Ceritasilat Novel Online

The Hidden Oasis 7

The Hidden Oasis Karya Paul Sussman Bagian 7


mengangkat gelas lain, dia duduk di salah satu sofa, menyandar
pada bantalan berwarna merah muda pucat, bidang dadanya
yang kurus kering bernuansa hampir tepat sama dengan material
lain sehingga tidak segera terlihat jelas mana batas akhir bantalan
itu dan batas awal kulit tubuhnya.
"Mmm, nyaman sekali," katanya, sambil meneguk minumannya dan menyeringai ke arah Freya. "Silakan menikmati."
Freya meneguk minumannya, wajahnya mengernyit oleh rasa
yang manis kuat. Dia tiba-tiba merasa sangat terlihat dan sadar
diri sepenuhnya. Dan dia belum mulai melucuti pakaiannya.
Mungkin seharusnya tadi dia menuruti Flin.
"Jadi bagaimana kau mau melakukannya?" tanya Freya, sambil
mencoba terdengar lebih santai daripada yang dia rasakan.
Fadawi merentangkan tangannya di sepanjang sandaran sofa.
"Terserah bagaimana kau ingin melakukannya. Asalkan
pakaianmu kau lepas semua?"
Fadawi menunjuk pakaian Freya.
?"urusan teknisnya aku serahkan kepadamu."
"Aku tidak mau menari," katanya.
348 | PAUL SUSSMAN "Tak semenit pun aku membayangkan kau akan melakukannya."
"Dan aku tidak akan" melakukan hal lain. Aku telanjang,
itu saja." Fadawi terlihat tersinggung.
"Sayangku, aku mungkin seorang pengintip, tetapi bukan
pemerkosa. Aku hanya ingin mengagumi tubuhmu, bukan melahapnya."
Freya mengangguk dan meneguk minumannya, dia tidak
menyukai rasanya, tetapi perlu melakukan sesuatu, tindakan tertentu untuk menenangkan dirinya.
"Dan kau akan mengatakan kepada kami apa yang kau tahu
tentang oasis itu. Setelah aku selesai."
"Aku orang yang memegang teguh kata-kataku," kata si pria
Mesir. "Tiga tahun di penjara tidak mengubah hal itu. Kau tetap
berpegang pada tawaranmu, aku memegang tawaranku. Kau
akan tahu semuanya. Yang kuberikan setelah aku melihat semuanya."
Hassan tersenyum dan tenggelam ke dalam sofanya, matanya
tidak lepas dari Freya. Freya memerhatikan plafon, lalu ke pintu,
ke bawah pada karpet, ke mana saja kecuali ke arah laki-laki itu,
menguatkan diri, mengulur-ulur keadaan. Kemudian, dengan
gelengan kepala dan gumam "Allez", dia menghabiskan sisa
minumannya dan meletakkan gelas di atas bufet di sebelahnya.
"Baiklah, mari kita mulai," katanya.
Freya memulai dengan sepatu ketsnya, melepas dan menyingkirkannya, dilanjutkan dengan melepas kaos kakinya. Dia
menyelipkan kaos kaki itu ke dalam sepatunya dan, yang tak
begitu perlu, mengatur sepatu bersisian dengan rapi, ujungnya
menghadap ke arah Fadawi. Kemudian kardigannya, yang dia
lipat dan letakkan di atas sepatu datarnya"sejauh ini dengan
cerdik menghindar dari tatapan si Mesir, mencoba memikirkan
hal lain selain apa yang sedang dilakukannya"kemudian celana
jinsnya, satu per satu kakinya yang panjang dan kecokelatan
THE HIDDEN OASIS | 349 terlihat. Terlepas dari keganjilan situasi itu, gerakannya sangat
lentur dan anggun; suara wanita yang sedang bernyanyi itu
masih bergema dari kaset di atas meja.
Itu bagian yang mudah. Sekarang hanya kemeja dan celana
dalamnya yang belum dilepas, dua penutup terakhir, bagian
tubuh intimnya. Dia menarik napas dalma-dalam, mencoba
melepaskan diri semakin jauh dari situasi itu, membawa dirinya
keluar dari ruangan itu dan masuk ke skenario yang seluruhnya
berbeda. Untuk alasan yang tak bisa dihindarinya, hal pertama
yang melintas di kepalanya adalah suatu sore ketika dia dan
sekelompok temannya bersampan di Tanjung Bodega di utara
San Francisco dan seekor hiu putih besar melewati mereka, sirip
punggungnya memecah air seperti ujung pisau. Dia hanyut dalam
kenangan acak ini, masuk ke dalamnya saat dia menghindar dari
Fadawi dan mulai melepas kancing kemeja, sambil mengingat
bagaimana dia dan kawan-kawannya berkumpul utuh dan mendayung sejauh seratus meter kembali ke tepi pantai, hiu itu terus
mengelilingi mereka dengan menakutkan. Dia cukup terhanyut
dalam adegan itu, hampir secara meditatif. Sambil melepas
kemejanya dari bahunya, memperlihatkan punggungnya yang
halus dan kecokelatan. Dia agak membungkuk ke depan dan
mengaitkan kedua ibu jarinya pada tali pinggang celana dalamnya yang berwarna putih, siap diturunkan. Tepat setelah dia
melakukannya, menarik celana dalam di bagian belakang yang
menutupi lengkung bokongnya dan turun sampai ke bagian
teratas pahanya, masih hanyut dalam pikirannya sendiri, dia
tersadar akan suara yang muncul di belakangnya. Untuk sedetik
lamanya dia merasa terlempar, tak tahu apakah ini nyata atau
hanya ada dalam pikirannya, kemudian ingatan tentang hiu
sirna dan dia tersadar kembali ke ruangan itu.
"Cukup," kata suara itu. "Hentikan, kumohon hentikan."
Setelah menarik kembali celana dalamnya ke atas dan melingkarkan lengan di dadanya yang telanjang, Freya, sambil agak
menoleh ke sofa, menengok dari balik bahunya. Dia tidak yakin
apa yang salah, apa yang pria itu inginkan darinya. Fadawi mem350 | PAUL SUSSMAN bungkuk ke depan, satu tangan diangkat ke atas, telapak tangan
membuka ke arah Freya, tangan yang lain menekan keningnya,
melindungi matanya. Senyumnya menghilang. Hanya ada
seringai aneh, seolah dia baru saja terjaga dari mimpi buruk.
"Aku tak tahu apa yang baru saja aku pikirkan," gumamnya,
kegenitannya beberapa saat sebelumnya tak terdengar lagi
pada suaranya, yang kini lemah dan bergetar. "Sungguh tak
termaafkan aku ini, tak termaafkan. Membuatmu" kumohon,
tolong, kenakan pakaianmu. Tutupi tubuhmu."
Dia kemudian berdiri dan, masih sambil mengalihkan tatapan matanya, berjalan di ruang itu menuju mejanya. Setelah mematikan kaset, dia berdiri di sana membelakangi Freya.
"Aku tak tahu apa yang tadi aku pikirkan," Hassan mengulangi
lagi. "Aku benar-benar tak termaafkan. Tak termaafkan."
Freya ragu, kemudian mulai mengenakan pakaiannya kembali, dengan cepat, mengenakan kemejanya, memakai celana
jinsnya. Walaupun merasa lega karena tidak perlu memperlihatkan tubuhnya, dia juga merasakan kekecewaan yang aneh,
seolah sebagian dari dirinya sebenarnya telah benar-benar ingin
telanjang. Dia juga merenung, karena jika Fadawi telah berubah
pikiran tentang hal ini, mungkin dia akan melakukan hal yang
sama tentang oasis itu. "Aku tak tahu apa yang tadi aku pikirkan," hanya itu yang
dikatakannya. "Aku benar-benar tak termaafkan. Tak termaafkan."
Freya memakai kaos kaki dan sepatunya, lalu mengambil
kardigannya. Sambil mengayunkan kardigan itu ke belakang
bahunya, dia baru saja hendak memasukkan satu tangannya ke
salah satu lengan kardigan, tetapi kemudian melepasnya kembali.
Dia berjalan mendekati Fadawi, lalu meletakkan kardigan itu
pada bahu pria itu, mendadak merasa kasihan kepada Hassan,
terlepas dari apa yang baru saja terjadi. Fadawi menggumamkan
kata-kata terima kasih, menjangkau dan menarik pakaian itu
untuk menutupi tubuhnya. Keduanya berdiri kikuk dalam keTHE HIDDEN OASIS | 351 heningan, Fadawi menatap meja, Freya menatap Fadawi.
"Kau pasti sangat memedulikannya," akhirnya Fadawi bersuara. Suaranya sangat pelan, nyaris tak terdengar. "Flinders.
Siap melakukan sesuatu seperti itu untuknya. Dia pasti sangat
berarti bagimu." "Seperti yang sudah kubilang di luar tadi, ini tidak ada
hubungannya dengan Flin. Ini demi kakakku. Dialah yang
sangat aku sayangi."
Fadawi melirik ke arahnya"tatapan malu penuh penesalan
tersirat di matanya"sebelum mengelilingi meja menuju
rak buku di belakangnya. Sambil menjalankan jemarinya
di sepanjang rak, dia menemukan jilid yang diinginkan, menariknya dan memberikannya kepada Freya. Freya langsung
mengenali sampulnya: sosok berjubah biru yang sedang berjalan
di puncak gunung pasir, matahari merah delima yang besar
sekali tampak secara langsung mengimbangi judulnya: Little Tin
Hinan, uraian yang ditulis kakaknya tentang masa satu tahun
yang dihabiskannya bersama Tuareg Berbes dari Nigeria utara.
Freya memutar buku itu dan melihat gambar Alex di sampul
belakang. Alex tampak sangat muda, dengan wajah segar.
"Flinders memperkenalkannya kepada kami," jelas Fadawi,
duduk di kursi di belakang meja dan menarik kardigannya lebih
ketat lagi. "Lima, enam tahun lalu. Kami terus berkomunikasi.
Dia mengirimiku satu kopi bukunya ini. Seorang wanita yang
luar biasa, sangat luar biasa. Aku sangat menyesal mendengar
tentang kematiannya."
Dia mendongak, kemudian merunduk lagi, membuka laci
dan merogoh bagian dalamnya. Hening sejenak, kemudian:
"Aku juga menyesal tentang, kau tahu" aku sangat keterlaluan telah membuatmu seperti itu. Tak termaafkan."
Freya mengibaskan tangannya, memberi tanda bahwa Fadawi
tidak menyakitinya dan tidak perlu meminta maaf.
"Aku tahu hal ini akan menyinggung Flinders, kau tahu,"
lanjutnya, masih merogohi laci. "Memprovokasi dia. Dia se352 | PAUL SUSSMAN orang pria yang baik. Aku ingin" setelah semua yang terjadi,
pengadilan, penjara" membalasnya dengan cara tertentu. Tetapi
memanfaatkanmu?" Dia menggelengkan kepalanya, mengangkat tangannya dan
mengusap matanya. Freya ingin dia segera menjelaskan tentang oasis itu, tetapi dia
terlihat begitu tua dan tak berdaya, hancur, sehingga sepertinya
tak pantas mendesaknya, paling tidak untuk saat itu. Freya
kemudian malah berjalan di ruangan itu dan mengambil gelas
Fadawi. Setelah mengisi gelas itu dengan minuman dari botol
di dalam lemari, dia membawanya dan menyorongkannya di
depan Fadawi. Pria itu tersenyum sekilas dan meneguknya.
"Kau sungguh baik terhadapku," katanya. "Sungguh, terlalu
baik." Fadawi meneguk lagi. Setelah menutup laci pertama, dia membuka laci di bawahnya, memiringkan badannya sehingga hanya
bagian atas kepalanya yang terlihat di atas permukaan meja.
"Dia tentu saja benar," terdengar suaranya, dibarengi suara
gemerisik kertas. "Flinders. Bahwa itu kesalahanku, akulah
yang telah menghancurkan hidupku sendiri. Aku kira itulah
yang membuatku begitu marah kepadanya"karena itu lebih
mudah dilakukan daripada mengakui di mana letak kesalahan
itu sebenarnya. Lebih tidak menyakitkan."
Dia menegakkan badannya kembali, mendorong laci, menutupnya. Dia memegang kotak kaset plastik.
"Aku menyenangi benda-benda, kau tahu. Selalu. Membuat
mereka berada di sekitarku, memilikinya, potongan masa lalu,
jendela kecil untuk melihat dunia yang hilang"kecanduan,
setiap potongan sama karatannya dengan minum atau narkoba.
Aku hanya tak bisa menahan diri. Benda-benda itu membuatku
sangat bahagia." Dia mendesah"suara yang lemah dan kalah. Setelah membuka kotak dan memeriksa kaset di dalamnya, dia miring ke
depan dan menyerahkannya kepada Freya.
THE HIDDEN OASIS | 353 "Kau harus memutar balik kaset ini, tetapi inilah yang kau
inginkan. Semuanya ada di sana"Abydos, oasis, apa yang aku
temukan. Flinders akan memahami. Ada tape di mobilmu?"
"CD," katanya. "Ah. Kalau begitu sebaiknya kau bawa ini juga."
Dia membuka player portabel di meja dan mengangkat kaset
Fairuz, menutupnya kembali dan memberikannya kepada Freya,
mengabaikan keheranannya.
"Bawalah. Tak perlu dikembalikan. Paling tidak ini yang bisa
aku lakukan setelah?"
Dia menurunkan matanya. "Dan buku kakakmu, silakan bawa buku itu juga."
Freya berterima kasih kepadanya, tetapi mengatakan bahwa
dia telah memiliki beberapa kopi buku itu. Fadawi mengangguk
dan, mengambil buku itu kembali, meletakkannya di rak.
"Dan sekarang kukira sudah waktunya kau pergi. Sudah
larut malam dan Flinders akan kuatir, merencanakan misi penyelamatan. Dia tak akan tahan melihat seorang gadis sedang
dalam kesulitan. Tipikal pria Inggris."
Setelah memastikan Freya membawa player dan kaset, Fadawi
mengantar Freya kembali melewati koridor menuju pintu depan.
Dia melepaskan kardigan dari bahunya dan menyerahkannya
kepada Freya. "Simpan saja," kata Freya. Dia tahu Molly Kiernan pasti
akan memahami. "Kembalikan kepadaku saat kita bertemu lagi
nanti." "Aku rasa itu tidak akan terjadi dalam waktu dekat, itu pun
kalau kita bertemu lagi. Lebih baik kau bawa saja sekarang."
Untuk sesaat lamanya mereka berdiri di sana, kemudian,
sambil menyorongkan tubuhnya ke depan, Freya mengecup pipi
pria itu. "Terima kasih," kata Freya.
Fadawi tersenyum dan menepuk lengan Freya.
354 | PAUL SUSSMAN "Sebaliknya, akulah yang berterima kasih. Kau telah membuat
burung tua dalam sangkar ini merasa sangat bahagia."
Mata mereka bersiborok sesaat, kemudian Fadawi meraih
gagang pintu. Sebelum dia membukanya, Freya bergerak dan
meraih tangan Fadawi. "Dia memikirkan dirimu. Flin. Baginya kaulah yang paling
utama. Dia masih mengagumimu. Dia ingin kau tahu itu."
"Sebenarnya akulah yang mengaguminya," kata Fadawi.
"Arkeolog terhebat yang pernah aku temui. Seorang yang jenius,
benar-benar jenius. Orang lapangan terbaik di bidangnya."
Fadawi diam sejenak, kemudian menambahkan.
"Jaga dia. Dia butuh itu. Dan katakan kepadanya dia tak
perlu merasa gundah. Itu semua kesalahanku."
Sambil mengibaskan tangannya, dia membuka pintu dan
mengantar Freya melewati jalan setapak berkerikil.
"Terima kasih," ulang Freya. "Terima kasih banyak."
Dia tersenyum lagi, menepuk lengan Freya sekali lagi dan menutup pintu. Setelah mengambil senjata yang dia gantungkan di
balik pintu, dia menekukkan jarinya pada pelatuk.
"Sekarang mari pikirkan bagaimana melakukan ini," desahnya.
Flin berjalan menghampiri Freya ketika dia muncul dari dalam
rumah. Berlari kecil mendekatinya saat pintu depan tertutup.
"Katakan! Apa yang dia lakukan terhadapmu, si kotor itu?"
"Dia tidak melakukan apa pun," kata Freya, sambil berlalu
menuju mobilnya, Flin mengejarnya di sisinya, menuding pintu
tadi dengan marah. "Aku akan membunuhnya! Aku akan membunuhnya!"
"Kau tidak akan melakukan hal itu. Dia seorang pria yang
sungguh baik." "Apakah dia membuatmu?""
"Tidak, dia tidak menelanjangiku. Dia berubah pikiran."
THE HIDDEN OASIS | 355 "Jadi apa yang kau lakukan di sana begitu lama?"


The Hidden Oasis Karya Paul Sussman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Bicara," kata Freya, sambil membuka pintu penumpang
Cherokee itu dan masuk. "Kau mungkin akan tertarik mendengar bahwa dia menganggapmu sebagai arkeolog terhebat
yang pernah ditemuinya. Seorang jenius, itulah sebutan yang dia
berikan untukmu. Seorang yang benar-benar jenius."
Perkataan itu mengagetkan Flin, ekspresinya berubah dari
marah menjadi terkesima. Untuk sesaat lamanya dia hanya berdiri memerhatikan rumah itu, tampaknya dia merenung apakah
sebaiknya dia kembali ke sana dan berbicara langsung kepada
Fadawi. Setelah memikirkan yang lebih baik, dia membuka
pintu pengemudi dan duduk di sisi Freya.
"Aku kira terlalu berlebihan kalau berharap dia telah bercerita
kepadamu tentang apa yang diketahuinya?"
Freya memperlihatkan kaset itu.
"Semua ada di sini, tampaknya. Dia bilang kau akan mengerti
apa maksudnya." Flin mengambil kaset itu, memutar-mutarnya.
"Ini harus disetel?" katanya, menunjuk alat di pangkuan
Freya. Freya mengangguk. "Dia memberinya untuk kita. Dia bilang kita boleh menyimpannya."
Flin merenung sejenak, matanya beralih dari kaset ke
rumah, kemudian memberikan kaset itu lagi kepada Freya dan
menyalakan mesin mobil. "Kita dengarkan sambil jalan," katanya. Dia memutar mobil
dan, dengan melirik sekilas ke belakang, melaju, ban berdecit di
jalan berkerikil, mesin kaset mengeluarkan suara berisik ketika
Freya mengulang pitanya. Menurut jam di dasbor, saat itu pukul
22.40. "Flinders?" katanya.
"Hmm?" "Flinders. Apakah itu kepanjangan dari Flin?"
356 | PAUL SUSSMAN Freya berbicara seolah sedang mulai menggoda. Flin melirik,
mengangkat bahu, malu. "Mengikuti nama Flinders Petrie. Ahli peradaban Mesir.
Untuk alasan tertentu, orangtuaku berpikiran hal ini akan menjadi awal yang hebat dalam memulai hidupku."
Freya menyeringai. "Nama yang indah. Kedengarannya berbeda."
"Jangan meledek. Seandainya aku ini perempuan, mereka
akan memberiku nama Nefertiti."
Mereka melewati tiang pancang pagar putih dan masuk ke
jalur bergelombang menuju jalan raya, suara letusan senjata bergema dari rumah di belakang mereka, tak terdengar oleh mereka
karena ada desis mesin kaset dan deru mesin mobil.
Kairo duduk di balkon stasiun penyadapannya di
Semiramis Intercontinental, sambil menikmati Mars Bar dan
memandang suasana malam Kairo, mosaik sinar kerlap-kerlip
yang membentang di kejauhan. Mrs. Malou" sudah lama pergi,
dan walaupun biasanya stasiun itu tetap tak terawasi sampai
perempuan itu kembali keesokan harinya, malam ini dia ingin
berada di sini, siapa tahu Brodie melakukan panggilan telepon,
mencoba mengontak Kiernan.
Dia harus mengagumi laki-laki itu, bagaimana dia sudah
mengecohnya demikian rupa, meliuk tangkas di Autoroute dan
masuk ke jalur berlawanan, menghilang di jalur yang salah di
permukaan jalan yang licin. Cara mengemudi yang hebat, cerdik.
Angleton telah cukup lama mengagumi kemampuan menguntit
yang dimilikinya"dia telah membuntuti Kiernan tanpa disadari
perempuan itu sama sekali, dan Kiernan adalah yang terlicik dari
yang licik"tapi kali ini dia harus mengakui bahwa dia kalah.
CY ANGLETON THE HIDDEN OASIS | 357 Mencoba menandingi manuver yang dilakukan Brodie akan
sama artinya dengan mempertontonkan bahwa "Kau sedang dibuntuti!" dalam benderangnya neon di bawah langit malam.
Maka dia mundur, kembali terlebih dahulu ke apartemen
di Ain Shams dengan harapan dapat menemukan Kiernan, kemudian, setelah tahu bahwa perempuan sudah pergi, dia pun
pergi ke stasiun penyadapnya. Mungkin buang-buang waktu
saja, tetapi dia harus mengumpulkan pikiran dan merencanakan
langkahnya berikutnya. Setiap pekerjaan tipe ini memiliki titik kritis, momen
Rubicon di mana kau memiliki pilihan untuk menapaki air
atau mengikis semua ke keadaan lain. Momen itu adalah sekarang. Dia sadar bahwa dia belum memiliki gambar utuh itu"
masih terlalu banyak variabel"tetapi dia perlu menelusuri
Brodie dan dia harus melakukannya dengan cepat, sebelum
semuanya jungkir balik dan benar-benar tak terkendali. Sejauh
ini dia telah menyimpan semuanya cukup rapat, hanya dia,
Mrs. Malou" dan, tentu saja, para majikannya. Kini, sambil
duduk di balkon dan memandang liku-liku Piramida yang bersinar menyeramkan"terlihat di sisi kanan ujung kota"dia
memutuskan kini waktunya untuk memperluas lingkaran, meruntuhkan penutup, menyatakan secara terbuka. Apa pun eu"misme yang ingin kau gunakan. Dia telah mendapatkan sinyal dari
Langley untuk terus melanjutkan kegiatannya, telah meminta
mereka melakukan pendekatan yang diperlukan. Apakah Brodie
tidak mengontak Kiernan atau mengontaknya melalui saluran
yang belum ditemukannya, dia sadar bahwa dia tidak memiliki
pilihan lain kecuali bertindak. Dia harus melacak mereka. Brodie
dan gadis itu. Dia harus mendapatkan mereka. Sebelum orang
lain yang melakukannya. Angleton menatap ke luar beberapa saat, menghabiskan
Mars Bar-nya, mengunyah habis semuanya di dalam mulutnya,
kemudian bangkit. Masuk ke dalam ruangan, dia pun mengambil
ponselnya dari tempat tidur dan memutar nomor. Lima kali
dering, dan kemudian panggilan itu diangkat.
358 | PAUL SUSSMAN "Mayor Jenderal Taneer" Ini Cyrus Angleton, Kedutaan Besar
Amerika. Aku yakin salah seorang rekanku di Amerika telah"
bagus, bagus, terima kasih, itu bagus sekali. Jadi, izinkan aku
menjelaskan dengan pasti apa yang aku perlukan."
Dia bercerita dengan perlahan dan hati-hati, menjelaskan
dengan terperinci untuk memastikan pria Mesir itu tidak hanya
mengerti, tetapi juga menghargai betapa mendesaknya situasi"
menyisiri setiap pos pemeriksaan polisi dalam radius 160
kilometer dari Kairo untuk memeriksa, kalau ada, apakah ada
yang telah mencatat Jeep Cherokee Grand beregistrasi Kedutaan
Besar berwarna putih, nomor polisi 21963. Pencatatan waktu
dan arah perjalanan juga akan sangat dihargai.
Begitu dia yakin pria itu mengerti dan akan kembali mengontaknya saat dia mendapat laporan, Angleton menutup
telepon dan berjalan ke luar. Setelah menarik Mars Bar lain dari
sakunya dan membukanya, dia memilin bungkusnya menjadi
bola dan membuangnya di balkon. Dia menggigit dan mulai menyanyikan, dengan lirih, lagu Michael Finnigan.
"Di mana kau, Profesor Flin-oh-"in"
Menghilang ditelan udara tipis-oh-tipis,
Tetapi akulah yang akan menang-oh-menang,
Menangkapmu lagi, Profesor Flin-of-Flin"
Antara Kairo dan Alexandria
"SABTU, 21 Januari. Mulai bekerja di kapel Horus, rencananya
adalah menghabiskan tiga atau empat hari di masing-masing
tempat suci, dengan waktu seminggu untuk menulis laporanku
setelahnya. Mengukur, memotret dinding, membuat catatan
tentang pemeliharaan relief, plafon, pintu yang salah, dan lainlain. Seorang perempuan Amerika sialan datang dan mulai bersenandung, seperti unta yang meringkik. Menggelikan."
THE HIDDEN OASIS | 359 Flin menjentikkan jarinya, meminta Freya untuk menghentikan
kaset, Cherokee menyentak dan oleng ketika mereka mengikuti
jalur itu kembali menuju jalan raya Kairo-Alexandria, debu
mengepul di sekitar mereka.
"Apa artinya?" tanya Freya.
Flin mengerutkan dahi. "Ya, aku harus mendengarkannya lagi, tetapi dari apa
yang baru kita dengar ini, sepertinya ini adalah catatan kerja
Hassan, sejak musim terakhir di Abydos. Ketika dia kedapatan
mencuri?" Flin terdiam, meliuk menghindari lubang yang dalam. Daun
pisang menerpa tubuh Jeep itu seperti tangan raksasa.
"Hassan selalu menyimpan dua catatan tentang apa yang
sedang dia lakukan," lanjutnya. "Buku catatan terperinci tentang
penggalian, tetapi juga komentar yang lebih informal yang
direkamnya"pikiran, kesan, hal umum, gosip. Dalam bahasa
Inggris, untuk alasan tertentu, walaupun bahasa ibunya adalah
bahasa Arab." Dia meliuk lagi, kali ini menghindari seekor anjing yang berjalan di tengah jalur.
"Apa yang sedang dibicarakannya di sini?" tanya Freya.
"Separuh jalan pada musim terakhir"aku sudah menyebutkan
ini sebelumnya"Hassan diminta untuk membantu semacam
pekerjaan konservasi di kuil Seti I. Dewan Agung memerlukan
sebuah laporan tentang kondisi tujuh tempat suci internal di
dalam kuil itu, yang salah satunya adalah kapel Horus. Aku
akhirnya mengawasi penggalian Khasekhemwy, Hassan menghabiskan waktu empat minggu di luar untuk melakukan survei
yang diperlukan dan menulis penemuannya."
Flin menggaruk kepalanya.
"Walaupun aku sama sekali tak tahu apa hubungan hal itu
dengan oasis. Kuil Seti dibangun seribu tahun setelah catatan terakhir tentang wehat seshtat dan bahkan tidak ada apa pun yang
360 | PAUL SUSSMAN terkait jauh dengan apa pun pada relif atau prasastinya."
"Kalau begitu mengapa dia memberikan rekaman ini kepada
kita?" Freya bertanya ketika mereka tibadi ujung jalur dan membelok ke kiri, kembali mengarah ke Kairo.
Flin mengangkat bahu. "Aku rasa sebaiknya kita dengarkan saja dulu."
Dia memiringkan badan ke depan dan menekan Play. Suara
dingin Fadawi"kuat, berat, berbudaya"sekali lagi menggema
dari perekam. "Minggu, 22 Januari. Tidak bisa tidur, jadi datang ke kuil
lebih awal, tepat setelah pukul 05:00. Tidak ada yang mau
repot-repot memberi tahu petugas malam bahwa aku sedang
bekerja di sana dan salah satu dari mereka hampir saja menembakku"menganggapku seorang fundementalis Islam yang
sedang menanam bom atau semacamnya. Sembilan tahun
sejak pembantaian Hatshepsut dan setiap orang masih gugup
ketakutan mendengar kata teroris. Setelah membuat sketsa
relief Raja Horus dan memotret plafon kubah, yang benarbenar tidak dalam kondisi baik sama sekali. Minum teh sore
hari dengan Abu Gamaa, yang sedang bekerja di areal berbatu
di luar lapangan pertama"delapan puluh tahun usianya dan
masih merupakan tukang batu terbaik di Mesir. Dia menceritakan lelucon paling liar tentang penis Howard Carter dan
Tutankhamun yang aku rasa tak sanggup aku ceritakan ulang
bahkan di sini!" Dan kaset terus berputar. Beberapa hari hanya menerima
sedikit komentar basa-basi, catatan kasar tentang apa yang telah
dilakukan Fadawi. Yang lain menghasilkan entri yang jauh lebih
lama, penjelasan mengenai tugasnya dibarengi oleh monolog
panjang tentang segala hal dari arsitektur pemakaman Kerajaan
Baru sampai apakah arkeolog perempuan Prancis lebih cantik
daripada yang dari Polandia (ya, pikir Fadawi).
THE HIDDEN OASIS | 361 Setelah dua puluh menit, mereka telah mencapai dan melewati
pos pemeriksaan yang telah mereka lewati sebelumnya"polisi
yang bertugas di situ mencatat nomor registrasi mereka"Flin
mengatakan kepada Freya untuk mulai mempercepat putaran
kaset, melompati beberapa segmen rekaman dengan harapan
segera sampai di bagian yang berkaitan dengan mereka. Mereka
masih belum menemukan apa yang mereka inginkan karena
suara Fadawi terdengar terus, sedikit mengalir deras sekarang,
membawa mereka melewati Januari dan masuk ke Februari,
ketika dia bekerja dari satu tempat suci ke tempat suci lain,
masing-masing didedikasikan kepada dewi yang berbeda:
Horus, Isis, Osiris, Amun-Ra, Re-Horakhty. Mereka sampai
di bagian akhir kaset, membaliknya, dan mulai memutar sisi
sebaliknya, keduanya semakin terlihat tak bersemangat karena
gagal menangkap apa pun, bahkan penyebutan samar tentang
Oasis Tersembunyi. "Aku mulai merasa kacau di sini," kata Flin ketika laki-laki
Mesir itu terdengar bergumam di latar belakang: sesuatu tentang
kerusakan besar pada plafon kubah Re-Horackhty. "Dia buangbuang waktu saja, membuat kita mengejar sesuatu yang tidak
jelas." "Dia tidak akan begitu," kata Freya, sambil mengingat
bagaimana sikap Fadawi di rumahnya tadi. "Dia begitu murni.
Ada sesuatu di sini, aku?"
Freya tidak menyelesaikan kalimatnya karena Flin tiba-tiba
menjentikkan jarinya dan menekan perekam. Memintanya
untuk mengulang. Freya menghentikan kaset, memutar ulang
sedikit, dan menekan tombol Play lagi.
?" dengan cartouches dan formula sesaji. Ketika menelitinya
dari dekat, aku merasakan hal paling aneh"terpaan tipis
udara?" Lagi-lagi Flin menjentikkan jarinya, membuat gerakan memutar dengan tangannya untuk memberi tanda bahwa Freya
harus memutar ulang agak lama. Terdengar suara berisik kaset
362 | PAUL SUSSMAN yang diulang ketika berputar pada relnya. Flin membiarkannya
selama lima detik sebelum memberi tanda kepada Freya untuk
memulai lagi. ?"menemukan sesuatu yang menggoda. Aku sedang berada
di perancah di ujung depan kapel Re-Horarkhty, mengambil
jaringan jamur dari plafon, area tempat bergabungnya kubah
dan dinding utara kapel. Ada balok batu di atas sana, membentuk bagian atas sudut kanan dinding, hanya sekitar empat
puluh kali empat puluh senti, dihiasi cartouches dan formula
sesaji. Ketika mendekatinya, aku merasakan sesuatu yang
paling aneh"terpaan udara di wajahku, Awalnya aku menganggap angin ini pasti datang dari pintu ruang suci, tetapi
ketika aku memerhatikannya dari dekat"dan kau tidak akan
dapat melihatnya dari lantai dasar"aku melihat ada celah
sangat kecil dan tipis, tidak lebih dari satu milimeter lebarnya, di sepanjang bagian atas balok, dengan celah lain yang
sama, bahkan lebih sempit, pada masing-masing sisinya dan
di sepanjang bagian bawah. Di tempat lain di kapel itu, balok
dinding terpasang sangat rapat sehingga kau tidak akan bisa
memasukkan ujung jarum pun di antara mereka, tetapi dalam
balok khusus ini tampaknya ada sedikit hadiah. Tidak hanya
itu, tetapi fakta bahwa kau dapat merasakan udara yang mengalir mengungkapkan bahwa ada rongga di balik sana. Sudah
terlambat untuk melakukan apa pun hari ini, tetapi aku telah
berbicara kepada Abu Gamaa dan kita akan kembali lagi esok
paginya dengan penelitian yang lebih teliti, untuk melihat
apakah mungkin kita menggeser dan memindahkan balok.
Mungkin tidak ada apa-apa, tetapi semuanya?"
Freya menekan tombol pause.
"Menurutmu yang ini?" tanyanya. "Apa sebenarnya yang
ingin dia sampaikan kepada kita?"
Flin menjangkau dan memainkan kaset itu lagi.
THE HIDDEN OASIS | 363 "Minggu, 12 Februari. Aku tak bisa menahan diri, aku harus
datang lebih awal untuk memeriksa balok itu lagi, bahkan
jika itu artinya aku akan ditembak oleh penjaga yang senang


The Hidden Oasis Karya Paul Sussman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menembak! Semakin aku memikirkannya"dan aku telah
menyelesaikan hal kecil lain sejak kemarin malam"semakin
tampak bahwa aku mungkin telah tersandung sesuatu yang
berarti. Tebal dinding antara beberapa kapel paling sedikit
tiga meter, dan selama ini diperkirakan selalu sangat padat.
Kalau ternyata ditemukan bahwa nyatanya mereka kosong,
terdapat rongga di antara tembok itu, hal itu akan mengubah
pemahaman kita tidak saja tentang kuil itu sendiri, tetapi juga
bagaimana ia dibangun. Sesuai hukum, aku harus mendapatkan
izin dari Dewan Agung, tetapi itu akan menunda semuanya
selama paling sedikit satu minggu dan aku benar-benar ingin
menemukan ada apa di balik sana. Abu akan berada di sini
dalam beberapa menit dan kita bisa memindahkan balok,
mengetahui apa yang ada di belakangnya, kemudian memberi
tahu otoritas terkait. Aku benar-benar bersemangat."
Cherokee sekarang melaju di belakang truk tangki minyak
yang merayap dengan kecepatan kurang dari 60 km/jam. Walaupun jalur luarnya kosong, Flin tetap berada di situ, terlalu larut
dengan rekaman kaset itu dan tak berminat mendahuluinya.
?"16:00 dan Abu Gamaa baru tiba"setelah seharian mengurusi keluarga, terkait dengan saudara laki-lakinya, yang menurutku sudah lebih daripada sekadar membuat frustasi. Aku
tahu hal seperti ini tidak bisa dihindari, tetapi hari ini berbeda!
Namun demikian, dia sudah berada di sini sekarang, dengan
cucu laki-lakinya Latif, dan kita berada di atas perancah.
Mereka membawa sepasang linggis, dan sehelai alas busa
untuk meletakkan balok di atasnya jika dan ketika mereka
bisa melepaskannya dan akan mulai mengerjakan balok itu"
Khalee barak, Abu!" perancah goyah, jadi aku pikir lebih baik
rekaman ini?" 364 | PAUL SUSSMAN Terdengar desis diam, mungkin ketika Fadawi meletakkan
Dictaphone-nya sebentar. Saking bergairahnya, dia tampaknya
lupa mematikan alat perekam itu karena walaupun dia tidak
berbicara langsung ke alat itu, perekaman tetap berlangsung.
Dari kaset itu terdengar komentar lirih dan gerutu, suara derak
perancah, lenting dan gesekan logam dengan batu. Di sana sini
terdengar suara Fadawi memberikan instruksi dalam bahasa
Arab"Khalee barak, Abu! Harees, harees. Batee awee!"nadanya
semakin terengah-engah dan mendesak, suara lirih dan gumam
di latar belakang semakin keras sampai, setelah sekitar sepuluh
menit, terdengar suara keras dan gesekan tajam seolah batu
bergesekan dengan batu, diikuti hentakan pelan seakan sesuatu
yang berat telah diturunkan pada sesuatu yang lembut. Hening.
Kemudian suara Fadawi lagi, sesak, tak percaya: "Tuhan Maha
Besar! Tuhan Maha Kuasa, ruangan ini penuh dengan?"
Di depan mereka, truk tangki minyak itu tiba-tiba melambat. Flin baru menyadarinya pada detik terakhir dan harus
membanting setir ke kiri untuk menghindari tubrukan dengannya. Taksi yang datang dari belakang untuk menyusul
mereka menekan klakson dengan marah karena pengemudinya
terpaksa menekan pedal remnya. Pada saat itu Flin telah menyusul truk tangki dan membiarkan taksi melewatinya, Fadawi
telah mulai kembali berbicara secara langsung ke alat perekamnya, suaranya kini melompat-lompat, bersemangat:
?"rongga besar yang penuh dengan balok batu, semuanya
bertumpukan seperti" relief, prasasti hieroglif, potongan
patung"aku menjelaskan semua ini karena aku sedang menyaksikannya, ini semacam kumpulan" Ya Tuhan, apakah
itu" cartouche, ya, itu cartouche, tunggu, Nefer" apakah itu
tanda ka" Nefer-Ka-Re Pepi, Tuhanku, Tuhanku, Neferkare
Pepi"Pepi II. Aku benar-benar tak memercayai apa yang aku
lihat"reruntuhan Kerajaan Lama" aku harus masuk ke sana,
aku harus?" THE HIDDEN OASIS | 365 Terdengar desis statis dan klik ketika Fadawi menghentikan
kaset rekaman. Flin menyorongkan tubuhnya, matanya berbinar,
berharap rekaman itu bersuara kembali, yang terjadi setelah jeda
sesaat. Suara Fadawi terdengar lebih tenang, dan dibarengi oleh
gemeretak langkah kaki di atas kerikil di latar belakangnya.
"Saat ini tengah malam, kami telah memindahkan balok dan aku
sedang menuju rumah penggalian, masih sulit memercayai apa
yang telah kami temukan. Sudah lama aku menganggap bahwa
tidak akan ada apa pun yang menandingi Imti-Khentika, bahwa
hal itu akan menjadi titik terang dalam karierku, dan kini, tibatiba, entah dari mana" begitu menakjubkan" siapa yang
pernah membayangkan, siapa yang pernah menduganya?"
Dia berhenti, suaranya tercekik karena emosi. Untuk
sesaat hanya ada suara gemerisik langkah kaki sebelum dia berkonsentrasi dan berkomentar lagi.
"Sesuai dugaanku, ada rongga besar di belakang dinding tempat
suci ini, sekitar tiga meter lebarnya dan panjang kapel itu
sendiri. Apa yang tidak pernah aku perkirakan"tidak mungkin
pernah diperkirakan"adalah bahwa rongga itu dipadati oleh
sisa struktur yang jauh lebih awal ada, dalam hal ini apa yang
tampaknya merupakan kuil sejak masa pemerintahan Pepi
II. Ini sesuatu yang selalu dilakukan oleh bangsa Mesir kuno,
tentu saja, menggunakan reruntuhan satu monumen untuk
membantu membangun yang lain"Akhenaten talatat di
Karnak seketika muncul dalam benakku"tetapi aku tak dapat
membayangkan apa pun sepenting ini. Aku hanya melihat
sekeliling dengan cepat, tetapi bahkan" warna itu begitu
luar biasa, prasasti itu betul-betul unik, dalam beberapa hal
teks pencatatan yang belum pernah aku dengar sebelumnya,
termasuk paling tidak satu, dan mungkin juga beberapa, yang
berkaitan dengan Benben dan Oasis Tersembunyi"tunggu saja
sampai aku memberi tahu Flinders soal ini!"
366 | PAUL SUSSMAN Ketika nama Flin disebut, Freya melirik pria Inggris itu. Dia
sedang menatap lurus ke depan, ada kelembapan di matanya
yang hampir tak terlihat. Dia merasa Freya sedang menatapnya,
lalu dia menunjuk ke kaset, memberi tanda bahwa Freya harus
berkonsentrasi pada rekaman itu daripada memandangi dirinya.
?"terlalu awal untuk memastikan, tentu saja, tetapi dugaanku
adalah bahwa bukan hanya dinding ini yang penuh terisi
seperti ini, tetapi semua dinding tempat suci, dan mungkin
juga bagian lain dari kuil. Kita bisa duduk di atas kumpulan
terbesar reruntuhan arsitektural bangsa Mesir" Aku tak bisa
membayangkannya, aku tak bisa membayangkannya. Aku akan
datang besok pagi-pagi sekali untuk memulai penelitian yang
lebih terperinci tentang prasasti itu"aku telah bersumpah
dengan Abu dan Latif untuk merahasiakannya sementara
ini"tetapi untuk sementara aku akan melakukan pemeriksaan
cepat di tempat penyimpanan barang-barang hasil penggalian,
melihat bagaimana mereka menyelesaikan tugas hari ini, dan
kemudian pergi tidur untuk beristirahat"pada usiaku ini, kegairahan seperti ini benar-benar bisa tak menyehatkan! Luar
biasa, benar-benar luar biasa."
Rekaman itu mati. Freya menunggu suara Fadawi terdengar
lagi, menjelaskan apa yang telah dia temukan keesokan harinya.
Tidak ada apa-apa, hanya desis lembut pita yang berputar. Dia
mempercepat putaran pita, mencoba mendengarkan rekaman
itu lagi, tetapi desisnya terus terdengar sampai kaset itu berakhir
dengan bunyi denting. "Demi Tuhan," kata Freya. "Dia pasti melanjutkannya di
kaset lain. Kita harus ke?"
"Tidak ada kaset lain," ujar Flin.
"Tapi dia bilang akan?"
"Itu saja. Semuanya ada di kaset ini."
Freya menatap Flin. THE HIDDEN OASIS | 367 "Bagaimana kau tahu?"
Wajah Flin mendadak pucat.
"Karena pada Minggu malam itulah, 12 Februari, Hassan
tertangkap basah mencuri dari tempat penyimpanan barang
temuan penggalian. Dia tidak pernah punya kesempatan untuk
kembali ke kuil. Dia terkurung di penjara."
Lembap di matanya, Freya memerhatikan, sudah lebih terlihat lagi sekarang.
"Ya Tuhan, tak heran dia begitu sengit. Seolah tidak cukup
buruk terkurung selama tiga tahun, dilarang melakukan hal yang
paling kau suka, karena itu semua terjadi saat kau membuat penemuan terbesar dalam kariermu?"
Flin menggelengkan kepalanya dan kemudian hening.
Deretan rumah mulai tampak di kedua sisi jalan. Awalnya menyebar, menjadi tanda-tanda kehidupan di bentangan padang
pasir yang kosong, kemudian lebih banyak lagi perumahan-perumahan yang lama-kelamaan menjadi perumahan padat, lalu
menjadi kumpulan gedung yang padat dan rapat ketika mereka
mulai memasuki pinggiran kota. Pom bensin dengan lampu
neon bertulisan Mobil yang terang benderang tampak di depan.
Sambil memperlambat laju mobilnya, Flin berbelok ke halaman
depannya dan mematikan mesin. Seorang petugas berpakaian
overalls biru dan sepatu bot karet putih menghampiri dan mulai
mengisi tangki. Flin keluar dan bergegas menuju telepon umum
di samping kios. Freya melihatnya mengangkat gagang telepon
dan memutar nomor. Tiga puluh detik kemudian dia kembali.
Tiga menit setelah itu mereka sudah berada di jalan lagi.
"Aku ingin menawarkan diri untuk mengantarmu ke
bandara," kata Flin, "tetapi aku pikir percuma saja."
Freya tidak menjawab. "Kesempatan terakhir untuk memutuskan."
Freya tetap diam. Piramida terlihat di depan mereka, sebuah
rambu menunjukkan bahwa arah jalan lurus menuju Kairo, ke
kanan menuju Fayyum, Al-Minya, dan Asyut.
368 | PAUL SUSSMAN "Baik," katanya, "kita pergi bersama."
"Ke Abydos?" Flin melambat, menyalakan lampu sein dan berbelok ke kanan.
"Ke Abydos." Molly Kiernan duduk di kursi ayun di taman bungalonya, berayun
perlahan ke depan dan ke belakang. Segelas kopi tergenggam di
tangannya, selimut terlilit ketat di bahunya karena sudah larut
malam dan udara sangat dingin. Dia baru saja menerima pesan
dari Flin. Semua tampak berjalan lancar walaupun dia harus
menunggu beberapa jam lagi untuk mengetahui dengan pasti
seberapa baik semuanya berjalan. Paling tidak ini adalah sebuah
langkah maju, yang sudah lebih daripada yang mereka lakukan
selama dua dekade terakhir.
Dia tahu seharusnya dia merasa lebih terpukul. Seharusnya
lebih merasa terpukul seandainya bukan untuk situasi Angleton,
yang ternyata lebih serius daripada yang dia takutkan. Orangorang Kiernan telah mencari nama laki-laki itu di sistem, menggali informasi tentangnya dan hasilnya adalah dia punya reputasi.
"Mimpi buruk," begitu Bill Schultz menggambarkannya. "Mimpi
buruk kita yang paling buruk. Pria itu seperti manusia lintah."
Kiernan mengayun lagi. Laptop-nya dia letakkan di lututnya,
layarnya penuh dengan gambar Angleton yang mereka kirim dari
AS. Gendut, botak, kilau tipis keringat mengilapkan lengkung
di pipinya yang merah apel. Dia harus dikonfrontasi, tentu saja,
tidak dibiarkan begitu saja seenaknya. Pertanyaannya adalah
kapan" Dan bagaimana" Dua puluh tiga tahun dia telah terlibat
dalam hal ini dan malam ini, untuk pertama kalinya, dia benarbenar mengigil ketakutan. Takut terhadap Sand"re, dan juga
terhadap dirinya sendiri. Angleton, bagaimanapun juga, bukan
orang yang bisa diganggu begitu saja.
THE HIDDEN OASIS | 369 Dia menjatuhkan kepalanya ke belakang dan mendongak
menatap kumpulan bintang di langit. Menghirup aroma melati
dan bugenvil, mendengarkan derik ayunan dan gemerisik lembut
dedaunan saat berayun ditiup angin, dia berharap lebih dari yang
pernah dia lakukan bahwa Charlie berada di sana bersamanya.
Bahwa dia bisa meringkuk dan menyelusup di bawah lengannya
seperti yang dilakukannya di teras belakang rumahnya di AS,
semua bebannya lenyap dan bertahan dalam kehangatannya dan
kekuatannya dan kepastian kesetiaannya.
Tetapi Charlie tidak ada, dan tidak ada gunaya mengharapkan
itu. Kiernan sudah hidup sampai titik ini tanpa kehadirannya,
dan dia yakin tidak akan rubuh sekarang. Dia mendongak lebih
lama lagi, membiarkan ayunan melambat dan kemudian berhenti, lalu, setelah menghabiskan kopinya, dia menutup laptop,
mengambil pistol Baretta dari tempat duduk di sampingnya dan
masuk kembali ke dalam rumah, mengunci dan merantai pintu.
"Ayolah, Flin," dia bergumam. "Bawakan aku sesuatu yang
berguna. Tolong bawakan aku sesuatu yang berguna."
Untuk alasan tertentu, di kepala Freya terpikir bahwa Abydos
itu hanya di selatan Kairo. Memang di sisi selatan, tapi ternyata
agak lebih daripada "hanya": jaraknya 500 kilometer, tepatnya,
hampir separuh panjang seluruh negeri itu. Jarak yang, bahkan
pada malam hari dengan lalu lintas jalan relatif lancar, Flin
perkirakan akan bisa ditempuh dalam waktu paling sedikit lima
jam, mungkin juga lebih lama.
"Kita tak punya banyak waktu," kata Flin. "Seingatku, kuil
itu terbuka untuk umum dari jam 07.00, jadi kita harus sudah
harus keluar dari sana, katakanlah, jam 06.45 paling lambat atau
kita akan terlihat, dan itu bukan kabar baik bagi kita. Orang
Mesir tidak akan bersikap ramah kepada orang yang menyelusup
ke monumen mereka dan akan segera melumpuhkannya."
370 | PAUL SUSSMAN Dia melirik ke bawah ke jam pada dasbor. Jam 23.17.
"Kita akan menyingkat waktu."
"Lebih baik kau mempercepat laju kendaraan ini," kata
Freya. Flin menginjak pedal gas lebih dalam, membuat jarum speedometer bergerak naik sampai melewati 100 km/jam, melewati
truk-truk tangki di sana-sini yang merupakan satu-satunya jenis
kendaraan di jalanan pada malam itu. Mereka sudah menempuh
dua puluh kilometer, kemudian, secara tiba-tiba, Flin pindah
ke sisi jalan dan berhenti di depan sebaris pertokoan kumuh.
Bahkan pada jam selarut ini mereka masih buka. Di luar ada
sebuah toko, disinari lampu pijar biasa, memperlihatkan peralatan bangunan dan pertanian"sapu, sabit besar, palu besar,
tourias. Flin bergegas masuk, semenit kemudian muncul
membawa dua linggis besi yang tampak berat, dua lampu senter
dan sepasang pemotong baut besar.
"Kita hanya perlu berdoa apakah akan ada perancah atau
tangga di dalam situs," katanya, sambil meletakkan perkakas itu
di bagian belakang Jeep dan duduk di belakang kemudi lagi.
"Kalau tidak ada?"
"Maka terkutuklah kita. Kecuali keterampilan memanjatmu
memungkinkanmu menggantung di udara."
Flin menyalakan mesin, meluncur kembali ke jalan dan melaju membelah malam.
Mereka tidak banyak berbicara selama di perjalanan. Flin
mendengarkan kaset Fadawi beberapa kali lagi, mengingat-ingat
informasi yang diperlukan, dan sesekali mereka mengobrol
setengah hati. Freya bercerita sedikit tentang kegiatan memanjatnya, Flin menjelaskan pekerjaannya di Gilf Kebir, semacam
ekspedisi gabungan yang dijalankan oleh dia dan Alex. Tidak
satu pun dari mereka berbicara sampai ke hal-hal yang mendetail,
mereka sedang tidak ingin melakukannya, dan pada saat mereka
mencapai Beni Suef, 120 kilometer selatan Kairo, mereka berdua
hanyut dalam keheningan, suara yang terdengar hanyalah deru
THE HIDDEN OASIS | 371 mesin Cherokee dan bunyi ban yang melaju di aspal yang tak


The Hidden Oasis Karya Paul Sussman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

rata. Freya tidur nyenyak, terbangun beberapa kali ketika mobil
terhentak karena melewati jalur bekas roda yang dalam atau
melambat ketika melewati pos pemeriksaan polisi. Dia hanya
merasakan sedikit lanskap yang telah mereka lewati, melampaui
kenyataan bahwa lanskap itu terdiri atas hamparan tanah kasar
yang ditandai oleh perkebunan tebu, pepohonan palem, dan
pedesaan kumuh berdinding bata. Sekitar jam 01.15 dini hari,
mereka berhenti di kota yang terang benderang untuk mengisi bensin dan membeli air minum"Al-Minya, Flin memberitahunya, hampir separuh jalan. Tak lama kemudian, mereka
hampir saja bertabrakan dengan kendaraan dari arah berlawanan
karena Flin salah bermanuver untuk menyalip sebuah truk
tangki minyak. Selain itu, perjalanan dengan mobil itu tak
menemui banyak halangan, speedometer naik ke angka 110
km/jam, kehidupan terlewati dengan cepat di sisi kiri dan kanan
mereka, kilometer demi kilometer terlewati ketika mereka melaju kencang ke selatan.
"Freya." "Hmm." "Freya." Dia membuka mata, merasa disorientasi, tidak pasti di mana
dia berada dan apa yang sedang terjadi.
"Ayo. Kita sudah sampai."
Flin sudah keluar dari Jeep. Untuk sesaat Freya tetap diam
di tempatnya, menguap, satu-satunya suara yang terdengar adalah gonggongan anjing di kejauhan dan denting metalik halus
dari mesin pendingin Jeep. Kemudian, sambil melirik ke jam
di dasbor"jam 04.02, mereka telah tiba di waktu yang direncanakan"Freya membuka pintu dan turun dari mobil juga.
Mereka berada di sebuah desa yang besar, di kaki sebuah
bukit, jalanan berlampu menanjak curam ke atas ke arah tiang
372 | PAUL SUSSMAN kabel telepon di puncak lereng. Jalan paralel terhampar sekitar
300 meter jauhnya di sisi kanan Freya, dipagari, seperti jalan
ini, dengan deretan pertokoan dan perumahan penduduk yang
terbuat dari beton. Di antara kedua jalan paralel itu terbentang
tempat terbuka berbentuk empat persegi panjang yang luas
ke arah belakang ke sisi bukit. Di puncak bukit"diapit oleh
lengan pedesaan seolah berada di antara gigi garpu penjepit
raksasa"adalah bagian depan sebuah bangunan berpenerangan
spektakuler dari apa yang diperkirakan sebagai kuil Seti I:
panjang, beratap rata, mengesankan, dengan dua belas pilar monumental berderet, seperti tiang pada sangkar raksasa.
"Rumah Jutaan Tahun Raja Men-Maat-Ra, Kebahagiaan di
Jantung Abydos," kata Flin, sambil berdiri di sisi Freya. "Sangat
mengesankan, ya?" "Tentu saja." "Aku ingin menawarkan tur lengkap untukmu, tetapi dengan
terbatasnya waktu?" Flin menggamit lengan Freya dan membawanya ke belakang
Cherokee. Setelah membuka pintu belakang, dia mengumpulkan
peralatan dari kursi belakang. Dia memberikan kedua lampu
senter dan satu linggis kepada Freya, membawa linggis yang lain
dan pemotong baut olehnya sendiri, lalu mengunci kendaraan.
Freya berjalan ke arah kuil, tetapi Flin memanggilnya kembali
dengan menjentikkan jarinya dan mengajaknya ke arah kiri,
menelusuri jalan samping, melewati seekor keledai yang sedang
mengunyah setumpuk rumput ilalang dan masuk lebih jauh ke
dalam desa. "Seluruh wilayah ini dipenuhi penjaga," Flin menjelaskan
sambil berbisik, membawa Freya ke jalan yang lain. "Sebisa
mungkin jangan sampai terlihat."
Mereka melewati perumahan, semuanya begitu tenang seperti
tak ada kehidupan kecuali anjing yang masih menggonggong di
kejauhan dan, sekali waktu, suara dengkuran seseorang. Tanah
terus menanjak, kemudian mulai mendatar. Menuruni gang
THE HIDDEN OASIS | 373 sempit, mereka keluar di jalan tempat mereka memarkir mobil.
Mereka hampir berada di puncak bukit sekarang, tiang kabel
telepon berdiri di sisi mereka, Cherokee mereka terlihat di
bagian dasar tebing di sisi kanan mereka. Di depan mereka ada
tempat pembuangan yang terentang ke arah pagar berkawat yang
terkoyak-koyak. Di baliknya, terhampar reruntuhan pilar dan
dinding bata lumpur, yang tertinggi di antaranya tidak lebih dari
setinggi dada. Dan di sebelah sana berdiri dinding lain yang jauh
lebih padat yang terbuat dari bermacam-macam balok batu"sisi
kompleks kuil itu. Lampu terang menerangi semuanya dalam
sapuan warna bernuansa oranye; penjaga berseragam hitam terlihat sedang berpatroli di sekelilingnya.
"Seperti yang dikatakan Hassan di dalam rekaman, para
penjaga itu cenderung menembak dulu baru kemudian bertanya," kata Flin, sambil menarik Freya mundur ke dalam
bayangan. "Kita harus berhati-hati atau mereka akhirnya akan
melakukan pekerjaan Girgis."
Flin mengintai, meneliti keadaan di depannya, memerhatikan
cara penjaga itu bergerak, memperhitungkan pola patroli mereka.
"Ada titik tak terlihat ketika penjaga itu berbelok," katanya
setelah beberapa saat, sambil menunjuk salah satu sosok berseragam. "Kita bisa mencapai pagar itu dan di antara ruang
penyimpanan kuno. Ketika dia membelok lagi kita menuju ke
gerbang kecil di sudut itu dan turun ke teras kuil. Mengerti?"
"Bagaimana kalau mereka melihat kita?"
Flin tidak menjawab, hanya memiringkan kepala dan mengangkat alisnya seolah berkata: "Semoga mereka tidak melihat."
Tiga puluh detik berlalu, kemudian, sambil menyenggol Freya
dengan sikutnya, Flin berjalan ke depan. Freya mengikuti, dan
ketika mereka berjalan bergegas di bentangan pembuangan
sampah, merunduk melalui celah di pagar dan berjalan ke
jalan berliku di antara dinding batako. Ketika merunduk di
belakang barisan dasar pilar, mereka merasa dapat terlihat,
lampu menyapu area dengan cahayanya, jendela di bangunan
yang tinggi tampak menyorot langsung ke arah mereka. Mereka
374 | PAUL SUSSMAN menahan napas, separuh khawatir akan mendengar teriakan dan
derap kaki petugas yang berlari. Ternyata, keberadaan mereka
tak mengusik perhatian, dan setelah tiga puluh detik lagi Flin
mengangkat kepalanya, mengamati sekeliling mereka dengan
cepat dan menggamit Freya. Mereka tetap mengendap-endap
di antara reruntuhan dan melewati jalan sempit di dinding
kompleks kuil. Empat langkah membawa mereka ke teras yang
memanjang di bagian depan gedung yang terang benderang.
"Tetap diam," bisik Flin, menarik Freya ke bagian belakang
pilar monumen yang pertama yang memagari bagian depan
bangunan, sambil meletakkan jari di bibirnya.
"Memangnya kau pikir aku sedang apa?" Freya menggerutu.
"Bernyanyi?" Mereka berhenti sebentar, menempel ketat di batu, mendengarkan tanda kalau-kalau keberadaan mereka diketahui.
Kemudian mereka mulai bergerak di sepanjang teras ke arah areal
empat persegi panjang hitam di pintu masuk kuil, berlari cepat
dari satu pilar ke pilar berikutnya, bayangan tubuh mereka"
tinggi, menyeramkan, dan tak berbentuk"terlihat di dinding
yang tersorot lampu di sisi kiri mereka sebelum menghilang
kembali saat mereka menyelinap tak terlihat di belakang masingmasing pilar. Ada momen menegangkan ketika, saat mereka mencapai pilar yang menempel ke pintu, Freya terantuk dan linggis
yang dipegangnya menghantam lantai batu. Suaranya menggema ke seluruh area itu, memenuhi malam. Mereka mundur
ke bagian yang gelap, diam membeku, mendengar langkah kaki
mendekat ke teras di depan kuil, tiba tepat di tepi teras.
"Meen?" terdengar sebuah suara, tidak lebih dari beberapa
meter jauhnya, disusul suara gesekan dan bunyi klik seolah
sebuah senjata api sedang dikokang. "Siapa di sana?"
Mereka berdiri tak bergerak, tak satu pun dari mereka berani
bernapas, sadar bahwa jika si penjaga tiba di teras itu mereka
pasti akan terlihat. Untung saja, si penjaga tetap berada di bawah,
melihat ke sekeliling sebelum akhirnya, puas karena tidak terjadi
apa-apa, berlalu, derap sepatu botnya perlahan menghilang.
THE HIDDEN OASIS | 375 Flin menunggu sampai dia benar-benar menghilang, kemudian
dengan hati-hati mengawasi dari sisi pilar. Suasana kosong. Dia
memberikan linggisnya kepada Freya dan, sambil memegang
pemotong baut, melangkah ke gerbang besi yang menjaga pintu
masuk kuil dan memotong gemboknya, alat itu memotong
rantai logam seolah benda itu terbuat dari keju. Dia membuka
pintu gerbang, melewatinya dan, sambil melirik sekilas ke teras,
mengajak Freya masuk, menutup gerbang dan menariknya ke
kiri, menjauh dari penerangan yang dibiaskan cahaya lampu dari
luar. Untuk sesaat mereka berdiri di sana, mengatur napas mereka,
menyesuaikan mata dengan keadaan ruang yang suram, sambil
mendengarkan. Kemudian, setelah menyenderkan pemotong
baut pada dinding, Flin mengambil linggis dan lampu senter
dari tangan Freya dan, setelah menyalakan lampu senter, berjalan
ke depan. Mereka berada di aula berlantai batu dan besar seperti gua.
Barisan kembar pilar berjajar di sisi kiri dan kanan, masingmasing tingginya delapan meter dan tebal seperti pokok pohon,
setiap permukaannya"dinding, pilar, plafon"ditulisi dengan
coretan hieroglif yang campur aduk. Freya menyalakan lampu
senternya sendiri dan menyorotkannya ke sekeliling, sambil
menatap takjub. Beberapa tahun lalu dia pernah melakukan
penyelaman malam hari di batu karang koral di lepas pantai
Thailand, dan memiliki perasaan misterius yang sama seperti
sedang berada di bawah air. Sinar senternya menyorot ke sebuah
bentuk dan citra aneh yang suram: sosok dengan tubuh manusia
dan kepala hewan"elang dan singa dan serigala"seorang lakilaki berlutut dengan tangan terangkat memohon, tiga kepala
patung berjajar di ceruk di dinding, mata kosong mereka menatap hampa ke arah bayangan. Ada warna juga: merah dan
hijau dan biru yang terlihat sesaat sebelum memudar menjadi
monokrom ketika dia mengalihkan sorot senternya ke sisi lain,
seolah sinar itu sendirilah yang menciptakan bias warna yang
berbeda. 376 | PAUL SUSSMAN Mereka mencapai sisi terjauh aula"yang terdengar hanya
suara halus tekanan langkah kaki mereka di lantai batu"dan
melewati sebuah dinding menuju ruang besar kedua, kali ini
juga dipenuhi oleh hutan pilar yang penuh dekorasi. Bahkan
untuk mata Freya yang tidak terlatih, dia jelas melihat bahwa
kualitas ukiran di sini jauh lebih tinggi, hieroglif terukir dalam
relief yang lebih timbul dan bukan yang tenggelam, gambarnya
juga lebih detail dan halus. Berkas sinar bulan jatuh menembus
jendela melalui plafon yang tinggi di atas. Selebihnya, semuanya
benar-benar hitam, kegelapan benar-benar pekat sehingga Freya
hampir bisa merasakannya.
Mereka berjalan-jalan di ruang itu juga dan sampai ke jalan
melandai ke pelataran di ujungnya. Flin memainkan sinar lampu
senternya ke dinding belakang aula, menyorot deretan tujuh
pintu persegi empat, ruang kosong yang lebih dalam di ruangan
yang lebih luas di sekelilingnya. Flin sampai ke pintu ketiga dari
kiri, Freya mengikuti, lewat di bawah tembok yang rusak parah
dan masuk ke kamar persegi empat yang panjang. Plafonnya
yang berbentuk kubah bernoda hitam karena jamur, dinding
yang dipenuhi relief dipenuhi noda di sana-sini oleh bercak
seperti eksim yang batu ukirnya sudah tak menyatu dan telah
diperbaiki. "Kapel Re-Horakhty," kata Flin, menjaga suaranya tetap
rendah walaupun mereka kini berada jauh di dalam kuil dan
peluang seseorang di luar dapat mendengar mereka kecil sekali.
Dia menyorotkan lampu senternya ke sekeliling, kemudian
ke arah kanan dan mengangkat sinar, diarahkan ke bagian sudut
di sisi kanan bagian atas ruangan itu, ke titik di mana dinding
bergabung dengan lengkung kubah pada plafon. Di sana, seperti
dijelaskan Fadawi, ada balok persegi kecil, tidak lebih dari empat
puluh sentimeter kali empat puluh sentimeter, dengan jejak
tulisan hieroglif yang sudah memudar terlihat di bawah jamur
yang menutupi permukaannya.
"Sekarang yang harus kita lakukan adalah meraihnya," kata
Flin. THE HIDDEN OASIS | 377 Mereka kembali ke aula besar dan berpencar. Berkeliling
ke arah berlawanan, mereka mengiris kegelapan dengan lampu
senter mereka, mencari sesuatu"apa pun"yang bisa mereka
gunakan untuk naik ke batu itu, tidak seorang pun dari mereka
ingin menyatakan ketakutan bahwa mereka sudah datang
sejauh ini dan tidak mampu mengakses balok tersebut. Kurang
dari satu menit kemudian, Freya mendengar siulan lembut.
Dia berbalik dan menemukan Flin sedang berdiri di pintu
kapel di sebelah kapel yang mereka minati tadi, ekspresi lega
membias di wajahnya. Di dalamnya, pada pintu yang salah di
dinding belakang kapel dan dikelilingi oleh berkarung-karung
semen, berdiri perancah aluminium tinggi yang bisa dipindahpindahkan, kaki-kakinya dipasangi roda-roda kecil agar mudah
digerakkan. "Pas sekali kita menemukannya di sini?" kata Flin, menuju
perancah itu dan menggerakkannya. "Ini tempat suci Ptah,
dewa"di antaranya"tukang batu dan pemotong batu. Semoga
ini pertanda baik." Perancah itu terlalu tinggi untuk didorong melintasi pintu
kapel, sehingga memaksa mereka memindahkan bagian atasnya
dan membawanya ke kapel Re-Horakthy dalam dua potongan
terpisah sebelum menyatukannya kembali, menghabiskan waktu
mereka yang berharga. Begitu perancah itu diberdirikan, Flin
mengklik kunci rodanya dan, sambil memegang linggis dan
lampu senter, keduanya memanjat, Freya lebih cepat, Flin dengan sedikit kurang yakin.
"Tuhan, benda ini bergoyang," gerutunya, berusaha naik
sampai ke atas. "Serasa seperti terbuat dari agar-agar."
"Jangan cerewet," kata Freya. "Kita hanya naik setinggi tiga
meter." Flin melemparkan pandangan ka arah Freya seolah berkata,
"Tiga meter itu terlalu tinggi" dan, setelah menyorongkan tubuh
ke depan, mengarahkan lampu senternya ke sudut dinding.
Dari bawah, balok batu itu tampak terpasang rapat dan
378 | PAUL SUSSMAN ketat seperti bagian lain pada dinding itu. Kini mereka begitu
dekat dengan balok itu, dan lampu senter mereka menyorot
hanya beberapa sentimeter jauhnya, sehingga mereka bisa melihat dengan jelas apa yang telah dilihat Fadawi: celah sempit
sepanjang bagian atas batu dengan beberapa celah yang lebih
sempit di bawah dan di sisi yang lain, masing-masing tidak lebih
lebar daripada tarikan garis dengan pensil. Sambil menyorong ke
depan, Flin menempelkan pipinya ke dinding.
"Hassan benar," katanya setelah diam sejenak, matanya berbinar bersemangat dan penuh rasa ingin tahu. "Benar-benar ada
udara yang bergerak di sekitar sini. Ayo."
Dia melirik jam tangannya"jam 04.24"dan meletakkan
lampu senternya di atas perancah sehingga sinarnya menyorot
langsung ke balok, kemudian meludah pada telapak tangannya
dan meraih linggisnya. "Baik, mari kita bekerja."
Oasis Dakhla

The Hidden Oasis Karya Paul Sussman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Zahir al-Sabri berdiri di pinggir tempat tidur anaknya, senyumnya
mengembang ketika dia memerhatikan bocah kecil itu tidur
meringkuk, satu lengannya menekuk di bawah kepalanya, dan
yang lain terentang ke samping, telapak tangannya terbuka seolah
dia sedang meraih sesuatu. Zahir teringat hari ketika Mohsen
dilahirkan"bagaimana mungkin dia lupa?"keajaiban yang
dia rasakan, perasaan bahagia yang melandanya. Seorang Badui
dianjurkan untuk tidak menampakkan emosi di depan umum
dan karena itu Zahir memuaskan dirinya dengan memberi kecupan dan memeluk istrinya sebelum melaju ke padang pasir di
mana, saking bahagianya, dia menari dan berteriak seperti orang
gila, hanya disaksikan oleh gunung pasir dan langit.
Dia menginginkan lebih banyak anak, lebih dari selusin,
THE HIDDEN OASIS | 379 karena kepuasan lebih besar apa lagi yang akan dirasakannya dibandingkan membuat hubungan baru dalam rantai kehidupan,
memperpanjangnya sampai ke masa depan" Tak dapat tertandingi. Kelahiran itu begitu sulit, telah terjadi komplikasi, perdarahan"dia tidak mengerti detailnya, hanya tahu bahwa untuk
mengulangi proses kehamilan itu lagi akan membahayakan
nyawa istrinya, dan itu bukan sesuatu yang akan dia biarkan
terjadi. Allah memberi, dan Allah mengambil. Begitulah segala
sesuatu berjalan. Dia memiliki Mohsen, dan itu cukup.
Dia masih menunduk, memandangi bocah itu, sinar bulan
merengkuh lingkaran perak di sekitar kepala putranya. Sambil
membungkuk ke depan, dia mencium pipi anaknya, bergumam
"Ana bahebak, ya nor eanay"a?"Aku menyayangimu, cahaya
mataku"dan kembali ke ranjang, ke samping istrinya. Dia menatap langit-langit kamar. Untuk sesaat lamanya, dia berbaring
seperti itu, menggigit bibirnya, tidak mengantuk seperti empat
jam sebelumnya. Kemudian, sambil berguling ke samping, dia
merogoh bagian bawah tempat tidur dan menyentuh moncong
senjata yang dia simpan di sana, mengusap baja dingin di gagangnya dengan jarinya.
Dia siap. Apa pun yang terjadi, apa pun yang diminta darinya, dia siap. Dengan demikian, paling tidak, dia akan menghidupkan kembali kenangan akan para leluhurnya.
"Ana bahebak, ya Mohsen," dia berbisik. "Ana bahebak, ya
noor eanay"a." Abydos kau yakin Fadawi tidak pernah menceritakan hal ini
kepada siapa pun?" tanya Freya ketika mereka bekerja dengan
linggis di celah di sekitar balok batu itu, Flin di atas, Freya di
sampingnya. "Atau laki-laki itu, Abu apa pun namanya itu."
"APAKAH 380 | PAUL SUSSMAN Flin menggelengkan kepalanya, menekan linggisnya, mencoba menggeser balok itu.
"Aku pasti sudah mendengarnya jika mereka sudah diberi
tahu. Seperti yang dikatakan Fadawi dalam rekaman itu, kalau
ada reruntuhan kuil Pepi II di sini, maka ini akan menjadi
salah satu penemuan terbesar selama lima puluh tahun terakhir.
Dunia akan terpana. Ayolah, batu sialan."
Dia memberi tekanan lagi pada balok itu. Freya melakukan
hal yang sama, keduanya tak bicara karena sedang memusatkan
seluruh energi pada pekerjaan itu, sadar bahwa waktu terus berjalan dan cemas ingin segera dapat menggeser balok. Keringat
mengucur di wajah mereka; ruangan itu dipenuhi suara desah
napas mereka dan denting logam pada batu. Setelah beberapa
menit, Flin mengubah sudut pengerjaan, menarik balok
dari celah di bagian atas balok dan mendorongnya ke sisi,
berseberangan dengan yang dikerjakan Freya. Mereka menggerakkan linggis mereka terus menerus, mendorong dan menarik.
Batu itu masih bergeming seperti semula dan Freya mulai sangsi
apakah mereka akan bisa melepaskannya ketika, akhirnya, ada
sedikit gerakan, hanya bergeser sedikit, hampir tak terlihat.
Mereka menyesuaikan posisi, sambil menggeser balok beberapa
milimeter lagi dan mengangkatnya. Pergeseran semakin terlihat.
Flin menarik linggisnya lalu menyelipkan salah satu ujungnya ke
bawah balok, mendorongnya. Balok terangkat sedikit.
"Sedikit lagi," dia mengembuskan napas, matanya melebar
karena berusaha keras menggeser batu sekaligus sangat ingin
tahu apa yang tersimpan di sana.
Mereka terus bekerja di tepian celah, kadang dari sisi balok,
kadang dari atas dan bawah, sampai akhirnya balok itu mulai
bergeser keluar ke depan dari dinding"awalnya bergeser sangat
sedikit, milimeter demi milimeter, seolah enggan memperlihatkan
diri; kemudian, karena posisinya sudah lebih mudah untuk
digeser, semakin cepat, denting linggis kini dibarengi suara
gesekan batu pada batu. Ketika mereka berhasil menggeser
balok sejauh sekitar lima belas sentimeter keluar dari rongganya,
THE HIDDEN OASIS | 381 mereka meletakkan linggis di samping dan memegang balok
dengan tangan mereka, dengan hati-hati menggesernya ke
depan, menyesuaikan pegangan mereka karena balok semakin
bergeser. Akhirnya, dengan mengerahkan seluruh tenaga, mereka
bisa menarik balok itu lepas dari dinding dan mengangkatnya
dengan tangan mereka sendiri. Balok itu sangat berat, luar biasa
berat, jauh lebih berat daripada yang diperkirakan, dan sungguh
sulit mengangkatnya, dengan perancah yang ringkih bergoyang
di bawah mereka dan ruang terbatas yang tersedia di bidang
datarnya. Mereka menyeret balok itu beberapa langkah menjauh
dari dinding dan mulai menurunkannya, keringat masuk ke
dalam mata mereka, napas mereka semakin cepat dan tergesa.
Mereka baru menurunkan batu itu separuh jalan sebelum keduanya merasa bahwa batu itu mulai terlepas dari jari-jari mereka.
"Aku tak tahan lagi," kata Freya sambil terengah-engah.
"Ini?" Dia terhuyung ke sisi kanan, mencoba tetap bertahan
sebelum menyadari bahwa dia tak berdaya dan melepaskannya,
menyingkir ke samping agar kakinya tidak tertimpa balok.
Flin terhuyung ke depan dan juga melepaskan pegangannya,
beberapa detik setelah Freya, gerakannya mendorong balok ke
tepi bidang datar dan kemudian membuka rongga. Ruang itu"
seluruh kuil"tampak bergetar dengan sentakan seperti palu
ketika balok itu jatuh ke lantai di bawah, kekuatan dentumannya
menghancurkan sebagian besar sudut balok itu.
"Ya Tuhan," desah Flin, seraya meraih lampu senter dan menyorotkannya ke bawah. Kepulan debu tebal menggelembung
dalam sinar lampu senter. "Dua ribu lima ratus tahun balok itu
di sana?" "Persetan dengan balok itu," kata Freya. "Bagaimana kalau
ada orang yang mendengar?"
Mereka diam, mendengarkan, gema batu yang jatuh itu
tampak menggetarkan plafon kubah ruang itu, Flin melihat
dengan perasaan malu seolah telah tanpa sengaja menabrak
seorang sahabatnya. Namun, tidak terdengar teriakan atau
382 | PAUL SUSSMAN langkah kaki, tidak ada tanda-tanda bahwa kecelakaan itu telah
menarik perhatian petugas penjaga kuil, dan dengan tatapan
duka terakhir pada balok yang hancur berkeping, Flin kembali
memerhatikan lubang yang baru terbuka di dinding itu. Dia melongok dan menyorotkan lampu senternya ke dalam ruangan di
balik dinding itu. "Apa yang kau lihat?" tanya Freya, sambil mengambil lampu
senternya sendiri dan memosisikan diri di belakang Flin.
Flin tidak menanggapi, hanya menggerakkan sinar senternya
ke segala arah, meneliti keadaan ruang itu, punggung dan bahunya menghalangi pandangan Freya.
"Apa yang kau lihat?" Freya mengulang, sambil mencoba
melihat. Dia masih belum berkata apa-apa dan Freya merasakan desir
rasa takut sesaat bahwa mungkin tidak ada apa-apa di dalam
ruangan itu, bahwa Fadawi hanya membodohi mereka. Kemudian Flin berbalik menghadapnya, ekspresi wajahnya yang
tadinya penuh keterkejutan kini berubah menjadi kekaguman.
"Hal yang luar biasa menakjubkan," katanya, sambil mengangkat kedua ibu jarinya. "Aku melihat hal yang amat sangat
menakjubkan." Dia bergeser ke kiri, membiarkan Freya menyelinap ke sisinya dan menyorotkan lampu senternya ke dalam lubang. Freya
melihat gua sempit seperti terowongan, tidak lebih dari dua
meter lebarnya dan sekitar dua belas meter panjangnya, jalur
rahasia yang diapit dinding kapel. Plafonnya"yang terbuat dari
lembar batu yang besar"tampaknya sama tinggi dengan plafon
kapel, dan lantainya, dia menduga, seperti kelanjutan dari lantai
kapel. Memang tidak mungkin memastikan itu, karena seluruh
panjangnya dan sampai ke satu titik kurang dari semeter di
bawah bukaan gua itu penuh dengan balok batu yang saling
tumpuk, yang terkecil paling tidak berukuran dua kali balok
yang baru saja mereka angkat. Beberapa balok berbentuk bujur
sangkar, yang lain empat persegi panjang, sebagian kosong, yang
THE HIDDEN OASIS | 383 lain dihiasi gambar dan prasasti hieroglif. Pada ukirannya"
seperti di aula besar di luar"masih terlihat jejak pewarnaan asli
mereka: hijau, merah, kuning, dan biru. Ada beberapa segmen
pilar juga, potongan patung acak"bagian dari batang tubuh
yang terbuat dari batu granit dan bagian depan sphinx"semuanya dilemparkan ke dalam ruangan itu dengan cara yang tampaknya seenaknya, saling tindih. Kesannya seperti masuk ke dalam
kotak raksasa yang penuh sesak dengan balok mainan anakanak.
"Luar biasa, bukan?" kata Flin, sambil memiringkan kepalanya sehingga pipinya hampir menyentuh pipi Freya.
Flin menyorotkan lampu senternya ke arah lorong, menggerakkan sinarnya ke segala arah dan berhenti pada permukaan
sebuah balok, menyinari sepasang benda yang terlihat seperti
bentuk lonjong yang memanjang, bersisian, masing-masing
mengelilingi sebaris simbol hieroglif.
"Nefer-Ka-Re Pepi," Flin membaca, lampu senternya bersinar
agak tersendat-sendat seolah dia begitu terpukau oleh apa yang
dia lihat sehingga tidak dapat menjaga keseimbangan tangannya.
"Nama tahta "raun Pepi II. Seperti yang dikatakan Hassan,
dulunya pasti ada kuil Kerajaan Lama di sini yang runtuh dan
dibangun ulang sebagai dinding berisi ketika Seti membangun
kuil ini seribu tahun kemudian."
Dia menggeleng-geleng.. "Ya Tuhan, Freya, aku bahkan tidak bisa mulai" maksudku,
kita hampir tak memiliki sisa material dari periode sejarah ini.
Sesuatu seperti ini dapat sepenuhnya ditulis kembali" Mengejutkan, benar-benar mengejutkan!"
Mereka menatap ruang itu beberapa saat lamanya. Kemudian,
sadar bahwa waktunya sangat sempit, Flin merundukkan kepala
dan bahunya melewati celah pada dinding dan berusaha masuk
ke dalam ruang itu, kaki dan telapak kakinya menghilang ketika
dia turun ke lantai batu di bawah. Freya mengikuti, sedikit lebih
tangkas, Flin membantunya menerobos dari sisi lain dan me384 | PAUL SUSSMAN nurunkannya perlahan ke permukaan lantai yang tidak rata.
"Hati-hati dengan tanganmu," dia mengingatkan. Tempat
ini boleh jadi dirayapi banyak kalajengking."
Freya menyeringai dan menarik telapak tangannya menjauh
dari patung kepala tempat dia meletakkan tangannya tadi.
Kini mereka berada di dalam, rongga itu terasa lebih sesak
dan sempit. Plafonnya terlalu rendah bagi mereka untuk dapat
berdiri tegak, dan bebatuan mendesak mereka dari segala arah,
walaupun ada sedikit tanda-tanda udara yang mengalir, gerakan
udara yang hampir tak terasa"dari mana udara itu datang
Freya tak bisa memastikannya. Mereka tetap dalam keadaan
itu untuk beberapa saat, berjongkok di samping bukaan pada
dinding itu, menggerakkan lampu senter mereka ke sekeliling,
untuk mengira-ngira ukuran ruang. Kemudian, sambil melirik
jam tangannya" jam 04.51"Flin mulai berjalan berkeliling,
meneliti prasasti, mencari apa pun yang mungkin bisa memberi
tanda tentang keberadaan oasis. Freya menyorotkan lampu
senternya ke arah Flin untuk memberinya cahaya tambahan,
tetapi akhirnya membiarkannya. Freya lebih tidak dapat membaca dan memahami hieroglif daripada bahasa Jepang sehingga
hanya sedikit bantuan lain yang dapat dia lakukan.
Dua puluh menit berlalu, tidak satu pun dari mereka berbicara, satu-satunya suara yang terdengar adalah gesekan sepatu
bot Flin pada batu dan desis "Menakjubkan, Tuhanku, ini
sungguh menakjubkan" sesekali. Kemudian, tiba-tiba saja, Flin
menjentikkan jemarinya dan memanggil Freya.
"Kemari dan lihatlah."
Freya menghampirinya, kepalanya terantuk plafon, dan
berjongkok di sisinya. Flin menarik kembali lampu senternya
dan memainkan sinarnya di sepanjang sisi panjang sebuah batu
hijau kehitaman. Beberapa saat kemudian Freya menyadari
bahwa itu adalah obelisk kecil, tergeletak secara horisontal dan
sebagiannya terkubur di bawah potongan balok lain.
"Kelihatannya ini semacam himne atau doa bagi Benben,"
THE HIDDEN OASIS | 385 kata Flin, menjelaskan soal teks hieroglif yang terukir di batu
tersebut. "Itu batu Indiana Jones, bukan?" tanya Freya. "Yang memiliki
kekuatan supernatural?"
Flin mengangguk, tersenyum mendengar deskripsi Freya.
menyentuh sudut kanan atas prasasti itu dengan jemarinya yang
berdebu, Flin mulai membacanya, suaranya"seperti ketika
membacakan lontar Imti-Khentika"tampak semakin dalam
dan lebih haru seolah itu disuarakan dari suatu masa yang jauh
di belakang. "Iner-wer iner-en Ra iner-n sedjet iner sweser-en kheru-en
sekhmet," suaranya membaca. "Oh batu yang agung, oh batu
api, oh batu yang membuat kita kuat, oh suara Sekhmet yang
kita bawa ke dalam pertempuran di hadapan kita dan yang membawa kemenangan di atas angka?"
"Ada yang tentang oasis itu?"
"Tidak, tetapi yang ini menyebutkan Benben juga?"
Flin menggerakkan lampu senternya ke samping, mengarahkan sinarnya ke balok batu kapur yang tertutupi hieroglif,
teksnya terlihat dalam bayangan merah, kuning, dan hijau yang
begitu hidup. ?"dan yang ini?"
Kini lampu senternya disorotkan ke sebuah benda yang terlihat seperti potongan pilar yang berserakan.
?"yang menunjukkan bahwa material sampai ke ujung
rongga ini semua berasal dari bagian kuil Pepi yang sama.
Semacam tempat suci yang dipersembahkan bagi Benben jika
melihat keadaannya. Dan seperti yang aku jelaskan di museum
itu, ketika kau menemukan ada penyebutan Benben maka
biasanya kau akan menemukan penyebutan oasis juga. Di sekitar
sinilah tempat yang perlu kita amati. Di sinilah tempatnya."
Dia mendesah puas dan melanjutkan pengamatannya, meneliti setiap potongan batu, mengabaikan nasihatnya sendiri
386 | PAUL SUSSMAN tentang kalajengking dan menyorotkan lampu senternya semakin
ke dalam celah di antara balok-balok, berusaha menyinari bagian
teks yang sebagiannya terkubur atau tergeletak di sudut yang
sulit dijangkau. "Bagaimana seandainya prasasti yang kita perlukan berada
tepat di sisi bawah?" tanya Freya. "Semua benda ini pasti sampai
dua meter ke bawah. Tak mungkin kita bisa menggesernya
semua." Flin tidak menjawab"apakah karena dia terlalu larut dalam
apa yang sedang dikerjakannya atau semata tidak ingin memikirkan kemungkian yang tidak dapat dijelaskan Freya. Lima
belas menit berlalu. Freya, duduk di patung kepala, merasa
amat tak berguna karena pria Inggris itu terus asyik mengamati
tumpukan benda di rongga itu. Kemudian Flin berteriak keras
dan tajam dan memanggil Freya kembali.
Flin kini berada di sekitar dua pertiga dari panjang rongga,


The Hidden Oasis Karya Paul Sussman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lampu senternya menyinari sebuah balok kecil yang terkunci
di antara tebaran balok lain, menghadap ke bawah sehingga dia
hanya dapat memeriksanya dengan cara menelentangkan tubuh
dan melihat ke atas. Flin tersenyum lebar.
"Ada apa?" tanya Freya, mendekatinya, mencoba mendapatkan sudut pandang yang lebih baik.
"Ini adalah bagian dari teks yang mendiskusikan bagaimana
sebenarnya memasuki oasis itu," kata Flin sambil tersengal,
ujung jarinya bergerak kian kemari di permukaan batu itu seolah
sedang mengusap kulit sang kekasih hati. "Hampir pasti berasal
dari tempat suci bagian dalam di kuil Pepi, dan hanya "raun dan
pendeta agung yang dapat melihatnya. Aku harus menjelaskan
betapa pentingnya hal ini."
Dia terus meneliti prasasti itu, tangan yang satu mengarahkan
sorot lampu senter ke segala arah, sementara tangan yang lain
menelururi baris tulisan hieroglif. Kemudian, pelan-pelan dia
mulai menerjemahkan: "Sebaway"dua gerbang"akan membawamu ke inet djeseret,
THE HIDDEN OASIS | 387 lembah suci. Khery en-inet"di ujung lembah"re-en wesir,
Mulut Osiris. Hery en inet"di ujung atas lembah"maqet en
Nut, tangga menuju Nut, yang berada di bawah mu nu pet, air
di langit. Dan gerbang ini saja akan membawamu ke sana, hanya
dua, di dasar dan di atas, tidak ada lagi yang akan ditemukan,
karena ini adalah kehendak Ra?"
Dia terdiam, prasasti itu berakhir di sana.
"Mulut Osiris sudah kita ketahui," katanya, suaranya lebih
tenang sekarang, lebih terkendali. "Walaupun apa tepatnya yang
dirujuknya?" Flin menggelengkan kepalanya.
"Osiris adalah dewa alam neraka, jadi mungkin ini adalah
gambaran "guratif saja" kita tak mengetahuinya. Namun
demikian, tangga Nut ini benar-benar sesuatu yang baru. Ini
tidak dinyatakan dalam teks lain yang ada, atau, paling tidak,
tidak ada sejauh yang pernah aku lihat, dan aku cukup yakin aku
sudah melihat semuanya"sungguh-sungguh luar biasa."
"Apa artinya itu?" tanya Freya, tertarik walaupun teks itu tak
dia mengerti. "Ya, Nut adalah dewi langit," jelas Flin, sambil bergeser
keluar dari kolong balok, wajah dan rambutnya penuh debu.
"Dan frase seperti mu nu pet, air di langit, umumnya merujuk
ke tebing tinggi"selama banjir airnya menuangi bagian puncak
tebing seolah ia digantung dari surga. Tangga itu" lagi-lagi, tak
mungkin mengetahui apakah ia merujuk ke sesuatu yang har"ah
atau hanya sebuah metafora, tetapi implikasinya adalah bahwa
bangsa Mesir kuno biasa mencapai oasis dari bagian atas Gilf
Kebir dan juga dari sampingnya."
Flin bangkit ke posisi jongkok di samping Freya, sambil
membersihkan debu dari rambutnya.
"Apakah semua itu bisa membantu kita?" tanya Freya.
"Ketika hanya ada sedikit keterangan di luar sana seperti
halnya oasis, setiap petunjuk kecil menjadi penting, tetapi tidak,
ini tidak membawa kita lebih dekat ke lokasi persisnya. Apa
388 | PAUL SUSSMAN yang aku duga"apa yang aku harapkan"adalah bahwa jika ada
teks yang menjelaskan bagaimana bisa masuk ke dalam oasis,
maka di suatu tempat di sekitar sini akan ada satu penjelasan
tentang bagaimana menemukannya. Kita semakin dekat, aku
bisa merasakannya. Kita semakin dekat."
Flin meraih dan menggandeng lengan Freya, kemudian
mulai mengamati bebatuan itu lagi, meneliti dengan cermat
setiap sentinya. Flin begitu bersemangat sebelumnya, tetapi sekarang di mata Freya dia menjadi sangat bergairah, menggeser
balok dan pecahan patung yang tidak terlalu berat untuk diangkat agar bisa mendapatkan apa pun yang ada di bawah
mereka, sambil terus melirik jam tangannya, berbicara sendiri,
tampaknya lupa akan keberadaan Freya. Ketekunannya dengan
cepat membuahkan hasil. Secara berturut-turut dan cepat dia
mendapatkan tiga referensi lagi tentang Benben, sebuah teks
yang menjelaskan kuil besar yang sebenarnya berada di jantung
oasis dan prasasti lain yang mengulang beragam hukuman yang
akan dikenakan kepada mereka yang memasuki oasis dengan
tujuan jahat: Semoga para pelaku kejahatan hancur dilumat
rahang Sobek dan ditelan masuk ke perut ular Apep. Dan di dalam
perut ular semoga ketakutan mereka menjadi nyata, perilaku jahat
mereka memimpikan penyiksaan yang nyata.
Tidak ada yang memberi petunnjuk apa pun tentang di
mana oasis itu mungkin berada, bahkan tidak ada petunjuk
paling samar sekalipun. Tiga puluh menit yang menegangkan
berlalu, Flin menjadi semakin kesal, mengutuk dan memukul
balok seolah mencoba mendesak mereka agar membuka
selubung rahasianya. Tak sanggup menahan ketegangan lebih
lama lagi, dan juga atmosfer yang penuh debu dan menyiksa,
Freya meninggalkan Flin dan merangkak keluar dari rongga dan
menuruni perancah. Dia berdiri sesaat sambil merentangkan
lengan dan kakinya"bunyi batu yang sedang digeser terdengar
dari lubang di atas Freya"kemudian berjalan kembali melintasi
kuil menuju bagian masuk di depan, menghirup udara bersih
dan dingin. THE HIDDEN OASIS | 389 Sudah pukul 06.00 lebih dan bangunan itu tampak seperti
tempat yang berbeda sama sekali. Garis-garis sinar matahari pagi
hari menukik tajam dari bukaan yang terletak tinggi di semua
dinding, memandikan aula besar dalam bayangan kabut lembut
bagaikan mimpi, menarik bayangan kembali masuk ke sudut dan
ceruk yang lebih jauh. Sambil berjalan dengan hati-hati, Freya
menuju gerbang masuk dan mengintai. Selain beberapa penjaga
berseragam hitam yang saling bertukar rokok, halaman di luar
kosong. Jauh di bawah sana dia bisa melihat kereta penumpang
berjalan naik, orang berseliweran, pedagang kartu pos dan hiasan
menjajakan dagangan. Dia seperti tersengat ketika menyadari
bahwa Flin salah memperkirakan waktu dan kuil akan segera
dibuka, tetapi tidak seorang pun yang terlihat mendekat dan
setelah beberapa saat dia merasa lega. Dia memerhatikan sejenak,
kemudian berbalik dan melangkah ke tempatnya semula,
burung berkicau di atas, terbang masuk dan keluar dari pilar
raksasa seolah berkeliaran di dalam hutan. Kembali ke dalam
kapel, dia memanggil Flin dengan suara berbisik, bertanya
bagaimana perkembangan terakhir. Hanya suara gerutu kesal
yang diberikannya. Freya memanjat perancah dan menyelusup
kembali ke dalam lorong. Flin sedang duduk tepat di sisi terjauh,
meliukkan lampu senternya, sinarnya yang lemah mengarah ke
langit-langit rongga, menyinari wajahnya dengan sinar pucat
pias. Ekspresi dan posisi tubuhnya mengatakan kepada Freya
apa yang perlu diketahuinya.
"Aku sudah meneliti semuanya dengan teliti dan menyeluruh,"
katanya, kedengarannya seperti baru akan mengeluh. "Tidak ada
apa-apa di sini, Freya. Atau kalaupun ada, pasti terkubur di bawah
satu ton bebatuan dan kita tidak akan bisa sampai di sana."
Freya merangkak mendekat dan berjongkok di sisinya.
Puing di sisi terowongan ini bertumpuk lebih tinggi daripada
ujung yang lain, hanya menyisakan semeter ruang untuk membungkuk.
"Kita bisa kembali ke sini malam ini," kata Freya. "Mencoba
lagi." 390 | PAUL SUSSMAN Flin menggelengkan kepalanya.
"Begitu mereka menemukan lubang di dinding, mereka akan
menempatkan lebih banyak lagi penjaga di tempat ini daripada
Fort Knox. Kita tidak akan bisa mendekati tempat ini. Ini satusatunya kesempatan kita. Tidak akan ada kesempatan lain."
Flin melirik jam tangannya: 06.39. Hanya tinggal dua puluh
menit sebelum kuil ini dibuka untuk masyarakat umum.
"Kita bisa mencoba mengembalikan balok ini ke atas lagi,"
Freya memberi saran. Flin bahkan tidak menanggapi, keduanya tahu bahwa hal itu
sia-sia. Kemudian hening cukup lama. Lalu, sambil mendesah
dan melirik jam tangannya lagi, Flin mengatakan mereka harus
memikirkan cara untuk bisa keluar dari tempat itu.
"Kita bisa bersembunyi di salah satu aula besar, bergabung
bersama wisatawan ketika mereka mulai berdatangan. Pasti ada
sekitar seratus orang dari mereka pada awalnya. Tidak terlalu
sulit." Flin tidak memperlihatkan tanda untuk bertindak sesuai
sarannya sendiri, hanya duduk dengan kepala ke belakang dan
sikunya menyandar ke benda yang terlihat seperti batu miniatur
makam"potongan batu kapur yang penuhi hieroglif, berbentuk
empat persegi panjang dengan bagian atas melingkar. Agar ada
yang dibicarakan, dan bukan karena tertarik, Freya pun bertanya
batu apa itu. "Hmm?" Freya menunjuk. "Oh, wd. Lembar batu untuk makam. Semacam lembaran
nazar yang biasa ditempatkan bangsa Mesir kuno di makam
dan kuil. Mereka mencatat doa, peristiwa, sesajian, hal semacam
itulah." Flin beringsut dan, setelah mengangkat batu itu"tingginya
hanya sekitar empat puluh sentimeter"memutarnya dan meletakkannya di lututnya. Dia menyorotkan lampu senternya ke
THE HIDDEN OASIS | 391 lembaran batu itu. "Sebenarnya ada hal yang membuatku cukup tertarik. Bicara
tentang iret net Khepri"Mata Sang Khepri. Salah satu rumusan
yang selalu tampak dihubungkan dengan oasis itu, seperti Mulut
Osiris." Dia menyikat permukaan batu dengan tangannya, membaca:
"Wepet iret Khepri wepet wehat khetem iret nen ma-tu wehat en
is er-djer bik biki"ketika Mata Sang Khepri terbuka, maka oasis
itu akan terbuka juga. Ketika matanya tertutup, oasis tidak akan
terlihat, bahkan oleh burung elang yang paling tajam."
Flin melingkarkan lengannya ke sekeliling lembar batu, seolah
ingin mendapatkan kenyamanan darinya, menjelaskan bahwa
Khepri adalah dewa berkepala kumbang, salah satu manifestasi
dewa matahari Ra, nama yang berasal dari kata kheper, "ia yang
datang mewujud". Freya tidak lagi mendengarkan; perhatiannya
tertarik kepada bagian lembar batu bagian atas, area yang
dibatasi oleh lengkung di bagian atasnya. Ada gambar di sana,
terpisah dari kolom hieroglif di bawahnya. Di sisi kirinya ada
sesuatu yang terlihat seperti dinding merah atau wajah tebing,
di sisi kanannya ada dinding yang sama, hanya saja di situ ada
celah hijau sempit yang memanjang di bagian tengahnya. Di
antara dua gambar itu, ada berkas kuning bergelombang yang
darinya muncul lengkungan hitam berbentuk sabit besar, ujungnya bertakik dan bergerigi secara aneh, ujung bagian atasnya
membuka keluar ke mata yang besar dan dengan detail halus
seperti bunga di ujung tangkai. Awalnya Freya berpikir itu
hanyalah desain yang menarik. Namun, semakin dilihatnya,
semakin membuat dia teringat akan"
"Aku pernah melihatnya."
Flin masih sibuk mengoceh tentang atribut dewa Khepri dan
tampak tidak mendengarkan Freya.
"Aku pernah melihatnya," Freya mengulang, lebih keras.
"Melihat apa?" 392 | PAUL SUSSMAN "Itu," katanya, sambil menunjuk.
Flin mengangguk, tidak terlalu terkejut.
"Sangat mungkin. Mata wadjet adalah sesuatu yang umum?"
"Bukan mata. Itu."
Freya menyentuhkan jarinya pada garis lengkung hitam.
"Apa maksudmu kau pernah melihatnya?"
"Aku pernah melihatnya. Atau sesuatu yang sangat mirip
dengannya. Dalam sebuah foto."
"Kau pernah melihat foto bentuk ini?"
"Bukan, bukan, ada di formasi bebatuan. Jauh di padang
pasir. Sama persis, bahkan sisinya yang tajam dan tidak rata."
Mata Flin menyipit. "Di mana" Di mana kau melihat foto ini?"
"Di rumah Zahir al-Sabri. Ketika aku baru tiba di Mesir.
Alex ada di foto itu, dan itu sebabnya aku?"
"Apakah dia mengatakan di mana lokasinya?" Flin memotong.
Freya menggelengkan kepalanya.
"Tampaknya dia tidak ingin aku melihat gambar itu, dia
memintaku keluar dari ruangan itu."
Flin melihat lembar batu lagi, jarinya mengetuk-ngetuk sisinya, berbisik kepada diri sendiri: "Ketika Mata Khepri terbuka,
maka akankah oasis juga terbuka" Ketika matanya tertutup,
oasis tidak akan terlihat, bahkan oleh burung elang yang paling
tajam." Beberapa menit berlalu, Freya sangat sadar bahwa
waktu mereka sebentar lagi habis, tetapi dia segan mengganggu
jalan pikirannya. Flin tetap di sana, benar-benar larut dalam
pikirannya, sampai akhirnya, sambil tersenyum samar, dia mengangkat lembaran batu dari lututnya dan meletakkannya kembali
di sudut terowongan. "Pasti mengalir di keluarga itu."
"Maaf?" THE HIDDEN OASIS | 393 "Pasti mengalir di keluarga Hannen. Bakat yang bisa menyelamatkan. Alex selalu berhasil melakukannya, dan kini
tampaknya kau akan melanjutkan tradisi itu."
Flin bangkit berdiri dan mulai berjalan di sepanjang terowongan.
"Aku tak mengerti," kata Freya, mengikuti dari belakang.
"Apakah penting, batu ini?"
"Mungkin ya, mungkin juga tidak," jawab Flin, sampai di
lubang pada dinding dan melompatinya, kembali ke kapel di
balik ruangan itu. "Antara kau dan aku saja, aku sangat curiga
bahwa aku telah menghabiskan waktu sepuluh tahun terakhir
ini berkutat dengan semua benda ini dan akhirnya kaulah yang
membuat terobosan penting. Yang, terus terang saja, tidak akan
pernah aku maafkan."
Flin sampai ke perancah dan membalikkan badan. Senyumnya kini mengembang menjadi tawa yang menyeringai.
"Seharusnya aku meninggalkanmu di dalam sana"menemukan banyak hal tanpa izinku! Namun demikian, murni
demi untuk hubungan Inggris-Amerika?"
Flin mengedipkan sebelah matanya dan mengulurkan tangan
untuk menolong Freya. Freya menggapainya, dan Flin tibatiba menarik tangannya dan memutar tubuhnya. Untuk sesaat
Freya tidak yakin apa yang sedang terjadi. Kemudian dia mendengar sesuatu yang pasti telah Flin dengar"suara-suara. Masih
terdengar tak jelas dan jauh, tetapi jelas berasal dari suatu tempat
di dalam kuil. "Sialan," bisik Flin, sambil berbalik lagi, senyumnya sirna.
"Ayo, kita harus cepat pergi dari tempat ini."
Dia mencapai lubang dan menarik Freya, membantunya
melewati lubang dan berdiri sebelum meraih salah satu linggis dan
turun ke lantai di bawah, perancah berderak mengkhawatirkan.
Freya mengikuti dan mereka bergegas menuju aula terdekat dari


The Hidden Oasis Karya Paul Sussman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dua aula besar itu. Suara itu kini semakin jelas terdengar, datang
394 | PAUL SUSSMAN dari aula di sisi luar di depan kuil; paling tidak dua atau tiga
orang, dari suara yang terdengar.
"Wisatawan?" bisik Freya.
Flin mendengarkan sejenak, kemudian menggelengkan
kepalanya. "Penjaga. Mereka pasti telah menemukan gembok yang terpotong itu. Cepat."
Dia menggamit Freya dan berlari ke belakang aula, melewati
beberapa kapel terakhir dan masuk ke koridor sempit. Setelah
sepuluh meter, sebuah pintu gerbang berpenghalang tampak di
dinding samping kanan mereka. Di baliknya, sekumpulan anak
tangga menaik tajam menuju gerbang kedua dan area terbuka.
"Bagian belakang kuil," jelas Flin, sambil menggunakan
linggisnya membuka gembok pintu gerbang pertama. "Kita
hanya perlu?" Dia menarik, otot lehernya membesar dan memperlihatkan
uratnya, wajahnya memucat karena tegang. Dia melepaskan
linggis dan mendorongnya dari sudut yang berbeda, meletakkan
seluruh bebannya di belakangnya, menambah kekuatan dengan
mendorongkan kakinya ke dinding. Walaupun sudah mencoba,
dia tidak berhasil melepas gemboknya. Dengan erangan putus
asa, dia berhenti dan membawa Freya kembali ke koridor dan
masuk ke aula berpilar lagi. Aula masih kosong. Para penjaga,
tampaknya, belum sampai ke situ dari aula terluar, walaupun
suara dan derap sepatu bot menyiratkan bahwa kini jumlah
mereka lebih banyak lagi.
"Ehna aarfeen ennoko gowwa!" teriak seseorang. "Okhrogo we
erfao"o edeko!"
"Ada jalan keluar lain?" tanya Freya, suaranya berupa bisikan
cemas. Flin menggeleng. "Bisakah kita bersembunyi?"
"Mereka terlalu banyak."
THE HIDDEN OASIS | 395 "Apa yang akan mereka lakukan kalau mereka berhasil menangkap kita?"
"Jika beruntung, mereka hanya akan menahan kita di penjara
selama lima tahun dan kemudian mengusir kita."
Freya enggan bertanya apa yang akan terjadi kalau mereka
tidak beruntung. "Ento met-hasteen!" kata sebuah suara lagi. "Mafeesh mahrab!"
Flin melihat ke sekeliling, mencoba membangun rencana, rencana apa saja. Dengan langkah kaki dan suara yang kini hampir
sampai di jalur pintu antara kedua aula itu, Flin menarik lengan
Freya dan berjalan di sepanjang sisi belakang ruang itu lagi,
melewati kapel tempat mereka bekerja tadi dan menuju kapel
berikutnya. Tidak seperti tempat suci lain, tempat ini memiliki
jalur pintu di dinding belakangnya yang membawa mereka ke
aula lain, jauh lebih kecil daripada dua aula utama. Dua baris
pilar berdiri di bagian sentralnya, sinar matahari masuk melalui
jendela terbuka di langit-langit.
"Pintu ini menuju ke mana?" tanya Freya.
"Tidak ke mana-mana."
"Jadi mengapa kita harus?"
"Karena tidak ada tempat lain lagi untuk keluar! Kita tidak
bisa keluar dari pintu depan, pintu belakang terkunci?"
Flin mengangkat tangannya, menyerah.
"Kita terjebak, Freya. Aku hanya mencoba mengulur waktu
beberapa menit, berharap berharap mereka tidak akan datang ke
sini." Di luar ruangan itu, teriakan dan langkah kaki semakin keras
saat para penjaga itu berjalan di dalam kuil menuju ke arah
mereka, berusaha mengepung para penyusup kuil itu.
"Sallemo nafsoko!"
"Pasti ada jalan keluar lain," kata Freya. "Pasti ada."
"Tentu, ada pintu ajaib dan jika kau menggoyangkan tongkat
dan mengucapkan abrakadabra?"
396 | PAUL SUSSMAN Terdengar lebih banyak lagi teriakan, dibarengi bunyi peluit
tak henti-henti. Mata Freya memutari sekeliling dinding dengan
cemas dan bingung, mencari sesuatu yang bisa membantu
mereka. Sepuluh pilar pendek dan padat"dua baris dengan
masing-masing lima pilar"ruangan yang lebih kecil terbuka di
masing-masing ujungnya, dinding yang dipenuhi relief yang sisi
kanannya diberi tali pembatas untuk mencegah para wisatawan
agar tak bisa menyentuh prasasti. Tidak ada satu pun yang menawarkan mereka harapan untuk dapat melarikan diri.
"Kalau mereka masuk, kau diam saja dan biarkan aku bicara
kepada mereka," kata Flin. "Usahakan tanganmu tetap terlihat."
Freya mengabaikannya, masih terus mengamati sekeliling.
Teriakan dan tiupan peluit kali ini disusul oleh suara gonggongan
anjing. Dua jendela di langit-langit"lubang biru persegi pada plafon
berupa lembaran beton"sukar dijangkau walaupun plafon itu
sendiri lebih rendah di situ daripada di dua aula sebelumnya,
hanya sekitar lima meter dari lantai. Tanpa tangga atau perancah,
mereka merasa jendela itu sepertinya berjarak lima puluh meter
ke atas. Freya menghapus pikiran itu, lalu menatap dinding lagi,
ruang di sisi, pilar, lantai batu dan kembali ke pilar. Pilar itu.
Pendek dan kokoh, seperti pokok pohon, terbuat dari bagian
seperti drum yang ditumpuk dengan celah di antara masingmasing drum. Freya melangkah ke depan dan mengamati lagi
jendela di langit-langit. Masing-masing berjarak satu setengah
meter jauhnya dari bagian teratas pilar terdekat, terlalu jauh
untuk dijangkau tanpa pegangan tangan. Kecuali memang ada
pegangan"batang besi pendukung berkarat yang menjulur dari
dua jendela langit-langit seperti akar yang menjuntai ke dalam
ruangan itu. Dan pilar terdekat darinya memiliki penjepit logam
yang membungkus sekeliling bagian teratas drum teratas seperti
tali pengikat stoking di sekitar bagian pangkal paha. Pada pilar
ada celah di antara silindernya untuk kaki dan pegangan tangan,
jari masuk ke balik penjepit, miringkan badan, melompat menjangkau besi pendukung. Ini akan menjadi manuver gila, tidak
THE HIDDEN OASIS | 397 mungkin, Deadman into a Dead Hang, sesuatu yang tidak akan
dia pertimbangkan bahkan dalam sebuah pelatihan memanjat
dinding dengan tali pengaman dan alas penahan jika ada yang
terjatuh. Gila. Gila. Tetapi"
"Aku bisa mengusahakan agar kita bisa keluar dari sini," kata
Freya. Kepala Flin menengok ke arahnya.
"Apa kau bilang?"
Freya tidak membuang waktu dengan menjelaskan. Sambil
mengajak Flin ke tali yang terikat di depan dinding berelief,
Freya meminta Flin untuk menekuk tali itu, kemudian berlari ke
pilar dan mulai memanjat. Walaupun sempit, sambungan antara
drum batu cukup memberinya ruang untuk menyelipkan jari
tangan dan jari kaki untuk berpegangan, dan walau lebih mudah
memanjat dengan kapur dan sepatu panjat yang sesuai, Freya
masih bisa mencapai bagian teratas pilar tanpa banyak masalah.
Setelah mengaitkan jarinya di balik penjepit logam, dia menyeimbangkan ujung jari kakinya pada relif yang menonjol yang
menutupi permukaan pilar dan menatap lurus ke arah batang
besi pendukung yang menjuntai. Dari atas sini, besi itu terlihat
lebih jauh daripada jika dilihat dari bawah.
Flin kini berdiri di bagian bawah pilar, tali yang ditekuknya
menggantung di bahunya. Arah mata Freya mengatakan kepada
Flin semua yang perlu dia ketahui tentang apa yang ada dalam
rencananya. "Tidak mungkin! Lehermu bisa patah!"
Freya tak mengacuhkannya. Bersiap pada pilar, dia berusaha
menempatkan dirinya sedekat mungkin ke jendela langit-langit,
menyesuaikan posisi pijakan jari kaki dan tangannya untuk
memberinya daya dorong yang cukup untuk melompat.
"Demi Tuhan, Freya!"
Teriakan dan gonggongan semakin mendekat. Dengan setiap
detik yang begitu berharga, dia melemparkan pandangan terakhir ke jendela di langit-langit, menjepitkan kakinya dan me398 | PAUL SUSSMAN lompat, mendorong dirinya sekuat tenaga dari pilar menuju
batang besi. Ketakutan Freya adalah apakah jika dia tidak bisa meraih
dan memegang batang besi dengan benar atau momentum
lompatannya akan mematahkan pegangannya dan membuatnya
jatuh terjerembab ke lantai di bawah. Nyatanya, seperti seorang
seniman akrobat tali di udara, dia berhasil melakukan lompatan
sempurna, meraih besi dengan kedua tangannya, berayun-ayun
liar untuk sesaat sebelum diam, bergantung di atas lantai ruang.
Flin menengadah dari bawah, ekspresinya bercampur antara
ketakutan dan kekaguman. Freya diam beberapa saat, kepalanya
menoleh ke belakang, melihat bukaan di atas, mengumpulkan
kekuatannya. Kemudian, setelah menarik napas, dia mulai
mengangkat tubunyanya ke atas, tangan merambat naik,
menuju jendela langit-langit. Bagi orang lain yang tak punya
pengalaman seperti dirinya, memanjat seperti itu hampir tak
mungkin dilakukan, memerlukan kekuatan otot bahu dan
lengan bagian atas, seperti yang Freya miliki. Bertahun-tahun
bergantungan di permukaan batu karang tersulit di dunia,
belum lagi ratusan chin-up4 yang dia lakukan setiap pagi untuk
membuat dirinya selalu bugar, sudah lebih dari cukup untuk
menyesuaikan tubuhnya dalam aksi seperti itu dan dia sanggup
melakukannya. Otot bisep dan deltroidnya membesar dan
mengencang, kakinya gemetar seolah sedang berenang ke atas,
dia pun mencapai bagian bawah jendela. Freya mengangkat
kaki kirinya dan melingkarkannya di sekitar batang besi, menjulurkan tangan ke bukaan dan meraih bingkai luarnya. Dia
menarik tubuhnya naik beberapa sentimeter, mengulurkan
tangan yang satu lagi, mengangkat tubuhnya sampai kepalanya,
kemudian bidang dadanya, dan akhirnya seluruh tubuhnya
sudah berada di luar atap kuil.
Chin-up: Latihan peregangan otot dengan cari bergantungan di sebuah palang
dan menarik tubuh ke atas berulang kali dengan kekuatan lengan hingga posisi
dagu sejajar atau lebih tinggi sedikit daripada palang.
THE HIDDEN OASIS | 399 Di lantai ruangan itu Flin menyaksikan Freya menghilang
dari jendela. Freya menjulurkan lengannya lagi dan menjentikkan
jemarinya dan Flin melemparkan tali ke Freya, sambil menengok
cemas ke belakang. "Ehna dakhleen lolo!" kata seseorang. "Ma tehawloosh teamelo
haga wa ella hanedrabkom bennar!" Kami datang untuk menangkap kalian. Jangan coba-coba melakukan apa pun atau akan
kami tembak!" "Ayo!" Flin mendesis.
Satu ujung tali turun lagi. Tanpa susah payah memastikan
apakah Freya sudah menjepit ujung tali dengan benar, Flin
meraih tali dengan kedua tangannya dan memanjat ke atas,
penjaga kini hanya beberapa detik jauhnya, gonggongan dan
dengus sejumlah anjing tampak memenuhi seluruh kuil. Flin
berhasil mencapai jendela, mengangkat tubuh, beringsut dan
mendorong dirinya ke atas lalu berguling menjauh dari bukaan,
membiarkan Freya menarik tali ke atas dan menghilang sebelum
sepasang anjing Alsatian datang menghambur di ruang bawah
itu, yang segera diikuti oleh setengah lusin penjaga.
Terdengar suara berteriak, gonggongan anjing, langkah kaki
berlari, tetapi mereka tidak bergeming dan mendengarkan.
Sambil terengah-engah, lengan kemeja Flin bernoda merah
akibat darah dari sebagian luka pada lengannya yang membuka
kembali, Flen dan Freya berjalan melintasi atap menuju sisi
belakang. Karena kuil dibangun dengan bagian belakang menempel ke sisi bukit, tingginya hanya beberapa meter dari
bawah. Mereka melompat ke hamparan pasir di bawah dan
bertemu dengan tiang kawat telepon yang dilihat Freya ketika
mereka tiba tadi, memilih jalur yang menuruni bukit di sisi kuil.
Lima menit kemudian mereka tiba kembali di Jeep. Tiga puluh
detik setelah itu, mereka sudah melaju di sepanjang jalur keluar
dari Abydos bersamaan dengan sederet mobil polisi melintas di
arah berlawanan, dengan sirene meraung.
"Aku tak pernah menyadari bahwa ilmu peradaban Mesir
begitu menarik," kata Freya, yang pertama kali bicara di antara
400 | PAUL SUSSMAN mereka setelah melarikan diri.
"Aku pun tak pernah menyadari bahwa panjat tebing ternyata
juga berguna," Flin membalas.
Mereka saling melirik dan tersenyum
"Kita harus menempuh perjalanan jauh untuk pulang," katanya. "Kau yakin akan terus mengikuti petualangan ini?"
"Aku tidak akan melepaskan kesempatan ini."
Flin menatap Freya lagi, mengangguk, dan menekan pedal
gas. "Dakhla, kami datang."
Kairo MOHAMMED Shubra telah bekerja di bagian resepsionis gedung
USAID selama dua puluh tahun terbaiknya, dan selama itu dia
tidak ingat apakah pernah melihat Mrs. Kiernan tampak lebih
ceria. Wanita itu selalu tersenyum kepadanya, tentu saja, selalu
santun, tetapi pagi ini ketika memasuki gerbang dan menuju
gedung dia kelihatan sangat ceria.
"Sesuatu yang indah telah terjadi," kata Mohammed ketika
Kiernan menghampirinya dan memperlihatkan kartu identitasnya. "Aku melihatnya di wajahmu."
Kiernan tersenyum dan menggerakkan jarinya.
"Kau "kan selalu tahu, Mohammed?"
"Mrs. Kiernan, kau pasti buta kalau kau tak merasa! Kau
baru menerima kabar dari keluarga, aku kira."
Kepalanya menggeleng. "Pekerjaan. Selalu tentang pekerjaan, Mohammed."
Mohammed selesai sampai di situ saja"bukan pada tempatnya untuk menanyakan kepada Kiernan tentang segala urusTHE HIDDEN OASIS | 401 annya"tetapi yang mengejutkannya, dan juga membuatnya
senang, Kiernan melihat sekilas ke sekeliling, kemudian menyorongkan tubuhnya ke dekat meja.
"Aku mendengar kabar tentang salah satu proyekku," katanya.
"Aku tak mengira proyek ini akan sukses, tetapi sekarang kelihatannya mungkin saja."
Mrs. Kiernan tidak pernah berbicara seperti itu kepadanya
sebelumnya, tidak pernah terbuka seperti ini, dan dia merasakan
getaran kebahagiaan, seolah dia dibiarkan masuk ke sebuah
rahasia besar. "Kau sudah lama bekerja pada proyek ini?" tanya Mohammed,
mencoba terdengar santai, seolah dia berbicara tentang hal
seperti ini sepanjang waktu.
"Oh ya," jawab wanita itu, sambil menyentuh salib yang tergantung di lehernya, tersenyum. "Sudah sangat lama. Bahkan
sejak sebelum kau bekerja di sini. Sudah sangat lama."
"Proyek besar" Penting?"
Walaupun Kiernan terus tersenyum, sesuatu di matanya


The Hidden Oasis Karya Paul Sussman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tampaknya tiba-tiba menegang, seolah dia telah mengungkapkan
begitu banyak hal yang membuatnya lega dan kini ingin
menutup percakapan. "Semua proyek kita penting, Mohammed. Semua proyek itu
membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik. Dan hari ini
aku akan sibuk sekali, jadi kalau kau tak keberatan?"
Kiernan melambaikan tangan dan menuju lift, namun dia
kembali lagi beberapa saat kemudian, sambil merogoh tas tangannya.
"Ada lagi. Apakah kau pernah melihat pria ini sebelumnya?"
Dia menyodorkan sebuah foto ke atas meja di depan
Mohammed"pria botak dan tambun dengan pipi kemerahan
dan bibir besar. "Dia ke sini kemarin pagi," jawab pria Mesir itu, sambil
merasa bahwa dia mungkin telah melangkah terlalu jauh
402 | PAUL SUSSMAN sebelumnya dan senang bahwa kini dia memiliki kesempatan
untuk menebusnya. "Direktur membawanya keliling."
Kiernan mengangguk dan menyelipkan foto itu kembali ke
dalam tasnya. "Kau bisa bantu aku, Mohammed" Kalau kau melihatnya lagi,
tolong telepon aku, beri tahu aku bahwa dia ada di gedung ini?"
"Tentu saja, Mrs. Kiernan. Begitu aku melihatnya. Kau akan
menjadi orang pertama yang tahu."
Kiernan mengucapkan terima kasih, melintasi lobi, melangkah memasuki lift dan menghilang.
"Perempuan yang sangat ramah," kata Mohammed Shubra
kepada istrinya ketika Subhra menelepon isterinya beberapa saat
kemudian pagi itu. "Kuat seperti kulit sepatu tua. Aku sama
sekali tidak ingin berada di posisi yang berlawanan dengannya."
Dakhla MUNCUL dari semak belukar, sosok itu berhenti sejenak seolah
sedang mendengarkan, kemudian bergegas ke sisi gedung
tambahan"bangunan balok biasa dengan atap dari daun palem
dan pintu besi yang berat dengan rantai dan gembok. Dia
seorang laki-laki, jelas terlihat dari cara dia bergerak. Di luar
itu, sulit mengidenti"kasi laki-laki itu karena tubuhnya terbalut
jubah hitam yang menggelembung, kepala dan wajahnya dalam
balutan syal dengan warna yang sama sehingga hanya matanya
yang terlihat. Setalah merogoh sakunya, dia menarik benda logam kecil
dengan sebuah benda seperti magnet melekat di bagian bawahnya. Dia memutar benda itu di tangannya, kemudian memasukkannya kembali ke jubahnya. Setelah memanjat pedati
kayu tua yang diparkir di sebelah bangunan, dia merayap melalui
jendela yang ada di dinding tinggi"bukaan empat persegi
THE HIDDEN OASIS | 403 panjang sederhana tanpa kusen atau kaca. Terdengar hentakan
ketika dia menjejakkan kaki di lantai dalam, disusul gerakan dan
bunyi denting rendah seolah magnet itu melekat pada sesuatu.
Dalam satu menit, dia keluar lagi dan kembali ke semak belukar
di belakang bangunan. Tiga menit kemudian terdengar suara
sepeda motor menyala, deru mesinnya perlahan menghilang
sampai tidak terdengar suara apa pun kecuali kicau burung dan
deru rendah pompa irigasi.
Kairo yang kacau, itulah penjelasan terbaik yang bisa
dilakukan Angleton. Atau kekacauan yang terorganisasi. Yang
mana pun dari keduanya, yang jelas sistem pengawasan lalu
lintas Mesir adalah satu tata kelola yang, kentara sekali, benarbenar tak terorganisasi"polisi wajib militer yang tampak bosan
dan setengah terpelajar sedang berdiri di balok jalan entah di
mana mencatat pelat nomor dan detail pengemudi mobil yang
lewat"namun herannya, ketika semuanya selesai dilakukan,
semua itu terbukti benar-benar e"sien.
Baru saja lewat tengah malam, anak buah Mayor Jenderal
Taneer telah menghubunginya untuk melaporkan hasil bagian
pertama: mobil Brodie dan Hannen telah melewati pos
pemeriksaan di Highway 11 pada jam 21.33, melaju ke utara ke
Alexandria, dan kemudian lewat lagi melalui pos pemeriksaan
pada jam 22.54, kali ini menuju Kairo. Angleton tak tahu apa
persisnyanya yang telah mereka lakukan di sana Angleton, tetapi
apa pun itu, ini adalah pembuka bagi perjalanan utama mereka.
Informasi terus mengalir sepanjang malam dan semuanya
memperlihatkan bahwa mereka bergerak ke selatan. Pertama
sepanjang Highway 22 ke Fayyum, dan kemudian di sepanjang
Highway 2 sampai ke Lembah Nil. Mereka telah melewat
Beni Suef pada jam 12.16, Maghaga jam 12.43, Al-Minya jam
ORGANISASI 404 | PAUL SUSSMAN 13.16"pada titik ini dia meminta orang-orang Mesir untuk
memusatkan seluruh usaha mereka pada rute khusus ini dan
cabangnya"Asyut jam 14.17, Sohag jam 15.21 dan akhirnya,
jam 03.56 dini hari di pos pemeriksaan di luar Abydos.
Setelah itu tidak ada catatan apa-apa lagi selama lebih dari tiga
jam. Sekitar 05:30 dia meminta penyisiran panggilan telepon di
setiap hotel dan penginapan yang terdaftar resmi di lingkungan
Abydos untuk melihat apakah mereka mampir untuk bermalam.
Zilch. Dia sudah mulai menyumpah-nyumpah"sama sekali
bukan seperti dirinya"yakin mereka telah mengecohnya.
Tidak ada lalu lintas telepon seluler, tidak ada komunikasi apa
pun yang bisa ditangkap oleh perangkat penyadapannya dan
hampir saja tidak menerima kenyataan bahwa dia sudah kehilangan mereka. Kemudian, secara tiba-tiba, pada jam 07.07,
dia menerima pesan bahwa sebuah Cherokee dan dua orang
penumpangnya telah sekali lagi melewati pos pemeriksaan
Abydos. Bukan hanya itu, tetapi juga keberangkatan mereka
bersamaan dengan terjadinya semacam insiden keamanan di
dalam kuil"penyusupan, vandalisme, pengejaran. Dia ingin
mengetahui lebih banyak, tetapi perinciannya masih berupa
sketsa dan dia harus cukup puas dengan fakta bahwa Brodie dan
Hannen, paling tidak, sudah tertangkap radar lagi. Dia merasa
senang dan lega dan, setelah memeluk Mrs. Malou" tua yang
malang ketika dia baru saja tiba untuk memulai jam kerjanya,
mendaratkan sebuah kecupan di pipi wanita itu.
"Permainan ini masih jalan terus!" pekiknya dengan suara
keperempuan-perempuanan dan melengking. "Permainan ini
masih jalan terus, dasar keparat kalian!"
Begitu dia sudah tenang dan Mrs. Malou" telah merapikan
pakaiannya dan merapikan rambutnya?"Kumohon kau tidak
Mushasi 24 Fear Street Awal Mula Fearhall The Beginning Pendekar Sakti 5

Cari Blog Ini