Ceritasilat Novel Online

Wallbanger 2

Wallbanger Karya Alice Clayton Bagian 2


adalah menekan kukuku ke lengannya, yang membuatnya menjerit. Bagus. Kami
mencapai enklave kecil yang terletak jauh dari rumah dan pesta"cukup jauh hingga
tidak ada yang akan mendengar dia menjerit ketika aku mencabut testis dari tubuhnya.
Aku membebaskan lengannya dan menghadap kearahnya, menunjuk jariku di wajahnya
yang terkejut. "Kau punya cukup keberanian memberitahu semua orang tentang aku,
bajingan! Apa-apaan ini" Pink nightie Girl" Apa kau bercanda?" Bisikku-teriakku. "Hei,
aku bisa menanyakan pertanyaan yang sama padamu! Kenapa semua cewek di sana
memanggilku Wallbanger, huh" Siapa yang mempergunjingkan orang sekarang?" Ia
berbisik-balas berteriak. "Apa kau bercanda" Cockblocker" Hanya karena aku menolak
menghabiskan malam mendengarkan kau dan haremmu bukan berarti aku adalah
seorang cockblocker!" Desisku. "Well, karena kenyataannya bahwa benturan pintumu
memblokir kejantananku, itu benar-benar membuatmu menjadi seorang cockblocker.
Cockblocker!" Balas mendesis. Seluruh percakapan ini mulai terdengar seperti apa yang
mungkin terjadi di kelas IV" kecuali tentang nighties dan kejantanan. "Sekarang, kau
yang harus dengar, mister," kataku, mencoba berbicara dengan nada yang lebih
dewasa. "Aku tidak akan menghabiskan setiap malam mendengarkanmu mencoba
menghempaskan kepala pasanganmu menembus dindingku hanya dengan kekuatan
kejantananmu saja! Tidak mungkin, sobat." Aku menuding kearahnya. Dia
menyambarnya. "Apa yang kulakukan di dindingku sendiri adalah urusanku. Mari kita
luruskan ini sekarang. Dan kenapa sih kau begitu perhatian tentang aku dan
kejantananku?" Tanyanya, menyeringai lagi. Itu adalah seringai, seringai terkutuk, yang
membuatku jadi marah besar. Itu dan fakta bahwa dia masih memegang jariku. "Ini
menjadi urusanku saat kau dan kereta seksmu mengetuk dinding kamarku setiap
malam!" "Kau sungguh terpikat pada urusan ini, bukan" Berharap kau berada di sisi lain
dari dinding itu" Apakah kau ingin naik kereta seks, nightie Girl?" Dia terkekeh sambil
menggoyang-goyangkan jarinya di depan wajahku. "Oke, cukup," Aku menggeram.
Secara refleks aku meraih jarinya, yang langsung mengunci kami bersama. Kami pasti
terlihat seperti dua penebang kayu mencoba untuk menebang pohon. Kami bergulat
maju mundur"luar biasa konyol. Kami berdua terengah-engah, masing-masing
berusaha untuk bisa lebih unggul, masing-masing menolak untuk mengalah. "Kenapa
kau sedemikian bajingan, gigolo?" Tanyaku, wajahku beberapa inci dari wajahnya.
1Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
"Kenapa kau sedemikian centil, cockblocker?" Tanyanya, dan ketika aku membuka
mulut untuk mengatakan kepadanya apa yang kupikirkan, keparat itu menciumku.
Menciumku. Menempatkan bibirnya di bibirku dan menciumku. Di bawah bulan dan
bintang-bintang, dengan suara ombak dan jangkrik mengerik. Mataku masih terbuka,
dengan marah menatap kearahnya. Matanya begitu biru, itu seperti melihat dua
1Wallbanger - Alice Clayton
samudera yang sedang mengamuk. Dia mundur, jemari kami masih mencengkeram
satu sama lain seperti tang. Aku melepaskan tangannya dan menampar wajahnya. Dia
nampak sangat terkejut, bahkan lebih terkejut lagi saat aku meraih sweter dan
menariknya mendekat. Aku menciumnya, kali ini menutup mata dan membiarkan
tanganku terisi dengan wol dan hidungku dipenuhi oleh aroma hangat seorang pria.
Sialan, baunya enak. Tangannya merayap berkeliling ke punggung bawahku, dan
segera setelah ia menyentuhku, aku menyadari di mana aku berada dan apa yang
kulakukan. "Sialan," kataku, dan menarik diri. Kami berdiri saling memandang, dan aku
mengusap bibirku. Aku mulai berjalan pergi dan kemudian berbalik dengan cepat. "Ini
tidak pernah terjadi, mengerti?" Aku menunjuk kearah padanya lagi. "Terserah apa
katamu." Dia menyeringai, dan aku merasa emosiku berkobar lagi. "Dan jangan
menyebut dengan nightie Pink, oke?" Bisikku-teriakku dan berbalik berjalan kembali
menyusuri jalan setapak. "Sampai aku bisa melihat gaun malammu yang lain, aku akan
tetap memanggilmu seperti itu," ia membalas, dan aku hampir tersandung. Aku
merapikan gaunku dan kembali ke pesta. Tidak bisa dipercaya. *** "Jadi aku
mengatakan kepada para cowok, tidak mungkin aku mengatur 'ruang bermain' kalian.
Kalian dapat mengatur cambuk berkuda kalian sendiri." Mimi menjerit, dan kami semua
tertawa. Dia bisa bercerita dengan sangat menarik. Dia memiliki bakat untuk
mempersatukan kelompok bersama-sama, terutama ketika orangorang baru mulai
mengenal satu sama lain. Ketika pesta mulai mereda, teman perempuanku dan teman
Simon berkumpul di sekitar api unggun di salah satu teras. Digali dengan dalam dan
dilapisi dengan batu ubin, terdapat bangku di sekitarnya. Sementara api berderak
dengan riang, kami tertawa, minum dan bercerita. Dan maksudku yang bercerita adalah
Mimi, Sophia, Neil, dan Ryan sementara Simon dan aku saling melotot diseberang api
unggun. Dengan api yang memercik, jika aku memicingkan mataku sedikit maka aku
bisa membayangkan dia terpanggang di api neraka. "Jadi, apakah kita akan
mengundang gajah ke dalam ruangan ini?" Tanya Ryan, menarik lututnya keatas dan
menaruh bir pada bangku disebelahnya. "Gajah yang mana?" Tanyaku dengan manis,
menyesap anggurku. "Oh, ayolah"kenyataannya bahwa orang yang menggedor
kepala ranjangmu adalah cowok keren di seberangmu!" Mimi menjerit, hampir
mengguyurkan minumannya ke wajah Neil. Neil tertawa bersama Mimi, tapi dia
menyingkirkan gelas itu dari tangannya sebelum Mimi sempat menimbulkan kekacauan
yang sesungguhnya. "Tak ada apapun yang bisa dikatakan," kata Simon. "Aku punya
tetangga baru. Namanya Caroline. Itu saja." Dia mengangguk, menatapku dari seberang
api unggun. Aku mengangkat alis dan meneguk anggurku. "Ya, senang mengetahui
kalau Pink Nightie Girl punya nama. Cara ia menggambarkanmu...wow! Aku tak yakin
kau benar-benar nyata, tapi ternyata kau sama seksinya seperti apa yang
dikatakannya!" Teriak Neil kepadaku penuh kekaguman, mencoba sejenak untuk
menlakukan tos dengan Simon di atas api sebelum dia menyadari betapa panasnya itu.
Mataku tertuju kearah Simon. Dia meringis mendengar deskripsi itu. Menarik... "Jadi,
kalian para pria adalah orang-orang mengangguk-anggukkan kepala pada kami malam
ini" Mendengarkan Guns N' Roses?" Tanya Sophia sambil menyenggol Ryan. "Kalian
para cewek akan bernyanyi bersama, kurasa, ya?" Dia balas menyikut dengan
tersenyum. "Dunia memang kecil, benar kan?" Mimi mendesah, menatap Neil. Neil
mengedipkan mata kearahya, dan aku dengan cepat menyadari kemana arahnya. Mimi
mendapatkan cowok raksasanya, Sophia mendapatkan cowok yang sangat tampan,
dan aku punya anggur. Yang lenyap dalam hitungan detik. "Permisi," gumamku dan
berdiri untuk mencari seorang pelayan. Aku berjalan melalui kerumunan yang mulai
menyusut, mengangguk pada beberapa wajah yang kukenal. Aku menerima segelas
anggur dan berjalan kembali keluar. Aku berjalan kembali ke api unggun ketika aku
1Wallbanger - Alice Clayton
mendengar Mimi berkata, "Dan kalian seharusnya mendengar apa yang Caroline
katakan ketika dia menceritakan kepada kami saat dia menggedor pintunya malam itu."
Sophia dan Mimi bersama-sama membungkuk dan berkata dengan terengah-engah,
"Dia...masih...ereksi!" Mereka semua larut dalam tawa. Aku harus ingat untuk
membunuh gadis-gadis itu besok, secara menyakitkan. Aku mengerang karena
dipermalukan di depan umum dan berbalik bergegas kabur menuju kebun ketika aku
melihat Simon dikegelapan. Aku mencoba untuk mundur sebelum dia melihatku, tapi dia
melambai. "Ayo kemarilah, aku tidak menggigit," ejeknya. "Ya, tentu, kurasa," jawabku,
berjalan ke arahnya. Kami berdiri membisu di malam hari. Aku memandang keluar
kearah teluk, menikmati keheningan. Lalu ia akhirnya bicara. "Jadi aku sedang berpikir,
karena kita tetangga dan sebagainya?" ia mulai. Aku berbalik untuk memandangnya.
Dia memberiku senyum kecil seksinya, dan kutahu itulah yang ia gunakan untuk
menundukkan wanita (celana dalam melorot). Ha"seandainya dia tahu kalau aku tidak
memakai celana dalam apapun. "Kau berpikir tentang apa" Bahwa aku ingin bergabung
denganmu suatu malam" Ingit tahu apa sebenarnya yang diributkan" Bergabung
dengan cewek-cewek yang lain" sayang, aku tidak tertarik untuk menjadi salah satu dari
cewekmu," jawabku, melotot padanya. Dia diam saja. "Well?" Tanyaku,
mengetuk-ngetukkan kakiku dengan marah. Jengkel pada orang ini... "Sebenarnya, aku
akan mengatakan, karena kita tetangga dan sebagainya, mungkin kita bisa berdamai?"
Katanya pelan, menatapku dengan cara yang sangat menjengkelkan. "Oh," kataku.
Hanya itu yang bisa kukatakan. "Atau mungkin tidak," tuntasnya dan mulai berjalan
pergi. "Tunggu, tunggu, tunggu, Simon," aku mengerang menyambar pergelangan
tangannya saat dia menerobos melewatiku.
1Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
Dia berdiri di sana, melotot. "Ya. Baiklah. Kita bisa menyebutnya gencatan senjata. Tapi
harus ada suatu aturan dasar," jawabku, berbalik untuk menghadapnya. Dia melipat
tangan di dadanya. "Aku harus memperingatkanmu sekarang, aku tidak senang wanita
memberitahuku apa yang harus kulakukan," jawabnya dengan muram. "Tidak seperti
yang sudah kudengar," kataku pelan, tapi dia masih bisa mendengarnya. "Itu berbeda,"
katanya, keangkuhannya mulai keluar lagi. "Oke, ada satu hal. kau nikmati dirimu
sendiri, lakukan urusanmu, menggantung diri di kipas langit-langit, aku tak peduli. Tapi
saat larut malam" Bisakah kau membuat pelan suaranya" Tolong" Aku butuh tidur." Dia
berpikir sejenak. "Ya, aku bisa melihat di mana masalahnya. Tapi kau tahu, kau
sesungguhnya tidak tahu apa-apa tentangku, dan kau pasti tidak tahu apa-apa tentang
aku dan 'harem'-ku, menurut istilahmu. Aku tak perlu untuk menjustifikasi hidupku, atau
para wanita yang ada di dalamnya, kepadamu. Jadi jangan lagi ada penghakiman yang
kasar, setuju?" Aku mempertimbangkannya. "Setuju. Omong-omong, aku menghargai
ketenangan minggu ini. Sesuatu terjadi?" "Terjadi" Apa maksudmu?" Tanyanya saat
kami berjalan kembali ke kumpulan teman-teman kami. "Kupikir mungkin kau cedera
dalam tugas, misalnya kejantananmu patah atau semacamnya," aku bercanda, bangga
menggunakan komentar lucuku lagi. "Luar biasa. Itu semua yang kau pikir tentangku,
bukan?" tukasnya, wajahnya terlihat marah lagi. "Orang brengsek" Ya, sebenarnya,"
Bentakku. "Sekarang dengar?" ia mulai, dan Neil muncul entah dari mana. "Bagus
melihat kalian berdua sudah berciuman dan berbaikan," tegurnya, berpura-pura untuk
menahan Simon. "Diamlah, *anchorman," gumam Simon ketika sisa dari para pasangan
baru muncul kembali. "Tenanglah soal sebutan anchorman itu, huh?" Kata Neil, dan
Sophia berbalik menghadapnya. "Anchorman! Tunggu sebentar, kau pria pembawa
acara olahraga lokal di NBC, kan" Apa aku benar?" Tanyanya. Aku melihat mata Neil
berseri. Sophia mungkin gadis penggemar musik klasik, tapi dia juga penggemar berat
1Wallbanger - Alice Clayton
klub 49ers. Aku cukup yakin 49ers adalah tim football. "Ya, itu aku. kau banyak
menonton olahraga?" Tanya Neil, mencondongkan tubuhnya ke arah Sophia, membawa
Mimi bersama. Cara Mimi menempel lengannya, itu tidak dapat dihindari. Mimi sedikit
tersandung, dan Ryan menyambar untuk menyeimbangkannya. Mereka saling
tersenyum ketika Sophia dan Neil melanjutkan percakapan football mereka. Aku
berdeham, mengingatkan mereka bahwa aku, pada kenyataannya, masih ada di sini.
"Caroline, kita berangkat!" Sophia terkikik, sekarang bersandar pada lengan Ryan. Aku
melotot kearah Simon sekali lagi dan berjalan ke arah teman perempuanku. "Itu bagus.
Aku sudah cukup bersenang-senang malam ini. Aku akan memanggil mobilnya, dan kita
bisa keluar dalam beberapa menit," jawabku sambil merogoh tas untuk mengambil
ponselku. "Sebenarnya, Neil mengatakan pada kami tentang bar kecil yang asyik, dan
kami akan pergi kesana. Apakah kalian berdua mau ikut?" Sela Mimi, menghentikan
tanganku. Dia meremasnya, dan aku melihat dia menggeleng hampir tak kentara.
"Tidak?" Tanyaku, mengangkat kedua alis. "Bagus! si Wallbanger ini akan memastikan
bahwa kau aman sampai di rumah," kata Neil, menepuk dengan kasar di punggung
Simon. "Ya, tentu," kata Simon dengan gigi terkatup. Sebelum aku bahkan bisa
berkedip, mereka berempat sudah berjalan menuju hillevator, mengatakan selamat
tinggal secara urakan kepada Benjamin dan Jillian, mereka hanya tertawa dan
melakukan tos. Wallbanger dan aku saling menatap, dan aku tiba-tiba merasa lelah.
"Gencatan Senjata?" Kataku lelah. "Gencatan Senjata," katanya sambil mengangguk.
Kami pergi meninggalkan pesta bersama. Kami melaju kembali melintasi jembatan,
dengan kabut larut malam dan keheningan menyelimuti kami. Dia membukakan pintu
untukku ketika aku mendekati Rover, mungkin suatu didikan dari ibunya. Tangannya
sudah bertumpu pada punggung bawahku ketika aku naik, dan kemudian menghilang
dan berputar ke sisi mobil yang lain sebelum aku bahkan punya kesempatan untuk
membuat komentar sinis. Mungkin itu yang terbaik, kami telah melakukan gencatan
senjata. Gencatan senjata kedua dalam rentang waktu beberapa menit saja. Ini akan
berakhir buruk, kutahu. Namun, aku akan mencoba. Aku bisa bersikap ramah, bukan"
Ramah. Ha. Ciuman itu termasuk bersikap ramah. Aku berusaha sekeras mungkin untuk
tidak memikirkan tentang itu, tapi pikiran itu terus saja menggelegak. Aku menekan
jemari ke bibirku tanpa menyadarinya, mengingat bagaimana rasa bibirnya di atas
tanganku. Ciumannya hampir seperti sebuah tantangan, menunjukkan padaku bahwa
aku salah"sebuah janji apa yang akan terjadi jika aku mengijinkannya. Ciumanku"
Naluri jujurku terus terang mengejutkanku. Kenapa aku menciumnya" Aku tak tahu, tapi
aku melakukannya. Itu pasti terlihat konyol. Aku menamparnya, lalu menciumnya seperti
suatu adegan dari film lama Cary Grant. Aku melemparkan seluruh tubuhku pada
ciumanku, membiarkan lengkuk lembut tubuhku pada tubuh kuatnya. Bibirku telah
mencari bibirnya, dan ciumannya telah meningkat menjadi sama berhasratnya seperti
ciumanku. Tidak ada musik dongeng, tapi ada sesuatu di sana. Dan itu dengan cepat
mengeras menyentuh pahaku... Keributannya mengotak-atik gelombang radio
membawaku kembali ke masa sekarang. Dia terlihat cukup fokus pada musiknya ketika
kami melaju melintasi jembatan, yang membuatku cukup gugup. "Dapatkah aku
membantumu dengan itu?" Tanyaku dengan gugup memandang air di bawah. "Tidak,
terima kasih, aku bisa sendiri," katanya sambil melirik kearahku. Dia pasti telah melihat
caraku mengintip kesisi jembatan, dan ia tertawa. "Baiklah, silahkan. Maksudku, kau
tahu arti kalimat dari 'Welcome to the Jungle'," jadi kau mungkin bisa memilih sesuatu
yang lebih baik," dia menantang. Matanya kembali menatap kearah jalan, tapi bahkan
dari samping, aku bisa melihat senyumnya tanda dia menyetujuinya. Dan aku benci
mengakuinya, membuat rahangnya terlihat seperti telah dipahat dari bagian terpanas
dari sebuah granit yang pernah ditemukan. "Aku yakin aku bisa menemukan sesuatu,"
1Wallbanger - Alice Clayton
Ujarku, sambil meraih tangannya dan mencondongkan tubuh ke arahnya. Tangannya
menyerempet terhadap sisi payudaraku, dan kami berdua tersentak.
1Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
"Apakah kau mencoba merabaku?" Bentakku, sambil memilih lagu. "Apakah kau
menempatkan payudaramu di jalur tanganku?" Ia balas mengecamku. "Kurasa
tanganmu baru saja pindah di depan lintasan payudaraku, tapi jangan dipikirkan. Kau
bukan yang pertama sejak makhluk surgawi ini dibawa ke orbit mereka." Aku mendesah
secara dramatis, menatapnya menyamping untuk melihat apakah dia bisa tahu kalau
aku sedang bercanda. Sudut mulutnya naik membentuk seringai, dan aku juga
membiarkan diriku tersenyum kecil. "Ya, surgawi. Itu kata yang akan kugunakan"bukan
dari bumi ini. Seperti, melayang di langit. Seperti, courtesy of Victoria Secret." Dia
menyeringai, dan aku pura-pura terkejut. "Oh, kau tahu Rahasia" Dan di sini kupikir
kami para gadis konyol yang membuat kalian semua tertipu." Aku tertawa dan duduk
kembali ke kursiku. Kami akan menyeberangi jembatan dan sekarang kembali ke kota.
"Dibutuhkan banyak usaha untuk menipuku, terutama ketika berurusan dengan lawan
jenis," jawabnya, tepat ketika musik menyala. Dia mengangguk oleh pilihanku. "Too
Short" Pilihan yang menarik. Tidak banyak wanita yang akan memilih lagu ini," ujarnya.
"Apa yang bisa kukatakan" Aku merasa sangat Bay Area malam ini. Dan aku harus
memberitahumu sekarang, aku bukan seperti wanita kebanyakan," aku menambahkan,
merasakan senyuman lain yang muncul di wajahku. "Aku mulai belajar untuk
mengetahui itu," katanya. Kami terdiam selama beberapa menit, lalu tiba-tiba kami mulai
bicara bersamaan. "Jadi apa pendapatmu tentang?" aku memulai. "Dapatkah kau
percaya bahwa mereka semua?" katanya. "Lanjutkan." Aku tertawa. "Tidak, apa yang
mau kau katakan?" "Aku akan mengatakan, jadi apa pendapatmu tentang teman-teman
kita malam ini?" "Sebenarnya aku juga akan mengatakan itu. Aku tidak percaya
mereka hanya bangkit dan meninggalkan kita!" Dia tertawa, dan aku tidak bisa menahan
diri untuk tidak tertawa bersamanya. Dia memiliki tawa yang menyenangkan. "Aku tahu,
tapi teman perempuanku tahu apa yang mereka inginkan. Aku tidak bisa
menggambarkan dua orang yang lebih baik bagi mereka. Mereka persis seperti apa
yang mereka cari," Aku mengaku, sambil bersandar di jendela sehingga aku bisa
memperhatikannya saat kami melaju di jalan berbukit. "Ya, Neil punya kelemahan pada
gadis Asia"dan aku bersumpah itu terdengar kurang bijak di kepalaku. Dan Ryan
menyukai gadis berambut merah dan berkaki panjang." Dia tertawa lagi, melirik untuk
melihat apakah aku baik-baik saja dengan komentarnya tentang gadis berambut merah
dan berkaki panjang. Ya Aku baik-baik saja. Dia juga baik-baik saja. "Yah, kuyakin aku
akan mendengar tentang semua ini besok"kesan apa yang mereka buat pada teman
perempuanku. Aku akan mendapatkan laporan lengkap, kau jangan khawatir." Aku
mendesah. Teleponku akan terus berdering. Keheningan menyelinap kembali, dan aku
berpikir apa yang harus kukatakan selanjutnya. "Jadi bagaimana kau kenal Benjamin
dan Jillian?" Tanyanya, menyelamatkanku dari kesunyian. "Aku bekerja untuk Jillian di
perusahaannya. Aku seorang desainer interior." "Tunggu, kau Caroline yang itu?"
Tanyanya. "Aku tidak tahu apa artinya," jawabku, bertanya-tanya kenapa dia sekarang
menatapku. "Sialan, dunia benar-benar kecil," serunya, menggelengkan kepalanya dari
sisi ke sisi seakan berusaha untuk menjernihkannya. Dia diam saat aku duduk
teracuhkan. "Hei, mau jelaskan sedikit" Apa maksudmu, Caroline yang itu?" Aku
akhirnya menanyakannya, sambil menepuk bahunya. "Ini hanya karena...well...hah.
Jillian pernah menyebut tentangmu sebelumnya. Biarkan cukup sampai di situ," katanya.
"Tentu saja tidak, kita tidak akan berhenti sampai di situ! Apa yang Jillian katakan?" Aku
menekan, menepuk lagi di bahunya. "Maukah kau menghentikannya" Kau benar-benar
1Wallbanger - Alice Clayton
kasar, kau tahu itu?" Katanya. Ada terlalu banyak hal yang bisa kuucapkan tentang
komentar itu, tapi aku lebih memilih untuk diam. "Apa yang Jillian katakan tentang aku?"
Tanyaku pelan, sekarang aku khawatir bahwa mungkin dia mengatakan sesuatu tentang
hasil pekerjaanku. Saat ini aku sedang mudah tersinggung, dan sekarang syarafku
mulai berdenging. Dia menatapku. "Tidak, tidak, bukan seperti itu," katanya cepat.
"Tidak ada yang buruk. Hanya saja, baiklah, Jillian memujamu. Dan dia juga


Wallbanger Karya Alice Clayton di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memujaku"tentu saja, kan?" Aku memutar mataku, tapi pura-pura setuju dengannya.
"Dan juga, Jillian mungkin...menyebutmu beberapa kali...bahwa dia pikir aku harus
bertemu denganmu," ujarnya, hanya untuk mengedipkan mata kearahku ketika mataku
bertemu matanya. "Oh. Ohhhh," Aku menarik napas saat aku menyadari apa
maksudnya. Aku tersipu. Jillian, dengan segala omong kosong tentang perjodohan.
"Apakah dia tahu tentang haremmu?" Tanyaku. "Maukah kau berhenti membicarakan
tentang itu" Jangan menyebut mereka harem. Kau membuatnya terdengar begitu kasar.
Bagaimana jika kukatakan padamu bahwa tiga wanita itu sangat penting bagiku" Bahwa
aku sangat peduli tentang mereka. Bahwa hubunganku dengan mereka sangat sesuai
bagi kami, dan orang lain tak perlu memahaminya"mengerti?" Katanya, menepikan
Rover dan berhenti dengan marah di pinggir jalan di luar gedung kami. Aku diam
menunduk menatap tanganku dan mengamatinya menyapukan jarinya ke rambutnya
yang sudah berantakan. "Hei, kau tahu" Kau benar. Siapa aku ini sampai mengatakan
apa yang benar atau salah untuk orang lain. Jika berhasil untukmu, itu bagus.
Mainkanlah. Semoga sukses. Aku hanya terkejut Jillian ingin menjodohkanmu dengan
aku. Dia tahu aku seorang gadis yang agak tradisional, itu saja," aku menjelaskan. Dia
menyeringai dan berbalik menatapku dengan kekuatan mata birunya. "Kebetulan,
Jillian tidak tahu segalanya tentang aku. Aku menjaga kehidupan pribadiku sangat
rapat"terkecuali untuk tetanggaku dengan dinding tipis dan lingerie yang dahsyat,"
katanya dengan suara rendah yang bisa melelehkan, apapun. Otakku langsung terisi
dengan pikiran itu, mengingatnya tiba-tiba aku merasa itu mengucur keluar dari telinga
dan turub sampai ke kerahku. "Kecuali dia," gumamku, benar-benar kelabakan. Dia
tertawa gelap dan membuka pintu. Matanya terus menatapku saat ia berjalan mengitari
mobil dan membuka pintu. Aku turun, meraih tangannya yang terjulur kearahku, dan
hampir 1Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
tidak menyadari bahwa ia menelusuri lingkaran kecil di bagian dalam tangan kiriku
dengan ibu jari kanannya. Hampir tidak menyadarinya, apaan. Itu membuat kulitku
merinding dan Lower Caroline langsung terbangun. Syaraf" Menembak seperti
kembang api di segala penjuru. Kami berjalan di dalam gedung, dan sekali lagi ia
membukakan pintu untukku. Dia benar-benar mempesona, aku harus memujinya. "Jadi
bagaimana kau kenal Benjamin dan Jillian?" Tanyaku, berjalan menaiki tangga di
depannya. Aku tahu pasti dia sedang memperhatikan kakiku, dan kenapa tidak" Aku
punya kaki jenjang, dan semakin terespos indah dengan gaunku yang sedikit menjuntai.
"Benjamin sudah menjadi sahabat keluargaku selama bertahuntahun. Aku sudah kenal
dia hampir seumur hidupku. Dia juga mengelola investasiku," jawab Simon saat kami
mengitari lantai pertama dan masuk lantai dua. Aku menoleh dan mengkonfirmasi
bahwa dia memang mengamati kakiku. Ha! Kena kau. "Oooh, investasimu. Punya sisa
beberapa obligasi tabungan dari hadiah ulang tahun di sana, orang kaya?" Godaku. Dia
terkekeh. "Ya, semacam itulah." Kami terus menaiki tangga. "Ini aneh, kan?" Tanyaku.
"Aneh?" Tanyanya, suaranya tergelincir di atasku seperti madu yang hangat. "Well,
maksudku, Benjamin dan Jillian keduanya mengenal kita, kita bertemu di sebuah pesta
seperti ini, dan kau menjadi orang yang telah memberiku hiburan malam sepanjang
1Wallbanger - Alice Clayton
minggu ini. Dunia sungguh kecil, kurasa?" Kami mengitari tangga teratas, dan aku
mengambil kunci. "San Francisco adalah kota besar, tapi bisa terasa seperti kota kecil
dalam beberapa hal," dia menawarkan. "Tapi ya, itu aneh. Menarik bahkan. Siapa yang
tahu bahwa Jillian sang desainer ingin mempertemukanku dengan Pink Nightie Girl"
Seandainya aku tahu, aku mungkin akan menerima tawarannya," jawabnya, seringai
terkutuknya kembali muncul di wajah tampannya. Sialan, kenapa dia tidak terus
bersikap brengsek" "Ya, tapi Pink Nightie Girl akan mengatakan tidak. Lagipula,
dinding tipis dan semua..." Aku mengedipkan mata, mengepalkan tanganku dan
memukul dinding sebelah pintu. Aku bisa mendengar Clive mengoceh di belakang pintu,
dan aku harus masuk ke dalam sebelum ia mulai meraung. "Ah, ya, dinding tipis.
Hmmm...Yah, selamat malam, Caroline. Gencatan Senjata masih berlaku, kan?"
Tanyanya, menoleh ke arah pintunya sendiri. "Gencatan Senjata masih berlaku, kecuali
kau melakukan sesuatu untuk membuatku marah lagi." Aku tertawa, bersandar di
ambang pintu. "Oh, kau bisa mengandalkanku. Dan Caroline" Omong-omong tentang
dinding tipis?" Katanya, sambil membuka pintu dan kembali menatapku. Dia bersandar
di ambang pintu sendiri, memukulkan tinjunya ke dinding. "Ya?" Tanyaku, agak terlalu
menerawang. Seringai itu muncul lagi dan dia berkata, "Mimpi indah." Dia memukul
dinding sekali lagi, mengedipkan mata, dan masuk ke dalam. Huh. Mimpi indah dan
dinding tipis. Mimpi indah dan dinding tipis... Ya Tuhan. Dia mendengarku. ***
*Cockblocker: penghalang *Anchorman: pembawa acara berita Bab 7 Colek. "Grrr."
Colek. Remas, remas. Colek. "Cukup." Remas, remas, remas. Pantat Clive di kepalaku
"Aku sadar kau tidak tahu bagaimana membaca sebuah kalender, tapi kau harus tahu
saat itu hari Minggu. Serius, Clive." Pantat Clive di kepalaku dengan lebih keras. Aku
berguling, menjauh dari pantat yang disenggolkan ke kepalaku dan colekan gigih Clive,
dan menarik selimut sampai menutupi kepalaku. Kilatan malam sebelumnya terus
muncul. Simon di dapur Jillian dengan intro terdengar di sekelilingnya. Temannya
memanggilku Gadis Berlingerie Pink. Benjamin mulai merangkai semua cerita dan bukti
saat dia menyimpulkan bahma aku adalah Gadis Berlingerie Pink. Mencium Simon.
Mmm, mencium Simon. Tidak, tidak mencium Simon! Aku meringkuk lebih dalam di
bawah selimut. Mimpi indah dan dinding tipis...Rasa malu melandaku saat aku
mengingat kata-kata perpisahannya. Aku membenamkan diri lebih dalam ke bawah
selimut. Jantungku berdetak lebih kencang, berpikir seberapa malu aku sekarang ini.
Hati, tidak memperhatikan gadis yang di bawah selimut itu. Tadi malam adalah malam
bebas mimpi, tapi untuk meyakinkan tidak ada satupun (Simon) yang mendengar ku
menjerit dalam gairah, aku tidur dengan TV menyala. Pengakuan bahwa Simon pernah
mendengarku memimpikannya telah melemparkanku dari lingkaran tanpa ujung yang
aku terjuni, mencoba untuk menemukan sesuatu yang tidak terdengar seperti aku
memiliki Mimpi Basah Simon versiku sendiri. Aku berakhir pada semua saluran iklan,
yang tentu saja, menahan rasa kantukku lebih lama dari yang sudah kurencanakan.
Semua yang mereka jual sangat menarik. Aku harus melempar ponsel dengan tanganku
sendiri di jam setengah empat pagi ketika aku hampir memesan Slap Chop- untuk tidak
megatakan apapun selama setengah jam yang aku tidak akan pernah dapatkan kembali
setelah menonton Bowser yang mencoba menjual padaku koleksi lagu Time Life dari
tahun 50an. Semua ini di tambah dengan mendengar suara Tommy Dorsey datang
melalui dinding. Itu membuatku tersenyum. Aku tidak bisa bohong. Aku meregang
dengan malas di bawah selimut,cekikikan saat aku melihat bayangan Clive mengikutiku,
mencoba menemukan cara untuk masuk. Dia mencoba setiap sudut saat aku
membelokan pandangannya. Akhirnya, dia melanjutkan pendekatan
colek-colekremasnya, dan aku mengangkat kepala belakangku untuk tertawa padanya.
Aku dapat menangani hal ini dengan Simon. Aku tidak perlu sepenuhnya malu. Jelas,
1Wallbanger - Alice Clayton
O-ku sudah pergi, mungkin untuk selamanya. Jelas, aku sudah bermimpi bercinta
dengan tetanggaku yang terlalu menarik dan terlalu percayadiri. Dan jelas, perkataan
tetangga yang mendengar mimpi itu dan mengomentarinya, menjadi kata terakhir dari
malam yang sangat aneh. Tapi aku bisa menanganinya. Tentu saja aku bisa
menanganinya. Aku hanya harus mengakuinya sebelum dia bisa-- mengambil alih udara
dari kapal layarnya, seakan-akan. Dia tidak selalu memiliki
1Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
kata terakhir. Aku bisa pulih dari ini dan menjaga gencatan senjata kecil bodoh kami
tetap berjalan. Aku benar-benar kacau. Dan kemudian aku mendengar alaram berbunyi
di samping pintu, dan aku membeku. Kemudian aku sadar dan menyelinap kembali ke
bawah selimut, meninggalkan hanya mataku yang mengintip keluar. Tunggu, kenapa
aku bersembunyi" Dia tidak bisa melihatku. Aku mendengar dia mematikan jam
alarmnya, dan telapak kakinya menyentuh lantai. Kenapa dia bangun sangat pagi"
Ketika semua senyap, kau benar-benar bisa mendengar melalui dinding. Bagaimana
aku tidak sadar sebelumnya bahwa jika aku bisa mendengarnya, dia jelas bisa
mendengarku. Aku merasa wajahku memerah saat aku membayangkan mimpiku lagi,
tapi kemudian aku dapat mngontrolnya. Yang selanjutnya di bantu oleh kepala Clive
yang menyeruduk punggungku dalam usahanya secara fisik mendorongku bangun dari
tempat tidur untuk memberinya sarapan. "Okay, okay, ayo bangun. Tuhan, kau
benar-benar menyebalkan kadang-kadang, Clive." Clive menjawabnya hanya dengan
memberikan pandangan melewati pundak berbulunya saat ia berjalan mendekati dapur
Setelah memberi makan Mr. Clive dan mandi, aku keluar untuk bertemu para gadis
untuk mengobrol sambil makan makanan ringan. Aku meninggalkan gedung sambil
melihat poselku, membalas sms dari Mimi, ketika aku bertabrakan dengan sesuatu yang
dinding panas dan basah milik Simon. "Woah," aku berteriak saat aku terhuyung ke
belakang. Lengannya bergerak cepat dan menangkapku sebelum aku jatuh dari
kebingungan ke mendatar di atas pantatku. "Mau kemana kau akan pergi terburu-buru
sepagi ini?" dia bertanya, saat aku memperhatikannya. Kaus putih berkeringat, celana
lari hitam, rambut keriting basah, iPod, dan sebuah seringai. "Kau berkeringat." aku
berkomentar. "Aku memang berkeringat. Itulah yang terjadi," dia menambahkan,
menyeka puncak kepalanya dengan punggung tangannya, membuat rambutnya berdiri.
Aku harus secara fisik memblokir saraf otakku yang mencoba untuk mengintruksikan
jari-jariku untuk angkat dan menyarangkan jari-jariku di dalam rambutnya. Angkat dan
sarangkan. Dia melihat ke bawah ke arahku, mata birunya berbinar. Dia akan membuat
ini menyakitkan jika aku tidak pergi dan keluar dari situasi yang membawa sensasi seks
yang luar biasa terasa. "Dengar, tentang tadi malam," aku memulai. "Tentang tadi
malam apa" Bagian dimana kau memarahiku tentang kehidupan seksku" Atau bagian
dimana kau membicarakan kehidupan seksku dengan teman-temanmu?" dia bertanya,
mengangkat satu alis dan mengangkat kausnya untuk mengelap keringat di wajahnya.
Aku menarik napas yang terdengar seperti terowongan angin saat aku melihat otot
perutnya yang hampir bisa menjadi tonjolan-tonjolan polisi tidur. Kenapa dia tak bisa
menjadi tetangga yang lembut dan gendut" "Tidak, maksudku celetukan yang kau buat
tentang mimpi indah. Dan...well...dinding yang tipis," aku tergagap, menghindari semua
kontak mata. Aku tiba-tiba terpesona oleh warna baru kuku-kukuku. Itu indah... "Ah, ya,
dinding yang tipis. Jadi, itu berpengaruh untuk kita berdua, kau tahu. Dan jika seseorang
ingin, katakan, mendapat sebuah mimpi yang sangat menarik beberapa malam, jadi,
mari katakan itu akan menjadi sedikit menghibur." Dia berbisik. Lututku menjadi sedikit
goyah. Sialan dia dan ilmu vodoonya... Aku harus bisa mendapatkan control. Aku
mundur satu langkah. "iya, kau boleh mendengar sesuatu yang aku lebih suka kau tidak
1Wallbanger - Alice Clayton
dengar, tapi hal itu tidak selalu terjadi. Jadi, kau mendapatkanku. Tapi kau tidak pernah
benar-benar memilikiku, jadi mari kita lanjutkan. Kau mengerti" Dan makan selingan
siang, omongomong." Aku mengakhiri, menyimpulkan cacianku. Dia terlihat bingung dan
geli pada waktu yang sama. "Makan selingan siang, omong-omong?" "Makan selingan
siang. Kau bertanya kemana aku akan pergi pagi ini, dan jawabanku adalah makan
selingan siang." "Ah, aku mengerti. Dan apakah kau bertemu teman-teman wanitamu
yang keluar dengan teman laki-lakiku tadi malam?" "iya, dan aku akan senang berbagi
sendok denganmu jika itu adalah sesuatu yang bagus." Aku tertawa, memutar-mutar
sebagian rambut di sekitar jemariku. Bagus. *Flirting 101. Apa-apaan" "Oh, aku yakin itu
adalah sendok yang bagus. Mereka berdua terlihat seperti pemakan-lelaki," katanya,
bergoyang pada tumitnya saat dia mulai meregangkan ototnya sedikit. "Apakah kita
membicarakan Hannibal?" "Tidak, lebih seperti Hall & Oates." Dia tertawa, melihat ke
atas ke arahku saat dia meregangkan otot paha belakangnya. Tuhan, otot paha
belakang. "Iya, jadi, mereka bisa mengusahakan ruangan yang mereka butuhkan."
Kataku dengan merenung, mulai menjauh lagi. "Dan bagaimana denganmu?" tanyanya,
berdiri tegak. "Bagaimana denganku apanya?" "Oh, aku yakin Gadis Berlingerie Pink
dapat mengusahakan ruang yang dia mau." Dia terkekeh, matanya berbinar. "Eh, aku
sedang mengusahakannya saat ini," aku berbalik dan berjalan menjauh dengan binarku
sendiri. "Bagus," dia menambahkan ketika aku melihatnya melalui bahuku. "Oh,
tolonglah, seperti kau tidak tertarik saja," aku berbicara kembali dari sekitar sepuluh kaki
jauhnya. "Oh, aku tertarik," teriaknya saat aku berjalan mundur, menggoyangkan
pinggulku sementara dia bertepuk tangan. "Sayang sekali aku tidak bisa bekerja sama
dengan yang lainnya! Aku bukan gadis harem!" aku berteriak, secara praktis ada di
ujung jalan. "Gencatan senjata masih tetap berjalan?" teriaknya "Aku tidak tahu, apa
yang Simon katakan?" "Oh, Simon bilang, Tentu saja. Itu tetap berjalan!" dia berteriak
kembali saat aku berbelok di tikungan. Aku berputar-putar, benar-benar melakukan
putaran kecil. Aku tersenyum lebar saat aku bangkit, berpikir sebuah gencatan adalah
hal yang bagus. *** "Telur dadar dengan tomat, jamur, bayam, dan bawang putih."
"Tolong pancake-empat lapis- dengan pinggiran bacon. Dan aku ingin baconnya renyah,
tolong, jangan gosong." "Dua telur ceplok, roti gandum hitam panggang dengan olesan
mentega di sampingnya, dan salad buah." Setelah memesan, kami duduk di dalam
untuk kopi pagi dan bergosip. "Okey, jadi katakan padaku apa yang terjadi setelah aku
pergi tadi malam?" kata Mimi, menempatkan dagunya di tangannya dan berkedip manis
padaku. "Setelah kau pergi" Maksudmu setelah kau pergi meninggalkanku
1Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
dengan tetangga gilaku untuk mengantarku pulang" Apa yang kau pikirkan" Dan
memberitahu semua orang tentang cerita dia-masihkeras" Serius" Aku menghapus
nama kalian berdua keluar dari surat wasiatku," aku tersentak, menelan kopi yang masih
sangat panas dan membakar sepertiga dari lidahku. Aku membiarkan lidahku
menggantung keluar dari mulutku untuk mendinginkannya. "Pertama-tama, kami
menceritakan tentang cerita itu karena itu lucu, dan lucu itu bagus," Shopia memulai,
mengambil sebagian es dari gelasnya dan menyerahkannya padaku. "Teyema
khaseeh." aku berhasil berbicara, sambil menerima kubus es itu. Dia mengangguk. "Dan
yang kedua, kau tidak punya apa-apa untuk kau tinggalkan padaku, saat aku sudah
mempunyai seluruh set buku masak Barefoot Contessa, yang kau sendiri yang
membelikannya untukku. Jadi hapus saja aku dari wasiatmu. Dan yang ketiga, kalian
berdua sedang murung dan tidak ada cara lain untuk membuatmu keluar dengan cowok
baru kami. "Cowok baru. Aku suka cowok baru." Mimi bertepuk tangan, terlihat seperti
kartun Disney. "Bagaimana perjalanan pulang?" Sophia bertanya. "Perjalanan pulang"
1Wallbanger - Alice Clayton
Well, menarik." Aku mendesah, sekarang menghisap balok es dengan rakus. "Menarik
yang bagus?" Pekik mimi. "Jika kau menyebut berhubungan seksual dengan seseorang
di Jembatan Golden Gate menarik, maka iya." Jawabku, mengetuk jariku di meja
dengan lembut. Mulut Mimi mulai melengkung ke bawah ketika Shopia menempatkan
tangan kanannya di tangan kiri Mimi, yang hendak meremas garpunya menjadi sesuatu
yang tak dikenali. "Sayang, dia bercanda. Kita akan tahu kalau Carolin sudah
berhubungan seksual tadi malam. Dia akan mempunyai warna kulit yang lebih baik."
Hibur Shopia. Mimi mengangguk dengan cepat dan melepaskan garpunya. Aku
mengasihani setiap laki-laki yang membuatnya marah salama melakukan handjob.
"Jadi, tidak ada hal menarik yang bisa diceritakan?" Shopia bertanya. "Hey, kau tahu
aturannya. Kau menceritakan, aku menceritakan." Jawabku, mata melebar saat sarapan
kami datang. Setelah kami membagi pesanan masing-masing, Mimi yang mulai
berbicara dulu. "Apa kau tahu bahwa Neil pemain sepak bola untuk Stanford" Dan dia
selalu ingin pergi ke siaran olahraga?" Dia menawarkan, secara metodikal memisahkan
melonnya dari buahnya. "Senang mengetahuinya, senang mengetahuinya. Apakah kau
tahu Ryan menjual beberapa program computer yang mengagumkan ke Hewlett
Packard ketika dia baru dua puluh tiga tahun" Dan menyimpannya di bank, keluar dari
pekerjaanya, dan menghabiskan dua tahun untuk mengajar Bahasa Inggris di
Thailand?" dia menambahkan selanjutnya. "itu juga sangat menyenangkan untuk
diketahui. Apa kalian tahu bahwa Simon tidak menganggap teman-teman wanitanya
sebagai 'harem", dan Jillian pada satu titik benar-benar mengatakan padanya tentang
aku sebagai gadis yang berpontensi untuk di kencani?" Kami semua ber-hmmm dan
mengunyah. Dan lanjut ke Putaran Kedua. "Apa kau tahu bahwa Neil menyukai surfing"
Dan dia mempunyai tiket symphony untuk minggu depan" Ketika dia tahu aku akan
pergi denganmu, Shopia, dia menyarankan kita berdua ikut." "Mmm, kedengarannya
menyenangkan. Aku berpikir untuk bertanya ke Ryan. Yang, omong-omong, juga suka
surfing. Mereka semua melakukannya- mereka surfing di teluk kapanpun mereka bisa.
Dan aku juga bisa bilang bahwa dia sekarang menjalankan amal dengan menempatkan
computer dan bahan pendidikannya di sekolahsekolah pedalaman di seluruh bagian
California. Ini di sebut?" Shopia memulai. "No Child Left Offline (Tak ada anak yang
ditinggalkan tanpa jaringan)?" Mimi menyelesaikanya dengan cepat. Shopia
mengangguk. "aku suka yayasan amal itu! Aku menyumbang ke organisasi itu setiap
tahun. Dan Ryan yang menjalankannya" Wow...dunia yang kecil," renung Mimi saat dia
mulai memotong telurnya. Suasana menjadi tenang saat kami mulau mengunyah lagi,
dan aku mencoba memecahkannya dengan mengatakan sesuatu yang lain tentang
Simon yang bukan tentang dia menciumku, aku menciumnya, atau dia yang menyadari
pengakuan bawah sadarku secara verbal di malam hari. "Um, Simon mempunyai Too
Short di iPodnya," gumamku, yang ditanggapi dengan hmm, dan aku tahu
pembicaraanku tidak menarik. "Musik sangat penting. Siapa laki-laki yang kau kencani
yang albumnya sendiri sudah keluar?" Mimi bertanya. "Tidak, tidak. Dia tidak
mempunyai album yang udah rilis. Dia mencoba menjual kaset CDnya keluar dari
mobilnya. Bukan hal yang sama." Aku tertawa. "Kau mengencani penyanyi yang lain
juga"Coffee House Joe, ingat dia?" Shopia mengendus sarapannya. "Ya, dia sekitar
lima belas tahun terlambat untuk flanel, tapi ia mendapat nilai A untuk kecemasan. Dan
itu lebih dari layak di tempat tidur. "Aku mendesah, mengenangnya. "Kapan kencan
hiatus yang di paksakan akan berakhir?" Tanya mimi. "Tidak pasti. Aku agak merasa
tidak berkencan dengan siapapun." "Tolonglah, siapa yang kau candai?" Shopia
mengendus lagi. "Kau butuh tisu di sana, Miss Piggy" Serius, ada terlalu banyak Cofffe
Joe dan Machine Gun Corys. Aku hanya tidak tertarik berkencan lagi. Ini sudah terlalu
banyak kegembiraan yang ada di sekitarku. Aku tidak menginvestasikan waktu dan
1Wallbanger - Alice Clayton
upayaku sampai aku tahu itu akan berjalan kemana. Dan disamping itu, O tidak bekerja


Wallbanger Karya Alice Clayton di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

di tanah yang tak bertuan. Aku mungkin bergabung dengannya." Aku menambahkan,
mencoba kopiku lagi dan menghindari mata mereka. Mereka mempunyai O mereka, dan
sekarang mereka mempunyai cowok baru. Aku tidak mengharapkan siapapun
bergabung dengan kehidupan kencanku yang sedang cuti. Tapi sekarang wajah mereka
terlihat sedih. Aku harus mengubah ini kembali kepada mereka. "Jadi, tadi malam itu
bagus untuk kalian, hah" Ciuman di pintu" Mengelap ludah?" Aku bertanya, tersenyum
dengan hati-hati. "Ya! Maksudku, Neil menciumku." Mimi mendesah. "Oooh, aku yakin
dia adalah pencium yang baik. Apakah dia memelukmu dengan erat dan menjalankan
tangannya ke atas dan ke bawah punggungmu" Dia mempunyai tangan yang bagus.
Apa kau menyadari tangannya" Tangannya sangat bagus," Shopia meracau, wajah di
atas tumpukan pancakenya. Mimi dan aku saling tukar pandang dan menunggu dia
kembali dari udara. Ketika dia melihat kami melihatnya, dia sedikit tersipu. Aku tertawa
dan mengalihkan perhatianku ke Mimi. "Jadi, apakah Mr. Tangan Bagus menggunakan
Tangan Bagusnya?" Itu membuat Mimi tersipu. "Sebenarnya, dia sangat manis. Hanya
1Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
kecupan kecil di bibir dan pelukan selamat tidur di depan pintuku," dia menjawab
dengan senyum lebar. "Dan kau, Miss Thing" Apakah si jenius computer loyal dengan
ciuman selamat malamnya?" aku tertawa. "Um...yah. Dia memberiku sebuah ciuman
selamat malam yang hebat," jawabnya, menjilat sirup yang ada di punggung tangannya.
Dia tidak terlihat menyadari cara mata Mimi terbakar ketika dia menyebutkan ciuman
selamat malam yang dia terima, tapi aku menyadarinya. "Jadi, kau melarikan diri tadi
malam tanpa cedera" Apa aku benar?" Mimi bertanya padaku, menyesap kopinya. Aku
masih tetap menjaga lidahku yang sakit, jadi aku tetap memilih jus. "Iya. Kami berakhir
dengan gencatan senjata dan mencoba untuk lebih bertetangga. "Apa sebenarnya
artinya?" lanjutnya. "Itu berarti dia akan mencoba untuk membatasi kegiatan lebih awal
di malam hari, dan aku akan mencoba untuk lebih mengerti tentang kehidupan sexnya,
senyaman yang aku bisa." Jawabku, membuka dompetku untuk mengambil beberapa
uang. "Satu minggu," gumam Shopia "Ulangi lagi?" "Maumu. Satu minggu. Itu adalah
jangka waktu yang aku beri untuk gencatan senjata ini. Kau tidak dapat menyimpan
pendapatmu untuk dirimu sendiri, dan dia tidak dapat menjaga Si Pengikik tetap diam.
Satu minggu." Dia mengatakannya lagi saat Mimi hanya tersenyum. Huh, akan kita
lihat... *** Senin pagi, cerah dan sangat awal, Jillian datang dengan melenggang ke
dalam kantorku. "Tok tok," dia memanggil. Dia adalah gambaran dari kecantikan yang
santai: rambutnya di sisir ke belakang menjadi sanggul longgar, dress kecil hitam di
tubuh kecil coklatnya, kaki yang di buat untuk satu mil berakhir di fantovel merah.
Fantovel yang mungkin seharga hampir gaji satu mingguku. Dia adalah mentorku dalam
segala hal, dan aku membuat catatan di pikiranku untuk memastikanku suatu hari nanti
memperoleh ketenangan yang dia bawa bersamanya. Dia tersenyum saat dia melihat
bunga baru di vas yang ada di mejaku. Minggu ini aku memilih tulip orange, tiga lusin.
"Pagi! Apa kau melihat bahwa Nicholsons menambahkan sebuah home theater" Aku
tahu mereka akan datang." Aku tersenyum saat aku duduk di kursiku. Jillian
menempatkan dirinya di kursi di hadapanku dan balik tersenyum. "Oh, dan Mimi datang
untuk makan malam nanti malam. Kami berharap untuk menyelesaikan rencana lemari
baru yang dia desain. Dia ingin menambahkan karpet sekarang." Aku menggelengkan
kepalaku dan menyesap kopi dari mug yang ada di mejaku. Lidahku sudah hampir
sembuh. Jillian hanya terus tersenyum. Aku mulai berpikir jika aku mempinyai sebuah
Cheerio terjebak di wajahku. "Apakah aku sudah mengatakan padamu aku sudah
mendapatkan kesepakatan oleh perusahan kaca di Murano mengenai beberapa bagian
1Wallbanger - Alice Clayton
yang aku pesan untuk lampu hias di kamar mandi?" aku memulai. "Ini akan menjadi
sangat indah. Aku pikir kita jelas harus menggunakan mereka lagi." Aku menambahkan,
tersenyum penuh harap. Dia akhirnya mendesah dan mencondongkan tubuhnya ke
depan dengan seringaian seekor
kucing-sudah-makan-kenari-dan-kembaliuntuk-bermain-dengan-bulunya. "Jillian, apa
kau memasang gigi palsu pagi ini" Apa kau mencoba menunjukan gigi palsumu
padaku?" tanyaku, dan akhirnya dia tersentak. "Seperti jika aku pernah membutuhkan
gigi palsu saja, pffft. Tidak, aku menunggumu untuk memberitahuku tentang
tetanggamu, Mr. Parker. Atau aku harus memanggilnya Simon si Penggedor dinding?"
Dia tertawa, akhirnya duduk kembali ke kursinya dan memberiku tatapan yang berkata
aku tidak akan di izinkan keluar dari ruanganku sampi aku mengatakan padanya semua
yang ingin dia ketahui. "Hmm, si Penggedor dinding. Kita akan mulai dari mana" Untuk
yang pertama, kau tidak bisa mengatakan padaku kalau kau tidak tahu dia tinggal di
sampingku. Bagamana bisa kau tinggal di sana selama ini dan tidak tahu dia adalah
satu-satunya yang menggedor dinding setiap malam?" aku balik bertanya, melihatnya
dengan tatapan sinis detektifku. "Hey, kau tahu aku hampir tidak pernah tinggal di sana,
terutama beberapa tahun terakhir. Aku tahu dia tinggal di sekitar sana, tapi aku tidak
tahu kalau dia tinggal di samping apartemen yang aku sewakan! Ketika aku melihatnya,
dia selalu dengan Benjamin, dan biasanya kami selalu keluar untuk minum atau kami
mengundangnya untuk ke tempat kami. Apapun itu, ini adalah permulaan dari cerita
yang hebat bukan?" godanya, menyeringai lagi. "Oh, kau dan perjodohanmu. Simon
bilang kau menyebutkan tentangku kepadanya sebelumnya. Kau sangat menyebalkan."
Dia mengangkat tangannya di depannya. "Tunggu, tunggu, tunggu, aku tidak tahu kalau
dia sangat, well, aktif. Aku tidak akan menyarankanmu jika aku tahu dia mempunyai
banyak pacar. Benjamin pasti tahu...tapi ini adalah urusan pria, aku kira," balasnya. Aku
yang sekarang condong ke depan sekarang. "Jadi katakan padaku, bagaimana bisa dia
kenal Benjamin?" "Well, Simon bukan asli dari California. Dia besar di Philadelphia dan
baru pindah ke sini saat dia pindah ke Stanford. Benjamin mengenalnya sepanjang
hidupnya- dulu dia sangat dekat dengan ayahnya. Dia suka mengawasi Simon- paman
kesayangan, kakak laki-laki, ayah pengganti, yah semacam itulah." Katanya, wahjahnya
semakin melembut. "Dulu benar-benar dekat dengan ayahnya" Apa mereka tidak
mempunyai saudara jauh atau lainnya?" tanyaku. "Oh tidak, tidak, Benjamin selalu
menjadi teman baik dengan ayah Simon. Dia adalah satu-satunya yang membimbingnya
dari awal karirnya. Dia sangat dekat dengan seluruh keluarganya," katanya, matanya
menjadi sedih. "Tapi sekarang?" aku mendesaknya. "Keluarga Simon terbunuh saat dia
masih di SMA," katanya pelan. Tanganku terbang ke mulutku. "Oh tidak," aku berbisik,
hatiku dipenuhi rasa simpati untuk orang yang baru saja aku kenal. "Kecelakaan mobil.
Benjamin bilang mereka meninggal dengan cepat, hampir seketika," balasnya. Kami
diam untuk sesaat, tenggelam dengan pikiran masing-masing. Aku bahkan tidak bisa
memproses akan seperti apa rasanya bagi Simon. "Jadi setelah upacara pemakaman,
dia tinggal di Philadelphia untuk sementara, dan dia dengan simon mulai membicarakan
tentang dia yang akan bersekolah ke Standford," dia melanjutkan setelah beberapa
menit. Aku tersenyum membayangkan Benjamin melakukan semua yang dia bisa untuk
membantu. "Aku dapat membayangkan itu mungkin ide bagus untuk pergi jauh
1Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
dari semuanya," kataku, berpikir bagaimana aku bisa tahan dengan hal-hal seperti itu.
"Mm-mm. Aku kira Simon melihat kesempatan, dan dia mengambilnya. Dan tahu kalau
Benjamin sangat dekat jika dia membutuhkan sesuatu" Aku kira itu membuat segalanya
menjadi mudah," dia menambahkan. "Kapan kau pertama kali bertemu dengan
1Wallbanger - Alice Clayton
Simon?" tanyaku. "Saat kuliah. Dia menghabiskan waktu di Spanyol pada musim panas
sebelumnya, dan ketika dia kembali pada bulan Agustus dia datang ke kota dan makan
malam dengan kami. Benjamin dan aku berkencan pada saat itu, jadi dia mengenalku,
tapi tidak benar-benar bertemu denganku," katanya. Wow, Simon pernah di Spanyol.
Kasihan para penari flamenco* " mereka tidak punya kesempatan. "Kami bertemu untuk
makan malam, dan dia mempesona para pelayan dengan memesan dalam bahasa
Spanyol. Kemudian dia memberitahu Benjamin jika dia cukup bodoh untuk
meninggalkanku dia akan senang untuk- tunggu sebentar"apa dia bilang"- ah ya, dia
akan senang untuk menghangatkan ranjangku." Dia tertawa, wajahnya merona merah.
Aku memutar mataku. Ini cocok dengan apa yang sudah aku ketahui tentangnya.
Meskipun, sekurang ajar teman-temanku dan aku pernah menggoda Benjamin, ini
adalah maling teriak maling. "Dan begitulah bagaimana aku bertemu dengan Simon,"
dia mengakhiri, matanya menjauh. "Dia benar-benar hebat, Caroline, disamping semua
kegiatan penggedoran dinding itu." "Iya, disamping semua penggedoran dinding,"
renungku, menjalankan jariku maju mundur di atas bunga. "Aku harap kau bisa
mengenalnya lebih baik lagi," katanya dengan sebuah seringian, biro jodoh sekali lagi.
"Tenang saja. Kami sudah gencatan senjata, tapi hanya itu." Aku tertawa,
menggoyangkan jariku padanya. Jillian bangun dan mulai berjalan ke pintu. "Kau sangat
lancang untuk seseorang yang bekerja padaku," katanya, berusaha terlihat marah.
"Well, aku akan menyelesaikan banyak pekerjaanku jika kau membiarkanku kembali
bekerja dan menghentikan semua omong kosongmu!" kataku, terlihat marah juga
padanya. Dia tertawa dan melihat ke resepsionis. "Hey Maggie! Kapan aku kehilangan
kendali atas kantor ini?"" dia berteriak. "Kau tidak pernah melakukan itu, Jillian!" Maggie
balik berteriak. "Oh, pergilah buat kopi atau sesuatu! Dan kau," katanya, berbalik ke
arahku dan menunjuk. "Desain sesuatu yang brilian untuk basement Nicholsons."
"Sekali lagi, semua dapat aku kerjakan saat kau pergi jauh dari sini..." gumamku,
menekan pensil ke tanganku. Dia mendesah. "Serius, Caroline, dia benar-benar manis.
Aku pikir kalian bisa menjadi teman yang hebat," katanya, bersandar di ambang pintu.
Kenapa dengan semua orang bersandar di ambang pintu akhir-akhir ini" "Well, aku
selalu bisa berteman dengan siapapun, sekarang, bisakah aku?" aku melambaikan
tangan saat dia menghilang. Teman. Teman yang di melakukan gencatan senjata. ***
"Oke, jadi kita tahu lantai di kamar tidur diatur ulang, kayu berwarna madu, tapi kau
yakin ingin karpet di lemari?" aku bertanya, duduk di sofa di samping Mimi dan mulai
menyesap Bloody Mary-ku yang kedua. Kami sedang membahas rancangannya selama
hampir satu jam saat aku mencoba untuk membuatnya melihat bahwa aku bukan hanya
satu-satunya yang harus berkompromi dengan desainnya. Dia juga akan melakukannya.
Selama kami masih berteman, Mimi percaya dia akan memenangkan setiap argument.
Mimi melihat dirinya sebagai seorang jagoan yang dapat melawan siapapun dalam
apapun. Dia tidak terlalu mengetahui kalau Shopia dan aku menemukan bahwa kami
hanya harus membiarkannya berpikir ia telah mendapatkan apa yang ia mau, yang
membuatnya lebih bisa bertoleransi. Sebenarnya, aku selalu tahu aku menginginkan
karpet di lemari- tapi tidak untuk alasan yang sama dengannya. "Iya, iya, iya! Itu harus
ada karpetnya- yang benar-benar tebal dan mewah! Itu akan terasa sangat bagus di
bawah telapak kaki yang dingin di pagi hari," serunya, hampir gemetar dengan
kegembiraannya. Aku benar-benar berharap Neil akan ada di sekitar sini cukup lama
untuk beromantis-romantisan dengannya. Dia perlu melepaskan beberapa energi yang
berlebihan. "Oke, Mimi, kurasa kau benar. Karpet dalam lemari. Tapi untuk itu, kau
harus mengembalikan padaku sandaran dua kaki yang kau inginkan dari kamar mandi
untuk putaran rak sepatu yang aku pilih." Aku berbicara hati-hati, berpikir apakah dia
akan melepaskannya. Dia berpikir untuk sesaat, melihat ke rancangan lagi, menenggak
1Wallbanger - Alice Clayton
cocktailnya, dan mengangguk. "Ya, ambil kembali sandaran dua kaki. Aku mendapat
karpetku, dan aku bisa hidup dengan itu." Dia mendesah, menawarkanku tangannya.
Aku menjabatnya sungguh-sungguh dan menawarinya tangkai seledriku. Clive masuk
dengan santai dan mulai mondar-mandir di depan pintu. Mengais di bawah retakan.
"Aku yakin makanan Thailand kita hampir datang. Aku akan mengambil uangku."
Kataku, menunjuk ke arah pintu saat aku mengambil tas di meja dapur. Baru saja aku
bilang, aku dapat mendengar langkah kaki di lorong. "Mimi, buka pintu, orangnya ada di
luar," aku berteriak, mengobrakabrik tasku. "Laksanakan," dia berteriak, dan aku
mendengar pintu dibuka. "Oh, hai Simon!" katanya, dan kemudian aku mendengar suara
aneh. Aku bersumpah, demi Alkitab di pengadilan hokum, aku mendengar kucingku
berbicara. "Porrrrreeeennnya," kata Clive, dan aku langsung berputar. Dalam waktu lima
detik, ribuan hal terjadi: aku melihat Simon dan Purina di lorong, tas dari Whole Foods di
tangan, kunci di depan pintu. Aku melihat Mimi di pintu, bertelanjang kaki dan bersandar
(lagi, dengan bersandar) di depan pintu. Aku melihat Clive menekuk kakinya
bersiap-siap untuk melompat dengan cara yang pernah aku lihat saat aku
menyembunyikan Catnip1) di atas kulkas. Bayi lahir, orang tua meninggal, saham yang
diperdagangkan, dan orgasme yang di palsukan. Semua dalam lima detik. Aku
melarikan diriku ke pintu dalam gerak lambat yang mengingatkan pada setiap film aksi
yang pernah dibuat. "Tidaaaaaakkkk!" aku berteriak saat aku melihat wajah panik Purina
dan ekspresi hasrat murni melintasi wajah Clive saat dia bersiap untuk beraksi. Jika aku
melihat pintu lebih awal, mungkin bahkan dua detik lebih awal, aku bisa mencegah
kekacauan yang sedang terjadi. Simon membuka pintunya dan tersenyum dengan
senyum bingung 1Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
padaku saat aku melihat matanya. Tidak heran jika dia bertanyatanya kenapa aku
memberangsak pintu dan berteriak tidaaaakkk. Dan kemudian Clice melompat.
Melompat. Menyerang. Purina melihat Clive melompat lansung ke arahnya, dan dia
melakukan hal terburuk yang dapat dia lakukan. Dia lari. Dia lari ke dalam apartemen
Simon. Tentu saja seorang gadis yang mengeong saat dia orgasme akan takut dengan
kucing. Clive mengejar, dan saat aku berdiri di lorong dengan Simon dan Mimi, kami
mendengar jeritan dan ngeongan menggema kembali pada kami. Itu terdengar familiar
yang aneh, dan aku ingat Simon membawanya pulang. Aku menggelengkan kepalaku.
"Caroline, apa-apan ini" Kucingmu baru saja-" kata Simon, dan aku menempatkan
tanganku di atas mulutnya saat aku bergegas melewatinya. "Kita tidak punya waktu
Simon! Kita harus menangkap Clive!" Mimi mengikutiku ke dalam apartemennya, Ned
Nickerson untuk Nancy Drewku. Aku mengikuti jeritan dan ngeongan ke belakang
apartemen, menyadari bahwa tempat simon mencerminkan tempatku. Ini sangat
menggambarkan lelaki yang lajang, dengan TV layar datar dan sound system yang
mengagumkan. Aku benar-benar tidak punya waktu untuk menggeledah, tapi aku
menyadari sepeda gunung di ruang tamu, serta foto-foto yang indah di seluruh dinding
dan di terangi cahaya dari sconces retro2). Aku tidak bisa mengagumi lebih lanjut, saatt
aku mendengar Clive beraksi di kamar tidur. Aku berhenti di depan pintu, mendengar
Purina menjerit. Aku melihat ke belakang pada Simon dan Mimi, yang keduanya
memasang ekspresi takut dan bingung- meskipun punya Mimi juga menunjukan sedikit
kegelian. "Aku akan masuk," kataku dengan suara rendah dan berani. Dengan
menghirup napas dalam aku mendorong pintunya terbuka, dan melihat Tempat Tidur
Kenikmatan untuk pertama kalinya. Meja di tengah. Lemari rias di salah satu dinding,
yang atasnya tertutupi dengan recehan. Lebih banyak foto-foto di dinding. Dan ada itu:
ranjang tidurnya. Tiup terompret. Tepat menempel sebelah dinding, dindingku, adalah
1Wallbanger - Alice Clayton
sebuah California King raksasa, lengkap dengan sebuah kepala tempat tidur kulit yang
empuk. Empuk. Itu harus ada bukan" Itu sangat besar. Dan dia mempunyai kekuatan
untuk menggerakkan benda itu dengan pinggulnya sendiri" Sekali lagi Lower Caroline
duduk tegak dan mencatat. Aku memusatkan perhatian, aku fokus, aku memaksa
mataku menjauh dari Pusat Orgasme. Aku mencari dan memperoleh target: ada di kursi
kulit klub di depan jendela. Purina bertengger di atas kursi, tangan di rambutnya,
mengerang dan mengaduh dan menangis. Roknya robek dan ada tanda cakaran kecil di
stokingnya. Dia berusaha dengan segala yang di milikinya untuk menjauhkan kucing di
lantai yang ada di depannya. Dan Clive" Clive sedang mondar-mandir. Mondar-mandir
di depannya, memberikan semua yang dia punya. Dia kembali seperti dia akan lari,
mondar mandir di satu jalur dan melirik ke wajah Purina dengan acuh tak acuh. Jika
Clive bisa memakai sebuah blazer, dia akan melepasnya, diletakkan di pundak
kucingnya, dan menunjuk ke arah Purina. Itu semua yang bisa aku lakukan untuk tidak
jatuh dan tertawa. Aku melangkah ke arahnya, dan Purina membentakkan sesuatu
dengan bahasa Rusia. Aku mengabaikannya dan memfokuskan semua perhatianku ke
kucingku. "Hey, Clive. Hey. Dimana anak baikku?" bujukku, dan dia berbalik. Dia melirik
ke arahku, dan dia menyentakkan kepalanya ke arah Purina seolah-olah dia sedang
membuat perkenalan ronde pertama. "Siapa teman barumu?" rayuku lagi,
menggelengkan kepalaku pada Purina saat dia mencoba untuk mengatakan sesuatu.
Aku mengangkat jariku di depan bibirku. Hal ini akan memerlukan keahlian yang hebat.
"Clive, kemari!" Mimi berteriak dan langsung masuk ke dalam. Dia selalu mempunyai
masalah dengan kegembiraannya. Clive mengarah ke pintu bersamaan dengan Mimi
mengarah ke Clive, Purina mengarah ke ranjang saat aku berlari kea rah Mimi, yang
bertabrakan dengan Simon di luar pintu kamar tidur, yang masih membawa tas Whole
Foods sialannya. Produk organic yang dipilih dengan pertimbangan yang sangat
hati-hati menjadi pilihan Simon dan Purina saat aku melewati mereka, melompati
beberapa belanjaan di lantai saat aku menuju ke pintu depan. Aku menangkap Clive dan
memeluknya erat. "Clive, kau tahu lebih baik untuk lari menjauh dari Mommy," ancamku,
saat Simon dan Mimi akhirnya melihatku. "Apa yang kau lakukan, cockblocker3)" Apa
kau mencoba untuk membunuhku?" bentak Simon. Mimi berputar ke arahnya. "Jangan
kau panggil dia seperti itu, kau...kau...kau wallbanger!"dia balas membentak, memukul
dadanya. "Oh, tutup mulut kalian berdua!" teriakku. Datanglah Purina ke lorong
mendekati kami, dengan hanya memakai satu sepatu dan terlihat marah. Dia mulai
berteriak dengan bahasa Rusia. Mimi dan Simon terus berteriak, Purina menjerit, Clive
berusaha untuk melonggarkan pelukanku dan aku berada di tengah-tengah kekacauan
ini, mencoba mencari tahu hal sialan apa yang terjadi dua menit terakhir ini. "Kendalikan
kucing sialanmu itu!" Simon berteriak, saat Clive mencoba untuk bebas. "Jangan
berteriak ke Caroline!" Mimi berteriak, memukulnya lagi. "Lihat rokku!"teriak Purina. "Apa
seseorang memesan pad thai (kuetiauw khas Thailand)?" aku mendengar di atas
kekacauan ini. Aku melihat seorang petugas delivery berdiri di puncak tangga, enggan
melangkah lebih jauh. Semua orang berhenti. "Tidak dapat dipercaya," Mimi bergumam
dan berjalan masuk ke dalam apartemenku, mengarahkan petugas delivery untuk
mengikutinya. Aku memasukkan Clive ke dalam dan menutup pintu, memotong
teriakannya. Simon mengantar Purina ke tempatnya, memberitahunya dengan lembut
untuk menemukan sesuatu di ruangannya untuk di pakai. "Aku akan ke sana satu menit
lagi," katanya dan mengangguk lagi untuk menyuruhnya masuk ke dalam. Dia melotot
padaku sekali lagi dan masuk ke dalam, membanting pintu. Simon berbalik ke arahku


Wallbanger Karya Alice Clayton di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan kami melihat satu sama lain, samasama mulai tertawa pada waktu yang sama.
"Apakah itu tadi benar-benar terjadi?" dia bertanya di antara tawanya. "Aku takut itu tadi
benar-benar terjadi. Tolong bilang Purina aku benar-benar minta maaf," jawabku,
1Wallbanger - Alice Clayton
menyeka air mata dari mataku. "Akan aku bilang, tapi dia butuh menenangkan diri
sesaat sebelum aku mencoba- tunggu, kau tadi memanggilnya apa?" tanyanya. "Umm,
Purina?" balasku, masih tertawa.
1Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
"Kenapa kau memanggilnya seperti itu?" tanyanya, tidak lagi tertawa. "Serius" Ayolah,
apa kau tidak tahu?" kataku. "Tidak, katakan padaku," katanya, menjalankan tangannya
melalui rambutnya. "Oh, man, kau akan membuatku mengatakan itu" Purina...karena
dia, ya Tuhan, karena dia mengeong!" seruku, tertawa lagi. Dia merona dan
mengangguk. "Benar, benar, tentu saja kau mendengar itu." Dia tertawa. "Purina,"
katanya di bawah napasnya dan tersenyum. Aku dapat mendengar Mimi berdebat
dengan petugas delivery di dalam apartemenku, sesuatu tentang potongan spring rolls
yang hilang. "Dia sedikit takut, kau tahu?" kata Simon, menunjuk pintuku. "Kau tidak
tahu saja," kataku. Aku tetap bisa mendengar Clive meratap di balik pintu. Aku menekan
wajahku ke tepian membukanya hanya satu inchi. "Diam Clive," desisku. Sebuah kaki
keluar melalui celah, dan aku bersumpah dia membalasku. "Aku tidak tahu banyak
tentang kucing, tapi apakah ini kelakuan normal?" Tanya Simon. "Dia memiliki
ketertarikan aneh pada gadismu sejak- sejak malam kedua aku tinggal di sini. Aku pikir
dia jatuh cinta." "Aku mengerti. Aku pasti akan menyampaikan perasaannya ke Nadia,"
katanya. "Saat waktunya tepat tentu saja." Simon tertawa dan bersiap untuk kembali ke
dalam. "Kau sebaiknya jangan berisik di dalam sana malam ini, atau aku akan mengirim
Clive kembali," Aku mengancam. "Tuhan, tidak," katanya. "Well, kalau begitu putar
music. Kau harus melakukan sesuatu," aku memohon. "Atau dia akan memanjat dinding
lagi." "Aku bisa memutar musik. Kau mau musik apa?" tanyanya, berbalik untuk
melihatku dari depan pintu. Aku kembali ke pintuku dan menempatkan tanganku
pintuku. "Apapun kecuali band besar, oke?" jawabku lembut. Jantung berpindah ke
bawah perut bagian bawah, sesuatu melayang. Sebuah pandangan kecewa melintas di
wajahnya. "Kau tidak suka band besar?" tanyanya, suaranya rendah. Aku menekan
jariku di tulang selangkaku, kulitku terasa panas dibawah tatapannya. Aku melihat
matanya mengikuti tanganku, membuatku lebih panas dengan intensitas tatapannya.
"Aku menyukainya," bisikku, dan matanya kembali ke mataku dalam keterkejutan. Aku
tersenyum dengan senyuman malu dan menhilang kedalam apartemenku,
mendinggalkan dia yang tersenyum kembali kepadaku. Mimi masih berteriak kepada
petugas delivery saat aku datang untuk menguliahi Clive, sebuah senyuman kecil
terlihat di wajah kami. Lima menit kemudian, dengan mulut yang penuh dengan mie, aku
mendengar Purina meneriakkan sesuatu dengan bahasa Rusia yang tidak terdefinisi
dan membanting pintunya. Aku mencoba menyembunyikan seringaianku, berpura-pura
menggigit sesuatu yang sangat pedas. Tidak ada dinding yang digedor malam ini,
kurasa...Cilve akan sangat tertekan. Sekitar pukul 08.30 malam, aku beranjak ke tempat
tidur, Simon memutarkanku beberapa lagu melalui dinding kami. Bukan band besar, tapi
lagunya sangat bagus. Prince. "Pussy Control." Aku tersenyum ke diriku sendiri, senang
dengan rasa humor nakalnya. Teman" Sudah pasti. Mungkin. Memungkinkan. "Pussy
Control." Aku memikirkan itu lagi dan tertawa. Permainan bagus, Simon. Permainan
bagus. *** *101 cara menggoda. *Jenis tarian yang berasal dari Spanyol. 1) jenis
tanaman mint yang yang disukai kucing. 2) lampu yang menempel di dinding. 3)
penghalang gairah Bab 8 Malam berikutnya aku sedang menuju ke tempat yoga ketika
aku mendapati diriku berhadapan dengan Simon sekali lagi. Dia datang menaiki tangga
saat aku turun. "Kalau aku bilang, 'kita harus berhenti bertemu seperti ini,' akankah
terdengar basi seperti yang terdengar di kepalaku?" tawarku. Dia tertawa. "Sulit untuk
dikatakan. Cobalah." "Oke. Wow, kita harus berhenti bertemu seperti ini!"Seruku. Kami
1Wallbanger - Alice Clayton
berdua menunggu sesaat dan kemudian tertawa lagi. "Yep, basi," katanya. "Mungkin
kita bisa menemukan solusi dengan sesuatu seperti jadwal, berbagi hak pemakaian
lorong atau sesuatu yang lain." Aku menggeser berat badanku dari satu kaki ke yang
lain. Bagus, sekarang terlihat sepertinya kau harus buang air kecil. "Kemana kau akan
pergi malam ini" Aku kelihatannya kerap memergokimu ketika kau pergi," katanya
sambil menarik dirinya ke dinding. "Well, jelas aku menuju ke suatu tempat yang sangat
mewah." Aku menunjuk celana yogaku dan cami (camisole). Kemudian aku
menunjukkan botol air dan tikar yoga. Dia pura-pura berpikir sangat hati-hati, dan
kemudian matanya melebar. "Kau akan ke kelas tembikar!" "Ya, ke sanalah aku akan
pergi...sialan." Dia menyeringai padaku. Aku tersenyum kembali. "Jadi kau tidak pernah
memberiku berita eksklusif tentang apa yang kau dengar saat brunch (makan antara
sarapan dan makan siang) pada hari kemarin. Apa yang terjadi dengan teman-teman
kita?" tanyanya, dan aku sama sekali tidak merasakan getaran di perutku saat merujuk
pada kata kita. Tidak sama sekali... "Well, aku dapat memberitahumu bahwa teman
perempuanku cukup tertarik pada teman priamu. Apakah kau tahu bahwa mereka akan
pergi ke symphony benefit (pertunjukan orkestra untuk amal) minggu depan?" ucapku,
langsung ngeri bahwa aku pergi ke sana dengan cepat. "Aku mendengarnya. Neil
mendapat tiket setiap tahun. Bonus dari pekerjaan, ku kira. Pembawa acara berita
olahraga selalu pergi ke simphony, kan?" "Aku akan berasumsi, terutama ketika
seseorang mencoba untuk memperkuat tentang-status sosial- manusia," aku
menambahkan sambil mengedipkan mata. "Kau merasakannya, huh?" Dia
mengedipkan mata kembali, dan kami tersenyum lagi. Teman" Pasti sebuah
kemungkinan kuat. "Kita harus membandingkan catatan setelah itu, melihat bagaimana
Fantastic Four lakukan. Apakah kau tahu bahwa mereka sudah melakukan kencan
ganda di sepanjang minggu?" kataku. Sophia telah mengaku bahwa mereka sudah
pacaran terus-menerus, tetapi selalu sebagai berempat. Hmm... "Aku mendengar
sesuatu tentang itu. Mereka semua tampaknya bergaul dengan baik. Itu bagus, kan?"
1Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
"Itu bagus, ya. Aku sebenarnya akan pergi dengan mereka minggu depan. Kau harus
ikut," Aku menyingkirkan ketakutanku dengan santai. Ini semua untuk gencatan senjata,
hanya gencatan senjata... "Oh, wow. Aku ingin, tapi aku akan keluar negeri. Pergi
besok, sebenarnya," katanya. Jika aku tidak mengenalnya dengan lebih baik, aku akan
mengatakan dia tampak hampir kecewa. "Benarkah" Ada pemotretan?" kataku, dan
menyadari kesalahanku. Seringai yang ku kenali datang kembali sebagai balasan.
"Sebuah pemotretan" Mengecekku?" Aku merasa wajahku berubah dari merah muda ke
merah tomat yang indah. "Jillian menyebutkan apa yang kau lakukan untuk hidup, ya.
Dan aku melihat gambar-gambar di apartemenmu. Ketika kucingku mengejar gadis
Rusiamu" Kau ingat?" Dia tampak menggeser berat badannya sedikit pada pilihan
katakataku. Hmmm, titik lemah" "Kau memperhatikan foto-fotoku?" tanyanya. "Aku
melakukannya. Kau punya satu set besar *sconces." Aku tersenyum manis dan melihat
langsung selangkangannya. "Sconces?" Gumamnya, berdehem. "Pekerjaan yang
berbahaya. Jadi kemana kau menuju, sih" Di luar negeri, maksudku." Aku sengaja
menyeret mataku kembali kepadanya, dan melihat dia di tempat di dekat wajahku. Heh,
heh, heh... "Apa" Oh, um, Irlandia. Pengambilan gambar sekelompok pesisir pantai
untuk *Conde Nast, dan kemudian pergi ke beberapa kotakota kecil," jawabnya,
membawa tatapannya kembali padaku. Itu menyenangkan untuk melihat dia sedikit
bingung. "Irlandia, menyenangkan. Well, bawakan aku sweater." "Sweater, oke. Ada
lagi?" "Sebuah pot emas" Dan shamrock (tanaman semanggi)?" "Bagus. Aku takkan
meninggalkan toko suvenir yang berada di airport," gumamnya. "Dan kemudian ketika
1Wallbanger - Alice Clayton
kau pulang ke rumah, aku akan melakukan tarian Irlandia untukmu!" Aku menangis dan
mulai tertawa betapa konyolnya percakapan ini. "Aw, Gadis Bergaun Tidur, kau baru
saja menawarkan diri untuk menari untukku?" katanya dengan suara rendah, melangkah
sedikit lebih dekat. Dan hanya seperti itu, keseimbangan kekuasaan bergeser. "Simon,
Simon, Simon," aku menghela napas, menggeleng. Terutama untuk menghapus
pengaruhnya yang mendekatiku. "Kita sudah membahas ini. Aku tidak punya keinginan
untuk bergabung dengan harem." "Apa yang membuatmu berpikir aku akan
memintamu?" "Apa yang membuatmu berpikir kau tidak melakukannya" Selain itu, aku
berpikir itu akan mengacaukan gencatan senjata, bukan?" Aku tertawa. "Mmm,
gencatan senjata," katanya. Lalu aku mendengar langkah di tangga bawah. "Simon"
Apakah itu kau?" Sebuah suara memanggil. Dengan begitu ia melangkah mundur,
menjauh dariku. Aku menunduk dan menyadari kami telah beringsut mendekat ke arah
satu sama lain di sepanjang percakapan kami. "Hei, Katie, di atas sini!" panggilnya.
"Seorang harem" Aku akan menonton dindingku malam ini," kataku pelan. "Hentikan itu.
Dia memiliki hari yang sulit di kantor, dan kami akan pergi ke bioskop. Itu saja." Dia
tersenyum malu-malu padaku, dan aku tertawa. Jika kami akan menjadi teman, aku
mungkin sebaiknya bertemu dengan para harem, demi Tuhan. Sesaat kemudian Katie
bergabung dengan kami, yang aku, tentu saja, tahu sebagai Spanx. Aku meredam
sebuah tawa saat aku tersenyum padanya. "Katie, ini adalah tetanggaku, Caroline," kata
Simon. "Caroline, ini adalah Katie." Aku mengulurkan tanganku, dan dia melihat dengan
aneh antara Simon dan aku. "Hai, Katie. Senang bertemu denganmu." "Kau juga,
Caroline. Kau seseorang yang bersama si kucing?" tanyanya, binar di matanya. Aku
menatap Simon, dan ia mengangkat bahu. "Bersalah, meskipun Clive akan berpendapat
bahwa, pada kenyataannya, dia adalah orang yang nyata." "Oh, aku tahu. Anjingku dulu
suka menonton TV dan menyalak sampai aku menemukan sesuatu yang dia suka.
Betapa mengganggunya dia." Katie tersenyum. Kami semua berdiri sejenak, dan itu
mulai terasa sedikit canggung. "Oke, kids, aku pergi ke yoga. Simon, semoga
perjalananmu aman, dan aku akan memberitahumu gosip dari para pasangan baru
ketika kau kembali." "Kedengarannya bagus. Aku akan pergi sebentar, tapi
mudahmudahan mereka tidak akan mendapat terlalu banyak masalah selama aku
pergi." Dia tertawa ketika mereka mulai menaiki tangga. "Aku akan mengawasi mereka.
Senang bertemu denganmu, Katie," kataku, menuju ke bawah. "Kau juga, Caroline.
"Malam!" Serunya kembali kepadaku. Saat aku berjalan menuruni tangga, lebih lambat
dari yang diperlukan, aku mendengar dia berkata, "Gadis Bergaun Tidur Pink cantik."
"Diam, Katie," dia membalasnya, dan aku bersumpah dia menepuk pantatnya.
Lengkingannya sedetik kemudian menegaskan hal itu. Aku memutar mataku saat aku
mendorong pintu terbuka dan menuju ke jalan. Ketika aku sampai ke gym, aku menukar
kelasku dari yoga menjadi kickboxing. *** "Aku ingin vodka martini, tanpa es dengan tiga
zaitun, tolong." Bartender mulai bekerja saat aku melihat sekeliling restoran yang ramai,
mengambil istirahat dari Fantastic Four. Setelah dua minggu mendengar tentang semua
kencan ganda yang luar biasa, aku setuju untuk pergi keluar dengan mereka dan
mengubahnya menjadi Fantastic Five. Itu menyenangkan, dan aku bersenang-senang,
tapi setelah berada dengan dua pasangan baru sepanjang malam aku butuh jeda
sejenak. Menonton orang-orang di bar adalah cara yang bagus untuk mendapatkan
beberapa waktu istirahat. Di sebelahku adalah pasangan yang menarik: pria beruban
dengan wanita yang lebih muda dariku yang baru mempermak payudaranya. Gadis
pintar! Kau mendapatkan milikmu. Maksudku, jika aku harus terlihat menggelambir,
pacar dari seorang pria tua jelek aku ingin payudara yang lebih besar juga. Aku tidak
pernah berpikir aku akan menikmati hidup sendirian, tapi akhir-akhir ini aku menemukan
aku cukup baik tanpa pria dalam hidupku. Aku sendirian, tapi aku tidak kesepian.
1Wallbanger - Alice Clayton
Orgasme dikesampingkan, aku kadang-kadang merindukan ditemani oleh seorang
pacar, tapi aku suka pergi sendirian ke banyak tempat. Aku bisa bepergian sendirian,
jadi mengapa tidak" Namun demikian, pertama kali aku membawa diriku ke bioskop aku
pikir itu akan 1Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
menjadi aneh--kemungkinan berlari ke seseorang yang aku kenal saat keluar dan
tentang berada di belantara Kosta Rika adalah hal yang mustahil, tapi berlari ke
seseorang di bioskop di rimba San Francisco" Hal yang lebih aneh--tapi itu hebat! Dan
sendiri di dalam sebuah restoran juga baik-baik saja. Ternyata aku bisa kencan dengan
diriku sendiri. Namun, makan malam dengan teman-temanku sudah cukup menghibur.
Cara kedua pasangan baru mengitari satu sama lain saat menyenangkan untuk
ditonton. Mimi dan Sophia keduanya membuat kesalahan diri mereka sendiri bahwa
laki-laki yang didengungkan di kepala mereka sebagai pasangan yang sempurna satu
sama lain. Saat itu aku melihat Sophia dalam kerumunan, tinggi badannya dan rambut
merah yang cantik menempatkannya terpisah bahkan di antara ratusan. Restoran yang
panas, dan bar bahkan lebih panas, tempat ini penuh sesak dengan orang-orang dan
tuntutan. Aku bisa melihat Sophie mengobrol dengan seseorang, dan ke samping aku
menemukan Mimi dan Ryan. Apa yang aneh" Neil, bukan Ryan, terlihat menjadi
pasangan percakapan Sophia. Ryan tampak benar-benar terpesona pada Mimi,
tangannya bergerak melalui udara dan pernyataan penekanan dengan buah zaitun
dalam tusukan buah saat ia mendengarkan, terpesona. Dari tempatku berdiri, jarak
memberiku kejelasan yang sempurna. Aku tidak bisa menahan senyum. Mereka telah
menemukan para pria yang selalu mereka pikir mereka inginkan, tapi sekarang mereka
masing-masing tampaknya terpesona oleh yang lain...ah baik, rumput tetangga selalu
lebih baik, kan" Sophia melirikku dan melihat aku di bar, dan tidak lama kemudian, dia
minta diri dan menuju ke arahku. "Bersenang-senang?"" tanyaku saat ia menduduki
bangku di sebelahku. "Aku menikmati waktu yang menyenangkan," renungnya. Dia
kemudian mengatakan kepada bartender bagaimana membuat koktailnya secara tepat.
"Bagaimana Neil malam ini?" Matanya menyala sebentar, dan kemudian dia tampak
menguasai dirinya kembali. "Neil" Baik, aku kira. Ryan tampak hebat, bukan?" Dia
menutupi, menunjuk ke arah kami telah meninggalkan kelompok kami, dan di mana
Mimi dan Ryan masih asyik mengobrol. Ryan memang terlihat tampan dengan celana
jins dan kemeja yang persis cocok dengan mata biru es-nya --matanya berubah gembira
pada Ms. Mimi. Bagaimana bisa mereka tidak melihatnya" "Neil terlihat cukup tampan
juga malam ini," aku mengalihkan pembicaraan, memfokuskan kembali pada pembawa
acara olah raga yang berotot. Sweater hitam ketat, celana chino (skinny jeans)-dia yang
setiap incinya tampak fashionable. "Yep," katanya dingin, menjilati sedikit garam
(hiasan tepi gelas untuk minuman cocktail yang biasanya terbuat dari garam atau gula)
dari tepi gelasnya. Aku tertawa dan meletakkan sebuah tangan di lengannya. "Ayolah,
pretty girl, ayo kita kembali kepada priamu," kataku, dan kami bergabung kembali
dengan grup. Aku pulang terlebih dahulu sebelum teman-temanku, lelah tapi senang.
Sekali lagi aku akan menghabiskan malam sendirian dan hidup untuk menceritakan
kisah tersebut. Aku bertanya-tanya apakah wanita lajang lain memahami kegembiraan
yang berasal dari orang kelima yang tidak tertarik akan kencan buta. Untuk tidak perlu
berbasa-basi dengan beberapa pria yang kau sudah atur siapa orangnya, untuk tidak
perlu khawatir tentang beberapa idiot dengan napas potongan daging-berlapis-saus lada
yang mencoba untuk memaksa lidahnya bergoyang menuruni belakang tenggorokanmu,
dan tidak perlu untuk menjelaskan kepada si idiot yang sama mengapa kau bersikeras
memanggil taksi untuk pulang ke rumah ketika Camaro super cepatnya diparkir tepat di
1Wallbanger - Alice Clayton
sana. Aku menikmati--atau harus aku katakan sebagian besar
menikmati-bermacam-macam hubungan sejak SMA, tetapi tidak benar-benar pernah
jatuh cinta untuk waktu yang lama. Tidak sejak tahun terakhir saat perguruan tinggi. Dan
sejak hal itu hancur berantakan, aku hanya punya serangkaian teman kencan biasa,
tidak pernah benarbenar merasa sepenuhnya ter-investasikan pada siapa pun. Oleh
karena itu masa keabsenanku dari kencan saat ini. Mendapati semua bagian berbaris
tampak lebih dan lebih sulit bagiku karena aku semakin tua, dan prosesnya dapat
membuat lelah. Caroline bagian bawah mungkin selalu setuju dan siap, tapi Otak dan
Hati tampaknya selalu memiliki keberatan sendiri. Ditambah lagi, sekarang O-ku juga
absen, siapa yang tahu seberapa lama, aku menemukan gaya hidup soliterku (mandiri,
tidak terikat) lebih dan lebih menarik. Saat aku merenung atas pemikiran tersebut,
menuju rumah di dalam taksi, telepon aku berbunyi. Aku punya teks dari nomor yang
tidak kukenal. Malam ini menyenangkan" Siapa yang berani mengirimi aku sms" Siapa
yang berani mengirimi aku sms" Saat aku menunggu jawaban, aku membungkuk dan
melepaskan sepatuku. Sepatu hak tinggi yang fantastis, tapi sialan, sepatu itu menyakiti
kakiku. Teleponku berbunyi lagi, dan aku membaca. Beberapa orang menyebut diriku
Wallbanger. Aku sedikit membenci diriku untuk bagaimana jari kaki telanjangku
sekarang terlihat keriting. Jari kaki bodoh. Wallbanger, huh" Tunggu sebentar bagaimana kau mendapatkan nomorku" Aku tahu itu mungkin Mimi atau Sophia. Gadis
sialan. Mereka benar-benar pemaksa akhir-akhir ini. Aku tidak bisa mengungkapkan
sumberku. Jadi, apakah malam ini menyenangkan" Oke, aku bisa memainkan game
ini. Kenyataannya ya. Dalam perjalanan pulang sekarang. Bagaimana Emerald Isle"
Kesepian belum" Disini indah sebenarnya, sedang sarapan. Dan aku tidak pernah
kesepian. Aku percaya itu. Apakah kau membelikan aku sweater" Sedang aku lakukan,
ingin mendapatkan yang bagus. Ya, tolong beri aku satu yang bagus. Tidak akan
menanggapi yang satu itu...bagaimana kucingmu" Benar-benar tidak akan menanggapi
itu. Ada sesuatu yang kau inginkan" Kejadian saling tidak menanggapi ini semakin
parah... Aku tahu apa yang kau maksud. Sulit untuk tidak menyentuh itu. Oke, secara
resmi mengakhiri babak ini. Sindiran-sindiran yang terlalu kentara untuk dilihat secara
langsung. Oh, aku tidak tahu, itu lebih baik ketika itu tebal... Wow. Aku menikmati
gencatan senjata ini lebih dari yang aku harapkan. Aku harus mengakui itu baik bagi aku
juga. Sudah sampai rumah" Yep, baru saja berhenti di depan gedung kita. Oke, aku
akan menunggu sampai Kau berada di dalam.
1Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
Taruhan kau tidak sabar untuk masuk ke dalam. Kau setan, kau tahu itu" Aku sudah
tahu. Oke, sudah di dalam. Baru saja menendang pintumu,ngomong-ngomong. Terima
kasih. Hanya menjadi tetangga yang baik. Selamat malam, Caroline. Selamat pagi,
Simon. Aku tertawa saat aku memutar kunci di lubangnya dan masuk ke dalam. Aku
tenggelam ke sofaku, masih tertawa. Clive secepatnya melompat ke pangkuanku, dan
aku mengelus-elus bulu halusnya saat dia mengeongkan ucapan selamat datangnya.
Teleponku berbunyi sekali lagi. Apakah kau benar-benar menendang pintu" Diam.
Makan sarapanmu. Aku tertawa lagi saat aku mengubah silent mode teleponku untuk


Wallbanger Karya Alice Clayton di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

malam hari dan berbaring di sofa. Clive bertengger di dadaku saat aku sedikit bersantai,
memikirkan wallbanger sialan itu di kepalaku. Itu mengejutkan seberapa jelas aku bisa
membayangkannya: jeans pudar lembut, sepatu hiking ala Jake Ryan dari Sixteen
Candles, sweater rajut turtleneck berwarna off-white dari Irlandia, rambutnya yang
berantakan. Berdiri di atas pantai berbatu di suatu tempat, laut sebagai latar belakang.
Sedikit terbakar sinar matahari, sedikit lapuk, tangan di saku. Dan senyum itu... ***
*Sconces: Pelindung tembok untuk lilin atau lampu yang di gantung *Conde Nast: Divisi
1Wallbanger - Alice Clayton
dari Advance Publications, perusahaan mass media yang bermarkas di NYC. Menarik
lebih dari 164 juta pelanggan dengan 20 brands majalah cetak dan digital, diantaranya
Allure, Vogue, Vanity Fair, Gold Digest, etc Bab 9 PESAN TEKS SINGKAT ANTARA
CAROLINE DAN SIMON Kau menerima sebuah paket kiriman. Aku yang
menandatanganinya dan paketnya sekarang ada di tempatku. Terima kasih. Aku akan
mengambilnya saat aku kembali. Bagaimana kabarmu" Baik, hanya bekerja.
Bagaimana Irlandia" Beruntung. Bagaimana kabar kucing gila itu" Beruntung. Aku
menangkap dia saat mencoba untuk memanjat dinding. Dia masih mencari Purina.
Merindukannya. Kupikir percintaan tidak akan terjadi pada mereka berdua. Mungkin
tidak...Meskipun dia tak akan melupakannya dalam waktu dekat. Mungkin harus
ditambah ransum catnip*-nya. Jangan terlalu berlebihan. Tak ada yang suka kucing
yang tidak bisa diajak ngobrol. Aku sebenarnya agak takut padamu. LOL. Jangan takut.
Tunggu sampai aku menawarimu permen. Jika aku melihatmu memakai jas hujan aku
akan lari ke arah yang lain! Btw kapan kau pulang" Sedikit kangen padaku" Tidak, aku
ingin menggantung kembali beberapa lukisan di dinding di belakang kepala ranjangku
dan aku ingin tahu berapa banyak waktu yang kupunya. Pulang dalam 2 minggu. Jika
kau bisa menunggu selama itu, Aku akan membantumu. Itu setidaknya yang bisa
kulakukan. Setidaknya, dan aku akan menunggu. Kau sediakan palunya, Aku akan
menyediakan minuman koktail-nya. Penasaran pada paluku, ya" Pergi di seberang
lorong sekarang untuk menendang pintumu. PESAN TEKS SINGKAT ANTARA MIMI
DAN CAROLINE Girls, coba tebak" Rumah kakek Sophia bisa dipakai bulan depan.
Kita dalam perjalanan ke Tahoe, baby! Bagus! Itu pasti akan menyenangkan. Aku
sudah sangat ingin pergi bersama teman-teman perempuanku. Kami sedang berpikir
untuk mengundang para pria...apa kau setuju" Tidak apa-apa. Kalian berempat akan
menikmatinya. Idiot, sudah jelas kau masih diundang. Aw trims! Aku akan senang
menemani dua pasang kekasih di akhir pekan yang romantis. FANTASTIS! Jangan jadi
orang brengsek. Kau benar-benar masih diajak. kau tidak akan jadi obat nyamuk. Ini
akan sangat menyenangkan! Apa kau tahu Ryan bisa main gitar" Dia akan
membawanya, dan kita bisa bernyanyi bersama! Apa ini...kemping" Tidak trims! PESAN
TEKS SINGKAT ANTARA MIMI DAN NEIL Hei, Pria Besar, apa yang kau lakukan
pertengahan bulan depan" Hei, Pendek. Belum ada rencana. Ada apa" Kakek Sophia
akan mengijinkan kita memakai rumah peristirahatannya di Tahoe. Kau ikut" Tanyai
Ryan juga... Hell Yes! Aku datang. Aku akan tanya pada si Culun apa dia mau ikut.
Coba ajak bicara Caroline agar dia mau ikut juga. Bagus! Makin banyak makin meriah.
Kita masih bertemu untuk minum-minum dengan Sophia dan Ryan malam ini" Ya,
sampai nanti. Kau benar, Kiddo. PESAN TEKS SINGKAT ANTARA SIMON DAN NEIL
Berhentilah bertanya padaku tentang Jimat Keberuntungan. Si Pria Kecil itu selalu
membuatku tertawa setiap saat! Hei, kapan kau pulang" Kami akan pergi ke Tahoe
untuk acara akhir pekan bulan depan. Aku akan pulang minggu depan. Siapa yang akan
ikut" Sophia dan Mimi, aku dan Ryan. Mungkin Caroline. Gadis itu lumayan juga. Yah,
dia cukup lumayan ketika dia tidak jadi cockblocker (penghalang). Tahoe, huh" Ya,
kakek Sophia punya rumah di sana. Keren. PESAN TEKS SINGKAT ANTARA SIMON
DAN CAROLINE Kau akan ke Tahoe" Bagaimana bisa kau sudah dengar tentang hal
itu" Kabar tersebar...Neil cukup bersemangat. Oh, aku yakin dia begitu. Sophia ada di
bak mandi air panas - tidak terlalu sulit untuk mengetahuinya. Tunggu, kupikir dia
pacaran dengan Mimi. Oh, memang, tapi dia jelas membayangkan Sophia ada di dalam
bak air panas, percayalah. Apa-apaan ini" Hal-hal aneh sedang terjadi di San Francisco.
Mereka masingmasing pacaran dengan orang yang salah. Apa" Ini mengejutkan. Mimi
tidak bisa berhenti membicarakan tentang Ryan, yang biasanya menatap kearahnya
seperti anak anjing yang sedih. Dan Sophia begitu sibuk melamunkan tangan Neil si
1Wallbanger - Alice Clayton
Manusia 1Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
Raksasa hingga Sophia tak bisa melihat bahwa Neil menatap tepat ke arahnya. Cukup
lucu. Kenapa mereka tidak tukar pasangan" Itu kata orang yang punya selir...tidak
semudah itu Tunggu sampai aku pulang, aku akan mengurusnya. Oke, Mr. Fix-It.
Sebelum atau sesudah kau menggantung lukisanku" Jangan khawatir, Gadis Bergaun
Tidur Pink. Aku akan segera masuk ke kamar tidurmu. Mendesah. Apakah kau barusan
benar-benar mengetikkan kata mendesah" Mendesah... Apa kau akan ikut ke Tahoe"
Tidak jika aku bisa mencegahnya. Meskipun itu cukup sepadan untuk menonton
kekacauan ketika mereka akhirnya menyadari masalah mereka. Memang. PESAN
TEKS SINGKAT ANTARA CAROLINE DAN SOPHIA Apa-apaan ini kudengar bahwa
kau tidak ikut ke Tahoe" Ugh! Apa masalahnya" Tenang, Trigger. Apa yang sedang
mengganggumu" Aku hanya tidak paham kenapa hal ini penting bahwa aku harus
menemani kalian semua di akhir pekan romantis. Aku sangat senang untuk pergi pada
kesempatan berikutnya. Pergi dengan kalian di sini adalah satu hal. Ikut bersama kalian
ke Tahoe" Kurasa tidak. Ini tidak akan seperti itu. Aku janji. Aku sudah dengar Simon
saat menggedor dinding ketika dia pulang. Aku tak perlu mendengar Ryan
menyetubuhimu di kamar sebelah, atau Mimi dianiaya. Apakah kau pikir dia menganiaya
Mimi" Apa" Neil. Apa kau pikir dia menganiaya Mimi" Dia melakukan apa" Oh, kau
tahu apa yang kumaksud... Apa kau benar-benar bertanya padaku jika teman baik kita
Mimi berhubungan seks dengan mainan pria barunya" Ya! Aku bertanya!
Kenyataannya, tidak. Mereka belum main kasar. Tunggu, kenapa kau bertanya" kau
sudah tidur dengan Ryan kan" Ya kan?"?" Aku harus pergi. PESAN TEKS SINGKAT
ANTARA SOPHIA DAN RYAN Apakah aneh bahwa kita hanya pernah pergi keluar saat
kencan ganda dengan Mimi dan Neil" Apa" Apakah aneh" Aku tak tahu. Apa begitu"
Ya. Malam ini kau harus datang, sendirian, dan kita menonton film. Ya, Mam. Dan btw,
tanyakan pada temanmu Simon untuk datang ke Tahoe. Ada alasan tertentu aku
melakukan ini" Ya. Mau memberitahuku" Tidak. Bawa popcorn. PESAN TEKS
SINGKAT ANTARA RYAN DAN SIMON Apa kau sudah rindu rumah" Aku siap untuk
pulang, ya. Penerbanganku paling akhir besok malam. Atau malam ini. Sial, aku tak
tahu. Sophia memintaku agar secara resmi menanyakan padamu apa kau ingin datang
ke Tahoe. Kau ikut" Tahoe, huh" Ya. Kupikir Caroline juga ikut. Kupikir dia tidak akan
ikut. Kau telah bicara dengan si cockblocker itu" Sedikit. Dia lumayan juga. Gencatan
senjata tampaknya berlanjut. Hmmm. Jadi, Tahoe" Biar kupikirkan. Selancar angin akhir
pekan ini" Yep. PESAN TEKS SINGKAT ANTARA SIMON DAN CAROLINE Jadi aku
diundang ke acara Tahoe itu. Kau akan ikut" Kau diundang" Ugh... Tebakanku kau
masih belum menerima gagasan itu" Aku tak tahu. Aku senang pergi ke sana, dan
rumahnya cukup fantastis. Kau akan ikut" Kau akan ikut" Aku yang tanya dulu. Jadi
apa" Kekanakan. Kukira aku akhirnya akan ikut. Bagus! Aku suka suasana di sana. Oh,
kau jadi ikut sekarang" Mungkin juga. Kedengarannya menyenangkan. Hmm, kita lihat
saja nanti. Pulang besok, ya" Ya, penerbangan malam dan lalu tidur selama setidaknya
satu hari. Kabari aku kapan kau bangun. Aku punya paket untukmu. Akan kulakukan.
Dan aku memanggang roti zukini malam ini. Aku akan menyisihkan untukmu. Kau
mungkin tak punya bahan makanan sama sekali, kan" Kau membuat roti zukini" Yup
Mendesah... *** Aku tiba-tiba terbangun dan mendengar musik yang datang dari rumah
sebelah. Duke Ellington. Aku melihat jam. Sudah lewat jam dua pagi. Clive menjulurkan
kepalanya keluar dari bawah selimut dan mendesis. "Oh, tutup mulut. Jangan cemburu,"
Aku balas mendesis. Dia memelototiku, menunjukkan padaku pantatnya saat ia berbalik
dan menggeliat masuk di bawah selimut, kepala terlebih dulu. Aku juga meringkuk lebih
1Wallbanger - Alice Clayton
dalam, tersenyum saat aku mendengarkan musiknya. Simon sudah pulang. ***
Keesokan paginya aku bangun sangat senang karena sekarang hari Sabtu. Aku telah
mengerjakan segalanya: tak ada pakaian yang harus dicuci, tak ada tugas untuk
dilakukan. Hanya satu hari untuk dinikmati dan bersantai. Fantastis. Aku memutuskan
untuk memulai dengan mandi berendam yang lama dan menyenangkan, setelah itu aku
akan memutuskan apa yang harus kulakukan hari ini. Aku berpikir untuk jogging di
Golden Gate Park sore nanti. Musim gugur di San Francisco begitu cantik ketika cuaca
bagus. Atau aku mungkin hanya membawa buku dan menghabiskan seluruh sore
disana. Aku menyiapkan bak mandi dan Clive datang untuk menemaniku.
1Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
Dia menyelinap keluar masuk di kakiku saat aku menjatuhkan piyamaku di lantai dan
mengeong saat ia menjelajahi bagian atas bak mandi. Dia sangat suka duduk di tepi bak
sementara aku mandi. Dia tidak pernah jatuh, meskipun kadang-kadang ia akan
mencelupkan ekornya. Kucing konyol "suatu hari dia akan mencelupkan lebih dari
ekornya. Aku mengetes suhu airnya. Aku nyaris sampai ke sisi bak mandi raksasa ini
ketika memutuskan aku butuh sedikit kopi sebelum aku berendam. Aku melangkah
keluar menuju dapur"telanjang dengan bebasnya"untuk membuat diriku sendiri
secangkir kopi. Aku menguap saat menakar biji kopi ke dalam penggiling. Aku
memasukkan beberapa sendok ke dalam penyaring dan pergi untuk mengambil air.
Segera setelah aku menyalakan kerannya, suara melengking terdengar. Pertama, aku
mendengar Clive mengeong tidak seperti sebelumnya. Lalu aku mendengar percikan.
Aku mulai tersenyum, berpikir akhirnya dia jatuh, ketika air dari wastafel menyemprot
langsung tepat ke wajahku. Aku mengerjapkan mata habis-habisan, bingung sampai aku
menyadari air menyembur keluar dari bagian atas keran, menyemprot ke seluruh dapur.
"Sial!" Aku menjerit, berusaha untuk mematikannya. Tidak beruntung. Aku berlari ke
kamar mandi, masih mengumpat dan menemukan Clive bersembunyi belakang toilet,
basah kuyup, dan keran bak mandi menyemburkan air dengan liar kemseluruh kamar
mandi. "Apa?"" Seruku, mencoba lagi untuk mematikan air. Lalu aku mulai panik.
Rasanya seperti seluruh apartemen mengalami kekacauan secara bersamaan. Ada air
yang menyemprot kesegala arah, dan Clive masih melengking sekuat tenaga. Aku
telanjang, basah kuyup, dan panik. "Motherf*ckingcocksuckershitdamndamn!" Aku
menjerit dan menyambar handuk. Aku mencoba untuk berpikir, berusaha menenangkan
diri. Pasti ada katup untuk mematikannya di suatu tempat. Aku sudah sering mendesain
ulang kamar mandi, Demi Tuhan. Berpikir, Caroline! Kemudian aku mendengar suara
gedoran datang dari suatu tempat di apartemen. Tentu saja yang pertama terpikir olehku
adalah kamar tidur"secara alami. Tapi tidak, sekarang adalah pintu depan.
Membungkus handuk kesekeliling tubuhku dan masih memaki begitu kasar cukup
membuat seorang pelaut tersipu, aku berjalan melintasi lantai, untungnya tidak
tergelincir oleh genangan air, dan dengan marah membukakan pintu. Tentu saja itu
Simon. "Apa kau sudah kehilangan akalmu" Kenapa teriak-teriak?" Aku sebenarnya
tidak memperhatikan celana boxer hijau kotakkotak, rambut sehabis tidur, atau tonjolan
otot perutnya. Sebenarnya. Mode bertahan hidup menyala, dan aku mencengkeram
sikunya saat ia mengusap mata dan menyeretnya secara paksa masuk ke apartemen.
"Di mana sebenarnya letak katup untuk mematikan kran di apartemen ini?" Jeritku. Dia
memandang ke sekeliling kekacauan: air menyemprot dari dapur, air di lantai yang
berasal dari kamar mandi, dan aku yang memakai handuk bergambar Snoopy Camp,
yang mana handuk pertama yang bias kusambar. Bahkan dalam kondisi krisis Simon
masih sempat menatap selama 2,5 detik pada tubuhku yang nyaris telanjang. Oke, aku
mungkin sudah menatap tubuhnya 3,2 detik. Kemudian kami berdua segera beraksi.
1Wallbanger - Alice Clayton
Dia berlari ke kamar mandi seperti pria yang punya misi, dan aku bisa mendengar dia
mengetuk sesuatu. Clive mendesis dan berlari keluar, langsung ke dapur. Menyadari
bahwa disana sama basahnya, ia melompat melintasi ruangan dalam gerakan akrobatik
dan mendarat di atas lemari es. Aku mulai berlari ke kamar mandi untuk membantu dan
bertabrakan dengan Simon saat ia berlari ke arah dapur. Tidak terpengaruh, ia meluncur
di bawah lantai dan membuka pintu di bawah wastafel. Dia mulai melemparkan
perlengkapan pembersih milikku ke seluruh lantai, dan aku menduga dia sedang
berusaha untuk meraih katup menutupnya. Aku mencoba untuk tidak memperhatikan
bagaimana bagian belakang celana boxernya menempel ketat pantatnya. Aku berusaha
sangat keras. Dia sekarang juga basah oleh air, dan kemudian kakinya terpelesat dari
bawah tubuhnya, menbuatnya terjatuh ke lantai. "Aduh," katanya dari bawah wastafel,
kakinya sekarang terentang di lantai dapurku yang basah. Lalu ia berguling. Dia basah
kuyup dan sedikit terpampang. "Kemarilah dan bantu aku. Aku tak bisa mematikan
yang satu ini," pintanya diantara suara semburan air dan kucing mengeong. Mengingat
bahwa aku hanya memakai handuk, aku dengan hati-hati berlutut di sampingnya dan
mencoba untuk tidak menatap tubuhnya yang basah, tinggi, ramping yang sangat dekat
dengan tubuhku. Satu semburan air yang langsung mengenai bola mataku sudah cukup
untuk menyadarkanku dari lamunan, dan aku memperbarui fokusku. "Apa yang kau
ingin aku lakukan?" Teriakku. "Apa kau punya kunci inggris?" "Ya!" "Bisakah kau
mengambilnya?" "Tentu!" "Kenapa kau berteriak?" "Aku tak tahu!" Aku duduk di sana,
mencoba untuk melihat di bawah wastafel. "Well, ambillah, Demi Tuhan!" "Baiklah.
Baiklah!" Aku berteriak dan berlari menuju ke lemari di lorong. Ketika aku kembali, aku
sedikit terpeleset di ubin basah dan meluncur ke sampingnya. "Ini!" Teriakku dan
menyodorkan kunci inggris ke bawah wastafel. Aku melihat dia bekerja, wajahnya tak
terlihat. Lengannya menegang, dan aku bisa melihat betapa kuatnya dia. Aku
menyaksikan dengan takjub ketika perutnya mengeras dan menampilkan enam tonjolan
perut. Ups, jadi delapan. Dan kemudian V muncul. Halo, V... Ia mendengus dan
mengerang dan ototnya menegang saat ia mematikan katup, seluruh tubuhnya terlibat
dalam usahanya. Aku menyaksikan bagaimana ia berjuang dalam Pertempuran
Melawan Katup dan akhirnya menang. Aku juga mengamati dengan cermat pada boxer
kotak-kotak hijaunya, yang ketika basah, menempel ketat seperti kulit kedua. Kulit yang
basah, dan mungkin juga hangat, dan " "Selesai!" "Hore!" Aku bertepuk tangan saat air
akhirnya berhenti. Dia mengeluarkan satu erangan terakhir, yang anehnya terdengar
akrab, dan rileks. Aku menyaksikan bagaimana ia meluncur keluar dari bawah wastafel.
1Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
Dia berbaring di sampingku di lantai, basah dan hanya memakai celana boxer. Aku
duduk di sampingnya, basah dan hanya memakai handuk. Clive duduk di atas lemari es,
basah dan marah. Clive terus berteriak/mengeong, dan kami terus saling menatap,
terengah-engah"Simon karena perjuangannya dan aku...karena perjuangan Simon.
Clive akhirnya melompat turun dari kulkas ke meja dan tergelincir di dalam genangan
air. Dia menabrak radioku, memantul, dan jatuh ke lantai. Suara keras Marvin Gaye
membanjir ke dalam dapur yang basah saat Clive mengibaskan tubuhnya dan berlari
ke ruang tamu. "Let's get it on (Mari bercinta)..." Marvin menyanyikannya seperti dia
bersungguh-sungguh, dan Simon dan aku saling memandang, wajah kami berwarna
merah membara. "Apa kau bercanda?" Kataku. "Apa ini nyata?" katanya, dan kami
berdua mulai tertawa"pada kekacauan, pada kekonyolan, semata-mata pada kegilaan
yang baru saja terjadi dan fakta bahwa kami sekarang berbaring setengah telanjang di
dapurku, tertutup air, mendengarkan lagu yang mendorong kami untuk, pada
kenyataannya, "bercinta," dan tertawa terbahak-bahak. Aku akhirnya duduk tegak,
1Wallbanger - Alice Clayton
sambil menyeka air mata tawaku. Dia duduk di sebelahku masih memegangi perutnya.
"Ini seperti satu episode yang buruk dari sitkom Three Company." Dia terkekeh.
"Memang iya. Aku berharap seseorang memanggil Mr. Furley." Aku terkikik, menarik
handuk lebih ketat ketubuhku. "Bagaimana kalau kita membersihkannya?" tanya Simon,
berdiri. Aku menyadari bahwa celana boxer-nya, dan apa pun yang mungkin berada di
dalamnya, sekarang berada di depan mata. Tenanglah, Caroline. "Ya, kukira kita harus
membersihkannya." Aku tertawa lagi saat ia mengulurkan tangannya untuk membantuku
berdiri. Aku tidak bisa mendapatkan tumpuan sedikitpun, jadi aku berpegangan pada
tangannya, kakiku tergelincir di atas lantai. "Ini tak akan pernah bisa berhasil,"
gumamnya dan menyambar tubuhku. Dia menggendongku ke ruang tamu kemudian
menurunkanku. "Hati-hati di sana. Snoopy-nya melorot sedikit," katanya, menunjuk ke
bagian yang menutupi kedua payudaraku. "kau suka itu, kan?" godaku, menarik
handukku lebih ketat. "Aku akan ganti pakaian, dan aku akan membawakanmu
beberapa handuk kering. Cobalah untuk tetap keluar dari masalah." Dia mengedipkan
mata dan kembali ke apartemennya. Aku tertawa lagi dan pergi ke kamar tidur di mana
Clive sekarang hanya terlihat seperti gundukan di bawah selimut. Aku melihat cermin
diatas meja riasku saat aku mencari sesuatu untuk dipakai. Aku benar-benar terlihat
bersinar. Huh. Pasti karena semua air dinginnya. *** Satu jam kemudian segalanya
sudah terkendali. Kami membersihkan air, memperingatkan orang-orang di lantai bawah
jika seandainya ada kebocoran di bawah, dan menelepon petugas pemeliharaan. Kami
mulai merambah menuju pintu depanku, mengepel sisa air terakhir dengan handuk yang
dengan murah hati disediakan oleh Simon. "Benar-benar kacau!" Seruku, bangkit dari
lantai dan menjatuhkan diriku ke sofa. "Bisa saja lebih parah. Kau bisa bisa saja
berurusan dengan ini setelah tidur hanya tiga jam, dan terbangun oleh seorang wanita
yang berteriak sekeras-kerasnya," katanya, menghampiriku untuk duduk di lengan
sofa. Aku melengkungkan satu alis, dan dia menarik kata-katanya. "Oke, contoh yang
buruk karena skenarionya merupakan sesuatu yang kau kenal. Apa yang akan kau
lakukan sekarang?" "Aku tak tahu. Aku harus tetap tinggal di sini dan menunggu orang
yang akan memperbaiki kekacauan ini. Sekarang, aku tak punya air, yang berarti tidak
ada kopi, belum mandi, tidak ada apapun. Menyebalkan," gumamku sambil bersidekap.
"Well, aku akan di seberang lorong, minum kopi dan memikirkan tentang showerku, jika
kau butuh sesuatu," katanya, menuju ke pintu. "Brengsek, kau harus membuatkan aku
kopi." "Apa kau juga menerima ajakanku untuk ke kamar mandi?" "kau tidak akan
berada di sana denganku, tahu." "Kurasa kau bisa mendapat salah satunya. Ayolah,
cockblocker kecil," katanya gusar, menarikku bangun dari sofa dan menuntunku di
seberang lorong. Clive mengeluarkan satu teriakan marah terakhirnya padaku dari
kamar tidur, dan aku mendesis kearahnya. "Ups, tunggu. Biar aku ambilkan sarapan."
Aku menyambar bungkusan foil dari meja. "Apa itu?" tanyanya. "Roti zukini-mu." Aku


Wallbanger Karya Alice Clayton di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bersumpah ia hampir menggigit bibir bawahnya. Ia pasti benarbenar suka roti zukini. ***
Tiga puluh menit kemudian, aku duduk di meja dapur Simon, dengan kaki ditekuk,
minum kopi giling Prancis dan sambil menggeringkan rambutku dengan handuk. Simon
tampak benarbenar santai dan senang, dan dia melahap seluruh potongan roti zukini.
Aku baru makan setengah potong ketika ia menyambarnya dariku, seluruh potongan
menghilang di mulutnya. Dia mendorong mundur dari meja dan mengerang,
menepuk-nepuk perutnya yang penuh. "Kau ingin rotinya lagi" Aku memanggang
banyak, dasar kau babi kecil rakus." Aku mengerutkan hidungku padanya. "Aku akan
mengambil apa pun yang kau ingin berikan padaku, Gadis Bergaun Tidur Pink. Kau tak
tahu betapa aku sangat suka roti buatan sendiri. Tak ada yang membuatkanku roti
seperti ini selama bertahun-tahun." Dia mengedipkan matanya dan mengeluarkan
sendawa kecil. "Itu baru seksi." Aku mengerutkan kening dan membawa cangkir kopiku
1Wallbanger - Alice Clayton
ke ruang tamu, melongok keluar lorong untuk melihat apakah petugas pemeliharaan
sudah datang atau belum. Simon mengikutiku dan duduk di sofa besarnya yang
nyaman. Aku berjalan berkeliling, melihat semua foto-fotonya. Dia memiliki serangkaian
foto hitam putih di salah satu dinding, beberapa foto dari seorang wanita yang sama di
sebuah pantai. Tangan, kaki, perut, bahu, punggung, kaki, jari kaki, dan akhirnya
sebuah foto dari wajahnya. Dia sangat cantik. "Ini sangat cantik. Salah seorang
selirmu?" Tanyaku, menegok kearahnya. Dia menghela napas dan mengusap
rambutnya. "Tidak setiap wanita masuk ke tempat tidurku, tahu." "Maaf, aku bercanda.
Dimana ini diambil?" Tanyaku sambil duduk di sampingnya.
1Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
"Di sebuah pantai di Bora Bora. Aku sedang mengerjakan sebuah seri fotografi
perjalanan, pantai paling indah di Pasifik Selatan, bergaya sangat retro. Suatu hari dia
ada di pantai, gadis lokal, dan cahayanya sempurna, jadi aku bertanya bisakah aku
mengambil beberapa foto dari dia. Hasilnya bagus sekali." "Dia sangat cantik," kataku,
menyeruput kopiku. "Ya," dia setuju dengan senyum manisnya. Kami menyesap kopi
dalam diam, baik-baik saja dengan tanpa bicara. "Jadi apa rencanamu hari ini?"
tanyanya. "Maksudmu sebelum pipa airnya memberontak?" "Ya, sebelum serangan itu."
Dia tersenyum di atas bibir cangkirnya, mata birunya bersinar. "Sebenarnya aku tak
punya banyak rencana, dan itu sesuatu yang bagus. Aku berencana akan pergi jogging,
mungkin duduk di luar dan membaca buku sore ini." Aku mendesah, merasa hangat dan
nyaman dan tenang. "Bagaimana denganmu?" "Aku berencana untuk tidur sepanjang
hari sebelum mengurusi segunung cucian." "Kau bisa pergi tidur, tahu. Aku bisa
menunggu di apartemenku sendiri." Aku mulai bangkit. Pria malang, ia pulang tengah
malam, dan aku membuatnya tidak tidur. Tapi dia melambaikan tangannya dan
menunjuk ke arah sofa. "Tapi aku lebih tahu. Jika tidur aku akan terkena jet lag
sepanjang minggu. Aku harus kembali pada waktu Pasifik-ku secepat mungkin, jadi
mungkin itu sesuatu yang baik saat pipamu menyerang." "Hmm, kurasa iya. Jadi
bagaimana Irlandia" Menyenangkan?" Tanyaku, sambil duduk kembali. "Aku selalu
menikmati ketika aku bepergian." "Ya Tuhan, pekerjaan yang menakjubkan. Aku ingin
melakukan perjalanan seperti itu, hanya membawa koper, melihat dunia, luar biasa..."
Aku terdiam, melihat-lihat lagi semua fotonya. Aku melihat rak kecil di dinding seberang
dengan botol-botol kecil di atasnya. "Apa itu?" Tanyaku, berjalan menuju rak kecil yang
menarik perhatianku. Masing-masing botol berisi sesuatu yang terlihat seperti pasir. Ada
yang putih, beberapa abu-abu, beberapa pink, dan salah satunya hampir hitam pekat.
Masing-masing diberi label. Saat aku mengamati botolnya aku merasa, bukannya
melihat, dia bergerak di belakangku. Napasnya terasa hangat di telingaku. "Setiap kali
aku mengunjungi pantai baru, aku membawa pulang sejumput pasir"sebagai pengingat
dimana, dan kapan aku berada di sana," jawabnya, suaranya rendah dan sendu. Aku
mengamati lebih dekat pada botol-botol itu dan kagum pada nama-nama yang kulihat:
Harbour Island-Bahama, Prince William Sound-Alaska, Punaluu-Hawaii, Vik Islandia,
Sanur-Bali, PaturaTurki, Galicia-Spanyol. "Dan kau sudah pernah ke semua
tempat-tempat ini?" "Mmm-hmm." "Dan kenapa membawa pulang pasir" kenapa bukan
kartu pos, atau lebih baik lagi, foto yang kau ambil" Bukankah itu sudah cukup sebagai
suvenir?" Aku menoleh untuk memandangnya. "Aku mengambil foto karena aku
menyukainya, dan kebetulan itu menjadi pekerjaanku. Tapi ini" Ini berwujud, dapat
diraba, ini nyata. Aku bisa merasakan ini, ini adalah pasir dimana aku pernah
benarbenar berdiri di atasnya, dari setiap benua di planet ini. Ini membawaku kembali ke
sana, seketika," katanya, matanya terlihat menerawang. Jika diucapkan oleh pria lain,
dalam suasana apapun, itu akan jadi sangat murahan. Tapi dari Simon" Pria ini punya
1Wallbanger - Alice Clayton
pemahaman yang mendalam. Sialan. Jemariku terus menelusuri semua permukaan
botol"nyaris tak bisa dihitung. Ujung jariku berlama-lama pada beberapa botol dari
Spanyol, dan ia melihatnya. "Spanyol, ya?" tanyanya. Aku berbalik untuk
memandangnya. "Ya, Spanyol. Selalu ingin pergi kesana. Suatu hari aku akan kesana."
Aku mendesah dan melintas kembali ke sofa. "Apa kau sering melakukan perjalanan?"
tanyanya, tenggelam di sofa di sampingku lagi. "Aku mencoba untuk pergi ke suatu
tempat setiap tahun"tidak semewah, atau seseringmu, tapi aku mencoba untuk pergi
ke suatu tempat setiap tahunnya." "Kau dan teman perempuanmu?" Dia tersenyum.
"Kadang-kadang, tapi beberapa tahun terakhir ini aku menikmati bepergian sendiri. Ada
sesuatu yang menyenangkan saat mengatur ritmemu sendiri, pergi ke manapun kau
mau, dan tak perlu mengajukannya pada komite setiap kali kau ingin pergi keluar untuk
makan malam, kau tahu?" "Aku mengerti. Aku hanya terkejut," katanya, sedikit
mengernyit. "Terkejut bahwa aku ingin melakukan perjalanan sendiri" Apa kau
bercanda" Itu yang terbaik!" Seruku. "Hell, kau tidak mendapat bantahan dariku. Aku
hanya terkejut. Kebanyakan orang tidak suka bepergian sendiri"terlalu berlebihan,
terlalu menakutkan. Dan mereka pikir mereka akan menjadi kesepian." "Apa kau pernah
merasa kesepian?" Tanyaku. "Aku sudah bilang, aku tak pernah kesepian," katanya,
sambil menggeleng. "Ya, ya, aku tahu, Simon bilang, tapi aku harus mengatakan bahwa
aku menganggap itu agak sulit dipercaya." Aku memutar seikat rambutku yang hampir
kering di jariku. "Apa kau merasa kesepian?" tanyanya. "Ketika aku bepergian" Tidak,
aku mudah akrab dengan orang lain," jawabku segera. "Aku benci mengakuinya, tapi
aku setuju dengan itu," katanya sambil mengangkat mug-nya ke arahku. Aku tersenyum
dan tersipu sedikit, membenci diriku sendiri karena mengalaminya. "Wow, apa kita
menjadi teman?" Tanyaku. "Hmm, teman..." Dia tampaknya berpikir dengan hati-hati,
mengamati diriku dan keadaanku saat ini yang tersipu. "Ya, kupikir kita berteman."
"Sungguh menarik. Dari cockblocker menjadi teman. Lumayan." Aku terkikik dan
mendentingkan mug-nya dengan milikku. "Oh, itu masih harus dilihat apakah status
cockblocker-mu akan dicabut atau tidak," katanya. "Well, lain kali beritahu aku sebelum
Spanx datang kemari, oke, teman?" Aku tertawa melihat ekspresi bingungnya. "Spanx?"
"Ah, ya, well, kau mengenalnya sebagai Katie." Aku tertawa. Dia akhirnya punya
kesopanan dengan tersipu dan tersenyum malumalu. "Yah, sebenarnya, Nona Katie
tidak lagi merupakan bagian dari apa yang kau sebut dengan begitu baiknya sebagai
haremku." "Oh tidak, aku menyukai dia! Apa kau menampar pantatnya terlalu keras?"
Godaku lagi, cekikikanku mulai tak terkendali. Dia mengusap rambutnya dengan kalut.
"Aku harus memberitahumu, terus terang ini adalah percakapan paling aneh yang
pernah kulakukan bersama seorang wanita." "Aku meragukannya, tapi serius, kemana
Katie pergi?" 1Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
Dia tersenyum tenang. "Dia bertemu seseorang dan tampaknya benar-benar bahagia.
Jadi kami mengakhiri hubungan fisik kami, tentu saja, tapi dia masih teman baikku."
"Well, itu bagus." Aku mengangguk dan diam sejenak. "Bagaimana bisa berhasil,
sebenarnya?" "Bagaimana bisa berhasil apanya?" "Well, kau harus mengakui, dalam
pandangan yang paling baik hubunganmu tidak konvensional. Bagaimana kau
melakukannya" Membuat semua orang senang?" Desakku. Dia tertawa. "Kau tidak
serius menanyakan bagaimana aku memuaskan para wanita ini, kan?" Dia menyeringai.
"Tentu saja tidak. Aku sudah mendengar bagaimana kau melakukannya! Tak ada lagi
yang perlu dipertanyakan soal itu. Maksudku, bagaimana bisa tak ada orang yang
tersakiti?" Dia berpikir sejenak. "Kukira karena kami jujur saat akan memasuki hubungan
ini. Tapi ini tidak seperti seseorang menciptakan sebuah dunia kecil, ini terjadi begitu
1Wallbanger - Alice Clayton
saja. Katie dan aku selalu sangat akrab, terutama dengan cara itu, jadi kami masuk
begitu saja ke dalam hubungan itu." "Aku suka Spanx"maksudku Katie. Jadi apa dia
yang pertama masuk" Dalam haremmu?" "Cukup menyebut haremku"kau
membuatnya terdengar begitu kotor. Katie dan aku kuliah dalam satu kampus, mencoba
berkencan yang sesungguhnya, tidak berhasil. Tapi dia hebat, dia...tunggu, apakah kau
yakin ingin mendengar semua ini?" "Oh, aku siap mendengar dengan seksama. Aku
sudah menunggu untuk mengupas lapisan demi lapisan masalah ini sejak pertama kali
kau menjatuhkan lukisanku dari dinding dan mengenai kepalaku." Aku tersenyum, duduk
kembali di sofa dan melipat lututku. "Aku menjatuhkan lukisan dari dindingmu?"
tanyanya geli sekaligus bangga. Dasar Pria. "Fokus, Simon. Berilah info dari orang
dalam pada wanita yang sedang menunggu ini. Dan jangan menjelaskannya secara
detil" cerita ini lebih bagus daripada HBO." Dia tertawa dan memasang wajah
pendongengnya. "Well, oke, kukira itu dimulai dengan Katie. Kami tidak berhasil sebagai
pasangan, tapi ketika kami bertemu satu sama lain setelah kuliah beberapa tahun yang
lalu, minum kopi berubah menjadi makan siang, makan siang berubah menjadi
minum-minum, dan minum berubah menjadi...well, tempat tidur. Tak satupun dari kami
sedang dekat dengan siapa pun, jadi kami mulai bertemu setiap kali aku berada di kota.
Dia hebat. Dia hanya...Aku tak tahu bagaimana menjelaskannya. Dia...lembut."
"Lembut?" "Ya, dia montok dan hangat dan manis. Dia hanya...lembut. Dia yang
terbaik." "Dan Purina?" "Nadia. Namanya Nadia." "Aku punya kucing yang mengatakan
sebaliknya." "Nadia dan aku bertemu di Praha. Aku sedang melakukan pemotretan pada
suatu musim dingin. Aku biasanya tak pernah melakukan fotografi fashion, tapi aku
diminta memotret untuk majalah Vogue"sangat artistik, sangat konseptual. Dia memiliki
rumah di luar kota. Kami menghabiskan akhir pekan telanjang bersama-sama, dan
Pedang Pembunuh Naga 9 Circa Karya Sitta Karina Pendekar Panji Sakti 3

Cari Blog Ini