan."
"Ya, ya," kata Silvio tidak sabar. "Tapi kenapa kau
harus melakukannya?"
"Ini lebih sulit daripada yang aku kira."
"Kenapa begitu?"
Grimaldi membuat gerakan frustasi. "Aku tidak tahu.
Aku melakukan yang terbaik bagi Negara. Aku bekerja
keras" Tapi faktanya, Mocenigo tidak menyukaiku."
"Aku heran kenapa tidak," kata Silvio dengan dingin.
Grimaldi terlalu tersedot ke dalam pikirannya sehingga
tidak memperhatikan penghinaan tersebut. "Ini bukan salahku!
340 Aku terus berusaha membuat si bangsat itu senang! Aku
mencari apa yang paling dia suka dan memberikannya"
selai terbaik dari Sardinia, fesyen terbaru dari Milan?"
"Mungkin Doge hanya tidak suka penjilat."
"Kau kira aku seperti itu?"
"Ya. Keset. Gombal. Penjilat" perlu diteruskan?"
Grimaldi menatapnya. "Jangan menghinaku, Penyelidik.
Kau sama sekali tidak tahu bagaimana rasanya. Kau tidak
mengerti tekanan di dalam?"
"Oh, aku tidak mengerti tekanan?"
"Tidak! Kau tidak tahu sama sekali. Kau memang pejabat
negara, tapi aku dua langkah dari Doge hampir setiap jam.
Kau harap kau bisa menggantikanku karena kau berpikir
bisa melakukannya lebih baik daripada aku, tapi?"
"Kau sudah selesai?"
"Belum! Dengarkan saja. Aku dekat dengan orang
itu, aku telah mengabdikan hidupku supaya mendapatkan
jabatan ini. Aku beri tahu kau, aku yakin aku bisa merekrut
Mocenigo ke dalam tujuan kita." Grimaldi berhenti. "Aku
hanya perlu sedikit waktu lagi."
"Bagiku kelihatannya kau sudah punya lebih dari cukup
waktu." Silvio berhenti, lalu Ezio melihatnya mengangkat
tangan untuk menarik perhatian seorang pria tua yang
berpakaian mahal dengan janggut putih yang melambai. Pria
tua itu ditemani oleh seorang pengawal yang merupakan
pria terbesar yang pernah dilihat oleh Ezio.
"Selamat pagi, Sepupu," pendatang baru itu menyambut
Silvio. "Grimaldi."
341 "Salam, Sepupu Marco," jawab Silvio. Dia meman"dang sekeliling. "Di mana Emilio" Dia tidak datang
bersamamu?" Marco Barbarigo kelihatan terkejut, lalu muram. "Ah,
berarti kalian belum mendengar beritanya."
"Berita apa?" "Emilio sudah mati!"
"Apa?" Silvio, seperti biasanya, jengkel karena sepupunya
yang lebih tua dan berkuasa ini lebih banyak tahu daripada
dirinya. "Bagaimana?"
"Aku bisa menebak," kata Grimaldi pahit.
"Assassino." Marco menatap Grimaldi dengan tajam. "Memang, mereka
menarik jasadnya dari salah satu kanal larut malam tadi.
Pasti dia sudah di situ selama" yah, cukup lama. Mereka
bilang dia telah membengkak dua kali ukuran biasanya.
Itulah mengapa dia mengapung ke permukaan."
"Di mana Assassin itu bersembunyi?" tanya Grimaldi.
"Kita harus menemukan dan membunuhnya, sebelum dia
melakukan lebih banyak kerusakan."
"Dia bisa ada di mana saja," kata Marco. "Itulah mengapa
aku membawa Dante ke mana pun bersamaku. Aku tidak
akan merasa aman tanpanya." Dia berhenti. "Wah, dia bisa
ada di sini, bahkan sekarang, kita semua tahu."
"Kita harus bertindak cepat," kata Silvio.
"Kau benar," kata Marco.
"Tapi Marco, aku sudah sangat dekat. Aku merasakannya.
Beri aku beberapa hari lagi saja," Grimaldi memohon.
342 "Tidak, Carlo, kau sudah punya cukup banyak waktu.
Kami tidak lagi punya waktu luang untuk hal-hal lembek.
Kalau Mocenigo tidak akan bergabung dengan kita, kita
harus memindahkannya dan menggantinya dengan salah satu
dari kita, dan kita harus melakukannya minggu ini!"
Pengawal raksasa itu adalah Dante, yang matanya tidak
berhenti memindai keramaian sejak dia dan Marco Barbarigo
tiba, kini berbicara. "Kita harus terus bergerak, signori."
"Ya," Marco setuju. "Dan Tuan akan menunggu kita.
Ayo!" Ezio bergerak seperti bayangan di antara keramaian dan
kedai-kedai, berjuang supaya orang-orang itu tetap berada
di dalam jangkauan pendengaran ketika menyeberangi
lapangan dan menyusuri jalan yang mengarah ke arah biasa
Lapangan Saint Mark. "Akankah Tuan setuju dengan strategi baru kita?"
tanya Silvio. "Bodoh kalau dia tidak setuju."
"Kau benar, kita tidak punya pilihan," Silvio setuju, lalu
menatap Grimaldi. "Rencana yang membuatmu tidak ber"guna," dia menambahkan dengan tidak menyenangkan.
"Itu urusan Tuan untuk memutuskannya," Grimaldi
membentak. "Sebagaimana dia memutuskan siapa yang akan
menggantikan kedudukan Mocenigo" kau atau sepupumu
Marco di sini. Sementara orang terbaik untuk memberinya
saran tentang itu adalah aku!"
"Aku tidak sabar akan keputusan Tuan," kata Marco.
"Tentunya pilihannya sudah jelas bagi kita semua."
343 "Aku setuju," kata Silvio dengan tajam. "Pilihan seharusnya
jatuh kepada orang yang mengatur seluruh operasi, orang
yang membuat ide bagaimana menyelamatkan kota ini!"
Marco menjawab dengan cepat. "Hal terakhir yang
dinilai adalah kecerdasan taktis, Silvioku yang baik. Tapi
pada akhirnya kebijaksanaanlah yang dibutuhkan untuk
menjalankan kekuasaan. Jangan berpikir sebaliknya."
"Gentlemen, tolong," kata Grimaldi. "Tuan mungkin
bisa menyarankan Komite 41 ketika mereka bertemu untuk
memilih Doge yang baru, tapi dia tidak bisa memengaruhi
mereka. Seperti yang kita semua tahu, Tuan mungkin
memikirkan seseorang yang bukan kalian berdua?"
"Maksudmu kau?" kata Silvio tidak percaya, sementara
Marco tertawa mencemooh. "Kenapa tidak" Akulah yang melakukan semua penyuapan
aslinya!" "Signori, tolong, teruslah bergerak," Dante menyela.
"Lebih aman bagi kalian jika kembali ke dalam."
"Tentu saja," Marco setuju, lalu mempercepat langkahnya.
Orang-orang lainnya mengikuti.
"Orang yang baik, Dantemu," kata Silvio. "Berapa
banyak kau membayarnya."
"Lebih sedikit daripada yang sepantasnya," Marco
menjawab. "Dia setia dan bisa dipercaya" dia telah
menyelamatkan nyawaku dua kali. Tapi dia bawel."
"Siapa yang butuh obrolan dari seorang pengawal?"
"Kita sudah sampai," kata Grimaldi ketika mereka tiba
di sebuah pintu rahasia di Campo Santa Maria Zobenigo.
