Hus Hus Buku 2 Crescendo Karya Becca Fitzpatrick Bagian 2
Setelah Scott pergi, Mrs. Parnell tersenyum lebar. Seolah ingin menghapus lima menit terakhir dan memulai dengan sesuatu yang baru. Sekarang ceritakan kepadaku, katanya dengan sikap yang agak terlalu ceria, apakah Nora punya pacar"
Tidak, kataku berbarengan dengan Ibu yang berkata, Semacam itulah.
Ini membingungkan, kata Mrs. Parnell sambil mengunyah sesendok penuh lasagna. Dan menatapku dan Ibu bergantian.
Namanya Patch, kata Ibu.
Nama yang aneh, goda Mrs. Parnell. Apa yang ada dalam kepala orangtuanya"
Itu nama julukan, Ibu menjelaskan.
Mendadak aku menyesal karena telah menjelaskan hal itu kepada Ibu.
Mrs. Parnell menggelengkan kepala. Kurasa itu nama geng. Semua anggota geng punya nama julukan. Slasher, Slayer, Maimer, Mauler, Reaper, Patch.
Aku memutar bola mata. Patch bukan anggota geng.
Itu sangkamu, kata Mrs. Parnell. Anggota geng itu umumnya kriminal, kan" Mereka seperti kecoa yang cuma keluar pada malam hari. Mrs. Parnell terdiam, dan rasanya aku melihat matanya berkaca-kaca saat menatap kursi kosong Scott. Zaman sudah berubah. Beberapa minggu lalu aku menonton Law & O rder yang menceritakan sekelompok anggota baru geng pinggiran kota yang kaya. Mereka dijuluki kelompok rahasia, atau perkumpulan darah, atau nama-nama aneh lainnya yang pada dasarnya sama. Kupikir cerita ini tidak berbeda dengan sampah Hollywood yang sensasional. Tetapi, ayah Scott mengaku semakin sering saja melihat yang semacam ini. Dia bisa membedakan anggota geng, karena pekerjaannya sebagai polisi.
Suamimu polisi" tanyaku.
Mantan-suami, semoga dia mati perlahan-lahan. Cukup sudah. Suara Scott melayang dari lorong yang gelap, dan aku kaget. Sebenarnya aku sedang bertanyatanya apakah Scott benar-benar ke kamar mandi, atau dia hanya berdiri di luar ruang makan, menguping pembicaraan kami. Ketika itulah aku dikagetkan oleh semacam kesadaran bahwa dia tidak melafalkan katakata itu. Bahkan
Aku yakin dia berbicara ke& pikiranku. Bukan. Bukan pikiranku. Akan tetapi, pikiran ibunya. Dan entah bagaimana, aku ikut mendengar.
Mrs. Parnell mengangkat telapak tangan. Aku cuma berkata semoga dia mati perlahan-lahan aku tidak akan mencabut ucapanku. Karena itulah yang kurasakan.
Kubilang jangan bicara lagi. Suara Scott tenang, menakutkan.
Ibuku membalikkan badan, seolah-olah baru sadar Scott telah memasuki ruangan. Aku mengejap dengan rasa tidak percaya. Aku tidak benar-benar mendengar dia berbicara ke pikiran ibunya, kan" Maksudku, Scott itu manusia& bukan"
Begitukah caramu berbicara dengan ibumu sendiri" kata Mrs. Parnell sambil menggoyang-goyangkan jari. Tapi aku yakin itu lebih untuk kepentingan kami daripada memarahi Scott.
Tatapan dingin Scott tetap tertuju ke ibunya selama beberapa detik lagi. Kemudian dia bergegas ke pintu depan dan membanting pintu.
Mrs. Parnell mengelap mulut. Lipstik warna merah mudanya membekas di serbet. Sisi buruk perceraian, katanya sambil menghela napas. Biasanya Scott tidak begini. Memang, dia mirip sekali dengan ayahnya. Well. Ini bukan topik pembicaraan yang menyenangkan dan tidak cocok untuk makan malam. Apakah Patch bisa gulat, Nora" Aku yakin Scott bisa mengajarinya.
Dia bermain pool, kataku, suaraku datar. Aku enggan membicarakan Patch. Tidak di sini, tidak sekarang. Tidak ketika penyebutan namanya menimbulkan gumpalan di tenggorokanku. Lebih dari sebelumnya, aku berharap membawa ponsel. Kemarahanku kepadanya sudah berkurang jauh. dan kemungkinan hati Patch pun sudah dingin lagi. Apakah dia sudah memaafkanku sehingga bersedia mengirim SMS atau meneleponku" Persoalan ini seperti benang kusut, tapi pasti ada jalan keluar. Ini tidak seburuk kelihatannya. Kami akan menemukan cara untuk menyelesaikan persoalan ini.
Mrs. Parnell mengangguk. Polo. Nah, itu baru olahraga Maine sejati.
Maksudnya pool, sejenis permainan biliar, kata Ibu mengoreksi. Suaranya seperti menggumam.
Mrs. Parnell memiringkan kepala, seolah tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Itu kegiatan khas anggota geng, akhirnya dia berkata. Dalam salah satu episode Law & O rder, pemuda-pemuda kalangan atas membanjiri rumah biliar seperti kasino Las Vegas. Sebaiknya kau awasi Patch-mu itu, Nora. Mungkin ada rahasia yang dia sembunyikan. Rahasia gelap.
Dia bukan anggota geng, ulangku, rasanya untuk yang kesejuta kalinya, dan berusaha mengatakannya dengan tetap sopan.
Tetapi begitu kata-kata itu terucap, aku sadar. Aku tidak punya bukti untuk meyakinkan bahwa Patch tak pernah menjadi anggota geng. Apakah kelompok malaikat terbuang bisa dikategorikan sebagai geng" Aku tidak tahu banyak tentang masa lalunya, terutama sebelum dia bertemu denganku& .
Kita lihat saja nanti, kata Mrs. Parnell ragu-ragu.
Satu jam kemudian makanan telah disingkirkan, piring-piring telah dicuci. Mrs. Parnell akhirnya tidak punya pekerjaan lain selain mencari Scott. Aku sendiri masuk ke kamarku. Ponselku menghadap ke atas di lantai. Tidak ada SMS dan pesan baru, ataupun missed call.
100 Bibirku bergetar. Aku menekankan punggung tangan ke mata agar air mata tidak mengaburkan pandanganku. Agar tidak berkubang dalam kata-kata buruk yang kuucapkan kepada Patch, aku berusaha menyibukkan pikiran dengan mencari cara untuk memperbaiki semuanya. Para penghulu malaikat tidak bisa melarang kami saling berbicara atau saling bertemu. Karena Patch adalah malaikat pelindungku. Dia harus mendampingi kehidupanku. Kami akan terus melakukan hal-hal yang biasa kami lakukan. Dalam beberapa hari, setelah kami melupakan pertengkaran pertama itu, semuanya akan kembali normal. Dan buat apa memikirkan masa depan" Aku bisa mengatasinya nanti. Aku tidak punya keharusan merencanakan seluruh kehidupanku dengan tepat sekarang.
Tetapi, ada sesuatu yang mengganjal pikiranku. Dalam dua bulan terakhir ini, aku dan Patch menunjukkan kasih sayang di antara kami secara terbuka. Lalu, kenapa baru sekarang dia mengkhawatirkan penilaian penghulu malaikat"
Ibu menjulurkan kepala dari pintu kamarku. Aku akan membeli beberapa keperluan untuk perjalanan besok. Tidak akan lama. Kau butuh sesuatu"
Ibu tidak mengungkit-ungkit persoalan Scott sebagai calon pacarku lagi. Sepertinya masa lalu Scott yang tidak
101 jelas membuyarkan semangat Ibu menjodohkan kami. Aku baik-baik saja, terima kasih.
Ibu hendak menutup pintu, tapi kemudian berhenti. Sepertinya kita punya masalah. Aku tak sengaja memberitahukan Lynn bahwa kau tidak punya mobil. Dia mengusulkan agar Scott yang mengantarkanmu ke sekolah musim panas. Kubilang itu tidak perlu. Tapi rasanya dia menganggap ucapan itu hanya karena aku takut akan memberatkan Scott. Dia bilang, kau bisa membalas bantuannya dengan mengajaknya berkeliling Coldwater besok.
Aku akan menumpang Vee ke sekolah. Aku juga sudah bilang itu, tapi dia tidak bisa menerima jawaban tidak. Sebaiknya kau saja yang menjelaskan hal ini langsung kepada Scott. Katakan terima kasih atas tawarannya, tapi kau sudah mendapat tumpangan.
Persis seperti yang kuinginkan. Berinteraksi lagi dengan Scott.
Aku lebih suka kau menumpang mobil Vee saja, imbuh Ibu pelan. Bahkan jika Scott mampir selagi aku keluar kota minggu ini, mungkin kau sebaiknya menjaga jarak.
Ibu tidak percaya kepadanya"
102 Kita belum mengenalnya dengan baik, katanya hati-hati.
Tapi dulu aku dan Scott berteman, Ibu ingat" Dia menatapku penuh empati. Itu sudah lama sekali. Banyak hal yang berubah.
Betul sekali. Aku cuma ingin tahu lebih banyak tentang Scott sebelum kau bergaul dengannya, lanjut Ibu. Akan kupikirkan apa yang bisa kulakukan setelah aku kembali.
Well, ini perubahan yang tidak diharapkan. Ibu ingin mengorek keburukan Scott"
Lynn teman baikku. Dia sedang stres. Mungkin dia butuh seseorang yang bersedia mendengarkan keluh kesahnya. Ibu melangkah ke meja kecilku, menuangkan losion ke telapak tangan, lalu menggosokkannya ke kedua tangannya. Jika dia menyebut soal Scott, well, aku bukannya tidak akan mendengarkan.
Jika ini bisa meningkatkan kecurigaanmu bahwa dia bukan anak baik, kurasa tingkahnya aneh saat makan malam tadi.
Orangtuanya baru saja bercerai, kata Ibu dengan suara yang tetap dijaga netral. Aku yakin dia banyak melewati gejolak. Berat rasanya kehilangan orangtua. Memangnya aku tidak tahu.
103 Lelang berakhir Rabu siang, dan seharusnya aku pulang saat makan malam. Vee akan menginap besok, kan"
Ya, kataku, baru sekarang teringat, aku masih perlu membahasnya dengan Vee. Tapi, aku sepertinya tidak akan ada masalah. Omong-omong, rasanya aku akan mencari pekerjaan. Lebih baik aku berterus terang sekarang. Apalagi jika beruntung, aku mungkin sudah mendapat pekerjaan sebelum dia pulang.
Ibu mengejap. Kenapa kau punya rencana seperti itu"
Aku butuh mobil. Kupikir kau tidak keberatan menumpang mobil Vee.
Aku merasa seperti parasit. Aku bahkan tidak bisa pergi ke toko saat mendadak butuh pembalut, tanpa menelepon Vee. Lebih parah lagi, aku nyaris menumpang mobil Marcie Millar untuk ke sekolah hari ini. Aku tidak ingin memberi tuntutan tidak penting kepada Ibu. Terutama ketika dia tidak punya uang banyak. Tetapi, aku juga tidak ingin pengalaman hari ini terulang lagi. Aku rindu punya mobil sendiri sejak ibuku menjual Fiat. Melihat Cabriolet tadi siang, mendorongku untuk bertindak. Sepertinya membeli mobil dengan uangku sendiri adalah jalan keluar yang baik.
104 Apakah sekolahmu tidak terganggu" tanya Ibu, sepertinya tidak marah dengan ideku itu. Bukannya aku berharap dia marah.
Aku hanya mengambil satu kelas. Ya, tapi itu kimia.
Jangan tersinggung, tapi rasanya aku bisa mengatasi keduanya sekaligus.
Mendengar ucapanku, Ibu duduk di ujung ranjang. Ada sesuatu yang tidak beres" Sepertinya kau mudah marah malam ini.
Aku tidak langsung menjawab, nyaris saja mengatakan yang sebenarnya. Tidak. Aku baik-baik saja. Kau sepertinya tertekan.
Hari yang melelahkan. Oh, apa aku sudah bilang, Marcie Millar adalah partner kimiaku"
Dari ekspresinya, aku tahu Ibu maklum betapa beratnya persoalan ini. Lagi pula selama sebelas tahun terakhir, aku selalu mengadu kepada Ibu jika Marcie menjahiliku. Dan ibukulah yang membereskan persoalan, menenangkan aku, dan membuatku bersekolah kembali sebagai anak yang lebih kuat, lebih bijaksana. Ibu juga membekali aku beberapa trik jika lain kali Marcie berulah.
Aku terikat dengannya selama delapan minggu.
105 Begini saja, jika kau berhasil melewati delapan minggu tanpa membunuhnya, kita bisa membahas kemungkinan memberimu mobil.
Taruhannya berat sekali. Ibu mencium keningku. Aku berharap mendapat laporan lengkap begitu aku pulang nanti. Jangan ada pesta liar selama aku pergi.
Aku tidak janji. Lima menit kemudian, Ibu mengemudikan Taurusnya melewati halaman rumah. Aku menurunkan tirai, bergelung di sofa, dan menatap ponsel.
Tak ada panggilan masuk. Aku memegang kalung Patch di leherku, dan menggenggamnya lebih keras ketimbang yang kuharapkan. Mendadak pikiran buruk melintas. Mungkin tinggal itulah yang masih bisa kumiliki dari Patch.
***** 106 M iMpi iTU hadiR dalaM Tiga waRna. hiTaM ,
putih, dan abu-abu pucat.
Malam itu cuaca dingin. Aku berdiri telanjang kaki di jalanan. Tanah dan air hujan dengan cepat mengisi lubang yang bertebaran di jalan. Batu kerikil dan tangkai rumput melayang terbawa air. Kegelapan menelan wilayah pedesaan, kecuali satu titik terang. Beberapa ratus yard dari jalan, ada sebuah penginapan yang tersusun dari batu dan kayu. Cahaya lilin berkedap-kedip di jendela. Aku hendak
107 melangkahkan kaki ke sana untuk berlindung dari hujan, tetapi telingaku menangkap bunyi lonceng di kejauhan.
Karena bunyinya semakin nyaring, aku bergerak menjauhi jalan. Dari jarak yang aman, aku melihat sebuah kereta kuda menembus kegelapan. Kereta itu berhenti di tempat aku berdiri tadi. Begitu roda-rodanya berhenti berputar, sang kusir melompat turun. Lumpur memercik dari sepatu botnya. Dia mendorong pintu kereta lalu menyingkir.
Dan muncullah suatu sosok gelap. Jubah menempel di bahunya, berkibar-kibar tertiup angin. Tetapi tudung menutupi wajahnya rapat-rapat.
Tunggu di sini, katanya kepada kusir. Tuanku, hujan sangat deras
Lelaki bertudung mengangguk ke arah penginapan. Ada urusan yang harus kuselesaikan. Aku tidak akan lama. Siapkan kuda.
Mata sang kusir beralih ke penginapan. Tetapi Tuanku& para penjahat berkumpul di sana. Dan kondisi malam ini tidak baik. Aku merasakannya sampai ke tulang. Kusir itu menggosok tangannya keras-keras, seolah untuk mengusir rasa dingin. Sebaiknya Tuanku segera pulang saja.
Jangan katakan apa-apa kepada istriku. Lelaki berjubah menjulurkan tangan dan membuka sarung tangan,
108 sementara matanya tetap lurus ke penginapan. Sudah cukup banyak yang dicemaskannya, bergumamnya.
Aku mengalihkan perhatian ke penginapan. Cahaya lilin berkedap-kedip di jendela kecil dan tipis. Atap penginapan itu sedikit miring ke kanan. Seolaholah alat yang digunakan untuk membangunnya tidak presisi. Tumbuhan rambat menjalar di dinding luar. Dan sekali-sekali terdengar teriakan kasar atau bunyi gelas pecah.
Sang kusir menarik lengan jaketnya ke hidung. Putraku sendiri meninggal akibat wabah cacar dua tahun lalu. Sungguh berat, cobaan yang keluarga tuan hadapi.
Setelah itu keheningan yang kaku. Kuda mengentakkan kaki dengan tidak sabaran, pelana mereka beruap. Kepulan-kepulan kecil melayang dari hidung mereka. Gambaran ini begitu otentik hingga mendadak membuatku ketakutan. Rasanya aku tidak pernah mengalami mimpi senyata ini.
Lelaki berjubah beranjak menyeberangi jalanan berbatu yang mengarah ke kedai. Ujung-ujung mimpi ini menghilang di belakangnya. Dan setelah ragu-ragu sejenak, aku memandangi kepergiannya dengan perasaan takut. Jangan-jangan aku pun akan menghilang sekira109 nya tidak dekat-dekat dengannya. Aku bersembunyi di balik pintu di belakang lelaki itu.
Di tengah-tengah dinding belakang ada sebuah tungku yang sangat besar, dengan cerobong dari batu bata. Beraneka macam mangkuk kayu, cangkir kaleng, dan sendok-garpu tergantung di paku yang ditancapkan di kedua dinding di sebelah tungku. Tiga buah tong digelindingkan ke sudut. Seekor anjing dekil meringkuk di ceruk tempatnya tidur, di depan tungku itu. Bangku-bangku tercerai-berai dan piring serta cangkir kotor berserakan di lantai. Kesemrawutan itu masih ditambah dengan sesuatu yang kelihatannya mirip serbuk gergaji, bertebaran di sana. Begitu aku melangkah, tanah sudah menempel erat di tumitku. Aku sedang membayangkan mandi air panas ketika kehadiran sekitar sepuluh pelanggan yang duduk mengelilingi beberapa meja di penginapan itu membuatku tersadar.
Sebagian besar lelaki itu memelihara rambut sebahu, dengan jenggot yang aneh dan ujungnya runcing. Celana mereka longgar dan dimasukkan ke dalam sepatu bot tinggi. Lengan baju mereka pun lebar. Mereka juga mengenakan topi yang mengingatkan aku kepada para peziarah.
Sudah pasti situasi semacam ini terjadi pada masa lampau. Dan karena detail mimpi ini begitu gamblang,
110 paling tidak seharusnya aku tahu periodenya. Tetapi, aku tak punya bayangan sama sekali. paling banter, rasanya itu di Inggris. Tapi kejadiannya antara abad kelima belas hingga kedelapan belas. Tahun ini aku mendapat nilai A untuk mata pelajaran sejarah dunia. Tetapi, baju-baju khas masa tertentu tidak masuk dalam ujian. Begitu juga detail-detail lain yang tampak dalam pemandangan di depanku ini.
Aku mencari seseorang, kata lelaki berjubah kepada bartender, yang berdiri di balik meja setinggi pinggang yang kurasa berfungsi sebagai bar. Aku diminta menemuinya di sini malam ini, tetapi sayangnya aku tidak tahu namanya.
Sang bartender, seorang lelaki pendek berkepala plontos kecuali beberapa helai rambut di puncak kepala-nya, mengawasi orang itu. Kau mau minum" tanyanya, nyengir lebar sehingga tampaklah tonjolantonjolan hitam bergerigi yang mungkin adalah gigi.
Aku merasa mual melihatnya dan melangkah mundur.
Lelaki berjubah tidak menunjukkan reaksi yang sama. Dia hanya menggeleng. Aku harus menemui lelaki ini secepat mungkin. Menurut kabar yang kuperoleh, kau bisa membantu.
111 Senyum sang bartender menghilang di balik bibirnya. Ya, aku bisa membantumu mencari orang itu, Tuanku. Tetapi percayalah kepada lelaki tua ini dan minumlah satu-dua gelas dulu. Akan membuat darahmu hangat di tengah malam yang dingin. Dia mendorong gelas kecil ke lelaki itu.
Di balik tudungnya, lelaki itu menggeleng lagi. Sayangnya aku terburu-buru. Katakan, di mana aku bisa menemukannya. Dia mendorong sekantong koin di atas meja.
Sang bartender mengantongi koin. Sembari menggerakkan kepala ke belakang pintu, dia berkata, Dia tinggal di tengah hutan. Tetapi berhati-hatilah, Tuanku. Sebagian orang mengatakan hutan itu berhantu. Sebagian bilang siapa pun yang masuk ke sana, tak akan kembali lagi.
Lelaki berjubah mencondongkan tubuhnya ke meja yang memisahkan mereka, lalu berkata dengan suara pelan. Aku ingin menanyakan sesuatu yang bersifat pribadi. Apakah Cheshvan, bulan dalam kalender Yahudi, ada artinya bagimu"
Aku bukan Yahudi, kata sang bartender datar. Tetapi matanya mengatakan, ini bukan kali pertama dia mendapat pertanyaan seperti itu.
112 Lelaki yang ingin kucari menyuruhku menemuinya di sini pada malam pertama Cheshvan. Dia memintaku melakukan sesuatu untuknya dalam jangka waktu setengah bulan.
Si bartender menggaruk-garuk dagu. Waktu yang cukup panjang.
Terlalu panjang. Aku tidak ingin datang. Tetapi aku takut dia melakukan sesuatu jika aku tidak mematuhinya. Dia menyebut nama anggota keluargaku. Dia kenal mereka. Aku punya istri yang cantik dan empat putra. Aku tidak ingin mereka terluka.
Bartender itu memelankan suara, seolah ingin menyampaikan berita skandal. Orang yang ingin kautemui itu& . Dia tidak menyelesaikan ucapannya, tetapi menatap ke sekeliling dengan sikap curiga.
Dia luar biasa berkuasa, kata si lelaki berjubah. Aku sudah tahu, dan dia lelaki yang sangat kuat. Aku akan mencoba membuatnya mengerti. Tentu dia tidak bisa mengharapkan aku mengabaikan kewajiban dan keluargaku dalam waktu sepanjang itu. Dia tentu akan menggunakan akal sehatnya.
Aku tak tahu apa-apa soal akal manusia, kata si bartender.
Putra bungsuku tertular penyakit cacar, ungkap lelaki bertudung dengan suara bergetar penuh
113 penderitaan. Menurut dokter umurnya tidak akan lama lagi. Keluargaku membutuhkan aku. Putraku membutuhkan aku.
Minumlah, kata bartender itu pelan. Dia mendorong gelas untuk kedua kalinya.
Lelaki berjubah mendadak meninggalkan meja dan bergegas ke pintu belakang. Aku membuntuti.
Di luar, kakiku yang telanjang tenggelam dalam lumpur dingin. Hujan masih turun dengan derasnya. Aku harus berjalan dengan hati-hati agar tidak terpeleset. Aku menyeka mata dan melihat lelaki itu menghilang ke deretan pohon di sudut hutan.
Terhuyung-huyung, aku terus membuntutinya, sejenak ragu-ragu di dekat barisan pohon. Aku menyipit ke kegelapan pekat di depan.
Ada gerakan berkelebat dan tiba-tiba lelaki berjubah itu berlari kembali ke arahku. Dia terpeleset dan jatuh. Dahan pohon membuat jubahnya tersangkut. Dengan terburu-buru dia berusaha melepas jubahnya. Terdengar jeritan ketakutan. Kedua tangan lelaki itu bergoyanggoyang seperti orang kesetanan. Tubuhnya tersentaksentak.
Aku bergegas menghampirinya. Ranting menggores tanganku, bebatuan melukai kakiku yang telanjang. Aku berjongkok di sampingnya. Tudung itu masih menutupi
114 sebagian besar wajahnya. Tapi aku bisa melihat mulutnya sedikit menganga, kaku karena lelah menjerit.
Bergulinglah! perintahku, berusaha menarik kain yang terjepit di bawah tubuhnya.
Tetapi dia tidak bisa mendengar suaraku. Untuk pertama kalinya, mimpi ini menampilkan sisi yang tidak asing lagi. Seperti dalam mimpi buruk lain yang kualami, semakin keras usahaku, semakin jauhlah sesuatu yang kuinginkan.
Aku mencengkeram bahunya dan menggoyang-goyang tubuhnya. Bergulinglah! Aku bisa membawamu meninggalkan tempat ini, Tapi kau harus membantu.
Aku Barnabas Underwood, gumamnya. Kautahu jalan menuju penginapan" Gadis yang pintar, katanya, terengah-engah kehabisan napas.
Tubuhku menjadi kaku. Mustahil dia bisa melihatku. Dia sedang berhalusinasi. Pastinya begitu. Bagaimana dia bisa melihatku jika dia tidak bisa mendengarku"
Berlarilah ke sana. Katakan kepada bartender untuk mengirim bantuan, lanjutnya. Katakan, dia bukan manusia. Dia salah satu malaikat setan yang ingin menguasai tubuhku dan menyingkirkan jiwaku. Katakan agar dia membawa pendeta, air suci, dan bunga mawar.
Mendengar dia menyebut malaikat setan, bulu tanganku meremang.
115 Dia menyentakkan kepala ke arah hutan, lehernya dijulurkan. Malaikat! bisiknya panik. Malaikat itu datang!
Mulutnya menggerenyit miring. Sepertinya dia sedang berjuang untuk mengendalikan tubuhnya sendiri. Punggungnya tiba-tiba membungkuk, dan tudung kepalanya terangkat.
Aku masih memegang jubahnya. Tetapi tanganku secara refleks melepasnya. Kutatap lelaki itu dengan perasaan terkejut. Dia bukan Barnabas Underwood. Dia Hank Millar.
Ayah Marcie Millar. Aku mengejapkan mata, terbangun dari mimpi.
Cahaya tipis menembus jendela kamar tidurku. Kerangkanya berkeretak, dan angin lembut mengembuskan napas pagi pertama ke sekujur kulitku. Jantungku masih berdegup dua kali lebih cepat dari biasanya. Aku menghirup napas dalam-dalam dan meyakinkan diriku sendiri, itu semua hanya mimpi. Setelah kakiku menjejak kuat di duniaku sendiri, kenyataan pun terasa. Sekarang pikiranku terusik. Karena di antara banyak hal lain, aku justru memimpikan ayah Marcie. Dalam ketergesaan untuk melupakan, kusingkirkan mimpi itu jauh-jauh.
116 Aku mengambil ponsel dari bawah bantal. Tidak ada pesan yang masuk. Patch juga tidak meneleponku. Kutarik bantal dan aku meringkuk di ranjang, berusaha mengabaikan rasa sepi dalam diriku. Sudah berapa jamkah sejak Patch tidak di sampingku" Dua belas. Berapa lama lagi aku bisa bertemu dengannya" Aku tidak tahu. Itulah yang membuatku cemas. Semakin banyak waktu berlalu, semakin tebal dinding es yang memisahkan kami.
Jalani saja hari ini, kataku dalam hati, menelan gumpalan yang membuat tenggorokanku tercekat. Jarak yang memisahkan kami tidak akan berlangsung selamanya. Tidak ada gunanya bersembunyi di kamar seharian. Aku akan bertemu Patch lagi. Bahkan, mungkin saja dia akan menjemputku setelah jam sekolah hari ini. Mungkin begitu, atau aku bisa saja meneleponnya. Aku terus menyibukkan diri dengan pikiran-pikiran yang menggelikan. Enggan rasanya memikirkan penghulu malaikat. Atau neraka. Atau, betapa takutnya aku seandainya persoalan yang kami hadapi kelewat berat untuk diatasi.
Aku beranjak dari ranjang dan menemukan kertas catatan tertempel di cermin kamar mandi.
117 Kabar baik, aku berhasil meyakinkan Lynn agar tidak menyuruh Scott menjemputmu pagi ini.. Kabar buruknya, Lynn tetap berharap kau mau menemani Scott keliling kota. Sepertinya tidak ada gunanya menolak. Maukah kau pergi bersamanya setelah jam sekolah" Tidak usah lama-lama. Sebentar saja. Nomor teleponnya ada di meja dapur.
XOXO Ibu P.S. aku akan meneleponmu malam ini dari hotel.
Aku mengerang dan menundukkan kepala ke meja. Sepuluh menit saja bersama Scott sudah terlalu berat, apalagi beberapa jam.
Empat puluh menit kemudian aku mandi, berpakaian, dan menyantap semangkuk bubur gandum stroberi. Terdengar ketukan di pintu depan. Aku membukanya dan mendapati Vee tersenyum. Siap menikmati sekolah musim panas lagi" tanyanya.
Aku mengangkat ransel dari gantungan di lemari jaket. Kita selesaikan saja hari ini, oke"
Aduh, siapa yang membuatmu uring-uringan" Scott Parnell. Patch.
Sepertinya masalah percomblangan tidak berakhir dengan waktu.
118 Aku harus mengantarnya berkeliling kota setelah jam sekolah.
Berarti berduaan dengan cowok. Apa masalahnya" Seharusnya kau ke sini semalam. Pertemuannya heboh. Ibu Scott menceritakan masa lalu anaknya. Tapi Scott memotong ucapannya. Tidak hanya itu. Sepertinya dia juga mengancam ibunya. Kemudian dia permisi ke kamar mandi. Tetapi itu cuma pura-pura, dia malah menguping pembicaraan kami. Lalu dia berbicara ke pikiran ibunya. Mungkin.
Sepertinya dia ingin merahasiakan kehidupannya. Wah, kita harus melakukan sesuatu untuk mengubahnya.
Aku berada dua langkah di depan Vee, memimpinnya ke luar rumah. Mendadak aku berhenti, karena mendapat ilham. Aku mendapat ide bagus, kataku, membalikkan badan. Kenapa tidak kau saja yang mengantar Scott" Serius, Vee. Kau akan suka kepadanya. Dia model cowok yang tidak suka aturan, seperti berandalan. Dia bahkan bertanya apakah aku punya bir heboh, kan" Rasanya dia tipemu.
Tidaklah. Aku ada janji makan siang dengan Rixon.
Tak diduga, aku merasa jantungku ditikam. Patch dan aku rencananya akan makan siang bersama juga hari
119 ini. Tapi entah bagaimana, aku sangsi itu akan terlaksana. Ada apa denganku" Aku harus meneleponnya. Aku harus mencari cara untuk berbicara dengannya. Aku tidak mau hubungan kami berakhir seperti ini. Tidak masuk akal. Tetapi suara kecilku mempertanyakan, mengapa bukan dia yang meneleponku lebih dulu. Sama denganku dia juga harus meminta maaf.
Aku akan memberimu delapan dolar tiga puluh dua sen kalau kau mau mengantar Scott. Itu penawaran terakhir, kataku.
Menggiurkan, tapi jawabannya tidak. Dan ada satu hal lagi. Patch kemungkinan tidak akan senang jika kau dan Scott sering berduaan. Jangan salah paham. Aku tidak peduli pendapat Patch. Dan jika kau ingin membuatnya gila, keputusan ada di tanganmu. Tapi jangan lupa, aku sudah mengingatkan.
Aku sudah menuruni separuh anak tangga di beranda depan. Kakiku terpeleset ketika nama Patch disebut. Aku sudah ingin bercerita kepada Vee bahwa hubungan kami tidak beres. Tapi aku belum siap mengungkapkannya. Aku meraba ponsel di saku celanaku. Ponsel yang menyimpan foto Patch. Sebagian diriku ingin melemparnya ke pepohonan di ujung jalan. Sebagian diriku yang lain tidak mau berpisah dengannya secepat ini. Lagi pula, jika aku bercerita kepada Vee, jelas dia
120 akan berkata kalau kami sudah putus, maka kami bebas berkencan dengan siapa saja. Dan ini kesimpulan yang salah. Aku tidak tertarik kepada yang lain. Begitu juga Patch. Mudah-mudahan. Ini hanya persoalan kecil. Pertengkaran kami yang pertama. Perpisahan ini tidak akan selamanya. Ini hanya tindakan emosional.
Kalau aku jadi kamu, aku akan membatalkan rencana, kata Vee, menuruni anak tangga dengan sepatu berhak enam inci. Itu yang akan kulakukan setiap kali aku terjepit. Telepon Scott, bilang kucingmu menelan usus tikus, dan kau harus membawanya ke dokter hewan setelah sekolah.
Dia ke sini semalam. Dia tahu aku tidak punya kucing.
Kalau begitu, dia akan mengerti kau tidak tertarik kepadanya.
Aku mempertimbangkan usul Vee. Jika aku membatalkan rencana dengan Scott, mungkin aku bisa meminjam mobil Vee dan membuntutinya. Karena meski sudah berusaha menerima kata-kata yang kudengar semalam, aku tidak bisa menyingkirkan kecurigaan bahwa Scott berbicara ke pikiran ibunya. Setahun lalu aku mungkin bisa membuang ide gila itu. Tetapi, sekarang semuanya telah berubah. Patch sudah sering kali berbicara ke pikiranku. Begitu juga Chauncey (alias
121 Jules), Nephil di masa laluku. Karena malaikat terbuang tidak menua, dan aku kenal Scott sejak usianya lima tahun, aku menyingkirkan kemungkinan itu. Tetapi, jika Scott bukan malaikat terbuang, bisa saja dia Nephilim.
Jika dia Nephilim, apa yang dilakukannya di Coldwater" Apakah dia menjalani hidup sebagai remaja biasa" Apakah dia tahu bahwa dia Nephilim" Apakah Lynn tahu" Apakah Scott bersumpah setia kepada malaikat terbuang" Jika tidak, apakah aku bertanggung jawab untuk mengingatkan apa yang akan terjadi" Aku memang tidak cocok dengan Scott. Tetapi, itu tidak berarti aku merasa dia pantas merelakan tubuhnya selama dua minggu setiap tahun.
Tentu saja, bisa jadi dia bukan Nephilim. Mungkin dia tidak benar-benar berbicara ke pikiran ibunya, tetapi hanya khayalanku saja.
Setelah selesai dengan kimia, aku berlari ke loker, menukar buku teks dengan ransel dan ponsel, kemudian menuju pintu samping yang memperlihatkan lapangan parkir siswa. Scott duduk di kap Mustang biru metaliknya. Dia masih mengenakan topi Hawaii, membuatku berpikir, tanpa topi itu aku tidak akan mengenalinya. Persisnya, aku bahkan tidak tahu warna rambutnya. Aku mengeluarkan catatan Ibu dari saku celana dan menghubunginya.
122 Ini pasti Nora Grey, katanya. Kuharap kau tidak menolakku.
Kabar buruk. Kucingku sakit. Dokter hewan memerintahkan aku membawanya jam dua belas tiga puluh. Aku terpaksa membatalkan janji denganmu. Maaf. Aku tidak menyangka akan merasa bersalah seperti ini. Lagi pula ini cuma kebohongan kecil. Dan aku tidak percaya Scott benar-benar ingin berkeliling Coldwater. Setidaknya, itulah dalihku agar tidak terlalu merasa bersalah.
Suduh kuduga, kata Scott, lalu menutup telepon. Aku baru saja menutup ponselku ketika Vee datang dari belakang. Tidak sulit, kan" Begitu dong.
Kau keberatan kalau aku meminjam Neon siang ini" tanyaku sambil mengawasi Scott turun dari Mustang-nya dan menaruh ponsel.
Ada acara apa" Aku ingin membuntuti Scott.
Untuk apa" Bukannya tadi pagi kau jelas-jelas menganggapnya berengsek"
Ada sesuatu yang& aneh.
Yeah, kacamata hitamnya. Model Hulk Hogan. Tetapi, jawabannya tidak. Aku ada janji dengan Rixon.
Yeah, tapi kau bisa menumpang mobil Rixon, kataku, melirik ke jendela untuk memastikan Scott
123 belum masuk ke mobilnya. Mudah-mudahan dia tidak pergi sebelum aku berhasil meyakinkan Vee untuk menyerahkan kunci Neon kepadaku.
Tentu saja. Tapi aku jadi kelihatan butuh. Cowok sekarang menyukai perempuan yang kuat dan mandiri.
Kalau kau meminjamkan Neon, aku akan mengisi bensinnya sampai penuh.
Ekspresi Vee melunak sedikit. Sampai penuh" Sampai penuh. Atau, sebanyak yang bisa kudapat dengan delapan dolar tiga puluh dua sen. Vee menggigit bibir. Oke, katanya pelan. Tapi mungkin aku seharusnya menemanimu, untuk memastikan tidak ada kejadian buruk.
Bagaimana dengan Rixon"
Cuma karena aku punya pacar seksi, bukan berarti aku akan membiarkan sobatku sendirian. Lagi pula aku punya firasat kau akan membutuhkan bantuanku.
Tidak akan ada kejadian buruk. Aku hanya membuntutinya. Dia tidak akan tahu. Tapi aku menghargai tawarannya. Beberapa bulan terakhir ini membuatku berubah. Aku tidak lagi na"f dan sembrono seperti dulu. Dengan membiarkan Vee ikut, meningkatkan kedewasaanku satu derajat. Terutama, seandainya Scott benar Nephilim. Karena aku mengenal satu Nephil yang berusaha membunuhku.
124 Setelah Vee membatalkan janjinya dengan Rixon, kami menunggu sampai Scott duduk di belakang kemudi dan meninggalkan lapangan parkir, barulah kami keluar dari gedung sekolah. Setelah dia berbelok dari lapangan parkir, kami cepat-cepat berlari ke Dodge Neon ungu keluaran 1995. Kau yang mengemudi, kata Vee, melempar kunci. Beberapa menit kemudian, kami membuntuti Mustang dengan jarak tiga mobil di belakangnya. Scott masuk jalan bebas hambatan ke arah timur, menuju pantai.
Setengah jam kemudian, Scott keluar dari jalan dan masuk ke halaman parkir di ujung barisan toko yang menghadap laut. Aku memperlambat mobil, menunggunya mengunci pintu dan berjalan, kemudian memarkir Neon dua baris di belakang mobil Scott.
Sepertinya Scott si tukang ompol ingin berbelanja, kata Vee. Omong-omong soal belanja, kau tidak keberatan kalau aku berkeliling sementara kau memata-matainya" Rixon suka cewek yang mengenakan syal. Dan aku tidak punya syal.
Silakan. Menunggu setengah blok di belakang Scott, aku mengawasinya masuk ke toko pakaian yang trendi. Lima belas menit kemudian, dia keluar dengan sebuah tas belanja. Scott masuk ke toko lain dan keluar sepuluh
125 menit kemudian. Tidak ada yang aneh. Tidak ada yang membuatku berpikir bahwa dia adalah Nephilim. Setelah toko ketiga, perhatian Scott beralih ke sekelompok cewek kuliahan yang sedang makan siang di seberang jalan. Mereka duduk di meja yang diteduhi payung, di teras sebuah restoran. Pakaian mereka terdiri atas celana pendek dan bikini. Scott mengeluarkan ponsel dan diam-diam memotret mereka.
Tetapi kemudian aku terkesima dengan pemandangan di jendela kaca kedai kopi di sampingku. Karena aku melihat dia sedang duduk di dalam kedai. Lelaki itu mengenakan celana khaki, kemeja biru, dan blazer linen warna krem. Sekarang rambut ikalnya yang pirang sudah panjang, diikat ke belakang. Dia sedang membaca koran. Ayahku.
Dia melipat surat kabar itu dan berjalan ke belakang kedai.
Aku berlari di trotoar menuju gerbang kedai kopi dan bergegas masuk. Ayahku menghilang di tengah kerumunan. Aku berlari ke belakang kedai, dengan putus asa melihat ke sekeliling. Lorong berubin hitam-putih itu berujung dengan toilet pria di sebelah kiri, dan toilet wanita di sebelah kanannya. Tidak ada yang lain. Itu artinya, ayahku ada di toilet pria.
Sedang apa kau" tanya Scott, tepat di belakangku.
126 Aku berbalik. Bagaimana apa apa yang kaulakukan di sini"
Aku ingin mengajukan pertanyaan yang sama. Aku tahu kau membuntutiku. Jangan kaget begitu. Aku lihat dari kaca spion. Kau menguntitku karena alasan tertentu"
Pikiranku campur aduk hingga aku tidak peduli dengan ucapannya. Masuk ke toilet pria, beri tahu aku jika ada lelaki berkemeja biru di sana.
Scott mengetuk dahiku. Kau mabuk" Atau punya kelainan" Tingkahmu sinting.
Lakukan saja. Scott menendang pintu toilet hingga terbuka. Aku mendengar dia membuka semua pintu di sana, dan tidak lama kemudian kembali.
Tidak ada. Aku melihat lelaki berkemeja biru berjalan ke sini. Tidak ada jalan ke tempat lain. Aku mengalihkan perhatian ke pintu di seberang lorong. Satu-satunya pintu lain. Aku masuk ke kamar mandi wanita dan mendorong setiap pintu satu per satu. Jantungku berdegup kencang. Ketiga toilet itu kosong.
Sadar telah menahan napas selama ini, aku mengembuskannya. Sejumlah emosi berkecamuk dalam diriku. Terutama kecewa dan rasa takut. Aku
127 menyangka melihat ayahku. Tetapi, ternyata itu hanya tipuan kejam khayalanku saja. Ayahku sudah tidak ada. Dia tidak akan kembali. Aku harus mencari jalan untuk menerima kenyataan. Aku berjongkok sambil menyandarkan punggung ke dinding. Seluruh tubuhku berguncang karena menangis.
***** 128 cott Berdiri di amBanG pintu , tanGannya dilipat , putih, dan abu-abu pucat. Jadi, seperti ini kamar mandi wanita" Harus kukatakan, di sini jauh lebih bersih. Tanpa mengangkat wajah, aku menyeka hidung dengan punggung tangan. Tinggalkan aku sendiri.
Aku tidak akan pergi sampai kau mengatakan alasanmu membuntuti aku. Aku memang cowok yang memesona. Tapi rasanya obsesimu kurang sehat.
129 Aku bangkit lalu memercikkan air dingin ke wajah. Tanpa menatap pantulan wajah Scott di cermin, aku mengambil tisu dan mengeringkan wajah.
Kau juga harus mengatakan, siapa yang kaucari di kamar mandi pria, kata Scott.
Kupikir aku melihat ayahku, kataku ketus, mengumpulkan sebanyak mungkin kemarahan untuk menutupi rasa pedih dalam hatiku. Puas" Aku meremas tisu dan membuangnya ke keranjang sampah. Aku sudah menghadap pintu keluar, tapi Scott menutupnya dan bersandar, menghalangi jalanku.
Begitu orang yang melakukannya tertangkap dan mendapat hukuman, kau akan merasa lebih baik.
Terima kasih untuk nasihat terburuk yang pernah kudengar, kataku getir. Dalam hati, aku akan merasa lebih baik seandainya ayahku bisa kembali.
Percayalah. Ayahku polisi. Dia sudah sering memberi kabar kepada keluarga korban bahwa sang pembunuh sudah ditangkap. Mereka akan menemukan orang yang menghancurkan keluargamu dan menjatuhkan hukuman setimpal kepadanya. Nyawa dibalas nyawa. Dengan begitulah kau akan tenang. Ayo keluar. Berdiri di kamar mandi cewek membuatku seperti orang tolol. Dia diam. Seharusnya kau tertawa. Sedang tidak mood.
130 Dia menautkan jari di atas kepala dan mengangkat bahu. Ekspresinya seperti orang yang tidak nyaman, seperti orang yang benci momen canggung, tapi tidak tahu bagaimana mengatasinya. Aku akan bermain biliar di Springvale malam ini. Mau ikut"
Tidak. Aku sedang tidak ingin bermain biliar. Itu akan membuat kepalaku penuh dengan kenangan akan Patch. Aku ingat malam pertama ketika aku memburunya untuk menyelesaikan tugas biologi dan menemuinya di area biliar di lantai bawah Bo s Arcade. Aku ingat ketika dia mengajariku bermain biliar. Aku ingat dia berdiri di belakangku, begitu dekat hingga aku merasakan getaran listrik di antara kami.
Terlebih lagi, aku ingat bagaimana dia selalu muncul ketika aku membutuhkannya. Tetapi, aku membutuhkannya sekarang. Di manakah dia" Apakah dia memikirkan aku"
Aku berdiri di beranda depan, merogoh tas untuk mengambil kunci. Sepatuku yang basah terkena hujan berdecit ketika menyentuh lantai. Dan jinsku yang lembap membuat pahaku gatal. Setelah membuntuti Scott, Vee menyeretku ke beberapa butik. Dia ingin meminta pendapatku tentang syal yang dipilihnya. Ketika aku memberi komentar tentang syal ungu versus
131 syal kasual yang dihiasi lukisan tangan, badai melanda dari arah laut. Kami berlari ke lapangan parkir dan segera masuk ke dalam Neon. Tetapi, tubuh kami sudah terlanjur basah kuyup. Untuk mengurangi rasa dingin, mesin pemanas dihidupkan selama perjalanan. Tetapi tetap saja gigiku gemeretuk, pakaianku serasa es yang menempel di kulit, dan aku masih terguncang karena menyangka telah melihat Ayah.
Kugosokkan bahu ke pintu yang lembap, kemudian terengah-engah masuk ke dalam rumah. Jariku menemukan tombol untuk menghidupkan lampu. Di kamar mandi atas, aku melepas baju dan menggantungnya agar kering. Dari jendela seberang terlihat kilat menyambar langit dan petir bergemuruh seolah akan meruntuhkan atap.
Aku sudah sering sendirian di rumah saat badai melanda. Tetapi pengalaman itu tidak membuatku terbiasa. Sore ini pun begitu. Vee seharusnya menginap di rumahku malam ini. Tetapi dia memutuskan bertemu dengan Rixon selama beberapa jam untuk menebus janji yang dibatalkannya tadi. Aku berharap bisa kembali ke beberapa jam lalu dan mengatakan kepadanya, aku akan membuntuti Scott sendirian. Dengan begitu dia bisa menemaniku malam ini.
132 Kilat petir berkelebat di kamar mandi dua kali. Itu isyarat bahwa sebentar lagi listrik akan padam, meninggalkan aku sendirian dalam kegelapan. Hujan menampar-nampar jendela, membentuk aliran ke bawah seperti sungai. Aku berdiri tak bergerak selama beberapa saat, menunggu seandainya listrik kembali hidup. Hujan kini mengamuk, membentur kusen jendela begitu keras hingga aku khawatir kacanya akan pecah.
Aku menelepon Vee. Listrik di rumahku baru saja padam.
Yeah, lampu di jalanan juga mati. Sialan. Mau ke sini menemaniku"
Lihat nanti. Tidak janji.
Kau sudah janji akan menginap.
Aku juga janji akan menemui Rixon di Taco Bell. Aku tidak mau membatalkan janji dua kali sehari. Tunggu beberapa jam lagi, aku akan menemanimu. Kutelepon kau nanti. Pastinya sebelum tengah malam.
Aku menutup telepon dan memeras memori, berusaha mengingat di mana terakhir kali aku melihat korek api. Untungnya belum terlalu gelap hingga aku tidak membutuhkan lilin untuk melihat. Tetap saja aku akan senang kalau tempat ini cukup mendapat penerangan, terutama karena aku sendirian. Cahaya bisa mengusir monster-monster dalam imajinasiku.
133
Hus Hus Buku 2 Crescendo Karya Becca Fitzpatrick di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Seingatku, ada beberapa batang lilin di meja makan. Aku membungkus badan dengan handuk lalu turun ke lantai bawah. Kujajarkan lilin di lemari, tetapi di mana korek api"
Sesuatu berkelebat dari arah belakang rumah. Aku memutar kepala ke jendela dapur. Hujan masih mengalir deras di kusen jendela, mengaburkan pemandangan di luar rumah. Aku mendekat agar dapat melihat lebih jelas. Apa pun yang tadi kulihat, sekarang sudah pergi.
Musang, pikirku, mendadak berdebar-debar. Cuma seekor musang.
Telepon di dapur berdering, aku bergegas menghampirinya, separuh kaget, separuh ingin mendengar suara manusia. Mudah-mudahan saja Vee, ingin mengatakan kalau dia berubah pikiran.
Halo" Aku menunggu. Halo"
Hanya keheningan di telingaku.
Vee" Ibu" Di sudut batas pandangku, aku melihat sesuatu berkelebat lagi. Sambil berusaha menenangkan degup jantung, aku mengingatkan diriku sendiri tidak akan ada bahaya. Patch mungkin bukan pacarku, tetapi dia masih malaikat pelindungku. Dia pasti datang
134 seandainya ada masalah. Tetapi di balik pikiran itu, aku sangsi apakah aku bisa mengandalkan Patch lagi.
Dia pasti membenciku. Dia pasti tidak ingin berurusan lagi denganku. Dia pasti masih marah besar. Dan itu sebabnya dia tidak repot-repot meneleponku.
Persoalannya, jalan pikiran seperti itu hanya membuatku marah lagi. Aku masih saja memikirkan dirinya, padahal kemungkinan besar dia tidak memikirkan aku. Memang, dia bilang tidak menerima keputusanku untuk putus begitu saja. Tetapi sepertinya, itulah yang dia lakukan. Dia tidak menelepon atau mengirimkan SMS. Pokoknya tidak melakukan apa-apa. Dan bukannya dia tidak punya alasan. Sebenarnya dia bisa mengetuk pintu rumahku saat ini juga dan menjelaskan apa yang dilakukannya di rumah Marcie dua malam lalu. Dia bisa menjelaskan mengapa dia pergi setelah aku berkata aku mencintainya.
Ya, aku marah. Hanya saja kali ini aku akan bertindak.
Kurenggut telepon rumah dengan kasar lalu mencari nomor Scott di ponselku. Aku akan menerima tawarannya sambil menyalahkan cuaca. Meskipun aku tahu itu alasan yang keliru, tapi aku ingin pergi dengan Scott. Aku ingin memberi pelajaran kepada Patch. Jika
135 dia pikir aku cuma bisa duduk di rumah menangisinya, dia salah. Kami sudah putus. Aku bebas pergi dengan cowok mana pun.
Sekaligus aku ingin menguji kemampuan Patch menjagaku. Mungkin Scott memang Nephilim. Mungkin dia bahkan tidak beres. Mungkin dia adalah tipe cowok yang seharusnya kujauhi. Aku merasa senyum mengembang di wajahku saat sadar itu tidak penting. Begitu juga dengan apa yang akan Scott lakukan. Pokoknya Patch harus melindungiku.
Kau sudah pergi ke Springvale" tanyaku kepada Scott, setelah menekan nomornya.
Mengobrol denganku tidak begitu buruk, ya" Kalau kau mengolok-olokku, aku tidak pergi. Aku merasa dia tersenyum. Tenang, Green, aku cuma bercanda.
Aku sudah janji kepada Ibu, akan menjaga jarak dari Scott. Tapi aku tidak cemas. Jika Scott berbuat macammacam, Patch harus turun tangan.
Well" tanyaku. Kau mau menjemputku atau tidak"
Aku ke sana tujuh menit lagi.
136 Springvale adalah kota perikanan kecil. Nyaris semua bangunannya berdesak-desakan di Jalan Utama. Terma-suk kantor pos, beberapa restoran fish-and-chip, toko peralatan, juga Z Pool Hall.
Z Pool Hall terdiri atas dua lantai, dengan jendela berpelat kaca, menawarkan pemandangan ke bagian dalam gedung biliar dan bar. Sampah dan rumput menghiasi bagian luarnya. Dua lelaki berkepala plontos dan berjenggot kelimis sedang mengisap rokok di trotoar, persis di luar pintu. Mereka mematikan rokok lalu menghilang ke dalam bangunan.
Scott memarkir mobil di sudut lapangan, dekat pintu-pintu. Aku akan ke ATM dulu, beberapa blok dari sini, katanya, lalu mematikan mesin.
Aku memperhatikan papan nama di atas jendela. THE Z POOL HALL. Nama itu menggelitik memoriku.
Kenapa nama tempat ini sepertinya tidak asing" tanyaku.
Beberapa minggu lalu seseorang tewas dengan kondisi berdarah-darah di atas meja biliar. Kerusuhan bar. Beritanya ada di mana-mana.
Oh. Aku ikut denganmu, kataku cepat-cepat. Scott keluar, dan aku mengikutinya. Jangan, katanya di tengah hujan. Nanti basah. Tunggu saja di dalam.
137 Aku akan kembali sepuluh menit lagi. Tanpa memberi kesempatan bagiku menukas, dia mengangkat bahu, memasukkan tangan ke dalam saku, lalu berlari kecil melewati trotoar.
Tetes hujan membasahi wajahku, aku berteduh di bawah atap bangunan itu dan mempertimbangkan beberapa pilihan. Aku bisa masuk sendirian, atau menunggu Scott di sini. Tidak sampai lima detik kemudian kulitku mulai terasa gatal. Meskipun tidak banyak pejalan kaki yang melewati jalur masuk ke sini, tempat ini tidak sepenuhnya terpencil. Orang-orang yang berjalan di tengah hujan mengenakan kemeja flanel dan sepatu bot pabrik. Mereka kelihatan lebih besar, lebih kuat, dan lebih sangar dibandingkan dengan orang-orang yang berlalu lalang di sekitar Jalan Utama Coldwater. Beberapa di antaranya menatapku saat mereka berlalu.
Aku melihat ke arah jalan yang dilewati Scott. Dia sudah berbelok ke balik sebuah gedung dan menghilang di lorong samping. Rasanya dia akan sulit menemukan bilik ATM di dekat Z. Atau, dia cuma berbohong. Mungkin dia tidak mencari ATM. Tetapi kalau begitu, apa yang dilakukannya dalam cuaca hujan begini" Aku ingin membuntutinya, tapi tak tahu bagaimana caranya supaya tidak kelihatan. Aku jelas tidak mau ketahuan
138 memata-matainya lagi. Sudah pasti itu tidak akan meningkatkan rasa percaya di antara kami.
Mungkin aku bisa mengetahui apa yang dilakukannya dengan mengintip dari salah satu jendela di dalam Z. Kudorong pintu lalu berjalan masuk.
Udara di dalam cukup sejuk dan sarat dengan asap dan embusan napas lelaki. Atap bangunan ini rendah, dindingnya terbuat dari beton. Dekorasinya hanya beberapa poster mobil jantan, kalender Sports Illustrated, dan cermin Budweiser. Tidak ada jendela di dinding yang memisahkan aku dari Scott. Aku berjalan ke tengah, masuk semakin dalam ke ruang yang gelap, sambil berusaha bernapas pendek-pendek untuk menyaring asupan karsinogen. Di belakang gedung, mataku tertuju ke pintu keluar yang mengarah ke lorong belakang. Tidak sebagus jendela, tetapi cukup berguna. Jika Scott memergoki aku sedang mengawasinya, aku bisa berdalih ingin mencari udara segar. Setelah yakin tidak ada yang mengawasi, aku membuka pintu dan menjulurkan kepala.
Tiba-tiba sepasang tangan mencengkeram kerah jaket jinsku, menarik tubuhku keluar, dan memojokkanku ke dinding bata.
Apa yang kaulakukan di sini" desak Patch. Hujan berdesir di belakangnya, mengalir dari kerai metal.
139 Main biliar, kataku gugup. Jantungku masih membeku lantaran kaget setengah mati.
Main biliar, dia mengulangi ucapanku. Tak ada kesan percaya dalam nada bicaranya.
Aku bersama teman. Scott Parnell. Ekspresinya menjadi kaku.
Kau punya masalah dengan itu" bentakku. Kita sudah putus, ingat" Aku bisa pergi bersama cowok lain kalau aku mau. Aku marah kepada penghulu malaikat, kepada nasib, kepada konsekuensi. Aku marah karena berada di sini bersama Scott, bukan Patch. Dan aku marah kepada Patch karena tidak menarikku ke dalam pelukannya dan mengatakan, dia ingin melupakan segala yang terjadi lebih dari dua puluh empat jam terakhir. Segala yang memisahkan kami telah hilang. Mulai dari sekarang, hanya ada aku dan dia.
Patch menunduk dan memijit batang hidungnya. Aku yakin, dia berusaha mengerahkan segala kesabaran dari dalam dirinya. Scott itu Nephilim. Generasi pertama ras murni. Sama seperti Chauncey.
Aku mengejap. Jadi, dugaanku benar. Jangan sok berani. Dia N ephilim.
Tidak semua Nephil itu Chauncey Langeais, kataku bandel. Tidak semua Nephil jahat. Jika kau
140 memberi kesempatan, kau akan melihat sebenarnya Scott cukup
Scott bukan sembarang Nephil, Patch memotong ucapanku. Dia anggota persaudaraan Nephilim yang semakin berkembang. Persaudaraan ini ingin membebaskan Nephilim dari ikatan dengan malaikat terbuang selama Cheshvan. Mereka giat merekrut anggota untuk melawan malaikat terbuang. Dan perang berkobar di antara kedua kubu. Jika persaudaraan ini cukup kuat, malaikat terbuang akan mundur& dan sebagai gantinya, mereka mulai mengandalkan manusia sebagai budak.
Aku menggigit bibir dan menatapnya resah. Tanpa disengaja aku teringat mimpi semalam. Cheshvan. Nephilim. Malaikat terbuang. Aku tidak bisa melupakannya.
Mengapa malaikat terbuang tidak menguasai tubuh manusia" tanyaku. Mengapa mereka memilih Nephilim"
Tubuh manusia tidak sekuat dan setangguh tubuh Nephilim, jawab Patch. Jika dikuasai selama dua minggu, mereka akan mati. Dengan begitu, akan ada puluhan ribu manusia yang meninggal setiap Cheshvan.
Lagi pula tubuh manusia lebih sulit dikuasai, lanjutnya. Malaikat terbuang tidak bisa memaksa manusia bersumpah setia. Mereka harus meyakinkan manusia untuk mengalihkan tubuh mereka. Ini butuh
141 waktu dan keahlian membujuk. Tubuh manusia juga lebih cepat rusak. Tidak banyak malaikat terbuang yang ingin tertimpa masalah karena menguasai tubuh manusia jika tubuh itu bisa mati dalam seminggu.
Desiran firasat menjalar di tubuhku, tapi aku berkata, Menyedihkan. Tapi sulit menyalahkan Scott atau Nephilim lainnya untuk itu. Aku sendiri tidak rela jika tubuhku dikuasai selama dua minggu setiap tahun. Rasanya ini bukan masalah Nephilim. Akan tetapi, masalah malaikat terbuang.
Otot rahangnya mengencang. Z bukan tempatmu. Pulanglah.
Aku baru sampai di sini. Bo lebih ramah dibandingkan tempat ini. Terima kasih atas masukannya, tapi aku sedang tidak ingin mendekam di rumah semalaman dan mengasihani diri sendiri.
Patch melipat tangan dan mengawasiku. Kau mengambil risiko berbahaya untuk membalasku" tebaknya. Asal kauingat, bukan aku yang memulai masalah.
Jangan besar kepala. Ini bukan tentang dirimu. Patch merogoh saku dan mengeluarkan kunci. Aku akan mengantarkanmu pulang. Dari nada bicaranya
142 seolah-olah aku ini beban yang sangat besar. Dan jika ada peluang, dia akan mundur dengan senang hati.
Aku tidak ingin tumpangan. Aku tidak butuh bantuanmu.
Dia tertawa, tapi bukan karena sesuatu yang lucu. Kau harus masuk ke dalam Jip, meskipun aku harus menyeretmu. Karena kau tidak boleh berada di sini. Terlalu berbahaya.
Kau tidak boleh memerintahku.
Dia hanya menatapku. Dan mumpung kau membahas soal ini, kau tidak boleh bergaul dengan Scott lagi.
Aku merasa darahku mendidih. Berani-beraninya dia menyimpulkan aku lemah dan tidak berdaya. Berani-beraninya dia berusaha mengontrolku dengan menentukan ke mana aku boleh pergi dan dengan siapa aku boleh bergaul. Berani-beraninya dia bertindak seolah-olah aku tidak ada artinya.
Dia menatapku dengan lagak acuh tak acuh. Jangan membantuku lagi. Aku tak pernah meminta. Dan aku tidak mau kau menjadi malaikat pelindungku lagi.
Patch berdiri di depanku. Setetes air hujan meluncur dari rambutnya dan jatuh di tulang bahuku seperti es. Aku merasa air itu meluncur ke kulitku, menghilang di balik leher kemejaku. Matanya mengikuti air itu, dan aku mulai merasa bergetar. Ingin kukatakan aku
143 menyesali ucapanku. Ingin kukatakan aku tidak peduli soal Marcie, atau pendapat penghulu malaikat. Aku hanya peduli tentang kami. Tetapi tidak bisa dipungkiri, tak ada kata atau perbuatanku yang bisa mengubah nasib. Aku tidak boleh peduli tentang kami. Sekalipun aku ingin tetap di dekat Patch. Sekalipun aku tidak mau dia dibuang ke neraka. Semakin keras pertengkaran kami, semakin mudah aku tertelan dalam kebencian dan berkeyakinan dia tidak ada artinya. Dan aku bisa melanjutkan kehidupanku tanpa dia.
Tarik kata-katamu, kata Patch, suaranya pelan. Aku tidak bisa menatapnya, dan aku tidak bisa menarik kata-kataku. Aku mengangkat dagu dan memandang hujan melewati bahunya. Masa bodoh.
Tarik kata-katamu, Nora, ulang Patch lebih tegas. Aku tidak bisa berpikir dengan benar jika kau ada dalam kehidupanku, kataku. Dalam hati aku menyesali diri karena membiarkan daguku bergetar. Akan lebih mudah bagi semuanya jika kita aku ingin perpisahan baik-baik. Aku sudah memikirkannya masak-masak. Belum. Aku belum memikirkannya sama sekali. Aku tidak bermaksud mengatakannya. Tapi sebagian kecil dalam diriku, sebagian yang menakutkan dan tak bisa disingkirkan, ingin agar Patch merasakan
144 sakit seperti yang kurasakan. Aku ingin kau pergi dari kehidupanku.
Keheningan pekat di antara kami. Patch menjulurkan tangan dan memasukkan sesuatu ke saku belakang jinsku. Entah tangannya berada di sana sedetik lebih lama dari yang seharusnya, atau itu hanya khayalanku saja.
Uang tunai, katanya. Kau akan membutuhkannya. Kukeluarkan uang itu. Aku tak mau uangmu. Ketika dia tidak menerima, kujejalkan uang itu ke dadanya sekaligus untuk mengusirnya. Tetapi Patch menangkap tanganku, menguncinya ke tubuhnya.
Ambil. Dari nada bicaranya, seakan-akan aku tidak tahu apa-apa. Aku tidak memahami dirinya, atau dunianya. Aku hanya orang asing, dan tidak akan bisa menyesuaikan diri. Sebagian cowok di sana membawa senjata. Jika terjadi sesuatu, lempar uang ini ke meja dan lari ke pintu. Tidak akan ada yang mengejarmu sementara ada setumpuk uang di meja.
Aku teringat Marcie. Apakah Patch ingin mengatakan ada seseorang yang mungkin berusaha menikamku" Aku nyaris tertawa. Apakah dia benar-benar mengira itu akan membuatku takut" Terlepas apakah aku menginginkan dia sebagai malaikat pelindungku atau tidak, faktanya tidak ada sesuatu yang kukatakan atau
145 kulakukan yang akan mengubah kewajibannya. Dia harus menjaga keamananku. Fakta bahwa dia ada di sini sekarang menjadi buktinya.
Patch melepas tanganku dan memegang tombol pintu. Otot-otot di tangannya tegang. Pintu menutup di belakangnya, engselnya berderit.
***** 146 A kU MEndapaTi ScoTT SEdang bERdiRi SaMbil
bertumpu pada stik biliar di meja kedua dari depan. Dia tengah mempelajari posisi bola yang bertebaran di meja.
Sudah ke ATM" tanyaku, melempar jaket jinsku yang lembap ke kursi lipat yang disandarkan ke dinding.
Yeah, tapi setelah aku menelan sepuluh galon air dulu. Scott mengangkat topi Hawaii-nya dan mengibaskan air sebagai pembuktian. Mungkin dia menemukan ATM. Tapi itu terjadi setelah dia selesai
147 melakukan sesuatu di lorong samping. Dan meskipun aku begitu ingin tahu apa yang dilakukannya di sana, kemungkinan aku tidak akan memperoleh jawabannya dalam waktu cepat. Kesempatanku telah hilang ketika Patch menyudutkanku dan memerintahkan aku segera pulang.
Aku merentangkan tangan di pinggiran meja biliar dan menyandarkan tubuh dengan santai. Kuharap dengan begitu aku akan terlihat tenang, meski sebetulnya jantungku berdegup kencang. Bukan saja karena aku baru saja terlepas dari pertengkaran dengan Patch. Tetapi, tidak seorang pun di sekitar sini yang kelihatan ramah. Meskipun sudah berusaha, aku tidak bisa menghilangkan ingatan tentang seseorang yang terkapar di atas salah satu meja di sini. Apakah meja yang ini" Aku beranjak dari meja itu dan menggosok-gosok tangan.
Permainan akan dimulai, kata Scott. Taruhannya lima puluh dolar. Kau ikut. Ambil tongkatmu.
Aku sedang tidak ingin bermain, rasanya lebih enak menonton saja. Tetapi setelah melayangkan pandangan sekilas, aku melihat Patch duduk di meja poker di bagian belakang. Meskipun tubuhnya tidak menghadapku langsung, aku tahu dia mengawasiku, juga setiap orang di ruangan ini. Dia tidak akan pergi ke mana-mana
148 sebelum memperhitungkan setiap detail di sekitarnya dengan cermat.
Menyadari hal ini, aku berusaha menebar senyum yang paling memesona. Senang sekali, kataku kepada Scott. Aku tak mau Patch tahu betapa gundahnya aku, betapa sakitnya hatiku. Aku tak mau dia berpikir aku tidak bisa bersenang-senang dengan Scott.
Tapi saat permainan akan dimulai, datang seorang lelaki pendek dengan kacamata berantai dan rompi sweter. Penampilannya sungguh aneh di tempat seperti ini. Dia sangat rapi, celananya disetrika licin, dan sepatu kulitnya mengilap. Dia bertanya kepada Scott dengan suara nyaris berbisik, Berapa"
Lima puluh, jawab Scott sedikit jengkel. Seperti biasa.
Minimal seratus. Sejak kapan"
Kuulangi sekali lagi. Untukmu, taruhannya minimal seratus.
Wajah Scott memerah. Dia mengambil botol minuman di ujung meja dan menyesapnya. Kemudian dia mengambil dompet dan menjejalkan beberapa lembar uang ke saku baju lelaki itu. Ini lima puluh. Sisanya kubayar setelah permainan. Sekarang, singkirkan napasmu yang bau dari wajahku agar aku bisa berkonsentrasi.
149 Lelaki pendek itu mengetuk-ngetuk bibir bawahnya dengan pensil. Kau harus mengurus pembayaran dengan Dew dulu. Dia mulai tidak sabaran. Selama ini dia sudah murah hati kepadamu. Tapi kau tidak pernah membalas kebaikannya.
Katakan kepadanya, aku akan mendapat uang akhir malam ini.
Batas waktunya seminggu lalu.
Scott mendekati lelaki itu. Bukan hanya aku yang punya sedikit utang dengan Dew.
Tapi kaulah yang dia khawatirkan tidak akan membayar. Lelaki pendek itu mengeluarkan uang yang dijejalkan Scott ke dalam sakunya. Lembaran-lembaran kertas itu bertebaran di lantai. Seperti yang kukatakan, Dew mulai gelisah. Dia mengangkat alis penuh arti kepada Scott, lalu pergi.
Berapa utangmu kepada Dew" tanyaku. Dia melotot.
Oke, pertanyaan berikutnya. Seperti apa pertandingannya" Aku bertanya dengan suara nyaris berbisik, mengingat penampilan pemain-pemain lain di sini. Dua dari tiga orang di sini merokok. Dua dari tiga bertato dengan gambar pisau, pistol, dan berbagai jenis senjata lain menghiasi tangan mereka. Kalau aku mampir ke sini lain malam, pasti aku akan ketakutan atau setidaknya
150 merasa tidak nyaman. Tapi Patch masih duduk di sudut sana. Selama dia di sini, aku tahu aku aman.
Scott mendengus. Orang-orang ini amatiran. Aku bisa mengalahkan mereka dengan gampang. Pertandinganku yang sebenarnya di sana. Dia mengarahkan pandangan ke koridor yang menjadi cabang area utama. Koridor itu sempit dan remang, mengarah ke suatu ruangan yang berkilau dengan cahaya oranye. Tirai manik-manik bergantung di ambang pintunya. Sebuah meja biliar dengan ukiran halus berdiri dekat ambang pintu.
Di sana taruhannya sangat besar" kataku menebak.
Aku hanya bisa melakukan satu kali permainan di sana, sementara di sini bisa lima belas kali.
Dari sudut mataku, aku tahu Patch mengawasiku. Berpura-pura tidak sadar, aku merogoh saku belakang celanaku dan mendekati Scott. Kau butuh seratus dolar untuk permainan berikutnya, bukan" Ini& lima puluh, kataku, menghitung cepat dua lembar dua puluh dolar dan selembar sepuluh dolar yang diberikan Patch kepadaku. Aku bukan orang yang senang berjudi, tapi aku ingin membuktikan kepada Patch bahwa tempat ini tidak akan memakanku hidup-hidup lalu memuntahkannya. Aku bisa beradaptasi. Atau setidaknya, tidak tergeser
151 arus. Jika dalam prosesnya aku kelihatan seperti cewek yang merayu Scott, biar saja. Rasain kamu, kataku dalam hati, meskipun aku tahu Patch tidak mendengar.
Scott menatapku dan uang di tanganku. Kau bercanda"
Kalau kau menang, keuntungannya kita bagi dua. Scott memandang uang dengan penuh nafsu. Dia butuh uang. Dia tidak ke Z hanya untuk bersenang-senang. Judi membuat orang ketagihan.
Scott mengambil uangku lalu berlari ke lelaki pendek berompi tadi. Dia sedang menuliskan angka dan jumlah taruhan pemain lain dengan teliti. Kulirik Patch, ingin tahu reaksinya terhadap tindakanku barusan. Tetapi matanya tertuju ke permainan poker, ekspresi wajahnya tak terbaca.
Lelaki berompi sweter menghitung uang Scott, dengan terampil menumpuk uang kertas sehingga semuanya menghadap ke arah yang sama. Setelah selesai dia tersenyum kecil kepada Scott. Sepertinya kami boleh main.
Scott kembali sambil menggosok-gosok ujung tongkat biliarnya dengan kapur. Kau tentu tahu tentang keberuntungan, kan" Kau harus mencium tongkatku. Scott menyodorkan tongkat biliarnya ke wajahku. Aku mundur. Aku tidak mau mencium tongkatmu.
152 Scott mengepak-ngepakkan lengannya sambil meniru kokok ayam.
Aku melirik ke belakang ruangan, berharap Patch tidak menyaksikan pemandangan yang memalukan ini. Saat itulah aku melihat Marcie Millar menghampirinya dari belakang, mencondongkan badan, dan merangkulkan tangan ke lehernya.
Jantungku serasa akan copot.
Scott mengucapkan sesuatu, mengetukkan tongkat ke dahiku. Tapi aku tidak menangkap kata-katanya. Aku berusaha menstabilkan napas dan memfokuskan pandangan ke dinding beton di depan untuk menghilangkan keterkejutanku dan perasaan dikhianati. Jadi ini maksudnya, ketika dia bilang tidak ada apa-apa antara dia dan Marcie"
Selain itu, mau apa Marcie ke sini setelah seseorang menusuknya dengan pisau di Bo" Apakah dia merasa aman karena ada Patch" Sedetik aku berpikir mungkin Patch ingin membuatku cemburu. Tetapi kalau benar begitu, berarti dia tahu aku akan ke Z malam ini. Dan itu tidak mungkin, kecuali dia memata-mataiku. Apakah dia lebih banyak di dekatku dalam dua puluh empat jam ini dari yang semula kuyakini"
Aku menancapkan kuku ke telapak tangan. Berusaha memfokuskan perhatian ke rasa sakit. Bukannya
153 ke perasaan tercekat dan malu yang bergemuruh dalam dadaku. Sejenak aku hanya berdiri, menahan air mata yang mengancam akan mengalir, sebelum perhatianku tertarik ke ambang pintu yang mengarah ke koridor.
Seorang lelaki berotot yang mengenakan kaus merah ketat bersandar di ambang pintu. Ada sesuatu yang aneh pada kulit di pangkal tenggorokannya. Seolaholah kulit itu rusak. Sebelum aku bisa memperhatikan lebih saksama, kilatan d"j" vu membuatku kaget. Entah bagaimana, sesuatu pada dirinya tidak asing, meskipun kami belum pernah bertemu. Ada dorongan kuat untuk lari. Tetapi pada saat yang sama, keinginan mengenal orang itu begitu kuat dalam diriku.
Dia mengambil tongkat putih dari meja terdekat dan melempar-lemparkannya ke udara dengan santai.
Ayolah, kata Scott, menggoyang-goyangkan tongkat biliar di depan wajahku. Cowok-cowok lain di meja dekat kami tertawa. Lakukan saja, Nora, kata Scott. Hanya kecupan kecil. Demi keberuntungan.
Dia menyelipkan tongkat biliar ke balik ujung bajuku dan mengangkatnya.
Kutepiskan tongkat itu. Hentikan.
Aku melihat gerakan lelaki berkaus merah. Tindakannya begitu cepat hingga dalam dua degupan jantung aku menyadari apa yang akan terjadi. Dia menekuk
154 tangannya dan berjalan sambil membawa bola biliar. Tak lama kemudian cermin yang tergantung di ujung dinding bergetar, pecahan kaca berjatuhan ke lantai.
Seisi ruangan hening, kecuali musik rock klasik yang terdengar melalui pengeras suara.
Kau, kata si lelaki berkaus merah. Dia menodongkan pistol ke lelaki berompi sweter. Serahkan uang itu. Dia memberi isyarat dengan pistol agar orang itu mendekat. Jangan coba-coba melakukan sesuatu.
Di sampingku, Scott mendesak maju. Tidak bisa begitu. Itu uang kami. Beberapa teriakan tanda setuju bergema.
Lelaki berkaus merah tetap menodongkan pistol ke lelaki berompi. Tetapi kemudian matanya bergeser ke Scott. Mulutnya tersenyum sinis. Tidak lagi.
Kalau kau mengambil uang itu, aku akan membunuhmu. Ada kemarahan hebat di balik suara Scott. Sepertinya dia sungguh-sungguh. Aku berdiri tak bergerak, menahan napas, takut akan apa yang bakalan terjadi. Karena aku yakin, pistol itu tidak kosong. Senyum lelaki itu kian lebar. Begitu, ya" Tidak seorang pun di sini yang akan membiarkan kau membawa uang kami, kata Scott. Jadi selamatkan dirimu dan letakkan pistol itu. Gumaman tanda setuju terdengar lagi.
155 Meski suhu di ruangan itu sepertinya naik, lelaki berkaus merah dengan santainya menggaruk-garuk leher dengan ujung pistol. Dia tidak kelihatan takut barang sedikitpun. Tidak. Mengarahkan moncong pistol ke Scott, dia memberi perintah, Naik ke atas meja. Enyah dari sini.
N aik ke atas meja! Dengan kedua tangannya, lelaki itu mengarahkan pistol ke dada Scott. Scott mengangkat tangan hingga sejajar dengan bahu dan naik ke atas meja biliar tanpa membalikkan badan. Kau tidak akan keluar dari sini hidup-hidup. Kau sendirian melawan tiga puluh orang.
Lelaki berkaus merah menghampiri Scott dalam tiga langkah. Dia berdiri tepat di depan Scott sejenak, jarinya siap menekan pelatuk. Sebutir keringat menetes ke sisi wajah Scott. Aku tak percaya dia tidak menepis pistol itu. Apakah dia tidak tahu dia tidak bisa mati" Apakah dia tidak tahu dia Nephilim" Tetapi, Patch bilang dia menjadi anggota persaudaraan Nephilim. Bagaimana dia tidak tahu"
Kau melakukan kesalahan besar, kata Scott. Suaranya masih tenang, tetapi ada setitik rasa panik.
Aku heran, mengapa tidak ada seorang pun yang bergerak menolongnya. Seperti yang dikatakan Scott, lelaki berkaus merah itu hanya sendirian, sementara
156 jumlah mereka banyak. Tetapi, ada sesuatu yang keji dan luar biasa kuat pada diri orang itu. Sesuatu yang& tidak biasa. Aku bertanya-tanya dalam hati, apakah mereka takut kepada orang itu, seperti aku".
Aku juga penasaran, apakah perasaan tidak asing yang membuatku mual menandakan orang itu adalah malaikat terbuang. Atau Nephilim.
Di antara wajah-wajah orang yang ada di ruangan ini, mendadak mataku beradu pandang dengan Marcie. Dia berdiri di seberang, dengan sesuatu yang hanya bisa kugambarkan sebagai kekaguman yang tampak jelas di wajahnya. Ini cukup membingungkan. Tetapi seketika itu juga aku tahu, dia pasti tak punya bayangan tentang apa yang bakalan terjadi. Dia tidak sadar Scott adalah Nephilim dan punya kekuatan lebih besar di satu tangannya ketimbang yang dimiliki manusia dengan seluruh tubuhnya. Dia belum pernah melihat Chauncey meremukkan ponselku dengan satu tangan. Dialah Nephil pertama yang kutemui. Marcie tidak berada di sana malam itu. Malam ketika Chauncey mengejarku di lorong gedung sekolah. Dan cowok berkaus merah itu" Entah Nephilim atau malaikat terbuang, kemungkinan dia sama kuatnya. Apa pun yang akan terjadi, pasti bukan perkelahian dengan tangan kosong.
157 Seharusnya Marcie mengambil pelajaran dari pengalamannya di Bo. Seharusnya dia tidak keluar rumah. Begitu juga aku.
Lelaki berkaus merah mendorong Scott dengan pistol hingga dia terjengkang ke atas meja. Entah karena kaget atau takut, Scott merenggut tongkat biliarnya, dan lelaki itu merampasnya. Tanpa menunda-nunda dia melompat ke atas meja dan menusukkan tongkat itu ke wajah Scott. Kemudian dia mengentakkan tongkat itu ke atas meja, satu inci dari telinga Scott. Karena tekanan yang sangat kuat, tongkat itu menembus permukaan meja. Padahal tebalnya sekitar dua belas inci. Aku menahan jeritan.
Jakun Scott bergerak naik-turun. Kau gila, katanya.
Mendadak sebuah bangku bar melayang di udara, menimpa si lelaki kaus merah. Dia kehilangan keseimbangan sejenak, tetapi kemudian melompat dari meja.
Tangkap dia! Seseorang berteriak di tengah kerumunan.
Sesuatu yang mirip teriakan perang bergemuruh. Kemudian orang-orang mulai mengangkat bangku bar. Aku merangkak dengan tangan melindungi kepala dan mencari pintu keluar terdekat melalui hutan kaki. Tidak jauh dariku ada seorang lelaki dengan senapan
158 tersarung di kakinya. Dia mengeluarkan senjata itu, dan tidak lama kemudian terdengar bunyi ledakan. Bukan keheningan yang mengikuti kejadian itu, tetapi justru kericuhan yang semakin parah. Sumpah-menyumpah, teriakan-teriakan, dan bunyi tonjokan ke tubuh lawan. Aku bangkit dan berlari sambil membungkukkan badan ke arah pintu belakang.
Sedikit lagi sampai ke pintu keluar, seseorang menarik celana jinsku di bagian pinggang dan memaksaku berdiri. Patch.
Bawa Jipku, perintahnya, melempar kunci mobil ke tanganku. Aku ragu-ragu. Tunggu apa lagi"
Air mataku menggenang, tetapi dengan marah aku mengejap. Jangan bersikap seolah-olah aku beban besar! Aku tidak pernah meminta bantuanmu!
Sudah kubilang jangan datang malam ini. Kau tidak akan jadi beban kalau mendengar perintahku. Ini bukan duniamu tetapi duniaku. Kau terlalu bernafsu membuktikan, kau sanggup menghadapi segalanya. Sampai-sampai kau nyaris melakukan sesuatu yang bodoh dan membuatmu terbunuh.
Aku ingin memprotes, jadi aku membuka mulut untuk mengungkapkannya.
Lelaki berkaus merah itu Nephilim, kata Patch, memotong protesku. Tanda cap itu berarti dia sudah
159 terlibat jauh dengan persaudaraan yang pernah kuceritakan kepadamu. Dia sudah bersumpah setia kepada mereka.
Tanda cap" Di dekat tulang bahunya. Jadi, kulit yang rusak itu karena pengecapan" Aku mengalihkan pandangan ke jendela kecil di pintu. Di dalam sana, tubuh-tubuh bergelimpangan di atas meja biliar. Tonjokan dan pukulan dilayangkan dari segala arah. Aku tidak melihat lelaki berkaus merah lagi. Tetapi sekarang aku paham, mengapa aku mengenalnya. Dia Nephilim. Dia mengingatkan aku kepada Chauncey, sebagaimana Scott yang sedikit mengingatkan aku kepadanya. Aku bertanya-tanya, apakah ini menandakan dia jahat, seperti Chauncey". Dan Scott tidak".
Bunyi nyaring memekakkan gendang telingaku. Patch mendorongku tiarap ke tanah. Pecahan kaca berjatuhan di sekitar kami. Jendela di pintu belakang hancur.
Tinggalkan tempat ini, kata Patch, mendorongku ke arah jalan.
Aku berbalik. Kau mau ke mana"
Marcie masih di dalam. Aku akan menumpang mobilnya.
160 Paru-paruku seolah tersumbat. Tidak ada udara yang masuk atau keluar. Bagaimana denganku" Kau malaikat pelindungku.
Patch menatapku. Tidak lagi, Angel. Sebelum aku membantah, dia sudah berlari ke pintu, menghilang di tengah kericuhan.
Di jalan, aku membuka pintu Jip, mendorong kursi ke depan, dan mengeluarkannya dari tempat parkir. Dia bukan malaikat pelindungku lagi" Apakah dia serius" Hanya karena aku mengatakan itulah yang kuinginkan" Atau, dia mengucapkannya untuk menakut-nakuti aku" Agar aku menyesal telah mengatakan tidak menginginkan dirinya" Well, jika dia bukan malaikat pelindungku, itu karena aku berusaha melakukan sesuatu yang benar! Aku berusaha menjadikan segalanya lebih mudah bagi kami berdua. Aku berusaha menyelamatkannya dari penghulu malaikat. Tetapi, dia menimpakan persoalan ke pundakku. Seolah-olah semua ini salahku. Seolaholah inilah yang kuinginkan! Padahal kesalahannya lebih besar dari kesalahanku.
Aku merasakan desakan kuat untuk berlari ke sana dan mengatakan kepadanya, aku bukan orang lemah. Aku bukan pion dalam dunianya yang luas dan gelap. Dan aku tidak buta. Aku bisa melihat cukup jelas untuk tahu ada sesuatu antara dirinya dan Marcie.
161 Bahkan, sekarang aku yakin sesuatu itu apa. Lupakan. Aku lebih baik tanpa dirinya. Dia bajingan. Berengsek. Orang berengsek yang sangat tidak layak. Aku tidak membutuhkan dirinya dalam segala hal.
Kuhentikan Jip di depan rumah. Kakiku masih gemetar, napasku masih tersendat. Aku sangat sadar akan keheningan di sekitarku. Jip ini selalu menjadi tempat perlindunganku. Tetapi malam ini terasa asing dan jauh, juga kelewat besar untuk satu orang. Aku menunduk ke kemudi dan menangis. Bukan karena memikirkan Patch yang mengantarkan Marcie pulang. Kubiarkan udara hangat dari ventilasi mengalir dan menerpa kulitku. Kuhirup aroma Patch.
Aku tetap dalam posisi itu, terguncang-guncang dan terisak-isak, sampai jarum penunjuk bahan bakar surut separuh bar. Aku mengeringkan mata dan menghela napas. Ketika hendak mematikan mesin, aku melihat Patch berdiri di teras. Tubuhnya bersandar ke salah satu pilar.
Sejenak kupikir dia datang untuk mengecek keadaanku, lalu air mata lega menggenang di mataku. Tetapi, aku mengemudikan Jipnya. Kemungkinan besar dia datang untuk mengambil mobilnya kembali. Mengingat
162 bagaimana perlakuannya kepadaku malam ini, rasanya tidak ada alasan lain.
Dia berjalan ke halaman dan membuka pintu penumpang. Kau baik-baik saja"
Aku mengangguk kaku. Sebenarnya aku ingin mengucapkan ya , tetapi suaraku masih bersembunyi dalam relung-relung perutku. Mata dingin Nephil itu masih segar dalam ingatanku. Dan aku tidak berhenti bertanya-tanya, apa yang terjadi setelah aku meninggalkan Z. Apakah Scott sudah pergi" Juga Marcie"
Tentu saja Marcie sudah pergi dari sana. Sepertinya Patch bertekad memastikan hal itu.
Kenapa Nephil berkaus merah itu ingin merampas uang" tanyaku sambil bergeser ke kursi penumpang. Masih dingin menggigit. Dan meskipun aku tahu, Patch tidak bisa merasakan dingin yang menusuk, entah bagaimana tidak enak rasanya membiarkannya berdiri di tengah hujan.
Sebentar kemudian Patch sudah berada di belakang kemudi. Kami sama-sama berada di dalam Jip yang tertutup. Dua malam lalu, situasi ini membuat kami merasa akrab. Sekarang rasanya canggung dan aneh. Dia sedang mengumpulkan dana untuk persaudaraan Nephilim. Andai saja aku tahu rencana mereka. Jika mereka butuh uang, kemungkinan besar itu untuk
163 sumber daya. Atau untuk menyogok malaikat terbuang. Tetapi bagaimana, siapa, dan kenapa, aku tak tahu. Patch menggeleng-gelengkan kepala. Aku butuh orang dalam. Untuk pertama kalinya, posisi sebagai malaikat menyulitkan aku. Mereka tidak akan membiarkan aku dekat-dekat dengan kegiatan mereka.
Sejenak aku berpikir Patch akan meminta bantuanku. Tetapi, aku tidak bisa dibilang Nephilim. Memang ada setitik darah Nephilim yang mengalir dalam tubuhku. Asal muasal leluhur Nephilimku bisa dirunut ke empat ratus tahun lalu, yaitu Chauncey Langeais. Tetapi secara lahir maupun batin, aku adalah manusia. Aku tidak akan bisa masuk ke lingkungan itu lebih cepat dari Patch.
Katamu Scott dan Nephil berkaus merah itu samasama anggota persaudaraan. Tapi sepertinya mereka tidak saling kenal. Kau yakin Scott terlibat" Ya.
Lalu mengapa mereka tidak mengenal satu sama lain"
Mungkin karena pimpinan perkumpulan itu sengaja memisah-misahkan anggotanya untuk menjaga kerahasiaan. Tanpa solidaritas, risiko kudeta menjadi kecil. Lebih dari itu, seandainya mereka tidak tahu seberapa kuatnya mereka, Nephilim tidak bisa membocorkan informasi itu ke pihak musuh. Malaikat terbuang tidak
164 bisa mendapatkan informasi jika anggota persaudaraan sendiri tidak tahu apa-apa.
Aku mencerna penjelasan Patch dan tidak tahu harus berpihak ke mana. Sebagian diriku menolak ide malaikat terbuang yang menguasai tubuh Nephilim setiap Cheshvan. Sebagian lagi diriku yang agak rendah merasa bersyukur. Karena sasaran mereka Nephilim, bukan manusia. Bukan aku. Bukan siapa pun yang kucintai.
Dan Marcie" kataku, berusaha menjaga suara tetap netral.
Dia suka bermain poker, kata Patch datar. Dia menghidupkan Jip. Aku harus pergi. Kau baik-baik saja malam ini" Ibumu pergi"
Aku menoleh hingga menghadap dirinya. Marcie merangkulmu.
Marcie tidak kenal yang namanya batasan pribadi. Jadi, sekarang kau ahli soal Marcie"
Matanya muram. Aku tahu, seharusnya aku tidak mengungkit masalah itu. Tapi aku tidak peduli. Aku ingin menuntaskan masalah ini. Ada apa di antara kalian" Dari penglihatanku, sepertinya bukan urusan biasa.
Aku sedang bermain ketika dia datang dari arah belakang. Ini bukan pertama kalinya seorang cewek
165 melakukan yang seperti itu. Dan kemungkinan bukan yang terakhir kalinya.
Kau bisa menepisnya. Dia merangkulkan tangannya ke leherku, berikutnya Nephil itu membanting bola. Aku tidak memikirkan Marcie. Aku berlari keluar untuk mengecek. Kalaukalau dia membawa teman.
Kau kembali ke sana untuk Marcie. Aku tidak akan membiarkan dia di sana. Aku tetap duduk sejenak, simpul dalam perutku begitu kencang hingga menyakitkan. Bagaimana seharusnya pandanganku terhadap persoalan ini" Apakah Patch kembali ke sana karena dilandasi sopan santun" Karena sadar kewajiban" Ataukah, karena sesuatu yang lain dan jauh lebih mengkhawatirkan"
Aku memimpikan ayah Marcie semalam. Entah mengapa aku menceritakannya. Barangkali untuk memberi tahu Patch, rasa pedih dalam hatiku begitu tajam sampai-sampai terbawa dalam mimpi. Aku pernah membaca bahwa mimpi adalah suatu cara mendamaikan peristiwa yang terjadi dalam kehidupan kita. Dan seandainya pendapat itu benar, jelaslah mimpiku memberitahukan bahwa aku belum berdamai dengan apa pun yang terjadi di antara Patch dan Marcie.
166 Karena aku bermimpi tentang malaikat terbuang dan Cheshvan. Karena aku bermimpi tentang ayah Marcie.
Kau memimpikan ayah Marcie" suara Patch tetap tenang. Tetapi sikapnya yang menatapku tajam membuatku berpikir, dia terkejut dengan kabar itu. Bahkan mungkin resah.
Sepertinya aku berada di Inggris. Bertahun-tahun lalu. Ayah Marcie dikejar di hutan. Hanya saja dia tidak bisa menghindar, karena jubahnya tersangkut di pohon. Dia mengatakan berulang kali, malaikat terbuang berusaha menguasai tubuhnya.
Patch memikirkan ucapanku beberapa saat. Sekali lagi kebisuannya menunjukkan bahwa aku mengucapkan sesuatu yang membuatnya tertarik. Tetapi, aku tidak bisa menebak apa itu. Dia melirik jam tangannya. Kau ingin aku antar sampai ke rumah"
Aku menatap jendela rumahku yang gelap dan kosong. Malam dan hujan gerimis berkombinasi menciptakan perasaan muram yang tak mengenakkan. Aku tidak bisa memastikan mana yang lebih baik. Masuk ke rumah sendirian, atau duduk di sini bersama Patch. Karena aku takut dia akan pergi. Ke Marcie Millar.
Aku ragu-ragu karena aku tidak mau basah. Lagi pula, kau jelas sudah punya tujuan. Aku mendorong pintu dan mengayunkan sebelah kaki ke luar. Itu satu.
167 Kedua, hubungan kita sudah berakhir. Kau tidak perlu berbaik hati kepadaku.
Mata kami bertemu. Aku mengatakan itu untuk menyakiti hatinya. Tetapi sebenarnya, akulah yang nyaris menangis karena pedih. Sebelum mengatakan sesuatu yang lebih menyakitkan, aku bergegas ke beranda, menutupi kepala dengan tangan agar tidak terkena hujan.
Di dalam, aku bersandar ke pintu depan dan mendengarkan Jip yang dikemudikan Patch menjauh. Pandanganku buram karena air mata. Seandainya saja Patch kembali. Aku menginginkan dirinya. Aku ingin dia memelukku dan mengusir perasaan dingin dan hampa yang perlahan-lahan membekukan diriku. Tetapi, bunyi ban mobilnya yang menggelinding di jalanan basah tak terdengar mendekat.
Kenangan peristiwa sebelum hubunganku dengan Patch kacau-balau, berputar dalam pikiranku tanpa diundang. Otomatis aku berusaha membendungnya. Tetapi masalahnya, aku ingin mengingatnya. Aku butuh sesuatu yang membuatku tetap dekat dengan Patch. Kubuka pagar pertahananku, dan kubiarkan diriku merasakan sentuhannya. Pada mulanya ringan, berikutnya lebih menggebu. Aku merasakan pelukannya yang
168 hangat. Tangannya di belakang leherku, mengencangkan rantai perak itu. Dia berjanji mencintaiku selamanya& .
Kuputar tombol pintu. Dan kenangan itu hilang seiring bunyi klik. Cowok berengsek. Kuucapkan katakata itu berulang kali. Sebanyak yang kubisa.
Aku menyalakan lampu di dapur. Lega rasanya, ternyata listrik tidak padam. Telepon memancarkan cahaya merah yang berkedap-kedip. Kuputar pesan yang terekam.
Nora, itu suara ibuku, di Boston hujan sangat deras. Jadwal pelelangan diubah. Aku dalam perjalanan pulang dan seharusnya sampai jam sebelas. Kau bisa membiarkan Vee pulang kalau kau mau. Sampai jumpa.
Aku melihat jam. Beberapa menit lagi jam sepuluh. Waktuku sendirian tinggal satu jam lagi.
***** 169 K EESokan paginya akU bERanJak daRi TEMpaT
tidur dengan malas. Setelah mampir ke kamar mandi sebentar, termasuk untuk mengoleskan krim penutup lingkaran gelap di bawah mata dan menyemprotkan cairan untuk melembutkan rambut ikal, aku menyeret kaki ke dapur. Ternyata ibuku sudah duduk di dekat meja. Dia memegang mug berisi teh herbal dengan kedua tangan. Rambutnya acak-acakan seperti orang yang baru bangun tidur, hingga landak
170 saja masih lebih manis darinya. Melirikku dari atas mug tehnya, Ibu tersenyum. Pagi.
Aku duduk di kursi seberang dan menuangkan sereal ke mangkuk. Ibuku telah menghidangkan stroberi dan seteko susu. Kutambahkan keduanya ke dalam serealku. Aku berusaha memilih makanan dengan baik. Tetapi rasanya jauh lebih mudah ketika Ibu ada di rumah. Dia selalu memastikan ada hidangan yang lebih baik dari apa pun yang bisa kudapatkan dalam sepuluh detik. Tidurmu nyenyak" tanyanya.
Aku mengangguk setelah menyuap sesendok sereal. Aku lupa bertanya semalam, kata Ibu. Apakah akhirnya kau menemani Scott keliling kota"
Aku batalkan. Mungkin lebih baik menjawab begitu saja. Aku tidak tahu bagaimana reaksi Ibu jika tahu aku membuntuti Scott, kemudian pergi bersamanya ke tempat biliar di Springvale.
Ibu mengerutkan hidung. Bau apa ini" Oh, sialan.
Hus Hus Buku 2 Crescendo Karya Becca Fitzpatrick di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Aku menyalakan lilin di kamar pagi ini, kataku, menyesal karena tidak sempat mandi. Aku yakin aroma Z masih mengendap di pakaian, seprai, juga rambutku.
Ibu mengerutkan kening. Ini pasti bau rokok. kursinya berderit ke belakang. Ibu bersiap melakukan investigasi.
171 Tidak ada gunanya berbohong sekarang. Aku menggaruk-garuk alis dengan gugup. Aku pergi ke tempat biliar semalam.
Patch" Belum lama ini kami menjalin kesepakatan. Aku tidak boleh pergi dengan Patch dalam situasi apa pun, jika Ibu sedang pergi.
Dia ada di sana. Dan"
Aku tidak pergi dengan Patch. Aku pergi dengan Scott. Dari ekspresi wajahnya, aku yakin itu lebih buruk. Tapi sebelum Ibu marah, kataku cepat-cepat, aku ingin bilang, rasa penasaran tidak bisa kubendung. Aku sulit melupakan fakta bahwa keluarga Parnell melakukan segala cara untuk tetap merahasiakan masa lalu Scott. Mengapa setiap kali Mrs. Parnell membuka mulut, Scott mengawasinya seperti burung elang" Seburuk apakah masa lalu Scott"
Aku menduga Ibu akan meledak dan tidak membolehkan aku keluar sejak pulang dari sekolah siang ini sampai tanggal empat Juli. Tetapi dia mengatakan, Aku juga berpikir begitu.
Apakah Mrs. Parnell takut kepadanya, atau itu hanya perasaanku saja" lanjutku. Lega rasanya karena sepertinya Ibu lebih tertarik membicarakan Scott daripada menjatuhkan hukuman kepadaku.
172 Ibu macam apa yang takut kepada putranya sendiri" Ibu menyuarakan pikirannya.
Kurasa dia tahu rahasia Scott. Dia tahu yang dilakukan putranya. Dan Scott tahu bahwa ibunya tahu. Mungkin rahasia Scott hanyalah bahwa dia Nephilim. Tapi kurasa tidak begitu. Dari reaksinya ketika diserang oleh Nephil berkaus merah semalam, aku curiga dia tidak begitu tahu siapa dirinya, atau sejauh mana kemampuannya. Boleh jadi dia tahu bahwa dia punya kekuatan yang luar biasa atau kemampuan berbicara ke pikiran orang. Tapi kemungkinan dia tidak paham bagaimana menjelaskannya. Tetapi jika Scott dan ibunya tidak berusaha merahasiakan darah Nephilim dalam tubuh Scott, lalu apa yang ingin mereka sembunyikan" Apa yang telah dilakukan Scott sehingga mereka berusaha keras merahasiakannya"
Tiga puluh menit kemudian, aku berjalan menuju kelas kimia. Ternyata Marcie sudah ada di tempat kami, sedang berbicara di ponsel. Dia jelas-jelas mengabaikan pengumuman yang tertulis di whiteboard, DILARANG MENGGUNAKAN PONSEL. Ketika melihatku, dia membalikkan badan dan menutup mulut dengan tangan, tidak ingin pembicaraannya didengar. Memangnya aku
173 peduli" Begitu aku sampai di meja kami, kata-kata yang kutangkap hanyalah ucapan rayuan, Love you, too.
Marcie memasukkan ponsel ke saku depan ranselnya dan tersenyum kepadaku. Cowokku. Dia tidak sekolah.
Selintas aku curiga dan bertanya-tanya, apakah barusan dia berbicara dengan Patch. Tapi Patch sudah bersumpah di antara mereka tidak ada apa-apa. Aku bisa saja membiarkan kecemburuan berkecamuk dalam kepalaku, atau aku bisa memercayai Patch. Akhirnya aku mengangguk penuh simpati. Pasti sulit, ya, pacaran dengan cowok yang di-DO.
Ha, ha. Asal tahu saja, aku mengirimkan SMS berisi undangan pesta musim panas tahunanku Selasa malam nanti. Kau termasuk yang diundang, katanya santai. Kalau tidak datang, berarti kau sengaja menyabotase kehidupan sosialmu sendiri& tapi rasanya kau tidak perlu cemas. Karena kau tidak punya kehidupan sosial.
Pesta musim panas tahunan" Aku tidak pernah dengar.
Marcie mengeluarkan tempat bedaknya, yang tadi membuat saku belakang celana jinsnya tampak menonjol. Kemudian dia membubuhkan bedak ke hidungnya. Itu karena kau tidak pernah diundang sebelumnya.
174 Oke, sabar dulu. Kenapa Marcie mengundangku" Meskipun IQ-ku dua kali lebih tinggi darinya, dia tentu tahu kami tidak berteman. Itu satu. Kedua, teman kami berbeda. Juga minat kami. Wow, Marcie. Baik sekali kau mengundangku. Agak tidak terduga. Aku akan berusaha datang. Tapi tidak berusaha keras.
Marcie mencondongkan tubuhnya ke arahku. Aku melihatmu semalam.
Jantungku berdegup agak cepat. Tapi aku berusaha menjaga suaraku tetap tenang. Bahkan datar. Yeah, aku juga melihatmu.
Rasanya sangat& gila. Dia membiarkan pernyataannya mengambang, seolah ingin aku melanjutkan. Kukira begitu.
Kaukira" Kau lihat tongkat biliarnya" Aku tidak pernah melihat siapa pun melakukannya. Dia menekannya kuat-kuat sehingga menembus meja biliar. Bukannya meja itu terbuat dari papan yang tebal"
Aku berada di belakang. Tidak bisa melihat banyak. Maaf. Aku sengaja tidak berkomentar banyak. Ini bukan jenis pembicaraan yang kusukai. Lagi pula, karena inikah dia mengundangku ke pesta" Untuk menanamkan rasa kepercayaan dan persahabatan ke dalam hubungan kami sehingga aku akan menceritakan segala yang kuketahui tentang semalam"
175 Kau tidak melihat apa-apa" ulang Marcie. Garisgaris tidak percaya muncul di dahinya.
Tidak. Kau sudah belajar untuk kuis hari ini" Aku sudah menghafal sebagian besar tabel periodik. Tapi barisan terbawahnya sulit diingat.
Memangnya Patch belum pernah mengajakmu main biliar di sana" Kau tidak pernah melihat tempat seperti itu sebelumnya"
Aku pura-pura tidak mendengar pertanyaannya, dan membuka buku pelajaran.
Kudengar kau dan Patch sudah putus, katanya, mencoba taktik baru.
Aku menghirup udara, tetapi agak terlambat, karena wajahku sudah terasa panas.
Siapa yang memutuskan" tanya Marcie. Memangnya penting, ya"
Marcie menggerutu. Ya, sudah. Kalau tidak mau bicara, kau tidak usah datang ke pestaku. Memangnya aku mau datang"
Marcie memutar bola matanya. Apakah kau marah karena aku bersama Patch semalam" Dia tidak ada artinya bagiku. Kami cuma bersenang-senang. Tidak ada yang serius.
Yeah, kelihatannya begitu, kataku, sengaja bernada sinis.
176 Jangan cemburu, Nora. Patch dan aku benarbenar hanya berteman. Tapi seandainya kau berminat mengonsultasikan persoalan hubunganmu dengan Patch, ibuku kenal seorang terapis yang sangat hebat. Kabari aku kalau kau membutuhkan. Tapi biayanya mahal. Maksudku, aku tahu pekerjaan ibumu
Aku ingin bertanya kepadamu, Marcie. Suaraku dingin, tapi tanganku gemetar di atas pangkuanku. Apa yang akan kaulakukan jika saat kau membuka mata besok pagi, ayahmu dibunuh" Apakah menurutmu gaji ibumu yang bekerja paruh waktu di JC Penney akan cukup" Lain kali, sebelum kau mengungkit-ungkit kondisi keluargaku, cobalah bayangkan sebentar seandainya dirimu adalah aku. Satu menit saja.
Dia menatapku lama. Tetapi, ekspresinya begitu kosong hingga aku sangsi ucapanku ada gunanya. Satusatunya orang yang membuat Marcie bisa berempati hanyalah dirinya sendiri.
Setelah pelajaran berakhir, aku menemui Vee di lapangan parkir. Dia sedang duduk di kap mobilnya. Lengan bajunya digulung tinggi hingga ke bahu. Memperlihatkan kulit tangannya yang kecokelatan. Kita harus bicara, katanya saat aku mendekat. Dia mengubah posisi duduk dan menurunkan kacamata hitamnya ke hidung hingga
177 cukup untuk melakukan kontak mata. Kau dan Patch semalam di Splitsville, kan"
Aku duduk di sebelahnya. Siapa yang memberitahumu"
Rixon. Asal kautahu saja. Itu menyakitkan. Aku sahabatmu. Seharusnya aku tidak mengetahui hal semacam ini dari temannya temanku. Atau dari teman mantan-pacar, imbuhnya, setelah berpikir cukup keras. Dia meletakkan tangan di bahuku dan meremasnya. Bagaimana keadaanmu"
Tidak terlalu baik. Tapi itu adalah sesuatu yang ingin kusimpan di dasar hatiku. Dan aku tidak bisa memendamnya jika aku membicarakannya. Aku bersandar di kaca, mengangkat notebook untuk melindungi wajahku dari matahari. Kautahu bagian terburuknya"
Bahwa ucapanku benar dan sekarang kau harus menderita karena terpaksa mendengar aku mengatakan, Apa kubilang "
Lucu. Bukan rahasia lagi kalau Patch itu bermasalah. Dia seperti cowok ugal-ugalan yang ingin membuktikan sesuatu. Tetapi sebenarnya, sebagian besar cowok semacam ini bukan ingin membuktikan sesuatu. Mereka memang senang ugal-ugalan. Mereka puas melihat ibuibu ketakutan dan panik lantaran mereka.
178 Kata-katamu sangat& dalam.
Terima kasih kembali. Ada satu hal lagi Vee.
Vee mengibaskan tangan. Dengarkan aku dulu. Ini bagian terbaik. Kurasa sudah waktunya kau meninjau kembali prioritasmu soal cowok. Kita harus mencari cowok pramuka yang manis untukmu. Cowok yang membuatmu menghargai arti lelaki baik-baik dalam kehidupanmu. Contohnya Rixon.
Aku membungkamnya dengan tatapan yang mengatakan, Kau bercanda, ya"
Aku tidak ingin menanggapi tatapanmu, kata Vee. Rixon memang cowok yang manis.
Kami saling berpandangan selama tiga detik lagi. Oke, mungkin cowok pramuka terlalu berlebihan, kata Vee. Tapi intinya, kau bisa mengambil manfaat dari cowok yang manis. Cowok yang isi lemarinya tidak hitam semua. Memangnya kenapa" Apa Patch pikir dia itu komandan"
Aku melihat Marcie dan Patch semalam, kataku dalam satu helaan napas. Nah. Sudah kukatakan.
Vee mengejap beberapa kali, mencerna ucapanku. Apa" katanya, mulutnya menganga.
179 Aku mengangguk. Aku melihat mereka. Marcie merangkulnya. Mereka berduaan di tempat biliar di Springvale.
Kau membuntuti mereka"
Aku ingin mengatakan, Yang benar saja. Tetapi, kata-kata yang keluar dari mulutku hanyalah penjelasan datar. Scott mengajakku main biliar. Aku pergi bersamanya, dan melihat mereka di sana. Aku ingin menceritakan peristiwa yang terjadi setelah momen itu. Tapi seperti kepada Marcie, ada hal-hal yang tidak bisa kujelaskan kepada Vee. Bagaimana aku bisa bercerita kepadanya tentang Nephil berkaus merah, atau bagaimana dia menghunjamkan tongkat biliar ke meja sampai tembus"
Ekspresi Vee seperti orang yang berusaha mencari tanggapan yang tepat. Well. Seperti yang kukatakan, begitu kau melihat cahaya, kau tidak akan kembali. Mungkin Rixon punya teman. Selain Patch, yang& . Vee tampak kikuk.
Aku tidak butuh pacar. Aku butuh pekerjaan. Vee nyengir lebar. Soal pekerjaan lagi, he" Aku tidak paham, apa asyiknya.
Aku butuh mobil. Untuk mendapatkannya, aku harus punya uang. Dengan kata lain, pekerjaan. Ada banyak alasan dalam kepalaku untuk membeli
180 Volkswagen Cabriolet. Mobil itu kecil sehingga mudah diparkir, dan irit bahan bakar. Fitur ini penting, karena aku tidak akan punya banyak uang untuk membeli bahan bakar setelah mengeluarkan seribu dolar untuk membeli mobil itu sendiri. Memang menggelikan jika aku merasa punya hubungan dengan sesuatu yang mati dan praktis seperti mobil. Tetapi, aku mulai memandangnya sebagai metafora perubahan dalam kehidupanku. Kebebasan untuk pergi ke mana pun, kapan pun. Kebebasan untuk memulai lembaran baru. Kebebasan dari Patch. Dan semua kenangan kami bersama yang belum bisa kusingkirkan.
Ibuku punya teman seorang manajer di Enzo. Mereka sedang mencari seorang barista, kata Vee. Aku tidak tahu tugas barista.
Vee mengangkat bahu. Membuat kopi. Menuangnya ke gelas. Membawanya ke pelanggan yang kehausan. Apa susahnya"
Empat puluh lima menit kemudian, Vee dan aku berjalanjalan di pantai. Kami melupakan PR dan dengan santai memandang barang-barang yang dipajang di jendela toko. Karena tidak bekerja, dan konsekuensinya tidak punya uang, kami sekadar mengasah keterampilan berwindow shopping saja. Setelah sampai di ujung jalan,
181 mata kami tertuju ke sebuah toko roti. Aku nyaris bisa mendengar mulut Vee meneteskan liur saat dia menekankan wajah ke kaca jendela dan memandang rak donat.
Rasanya sudah satu jam sejak terakhir kali aku makan, katanya. Donat berglazur, ini aku datang. Jangan khawatir, aku traktir. Vee sudah berjalan empat langkah ke depan, tangannya nyaris mendorong pintu toko.
Bukannya kau sedang berusaha menurunkan berat badan supaya bisa memakai baju renang yang kauinginkan" Dan katanya kau bertulang besar dan ingin menyenangkan Rixon.
Kau memang tahu cara merusak suasana hatiku. Lagi pula, makan satu donat tidak akan berarti apa-apa.
Aku belum pernah melihat Vee menyantap satu donat saja. Tapi aku tidak berkomentar.
Kami memesan setengah lusin donat berglazur dan memilih kursi di dekat jendela. Tak lama kemudian, aku melihat Scott di luar. Dahinya ditempelkan ke jendela dan dia tersenyum. Kepadaku. Saking kagetnya, aku tersentak satu inci. Scott menekuk jarinya, memberi isyarat agar aku keluar.
Sebentar, ya, kataku kepada Vee.
182 Vee mengikuti arah tatapanku. Bukankah dia Scott si seksi"
Jangan sebut begitu. Bagaimana dengan julukan lama, Scott si tukang ompol"
Dia sudah dewasa. Apa yang ingin dia bicarakan denganmu" Suatu ide muncul di kepalanya. Oh, tidak. Kau tidak boleh membalas dendam dengan pergi bersamanya. Dia masalah kau yang bilang sendiri. Kita akan mencari cowok pramuka yang manis, kauingat"
Aku mencantolkan tas ke pundak. Aku tidak membalas dendam. Apa" kataku sebagai reaksi tatapannya kepadaku. Menurutmu aku harus duduk saja dan pura-pura tidak melihat"
Vee membalik telapak tangan. Pokoknya jangan lama-lama. Kalau tidak, donatmu akan masuk ke dalam daftar spesies yang sudah punah.
Di luar, aku berbelok dan berjalan ke belakang, tempat terakhir kali aku melihat Scott. Dia sedang duduk santai di bangku pinggir jalan. Ibu jarinya dimasukkan ke dalam saku. Kau selamat semalam" tanyanya. Aku masih di sini, kan"
Dia tersenyum. Hiburan yang sedikit lebih menyenangkan dibandingkan yang biasa kau nikmati"
183 Aku tidak mengingatkan bahwa dialah yang diancam di meja biliar dengan tongkat yang ditancapkan di dekat telinganya.
Maaf, aku tidak mengantarmu pulang, kata Scott. Sepertinya kau mendapat tumpangan"
Jangan khawatir, kataku jengkel. Aku tidak mau repot-repot menyembunyikan kekesalanku. Pelajaran bagiku untuk tidak pergi denganmu lagi.
Aku akan menebusnya. Mau makan-makan sebentar" Dia menunjuk dengan ibu jarinya ke arah restoran turis di pinggir pantai. Alfeo. Aku pernah makan di sana dengan ayahku bertahun-tahun lalu. Seingatku hidangannya mahal. Satu-satunya yang kudapatkan dengan harga kurang dari lima dolar hanya air putih. Atau Coke jika aku beruntung. Rasanya aku lebih tertarik menikmati donat bersama Vee. Selain harga hidangan di Alfeo sangat mahal, ingatan terakhirku kepada Scott adalah saat dia menggodaku dengan mengangkat bajuku menggunakan tongkat biliar.
Tidak bisa. Aku bersama Vee, kataku kepada Scott. Apa yang terjadi di Z semalam" Setelah aku pergi.
Aku mendapatkan uangku kembali. Caranya bicara membuatku berpikir kejadiannya tidak sesederhana itu.
184 Uang kita, kataku mengoreksi.
Aku akan mengembalikan uangmu, katanya samar. Akan kuantarkan ke rumahmu malam ini.
Yeah, tentu. Aku punya firasat uang itu sudah ludes, bahkan lebih dari jumlah semalam.
Dan cowok berkaus merah" tanyaku. Dia kabur.
Sepertinya dia sangat kuat. Apakah kau juga berpikir begitu" Ada sesuatu pada dirinya yang& berbeda.
Aku memancing Scott. Berusaha mengetahui seberapa banyak yang dia ketahui. Tapi komentarnya tidak jelas. Yeah, kukira begitu. Karena itulah Ibu selalu mengingatkan aku untuk keluar dan mencari teman baru. Jangan tersinggung, Grey. Tapi kau tidak termasuk orang semacam itu. Cepat atau lambat aku harus pergi. Aduh, jangan menangis. Kenang saja semua pengalaman manis yang kita lalui bersama. Dengan begitu, aku yakin kau akan tenang.
Kau memanggilku untuk memutuskan pertemanan kita" Bagaimana aku bisa seberuntung ini"
Scott tertawa. Rasanya aku harus mulai dengan pacarmu. Dia punya nama" Jangan-jangan dia cuma teman khayalanmu saja. Maksudku, aku tidak pernah melihat kalian bersama-sama.
Kami sudah putus. 185 Sepertinya senyum tipis mengembang di wajahnya. Yeah, kudengar begitu. Tapi aku ingin tahu apakah kau bisa menerimanya atau tidak.
Kau mendengar kabar tentang aku dan Patch" Cewek seksi bernama Marcie yang memberitahuku. Aku bertemu dengannya di pompa bensin. Dia yang menghampiriku dan memperkenalkan diri. Omongomong, dia bilang kau pecundang.
Relections Of Life 2 Pedang Siluman Darah 5 Hidung Belang Penghisap Darah Solmet 1
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama