Pride And Prijudice Karya Jane Austen Bagian 5
Wickham yang malang! Padahal, kebaikan selalu tecermin di wajahnya! Keterbukaan dan kelembutan juga terlihat dalam setiap gerak-geriknya!
Aku yakin ada kesalahan dalam pendidikan kedua pria itu. Yang satu punya sifat yang sangat bagus, tapi buruk dalam hal penampilan. Yang lain malah sebaliknya.
Berbeda denganmu, aku tidak pernah menganggap pen ampilan Mr. Darcy buruk.
Tapi, dengan sangat cerdas, tetap saja aku memutuskan untuk membencinya tanpa alasan apa pun. Kebencian semacam itu memang tidak masuk akal. Kita bisa saja terus mencela seseorang secara tidak adil; tapi kita tidak bisa selalu mengolokolok seseorang tanpa sesekali bergurau tentangnya.
Lizzy, waktu kau pertama kali membaca surat itu, aku yakin kau tidak bisa memandang masalah ini seperti sekarang.
Tentu saja tidak bisa. Aku cukup resah, bahkan galau. Dit ambah lagi, tanpa adanya seorang pun yang bisa kuajak bicara tentang perasaanku, tidak ada Jane yang bisa menenangkanku dan mengatakan bahwa aku tidak selemah, sesombong, dan sebodoh yang kusangka! Oh, betapa aku mendambakan kehadiranmu!
Sayang sekali kau telah menggunakan ungkapan-ungkapan yang berkesan sangat kuat tentang Wickham di depan Mr. Darcy. Sekarang, kita baru tahu bahwa dia tidak layak mendap atkan sanjungan seperti itu.
Itu betul. Tapi, karena aku berprasangka buruk kepadanya, wajar saja jika aku berbicara dengan nada pedas. Aku mengi nginkan nasihatmu untuk satu hal. Aku ingin kau memberitahuku apakah aku boleh atau tidak boleh bercerita kepada orang lain tentang pengetahuan kita mengenai Wickham.
Jane terdiam sejenak sebelum menjawab, Yang jelas, tid ak akan ada kesempatan bagi kita untuk melakukannya. Bag aim ana menurutmu"
Menurutku, kita sebaiknya tidak melakukannya. Mr. Darcy tidak memintaku untuk menyebarkan isi suratnya kepada orang lain. Sebaliknya, semua cerita tentang adiknya sebisa mungkin hanya disampaikannya kepadaku, dan kalaupun aku menceritakan tentang semua itu kepada orang lain, siapa yang akan percaya" Semua orang menyangka Mr. Darcy adalah pria kejam. Separuh warga Meryton yang mulia akan sangat kesulitan untuk memindahkannya ke tempat yang lebih baik. Aku tidak akan sanggup melakukannya. Wickham akan pergi seb entar lagi; maka, tidak penting juga bagi semua orang di sini untuk mengetahui siapa dirinya yang sesungguhnya. Kelak, sem ua orang mungkin akan tahu dan kita akan menertawakan ke b od ohan mereka karena terlambat menyadari. Untuk saat ini, aku akan menutup mulutku.
Kau benar juga. Menyiarkan kesalahan Wickham kepada semua orang akan menghancurkannya untuk selamanya. Sekarang ini, dia mungkin telah menyesali perbuatannya dan ingin memperbaiki dirinya. Kita tidak boleh menyusahkannya.
Beban di benak Elizabeth terasa lebih ringan setelah dia mencurahkannya kepada Jane. Dia telah membagi dua rahasia yang telah meresahkannya selama dua minggu, dan Jane pasti bersedia mendengarkannya lagi kapan pun dia ingin bercerita. Tetapi, masih ada satu hal yang membebaninya, yang tetap ditutup-tutupinya hingga kini. Dia tidak berani menceritakan kepada Jane tentang paruh lain isi surat Mr. Darcy ataupun menjelaskan kepada kakaknya bahwa Miss Bingley ternyata dengan tulus menghargai pertemanan mereka. Ini adalah pen get ahuan yang tidak bisa dibagi dengan orang lain, dan Eliz ab eth tahu bahwa sebelum dia mengungkapkan potongan
teka-teki terakhir ini, harus ada pemahaman mendalam antara Bingl ey dan Jane. Lalu, pikirnya, jika peristiwa yang mustahil itu terjadi, aku akan bisa mengungkapkan hal mengenai Bingl ey, meskipun Bingley sebenarnya bisa mengatakannya den gan cara yang jauh lebih baik. Jika memang aku sudah terd es ak dan tidak memiliki pilihan lain!
Sekarang, setelah mereka tiba di rumah, Elizabeth bisa menga mati perasaan kakaknya yang sesungguhnya. Jane tidak bah agia. Dia masih mendambakan perhatian Bingley. Sebagai seo rang gadis yang tidak pernah jatuh cinta sebelumnya, Jane baru merasakan hangatnya cinta pertama. Namun, karena lebih dewasa dan matang, dia tampak jauh lebih tenang dari pada gadis-gadis lainnya yang juga sedang dilanda cinta pertama. Meskipun begitu, Jane selalu hanyut dalam kenangan man is tentang Bingley dan menyanjung-nyanjungnya di atas semua pria lain. Butuh pengamatan yang menyeluruh untuk bisa melihat penyesalan yang tentunya membahayakan kesehata n Jane dan ketenangan orang-orang di sekelilingnya.
Nah, Lizzy, kata Mrs. Bennet pada suatu hari, apa pendap atmu sekarang tentang masalah menyedihkan yang sedang dihadapi oleh Jane" Kalau aku, aku bertekad untuk tidak akan membicarakan soal ini kepada siapa pun lagi. Aku sudah memb ahasnya dengan Bibi Philips-mu kemarin. Tapi, aku tidak tahu apakah Jane bertemu dengannya di London. Yah, laki-laki itu tidak layak mendapatkan Jane dan menurutku, tidak akan ada lagi kesempatan bagi mereka untuk bersatu. Tidak ada kabar yang mengatakan apakah dia akan kembali
ke Netherfi eld musim panas ini, padahal aku sudah bertanya kep ada semua orang yang mungkin tahu tentang itu.
Aku yakin dia tidak akan pernah lagi tinggal dalam wakt u lama di Netherfield.
Oh, ya sudah! Terserah dia saja. Tidak ada yang meng?"" inginkannya datang kemari. Lagi pula, aku akan selalu menga?"" takan bahwa dia telah menyakiti putriku; dan jika aku menjadi Jane, aku tidak akan pernah memaafkannya. Yah, satu-satunya hal yang membuatku tenang adalah keyakinanku bahw a Jane akan meninggal karena patah hati, lalu pemuda itu akan menyesali perbuatannya.
Elizabeth mengabaikan ucapan ibunya, karena dia tidak mungkin mendapatkan ketenangan dari harapan semacam itu.
Jadi, Lizzy, lanjut ibunya beberapa saat kemudian, pas angan Collins hidup dengan sangat nyaman, bukan" Wah, wah, kuharap hubungan mereka tahan lama. Lalu, bagaimana makanan yang dia sajikan di rumahnya" Aku yakin Charlotte hebat dalam berhemat. Jika kehematannya setengah saja dari ibunya, dia akan bisa menabung cukup banyak. Aku yakin tidak ada yang mewah di rumah mereka.
Memang tidak ada. Dia sangat hemat, kalau begitu. Ya, ya, mereka pasti berh ati-hati agar tidak menghabiskan pendapatan mereka. Mer eka tidak akan kehabisan uang. Yah, uang memang akan san gat berguna bagi mereka! Jadi, kupikir mereka pasti sering memb icarakan tentang mendapatkan Longbourn setelah
ayahm u meninggal. Aku yakin mereka pasti sudah menantinant ik annya.
Mereka tidak pernah membicarakan tentang itu di hadapa nku.
Tidak, tentu saja aneh kalau mereka melakukannya di hadapanmu. Tapi, aku yakin mereka sering membicarakannya saat sedang berdua saja. Yah, kalau saja mereka bisa tenang tinggal di sebuah rumah yang bukan secara sah milik mereka, itu bagus. Aku sendiri akan malu jika menjadi mereka. []
347 M inggu pertama berlalu dengan cepat setelah kepulangan
Elizabeth dan Jane. Minggu kedua pun dimulai. Ini adalah hari terakhir para prajurit di Meryton, dan semua gadis muda di wilayah itu sepertinya bermuram durja. Kesedihan terasa di mana-mana. Meskipun begitu, Jane dan Elizabeth masih bisa makan, minum, tidur, dan menyelesaikan kegiatan sehari-hari mereka seperti biasanya. Berkali-kali, mereka menertawakan kekonyolan Kitty dan Lydia. Mereka begitu kecewa dan kesulitan memahami mengapa anggota keluarga mer eka bisa bertingkah seolah-olah tidak punya hati.
Demi Tuhan! Akan jadi apakah kita" Apa yang akan kita lakukan" Kitty dan Lydia berkali-kali mengungkapkan kesedihan mereka. Bagaimana mungkin kau masih bisa tersenyum seperti itu, Lizzy"
Ibu mereka yang penuh kasih sayang turut merasakan duka kedua putrinya. Dia mengenang perasaannya sendiri ketika menghadapi peristiwa serupa sekitar dua puluh lima tahun silam.
Bab 41 E"e" Aku masih ingat, katanya, aku menangis selama dua hari dua malam ketika pasukan Kolonel Miller pergi. Hatiku hancur berkeping-keping.
Percayalah, hatiku juga hancur, kata Lydia. Seandainya saja kita bisa pergi ke Brighton! sambut Mrs. Bennet.
Oh, ya! Seandainya saja kita bisa pergi ke Brighton. Tap i, Papa sepertinya tidak setuju.
Sedikit mandi air laut akan menyehatkanku selamanya. Dan kata Bibi Philips, itu juga akan bermanfaat bagiku, tambah Kitty.
Pembicaraan semacam itu tak henti-hentinya terdengar di seluruh Longbourn House. Elizabeth berusaha mengabaikann ya, tapi keinginannya untuk tertawa dikalahkan oleh ras a malu. Dia teringat akan Mr. Darcy, dan baru kali inilah dia bisa memahami mengapa pria itu turut campur dalam hubungan cinta Mr. Bingley.
Awan mendung yang menggelayuti Lydia segera tersingkirkan ketika dia menerima sepucuk undangan dari Mrs. Forster, istri sang kolonel, untuk menemaninya ke Brighton. Mrs. Forster, seorang pengantin baru yang masih sangat muda, telah menjadi sahabat baru Lydia. Mereka sama-sama ceria dan senang bercanda, yang membuat mereka semakin dek at. Setelah tiga bulan berkenalan, mereka menjadi sulit untuk dipisahkan.
Sulit untuk menggambarkan kegembiraan Lydia ketika menyambut undangan ini. Sulit pula untuk menjelaskan kekagumannya kepada Mrs. Forster, rasa syukur Mrs. Bennet, dan kekecewaan Kitty. Tanpa memedulikan perasaan Kitty, Lydia berlarian ke seluruh penjuru rumah untuk memamerkan letupan kebahagiaannya, menuntut ucapan selamat dari semua orang, serta berbicara dan tertawa-tawa dengan lebih berisik daripada biasanya. Sementara itu, Kitty yang malang terpuruk di beranda rumah, merenungi nasibnya tanpa bisa menyembunyikan kekesalannya.
Aku tidak mengerti mengapa Mrs. Forster tidak mengund ang-ku bersama Lydia, katanya, meskipun aku bukan sahabatnya. Aku punya hak yang sama untuk diundang, bahk an lebih besar, karena aku dua tahun lebih tua daripada Lyd ia.
Sia-sia saja Elizabeth dan Jane berusaha menenangkannya. Alih-alih bersemangat menyambut undangan tersebut, Elizabeth menganggapnya sebagai ancaman bagi seluruh sisa akal sehat Lydia. Maka, meskipun dia tahu bahwa adiknya itu akan marah besar kepadanya, dia diam-diam menyarankan ayahnya untuk tidak mengizinkan Lydia pergi. Elizabeth menceritakan tentang betapa tidak senonohnya sikap Lydia, betapa sedikitnya manfaat yang bisa diambilnya dari pertemana nnya dengan seorang wanita semacam Mrs. Forster. Dia mengatakan, mungkin perilakunya akan semakin liar setelah dia berada di Brighton, karena godaan di sana pasti lebih besar daripada
di rumah. Mr. Bennet mendengarkan penjelasan Elizabeth den gan cermat, lalu berkata:
Lydia tidak akan pernah tenang sampai dia berhasil menampilkan dirinya di hadapan umum, karena dia tidak bisa melakukannya di sini.
Kalau Papa tahu, kata Elizabeth, tentang omongan miring yang akan dikatakan orang-orang gara-gara sikap tidak senonoh Lydia bukan, yang sudah mereka katakan aku yakin Papa akan menilai masalah ini dari sudut pandang berbeda.
Sudah mereka katakan" ulang Mr. Bennet. Apakah para kekasihmu menjauhkan diri gara-gara ngeri melihat Lydia" Lizzy kecilku yang malang! Tapi, jangan bersedih. Pemuda-pemuda pengecut yang tidak berani berhadapan dengan sedikit kekonyolan itu tidak pantas kau sesali. Mari, tunjukkan kepadaku daftar pemuda mengenaskan yang menjauhimu gara-gara ketololan Lydia.
Bukan itu maksudku, Papa. Aku tidak mengalami kerugian apa pun gara-gara Lydia. Bukan sesuatu yang khusus yang sedang kukeluhkan, tapi pandangan umum masyarakat. Kedudukan kita, kehormatan kita di dunia ini tidak boleh ternoda oleh perilaku liar dan sembrono yang selalu ditunjukkan oleh Lydia. Maafkan aku karena harus berterus terang. Kal au Papa tidak mau bersusah payah memberikan teguran tentang semangatnya yang terlalu berapi-api, dan menasihatinya bahwa sesuatu yang dikejar-kejarnya saat ini tidak akan berarti bagi kehidupannya, tak lama lagi dia akan semakin sulit
bertata krama. Dia akan menjadi liar, dan pada umur enam bel as tahun, dia akan menjadi gadis tergenit yang lihai memperm alukan dirinya sendiri dan keluarganya. Kegenitannya adal ah jenis yang terburuk karena dia akan menggoda siapa pun yang ditemuinya. Lalu, karena otaknya kosong, dia tidak akan bisa memahami kekesalan orang lain akibat tingkahnya. Kitty juga akan terseret dalam bahaya ini. Dia akan meniru Lydia pongah, tolol, malas, dan serampangan! Oh, Papa tersayang, tolong nasihati mereka agar menjaga sikap dan jangan terlalu sering mencoreng muka kakak-kakak mereka.
Memahami kegundahan putrinya, Mr. Bennet dengan penuh kasih sayang menggenggam tangan Elizabeth dan menjawab:
Jangan mengkhawatirkan itu, sayangku. Ke mana pun kau dan Jane pergi, kalian akan selalu dihormati dan dihargai, dan kehormatan kalian tidak akan berkurang gara-gara dua orang atau bisa juga, tiga orang adik yang sangat tolol. Longbourn toh tidak akan menjadi damai jika aku melarang Lydia pergi ke Brighton. Biarkan saja dia pergi. Kolonel Forster adalah pria yang pandai, dan dia akan menjauhkan Lydia dari bahaya. Dan, untungnya, Lydia terlalu miskin untuk mend apatkan ancaman bahaya apa pun. Di Brighton, dia tidak akan bisa bertingkah segenit di sini. Para prajurit akan men emukan wanita-wanita yang lebih menarik di sana. Karena itu, marilah kita berharap agar Lydia mendapatkan pelajaran di Brighton. Bagaimanapun, sifatnya tidak akan menjadi lebih
buruk daripada sekarang, kecuali jika kita mengurungnya di rumah seumur hidupnya.
Elizabeth terpaksa puas dengan jawaban itu, tapi pendapatnya sendiri tetap sama, dan dia meninggalkan ayahn ya dengan perasaan kecewa dan menyesal. Namun, dia tidak mau larut terlalu lama dalam kegundahan. Dia merasa telah mel aks anakan tugasnya, dan dia bukan jenis orang yang akan mencemaskan atau membesar-besarkan bahaya yang tidak terhindarkan lagi.
Seandainya Lydia dan Mrs. Bennet mengetahui isi pembicaraan Elizabeth dengan Mr. Bennet, mereka tentu akan marah besar. Di benak Lydia, kunjungan ke Brighton bisa disamakan dengan jaminan atas semua kemungkinan keb ah agiaan di dunia ini. Dalam khayalannya yang penuh warna, dia membayangkan jalanan indah di dekat laut yang dipenuhi prajurit. Dia membayangkan dirinya menjadi pusat perhatian puluhan pria yang saat ini belum dikenalnya. Dia membayangkan seluruh kejayaan pangkalan militer tendatenda yang berderet hingga sejauh mata memandang, yang dipenuhi para pemuda tampan berseragam merah. Untuk melengkapi khayalan ini, dia membayangkan dirinya duduk dalam sebuah tenda, dengan genit bermain mata dengan setidaknya enam prajurit sekaligus.
Seandainya dia tahu bahwa kakaknya berusaha menjauhkannya dari impian sekaligus kenyataan ini, apakah yang akan diperbuatnya" Perasaan Lydia hanya bisa dipahami oleh ibun ya, yang memiliki perasaan sama. Kepergian Lydia ke
Brighton menjadi pelipur lara bagi Mrs. Bennet karena suaminya tidak pernah berniat untuk mengajak mereka semua ke sana. Maka, tanpa sedikit pun memedulikan pendapat orang lain, nyaris tanpa jeda, mereka bergembira ria hingga hari keberangkatan Lydia tiba.
Untuk terakhir kalinya, Elizabeth bertemu dengan Mr. Wickham. Setelah berkali-kali berjumpa dengan pria itu semenjak kedatangannya, ledakan kemarahan Elizabeth bisa dikatakan telah reda. Dalam kelembutan sikap Wickham yang pernah memikatnya, dia berhasil mengenali kesan yang membuatnya muak, letih, dan kesal. Apalagi setelah dia menyadari bahwa setelah semua yang terjadi, Wickham berniat untuk mendekatinya kembali. Elizabeth tidak peduli lagi ketika Wickham memilihnya untuk dijadikan pusat perhatian. Dan meskipun dia menahan perasaannya, dia bisa melihat bahwa Wickham yakin dia bersedia menerimanya kembali, meskipun Wickham telah lama mengalihkan perhatiannya kepada gadis lain. Wickham mungkin mengira Elizabeth akan bersyukur karena mendapatkannya kembali dan bersedia memperbarui hubungan mereka.
Pada hari terakhir para prajurit di Meryton, Wickham diundang untuk makan bersama para prajurit lainnya di Longbourn. Elizabeth sebisa mungkin berusaha untuk menghindar darinya, meskipun tetap bersikap ramah. Tetapi, ketika Wickham melontarkan beberapa pertanyaan tentang bagaimana dia menghabiskan waktu di Hunsford, Elizabeth menyebutkan bahwa Kolonel Fitzwilliam dan Mr. Darcy menginap selama
tiga minggu di Rosings, lalu menanyakan kepada Wickham apakah dia mengenal Kolonel Fitzwilliam.
Wickham tampak terkejut, gelisah, waspada, tapi setelah menenangkan diri sejenak, dia tersenyum dan menjawab bahwa dulu dia sering bertemu dengan sang kolonel. Kemudian, setelah mengatakan bahwa Kolonel Fitzwilliam adalah seorang pria yang sangat terhormat, dia balas menanyakan pendapat Elizabeth mengenai pria itu. Jawaban Elizabeth rupanya memuaskannya. Dengan sikap acuh tak acuh, Wickham segera menambahkan:
Berapa lama dia tinggal di Rosings" Hampir tiga minggu.
Dan kau sering bertemu dengannya" Ya, nyaris setiap hari.
Sikapnya sangat berbeda dari sepupunya. Ya, sangat berbeda. Tapi, menurutku sikap Mr. Darcy pun membaik jika kita sudah mengenalnya.
Betul! seru Mr. Wickham, dan Elizabeth tidak mel ewatk an perubahan ekspresinya. Dan, bolehkah aku bertanya" Setelah terdiam sejenak, Wickham menambahkan den gan nada lebih ceria, Bukankah dia hanya berubah di luarnya saja" Apakah dia berusaha bersikap lebih sopan daripada biasanya" karena aku tidak berani berharap, lanjutnya dengan nada lebih rendah dan serius, jiwanya akan beru bah.
Oh, tidak! sanggah Elizabeth. Aku yakin dia berubah sepenuhnya, karena sikapnya menjadi jauh lebih baik daripada sebelumnya.
Saat Elizabeth berbicara, Wickham tampak seolah-olah bimbang antara ingin mengiyakan atau menyanggah katakatanya. Ada sesuatu di wajah lawan bicaranya yang membuatnya mendengarkan dengan penuh perhatian, terlebih lagi ketika Elizabeth menambahkan:
Saat aku mengatakan bahwa sikapnya membaik, yang kumaksud bukanlah pikiran atau perilakunya yang membaik, tapi jika kita sudah mengenalnya secara lebih dekat, sikapnya akan lebih mudah dipahami.
Dari ekspresi wajahnya, tampak bahwa kewaspadaan Wickham telah berubah menjadi kekesalan. Selama beberapa menit dia terdiam hingga, setelah menyingkirkan rasa malunya, dia kembali menatap Elizabeth dan mengatakan dengan lembut:
Kau, yang tahu betul tentang perasaanku kepada Mr. Darcy, pasti mengerti bahwa aku sangat bersyukur, sebab dia cukup bijaksana untuk berperilaku seperti yang seharusnya. Keangkuhannya, dalam hal ini, akan berguna bagi banyak orang, jika bukan untuk dirinya sendiri, karena itu akan men utupinya dari keburukan yang dilakukannya padaku. Aku hanya khawatir, bahwa perubahan yang kau ceritakan ini mungkin karena dia sedang berada di rumah bibinya, sedangkan pendapat dan penilaian beliau sangat berharga baginya. Aku tahu bahwa ketakutannya kepada bibinya selalu
mem egang peranan ketika mereka sedang bersama. Dan dia juga harus bersikap hati-hati demi mewujudkan harapannya untuk bersanding dengan Miss de Bourgh, yang aku yakin sangat dicintainya.
Elizabeth tidak sanggup menahan senyumnya ketika mendengar ucapan Wickham. Dia hanya menanggapinya dengan sedikit menelengkan kepala. Dia tahu Wickham ingin mengajaknya bercakap-cakap berdua, tapi dia tidak berminat untuk melayaninya. Seperti biasa, Wickham menghabiskan malam itu dengan ceria, tapi dia tidak lagi berusaha mendekati Elizabeth. Akhirnya, mereka saling mengucapkan salam perpisahan dengan sopan, dan mungkin keduanya sama-sama berharap untuk tidak akan pernah berjumpa kembali di masa yang akan datang.
Ketika para tamu telah pergi, Lydia turut pulang bersama Mrs. Forster ke Meryton karena mereka akan berangkat pada pagi buta. Perpisahan antara dirinya dan keluarganya lebih berisik daripada menyedihkan. Satu-satunya orang yang menitikkan air mata adalah Kitty, tapi itu pun disebabkan rasa mar ah dan cemburu. Mrs. Bennet berkali-kali mengucapkan doa untuk kebahagiaan putrinya dan menekankan kepadanya untuk sebisa mungkin menikmati waktunya di sana nasihat yang pasti akan dilaksanakan oleh Lydia. Di tengah keributann ya sendiri ketika mengucapkan selamat tinggal kepada kel uarganya, Lydia tidak mendengar ucapan selamat jalan dari saudari-saudarinya.[]
357 K etika becermin pada keluarganya sendiri, Elizabeth
tidak dapat membayangkan kebahagiaan pernikahan ataupun kenyamanan rumah tangga. Ayahnya, yang terpikat pada kemudaan dan kecantikan juga keceriaan yang biasa ditunjukkan oleh wanita muda dan cantik menikahi seorang wanita yang kebebalan dan kepicikannya telah menghilangkan kasih sayang sejati ketika pernikahan mereka masih berusia sangat dini. Rasa hormat, kekaguman, dan kepercayaan pun lenyap untuk selamanya, dan seluruh pandangannya akan kebahagiaan rumah tangga pun turut melayang. Tetapi, Mr. Benn et bukanlah jenis orang yang akan melarikan diri dari kek ecewaan yang dibuatnya sendiri, atau melampiaskannya pada kesenangan yang bisa berakibat buruk bagi dirinya dan lingkungannya. Dia mencintai pedesaan dan buku, dan dia menjadikan keduanya sebagai sumber kesenangan utamanya. Kep ada istrinya, dia hanya merasakan sedikit utang budi, kecuali untuk kebebalan dan kekonyolan yang sering kali menghiburnya. Ini bukanlah jenis kebahagiaan yang umumnya dic ari seorang pria dalam sosok istri, tapi seorang filsuf
Bab 42 E"e" sejati akan menghibur diri dengan memanfaatkan apa pun yang tersedia.
Namun, Elizabeth tidak pernah buta terhadap ketimpangan sikap ayahnya sebagai seorang suami. Dia selalu memandang ayahnya dengan perasaan pedih, tapi tetap menghormati ketahanannya. Sembari bersyukur atas ketulusan kasih sayang ayahnya kepadanya, Elizabeth berusaha melupakan apa pun yang sesungguhnya sulit diabaikannya. Dia juga berusaha tidak memikirkan ketidakadilan yang sering dilakukan oleh ayahn ya dalam pernikahannya, terutama dengan mengolokolok Mrs. Bennet di hadapan anak-anaknya. Tetapi, baru kali inilah dia menyesali kelemahan yang tentunya dimiliki anak-anak dalam sebuah pernikahan yang tidak bahagia; dia menyadari sepenuhnya akibat yang bisa muncul dari pembawaan ayahnya yang kurang bijaksana pembawaan yang, jika digunakan di jalan yang benar, setidaknya mungkin akan memberi contoh yang baik pada putri-putrinya, bahkan meskipun tidak dapat digunakan untuk memperluas wawasan istrinya.
Walaupun Elizabeth mensyukuri kepergian Wickham, kepergian para prajurit dari Meryton tidaklah terlalu menyenangkannya. Orang yang mereka temui tidak akan sebanyak sebelumnya, dan di rumah, ibu dan adiknya mengeluh tanpa henti tentang kebosanan yang harus mereka lalui. Itu malah semakin menambah kemuraman di lingkungan mereka. Dan, meskipun Kitty lambat laun kembali memperoleh akal sehatnya setelah menyingkirkan gangguan di dalam pikirannya,
Lydia terancam kekecewaan yang lebih besar, karena dia tidak menyadari bahwa ketololannya akan menyusahkannya di masa yang akan datang. Dia mendapati bahwa peristiwa yang telah ditunggunya dengan antusias ternyata tidak mendatangkan kepuasan seperti yang dia idam-idamkan.
Karena itulah, penting bagi Elizabeth untuk mengingatingat berbagai hal yang menjanjikan kebahagiaan baginya sesuatu untuk dinanti dan diharapkan. Dia ingin menikmati penantian itu, menenangkan diri, dan mempersiapkan diri untuk menerima kekecewaan lain. Hal yang paling menyenangkannya sekarang adalah bayangan tentang bertamasya ke danau; itu adalah sumber ketenangan setelah saat-saat mer esahkan yang disebabkan keluh kesah ibunya dan Kitty. Seandainya saja dia bisa melibatkan Jane dalam rencana itu, semuanya akan menjadi sempurna.
Untunglah, pikir Elizabeth, aku masih memiliki sesuatu untuk dinanti-nantikan. Jika semuanya sudah terjadi, mungkin aku akan kecewa lagi. Namun sekarang, dengan tak henti-hentinya menyesali mengapa kakakku tidak bisa pergi, aku justru memiliki harapan bahwa kesenanganku akan seg era tiba; karena rencana yang menjanjikan semua kes uksesa n biasanya tidak akan pernah berhasil, dan kekecewaan mend alam hanya bisa dicegah oleh hambatan-hambatan kecil seperti ini.
Ketika berangkat, Lydia berjanji untuk menulis secepat dan sesering mungkin kepada ibunya dan Kitty, tapi suratsuratnya jarang hadir dan selalu sangat singkat. Surat-surat
untuk ibunya hanya menceritakan bahwa dia baru saja kembali dari perpustakaan yang juga didatangi para prajurit, dan di sana dia melihat hiasan-hiasan indah yang cukup disukainya. Dia juga membeli sehelai gaun dan sebuah payung baru, yang akan lebih banyak diceritakannya seandainya dia tidak harus cepat-cepat pergi karena Mrs. Forster telah memanggilnya untuk segera berangkat ke pangkalan militer. Surat-suratnya kepada Kitty, meskipun sedikit lebih panjang, mengandung terlalu banyak kata yang tidak dipahami orang lain.
Dua-tiga minggu setelah kepergian Lydia, kebugaran, keceriaan, dan kegembiraan kembali terlihat di Longbourn. Segala sesuatu tampak lebih membahagiakan. Keluarga-keluarga yang tinggal di kota selama musim dingin telah kembali, sehingga semua orang menantikan keindahan dan kemeriahan musim panas. Kecerewetan Mrs. Bennet juga telah kembali; dan, pada pertengahan Juni, Kitty telah sepenuhnya pulih seh ingga sanggup memasuki Meryton tanpa menitikkan air mata. Kejadian ini sangat menjanjikan, sehingga Elizabeth berharap bahwa pada Natal mendatang, Kitty bisa bertingkah masuk akal dengan tidak menyebut-nyebut seorang prajurit lagi, kecuali jika Angkatan Bersenjata dengan semena-mena kemb ali menempatkan resimen lain di Meryton.
Hari untuk memulai tamasya ke utara datang dengan cepat. Namun dua minggu sebelumnya, tibalah surat dari Mrs. Gardiner, yang mengabarkan bahwa mereka terpaksa har us menunda dan mempersingkat liburan mereka. Akibat kes ib ukannya, Mr. Gardiner baru bisa berangkat dua minggu kemudian pada bulan Juli dan harus kembali ke London dalam jangka waktu sebulan, sehingga mereka tidak bisa pergi terlalu jauh. Namun, mengingat bahwa mereka telah menyusun banyak rencana dan menanti-nantikan peristiwa ini, mereka pun memutuskan untuk melupakan danau dan menggantinya dengan tempat yang lebih terjangkau. Rencana baru mereka adalah pergi ke wilayah Derbyshire yang juga terletak di utara. Ada cukup banyak tempat yang bisa mereka kunjungi selama tiga minggu di sana, dan Mrs. Gardiner sangat menyukainya. Dia tidak sabar ingin segera berkunjung ke tempat di mana dia pernah menghabiskan beberapa tahun kehidupannya, juga tempat-tempat yang sudah terkenal akan keindahannya seperti Matlock, Chatsworth, Dovedale, atau Peak.
Elizabeth benar-benar kecewa; dia telah lama mendambakan perjalanan ke danau dan masih berpikir bahwa mereka sebenarnya memiliki cukup waktu. Tetapi, dia mudah terpuaskan dan tentunya mudah dibuat senang, sehingga keceriaannya kembali dalam waktu singkat. Berbagai gagasan muncul di benaknya ketika dia mendengar kata Derbyshire. Mustahil baginya untuk mendengar kata itu tanpa menghubungkannya dengan Pemberley dan pemiliknya. Tapi, tentu saja, pik irnya, tidak ada yang melarangku memasuki wilayahnya, dan aku bisa mencuri pandang ke beberapa tempat di sana tanp a disadari olehnya.
Waktu penantian pun menjadi dua kali lebih lama. Eliz abeth harus melewati empat minggu untuk menunggu ked atangan paman dan bibinya. Akhirnya hari itu tiba, dan
Mr. Gardiner, Mrs. Gardiner, serta keempat anak mereka tib a di Longbourn. Anak-anak mereka dua anak perempua n berumur enam dan delapan tahun, serta dua anak lakilak i yang lebih kecil akan ditinggalkan di bawah asuhan Jane. Anak-anak itu menyayangi Jane, yang kepandaian dan kelembutannya senantiasa menyertainya dalam segala kegiatan yang mereka lakukan bersama mengajar, bermain, dan men yayangi.
Pasangan Gardiner hanya menginap semalam di Longbourn, dan berangkat keesokan paginya bersama Elizabeth untuk mencari hiburan dan suasana baru. Memiliki teman perjalanan yang cocok adalah suatu hal yang menyenangkan. Kecocokan akan menjamin kesehatan dan kesabaran dalam menghadapi situasi yang tidak terduga, juga keceriaan dalam menikmati perjalanan. Mereka juga akan mendapat kasih sayang dan pengetahuan, yang akan sangat membantu jika mereka menghadapi kekecewaan di tempat yang asing.
Keindahan Derbyshire maupun tempat-tempat hebat yang mereka singgahi di sepanjang perjalanan Oxford, Blenheim, Warwick, Kenilworth, Birmingham, dan lain-lain sudah cukup banyak diketahui dan tidak akan dijelaskan di sini. Yang jelas, peristiwa penting dalam kisah ini terjadi di salah satu bagian Derbyshire. Setelah melihat semua objek wisata penting di wilayah itu, mereka singgah di sebuah kota kecil bern ama Lambton, yang dulu pernah dihuni Mrs. Gardiner dan masih menjadi tempat tinggal beberapa temannya. Elizabeth pun segera mendengar dari bibinya bahwa Pemberley
hanya berjarak lima mil dari Lambton. Namun, tempat itu tidak terletak di jalan yang akan mereka lewati, bahkan tidak berj arak satu-dua mil dari sana. Ketika membicarakan rute mer eka semalam sebelumnya, Mrs. Gardiner menyampaikan ke i n ginann ya untuk melihat tempat itu lagi. Mr. Gardiner menyat ak an persetujuannya, dan mereka pun menanyakan pend apat Elizabeth.
Sayangku, tidakkah kau ingin melihat tempat yang telah sangat sering kau dengar" tanya bibinya, sebuah tempat yang pernah disinggahi oleh teman-temanmu. Wickham menghabiskan seluruh masa kecilnya di sana, kau tahu.
Elizabeth galau. Karena merasa tidak memiliki urusan apa pun di Pemberley, dia menyampaikan keengganannya melihat tempat itu. Dia beralasan bahwa dia telah lelah melihat rumah-rumah indah; setelah begitu banyak rumah mereka masuki, dia sudah tidak berminat lagi mengagumi permadani cantik atau tirai satin.
Mrs. Gardiner mengolok-olok kekonyolannya. Jika tempat itu hanya sekadar rumah berperabot indah, katanya, aku juga tidak akan peduli. Tapi, pemandangan di sana sangat indah. Wilayahnya memiliki hutan tercantik.
Elizabeth tidak mengatakan apa-apa lagi meskipun benakn ya masih bergejolak. Kemungkinan berpapasan dengan Mr. Darcy ketika mereka sedang melihat-lihat tempat itu tibatiba terpikir olehnya. Sungguh mengerikan! Pipinya merona ketika membayangkannya, dan dia mempertimbangkan untuk berterus terang kepada bibinya daripada mengambil risiko itu.
Tetapi, itu juga bukan gagasan yang baik; dan akhirnya, Elizabeth memutuskan untuk menjadikannya senjata pamungkas jika bibinya bertanya kembali kepadanya.
Sebagai pertimbangan, sebelum tidur malam, Elizabeth bertanya kepada pelayan penginapan apakah Pemberley benar-benar indah, siapa nama pemiliknya, dan dengan waspada apakah penghuni rumah itu tetap tinggal di sana selama musim panas. Untuk pertanyaan terakhir, dengan tegas pelayan itu menjawab tidak , dan kewaspadaan Elizabeth pun sekonyong-konyong lenyap. Elizabeth sendiri sesungguhnya sangat penasaran ingin melihat rumah itu, dan ketika sang bibi bertanya kepadanya keesokan paginya, dia pun menjawab dengan acuh tak acuh bahwa dia mendukung rencananya. Maka, mereka pun pergi ke Pemberley.[]
365 D ari dalam kereta, Elizabeth dengan gelisah menyaksikan Hutan Pemberley untuk pertama kalinya. Dan, ketika akhirnya mereka berbelok dan melewati pos penjaga, semangatnya pun membuncah.
Taman di Pemberley sangat luas dan ditumbuhi berbagai macam tanaman. Mereka masuk melalui salah satu bagian terendahnya, dan berkereta selama beberapa waktu untuk menembus hutan indah yang terbentang luas.
Elizabeth terlalu sibuk berpikir sehingga kehilangan minat untuk bercakap-cakap, tapi dia melihat dan mengagumi setiap pemandangan indah yang mereka lewati. Tanpa terasa, mereka telah melewati sebuah tanjakan sepanjang set engah mil. Di ketinggian itu, hutan telah menipis. Dari sana, tatapan mereka langsung tertuju ke Pemberley House, yang terletak di ujung jalan di sisi lain lembah. Bangunan itu besar dan meg ah, berdiri menjulang di hamparan tanah yang tinggi dan dil atari oleh bukit-bukit berhutan. Di hadapannya, selarik sun gai alami mengalir dengan arus yang semakin deras. Tepi sungai itu tampak indah tanpa sentuhan berlebihan.
Bab 43 E"e" Eliz abeth merasa senang sekali. Sebelumnya dia tidak pernah melihat tempat yang diliputi oleh hal alamiah seperti ini, atau yang kecantikan alaminya belum dirusak oleh selera murahan. Mereka semua merasa kagum, dan seketika itu juga, tebersit di benak Elizabeth bahwa menjadi nyonya rumah di Pemberley adalah sesuatu yang luar biasa!
Mereka menuruni bukit, menyeberangi jembatan, dan menghampiri gerbang; dan, ketika mereka semakin mendekati rumah itu, segenap keengganan Elizabeth untuk bertemu dengan pemiliknya pun muncul kembali. Dia mengkhawatirkan kemungkinan si pelayan penginapan salah bicara. Karena ingin melihat-lihat rumah itu, mereka dipersilakan memasuki ruang tamu. Ketika mereka menantikan sang pengurus rumah tangga, Elizabeth berkesempatan untuk merenungkan di mana dirinya sedang berada.
Sang pengurus rumah tangga muncul. Berbeda dengan perkir aa n Elizabeth, dia adalah wanita setengah baya berpen ampilan terhormat dan berperilaku santun, meskipun par asn ya tidak rupawan. Ruang tamu Pemberley luas dan dit ata dengan indah. Setelah melihat-lihat isinya, Elizabeth mengh ampiri jendela untuk menikmati pemandangan. Bukit berm ahk ota hutan yang baru saja mereka lewati tampak menawan di kej au han. Semua yang ada di sana tampak indah, dan Elizabeth pun dengan gembira mengedarkan tatapan ke sungai, pepohonan di tepi sungai, dan lekukan-lekukan lembah sejauh jangkauan matanya. Pemandangan itu menghilang ketika mereka memasuki ruangan-ruangan lainnya.
Namun, dari set iap jendela, tampaklah keindahan lainnya. Semua ruangan di Pemberley tampak mewah dan anggun, dan perabotnya mencerminkan kekayaan pemiliknya. Dengan penuh kekaguman, Elizabeth melihat bahwa kemewahan di sana tidak berlebih-lebihan. Perabot-perabotnya tidak semahal yang ada di Rosings, tapi tampak lebih anggun.
Di tempat inilah, pikir Elizabeth, aku bisa saja menjadi seorang nyonya rumah! Di ruangan-ruangan inilah aku bisa saja sedang melakukan kegiatan saat ini! Alih-alih melihatlihatnya sebagai seorang asing, aku bisa saja menempatinya dan menyambut paman dan bibiku sebagai tamu. Tapi, tidak, dia teringat itu tidak akan pernah terjadi. Aku tidak akan pernah bertemu dengan paman dan bibiku lagi; aku pasti tidak akan diizinkan untuk mengundang mereka.
Ingatan itu menguntungkannya itu menjauhkannya dari perasaan yang sungguh mirip dengan penyesalan.
Dia ingin sekali bertanya kepada pengurus rumah tangga apakah majikannya benar-benar sedang pergi, tapi tidak memiliki keberanian untuk melakukannya. Namun, akhirnya pertanyaan itu disampaikan oleh pamannya. Elizabeth menoleh dengan waspada ketika Mrs. Reynold mengiyakan, lalu menambahkan, Tapi, kami mengharapkan kehadiran bel iau bersama teman-temannya besok. Betapa bersyukurnya Eliz ab eth karena perjalanannya bersama paman dan bibinya tidak tertunda sehari!
Mrs. Gardiner memanggil Elizabeth untuk melihat sebuah lukisan. Elizabeth menghampirinya. Di antara beberapa
hiasan di dekat perapian, terdapat lukisan kecil bergambar sosok yang mirip dengan Mr. Wickham. Sambil tersenyum, Mrs. Gardiner bertanya tentang pendapatnya mengenai lukisan itu. Sang pengurus rumah tangga mendekati mereka dan mengatakan bahwa itu adalah gambar seorang pemuda, put ra pelayan almarhum majikannya, yang sudah dianggap seb ag ai anak sendiri olehnya. Sekarang, dia menjadi prajurit, dia men ambahkan, namun, sepertinya kehidupannya sem akin liar.
Mrs. Gardiner memandang keponakannya sambil tersenyum, tapi Elizabeth tidak sanggup membalasnya.
Dan itu, kata Mrs. Reynolds, menunjuk sebuah lukisan lain, adalah majikan saya yang berusia sebaya dengannya. Kedua lukisan itu dibuat pada waktu yang sama sekitar delapan tahun yang lalu.
Saya sering mendengar tentang kebaikan majikan Anda, kata Mrs. Gardiner, menatap lukisan itu. Beliau memang tampan. Tapi, Lizzy, kau bisa memberi tahu kami apakah luk isan ini mirip dengan aslinya.
Mrs. Reynolds sepertinya menjadi lebih menghormati Elizabeth setelah mengetahui bahwa dia mengenal majikannya.
Apakah Anda mengenal Mr. Darcy"
Wajah Elizabeth bersemu merah ketika dia menjawab, Sedikit.
Dan, tidakkah menurut Anda dia sangat tampan, Ma- am"
Ya, sangat tampan. Saya sendiri tidak mengenal seorang pria pun yang lebih tampan daripada beliau. Di galeri lantai atas, kalian bisa melihat lukisan beliau yang lebih besar daripada yang ini. Ini adalah ruangan kesukaan almarhum majikan saya, dan luk isan-lukisan mini ini masih ditata seperti dahulu. Beliau san gat menyukainya.
Itu menjelaskan mengapa lukisan Mr. Wickham masih ada di sana.
Mrs. Reynolds mengalihkan perhatian mereka pada lukisan Miss Darcy, yang dibuat ketika gadis itu masih berumur delapan tahun.
Dan, bukankah Miss Darcy sama rupawannya dengan kakaknya" kata Mrs. Gardiner.
Oh, ya! Beliau adalah gadis tercantik yang pernah saya lih at; dan juga sangat berbakat! Beliau bermain musik dan men yanyi sepanjang hari. Di ruangan sebelah terdapat sebuah piano baru yang baru saja dikirim untuk beliau hadiah dari majikan saya; mereka berdua akan datang kemari besok.
Mr. Gardiner, yang sangat luwes dan ramah, melancarkan percakapan dengan banyak bertanya dan berkomentar. Mrs. Reynolds, entah karena kebanggaan atau kasih sayang, jelas sangat menikmati pembicaraan tentang kedua majikannya.
Apakah majikan Anda banyak menghabiskan waktu di Pemberley dalam setahun"
Tidak sebanyak yang saya harapkan, Sir, tapi saya berani mengatakan bahwa beliau menghabiskan setengah waktunya di sini, dan Miss Darcy selalu kemari untuk menghab iskan musim panas.
Kecuali, pikir Elizabeth, waktu dia pergi ke Ramsgate.
Jika majikan Anda sudah menikah, Anda pasti akan lebih sering bertemu dengan beliau.
Ya, Sir, tapi saya tidak tahu kapan peristiwa itu akan terjadi. Saya tidak mengenal siapa pun yang cukup baik untuk bel iau.
Mr. dan Mrs. Gardiner tersenyum. Elizabeth tidak bisa menahan perkataannya, Saya yakin, beliau sungguh beruntung karena Anda berpikir begitu.
Saya hanya mengungkapkan kebenaran, dan semua orang yang mengenal beliau akan mendukung ucapan saya, jawab Mrs. Reynolds. Mengira akan mendengar sesuatu yang menarik, Elizabeth memasang telinga untuk mendengar sang pengurus rumah tangga mengatakan, Seumur hidup saya, tidak sekali pun saya mendengar beliau berkata kasar, dan saya sudah mengenal beliau sejak beliau berumur empat tahun.
Itu adalah pujian yang paling luar biasa dan bertentangan dengan dugaan Elizabeth. Bahwa Mr. Darcy bukanlah seorang pria yang bertemperamen lembut sudah tercetak di benaknya. Nalurinya tergelitik; dia berharap dapat mendengar lebih banyak, dan bersyukur ketika pamannya mengatakan:
Ada segelintir orang di dunia ini yang layak mendapatkan begitu banyak sanjungan. Anda beruntung karena memiliki majikan seperti beliau.
Ya, Sir, saya tahu itu. Kalaupun saya mencari di seluruh penjuru dunia, saya tidak akan bertemu dengan orang yang lebih baik daripada beliau. Tetapi, saya selalu mengamati bahwa mereka yang baik pada masa kanak-kanaknya akan tumbuh menjadi orang dewasa yang baik. Majikan saya adalah bocah yang berperangai paling manis dan murah hati di dunia.
Elizabeth nyaris melotot ke arah Mrs. Reynolds. Benarkah yang dibicarakannya ini Mr. Darcy" pikirnya.
Ayah beliau adalah seorang pria yang luar biasa, kata Mrs. Gardiner.
Ya, Ma am, itu benar; dan putra beliau pun tumbuh menj adi seperti beliau sangat menyayangi kaum miskin.
Elizabeth mendengarkan, bertanya-tanya, meragukan, dan tidak sabar untuk mendengar lebih banyak lagi penjelasan. Tidak ada perkataan Mrs. Reynolds yang lebih menarik daripada ini. Penjelasannya mengenai berbagai lukisan, luas sejumlah ruangan, dan harga perabot menjadi sia-sia saja. Mr. Gardiner, yang sangat tertarik untuk mendengar kembali tentang tuan rumah dengan banyak sanjungan itu, segara mengangkat kembali topik tersebut. Ketika mereka bersama-sama menaiki tangga, Mrs. Reynolds pun dengan penuh semangat bercerita tentang berbagai kebaikan majikannya.
Beliau adalah tuan tanah dan majikan terbaik yang pernah hidup di dunia ini, kata Mrs. Reynolds, tidak seperti
para pemuda masa kini yang hanya bisa mementingkan diri sendiri. Tidak seorang pun penyewa tanah yang akan mengatakan sesuatu yang buruk mengenai beliau. Sebagian orang menganggap beliau angkuh, tapi saya tidak pernah melihat bukt inya. Menurut saya, itu disebabkan karena beliau tidak banyak bicara seperti kebanyakan pemuda lainnya.
Dia benar-benar menempatkan Mr. Darcy di posisi yang bagus! pikir Elizabeth.
Cerita bagus tentang Mr. Darcy ini, bisik bibinya ket ika mereka berjalan berdampingan, tidak sesuai dengan sik apn ya kepada teman kita yang malang.
Mungkin kita telah tertipu.
Itu tidak mungkin terjadi; penilaian kita terlampau baik.
Setelah melewati lobi luas di lantai atas, mereka diajak mem asuki sebuah ruang duduk yang sangat cantik, yang tamp ak jauh lebih anggun dan nyaman daripada ruangan-ruangan di lantai bawah. Mrs. Reynolds memberi tahu mereka bahwa ruang ini ditata untuk memenuhi selera Miss Darcy, yang senang menghabiskan waktu di sana ketika terakhir kali mengunjungi Pemberley.
Beliau benar-benar kakak yang baik, kata Elizabeth sembari berjalan menghampiri salah satu jendela.
Mrs. Reynolds menyampaikan kepuasan Miss Darcy set iap kali dia memasuki ruangan itu. Beliau memang selalu begitu, tambahnya. Beliau akan langsung melakukan apa
pun yang bisa menggembirakan adiknya. Tidak ada yang tidak akan beliau lakukan demi adiknya.
Hanya galeri lukisan dan dua-tiga kamar tidur utamalah yang belum ditunjukkan. Di galeri tersimpan banyak lukisan indah, tapi Elizabeth tidak tahu apa-apa soal seni, dan dari yang telah dilihatnya di lantai bawah, dia hanya tertarik pada beberapa lukisan krayon Miss Darcy, yang temanya lebih menarik dan juga lebih mudah dipahami.
Di galeri terdapat banyak potret keluarga, tapi hanya seg el intir yang mampu menarik perhatian orang asing. Elizab eth menjelajahi ruangan itu untuk mencari sosok yang berparas mirip dengan satu-satunya orang yang dikenalinya. Akhirnya, dia melihatnya gadis itu sangat mirip dengan Mr. Darcy; seulas senyum yang terkadang tersungging di wajah Mr. Darcy ketika menatap Elizabeth juga terlihat di wajahnya. Elizabeth berdiri selama beberapa menit di depan lukisan itu, memperhatikannya lekat-lekat, dan menyempatkan diri untuk mengamatinya lagi sebelum mereka keluar dari galeri. Mrs. Reyn olds memberi tahu mereka bahwa lukisan itu dibuat ket ika almarhum Mr. Darcy masih hidup.
Pada saat inilah, Elizabeth menyadari desiran perasaan yang lebih lembut di dadanya sejak perkenalannya dengan Mr. Darcy. Pujian yang disampaikan oleh Mrs. Reynolds tidak dibuat-buat. Adakah yang lebih berharga daripada pujian seorang pelayan yang cerdas" Sebagai seorang kakak, seorang tuan tanah, seorang majikan, begitu banyak orang yang kebahagiaannya ada di tangannya! Betapa besar kegembiraan atau
kesedihan yang bisa ditimbulkannya! Betapa banyak kebaikan atau kejahatan yang bisa dilakukannya! Seluruh cerita yang dis ampaikan oleh sang pengurus rumah tangga mengungkapkan kebaikan Mr. Darcy; dan ketika berdiri di hadapan kanv as yang memuat sosok pria itu, mengamati ketajaman pand angannya, Elizabeth memikirkannya dengan perasaan yang lebih mendalam. Dia teringat akan kehangatannya dan perangainya yang telah melunak.
Setelah melihat seluruh bagian rumah yang terbuka bag i khalayak umum, mereka kembali turun dan, sesudah berp amitan kepada Mrs. Reynolds, mereka memperkenalkan diri kepada tukang kebun yang menemui mereka di pintu rua ng depan.
Ketika mereka berjalan menuju sungai, Elizabeth menoleh untuk melihat kembali rumah yang baru saja mereka masuki; paman dan bibinya juga turut berhenti. Dan, saat Mr. Gardiner sedang memperkirakan umur bangunan itu, pemilikn ya tiba-tiba terlihat sedang menyusuri jalan yang berujung di istal.
Jarak di antara mereka hanya sekitar dua puluh meter, dan kemunculan Mr. Darcy begitu mendadak sehingga mustahil bagi Elizabeth untuk menghindari tatapannya. Pandangan mereka seketika bertemu, dan pipi keduanya pun bersemu mer ah. Mr. Darcy terkesima dan selama sesaat sepertinya tid ak sanggup bergerak akibat keterkejutannya. Tetapi, dia den gan segera memulihkan diri dan menghampiri mereka, lalu berb icara kepada Elizabeth; kalaupun belum sepenuhnya
berh asil menguasai diri, setidaknya dengan kesopanan yang semp urna.
Elizabeth tanpa sadar membuang muka, tapi berhenti ketika Mr. Darcy menghampirinya. Dia menerima sapaannya dengan rasa malu yang mustahil untuk dibendung. Jika kesan pertama yang ditimbulkannya atau kemiripannya dengan lukisan yang baru saja mereka lihat tidak cukup untuk meyakinkan Mr. dan Mrs. Gardiner bahwa pria yang ada di had apa n mer eka benar-benar Mr. Darcy, kekagetan si tukang keb un ketika melihat majikannya berhasil mengutarakannya. Mer eka berdua berdiri dengan agak canggung ketika pria itu berb icara kepada keponakan mereka yang, karena terkejut dan bin g ung, hanya berani sesekali mengangkat pandangan dan tidak tahu harus memberikan jawaban apa untuk pertanyaan men gen ai keluarganya.
Heran melihat perubahan sikap Mr. Darcy sejak pertemua n terakhir mereka, Elizabeth merasa semakin malu bersama setiap kalimat yang diucapkannya. Dia juga cemas memikirkan pendapat Mr. Darcy mengenai dirinya karena mend apatinya berada di sana. Percakapan selama beberapa menit itu menjadi momen tercanggung dalam kehidupan Eliz ab eth. Mr. Darcy sendiri sepertinya sama canggungnya; ketika dia berb icara, ketenangan yang menjadi ciri khasnya sama sekali tidak terdengar, dan pertanyaan tentang kapan Eliz ab eth ber angkat dari Longbourn dan berapa lama dia akan tingg al di Derbyshire diulang-ulangnya dengan begitu
ser ing dan terburu-buru, dengan jelas mencerminkan keadaan hat inya.
Akhirnya, semua hal sepertinya melayang dari benaknya, dan setelah berdiri selama beberapa waktu tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Mr. Darcy mendadak berpamitan dan meninggalkan mereka.
Mr. dan Mrs. Gardiner segera menghampiri keponakan mereka dan mengungkapkan kekaguman mereka atas sosok Mr. Darcy, tapi Elizabeth tidak mendengar sepatah kata pun yang mereka ucapkan. Elizabeth mengikuti paman dan bibinya tanpa berkata-kata, sepenuhnya tenggelam dalam per asaannya. Perasaan malu dan marah menderanya. Kedatanga nn ya kemari adalah keputusan tersalah dan terburuk di dunia! Mr. Darcy pasti akan menganggap aneh kelakuannya ini! Ini bet ul-betul cara terbaik untuk memicu keangkuhannya! Mr. Darcy tentu menyangka dirinya datang kemari untuk men gej ar-ngejarnya! Oh, mengapa dia harus mendatangi temp at ini" Atau, mengapa Mr. Darcy pulang sehari lebih cep at" Seand ainya keluar sepuluh menit lebih cepat, mereka tidak akan bert emu dengann ya karena jelas terlihat bahwa dia baru saja tiba baru saja turun dari kuda atau keretanya.
Berk ali-kali pipi Elizabeth terasa panas ketika dia teringat pada perj ump aa n mereka ini. Dan sikap Mr. Darcy, peru bahannya yang sangat mencolok apakah artinya" Sungguh mengherankan bahwa dia masih mau mengajaknya bic ara tapi dengan nada sesopan itu, untuk menanyakan kabar keluarganya! Tidak pernah sekali pun Elizabeth melihat
Mr. Darcy bersik ap sesopan itu dan berbicara dengan nada selembut itu seb el umn ya. Sikap yang ditunjukkan oleh Mr. Darcy kali ini sungg uh berkebalikan dengan sikapnya dalam pertemuan tera khir mereka di Rosings Park, ketika dia meletakkan surat itu di tangannya! Elizabeth tidak tahu harus memikirkan apa ataup un bersikap bagaimana.
Sekarang, mereka menyusuri jalan yang indah di tepi sungai, dan setiap langkah semakin mendekatkan mereka pada lembah atau bagian hutan yang lebih cantik, tetapi baru beberapa waktu kemudian Elizabeth memperhatikannya. Dan, meskipun dia menanggapi secara otomatis semua komentar paman dan bibinya, juga mengarahkan pandangannya pada apa pun yang mereka tunjuk, dia sama sekali tidak menghiraukan pemandangan di sekelilingnya. Hanya ada satu hal yang ada di dalam pikirannya, yaitu Pemberley House, di rua ngan mana pun itu, tempat Mr. Darcy berada saat ini. Elizab eth berharap bisa mengetahui apa yang sedang dipikirkan oleh pria itu dengan cara apa dia memikirkan dirinya, dan apak ah, setelah semua yang terjadi, dia masih menyayanginya. Mungk in Mr. Darcy bersikap sopan hanya karena dia merasa ten ang, tapi ada sesuatu di dalam suaranya yang menunjukkan bahw a dia tidak merasa tenang. Apakah Mr. Darcy merasa sakit hati atau senang karena bertemu dengannya, Elizabeth tidak tahu, tapi yang jelas, pria itu tidak menemuinya den gan tenang.
Akhirnya, Elizabeth mendengar komentar bibi dan pamannya mengenai lamunannya, dan dia pun berusaha untuk bersikap lebih ceria.
Mereka memasuki hutan dan mengucapkan selamat tingg al pada sungai untuk sementara waktu, lalu menuruni beb erapa gundukan tanah. Kemudian, ketika pepohonan telah menipis sehingga mata bisa memandang ke segala penjuru, tampaklah lembah yang memesona, dengan bukit di hadapan mereka yang dihiasi rumpun-rumpun pepohonan yang berdiri di sana-sini, juga bagian-bagian dari selarik sungai yang ses ekali terlihat. Mr. Gardiner menyampaikan harapannya unt uk berjalan kaki mengelilingi taman, tapi dia khawatir temp at itu tidak akan bisa dijelajahi dengan berjalan kaki.
Dengan tersenyum bangga, si tukang kebun mengatakan kepada mereka bahwa luas taman itu lebih dari sepuluh mil persegi. Pemberitahuan itu menjawab rasa penasaran Mr. Gard iner, dan mereka pun melanjutkan perjalanan. Setelah beberapa waktu, mereka tiba di tepi sungai yang mengalir di antara pepohonan di hamparan tanah terendah. Setelah menyeberangi sungai itu melalui sebuah jembatan sederhana yang tampak serasi dengan keseluruhan pemandangan di sana, tibalah mereka di bagian taman yang lebih indah daripada bag ian-bagian lain yang telah mereka lihat.
Bagian lembah ini lebih curam; hanya terdapat ruang untuk aliran sungai dan seruas jalan setapak di antara pepohonan rendah yang mem agarinya. Elizabeth ingin menjelajahi wilayah di sekelil ingnya. Namun, ketika mereka telah melintasi jembatan dan menyadari betapa jauhnya mereka dar i rumah, Mrs. Gardiner, yang bukan seorang pejalan kaki tangg uh, mul ai memohon kepada mereka untuk kembali
ke kereta secepatnya. Oleh kar ena itu, keponakannya pun terpaksa mengikutinya, dan mer eka berjalan kembali ke arah rum ah di sisi lain sungai, menga mbil jalan pintas. Tetapi, perj alanan mereka terasa lamb at karena Mr. Gardiner, yang san gat gemar memancing meskipun jarang melakukannya, berk ali-kali berhenti unt uk mengamati kecipak-kecipuk ikan trout yang sesekali men ampakkan diri. Mr. Gardiner juga sesek ali mengobrol dengan si tukang kebun.
Ketika sedang berjalan pelan inilah, mereka kembali dikejutkan oleh penampakan Mr. Darcy yang sedang menghampiri mereka. Kekagetan Elizabeth tidak jauh berbeda dari sebelumnya. Karena tempat ini lebih terbuka, mereka bisa saling memandang sebelum bertemu. Meskipun Elizabeth terkejut, ini membuatnya setidaknya bisa mempersiapkan diri untuk bercakap-cakap dan bersikap dengan tenang jika Mr. Darcy memang berniat untuk menemui mereka. Sejenak, Elizabeth menyangka bahwa Mr. Darcy mungkin akan mengambil belokan dan berjalan ke arah yang berbeda. Dugaan itu bertahan selama pandangan mereka ke belokan tersebut terhalang, tapi, sekonyong-konyong, jalan tampak kembali dan Mr. Darcy telah ada di hadapan mereka.
Dal am sekejap, Elizabeth bisa melihat bahwa kesopanannya belum menghilang. Untuk mengimbanginya, begitu mereka bertemu, Elizabeth langsung menyampaikan kekaguma nnya pada tempat itu. Tetapi, setelah menyebutkan kata memikat dan memesona , baru terpikir olehnya bahwa Mr. Darcy mungk in akan memandang pujiannya mengenai
Pemberley dengan cara lain. Wajah Elizabeth merah padam, dan dia pun langsung menutup mulut.
Mrs. Gardiner berdiri tidak jauh di belakang mereka, dan ketika Elizabeth terdiam, Mr. Darcy bertanya apakah dia mau memperkenalkannya kepada rombongannya. Elizabeth belum mempersiapkan diri untuk bentuk kesopanan seperti ini, dan dia pun tidak mampu menahan senyuman ketika menyadari bahwa Mr. Darcy ingin berkenalan dengan orang-orang yang dahulu dianggapnya akan mencoreng kehormatannya jika mereka menikah. Apakah dia akan terkejut, pikir Elizabeth, jika mengetahui siapa mereka" Saat ini dia masih menganggap mereka sebagai orang terpandang.
Elizabeth segera memperkenalkan mereka; dan, sembari menyebutkan tentang hubungan mereka, dia mencuri pandang ke arah lawan bicaranya untuk melihat bagaimana dia akan bereaksi. Dia tidak akan heran jika kemudian Mr. Darcy secepatnya menjauh dari orang-orang yang hina dalam pandangannya itu. Jelas terlihat bahwa Mr. Darcy terkejut ketika mengetahui tentang hubungan keluarga mereka. Namun, dia menutupinya dengan lihai, dan alih-alih berpaling, dia berj alan bersama mereka dan bercakap-cakap dengan Mr. Gardiner. Elizabeth merasa puas sekaligus menang. Sungguh menyenangkan baginya mengetahui bahwa Mr. Darcy menyadari dia memiliki keluarga yang tidak memalukan. Dengan penuh perhatian, dia mendengarkan seluruh obrolan mereka. Dia juga dengan bangga mendengarkan setiap ekspresi dan
kalimat yang diucapkan oleh pamannya, yang menandakan wawasa n, selera, dan kebaikan perangainya.
Obrolan segera beralih ke topik memancing. Elizabeth mendengar Mr. Darcy mengundang pamannya, dengan teramat sopan, untuk memancing di sungainya kapan pun dia berada di dekat sana, sekaligus menawarkan persediaan ump an dan menunjukkan bagian-bagian sungai yang biasanya dipenuhi ikan. Mrs. Gardiner, yang berjalan sambil mengg amit lengan Elizabeth, melontarkan tatapan penuh arti kepada keponakannya. Elizabeth diam saja, tapi dia merasa seolah-olah sedang melayang di udara; seluruh pujian itu tentunya ditujukan untuknya. Namun, dia sangat heran sehingga berkali-kali bertanya dalam hati, Mengapa dia berubah sebanyak itu" Apakah penyebabnya" Tidak mungkin dia berubah karena aku mustahil sikapnya melunak demi aku. Kritikan pedasku kepadanya saat di Hunsford tidak mungkin mengubahnya hingga sejauh ini. Mustahil jika dia masih mencintaiku setelah semua yang terjadi.
Setelah selama beberapa waktu berjalan kaki untuk mencapai tujuan mereka, dengan kedua wanita di depan dan kedua pria di belakang, mereka berhenti sejenak untuk mengamati beberapa tumbuhan air yang menarik. Mrs. Gardiner, yang telah letih akibat berjalan kaki sepanjang pagi itu, mendapati lengan Elizabeth kurang kokoh untuk menyangga dirinya dan menggantinya dengan lengan suaminya. Mr. Darcy menggantikan tempatnya di samping keponakannya, dan mereka pun berjalan berdampingan. Setelah sejenak berdiam diri,
Eliz abeth memecah kesunyian. Dia mengatakan bahwa dia telah memastikan kepergian Mr. Darcy sebelum mendatangi tempat ini, dan mau tidak mau mengatakan bahwa kehadirannya sama sekali tidak disangka-sangka Karena pengurus rumah tanggamu, dia menambahkan, memberi tahu kami bahwa kau baru akan datang besok. Dan sungguh, sebelum meninggalkan Bakewell, kami sudah mendengar kamu tidak ada di sini. Mr. Darcy membenarkan semua itu, lalu mengatakan bahwa urusan dengan pelayannya mengharuskannya datang kemari beberapa jam lebih cepat daripada teman-teman yang melakukan perjalanan dengannya. Mereka akan datang besok pagi, lanjutnya, dan beberapa di antara mereka sudah kau kenal Mr. Bingley dan kedua saudarinya.
Elizabeth hanya menjawab dengan anggukan singkat. Ingatannya langsung melayang pada peristiwa ketika nama Mr. Bingley terakhir kalinya disebut di antara mereka; dan, jika dia tidak salah menebak ekspresi wajah Mr. Darcy, pikiran pria itu pun tidak jauh berbeda darinya.
Ada orang lain di rombongan itu, lanjut Mr. Darcy setelah terdiam sejenak, yang secara khusus berharap untuk bisa mengenal dirimu. Jika kau berkenan, atau mungkin permintaanku ini terlalu berlebihan, bolehkah aku memperkenalkanmu kepada adikku selama kau tinggal di Lambton"
Permohonan itu benar-benar mengejutkan Elizabeth; bet apa dia ingin mengetahui alasan apa yang menyebabkan Miss Darcy ingin mengenalnya. Bagaimanapun, dia langsung merasa bahwa apa pun alasannya, tentu sang kakaklah yang
menj adi pendorongnya. Maka, tanpa berpikir panjang, dia menyambut gembira tawaran itu. Elizabeth merasa patut bersyuk ur karena kemarahan Mr. Darcy tidak membuatnya membenci dirinya.
Mereka melanjutkan perjalanan dalam keheningan, semua orang tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing. Elizabeth merasa kikuk; semua ini tidak masuk akal, tapi dia tersanjung dan gembira. Keinginan Mr. Darcy untuk memperk enalkannya pada adiknya sungguh di luar dugaannya. Sejenak kemudian, mereka telah jauh meninggalkan ked ua teman perjalanan mereka, dan ketika mereka tiba di kereta, Mr. dan Mrs. Gardiner masih seperempat mil di belakang mereka.
Mr. Darcy mengajaknya berjalan ke rumah, tapi Elizabeth mengatakan bahwa dirinya lelah, sehingga mereka pun berdiri berdampingan di halaman. Kesunyian di antara mer eka sangat menggelisahkan. Elizabeth ingin berbicara, tapi dia tidak bisa mengingat satu pun topik yang tepat untuk dikatak annya. Akhirnya, dia teringat akan perjalanan yang baru saja dilakukannya, dan mereka pun berlama-lama membicarakan tentang Matlock dan Dove Dale. Tetap saja, waktu dan bibinya bergerak dengan sangat perlahan dan kesabara n serta gagasan Elizabeth telah nyaris habis sebelum basa-basi itu berakhir. Ketika Mr. dan Mrs. Gardiner tiba, Mr. Darcy mendesak mereka semua untuk memasuki rumah dan beristirahat sejenak, tapi tawaran tersebut ditolak, dan mer eka pun berpamitan dengan penuh kesopanan. Mr.
Darcy men olong Elizabeth dan bibinya menaiki kereta, dan setelah mer eka pergi, Elizabeth melihatnya berjalan perlahan mem asuki rumah.
Di dalam kereta, Mr. dan Mrs. Gardiner mulai menyampaikan pendapat mereka. Keduanya menyatakan bahwa Mr. Darcy jauh lebih baik daripada yang mereka kira. Dia sangat baik hati, sopan, dan rendah hati, kata sang paman.
Sedikit keangkuhan memang terlihat dalam sosoknya, sejujurnya, sang bibi menimpali, namun, itu cocok untuknya dan tidak mengurangi kebaikannya. Sekarang, aku bisa menyet ujui ucapan pengurus rumah tangganya, bahwa meskipun sebagian orang menyebutnya angkuh, aku sama sekali tidak melihat buktinya.
Tidak ada yang lebih mengejutkanku daripada sikapnya kepada kita. Itu lebih dari sekadar sopan; dia benar-benar penuh perhatian, padahal dia tidak perlu memperlakukan kita dengan sebaik itu. Itu pasti disebabkan oleh pertemanannya dengan Elizabeth.
Sejujurnya, Lizzy, kata sang bibi, dia memang tidak set ampan Wickham; atau, lebih tepatnya, dia tidak memiliki ketampanan Wickham, meskipun dia juga sangat tampan. Tapi, bagaimana mungkin kau mengatakan kepadaku bahwa dia sangat menyebalkan"
Elizabeth sebisa mungkin berkelit dengan mengatakan bahwa sikap Mr. Darcy memang telah membaik, dan baru pada pagi itulah dia melihatnya bersikap seramah itu.
Tapi, mungkin dia agak berlebihan dalam menunjukkan keramahannya, jawab sang paman. Orang-orang hebat memang sering kali seperti itu; dan karena itulah aku tidak akan memegang ucapannya, karena dia mungkin akan berubah pikiran besok dan mengusirku dari tanahnya.
Elizabeth tahu bahwa paman dan bibinya telah sepenuhnya salah memahami sifat Mr. Darcy, tapi dia diam saja.
Dari yang kulihat pada dirinya, lanjut Mrs. Gardiner, aku benar-benar tidak percaya dia bisa berbuat sekejam itu kepada siapa pun seperti yang telah diperbuatnya kepada Wickham yang malang. Dia sama sekali tidak terlihat jahat. Sebaliknya, ada kesan menyenangkan yang terdengar ketika dia berbicara. Ada pula kesan terhormat di wajahnya yang tidak memungkinkan siapa pun meragukan isi hatinya. Tapi, sejujurnya, wanita baik hati yang menunjukkan isi rumahnya kepada kita itu sungguh berlebihan dalam menggambarkan dirinya! Aku bahkan kadang-kadang kesulitan menahan tawa karenanya. Tapi, sepertinya dia memang majikan yang baik, dan penilaian seorang pelayan sangat layak untuk dipercaya.
Elizabeth merasa berkewajiban untuk menyampaikan pembelaan atas sikap Mr. Darcy kepada Wickham agar paman dan bibinya mengerti. Dengan setenang mungkin, dia pun menc eritakan bahwa berdasarkan apa yang didengarnya dari teman-teman Mr. Darcy di Kent, tindakan pria itu kepada Wickh am sangat berbeda dengan apa yang telah mereka dengar, sehingga Mr. Darcy sesungguhnya tidak sejahat itu dan
Wickh am tidak sebaik yang mereka sangka di Hertfordshire. Unt uk menegaskan hal ini, Elizabeth menceritakan tentang mas alah keuangan yang melibatkan mereka, tapi alih-alih menyebutkan tentang bagaimana dirinya bisa mengetahui semua itu, dia menyebutkan bahwa sumber yang bisa dipercayalah yang mengungkapkan semuanya.
Mrs. Gardiner terkejut dan khawatir, tapi karena mereka telah mendekati pemandangan yang pernah menjadi kes ukaannya, kenangan indah dari masa lalu seketika menggantik an isi kepalanya. Dia pun segera sibuk menunjukkan berbagai tempat menarik kepada suaminya sehingga melupakan pikirannya yang lain. Setelah lelah berjalan kaki sepanjang pagi, mereka makan dan segera berangkat lagi untuk menemui teman lama Mrs. Gardiner. Malam itu mereka lalui dengan penuh kegembiraan dalam perayaan reuni dua orang teman yang telah berpisah selama bertahun-tahun.
Bagi Elizabeth sendiri, pikiran mengenai peristiwa hari itu terlalu menarik untuk digantikan teman-teman barunya. Tidak ada yang bisa dilakukannya kecuali memikirkan dengan penuh tanda tanya tentang kebaikan Mr. Darcy dan, di atas segalanya, keinginannya untuk memperkenalkan dirinya dengan adiknya.[]
387 E lizabeth yakin Mr. Darcy akan membawa adiknya mengunj unginya pada hari yang sama setelah dia tiba di Pemb erley; karena itulah, dia memutuskan untuk tidak beranjak jauh dari penginapan sepanjang pagi itu. Tetapi, kesimpula nn ya ternyata salah karena para tamunya datang pada pagi hari setelah kedatangan mereka di Lambton. Sepanjang pagi, Elizabeth dan pasangan Gardiner berjalan-jalan bersama teman-teman baru mereka, dan baru saja tiba di penginapan untuk berganti pakaian sebelum makan bersama keluarga yang sama. Namun, derak roda-roda kereta memancing mereka untuk menghampiri jendela, dan mereka melihat seorang pria dan wanita mengendarai sebuah kereta terbuka. Elizabeth langsu ng mengenali lambang keluarga Darcy di kereta itu, men erka maknanya, dan menyampaikan keterkejutannya kep ada paman dan bibinya.
Dia memberi tahu mereka tentang dugaannya. Paman dan bibinya terheran-heran, dan memperhatikan rasa malu Elizabeth ketika berbicara kepada mereka, juga situasi hari itu dan hari sebelumnya. Tidak pernah terlintas di benak
Bab 44 E"e" mereka sebelumnya, tapi kini mereka merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh keponakan mereka. Sem entara gagasan baru ini berkelebatan di kepala mereka, gej olak perasaan Elizabeth semakin hebat. Dia sendiri cukup heran melihat kegelisahannya, tapi di antara penyebab kerisauannya, dia paling mengkhawatirkan kemungkinan bahwa Mr. Darcy telah berbicara terlalu banyak mengenai dirinya. Lebih daripada segalanya, Elizabeth menduga akan sulit untuk menyenangkan Miss Darcy.
Elizabeth menjauhkan diri dari jendela, khawatir mereka akan melihatnya; dan, saat dia berjalan mondar-mandir di kamarnya untuk menenangkan diri, ekspresi heran di wajah paman dan bibinya menjadikan segalanya terasa lebih bur uk.
Miss Darcy dan kakaknya muncul, dan perkenalan yang mendebarkan itu pun terjadi. Elizabeth heran mengetahui bahwa kenalan barunya ternyata sama canggungnya dengan dirinya. Sejak tiba di Lambton, Elizabeth telah berkali-kali mendengar bahwa Miss Darcy adalah seorang gadis angkuh, tapi percakapan selama beberapa menit dengan gadis itu meyakinkannya bahwa dia sesungguhnya pemalu. Sangat jar ang Elizabeth mendengar kata yang lebih panjang dari satu suku kata terucap dari bibirnya.
Miss Darcy jangkung dan bertubuh lebih besar daripada Elizabeth. Meskipun umurnya masih enam belas tahun, sosokn ya terlihat matang. Penampilannya pun begitu anggun dan dewasa. Parasnya tidak serupawan kakaknya, tapi kes an
ramah dan antusias tampak di wajahnya, dan sikapnya sangat lemah lembut dan bersahaja. Elizabeth, yang mengira gadis itu dingin dan tidak tahu malu seperti Mr. Darcy, lega mengetahui bahwa sifat mereka ternyata berbeda.
Setelah bercakap-cakap sejenak, Mr. Darcy memberi tahu Elizabeth bahwa Bingley juga akan datang untuk menemuinya. Elizabeth belum sempat mengungkapkan kegembiraannya dan mempersiapkan diri untuk menerima tamu lain, ket ika langkah sigap Bingley terdengar di tangga. Sosoknya sekonyong-konyong memasuki ruangan. Seluruh kemarahan Elizabeth kepadanya telah lama lenyap; tapi, kalaupun mas ih ada secuil rasa marah yang tersimpan di dalam dirinya, kegembiraan yang ditunjukkan oleh Bingley saat melihatnya berhasil mel enyapkannya. Bingley menanyakan kabar keluarganya den gan ramah meskipun tetap berjarak. Penampilan dan cara bic aran ya masih tetap santai, sama seperti dahulu.
Sama seperti keponakan mereka, Mr. dan Mrs. Gardiner juga menganggap Bingley sebagai pribadi yang menarik. Mereka telah lama berharap bisa berjumpa dengannya. Pertemuan yang berlangsung di hadapan mereka sungguh meriah. Kecurigaan mereka tentang hubungan antara Mr. Darcy dan keponakan mereka membuat mereka memperhatikan keduanya dengan penuh rasa ingin tahu terselubung. Tak lama kem udian, pertanyaan mereka pun terjawab. Ketika melihat Elizabeth, mereka masih agak ragu-ragu, tapi kekaguman Mr. Darcy kepada Elizabeth cukup jelas terlihat.
Elizabeth sendiri terlalu banyak bertingkah. Dia ingin menegaskan perasaannya kepada setiap tamunya; dia ingin menunjukkan sikap yang baik dan membuat dirinya menyenangkan bagi semua orang. Dia mencemaskan tujuan yang terakhir tersebut, tapi rupanya dia berhasil melakukannya, kar ena tamunya juga menginginkan hal yang sama. Bingley, dengan penuh kesiapan, Georgiana dengan penuh semangat, dan Darcy dengan penuh tekad menerima keramahannya.
Ketika melihat Bingley, pikiran Elizabeth langsung melayang kepada kakaknya dan, oh! betapa dia mendambakan bisa membaca perasaan Bingley melalui sikapnya. Kadang-kadang, dia merasa Bingley lebih pendiam daripada biasanya, dan sekali atau dua kali, dia merasa puas menyadari bahwa Bingley sepertinya mencari-cari kemiripan antara dirinya dan kakaknya ketika melihatnya. Tetapi, meskipun mungkin saja dia hanya mengkhayalkan semua ini, dia tidak mungkin tertipu ketika melihat sikap Bingley kepada Miss Darcy, yang menurut desas-desus adalah saingan Jane. Keduanya tidak menunjukkan tanda-tanda saling menyukai. Tidak ada apa pun di antara mereka yang bisa membenarkan kecemasan kak akn ya. Mengenai hal ini, Elizabeth merasa puas.
Sebelum mer eka berpamitan, terjadi dua atau tiga kes empatan kecil yang membuat Elizabeth menilai bahwa Bingley memancing-mancingnya untuk bercerita lebih banyak mengenai Jane. Bingl ey berkata kepadanya dengan nada yang mencerm ink an penyesalan sejati, Sudah sangat lama sejak terakhir kalinya aku bertemu dengan Jane. Dan, sebelum Elizabeth
bisa menj awab, dia telah menambahkan, Sudah lebih dari delapan bulan. Terakhir kalinya kami bertemu adalah pada 26 Nov ember, ketika kita semua berdansa di Netherfield.
Elizabeth senang karena Bingley masih mengingat detail itu. Kemudian, di saat yang lain tidak memperhatikan, Bingley menyempatkan diri untuk bertanya apakah saudari-saudarinya masih tinggal di Longbourn. Pertanyaan maupun nadanya sepert iny a memang tidak mengandung kesan tertentu, tapi tat apa n dan sikapnya menunjukkan makna berbeda.
Hanya beberapa kali Elizabeth bisa mencuri pandang ke arah Mr. Darcy, tapi kapan pun dia sempat mencuri pand ang, ekspresi sopanlah yang tampak di wajah pria itu, dan di dalam suaranya, dia mendengar nada yang sangat jauh dari kebencian ataupun penghinaan kepada orang-orang di sekitarnya. Ini mey akinkan Elizabeth bahwa perubahan sikap yang disaksikann ya kemarin, walaupun mungkin hanya sementara, telah bertahan hingga lebih dari sehari. Elizabeth melihat Mr. Darcy berkenalan dan beramah tamah dengan orang-orang yang beberapa bulan silam dipandangnya dengan hina, juga bersikap sopan, bukan hanya kepada dirinya, melainkan kepada keluarganya, yang secara terbuka pernah direndahkannya. Ket ika dia teringat pertemuan terakhir mereka di Hunsford Pars onage, perbedaan dan perubahannya terasa begitu besar, men yent ak benaknya dengan sangat kuat, sehingga dia nyaris kesulitan menyembunyikan keheranannya. Sebelumnya, Elizabeth tidak pernah melihat Mr. Darcy begitu ceria, bahkan di antara teman-teman terdekatnya di Netherfield atau kerabat
dekatnya di Rosings. Sekarang, tidak ada kekakuan dalam diri Mr Darcy, bahkan ketika tidak ada keuntungan apa pun yang bisa dicapainya dari lawan bicara yang akan menjadi bahan olok-olokan para wanita di Netherfield dan Rosings.
Para tamu berkunjung selama lebih dari setengah jam. Ketika mereka bangkit untuk berpamitan, Mr. Darcy mem in?" ta adiknya mengundang pasangan Gardiner dan Miss Benn et untuk makan malam di Pemberley sebelum mereka mel anjutkan perjalanan. Miss Darcy, dengan sikap malu-malu yang menandakan bahwa dia tidak terbiasa memberikan undangan, langsung mematuhi kakaknya. Mrs. Gardiner men at ap keponaka nnya, ingin mengetahui bagaimana dia, yang menj adi tujuan utama mengapa undangan tersebut dilay angkan, akan menerimanya. Namun, Elizabeth buru-buru memb uang muka. Mrs. Gardiner menerima undangan itu, set el ah men yimpulkan bahwa tindakan keponakannya ini lebih disebabkan oleh rasa malu daripada keinginan untuk menolak. Terl ebih, dia melihat bahwa suaminya, yang gemar berg aul, dengan senang hati ingin pergi. Undangan itu dit etapk an esok lusa.
Bingley mengungkapkan kegembiraannya karena akan bertemu kembali dengan Elizabeth, sebab masih banyak hal dan pertanyaan tentang teman-teman mereka di Hertfordshire yang ingin disampaikannya. Elizabeth senang, menyimpulkan perkataan Bingley tersebut sebagai harapan untuk mendengar kabar tentang Jane. Ketika para tamunya telah pergi, dia, pam an, dan bibinya mampu mengenang tiga puluh menit yang baru saja berlalu dengan perasaan puas, meskipun ketika
peristiwa itu terjadi, hanya sedikit kesenangan yang dirasakannya. Karena tidak sabar untuk menghabiskan waktu sendirian, dan mengkhawatirkan pertanyaan atau sindiran dari paman dan bibinya, Elizabeth hanya bersama mereka cukup lama untuk mendengar pujian mereka terhadap Bingley, lalu dia cep at-cepat pergi untuk berganti pakaian.
Tetapi, tidak ada alasan bagi Elizabeth untuk mengkhawatirkan rasa penasaran Mr. dan Mrs. Gardiner; mereka tidak berniat memaksanya bercerita. Jelas bahwa Elizabeth lebih akrab dengan Mr. Darcy daripada yang mereka ketahui; jelas pula bahwa Mr. Darcy sangat mencintainya. Banyak yang men arik perhatian mereka, tapi tidak ada yang patut mereka pert anyak an.
Mengenai Mr. Darcy, mereka juga berpendapat baik; sej auh perkenalan mereka, tidak ada sedikit pun cela yang mereka temukan. Kesantunannya menyentuh mereka. Seandainya mereka memberikan penilaian terhadap perangai Mr. Darcy hanya berdasarkan perasaan mereka sendiri dan laporan pengurus rumah tangga Pemberley, tanpa pernah mendengar pendapat orang lain, prasangka orang-orang di Hertfordshire tentu tidak akan pernah mereka pedulikan. Namun, sekarang mereka menjadi lebih memercayai si pengurus rumah tangga; dan mereka sadar bahwa pendapat seorang pelayan yang telah mengenal majikannya sejak berumur empat tahun, dan yang sikapnya sendiri patut dihormati, tidak bisa diabaikan begitu saja. Teman-teman mereka di Lambton pun tidak memiliki keberatan terhadap Mr. Darcy. Tidak ada yang bisa disalahkan darinya, kecuali keangkuhannya; dia mungkin memang angkuh, dan kalaupun tidak, para penghuni kota perdagangan kecil yang tidak pernah dikunjungi oleh keluarganya akan tetap menganggapnya seperti itu. Namun, semua orang men gatak an bahwa Mr. Darcy adalah pria murah hati yang ban yak melakukan kebaikan kepada kaum miskin.
Mengenai Wickham, mereka segera mendengar bahwa dia tidak dipandang dengan baik di sana. Kendati tidak ada yang mengetahui dengan jelas tentang masalahnya dengan anak dari patronnya, semua orang tahu bahwa ketika pergi dari Derbyshire, Wickham meninggalkan banyak utang, yang kem udian dilunasi oleh Mr. Darcy.
Malam itu, lebih daripada malam sebelumnya, pikiran Elizabeth melayang ke Pemberley. Dan malam itu, meskipun terasa panjang, tidak cukup panjang baginya untuk mengambil keputusan tentang perasaannya kepada pria yang ada di sana. Dia pun berbaring tanpa bisa memejamkan mata selama dua jam, berusaha mencerna pikirannya. Yang jelas, dia tidak membenci Mr. Darcy. Tidak; kebenciannya telah lama lenyap, dan dia bahkan bisa dikatakan malu karena pernah membenci Mr. Darcy. Rasa hormat yang tercipta dari keyakinan tentang sifat-sifat baik pria itu, yang pada awalnya sulit diakuinya, tak lagi membuat jengkel perasaannya. Sekarang, keakraban dan kedekatan yang ditimbulkan oleh keramahan Mr. Darcy sejak kemarin, telah meletakkan pria itu di tempat yang lebih baik.
Tetapi, di atas segalanya, di atas kehormatan dan kepercayaan, ada perasaan yang sulit dipahami oleh Elizabeth. Dia bersyukur; rasa syukur itu muncul bukan hanya karena Mr. Darcy pern ah mencintainya, melainkan karena rasa cintanya yang cuk up besar sehingga dia bisa memaafkan segala kekasara n dan kelancangan Elizabeth dalam menolaknya, juga sel uruh tuduhan tak berdasar yang menyertai penolakannya. Mr. Darcy, yang disangkanya akan menghindarinya dan mempe rlakuk annya layaknya musuh terbesar, sepertinya dalam pertemuan yang tidak disengaja kemarin berusaha memperbaiki hubungan mereka. Tanpa sikap berlebihan ataupun keanehan yang membuatnya terganggu, dia juga berupaya agar paman dan bibi Elizabeth menyukainya, dan bahkan memperkenalkan Elizabeth kepada adiknya. Mengingat Mr. Darcy adalah pria yang teramat angkuh, perubahan semacam itu tidak hanya mendatangkan keterkejutan, tapi juga rasa syukur untuk cint a, cinta sejati yang tentu mendasarinya.
Elizabeth ingin membina rasa itu, karena dia tidak merasakan sedikit pun keburukan, kendati sulit baginya untuk mengg ambarkannya secara pasti.
Dia menghormati, meyakini, dan mensyukuri kehadiran Mr. Darcy, dan dia merasakan ketertarikan yang nyata kepadanya. Dia ingin mengetahui seberapa jauh dia mengharapkan kehadiran Mr. Darcy, dan seberapa jauh kebahagiaan mereka berdua bergantung pada kekuatannya, yang menurutnya dapat memperbaiki hubungan mereka.
Malam itu juga, Mrs. Gardiner dan Elizabeth sepakat bahwa kebaikan Miss Darcy sungguh tiada tara. Sebab, dia mau mengunjungi mereka pada hari kedatangannya di Pemberley. Kedatangannya patut dibalas oleh kunjungan dari pihak mereka meskipun tidak akan setara. Mereka memutuskan untuk mengunjunginya di Pemberley keesokan paginya. Maka, ke sanalah mereka akan pergi. Elizabeth gembira, meskip un ketika bibinya menanyakan alasannya, dia hanya bisa memberikan jawaban singkat.
Mr. Gardiner meninggalkan mereka tidak lama setelah sarapan berakhir. Para pria telah membicarakan kembali rencana memancing kemarin, dan mereka sepakat untuk bertemu di Pemberley sebelum tengah hari.[]
397 K arena Elizabeth telah yakin bahwa kebencian Miss
Bingley kepadanya disebabkan oleh perasaan cemburu, mau tidak mau dia berpikir bahwa kehadirannya di Pemberley tentu akan disambut gadis itu dengan dingin. Tetapi, dia juga penasaran ingin mengetahui apakah sikap Miss Bingley kepadanya akan berubah.
Setibanya di Pemberley, Mrs. Gardiner dan Elizabeth dibawa menuju ruang duduk, yang menampilkan keindahan pemandangan musim panas wilayah utara. Jendela-jendelanya mengarah ke taman, menunjukkan pemandangan paling menyegarkan yang terdiri atas perbukitan berhutan di belakang rumah, juga pepohonan ek dan kenari Spanyol di halaman.
Kedatangan mereka disambut oleh Miss Darcy, yang sedang duduk di sana bersama Mrs. Hurst dan Miss Bingley, juga wanita yang tinggal bersamanya di London. Sambutan Georgiana kepada mereka sangatlah santun, tapi disertai keengg anan. Meskipun keengganan itu disebabkan oleh rasa mal u dan kekhawatiran untuk berbuat kesalahan, orang-orang yang merasa rendah diri dengan mudah akan menganggapnya
Bab 45 E"e" sebagai kesombongan dan ketertutupan. Namun, Mrs. Gardiner dan Elizabeth justru mengasihaninya.
Dari Mrs. Hurst dan Miss Bingley, mereka hanya mendapatkan anggukan singkat; dan, setelah mereka duduk, keheningan yang canggung mengikuti selama beberapa waktu. Yang pertama kali memecahkannya adalah Mrs. Annesley, seorang wanita lemah lembut yang berpenampilan bersahaja. Upayanya untuk menghadirkan topik pembicaraan membuktik an bahwa dia memiliki keluwesan sejati yang melebihi sem ua orang yang ada di sana. Percakapan pun mengalir di ant ara Mrs. Annesley dan Mrs. Gardiner, dengan sesekali di timpali oleh Elizabeth. Miss Darcy tampak seolah-olah berharap memiliki keberanian untuk bergabung dengan mereka, dan terkadang dia berkomentar singkat dengan suara lirih.
Elizabeth segera menyadari bahwa Miss Bingley sedang memperhatikannya lekat-lekat, dan bahwa Elizabeth tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun, terutama kepada Miss Darcy, tanpa menarik perhatiannya. Pengamatan ini tidak akan menghalangi Elizabeth untuk berbicara dengan Miss Darc y sea ndainya mereka duduk berdekatan; tapi, dia juga tid ak men yesali fakta bahwa dia tidak perlu banyak berbicara. Pikirann ya sendiri telah menyibukkannya. Dia menduga par a pria mungkin saja akan memasuki ruangan itu dengan tiba-tiba. Dia berharap meskipun kemungkinan ini mencemask annya sang tuan rumah akan ada di antara mereka. Dia tidak bisa memutuskan apakah harapannya lebih besar daripada kec em asa nnya. Setelah duduk selama seperempat jam
tanpa sekali pun mendengar suara Miss Bingley, Elizabeth tersentak ketika Miss Bingley dengan dingin bertanya mengenai keluarganya. Elizabeth menjawab dengan nada yang sama, dan mer eka pun menghabiskan waktu dalam keheningan.
Pemecah keheningan selanjutnya adalah masuknya para pelayan yang menghidangkan daging dingin, kue bolu, dan berb agai macam buah-buahan terlezat dari musim itu; tapi, itu baru terjadi setelah Mrs. Annesley berkali-kali melontarkan tatapan penuh arti dan senyuman kepada Miss Darcy, untuk mengi ngatkannya akan kedudukannya. Sekarang, semua orang memiliki kesibukan karena mereka bisa makan untuk mengh indari kewajiban berbicara dan piramida indah yang terdiri dari anggur, jeruk, dan persik pun segera mengundang mereka untuk menghampiri meja.
Setelah mereka menikmati hidangan, Elizabeth mendapatkan kesempatan untuk memikirkan apakah dia sesungguhnya mengharapkan atau mencemaskan kehadiran Mr. Darc y, karena yang bersangkutan akhirnya datang. Kemudian, meskipun sesaat sebelumnya dia yakin bahwa dirinya akan bisa menguasai keadaan, dia mulai menyesali kehadiran pria itu.
Mr. Darcy telah menghabiskan waktu cukup lama di tepi sun gai bersama Mr. Gardiner, bersama dua atau tiga pria lainny a dari Pemberley, sebelum mendengar bahwa Mrs. Gard in er dan Elizabeth berniat mengunjungi Georgiana pagi itu. Tepat sebelum dia hadir, Elizabeth telah memutuskan untuk ber sikap santai dan tenang. Sebuah keputusan yang leb ih mudah diambil daripada dijalankan, karena dia melihat
bahwa kecurigaan semua orang langsung tergugah begitu mereka berd ua bertemu, dan semua mata memperhatikan tingkah Mr. Darcy ketika dia memasuki ruangan. Tidak ada yang mampu menandingi Miss Bingley dalam menampilkan ekspresi pen as aran, meskipun senyuman senantiasa tersungging setiap kali dia berbicara. Kecemburuan belum membuatnya put us asa, dan usahanya untuk mendapatkan perhatian Mr. Darcy belum juga berakhir. Miss Darcy menjadi lebih banyak berbicara, setelah mendapatkan keberanian dari kehadiran kakaknya. Elizabeth menyadari bahwa Mr. Darcy berusaha mengakrabkannya dengan adiknya, dengan cara lebih banyak melibatkan mereka berdua dalam pembicaraan yang dipimpin olehnya. Miss Bingley, yang juga menyadarinya, di ambang kemarahannya menyambar kesempatan untuk berbicara dengan nada nyinyir:
Miss Eliza, bukankah pasukan militer shire telah pergi dari Meryton" Keluarga-mu tentu menganggapnya sebag ai suat u kehilangan besar.
Pride And Prijudice Karya Jane Austen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Di hadapan Darcy, Miss Bingley tidak berani menyebutkan nama Wickham, tapi Elizabeth langsung memahami bahwa nama itulah yang ada di benaknya. Berbagai macam ke n angan yang menyangkut Wickham sejenak merisaukann ya, tapi dia cepat-cepat menyingkirkannya untuk memp ersiapkan diri dalam menerima serangan yang lebih brutal. Untuk saat ini, dia menjawab pertanyaan dari Miss Bingley dengan nada acuh tak acuh. Sembari menjawab, Elizabeth melirik sekilas ke arah Darcy. Dia melihat pria itu sedang menatapnya dengan
wajah bersemu merah, sementara adiknya, yang tampak kebin gunga n, tidak sanggup mengangkat pand anga n.
Seandainya Miss Bingley mengetahui kepedihan yang sedang diberikannya kepada teman terkasihnya, dia tent u akan mem ahami peru baha n suasana yang terjadi. Nam un, tujua n yang ingin dic apain ya hanyalah meresahkan Eliz ab eth den gan menyebut-nyebu t tentang pria yang diyak inin ya menyuk ainya, untuk mem anc ing Elizabeth agar mengu capkan sesuatu yang bisa men ur unk an derajatnya di mata Darcy dan, mungkin, untuk mengi ngatk an Darcy pada ketololan dan kekonyolan sebagian anggota keluarga Bennet saat berurusan dengan pasukan militer. Miss Bingley tidak pernah mendengar sepatah kata pun mengenai upaya kawin lari Miss Darcy. Tidak seorang pun mengetahui rahasia itu, kecuali Eliz ab eth; bahkan Bingley sekalipun tidak mengetahui hal ini, untuk alasan yang telah diketahui oleh Elizabeth dan akan disimpannya hingga akhir hayatnya. Sudah jelas Darcy per nah merencanakan pernikahan Bingley dan Miss Darcy, dan tanpa bermaksud untuk menyangkutpautkannya pada perpisahan Bingley dan Jane, rencana itu mungkin merupakan salah satu alasan yang membuatnya begitu mengkhawatirkan masa depan Mr. Bingley.
Namun, ketenangan yang ditunjukkan Elizabeth segera meredakan emosi Darcy; dan, karena Miss Bingley, yang kes al dan kecewa, tidak berani menyebut-nyebut tentang Wickh am, Georgiana juga berangsur-angsur tenang kembali, meskipun tidak mampu lagi berbicara. Kakaknya, yang tidak
berani ditatapnya, jarang sekali mengingatkan dirinya akan kejadian itu, dan upaya yang dirancang Miss Bingley untuk mengalihkan pikiran Darcy dari Elizabeth sepertinya malah membuat Georgiana semakin menghargai mereka.
Kunjungan Elizabeth dan bibinya berakhir tak lama setelah Miss Bingley melayangkan pertanyaannya. Selagi Mr. Darcy mengantar mereka ke kereta, Miss Bingley mengungkapkan perasaan dan melontarkan kritikan tentang kepribadian, sikap, dan pakaian Elizabeth. Tetapi, Georgiana menolak untuk menyambut gunjingannya. Pendapat kakaknya cukup baginya untuk menetapkan sikap kepada Elizabeth; penilaian kakaknya tidak akan salah. Berbagai pujian kakaknya mendorong Georgiana untuk melihat sendiri betapa manis dan menyenangkannya Elizabeth. Ketika Darcy kembali ke ruang duduk, Miss Bingley mengulang kembali beberapa hal yang telah dikatakannya kepada Miss Darcy.
Payah sekali penampilan Miss Eliza Bennet pagi ini, Mr. Darcy, serunya. Seumur hidupku, aku tidak pernah melihat seorang pun yang berubah begitu banyak sejak musim dingin seperti dia. Kulitnya tampak kasar dan kecokelatan! Aku dan Louisa sependapat bahwa kita sebaiknya tidak berteman lagi dengannya.
Kendati tidak menyukai cara bicara Miss Bingley, Mr. Darcy menjawab dengan tenang. Dia tidak melihat perubahan di dalam diri Elizabeth, kecuali bahwa kulitnya agak kecokelatan sebagai akibat dari melakukan perjalanan selama musim panas.
Aku harus mengakui, tukas Miss Bingley, bahwa aku tidak pernah bisa melihat kecantikan dalam dirinya. Wajahnya terlalu tirus, kulitnya kusam, dan sosoknya biasa-biasa saja. Hidungnya pesek tidak ada gurat-gurat yang menjadikannya menarik. Giginya memang lumayan, tapi tidak istimewa; dan matanya, yang oleh sebagian orang dianggap indah, menurutku tidak memiliki hal yang luar biasa. Tatapannya tajam dan meremehkan, dan aku tidak menyukainya. Lalu, sikapnya menunjukkan kesombongan kampungan, yang benar-benar keterlaluan.
Ini bukanlah cara terbaik untuk berpendapat mengenai Elizabeth, mengingat Miss Bingley menyadari bahwa Darcy mengaguminya; tetapi, seseorang yang sedang marah sering kali bertindak kurang bijaksana. Maka, ketika melihat bahwa Darcy akhirnya tampak jengkel, tujuannya pun tercapai. Tetapi, Darcy tetap tidak menanggapi omongannya. Bertekad untuk membuatnya berbicara, Miss Bingley melanjutkan:
Aku masih ingat, ketika kita pertama kali mengenalnya di Hertfordshire, kita semua heran karena penduduk di sana menganggapnya cantik; dan aku ingat betul perkataanmu malam itu, sepulangnya mereka dari makan malam di Netherfield. Yang seperti itu disebut cantik! pasti mereka menganggap ibunya pintar. Tapi, kemudian, sepertinya dia mulai bermanis muka di hadapanmu, dan aku yakin baru ketika itulah kau menganggapnya lumayan cantik.
Ya, jawab Darcy, yang tidak sanggup menahan diri leb ih lama lagi, itu adalah anggapanku ketika aku pertama
kali bertemu dengannya. Namun, sejak berbulan-bulan yang lalu, aku telah menganggapnya sebagai salah seorang wanita tercantik yang kukenal.
Darcy segera keluar dari ruang duduk, meninggalkan Miss Bingley dengan seluruh kepuasan karena berhasil memaksanya mengatakan sesuatu yang tidak menyakiti siapa pun, kecuali dirinya sendiri.
Sekembalinya mereka dari Pemberley, Mrs. Gardiner dan Elizabeth langsung membicarakan segala sesuatu yang terj adi dalam kunjungan mereka, kecuali tentang satu hal yang sesungguhnya paling menarik minat mereka. Mereka membahas tentang tatapan dan sikap semua orang yang mer eka temui, kecuali satu orang yang paling menarik perhatin mereka. Mereka membicarakan adik Mr. Darcy, teman-temannya, rumahnya, buah-buahannya apa pun kecuali dirinya; tet api, Elizabeth sebenarnya ingin mengetahui pendapat Mrs. Gard iner tentang Mr. Darcy, dan Mrs. Gardiner akan sa n gat bers yukur jika keponakannya itu mau membuka topik ters ebut.[]
405 E lizabeth sangat kecewa lantaran tidak mendapatkan surat
dari Jane ketika mereka pertama kali tiba di Lambton, dan kekecewaan ini bertambah bersama setiap pagi yang dilaluinya di sana. Tetapi, penantiannya berakhir pada hari ketiga, dan kekecewaannya terobati karena mendapatkan dua pucuk surat dari kakaknya, yang salah satunya ternyata pernah salah terkirim ke alamat lain. Elizabeth tidak terkejut ketika mengetahuinya, karena alamat yang ditulis Jane memang salah.
Mereka baru saja selesai bersiap-siap untuk berjalan-jalan ketika kedua pucuk surat tersebut tiba. Paman dan bibinya segera berangkat dan meninggalkan Elizabeth untuk menikmati kedua suratnya sendirian. Dia membaca surat yang salah kirim lebih dahulu; tanggal penulisannya adalah lima hari yang lalu. Surat itu diawali dengan cerita mengenai semua teman dan kerabat mereka, dengan kabar-kabar khas pedesaan. Tetapi, setengah bagian surat yang terakhir, yang ditulis sehari setelahnya dengan ketergesaan yang tampak jelas, menyampaikan kabar yang lebih penting. Beginilah bunyinya:
Bab 46 E"e" Sejak aku menulis kemarin, Lizzy tersayang, sesuatu yang sangat serius dan tidak terduga telah terjadi. Tetapi, aku takut untuk menceritakannya kepadamu yakinlah bahwa kami semua baik-baik saja. Masalah yang akan kuceritakan ini menyangkut Lydia yang malang. Seorang kurir datang pada pukul dua belas sem alam, tepat ketika kami semua hendak tid ur. Dia dik irim oleh Kolonel Forster untuk mengabarkan bahw a Lydia telah berangkat ke Skotlandia bersama sal ah seo rang prajuritnya; sejujurnya, dia pergi bersama Wickh am!
Bayangkanlah kekagetan kami. Namun, bagi Kitty, sepertinya kabar itu tidak sepenuhnya mengejutkan. Aku sangat, sangat kecewa. Mereka berdua sangat tid ak serasi! Tapi, aku mendoak an yang terbaik untuk mer eka dan berharap agar perkiraan kita atas sifatnya tern yata salah. Aku bisa memahami sifat Wickh am yang bebal dan serampangan, tapi langkah ini (ma r il ah kita menyambutnya dengan rasa syukur!) buk anl ah tanda bahwa terdapat keburukan di hatinya. Bag aim anapun, pilihannya tetaplah buruk, karena dia tentu tahu ayah kita tid ak akan mewariskan apa pun kepada Lydia. Ibu kita yang malang sangat sedih. Ayah kita lebih tegar dalam menerima kabar itu. Betapa aku bersyukur kita tidak pernah memberi tahu mereka tentang hal buruk mengenai Wickham; kita sendiri harus melupakannya. Mereka diperkirakan berangkat pada Sabtu malam,
sekitar pukul dua belas, tapi kepergian mereka baru dik etahui kemarin pagi pada pukul delapan. Kolonel Forster langsung mengirim kurirnya untuk memberi tahu kami. Lizzy sayang, mereka tentu telah pergi sejauh sepuluh mil dari rumah kita. Kolonel Forster mengatakan beliau akan segera mengunjungi kami. Lydia meninggalkan pesan singk at untuk Mrs. Forster, mengabarkan tentang niatnya. Aku harus mengakhiri surat ini karena aku tidak bisa terlalu lama meninggalkan ibu kita yang malang. Maafkan aku jika kau kesulita n memahami surat ini karena aku sendiri tidak menge rti apa yang baru saja kutulis.
Tanpa memberikan waktu kepada dirinya untuk mencerna kabar yang baru saja diterimanya, dan tanpa memahami apa yang dirasakannya, Elizabeth langsung menyambar surat kedua dan membukanya dengan gusar, lalu membaca bahwa surat itu ditulis sehari setelah Jane menyelesaikan surat pertama nya.
Saat ini, adikku tersayang, kau pasti telah menerima sur atku yang kutulis secara terburu-buru; kuharap suratku yang ini lebih mudah dipahami. Tetapi, mesk ip un sehari tel ah berlalu, isi kepalaku masih berkecamuk sehingga aku tidak tahu apakah perkataanku mas uk akal. Lizzy tersayang, aku tidak mengetahui apa yang akan kutulis, tapi ada kab ar buruk yang harus kusampaikan
kepadamu, dan aku tidak bisa menunda-nundanya. Betapap un tidak senonohnya pernikahan antara Mr. Wickh am dan Lydia kita yang malang, kam i sekarang risau memikirkan apakah pernikahan itu benar-benar sudah terjadi, karena ada terlalu banyak alasan yang membuat kami meyakini bahwa mereka belum berangkat ke Skotl andia. Kolonel Forster datang kemarin, set el ah meninggalkan Brighton kemarin lusa, hanya beb er apa jam setelah kurirnya berangkat. Meskipun surat singkat Lydia kepada Mrs. F mengabarkan mereka akan pergi ke Gretna Green, Denny menyampaikan key ak ina nn ya bahwa W. sesungguhnya tidak pernah berniat pergi ke sana ataupun menikahi Lydia. Kolonel F. mendengar perkataan Denny tersebut dan langsung waspada; beliau segera berangkat dari B. dengan niat melacak jejak mereka.
Perjalana n mereka dengan mudah terlacak hingga Clapham, tapi hanya sampai di sana, karena setelah tiba di sana, mereka menumpang kereta umum dan men inggalkan kereta yang mereka bawa dari Epsom. Semua itu kami ketahui setelah mendengar kabar bahwa mereka terlihat di jalan menuju London. Aku tidak tahu harus memikirkan apa. Setelah bertanya kepada orang-orang di sana, Kolonel F. pergi ke Hertfordshire dan melacak jejak mereka di setiap pos penjagaan, juga di berbagai penginapan di Barnet dan Hartfield, tapi semua itu sia-sia saja mereka tidak pernah terlihat di
sana. Dengan iktikad terbaik, beliau mendatangi Longbourn dan mengungkapkan seluruh hasil penyelidikanny a kepada kami.
Dari lubuk hatik u yang terdalam, aku merasa kas iha n kepadanya dan Mrs. F, tapi mereka tidak patut disalahkan. Kerisauan kami, Lizzy sayang, sungguh besar. Ayah dan ibu kita meyakini kemungkinan yang terburuk, tapi aku tidak bisa berpikir seburuk itu mengen ai Wickham. Ada banyak kemungkinan bahwa mer eka memutuskan untuk mengabaikan rencana awal mereka dan menikah diam-diam di London; dan bahkan kalaupun Wickham bisa menyusun siasat untuk menjerat seorang gadis muda seperti Lydia, yang mana aku sendiri tidak memercayainya, bukankah Lydia sendiri bukan seorang gadis yang lugu" Sungguh mustahil! Tetapi, aku bersedih ketika mengetahui Kolonel F. tidak mendukung pernikahan mereka; beliau menggeleng ketika aku mengungkapkan harapa nku, dan mengatakan bahwa menurut beliau, W. bukanlah seorang pemuda yang bisa dipercaya.
Ibu kita yang malang sakit parah dan mengurung diri di kamarnya. Seandainya beliau mampu menanggung beban ini, tentu keadaan akan menjadi lebih baik; tapi, bukan itu yang terjadi. Sedangkan ayah kita, aku tidak pernah melihat beliau segundah ini seumur hid upk u. Kitty yang malang menyesal karena telah menutup-nutupi hubungan mereka, tapi karena dia telah
bersumpah kepada Lydia, aku tidak bisa menyalahkannya.
Aku sangat lega, Lizzy tersayang, karena telah menc eritakan sebagian dari peristiwa merisaukan ini kep ad am u; tapi sek arang, setelah guncangan pertama berakhir, bolehkah aku mengatakan bahwa aku mend amb ak an kehadiranmu" Tetapi, aku tidak ingin mem aks am u untuk menurutiku. Selamat tinggal! Aku men ulis surat lagi untuk memintamu melakukan hal yang baru saja kularang; tapi, situasi ini begitu pelik sehingga aku harus memohon kepadamu agar pulang sec epatnya. Aku sangat mengenal paman dan bibi kita, sehingga aku tidak takut untuk memohon kepada mereka, meskipun aku masih punya permintaan lain kepada paman kita. Ayah kita akan segera pergi ke Lond on bersama Kolonel Forster untuk mencari Lydia. Apa yang hendak beliau lakukan di sana, aku tid ak tahu; tapi, kegalauannya akan menghalanginya dal am mel akuk an perjalanan dengan cara terbaik dan tera man, dan Kolonel Forster sudah harus kembali lagi ke Brighton besok malam. Dalam keadaan darurat semacam ini, nasihat dan pertolongan paman kita akan menjadi sesuatu yang terpenting di dunia ini; beliau tentu akan langsung memahami perasaanku, dan aku mengandalkan kebaikan hatinya.
Oh! Di mana, di manakah pamanku" seru Elizabeth, bergegas bangkit dari kursinya setelah selesai membaca surat dari Jane, secepatnya mencari Mr. Gardiner tanpa bersedia menghabiskan waktu yang begitu berharga. Tetapi, tepat ketika dia tiba di pintu, seorang pelayan membukanya untuk memp ersilakan Mr. Darcy masuk. Wajah pucat dan kegundaha n Elizabeth mengagetkan Mr. Darcy, dan sebelum dia semp at berbicara, Elizabeth, yang sedang risau memikirkan situas i yang melibatkan Lydia, telah menukas, Maafkan aku, tapi aku harus meninggalkanmu. Aku harus mencari Mr. Gardiner sekarang juga, karena urusan ini tidak bisa ditunda. Aku tidak ingin menghabiskan waktu.
Astaga, ada apa" seru Mr. Darcy dengan nada mendesak, melupakan kesopanannya. Kemudian, setelah menenangkan diri, Aku tidak akan menahanmu sedetik pun, tapi izinkanlah aku, atau pelayanku, pergi mencari Mr. dan Mrs. Gardiner. Keadaanmu tidak terlalu baik; kau tidak boleh perg i sendiri.
Elizabeth ragu-ragu, tapi dia merasakan lututnya gemetar dan menyadari bahwa dia tidak akan mendapatkan apa-apa jika berusaha mencari paman dan bibinya seorang diri. Karena itulah, dia menuruti saran Mr. Darcy untuk memanggil kembali si pelayan dan menyuruhnya menjemput kedua maj ika nnya saat itu juga, meskipun semuanya disampaikannya dengan napas terengah-engah sehingga maksudnya sulit unt uk dip ahami.
Setelah si pelayan pergi, Elizabeth duduk, tidak sanggup berdiri dan tampak pucat pasi, sehingga mustahil bagi Darcy untuk meninggalkannya atau menahan diri untuk berkata, dengan nada lemah lembut dan penuh perhatian, Aku akan memanggil pelayanmu. Apakah kau mau meminum sesuatu untuk menenangkan diri" Segelas anggur; bolehkah aku mengambilkannya untukmu" Wajahmu pucat pasi.
Tidak, terima kasih, jawab Elizabeth, berusaha memulihkan diri. Tidak ada yang salah denganku. Aku baik-baik saja; aku hanya risau memikirkan kabar buruk yang baru saja kuterima dari Longbourn.
Air mata mengalir di pipi Elizabeth ketika dia berusaha menceritakan tentang masalah yang sedang menimpa keluarganya, dan selama beberapa menit, dia tidak mampu berkata-kata. Darcy, yang menanti dengan tegang, hanya sanggup menggumamkan kekhawatirannya dan memandang Elizabeth dalam diam. Akhirnya, Elizabeth berbicara kembali. Aku baru saja mendapatkan surat dari Jane yang berisi kabar buruk. Keadaan ini tidak bisa dirahasiakan dari siapa pun. Adikku telah meninggalkan semua temannya dia kawin lari; memasrahkan dirinya ke dalam kekuasaan & Mr. Wickham. Mereka berangkat bersama dari Brighton. Kau mengenal sendiri pribadi Wickham. Adikku tidak punya uang, tidak punya kenalan orang terhormat, tidak punya apa pun yang mungkin menggiurkannya sekarang, dia hilang untuk selamanya.
Darcy mendengarkan dengan kaget. Yang kusesali adalah, Elizabeth menambahkan dengan nada lebih pahit,
aku bisa saja mencegah semua itu! Aku mengetahui siapa Wickham. Seandainya aku menjelaskan sebagian saja dari perilakunya di masa lalu sebagian yang kuketahui kepada keluargaku! Seandainya keluargaku mengetahui kebobrokannya, ini tidak akan terjadi. Tapi semua itu semua itu sudah terlambat sekarang.
Aku turut bersedih, kata Darcy; sedih terkejut. Tapi, apakah itu sudah pasti benar-benar pasti"
Oh, ya! Mereka meninggalkan Brighton bersama-sama pada Minggu malam. Jejak mereka terlacak hingga London, tapi tidak ada lagi setelah itu; mereka pasti tidak jadi pergi ke Skotlandia.
Lalu, apakah yang telah dilakukan, yang telah diusahakan, untuk mencari adikmu"
Ayahku pergi ke London, dan Jane menulis untuk memohon agar pamanku membantu beliau; dan kuharap kami bisa berangkat dalam waktu setengah jam. Tapi, tidak ada yang bisa dilakukan aku tahu betul bahwa tidak ada yang bisa dilakukan. Bagaimana mungkin Wickham bisa bertindak begitu" Bagaimana mungkin mereka akan bisa ditemukan" Aku tidak punya harapan sedikit pun. Ini sungguh mengerikan! Darcy menggeleng tanpa berkomentar.
Ketika mata-ku sudah terbuka untuk melihat dirinya yang sesungguhnya Oh! Seandainya aku tahu apa yang ha ?" rus kulakukan! Tapi, aku tidak tahu aku takut akan berbuat terlalu banyak. Melakukan kesalahan yang semakin memperburuk keadaan!
Darcy tidak menjawab. Dia berjalan mondar-mandir di ruangan itu dengan wajah muram dan alis bertaut, sepertinya tidak mendengarkan perkataan Elizabeth. Begitu memandangnya, Elizabeth langsung mengerti. Kekuatannya telah hancur; segalanya hancur akibat sebuah bukti mengenai kelemahan keluarganya, sebuah penegasan bagi aib mereka yang terdalam. Elizabeth tidak heran maupun menyesal, tapi kekaguman atas pengendalian diri Mr. Darcy sama sekali tidak menghadirkan ketenangan di dalam dirinya ataupun meredakan ketegangann ya. Sebaliknya, itu justru semakin menyadarkannya pada per as aa nnya sendiri. Dan sejujurnya, dia tidak pernah merasa bahwa dia bisa mencintai Mr. Darcy seperti sekarang, di saat seluruh cinta hanya akan menjadi sia-sia.
Tetapi, keadaan dirinya bukanlah hal utama yang harus diperhatikan, meskipun bisa mengalihkan pikirannya. Lydia aib dan kesedihan yang dihadirkannya kepada mereka semua langsung menghapus seluruh pikiran pribadinya. Eliz ab eth menutupi wajahnya dengan sapu tangan, tidak mem ed ulikan lagi semua hal lainnya. Setelah terdiam selama beberapa menit, dia mendengar suara Mr. Darcy, membuatnya teringat kembali pada situasi yang sedang mendera keluarganya. Pria itu berbicara dengan suara lembut tapi tegas, Aku yakin bahwa kau sejak tadi telah mengharapkan aku perg i, dan aku sendiri tidak punya alasan untuk tetap di sini kecuali untuk sebuah kekhawatiran yang tulus. Seandainya ada yang bisa kukatakan atau kulakukan untuk meredakan kesedihanmu! Tapi, aku tidak akan menyiksamu dengan harapan kosong
yang hanya akan menyia-nyiakan ucapan terima kasihmu. Masalah ini sepertinya akan menghalangi adikku untuk bertemu denganmu di Pemberley hari ini.
Oh, ya. Tolong sampaikanlah permohonan maafku kepada Miss Darcy. Katakanlah bahwa sebuah urusan mendesak mengharuskan kami pulang saat ini juga. Tolong rahasiakanlah peristiwa menyedihkan ini karena aku yakin masalah ini akan cepat terselesaikan.
Mr. Darcy berjanji untuk menjaga rahasia ini, sekali lagi menyampaikan rasa dukacitanya, juga harapan agar masalah ini berakhir dengan menyenangkan, dan hanya mengangguk singkat dengan tatapan serius sebelum pergi. Setelah Mr. Darcy meninggalkannya, Elizabeth merasakan betapa mustahiln ya mereka berdua bisa bertemu kembali dalam keakraban yang menandai beberapa kali pertemuan mereka di Derbys hire. Dia mengenang hubungan pertemanan mereka, yang sen antiasa dipenuhi perbedaan dan silang pendapat, lalu men yesali perasaan-perasaan konyolnya mengenai hal itu, yang dia harapkan segera menghilang.
Jika kasih sayang yang timbul dari rasa syukur dan kekaguman adalah hal yang bagus, perubahan perasaan Elizabeth tidak bisa dikatakan mustahil maupun salah. Tetapi, jika seb al ikn ya jika kasih sayang yang timbul dari rasa syukur dan kekaguman merupakan sesuatu yang tidak wajar jika dibandingk an dengan cinta pada pandangan pertama, di man a sebelum kata-kata sekalipun dipertukarkan, Elizabeth tid ak bisa membela diri. Kecuali, bahwa dia telah mengalami
yang kedua bersama Wickham, dan kegagalannya mungkin membuatnya ingin mengalami cara lain yang kedengarannya kurang menarik. Apa pun itu, Elizabeth memandang kepergian Darcy dengan penuh penyesalan; dan, ketika teringat pada aib yang telah dicorengkan oleh Lydia kepada keluarga mereka, perasaannya semakin hancur. Sejak membaca surat kedua Jane, tidak sekalipun dia memupuk harapan bahwa Wickh am benar-benar bermaksud menikahi adiknya. Tidak seo rang pun kecuali Jane, pikirnya, yang memiliki harapan seperti itu. Terkejut adalah reaksi pertamanya ketika mend engar kabar itu.
Sementara, isi surat pertama masih melekat dalam ingatannya, isi surat kedua mengagetkannya bahwa Wickham ingin menikahi seorang gadis yang tidak berharta, dan bagaimana Lydia bisa memikatnya, semua itu sangat sulit unt uk dipahami. Tetapi, sekarang semuanya tampak wajar. Lyd ia mungkin memang memiliki pesona yang cukup untuk men awan hati Wickham. Dan, meskipun menurut Elizabeth Lydia bukanlah jenis orang yang akan memutuskan untuk kabur bersama seorang pria tanpa niat menikah, mudah untuk memah ami bahwa baik perilaku maupun cara berpikirnya telah memb uatn ya menjadi mangsa empuk.
Ketika pasukan Wickham masih berpangkalan di Hertfordshire, Elizabeth tidak menyangka bahwa Lydia menyukai pemuda itu; tapi, dia yakin bahwa yang diinginkan oleh Lydia adalah sebuah hubungan asmara, dengan siapa pun. Di suatu waktu prajurit ini, di waktu yang lain prajurit itu, kes ukaannya
selalu berganti, dan dia senantiasa memuja-muji mereka. Pujaan hatinya selalu berganti-ganti, dan tidak pernah sejenak pun pikirannya terlepas dari impian tentang kisah asmara yang indah. Jika gadis seperti Lydia merasa terabaikan dan tertipu oh, betapa hatinya akan hancur berk eping-keping!
Elizabeth tidak sabar untuk segera tiba di rumah untuk mendengar, melihat, dan menanggung sebagian beban yang saat ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Jane. Keluarganya sedang kacau balau saat ini, ayahnya pergi, ibunya tidak berdaya dan harus diawasi sepanjang waktu; dan, meskipun dia nyaris yakin bahwa tidak ada yang bisa dilakukan untuk Lydia, campur tangan pamannya sepertinya masih merupakan tindakan terpenting untuk saat ini. Hatinya akan tetap gundah gulana sebelum Mr. Gardiner memasuki ruangan itu. Mr. dan Mrs. Gardiner buru-buru kembali ke penginapan, men yimpulkan dari cerita si pelayan bahwa keponakan mereka mendadak jatuh sakit. Tetapi, Elizabeth buru-buru menjelaskan duduk persoalan yang sesungguhnya kepada mereka dengan membaca surat dari Jane keras-keras, terutama surat keduanya. Kekhawatiran seketika menyergap Mr. dan Mrs. Gardiner, meskipun Lydia bukanlah keponakan kesayangan mereka. Bukan hanya Lydia yang mereka cemaskan, melainkan seluruh anggota keluarga Bennet, dan setelah menyerukan keterkejutannya, Mr. Gardiner menjanjikan segala bantuan yang bisa diberikannya.
Meskipun telah menduganya, Elizabeth berterima kasih seraya menitikkan air mata haru. Kemudian, mereka bertiga
segera menetapkan seluruh langkah yang menyangkut perjalana n mereka. Mereka akan bertolak ke Longbourn secepatnya. Tapi, apa yang harus kita perbuat mengenai Pemberley" seru Mrs. Gardiner. John memberi tahu kami bahwa Mr. Darcy ada di sini ketika kau mengirimnya untuk menjemput kami; benarkah itu"
Ya, dan aku sudah mengatakan kepadanya bahwa kita tidak bisa memenuhi janji kita. Jadi, semua sudah siap.
Apanya yang sudah siap" gumam sang bibi sembari bergegas ke kamarnya untuk bersiap-siap. Apakah mereka sudah bersepakat untuk menyembunyikan tentang hubungan mereka" Oh, seandainya aku tahu!
Tetapi, harapan itu sia-sia saja, atau setidaknya hanya bis a memberikan penghiburan bagi Mrs. Gardiner dalam ketergesaa n dan kekacauan selama satu jam berikutnya. Sea ndainya Elizabeth sedang dalam keadaan santai, dia tentu akan menyadari bahwa tidak baik menyimpan sebuah rahasia jika itu malah membuatnya dia bertindak ceroboh. Tetapi, pikirann ya sedang kalut, begitu pula pikiran bibinya, yang mas ih harus menulis pesan untuk semua teman mereka di Lamb t on, menjelaskan alasan palsu untuk kepergian mendad ak mereka. Namun, dalam waktu satu jam, semua telah berha sil disiapkan; dan setelah Mr. Gardiner membayar tag iha n penginapan mereka, tidak ada lagi yang menghambat keberangkatan mer ek a. Setelah tenggelam dalam kesedihan sepanjang pagi itu, Eliz ab eth mendapati dirinya duduk di dalam kereta, lebih cepat daripada yang diperkirakannya, dalam perjalanan menuju Longbourn.[]
420 A ku sudah berpikir dua kali, Elizabeth, kata pamannya ketika mereka melaju meninggalkan kota; dan sungguh, setelah mempertimbangkannya secara serius, aku cenderung berpikiran sama dengan kakakmu mengenai masalah ini. Bagiku, sangat tidak pantas jika seorang pemuda menyusun siasat untuk melarikan seorang gadis yang bisa dikatakan tidak berdaya atau tidak punya teman, apalagi jika gadis itu menginap bersama keluarga kolonel. Karena itulah, aku cenderung mengharapkan yang terbaik. Apakah dia tidak menyadari bahwa kerabat Lydia pasti akan mengambil tindakan" Apakah dia tidak menyadari dirinya tidak akan diterima lagi oleh pasukannya setelah penghinaannya kepada Kolonel Forster" Godaan cinta semata tidak akan cukup untuk ditukar dengan risiko semacam itu!
Apakah Paman benar-benar berpikir begitu" seru Elizabeth, sejenak merasa lega.
Sejujurnya, kata Mrs. Gardiner, aku juga mulai sependapat dengan pamanmu. Tindakan semacam itu adalah pelanggaran norma, kehormatan, dan kepentingan yang serius.
Bab 47 E"e" Aku tidak bisa menganggap Wickham serendah itu. Apa kau bisa, sepenuhnya percaya bahwa dia sanggup melakukan tindakan sehina itu, Lizzy"
Untuk pelanggaran terhadap kepentingannya sendiri, aku mungkin tidak percaya; tapi untuk semua pelanggaran lainnya, aku yakin dia sanggup melakukannya. Jika memang itu yang terjadi! Tapi, aku tidak berani memikirkannya. Mengapa mereka tidak jadi pergi ke Skotlandia jika memang begitu adanya"
Pertama-tama, jawab Mr. Gardiner, tidak ada bukti yang nyata bahwa mereka mengurungkan niat untuk pergi ke Skotlandia.
Interview With Nyamuk 3 Pedang Medali Naga Karya Batara Pusaka Negeri Tayli 9
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama