Ceritasilat Novel Online

Wallbanger 6

Wallbanger Karya Alice Clayton Bagian 6


dorongan, setiap luncuran dan kemiringan pinggulnya pada pinggulku, mendorongnya,
tanpa henti, masuk dan keluar dari tubuhku. Aku mengambil satu langkah terakhir, satu
kaki sekarang menggantung dari tepi tebing, dan kemudian! Aku melihatnya ...sang O.
Dia berada di air di bawah, rambutnya seperti api yang menari di sepanjang gelombang.
Dia melambai dan aku melambaikan tangan dan hanya seperti itu, Simon membawa
satu tangan di antara tubuh kami, tepat di atas di mana kami bergabung, dan dia mulai
menjejaki lingkaran kecilnya. Lingkaran kecil dari tangan yang sempurna, dan aku
meloncat. Aku melompat bebas dan jelas dan keras dan bangga, mengumumkan
persetujuanku dengan "Yes!" yang kuat ketika aku buru-buru menuju ke ketinggian
tertentu itu. Dan aku jatuh. Dan jatuh. Dan jatuh. Jatuh dan membentur permukaan air
yang tak kenal ampun, dan aku tidak muncul ke permukaan. Aku jatuh yang
kelihatannya terasa lama sekali, tapi bukannya O menemuiku di bagian bawah dengan
tangan terbuka, aku menggelepar, sendirian dan basah. Setiap otot di tubuhku, setiap
sel berkonsentrasi pada kembalinya sang O, seolah-olah aku bisa menghendakinya
kembali. Aku menegang, tubuhku mengencang dan kejang saat aku melihatnya, hanya
sedikit ujung dari rambutnya, seperti api di bawah air, menjauh dariku. Dia begitu dekat,
begitu sangat dekat, tapi tidak. Tidak. Aku bergegas mengejarnya, berusaha dengan
kemauan terjal untuk membuatnya muncul kembali, tapi tidak ada apapun. Dia sudah
pergi, dan aku ditinggalkan di bawah air. Dengan orang yang paling tampan di dunia di
dalam diriku. Aku membuka mata dan melihat Simon di atasku, melihat wajah yang
tampan saat ia bercinta denganku, dan inilah apa artinya ini. Ini bukan seks. Ini adalah
cinta, dan aku masih tidak bisa menawarkan padanya semua yang aku punya. Aku
melihat matanya berat dan tebal dan setengah tertutup dalam gairah. Aku melihat
sebulir keringat mengalir di hidungnya dan melihat saat itu memercik dengan malas ke
payudaraku. Aku melihat saat dia menggigit keras bibir bawahnya, ketegangan di
3Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
wajahnya saat dia menunda klimaks. Dia adalah segalanya yang aku harapkan akan
menjadi. Dia adalah seorang kekasih yang murah hati, dan aku bisa merasakan
jantungku berdetak sampai meledak keluar dari dadaku agar menjadi lebih dekat
dengannya, mencintainya. Dia adalah segalanya. Aku mengangkat tangannya dari
antara tubuh kami dan mencium ujung jarinya, kemudian membungkus erat kakiku di
pinggangnya dan melabuhkan tanganku di punggungnya. Dia sedang menunggu
untukku. Tentu saja dia menunggu. Aku memujanya. Aku memejamkan mata sekali lagi,
menguatkan diri untuk semua yang bisa aku berikan padanya. "Simon, nikmat sekali,"
aku terengah-engah, dan aku bersungguhsungguh pada setiap kata. Aku menyentakkan
pinggulku. Aku mengepal di semua tempat yang tepat, dan aku memanggil namanya,
lagi dan lagi. "Caroline, lihat aku, please," pintanya, suaranya penuh dengan
kenikmatan. Aku membiarkan mataku untuk membuka lagi, merasakan satu tetes air
mata di pipiku. Tatapan aneh berada di balik wajahnya hanya sedetik saat matanya
mencariku, dan kemudian" Dia klimaks. Tidak ada guntur, tidak ada petir, tidak ada
keriuhan. Tapi itu menakjubkan. Dia roboh di atasku, dan aku menerima berat
badannya. Aku menerima itu semua karena aku membuainya ke dadaku dan
menciumnya lagi dan lagi, tanganku mengelus-elus punggungnya, kakiku memeluknya
seerat yang aku bisa. Aku membisikkan namanya saat dia menyundul ke dalam ruang di
antara leher dan payudaraku, belaian dan sentuhan yang sederhana. Jantung kembali
tenang dan diam-diam mendesah. Saraf" Dasar kau brengsek. Bahkan jangan berpikir
tentang menunjukkan wajahmu di sini. Kami berbaring untuk sementara waktu,
mendengarkan laut di surga kecil kami sendiri, ini bisa jadi dongeng romantis,
3Wallbanger - Alice Clayton
seharusnya cukup. Ketika napasnya kembali normal, ia mengangkat kepalanya dan
menciumku dengan sangat lembut. "Caroline Manis," dia tersenyum, dan aku tersenyum
kembali, hatiku terasa penuh. Seks bisa jadi luar biasa, bahkan tanpa O. "Aku akan
segera kembali, " katanya melepas diri dariku dan berjalan ke kamar mandi, pantat
telanjangnya adalah sebuah pemandangan untuk dilihat. Aku melihatnya pergi, dan
kemudian cepat-cepat duduk, menaikkan tali gaun tidurku kembali di bahuku. Aku
berguling menyamping, membelakangi kamar mandi, dan meringkuk di sekeliling
bantalku. Ini telah menjadi satu-satunya pengalaman seksual terbaik dalam hidupku.
Setiap ide(i=idea) sudah di hubungkan, setiap pikiran(t=thought) sudah di seberangi.
Namun, masih tidak ada jalan keluar untuk O. Apa yang salah sih denganku" Aku tidak
akan menangis. Aku tidak akan menangis. Aku tidak akan menangis. Meskipun dia
hanya pergi dari tempat tidur selama beberapa menit, ketika dia kembali, aku panik dan
pura-pura tidur. Kekanakkanakan" Yap. Benar-benar kekanakan. Aku merasakan kasur
bergerak saat dia kembali naik, dan kemudian tubuh hangatnya dan masih sangat
telanjang naik terhadapku, memelukku dari belakang. Lengannya melilit di tengah
tubuhku, kemudian mulutnya di telingaku, berbisik. "Mmm, Gadis Bergaun Tidur kembali
memakai gaun tidurnya." Aku menunggu, tidak berbicara, hanya bernapas. Aku
merasakannya mengguncang tubuhku sedikit dan tertawa kecil. "Hei, hei kau, kau
tidur?" Haruskah aku mendengkur" Setiap kali orang memalsukan tidur di sitkom
(komedi situasi), mereka mendengkur. Aku mengeluarkan dengkuran kecil. Dia
mencium leherku, kulit pengkhianatku bangkit merinding karena mulutnya. Aku
mendesah dalam "tidur," meringkuk lebih dekat dengan Simon, berharap dia akan
membiarkanku melakukan ini. Nasib sedang baik malam ini, karena ia hanya
memelukku erat ke dadanya dan menciumku sekali lagi. "Malam, Caroline," bisiknya,
dan malam menetap di sekitar kami. Aku berpura-pura mendengkur selama beberapa
menit sampai dengkuran sungguhannya mengambil alih, dan kemudian aku menghela
napas berat. Bingung dan mati rasa, aku terjaga sampai fajar. *** Wallbanger Bab 20
Aku telah berpura-pura. Berpura-pura mendapatkan O dengan Simon. Pasti ada aturan
tertulis di suatu tempat, bahkan mungkin dipahat di bebatuan: Engkau Tidak Boleh
Berpura-Pura Mendapatkan O Dengan si Penggedor Dinding. Jadi biarlah itu tertulis,
biarlah itu terjadi. Aku berpura-pura, dan sekarang aku ditakdirkan untuk mengembara di
planet ini selamanya, tanpa O. Apa aku bersikap terlalu dramatis" Oh my, ya. Tapi
kalau ini bukan disebut sebuah drama kecil, lalu apa" Pagi harinya, aku bangun dan
turun dari tempat tidur bahkan sebelum Simon terjaga, sesuatu yang belum pernah
dilakukan sepanjang waktu kami berada di perjalanan kami bersama-sama. Biasanya
kami tetap di tempat tidur sampai yang lain terjaga, dan kemudian duduk-duduk untuk
sementara waktu, tertawa dan mengobrol. Dan berciuman. Mmm, berciuman. Tapi pagi
ini aku buru-buru mandi lalu ke dapur membuat sarapan ketika Simon yang mengantuk
masuk ke dapur. Berjalan dengan menyeret kaki di lantai memakai kaus kakinya,
dengan celana boxer rendah di pinggul, dia menyeringai melalui tatapan mengantuknya
dan membenamkan diri ke sampingku saat aku mengiris melon dan buah berri. "Apa
yang kau lakukan di sini" Aku sedikit kesepian. Ranjang besar, tanpa Caroline. Kau
pergi ke mana?" Tanyanya, menanam ciuman cepat di bahuku. "Aku harus beraktivitas
pagi ini. Ingat kan mobil datang menjemputku pukul sepuluh" Aku ingin membuatkanmu
sarapan sebelum aku pergi." Aku tersenyum, berbalik untuk memberikannya ciuman
cepat. Dia menghentikanku saat akan berbalik dan menciumku lebih mendalam, tidak
membiarkanku terburu-buru melewati apapun. Aku bisa merasakan diriku menutup, dan
aku nyaris tak bisa menghentikannya. Aku butuh beberapa waktu untuk memproses hal
ini, untuk memahami bagaimana perasaanku"selain sengsara. Tapi aku memuja
Simon, dan dia tidak layak untuk ini. Jadi aku membiarkan diriku jatuh ke dalam ciuman,
3Wallbanger - Alice Clayton
tersapu oleh pria ini sekali lagi. Aku balas menciumnya dengan penuh semangat, gairah,
dan kemudian menarik diri sebelum itu bisa menjadi sesuatu yang lebih dari ciuman.
"Buah?" "Hah?" "Buah. Aku membuat salad buah. Mau?" "Oh, yeah. Ya.
Kedengarannya bagus. Sudah menyeduh kopi?"
3Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
"Airnya mendidih. French press (alat penyeduh kopi sederhana yang mampu
menghasilkan kopi tanpa ampas) sudah siap untuk digunakan." Aku menepuk pipinya
saat aku melambaikan tangan ke arah panci. Kami berdampingan di dapur, berbicara
pelan, dan Simon mencuri satu atau dua ciuman di sana-sini. Aku mencoba untuk tidak
menunjukkan betapa kacaunya otakku, mencoba untuk berperilaku senormal mungkin.
Simon sepertinya merasakan sesuatu, tapi dia menangkap isyaratnya dariku,
membiarkanku membawa pagi ini. Kami duduk di luar di teras untuk terakhir kalinya,
memakan sarapan kami bersama-sama dan menonton ombak yang memecah di tepi
pantai. "Apa kau senang kau ikut?" tanyanya. Aku menggigit bibirku mendengar
pernyataan yang sudah jelas ini. "Aku sangat senang. Perjalanan ini menakjubkan." Aku
tersenyum, meraih ke seberang meja untuk memegang tangannya dan meremasnya.
"Dan sekarang?" "Dan sekarang apa" Kembali ke realitas. Jam berapa penerbanganmu
akan mendarat besok?" Tanyaku. "Larut. Benar-benar larut. Haruskah aku
menghubungimu atau..." Dia menyela, seakan bertanya apakah dia harus datang.
"Hubungi aku ketika kau sampai, tidak peduli jam berapa, oke?" Jawabku sambil
menyesap kopi dan menonton laut. Dia diam sekarang, dan kali ini ketika aku menggigit
bibirku, itu agar aku tidak menangis. *** Aku sudah berkemas lebih awal, jadi ketika
sopir sampai di sini, aku sudah siap untuk pergi. Simon mencoba menggodaku untuk
bergabung dengannya di kamar mandi, tapi aku memohon, membuat alasan untuk
menemukan pasporku. Aku panik dan menarik diri hanya ketika kami sudah begitu
dekat, tapi itu benar-benar mengejutkanku. Aku telah menaruh semua O-ku ke dalam
satu keranjang, dan masalahnya bukan Simon. Itu aku. Seksnya terasa tidak nyata,
menakjubkan, sempurna bahkan tanpa kondom, namun tetap saja, tidak. Simon berjalan
membawakan tasku ke mobil dan menempatkannya di bagasi. Setelah berbicara
dengan sopir sejenak, ia kembali padaku saat aku berjalan melalui rumah untuk terakhir
kalinya. Ini benarbenar seperti dongeng, dan aku menikmatinya setiap saat. "Waktunya
untuk pergi?" Tanyaku, bersandar ketika dia mendekatiku di pagar teras. Aku sangat
senang merasakan dirinya menempel tubuhku. "Waktunya untuk pergi. Kau sudah
punya semua yang kau butuhkan?" "Kurasa begitu. Walaupun aku berharap aku bisa
mencari cara untuk membawa pulang beberapa udang itu." Aku tertawa, dan dia
mendengus ke rambutku. "Kupikir kita bisa menemukan sesuatu di rumah yang akan
cocok. Mungkin kita bisa mengundang yang lain selama akhir pekan depan dan
menciptakan beberapa hal yang kita makan di sini?" Aku berbalik untuk menghadapinya.
"Membuat debut kita?" Aku menyeringai. "Ya, tentu. Maksudku, jika kau
menginginkannya," tambahnya malumalu, menatapku dengan hati-hati. "Aku mau,"
jawabku. Dan aku memang ingin. Bahkan tanpa O bodoh yang diberkati, aku ingin
bersama dengan Simon. "Oke, debutnya di atas udang. Kedengarannya aneh." Aku
tertawa saat dia memelukku padanya. Sopir membunyikan klakson, dan kami beringsut
menuju mobil. "Aku akan meneleponmu ketika aku kembali, oke?" Katanya. "Aku ada di
sana. Lakukan pekerjaanmu dengan baik," perintahku. Dia mengusap rambutku
kembali dari wajahku dan membungkuk untuk menciumku sekali lagi. "Bye, Caroline."
"Bye, Simon." Aku masuk ke dalam mobil. Dan melaju menjauh dari negeri dongeng. ***
Setelah aku duduk nyaman di kursi kelas satuku, aku tidak punya apa-apa selain
berjam-jam untuk merenung. Baru teringat. Aku tidak punya apa-apa selain berjam-jam
3Wallbanger - Alice Clayton
untuk duduk dan mabuk dan menggerutu. Aku menangis di dalam mobil dalam
perjalanan ke bandara, terus-menerus mencoba untuk menjamin sopirku bahwa aku
baik-baik saja dan bukan orang gila berdarah dingin. Aku menangis karena, well, sangat
yakin banyak ketegangan dalam tubuhku, dan itu harus keluar dengan cara tertentu.
Dan memang begitu, melalui bola mataku. Aku sedih dan frustrasi. Sekarang aku sudah
selesai menangis. Aku mencoba untuk membaca. Aku menyetok majalah tak bermutu di
bandara di Malaga. Saat aku membolak-baliknya, judul artikel melompat ke arahku:
"Bagaimana Cara Mengetahui Jika Kau Memiliki Orgasme Terbaik yang Bisa Kau
Alami." "Lakukan Kegel untuk Mendapatkan Orgasme Berulang Kali." "Cara Baru
Menurunkan Berat Badan: Dapatkan Orgasme untuk Menjadi Lebih Kurus!" Caroline
Bagian Bawah, Otak, Tulang Belakang, Jantung semuanya berbaris dan melempari batu
kearah Saraf, yang sedang mencoba sebaik mungkin untuk bersembunyi. Aku
membanting semua majalah baruku, melemparkannya ke dalam sandaran di depanku.
Aku meraih laptopku, menyalakannya, dan memakai speaker miniku. Aku memasukkan
beberapa film sebelum penerbangan terakhir. Aku bisa membiarkan otakku melarikan
diri ke dalam sebuah film. Ya, aku bisa melakukannya. Aku menggulir melalui beberapa
film yang kupunya pada file...When Harry Met Sally" Tidak, tidak dengan adegan di deli.
Top Gun" Tidak, itu adegan di mana mereka melakukannya, dan itu semua biru terang
dengan angin bertiup melalui tirai tipis" Tidak, terlalu dekat dengan dongengku. Aku
menemukan film yang bisa kutonton dengan aman, minum tiga Tylenol PM, dan tertidur
sebelum Luke belajar bagaimana menggunakan lightsaber (di film StarWars). *** Di
suatu tempat di antara sambungan penerbangan di LaGuardia dan penerbangan di
seluruh AS, perasaanku perlahan berubah dari sedih menjadi marah. Aku kurang tidur,
sudah selesai menangis tentang segala omong kosong, dan sekarang aku baik-baik
saja dan marah. Dan di pesawat di mana berjalan mondar-mandir adalah sesuatu yang
dilarang. Aku harus tetap di kursiku dan mencoba untuk merasionalisasi apa yang harus
dilakukan dengan kemarahan ini dan bagaimana aku akan menjalani seluruh hidupku
tanpa harapan mendapatkan O. Dan lagi, terlalu dramatis" Mungkin, tapi dengan tidak
adanya O dalam pandangan, mudah untuk memiliki pemikiran sempit. Akhirnya, kami
mendarat di SFO dan saat aku mengikuti kerumunan untuk mengambil barang bawaan,
kelelahan secara fisik dan
3Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
emosional, aku mendongak ke wajah seseorang yang tidak pernah ingin kulihat lagi.
Cory Weinstein. Si senapan-mesin brengsek. Terpampang di seberang kios adalah
wajah bodohnya dalam kampanye iklan raksasa Slice o 'Love Pizza Parlors. Aku berdiri
di depan kepala raksasanya, yang memasang seringai terliciknya saat ia berpose
dengan sepotong peperoni raksasa, dan kemarahanku menggelegak. Itu sekarang
memiliki sasaran. Kemarahanku memiliki sasaran, dan itu adalah wajah bodohnya. Aku
ingin memukul wajahnya, tapi itu hanyalah gambar. Sayangnya, itu tidak
menghentikanku. Bukan tindakan yang pintar untuk dilakukan, mengamuk tiba-tiba di
sebuah bandara internasional. Ternyata mereka tidak menyetujui tindakanku. Jadi
setelah peringatan keras dari TSA, dan sebuah janji bahwa aku tidak akan pernah
menyerang poster lagi, aku menjejalkan diri ke dalam taksi, berbau pesawat, dan
kembali ke apartemenku. Aku menendang pintuku sendiri saat ini, dan saat aku
membanting tasku, aku melihat hanya ada dua hal yang bisa membuatku tersenyum.
Clive dan KitchenAid-ku. Dengan suara mengeong keras, Clive berlari mendekatiku,
sebenarnya melompat ke dalam pelukanku dan menunjukkan kasih sayang yang ia
sediakan tepat untuk momen seperti ini. Entah bagaimana otak kucing kecilnya tahu aku
membutuhkannya, dan dia mencurahkan perhatian padaku karena hanya itu yang dia
3Wallbanger - Alice Clayton
bisa. Menggoyangkan ekornya dan mengeong terus-menerus, dia menandukkan
kepalanya ke bawah daguku dan membungkus cakar besarnya di leherku, memberiku
pelukan kecil khas kucing. Tertawa ke bulunya, aku memeluknya erat-erat.
Menyenangkan berada di rumah. "Apa Paman Euan dan Paman Antonio merawatmu
dengan baik" Hah" Siapa kucingku yang baik?" Rayuku, menjatuhkannya ke lantai dan
meraih sekaleng tuna, imbalan untuk perilakunya yang baik selama aku pergi. Sekarang
beralih dari Clive, yang terfokus hanya pada mangkuknya, mata terkunci pada
KitchenAid-ku. Aku akan mandi, dan kemudian aku akan memanggang kue. Aku harus
memanggang kue. *** Beberapa waktu yang tidak diketahui kemudian"sekalipun aku
akan mengatakan bahwa matahari telah terbenam dan terbit sementara aku menaburi
tepung dan mengaduk"aku mendengar ketukan di pintu. Aku sudah memanggang
begitu lama hingga merasa punggungku berkeretak dan berderak saat aku mengangkat
kepalaku dari mengiris beberapa Brownies Ina yang Memalukan. Itu menggunakan
beberapa langkah tambahan, tapi oh boy, itu layak dilakukan. Jam berapa sih sekarang"
Aku mencari-cari Clive dan tidak melihatnya. Aku beringsut ke pintu, menyadari ada gula
bertebaran di seluruh lantai, coklat dan putih, dan aku tanpa sengaja melakukan tarian
berjalan pelan. Ada ketukan di pintu, lebih mendesak kali ini. "Aku datang!" Aku
berteriak sambil memutar mata oleh ironi ini. Saat aku mengangkat tangan untuk
membuka pintu, aku menyadari ada cokelat yang meleleh di seluruh buku-buku jariku.
Tidak ada satupun yang terbuang, aku memberikan jilatan surgawi saat aku membuka
pintu. Di sana berdiri Simon, tampak kelelahan. "Apa yang kau lakukan di sini" Kau
tidak seharusnya pulang ke rumah sampai?" "Tidak seharusnya pulang ke rumah
sampai larut malam nanti, aku tahu. Aku mengambil penerbangan lebih awal." Dia
mendorongku untuk memasuki apartemen. Saat aku menutup pintu dan berbalik untuk
menghadapnya, aku merapikan celemekku sedikit, merasakan sedikit adonan kue yang
menempel. "Kau mengambil penerbangan lebih awal. Kenapa?" Tanyaku, berjalan
pelan di lantai menuju kearahnya. Dia melihat sekeliling dengan senyum geli,
memperhatikan tumpukan demi tumpukan kue, berbagai macam kue di ambang jendela,
roti zukini, roti labu, dan roti jeruk-cranberri yang dibungkus kertas alumunium, ditumpuk
seperti fondasi rumah di sepanjang meja makan. Dia menyeringai sekali lagi, lalu
berbalik padaku, mengambil kismis dari dahiku yang bahkan aku tidak tahu itu
menempel di sana. "Apakah kau akan memberitahuku mengapa kau berpura-pura
mendapatkannya?" *** Bab 21 TERPERANGAH, AKU BERDIRI dengan mulut
ternganga saat ia melangkah lebih jauh ke dalam ruangan untuk memandangi
ahanbahan kue. Ia mengaduk-aduk gula dan berhenti sejenak untuk mencolekkan satu
jari ke dalam sebuah mangkuk yang berisi cokelat leleh. Aku menghela napas berat saat
aku kembali ke meja dapurku untuk menghadapinya dan musik saat aku mengambil
bola adonan dari mangkuk lain dimana adonan itu telah mengembang. Bagaimana ia
bisa tahu" Bagaimana ia bisa mengatakannya dengan mudah" Aku membalik dan
meremas adonan " sebuah adonan halus, brioche (sejenis roti Perancis) yang lengket merasakan wajahku terbakar. Kupikir aku telah memainkannya dengan cukup baik. Aku
kebetulan melihat ke arahnya ketika dia sedang menjilati cokelat dari jarinya, matanya
terlihat semakin khawatir saat kegiatan menguleni adonanku berubah meninju. Aku
menyalurkan rasa frustrasiku pada adonan brioche saat aku memikirkan
hidup-kekurangan O. Brengsek. Jarinya sekarang bersih, ia menyisir seikat rambut ke
belakang telingaku sambil aku terus memukul/diremas-remas dan membalik adonan
brioche-ku. Aku berjengit ketika ia menyentuhku, gambaran menakjubkan dari dirinya


Wallbanger Karya Alice Clayton di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menjulang tepat di atasku sangat tidak mungkin untuk diabaikan. "Apakah kita akan
membicarakan tentang ini?" Tanya dia diamdiam, meletakkan hidungnya ke leherku.
Aku bersandar ke tubuhnya selama beberapa saat, kemudian aku menegakkan
3Wallbanger - Alice Clayton
badanku kembali. "Apa yang harus dibicarakan" Aku bahkan tidak tahu apa maksud
perkataanmu. Apa kau telah mengigau karena perubahan waktu" "Kataku riang,
menghindari tatapan matanya saat aku bertanya-tanya apakah aku bisa menghindari
pembicaraan ini. Bisakah aku meyakinkannya bahwa dia-lah yang gila" Sialan,
bagaimana dia tahu" "Nightie girl, ayolah. Bicaralah padaku, "desaknya, sambil
mengendus ke leherku. "Jika kita akan melakukan ini, kita perlu berbicara satu sama
lain." Bicara" Tentu, aku bisa bicara. Ia mungkin harus tahu apa yang sedang ia
lakukan denganku, dikutuk untuk mengembara dari satu planet ke planet yang lain tanpa
satu O pun selama sisa hidupku. Aku mengambil adonan sekali lagi dan
melemparkannya ke dinding. Adonan itu bergulung dan jatuh, lengket seperti sesuatu
yang 3Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
merangkak dan menyeramkan yang biasa aku mainkan ketika masih kecil. Aku berbalik
untuk menghadapnya, wajahku masih merah tapi aku tak peduli sekarang. "Akan jadi
apa adonannya?" Tanyanya dengan tenang, sambil mengangguk ke arah onggokan
adonan. "Brioche. Itu tadinya akan menjadi brioche," aku segera menjawab, dengan
nada panik. "Aku yakin itu tadinya akan lezat." "Banyak yang harus dilakukan - hampir
terlalu banyak." "Kita bisa mencobanya lagi. Aku akan dengan senang hati membantu."
"Kau tidak tahu apa yang sedang kau tawarkan. Apa kau memiliki ide bagaimana
rumitnya hal itu" Berapa banyak langkah yang ada" Berapa lama waktu yang
diperlukan?" "Hal-hal baik datang kepada mereka yang menunggu." "Demi Tuhan,
Simon, Kau tak tahu. Aku amat sangat menginginkan hal ini, bahkan mungkin lebih
darimu." "Mereka membuat crouton (semacam roti perancis tetapi bentuknya agak
panjang) dari itu, kan?" "Tunggu, apa" Apa sih yang kau bicarakan?" "Brioche. Ini
seperti, beberapa jenis roti, kan" Hei, berhentilah membenturkan kepalamu di atas
meja." Granit ini terasa sejuk di atas kulitku yang panas, tapi aku membenturkan dengan
lebih pelan saat mendengar nada panik dalam suaranya. Ia tahu, dan ia masih di sini. Ia
ada di sini di dapurku dalam balutan sweater North Face biru yang membuat mata biru
safirnya berkabut dan keseluruhan tubuhnya terlihat menyenangkan untuk dipeluk dan
hangat dan seksi dan jantan dan amat sangat terlalu tampan hingga membuatku
melayang. Dan di sinilah aku, dipenuhi oleh madu dan kismis, sambil membenturkan
kepala di meja setelah membunuh brioche-ku. Membunuh brioche-ku. Benar-benar
sebuah nama yang bagus untuk - fokus, Caroline! Jantung nyaris melompat keluar dari
dadaku saat jantungku melihat Simon di pintu masuk. LC (Lower Caroline/vagina)
sangat dekat di belakangnya, tanpa sadar menegangkan otot-ototnya akan sosok
Simon. Otak telah berhenti karena shock dan penyangkalan sejenak, tapi kini dengan
menganalisis situasi dan condong untuk menyebutkan bahwa Simon adalah calon yang
layak, dengan mempertimbangkan waktu dan jarak ia berkomitmen untuk menemukan
penyebab kekhawatiran. Tulang punggung menegak sekarang, dengan sadar
mengetahui bahwa postur tubuh yang tepat menciptakan penampilan payudara yang
lebih baik "bisakah kau menyalahkannya" Saraf ... Berdebar. Mengapa. Mengapa. Ia
ingin tahu kenapa. Aku memeriksanya diantara poni...ehem...dan melihat ia mulai
khawatir. Sedangkan aku - kepalaku benar-benar mulai terasa sakit. Aku lelah,
kewalahan, dan minim orgasme. Dan butuh sentuhan yang tepat" Setelah satu benturan
terakhir, aku berdiri tegak, kemudian berdiri sedikit ke arah kiri. Aku mendapatkan
keseimbanganku, menarik napas, dan membiarkannya terbang. "Kau ingin tahu
kenapa?" "Sangat ingin sekali. Apa kau telah selesai membenturkan kepalamu?" "Tuhan
memberkatinya, tidak ada lagi benturan. Oke, mengapa. Kenapa" Ini dia..."Aku
mondar-mandir dalam lingkaran yang rapat, menghindari cokelat keping dan pecan yang
3Wallbanger - Alice Clayton
berkumpul di dekat meja di lantai. Aku melihat Clive di sudut, memukul beberapa kenari
bolak-balik di antara cakarnya. Kacang berada di seluruh lantai, dan kebodohan (nuts) di
kepalaku. Sangat tepat sekali. "Apakah kau tahu sesuatu tentang pizza parlors, Simon?"
Nilai tambahan untuk Simon, ia mendengarkan. Ia mendengarkan saat aku berjalan
mondar - mandir, mengitari meja dapur saat aku meracau dan mengamuk. Aku sendiri
hampir tidak dapat membuatnya nyaris masuk akal : "Weinstein...satu malam...senapan
mesin...Dia pergi!...malam panjang...Jordan Catalano...bahkan tidak George
Clooney...kekosongan... diri...bahkan tidak Oprah...kesepian...seorang
Clooney!...Jason Bourne...hampir Clooney...lingerie pink...membentur..." Setelah
beberapa saat Simon terlihat pusing seperti pertama kali aku rasakan. Tapi aku
bertekad untuk mengeluarkan semuanya. Ia mencoba untuk menangkapku saat putaran
pertama melewatinya, tetapi aku menghindari tangannya, nyaris tergelincir di sepetak
pecan yang telah hancur, yang mana telah semakin aku hancurkan selama aku
berkeliling. Aku telah membuat sebuah pola melalui kekacauan ini. Aku berhasil
melewatinya sekali lagi, kali ini sambil bergumam, "Cerita negeri dongeng Spanyol
dengan udang," ketika aku tersandung kaleng muffin dan jatuh ke dalam pelukannya.
Dia memelukku erat, bernapas melaluiku, mencium dahiku. "Caroline, sayang, kau
harus ceritakan apa yang terjadi. Gumamanmu" Itu semua sangat lucu, tapi kita
tidak benar-benar membicarakan apa-apa." Dia menekan tangannya ke punggungku,
menahanku di tempat. Aku sedikit menjauh, menolak pelukannya, dan menatap
langsung ke dalam matanya.
3Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
"Bagaimana kau tahu?" Tanyaku. "Ayolah, kadang-kadang para lelaki tahu." "Tidak,
sungguh. Bagaimana kau tahu" "Tanyaku lagi. Dia mencium hidungku dengan lembut.
"Karena tiba-tiba saja, kau bukanlah Caroline-ku." "Aku memalsukannya karena aku
sudah tidak merasakan orgasme dalam seribu tahun," Aku mengungkapkan kenyataan
apa adanya. "Ulangi lagi?" "Aku akan ke seberang lorong untuk menendang pintumu
sekarang," desahku, menarik diri dan berjalan dengan terseret melalui gula yang
tersebar. "Tunggu, tunggu, tunggu sebentar, kau apa" Kau sudah tidak merasakan
apa?" Ia meraih tanganku ketika aku berbalik kembali kepadanya, dengan segala
sesuatu yang lebih terbuka sekarang. "Orgasme, Simon. Orgasme. The Big O, klimaks,
akhir yang bahagia. Tidak ada orgasme. Tidak untuk Nightie Girl ini. Cory Weinstein
dapat memberikan diskon lima persen setiap kali aku menginginkannya, tapi sebagai
imbalannya, ia mengambil Orgasmeku." Aku terisak, air mata menggenangi mataku.
"Jadi kau bisa kembali ke haremmu. Aku akan memasuki biara dengan segera!" Aku
menangis, akhirnya bendungan bobol. "Biara" Apa" Kemarilah, kumohon. Bawa bokong
dramatismu kesini." Ia menarikku dengan ogah-ogahan kembali ke dapur dan
membungkusku ke dalam pelukannya. Dia mengayunku maju mundur ketika aku
mengeluarkan isak konyol dan ratapanku. "Kau begitu...sangat...menawan...dan aku
tidak bisa...aku tidak bisa... Kau begitu hebat...di...ranjang...dan di tempat lain...Dan aku
tidak bisa...aku tidak bisa...astaga...kau sangat seksi...Ketika kau orgasme...sangat
panas...dan ketika kau pulang ke rumah...dan aku membunuh brioche-ku...dan
aku...aku...Aku pikir...Aku mencintaimu." Semua berhenti. Bernapas. Apa yang barusan
aku katakan" "Caroline, hei, berhentilah menangis, kau gadis cantik. Bisakah kau
mengulangi lagi bagian terakhir untukku?" Aku baru saja mengatakan kepada Simon
bahwa aku mencintainya. Sementara ingusku membasahi North Face nya. Aku
menghirup aroma tubuhnya, lalu melepas diri darinya dan menuju ke dinding untuk
mengelupas adonan yang menempel di sana. Sang Syaraf menjadi hidup, untuk
sekalinya bekerja untuk kami. Bisakah aku menutupinya" Bisakah aku
3Wallbanger - Alice Clayton
mengerahkannya" "Bagian mana?" Aku bertanya sambil menghadap dinding - dan
Clive, yang telah berhenti bermain dengan kacang untuk mendengarkan perbincangan
kami. "Bagian terakhir itu," Aku mendengarnya berkata, suaranya begitu kuat dan jelas.
"Aku membunuh brioche-ku?" hindarku. "Kau benar-benar berpikir itu bagian yang
sedang aku tanyakan?" "Um, tidak?" "Coba lagi." "Aku tidak ingin." "Caroline - tunggu,
siapa nama tengahmu?" "Elizabeth." "Caroline Elizabeth," ia memperingatkan, dengan
suara dalam yang secara tak terduga membuatku tertawa terkikik. "Brioche benar-benar
enak, ketika tidak bercampur dengan dinding," semburku, kelelahanku bercampur
dengan pengakuanku menghasilkan sebuah getaran yang aneh. Aku benar-benar
merasa sedikit lega. "Berbaliklah, kumohon," pintanya, dan aku menurutinya. Dia
bersandar di meja, melepaskan North Facenya yang berlumuran ingusku. "Aku
mengalami sedikit jetlag, jadi yang dapat kusimpulkan dengan cepat, jika aku bisa.
Satu, kau nampaknya telah kehilangan orgasmemu, benar?" "Benar," gumamku,,
memperhatikan Simon melepaskan jaketnya, melemparkannya ke belakang salah satu
kursiku. "Dua, brioche benar-benar sulit untuk dibuat, benar?" "Benar," aku menarik
napas, tidak mampu mengalihkan tatapanku darinya. Di bawah North Face adalah
kemeja putih. Yang cukup baik dengan sendirinya, tapi ditambahkan dengan cara
Simon menggulung lengan kemejanya dengan sangat perlahan dan metodis" Itu
sangat mempesona. "Dan tiga, kau pikir kau mencintaiku?" Tanyanya, suaranya dalam
dan kental, seperti tetes tebu dan madu dan segala sesuatunya dalam
3Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
afghan "selimut, bukan sebuah negara. "Benar," bisikku, tahu bahwa hal itu adalah
seratus persen benar. Aku mencintai Simon. Sangat, sunguh teramat mencintainya.
"Kau pikir, atau kau tahu?" "Aku tahu." "Nah, sekarang. Itu sesuatu yang perlu
dipertimbangkan, bukan?" jawabnya, matanya menari saat ia mendekat. "Kau
benar-benar tidak tahu, kan?" Dia merentangkan tangannya di sepanjang tulang
selangkaku, menyapukan ibu jarinya di puncak payudaraku. Napasku semakin
memburu, tubuhku mulai hidup dan terlepas dari diriku sendiri. "Tidak tahu tentang
apa?" Gumamku, mengijinkannya menekanku ke dinding. "Bagaimana kau memilikiku
sepenuhnya, Nightie Girl," katanya, bersandar dan membisikkan bagian ini di telingaku.
"Dan aku tahu aku cukup mencintaimu untuk menginginkanmu mendapatkan akhir
bahagiamu." Dan kemudian dia menciumku"Sang Hati sedang berada di
surgamenciumku seperti itu adalah sebuah kisah dongeng, meskipun dalam dongeng
ini aku punya sebuah adonan yang menempel di punggungku dan kucing dengan cakar
yang penuh dengan kacang. Tapi itu tidak menghentikanku dari menciumnya kembali
seolaholah hidupku tergantung pada hal itu. "Apakah kau tahu aku mulai jatuh cinta
padamu sejak malam kau menggedor pintuku?" Tanyanya, sambil menciumi leherku.
"Dan begitu aku mulai mengenalmu, aku sudah tidak berkencan dengan orang lain
lagi?" Aku terkesiap. "Tapi kupikir, maksudku, aku melihatmu dengan-" "Aku tahu apa
yang kau pikirkan, tapi itu benar. Bagaimana aku bisa dengan orang lain ketika aku
sedang jatuh cinta denganmu?" Dia mencintaiku! Tapi tunggu, apa ini" Dia mundur"
dia mau kemana" "Dan sekarang, aku akan melakukan sesuatu yang tak pernah kupikir
akan lakukan." Desahnya, melihat tumpukan roti di atas meja. Dengan sebuah napas
panjang dan meringis, dalam satu gerakan ia menjatuhkan semua ke lantai. Roti
berbentuk batu bata yang tertutup kertas alumunium berjatuhan menghujani di
sekitaran kami, dan aku tak bisa memastikannya, tapi kupikir aku mendengar rengekan
kecil keluar darinya saat ia melihat mereka jatuh ke lantai. Tapi kemudian ia berpaling
padaku, matanya gelap dan berbahaya. Dia meraihku dan mengayunkanku ke atas
meja di depannya, menyenggol kakiku agar terpisah untuk berdiri di antara mereka.
3Wallbanger - Alice Clayton
"Apakah kau tahu berapa banyak hal menyenangkan yang akan kita lakukan?"
Tanyanya, sambil menyelipkan tangannya ke dalam celemekku, hangat dan sedikit
kasar di perutku. "Apa yang akan kau lakukan?" "Sebuah Orgasme telah hilang, dan aku
seorang pecinta tantangan." Simon menyeringai, menarikku ke tepi meja dan
menempelkanku padanya. Dengan tangannya di belakang lututku, ia membungkus
kakiku di pinggangnya, menciumku lagi, bibir dan lidah panas dan gigih. "Ini tidak akan
mudah. Dia sudah hilang begitu lama," protesku diantara ciuman, sibuk membuka
kancing bajunya dan mengekspos kulit hasil mandi matahari Spanyolnya. "Aku telah
selesai berhubungan dengan sesuatu yang mudah." "Kau harus mencetak kata-kata itu
pada kartu." "Cetak ini "kenapa kau masih berpakaian?" Dia membaringkanku pada
punggungku melintang di atas meja saat aku tersenyum ke arahnya. Kakiku memukul
ayakan tepung dan membuatnya jatuh ke lantai, mengotori kami dalam prosesnya.
Rambut Simon tampak seperti biskuit, tepung dan mengembang. Aku terbatuk dan
segumpal tepung keluar, membuat Simon tertawa terbahak-bahak. Tertawa itu berhenti
ketika aku mengulurkan tangan kearah bawah Simon, menemukan dia keras, namun
masih tertutup oleh celana denimnya. Dia mengerang, suara favoritku di dunia. "Sial,
Caroline, aku sangat menyukai tanganmu pada milikku," desisnya melalui giginya,
membenamkan mulutnya ke leherku dan meninggalkan jejak ciuman panas di kulitku.
Lidahnya menyapu seluruh tubuhku, di bawah tepi celemekku. Tangannya dengan cepat
menemukan bagian bawah tank topku, dan itu langsung melayang ke seberang
ruangan, ke wastafel dapur. Dalam hitungan detik, sehelai celana pendek menemukan
diri mereka berenang bersama, segera diikuti oleh sehelai jeans dan kemeja putih.
Celemek" Well, kami memiliki sedikit masalah dengan yang satu. "Apakah kau seorang
pelaut" Siapa sih yang mengikat simpul ini, Popeye?" Ia geram, berjuang untuk
melepaskannya. Dalam perjuangannya, ia berhasil menjatuhkan semangkuk selai jeruk
oles, yang kini menetes ke bawah meja dan ke lantai. Kontribusiku adalah
menumpahkan sekotak kismis saat aku menjulurkan leherku mencoba untuk melihat
simpul di belakangku "Oh, persetan dengan celemeknya, Simon. Lihatlah kesini," aku
bersikeras, sebuah hentakan bagian depan bra-ku dan melemparkannya ke lantai.
Aku menarik bagian atas celemek ke bawah, mengatur dan menopang belahan dadaku.
Mata Simon terbelalak sebesar pie, dia memandang payudaraku yang sekarang
telanjang dan langsung menyerangnya. Aku didorong dengan kasar sekali lagi kembali
ke meja, mulutnya yang mendesak sekarang mengarah ke leherku, menyerang kulitku
seakan-akan telah melakukan sesuatu yang pribadi padanya dan Simon menuntut balas
dendamnya. Dan balas dendam itu penuh nafsu. Mencelupkan jari ke genangan selai
jeruk, Simon menelusuri pola dari satu payudara ke payudara yang lain, berputar-putar
dan menekan jari lengket ke kulitku. membungkukkan kepalanya, ia mencicipi satu,
kemudian yang lain, kami berdua mengerang pada saat yang sama. "Mmm, rasamu
enak." "Aku senang aku tidak membuat hot wings (sayap ayam goreng berbumbu
pedas). Ini bisa menjadi cerita yang berbeda"wow, itu bagus. "Aku mendesah saat ia
menanggapi mulut sok pintarku dengan gigitan yang sebenarnya. "Ini akan menjadi rasa
ekstra pedas." Simon tertawa saat aku memutar kedua mataku. "Mau
3Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
aku ambilkan beberapa batang seledri untuk mendinginkanmu?" Tanyaku. "Tak ada
satupun yang akan didinginkan di apartemen ini, tidak dalam waktu dekat," janjinya,
meraih toples madu dari meja di dekatnya dan menarik celemekku ke samping. Tanpa
ragu, ia membuat celana dalamku basah semua. Dan tidak seperti yang kau pikirkan,
walaupun ada saat dimana... Ketika aku melihat, ia menuangkan madu ke seluruh
tubuhku, mengulasi celana dalamku dan membuatku menjerit. Dia berdiri kembali untuk
3Wallbanger - Alice Clayton
mengagumi. "Lihat itu, celana dalam itu rusak. Mereka harus segera dilepaskan,"
katanya sambil mendekat lagi. Aku menghentikannya dengan kaki penuh selai. "Kau
dulu, Tuan," aku menginstruksikannya, mengacu pada celana boxernya yang penuh
bercak tepung. Simon mengangkat alis, dan menjatuhkan celana boxernya. Berdiri
telanjang di dapurku yang hancur berantakan, dia benar-benar menggemaskan. Pada
saat itu juga, sang Jantung, sang Otak, sang Tulang belakang, dan sang LC berbaris di
satu sisi taman bermain. Mereka memanggil Saraf, melambai padanya seperti
permainan Red Rover. Aku menatap Simon, telanjang dan bertepung dan sempurna,
dan aku mendesah dengan senyum yang lebar. Saraf akhirnya, syukurlah, menghampiri
dengan cepat, dan akhirnya kami berada pada halaman yang sama. "Aku sangat
mencintaimu, Simon." "Aku juga mencintaimu, Nightie Girl. Sekarang singkirkan celana
dalammu dan berikan aku sesuatu yang manis-ciuman-." "Datang dan dapatkan sendiri,"
aku tertawa, duduk tegak dan melepaskan celana dalamku menuruni kakiku yang
berbalurkan madu. Aku melemparkannya ke arah Simon, dan celanaku menghantam
dadanya dengan pukulan keras, madu menetes ke segala arah. "Kita akan
membutuhkan mandi yang sangat lama setelah semua ini," kataku saat Simon
membungkusku dalam lengannya yang lengket. "Itu akan menjadi putaran ke-dua." Dia
tersenyum, mengangkatku dan membawaku ke kamar tidur, tubuhku selaras
dengannya, hanya celemek diantara kami. Dan itu tidak akan membuat kami terpisah
lama. Apakah aku perlu O" Maksudku, itu diperlukan untuk hidup" Berada di dekat
Simon, begitu dekat dengannya, terbungkus dalam pelukannya dan merasa dia
bergerak di dalamku, apakah itu sudah cukup" Untuk saat ini, itu cukup. Aku
mencintainya, kau lihat ... *** Dia menjatuhkanku diatas tempat tidur, dan aku terlonjak
sedikit, berguling ke samping dan membuat kepala ranjang sedikit terantuk. "Kau akan
menggedor dindingku, Simon?" Aku tertawa. "Kau tidak tahu," janjinya, dan meremas
celemekku dan memindahkannya ke samping saat aku mendesah dan melemparkan
kedua lenganku di atas kepalaku. Aku mundur dengan malas, dengan senyum lebar di
wajahku. Jari-jarinya berjalan ke bawah perutku, pinggulku, pahaku, akhirnya
mencapaiku. Setelah sentuhan lembut, aku membiarkan kakiku jatuh terbuka. Dia
menjilat bibirnya dan berlutut. Dia menyentuh dan mencicipiku seperti yang dia lakukan
di Spanyol, tapi ini berbeda. Ini masih terasa luar biasa, tapi aku berbeda. Aku santai.
Memutar dan melingkarkan jari-jarinya, ia menemukan titik itu, titik yang yang
membuatku melengkungkan punggungku dan rintihanku semakin dalam. Dia
mengerang padaku, membuatku melengkungkan tubuh naik dari tempat tidur lagi, bibir
dan lidahnya menemukanku sekali lagi, dengan sengaja. Tanganku mencari
payudaraku, dan ketika di memperhatikanku, aku memainkan putingku, membuat
mereka semakin kencang lagi. Sekali lagi, aku mendapat kehormatan yang berbeda
merasakan mulutnya, mulutnya yang luar biasa, padaku. Energiku disita habis, seluruh
tubuhku menegang karena energi mendesis yang berlari melalui tubuhku, dan kemudian
aku merasa santai sekali lagi. Aku mulai merasa, benar-benar merasa segala sesuatu
yang terjadi di dalam pada saat ini. Cinta. Aku merasakan cinta. Dan aku merasa
dicintai" Di sini pada siang hari, di mana tidak ada yang bisa disembunyikan,


Wallbanger Karya Alice Clayton di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

semuanya terpampang jelas-dan tertutup barang yang berantakan -aku dicintai oleh
lelaki ini. Tidak ada dongeng, tidak ada ombak, tidak ada lilin berkelap-kelip. Kehidupan
nyata. Sebuah kisah dongeng dalam kehidupan nyata dimana akulah yang dicintai oleh
pria ini. Dan maksudku sangaaaaaaaat dicintai oleh pria ini. Lidah. Bibir. Jemari.
Tangan. Semua itu didedikasikan untukku dan kenikmatanku. Seorang gadis bisa
terbiasa dengan ini. Aku bisa merasakan ketegangan manis mulai terbangun, tapi kali ini
tubuhku menerimanya dengan berbeda. Tubuhku, selaras dengan sempurna untuk kali
ini, telah siap, dan dalam pikiranku, di belakang mata tertutup, aku melihat diriku mulai
3Wallbanger - Alice Clayton
mendekati tebing itu. Dalam kepalaku, aku tersenyum, karena aku tahu kali ini aku akan
menangkap si jalang itu. Dan kemudian" Hal yang sangat menakjubkan mulai terjadi di
bawah. Jari panjang yang hebat itu menekan dalam diriku, memutar, dan melengkung,
dan menemukan titik rahasia. Bibir dan lidah mengelilingi tempat lainnya, mengisap dan
menjilati, menekan dan berdenyut. Tusukan cahaya kecil mulai menari di balik kelopak
mataku, intens dan liar. "Oh, Tuhan ... Simon ... Itu sangat ... nikmat ... Jangan ...
berhenti ... jangan ... berhenti ..." Aku mengerang keras, lebih keras, dan kemudian lebih
keras lagi, tak mampu menahan suara yang sedang kubuat. Itu begitu nikmat, begitu
nikmat, sangat, sangat nikmat, begitu dekat, begitu dekat .. Dan kemudian suara
teriakan dimulai. Dan itu bukan aku hanya sendiri. Dari sudut mataku, aku menyadari
sesuatu seperti rudal berbulu meluncur dari lantai. Seperti semacam bom kucing yang
terjun, Clive berlari pada Simon, melompat, dan menggali ke punggungnya,
menyerangnya dari belakang. Simon berlari dari kamar tidur menuju selasar, kemudian
kembali lagi, Clive masih terkunci seperti semacam bagian belakang dari topi
3Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
bulu rakun gil yang tidak bisa dilepas. Kedua lengannya - apakah kucing memiliki
lengan" - melilit leher Simon dengan cara yang dalam keadaan lain akan tampak seperti
pelukan kucing menggemaskan. Tapi sekarang, dia bersungguh-sungguh menyakiti.
Aku berlari mengejar mereka, telanjang kecuali sebuah celemek yang menempel di
tubuhku, berusaha untuk membuat Simon melambat, tapi dengan sepuluh cakar yang
menggali semakin dalam, ia terus berlari dari kamar ke kamar. Ironi bahwa Simon
secara harfiah Simon benar-benar mencoba untuk melarikan diri dari pussy (kucing =
vagina) tidak luput dari benakku. Jika aku bisa menyaksikannya dari luar, bukannya
terlibat, aku pasti akan terpingkal-pingkal hingga mengencingi diriku sendiri. Namun
begitu, aku mengalami kesulitan menahan diriku mendengarkan jeritan Simon. Aku pasti
benar-benar mencintainya. Akhirnya, aku memundurkan mereka berdua ke sudut,
membalik tubuh Simon, menahan keinginan untuk meremas pantatnya, dan menarik
agar Clive terlepas. Aku segera menuju ke ruang tamu dan meletakkan dia di sofa
dengan bunyi thunk, menepuk-nepuk kepalanya sekali sebagai ucapan terima kasih
untuk pertahanannya, meskipun tidak beralasan untuk dilakukan. Clive menjawab
dengan setu meongan yang sombong dan mulai menjilati kumisnya. Aku kembali ke
dapur untuk mencari Simon, yang masih meringkuk di dinding. Aku memperhatikannya,
matanya liar saat ia bersandar ke dinding, meringis mengacu pada punggungnya.
Pandanganku tertarik lebih rendah. Sukar dipercaya. Dia Ternyata masih Ereksi Dia
melihat mataku menyusuri bagian bawah ke tubuhnya, mengingatkan pertama kali kami
bertemu muka. Dia mengangguk malu-malu. "Kau masih ereksi," seruku,
terengah-engah saat aku mencoba sekali lagi untuk melepaskan celemek. "Ya." "Itu
luar biasa." "Kau mengagumkan." "Ah, fuck (persetan/bersetubuh)," Aku mendengus,
menyerah pada simpul celemek. "Ya, silakan." Aku berhenti untuk sepersekian detik,
kemudian memutar apron ke belakang punggungku dalam satu gerakan cepat. Aku
melompat ke seberang ruangan, celemekku terbang ke belakang seperti jubah rendah
dan menubruknya, mendorongnya ke dinding saat aku menyerangnya. Dia
menangkapku saat aku memeluknya seperti selimut dengan penuh semangat,
menciumnya habis-habisan. Kukuku mencakar dadanya, dan ia terperangah.
"Punggungmu baik-baik saja?" Tanyaku diantara ciuman. "Aku akan bertahan hidup.
Tapi kucingmu,.." "Dia protektif. Dia pikir kau sedang menyakiti Mommy." "Benarkah?"
"Oh tidak, justru sebaliknya." "Sungguh?" "Tentu saja," aku menjerit, menyelipkan
tubuhku padanya, memanipulasi tubuhku terhadapnya, madu dan gula licin dan
bergesekan diantara kami. Aku menyeret diri turun ke tubuhnya, berhenti untuk
3Wallbanger - Alice Clayton
mencium paling ujung dirinya. Aku menariknya ke turun lantai bersamaku dan membalik
tubuhnya hingga telentang begitu cepat sehingga kepulan tepung menutupi udara. Di
sana, di tengah-tengah dapur, telanjang dengan selai marmalade (jeruk) menghiasi
payudaraku, aku duduk mengangkangi dia. Mengangkat tubuh sedikit, aku menangkap
tangannya dan mendorongnya untuk meraih pinggulku. "Kau harus bersiap menghadapi
ini," bisikku, dan tenggelam ke tubuhnya. Kami berdua mendesah pada saat yang sama,
perasaannya di dalamku sekali lagi amat menakjubkan. Aku melengkungkan punggung
dan pinggulku tertekuk eksperimental ... sekali ... dua kali ... untuk ketiga kalinya. Itu
benar-benar benar apa yang mereka katakan tentang naik sepeda. Tubuhku ingat ini
dengan cepat. "Kau telah menahan selama ini," bisikku, dan tenggelam ke tubuhnya.
Kami berdua mendesah pada saat yang sama, perasaan dengan adanya dia di dalamku
sekali lagi amat menakjubkan. Aku melengkungkan punggungku dan melenturkan
pinggulku secara eksperimental ... sekali ... dua kali ... untuk ketiga kalinya. Ini
benarbenar benar apa yang mereka katakan tentang mengendarai sepeda. Tubuhku
ingat ini dengan seketika. Dengan celemek bodohku berkibaran genit di belakangku, aku
mulai bergerak di atas Simon, merasakan dia bergerak dalam diriku, menanggapi dan
membalas, menghujam dan tak kenal henti. Mengendarai, mendorong, kami bergerak
bersama, sebenarnya bahkan bergerak menyeberangi lantai dapur sedikit. Dia duduk di
bawahku bergerak lebih dalam hingga aku berteriak. Tanganku bergerak liar di
rambutnya. Rambutnya berdiri tegak di bawah jarijariku ketika aku pegang, menahan
diriku saat aku memejamkan mata dan memulai. Mulai perjalanan panjang menuju ke
tepian tebing. Aku bisa melihat tepian itu, tinggi di atas perairan yang menggelora. Saat
aku mengintip melewati tepian, aku melihatnya. Sang O. Dia melambai padaku,
menyelam di bawah dan di atas air seperti lumbalumba seksual. Dasar jalang cilik yang
licik. Simon menciumi membuatku gila. leherku, menjilat dan mengisap kulitku, Aku
menjulurkan satu kaki ke tepi, menunjuk jari kakiku langsung padanya, memutar
pergelangan kakiku dan melambaikan lingkaran kecil di udara ke arah sang O.
Lingkaran-lingkaran kecil. Aku mendorong Simon kembali ke lantai, meraih tangannya
dengan tanganku, dan membawa tangannya itu di antara kakiku. Aku menungganginya
dengan keras, menekan jari-jariku padanya, jeritanku semakin keras saat kami
mempercepat goyangan kami, kami berdua, selaras dan tepat di sana. Tepat diisana.
Disana, disana, disana...tepat...disana... "Caroline, Demi Tuhan,
kau...menakjubkan...sangat...mencintai...mu...membunuh...ku..." Dan itulah sedikit
tambahan yang kubutuhkan.
3Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
Dalam benakku, aku mengambil satu langkah mundur, kemudian menyelam Tidak
melompat. Menyelam. Melakukan penyelaman bak angsa yang sempurna, terima kasih
banyak, langsung ke dalam air. Bersih dan murni, aku meraihnya dan tidak
membiarkannya pergi saat aku meluncur ke dalam air. Sang O telah kembali. White
noise (semacam suara berisik yang teratur dalam suatu frekuensi tertentu) memenuhi
telingaku saat jari-jari kaki dan jemariku merasakannya pertama kali. Mereka tergelitik,
desisan kecil dan percikan energi berputar dan keluar, mengalir melalui setiap saraf dan
setiap sel yang telah kelaparan selama ini selama berbulan-bulan. Sel satu memberi
tahu sel lain, berkomunikasi dengan saudara mereka bahwa sesuatu yang fantastis
terjadi. Warna meledak di balik kelopak mataku, menyembur dengan terang menjadi
kembang api sensorik mungil saat perasaan terus menyebar ke setiap sudut tubuhku.
Rasa nikmat yang murni melesat ke seluruh tubuhku, berdenyut dan mengiris,
mengisiku ketika aku berguncang dan bergoyang-goyang di atas Simon, yang
mengamati keseluruhan hal yang terjadi. Aku tidak tahu apakah ia bisa melihat paduan
3Wallbanger - Alice Clayton
suara malaikat cabul bernyanyi, tapi tidak peduli. Aku bisa. Dan itu definisi kebahagiaan.
O kembali, dan dia membawa serta teman-temannya. Gelombang demi gelombang
menghantamku saat Simon dan aku terus menekan dan berputar, melengkung ke dalam
setiap dari mereka. Kepalaku terlempar ke belakang saat aku terus menjerit penuh
gairah, tidak peduli siapa atau apa yang bisa mendengarku di Rumah Orgasme-ku
sendiri. Aku membuka mata pada satu titik untuk melihat Simon di bawahku, panik dan
bahagia, tersenyum lebar saat dia tetap bersama denganku melalui semua itu, seluruh
upaya kerasnya jelas tergambarkan di wajahnya saat tepung di rambutnya berubah
menjadi pasta kecil yang indah. Dia menjadi papier-mach". (dari bahasa Perancis,
berarti chewed paper aadalah material komposit yang terdiri dari potonganpotongan
kertas atau pulp, terkadang diperkuat dengan tekstil, terikat oleh perekat, seperti lem,
pati, atau pasta wallpaper.) Masih berlanjut Aku meronta-ronta, melewati tanah kelipatan
dan masuk ke semacam tanah tak bertuan. Melewati enam dan tujuh, tubuhku menjadi
lemas akibat orgasme berulang. Namun O membawa satu teman lagi. Dia membawa G,
Holy Grail. (cawan suci, disini diartikan sebagai G-Spot). Gagap seperti idiot, aku
mencengkeram Simon, memegangnya eraterat saat gelombang pasang cinta terbesar
dan panas yang melengkungkan jari kaki memukulku seperti satu ton batu bata.
Merasakan aku butuh bantuan untuk yang satu ini, Simon duduk, yang mana malah
memposisikannya menjadi lebih unik. Ia menemukan sebuah titik jauh dalam, yang
sebagian besar tersembunyi, dan dia bersandar padaku, menggerakkan diri
berulang-ulang saat aku menahan napas dan berpegangan erat-erat. Aku akhirnya
membuka mata lagi, melihat percikan cahaya di sekitar ruangan ketika oksigen
bergegas masuk kembali ke sistem pernafasanku. Aku mengoceh dengan tidak karuan
ke dadanya saat ia bergoyang ke arahku lagi dan lagi, akhirnya menemukan jenis
menakjubkan untuk dirinya sendiri di suatu tempat dalam diriku. Aku memegangi dia,
merasakan gelombang akhirnya mundur, kami berdua gemetar sekarang. Saat kami
berdua terengah-engah, kenikmatan menghilang dan cinta bergegas masuk, mengisiku
kembali lagi. Mulutku terlalu lelah untuk bergerak. Dia telah membuatku terpaku. Jadi
aku melakukan hal terbaik sebisaku, aku meletakkan tangannya di atas hatiku dan
menciumi wajah manisnya. Dia tampaknya mengerti, dan menciumku kembali. Aku
bersenandung dengan kebahagiaan. Bersenandung tidak memerlukan banyak usaha.
Benar-benar kehabisan energi dan kelelahan, mabuk dan tertutup keringat lengket, aku
berbaring dengan punggungku di kakinya, tidak peduli betapa aneh dan konyol aku
melihat air mata ketegangan mengalir menuruni sisi wajahku dan ke telingaku.
Merasakan ini bukan posisi yang paling nyaman untukku, Simon bergerak keluar dari
bawahku dan membantu untuk meluruskan kakiku yang bak pretzel sebelum
membuaiku dalam pelukannya di lantai dapur. Kami berbaring dalam diam, tidak
berbicara untuk sementara waktu. Aku melihat Clive duduk dekat pintu ke kamar tidur
menjilati cakarnya dengan tenang. Semuanya terlihat sangat baik. Ketika sebuah
gerakan tampak memungkinkan untukku, aku mencoba duduk, ruangan terasa sedikit
berputar. Simon meletakkan satu lengan disekelilingku saat kami menilai situasi,
mangkuk terbalik dan botol-botol, roti tersebar, kekacauan yang berada di dapurku. Aku
tertawa pelan dan berbalik kepadanya. Dia menatapku dengan mata bahagia.
"Haruskah kita membersihkan ini?" Tanyanya. "Tidak, mari kita mandi." "'ke," jawabnya,
membantuku berdiri. Aku meretakkan punggungku seperti seorang wanita tua,
mengernyit pada nyeri nikmat yang dirasakan tubuhku. Aku mulai menuju kamar mandi,
kemudian mengubah arah, menuju lemari es. Aku meraih sebotol Gatorade (merk
minuman berenergi) dan melemparkan itu padanya. "Kau akan membutuhkannya." Aku
mengedipkan mata, menerbangkan celemek dalam perjalananku ke kamar mandi.
Sekarang, ketika O itu kembali, aku berencana untuk tidak membuang-buang waktu
3Wallbanger - Alice Clayton
untuk memanggilnya lagi. Kemudian Simon mengikutiku hingga kamar mandi, lalu
menenggak Gatorade, Clive tiba-tiba menjatuhkan diri ke lantai, berguling di
punggungnya. Ia tampak melambai pada Simon dengan cakarnya. Simon menatapku,
dan aku mengangkat bahu. Kami berdua menatap Clive, yang menggoyangkan
punggungnya, terus melambai padanya. Simon berlutut tepat di sampingnya, dengan
sangat hati-hati memperpanjang satu tangannya. Mengerling padaku-aku bersumpah
kepada Tuhan ketika dia-Clive bergoyang sedikit lebih dekat. Mengetahui hal ini masih
bisa menjadi jebakan, Simon masih dengan sedikit hati-hati mengulurkan tangan dan
menggosok bulu di perutnya. Clive membiarkannya. Aku bahkan mendengarnya
mendengkur dengan tenang. Aku meninggalkan dua laki-laki itu sejenak dan pergi untuk
menghidupkan keran air panas. Aku akhirnya dapat melepaskan simpul celemek dan
bisa meninggalkannya di lantai. Melangkah di bawah semprotan pancuran air panas,
aku mengerang pada perasaan air hangat menerpa kulitku-yang-masih-sensitif. "Kau
akan bergabung denganku" Karena aku yakin itu, "Aku berseru padanya dari derasnya
pancuran, menertawakan leluconku sendiri. Sesaat kemudian Simon mengintip
belakang sudut tirai mandi untuk melihatku telanjang dan ditutupi gelembung. Dia
tersenyum seperti iblis saat ia ikut masuk. Napasku tertahan saat melihat sepuluh
tusukan kecil di punggungnya, tapi ia hanya tertawa. "Kami baik-baik saja. Aku pikir
kami baru saja berteman," Dia meyakinkan, menarikku mendekatinya dan bergabung
denganku di 3Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
bawah air. Aku mendesah, santai. "Ini nyaman," gumamku. "Ya." Air meluncur turun di
sekeliling kami. Aku berada dalam pelukan Simon-ku, dan itu tidak bisa lebih baik lagi.
Dia mundur sedikit, sebuah pertanyaan tersirat di wajahnya. "Caroline?" "Hmm?"
"Apakah apakah diantara roti yang aku lemparkan di lantai ... well ..." "Ya?" "Apakah
semua itu zukini?" "Ya, Simon, ada roti zukini." Hening sekali lagi, kecuali suara air
yang mengucur. "Caroline?" "Hmm?" "Aku tidak berpikir bahwa aku bisa mencintaimu
lebih, tapi aku pikir mungkin bisa." "Aku lega, Simon. Sekarang berikan aku sedikit gula."
(ciuman) *** Bab 22 4:37 sore, hari yang sama "ITU SABUNNYA" Jangan tergelincir di
atas sabun." "Aku tidak akan tergelincir di atas sabun." "Aku tidak mau kau tergelincir.
Hati-hati." "Aku tidak akan tergelincir di atas sabun. Sekarang berbaliklah dan diam."
"Diam" Tidak mungkin, tidak ketika kau...mmm...dan kemudian ketika
kau...ooohhh...dan kemudian ketika kau-ow, itu sakit, Simon. Kau baik-baik saja kan?"
"Aku tergelincir di atas sabun." Aku mulai berputar untuk melihat jika ia memang
baik-baik saja ketika ia tiba-tiba menekanku ke dinding kamar mandi, memegang
tanganku menempel terhadap ubin. Bibir menggelitik dan air menetes turun ke bawah
kulitku dan di bahuku ketika tubuhnya menekuk tubuhku. Pikiran tentang sabun yang
tergelincir menyelinap keluar dari pikiranku ketika ia menyelinap masuk dalam diriku,
keras dan dan tebal, dan nikmat. Nafasku meninggalkanku terengah-engah, diperkuat
oleh dinding keramik, dibuat seksi oleh air yang jatuh, dan segera diikuti oleh engahan
lainnya saat ia melanjutkan memasukiku, sangat pelan dan terarah, sekarang tangannya
mencengkram pinggulku. Aku melemparkan kepalaku ke belakang, memutar wajahku
untuk menemukan Simon, telanjang dan basah. Alisnya berkerut, mulutnya terbuka saat
ia sepenuhnya menyerbu dan tanpa ampun. Aku berputar dengan cepat, kesadaran dan
kejelasan berpikir menyempit menjadi sebuah titik sebelum meledak, kata-kata tanpa
kata-kata keluar dari mulutku dan turun ke air dan berputar dalam saluran pembuangan
air. Sekarang O telah kembali, dia tidak lengah, sejauh ini, setidaknya, dia segera tiba
dan tanpa bertanya, menghancurkan memori hari-hari dan minggu-minggu dan
bulan-bulan menunggu dan menangis, memohon dan memelas. Ia menghadiahiku
3Wallbanger - Alice Clayton
dengan parade konstan dan terus menerus, yang membuatku kacau dan konyol, tanpa
tulang dan siap untuk menerima lebih. Mengerang ke telingaku, menggigil dan
berdenyut, Simon gagal memperlambat goyangannya. Dia pada dasarnya tahu, seperti
juga aku tahu, bahwa gadisnya masih mampu untuk orgasme lagi. Jadi kemudian,
dengan keterampilan yang menyiksa, dia menanamkan sebuah ciuman basah di
leherku, meninggalkan tubuhku, memutar tubuhku dengan cepat, dan kembali masuk ke
dalam diriku sebelum aku bisa mengatakan, "Hei, mana kau pergi?" "Tidak
kemana-mana, Gadis Bergaun Tidur Pink, tidak dalam waktu dekat," gumamnya, secara
kasar meraih pantatku dan mengangkatku menempel dinding, menggunakan berat
badannya untuk mendesakku ke ubin, memelukku ke dalam pelukannya dan
menahanku di dalam. Tubuhnya tertekuk sementara tubuhku lurus, kulit kami yang licin
rasanya yang tak terlukiskan terhadap satu sama lain. Bagaimana bisa aku menjauh
dari pria ini selama yang aku lakukan" Tidak masalah. Dia disini, didalamku, dan akan
memberikan seluruh parade O lainnya. Aku juga mendorong tubuhnya dengan cukup
kuat, membuka ruang diantara kami cukup untuk melihat ke bawah, nafsu mengaburkan
penglihatanku tetapi tidak begitu kuat sehingga aku bisa melihatnya memasukiku, lagi
dan lagi, mengisiku seperti tidak pernah dilakukan oleh laki-laki lain. Sekarang melirik ke
dirinya sendiri untuk melihat apa yang membuatku terpaku, sepertinya dia terpaku juga
dan sebuah suara terdengar seperti "Mmph" keluar dari mulutnya, Gerakannya lebih
cepat, mengejar itu, titik balik itu yang terasa begitu dekat dengan rasa sakit dan dekat
dengan kesempurnaan. Mata biru itu, sekarang penih dengan nafsu dan api, kembali
menatapku saat kami berdua melemparkan diri kami sendiri ke jurang itu lagi
bersama-sama. Merampas. Membekukan. terkunci dan keluar. Kami datang bersama
dengan sebuah raungan dan geraman dan erangan yang membuat tenggorokanku sakit
dan hoohah-ku bergetar. Hoohah Bergetar...nama yang bagus untuk...Mmmm... ***
6:41 sore Berkeliling apartemenku hanya dengan sebuah handuk, menghindari ceceran
tepung dan kismis, Simon adalah pemandangan yang indah. Ketika ia terpeleset di atas
tumpahan selai marmalade (selai jeruk) dan menabrak meja, aku tertawa sangat keras
aku harus duduk di sofa. Sekarang dia berdiri di depanku dengan sepotong roti zukini
saat aku tertawa, sebuah ekspresi geli di wajahnya. Aku terus tertawa, dan handukku
turun ke bawah, menampilkan lebih dari sedikit milikku yang berharga. Saat melihat
payudara, dua hal terjadi. Matanya terbelalak berbunyi pop dan sesuatu yang lain
berbunyi pop muncul. Muncul keluar. Aku mengangkat alis melihat perkembangan
terakhir ini. "Kau sadar kau telah mengubahku menjadi semacam mesin?" ujarnya,
mengangguk ke bawah pada Halodisiana miliknya yang menyembul melalui handuk.
Simon mengulur-ulur waktu untuk meletakan roti zukininya dengan aman di meja kopi.
"Begitu lucu, bukan" Ini seperti dia menyembulkan kepalanya keluar dari balik tirai!" Aku


Wallbanger Karya Alice Clayton di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bertepuk tangan. "Kau mungkin tidak memperhatikan, tetapi sebagai aturan umum, pria
tidak suka kata lucu dalam kalimat yang sama dengan kejantanan mereka." "Tetapi dia
lucu-uh-oh, kemana perginya dia" "Dia sekarang malu. Masih tidak lucu, tetapi pemalu."
"Malu, apaan. Dia tidak begitu pemalu waktu mandi tadi." "Egonya perlu dibelai."
"Wow." "Tidak, sungguh. Aku pikir kau akan mengetahui dia cukup
3Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
menerima untuk dibelai." "Sekarang lihatlah, kurasa mungkin dia hanya perlu jilatan
yang bagus, tapi jika kau pikir belaian sudah cukup..." "Tidak, tidak, kurasa sebuah
jilatan harus dilakukan. Dia- Sialan Caroline!" Aku membungkuk, membawa si pemalu
maju, dan secepatnya mengulumnya dengan mulutku. Merasakannya semakin
mengeras, aku duduk di tepi sofa, menggenggamnya dengan kedua tanganku dan
menjatuhkan handuk. Menariknya lebih dekat, dan memasukannya lebih ke dalam
3Wallbanger - Alice Clayton
mulutku, aku bergumam puas ketika aku merasakan tangannya berada di rambutku dan
menyusuri wajahku. Dengan hormat, ia menempatkan jarinya di kelopak mataku, pipi,
pelipis, akhirnya mengubur satu tangannya ke dalam rambutku dan tangan yang
lainnya, well, wow. Dia memegang dirinya. Saat aku memusatkan seluruh perhatianku
pada ujungnya, dia mengelus pangkalnya sendiri, sesuatu yang mungkin paling seksi
yang pernah aku lihat. Melihat tangannya, membungkus dirinya sendiri saat ia bergerak
keluar masuk mulutku...oh my. Seksi bukanlah kata yang tepat untuk itu. Kata itu tidak
cukup pantas berhadapan dengan erotika murni yang bermain di hadapanku. Dan
omong-omong tentang sesuatu di depanku, aku menggumamkan pujian lagi,
merasakan diriku terangsang hanya dengan permainan yang mulutku dapatkan. Mulut
yang beruntung. Aku terjatuh kembali ke sofa dan menarik Simon mendekatiku.
Responnya dengan menggunakan kedua tangannya untuk menahan diri pada sandaran
sofa, menusuk masuk dan keluar mulutku dengan penuh keyakinan. Sudut yang
memungkinkannya untuk menusuk lebih dalam, dan membuatku lebih mudah untuk
mengambil lebih banyak darinya. Aku meraih pantatnya, merasakan sensasi yang
masuk ke tubuhnya, mengetahui itu aku yang melakukannya, hanya aku, orang yang
memilikinya dengan cara ini. Aku dapat merasakan dia semakin mendekat. Aku sudah
mulai dapat membaca gerak tubuhnya dengan baik. Aku menginginkannya lagi. Dengan
cara ini aku egois. Melepaskannya dengan sebuah tarikan akhir yang kuat, aku
mendorongnya jatuh ke sofa dan mengangkangi dirinya. Merasakan tubuhnya di
tubuhku, ia mendorong ke atas saat aku terduduk, dan pada saat itu-kau tahu moment
itu" Saat semuanya terasa ditarik dan menarik dengan cara yang paling nikmat" Reaksi
tubuhmu: sesuatu yang tidak seharusnya di dalam sekarang ada di dalam dan untuk
sepersekian detik, itu asing, tidak diketahui. Dan kemudian indera kulitmu kembali
menjadi sangat sensitif, memori ototmu mengambil alih, dan kemudian begitu nikmat,
kau akan merasa penuh, kagum dan takjub. Dan kemudian kau mulai bergerak. Meraih
bahunya untuk mengangkat tubuhku, aku memutar pinggulku masuk ke dalamnya,
memperhatikan bukan untuk pertama kalinya bahwa dia tercipta untukku dengan sangat
tepat dalam pikiranku. Dia sempurna di dalam diriku, dua bagian menjadi satu, seperti
permainan seksual yang saling mengisi. Dia juga merasakannya, aku tahu itu. Dia
meletakkan tangannya tepat di dadaku, langsung di atas jantungku. "Menakjubkan,"
bisiknya saat aku menungganginya, manis dan panas. Tangannya terus di dadaku saat
aku menggoyangnya, tangan yang lainnya di pinggulku, membimbingku,
menempatkanku, merasakanku untuk kami berdua. Dia berjuang untuk tetap
bersamaku, untuk tetap membuat matanya terbuka saat pembebasannya menyerbu
masuk. Aku mengambil tangannya dari hatiku dan menempatkannya jauh ke bawah,
dimana ia mulai untuk membuat lingkaran yang sempurna itu. "Ya Tuhan, Simon"oh,
Tuhan...sangat"sangat nikmat"aku" mmm?" "Aku suka melihatmu berantakan," dia
mengerang dan aku juga. Dan dia melakukannya. Dan kami melakukannya. Aku runtuh
diatas dirinya, melihat sampai ruangan berhenti berputar dan dapat kembali merasakan
jari-jari dan kakiku, kehangatan menyelinap menembus tubuhku saat dia memelukku.
"Menjilat. Sebuah ide yang bagus." Dia mendengus, dan aku tertawa. *** 8:17 malam
"Pernah berpikir untuk mengubah warna cat disini?" "Apa kau serius?" "Apa" Mungkin
hijau yang lebih terang" Atau bahkan biru" Biru mungkin bagus. Aku suka melihatmu
dikelilingi warna biru." "Apa aku memberitahumu bagaimana mengambil foto?" "Well,
tidak?" "Kalau begitu jangan memberitahuku bagaimana untuk memilih warna cat. Dan
saat itu terjadi, aku berencana untuk mengubah palet di sini, tapi itu akan lebih gelap.
Lebih dalam (deeper = lebih kelam) mungkin katamu." "Lebih dalam" Bagaimana ini?""
"Ini cukup nikmat. Mmm, ini sangat-sangat nikmat. Bagaimanapun, seperti yang aku
katakan, aku pikir mungkin merencanakan lebih mendekati abu-abu gelap, dengan
3Wallbanger - Alice Clayton
sebuah meja marmer warna krem yang manis, memperkelam warna lemari hingga
merah kecoklatan. Sialan, ini terasa nikmat.?"Dicatat. Lebih dalam bagus, dan sangat
dalam lebih baik. Bisakah kamu meletakkan kakimu di atas bahuku?" "Seperti ini?" "Ya
Tuhan, Caroline, ya seperti itu. Jadi...meja baru, katamu" Marmer mungkin sedikit
dingin, kan" "Ya, ya, ya! Apa" Maksudku, apa" Dingin" Well, karena aku tidak biasa
diletakkan seperti gulungan jelly di atas meja, dingin tidak mengagangguku. Di samping
itu, meja marmer adalah yang terbaik untuk menguleni adonan." "Jangan," dia
memperingatkan, memalingkan wajahnya untuk mencium bagian dalam pergelangan
kakiku. "Jangan apa, Simon?" aku mendengkur, nafasku tersentak saat aku merasa
gerakannya mulai sedikit dipercepat, tidak terlihat oleh siapapun kecuali aku, seseorang
yang sekarang di diisinya. "Jangan mengalihkan perhatianku dengan membicarakan
tentang adonan. Itu tidak berhasil," dia memerintahkan, melepaskan pegangan dari meja
dengan tangan kirinya dan menyusuri perlahan di atas payudaraku, bolak-balik,
menggoda puncak putingku menjadi keras dengan ujung jarinya. Sebuah energi gila
mulai menetap rendah, rendah di bawah pinggulku dan di pahaku, lubang di perutku dan
titik diantara keduanya. "Tidak ada percakapan adonan" Tidak membicarakan adonan
kotor untuk Simon" Mmm, tetapi bukankah sedikit mengalihkan perhatian bagus dari
waktu ke waktu" Maksudku, tidak bisakah kau hanya membayangkanku, membungkuk
di atas meja dapur, bekerja sangat keras untukmu..." Aku terdiam, menjalankan jariku
melalui rambutnya, membungkukkan dia padaku untuk menciumnya dengan mulutnya
yang basah, lidah dan bibir dan gigi bermaksud membawanya lebih dalam ke dalam
diriku. Aku berdiri di pinggir area dapurku, sangat telanjang, sebagaimana
3Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
juga Mr. Parker kita yang adil, terkubur di dalam dan bertekad untuk membuat ini
bertahan selama mungkin. Kami ingin melihat berapa lama kami bisa berbicara
sementara...well...melakukannya. Sejauh ini tujuh belas yang paling intens, menit-menit
sensual yang fantastik dalam hidupku, dan itu belum terhitung foreplay. O ikut menari di
pinggiran, bertanya-tanya mengapa dia tidak memberi akses langsung. Tetapi sekarang
aku memiliki kontrol si perempuan jalang itu, dan ini adalah penyiksaan manis yang
luar biasa. Layak diabadikan. Begitulah, sampai Simon menyuruhku meletakkan kakiku
di bahunya. Holy hell, dia merusakku. Satu kaki ditumpangkan di bahunya, kaki satu lagi
dibuka olehnya ke sisi lain, pinggulnya berputar dalam lingkaran kecil dengan gerakan
menggoda, meningkatkan kenaikan-kenaikan terkecil. Dia orang yang bersikeras pada
percakapan, dan aku telah mampu mengimbanginya, hingga kakiku berada di bahunya.
Tiba-tiba, bagian yang tidak benar-benar menjadi bagian dari itu sebelum sekarang
sedang dirangsang, dan semakin sulit dan sulit untuk menjaga logikaku. Tapi
sebenarnya, siapa yang membutuhkan logika" Aku bisa hidup tanpa logika. Selama aku
bisa berada di bawah Simon, aku tidak apa-apa tidak memiliki logika. Tetapi sekarang
aku masih bisa memainkan permainan ini, sementara beberapa logikaku yang masih
tersisa. "Jangan mengujiku, Gadis nakal. Aku akan tanpa ragu berbicara kotor padamu
di dapur ini." "Mmm, Simon, tidak bisakah kau hanya melihatku" Membungkuk ke
depan, celemek kecil dengan tidak ada apa-apa dibawahnya, penggiling adonan di
tangan, dan semangkuk penuh dengan apel?" "Apel" Oh boy, aku suka apel," ia
mengerang, mengambil kakiku yang lain dan meletakkannya di bahunya yang lain,
tangannya kasar menarikku lebih jauh ke tepi, gerakannya makin dipercepat sedikit "Aku
tahu, dengan kayu manis" Aku bisa memanggangkanmu sebuah pai, Simon. Pai
apelmu sendiri, bahkan kerak roti buatan sendiri... semua untukmu, Pria Besar. Kau
tahu semua yang perlu kau lakukan adalah hanya memintanya padaku..." Aku
menyeringai, berusaha untuk menjaga mataku dari terbelalak ketika dia mempercepat
3Wallbanger - Alice Clayton
gerakannya lagi, suara kulit yang ditampar bahkan tidak terasa lucu lagi. Selamat tinggal
logika. "Bagaimana rasanya ini, Caroline. nikmat?" ia bertanya, mengejutkanku.
"Nikmat" Rasanya luar biasa." "Luar biasa" Sungguh?" Ia menarik diri hampir
seluruhnya sebelum meluncur kembali padaku sekaligus, membuatku merasakan setiap
incinya. Dan logika tetap berdiri. "Kau tahu, memang iya, tapi kembali ke apel, Apakah
kau mau paimu disajikan panas dengan vanilla ice cream" Hangat dan meleleh
dengan-oh Tuhanku..." "Kau sungguh ingin membicarakan hal ini sekarang" Karena jika
kau terus seperti ini, aku akan memaksa diriku untuk benar-benar kotor." "Lebih kotor
daripada pembicaraan pai apel?" aku bertanya, meregangkan tubuh dan mengarahkan
jari-jari kakiku ke arah langitlangit, menciptakan sensasi baru. "Bagaimana jika begini,
jika kau tidak menghentikan semua pembicaraan tentang pai apel," ia mulai,
membungkuk untuk menempatkan mulutnya di telingaku, membuatku menggigil. Satu
tangannya menggenggam payudaraku, memutar dengan kasar dan memelintir putingku.
Yang lainnya menyelinap ke bawah, merasakanku hingga ia menemukan titik yang
membuatku tegang dan mengerang. "Jika kau tidak berhenti, aku akan berhenti bercinta
denganmu, dan percayalah ketika aku mengatakan aku bahkan belum memulai untuk
merusakmu dengan segala cara yang pernah aku impikan." Ia berdiri kembali dan
menghujam. Keras. Logika terakhir" Selamat tinggal. Aku tidak masalah jika harus
memohon. "Tuhan, Simon, aku menyerah. Setubuhi saja aku." "Pai apel untukku?" "Ya,
ya! Pai apel untukmu! Oh, Tuhan..." "Itu benar, pai apel untukku, pai apel untuk-Tuhan,
kamu sempit dengan cara ini." Ia mengerang, mengalihkan kedua kakiku ke satu sisi,
memegang mereka saat ia menghantam ke dalam diriku, lagi dan lagi, tidak akan
mundur, hanya mempercepat, melihat ke arahku, memperhatikan saat punggungku
melengkung dan kulitku memerah, panasnya menjalar saat klimaksku pecah di atasku,
membuatku terdiam dengan instensitasnya saat aku terguncang sampai ke inti
keberadaanku. "Aku mencintaimu, Caroline, aku mencintaimu, aku mencintaimu, aku
mencintaimu," teriaknya, sekarang menghentak tak menentu saat ia mempercepat
gerakan menuju pelepasannya sendiri, keringat yang mengalir di atas dahinya saat ia
mencengkram di pinggulku saat aku mencengkramnya dari dalam, memegangnya
selama aku bisa, merasakan beratnya di atasku saat ia meletakkan kepalanya di
payudaraku. Bagaimana bisa hangat dari badannya terasa begitu nikmat" Seharusnya
itu membuatnya sulit untuk bernafas, menyempitkan paru-paru dan semuanya, tapi itu
tidak. Memegangnya, memeluk wajahnya saat aku mengusap rambutnya ke belakang,
rasanya kebalikan dari berat. "Kau akan membunuhku, pasti saat aku berbaring disini,"
dia mengerang, mencium dimanapun ia bisa. "Aku mencintaimu juga," aku menghela
nafas, menatap langit-langit dapurku. Aku bisa merasakan senyum selebar teluk yang
menghiasi wajahku. Sang O akan tinggal untuk waktu yang sangat lama. Jangan harap
aku akan mewarnai biru dapurku. *** 9:32 malam "Aku tidak percaya ini kedua kalinya
kita membersihkan tepung dan gula dari satu sama lain. Apa yang salah dengan kita?"
"Gula bagus untuk pengelupasan kulit," jelasku. "Meskipun, tidak tahu apa bagusnya
tepung terigu untuk kita." "Pengelupasan kulit?" "Ya, aku pikir setiap kali kita melakukan
seks di luar sana, semua gula itu membantu kita mengangkat sel kulit mati." "Sungguh,
Caroline" Sel kulit mati" Itu tidak seksi." "Kau tidak mengeluh sebelumnya." "Well tidak,
bagaimana aku bisa" Kau berjanji membuatkanku pai apel. Jangan lupakan bagian
itu." "Aku tidak akan lupa, tetapi aku tadi entah bagaimana agak dibawah tekanan." "Kau
ada di bawahku bukan di bawah tekanan, dibawahku." "Ya, Simon, aku ada di bawahmu
tadi." "Mencuci punggungmu?" "Ya, tolong." Kami berbaring berlawanan di sisi bak
mandi, bersantai dan berendam membersihkan sisa kotoran yang lengket dari dapur.
Pada suatu titik, aku harus membersihkan semua kekacauan, tetapi sekarang aku
hanya bisa konsentrasi pada laki-laki di depanku. Lakilaki ini, hampir mencapai ke
3Wallbanger - Alice Clayton
lehernya ditutupi gelembung wangi,
3Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
lengan yang kuat sekarang keluar untuk menarikku lebih dekat. Aku berputar di bak
manndi seperti sebuah pelampung, berayun-ayun ke belakang dan ke depan dan
mengatur diriku di depannya. Ia menggunakan sebuah lap dengan lembut untuk
menghapus benda lengket yang terakhir yang menutupiku. Kemudian ia menarikku ke
dadanya, bersandar kembali ke tepi bak. Lengan mengelilingiku, menyandarkanku,
mengelilingiku dengan air hangat dan Simon yang lebih hangat. Aku menutup mataku,
menikmati semua nuansa itu. Keamanan, kemanisannya, keseksian. Aku bergeser,
mencoba untuk sedekat mungkin, dan kemudian aku merasakan dia di pantatku.
Tumbuh. "Kenapa, halo disana, teman," gumamku, mengeluarkan tanganku melalui
gelembung untuk menemukannya, menginginkan dan nakal. "Caroline..." Dia
memperingatkan, membaringkan kembali kepalanya di tepi bak. "Apa?" Aku bertanya
polos, menyeretkan jari-jariku sepanjang sisinya, merasakan reaksinya. "Aku bukan
tujuh belas tahun, kau tahu." Dia terkekeh, suaranya menjadi parau dan bergairah
terlepas dari kata-katanya. "Terima kasih Tuhan, atau aku harus menjawab
perbuatanku, merusak seseorang di bawah umur dan semua itu," bisikku, perlahan
berbalik untuk menggosok diriku pada ereksinya, sabun dan gelombang dan air
membuatku licin. Dia sedikit berdesis dan tersenyum. "Kau akan mematahkanku, kau
tahu ini, kan" Aku bersumpah demi nama Tuhan, aku bukan mesinYa Tuhan, jangan
berhenti melakukan itu." Dia mengerang, mendorong ke dalam tanganku tanpa berpikir.
"Ah, break schmake. Aku hanya ingin bersetubuh denganmu sampai kau tidak bisa
melihat lurus," aku mendengkur, mengencangkan kepalan tanganku saat ia
memercikkan sedikit air di sisi atas. "Aku nyaris tidak melihat sekarang. Tampaknya ada
kau bertiga." Dia mengerang, menarik kakiku terpisah dan menempatkanku diatasnya.
"Mencapai satu titik di tengah, Simon," aku memerintahkan dan meluncur ke bawah. Ya,
kami memiliki beberapa air untuk dibersihkan. *** 11:09 malam "Aku hanya ingin
mendapatkan makanan. Aku butuh makanan, wanita." "Ambillah, lalu cepat kembali
padaku. Aku membutuhkanmu, Simon. Mengapa kamu merangkak di lantai?" "Aku tidak
berpikir aku dapat benar-benar pada berdiri saat ini. Si Mesin memerlukan istirahat. Si
Mesin mungkin memerlukan perbaikan yang sangat baik. Si Mesin, tunggu, apa yang
kau lakukan disana, Caroline?" "Apa, ini?" "Ya, ya, ini sepertinya kau"wow, apakah kau
sering menyentuh dirimu sendiri?" "Akhir-akhir ini aku tidak pernah, kenapa" Menurutmu
terlihat bagus, ya?" "Ya, itu"wow"um"pintu itu"laki-laki pengantar masakan thailand
itu ada disini. Aku"dan Aku"masakan thailand"Aku?" "Apakah kau benar-benar
bersajak sekarang, Simon" Mmmm. Itu terasa nikmat..." "Halo! Halo, ada orang
didalam" Seseorang menelpon untuk memesan-bung, bagaimana aku harus
memberikan kembalianmu" "Ambil saja kembaliannya." "Bung, kau menyelipkan lima
puluh di bawah pintu. Kamu tahu itu seperti memberi tip tiga puluh dollar, kan?" "Ambil
saja kembaliannya. Tinggalkan masakannya. Caroline, naik ke tempat tidur." "Mmm,
sangat dekat, Simon. Kau yakin tidak-ingin-aku-untukmmm-menyelesaikannya-oooh.
Aku suka ketika kau melakukannya." "Mmph, mumph, hah, hooo?" "Jangan berbicara
dengan mulut penuh, Simon, Simon, Simon, Simon, Siiimmooooon..." "Oke, bung. Aku
benar-benar meletakkan makananmu di luar sini. Um, terimakasih untuk tipnya." *** 1:14
pagi Kami berbaring di tempat tidur, lemas dan sedikit bodoh. Kasihan Simonku, aku
menungganginya menuju ke ambang kematian. Dia bukan remaja, tetapi bahkan ia
terkejut oleh-hmm-staminaya. Setelah putaran terakhir Crazytown, ia merangkak
kembali ke lorong, makanan diambil, dan kami makan masakan thailand duduk di
tengah tempat tidur. Aku dengan cepat menanggalkan seprei karena kismis dan tepung
3Wallbanger - Alice Clayton
terigu menempel sebelumnya. Jumlah pekerjaan yang akan aku harus hadapi di dapur
besok menyeramkan, tapi itu sepadan. Semuanya ini. Semuanya ini sepadan.
Sekarang kami bersantai, berbaring tetapi tidak berisitirahat. Masih berpelukan satu
sama lain tetapi sekarang dibalut dalam sebuah gaun tidur pink dan sepasang celana
olahraga. Untuk lebih jelasnya, aku memakai gaun tidur pink yang terkenal itu. Kami
berbaring berdampingan, saling berhadapan, kaki melilit dan tangan berpegangan.
"Kapan kau harus kembali bekerja?" "Aku memberitahu Jillian aku akan kembali hari
Senin, meskipun itu hal terakhir yang bisa aku pikirkan sekarang." "Apa yang kau
pikirkan?" "Spanyol." "Ya?" "Ya, itu menakjubkan. Terima kasih banyak untuk
membawaku, dan kemudian membawaku." Aku menyikut dia dengan sikuku. "Aku
senang melakukannya juga, keduanya penting. Aku senang kau bisa"datang," dia
mendengus. Sekarang O telah kembali, kami bisa bercanda tentang itu. Kami terdiam
untuk sesaat, hanya menikmati musik. Beberapa waktu yang lalu Simon tertatih-tatih
pergi sebelah untuk menghidupkan pemutar lagu. Meskipun tertatih-tatih, dia tetap
seksi. "Kapan kau akan berangkat ke Peru" Brengsek, aku masih sedikit membencimu
karena kau pergi, tapi kapan kau akan berangkat?" "Sekitar dua minggu. Dan jangan
membenci si fotografer. Aku harus pergi, tapi aku akan kembali." "Oh, jelasnya, aku
tidak membencimu karena kau pergi. Aku membencimu karena aku ingin pergi juga.
Tapi aku melantur. Aku lebih mencintaimu daripada membencimu, jadi kita baik-baik
saja." "Kita baik-baik saja?" "Ya, tentu saja. Kau berpergian karena pekerjaanmu. Ini
bukan seperti aku tidak tahu ini." "Well, mengetahui tentang hal itu dan kemudian
menjadi orang yang ditinggalkan adalah dua hal yang berbeda," katanya, matanya mulai
berkabut. Aku membelai lembut tanganku di pipinya, merasakan janggutnya dan kulitnya
dan melihat dia bersandar ke dalam sentuhanku. Matanya menutup dan dia
bersenandung puas. "Kau tidak meninggalkanku. Kita menjalani kehidupan yang sibuk
3Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
dan akan terus melakukannya. Hanya karena kau memasukkan ereksimu di dalamku
sekarang, itu tidak merubah kita," jawabku. Senyuman lambat tersebar di wajahnya.
Matanya masih tertutup, tapi menyeringai. "Kadang ereksi merubah seseorang," katanya
sambil tersenyum. "Terkadang ereksi merubah apa yang perlu dirubah. Terkadang
ereksi membuatnya lebih baik." "Terkadang ereksi membuatnya lebih baik, hal aneh


Wallbanger Karya Alice Clayton di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang untuk dikatakan." "Tetaplah disini, siapa yang tahu apa yang aku katakan
kemudian." "Melekat." "Terjebak." "Ingin menciumu sekarang." "Terima kasih Tuhan."
Aku terkekeh saat ia membungkus lengannya yang kuat di sekitarku. Kami berciuman
pelan, dengan penuh arti. Aku berbaring ke dalam tempat celah pelukannya, bentuk
yang sempurna dan wanginya seperti surga. "Aku suka celah ini." "Bagus" "Tidak ada
orang lain yang mendapatkan celah ini." "Ini milikmu." "Ya, ini milikku. Pastikan kau
memberitahu semua wanita cantik Peru yang akan mencoba merayu orang Amerika
yang seksi." "Aku akan pastikan untuk memberitahu mereka tempat kesukaanku telah
ada yang memiliki." Aku tersenyum dan menguap besar. Beberapa hari ini melelahkan.
Aku mengalami jet lag dan telah diguncang dalam setiap inci hidupku. Cenderung untuk
membuat seorang gadis lelah. Simon menyandarkan tubuhnya padaku untuk mematikan
lampu dan menyelipkanku ke celahnya. *** 1:23 pagi "Simon?" "Mmm?" "Apa kau
tidur?" "Mm-hmm?" "Aku hanya ingin bilang, well, aku sangat senang karena kau
pulang lebih awal." "Mm-hmm, aku juga." "Dan aku sedikit smitten (terpesona) padamu."
"Mm-hmm, aku juga." "Terpesona seperti seekor kitten (anak kucing)." "Mm-hmm, aku
juga." "Yang kehilangan sepasang mitten-nya (sarung tangan kain)." "Sarung tangan,
mm-hmm?" "Simon?" "Mm-hmm?" "Apa kau tidur?" "Mm-hmm?" "Aku mencintaimu."
"Aku juga mencintaimu." " " " "Caroline?" "Mm-hmm?" "Aku juga benar-benar
3Wallbanger - Alice Clayton
senang pulang lebih awal." "Mm-hmm?" "Dan aku benar-benar senang kau datang."
"Cukup." "Malam, Caroline." "Malam, Simon." Dan saat Count Basie dan orkestranya
bermain membawa kami ke alam mimpi, kami meringkuk melingkari satu sama lain dan
tidur. *** Pesan Teks Singkat Simon dan Caroline pada Selasa berikutnya: Berbicara
dengan seorang temanku. Aku pikir aku mengetahui bagaimana cara memasak udang
yang kau gilai selama di Spanyol. Sempurna, mereka akan cocok dengan perayaan
Spanyol yang aku rencanakan untuk hari Sabtu. Semua orang datang, bahkan Jillian
dan Benjamin. Apa kau yakin tidak mau mengadakannya di tempatku" Tidak, akan lebih
mudah di tempatku. Aku mempunyai dapur, yang lebih baik untuk menyiapkannya, tapi
aku akan membajak ovenmu. Bisakah aku memerintahkanmu di dapur" Itu bukan kata
yang tepat menggunakan kata memerintah. Please, kau tahu maksudku. Aku tahu, dan
mungkin juga kau. Manis. Apakah kau melihat sepatu lariku" Yap, mereka ada di kamar
mandiku dimana kau meninggalkannya. Aku tersandung pada benda itu pagi ini. Apakah
itu suara duk yang saya dengar" Kamu mendengar itu" Yap, membangunku. Dan kau
belum datang untuk melihat apakah aku baik-baik saja" Tidak ingin mengganggu Clive.
Aku tidak percaya dia tidur di sampingmu. Kucing pengkhianat. Kita berteman
sekarang...Well, hampir menjadi teman. Dia pipis di kaosku lagi HA! Aku harus kembali
bekerja, pencuri kucing. Kita tetap menonton film malam ini" Jika memang itu kau ingin
menyebutnya. Membuatnya seperti kita benar-benar memiliki rencana. Aku punya
rencana-rencana. Oh man, aku punya rencana-rencana. Seperti juga aku" Aku duduk
disini memakan pai apelmu....memikirkan tentang itu. Semua yang bisa aku pikirkan
tentangmu sekarang...membencimu. Kau tidak membenciku. Itu benar. Sekarang
makan paiku. "tersedak" Pesan Teks Singkat antara Mimi dan Caroline pada hari
Kamis: Kau yakin aku tidak perlu membawa apapun hari Sabtu" Nah, Sophia membawa
minuman dan kami akan mengurus sisanya. Sangat senang mendengarmu menjadi
suatu kita lagi. Ya, aku menikmati si kita. Dan kita-kita" Berapa usia kita, 7" Ya, kita-kita
terdengar menyenangkan. Menyenangkan mendengarnya. Jadi apa kau sudah tidur di
tempat tidur dosa" Tidak, sepertinya kita akan tinggal di tempatku. Aku pikir aku merasa
aneh di tempat tidur itu. Banyak dinding yang digedor dari tempat itu... Benar. Itu yang
kumaksud, terasa aneh. Mungkin lebih baik membuat tandamu di tempat tidurnya, bisa
3Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
dibilang. Era baru, pacar baru, penggedor baru" Aku tidak tahu, lihat saja nanti...Aku
tahu pada saatnya nanti aku tidur disana, tetapi belum. Disamping itu, dia terlalu
bersenangsenang berteman dengan Clive. APA" Clive benci laki-laki! Kecuali laki-laki
gay. Mereka mempunyai semacam pemahaman aneh kucing/laki-laki. Aku tidak
mempertanyakannya. Ini seperti sebuah tatanan dunia baru. Aku tahu. Ingin aku datang
lebih awal pada hari Sabtu dan membantu" Kau hanya ingin menata laciku lagi. Mereka
perlu disusun ulang lagi" Datanglah lebih awal WAHOO! Pergilah berobat" Kamis
sore semuanya tenang. Simon dan aku duduk di atas sofaku, bekerja. Aku membuat
sketsa konsep liburan untuk seseorang yang mempunyai ballroom. Yep, ballroom. Ini
adalah dunia yang aku kunjungi. Hanya berkunjung, tidak tinggal di dalamnya. Aku
masih menggunakan pakaian yogaku. Simon memasak, menggunakan dapurku, dimana
dia sudah merasa nyaman di dalamnya. Katanya lebih mudah sejak kami berakhir
hanya di tempatku saja, tapi aku melihatnya mengangkat Clive ke atas meja jadi dia
dapat "menonton". Aku menekankan kata itu karena itu kata yang sebenarnya yang
dikatakan Simon untuk Clive. Seluruh kalimatnya, aku percaya, adalah, "Kesini, buddy.
Dengan cara ini kau dapat menonton! Kau tidak dapat menonton dengan baik dari
bawah di atas lantai, aku yakin, benar" Benar?" Dan Clive menjawab. Aku tahu itu
secara teknis itidak mungkin, tapi suara meow yang dia ucapkan terdengar seperti,
3Wallbanger - Alice Clayton
"Trims." Para lelakiku berteman. Itu menyenangkan. Jadi disini kami duduk, aku
membuat sketsa dan Simon membuat rencana perjalanannya ke Peru secara online.
Dia memiliki sesuatu seperti menempuh catatan perjalanan tujuh milliar mil dan dia suka
memamerkan di depanku. Begitu sunyi, kecuali suara goresan pensil berwarnaku pada
sebuah halaman dan papan keyboardnya berbunyi klik-klak. Dan klik berasal dari Clive.
Kuku anak kucing yang paling keras kepala di dunia bebas. Simon selesai dan ia
menutup laptopnya, menggarukkan tangannya di atas kepala dan menampakkan happy
trailnya. Aku mungkin telah menggambar sedikit keluar garis. Dia meletakkan kepalanya
ke belakang bersandar pada sofa, matanya menutup. Dalam beberapa saat, dengkuran
kecil dimulai, dan diam-diam aku tersenyum. Aku melanjutkan sketsaku. Sepuluh menit
kemudian aku merasa tangannya menggapai keluar melewati bantal, dan
menggenggam tanganku. Lagipula aku hanya memerlukan satu tangan untuk
membuat sketsa. *** "Holy shit, Caroline, udang ini sangat lezat!" Mimi mengerang
dengan cara yang membuat Ryan menyesuaikan posisi duduknya. Ini adalah malam
Sabtu, dan kami semua berkumpul di meja ruang makanku, penuh dengan makanan
dan anggur Spanyol. Aku berusaha membuat semua makanan yang lezat yang Simon
dan aku makan. Pasti tidak sebagus aslinya, tetapi hampir mendekati. Dan tentu saja
kami tanpa pakaian pantai, tetapi sebaliknya ada kenyamanan di malam berkabut
musim panas yang hanya San Francisco yang dapat menyediakan. Lampu-lampu kota
bersinar melalui jendela, api meretih di perapian, persembahan dari Benjamin, dan
suara tawa memenuhi apartemen. Aku duduk di kursiku, menyelip masuk ke samping
Simon saat kami tertawa bersama teman kami. Aku sedikit khawatir jika kami akan
mengalami semacam perpeloncoan, karena kebersamaan kami tak terelakkan telah
menjadi topik pembicaraan untuk waktu yang lama. Tetapi itu bagus, semua orang
santai di malam hari dengan hanya sedikit menggoda. Simon dan aku telah terjebak
cukup dekat bersama di sebagian besar malam, tetapi aku sudah tahu kami bisa
berubah menjadi salah satu pasangan yang tidak memerlukan itu. Aku tidak pernah
ingin menjadi pasangan itu, salah satu pasangan yang terlalu banyak bergantung satu
sama lain dan secara konstan membutuhkan jaminan untuk merasa nyaman. Aku
mencintai Simon, sudah jelas. Salah satu dari kami suka bepergian, demi Tuhan, jadi
kami perlu menyesuaikan hal itu. Dan aku pikir kami bisa. Aku merasa dia di sebelahku,
dan aku bergerak sedikit lebih dekat. Dia menyelinapkan lengannya di sekitar
pinggangku, tangannya menepuk-nepuk lenganku, meremas dan membuatku sadar
akan dirinya. Aku sadar. Jarinya menelusuri lingkaran-lingkaran kecil di sikuku, dan aku
mendesah saat ia menekan ciuman cepat di dahiku. Aku tidak memerlukan ucapan
Sayang dan Manis. Aku hanya membutuhkannya dan lingkaran-lingkaran kecilnya.
Jillian menatap mataku dari seberang meja dan mengedipkan mata. "Untuk apa itu?"
tanyaku, menyesap gelas keduaku yang berisi brandy. Simon tidak akan mendapatkan
kesulitan untuk membawaku ke tempat tidur nanti malam, dia tidak pernah
melakukannya. "Semua hal bekerja dengan baik, benar kan?" tanyanya, melihat bolak
balik antara aku dan Simon. "Tidak bisa bekerja lebih baik lagi. Menyewakan
apartemenmu kepadaku adalah keputusan terbaik yang pernah kau buat."Aku
tersenyum, bersandar ke Simon saat ia mengusap bahuku. "Jillian memberikanku nomer
ponselmu jadi aku dapat mengirim pesan padamu dari Irlandia, sekarang itu adalah
keputusan yang terbaik yang pernah ia buat," ia menambahkan, mengedipkan mata
pada Benjamin dari seberang meja. "Oh, aku tak tahu. Berpura-pura aku tidak tahu
tetanggamu yang misterius merupakan suatu keputusan bagus juga," katanya, sebuah
senyum nakal bersinar di wajahnya ketika Simon terbatuk brandynya. "Tunggu, apa"
Kau tahu selama ini aku adalah orang yang tinggal di sebelah?" tanyanya, tergagap saat
aku menyerahkan serbetnya. "Tapi kau bahkan belum pernah ke tempatku!" "Dia
3Wallbanger - Alice Clayton
belum, tetapi aku sudah pernah," kata Benjamin, mendentingkan gelasnya dengan
tunangannya. Simon dan aku duduk melirik satu sama lain saat melihat mereka tertawa
dan memberi selamat kepada diri mereka sendiri. Dipermainkan dengan bagus" ***
"Oke, itu adalah yang terakhir. Tidak ada piring lagi," Simon memberi tahu, menutup
mesin pencuci piring. Setelah semua akhirnya pergi, kami memutuskan membersihkan
sisa kekacauan daripada meninggalkannya untuk besok pagi. "Syukurlah. Aku lelah."
"Dan tanganku mengalami kemerahan." Ia mengedipkan mata, menunjukkan betapa
merah tangannya. "Itu adalah tanda ibu rumah tangga yang baik." Aku nyaris
menghindari tangan penariknya. "Panggil aku Madge dan bawa pantat yang fantastik itu
kembali 3Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
kesini," balasnya, menggertakkan sebuah serbet ke arahku. "Pantat ini" Pantat yang ini
disini?" tanyaku, menyangga diriku terhadap dapur, bersandar ke depan pada sikuku.
"Kau ingin bermain sekarang, benarkah" Aku pikir kau lelah," gumamnya, menangkap
bagian bawahku dengan tangan merahnya dan memberiku sebuah tamparan ringan.
"Mungkin aku masuk angin." Aku terkekeh saat ia segera mengangkatku ke atas
bahunya seperti petugas pemadam kebakaran dan menuju kamar tidur. Tubuh terbalik,
aku memukul-mukulkan tinjuku pada pantatnya dan menendangnya, meskipun tidak
benarbenar ingin lolos. Langkahnya terhenti di depan pintu kamar tidur. "Lupa sesuatu
hari ini?" tanyanya, berputar sehingga aku bisa melihat ke dalam, tempat tidur polos,
tidak ada seprei. "Sialan, aku lupa meletakkan sprei di pengering. Mereka pasti masih
basah!" gerutuku. "Masalah terpecahkan. Pesta Menginap di tempat Simon," ia
mengumumkan, membuka laci lingerieku. "Pilihlah gaun tidur, gaun apapun." "Kau ingin
kita tinggal di tempatmu malam ini?" "Ya, kenapa tidak" Kita telah tidur disini sejak kita
kembali dari Spanyol. Tempat tidurku kesepian." Dia mengacak-acak tumpukan renda
dan melakukan cilukba. Hmm, tempat tidurnya mungkin lebih kesepian tidak seperti
biasanya. "Jadi, pilih salah satu." Dia memberi pantatku tamparan lainnya. "Eh, tarik
keluar yang kau suka. Aku akan menjadi model untukmu." Aku menyeringai, bicara pada
diriku sendiri. Ayolah, aku bisa menghabiskan malam di tempat tidurnya. Bisa sangat
menyenangkan. Aku melihat sesuatu yang tidak asing berwarna pink dan berenda
terkepit do bawah lengan, dan kemudian kami bergerak melintasi lorong. Aku berhasil
menendang pintunya saat masuk, sesuatu yang cukup sulit dilakukan saat sedang
terbalik. *** Sekali lagi, aku menemukan diriku sendiri di dalam kamar mandi,
mengenakan lingerie untuk Simon. Dia benar-benar menyukai apa yang aku gunakan.
Apakah itu lingerie atau salah satu kemeja lamanya, ia tampak tak perduli sama sekali.
Dan jarang sekali di pakai dalam waktu yang lama. Tanpa sengaja, aku berfikir semua
wanita yang datang sebelum aku, semua wanita yang ia nikmati dan telah
menikmatinya. Tetapi aku disini sekarang, dan aku adalah seseorang yang ia inginkan.
Aku merapikan kain sutra ini di atas tubuhku dengan menarik nafas dalam-dalam, kulitku
sudah mulai tergelitik dalam mengantisipasi tangannya. Aku mendengar ia
bermain-main dengan pemutar rekamannya-tanda derak dan pop dari jarum pada vinil
merupakan suara yang menenangkan. Glenn Miller. "Moonlight Serenade." Mendesah.
Aku membuka pintu, dan disanalah dia berada. Berdiri di samping ranjang besar penuh
dosa Penggedor Dinding. Seringai pelannya mengambil alih diriku, dan ia menatapku
naik turun. "Kau terlihat bagus," bisiknya saat aku berjalan ke arahnya. "Kau juga."
"Aku memakai pakaian yang sama yang aku pakai sebelumnya, Caroline." Ia
menyeringai saat aku melingkari lehernya dengan lenganku. Jarinya menelusuri
tanganku naik dan turun, menggelitik bagian dalam sikuku. "Aku tahu," jawabku,
menyematkan sebuah ciuman basah di bawah telinganya. "Kalau begitu kau terlihat
3Wallbanger - Alice Clayton
bagus tadi dan sekarang juga kau terlihat bagus." "Biarkan aku melihat lebih jelas
dirimu," bisiknya, menanggapi dengan ciuman basahnya di dasar tenggorokanku. Aku
menggigil. Ruangannya tidak dingin sama sekali. Ia memutar tubuhky, seolah-olah di
lantai dansa, dan menahanku sepanjang lengannya sebentar. Gaun tidur pink,
kesukaannya. Ia lupa membawa celana dalam padanannya, dan aku lalai untuk
memperhatikan. Ia memutarku kembali dalam pelukannya, dan aku segera bekerja pada
kancing kemejanya. "Malam yang cukup sibuk malam ini," katanya. Dua kancing
terbuka. "Memang iya. Aku tidak percaya mereka berdua menjodohkan kita dari awal!
Walaupun aku tidak berpikir mereka akan mengambil nama dari usaha perjodohan
untuk kedua pasangan lainnya. Itu adalah usaha kita." "Siapa yang tahu cinta ada di
udara saat kau menggedor pintuku?" Kancing lainnya terbuka. "Untunglah, kau telah
terjerat oleh pesonaku, itu tak terelakkan." "Sebenarnya gaun tidurnya, Caroline. Itu
adalah gaun tidur yang membuatmu tertarik. Pesona adalah bonus. Aku tidak tahu akan
mendapatkan seorang pacar diluar kesepakatan." Kemeja tidak terselip dan lepas.
"Benarkah" Dan disini aku fikir kita hanya bercanda!" aku terkikik, berusah untuk
melepaskan ikat pinggangnya yang menusukku. "Nah, kalau begitu, inilah dia bercanda
dengan pacarku!" Ikat pinggang terlepas dan kancing jeans terbuka. Terima kasih
banyak fashion kuno kancing celana. Dia mengangkatku ke atas, yaitu pantat
telanjangku jika boleh kutambahkan, dan berjalan ke tempat tidur saat aku mendorong
kemejanya terlepas. Kemejanya bergantung di lengannya. "Aku suka mendengar suara
itu," aku berbisik di telinganya saat ia membaringkanku di atas tempat tidur. Melayang di
atasku, meletakkan ciuman di dadaku, dia terus berkata dan berkata lagi. Pacar,
kemudian cium. Pacar, pacar, kemudian cium. "Apa kau tahu Mimi dan Neil berpikir
untuk hidup bersama" Bukankah itu terlalu cepat" Aku harap mereka tahu apa yang
akan mereka hadapi," aku menyampaikan. "Aku tahu apa yang aku hadapi." "Apa itu?"
"Kau konyol," katanya, dan aku mendengar suara ikat pinggangnya yang menghantam
lantai. "Aku hanya perduli dengan akhir bahagia kita. Atau dua, atau bahkan tiga. Minum
teh gingseng yang kau tinggalkan untukku pagi ini-perhatikan." Dia terkekeh,
mengangkat salah satu kakiku ke atas bahunya dan mencium daerah bagian dalam di
betisku. "Akhir bahagia, hah?" "Tidakkah kau fikir kita telah mendapatkannya?"
tanyanya, sekarang berlutut, bibirnya menjejaki di atas pahaku saat aku
terengah-engah. "Oh, hell, ya," aku tertawa, melemparkan tangankku di atas kepalaku
dan melengkungkan tubuhku hingga bertemu dengannya. Hello, O! Senang bertemu
denganmu lagi. Dengan bibirnya, dia membawakanku satu O. Dengan lidahnya, ia
membawaku satu O lainnya. Dan ketika ia meluncur ke dalamku dan mendorongku lebih
tinggi di atas tempat tidur, aku hampir mendapatkan satu O lagi. Pakaian sekarang
dibuang, kulit diatas kulit berkeringat, kakiku melilit dengan kuat di sekitar pinggangnya,
yang mana mendorong 3Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
terhadap milikku. Matanya terbakar saat aku merasa setiap inci dirinya. Di dalam. Di
luar. Di semua tempat. "Oh, Tuhan," aku mengerang. Dan aku mendengarnya. Buk.
"Oh, Tuhan," aku mengerang lagi. Buk buk. Aku terkikik mendengar suara itu. Kami
saling menggedor. Dia menatapku, mengangkat alis. "Ada yang lucu?" tanyanya,
gerakkannya terhenti. Dia mendorong kembali ke dalamku pelan, sangat, sangat pelan.
"Kita menggedor dinding." Aku terkekeh lagi, menatap matanya bergantian saat ia
melihatku tertawa genit. "Memang iya," ia mengakui, sambil sedikit tertawa. "Kau tidak
apaapa?" Aku membungkus kakiku bahkan lebih ketat di sekitar pinggangnya,
memastikan aku cukup dekat dengannya semampuku. "Bawa padaku, Penggedor
Dinding." Aku mengedipkan mataku, dan dia memenuhi keinginanku. Aku bergerak naik
3Wallbanger - Alice Clayton
dari atas tempat tidur dengan kekuatan dorongannya. Ia masuk ke dalamku dengan
kekuatan gigih, memberiku apa yang aku bisa ambil, kemudian mendorongku hanya
melewati tepian. Ia menatapku, keras, memamerkan seringai mengetahui. Aku menutup
mataku, membiarkan diriku merasakan seberapa dalam diriku terpengaruh. Dan dalam,
maksudku dalam. Dia memegang tanganku dan membawa mereka ke atas kepalaku ke
kepala ranjang. "Kau akan harus berpegang untuk hal ini," bisiknya dan melemparkan
salah satu kakiku ke atas bahunya saat ia mengubah posisi pinggulnya. "Simon!" Aku
menjerit, merasa tubuhku mulai kejang. Matanya, kedua mata birunya, membawaku
masuk ke dalam saat aku bergoncang di sekelilingnya. Dia meneriakkan namaku, dan
bukan orang lain. *** Beberapa saat kemudian, hampir tertidur, aku merasakan kasur
turun saat Simon meninggalkan tempat tidur. Mendengar ia membalikkan pemutar lagi,
aku kembali meringkuk lebih dalam ke bantal. Tubuhku benar-benar kelelahan, setelah
bekerja dalam setiap inci dari total kelelahan. Kami menggedor dinding, ya memang.
Aku pemilik kedua dinding sekarang. Aku mendengar ia tersandung di lorong dan
bertanya-tanya untuk apa ia bangun. Berpikir bahwa selelah itu, setengah terbangun ia
mungkin harus mengambil air, aku kembali tertidur. Beberapa saat kemudian aku
terbangun dengan tangannya bergeser mengelilingiku, merengkuhku ke dalam hangat
tubuhnya. Ia menciumku di leherku, kemudian pipi, kemudian dahi saat ia mulai
berbaring. Kemudian aku mendengar...dengkuran" "Apa itu?" tanyaku, melihat ke
sekeliling. "Aku pikir mungkin ia kesepian." Simon mengaku malu-malu. Melihat melalui
bahuku, aku melihat Simon, dan kemudian Clive. Simon telah pergi ke mengambilnya.
Clive sedang mendengkur sangat keras, cukup senang dengan semua perhatian yang
telah ia terima akhir-akhir ini. Dia menusukkan hidungnya padaku dan berbaring di celah
antara kami. "Luar biasa," gumamku sambil memutar mataku pada mereka berdua.
"Apakah kau seterkejut itu" Kau tahu aku sangat menyukai kucing," Simon berkata
tanpa ekspresi Simon. Kemudian tawa diamnya mengguncangkan tempat tidur. "Kau
sungguh beruntung aku mencintaimu," aku menambahkan, membiarkan kedua


Wallbanger Karya Alice Clayton di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lengannya memelukku erat-erat. "Aku senang." Kemudian, saat tawa memudar dan rasa
kantuk mengambil alih, aku merenungkan masa depan yang mungkin untukku dan
Penggedor Dindingku. Aku tahu itu tidak akan selalu semudah ini. Tapi yakin sekali akan
menjadi waktu yang baik. Semua tenang saat aku berangkat patroli, memastikan
perimeter itu aman. Aku melangkah melalui wilayah baru, memperhatikan setiap Q-Tip
yang terlepas. Mereka harus ditangani jika nakal. Jika diizinkan untuk berlari tak kendali,
mereka akan berkembang biak. Aku sudah melihat hal itu terjadi. Aku mendatangi
sebuah rak, penasaran tidak ada apa-apa kecuali botol kaca di atasnya. Aku memukul
salah satunya, memperhatikan saat itu terjatuh ke lantai. Aku akan datang kembali ke
lokasi ini, tetapi untuk sekarang aku berkeliling dulu. Memeriksa pemandangan lewat
jendela depan, aku melihat bahwa aku dapat mempertahankan kendali lingkunganku
dari sudut pandang ini. Aku mengintai satu kemungkinan stasiun tidur dari jendela
lainnya dari arah selatan, kemudian berhenti untuk saling menatap dengan seekor
burung hantu di luar. Tidak satupun dari kami menyerah dengan sukarela, dan itu lima
belas menit sebelum aku melanjutkan untuk memeriksa orang-orangku. Akhirnya
mereka tenang setelah beberapa kali beradu argumen. Jujur. Si Pemberi Makan, bisa
ditebak, mengambil sebagian besar tempat tidur. Si Jangkung, pemberian nama yang
tepat karena ia lebih tinggi dari si Pemberi Makan, membuat suara itu lagi-suara yang
tidak bisa aku telorir. Si Pemberi Makan mulai berbalik dan berputar. Dia tidak tidur
nyenyak. Tanpa tidur yang cukup, ia akan tidak mungkin untuk bermain denganku
malam berikutnya, sehingga situasi ini harus diperbaiki. Dia tampaknya menikmati
permainan kami, jadi aku akan sekali lagi mengambil masalah ke kakiku sendiri.
Melompat dari lantai ke tempat tidur dengan gerakan naturalanugerah yang tidak
3Wallbanger - Alice Clayton
sepenuhnya dihargai oleh bangsaku, aku jatuhaku berjalan melewati lutut-lutut dan
kaki-kaki, tangan-tangan dan siku-siku, hingga aku mencapai puncak dan berhenti
hanya sedikit di dekat bawah dagunya. Merentangkan satu cakar, aku meletakkannya di
atas lubang napasnya, menghentikan kebisingan seketika. Si Jangkung menghapus
usahaku, meskipun begitu ia berguling ke samping, kebisingan berhenti. Ia meringkuk
dalam dirinya sendiri, di salah satu sudut si Pemberi Makan telah mengizinkannya. Saat
ia melakukannya, aku tetap berdiri, melakukan gerakan bergulingku yang terbaik dariku
dan menjaga keseimbangan yang sempurna. Sekali lagi, bangsaku tidak mengerti.
Menetap ke celah diantara mereka, aku beristirahat. Rumah kami sudah aman, dan aku
sekarang melihat si Pemberi Makan dan si Jangkung, jadi aku membiarkan diriku untuk
bermimpi. Tentangnya. Dia yang telah pergi... The End
Hantu Santet Laknat 1 Pendekar Bloon 8 Hianat Empat Datuk Api Di Bukit Menoreh 5

Cari Blog Ini