Ceritasilat Novel Online

Pride And Prijudice 6

Pride And Prijudice Karya Jane Austen Bagian 6


Oh! Tapi, kepindahan mereka dari kereta pribadi ke kereta umum sudah cukup membuktikan hal itu! Lagi pula, tidak ada sedikit pun jejak mereka di jalan Barnet.
Baiklah, kalau begitu anggap saja mereka ada di Lond on. Mereka mungkin saja ada di sana dan bersembunyi, karena tidak ada alasan yang lebih tepat lagi. Mungkin mereka menyadari keadaan keuangan mereka berdua sama-sama terbatas, jadi mereka memutuskan untuk berhemat dengan menikah di London alih-alih di Skotlandia, meskipun itu leb ih lambat.
Tapi, mengapa mereka harus merahasiakannya" Mengapa mereka tidak ingin orang lain tahu" Mengapa pernikahan mereka harus disembunyikan" Oh, tidak, tidak itu tidak mungkin terjadi. Teman Wickham sendiri, kata Jane, mengatakan bahwa dia tidak pernah berniat menikahi Lydia. Wickham tidak akan pernah menikahi seorang gadis miskin. Dia tidak bisa menghidupinya. Selain itu, apakah yang dimiliki Lydia apakah daya tariknya kecuali kemudaan, kebugaran, dan keceriaan yang bisa mendorong Wickham mengabaikan semua kesempatannya untuk hidup makmur dengan menikahi seorang gadis kaya" Aku tidak bisa menilai apakah Wickham telah melecehkan pasukannya dengan melakukan kawin lari, karena aku tidak mengetahui dampak dari tindakan semacam itu. Tapi, mengenai alasan lain yang Paman kemukakan, sepertinya aku tidak bisa menerimanya. Lydia tidak memiliki saudara laki-laki yang dapat mengambil tindakan tegas. Dan, berdasarkan perangai ayahku, dari kemalasan dan sedikitnya perhatian beliau terhadap apa yang terjadi di dalam keluarganya, Wickham pasti berpikir bahwa beliau juga tidak akan mengambil tindakan, bahkan mungkin akan mengabaikan masalah ini.
Tapi, bisakah kau membayangkan bahwa Lydia akan mengabaikan segalanya dan hidup bersama Wickham tanpa ikatan pernikahan yang sah"
Aku bisa membayangkannya, dan memang benarben ar mengejutkan, jawab Elizabeth sambil menahan air mata di pelupuk matanya, kalau seorang kakak meragukan kelakuan adiknya sendiri. Tapi, sungguh, aku tidak tahu harus mengatakan apa. Mungkin aku tidak bersikap adil kepada Lydia. Tapi, dia masih sangat muda; dia tidak pernah diajari untuk memikirkan hal-hal yang serius; dan selama set engah tahun bukan, selama setahun terakhir ini, tidak
ada yang dikejarnya selain kesenangan dan hal-hal duniawi lainnya. Dia dibiarkan saja menghabiskan waktunya dengan bermain-main dan bermalas-malasan, dan menyerap begitu saja semua pendapat yang menghampirinya. Sejak pasukan militer shire tiba di Meryton, hanya urusan cinta, main mata, dan prajuritlah yang ada di otaknya. Dia melakukan apa pun untuk bisa memikirkan dan membicarakan tentang para prajurit, untuk memberikan apa namanya" pembenaran bagi perasaannya. Semua itu cukup menyibukkannya. Dan, kita semua tahu bahwa Wickham memiliki seluruh pesona dan perangai yang bisa memikat semua wanita.
Tapi, kau tahu bahwa Jane, sanggah bibinya, tidak percaya Wickham sanggup bertindak seburuk itu.
Mengenai siapakah Jane pernah beranggapan buruk" Dan, kapankah Jane pernah memercayai bahwa seseorang bisa bertindak buruk, apa pun niat awalnya, hingga dia terbukti bersalah" Tapi, Jane mengetahui, sama seperti aku, sia pa Wickham sesungguhnya. Kami berdua tahu bahwa dia adal ah seseorang yang mengagung-agungkan harta; yang tidak mem iliki kejujuran maupun kehormatan; yang munafik, penip u, dan licik.
Dan, apakah kau benar-benar mengetahui semua ini" seru Mrs. Gardiner, yang terusik rasa penasarannya atas pengetahuan Elizabeth.
Aku mengetahuinya, jawab Elizabeth, wajahnya bersemu merah. Aku sudah menceritakan kepada Bibi waktu itu tentang siasat liciknya kepada Mr. Darcy; dan Bibi sendiri,
ketika di Longbourn, mendengar dengan nada seperti apa dia membicarakan pria yang telah memperlakukannya dengan begitu sabar dan murah hati itu. Dan, ada pula kejadian yang tidak bisa kuceritakan yang tidak layak untuk diceritakan; tapi, daftar kebohongannya terhadap keluarga Pemberley benar-benar tanpa akhir. Ketika dia berbicara tentang Miss Darcy, aku membayangkan seorang gadis yang sombong, cula s, dan menyebalkan. Padahal, dia tahu sendiri bahwa kebal ika nnyalah yang benar. Dia tentu tahu bahwa Miss Darcy adalah seorang gadis yang tulus dan menyenangkan, seperti yang kita kenal.
Tapi, apakah Lydia tidak tahu apa-apa tentang semua itu" Apakah dia tidak mengetahui sesuatu yang telah dipahami betul oleh kau dan Jane"
Oh, ya! Itulah yang terburuk. Aku mengetahui kebenaran itu ketika baru tinggal di Kent dan sering bertemu dengan Mr. Darcy dan sepupunya, Kolonel Fitzwilliam. Dan, saat aku tiba kembali di rumah, pasukan shire akan meninggalkan Meryton dalam waktu dua minggu. Karena itulah, baik aku maupun Jane, yang telah mendengar seluruh ceritaku, mem utusk an untuk tidak menyebarkan pengetahuan kami. Sebab, apakah manfaatnya menyebarkan keburukan seseorang di tengah semua orang yang memercayai kebaikannya" Lalu, ket ika Lydia akan pergi menyertai Mrs. Forster, tidak pernah ter p ikir olehku betapa pentingnya upaya untuk membuka matan ya agar bisa melihat keburukan Wickham. Tidak pernah terlintas di benakku bahwa Lydia akan menghadapi bahaya
penipuan. Paman dan Bibi pasti mengerti bahwa kejadian sem acam ini cukup jauh dari kekhawatiranku.
Karena itukah kau tidak punya alasan untuk meyakini bahwa mereka saling menyukai, ketika mereka berangkat ke Brighton"
Tidak sedikit pun. Aku tidak ingat pernah melihat tanda-tanda bahwa mereka telah saling jatuh cinta. Seandainya gejala seperti itu terlihat, Bibi pasti tahu bahwa keluarga kami bukanlah jenis yang akan tinggal diam. Ketika Wickham pertama kali bergabung dengan pasukannya, Lydia memang cukup sering memuji-mujinya; tapi, kami semua juga melakukannya. Setiap gadis di wilayah Meryton dan sekitarnya telah jatuh hati kepada Wickham selama dua bulan pertama dia di sana, tapi Wickham tidak pernah menunjukkan ketertarikan khusus kepada siapa pun. Hingga akhirnya, setelah cukup lama menjadi penggemar Wickham, Lydia mengalihkan perhatiannya kepada para prajurit lain yang memberikan perhatian lebih banyak kepadanya.
*** Meskipun telah berkali-kali membahas gagasan baru untuk menanggapi kecemasan, harapan, dan dugaan mereka, mudah dipahami bahwa itu tidak bisa menenangkan mereka sepanjang perjalanan. Masalah tersebut tidak pernah menyingkir dari benak Elizabeth. Seluruh kemarahan dan kecemasan yang ada di hatinya mencegahnya untuk melupakannya.
Mereka melakukan perjalanan secepat mungkin. Setelah menginap semalam di jalan, mereka tiba di Longbourn keesokan harinya, pada waktu makan malam. Elizabeth lega karena Jane tidak perlu menunggu lama dalam kecemasan.
Anak-anak Gardiner, yang terpancing ke luar karena melihat kereta mereka, berdiri di tangga depan rumah ketika mereka melewati jalan masuk. Ketika kereta tiba di depan pintu, pek ika n terkejut yang menghiasi wajah mereka, yang dis usul oleh lonjakan-lonjakan gembira, adalah sambutan tulus pertama yang cukup meringankan perasaan mereka.
Elizabeth melompat keluar. Setelah memberikan ciuman singkat kepada masing-masing sepupu kecilnya, dia bergegas memasuki ruang depan. Jane, yang berlari keluar dari kamar ibunya, langsung menyambutnya.
Elizabeth memeluk kakaknya erat-erat sementara air mata mengalir dari mata mereka, lalu segera melontarkan pert anyaan tentang kabar dari Lydia dan Wickham.
Belum ada, jawab Jane. Tapi, karena sekarang paman kita sudah datang, kuharap semuanya akan baik-baik saja. Apakah ayah kita sudah berangkat ke kota" Ya, beliau berangkat pada hari Selasa, seperti yang sudah kukabarkan kepadamu.
Lalu, apakah beliau sering mengirim kabar" Kami hanya dua kali mendengar kabar dari beliau. Beliau menulis beberapa baris Rabu lalu untuk mengabarkan bahwa beliau telah tiba dengan selamat, dan untuk memberikan beberapa perintah kepadaku, yang secara khusus kumohon
kepadanya. Beliau hanya menambahkan bahwa beliau tidak akan menulis lagi sampai mempunyai kabar yang penting untuk disampaikan.
Dan ibu kita bagaimana keadaan beliau" Bagaimana keadaan kalian semua"
Keadaan ibu kita sudah lumayan meskipun beliau masih terguncang. Beliau ada di atas dan akan sangat senang jika bis a bertemu dengan kalian semua. Beliau belum keluar dari kam ar. Mary dan Kitty, puji Tuhan, juga baik-baik saja.
Tapi, kau bagaimana keadaanmu" seru Elizabeth. Kau kelihatan pucat, Jane. Sungguh berat beban yang harus kau tanggung!
Sang kakak, bagaimanapun, meyakinkan adiknya bahw a dia baik-baik saja. Percakapan mereka diakhiri oleh ked atangan Mr. dan Mrs. Gardiner, yang tadinya melepas rind u dengan anak-anak mereka. Jane berlari menyongsong paman dan bibinya, memberikan sambutan dan ucapan terima kasih kepada mereka berdua dengan diiringi senyuman dan air mata.
Setelah mereka semua berkumpul di ruang menggambar, berbagai pertanyaan yang telah direntetkan oleh Elizabeth tentu saja diulang kembali oleh paman dan bibinya, dan mereka segera mendengar bahwa Jane tidak memiliki kabar baru untuk disampaikan. Tetapi, harapan tulus untuk kebaikan Lydia dan Wickham masih tersimpan di hati Jane. Dia masih mengharapkan semua ini akan berakhir dengan baik. Setiap pagi dia menantikan kedatangan surat entah dari Lydia ataupun ayah mereka, untuk menjelaskan tindakan mereka dan, mungkin, mengabarkan tentang pernikahan mereka.
Mrs. Bennet, yang mereka temui di kamarnya setelah mer eka berbincang-bincang selama beberapa menit, menerima mereka dengan cara tepat seperti yang telah mereka duga. Dia berlinangan air mata, menyampaikan rentetan penyesalan, hujata n terhadap kejahata n Wickham, dan keluhan atas penderitaan dan penyakitnya sendiri. Dia menyalahkan semua orang kecuali dirinya, yang telah mengizinkan putrinya pergi.
Seandainya aku bisa, katanya, memaksakan keinginanku untuk pergi ke Brighton bersama seluruh keluargaku, ini tidak akan terjadi; tapi, tidak ada yang mengawasi Lydia yang malang di sana. Bagaimana mungkin pasangan Forster membiarkannya lepas dari pandangan mereka" Aku yakin keteledoran merekalah yang patut disalahkan, karena Lydia bukanlah jenis gadis yang akan melakukan tindakan semacam itu di bawah pengawasan yang tepat. Aku selalu menyadari mereka tidak layak untuk mengurus putriku; tapi, aku dikelabui, seperti yang selalu terjadi. Anakku yang malang! Dan sekarang, suamiku telah pergi, dan aku tahu bahwa dia akan mengajak Wickham berkelahi, di mana pun mereka bertemu, lalu dia akan terbunuh, dan bagaimanakah jadinya kita semua" Keluarga Collins akan merebut rumah ini, bahkan sebelum mayat suamiku mendingin di dalam kuburannya, dan jika kau tidak berbaik hati kepada kami, adikku, aku tidak tahu harus melakukan apa.
Mereka semua menyanggah gagasan mengerikan itu; dan Mr. Gardiner, setelah menegaskan kasih sayangnya kepada kakaknya dan seluruh keluarganya, mengatakan bahwa dia akan berangkat ke London keesokan harinya dan menolong Mr. Bennet untuk mencari Lydia.
Jangan memikirkan hal-hal yang tidak berguna, tam?"" bahnya, meskipun wajar jika kita mempersiapkan diri unt uk kem ungkinan terburuk, tapi belum ada kepastian apa pun saat ini. Belum sampai seminggu yang lalu mereka mening?" galk an Brighton. Dalam beberapa hari ini, kita akan mend engar kabar dari mereka; dan sampai kita tahu bahwa mereka tidak jadi atau tidak memiliki niat untuk menikah, jangan biarkan prasangka buruk menguasai kita. Sesampainya aku di kota, aku akan langsung mencari kakakku dan menga jakn ya pulang bersamaku ke Gracechurch Street. Setelah itu, kami akan membahas tentang tindakan apa yang sebaiknya kami ambil.
Oh, adikku sayang! jawab Mrs. Bennet, tepat seperti itulah harapanku yang terdalam. Dan tolonglah, setibanya kau di kota, temukanlah mereka, di mana pun mereka mungkin berada. Dan jika mereka belum menikah, suruhlah mereka menikah. Sedangkan untuk gaun pengantin, jangan biarkan mereka menunggu terlalu lama, tapi katakanlah kepada Lydia bahwa dia boleh menghabiskan sebanyak mungkin uang untuk membeli gaun setelah mereka menikah. Dan, di atas segalanya, jangan biarkan Mr. Bennet berkelahi. Ceritakanlah kepadanya tentang keadaanku yang mengenaskan, bahwa aku ketakutan
setengah mati badanku gemetar, tubuhku sempoyongan, dan jantungku berdegup kencang sehingga aku tidak bisa beristirahat baik pada malam ataupun siang hari. Lalu, katakan kepada Lydiaku sayang bahwa dia sebaiknya tidak membeli gaun pengantinnya sebelum bertemu denganku, karena dia tidak tahu toko mana yang terbaik. Oh, adikku, kau memang sungguh baik hati! Aku tahu bahwa kau akan menyelesaikan seluruh masalah ini.
Sambil menegaskan kembali atas ketulusannya dalam memberikan pertolongan, Mr. Gardiner mau tidak mau menyarankan kepada kakaknya untuk tidak terlalu melambungkan harapan maupun kecemasannya. Dan, setelah berbicara hingga makan malam dihidangkan, mereka meninggalkan Mrs. Bennet untuk mencurahkan perasaannya kepada si pengu rus rumah tangga, yang bertugas menjaganya selama para putrinya makan.
Kejadian ini tidak dirahasiakan di lingkup keluarga mereka, tapi adik-adik Mrs. Bennet tidak ingin pihak lua r tah u. Sayangnya kakak mereka tidak akan bisa menahan omongannya di depan para pelayan di meja makan. Karena itul ah, mereka memutuskan untuk meninggalkannya dengan satu-satunya orang di luar keluarga mereka yang paling bisa me reka percayai.
Mary dan Kitty, yang sebelumnya terlalu sibuk di kamar mereka masing-masing sehingga tidak ikut memberikan sambutan, menemui mereka di ruang makan. Yang satu baru saja berpisah dari buku-bukunya, yang lain dari peralatan
riasnya. Namun, wajah keduanya cukup tenang; tidak ada peru bahan yang tampak dalam diri mereka, kecuali bahwa kepergian adik kesayangannya, atau kemarahan yang timbul akibat masalah ini, memberikan tambahan getaran dalam suar a Kitty. Sedangkan Mary bisa cukup menguasai dirinya untuk berbisik kepada Elizabeth dengan wajah muram, segera setelah mereka duduk:
Masalah ini benar-benar buruk, dan mungkin orangorang akan membicarakannya. Tapi, kita harus tetap tegar mesk ipun gelombang kejahatan melanda, dan menuangkan kehangatan kasih sayang persaudaraan ke dada kita masingmasing.
Kemudian, melihat bahwa Elizabeth tidak berniat menjawab, dia menambahkan, Meskipun kejadian ini tentunya menyedihkan bagi Lydia, kita bisa mengambil pelajaran yang berharga darinya: bahwa norma yang telah hilang dari diri seorang wanita tidak akan mungkin bisa kembali; bahwa satu kali salah langkah akan berakibat pada kehancuran tanpa akhir; bahwa reputasi tidak kalah pentingnya dari kecantikan; dan bahwa tidak ada salahnya kita menjaga perilaku kita dari lawan jenis kita.
Elizabeth menatap adiknya dengan heran, tapi terlalu tert ekan untuk menjawab. Mary terus menenangkan diri dengan berbagai pelajaran moral untuk menangkal kejahatan yang ada di hadapan mereka.
Sore itu, Jane dan Elizabeth menghabiskan waktu bersama selama setengah jam, dan Elizabeth langsung memanfaatkan kesempatan itu untuk melontarkan banyak pertanyaan, yang dijawab dengan penuh semangat oleh Jane. Setelah membahas masalah yang sedang mendera keluarga mereka, yang diterima dengan masygul oleh Elizabeth, dan dianggap mustahil oleh Jane, Elizabeth membelokkan percakapan dengan mengatakan, Ceritakanlah kepadaku segalanya yang belum kudengar. Berikanlah detail-detailnya kepadaku. Apakah yang dikatakan oleh Kolonel Forster" Apakah mereka sama sekali tidak tahu apa-apa sebelum kawin lari itu terjadi" Mereka tentu sudah pernah melihat mereka berduaan.
Kolonel Forster sudah mencurigai adanya rasa suka di antara mereka, terutama dari pihak Lydia, tapi tidak ada yang mencemaskannya. Aku sangat sedih untuk beliau! Beliau sangat baik hati dan penuh perhatian kepada kita. Sebelum Kolonel Forster mengetahui bahwa mereka tidak jadi pergi ke Skotlandia, beliau melakukan perjalanan kemari untuk menegaskan kekhawatirannya. Setelah mengetahui itu, beliau mempercepat perjalanannya.
Lalu, apakah Denny yakin Wickham tidak akan menikah" Apakah dia tahu tentang rencana kepergian mereka" Apakah Kolonel Forster sudah bertemu dengan Denny"
Ya; tapi, ketika ditanyai oleh beliau, Denny menyangkal dirinya tahu tentang rencana mereka dan tidak mau memberikan pendapatnya mengenai hal itu. Dia juga tidak menyebutkan niat Wickham untuk tidak menikah dan karena itulah aku berharap Kolonel Forster sebelumnya salah paham.
Dan, sampai Kolonel Forster sendiri datang, apakah kal ian semua yakin bahwa mereka benar-benar menikah"
Bagaimana mungkin gagasan yang sebaliknya memasuki otak kami" Aku merasa agak gelisah mencemaskan kebahagiaan adikku yang menjadi istri Wickham, karena aku tahu bahwa kelakuan pemuda itu tidak selalu lurus. Ayah dan ibu kita sama sekali tidak mengetahui hal itu; mereka hanya menganggap mereka terlalu terburu-buru mengambil keputusan. Kitty kemudian mengatakan, dengan sangat bangga karena tahu lebih banyak daripada kita semua, bahwa di sur at terakhirnya, Lydia telah menyebutkan tentang rencana mereka. Kitty sepertinya sudah tahu tentang hubungan cinta mereka selama berminggu-minggu.
Tapi, tidak sebelum mereka pergi ke Brighton" Tidak, aku yakin tidak.
Lalu, apakah Kolonel Forster sendiri memercayai Wickham" Apakah beliau mengetahui watak aslinya"
Aku harus mengakui bahwa beliau sudah tidak memercayai Wickham lagi. Beliau menganggapnya sebagai seorang pemuda yang sembrono dan boros. Dan, sejak peristiwa men yedihkan ini terjadi, banyak yang mengatakan bahwa Wickham meninggalkan banyak utang di Meryton; tapi, kuharap itu hanya kabar burung.
Oh, Jane, seandainya kita tidak merahasiakan apa yang kita ketahui tentang dirinya, semua ini tidak akan terjadi!
Mungkin keadaannya akan lebih baik, jawab kakaknya. Tapi, menyebarkan keburukan masa lalu siapa pun
tanp a mengetahui perasaannya saat ini sepertinya bukan tin?"" daka n yang benar. Kita telah bertindak berdasarkan iktikad terb aik.
Bisakah Kolonel Forster mengulang pesan yang ditujukan Lydia kepada Mrs. Forster"
Beliau membawa surat itu kemari agar kita bisa membacanya.
Jane mengeluarkan surat yang diselipkannya di sebuah buku, lalu memberikannya kepada Elizabeth. Isinya adalah sebagai berikut:
HARRIETKU SAYANG, Kau akan tertawa jika mengetahui ke mana aku akan pergi, dan aku sendiri tidak bisa menahan tawa jika memb ayangkan keterkejutanmu besok pagi ketika men yadari bahwa aku telah pergi. Aku akan pergi ke Gretna Green, dan kalau kau tidak bisa menebak dengan siapa aku pergi, aku akan menganggapmu bodoh, karena hanya ada satu pria yang kucintai di dunia ini, dan dia semanis malaikat. Aku tidak akan pernah bahagia jika hidup tanpa dirinya, jadi menurutku tidak salah jika aku memutuskan untuk ikut bersamanya. Kau tidak perlu mengirim kabar ke Longbourn mengenai kepergianku, kalau kau tidak menyukainya, karena kej utannya akan lebih hebat jika mereka menerima sur at dariku, yang ditandatangani dengan nama Lydia
Wickham . Itu pasti lucu sekali! Aku kesulitan menulis karena tertawa terbahak-bahak.
Tolong carikan alasan untuk Pratt karena aku harus melanggar janjiku untuk berdansa dengannya mal am ini. Katakan kepadanya bahwa aku berharap dia akan memaafkanku setelah mengetahui semuanya; lalu, katakanlah kepadanya bahwa aku akan dengan sen ang hati berdansa bersamanya jika kami bertemu kemb ali dalam sebuah pesta dansa. Tolong kirimkan baju-bajuku setelah aku tiba di Longbourn, tapi kuharap kau mau menyuruh Sally menambal robekan besar di gaun kerja muslinku sebelum kau mengirimn ya. Selamat tinggal. Berikanlah salamku kepada Kol on el Forster. Kuharap kalian mau bersulang untuk perj alanan kami.
Temanmu yang menyayangimu,
LYDIA BENNET. Oh, Lydia yang tidak tahu diri! seru Elizabeth setelah membaca surat itu. Surat yang tidak pantas ditulis di momen seperti itu! Tapi, setidaknya itu menunjukkan bahwa dia telah dengan serius memikirkan perjalanan mereka. Apa pun yang kemudian dimintanya untuk dilakukan oleh Mrs. Forster, itu benar-benar memalukan. Ayahku yang malang, entah apa yang beliau rasakan saat membaca surat ini!
Aku tidak pernah melihat siapa pun seterkejut itu. Bel iau tidak sanggup mengucapkan sepatah kata pun selama
sep uluh menit penuh. Ibu kita langsung sakit, dan seluruh rum ah ini kacau balau!
Oh, Jane! seru Elizabeth, adakah seorang pelayan saja di rumah ini yang belum mendengar keseluruhan cerita Lydia sebelum malam tiba"
Entahlah. Kuharap ada. Tapi, sungguh sulit untuk men yimpan rahasia di saat seperti ini. Ibu kita histeris, dan meskipun aku telah berusaha sebisa mungkin untuk membantunya, aku takut semua itu tidak cukup! Kengerian saat memikirkan apa yang mungkin terjadi nyaris menggerogoti kesehatanku sendiri.
Bantuanmu kepada ibu kita sudah lebih dari cukup. Kau kelihatan kurang sehat. Oh, seandainya aku ada bersamamu! Kau telah menanggung seluruh kecemasan dan kelangsungan rumah ini sendirian.
Mary dan Kitty bersikap sangat baik, dan aku yakin mereka mau berbagi tugas denganku; tapi, aku tidak mengizinkan mereka melakukannya. Kitty sangat kecil dan ringkih; dan Mary punya sangat banyak hal yang harus dipelajari, sehingga mustahil bagiku untuk memberikan beban tambahan kepada mereka. Bibi Philips tiba di Longbourn Selasa lalu, setelah ayah kita pergi, dan dengan baik hati menemaniku hingga Kamis. Beliau memberikan banyak bantuan dan kebaikan kepada kita semua. Lady Lucas juga sangat baik; beliau berjalan kaki kemari pada Rabu pagi untuk menghibur kami dan menawarkan bantuan darinya atau salah seorang putrinya, jika kita memerlukannya.
Beliau sebaiknya tetap tinggal di rumah, seru Elizabeth. Mungkin beliau bermaksud baik, tapi dalam situasi buruk seperti ini, kita tidak boleh terlalu mengandalkan tetangga kita. Pertolongan adalah sesuatu yang mustahil; hiburan tidak akan banyak membantu. Biarkan saja mereka mengamati kita dari kejauhan, dan menertawakan kita.
Kemudian, Elizabeth menanyakan tentang upaya yang akan dilakukan oleh ayah mereka di kota untuk mendapatkan kembali putrinya.
Aku yakin beliau bermaksud pergi ke Epsom, jawab Jane, ke tempat terakhir mereka berganti kuda, menemui pet ugas di sana dan mendengar penjelasan dari mereka. Tujuan utamanya adalah menemukan nomor kereta umum yang membawa mereka dari Clapham. Kereta itu berasal dari London, dan karena beliau menganggap pasangan muda yang berpindah kereta akan menarik perhatian, maka beliau berniat untuk mencari penjelasan di Clapham. Jika, entah dengan cara apa, beliau berhasil mengetahui di mana si kusir sebelumnya menarik bayaran, maka beliau bertekad untuk bertanya ke sana. Dengan cara itu, beliau berharap bisa mengetahui nomor keretanya. Aku tidak tahu rencana apa lagi yang telah beliau siapkan, tapi beliau pergi dengan terburu-buru, dan beliau sangat murung sehingga aku kesulitan memancing beliau untuk sebanyak mungkin mengungkapkan rencananya. []
438 S eisi Longbourn menanti-nantikan surat dari Mr. Bennet
keesokan paginya, tapi tukang pos datang tanpa membawa selarik pun pesan darinya. Keluarganya mengetahui bahwa Mr. Bennet selalu malas dan lambat dalam menulis surat; tetapi, pada saat seperti ini, mereka mengharapkan sebuah peru bahan. Mereka terpaksa menyimpulkan bahwa belum ada kabar baik yang layak disampaikan kepada mereka, meskipun sesungguhnya mereka akan menyambut kabar buruk sekalipun dengan lega. Setelah yakin bahwa tidak ada surat yang akan tiba hari itu, Mr. Gardiner segera berangkat.
Setelah Mr. Gardiner pergi, mereka yakin setidaknya akan menerima kabar tentang apa yang terjadi secara teratur. Ket ika berpamitan, sang paman berjanji untuk membujuk Mr. Bennet agar segera kembali ke Longbourn, karena kakaknya tidak akan tenang sebelum kekhawatiran bahwa suaminya akan terb unuh dalam sebuah duel menghilang dari benaknya.
Mrs. Gardiner dan anak-anaknya akan tetap tinggal di Hertfordshire hingga beberapa hari lagi, karena sang bib i berpikir keberadaannya di sana akan banyak menolong kepoBab 48 E"e" nakan-keponakannya. Dia turut bergantian bersama mereka untuk menjaga Mrs. Bennet dan memberikan banyak hiburan pada waktu luang mereka. Bibi mereka yang lain juga sering berkunjung, dan seperti yang dikatakannya sendiri, dia selalu berniat untuk menghibur dan menenangkan mereka. Namun, semangat para keponakannya lebih sering menyurut setelah dia pulang karena dia selalu datang dengan membawa kabar baru mengenai keborosan ataupun kejanggalan perilaku Wickham.
Seluruh penduduk Meryton sepertinya telah mengecap jelek seorang pemuda yang tiga bulan sebelumnya mereka angg ap sebagai sesosok malaikat cahaya. Semua pedagang men yat ak an bahwa dia telah berutang kepada mereka, dan siasatn ya, yang semuanya dibumbui dengan kata-kata manis, telah men yusup ke keluarga mereka. Semua orang menyatakan dia adalah pemuda terlicik di dunia, dan mereka telah menduga bahwa seluruh kebaikannya dilakukan dengan pamrih. Mesk ipun hanya memercayai sekitar setengah dari seluruh kab ar yang beredar, semua itu menjadikan Elizabeth cukup mey akini kehancuran adiknya. Bahkan Jane sekalipun, yang tidak seyakin dia, mulai kehilangan harapan, terutama saat ini, karena jika pasangan itu memang pergi ke Skotlandia yang tidak pernah sepenuhnya diragukannya keluarga di Longbourn tentu sudah mendengar kabar dari mereka.
Mr. Gardiner bertolak dari Longburn pada hari Minggu. Pada hari Selasa, istrinya menerima surat darinya. Surat itu mengabarkan bahwa, setibanya di London, dia langsung mencari kakak iparnya dan membujuknya untuk pulang ke Gracechurch Street. Sebelum kedatangannya, Mr. Bennet tel ah pergi ke Epsom dan Clapham tanpa mendapatkan penj elasa n yang memuaskan. Sekarang, dia bertekad untuk bert anya kepada semua penginapan besar di kota, karena Mr. Benn et menduga mungkin saja Lydia dan Wickham menginap di salah satunya ketika mereka pertama kali tiba di London, seb elum pindah ke tempat yang lebih murah. Mr. Gardiner send iri tidak terlalu berharap tindakan ini akan berhasil, tapi karena Mr. Bennet bers emangat melakukannya, dia akan menolongnya sebisa mungk in. Dia menambahkan bahwa Mr. Bennet sepertinya belum berminat untuk meninggalkan London saat ini, dan berjanji untuk menulis surat lagi secepatnya. Terdapat pula catatan tambahan sebagai berikut:
Aku sudah menulis surat kepada Kolonel Forster. Aku memintanya mencari tahu dari beberapa prajurit di pasukannya yang akrab dengan Wickham, apakah Wickham memiliki teman atau keluarga yang rumahnya mungkin menjadi tempat persembunyian mereka di kota. Jika ada yang bisa memberikan informasi ataupun petunjuk yang berkaitan dengan pertanyaanku itu, mungkin kita akan sangat tertolong. Saat ini, tidak ada apa pun yang bisa memandu kami. Aku yakin Kolonel Forster akan melakukan apa pun yang bisa dilakukannya untuk membantu kita. Tetapi, setelah kupikirkan kembali, mungkin Lizzy bisa memberi tahu kita tentang keluarga Wickh am, lebih daripada orang lain.
Elizabeth mengerti mengapa pamannya menghendaki penjelasan darinya, tapi dia tidak bisa memberikan inform asi yang bisa memuaskan mereka.
Dia tidak pernah menden gar Wickham menyebut-nyebut tentang keluarganya, kec uali tentang ayah dan ibunya, yang telah meninggal bertahun-tahun silam. Tetapi, mungkin saja beberapa temannya di pasukan shire bisa memberikan leb ih banyak informasi; dan meskipun dia tidak berani melambungk an harapannya dalam hal ini, upaya itu sepertinya layak dilakukan.
Hari-hari di Longbourn berlalu dengan penuh kegelisahan; tetapi, bagian yang paling menggelisahkan adalah pagi hari, ketika mereka menantikan kedatangan tukang pos. Kehadiran sepucuk surat menjadi pelipur lara bagi pagi mereka yang meresahkan. Kabar baik ataupun buruk disampaikan melalui surat, dan mereka mendambakan kabar penting setiap harinya.
Tetapi, sebelum mereka kembali mendengar kabar dari Mr. Gardiner, datang sepucuk surat yang ditujukan kepada ayah mereka. Surat itu dari Mr. Collins, dan langsung dibaca oleh Jane, yang mendapatkan perintah dari ayahnya untuk membuka semua surat yang tiba selama kepergiannya. Elizabeth, yang mengetahui keanehan yang selalu terkandung dalam suratnya, melongok dan turut membacanya. Isi surat itu adalah sebagai berikut:
YANG TERHORMAT MR. BENNET, Saya merasa terpanggil, oleh hubungan kita dan keadaa n hidup saya, untuk memberikan penghiburan dal am situasi menyedihkan yang sedang Anda lalui, yang saya dengar melalui sebuah surat yang tiba dari Hertf ords hire kemarin. Percayalah, Mr. Bennet, bahwa saya dan istri saya dengan tulus bersimpati kepada Anda dan keluarga Anda yang terhormat, dalam masalah ini, yang tentunya terasa sangat pahit karena timbul dari persoalan yang hanya bisa disembuhkan oleh wakt u. Tidak ada kata-kata yang bisa saya sampaikan untuk meringankan beban Anda atau untuk menenangkan Anda di dalam sebuah situasi yang tentunya paling merisaukan pikiran seorang ayah. Kematian putri Anda akan menjadi rahmat yang tak terkira jika dibandingkan dengan hal ini. Dan, akan ada lebih banyak alasan untuk meratap karena, seperti yang diberitahukan oleh Charlotte saya tersayang, putri Anda berperilaku genit karena terlalu dimanja. Meskipun, pada saat yang sama, demi ketenangan Anda dan Mrs. Bennet, saya cend er ung berpikir bahwa watak asli putri Anda mem ang bur uk. Karena kalau tidak, dia tidak akan terl ibat dalam skandal memalukan dalam usia yang masih semuda itu.
Apa pun itu, kesedihan Anda patut dikasihani. Dalam hal ini, tidak hanya Mrs. Collins yang sependapat dengan saya, tetapi juga Lady Catherine dan putrinya, yang telah mendengar tentang peristiwa ini dari saya. Mereka sepakat dengan saya, bahwa kesalahan langk ah salah satu putri Anda akan berakibat buruk pada nasib putri-putri Anda yang lain. Seperti yang dik atak an sendiri oleh Lady Catherine, siapakah yang mau berh ubungan dengan keluarga seperti itu" Lebih jauh lagi, pemikiran ini mengingatkan saya, dengan rasa syukur yang menggunung, mengenai sebuah peristiwa tertentu yang terjadi November silam. Karena jika sebaliknyalah yang terjadi, saat ini saya tentu sedang terlibat dalam ratapan dan aib Anda. Oleh karena itu, izink anl ah saya men asihati Anda, Mr. Bennet yang terh orm at, untuk menenangkan diri Anda sebisanya, untuk menc amp akk an anak yang tidak berharga dari kasih sayang Anda sela manya, dan untuk membiarkannya seo rang diri mem anen buah dari kel akua nnya yang mem aluk an.
Saya sendiri, Mr. Bennet, dst., dst.
Mr. Gardiner baru mengirim surat lagi setelah menerima jawaban dari Kolonel Forster, meskipun tidak ada kabar gembira yang bisa disampaikannya. Tidak ada yang mengetahui apakah Wickham memiliki kerabat yang masih sering berhubungan dengannya, dan sudah bisa dipastikan bahwa semua keluarga dekatnya telah meninggal dunia. Temannya memang banyak, tapi sejak bergabung dengan militer, sepertinya dia tidak berhubungan lagi dengan seorang pun dari
mereka. Oleh karena itu, tidak ada seorang pun yang bisa memb erikan informasi baru mengenai dirinya. Dan, sel ain kar ena takut keluarga Lydia akan mencium gelagatnya, kondisi keuangannya yang semakin buruk menjadi alasan yang sangat penting untuk merahasiakan tindakannya, karena baru saja diketahui bahwa dia memiliki utang judi yang berjumlah sangat besar.
Kolonel Forster yakin bahwa dibutuhkan uang sebanyak lebih dari seribu pound untuk melunasi pengeluaran Wickham selama di Brighton. Utangnya tersebar di seluruh penjuru kota, tapi utang kehormatannya masih lebih banyak. Mr. Gardiner tidak berupaya menutup-nutupi semua itu dari keluarga Longbourn. Jane memekik ngeri ketika pend engarnya. Seo rang penjudi! serunya. Ini sama sekali tidak pern ah kus angka. Aku benar-benar tidak tahu.
Mr. Gardiner menambahkan bahwa mereka mungkin akan bertemu kembali dengan ayah mereka di Longbourn kee sokan harinya, yaitu Sabtu. Putus asa akibat kegagalan seluruh upaya mereka, Mr. Bennet menuruti permintaan adik iparnya untuk kembali ke keluarganya. Dia juga memasrahkan kepadanya apa pun yang bisa dilakukan untuk melanjutkan pencarian mereka. Ketika mendengar kabar ini, Mrs. Bennet tidak terlalu menunjukkan kelegaan seperti yang disangka oleh anak-anaknya, mengingat kecemasannya yang sungguh be sar akan nyawa suaminya.
Apa dia akan pulang tanpa Lydia yang malang" ratap Mrs. Bennet. Tentu saja dia tidak boleh meninggalkan London sebelum menemukan mereka. Siapa yang akan menghajar Wickham dan menyuruhnya menikahi putriku jika dia pulang"
Karena Mrs. Gardiner mulai dibutuhkan di rumahnya sendiri, dia dan anak-anaknya akan kembali ke London pada saat yang bersamaan dengan bertolaknya Mr. Bennet dari kota itu. Kereta dari Longbourn akan membawa mereka ke London, lalu kembali dengan membawa sang tuan rumah.
Mrs. Gardiner pulang sembari bertanya-tanya mengenai Elizabeth dan teman yang ditemuinya di Derbyshire. Nama Darcy tidak pernah disebutkan secara sembarangan oleh keponakannya. Dan, perkiraan di benak Mrs. Gardiner, bahw a sepucuk surat darinya untuk Elizabeth akan segera tiba, ternyata tidak terbukti. Sejak kepulangannya, Elizabeth tidak men erima sepucuk surat pun dari Pemberley.
Dibandingkan dengan masalah buruk yang sedang menimpa keluarganya, alasan lain bagi kemurungan Elizabeth bisa dibilang sepele; karena itulah, tidak ada kesimpulan yang bisa ditarik oleh Mrs. Gardiner. Meskipun Elizabeth, yang pada saat ini telah mengenal baik perasaannya sendiri, tahu bet ul bahwa seandainya dia tidak memikirkan Darcy, dia tent u akan menghadapi dampak dari skandal Lydia dengan cara lebih baik. Itu akan menyelamatkan satu atau dua kali waktu tidurnya.
Mr. Bennet tiba dengan ketenangan yang biasa ditampilkannya. Seperti biasanya, dia tidak banyak berkata-kata. Dia tidak sekali pun menyebut-nyebut urusan yang memaksanya
pergi dari rumah, dan baru lama kemudian putri-putrinya mendapatkan keberanian untuk bertanya kepadanya.
Baru pada sore harinya, ketika mereka minum teh bers ama, Elizabeth memberanikan diri untuk mengangkat top ik tersebut. Kemudian, setelah Elizabeth dengan singkat mengu tarakan kesedihannya atas apa yang telah dilalui oleh ayahnya, Mr. Bennet menanggapi, Jangan mengatakan apa pun tentang itu. Siapakah yang lebih layak menderita daripada aku" Ini adalah akibat dari kesalahanku, dan aku seoranglah yang harus menanggungnya.
Papa, jangan terlalu kejam kepada dirimu sendiri, jawab Elizabeth.
Terserah jika kau ingin memperingatkanku. Jiwa manusia memang sangat rapuh! Tidak, Lizzy, biarkanlah sekali ini saja dalam kehidupanku, aku mempertanggungjawabkan kesalahanku. Aku tidak takut diriku takluk padanya. Ini semua akan segera berlalu.
Apakah menurut Papa mereka ada di London" Ya; tempat mana lagi yang mungkin menyembunyikan mereka serapat itu"
Dan, Lydia selalu ingin pergi ke London, Kitty menamb ahkan.
Kalau begitu, sekarang dia pasti bahagia, kata sang ayah dengan nada datar, dan dia mungkin akan tinggal cukup lama di sana.
Kemudian, setelah terdiam sejenak, Mr. Bennet melanjutkan:
Lizzy, aku mengakui bahwa aku telah salah menyikapi nasihat yang kau berikan kepadaku Mei lalu. Padahal, mengingat apa yang saat ini terjadi, itu menunjukkan kebijaksanaanmu.
Obrolan mereka disela oleh Jane, yang muncul untuk mengambil teh untuk Mrs. Bennet.
Ini bagaikan sebuah parade, seru Mr. Bennet, yang cukup menghibur; ini memberikan keanggunan dalam sebuah kemalangan! Jika masalah seperti ini terjadi lagi, aku akan mengambil tindakan yang sama. Aku akan duduk di perpustakaanku, dalam balutan baju dan topi tidurku, dan sebanyak mungkin merepotkan diriku dengan berbagai pikiran buruk; atau mungkin, aku akan menundanya hingga Kitty kabur.
Aku tidak akan kabur, Papa, kata Kitty dengan suara gemetar. Seandainya aku diizinkan pergi ke Brighton, aku akan bersikap lebih baik daripada Lydia.
Kalau kau pergi ke Brighton. Aku tidak akan mengizinkanmu pergi ke kota sedekat Eastbourne sekalipun walau dibayar lima puluh pound! Tidak, Kitty, aku akhirnya belajar untuk bersikap waspada, dan kau akan merasakan dampaknya. Tidak akan ada lagi prajurit yang boleh memasuki rumahku, atau bahkan memasuki desa ini. Kau dilarang menghadiri pesta dansa, kecuali jika didampingi oleh salah seorang kakakm u. Dan, kau tidak boleh keluar dari rumah hingga bisa membuktikan bahwa kau bisa bersikap masuk akal selama sepuluh menit saja setiap hari.
Kitty, yang menganggap serius seluruh ancaman ayahnya, mulai menangis.
Nah, nah, kata Mr. Bennet, jangan bersedih begitu. Kalau kau bersikap layaknya gadis baik-baik hingga sepuluh tahun mendatang, aku akan membebaskanmu dari peraturan itu. []
449 D ua hari setelah kepulangan Mr. Bennet, ketika Jane
dan Elizabeth sedang berjalan-jalan berdua di kebun bel akang rumah, mereka melihat pengurus rumah tangga Longb ourn menghampiri mereka. Mereka menyongsongnya ketika menyimpulkan bahwa wanita itu memanggil mereka atas permintaan Mrs. Bennet. Tetapi, alih-alih memanggil, ketika mereka tiba di dekatnya, dia berkata kepada Jane, Maa fk an saya, Madam, karena mengganggu Anda, tapi saya mend uga Anda sudah mendengar kabar baik dari kota, seh ingga saya memberanikan diri untuk bertanya.
Apa maksudmu, Hill" Kami belum mendengar kabar apa pun dari kota.
Madam, seru Mrs. Hill dengan kaget, tidakkah Anda tahu bahwa seorang kurir yang dikirim oleh Mr. Gardiner telah datang" Dia tiba di sini setengah jam yang lalu, dan Mr. Bennet menerima surat yang dibawanya.
Kedua gadis itu segera menghambur memasuki rumah tanpa sempat menanggapi ucapan Mrs. Hill. Mereka berlari melewati ruang depan dan memasuki ruang sarapan, lalu meBab 49 E"e" masuki perpustakaan. Karena tidak menemukan ayah mereka di tempat-tempat itu, mereka mengira Mr. Bennet sedang menemani Mrs. Bennet di lantai atas, ketika seorang pelayan tiba-tiba mengatakan:
Jika Anda mencari Mr. Bennet, Ma am, beliau sedang berj alan menuju hutan.
Setelah mendengar informasi ini, mereka langsung menghambur melintasi ruang depan kembali, dan berlari memotong halaman untuk mengejar ayah mereka, yang sedang berjalan menuju sebuah hutan kecil di dekat lintasan kuda.
Jane, yang tidak memiliki kebiasaan berlari ataupun seringan Elizabeth, segera tertinggal di belakang, sementara adiknya, yang terengah-engah, berhasil menyusul ayah mereka, dan dengan penuh semangat berseru:
Oh, Papa, ada kabar apa ada kabar apa" Sudahkah Papa mendengar kabar dari Paman"
Ya, dia mengirim seorang kurir.
Kalau begitu, kabar apakah yang disampaikannya baik atau buruk"
Apakah ada kebaikan yang bisa diharapkan" kata Mr. Bennet, mengeluarkan surat itu dari sakunya. Tapi, mungkin kau ingin membacanya.
Elizabeth buru-buru merebut surat itu dari tangan ayahnya. Jane telah tiba di sisinya.
Bacalah keras-keras, kata ayah mereka, karena aku send iri kesulitan memahami isinya.
Gracechurch Street, Senin, 2 Agustus YANG TERSAYANG KAKAKKU,
Akhirnya, aku bisa mengirimkan kabar kepadamu tent ang keponakanku, dan kuharap, secara keseluruhan, ini akan melegakanmu. Tidak lama setelah kau men ingg alk anku pada hari Sabtu, aku mendapatkan cukup keberuntungan untuk mengetahui di bagian Lond on mana mereka tinggal. Aku akan menyampaikan detail-detailnya jika kita bertemu nanti; yang pent ing, mereka telah ditemukan. Aku telah melihat mer eka berdua
Itulah yang selalu kuharapkan, seru Jane. Mereka tel ah menikah!
Elizabeth terus membaca: Aku telah bertemu dengan mereka berdua. Mereka bel um menikah, dan sepertinya mereka tidak berniat untuk menikah; tetapi, jika kau menghendaki aku menga mbil tindaka n atas nama dirimu, kuharap mereka akan menikah dalam waktu singkat. Yang harus kau lakukan hanyalah membuat kesepakatan dengan putrimu mengenai bagian sebesar lima ribu pound yang akan diwarisi oleh kelima putrimu setelah kau dan kakakku meninggal. Selain itu, dia juga meminta uang saku sebesar seratus pound setahun semasa kau masih hid up. Dengan mempertimbangkan segalanya,
aku enggan menga mbil keputusan sendiri mengenai permintaan tersebut, meskipun kau telah menyerahkan tanggung jawab kepadaku.
Aku mengirim kurir agar kami tidak terlalu lama menunggu jawabanmu. Dari detail-detail yang ada, kau akan dengan mudah memahami bahwa Mr. Wickham ternyata tidak semengenaskan yang diyakini oleh orang-orang. Dunia telah tertipu dalam hal itu; dan dengan senang hati, aku mengatakan bahwa dia akan tetap punya sedikit uang, bahkan setelah membayar sel uruh utangnya, untuk menghidupi keponakanku den gan layak. Terlebih lagi jika ditambah dengan kekayaan yang dimiliki oleh Lydia. Jika kau memberiku wewenang penuh untuk bertindak atas namamu dalam menyelesaikan urusan ini, aku akan segera mengirim perintah ke Haggerston untuk mempersiapkan kesepakatan. Kau tidak perlu pergi ke kota lagi; beristirahatlah dengan tenang di Longbourn, dan andalkanlah pertolonganku. Kirimkanlah jawaban secepatnya, dan tulislah pesanmu dengan jelas. Menurut pertimbangan kami, yang terbaik bagi keponakanku adalah menikah di rumah ini, dan kuharap kau menyetujuinya. Dia akan datang hari ini. Aku akan mengabarimu lagi jika kami sudah menetapkan lebih banyak hal. Dengan hormat,
EDW. GARDINER. Mungkinkah itu" seru Elizabeth seusai membaca surat itu. Mungkinkah Wickham akan menikahi Lydia"
Wickham tidak sejahat yang kau kira, kalau begitu, kata Jane. Ayahku sayang, selamat untukmu.
Lalu, sudahkah Papa membalas surat itu" tanya Elizabeth.
Belum, tapi aku akan melakukannya secepatnya. Dengan tulus, Elizabeth memohon kepada ayahnya agar tidak membuang-buang waktu lagi.
Oh, ayahku sayang! serunya, kembalilah ke rumah dan tulislah surat itu sekarang juga. Pertimbangkanlah betapa berharganya setiap waktu dalam keadaan seperti ini.
Biar aku saja yang menulis, kata Jane, kalau Papa tid ak ingin repot-repot.
Aku sangat membenci pekerjaan ini, jawab Mr. Bennet, tapi harus melakukannya.
Maka, bersama kedua putrinya, Mr. Bennet pun berbalik dan berjalan kembali ke rumah.
Dan, bolehkah aku bertanya kata Elizabeth; apakah Papa akan menuruti syarat-syarat yang mereka ajukan"
Menurutinya! Aku malu karena hanya sebesar itu yang dia minta.
Dan, mereka harus menikah! Meskipun Wickham tetap brengsek!
Ya, ya, mereka harus menikah. Tidak ada tindakan lain yang harus dilakukan. Tapi, ada dua hal yang sangat ingin kuketahui; yang pertama adalah, berapa banyak uang
yang telah dikeluarkan oleh pamanmu untuk menyelesaikan mas alah ini; dan yang kedua, bagaimanakah aku akan bisa memb ayarnya.
Uang! Paman! seru Jane, Apa maksud Papa" Maksudku, tidak ada seorang pun pria waras yang akan menikahi Lydia hanya gara-gara tergiur oleh seratus pound setahun selama aku masih hidup, dan lima puluh setelah aku meninggal.
Itu benar sekali, kata Elizabeth, meskipun tidak terpikir olehku sebelumnya. Utang-utangnya sudah terbayar, dan masih ada sedikit sisa! Oh! Itu tentu perbuatan Paman! Pria murah hati, aku khawatir dia telah merepotkan dirinya sendiri. Sedikit uang tidak akan bisa memberikan dampak sebesar ini.
Tidak, kata ayahnya. Wickham bodoh jika mau menerima Lydia hanya dengan kurang dari sepuluh ribu setahun. Aku menyesal karena harus memandangnya serendah itu pada awal hubungan kami.
Sepuluh ribu pound! Astaga! Bagaimana mungkin kita bisa membayarnya walaupun hanya setengahnya saja"
Mr. Bennet tidak menjawab, dan mereka bertiga tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing, tetap diam hingg a memasuki rumah. Setelah ayah mereka memasuki perpustakaan untuk menulis surat, Jane dan Elizabeth berjalan ke ruang sarapan.
Dan, mereka benar-benar akan menikah! seru Elizabeth, segera setelah mereka berdua kembali. Sungguh aneh
sem ua ini! Dan untuk hal ini, kita harus bersyukur. Mereka akan menikah, meskipun mereka hanya memiliki segelintir kesempatan untuk berbahagia, meskipun Wickham benar-benar brengsek. Kita terpaksa harus mensyukurinya. Oh, Lydia!
Aku menghibur diriku dengan berpikir, jawab Jane, bahw a dia tentunya tidak akan menikahi Lydia jika tidak ben ar-benar menyayanginya. Meskipun paman kita yang baik telah melakukan sesuatu untuk memaksanya, aku tidak bisa mem ercayai bahwa sepuluh ribu pound, atau apa pun yang nilainya sebesar itu, harus diberikan kepadanya. Paman kita mem iliki anak-anak, dan mungkin jumlahnya akan bertambah. Dari manakah beliau mendapatkan sepuluh ribu pound"
Jika kita bisa mengetahui jumlah utang Wickham, kat a Elizabeth, dan berapa banyak yang sudah dibayarnya den gan uang adik kita, kita akan mendapatkan jumlah tepat uang yang telah diberikan oleh paman kita kepada mereka, karena Wickham tidak memiliki sepeser pun. Kebaikan paman dan bibi kita sungguh luar biasa. Mereka membawa Lydia pulang, lalu memberikan perlindungan dan kenyamanan kepadanya. Itu adalah pengorbanan yang tidak akan bisa dilunasi oleh Lydia dengan rasa syukur selama bertahun-tahun sekalipun. Sekarang ini, tentu dia sudah bersama mereka! Jika dia berani-beraninya meratapi kebaikan semacam itu, berarti dia tidak layak berbahagia! Dia pasti terkejut ketika pertama kali melihat bibi kita!
Kita harus berusaha melupakan semua yang telah terjadi, kata Jane. Aku berharap dan percaya mereka akan berbahagia. Aku yakin bahwa kesediaannya untuk menikahi Lydia adalah bukti bahwa pikirannya telah berada di jalan yang benar. Cinta akan mewarnai kehidupan mereka, dan aku yakin mereka akan hidup dengan tenang dan berkecukupan, sehingga nantinya, kelakuan buruk mereka saat ini akan terlupakan.
Kelakuan mereka terlalu buruk, jawab Elizabeth, sehingga tidak mungkin bagimu, atau bagiku, atau bagi siapa pun untuk melupakannya. Tidak ada gunanya membicarakan tentang hal ini.
Baru terpikir oleh kedua gadis itu bahwa ibu mereka tent u sama sekali tidak tahu tentang apa yang baru saja terjadi. Karena itulah, mereka memasuki perpustakaan dan meminta izin kepada ayah mereka untuk menyampaikan kabar ini kepada sang ibu. Mr. Bennet sedang menulis dan, tanpa mengangkat kepalanya, dengan santai menjawab:
Terserah kalian saja. Bolehkah kami membawa surat dari Paman untuk dibacakan kepadanya"
Bawa saja apa pun yang kalian mau dan pergilah dari
sini. Elizabeth mengambil surat tersebut dari meja tulis ayahnya, lalu naik ke lantai atas bersama Jane. Mary dan Kitty sedang menemani Mrs. Bennet sehingga mereka hanya perlu sekali saja menyampaikan penjelasan. Setelah pembukaan singkat untuk kabar baik yang mereka bawa, surat itu pun dibaca keras-keras. Mrs. Bennet nyaris kesulitan menahan buncahan kegembiraannya. Segera setelah Jane selesai membacakan harapan dari Mr. Gardiner bahwa Lydia akan segera menikah, Mrs. Bennet memekik senang, dan setiap kalimat berikutnya semakin menambah kegirangannya. Saat ini kegembiraannya meledak-ledak, setara dengan kesedihannya yang menyayatnyayat sesaat sebelumnya. Mengetahui bahwa putrinya akan menikah saja sudah cukup baginya. Dia tidak lagi terganggu akan kekhawatiran mengenai kesuciannya, ataupun malu karena penyimpangan perilakunya.
Lydiaku tersayang! pekiknya. Ini sungguh membahagiak an! Dia akan menikah! Aku akan berjumpa kembali dengannya! Dia akan menikah pada umur enam belas tahun! Adikku memang baik hati! Aku tahu dia akan menyelesaikan masalah ini. Aku tahu dia akan mengatur segalanya! Betapa aku merindukan Lydia! Dan juga, Wickham tersayang! Tetapi gaunnya, gaun pengantinnya! Aku akan menulis surat kepada adik iparku untuk membahas tentang ini. Lizzy, sayangku, cepat temui ayahmu dan tanyakanlah berapa jumlah uang yang akan diberikannya kepada Lydia. Jangan, tetaplah di sini, aku sendiri yang akan menemuinya. Bunyikan bel, Kitty, untuk mem anggil Hill. Aku akan berpakaian sebentar lagi. Lydiaku tersayang! Betapa gembiranya dia jika kami bertemu nanti!
Putri sulungnya berusaha meredakan ledakan kegembiraan sang ibu dengan menceritakan mengenai perbuatan Mr. Gardiner yang berdampak kepada mereka semua.
Karena akhir bahagia ini, tambah Jane, adalah akibat dari kebaikan hati Paman. Kami percaya bahwa beliau telah menawarkan diri untuk memberikan bantuan keuangan kepada Mr. Wickham.
Yah, seru ibunya, itu sudah sepantasnya; siapa lagi yang akan berbuat begitu jika bukan pamannya" Jika pamanmu tidak punya keluarga, aku dan anak-anakku akan mendapatkan semua uangnya, kau tahu; dan ini adalah pertama kal in ya kita mendapatkan sesuatu darinya, kecuali beberapa had iah yang pernah diberikannya. Baiklah! Aku sangat bahagia! Sebentar lagi, salah seorang putriku akan menikah. Mrs. Wickham! Sungguh indah kedengarannya! Dan, dia baru beru lang tahun yang keenam belas Juni lalu. Jane sayang, aku begitu gembira sampai-sampai aku yakin tidak bisa menulis saat ini; jadi, aku akan mendiktemu, dan kau akan menulis untukku. Setelah ini, kita akan membahas urusan keuangan dengan ayahmu; tapi gaun pengantin harus segera dipesan.
Kemudian, dia merentetkan segala macam detail tentang kain kaliko, muslin, katun. Dia siap mendiktekan sangat ban yak perintah, jika saja Jane meskipun dengan susah pay ah gagal membujuknya untuk menunggu hingga sang ayah memberikan persetujuan. Menundanya sehari, kata Jane, tidak akan memberikan perubahan besar; dan sang ibu pun terl amp au bahagia untuk menyanggah seperti biasanya. Renc ana lain juga telah menyusupi kepalanya.
Aku akan pergi ke Meryton, katanya, segera setelah aku berdandan, dan menyampaikan kabar gembira ini kepada
adikku. Dan, sepulangnya aku dari sana, aku akan singgah di rumah Lady Lucas dan Mrs. Long. Kitty, turun dan mintalah agar kereta disiapkan. Aku yakin udara segar akan berdampak baik bagiku. Anak-anak, adakah yang bisa kulakukan untuk kalian di Meryton" Oh, ini dia Hill! Hill sayang, sudahkah kau mendengar kabar gembira ini" Miss Lydia akan menikah; dan kalian semua akan mendapatkan semangkuk es buah dalam resepsi pernikahannya.
Mrs. Hill langsung mengungkapkan kegembiraannya. Elizabeth pun mendapatkan ucapan selamat darinya. Karena muak dengan kekonyolan ini, Elizabeth mengurung diri di kamarnya, tempat yang akan memberikan kebebasan baginya.
Situasi Lydia yang malang tentunya, sebaik apa pun, sudah cukup buruk. Tetapi, dia harus bersyukur karena situasi itu tidak bertambah buruk. Dia merasakannya, dan meskipun di masa yang akan datang, kebahagiaan maupun kekayaan tidak akan bisa diharapkan dari adiknya, dia bersyukur atas semua kebaikan yang telah mereka dapatkan, setelah mengingat kembali kekhawatiran mereka yang masih mendera hingga dua jam yang lalu.[]
460 S ebelum semua ini terjadi, Mr. Bennet sangat sering berharap bahwa alih-alih menghabiskan seluruh pendapatannya, dia bisa menyisihkan cukup banyak uang untuk dana tahunan demi kelayakan hidup anak-anaknya dan istrinya, jika Mrs. Bennet hidup lebih lama daripada dirinya. Sekarang, dia semakin mengharapkannya. Seandainya dia disiplin dalam menabung, Lydia tentu tidak perlu berutang, baik berutang uang maupun budi kepada pamannya. Dan, kepuasan lantaran menaklukkan salah seorang pemuda terbrengsek di Inggris dan menjadikannya suami mungkin akan terasa lebih pantas.
Dengan serius dia berpikir bahwa adik iparnya telah men gel uarkan begitu banyak uang untuk seseorang yang paling tidak layak mendapatkannya. Jika memungkinkan, dia bertekad untuk mencari tahu berapa tepatnya jumlah uang yang telah dikeluarkan oleh Mr. Gardiner dan melunasinya segera setelah dia bisa.
Ketika pertama kali menikah, Mr. Bennet menyepelekan kekayaan karena, tentu saja, mereka akan mendapatkan anak laki-laki. Anak laki-laki itu akan memotong garis warisan seBab 50 E"e" gera setelah dia cukup umur, dan janda beserta anak-anaknya yang lain akan bisa hidup layak sepeninggalnya. Lima orang anak perempuan dengan lancar lahir ke dunia, tapi tidak seorang anak laki-laki pun dikaruniakan kepadanya; dan Mrs. Bennet, hingga bertahun-tahun sejak kelahiran Lydia, masih yakin bahwa dia akan melahirkan seorang anak laki-laki. Semua itu patut disesali, tapi sudah terlambat untuk memulai men abung. Mrs. Bennet harus berhemat, dan kecintaan suaminya pada kehidupan bebas merdeka semakin menyulitkan mereka untuk menambah penghasilan.
Undang-undang pernikahan telah menetapkan Mr. Benn et untuk memberikan lima ribu kepada Mrs. Bennet dan anak-anaknya. Tetapi, jumlah yang akan diterima oleh masing-masing anak ditetapkan oleh wasiat dari orangtua mereka. Hal inilah, setidaknya dalam kasus Lydia, yang sekarang harus diselesaikan, dan Mr. Bennet mau tidak mau harus menerima kesepakatan yang diajukan kepadanya. Untuk membalas kebaikan hati adik iparnya, meskipun dengan sangat singkat dan padat, Mr. Bennet menyampaikan persetujuan menyeluruh untuk semua yang telah dilakukannya dan kesiapannya untuk memenuhi semua syarat yang telah ditetapkan kepadanya. Dia tidak pernah menyangka bahwa, kalaupun Wickham berhasil menikahi salah seorang putrinya, kejadiannya akan memberatkannya seperti ini. Dia memang hanya akan kehilangan sepuluh pound lebih banyak dalam setahun dari seratus pound yang digunakannya untuk membayar mereka; karena, untuk kebutuhan pokok dan uang sakunya, belum lagi tambahan
uang yang senantiasa diberikan oleh ibunya, pengeluaran Lydia hanya sedikit di bawah jumlah tersebut.
Dia harus menyelesaikan masalah ini dengan berbagai macam kerepotan, yang menjadi kejutan lain baginya; karena dia berharap mendapatkan sesedikit mungkin masalah di dalam bisnisnya. Ketika gejolak kemarahan pertamanya, yang mendorong pencariannya kepada Lydia, telah berakhir, sifat acuh tak acuhnya segera kembali. Dia segera mengirim suratnya; karena, meskipun lamban dalam menjalankan sebuah urusan, dia cepat mengakhirinya. Dia memohon untuk diberi tahu lebih jauh mengenai detail-detail utangnya kepada adik iparnya, tapi dia terlalu marah kepada Lydia untuk menulis surat kepadanya.
Kabar baik menyebar dengan cepat di seluruh rumah, dan dengan kecepatan yang sama ke seluruh desa. Bumbubumb u yang lebih sedap mewarnai kabar yang menyebar di desa. Sejujurnya, obrolan orang-orang akan menjadi lebih men arik seandainya Mr. Bennet berhasil menemukan Miss Lydia Bennet di kota; atau, sebagai alternatif yang paling menarik, diasingkan dari dunia di sebuah rumah peternakan yang jauh. Tetapi, ada banyak hal yang bisa digunjingkan dari pernikahannya, dan bahkan ketika semua wanita bermul ut nyinyir di Meryton menyampaikan harapan tulus untuk kebahagiaannya, mereka sama sekali tidak kehilangan semangat dalam membicarakan perubahan situasi ini. Karena dengan suami seperti Wickham, kesengsaraan Lydia sudah bisa dipast ik an.
Sudah dua minggu Mrs. Bennet mengurung diri di kamarnya di lantai atas; tetapi, di hari bahagia ini, dia kembali menempati kursinya di kepala meja, dan semangatnya tampak sangat menggebu-gebu. Tidak sekelumit pun rasa malu menodai kejayaannya. Pernikahan salah seorang putrinya, yang telah menjadi cita-cita utamanya sejak Jane berumur enam belas tahun, sebentar lagi akan terkabul, sehingga pikiran dan perkataannya pun sepenuhnya terpusat pada pesta pernikahan yang anggun, kain muslin yang mewah, kereta-kereta baru, dan para pelayan. Dia sibuk mencari tempat tinggal di sekitar sana yang layak untuk putrinya dan, tanpa mempertimbangkan berapa uang yang mereka miliki, menolak banyak tempat gara-gara kurang besar dan terletak di tempat yang kurang mentereng.
Haye Park sepertinya cocok untuk mereka, katanya, jika keluarga Goulding mau pergi dari situ atau rumah besar di Stoke itu, seandainya ruang menggambarnya lebih luas; tapi Ashworth terlalu jauh dari sini! Jangan sampai mereka tinggal lebih dari sepuluh mil dariku; sedangkan Purvis Lodge, lotengnya mengenaskan.
Mr. Bennet membiarkan istrinya terus mencerocos tanpa sekali pun menyelanya selama para pelayan masih ada di sana. Tetapi, setelah mereka pergi, dia berkata kepadanya, Istriku, sebelum kau membeli salah satu atau semua rumah itu untuk anak dan menantumu, aku sebaiknya menegaskan pandanganku kepadamu. Di rumah mana pun di lingkungan ini, mer eka tidak akan diterima. Aku juga tidak akan menerima
mereka di Loungbourn, karena itu berarti aku mendukung kelancangan mereka.
Pertengkaran panjang menyusul pernyataan ini, tapi pend irian Mr. Bennet tidak tergoyahkan. Lama berselang, Mrs. Bennet baru menyadari, dengan syok dan ngeri, bahwa suamin ya tidak akan memberikan sepeser pun uang untuk memb elik an gaun pengantin putrinya. Mr. Bennet berkilah dengan mengatakan bahwa Lydia tidak akan menerima tanda kasih apa pun darinya untuk kepentingan apa pun. Mrs. Bennet tidak mengerti. Mustahil baginya untuk memahami bahwa kemarahan suaminya bisa memuncak, hingga tiba di titik kebencian yang memungkinkannya menolak keinginan putrinya dalam hal yang penting bagi pernikahannya. Dia bersikeras akan memalukan baginya jika Lydia menikah tanpa gaun baru; itu lebih memalukan daripada kabur dan tinggal selama dua minggu bersama Wickham sebelum mereka menikah.
Sekarang, Elizabeth benar-benar menyesal karena, terpengaruh oleh keruhnya suasana, dia telah memberitahukan kekhawatiran mereka kepada Mr. Darcy. Masalahnya, karena pernikahan Lydia dilakukan untuk menyelamatkan muka keluarga mereka atas pelarian pasangan itu, mereka semestinya merahasiakan titik pangkal peristiwa ini dari semua orang yang tidak terlibat secara langsung.
Dia tidak khawatir cerita ini akan tersebar melalui mul ut Darcy. Pria itu termasuk salah satu di antara sedikit orang yang dianggapnya bisa menyimpan rahasia. Tetapi, pad a saat bersamaan, tidak ada orang yang diharapkan oleh
Elizabeth akan mengetahui perilaku memalukan salah seorang adiknya apalagi jika dia sendiri yang menyampaikan kecemasan tentang hal itu, karena seolah-olah ada jurang yang tidak mungkin diseberangi di antara mereka. Kalaupun pernikahan Lydia dilakukan dengan cara terhormat, tetap bis a dipahami jika Mr. Darcy enggan berhubungan kembali den gan keluarga yang kini berhubungan dekat dengan seorang pria yang dibencinya untuk alasan yang tepat.
Karena itulah, dia tidak heran jika Darcy menarik diri darinya. Elizabeth berharap untuk menumbuhkan perasaan yang telah menguat di Derbyshire, tapi sepertinya hal itu tidak bisa bertahan di bawah pukulan sedahsyat ini, dan itu masuk akal. Dia patah hati, dia berduka; dia menyesal meskipun tid ak mengetahui apa yang sesungguhnya disesalinya. Dia menc emburui ketenangan Darcy, di saat dia tidak bisa lagi merasakan hal yang sama. Dia ingin mendengar suara Darcy, di saat akal sehatnya tidak bisa diandalkan lagi. Dia yakin bahwa mereka berdua bisa saja berbahagia, di saat mereka tidak mungkin bisa bertemu lagi.
Elizabeth sering berpikir bahwa Darcy tentu akan merasa unggul, seandainya dia tahu bahwa lamaran yang empat bulan silam telah ditolaknya dengan sengit, sekarang akan diterimanya dengan senang dan penuh rasa syukur! Elizabeth tidak meragukan Darcy adalah seorang pria yang murah hati. Pria yang paling murah hati; tetapi, selama dia masih hidup, perasaan unggul itu pasti akan tetap ada.
Sekarang, Elizabeth mulai memahami bahwa Darcy adalah pria dengan pembawaan dan perangai yang paling sesuai dengannya. Pengertian dan watak Darcy, meskipun berbeda dengan Elizabeth, adalah jawaban atas semua doanya. Sebuah pernikahan akan membawa berkah bagi mereka berdua; dengan keluwesan dan keceriaan Elizabeth, kekolotan Darcy akan melunak dan perangainya akan membaik. Dan dari penilaian, kepandaian, dan wawasan Darcy tentang dunia, Elizabeth akan mendapatkan manfaat yang sangat besar.
Tetapi, pernikahan yang bisa mengajarkan kepada banyak orang tentang kebahagiaan sejati tidak akan pernah terj adi. Yang akan terjadi di keluarga Elizabeth adalah sebuah pernikahan dengan kecenderungan dan kemungkinan yang berb eda daripada yang diidam-idamkannya.
Bagaimana Wickham dan Lydia akan hidup mandiri, Elizabeth tidak bisa membayangkannya. Tetapi, Elizabeth bis a dengan mudah memperkirakan, betapa kecilnya kebahagiaan abadi yang bisa dihadirkan oleh pasangan yang hanya disatukan oleh gairah yang lebih membara daripada akal sehat mereka.
*** Tak lama kemudian, Mr. Gardiner menulis kembali kepada kakak iparnya. Dengan singkat, dia menjawab pertanyaan Mr. Bennet dengan menegaskan keikhlasannya dalam membantu mereka. Dia mengakhiri suratnya dengan memohon agar topik ini tidak dibahas lagi. Maksud utama penulisan suratnya
adalah untuk memberitahu mereka bahwa Mr. Wickham telah memutuskan untuk keluar dari pasukannya.
Aku sangat berharap bahwa Mr. Wickham keluar dari resimennya, Mr. Gardiner menambahkan, segera set elah pern ik aha nnya ditetapkan. Dan, kurasa kau akan setuju den gank u bahwa dia harus secepatnya mel akuk an itu demi dirin ya sendiri dan keponakanku. Mr. Wickh am sendiri berniat unt uk pindah, dan di ant ara teman-temannya, masih ada beberapa orang yang mamp u dan mau memberinya pertolongan untuk karier mil iternya. Dia dijanjikan sebuah kedudukan di res im en Jend eral yang sekarang berpangkalan di Utara. Letak pangkalan yang sangat jauh dari sini akan memberikan keuntungan baginya. Dia menjanjikan banyak hal, dan kuharap, di lingkungan baru yang ma sih menganggap mereka bersih, mereka berdua bisa lebih memikirkan masa depan.
Aku telah menulis surat kepada Kolonel Forster untuk memberitahukan mengenai kesepakatan kami, dan memohon kepadanya agar meyakinkan sejumlah orang di Brighton dan sekitarnya, yang telah memb erikan utang kepada Mr. Wickham, mengenai pembayaran yang secepatnya akan kutangani sendiri. Tentang hal ini, bisakah kau melakukan hal yang sama kepada sej uml ah orang di Meryton, yang nama-namanya telah kucatat berd asark an pengakuan Mr. Wickham"
Dia telah mengakui sem ua utangnya; kuharap dia tidak mengelabui kita. Aku telah memb erikan per intah kepada Haggerston, dan seluruh urusan ini akan selesai dalam waktu seminggu. Kemudian, mereka akan ber g abung dengan resimen yang baru, kecuali jika kau mengundang mereka ke Longbourn terlebih dah ulu; dan aku tahu dari istriku bahwa Lydia sangat ingin bertemu dengan kal ian semua sebelum bertolak ke Utara. Dia baik-baik saja dan memohon agar kau dan ibunya mengingatnya sebagai anak yang baik. Dengan hormat, dll.
E. GARDINER. Sama seperti Mr. Gardiner, Mr. Bennet dan putri-put ri?" nya menganggap bahwa kepindahan Wickham dari pas uk an shire adalah sesuatu yang menguntungkan. Tetapi, Mrs. Benn et tidak sesenang itu. Kepindahan Lydia ke Utara, tepat ket ika dia memiliki sesuatu untuk dibangga-banggakan di lingk ungan mereka, menjadi sumber kekecewaan yang teramat parah. Selain itu, sungguh sayang jika Lydia dipindahkan dari sebuah resimen tempatnya telah mengenal semua orang dan men yukai banyak orang.
Dia sangat menyukai Mrs. Forster, kata Mrs. Bennet, dan dia akan terkena guncangan jiwa jika disuruh pergi! Dan, ada beberapa pemuda yang sangat disukainya di sana. Para prajurit di resimen Jenderal mungkin tidak terlalu menyen angk an.
Permintaan Lydia agar dapat bertemu kembali dengan keluarganya sebelum berangkat ke Utara yang mungkin terl alu berlebihan untuk dipertimbangkan pada awalnya mendapatkan tanggapan negatif dari Mr. Bennet. Tetapi, demi perasaan dan kelangsungan hidup adik mereka, Jane dan Elizabeth berharap orangtua mereka merestui pernikahannya. Dengan tulus dan lemah lembut, mereka membujuk ayah mereka untuk menerima Lydia dan suaminya di Longbourn segera setelah mereka menikah. Bujukan kedua putrinya menyeb abk an Mr. Bennet berubah pikiran. Mrs. Bennet pun senang mengetahui dia akan bisa memamerkan putrinya yang telah menikah kepada para tetangganya, sebelum mer eka diasingkan ke Utara. Maka, ketika membalas surat dari adik iparnya, Mr. Bennet menyampaikan izinnya bagi putrin ya untuk datang. Ditetapkanlah bahwa segera setelah upac ara pernikahan berakhir, pasangan itu akan langsung ber angkat ke Longbourn. Bagaimanapun, Elizabeth terkejut karena Wickham menyetujui rencana itu, padahal seandainya hanya pendapatnya seoranglah yang dijadikan pertimbangan, pertemuan dengan Wickham adalah hal terakhir yang diinginkannya.[]
470 H ari pernikahan adik mereka akhirnya tiba, dan Jane
serta Elizabeth mungkin lebih tegang daripada Lydia sendiri dalam menghadapinya. Kereta dikirim untuk menjemput pasangan pengantin baru itu di , dan mereka tiba di rumah pada waktu makan malam. Kedatangan mereka ditunggu dengan gelisah oleh Jane dan Elizabeth, terutama oleh Jane, yang merasa tidak enak kepada Lydia, seolah-olah kejadian ini adalah akibat dari kesalahannya, dan tersiksa memikirkan kehidupan macam apa yang tentunya akan dihadapi adiknya.
Mereka datang. Seluruh keluarga berkumpul di ruang sarapan untuk menyambut mereka. Senyum menghiasi wajah Mrs. Bennet sementara kereta melaju mendekati pintu; suaminya tampak bermuram durja; putri-putrinya waspada, cemas, gelisah.
Suara Lydia terdengar di ruang depan; pintu terbuka dengan keras, dan dia menghambur memasuki ruangan. Ibun ya menyongsong dan memeluknya erat-erat, lalu dengan bertubi-tubi menyampaikan kata-kata penyambutan; terseBab 51 E"e" nyum hangat dan mengulurkan tangan kepada Wickham, yang mengikuti contoh istrinya; lalu berdoa untuk kebahagiaan mereka berdua dengan kenyaringan yang menunjukkan keyakinannya.
Sambutan dari Mr. Bennet, yang mendapatkan giliran selanjutnya, tidak sehangat itu. Mr. Bennet menunjukkan eks presi serius, dan dia hanya sesekali membuka mulut. Keceriaan pasangan muda itu cukup untuk memicu kemarahannya. Elizabeth muak, dan bahkan Jane sekalipun syok. Lydia masih tetap Lydia; lancang, tidak tahu malu, liar, berisik, dan berani. Dia menghampiri saudari-saudarinya satu per satu, menuntut ucapan selamat dari mereka. Setelah mereka semua akhirnya duduk, Lydia memandang sekeliling ruangan dengan penuh semangat, memperhatikan beberapa perubahan kecil di sana, lalu mengatakan, sambil tertawa, bahwa sudah sangat lama sejak dia terakhir kali berada di situ.
Wickham sama cerianya dengan istrinya, tapi sikapnya memang selalu sangat menyenangkan. Bahkan, seandainya mereka semua tahu tentang watak asli dan penyebab pernikahannya, senyuman dan sikap santainya ketika menceritakan tentang hubungan mereka tentu akan menyenangkan semua orang. Pada awalnya Elizabeth tidak menyangka Wickham akan bisa bersikap setenang itu, tapi dia kemudian bertek a d untuk tidak menetapkan batasan kebrengsekan pada pria brengsek itu di masa yang akan datang. Pipi Elizabeth merona, pipi Jane juga merona; tapi, pipi kedua orang yang menjadi
penyebab kekacauan itu tidak mengalami perubahan warna sedikit pun.
Tidak ada keinginan untuk membahas yang telah terjadi. Mempelai perempuan dan ibunya saling berlomba-lomba dalam bercerita; dan Wickham, yang kebetulan duduk di dekat Elizabeth, menanyakan kabar teman-temannya di sana, dengan kehangatan yang tidak sanggup ditandingi oleh Elizabeth ketika menjawab. Pasangan itu sepertinya sedang mengalami saat paling membahagiakan di dunia. Tidak ada kenangan apa pun yang menimbulkan kepedihan di hati mereka; dan Lyd ia pun dengan senang hati mengangkat topik yang tidak akan sekali pun disebutkan oleh kakak-kakaknya.
Coba bayangkan, serunya, ternyata sudah tiga bulan berlalu sejak kepergianku; rasanya baru dua minggu yang lalu aku meminta izin, tapi ada cukup banyak peristiwa yang terj a di di sepanjang waktu itu. Astaga! Waktu aku pergi, aku sam a sekali tidak pernah berpikir bahwa ketika aku pulang kem ari, aku akan sudah menikah! Meskipun kupikir akan san gat menyenangkan kalau itu terjadi.
Ayahnya memutar mata. Jane gelisah. Elizabeth melontark an tatapan penuh arti ke arah Lydia; tapi Lydia, yang tidak pernah mendengar atau melihat apa pun yang bisa membuatnya rikuh, dengan acuh tak acuh melanjutkan, Oh, Mamma! Apakah orang-orang di sini sudah tahu bahwa aku menikah hari ini" Sepertinya mereka tidak tahu; dan kami tadi berpapasan dengan William Goulding yang sedang mengendarai keretanya; aku bertekad bahwa dia harus tahu. Aku menurunkan jendela ketika berada di dekatnya, lalu melepas sarung tan ganku, dan meletakkan tanganku di kosen jendela agar dia bisa melihat cincinku, lalu aku mengangguk dan ters enyum seolah-olah tidak ada yang terjadi.
Elizabeth tidak tahan lagi. Dia bangkit dan berlari keluar dari sana, lalu tidak kembali lagi hingga didengarnya mereka sedang melewati koridor untuk menuju ruang makan. Dia men yusul mereka ke sana, tepat ketika Lydia sedang berjalan dengan dada membusung sambil menggandeng tangan kanan ibunya dan berkata kepada kakak sulungnya, Ah, Jane! Aku mengambil tempatmu sekarang, dan derajatmu menjadi lebih rendah karena aku adalah seorang wanita yang sudah men ikah.
Tidak mungkin lagi untuk berharap bahwa waktu akan memberikan Lydia rasa malu yang sepantasnya disandangnya. Kelincahan dan semangatnya semakin menjadi-jadi. Dia ingin bertemu dengan Mrs. Philips, keluarga Lucas, dan par a tet angga yang lain agar bisa mendengar dirinya dipanggil dengan nama Mrs. Wickham oleh mereka semua; dan unt uk sem entara waktu, dia memamerkan cincinnya selama mak an malam dan membangga-banggakan dirinya yang telah men ikah kepada Mrs. Hill dan kedua pelayan mereka.
Nah, Mamma, katanya ketika mereka semua telah kemb ali ke ruang sarapan, bagaimanakah pendapat Mamma tent ang suamiku" Bukankah dia tampan" Aku yakin semua kak akk u cemburu kepadaku. Aku hanya berharap mereka mend apatk an setengah saja keberuntunganku. Mereka semua
harus pergi ke Brighton. Di sanalah tempat yang tepat untuk menc ari suami. Sayang sekali, Mamma, kita semua tidak jadi pergi ke sana.
Betul sekali; dan seandainya itu terserah kepadaku, kita semua akan pergi. Tapi, Lydiaku sayang, aku tidak suka mel ih atm u pergi secepat itu. Haruskah begitu"
Oh, Tuhan! Ya tentu saja. Aku malah menyukainya. Mamm a dan Papa, dan kakak-kakakku, kalian semua harus menengok kami di sana. Kita semua harus menghabiskan sel uruh musim dingin di Newcastle, dan aku berjanji akan memb awa kakak-kakakku ke pesta dansa dan mencarikan pas angan yang cocok untuk mereka semua.
Aku menyukai gagasan itu, lebih daripada segalanya! kata sang ibu.
Lalu, ketika Mamma pulang, Mamma bisa meninggalkan satu atau dua orang kakakku di sana, dan aku berjanji mereka akan mendapatkan suami sebelum musim dingin berakhir.
Terima kasih untuk tawaranmu, kata Elizabeth, tapi sejujurnya, aku tidak menyukai caramu mencari suami.
Pasangan pengantin baru itu akan tinggal selama kurang dari sepuluh hari bersama mereka. Mr. Wickham telah menerima penugasan sebelum meninggalkan London, dan dia harus bergabung dengan resimen barunya dalam waktu dua minggu.
Hanya Mrs. Bennet seoranglah yang menyesali betapa singkatnya pertemuan mereka; dan dia memanfaatkan sebagian
besar waktu itu untuk berkunjung ke rumah tetangga-tetangga mereka bersama putrinya dan berkali-kali menyelenggarakan pesta di rumah. Pesta itu disambut baik oleh semua orang; menghindari lingkup keluarga bahkan lebih menggiurkan bagi orang-orang yang berpikir, daripada yang acuh tak acuh.
Bentuk perhatian Wickham kepada Lydia ternyata tepat seperti yang telah diduga oleh Elizabeth; tidak setara dengan perhatian Lydia kepadanya. Tidak memerlukan pengamatan yang mendalam untuk mengetahui bahwa mereka kabur bukan karena kekuatan cinta, melainkan siasat Wickham. Elizabeth pun akan memikirkan mengapa Wickham bersedia kawin lari tanpa gairah cinta yang menggebu-gebu, seandainya dia tidak yakin bahwa keruhnya suasanalah yang menjadi alasan bagi Wickham untuk melarikan diri, dan bahwa jika memang begitu adanya, dia bukanlah jenis pemuda yang menolak kesempatan untuk melakukannya bersama seorang teman.
Lydia sangat menyukai Wickham. Dia selalu menyebutnyebut Wickham tersayangnya dalam segala kesempatan; tidak seorang pun bisa dibandingkan dengan suaminya. Wickham melakukan segala sesuatu dengan cara terbaik di dunia; dan Lydia yakin bahwa pada tanggal 1 September, suaminya itu akan menembak lebih banyak burung daripada semua orang lainnya di Inggris.
Pada suatu pagi, beberapa saat setelah kedatangan mereka, ketika sedang duduk bersama kedua kakak tertuanya, Lydia berkata kepada Elizabeth:


Pride And Prijudice Karya Jane Austen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lizzy, aku yakin aku belum pernah menceritakan kepadamu tentang pernikahanku. Kau tidak ada waktu saat aku sedang bercerita kepada Mamma dan yang lain. Apa kau tidak penasaran ingin mendengarnya"
Tidak juga, jawab Elizabeth, sepertinya topik ini akan terdengar lebih baik jika lebih jarang dibicarakan.
Ah! Kau aneh sekali! Tapi, aku harus menceritakan kepadamu kejadian runutnya. Kami menikah, kau tahu, di St Clement s karena pangkalan Wickham terletak di wilayah yang sama. Dan, sudah ditetapkan bahwa kami semua harus berada di sana pada pukul sebelas tepat. Aku pergi bersama Paman dan Bibi, dan yang lainnya akan menemui kami di gereja. Nah, Senin pagi tiba, dan aku kalang kabut! Aku sangat takut sesuatu terjadi dan membatalkan pernikahan kami, dan aku menjadi sangat bingung karenanya. Lalu, ada bibi kita; selama aku berdandan, dia tak henti-hentinya menceramahiku seperti pendeta yang sedang berkhotbah. Apa pun yang dik atakannya, aku mungkin hanya mendengar sekitar sepersepuluhnya, karena aku sedang memikirkan, kau pasti bisa menebaknya, Wickhamku tersayang. Aku penasaran apakah dia akan menikah dalam balutan mantel birunya.
Nah, kami pun sarapan pada pukul sepuluh seperti biasanya; kupikir waktu telah berhenti. Omong-omong, kau harus tahu Paman dan Bibi sangat menjengkelkan selama aku tinggal bersama mereka. Kalau kau percaya kepadaku, aku tidak pernah sekali pun mengeluarkan kakiku dari pintu, meskipun aku tinggal di rumah mereka selama dua minggu.
Tidak satu pesta pun, atau rencana, atau apa pun. Sejujurnya, London memang agak membosankan, tapi, tetap saja, Little Theatre sudah dibuka. Nah, kemudian, tepat ketika kereta tiba di depan pintu, Mr. Stone yang menyebalkan itu datang untuk menyelesaikan sebuah urusan bisnis dengan Paman. Padahal, kau tahu, sekalinya mereka berkumpul, mereka akan menghabiskan waktu berjam-jam. Yah, aku sangat ketakutan sampai tidak tahu harus melakukan apa, karena Pamanlah yang akan bertindak sebagai waliku; dan, kalau kami terlambat dari waktu yang telah ditetapkan, maka kami tidak akan bisa menikah hari itu. Tetapi, untungnya, Paman kembali sepuluh menit kemudian, lalu kami semua berangkat. Bagaimanapun, aku baru ingat sesudahnya bahwa kalaupun Paman berhalangan, pernikahanku tidak perlu ditunda karena Mr. Darcy akan menggantikannya.
Mr. Darcy! ulang Elizabeth dengan takjub. Oh, ya! Dia datang ke sana bersama Wickham, kau tahu. Tapi, astaga! Aku lupa! Seharusnya aku tidak mengatakan apa pun tentang ini. Aku sudah bersumpah setia! Apa yang akan dikatakan oleh Wickham" Ini seharusnya rahasia!
Jika ini memang rahasia, kata Jane, jangan katakan apa-apa lagi. Percayalah bahwa aku tidak akan memintamu menceritakannya.
Oh, tentu saja! kata Elizabeth, meskipun rasa penasaran menggelitiknya, kami tidak akan menanyakan apa-apa.
Terima kasih, kata Lydia, karena jika kalian meminta, aku pasti akan menceritakan semuanya, lalu Wickham akan marah.
Menahan godaan untuk bertanya, Elizabeth terpaksa mengerahkan seluruh kekuatannya untuk pergi dari sana.
Tetapi, hidup dalam ketidaktahuan tentang hal tersebut sungguh mustahil; atau setidaknya, mustahil baginya untuk menahan diri dari mencari penjelasan. Mr. Darcy menghadiri upacara pernikahan adiknya. Itu berarti, dia telah berada di temp at dan di antara orang-orang yang tidak memiliki urusan dengannya dan sebisa mungkin dihindarinya. Berbagai dugaan atas makna kejadian itu bergejolak hebat di dalam benaknya; tetapi, tidak ada satu pun yang bisa memuaskannya. Alasan yang paling memuaskannya, yang menempatkan Darcy di temp at paling mulia, sepertinya justru paling mustahil. Karena tidak sanggup bertahan dalam ketegangan seperti ini, Elizabeth buru-buru menyambar sehelai kertas dan menulis sebuah surat singkat untuk bibinya, untuk memohon penjelasan atas perkataan Lydia, jika itu tidak membuatnya melanggar rahasia yang semestinya dipegangnya.
Bibi mungkin bisa dengan mudah memahami, dia men ambahkan, keinginanku untuk mengetahui mengapa ses eo rang yang tidak memiliki hubungan dengan seorang pun dari kita, dan (bisa dikatakan) sosok yang asing bagi keluarga kita ada di antara kalian di saat seperti itu. Tolong segera balas suratku, dan berikanlah penjelasan kepadaku kecuali jika ini, untuk alasan yang sangat penting, harus tetap dirahasiakan
seperti kata Lydia. Jika memang begitu adanya, maka aku akan memuaskan diri dengan ketidaktahuanku.
Bukannya aku akan diam saja, tentunya, lanjut Elizabeth kepada dirinya sendiri setelah dia menyelesaikan surat itu; dan bibiku tersayang, kalau Bibi tidak memberitahuku dengan cara yang terhormat ini, aku akan menurunkan derajatk u untuk mengelabui dan mengakali Bibi sampai aku mend apatkan apa yang kucari.
Keteguhan Jane dalam menjaga kehormatan menghalanginya untuk membicarakan secara pribadi kepada Elizabeth tentang omongan Lydia. Elizabeth lega karenanya hingga jelas bahwa pertanyaannya sudah pasti akan terjawab, dia merasa lebih nyaman berada dalam kebimbangan.[]
480 K eresahan Elizabeth teredakan ketika dia menerima balasan suratnya dalam waktu singkat. Segera setelah menerimanya, dia bergegas menyendiri di hutan kecil di belakang rumah, tempat tidak seorang pun akan mengganggunya. Dia duduk di salah satu bangku dan bersiap-siap untuk bergembira, karena panjangnya surat itu meyakinkannya bahwa tidak ada penyangkalan yang terkandung di sana.
Gracechurch Street, 6 September KEPONAKANKU TERSAYANG,
Aku baru saja menerima surat darimu, dan aku akan menghabiskan seluruh pagi ini untuk menulis balasannya, karena aku tahu surat yang pendek tidak akan bisa merangkum hal yang harus kuceritakan kepadamu. Aku harus mengaku bahwa aku terkejut ketika mendengar pertanyaanmu; aku tidak menyangka kau akan melakukannya. Tetapi, jangan mengira kalau aku marah, karena aku hanya bermaksud memberitahumu bahwa tidak terbayang olehku jika pertanyaan-pertanyaan
Bab 52 E"e" itu penting bagimu. Jika kau kesulitan memahamiku, maafkanlah kecerewetanku. Sama sepertiku, pamanmu juga terkejut, yang berarti dia yakin bahwa kau memiliki sangkut paut dengan semua ini. Tetapi, jika kau memang tidak tahu apa-apa, maka aku harus menjelaskan lebih banyak.
Pada hari kedatanganku dari Longbourn, pamanm u menerima seorang tamu tak terduga. Mr. Darc y datang dan berbicara empat mata bersama beliau sel ama beberapa jam. Semua itu terjadi sebelum aku datang sehingga rasa penasaranku tidak sehebat dirim u. Mr. Darcy sepertinya datang untuk memberi tahu pamanmu bahwa dia telah menemukan adikmu dan Mr. Wickham, dan dia juga telah bertemu dan berbicara dengan mereka berdua; berkali-kali dengan Wickham, sekali dengan Lydia. Berdasarkan penjelasan yang bisa kuhimpun, aku tahu dia meninggalkan Derbyshire hanya sehari setelah kita pergi, dan langsung ke kota untuk memburu mereka. Motif dari tindakann ya adalah keyakinan bahwa dirinyalah penyebab kebrengsekan Wickham yang hanya diketahui segelintir orang sehingga banyak wanita baik-baik jatuh cinta atau takluk dalam rayuannya. Dia menyalahkan keangkuhannya atas semua ini, dan mengakui bahwa sebelumnya, tidak terpikir olehnya untuk mengungkapkan kepada dunia tentang apa yang telah terjadi. Wat aknyalah penyebabnya.
Oleh karena itu, dia merasa berkewajiban untuk mengambil tindakan dan berupaya menumpas kejahatan yang disebabkan sendiri olehnya. Kalaupun dia memiliki motif lain, aku yakin itu tidak merendahkan derajatnya. Dia sudah menghabiskan beberapa hari di kota sebelum menemukan mereka; tetapi, dia memiliki lebih banyak sumber daya daripada kami untuk menjalankan pencariannya. Kesadarannya mengenai hal inilah yang kemudian menjadi alasan lain baginya untuk mengikuti kami.
Ada seorang wanita, sepertinya, seorang Mrs. Younge yang beberapa waktu silam pernah menjadi pengasuh Miss Darcy dan diberhentikan dari pekerjaannya karena suatu pel angg aran, meskipun Mr. Darcy tidak mengatakan apa tep atn ya. Mrs. Younge tinggal di sebuah rumah besar di Edw ard-street dan menghidupi dirinya dengan menyewakan kam ar-kamar di rumahnya. Mengetahui bahwa Mrs. Younge akrab dengan Wickham, Mr. Darcy langsung mendatangin ya setibanya dia di kota. Tetapi, baru dua atau tiga hari kemudian dia mendapatkan informasi yang dii nginkannya. Sepertinya Mrs. Younge tidak mau mel anggar kepercayaan Wickham tanp a imbalan, karena dia sebenarnya tahu di mana temannya itu bisa ditemukan. Wickham memang mendatanginya ket ika pertama kali tiba di London, dan seandainya dia bisa mener ima
mereka di rumahnya, mereka tentu akan tinggal ber - saman ya.
Akhirnya, bagaimanapun, teman kita yang baik berhasil mendapatkan alamat mereka. Mereka tinggal di Street. Dia menemui Wickham, kemudian bersikeras untuk men emui Lydia. Tujuan utamanya dengan Lydia, seperti yang dikatak annya, adalah membujuknya untuk melupakan renc anan ya, lalu secepatnya membawa Lydia kembali ke tengah teman-temannya di Brighton, dan sebisa mungkin men awarkan pertolongann ya. Tetapi, Lydia ternyata tidak terg oy ahk an. Dia sam a sekali tidak memedulikan teman-temann ya; dia tidak menginginkan pertolongan Mr. Darcy; dia tidak mau meninggalkan Wickham. Dia yakin bahwa mer eka cepat atau lambat akan menikah, dan kapan tepatnya tidak penting baginya. Karena cara berpikir Lydia yang seperti itu, satu-satunya jalan yang terpikir oleh Mr. Darcy adalah menetapkan pernikahan mereka, meskipun ketika meminta ketegasan dari Wickham, dia mengetahui bahwa pernikahan sesungguhnya tidak pernah ada dalam rencananya. Wickham mengakui dirin ya harus meninggalkan resimennya karena masalah utang yang mendesak, dan dia tidak mau bertanggung jawab atas Lydia karena kepergiannya adalah akibat kebodohannya sendiri. Dia bermaksud untuk sesegera mungkin berhenti dari pekerjaannya; dan untuk masa depannya, dia tidak terlalu memikirkannya. Dia harus
pergi ke suatu tempat, tapi dia tidak tahu ke mana, dan dia tahu dia tidak punya uang untuk menunjang kehidupannya.
Mr. Darcy menanyakan kepadanya mengapa dia tidak langsung menikahi adikmu. Meskipun Mr. Bennet tidak kaya raya, beliau tentu bisa melakukan sesuatu untuknya, dan pernikahan akan meringankan masalahnya. Tetapi, dari jaw aba nnya, Mr. Darcy mengetahui bahwa Wickham masih berh arap bisa mengeruk harta dengan menikah di luar negeri. Karena itulah, Wickham tidak terlalu tergiur untuk menyelesaik an masalah dengan cepat.
Mereka bertemu beberapa kali karena begitu ban yak hal yang harus didiskusikan. Wickham tentu saja menginginkan lebih banyak daripada yang bisa didap atk annya; tetapi, akhirnya jumlah itu bisa dipotong di angka yang masuk akal.
Setelah semuanya disepakati, langkah Mr. Darcy yang selanjutnya adalah memberi tahu pamanmu. Dia pertama kali tiba di Gracechurch Street pada malam har i sebelum aku pulang. Tetapi, pamanmu tidak ada di rum ah, dan setelah bertanya kepada pelayan kami, Mr. Darcy mengetahui bahw a ayahmu masih ada di kota, tapi akan pulang ke Longb ourn keesokan harinya. Karena merasa lebih nyaman untuk membicarakan tentang masalah ini dengan pamanmu daripada ayahmu, Mr. Darcy memutuskan untuk menunggu hingga
ayahmu pergi. Dia tidak meninggalkan namanya, dan hingga keesokan harinya, pelayan kami hanya mengatakan bahwa seorang pria telah datang untuk sebuah urusan.
Dia datang kembali pada hari Sabtu. Ayahmu sudah pulang, pamanmu ada di rumah, dan, seperti yang sudah kuk atakan, mereka berbicara empat mata dal am waktu yang sangat lama.
Mereka bertemu kembali pada hari Minggu, dan aku pun turut menjumpainya. Baru pada hari Senin sem ua rencana tersusun, dan setelah itu, kami langsung mengirim seorang kurir ke Longbourn. Tetapi, Mr. Darcy sangat keras kepala. Menurutku, Lizzy, kekeraskep alaan adalah kekurangannya yang sesungguhnya. Dia pernah dituduh memiliki banyak sifat buruk, tapi yang ini benar-benar nyata. Dia melakukan segalanya sendiri, meskipun aku yakin (dan aku tidak mengatakannya untuk mendapatkan ucapan terima kasih, sehingga aku diam saja) bahwa pamanmu sebenarnya bersedia menyiapkan semuanya.
Mereka bekerja keras bersama selama beberapa waktu, meskipun kedua calon mempelai itu sama sekali tidak layak mendapatkannya. Tetapi, akhirnya pamanmu terpaksa mundur, dan alih-alih bisa bermanfaat bag i keponakannya, beliau terpaksa pasrah menerima kea daan, meskipun bukan itu yang dikehendakinya. Karena itulah, aku percaya bahwa suratmu pagi ini
san gat melegakannya, karena itu menuntutnya unt uk memb erikan penjelasan mengenai peranannya yang sesungg u hn ya dan memberikan pujian kepada yang berhak men erimanya. Tetapi, Lizzy, jangan memberitahuk an hal ini kepada orang lain, terutama kepada Jane.
Kurasa kau sudah tahu apa yang dilakukan Mr. Darcy kep ada pasangan itu. Utang-utang Wickham dib ayar lunas hingga sejumlah, aku yakin, sekitar seribu pound, dan ser ibu pound lagi untuk mengurus kepindahan Wickham dan memastikan kehidupan yang layak bagi mereka. Alasan mengapa semua ini dilakukan sendiri oleh Mr. Darcy sudah kus ebutkan di atas. Gara-gara dirinyalah, gara-gara sifat tert ut up dan keinginannya untuk menjaga nama baik, maka wat ak asli Wickham tersembunyikan dari pandangan umum, sehingga tidak seorang pun menyadari kebrengsekannya. Mungkin ada kebenaran yang terkandung di situ; meskipun aku ragu apakah sifat tertutup yang dimilikinya atau siapa pun bisa menjadi jawaban yang memuaskan rasa penasaran kita. Tetapi, di tengah segala ucapan manis untuk Mr. Darcy ini, Lizzy sayang, percayalah bahwa pamanmu tidak akan pernah menyerah seandainya beliau diberi kesempatan.
Ketika semuanya sudah ditetapkan, pamanmu kemb ali menemui Mr. Darcy, yang masih tinggal di Pemberley. Namun, mereka sepakat Mr. Darcy sebaikn ya datang kembali ke London ketika upacara pern ik a ha n hendak dilangsungkan, dan semua masalah keu anga n diselesaikan.
Aku yakin, aku telah memberitahukan segala ses uatunya kepadamu sekarang. Kendati kau terkejut mend engar cerita ini, kuharap sedikitnya ini tidak men gec ewak anmu. Lydia tinggal bersama kami, dan Wickh am mengunjungi rumah kami secara teratur. Dia masih seperti yang kukenal ketika di Hertfordshire, tapi aku tidak akan menceritakan betapa per ilaku Lydia selama tinggal di rumah kami sering kali menjengkelkan kami seandainya aku tidak mengetahui, dari surat Jane yang tiba Rabu lalu, bahwa dia juga bersikap sep erti itu setibanya di rumah, karena aku tidak ingin men yakiti hatimu. Aku sudah berkali-kali berusaha berb icara serius kepadanya, mencoba membuka matanya atas semua keburukan yang telah dilakukannya, dan semua kesedihan yang dihadirkannya kepada keluarganya. Jika perkataanku terdengar olehnya, itu kar ena keberuntungan semata, karena aku yakin dia tidak mendengarkanku. Kadang-kadang kemarahanku terpicu, tapi kemudian aku mengingat Elizabeth dan Jane-ku tersayang, dan demi kalian aku bersabar. Mr. Darcy menepati janjinya untuk kembali ke kota dan, seperti yang dikatakan Lydia kepadamu, menghadiri upacara pernikahan mereka. Dia makan malam bersama kami keesokan harinya dan akan meninggalkan kota pada hari Rabu atau Kamis. Akankah kau marah kepadaku, Lizzy sayang, jika aku menggunakan kesempatan ini untuk mengatakan (sesuatu yang tidak pernah berani kukatakan sebelumnya) bahwa aku sangat menyukai Mr. Darcy" Sikapnya kepada kami, dalam segala hal, selalu menyenangkan seperti ketika kita berada di Derbyshire. Pengertian dan pendapatnya selalu memuaskank u; yang diperlukannya hanyalah sedikit keceriaan, dan itu bisa didapatkannya dari istrinya, jika dia menikahi wanita yang tepat. Menurutku dia sangat lihai dia nyaris tidak pernah menyebutkan namamu. Tetapi, kelihaian sangat cocok dengan sosoknya.
Tolong maafkanlah aku jika aku telah berprasangka, atau setidaknya jangan berikan hukuman yang terlalu berat kepadaku dengan menjauhkanku dari P. Aku tidak akan cukup bahagia hingga bisa berkeliling taman. Dengan sebuah kereta terbuka yang ditarik sepasang kuda poni, khususnya.
Tapi, aku harus berhenti menulis. Anak-anak tel ah mem anggil-manggilku sejak setengah jam yang lalu.
Yang sangat menyayangimu,
M. GARDINER. Isi surat ini menggetarkan perasaan Elizabeth. Sulit untuk menjelaskan apakah kegembiraan atau kepedihan yang
lebih banyak menguasai hatinya. Kecurigaan samar-samar akib at pertanyaan yang menggelitiknya mengenai peranan Mr. Darcy dalam pernikahan adiknya, yang dikhawatirkannya merupakan tindakan yang dipicu oleh kebaikan tanpa tara sek aligus memberikan beban utang budi yang sungguh berat, ternyata telah terbukti kebenarannya! Mr. Darcy telah dengan sengaja mengikuti mereka ke kota, lalu melakukan seg ala kerepotan dan merendahkan harkatnya dalam sebuah pencarian, yang keberhasilannya ditentukan oleh seorang wanita yang tentu telah sejak lama dibencinya. Selain itu, dia juga harus menemui bahkan berkali-kali membuat kes ep ak ata n, membujuk, dan akhirnya menyuap seorang pria yang senant iasa dihindarinya, yang penyebutan namanya seolah-olah mer upakan hukuman baginya.
Dia telah melakukan semua itu demi seorang gadis yang tidak bisa dipandang maupun dimilikinya. Hati Elizabeth membisikkan bahwa Mr. Darcy melakukan semua itu untuk dirinya. Tetapi, harapan itu segera terpupuskan oleh pertimbangan lain, dan Elizabeth segera merasa bahwa harga dirinya sekalipun bagi seorang wanita yang pernah menolak lamarannya tidak cukup untuk membayar kebaikan Mr. Darcy, apalagi untuk mengatasi kebencian yang wajar timbul karena hubungannya saat ini dengan Wickham. Kakak ipar Wickham! Harga diri Mr. Darcy tentu terluka karenanya. Mr. Darcy bisa dipastikan telah berbuat banyak. Sebanyak apa, Elizabeth malu memikirkannya. Tetapi, Mr. Darcy telah memberikan alasan bagi campur tangannya, sebuah alasan
yang mudah dipercaya. Masuk akal jika dia merasa telah melakukan kesalahan; dia memiliki kebebasan dan kekuatan untuk bertindak; dan meskipun Elizabeth bukan alasan utamanya, mungkin masih tersisa rasa cinta yang kemudian mendorong tindakannya. Sungguh menyakitkan, benar-benar menyakitkan, mengetahui bahwa mereka memil iki utang budi kepada seseorang, yang tidak akan pernah bisa terbayarkan.
Mereka berutang budi kepada Mr. Darcy atas pemulihan nama baik, citra, dan segalanya mengenai Lydia. Oh! Hati Elizabeth sangat pedih ketika dia mengingat semua kelancangan yang pernah dilakukannya, semua ucapan pedas yang pernah ditujukannya kepada Mr. Darcy. Dia malu terhadap dirinya sendiri, tapi dia bangga terhadap Mr. Darcy. Bangga karena pria itu mampu digerakkan oleh rasa simpati dan keinginan untuk menegakkan kehormatan. Lagi dan lagi, dia membaca pujian bibinya kepada pria itu. Kata-kata tidaklah cukup untuk mengungkapkan semuanya, tapi berhasil memuaskan Elizabeth. Dia bahkan menyadari adanya kegembiraan, meskipun bercampur dengan penyesalan, ketika menyadari bahwa bibi dan pamannya telah menduga adanya sesuatu di antara dirinya dan Mr. Darcy.
Elizabeth terlonjak dari kursinya, dan lamunannya, oleh kedatangan seseorang; dan sebelum dia bisa beranjak pergi, Wickham telah ada di hadapannya.
Maaf, kakakku yang baik, apakah aku mengganggu kesendirianmu" kata Wickham seraya duduk di sampingnya.
Tentu saja, jawab Elizabeth sambil tersenyum, tapi pen yelaan tidak selalu berarti buruk.
Aku benar-benar minta maaf jika telah mengganggumu. Sejak dahulu kita sudah menjadi teman baik; dan sekarang tentu akan lebih baik lagi.
Betul. Apakah orang-orang yang lain sedang keluar" Entahlah. Mrs. Bennet dan Lydia membawa kereta ke Meryton. Jadi, kakakku sayang, aku mendengar dari paman dan bibi kita bahwa kau telah mengunjungi Pemberley. Elizabeth mengiyakan.
Aku nyaris iri kepadamu karenanya, tapi aku percaya bahw a aku akan mendapatkan kesempatan yang lain, atau mung k in aku bisa singgah ke sana dalam perjalanan menuju Newc astle. Dan, kau bertemu dengan pengurus rumah tangga yang telah uzur itu, bukan" Reynolds yang malang, dia selalu men yayangiku. Tapi, tentu saja dia tidak menyebut-nyebut tent ang diriku kepadamu.
Ya, dia menyebut-nyebut tentangmu. Apa katanya"
Bahwa kau bergabung dengan angkatan bersenjata, dan dia khawatir pekerjaan itu tidak cocok untukmu. Di jarak sejauh itu, kau tahu, segalanya bisa salah dipahami.
Tentu saja, Wickham menggigit bibir. Elizabeth berh arap dirinya berhasil membungkamnya, tapi tak lama kem ud ian pria itu berkata:
Aku terkejut ketika bertemu dengan Darcy di kota bulan lalu. Kami berpapasan beberapa kali. Entah apa yang sedang dilakukannya di sana.
Mungkin dia sedang mempersiapkan pernikahannya dengan Miss de Bourgh, kata Elizabeth. Tentu ada penyebab khusus yang membuat dia pergi ke kota pada masa sep erti ini.
Tidak diragukan lagi. Apa kau bertemu dengannya ketika sedang di Lambton" Kalau tidak salah, pasangan Gardiner berkata begitu.
Ya, dia memperkenalkan kami kepada adiknya. Lalu, apakah kau menyukainya"
Sangat. Aku memang sudah pernah mendengar bahwa dia menjadi jauh lebih baik dalam satu atau dua tahun terakhir ini. Waktu terakhir kali aku bertemu dengannya, keadaannya tidak terlalu menjanjikan. Aku sangat senang karena kau menyukainya. Kuharap dia akan baik-baik saja.
Aku yakin itu; dia telah berhasil melewati usia yang terberat.
Apakah kau pergi ke Desa Kympton" Seingatku tidak.
Aku menyebutkannya karena di situlah aku pernah tinggal. Tempat yang sangat indah! Pondok pastur yang menawan! Tempat itu sangat sesuai untukku.
Apakah kau suka berkhotbah"
Tentu saja. Aku menganggapnya sebagai bagian dari tugasku, dan kerepotan yang kualami tidak berarti apa-apa. Kita tidak boleh mengeluh tapi, kutegaskan, itu adalah pengalaman yang berharga bagiku! Kesunyian, ketenangan kehidupan semacam itu adalah jawaban bagi pertanyaanku mengenai kebahagiaan! Tapi, bukan takdirku di sana. Apakah kau pernah mendengar Darcy menyebut-nyebut tentang hal itu selama kau di Kent"
Aku sudah mendengarnya dari sumber yang tepercaya, dan kupikir itu bagus, apalagi karena kau melakukannya hanya untuk memenuhi persyaratan dalam wasiat dari patronmu.
Ternyata kau sudah tahu. Ya, memang begitulah adanya; aku sudah memberitahumu sejak awal, kau mungkin ingat.
Aku juga mendengar, bahwa akhirnya tibalah masa ketika berkhotbah sudah tidak terasa menyenangkan lagi bagimu seperti ketika kau memulainya, maka kau memutuskan untuk berhenti dan mencari pekerjaan lain.
Itu betul! Dan, bukan tanpa alasan. Kau mungkin ingat penjelasanku mengenai hal itu ketika kita pertama kalinya membicarakannya.
Mereka sekarang telah tiba di dekat pintu rumah, dan Elizabeth mempercepat langkah untuk melepaskan diri dari Wickham. Demi adiknya, Elizabeth berusaha untuk menahan kemarahannya. Sambil tersenyum riang, dia menjawab singkat:
Ayolah, Mr. Wickham, kita sekarang bersaudara, kau tahu. Tidak usah mempertengkarkan tentang masa lalu. Di masa yang akan datang, kuharap kita akan selalu sependapat.
Elizabeth mengulurkan tangan, dan Wickham menciumnya dengan anggun, meskipun dia tidak tahu harus berbuat apa. Mereka pun memasuki rumah.[]
495 M r. Wickham sudah terpuaskan oleh percakapannya
dengan Elizabeth sehingga dia tidak pernah lagi menyusahkan dirinya sendiri ataupun memancing kemarahan kakak iparnya itu dengan mengangkat topik serupa. Elizabeth juga puas ketika menyadari dia telah memberikan jawaban yang tepat untuk membungkam Wickham.
Hari keberangkatan Wickham dan Lydia segera tiba. Karena suaminya bersikeras untuk menolak semua rencana kunjungan keluarga ke Newcastle, Mrs. Bennet terpaksa menerima perpisahan yang kemungkinan besar akan berlangsung selama sedikitnya dua belas bulan.
Oh, Lydiaku sayang! seru Mr. Bennet, kapankah kita akan berjumpa lagi"
Oh, Tuhan! Entahlah. Kita mungkin baru akan bertemu dua atau tiga tahun lagi.
Sering-seringlah menulis surat untukku, sayangku. Sesering yang kumampu. Tapi, Mamma tahu sendiri bahwa wanita yang sudah menikah tidak pernah punya banyak
Bab 53 E"e" waktu untuk menulis surat. Kakak-kakakku boleh menulis surat kepadaku. Mereka tidak punya kesibukan lain.
Mr. Wickham menyampaikan ucapan selamat tinggal yang jauh lebih hangat daripada istrinya. Dia tersenyum, tampak menawan, dan mengucapkan kata-kata manis.
Pemuda itu masih sebaik yang kutahu, kata Mr. Bennet segera setelah pasangan itu keluar dari rumah. Dia tersenyum, mencibir, dan menghibur kita semua. Aku sungguh bangga kepadanya. Aku berani menyatakan bahwa menantu Sir William Lucas sekalipun tidak sehebat dia.
Kepergian putrinya menjadikan Mrs. Bennet sangat berm uram durja hingga beberapa hari kemudian.
Aku sering berpikir, katanya, bahwa tidak ada yang leb ih menyedihkan daripada berpisah dengan teman-teman kita. Kehidupan akan terasa sunyi tanpa mereka.
Ini adalah konsekuensi, Mamma, dari menikahkan putrimu, kata Elizabeth. Mamma tentu lebih bersyukur karena keempat putri Mamma yang lain masih lajang.
Bukan begitu maksudku. Lydia tidak meninggalkanku karena dia sudah menikah, tapi karena resimen suaminya berpangkalan sangat jauh dari sini. Seandainya letaknya lebih dekat, dia tidak perlu pergi secepat itu.
Tetapi, kelesuan Mrs. Bennet cepat pulih, dan pikirannya kembali terbuka oleh harapan yang dipicu desas-desus yang beredar di seluruh desa. Pengurus rumah tangga di Netherfield telah menerima perintah untuk menyiapkan rumah untuk kedatangan majikannya, yang akan tiba satu atau
dua hari kemudian. Majikannya akan tinggal di sana selama beberapa minggu. Mrs. Bennet cukup gelisah. Dia menatap Jane, lalu tersenyum dan menggeleng.
Nah, nah, jadi Mr. Bingley akan tiba, Dik, kata Mrs. Bennet pada Mrs. Philips (karena Mrs. Philips yang pertama kali menyampaikan kabar itu). Nah, ini jauh lebih baik. Bukannya aku peduli. Dia tidak berarti apa-apa bagi kami, kau tahu, dan aku tidak pernah berminat melihatnya lagi. Tapi, terserah saja jika dia ingin tinggal di Netherfield. Dan sia pa yang tahu apa yang akan terjadi" Tapi, tidak kepada kami. Kau tahu, adikku, kami sudah lama sepakat untuk tidak mengucapkan sepatah kata pun tentang dia. Jadi, apa benar dia akan datang"
Kau bisa memercayainya, kata Mrs. Philips, karena Mrs. Nicholls ada di Meryton semalam; aku melihatnya lewat di depan rumah kami, lalu aku keluar untuk menanyakan kebenaran kabar itu kepadanya. Dia memberitahuku bahwa itu benar. Mr. Bingley akan tiba selambat-lambatnya hari Kamis, kemungkinan besar malah Rabu. Mrs. Nicholls hendak pergi ke toko daging untuk memesan pengiriman untuk hari Rabu, dan dia juga akan memotong beberapa ekor bebek.
Setiap kali mendengar tentang kedatangan Mr. Bingley, rona wajah Jane berubah. Sudah berbulan-bulan berlalu sejak dia terakhir kalinya menyebut nama pemuda itu di hadapan Elizabeth; tetapi sekarang, segera setelah mereka berduaan, dia berkata:
Aku melihat tatapanmu kepadaku hari ini, Lizzy, ketika Bibi menyampaikan kabar itu kepada kita; dan aku tahu aku tampak resah. Tapi, jangan bayangkan alasan konyol apa pun sebagai penyebabnya. Aku hanya bingung sejenak karena aku merasa kalian semua pasti memperhatikanku ketika itu. Aku menegaskan kepadamu bahwa kabar itu tidak membuatku senang ataupun sakit hati. Satu hal yang melegakanku adalah bahwa dia datang sendiri, karena itu berarti kita akan jarang bertemu dengannya. Bukannya aku takut kepada diriku sendiri, tapi aku mengkhawatirkan penilaian orang-orang.
Elizabeth tidak tahu harus bereaksi bagaimana. Seandainya dia tidak berjumpa dengan Bingley di Derbyshire, dia mungkin akan menduga pria itu datang ke Netherfield tanpa maksud tertentu; tetapi, dia masih menganggap Bingley menyuk ai Jane, dan ada kemungkinan kedatangannya kali ini adalah karena Darcy menyuruhnya, atau dia telah mengerahkan keberaniannya untuk mengambil tindakan tanpa meminta nasihat Darcy.
Kasihan sekali pria malang ini, kadang-kadang Elizabeth membatin, karena tidak bisa mendatangi rumah yang secara sah telah disewanya tanpa mendatangkan kecurigaan seperti ini! Aku tidak akan merecokinya.
Meskipun Jane telah memberikan pernyataan tentang perasaannya mengenai kedatangan Bingley, dan Elizabeth benar-benar memercayainya, jelas terlihat bahwa jiwanya tet ap terpengaruh. Jane tampak lebih resah dan gelisah daripada biasanya. Topik pembicaraan yang telah mereda sekitar setahun yang lalu, sekarang kembali dibicarakan oleh kedua orangt uan ya.
Segera setelah Mr. Bingley tiba, sayangku, kata Mrs. Bennet kepada suaminya, kau pasti akan mengunjunginya.
Tidak, tidak. Kau memaksaku mengunjunginya tahun lalu dan bersumpah, jika aku menemuinya, maka dia akan menikahi salah satu putriku. Tapi, ternyata sia-sia saja, dan aku tidak mau disuruh-suruh melakukan hal bodoh lagi.
Istrinya menekankan kepadanya bahwa semua orang tentu akan memberikan perhatian semacam itu kepada tetangga mereka yang baru saja kembali ke Netherfield.
Aku membenci etiket seperti ini, tukas suaminya. Jika dia memang ingin mengambil hati masyarakat di sini, biarkan saja dia melakukannya sendiri. Dia tahu di mana kita tinggal. Aku tidak akan menghabiskan waktuku untuk menyambut para tetanggaku setiap kali mereka pulang dari bepergian.
Yah, yang kutahu adalah, akan sangat memalukan jika kau tidak mengunjungi dia. Tapi, itu tidak akan mencegahku untuk mengundangnya makan malam di sini. Aku sudah memutuskannya. Kita juga harus mengundang Mrs. Long dan keluarga Goulding. Jumlah keseluruhannya adalah tiga belas orang termasuk kita, jadi hanya akan tersisa satu kursi saja untuknya.
Mendapatkan ketenangan dari tekadnya, Mrs. Bennet menjadi lebih tegar dalam mendengar celaan suaminya, meskipun dia sangat terpukul karena mengetahui bahwa, sebagai
konsekuensinya, tetangga-tetangga mereka akan lebih dahulu menemui Mr. Bingley daripada mereka. Ketika hari kedatangan Bingley semakin dekat:
Sungguh kasihan dia karena datang kemari, kata Jane kep a da adiknya. Tidak akan ada apa-apa di sini; aku bisa men em uinya tanpa perasaan apa pun, tapi aku tidak sanggup mendengar omongan tentang kami. Mamma bermaksud baik, tapi beliau tidak tahu, tidak ada seorang pun yang tahu, betapa aku menderita akibat perkataannya. Aku akan bahagia jika masa tinggalnya di Netherfield berakhir!
Seandainya aku bisa mengatakan sesuatu untuk menenangkanmu, jawab Elizabeth, tapi aku tidak bisa. Kau pasti merasakannya, dan kepuasan dalam memberikan nasihat kepada seseorang yang membutuhkan sepertinya telah meninggalkanku, karena hanya dirimu seoranglah yang mengetahui perasaanmu.
Mr. Bingley tiba. Mrs. Bennet, dengan bantuan para pel ayan, telah mengatur untuk mendapatkan kabar pertama tent ang kedatangan pria itu, agar kecemasan dan kegelisahan sel ama menunggunya bisa secepatnya ditanggalkannya. Dia mengh itung hari hingga undangan mereka pantas dikirimkan, setelah kehilangan harapan untuk menemui Bingley lebih cepat daripada semua orang. Tetapi, pada hari ketiga sejak kedatangan Bingley di Hertfordshire, dari balik jendela kamarnya, Mrs. Bennet menyaksikan pria itu berkuda melintasi jalan masuk menuju rumah mereka.
Mrs. Bennet langsung memanggil putri-putrinya untuk berbagi kegembiraan dengannya. Jane bersikeras untuk tetap duduk di kursinya, tapi Elizabeth, demi memuaskan ibunya, berjalan menghampiri jendela dan melongok ke luar. Ket ik a dilihatnya Mr. Darcy turut serta, dia kembali duduk di samping kakaknya.
Seorang pria lain menyertainya, Mamma, kata Kitty. Sia pak ah dia"
Menurutku dia temannya, sayangku. Siapa tepatnya, aku tidak tahu.
Ah! jawab Kitty, sepertinya dia pria yang juga menemaninya dahulu. Mr. siapa-itu-namanya. Pria yang jangkung dan sombong itu.
Astaga! Mr. Darcy! Aku masih mengingat sumpahku tentang dia. Ah, tapi siapa pun teman Mr. Bingley akan selalu disambut dengan hangat di sini, tentunya. Tapi, aku tetap harus mengatakan bahwa hanya dengan melihatnya saja sudah memb uatku muak.
Jane melontarkan tatapan terkejut dan cemas ke arah Eliz ab eth. Hanya sedikit yang diketahuinya dari pertemuan mereka di Derbyshire, sehingga dia menyangka adiknya tentu merasa kikuk saat berjumpa kembali untuk pertama kalinya dengan Darcy setelah menerima surat penjelasan darinya. Kakak beradik itu sama-sama cemas, sampai-sampai mengabaikan ibu mereka yang terus mencerocos tentang kebenciannya kepada Mr. Darcy dan tekadnya untuk tetap bersikap sopan kepada pria itu hanya karena dia adalah teman Mr. Bingley.
Tetapi, Elizabeth memiliki sumber kegelisahan lain yang tidak diduga oleh Jane, karena dia belum mendapatkan keberanian untuk menunjukkan surat Mrs. Gardiner atau menceritakan tent ang perubahan perasaannya terhadap Mr. Darcy. Bagi Jane, Mr. Darcy hanyalah seorang pria yang lamarannya pernah ditolak dan ketulusannya dipandang sebelah mata oleh Elizabeth; tetapi bagi Elizabeth, Mr. Darcy adalah pria yang kebaikan budinya telah memberikan utang terbesar kepada keluarga Bennet, dan yang menjadi sasaran perasaannya, yang kalaupun tersembunyi, setidaknya memiliki ketulusan dan keben aran yang setara dengan perasaan Jane kepada Bing - ley. Keterkejutan Elizabeth ketika melihat kedatangan Mr. Darcy kedatangannya ke Netherfield, ke Longbourn, dan kem aua n nya untuk menemui dirinya lagi, nyaris setara dengan ketika dia pertama kali menyaksikan perubahan sikap pria itu di Derbyshire.
Rona yang telah lenyap dari wajah Elizabeth muncul kembali setengah menit kemudian, disertai oleh pendar tambahan dan sebuah senyuman yang membinarkan matanya, ketika dia memikirkan bahwa sepanjang waktu ini, ternyata kasih sayang Mr. Darcy kepadanya belum tergoyahkan. Tetapi, semua ini belum pasti.
Aku akan melihat terlebih dahulu bagaimana dia bersikap, katanya, sekarang masih terlalu dini untuk menarik kesimpulan.
Elizabeth duduk terpekur, berusaha mengendalikan sikap, tidak berani mengangkat pandangan, hingga kecemasan
mendorongnya dan Jane untuk saling bertatapan, tepat ketika pelayan membukakan pintu untuk tamu mereka. Jane tampak sedikit lebih pucat daripada biasanya, tapi lebih tenang dar ip ada yang disangka oleh Elizabeth. Ketika kedua pria itu masuk, pipi Jane kembali memerah, tapi dia menerima mereka dengan santai, tanpa sedikit pun menunjukkan gejala kebencian atau keluhan dalam bentuk apa pun.
Elizabeth bersikap sopan kepada mereka, meskipun berusah a berbicara sesedikit mungkin, lalu duduk dan melanjutkan pekerjaannya dengan giat. Hanya sekali dia berani melayangkan pandangan ke arah Darcy. Pria itu tampak serius, seperti biasanya; dan, Elizabeth berpikir bahwa sosoknya tampak lebih s uram ketika di Hertfordshire daripada di Pemberley. Tetapi, mungkin dia tidak bisa bersikap bebas di depan ayah dan ibu Elizabeth, seperti di depan paman dan bibinya. Itu tebakan yang menyakitkan, tapi bisa jadi benar.
Elizabeth mencuri pandang ke arah Bingley, dan bisa dilihatnya pria itu gembira sekaligus malu. Dia disambut oleh Mrs. Bennet dengan derajat kesopanan yang membuat kedua putrinya malu, terutama ketika dibandingkan dengan sikap sopan yang dingin dan resmi yang ditunjukkannya kepada Darcy.
Elizabeth, terutama, yang mengetahui bahwa ibunya berutang budi kepada Darcy atas penyelamatan putri kesayangannya dari lembah nista, merasa sakit hati dan tertekan oleh perbedaan mencolok sikap ibunya kepada kedua tamunya.
Pendekar Satu Jurus 6 Wiro Sableng 108 Hantu Muka Dua Pendekar Setia 5

Cari Blog Ini