Ceritasilat Novel Online

Pride And Prijudice 4

Pride And Prijudice Karya Jane Austen Bagian 4


Dari ruang menggambar, mereka tidak sedikit pun bisa melihat jalan, sehingga mereka mengandalkan Mr. Collins untuk mengetahui tentang kereta-kereta yang lewat di sana dan, khususnya, seberapa sering Miss de Bourgh lewat dengan kereta terbukanya. Hal ini tidak pernah luput dari pemberitahuan Mr. Collins kepada mereka, meskipun terjadi nyaris setiap hari. Tak jarang, Miss de Bourgh berhenti di depan Parsonage dan bercakap-cakap selama beberapa menit dengan Charlotte, tapi tidak sekali pun gadis itu turun dari keretan ya.
Mr. Collins hanya sanggup bertahan selama beberapa hari tanpa berjalan kaki ke Rosings, dan Charlotte menyertainya dalam banyak kesempatan. Dan, hingga Elizabeth ingat bahw a mungkin ada keluarga lain yang perlu dikunjungi Mr. Collins, dia kesulitan memahami bagaimana pria itu menghabisk an waktunya. Sesekali, mereka mendapatkan kehormatan untuk menerima Lady Catherine, dan tidak segelintir pun isi ruangan yang terlepas dari pengamatan wanita itu selama kunjungankunjungannya. Lady Catherine mengamati kegiatan mereka, memeriksa pekerjaan mereka, dan menasihati mereka untuk bek erja dengan cara berbeda; dia mencari-cari kesalahan dalam penataan perabot atau menegur pembantu rumah tangga; dan kalaupun dia menerima tawaran mereka untuk makan bersama, sep ertinya dia hanya melakukannya agar bisa menasihati
Mrs. Collins bahwa potongan daging yang dihidangkannya terl alu besar untuk keluarganya.
Sejenak kemudian, Elizabeth menyadari bahwa meskipun Lady Catherine tidak berperan besar dalam mewujudkan ked amaian di wilayah itu, dia adalah pengurus jemaat tergiat, dan Mr. Collins dengan runut menyampaikan setiap hal yang terjadi. Selain itu, kapan pun para penduduk desa bersilang pendapat, dirundung kekecewaan, atau terjerat kemiskinan, Lad y Catherine akan bergegas mendatangi mereka untuk mel erai pertikaian, membungkam keluhan, dan memberi ceramah hingga mereka merasa nyaman dan berkecukupan.
Mereka makan malam di Rosings sekitar dua kali dalam seminggu; dan, berhubung Sir William telah pergi sehingga meja kartu yang disediakan hanya sebuah, semua orang memus atkan perhatiannya ke sana. Mereka hanya punya sedikit teman, karena gaya hidup di lingkungan itu secara umum jau h dari jangkauan Mr. Collins. Elizabeth tidak memiliki keberatan dalam hal ini, dan secara keseluruhan, bisa dikatakan dia telah menghabiskan waktunya dengan cukup nyaman. Dia berkali-kali menghabiskan setengah jam untuk mengobrol bers ama Charlotte, dan cuaca yang sangat bagus memungkinkannya untuk sesering mungkin melakukan kegiatan di luar rua ngan. Rute jalan kaki kesukaannya, yang sering dilewatinya ketika yang lain sedang mengunjungi Lady Catherine, adalah sepanjang hutan kecil yang berbatasan dengan salah satu sisi tam an. Ada seruas jalan beratap yang asri di sana, yang sepertinya tidak dihiraukan oleh semua orang kecuali Elizabeth, dan
yang membuatnya merasa aman dari rongrongan rasa pen asara n Lady Catherine.
Di tengah kesunyian, dua minggu pertama kunjungan Eliz ab eth pun berlalu. Paskah semakin dekat, dan penghuni Ros ings akan bertambah selama hari besar itu. Dalam lingkup yang sekecil ini, penambahan satu orang pun akan terasa sangat bermakna. Tak lama setelah kedatangannya, Elizabeth telah mendengar bahwa Mr. Darcy akan datang beberapa mingg u kemudian. Meskipun Mr. Darcy termasuk dalam sed ikit orang yang tidak dia harapkan, kedatangannya ke Rosings dijamin akan memberikan warna baru. Elizabeth akan den gan senang hati membuktikan betapa rapuhnya rencana Miss Bingley terhadap Mr. Darcy. Dia akan mengamati sikap Mr. Darcy terhadap Miss de Bourgh, karena kedatangan pria itu jelas telah diidam-idamkan oleh Lady Catherine, yang tak hent i-hentin ya membicarakannya dan memuji-mujinya dengan penuh semangat, dan sepertinya marah saat mengetahui bahwa Miss Lucas dan Elizabeth telah sering berjumpa den gann ya.
Kabar mengenai kedatangan Mr. Darcy segera terdengar di Parsonage, berkat Mr. Collins yang sepagian berjalan-jalan dalam jarak pandang gapura menuju Hunsford Lane agar dap at paling awal melihat kedatangan sang tamu. Setelah memb ungkuk ke arah kereta yang berbelok menuju Park, dia bergegas pulang untuk menyampaikan kabar tersebut. Keesokan paginya, dia bergegas berjalan kaki ke Rosings untuk memb erikan penghormatan secara langsung. Dua keponakan
Lady Catherine ada di sana, karena Mr. Darcy mengajak serta Kolonel Fitzwilliam, putra pamannya, Lord . Yang mengejutk an semua orang, ketika Mr. Collins pulang ke rumah, Mr. Darcy ikut bersamanya. Charlotte melihat mereka melintasi jalan dari kamar suaminya, lalu cepat-cepat menghampiri yang lain, mengabarkan kepada mereka tentang kehormatan yang mereka dapatkan, dan menambahkan:
Aku harus berterima kasih kepadamu, Eliza, untuk kej ad ia n ini. Mr. Darcy tidak akan secepat ini kemari hanya unt uk menemuiku.
Sebelum Elizabeth sempat mencerna pujian yang dilayangk an Charlotte, bel pintu telah berbunyi, dan sejenak kemudian, tiga orang pria memasuki ruangan. Kolonel Fitzwilliam, yang pertama kali masuk, berusia kira-kira tiga puluh tahun, tidak tampan tetapi berlaku dan berbicara sebagai seorang pria terhormat. Mr. Darcy terlihat sama seperti ketika dia berada di Hertfordshire mengucapkan salam dengan sikap dinginnya yang khas kepada Mrs. Collins, dan apa pun per asaa nn ya terhadap Elizabeth, dia tetap menatap gadis itu den gan tenang. Elizabeth membungkuk ke arahnya tanpa mengucapk an sepatah kata pun.
Kolonel Fitzwilliam langsung memulai topik dengan sikap santai sekaligus siaga khas seorang pria bangsawan, dan berb icara dengan sangat ramah. Namun sepupunya, setelah mel ontarkan sedikit komentar mengenai rumah dan kebun kep ada Mrs. Collins, duduk selama beberapa waktu tanpa berbicara kepada siapa pun. Akhirnya, keheningannya pecah
oleh pertanyaannya kepada Elizabeth mengenai kesehatan kel uarganya. Elizabeth menjawabnya dengan sikapnya yang biasa, dan setelah terdiam sejenak, menambahkan:
Kakak sulungku ada di kota selama tiga bulan terakhir ini. Apa kau pernah secara kebetulan bertemu dengannya"
Elizabeth yakin Mr. Darcy akan mengatakan tidak, tapi dia berharap pria itu akan menceritakan apa yang ses u ngg uhnya terjadi di antara Bingley dan Jane. Menurut Eliz ab eth, Mr. Darcy tampak agak bingung ketika menjawab bahwa dia tidak pernah mendapatkan keberuntungan untuk secara kebetulan bertemu dengan Miss Bennet. Topik itu pun berakhir dan, sejurus kemudian, kedua tamu itu berlalu dari sana.[]
264 P embawaan Kolonel Fitzwilliam menuai banyak kekaguman di Parsonage, dan para wanita merasa bahwa dengan adanya pria itu, suasana Rosings akan semakin meriah. Namun, baru beberapa hari kemudian para wanita mendapatkan undangan ke sana karena meskipun ada tamu di sana, mer eka tetap tidak dianggap penting. Dan, baru pada Hari Pask ah tepatnya hampir seminggu setelah kedatangan kedua pria itu mereka mendapatkan kehormatan tersebut. Seusai peri badatan di gereja malam itu, mereka diminta untuk datang ke Rosings. Selama seminggu terakhir, mereka hanya sesekali mel ihat Lady Catherine dan putrinya. Kolonel Fitzwilliam beb erapa kali mengunjungi Parsonage, tapi Mr. Darcy han ya terlihat di gereja.
Mereka tentunya menerima undangan itu dengan senang hati, dan datang tepat waktu untuk bergabung dengan Lady Cat herine di ruang menggambar. Sang wali menyambut mereka dengan sopan, tapi jelas terlihat bahwa mereka diu ndang hanya karena tidak ada orang lain yang bisa diund ang. Lady Catherine sendiri tenggelam dalam pesona kedua keponakanBab 31 E"e" nya dan jauh lebih banyak berbicara dengan mer eka terutama Darcy daripada dengan siapa pun di rua ngan itu.
Kolonel Fitzwilliam sepertinya sangat senang ketika bertemu dengan mereka; apa pun akan disambutnya dengan gembira di Rosings; dan teman Mrs. Collins yang cantik berh asil memikatnya. Dia duduk di samping Elizabeth dan berbicara den gan ramah tentang Kent dan Hertfordshire, perbedaan antara bertualang dan tinggal di rumah, buku-buku dan mus ik terbaru, sehingga Elizabeth merasa dirinya tidak pern ah ses enang ini ketika berada di ruangan itu. Percakapan yang menga lir dengan lancar dan ceria itu menarik perhatian Lady Cat herine dan Mr. Darcy. Berkali-kali, pria itu melayangkan tat apan penasaran ke arah mereka, dan setelah selama beberapa waktu menahan perasaan yang sama, bibinya tidak segan-segan berseru menyuarakannya:
Apa katamu, Fitzwilliam" Apa yang sedang kau bicarakan" Apa yang kau katakan kepada Miss Bennet" Aku ingin mend engarnya.
Kami sedang membicarakan musik, Madam, kata sang keponakan setelah dia tidak bisa lagi menghindar.
Musik! Kalau begitu, bicaralah dengan keras. Kita semua menyukai musik. Aku harus memberikan pendapat jika kalian membicarakan musik. Selain diriku, kurasa hanya ada segelintir orang di Inggris yang merupakan penikmat sejati mus ik atau memiliki selera alami yang lebih baik. Seandainya aku sempat belajar, tentu aku sudah mahir bermain musik. Beg itu pula Anne, jika kesehatannya memungkinkan. Aku
yak in dia akan menjadi pemain musik yang baik. Bagaimana den gan Georgiana, Darcy"
Mr. Darcy dengan penuh kasih sayang menceritakan tent ang kemahiran adiknya.
Aku sangat senang mendengar kabar baik mengenai dirinya, kata Lady Catherine, dan tolong sampaikan nasihatku kepadanya, bahwa dia hanya akan berhasil bila dia berlatih dengan sangat baik.
Percayalah, Madam, Darcy meyakinkan bibinya, dia tidak membutuhkan nasihat itu. Dia telah berlatih dengan san gat keras.
Itu jauh lebih baik. Dalam suratku selanjutnya kepadanya, aku akan menyuruhnya untuk tidak mengabaikan latiha nn ya, apa pun yang terjadi. Aku sering memberi tahu par a gadis muda bahwa keahlian bermain musik tidak akan did apatkan tanpa latihan yang keras. Aku sudah beberapa kali memberi tahu Miss Bennet bahwa permainannya baru akan benar-benar bagus jika dia lebih sering berlatih; dan, meskipun Mrs. Collins tidak memiliki alat musik, aku akan dengan senang hati, seperti yang sudah sering kukatakan kepadanya, menerimanya di Rosings setiap hari untuk memainkan piano di kamar Mrs. Jenkinson. Dia tidak akan mengganggu siapasiapa di bagian rumah itu.
Mr. Darcy diam saja, sepertinya agak malu melihat cara bicara blak-blakan bibinya.
Setelah mereka minum kopi, Kolonel Fitzwilliam mengingatkan Elizabeth tentang janjinya untuk bermain musik,
dan Elizabeth pun langsung duduk di depan piano. Pria itu menarik sebuah kursi dan duduk di sisinya. Lady Catherine mendengarkan setengah lagu, lalu seperti sebelumnya, berbicara kepada keponakannya yang lain. Wanita itu terdiam ketika Darcy beranjak meninggalkannya dan dengan dingin menghampiri piano, seolah-olah agar dapat lebih jelas melihat wajah cantik pemainnya. Melihat tindakan Darcy, Elizabeth seketika menghentikan permainannya, tersenyum dan menoleh ke arahnya, lalu berkata:
Apakah kau bermaksud mengagetkanku, Mr. Darcy, den gan menghampiriku seperti ini untuk mendengarkan permainanku" Aku tidak akan gentar meskipun adikmu jauh lebih mahir dariku. Karena aku keras kepala, aku tidak akan mundur gara-gara gertakan orang lain. Keberanianku justru selalu melambung setiap kali ada upaya untuk menakut-nakutiku.
Aku tidak akan menyanggahmu, jawab Darcy, karena kau tidak akan percaya kalau aku mengatakan aku tid ak bermaksud mencelakakanmu; dan aku sudah cukup lama mengen almu sehingga tahu kau kadang-kadang suka sek ali menyuarakan pendapat yang sesungguhnya bukan milikmu.
Elizabeth tertawa riang mendengar penggambaran Mr. Darcy atas dirinya, lalu berkata kepada Kolonel Fitzwilliam, Sepupumu ini akan menceritakan tentang berbagai kebaikanku, lalu menyarankanmu agar tidak memercayai sepatah kata pun yang kuucapkan. Malang sekali nasibku karena bertemu dengan seseorang yang bisa membaca sifatku yang sesungguhnya, justru di bagian dunia yang kuharap diriku bisa lebih dihargai. Sungguh, Mr. Darcy, jahat sekali kau karena telah menyebutkan semua keburukanku yang kau ketahui di Hertfordshire. Izinkanlah aku mengatakan bahwa itu juga tidak sopan, karena itu akan memicuku untuk membalasmu, dan saud aramu mungkin akan terkejut saat mendengarnya. Aku tidak takut kepadamu, kata Darcy, tersenyum. Katakan kepadaku tentang keburukan sepupuku ini, seru Kolonel Fitzwilliam. Aku ingin tahu bagaimana perilakunya di tengah-tengah orang asing.
Kau akan mendengarnya tapi, persiapkan dirimu untuk mendengar sesuatu yang sangat mengerikan. Kau harus tahu bahwa aku pertama kali melihat Mr. Darcy di sebuah pest a dansa di Hertfordshire. Di pesta dansa ini, dia hanya berd ansa empat kali meskipun kami kekurangan pria; dan, set ah uk u, beberapa gadis hanya bisa duduk karena tidak mendap atkan pasangan. Mr. Darcy, kau tidak bisa menyangkal fakta ini.
Ketika itu, aku belum mengenal seorang pun gadis di sana, di luar teman-temanku sendiri.
Betul, dan mustahil untuk berkenalan di sebuah ruang dansa. Nah, Kolonel Fitzwilliam, lagu apakah yang sebaiknya kum ainkan selanjutnya" Jemariku menantikan perintah darimu.
Mungkin, kata Darcy, aku memang seharusnya berken ala n dengan seseorang di sana, tapi aku tidak pintar memperkenalkan diri kepada orang asing.
Haruskah kita menanyakan alasan sepupumu" tanya Eliz ab eth, masih kepada Kolonel Fitzwilliam. Haruskah kita bertanya kepadanya mengapa seorang pria yang pintar dan berpendidikan, dan yang telah hidup lama di dunia ini, enggan memperkenalkan diri kepada orang asing"
Aku tidak bisa menjawab pertanyaanmu, kata Fitzwilliam, tanpa meminta izin terlebih dahulu kepadanya. Kurasa itu hanya karena dia tidak ingin repot.
Yang jelas, aku tidak memiliki bakat seperti yang dimiliki oleh sebagian orang, kata Darcy, yaitu mudah berc akap-cakap dengan orang yang tidak pernah kujumpai seb el umnya. Aku tidak bisa menangkap nada bicara mereka, atau berp ura-pura tertarik pada pendapat mereka, seperti yang sering kul ihat dilakukan oleh orang lain.
Jemariku, kata Elizabeth, tidak menari di atas piano ini selincah jemari banyak wanita lain. Kekuatan dan kecepatannya berbeda, dan ekspresi yang dihasilkannya pun berbeda. Tapi, aku selalu menganggap hal ini sebagai kesalahanku sendiri karena aku tidak mau repot-repot berlatih, bukan karena aku percaya bahwa jemariku tidak memiliki kemampuan yang sama dengan jemari para wanita yang lebih mahir.
Darcy tersenyum dan berkata, Kau benar sekali. Kau lebih memilih untuk menghabiskan waktumu dengan cara yang jauh lebih menarik. Tidak seorang pun yang mendengar permainanmu akan mencelamu. Dibutuhkan keberanian yang besar untuk tampil di hadapan orang-orang asing.
Percakapan mereka dipotong oleh Lady Catherine, yang berseru untuk menanyakan apa yang sedang mereka bicarakan. Elizabeth langsung melanjutkan permainannya. Lady Cat herine menghampiri mereka dan, setelah mendengarkan selama beberapa menit, berkata kepada Darcy:
Miss Bennet tidak akan membuat kesalahan dalam permainan pianonya jika dia lebih banyak berlatih dan belajar dari salah seorang guru di London. Jemarinya sangat lincah meskipun bakatnya tidak bisa disamakan dengan Anne. Anne bisa menjadi seorang pemain musik yang baik seandainya kesehatannya memungkinkannya untuk lebih banyak belajar.
Elizabeth menatap Darcy untuk melihat perubahan wajahnya saat mendengar pujian terhadap sepupunya; tapi, baik pada saat itu maupun saat-saat yang lain, Elizabeth tidak melihat sedikit pun tanda-tanda cinta di sana. Dan, melihat sikap Darcy kepada Miss de Bourgh, Elizabeth pun teringat kepada Miss Bingley, yang mengira bahwa peluang Darcy unt uk menikahinya akan semakin besar seandainya mereka mem iliki hubungan keluarga.
Lady Catherine terus mengomentari penampilan Elizab eth sambil berkali-kali memberikan instruksi tentang pen ek a nan dan rasa. Elizabeth menerima semuanya dengan ten ang dan sopan, dan, menuruti permintaan para pria, tetap berm ain hingga kereta Lady Catherine siap mengantar mereka semua pulang.[]
271 K eesokan harinya, Elizabeth duduk sendirian dan menulis
surat untuk Jane, sementara Mrs. Collins dan Maria perg i menyelesaikan urusan di desa. Saat itu, tiba-tiba saja dering bel pintu mengejutkannya, menandakan datangnya tamu. Karena tidak mendengar derak roda-roda kereta, dia berpikir sungguh aneh Lady Catherine datang dengan berjalan kaki. Dengan keyakinan itu, dia menyingkirkan suratnya yang baru separuh ditulis untuk menghindari pertanyaanpertanyaan yang tidak semestinya, ketika pintu tiba-tiba terb uka dan, secara mengejutkan, Mr. Darcy, seorang diri, mem asuki ruangan.
Darcy sepertinya terkejut ketika melihat Elizabeth di sana. Dia meminta maaf dan memberi tahu Elizabeth bahwa dia menyangka semua wanita di rumah itu sedang keluar.
Mereka duduk, dan setelah Elizabeth menanyakan tentang Rosings, bahaya kesunyian total pun mengancam. Karenanya, sungguh penting untuk memikirkan topik pembicaraan, dan Elizabeth teringat pertemuan terakhir mereka di Hertf ordshire. Penasaran ingin mengetahui alasan Darcy
Bab 32 E"e" tent ang kepergian mendadak rombongannya dari Netherfield, dia pun bertanya:
Kepergian kalian dari Netherfield November silam sungguh mendadak, Mr. Darcy! Itu tentu kejutan yang menyenangkan bagi Mr. Bingley, melihat kalian semua mengikutinya secepat itu, karena seingat saya, dia baru pergi sehari. Mr. Bingley dan kedua saudarinya baik-baik saja, kuharap, ketika kau meninggalkan London"
Mereka baik-baik saja, terima kasih.
Elizabeth tahu dia tidak akan mendapatkan jawaban apa pun. Maka, setelah terdiam sejenak, dia menambahkan:
Kudengar Mr. Bingley tidak akan kembali ke Netherfield lagi"
Aku tidak pernah mendengar dia berkata begitu; tapi mungkin saja dia hanya akan menghabiskan sedikit waktu di sana di masa yang akan datang. Dia punya banyak teman, dan di masa kehidupannya ini, jumlah teman dan urusannya terus bertambah.
Jika Mr. Bingley memang bermaksud tinggal sebentar di Netherfield, akan lebih baik bagi lingkungan kami jika dia melepaskan tempat itu saja, karena mungkin akan ada keluarga yang akan menetap di sana. Tapi, mungkin Mr. Bingley hanya memikirkan kenyamanannya sendiri di tempat itu, bukan kenyamanan para tetangganya. Namun, untuk prinsip yang sama, kami tetap mengharapkannya memilih untuk tinggal di sana atau melepaskannya.
Aku tidak akan terkejut, kata Darcy, jika dia melepaskan tempat itu segera setelah dia mendapatkan tawaran yang menarik.
Elizabeth tidak menjawab. Terlalu lama membicarakan Bingley membuatnya gelisah; dan, karena tidak memiliki top ik lain, dia bertekad untuk membiarkan Darcy mencari topik bagi mereka.
Darcy mengerti, lalu memulai dengan, Rumah ini sepertinya sangat nyaman. Aku yakin Lady Catherine melakukan banyak hal untuk rumah ini ketika Mr. Collins pertama kali tiba di Hunsford.
Kurasa begitu dan aku yakin beliau tidak mungkin menunjukkan kebaikan hatinya dengan cara yang lebih mulia.
Mr. Collins sepertinya sangat beruntung dalam memilih istri.
Ya, betul. Teman-temannya menyelamatinya karena dia berhasil mendapatkan salah seorang dari sangat sedikit wanita waras yang bersedia menerimanya ataupun membahagiakannya. Charlotte sangat pengertian meskipun aku ragu dia telah mengambil pilihan yang tepat dengan menjadi istri Mr. Collins. Tetapi, dia sepertinya sangat bahagia, dan kehidupan semacam ini tentu sangat cocok untuknya.
Dia tentu sangat senang karena tinggal tidak jauh dari kel uarga dan teman-temannya.
Tidak jauh, menurutmu" Jaraknya hampir lima puluh
mil. Apa artinya lima puluh mil di jalan yang bagus" Perjalanan itu bisa ditempuh selama kurang lebih setengah hari. Menurutku itu dekat.
Aku tidak pernah menganggap jarak sebagai alasan sebuah pernikahan, tukas Elizabeth. Aku tidak akan pernah mengatakan bahwa Mrs. Collins mengambil keputusannya karena dia akan tinggal berdekatan dengan keluarganya.
Ini adalah bukti keterikatanmu sendiri pada Hertfordshire. Apa pun yang berada di luar wilayah Longbourn akan tampak jauh di matamu.
Ketika Darcy berbicara, Elizabeth melihat senyuman yang dapat dimengertinya; Darcy pasti mengetahui pikirannya tentang Jane dan Netherfield, dan Elizabeth tersipu ketika menjawab:
Aku tidak bermaksud mengatakan bahwa seorang wanita tidak akan bisa hidup nyaman jika tinggal berjauhan dengan keluarganya. Jauh dan dekat adalah sesuatu yang relatif dan tergantung pada berbagai situasi. Ketika seseorang memiliki uang untuk membayar seluruh biaya perjalanannya, maka jarak tidak menjadi masalah. Tapi, bukan begitu kasusnya. Mr. dan Mrs. Collins memiliki penghasilan lumayan, tapi bukan berarti mereka bisa melakukan perjalanan kapan pun mereka mau dan aku yakin bahwa temanku tidak akan menyebut dir in ya tinggal berdekatan dengan keluarganya, meskipun seand ain ya jaraknya hanya setengah dari yang ada saat ini.
Mr. Darcy menarik kursinya sedikit lebih dekat ke arah Elizabeth dan berkata, Kau tidak boleh memiliki keterikatan
sekuat itu dengan lingkunganmu. Kau tidak bisa selamanya tinggal di Longbourn.
Elizabeth tampak terkejut. Merasakan perubahan suasan a, Mr. Darcy menarik kembali kursinya dan mengambil sur at kabar yang tergeletak di meja, meliriknya, lalu berkata dal am nada dingin:
Apa kau menikmati Kent"
Percakapan pendek tentang topik ini pun berlanjut. Ked uan ya tenang dan tegas dan langsung mengakhiri obrola n mereka ketika Charlotte dan adiknya pulang dari acara jalan-jalan mereka. Mereka berdua terkejut ketika memas uki ruangan. Mr. Darcy menceritakan keterkejutannya saat mend apati Miss Bennet di ruangan itu, dan beberapa men it kemudian, tanpa banyak bicara kepada siapa pun, dia berl alu.
Apa artinya ini" kata Charlotte setelah Mr. Darcy pergi. Eliza sayang, dia pasti telah jatuh cinta kepadamu, kalau tidak dia tidak akan mengunjungi kita dengan cara seakrab ini.
Tetapi, ketika Elizabeth menceritakan tentang betap a pendiamnya dia, sepertinya mustahil bahkan dalam bay angan Charlotte sekalipun jika pria itu jatuh cinta kepadanya. Akhirnya, setelah membahas banyak kemungkinan, mereka men yimpulkan bahwa kehadiran Mr. Darcy tentu disebabkan oleh tidak adanya kegiatan lain yang lebih menarik baginya. Kemungkinan itu cukup masuk akal, karena di masa seperti ini, olahraga di luar ruangan mustahil dilakukan. Di dalam rumah Lady Catherine terdapat banyak buku dan sebuah meja
biliar, tapi seorang pria tidak akan betah tinggal terlalu lama di dalam rumah. Dan, karena jarak Parsonage cukup dekat dan dapat ditempuh dengan berjalan kaki, atau mungk in juga karena para penghuninya, kedua sepupu itu tergoda unt uk berjalan kaki ke sana nyaris setiap hari.
Mereka datang setiap pagi pada waktu yang berbeda, terkadang sendiri-sendiri, terkadang bersama-sama, dan ses ek ali ditemani sang bibi. Jelas bahwa Kolonel Fitzwilliam datang karena senang bergaul dengan mereka, sebuah kelebiha n yang tentunya menambah daya tariknya. Kegembiraan yang dirasakan oleh Elizabeth ketika menghabiskan waktu bers ama pria itu, begitu pula kekaguman sang kolonel kepadan ya yang tampak begitu nyata, mengingatkannya kepada George Wickham. Meskipun jika keduanya dibandingkan, tampaklah bahwa pesona Kolonel Fitzwilliam tidak sebesar Wickham. Namun, Elizabeth yakin Kolonel Fitzwilliam jauh lebih pintar.
Tetapi, lebih sulit untuk memahami mengapa Darcy sesering itu mendatangi Parsonage. Tentunya bukan untuk alas a n pergaulan, karena yang dilakukannya di sana hanyalah duduk selama sepuluh menit tanpa sekali pun membuka mulut. Kalaupun dia bicara, sepertinya karena keharusan saja, bukan atas pilihannya sendiri sebuah pengorbanan demi kepant asa n, bukan sesuatu yang menyenangkan dirinya. Dia jar ang terlihat benar-benar ceria. Mrs. Collins bahkan tidak tahu bagaimana harus memperlakukannya. Kolonel Fitzwilliam kadang-kadang menertawakan kekonyolan sepupunya, yang membuktikan bahwa Mr. Darcy memang aneh. Pengetahuan Charlotte akan Mr. Darcy pun tidak banyak membantu; dan, karena dia ingin percaya bahwa perubahan ini disebabkan oleh cinta, dan objek cinta tersebut adalah sahabatnya Eliza, dia memutuskan untuk mencari tahu secara serius. Charlotte memperhatikan Darcy setiap kali mereka bertemu di Rosings dan kapan pun pria itu bertamu ke Hunsford; tetapi, sia-sia saja. Darcy memang sering memandang Elizabeth, tapi eks presinya sama sekali tidak terbaca. Tatapannya wajar dan cep at teralihkan, dan Charlotte ragu-ragu apakah dia bisa mel ihat cinta di sana, karena kadang-kadang yang terlihat justru kehampaan pikiran.
Dia telah satu atau dua kali mengatakan kepada Elizabeth mengenai kemungkinan Mr. Darcy telah jatuh hati kepadanya, tapi temannya itu selalu menertawakannya. Mrs. Collins pun enggan memaksakan topik ini karena khawatir akan melambungkan harapan Elizabeth, yang mungkin saja hanya akan berakhir dengan kekecewaan, karena dia yakin bahwa sel uruh kebencian Elizabeth kepada Mr. Darcy akan lenyap jika dia bera nggapan pria itu ternyata mencintainya.
Dalam siasat baiknya untuk Elizabeth, kadang-kadang Charlotte menjodohkan temannya itu dengan Kolonel Fitzwilliam. Keramahan pria itu memang tidak tertandingi oleh siapa pun; dia jelas mengagumi Elizabeth, dan keadaan keuangannya pun baik. Tetapi, Mr. Darcy bisa mengimbangi berbagai kelebihan itu; karena Mr. Darcy memiliki banyak pendukung di gereja, sedangkan sepupunya tidak memiliki apa-apa.[]
278 L ebih dari sekali, ketika sedang berjalan-jalan di taman,
Elizabeth secara kebetulan berpapasan dengan Mr. Darcy. Kejadian itu sama sekali tidak disangkanya, dan untuk mencegahnya terulang kembali, Elizabeth langsung memberi tahu Mr. Darcy bahwa bagian taman itu adalah tempat kesukaannya. Karena itulah, sungguh aneh ketika mereka berpapasan untuk kedua kalinya! Namun, itu terjadi, bahkan hingga ketiga kalinya. Sepertinya alam sedang menentangnya atau bahkan menghukumnya, karena dalam kesempatan-kesempatan itu, Mr. Darcy tidak sekadar melontarkan beberapa pertanyaan formal, terdiam sejenak, lalu meninggalkannya, tetapi karena dia selalu kembali untuk berjalan bersamanya. Mr. Darcy lebih banyak diam, dan Elizabeth sendiri juga tidak mau repot-repot berbicara atau mendengarkan. Maka, Elizabeth heran ketika dalam pertemuan kebetulan ketiga mereka, Mr. Darcy melontarkan beberapa pertanyaan janggal yang tidak saling berhubungan tentang perasaannya mengenai Hunsford, kesukaannya berjalan-jalan sendirian, dan pendapatnya mengenai kebahagiaan Mr. dan Mrs. Collins.
Bab 33 E"e" Anehnya, ketika membicarakan Rosings, terutama tentang hal-hal yang tidak diketahui oleh Elizabeth mengenai rumah itu, Mr. Darcy menyiratkan agar Elizabeth menginap di sana pada kunjungan-kunjungan berikutnya. Kesan itu tecermin dalam kata-katanya. Mungkinkah Mr. Darcy sedang memikirkan Kolonel Fitzwilliam" Menurut Elizabeth, jika memang kata-kata Mr. Darcy itu bermakna, maka dia pasti menyiratkan sesuatu yang timbul dalam sikap Kolonel Fitzwilliam terhadapnya. Ini agak merisaukannya, dan dia lega ketika mereka akhirnya tiba di gerbang Parsonage.
Pada suatu hari, Elizabeth sedang berjalan-jalan sambil membaca kembali surat terbaru dari Jane, yang sebagian isinya memperlihatkan bahwa kakaknya itu menulis tanpa semangat. Kemudian, alih-alih dikejutkan oleh kemunculan Mr. Darcy, Elizabeth berpapasan dengan Kolonel Fitzwilliam. Cep at-cepat menyimpan suratnya, Elizabeth memaksakan sen yuman dan berkata:
Aku tidak tahu kau juga suka berjalan-jalan di sini. Aku sedang mengelilingi taman, jawab Kolonel Fitzwilliam, seperti yang biasa kulakukan setiap tahun, dan berniat mengakhiri kegiatan ini dengan bertamu di Parsonage. Apak ah perjalananmu masih jauh"
Tidak, aku akan berbalik sebentar lagi.
Setelah Elizabeth berbalik, mereka pun berjalan bersama menuju Parsonage.
Benarkah kalian akan meninggalkan Kent Sabtu nanti" tanya Elizabeth.
Ya jika Darcy tidak menundanya lagi. Tapi, aku akan memaksanya. Dia suka mengambil keputusan dengan seenaknya.
Dan, jika tidak puas dengan keputusannya, setidaknya dia punya kekuasaan untuk memilih. Selain Mr. Darcy, aku tidak mengenal orang lain yang sepertinya sangat menikmati kekuasaan untuk melakukan apa pun yang disukainya.
Dia memang gemar melakukan apa pun dengan caranya sendiri, jawab Kolonel Fitzwilliam. Tetapi, kita semua beg itu. Hanya saja, dia lebih bebas melakukannya karena dia kaya, berbeda dengan banyak orang lainnya yang miskin. Itul ah pendapatku, karena anak laki-laki yang lebih muda seb enarnya harus terbiasa untuk mengabaikan keinginan dan keb ebasannya sendiri.
Menurut pendapatku, putra termuda seorang earl tid ak tahu apa-apa mengenai hal itu. Sekarang, jujurlah, apak ah yang kau ketahui tentang pengabaian keinginan dan keb ebasan pribadi" Kapankah kau pernah kekurangan uang unt uk pergi ke mana pun yang kau mau atau membeli apa pun yang kau inginkan"
Ini adalah pertanyaan mengenai keluarga dan mungkin aku tidak bisa mengatakan bahwa kehidupanku seberat itu. Tapi, di masa yang akan datang, aku mungkin akan kekur angan uang. Omong-omong, putra termuda tidak bisa den gan bebas menikahi gadis pilihannya.
Kecuali jika wanita itu kaya, dan sepertinya itu sering terj adi.
Kami punya kecenderungan terhadap harta benda, yang membuat kami terlalu bergantung pada hal itu. Hanya ada seg elintir orang di kalanganku yang sanggup menikah tanpa memikirkan uang.
Apakah kalimat itu, pikir Elizabeth, ditujukan untukku" Dia tersipu malu. Tetapi, setelah memulihkan diri, dia berk ata dengan nada ceria, Tolong katakan, berapakah harga pasaran putra termuda seorang earl" Kurasa kau tidak akan mem inta lebih dari lima puluh ribu pound, kecuali kalau kakaknya sakit-sakitan,.
Kolonel Fitzwilliam menjawab dengan gurauan, dan top ik itu pun berakhir. Untuk memecahkan kesunyian yang mengg elisahkan itu, Elizabeth cepat-cepat menambahkan:
Dalam bayanganku, sepupumu mengajakmu kemari hanya agar ada yang bisa disuruh-suruh olehnya. Aku penasaran mengapa dia tidak menikah saja, karena itu akan menyelesaikan masalah ini. Tapi, mungkin dia harus memikirkan adiknya untuk saat ini dan, karena dia adalah wali utama adikn ya, maka dia bisa melakukan apa pun yang diinginkannya kepadanya.
Tidak, kata Kolonel Fitzwilliam. Kami memikul tangg ung jawab itu bersama. Kami berdua adalah wali Miss Darcy.
Benarkah" Kalau begitu, wali macam apakah dirimu" Apakah tanggung jawab ini memberatkanmu" Gadis muda seumurnya kadang-kadang agak sulit diatur, dan jika dia memiliki sifat sejati keluarga Darcy, dia mungkin akan bertingkah sesuka hatinya.
Sambil berbicara, Elizabeth mengamati ekspresi wajah Kolonel Fitzwilliam. Kemudian, ketika sang kolonel bertanya mengapa dia menganggap Miss Darcy sebagai gadis pembawa masalah, dia menjadi yakin bahwa omongannya mendekati kebenaran. Dia pun langsung menjawab:
Kau tidak perlu khawatir. Aku tidak pernah mendengar berita buruk mengenai dirinya; dan aku yakin dia adalah salah satu makhluk termanis di dunia. Dia adalah kesayangan beberapa temanku, Mrs. Hurst dan Miss Bingley. Sepertinya aku pernah mendengarmu mengatakan bahwa kau mengenal mer eka.
Aku tahu sedikit tentang mereka. Mereka punya saudara laki-laki yang ramah dia adalah sahabat Darcy.
Oh, ya! kata Elizabeth datar. Mr. Darcy bersikap sangat baik kepadanya dan menghabiskan banyak waktu untuk men uruti keinginannya.
Menurutinya! Ya, aku yakin Darcy bersedia menurutinya hingga tidak ada lagi yang bisa diturutinya. Dari sesuatu yang diceritakannya kepadaku dalam perjalanan kami kemari, aku punya alasan untuk berpikir bahwa Bingley berutang san gat besar kepadanya. Tapi, mungkin aku salah, karena mungk in orang yang dimaksud oleh Darcy bukan Bingley. Aku menyimpulkannya sendiri.
Apa maksudmu" Darcy tidak ingin masalah ini diketahui umum karena jika keluarga si gadis mendengarnya, keadaannya akan semakin buruk.
Aku bisa memegang rahasia.
Dan, ingatlah bahwa aku tidak punya alasan untuk mengira bahwa orang yang dimaksudnya adalah Bingley. Yang dikatakannya kepadaku hanya ini: bahwa dia memberikan selamat kepada dirinya sendiri baru-baru ini karena telah mengh indarkan seorang teman dari bahaya sebuah pernikahan, tapi tanpa menyebutkan nama atau kejadian apa pun. Aku menc urigai Bingley karena sepertinya dia adalah jenis pria yang cenderung terlibat di dalam masalah seperti itu, dan mer eka selalu bersama selama musim panas yang lalu.
Apakah Mr. Darcy memberitahumu alasannya turut campur"
Setahuku, ada banyak orang yang sangat menentang wanita itu.
Dan, siasat apakah yang dipakainya untuk memisahkan mereka"
Dia tidak menceritakan kepadaku soal siasatnya, kata Fitzwilliam, tersenyum. Dia hanya mengatakan apa yang sek ar ang kukatakan kepadamu.
Elizabeth tidak menjawab, dan selama mereka meneruskan perjalanan, hatinya dirundung amarah. Fitzwilliam memperhatikan perubahan sikapnya dan menanyakan mengapa dia murung.
Aku sedang memikirkan ceritamu, jawab Elizabeth. Peril aku sepupumu melukai perasaanku. Apa yang mendasari sikap main hakim sendirinya itu"
Menurutmu campur tangannya ini salah" Menurutku, Mr. Darcy tidak berhak memutuskan tin?" dakan yang harus diambil oleh temannya. Dan mengapa, berdasar penilaiannya sendiri, dia merasa bebas menentukan bag aim ana temannya akan bahagia" Tapi, Elizabeth mel anjutk an setelah menenangkan diri, karena kita tidak men genal orang-orang yang dimaksudnya, tidak adil juga bila kita menyalahkan Mr. Darcy. Mungkin memang tidak ada ban yak cinta dalam kasus ini.
Dugaanmu itu wajar, kata Fitzwilliam, namun sayangn ya, kehormatan sepupuku di matamu tentu tercoreng akibat cerita ini.
Fitzwilliam mengucapkannya dengan nada bercanda, tapi memang begitulah gambaran Mr. Darcy di benak Elizabeth, sehingga dia memilih untuk diam saja dan secara mendadak mengalihkan topik pembicaraan hingga mereka tiba di Parsonage. Di sana, mengunci diri di kamarnya segera setelah sang tamu pergi, Elizabeth merenungkan semua yang baru saja didengarnya. Mustahil kalau yang dimaksud oleh Mr. Darcy adalah orang lain. Tidak mungkin ada pria lain yang memiliki hubungan sedekat itu dengannya.
Bahwa dia turun tangan untuk memisahkan Bingley dan Jane, Elizabeth tidak pernah meragukannya; tetapi, firasat Elizabeth selalu mengatakan bahwa dalang dari siasat ini adalah
Miss Bingley. Tetapi ternyata keangkuhan, kekolotan, dan kep ongahan Mr. Darcy yang menjadi penyebab utamanya, dan gara-gara semua itu, Jane telah dan masih menderita. Unt uk sementara ini, pria itu telah membinasakan seluruh har apan kebahagiaan seorang gadis termanis dan terbaik di dun ia, dan tidak seorang pun tahu sampai kapan pengaruh kej ahatannya akan tertancap di hati Jane.
Ada banyak orang yang sangat menentang wanita itu, itulah yang dikatakan Kolonel Fitzwilliam. Mungkin mereka menentang Jane karena memiliki seorang paman yang menjadi pengacara di desa, dan seorang paman lagi yang menjadi pedagang di London.
Tidak mungkin ada yang bisa menentang Jane gadis semanis dan sebaik dia! seru Elizabeth. Dia sangat pengertian, pintar, dan memesona. Tidak ada yang salah juga dengan ayahku, yang meskipun agak aneh, memiliki keahlian yang tidak bisa dipandang dengan sebelah mata dan kehormatan yang sulit ditandingi oleh Mr. Darcy sekalipun. Bagaimanapun, ketika memikirkan ibunya, kepercayaan diri Elizabeth agak goyah; tapi dia tidak akan membiarkan apa pun memberikan keuntungan bagi Mr. Darcy. Elizabeth yakin keangkuhan pria itu akan terluka jauh lebih parah akibat campur tangannya pad a hubungan percintaan temannya daripada keinginannya unt uk berkuasa. Akhirnya, Elizabeth menyimpulkan bahwa tind ak a n Mr. Darcy itu sebagian dipicu oleh keangkuhan dari jenis terburuk, dan sebagian lagi oleh keinginan untuk menjodohkan Mr. Bingley dengan adiknya.
Elizabeth merasakan getaran kemarahan dan air mata yang dipicu oleh cerita Fitzwilliam. Keadaannya yang semakin parah malam itu, ditambah oleh keengganannya menjumpai Mr. Darcy, membulatkan tekadnya untuk tidak menghadiri undangan minum teh di Rosings. Melihat keadaan buruk sahabatnya, Mrs. Collins membiarkan Elizabeth beristirahat dan sebisa mungkin mencegah suaminya mendesak sahabatnya untuk pergi. Tetapi, Mr. Collins tidak henti-hentinya men gatakan bahwa Lady Catherine akan gusar jika Elizabeth tidak hadir.[]
287 S etelah semua orang pergi, Elizabeth menyibukkan diri
den gan memeriksa semua surat dari Jane semenjak dia tiba di Kent, seakan-akan berniat untuk sebesar mungkin mengobarkan amarahnya terhadap Mr. Darcy. Tidak ada keluhan terbuka, kenangan yang menyakitkan, ataupun kesedihan yang terkandung di dalam surat-surat itu. Namun, nyaris di semua baris surat tersebut, hilang sudah keceriaan yang telah lama menjadi ciri khas Jane. Jelas bahwa terdapat kegundahan di hati Jane yang disembunyikannya dari orang lain. Berdasarkan pengamatannya, Elizabeth menyadari bahwa setiap kalimat yang ditulis Jane membenarkan kecurigaannya. Gembar-gembor memalukan Mr. Darcy atas kepedihan yang dipicunya mendorong Elizabeth untuk semakin berempati pada penderitaan kakaknya. Kelegaan menerpanya ketika dia teringat bahwa Mr. Darcy akan meninggalkan Rosings esok lusa dan, terlebih lagi, dalam waktu kurang dari dua minggu, dia akan bertemu kembali dengan Jane dan bisa menghiburnya dengan seluruh kasih sayangnya.
Bab 34 E"e" Elizabeth tidak sanggup memikirkan kepergian Darcy dari Kent tanpa teringat bahwa sepupu pria itu akan turut pergi bersamanya; tetapi, melihat sikapnya, jelas bahwa Kolonel Fitzwilliam tidak memiliki maksud apa-apa terhadap dirinya. Dan, meskipun pria itu sangat menyenangkan, Elizabeth tidak akan merisaukan kepergiannya.
Dering bel di pintu menggugah Elizabeth dari lamunannya. Harapannya sedikit melambung ketika terpikir olehnya bahwa mungkin Kolonel Fitzwilliam sendiri, yang sebelumnya pernah pula berkunjung selarut itu, yang datang untuk menanyakan keadaannya. Tetapi, harapan itu langsung pupus, dan semangat Elizabeth pun terpuruk begitu dia, dengan pen uh keheranan, melihat Mr. Darcy memasuki ruangan. Den gan gelisah, pria itu bertanya tentang kesehatannya, lalu men gatakan bahwa dia sengaja berkunjung dengan harapan bahwa keadaannya telah membaik. Elizabeth menjawab dengan sopan tapi dingin. Mr. Darcy duduk selama beberapa waktu, lalu berdiri dan berjalan mondar-mandir di ruangan itu. Elizabeth terkejut tapi diam saja. Setelah mereka menghabisk an beberapa menit dalam keheningan, Mr. Darcy menghampirinya dengan gusar, dan berkata:
Sia-sia saja aku berusaha. Ini tidak akan berhasil. Aku tid ak sanggup lagi menahan perasaanku. Izinkanlah aku mengat ak an kepadamu betapa aku mengagumi dan mencintaimu.
Tidak ada kata-kata yang mampu menggambarkan kekagetan Elizabeth. Dia tertegun, ragu, terdiam, dan tersipu.
Rea ksi Elizabeth memberikan cukup kekuatan bagi Mr. Darcy untuk mengungkapkan seluruh perasaan yang telah lam a disimpannya. Dia berbicara dengan lancar, tapi ada ban yak hal yang harus dijabarkannya secara mendetail, dan dia bukanlah seseorang yang fasih menggunakan kelembutan. Kesadaran akan status sosial Elizabeth yang lebih rendah, yang bisa dipastikan akan ditentang oleh seluruh keluarganya, menambah bebannya, tapi tidak menyurutkan tekadnya.
Meskipun kemarahannya telah berakar begitu dalam, Elizabeth tidak sanggup mengabaikan begitu saja ungkapan cinta dari seorang pria seperti Mr. Darcy. Dan, meskipun kebenciannya tidak tergoyahkan, pada awalnya Elizabeth tetap merasa kasihan kepada pria itu karena kepedihan yang akan diterimanya. Hingga akhirnya, karena merasa marah pada kat a-kara Mr. Darcy selanjutnya, seluruh kesabaran Elizabeth pun melayang. Namun, dia berusaha untuk mengendalikan diri dan menjawab dengan tenang setelah Mr. Darcy selesai mengungkapkan seluruh isi hatinya. Mr. Darcy menutup penjelasannya dengan mengungkapkan kekuatan cintanya, yang mustahil untuk ditaklukkan meskipun dia telah mencoba segala cara, dan mengungkapkan harapan bahwa Elizabeth akan menerima uluran tangannya. Dari gerak-gerik pria itu, Eliz ab eth dengan jelas dapat melihat bahwa dia percaya pern yataa n cintanya akan diterima. Dia berbicara tentang ke k haw at iran dan kegelisahan, tapi wajahnya menunjukkan key ak ina n. Amarah Elizabeth pun semakin terbakar sehingga, set elah Mr. Darc y terd iam, dia berkata dengan wajah merah padam:
Aku yakin, dalam keadaan seperti ini, sangat berat bagimu untuk mengungkapkan semua perasaan yang telah lama kau simpan, apalagi dengan adanya kemungkinan dirimu tidak akan mendapatkan balasan yang kau inginkan. Sewajarnya, aku akan bersyukur saat mendengar pengakuanmu, dan jika mem ang itu yang kurasakan, saat ini aku tentu sedang berterima kasih kepadamu. Tapi, aku tidak bisa melakukan itu aku tidak pernah menghendaki penilaian yang baik darimu, dan kau pun pasti enggan memberikannya. Aku minta maaf jika aku menyakiti perasaan siapa pun aku melakukannya tanpa sengaja, dan kuharap kepedihan itu tidak akan bertahan lama. Perasaan yang, menurut pengakuanmu, telah lama menggelayutimu itu, akan menemui sedikit kesulitan untuk bertahan setelah kau mendengar penjelasanku ini.
Alih-alih terkejut, Mr. Darcy, yang bersandar ke perapian dan menatap tajam wajah Elizabeth, sepertinya marah. Waj ahnya pucat pasi dan kekeruhan pikirannya tampak jelas dalam seluruh gerak-geriknya. Dia berjuang untuk tetap tenang, dan baru membuka mulut sesudah yakin emosinya telah terkendali. Jeda itu menjadikan Elizabeth semakin tersiksa. Akhirnya, dengan ketenangan yang dipaksakan, Mr. Darcy berkata:
Jadi, inilah jawaban yang kuterima setelah aku mengungkapkan perasaanku! Kuharap kau mau memberitahuku mengapa kau menolakku dengan cara sehina itu. Tapi, itu tid ak penting.
Lebih baik aku yang bertanya, jawab Elizabeth, mengapa setelah begitu bernafsu merendahkan dan menyinggung perasaanku, kau memilih untuk mengatakan bahwa kau menyukaiku meskipun itu bertentangan dengan keinginanmu, dengan akal sehatmu, bahkan dengan sifatmu" Jika aku jahat kepadamu, bukankah kau telah lebih jahat kepadaku" Tapi, ada hal lain yang memicu kemarahanku. Kau tahu itu. Seandainya aku tidak memiliki kebencian kepadamu jika per asaanku biasa-biasa saja kepadamu, atau bahkan jika aku menyukaimu, apakah menurutmu aku tetap akan menerima cinta seorang pria yang telah menjadi dalang dalam menghancurkan kebahagiaan kakakku tersayang, mungkin untuk selama-lamanya"
Seiring kata-kata yang disemburkan oleh Elizabeth, rona wajah Mr. Darcy berubah; tapi itu hanya terjadi dalam waktu singkat, dan dia pun mendengarkan tanpa berusaha menyela selama Elizabeth melanjutkan:
Aku punya segala alasan untuk membencimu. Tidak ada pembenaran apa pun bagi kelicikanmu itu. Jangan cobacoba menyangkal bahwa dirimulah dalang utama, jika bukan satu-satunya, dalam upaya memisahkan mereka. Kaulah yang menyuntikkan kebimbangan di hati temanmu, yang kemudian menghancurkan seluruh harapan kakakku, dan dengan siasatmu, kau telah menjerumuskan mereka berdua ke dalam kesengsaraan dari jenis yang paling buruk.
Elizabeth terdiam. Tidak dilihatnya sedikit pun tandatanda bahwa Mr. Darcy tergerak ataupun menyesali tindakannya. Pria itu malah memandangnya sambil tersenyum geli.
Bisakah kau menyangkal perbuatanmu itu" lanjut Eliz abeth.
Dengan emosi terkendali, Mr. Darcy menjawab: Aku tidak akan menyangkal bahwa aku telah melakukan apa pun yang bisa kulakukan untuk menjauhkan sahabatku dari kakakmu, atau bahwa aku telah merayakan keberhasilanku dalam hal ini. Aku bahkan bersikap lebih baik kepada sahabatku daripada kepada diriku sendiri.
Elizabeth mencibir melihat ketenangan Darcy saat mengakui kesalahannya, dan itu sama sekali tidak meredakan kemar aha nn ya.
Tapi, bukan hanya masalah itu, lanjutnya, yang memicu kebencianku kepadamu. Sejak lama sebelumnya, aku telah menegaskan penilaianku kepadamu. Keburukanmu tel ah kudengar dari cerita yang diungkapkan Mr. Wickham kep adaku berbulan-bulan yang lalu. Mengenai hal ini, apakah yang hendak kau katakan" Alasan pertemanan apakah yang bisa kaupakai untuk membela dirimu" Atau, pembenaran apakah yang bisa kau pakai untuk mengelabui orang lain"
Kau giat sekali membela Wickham, kata Darcy, dengan ketenangan yang telah menghilang dari suaranya dan waj ah yang membara.
Siapa pun yang pernah mendengar tentang kemalangan yang dideritanya tentu ingin membelanya.
Kemalangannya! dengus Darcy. Ya, nasibnya memang sangat malang.
Dan kejahatanmu, tukas Elizabeth dengan sengit. Kaul ah yang telah menjerumuskannya ke dalam jurang kemisk ina n merebut kekayaannya. Kau telah menahan hakhak yang kau tahu betul telah dipersiapkan untuknya. Kau telah merenggut tahun-tahun terbaik dalam kehidupannya sehingg a dia kehilangan kemerdekaannya. Kau telah mel akukan semua itu, dan kau masih sanggup mengolok-olok kemalangannya!
Dan ini, seru Darcy, berjalan mondar-mandir dengan gusar di ruangan itu, adalah penilaianmu tentang diriku! Inil ah pendapatmu tentang aku! Terima kasih karena telah menjelaskannya dengan segamblang itu. Kesalahanku, berdasark an perhitungan ini, memang berat! Tapi, mungkin, dia menambahkan, menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Elizabeth, kau akan menyimpan penghinaan itu di dalam hatimu seandainya harga dirimu tidak terluka akibat penga kua nk u mengenai keraguan yang telah mencegahku menga mbil langkah lebih lanjut. Tuduhan sengit ini mungk in tidak akan pernah kau ungkapkan, seandainya aku bersik ap lebih bijaksana dengan menutup-nutupi upayaku dan mem upuk kepercayaanmu bahwa rasa sukaku kepadamu dipicu oleh dorongan yang tidak tertahankan, oleh alasan, oleh pem ik ira n, oleh apa pun. Tapi, aku membenci kebohongan dal am bent uk apa pun. Dan, aku pun tidak malu karena telah mengu ngkapkan perasaanku kepadamu. Semua ini benar dan nyata.
Bisakah kau membayangkan aku menyambut gembira saat melihat status sosial keluargamu menyelamati diriku atas prospek hubungan dengan seorang gadis yang status sos ialn ya berada di bawahku"
Elizabeth merasakan kemarahannya semakin memuncak; tetapi dia berusaha sebisa mungkin untuk tetap tenang ketika mengatakan:
Kau salah, Mr. Darcy, jika mengira bahwa caramu dalam menyatakan perasaanmu akan memengaruhi keputusanku. Bahkan, kalaupun kau bersikap layaknya seorang pria terh orm at, aku masih akan tetap menolakmu.
Elizabeth melihat Mr. Darcy terkejut saat mendengar pern yataannya walaupun dia tidak mengatakan apa-apa. Elizab eth pun melanjutkan:
Dengan cara apa pun kau menyatakan perasaanmu, aku tetap tidak akan menerimanya.
Sekali lagi, keterkejutan tampak jelas di wajah Darcy. Kaget dan malu, keduanya terangkum dalam ekspresinya ketika memandang Elizabeth. Elizabeth melanjutkan:
Sejak awal katakanlah, sejak pertama kali aku berjumpa denganmu perangaimu, yang mencoba memikatku dengan keangkuhanmu yang memuakkan, tipu dayamu, dan sik ap acuh tak acuhmu pada perasaan orang lain, semua itu menj adi landasan kebencianku kepadamu; dan sebelum sebulan aku mengenalmu, aku sudah tahu bahwa kau adalah pria terakhir di dunia ini yang akan kunikahi.
Penjelasanmu sudah cukup, Madam. Saya memahami per asaanmu, dan saya malu pada kelakuan saya. Maafkan saya karena telah menyia-nyiakan waktumu, dan terimalah doa say a untuk kesehatan dan kebahagiaanmu.
Bersama salam penutupnya, Darcy dengan sigap melangk ah keluar, kemudian Elizabeth mendengarnya membuka pint u depan dan berjalan menjauh.
Denyutan di kepala Elizabeth terasa semakin hebat dan men yakitkan. Tidak tahu harus melakukan apa di tengah serangan sakit kepala yang melandanya, Elizabeth duduk dan men angis selama setengah jam. Semakin direnungkannya peristiwa yang baru saja terjadi itu, semakin besar keheranannya. Bahwa Mr. Darcy menyampaikan lamaran kepadanya! Bahw a pria itu telah menyimpan perasaan kepadanya selama berbulan-bulan! Bahwa Mr. Darcy sangat mencintainya sehingga berh arap untuk dapat menikahinya tanpa menghiraukan sel uruh keberatan yang digunakannya sebagai alasan untuk menc egah sahabatnya menikahi Jane, padahal keadaan mereka kur ang lebih sama sungguh mengherankan! Elizabeth bersyukur karena telah mampu menghadirkan rasa sayang yang begitu besar di dalam diri seseorang. Namun keangkuhan pria itu, kesombongannya yang memuakkan betapa dia telah tanp a tahu malu mengakui tindakan tercelanya terhadap Jane tindakan main hakim sendirinya yang tidak termaafkan, belum lagi lagak pongahnya ketika menyebut Mr. Wickham, yang telah menjadi korban kekejamannya pada masa lalu, seg era mengalahkan rasa iba yang sejenak sempat melanda
Eliz ab eth. Dia membiarkan dirinya larut dalam kemarahan, samp ai didengarnya derak roda-roda kereta Lady Catherine mendekat. Merasa tidak sanggup melayani pertanyaan Charlotte, Elizabeth bergegas memasuki kamarnya.[]
297 E lizabeth terbangun keesokan paginya, masih dibebani
oleh pikiran yang menggelayutinya ketika dia memejamkan mata. Dirinya belum pulih sepenuhnya dari keterkejutan sehingga mustahil baginya untuk memikirkan hal lain. Demi menyibukkan diri, setelah sarapan dia keluar untuk menghirup udara segar dan berjalan-jalan. Dia langsung mendatangi bagian kesukaannya di taman, tapi ketika teringat bahwa Mr. Darcy terkadang juga berjalan-jalan di sana, dia segera berbalik arah, keluar dari taman dan menuju jalan desa. Dia mel ewati gerbang dan memasuki jalan kecil yang salah satu sisinya berbatasan dengan pagar taman.
Setelah berjalan selama dua atau tiga kali melewati bagian jalan itu, cerahnya pagi menggoda Elizabeth untuk berhenti di dekat gerbang dan melongok ke taman. Perubahan besar telah terjadi di Kent sejak kedatangannya lima minggu silam, dan pepohonan pun tampak semakin hijau setiap harinya. Elizabeth hendak melanjutkan perjalanannya, ketika dilihatnya sosok seorang pria di balik serumpun pepohonan di tepi taman. Pria itu bergerak ke arahnya; dan, mengkhawatirkan
Bab 35 E"e" kemungkinan bahwa dia adalah Mr. Darcy, Elizabeth segera mundur.
Tetapi, pria itu telah cukup dekat sehingga bisa melihatnya, dan justru menghampirinya dengan sigap sembari memanggil namanya. Elizabeth telah membalikkan badan; tetapi demi didengarnya namanya dipanggil, meskipun oleh suara yang terbukti milik Mr. Darcy, dia kembali menghampiri gerbang. Pria itu tiba di gerbang pada saat yang sama dan mengac ungk an sepucuk surat, yang disambut begitu saja oleh Eliz ab eth. Dengan kesan angkuh, Mr. Darcy berkata, Aku sud ah cukup lama berjalan-jalan di sini karena berharap bisa berp ap asa n denganmu. Maukah kau membaca surat ini" Kemud ian, setelah mengangguk singkat, pria itu berbalik dan seg era menghilang kembali di balik pepohonan.
Tanpa mengharapkan sesuatu yang menyenangkan, tapi disertai oleh rasa penasaran yang menggunung, Elizabeth memb uka surat itu. Masih dengan rasa ingin tahu yang mem?" bunc ah, dari dalam amplop di tangannya, dikeluarkannya dua lembar surat yang ditulisi dan dilipat dengan rapi. Semb ari berjalan, Elizabeth mulai membaca. Surat itu ditulis di Rosings, pada pukul delapan pagi, dan bunyinya adalah sebagai ber ikut:
Jangan khawatir bahwa surat ini akan berisi pengulanga n dari pernyataan saya yang telah memuakkanmu sem al am, Madam. Saya menulis surat ini tanpa berniat unt uk men yakiti hatimu ataupun mempermalukan diri
saya dengan memelihara harapan yang, demi keb ah agiaa n kita berdua, tidak akan sec epatn ya terlupak an. Saya juga harus mengatakan bahwa saya tid ak akan membaca kembali surat ini setelah menulisnya, kar ena itu bukanlah kebiasaan saya. Oleh karena itu, maa f?" kanl ah jika saya memohon perhatianmu; jika kamu menuruti per asaanmu, saya tahu kamu pasti enggan membaca surat ini, tapi saya memohon kepadamu untuk membacanya.
Dua buah tuduhan yang sangat berbeda tapi sama beratnya, telah kamu layangkan kepada saya semalam. Yang pert ama kamu sebutkan adalah bahwa, tanpa memedulikan perasaan kedua orang yang bersangkutan, saya telah memisahkan Mr. Bingley dari kakakmu, dan yang kedua adalah bahwa saya telah, dengan berbagai pelanggaran terhadap kehormatan dan perikemanusiaa n, merenggut kekayaan dan menghancurkan masa depan Mr. Wickham. Adalah sebuah kejahatan yang tid ak termaafkan jika saya telah dengan sengaja dan sem ena-men a mendepak teman masa kecil saya, anak kesayangan ayah saya, seorang pemuda yang bergantung sepenuhnya pad a perlindungan kami, dan yang telah dibesarkan di tengah kel uarga kami sehingga rasa sayang yang tumbuh di antara kam i hanya dalam hit ungan minggu binasa untuk selamanya. Tet api, mengenai kesalahan yang telah dengan seenaknya kamu tud uhkan kepada saya semalam, dalam situasi apa pun,
saya mer asa berhak untuk memberikan penjelasan. Jika dalam menj elask an kedua masalah ini, dari sudut pandang saya, terdapat kata-kata yang menyinggung perasaanmu, saya mohon maaf. Saya harus mengungkapkan semuanya, dan permintaan maaf secara lebih lanjut akan terdengar tidak masuk akal.
Saya belum lama tiba di Hertfordshire ketika mel ihat, sama seperti semua orang lainnya, bahwa Bingl ey lebih menyukai kakakmu daripada gadis-gadis lainn ya di sana. Tetapi, bar u dalam malam pesta dansa di Netherfield saya mengetahui Bingley bermaksud men jalin hubungan serius dengan kakakmu. Saya telah sering melihatnya jatuh cinta. Di pesta dansa itu, ket ika saya mendapatkan kehormatan untuk berdansa bersamamu, saya untuk pertama kalinya mendengar, melalui celetukan Sir William Lucas, bahwa perhatian Bingley kepada kakakmu telah menumbuhkan harapan semua orang atas pern ikahan mereka. Sir William Lucas menyebutnya sebagai per istiwa istimewa yang cepat atau lambat akan terlaksana. Sejak saat itu, saya mengamati perilaku sahabat saya dengan cermat; dan saya pun menyimpulkan bahwa rasa sukanya kepada Miss Bennet jauh lebih mendalam daripada yang pernah saya saksikan sebelumnya. Saya juga mengamati kakakmu. Sif at dan pembawaannya selalu terbuka, ceria, dan men aw an, tapi dia sama sekali tidak menunjukkan ketertarikan khusus kepada Bingley, dan dari pengamatan saya malam itu, saya men yimpulkan bahwa, meskipun menikmati perhatian yang diberikan oleh kawan saya, dia tidak menganggapnya sebagai sesuatu yang istimewa.
Jika bukan dirimu yang salah dalam hal ini, berarti sayalah yang salah. Pengetahuanmu yang lebih mendalam terhadap kakakmu menjadikan kemungkinan kedua lebih besar. Jika benar begitu, jika kesalahan penga matan saya telah menghancurkan hati kakakmu, mak a wajar jika kam u membenci saya. Tetapi, ketika itu saya mel ihat bahwa ket en anga n yang terpancar dari wajah kakakmu akan memberikan keyakinan kepada pengamat tecermat sekalipun bahwa, bet apapun ramahn ya dia, hatinya tidak akan mudah disentuh. Bisa dipastikan bahwasanya saya berharap agar kakakmu tid ak membalas perasaan Bingley tapi saya ingin menegaskan bahwa pengamatan dan keputusa n saya tidak dipengaruhi oleh harapan atau kekhawatira n saya. Keyakinan saya akan perasaan kakakmu terhadap Bingley tidak dipicu oleh harapan saya; saya mendapatk an keyakinan itu berdasarkan pengamatan, meskipun sejujurnya, memang itulah yang saya inginkan. Keb er atan saya atas pernikahan mereka bukan dipicu oleh alasan utama dalam kasus saya, yang telah saya samp aikan kepadamu semalam. Berbeda dengan saya, sahab at saya tidak menganggap alasan itu sebagai sesuatu yang penting. Tetapi, ada alasan lainnya yang
lebih buruk; alasan yang telah menjadi batu sand ungan, baik dalam kasus saya maupun Bingley, tapi ingin say a lupakan karena saya tidak menghadapinya secara langsung. Alasan ini harus saya sebutkan, meskipun dengan sesingkat mungkin.
Keadaan keluarga ibumu, meskipun cukup member atk an, tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan kehausan akan harta, yang hampir selalu ditunjukkan oleh ibumu dan ketiga orang adikmu, dan kad ang-kadang bahkan oleh ayahmu, dalam berbagai kesempatan. Maafkanlah saya. Sungguh pedih rasanya menyakiti perasaanmu. Namun, di tengah kecemasanm u terhadap kekurangan keluarga terdekatmu dan kek esalanmu jika mereka memamerkannya, kamu dan kakakmu menunjukkan lebih banyak keberatan daripada yang semestinya pada sikap mereka. Lebih jauh lagi, saya han ya akan mengatakan bahwa dari apa yang terjadi malam itu, saya telah menegaskan pendapat saya mengenai semua hal. Itulah yang mendorong say a untuk mengambil tindakan lebih lanjut, yaitu menyelamatkan sahabat saya dari apa yang saya anggap seb agai hubungan yang paling tidak membahagiakan. Seperti yang telah kamu ingat, dia meninggalkan Netherfi eld untuk pergi ke London keesokan harinya, den gan rencana untuk segera kembali.
Sekaranglah saat bagi saya untuk menjelaskan tind aka n saya. Kecemasan saya mendapatkan sambutan
yang sepadan dari kedua saudari Bingley; kesamaan perasaa n ini segera kami ketahui dan, menyadari bahwa kami tidak bisa membuang-buang waktu lagi, kami pun mem ut us kan untuk menyusul Bingley ke London. Kami segera berangkat dan di sana, saya langsung membeberkan semua keburukan yang akan dihasilk an oleh keputusannya. Tetapi, walaupun keteguhan saya berh asil membuatnya mempertimbangkan lagi atau men unda niatn ya, sepertinya saya tidak akan berhasil menc egah terjadin ya pernikahan mereka jika saya gagal mey akinkannya mengenai keengganan kakakmu dalam menerima rasa cintanya.
Pada awalnya, Bingley yakin kakakmu telah memb alas cintanya den gan ketulusan yang sama. Tetapi, Bingl ey memiliki sifat rend ah hati dan lebih mengand alk an penilaian saya daripada pen ilaiannya sendiri. Kar ena itulah, cukup mudah untuk meyak ink annya bahwa dia telah tertipu. Setelah itu, tugas saya hanyalah membujuknya agar mengurungkan niat untuk kembali ke Hertfordshire. Saya tidak bisa menyalahkan diri saya karena telah berbuat sebanyak itu. Hanya ada satu bag ian dari keseluruhan urusan itu yang tidak saya lakukan dengan sen ang hati, yaitu ketika saya harus melanjutkan siasat saya unt uk menutup-nutupi kehadiran kak akm u di kota. Saya menden gar sendiri tentang hal itu, begitu pula Miss Bingley, tapi kakaknya tidak tahu. Kem ungk inan bahwa mereka akan tanpa sengaja
berjumpa tentu ada, dan jika melihat watak Bingley, saya yakin bahwa pertemuan mereka akan mengubah pikirannya. Mungkin, upaya menutup-nutupi ini, pengelabua n ini, menyalahi niat saya; tapi semua itu tel ah terjadi dan untuk tujuan yang terbaik. Mengenai hal ini, tidak ada lagi yang bisa saya katakan, tidak ada lagi permintaan maaf yang bisa saya sampaikan. Saya telah melukai perasaan kakakmu, tapi itu saya lakukan tanpa sengaja dan meskipun motif yang mem icu tind ak an saya tampak jahat di matamu, saya tidak me n y es alin ya.
Mengenai tuduhanmu yang lain, yang lebih berat, yaitu bahwa saya telah mencelakakan Mr. Wickham, saya hanya bisa menyangkalnya dengan memaparkan kepadamu tentang hub unga nnya dengan keluarga saya. Mengenai apa yang tel ah dit uduhkannya kepada saya, saya tidak tahu-menahu; tet api, mengenai kebenaran yang akan saya ungkapkan saat ini, say a bisa memanggil lebih dari seorang saksi mata untuk mem ast ik annya. Mr. Wickham adalah putra seorang pria yang sangat terh ormat, yang telah bertahun-tahun menan gani semua urusa n di Pemberley dan mendapatkan kepercayaan penuh dari ayah saya karena ketulusannya dalam bekerja. Berkat hub unga n baik merekalah, ayah saya mencurahkan kasih say angn ya kepada George Wick?" ham, putra baptisnya. Ayah saya memb iayai se kolahnya, dan kemudian memasukkannya ke Cambridge
sebuah pertolongan besar, mengingat ayahn ya send iri, yang selamanya miskin gara-gara keborosan ist rinya, tidak akan mampu membiayai pendidikannya. Ayah saya tidak hanya menyukai pembawaan anak mud a ini, yang sikapn ya memang selalu menyenangkan, tetapi juga sangat memb angg ak annya.
Berharap gereja akan menjadi tempat kerja yang tep at untuknya, beliau berniat mengarahkannya ke sana. Sedangkan bagi saya, telah bertahun-tahun berlalu sej ak saya pertama kali memandangnya dengan sikap berbeda. Sifat jahatnya kehausannya akan kekuasaan yang dengan penuh kehati-hatian disembunyikannya dari ayah saya, tidak bisa lup ut dari pengamatan seorang pemuda yang beru sia sebaya den gannya, dan yang telah dalam banyak kesempatan melihatn ya lepas kendali. Sekali lagi, saya terpaksa menyakitimu hing?" ga sedalam apa, hanya dirimu sendiri yang tahu. Tetapi, sentimen apa pun yang telah diciptakan oleh Mr. Wickham, kecurigaan saya kepadanya tidak akan menc egah saya untuk mengu ngkapkan siapa dirinya yang sesungguhnya ini bahk an semakin menguatkan tind aka n saya.
Ayah saya yang berhati mulia meninggal sekitar lima tah un yang lalu, dan kasih sayangnya kepada Mr. Wickham bertahan hingga hari kematiannya, sehingga di dalam surat was iatnya, beliau secara khusus menugasi saya untuk membiay ai pendidikannya hingga setinggi
mungkin. Dan, jika Mr. Wickham mengikuti persyarata n yang diberikan oleh ayah say a, salah satu aset keluarga yang berharga akan diserahkan kep a danya. Ada pula warisan sebesar seribu pound. Ayah Mr. Wickham sendiri meninggal tidak lama kemudian, dan hanya dalam kurun setengah tahun, Mr. Wickham men ulis surat kep ada saya untuk mengabarkan bahwa, setelah memutuskan untuk melanggar persyaratan dari ayah saya, dia berharap saya masih bersedia memberikan sejumlah uang kepadanya untuk menggantikan pekerj aan yang tidak dikehendakinya. Dia menjelaskan bahwa dirin ya berniat mempelajari ilmu huk um, dan saya tentu tahu seribu pound adalah jumlah yang sangat memadai untuk mendukung keinginannya. Saya lebih banyak berharap daripada memercayai ketulusannya; tetapi, kapan pun dia menghendaki, saya siap mengabulkan permohonannya.
Saya tahu Mr. Wickham tidak berminat menjadi seo rang pendeta, dan urusan itu pun segera kami selesaikan. Dia meninggalkan kedudukannya di gereja, meskipun tidak ada yang benar-benar dilakukannya di sana, dan sebagai balasan menerima tiga ribu pound. Seluruh hubungan di antara kami sepertinya telah hancur, dan saya terlalu sakit hati untuk menerimanya di Pemberley atau mengakui keberadaannya di kota. Saya yakin dia memang tinggal di kota, tapi janjinya untuk mempelajari ilmu hukum adalah omong kosong belaka. Dan, setelah bebas dari segala ikatan, dia pun bermalas-malasa n dan menghambur-hamburkan uangnya. Selama kurang lebih tiga tahun, saya sangat jarang mendengar kabar darinya; tapi setelah dia kehabisan uang, sekali lagi dia menulis sur at untuk saya. Dia mengakui bahwa keadaannya teramat bur uk, dan tidak sulit bagi saya untuk memercayainya. Dia baru menyadari bahwa hukum adalah ilmu yang paling tidak menguntungkan, dan sekarang bertekad untuk kembali, jika saja saya mau membiayainya. Mengenai hal ini, dia tidak sedikit pun ragu, karena dia tahu saya tidak punya orang lain untuk dibiayai, dan saya tidak mungkin melupakan niat baik ayah saya.
Jangan salahkan saya karena menolak menuruti perm intaannya atau bertahan setiap kali dia membujuk saya. Karena itulah, dia membenci saya kegencarannya menyebarkan desas-desus mengenai diri saya setara den gan kegigihannya menuntut saya. Setelah masa itul ah, seluruh hubungan baik di antara kami sirna. Bag aim ana dia menjalani kehidupannya, saya tidak tah u. Tet api, pad a musim panas lalu, sekali lagi say a terl uka karena mel ihat sosoknya.
Sekarang, saya harus menceritakan situasi yang saya send iri berusaha melupakannya. Saya pun enggan menceritakannya kepada siapa pun, kecuali keadaan memaks a saya seperti saat ini. Setelah bercerita sebanyak itu kepadamu, tidak ada lagi yang perlu saya semb un yik an.
Saya dan Kolonel Fitzwilliam adalah wali dari adik say a, yang berumur sepuluh tahun lebih muda darip ada saya. Sekitar setahun yang lalu, adik saya keluar dari sekolah dan menempati sebuah rumah di London; dan pada musim panas yang lalu, dia pergi ke Ramsgate bersama pengasuhnya. Mr. Wickham juga pergi ke sana, tidak diragukan lagi den gan senga ja, karena di san al ah dia terbukti telah menjalin hub ungan dengan ses eo rang bernama Mrs. Younge, seorang pen ipu ulung. Dengan bantuan wanita itu, Mr. Wickham mendekati Georgiana, yang kelembutan hatinya menyimpan kenanga n tentang kebaikan Mr. Wickham semasa kanakkan akn ya. Georgiana percaya bahwa dirinya telah jatuh cinta kep ada Mr. Wickham, dan mereka pun berencana melakukan kaw in lari. Adik saya baru berumur lima belas tahun ketika itu, dan itu dijadikannya alasan. Setelah memarahinya, saya baru menyadari bahwa sayalah yang seharusnya memberikan pengetahuan kepadanya. Tanpa mereka duga, saya menyusul mereka sekitar satu atau dua hari sebelum kepergian mereka. Georgiana, yang tidak mampu menahan kesedihannya, menimp akan seluruh kesalahan kepada saya, kakak yang telah dia nggapnya seperti ayahnya sendiri.
Kamu bisa membayangkan bagaimana perasaan dan tindakan saya. Untuk melindungi dan menghormati perasaan adik saya, kami menutup-nutupi kejadian itu dari khalayak umum; tapi saya menulis surat kepada Mr. Wickham, yang langsung menghilang tanpa jejak, dan Mrs. Younge tentu saja angkat tangan dari kasus ini. Sasaran utama Mr. Wickham tentu saja kekayaan adik saya, yang berjumlah tiga puluh ribu pound; tapi, mau tidak mau, saya juga menduga dia berharap bisa membalas dendam kepada saya melalui perbuatannya tersebut. Seandainya dia berhasil, pembalasan dendam itu tentunya amat menyakitkan.
Ini, Madam, adalah rangkaian peristiwa yang menj adi sumber keresahan yang sama bagi kita; dan, jika kamu bisa mem ercayainya, saya harap kamu memah ami sikap keras saya kep ada Mr. Wickham. Saya tidak tahu cara dan tipuan apa yang digunakannya kepadamu, tapi yang jelas, dia telah berh asil merebut simp atimu. Karena kamu tidak tahu apa-apa tent ang per istiwa yang sebelumnya terjadi, wajar jika kamu sam a sekali tidak mencurigainya.
Kamu mungkin bertanya-tanya mengapa saya tidak menc eritak an semua ini kepadamu semalam; tapi saat itu, saya belum cukup menguasai diri saya unt uk memastikan apa yang bisa atau sebaiknya saya ungk apkan. Untuk mendukung keb enaran seluruh cerita saya, saya menyarankan agar kamu bertanya kepada Kolonel Fitzwilliam. Kedekatan dan kedalaman hubungan kami, selain fakta bahwa dia adalah salah seorang ahli
waris yang disebutkan oleh ayah saya di dalam surat wasiatnya, membuatnya tahu banyak tentang seluruh peristiwa yang saya ceritakan di atas. Jika kebencianmu kepada saya menghilangkan makna dari seluruh ucapan saya, mungkin sepupu saya bisa meyakinkanmu. Dan, agar kamu memiliki kesempatan untuk bertanya kepadanya, saya akan berusaha agar surat ini pindah ke tanganmu pagi ini juga. Saya hanya akan menambahkan, semoga Tuhan memberkatimu.
FITZWILLIAM DARCY[] 311 M eskipun ketika Mr. Darcy memberikan surat itu
kep adanya, Elizabeth yakin bahwa isinya bukanlah pengulangan dari perkataan pria itu semalam sebelumnya, tapi hal yang disampaikan di dalam surat itu sama sekali tid ak disangkanya. Tetapi, setelah selesai membacanya, dia merasak an berbagai macam emosi berkecamuk di dadanya. Per asaann ya ketika membaca surat itu sulit untuk dijabarkan. Walaup un heran, pada awalnya Elizabeth mengira Mr. Darcy akan meminta maaf; kemudian, dia menduga Mr. Darcy tidak bisa memberikan penjelasan apa pun tanpa merasa malu. Dengan prasangka buruk yang kental terhadap apa pun yang akan diungkapkan oleh pria itu, Elizabeth mulai membaca penj elasannya mengenai apa yang terjadi di Netherfield. Dia memb aca dengan dorongan semangat dan rasa tidak sabar untuk mengetahui cerita yang tersimpan di dalam setiap kal imat, tanpa sekali pun sanggup mengalihkan tatapannya dari deretan abjad di hadapannya. Dia langsung menyanggah keyakinan Mr. Darcy akan sikap acuh tak acuh Jane; dan amar ahn ya terbakar akibat pemaparan tentang keberatanBab 36 E"e" nya terhadap pasangan itu. Dia puas karena, sesuai dengan dugaannya, Mr. Darcy tidak menunjukkan penyesalan atas perbuatannya; kesombonganlah yang terpancar dari surat itu, bukan penyesalan. Surat itu disampaikan dengan angkuh dan kasar.
Tetapi, ketika Elizabeth membaca penjelasan tentang masalah Mr. Wickham di saat pikirannya, entah bagaimana, telah lebih jernih sehingga bisa mengikuti dengan sebaik mungk in seluruh rangkaian peristiwa yang, jika benar adanya, mengh ancurkan seluruh kesan baik pria itu dan menimbulkan keraguan dalam seluruh ucapannya perasaannya terasa lebih pedih dan sulit untuk dijelaskan. Dia merasa kaget, khawatir, bahkan ngeri. Berharap semua yang dibacanya itu bohong, dia berkali-kali berseru, Ini pasti salah! Tidak mungkin! Ini adalah kebohongan paling memuakkan! dan setelah selesai membaca surat itu, meskipun satu atau dua halaman terakhir hanya dilihatnya secara sekilas, dia langsung menyingkirkannya, bersumpah bahwa dia tidak akan menganggap benda itu ada, bahwa dia tidak akan pernah memandangnya lagi.
Di tengah kegundahan hatinya, dengan pikiran yang mas ih berkecamuk, Elizabeth berjalan kaki. Namun, sia-sia saja dia berusaha melupakan semuanya; hanya dalam tempo setengah menit, lipatan surat itu sudah kembali terbuka. Setelah sebisa mungkin menenangkan diri, Elizabeth membaca kembali bagian surat yang berhubungan dengan Wickham dan memaksakan diri untuk mencerna dan memeriksa makna setiap kalimatnya. Penjelasan mengenai hubungan Wickham
dengan keluarga Pemberley sesuai betul dengan yang telah diceritakan sendiri oleh pria itu; kebaikan hati almarhum Mr. Darcy, meskipun Elizabeth baru mengetahui detailnya saa t ini, juga sesuai dengan kata-kata Wickham. Sejauh ini, cer ita yang disampaikan oleh Wickham dan Darcy sama; tapi, ketika Eliz ab eth tiba di bagian surat wasiat, perbedaan yang sangat men onjol terlihat.
Cerita Wickham tentang warisan yang menjadi haknya masih segar di ingatan Elizabeth, dan ketika dia mengingat kata-kata Wickham, mustahil baginya untuk mengabaikan kenyataan pahit yang pasti terkandung di dalam salah satu cerita mereka. Sejenak, dia menghibur diri dengan anggapan bahwa surat itu berisi kebohongan. Namun, setelah dia memusatkan perhatian dan membaca ulang surat dari Mr. Darcy, terutama di bagian yang menceritakan tentang kebohongan Wickham, tentang tiga ribu pound yang diterimanya, sekali lagi keraguan menerpanya. Dia meletakkan surat itu, menimbang-nimbang segala sesuatu untuk memandang permasalahan itu dengan adil memikirkan kemungkinan kesalahan yang ada di dalam setiap pernyataan tapi sia-sia saja. Kedua pria itu telah menyampaikan cerita mereka dengan sangat meyakinkan. Sekali lagi, dia membaca surat itu; tapi, setiap barisnya lebih jelas memb uktikan bahwa Mr. Darcy, yang semula disangkanya sebagai dalang dari semua kelicikan, ternyata sama sekali tidak bersalah dalam masalah tersebut.
Tidak ada yang lebih mengagetkan Elizabeth daripada cer ita tentang gaya hidup mewah dan boros yang dianut
oleh Mr. Wickham; tetapi, dia tidak bisa membuktikan yang sebaliknya. Dia memang tidak pernah mendengar tentang Mr. Wickham sebelum pria itu bergabung dengan pangkalan militer shire, tempatnya bekerja berkat bujukan seorang prajurit yang dijumpainya secara tidak sengaja di kota. Mengenai kehidupannya di masa lalu, kecuali dari yang diceritakannya sendiri, tidak ada seorang pun di Hertfordshire yang tahu. Sedangkan mengenai watak aslinya, Elizabeth tidak pernah ingin bertanya meskipun bisa saja melakukannya. Raut wajah, suara, dan pembawaan Wickham senantiasa menunjukkan kebaikan. Elizabeth berusaha mengingat-ingat contoh kebaikan Wickham, kemuliaan sifat yang bisa menyelamatkannya dari serangan Mr. Darcy, atau setidaknya sesuatu yang bisa mer ingankan tuduhan Mr. Darcy bahwa dia telah selama bert ahun-tahun hidup bermalas-malasan.
Tetapi, tidak ada satu kenangan pun yang bisa meredakan kegalauan di hati Elizabeth. Dia dapat membayangkan sosok Wickham dengan jelas, dengan seluruh pesona dan kecakapannya, tapi selain keramahan dan keluwesannya dalam bersikap di depan umum, tidak ada lagi sifat baik pria itu yang bisa diingatnya. Setelah merenungkan hal ini selama beberapa waktu, Elizabeth melanjutkan membaca. Tetapi, astaga! Kisah selanjutnya, tentang siasat licik Wickham untuk menjebak Miss Darcy, telah dibenarkan oleh Kolonel Fitzwilliam dalam percakapan mereka pagi kemarin; dan kepada Kolonel Fitzwilliam pulalah Mr. Darcy menyarankannya untuk mencari penegasan. Elizabeth sendiri sama sekali tidak
mungkin meragukan kepribadian sang kolonel dan pengetahuannya akan seluruh urusan sepupunya. Hampir saja Elizabeth memutuskan untuk mencari Kolonel Fitzwilliam, tapi dia menj adi ragu ketika memikirkan betapa canggungnya suasana yang akan terjadi di antara mereka. Dia akhirnya mengurungkan niat setelah paham bahwa Mr. Darcy mengajukan saran itu karena Mr. Darcy yakin sepupunya akan membenarkan seluruh ceritanya.
Elizabeth masih bisa mengingat dengan jelas seluruh percakapan antara dirinya dan Wickham pada malam pertama mereka di rumah Mr. Philips. Sebagian besar ekspresi Wickham masih segar dalam ingatannya. Sekarang, Elizabeth bimbang karena dia bisa begitu saja memercayai orang asing dan memikirkan apakah ada sesuatu yang telah luput dari pengamatannya. Dia baru menyadari bahwa Wickham sesungguhnya bermulut besar, dan banyak di antara perkataannya yang berlawanan dengan tindak tanduknya.
Dia ingat ketika Wickham mengatakan bahwa dirinya tidak takut kepada Mr. Darcy bahwa Mr. Darcy akan pergi dari desa, sementara dia akan bertahan di sana; tetapi, Wickham sendirilah yang menghindari pesta dansa Netherfield pada pekan selanjutnya. Dia juga ingat bahwa sampai seluruh penghuni Netherfield meninggalkan desa, kepada Elizabeth seoranglah Wickham menceritakan kisahnya. Namun, setelah semua orang membicarakan kepergian mereka, Wickham tanpa segan-segan lagi menjelek-jelekkan Mr. Darcy, meskipun dia selalu menambahkan bahwa rasa hormatnya kepada
almarhum ayah Mr. Darcy mencegahnya membongkar perilaku buruk putranya.
Betapa segalanya yang menyangkut Wickham telah ber?" ubah sekarang! Pendekatannya kepada Miss King kini tampak seperti sebuah siasat jahat; dan, alih-alih membuktikan ketulusa nnya, harta Miss King yang tidak seberapa justru men unj ukk an ketamakan Wickham. Perlakuan Wickham kep ada dirinya pun patut dipertanyakan; entah pria itu salah men yangk a tentang kekayaannya atau sekadar menyombongkan diri karena tahu Elizabeth menyukainya, sesuatu yang pasti tanp a sadar ditunjukkannya. Semua pembelaan yang bisa diajuk an bagi Wickham tampak semakin lemah, sementara pemb en aran bagi Mr. Darcy justru semakin kuat.
Elizabeth teringat kepada Mr. Bingley yang menyatakan bahwa Mr. Darcy tidak bersalah dalam masalah Wickham. Eliz ab eth sendiri menyadari bahwa betapapun sombong dan men yebalkannya Mr. Darcy, selama mereka saling mengenal terutama akhir-akhir ini, setelah dia terbiasa dengan sikap pria itu dia tidak pernah melihat sedikit pun tanda-tanda bahwa pria itu jahat dan licik, apa pun yang menunjukkan bahwa dia tidak bermoral. Bahkan, di tengah kalangannya, dia sangat dihormati dan pendapatnya dij unjung tinggi Wickham sendiri pernah dianggapnya seb agai saudara, dan Elizabeth sudah sering mendengarnya memb icarakan adiknya dengan penuh kasih sayang. Semua itu memb uktikan bahwa Mr. Darcy sesungguhnya berhati mu lia. Sea ndainya dia memang pernah berbuat seperti yang telah dise b utkan oleh Mr.
Wickham, kejahatan sebesar itu tent unya tidak akan bisa disembunyikannya, dan akan sulit untuk dipahami jika setelah berbuat begitu, dia masih bisa bert eman dengan seorang pria sebagai Mr. Bingley.
Elizabeth merasa malu kepada dirinya sendiri. Dia tidak bisa memikirkan Darcy maupun Wickham tanpa merasa bahwa dia telah memandang sesuatu secara buta, berat sebelah, dibakar oleh prasangka, dan mengabaikan akal sehat.
Betapa buruknya perilakuku! serunya, aku, yang memb angg akan penilaianku! Aku, yang menyombongkan kem ampuanku! Yang sering mengolok-olok kebaikan hati kakakk u dan bersikeras membela seseorang yang ternyata nista! Beta pa memalukannya pengetahuan ini! Sungguh memalukan! Seand ain ya aku jatuh cinta kepadanya, pasti aku akan lebih buta! Tapi, kesombonganlah, bukan cinta, yang menjadi kelemaha nku. Puas dengan penjelasan seseorang dan tersinggung saat mendengar sanggahan orang lain, padahal kami baru saja berkenalan. Dalam hal ini, aku telah membiarkan penampilan seseorang memikatku sehingga aku mengabaikan akal sehat. Baru sekarang aku menyadari kelalaianku.
Dari dirinya ke Jane dari Jane ke Bingley, pikiran Elizabeth bekerja layaknya garis yang dengan segera mengingatkannya bahwa penjelasan Mr. Darcy terlihat tidak memuaskan. Dia pun kembali membaca. Sungguh berbeda dampak dari pembacaan yang kedua ini. Bagaimana mungkin dia bisa men yangkal penjelasan Mr. Darcy terhadap satu masalah, di saat telah terpaksa mengakui kebenaran masalah lainnya" Mr.
Darcy menyatakan bahwa dirinya sama sekali tidak menyadari Jane menyukai Bingley; Elizabeth pun teringat pendapat Charlotte mengenai hal itu. Charlotte juga kesulitan menjabarkan tingkah Jane. Menurut sahabatnya itu, perasaan Jane, meskipun mendalam, tidak terlalu tampak, dan perangainya yang selalu ramah justru membuat orang terawas sekalipun kesulitan untuk mengetahui keadaan hatinya.
Ketika Elizabeth tiba di bagian surat yang menyebutkan tentang keluarganya, tentang keburukan mereka meskipun disampaikan secara halus, rasa malu menderanya. Kebenaran dari tuduhan itu menohoknya sehingga mustahil baginya untuk menyanggah, dan situasi di pesta dansa Netherfield adal ah contoh yang betul-betul tepat untuk menggambarkan kejengahan Mr. Darcy maupun dirinya. Pujian kepada dirinya dan kakaknya cukup melegakan, tapi itu tidak sanggup mer ingankan keresahannya akan kelakuan anggota-anggota kel uarganya yang lain. Lalu, ketika memikirkan bahwa kekecewaan Jane sesungguhnya merupakan dampak dari perilaku keluarga terdekatnya, dan merenungkan betapa sedikit saja kesalahan sikap bisa menghancurkan sebuah harapan, Elizabeth merasa merana tiada tara.
Setelah menyusuri jalan selama dua jam, berlama-lama larut dalam pikirannya mengingat kembali berbagai perist iwa, mempertimbangkan berbagai kemungkinan, dan menen angkan diri sebisanya akhirnya Elizabeth sanggup mengh adapi perubahan mendadak yang sangat penting dan mel eti hk an ini. Dia pun berjalan pulang dan memasuki rumah dengan harapan dapat tampil seceria biasanya, meskipun usahan ya yang terlalu keras justru menjadikannya sulit untuk ber amah tamah.
Kabar mengenai kedatangan kedua pria dari Rosings selama kepergiannya serta merta menyambutnya. Mr. Darcy han ya singgah selama beberapa menit untuk berpamitan, tapi Kolonel Fitzwilliam duduk bersama mereka selama kurang lebih satu jam, menantikan kepulangan Elizabeth dan nyaris memutuskan untuk menyusulnya. Alih-alih menyesali hal itu, Elizabeth justru mensyukurinya. Kolonel Fitzwilliam tidak lagi menjadi sosok yang penting di matanya; untuk saat ini, hanya surat dari Mr. Darcy yang ada di dalam pikirannya.[]
320 K edua pria tersebut meninggalkan Rosings keesokan paginya, dan Mr. Collins, yang menanti di pinggir jalan untuk melepas kepergian mereka, pulang dengan memb awa kabar gembira. Dia mengatakan bahwa mereka kel ih ata n sangat sehat dan prima seperti yang diharapkannya, meskipun kemurungan akibat kepergian mereka masih men yel imuti Rosings. Dia pun bergegas mendatangi tempat itu untuk menenangkan hati Lady Catherine dan putrinya. Sek emb alin ya dari sana, Mr. Collins, dengan sangat puas, men yampaik an sebuah pesan dari Lady Catherine. Mereka semua diu ndang untuk makan malam bersamanya demi mengusir keb os ana nn ya.
Elizabeth tidak bisa memandang Lady Catherine tanpa ter i ngat bahwa, seandainya dia bersedia, maka saat ini, dia mungkin saja akan diperkenalkan kepada wanita itu sebagai calon keponakannya. Dia juga tidak sanggup menyembunyikan senyumnya ketika memikirkan reaksi Lady Catherine. Apak ah yang akan dikatakannya" Bagaimana dia akan meBab 37 E"e" nangg api kabar itu" adalah pertanyaan-pertanyaan yang membuatn ya geli.
Topik pertama mereka malam itu adalah berkurangnya jumlah tamu di Rosings. Percayalah, saya sangat merasakannya, kata Lady Catherine. Saya yakin kalian tidak akan memahami rasa kehilangan saya. Tapi, saya sangat menyay angi kedua pemuda itu, dan saya tahu mereka juga sangat men yayangi saya! Mereka menyesal sekali karena harus pergi! Tapi, mereka selalu begitu. Hingga saat-saat terakhir, Kolonel tersayang masih kelihatan ceria, tapi Darcy sepertinya tidak sanggup menyembunyikan kesedihannya, lebih daripada tahun lal u. Rasa sayangnya pada Rosings tentu semakin dalam.
Mr. Collins mengucapkan pujian dan kata-kata penghiburan, yang disambut dengan senyuman oleh Lady Catherine dan putrinya.
Seusai makan malam, Lady Catherine mengatakan bahwa Miss Bennet tampak murung, dan setelah menyampaikan kesimpulannya sendiri, yaitu bahwa Elizabeth enggan pulang terlalu cepat, dia pun menambahkan:
Tetapi, jika memang itu masalahnya, kau harus menulis surat kepada ibumu dan memohon agar beliau mengizinkanmu tinggal lebih lama di sini. Saya yakin Mrs. Collins akan den gan senang hati menerimamu.
Saya sangat berterima kasih atas undangan Anda, jawab Elizabeth, namun, saya terpaksa menolaknya. Saya harus sudah berada di kota Sabtu mendatang.


Pride And Prijudice Karya Jane Austen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Wah, padahal kau baru berada di sini selama enam mingg u. Saya berharap kau bisa tinggal selama dua bulan. Saya mengatakan hal itu kepada Mrs. Collins sebelum kau dat ang. Kau tidak perlu pergi secepat itu. Mrs. Bennet tentu tid ak akan keberatan kalau kau memperpanjang kunjunganmu samp ai dua minggu lagi.
Tapi, ayah saya tidak mengizinkan saya. Di dalam suratnya, beliau menulis agar saya cepat-cepat pulang.
Oh, ayahmu tentu akan mengizinkanmu jika ibumu set uju. Anak perempuan tidak banyak berarti bagi seorang ayah. Dan, kalau kalian bersedia tinggal hingga sebulan lagi, say a bisa membawa salah seorang dari kalian ke London, karena saya akan pergi ke sana pada awal Juni selama seminggu; dan, karena Dawson tidak keberatan untuk duduk di peti kusir, akan ada cukup ruang untuk salah seorang dari kalian bahkan, bila cuacanya bagus, saya tidak akan keberatan untuk mengajak kalian berdua, karena kalian sama-sama bertubuh mungil.
Anda baik sekali, Madam, tapi kami harus mengikuti rencana awal kami.
Lady Catherine sepertinya mengalah. Mrs. Collins, kau harus mengirim seorang pelayan untuk menyertai mereka. Kau tahu bahwa aku selalu berterus terang, dan aku tidak sanggup membayangkan dua gadis muda melakukan perjalanan send iri dengan kereta umum. Itu sangat tidak senonoh. Itu ses uatu yang paling saya benci di dunia ini. Kau harus mengirim seseorang untuk menemani mereka. Gadis muda harus
selalu ditemani dan diawasi dengan baik. Ketika keponakanku Georg iana pergi ke Ramsgate pada musim panas lalu, aku memerintahkan dua pelayan pria turut menyertainya. Miss Darc y, putri almarhum Mr. Darcy dari Pemberley, dan Lady Anne tidak boleh pergi jauh tanpa pengawal. Saya sangat menek ank an hal ini. Kau harus menugaskan John untuk men ga wal kedua gadis ini, Mrs. Collins. Saya senang karena terpikir untuk menyarankan hal ini; karena sangat tidak pantas jika ka l ian berdua pergi sendirian.
Paman saya akan mengirim seorang pelayan untuk kam i.
Oh, pamanmu! Apakah beliau punya pelayan" Saya san gat lega karena kau punya seseorang yang memikirkan hal ini. Di manakah kalian akan berganti kuda" Oh! Bromley, tentunya. Jika kalian menyebutkan nama saya kepada petugasnya, kalian akan mendapatkan pelayanan prima.
Lady Catherine punya banyak pertanyaan menyangkut perjalanan mereka, dan karena tidak semua pertanyaan tersebut dijawabnya sendiri, Elizabeth harus memperhatikan baik-baik. Tetapi, dia justru bersyukur akan hal itu, karena kalau tidak, dengan pikirannya yang sibuk, dia tentu akan mel up ak an di mana dirinya sedang berada. Dia hanya bisa mer enung dalam kesendirian; setiap waktu luang disambutnya dengan lega, dan tidak sehari pun dilewatinya tanpa berjalanjalan sendirian sembari mengingat-ingat berbagai kenangan yang tidak menyenangkannya.
Dalam waktu singkat, Elizabeth telah menghafal isi surat Mr. Darcy. Dia menelaah setiap kalimatnya, dan perasaannya kep ada si penulis pun menjadi jauh berbeda. Ketika dia mengi ngat cara pria itu bersikap, kekesalan masih menderanya; tapi, ketika direnungkannya bagaimana dia telah menuduh dan memperlakukan pria itu dengan picik, mau tidak mau kemar ahannya pun tertuju kepada dirinya sendiri. Kekecewaan Mr. Darcy mendatangkan rasa iba di hatinya. Kasih sayang Mr. Darcy mendatangkan rasa syukur, dan rasa hormat pun tumb uh di hati Elizabeth; tetapi, dia tetap tidak bisa menerim a pria itu maupun menarik kembali penolakannya, atau bahk an merasakan sedikit pun keinginan untuk berjumpa kemb ali dengannya. Rasa malu dan penyesalan selalu melanda Elizabeth ketika dia mengingat kelakuannya pada masa lalu; dan ket ika dia mengingat keluarganya, terutama adik-adiknya, beb annya terasa semakin berat. Mereka tidak mungkin tertolong. Ayahnya, yang merasa puas jika bisa menertawakan mereka, tidak akan sanggup bertahan menghadapi kegenitan putri-putri termudanya; dan ibunya, yang sikapnya sendiri jauh dari tulus, sama sekali tidak peduli pada kelakuan mereka. Elizabeth telah sering membahas tentang hal ini dengan Jane, berusaha untuk memperbaiki ketelodoran Catherine dan Lydia; tapi, selama mereka mendapatkan dukungan dari sang ibu, mana mungkin sikap mereka bisa diperbaiki"
Catherine, yang angin-anginan dan pemarah, dan san gat patuh kepada Lydia, selalu membantah nasihat kakak-kakakn ya. Sedangkan Lydia, yang keras kepala dan ceroboh,
sama sekali tidak mau mendengarkan pendapat orang lain. Mereka manja, pemalas, dan selalu sibuk memikirkan diri sendiri. Selama masih ada prajurit di Meryton, mereka akan selalu main mata, dan selama Meryton masih bisa ditempuh dengan berjalan kaki dari Longbourn, mereka akan pergi ke sana seterusnya.
Kecemasan terhadap Jane adalah masalahnya yang lain; dan penjelasan Mr. Darcy, yang telah mengembalikan Bingley ke posisi tanpa cela, semakin menambah penyesalan Elizabeth atas rasa kehilangan Jane. Ketulusan cinta Bingley kepada Jane telah terbukti, dan tidak ada yang bisa disalahkan darinya, kecuali kepercayaannya yang berlebihan kepada sahabatnya. Betapa menyiksa memikirkan bahwa, di dalam sebuah situasi yang penuh dengan harapan akan indahnya masa depan dan janji kebahagiaan, Jane celaka gara-gara kebodohan dan tingkah keluarganya sendiri!
Masalah-masalah ini semakin membebani Elizabeth. Keceriaannya, yang dulu jarang terusik oleh kesedihan, sekarang begitu terpengaruh, sehingga nyaris mustahil baginya unt u k tampil riang.
Pada minggu terakhir mereka di Hunsford, sama seperti biasanya, mereka tetap sering mengunjungi Rosings. Mereka menghabiskan malam terakhir mereka bersama-sama di sana. Lady Catherine sekali lagi menanyakan secara mendetail mengenai rencana perjalanan mereka, memberikan arahan tentang cara terbaik dalam mengemasi bawaan, dan menekankan pentingnya melipat gaun dengan cara yang benar, sehingga sekembalinya ke rumah kakaknya, Maria merasa wajib memb ongkar kembali seluruh bawaannya dan mengemasnya kemb ali dengan cara yang baru saja dipelajarinya.
Ketika mereka berpamitan, Lady Catherine, dengan sikap agungnya, menyampaikan harapan agar perjalanan mereka menyenangkan dan mengundang mereka untuk berkunjung kembali ke Hunsford tahun depan. Miss de Bourgh bahkan bangkit dari kursinya untuk membungkuk dan bersalaman dengan Elizabeth dan Maria.[]
327 P ada Sabtu pagi, Elizabeth dan Mr. Collins bertemu di
meja sarapan beberapa menit sebelum yang lain muncul. Pria itu memanfaatkan kesempatan ini untuk menyampaikan ucapan selamat jalan yang dianggapnya sangat penting.
Saya tidak tahu, Miss Elizabeth, katanya, apakah istri saya sudah berterima kasih kepadamu atas kunjunganmu kem ari, tapi saya yakin dia akan menyampaikannya sebelum kamu meninggalkan rumah kami. Percayalah bahwa kami san gat menghargai kunjunganmu. Kami tahu tidak banyak orang yang berminat mendatangi gubuk kami ini. Kehidupan kami yang sederhana, ruangan-ruangan yang kecil dan sedikitnya perabot di rumah ini, juga betapa jarangnya kami keluar untuk melihat dunia, tentu menjadikan Hunsford sangat memb osankan bagi seorang gadis muda sepertimu. Tetapi, say a berharap kamu merasa gembira selama berada di sini, kar ena kami telah berupaya sebisa mungkin agar waktu yang kam u habiskan di sini selalu menyenangkan.
Elizabeth membalasnya dengan ucapan terima kasih dan doa untuk kebahagiaan Mr. Collins. Dia menikmati waktu
Bab 38 E"e" enam minggu yang dihabiskannya di Hunsford; waktu yang dih abiskannya bersama Charlotte. Kebaikan yang senantiasa dit erimanya membuatnya merasa berkewajiban untuk mengucap syukur. Mr. Collins lega mendengarnya, dan dengan sen yuma n khidmat menjawab:
Saya sungguh senang mendengar bahwa kamu menikmati waktumu selama di sini. Ini berarti kami berhasil melakukan yang terbaik; kami juga merasa beruntung karena telah berh asil memperkenalkan kalian dengan kehidupan tingkat atas dan, berkat hubungan kami dengan Rosings yang menyebabkanmu bisa berkali-kali menghabiskan waktu di sana unt uk menghindari kebosanan akibat kungkungan pondok sed erh ana ini, saya rasa kami patut membanggakan diri karena kunjunganmu di Hunsford tidak sepenuhnya membosankan. Kebaikan hati Lady Catherine kepada keluarga kami benarben ar merupakan rahmat yang tidak bisa dirasakan banyak orang. Kamu telah melihat sendiri bagaimana hubungan kami. Kamu telah melihat betapa seringnya kami menghabiskan waktu di Rosings. Sejujurnya, saya harus mengatakan bahwa, seandainya yang bisa saya tawarkan hanyalah pondok sederhana ini, tanpa adanya kemungkinan untuk menghabiskan waktu di Rosings, saya tidak akan berani mengundang siapa pun kemari.
Kata-kata tidak cukup untuk mengungkapkan perasaan Mr. Collins, dan dia merasa wajib berjalan mondar-mandir di ruang makan, sementara Elizabeth mencoba memadukan kesopanan dan kejujuran dalam beberapa kalimat singkat.
Sejujurnya, sepupuku, saya akan senang jika kamu mau menyampaikan kabar yang sangat membahagiakan tentang kami ke Hertfordshire. Saya akan sangat berterima kasih jik a kamu mau melakukannya. Kamu telah menyaksikan send iri bet apa besar perhatian Lady Catherine kepada istri saya dari hari ke hari, dan saya yakin Charlotte bisa dibilang berunt ung karenanya tapi mengenai hal ini, sebaiknya kamu tidak perlu membicarakannya. Hanya saja, percayalah, Miss Eliz ab eth yang baik, bahwa dari lubuk hati saya yang terdalam, saya berharap kamu akan mendapatkan kebahagiaan pern ik aha n yang setara dengan kami. Charlotte tersayang dan saya memiliki cara berpikir yang sama. Sebagian besar sifat dan gagasan kami ternyata sama. Sepertinya kami memang terc ipta untuk satu sama lain.
Elizabeth hanya bisa mengatakan bahwa dia sangat bahagia jika memang begitu keadaannya, dan dengan penuh ket ul usa n, dia menambahkan bahwa dia memercayai dan men s yuk uri seluruh ucapan Mr. Collins. Bagaimanapun, dia tidak menyesal ketika percakapan mereka disela oleh wanita yang menjadi topik pembicaraan mereka. Charlotte yang mal ang! Meninggalkannya di lingkungan sesunyi ini sungguh menyedihkan bagi Elizabeth! Tetapi, Charlotte telah menga mbil keputusan dengan penuh kesadaran; dan meskipun kesedihannya karena kedua tamunya hendak pergi jelas terl ihat, dia tidak memohon belas kasihan kepada mereka. Rum ah, kehidupan rumah tangga, jemaat, unggas ternak,
dan perh atia n yang harus ditujukannya pada mereka, telah menj adi daya tarik baru bagi dirinya.
Akhirnya, kereta tiba. Peti-peti ditata dengan rapi, berbagai bungkusan dimasukkan, dan mereka pun siap berangkat. Setelah berpamitan dengan penuh kasih sayang, Mr. Collins menga ntar Elizabeth ke kereta. Selama berjalan melintasi kebun, dia menitipkan salam kepada seluruh keluarga Bennet, termasuk ucapan terima kasih karena mereka telah meneriman ya di Longbourn pada musim dingin yang lalu, juga pujia n kepada Mr. dan Mrs. Gardiner, meskipun mereka tid ak dikenalnya. Kemudian, dia menolong Elizabeth menaiki kereta, lalu Maria, dan sebelum pintu ditutup, dia mendadak mengingatkan mereka, dengan nada mendesak, bahwa mereka lupa meninggalkan pesan untuk para penghuni Rosings.
Tetapi, dia menambahkan, kalian tentu saja akan menyamp aikan rasa hormat dari lubuk hati yang terdalam untuk mereka, disertai dengan ucapan terima kasih atas kebaikan mer eka selama kalian di sini.
Elizabeth tidak menyampaikan keberatan; pintu pun dit utup, dan kereta berderak pergi.
Astaga! seru Maria setelah mereka menikmati keheninga n selama beberapa menit. Sepertinya baru satu atau dua hari yang lalu kita tiba di sini, tapi sungguh banyak yang telah terjadi!
Sangat banyak sekali, jawab Elizabeth sambil menghela napas.
Kita telah sembilan kali makan malam bersama di Rosings, dan dua kali minum teh di sana! Sungguh banyak bahan cerita yang kudapatkan!
Di dalam hatinya Elizabeth menambahkan, Dan sungguh banyak yang harus kusembunyikan!
Tidak banyak percakapan ataupun sesuatu yang menarik yang mengisi perjalanan mereka, dan empat jam setelah meninggalkan Hunsford, mereka pun tiba di rumah Mr. Gardiner, tempat mereka akan menginap selama beberapa hari.
Jane tampak sehat, dan Elizabeth hanya mendapatkan sedikit kesempatan untuk mengamatinya baik-baik, karena Mrs. Gardiner yang baik telah menyiapkan banyak acara untuk mereka. Tetapi, Jane akan pulang bersamanya, dan dia akan mendapatkan cukup banyak waktu untuk melakukan penga matan di Longbourn.
Maka, dengan susah payah, Elizabeth menahan diri hingga mereka tiba di Longbourn sebelum menceritakan kepada kakaknya tentang lamaran Mr. Darcy. Mengetahui bahwa dir in ya memiliki kabar yang akan sangat mengagetkan Jane dan tentunya juga sangat patut disyukuri, meskipun dia sendiri tidak memahami alasannya, adalah sebuah godaan besar bagi Elizabeth yang memiliki kebiasaan menceritakan segalanya kepada Jane. Hanya rasa bimbanglah yang mampu mengendalik annya; dan kecemasannya, karena setelah dia membuka topik ini, mau tidak mau dia harus bercerita tentang Bingley, dan itu hanya akan menambah kesedihan kakaknya.[]
332 P ada minggu kedua di bulan Mei, tiga gadis muda berangkat bersama dari Gracechurch Street ke kota di Hertfordshire. Setibanya mereka di penginapan tempat kereta Mr. Bennet menjemput mereka, si kusir segera mengabarkan bahwa Kitty dan Lydia telah menunggu mereka di ruang makan lantai atas. Kedua gadis itu telah berada di sana selama lebih dari satu jam, dengan senang hati menghabiskan waktu untuk melihat-lihat isi toko pakaian di seberang jalan, mengamati prajurit yang sedang bertugas, dan menikmati salad mentimun.
Setelah menyambut kedua kakak mereka, dengan bangga gadis-gadis itu memamerkan meja yang dipenuhi hidangan daging dingin, seperti yang biasa disediakan di penginapan, dan berseru, Bagus sekali, bukan" Bukankah ini kejutan yang menyenangkan"
Dan kami berniat mentraktir kalian, Lydia menambahkan, tapi, kalian harus meminjami kami uang karena uang kam i sudah habis untuk berbelanja di toko yang di sana itu. Lalu, dia memamerkan belanjaannya Lihat ini, aku tadi
Bab 39 E"e" membeli topi ini. Memang tidak begitu cantik, tapi menurutku sebaiknya aku membelinya saja. Aku akan membongkarnya sesampainya kita di rumah nanti, siapa tahu aku bisa membuatnya lebih bagus.
Ketika kakak-kakaknya mencela topi itu, dia menambahkan dengan sikap acuh tak acuh, Oh! Tapi, ada dua atau tiga topi lainnya yang lebih buruk di toko itu, dan kalau aku sudah membeli kain satin berwarna cantik untuk menghiasi pinggirannya, menurutku jadinya akan lumayan. Lagi pula, tid ak penting apa yang akan kita pakai pada musim panas nanti, karena para prajurit akan meninggalkan Meryton dua mingg u lagi.
Benarkah" seru Elizabeth, tertarik.
Mereka akan berkemah di dekat Brighton, dan kuharap Papa mau membawa kita semua ke sana saat musim panas nanti! Ini rencana yang sangat hebat; dan aku yakin, biayanya akan murah. Mamma juga pasti ingin pergi! Pikirkan saja betapa membosankan musim panas yang akan kita lalui nanti!
Ya, batin Elizabeth, itu memang rencana yang sangat hebat dan cocok untuk kita semua. Astaga! Brighton dan sepasukan prajurit, untuk kita, yang sudah dibuat muak oleh satu resimen payah dan pesta dansa bulanan di Meryton!
Nah, aku punya beberapa kabar untuk kalian, kata Lyd ia setelah mereka semua duduk. Bagaimana menurut kal ian" Ini adalah kabar luar biasa dan sangat penting tentang seseorang yang kita semua sukai!
Jane dan Elizabeth bertukar pandangan. Setelah mereka menyuruh pelayan pergi, Lydia tertawa dan berkata:
Ah, kalian memang sok formal dan suka bermain rahasia. Kalian tidak membiarkan si pelayan mendengar, seolaholah dia peduli! Aku yakin dia telah sering mendengar hal-hal yang lebih parah daripada yang akan kuceritakan sekarang. Tapi, dia memang buruk rupa! Aku lega dia sudah pergi. Seumur hidupku aku tidak pernah melihat dagu sepanjang itu. Nah, sekarang aku akan menyampaikan kabarku; ini tentang Wickham yang baik; ini terlalu baik untuk didengar oleh si pelayan, bukan" Wickham tidak akan menikah dengan Marry King. Jadi, kau selamat, Elizabeth! Mary King akan tinggal bers ama pamannya di Liverpool. Wickham selamat.
Dan Mary King selamat! Elizabeth menambahkan, selamat dari sebuah hubungan yang akan membahayakan kek ayaa nnya.
Bodoh sekali gadis itu karena pergi begitu saja, kalau dia benar-benar menyukai Wickham.
Tapi, kuharap rasa suka mereka sama-sama tidak mendalam, kata Jane.
Aku yakin Wickham tidak menyukai dia memangnya siapa yang menyukai gadis pendek dengan wajah berbintikbintik itu"
Elizabeth merasa syok saat memikirkan bahwa, pikiran serupa pernah tersimpan di dadanya sendiri, walaupun dirinya tidak sanggup melontarkan komentar sepedas itu.
Segera setelah mereka semua selesai makan, yang dibayar oleh Jane dan Elizabeth, kereta pun dipanggil. Setelah semuanya siap, seluruh rombongan beserta semua peti, tas prakarya, dan bungkusan mereka, ditambah oleh barang-barang belanjaan Kitty dan Lydia, memasuki kereta.
Pas sekali kereta ini untuk kita semua, seru Lydia. Aku senang karena telah membeli topiku meskipun hanya untuk menambah muatan kereta kita! Nah, sekarang sebaiknya kita mencari posisi yang enak, lalu mengobrol dan bercanda ria hingg a kita tiba di rumah. Pertama-tama, mari kita dengar cer ita tentang kalian semua sejak kalian pergi. Apa kalian bertemu dengan pria yang menyenangkan" Apa kalian sempat main mata" Aku sangat berharap salah satu dari kalian sudah mendapat suami sebelum pulang. Jane akan menjadi perawan tua sebentar lagi. Umurnya sudah hampir dua puluh tiga! Oh Tuh an, aku sungguh malu jika belum menikah saat umurku dua puluh tiga! Kalau kalian mau tahu, Jane, Bibi Philips sangat mendambakan pernikahan kalian. Katanya, Lizzy seharusnya menerima lamaran Mr. Collins; tapi, menurutku menikah dengannya akan membosankan. Oh Tuhan, betapa aku ingin menikah lebih dahulu dari kalian berdua! Lalu, aku akan mengawal kalian ke berbagai pesta dansa. Untung saja, kami bersenang-senang di tempat Kolonel Forster beberapa hari yang lalu. Aku dan Kitty menghabiskan sehari di sana, dan Mrs. Forster berjanji untuk menyelenggarakan pesta dansa kecil-kecilan pada malam harinya (omong-omong, aku dan Mrs. Forster sudah sangat akrab!), dan mengundang
kedua gadis Harrington juga, tapi Harriet sedang sakit, sehingga Pen terpaksa datang sendirian. Lalu, menurutmu, apa yang kami lakukan" Kami berdandan lengkap sebelum pergi ke Chamberlayne agar disangka sebagai wanita dewasa, pikirkanlah betapa menyenangkannya itu! Tidak seorang pun mengetahui penyamaran kami, kecuali Kolonel dan Mrs. Forster, juga Kitty dan aku. Dan bibi kita tentunya, karena kam i terpaksa meminjam salah satu gaunnya. Kau tidak akan bisa membayangkan betapa cantiknya kami! Waktu Denny, Wickham, dan Pratt, juga dua atau tiga pria lainnya datang, mereka sama sekali tidak mengenali kami. Astaga! Aku tertawa terpingkal-pingkal, begitu pula Mrs. Forster! Kupikir aku akan mati saat itu juga. Itu membuat para pria curiga, dan gara-gara itulah mereka mengetahui penyamaran kami.
Dengan berbagai cerita tentang tetangga mereka dan anekdot-anekdot lucu, Lydia, dibantu oleh Kitty yang sesekali menyela, berusaha menghibur mereka semua hingga mer eka tiba di Longbourn. Elizabeth sebisa mungkin tidak mend engarkan, tapi mau tidak mau dia mendengar nama Wickh am berkali-kali disebutkan.
Mereka mendapatkan sambutan yang sangat hangat di rumah. Mrs. Bennet bersyukur melihat kecantikan Jane tidak memudar, dan lebih dari sekali selama makan malam, Mr. Bennet berkata kepada Elizabeth: Aku senang kau sudah pul ang, Lizzy.
Acara makan malam itu bisa dikatakan ramai, karena hamp ir seluruh keluarga Lucas datang untuk menjemput
Maria dan mendengar berbagai kabar terbaru; dan berbagai topik pembicaraan pun mengisi waktu mereka. Lady Lucas bertanya kepada Maria tentang kesejahteraan dan ternak unggas putri sulungnya. Mrs. Bennet memecah perhatiannya di satu sisi mendengarkan cerita tentang gaya busana terbaru dari Jane, yang duduk di sampingnya, dan di sisi lain menceritakan kembali semua yang didengarnya kepada anak-anak keluarga Lucas. Lydia, dalam suara yang sedikit lebih keras dar ip ada semua orang, menuturkan berbagai hal menyenangkan yang dialaminya pagi tadi kepada siapa pun yang mau mendengarnya.
Oh, Mary! katanya, seandainya kau tadi pergi bersama kami, karena perjalanan tadi menyenangkan sekali! Di sepanjang jalan, aku dan Kitty menutup tirai dan berpura-pura tidak ada orang di kereta; dan kami tentu akan terus melakukannya seandainya Kitty tidak mual. Lalu, setibanya kami di George, menurutku kami bertingkah sangat manis dengan memb elikan Jane, Lizzy, dan Maria makan siang yang terdiri dari daging dingin terlezat di dunia, dan seandainya kau tadi ikut, kami juga akan mentraktirmu. Lalu, perjalanan pulang kami juga sangat menyenangkan! Kupikir, kami semua tidak akan muat di kereta. Aku hampir mati gara-gara terlalu banyak tertawa. Dan, kami bergembira di sepanjang perjalanan! Kami men gobrol dan tertawa terpingkal-pingkal, hingga mungkin orang lain akan mendengar kami dari jarak sepuluh mil!
Untuk menanggapi adiknya, Mary menjawab dengan san gat serius, Bukan kebiasaanku, adikku sayang, untuk bersen ang-senang dengan cara seperti itu. Sebagian besar wanit a mungkin senang melakukannya. Tapi, kuakui, itu tidak membuatku tertarik aku lebih suka membaca buku.
Tetapi, Lydia tidak mendengar sepatah kata pun dari jawaban Mary. Dia jarang mendengarkan ucapan siapa pun lebih dari setengah menit, dan sama sekali tidak pernah mendengarkan ucapan Mary.
Sore itu, Lydia mendesak semua orang untuk berjalan kaki ke Meryton agar bisa mendengar kabar terbaru, tapi Elizabeth dengan tegas menolaknya. Dia tidak ingin orang-orang berpikir bahwa gadis-gadis Bennet tidak sanggup men ahan diri setengah hari saja sebelum mengejar-ngejar para praj urit. Selain itu, dia punya alasan lain untuk menolak kei nginan Lydia. Dia tidak ingin bertemu kembali dengan Wickham dan bertekad untuk menghindari pria itu selama dia bisa. Sulit untuk mengungkapkan kelegaannya karena pasukan militer akan segera meninggalkan Meryton. Mereka akan pergi dua mingg u lagi dan setelah itu, Elizabeth berharap Wickham tidak akan lagi membuatnya resah.
Baru beberapa jam berada di rumah, Elizabeth telah mendapati bahwa rencana bertamasya ke Brighton, yang sek ilas disebutkan oleh Lydia di penginapan, ternyata telah sering dibahas oleh kedua orangtuanya. Elizabeth langsung menyadari bahwa ayahnya tidak mendukung rencana itu, tapi jaw aban yang diberikannya ketika itu sangat tersamar dan penuh teka-teki, sehingga ibunya, meskipun sering kali putus asa, sem ak in bersemangat dalam menyusun rencana.[]
339 E lizabeth tidak sanggup lagi menahan kesabaran untuk
bercerita kepada kakaknya. Dan akhirnya, setelah bertekad untuk menyembunyikan segala sesuatu yang berkaitan dengan Jane dan bersiap-siap menanggapi keterkejutannya, keesokan harinya dia menceritakan kejadian antara dirinya dan Mr. Darcy.
Kekagetan Jane segera tersamarkan oleh kekuatan kasih sayangnya sebagai seorang kakak, yang membuat Elizabeth semakin mengaguminya. Sejenak kemudian, seluruh keterkejutan Jane telah ditenggelamkan oleh perasaan lain. Dia mem ang menyesal karena Mr. Darcy mengungkapkan perasaann ya dengan cara selancang itu, tapi kesedihan yang disebabkan oleh penolakan Elizabeth lebih merisaukannya.
Dia terlalu yakin kau akan menerimanya, dan dia salah, katanya, dan yang jelas, dia seharusnya tidak memperlihatkannya. Tapi, pikirkanlah betapa dalam kekecewaannya!
Kau benar, jawab Elizabeth, karena aku bisa memahami kesedihannya. Tapi, dia punya banyak hal lain yang
Bab 40 E"e" mungk in akan segera membuatnya melupakan aku. Tapi, kau tidak menyalahkanku, bukan, karena menolak dia" Menyalahkanmu! Oh, tentu tidak.
Tapi, akankah kau menyalahkanku karena sanjunganku pada Wickham"
Tidak aku tidak melihat adanya kesalahan dalam sanjunganmu itu.
Tapi, kau akan tahu setelah aku menceritakan apa yang terjadi keesokan harinya.
Kemudian, Elizabeth menceritakan tentang surat Mr. Darcy dan menuturkan kembali segala sesuatu yang berhubunga n dengan George Wickham. Betapa terkejutnya Jane yang malang ketika mendengar cerita ini! Seandainya dia mampu mengelilingi dunia ini sekalipun, dia tidak akan percaya bahwa kejahatan seperti itu dapat ditemui di dalam diri seluruh umat manusia, apalagi hanya di dalam diri seorang pria. Bahkan, kebaikan hati Mr. Darcy yang berhasil menyentuh perasaannya pun tidak sanggup untuk menenangkannya setelah mendengar kabar ini. Dengan tulus, Jane berusaha membuktikan adanya kemungkinan kesalahan dan berusaha membersihkan nama Wickham tanpa melibatkan Darcy.
Ini tidak akan berhasil, kata Elizabeth. Kau tidak akan pernah bisa menjadikan mereka berdua baik dalam segala hal. Tetapkanlah keputusanmu, tapi kau hanya punya satu pilihan. Mereka berdua punya banyak sifat baik yang jika digabungkan akan cukup untuk seorang pria ideal, dan aku sudah sering memikirkannya akhir-akhir ini. Bagiku, Darcy
lebih layak untuk dipercaya, tapi kau harus menetapkan pilihanm u sendiri.
Namun, beberapa lama kemudian, sebentuk senyuman terlihat di wajah Jane. Aku tidak tahu apakah aku pernah sek aget ini, katanya. Wickham ternyata sangat jahat! Sungguh sulit bagiku untuk memercayainya. Dan, Mr. Darcy yang malang! Lizzy sayang, pertimbangkanlah penderitaannya. Betapa besar kekecewaannya, apalagi saat mengetahui bahwa kau berpendapat buruk mengenai dirinya! Belum lagi kemalangan yang menimpa adiknya! Semua ini sangat menyedihkan. Aku yakin kau juga merasakan hal yang sama.
Oh, tidak! Penyesalan dan rasa ibaku akan lenyap bila kau terlalu tenggelam dalam keduanya. Aku tahu kau akan sel alu bersikap adil, dan bahwa aku akan semakin acuh tak acuh seiring dengan berlalunya waktu. Kelebihanmu itulah yang menjadi harapanku; dan, kalau kau bersedih untuk Darcy lebih lama lagi, hatiku akan menjadi seringan bulu.
Benteng Digital 6 Padang Bayang Kelabu Karya Sidney Sheldon Pertempuran Bawah Air 1

Cari Blog Ini