Pride And Prijudice Karya Jane Austen Bagian 7
Darcy, setelah menanyakan kepada Elizabeth tentang kabar Mr. dan Mrs. Gardiner yang baru bisa dijawab setelah Elizabeth berpikir cukup lama tidak mengatakan apa-apa lagi. Mereka duduk berjauhan; mungkin itulah alasan Darcy diam saja, tapi sikapnya berbeda ketika di Derbyshire. Di sana, Darcy berbicara dengan teman-temannya ketika tidak bisa berbicara dengan Elizabeth. Tetapi sekarang, beberapa menit telah berlalu tanpa suaranya; dan ketika sesekali Elizabeth tidak mampu menahan dorongan rasa penasarannya dan menatap wajahnya, dia mendapatinya sedang menatap Jane atau kekosongan di lantai. Kemuraman yang semakin dalam dan keceriaan yang semakin pudar, jika dibandingkan dengan ketika terakhir kalinya mereka bertemu, terlihat jelas. Elizabeth kecewa dan marah kepada dirinya sendiri karena sudah terlalu berharap.
Dugaanku ternyata salah! Elizabeth membatin. Kalau begitu, mengapa dia datang kemari"
Elizabeth tidak berminat untuk bercakap-cakap dengan siapa pun kecuali Darcy, tapi kepadanya, dia tidak punya keber anian untuk berbicara.
Dia menanyakan kabar adiknya, tapi tidak tahu harus mengatakan apa lagi.
Sudah lama sekali, Mr. Bingley, sejak Anda pergi, kata Mrs. Bennet.
Bingley langsung mengiyakan.
Saya mulai khawatir Anda tidak akan kembali kemari lagi. Orang-orang mengatakan bahwa Anda bermaksud melepaskan Netherfield sepenuhnya saat perayaan Michaelmas; tapi, bagaimanapun, saya harap kabar itu tidak benar. Ada sangat banyak perubahan terjadi di sini sejak Anda pergi. Miss Lucas sudah menikah dan hidup mapan. Begitu pula salah seorang putri saya. Saya rasa Anda sudah mendengarnya; ya, Anda pasti sudah membacanya di surat kabar. The Times dan The Courier memuat beritanya, setahu saya, meskipun kurang lengkap. Di situ hanya ditulis, Menikah, George Wickham, Esq. dan Miss Lydia Bennet, tanpa sedikit pun menyebutkan nama ayah mempelai wanita, atau tempat tinggalnya, atau apa pun yang lain. Adik saya Gardiner yang mengurus semua itu, dan saya berpikir, bagaimana mungkin dia membuat kesalahan sepelik itu. Apakah Anda sudah membacanya"
Bingley mengiyakan dan mengucapkan selamat. Elizabeth tidak berani mengangkat pandangannya. Karena itulah, dia tidak mengetahui bagaimana ekspresi wajah Mr. Darcy.
Sungguh melegakan, sejujurnya, memiliki seorang putri yang sudah menikah, lanjut Mrs. Bennet, tapi pada saat yang sama, Mr. Bingley, sungguh berat rasanya melihatnya diambil dari pelukan saya. Mereka pindah ke Newcastle, sebuah tempat di utara yang jaraknya jauh dari sini, sepertinya, dan entah sampai kapan mereka akan tinggal di sana. Resimen suaminya berpangkalan di sana; saya rasa Anda sudah mendengar kabar tentang kepergiannya dari pasukan shire. Syukurlah dia memiliki beberapa teman yang memudahkan jalannya, meskipun mungkin tidak sebanyak yang sepantasnya dimilikinya.
Elizabeth, yang tahu bahwa pujian tersebut seharusnya dialamatkan kepada Mr. Darcy, merasa sangat malu sehingga tidak bisa duduk tenang. Tetapi, perkataan ibunya itu justru menghadirkan kekuatannya untuk berbicara, lebih daripada segalanya. Dia pun menanyakan kepada Bingley apakah dia akan tinggal cukup lama di Netherfield untuk saat ini. Beberapa minggu, jawab Bingley.
Jika Anda sudah membunuh semua burung di wilayah Anda, Mr. Bingley, kata Mrs. Bennet, saya mohon Anda dat ang kemari dan menembak sebanyak mungkin burung di wilayah Mr. Bennet. Saya yakin beliau akan dengan sangat senang hati menemani Anda dan menyisakan buruan yang terbaik untuk Anda.
Elizabeth semakin menderita karena mendengarkan perhatian berlebihan semacam itu! Walaupun sekarang mereka mendapatkan kesempatan untuk memperbaiki kesalahan yang telah mereka lakukan setahun yang lalu, segalanya, pikir Elizabeth, akan berakhir sama buruknya. Seketika itu, dia merasa bahwa bertahun-tahun kebahagiaan tidak akan bisa membuatnya atau Jane melupakan momen-momen menyakitkan seperti ini.
Harapan pertama yang ada di hatiku, Elizabeth membatin, adalah untuk tidak lagi berhubungan dengan mereka berdua. Jangan sampai teman-teman mereka mendapatkan kesenangan gara-gara kekonyolan seperti ini! Aku tidak akan pernah menemui mereka berdua lagi!
Tetapi, penderitaan itu, yang tidak akan tersembuhkan oleh kebahagiaan selama bertahun-tahun, menyurut ketika Elizabeth melihat betapa indahnya pemandangan kakaknya yang mendapatkan perhatian kembali dari mantan kekasihnya. Ketika pertama kali tiba, Bingley hanya mengucapkan satu atau dua patah kata kepada Jane, tapi dia sepertinya menambah perhatiannya setiap lima menit. Jane masih secantik setahun yang lalu; semanis dan setulus dahulu, meskipun dia sekarang lebih pendiam. Jane bersikeras untuk sama sekali tidak menunjukkan perbedaan, sehingga memaksakan diri untuk berbicara lebih banyak. Tetapi, pikirannya sangat sibuk bekerja sehingga terkadang dia tidak menyadari kapan dia seh arusn ya diam.
Ketika kedua pria itu bangkit untuk mohon diri, Mrs. Bennet segera mengerahkan seluruh kesopanannya untuk mengundang mereka makan malam di Longbourn beberapa hari lagi.
Seingat saya, Anda masih berutang kepada saya, Mr. Bingley, katanya, karena sebelum Anda pergi ke kota pada musim dingin silam, Anda telah berjanji untuk makan malam bersama keluarga kami segera setelah Anda kembali. Saya mas ih ingat, Anda tahu; dan percayalah, saya sangat kecewa karena Anda tidak kembali dan memenuhi janji Anda.
Bingley terlihat agak kikuk karenanya, lalu mengatakan bahwa ketika itu bisnisnya menahannya untuk kembali ke Netherfield. Setelah itu, mereka pun pergi.
Mrs. Bennet sesungguhnya berniat untuk meminta mereka makan bersama keluarga Bennet hari itu juga, tapi meskip un menu sehari-hari di rumahnya selalu lezat, menurutnya itu tidak cukup untuk menjamu seorang pria yang sedang dilibatkannya dalam cita-citanya, atau untuk memuaskan selera makan dan kesombongan seseorang yang berpenghasilan sepuluh ribu setahun.[]
509 S egera setelah kedua tamunya pergi, Elizabeth berjalan
keluar untuk memulihkan diri; atau dengan kata lain, agar bisa menelaah hal-hal yang membebaninya tanpa mendapatkan gangguan dari orang lain. Sikap Mr. Darcy mengagetkan dan mengecewakannya.
Mengapa dia harus datang kemari, pikirnya, jika kem udian dia diam saja, bermuram durja, dan bersikap acuh tak acuh"
Dia tidak bisa memikirkan satu alasan pun yang memuask annya.
Dia tetap bersikap ramah dan hangat kepada paman dan bibiku ketika di kota, tetapi mengapa tidak kepadaku" Jika dia takut kepadaku, mengapa dia datang kemari" Jika dia tidak peduli lagi kepadaku, mengapa dia diam saja" Pria itu memang memusingkan! Aku tidak akan memikirkannya lagi.
Elizabeth harus menunda tekadnya untuk sementara waktu karena kedatangan kakaknya, yang menghampirinya dengan ekspresi ceria, menunjukkan bahwa dia lebih terpuaskan oleh kedatangan tamu-tamu mereka daripada adiknya.
Bab 54 E"e" Sekarang, katanya, setelah pertemuan pertama itu bera k hir, aku merasa sangat tenang. Aku mengetahui kek uatank u sendiri, dan kedatangannya tidak akan pernah membuatk u malu lagi. Aku senang karena dia akan makan mal am di sini Selasa nanti. Dengan begitu, orang-orang akan me lihat bahwa kami hanyalah teman biasa yang tidak memiliki hubunga n khusus.
Ya, sangat biasa, kata Elizabeth, tergelak. Oh, Jane. Berhati-hatilah.
Lizzy sayang, kau tidak menganggapku selemah itu sehingga bahaya dapat mengancamku saat ini, bukan"
Kurasa kau terancam bahaya yang sangat besar, yaitu membuatnya jatuh cinta kepadamu lagi seperti dahulu.
*** Mereka baru berjumpa kembali dengan kedua pria itu pada hari Selasa; dan Mrs. Bennet, sembari menunggu, lagi-lagi tenggelam dalam berbagai khayalan indah yang dikembalikan oleh keramahan dan kesopanan Bingley selama setengah jam kunjungannya.
Pada hari Selasa, banyak orang berkumpul di Longbourn; dan kedua tamu yang paling dinanti-nanti datang tepat waktu seperti layaknya para pemburu ulung. Ketika mereka memasuki ruang makan, Elizabeth dengan penuh semangat menyaksikan apakah Bingley akan duduk di tempatnya, seperti pada masa lalu, yaitu di samping Jane. Ibunya yang
penuh siasat, yang berpikiran sama dengan Elizabeth, menahan diri untuk mengundang Bingley duduk di sampingnya. Bingley tampak ragu-ragu ketika memasuki ruangan, tapi Jane kebetulan sedang memandang ke sekelilingnya sambil ters en yum. Keputusan pun serta merta diambil oleh Bingley. Dia men emp atkan dirinya di samping Jane.
Elizabeth, yang merasakan sensasi kemenangan, melemparkan tatapan ke arah sahabat Bingley. Mr. Darcy menunjukkan sikap acuh tak acuh, dan Elizabeth akan membayangkan kebahagiaan Bingley sebagai sebuah hukuman, seandainya dia tidak melihat pria itu juga mencuri pandang ke arah Mr. Darcy sambil tersenyum simpul.
Bingley menunjukkan sikap yang sangat hangat dan tid ak menutup-nutupi kekagumannya kepada Jane selama mereka makan, meskipun lebih menjaga jarak daripada dahulu, sehingga Elizabeth berpikir, seandainya mereka ditinggalkan berdua saja, kebahagiaan mereka akan dengan cepat kembali. Meskipun belum ada kepastian apa pun, Elizabeth mendapatkan kesenangan dari mengamati perilaku Bingley. Itu mendatangkan keceriaan baginya karena suasana hatinya sendiri sedang buruk. Mr. Darcy duduk sejauh yang bisa dipisahkan oleh sebuah meja makan darinya, di samping ibunya. Elizabeth tahu situasi itu menyiksa atau mengesalkan keduanya. Dia tidak duduk cukup dekat sehingga bisa mendengar obrolan mereka, tapi dia bisa melihat betapa jarangnya mereka saling menyapa, juga betapa formal dan dinginnya sikap mereka setiap kali mereka melakukannya. Kekasaran ibunya menyebabkan pikiran tentang utang budi keluarga mereka semakin menyakiti benak Elizabeth; dan dia harus menahan diri untuk tidak mengatakan kepada Darcy bahwa kebaikannya tidak diketahui atau dirasakan oleh seluruh keluarganya.
Elizabeth berharap malam ini akan memberikan kesempatan kepadanya dan Mr. Darcy untuk menghabiskan waktu bersama, agar kunjungan pria itu tidak berlalu begitu saja tanpa percakapan yang berarti, kecuali anggukan hormat ketika mereka bertemu. Resah dan gelisah, waktu yang dihabiskan di ruang menggambar sebelum para pria muncul terasa sangat membosankan sehingga nyaris memicu kekesalan Elizabeth. Dia menanti-nantikan kemunculan mereka, seolah-olah seluruh kebahagiaannya malam ini tergantung padanya.
Jika dia tidak menghampiriku, katanya dalam hati, maka aku akan melupakannya selamanya.
Para pria muncul; dan sikap Darcy membuat Elizabeth mengira harapannya akan terwujud; tapi, sayang sekali, para wanita telah berkumpul mengelilingi meja tempat Jane sedang menyeduh teh. Elizabeth menuangkan kopi, menyadari bahwa tidak ada satu pun kursi kosong di dekatnya untuk menampung orang lain. Lalu, ketika para pria mendekat, salah seorang tamu wanita beringsut mendekatinya dan berbisik:
Jangan sampai para pria itu memisahkan kita. Kita tidak menginginkan gangguan mereka, bukan"
Darcy harus berjalan ke bagian lain ruangan. Elizabeth mengikutinya dengan tatapannya, merasa iri kepada semua orang yang diajak bicara olehnya, dan kehilangan minat untuk
menuangkan kopi kepada para tamunya. Kemudian, dia marah kepada dirinya sendiri karena telah bertingkah konyol!
Seorang pria yang lamarannya pernah kutolak! Bagaimana mungkin aku bisa sebodoh itu dengan mengharapkan dia akan mencintaiku lagi" Adakah pria yang mau dipandang miring oleh orang lain gara-gara memberikan lamaran kedua kepada wanita yang sama" Mereka pasti tidak akan mau bersikap serendah itu!
Namun, Elizabeth agak terhibur ketika Mr. Darcy se?"" orang diri mengembalikan cangkir kopi ke meja. Dia men yambar kesempatan ini untuk mengatakan:
Apakah adikmu masih di Pemberley" Ya, dia akan tinggal di sana hingga Natal. Seorang diri" Tidak adakah yang menemaninya di sana"
Mrs. Annesley yang menemaninya. Teman-teman kami yang lain sudah berangkat ke Scarborough tiga minggu yang lalu.
Elizabeth tidak bisa memikirkan apa pun lagi untuk dikatakan; tapi, jika memang ingin bercakap-cakap dengannya, Darcy seharusnya bisa melakukannya dengan mudah. Tetapi, pria itu hanya berdiri di sampingnya tanpa berkatakata selama beberapa menit; hingga akhirnya, ketika tamu wanita yang sama mulai berbisik-bisik ke telinga Elizabeth lagi, dia melangkah pergi.
Ketika peralatan minum teh disingkirkan dan meja kartu diletakkan, para wanita berdiri, dan sekali lagi Elizabeth
berharap Mr. Darcy akan segera menghampirinya. Tetapi, sel uruh harapannya melayang ketika dilihatnya bahwa Darcy telah menjadi korban pemaksaan ibunya untuk bermain whist, dan beberapa saat kemudian telah duduk di meja lain untuk mulai bermain. Elizabeth putus asa. Mereka sudah ditakdirkan untuk menghabiskan malam ini di meja yang berbeda, dan tidak ada lagi yang bisa diharapkannya, kecuali tatapan Mr. Darcy yang begitu sering tertuju ke arahnya, yang membuat permainan mereka berdua sama kacaunya.
Mrs. Bennet berencana untuk menahan kedua pria dari Netherfield itu hingga kudapan malam dihidangkan; tapi sayang sekali, kereta mereka datang lebih cepat, sehingga dia tidak memiliki alasan untuk melarang mereka pergi.
Nah, anak-anak, katanya segera setelah para tamu perg i. Bagaimana pendapat kalian tentang hari ini" Kurasa semuan ya berjalan dengan sangat lancar. Makan malam dihidangk an dengan sangat indah. Daging rusa tadi dipanggang di kedua sisinya dan semua orang mengatakan bahwa mereka tidak pernah melihat paha rusa yang segemuk itu. Supnya lima puluh kali lebih baik daripada yang kita makan di rumah keluarga Lucas minggu lalu; bahkan, Mr. Darcy sekalipun mengatakan bahwa ayam hutanku sangat lezat, padahal kurasa dia memiliki setidaknya satu atau dua koki Prancis. Dan, Janeku sayang, aku tidak pernah melihatmu secantik hari ini. Mrs. Long juga mengatakan hal yang sama ketika aku bertanya kepadanya. Selain itu, tahukah kau apa yang dikatakannya" Ah, Mrs. Bennet! Akhirnya, kita akan melihat Jane di
Netherfield. Benar sekali. Aku sungguh-sungguh menganggap Mrs. Long sebagai wanita terbaik di dunia dan keponakankeponakannya juga sangat sopan, meskipun wajahnya biasabiasa saja. Aku benar-benar menyukai mereka.
Singkatnya, Mrs. Bennet sangat gembira; dia sudah cukup banyak melihat sikap Bingley kepada Jane sehingga yakin bahwa akhirnya, putri sulungnya akan mendapatkan pria itu. Harapan Mrs. Bennet untuk kesejahteraan keluarganya sangat besar, bahkan jauh melampaui akal sehat, sehingga dia kecewa ketika Bingley tidak datang untuk menyampaikan lamaran kepada Jane keesokan harinya.
Hari itu sungguh menyenangkan, kata Jane kepada Elizabeth. Pilihan tamu-tamunya sangat tepat, sangat cocok satu sama lain. Kuharap kita akan sering bertemu kembali. Elizabeth tersenyum.
Lizzy, kau tidak boleh begitu. Jangan mencurigai aku. Itu menyiksaku. Percayalah kepadaku bahwa sekarang aku telah belajar untuk menikmati percakapanku dengan Mr. Bingley karena dia memang seorang pemuda yang pintar dan ramah. Tidak sedikit pun ada harapan lebih di pihakku. Aku sangat yakin, dari sikapnya kepadaku sekarang, bahwa dia tidak bermaksud memikatku. Dia memang dikaruniai kehangatan sikap dan dorongan untuk bersikap ramah yang lebih besar daripada para pria lainnya.
Kau kejam sekali, kata Elizabeth, kau bahkan tidak memp erbolehkanku tersenyum dan memarahiku setiap waktu.
Terkadang memang sungguh sulit untuk membuat orang lain percaya!
Betul sekali! Mengapa kau terus membujukku untuk mengakui perasaan yang tidak kurasakan"
Aku tidak tahu jawaban dari pertanyaan itu. Kita semua suka menyuruh-nyuruh meskipun yang kita dapatkan biasan ya tidak seberapa. Maafkan aku; kalau kau bersikeras tentang hal ini, kau tidak perlu repot-repot meyakinkan aku. []
517 B eberapa hari kemudian, Mr. Bingley datang kembali, kali
ini seorang diri. Temannya telah berangkat ke London pagi itu, tapi akan kembali sepuluh hari lagi. Selama lebih dari satu jam, dia duduk bersama mereka, dan sepertinya san gat menikmati suasana. Mrs. Bennet mengundangnya unt uk makan bersama mereka, tapi dengan ekspresi rikuh, dia men ga ku bahwa dia telah menerima undangan dari orang lain.
Jika lain kali Anda datang lagi kemari, kata Mrs. Bennet, saya harap kami lebih beruntung.
Bingley menjawab dia akan datang kapan pun dengan senang hati, dan yang sebagainya; dan, jika Mrs. Bennet mengu nd angnya, dia tentu akan menyambut gembira kesempatan itu.
Bisakah Anda datang besok"
Ya, dia tidak terikat pada janji lain besok sehingga undangan dari Mrs. Bennet pun segera diterimanya.
Mr. Bingley datang lebih cepat daripada waktu yang disepakati, ketika para wanita belum selesai berdandan. Mrs.
Bab 55 E"e" Bennet berlarian ke kamar anak-anaknya, dalam balutan rok dalam dan rambut yang belum selesai tertata, dan berseru:
Jane sayang, cepatlah berdandan dan segeralah turun. Dia sudah datang Mr. Bingley sudah datang. Sungguh. Cepatlah, cepatlah. Nah, Sarah, bantulah Miss Bennet sekarang juga dengan gaunnya. Jangan pikirkan rambut Miss Lizzy.
Kami akan turun secepatnya, kata Jane; tapi, aku yak in Kitty sudah selesai berdandan karena dia sudah naik ke kam arnya setengah jam yang lalu.
Oh! Biarkan saja Kitty! Apa urusannya dengan semua ini" Ayo, cepatlah, cepatlah! Di mana ikat pinggangmu, Sayang"
Tetapi, setelah ibunya pergi, Jane tidak mau turun tanpa ditemani salah satu adiknya.
Malamnya, mereka kembali tegang menantikan apakah Bingley akan menghabiskan waktu berdua dengan Jane. Setelah minum teh, Mr. Bennet mengurung diri di perpustakaan seperti biasanya, dan Mary naik untuk berlatih dengan alat musiknya. Dua dari lima penghalang telah menyingkir. Mrs. Benn et mengedip-ngedipkan mata ke arah Elizabeth dan Catherine selama beberapa waktu tanpa berhasil menarik perh atian mereka. Elizabeth pura-pura tidak melihat; dan ketika Kitty akhirnya melihat kedipan ibunya, dengan polos dia berkata, Ada apa Mamma" Mengapa Mamma mengedip-ngedipkan mata kepadaku" Apakah yang harus kulakukan"
Tidak ada, Nak, tidak ada. Aku tidak mengedip-ngedipkan mata kepadamu. Mrs. Bennet duduk tenang hingga lima
menit kemudian; tetapi, karena tidak sanggup menyia-nyiakan kesempatan seberharga ini, dia tiba-tiba berdiri dan berkata kep ada Kitty, Ayo, sayangku, aku ingin berbicara denganmu, lalu keluar dari ruangan. Jane sekonyong-konyong melontarkan tatapan waspada ke arah Elizabeth, memohon agar adiknya itu menolak untuk mengikuti rencana ibu mereka. Beb erapa menit kemudian, Mrs. Bennet membuka pintu dan berseru:
Lizzy, sayangku, aku ingin berbicara denganmu. Elizabeth pun terpaksa pergi.
Kita sebaiknya meninggalkan mereka berdua, kata ibun ya, segera setelah Elizabeth tiba di koridor. Aku dan Kitty akan duduk di atas, di kamarku.
Elizabeth tidak berusaha membantah ibunya, tapi dia tetap berdiri diam di koridor hingga ibunya dan Kitty menghilang, lalu masuk kembali ke ruang menggambar.
Siasat Mrs. Bennet untuk hari itu tidak menghasilkan apa pun. Bingley tetap memamerkan pesonanya, tapi sam a sekali tidak mengungkapkan cinta kepada putrinya. Keh angata n dan keceriaannya menjadikannya teman yang menyenangkan unt uk menghabiskan malam mereka; dia dengan sabar menghadapi campur tangan Mrs. Bennet dan mendengarkan semua ucapan konyolnya dengan tenang.
Bingley tidak membutuhkan undangan untuk menyantap kudapan malam; dan sebelum dia pergi, dia berjanji kepada Mrs. Bennet, yang menuntut kedatangannya keesokan paginya untuk berburu bersama Mr. Bennet.
Setelah hari itu, Jane tidak pernah lagi membicarakan tentang perasaannya. Tidak sepatah kata pun tentang Bingley diucapkannya kepada adiknya; tetapi, Elizabeth pergi tidur den gan perasaan bahagia, karena hubungan Bingley dan kaka kn ya dengan cepat akan membaik kembali, kecuali jika Mr. Darcy datang lebih cepat. Sejujurnya, dia merasa cukup yakin bahwa semua ini tidak akan terjadi jika Mr. Darcy ada di antara mereka.
Bingley datang tepat waktu untuk memenuhi janjinya; dia dan Mr. Bennet menghabiskan pagi itu bersama, seperti yang telah disepakati. Mr. Bennet jauh lebih ramah daripada yang disangka Bingley. Tidak ada ucapan atau tindakan Bingley yang bisa memicu celaannya atau memuakkannya hingga kehilangan keinginan untuk berbicara. Pagi itu, Mr. Bennet lebih banyak bicara dan tidak seaneh yang pernah dilihat oleh Bingl ey. Dia tentu saja turut pulang ke Longbourn untuk mak an bersama; dan malam itu, Mrs. Bennet kembali memainkan siasat untuk menjauhkan semua orang dari Bingley dan putri sulungnya. Elizabeth, yang harus menulis sebuah surat, segera pindah ke ruang sarapan setelah minum teh; dia tidak sampai hati melihat siasat ibunya bekerja.
Tetapi, saat kembali ke ruang menggambar, ketika suratnya telah selesai ditulis, Elizabeth terkejut melihat bahwa ibunya ternyata memang pintar mengatur siasat. Ketika membuka pintu, dilihatnya Jane dan Bingley berdiri di depan perapian, sepertinya sedang terlibat dalam sebuah pembicaraan serius. Kalaupun Elizabeth tidak mencurigai apa-apa, wajah
keduanya, ketika mereka dengan cepat saling berpaling dan melangkah menjauh, telah mengungkapkan segalanya. Bisa dipahami jika mereka berdua merasa canggung; tapi Elizabeth lebih canggung lagi. Tidak sepatah kata pun terucap oleh mereka, dan Elizabeth sudah siap pergi dari sana ketika Bingl ey, yang telah duduk bersama mereka, tiba-tiba berdiri dan memb isikkan sesuatu ke telinga Jane, lalu menghambur ke luar.
Jane tidak bisa merahasiakan apa pun dari Elizabeth, orang yang paling dipercayainya; dia pun langsung memeluk erat-erat adiknya itu dan dengan gembira mengatakan bahwa dia adalah makhluk yang paling berbahagia di dunia.
Ini luar biasa! serunya, Sangat luar biasa. Aku tidak lay ak mendapatkannya. Oh! Seandainya semua orang sebahagia aku.
Elizabeth memberikan ucapan selamat dengan ketulusan, kehangatan, dan kegembiraan yang sulit dilukiskan dengan kata-kata. Setiap kalimat yang berisi kebaikan menjadi sumber kebahagiaan baru bagi Jane. Tetapi, untuk saat ini, dia tidak bisa berlama-lama mendengar cerita kakaknya atau mengungkapkan semua yang ada di hatinya.
Aku harus mencari Mamma sekarang juga, seru Jane. Aku tidak akan membiarkan kegelisahan beliau berlarut-larut; atau membiarkannya mendengar kabar ini dari orang lain. Dia sedang menemui Papa sekarang. Oh, Lizzy! Mengetahui bahwa kabar yang akan kusampaikan ini akan menghadirkan
kebahagiaan ke seluruh keluarga kita! Oh, bagaimana aku bisa menanggung kebahagiaan sebanyak ini!
Jane bergegas mencari ibunya, yang telah membubarkan permainan kartu dan duduk di lantai atas bersama Kitty. Elizabeth, yang ditinggal seorang diri, tersenyum melihat betapa cepat dan mudahnya urusan ini terselesaikan. Urusan yang telah membuat mereka resah dan gelisah selama berbulanbulan.
Dan ini, katanya, adalah akhir dari seluruh campur tangan sahabat Bingley! Akhir dari seluruh prasangka dan kebodohan adik Jane! Akhir yang paling bahagia, bijaksana, dan masuk akal!
Beberapa menit kemudian, Bingley kembali setelah men yelesaikan pembicaraan yang singkat dan padat dengan Mr. Bennet.
Di mana kakakmu" tanyanya dengan nada mendesak begitu pintu terbuka.
Bersama ibuku di atas. Kurasa dia akan turun sebentar
lagi. Bingley menutup pintu dan menghampiri Elizabeth, lalu menceritakan tentang harapan dan kasih sayangnya kepada Jane. Elizabeth dengan tulus dan gembira mengungkapkan kebahagiaannya untuk hubungan mereka. Mereka berjabat tangan dengan akrab dan, sampai Jane turun kembali, Elizabeth harus mendengarkan semua ungkapan kebahagiaan Bingley dan pujiannya atas kesempurnaan Jane. Meskipun semua itu disampaikan oleh seorang kekasih, Elizabeth benarbenar percaya semua harapan Bingley akan terwujud, karena mereka saling mengerti dan Jane memiliki kesabaran seluas samudra, selain banyaknya kesamaan pendapat dan selera di antara mereka.
Tidak ada yang bisa menandingi kegembiraan mereka malam itu; kelegaan Jane tecermin dari wajahnya yang berseri-seri, yang menjadikannya tampak lebih cantik daripada bias an ya. Kitty tersenyum dan tersipu-sipu malu, berharap gil iran nya akan segera tiba. Mrs. Bennet tidak dapat mengungk apk an perasaannya atau menyampaikan persetujuann ya den gan cara yang cukup hangat untuk memuaskan dirinya, mesk ip un dia tidak membicarakan topik lain kepada Bingley selama set engah jam penuh. Kemudian, ketika Mr. Bennet berg ab ung den gan mereka untuk menikmati kudapan, cara bicara dan sikapnya menunjukkan bahwa dia benar-benar bahagia.
Meskipun begitu, tidak sepatah kata pun meluncur dari mulut Mr. Bennet untuk mengomentari peristiwa malam itu hingga tamu mereka berpamitan. Tetapi, segera setelah Bingley pergi, Mr. Bennet menatap putri sulungnya dan berkata:
Jane, aku ingin mengucapkan selamat kepadamu. Kau akan menjadi wanita yang sangat bahagia.
Jane langsung menghampiri ayahnya, menciumnya, dan mengucapkan terima kasih atas kebaikannya.
Kau gadis yang baik, jawab ayahnya, dan aku sangat senang memikirkan dirimu akan hidup bahagia. Tidak diragukan lagi, kalian berdua memang sangat serasi. Kalian memiliki
perangai yang sama. Kalian berdua saling melengkapi sehingga tidak akan menimbulkan masalah; sangat baik hati, sehingga semua pelayan akan mencurangi kalian; dan sangat pemurah, sehingga pengeluaran kalian akan selalu lebih besar daripada pendapatan kalian.
Kuharap tidak. Pemakaian uang dengan boros dan seenaknya tidak akan termaafkan olehku.
Lebih besar daripada pendapatan mereka! Suamiku sayang, seru istrinya, apa maksudmu" Dia akan mendapatkan empat atau lima ribu setahunan, mungkin bahkan lebih banyak. Kemudian, kepada putrinya, Oh, Janeku tersayang, aku sangat bahagia! Aku yakin, aku tidak akan bisa memejamkan mata sepanjang malam ini. Aku tahu bahwa inilah akhir yang tepat. Aku selalu mengatakannya, dan akhirnya ini benar-benar terjadi. Aku yakin kecantikanmu tidak akan tersiasiakan! Aku masih ingat, segera setelah aku melihatnya, ketika dia pertama kali tiba di Hertfordshire tahun lalu, yang ada di dalam pikiranku adalah betapa serasinya kalian berdua. Oh! Dia adalah pria tertampan yang pernah kulihat!
Wickham dan Lydia sudah terlupakan. Sekarang, Jane adalah putri kesayangan Mrs. Bennet. Untuk saat ini, dia tidak memedulikan yang lain. Adik-adik Jane segera mengajukan permintaan yang mungkin bisa dipenuhi oleh kakak mereka di masa yang akan datang.
Mary meminta izin untuk menggunakan perpustakaan di Netherfield, dan Kitty sangat memohon diselenggarakannya beberapa pesta dansa setiap musim dingin.
Bingley, sejak saat itu, tentu saja menjadi pengunjung harian di Longbourn; sering kali, dia datang sebelum sarapan dan tinggal hingga larut malam, kecuali jika beberapa tetangga yang tidak tahu diri, yang tidak pernah puas, memberinya undangan makan malam yang menurutnya wajib diterima.
Hingga saat ini, Elizabeth tidak banyak mendapatkan kesempatan untuk berbicara dengan Jane, karena setiap kali Bingley datang, Jane selalu sibuk bersamanya. Tetapi, Elizabeth menjadi orang yang dicari oleh keduanya ketika mereka sesekali berpisah. Jika Jane pergi, Bingley selalu menghabiskan waktu bersama Elizabeth, yang dianggapnya sebagai lawan bicara yang menyenangkan. Dan jika Bingley pergi, Jane menc ari Elizabeth dengan maksud yang sama.
Dia telah membuatku sangat bahagia, kata Jane pada suatu malam, dengan mengatakan kepadaku bahwa dia sama sekali tidak mengetahui tentang kehadiranku di kota pada mus im semi lalu! Tadinya, kupikir itu mustahil.
Aku juga menduga begitu, jawab Elizabeth. Tapi, bag aimanakah penjelasan darinya"
Itu pasti perbuatan kedua saudarinya. Mereka jelas tidak menyukai keakrabannya denganku, meskipun aku tidak mengerti alasannya, karena saudara mereka telah banyak menga mbil pilihan yang baik. Tetapi, aku yakin, jika mereka melihat saudara mereka bahagia denganku, mereka akan bisa menerima hubungan ini, dan kami pun akan berbaikan kembali, meskipun kami tidak akan pernah bisa menjadi sedekat dulu.
Baru kali ini aku mendengarmu bicara selugas itu, kat a Elizabeth. Kau sungguh hebat! Aku akan sangat kesal jika sekali lagi melihatmu membela kasih sayang palsu Miss Bingley.
Percayakah kau, Lizzy, bahwa ketika dia pergi ke kota November lalu, dia benar-benar mencintaiku, dan yang menceg ahn ya datang kemari lagi adalah keyakinan bahwa aku tidak mencintainya!
Dia memang telah membuat sebuah kesalahan kecil, tapi itu justru menunjukkan kerendahan hatinya.
Ucapan Elizabeth tentunya memicu serangkaian pujian dari Jane mengenai kerendahan hati dan kurangnya kesadaran Bingley atas kelebihannya sendiri. Elizabeth puas ketika men getahui bahwa Bingley tidak menceritakan kepada Jane tentang campur tangan sahabatnya; karena, meskipun Jane adalah orang yang paling baik hati dan pemaaf di dunia, Eliz ab eth tahu Jane akan memandang miring Darcy jika mengetahui kejadian yang sesungguhnya.
Aku benar-benar makhluk paling beruntung di dunia ini! seru Jane. Oh, Lizzy! Bagaimana mungkin aku mendapatkan rahmat yang lebih besar daripada seluruh keluargaku! Seandainya aku bisa melihatmu sebahagia aku! Seandainya ada pria yang sebaik Bingley untukmu!
Kalaupun kau memberiku empat puluh pria seperti dia, aku tidak akan pernah menjadi sebahagia dirimu. Sampai aku memiliki kelembutanmu, kebaikanmu, aku tidak akan pernah mendapatkan kebahagiaanmu. Tidak, tidak, biarkanlah aku
menemukan jalanku sendiri; dan mungkin, jika aku sangat beruntung, aku akan bertemu dengan Mr. Collins yang lain nanti.
Situasi yang terjadi di Longbourn hanya sejenak menjadi rahasia. Mrs. Bennet dengan senang hati membisikkannya kep ada Mrs. Philips, yang meneruskannya, tanpa izin, kepada semua tetangganya di Meryton.
Keluarga Bennet dengan cepat mendapatkan predikat sebagai keluarga paling beruntung di dunia, meskipun baru beberapa minggu sebelumnya, ketika Lydia diketahui telah kabur bersama Wickham, masyarakat memberikan cap kepada mereka sebagai keluarga tersial.[]
528 P ada suatu pagi, sekitar sepekan setelah Bingley menyampaikan lamarannya kepada Jane, ketika dia dan para wan ita Bennet sedang bersantai bersama di ruang makan, perh atian mereka serentak terpecahkan oleh derak roda-roda kereta yang terdengar mendekat melalui jendela. Mereka melihat kereta yang ditarik oleh empat ekor kuda memasuki halaman. Ketika itu masih terlalu pagi untuk kedatangan seorang tamu, dan terlebih lagi, kendaraan itu bukan milik salah seorang tetangga mereka. Baik kuda-kuda, kereta, maupun kus ir yang mengendalikannya tidak akrab di mata mereka. Bag a imanapun, setelah jelas terlihat bahwa mereka sedang ked atangan tamu, Bingley segera mengajak Jane berjalanjalan ke hutan belakang rumah untuk menghindari gangguan. Mereka pergi meninggalkan ketiga orang lainnya dengan rasa penasaran yang baru terpuaskan ketika pintu terbuka dan sang tamu masuk. Dia adalah Lady Catherine de Bourgh.
Mereka tentu saja terkejut, karena kedatangan Lady Catherine sama sekali tidak pernah mereka perkirakan, meskip un kekagetan Mrs. Bennet dan Kitty, yang belum mengeBab 56 E"e" nal wanita itu, tidak sebanding dengan yang dirasakan oleh Elizabeth.
Lady Catherine memasuki ruangan dengan lagak lebih angkuh daripada biasanya, hanya membalas salam hormat Elizabeth dengan anggukan meremehkan, dan duduk tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Elizabeth telah menyebutkan nama sang tamu kepada ibunya ketika dia memasuki ruangan, walaupun mereka tidak meminta untuk diperkenalkan.
Mrs. Bennet, yang terheran-heran meskipun tersanjung karena menerima tamu dengan kedudukan setinggi itu, menyambut Lady Catherine dengan penuh kesopanan. Setelah duduk selama beberapa waktu dalam keheningan, sang tamu berkata dengan nada sangat dingin kepada Elizabeth.
Saya harap kamu baik-baik saja, Miss Bennet. Wanita itu, kalau saya tidak salah, adalah ibumu.
Elizabeth mengiyakannya. Dan yang satu itu adalah salah satu adikmu. Betul, Madam, kata Mrs. Bennet, gembira karena bisa berbicara dengan Lady Catherine. Dia adalah kakak dari putri bungsu saya. Putri bungsu saya sendiri baru saja men ik ah, dan kakak sulungnya sedang berjalan-jalan bersama seo rang pemuda yang, saya yakin, akan segera menjadi bagian dari keluarga kami.
Taman Anda sangat kecil, jawab Lady Catherine setelah terdiam sejenak.
Saya yakin taman kami memang tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Rosings, Lady Catherine, tapi
taman kami jauh lebih luas daripada taman Sir William Lucas.
Keadaan di ruang duduk ini pasti sangat tidak nyaman setelah malam tiba pada musim panas; semua jendelanya menghadap ke barat.
Mrs. Bennet meyakinkan Lady Catherine bahwa mereka tidak pernah menghabiskan waktu di ruangan itu setelah makan malam, lalu menambahkan:
Bolehkah saya menanyakan kepada Anda apakah Mr. dan Mrs. Collins baik-baik saja"
Ya, sangat baik. Saya bertemu dengan mereka kemarin lusa.
Elizabeth mengira Lady Catherine akan mengeluarkankan sepucuk surat dari Charlotte untuknya, karena itu adalah satu-satunya kemungkinan alasan yang ada di benaknya. Tetapi, tidak sepucuk surat pun terlihat, sehingga dia kebingungan karenanya.
Mrs. Bennet, dengan sangat sopan, memohon kepada sang tamu untuk menikmati kudapan; tetapi, Lady Catherine dengan sangat tegas, dan tidak terlalu sopan, menolak untuk memakan apa pun. Kemudian, dia berdiri dan berkata kepada Elizabeth.
Miss Bennet, sepertinya ada tumbuhan liar yang tampak menarik di salah satu sisi halamanmu. Saya akan senang jika bisa melihatnya, kalau kamu mau menemani saya.
Pergilah, sayangku, sambut Mrs. Bennet, dan ajaklah juga Lady Catherine berjalan-jalan di tempat yang lain. Kurasa beliau akan menyukai hutan di belakang rumah.
Mematuhi perintah ibunya, Elizabeth berlari ke kamarnya untuk mengambil sebuah payung dan menemani tamu agungnya ke luar. Ketika mereka melewati koridor, Lady Catherine membuka pintu-pintu menuju ruang makan dan ruang menggambar, dan setelah melihat-lihat selama beberapa saat, menyatakan bahwa keadaan ruangan-ruangan itu lumayan, lalu melanjutkan perjalanan.
Keretanya tetap menanti di depan pintu rumah, dan Eliz abeth melihat dayang-dayangnya ada di dalam. Dalam kesunyian, mereka melangkah menyusuri jalan batu menuju hutan; Elizabeth tidak bersedia menyusahkan diri mencari topik pembicaraan untuk seorang wanita yang saat ini, lebih daripada biasanya, bersikap begitu kasar dan menjengkelkan.
Bagaimana mungkin aku pernah menganggapnya mirip dengan keponakannya" pikir Elizabeth, menatap wajah Lady Catherine.
Segera setelah mereka memasuki hutan, Lady Catherine memulai pembicaraannya:
Kamu tentunya tahu, Miss Bennet, tentang alasanku datang kemari. Hatimu, firasatmu, pasti telah memberitahumu mengapa aku datang.
Elizabeth menatap Lady Catherine masih dengan heran. Sungguh, Anda salah, Madam. Saya sama sekali tidak mengetahui alasan Anda berkunjung kemari.
Miss Bennet, jawab Lady Catherine dengan nada marah, kamu seharusnya tahu diri untuk tidak mempermainkan saya. Tetapi, sekeras apa pun kamu berusaha berbohong, saya tidak akan memercayainya. Saya dikenal oleh banyak orang kar ena ketulusan dan kejujuran saya, dan di saat seperti ini, saya akan tetap memegang teguh sifat saya itu. Sebuah kabar mengejutkan saya dengan dua hari yang lalu. Saya diberi tahu bahwa tidak hanya kakakmu yang akan menikah, tetapi bahwa kamu, Miss Elizabeth Bennet, juga akan segera menikah dengan keponakan saya, keponakan saya sendiri, Mr. Darcy. Meskipun saya tahu bahwa itu tentu kabar burung semata, meskipun saya tidak akan merepotkan keponakan saya dengan menanyakan mengenai kebenaran kabar ini, saya langsung memutuskan berangkat kemari, untuk menyampaikan keberatan saya kepadamu.
Jika Anda yakin mengenai kesalahan kabar itu, kata Elizabeth, wajahnya merah padam akibat perasaan terkejut dan terhina, saya tidak mengerti mengapa Anda bersedia men yusahkan diri dengan datang kemari. Apakah tujuan And a yang sesungguhnya"
Untuk mendapatkan ketegasan mengenai kesalahan kabar itu.
Kedatangan Anda ke Longbourn, untuk menemui saya dan keluarga saya, kata Elizabeth dengan tenang, memang
akan memberikan ketegasan jika kabar semacam itu memang sungguh-sungguh ada.
Jika! Apa kamu berpura-pura tidak tahu" Apa bukan kalanganmu sendiri yang menyebarluaskan kabar itu" Apa kamu tidak tahu bahwa kabar itu telah tersebar ke mana-mana" Saya tidak pernah mendengarnya.
Dan, bisakah kamu memastikan bahwa tidak akan ada asap jika tidak ada api"
Saya tidak akan berpura-pura memalsukan kejujuran saya agar setara dengan Anda. Anda boleh bertanya, tapi saya tidak perlu menjawab semuanya.
Ini bukan perdebatan, Miss Bennet, saya bersikeras unt uk mendapatkan jawaban. Apakah dia, keponakan saya, telah melamarmu"
Anda sendiri telah mengatakan bahwa itu mustahil. Semestinya begitu; dan pasti begitu, jika dia menggunakan akal sehatnya. Tapi, tipu muslihat dan godaanmu, di kala suasana hatinya sedang kalut, telah membuatnya melupakan utangnya kepada dirinya sendiri dan seluruh keluarganya. Kamu telah menjebaknya.
Seandainya itu memang terjadi, saya akan menjadi orang terakhir yang mengakuinya.
Miss Bennet, apa kamu tidak mengetahui siapa saya" Tidak ada yang boleh berbicara seperti itu kepada saya. Saya bisa dikatakan adalah kerabat terdekatnya di dunia ini, dan say a berhak untuk mengetahui semua isi hatinya yang terdalam.
Tetapi, Anda tidak berhak untuk mengetahui isi hati saya. Selain itu, sikap seperti itu tidak akan bisa digunakan untuk memaksa saya memberikan penjelasan.
Sayalah yang akan menjelaskannya kepadamu. Pernikaha n kalian, yang tentunya sudah kamu idam-idamkan, tidak akan pernah terjadi. Tidak, tidak akan pernah. Mr. Darcy telah bertunangan dengan putri saya. Sekarang, apakah yang akan kamu katakan"
Hanya ini: Anda tidak memiliki alasan untuk menganggap Mr. Darcy telah melamar saya.
Lady Catherine ragu-ragu sejenak sebelum menjawab: Pertunangan mereka sangat istimewa. Sejak bayi, mereka telah dijodohkan satu sama lain. Itu adalah keinginan ibunya dan saya. Sejak mereka masih di dalam buaian, kami sudah merencanakan perjodohan ini; dan sekarang, ketika harapan kakak beradik ini hendak terwujud dalam pernikahan mereka, seorang gadis miskin yang tidak memiliki arti apa pun di dunia ini, yang sama sekali tidak sepadan dengan keluarga kami, hendak menghalang-halanginya! Tidakkah kamu memedulikan harapan teman-teman Mr. Darcy" Bagaimana pula dengan pertunangannya sejak lahir dengan Miss de Bourgh" Apakah kau sudah kehilangan akal sehat" Tidak pernahkah kamu mendengar bahwa dia telah dijodohkan dengan sepupunya sejak lahir"
Ya, saya pernah mendengar tentang hal itu. Tetapi, apak ah arti semua itu bagi saya" Saya tidak akan memedulikan berbagai keberatan yang ditujukan pada pernikahan saya
dengan keponakan Anda, dan saya juga akan mengabaikan harapan Anda dan ibunya untuk menikahkan dia dengan Miss de Bourgh. Anda berdua memang telah melakukan yang terbaik untuk merencanakan pernikahan mereka. Namun, hasil akhirnya bergantung kepada mereka. Seandainya Mr. Darcy tidak merasa terikat dengan sepupunya, mengapa dia tidak boleh membuat pilihan lain" Dan, seandainya saya yang menjadi pilihannya, mengapa saya tidak boleh menerimanya"
Karena kehormatan, tata krama, akal sehat bukan, kesetaraan melarangnya. Ya, Miss Bennet, kesetaraan. Jangan harapkan keluarga atau teman-temannya akan memedulikanmu jika kamu bertindak melawan mereka semua. Kamu akan dihina, diremehkan, dan dibenci semua orang di pihaknya. Pernikahan kalian akan dipandang sebagai aib; namamu tidak akan pernah tersebut di antara kami.
Itu sangat patut disesali, jawab Elizabeth. Tetapi, istri Mr. Darcy tentu akan mendapatkan sangat banyak keb ah agia a n pada saat bersamaan, sehingga dia tidak akan mem usingk an itu semua.
Dasar gadis lancang dan keras kepala! Saya malu karena mengenalmu! Inikah pembalasanmu atas kebaikan hati saya kepadamu pada musim semi lalu" Tidakkah kamu merasa beru tang budi kepada saya" Mari kita duduk. Kamu akan menge rti, Miss Bennet, bahwa saya datang kemari dengan tekad untuk mencapai tujuan saya, bukan untuk mengalah. Saya tidak terbiasa menuruti keinginan orang lain. Saya tidak akan menerima kekecewaan.
Itu membuat Anda tampak lebih mengenaskan di mata saya, tapi tidak memberikan pengaruh apa pun kepada saya.
Jangan potong kalimat saya. Diamlah. Putri dan keponakan saya telah berjodoh sejak lahir. Dari garis ibu, mereka memiliki darah biru yang sama; sedangkan ayah mereka berasal dari keluarga terhormat dan agung, meskipun tidak termasyhur. Kekayaan mereka dari kedua belah pihak luar biasa besar. Semua orang di keluarga kami mendukung perjodohan mer eka; tetapi, apakah yang akan memisahkan mereka" Tipu muslihat seorang wanita tanpa keluarga, kerabat yang ternama, ataupun kekayaan apakah kami harus menerimanya" Itu tid ak boleh terjadi. Jika kamu menggunakan akal sehatmu unt uk kepentinganmu sendiri, kamu akan menyadari bahwa kam u sebaiknya tidak meninggalkan tempurung tempatmu dibesarkan.
Dengan menikahi keponakan Anda, saya tidak menganggap diri saya meninggalkan tempurung itu. Dia adalah seorang pria terhormat; saya adalah putri seorang pria terhormat; sejauh ini, kedudukan kami setara.
Itu benar. Ayahmu adalah seorang pria terhormat. Tetapi, siapakah ibumu" Siapakah paman dan bibimu" Jangan kira saya tidak mengetahui kondisi mereka.
Siapa pun kerabat saya, kata Elizabeth, jika keponakan Anda tidak memiliki keberatan, itu tidak berarti apa-apa bagi Anda.
Katakan kepada saya sekarang juga, apakah kamu telah bertunangan dengannya"
Walaupun Elizabeth tidak ingin memuaskan Lady Catherine dengan menjawab pertanyaan ini, mau tidak mau dia mengatakan, setelah mempertimbangkannya sejenak: Tidak.
Lady Catherine tampak puas.
Dan, maukah kamu berjanji kepada saya untuk tidak bertunangan dengannya"
Saya tidak akan membuat perjanjian semacam itu. Miss Bennet, saya syok dan hilang akal. Saya pikir kamu adalah seorang gadis yang pintar. Tetapi, jangan mengira saya akan terjerat dalam siasatmu. Saya tidak akan menyerah hingga kamu memberikan kepastian yang saya cari.
Dan, saya tidak akan pernah memberikannya. Anda tidak akan bisa mengancam saya untuk menuruti keinginan Anda. Anda menginginkan Mr. Darcy menikahi putri Anda; tetapi akankah kesediaan saya untuk berjanji kepada Anda memperbesar kemungkinan mereka untuk menikah" Anggap saja Mr. Darcy mencintai saya, akankah penolakan saya kepadan ya membuatnya berpaling kepada sepupunya" Izinkanlah saya mengatakan, Lady Catherine, bahwa Anda telah mengg unak an pendapat yang salah mendasari permintaan berl ebihan ini. Anda telah melakukan kesalahan besar dalam men ilai saya, jika Anda mengira saya akan mengalah hanya den gan ancaman seperti itu. Sejauh apa keponakan Anda men get ahui tindakan Anda ini, saya tidak tahu; tetapi, yang
jelas, Anda tidak berhak mencampuri urusan saya. Karena itulah, saya harus memohon kepada Anda untuk menghentikan pemb icaraa n kita ini.
Tidak secepat itu. Saya belum menyampaikan semua maksud saya. Di samping semua keberatan yang telah saya seb utk an, ada satu lagi yang harus saya tambahkan. Saya tahu tentang peristiwa kawin lari yang melibatkan adikmu. Saya men get ahui semuanya; bahwa paman dan bibimulah yang mel unasi utang-utang pemuda yang menikahinya. Lalu, apakah gadis sehina itu layak menjadi adik ipar keponakan saya" Apakah suami adikmu, anak laki-laki pelayan mendiang ayahnya, layak menjadi adik iparnya" Itu bagaikan langit dan bumi! Apakah yang kau pikirkan" Apakah Pemberley layak untuk dicemari sedemikian rupa"
Jangan katakan apa-apa lagi, Elizabeth menjawab dengan sengit. Anda telah menghina saya dengan segala cara. Saya harus kembali ke rumah.
Sambil berbicara, Elizabeth bangkit dari tempat duduknya. Lady Catherine mengikutinya. Tampak jelas bahwa wanita itu marah besar.
Ternyata kamu tidak memedulikan kehormatan dan nama baik keponakan saya! Dasar gadis arogan dan tidak berperasaan! Tidakkah kamu memikirkan bahwa hubungan denganmu akan menjadikannya hina di mata semua orang"
Lady Catherine, tidak ada lagi yang bisa saya katakan. Anda sudah mengetahui pendirian saya.
Kamu bertekad untuk tetap mempertahankan dia"
Saya tidak pernah mengatakan itu. Saya hanya bertekad untuk mengambil tindakan yang, menurut pendapat saya, akan berujung pada kebahagiaan saya, tanpa harus mendengark an pendapat Anda atau siapa pun yang tidak memiliki hubungan dengan saya.
Baiklah. Ini berarti kamu menolak untuk mematuhi saya. Kamu memilih untuk melanggar kewajiban, tugas, dan utang budimu. Kamu bertekad untuk menghancurkan keponakan saya di mata semua temannya dan menjadikannya aib di mata dunia.
Baik tugas, kehormatan, maupun utang budi, jawab Elizabeth, tidak akan bisa mengekang saya dalam hal ini. Tidak satu pun dari prinsip itu bisa menghalangi pernikahan saya dengan Mr. Darcy. Dan, mengenai kebencian keluarganya atau pandangan miring dunia, jika Mr. Darcy sendiri tidak keberatan menikahi saya, saya tidak akan mempertimbangkan semua itu dan dunia pun akan berpikir lebih jernih daripada turut mengumbar kebencian yang tak berdasar.
Jadi, itulah pendapatmu yang sesungguhnya! Itulah keputusan akhirmu! Baiklah. Sekarang, saya mengetahui tindakan yang harus saya ambil. Jangan bayangkan, Miss Bennet, bahwa ambisimu akan tercapai. Saya datang untuk mengukur kemampuanmu. Saya berharap kamu lebih bijaksana, tapi ternyata saya terlalu menaruh harapan kepadamu.
Lady Catherine berbicara hingga mereka tiba di depan pintu kereta. Kemudian, dia tiba-tiba berpaling dan menambahkan, Saya tidak akan berpamitan kepadamu, Miss Bennet. Saya juga tidak akan menitipkan salam untuk ibumu. Kal ian tidak layak menerima perhatian semacam itu. Saya bet ul-betul marah.
Tanpa menjawab, dan tanpa berusaha membujuk Lady Catherine untuk kembali memasuki rumah, Elizabeth berjalan menjauh. Didengarnya kereta berderak pergi ketika dia mencapai tangga. Dengan gelisah, ibunya menantinya di dep an pintu kamarnya, menanyakan alasan Lady Catherine tidak masuk kembali untuk beristirahat.
Dia tidak ingin masuk, kata putrinya, dia ingin pergi. Beliau wanita yang sangat menarik, dan beliau sangat baik hati karena bersedia berkunjung ke sini, karena alasan kedatangannya sepertinya hanya untuk mengabarkan kepada kita bahwa Mr. Collins dan istrinya baik-baik saja. Aku yakin dia sedang dalam perjalanan menuju suatu tempat dan kebetulan melewati Meryton, lalu tiba-tiba terpikir olehnya untuk mengunjungimu. Bukankah dia tidak menyampaikan kabar penting apa pun kepadamu, Lizzy"
Elizabeth terpaksa mengiyakan perkiraan ibunya karena sungguh mustahil baginya untuk menceritakan pembicaraannya dengan Lady Catherine.[]
541 K unjungan mendadak dari Lady Catherine mendatangkan kelesuan yang sulit diatasi oleh Elizabeth; hingga berjam-jam kemudian, hal itu masih meresahkannya. Lady Catherine rupanya telah bersusah payah melakukan perjalanan dari Rosings dengan tujuan utama memutuskan pertunangan antara Elizabeth dan Mr. Darcy. Itu tindakan yang masuk akal, sesungguhnya! Tetapi, Elizabeth mengalami kesulitan membayangkan dari siapakah kabar pertunangan itu didengar oleh Lady Catherine. Sampai kemudian, dia teringat bahwa Darcy bersahabat dengan Bingley, dan dirinya sendiri adalah adik Jane; banyak orang akan menyimpulkan bahwa sebuah pernikahan akan segera disusul pernikahan lainnya. Dia sendiri mas ih ingat akan perasaannya, bahwa pernikahan kakaknya tentu akan lebih sering mempertemukan dirinya dengan Darc y. Dan, para tetangganya di Lucas Lodge (Elizabeth menyimpulk an bahwa kabar itu mencapai Lady Catherine melalui komunikasi mereka dengan pasangan Collins), hanya menyuarakan kemungkinan itu, yang juga diharapkannya akan terjadi di masa mendatang.
Bab 57 E"e" Tetapi, ketika mengingat kembali ekspresi wajah Lady Catherine, mau tidak mau Elizabeth merasa gelisah memikirkan kemungkinan alasan campur tangan wanita itu dalam urusan ini. Dari apa yang dikatakannya, tentang tekadnya unt uk mencegah pernikahan mereka, baru terpikir oleh Elizabeth bahwa Lady Catherine tentunya juga harus berbicara dengan keponakannya; dan bagaimana Darcy akan menerima larangan untuk berhubungan dengannya karena aib yang melingkupinya, Elizabeth tidak berani membayangkannya. Dia tidak mengetahui sedalam apa kasih sayang Darcy kepada Lady Catherine, atau sejauh apa dia akan memercayai penilaian bibinya itu, tapi wajar saja jika dia beranggapan Darcy tentu jauh lebih menghormati Lady Catherine daripada dirinya. Dan, bisa dipastikan sang bibi akan berhasil menyud utkannya, jika dia memaparkan betapa ruginya menikah dengan seseorang yang berkedudukan jauh lebih rendah darinya. Dengan sifatnya yang selalu menjunjung tinggi harga diri, Darcy mungkin akan merasa bahwa pendapat sang bibi, yang menurut Elizabeth lemah dan kolot, masuk akal dan tidak terbantahkan.
Seandainya Darcy mengalami kebimbangan dalam menentukan langkah, yang sepertinya mungkin saja terjadi, nasihat dan pendapat seorang keluarga dekat tentu akan memantapkan hatinya dan mendorongnya untuk segera mengambil keputusan. Jika memang begitu adanya, maka dia tidak akan kembali lagi ke Longbourn. Lady Catherine mungkin akan menemuinya di London, dan Darcy harus melupakan janjinya kepada Bingley untuk kembali lagi ke Netherfield.
Aku akan mengetahui kebenarannya beberapa hari lagi, saat dia seharusnya memenuhi janjinya untuk datang ke Netherfield, pikir Elizabeth, dan aku akan memahami isi hatinya. Jika dia tidak datang, maka aku harus melupakan semua harapanku akan ketetapan hatinya. Jika dia memutuskan untuk mengabaikanku walaupun dia memiliki kesempatan untuk memilikiku, maka aku tidak akan lama-lama menyesalinya.
*** Seluruh keluarga Bennet sangat terkejut ketika mendengar siapa tamu yang baru saja mengunjungi mereka, tapi mereka bisa dengan mudah menerima alasan yang diyakini oleh Mrs. Bennet, dan Elizabeth pun terselamatkan dari kewajiban untuk memberikan penjelasan lebih lanjut.
Keesokan paginya, ketika Elizabeth sedang menuruni tangga, Mr. Bennet keluar dari perpustakaan sambil mengacungkan sepucuk surat.
Lizzy, katanya, aku sedang mencarimu; masuklah ke ruang kerjaku.
Elizabeth mengikuti ayahnya memasuki perpustakaan; dan dia menduga bahwa apa yang akan disampaikan oleh ayahnya tentu berhubungan dengan surat yang dipegangnya. Tiba-tiba terlintas di benaknya bahwa surat itu mungkin bera sal dari Lady Catherine. Dengan susah payah, Elizabeth
berusaha menyusun penjelasan yang masuk akal di dalam hatinya.
Dia mengikuti ayahnya ke depan perapian, dan mereka berdua pun duduk. Kemudian, Mr. Bennet mengatakan:
Pagi ini, aku menerima sepucuk surat yang isinya sangat mengagetkanku. Karena pembahasan utamanya adalah dirimu, kau harus mengetahuinya. Aku baru mendengar bahwa dua orang putriku sedang berada di ambang pernikahan. Izinkanlah aku menyelamatimu untuk keputusan yang sangat penting ini.
Wajah Elizabeth seketika merah padam ketika disadarinya bahwa surat itu bukan berasal dari sang bibi, melainkan dari sang keponakan; dia juga tidak bisa memutuskan apakah dirinya senang karena Darcy telah memberikan penjelasan kepada ayahnya, atau tersinggung karena dia tidak menunjukan surat itu kepada dirinya, ketika Mr. Bennet tiba-tiba me - lanjutkan:
Kau sepertinya memahamiku. Gadis muda memang sangat pintar dalam mencerna hal-hal semacam ini; tapi, sepertinya aku harus menyangkal dugaanmu dengan memberitahukan nama pengagummu kepadamu. Surat ini berasal dari Mr. Collins.
Dari Mr. Collins! Apakah yang dikatakannya" Sesuatu yang menjelaskan tujuannya, tentunya. Dia memulainya dengan mengucapkan selamat atas pernikahan putri sulungku yang akan segera terjadi; sepertinya dia mendengar kabar itu dari beberapa anggota keluarga Lucas yang baik hati
dan senang bergunjing. Aku tidak akan menguji kesabaranmu dengan berpanjang lebar membacakan seluruh suratnya. Isi suratnya yang menyangkut dirimu adalah sebagai berikut: Set elah memberikan ucapan selamat yang tulus atas nama Mrs. Collins dan saya sendiri untuk peristiwa membahagiakan ini, izinkanlah saya memberikan petunjuk singkat mengenai hal lain, yang semestinya juga akan memberikan kebahagiaan yang sama bagi Anda. Putri Anda, Elizabeth, sepertinya juga akan segera menanggalkan nama Bennet, menyusul kakak sulungnya, dan pasangan hidup yang terpilih untuknya bisa dikatakan sebagai seseorang yang paling termasyhur di negeri ini.
Bisakah kau menebak, Lizzy, siapakah yang dimaksud oleh Mr. Collins" Pemuda ini diberkati dengan keistimewaan, dengan segala sesuatu yang paling diidam-idamkan oleh setiap manusia kekayaan yang besar, hati yang mulia, dan wilayah kekuasaan yang luas. Tetapi, izinkanlah saya untuk memperingatkan sepupu saya Elizabeth dan Anda sendiri agar mewaspadai semua godaan tersebut. Wajar saja jika Elizabeth menerima lamaran beliau, tapi Anda harus mengetahui tentang dampak buruk yang mungkin akan mengikutinya.
Tahukah kamu, Lizzy, siapa yang dimaksud oleh Mr. Collins" Namun sekarang, dia akan menyebutkannya:
Landasan saya untuk memperingatkan Anda adalah seb agai berikut. Kami memiliki alasan untuk memercayai bahw a bibi beliau, Lady Catherine de Bourgh, memandang pert unangan tersebut sebagai sesuatu yang buruk.
Mr. Darcy, kau tahu, adalah pemuda yang dimaksud olehnya! Nah, Lizzy, sepertinya aku telah mengejutkanmu. Bagaimana mungkin Mr. Collins, atau keluarga Lucas, mencurigai seorang pria di antara lingkup pergaulan kita, yang nam anya sekalipun telah menegaskan kesalahan mereka" Mr. Darcy, yang tidak pernah memandang wanita mana pun kecuali untuk mencari-cari kekurangannya, dan yang barangkali tidak pernah sekali pun dalam kehidupannya menatapmu! Ini sungguh mengagumkan!
Elizabeth berusaha tertawa bersama ayahnya, tapi yang bisa dipaksakannya hanyalah sebuah senyuman. Tidak pernah sebelumnya gurauan Mr. Bennet mendapatkan sambutan sedingin itu dari putri keduanya.
Tidakkah kau memperhatikanku"
Oh, aku memperhatikan. Lanjutkanlah, Papa. Setelah menceritakan tentang kemungkinan pernikahan tersebut kepada Lady Catherine tadi malam, dengan sangat tegas beliau langsung menyampaikan pendapatnya; karena terdapat banyak keberatan dari keluarga mereka mengenai garis keturunan sepupu saya, beliau tidak akan pernah merestui pertunangan yang disebutnya sebagai sesuatu yang sangat hina itu. Saya merasa bahwa sudah menjadi kewajiban sayalah untuk secepatnya mengabarkan mengenai hal ini kepada sepupu saya, agar dia dan pengagumnya yang terhormat berhati-hati dalam menyusun rencana dan tidak terburu-buru memutuskan untuk menikah tanpa mendapatkan cukup doa dan restu.
Mr. Collins kemudian menambahkan, Saya sangat bersyuk ur karena urusan menyedihkan sepupu saya, Lydia, tel ah dis emb unyikan dengan baik, karena kekhawatiran saya hanyal ah bahwa masyarakat akan mengetahui bahwa mereka telah hidup bersama sebelum terikat pernikahan. Karena itu?" lah, saya tidak bisa begitu saja mengabaikan kewajiban saya, atau menahan diri untuk menyampaikan keheranan saya, bahw a Anda menerima pasangan muda itu di rumah Anda segera setelah mereka menikah. Itu sama saja dengan mend ukung kebejatan mereka; dan, seandainya Longbourn term asuk dalam wilayah jemaat saya, saya akan melarang tind aka n semacam itu. Sebagai umat Kristen, Anda tentu saja har us mem aafkan mereka, tapi jangan pernah menerima mer eka di hada p an Anda atau membiarkan nama mereka disebut di dekat Anda.
Seperti itulah rupanya pemahamannya mengenai ampunan umat Kristen! Sisa suratnya hanya memb ahas tentang Charlotte tersayangnya, dan harapannya untuk memperbaiki hubungan kekeluargaannya dengan kita. Tetapi, Lizzy, kelihatannya kau tidak menganggap semua ini lucu. Kuharap kau tidak akan sedih dan berpura-pura ters ingg ung gara-gara kabar burung semacam itu. Karena unt uk apakah kita hidup jika bukan untuk mengolok-olok dan men ertawak an tetangga kita"
Oh! seru Elizabeth, aku bingung sekali. Semua ini sungg uh aneh!
Ya itulah yang membuatnya lucu. Seandainya mereka mencurigai pria lain, kabar ini tidak akan berarti apa-apa; tetapi, Mr. Darcy yang begitu acuh tak acuh, dan kau yang jelasjelas membencinya, itulah yang membuatnya lucu! Meskipun aku tidak suka menulis, akan segera kubalas surat dari Mr. Collins ini. Ah, setiap kali membaca surat darinya, mau tidak mau aku mengakui bahwa aku lebih menyukainya daripada Wickham, meskipun aku sangat menghargai kebrengsekan dan kemunafikan menantuku itu. Ceritakanlah, Lizzy, apa pend ap at Lady Catherine tentang berita tersebut" Apakah dia datang untuk menyampaikan keberatannya"
Elizabeth hanya menjawab pertanyaan ayahnya dengan tawa; dan, karena pertanyaan itu disampaikan tanpa kecurigaan, dia tidak khawatir ayahnya akan mengulanginya. Elizabeth tidak pernah berusaha sekeras ini dalam menyembunyikan perasaannya. Dia harus tertawa sementara hatinya ingin menangis. Ayahnya telah melukai perasaannya dengan menertawakan sikap acuh tak acuh Mr. Darcy, dan tidak ada yang bisa dilakukannya kecuali memikirkan, atau mungkin mengkhawatirkan, kemungkinan bahwa dirinya telah jatuh cinta.[]
549 A lih-alih memberikan surat berisi alasan dari sahabatnya,
seperti yang setengah disangka oleh Elizabeth, Mr. Bingley membawa Darcy bersamanya ke Longbourn hanya selang beberapa hari setelah kunjungan Lady Catherine. Kedua pria itu datang pada pagi hari; dan, sebelum Mrs. Bennet sempat mengatakan kepada Darcy mengenai kedatangan bibinya, sesuatu yang dikhawatirkan oleh Elizabeth terjadi. Bingley, yang ingin menghabiskan waktu berdua dengan Jane, menyarankan kepada mereka semua untuk berjalan-jalan ke luar. Semuanya setuju. Mrs. Bennet tidak terbiasa berjalan-jalan; Mary tidak memiliki waktu; tapi, lima orang yang lain segera berangkat bersama-sama. Bingley dan Jane membiarkan yang lain mendahului mereka. Mereka berjalan dengan lambat di belakang, sementara Elizabeth, Kitty, dan Darcy berjalan bertiga. Tidak banyak yang mereka bicarakan; Kitty diam saja karena takut kepada Darcy; Elizabeth sedang membulatkan tekad di dalam hatinya, dan mungkin Darcy juga sedang melakukan hal yang sama.
Bab 58 E"e" Mereka berjalan ke rumah keluarga Lucas karena Kitty ingin menemui Maria; dan karena Elizabeth tidak melihat perlunya mereka semua bertamu di sana, setelah Kitty meninggalkan mereka, dia memberanikan diri untuk berjalan berdua bersama Darcy. Sekaranglah saat baginya untuk melaksanakan niatnya. Maka, ketika keberaniannya sedang memuncak, Elizabeth tidak membuang-buang waktu untuk mengatakan:
Mr. Darcy, aku memang manusia yang selalu ingin men ang sendiri; dan, demi melegakan perasaanku, aku tidak ped uli sebesar apa pun aku menyakiti perasaanmu. Aku tidak bisa lagi menahan diri untuk berterima kasih kepadamu atas kebaikan hatimu kepada adikku yang malang. Sejak mengetahui tentang pertolonganmu kepadanya, aku sangat ingin mengucapkan terima kasih kepadamu. Seandainya seluruh keluargaku mengetahui tentang hal ini, tentu mereka semua juga akan melakukan hal yang sama.
Aku benar-benar meminta maaf, jawab Darcy dengan nada terkejut dan kesal, karena kau mendengar kabar ini, yang jika disampaikan dengan cara yang salah, mungkin akan membuatmu cemas. Kupikir aku bisa memercayai Mrs. Gard iner.
Jangan salahkan bibiku. Kecerobohan Lydialah yang pada awalnya membuatku mengetahui tentang keterlibatanmu dalam masalah itu; dan tentu saja, aku tidak bisa tinggal diam sampai mengetahui semuanya. Izinkanlah aku berterima kasih kembali, atas nama seluruh keluargaku, karena kau telah bersusah payah dan mengalami banyak kerepotan demi men emuk an mereka.
Jika ingin berterima kasih kepadaku, jawab Darcy, biark anlah dirimu sendiri saja yang mengucapkannya. Aku tidak akan menyangkal bahwa aku melakukan semua itu dengan harapan untuk memberikan kebahagiaan kepadamu. Namun, keluargamu tidak berutang apa pun kepadaku. Meskipun aku menghormati mereka, yang kupikirkan hanyalah kau.
Rasa malu menghalangi Elizabeth untuk memberikan jawaban. Setelah beberapa saat berdiam diri, Darcy menambahkan, Kau terlalu baik hati untuk mempermainkanku. Jik a perasaanmu masih tetap sama seperti pada April silam, kat ak anlah kepadaku sekarang juga. Perasaan dan harapan-ku tidak berubah, tapi satu kata darimu akan membungkamku dari topik pembicaraan ini untuk selamanya.
Elizabeth, yang semakin canggung dan gelisah, memaksakan diri untuk berbicara; dan meskipun dengan terbata-bata, dia segera memberikan penjelasan tentang perubahan besar yang terjadi pada perasaannya sejak waktu yang telah disebutkan oleh Darcy, sesuatu yang disambutnya dengan penuh rasa syukur. Jawaban ini menghadirkan kebahagiaan yang sungguh besar, yang tidak pernah dirasakan oleh Darcy sebelumnya; dia pun menyambutnya sehangat seorang pria yang tengah dimabuk cinta. Seandainya Elizabeth sanggup menatap mata Darcy, dia tentu akan melihat sirat bahagia di sana, yang memb aur di seluruh wajah dan sosoknya. Tetapi, meskipun tidak sanggup melihat, Elizabeth dapat mendengar Darcy
mengungkapkan perasaannya, yang menjadi bukti tentang bet apa pentingnya Elizabeth bagi dirinya dan menjadikan cint an ya semakin berharga.
Pride And Prijudice Karya Jane Austen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Mereka berjalan tanpa tujuan. Ada begitu banyak yang harus dipikirkan, dirasakan, dan dikatakan, sehingga mereka tidak bisa mengalihkan perhatian ke hal lain. Elizabeth segera mengetahui bahwa mereka berutang budi kepada Lady Catherine, yang memang menemui Darcy di London untuk menceritakan tentang perjalanannya ke Longbourn, lengkap beserta tujuan dan isi pembicaraannya dengan Elizabeth. Lady Catherine dengan sengit melukiskan setiap ekspresi Elizabeth, yang dalam pemahamannya menyiratkan kelancangan dan kekeraskepalaan; karena itulah, sang bibi berupaya mendapatkan janji dari keponakannya untuk tidak melanjutkan hubungannya sesuatu yang tidak didapatkannya dari Elizabeth. Tetapi, sungguh sayang, yang terjadi justru sebaliknya.
Itu menghidupkan kembali harapanku, kata Darcy, yang telah lama berusaha kupadamkan. Aku cukup mengenal sifatmu sehingga aku yakin bahwa, seandainya kau sungguhsungguh membenciku, kau akan mengatakannya kepada Lady Catherine secara jujur dan terbuka.
Wajah Elizabeth merah padam ketika dia menjawab, Ya, kau cukup mengenal kejujuranku sehingga bisa yakin akan hal itu. Setelah menghinamu di depan matamu, aku tent u tidak akan segan-segan menjelek-jelekkanmu di hadapan kel uargamu.
Apakah yang kau katakan tentang aku yang tidak pantas kudapatkan" Karena, meskipun tuduhanmu sangat pahit dan terbentuk dari prasangka buruk, sikapku kepadamu ketika itu adalah bukti yang tidak terbantahkan. Itu tidak termaafkan. Aku malu jika memikirkannya.
Kita tidak perlu memperdebatkan siapa yang lebih bersalah malam itu, kata Elizabeth. Tidak ada yang bisa dibanggakan dari sikap kita waktu itu; tapi sejak saat itu, kuh arap kita telah mengalami banyak kemajuan dalam hal kes op ana n.
Aku tidak bisa semudah itu melupakannya. Apa yang kukatakan ketika itu, gerak-gerikku, sikapku, raut wajahku sep anjang malam itu, bahkan sekarang, setelah berbulanbulan berlalu, tetap terasa menyakitkan. Jawabanmu sangat mengh unjamku dan tidak akan pernah kulupakan: kalaupun kau bersikap layaknya seorang pria terhormat. Itu adalah kata-katam u. Mungkin tidak terpikirkan olehmu, tidak terb ayangk an, tapi kata-katamu itu berhasil menyiksaku meskipun harus kuakui bahwa setelah lama berselanglah aku bisa menggunakan akal sehatku untuk memahaminya.
Sangat jauh dari dugaanku bahwa kata-kataku akan meninggalkan kesan yang mendalam padamu. Aku bahkan tidak tahu kau akan memedulikannya.
Aku bisa dengan mudah memercayainya. Ketika itu, aku yakin kau menganggapku berhati batu. Aku tidak akan pern ah melupakan perubahan raut wajahmu ketika kau
mengat ak an bahwa bagaimanapun caraku mengungkapkan per asaa nk u, kau tidak akan menerimaku.
Oh! Jangan ingatkan aku pada ucapanku ketika itu. Itu tidak berarti apa-apa. Percayalah bahwa aku sudah lama menanggung malu karenanya.
Darcy menyebutkan suratnya. Apakah surat itu, katanya, berhasil mengubah penilaianmu mengenai diriku" Apakah setelah membacanya, kau memercayai isinya"
Elizabeth menceritakan dampak surat itu pada dirinya dan bagaimana prasangka buruknya terhadap Darcy bera ngsur-angsur lenyap.
Aku tahu, katanya, bahwa yang kutulis di suratku tent u menyakitimu, tapi aku harus mengungkapkannya. Kuharap kau telah memusnahkan surat itu. Ada satu bagian, terutama, pembukaannya, yang sebaiknya tidak kau baca lagi. Aku masih mengingat kata-kata yang kugunakan, dan aku mengerti kalau kau membenciku karenanya.
Aku pasti akan membakar surat darimu jika menurutmu itu penting untuk kulakukan; tapi, meskipun kita berdua mem iliki alasan untuk beranggapan bahwa pendapatku tidak sepenuhnya teguh, kuharap kau tidak menganggapku anginanginan.
Ketika menulis surat itu, jawab Darcy, aku yakin bahw a diriku sangat tenang dan menggunakan akal sehat; baru kem ud ianlah aku menyadari bahwa aku menulis dalam kea daa n getir.
Surat itu mungkin memang dimulai dengan getir, tapi akhirnya sangat berbeda. Alinea penutupanmu mengu ngkapk an segalanya. Sudahlah, jangan pikirkan lagi surat itu. Per asaan penulis dan penerimanya telah jauh berbeda saat ini, sehingga semua kegetiran yang tercakup di dalamnya leb ih baik dilupakan saja. Kau harus belajar menerapkan beb e r apa pemikiranku. Hanya ingatlah kenangan masa lalu yang memberimu kebahagiaan.
Aku tidak bisa mengikuti cara berpikir semacam itu. Renunganmu akan masa lalu tentunya hampa dari penyesalan, sehingga kesimpulan yang timbul darinya bukanlah pemikira n, melainkan lebih sebagai keluguan. Tetapi, bukan itu yang terjadi padaku. Kenangan yang menyakitkan akan selalu menggangguku tanpa bisa kutangkal. Aku selalu mement ingkan diriku sendiri seumur hidupku, meskipun hanya dalam pel aks anaa n, dan bukan secara prinsip. Semasa kanak-kanak, aku diajari untuk mengetahui tentang kebenaran, tapi tid ak untuk memperbaiki perangaiku. Aku memegang teguh prinsip-prinsip yang benar, tapi dalam melaksanakannya, aku terb utak an oleh keangkuhan. Sayangnya, sebagai satu-satunya anak laki-laki (yang selama bertahun-tahun menjadi anak tungg al), aku dimanjakan oleh orangtuaku, yang, mesk ipun berbudi pekerti baik (ayahku, terutama, yang ramah dan mur ah hati), tapi tetap mengizinkan, mendorong, dan bisa dikatakan mengajariku untuk mementingkan diri sendiri dan berkuasa; untuk mengabaikan semua orang kecuali yang berada di lingkup keluargaku; untuk meremehkan semua orang
di dunia ini; dan untuk menganggap bahwa pemikiran mereka tidak sehebat pemikiranku. Seperti itulah diriku, sejak berusia delapan hingga dua puluh delapan tah un; dan akan tetap seperti itulah diriku seandainya aku tidak berjumpa denganmu, Elizabeth tersayang! Betapa besar utangku kepadamu! Kau mengajariku sesuatu, yang sangat ber at pada awalnya, tapi paling bermakna. Di matamu, aku tidak berarti apa-apa. Aku mendatangimu tanpa sedikit pun ker aguan bahwa kau akan menerimaku. Namun, kaulah yang men unjukkan kepadaku betapa tidak berartinya diriku bagi seo rang wanita seberharga dirimu.
Apakah ketika itu kau yakin bahwa aku akan menerimamu"
Tentu saja. Apakah pendapatmu tentang kesombonganku" Ketika itu, aku yakin bahwa kau telah mengharapkan, bahkan menanti-nantikan lamaranku.
Sikapku ketika itu memang buruk, tapi percayalah, aku tidak secara sengaja melakukannya. Aku tidak pernah bermaksud mengelabuimu, tapi gejolak emosiku sering kali memb awak u ke jalan yang salah. Kau tentu membenciku set elah malam itu.
Membencimu! Aku mungkin marah pada awalnya, tapi kemarahanku segera mereda.
Aku nyaris takut menanyakan pendapatmu mengenai diriku ketika kita bertemu di Pemberley. Apakah kau menyalahkanku karena kedatanganku ke sana"
Tidak, sungguh; aku hanya terkejut.
Aku lebih terkejut lagi ketika menyadari bahwa kau telah melihatku. Akal sehatku mengatakan bahwa aku sangat pantas menerima perlakuan kasar darimu, dan harus kuakui, aku tidak menyangka kau akan memperlakukanku dengan sesopan itu.
Tujuanku ketika itu, jawab Darcy, adalah menunjukkan kepadamu, dengan mengerahkan segenap kesopananku, bahwa aku tidak sekasar dahulu; dan selain mengharapkan maafmu, aku juga berusaha memperbaiki citraku dengan memperlihatkan bahwa aku telah menuruti saranmu. Secepat apa harapan-harapan yang lain muncul, aku tidak tahu, tapi aku yakin itu terjadi sekitar setengah jam setelah aku bertemu denganmu.
Darcy kemudian mengatakan bahwa Georgiana menyukai Elizabeth, dan kecewa akibat kepergian mendadaknya. Pembicaraan pun segera beralih pada penyebab kepergian mendadak tersebut. Elizabeth baru mengetahui, bahwa keputusa n Darcy untuk mengikutinya sejak dari Derbyshire guna mencari Lydia telah diambil sebelum dia keluar dari penginapan, juga bahwa keseriusan Darcy ketika itu masih dipicu oleh alasan yang sama. Elizabeth kembali mengucapkan terima kasih, tapi topik itu terlalu menyakitkan bagi mereka untuk dibicarakan lebih lanjut lagi.
Setelah berjalan santai selama beberapa mil seraya membicarakan apa pun yang ingin mereka bicarakan, mereka baru menyadari, setelah melihat arloji mereka, bahwa waktu pulang telah tiba.
Akan seperti apakah jadinya Mr. Bingley dan Jane! adalah topik yang mengakhiri pembahasan tentang diri mereka. Darcy mensyukuri pertunangan sahabatnya; yang segera diceritakan sendiri oleh Bingley.
Aku harus menanyakan apakah kau terkejut" kata Elizabeth.
Sama sekali tidak. Ketika aku pergi, aku sudah merasa bahwa pertunangan itu akan segera terjadi.
Dengan kata lain, kau telah memberikan restumu. Itul ah dugaanku. Dan, meskipun Darcy menyangkalnya, Eliz ab eth tetap meyakini dugaannya tersebut.
Pada malam sebelum kepergianku ke London, kata Darcy, aku membuat pengakuan kepadanya, yang semestinya sudah kulakukan lama berselang. Aku menceritakan kepadanya tentang seluruh campur tanganku dalam hubungannya dengan kakakmu sebelum ini. Bingley sangat terkejut. Dia tidak pernah sedikit pun mencurigaiku. Aku juga mengatakan kepadanya bahwa aku sendiri telah salah menilai perasaan kakakmu; dan, ketika dengan jelas kulihat bahwa rasa sayang Bingley kepada kakakmu belum sirna, aku tidak lagi meragukan kebahagiaan mereka berdua.
Elizabeth tidak bisa menahan senyuman ketika mendengar Darcy bercerita tentang sahabatnya.
Apakah kau menyampaikan hasil pengamatanmu sendiri" tanya Elizabeth, ketika mengatakan bahwa kakakku mencintainya, atau hanya berdasarkan pemberitahuanku kepadamu musim semi silam"
Dari pengamatanku sendiri. Aku sedikit banyak memperhatikan sikap kakakmu selama dua kali kunjungan kami kemari baru-baru ini; dan aku pun yakin dia mencintai Bingl ey.
Dan keyakinanmulah yang kemudian meyakinkan Bingley.
Betul. Bingley adalah orang yang paling rendah hati. Rasa malu mencegahnya menentukan sendiri pendapatnya dal am kasus sepelik ini, tapi ketergantungannya kepada pen?" dap atk u menjadikan segalanya lebih mudah. Aku harus menga kui suatu hal kepadanya, yang sejenak, meskipun ini bisa dip ahami, memicu kemarahannya. Aku menjelaskan kepadanya bahwa kakakmu ada di kota selama tiga bulan pad a musim dingin lalu, bahwa aku mengetahuinya, dan secara sengaja menutup-nutupi hal itu darinya. Dia tentu saja marah. Tetapi, kemarahannya langsung lenyap begitu dia mendapatkan keyakinan atas cinta kakakmu kepadanya. Dia telah dengan tulus memaafkanku sekarang.
Elizabeth ingin mengatakan bahwa Mr. Bingley adalah seorang teman yang menyenangkan, yang sangat berharga karena kepatuhannya; syukurlah dia berhasil menahan diri. Dia teringat bahwa sekarang bukanlah saat yang tepat untuk menertawakan hal semacam ini. Darcy terus membicarakan tentang kebahagiaan Bingley, yang tentunya tidak berarti apa-apa jika dibandingkan dengan suasana hatinya sendiri, sampai mereka tiba di rumah. Kemudian, mereka berpisah di ruang depan.[]
560 L izzy sayang, ke manakah kau berjalan-jalan" adalah
pertanyaan yang diterima oleh Elizabeth dari Jane segera setelah dia memasuki ruangan, dan dari semua orang lainnya setelah mereka duduk di meja makan. Dia hanya menj awab bahwa mereka berjalan-jalan tanpa tujuan, sampaisampai tidak sadar lagi telah tiba di mana. Wajahnya merah padam, tapi baik hal itu maupun yang lainnya tidak membangkitkan kecurigaan siapa pun.
Malam berlalu dengan sunyi, tanpa ditandai oleh sesuatu pun yang luar biasa. Pasangan kekasih yang telah diakui oleh semua orang mengobrol dan tertawa-tawa, sementara pasangan yang masih bersembunyi-sembunyi diam saja. Darcy bukan jenis orang yang akan hanyut dalam kebahagiaan; dan Elizabeth, yang gugup dan bingung, lebih menyadari bahwa dirinya seharusnya merasa bahagia daripada merasakan dua hal itu. Penyebabnya, selain malu, ada hal lain yang masih merisaukannya. Dia tidak tahu bagaimana keluarganya akan bereaksi jika mendengar kabar ini; dia tahu betul bahwa, kecuali Jane, tidak ada seorang pun anggota keluarganya yang menyukai
Bab 59 E"e" Darcy; dia bahkan khawatir bahwa seluruh kekayaan dan kekuasaan Darcy pun tidak akan bisa menyingkirkan kebencian keluarganya kepada pria itu.
Malam itu, Elizabeth membuka hatinya kepada Jane. Meskipun meragukan penjelasan seseorang bukanlah kebiasaan Jane, dia mengalami kesulitan untuk memercayai cerita adiknya.
Kau pasti bercanda, Lizzy. Ini mustahil! Bertunangan dengan Mr. Darcy! Tidak, tidak, jangan bohongi aku. Aku tahu betul bahwa itu mustahil.
Ini memang sulit untuk dipercaya! Hanya dirimu se - oranglah yang kuharap akan mengerti, karena aku yakin bahw a tidak ada yang akan memercayaiku jika kau menyanggahn ya. Tapi, sungguh, aku berkata jujur. Aku sama sekali tidak sedang menipumu. Dia masih mencintaiku, dan kami sudah bertunangan.
Jane menatap Elizabeth dengan penuh keraguan. Oh, Lizzy! Itu tidak mungkin. Aku tahu betapa kau membencinya.
Kau tidak tahu apa-apa soal itu. Semua itu harus kaulupakan. Mungkin aku tidak selalu menyukainya seperti sek arang. Tapi, dalam kasus seperti ini, tidak ada gunanya mengi ngat-ingat hal yang telah berlalu. Inilah terakhir kalinya aku mengingat masa laluku yang menyangkut dirinya.
Jane masih terperangah. Sekali lagi, dan dengan lebih serius, Elizabeth meyakinkan kakaknya.
Astaga! Benarkah itu" Kalau begitu, aku harus memercayaimu, seru Jane. Lizzyku tersayang, aku akan aku menyelamatimu tapi, yakinkah dirimu" Maafkanlah pertanyaa nku ini apa kau cukup yakin bahwa dirimu bisa berbahagia bersamanya"
Tidak ada keraguan tentang hal itu di hatiku. Kami sudah membahasnya, dan kami yakin kami akan menjadi pasangan terbahagia di dunia. Tapi, apakah kau gembira, Jane" Maukah kau memiliki seorang adik ipar seperti dia"
Aku sangat gembira. Tidak akan ada yang lebih membahagiakanku dan Bingley. Kami bahkan pernah membicarakannya, dan kami mengira ini mustahil. Tapi, apakah kau benar-benar mencintainya" Oh, Lizzy! Jangan pernah menikah tanpa cinta. Apa kau yakin bahwa kau merasakan apa yang sudah semestinya kau rasakan"
Oh, ya! Kau akan tahu bahwa aku merasa lebih daripada yang semestinya kurasakan setelah aku menceritakan sem uanya kepadamu.
Apa maksudmu" Baiklah, aku harus mengakui bahwa cintaku kepadanya lebih besar daripada cintaku kepada Bingley. Aku takut kau akan marah.
Adikku tersayang, seriuslah. Aku ingin berbicara dengan sangat serius. Ceritakan kepadaku semua yang harus kuketahui, sekarang juga. Maukah kau mengatakan kepadaku sejak kapan kau mencintainya"
Perasaan itu datang secara berangsur-angsur sehingga aku tidak menyadari sejak kapan tepatnya. Tapi, aku yakin bahw a awalnya adalah ketika aku untuk pertama kalinya berjumpa dengannya di taman indahnya di Pemberley.
Jane mendapatkan penjelasan yang diinginkannya dan segera teryakinkan oleh cerita adiknya. Setelah mendengar semuanya, hanya ucapan selamatlah yang bisa diucapkan oleh Jane.
Sekarang, aku gembira, katanya, karena kau akan menjadi sebahagia aku. Aku selalu menghormati Darcy. Kalaupun dia tidak mencintaimu, aku tetap akan menghormati dia; tapi sekarang, sebagai sahabat Bingley dan suamimu, hanya akan ada Bingley dan dirimulah yang lebih kusayangi. Tapi, Lizzy, kau telah bertindak sangat licik dengan menyembunyikan semua ini dariku. Sedikit sekali ceritamu kepadaku tentang apa yang terjadi di Pemberley dan Lambton! Kau sendirilah yang harus menceritakan semuanya kepadaku, bukan orang lain.
Elizabeth menceritakan alasannya merahasiakan semua ini. Dia tetap enggan menyebut-nyebut Bingley, dan perasaannya sendiri yang masih terombang-ambing mendorongnya untuk menghindari penyebutan nama Darcy. Tetapi, dia tidak perlu lagi menutup-nutupi campur tangan Darcy dalam pernikahan Lydia. Semua telah terbongkar, dan mereka pun menghabiskan setengah malam itu untuk berbicara.
*** Astaga! seru Mrs. Bennet dari tempatnya berdiri di dekat jendela keesokan paginya, untuk apa lagi Mr. Darcy yang menjengkelkan itu datang kemari bersama Bingley kita tersayang! Tidak ada lagikah kegiatan yang bisa dilakukannya selain selalu datang kemari" Entah mengapa dia tidak pergi berb uru, atau apa pun, daripada mengganggu kita di sini. Apak ah yang bisa kita lakukan kepadanya" Lizzy, kau harus men em anin ya berjalan-jalan lagi agar dia tidak mengganggu Bingley.
Elizabeth nyaris tidak bisa menahan tawa saat mendengar perintah ibunya yang sesuai betul dengan keinginannya, meskipun dia juga sangat kesal karena ibunya selalu meributkan Darcy.
Segera setelah kedua pria itu masuk, Bingley melontarkan tatapan penuh arti ke arah Elizabeth dan menjabat tangannya dengan hangat jelas bahwa dia telah mendengar semuanya. Kemudian, dia berkata keras-keras, Mrs. Bennet, apakah Anda masih punya daerah di sekitar sini yang bisa menyesatkan Lizzy lagi hari ini"
Saya menyarankan kepada Mr. Darcy, dan Lizzy, dan Kitty, kata Mrs. Bennet, untuk berjalan-jalan ke Oakham Mount pagi ini. Perjalanan ke sana jauh tapi indah, dan Mr. Darcy belum pernah melihat pemandangannya.
Darcy dan Lizzy pasti akan menyukainya, jawab Mr. Bingley, tapi, saya yakin tempat itu terlalu jauh untuk Kitty. Bukan begitu, Kitty"
Kitty mengatakan bahwa dia lebih memilih untuk tetap tinggal di rumah. Darcy sangat penasaran untuk melihat pemandangan dari atas gunung yang dimaksud oleh Mrs. Bennet, dan Elizabeth mengangguk tanpa berkata-kata. Ketika dia ke atas untuk bersiap-siap, ibunya mengikutinya dan berkata:
Maafkan aku, Lizzy, karena kau terpaksa harus menghabiskan waktu hanya bersama pria menyebalkan itu. Tapi, kuharap kau tidak keberatan; semua ini demi Jane, kau tahu, karena dia tidak memiliki kesempatan untuk menghabiskan waktu berdua dengan Bingley kecuali saat ini. Jadi, janganlah marah kepadaku.
Selama berjalan-jalan, Elizabeth dan Darcy menarik kesimpulan bahwa mereka harus meminta persetujuan Mr. Bennet malam itu. Elizabeth memutuskan bahwa dia sendirilah yang akan menyampaikan kabar ini kepada ibunya. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana ibunya akan mencerna kabar ini; terkadang, dia bahkan mempertanyakan apakah kekayaan dan kekuasaan tunangannya akan sanggup membuat ibunya melupakan kebenciannya kepadanya.
Tetapi, perkara Mrs. Bennet akan dengan sengit menentang hubungan mereka atau dengan gegap gempita menyambutnya, reaksinya bisa dipastikan lebih buruk daripada pengertiannya. Elizabeth pun menantikan apa yang akan terlebih dahulu didengar oleh Mr. Darcy, pekikan gembira ibunya, atau rentetan keluhannya.
*** Malam itu, segera setelah Mr. Bennet mengasingkan diri di perpustakaan, Elizabeth melihat Mr. Darcy berdiri dan mengi kutinya; kegelisahannya pun seketika memuncak. Yang dikhawatirkan oleh Elizabeth bukanlah bahwa ayahnya akan menentang hubungan mereka, melainkan bahwa kabar itu akan membuatnya bersedih. Ketakutan dan penyesalan menderanya karena dirinyalah putri kesayangan ayahnya yang ternyata akan melukai hati ayahnya dengan pilihannya. Bayangan itu begitu menyiksa sehingga Elizabeth hanya mampu duduk dengan merana hingga Mr. Darcy muncul kembali. Ketika melihat senyuman Darcy, Elizabeth merasa agak lega. Beberapa menit kemudian, Darcy menghampiri meja tempatnya duduk bersama Kitty dan, berpura-pura mengagumi kary an ya, berbisik, Temuilah ayahmu, beliau menantimu di perp ustakaan. Elizabeth langsung berdiri.
Mr. Bennet sedang berjalan mondar-mandir di ruangannya, tampak serius dan gelisah. Lizzy, katanya, apakah yang sedang kau lakukan" Apakah kau sudah kehilangan akal seh atmu dengan menerima pria ini" Bukankah kau selalu memb encinya"
Betapa Elizabeth berharap dirinya lebih jujur dalam men yampaikan pendapat dan menampilkan ekspresinya! Dengan begitu, dia tidak akan perlu memberikan penjelasan dan penegasan yang sekarang membuatnya canggung; tetapi, itu harus dilakukan, sehingga dia pun meyakinkan ayahnya,
dengan sedikit kebingungan, mengenai rasa sayangnya kepada Mr. Darcy.
Atau, dengan kata lain, kau bertekad untuk memilikinya. Dia jelas kaya, dan kau akan mendapatkan banyak gaun dan kereta yang lebih indah daripada yang akan dimiliki oleh Jane. Tapi, apakah itu akan membuatmu bahagia"
Apakah Papa punya keberatan lain, kata Elizabeth, selain keyakinan Papa bahwa aku tidak mencintainya"
Sama sekali tidak. Kita semua tahu dia adalah pria yang angkuh dan menjengkelkan; tapi, itu semua tidak ada artinya jika kau benar-benar menyukainya.
Aku sungguh-sungguh menyukainya, jawab Elizabeth dengan berlinangan air mata. Aku mencintainya. Sebenarnya, dia tidak angkuh. Dia sangat baik hati. Karena Papa tidak tahu seperti apa sesungguhnya dia, janganlah sakiti aku dengan mengata-ngatainya seperti itu.
Lizzy, kata ayahnya, aku sudah memberikan persetujuanku kepadanya. Dia memang pria baik, dan aku tidak akan bisa menolak apa pun permintaan yang diajukannya. Sekarang, aku menyerahkan semuanya kepadamu, jika kau memang sudah bertekad untuk menghabiskan hidupmu bersaman ya. Tapi, izinkanlah aku menasihatimu untuk memikirkan semua ini baik-baik. Aku mengenal sifatmu, Lizzy. Aku tahu bahwa kau tidak akan bahagia kecuali jika kau bisa mengh argai suamimu, jika kau bisa menganggapnya jauh lebih baik daripada dirimu. Keceriaanmu akan meletakkanmu di tempat yang berbahaya dalam sebuah hubungan pernikahan
yang timpang. Kau tidak akan bisa melarikan diri dari keadaan terhina dan merana. Anakku, jangan sampai aku menderita karena menyaksikan dirimu kesulitan menghormati pasangan hidupmu. Kau tentu mengenal dirimu sendiri.
Elizabeth menjawab dengan jujur dan serius; dan akhirnya, setelah berkali-kali menegaskan bahwa Mr. Darcy adal ah pilihan yang tepat baginya, menjelaskan mengenai perubahan perasaannya yang terjadi secara berangsur-angsur, mengungkapkan keyakinannya bahwa cinta Mr. Darcy kep adan ya pun tidak muncul dalam sehari tetapi sudah bertahan menghadapi berbulan-bulan cobaan, dan memaparkan dengan penuh semangat tentang berbagai kebaikan pria itu, dia berhasil meyakinkan ayahnya untuk memberikan restu kepada mereka.
Baiklah, sayangku, kata Mr. Bennet setelah mendengark an penjelasan Elizabeth. Tidak ada lagi yang bisa kuk atak an. Jika memang begitu adanya, maka dia layak mend apatk anmu. Aku tidak akan sanggup melepaskanmu, Lizzyku, jika bukan kepadanya.
Untuk melengkapi penjelasannya, Lizzy menceritakan kepada ayahnya tentang pertolongan yang dengan tulus ikhlas dilakukan oleh Mr. Darcy kepada Lydia. Mr. Bennet terpana mendengarnya.
Malam ini betul-betul penuh keajaiban! Jadi, Darcylah yang melakukan segalanya; menyuruh mereka menikah, men yediakan uang, membayar utang-utang Wickham, dan mencarikannya pekerjaan! Bagus sekali. Itu akan menyelamatkanku dari belitan masalah dan utang. Seandainya pamanmu
yang melakukan semuanya, aku tentu akan dan harus membayarnya; tapi pemuda yang sedang dimabuk cintalah yang menanggung semuanya. Aku akan menawarkan pembayaran kepadanya besok, lalu dia tentu akan meracau tentang cintanya kepadamu, dan masalah ini pun berakhir.
Mr. Bennet pun teringat pada peristiwa memalukan beberapa hari sebelumnya, ketika dia membaca surat Mr. Collins; kemudian, setelah tertawa terbahak-bahak selama beberapa saat, akhirnya dia mengatakan, saat Elizabeth keluar, Jika ada pemuda yang datang untuk melamar Mary atau Kitty, suruh mereka masuk, karena aku sedang senang.
Pikiran Elizabeth telah terbebas dari beban yang begitu berat; maka, setelah merenung dalam keheningan di kamarnya selama setengah jam, dia mampu bergabung kembali dengan yang lainnya dengan santai. Semuanya masih perlu diendapkan sebelum dia bisa bersikap biasa kembali, tapi malam itu berlalu dengan tenang; tidak ada lagi masalah yang perlu dik haw at irk an, dan ketenangan batin akan berangsur-angsur mengh amp irinya kembali.
Ketika ibunya memasuki kamar malam itu, Elizabeth mengikutinya dan menyampaikan kabar penting itu. Dam?" paknya luar biasa; ketika pertama kali mendengarnya, Mrs. Bennet duduk terpaku tanpa mampu mengucapkan sepat ah kata pun. Baru setelah bermenit-menit berlalu, dia bisa men?" cerna kabar yang didengarnya, meskipun dia tidak lamb at dalam menyadari keuntungan yang akan didapatkan oleh kel uarg an ya, yang hadir dalam sosok seorang kekasih. Akhirnya, Mrs. Bennet berhasil menenangkan diri, bergerak di kurs in ya, berdiri, lalu duduk kembali, merenungi keadaan, dan mens yuk uri keberuntungannya.
Puji Tuhan! Tuhan memberkatiku! Bayangkanlah! Ast aga! Mr. Darcy! Siapa yang menyangka! Dan, benarkah ini" Oh, Lizzyku yang manis, betapa kaya dan hebatnya kau nanti! Sungguh banyak uang, perhiasan, dan kereta yang akan kau miliki! Kekayaan Jane tidak akan berarti sama sekali tidak berarti! Aku sangat gembira bahagia sekali. Pria semenarik itu! Setampan itu! Sejangkung itu! Oh, Lizzyku say ang! Maafkanlah aku karena pernah begitu membencinya. Kuharap dia akan melupakannya. Lizzy sayangku. Sebuah rumah di kota! Semuanya indah! Tiga anak perempuanku menikah! Sepuluh ribu setahun! Oh, Tuhan! Akan jadi apakah aku. Aku bisa gila.
Ini adalah bukti yang cukup bagi persetujuan ibunya; dan Elizabeth, bersyukur karena hanya dirinya sendirilah yang mendengar ledakan kegembiraan ibunya, segera keluar. Tet api, sebelum tiga menit dia berada di kamarnya sendiri, ibun ya telah menyusulnya.
Anakku tersayang, isak Mrs. Bennet, aku tidak bisa memikirkan hal lain! Sepuluh ribu setahun, bisa jadi lebih dari itu! Luar biasa sekali! Dan kedudukan yang tinggi. Kalian harus menikah dengan pesta besar-besaran. Tapi, anakku say ang, katakanlah kepadaku apa hidangan kegemaran Mr. Darcy, karena aku akan menyajikannya besok.
Ini adalah pertanda buruk bagi seperti apa ibunya akan bersikap kepada Mr. Darcy, dan Elizabeth mendapati bahwa meskipun dirinya telah meyakini cinta pria itu kepadanya dan mendapatkan doa restu dari keluarganya, ternyata masih ada yang perlu dikhawatirkan. Tetapi, ternyata keesokan harinya berlangsung jauh lebih baik daripada yang disangka oleh Elizabeth, karena Mrs. Bennet hanya mampu berdiri terpana menatap sang calon menantu tanpa sanggup berbicara, kecuali untuk menawarkan sesuatu atau mendukung pendapatnya.
Elizabeth puas ketika melihat ayahnya bersusah payah mendekatkan diri dengan Darcy, dan Mr. Bennet segera mey akinkannya bahwa bersama setiap jam yang berlalu, dia sem akin menghormati calon menantunya.
Aku sangat mengagumi ketiga menantuku, kata Mr. Bennet. Wickham, mungkin, adalah favoritku; tapi sepertinya aku akan menyukai suami-mu sebaik suami Jane. []
572 S etelah keceriaannya kembali, Elizabeth meminta kepada
Mr. Darcy untuk menceritakan awal mula dia merasa jatuh cinta kepadanya. Bagaimanakah awalnya" katanya. Aku masih ingat kapan kau mulai bersikap manis kepadaku, tapi apakah pemicunya"
Aku tidak ingat kapan tepatnya, atau di mana, atau kej adiannya, atau kata-kata yang menjadi pemicunya. Itu sud ah lama berlalu. Tiba-tiba saja aku tersadar bahwa aku menc intaimu.
Sejak awal kau sudah mencela kecantikanku, sedangkan perangaiku sikapku kepadamu bisa dibilang selalu kasar, dan aku tidak pernah berbicara kepadamu tanpa terbebas dari niat untuk menyakitimu. Sekarang, jujurlah kepadaku; apakah kau terpesona kepadaku karena aku lancang"
Karena keceriaan pikiranmu, sesungguhnya. Kau boleh menyebutnya kelancangan. Itu sama saja. Faktanya adalah, kau sudah lelah menerima kesopanan, kehormatan, dan perhatian yang berlebihan. Kau sudah muak dengan para wanita yang berbicara, memandang, dan berusaha
Bab 60 E"e" keras untuk mencari persetujuan darimu. Lalu aku datang, dan kau langsung tertarik karena aku sangat berbeda dari mereka. Seandainya hatimu memang jahat, kau pasti akan membenciku karenanya; tapi, meskipun tindakanku menyakitimu, kau tetap bisa memperlakukanku dengan bijak dan adil, dan di dalam hatimu, kau sepenuhnya kesal kepada orang-orang yang terlalu giat menarik perhatianmu. Nah aku sudah menyelamatkanmu dari kesulitan mengungkapkan perasaanmu; dan, sungguh, setelah mempertimbangkan segalanya, aku mul ai berpikir bahwa itu sangat masuk akal. Sejujurnya, kau tidak mengetahui apa pun tentang aku tapi tidak seorang pun memikirkan itu ketika mereka sedang jatuh cinta.
Tidak adakah kebaikan dari kasih sayangmu kepada Jane ketika dia sedang sakit di Netherfield"
Jane tersayang! Siapa yang tega bersikap kasar kepadanya" Tapi, terserah padamu jika kau ingin memuji-mujiku. Seluruh kebaikanku ada dalam genggamanmu, dan kau boleh membesar-besarkannya sesukamu; dan, sebagai balasan, aku boleh mengolok-olok dan mendebatmu sesering yang aku mau; dan aku akan langsung memulainya dengan menanyakan kepadamu mengapa kau sepertinya enggan mendekatiku beberapa waktu yang lalu. Apakah yang menyebabkanmu begitu malu kepadaku ketika kau pertama kali datang, lalu kemudian makan di sini" Mengapa, terutama, ketika kau datang, kau bersikap seolah-olah tidak peduli kepadaku"
Karena kau tampak serius dan diam saja, dan tidak memb eriku dorongan.
Tapi, aku malu. Aku pun begitu.
Padahal, kau dulu selalu menyapaku setiap kali kita makan malam bersama.
Karena ketika itu perasaanku kepadamu belum sedalam sekarang.
Sungguh malang karena kau selalu bisa memberikan jawaban yang beralasan, dan aku selalu bisa menerimanya! Tapi, aku bertanya-tanya sampai kapan kau akan tetap bersikap begitu jika tidak ada yang mendorongmu. Entah kapan kau akan menyatakan perasaanmu seandainya aku tidak bertanya kepadamu! Keputusanku untuk mengucapkan terima kasih kepadamu atas kebaikanmu kepada Lydia ternyata berdampak besar. Terlalu besar, sepertinya, bila mengingat apa jadinya norm a-norma yang kita anut; karena jika aku memegang janjiku, maka aku tidak akan pernah mengangkat topik tersebut. Semua ini tidak akan terjadi.
Jangan menyusahkan dirimu sendiri. Norma-norma itu akan baik-baik saja. Tindakan membabi buta Lady Catherine untuk memisahkan kitalah yang kemudian mengusir seluruh keraguanku. Untuk kebahagiaanku ini, aku tidak berutang pada hasrat menggebumu untuk mengucapkan terima kasih. Aku bahkan tidak berminat untuk menunggumu membicarakan itu. Pendapat bibikulah yang memberikan harapan kepadaku dan langsung membuatku bertekad untuk mengetahui segalanya.
Lady Catherine membabi buta, karena beliau memang suka bersikap begitu, dan itulah yang bisa membuatnya bahagia. Tapi, katakanlah kepadaku, apakah sebenarnya alasanmu datang ke Netherfield" Apakah hanya sekadar untuk berkuda ke Longbourn dan tertunduk malu" Atau, kau punya tujuan yang lebih serius"
Alasanku yang sesungguhnya adalah untuk menemuimu, dan jika bisa, untuk mempertimbangkan apakah aku dapat berharap untuk membuatmu mencintaiku. Alasan yang kuungkapkan, setidaknya kepada diriku sendiri, adalah untuk melihat apakah kakakmu masih menyukai Bingley, dan jika memang begitu adanya, aku akan mengakui kesalahanku kepada Bingley.
Apakah kau berani mengabarkan kepada Lady Catherine mengenai kesalahan penilaiannya"
Aku lebih membutuhkan waktu daripada keberanian untuk melakukan itu, Elizabeth. Tapi, itu harus segera dilakukan, dan jika kau memberiku selembar kertas sekarang, aku akan langsung melakukannya.
Dan jika aku sendiri tidak harus menulis surat, aku mungkin akan duduk di sampingmu dan mengagumi kerapian tulisanmu, seperti yang pernah dilakukan oleh seorang gadis lain. Tapi, aku juga punya bibi yang tidak boleh diabaikan lebih lama lagi.
Karena merasa enggan untuk mengakui bahwa keakrabannya dengan Mr. Darcy telah dielu-elukan, Elizabeth tidak membalas surat panjang Mrs. Gardiner. Namun sekarang,
karena harus mengabarkan sesuatu yang menurutnya akan disambut gembira oleh bibinya, dia nyaris malu menyadari bahwa paman dan bibinya telah kehilangan tiga hari kebahagiaan. Dia pun segera menulis:
Aku seharusnya telah berterima kasih kepadamu sejak lama, bibiku sayang, untuk penjelasanmu yang panjang, bijaksana, memuaskan dan mendetail; tetapi, sejujurnya, aku terlalu malu untuk membalas surat Bibi. Bibi telah menduga lebih banyak hal daripada yang berani kuakui. Namun, sekar ang mendugalah semau Bibi; bermimpilah sejauh mungk in, dan manjakanlah khayalan Bibi dengan setiap hal yang terp ikir oleh Bibi, dan kecuali jika Bibi percaya bahwa aku benarbenar akan menikah, maka Bibi tidak akan membuat kesalahan besar. Bibi harus menulis surat lagi untukku dan memberikan pujian yang lebih besar kepada Mr. Darcy. Aku berterima kasih banyak kepada Bibi karena kita tidak jadi pergi ke danau. Betapa bodohnya aku karena mendambakannya! Gagasan Bibi tentang kuda poni sungguh mengasyikkan. Kita akan berjalan-jalan berkeliling taman setiap hari. Aku adalah makhluk terba hagia di dunia. Mungkin orang lain juga pernah men gatakan hal yang sama, tapi tidak setulus diriku. Aku bahk an lebih bahagia daripada Jane; dia hanya tersen yum, sed angkan aku tertawa. Mr. Darcy menitipk an
salam hormat untuk Bibi. Bibi dan Paman harus datang ke Pemberley untuk merayakan Natal. Salam sayang.
Surat Mr. Darcy kepada Lady Catherine ditulis dengan gaya berbeda; dan yang lebih berbeda lagi adalah surat balasan yang ditulis oleh Mr. Bennet kepada Mr. Collins:
DENGAN HORMAT, Saya harus merepotkan Anda sekali lagi untuk meminta ucapan selamat. Elizabeth akan segera menjadi istri Mr. Darcy. Sampaikanlah kabar ini kepada Lady Catherine dengan cara sebaik mungkin. Tetapi, seandainya saya menjadi Anda, saya akan membela keponakannya. Beliau lebih dermawan.
Salam hormat. Ucapan selamat Miss Bingley kepada Jane, yang akan segera menikah, disampaikan dengan penuh kasih sayang meskipun tidak sepenuhnya tulus. Dia menulis surat kepada Jane untuk mengungkapkan kegembiraannya dan mengembalik an keakraban mereka. Jane tidak teperdaya, tapi cukup tersentuh; dan, meskipun dia sudah tidak memercayai Miss Bingley lagi, dia tetap tidak bisa menahan diri untuk menulis surat balasan yang lebih hangat daripada seharusnya.
Dalam menanggapi kabar yang sama, kegembiraan yang diungkapkan oleh Miss Darcy sama tulusnya dengan kak aknya, sang pengirim kabar. Empat lembar kertas tidak cukup
untuk memaparkan kebahagiaan dan harapannya untuk mendapatkan seorang kakak perempuan yang menyay angin ya.
Sebelum balasan surat dari Mr. Collins atau ucapan selamat dari istrinya tiba, keluarga Longbourn telah mendengar kabar bahwa pasangan Collins akan datang ke Lucas Lodge. Alasan kedatangan mendadak ini segera mereka ketahui. Lady Catherine ternyata marah besar ketika membaca surat dari keponakannya, sehingga Charlotte, yang dengan tulus mendukung pertunangan sahabatnya, bersikeras untuk menjauh dari wanita itu hingga badai yang ditimbulkannya mereda. Pada saat seperti itu, Elizabeth tentu menyambut dengan gembira kedatangan sahabatnya, meskipun setiap kali mereka bertemu, mau tidak mau dia harus melihat pameran kesopanan berlebihan dari suami Charlotte kepada Mr. Darcy. Meskipun begitu, Mr. Darcy menanggapinya dengan tenang. Dia bahkan mendengarkan perkataan Sir William Lucas, yang memujinya karena berhasil menggondol permata paling cemerlang di desa mereka dan dengan khidmat menyampaikan harapannya agar mereka semua bisa sering bertemu di St James s. Kalaupun dia akhirnya mengangkat bahu, itu dilakukannya setelah Sir William menjauh darinya.
Sifat blak-blakan Mrs. Philips mungkin lebih menguji kesabaran Mr. Darcy. Meskipun Mrs. Philips sama seperti kakaknya yang terlalu mengagumi Darcy untuk bisa berbicara secara bebas kepadanya seperti kepada Bingley ucapa nnya tetap saja memanaskan telinga setiap kali dia berbicara. Dan, meskipun membuatnya lebih pendiam, rasa hormat
Mrs. Philips kepada Darcy tidak membuat sikapnya lebih anggun. Elizabeth sebisa mungkin menjauhkan Darcy dari ibu dan bibinya, dengan sebanyak mungkin mengajaknya mengh abiskan waktu berdua atau bersama anggota keluarga lain yang tidak membuatnya gelisah. Tetapi, meskipun perasaa n canggung yang dipicu oleh semua itu cukup untuk mengurangi kegembiraan mereka, ternyata harapan mereka untuk masa depan justru bertambah. Elizabeth pun dengan gembira menantikan kepindahan mereka dari tempat yang menyesakkan ini ke seluruh kenyamanan dan keanggunan keluarga mereka sendiri di Pemberley.[]
580 H ari ketika Mrs. Bennet melepas kepergian kedua putri
tertuanya adalah hari yang paling membahagiakan. Mudah diduga bahwa Mrs. Bennet akan mengunjungi Mrs. Bingley dan membicarakan Mrs. Darcy dengan kebanggaan membuncah. Kuharap aku bisa mengatakan, demi keluarganya, bahwa setelah cita-citanya terwujud, akan muncul dampak membahagiakan yang membuat Mrs. Bennet menjadi wanita sabar, menyenangkan, dan berwawasan sepanjang sisa hid upnya. Meskipun mungkin suaminya yang kesulitan mendapatkan kegembiraan dari cara-cara umum beruntung karena Mrs. Bennet sesekali masih mudah gugup dan bertingkah konyol.
Mr. Bennet sangat merindukan putri keduanya; kasih sayangnya kepada Elizabeth mendorongnya untuk keluar rumah lebih sering daripada siapa pun. Dia menikmati kunjungan ke Pemberley, terutama pada saat kedatangannya tidak diharapkan.
Mr. Bingley dan Jane hanya setahun tinggal di Netherfield. Tinggal berdekatan dengan Mrs. Bennet dan para
Bab 61 E"e" kerabat di Meryton cukup melelahkan, bahkan bagi Bingley yang santai atau Jane yang penyayang. Harapan kedua saudari Bingley pun terkabul; dia membeli sebuah rumah di dekat Derbyshire, dan kebahagiaan Jane dan Elizabeth pun semakin bertambah karena tempat tinggal mereka hanya berjarak sekitar tiga puluh mil.
Kitty mendapatkan sangat banyak keuntungan dengan menghabiskan sebagian besar waktunya bersama kedua kakak tertuanya. Di lingkup pergaulan yang lebih tinggi daripada yang dikenalnya, kepribadiannya berkembang pesat. Perangainya tidak segenit Lydia. Setelah terlepas dari pengaruh adiknya itu, ditunjang oleh perhatian dan pengarahan yang baik dari kakak-kakaknya, dia menjadi lebih ramah, berwawasan, dan berselera. Tentu saja dia sangat dihindarkan dari lingkup perg aulan Lydia yang buruk, dan meskipun Mrs. Wickham telah berkali-kali mengundangnya untuk singgah dan tinggal bersamanya, dengan janji-janji pesta dansa dan pemuda tampan, ayahnya tidak pernah mengizinkannya pergi.
Mary adalah satu-satunya putri keluarga Bennet yang tetap tinggal di Longbourn; dia tidak dapat memperdalam bakatnya gara-gara harus selalu menemani Mrs. Bennet. Mary perlu lebih banyak melihat dunia, tapi dia masih bisa belajar seusai acara jalan-jalan pagi mereka. Dan, karena dia tidak lagi marah jika mendengar kecantikannya dibandingkan dengan para saudarinya, ayahnya menganggap bahwa Mary sesungguhnya menyambut perubahan dengan tangan terbuka.
Hanya Wickham dan Lydia yang tidak mengalami perubahan berarti akibat pernikahan kedua kakak mereka. Wickham yakin Elizabeth tentunya telah mengetahui apa pun kebohongan dan siasat yang sebelumnya disembunyikannya; tapi, dia tetap belum kehilangan harapan bahwa Darcy akan memberinya kekayaan. Elizabeth menerima surat dari Lydia, yang berisi ucapan selamat atas pernikahannya. Dalam surat itu, terdapat topik mengenai harapan tersebut, yang disampaikan oleh Lydia, jika bukan oleh Wickham sendiri. Isi surat itu adalah sebagai berikut:
LIZZYKU SAYANG, Aku berdoa untuk kebahagiaanmu. Jika kau mencintai Mr. Darcy sebanyak aku mencintai Wickhamku sayang, kau tentu sangat bahagia. Sungguh menyenangkan mengetahui bahwa kau telah menjadi kaya raya, dan jika kau tidak punya kegiatan lain, kuharap kau akan memikirkan kami. Aku yakin Wickham tidak akan keberatan jika mendapatkan pekerjaan di istana, dan kurasa kami akan mendapat penghasilan yang cukup untuk hidup tanpa sokongan. Di mana pun tidak masalah, dengan penghasilan sekitar tiga atau empat ratus setahun; tetapi, omong-omong, jangan katakan apa pun tentang ini kepada Mr. Darcy, jika kau memang tidak berkehendak membantu kami.
Salam sayang. Karena tidak menghendakinya, Elizabeth berupaya memb alas surat Lydia dengan mematikan semua pengharapan semacam itu. Namun, dia merasa lega karena dia bisa ses ekali mengirimkan uang hasil penghematannya kepada mereka. Dia sudah lama mengetahui bahwa penghasilan sekecil itu tentunya tidak mencukupi bagi dua orang dengan gaya hidup mewah dan keinginan muluk-muluk; dan, kapan pun mereka terbelit kesulitan, entah Jane maupun dirinya akan siap sedia memberikan sedikit pertolongan bagi keadaan keuangan mereka. Gaya hidup mereka, bahkan ketika mereka harus pindah dari rumah mereka, tetap tinggi. Mereka selalu berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya dengan cara murahan dan selalu menghabiskan lebih banyak uang daripada yang seharusnya. Cinta Wickham kepada Lydia segera lenyap; cinta Lydia kepadanya bertahan lebih lama. Dan, meskipun masih muda dan ceria, reputasi Lydia hancur berantakan akibat pernikahannya.
Meskipun Darcy tidak pernah mau menerima Wickham di Pemberley, demi Elizabeth, dia bersedia mencarikan pekerjaan baru untuknya. Lydia sesekali mengunjungi mereka ketika suaminya sedang pergi untuk bersenang-senang di London atau Bath. Lydia dan Wickham juga sering mengunjungi kel uarga Bingley dan tinggal cukup lama di sana, sehingga Bingley yang baik hati sekalipun merasa kesal dan mengambil langkah dengan menyuruh mereka pergi.
Miss Bingley sangat berduka akibat pernikahan Darcy; tetapi, karena masih menginginkan hak untuk berkunjung ke
Pemberley, dia melupakan semua kemarahannya. Dia lebih menyayangi Georgiana, menghormati Darcy, dan memberikan perhatian kepada Elizabeth dengan penuh kesopanan.
Pemberley telah menjadi rumah Georgiana; dan hubungan persaudaraannya dengan Elizabeth merupakan perwujudan dari harapan Darcy. Mereka bisa saling menyayangi dengan tulus. Georgiana sangat menyukai Elizabeth, meskipun pada awalnya dia hanya mampu mendengarkan dengan heran setiap kali Elizabeth berbicara dengan penuh keceriaan dan kelincahan kepada kakaknya. Darcy, yang wibawanya sering kali membutakan Georgiana dari kasih sayangnya sebagai kakak, sekarang bisa bersikap lebih santai di hadapan adiknya. Georgiana pun mendapatkan pengalaman yang sebelumnya tidak pernah diketahuinya.
Berkat bimbingan Elizabeth, Georgiana mulai mengerti bahwa seorang wanita memiliki kebebasan dalam bersikap di hadapan suaminya; kebebasan yang tidak akan diberikan oleh seorang kakak pria kepada adik perempuan yang jarak usianya lebih dari sepuluh tahun.
Lady Catherine merasa sangat terhina atas pernikahan keponakannya. Karena dia membiarkan semua watak aslinya munc ul ketika membalas surat yang mengabarkan peristiwa memb ahagiakan itu, bahasa yang digunakannya sangat kasar, terutama yang ditujukan kepada Elizabeth, sehingga untuk beberapa waktu, hubungan mereka terputus. Tetapi, akhirnya, berkat bujukan Elizabeth, Darcy bersedia melupakan kemarahannya dan mengusahakan perdamaian. Setelah bertahan
selama beberapa waktu, kebencian sang bibi pun berangsurangsur sirna, entah karena kasih sayangnya kepada Darcy atau rasa penasarannya untuk melihat kelangsungan hidup istri Darcy. Dia pun mulai menunjukkan kejayaannya kepada mereka di Pemberley, meskipun hutan di sana telah tercemar, bukan saja oleh kehadiran sang nyonya rumah, melainkan juga oleh kunjungan paman dan bibinya dari kota.
Dengan keluarga Gardiner, Elizabeth dan Darcy selalu berhubungan dekat. Darcy, sama seperti Elizabeth, sangat menyayangi mereka. Baik Elizabeth dan Darcy tidak pernah luput memberikan sambutan terhangat kepada dua orang yang, dengan membawa Elizabeth ke Derbyshire, telah menyatuk an mereka.[]
Mengharukan .... Tak lekang oleh zaman. New York Post
1 3 x2 0 ,5 cm ; 5 1 2 h .; b o o kp a p e r
Mencari Jejak Pembunuh 1 Pedang Dewa Naga Sastra Bun Liong Sian Kiam Karya Rajakelana Dua Menara 8
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama