Ceritasilat Novel Online

Babad Tanah Leluhur 11

Babad Tanah Leluhur Karya Tizar Sponsen Bagian 11


Hupp!" "Tenanglah, kau terluka dalam parah. Sebaiknya kau
diam saja dulu di situ. Aku akan menghadapinya. Percayalah
padaku, manusia rendah ini tidak ada apa-apanya!"
"Hahahaha, Sekar Wani kau jangan berlagak jagoan lagi.
Tunggulah, sebentar lagi aku akan membunuhmu. Aku akan
menyingkirkan dulu perempuan usil ini. Atau," kalian majulah
berdua!" "Cukup! Jangan kau umbar lagi kesombonganmu. Hmm,
bersiaplah! Tahan seranganku ini. Dan untuk menghadapimu
aku tidak perlu menggunakan kedua tanganku ini."
Cempaka memutar tangannya dan langsung menyerang Narsih.
Serangan yang cepat itu membuat Narsih tersentak kaget.
Perempuan itu lalu meloncat mundur, namun Cempaka terus
menerjang dengan lebih cepat lagi. Tangan kanan yang
digunakannya tiba-tiba berubah banyak.
"Nah, itu baru sebagian dari ilmu yang kukeluarkan. Dan
baru satu tangan yang kupergunakan. Bagaimana?"
975 37. GELORA API CEMBURU "Kau kira dengan bisa memukulku, lantas kau bisa
memenangkan pertarungan ini" Huh, nanti dulu!"
"Baiklah. Kau akan menyesal untuk selama-lamanya.
Dan aku tidak akan mengampunimu lagi."
"Siapa sebenarnya perempuan ini" Ilmunya hebat.
Dadaku masih bergetar tapi aku tidak boleh menyerah. Aku
akan mengatasi nya dengan ajian Ari-Ari Maut."
"Hmm, dia mengeluarkan
menghancurkannya!" ajiannya. Aku akan "Oh, Narsih" perempuan binal itu mengeluarkan ajian
tingkat tingginya. Tadi aku juga terkena pukulan itu. Sekarang
dia akan memukul wanita itu dengan ajian tingkat tingginya
lagi." Sekar Wani memandang ke arah pertempuran dengan
cemas. "Eeh, hati-hatilah. Dia memiliki ilmu Ari-Ari Maut?"
"Terima kasih atas peringatanmu. Tenanglah, meski dia
mengeluarkan ilmu dari neraka sekalipun aku akan
menghadapinya. Kau duduklah." Cempaka berkata tenang. Tapi
kemudian dia membentak ke arah Narsih. "Nah, perempuan
bejat! Majulah! Pukullah aku dengan ajianmu itu. Dan kau akan
melihat sendiri bahwa kaulah yang akan hancur."
"Hahahaha, sombong! Sebentar lagi tubuhmu akan
berlumuran darah, dan isi perutmu akan lumer terkena
976 37. GELORA API CEMBURU pukulanku ini. Kalau tadi aku memukul Sekar Wani hanya
dengan separuh tenaga. Sekarang tidak. Kau akan kuhabisi!!"
Pertemuan kedua tenaga di udara itu menimbulkan suara
ledakan yang keras. Pada saat yang berikutnya Sekar Wani yang
melihat semuanya hanya dapat memandang tubuh Narsih yang
melayang dan jatuh menghantam sebatang pohon besar, lalu
jatuh dengan posisi tiarap. Tubuh perempuan itu diam tak
bergerak. Sedangkan Cempaka melayang sambil berjumpalitan
beberapa kali, lalu turun dengan kaki merentang dan tangan
bersilang di dada. "Oh, gadis itu ternyata hebat sekali. Dia bisa
menghantam Narsih dengan mudahnya. Aku yakin Narsih
sudah mati sedangkan dia biasa saja. Hebat sekali."
"Nona, kau hebat sekali. Kau bisa membunuh
perempuan itu. Terima kasih nona. Kau telah membunuh
seorang perempuan perusak rumah tangga orang. Ahhh,"
dadaku." "Sudahlah, kau jangan banyak bergerak. Dadamu
terkena pukulan sakti. Jangan ucapkan terima kasih padaku,
aku memang akan membunuh semua perempuan seperti
dirinya. Yah, aku akan membunuh semua perempuan perusak
rumah tangga orang. Nah, sekarang kau duduklah dengan
tenang. Aku akan mengobati dirimu."
Cempaka segera mendekati Sekar Wani. Lalu dia duduk di
belakang Sekar Wani. Kemudian dengan cepat dia
977 37. GELORA API CEMBURU menempelkan kedua telapak tangannya ke punggung Sekar
Wani, setelah membuka baju perempuan itu.
"Nah, racun pukulan itu telah keluar semuanya.
Sekarang kau tinggal beristirahat. Sebentar lagi kau akan segar
kembali." "Terima kasih nona. Aku berhutang nyawa padamu.
Oya, namaku Sekar Wani. Nama nona siapa?"
"Eh" Namaku" Cempaka."
"Cempaka"! Iya, nama yang indah sekali. Oya, kau pasti
bukanlah dari desa ini. Gaya omonganmu seperti dari
Pasundan." "Ah, iya. Aku memang orang Pasundan. Aku kemari
hanya jalan-jalan. Oh" Aku membuang kelukaan hatiku.
Suamiku juga main dengan wanita lain?"
"Ooh, nasib kita memang sama. Kita sama-sama wanita
yang dikecewakan. Suamiku juga dirampas oleh perempuan itu.
Dan bukan aku saja. Banyak perempuan-perempuan di sini
yang suaminya dirampas oleh perempuan itu. Bahkan kepala
desaku sendiri tidak bisa berbuat apa-apa untuk
menghadapinya. Dia memiliki ilmu yang tinggi sekali. Tapi
sekarang semua orang di sini akan berterimakasih sekali
padamu. Karena telah berhasil membinasakannya."
"Hm, sudahlah. Sekarang kau bawalah kembali
perempuan itu ke desamu. Dan tunjukkan kepada seluruh
978 37. GELORA API CEMBURU perempuan di desamu, biar semuanya menjadi tenang. Biar
mereka semua tidak cemas lagi memikirkan tentang suaminya.
Ah, aku akan kembali ke Pasundan. Aku juga akan membunuh
perempuan yang merampas suamiku. Ah, kau pulanglah.
Bawalah perempuan itu. Katakan saja kau telah berhasil
membunuhnya. Jangan cerita apa-apa tentang diriku."
"Tapi," aku bagaimana?"!"
"Sudahlah, pulanglah. Bawa perempuan itu. Kalau kau
mau jadi sahabatku katakan bahwa perempuan itu mati di
tanganmu." Cempaka tersenyum. "Nah, selamat tinggal."
Sekar Wani tidak dapat berkata apa-apa lagi. Dia hanya melihat
sekelebatan Cempaka yang melesat pergi lalu hilang dari
hadapannya. Perlahan Sekar Wani berdiri. Dia merasakan
seluruh tubuhnya menjadi ringan dan segar.
"Perempuan itu luar biasa sekali gerakannya.
Gerakannya begitu cepat. Sebentar saja dia sudah lenyap dari
hadapanku. Dan tenagaku sepertinya bertambah. Apakah dia
telah memasukkan tenaga baru di dalam diriku"! Ooh, terima
kasih dewata agung. Sebaiknya, sekarang aku kembali saja ke
desa?" Lalu Sekar Wani berjalan perlahan mendekati tubuh Narsih
yang masih diam tak bergerak. Lalu dengan cepat Sekar Wani
membalikkan tubuh Narsih. Dia terkejut melihat wajah
musuhnya itu membiru. Keningnya ada goresan melintang
berwarna putih. 979 37. GELORA API CEMBURU "Hooh, kematian yang mengerikan!! Dahi Narsih
tergores pukulan tenaga sakti yang luar biasa itu. Oh, Cempaka.
Dia perempuan Pasundan itu memiliki ilmu silat dan tenaga
dalam yang hebat sekali. Sebaiknya kupikul saja tubuh Narsih
ini, lalu kubawa ke rumah kepala desa. Biar semua warga desa
di sini tahu bahwa biang kekacauan selama ini telah tewas."
Lalu Sekar Wani menaikkan tubuh Narsih yang sudah kaku ke
atas pundak. Lalu dia membawa tubuh itu menuju ke desa.
Sementara itu, marilah kita ikuti Cempaka yang kembali ke arah
Karang Sedana. Wajah wanita itu keras, matanya menyorotkan
sinar dendam yang dalam. Maka dia terus memacu kudanya
dengan kencang. "Sekar Wani telah memberikan pelajaran yang baik
padaku. Bahwa setiap perempuan yang merusak rumah tangga
orang lain harus mati. Iya, Sekar Wani yang memiliki ilmu silat
sedikit tapi dia bertekad mati-matian untuk membunuh Narsih.
Dia membela haknya sebagai seorang istri yang mencintai
suaminya. Oh"! Tapi kenapa aku lari dari Kanda Purbaya" Tidak!
Aku tidak boleh kalah dari Asmarani. Perempuan rendah itu
harus mati! Harus mati!"
"Asmarani, kau akan mati di tanganku. Kau tidak akan
bisa lepas dari kematian. Kau tidak akan bisa menari di atas
lukaku. Kau tidak akan mendapatkan kanda Purbaya. Tidak bisa,
kau akan mati di tanganku, meskipun kanda Purbaya
melindungimu. Tapi kau tidak akan bisa selamat dari tanganku.
Ayo hitam, pacu larimu! Kita harus segera tiba di gua karang.
980 37. GELORA API CEMBURU Kita harus membunuh perempuan rendah itu. Ayo hitam,
larilah dengan kencang."
Cempaka terus menghentakkan tali kekang kudanya. Badannya
membungkuk, matanya jalang ke depan dan teriakannya
menghentakkan suasana. Suaranya yang keras berbaur
dendam yang membara. "Hiyaahhh, hiyyyaaahhh! Ayo terus hitam. Larikan
tubuhmu sekencang-kencangnya. Berpaculah melawan angin.
Melawan waktu. Hiyaaahh!"
"Kanda Purbaya, kau tidak akan bisa melarangku. Kau
tidak akan bisa mencegahku. Karena aku lebih baik mati
daripada menyerah padamu. Aku tidak bisa gagal lagi untuk
membunuh perempuan itu. Tidak!"
Kuda hitam itu semakin gila, larinya laksana dikejar setan.
Banyak lubang dan celah tebing yang diloncatinya. Cempaka
yang duduk di atasnya laksana seorang bidadari pencabut
nyawa yang merunduk dengan mempererat pegangan pada tali
kendali. Rambutnya yang panjang berkibar diterjang angin.
Mata dan hatinya sama-sama memancarkan dendam.
(21) Pada kisah yang lalu diceritakan, setelah berhasil
membunuh Narsih perempuan yang sering merampas
suami orang itu, Cempaka langsung kembali ke Karang
Sedana dengan dendam di hatinya. Dia menghentakkan
tali kekang kudanya, dan kuda hitam langsung melesat
981 37. GELORA API CEMBURU menuju ke gua karang. Cempaka yang duduk di atas
punggung kuda hitamnya seperti bidadari pencabut
nyawa. Rambutnya yang panjang berkibar diterpa
angin. Mata dan hatinya sama-sama memancarkan
dendam. "Ayo hitam, larilah. Lari terus, jangan berhenti. Kita
harus tiba secepatnya ke gua karang. Perempuan itu tidak
boleh lepas dan lari dari kita. Ayo hitam, hiaaa hiaaa!!"
Cempaka terus memacu kudanya ke gua karang. Keringat yang
sejak tadi keluar telah membasahi tubuhnya. Beberapa kali
tampak Cempaka menyeka keringat yang mengalir di wajahnya.
"Heh! Suatu kebodohan kalau aku harus mengalah
kepada perempuan seperti Asmarani. Kanda Purbaya milikku.
Sejak dia kecil, aku yang merawat dan menjaganya. Segala
derita dan kesengsaraan kujalani bersamanya. Kenapa
sekarang aku harus menyerahkan cintanya kepada orang lain"!
Tidak, ini tidak boleh terjadi."
"Ohh, apa ini" Oh," tubuhku tiba-tiba menggigil. Ada
sesuatu yang aneh rasanya bergerak dalam tubuhku... Ohhh,
dadaku berdebar-debar. Apakah" Ooh semakin kencang" Aku
harus menghentikan kudaku."
Cempaka segera duduk bersila. Dengan cepat dia menutup
kedua matanya, tangannya bersidekap di dada. Pada saat
itulah, tampak sebuah sinar keluar dari tubuhnya. Dan pohonpohon di sekitarnya mendadak bergoyang. Lalu seketika itu
982 37. GELORA API CEMBURU juga, burung-burung yang berbunyi berhenti. Alam menjadi
sepi. Hanya angin yang tiba-tiba bertiup kencang.
"Oh, kepalaku mendadak pusing. Kenapa ada keanehan
ini. Kenapa aku"! Ooh" getaran di tubuhku semakin kencang"
aku harus bersemedhi untuk menahannya."
"Cempaka anakku, kenapa kau memendam dendam
dalam dadamu. Aku merasakan hawa panas yang membara
dalam tubuhmu. Aku tak sanggup untuk terus bertahan dalam
dirimu. Apakah kau akan mengusirku, dan tidak mau
menjadikan dirimu tempatku berteduh?"
"Nyai dewi" Oh, maafkan aku. Aku" aku tidak
menyadari semuanya. Tapi aku?"
"Ah," Sri Pohaci tersenyum "Aku mengerti perasaanmu.
Tapi kau telah dewasa. Kau bisa berpikir dengan baik. Dalam
keadaan seperti sekarang ini menangkanlah pemikiran
daripada perasaan. Gelora dendam dan cemburu yang
membakar jiwamu tak sepantasnya kau pelihara. Semuanya itu
hanyalah angkara murka yang ditimbulkan oleh iblis dan setan
yang menyesatkan." "Oh, maafkan aku nyai dewi. Aku tidak tahan
menghadapi semuanya. Aku tidak mau kehilangan kanda prabu
Purbaya. Aku tidak mau berpisah dengannya?"
"Tapi kenapa kau lari" Kenapa kau meninggalkan
dirinya" Kalau kau takut kehilangan dirinya katakanlah
983 37. GELORA API CEMBURU sebenarnya apa yang terjadi pada dirimu. Terbukalah. Orang
yang dewasa akan mengakui semuanya dengan keterbukaan,
bukan dengan lari dari kenyataan seperti yang kau lakukan saat
ini. Kau tahu anakku, siapa yang bersemayam di dalam tubuh
suamimu itu" Apakah kau juga mau membawaku lari dan
memisahkan diriku dengannya?"
"Ohh, nyai dewi" Aku" Ah, maafkan aku nyai dewi. Aku
melupakan semuanya. Tapi apakah aku akan sanggup
menghadapi semua itu?"
Nyai Pohaci tertawa kecil dalam keanggunannya, "Aku yakin
kau akan sanggup. Dalam hidup ini hanya ketabahan dan
pengertian yang diperlukan. Berpikirlah secara baik dan jernih.
Karena dalam ketenangan akan kau dapati segala-galanya
dengan baik. Berpaculah dengan tenang dan sabar ke gua


Babad Tanah Leluhur Karya Tizar Sponsen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

karang. Kuda yang kau tunggangi adalah juga binatang yang
butuh kasih sayangmu. Butuh pengertian dari orang yang
menungganginya. Jangan kau anggap dia itu binatang yang
tidak perlu dikasihi. Berjalanlah dengan tenang Cempaka."
"Aku mengejar waktu, nyai dewi. Aku tidak mau
terlambat." "Jangan bicarakan soal terlambat. Kau jangan meracuni
sendiri jiwamu dengan segala macam kecemasan yang tidak
tahu juntrungannya. Kau harus menyadari bahwa yang
bersemayam di dalam diri suamimu adalah dia yang memiliki
kekuatan dan kesabaran serta cinta kasih yang dalam. Dia
adalah segala-galanya diatas yang kita ketahui. Dia yang
984 37. GELORA API CEMBURU bersemayam di jiwa suamimu tak dapat diukur kebijakannya
dengan makhluk apapun yang ada di bumi ini. Percayalah, kau
tidak akan terlambat. Justru tibanya dirimu kesana akan
membuat semuanya jernih dan terang."
Cempaka tidak berkata apa-apa lagi. Perempuan itu hanya
merasakan kembali tubuhnya bergetar, dan dia merasakan
sesuatu yang amat damai menyentuh hatinya. Perlahan
Cempaka membuka matanya. Lalu dia mengusap wajahnya.
Kemudian dengan perlahan dia berdiri lalu menuju ke kudanya.
"Hitam, ayo kita lanjutkan kembali perjalanan ini. Kau
tenang saja, jangan terlalu kencang larinya. Kita tidak perlu
tergesa-gesa lagi." Kita tinggalkan dulu Cempaka yang berjalan dengan kudanya
menuju ke gua karang. Sekarang marilah kita lihat keadaan di
sekitar gua karang. Siang itu seperti biasa para prajurit masih
terus sibuk bekerja. Menggali mulut gua karang. Diantara
prajurit yang bekerja itu tampak Galung Wesi dan prabu
Purbaya. Keduanya bekerja tanpa menghiraukan keringat yang
semakin membasahi baju yang mereka kenakan. Di sudut lain
tampak senopati Jala Abang dan prajurit lainnya menggeser
batu yang cukup besar. Prabu Purbaya melihat semua apa yang
dilakukan oleh para prajuritnya.
"Oh, para prajuritku bekerja dengan gigih. Mereka
seperti tidak mengenal rasa letih. Mereka bekerja membanting
tulang. Mereka benar-benar melaksanakan pekerjaan mereka
dengan tanggung jawab. Tanpa pamrih sedikitpun. Oh, aku
985 37. GELORA API CEMBURU berdosa sekali kalau tidak memperhatikan mereka semua.
Mereka para prajuritku yang setia. Ah, paman Galung Wesi pun
bekerja dengan tekun dan rajin. Seharusnya yang bekerja
dengan tekun dan rajin tanpa mengenal kata lelah adalah
orang-orang Karang Sedana. Tapi di saat ini, justru orang-orang
Kencana Wungu. Oohh, pengabdian mereka benar-benar luar
biasa. Kalau kelak kuceritakan semua ini pada paman Pandu
Permana, aku yakin paman Pandu akan terharu dan bahagia.
Ohh, kenapa hatiku mendadak jadi tidak enak begini" Aku
merasa seperti terjadi apa-apa di tempat ini. Apakah sesuatu
itu terjadi di dalam gua ini" Ataukah?"
"Paman Galung Wesi!"
Panglima Galung Wesi yang sedang bekerja mendadak terkejut
mendengar prabu Purbaya memanggilnya. Maka dengan
bergegas orang tua itu menghampiri prabu Purbaya.
"Ooh"! Ada apa gusti prabu" Apakah ada sesuatu yang
harus hamba lakukan?"
"Iya paman. Kau cobalah lihat keadaan di sekitar gua
karang ini. Aku merasa tidak enak. Aku takut telah terjadi apaapa disekitar tempat ini. Atau paman lihat keadaan di sebelah
selatan sana. Siapa tau para pendekar dari rimba persilatan itu
melakukan sesuatu dengan gua karang ini."
"Baiklah gusti prabu. Hamba
semuanya. Hamba permisi gusti prabu."
akan menyelidiki 986 37. GELORA API CEMBURU "Tunggu paman, setelah itu cobalah paman melihat ke
atas sana. Ke tenda paman. Apakah keadaan Asmarani baikbaik saja."
"Baiklah gusti prabu.
semuanya. Hamba pergi gusti."
Hamba akan melakukan "Hmm, disini tidak terjadi apa-apa. Sepertinya orangorang dari rimba persilatan itu masih bekerja seperti biasa.
Tenang dan tidak menimbulkan keributan. Tapi sebaiknya aku
melihat ke tenda gusti prabu. Barangkali ada yang mencoba
mengusik tenda itu walaupun tenda itu telah dijaga oleh para
prajurit. Namun kalau tokoh sakti yang menyambanginya pasti
mereka juga tidak bisa berbuat apa-apa."
Galung Wesi menghentakkan tubuhnya dan laki-laki tua itupun
seperti terbang di atas tanah. Berlari menuju ke tenda prabu
Purbaya. Namun begitu tiba di tenda itupun dia tidak melihat
apa-apa. "Oooh, disinipun tidak terjadi apa-apa. Aku tidak
melihat bekas apapun disini. Para prajurit itu tampak tenangtenang saja. Mereka tidak boleh tahu kehadiranku. Nanti
mereka malah cemas dengan sendirinya. Tapi tadi menurut
prabu Purbaya, hatinya tidak tenang. Dan dia mengatakan ada
apa-apanya disekitar gua karang ini. Ataukah itu tidak lebih dari
sekedar perasaan cemas saja."
Kita tinggalkan dahulu Galung Wesi yang masih bergelut
dengan pertanyaannya sendiri. Sementara itu di tenda Galung
987 37. GELORA API CEMBURU Wesi sendiri, tampak prajurit Seta sedang duduk sendirian.
Mata prajurit itu menatap ke arah gua karang dimana temantemanya bekerja.
"Tidak enak rasanya begini. Duduk sendirian, tanpa tahu
harus berbuat apa. Kalau bukan gusti prabu yang menyuruh,
mungkin aku akan turun minta turut bekerja menggali mulut
gua karang itu. Iya, sebenarnya enak bekerja begini, hanya
duduk dan berkeliling. Tapi lucu juga. Pekerjaanku ini hanya
mengawasi perempuan. Sedang apa pula Asmarani di dalam
tenda. Apakah dia tidur atau hanya duduk merenung seperti
biasanya. Sebaiknya kulihat saja dia. Atau ku ajak bicara di sini
sambil menunggu senja tiba."
Prajurit Seta segera melangkah menuju tenda. Namun disaat
itulah, tiba-tiba dia melihat sesosok bayangan manusia
melintas cepat di belakang tenda.
"Ah"! Ada yang melintas dibelakang tenda itu. Siapa
dia" Sebaiknya aku sergap dia."
"Hmm, kemana dia. tadi jelas aku melihat dia disini. Oh,
itu dia." "Heii, siapa kau" Berhenti!!!"
"Aah, maaf prajurit. Aku kesasar ke tempat ini."
"Jangan berpura-pura, aku melihatmu mengendapendap kemari. Ada apa, dan katakan siapa dirimu!"
988 37. GELORA API CEMBURU "Aaah, sudahlah prajurit. Aku tidak perlu menjelaskan
siapa diriku. Aku sungguh-sunguh tersesat disini." Orang itu
tetap ngotot. "Hmm, jangan berbelit-belit kisanak. Kau tidak akan bisa
membohongiku. Aku melihat gelagatmu. Kau begitu
mencurigakan. Ayo, sebaiknya menyerah saja. Aku akan
membawamu kepada tuanku panglima Galung Wesi."
"Aah, setan alas. Prajurit ini bisa mengenali sikapku.
Aduh, aku memang gegabah! Tapi aku tidak boleh gagal. Toh
Purbaya tidak ada di sini. Dan panglima Galung Wesi pun tidak
di sini. Sebaiknya prajurit ini kurobohkan saja. Setelah itu baru
aku membawa Asmarani. Aku yakin perempuan itu tidak akan
tahu kalau aku merobohkan prajurit ini. Ya, aku cukup
merobohkannya. Aku tidak boleh membunuhnya. Kalau
Purbaya aku telah terlibat dalam masalah ini," waaah" aku jadi
tidak enak." "Eee, prajurit" Ah, sungguh aku tersesat kemari. Nah,
sekarang ijinkanlah aku pergi, ya"!"
"Kau tidak bisa membohongi. Aku bukan prajurit
kemarin sore. Aku tidak bisa kau bohongi. Mana ada orang yang
tersesat sampai mengendap-endap di dekat tendi ini, Hm"!
Sebaiknya kau mengaku saja. Apa yang kau maui dariku?"
"Ah, baiklah. Baiklah. Agaknya denganmu aku tidak
usah berbelit-belit lagi. Ketahuilah dan dengarkan. Aku kemari
disuruh mengambil Asmarani. Dia harus ikut bersamaku."
989 37. GELORA API CEMBURU "Baaangsat! Kau bicara seenak perutmu. Kau jangan
bermimpi dapat mengambil nona Asmarani dari sini!"
"Eitt, hahahahahahahh! He, tak ada satu orangpun yang
dapat mencegahku mengambil apa yang kuinginkan. Meskipun
ada rajamu di sini, dia tidak akan bisa mencegahku."
"Bangsat! Bicaramu terlalu tinggi. Kesombonganmu
keterlaluan. Rasakan ini!"
Prajurit Seta menyerang lawannya dengan cepat. Namun
lawannya bukanlah orang sembarangan. Dia bisa bergerak
sambil melayang, berjumpalitan di udara. Dan malah bisa
menyerang dengan mudah ke arah prajurit Seta. Pada saat
itulah dari dalam tenda muncul Asmarani. Perempuan itu
terkejut melihat prajurit Seta bertarung dengan seorang tokoh
yang tidak dikenalnya. Namun belum sempat perempuan itu
melontarkan keheranannya telah berteriak ke arahnya.
"Nona Asmarani, pergilah ke bawah. Turunlah, temui
gusti prabu. Aku akan menahan orang ini. Dia penjahat yang
hendak menculikmu. Pergilah!"
"Kau tidak akan bisa pergi kemana-mana Asmarani. Kau
akan kudapatkan. Hei, prajurit" rasakan ini!"
Serangan yang cepat dan beruntun itu tidak dapat dihindari
oleh prajurit Seta. Maka tak ayal lagi tubuhnya terkena pukulan
dan jatuh bergulingan di tanah. Pada saat itu juga pendekar
asing itu segera menyerang ke arah Asmarani. Perempuan itu
990 37. GELORA API CEMBURU terpana, dan dia tidak bisa menghindar ketika sebuah totokan
menghantam lehernya. Lalu laki-laki itu membopongnya dan
melesat pergi ke arah selatan.
(22) Pada kisah yang lalu diceritakan, Asmarani yang dijaga
oleh prajurit Seta diculik oleh seorang pendekar yang
memiliki ilmu tinggi. Setelah mengalahkan prajurit Seta,
laki-laki itu langsung menyerang Asmarani dengan
totokan. Setelah itu langsung membawa Asmarani pergi
ke arah selatan. Tak lama kemudian tampak lagi sebuah
bayangan melesat ke arah tenda. Dia adalah Galung
Wesi. Orang tua itu terkejut saat melihat prajurit Seta
menelungkup di tanah. "Oh, prajurit Seta. Apa yang terjadi" Apakah ?"
"Tuanku panglima. Hamba" hamba tidak bisa menjaga
Asmarani. Dia" dia diculik oleh seseorang berilmu tinggi.
Asmarani dibawa ke arah sana tuan."
"Baiklah kalau begitu. Sekarang kau berusahalah untuk
turun dan menemui gusti prabu. Akau akan mengejar penculik
itu. Semoga saja dia belum berlari terlalu jauh."
"Ooh, aku harus segera memberitahukan gusti prabu,
kalau beliau murka aku akan menerima hukumannya. Sekarang
aku akan turun ke bawah. Aa...ahh, dadaku sakit sekali. Heran
kenapa orang itu tidak membunuhku. Padahal kalau dia benarbenar memukulku tentu aku sudah jadi mayat. Tadi aku
991 37. GELORA API CEMBURU merasakan angin pukulannya tidak dilambari dengan tenaga
sakti. Dia memukulku dengan tenaga kasar. Aneh sekali.
Apakah dia takut membunuhku, karena aku adalah prajurit
gusti prabu Purbaya?"
Dengan susah payah, prajurit itu bangun. Lalu setengah terseok
dia turun menemui prabu Purbaya yang sedang bekerja.
Beberapa kali tampak prajurit itu bergulingan di tanah. Lalu
bangun lagi dan terus berjalan sempoyongan. Melihat keadaan
prajurit itu beberapa orang prajurit yang terkejut mereka
serentak menghentikan kerja mereka lalu buru-buru mendekati
prajurit itu. "Ada apa ini" Ada apa ini?" kata para prajurit itu,
mereka ramai bertanya. "Kenapa kau, Seta" Apa yang terjadi?" salah seorang
dari mereka bertanya. "Sudahlah teman. Bawalah aku pada gusti prabu. Aku
akan menceritakan pada gusti prabu."
"Baiklah," temannya itu kemudian berseru pada
temannya yang lain. "Teman-teman, ayo kita bawa Seta kepada
gusti Prabu." Lalu mereka beramai-ramai menggotong prajurit tersebut.
Namun belum sempat mereka bergerak, prabu Purbaya
muncul. Para prajurit yang berisik mendadak diam.
"Apa yang telah terjadi?"
992 37. GELORA API CEMBURU "Ini gusti prabu, prajurit Seta mendapat celaka."
"Oh, kau" Apa yang telah terjadi" Ceritakan, apakah
ada orang yang menyerangmu?"
"Ampun gusti prabu, hamba" hamba tidak bisa
menjalankan tugas dengan baik. Hamba gagal, gusti."
"Siapa yang menyerangmu, prajurit" Lalu?"
"Aa" ah, ampun gusti. Hamba tidak mengenalnya
dengan pasti. Orangnya seperti pendekar yang sableng, namun
memiliki ilmu yang tinggi. Dia melarikan Asmarani ke arah
selatan. Tuanku panglima Galung Wesi mengejarnya."
"Kalau begitu, baiklah. Aku akan menyusul paman
Galung Wesi." "Prajurit, kalian lanjutkan pekerjaan ini. Beristirahatlah
bila sudah waktunya. Aku segera kembali."
Prabu Purbaya segera melesat pergi. Para prajurit hanya saling
pandang satu dengan yang lainnya. Lalu setelah itu mereka
membawa prajurit Seta ke tempat yang agak teduh dari
sengatan matahari. Beberapa orang prajurit menolong prajurit
Seta. Sedangkan yang lainnya dibawah pimpinan senopati Jala
Abang kembali melanjutkan pekerjaan.
Sementara itu jauh di dalam sebuah hutan di sebelah selatan
gua karang, di balik sebuah tebing tampak dua orang laki-laki
993 37. GELORA API CEMBURU sedang duduk dengan gelisah. Sesekali mereka tampak melihat
ke arah timur.

Babad Tanah Leluhur Karya Tizar Sponsen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Hmm, apakah tuanku yakin kalau Suntana akan
melakukan semua pekerjaannya dengan baik" Apakah tidak
mungkin dia justru lari ke tempat lain?"
"Hemm, itu tidak mungkin. Aku sudah mengenal
pemuda satu itu. Dia bisa dipercaya. Yakinlah. Satria tanah jawa
akan selalu memegang janjinya."
"Ooh, jadi kau anggap orang seperti aku ini tidak
memegang janji?" "Aku tidak mengatakan demikian. Aku tidak
mengatakan orang-orang tanah seberang itu suka ingkar janji."
"Prabu Sora?" "Apa?" "Tapi kalimat mu itu begitu menyakitkan. Apakah kau
tidak membutuhkan tenagaku lagi" Baiklah kalau begitu, aku
juga sanggup membunuh Purbaya dan Cempaka sendirian. Aku
akan menghadapi mereka dengan cara terang-terangan. Aku
tidak akan main curang seperti yang kau lakukan saat ini. Kalau
di tempatku orang-orangnya selalu melakukan pekerjaan
sendiri. Tidak melalui tangan orang lain."
"Kau jangan memandang rendah padaku, Garon Safa.
Aku tidak takut untuk menghadapi Purbaya dan Cempaka
994 37. GELORA API CEMBURU istrinya. Tapi aku hanya tidak mau mengotori tanganku dengan
darah mereka." "Hohohoh, kau memang hebat prabu Sora. Bahasamu
halus sekali. Memang seorang ksatria selalu melumuri
tangannya dengan darah musuh-musuhnya. Hanya seorang
laki-laki yang suka mengaku-ngaku ksatria yang tidak mau
bermain dengan darah musuhnya. Ksatria cengeng saja yang
berjiwa penakut dan licik, membunuh musuhnya dengan
tangan orang lain." "Kurang ajar! Kau menghinaku. Jangan sampai aku
turun tangan jahat padamu Garon Safa! Aku tidak segan-segan
membunuh orang seperti kamu. Jaga mulutmu. Aku akan bisa
lebih kejam dari kamu! Jangan kau kra aku takut dengan Lima
Langkah Bayang-Bayang yang kau miliki itu."
"Ternyata kau orang yang suka naik darah, prabu Sora.
Kau tidak bisa mengendalikan emosimu. Aku sebenarnya tidak
tahu sampai di mana kehebatanmu. Aku hanya pernah dengar
berita bahwa tentang ilmu yang kau miliki itu hanyalah dari
orang-orang yang pernah mengenalmu. Nah, makanya kalau
kau tidak ingin dicolek, janganlah mencolek orang lain! Kalau
tidak mau disinggung harga dirimu, jangan menyinggung orang
lain. Dan aku tau, mungkin itulah yang membuatmu runtuh dari
kebesaranmu selama ini."
"Heh! Kurang ajar manusia hitam satu ini. Kalau aku
tidak membutuhkan tenaganya untuk menghadapi Purbaya
dan Cempaka mungkin saat ini aku akan menyerang dan
995 37. GELORA API CEMBURU membunuhnya. Nantilah Garon Safa, setelah semuanya selesai
kau akan kubereskan di sini. Kau tidak akan bisa pulang lagi ke
negerimu." "Hmm, laki-laki yang sombong ini, kalau saat ini aku
tidak membutuhkan dirinya untuk menghadapi Purbaya dan
Cempaka, aku akan melenyapkannya sekarang juga. Hmm,
nantilah prabu Sora, nantilah setelah semuanya selesai kau
akan berhadapan denganku. Kau akan merasakan betapa
perihnya siksaanku. Siksaan Garon Safa."
"Sudahlah Garon Safa, kita memang saling
membutuhkan. Karena kita sama-sama ingin membunuh
Purbaya dan Istrinya. Kalau perlu seluruh orang keraton Karang
Sedana." "Ah, iya, memang itulah yang terbaik prabu Sora. Kita
saat ini saling bantu. Kita hancurkan dulu musuh utama kita.
Setelah itu barulah kita pikirkan apa yang sebaiknya kita
lakukan. Nah, sebaiknya sekarang kita tenang-tenang saja.
Menunggu Suntana. Kalau dia mengkhianati kita akulah yang
akan menghajarnya." "Jangan terlalu gegabah dengan pendekar sableng itu,
Garon Safa. Dia memang urakan, tetapi ilmunya tidak berada
jauh di bawah kita. Dia memiliki ilmu yang luar biasa. Suntana
juga menjadi momok kaum sesat di tanah Pasundan ini. Dia
adalah pendekar yang aneh dan misterius. Ilmu-ilmunya sulit
diukur." 996 37. GELORA API CEMBURU "Tapi prabu Sora, kenapa dia mau tunduk dan patuh
kepadamu. Dia mau saja mengikuti saja apa yang kau katakan
itu. Bukankah itu suatu bukti bahwa dia itu tidak memiliki
keberanian dan kepandaian apa-apa, prabu Sora!"
"Hehehehe, itu ada cerita lain lagi Garon Safa. Itulah aku
bilang tadi. Bahwa orang di tanah Jawa ini tidak pernah ingkar
janji dan selalu patuh pada janji. Suntana pernah berhutang
jasa padaku. Dan dia pernah berjanji akan membantuku. Aku
pernah menyelamatkan orangtuanya dari kematian. Saat itu dia
sedang tidak ada di tempat. Dan saat aku menyelamatkan
kedua orangtuanya, dia datang."
"Heeh" Orang sepertimu mau menolong orang" Huh,
Lucu! Dan satu keluarbiasaan!"
"Hahahaha, kalau bukan keluarga Suntana, aku tidak
akan turun tangan. Aku mau menolong keluarganya karena ada
maksud yang kuharapkan. Nah, setelah menyelamatkan
keluarganya, aku minta syarat padanya. Dan dia bersedia
membantuku." "Hahahahahaha!" Garon Safa terbahak-bahak. Katanya
kemudian, "Baiklah prabu Sora. Aku angkat tangan dengan
caramu itu prabu Sora. Kelicikanmu ternyata tidak hanya untuk
menghadapi Purbaya dan Cempaka, tapi kau selalu
memanfaatkan kesempatan yang lain untuk kepentinganmu
sendiri." "Ssttt! Ada yang datang?"
997 37. GELORA API CEMBURU "Dia orang-orang Karang Sedana. Lihat!"
"Ooh, dia bukan orang Karang Sedana. Tapi panglima
keraton Kencana Wungu. Dia Galung Wesi. Mau apa panglima
itu ngacir sampai ke daerah ini" Owhh, dia menuju ke arah
sana" Apakah telah terjadi sesuatu?"
"Prabu Sora, jangan-jangan orang tua itu mengejar
Suntana. Pendekar bodoh itu barangkali telah berlaku ceroboh!
Iya, sebaiknya kita kejar. Ayo! Kita bisa membunuhnya."
"Garon Safa, tahan dulu! Jangan berlaku sembrono!
Orang tua itu kelihatannya tenang. Namun dia memiliki
kekuatan yang dahsyat. Dia memiliki ilmu yang tinggi, bukankah
kau pernah merasakan ilmunya?"
"Iya, aku memang pernah bertanding dengannya. Tapi
aku tidak kalah. Aku belum mengeluarkan semua
kemampuanku." "Hah! Kurasa diapun belum mengeluarkan semua
kemampuannya. Kekuatan orang tua itu tidak bisa dipandang
remeh. Aku pernah bertarung dengannya selama setengah hari
dan diantara kami tidak ada yang kalah. Dia hebat, jadi kita
jangan berani main-main dengannya. Sebaiknya biarkan saja
dia pergi. Toh tidak ada urusannya dengan kita. Kalau pun dia
mengejar Suntana itu kan lain halnya."
998 37. GELORA API CEMBURU "Tapi hal itu bisa berbahaya prabu Sora, Suntana bisa
membawanya kemari dan kita bisa ketahuan!" bantah Garon
Safa. "Aah, itu malah menghancurkannya." kebetulan. Kita bisa bertiga "Eeh, apa kau tidak membutuhkan Asmarani lagi" Kalau
ketahuan Asmarani itu orang kita, apakah bukan suatu
malapetaka buat gadis itu, dan kita akan sia-sia prabu Sora!"
"Aku tidak dapat berharap apa-apa lagi pada gadis itu.
Nyata sekali dia telah mengkhianatiku. Dia batalkan niatnya
untuk membunuh Purbaya si keparat itu."
"Oh, itu kan baru dugaanmu prabu Sora. Siapa tau dia
belum mendapat kesempatan untuk melakukan semua itu. Dia
belum mendapatkan cara yang baik untuk membunuh Purbaya.
Bukankah pekerjaan kita akan mulai dari bawah lagi."
"Sudahlah Garon Safa! Itu urusanku! Aku tau apa yang
mesti aku lakukan. Kau tenang saja. Aku yakin sebentar lagi
Suntana akan muncul dengan Asmarani."
"Heeuh! Kerja yang bertele-tele. Seharusnya saat ini kita
bisa mengejar panglima itu dan membunuhnya berdua agar
kelak di kemudian hari tidak mengganggu semua usaha dan
kerja kita ini." "Tidak perlu Garon Safa! Tidak perlu kita mengurusi
panglima itu. Dia akan membuat kita repot saja. Sudahlah!"
999 37. GELORA API CEMBURU Sementara itu, sekitar seratus tombak dari tempat tersebut
tampak panglima Galung Wesi mengendap-endap seorang
sendiri. Mata laki-laki tua itu jalang kesana kemari mengawasi
rimbunan pohon dan setiap pohon-pohon yang besar.
"Oh, kemana larinya keparat itu. Aku jelas tadi melihat
dia melintasi daerah ini. Ilmunya boleh juga, sambil
menggendong Asmarani dan dia bisa bergerak cepat. Apakah
ini laki-laki yang dulu dikejar oleh gusti prabu" Aku harus
mendapatkannya. Dia tidak boleh melakukan apa-apa pada
Asmarani." Galung Wesi terus mencari-cari. Sebentar-sebentar dia
meloncat ke atas pohon. Lalu melihat kesekitarnya, namun
orang yang dicarinya tidak juga kelihatan.
"Oh, dia menghilang seperti ditelan bumi. Terlalu aneh
kalau dia bisa menghilang. Aku yakin dia pasti bersembunyi di
sekitar tempat ini. Dia pasti tidak mau keluar. Sebaiknya aku
bersemedhi mengerahkan pendengaranku. Aku yakin dapat
menangkap suara nafasnya, kecuali dia berilmu tinggi?"
Galung Wesi melayang turun dari atas pohon yang dinaikinya.
Lalu lelaki itu duduk bersila. Dia memusatkan pendengarannya.
Lama dia memusatkan pendengarannya, namun dia tidak
mendapatkan apa-apa. Dicobanya lagi, tapi hal sama tetap
terjadi. Lalu perlahan-lahan orang tua itu membuka matanya.
"Tidak ada suara apapun yang bisa kudengar. Kecuali
suara binatang hutan dan burung-burung. Aku yakin dia pasti
1000 37. GELORA API CEMBURU memiliki ilmu yang tinggi, kalau tidak mana mungkin dia berani
main api dengan orang-orang Karang Sedana. Sebaiknya
kutelusuri daerah ini, barangkali ada daerah yang
tersembunyi." "Aah, aku tidak boleh meninggalkan tempat ini sebelum
aku tahu siapa orang itu. Asmarani tidak boleh hilang, gadis itu
tidak boleh celaka. Aku harus menyelamatkannya."
"Nah, itu ada suara orang melintas. Kurang ajar, dia lari
ke arah sana!" "Hai, jangan lari kau pengecut! Kau akan kukejar
meskipun sampai ke ujung dunia!"
Galung Wesi menghentakkan tubuhnya, dan orang tua itu
seperti melayang di atas rerumputan hutan. Dia terus mengejar
laki-laki yang memanggul tubuh Asmarani. Maka terjadilah
kejar-mengejar di hutan yang sepi itu. Namun di sebuah tebing
yang terjal kembali Galung Wesi kehilangan jejak.
(23) Pada kisah yang lalu diceritakan, tentang Asmarani
yang diculik oleh Suntana dibawa lari ke arah selatan
gua karang. Kepergiannya itu dikejar oleh Galung Wesi.
Di dalam hutan akhirnya Galung Wesi kehilangan
buronannya. Orang tua itu terus mencarinya. Ketika dia
melihat penculik itu di depannya, orang tua itu kembali
mengejar. Namun di dekat tebing yang cukup terjal
1001 37. GELORA API CEMBURU kembali buruannya lenyap. Galung Wesi menjadi
penasaran. "Setan alas! Dia menghilang lagi. Ah, sial. Setan gundul.
Kalau ketemu akan kuhajar dia habis-habisan. Dia belum tahu
siapa Galung Wesi." "Hai, manusia pengecut tunjukkan dirimu. Jangan hanya
pintar main petak umpet seperti monyet. Keluarlah kalau kau
laki-laki. Tunjukkan mukamu sebagai ksatria. Hayo keluarlah,
kita bertarung secara jantan. Ayo!"
Teriakan Galung Wesi bergema memenuhi seantero hutan.
Namun tak ada jawaban. Hutan itu tetap sepi dan sunyi dengan
suara-suara binatang-binatangnya. Orang tua itu menjadi
semakin penasaran. Sementara itu dibalik sebuah tebing yang
tertutup tampak Suntana duduk menyendiri, di dekatnya duduk
Asmarani yang tidak berdaya.
"Kenapa kau bawa aku ke tempat ini, Tuan" Apa
salahku" Kembalikanlah aku pada kakang Purbaya."
"Tenanglah Asmarani. Aku tidak akan menyakitimu. Aku
hanya menjalankan perintah seseorang. Sebenarnya kau juga
tidak mau terlibat dengan masalah kalian, dengan Purbaya dan
istrinya. Tapi karena aku terikat janji, mau tidak mau aku
terlibat. Tapi agaknya hanya sekali ini saja. Setelah itu itu
urusan kalian sendiri?"
"Apakah tuan disuruh oleh gusti prabu Sora?"
1002 37. GELORA API CEMBURU Suntana terdiam. Dia menatap gadis itu sambil mendesah
panjang. Ada getaran duka di wajahnya. Laki-laki itu menunduk
sejenak, lalu dia menarik nafas.
"Ah, iya. Itulah pekerjaan yang sia-sia. Pekerjaan yang
banyak mengandung dosa. Kebejatan orang berbagi dengan
kita. Ya, kau memang akan kuantar kepada prabu Sora."
"Jangan tuan, ampunilah aku. Lebih baik kau bunuh saja
aku. Aku tidak mau bertemu dengannya, dia pasti akan
menyiksa dan membunuhku. Lebih baik aku mati di tanganmu
tuan. Bunuhlah aku, bunuhlah..."
"Eeh, kematian itu bukan ditangan manusia tapi
ditangan dewata. Kalaupun kau mati ditanganku atau ditangan


Babad Tanah Leluhur Karya Tizar Sponsen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

siapa saja, itu hanya sebagai perantara atau sebab. Karena
hampir mustahil kematian itu tanpa sebab."
"Ucapanmu kedengarannya penuh dengan kebijaksanaan. Tapi kenapa kau melakukan hal tercela ini"
Kenapa kau mau bekerja sama dengan prabu Sora?"
"Yaah, kedudukan kita sama nona Asmarani. Aku terikat
dengan hutang janji kepadanya. Bukankah kau juga begitu" Kau
melakukan semua tugas untuk membunuh Purbaya juga karena
hal yang sama, bukan?"
"Kau banyak mengetahui tentang diriku. Siapa
sebenarnya kau ini, tuan" Aku tidak pernah mengenalmu, tapi
kau banyak tahu tentang diriku. Katakanlah, siapa dirimu"
1003 37. GELORA API CEMBURU Kalau suatu saat kelak kita berjumpa aku akan selalu
mengingatnya." "Aaah, apalah artinya diriku dan namaku nona. Namaku
tidak seindah yang pernah kau dengar. Aku bukan orang baik
yang pernah kau bayangkan. Ah, kalau aku baik tentu aku sudah
membebaskanmu saat ini. Dan memberikan dirimu pada
Galung Wesi. Eh, dengarkanlah teriakan orang tua itu
menantangku. Sebagai laki-laki ksatria aku tersinggung dengan
semuanya. Tapi demi keberhasilan kerjaku dan aku tidak
dibilang seorang pengkhianat, biar aku telan tantangan itu. Biar
aku dikatakan pengecut dan sebagainya. Kuharap kau tenang
saja Asmarani. Jangan berbuat apa-apa yang dapat merugikan
dirimu. Karena aku bukanlah seorang dewa yang tahan melihat
gadis cantik. Aku tidak lebih baik dari prabu Sora. Nah,
tenanglah?" "Bagaimana aku bisa tenang, kalau kau akan
membawaku kepada prabu Sora. Aku sudah membayangkan
apa yang akan dilakukannya padaku."
"Hei, apakah yakin kalau prabu Sora akan menyakitimu
atau menyiksamu" Bukankah kau bekerja untuk dia" Bukankah
kau ada di gua karang ini karena ingin membantu tugasnya,
kan"!" "Iya,.. tapi aku yakin dia telah mengetahui apa yang
kulakukan di tenda paman panglima Galung Wesi. Aku telah
membuang air racun yang seharusnya aku berikan pada
Purbaya." 1004 37. GELORA API CEMBURU "Heh" Hehehe?" Suntana terkikik geli, "Kenapa kau
mengkhianati prabu Sora" Hee, padahal membunuh Purbaya
itu kan sangat mudah sekali. Kenapa kau tidak melakukannya?"
"Apakah aku akan tega membunuh orang yang begitu
baik padaku" Apakah aku harus membunuh orang yang telah
menyelamatkan nyawaku" Padahal aku tahu bahwa prabu Sora
tidak pernah melakukan hal itu padaku" Dia membantuku
penuh dengan pamrih. Dia jauh dibanding Purbaya. Laki-laki
yang satu itu begitu tulus dalam membantu. Ah, dia tidak
mengenal pamrih. Dia tulus. Purbaya terlalu baik untuk
dibunuh dengan kekejian."
"Iya" Ya, Purbaya memang seorang raja yang baik. Dia
selalu membantu rakyatnya dengan ketulusan hati. Dia tidak
mengenal pamrih dan balas budi. Dia tidak menginginkan apaapa dari orang yang ditolongnya. Ya," Purbaya memang terlalu
baik untuk dikhianati. Ya, semua kejadian ini tidak lepas dari
tangan dewata agung. Dia lah yang mengatur semuanya.
Kematian seseorang itu tidak bisa ditentukan oleh manusia!
Prabu Sora sudah yakin bahwa dengan bantuanmu dia akan
bisa melenyapkan Purbaya. Tapi dewata berbuat lain. Hahahhh,
dia menyelamatkan Purbaya lewat getaran hatimu. Karena
dalam kehidupan ini, hati kecillah yang pegang peranan."
"Oh, kau hebat! Aku kagum padamu. Kau penuh dengan
kebijakan. Tapi aku tak mengerti mengapa sekarang kau mau
menyiksaku dengan mengantarkan aku pada prabu Sora?"
1005 37. GELORA API CEMBURU "Yaaah," aku sudah mengatakan semuanya kepadamu.
Bahwa janjilah yang membuat aku seperti ini."
"Begitu besarkah janji bagimu?"
"Yaa, seorang ksatria janji diatas segala-galanya. Nyawa
pun rela dipertaruhkannya hanya karena sebuah janji."
"Ksatria.."!"
"He hmm!" "Apa sebenarnya arti ksatria itu" Kenapa begitu
diagung-agungkan?" "Hee"!?" Pendekar Patah Hati terbengong dengan
pertanyaan Asmarani itu, mukanya tampak lucu sekali. Lalu
jawabnya, "Entahlah, aku sendiri tidak bisa menjawab arti
ksatria itu sesungguhnya. Mungkin ksatria itu hanyalah sebagai
harga diri dan tanggung jawab, mungkin juga sesuatu yang
berkenaan dengan tanggung jawab yang tidak memiliki pamrih
apapun. Aaah, sudahlah. Ayo kita keluar dari sini. Aku rasa
Galung Wesi tidak akan ada lagi di sekitar tempat ini. Marilah,
kita temui prabu Sora."
"Tidak, aku tidak mau. Biarlah aku di sini. Biarlah aku
mati di sini. Jangan paksa aku untuk menemui prabu Sora."
"Aaah, kau tidak boleh begitu nona Asmarani. Ayolah,
tak baik kau bertingkah begini."
1006 37. GELORA API CEMBURU Asmarani menolak ajakan Suntana. Perempuan itu terus
mundur saat Suntana mendekatinya. Akhirnya laki-laki itu
kehabisan kesabaran. Dia bergerak cepat dan menotok urat di
leher dan di dada Asmarani. Gadis itu jatuh limbung, lalu
secepat kilat Suntana menyambar dan membawanya pergi.
Sementara itu di tempat persembunyian prabu Sora dan Garon
Safa, tampak keduanya saling pandang. Ketika mendengar
teriakan Galung Wesi yang berturut-turut.
"Iya, dia memang mengejar buronannya. Aku yakin
pasti Suntana yang dikejarnya. Karena kalau bukan Suntana dia
pasti berhasil menemukan buruannya. Karena aku tahu Galung
Wesi mempunyai aji Pendengar yang luar biasa. Dia bisa
membedakan suara nafas manusia dengan desah nafas
binatang. Dan yang hanya bisa mematikan suara nafas dan
menutup dari jarak jauh hanyalah Suntana. Mereka menemui
lawan tanding yang hebat."
"Iya, teriakan itu menghina. Dia mengatakan yang
bersembunyi adalah laki-laki pengecut. Aku ingin sekali menguji
kehebatan orang tua itu sekali lagi."
"Sudahlah Garon Safa, biarkanlah dia berteriak-teriak
seperti itu. Toh sebentar lagi juga dia akan bosan. Sekarang
yang penting kita menunggu kedatangan Suntana."
"Prabu Sora, apakah dia tidak akan takut untuk keluar"
Kurasa pendekar satu itu hanya namanya saja yang besar. Dia
tidak lebih penakut dari pemuda desa yang bodoh?"
1007 37. GELORA API CEMBURU "Heeei, tahan ucapanmu itu orang asing. Aku tidak ingin
lidahmu terpotong di sini. Huppp!"
"Kau Suntana, bagaimana?"
"Aku tidak pernah gagal dalam melakukan tugasku
prabu Sora. Aku bukan orang seperti temanmu yang asing itu.
Hanya suaranya saja yang besar, tapi membekuk Cempaka saja
tidak bisa dan lari hanya menghadapi Galung Wesi."
"Kurang ajar!" "Hahahahaha!" "Kau menghinaku! Ooh, kurang ajar! Kau" Hiyaaat!!!"
"Aaah, hahahaha. Baguuus! Rupanya kau sadar
semuanya. Inilah yang aku tunggu. Aku sudah lama ingin
mengetahui sampai dimana kehebatanmu orang asing! Selama
ini aku hanya mendengar tentang resi Amista yang mempunyai
jurus silat murahan," ejek Suntana demi memancing
kemarahan Garon Safa. Dia menyebut-nyebut resi Amista
karena dia tahu Garon Safa adalah adik seperguruan resi
Amista. "Kau akan merasakannya!" pekik Garon Safa dahsyat.
"Hentikan! Hentikan! Kalian manusia-manusia bodoh!
Hentikan!" bentak prabu Sora melerai.
1008 37. GELORA API CEMBURU "Kau masih mujur, anak muda! Kalau tidak, kau"
kulumpuhkan di sini!" dengus Garon Safa dengan mata melotot
dan wajah memerah saga. Nafasnya memburu.
"Bicaramu hebat orang asing. Nah, prabu Sora aku telah
memenuhi keinginanmu. Sekarang aku akan pergi. Dan kau
orang asing, kalau kau masih penasaran dan ingin
menundukkanku, aku tunggu kau saat bulan purnama di lereng
Burangrang," Suntana memasang wajah lucu lalu katanya,
"Selamat tinggal !"
Suntana melesat dengan cepat ke arah barat. Dia menuju ke
gunung Burangrang. Prabu Sora tidak bisa berbuat apa-apa lagi
untuk mencegahnya. Orang tua itu hanya menatap pada Garon
Safa. "Suntana seorang pembantu yang baik. Kita akan sulit
menghadapi semuanya tanpanya."
"Aku muak pada tingkahnya. Dia seperti seorang jagoan
sejati. Bergaya dan bertindak sesukanya."
"Kau lah yang memulainya, kau telah menyinggung
perasaannya. Kau telah melukai jiwanya."
"Aaah, persetan! Tanpa dia pun aku akan sanggup
menghadapi Purbaya dan Cempaka serta orang-orangnya.
Kecuali kau menjadi seorang pengecut!"
"Jangan kau pancing-pancing amarahku Garon Safa.
Nanti kau akan mengalami kesulitan lagi di sini. Kau bisa pulang
1009 37. GELORA API CEMBURU tinggal nama ke negerimu. Sekarang bantu aku menangani
perempuan ini." Dua kali prabu Sora menotok jalan darah di tubuh Asmarani.
Perempuan itu menggeliat. Perlahan Asmarani membuka
matanya. Dia tersentak kaget.
"Gusti" prabu Sora. Hamba?"
"Hemmheheheh. Asmarani kita bertemu lagi. Tapi
agaknya aku menyesal sekali dengan pertemuan ini."
"Ampunkan hamba gusti prabu, hamba?"
"Nyahahahaha, kau mencintai Purbaya. Sehingga kau
gagalkan usahamu sendiri untuk membunuhnya. Aku melihat
semua apa yang kau lakukan di tenda itu saat kau memberikan
minuman itu pada Purbaya. Kau berani mengkhianati diriku!
Kau berani main api dengan prabu Sora. Kau tau hukuman bagi
seorang pengkhianat?"
"Gusti Prabu, hamba tak sanggup untuk melakukan
perbuatan itu. Hamba tidak bisa membunuh Purbaya. Dia
begitu baik pada hamba. Dia telah menyelamatkan nyawa
hamba di dalam danau itu. Hamba?"
"Cukup! Cukup Asmarani. Apakah kau anggap aku tidak
lebih baik dari Purbaya si jahanam itu" Aku menyuruhmu
membunuh Purbaya! Kau kususupkan kemari bukan untuk
bermain cinta dengan Purbaya. Aku menyuruhmu
membunuhnya! Kau dengar itu" Aku menyuruhmu
1010 37. GELORA API CEMBURU membunuhnya! Hee, kau malah menyelamatkan nyawanya.
Kau malah membuang racun yang paling berharga milikku itu
dengan sia-sia. Kau tahu, racun itu kuramu secara khusus. Itu
semua kulakukan hanyalah untuk membunuh Purbaya."
"Tapi gusti, hamba" Oh, ampuni hamba gusti prabu?"
"Aku sebenarnya ingin mengampunimu, aku ingin
memaafkan kesalahanmu. Tapi hatiku terlanjur kecewa. Maka
aku terpaksa menyiksamu di sini. Setelah itu aku akan
menyerahkan dirimu pada sahabatku ini. Dia ini sangat haus
pada perempuan. Apalagi perempuan secantik dan seanggun
dirimu. Hmm heheheahahah. Menyesal sekali aku Asmarani."
Prabu Sora mendekati Asmarani yang berdiri tidak berdaya.
Disisi lain Garon Safa hanya tersenyum menjijikkan. Asmarani
beringsut mundur. Sementara itu tak jauh dari tempat mereka
ada dua orang sedang bersembunyi dan mendengarkan semua
pembicaraan mereka. Mereka melihat semua apa yang
dilakukan prabu Sora dan Garon Safa terhadap Asmarani.
(24) Pada kisah yang lalu diceritakan, Asmarani yang dibawa
oleh Suntana telah diserahkan pada prabu Sora.
Sedangkan Suntana yang sempat bertarung dengan
Garon Safa itu telah pergi kembali ke tempatnya di
gunung Burangrang. Sementara itu Asmarani yang
jatuh ke tangan prabu Sora menjadi ketakutan. Dan
saat prabu Sora mendekatinya perempuan itu hanya
1011 37. GELORA API CEMBURU dapat beringsut mundur. Dilain tempat perbuatan
prabu Sora dan Garon Safa yang akan menyiksa
Asmarani tidak lepas dari perhatian dua orang yang
mengintai tak jauh dari tempat tersebut. Prabu Sora
dan Garon Safa tidak menyadari semuanya.
"Hahahahahha, kau tidak bisa lari lagi Asmarani. Kau
telah mengecewakan harapanku. Kau telah menyelamatkan
Purbaya dari kematian. Kau bukan orangku lagi. Kau adalah
pengkhianat yang perlu dibunuh!"
"Oh, ampun gusti. Ampunilah hamba. Ampun gusti.
Hamba tidak bermaksud mengkhianati gusti prabu Sora.
Hamba" Jangan" Jangan gusti?"
"Prabu Sora, sudah. Serahkan dia padaku. Aku tahu apa
yang terbaik untuk gadis secantik dia. Aku akan membawanya
terbang melayang. Asmarani kau suka padaku kan?"
"Cuih! Manusia tak tahu diri, tak tahu malu. Aku tak sudi
denganmu. Pergi kau! Jangan campuri urusanku! "
"Hahahahaha, Asmarani. Dia sahabat kita, dia bekerja
sama dengan kita. Tapi dia lebih jujur daripadamu. Kau tidak
bisa diajak kerja sama. Kau mempunyai sifat pengkhianat. Huh!
Hai" Garon Safa, tenanglah. Aku akan memberikan dirinya
padamu. Kau pasti mendapatkan dirinya. Tapi sebelum itu aku
akan menyiksanya." 1012 37. GELORA API CEMBURU "Asmarani, kemarilah! Kemarilah! Jangan takut, kau


Babad Tanah Leluhur Karya Tizar Sponsen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berani mengkhianatiku kenapa kau takut mendapat hukuman
dariku?" Dengan sekali gerak, prabu Sora sudah menguasai tubuh
Asmarani. Tubuh perempuan itu tak bergerak dalam
cengraman tangan prabu Sora. Asmarani hanya dapat
memejamkan matanya saat prabu Sora mengangkat tubuhnya.
"Hahahahaha, enak bukan diangkat seperti ini" Dan
rasakan hukuman pertama ini."
Tubuh Asmarani dibanting ke tanah dengan keras. Perempuan
itu jatuh bergulingan. Kepalanya terasa pusing. Seluruh
tubuhnya terasa hancur. Asmarani meringis menahan sakit.
Sementara itu prabu Sora kembali melangkah mendekatinya.
Kedua tangannya menggapai untuk menangkap tubuh
Asmarani yang masih tergeletak tak berdaya. Pada saat itulah
sebuah sinar menyambar dirinya. Prabu Sora tersentak kaget
dan segera meloncat mundur.
"Aitt, Ahh, Kurang ajar! Siapa kalian"!"
"Oh, kau Purbaya?"
"Kita berjumpa lagi paman Sora. Sekian lama kita
berpisah. Rupanya hari ini kita bisa berjumpa lagi. Tapi sayang,
agaknya perjumpaan kita kali ini tidak diwarnai dengan
keakraban." 1013 37. GELORA API CEMBURU "Hahahah, Purbaya" kau jangan terlalu berbasa-basi.
Tidak ada gunanya ucapanmu itu di sini! Sekarang bersiaplah
untuk mati. Aku akan membunuhmu."
"Hahahahaha, paman Sora. Selama ini aku memang
mendengar sepak terjangmu. Tapi waktu agaknya membuat
kita tidak bisa bertemu. Aku mendengar semua tentang
keterlibatan paman dalam kelompok Kembang Hitam pimpinan
Lastri. Tapi saat aku dan istriku menghancurkan Lastri, paman
telah pergi. Rupanya dunia ini terlalu sempit untuk kita
sehingga kita bisa bertemu di sini."
"Heh"! Cuiiihhh!" prabu Sora mengerdik lalu meludah.
"Bangsat! Kau memandang rendah padaku. Majulah kalian
berdua! Dan kau panglima Galung Wesi, aku selama ini pun
mendengar kehebatanmu yang disebut-sebut di tanah
Pasundan ini. Sekarang majulah kau untuk membantu rajamu
itu." "Maaf prabu Sora, aku hanyalah seorang abdi. Aku
menjalankan semua tugas-tugas yang diberikan kepadaku. Aku
melakukannya dengan tanggung jawab penuh. Dan kalau saat
ini gusti prabu Purbaya menyuruh aku menghadapi sendiri, aku
pun akan menghadapimu."
"Heh! Hahahaha, kau begitu merendah Galung Wesi.
Tapi dibalik kata-katamu itu tersembunyi kesombongan yang
dalam. Heh, kau tidak akan mampu untuk menghapi aku. Kau
tidak punya apa-apa untuk diandalkan. Kau akan mati sia-sia di
sini." 1014 37. GELORA API CEMBURU "Kematian di tangan pendekar ternama seperti tuanku
adalah sebuah kehormatan. Tapi sebelum itu, berikanlah
sedikit kesempatan padaku yang rendah ini untuk mencoba
sekali lagi ilmu orang seberang itu."
"Tanpa kau minta, aku pun akan menghajarmu orang
tua sombong. Aku terlalu muak dengan sikapmu yang sombong
itu. Aku ingin melihat apa yang dapat dilakukan oleh seorang
panglima tua seperti kau!"
Galung Wesi hanya tersenyum tipis ke arah Garon Safa, lalu dia
melirik pada prabu Purbaya. Prabu Purbaya yang dilirik
mengerti, lalu sambil tersenyum dia mengangguk. Galung Wesi
memberi hormat, lalu melangkah menghadapi Garon Safa.
"Hahahaha, kau mengantarkan nyawa padaku. Kau
sudah terlalu tua untuk menghadapiku Galung Wesi! Kau sudah
tua," ayo berlututlah. Berlututlah dan menyembah padaku!"
"Hahahaha, kau hebat orang asing. Kau mempunyai
juga ilmu sulap picisan itu. Tapi percayalah, ilmu sulapan itu
tidak akan ada artinya. Sebaiknya majulah, gunakan ilmumu
yang sebenarnya. Jangan hanya pandai menyulap. Kalau hanya
sekedar menyulap, aku pun bisa. Aku bisa menyulap menghibur
anak-anakku sebelum mereka berangkat tidur."
"Puiihhh! Kurang ajar! Kau menghinaku! Rasakan ini,
Heeaaattt!" "Hebat! Seranganmu luar biasa!"
1015 37. GELORA API CEMBURU "Paman Sora, mereka sudah mulai. Apakah kita hanya
menonton saja ataukah kita membantu mereka" Kenapa
paman diam" Oya, aku salut akan permainan paman dengan
menyusupkan Asmarani ke tendaku, dan membuat keruh
kehidupanku. Iya, aku puji kehebatan paman. Sayang sekali
semua itu paman Sora lakukan untuk berbuat kejahatan."
"Bangsat! Kau jangan mengguruiku. Kau anak kecil, baru
lahir kemarin sore. Kau tau apa tentang diriku. Yang harus kau
pikirkan adalah, bahwa saat ini kau akan mati di tanganku."
"Paman terlalu emosi, seharusnya kita bisa bicara baikbaik."
"Tutup mulutmu. Kalau semula aku gagal meracuni
karena perempuan rendah itu, maka sekarang kau akan lebur
oleh ilmuku!" "Aku harus hati-hati. Pada saat ini, Prabu Sora ini pasti
memiliki ajian Banyu Cakra Buana pada tingkatan yang lebih
tinggi. Kalau tidak tingkatan terakhir pasti tingkatan kedua. Aku
tidak boleh sembrono."
"Hahahaha, ayo keluarkanlah lagi ilmumu yang lebih
tinggi lagi orang asing!"
Pertarungan prabu Purbaya dan prabu Sora berjalan seru.
Sementara itu Galung Wesi dan Garon Safa juga berjalan tak
kalah serunya. Garon Safa mengeluarkan langkah Lima Bayang
andalannya. Sedangkan Galung Wesi mengeluarkan ilmunya
1016 37. GELORA API CEMBURU yang paling tinggi. Tubuh keduanya berkelebat kesana kemari.
Gerakannya lebih cepat dari serangan yang dilakukan oleh
Garon Safa. "Apakah ajian seperti ini yang menjadi andalanmu"
Kalau begitu kau tidak akan bisa bertahan lama di tanah
Pasundan ini. Ilmu Lima Bayang-Bayang milik resi Amista itu
telah lama diketahui oleh orang-orang di sini. Bahkan anak kecil
pun pandai memainkannya."
"Aku harus membuat orang ini semakin panas agar
gerakannya tidak terkendali. Karena dengan demikian aku akan
dengan mudah menjatuhkannya. Ilmu Lima Bayang-Bayang ini
memang terkenal keampuhannya. Aku tidak bisa memastikan
bayangan mana yang harus diserang."
"Gerakan orang tua ini cukup lincah. Apa yang dikatakan
prabu Sora bahwa orang tua satu ini tidak bisa dianggap mainmain. Dia memiliki ilmu yang tinggi. Prabu Sora pun agaknya
sulit menghadapi Purbaya. Apakah orang-orang tanah
Pasundan ini memiliki ilmu yang begitu tingginya" Ah, iya"
kalau begitu pantas saja saudara seperguruanku, resi Amista
tidak bisa menguasai tanah Pasundan ini"
"Mampus kau orang tua!"
"Jangan mimpi orang asing. Kalau hanya ilmu seperti ini
jangan kau harap aku bisa mati dengan mudah. Kalaupun aku
kalah mungkin itu sudah nasibku mati ditangan orang bodoh
sepertimu." 1017 37. GELORA API CEMBURU "Kurang ajar! Kau menghinaku! Kau akan merasakan
akibatnya!" Garon Safa menghantam Galung Wesi dengan kekuatan penuh.
Orang tua itu berkelit dengan cepat. Dia berjumpalitan di
udara, lalu turun dengan kaki terbuka. Di tempat lain, Asmarani
yang masih mengerang kesakitan tak bisa berbuat apa-apa.
Gadis itu hanya bisa menyaksikan pertarungan tersebut dengan
perasaan ngeri. "Dewata agung, berilah kemenangan pada kakang
Purbaya dan paman Galung Wesi. Mereka adalah orang-orang
yang baik. Mereka kemari pastilah ingin membantuku. Mereka
pasti ingin menyelamatkan diriku. Tapi apakah kelak kakang
Purbaya akan mengampuniku, setelah tahu siapa diriku
sebenarnya" Ahh, kepalaku pusing sekali. Aku tidak bisa
melihat tubuh mereka. Mereka bergerak seperti
bayangan.ternyata mereka adalah orang-orang yang sakti.
Tubuh kakang Purbaya seperti terbungkus oleh sinar yang
menyilaukan mata. Oh, ilmu apa yang mereka gunakan. Aku tak
kuat menyaksikannya. Aduh, kepalaku pusing?"
Asmarani tak kuasa melihat pertarungan yang menyilaukan di
depan matanya. Akhirnya perempuan itu jatuh terkulai dan
pingsan. Sementara itu Purbaya dan prabu Sora yang bertarung
semakin meningkat pada jurus-jurus yang mengandung hawa
kesaktian yang tinggi. 1018 37. GELORA API CEMBURU "Ah, untung aku dan prabu Sora memiliki ilmu yang
sama dari satu sumber. Jadi pengaruh ilmu ini tidak saling
serang." "Rasanya ilmu yang dimiliki Purbaya lebih sempurna
dari yang aku miliki. Apakah karena adanya kujang Cakra Buana
di dalam tubuhnya, sehingga ilmunya jauh lebih sempurna
dariku" Aku harus hati-hati?"
Pertarungan itu semakin menegangkan. Batu-batu di sekitar
mereka beterbangan seperti ditiup angin maha dahsyat.
Asmarani yang terkena hawa pukulan itu tampak bergetar.
Perempuan itu mulai siuman dari pingsannya. Lalu dia
beringsut menepi. Sementara itu jauh di sebelah barat tempat pertempuran itu
tampak seorang perempuan berpacu dengan kudanya.
Penunggang kuda itu tak lain adalah Cempaka. Perempuan itu
tampak kusut, wajahnya letih dan tubuhnya berkeringat.
"Hiyyyahhh! Hiyaaahh!"
"Aku merasakan sesuatu yang tidak beres. Perasaanku
tiba-tiba saja tidak enak. Apakah yang telah terjadi di gua
karang" Apakah" Oh, apakah kanda prabu Purbaya benarbenar jatuh ke dalam pelukan Asmarani" Oh, tidak" Tidak!"
"Tidaaaak!!" Teriakan Cempaka yang keras membuat penghuni hutan yang
sedang bersuara mendadak berhenti. Alam menjadi sepi.
1019 37. GELORA API CEMBURU Tumbuh-tumbuhan yang bergoyang seperti mati. Diam dan tak
bergerak. Kuda hitam yang gagah itu berbalik, lalu kembali
melesat dengan cepat. Cempaka merapatkan tubuhnya ke
punggung kuda, dan kuda itu semakin cepat berlari.
(25) Pada kisah yang lalu diceritakan, tentang pertarungan
prabu Purbaya dan prabu Sora serta Garon Safa dengan
Galung Wesi. Sementara itu di tempat lain Cempaka
yang berpacu dengan kuda nya menuju ke gua karang
merasakan sesuatu yang aneh bergetar di dalam
tubuhnya. Dia terus memacu kudanya, dia tidak
memperdulikan lagi keadaan sekelilingnya. Tapi
melewati sebuah tikungan ke arah selatan gua karang
perempuan itu mendengar dentang pertarungan"
"Hitam, di sebelah sana ada pertarungan. Sebaiknya kita
ke arah sana. Ayo kita memutar, hitam."
Kuda hitam itu dengan patuh berbalik, lalu berlari dengan
kencang. Cempaka merapatkan tubuhnya ke leher si Hitam.
Kuda bagus itu meloncati sebuah pohon yang tumbang,
melintasi jalan. Tubuh Cempaka bergoyang-goyang.
"Berhenti, hitam."
"Oh, kanda prabu Purbaya. Benar dugaanku. Oh, lalu
yang satu lagi itu" Dia paman Galung Wesi, dan lawannya itu"
Oh setan! Lagi-lagi manusia jahanam itu. Tapi kenapa kanda
prabu bisa bertemu mereka" Apakah" Oh, yang menjadi lawan
1020 37. GELORA API CEMBURU kanda Prabu pastilah seorang tokoh sakti. Gerakannya begitu
cepat dan mantap. Serangannya mengandung hawa sakti yang
kuat. Oh, kenapa ada tokoh sakti disini" Lalu Oh," siapakah
yang tergeletak di tepi tebing itu" Ah setan! Manusia rendah!
Pastilah kanda prabu bertarung dengan dua orang tokoh sakti
itu karena membela perempuan murahan itu. Asmarani, kau
harus mati !" Cempaka yang mengenal siapa yang menyandar di tebing batu
itu menjadi geram. Rasa cemburunya kembali muncul. Lalu
dengan cepat perempuan itu menyerang ke arah Asmarani.
Tangan kanannya yang telah terisi dengan hawa maut meluncur
cepat ke arah Asmarani. Asmarani terkejut, perempuan itu
tidak bisa berbuat apa-apa. Matanya melotot melihat diri
Cempaka yang melayang ke arahnya. Namun saat itu mendadak
sebuah sinar memotong di depan cempaka. Cempaka tersentak
lalu menarik serangannya.
"Tahan dinda, tahan! Jangan salah tangan. Tahan dirimu
dinda Cempaka." "Ah, kanda prabu. Kenapa kau membelanya" Aku akan
membunuhnya! Dia telah merusak semuanya di sini. Biarkan
aku membunuhnya kanda."
"Dinda tahan, jangan kau lakukan apa-apa padanya. Kita
memerlukan dia, tahanlah dinda Cempaka. Sabarlah, nanti aku
terangkan. Dan Asmarani juga bisa menerangkan semuanya."
1021 37. GELORA API CEMBURU "Hiaatt! Mampus kalian semua!" bentak prabu Sora
yang melihat kesempatan untuk menyerang di saat Purbaya
menenangkan Cempaka. Tiga kali dia menyerang dengan
lontaran tenaga sakti yang dipusatkan.
Serangan prabu Sora yang dilambari ajian kesaktian itu
menghantam tempat kosong. Cempaka menghindar sambil
berjumpalitan. Sementara Purbaya menghindar sambil
menyambar tubuh Asmarani yang tak berdaya. Purbaya turun
beberapa tombak dari Cempaka, namun laki-laki itu tersentak.
Tubuh Asmarani tiba-tiba terkulai dengan darah mengalir dari
bibirnya. "Ah, Rani" kau" kau terkena sambaran pukulan prabu
Sora." "Uuuh, aku" aku tidak apa-apa kang. Aku" aku hanya
kena angin pukulannya saja Kang. Lepaskanlah aku, hadapilah
prabu Sora." "Bertahanlah Rani, aku akan menghukum manusia itu.


Babad Tanah Leluhur Karya Tizar Sponsen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dia tidak boleh dibiarkan untuk hidup. Bertahanlah."
"Kakang Purbaya, maafkan aku" aku telah?"
"Tenanglah, aku tahu semuanya. Kau tidak bersalah.
Nanti saja, tunggulah. Bertahan dulu, aku akan
menghadapinya." Purbaya membaringkan Asmarani yang tidak berdaya di atas
lempengan batu di sisi tebing. Lalu dia berdiri, matanya
1022 37. GELORA API CEMBURU menatap jalang pada prabu Sora. Sementara itu disisi lain,
Cempaka juga berdiri tegak menatap pada prabu Sora.
Sedangkan prabu Sora sendiri tampak tegang. Wajah lelaki dari
Indraprasta itu mengkerut keras.
"Aah, hal seperti inilah yang aku takutkan. Aku
menyusupkan Asmarani ke gua karang untuk memisahkan
mereka berdua. Karena kalau mereka selalu berpasangan
seperti ini, tidak ada satu tokohpun di tanah Jawa ini yang
mampu mengalahkan mereka. Asmarani, kau perempuan
terkutuk. Dia telah menghancurkan semua harapan dan
impianku untuk membunuh Purbaya. Dia telah mengkhianati
aku. Tapi aku sudah menghukumnya. Sekarang tugasku
hanyalah menghadapi Purbaya serta Cempaka dan mencari
jalan untuk melarikan diri. Aku dikepung dari dua arah. Mata
keduanya memancarkan cahaya maut."
"Paman Sora, sebenarnya dendam lama itu tidak perlu
lagi paman ungkit-ungkit. Karena semuanya sudah menjadi
catatan sejarah. Aku telah memendamnya. Aku telah
melupakannya. Padahal selama ini aku tahu apa yang paman
lakukan berdua dengan Lastri, pimpinan perguruan Kembang
Hitam. Tapi aku tidak begitu mempedulikan. Namun sekarang
kenapa paman mengusikku?"
"Heeh! Puihhh! Kau boleh ngomong seenak udelmu
Purbaya. Namun kau tetap akan menjadi musuhku! Kau akan
kukejar dan akan kubunuh. Dendamku padamu tidak akan
pernah pudar selama matahari masih terbit dari timur. Setiap
1023 37. GELORA API CEMBURU ku terjaga di pagi hari dan setiap hendak tidur, dendamku selalu
ku ingat. Kalian berdua tidak akan lepas dari kejaranku
walaupun dunia ini akan hancur. Meskipun langit bergulung.
Meskipun aku mati, tapi bayang-bayangku pasti akan mengejar
dan membuntuti kalian berdua!"
"Sampai-sampai paman rela mengorbankan perempuan seperti Asmarani untuk membunuh dan
memisahkan aku dengan istriku. Aku hargai usaha paman Sora
untuk membunuhku. Tapi percayalah, dewata amat besar dan
begitu sempurna dengan segala kasih dan sayangnya.
Kebenaran akan selalu berada di atas keangkara murkaan."
"Omongan kentut! Perduli setan dengan segalanya.
Jangan kau sebut-sebut lagi soal itu. Jangan kau sebut lagi
perempuan tengik yang pengkhianat busuk itu. Sebentar lagi
dia akan mampus. Tapi sebelum itu, kalian berdua harus mati
lebih dulu. Hupp!!" "Dinda, hati-hatilah. Mari kita hadapi dia dengan ilmu
Semadhi Dewa Gila." "Baiklah, kanda."
Purbaya dan Cempaka bergerak serentak, dan tiba-tiba saja
tubuh mereka bergetar. Setelah itu tubuh keduanya tampak
seperti limbung, langkah mereka tidak beraturan. Pada saat
berikutnya prabu Sora meloncat menyerang.
1024 37. GELORA API CEMBURU "Kurang ajar! Ilmu Semadhi Dewa Gila ini benar-benar
tidak bisa ditembus. Gerakan menghindar mereka mengikuti
hawa pukulanku. Tubuh mereka seringan kapas. Angin
pukulanku membuat mereka terbang dan bergerak kesana
kemari." Serangan prabu Sora yang cepat seperti putaran angin itu
menderu, menyapu, menyambar ke arah Purbaya dan
Cempaka. Namun setiap serangan itu datang, tubuh Purbaya
dan Cempaka telah menghindar lebih dulu. Prabu Sora
mempercepat serangan, namun tubuh kedua musuhnya pun
semakin cepat. Pukulan sakti itu selalu mengenai tempat
kosong. Tubuh Purbaya dan Cempaka terlempar dan melenting
kesana kemari seperti segumpal kapas yang amat ringan.
"Ah, aku tak akan bisa mengalahkan mereka kalau
begini. Aku harus mengeluarkan ilmu yang lain."
Prabu Sora menarik serangannya, dia meloncat dua tombak ke
belakang. Lalu dia memutar kedua tangannya di depan
wajahnya. Keadaan menjadi hening. Purbaya dan Cempaka
saling pandang. Lalu kedua tokoh tanah Pasundan itu pun
melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan oleh
prabu Sora. Sementara itu di tempat lain, Galung Wesi yang berhadapan
dengan Garon Safa masih kelihatan sama-sama kuat. Serangan
mereka sama-sama mengandung hawa maut.
1025 37. GELORA API CEMBURU "Hebat gerakan orang asing ini... Oh, saat pertama
bertemu dengannya dulu dia tidak mengeluarkan ilmu seperti
ini. Dia hanya memainkan ilmu Angin Gurun. Tapi ini
gerakannya aneh. Apakah dia memadukannya dengan gerakan
sihir, sehingga mataku susah memandang jurusnya. Aku harus
mengerahkan tenaga batinku."
"Hehehehehe, Galung Wesi. Tak kusangka sama sekali,
bahwa kau memiliki ilmu yang hebat. Tak percuma Purbaya
menunjukmu menjadi panglima. Kau hebat. Ilmu mu tangguh.
Kau cepat sekali mengantuk. Nah lihatlah mataku, kau sudah
mengantuk bukan" Nah," Tidurlah," tidurlah?"
"Dia menggunakan ilmu sihir. Aku harus menahannya
dengan menggunakan ilmu Pengeras Suara?"
Galung Wesi memejamkan matanya. Kedua tangannya
bersidekap di dada. Lalu mulutnya komat-kamit. Tokoh sakti
dari Kencana Wungu itu merapal ajian Pengeras Suara. Maka
kemudian terdengar panglima tua itu mengaung seperti
harimau lapar. "Huahaahahah! Manusia asing, jangan memandang
remeh. Aku belum lelah. Aku belum mengantuk. Mengapa aku
harus tidur" Aku ingin bertarung!"
"Ahahaha, Garon Safa" bagaimana" Apakah kau akan
masih mengeluarkan ajian murah itu" Ilmu sihir yang kau miliki
itu tidak lebih dari sekedar permainan anak-anak kecil di tanah
Pasundan ini." 1026 37. GELORA API CEMBURU "Kau memang hebat Galung Wesi. Tak percuma kau
mendapat kepercayaan untuk menjadi orang hebat di Kencana
Wungu. Tapi jangan bangga dulu, kau memang bisa menghalau
ilmu sihirku. Dan memang itu ilmu murahan. Sekarang
bersiaplah!" "Oh, ilmu Lima Bayang-Bayang!"
Garon Safa memutar kedua tangannya dengan cepat. Setelah
itu dia tampak memejamkan matanya. Mulut orang asing itu
berkomat-kamit. Galung Wesi terus mengamati gerakan yang
dilakukan Garon Safa. Namun panglima tua itu mendadak
terkejut manakala melihat ada beberapa bayangan keluar dari
tubuh Garon Safa dan melakukan gerakan yang sama. Kelima
bayangan itu duduk di dekat Garon Safa. Dan ketika dia
bergerak, kelima bayangan itu pun segera bergerak.
"Kurang ajar! Ternyata dia juga memiliki ilmu Lima
Bayang-Bayang. Aku harus berhati-hati. Semua orang telah
mengetahui ilmu sakti itu. Dulu dengan ilmu Bayang-Bayang
resi Amista malang melintang di tanah Jawa ini."
"Galung Wesi, sekarang tibalah ajalmu. Tidak ada
seorangpun bisa keluar dengan selamat dari kurungan ilmu
Lima Bayang-Bayang milikku ini."
"Bagiku ilmu ini pun sama dengan ilmu anak-anak." "Oh,
ilmu yang luar biasa. Aku tidak bisa menahannya. Aku rasanya
tidak bisa keluar dari kepungan kelima bayang-bayang ini."
1027 37. GELORA API CEMBURU "Mampuslah!" Galung Wesi berputar cepat, tubuhnya bergerak seperti
bayangan. Dua kali dia berhasil memukul bayangan Garon Safa.
Bayangan itu terpental bergulingan di tanah. Namun pada saat
berikutnya kedua bayangan yang roboh itu bangkit kembali.
Galung Wesi menarik nafas, sementara Garon Safa tertawa.
"Hahaha, Galung Wesi. Hari ini adalah hari akhir dari
hidupmu. Nah, berdoalah pada dewatamu agar kau bisa
diselamatkan olehnya. Dan pejamkan matamu biar
kematianmu bisa ditempuh dengan ketenangan."
"Jangan banyak bicara kau, bangsat! Kalau kau ingin
membunuhku, lakukanlah. Tapi jangan kau harap aku begitu
mudah untuk menyerah padamu."
"Aku tidak boleh memberi kesempatan kepadanya
untuk bergerak. Aku harus terus mengurungnya. Ya, agar dia
tewas. Aku akan bisa membantu prabu Sora menghadapi
Purbaya dan Cempaka. Oh, kedua orang itu harus dibunuh.
Mereka tidak boleh dibiarkan hidup lebih lama lagi. Aku harus
memiliki tanah Pasundan ini yang subur dan makmur."
"Mampus kau Galung Wesi!"
Pukulan Garon Safa yang menyambar dari lima arah itu berhasil
dihindari oleh Galung Wesi dengan melemparkan tubuhnya ke
tanah. Panglima dari Kencana Wungu itu bergulingan. Pada saat
berikutnya datang lagi serangan yang sangat cepat dari dua
1028 37. GELORA API CEMBURU bayangan Garon Safa. Kembali Galung Wesi menjatuhkan
tubuhnya, namun pada berikutnya Garon Safa yang asli
menyerang dengan tendangan berputar.
Galung Wesi tersentak, namun dia tidak bisa berbuat apa-apa
lagi. Mau tak mau laki-laki itu memberikan dadanya. Maka tak
ayal lagi, Galung Wesi terpental.
(26) Pada kisah yang lalu telah diceritakan, Cempaka dan
Purbaya bertarung melawan prabu Sora, sedangkan
Galung Wesi sendirian menghadapi Garon Safa
pendekar dari Tibet yang menggunakan ajian Lima
Bayang-Bayang. Galung Wesi yang saat itu tidak kuasa
menahan beruntunnya serangan dari ilmu Lima BayangBayang itu menjadi bulan-bulanan. Dan di saat Garon
Safa menyerangnya dengan tendangan berputar mau
tidak mau Galung Wesi memberikan dadanya. Maka tak
ayal lagi, panglima tua dari Kencana Wungu itu
terpental bergulingan beberapa tombak dengan mulut
mengeluarkan darah segar.
"Sebentar lagi kau akan menemui kematian yang amat
mengerikan Galung Wesi, Nah, bersiaplah!"
Garon Safa melenting ke udara. Kelima bayangannya itu pun
mengikuti gerakannya. Kedua tangannya merentang, memutar
dan menusuk. Galung Wesi terkesima, tanpa sadar orang tua
itu menutup kedua matanya. Namun pada saat yang genting
1029 37. GELORA API CEMBURU itu, tampak seberkas cahaya kuning memotong arah serangan
Garon Safa. Pendekar tanah Tibet itu tersentak, dan cepatcepat dia menghentikan serangannya serta bersalto dua kali
menghindari serangan. "Kurang ajar! Setan alas! Manusia licik! Membokong
seenaknya!" umpat Garon Safa pada bayangan yang
menggagalkan seragannya pada Galung Wesi.
"Hahahaha, Garon Safa" Manusia hitam! Kita berjumpa
lagi. Persoalan kita belum selesai. Kau masih berhutang
kekurangajaran kepadaku. Hari ini aku akan memintanya."
"Phuuiihh! Setan betina! Laknat! Kau" kau berani
menyerangku" kau telah membuatku kehabisan kesabaran.
Minggirlah, aku akan menghabisi nyawa orang tua itu. Nanti
baru kita lanjutkan persoalan kita. Ayo, minggirlah!"
"Hahahaha, jangan mimpi kau manusia jelek! Hari ini
aku akan menghajarmu! Aku tidak akan memberi ampunan
padamu! Dan perlu kau ketahui, paman Galung Wesi adalah
abdi kerajaan Karang Sedana. Paman Galung Wesi adalah orang
tanah Pasundan. Aku tidak akan membiarkan paman Galung
Wesi mendapat celaka. Apalagi mendapat celaka dari manusia
busuk seperti dirimu! Nah, aku akan menghadang langkahmu.
Kalau kau penasaran, majulah! Dan kita adakan perhitungan.
Majulah dengan ilmu Lima Bayang-Bayangmu itu. Aku akan
menghancurkan satu-satu."
1030 37. GELORA API CEMBURU "Ahakahakahakahaaa! Jangan terlalu sombong kau
perempuan busuk! Kau lah yang akan hancur. Dan siapapun
yang menghalangi niat Garon Safa akan hancur dan musnah,"
ujar Garon Safa dengan gelak tawanya.
"Majulah kau, aku ingin melihat ilmu Lima BayangBayang mu. Apakah lebih hebat dari resi Amista yang jelek itu."
"Kau akan merasakannya."
"Aku akan mempercepat pertarungan ini. Aku akan
mengerahkan ilmu yang lebih hebat lagi. Aku tidak mungkin
terus menghindar dengan jurus Semadhi Dewa Gila karena
lama-lama aku akan kelelahan juga."
"Ilmunya aneh dan hebat sekali. Aku hampir tidak bisa
menyentuhnya. Oh, beberapa hari yang lalu, saat aku bertarung
dengannya. Dia tidak sehebat dan selincah ini. Dia memainkan
ilmu yang sama dengan yang dimainkan prabu Sora. Ya, tapi
yang sekarang ini luar biasa. Gerakannya seperti orang yang
sedang bersemedhi, namun pukulanku selalu dihindarinya
sebelum tanganku menyentuh dirinya."
"Hoii, kenapa kau mundur. Apakah kau akan melarikan
diri" Huh!!" Cempaka tidak menjawab, perempuan itu tetap tegak berdiri.
Matanya mencorong tajam menatap pada Garon Safa. Semakin
lama mata itu semakin menyipit kecil. Dan tubuh yang tegak itu
bergetar perlahan. Garon Safa terpana, dia melihat tubuh
1031 37. GELORA API CEMBURU Cempaka seolah-olah berubah menjadi besar dan
mengembung. Baju yang dikenakan Cempaka mengembung.
Sesaat perempuan itu mendesis, dari matanya yang menyipit
tampak sebesar kilatan sinar yang tajam. Itulah ajian Kelelawar


Babad Tanah Leluhur Karya Tizar Sponsen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sakti yang dulu dimiliki oleh Jerangkong Hidup. Beberapa saat
kemudian tubuh Cempaka melesat ke atas lalu menyerang ke
arah Garon Safa. Cempaka yang memainkan ajian Kelelawar Sakti itu terus
menyerang Garon Safa dari atas. Membuat tokoh asing itu
sibuk menghindar. Kalau tidak memainkan jurus Lima BayangBayang tentu dia sudah sejak tadi tersungkur jatuh.
Sementara itu di sisi lain, prabu Purbaya yang menghadapi
prabu Sora juga tampak memainkan ilmu yang sama. Tubuh
Purbaya yang mengembang di udara terus melancarkan
serangan yang dahsyat ke arah prabu Sora.
"Ah, ilmu Kelelawar Sakti, setan alas! Aku tidak punya
kesempatan untuk membalas serangannya. Tubuhnya
melayang di atas. Kalau aku tidak memiliki ajian Cakra Buana
pasti sejak tadi aku sudah roboh."
"Paman Sora, sebaiknya paman menyerah saja. Tidak
ada gunanya paman terus membandel. Menyerahlah paman,
dan aku akan memaafkan semua kesalahanmu."
"Cuihh, bangsat goblok! Jangan kau memandang
rendah kepadaku Purbaya! Kau jangan terlalu kurang ajar! Aku
tidak akan pernah memadamkan bara dendam di dalam dadaku
1032 37. GELORA API CEMBURU ini, sebelum aku melihat kalian berdua terbujur di depan
mataku! Ah, meskipun kau memiliki selaksa ilmu kesaktian tapi
aku tidak akan takut. Ilmu Kelelawar Sakti mu ini tidak akan bisa
menghadapi ilmuku!" "Kalau dia masih sendiri seperti ini, aku masih bisa
bertahan untuk menghadapinya. Asal jangan juga Cempaka
terlibat seperti tadi. Dulu mereka berdua memiliki kedahsyatan
yang luar biasa. Resi Amista tidak kuasa menahan kekuatan
agung yang mereka miliki. Sayang," sayang sekali Asmarani
telah mengkhianatiku. Coba saja dia berhasil membunuh
Purbaya dengan racun itu. Tentu tidak begini urusannya."
"Kenapa paman mundur dan merenung disana. Ini
pertarungan bukan tempat berkhayal."
"Lihat paman, pembantumu orang asing itu pun
menghadapi istriku tidak berdaya. Menyerahlah paman."
"Sompret! Kau semakin keterlaluan Purbaya. Baiklah,
aku akan menghancurkan dirimu sekarang juga!"
Prabu Sora meloncat beberapa tombak ke belakang. Lalu
dengan cepat dia menyilangkan tangannya di depan dada.
Matanya masih terus menatap Purbaya. Tak lama kemudian
tampak mata itu tertutup. Seketika itu juga sinar kuning yang
sejak tadi menutupi wajahnya semakin tebal dan mengembang.
Laki-laki itu meningkatkan aji Banyu Cakra Buananya. Wajahnya
tampak begitu agung dan berwibawa. Pada saat yang lain,
Purbaya pun menjatuhkan dirinya dan duduk bersila di tanah.
1033 37. GELORA API CEMBURU "Paman Sora mengeluarkan ajian Banyu Cakra Buana
yang lebih tinggi lagi, aku tidak boleh main-main sekarang.
Kelelawar Sakti tidak bisa kujadikan tameng untuk
menghadapinya. Aku harus menghadapinya dengan ajian
Banyu Agung. Hanya Banyu Agung yang bisa menahannya."
Purbaya segera menutupkan kedua tangannya di depan dada.
Mulutnya komat-kamit. Sesaat kemudian tubuhnya bersinar,
dan sinar itu jauh lebih terang daripada sinar yang menutupi
kepala prabu Sora. Di tempat lain, Cempaka yang sedang bertarung melawan
Garon Safa merasakan dadanya bergetar. Dia seperti
merasakan adanya sesuatu kekuatan yang memberontak di
dalam tubuhnya. Sekilas, perempuan itu melirik ke arah
suaminya. "Oh, kanda Purbaya mengeluarkan ajian Banyu Agung.
Sebaiknya akupun menggunakan ajian Banyu Agung."
Cempaka meloncat beberapa langkah dari Garon Safa, lalu dia
melakukan hal yang sama. Sesaat tampak tubuhnya bergetar
dan cahaya kuning keemasan keluar menutup wajah dan
tubuhnya. Tak lama kemudian tampak di tangannya
tergenggam warangka senjata kujang. Garon Safa tersentak,
laki-laki asing itu tak mengerti dengan ilmu yang dimiliki
lawannya. "Sebuah warangka senjata kenapa tiba-tiba bisa ada di
tangannya" Oh, Purbaya yang berada di depan prabu Sora itu
1034 37. GELORA API CEMBURU pun memegang senjata. Hm, Purbaya memegang senjata
kujang. Apakah ini senjata kujang Cakra Buana yang ampuh dan
memiliki kekuatan gaib itu" Oooh, luar biasa! Benar kata orangorang bahwa kedua manusia ini memiliki kekuatan seperti para
dewa. Ah, aku harus pergi dari sini!"
"Jangan punya pikiran pergi dari tanganku, Garon Safa!
Jangan kau harap kau bisa lolos dari kematianmu. Kau manusia
terkutuk, dan aku tidak akan mengampunimu!"
"Hm"! Celaka, dia bisa mengetahui suara hatiku. Aku
tidak boleh diam, aku harus mengeluarkan ajian Lima BayangBayang untuk menipunya dan pergi dari sini."
"Kau sudah terlambat Garon Safa, kau sudah tidak bisa
berbuat apa-apa lagi. Sekarang terimalah ajalmu!"
"Uaaahhhh!" Cempaka menggosok warangka kujang yang digenggamnya,
lalu dia bersemedhi. Secara aneh dan menakjubkan cahaya
kuning di kepalanya hilang. Warangka yang dipegangnya pun
lenyap. Saat itulah Cempaka mendengar rintih Galung Wesi.
"Mampuslah kau manusia busuk! Semoga saja kau
mendapat siksaan yang lebih berat lagi di neraka sana."
"Oh, paman Galung Wesi. Maaf paman, aku melupakan
dirimu. Nah berbaliklah paman, biar aku keluarkan darah yang
membeku di pundakmu ini."
1035 37. GELORA API CEMBURU "Hamba tidak apa-apa tuanku permaisuri. Hamba hanya
lelah dan luka ini sedikit nyeri."
"Sudahlah paman, jangan terlalu sungkan. Biarlah
kubantu membuang darah yang membeku itu. Berbaliklah."
Cempaka mengamati pundak Galung Wesi yang lebam
membiru. "Ooh, darah beku ini amat berbahaya kalau
dibiarkan," pikirnya. Lalu katanya, "Berbaliklah paman."
"Tapi tuanku permaisuri harus membantu gusti Prabu.
Agaknya prabu Sora tidak bisa dipandang rendah. Ajian Banyu
Cakra Buana yang dimilikinya sangat ampuh. Aduuhh?"
"Jangan risaukan kanda Purbaya paman, dia akan bisa
menghadapi prabu Sora. Banyu Agung yang dimainkan kanda
Purbaya adalah inti dari ilmu Banyu Cakra Buana. Ah, sudahlah
paman. Semakin cepat aku menyembuhkan paman aku akan
mempunyai banyak waktu untuk membantu kanda Purbaya."
Galung Wesi tak dapat berkata apa-apa lagi. Dia langsung
membalik dan membiarkan Cempaka menyalurkan tenaga ke
pundaknya yang membiru. Sementara itu prabu Sora yang
bertarung hidup dan mati dengan Purbaya terus menyerang
dengan sengit. "Mampus kau Purbaya!"
"Ah, paman Sora ini benar-benar ingin mengadu jiwa
denganku. Aku tidak boleh gegabah bertindak dan menahan
1036 37. GELORA API CEMBURU serangannya. Meski aku tahu Banyu Agung lebih tinggi dan
sempurna. Namun dia tidak boleh binasa."
"Paman Sora, sebaiknya hentikan pertarungan ini dan
pulanglah paman ke Indraprasta. Aku yakin putri paman Seruni
dan Pancar Dungung akan memperhatikan paman. Buanglah
dendam lama di hatimu itu paman. Tidak ada gunanya kita
selalu bermusuhan. Dendam yang terlalu dipaksakan akan
membawa bencana pada diri sendiri. Sudahlah paman. Pergilah
dari sini." "Tutup mulutmu Purbaya! Jangan kau menggurui aku!"
teriak prabu Sora kalap, "Aku sudah terlalu tua untuk kau ajari.
Aku sudah mengerti dengan apa yang harus lakukan dan apa
yang tidak harus aku lakukan. Kau jangan merendahkan prabu
Sora. Kau jangan sombong! Percayalah, dan camkan! Bahwa
kau tidak akan pernah melupakan dendamku padamu dan pada
semua keturunanmu!" "Kalau paman bandel juga, baiklah" Daripada membuat
susah di kemudian hari kelak. Maka hari ini aku akan
membunuhmu paman. Maafkan kalau aku terpaksa
melakukannya." "Setttaaannn!" Purbaya memutar kujang di tangannya, kujang itu menderu
bagai selaksa angin badai. Maka daun-daun pohon di sekitar
tempat itu berguguran. Prabu Sora terkejut, namun belum
hilang rasa kagetnya, Purbaya sudah menyerangnya dengan
1037 37. GELORA API CEMBURU cepat. Kujang di tangan Purbaya menyambar laksana kilat.
Prabu Sora terpekik tertahan.
(27) Pada kisah yang lalu diceritakan, Garon Safa telah
tewas di tangan Cempaka. Dan disaat Cempaka
menyembuhkan luka dalam Galung Wesi, Purbaya
masih bertarung hidup mati dengan prabu Sora. Kedua
duanya mengeluarkan ajian kesaktian. Purbaya
memainkan jurus Banyu Agung dengan senjata kujang
Cakra Buana yang keluar dari dalam tubuhnya.
Sedangkan prabu Sora mengeluarkan ajian Banyu Cakra
Buana. Saat Purbaya memutar kujang pusakanya,
kujang itu menderu bagai selaksa angin badai sehingga
daun-daun pepohonan di sekitar tempat itu rontok
berguguran. Prabu Sora terkejut, namun belum hilang
rasa kagetnya Purbaya telah menyerangnya. Kujang
pusaka di tangan Purbaya menyambar secepat kilat.
Prabu Sora terpekik tertahan.
"Setan!" "Paman, ajal telah dekat dengan dirimu. Kujang pusaka
ini telah menyatakannya. Lihatlah bajumu itu. Robeknya
melintang di dada. Kalau serangan yang kedua, niscaya dadamu
akan robek!" "Heeh, gila! Gerakan Purbaya begitu cepat dan
menusuk. Untung aku cepat menghindar. Kalau tidak, pasti aku
1038 37. GELORA API CEMBURU telah jadi mayat di sini. Kujang Cakra Buana," senjata itu adalah
milikku. Aku harus merampasnya. Tapi apakah aku mampu
merampasnya" Ya, aku tidak boleh mati. Aku harus memiliki
senjata pusaka itu. Tapi tidak sekarang. Aku harus mencari
kesempatan yang lain. Aku harus pergi dari sini."
Prabu Sora menjadi ragu-ragu, sesaat jiwanya bimbang dan
gugup. Pada saat itulah pada sisi tebing terdengar rintihan
perempuan. Purbaya menoleh. Prabu Sora mendapatkan
kesempatan, maka dengan cepat dia mengerahkan ilmu. Lakilaki tua itu melesat pergi.
"Oh, jangan lari!"
"Purbaya! Jangan kau harap dapat mengejarku. Suatu
saat kita akan berjumpa lagi. Dendamku tidak akan padam
padamu Purbaya. Aku tidak akan pergi dari sisimu sebelum kau
mampus! Aku akan menjadi bayang-bayang dalam hidupmu.
Selamat tinggal!" "Dia pergi saat aku melirik ke arah Asmarani. Pengecut!
Tapi suatu saat kelak aku akan benar-benar menghukumnya.
Dia sudah begitu banyak menyusahkan diriku. Ya, untuk saat ini
kau masih kumaafkan prabu Sora, tapi tidak pada kesempatan
yang lain. Sebaiknya aku melihat paman Galung Wesi. Agaknya
orang tua itu terluka dalam. Dinda Cempaka sedang
mengobatinya." "Dinda, kau tidak apa-apa" Bagaimana keadaan paman
Galung Wesi?" 1039 37. GELORA API CEMBURU "Hamba tidak apa-apa gusti prabu. Tuanku permaisuri
telah berhasil menghancurkan darah beku di pundak hamba."
"Kanda sendiri, bagaimana" Apakah prabu Sora telah
tewas" Atau?" "Dia telah melarikan diri dinda, apakah dinda tidak
mendengar teriakannya tadi?"
"Oh, tidak kanda. Dinda sedang menyembuhkan paman
Galung Wesi." "Sayang sekali prabu Sora bisa lolos. Orang tua itu
seharusnya memang dihukum dengan berat karena kelicikan
jiwanya. Oya, gusti prabu bagaimana keadaan Asmarani,
perempuan itu." "Aahh, aku hampir lupa. Lolosnya prabu Sora karena
kelengahanku. Aku mendengar rintihan Asmarani, lalu aku
menoleh. Rupanya kesempatan yang sedikit itu digunakan oleh
prabu Sora untuk melarikan diri. Ayo kita lihat keadaannya."
"Iya gusti. Agaknya pukulan prabu Sora tadi membuat
dia tak berdaya. Meskipun tadi hamba bertarung dengan Garon
Safa tapi hamba sempat melirik pada prabu Sora saat
menyerang gusti prabu."
"Ayolah kita lihat, kalau perlu kita bawa ke gua karang
sekarang juga?" 1040 37. GELORA API CEMBURU "Aah, dia terluka dalam yang cukup parah. Rintihannya
tadi hanya membuatnya sadar sebentar. Sekarang dia pingsan
lagi. Aku akan mengobatinya?"
"Lukanya cukup parah gusti prabu. Sebaiknya kita bawa
saja ke gua karang biar kita bisa merawatnya dengan baik."
"Sabarlah paman, kita sadarkan dulu dia. Ah, lihat dia
membuka matanya." Prabu Purbaya dan Galung Wesi sama-sama duduk di samping
kepala Asmarani. Kedua orang itu saling pandang. Hanya
Cempaka yang masih berdiri. Dia merasa berdosa pada
Asmarani, entah mengapa tiba-tiba hatinya tersentuh. Lalu dia
pun duduk dengan perlahan, kemudian diusapnya kepala
Asmarani. Gadis yang baru saja membuka matanya itu
mencoba mendongak. "Oh" Asmarani, tenanglah Asmarani. Tenanglah..."
Cempaka kemudian menoleh ke kanan, "Kanda Prabu
lakukanlah sesuatu untuk mengobatinya."
"Dinda, kau?" Purbaya menjawab ragu.
"Ah, sudahlah kanda pertolongan!" potong Cempaka.
prabu. Asmarani

Babad Tanah Leluhur Karya Tizar Sponsen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

butuh "Oh, tuanku permaisuri" hamba, hamba," sebaiknya
jangan lakukan apa-apa. Percuma saja. Hamba rasanya tak akan
bisa disembuhkan lagi" Aduuh," Asmarani berkata-kata
dengan suara yang lemah. 1041 37. GELORA API CEMBURU "Tenanglah Rani, aku akan mengobatimu."
"Cepatlah kanda prabu!"
Ada kecemasan dalam ucapan Cempaka. Purbaya yang masih
ragu-ragu segera menurunkan tangannya. Dia hendak
menempelkan telapak tangannya ke kening Asmarani. Namun
perempuan jelita itu lebih dulu menyambut tangan Purbaya
dan menggenggamnya. Purbaya menoleh pada istrinya.
Cempaka tampak tersenyum pada Asmarani. Senyum yang
memancarkan cahaya kasih sayang.
"Cempaka tersenyum,.." Purbaya memandang takjub
pada istrinya. "Tapi ini bukan senyum yang selama ini
dimilikinya. Senyum itu begitu lembut dan agung. Apakah
senyuman itu," senyuman kekuatan agung yang berada di
dalam tubuhnya. Aku yakin kalau Cempaka tidak dipengaruhi
dari dalam, tentu dia tidak akan tersenyum seperti itu.
Asmarani adalah gadis yang dibencinya."
"Rani," tenanglah Rani. Lepaskanlah tanganku aku akan
mengobatimu." "Oh, kakang Purbaya. Maafkan aku kang. Dan tuanku
permaisuri" Maafkanlah hamba. Selama ini telah begitu
membuat tuanku lari dari kehidupan kakang Purbaya.
Hamba?" Asmarani yang tergeletak lemah itu berkata lirih.
Suaranya begitu mengiba pada Cempaka yang berada di arah
atas kepalanya. 1042 37. GELORA API CEMBURU "Sudahlah Asmarani. Lupakanlah semuanya. Sekarang
yang penting kau harus sembuh. Nanti baru kau ceritakan
semuanya pada kami, kenapa kau melakukan itu."
"Ah, terima kasih tuanku permaisuri. Terima kasih. Tapi
agaknya, hal ini harus hamba harus ceritakan ini sekarang.
Karena hamba merasa waktu hamba tidak ada lagi. Rasanya
luka di dalam tubuh ini akan segera merenggut nyawa hamba.
Hamba akan mati" Dan kalau semuanya belum hamba
ceritakan, hamba akan merasa berdosa sekali. Dengarlah
tuanku Cempaka" kakang Purbaya," dan paman Galung Wesi.
Dengarlah?" "Sudahlah Rani. Tahanlah semuanya. Jangan ceritakan
dulu. Aku akan mengobati luka dalammu. Jangan kau bicara
dulu soal kematian. Sudahlah?"
"Tidak kakang, aku akan menceritakan semuanya.
Dengarlah" Ah, dadaku" Kakang" Kakang Purbaya
dengarlah" Aduh, dadaku?"
"Aku adalah putri adipati Sarengrana. Ramandaku
pengabdi setia tuanku putri Seruni di kerajaan Indraprasta dan
ibuku merupakan teman baik prabu Sora. Dan pada suatu hari
prabu Sora datang padaku?"
*** "Ow, kau yang bernama Asmarani?"
1043 37. GELORA API CEMBURU "Benar gusti prabu. Hamba lah yang bernama Asmarani.
Kalau adik hamba bernama Asmarini. Ampun gusti?"
"Hahahahahahaha, ya memang kau yang aku perlukan."
"Apa maksud gusti prabu?"
"Asmarani, kau memang orang yang cocok untuk
melakukan tugas ini. Aku kira kalau kau yang melakukannya,
semuanya akan berjalan dengan lancar. Aku yakin bahwa aku
tidak salah memilih. Ya, tugas ini memang bisa kau jalankan
dengan baik. Dan kalau berhasil, aku akan memberikan hadiah
serta akan menganugerahimu sesuatu kedudukan di
Indraprasta." "Ampun gusti prabu, tugas apa yang harus hamba
kerjakan?" "Heheheheheehh, tidak berat Asmarani. Kau hanya
perlu menyusup ke Karang Sedana."
"Ke keraton Karang Sedana"! Untuk apa gusti prabu?"
"Untuk memisahkan Cempaka dan Purbaya."
"Ohh, kenapa musti demikian gusti prabu" Kenapa
hamba harus memisahkan mereka?"
"Untuk apa"! Heh, ya kau memang harus
mengetahuinya Asmarani. Mereka berdua adalah musuh
bebuyutanku. Mereka adalah orang yang telah menghancurkan
kebahagiaan dan cita-cita hidupku. Dendamku pada mereka
1044 37. GELORA API CEMBURU seperti lautan yang maha luas. Lautan yang tidak memiliki
tepinya. Nah, tugasmu hanya memisahkan mereka. Karena
dengan terpisahnya mereka berdua, maka aku akan mudah
membunuh mereka. Kalau mereka bersatu, aku yakin tidak
akan ada satu orang pun yang bisa mengalahkan kesaktian
mereka. Tidak ada satu pendekarpun di jagat raya ini yang bisa
membunuh dan membinasakan mereka. Nah, tugasmu hanya
memisahkan mereka. Dan selanjutnya aku serahkan padamu."
*** "Nah, begitulah cerita pertamanya kakang Purbaya. Aku
dikirim ke Karang Sedana. Namun begitu aku tiba di Karang
Sedana, aku mendapat kabar bahwa kakang Purbaya dan
tuanku Cempaka berada di gua karang. Lalu aku disusupkan
oleh prabu Sora pada sebuah keluarga di kaki gunung
Burangrang sampai akhirnya kita bertemu?"
"Hmmm!" Jadi kebakaran di desa malam itu sengaja
diciptakan oleh prabu Sora utnuk memancingku guna
menolongmu..?" Purbaya mengangguk-angguk karena mulai
mengerti. Kemudian dia bertanya, "Oya, apakah tidak ada
pendekar atau orang lain yang terlibat di dalam masalah ini?"
tanya Purbaya. "Apakah Garon Safa juga terlibat dalam masalah ini?"
Cempaka bertanya pula. "Ampun kakang Purbaya, dan tuanku Cempaka. Semula
hamba tidak tahu, tapi agaknya begitulah," jawab Asmarani,
1045 37. GELORA API CEMBURU tapi ucapannya tertahan oleh sengatan rasa sakit yang
dirasakannya. "Oh, dadaku?"
"Su" Sudahlah anakmas, tahan dulu ceritamu. Biar gusti
prabu mengobati luka dalammu lebih dulu," ujar Galung Wesi
gugup dan cemas. "Tidak paman, biarlah aku bercerita terus. Rasanya
kalau ditunda aku tidak bisa menceritakan semua. Aku takut
kematianku sia-sia, aku masih menanggung dosa semuanya.
Kakang Purbaya, selain Garon Safa ada lagi seorang pendekar
yang membantu prabu Sora. Dan dialah yang memancing
kedatangan kakang ke desa kecil di bawah gunung Burangrang
itu. Dan dia pula yang menculikku hingga sampai ke sini."
"Kau mengenal pendekar hebat itu?"
"Hamba tidak mengenal namanya kakang. Tapi hamba
mengenal semua ciri-cirinya. Ciri-cirinya sangat mudah diingat.
Orangnya masih muda, sedikit sableng dan menggunakan baju
dari kulit binatang. Berikat kepala putih dan ditepinya dihiasi
kulit burung." "Oh, Suntana!" seru Cempaka.
"Suntana?" desis Purbaya bersamaan.
"Pendekar Sableng gunung Burangrang."
Cempaka dan Purbaya saling pandang. Lalu mereka menatap
pada Galung Wesi. Orang tua itu mengangguk-angguk.
1046 37. GELORA API CEMBURU "Kenapa pendekar itu sampai terlibat di dalam urusan
ini" Kenapa dia membantu prabu Sora" Bukankah dia sendiri
tahu bahwa prabu Sora adalah seorang laki-laki yang jahat?"
"Kakang Purbaya menurut keterangan pendekar itu, dia
melakukan semuanya karena terikat janji. Dia telah berjanji
pada prabu Sora untuk membantu. Karena menurutnya dia dan
kakang dulunya adalah teman baik."
"Ya, aku dan Suntana adalah teman baik. Dulu semasa
kecil, aku dan dia sering bermain di taman istana. Yah, kalau
benar dia menceritakan semuanya begitu, aku yakin pasti prabu
Sora telah melakukan semuanya dengan pemaksaan. Sudahlah,
lupakan saja dia." gumam Purbaya. Akan tetapi kemudian dia
teringat sesuatu. Tentang racun yang seharusnya diminumkan
padanya. Karena itu dia berkata perlahan, "Oya, Rani aku
mendengar semua yang dikatakan oleh prabu Sora tentang
tugasmu?" "Ooh,.. ampun kakang Purbaya" Aku?" Asmarani
tertegun mendengar ucapan Purbaya itu, tapi rasa sakit
kembali terasa bagai menyobek-nyobek paru-parunya
"Hooeekk" Dadaku, kakang aku tak tahan lagi?"
"Tahan, tahanlah Rani."
Purbaya dengan cepat menempelkan telapak tangannya ke
kening Asmarani. Seberkas cahaya menyusup masuk, namun
saat itu kembali Asmarani bergerak dan memuntahkan darah
berwarna hitam. 1047 37. GELORA API CEMBURU "Kakang Purbaya, jangan paksakan dirimu. Percuma
kakang. Aku, aku takkan bisa diselamatkan lagi. Ah, maafkanlah
aku. Prabu Sora telah menyalahkan aku. Kurasa tugasku telah
selesai ketika tuanku Cempaka pergi dari sisi kakang. Ternyata
gusti prabu Sora berdusta. Aku dibebani tugas baru. Aku
disuruh membunuhmu. Dan air yang kutumpahkan itu dengan
sengaja. Karena air yang akan kakang minum itu telah kububuhi
racun. Aku menyesal kakang. Aku memecahkan cawan yang
kakang pegang dan kendi paman Galung Wesi karena tak ingin
kakang mati. Kakang telah menyelamatkan jiwaku. Maafkan
aku kakang..." "Ya, aku tahu semuanya. Karena aku mendengarkan
semua yang dikatakan oleh prabu Sora tadi. Tapi kenapa kau
tidak membunuhku, bukankah kesempatan itu ada?"
"Kakang" aku" aku tidak bisa membunuhmu. Aku,"
aku mencintaimu kakang?"
Purbaya dan Cempaka tersentak kaget. Pada saat itulah
Cempaka mencengkram tubuh Asmarani. Mata perempuan itu
berkilat seperti api. Asmarani menutup matanya.
(28) Pada kisah yang lalu diceritakan, Asmarani telah
menceritakan semuanya pada Purbaya dan Cempaka
serta Galung Wesi tentang siapa dirinya. Dan
diceritakan pula tentang Asmarani yang benar-benar
mencintai prabu Purbaya sehingga dia mengkhianati
1048 37. GELORA API CEMBURU prabu Sora. Saat itu Cempaka tersentak lalu
mencengkram tubuh Asmarani dengan mata yang
menyala, dan Asmarani yang sudah pasrah itu menutup
kedua matanya. "Kurang ajar! Kau" Kau?"
"Awww"!" Asmarani terpekik ngeri. Tubuhnya yang
terbaring lemah sempat terangkat ke atas saat Cempaka
mencengkram bajunya. "Dinda, tahan! Tahan!" Purbaya segera mengunci
tangan Cempaka. "Kakang, lepaskan!" sengat Cempaka yang berusaha
meluapkan emosinya. "Oh, kakang Purbaya lepaskanlah tangan tuanku
Cempaka. Biarlah aku mati ditangannya. Aku memang patut
mati. Aku manusia rendah. Aku terlalu kurang ajar?"
Menyaksikan ketegangan antara Cempaka dan Purbaya itu, hati
Asmarani semakin hancur. Dia makin merasa makin bersalah.
Dia menyesalkan dirinya terlalu lancang berbicara tentang
cinta, di hadapan seorang istri sah orang yang dicintainya.
Perasaan bersalahnya itu membuat dirinya merasa rendah dan
kian tak berharga. Asmarani mulai menangis. Air mata
membasahi wajah cantiknya yang belepotan darah, mata nya
kian memandang kosong ke angkasa.
1049 37. GELORA API CEMBURU "Tuanku permaisuri" Anakmas Asmarani telah
mengakui semuanya. Sekarang kita memang harus memiliki
jiwa yang besar. Jiwa yang luas untuk membukakan pintu maaf
padanya." "Kakang dan tuanku Cempaka" Aku" Aku tak kuat lagi.
Tapi kalau tuanku Cempaka marah dan tidak mau memaafkan
hamba" Lakukanlah, bunuhlah hamba. Ouhh?"
Asmarani memegang lengan Cempaka yang mencengkram
dadanya. Wajahnya semakin pucat. Dua kali lagi dia
memuntahkan darah berwarna kehitam-hitaman. Cempaka
termenung. Tubuhnya keras seperti patung. Nafasnya
memburu. Perempuan itu begitu sengsara menahan hawa
amarah di dalam dadanya. "Banyak orang yang pandai, banyak orang yang sakti
mandraguna. Dan banyak para pendeta yang zalim dan berlaku
sewenang-wenang. Dan semua sebab yang membuat mereka
demikian karena tidak mampu mengendalikan hawa nafsu dan
amarah. Tidak mampu membuka diri dan bersikap terbuka.
Tidak mampu bersikap sabar dan pasrah pada dewata. Mereka
menganggap diri mereka adalah yang terbaik, terhebat dan
terbesar. Tapi tidak jarang pula banyak pengemis yang
bermurah hati, banyak penjahat yang diampuni oleh dewata
dan oleh alam sekitar mereka. Karena mereka selalu membuka
diri dan selalu merendah pada saat tertentu. Mereka selalu
membukakan pintu hati untuk memaafkan sesama. Karena
mereka meyakini benar bahwa sesungguhnya kata maaf adalah
1050 37. GELORA API CEMBURU milik semua orang. Milik semua insan dewata yang hidup
dimuka bumi ini. Memberi maaf adalah sifat yang agung. Tidak
ada sedikitpun kesalahan yang besar yang tidak diampuni oleh
dewata. Dewata yang berada di atas manusia dan segala
makhluk ciptaan-Nya selalu terbuka dan memberikan kata
ampun serta maaf. Lalu kenapa kita sebagai manusia yang
lemah dengan kekurangan mau menjadi hakim di atas
kehidupan orang lain." Galung Wesi menyembah sekali ke arah


Babad Tanah Leluhur Karya Tizar Sponsen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Cempaka, kemudian kedua tangannya ditangkupkan di depan
dadanya. Wajahnya memelas. "Ampunkan hamba tuanku
permaisuri, bukan maksud hamba ingin menggurui dan
memberi pengajaran pada tuanku permaisuri. Tapi sebagai
sesama umat manusia ciptaan dewata, rasanya hamba berdosa
kalau tidak bisa melakukan sesuatu yang terbaik untuk
junjungan hamba sebelum semuanya terlambat. Tuanku
permaisuri adalah panutan dan contoh masyarakat. Alangkah
aibnya sebuah kehidupan negara kalau pimpinannya sendiri
melakukan kesewenang-wenangannya. Kalau orang yang
seharusnya menjadi panutan rakyat dan seluruh isi di kerajaan
ini mempunyai kekerasan hati. Ampun tuanku permaisuri kalau
hamba lancang hukumlah hamba. Dan hamba hanyalah
seorang abdi yang terlalu usil dengan sikap dan tindakan
tuanku. Tidak seharusnya hamba berkata demikian terhadap
tuanku. Tapi apa boleh buat, suara kebenaran begitu bergaung
dalam hati ini. Seharusnya tuanku tahu apa yang akan tuanku
lakukan. Hamba memang lancang dan kurang ajar. Tapi hamba
sebagai seorang abdi tidak ingin melihat junjungan hamba
melakukan suatu hal yang merugikan nama baiknya sendiri.
1051 37. GELORA API CEMBURU Hamba tidak ingin melihat tuanku melumuri tangan tuan
permaisuri dengan darah orang yang sudah meminta ampun
dan mengakui kesalahannya. Kalaupun tuanku memang tidak
mau memaafkan dan mengampuni anakmas Asmarani, dan
masih ingin membunuhnya biarlah tangan hamba yang tua ini
berlumuran darah. Biarlah dosa itu hamba yang
menanggungnya..." Cempaka tidak bersuara. Namun perlahan sekali dia
melepaskan pegangannya. Tubuh Asmarani yang lemah itu
terulur ke bawah. Tubuh itu semakin lemas, pandangannya
meredup. Ada senyum kebahagiaan di wajahnya. Dia tahu
Cempaka memaafkannya. "Maafkan dan ampunilah hamba tuanku Cempaka?"
"Asmarani," Oh, akulah yang seharusnya minta maaf
padamu. Aku mengerti semuanya. Kalau kau memang
mencintai kanda Purbaya. Cintailah" Aku tidak bisa
melarangmu. Cinta milik kita semua. Dan sekarang, semuanya
berpulang pada kanda Purbaya..."
"Ahh, terima kasih tuanku Cempaka. Hamba senang
sekali mendengarnya. Tapi" Oohhh?"
Asmarani menarik nafas panjang lalu menghembuskannya.
Kemudian di saat itu pula kepala gadis jelita itu terkulai rebah
ke atas pangkuan Cempaka. Dan Cempaka tersentak.
"Asmarani" Asmarani" Kau?"
1052 37. GELORA API CEMBURU "Rani" Rani" Kau?"
"Sudahlah tuanku permaisuri?" ucap Galung Wesi.
Teriakan Cempaka yang menyengat membuat semuanya
melirik pada Asmarani. Galung Wesi menarik nafas panjang.
Sedangkan Purbaya hanya berucap lirih. Setelah itu tak ada lagi
suara. Semuanya hanyut dalam kesedihan. Cempaka masih
memeluk tubuh Asmarani, ada sesuatu yang terasa menyentuh
jiwanya. "Asmarani telah menemukan jalannya sendiri. Dia telah
menemukan ketenangan yang selama ini dicarinya. Dia
meninggalkan kita dengan penuh senyuman. Artinya dia telah
menemukan kedamaian. Sekarang kerja kita hanyalah
membawa anakmas Asmarani pulang ke gua karang. Kita
menguburkannya di sana. Atau jika tuanku permaisuri
memberikan ijin hamba akan menyuruh beberapa orang
prajurit agar membawa mayat anakmas Asmarani ini ke
Kencana Wungu. Biar dia dikuburkan di pekuburan keraton."
"Tidak usah ke Kencana Wungu, paman. Biarlah nanti
kuperintahkan untuk membawa mayat Asmarani ke Karang
Sedana. Sekarang marilah kita kembali ke gua karang."
"Ayolah," Oya, apakah paman sudah bisa berjalan?"
"Hamba sudah bisa berjalan sendiri gusti prabu.
Rasanya semua darah di tubuh hamba telah normal kembali
hamba telah kuat untuk berjalan ke gua karang."
1053 37. GELORA API CEMBURU "Baiklah kalau begitu. Sekarang marilah kita ke gua
karang. Dinda, biarlah kanda yang memanggul Asmarani."
Cempaka tidak bersuara, dengan punggung tangannya dia
mengusap air mata yang mengalir di pipinya. Lalu ditatapnya
Purbaya yang membungkuk mengangkat tubuh Asmarani. Tak
lama kemudian tampak ketiganya berjalan.
*** Sementara itu di gua karang para prajurit yang bekerja masih
terus bekerja dengan tekun. Senopati Jala Abang tampak hilir
mudik mengawasi para prajurit yang bekerja. Senopati muda
itu sesekali melihat ke arah selatan gua karang.
"Oooh, sudah dua puluh hari lebih bekerja begini.
Menggali dan menggali terus. Namun belum juga ada tandatanda bahwa gua karang ini akan terbuka. Malah semakin jauh
ke dalam menggalinya, semakin banyak batu-batu besar yang
harus disingkirkan."
"Ah, kasihan sekali para prajurit itu. Mereka terus
bekerja tanpa mengenal lelah. Walau mereka tanpa diawasi
oleh panglima Galung Wesi dan gusti prabu. Tapi mereka terus
bekerja tanpa ada yang mau mencuri-curi waktu untuk
beristirahat." "Yah, sukurlam mereka dapat bekerja tanpa pamrih.
Aku pun jadi bangga melihat mereka. Tapi, kemana gusti prabu
dan tuanku panglima" Apakah Asmarani belum juga
diketemukan?" 1054 37. GELORA API CEMBURU "Oh ya,.. bukankah prajurit Seta yang tau siapa
penculiknya itu. Yah, sebaiknya kutemui dia di tenda. Kasihan
juga dia. Dia berusaha mempertahankan Asmarani. Tapi dia
malah sakit karena bisa dipukul oleh penculik itu."
Lalu senopati Jala Abang berjalan perlahan meninggalkan para
prajurit yang sedang bekerja. Dia terus menuju ke tenda. Tak
lama kemudian Senopati itu telah tiba di tenda. Dua orang
prajurit menunduk memberi rasa hormat kepada Senopati itu
saat melangkah masuk. "Salam sejahtera, Tuan Senopati."
"Ya salam sejahtera, prajurit. Sudahlah sudah jangan
bangun aku mengerti semuanya istirahat saja."
"Tapi Tuanku, Hamba?"
"Sudahlah jangan paksa dirimu untuk bangun."
"Ah, tidak apa-apa Tuanku, hamba sudah tidak sakit lagi.
Cuma" badan hamba masih lemah. Terus terang, pukulan
pendekar itu tepat pada persendian tulang hamba. Pukulannya
luar biasa. Tak pernah hamba bertarung dan kalah seperti ini."
"Ya, kau masih ingat dengan ciri-ciri pendekar itu"
"Ya, hamba masih mengingatnya tuan, dan hamba tidak
akan pernah melupakan. Suatu saat kelak, kalau kita telah
selesai disini hamba akan membawa beberapa orang prajurit
untuk mencari orang itu."
1055 37. GELORA API CEMBURU "Prajurit" Apa kau yakin dengan membawa beberapa
orang prajurit saja kau akan dapat menangkap orang itu?"
"Iya tuanku. Hamba yakin. Orang itu akan bisa
ditemukan. Rasanya menjadi pendekar seperti dia sangat
mudah. Dia menggunakan baju dari kulit binatang dengan ikat
kepala yang dihiasi bulu-bulu."
"Ooh"! Benarkah ucapanmu itu prajurit Seta?"
"Iya tuanku. Apakah tuanku Senopati mengenalnya?"
"Iya, aku amat mengenalnya. Tidak ada pendekar lain
yang menggunakan baju seperti itu selain Suntana. Pendekar
Sableng dari gunung Burangrang."
"Tapi?" "Iya, kalau dia yang menculik Asmarani, berarti gadis itu
berarti sekali. Karena tidak mungkin pendekar itu turun tangan
sendiri. Ini pasti ada yang memperalatnya. Sebab pendekar itu
bisa dengan mudah dipengaruhi oleh orang lain. Dia pendekar
yang jujur. Ini pasti ada tangan jahat yang memanfaatkan
kehebatan pendekar itu."
"Tapi," hamba merasa kita bisa mengatasinya."
"Sulit prajurit, pendekar itu memiliki ilmu yang sangat
tinggi. Menurut gusti prabu, Suntana itu murid dari padepokan
gunung Merbabu. Dia tidak berada di bawah Gusti Prabu
sendiri. Tapi aku yakin kalau dia sadar dia pasti akan kemarin
dia pasti akan datang kepadamu dan meminta maaf. Ya, aku
1056 37. GELORA API CEMBURU selama ini sering bertemu dengannya tapi terus terang aku
belum pernah mengenal ilmunya. Aku hanya mendengar dan
kehebatannya Nanti kalau dia kemari aku akan mencobanya.
Nah, prajurit beristirahatlah agar kau bisa cepat pulih dan
membantu teman-teman lainnya bekerja. Kita sudah terlalu
lama di sini. Aku pergi dulu."
Senopati jala Abang segera berdiri. Namun baru saja dia hendak
memutar tubuhnya, di luar tenda terdengar orang bertarung.
"Prajurit, aku datang ke mari bukan hendak mencari
musuh!" "Aku akan berjumpa dengan teman-teman kalian."
"Tidak salah dugaanku. Dia datang kemari. Dia pasti
mau minta maaf pada prajurit Seta. Dia memang ksatria. Berani
berbuat, berani pula menanggung akibatnya. Sulit mencari
pendekar seperti dia. Kedua prajurit itu tidak akan bisa
menahannya. Ya sekali serang lagi, pasti para prajurit itu akan
jatuh?" "Maafkan aku! Kalian diam dulu di situ sebentar."
"Hebat hebat sekali ternyata pendekar Suntana dari
Gunung Burangrang itu bukan hanya nama kosong. Heh,..
hebat!" "Maaf, maaf" aku tidak bermaksud menotok mereka
begitu. Akan tetapi mereka telah menghalangi aku. Maka
terpaksa aku melakukannya. Ah, maaf" aku ingin bertemu
1057 37. GELORA API CEMBURU dengan seorang prajurit. Aku mau minta maaf kepadanya. Aku
punya salah." "Heeh"! Dia jujur sekali. Dia mengakui kesalahannya.
Tapi aku ada kesempatan untuk menguji ilmuku. Apakah aku
bisa bertahan beberapa jurus melawannya".
"Pendekar, mengakui kesalahan memang perbuatan
terpuji. Tapi semuanya tak semudah yang kau bayangkan. Disini
Kau telah melukai dan membuat sakit prajurit ku lalu menotok
lagi dua orang prajurit dan kau telah mencuri seorang
perempuan yang telah menjadi anggota kami. Maka itu, kau
sangat sulit untuk melakukan permintaan maaf di sini karena
aku yakin tidak semua kesalahan itu bisa dihapuskan dengan
kata maaf" "Jadi" Aaah, aku jadi bingung cara apa"
Senopati Jala Abang membuka jurusan yang paling tinggi.
Sentana hanya menggaruk-garuk, kepala pendekar itu cengarcengir lalu menggeleng-gelengkan kepala.
(29) Pada kisah yang lalu diceritakan tentang Senopati Jala
Abang yang mengunjungi prajurit Seta di tenda nya.
Dan ketika keluar dari tenda Senopati itu melihat
Suntana muncul dan merobohkan dua orang
prajuritnya. Maka Senopati Jala Abang menantang
Suntana untuk bertarung. Suntana yang agak Sableng
itu hanya garuk-garuk kepala dan menggeleng-geleng.
1058 37. GELORA API CEMBURU "Kenapa jadi begini urusannya" Aku datang mau minta
maaf malah diajak bertanding aduh aduh aduh. Apakah orangorang karang Sedana hanya suka mengadu ilmu dan
kepandaian dan tidak mau mendengar permintaan orang lain"
"Aku sudah mengatakan bahwa tidak selamanya katakata maaf itu bisa menghapus kesalahan. Karena kalau
kesalahan hanya impas dengan kata maaf, maka akan banyak
kesalahan-kesalahan yang akan dibuat secara sewenangwenang. Nah bersiap-siaplah."
"Aduh aduh aduh pusing aku kenapa aku harus
menghadapi dan menjumpai kejadian-kejadian yang ganjil
begini. Kau garang sekali Senopati."
Suatu Hari Di Horrorland 1 Pendekar Rajawali Sakti 60 Badai Di Lembah Tangkar Sang Penebus 4

Cari Blog Ini