344 Ezio menjaga jarak yang aman di antara mereka dengan
dirinya, sadar dengan kewaspadaan tinggi dari Dante. Ezio
pun tiba di sudut lapangan tepat pada waktunya untuk
melihat mereka masuk. Setelah melihat ke sekeliling untuk
memastikan bahwa daerah itu kosong, dia memanjat sisi
bangunan itu, lalu menempatkan dirinya di balkon, di
atas pintu. Pintu-pintu ke ruangan di baliknya terbuka. Di
dalamnya, tertutup oleh kertas-kertas, dan berpakaian beludru
ungu, duduklah orang Spanyol itu. Ezio larut ke dalam
bayang-bayang, lalu menunggu, siap untuk mendengarkan
semua yang tersingkap. Suasana hati Rodrigo Borgia sedang sangat buruk. Assassin
sudah menggagalkan beberapa usaha utamanya dan lolos
dari setiap usaha untuk membunuhnya. Sekarang Assassin
ada di Venesia, dan telah melenyapkan salah satu sekutu
penting kardinal itu di sana. Seakan-akan itu belum cukup.
Rodrigo harus menghabiskan lima belas menit pertama
dari pertemuannya untuk mendengarkan sepaket orang
bodoh yang tersisa dan sedang cekcok tentang siapa di
antara mereka yang seharusnya menjadi Doge berikutnya.
Fakta bahwa Rodrigo telah membuat pilihan dan menyogok
semua anggota kunci Dewan 41 sepertinya tidak sampai ke
telinga orang-orang idiot ini. Pilihannya telah jatuh kepada
orang yang paling tua, paling sombong, dan paling luwes
di antara mereka bertiga.
345 "Diamlah, kalian semua," akhirnya dia membentak.
"Apa yang aku butuhkan dari kalian adalah disiplin dan
pengabdian yang teguh terhadap tujuan, bukan pencarian
pengecut untuk naik pangkat seperti ini. Ini adalah keputusanku
dan akan dilaksanakan. Marco Barbarigo akan menjadi
Doge berikutnya, dan dia akan dipilih minggu depan setelah
kematian Giovanni Mocenigo. Mengingat pria tua itu sudah
berusia tujuh puluh enam tahun, tidak akan membuat orang
heran tapi tetap harus kelihatan alamiah. Apakah menurutmu
kau bisa mengatur hal itu, Grimaldi?"
Grimaldi melirik Barbarigo bersaudara. Marco tampak
bangga sementara Silvio berusaha kelihatan terhormat
meskipun kecewa. Bodoh sekali mereka, pikir Grimaldi.
Doge atau bukan Doge, mereka tetaplah bonekanya Tuan,
dan Tuan sekarang mempercayakan tanggung jawab sebe"narnya kepadanya. Grimaldi membiarkan dirinya sendiri
memimpikan hal-hal yang lebih baik saat menjawab, "Tentu
saja, Tuan." "Kapan saat kau paling dekat dengannya?"
Grimaldi merenung. "Aku menjalankan Palazzo Ducale.
Mocenigo mungkin tidak terlalu menyukaiku tapi aku dipercaya
sepenuhnya, dan aku berada di dalam jangkauannya."
"Bagus. Racuni dia. Pada kesempatan pertama."
"Dia punya pencicip makanan."
"Ya Tuhan. Kau pikir aku tidak tahu itu" Kalian orang
Venesia seharusnya pandai meracuni orang. Masukkan
sesuatu ke dalam dagingnya setelah mereka mencicipinya.
Atau masukkan sesuatu ke dalam selai Sardinia yang kata
346 orang dia sangat suka itu. Tapi pikirkanlah sesuatu, kalau
tidak, kau akan mendapatkan nasib yang lebih buruk!"
"Serahkan kepada aku, su altezza."
Rodrigo membalikkan pandangan jengkelnya kepada
Marco. "Aku anggap kau bisa mendapatkan barang yang
cocok untuk tujuan kita?"
Marco tersenyum mencela. "Itu wilayah yang lebih
dikuasai oleh sepupuku."
"Aku bisa mendapatkan cukup cantarella untuk tujuan
kita," kata Silvio. "Apa itu?" "Bentuk racun arsenik yang paling efektif dan sulit
dilacak." "Bagus! Dapatkan benda itu!"
"Aku harus berkata, Maestro," kata Marco, "kami
hanyut dalam kekaguman kau harus melibatkan dirimu
secara pribadi untuk usaha ini. Apakah itu tidak berbahaya
bagimu?" "Assassin tidak akan berani mengejarku. Dia pintar,
tapi dia tidak akan memerdayaku. Pokoknya, aku merasa
cenderung akan melibatkan diriku secara lebih langsung.
Pazzi mengecewakan kita di Florence. Dengan tulus aku
berharap keluarga Barbarigo tidak akan melakukan hal
yang sama?" Dia memandang mereka dengan sorot mata
tajam dan menyala-nyala. Silvio tertawa sinis. "Pazzi hanyalah segerombolan
amatir?" 347 "Keluarga Pazzi," Rodrigo memotongnya, "adalah
keluarga yang sangat berpengaruh dan berkuasa, dan mereka
dihancurkan oleh seorang Assassin muda. Jangan meremehkan
musuh yang merepotkan ini, atau dia akan menghancurkan
Barbarigo juga." Dia berhenti untuk membiarkan mereka
menyerap kata-katanya. "Sekarang pergilah, dan selesaikan
urusan ini. Kita tidak bisa menanggung kegagalan lagi!"
"Apa rencanamu sendiri, Tuan?"
"Aku kembali ke Roma. Waktu adalah segalanya!"
Rodrigo bangun dengan kasar, lalu meninggalkan
ruangan. Dari titik persembunyiannya di balkon, Ezio
melihatnya pergi sendirian dan menyeberangi lapangan,
membuat sekawanan merpati berpencar saat dia melangkah
ke arah Molo. Orang-orang lainnya segera mengikuti dia,
berpisah dan mengambil jalan mereka masing-masing keluar
dari lapangan. Ketika semuanya diam, Ezio melompat turun
ke trotoar dan bergegas ke arah markas Antonio.
Begitu sampai di sana, dia ditemui oleh Rosa, yang
menyambutnya dengan ciuman yang lama. "Kembalikan
belatimu ke sarungnya," gadis itu tersenyum saat tubuh
mereka saling menekan. "Kaulah yang membuatku mengeluarkannya. Dan
kaulah yang..." Ezio menambahkan dengan ahli, "punya
sarungnya." Rosa meraih tangan Ezio. "Ayo, kalau begitu."
"Tidak, Rosa, mi dispiace veramente, tapi aku tidak
bisa." "Jadi" kau sudah bosan denganku!"
348 "Kau tahu bukan itu! Tapi aku harus menemui Antonio.


Assasins Credd Karya Oliver Bowden di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ini darurat." Rosa menatapnya dan melihat raut wajahnya yang
mendesak, di dalam mata Ezio yang biru abu-abu. "OKE.
Untuk kali ini saja aku memaafkanmu. Dia ada di kantornya.
Aku rasa di merindukan model Palazzo Seta karena sekarang
dia sudah mendapatkan yang aslinya! Ayo!"
"Ezio!" kata Antonio begitu melihatnya. "Aku tidak
suka wajah itu. Apakah semuanya baik-baik saja?"
"Aku harap begitu. Aku baru saja mengetahui bahwa
Carlo Grimaldi dan dua sepupu Barbarigi yang bernama Silvio
dan Marco sedang bersekongkol dengan" seorang pria yang
terlalu aku kenal, yang orang-orang sebut sebagai si orang
Spanyol. Mereka berencana membunuh Doge Mocenigo dan
menggantikannya dengan salah satu di antara mereka."
"Itu berita yang sangat buruk. Dengan orang mereka
sendiri sebagai Doge, mereka akan menguasai seluruh armada
Venesia dan kerajaan perdagangan di dalam genggaman
mereka." Dia berhenti. "Dan mereka menyebut diriku
kriminal!" "Jadi" kau akan membantuku untuk menghentikan
mereka?" Antonio membentangkan tangannya. "Aku sudah berjanji
kepadamu, Adik. Dan dukungan semua pria di sini."
"Dan wanita," Rosa menyela.
Ezio tersenyum, "Grazie, amici."
Antonio tampak merenung. "Tapi Ezio, ini butuh
beberapa perencanaan. Palazzo Ducale punya pertahanan
349 yang sangat kuat sehingga Palazzo Seta tampak seperti
taman yang terbuka. Dan kita tidak punya waktu supaya
aku bisa membuat model berskala sehingga kita bisa
merencanakan?" Ezio mengangkat tangannya dan berkata dengan tegas,
"Tidak ada yang tidak bisa dimasuki."
Mereka berdua menatapnya. Kemudian Antonio tertawa,
lalu Rosa tersenyum nakal. "Tidak ada yang tidak bisa
dimasuki!" Tidak heran kami menyukaimu, Ezio!"
Pada akhir hari itu, ketika hanya ada sedikit orang, Antonio
dan Ezio pergi ke Istana Doge. "Pengkhianatan seperti ini
tidak mengejutkanku lagi," Antonio berkata saat mereka
pergi. "Doge Mocenigo adalah orang baik, dan aku terkejut
dia bertahan lama. Ketika aku kecil, kami diajarkan bahwa
kaum bangsawan adil dan baik. Dulu aku juga percaya
itu. Meskipun ayahku adalah tukang sepatu dan ibuku
pembantu dapur, aku bercita-cita untuk menjadi lebih hebat.
Aku belajar dengan giat, aku berusaha keras, tapi aku tidak
pernah bisa masuk ke dalam kelas penguasa. Kalau kau
tidak dilahirkan di dalamnya, kau tidak mungkin diterima.
Jadi" aku bertanya kepadamu, Ezio, siapa bangsawan sejati
Venesia" Orang-orang seperti Grimaldi atau Marco dan
Silvio Barbarigo" Tidak! Kami para pencuri dan serdadu dan
pelacur. Kami menjaga tempat ini tetap berlanjut dan setiap
orang dari kami lebih terhormat di dalam kelingkingnya
daripada keseluruhan kawanan yang katanya penguasa itu!
350 Kami mencintai Venesia. Mereka hanya melihat kota ini
sebagai cara untuk memperkaya diri sendiri."
Ezio menyimpan sarannya. Sebenarnya dia tidak bisa
melihat Antonio, meskipun orang baik, pantas mengenakan
corno ducale. Sesuai waktu yang telah ditentukan, mereka
tiba di Lapangan St Mark, lalu memutar ke istana merah
muda itu. Bangunan itu sangat jelas dijaga dengan ketat, dan
meskipun mereka berdua berhasil memanjat tanpa diketahui
sampai panggung yang telah didirikan di sisi katedral yang
bersebelahan dengan istana, ketika mereka melihat dari
titik itu, mereka bisa melihat bahwa meskipun mereka
bisa"dan telah"melompat melewati atap istana, masuk ke
halaman, bahkan dari sana, dihalangi oleh kisi-kisi tinggi
yang ujungnya membentuk paku panjang melengkung ke
luar dan ke dalam. Di bawah mereka di halaman, mereka
bisa melihat Doge sendiri, Giovanni Mocenigo, seorang
pria tua terhormat yang mengerut di dalam jubah indah
dan corno pemimpin kota dan negara, sedang berbicara
dengan orang yang telah ditunjuk untuk membunuhnya,
yaitu Carlo Grimaldi. Ezio mendengarkan dengan sungguh-sungguh.
"Tidakkah kau mengerti apa yang sedang aku tawarkan
kepadamu, Altezza?" Carlo berkata. "Tolong dengarkan aku,
karena inilah kesempatan terakhirmu!"
"Berani-beraninya kau berbicara kepadaku seperti itu"
Berani-beraninya kau mengancam aku!" Doge
membentak. 351 Carlo langsung bersikap meminta maaf. "Maafkan aku,
Sir. Aku tidak bermaksud apa-apa. Tapi tolong percayalah
bahwa keselamatanmu adalah perhatian utamaku?"
Dengan itu, mereka berdua bergerak masuk ke dalam
bangunan dan keluar dari jangkauan penglihatan.
"Waktu kita sangat sedikit," kata Antonio, membaca
pikiran Ezio. "Dan tidak ada jalan menembus kisi-kisi ini.
Bahkan kalaupun ada, lihatlah jumlah penjaga di dalam sana.
Diavolo!" Dia memukul udara dengan frustasi, menyebabkan
sekelompok merpati terbang ke udara. "Lihatlah mereka!
Burung-burung itu! Betapa mudahnya bagi kita andai saja
kita bisa terbang!" Mendadak, Ezio menyeringai sendiri. Sudah waktunya
dia mengunjungi temannya, Leonardo da Vinci.
352 "Ezio! Sudah berapa lama?" Leonardo menyambut Ezio seperti
adik yang sudah lama hilang. Bengkelnya di Venesia sangat
menyerupai bengkelnya di Florence, tapi yang mendominasi
adalah versi skala penuh dari mesin seperti kelelawar yang
tujuannya, kini Ezio tahu, adalah yang dianggapnya dengan
serius. Tapi ada hal yang lebih penting, untuk Leonardo.
"Dengar, Ezio, kau sudah mengirimiku satu halaman
Codex lewat seorang pria yang sangat baik bernama Ugo,
tapi kau tidak pernah memberi kabar lagi. Apakah kau
sesibuk itu?" "Lebih baik tanganku penuh," Ezio menjawab, teringat
halaman yang telah dia ambil dari Emilio Barbarigo.
"Yah, ini dia." Leonardo membongkar-bongkar kekacauan
di dalam ruangannya, tapi segera muncul dengan halaman
353 Codex yang digulung rapi, segelnya sudah diperbarui.
"Tidak ada desain senjata baru di dalam halaman ini, tapi
dari lambang-lambang dan tulisan naskah di dalamnya,
yang aku percaya adalah bahasa Aramaic atau Babilonia,
ini akan menjadi halaman yang penting di dalam puzzle
apa pun yang sedang kau kumpulkan. Aku rasa aku
mengenali sedikit peta." Dia mengangkat sebelah tangan.
"Tapi jangan beri tahu aku apa-apa! Aku hanya tertarik di
dalam penemuan yang diungkapkan oleh halaman-halaman
yang kau bawakan kepadaku. Lebih daripada itu, aku tidak
peduli untuk tahu. Orang sepertiku hanya kebal dari bahaya
tergantung kegunaannya. Tapi kalau diketahui bahwa aku
tahu terlalu banyak?" Lalu Leonardo dengan penuh ekspresi
menggorok lehernya dengan jarinya. "Yah, begitulah," dia
melanjutkan. "Aku sudah kenal kau, Ezio, kunjunganmu
tidak pernah sekadar sosial. Minumlah Veneto yang agak
buruk ini"beri aku Chianti kapan saja"dan ada beberapa
kue ikan di suatu tempat, kalau kau lapar."
"Kau sudah menyelesaikan tugasmu?"
"Sang Conte adalah orang yang penyabar. Salute!"
Leonardo mengangkat gelasnya.
"Leo" apakah mesinmu ini benar-benar berfungsi?"
tanya Ezio. "Maksudmu, bisa terbang?"
"Ya." Leonardo menggosok dagunya. "Yah, ini masih di dalam
tahap-tahap awal. Maksudku, ini belum siap sama sekali"
tapi aku rasa, " ya! Tentu saja ini berfungsi. Tuhan tahu
354 aku telah menghabiskan cukup waktu mengerjakannya! Aku
tidak bisa berhenti memikirkannya!"
"Leo" boleh aku mencobanya?"
Loenardo kelihatan syok. "Tentu saja tidak boleh! Kau gila"
Ini terlalu berbahaya. Mula-mulanya, kita harus membawanya
ke puncak sebuah menara untuk meluncurkanmu?"
Hari berikutnya sebelum fajar, tapi tepat ketika garis-garis
merah muda kelabu mewarnai kaki langit timur, Leonardo
dan asisten-asistennya, setelah melucuti mesin terbang itu
untuk mengangkutnya, telah dibangun ulang di atas atap
tinggi datarnya Ca" Pexaro, yaitu mansion keluarga yang telah
mempekerjakan Leonardo dan sekarang tidak mencurigai
apa pun. Ezio ikut bersama mereka. Di bawah mereka,
kota masih tidur. Bahkan tidak ada penjaga satu pun di
atas atap Palazzo Ducale, karena ini adalah Jam Manusia
Serigala, ketika vampir dan hantu paling kuat. Tidak ada
orang selain orang gila dan ilmuwan yang akan berani
keluar pada jam seperti ini.
"Sudah siap," kata Leonardo. "Syukurlah tidak ada
siapa-siapa. Kalau ada orang melihat benda ini, mereka
tidak akan memercayai mata mereka" dan kalau mereka
tahu ini penemuanku, nasibku berakhir di kota ini."
"Aku akan cepat," kata Ezio.
"Usahakan jangan sampai rusak," kata Leonardo.
"Ini penerbangan uji coba," kata Ezio. "Aku akan
pelan-pelan. Beri tahu aku lagi cara kerja bambina ini."
355 "Pernahkah kau melihat seekor burung terbang?"
tanya Leonardo. "Ini bukan tentang menjadi lebih ringan
daripada udara, tapi keluwesan dan keseimbangan! Kau harus
menggunakan berat badanmu untuk mengendalikan ketinggian
dan arah, maka sayap akan membawamu." Wajah Leonardo
sangat serius. Dia mengelus lengan Ezio. "Buona fortuna,
temanku. Kau" aku harap" akan membuat sejarah."
Asisten-asisten Leonardo mengikat Ezio dengan hati-hati
ke posisi di bawah mesin. Sayap-sayap seperti kelelawar
itu direntangkan di atasnya. Ezio dikunci dengan wajah
menghadap ke depan di dalam ayunan kulit yang ketat,
meskipun lengan dan kakinya bebas, dan di depannya ada
kayu palang mendatar, terikat ke rangka kayu utama yang
menahan supaya sayapnya tetap di atas. "Ingatlah apa yang
sudah aku katakan kepadamu! Kiri kanan mengendalikan
kemudi. Depan belakang mengendalikan kemiringan sayap,"
Leonardo menjelaskan dengan sungguh-sungguh.
"Terima kasih," kata Ezio sambil bernapas berat. Dia
tahu bahwa kalau ini tidak berhasil, dalam sekejap dia akan
mengambil lompatan terakhir di dalam hidupnya.
"Pergilah bersama Tuhan," kata Leonardo.
"Sampai ketemu nanti," kata Ezio dengan rasa percaya
diri yang tidak benar-benar dia rasakan. Dia menyeimbangkan
perkakas itu di atasnya, memantapkan diri, lalu berlari di
pinggir atap. Perutnya meninggalkan dia duluan, lalu ada rasa senang
yang luar biasa. Venesia bergulung di bawahnya saat Ezio
berbalik dan berguling, tapi kemudian mesin itu mulai
356 gemetaran, lalu jatuh dari langit. Hanya dengan menjaga
kepalanya, dan mengingat petunjuk Leonardo sehubungan
cara kerja tongkat kendali, Ezio bisa memperbaiki pesawatnya,
lalu membimbingnya kembali"persis"ke atap istana
Pexaro. Dia mendaratkan pesawat aneh itu sambil berlari"
menggunakan seluruh kekuatan dan kelincahannya supaya
tetap stabil. "Kristus Agung, berhasil!" Leonardo memekik, sejenak
kurang berhati-hati tentang keamanan. Dia melepaskan Ezio
dari mesin itu, lalu memeluknya dengan kalut. "Kau luar
biasa! Kau terbang!"
"Ya, demi Tuhan, aku telah melakukannya," kata
Ezio kehabisan napas. "Tapi tidak terbang sejauh yang
aku butuhkan." Lalu matanya menatap Istana Doge dan
halamannya yang merupakan tujuan Ezio. Dia juga berpikir
tentang sedikitnya waktu yang dia miliki, kalau pembunuhan
Mocenigo mau dihindari. Setelah itu, kembali ke bengkel Leonardo, Ezio dan sang
seniman penemu itu memberikan mesin tersebut pemeriksaan
terakhir. Leonardo menghamparkan cetak birunya di atas
sebuah meja penopang yang besar.
"Coba aku lihat rancanganku di sini. Mungkin aku
bisa menemukan sesuatu, suatu cara untuk memperpanjang
durasi penerbangannya."
Mereka diganggu oleh kedatangan Antonio yang
tergesa-gesa. "Ezio! Maaf aku mengganggumu tapi ini
penting! Mata-mataku memberitahuku bahwa Silvio telah
357 mendapatkan racun yang akan mereka berikan, dan dia
telah menyerahkannya kepada Grimaldi."
Tapi kemudian Leonardo berteriak putus asa. "Ini tidak
bagus! Aku sudah mencari-carinya, tapi tidak bisa juga! Aku
tidak tahu cara memperpanjang penerbangannya. Oh, sial!"
Dengan marah, dia menyapu kertas-kertas jatuh dari meja.
Beberapa di antaranya melambai ke dalam perapian besar
di dekatnya, lalu saat mereka terbakar, mereka terangkat.
Leonardo memperhatikannya, raut wajahnya menjadi jernih,
lalu akhirnya senyum lebar menghapus amarah dari wajahnya.
"Tuhanku!" dia berteriak, "Eureka! Tentu saja! Genius!"
Dia merenggut kertas-kertas yang belum terbakar dari
api dan menghentakkan apinya hingga mati. "Jangan pernah
menyerah dari amarahmu," dia menyarankan. "Amarah bisa
berbalik menjadi produktif."
"Jadi, apa yang menyembuhkanmu?" tanya Antonio.
"Lihat!" kata Leonardo. "Tadi kau tidak melihat abu"abunya naik" Panas mengangkat benda! Sering sekali aku
melihat gagak terbang tinggi di udara, tidak mengepakkan
sayap mereka sama sekali, tapi bisa bertahan tinggi! Prinsipnya
sederhana! Kita hanya perlu menerapkannya!"
Leonardo meraih peta Venesia dan membentangkannya
di atas meja. Sambil bersandar di atasnya dengan sebatang
pensil, dia menandai jarak di antara Palazzo Pexaro dan
Palazzo Ducale, membuat tanda-tanda silang pada titik-titik


Assasins Credd Karya Oliver Bowden di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kunci di antara kedua bangunan. "Antonio!" dia berseru.
"Bisakah kau meminta orang-orangmu membuat api unggun
358 di setiap tempat yang aku tandai, lalu menyalakannya
berturut-turut?" Antonio mempelajari peta itu. "Aku rasa kami bisa
mengaturnya" tapi kenapa?"
"Tidakkah kau mengerti" Inilah jalur penerbangan Ezio!
Api akan membawa mesin terbangku dan Ezio sampai ke
target! Panas mengangkat!"
"Bagaimana dengan penjaga?" kata Ezio.
Antonio menatapnya. "Kau akan terbang dengan benda
itu. Sekali ini saja, serahkan para penjaga kepada kami." Dia
menambahkan, "Pokoknya, setidaknya beberapa di antara
mereka akan sibuk di tempat lain. Mata-mataku memberitahu
bahwa ada kiriman aneh berisi bubuk berwarna di dalam
tabung-tabung kecil yang baru saja tiba dari negeri jauh
di timur yang disebut Cina. Tuhan tahu apa itu, tapi pasti
berharga, mereka menjaganya dengan sangat baik."
"Kembang api," kata Leonardo kepada dirinya
sendiri. "Apa?" "Bukan apa-apa!"
Orang-orang Antonio membuat api unggun yang telah
Leonardo pesan dan siap pada senja hari. Mereka juga
telah mengosongkan daerah di sekitar situ dari penonton
atau orang lalu-lalang mana pun yang akan cenderung
memperingatkan pihak yang berwenang kalau ada sesuatu
yang menggemparkan. Sementara itu, para asisten Leonardo
359 telah mengangkut mesin terbang itu ke atap Pexaro sekali
lagi. Dipersenjatai dengan pedang lompat dan pelindung
lengannya, Ezio telah mengambil posisinya di situ. Antonio
berdiri di dekatnya. "Lebih baik kau daripada aku," kata Antonio.
"Ini satu-satunya cara untuk masuk ke dalam istana.
Kau sendiri yang berkata begitu."
"Tapi aku tidak pernah bermimpi hal ini bisa benar-benar
terjadi. Aku masih menganggapnya hampir mustahil. Kalau
Tuhan memang ingin kita terbang?"
"Kau sudah siap untuk memberikan sinyal kepada
orang-orangmu, Antonio?" tanya Leonardo.
"Pasti." "Maka lakukanlah sekarang, lalu kita terbangkan
Ezio." Antonio berjalan ke pinggiran atap, lalu menunduk.
Kemudian dia mengambil sebuah sapu tangan merah besar,
dan melambaikannya. Jauh di bawah mereka bisa melihat
satu, lalu dua, tiga, empat, dan lima api unggun besar
melompat menyala. "Sempurna, Antonio. Selamat dariku." Leonardo berbalik
kepada Ezio. "Sekarang, ingat apa yang telah aku katakan
kepadamu. Kau harus terbang dari api ke api. Panas setiap
api yang kau lewati akan menjagamu tetap di udara sepanjang
jalan ke Istana Doge."
"Dan berhati-hatilah," kata Antonio. "Ada pemanah
ditempatkan di atap, dan mereka pasti akan langsung
360 menembak begitu melihatmu. Mereka akan berpikir kau
semacam setan dari neraka."
"Aku harap ada cara supaya aku bisa menggunakan
pedangku sambil terbang dengan benda ini."
"Kakimu bebas," kata Leonardo merenung. "Kalau
kau bisa mengemudi cukup dekat ke para pemanah dan
menghindari anak panah mereka, mungkin kau bisa menendang
mereka jatuh dari atap."
"Aku akan mengingatnya."
"Dan sekarang kau harus pergi. Semoga beruntung!"
Ezio melompat dari atap ke dalam langit malam,
menetapkan arah ke api pertama. Dia mulai kehilangan
ketinggian saat mendekat, tapi lalu, begitu mencapainya,
dia merasa mesin itu naik lagi. Teori Leonardo berhasil!
Saat terbang, dia bisa melihat para pencuri yang sedang
menjaga api unggun mendongak dan bersorak. Tapi bukan
hanya para pencuri yang menyadari keberadaannya. Ezio
bisa melihat para pemanah Barbarigo yang ditempatkan
di atas menara katedral dan bangunan-bangunan lain di
dekat Istana Doge. Ezio berhasil bergerak dengan tangkas,
menghindarkan mesin terbang itu dari sebagian besar anak
panah, meskipun satu atau dua di antaranya sempat menabrak
bingkai kayu itu. Ezio juga berhasil menukik cukup rendah
untuk menjatuhkan beberapa pemanah dari posisi mereka.
Tapi saat dia mendekati Istana itu sendiri, para penjaga Doge
sendiri menyalakan api dan menggunakan anak panah berapi.
Salah satunya mengenai sisi kanan sayap mesin dan langsung
terbakar. Ezio hanya bisa mempertahankan arah, dan dia
361 kehilangan ketinggian dengan cepat. Dia melihat seorang
wanita muda ningrat yang cantik mendongak dan menjerit
sesuatu tentang setan sedang datang untuk mengambilnya,
tapi lalu Ezio melewati wanita itu. Ezio melepaskan kendali,
lalu meraba-raba pengikat yang menahan dirinya. Pada saat
terakhir, dia melepaskan diri, lalu melompat ke depan, untuk
mendarat dengan merunduk sempurna pada atap halaman
dalam, melewati kisi-kisi yang menjaga bagian dalam istana
dari semuanya selain burung. Ketika mendongak, Ezio melihat
mesin terbang itu jatuh ke lapangan di bawah, menyebabkan
panik dan kericuhan di antara orang-orang di sana. Bahkan
perhatian para pemanah api tadi teralihkan, sehingga Ezio
bisa mengambil keuntungan dari hal ini, untuk memanjat
turun dengan cepat dan menghilang dari pandangan. Saat
melakukannya, dia melihat Doge Mocenigo muncul di
jendela lantai dua. "Ma che cazzo?" kata sang Doge. "Apa itu?"
Carlo Grimaldi muncul di sisinya. "Mungkin hanya para
pemuda bermain petasan. Mari, habiskan anggurmu."
Mendengar hal itu, Ezio bergegas melewati atap dan
dinding sambil dengan hati-hati tetap di luar jarak penglihatan
para pemanah. Ezio pun sampai tepat di luar jendela yang
terbuka. Saat mengintip ke dalam, Ezio melihat bahwa sang
Doge sedang menghabiskan sebuah piala. Ezio melemparkan
dirinya melewati ambang jendela dan masuk ke dalam ruangan,
lalu berteriak, "Berhenti, Altezza! Jangan minum?"
Sang Doge menatap Ezio dengan terkejut pada saat Ezio
menyadari bahwa dia telah tiba terlambat beberapa detik.
362 Grimaldi tersenyum lemah. "Perhitungan waktumu yang
terkutuk tidak tepat seperti biasanya, Assassin muda! Messer
Mocenigo akan meninggal sebentar lagi. Dia telah meminum
cukup banyak racun untuk menjatuhkan seekor banteng."
Mocenigo berbalik kepada Grimaldi. "Apa" Apa yang
telah kau lakukan?" Grimaldi membuat gerakan menyesal. "Seharusnya dulu
kau mendengarkanku."
Sang Doge terhuyung-huyung dan hendak jatuh kalau Ezio
tidak bergegas maju untuk menopangnya dan membimbingnya
ke sebuah kursi di mana pria tua itu duduk dengan berat.
"Rasanya lelah"," kata sang Doge. ?"Menjadi
gela?" "Aku minta maaf sekali, Altezza," kata Ezio tak
berdaya. "Memang sudah waktunya kau mencicipi kegagalan,"
Grimaldi menggeram kepada Ezio, sebelum membuka pintu
dan mengaum, "Penjaga! Penjaga! Sang Doge telah diracun!
Pembunuhnya ada di sini!"
Ezio melompat melintasi ruangan, dan mencengkeram
kerah baju Grimaldi, menyeretnya kembali ke dalam ruangan,
membanting pintu tertutup, lalu menguncinya. Beberapa detik
kemudian, dia mendengar penjaga berlarian dan menggedor"gedornya. Ezio berbalik kepada Grimaldi. "Gagal, eh" Maka
sebaiknya aku melakukan sesuatu untuk memperbaikinya."
Dia melepaskan pedang lompatnya.
Grimaldi tersenyum. "Kau bisa membunuhku," katanya.
"Tapi kau tidak akan pernah mengalahkan Templars."
363 Ezio menikamkan belati itu ke dalam jantung Grimaldi.
"Kedamaian bersamamu," katanya dengan dingin.
"Bagus," kata sebuah suara lemah di belakangnya. Ezio
berbalik, lalu melihat sang Doge, meskipun sudah pucat
mati, tapi masih hidup. "Aku akan mencari seorang dokter," kata Ezio.
"Tidak" sudah terlambat. Tapi aku akan mati dengan
lebih bahagia karena melihat Assassinku pergi di hadapanku
ke dalam kegelapan. Terima kasih." Mocenigo berjuang
untuk bernapas. "Aku sudah lama mencurigai bahwa dia
seorang Templar, tapi aku terlalu lemah, terlalu percaya"
Tapi periksalah dompetnya. Ambil kertas-kertasnya. Aku
tidak ragu kau akan menemukan sesuatu di antaranya
yang akan membantu tujuanmu sendiri, dan membalaskan
kematianku." Mocenigo tersenyum saat berbicara. Ezio menyaksikan
senyum itu membeku di bibirnya, matanya memandang kosong,
lalu kepalanya terkulai ke samping. Ezio meletakkan sebelah
tangan ke samping leher Doge untuk memastikan bahwa
dia telah mati, bahwa tidak ada denyut lagi. Ezio menarik
jari-jarinya di atas wajah pria itu untuk menutup kelopak
matanya sambil menggumamkan beberapa kata berkah, lalu
dengan cepat mengambil dan membuka dompet Grimaldi.
Di sana, di antara seberkas kecil dokumen-dokumen lainnya,
ada satu halaman Codex. Para penjaga terus-menerus menggedor pintu, dan sekarang
mulai berhasil. Ezio lari ke jendela, lalu menunduk. Halaman
itu masih penuh dengan penjaga. Dia harus mengambil risiko
364 lewat atap. Ezio keluar dari jendela, lalu mulai memanjat
dinding di atasnya ketika anak-anak panah berdesis di
sekitar kepalanya, bergemerencing menabrak bangunan batu
di kedua sisinya. Ketika Ezio mencapai atap, dia harus
berhadapan dengan lebih banyak pemanah, tapi mereka tidak
waspada dan Ezio bisa menggunakan unsur kejutan untuk
menghabisi mereka. Tapi dia dihadapkan dengan kesulitan
lainnya. Kisi-kisi yang telah menjaganya kini ia terperangkap
di dalamnya! Dia berlari menghampirinya, dan menyadari
bahwa kisi-kisi itu hanya didesain untuk mencegah orang
dari luar. Puncaknya yang seperti paku melengkung ke luar
dan ke bawah. Kalau Ezio bisa memanjat sampai puncak,
dia bisa melompat tanpa halangan.
Ezio mendengar derap-derap kaki banyak penjaga
menggelegar dari tangga menuju atap. Dengan mengumpulkan
semua kekuatan yang bisa diberikan oleh sisa harapannya,
Ezio berlari dan melompat, lalu memanjat ke puncak kisi"kisi. Momen berikutnya, dia sudah aman berada di sisi lain
kisi-kisi, sedangkan para penjaga terperangkap di dalamnya.
Mereka terlalu bersenjata berat untuk memanjatnya, dan
Ezio tahu bahwa mereka tidak selincah dirinya. Sambil
berlari ke pinggir atap, dia menunduk, melompat melewati
panggung yang dibangun di sepanjang dinding katedral,
lalu memanjat turun. Kemudian dia berlari ke Lapangan
St Mark, dan menghilang di dalam keramaian.
365 Kematian Doge pada malam yang sama ketika setan burung
aneh muncul di langit menyebabkan keributan di Venesia
yang berlangsung selama berminggu-minggu. Mesin terbang
Leonardo telah menabrak Lapangan St Mark, terbakar
besar, dan menjadi abu, namun tidak ada orang yang berani
mendekati perkakas aneh itu.
Doge baru, Marco Barbarigo, dipilih tepat pada waktunya
dan menjabat. Dia membuat sumpah publik yang sungguh"sungguh untuk melacak assassin muda yang telah meloloskan
diri dari pengejaran dan penangkapan, dan yang telah
membunuh pelayan terhormat negara ini, Carlo Grimaldi, dan
mungkin Doge tua juga. Para penjaga Barbarigo dan negara
366 terlihat di setiap sudut jalan dan mereka juga berpatroli di
kanal-kanal siang dan malam.
Atas saran Antonio, Ezio bersembunyi di markas, tapi
dia mendidih frustasi karena Leonardo telah meninggalkan
kota ini untuk sementara demi mendampingi pelanggannya,
Conte de Pexaro. Bahkan Rosa kekurangan cara untuk
menyenangkan Ezio. Tidak lama kemudian, satu hari tidak jauh dari tahun
baru, Antonio memanggil Ezio ke kantornya, menyambutnya
dengan senyum lebar. "Ezio! Aku punya dua potong kabar
baik untukmu. Pertama, temanmu Leonardo telah kembali.
Kedua, ini Carnevale! Hampir semua orang memakai topeng,
jadi kau?" Tapi Ezio sudah setengah jalan keluar ruangan.
"Hei! Kau mau ke mana?" Antonio berseru.
"Menemui Leonardo!"
"Yah, kembalilah segera" ada seseorang yang aku ingin
kau bertemu dengannya."
"Siapa?" "Namanya Saudari Teodora."
"Seorang biarawati?"
"Kau akan tahu!"
Ezio berjalan di jalanan dengan tudung menutupi
kepalanya, membuat jalannya tidak mencolok di antara
kelompok-kelompok yang berpakaian berlebihan dan orang"orang yang bertopeng berkerumun di jalan dan kanal.
Dia sangat sadar bahwa sekelompok penjaga juga masih
bertugas. Marco Barbarigo tidak lebih peduli tentang
367 kematian Grimaldi daripada kematian pendahulunya, yang
telah dia bantu rancangkan rencananya. Karena dia telah
membuat pertunjukan mulia dengan mencari pelakunya,
dia bisa membiarkan masalah itu berlalu dengan suara
hati yang baik, lalu tampak menurunkan operasi publik
yang mahal itu. Tapi Ezio juga tahu bahwa kalau Doge
bisa diam-diam memasang jebakan dan membunuhnya,
dia akan melakukannya. Selama Ezio masih hidup dan
bisa menjadi duri di dalam daging Templars, mereka akan
menganggapnya termasuk salah satu musuh terpahit mereka.
Ezio harus selalu waspada.
"Senang melihatmu lagi," Leonardo menyambutnya. "Kali


Assasins Credd Karya Oliver Bowden di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ini aku kira kau benar-benar mati. Aku tidak mendengar
tentangmu lagi, lalu ada semua urusan itu tentang Mocenigo
dan Grimaldi, lalu pelangganku terpikir untuk bepergian
dan bersikeras supaya aku ikut dengannya"ke Milan,
kebetulan"dan aku tidak pernah punya waktu luang
untuk membangun ulang mesin terbangku karena Angkatan
Laut Venesia ingin aku mulai mendesain barang untuk
mereka"sangat menjengkelkan!" Kemudian dia tersenyum.
"Tapi yang penting, kau hidup dan sehat!"
"Dan menjadi orang yang paling dicari di Venesia!"
"Ya. Seorang pembunuh ganda, dan korbannya adalah
dua orang penduduk paling ternama di negara ini."
"Kau tahu lebih banyak untuk memercayai itu."
"Kau tidak akan ada di sini kalau aku memang percaya.
Kau tahu kau bisa memercayaiku, Ezio, juga semua orang
lainnya di sini. Lagi pula, kamilah yang menerbangkanmu ke
368 dalam Palazzo Ducale." Leonardo menepukkan tangannya,
lalu seorang asisten muncul dengan membawa anggur. "Luca,
bisakah kau mencarikan sebuah topeng karnaval untuk
teman kita di sini" Aku rasa itu akan berguna."
"Grazie, amico mio. Aku juga punya sesuatu untukmu."
Ezio menyerahkan halaman Codex barunya.
"Sempurna," kata Leonardo yang langsung mengenalinya.
Dia membersihkan sedikit ruang di atas meja di dekatnya, lalu
membuka gulungan perkamen, dan mulai memeriksanya.
"Hmmm," katanya sambil mengerutkan dahi karena
berkonsentrasi. "Halaman ini punya desain untuk senjata
baru, dan sangat rumit. Kelihatannya senjata ini akan
dipasang ke pergelangan tanganmu lagi, tapi ini bukan
belati." Dia meneliti naskah itu lagi. "Aku tahu apa ini!
Ini senjata api, tapi dengan skala miniatur" sekecil burung
kolibri, sebenarnya."
"Kedengarannya itu tidak mungkin," kata Ezio.
"Hanya ada satu cara untuk mengetahuinya, dan itu
adalah membuatnya," kata Leonardo. "Untungnya para
asisten Venesiaku ini adalah insinyur ahli. Kami akan
langsung mengerjakannya."
"Bagaimana dengan pekerjaanmu yang lain?"
"Biarkan saja," kata Leonardo dengan enteng. "Mereka
semua pikir aku ini genius, dan tidak ada salahnya membiarkan
mereka begitu" Sesungguhnya, itu berarti mereka cenderung
membiarkanku dalam damai!"
Dalam hitungan hari, tembakan itu sudah siap untuk diuji
oleh Ezio. Ternyata ukuran, jangkauan, dan kekuatannya sangat
369 luar biasa. Seperti pedang Codex, senjata itu didesain untuk
dilekatkan kepada mekanisme lompat yang terikat pada lengan
Ezio, dan bisa didorong kembali untuk menyembunyikannya,
dan ditembak keluar dalam sekejap ketika dibutuhkan.
"Bagaimana mungkin aku tidak pernah memikirkan
sesuatu seperti ini untuk diriku sendiri?" kata Leonardo.
"Pertanyaan yang lebih besar adalah," Ezio menyahut
dengan penasaran, "bagaimana pikiran ini bisa datang
kepada seseorang yang hidup ratusan tahun lalu."
"Yah, bagaimanapun datangnya, ini adalah mesin yang
mengagumkan, dan aku harap juga bisa membantumu
dengan baik." "Aku pikir mainan baru ini datang pada saat yang
paling tepat," kata Ezio bersungguh-sungguh.
"Begitu ya," kata Leonardo. "Yah, semakin sedikit
aku tahu tentang itu, semakin baik, meskipun aku bisa
mempertaruhkan sebuah tebakan bahwa ini mungkin ada
hubungannya dengan Doge yang baru. Aku tidak seperti
politikus, tapi kadang-kadang bahkan aku bisa mencium
adanya penipuan." Ezio mengangguk penuh makna.
"Yah, itu sesuatu yang sebaiknya kau bicarakan dengan
Antonio. Dan sebaiknya kau memakai topeng itu" selama
ini masih Carnevale, kau akan aman di jalanan. Tapi ingat"
jangan perlihatkan senjata di luar sana! Simpan saja di
dalam lengan bajumu."
370 "Aku akan menemui Antonio sekarang," Ezio memberi"tahunya. "Ada seseorang yang dia ingin aku temui" seorang
biarawati yang dipanggil Saudari Teodora, di Dorsoduro."
"Ah! Saudari Teodora!" Leonardo tersenyum.
"Kau kenal dia?"
"Dia sama-sama temanku dan Antonio. Kau akan
menyukainya." "Siapa dia, tepatnya?"
"Kau akan tahu," Leonardo menyeringai.
Ezio berjalan ke alamat yang telah diberikan oleh
Antonio. Bangunan itu jelas tidak kelihatan seperti sebuah
biara. Begitu Ezio mengetuk dan diterima masuk, dia
yakin bahwa dia telah datang ke tempat yang salah karena
ruangan itu sendiri mengingatkannya lebih seperti ruang
tamu besarnya Paola di Florence. Wanita-wanita muda
anggun yang datang dan pergi pun jelas bukan biarawati.
Ezio hendak mengenakan topengnya lagi dan pergi ketika
dia mendengar suara Antonio, lalu beberapa saat kemudian
pria itu sendiri muncul, menuntun lengan seorang wanita
cantik dan anggun dengan bibir penuh dan mata yang
menggairahkan, dan memang berpakaian seperti seorang
biarawati. "Ezio! Kau di sini," kata Antonio. Dia agak mabuk.
"Izinkan aku memperkenalkan" Saudari Teodora. Teodora,
temui" bagaimana aku harus mengatakannya"... pria paling
berbakat di Venesia!"
"Saudari," kata Ezio membungkuk. Kemudian dia
menatap Antonio. "Apakah aku melewatkan sesuatu di
371 sini" Aku tidak pernah benar-benar melihatmu sebagai jenis
yang religius." Antonio tertawa, tapi Saudari Teodora, ketika wanita
itu berbicara, ternyata serius. "Tergantung bagaimana kau
memandang agama, Ezio. Bukan hanya jiwa manusia yang
membutuhkan pelipur lara."
"Minumlah, Ezio!" kata Antonio. "Kita harus berbicara,
tapi pertama-tama, bersantailah! Kau pasti aman di sini.
Kau sudah bertemu dengan gadis-gadisnya" Ada yang kau
suka" Jangan khawatir, aku tidak akan memberi tahu Rosa.
Dan kau harus memberitahuku?"
Antonio disela oleh jeritan dari salah satu ruangan yang
mengelilingi ruang tamu itu. Pintu terayun terbuka untuk
memperlihatkan seorang pria bermata liar sedang memegang
pisau. Di belakangnya, di atas tempat tidur yang basah
akibat darah, seorang gadis menggeliat-geliut kesakitan.
"Hentikan dia," gadis itu menjerit. "Dia menusukku dan
mencuri uangku!" Dengan raungan marah, maniak itu merenggut gadis
lainnya sebelum ia bisa bereaksi, lalu memeluknya erat-erat,
menempelkan pisau pada tenggorokannya. "Biarkan aku
keluar dari sini atau aku akan menggorok yang ini juga,"
dia berteriak sambil menekan ujung pisau itu sehingga sebutir
darah muncul dari leher gadis itu. "Aku serius!"
Antonio, langsung sadar dari mabuknya, membelalak
dari Teodora kepada Ezio. Teodora sendiri sedang menatap
Ezio. "Yah, Ezio," katanya dengan ketenangan yang membuat
372 Ezio terkejut, "sekaranglah kesempatanmu untuk membuatku
terkesan." Maniak itu berjalan melintasi ruang tamu ke pintu, di
mana segerombolan kecil gadis sedang berdiri. Saat mencapai
pintu, dia menggeram kepada mereka, "Buka pintunya!"
Tapi mereka tampak terpaku ke lantai akibat takut. "Buka
pintu sialan ini atau ia akan merasakannya!" Orang itu
menekan pisaunya sedikit lebih dalam ke tenggorokan gadis
itu. Darah mulai mengalir dari lehernya.
"Lepaskan dia!" Ezio memerintahkan.
Pria itu berbalik untuk menghadap Ezio. Raut wajahnya
buruk. "Dan siapa kau" Semacam benefattore del cazzo"
Jangan membuatku menghabisinya!"
Ezio melihat dari pria itu ke pintu. Gadis di dalam
lengannya sudah pingsan, menjadi beban mati. Ezio bisa
melihat bahwa pria itu ragu, tapi kapan pun sekarang
Ezio harus melepaskannya. Dia bersiap-siap. Ini akan sulit,
wanita-wanita lainnya dekat. Dia harus mengambil momen
yang tepat, lalu bergerak cepat, dan dia tahu bahwa dia
punya kesempatan yang sangat sedikit dengan senjata barunya.
"Buka pintunya," kata pria itu dengan tegas kepada salah
satu pelacur yang ketakutan di dalam kelompok.
Saat pelacur itu melakukannya, orang gila itu melepaskan
gadis yang berdarah-darah jatuh ke lantai. Saat dia bersiap-siap
untuk bergegas ke jalanan, dia melepaskan perhatiannya dari
Ezio selama sedetik, dan dalam sedetik itu Ezio melepaskan
pistol kecilnya, lalu menembak.
373 Ada ledakan keras dan pancaran api yang diikuti oleh
embusan asap tampak ditembakkan keluar dari antara jari-jari
tangan kanan Ezio. Maniak itu, masih dengan raut wajah
terkejut, jatuh berlutut. Ada sebuah lubang kecil yang rapi di
tengah-tengah dahinya, dan sebagian otaknya berceceran di
tiang pintu di belakangnya. Para gadis menjerit dan segera
menjauh darinya, saat orang gila itu pelan-pelan tumbang.
Teodora meneriakkan perintah, lalu para pelayan bergegas
memberikan pertolongan pertama kepada dua gadis yang
terluka, tapi sudah terlambat bagi gadis yang ada di kamar
tidur, karena sudah kehabisan darah.
"Kami berterima kasih kepadamu, Ezio," kata Teodora
begitu keadaan sudah pulih.
"Aku terlambat untuk menyelamatkannya."
"Kau telah menyelamatkan yang lain. Mungkin orang
itu sudah membantai lebih banyak kalau kau tidak ada di
sini untuk menghentikannya."
"Sihir apa yang kau gunakan untuk menjatuhkannya?"
tanya Antonio yang terkagum-kagum.
"Bukan sihir. Hanya rahasia. Sepupu dewasa dari pisau
lempar." "Yah, aku bisa melihat bahwa itu akan berguna. Doge
baru kita adalah mayat ketakutan. Dia mengelilingi dirinya
sendiri dengan banyak penjaga dan tidak pernah meninggalkan
palazzo." Antonio berhenti. "Aku tebak Marco Barbarigo
merupakan sasaran berikutnya di dalam daftarmu?"
"Dia adalah musuh besar seperti sepupunya."
374 "Kami akan membantumu," kata Teodora bergabung
dengan mereka. "Dan kesempatan kita akan segera hadir.
Doge sedang mengadakan pesta besar untuk Carnevale
dan dia akan meninggalkan palazzo untuk itu. Tidak
ada uang yang disisihkan, karena dia ingin membeli hati
masyarakat meskipun dia tidak bisa mendapatkannya.
Menurut mata-mataku, dia bahkan telah memesan kembang
api dari Cina!" "Itulah kenapa aku memintamu ke sini hari ini,"
Antonio menjelaskan kepada Ezio. "Saudari Teodora adalah
salah satu dari kita, dan ia menjangkau setiap denyut nadi
Venesia dengan jari-jarinya."
"Bagaimana aku bisa diundang ke dalam pesta ini?"
Ezio bertanya kepada wanita itu.
"Ini tidak mudah," ia menjawab. "Kau butuh topeng
emas supaya bisa masuk."
"Yah, tidak sulit kalau kau bisa mendapatkan salah
satunya." "Tidak secepat itu" setiap topeng adalah undangannya,
dan masing-masing diberi nomor." Tapi kemudian Teodora
tersenyum. "Jangan cemas, aku punya ide. Aku kira mungkin
saja kita bisa memenangkan sebuah topeng untukmu. Ayo,
ikutlah bersamaku." Wanita itu membimbingnya menjauh
dari orang-orang lainnya ke sebuah halaman kecil yang
tenang di bagian belakang bangunan, di mana sebuah air
mancur dimainkan di dalam sebuah kolam hiasan.
"Mereka akan mengadakan sebuah permainan karnaval
yang terbuka bagi semua orang besok. Ada empat lomba,
375 dan pemenangnya akan dihadiahi sebuah topeng emas
dan akan menjadi tamu kehormatan pada pesta tersebut.
Kau harus memenangkannya Ezio, demi akses ke dalam
pesta yang membuatmu bisa mencapai Marco Barbarigo."
Teodora menatap Ezio. "Ketika kau pergi, aku sarankan
kau membawa tembakan apimu bersamamu, karena kau
tidak akan bisa cukup dekat dengannya untuk menusuknya
dengan pisau." "Boleh aku menanyakan sesuatu?"
"Kau boleh mencoba. Aku tidak menjamin jawaban."
"Aku penasaran. Kau mengenakan pakaian seorang
biarawati, tapi jelas bahwa kau tidak seperti itu."
"Bagaimana kau bisa tahu" Aku yakinkan kepadamu,
Anakku, bahwa aku telah menikah dengan Tuhan."
"Tapi aku tidak mengerti. Kau juga seorang pelacur kelas
tinggi. Bahkan, kau menjalankan sebuah rumah hiburan."
Teodora tersenyum. "Aku tidak melihat adanya
pertentangan. Bagaimana aku memilih untuk menjalankan
keyakinanku, apa yang aku pilih untuk lakukan dengan
tubuhku" ini adalah pilihanku dan aku bebas untuk
memilih." Ia berhenti untuk berpikir sejenak. "Dengar," ia
melanjutkan. "Seperti banyak wanita muda, aku tertarik
ke dalam Gereja, tapi secara bertahap aku kecewa dengan
Konspirasi Langit 1 That Summer Breeze Karya Orizuka Perfume Story Of Murderer 1

Cari Blog Ini