Ceritasilat Novel Online

Babad Tanah Leluhur 12

Babad Tanah Leluhur Karya Tizar Sponsen Bagian 12


"Kau sendiri yang membuat keganjilan ini, kau sendiri
yang mencari gara-gara dengan kami. Kenapa kau mesti
menculik Asmarani karena tanya Kenapa kau memulai
mengusik kami. Toh selama ini kami tidak pernah
mengganggumu, kami tidak pernah mengusikmu di Gunung
Burangrang." "Senopati, kalau tidak terpaksa aku tidak akan
mengganggu kalian. Aku melakukan semuanya karena aku
terpaksa." "Ah, omong kosong! Kalau kau memang seorang
pendekar" 1059 37. GELORA API CEMBURU "itu urusan pribadi ku Senopati kau tidak akan bisa
mencampurnya kau tidak akan bisa mengetahuinya yang tahu
segala urusanku hanyalah aku sendiri. Kau akan menemui
kesulitan kalau kau ikut campur urusanku Senopati."
"Kau jangan menggertakku, kau tidak akan bisa berbuat
apa-apa kepadaku karena aku yakin kau tidak punya
kemampuan untuk itu."
"Hahaha kau jangan terlalu berbesar hati Senopati. Aku
yakin 2 gebrakan lagi kau akan jatuh seperti kedua pengawal
itu." Suntana memutar kedua tangannya dengan cepat. Tangan itu
menderu laksana gangsing lalu dengan sekali sentak dia
menyerang jalak Abang. Senopati itu tersentak lalu buru-buru
menghindar namun tanpa diduga suntana mengubah arah
serangan, maka tak ayal lagi sebuah tusukan lembut melesat
masuk di antara pertahanan Jala Abang. Dua kali tusukan itu
menusuk pinggang dan leher Jala Abang. Senopati itu
ternganga, tubuhnya limbung dan jatuh terduduk di tanah.
"Hahaha, Maafkan aku Senopati. Aku tidak bisa berbuat
apa-apa. Aku terpaksa melakukan itu. Sebab kalau tidak
melakukan demikian, maka pekerjaanku berjalan tersendatsendat. Nah aku mau masuk dulu, aku mau minta maaf?"
"Ah kau mau apa kau kemari."
1060 37. GELORA API CEMBURU "Entahlah aku pun tidak tahu kenapa langkahku
membawaku kemari. Tetapi aku perlu sesuatu darimu."
"Apa perlu mu" Aku tidak bisa memberikan apa-apa
padamu. Kau adalah penjahat pertama yang aku temui gua
karang ini. Pergilah sebelum aku berteriak memanggil temantemanku. Hutangmu nanti akan kau bayar kalau aku sudah bisa
berjalan dan sehat kembali aku akan mencarimu Gunung
Burangrang. Tapi kalau kau akan membunuhmu sekarang
lakukanlah aku tidak takut mati!"
"Ah kau berlalu berprasangka sahabat. Aku kemarin
tidak untuk melakukan apa-apa. Aku hanya mau minta maaf
kepadamu. Itupun kalau kau mau memberiku kata maaf. Kalau
tidak, ya" apa boleh buat"! Aku tidak dapat memaksa. Biarlah
dosa dan kesalahan itu aku tanggung sendiri?"
Prajurit Seta tersentak kaget, lama ditatapnya Suntana yang
duduk dengan mata tak berkedip. Suntana hanya geleng-geleng
kepala, pendekar itu menunduk. Pandangannya menghiba.
"Apakah kau tidak akan memberikan maaf padaku?"
"Pendekar Gunung Burangrang, aku sudah mendengar
kehebatan ilmu mu aku tidak mengira bahwa kau memiliki hati
yang rendah kau suka mabuk dan membuat kerusuhan. Dan
setelah semua yang terjadi kalau tidak segan-segan dan tidak
merasa malu sedikitpun untuk datang meminta maaf. Apakah
itu hanya alasan mu saja, agar kau disebut seorang Satria
Sejati" Sebagai ksatria yang mempunyai jiwa besar mau
1061 37. GELORA API CEMBURU mengakui kesalahan sendiri. Jangan terlalu banyak tertipu
daya!" "Oh maaf prajurit, aku tidak melakukan tipu daya, aku
tidak mengenal tipuan segala macam. Aku berkata sebenarbenarnya. Aku kemari karena kesalahanku kepadamu dan aku
akan meminta maaf kepadamu dengan ketulusan hatiku. Ah,"
tapi kalau kau tidak mau memberikan maaf bagiku," Ya, apa
boleh buat"! Aku akan pergi dari sini dengan hati yang bersalah
dan aku akan selalu menanti kata maaf itu dari mu?"
"Tunggu! Mengapa kau tergesa-gesa" Apakah kau
merasa malu?" "Ah," Aku rasa pada saat ini aku sudah tidak memiliki
rasa malu lagi. Dan bagiku meminta maaf adalah sifat yang baik.
Untuk apa malu mengakui kesalahan" Nah, jangan kau tahan
langkahku." "Pendekar Suntana, seandainya aku memberikan maaf
kepadamu, apakah kau mau memenuhi syarat yang aku
ajukan?" "Demi ketenangan dan kelegaan jiwaku, aku bersedia
memenuhi persyaratan itu." Suntana sejenak berpikir, lalu
katanya "Yaa,.. selama persyaratan itu tidak menyangkut soal
hidup matinya seseorang."
"Kenapa begitu?"
1062 37. GELORA API CEMBURU "Ya karena aku tidak mau lagi terikat janji. Janji yang
selama ini melilit diriku. Begitu menyakitkan kehidupanku aku
telah sakit oleh janjiku sendiri dan kaupun terlibat dalam janjiku
itu prajurit. Ya, terus terang aku merampas Asmarani dari sini
karena janjiku. Karena ikatan janji seperti sekarang ini. Aku" Ya,
orang tuaku dalam keadaan yang menyedihkan lalu akan bisa
mendapatkan mereka dengan selamat apabila aku memenuhi
syarat mereka. Akhirnya itulah kejadiannya, kau pun menjadi
korban syarat itu. Apakah kau akan mengajukan syarat yang
sama dengan orang itu dan aku harus membunuh seseorang?"
Prajurit Seta terdiam. Dia melihat ada kesungguhan yang dalam
kata pendekar di depannya itu. Perlahan prajurit Seta menarik
nafasnya. "Pendekar Suntana, pulanglah! Jangan ingat lagi
kejadian ini. Aku memaafkanmu."
"Ah kau memaafkanku lalu syaratnya?"
"Memberi maaf dengan syarat bukanlah suatu
ketulusan Aku tidak mau ada pamrih nah pulang. Pergilah
dengan hati lapang."
"Aaah, Dewata Agung! Aku hari ini menemui
kemurahan dari hamba-Mu. Terimakasih, Terimakasih, prajurit.
Ya ya ya,.. aku tidak enak memanggilmu dengan sebutan
prajurit. Nah, sebutkanlah siapa namamu?"
1063 37. GELORA API CEMBURU "Pendekar Suntana, kau panggil saja aku dengan Seta.
Itulah namaku. Nah, pulang lah. Aku tidak mau lagi nanti terjadi
salah paham di sini."
"Ya ya, terima kasih Seta. Kau akan aku anggap sebagai
saudaraku. Aku pergi dulu dan juga katakanlah kepada
Senopatimu. Aku terpaksa menotoknya di luar karena dia
menghalangiku. Aku pergi Seta."
Suntana melesat dengan cepat keluar dari tenda. Sekelebat saja
pendekar itu sudah pergi jauh dari tenda. Prajurit Seta menarik
nafas, saat itu dari luar tampak Senopati Jala Abang menyeruak
masuk. "Ah, prajurit Seta" Kemana pendekar itu?"
"Tuanku Senopati, pendekar itu sudah pergi. Dia
melesat ke arah sana. Oh ya, dia memintakan maafnya juga
sampaikan kepada Tuan"
"Ya aku sudah tahu, dia pasti akan melakukan itu. Dan
aku memang salah. Aku menantangnya. Hah, ternyata dia
memang hebat! Ilmunya luar biasa. Aku dapat dijatuhkan hanya
dalam dua gebrakan. Dia bisa menotokku."
"Dia memang orang baik, tuanku. Dia melakukan
semuanya di sini karena terjebak sebuah janji. Dia mengakui
semuanya di sini. Tadi juga hamba mengajukan syarat padanya,
dan" dia tampak tergugu. Dia merenung seperti menyesali
1064 37. GELORA API CEMBURU nasib. Hingga akhirnya hamba tidak mengajukan syarat apaapa."
"Yah, sudahlah. Sekarang istirahatlah. Aku akan melihat
keadaan prajurit yang lainnya."
"Ah, silakan tuanku. Mungkin besok hamba akan bisa
mulai bekerja." Beberapa hari berselang setelah berbagai kejadian di gubuk gua
karang itu mereda, tampak para prajurit semakin sibuk bekerja.
Mereka mencongkel sebuah batu besar yang merupakan
penutup terakhir dari mulut goa karang. Para prajurit sibuk
menggali. Purbaya dan Galung Wesi meneliti batu besar itu
dengan seksama. "Oohh," Batu ini sangat besar sekali. Apa mungkin batu
ini merupakan penutup terakhir dari mulut gua karang ini"
Kalau benar, besok atau lusa aku akan bertemu kembali dengan
putriku. Tapi," Oh" Dewata Agung aku hanya berserah diri
padamu. Berilah aku kekuatan dalam menghadapi penderitaan
dan cobaan ini. Telah begitu banyak engkau turunkan cobaan
dalam hidupku ini. Aku yakin, cobaan ini bukanlah cobaan
terakhir." "Oh, dinda Cempaka. Dia bekerja begitu bernapsu. Dia
ingin sekali membongkar batu penutup itu."
1065 37. GELORA API CEMBURU Purbaya kembali mengayunkan palunya ke arah batu besar itu.
Dentangan palu yang menghantam batu itu begitu keras,
namun Purbaya merasakan kejanggalan dari suara itu.
"Ah, suara gema dari suara pukulan paluku ke arah batu
ini tidak bergema. Kedengarannya di dalam sana masih padat
dengan dinding batu dan tanah. Apakah ini bukan pekerjaan
yang sia-sia" Oh, aku jadi ragu. Aku yakin dibalik batu ini masih
ada tanah dan batu-batu yang keras yang lainnya?"
Kembali Purbaya menghantamkan palunya dan dia tidak
menghiraukan lagi bunyi-bunyi yang bisa menimbulkan
keraguan di hatinya itu. Dan para prajuritnya pun terus bekerja
dengan semangat. Hingga senja yang merah di langit barat
tenggelam sama sekali, barulah mereka berhenti bekerja.
Semuanya kembali ke tenda masing-masing.
"Sudahlah Dinda. Tidak baik kau terus menerus
merenung seperti ini. Berdo"a saja pada dewata agung agar
semua bisa berjalan dengan sebaik-baiknya. Aku yakin besok
kita akan bisa membongkar batu besar itu dinda Cempaka."
"Kanda Prabu, semakin dekat dengan kenyataan dari
kerja kita selama ini, hati Dinda semakin cemas. Dinda semakin
membayangkan ketakutan-ketakutan yang bakal terjadi."
"Dinda Cempaka, bayangan-bayangan itu hanyalah
permainan perasaan. Berpikirlah untuk berani menghadapi
kenyataan. Jaga Paramudita adalah putri kita. Putri satusatunya. Pada saat ini harapan kita tercurah. Padanya hati kita
1066 37. GELORA API CEMBURU dipadukan. Kita sama-sama menyayanginya. Kita sama-sama
mencintainya. Tapi untuk semuanya, kita tidak bisa
menentukannya. Kasih dan sayang yang amat besar adalah
milik dewata. Jaga Paramudita adalah titipan-Nya pada kita.
Dan kalau dewata ingin mengambilnya kembali, kita tidak akan
bisa berbuat apa-apa. Kita manusia yang lemah, yang penuh
dengan keterbatasan tentang waktu dan ruang. Tentang cinta
dan kasih sayang." "Oh, kanda prabu. Dinda takut sekali membayangkan
semuanya. Terlalu berat untuk menerima kenyataan itu. Dinda
tidak mampu kanda." "Mampu atau tidak itu bukan masalah dinda Cempaka.
Sekarang yang penting adalah membuang bayangan itu.
Membuang khayalan yang tidak pernah menyenangkan. Kanda
yakin, dinda adalah seorang ibu yang baik dan dapat berpikir
dengan kenyataan. Kita telah terlalu lama menderita serta
mengalami berbagai kesengsaraan. Kanda yakin, kali ini dewata
tidak mungkin memberikan kepahitan itu lagi pada kita.
Tabahlah. Dalam kejadian ini hanya ketabahan dan ketenangan
yang bisa membuat kita besar dan sadar bahwa meskipun
seorang maharaja tidak akan bisa berbuat apa-apa terhadap
apa yang dilakukan oleh sang maha pencipta. Dan sekarang kita
harus meyakini bahwa kita itu para manusia adalah makhluk
yang kecil dan teramat lemah. Kita diciptakan secara sempurna
dengan segala akal pikiran. Namun kesempurnaan itulah yang
merupakan kelemahan kita sendiri. Karena akal dan pikiran itu
1067 37. GELORA API CEMBURU membuat kita lemah dengan berbagai beban bayangan dan
ketakutan." Purbaya terus memberikan wejangan yang membangkitkan
semangat pada istrinya Cempaka. Sementara wanita itu hanya
terus menangis dan menangis. Bayangan Cempaka yang penuh
ketakutan dan kecemasan terus bermain di pelupuk matanya.
(30) Pada kisah yang lalu diceritakan, tentang Suntana yang
datang ke tenda prajurit Seta dan meminta maaf. Lalu
diceritakan pula tentang para prajurit yang bekerja di
mulut goa karang serta berhasil membuka mulut goa
karang hingga batu penutup terakhir mulut itu. Dan
pada malam harinya, Purbaya memberikan wejangan
pada istrinya Cempaka yang dirundung kecemasan dan
bayang-bayang tentang putrinya. Perempuan itu terus
menangis. "Dinda Cempaka, sesungguhnya yang merusak hati
manusia itu adalah pikiran-pikiran yang kotor. Yang dalam hal
ini dikendalikan oleh setan yang telah lebih dulu menguasai
perasaan kita. Untuk itulah, kanda harapkan agar Dinda dapat
mengatasi semuanya itu dengan ketenangan, dan selalu berdoa
pada dewata yang maha agung. Karena hanya pada-Nya lah kita
berpasrah diri dalam menghadapi hal seperti ini."
1068 37. GELORA API CEMBURU "Kanda," bagaimana aku tidak sedih dan gundah" Jaga
Paramudita adalah puteri kita satu-satunya. Apakah kanda
tidak bisa membayangkan hatiku?"
"Aku bisa membayangkan semuanya Dinda. Karena
kanda juga orang tuanya. Tapi marilah kita jadikan itu semua
mimpi buruk dan sewaktu tersadar kenyataannya akan menjadi
lain. Sudahlah dinda, tidurlah. Besok kita harus membuka
terakhir mulut gua karang itu. Dan kita juga harus bersiap-siap
menghadapi segala kemungkinan dari persoalan yang mungkin
akan ditimbulkan oleh orang-orang rimba persilatan. Kita


Babad Tanah Leluhur Karya Tizar Sponsen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

semua tahu tentang sifat-sifat orang seperti mereka. Mungkin
saja di dalam menggali mulut goa ini kita bisa bekerja sama.
Namun kalau kitab pusaka ratu Sima itu benar-benar
didapatkan di dalam gua karang ini, bukan tidak mungkin akan
terjadi apa-apa di luar perkiraan kita."
"Oh, dinda tidak akan menggubris semuanya. Tapi kalau
sampai mereka mengganggu putri kita," dinda akan
menghancurkan mereka semua! Dinda tidak akan mengampuni
mereka semua." "Dinda Cempaka," janganlah jiwa Dinda diracuni
dendam dan amarah. Bersihkanlah jiwa Dinda dari hal-hal
semacam itu. Percayalah, kita akan dapat mengatasi semua.
Dan kanda rasa mereka tidak akan berani main api dengan kita.
Ayolah Dinda, kita tidur. Atau," kalau Dinda ingin
menenangkan pikiran, pulanglah Dinda ke istana Karang
1069 37. GELORA API CEMBURU Sedana. Gunakan aji Halimunan. Besok pagi-pagi sekali Dinda
kembali lagi kemari."
"Ya, memang" rasanya" Dinda merasa penat dan lelah
sekali?" Lalu Purbaya mengusap kepala Cempaka. Perempuan itu
merebahkan kepala di dada suaminya. Lalu terdengar dia
mendesah nafas panjang. Cempaka mendongak. Di tatapnya
wajah suaminya yang kokoh. Ada debar kebanggaan dalam
dadanya. Sejenak perempuan utama Karang Sedana itu
melupakan kejadian yang melilit hatinya. Lalu dia pun
terdengar mendesah. "Pulanglah, ke istana Karang Sedana. Segeralah Dinda."
"Ahhh, ya. Baiklah Kanda. Dinda akan pulang ke Karang
Sedana. Dinda akan berusaha untuk tidur malam ini dengan
segala ketenangan. Mungkin suasana keraton akan membuat
hati Dinda tenang dan tentram."
"Iya. Pulanglah Dinda. Besok pagi-pagi sekali kembalilah
kemari. Kanda menunggumu. Gunakan aji Halimunan."
Cempaka tersenyum, lalu perempuan itu melepaskan
pelukannya. Kemudian dia duduk. Kedua tangannya bersidekap
di depan dada. Matanya terpejam dengan perlahan. Tak lama
kemudian terdengar dia membacakan mantera. Setelah itu
tampak uap tipis menyelimuti tubuhnya. Dan pada saat
berikutnya secara aneh tubuh Cempaka hilang dari hadapan
1070 37. GELORA API CEMBURU Purbaya. Yang tinggal hanyalah Purbaya sendiri. Suasana
menjadi hening. "Oh, Cempaka istriku" Semoga kau bahagia setibanya
di keraton. Dan besok kau kembali kemari dengan hati yang
tenang. Yah, sekarang sebaiknya aku masuk ke tenda. Aku juga
perlu beristirahat."
"Hoo, kenapa banyak sekali peristiwa yang harus aku
jalani di sini" Seharusnya sejak kemarin mulut goa itu sudah
bisa dibongkar" Tapi, oh aku jadi teringat dengan Asmarani.
Kasihan gadis itu. Dia sudah dibawa oleh prajuritku pulang ke
Karang Sedana. Dia akan dikuburkan di kuburan keraton.
Perjalanan hidup yang pahit dan menggetirkan."
"Ada yang datang kemari" Siapa dia" Heh, gerakannya
cepat dan lincah. Siapa dia" Aku yakin dia bukanlah paman
Galung Wesi. Apakah para pendekar rimba persilatan yang di
bawah itu yang mau main-main denganku" Hee" dia memutar
ke arah sana. Awas, kutunggu saja. Oh, dia naik lagi. Kurasa dia
sengaja memancingku untuk menyusulnya. Baiklah, kau akan
tahu siapa prabu Purbaya!"
"Ya, dia memang memancingku agar meninggalkan gua
karang ini. Nah itu dia. Dia berdiri membelakangiku."
"Maaf kisanak, rasanya kisanak memanggilku kemari.
Adakah keperluan yang begitu penting."
1071 37. GELORA API CEMBURU "Ah, maafkan aku Purbaya. Aku rasa kau masih ingat
denganku?" "Ohh, kau" Mau apa kau menemuiku?"
"Purbaya, suaramu tidak enak sekali kedengarannya.
Tidak enak. Ya, aku tahu kau pasti marah kepadaku."
"Seharusnya memang demikian. Seharusnya aku
menghukummu. Karena kau telah merusak semuanya. Kau
telah menghancurkan kehidupan orang lain."
"Aku tahu Purbaya, dan aku menyesal sekali. Aku
sempat bertemu dengan prajuritmu di perbatasan kota.
Mereka" Mereka membawa mayat Asmarani. Yah, aku tidak
menyangka kalau semuanya akan berakhir seperti itu. Ahhh,
aku bersalah! Maka itu malam ini aku datang padamu?"
"Kalau kau menyesal, kenapa kau membelakangiku"
Perlihatkan wajahmu, berbaliklah Suntana! Kau bukan
sebangsa pendekar cengeng. Kau seorang ksatria. Prajuritku
banyak cerita tentang kedatanganmu untuk meminta maaf
pada seorang prajuritku yang terluka karena pukulanmu.
Kenapa kau menunduk Suntana?"
"Hoooh, aku menyesal sekali Purbaya. Aku menyesal.
Kenapa semua yang terjadi mesti karena aku" Dan aku datang
kemari mau meminta maaf kepadamu. Aku tahu siapa dirimu.
Aku mengenalmu sejak kecil. Kita berteman bukan baru saja
sekarang Purbaya. Maka sebagai teman aku mau meminta
1072 37. GELORA API CEMBURU maaf padamu, karena tanpa kata maaf itu rasanya aku selalu
dikejar dosa-dosa yang aku buat sendiri."
"Bagaimana kalau aku tidak mau memaafkan dirimu?"
"Kalau sebagai teman kau tidak bisa memaafkan diriku,
biarlah aku menyembahmu sebagai junjungan yang dipertuan
agung di tanah Pasundan ini?"
"Ah, maafkanlah kesalahan hamba tuanku gusti prabu
Purbaya." "Hahahahaha, Suntana. Sudahlah. Bangunlah. Jangan
kau menyembah begitu. Ayo, bangunlah."
"Tidak, rasa sesal itu tidak bisa ditebus dengan
mengangkat wajah untuk menatapmu. Nah, terimalah
kesalahanku. Dan hukumlah diriku sesuai dengan kesalahanku.
Tetapi sebelum semuanya terjadi, aku hanya ingin mengatakan
sesuatu padamu. Bahwa itu bukan kemauan diriku, aku
terpaksa. Kurasa kau mengerti sikap seorang pendekar."
"Sudahlah Suntana, ayo bangunlah. Aku mengerti
semuanya. Sebagai sahabat aku memaafkanmu. Dan sebagai
seorang raja aku mengampunimu. Bangunlah?"
"Terima kasih Purbaya."
Suntana segera bangun dari sujudnya. Lalu dengan cepat dia
memeluk Purbaya. Purbaya terharu. Dibalasnya pelukan
sahabatnya itu. 1073 37. GELORA API CEMBURU "Suntana, kau tahu bukan bahwa disekitar tempat ini
banyak sekali pendekar dari rimba persilatan. Dan mereka
semuanya menginginkan kitab ratu Sima yang berisikan ilmu
sejati. Rasanya aku tidak akan terlibat dalam masalah kitab itu.
Bagiku yang penting adalah keselamatan putriku dan Kayan
Manggala serta Kala Jantuk. Keselamatan mereka jauh lebih
berharga dari kitab-kitab itu. Maka itu, aku ingin bantuan
darimu. Kurasa hanya kau lah yang bisa membantuku."
"Eehh, maafkan aku Purbaya. Yah, aku akan berusaha
membantumu. Aku telah terlalu banyak bersalah kepadamu."
"Suntana, kau adalah temanku yang masih ingat dan
baik padaku. Dan agaknya hanya kau lah yang begitu urakan
menyebut namaku. Tapi aku senang itu semua. Agaknya saat ini
aku menemukan diriku seperti dulu lagi. Memang sebagai
manusia aku tidak ingin ada jarak itu. Nah, sebagai sahabat aku
ingin kau bisa menjagakan istriku. Dalam arti kata bantulah
istriku karena istriku akan terlibat dalam urusan kitab ilmu
sejati itu. Aku tidak bisa berbuat banyak. Aku sudah berjanji
untuk tidak terlibat dalam urusan kitab pusaka itu. Maka kalau
aku membantu istriku, apapun alasannya pasti orang-orang usil
dan licik di rimba persilatan akan menyebarkan berita itu.
Karena itu jalan satu-satunya untuk mengalihkan perhatian
mereka dengan adanya dirimu. Bantuanmu akan membuat
suasana menjadi lain."
"Oh, baiklah. Baiklah, aku akan membantumu Purbaya.
Oh, sebenarnya aku enggan untuk berhadapan dengan orang1074 37. GELORA API CEMBURU orang licik seperti Nini Susur Maut dan Kala Srenggi itu.
Sewaktu mereka lewat tempat kediamanku aku hanya diam
dan melihat saja. Aku malas untuk terlibat dalam urusan tetekbengek begini. Ah, tetapi sekarang demi sahabat aku akan
terjun menghadapi mereka. Ya, semoga saja aku banyak
membantu." "Hmmm hehehe, Suntana. Selama ini aku sudah
mendengar sepak terjangmu. Dan aku yakin semua orangorang di rimba persilatan ini tahu siapa pendekar sableng yang
mengenakan baju kulit binatang itu. Kau jangan terlalu
merendah. Kau pasti bisa melakukan yang terbaik untukku."
"Ahhahh, terima kasih atas kepercayaanmu Purbaya.
Aku akan melakukan semuanya dengan baik. Nah, sekarang aku
akan pergi dulu. Nanti aku akan kembali lagi kemari. Aku akan
menyusun rencanaku sendiri."
"Pergilah, selamat jalan sobat!"
"Oh, Suntana. Dia semakin lincah dan aneh sekarang.
Kurasa hanya dialah satu-satunya anak prajurit ramandaku dulu
yang mempunyai ilmu sehebat dia. Kasihan, dulu menurut
cerita ramanda ayah Suntana adalah seorang prajurit yang baik.
Seluruh baktinya dipersembahkan pada kejayaan dan
kemegahan Karang Sedana. Sayang, ayahnya harus mati di
tangan resi Amista. Ayahnya mati karena membela Karang
Sedana dan keselamatan ramandaku. Oh, Suntana?"
1075 37. GELORA API CEMBURU "Sebaiknya aku mengerahkan aji Empat Arah Pembeda
Gerak. Aku akan mengawasi tempat sekitar goa karang ini
dengan pendengaranku. Aku harus tahu apa yang dilakukan
orang-orang persilatan itu. Apakah mereka sedang
merencanakan sesuatu. Kala Srenggi dan Nini Susur Maut dua
orang tokoh utama dari aliran hitam ditambah lagi dengan
Bahar Garung lalu nanti Datuk Pamor Ireng. Nyata orang tua itu
masih hidup di dalam gua. Sebaiknya aku mulai sekarang..."
"Bebendil,?" "Hmm"!" "Tugas kita semakin berat. Kalau besok batu besar itu
terbuka maka kita akan bisa masuk ke dalam gua karang. Tapi
kita tidak tahu masuk dari celah goa yang sebelah mana" Maka
itu aku harapkan padamu sebagai kepala cabang dari sebuah
desa kau harus mengerahkan para pengemis tongkat merah
yang menjadi tanggung jawabmu."
"Ya." "Aku juga akan mengerahkan semua orang-orangku.
Keselamatan tuanku ketua adalah tanggung jawab kita. Tuanku
muda ketua partai pengemis tongkat merah tidak boleh
mendapat celaka sedikitpun. Apapun yang terjadi kita semua
harus menolongnya." "Baiklah Ki Jamur Pulut. Aku akan melakukan tugas ini
dengan sebaik-baiknya. Tuanku muda memang harus selamat.
1076 37. GELORA API CEMBURU Siapapun yang mengganggunya harus kita tumpas. Kurasa
dengan seratus orang-orang tongkat merah yang ku bawa, kita
bisa menahan orang-orang seperti Nini Susur Maut dan tokoh
lainnya." "Bagus, tokoh-tokoh licik itu harus kita musnahkan.
Perjalanan mereka kemari sudah banyak memakan korban
orang-orang kita. Dan Bahar Garung juga harus bertanggung
jawab atas perbuatannya membunuh para pengemis tongkat
mereka. Ya sudahlah, besok semuanya akan kita atur. Sekarang
tidurlah. Kita harus mengumpulkan tenaga. Tugas kita amat
berat." "Baiklah Ki Jamur Pulut. Sekarang aku akan tidur. Besok
kita bekerja lagi. Moga-moga Hyang Jagat beserta kita."
*** 1077 38. PRAHARA DI KAKI BURANGRANG
38. PRAHARA DI KAKI BURANGRANG
(1) Pada kisah yang lalu diceritakan,
(2) Pada kisah yang lalu diceritakan,
(3) Pada kisah yang lalu diceritakan,
(4) Pada kisah yang lalu diceritakan,
(5) Pada kisah yang lalu diceritakan,
(6) Pada kisah yang lalu diceritakan,
(7) Pada kisah yang lalu diceritakan,
(8) Pada kisah yang lalu diceritakan,
(9) Pada kisah yang lalu diceritakan,
1078 38. PRAHARA DI KAKI BURANGRANG
(10) Pada kisah yang lalu diceritakan,
(11) Pada kisah yang lalu diceritakan,
(12) Pada kisah yang lalu diceritakan,
(13) Pada kisah yang lalu diceritakan,
(14) Pada kisah yang lalu diceritakan,
(15) Pada kisah yang lalu diceritakan,
(16) Pada kisah yang lalu diceritakan,
(17) Pada kisah yang lalu diceritakan,


Babad Tanah Leluhur Karya Tizar Sponsen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

(18) Pada kisah yang lalu diceritakan,
(19) Pada kisah yang lalu diceritakan,
(20) Pada kisah yang lalu diceritakan,
1079 38. PRAHARA DI KAKI BURANGRANG
(21) Pada kisah yang lalu diceritakan,
(22) Pada kisah yang lalu diceritakan, bahwa setelah bekerja
dengan susah payah akhirnya para prajurit Karang
Sedana dan Kencana Wungu serta kelompok Tongkat
Merah berhasil membuka mulut goa karang. Setelah
terbuka, Purbaya dan Cempaka masuk ke dalam untuk
mencari anaknya dan memerintahkan para
pengawalnya untuk berjaga di luar. Maka setelah itu
rombongan orang-orang dari rimba persilatan tampak
maju dan Nini Susur Maut ngotot mau masuk ke dalam
dengan menantang Ki Jangkung. Perbuatan Nini Susur
Maut yang menantang Ki Jangkung dan memandang
rendah orang-orang keraton membuat panglima
Galung Wesi, panglima keraton Kencana Wungu
menjadi murka. Namun dengan sabar Ki Jangkung
menenangkannya. Akhirnya panglima itu mundur
dengan menahan geram. Nini Susur Maut melihat hal
semacam itu tertawa lebar.
"Aheheheheheheh, mengapa tak kau biarkan dia maju
melawanku, heh" Apakah kau sayang kalau dia tewas di
tanganku" Hehhhehehehe."
"Nini, sebenarnya masalah ini hanyalah masalah salah
paham. Kenapa kita harus membuang tenaga" Kenapa kita
harus bercakar-cakaran seperti kucing memperebutkan tulang"
1080 38. PRAHARA DI KAKI BURANGRANG
Sudahlah, ku harap Nini mengerti akan kedudukan kami. Kita
bukan anak-anak lagi. Sehingga segalanya harus diselesaikan
dengan baku hantam. Kita sudah lama mengenyam kehidupan
ini, dan sudah merasakan pahit getirnya sebuah pertarungan.
Kita sudah banyak merasakan asam garam kejahatan
kehidupan ini. Sudahlah. Bersabarlah Nini."
"Nini, jangan ngotot dan memaksa mereka bertarung.
Tidak ada gunanya. Dengarkanlah ucapan orang itu.
Kelihatannya dia begitu tenang. Kita semua telah mendengar
tentang kehebatan orang-orang Karang Sedana. Apalagi orangorang yang dekat dengan pemerintahan. Mereka telah
mendapat gemblengan dari raja mereka."
"Aaah, sudah jangan banyak bicara. Aku justru ingin
mencoba mereka. Apakah benar ucapan orang-orang itu
tentang para pembesar Karang Sedana dan Kencana Wungu
yang memiliki kehebatan dalam ilmu kanuragan," sergah Nini
Susur Maut. "Nini, kalau Ki Jangkung yang turun kau masih diberi
maaf dan ampun. Tapi kalau yang lainnya kecewa dan murka
mereka tidak akan mengampunimu," bisik Ki Prumpung
mengingatkan. "Haah, sudah jangan mengaturku! Kau lihat sendiri
bukan, orang-orang Karang Sedana dan Kencana Wungu itu
kentut busuk semua! Uuuh, mereka semua tidak akan punya
keberanian untuk menghadapiku!" Umpat Nini Susur Maut
sembari sesumbar. 1081 38. PRAHARA DI KAKI BURANGRANG
"Bangsaatt!!" Tak tahan lagi menahan jiwa amarahnya, Galung Wesi
meloncat melewati kepala Ki Jangkung dan langsung
menyerang Nini Susur Maut. Tangannya berputar dengan
cepat. Dan begitu tiba, dua kali kakinya menyerang dada dan
lambung. Perempuan tua itu tersentak dan buru-buru
menjatuhkan dirinya. "Habis kau menghina aku, sekarang kau akan
merasakan akibatnya sendiri!"
"Euuh, kurang ajar!"
Nini Susur Maut yang bernafsu untuk membalas serangan
ternyata gagal karena Galung Wesi telah lebih dulu menyerang
dengan dua kali tendangan berputar. Tubuh panglima Kencana
Wungu itu berkelebat dengan cepat. Nini Susur Maut yang tidak
menduga akan serangan itu tersentak. Namun dia tidak bisa
lama-lama mengikuti gerakan Galung Wesi, sebab panglima
gagah itu telah menyerang kembali. Kali ini sabetan tangannya
yang cepat memaksa Nini Susur Maut bergulingan ke tanah.
"Somplak jidatmu!" bentak Galung Wesi mantap.
"Auh, ahhh." keluh Nini Susur Maut yang keningnya
terserempet serangan panglima tua dari keraton Kencana
Wungu itu. "Sudah kukatakan pada engkau, bahwa jangan terlalu
bermain-main dengan orang Karang Sedana dan Kencana
1082 38. PRAHARA DI KAKI BURANGRANG
Wungu. Sekarang kau sendiri yang merasakan akibatnya. Yah,
Nini Susur Maut tidak bisa membalas sedikitpun. Dia terdesak
terus. Galung Wesi, panglima Kencana Wungu itu ternyata
tidak bisa dianggap remeh. Benar kata orang-orang. Ya, kalau
tidak dibantu aku yakin sebentar lagi Nini Susur Maut akan
ambruk ke tanah. Tapi kalau kubantu, maka aku akan membuka
jalan pertarungan yang sengit. Pasti orang-orang Karang
Sedana dan pengemis Tongkat Merah itu akan bersatu dan
membantaiku. Oh, sedangkan aku sendiri belum yakin apakah
golongan para pendekar yang ada di tempat ini akan
membantuku. Waaah, serba salah. Nini Susur Maut memang
selalu cari penyakit." Aki Grumpung mengomel dalam hatinya.
"Oh, Galung Wesi benar-benar marah. Dia tidak
memberikan sedikitpun kesempatan pada perempuan itu
untuk membalas menyerang. Kalau kubiarkan terus, maka
perempuan itu akan celaka dan disini akan terjadi pertarungan
yang dahsyat. Dan itu suatu kerugian. Akan banyak korban yang
berjatuhan di sini. Prahara akan terjadi di kaki Burangrang ini.
Dan itu hanya karena sebuah kitab pusaka yang aku sendiri
tidak tahu apa isinya. Kenapa ada orang-orang seperti Nini
Susur Maut ini" Kenapa ada seorang perempuan yang rakus
dan sombong serta selalu curiga seperti dia" Apakah dia akan
menunjukkan pada laki-laki bahwa dia seorang perempuan tapi
bisa menundukkan laki-laki" Susah! Susah jadinya?" Ki
Jangkung berpikir tegang.
Sementara itu dalam pertarungan yang sengit itu, tampak
Galung Wesi mengeluarkan ilmu simpanannya. Laki-laki itu
1083 38. PRAHARA DI KAKI BURANGRANG
memutar tubuhnya, kedua tangan bersidekap di dada seperti
orang sedang menyembah. Matanya mencorong tajam ke arah
Nini Susur. Maka ketika kedua tangan itu direntangkan"
"Oh, ilmu apa ini" Celaka aku tidak bisa bergerak
dengan leluasa. Uhh" Sepertinya tubuhku dihimpit dari segala
arah." "Mampus kau!" bentak Galung Wesi.
Tubuh Nini Susur Maut melayang seperti tersapu angin. Namun
sebelum jatuh tampak sesosok tubuh memapasnya dan
menggendongnya turun. Aki Grumpung yang menyambar
tubuh Nini Susur Maut segera bergerak turun agak jauh.
"Kau tidak apa-apa Nini" Aku sudah mengatakan jangan
mencari penyakit. Tapi kau memang bandel. Sekarang kau
rasakan sendiri akibatnya. Tahanlah, aku akan membantumu
dengan tenaga murni."
Aki Grumpung menyalurkan tenaganya untuk membantu Nini
Susur Maut. Keadaan menjadi hening. Saat itu Galung Wesi
masih berdiri tegak dengan kedua tangan terkepal. Rambutnya
berkibar ditiup angin. Orang tua itu menatap pada rombongan
para pendekar dengan mata mencorong.
Sementara itu keadaan di dalam goa, dimana Purbaya dan
Cempaka berada" 1084 38. PRAHARA DI KAKI BURANGRANG
"Dinda, lihatlah ke arah sana. Apakah ada tonggak atau
tonjolan batu yang bisa dijadikan pembuka ruangan ini. Biar
Kanda dari sebelah sini."
"Baiklah, Kanda." jawab Cempaka singkat. Sementara
hatinya berpikir, "Oh, tidak ada tanda-tandanya. Tapi tadi saat
aku dan kanda Purbaya mengerahkan aji Empat Arah Pembeda
Gerak di balik ruangan inilah Pamor Ireng berada. Tapi dari
mana masuknya" Oh" Dan tadi juga aku dapat mendengar
suara pertarungan di luar. Aku mendengar suara paman Galung
Wesi bertarung dengan Nini Susur Maut. Tapi" aku tak perlu
khawatir. Di luar ada paman Jangkung dan orang-orang Karang
Sedana. Serta orang Kencana Wungu dan perkumpulan Tongkat
Merah. Mereka pasti membantu paman Galung Wesi."
"Ah"! Apa ini" Sepertinya ada celah. Sebaiknya kuraba
saja celah ini, siapa tahu ada tonjolan di dalamnya sebagai alat
pembuka dinding batu itu."
Cempaka meraba, menekan-nekan ke dalam celah batu itu.
Hingga akhirnya tangannya terperosok makin ke dalam dan
terdengar suara berkeretekan dan bebatuan yang bergeser
yang membuka pintu gua bagian dalam.
"Hehehehe, aku bebas. Pintu itu ada yang membukanya
dari luar. Berarti aku akan bebas. Terima kasih tuan permaisuri,
hahahahah!" terdengar tawa jelek dari Pamor Ireng yang terasa
bagai mengejek di telinga Cempaka.
1085 38. PRAHARA DI KAKI BURANGRANG
"Kurang ajar!" bentak Cempaka "Kurang ajar, kau telah
membuat petaka pada putriku!"
"Hei, bukan aku yang membunuhnya," orang itu
membantah. "Aku tidak tahu menahu. Anakmu itu dibunuh
oleh Kala Jantuk. Dan mereka semua, masuk semuanya ke
dalam sumur ular itu." berkata Pamor Ireng disela derai
tawanya. Cempaka melihat ke arah lobang yang menganga dibelakang
Pamor Ireng, lalu Cempaka menyerang ke arah Pamor Ireng.
"Ah" Dia menyerangku hanya ingin lewat ke arah sumur
ular. Sekarang aku harus pergi ke luar," pikir Pamor Ireng.
Dengan sigap dia menghindar dan segera menjauhi Cempaka ke
arah luar dari gua itu. "Ah, setan! Jangan pergi! Pengecut!" bentak Cempaka
geram. Cempaka melesat ke arah Pamor Ireng, namun saat itu sebuah
bayangan menghadang di depannya. Purbaya muncul ke dalam
ruangan itu, terkejut melihat istrinya menggeram.
"Ada apa Dinda" Mana Pamor Ireng?"
"Kanda, Pamor Ireng melarikan diri saat Dinda melihat
ke dalam sumur itu. Kita harus meminta pertanggung
jawabannya. Ayo kita kejar dia keluar, Kanda!"
1086 38. PRAHARA DI KAKI BURANGRANG
"Tenanglah Dinda, yakinlah bahwa Pamor Ireng tidak
akan bisa lari jauh. Sekarang mari kita dekati sumur ular itu. Kita
harus melihatnya." "Oh, ular-ular berbisa banyak sekali" apakah benar
putriku dan Kayan serta Kala Jantuk masih hidup masuk ke
dalam sumur ular ini" Apakah pendengaranku pada waktu itu
tidak salah" Bahwa Kayan bisa menjinakkan ular-ular berbisa.
Lalu kemana mereka sekarang" Apakah aku mesti masuk ke
dalam sumur ular ini untuk mencari mereka?"
"Kanda, lihatlah! Lihat ular-ular itu. Banyak sekali.
Hampir tidak ada lagi tanah atau dasar sumur yang kosong
untuk menginjakkan kaki. Oh, bagaimana dengan putri kita"
Oh, Kanda" Dinda tak mampu membayangkannya. Oh, Kanda
bagaimana ini" Putri kita Kanda" Jaga Paramudita! Jaga
Paramudita putriku!!"
Teriakan Cempaka yang mengandung tenaga dalam yang tinggi
itu menggetarkan dinding goa karang. Beberapa buah batu kecil
tampak menggelinding jatuh. Sedangkan ular-ular yang di dasar
sumur ular itu mendesis dan mendongak ke atas.
"Sudahlah, Dinda. Tenanglah. Sebaiknya kita
mengerahkan ajian pendengaran Empat Arah Pembeda Gerak.
Kita telusuri lorong dasar sumur ular ini. Apakah benar bahwa
di dasar sumur ular itu ada lorong tembus."
"Lakukanlah Kanda. Dinda tak mengerti lagi harus
melakukan apa. Oh, putriku Jaga Paramudita?"
1087 38. PRAHARA DI KAKI BURANGRANG
"Aku tidak mendengar apa-apa kecuali desis ular di
dasar sumur ini. Ular-ular itu tidak akan mungkin memberi
jalan. Mereka pasti akan mengerubutiku. Dan aku akan menjadi
santapan mereka." Purbaya melihat istrinya dengan pandangan iba. Lama
keduanya saling tatap. Suasana ruangan goa karang menjadi
sepi. Sementara itu, marilah kita lihat keadaan Pamor Ireng
begitu meninggalkan goa. Tubuh tuanya yang melayang keluar
goa tiba-tiba dihadang oleh sesosok tubuh yang sudah amat
dikenalnya. "Hohohohohohoh, hmm" mau kemana kau Pamor
Ireng" Eh, kenapa mesti tergesa-gesa. Di sini banyak orangorang yang akan menyambangimu," sapa orang itu.
"Heh, bangsat. Ternyata kalian semua manusia rakus
dan tamak. Mau apa kau menghadangku" Ayo minggirlah!"
bentak Pamor Ireng. "Tentu saja kami minta oleh-oleh selama kau bertapa di
dalam goa karang ini. Aku yakin kau pasti menemukan kitab
itu," sahut orang itu dengan tetap tenang.
"Kalaupun iya kau mau apa" Kitab pusaka ini adalah
milikku!" "Kitab itu milik perguruan Watu Geni, bukan milikmu.
Jadi wajar kalau aku memintanya."
1088 38. PRAHARA DI KAKI BURANGRANG
"Hahahahaha, Watu Geni adalah perguruan ayahku.
Maka kitab ini adalah milikku. Dan siapapun yang berani
mengambilnya maka akan mati ditanganku!"
"Hahahahaha, kalau kalian ingin merebutnya, hayo!
Majulah!" Pamor Ireng menatap pada Aki Prumpung dengan pandangan
liar. Aki Prumpung mundur dua langkah ke belakang.


Babad Tanah Leluhur Karya Tizar Sponsen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

(23) (24) (25) (26) (27) (28) (29) (30) 1089 39. GEGER KITAB ILMU SEJATI
39. GEGER KITAB ILMU SEJATI
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 1090 39. GEGER KITAB ILMU SEJATI
(11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) 1091 1092 (22) (23) (24) (25) (26) (27) (28) (29) (30) 40. CENGKAR KEDATON 40. CENGKAR KEDATON (1) Pada kisah yang lalu diceritakan, bahwa Ki Jangkung
dan Pandu Permana serta puteri Jaga Paramudita
berangkat menuju ke kadipaten Cisulung. Mereka
berjalan dengan tenang karena mereka menuju ke
sebuah kadipaten yang aman. Jaga Paramudita tampak
puas menikmati perjalanan itu.
Sekarang marilah kita beralih ke kadipaten Cisulung. Kadipaten
Cisulung adalah sebuah kadipaten yang terletak di kaki sebelah
utara gunung Salak. Kadipaten yang permai itu diapit oleh bukit
Wangun dan sungai Cisadane. Kadipaten yang dipimpin oleh
adipati Kasta Prata itu berada di bawah kekuasaan keraton
Sunda di Karang Sedana. Dan pada hari itu tampak jalan-jalan
di kadipaten itu dihiasi umbul-umbul. Banyak janur-janur
digantungkan di sepanjang pagar halaman kadipaten. Sang
Adipati sendiri tampak turun tangan memerintahkan para
prajurit-prajurit kadipaten dalam memasang umbul-umbul dan
janur. (2) (3) 1093 40. CENGKAR KEDATON (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) 1094 40. CENGKAR KEDATON (16) (17) (18) Pada kisah yang lalu diceritakan, puteri Jaga
Paramudita tiba-tiba tidak bisa berbuat apa-apa lagi
untuk menolong orang-orang yang dirasuki siluman
bukit Wangun itu.Hal mana membuat puteri itu menjadi
sedih dan membuat semua orang-orang di dalam
ruangan kadipaten itu menjadi gelisah. Kemudian
Adipati Kasta Prata segera menyuruh Kuda Linggih dan
Ki Daru untuk mencari orang pintar. Namun di saat
itulah pengawal kadipaten datang dan melaporkan
bahwa gusti Prabu Purbaya dan istrinya datang ke
kadipaten. "Owh" secepat itukah gusti prabu sampai ke mari"
Bukankan menurut perhitungan baru kemarin tuanku Pandu
baru tiba di Karang Sedana. Apa yang digunakan oleh gusti
prabu sehingga begitu cepat beliau tiba di sini?"
"Adi mas, sudahlah. Tak perlu lagi adi mas sibuk
memikirkannya. Sekarang marilah kita keluar. Pastilah gusti
prabu menggunakan ajian Halimunan."
"Tuan puteri, ayahanda dan ibunda tuan puteri datang
kemari. Marilah kita temui beliau."
1095 40. CENGKAR KEDATON "Hmm, ayahanda dan ibunda datang ke mari.
Sebenarnya aku sangat rindu kepada kedua orang tuaku, tapi
aku merasa enggan bertemu dengan keduanya. Aku takut
ayahandaku akan murka dengan kejadian di alun-alun itu. Aku
takut paman Jangkung akan menceritakan semuanya. Dan aku
takut beliau melihatku bermain silat seperti itu dan
menceritakan semuanya pada ayahandaku. Oh, dewata agung
semoga saja saat itu ketika paman Jangkung membantuku dia
tidak melihat aku bersilat. Oh, dewata" tolonglah aku."
"Tuan puteri, ayolah kita keluar. Kenapa tuan puteri"
Kenapa tuan puteri ragu-ragu?"
"Oh, paman" aku" aku takut ayahanda dan ibunda
akan memarahiku." "Tenanglah tuan puteri. Gusti prabu dan tuan
permaisuri tidak akan marah. Paman tidak akan cerita apa-apa
pada beliau. Mungkin paman Pandu pun tidak menceritakan
kejadian di alun-alun itu. Sudahlah tuan puteri, jangan cemas.
Nanti hamba akan ceritakan semuanya pada gusti Prabu.
Hamba yakin, adi mas adipati pun akan membantu tuan
puteri." "Benar tuan puteri. Hamba akan menceritakan semua
kebaikan yang tuan puteri berikan pada rakyat di Cisulung ini.
Percayalah tuan puteri, hamba yakin kalau benar gusti prabu
yang datang, beliau tidak akan marah pada tuan puteri. Lagi
pula kejadian di alun-alun itu bukan tuan puteri yang bersalah."
1096 40. CENGKAR KEDATON "Salam sejahtera gusti prabu dan tuan permaisuri."
"Kuterima salam dan sembah kalian, bangunlah."
"Ampun beribu ampun gusti prabu. Hamba dan yang
ada di sini mohon maaf karena tidak menyambut gusti prabu
dengan semestinya. Ampun gusti prabu?"
"Sudahlah paman Kasta Prata, bangunlah. Tidak usah
paman merasa sungkan. Aku juga memakluminya. Oya,
bagaimana keadaan paman Jangkung dan kau puteriku?"
"Hamba baik-baik saja, gusti prabu."
"Ananda juga tidak mengalami apa-apa, ayahanda."
"Ah, puteriku kenapa kau tidak pulang ke keraton"
Ibunda rindu sekali. Oya, kenapa kau tampak murung dan
pucat, anakku?" "Tidak apa-apa ibunda, ananda hanya merasa lelah
sedikit hari ini. Tapi sebentar lagi juga akan pulih kembali,
ibunda. Ibunda dan ayahanda tidak perlu cemas."
"Iya, ibunda mengerti sayang. Karena paman Pandu
sudah menceritakan semuanya. Maka itu ibunda dan
ayahandamu segera kemari."
"Oya, paman Kasta Prata dimana orang yang bernama
Suganda itu ditahan?"
1097 40. CENGKAR KEDATON "Eh, maaf tuanku permaisuri. Mereka hamba tahan di
penjara kadipaten." "Bisakah paman mengantarkan aku ke sana" Aku ingin
melihat orangnya." "Eh, sabarlah Dinda. Kita jangan mengurusi orang-orang
itu. Toh mereka sudah ditahan. Dan nanti kita akan
memeriksanya secara bersama-sama." Prabu Purbaya berkata
untuk menahan keinginan istrinya itu. Kemudian berpaling
pada adipati Kasta Prata seraya berkata, "Oya, paman Jangkung
dan paman Kasta Prata, sekarang bawalah aku kepada orangorang yang sakit diserang siluman jahat itu. Aku ingin tahu
apakah dia benar-benar nenek Ranggis."
"Ampun ayahanda, siluman itu memang nenek Ranggis.
Tapi dia tidak mau keluar dari tubuh pekerja yang sakit itu. Dia
membandel, dan bahkan mau membunuhnya."
"Ooh, begitu" Kalau begitu mari kita ke dalam.
Ayahanda juga mendengar dari paman Pandu bahwa kau telah
begitu banyak menolong orang-orang di sini. Dan kau pernah
mengusir siluman yang masuk ke dalam tubuh istri Ki Daru.
Yang mana yang namanya Ki Daru?"
"Hambalah, gusti Prabu. Mohon ampun, gusti Prabu.
Karena hamba telah menyusahkan tuan puteri Jaga
Paramudita." 1098 40. CENGKAR KEDATON "Tidak mengapa Ki Daru. Aku mengerti. Dan memang
sudah sewajarnya kalau puteriku melakukan hal itu kepada
keluargamu. Ya, paman Pandu juga menceritakan padaku
bahwa bangunan utama di kadipaten ini, yang sedang dibangun
saat ini adalah hasil rancanganmu. Kau memang orang yang
hebat, Ki Daru." "Terima kasih gusti Prabu. Tapi memang itulah yang
hanya dapat hamba lakukan."
"Tadi aku sudah melihat semuanya. Bangunan itu
memang megah dan indah. Tapi sayang sekali pesanggrahan itu
runtuh. Aku rasa kita masih bisa membangunnya kembali."
"Ampun, gusti Prabu. Apakah kita masih akan
mendirikan bangunan itu?"
"Iya, kenapa tidak" Bangunan itu harus jadi. Dan
kuharap, harus lebih bagus dari yang sekarang."
"Tapi gusti Prabu" siluman itu mengancam akan
menghancurkan dan meratakan semua bangunan itu dan akan
merasuki semua pekerja serta penduduk kadipaten di Cisulung
ini, lalu siluman itu akan membunuh mereka."
"Kenapa mesti takut dengan siluman itu paman Kasta
Prata" Kita akan bisa menghancurkan mereka."
"Iya paman. Kita tidak boleh mengalah dengan siluman
itu. Kita harus mengusir dia pergi dari sini. Sekarang marilah,
1099 40. CENGKAR KEDATON bawa aku masuk menemui para pekerja yang diserang oleh
siluman itu." "Marilah, gusti Prabu."
"Ampun tuanku Adipati. Apakah kami akan tetap
melakukan tugas itu?"
"Oya, paman Kuda Linggih. Kalian berdua boleh pergi
sekarang." "Baiklah tuanku Adipati. Kami akan segera berangkat."
"Mau kemana paman berdua?"
"Ampun gusti Prabu. Kami berdua akan mencari orang
pintar untuk mengusir siluman itu."
"Ah, sebaiknya jangan pergi dulu paman. Kita samasama saja melihat orang yang dirasuki siluman itu. Nanti baru
kita putuskan lagi semuanya."
"Baiklah gusti Prabu."
"Aah," paman Kasta Prata marilah kita temui orangorang sakit itu."
"Oh, kanda dia minta tolong pada puteri kita."
"Iya, agaknya puteri kita memang telah membantunya.
Eeh, Dita" kenapa kau tidak segera menolong orang itu?"
1100 40. CENGKAR KEDATON "Ayahanda, entah kenapa sejak tadi saat ananda masuk
kemari, ananda tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Tiba-tiba saja
siluman itu tidak bisa ananda usir. Ananda rasa ayahanda yang
akan bisa membantunya."
"Aah, apakah puteriku benar" Tapi memang kulihat di
dalam tubuhnya tidak ada getaran apa-apa."
"Pergi, pergi kau jangan dekati aku. Pergi kalian!"
"Tenanglah. Kisanak. Tenanglah. Jangan terlalu kurang
ajar. Ini adalah gusti prabu, kisanak. Kenapa kau mengusir dan
menyuruh gusti prabu pergi?"
"Paman Kasta Prata, sudahlah. Biarkan dia. Mungkin
siluman itu mengancamnya."
"Sebaiknya kanda bersemedi. Lihat siapa sebenarnya
siluman itu. Sepertinya siluman itu tidak mau bersuara. Kasihan
orang itu, dia begitu kesakitan. Dinda akan menjaga kanda."
"Sabarlah Dinda, kita ajak bicara dulu orang itu. Siapa
tahu siluman itu mau bicara dengan kita," kata Prabu Purbaya
dengan tenang. Kemudian Prabu Purbaya menoleh dan
bertanya, "Siapa namamu?"
"Jangan tarik leherku," jangan. Jangan gusti Prabu."
"Siapa namamu?" Prabu Purbaya mengulang kembali
pertanyaannya dengan suara lebih tegas.
1101

Babad Tanah Leluhur Karya Tizar Sponsen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

40. CENGKAR KEDATON "Oh, pergilah! Pergilah gusti! Apa gusti akan membunuh
hamba?" "Oh, kau dengar apa yang dikatakan oleh gusti prabu"
Kenapa kau tidak menjawabnya" Ayo!"
"Hm, agaknya siluman itu memang melarang dia bicara.
Siluman itu mencekik dan menarik lehernya."
"Iya, Dinda. Sekarang kanda akan mencoba mengajak
siluman itu bicara?"
"Hai, makhluk halus yang masuk ke dalam tubuh
rakyatku ini. Bicaralah! Katakan apa maumu mengganggu
kami"! Mengganggu pekerjaan mereka."
"Ampuuun, sakit. Sakit sekali! Jangan tarik urat
leherku." "Kanda, dia tidak mau bicara!"
"Iya, dinda. Sebaiknya kita pergi saja dari sini. Eh, kita
tidak bisa?" (19) (20) (21) 1102 40. CENGKAR KEDATON (22) (23) (24) (25) Pada kisah yang lalu diceritakan, Purbaya dan Cempaka
kembali memasuki dunia siluman di bukit Wangun.
Keduanya mengobrak-abrik penghuni istana siluman di
bukit Wangun itu. Hal mana membuat nenek Ranggis
menjadi gelisah. "Hahahahah, nenek Ranggis! Sebentar lagi kau akan
kubekuk. Sebentar lagi aku akan menguasai mereka semua.
Hiiyaatt!! Uaahhh!! Kau tidak akan bisa berbuat apa-apa lagi.
Kau tidak pernah akan bisa lari lagi. Sebentar lagi aku akan
menutup mulutmu." "Kanda jangan biarkan dia bebas. Serang nenek Ranggis,
Dinda akan menghalangi semuanya. Jangan ragu kanda.
Gunakan kesempatan ini."
"Baiklah dinda, tapi sebelum itu kanda akan menghalau
mereka semua. Kanda akang memberi para siluman ini
pelajaran!" "Kurang ajar! Aduh, panaass!! Teman-teman, serang
terus!! Ya serang terus!!! Aww aww panas!"
1103 40. CENGKAR KEDATON "Mundur saja!" "Gila, manusia ini benar-benar hebat. Hebat sekali. Dia
mempunyai kekuatan seperti nenek Ranggis. Aku rasa hanya
nenek Ranggis saja yang bisa menghadapinya. Teman-temanku
tidak ada yang kuat bertahan. Aah, kalau dibiarkan mungkin
semuanya akan lumpuh." pimpinan siluman itu tersadar,
kemudian dia berteriak-teriak menyuruh anak buahnya untuk
mundur. "Hei mundur! Mundur!"
"Heh! Bodoh! Bodoh! Jangan mundur! Kurung terus!
Kurung dia! Jangan biarkan dia bebas bergerak! Serang terus!
Kurung terus! Aduh, aduh kenapa kamu memerintahkan
mereka mundur"! Apakah kau ingin membantahku! Kurung
terus!" nenek Ranggis kalap melihat perintah itu.
"Ah, nenek Ranggis kami tidak mampu. Manusia ini
bukan lawan kami. Ah, dia memiliki ilmu yang sama seperti ilmu
yang kau miliki, nenek. Kami tak bisa menahannya. Kuharap
kaulah yang menghadapinya. Kaulah lawannya. Kami tidak
kuat!" pimpinan siluman itu membantah sambil menjauh.
"Hahahaha, dia benar nenek Ranggis. Hanya kau yang
bisa menjadi lawan kami. Tapi sayang kau tidak punya apa-apa
lagi. Sekarang kami akan menangkap dan memenjarakan
dirimu. Kau akan kutahan di lembah ini. Hahahaha"
Dengan sekali gerak saja, tubuh Purbaya melayang dan
langsung menyambar nenek Ranggis. Siluman dari gunung
merapi itu tak bisa berbuat apa-apa. Sebentar saja dia telah
dikuasai oleh Purbaya. Hal mana yang membuat para siluman
yang tengah mengurung Cempaka menghentikan serangan1104 40. CENGKAR KEDATON serangan mereka. "Sekarang bagaimana nenek Ranggis" Apakah kau
masih akan melawan kami" Apakah kau masih bermimpi akan
menguasai para manusia dan jagat raya ini?"
"Uhh, uhh! Lepaskan aku! Lepaskan aku Purbaya! Uhh!"
nenek Ranggis menjerit-jerit kesakitan, lalu sambil tersedusedu dia berkata, "Ampuni aku, aku berjanji. Ampuun. Ampun
Purbaya?" "Kanda, jangan dengarkan omongannya. Dia siluman
licik. Dia harus dihukum. Dulu juga dia pernah berjanji sewaktu
kita bunuh dan kita lumpuhkan. Ternyata bangkit lagi dan
membuat kerusuhan lagi. Sekarang kita hukum saja dia."
Cempaka menggamit suaminya, lalu mengarahkan
pandangannya ke arah para siluman. Dengan galak dia berkata,
"Dan kalian para siluman, apakah kalian masih yakin bahwa
nenek Ranggis ini akan membawa kemajuan pada kaum kalian"
Dia telah merusak dan mengotori istana kalian disini dengan
ulahnya. Nah, sekarang yang masih mau menolong nenek
Ranggis majulah! Aku akan membakar kalian semua!"
"Uhhh. Benar dugaanku, bahwa nenek Ranggis telah
dilumpuhkan oleh Purbaya. Sekarang dia dihukum oleh
Purbaya. Eeh, berarti para penghuni disini akan aman. Tetapi
bagaimana Purbaya dan istrinya" Apakah mereka mau
memaafkan aku dan teman-temanku?"
"Bagaimana" Apakah masih ada yang mau membela
nenek Ranggis ini" Kalau ada silakan maju. Dan kau,
kelihatannya tadi kaulah yang paling bersemangat untuk
1105 40. CENGKAR KEDATON membunuh kami. Nah, majulah!"
"Aah kenapa jadi begini" Aah, kemana kemampuan
nenek Ranggis. Kalau begitu dia pasti telah membohongiku.
Aah kurang aja, dia telah menipuku dan menjanjikan kepalsuan
kepadaku! Keparat! Dia membohongiku aah!!"
"Kenapa kau dia, ayo!"
"Ah, ah ampuun! Maafkan kami manusia, maafkan
kami. Selama ini kami hidup tenang disini. Kami hidup dalam
kedamaian. Kami tidak suka menggangu manusia, wahai
manusia. Kami hanya tinggal di sini, di bukit Wangun ini. Dan
berkembang biak. Tapi begitu kami dikuasai oleh nenek
Ranggis, maka kami semua berubah. Iya kami memang siluman,
tapi kami tidak mempunyai daya dan upaya untuk menolak
nenek Ranggis. Dia amat sakti dan mampu menundukkan kami
semua. Oooh" Sekarang kami melakukan semuanya karena
nenek Ranggis. Kami amat takut padanya. Sekarang, kami,..
ini,.. eeh,.. kalau,.. kalau kalian berdua ingin memusnahkan
kami dan tidak memberi ampun pada kami, maka" kami akan
menerimanya manusia. Tetapi kalau kalian mengampuni kami,
maka kami berjanji untuk menjadi abdi kalian."
"Apakah perkataan kalian akan bisa kami percaya"
Apakah aku bisa membuktikan ucapan kalian?"
"Ohh,.. terserah padamu. Tapi saat ini kami takluk. Kami
dan temanku ini akan tunduk padamu dan ikut apa yang kau
katakan manusia." "Baiklah, sebenarnya memang kami kemari hanya
1106 40. CENGKAR KEDATON untuk menangkap nenek Ranggis dan menghukumnya. Maka
aku dan istriku tidak ada urusan dengan kalian semua. Kalian
kubebaskan, tapi dengan syarat! Aku tidak ingin kalian
mengganggu rakyatku. Aku tidak ingin kalian semua membuat
onar dan membuat sakit serta membuat gila penduduk di kaki
gunung Salak dan bukit Wangun ini. Serta, aku tidak mau
mendengar adanya rakyat ditanah Pasundan ini sakit karena
ulah kalian. Kalau sampai semuanya terjadi, maka aku akan
datang lagi ke bukit Wangun ini. Aku akan membakar istana
kalian dan mengusir kalian dari sini."
"Ooh baiklah, baiklah. Aku yakin semua teman-temanku
yang ada disini mendengarnya. Dan untuk aku sendiri, aku tidak
akan melakukan apa-apa lagi terhadap penduduk kadipaten ini.
Kami akan membantu mereka. Kami akan menjagakan
keselamatan mereka semua. Itupun selama mereka tidak
mengusik kami manusia?"
"Baiklah, sekarang aku akan pergi." Purbaya tersenyum
pada pimpinan siluman itu, lalu dia menoleh pada tawanannya,
katanya "Dan kau nenek Ranggis, ayo ikut! Kau akan menerima
hukuman sesuai dengan kesalahanmu. Kau akan ku kurung di
lembah bukit Wangun ini. Dan kau akan kumaafkan kalau kau
memang telah benar-benar insaf dan mengakui kesalahanmu."
"Ooh ampun Purbaya. Ampunilah aku. Aku mengaku
salah. Aku tobat!" "Bagaimanapun juga kau harus menjalani hukuman
dulu. Setiap kesalahan ada imbalannya, setiap kebaikan ada
pula upahnya. Kanda, mari kita pergi."
1107 40. CENGKAR KEDATON Kemudian Purbaya membawa nenek Ranggis keluar dari istana
siluman bukit Wangun itu, menuju ke lembah. Semua siluman
yang ada diatas bukit itu melihat apa yang dilakukan Purbaya
terhadap nenek Ranggis. Sekarang marilah kita ikuti perjalanan Jaga Paramudita yang
dikawal oleh lima belas orang prajurit utama keraton Karang
Sedana. Mereka semuanya berpacu dengan kuda menuju
Karang Sedana. "Tuan putri, berpeganganlah dengan kuat! Kita harus
berpacu?" "Hehehehh, berpaculah paman prajurit. Aku akan
berpegangan. Aku sudah terbiasa naik kuda kencang seperti ini.
Dulu, beberapa waktu yang lalu aku pernah menaiki kuda hitam
milik bibi Wulan yang dibawa kakang Kayan. Kuda hitam yang
namanya Tunggul itu, berlari seperti angin. Kencang sekali, dan
aku tidak takut. Kuda ini masih kalah jauh dengan si Tunggul.
Paculah paman prajurit."
"Baiklah tuan putri." setelah berkata demikian, prajurit
itu berkata ada tunggangannya, "Ayo Putih, pacu larimu. Kita
belah angin, kita rentasi padang. Hiyyah!"
"Ah, kenapa aku jadi ingat dengan kakang Kayan"
Kenapa tiba-tiba hatiku jadi rindu" Aku, ah" kakang Kayan, apa
kabarmu saat ini kakang" Apakah kau juga mengenangku" Oh,
kakang Kayan" kapankah kita akan bertemu kembali. Oh,
kakang Kayan," kenapa saat ini kita tidak bersama-sama lagi,
kenapa Kakang" Dan nanti, setelah aku pindah bersama
ayahandaku ke Cisulung, apakah kakang akan tau bahwa aku
1108 40. CENGKAR KEDATON tinggal di istanaku yang baru. Oh, kakang Kayan?" selama
berkuda dengan kencang pikiran Jaga Paramudita justru
berputar-putar. Dia mendadak merasakan kerinduan pada
Kayan Manggala. Dia melamun sambil memeluk leher kuda.
"Hup! Hiyyahh!" prajurit di depannya terus menghela
kuda. Tapi tiba-tiba dia menghentikan kuda putih itu dengan
sangat mendadak. Jaga Paramudita terkaget, lamunannya
buyar. "Ah" Mengapa menghentikan kuda paman Prajurit?"
"Ampun tuanku Putri, bukan maksud hamba
mengejutkan. Tapi agaknya ada yang tak beres tuanku Putri.
Lihatlah di depan kita itu. Ada dua orang yang menghalangi
kuda kita." Jaga Paramudita tersentak. Gadis kecil itu segera melihat
kedepan. Apa yang dikatakan prajurit itu ternyata benar. Tak
jauh di depan mereka, kira-kira tujuh tombak berdiri dua orang
dengan pakaian mewah. Mata kedua orang itu amat tajam. Dia
menatap pada para prajurit Karang Sedana itu dengan penuh
dendam dan kebencian. "Paman prajurit, siapa kedua orang itu" Agaknya
mereka tidak bermaksud baik. Lihatlah pandangan mereka.
Keduanya menunjukkan sinar dendam dan kebencian." bisik
Jaga Paramudita. "Entahlah tuan Putri. Hamba tidak mengenal mereka.
Tapi mereka memang tidak akan bermaksud baik. Mereka
pastilah musuh Karang Sedana. Mereka pastilah musuh
1109 40. CENGKAR KEDATON ayahanda tuan putri. Tapi sebentar" hamba rasanya pernah
melihat yang seorang itu tuan putri. Hamba seperti pernah
mengenalnya." Pimpinan prajurit itu menatap terus ke arah orang yang pernah
dilihatnya itu. Dia terus berusaha mengingat-ingat. Namun
entah mengapa dia tidak bisa mengingat wajah itu.
"Maaf tuan putri, hamba tidak bisa mengingatnya. Tapi
hamba yakin, orang itu memang pernah ke Karang Sedana. Dan
rasanya orang itu memang amat dekat dengan Karang Sedana.
Tapi walau bagaimanapun kita harus tetap bersiap siaga tuan
Putri. Hamba harap tuan Putri tidak turun dari kuda ini. Kalau
ada apa-apa, tuan putri masih bisa melarikan kuda ini menuju
ke Karang Sedana." "Ah, jangan cemas paman. Aku bisa menjaga diriku."
bisik Jaga Paramudita berusaha menenangkan kecemasan
kepala prajurit di belakangnya.
Salah satu dari kedua orang yang menghadang itu tertawa, lalu
dengan suara bengis dia berkata, "Ternyata dugaanku tidak
salah. Kalian ternyata memang gedibal-gedibalnya si Purbaya
keparat itu. Hehehehehh, ternyata perburuanku tidak perlu
jauh-jauh. Walaupun Purbaya belum ku ketemukan, namun
kalian semua sudah cukup untuk sumbangan awal bagiku.
Sebagai tumbal kematian sebelum Purbaya."
Laki-laki itu kembali tertawa terkekeh.
"Maaf kisanak. Siapa sebenarnya kisanak. Dan kuharap
kisanak jangan terlalu kurang ajar dengan mengatakan
1110 40. CENGKAR KEDATON junjungan kami gusti prabu dengan seenakmu saja."
Kembali laki-laki itu tertawa, "Kalau kalian memang patut
menghormati manusia busuk seperti Purbaya itu. Tapi hal
semacam itu tidak berlaku padaku. Malah sebentar lagi, akulah
yang akan menguburnya. Akulah yang membunuhnya. Eh,


Babad Tanah Leluhur Karya Tizar Sponsen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

prajurit. Sekarang bersiaplah kalian untuk mati. Karena aku
memang sudah berjanji pada diriku sendiri dan pada dewata
pencabut nyawa, bahwa aku akan mempersembahkan
kepadanya orang-orang Karang Sedana. Terutama sekali,
orang-orang yang dekat dengan Purbaya. Hahahahaha!"
"Ah, omongan terlalu tinggi kisanak. Sepertinya
omongan itu ingin mengalahkan tingginya puncak gunung
Salak. Sebutkanlah namamu kisanak, biar kelak aku akan dapat
mengingat selalu kekurang ajaranmu itu."
Laki-laki itu tertawa kecil meremehkan. "Aku jadi khawatir
padamu prajurit, kalau kusebutkan namaku aku malah takut
kau akan mati berdiri."
"Sombong! Jangan terlalu memandang rendah prajurit
Karang Sedana." "Hehehehe, aku tau tentang kehebatan prajurit Karang
Sedana. Aku telah kenal baik dengan kemampuan prajurit
Karang Sedana dalam hal memainkan pedang dan ilmu
kanuragan. Tapi untuk berhadapan denganku, dengan Prabu
Sora" kau tidak ada apa-apanya?" prabu Sora tertawa-tawa,
lalu berkata tajam dan bengis.
Mendengar orang itu menyebutkan namanya, pimpinan
1111 40. CENGKAR KEDATON prajurit itu tersentak. Jaga Paramudita yang duduk didepannya
merasakan keterkejutan pimpinan prajurit itu.
"Paman prajurit, siapa orang itu" Mengapa paman
gemetar seperti ini" Apakah dia terlalu berbahaya?"
"Tuan Putri," sebaiknya tuan Putri pergi saja dari sini.
Tinggalkan tempat ini. Biarkan kami semua mencoba menahan
orang tua itu." "Ah, kenapa paman begitu cemas" Kenapa paman
begitu takut" Aku tidak takut paman!"
"Tuan Putri, dia adalah orang yang paling berbahaya.
Kami semua pasti akan mati kalau menghadapinya. Kami tidak
akan mampu untuk melawan dia, kecuali gusti Prabu. Selain itu
tidak ada yang sanggup mengahadapinya. Maka itu, pergilah
tuan Putri. Mungkin dengan kepergian tuan Putri maka
kematian kami tidak akan sia-sia. Pergilah tuan Putri?"
(26) Pada kisah yang lalu diceritakan, Nenek Ranggis
akhirnya ditawan oleh Purbaya di lembah bukit
Wangun. Dan diceritakan juga tentang perjalanan Jaga
Paramudita yang menuju ke keraton Karang Sedana,
bertemu prabu Sora. Hal mana membuat pimpinan
prajurit itu merasa amat khawatir pada keselamatan
Jaga Paramudita. Dia mengulangi ucapannya, "Tuan Putri, sebaiknya secepatnya
meninggalkan tempat ini. Dia adalah orang yang amat
berbahaya. Kami semua pasti tidak akan sanggup bertahan
untuk menghadapinya. Kami tidak akan mampu untuk
1112 40. CENGKAR KEDATON melawannya. Yang mampu menghadapinya hanyalah gusti
Prabu, ayahanda tuan putri. Dan tuanku permaisuri serta nyai
Anting Wulan dari Mataram. Maka itu hamba harap tuan Putri
mau pergi meninggalkan tempat ini agar pengorbanan kami
tidak sia-sia. Karena kalau kami mati sedangkan tuan putri bisa
ditangkap olehnya, maka sia-sialah kematian kami?"
Jaga Paramudita tersentak. Dia menatap pimpinan prajurit itu.
Wajah orang tua itu begitu cemas dan penuh kekhawatiran.
Perlahan dia meraba pinggangnya, dia memegang pedangnya.
Namun saat itu hatinya membisikkan sesuatu, maka perlahan
dia melepaskan pegangannya.
"Aku tidak perlu gegabah. Aku tidak boleh memainkan
ilmuku saat ini. Aku yakin jika hanya untuk lari dan pergi dari
sini tidaklah sulit. Siapa orang yang bernama prabu Sora ini" Dia
begitu ditakuti. Apakah benar ucapan prajurit ini" Bahwa hanya
ayahanda dan ibundaku saja yang mampu menghadapinya"
Serta nyai Anting Wulan, ibundanya kakang Kayan dari
Mataram itu yang sanggup menahannya. Sehebat itukah
ilmunya" Tapi aku tidak takut!" pikir Jaga Paramudita sedikit
takjub. "Hehehehehe, kenapa kalian semua terdiam prajurit
bodoh!" Apakah kalian tau bahwa kalian akan mati dengan siasia" Nah, dari itu aku ingin kalian semua bunuh diri semua
disini, sebelum aku menghancurkan kalian. Karena kematian
yang kubuat adalah kematian yang sangat kejam. Kematian
yang tidak pernah kalian bayangkan sebelumnya. Hayo! Bunuh
diri lah! Sekarang! Karena kematian yang kubuat adalah
kematian yang menyakitkan, hehehehehe!!"
1113 40. CENGKAR KEDATON "Tuanku Sora, kami tau kemampuan yang tuan miliki.
Tetapi sebagai prajurit Karang Sedana, tidaklah memiliki jiwa
yang rendah begitu. Kami lebih baik mati dalam bertarung
daripada membunuh diri sendiri. Kami masih punya harga diri."
Meledak tawa prabu Sora meledek ucapan kepala prajurit
tersebut, "Ahahahaha, Harga diri" Iya"! Jangan bicara tentang
harga diri dihadapanku. Karena kalian semua tidak lagi akan
memiliki harga diri. Hehehehehehhh, ayo bunuhlah diri kalian!
Sebelum sahabatku ini membunuh kalian semua. Karena dia
lebih kejam daripada aku. Hahahahaha."
"Sudahlah tuanku prabu Sora. Jangan kau takuti kami
dengan suaramu. Kami sudah mengatakan bahwa kami tidak
takut mati. Kami yakin akan mati melawan dirimu. Namun kami
masih punya tekad untuk melawan. Percuma tuan menyuruh
kami untuk membunuh diri, karena kami tidak akan
melakukannya. Nah, majulah tuan sendiri untuk membunuh
kami, kami siap melawan tuan berdua."
"Heheheheheh, ternyata yang selama ini kudengar
memang benar, bahwa orang-orang Karang Sedana amat
sombong. Amat angkuh. Dan selalu merasa lebih hebat dan
tabah dari orang lain. Huahahaha, tuanku prabu Sora" biarlah
aku yang menghancurkan mereka. Lima belas prajurit ini tidak
ada apa-apanya dan putri kecil itu nanti akan kita gantung di
alun-alun. Biar semua orang Karang Sedana mengetahuinya."
berkata Gajah Lodra dengan nada kejam luar biasa.
"Dan Purbaya akan kelenger! Hahahaha!" kedua orang
itu berkata sambil tertawa berbareng.
1114 40. CENGKAR KEDATON "Majulah kalian berdua, kami sudah siap. Prajurit!
Turunlah dari kuda kalian. Bersiaplah!" pemimpin prajurit itu
sigap mengatur teman-temannya. Kemudian dia berkata pada
Jaga Paramudita,"Tuan Putri, kalau perlu pergilah sekarang.
Gunakan kuda hamba ini. Pergilah sebelum terlambat."
"Tenanglah paman. Jangan terlalu mencemaskan diriku.
Berjuanglah, aku akan melihat keadaan dahulu. Tenanglah
paman, jangan terlalu khawatir. Aku bisa menjaga diriku."
sambil tersenyum Jaga Paramudita berusaha menenangkan
orang tua itu. Pimpinan prajurit itu tidak menjawab. Dengan tenang dia turun
dari kudanya, diikuti prajurit yang lain. Kemudian kuda-kuda
yang ditunggangi itu berjalan kepinggir. Jaga Paramudita
menarik nafas. "Muahahahahah! Kalian memang tidak takut mati
heh"! Baiklah aku akan menghantar kalian semua ke hadapan
dewa maut!" dengus Gajah Lodra. "Bersiaplah kau!
Hiyyaaattt!!" Prabu Sora berjalan sedikit menjauh mencari tempat yang enak
untuk menonton pertarungan. Sementara Gajah Lodra
bergerak amat cepat. Dia mendatangi dua prajurit terdekat
dalam tiga langkah, mengendap rendah menghindari ayunan
pedang kedua prajurit tersebut lalu melayangkan tinjunya dari
bawah menghantam rahang prajurit pertama dengan amat
telak. Prajurit itu terpental dengan tidak sempat mengeluh
sedikitpun, lalu terdiam di atas tanah dengan kepala
berlumuran darah. Lalu dengan cepat dia meloncat keatas
secara menyamping, dan kembali melayangkan pukulan sisi
1115 40. CENGKAR KEDATON telapak tangannya ke arah kepala prajurit kedua. Prakkk!
Terdengar suara tengkorak terpecah. Prajurit itu melosoh
lemah, ambruk terputar kebawah ketika tangannya masih
menyambarkan sabetan pedang ke arah lawannya. Jeritannya
terdengar memilukan. "Hiyaaattt!! Awas, cabut senjata kalian!" kepala prajurit
segera mengingatkan beberapa temannya yang masih belum
bersenjata. "Hehehehe, lihatlah dengan gerakan pertama dua
teman kalian sudah menemui ajalnya. Sekarang kalian lagi."
Gajah Lodra itu meludahi korbannya. Kemudian dia
memandang dua orang prajurit lainnya yang terdekat dari
dirinya. Kemudian kembali bergerak melayangkan serangan.
"Hiyyaattt!! Kalian hati-hatilah, jangan terlalu lengah."
sambil berkata kepala prajurit itu tidak tinggal diam. Dia
berhasil memapaki serangan Gajah Lodra sambil
memperingatkan kedua temannya yang berhasil diluputkan
dari serangan maut. "Oh, ilmu orang itu memang hebat. Apakah ilmu prabu
Sora itu lebih hebat lagi dari yang satu ini" Gerakannya cepat
sekali. Aku yakin sebentar lagi, prajuritku akan kalah
setengahnya. Apa aku harus mencabut pedangku ini" Lalu
membantu para prajuritku ini" Iya memang harus membantu
mereka! Kalau nanti ayahanda tahu, maka aku akan
menjawabnya. Aku akan menceritakan semuanya. Biarpun aku
nanti dihukum. Aku akan terima. Aku tidak mau melihat para
prajurit itu mati sia-sia. Oh" dua orang lagi prajurit yang mati.
Aku memang harus membantu mereka!!"
1116 40. CENGKAR KEDATON Jaga Paramudita segera meraba pedang pusaka di tangannya.
Dalam hati dia mulai membaca mantera. Perlahan dia
meloloskan pedang yang melilit pinggangnya. Namun pada saat
itu dua buah bayangan bergerak cepat menyambar kearah
teman prabu Sora yang sedang bertarung dengan para prajurit.
Jaga Paramudita dengan cepat kembali melingkarkan pedang
pusakanya yang teramat tipis itu. Dia menarik nafas panjang.
"Itu ayahanda dan ibunda! Oh terima kasih dewata
agung." girang sekali hati gadis kecil itu ketika mengetahui
kedua bayangan itu adalah orang tuanya.
"Siapa kalian"!" bentak Gajah Lodra kesal. Serangannya
gagal total membunuh prajurit yang sudah nyari mati.
"Kenapa kau membunuh para prajuritku" Apa salah
mereka?" berkata Purbaya.
"Apa peduliku, aku hanya menjalankan perintah. Ayo
majulah kalian berdua. Kau pun akan ku bunuh!" ejek Gajah
Lodra. "Jangan sembarangan bicara kisanak. Kami tidak pernah
mengenalmu, tapi rupanya kau sengaja mencari urusan dengan
orang-orang Karang Sedana. Sebelum aku membunuhmu dan
meminta pertanggung jawabanmu, aku minta katakan siapa
yang menyuruhmu!" berkata Cempaka.
"Ehehehehehh, akulah yang menyuruhnya. Akulah yang
membawanya." suara Prabu Sora terdengar, dia berjalan santai
mendekati Purbaya dan Cempaka yang tidak memperhatikan
1117 40. CENGKAR KEDATON keberadaannya. "Oh, paman Sora?" Cempaka dan Purbaya berkata
nyaris berbarengan. Mereka sangat heran melihat prabu Sora
lah yang berada dibelakang Gajah Lodra. Sejenak keadaan
terasa menegang. "Iya, apa kabarmu Purbaya" dan kau Cempaka" Rasanya
hari ini yang kulihat adalah kabar buruk dalam kehidupan
kalian. Karena hidungku ini telah mencium bau kematian untuk
kalian. Hehehehehh?" prabu Sora berkata tengil sekali.
"Paman Sora, aku telah menganggap selesai semua
persoalan antara kita. Tapi agaknya Paman sengaja datang dari
Indraprasta kemari hanya untuk mencariku dan menyalakan
lagi dendam lama itu. Bukankah kejadian di gunung Burangrang
itu telah memberi pelajaran kepada Paman?"
"Huh! Sombong! Kau kira karena kejadian di gunung
Burangrang itu lantas aku akan menguburkan semua
dendamku padamu" Pada orang-orang Karang Sedana"!
Jangan mimpi Purbaya! Laut pun tak akan mampu menampung
dendamku padamu. Matahari kalah panasnya dibanding
dendamku. Huhh!" prabu Sora mendengus, lalu katanya lagi,
"Maka itu, kalau aku pendam semuanya istana Indraprasta
akan terbakar karena api dendamku. Sekarang, hari ini,
semuanya harus berakhir! Diantara kita harus ada yang mati.
Karena dunia ini terlalu panas kalau di dunia yang sama ini ada
manusia seperti mu hidup satu langit dengan prabu Sora.
Eheheheehhh!!" "Agaknya paman Sora terlalu memaksaku. Paman Sora
1118 40. CENGKAR KEDATON terlalu mengharapkan kematianku. Tapi rasanya aku belum
mau mati saat ini. Tapi kalau dewata menghendaki nyawaku
maka akupun tidak akan berdaya. Nah, Paman" sekarang
marilah kita selesaikan urusan kita. Agaknya memang inilah
yang Paman harapkan."
"Ahahahaha, iya iya iya. Karena aku ingin melihat
kematianm secepatnya. Karena kita tidak bisa hidup bersamasama di dunia ini." tertawa Prabu Sora, lalu dia berkata pada
temannya, "Gajah Lodra, perempuan itu adalah lawanmu!"
"Hehmm?" "Bunuh dia, karena dia juga akan mengganggu
kehidupan kita di dunia ini."
"Mheheheheheh" baik prabu Sora. Aku akan
membereskannya. Agaknya perempan ini tidak ada apaapanya. Dia akan menyerah kepadaku dalam sekejap saja.
Muahahahah" Dia akan kubuat tidak berdaya disini. Dan aku
akan menikmati kecantikannya. Muahahahah" tergelak Gajah
Lodra mendengar perintah prabu Sora.
"Cih! Manusia hitam, ternyata kau suka bermimpi yang
tidak-tidak. Mendongaklah! Lihat langit itu! Kau bisa melihat
betapa tingginya. Kau bisa menatap dengan matamu bahwa
langit kelihatan. Tapi terlalu tinggi untuk kau gapai." berkata
Cempaka dengan raut wajah sebal mendengar sesumbar Gajah
Lodra. "Bagiku tidak sulit untuk merobohkan mu. Tuan Prabu
Sora sudah memberikan gambaran kepadaku tentang


Babad Tanah Leluhur Karya Tizar Sponsen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

1119 40. CENGKAR KEDATON kehebatanmu, hahaahaha"
"Kau terlalu berkhayal. Nah, sekarang hadapilah
kenyataannya. Aku bukan sebangsa perempuan yang suka
bicara. Nah, tahan ini!!" Cempaka memasang kuda-kuda
sederhana, lalu langsung menyerang dengan serangan ringan.
"Huahahahah! Hup, hiyyatt!" Gajah Lodra tertawa
meremehkan serangan Cempaka. Memang dia berhasil
mengelak serangan ringan dari Cempaka.
"Paman Sora, mereka telah memulai pertarungan.
Sekarang sebaiknya kita pun memulainya. Tidak enak rasanya
kalau kita hanya menjadi penonton dan diam dalam
ketegangan. Bersiaplah Paman!" berkata Purbaya memecah
keheningan. "Baiklah, ayo! Hupp!!" prabu Sora bangkit dengan kudakudanya. Dia pun memulai serangannya langsung mengarah ke
titik-titik kelemahan manusia. Purbaya sigap menghindar dan
membalas dengan beberapa pukulan beruntun.
Kedua tokoh yang memiliki kesaktian dan dendam itu saling
serang. Saling sambar dan saling terjang. Sebentar saja
pertarungan itu menjadi seru dan menegangkan. Para prajurit
yang semula dicekam kecemasan itu segera beranjak mundur
dan melihat pertarungan itu dari jauh.
Sementara itu, Jaga Paramudita masih duduk diatas kudanya.
Bocah kecil itu tak bergerak. Matanya melihat kearah
pertarungan kedua orang tuanya.
1120 40. CENGKAR KEDATON "Memang benar ucapan paman prajurit, bahwa hanya
kedua orang tuaku yang sanggup untuk menahan mereka. Tapi,
apakah kedua orang tuaku akan sanggup menundukkan kedua
orang itu?" Jaga Paramudita terus menatap ke arah pertarungan, namun
lama kelamaan dia merasa pusing karena yang dapat dilihat
hanya bayangan kedua orang tuanya saja di antara serangan
musuh-musuhnya. "Ayo keluarkan kemampuanmu, jika kau mau
membunuh dan mengalahkan diriku. Ayo, wujudkan impian
dan khayalanmu itu kisanak. Huppp! Hiyaatt!" ejek Cempaka
disela-sela serangan Gajah Lodra yang berhasil ditahannya.
Gajah Lodra hanya tertawa jelek.
"Hmm, ternyata dia memiliki illmu simpanan lagi yang
lebih tinggi." pikir Gajah Lodra. Dia mendapati kenyataan
bahwa Cempaka tidak mengeluarkan ilmu Kincir Metu dan
Kelelawar Sakti seperti yang diceritakan prabu Sora padanya.
Semadi Dewa Gila yang digunakan Cempaka untuk
menghadapinya cukup membuatnya kerepotan. Walau
demikian dia masih yakin dapat menundukkan Cempaka,
sehingga dia berkata, "Jangan terlalu banyak omong. Kau akan
merasakan akibatnya. Sebentar lagi kau akan tunduk padaku!"
"Aku tidak boleh terlalu lama untuk merobohkannya.
Sebaiknya aku menggunakan ajian Banyu Agung biar lebih
cepat menyelesaikan semuanya," setelah berpikir taktik sesaat,
Cempaka menggunakan tenaga serangan lawannya untuk
mundur kebelakang. 1121 40. CENGKAR KEDATON "Mengapa kau mundur" Apakah kau takut?" ejek Gajah
Lodra. Cempaka tidak menjawab. Dia langsung menyatukan
tangannya di depan dada. Kemudian dia menarik nafas dalamdalam. Matanya menatap tajam ke depan. Mulutnya bergerak
membaca mantera. Tak lama kemudian dari kepalanya muncul
uap kuning. Semakin lama cahaya itu semakin tebal menutupi wajahnya.
Lalu dengan secara tiba-tiba di tangan perempuan itu
tergenggam sebuah warangka kujang pusaka yang juga
memancarkan sinar berwarna kuning kebiru-biruan.
"Tidak ada lagi harapan bagimu untuk keluar dari
kematianmu manusia hitam! Kau akan mati ditanganku. Dan
aku memang tidak akan membebaskan manusia-manusia licik
dan jahat sepertimu. Apalagi kau telah membunuh prajuritku.
Sekarang, tahan ini! Hiyaaattt!!!" dengan penuh percaya diri
Cempaka meledakkan kekuatan tenaga dalamnya. Kekuatan itu
tersalur ke tangannya yang menggenggam warangka kujang
pusaka. Lalu dia melesat menyerang Gajah Lodra.
"Celaka"celaka, gerakannya begitu cepat dan
mengandung kekuatan," Gajah Lodra gelagapan memapaki
serangan Cempaka yang semakin cepat dan bertenaga.
"Ini yang pertama, kau tak akan bisa lari lagi. Hiyaattt!!"
setelah tendangannya dielakkan Gajah Lodra, Cempaka segera
melanjutkan serangannya dengan mendorong telapak tangan
satunya yang tak memegang warangka kujang. Dari telapak
tangan itu tersembur angin kekuatan berhawa dingin
1122 1123 menyengat. (27) (28) (29) (30) TAMAT TAMAT 1124 KARAKTER KARAKTER 1125 Pedang Angin Berbisik 14 Pendekar Mabuk 014 Pedang Guntur Biru Serangan Mutan Bertopeng 1

Cari Blog Ini