Hus Hus Buku 2 Crescendo Karya Becca Fitzpatrick Bagian 4
Apa yang kaupikirkan" tanya Vee. Matanya juga tertuju ke Commander saat kami melewatinya. Aku mau muntah.
Di ruang tamu Marcie saja. Tapi aku ingin tanya, kau tidak apa-apa dengan kehadiran Patch di sini" Aku mengencangkan rahang dan mengangkat dagu sedikit. Marcie mengundangku. Aku punya hak yang sama dengan Patch untuk berada di sini. Aku tidak akan membiarkan Patch mendikte ke mana aku harus pergi atau apa yang harus kulakukan. Lucunya, itulah persisnya yang kulakukan sekarang.
Pintu depan rumah Marcie terbuka. Terlihatlah ruangan berlantai marmer hitam yang penuh dengan tubuh-tubuh berjingkrakan seiring musik Jay-Z. Ruang tamu itu menyatu dengan sebuah ruang tamu besar lainnya dengan langit-langit tinggi dan furnitur
280 Victorian warna gelap. Semua furnitur, termasuk meja kopi, digunakan sebagai tempat duduk. Vee ragu-ragu di ambang pintu.
Sebentar, aku harus menyiapkan mental, katanya di tengah ingar-bingar musik. Maksudku, tempat ini akan penuh dengan Marcie. Potret Marcie, furnitur Marcie, aroma Marcie. Omong-omong soal potret, kita harus mencari foto lama keluarganya. Aku ingin lihat wajah ayah Marcie sepuluh tahun lalu. Waktu iklan agen mobilnya muncul di TV, aku tidak bisa memastikan apakah dia tampak begitu muda karena operasi plastik, atau karena kosmetik yang berlebihan.
Aku mencengkeram siku Vee dan menariknya hingga dia menghadapku. Jangan macam-macam.
Vee menyipit ke dalam, dahinya berkerut. Baiklah, tapi aku peringatkan, begitu melihat satu celana dalam, atau alat kontrasepsi, aku pulang.
Aku hendak menjawab, tapi kuurungkan. Kemungkinan bahwa kami akan menemukan kedua benda itu memang cukup besar. Demi kebaikanku sendiri, aku tidak menerima syarat itu secara resmi.
Aku diselamatkan dari pembicaraan ini dengan kedatangan Marcie. Dia bergegas dari kegelapan, membawa mangkuk besar. Marcie menatap kami dengan
281 serius. Aku mengundangmu, katanya kepadaku, tapi aku tidak mengundang dia.
Senang bertemu denganmu juga, kata Vee. Marcie menatap Vee perlahan, dari ujung kepala sampai kaki. Bukannya kau ikut program diet warna" Kelihatannya kau menyerah sebelum mulai, ya" Dia mengalihkan perhatian kepadaku, Dan kau. Mata lebam.
Kau mendengar sesuatu, Nora" tanya Vee. Sepertinya aku mendengar sesuatu.
Ya, kau mendengar sesuatu, kataku setuju. Mungkinkah itu& bunyi kentut anjing" tanya Vee. Aku mengangguk. Sepertinya begitu.
Mata Marcie menyipit. Ha, ha.
Nah, terdengar lagi, kata Vee. Mungkin anjing itu punya masalah pencernaan. Seharusnya dia minum obat mag.
Marcie menyodorkan mangkuk itu. Sumbangan. Tidak boleh masuk sebelum menyumbang. Apa" seru Vee dan aku berbarengan.
Sum-ba-ngan. Kaupikir aku membuat pesta tanpa tujuan" Aku butuh uang. Jelas dan sederhana.
Vee dan aku menatap mangkuk yang penuh dengan lembaran dolar.
Untuk apa" tanyaku.
282 Seragam cheerleader yang baru.
Tim kami ingin seragam baru yang bagian perutnya terbuka. Tapi sekolah tidak punya uang. Jadi aku mengumpulkan dana.
Ini menarik, kata Vee. Seharusnya kelompokmu dinamai Tim Cewek Murahan.
Cukup! kata Marcie, wajahnya memerah. Mau masuk atau tidak" Harga masuknya dua puluh dolar. Kalau kau berkomentar lagi, harganya naik menjadi empat puluh.
Vee menyikut tanganku. Datang ke sini bukan ideku. Kau yang bayar.
Sepuluh per orang" aku menawar. Tidak boleh.
Aku menghadap Vee dan memaksa diri tersenyum. Dua puluh dolar cukup besar, kilahku. Yeah, tapi coba bayangkan betapa menariknya aku dengan seragam itu, kata Marcie. Aku harus melakukan lima ratus kali sit up setiap malam agar ukuran pinggangku bisa menyusut dari dua puluh lima ke dua puluh empat sebelum liburan sekolah berakhir. Aku tidak bisa membiarkan perutku kelebihan lemak satu inci kalau aku akan memakai atasan yang memperlihatkan perut.
283 Aku tidak mau mencemari pikiranku dengan gambaran Marcie mengenakan seragam minim. Bagaimana kalau lima belas" tawarku lagi.
Marcie berkacak pinggang dan kelihatan seperti orang yang siap membanting pintu.
Oke, tenang, aku bayar, kata Vee, merogoh saku belakang. Dia menjejalkan segumpal uang ke mangkuk. Tapi suasana gelap, jadi aku tidak bisa memastikan berapa banyak yang dia berikan. Kau berutang banyak, katanya kepadaku.
Seharusnya kau tidak menjejalkannya seperti itu, supaya bisa kuhitung dulu, kata Marcie mengadukaduk mangkuk, berusaha menemukan uang Vee.
Kupikir dua puluh terlalu tinggi untuk kemampuan berhitungmu, kata Vee. Maaf.
Marcie menyipitkan mata lagi. Kemudian dia berbalik, membawa mangkuk itu ke dalam.
Berapa banyak yang kaumasukkan" tanyaku kepada Vee.
Tidak ada. Aku memasukkan alat kontrasepsi. Aku mengangkat alis. Sejak kapan kau membawa alat kontrasepsi"
Aku menemukan satu di halaman depan saat kita akan masuk ke sini. Siapa tahu, mungkin Marcie akan menggunakannya. Kalau benar begitu, berarti aku telah
284 melakukan tugasku menjauhkan materi genetiknya dari kolam gen.
Vee dan aku masuk dan merapatkan punggung ke dinding. Di atas karpet beludru, beberapa pasangan saling menautkan badan seperti dua penjepit kertas yang saling tersangkut. Bagian tengah ruang tamu itu penuh dengan tubuh yang menari. Di sebelah ruangan, yaitu lorong melengkung menuju dapur, tampak para tamu menyesap minuman dan tertawa-tawa. Tidak ada yang memperhatikan Vee atau aku. Sepertinya menyusup ke kamar Marcie tidak sesulit yang kubayangkan. Tapi masalahnya, aku mulai berpikir, kedatanganku ke sini bukan untuk mencari bukti kebersamaan Patch dan Marcie di kamar tidurnya. Bahkan aku nyaris berpikir kedatanganku ini karena aku tahu, Patch akan datang juga. Dan aku ingin berjumpa dengannya.
Tampaknya kesempatan itu tiba. Patch muncul di depan dapur Marcie, mengenakan kaus polo dan jins hitam. Aku tidak terbiasa memperhatikannya dari jauh. Matanya sehitam malam dan rambutnya ikal di bawah telinga, tampak telah lewat enam minggu dari waktu pangkas yang seharusnya. Tubuhnya memikat lawan jenis dalam sekejap. Tapi sosoknya mengisyaratkan, aku tidak ingin diajak bicara. Topinya masih absen. Artinya, kemungkinan masih di tangan Marcie. Tidak
285 masalah, kataku mengingatkan diriku sendiri. Itu bukan urusanku lagi. Patch bisa memberikan topinya kepada siapa pun. Aku tidak akan tersinggung hanya karena dia tidak pernah meminjamkannya kepadaku.
Jenn Martin, teman sekelasku dalam pelajaran matematika pada tahun pertama, sedang berbicara dengan Patch. Tapi sepertinya perhatian Patch tidak kepada gadis itu. Matanya menyapu ruang tamu, waspada. Seolaholah tidak ada seorang pun di sana yang bisa dipercaya. Posturnya santai, tapi terkendali. Nyaris seperti dia menduga sesuatu bisa terjadi kapan saja.
Sebelum matanya ke arahku, aku mengalihkan pandangan. Aku tidak mau ketahuan sedang menatapnya dengan penuh penyesalan dan kerinduan.
Anthony Amowitz tersenyum dan melambaikan tangan kepadaku dari seberang. Otomatis aku membalas senyumannya. Kami mengikuti mata pelajaran olahraga bersama-sama tahun ini. Meskipun aku tidak pernah berbicara dengannya lebih dari sepuluh kata, tapi senang rasanya mengetahui ada seseorang yang senang melihatku dan Vee di sini.
Kenapa Anthony menebar senyum gigolo kepadamu" kata Vee.
Aku memutar bola mata. Kau menyebutnya begitu hanya karena dia ada di sini. Di rumah Marcie.
286 Yeah, memangnya kenapa"
Dia cuma bersikap manis. Aku menyikut Vee. Senyum.
Bersikap manis" Dia itu sedang terangsang. Anthony mengangkat gelas plastik merahnya dan meneriakkan sesuatu kepadaku. Tapi suara musik begitu keras.
Apa" seruku. Kau tampak cantik! Dia tersenyum konyol. Ya, ampun, kata Vee. Bukan cuma gigolo, tapi gigolo tidak laku.
Mungkin dia agak mabuk. Mabuk dan berharap bisa berduaan denganmu di kamar.
Ugh. Lima menit kemudian, kami masih di posisi yang sama di balik pintu depan. Seseorang menumpahkan setengah kaleng bir ke sepatuku. Untungnya bukan muntahan. Aku ingin mengajak Vee bergeser, karena sepertinya semua orang berlari melewati lokasiku sebelum mereka memuntahkan isi perut. Tetapi belum sempat aku mengatakannya, Brenna Dubois datang memberikan gelas plastik merah untukku.
Ini untukmu, pujian dari cowok di seberang. Sudah kubilang, bisik Vee dari samping.
287 Aku mencuri pandang ke Anthony. Dia mengedipkan mata.
Uh, terima kasih, tapi aku tidak berminat, kataku kepada Brenna. Aku tidak begitu berpengalaman dengan pernak-pernik pesta. Tapi aku cukup sadar untuk tidak menerima minuman dari sumber yang meragukan. Karena mungkin saja sudah dimasukkan obat terlarang. Sampaikan kepada Anthony, aku tidak minum kecuali dari kaleng yang masih tertutup. Wow. Kedengarannya lebih tolol dari yang kurasakan.
Anthony" Wajah Brenna tampak kebingungan. Yeah, Anthony si gigolo, kata Vee. Cowok yang menyuruhmu mengantarkan gelas ini.
Kaupikir ini dari Anthony" Dia menggeleng. Coba arahkan matamu ke ujung sana. Brenna menoleh ke tempat Patch berdiri beberapa menit lalu. Well, dia di sana tadi. Kurasa sudah pergi. Dia seksi dan mengenakan kaus hitam, kalau itu bisa membantu.
Ya, ampun, kata Vee lagi, kali ini sambil menghela napas.
Trims, kataku kepada Brenna, merasa tidak punya pilihan kecuali menerima gelas itu. Dia kembali ke kerumunan, dan aku meletakkan gelas yang aromanya seperti Coke ceri itu ke atas meja di belakangku. Apakah Patch ingin menyampaikan pesan" Mengingatkan aku
288 akan perkelahian konyol di Devil s Handbag ketika Marcie menyiramku dengan Coke ceri"
Vee meletakkan sesuatu ke tanganku. Apa ini" tanyaku.
Walkie-talkie. Kupinjam dari abangku. Aku akan duduk di tangga dan berjaga-jaga. Kalau seseorang naik, aku akan memberi tahu lewat radio.
Kau ingin aku menyusup ke kamar Marcie sekarang"
Aku ingin kau mencuri buku hariannya. Yeah, itu. Sepertinya aku berubah pikiran. Kau bercanda" kata Vee. Jangan jadi pengecut. Bayangkan apa yang tertulis di buku itu. Ini kesempatan untuk mengetahui ada apa di antara Marcie dan Patch. Jangan disia-siakan.
Tapi itu salah. Tidak akan terasa begitu jika kau mencurinya cepat-cepat. Dengan begitu, rasa bersalah tidak sempat muncul.
Aku menatapnya tajam. Bicara dalam hati juga membantu, imbuh Vee. Katakan dalam hati, ini tidak salah, beberapa kali. Dan kau akan meyakininya begitu.
289 Aku tidak akan mengambil buku hariannya. Aku cuma ingin& melihat-lihat. Dan mencuri topi Patch kembali.
Aku akan memberikan anggaran eZine setahun kalau kau memberikan aku buku harian itu dalam tiga puluh menit, kata Vee, mulai putus asa.
Itu sebabnya kau menginginkan buku harian Marcie" Untuk mencetaknya di eZine"
Coba bayangkan. Karierku akan melesat. Tidak, kataku tegas. Dan yang lebih penting lagi, itu buruk, Vee.
Vee menghela napas panjang. Well, tapi pantas dicoba.
Aku menatap walkie-talkie di tanganku. Kenapa tidak ber-SMS saja"
Mata-mata tidak ber-SMS. Tahu dari mana"
Kau sendiri tahu dari mana mereka ber-SMS" Merasa enggan berdebat, kumasukkan saja walkie-talkie itu ke balik sabuk jinsku. Kauyakin kamar Marcie di lantai dua"
Salah satu mantan-pacarnya duduk di belakangku dalam kelas bahasa Spanyol. Dia bilang, setiap jam sepuluh malam, Marcie melepas baju dengan lampu menyala. Kadang, ketika dia dan teman-temannya bosan, mereka
290 berkendara ke sini untuk menonton pertunjukan itu. Dia bilang Marcie tidak pernah terburu-buru. Setelah Marcie selesai, cowok itu sakit leher karena terlalu lama menengadah. Dia juga bilang, suatu kali Aku menutup telinga. Hentikan!
Hei, kalau otakku cemar karena cerita semacam ini, kurasa kau juga harus begitu. Alasanku memberitahukan informasi yang membuat orang ingin muntah ini karena aku ingin menolongmu.
Aku menatap tangga. Perutku terasa dua kali lebih berat ketimbang tiga menit lalu. Meski belum melakukan apa-apa, aku sudah merasa mual karena rasa bersalah. Kapankah aku membiarkan Patch mengacaukan aku seperti ini" Rasanya aku akan naik, kataku tidak yakin. Kau berjaga-jaga"
Roger. Aku naik ke lantai dua. Ada sebuah kamar mandi dengan lantai keramik yang bercorak mahkota. Aku menyusuri gang di bagian kiri, melewati ruangan yang sepertinya kamar tidur tamu, dan sebuah ruang olahraga yang berisi treadmill dan sepeda statis. Aku mundur, kali ini mengambil lorong kanan. Pintu pertama berderit, dan aku mengintip. Pola warnanya serbamerah muda. Dinding merah muda, tirai merah muda, ranjang dan bantalnya juga merah muda. Lemarinya tampak
291 menjulang di antara ranjang, lantai, dan perabotan lainnya. Beberapa foto berukuran poster menempel di dinding. Semuanya menunjukkan Marcie dalam pose menantang dengan seragam tim pemandu soraknya yang bernama Razorbill. Aku langsung merasa mual begitu melihat topi Patch di atas meja. Setelah menutup pintu, kugulung lidah topi itu menjadi kerucut kecil lalu kujejalkan ke saku belakangku. Di bawah topi itu, ada sebuah kunci mobil. Sepertinya itu kunci cadangan, tapi ada lambang Jip. Patch memberikan kunci cadangan kepada Marcie.
Kuambil kunci itu dan kumasukkan juga ke saku belakang yang satunya lagi. Mumpung masih di kamar Marcie, aku berniat mencari benda kepunyaan Patch lainnya.
Aku membuka dan menutup beberapa laci. Aku melongok ke kolong ranjang, ke dalam kotak, dan ke rak atas lemari Marcie. Akhirnya aku menyelipkan tangan di antara ranjang dan tempat tidur. Ternyata aku menemukan buku harian Marcie. Buku kecil berwarna biru itu kabarnya menyimpan skandal dalam jumlah yang lebih banyak ketimbang tabloid. Ketika memegangnya dengan kedua tangan, aku merasakan godaan kuat untuk membukanya. Apa yang dia tulis tentang Patch"
292 Rahasia apa yang tersimpan di halaman-halaman buku ini"
Walkie-talkie-ku berbunyi. Sial, kata Vee.
Kukeluarkan benda itu dari sabuk celana jinsku lalu kutekan tombol untuk bicara. Ada apa"
Anjing. Besar. Berjalan ke ruang keluarga, atau apalah namanya ruang terbuka yang sangat besar ini. Dia menatapku. Benar-benar menatapku.
Jenis apa" Aku bukan pakar spesies anjing. Tapi rasanya Doberman. Wajahnya runcing, galak. Sangat mirip Marcie. Oh...oh. Telinganya terangkat. Dia menghampiriku. Rasanya dia anjing psiko. Dia tahu aku bukannya sedang duduk manis di sini, tapi menggerecoki urusan orang lain.
Tenang Huush, huuush! Bunyi anjing menggeram terdengar di walkie-talkie. Ehm, Nora" Ada masalah, kata Vee tak lama kemudian.
Anjing itu tidak mau pergi"
Tambah parah. Dia baru saja naik ke atas.
293 Tepat setelah itu, terdengar gonggongan yang mengagetkan di pintu. Bunyi itu tidak berhenti malah bertambah keras dan galak.
Vee! desisku di walkie-talkie. Usir anjing itu! Vee mengatakan sesuatu, tapi aku tidak bisa mendengar karena gonggongan itu sangat keras. Kututup satu telinga. Apa"
Marcie datang! Keluar dari sana!
Aku ingin menyusupkan buku harian itu ke bawah ranjang, tapi malah jatuh. Berlembar-lembar catatan dan foto berserakan. Di tengah kepanikan, kukumpulkan semuanya dan kujejalkan kembali ke dalam buku. Lalu kumasukkan buku itu, begitu juga walkie-talkie, ke balik sabuk celana jinsku. Kemudian kumatikan lampu. Aku bisa mengembalikan buku itu nanti. Yang penting aku harus keluar sekarang.
Aku mengangkat jendela, mengira ada tabirnya. Tetapi ternyata tidak ada. Mungkin Marcie sudah lama menyingkirkannya agar bisa menyelinap keluar tanpa terdengar. Pikiran itu memunculkan setitik harapan. Jika Marcie sudah pernah melompat dari sini, aku pun bisa. Rasanya aku tidak akan patah tulang. Tapi tentu saja, Marcie seorang pemandu sorak. Jadi jauh lebih fleksibel dan terkoordinasi ketimbang aku.
294 Aku menatap ke bawah dengan menjulurkan kepala di jendela yang terbuka. Pintu depan persis di bawahku. Di bawah balkon berpilar empat. Setelah mengeluarkan satu kaki, aku menemukan tempat berpegangan di atas papan. Setelah yakin tidak akan jatuh menimpa balkon, aku mengeluarkan kaki yang lain. Sambil menyeimbangkan badan, aku menurunkan bingkai jendela ke posisinya semula. Baru saja menunduk di bawah batas jendela, aku mendengar kacanya bercahaya. Ternyata anjing itu menempelkan kukunya ke kaca, sambil menggonggong keras. Aku mengempiskan perut dan merapatkan badan sebisa mungkin ke rumah itu. Mudah-mudahan saja Marcie tidak membuka jendela lalu melongok ke bawah.
Ada apa" Suara Marcie terdengar melalui bingkai jendela. Ada apa, Boomer"
Sebutir keringat meluncur di tulang belakangku. Marcie akan melongok dari jendela dan melihatku. Kupejamkan mata sambil berusaha melupakan rumah itu penuh dengan orang yang selalu kujumpai di sekolah selama dua tahun lagi. Bagaimana aku menjelaskan bahwa aku menyelinap ke kamar Marcie" Bagaimana aku menjelaskan buku hariannya yang ada di tanganku" Memikirkannya saja sudah sangat memalukan.
295 Diam, Boomer! teriak Marcie. Ada seseorang yang bisa memegang anjing ini sementara aku membuka jendela" Kalau tidak, dia akan bertindak bodoh dan melompat keluar. Kau yang di sana. Ya, kamu. Pegang tali anjing ini, jangan lepaskan. Cepat.
Dengan harapan gonggongan anjing akan menutupi bunyi apa pun yang kutimbulkan, aku berguling dan merapatkan punggung ke papan. Kutelan segumpal rasa takut di tenggorokan. Sebenarnya aku fobia ketinggian. Berada di tempat ini, sementara tanah jauh di bawah, membuat tubuhku banjir keringat.
Kudorong tubuhku sejauh mungkin dari pinggiran jendela dengan menekankan tumit ke atap. Setelah itu, aku mengeluarkan walkie-talkie. Vee" bisikku.
Kau di mana" katanya di tengah suara musik yang memekakkan telinga.
Bisa usir anjing itu sekarang" Bagaimana"
Yang kreatif, dong. Misalnya memberi racun"
Aku menyeka keringat dari dahi dengan punggung tangan. Misalnya menguncinya dalam lemari. Maksudmu aku harus menyentuhnya" Vee!
Oke, oke, aku akan cari jalan keluar.
296 Setelah tiga puluh detik, aku mendengar suara Vee melayang melalui jendela kamar Marcie.
Hei, Marcie" panggilnya, sementara anjing itu terus menggonggong. Bukannya mau ikut campur. Tapi ada polisi di depan. Mereka bilang tetangga mengeluh karena di sini sangat bising. Apakah aku boleh menyuruh mereka masuk"
Apa" jerit Marcie. Aku tidak melihat mobil polisi.
Mungkin diparkir beberapa blok dari sini. Tapi seperti yang kubilang, aku menemukan barang terlarang di tangan beberapa tamu.
Memangnya kenapa" bentaknya. Ini pesta. Alkohol dilarang bagi yang belum berusia dua satu.
Bagus! teriak Marcie. Aku harus bagaimana" Dia terdiam, lalu suaranya meninggi lagi. Mungkin, kau lah yang menelepon mereka!
Siapa, aku" kata Vee. Dan harus kehilangan makanan gratis" Tidaklah.
Beberapa saat kemudian gonggongan Boomer mereda, dan lampu kamar dimatikan.
Aku tetap diam di tempat selama beberapa detik. Memasang telinga. Setelah yakin kamar Marcie kosong,
297 aku merangkak ke jendela. Anjing itu sudah pergi, Marcie juga, semoga saja aku bisa
Kutekankan telapak tangan ke jendela untuk mengangkatnya. Tapi sia-sia. Sambil menekankan tangan ke bingkai bawah, kukerahkan seluruh tenaga dan mencobanya lagi. Tidak bergeser sedikit pun.
Oke, pikirku. Bukan masalah besar. Pastinya Marcie telah mengunci jendela. Yang harus kulakukan hanya mendekam di sini sampai pesta berakhir, kirakira lima jam lagi. Setelah itu, aku bisa meminta Vee membawakan tangga.
Terdengar langkah kaki di bawah. Aku menjulurkan leher, berharap semoga saja itu adalah Vee yang datang menyelamatkan aku. Betapa terkejutnya aku, ternyata dia adalah Patch, berjalan menuju Jip-nya. Dia menekan angka di ponsel lalu mengangkatnya ke telinga. Dua detik kemudian ponselku mengeluarkan bunyi nyanyian. Sebelum aku bisa melempar benda itu ke tanaman di ujung sana, Patch menghentikan langkah.
Dia menoleh ke belakang, matanya mencari-cari. Dan kemudian tatapannya jatuh kepadaku. Pada saat itu, aku merasa lebih baik diterkam Boomer hidup-hidup.
Rasanya, aku jadi tahu dari mana julukan Peeping Tom berasal. Aku tak perlu melihat untuk tahu dia nyengir lebar.
298 Berhenti tertawa, kataku. Pipiku merah menahan malu. Turunkan aku.
Lompat. Apa" Akan kutangkap. Kau gila" Masuk dan buka jendelanya. Atau cari tangga.
Tak perlu tangga. Lompat. Kau tidak akan jatuh. Oh, tentu! Memangnya aku percaya"
Kau mau kubantu atau tidak"
Ini yang namanya bantuan" desisku geram. Ini bukan bantuan!
Dia memutar-mutar kunci mobil di jarinya, lalu mulai berjalan.
Dasar berengsek! Kembali!
Berengsek" ulangnya. Memangnya siapa yang memata-matai orang"
Aku bukan mata-mata. Aku cuma cuma Cepat cari jawaban!
Patch menatap jendela di atasku. Dan dari ekspresinya, aku sadar dia paham. Lalu dia terbahak-bahak hingga kepalanya menengadah. Kau menyelinap ke kamar Marcie.
Tidak. Aku memutar bola mata. Seolah tebakan itu tidak masuk akal.
299 Apa yang kaucari" Tidak. Aku mengeluarkan topi Patch dari saku belakang dan melemparnya. Ini topi jelekmu! Kau menyelinap untuk mendapatkan topiku" Dan ternyata cuma buang-buang waktu! Patch memakai topi. Mau lompat atau tidak" Aku menatap ke ujung balkon dengan gelisah. Sepertinya tanah di bawah bisa merosot dua puluh kaki lagi. Bukannya menjawab, aku malah bertanya, Kenapa kau menelepon"
Aku tidak melihatmu di dalam. Hanya ingin memastikan kau baik-baik saja.
Sepertinya dia tulus, tapi dia pembohong yang lihai. Dan Coke ceri tadi"
Tawaran berdamai. Mau lompat atau tidak" Merasa tidak punya pilihan lain, aku bergeser ke ujung balkon dengan hati-hati. Perutku terasa melilit. Kalau kau menjatuhkan aku& , kataku memperingatkan.
Patch merentangkan tangan. Sembari memejamkan mata erat-erat, aku meluncur dari papan. Aku merasa tekanan udara di sekeliling tubuhku, kemudian aku berada di tangan Patch. Aku tetap di sana selama beberapa saat. Jantungku berdegup kencang, baik karena lonjakan adrenalin maupun karena berada
300 sangat dekat dengan Patch. Dia terasa hangat dan tidak asing. Juga mantap dan aman. Aku ingin berpegangan ke bajunya, membenamkan wajah di lekukan lehernya, dan tak pernah berpisah.
Patch menyelipkan sejumput rambut ikal ke belakang telingaku. Kau ingin kembali ke pesta" gumamnya. Aku menggeleng.
Aku akan mengantarmu pulang. Dengan gerakan dagu, dia memberi isyarat ke Jip. Tangannya masih merangkulku.
Aku datang bersama Vee, kataku. Seharusnya aku pulang bersamanya.
Vee tidak mungkin membeli makanan Cina untuk dibawa pulang.
Makanan Cina." Berarti Patch akan mampir ke rumahku untuk makan. Ibu sedang tidak di rumah, artinya kami cuma berdua& .
Kubiarkan pertahananku melonggar sedikit lagi. Mungkin tidak berbahaya. Mungkin para penghulu malaikat tidak di dekat-dekat sini. Sepertinya Patch tidak khawatir, jadi seharusnya aku juga tidak. Kami cuma akan makan malam. Hari ini terasa begitu panjang dan mengecewakan. Tambahan lagi lemakku sudah meleleh karena aku menghabiskan satu jam di gimnasium. Makan bersama Patch sepertinya oke-oke saja. Apa
301 salahnya sekadar makan bersama" Orang-orang juga sering melakukannya tanpa harus melangkah lebih jauh dari itu. Hanya makan malam, kataku, lebih untuk meyakinkan diriku sendiri ketimbang Patch.
Dia memberi salam ala pramuka, tapi senyumnya tidak menjanjikan. Senyum cowok nakal. Senyum yang memesona sekaligus berbahaya dari seorang cowok yang berciuman dengan Marcie dua malam lalu. Dan sekarang cowok itu mengajakku makan malam. Kemungkinan besar dengan harapan kebersamaan itu akan berlanjut ke sesuatu yang jauh berbeda. Dia pikir satu senyuman seksi bisa menghapus sakit hatiku. Bisa membuatku lupa kalau dia telah berciuman dengan Marcie.
Seluruh gejolak batinku campur aduk saat aku tersentak dari lamunan. Spekulasiku runtuh. Digantikan oleh semacam rasa tidak nyaman yang muncul tiba-tiba. Suatu perasaan dahsyat yang tidak ada hubungannya dengan Patch, atau Minggu malam. Bulu kudukku meremang. Aku memperhatikan kegelapan menyeruak di sekeliling halaman rumput.
Mmm" gumam Patch, menangkap kekhawatiranku. Tangannya merangkulku semakin erat, sebagai bentuk perlindungan.
Kemudian perasaan itu muncul lagi. Suatu perubahan suasana. Semacam kabut tidak nyata yang hangat,
302 menggelayut rendah, mencekam sekeliling, berzig-zag semakin dekat. Mirip seratus ular yang mengintai diamdiam. Sensasi ini begitu meresahkan. Aku tidak yakin Patch tidak menyadarinya sama sekali. Setidaknya dia tahu, ada sesuatu yang berbeda. Meskipun jika dia tidak bisa merasakannya secara langsung.
Ada apa, Angel" Suaranya pelan, ragu-ragu. Apakah kita aman"
Apakah itu penting" Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling halaman. Entah apa sebabnya, aku terus berpikir, Para penghulu malaikat. Mereka di sini. Maksudku& penghulu malaikat, kataku. Suaraku begitu pelan sehingga aku sendiri nyaris tidak mendengarnya. Apakah mereka mengawasi kita"
Ya. Aku berusaha menjauh, tapi Patch tidak mengizinkan. Aku tidak peduli. Aku sudah lelah berpura-pura. Sorot matanya penuh pembangkangan.
Aku berusaha lebih keras menjauhkan diri. Lepaskan.
Kau tidak menginginkan aku" Senyumnya nakal, seperti serigala.
Bukan itu masalahnya. Aku tidak mau bertanggung jawab jika terjadi sesuatu kepadamu. Lepaskan.
303 Bagaimana dia begitu santai dalam hal ini" Mereka sedang mencari alasan untuk menyingkirkannya. Patch tidak boleh terlihat sedang memelukku.
Patch mengelus sisi tanganku, tapi saat aku berusaha mengambil kesempatan menjauh, dia menangkap kedua tanganku. Suaranya memecah pikiranku. Aku bisa nekat. Aku bisa kabur sekarang juga, dan kita berhenti mengikuti aturan mereka. Kata-katanya begitu mantap, begitu lancar, hingga kupikir ini bukan pertama kalinya dia berpikir seperti itu. Mungkin diam-diam dia telah mengkhayalkannya berulang kali.
Jantungku berdegup tidak keruan. Kabur" Berhenti mengikuti aturan" Apa maksudmu"
Selama ini aku menjalani hidup dengan terus bersembunyi. Berharap para penghulu malaikat tidak menemukan aku.
Jika mereka menemukanmu"
Aku akan disidangkan. Aku akan dinyatakan bersalah. Tapi kita bisa berduaan selama beberapa minggu, sementara mereka memikirkan hukuman untukku.
Aku bisa merasakan ekspresi wajahku menjadi tegang. Lalu"
Mereka akan melemparku ke neraka. Patch terdiam, lalu melanjutkan dengan tegas. Aku tidak takut neraka. Aku pantas mendapatkan hukuman. Aku telah
304 berbohong, menipu. Aku telah menyakiti orang-orang yang tidak berdosa. Kesalahanku lebih banyak dari yang bisa kuingat. Bagaimanapun, aku telah membayarnya nyaris sejak aku sendiri ada. N eraka tidak akan berbeda. Mulutnya membentuk seulas senyum getir. Tapi aku yakin, penghulu malaikat punya beberapa kartu cadangan. Senyumnya lenyap, dan dia menatapku dengan sorot mata yang begitu jujur. Bersamamu tak pernah terasa salah. Justru itulah satu-satunya yang benar. Aku tidak peduli dengan penghulu malaikat. Katakanlah apa yang kauinginkan. Ucapkan saja. Aku akan melakukannya. Kita bisa pergi sekarang.
Butuh beberapa saat bagiku untuk meresapi katakata Patch. Aku menatap Jip. Dinding es di antara kami telah meleleh. Dinding itu ada hanya karena para penghulu malaikat. Tanpa mereka, segala yang kami pertengkarkan tidak ada artinya. Mereka lah yang menjadi masalah. Aku ingin meninggalkan mereka, dan yang lainnya, lalu kabur bersama Patch. Aku ingin nekat. Tidak memikirkan apa-apa kecuali saat ini, dan di sini. Kami bisa melupakan konsekuensinya. Kami akan menganggap sepi aturan, batasan, dan yang terpenting, hari esok. Hanya ada Patch dan aku. Yang lainnya tidak penting.
305 Tidak penting. Kecuali kepastian berlakunya ketentuan itu seiring berjalannya waktu.
Aku punya dua pilihan. Tapi jawabannya sudah jelas. Satu-satunya cara yang bisa menjaga Patch adalah dengan merelakan kepergiannya. Dan tidak berhubungan dengannya lagi.
Aku baru sadar kalau aku menangis ketika Patch mengusap bawah mataku dengan ibu jarinya. Shh, gumamnya. Semuanya akan baik-baik saja. Aku menginginkan dirimu. Aku tidak bisa menjalani hidup setengah-setengah selamanya.
Tapi mereka akan membuangmu ke neraka, kataku terbata-bata, tak mampu mengendalikan bibir bawahku yang bergetar.
Aku sudah bertekad tidak memperlihatkan betapa beratnya semua ini bagiku. Tapi tenggorokanku tercekat karena air mata. Kedua mataku basah dan membengkak. Dadaku terasa sakit. Ini semua salahku. Jika bukan demi aku, Patch tidak akan menjadi malaikat pelindung. Jika bukan karena aku, para penghulu malaikat tidak akan berniat menghancurkan dirinya. Karena akulah posisi Patch terpuruk seperti ini.
Aku butuh bantuanmu, kataku akhirnya, dengan suara pelan yang lebih mirip orang asing daripada
306 suaraku sendiri. Katakan kepada Vee, aku pulang berjalan kaki. Aku perlu sendirian.
Angel" Patch meraih tanganku, tapi aku menghindar. Aku merasa kakiku berjalan, selangkah demi selangkah. Aku dibawa semakin jauh dari Patch. Seakan-akan pikiranku sudah mati dan tidak tahu-menahu dengan segala tindakan yang dilakukan tubuhku.
***** 307 K EESokan Siangnya, vEE MEnURUnkan akU di
dekat pintu depan Enzo. Aku mengenakan baju pantai warna kuning yang kesannya menggoda sekaligus profesional, juga jauh lebih optimistis ketim-bang perasaan dalam hatiku. Aku berhenti di depan jendela untuk mengibaskan rambut. Ikal rambutku tampak lemas setelah aku tidur semalaman, tapi gerakan tubuhku kaku. Aku memaksa diriku tersenyum. Sepagian tadi aku sudah latihan. Tapi sudut bibirku tegang. Pantulan wajahku di jendela tampak palsu dan hampa. Betapapun, itulah ekspresi
308 terbaik yang bisa kutunjukkan setelah semalaman menangis.
Setelah pulang dengan berjalan kaki dari rumah Marcie, aku bergelung di ranjang, tapi tidak tidur. Semalaman itu aku disiksa oleh pikiran-pikiran merusak. Semakin lama aku terjaga, semakin banyak pikiran yang terpaut dari kenyataan. Aku ingin membuat pernyataan. Dan hatiku cukup pedih untuk tidak peduli betapa drastisnya pernyataan itu. Sebuah pikiran yang tidak kusuka muncul dalam kepalaku. Jika aku mengakhiri hidup, para penghulu malaikat akan tahu. Aku ingin mereka merasa menyesal. Aku ingin mereka menyangsikan aturan-aturan kemalaikatan. Aku ingin mereka mendapat balasan karena telah mencabik-cabik kehidupanku.
Kepalaku berputar-putar dan tersiksa oleh pikiranpikiran semacam ini semalaman. Emosiku silih berganti antara kehilangan, penyangkalan, dan kemarahan. Di suatu titik aku berpikir, mengapa tidak kabur saja dengan Patch. Karena kebahagiaan, sesingkat apa pun itu, tampaknya lebih baik ketimbang penderitaan panjang.
Tapi begitu matahari mulai merekah di langit, aku sudah membulatkan tekad. Aku harus melangkah maju. Kalau tidak, aku akan tenggelam dalam depresi berkepanjangan. Kupaksakan diriku mandi dan berpakaian,
309 lalu pergi ke sekolah dengan tekad tidak akan membolehkan seorang pun mengetahui isi hatiku yang sebenarnya. Sensasi jarum yang tajam menusuk-nusuk tubuhku. Tapi aku pantang mengasihani diri. Aku tidak akan membiarkan penghulu malaikat menang. Aku akan mengerahkan seluruh diriku untuk mendapatkan pekerjaan, melunasi denda tilang, dan menyelesaikan sekolah musim panas dengan nilai tertinggi. Pokoknya aku harus menyibukkan diri. Hanya pada malam hari, ketika aku hanya bersama pikiranku dan rasanya sudah tidak tahan lagi, barulah aku boleh memikirkan Patch.
Di dalam Enzo, dua balkon setengah lingkaran terbentang di sebelah kiri dan kanan. Dilengkapi satu set tangga lebar untuk menuju ruang utama dan konter depan di bawah. Balkon itu mengingatkan aku akan catwalk melengkung yang menjorok ke suatu cekungan. Meja-meja di balkon sudah terisi, tapi hanya beberapa orang saja yang sedang menyesap kopi dan membaca surat kabar pagi.
Dengan bantuan satu helaan napas panjang, aku turun dan menghampiri konter depan.
Permisi, kudengar kau membutuhkan barista, kataku kepada seorang perempuan. Di telingaku sendiri suaraku terkesan datar. aku tidak punya energi untuk membetulkannya. Perempuan paruh baya berambut
310 merah itu memakai label nama bertuliskan ROBERTA. Dia mengangkat wajah. Aku ingin melamar. Aku berhasil menyunggingkan seulas senyum. Entah bagaimana, aku khawatir itu tidak mirip senyuman.
Roberta mengelap tangannya yang berbintik-bintik dengan serbet dan menghampiriku. Barista" Sudah terisi.
Aku memandangnya, menahan napas, merasa seluruh harapan menguap dalam diriku. Rencanaku berarti segalanya. Aku tidak berpikir bagaimana seandainya aku diempaskan hanya dalam satu langkah pertama. Aku butuh pekerjaan ini. Aku butuh mengendalikan hidup dengan saksama sehingga setiap menitnya terencana. Dan setiap emosiku sudah dikotak-kotakkan.
Tapi aku masih membutuhkan petugas konter yang bisa dipercaya. Waktu kerjanya malam, jam enam sampai sepuluh, imbuh Roberta.
Aku mengejap. Bibirku sedikit bergetar karena terkejut. Oh, kataku. Bagus& sekali.
Pada malam hari lampu dibiarkan temaram, dan para barista bekerja. Kami memutar musik jazz, dan berusaha memberi kesan yang berkelas. Di sekitar sini nyaris tidak ada kehidupan setelah jam lima. Tapi kami berharap bisa memikat banyak pelanggan. Perekonomian sedang sulit, jelasnya. Kau bertugas
311 menyambut pelanggan dan menulis pesanan mereka. Lalu kau memesankannya ke dapur. Setelah makanan siap, sajikan ke meja.
Aku mencoba mengangguk penuh semangat supaya dia tahu, betapa aku menginginkan pekerjaan ini. Tapi rasanya bibirku kaku. Kedengarannya sempurna. Aku berhasil mengucapkannya dengan suara parau. Kau punya pengalaman kerja"
Tidak. Tapi Vee dan aku setidaknya tiga kali seminggu ke Enzo. Aku sudah hafal semua menunya, kataku, mulai merasa lebih mantap, lebih nyata. Pekerjaan ini sangat penting karena aku ingin membangun kehidupan baru.
Bagus sekali, kata Roberta. Kapan mulai" Malam ini" Rasanya sulit dipercaya, aku diterima. Padahal menunjukkan senyum tulus saja aku tidak mampu. Tampaknya perempuan ini tidak tahu. Dia memberiku kesempatan. Kuulurkan tangan untuk menyalaminya, terlambat menyadari kalau tanganku gemetar.
Dia tidak memedulikan uluran tanganku, malah memiringkan kepala dan memperhatikan aku sehingga aku merasa semakin terekspos dan sadar-diri. Kau baik-baik saja"
312 Aku menghirup napas diam-diam dan menahannya. Ya, aku baik-baik saja.
Dia mengangguk-angguk. Datang ke sini jam lima empat lima. Aku akan memberikan seragam sebelum kau bertugas.
Terima kasih banyak , kataku masih tidak percaya, tapi dia sudah bergegas ke belakang konter.
Sambil berjalan keluar, aku memfungsikan otakku sebagai kalkulator. Dengan asumsi akan mendapatkan upah minimum jika bekerja setiap malam selama dua minggu mendatang, aku baru bisa melunasi denda tilang. Dan jika aku bekerja setiap malam selama dua bulan, berarti ada enam puluh malam yang tersita untuk kerja sehingga aku tidak sempat memikirkan Patch. Enam puluh malam menjelang akhir liburan musim panas, ketika aku bisa mengerahkan seluruh energiku untuk sekolah lagi. Aku sudah memutuskan untuk memadatkan jadwal dengan mata pelajaran yang menyita pikiran. Aku bisa mengatasi pekerjaan rumah dengan berbagai bentuk dan ukuran. Tapi patah hati sama sekali berbeda.
Well" tanya Vee, menghampiriku dari samping dengan Neonnya. Bagaimana hasilnya"
Aku duduk di kursi depan. Aku diterima. Bagus. Kau kelihatan gugup waktu masuk tadi. Nyaris seperti akan ditolak. Tapi sekarang tidak
Hus Hus Buku 2 Crescendo Karya Becca Fitzpatrick di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
313 perlu khawatir lagi. Kau telah resmi menjadi anggota masyarakat pekerja keras. Aku bangga kepadamu. Kapan mulainya"
Aku melihat jam di dasbor. Empat jam lagi. Aku akan mampir malam ini dan minta ditempatkan di areamu.
Jangan lupa memberi tip, kataku, usahaku melucu nyaris membuatku mengeluarkan air mata. Aku sopirmu. Itu lebih baik dari tip.
Enam setengah jam kemudian, Enzo penuh sesak. Seragam kerjaku terdiri atas atasan putih ketat, celana panjang abu-abu dengan rompi sewarna, dan topi penjual surat kabar. Topi itu tidak terlalu baik dalam menjalan-kan tugasnya menahan rambutku yang sulit dirapikan. Saat ini pun aku bisa merasakan helaihelai rambutku menjulur di samping wajahku yang bermandikan keringat. Meskipun kelelahan, aku merasa lega karena tidak tenggelam dalam pikiranku. Tidak ada waktu untuk melamun, atau berkhayal tentang Patch.
Orang baru! Fernando, salah seorang koki, memanggilku. Dia berdiri di balik dinding pendek yang memisahkan oven-oven dengan perabotan dapur lainnya. Sambil melambai-lambaikan spatula, dia berseru, Pesananmu sudah siap!
314 Aku mengambil tiga piring sandwich. Dengan hatihati, aku bariskan ketiganya di lenganku, lalu kudorong pintu dengan punggung. Dalam perjalanan menyeberangi area makan, aku melihat salah seorang pelayan. Dia mengangkat dagu ke sebuah meja di balkon yang baru ditempati pelanggan. Aku menjawab dengan anggukan cepat. Sebentar.
Satu sandwich iga, satu salami, dan satu ayam bakar, kataku, sambil meletakkan piring itu di depan tiga karyawan yang mengenakan jas. Selamat menikmati.
Aku naik ke area makan di atas dan mengeluarkan buku pemesanan dari saku belakang. Belum sampai di tujuan, aku menghentikan langkah. Marcie Millar tepat di depanku, duduk di samping meja. Dia ditemani Addyson Hales, Oakley Williams, dan Ethan Tyler, teman sekolahku. Aku berniat membalikkan badan dan memberi tahu pelayan agar mengalihkan tugas ini ke orang lain. Tetapi, Marcie sudah melihatku dan aku tahu, aku terjebak.
Senyum dingin mengembang di mulutnya. Napasku tersengal. Mungkinkah dia tahu aku
mengambil buku hariannya" Saat berjalan pulang dan naik ke tempat tidur semalam, aku baru ingat buku itu masih di tanganku. Seharusnya kukembalikan malam itu juga, tapi kepalaku sedang digelayuti persoalan lain.
315 Dan buku itu sepertinya remeh dibandingkan gejolak hati yang berkecamuk di dalam diriku. Saat ini diari Marcie masih tergeletak di lantai kamarku, persis di samping tumpukan baju bekas pakai.
Bukankah seragammu baju yang paling manis sedunia" katanya di tengah alunan musik jazz. Ethan, bukankah kau mengenakan rompi seperti itu saat ke prom tahun lalu" Kurasa Nora merampok isi lemarimu.
Sementara mereka tertawa, aku mengangkat pena, siap mencatat pesanan. Kalian ingin memesan minuman" Menu spesial malam ini adalah smoothie kelapa jeruk nipis. Apakah ada yang bisa menangkap rasa bersalah dalam suaraku" Aku menelan ludah, berharap kalau aku berbicara lagi, getaran itu sudah hilang.
Aku terakhir kali ke sini saat ulang tahun ibuku, kata Marcie. Pelayannya menyanyikan lagu H appy Birthday .
Butuh tiga detik penuh bagiku untuk menangkap maksudnya. Oh. Tidak. Maksudku bukan. Aku bukan pelayan. Aku petugas konter.
Aku tidak peduli. Nyanyikan H appy Birthday untukku.
Aku berdiri kaku. Pikiranku kacau. Aku tidak percaya Marcie memintaku mempermalukan diriku sendiri seperti ini. Tunggu dulu. Tentu saja dia bersikap
316 seperti itu. Selama sebelas tahun terakhir, akulah yang memegang kartu turf di antara kami. Tapi sekarang aku yakin, kartu itu beralih ke tangannya. Dia sudah lama menunggu kesempatan untuk menjatuhkan aku. Parahnya dia tahu, kemenangannya dua kali lebih tinggi dibandingkan denganku. Dan dia masih mengejar nilai tambahan. Ini tidak hanya menjadikannya intimidator, tetapi juga tidak sportif.
Aku mengulurkan tangan. Coba kulihat SIM-mu. Marcie mengangkat bahu tanda tidak acuh. Aku lupa membawanya.
Kami sama-sama tahu, dia tidak lupa membawa SIM. Dan kami sama-sama tahu, sekarang bukan hari ultahnya.
Malam ini kami sangat sibuk, kataku, mencoba berdalih. Manajerku tidak akan senang kalau aku berlama-lama dengan satu pelanggan dan mengabaikan pelanggan lain.
Manajermu akan senang kalau kau membuat pelanggan senang. Sekarang bernyanyilah.
Dan mumpung kita ada di sini, Ethan menimpali, bawakan satu kue cokelat gratis.
Kami hanya boleh memberikan sepotong, bukan satu keik utuh, kataku.
317 Kami hanya boleh memberikan sepotong, bukan satu kue utuh, kata Addyson, menirukan ucapanku. Dan sekeliling meja itu bergetar karena tawa.
Marcie merogoh tas dan mengeluarkan kamera saku. Tombol power-nya sudah menyala merah, dan dia mengarahkan lensanya kepadaku. Aku tidak sabar untuk menyebarkan video ini ke sekolah. Untungnya aku punya akses ke e-mail mereka semua. Siapa sangka bekerja di kantor kepala sekolah bisa sangat bermanfaat"
Dia tahu soal buku harian itu. Pastilah. Dan sekarang dia ingin membalas. Lima puluh poin untukku karena mencuri buku hariannya. Seratus poin untuk Marcie karena mengirimkan videoku yang sedang menyanyikan H appy Birthday, Marcie ke seluruh siswa Coldwater High.
Aku menunjuk ke arah dapur melalui bahuku dan mundur perlahan. Begini, pesanan sedang banyakbanyaknya
Ethan, katakan kepada pelayan di sana, kita ingin bicara dengan manajer. Katakan, petugas konter di sini cepat marah, kata Marcie.
Aku tidak percaya. Belum sampai tiga jam bekerja, Marcie akan membuatku dipecat. Bagaimana aku bisa melunasi denda" Dan aku harus mengatakan selamat berpisah kepada Volkswagen Cabriolet. Yang lebih
318 penting lagi, aku butuh pekerjaan untuk mengalihkan pikiranku. Supaya tidak lagi berusaha mencari cara menghadapi kenyataan yang sangat pedih. Patch telah pergi dari kehidupanku. Untuk selamanya.
Waktunya habis, kata Marcie. Ethan, hubungi manajernya.
Tunggu, kataku. Akan kulakukan.
Marcie memekik dan bertepuk tangan. Untungnya baterai kameraku penuh.
Secara tidak sadar aku menurunkan topiku sehingga wajahku terlindungi. Aku membuka mulut. H appy birthday to you
Lebih keras! teriak mereka semua.
H appy birthday to you. Aku menyanyi lebih keras, kelewat malu menyadari suaraku benar-benar datar. H appy birthday, dear Marcie. H appy birthday to you.
Tidak ada yang bersuara. Marcie mengembalikan kamera ke dalam tasnya. Yeah, sangat membosankan. Terlalu& standar, kata Ethan.
Sebagian darah terkuras dari wajahku. Aku tersenyum singkat dan penuh kemenangan. Lima ratus poin. Setidaknya pertunjukan soloku pantas mendapat lima ratus poin. Ternyata keisengan Marcie tidak ada apa-apanya. Sekarang akulah yang di depan. Pesan minuman apa" tanyaku sangat ceria.
319 Setelah mencatat pesanan, aku berbalik, hendak ke dapur. Tapi Marcie memanggil, Oh, Nora"
Aku berhenti. Sambil menghirup napas dalam-dalam, aku bertanya-tanya rencana apa lagi yang ada dalam otaknya. Oh, tidak. Jangan yang itu. Dia akan menjatuhkan aku. Sekarang juga. Di depan sekian banyak orang. Dia akan membeberkan kepada semua orang, aku mencuri buku hariannya. Agar mereka tahu, betapa rendah dan hinanya aku.
Bisakah kau mendahulukan pesanan kami" kata Marcie. Kami ingin ke pesta.
Dahulukan" Aku membeo dengan bodohnya. Apakah ini berarti dia tak tahu soal buku harian itu"
Kami akan bertemu Patch di Delphic Beach, dan kami tidak mau terlambat. Marcie langsung menutup mulut. Maafkan aku. Tidak sengaja. Seharusnya aku tidak menyebut nama Patch. Berat rasanya membayangkan dia dengan orang lain.
Kalaupun aku berniat tersenyum, aku tak mampu melakukannya. Rasa panas menjalar ke leherku. Jantungku berdegup sangat kencang hingga kepalaku terasa sangat ringan. Ruangan itu menjorok ke dalam, dan senyum Marcie yang setajam silet menjadi pusat segalanya. Dia menertawai aku. Jadi, semuanya sudah kembali normal. Patch telah kembali ke Marcie. Setelah
320 semalam aku menjauhkan diri, dia tidak repot-repot mengurusi nasib yang memisahkan kami. Jika dia tidak bisa memiliki aku, dia sudah cukup puas dengan Marcie. Bagaimana mereka boleh menjalin hubungan" Apakah para penghulu malaikat tidak ambil pusing untuk memisahkan Patch dan Marcie" Bagaimana dengan ciuman itu" Apakah penghulu malaikat membolehkan hal itu karena mereka tahu itu tidak ada artinya" Aku ingin menjerit dengan ketidakadilan ini. Marcie boleh bersama Patch jika dia tidak mencintainya. Tapi aku tidak boleh. Karena aku mencintainya. Dan penghulu malaikat tahu itu. Mengapa jika kami yang jatuh cinta, maka itu sesuatu yang salah"
Tidak apa-apa. Aku akan melupakannya, kataku, menyuntikkan rasa percaya diri ke dalam suaraku.
Baguslah kalau begitu, kata Marcie, mengadukaduk minuman dengan gaya menggoda. Tidak sedikit pun terkesan kalau dia percaya pada ucapanku.
Di dapur, aku menyerahkan pesanan Marcie ke para koki. Bagian menu masakan spesial kubiarkan tetap kosong. Bukankah Marcie sedang terburu-buru karena ingin bertemu Patch di Delphic Beach" Sayang sekali.
Aku mengangkat pesanan yang sudah siap dan membawa baki itu ke luar dapur. Betapa terkejutnya aku. Scott berdiri di dekat pintu depan, sedang berbicara
321 dengan pelayan. Dia mengenakan busana santai. Jins Levi s gombrong dan T-shirt yang nyaman. Sepertinya kedua pelayan berbaju hitam itu tengah merayunya. Dia melihatku dan melambai pelan. Aku meletakkan baki di meja lima belas, kemudian naik tangga.
Hei, kataku kepada Scott. Aku melepas topi untuk mengipasi wajah.
Vee bilang kau ada di sini. Kau menelepon Vee"
Yeah, setelah kau tidak membalas SMS-ku. Aku menyeka keringat di dahi, merapikan beberapa gelung rambut ke tempatnya. Ponselku di belakang. Aku tidak sempat mengeceknya. Ada apa" Jam berapa selesai kerja"
Sepuluh. Kenapa" Ada pesta di Delphic Beach. Aku butuh teman cewek ke sana.
Setiap kali kita bersama-sama, ada saja kejadian buruk. Matanya tampak muram. Perkelahian di Z, kataku mengingatkan. Di Devil s Handbag. Aku terpaksa mencari tumpangan untuk pulang.
Yang ketiga pasti lebih baik. Dia tersenyum. Untuk pertama kalinya aku sadar, senyumnya sangat manis. Bahkan kekanak-kanakan. Senyum itu melembutkan
322 kepribadiannya. Membuatku bertanya-tanya, adakah sisi lain dirinya yang belum kulihat.
Dan kebetulan Marcie pun akan ke pesta itu. Begitu juga Patch. Dan di tempat itulah aku bersama-sama dengan Patch sepuluh hari lalu. Ketika itu aku melontarkan pernyataan prematur bahwa kehidupanku sempurna. Tidak kusangka perubahannya bisa secepat ini.
Aku menganalisis perasaanku sebentar. Tapi beberapa detik tidaklah cukup untuk memastikan perasaan. Aku ingin melihat Patch selalu. Tapi bukan itu masalahnya. Aku harus memutuskan apakah aku siap melihatnya. Apakah aku siap melihat dia bersama Marcie" Apalagi setelah segala yang diucapkannya semalam.
Kupikir-pikir dulu, kataku, sadar telah kelewat lama memikirkan jawabannya.
Kau ingin aku jemput jam sepuluh"
Tidak perlu. Kalau aku pergi, aku bisa menumpang mobil Vee. Aku menunjuk ke pintu dapur. Aku harus kembali kerja.
Mudah-mudahan kau datang, katanya, tersenyum sebelum kami berpisah.
Usai jam kerja, Vee sudah di halaman parkir. Terima kasih sudah menjemput, kataku, menjatuhkan diri di kursi mobil. Kakiku sakit karena kelamaan berdiri.
323 Dan telingaku masih berdengung karena percakapan dan tawa keras pengunjung restoran. Belum lagi para koki dan pelayan yang berteriak-teriak membetulkan kesalahanku. Setidaknya, aku dua kali salah membawakan pesanan. Dan lebih dari satu kali aku masuk ke dapur melalui pintu yang salah. Dalam kedua kejadian itu, aku nyaris menabrak pelayan yang sedang membawa setumpuk piring. Kabar baiknya, di dalam saku celanaku ada uang tip tiga puluh dolar. Setelah melunasi denda tilang, seluruh uang tipku akan kusalurkan ke Cabriolet. Tidak sabar rasanya menunggu datangnya hari, ketika aku tidak lagi harus menumpang mobil Vee jika ingin bepergian.
Tetapi itu tidak sebesar harapanku akan hari ketika aku telah melupakan Patch.
Vee nyengir. Pelayananku tidak gratis, ya. Aku akan menjumlahkan tagihannya.
Kau sahabat terbaik di seluruh dunia. Sungguh. Kau teramat sangat baik.
Wah, mungkin kita harus mengabadikan momen penting ini dengan mampir di Skippy untuk menikmati es krim. Aku butuh es krim. Bahkan, aku butuh penyedap rasa. Tidak ada yang membuatku senang selain makanan cepat saji yang baru digoreng, dan dibubuhi penyedap rasa.
324 Tunda dulu" tanyaku. Aku diundang ke Delphic Beach malam ini. Aku akan sangat senang kalau kau juga datang, imbuhku cepat-cepat. Aku tidak sepenuhnya yakin apakah ini keputusan terbaik. Untuk apa aku menyiksa diri dengan berjumpa Patch lagi" Aku tahu, aku memutuskan pergi karena ingin berdekatan dengannya. Meskipun kedekatan itu tidak cukup dekat. Orang yang berani dan kuat tentu akan memutuskan semua jalinan dan menjauh. Orang yang kuat tentu akan menghadapi nasib dengan tangan terkepal. Patch telah pergi dari kehidupanku untuk selamanya. Aku tahu, aku harus menerimanya. Tapi mengetahui dan mempraktikkan adalah dua hal yang jauh berbeda.
Siapa lagi yang akan datang" tanya Vee. Scott dan anak-anak dari sekolah kita. Tidak perlu menyebut Marcie, karena keputusanku akan langsung diveto. Sepertinya aku akan mendapatkan dukungan Vee malam ini.
Rasanya aku ingin bersama Rixon dan menonton film saja. Aku bisa memintanya mencarikan cowok untuk menjadi pasanganmu. Kita bisa melakukan kencan ganda. Makan popcorn, bertukar lelucon, mesra-mesraan.
Pass. Aku tidak mau orang lain. Aku cuma ingin Patch.
325 Saat Vee memasuki halaman parkir Delphic Beach, langit telah begitu hitam. Lampu-lampu berkekuatan tinggi menyala. Mengingatkan aku akan lapangan sepak bola CHS. Lampu-lampu itu menyorot ke bangunan kayu bercat putih yang menaungi komidi putar, arena permainan, dan golf mini, menciptakan halo di sekeliling lokasi itu. Semakin jauh ke pantai, atau area sekitarnya, tidak ada lagi listrik. Tidak heran dari jarak beberapa mil, tempat itu terlihat seperti satu titik terang di pesisir. Pada waktu seperti sekarang ini, rasanya aku tidak akan menemukan orang yang sedang membeli hamburger atau bermain hoki udara. Aku memberi isyarat agar Vee menepi di jalur yang menjorok ke laut.
Aku keluar dari mobil dan mengucapkan selamat jalan kepada Vee. Vee membalas dengan melambaikan tangan, ponselnya menempel di telinga karena dia dan Rixon sedang menentukan tempat mereka akan bertemu.
Udara masih menyimpan kehangatan matahari. Angin membawa berbagai macam bunyi musik dari Taman Bermain Delphic Seaport hingga ke tebing-tebing dan timbunan pasir pantai. Aku memisahkan rangkaian rumput laut yang menjalar searah dengan garis pantai bagaikan pagar. Setelah berlari menuruni lereng, aku berjalan di atas pasir kering yang mirip pita tipis dan tampaknya tidak terjangkau air pasang.
326 Sekelompok orang masih bermain-main di air. Mereka melompati gelombang dan mengejar kayu yang terseret ke kegelapan samudra, meskipun sudah tidak ada penjaga pantai yang bertugas. Aku memasang mata untuk Patch, Scott, Marcie, atau siapa pun yang kukenal. Di depan sana, cahaya oranye api unggun berkedapkedip di tengah kegelapan. Aku mengeluarkan ponsel dan menghubungi Scott.
Yo. Aku sudah sampai, kataku. Kau di mana" Selatan api unggun. Kau"
Sebelah utaranya. Aku akan menemuimu.
Dua menit kemudian Scott sudah berjalan di sampingku. Kau ingin jalan-jalan di pantai seperti ini semalaman" dia bertanya. Napasnya berbau alkohol.
Aku berbeda dari sembilan puluh persen orang yang datang ke pesta ini.
Scott mengangguk, paham. Lalu dia menjulurkan termos baja. Aku tidak punya permata, atau barang berharga lainnya. Hanya ini. Nikmatilah sebanyak yang kausuka.
Aku mencondongkan badan, cukup untuk mencium aroma isi termos itu. Aku langsung menjauhkan diri,
327 merasa asapnya membakar hingga ujung tenggorokan. Apa itu" Aku tersedak. Bensin"
Resep rahasia. Kalau kubuka, aku terpaksa membunuhmu.
Tidak perlu, aku yakin akan mengalami akibat yang sama kalau meminumnya.
Scott duduk dengan santai, sikunya menempel di pasir. Dia telah berganti baju dengan T-shirt Metallica yang lengannya digunting, celana pendek khaki, dan sandal jepit. Aku mengenakan seragam kerja, tanpa topi, rompi, dan rok tempel. Untungnya aku membawa kamisol saat akan berangkat kerja. Tapi aku tidak membawa jins untuk menggantikan celana kerjaku.
Katakan kepadaku, Grey. Apa yang membuatmu ke sini" Kupikir kau akan menolak ajakanku karena ingin mengerjakan PR minggu depan.
Aku menyandarkan punggung di pasir, dan menyipitkan mata ke arahnya. Sifat berengsekmu mulai beraksi. Jadi, menurutmu aku membosankan. Lalu kenapa"
Dia nyengir. Aku suka yang membosankan. Karakter seperti itu membantuku melewati tahun pertama. Terutama mata pelajaran bahasa Inggris.
328 Astaga. Kalau itu permintaanmu, jawabannya tidak. Aku tidak akan membuatkan karya tulis bahasa Inggris untukmu.
Begitu, ya, pikirmu. Tunggu saja. Aku belum mengaktifkan pesona Scott.
Aku mendengus, dan Scott nyengir lebih lebar. Apa" Kau tidak percaya" katanya.
Aku tidak percaya dan kata pesona termasuk di dalamnya.
Tidak ada cewek yang bisa menolak pesonaku. Jujur saja, mereka bahkan tergila-gila.
Aku tertawa. Rasanya aku lebih suka Scott yang sedang mabuk, alih-alih normal. Siapa sangka Scott bisa menjadi orang yang senang menertawai diri sendiri seperti ini"
Jangan menganga begitu dong, kata Scott, purapura mengangkat daguku. Membuatku besar kepala saja.
Aku tersenyum santai. Kau mengemudikan Mustang. Itu memberimu minimal sepuluh poin.
Luar biasa. Sepuluh poin. Tinggal dua ratus lagi untuk keluar dari zona merah.
Kenapa tidak berhenti minum saja" saranku. Berhenti" Kau bercanda" Hidupku menyebalkan ketika aku separuh sadar. Kalau aku berhenti minum
329 dan melihat yang sebenarnya, barangkali aku langsung lompat dari jembatan.
Kami terdiam. Ketika aku teler, aku nyaris bisa melupakan siapa diriku, katanya, senyumnya agak menghilang. Aku tahu, aku masih merasakannya. Tapi hanya sedikit. Dia menunggingkan termos, matanya lurus ke laut gelap di depan.
Yeah, hidupku juga tidak terlalu bagus. Ayahmu" katanya menebak, sambil menyeka bibir atas dengan punggung tangannya. Bukan salahmu. Itu yang lebih buruknya.
Kenapa begitu" Kalau itu salahku, berarti aku memang berengsek. Aku akan menyalahkan diriku sendiri dalam waktu yang sangat lama. Tapi mungkin pada akhirnya aku bisa menata hidupku kembali. Sekarang ini aku terjebak dalam satu pertanyaan, Kenapa ayahku"
Kau benar. Rintik hujan mulai turun. Hujan musim panas, dengan tetes-tetes hangat memercik di mana-mana.
Sialan. Kudengar Marcie menggerutu dari kejauhan, mungkin dekat api unggun. Aku memperhatikan sosok-sosok itu bergegas berdiri. Tidak ada Patch di antara mereka.
330 Apartemenku, hadirin sekalian! seru Scott, berusaha berdiri. Dia terhuyung ke samping, nyaris tidak bisa menyeimbangkan diri. Deacon Road tujuh puluh dua, apartemen tiga dua. Pintunya tidak dikunci. Banyak bir di lemari es. Oh, apakah sudah kukatakan, ibuku bermain Bunco semalaman"
Celotehan Scott disambut sorak sorai. Orangorang mengambil sepatu dan busana yang tadi dilepas, kemudian berjalan ke halaman parkir.
Scott menyenggol betisku dengan sandal jepitnya. Butuh tumpangan" Ayolah, aku bahkan mengizinkanmu mengemudi.
Terima kasih, tapi rasanya aku pulang sendiri saja. Patch tidak ke sini. Padahal dialah alasanku datang. Mendadak malam ini tidak hanya terasa mengecewakan, tapi juga sia-sia. Seharusnya aku lega karena tidak melihat Patch dan Marcie bersama-sama. Tapi perasaanku justru dikuasai kecewa, kesepian, dan penyesalan. Juga lelah. Satu-satunya yang ada dalam pikiranku hanya naik ke atas ranjang dan mengakhiri hari ini secepat mungkin.
Jangan biarkan temanmu mengemudi dalam keadaan mabuk, rayu Scott.
Apakah kau berusaha menggugat akal sehatku"
331 Dia menggoyang-goyang kunci di depanku. Apakah kau akan menolak kesempatan sekali seumur hidup untuk mengemudikan Stang "
Aku berdiri dan membersihkan pasir dari celanaku. Bagaimana kalau kau menjual Stang -mu itu tiga puluh dolar" Akan kubayar tunai.
Dia tertawa, merangkulkan tangan ke bahuku. Aku memang mabuk, Grey. Tapi tidak semabuk itu.
***** 332 S ESaMpainya di pERbaTaSan coldwaTER ciTy ,
aku dekat membawa Mustang mengikuti jalan lurus lalu berbelok di Beech menuju Deacon. Hujan masih rintik-rintik. Jalanan sempit dan berbelokbelok, pepo-honan rimbun berbaris di pinggiran. Tidak jauh dari belokan berikutnya, Scott menunjuk sebuah kompleks apartemen bergaya Cape Cod, dengan balkonbalkon kecil dan atap berwarna abu-abu. Ada sebuah lapangan tenis tak terpakai di halaman rumput depan. Secara keseluruhan, rasanya tempat ini perlu dicat lagi. Aku membelokkan Mustang ke tempat parkir. Terima kasih sudah mengantar, kata Scott, merentangkan tangan ke belakang kursiku. Matanya sayu, tapi mulutnya menyunggingkan senyum.
333 Kau bisa masuk sendirian" tanyaku.
Aku tidak mau masuk, gumamnya. Karpetnya bau urine anjing dan atap kamar mandi jamuran. Aku ingin di luar saja, bersamamu.
Karena kau mabuk. Aku harus pulang. Sudah malam. Dan aku belum menelepon ibuku hari ini. Dia akan kebingungan kalau aku tidak cepat-cepat memberi kabar. Aku menjulurkan tangan melewati tubuhnya dan membuka kursi penumpang.
Saat aku melakukannya, Scott menggelung untaian rambutku dengan jarinya. Manis.
Aku membebaskan rambutku. Jangan macam-macam. Kau mabuk.
Dia nyengir. Sedikit saja.
Besok kau sudah lupa kejadian barusan. Kupikir ada semacam ikatan di antara kita di pantai tadi.
Ya. Tapi tidak akan lebih dari itu. Aku sungguhsungguh. Keluarlah.
Bagaimana dengan mobilku"
Akan kubawa pulang malam ini, besok siang kukembalikan.
Scott menghela napas dengan santainya dan duduk semakin nyaman. Aku ingin masuk dan menikmati Jimi
334 Hendrix sendirian. Maukah kau mengatakan kepada mereka, pestanya sudah selesai"
Aku memutar bola mata. Kau baru saja mengundang sekitar enam puluh orang. Aku tidak mau masuk dan mengatakan pestanya batal.
Scott menjulurkan badan ke luar pintu dan muntah. Iiih.
Aku mencengkeram bagian belakang kausnya dan menariknya ke dalam mobil. Kemudian aku menginjak gas agar Mustang maju dua kaki, lalu menginjak rem kaki dan keluar. Aku memutar ke samping Scott dan menariknya keluar, berhati-hati agar tidak menginjak isi perutnya yang barusan dikeluarkan. Dia mengayunkan tangan ke bahuku, dan tidak banyak yang bisa kulakukan untuk menahan berat tubuhnya. Apartemen yang mana" tanyaku.
Tiga dua. Kanan atas. Lantai atas. Tentu saja. Mengapa aku berharap bisa beristirahat sekarang"
Aku menyeret Scott ke tangga, tersengal-sengal, dan akhirnya sampai di depan pintu apartemennya yang terbuka. Ruangan itu penuh dengan tubuh yang berjingkrakan mengikuti musik rap yang diputar sangat keras sehingga aku bisa merasakan kepingan-kepingan otakku berguguran.
335 Kamar tidurku di belakang, bisik Scott di telingaku.
Aku menyeretnya melewati kerumunan, membuka pintu di ujung gang, dan melempar Scott ke ranjang bawah dari tempat tidur bertingkat. Di sebelah tempat tidur itu ada sebuah meja kecil, keranjang pakaian kotor, gitar, dan beberapa dumbel. Dindingnya dicat putih dan didekorasi dengan poster The G odfather Part III dan bendera New England Patriots.
Kamarku, kata Scott, melihatku sedang memperhatikan sekeliling. Dia menepuk ranjang di sampingnya. Anggap saja kamarmu sendiri.
Selamat malam, Scott. Aku hendak menutup pintu ketika dia berkata, Bisakah kau mengambilkan air putih" Aku harus membersihkan mulutku dari bekas minuman itu.
Sebenarnya aku ingin cepat-cepat keluar dari tempat itu. Tapi rasa simpatiku kepada Scott tak bisa dihindari. Kalau aku pergi sekarang, mungkin besok kamarnya akan penuh muntahan. Mungkin aku perlu membersihkan tubuhnya sedikit dan memberinya ibuprofen1 1 .
Apartemen ini memiliki sebuah dapur kecil berbentuk U yang terlihat dari ruang tamu, dan sekarang berubah menjadi lantai dansa. Setelah melewati tubuh-tubuh 1 Sejenis obat yang tergolong dalam kelompok anti peradangan non-steroid.
336 yang menghalangi jalan masuk ke dapur, aku membukatutup lemari, mencari gelas. Ada setumpuk gelas plastik putih di dekat bak cuci piring. Kuisi gelas itu dengan air dari keran. Saat aku membalikkan badan untuk mengantarkan air, jantungku serasa akan copot. Patch berdiri beberapa kaki saja dariku, bersandar ke lemari di seberang lemari es. Dia tidak bergabung dengan keramaian, dan topinya ditarik rendah di dahi, menandakan dia tidak tertarik untuk mengobrol.
Tidak ada jalan untuk menghindarinya. Kecuali kalau aku melompati meja dan langsung masuk ke ruang tamu. Lagi pula aku merasa harus bersopan-santun. Bukankah seharusnya kami bisa menghadapi situasi semacam ini secara dewasa" Jadi aku membasahi bibir yang mendadak terasa kering, lalu berjalan ke dekatnya. Bersenang-senang"
Garis-garis tegang di wajahnya melembut membentuk senyuman. Setidaknya ada satu hal yang kusuka.
Kalau itu olok-olok, sebaiknya kuabaikan saja. Aku duduk di atas meja dapur, kakiku menggantung di ujungnya. Ingin bergadang semalaman"
Kalau aku harus berada di sini semalaman, lebih baik tembak saja aku.
Aku melebarkan tangan. Maaf, tak punya pistol.
337 Senyumnya benar-benar nakal. Cuma karena itu kau tidak mencoba"
Kau tidak mati jika ditembak, jelasku. Salah satu kekurangan makhluk abadi.
Patch mengangguk. Senyum dingin muncul dari bayangan topinya. Tapi akan kaulakukan jika kaubisa"
Aku tidak langsung menjawab. Aku tidak membencimu, Patch. Belum.
Benci tidak cukup kuat" terkanya. Ada sesuatu yang lebih mendalam"
Aku tersenyum, tapi tidak sampai menunjukkan gigi. Sepertinya kami sama-sama sadar, percakapan ini tidak ada gunanya. Apalagi di sini. Patch menyelamatkan kami berdua dengan menggerakkan kepala ke kerumunan di belakang. Dan kau" Akan lama di sini"
Aku turun dari meja. Tidak. Aku akan mengantarkan air untuk Scott. Dan pencuci mulut jika aku bisa menemukannya. Setelah itu aku akan pergi.
Patch menangkap siku tanganku. Kau rela menembakku, tapi sekarang kau merawat Scott yang sedang mabuk"
Scott tidak menyakiti hatiku.
Beberapa detik kami hanya membisu. Kemudian Patch berkata pelan, Ayo kita pergi. Caranya menatapku memberi isyarat bahwa dia sungguh-sungguh. Dia
338 ingin aku kabur bersamanya. Membangkang terhadap penghulu malaikat. Tidak peduli jika pada akhirnya mereka menemukan Patch.
Aku tidak bisa membayangkan tindakan yang akan mereka jatuhkan kepada Patch tanpa merasa terjebak dalam ketakutan yang dingin dan membeku. Patch tidak pernah memberikan gambaran tentang neraka. Tapi dia tahu itu. Dan kenyataan bahwa dia tidak memberitahuku, memberikan gambaran yang sangat gamblang, sangat memedihkan bagiku.
Mataku tetap tertuju ke ruang tamu. Aku sudah berjanji membawakan air untuk Scott.
Kau banyak menghabiskan waktu dengan cowok yang menurutku berengsek. Dan mengingat standarku, itu julukan yang sulit didapat.
Jadi, yang menjulukinya harus lebih berengsek" Ternyata kau masih punya selera humor, tapi aku serius. Hati-hatilah.
Aku mengangguk. Terima kasih atas perhatiannya. Tapi aku tahu apa yang kulakukan. Aku melewati Patch dan menerobos keramaian di ruang tamu. Aku harus menjauh darinya. Tak sanggup rasanya berdekatan dengannya. Karena kami sama-sama menginginkan sesuatu yang tidak bisa kami miliki. Meskipun yang kami inginkan itu hanya sejengkal saja jaraknya.
339 Aku hampir melewati kerumunan ketika seseorang menarik tali kamisolku dari belakang. Aku berbalik, menduga Patch-lah yang melakukannya. Mungkin dia ingin memberi nasihat tambahan, atau mungkin, yang lebih menakutkan, memberi isyarat akan menciumku. Tetapi ternyata Scott, tersenyum santai kepadaku. Dia menepikan rambut dari wajahku, merapat, dan menutup mulutku dengan mulutnya. Napasnya berbau mint dan rupanya dia baru menggosok gigi. Aku hendak menarik diri, tapi kemudian sadar. Apa peduliku kalau Patch melihat" Aku tidak melakukan sesuatu yang tidak dilakukannya. Aku hanya melanjutkan hidupku seperti yang dilakukannya. Dia menggunakan Marcie untuk mengisi kekosongan hatinya. Dan sekarang giliranku, dengan Scott.
Aku menempelkan tangan ke dada Scott, lalu menautkan ke belakang lehernya. Dia tidak menyia-nyiakan itu dan mendekapku semakin erat. Jadi, beginilah rasanya berciuman dengan orang lain. Sementara Patch lambat, terlatih, dan tidak terburu-buru, Scott lebih bersemangat dan agak tergesa-gesa. Ini pengalaman yang baru dan benar-benar berbeda& tapi tidak sertamerta buruk.
Kamarku, bisik Scott di telingaku. Jarinya ditautkan ke jariku, dan dia menarikku ke kamarnya.
340 Aku mengarahkan pandangan ke tempat terakhir kali aku melihat Patch. Mata kami bertemu. Tangannya tampak kaku, ditangkupkan ke belakang leher. Seolah-olah dia sedang tenggelam dalam lamunan dan mendadak dikagetkan oleh pemandangan aku berciuman dengan Scott.
Beginilah rasanya, meski tanpa suara, kata-kata itu kutujukan kepadanya.
Hanya saja perasaanku tidak menjadi lebih baik. Aku justru merasa sedih, hina, dan kecewa. Aku bukan model cewek yang senang bermain-main atau melancarkan trik kotor untuk menghibur diri atau mendongkrak kepercayaan diriku. Tapi ada kepedihan yang sangat di dalam diriku. Dan karena itu, kubiarkan Scott membawaku.
Scott mendorong pintu kamar dengan kakinya. Setelah itu, dia mematikan lampu sehingga kami dikelilingi selimut kegelapan. Aku melirik ke ranjang di tempat tidur bawah, lalu ke jendela. Kaca jendela sedikit terbuka. Dalam momen yang memicu kepanikan, aku membayangkan diriku menyelinap melewati celah jendela lalu menghilang dalam kegelapan malam. Mungkin itu pertanda aku akan melakukan suatu kesalahan besar. Apakah aku benar-benar harus melakukan ini sekadar untuk membuat Patch mengerti" Apakah dengan
341 cara inilah aku ingin menunjukkan betapa besarnya kemarahan dan sakit hatiku" Bagaimana dengan diriku sendiri"
Scott menarik bahuku dan menciumku penuh nafsu. Pikiranku membayangkan cara untuk melarikan diri. Aku bisa mengatakan kepada Scott, aku merasa tidak enak badan. Aku bisa bilang, aku berubah pikiran. Aku bisa bilang tidak& .
Scott melepas T-shirt dan melemparnya. Aku melihat sekeliling sekali lagi untuk melarikan diri. Pintu pasti terbuka karena ada bayangan menghalangi cahaya dari luar. Sesosok tubuh melangkah masuk dan menutup pintu. Aku merasa rahangku menganga.
Patch melempar kaus Scott kepadanya, dan menatapnya lurus.
Apa , maki Scott, meloloskan kaus melewati kepala.
Celanamu, kata Patch. Scott menutup ritsleting celananya. Apa yang kaulakukan" Seenaknya saja masuk. Aku sedang sibuk. Dan ini kamarku!
Kau gila" kataku kepada Patch, darah naik ke pipiku.
Patch mengalihkan tatapannya kepadaku. Kau tidak ingin berada di sini. Tidak bersamanya.
342 Bukan kau yang harus membuat keputusan itu! Scott melewatiku. Biar aku yang selesaikan.
Dia berhasil melangkah dua kaki sebelum Patch melayangkan tinju ke rahangnya dengan kekuatan mengerikan.
Apa yang kaulakukan" teriakku. Kau mematahkan rahangnya"
Uuggh! erang Scott, memegang bagian bawah wajahnya.
Tidak, tapi kalau dia macam-macam denganku, bukan cuma rahangnya saja yang akan patah, kata Patch.
Keluar! perintahku, menunjuk pintu.
Mampus kau, geram Scott kepada Patch. Dia membuka dan menutup mulut untuk memastikan rahangnya masih berfungsi.
Tapi bukannya pergi, Patch malah menghampiri Scott dalam tiga langkah. Dia membalik tubuh Scott sehingga menghadap dinding. Scott berusaha melawan, tapi Patch membenturkannya ke dinding lagi, membuatnya semakin pusing. Jangan coba-coba lagi, katanya di telinga Scott. Suara Patch pelan dan mengancam. Kalau tidak, kau akan menyesal seumur hidup.
343 Sebelum pergi, Patch menatapku sekilas. Dia bukan orang yang pantas untukmu. Dia terdiam. Dan aku juga.
Aku membuka mulut, tapi tidak bisa memprotes. Aku ke sini bukan karena kemauanku. Aku tahu itu, dan dia juga tahu.
Scott berguling, dan duduk bersandar ke dinding. Aku bisa mengalahkannya kalau aku tidak mabuk, katanya, mengurut bagian bawah wajahnya. Memangnya dia itu siapa" Aku tidak kenal. Kau kenal"
Jelas Scott tidak melihat Patch di Z, tapi malam itu memang ramai. Tentu Scott tidak ingat semua orang yang datang. Maafkan aku, kataku, memberi isyarat ke pintu yang barusan dilewati Patch. Kau tidak apaapa"
Scott tersenyum lemah. Tidak pernah sebaik ini. Dia lepas kendali.
Itu alasan yang baik, gerutunya. Dia menyeka tetesan darah di mulutnya dengan punggung tangan.
Aku harus pergi, kataku. Mustang akan kukembalikan besok, setelah jam sekolah. Dalam hati aku bertanya-tanya, bagaimana caranya keluar dari sini tanpa harus melewati Patch. Mungkin sebaiknya aku menghampirinya dengan berani. Mengakui bahwa dia benar, aku mengikuti Scott hanya untuk menyakitinya.
344 Scott menarik ujung atasanku, menahanku pergi. Jangan pergi, Nora. Jangan sekarang.
Aku melepaskan jarinya. Scott
Katakan jika aku keterlaluan, katanya, melepas kausnya untuk yang kedua kalinya. Kulitnya yang pucat berkilau di kegelapan. Otot-otot lengannya tampak jelas menonjol. Rupanya dia banyak menghabiskan waktu dengan mengangkat beban.
Ya, kau sudah keterlaluan, kataku.
Kata-katamu tidak meyakinkan. Dia menepiskan rambut dari leherku dan membenamkan wajahnya.
Aku tidak tertarik denganmu untuk hal semacam ini, kataku, menjadikan tanganku sebagai penghalang di antara kami. Aku lelah, dan kepalaku pening. Aku juga merasa malu dan ingin cepat-cepat pulang, lalu tidur panjang sampai aku melupakan malam ini.
Bagaimana kautahu" Kau belum pernah mencoba denganku.
Aku menyalakan lampu sehingga kamar menjadi terang. Scott melindungi matanya dengan tangan dan agak terhuyung ke belakang.
Aku pergi , ucapanku terputus ketika mataku melihat goresan luka di dada atas Scott. Kulit itu mengelupas dan mengilat. Di suatu relung dalam otakku, aku menemukan hubungan bahwa ini tentunya
345 adalah tanda pengecapan Scott. Setelah dia bersumpah setia kepada persaudaraan Nephilim. Tetapi pikiran itu seperti khayalan yang buram, tidak jelas dibandingkan dengan sesuatu yang benar-benar menyita perhatianku. Cap itu berbentuk kepalan tangan. Sama persis dari segi bentuk maupun ukurannya dengan tonjolan stempel di cincin besi dalam amplop itu.
Dengan tangan masih menutupi mata, Scott mengerang dan meraih tiang tempat tidur untuk berpegangan.
Tanda apa di kulitmu itu" tanyaku. Mulutku terasa kering.
Sekilas Scott tampak terkejut. Kemudian dia menutupi tanda itu dengan tangannya. Kecelakaan saat bermain-main dengan teman. Bukan sesuatu yang serius. Hanya goresan saja.
Dia berani berbohong" Kaulah yang memberikan amplop itu. Ketika dia tidak menjawab, aku menambahkan dengan lebih geram, Jalan di tepi pantai. Toko roti. Amplop berisi cincin besi. Entah bagaimana, kamar itu terasa terpencil, seolah terpisah dari bunyi bass yang berdentam-dentam di ruang tamu. Dalam waktu sekejap, aku tidak lagi merasa aman hanya berdua saja dengan Scott di sini.
Hus Hus Buku 2 Crescendo Karya Becca Fitzpatrick di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Mata Scott menyipit di tengah kamar yang terang saat menatapku. Tampaknya lampu kamar masih
346 membuat matanya sakit. Apa maksudmu" Nada suaranya curiga, tidak ramah, sekaligus kacau.
Kaupikir itu lucu" Aku tahu, kaulah yang memberiku cincin itu.
Cincin" Cincin yang bertanda sama dengan tanda di dadamu!
Dia menggelengkan kepala satu kali. Keras, seolah ingin mengibaskan rasa mabuknya. Kemudian dia mendorong tubuhku ke dinding. Dari mana kautahu tentang cincin itu"
Kau menyakitiku, kataku penuh kebencian, tapi tubuhku gemetar karena rasa takut. Aku sadar, Scott tidak berpura-pura. Kecuali dia aktor yang lebih lihai daripada yang kubayangkan. Sepertinya dia benar-benar tidak tahu tentang amplop itu. Tapi dia tahu soal cincin.
Bagaimana rupa lelaki itu" Dia mencengkeram kamisolku dan mengguncang-guncang tubuhku. Lelaki yang memberikan cincin itu bagaimana rupanya"
Lepaskan aku, perintahku, mendorong Scott. Tapi bobot Scott jauh melebihi aku. Dan kakinya menjejak mantap di lantai. Tubuhnya menahanku tetap di dinding. Aku tidak melihatnya. Dia menyuruh seseorang untuk menyerahkannya.
347 Apakah dia tahu di mana aku" Apakah dia tahu aku di Coldwater"
Dia" Aku balas membentak. Siapa dia" Ada apa sebenarnya"
Mengapa dia memberimu cincin itu"
Aku tidak tahu! Aku tidak tahu apa-apa tentang dia! Mengapa bukan kau saja yang menjelaskan"
Tubuhnya bergetar di tengah kepanikan yang sepertinya begitu merasuk. Apa yang kauketahui"
Mataku tetap menatap Scott, tapi tenggorokanku tercekat sehingga sulit bernapas. Cincin itu ada di dalam amplop, bersama tulisan bahwa yang membunuh ayahku adalah Black Hand. Dan cincin itu milik dia. Aku menjilat bibir. Apakah kau Black Hand"
Ekspresi wajahnya masih diliputi rasa muak. Matanya bergerak-gerak, mengukur apakah aku bisa dipercaya atau tidak. Lupakan pembicaraan ini, kalau kautahu apa yang baik untukmu.
Aku berusaha membebaskan tanganku, tapi dia masih menahannya.
Keluar, katanya. Dan jangan dekati aku. Kali ini dia melepasku, dan mendorong tubuhku ke arah pintu.
Aku berhenti di pintu, lalu menyeka telapak tanganku yang berkeringat ke celana panjang. Tidak, sampai kau menjelaskan tentang Black Hand.
348 Kupikir Scott akan semakin marah. Rupanya dia hanya menatapku seperti tatapan seseorang yang mendapati seekor anjing kencing di halaman rumahnya. Scott mengambil T-shirt-nya dan bersikap seolah akan merentangkannya di punggung. Kemudian mulutnya membentuk senyuman mengancam. Dia melempar kaus itu ke ranjang. Lalu dia melepas sabuk, menurunkan ritsleting, dan melepas celana pendeknya. Sekarang dia tidak mengenakan apa-apa, kecuali boxer katun. Jelas dia berusaha mengintimidasi aku supaya pergi. Memang sikapnya membuat hatiku menciut. Tapi aku tidak akan melepasnya dengan sebegitu gampang.
Di kulitmu ada cap cincin Black Hand, kataku. Jangan harap aku percaya kau tidak tahu apa-apa tentang itu, termasuk bagaimana kulitmu memiliki cap seperti itu.
Dia tidak menjawab. Begitu aku keluar dari sini, aku akan menelepon polisi. Jika kau tidak mau bicara denganku, barangkali kau bersedia bicara dengan mereka. Bisa jadi mereka sudah pernah melihat cap seperti itu. Tapi dari penglihatanku, itu bukan tanda yang bagus. Suaraku tenang, tapi tubuhku berkeringat. Sungguh kata-kata yang bodoh dan berisiko tinggi. Bagaimana kalau Scott tidak membiarkan aku pergi" Jelas aku tahu Black Hand
349 bisa memancing kemarahannya. Apakah dia pikir aku tahu terlalu banyak" Bagaimana seandainya dia membunuhku, lalu menjejalkan tubuhku ke dalam karung" Ibuku tidak tahu aku ada di sini. Dan sebagian besar orang yang melihatku masuk ke apartemen Scott dalam keadaan mabuk sekarang. Apakah besok ada seseorang yang bisa bersaksi bahwa dia melihatku di sini"
Aku sibuk membuat diriku sendiri panik, sehingga tidak sadar Scott telah duduk di ranjang. Dia menutup wajah dengan kedua tangan. Punggungnya berguncangguncang, dan aku sadar dia menangis. Pada mulanya kupikir dia hanya berpura-pura. Tapi bunyi pelan dari dadanya yang tercekat begitu nyata. Dia mabuk, dan emosinya kacau. Aku tidak tahu bagaimana menstabilkan dirinya. Jadi aku berdiri diam, khawatir satu gerakan kecil saja akan membuatnya meledak.
Utang judiku menumpuk di Portland, katanya. Suaranya sarat dengan rasa putus asa dan kelelahan. Manajer di rumah biliar mencengkeram leherku, memaksaku membayar, dan aku harus berhati-hati kapan pun aku meninggalkan rumah. Aku hidup dalam ketakutan. Karena suatu hari dia akan menemukan aku, dan aku akan sangat beruntung jika bisa lepas dengan tempurung lutut yang pecah.
350 Suatu malam sepulang kerja, aku disergap dari belakang, diseret ke sebuah gudang, dan diikat ke meja lipat. Aku tidak bisa melihat orang itu karena terlalu gelap. Tapi kupikir manajer itulah yang menyuruhnya. Aku bilang akan membayar berapa pun yang dia inginkan asalkan dia melepasku. Tapi dia tertawa dan berkata, bukan uang yang dikejarnya. Bahkan utangku telah dianggap lunas. Sebelum aku bisa menyimpulkan ini cuma lelucon, dia mengaku dirinya adalah Black Hand dan uang bukanlah tujuannya.
Dia menyalakan Zippo dan menyentuhkan apinya ke cincin di tangan kirinya. Keringatku bercucuran. Aku katakan, aku akan melakukan apa pun yang dia inginkan asalkan aku dilepaskan. Dia membuka kausku dan menempelkan cincin itu di dadaku. Kulitku terbakar, dan aku berteriak hingga paru-paruku akan pecah. Lalu dia menarik jariku, mematahkan tulang, dan berkata kalau aku tidak tutup mulut, dia tidak akan tanggung-tanggung. Seluruh tulang jariku akan dipatahkannya. Lalu dia berkata bahwa dia telah memberikan tandanya di tubuhku. Suara Scott melemah menjadi bisikan. Aku terkencing-kencing. Di atas meja itu. Dia membuatku sangat ketakutan. Aku akan melakukan apa pun agar tidak melihatnya lagi. Itulah sebabnya aku pindah ke Coldwater. Aku berhenti sekolah
351 dan bersembunyi di gimnasium seharian. Berjaga-jaga, seandainya dia mencariku. Jika dia menemukanku, kali ini aku siap. Scott berhenti bicara, dia mengusap hidung dengan punggung tangan.
Aku tidak tahu apakah penjelasannya bisa dipercaya atau tidak. Tapi penilaian Patch sudah jelas. Dia tidak percaya kepada Scott. Tapi Scott sangat terguncang. Sosoknya pucat, berkeringat, dan dia menyusupkan tangan ke rambut sambil menghela napas panjang. Mungkinkah cerita itu hanya karangannya saja"
Semua penjelasan ini bertabrakan dengan pengetahuanku tentang Scott selama ini. Dia kecanduan judi. Dia bekerja malam hari di toko swalayan di Portland. Dia punya tanda di dada, bukti seseorang telah mengecapnya. Mungkinkah dia duduk dua kaki dariku dan berbohong tentang segala yang telah dialaminya"
Seperti apa dia" tanyaku.
Scott menggeleng. Saat itu gelap. Dia tinggi, hanya itu yang kuingat.
Aku berusaha mencari kaitan yang menghubungkan Scott dengan ayahku. Keduanya sama-sama terkait dengan Black Hand. Scott ditangkap oleh Black Hand setelah menghindari utang. Sebagai ganjarannya, Black Hand mengecap Scott. Apakah ayahku mengalami kejadian yang sama" Apakah pembunuhannya bukan
352 peristiwa acak seperti dugaan polisi selama ini" Apakah Black Hand memberi hukuman atas utang ayahku, kemudian membunuhnya setelah ayahku tidak mau dicap" Tidak. Aku tidak percaya itu. Ayahku tidak berjudi. Dan dia bukan penimbun utang. Ayahku seorang akuntan. Dia tahu nilai uang. Kondisinya tidak ada sangkut pautnya dengan Scott. Seharusnya ada sesuatu yang lain. Apa lagi yang dikatakan Black Hand" tanyaku. Aku berusaha tidak mengingat apa pun yang berhubungan dengan malam itu. Scott merogoh ke bawah ranjang dan mengeluarkan asbak plastik dan sekotak rokok. Dia menyulut sebatang rokok, mengembuskan asap perlahan, dan memejamkan mata.
Ada tiga pertanyaan yang terus mengganggu pikiranku. Apakah Black Hand yang membunuh ayahku" Siapakah dia" Di mana aku bisa menemukannya"
Dan kemudian sebuah pertanyaan baru. Apakah Black Hand pemimpin persaudaraan Nephilim" Jika dialah yang mengecap Nephilim, dugaanku mungkin benar. Hanya seorang pemimpin, atau yang punya kekuasaan besar, yang bertugas aktif merekrut anggota untuk melawan malaikat terbuang.
Apakah dia mengatakan alasannya memberimu tanda" tanyaku. Jelaslah pengecapan itu untuk menan353 dai anggota persaudaraan. Tapi mungkin ada alasan lain. Alasan yang hanya diketahui anggota Nephilim saja. Scott menggeleng, dan mengisap rokok lagi. Dia tidak memberi alasan apa pun" Tidak, bentak Scott.
Apakah dia mencarimu sejak malam itu" Tidak. Dari sorot matanya yang liar, aku tahu
dia takut suatu hari nanti dia tidak selalu bisa bicara sebanyak tadi.
Pikiranku melayang ke Z. Ke Nephil berkaus merah. Diakah yang mengecap Scott" Aku nyaris yakin begitu. Semua anggota seharusnya punya tanda yang sama. Itu artinya ada Scott-Scott lain dan Nephil lain di Z. Anggota perkumpulan ini ada di mana-mana. Mereka direkrut secara paksa. Tetapi tidak tersambung dengan kekuatan atau tujuan yang sesungguhnya karena mereka disembunyikan. Apa yang ditunggu Black Hand" Mengapa dia belum menyatukan anggota-anggotanya" Agar para malaikat terbuang tidak tahu tujuan yang sebenarnya"
Apakah ayahku dibunuh karena sesuatu yang berkaitan dengan persaudaraan itu"
Apakah kau pernah melihat cap Black Hand pada orang lain" Aku tahu, terlalu berbahaya jika aku
354 memaksa. Aku harus memastikan seberapa banyak yang diketahui Scott.
Scott tidak menjawab. Dia meringkuk di ranjang, tidak sadar. Mulutnya menganga, dan napasnya sangat berbau alkohol dan rokok.
Aku mengguncang tubuhnya perlahan. Scott" Apakah kau bisa menjelaskan tentang persaudaraan itu" Kutepuk-tepuk pipinya perlahan. Scott, bangun. Apakah Black Hand mengatakan bahwa kau Nephilim" Apakah dia memberitahukan kepadamu artinya" Tapi Scott sudah tertidur pulas.
Aku menyingkirkan rokoknya, menarik selimut hingga ke bahunya, lalu pergi dari sana.
***** 355 A kU SEdang bERMiMpi kETika TElEpon bERdERing .
Kuulurkan tangan ke samping, mencari-cari ponselku di meja kecil di samping tempat tidur. Halo" kataku.
Sudah dengar laporan cuaca belum" tanya Vee. Apa" gumamku. Aku memaksa mataku membuka, tapi keduanya masih terbawa dalam mimpi. Jam berapa sekarang"
Langit biru, temperatur sejuk, tidak berangin. Waktu yang tepat untuk ke Old Orchard Beach setelah
356 sekolah. Aku sedang memasukkan papan seluncur ke Neon. Vee menggumamkan bait pertama Summer Nights dari G rease. Aku meringis dan menjauhkan telepon dari telingaku.
Aku menggosok-gosok mata dan berusaha memusatkan pandangan ke angka yang tertera di jam. Benarkah sekarang jam enam lebih& benarkah"
Sebaiknya aku memakai bando merah muda terang, atau bikini warna emas" Masalahnya, kalau memakai bikini, aku harus membuat kulitku kecokelatan dulu. Warna emas membuat kulitku semakin pucat. Mungkin aku akan memilih yang merah muda saja. Warna itu membuat kulitku sedikit kecokelatan, dan
Kenapa jamku menunjukkan enam dua puluh lima" desakku, cukup lama menyingkirkan kantuk untuk menambah volume suaraku.
Ini pertanyaan jebakan" Vee!
Yaaa. Kau marah" Aku membanting ponsel dan menyusup lebih dalam ke bawah selimut. Telepon rumahku berdering di dapur. Aku menutup kepala dengan bantal. Panggilan itu masuk ke mesin penjawab, tapi Vee tidak mudah disingkirkan. Dia menelepon lagi. Lagi. Dan lagi.
Aku menghubunginya melalui speed-dial. Apa"
357 Warna emas atau merah muda" Aku tidak akan bertanya kalau tidak penting. Begini& Rixon akan datang, dan ini pertama kalinya dia akan melihatku dalam baju renang.
Sebentar. Kau berencana pergi bertiga" Aku tidak mau ke Old Orchard Beach hanya untuk menjadi kambing congek!
Dan aku tidak akan membiarkanmu duduk di rumah sepanjang sore dengan muka masam. Mukaku tidak masam.
Kau keliru. Dan sekarang mukamu pasti masam. Ini wajahku kalau sedang jengkel. Kau membangunkan aku jam enam pagi!
Langit biru cerah dari ufuk ke ufuk. Jendela Neon diturunkan, angin hangat membelai rambutku dan Vee. Aroma air garam yang segar memenuhi udara. Vee keluar dari jalan raya dan menyusuri Old Orchard Street. Matanya mencari tempat parkir. Jalur di kedua sisi jalan sudah ramai dengan mobil yang bergerak lambat, berharap mendapat tempat lowong sebelum terlambat.
Yaah, sudah penuh, keluh Vee. Harus parkir di mana" Dia masuk ke jalan kecil dan menghentikan mobil di belakang toko buku. Sepertinya tempat ini bagus. Halaman parkirnya luas.
358 Ada tanda parkir khusus karyawan. Memangnya mereka tahu kita bukan karyawan"
Neon bisa berbaur dengan baik. Mobil-mobil ini tampak seperti kelas rendahan.
Ada tanda pelanggar akan diderek. Itu hanya untuk menakut-nakuti orang seperti kau dan aku. Ancaman kosong. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
Vee menepikan Neon dan memarkirnya. Kami mengambil payung dan keranjang yang penuh dengan minuman botolan, kudapan, krim tabir surya, dan handuk dari bagasi. Setelah itu kami menyusuri Old Orchard Street sampai ujungnya di pantai. Pasir dihiasi payung-payung aneka warna. Ombak bergulung-gulung di bawah tiang jembatan yang kurus. Aku melihat sekelompok cowok kakak kelasku sedang bermain Frisbee.
Biasanya aku akan mengajakmu mendekati cowokcowok itu, kata Vee. Tapi Rixon sangat seksi, jadi aku tidak tergoda.
Memangnya kapan sih Rixon datang" Jangan begitu dong. Kedengarannya kau tidak senang, malah agak sinis.
Sambil melindungi mata, aku menyipit ke garis pantai, mencari tempat yang ideal untuk memasang
359 payung. Aku kan sudah bilang, aku tidak suka menjadi kambing congek. Hal yang paling tidak kuinginkan atau kubutuhkan sekarang adalah duduk di bawah terik matahari, menonton Vee dan Rixon bermesraan.
Asal kautahu saja, ada pekerjaan yang harus dilakukannya, tapi dia janji datang pukul tiga. Pekerjaan apa"
Mana kutahu" Mungkin Patch memintanya melakukan sesuatu. Patch selalu datang ke Rixon untuk meminta bantuan dan mengurus sesuatu. Seharusnya dia melakukannya sendiri. Atau setidaknya memberi bayaran, jadi dia tidak memanfaatkan kebaikan Rixon begitu saja. Menurutmu aku harus pakai tabir surya" Aku akan sangat jengkel kalau sudah repot-repot begini, tapi kulitku tidak kecokelatan.
Rixon bukan model cowok yang membiarkan dirinya dimanfaatkan orang lain.
Orang lain memang tidak. Tapi Patch" Ya. Sepertinya Rixon memuja Patch. Ini sangat menjengkelkan. Membuat perutku mulas. Aku tidak berharap pacarku terinspirasi cowok semacam Patch.
Mereka sudah lama bersahabat.
Kabarnya begitu. Blah, blah, blah. Mungkin Patch itu penjual narkoba. Tidak. Mungkin dia perantaranya dan Rixon memainkan peran sebagai orang yang
360 berkorban, mempertaruhkan lehernya tanpa imbalan apa pun.
Aku memutar bola mata di balik kacamata Ray- Ban palsuku. Apa Rixon keberatan dengan hubungan seperti itu"
Tidak, kata Vee, cemberut. Kalau begitu, biarkan saja.
Tapi Vee belum menyerah. Kalau Patch bukan agen narkoba, dari mana dia punya uang banyak" Kau sudah tahu jawabannya.
Katakan saja, katanya, melipat tangan di depan dada dengan lagak keras kepala. Katakan yang jelas, dari mana dia mendapatkan uang.
Dari tempat yang sama dengan Rixon mendapatkan uang.
Ah-ha. Benar dugaanku. Kau malu mengatakannya. Aku melotot. Bodoh sekali kau ini.
Oh yeah" Vee menghampiri seorang wanita yang sedang membuat istana pasir dengan dua anak kecil. Permisi. Maaf mengganggu waktu Anda bersama si kecil. Tapi temanku di sana ingin mengatakan kepadamu, dari mana mantan-pacarnya mencari nafkah. Aku mencengkeram tangan Vee dan menariknya. Betul, kan" katanya. Kau malu. Kau tidak bisa mengatakannya tanpa perasaan menyesal.
361 Poker. Biliar. Nah, sudah kukatakan. Dan aku tidak pingsan. Puas" Bukan masalah besar. Rixon juga mendapatkan uang dengan cara yang sama.
Vee menggeleng. Kau ini tidak jujur. Kau tidak bisa membeli pakaian seperti yang dikenakan Patch dari uang hasil taruhan di Bo s Arcade.
Apa maksudmu" Pakaian Patch biasa saja, jins dan T-shirt.
Vee bertolak pinggang. Kautahu berapa harga jins seperti itu"
Tidak, kataku, kebingungan.
Katakan saja kau tidak bisa membeli jins seperti itu di Coldwater. Kemungkinan dia memesan dari New York. Harganya empat ratus dolar.
Kau bohong. Aku berani sumpah. Minggu lalu dia memakai T-shirt konser Rolling Stones yang ada tanda tangan Mick Jagger-nya. Kata Rixon itu asli. Patch tidak membayar MasterCard dengan cip poker. Sebelum kau dan Patch bertemu di Splitsville, apakah kau pernah bertanya kepada Patch, dari mana sebenarnya dia mendapatkan uang" Atau dari mana dia mendapatkan Jip yang mulus mengilat itu"
Itu hasil kemenangannya bertanding poker, jawabku. Jika dia bisa memenangi Jip, aku yakin dia
362 juga bisa memenangi jins seharga empat ratus dolar. Mungkin dia memang jago poker.
Itu cuma perkataannya saja. Rixon punya cerita yang berbeda.
Aku menyingkirkan rambut dari bahu, berusaha terlihat tidak peduli dengan arah pembicaraan ini karena aku tidak percaya. Oh yeah" Apa"
Aku tidak tahu. Rixon tidak mau bilang. Dia cuma bilang, Patch ingin memberi kesan Jip itu hasil kemenangan. Tapi dia memperolehnya dengan cara kotor.
Mungkin kau salah dengar.
Yeah, mungkin, ulang Vee, sinis. Atau mungkin Patch adalah orang sinting yang punya bisnis ilegal.
Aku memberikan tabung krim tabir surya ke tangan Vee, mungkin agak kelewat keras. Oleskan di punggungku, jangan ada yang ketinggalan.
Rasanya aku akan memakai minyak saja sekalian, kata Vee, membubuhkan krim ke punggungku. Sedikit terbakar lebih baik daripada sudah berjemur seharian tapi kulitku masih sama putih dengan sebelum ke sini.
Aku menengok ke belakang, tapi tidak bisa memastikan apakah krim yang dioleskan Vee merata.
Apakah ada yang menangkapku kalau aku melepas atasan" Aku sangat benci garis putih di bawah bra.
363 Aku menghamparkan handuk di bawah payung, lalu bergelung di bawah naungannya, sekali lagi memastikan kakiku tidak terpapar matahari. Vee menghamparkan handuknya di bawah matahari langsung, dan mengolesi kakinya dengan baby oil. Di sudut kepalaku, aku membayangkan gambar penderita kanker kulit yang kulihat di ruang praktik dokter.
Omong-omong soal Patch, kata Vee, apa kabar terbarunya" Apakah dia masih berhubungan dengan Marcie"
Itulah yang terakhir kudengar, kataku ketus, menyangka Vee mengangkat topik ini untuk mengolokolok diriku.
Well, kau sudah tahu pendapatku.
Memang, dan aku tidak akan mendengarnya lagi. Entah aku mau atau tidak.
Mereka berdua sepadan, kata Vee, menyemprotkan Sun-In ke rambutnya, membuat udara berkabut dengan lemon buatan. Tentu saja, kupikir hubungan itu tidak akan bertahan lama. Patch akan bosan dan meninggalkannya. Seperti yang dilakukannya terhadap
Bisa ganti topik pembicaraan selain tentang Patch" kataku memotong. Aku menajamkan mata dan mengurut otot-otot di belakang leherku.
364 Kau serius tidak mau membicarakannya" Sepertinya ada unek-unek yang belum kaukeluarkan.
Aku menghela napas. Tidak ada gunanya menutup-nutupi. Menjengkelkan atau tidak, Vee adalah sahabatku. Dia layak mendengar yang sebenarnya, jika aku bisa menyampaikannya. Dia menciumku malam itu. Setelah dari Devil s Handbag.
Apa" Aku menekankan punggung tangan ke mataku. Di kamar tidurku. Rasanya aku tidak bisa menjelaskan kepada Vee, peristiwa itu terjadi di dalam mimpiku. Pokoknya Patch menciumku. Lokasi tidak penting. Itu satu. Yang kedua, aku tidak mau memikirkan konsekuensinya. Karena sepertinya sekarang dia mampu menyusup ke dalam mimpiku.
Kau biarkan dia masuk"
Tidak persis begitu, tapi dia masuk.
Oke, kata Vee. Dia tampak seperti orang yang berusaha memberikan reaksi sopan terhadap kebodohanku. Begini saja. Kita melakukan sumpah darah. Jangan melihatku seperti itu, aku serius. Kalau kita sumpah darah, kau harus mematuhinya. Kalau tidak, kejadian buruk akan menimpamu. Misalnya kakimu digigit tikus saat kau tidur. Dan ketika bangun, kau akan mendapati kakimu terpotong dan berdarah. Kau punya
365 pisau lipat" Kita akan mencari pisau lipat, lalu menyayat telapak tangan, dan kita akan menyatukan tangan kita. Kau bersumpah tidak akan berduaan dengan Patch lagi. Dengan begitu, jika ada godaan, kau sudah punya bekal untuk menghindarinya.
Apakah aku harus berterus terang kepada Vee" pikirku. Berduaan dengan Patch tidak selalu terjadi karena pilihanku. Dia bergerak seperti uap. Kalau dia ingin berduaan denganku, itu akan terjadi. Dan meskipun aku benci mengakuinya, sejujurnya aku tidak selalu keberatan.
Aku butuh sesuatu yang lebih efektif ketimbang sumpah darah, kataku.
Ini persoalan serius. Kuharap kau orang beriman, karena aku begitu. Aku akan mencari pisau, katanya, hendak berdiri.
Aku menariknya. Buku harian Marcie ada padaku. Ap-pa"! Vee terbata-bata.
Aku mengambilnya. Tapi belum kubaca. Kenapa baru bilang sekarang" Dan apa yang menahanmu membaca buku itu" Lupakan Rixon kita pulang sekarang dan membacanya! Marcie pasti bercerita tentang Patch di bukunya.
Aku tahu. 366 Lalu kenapa ditunda" Kau takut ada tulisan yang tidak kau suka" Kalau begitu aku bisa membacanya lebih dulu, menyaring yang buruk-buruk, lalu hanya memberikan jawaban singkat kepadamu.
Kalau aku membacanya, mungkin aku tidak akan bicara kepada Patch lagi.
Bagus dong! Aku menoleh ke Vee. Aku tidak yakin apakah aku ingin itu terjadi atau tidak.
Sayang, jangan seperti ini. Kau membuat hatiku hancur. Baca buku sialan itu dan tutup cerita masa lalu. Memangnya tidak ada cowok lain" Asal kautahu saja, tidak akan ada kelangkaan cowok.
Aku tahu, kataku. Tapi ucapanku seperti omong kosong. Tak pernah ada cowok sebelum Patch. Bagaimana aku tahu akan ada cowok lain setelah dia" Aku tidak akan membaca buku itu. Akan kukembalikan saja. Bertahun-tahun aku bermusuhan dengan Marcie, dan aku mulai bosan. Aku ingin melihat ke depan.
Mulut Vee menganga, dan dia terbata-bata lagi. Bisakah itu kaulakukan setelah kita membaca" Atau setidaknya kau membiarkan aku mengintip buku itu" Lima meniiit saja.
Keputusanku sudah bulat. 367 Vee menghela napas. Kau tidak akan berubah pikiran, ya"
Tidak. Sesosok bayangan menutupi handuk kami. Boleh aku bergabung dengan kalian"
Kami menengadah. Ternyata Rixon, berdiri dengan celana renang dan botol minuman. Selembar handuk diselempangkan di pundak. Sosok jangkungnya tampak luar biasa kuat dan tangguh, hidungnya melengkung seperti paruh elang, dan sejumput rambut berminyak jatuh di dahinya. Pundak kirinya bertato sayap malaikat berwarna hitam, dan titik-titik jenggot menghiasi dagunya. Rixon punya penampilan seperti anggota mafia. Dia memesona, jenaka, dan nakal.
Kau datang! kata Vee, tersenyum sumringah. Rixon menelungkupkan badan di atas pasir di depan kami, bertopang dagu. Kalian sedang membicarakan apa"
Vee ingin aku melakukan sumpah darah, kataku. Rixon mengerutkan alis. Sepertinya ada masalah serius.
Dia pikir dengan begitu Patch akan menghilang dari hidupku selamanya.
Rixon tertawa terbahak-bahak. Semoga beruntung. Hei, kata Vee. Ini bukan main-main.
368 Rixon memegang betis Vee dan tersenyum penuh cinta. Aku merasa dadaku dibakar rasa iri. Beberapa minggu lalu, Patch akan melakukan hal yang sama. Tapi ironisnya, berminggu-minggu lalu Vee mungkin merasakan apa yang sekarang kurasakan setiap kali dia terpaksa berkumpul denganku dan Patch. Aku tahu, kesadaran ini membuatku lebih mudah meredakan kecemburuan. Tapi pedihnya tetap saja terasa.
Menanggapi Rixon, Vee mencondongkan badan dan menciumnya. Aku mengalihkan tatapan, tapi itu tidak meluluhkan rasa iri yang sepertinya menggantung di tenggorokanku seperti batu.
Rixon berdeham. Bagaimana kalau aku pergi membeli minuman" tanyanya, cukup peka menyadari dia dan Vee membuatku tidak nyaman.
Biar aku saja, kata Vee, berdiri dan membersihkan debu dari bokongnya. Kurasa Nora ingin bicara denganmu, Rixon. Dia memberi penekanan pada kata bicara . Aku ingin tetap di sini, tapi topik pembicaraannya bukan kesukaanku.
Uh , desahku tidak nyaman. Lagi pula aku tidak tahu pasti, ke mana arah pembicaraan Vee. Yang jelas aku tidak akan menyukainya.
Rixon tersenyum kepadaku, menunggu responsku.
369 Patch, kata Vee, menjelaskan duduk persoalan. Tapi sepertinya itu hanya membuat suasana semakin tidak nyaman. Setelah mengatakan itu, dia pergi.
Rixon menggosok-gosok dagunya. Kau ingin bicara tentang Patch"
Tidak juga. Tapi kau kenal Vee. Selalu memperburuk situasi tidak nyaman, kataku menggerutu. Rixon tertawa. Untungnya aku tidak mudah malu. Seandainya saja aku bisa bilang begitu sekarang. Bagaimana kabarmu" dia bertanya, berusaha memecah kebekuan.
Menyangkut Patch, atau secara umum" Dua-duanya.
Baik-baik saja. Tapi cepat-cepat aku menambahkan, Aku sedang bingung. Boleh aku menanyakan sesuatu yang bersifat pribadi" Tentang Patch. Tapi kalau kau tidak merasa nyaman, tidak apa-apa.
Silakan. Apakah dia masih malaikat pelindungku" Beberapa hari lalu, setelah kami berkelahi, aku mengatakan tidak menginginkan itu lagi. Tapi aku tidak yakin bagaimana posisi kami sekarang. Apakah dia bukan lagi malaikat pelindungku hanya karena aku mengatakan, itulah yang kuinginkan"
Dia masih ditugaskan untukmu.
370 Kenapa dia tidak ada di dekatku lagi" Mata Rixon menyipit. Kau putus dengannya, ingat" Dia merasa canggung. Kebanyakan cowok tidak suka berdekatan dengan mantannya lagi seperti dulu. Itu satu. Dan aku tahu dia bilang penghulu malaikat mengawasinya. Dia berusaha keras melakukan semuanya sebatas profesional.
Dewi Baju Merah 1 Candika Dewi Penyebar Maut I I Edensor 2
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama