Ceritasilat Novel Online

The Hidden Oasis 2

The Hidden Oasis Karya Paul Sussman Bagian 2


bawah. Kosong, sunyi, terasing. Seperti yang dirasakannya. Yang
telah dirasakannya selama tujuh tahun terakhir. Yang mungkin
akan selalu dirasakannya.
Seperti yang telah direncanakan, Freya dijemput di bandara
Dakhla"bangunan berwarna oranye yang letaknya terpencil
dikelilingi padang pasir"oleh rekan Alex, Zahir al-Sabri. Kurus,
kuat, berhidung bengkok, dengan kumis ramping seperti pensil
dan imma Badui berwarna merah terlilit di kepalanya, dia menggumamkan salam dan, sambil membawakan tas Freya"dia
tetap memanggul ranselnya"membawanya melintasi aula kedatangan dan keluar melalui serangkaian pintu kaca. Panas pagi
itu menerpanya seperti handuk mendidih ditempelkan dengan
keras pada wajahnya. Panas sekali di Kairo, tetapi ada sesuatu
THE HIDDEN OASIS | 59 yang lain: udara yang membakar seolah merasuk jauh ke dalam
paru-parunya, mengisap napas darinya.
"Bagaimana orang bisa hidup dalam keadaan seperti ini?"
tanyanya, sambil menyematkan kacamata hitamnya.
Zahir mengangkat bahu. "Sudah masuk musim panas. Makanya panas sekali."
Ada areal parkir mobil di depan gedung terminal, dipenuhi pepohonan "g dan semak oleander berbunga merah jambu. Zahir
melangkah ke Toyota Land Cruiser putih dengan rak koper di
atapnya, lampu depan kirinya pecah. Setelah memasukkan tas
ke bagian belakang mobil, Zahir membuka pintu penumpang
dan, tanpa berkata apa-apa, masuk ke kursi pengendara dan menyalakan mesin. Mereka melaju, melewati tempat pemeriksaan
keamanan dan keluar ke jalanan beraspal"satu-satunya jalan"
yang terbentang melintasi padang pasir seperti sapuan cat abuabu kotor. Di depan, terlihat oasis dalam warna hijau samar.
Di belakang, terbentang lereng tebing berwarna krem yang
curam menghimpit dan melengkungkan garis cakrawala seperti
lengkungan piring raksasa.
"Gebel el-Qasr," kata Zahir. Dia tidak memberikan penjelasan
panjang, dan Freya tidak bertanya.
Mereka berkendara dengan cepat dan tak saling bicara,
gundukan pasir dan kerikil membuka jalan menuju rerumputan
kasar yang menyebar di sana-sini, kemudian menuju lapangan
beririgasi yang diselang-seling oleh rumpun tanaman palem,
zaitun, dan sitrus. Setelah sepuluh menit, sebuah rambu dalam
bahasa Arab dan Inggris mengumumkan bahwa mereka telah
memasuki Mut yang, dari surat Alex, Freya tahu merupakan permukiman utama di Dakhla. Sejumlah bangunan berwarna putih
kusam berlantai dua dan tiga, nyaris sunyi, jalannya yang berdebu
dibatasi oleh pepohonan casuarina dan akasia, tepi jalannya dicat
dengan warna putih dan hijau, warna yang menonjol di kota itu.
Mereka melewati sebuah masjid, pedati yang ditarik keledai
dengan sekelompok perempuan berjubah hitam duduk di
60 | PAUL SUSSMAN belakang dan barisan unta berjalan tanpa tujuan di sepanjang sisi
jalan; sesekali bau kotoran dan asap kayu menerpa melalui jendela
yang terbuka. Dalam keadaan lain Freya tentunya akan terpukau:
semuanya sungguh berbeda, asing sekali bagi pengalamannya
sendiri. Nyatanya dia duduk saja sambil melamun dan memandang ke luar jendela saat mereka menelusuri jalan raya lebar
yang melintasi kota, melewati bundaran kecil berturut-turut
yang darinya jalan lebar lain menyebar ke berbagai arah berbeda
sehingga dia memiliki sensasi melayang yang asing di sekitar
mesin pinball raksasa. Hanya dalam beberapa menit, mereka sudah berada di sisi
lain dan melaju melintasi lanskap lapangan berliku dan sawah.
Rumah merpati dan rumpun palem terlewati, saluran irigasi,
singkapan batu karang yang terlihat aneh sampai akhirnya
mereka tiba di sebuah desa yang padat dengan rumah yang
dibangun dari bata lumpur. Zahir memperlambat mobilnya dan
membelok ke kiri melewati gerbang yang terbuka, berhenti di
halaman yang dikelilingi oleh dinding bata tinggi beratap daun
palem. Dia membunyikan klakson dan mematikan mesin.
"Rumah Alex?" tanya Freya, sambil mencoba mencocokkan
halaman dan tempat tinggal bobrok di dalamnya dengan penjelasan dalam surat kakaknya.
"Rumahku," kata Zahir, sambil membuka pintu mobil dan
turun. "Kita minum teh."
Freya tidak sedang berselera untuk minum teh, tetapi rasanya
tidak sopan jika dia menolak"surat Alex menjelaskan betapa
pentingnya keramahtamahan bagi orang Mesir. Dalam keadaan
lelah, dia meraih ransel dan ikut turun dari mobil.
Zahir mendahuluinya masuk ke dalam bangunan itu dan
di sepanjang koridor"gelap dan dingin, bau asap dan minyak
sayur"sebelum tiba di dalam ruangan suram berplafon tinggi
dengan dinding biru pucat dan lantai tertutup karpet. Selain
kursi berbantal di sepanjang salah satu dinding dan pesawat
televisi di atas meja di sudut sana, ruangan itu kosong. Dia
mempersilakan Freya duduk di kursi, dan meneriakkan sesuatu
THE HIDDEN OASIS | 61 ke arah belakang rumah dan bersila di lantai di depan Freya,
djellaba-nya terangkat sehingga memperlihatkan celana training
Nike. Hening. "Aku dengar kau bekerja dengan Alex?" katanya akhirnya,
melihat tidak ada tanda-tanda Zahir akan memulai percakapan.
Dia menggumam mengiyakan.
"Di padang pasir?"
Zahir mengangkat bahu seolah berkata "di mana lagi?".
"Mengerjakan apa?"
Mengangkat bahu lagi. "Kami mengendarai mobil. Jauh. Menuju Gilf Kebir. Perjalanan panjang."
Dia mengarahkan pandangannya ke arah Freya dan kemudian
mengalihkannya, menggeretakkan leher dan mengusapkan
sesuatu pada djellaba-nya. Freya ingin mengajukan pertanyaan
lagi kepadanya: tentang kehidupan Alex di sini, penyakitnya,
hari-hari terakhirnya, apa pun yang dia ketahui tentangnya,
apa pun, sangat ingin mengumpulkan berbagai potongan kecil
apa pun tentang kakaknya. Namun, Freya menahan diri, merasakan bahwa Zahir sepertinya tidak akan bercerita terlalu terperinci. Molly Kiernan sudah mengingatkannya bahwa Zahir
tidak terlalu ramah, tetapi rasanya lebih daripada itu. Hampir
antagonistik. Freya ingin tahu apakah Alex pernah menceritakan
kepadanya apa yang terjadi antara dia dan kakaknya, mengapa
mereka tidak berbicara sekian lama.
"Kau orang Badui?" tanyanya, sambil mengusir pikiran
dari kepalanya dan membuat langkah baru untuk memecah kebekuan.
Anggukan, tidak lebih. "Sanusi?" Kata ini adalah sesuatu dari surat Alex yang
samar-sama diingatnya, sebuah nama yang entah bagaimana
diasosiasikan dengan orang padang pasir. Jika berharap membuat
laki-laki itu terkesan dengan pengetahuannya, dia harus kecewa.
62 | PAUL SUSSMAN Zahir menyatakan seruan tak suka dan menggelengkan kepala
dengan pasti. "Bukan Sanusi," sanggahnya. "Sanusi adalah anjing, sampah.
Kami semua al Rashaayda. Badui sejati."
"Maaf," gumamnya. "Aku tak bermaksud?"
Bunyi denting dari koridor di luar mengganggunya. Seorang
bocah laki-laki berusia tidak lebih dari dua atau tiga tahun
berjalan tertatih ke dalam ruangan, diikuti oleh seorang wanita
muda"ramping, berkulit gelap, menarik. Dia membawa pipa
sisha di satu tangan dan baki dengan dua gelas teh coklat kemerahan di tangan yang lain. Freya berdiri untuk membantu,
tetapi Zahir memberi isyarat untuk kembali duduk, memberi
tanda kepada istrinya"begitulah Freya menduga"untuk meletakkan baki dan pipa di sampingnya. Sekilas, perempuan itu
beradu pandang dengan Freya, dan kemudia dia berlalu.
"Gula?" Zahir menuangkan satu sendok penuh gula ke dalam gelas
Freya tanpa menunggu jawaban dan memberikan gelas itu
kepadanya sebelum menggendong bocah laki-laki itu.
"Anakku," katanya, sambil tersenyum untuk pertama kalinya
sejak mereka bertemu, ketegangan sesaat sebelumnya tampaknya
sudah terlupakan. "Sangat pintar. Kau pintar, bukan, Mohsen?"
Bocah laki-laki itu tertawa, kakinya menendang-nendang di
bawah keliman djellaba mini-nya.
"Anak yang manis," kata Freya.
"Bukan manis," kata Zahir, sambil menggoyangkan jemarinya
tanda tidak setuju. "Perempuan memang manis. Tapi Mohsen
tampan. Seperti ayahnya."
Zahir tersenyum dan mengecup kening bocah itu.
"Kau punya anak?"
Freya menjawab tidak. "Cepatlah punya anak," ujar Zahir menasihati. "Sebelum kau
terlalu tua." THE HIDDEN OASIS | 63 Dia menyendokkan tiga sendok gula ke dalam tehnya,
meneguk dan, dan mengangkat mulut pipa sisha, mengepulkannya hingga menyala. Kepulan asap biru pekat mengapung
dengan berat ke arah langit-langit. Kemudian hening yang tidak
menyamankan itu lagi"atau paling tidak Freya merasakannya
seperti itu; Zahir terlihat tidak menyadari hal itu. Kemudian,
sambil mengangkat pipa, dia menunjuk ke arah atas kepala
Freya, sebuah pisau melengkung yang tergantung di dinding,
sarung perunggunya dihiasi oleh garis lengkung dan lurus keperakan yang rumit, gagang gadingnya dihiasi oleh apa yang
terlihat seperti batu mirah delima besar.
"Itu milik nenekku," katanya. Freya sedikit bingung sebelum
menyadari apa yang dia maksud.
"Nenek moyang," dia mengoreksi.
"Itu yang aku bilang tadi. Namanya Mohammed Wald Yusuf
Ibrahim Sabri al-Rashhayda. Hidup sebelum tahun enam ratus,
pria yang sangat terkenal. Orang Badui paling terkenal di padang
pasir. Sahara seperti kebunnya saja, dia sudah menjelajahi banyak
tempat, bahkan Lautan Pasir, kenal setiap gundukan pasir, setiap
lubang mata air. Pria yang sangat hebat."
Zahir mengangguk dengan bangga, sambil memeluk anak
laki-lakinya. Freya menunggunya untuk melanjutkan, tetapi
tampaknya itu saja yang ingin dikatakan Zahir, dan mereka terhanyut dalam keheningan lagi. Suara pompa irigasi di kejauhan
menyelinap masuk melalui jendela yang terbuka dan, dari arah
yang lebih dekat, suara kuak angsa. Freya masih tetap begitu
selama beberapa menit, meneguk teh, anak laki-laki itu menatapnya. Kemudian dia meletakkan gelasnya, berdiri, dan bertanya
apakah dia bisa ke kamar kecil. Bukan karena dia memerlukannya, melainkan hanya untuk beralih dari pria itu sejenak.
Zahir melambaikan tangannya, memberi tanda kepada Freya
untuk mengikuti koridor yang telah mereka lalui, menuju ke
bagian belakang rumah. Freya keluar dari ruangan itu, lega bisa sendirian. Melewati
beberapa kamar tidur"dinding dan lantai yang kosong,
64 | PAUL SUSSMAN tempat tidur kayu dengan banyak hiasan"dia menguak tirai
manik-manik dan masuk ke dalam areal kecil terbuka di dalam.
Beberapa sangkar bambu menumpuk di satu dinding, penuh
dengan kelinci dan merpati. Dari bukaan yang ada di depannya terdengar suara pot beradu dan suara perempuan. Di sisi
kanannya ada dua pintu tertutup, salah satunya, dia menduga,
pastilah kamar kecil. Dia melintasi halaman dan membuka pintu
terdekat. Ternyata ruang itu bisa jadi ruang kerja atau ruang penyimpanan, dia tidak bisa menentukan dengan pasti, meja,
kursi dan komputer kuno menyiratkan kemungkinan pertama,
dan karung gandum, sepeda karatan dan hasil pertanian lain
menyiratkan kemungkinan terakhir. Dia baru saja akan menutup pintu ketika perhatiannya tertuju ke sisi jauh ruangan itu,
tempat sebuah meja diletakkan di sudut. Ada sebuah foto yang
ditempelkan di dinding. Dia melangkah masuk ke ruang itu,
dan mengamati gambar tersebut.
Gambar itu berwarna, diperbesar beberapa kali dari ukuran
aslinya sehingga bahkan dari pintu saja dia dapat melihat
gambar itu dengan jelas: lengkung batu hitam kemilau yang
menjulang muncul dari padang pasir tak berbentuk, seperti
sejumlah pedang lengkung besar yang merobek pasir. Gambar
itu adalah formasi yang dramatis, menantang gravitasi, ujung
paling atasnya meruncing, sisinya menaik dan bergerigi akibat
ribuan tahun terkena udara sehingga membuatnya tampak
berduri secara aneh. Sebagian dari diri Freya tidak dapat
menahan untuk berpikir betapa menakjubkan jika bisa memanjat di sana, walaupun bukan batu cadas itu sendiri yang
menarik perhatiannya melainkan seseorang yang sedang berdiri
dalam bayangan di dasar formasi itu. Dia mendekati meja,
mencondongkan badannya, dan mengamati gambar. Walaupun
sosok itu kecil, terlihat kecil karena ada monolit lengkung di atas
kepalanya, senyuman, jaket kulit kumal, dan rambut pirangnya,
semuanya tidak salah lagi: Alex. Dia mengulurkan tangan dan
menyentuh foto itu. "Ini ruangan pribadi."
THE HIDDEN OASIS | 65 Freya terkejut. Zahir sedang berdiri di pintu, anak laki-lakinya di sampingnya.
"Maafkan," gumamnya, malu. "Aku masuk ke pintu yang
salah." Zahir tidak berkata apa-apa, hanya menatap Freya.
"Aku melihat Alex." Freya menunjuk gambar sambil merasa
kikuk dan bersalah, seolah dia tertangkap basah melakukan hal
yang tak boleh dilakukannya, seperti pada hari itu ketika"
"Kamar kecil ada di sebelah," katanya.
"Oh, tentu. Aku tidak bermaksud untuk?"
Freya berhenti, bingung, tak mampu menemukan kata yang
tepat. Turut campur" Melanggar batas" Mengintip" Dia merasakan air mata mulai mengalir.
"Apakah dia bahagia?" ujarnya, tak mampu menahan diri.
"Alex. Dia mengirimiku surat, kau tahu, hanya beberapa saat
sebelum dia meninggal, bercerita banyak hal" sepertinya dia
bahagia. Apakah dia bahagia" Kau tahu" Pada akhirnya" apakah
dia bahagia?" Zahir terus menatapnya, wajahnya tetap kosong.
"Ini ruangan pribadi," ulangnya. "Kamar kecil ada di sebelah."
Freya merasakan gejolak amarah.
Dia sudah meninggal! Freya ingin berteriak. Kakakku sudah
meninggal, dan kau membawaku ke sini hanya untuk minum teh
dan tidak membolehkan aku melihat fotonya!
Freya tak berkata apa-apa, sadar bahwa kemarahannya diarahkan kepada dirinya sendiri dan kepada Zahir"untuk apa yang
telah dia lakukan terhadap Alex, karena tidak berada di sana
menemaninya, karena segala hal. Dia melirik foto itu untuk
terakhir kalinya, kemudian berbalik meninggalkan ruangan dan
melangkah ke halaman. "Aku tidak ingin ke kamar kecil lagi," jawabnya pelan. "Aku
hanya ingin melihatnya. Maukah kau mengantarku?"
66 | PAUL SUSSMAN Zahir menatapnya, tanpa ekspresi, tak menanggapi, kemudian, dengan anggukan, menutup pintu. Dia mengajak anak
laki-lakinya melintasi halaman ke dapur sebelum membawa
Freya berjalan ke bagian dalam rumah menuju Land Cruiser.
Mereka tidak berbicara selama di perjalanan kembali ke Mut.
Kairo hampir tengah hari ketika Flin terjaga. Dia terbaring
di sofa, berpakaian lengkap, kepalanya berdenyut, mulutnya
kering dan mengeras seolah baru saja dijejali kapur. Untuk
sesaat lamanya dia berpikir bahwa dia telah terlambat untuk


The Hidden Oasis Karya Paul Sussman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menghadiri kuliah pagi harinya, sebelum teringat bahwa ini
hari Selasa, dan pada hari Selasa dia mengajar pada sore hari.
Sambil bergumam "terima kasih Tuhan", dia tenggelam lagi
dalam sofanya. Untuk sesaat lamanya dia berbaring di sana, menatapi berkas
sinar matahari yang melintas di langit-langit, mengingat kembali
berbagai peristiwa pada malam sebelumnya, sementara orkestra
suara klakson mobil tak henti-hentinya meraung dari jalanan
di bawah. Kemudian, sambil berusaha berdiri, dia berjalan terhuyung-huyung ke kamar kecil dan mandi air dingin, sistem
pompa apartemen yang sudah kuno itu meraung dan bergetar
saat dia mengalirkan air ke wajah dan dadanya. Dia mandi
selama lima belas menit. Pikirannya perlahan jernih kembali, dia
menyekakan handuk pada tubuhnya dan menyeduh kopi"kopi
Mesir hitam dan kental, tajam dan asam seperti jus lemon. Dia
berjalan kembali ke ruang tengah, dan membuka daun jendela.
Deretan bangunan terhampar sesak di depannya, meluas ke arah
timur seperti gelombang buih lumpur sebelum bertumbukan
dengan dinding Muqqatam Hills yang berkabut di kejauhan. Di
sisi kanannya, kubah masjid Mohammed Ali berkilau keperakan
ditimpa sinar matahari siang. Di mana-mana menara menjulang
SUDAH THE HIDDEN OASIS | 67 tinggi dari segala hiruk-pikuk di bawah, seperti jarum yang
timbul dari balik kain kasar, pengeras suarannya mengisi udara
dengan ratapan panjang para muazin kota, mengundang jemaah
untuk sembahyang tengah hari.
Flin telah tinggal di sini selama sepuluh tahun terbaiknya,
menyewa tempat ini dari satu keluarga Mesir tua yang memiliki
seluruh blok sejak pertama kali dibangun pada akhir abad kesembilan belas.
Dari luar tidak banyak yang dapat dilihat, tampak depan
gedung kolonial yang pernah membanggakan"balkon yang
penuh hiasan, sekeliling jendela yang dipahat rumit, kaca kemerahan, dan pintu besi"retak dan termakan cuaca dan bernoda cokelat seperti kotoran oleh udara yang berkabut. Di
dalam, bagian umum bangunan juga sudah lewat masa kehebatannya, suram dan mengenaskan, dinding penuh goresan
dan mengelupas dan dipenuhi coretan, catnya pudar.
Namun, lokasi apartemen itu menyenangkan"hanya beberapa jalan jauhnya dari American University tempat dia
mengajar. Dan harga sewanya rendah, bahkan dengan standar
orang Kairo, pertimbangan yang penting dengan pertimbangan
bahwa dia mengajar paruh waktu. Dan bila blok itu sendiri
dalam kondisi buruk, apartemennya, di lantai teratas, adalah
oasis yang tenang dan terang, langit-langit di kamarnya tinggi,
jendelanya menghadap pemandangan spektakuler di arah timur
dan selatan kota. Dia selalu merasa paling betah berada di
padang pasir, tempat dia menghabiskan empat bulan dalam
setahun, menjauh dari siapa pun dan apa pun, tetapi sejauh dia
dapat merasa bahagia berada di dalam kota, tempat ini adalah
yang paling membuatnya betah. Bahkan dengan si Taib yang
masam dan bedebah itu yang kerjanya duduk dan mengintai di
lantai bawah. Dia menghabiskan kopinya, menuangkan lagi dan kembali
ke jendela, pandangannya tertuju pada kumpulan berbagai atap
rumah. Sebagian besar dari rumah-rumah itu, seperti jalan di
bawah, ditutupi oleh tumpukan sampah, seolah metropolis itu
68 | PAUL SUSSMAN diapit di antara dua lapisan sampah. Dia mencoba, dan tidak bisa,
melihat Gereja St. Simon the Tanner dan gereja Koptik lain yang
sosoknya terhalang oleh tebing di atas perempatan Zabbaleen
di Manshiet Nasser, kemudian menjatuhkan pandangannya
pada gang kecil tepat di bawah, yang dipenuhi oleh sisa botol
wiski tadi malam yang berserakan dalam debu. Seekor kucing
membaui botol yang berserakan itu dengan penuh rasa ingin
tahu. Dia tidak merasa yakin apakah dia merasa sebal dengan
dirinya sendiri karena telah dengan spektakuler melompat dari
wagon, atau lega karena dia telah berhasil naik lagi ke dalamnya.
Sedikit dari keduanya, dia pikir.
"Terima kasih, Alex," gumamnya, mengetahui bahwa jika bukan demi foto itu, dia pasti masih terus minum alkohol sekarang
ini. "Apa yang akan aku lakukan tanpa dirimu?"
Dia kembali menatap ke luar beberapa lama, kopi yang diteguknya terus melanjutkan hasil kerja air dingin kamar mandi,
yaitu menjernihkan dan mengatur kembali pikirannya. Dia kemudian mengembalikan cangkir ke dapur, berpakaian, dan berjalan di sepanjang koridor menuju ruang kerjanya di sisi terjauh
apartemennya. Di manapun dia menata rumah dalam kehidupannya"
Cambridge, London, Baghdad, dan sekarang di Kairo"dia
selalu menata ruang kerjanya dengan cara yang persis sama.
Meja kerjanya diletakkan di dekat pintu, menghadap ruang
ke arah jendela. Ada sederet lemari arsip di sisi meja, rak buku
yang tingginya dari lantai sampai langit-langit di sepanjang
sisi dinding dan sebuah kursi berlengan, lampu, dan pemutar
CD portabel di sudut ruang, dengan sebuah jam di dinding di
atasnya. Penataan seperti ini sama persis dengan yang diterapkan
ayahnya"yang juga seorang ahli peradaban Mesir terkemuka"
di ruang kerjanya, tepat di bawah pot tanaman yang diletakkan
di atas lemari arsip dan karpet yang menutupi lantai. Lebih dari
sekali, Flin bertanya-tanya apa yang akan dikatakan oleh seorang
psikoanalisis tentang kesamaan itu. Boleh jadi sama seperti
yang mereka katakan tentang dirinya yang mengikuti ayahnya
THE HIDDEN OASIS | 69 itu dalam bidang peradaban Mesir: Keinginan tersublimasi
untuk menyenangkan, untuk meniru, untuk dicintai. Semua
omong kosong biasa yang dikatakan oleh ahli psikoanalisa.
Dia mencoba untuk tidak terpaku tentang hal itu. Ayahnya
telah lama meninggal, dan ketika semuanya sudah terjadi, dia
sekarang sudah terbiasa dengan pengaturan perabot seperti itu,
lebih mudah membiarkannya seperti itu. Apa pun pesan emosional di baliknya.
Setelah berada di ruang itu, dia kemudian berhenti, seperti
yang biasa dia lakukan, untuk mengamati gambar cetak berbingkai yang tergantung di dinding di atas meja. Sebuah gambar
garis dari tinta yang sederhana, menggambarkan gerbang
monumental"dua menara berbentuk trapesium dengan, di
antara keduanya, sepasang pintu empat persegi panjang yang
tingginya separuh tinggi menara, dengan bidang tembok di
atasnya. Pada dinding depan menara itu ada gambar obelisk
yang di dalamnya ada palang dan simbol garis melengkung
turun"sedjet, ideogram hieroglif untuk api. Bidang tembok di
atas pintu juga memuat gambar, seekor burung dengan paruh
kecil dan ekor panjang. Pada bagian bawah gambar cetak itu,
dalam aksara yang mengalir, terdapat legenda:
70 | PAUL SUSSMAN Kota Zerzura putih seperti seekor merpati, dan pada pintunya terukir seekor burung. Masuklah; dan di sana kau akan menemukan
kekayaan besar. Dia mengamati gambar itu, mengulang legenda itu untuk
dirinya sendiri"sebagaimana selalu dia lakukan"dan kemudian, sambil menggeleng, dia menuju kursi berlengan dan
duduk di atasnya, menyalakan pemutar CD. Alunan musik
Chopin yang melankolis terdengar di ruang itu.
Ini ritual yang dia lakukan setiap pagi, dan telah dilakukannya
sejak dia masih sarjana muda (sebenarnya si mata-mata Kim
Philby telah bersumpah dengan hal itu): tiga puluh menit yang
hening dan meditatif di awal hari"atau dalam hal ini pada
siang hari"ketika dia akan duduk kembali, melupakan dunia
dan memusatkan pikiran tentang masalah intelektual apa pun
yang akan menguasainya saat itu, sementara otaknya masih
segar. Kadangkala boleh jadi masalahnya abstrak"bagaimana
menafsirkan perjuangan mistis antara dewa Horus dan Set,
misalnya; kali lain sesuatu yang lebih spesi"k; argumentasi
yang sedang dia kembangkan untuk makalah akademisnya,
barangkali, atau terjemahan prasasti yang kabur maknanya.
Lebih sering lagi, dia pada akhirnya akan merenungi sejumlah
aspek dari misteri Oasis Tersembunyi. Hal ini, lebih daripada
subjek lain, adalah hal yang telah memenuhi pikirannya selama
sepuluh tahun terakhir. Dan tentang yang satu inilah, berkaitan
dengan beberapa peristiwa yang baru saja terjadi, pikirannya
kembali terpusat pagi ini.
Ini masalah yang rumit, kadang menurutnya ini adalah
masalah yang rumit dan mustahil: teka-teki rumit yang sebagian
besar potongannya tampak hilang dan sebagian kecil potongan
yang ada menolak untuk digabungkan menjadi pola yang
dia pahami. Sekumpulan potongan tekstual, sebagian besar
darinya ambivalen atau tidak lengkap; beberapa potongan
batu, masih terbuka untuk ditafsirkan; berbagai benda yang
THE HIDDEN OASIS | 71 berkaitan dengan Zerzura; dan, tentu saja, daun lontar ImtiKhentika. Tidak banyak yang dapat dilanjutkan, semua hal
masih dipertimbangkan; kesetaraan Egyptologis (ilmu peradaban
Mesir) dalam mencoba memecahkan kode Enigma Nazi.
Sambil menutup matanya, dengan alunan lembut musik
Chopin di sekitarnya, Flin membiarkan pikirannya mengalir,
kembali ke hal itu lagi untuk kesepuluh ribu kalinya, berkelok
melewati bukti yang tersebar seolah melintasi lapangan yang
dipenuhi reruntuhan kuno. Dia mempertimbangkan sejumlah
nama yang dihubungkan dengan oasis itu"Oasis Tersembunyi,
Oasis Sang Burung, Lembah Suci, Lembah Benben, Oasis di
Ujung Dunia, Oasis Mimpi"sambil berharap bahwa dengan
mengulang-ulang semua itu dia akan terbentur pada isyarat yang
luput sampai sekarang ini. Begitu juga referensi Iret net Khepri,
Mata Sang Khepri, yang dia yakini bukan hanya sekadar salah
satu dari sekian frase "guratif yang dicintai oleh bangsa Mesir
kuno, tetapi mengindikasikan sesuatu yang spesi"k, sesuatu
yang literal. Bila memang benar begitu, dia belum berhasil
mengungkapkan apa itu sebenarnya"dan belum beranjak lebih
dekat untuk melakukannya hari ini.
Tiga puluh menit berlalu, dan kemudian tiga puluh menit
lagi"Mulut Osiris, Kutukan Sobek dan Apep; apa sebenarnya
mereka itu?"sampai pikirannya mulai mengeruh dan matanya
terbuka kembali. Untuk sesaat lamanya tatapannya menerawang
di dalam ruangan itu, kemudian berhenti pada gambar di
atas meja: Kota Zerzura putih seperti seekor merpati, dan pada
pintunya terukir seekor burung. Masuklah; dan di sana kau akan
menemukan kekayaan besar. Dia pun berdiri, berjalan mendekati, mengambilnya dari dinding, dan membawanya ke kursi
berlengan, duduk kembali dan meletakkannya di lututnya.
Itu adalah sebuah sampul depan"atau tepatnya salinan
sampul depan, manuskrip asli berbahasa Arab yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris"dari sebuah bab dalam
Kitab al-Kanuz, Buku tentang Mutiara Tersembunyi, panduan
bagi para pemburu harta karun zaman pertengahan menuju
72 | PAUL SUSSMAN ke situs besar di Mesir, baik nyata maupun khayalan. Bab
khusus ini menekankan legenda oasis Zerzura yang hilang"di
samping penjelasan singkat dan referensi yang agak samar dalam
manuskrip abad ketiga belas, referensi yang dikenal paling awal
tentang tempat itu. Walaupun tanpa nilai intrinsik, gambar cetak itu adalah salah
satu harta paling berharga milik Flin, hadiah dari penjelajah
padang pasir yang hebat, Ralph Alger Bagnold, yang sempat
ditemuinya sesaat sebelum kematiannya pada 1990. Flin sedang
belajar untuk gelar doktoralnya pada saat itu (tentang pola permukiman Palaeolithic di sekitar Gilf Kebir) dan kekaguman
keduanya terhadap Sahara telah membuat kedua pria itu segera
cocok. Serangkaian sore hari yang menyenangkan telah diisi bersama dengan berdiskusi tentang padang pasir, Gilf, dan, yang
paling menakjubkan, seluruh masalah Zerzura"percakapan
magis yang pertama kali menyulut minat Flin terhadap subjek
itu. Dia menatap gambar itu, tersenyum, bahkan sekarang"
hampir dua puluh tahun kemudian"masih merasakan getaran
ketertarikan yang telah dia alami karena kehadiran laki-laki
hebat itu. Bagnold tak meragukan lagi: Zerzura hanyalah sebuah
legenda, penjelasan tentangnya dalam Kitab al-Kunuz"tumpukan emas dan permata tersebar di mana-mana, raja dan ratu
tidur di dalam puri"benar-benar dongeng murni, tidak lebih
daripada Hansel dan Gretel atau Jack dan Beanstalk.
Tidak perlu dipertanyakan lagi bahwa isi Kitab sebagian besarnya adalah khayalan, dipenuhi penjelasan sensasional tentang
kekayaan yang tersembunyi. Terlepas dari hal itu, semakin tekun
Flin meneliti persoalan ini, semakin dia yakin bahwa ketika kau
melepas pernak-pernik hiasan yang tampak jelas, Zerzura dalam
Kitab al-Kanuz pada kenyataannya adalah sebuah tempat yang
nyata ada. Tidak hanya itu, tetapi"seperti telah dia uraikan
dalam kuliah pada malam sebelumnya"itu adalah tempat yang
sama dengan Oasis Tersembunyi-nya orang bangsa Mesir kuno.
THE HIDDEN OASIS | 73 Nama itu sendiri mengungkapkan isyarat. Zerzura berasal
dari bahasa Arab zarzar, atau burung kecil, pengulangan bunyi
yang jelas dari salah satu variasi kuno pada wehat seshtat: wehat
apedu, Oasis Sang Burung.
Gambar pada pintu gerbang juga menggelitik: jiplakan tiang
kuil Kerajaan lama yang monumental yang nyaris sempurna.
Simbol obelisk dan sedjet juga menyiratkan koneksi bangsa
Mesir kuno, seperti juga burung pada bidang tembok di atas
pintu, representasi jernih dari burung Benu yang sakral.
Harus diakui bahwa semuanya cukup lemah, dan ketika
Flin telah mendiskusikannya dengan Bagnold, si pria yang
lebih tua itu tidak meyakininya. Kesamaan nama hampir pasti
adalah kebetulan, sanggahnya"semua oasis memiliki burung
di dalamnya"sementara arsitektur dan berbagai simbol kuno
dapat dengan mudah dijelaskan oleh si penulis Kitab dengan menyalin banyak hal yang dia lihat di berbagai kuil di Lembah Nil,
tempat yang sangat mungkin telah diakrabinya.
Dan tentu saja masih ada masalah yang jelas tentang
bagaimana"bahkan bila Zerzura benar ada dan yang sama dengan Oasis Tersembunyi"penulis Kitab sampai pada informasi
ini. Oasis itu, bagaimanapun juga, seharusnya tersembunyi.
Anehnya, Bagnold sendirilah yang telah menyediakan
jawabannya. Telah beredar rumor sekian lama, ujarnya kepada
Flin, bahwa suku bangsa padang pasir tertentu mengetahui
asal-usul Zerzura, bangsa Badui yang telah menemukannya
secara kebetulan dan yang sejak saat itu telah menjaga rahasia
lokasi tersebut. Bagnold sendiri tidak memercayai satu kata
pun tentang hal itu, tetapi bila Flin mencari penjelasan, dalam
pandangan Bagnold, yang paling mungkin adalah: penulis Kitab
telah mendengar tentang oasis dari tangan kedua, ketiga, atau
keempat dari orang Badui yang pernah benar-benar berada di
sana. "Ini dongeng yang menarik," ujarnya. "Tetapi hati-hatilah.
Lebih dari satu orang sudah menjadi gila dalam pencarian
74 | PAUL SUSSMAN Zerzura. Jadikan ini sebagai minat saja. Jangan jadikan ini
sebagai obsesi." Dan Flin tidak mematuhinya. Tidak pada awalnya. Dia terus
mengeksplorasi subjek itu, menampung apa pun informasi yang
dapat dicarinya, tetapi tidak pernah lebih daripada sekadar kegemaran, sisi lain dari area studi utamanya. Dan kemudian dia
menyelesaikan studi doktoralnya dan beralih ke ilmu tentang
peradaban Mesir. Zerzura dan Oasis Tersembunyi pun terlupakan.


The Hidden Oasis Karya Paul Sussman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hanya ketika kehidupannya telah berlangsung menanjak
dan telah kembali ke Mesir, terlibat dalam Sand"re, dia mulai
meneliti subjek itu kembali, menelaah bukti yang ada. Setelah
itu subjek itu benar-benar menancapkan kukunya pada Flin,
minatnya menggelembung menjadi obsesi, dan obsesi menjadi
sesuatu yang tipis sekali batasnya dengan kegilaan.
Tempat itu ada di sana, dia tahu itu, dia dapat merasakannya.
Terlepas dari apa yang telah dikatakan oleh Bagnold dan seratus
rekan lain. Zerzura, si wehat seshtat, sebutan apapun yang kau
inginkan"ada di sana di Gilf Kebir. Dan dia tak dapat menemukannya. Dia benar-benar tak dapat menemukannya.
Sekeras apa pun dia mencarinya.
Dia menatap gambar cetak itu lagi, alisnya mengernyit, giginya menggeretak, kemudian dia menatap jam dinding.
"Sialan!" teriaknya, segera berdiri. Lima belas menit lagi dia
harus memulai kelas Advanced Hieroglyphs-nya. Dia meletakkan
kembali gambar cetak itu, meraih laptop, dan bergegas keluar
gedung, terburu-buru sehingga dia tak sempat memerhatikan
sosok tambun yang sedang duduk di jendela bar jus di sebelah,
sedang menyeka wajahnya dengan saputangan dan menyeruput
sekaleng Coca Cola. THE HIDDEN OASIS | 75 Dakhla Sakit Pusat Al Dakla", begitu tanda pada atapnya, terletak di jalan utama di kota Mut: gedung modern berlantai dua
yang dikelilingi oleh pohon palem, dan bercat hijau dan putih
seperti sebagian besar wilayah lain di kota itu. Setelah memarkir
Land Cruiser di halaman depan, Zahir dan Freya masuk ke
dalam, dan Zahir kemudian berbicara kepada seorang suster
di meja penerima tamu. Dia memeprsilakan mereka duduk di
barisan kursi plastik dan mengangkat telepon.
Sepuluh menit berlalu, orang bergantian masuk dan keluar
dari serambi di sekitar mereka, bunyi alunan musik terdengar
entah dari mana di dalam gedung itu. Kemudian, seorang pria
botak separuh baya dalam jaket dokter berwarna putih mendekat.
"Miss Hannen?" Freya dan Zahir berdiri. "Dr Mohammed Rashid," kata pria itu memperkenalkan diri,
sambil menjabat tangan mereka. "Maafkan aku sudah membuat
kau menunggu." Bahasa Inggrisnya fasih, bunyi sengau gaya Amerika yang
tipis terasa pada aksennya. Dia berbicara singkat dalam bahasa
Arab kepada Zahir, yang mengangguk dan duduk kembali.
Dengan ajakan "Mari ikuti aku," dia membawa Freya ke koridor
menuju bagian belakang gedung, sambil menjelaskan bahwa
dia telah merawat kakak Freya selama beberapa bulan terakhir
kehidupannya. "Dia mengalami apa yang kami namakan Varian Marburg,"
dokter itu menjelaskan, sambil menirukan nada simpatik tetapi
tetap berjarak yang selalu diterapkan oleh para dokter ketika
menjelaskan penyakit terminal. "Bentuk sklerosis ganda yang
jarang ada, di mana penyakit berkembang dengan sangat cepat.
Kakakmu didiagnosa enam bulan lalu dan pada akhirnya telah
kehilangan hampir semua fungsi, kecuali lengan kanannya."
"RUMAH 76 | PAUL SUSSMAN Freya berjalan di sampingnya, hanya menangkap setengah
dari apa yang sedang dikatakan dokter itu. Semakin dekat
mereka ke kamar kakaknya, semakin sulit dia memercayai bahwa
hal itu telah terjadi kepadanya.
?"lebih mudah baginya tinggal di Kairo atau kembali ke
Amerika," ujar Rashid. "Tetapi dia merasa betah di sini dan
kami melakukan apa yang dapat membuatnya merasa nyaman.
Zahir sangat baik terhadapnya."
Mereka berbelok ke kanan melewati sekumpulan pintu berputar dan menuruni anak tangga ke lantai bawah rumah sakit,
kemudian menelusuri koridor lain, langkah kaki mereka bergema
pada lantai ubin. Di separuh jalan Rashid berhenti, mengambil
sekumpulan kunci dan membuka pintu"tebal, berat, seperti
pintu sel penjara. Setelah mendorongnya sehingga terbuka, dia
pun kemudian berdiri di samping pintu untuk mempersilakan
Freya masuk. Freya agak ragu, suhu udara di sekitar tubuhnya
tiba-tiba terasa turun. Kemudian, sambil menguatkan diri, dia
melangkah masuk ke ruangan itu.
Ruangan itu besar, berlantai hijau, dingin tak wajar, dengan
lampu di langit-langit dan bau samar antiseptik di udara. Di
depannya, di sebuah troli, berbaring bentuk seperti tubuh
manusia, ditutupi kain putih. Freya menutup mulutnya dengan
tangan, tenggorokannya mengencang.
"Kau menginginkan aku tetap berada di sini?" tanya dokter
itu. Dia menggelengkan kepalanya, takut bila berbicara dia akan
terisak. Dokter mengangguk dan baru akan menutup pintu
sebelum melongok kembali.
"Masyarakat di kota Dakhla ini tidak selalu ramah terhadap
orang asing," katanya, dengan suara yang lebih lembut daripada
sebelumnya, tak begitu terkesan ingin ikut campur. "Begitu juga
sikap mereka terhadap Miss Alex. Ya doctora, begitu mereka
memanggilnya, sang dokter. Sebuah ekspresi penghormatan yang
dalam. Ya doctora, dan juga el-mostakshefa el-gameela sulit untuk
THE HIDDEN OASIS | 77 diterjemahkan secara akurat, tetapi pada dasarnya bermakna
"penjelajah yang cantik". Dia pasti akan sangat dirindukan. Aku
akan menunggumu di luar. Silakan, seberapa lama pun yang kau
inginkan." Pintu itu tertutup. Freya menatap pintu itu sesaat sebelum
berbalik dan berjalan menuju tempat tidur dorong. Dia mengulurkan tangan dan meletakkannya pada kain penutup, menekan, dan terkejut oleh betapa tubuh di balik kain itu tinggal
tulang-belulang saja, seolah hampir tidak ada daging yang
membalutnya. Untuk sesaat dia hanya berdiri seperti itu, terpaku, menggigit
bibirnya, napasnya pendek. Kemudian, dengan ragu, dia meraih
ujung kain penutup dan menariknya, pertama-tama terlihat
wajah dan leher kakaknya, dan kemudian bagian lain tubuhnya
sampai pinggang. Dia telanjang, mata tertutup, kulitnya pucat,
kecuali di sekitau bahu kirinya dengan bekas tanda memar.
"Oh, Tuhan," gumamnya. "Oh, Alex."
Anehnya, justru hal-hal kecil dan detail samarlah yang menarik perhatiannya, dan bukan jasadnya, secara keseluruhan,
seolah mengamati seluruh tubuh itu akan terlalu berlebihan dan
hanya dengan menerimanya seperti teka-teki, potongan kecil
demi potongan kecil, dia akan sampai pada kaitan dengan sudut
pandang yang lebih luas tentang apa yang sedang diamatinya.
Tentang siapa yang sedang diamatinya. Tahi lalat di sisi leher
kakaknya, lengkung jaringan bekas luka yang berbentuk sabit
pada tangan kirinya, ketika dia tertusuk kawat berduri ketika
masih kecil dulu, dan memar lain, kali ini jauh lebih kecil, tepat
di bawah lekukan siku kanannya, tidak lebih besar daripada
sidik ibu jari. Detail demi detail pada jasad itu diperhatikannya. Dia mengamati dan menyatukan bagian tubuh kakaknya, sampai akhirnya
matanya tertumpu pada wajah kakaknya.
Terlepas dari semua rasa sakit dan tekanan dalam beberapa
bulan terakhir kehidupannya, ekspresinya begitu damai dan
78 | PAUL SUSSMAN bahagia, matanya tertutup seolah sedang tertidur lelap, sudut
mulutnya sedikit naik sehingga terlihat seperti akan mulai tersenyum. Bukan wajah seseorang yang mati dalam rasa sakit dan
putus asa. Atau begitulah yang ingin Freya coba katakan kepada dirinya
sendiri. Dia terkenang akan orangtuanya, di dalam peti mayat
di rumah pemakaman setelah kecelakaan mobil yang telah menewaskan mereka berdua, teringat bahwa mereka juga terlihat
sama. Mungkin, memang seperti itulah yang namanya mayat,
bahwa yang namanya kematian memang sudah diatur seperti
itu. Mungkin juga dia terlalu banyak membaca soal hal itu.
Namun demikian, dia tidak dapat menahan diri. Butuh
semacam penenteraman hati kembali bahwa bunuh diri yang
dilakukan kakaknya bukanlah kesuraman sia-sia dan tak terkatakan seperti yang terlihat. Bahwa pada akhirnya Alex telah
menemukan sesuatu yang baik untuk dijadikan sandaran.
Bahwa dia telah, dalam caranya sendiri, meninggal dengan
bahagia. Itulah apa yang ingin Freya yakini; yang perlu dia
percayai. Kemungkinan lain"yaitu bahwa dia mati seorang
diri, dalam rasa sakit yang sangat dan keputusasaan"terlalu
menakutkan untuk direnungkan. Pasti ada sesuatu yang lebih.
Seperti secercah harapan.
Dia mengulurkan tangan dan menyentuh pipi kakaknya:
kulitnya dingin dan halus, seperti batu pualam. Dia ingat ketika,
pada usia tiga belas tahun dan sedang pergi berkelana ke sekitar
Markham, dia tak sengaja bertemu Alex dan Greg"teman lakilaki yang kemudian menjadi tunangan Alex"yang sedang berbaring tiduran dengan tangan menumpu kepala masing-masing,
di satu sudut di padang rumput. Mereka bersisian, tubuh meringkuk menghadap ke satu arah seperti sendok di lemari, lengan
Greg memeluk pinggang Alex, senyum tipis menghiasi sudut mulutnya. Ekspresi yang sama yang diperlihatkan kakaknya sekarang,
dalam kematiannya. Greg dan Alex"Freya mulai terisak.
"Maafkan aku," dia tersedak. "Oh Tuhan, maafkan aku. Kumohon Alex, kumohon?"
THE HIDDEN OASIS | 79 Dia ingin mengucapkan "Maafkan aku", tetapi kata itu tak
kunjung keluar. Malah, sambil menyorongkan tubuhnya ke
depan, dia mencium alis kakaknya dan menempelkan pipinya
sesaat pada keningnya. Kemudian dia menarik kain penutup dan
kembali menutupi jasad itu dan bergegas keluar dari ruangan
itu. Kairo KOMPLEKS Kedutaan Besar Amerika adalah institusi yang sangat
dijaga ketat dan dikelilingi dinding tinggi, cukup jauh dari
Midan Tahrir. Lebih terlihat seperti penjara dengan keamanan
tingkat tinggi daripada institusi diplomatik, kompleks itu didominasi oleh dua bangunan.
Kairo 1, seperti itu staf menyebutnya, adalah bangunan
buruk berwarna suram dengan lima belas lantai dari pusat
kompleks dan rumah bagi sebagian besar layanan inti Kedutaan:
kantor Duta Besar, penghubung pemerintahan, urusan militer,
dan intelijen. Kairo 2, hanya sepelemparan batu dari kompleks itu, seluruhnya tampak kurang menonjol dibandingan bangunan Kairo
1, dengan tembok depan dari batu krem pucat, jendela seperti
celah dan sepasang satelit terpasang di atas atapnya seperti telinga
caplang raksasa. Di sinilah tempat beroperasinya departemen
pendukung yang melakukan fungsi Kedutaan"Akuntan,
Administrasi, Pers, Informasi. Dan di sini, di lantai tiga, kantor
Cy Angleton berada. Sambil duduk di belakang mejanya saat ini, dengan pintu
terkunci dan tirai jendela terpasang, dia memasang sebuah jarum
ke dalam pena penyalur insulin. Setelah mengangkat kemejanya,
dia menggenggam daging elastis, kompresi itu menyebabkan
kulitnya berubah menjadi lebih putih daripada sebelumnya.
80 | PAUL SUSSMAN Banyak hal telah terjadi sejak dia seorang kanak-kanak yang
sedang tumbuh besar pada tahun enam puluhan di Brantley,
Alabama. Pada masa itu, injeksi melibatkan sebuah botol kecil,
alat penyuntik dan sebuah jarum yang panjangnya seukuran
jarinya. Kini hanya dibutuhkan sebuah cartridge kecil dan bersih
serta sebuah dispenser yang tidak lebih besar daripada pena tinta.
Namun demikian, ketika teknologi telah maju pesat, sejumlah
hal tetap tak pernah berubah. Sebagai penderita diabetes Type
1, sepanjang hidup dia harus terus menginjeksi dirinya empat
kali sehari, rutin seperti jarum jam ("Si bocah gendut bantal
jarum pentul!" teman-teman sekolahnya biasa meledeknya). Dan
bahkan sekarang, setelah hampir empat puluh tahun, dia tetap
benci melakukan hal ini. Dia menggeretakkan giginya dan mulai mendengungkan Your
Cheating Heart yang dinyanyikan Hank William, menunggu
beberapa saat sebelum menusukkan pena itu tepat dan mantap
ke perutnya. Jarum menusuk kulit dengan sengatan tajam dan
singkat. Dia menahannya sejenak saat insulin terpompa keluar
dan masuk ke jaringan lemak, yang membuatnya tetap hidup; kemudian, dengan desah lega, dia mengembalikan pena ke tempatnya. Setelah memasang kembali kancing kemejanya, dia berjalan
menuju jendela, mengangkat tirai. Sinar matahari membanjiri
ruangan itu. Ruang itu kecil dan sesak, perabotnya"meja, kursi, sofa,
dan lemari buku"datar dan buruk: furnitur GI, mereka menyebutnya. Dia pasti akan merasa lebih nyaman di Kairo 1,
dengan kantor yang lebih besar dan penugasan yang lebih baik,
tetapi tugas tambahannya adalah di unit Urusan Masyarakat,
dan Urusan Masyarakat ini ada di Kairo 2, sehingga dia berada
di sana. Tak banyak pertanyaan kalau begitu. Semoga tidak akan
terlalu lama. Begitu seluruh urusan Sand"re selesai, dia akan berkemas dan terbang dengan pesawat pertama.
Di bawah, dua orang sedang bergerak ke sana kemari di
lapangan tenis Kedutaan, pantulan ritmis bola bergema di
kompleks itu. Dia memerhatikan mereka, sambil bertanya-tanya,
THE HIDDEN OASIS | 81 dalam cara yang tidak memihak, bagaimana rasanya bergerak
sedemikian bebas, sebelum kembali ke mejanya. Dia duduk
dan meraih arsip berisi pekerjaan yang sedang diselesaikannya
sebelum dia menyuntikkan insulin ke tubuhnya tadi. Di bagian
depan, ada cap diagonal berwarna merah, bertulisan "Rahasia". Di
bawahnya tertulis nama: Alexandra Hannen. Dia membukanya
dan mulai membaca. Dakhla ADA makalah yang harus dibaca, formulir untuk ditandatangani
yang mengizinkan jasad boleh dibawa keluar untuk dimakamkan,
dan sederet birokrasi. Hal ini berlangsung sampai hari menjelang sore sebelum semuanya selesai dan Freya akhirnya bisa meninggalkan rumah sakit. Sinar matahari yang menyengat tajam
pada awal hari itu telah melembut menjadi kabut yang berwarna
madu, walaupun panasnya masih terasa kuat.
"Aku akan membawamu ke rumah Dokter Alex," kata Zahir
ketika mereka sudah masuk ke Land Cruiser.
"Terima kasih," jawab Freya.
Setelah itu mereka hanya diam.
Mereka menelusuri jalan yang sepertinya merupakan jalan
sumbu utama di sisi barat laut melintasi oasis. Ladang jagung
dan tebu terentang di kedua sisinya, kanal irigasi, rumpun zaitun,
palem, dan apa yang dianggap Freya sebagai pohon mulberi. Dia
tidak terlalu menaruh banyak perhatian, pikirannya masih bergulat mengatasi apa yang telah dilihatnya di kamar jenazah tadi.
Setelah dua puluh menit, mereka berbelok ke kiri menuju
jalan yang lebih kecil yang membawa mereka memasuki sebuah
desa; Qalamoun, menurut rambu dua bahasa, Arab dan Inggris,
yang terpancang di perbatasan. Ada sebuah masjid, makam,
beberapa kedai buah-buahan dan sayur-mayur berdebu dan,
82 | PAUL SUSSMAN yang agak tidak cocok, toko berdinding depan kaca dengan
lampu neon Kodak di luar dan papan bertulisan "Foto Cepat
diproses di sini". Jauh setelah melampaui desa, mereka berbelok lagi, kali ini
menuju jalur tanah yang bertaburan sampah dan bekas roda.
Freya memegang erat gagang pintu mobil ketika Land Cruiser


The Hidden Oasis Karya Paul Sussman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu bergoyang ke sana kemari, memerhatikan lahan pertanian
sambil lalu dan tiba di padang pasir, ladang hijau segar larut
ke dalam warna oranye dan merah yang mencolok. Mereka
terhentak ke atas dan bawah karena jalur berliku melewati
lanskap gundukan pasir dan kerikil yang tak rata dan tak beraturan, sebelum mendaki menuju punggung bukit yang rendah
yang di baliknya terhampar padang pasir yang perlahan terlihat sangat dramatis. Freya menyorongkan tubuhnya ke depan,
trauma rumah sakit menyurut sepotong demi sepotong saat
dia mengamati panorama di depannya"lautan pasir luas dan
bergelombang membentang sejauh mata memandang, gununggunung pasir terlihat muncul dan menajam saat mereka semakin
menjauh, sehingga apa yang awalnya berupa gundukan lembut,
pada saat mereka mencapai cakrawala, berubah menjadi
gelombang bertepi tajam yang menjulang. Di bawah, di dataran
luas antara punggung bukit dan dasar gunung pasir, terhampar
cabang kecil oasis ladang dan rumpun palem yang berkilau
subur di tengah kekosongan di sekelilingnya.
"Ini rumah Dokter Alex," kata Zahir, sambil memperlambat
kendaraan dan menunjuk titik putih di dekat sisi terjauh ladang
hijau itu. Freya tersenyum, membayangkan betapa cocoknya tempat
itu bagi kakaknya, betapa bahagianya dia di sana.
"Indah sekali," katanya.
Zahir hanya bergumam dan, sambil menancap gas, mereka
melintasi dataran. Mereka melewati kebun yang terhampar, baru saja dibajak,
terlihat seperti burung bangau yang sedang mematuki tanah
THE HIDDEN OASIS | 83 coklat, dan memasuki oasis. Ketika mereka semakin dekat dengan rumah Alex, Freya semakin memerhatikan sekelilingnya,
kepalanya berpaling ke sana kemari saat mereka terguncang
dan terayun di sepanjang jalur berpasir. Pepohonan tersebar di
sekitar mereka, jaringan kusut lampu dan bayangan tergambar
di tanah. Mereka melewati kandang hewan yang dipenuhi semak
belukar, tumpukan tebu potong, dan lantai pengirik empat
persegi panjang, sebelum sebuah kereta keledai yang membawa
tumpukan tinggi cabang pohon zaitun muncul di sudut jalan
dan Zahir terpaksa menghentikan mobilnya untuk memberinya
jalan. Pria berkulit gelap terbakar matahari yang sudah tua
dan bertopi jerami penahan sinar matahari itu melirik ke arah
mereka ketika berpapasan, sebatang rokok terselip di mulutnya
yang tak bergigi. "Dia Mahmoud Garoub," kata Zahir begitu kereta telah
berlalu. "Dia bukan orang baik. Jangan berbicara kepadanya."
Dia mengarahkan matanya kepada Freya untuk memastikan
bahwa dia menangkap pesannya, kemudian memasukkan gigi
perseneling dan Land Cruiser itu melaju, semak belukar semakin menipis sampai akhirnya jalur itu menghilang dalam
lapangan luas yang dipenuhi pepohonan polisander berbunga
lila. Di depan, dekat sisi terjauh lapangan itu, berdirilah rumah
Alex"berlantai satu, putih, dengan piringan satelit di atapnya
dan pintu depan yang berbingkai pohon bugen"l. Zahir menghentikan mobil, turun dan, sambil membawa tas Freya dari
kursi belakang, berjalan menuju pintu depan.
"Kau yakin tidak ingin menginap di hotel?" tanyanya, sambil
menarik serangkaian kunci dari djellaba-nya dan membuka
kunci pintu. "Saudara laki-lakiku punya hotel yang bagus di
Mut." Freya berterima kasih kepadanya, tetapi mengatakan bahwa
dia cukup senang di sini.
Pria itu mengangkat bahu, membuka daun pintu, dan meletakkan tas di dalam.
84 | PAUL SUSSMAN "Pengurus rumah meninggalkan makanan," katanya. "Tinggal panaskan dengan alat pemasak, sangat mudah."
Dia memberikan kunci itu kepada Freya dan nomor telepon
selulernya yang kemudian disimpan Freya dalam teleponnya.
"Jangan berjalan di hutan tanpa alas kaki," dia mengingatkan.
"Banyak ular. Dan jangan bicara kepada Mahmoud Garoub.
Orang yang sangat jahat. Aku akan datang besok pagi jam tujuh
tiga puluh dan mengantarmu ke " Dokter Alex."
Dia berhenti tiba-tiba, seolah enggan mengucapkan kata itu.
"Pemakaman," kata Freya. "Terima kasih."
Mereka berdiri untuk beberapa saat, Zahir menyeret kakinya
seolah berusaha untuk mengatakan sesuatu. Freya hanya menginginkannya segera pergi. Tampak mengerti jalan pikiran Freya,
Zahir menganggukkan kepala, menaiki Land Cruiser dan
melaju. Begitu mobil sudah tak tampak lagi, Freya masuk ke dalam
rumah dan menutup pintu. Deru mesin Land Cruiser lambatlaun menghilang, meninggalkan suara pompa pompa irigasi
di kejauhan dan, secara bergantian, gemerisik kasar dedaunan
palem ketika mereka meliuk ditiup angin.
Interior bangunan itu dingin dan redup, dan untuk beberapa
saat dia hanya berdiri di sana, merasa lega karena akhirnya
berada seorang diri di situ. Kemudian, setelah melintasi ruang
tengah yang besar, dia membuka beberapa pintu yang tertutup
dan melangkah ke luar ke beranda di bagian belakang rumah.
Tempat yang indah, ternaungi pohon polisander yang besar dan
dengan suguhan pemandangan menakjubkan menghadap padang
pasir. Udaranya dipenuhi aroma bunga dan sitrus. Dia membayangkan Alex sedang berdiri di sana, dan mulai tersenyum, dan
kemudian memudar begitu matanya menangkap kursi roda yang
terletak di ujung beranda. Dia mengernyit, menatap benda itu
dengan perasaan tercekam seolah benda itu adalah alat penyiksa,
kemudian berbalik dan masuk ke dalam rumah.
THE HIDDEN OASIS | 85 Sejumlah ruangan"dapur, kamar mandi, kamar tidur, ruang
kerja, ruang penyimpanan"terbuka menghadap ruang tengah
utama dan dia berjalan dari satu ruangan ke ruangan lain, dan
merasakannya. Ada sedikit perabot atau hiasan"Alex selalu
seperti itu, hidup sederhana dan tak suka barang berserakan"
tetapi tak perlu dipertanyakan lagi bahwa ini adalah rumah
kakaknya, karakternya terlihat di mana-mana dan pada apa saja.
Ada pada koleksi CD-nya (Bowie, Nirvana, Richard Thompson,
kesayangannya Chopin Nocturnes); peta Blu-Tacked di seluruh
dinding; contoh batu karang yang diberi label berbaris di sepanjang setiap bingkai jendela. Bahkan terasa ada bau Alex,
tak terasa oleh orang asing, barangkali, tetapi tak akan salah
bagi Freya yang telah tumbuh bersama dengannya: Sabun Coal
Tar merek Wright dan deodoran Sure dan bau tipis parfum
Samsara. Akhirnya dia memasuki kamar tidur. Di gantungan baju di
balik pintu, ada jaket kulit tua untuk bepergian milik Alex"Ya
Tuhan, sudah berapa tahun dia memiliki benda itu" Freya memeluk dan menekankan wajahnya ke jaket itu, kemudian berjalan menuju tempat tidur dan duduk di atasnya. Di atas meja di
tepi tempat tidur ada tiga buah buku: The Physics of Blown Sand
and Desert Dune, oleh R.A. Bagnold; The Heliopolitan Tomb
of Imti-Khentika, oleh Hassan Fadawi"sejak kapan Alex menaruh minat terhadap ilmu peradaban Mesir?"dan, yang paling
memilukan, Leaves of Grass, karya Walt Whitman, buku yang
sudah lusuh yang dulu dimiliki ayah mereka. Tiga buku dan,
juga, tiga foto: yang satu adalah foto kedua orangtua mereka;
kemudian foto seorang pria tampan berambut gelap, yang sekilas
bertampang akademisi dalam kacamata bulat dan jaket kulitnya;
dan yang terakhir" Dia mencondongkan tubuhnya ke depan dan mengangkat
foto ketiga ini. Ini foto dirinya, Freya, sedang tersenyum kikuk
dan memeluk penghargaan tertinggi dalam dunia panjat tebing,
penghargaan Golden Piton. Dia belum lama memenangi
penghargaan itu, tahun lalu, sehingga hanya Tuhan yang tahu
86 | PAUL SUSSMAN bagaimana Alex mendapatkan foto itu. Di dekatnya, ada foto
kedua, berukuran lebih kecil dan diselipkan di sudut bingkai"
seukuran paspor, foto dua perempuan kakak beradik, diambil
ketika mereka masih remaja, dengan wajah menghadap kamera
dan sambil tertawa. Dia memeluk foto itu di dadanya, matanya
berkaca-kaca. "Aku merindukanmu," bisiknya.
Kemudian, lama kemudian, ketika telah dapat menenangkan
diri, Freya meninggalkan rumah itu dan berjalan menuju padang
pasir. Setelah menaiki bagian puncak gundukan pasir terdekat,
dia duduk bersila di pasir. Untuk sesaat lamanya, dia menatap
matahari yang tinggal sedikit lagi mencapai cakrawala barat,
kemudian mengeluarkan amplop yang sudah lecek bercap pos
Mesir itu dan membuka surat di dalamnya. Surat terakhir yang
ditulis Alex untuknya. "Untuk adikku tersayang Freya," dia
membaca. Kairo"American University
pengujung sore, setelah menyelesaikan kuliahnya hari
itu"Hieroglif Lanjutan, Teori dan Praktik dalam Arkeologi
Lapangan, Sastra Mesir Kuno dan, mengisi kuliah rekannya
yang sedang cuti tahunan, Bahasa Inggris untuk Pemula"Flin
menyelinap ke kantor Alan Peach "Yang Menarik" untuk mencoba mendapatkan lebih banyak lagi keterangan tentang pertemuan Alan dan Hassan Fadawi.
"Ternyata Mubarak sendiri yang meminta pembebasan lebih
awal," kata Peach tak fokus, mata tertuju ke meja di depannya
sambil mengumpulkan pecahan tajam jambangan besar yang terbuat dari tanah liat. "Masa tugas di bidang Peradaban Mesir dan
yang berkaitan dengan itu. Tapi, bahkan tiga tahun sudah cukup
buruk. Bisa tolong ?""
PADA THE HIDDEN OASIS | 87 Dia mengangguk ke arah tube lem Duco Cement yang berada
di sudut meja. Flin membuka tutupnya dan menyodorkannya.
Peach menempelkan segaris tipis cairan pereket di sepanjang
bagian tepi dan menekannya dengan kuat dan mantap dengan
potongan lain, sambil tetap memegang kedua pecahan itu bersama saat disambungkan.
"Dia tidak akan bekerja lagi, tentu saja," lanjutnya. "Tidak
akan, setelah apa yang dilakukannya. Masih tidak dapat membayangkan apa di dunia ini yang menguasainya seperti itu.
Benar-benar tragedi. Pria yang cerdas dan hebat. Benar-benar
tahu dan menguasai soal benda-benda keramiknya."
Dia membolak-balikkan pecahan itu di bawah lampu mejanya, memastikan keduanya melekat lagi dengan mulus.
"Cetakan Bedja?" Flin menduga-duga, tahu bahwa jalan
terbaik, dan memang ini satu-satunya, untuk membuat rekannya
ini tetap mau bercakap-cakap adalah dengan menggodanya
dengan obrolan tentang keramik kesayangannya. Peach mengangguk, sambil meletakkan potongan yang sudah tertempel
itu dengan hati-hati di atas meja dan mengangkat potongan
jambangan lain. "Dari desa para pekerja di Giza," katanya. "Lihatlah benda
ini." Potongan tajam itu disegel dengan cartouche, tanda hieroglif,
yang telah memudar"piring matahari, pilar djed, ular bisa bertanduk"hampir tak terlihat.
"Djedefre," Flin membaca.
"Selain cartouche ini, satu-satunya penyebutan langsung
tentang anak laki-laki Khufu yang pernah ditemukan di Giza,"
kata Peach. "Seksi, "kan?"
"Sangat seksi," Flin sepakat.
Flin membiarkan sesaat lamanya ketika Peach menyisihkan
pecahan dengan pahatan itu dan mulai mengerjakan potongan
lain sambil mencari yang sesuai, kemudian:
88 | PAUL SUSSMAN "Apa lagi yang dia bilang?"
"Hmm?" "Fadawi. Ketika kau bertemu dengannya. Apa lagi yang dia
bilang?" "Oh, itu." Peach tampak agak sedikit heran dengan pertanyaan itu,
seolah dia berpikiran bahwa pembicaraan tentang itu sudah
selesai. "Ya, sejujurnya, dia agak sedikit melantur. Terlihat benarbenar mengenaskan, malang, kurus seperti tongkat. Kau tahu
betapa dia selalu cerewet dengan penampilannya, pria yang disukai banyak perempuan"aku rasa playboy adalah terminologi
teknisnya, walaupun aku tidak tahu. Bagaimanapun juga, untuk
membicarakannya sekarang"aha!"
Dia mengangkat dua pecahan tajam jambangan lagi, ujung
mencuat pada satu potongan bersesuaian secara sempurna dengan potongan yang lain.
"Fadawi," bujuk Flin, mencoba untuk membuat rekannya
bicara langsung mengenai inti persoalan.
"Apa" Oh, ya, ya. Tetap saja beranggapan bahwa betapa dia
tidak bersalah. Betapa semua ini hanya kesalahpahaman, bahwa
dia telah terjebak. Menyedihkan, sungguh. Maksudku, dari apa
yang aku dengar, buktinya cukup memberatkan. Bahkan memiliki beberapa hal berkait dengan Tutankhamun. Aku hanya
tak dapat membayangkan apa yang telah menguasainya."
Dia menggelengkan kepalanya dan, sambil condong ke
depan, menempelkan lem secara perlahan di sepanjang sisi
satu pecahan tajam, menempelkannya di sisi pecahan yang lain
dan, seperti sebelumnya, memegang keduanya ke bawah lampu
untuk memastikan sambungannya rapi.
"Apakah dia menyebut-nyebut aku?"
Flin mencoba membuat pertanyaannya terdengar biasa,
mengalir apa adanya. THE HIDDEN OASIS | 89 "Hmm?" Peach sedang mengamati sambungan dengan
cermat, dan membolak-baliknya.
"Apakah dia menyebut-nyebut aku?" Flin mengulang, lebih
keras. "Ya, dia menyebutmu, seperti itulah."
Mata Peach mengarah ke atas dan kemudian ke bawah lagi.
"Mengatakan sesuatu yang agak tak menyenangkan, sebenarnya. Sangat tidak menyenangkan. Maksudku, aku tahu bahwa
kaulah yang membocorkan hal itu dan sebagainya, tetapi ?"
Dia berhenti ketika menyadari sambungan itu tak mulus.
Dengan decak lidah yang menunjukkan kekesalan, dia miring
ke kanan ke arah lampu dan dengan halus mencoba untuk membuat potongan-potongan itu tergabung dan lurus.
"Apa yang dia katakan?" tanya Flin.
Tidak ada jawaban. "Apa yang Fadawi katakan, Alan?"
"Aku sungguh tak ingin mengulang kata-kata itu di sini,"
gumam rekannya itu, sambil mendorong potongan-potongan
keramik jambangan itu agar bersesuaian. "Dia merasa dirinya
sudah mulai bangkit dan"oh, bodoh!"
Potongan itu terpisah lagi tangannya. Dia melemparkan pandangan kesal seolah berkata "Kalau saja kau tidak menggangguku
dengan pertanyaan tolol tadi, hal ini tidak akan terjadi" dan mencoba menggapai tube lem Duco. Sebelum dia sempat meraihnya,
Flin maju ke depan, mengambil tube itu dan menjauhkannya,
sehingga memaksa Peach melihat ke arahnya.
"Apa yang dia katakan, Alan?"
Mata mereka bertatapan, kemudian, dengan desah jengkel,
Peach meletakkan kedua potongan itu di meja dan duduk
kembali di kursi. "Kalau isu yang aku dengar benar, dia mengatakan apa
yang dia katakan kepadamu di pengadilan ketika mereka mendakwanya. Aku yakin kau ingat hal itu."
90 | PAUL SUSSMAN Flin tentu saja masih ingat. Bagaimana mungkin dia lupa"
"Aku akan membunuhmu, Brodie!" teriak Fadawi. "Aku akan
memotong buah zakarmu dan membunuhmu, kau bedebah
pengkhianat!" "Aku tak akan terlalu memikirkan hal itu," kata Peach.
"Bagaimana seharusnya aku menerima hal ini?"


The Hidden Oasis Karya Paul Sussman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku yakin dia tidak bersungguh-sungguh dengan ancamannya itu. Bagaimanapun juga, dia seorang arkeolog, bukan anggota geng. Ya, mantan arkeolog. Tidak akan pernah bekerja lagi
setelah apa yang dilakukannya. Benar-benar tidak terpikirkan
apa yang begitu merasukinya. Bolehkah aku?""
Dia menunjuk Duco. Flin menyodorkan benda itu dan
Peach membungkuk ke atas meja lagi.
"Apakah kau akan hadir pada peluncuran buku Donald
malam ini?" tanyanya, mengganti subjek pembicaraan. Pasti
acaranya akan cukup meriah, karena teman prianya yang kurang
ajar itu tidak muncul."
Flin menggelengkan kepalanya, dan bangkit berdiri.
"Harus mengejar pesawat jam lima pagi menuju Dakhla. Bersenang-senanglah kalian."
Dia mengangkat tangan tanda berpisah dan berjalan ke
pintu. "Menyebutkan sesuatu tentang oasis."
Flin berhenti dan membalikkan badan. Peach masih membungkuk mengamati jambangannya, tampak tak menyadari
dampak komentar yang baru dilontarkannya.
"Tidak dapat menangkap artinya, jujur saja," Peach melanjutkan, sambil tenggelam dalam pekerjaannya. "Dia berbicara dengan cepat, sangat emosional. Dia mengklaim telah
menemukan sesuatu. Atau apakah dia tahu sesuatu" Tak ingat dengan jelas. Salah satu dari dua itu. Tentang oasis. Dan tidak akan
mengatakan kepada siapa pun dan itu akan menjadi dendamnya.
Dia sangat bersemangat, sangat emosional. Dan kurus seperti
THE HIDDEN OASIS | 91 tongkat. Sungguh tragis ketika kau memikirkannya. Apakah
aku pernah mengatakan kepadamu tentang botol anggur
hieratik Dinasi Kedua dari Abydos" Pencuri atau bukan, dia
tahu dengan pasti tentang tembikarnya, kau harus mengakui
hal itu." Peach mendongak, tetapi Flin sudah tidak berdiri di sana.
Dakhla SAMBIL duduk di puncak gundukan pasir, angin sepoi-sepoi
yang tiba-tiba menerpa dan tajam membuat pasir di sekitarnya
bergemerisik dan berdesis, Freya membaca surat terakhir Alex,
suara kakaknya mendengung jelas di dalam kepalanya.
Oasis Dakhla, Mesir 3 Mei Untuk adikku tersayang Freya,
Aku memulai dengan kata-kata itu karena walaupun sudah
beberapa tahun lamanya sejak kita terakhir berbicara atau
bertatap muka, dan sudah begitu banyak rasa sakit dan
kemarahan, kata-kata itu tidak pernah sekalipun berhenti
mengungkapkan kebenaran; tidak sejenak pun kau hilang dari
pikiranku. Kau adalah adikku, dan apa pun yang telah terjadi di
antara kita, apa pun yang telah dikatakan dan dilakukan, cintaku
akan selalu berada di sana, dan akan selalu begitu.
Aku ingin kau tahu tentang hal ini, Freya, karena baru-baru
ini aku menyadari masa depan adalah tempat yang tidak pasti,
penuh keraguan dan bayangan, dan bila kita tidak berbicara
dari hati kita sekarang, di masa sekarang, kesempatan untuk
92 | PAUL SUSSMAN melakukan hal itu akan hilang selamanya. Jadi kukatakan lagi"
aku menyayangimu, adikku. Lebih daripada yang dapat aku
nyatakan; lebih daripada yang mungkin kau ketahui.
Saat ini sudah larut malam, dan bulan purnama bersinar
penuh di langit; bulan terbesar, paling benderang yang pernah
kau lihat: begitu jernih sehingga kau dapat melihat kawah dan
laut pada permukaannya, begitu besar sehingga kau merasa dapat
meraihnya dengan tanganmu dan dapat menyentuhnya. Ingatkah
kau akan dongeng yang selalu diceritakan Ayah" Tentang betapa
bulan sebenarnya adalah sebuah pintu, dan bila kau memanjat ke
atas dan membukanya, kau akan melewati langit menuju dunia
lain" Ingatkah kau bagaimana kita biasa bermimpi tentang seperti
apa dunia rahasia itu"tempat magis yang indah penuh dengan
bunga dan air terjun dan burung yang dapat berbicara" Aku
tak dapat menjelaskannya, Freya, aku tak dapat menjelaskannya
dengan baik, tetapi belum lama ini aku telah melihat melalui
pintu itu dan memandang selintas sisi yang lain, dan memang
semagis seperti yang pernah kita bayangkan. Lebih magis. Ketika
kau telah menyaksikan dunia rahasia, kau tidak dapat melakukan
apa-apa kecuali merasakan harapan. Entah di mana, adikku,
akan selalu ada pintu, dan di baliknya ada berkas sinar, walaupun
hal gelap akan muncul. Begitu banyak yang ingin kukatakan, banyak yang ingin
aku ceritakan, banyak yang ingin aku bagi dan jelaskan, tetapi
sudah larut malam dan aku lelah dan aku tak punya tenaga
lagi. Namun, sebelum aku berhenti menulis, ada satu hal yang
ingin aku minta darimu"sudah ingin kuminta sejak bertahuntahun lalu"dan itu adalah maaf darimu. Apa pun yang telah
terjadi, itu sudah terjadi, dan betapapun besar rasa sakitku saat
itu, aku seharusnya melihatnya terjadi dan melakukan lebih
banyak lagi untuk mencegahnya, melindungimu. Juga, aku
seharusnya memiliki keberanian untuk sampai di sana lebih
awal dan mengatakan apa yang aku katakan saat ini. Kesalahan
itu milikku, Freya, dan kini bertahun-tahun telah berlalu dan
rasa sakit itu terkunci di dalam dan aku tidak menjadi kakak
THE HIDDEN OASIS | 93 sebagaimana yang seharusnya. Aku harap, dalam cara yang
paling ringan, surat ini dapat mengubah itu.
Aku harus menyudahinya di sini. Kumohon, jangan sedih.
Kehidupan itu indah, dan ada banyak keindahan di dunia ini.
Tetaplah kuat, memanjat lebih tinggi, dan tahu bahwa
apa pun yang terjadi, di mana pun kau berada, aku akan
selalu, dalam cara apa pun, di sana bersamamu. Aku sangat
menyayangimu. Alex xxx PS: bunga di amplop ini adalah Anggrek Sahara. Ini, katanya,
adalah bunga yang sangat langka. Rawatlah bunga ini baik-baik,
dan ingatlah aku. Sambil menyeka air mata dari matanya Freya meletakkan
surat itu di puncak gundukan pasir dan mengangkat bunga
dari dalam amplop; kelopaknya kering dan tipis seperti kertas
nasi dan berwarna oranye keemasan, seperti pasir di sekitarnya.
Dia menatap bunga itu, kemudian membungkusnya dengan
kertas surat itu dengan hati-hati, melingkarkan lengan pada
lututnya dan menatap matahari yang secara perlahan turun menuju cakrawala, semilir angin lembut mendesis di antara pasir,
dan gurun beriak dan bergulung menjauh ke kejauhan seperti
bentangan kain tafeta yang kusut masai.
Mereka mengubur jasad Alex pagi hari esoknya, tidak jauh dari
rumahnya, di antara pepohonan akasia yang sedang berbunga,
tepat di tepi oasis kecil. Ada berbagai bunga di tanah"zinnias
dan periwinkles"dan bau harum tanaman merambat di udara,
dan, dari suatu tempat di balik rumpun, kecipak lembut air
94 | PAUL SUSSMAN mengucur ke dalam waduk. Ini adalah salah satu tempat terindah
dan terdamai yang pernah dia kunjungi, pikir Freya.
Hanya segelintir orang yang hadir, seperti yang diinginkan
Alex: Freya, Zahir, Dr. Rashid dari rumah sakit, Molly Kiernan,
dan seorang pria tampan dan agak lusuh berjaket korduroi
kusut, yang Freya kenal dari foto di atas meja di sisi ranjang
Alex"Flin Brodie, dia memperkenalkan diri. Ada masyarakat
setempat juga. Kebanyakan petani, datang untuk menunjukkan
rasa hormat mereka, berdiri di belakang kelompok utama, dan
tiga perempuan Badui, salah satunya adalah istri Zahir, dalam
busana tradisional"jubah hitam, kerudung di kepala, dan
perhiasan perak yang rumit. Ketika peti mati Alex dimasukkan
ke dalam liang lahat, mereka maju ke depan dan menyanyi"
"Aloosh", ujar Zahir menjelaskan, adalah lagu cinta bangsa Badui
"tentang perempuan yang sangat cantik". Suara mereka yang
jernih mendayu, meninggi dan menurun, satu saat rendah dan
hampir tak terdengar, kemudian meninggi sehingga seluruh
rumpun seolah ikut menjadi musiknya. Tidak ada kata-kata
dalam lagu, atau mungkin memang tidak ada kata-kata yang
dapat ditangkap Freya, hanya gelombang bunyi yang berliku
yang tak pelak lagi, bagaimana nada berubah dan kontras,
kadang berat kadang ringan, tampak seperti menceritakan kisah
yang dapat dia mengerti: tentang cinta dan kehilangan, bahagia
dan rasa sakit, harapan dan keputusasaan. Dia merasakan tangan
Molly Kiernan menyentuh dan mengenggam erat tangannya, meremasnya, lagu terus mengalun dan menyelimuti mereka sampai
larut dan menghilang dalam keheningan, hanya meninggalkan
kecipak air dan, dari atas, kicau rendah sepasang burung hoopoo.
Untuk sesaat lamanya, setiap orang hanya berdiri, hanyut
dalam pikirannya masing-masing. Kemudian, sambil melepaskan
tangan Freya, Kiernan berdehem menjernihkan kerongkongannya
dan melangkah maju ke bagian kepala makam.
"Freya memintaku untuk menyampaikan beberapa patah
kata," ujarnya, sambil melemparkan pandangan ke Freya, dan
kemudian Flin, yang sedang menatapi peti mati. "Aku berjanji
THE HIDDEN OASIS | 95 ini hanya akan beberapa kata, karena sebagaimana setiap
orang, siapa saja, yang cukup beruntung untuk mengenal Alex,
akan menyadari bahwa Alex tidak suka basa-basi dan pernakpernik."
Walaupun lembut, suaranya tampak mengisi seluruh
lapangan. "Tiga puluh tahun yang lalu, aku sendiri kehilangan seseorang
yang sangat aku sayangi. Suamiku. Dalam masa-masa gelap itu
ada dua hal yang menolongku melewatinya. Yang pertama adalah cinta dan dukungan dari para sahabatku. Aku harap, Freya,
kau dapat merasakan cinta kami di sini hari ini, di tempat
khusus ini, untuk Alex dan juga untukmu. Kami berada di sini
bila kau memerlukan kami, kapan pun, di mana pun."
Dia berdehem menjernihkan tenggorokannya lagi, sambil
memegang salib emas di lehernya.
"Hal lain yang meredakan rasa sakitku pada masa penuh
kesedihan itu adalah Kitab Suci dan "rman Tuhan Yesus
Kristus kita. Aku akan mengutipnya sekarang, tetapi aku tahu
Alex bukanlah seorang penganut, dan walaupun cinta Yesus
itu universal, aku tidak akan merusak kenangannya dengan
terus tenggelam dalam emosi yang membuatnya merasa tidak
nyaman." Hal itu terjadi dengan cepat dan hampir tak ada yang memerhatikan, tetapi ketika dia mengatakannya, ada ketegangan
halus di sekitar mulutnya, seolah sikap tidak menyetujui.
"Sebagai gantinya," Kiernan melanjutkan, "aku akan membacakan untuk kalian sesuatu yang dekat dengan hati Alex, dan
itu adalah puisi karya Walt Whitman."
Dia merogoh saku jaketnya, menarik selembar kertas cetakan
dan memakai kacamata. "O Diriku, O Kehidupan," bacanya, sambil memegang
lembar kertas itu di depannya.
96 | PAUL SUSSMAN O diriku! O kehidupan! tentang pertanyaan yang berulangulang,
Tentang kereta yang berisi orang-orang tak beriman yang tak
berujung, tentang kota yang berisi orang-orang tolol,
Tentang diriku yang selamanya mencela diriku sendiri (karena
siapa yang lebih bodoh daripada aku, dan siapa yang lebih tak setia")
Tentang mata yang sia-sia merindukan cahaya, dari makna
berbagai objek, tentang pergulatan yang diperbaharui,
Tentang akibat buruk dari semuanya, tentang kerumunan
lamban dan jorok yang aku saksikan di sekelilingku,
Tentang kekosongan dan tahun-tahun tak berguna, dengan sisa
diriku yang terpilin, Pertanyaan itu, O diriku! Betapa sedih, terjadi berulangulang"apa yang baik di antara ini, O diriku, O kehidupan"
Jawaban Bahwa kau berada di sini"bahwa kehidupan itu ada dan identitas
Bahwa permainan kuat terus berlangsung, dan kau mungkin
menyumbang sebuah ayat. Dia melipat lembaran itu dan melepas kacamata, menyekakan
jari telunjuk di matanya.
"Ada begitu banyak hal yang dapat aku katakan tentang Alex.
Kecantikannya, kecerdasannya, keberaniannya, jiwa petualangannya. Aku kira Walt Whitman telah menyatakan dengan sangat
baik, ketika dia berbicara tentang menyumbang sebuah ayat.
Alex telah menyumbangkan sebuah ayat bagi seluruh kehidupan
kita, ayat yang sangat khusus, yang memperkaya dan mengangkat kita semua. Adik, teman, kolega"dunia adalah tempat
yang malang tanpa kehadirannya. Terima kasih, Alex. Kami
kehilangan dirimu." Dia kembali ke sisi Freya dan menggenggam tangannya
kembali ketika dua orang pria setempat melangkah maju dengan
THE HIDDEN OASIS | 97 sekop dan mulai mengisi liang dengan tanah. Suara pantulan
tanah pada peti mati bergema di sekeliling rumpun, suara yang
parau dan tak harmonis dan bertentangan dengan atmosfer
yang tenang dan hening. Untuk sesaat, mata Freya beradu
pandang dengan mata Flin, dan Flin memberikan anggukan
halus seolah menyampaikan bahwa dia mengerti dan merasakan
kedukaan yang Freya rasakan, sebelum keduanya mengalihkan
pandangan lagi. Liang kubur dengan cepat terisi tanah sampai
yang tertinggal adalah gundukan tanah berpasir yang penuh
taburan bunga. "Selamat jalan," bisik Freya.
Setelah itu, Dr. Rashid pamit mengundurkan diri dan bergegas
pergi, seraya menjelaskan bahwa dia sedang bertugas dan harus
segera kembali ke rumah sakit. Sebagian besar masyarakat
setempat juga mulai berlalu, meninggalkan Freya, Molly, Flin,
Zahir, dan seorang pria muda berjenggot yang diperkenalkan
oleh Zahir sebagai saudara laki-lakinya, Said. Ketika mereka
berlima berjalan kembali di sepanjang jalur menuju rumah Alex,
Flin mendekati Freya. "Bukan waktu yang tepat, aku tahu itu," katanya. "Tetapi
aku senang dapat bertemu denganmu pada akhirnya."
Freya mengangguk, tetapi tak berkata apa-apa.
"Alex banyak bercerita tentang dirimu," lanjutnya. "Tentang
pemanjatan yang kau lakukan dan semua itu. Sungguh membuatku takut, jujur saja. Aku sudah terserang vertigo hanya
karena berdiri di anak tangga."
Freya tersenyum tipis. "Apakah kau kenal baik dengannya?"
"Cukup baik," jawab Flin, sambil memasukkan tangan ke
dalam saku celana denimnya. "Kami sama-sama menaruh minat
pada padang pasir. Menjadi bersahabat. Sahabat yang baik."
Freya meliriknya, menaikkan alis matanya.
98 | PAUL SUSSMAN "Kau dan Alex ber?""
"Ya ampun, tidak!" Flin mendengus senang. "Kutu buku
Inggris yang neurotik macam aku ini tidak menarik perhatiannya
sama sekali. Sejauh yang bisa aku perkirakan, dia lebih tertarik
kepada tipe peselancar nyentrik."
Bayangan Greg, tunangan Alex sebelumnya, melintas
dalam pikiran Freya"pirang, kulit coklat terbakar, kuat. Dia
menggelengkan kepalanya untuk menghapuskan bayangan itu.


The Hidden Oasis Karya Paul Sussman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Dia sangat baik kepadaku," kata Flin. "Membantuku melewati" masa-masa sulit. Dia lebih seperti adik perempuan daripada seorang teman."
Flin menendang sebuah batu di jalan setapak itu, kemudian
kembali kepada Freya, sambil tersenyum.
"Maafkan aku, aku tak bermaksud" analogi yang kurang
tepat." Freya menggerakan tangannya, mengindikasikan bahwa
permohonan maaf itu tidaklah perlu. Mata mereka bertemu
dan bertahan beberapa saat sebelum keduanya mengalihkan
pandangan. Jalur itu membawa mereka melewati rumpun zaitun
yang rindang, tanah tertutupi oleh serbuk dan zaitun hitam
berdebu, sebelum mereka akhirnya sampai di rumah Alex.
Seseorang"pengurus rumah, Freya menduga"telah menyajikan sarapan sederhana di meja di ruang utama: keju, tomat,
bawang merah, kacang, roti, dan setermos kopi. Mereka berkumpul berkeliling dan menjumput hidangan, hanya Zahir
dan saudara laki-lakinya yang memperlihatkan selera makan,
sambil terus bercakap-cakap dan kemudian perlahan mereda
dan kembali hening. Tiga puluh menit berlalu, kemudian Flin
dan Kiernan mengatakan bahwa mereka harus segera pergi
mengejar pesawat untuk kembali ke Kairo.
"Kau yakin akan baik-baik saja?" Kiernan bertanya ketika
mereka keluar menuju Land Cruiser milik Zahir, lengannya memeluk lengan Freya. "Aku bisa menemanimu di sini kalau kau
mau." THE HIDDEN OASIS | 99 "Aku akan baik-baik saja," jawab Freya. "Aku akan tinggal di
sini selama beberapa hari, mengumpulkan semua barang milik
Alex, kemudian kembali ke rumahku. Pesawatku masih Jumat
nanti." "Bagaimana kalau aku menemuimu di bandara ketika kau
kembali ke Kairo nanti?" ujar Kiernan. "Kita bisa makan siang
bersama, lalu berpisah."
Freya setuju dan mereka berpelukan. Kiernan mengecup pipi
Freya sebelum menarik diri dan masuk ke kursi penumpang
di bagian belakang Toyota itu. Flin melangkah maju dan memberikan kartu namanya: Profesor F. Brodie, American University
di Kairo, Telepon: 202 2794 2959.
"Aku ragu ini akan terjadi, tetapi kalau kau punya waktu,
temuilah aku. Kau boleh membuatku ngeri dengan kisah pemanjatanmu dan aku bisa membalasnya dengan cara membuatmu bosan dengan segala dongeng tentang prasasti batu
Neolitik." Flin menyorongkan tubuhnya ke depan dan untuk sesaat hal
itu terlihat seperti dia akan memeluk Freya. Ternyata, dia hanya
memberikan kecupan kilat di pipi Freya dan, setelah memutar
ke sisi lain jeep itu, dia naik dan duduk di sebelah Kiernan.
Zahir dan saudara laki-lakinya duduk di kursi depan, mesin
meraung dan mereka baru saja mulai bergerak menjauh ketika
Freya tiba-tiba saja menggapai pergelangan tangan Kiernan dari
jendela yang terbuka. "Dia tidak menderita, bukan?" Suaranya tersedak, mendesak.
"Ketika dia" Alex " kau tahu, mor"n itu " Ketika dia memakainya. Kejadiannya sangat cepat, bukan" Tanpa rasa sakit."
Kiernan meremas tangannya.
"Aku rasa tidak ada rasa sakit sama sekali, Freya. Dari apa
yang aku dengar, kejadian itu sangat cepat, dan sangat damai."
Di sampingnya, Flin tampak akan menambahkan sesuatu,
mulutnya separuh terbuka sebelum menutup kembali. Freya
menarik tangannya. 100 | PAUL SUSSMAN "Aku hanya perlu tahu," gumamnya. "Aku tak tahan
kalau?" " Aku mengerti, sayang," kata Kiernan. "Percayalah kepadaku,
Alex tidak menderita dalam cara apa pun. Hanya tusukan kecil
ketika jarum masuk dan itu saja. Tidak ada rasa sakit, aku
jamin." Dia menyorongkan tubuhnya ke depan dan menyentuh
lengan Freya, kemudian mengangguk kepada Zahir dan mereka
pun bergerak menjauh. Ketika mereka telah menghilang di
antara pepohonan dan Freya kembali menuju rumah itu, dia
terhenyak oleh apa yang tadi dikatakan Kiernan. Dia berputar,
wajahnya memucat. "Alex tidak pernah?"
Tetapi deru mesin mobil telah menghilang, hanya meninggalkan dengung lalat yang terbang dan, di kejauhan, suara pompa
air irigasi. Kairo menggunakan sikunya, Angleton mendobrak pintu
apartemen Brodie. Bunyi selop plastik penjaga apartemen perlahan menghilang di tangga di luar saat dia turun ke lantai dasar
lagi. Si penjaga ingin tetap berada di sekitar situ, melihat apa
yang akan dilakukan Angleton, tetapi si pria Amerika itu telah
menambahkan sejumlah uang lagi setelah dia sebelumnya memberinya uang karena sudah membukakan pintu itu untuknya
dan menyuruhnya cepat berlalu. Dia sudah tua dan kotor dan
kikuk dan Angleton tidak ingin dia memindahkan apa pun,
membuat Brodie sadar bahwa dia telah kedatangan banyak
tamu. Ini masalah bisnis, bukan sekadar penyusupan biasa. Tetap
profesional, tetap fokus. Untuk itulah mereka membayarnya.
Itulah sebabnya dia menjadi yang terbaik.
DENGAN THE HIDDEN OASIS | 101 Pintu tertutup tanpa bunyi klik. Dia merogoh sakunya
dan menarik sepasang sarung tangan lateks dan memakainya,
karet itu mendesis dan melekat ketika dia merentangnya
sampai ke pergelangan tangan. Dengan penutup sepatu yang
telah dipasangnya pada saat menjejakkan kaki di luar, mereka
memastikan bahwa tidak ada jejak tertinggal, tidak ada petunjuk
apa pun, bahwa dia pernah berada di tempat itu. Dia hampir
pasti merasa terlalu berhati-hati. Brodie tidak punya alasan
untuk mengira bahwa ada pihak yang sedang ikut campur
dengan urusannya, atau diintai seseorang saat dia kembali. Bagaimanapun, kau tidak mungkin jadi orang yang terlalu berhatihati. Kemungkinannya hanya seribu banding satu bahwa si pria
Inggris itu lebih paranoid dibandingkan Angleton"dan dengan
latar belakangnya, kemungkinan itu selalu ada"sehingga membuatnya tidak akan mengambil risiko mengungkap seluruh
operasi itu dengan meninggalkan jejak yang tak perlu.
Dia melirik jam tangannya"masih banyak waktu; penerbangan ke Dakhla bahkan belum lepas landas"dan mulai
mencari ke sekeliling. Dia tidak sedang mencari sesuatu yang
khusus, hanya sedang mencoba untuk merasakan keberadaan
Brodie, rasa tentang apa yang dia ketahui, bagaimana dia terlibat
dengan segala hal terkait dengan Sand"re. Ruang tengah, dapur,
kamar mandi, dua kamar tidur, ruang kerja: dia meneliti semuanya, memotret dengan kamera digital miliknya, merekam apa
yang dia pikirkan dengan Olympus Dictaphone yang ringan dan
mudah dibawa-bawa. Bagi mata yang tidak terlatih, apartemen itu tidak akan
mengungkapkan hal-hal penting tentang pemiliknya: ahli ilmu
peradaban Mesir, lajang, dan mandiri dengan minat terhadap
musik klasik, penjelajahan gurun pasir, perkembangan yang
terjadi saat ini"terutama perkembangan terkini di Timur
Tengah"dan, melihat syal dan foto regu yang bertanda tangan
di ruang tengah, El-Ahly Football Club. Hal itu dan beberapa
detail lain"Brodie tetap menjaga kebugaran tubuhnya, membaca paling sedikit lima bahasa, bersih dari alkohol, dan me102 | PAUL SUSSMAN miliki kesadaran sosial (surat terima kasih dari anak-anak yatim
piatu di Luxor dan dan program sosial Zabbaleen di Manshiet
Nasser)"mungkin adalah ringkasan keseluruhan dari berbagai
hal tentang Brodie. Gambaran sekilas semacam itu memang bisa
melukiskan karakter dasar seseorang, tetapi tanpa kedalaman.
Tetapi mata Angleton sudah terlatih. Ketika berjalan mengelilingi berbagai ruangan, dia mampu membaca apa yang tersirat
dari isi apartemen itu, menangkap keterangan yang mendasarinya.
Di dalam kamar mandi, misalnya, terpaku pada salah satu
setelan pakaian olahraga Kayano yang dikenakan Brodie, dia
menemukan monitor canggih pengukur jarak dan kecepatan,
memori yang terkomputerisasi merekam semua detail aktivitas
lari yang telah dilakukan laki-laki Inggris ini selama dua minggu
terakhir. Sepuluh kilometer dalam 36:02 menit, 20 kilometer
dalam 1:15:31, 15 kilometer dalam 53:12"Brodie, tampaknya,
tidak sekadar bugar, tetapi benar-benar sehat dan bugar. Di kamar
tidur, lampu meja yang tampak pernah terbentur benda keras di
sisi ranjang, bekas benturan di dinding tepat di belalakangnya,
kotak tablet Zanax yang tiga perempat isinya kosong, semuanya
seakan bisa berbicara kepada Angleton. Brodie, begitu mereka
bilang kepadanya, adalah orang yang sering bermimpi buruk,
menggerak-gerakkan tangan dalam kegelapan mencari tombol
lampu sebelum menelan pil anticemas untuk menenangkan
diri kembali. Semua itu menegaskan kembali tentang riset pria
Amerika itu tentang laki-laki itu.
Foto Alex Hannen di ruang tengah sangat menarik. Apakah
keduanya merupakan pasangan kekasih atau bukan, Angleton
tak yakin. Secara objektif, dia akan mengatakan tidak"sepasang
kekasih, menurut pengalamannya, biasanya memiliki banyak
gambar dari masing-masing orangnya, khususnya jika mereka
hidup terpisah, sementara di tempat itu hanya ada satu foto.
Brodie tampak jelas punya perhatian terhadap wanita itu"sangat
dalam, jika dilihat dari bingkai perak mahal yang digunakan
untuk membingkai foto itu"tetapi jika terpaksa, Angleton akan
mengatakan mereka adalah sahabat dekat dan bukan pasangan
kekasih. THE HIDDEN OASIS | 103 Hal lain, yang lebih membuatnya ingin tahu adalah petunjuk
kecil yang terpasang di sudut foto. Gambar itu jelas diambil di
padang pasir yang jauh"padang pasir sisi barat, duganya, melihat minat bersama mereka terhadap tempat itu"dan difoto
oleh Brodie sendiri, yang re"eksinya dapat ditangkap pada lensa
kacamata hitam Hannen. Di latar belakang, jauh di sisi kiri dan agak samar, ada sepasang
kotak peralatan berwarna oranye (ada kotak yang sama di lorong
apartemen, berisi semacam radar atau alat penginderaan). Yang
lebih membuat penasaran, di belakang Brodie, dalam pantulan
bayangan Hannen, hampir tak terlihat"Angleton harus meneliti
dengan susah payah dengan kaca pembesar mini yang selalu
dibawanya"apa yang tampaknya merupakan ujung semacam
sayap atau layar, terlalu kecil untuk sebuah pesawat. Sebuah
layang-layang" Layang gantung" Lampu mikro" Dia tidak dapat
memastikannya, dan tidak ada waktu untuk memotret foto
itu untuk diperbesar secara digital. Bagaimanapun, gambar itu
sangat informatif, mengungkapkan bahwa, jika kau tertumpu
pada kotak peralatan dan pengaturan di padang pasir terpencil,
dan juga karena kedekatan personalnya, Brodie dan Hannen juga
bekerja sama dalam suatu hal. Sebuah perjalanan" Bagian dari
semacam proyek yang lebih besar" Lagi, dia merasa tidak pasti,
tetapi itu adalah potongan lain dari sebuah gambar. Potongan
demi potongan demi potongan.
Dia menghabiskan waktu selama hampir dua puluh menit
meneliti foto sebelum melirik jam tangannya"masih banyak
waktu"dan kembali ke ruang kerja. Dia telah menelitinya tadi,
tetapi ini jelas merupakan pusat syaraf dari dunia milik Brodie
sehingga dia ingin meneliti kembali sebelum pergi, siapa tahu
ada hal lain lagi yang bisa didapatkan dari sini.
Dia menatap lagi gambar cetak berbingkai yang bergantung
di dinding di belakang meja itu, mengulang keterangan di sisi
bawah"Kota Zerzura putih seperti seekor merpati, dan pada
pintunya terukir seekor burung"ke dalam Dictaphone, walaupun
dia sudah melakukannya pada penyisiran awal di kamar itu.
104 | PAUL SUSSMAN Lemari arsip kayu yang diletakkan di samping meja juga diperiksa ulang. Masing-masing terbagi dalam lima laci, tiap laci
penuh dengan tumpukan catatan, artikel, foto, diagram, cetakan,
dan peta, dipisahkan ke dalam bagian dengan judul sesuai alfabet,
mulai dengan Almasy pada laci teratas dari lemari pertama, dan
berakhir dengan Zerzura di laci paling bawah di lemari terakhir.
Terlalu banyak benda untuk diselidiki secara terperinci.
Alih-alih, dia malah memuaskan diri dengan membuka tiap
laci dan menelusurkan jari-jarinya yang tertutupi sarung lateks
pada judul bagian yang menonjol, menarik map di sini, map
di sana"Badui; Khepri; Long Range Desert Group; Pepi II;
Wingate"sebelum melanjutkan, tidak pernah berlama-lama
pada satu subjek, hanya membaca sepintas.
Hanya dua arsip yang membuatnya berhenti untuk meneliti
lebih dalam. Satu, bertanda "Gilf Kebir/Satellite Imaging", berisi
setumpuk gambar berwarna. Dimulai dengan gambar seluruh
sudut barat daya Mesir yang berukuran lebar, gambar kemudian
berisi, yang lebih detail lagi, area tertentu di Gilf, lanskap
padang pasir menjadi semakin jelas dan tegas. Sekitar dua puluh
gambar terakhir begitu tajam sehingga Angleton dapat melihat
wajah tebing yang sesungguhnya di sepanjang sisi timur Gilf.
Kadang-kadang ada bintik hijau"mungkin hanya beberapa
pohon atau semak belukar padang pasir"tetapi area itu jelas
tak berpenghuni dan kosong. Tidak ada tanda, pastinya, tentang
oasis misterius milik Brodie.
Arsip lain yang menarik perhatiannya adalah yang berlabel
"Magnetometry Data" (apakah itu yang ada dalam peralatan
penginderaan di lorong apartemen" Magnetometer"). Isi arsip
itu"helai demi helai yang berisi bercak dan coretan monokrom
tanpa makna"tak bermakna apa-apa baginya. Data itu sendiri
tidak penting. Apa yang membuatnya terpaku sejenak untuk
berpikir adalah fakta bahwa Brodie sedang menggunakan
magnetometer. Magnetometer, sejauh yang dia ketahui, digunakan untuk pencitraan di bawah permukaan dan deteksi
logam. Dan dalam ceramahnya beberapa malam lalu, Brodie
THE HIDDEN OASIS | 105 telah secara spesi"k menyatakan bahwa penduduk Zaman Batu
di Gilf belum mengembangkan teknologi kerja logam.Tidak
diragukan lagi, ada penjelasan polos yang sangat sempurna,
tetapi bagaimanapun juga terdengar aneh.
"Mengapa magnetometer?" dia berbicara kepada Dictaphonenya, mematikan mesin itu sebelum segera menekan tombol
"Record" lagi. "Dan dari mana dia mendapatkan semua perlengkapan satelit
ini" NASA" Perusahaan minyak" Periksa siapa yang memiliki
semua peralatan ini."
Dia selesai memeriksa semua lemari dan mengalihkan matanya ke rak buku lagi. Semuanya tentang Ilmu Peradaban Mesir,
sejauh yang dapat dilihatnya, kecuali satu bagian untuk urusan
perkembangan dunia terkini"banyak buku tentang Irak"dan,
disisipkan di belakang deretan jilid bersampul kulit mengenai
arsitektur Mesir kuno, itulah sebabnya terlewat tadi, buku
tentang pesawat udara Rusia.
"Osprey Encyclopedia of Russian Aircraft," dia berkata kepada
alat perekamnya. "Apa urusannya buku ini di sini?"
Dia kembali ke meja kerja Brodie untuk terakhir kalinya.
Cukup besar, model lama, kayu ek yang terplitur, dengan
telepon, lampu, alat pengering tinta, baki kertas, wadah
pulpen"semuanya benda biasa dan tertata rapi. Tidak ada
komputer desktop, yang menunjukkan bahwa pria Inggris itu
bekerja dengan laptop-nya. Dan dia pasti membawa serta laptopnya ke Dakhla karena tidak ada tanda-tanda benda itu sama
sekali di apartemen itu. Kesal. Angleton memeriksa sekeliling
untuk mencari memory stick, siapa tahu Brodie membuat arsip
cadangan untuk pekerjaannya, tetapi tidak ada tanda-tanda


The Hidden Oasis Karya Paul Sussman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

keberadaan benda itu. Setelah beberapa waktu, dia menghentikan pencariannya, mengalihkan perhatiannya terlebih dahulu
ke isi baki kertas, tidak ada satu pun yang secara khusus
mengungkapkan sesuatu, dan kemudian, akhirnya, ke buku
yang berada di atas pengering tinta di tengah meja: Cuneiform
Tests of The Hermitage Museum.
106 | PAUL SUSSMAN Ada selembar kertas berukuran A4 yang terselip dan terlihat
separuhnya. Sambil membuka buku pada halaman selipan kertas
itu, Angleton mendapati dirinya melihat sebuah foto tablet
keramik berwarna to"ee, terkikis dan ditutupi oleh barisan tanda
kecil berbentuk baji. Di bawahnya ada keterangan: "Tablet
Mesir. Arsip Kerajaan Lugal-Zagesi (2375-50 Sebelum Masehi).
Uruk. Dari koleksi N. Likhachev".
Dia mengamati foto itu, kemudian mengalihkan perhatiannya pada kertas A4 itu. Di situ, Brodie telah dengan teliti
mentranskipsi tanda baji di tablet, atau paling tidak yang dapat
terbaca. Di bagian bawah, dia kemudian menulis apa yang
diduga Angleton adalah transliterasi dari cuneiform (tulisan
kuno berbentuk baji) asli, mengubah teks secara fonetik ke
dalam karakter Latin. Dan di bawahnya"duga Angleton lagi,
walaupun tampak merupakan tebakan yang asal-asalan"terjemahan Inggris langsung, dengan baris titik-titik di tempat
yang menunjukkan adanya kerusakan pada tulisan kuno itu,
dan dugaan dalam tanda kurung dan lambang tanda tanya di
sepanjang kata-kata yang maknanya tampaknya tak dimengerti
dengan pasti oleh Brodie:
" barat melampaui kalam (Sumer) di balik cakrawala " sungai
besar artiru (Iteru/Nil) dan tanah kammututa (Kemet/Mesir)
" 50 danna dari buranun (Eufrat") " kaya akan " sapi,
ikan, gandum, geshnimbar (pohon kurma") " kota bernama
manarfur (Mennefer/Memphis") " raja yang memerintah
seluruh" dalam ketakutan yang sangat terhadap musuhnya
untuk " tukul (senjata") disebut " dari (surga/langit) dalam
bentuk lagab (batu") dan dibawa ke dalam pertempuran
sebelum bala tentara raja " bil (terbakar") dengan lampu yang
membutakan dan u-hub (menulikan") " sakit dan gamang
" Dengan hal ini para musuh kummututa di sisi utara dihancurkan dan di selatan dimusnahkan " timur dan barat
ditaklukan menjadi debu sehingga raja mereka memerintah
seluruh daratan di sekitar artiru dan tidak ada yang berdiri
THE HIDDEN OASIS | 107 menentangnya maupun melawannya maupun mengalahkannya
karena di tangannya ada mitum (tongkat kebesaran") milik para
dewa " paling mengerikan " yang pernah diketahui " hatihati dan jangan pernah menentang raja dari kummututa karena
dalam kegusarannya ia akan " dihabiskan sama sekali.
Angleton membaca seluruhnya beberapa kali, tak mampu
menangkap ujung awal atau akhirnya.
"Hal aneh tentang bebatuan," katanya merekam suaranya,
kemudian menggelengkan kepala, terkejut pada hal yang dianggap menarik bagi orang lain. Dia jeda sejenak, kemudian
menambahkan: "Sangat mungkin tidak berkaitan."
Setelah memasukkan kertas A4 itu kembali, dia menutup buku
itu dan meletakkannya di alat pengering tinta sehingga buku itu
berada di posisi sebelumnya. Dia memeriksa ruang itu sekali lagi,
menanam alat pendengar GSM"satu di pesawat telepon, satu
di belakang lemari buku, satu di bawah sofa ruang tengah"dan
meninggalkan "at. Dia berada di sana hampir sembilan puluh
menit, dan menurut perhitungannya, pesawat yang ditumpangi
Brodie bahkan belum separuh jalan kembali ke Kairo. Kerja bagus
dan cermat, pikirnya kepada diri sendiri. Untuk itulah mereka
membayarnya. Itulah sebabnya dia adalah yang terbaik.
Dakhla "ALEX tidak akan pernah menyuntik dirinya sendiri. Tidak dalam
sejuta tahun sekalipun. Ada yang tidak beres di sini. Kau harus
memercayaiku. Ada yang tidak beres."
Dr. Mohammed Rashid mengernyitkan alisnya, sambil menarik daun telinga kirinya.
"Kau harus memercayaiku," kata Freya lagi. "Alex punya fobia
terhadap jarum. Seharusnya aku mengatakan sesuatu tentang ini
108 | PAUL SUSSMAN sebelumnya, tetapi aku menduga dia telah menelan banyak pil
atau meminum sesuatu. Dia tidak akan bisa menyuntik dirinya
sendiri. Tidak akan pernah."
Freya tegang dan gelisah, sejak komentar terputus Molly
Kiernan tentang tusukan jarum. Tepat ketika dia menangkap
apa yang dikatakan Kiernan, dia mencoba mengontak telepon
seluler Zahir, memintanya untuk kembali, menjelaskan banyak
hal kepadanya. Tapi ponselnya dimatikan. Ponsel Kiernan dan
Brodie juga sedang tidak aktif. Dia tidak ingin bersusah payah
meninggalkan pesan. Panik dan bingung, dia hanya meraih
ranselnya dan bergegas, melewati rumpum palem dan semak
zaitun dan sepanjang jalur padang pasir kembali menuju oasis
utama. Dia tidak tahu apa yang akan dikerjakannya, dia hanya
tahu bahwa telah terjadi sesuatu yang tidak beres dan dia harus
melakukan sesuatu. Setelah sekitar satu kilometer, dia mendengar
suara derik kasar di belakangnya dan kereta yang ditarik keledai
itu muncul di jalan, dikusiri oleh seorang pria tua ompong
yang berpapasan dengannya dan Zahir dalam perjalanan ke
rumah Alex sore sebelumnya"Mohammed, Mahmoud, seperti
itulah terdengarnya. Zahir telah memperingatkannya untuk
tidak berurusan apa pun dengan pria itu, tetapi karena terlalu
bersemangat dia menerima tawarannya untuk menumpang,
ingin secepat mungkin sampai di Mut. Pria itu mengajaknya berbincang dan menggeser tubuhnya mendekat sedemikian rupa,
tangannya mencoba mengelus paha Freya, tetapi Freya hampir
tidak menyadari ahl itu. "Mut," dia terus berkata kepadanya. "Kumohon, Mut, rumah
sakit, cepat." Di pedesaan berdinding bata di depan jalur, dia berhenti di
depan toko Kodak dengan tanda "Foto cepat diproses di sini" dan
menumpang sebuah truk terbuka yang membawa Freya di sisa
perjalanan. Dr. Rashid sedang berada di bangsalnya, begitu yang
dikatakan mereka kepadanya ketika dia sampai di rumah sakit,
tidak bisa ditemui sampai siang hari. Freya memaksa untuk dapat
bertemu dengannya, membuat gaduh, dan akhirnya menelepon,
THE HIDDEN OASIS | 109 kemudian meninggalkan pesan di penyeranta dokter itu, dan
akhirnya dia datang dan membawa Freya ke kantornya.
"Kau harus memercayaiku," katanya untuk ketiga kalinya,
sambil berusaha mengendalikan suaranya. "Alex tidak akan
dapat bunuh diri. Tidak seperti itu. Mustahil."
Di depannya, dokter itu menggeser duduknya, mata terarah
ke meja lemudian ke Freya dan kembali lagi ke meja.
"Miss Hannen," dia mulai bicara perlahan, sambil tetap
menarik-narik daun telinganya, "Saya tahu betapa sulit?"
"Kau tidak tahu!" potongnya. "Alex tidak akan dapat
menyuntik dirinya. Tidak akan bisa! Tidak akan bisa!"
Suaranya bergetar. Dokter membiarkannya menenangkan
diri, kemudian mencoba lagi.
"Miss Hannen, ketika orang yang kita cintai meninggal
dunia?" Freya mencoba menginterupsi, tetapi dokter itu mengangkat
tangan, meminta waktu untuk menyelesaikan kata-katanya.
"Ketika seseorang yang kita cintai meninggal dunia," dia
mengulang, "terlebih lagi dengan cara seperti itu, akan sangat
sulit untuk menerimanya. Kita tidak ingin memercayainya,
untuk mengakui bahwa seseorang yang sangat kita kasihi"
dengan sangat"dapat mengalami rasa sakit yang amat sangat
sehingga mengakhiri kehidupannya sendiri menjadi lebih
menyenangkan daripada melanjutkan kehidupannya itu."
Dia meletakkan tangannya di atas meja, menyeret kakinya.
"Alex memiliki kondisi degeneratif yang tidak dapat disembuhkan. Kondisi yang, dalam ruang dan waktu yang sangat
singkat, telah merampas sebagian besar geraknya, dan yang
tidak dapat terhindarkan akan menewaskannya, kemungkinan
besar dalam hitungan bulan. Dia seorang wanita berani dan
berkemauan keras, dan mengambil keputusan bahwa bila harus
mati, dia paling tidak ingin mengendalikan di mana, kapan, dan
bagaimana hal itu terjadi. Aku tak senang mendengar keadaan110 | PAUL SUSSMAN nya, aku berharap dia tak melakukannya, tetapi aku mengerti
alasannya, dan aku menghormati keputusannya. Memang
menyakitkan, kau pun harus mencobanya juga."
Freya menggelengkan kepalanya, mencengkeram lengan
kursi yang didudukinya. "Alex tidak akan dapat menyuntik dirinya sendiri," dia
memaksa, memanjangkan kata-kata itu, sambil menekankan
kata "tidak". "Jika dia telah menelan obat secara berlebihan, atau
menggantung diri, atau?"
Dia tercekat, terlalu bersemangat dengan segala hal yang
sedang dia jelaskan. "Sejak kami kecil, Alex sangat takut terhadap jarum," dia
melanjutkan setelah beberapa saat, sambil menahan tangis, berusaha keras menjaga nada suaranya. "Aku tahu kami sudah lama
sekalo tidak bertemu, tetapi aku juga tahu bahwa ketakutan
semacam itu tidak akan hilang begitu saja. Dia bahkan tidak
tahan melihat sebatang jarum, apalagi mengisi dengan mor"n
dan menyuntikkannya ke tubuhnya sendiri. Mustahil."
Dr. Rashid menatap langit-langit, kemudian ke bawah lagi,
sambil mengembuskan napas perlahan.
"Kadang-kadang, ketika menderita sakit parah, kau dapat
membuat hal yang tak mungkin menjadi mungkin," dia berkata
lembut. "Aku telah menyaksikan hal ini beberapa kali sebagai
seorang dokter. Aku tidak bilang kau salah tentang kakakmu,
atau ketakutannya tidak seperti yang kau katakan. Sederhana
saja, bahwa ketika kau menderita seperti yang dialaminya, rasa
takut menjadi sesuatu yang relatif. Apa yang membuatnya ngeri
ketika dalam keadaan sehat sangat mungkin berkurang ketika
dihadapkan kepada teror kematian perlahan yang menyakitkan
yang lebih hebat lagi, sesuatu yang dari hari ke hari melucuti
sedikit martabat miliknya yang masih tersisa. Pada akhirnya Alex
menjadi putus asa, dan orang yang putus asa melakukan hal yang
tak diduga. Maafkan aku yang telah demikian berterus-terang
tentang hal ini, tetapi aku tak senang melihatmu menambah
THE HIDDEN OASIS | 111 kedukaan dengan cara seperti ini. Alex telah mengambil kehidupannya sendiri. Kita harus menerima?"
Bunyi keras dari penyerantanya menginterupsinya. Sambil
memohon maaf, dia mengangkat telepon, menekan tombol
angka, mengalihkan diri dari Freya dan berbicara dengan nada
yang hampir tak terdengar. Freya bangkit dan berjalan ke
jendela. Dia menatap ke bawah ke halaman luas dengan pohon
salam India yang menjulang tinggi di bagian tengahnya. Satu
keluarga sedang makan di bawah naungan pohon; seorang
pria berpiyama biru sedang berkeliling mendorong drip-trolley,
sebatang rokok terselip di sudut mulutnya. Freya memerhatikan
laki-laki itu, jemarinya mengetuk-ngetuk bingkai jendela, sambil
menunggu dokter menyelesaikan pembicaraannya.
"Apakah Alex mengatakan kepadamu bahwa dia akan melakukan sesuatu seperti ini?" dia bertanya saat dokter telah meletakkan gagang telepon, langsung kembali melanjutkan percakapan.
"Apakah dia mengatakan apa pun kepadamu tentang hal ini?"
Rashid membetulkan posisi kursinya, meletakkan tangan di
meja lagi. "Tidak secara panjang lebar, tidak," jawabnya. "Telah terjadi
beberapa kali dalam " bagaimana mengatakannya" " cara
yang abstrak. Dia sama sekali tidak meminta pertolongan
kepadaku, jika itu yang kau maksud. Dan aku pasti tidak
akan memberikannya walaupun dia meminta. Aku seorang
dokter. Pekerjaanku adalah menyelamatkan kehidupan, bukan
merenggutnya. Dia tahu pandanganku tentang hal ini."
Freya melangkah ke depan.
"Siapa yang menemukan jasadnya?"
"Miss Hannen, tolonglah, pertanyaan-pertanyaan ini ?"
"Siapa?" Nada suaranya blak-blakan, memaksa.
"Pengurus rumah," katanya mendesah. "Ketika dia tiba di
pagi hari." 112 | PAUL SUSSMAN "Di mana " Di mana dia menemukan Alex?"
"Di teras belakang, aku pikir. Di kursi rodanya. Dia senang
duduk di sana, memandang padang pasir, khususnya ke arah
ujung ketika dia merasa susah bergerak. Botol mor"n dan alat
penyuntik berada di meja di sampingnya. Tepat seperti yang diperkirakan."
"Ada dia meninggalkan catatan, mungkin?"
"Sejauh yang aku tahu, tidak ada."
"Apakah hal itu tidak janggal dan mengusikmu" Seseorang melakukan bunuh diri dan tidak meninggalkan catatan, semacam
surat penjelasan." "Miss Hannen, sudah jelas apa yang telah dia lakukan dan
mengapa dia melakukannya. Dia sudah memberi pesan bahwa
jika sesuatu terjadi kepadanya, kaulah yang harus dihubungi,
bahwa dia ingin dimakamkan di oasis dekat rumahnya. Tidak
ada alasan baginya untuk meninggalkan catatan."
"Botol mor"nnya?" desak Freya. "Alat penyuntik" Apa yang
terjadi dengan benda itu?"
Dokter menggelengkan kepala, ekspresi kegusaran terbias
samar di wajahnya. "Aku tidak tahu. Aku kira pengurus rumah membuangnya.
Dalam keadaan seperti itu akan terasa janggal untuk?"
"Ada memar di bahunya," kata Freya, memotongnya, mengubah pembicaraan. "Memar besar. Bagaimana dia mendapatkan
luka itu?" "Aku benar-benar tidak tahu," jawabnya tak berdaya,
"Mungkin saja dia jatuh, dia menubruk sesuatu. Kondisinya
membuatnya sangat tidak stabil. Penderita skeloris ganda
seringkali memiliki memar. Percayalah, Miss Hannen, jika ada
sesuatu?" "Di mana dia melakukannya?" sela Freya, sekali lagi
memotong kalimatnya. "Maaf?" THE HIDDEN OASIS | 113 "Menyuntik dirinya sendiri. Di mana dia menyuntik dirinya?"
"Miss Hannen?" "Di mana?" Ekspresi gusar menjadi lebih kentara.
"Di lengannya."
"Lengan kanannya?" Freya kembali teringat pada kamar
mayat, pada jasad telanjang kakaknya di atas kereta dorong.
"Persis di bawah siku. Ada memar kecil."
Dia mengangguk. "Bagaimana dia melakukannya?"
Mata dokter itu menyipit, tidak mengerti apa yang ditanyakan
wanita ini. "Bagaimana dia melakukannya?" ulangnya, lebih keras kali


The Hidden Oasis Karya Paul Sussman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ini. "Kau mengatakan bahwa dia hanya dapat menggunakan
lengan kanannya; bahwa lengan kirinya sudah lumpuh. Tetapi
dia menyuntik diri di lengan kanan dengan tangan kanan.
Secara "sik hal ini mustahil. Seharusnya dia melakukan itu dengan tangan kirinya. Tetapi kau mengatakan bahwa tangan itu
lumpuh. Jadi bagaimana" Bagaimana" Jelaskan kepadaku."
Dokter membuka mulut untuk menjawab, kemudian menutupnya kembali, menyeringai. Pertanyaan ini tidak pernah
diajukan kepadanya sebelumnya.
"Bagaimana mungkin seseorang menyuntik lengan kanannya
sendiri dengan tangan kanan mereka?" dia mendesak. "Tidak
mungkin. Lihat!" Freya memeragakan, menekuk lengan kanannya pada siku,
menekuk pergelangan tangan, jarinya hanya dapat menggores
bagian otot bisep saja. Dr. Rashid masih terlihat bingung,
matanya berkedip sambil berusaha keras menemukan jawabannya.
"Skeloris ganda dapat menjadi kondisi yang sangat tidak
pasti," jelasnya setelah beberapa saat, sambil berkata perlahan,
114 | PAUL SUSSMAN ragu-ragu, seolah masih mencoba memikirkan apa yang sedang
dikatakannya. "Gejalanya datang dan pergi, kadang dengan
sangat cepat. Sulit untuk memprediksi apa yang akan terjadi."
"Kau mencoba mengatakan bahwa lengan kirinya tiba-tiba
menjadi lebih baik?"
"Aku mengatakan bahwa dengan kondisi seperti itu hal yang
aneh bisa terjadi, hal yang tidak diduga, tiba-tiba kambuh dan
berkurang?" Dia terdengar tidak yakin.
"Sulit diperkirakan," ulangnya. "Bisa jadi sangat" penyakit
yang sangat membingungkan."
"Kau pernah menemukan kasus seperti itu?" tekan Freya.
"Orang dengan" apa sebutannya, Sindroma Malburg?"
"Varian Marburg," dia mengoreksi.
"Kau pernah menemukannya" Orang tiba-tiba memperoleh
kembali fungsi anggota tubuhnya" Kau pernah melihatnya,
pernah mendengarnya?"
Ada jeda cukup lama, dan kemudian dokter menggelengkan
kepalanya. "Tidak," akunya. "Tidak, tidak pernah. Pada bentuk penyakit
lain, bentuk yang tak begitu parah, ya, mungkin saja. Tetapi
Marburg" tidak, aku tak pernah mendengarnya."
"Jadi bagaimana?" ulangnya. "Bagaimana kakakku menyuntikkan mor"n ke lengan kanannya" Bahkan dengan mengenyampingkan kenyataan bahwa dia bertangan kanan dan ketakutan
terhadap jarum" bagaimana dia bisa melakukannya?"
Dr. Rashid membuka mulut, menutupnya kembali, menggosok pelipisnya, kembali duduk di kursinya. Ada keheningan
yang panjang. "Miss Hannen," akhirnya dia bicara, "bolehkah aku bertanya" apa yang sesungguhnya ingin kau sampaikan di sini?"
Freya menatap langsung kepadanya, terus menatap matanya.
THE HIDDEN OASIS | 115 "Aku kira seseorang telah membunuh kakakku. Bahwa dia
tidak bunuh diri." "Tewas karena dibunuh?" tanyanya. "Itukah yang kau
maksud?" Freya mengangguk. Dokter terus menatapnya, memainkan ujung lengan jaket
putihnya. Dari luar terdengar kicau burung dan deru mobil yang
sangat halus. Lima detik berlalu. Sepuluh. Kemudian, sambil
mencondongkan tubuh ke depan, dokter mengangkat telepon,
memutar nomor dan berbicara cepat dalam bahasa Arab.
"Mari," katanya, setelah meletakkan gagang telepon dan
berdiri. "Ke mana?" Dia merentangkan tangan, ke arah pintu.
"Kantor polisi Dakhla."
Antara Dakhla dan Kairo "Tambah kopi lagi, Pak?"
"Boleh." Flin meletakkan cangkirnya di baki yang disodorkan; awak
pesawat mengisinya dari termos plastik dan menyodorkannya
kembali kepadanya. "Dan Anda?" "Tidak usah," kata Molly Kiernan, sambil memegang cangkirnya. "Terima kasih."
Awak pesawat mengangguk dan berlalu. Kiernan melanjutkan
membaca artikel di Washington Post tentang program nuklir Iran;
Flin meneguk minumannya dan menekan keyboard di laptop-nya
dengan setengah hati. Kabin di sekitar mereka bergetar akibat
deru mesin pesawat yang rendah dan monoton. Beberapa menit
116 | PAUL SUSSMAN berlalu, kemudian, sambil menggeser duduknya, Flin melihat ke
arah rekannya. "Aku tak pernah tahu."
Wanita itu melirik ke arahnya dari balik bagian atas
kacamatanya, seraya menaikkan alisnya menandakan keheranan.
"Bahwa kau sudah menikah. Selama bertahun-tahun dan
aku tak pernah tahu."
Flin menunjuk cincin yang melingkar di jari di tangan kiri
wanita itu. "Aku selalu menduga itu hanya untuk menghindari pengagum
yang tak diinginkan. Bahwa kau adalah, kau tahu?"
Diperlukan beberapa saat baginya untuk menangkap apa
yang dimaksud oleh pria itu. Ketika sudah mengerti, dia mengeluarkan seruan dengan rasa marah.
"Flin Brodie! Memangnya aku terlihat seperti seorang
lesbian?" Flin mengangkat bahu untuk meminta maaf.
"Boleh aku tahu namanya?"
Kiernan merendahkan surat kabar yang dibacanya dan
melepas kacamatanya. "Charlie," katanya. "Charlie Kiernan. "Cinta dalam hidupku."
Jeda sejenak, kemudian: "Wafat dalam tugas. Mengabdi kepada negaranya."
"Dia seorang?""
"Tidak, tidak. Anggota Marinir. Seorang pastor. Tewas di
Lebanon,"83. Dalam pengeboman barak di Beirut. Kami baru
menikah setahun waktu itu."
"Maafkan aku," kata Flin. "Maaf."
Kiernan mengangkat bahu, melipat surat kabar, menyelipkannya di saku di tempat duduk di depannya, kemudian menyandarkan kepalanya ke belakang dan memandang ke atas.
THE HIDDEN OASIS | 117 "Besok adalah hari ulang tahunnya yang keenam puluh,"
katanya pelan. "Kami biasa membicarakan soal ini sepanjang
Soccer Love 1 Pendekar Naga Geni 18 Bukit Kepala Singa Harpa Iblis Jari Sakti 19

Cari Blog Ini