Ceritasilat Novel Online

Babad Tanah Leluhur 3

Babad Tanah Leluhur Karya Tizar Sponsen Bagian 3


merupakan dunianya sendiri."
"Maafkanlah paman, aku terpaksa meninggalkan
paman di sini. Jika memang paman tidak ingin ikut bersama
kami." "Pulau ini adalah miliku. Istanaku. Aku tidak akan
meninggalkannya apapun yang akan terjadi!"
"Ayolah kak, kemarikanlah paman Lu Beng. Biarkanlah
aku yang memondongnya."
"Ayo, kita pergi dari sini!"
"Celaka, kita tidak mengambil persediaan air dari pulau
ini." "Persediaan air dalam kapal besar itu jauh dari
mencukupi untuk kita berdua. Sisa persediaan air dan bekal
yang tersisa untuk satu hari itu masih banyak sekali, Kak.
237 24. KISAH DI TANAH NAGA Bukankah satu hari persediaan itu semua untuk tujuh puluh
orang?" "Ya, kau benar adik Purbaya. Ayo cepat naik ke sampan
ini. Lihat ombak laut menjadi besar karena guncangan dari
pulau ini." "Sampan ini terlalu sempit untuk kita berdua. Dan
dengan paman Lu Beng yang terkapar tidak sadarkan diri.
Engkau pergunakanlah sampan lainnya itu."
"Baik, adik Purbaya."
"Mari kita berlomba ke kapal itu!"
"Berhati-hatilah, Kak!"
Mereka sampai juga di geladak kapal. Raden Purbaya tertegun,
dia bukanlah seorang kelasi kapal, apalagi kapten kapal. Dia pun
tidak pernah belajar bagaimana cara mengemudikan kapal laut,
terlebih lagi dalam situasi laut yang mengganas seperti saat ini.
"Dewata Agung," apakah aku dapat mengemudi kapal
layar ini hingga ke tanah Pasundan" Bagaimanakah jika sampai
paman Lu Beng tewas di tengah lautan?" keluh raden Purbaya.
"Kita tidak boleh membuang waktu dengan mengeluh.
Cepat, naikkan layar-layar kapal ini dan angkat sauh itu! Ayo
cepat! Sebelum letusan dan ombak besar menggulung kita
masuk ke dasar samudra!" sergah Cempaka.
238 24. KISAH DI TANAH NAGA Cempaka dan raden Purbaya kemudian bergegas
mempersiapkan pelayaran mereka. Dan beberapa saat
kemudian kapal layar itu mulai bergerak meninggalkan pulau
karang yang nampak mulai mengeluarkan asap hitam
bergulung-gulung. "Lihat itu, asap di pulau itu semakin bergulung hebat.
Berbahaya sekali. Jarak kita dari pulau itu belum terlalu jauh
untuk menghindari letusan gunung itu maupun amukan
gelombang yang diakibatkan oleh letusan itu."
"Kita harus mempercepat lajunya kapal ini. Coba kau
sadarkan paman Lu Beng, mungkin dia akan dapat menjelaskan
pada kita caranya." "Ya, kita tidak mempunyai pilihan lain."
Raden Purbaya segera menghampiri Kho Lu Beng yang
terbaring di geladak kapal. Kemudian tubuh Kho Lu Beng di
dudukkan. Ditekannya beberapa urat disekitar leher dan
kemudian ditepuknya ulu hati Kho Lu Beng setelah melambari
jemarinya dengan sedikit hawa sakti. Kho Lu Beng tersentak
bangun. "Oh, di mana aku ini?" itu yang diucapkan Kho Lu Beng
saat dia mulai sadarkan diri.
"Kita telah berada di pelayaran kembali, paman Lu
Beng" 239 24. KISAH DI TANAH NAGA "Jadi" jadi kau" kau telah berhasil membawa kembali
emas-emas itu Guru" Oh beruntunglah kau?"
"Kami tidak membawa sebutirpun dari biji-bijian itu
paman Lu Beng." "Oh, kau bilang apa" Apa yang terjadi" Apakah dua
setan keling itu?" "Tidak paman, sebuah malapetaka terjadi di pulau itu.
Seluruh awak kapal ini termasuk dua pimpinannya terbunuh
oleh ratusan kera liar."
"Oh ya, ya hantu" Hantu kera itu yang telah membunuh
mereka. Juga melukaiku. Jadi dalam perahu ini hanya kita
bertiga, dan guru" guru yang berhasil mengatasi hantu dan
kera-kera liar itu tidak membawa" mengambil emas-emas dari
pulau itu?" "Sudahlah paman Lu Beng, lupakanlah emas-emas itu.
Sekarang tolonglah kami. Katakanlah, bagaimana caranya
menambah kecepatan kapal layar ini?"
"Bukankah kapal ini telah berlayar dengan kecepatan
yang cukup?" "Lihatlah itu paman, cobalah bangkit. Lihat, pulau
karang itu ternyata adalah merupakan gunung berapi dan kini
tengah dalam keadaan siap meletus. Kita harus segera
menjauhi tempat ini secepatnya."
240 24. KISAH DI TANAH NAGA "Tidak ada jalan lain lagi, tetapi satu hal yang harus
kalian ketahui. Kalian setiap saat harus mengendalikan layarlayar besar itu untuk mempertahankan arah tujuan kalian guru.
Oh, lihatlah saat ini kalian menuju ke arah yang salah. Itu, di
sudut sanalah tanah Pasundan. Di sebelah timur. Matahari itu
untuk beberapa saat dapat kalian jadikan patokan. Ya, selama
beberapa hari ini garis edarnya tidak akan berubah."
"Sebaiknya kita bawa paman Lu Beng ke dalam bilik.
Biar dia beristirahat. Aku akan berusaha mengendalikan layar
untuk mengembalikan arah tujuan kita."
"Oh, jangan-jangan. Biar saja dulu untuk sementara ini.
Dengan mengendalikan layar itu saat ini berarti kalian akan
mengurangi kecepatan lajunya kapal ini. Biarkan saja. Bukankah
saat ini tujuan kalian menjauhi pulau setan itu?"
"Iya, terima kasih paman. Mari kita bawa paman Lu
Beng ke dalam saja, adik Purbaya."
"Beristirahatlah paman di sini.
memperhatikan kegiatan gunung berapi itu."
Kami akan "Tunggu dulu," aku tidak akan meminta bagian dari mu
guru. Tapi bolehkah kau jawab pertanyaanku dengan jujur
tentang emas-emas itu guru?"
"Maksud paman Lu Beng?"
"Seberapa banyak kalian membawa emas itu?"
241 24. KISAH DI TANAH NAGA "Ah," Kami tidak membawa sebutirpun, paman."
"Oh, oh" gila! Bagaimana itu bisa terjadi guru" Kalian
mendapat kesulitan dari penghuni liar dari pulau itu?"
"Tidak paman, pada dasarnya penghuni pulau liar itu
adalah manusia yang baik. Bahkan kami berdua menawarkan
padanya untuk turut meninggalkan pulau itu bersama kami."
"Lalu apa yang menyebabkan kalian tidak pergi dengan
membawa emas-emas itu" Apakah karena kesulitan membawa
aku" Apa karena itu guru?"
"Untuk apakah semua itu paman" Situasi saat itu tidak
mengijinkan bagi saya untuk berleha-leha mengisi emas itu ke
dalam karung." "Tapi, bukankah masih cukup waktu guru. Pulau itu
hanya mengeluarkan api dan belum meletus. Betapa
bodohnya, atau kau ini kurang waras guru, meninggalkan harta
karun yang tidak terkira. Oh, atau .. atau masih ada
kemungkinan lain, yaitu kalian berdua mendustaiku karena
khawatir aku akan meminta bagian guru" Katakanlah guru,
pastilah salah satu dari kemungkinan itu yang terjadi pada diri
kalian." "Untuk apakah kita mengadu nyawa" Mempertaruhkan
nyawa hanya karena emas?"
Sambil merintih kesakitan Kho Lu Beng tertawa geli mendengar
pertanyaan yang dirasakannya sangat aneh dan menggelikan.
242 24. KISAH DI TANAH NAGA (22) Pada kisah yang lalu diceritakan, Raden Purbaya
berhasil meninggalkan pulau Karang yang nyaris akan
meletus dan meninggalkan laki-laki penghuni pulau
karang itu di dalam gua bawah tanah. Sementara itu
Kho Lu Beng yang berhasil diselamatkan oleh Raden
Purbaya dan Cempaka mengalami luka parah akibat
pukulan laki-laki aneh penghuni pulau karang. Dan di
atas kapal layar lingkaran api itu, Kho Lu Beng
dikejutkan oleh kenyataan yang didengarnya dari
Raden Purbaya dan Cempaka bahwa mereka sedikitpun
tidak mengambil biji-bijian emas yang banyak
berserakan di pulau tersebut.
"Untuk apakah kita mengadu nyawa" Mempertaruhkan
nyawa kita yang sangat berharga ini hanya karena emas?"
"Oh"! Hahahh, Oh"! Untuk apa mempertaruhkan
nyawa"! Oh, apakah kau tidak mengetahui betapa berartinya
emas-emas itu, Guru" Yang dapat menjamin hidup kita
sepanjang masa. Oh, menaikkan harkat dan martabat kita dari
manusia hina dina menjadi manusia terhormat yang disegani,
Guru. Dipuja dan dipuji. Ah?" jawab Kho Lu Beng. Mata nya
tampak nanar. 243 24. KISAH DI TANAH NAGA "Ah, kelak. Jika kita semua selamat sampai di tanah
Pasundan, aku akan memberikan sedikit bekal untuk hidupmu.
Agar dapat hidup layak dan terhormat."
"Oww, oh kau akan memberikan aku bekal, Guru" Bekal
apa yang akan kau berikan tanpa emas-emas itu" Hooh" Uang
dan sepetak tanah?" Kho Lu Beng terhenti oleh nafasnya yang
menyesak. Dia terbatuk. Cempaka berbicara.
"Paman Lu Beng, ketahuilah" adik Purbaya di tanah
Pasundan adalah seorang raja yang membawahi lima
kerajaan?" "Ho oh"!!"
"Jika kau membutuhkannya, walaupun tidak sebanyak
yang ada di pulau itu, aku akan dapat memberikan bekal
padamu." ujar Purbaya.
"Ah, apa yang kau rasakan Paman?" Purbaya bertanya
iba. "Berhentilah untuk berbicara, beristirahat saja."
"Apakah, apakah aku tidak salah dengar, Guru" Ho oh,
engkau" engkau seorang raja"! Oh?"
Purbaya mendesah. Melihat keadaan Kho Lu Beng yang diambang ajal, raden
Purbaya tidak lagi dapat berdusta. Sambil mengurut jalan darah
disekitar dada Kho Lu Beng, raden Purbaya menganggukan
244 24. KISAH DI TANAH NAGA kepalanya Cempaka. sambil menjawab membenarkan kata-kata "Benar paman Lu Beng. Karang Sedana di tanah
Pasundan adalah kerajaanku."
"Hooh, ooh betapa puasnya hidupku ini. Matipun aku
rela telah mendapat kehormatan bersahabat dengan seorang
raja seperti kau tuanku Guru. Ah hahaha, ahh" Aku, aku Kho Lu
Beng! Manusia hina, bajak laut liar yang kotor mendapat
kehormatan yang tiada tara. Oh hohoho! Umpphh!!"
"Beristirahatlah, terlalu banyak bicara dan tertawa akan
membuat luka paman semakin parah."
Dari kejauhan terdengar dentuman menggelegar.
"Oh, keluar cepat dan kuasai kemudi sebelum perahu
layar ini tenggelam dihempas gelombang besar. Tinggalkan aku
disini." kata Kho Lu Beng.
"Ayo, mari kita lihat ke luar, kak"
"Lihat itu adik Purbaya, api berkobar menyala diatas
pulau karang itu. Hup! Kuasai kemudi, aku akan menurunkan
layar kapal ini. Hupp!"
"Gelombang ini, mengayun kapal kita karena batu-batu
besar yang jatuh disekitar kita. Dan lagi getaran dari dalam
perut pulau itu sangat luar biasa akibatnya bagi air laut ini."
Dentuman kembali terdengar bersahutan beberapa kali.
245 24. KISAH DI TANAH NAGA Gelombang laut yang diakibatkan oleh getaran perut gunung
berapi yang terdapat di pulau karang itu melempar kapal layar
yang berbendera lingkaran api itu melesat dan menjauhi
daerah maut itu. Dan beberapa saat kemudian, gelombang laut pun mulai
berkurang. Raden Purbaya yang memegang kemudi mulai
dapat menguasai dengan baik.
"Ah, agaknya kita lepas dari daerah yang sangat
berbahaya kak Cempaka"
"Hai, lihatlah itu adik Purbaya, pulau karang itu sudah
tidak terlihat lagi. Oh,.. Apakah kita telah jauh meninggalkannya
" ah, atau?" "Tenggelam! Aku kira pulau itu hilang tenggelam ke
dasar samudra. Itu, lihatlah sisa-sisa asap masih dapat kita lihat
diatas samudra yang maha luas itu."
"Oh, paman Lu Beng! Ah, lihat keadaannya!" seru
Cempaka yang tiba-tiba teringat bahwa mereka bertiga di kapal
itu. Dan Kho Lu Beng sedang dalam keadaan terluka parah.
"Paman, Paman Lu Beng!"
"Bagaimana adik Purbaya?"
"Paman Lu Beng sudah tiada. Kita kini tinggal berdua
saja diatas samudra yang maha luas ini. Apa yang akan kita
perbuat sekarang dengan paman Lu Beng?"
246 24. KISAH DI TANAH NAGA "Iya, seperti yang diinginkannya. Mati terkubur di dasar
laut." "Ya, kita akan melakukannya. Tolong, carilah sesuatu
untuk memberatkan tubuhnya dan sedikit tali."
"Iya"

Babad Tanah Leluhur Karya Tizar Sponsen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku akan melemparkan tubuhnya dan kemudian
masuk ke dalam bilik kapal. Aku tidak sanggup melihat air laut
yang memerah akibat tubuhnya dilahap hewan-hewan buas
lautan." "Iya" tetapi ini adalah kehendaknya. Dan memang
beginilah aturan permainan para pelaut."
Segera setelah memberikan penghormatannya yang terakhir
pada tubuh Kho Lu Beng yang telah membeku, raden Purbaya
kemudian menjatuhkan tubuh paman Lu Beng ke dalam air.
"Huekk! Uh" Uhh" Ohh?"
"Apa yang terjadi pada dirimu kak?"
"Ah," Hmmph" entahlah. Aku merasa, rasanya
tubuhku berputar. Uhh" Oh, tubuhku serasa melayanglayang."
"Sebaiknya kau masuk saja ke dalam, Kak. Kau mabuk
laut. Ayo." "Iya." 247 24. KISAH DI TANAH NAGA "Beristirahatlah disini, kak. Kak"! Kak Cempaka" Ah kak
Cempaka tidak sadarkan diri. Oh Hyang Agung" Hupp!"
"Ah, mengapa kak Cempaka tidak juga sadarkan diri"
Nafasnya masih tetap kurasakan. Mungkin keadaan seperti ini
terjadi dari pusat kesadarannya. Biarlah aku tunggu beberapa
saat saja disini. Ah, perapian. Sebaiknya kupindahkan tubuh kak
Cempaka ke dekat perapian sana, agar dia sedikit hangat."
"Dewata agung, entah apa yang akan terjadi jika aku
harus sendiri di kapal ini tanpa seorang pun yang menemani.
Ah, wahai kekuatan suci, tolonglah jangan biarkan kak Cempaka
mendapat celaka." "Kak Cempaka sadar kembali?"
"Kak, kak Cempaka"
"Oh, engkau adik Purbaya. Dimana aku sekarang
berada?" "Kita berada dalam pelayaran kembali ke tanah
Pasundan, kak. Bagaimanakah keadaanmu sekarang ini?"
"Kepalaku rasanya pening sekali, dan tubuhku rasanya
ringan tak bertenaga."
"Kau mabuk laut, Kak. Beristirahatlah. Pejamkanlah
matamu dan kelak jika kau bangun nanti, kau akan kembali
segar." 248 24. KISAH DI TANAH NAGA "Ah, tidurkah kak Cempaka" Atau dia tidak sadarkan diri
kembali" Nafasnya mengalir dengan teratur. Agaknya kak
Cempaka tengah pulas tertidur. Hm, biarlah. Aku akan
menjaganya sampai dia sadar kembali."
Raden Purbaya duduk bersandar disudut kamar. Pikirannya
menerawang jauh mengingat masa lalu. Masa-masa
pengabdian dari Cempaka. Masa-masa pelarian dari Karang
Sedana. Masa dimana penderitaan menyelimuti dirinya. Dan
gadis manis yang kini terbaring di hadapannya mengurus dan
mempertaruhkan nyawa untuk menjaga diri dan
keselamatannya. "Oh, Dewata Agung" Aku tidak tahu lagi sejauh mana
aku mencintai dirinya. Aku juga tidak tau bagaimana ini bisa
terjadi. Aku mencintainya dengan segenap hatiku. Dengan
seluruh jiwaku, seluruh ragaku. Cintaku tidak akan pernah habis
walaupun raga ini memisahkan diri dari nyawa. Ah," kak. Kak
Cempaka" Kak" aku mencintaimu. Aku" aku mencintaimu."
Raden Purbaya mendekati pembaringan Cempaka.
Dipandanginya wajah gadis yang telah membuat hatinya
runtuh. Dipandanginya juga leher yang jenjang, tubuhnya,
bahkan seluruh bagian tubuhnya. Setelah beberapa saat
bersimpuh disamping balai, dimana tubuh Cempaka terbujur,
Raden Purbaya bangkit dan kemudian duduk di pinggir balaibalai kecil itu. Tangannya meraba wajah gadis manis yang
tengah tidak sadarkan diri, dan tanpa dapat menahan diri lagi,
249 24. KISAH DI TANAH NAGA Raden Purbaya menciumi wajah gadis yang kerap menjadi buah
mimpinya. Akan tetapi"
Cempaka adalah pendekar, nalurinya bergerak saat merasakan
ada hal yang bagai mengancam diri dan kehormatannya. Saat
kecupan bibir Raden Purbaya mendarat di bibirnya, sontak
kesadarannya pulih. Dengan lengannya mendorong tubuh
raden Purbaya dan tubuhnya pun serentak tegak setengah
bersila. Dipandanginya raden Purbaya yang terhuyung mundur
lalu ambruk terbungkuk saat terdorong olehnya. Tatapannya
penuh keheranan dan kebingungan.
"Oh, apa yang kau lakukan adik Purbaya"!"
"Apa yang telah kau perbuat dengan diriku?"
"Ah, maafkan aku Kak. Maafkan. Aku tidak dapat
mengendalikan diriku lagi. Aku," Aku telah berlaku gila.
Memandangi tubuh dan wajahmu."
Cempaka terisak. Perasaannya kacau. Malu, jengah, heran,
bingung. Beraduk dan memuncak menjadi satu. Dia bingung,
dan tak tahu harus apa. Hatinya pun iba melihat sosok yang
dikasihinya perlahan melosor lemas. Wajah pemuda itu
tertunduk dalam. "Aku bersalah padamu, Kak. Tidak sepantasnya aku
berbuat seperti itu. Aku" aku bersalah padamu" Aku bersalah
padamu, Kak." 250 24. KISAH DI TANAH NAGA "Oh, tidak seharusnya aku bersikap kasar padanya. Pada
orang yang sangat ku kasihi, pada orang yang sangat aku
hormati. Kujunjung tinggi segala kata-katanya. Aku telah
menyakiti hatinya. Oh, adik Purbaya agaknya menjadi terpukul
karena sikapku tadi."
"Oh," kau. Kau tidak bersalah padaku adik Purbaya. Kau
tidak bersalah." "Aku bersalah padamu. Aku bersalah?"
"Tidak! Kau tidak bersalah adik Purbaya! Kau tidak
bersalah" Kau adalah pemuda pujaanku. Kau adalah tambatan
hidupku. Jangan katakan kau bersalah. Kau adalah kekasihku.
Pujaanku..." Menyaksikan keadaan raden Purbaya yang bagaikan kehilangan
ingatan akibat sikapnya tadi, Cempaka menjerit dan kemudian
memeluk serta menciumi wajah dan bahkan seluruh tubuh
raden Purbaya. Raden Purbaya yang diguncang-guncang tubuhnya serta
dihujani ciuman oleh Cempaka menjadi tersadar dari
lamunannya yang dalam, dari guncangan batinnya. Pemuda
gagah dari Karang Sedana itu kemudian membalas pelukan itu
dengan mesranya. Tetapi beberapa saat kemudian"
Tubuh mereka bergetar hebat. Dan perlahan-lahan cahaya
kuning membias di sekitar tubuh kedua remaja yang masih erat
berpelukan. Ya, cahaya itu semakin lama menjadi semakin
251 24. KISAH DI TANAH NAGA menjadi terang kemilau. Tiba-tiba cahaya itu lepas dari tubuh
kedua remaja dan menjelma menjadi dua sosok tubuh. Pria
Agung dan Wanita Agung. "Tanah Pasundan sudah kian tidak terkendali. Ini adalah
akibat dari permainan asmara kalian." bersabda sang Pria
Agung. "Kalian harus segera bersatu. Kekuatanku akan dapat
lahir dalam diri kalian secara utuh jika kalian telah bersatu."
sang Wanita Agung pun bersuara. Getaran suara kedua sosok
agung itu terdengar bergema lembut seantero jagad.
"Ampun Hyang Agung, saya menyadari bahwa semua
yang terjadi ini semata-mata karena kesalahan saya, bukan
kesalahan adik Purbaya. Sayalah yang bersalah. Apapun yang
terjadi di tanah Pasundan bukan kesalahnnya."
"Saya adalah seorang raja dari tanah Pasundan. Saya
bertanggung jawab atas keamanan dan ketentraman di tanah
itu. Tapi jika sampai terjadi kekacauan dan angkara, itu adalah
tanggung jawab saya. Yang tidak ada hubungannya dengan kak
Cempaka." "Oh, aku yang telah membuat engkau pergi
meninggalkan tanah Pasundan. Aku yang bersalah wahai Hyang
Agung." "Kalian dapat menanggung bersama-sama akibat yang
telah terjadi di tanah Pasundan. Satu hal yang saat ini yang
252 24. KISAH DI TANAH NAGA dapat aku bantu ialah memberikan engkau petunjuk untuk
dapat segera kembali ke tanah Pasundan."
"Oh. Bisakah itu terjadi"!"
"Kuasailah aji Halimunan yang terdapat pada warangka
kujang pusaka kalian. Dengan aji tersebut kalian akan dapat tiba
ke tanah Pasundan dalam sekejap saja."
"Hanya itu yang dapat kami berikan kepada kalian. Nah,
selamat tinggal. Tanah Pasundan menunggu kedatangan
kalian." "Oh, kita dapat tiba dengan segera di tanah Pasundan.
Ah, ayolah kita coba pelajari aji kesaktian itu. Ah, mari,
kemarikan tanganmu."
"Marilah." Seperti waktu-waktu yang lalu, setelah beberapa saat saling
genggam, tubuh mereka bergetar hebat dan beberapa saat
kemudian cahaya kembali membias ditubuhnya. Dan cahaya
dari seluruh tubuhnya perlahan-lahan terpusat pada tangan
lain dari raden Purbaya dan Cempaka yang tidak saling
genggam, dan akhirnya"
(23) Pada kisah yang lalu diceritakan, raden Purbaya dan
Cempaka mengarungi samudra tanpa ditemani oleh
seorang awak pun. Kho Lu Beng yang terluka parah
telah tewas terkubur di tengah samudera. Juga
253 24. KISAH DI TANAH NAGA diceritakan tentang hadirnya dua kekuatan agung yang
memberikan petunjuk kepada mereka untuk dapat
kembali ke tanah Pasundan dengan mempergunakan
ajian Halimunan. Karena itu Purbaya dan Cempaka
segera mengeluarkan kembali kujang pusakanya.
"Apakah akan mungkin kita lakukan adik Purbaya" Aji
Banyu Agung yang terdiri dari tujuh jurus belum juga dapat kita
kuasai. Kini kita akan melanjutkan dengan aji Halimunan yang
menurut sang Hyang Wisnu merupakan aji dan sikap
kedewataan." "Kita akan coba mempelajarinya, Kak."
"Ini, kau lihatlah. Beberapa guratan ini merupakan
bagian tubuh manusia. Dan," Oh! Ini ada kalimat pendek. Sirna
raga datang raga. Sirna jiwa datang jiwa. Hyang Agung maha
kuasa." "Owh, apalagi ini maknanya" Dapatkah
memecahkan maksud dari kata-kata ini, adik Purbaya?"
kau "Entahlah, kak. Tapi biarlah kita coba memikirkannya."
Kemudian raden Purbaya menatap kembali dalam-dalam
kalimat demi kalimat itu, dan kemudian dia bersila dengan
sikap yang sempurna. Sementara itu kujang pusaka masih tetap
dalam genggamannya. Demikian pula dengan Cempaka,
memusatkan segala daya pikirannya untuk dapat memecahkan
maksud makna kalimat yang terdapat dalam warangka kujang
pusaka dalam tangannya. 254 24. KISAH DI TANAH NAGA Kapal layar dengan bendara lingkaran api masih saja melaju,
tetapi tidak dengan arah yang pasti. Langit diatas samudra
mulai menjadi gelap, tetapi raden Purbaya dan Cempaka terus
saja memusatkan pikirannya pada kalimat-kalimat yang
diduganya merupakan kunci dari ajian Halimunan.
Pasangan remaja dari Karang Sedana itu terus terpaku dalam
pemusatan pikirannya hingga pagi menjelang. Tetapi tanpa
mereka sadari, perahu yang tidak terkendali itu melaju ke arah
wilayah badai maut yang sangat ditakuti oleh para pelaut.
Kedua remaja yang tengah bersemadhi itu tersentak.
"Oh! Apa yang terjadi ini" Badai kembali datang! Cepat
turunkan layar!" "Tunggu! Aku" aku melihat sesuatu! Jangan lepaskan
kujang pusaka di tanganmu dulu. Kita terkecoh oleh kalimatkalimat itu. Kita belum meneliti lebih jauh guratan-guratan
pada gambar warangka ini. Aku," Hupp!"
"Perahu ini akan tenggelam, jika tidak segera kita kuasai
kak Cempaka." "Iya. Tetapi, aku" aku dapat memecahkannya adik
Purbaya. Kita dapat melakukannya. Marilah kita mencobanya.
Lihatlah ini. Lihat. Titik-titik pada guratan yang berbentuk tubuh
manusia menerangkan titik-titik kematian. Lihat, bukankah
demikian?" "Iya, lalu apa maksudmu?"
255 24. KISAH DI TANAH NAGA "Aku telah menghubungkan guratan ini dengan kalimat
disampingnya. Sirna raga datang raga. Sirna jiwa datang jiwa.
Hyang Agung maha kuasa."
"Jadi apa maksudmu, kak"! Aku masih juga belum
mengerti." "Cobalah pusatkan pikiranmu pada Hyang Maha Agung,
dan kemudian dengan kekuatan tenaga saktimu tutup jalan
darah yang tertera dalam titik-titik ini."
"Gila! Apakah kau benar-benar sudah gila, kak" Nyawa
kita akan segera putus. Kita akan mati jika melakukan hal itu."
"Aku mengerti adik Purbaya. Satu jalan darah yang ada
di gambar ini kita tutup dengan hawa sakti kita cukup untuk
membuat nyawa kita melayang. Tetapi disini lima jalan darah
kematian sekaligus harus kita tutup. Pasrahkan lah semuanya
pada Hyang Widi dan cobalah! Kita akan berhasil."
"Awas! Berpegang erat-erat pada tiang besar itu kak
Cempaka. Bilik ini sebentar lagi hancur. Dan kita akan terlempar
ke dasar samudera. Lihat itu, air sudah mulai masuk deras ke
atas kapal ini." "Iya. Tidak ada jalan lain. Kita harus mencoba
melakukannya adik Purbaya. Kita akan pasrahkan segalanya
pada Hyang Agung dan mohon agar kita tiba di tanah Pasundan.
Di keraton Karang Sedana."
"Baiklah, kita akan mencobanya!"
256 24. KISAH DI TANAH NAGA

Babad Tanah Leluhur Karya Tizar Sponsen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ingat! Lima jalan darah kematian, tutup sekaligus!"
"Baik, Kak! Mari kita lakukan bersama-sama. Hupp!"
"Sirna raga datang raga. Sirna jiwa datang jiwa. Hyang
Agung yang maha kuasa." Cempaka dan Purbaya berbarengan
merapal matra aji Halimunan.
Cempaka dan Purbaya menggunakan saat-saat yang sempit
yang mereka miliki untuk mencoba aji Halimunan. Belum lagi
selesai pemusatan pikiran mereka, tubuh mereka bersamasama kapal layar bajak laut lingkaran api tenggelam ke dasar
samudera. Kita tinggalkan dulu raden Purbaya dan Cempaka. Dan sekarang
marilah kita kembali mengikuti kisah di keraton Karan Sedana.
Suara pintu diketuk. "Kanda Raka, ada apa kanda" Kenapa kanda kelihatan
begitu cemas?" "Setan belang!"
"Owh"!" "Kita telah bekerja sama dengan ular beludak yang
licik!" "Heeh, memangnya ada apa dengan pertemuan kanda
hari ini" Apakah ada sesuatu yang kurang menyenangkan?"
257 24. KISAH DI TANAH NAGA "Iya, Resi Amista telah menambah kekuatan orangorangnya di Karang Sedana ini. Dan mereka, tidak saja resi
Amista. Lainnya para pembantunya juga bersikap melewati
batas bicara denganku. Mereka tidak menghargai lagi aku
sebagai penguasa Karang Sedana, sebagai junjungannya!"
"Hmmp. Masakan resi Amista membiarkannya" Aku
akan menanyakannya kepada beliau. Jika tidak, tidak ada
salahnya kita mengambil tindakan dengan kekuatan yang ada
pada mereka yang membangkang."
"Mengambil tindakan" Apa maksud dinda?"
"Yah, menangkap mereka dan memberikan hukuman
yang pantas." "Hmm"! Hehehehh," hukuman"! Menangkap" siapa
yang akan menangkapnya" Siapa yang berani, dinda?"
"Hei, kenapa kanda jadi bersikap demikian
pengecutnya" Kita! Kita akan memerintahkan orang-orang kita,
panglima dan perwira untuk menangkapnya."
"Tidak ada satupun dari para panglima kita, atau
perwira kita di Karang Sedana ini yang berani melakukannya.
Mereka telah mengenal siapa resi Amista. Dan lagi, para tokohtokoh mereka yang ditempatkan di sini memiliki kepandaian
yang tinggi. Dan satu hal lagi yang perlu kau ketahui, Dinda"
bahwa resi Amista kini telah menguasai lima kerajaan lain
disekitar Karang Sedana. Kerajaan yang semula mengabdi pada
Karang Sedana. Dan lagi saat ini resi Amista sudah tidak lagi
sembunyi-sembunyi. Walaupun belum menyerang Galuh yang
258 24. KISAH DI TANAH NAGA berada didalam keluarga prabu Sanjaya, tapi resi Amista sudah
tidak ragu-ragu lagi menyatakan dirinya sebagai penguasa dari
syarikat lima negara."
Terdengar pintu kembali di ketuk.
"Siapa?" "Aku, Ki Legawa. Ingin bertemu dengan tuan Raka
Parungpang." "Iya, sebentar."
"Heeh, nah inilah dia salah satu dari pembangkangpembangkang itu, dinda."
"Mari kita lihat, apa mau mereka."
"Tuan Raka, kami datang membawa pesan dari resi
Amista. Dia meminta agar tuanku segera mengeluarkan
perintah untuk melakukan penangkapan pada seluruh anggota
pengemis tongkat merah."
"Heeh," menangkap seluruh anggota pengemis tongkat
merah yang ada di kota raja?"
"Iya, perintah itu tidak terbatas hanya di kota raja,
tetapi juga di Karang Sedana ini."
"Heeh, Apakah sebenarnya yang sedang terjadi"
Mengapa resi Amista mengambil tindakan seperti itu, Hmm?"
259 24. KISAH DI TANAH NAGA "Saya tidak tahu. Tapi saya kira tuan Raka Parungpang
juga tidak perlu tahu. Jalankan saja perintah ini."
"Hei, bersikaplah sedikit sopan ki Legawa. Aku Raka
Parungpang adalah penguasa di Karang Sedana ini. Kau adalah
bawahanku yang harus patuh pada semua perintahku."
"Perintah ini bukan lagi main-main. Cepat laksanakan!
Tuan tidak usah merasa tersinggung jika masih tetap ingin
berkuasa di Karang Sedana ini."
"Heeh, kurang ajar kau Legawa. Aku akan tanyakan
sendiri hal ini pada resi Amista."
"Hei, tunggu! Mau apa engkau mencari resi Amista"
Saat ini beliau tengah beristirahat di dalam kamarnya. Engkau
tidak boleh mengusiknya. Laksanakan saja perintahnya."
Raka Parungpang membanting kaki dengan geramnya. Di sudut
taman seorang perwira dan beberapa prajurit yang melihat
kejadian tersebut tak dapat berbuat banyak. Mereka hanya
menunduk dan kemudian berlalu dari tempat tersebut.
Sementara itu, Ratih Pudakwangi menggamit Raka Parungpang
untuk segera masuk ke dalam kamarnya kembali.
Suara derap serta ringkik kuda, dan keriuhan pertarungan.
"Itu mereka! Serbu!"
*** 260 24. KISAH DI TANAH NAGA Sementara itu tidak jauh dari sebuah desa, dipinggiran hutan
kecil terlihat dua sosok tubuh tergolek di rerumputan tidak
sadarkan diri. Angin yang sejuk semilir menerpa dua tubuh itu.
Dan beberapa saat kemudian terlihat salah satu dari mereka
bergerak-gerak. "Oh, hmm. Oh, dimana aku ini" Oh, adik Purbaya" Oh,
Adik Purbaya, sadarlah! Sadarlah adik Purbaya."
"Eh, Oh?" Purbaya bangkit dengan mengeluh. "Dimana
kita berada sekarang?"
"Ohh, Hyang Jagad Dewa Batara" Kita berhasil adik
Purbaya! Oh, Ini" Ini adalah tanah Pasundan. Oh, aku" Aku
mengenal alamnya serta semilir anginnya. Oh, kita berhasil!"
"Oh, segala puji aku ucapkan pada-Mu wahai Hyang
Agung junjunganku. Oh, dimanakah sekarang kita ini" Apakah
ini wilayah Karang Sedana?"
"Ya, hamba kira demikian tuanku. Bukankah saat
menerapkan aji Halimunan kita memintanya demikian"! Tapi
kenapa kita tiba disini dalam keadaan tidak sadarkan diri?"
Terdengar keriuhan menuju ke tempat dua remaja berada.
"Lihatlah itu. Beberapa orang sedang terlibat pertikaian.
Mereka menuju ke arah kita. Mari kita tunggu saja di semak
sana." "Oh, anggota tongkat merah. Heeh, lihat itu adik
Purbaya" para prajurit yang mengejarnya adalah prajurit
261 24. KISAH DI TANAH NAGA Karang Sedana. Apa yang telah terjadi dengan mereka?"
"Kita akan menyelidikinya."
"Oh, kakang kesini. Kita akan bersembunyi di semak
itu." "Setan! Awas! Awas kalian nanti. Kami akan
mengumpulkan kekuatan untuk membalaskan dendam ini."
"Ah," ah" sebenarnya apa yang terjadi kakang"
Mengapa tiba-tiba saja para prajurit Karang Sedana
menggebrak kelompok kita?"
"Entahlah. Aku tidak tahu. Kita akan mendapatkan
keterangan nanti dari pimpinan cabang kita. Ayolah mari kita
tinggalkan tempat ini, sebelum mereka kembali lagi mencari
kita." "Paman berdua, bisakah kami bicara?"
"Eh! Eh" siapakah engkau?"
"Adik Batang, bukankah" bukankah itu tuanku
Purbaya?" "Haah"! Eh iya! Iya kakang. Benar. Sepertinya memang
beliau beserta dengan putri Cempaka. Iya!"
"Bisakah paman datang kemari" Dibalik semak ini jauh
lebih aman. Banyak hal yang ingin saya bicarakan."
262 24. KISAH DI TANAH NAGA "Ohh, Ehm," apakah" apakah kami berdua saat ini
telah berhadapan dengan prabu Purbaya, penguasa Karang
Sedana pada saat yang lalu?"
"Apa kata paman" Penguasa Karang Sedana pada saat
yang lalu" Memangnya apa yang terjadi dengan keraton Karang
Sedana" Prabu Purbaya junjunganku masih tetap penguasa
Karang Sedana!" "Ah, aku memang telah menyerahkan kekuasaan pada
paman Raka Parungpang untuk memerintah selama aku tidak
berada di tanah Pasundan."
"Oh hohohoh, tuanku. Ketiwasan tuanku," ketiwasan.
Karang Sedana sudah luluh. Karang Sedana sebagaimana yang
tuan tinggalkan sudah tidak ada lagi. Yang saat ini" yang saat
ini ada,.. hanyalah sebuah tirani angkara murka tuanku."
Dada raden Purbaya dan Cempaka berdesir. Walaupun ia sudah
mendapatkan gambaran tentang hal yang terjadi di Karang
Sedana, tapi kali ini menghadapi langsung isak tangis
hambanya, tubuhnya bergetar.
(24) Pada kisah yang lalu diceritakan, kerajaan Karang
Sedana dan beberapa kerajaan lain di tanah Pasundan
sudah berada dibawah pengaruh resi Amista. Raka
Parungpang yang semula bekerja sama dengan resi
Amista untuk merebut Karang Sedana, kini memerintah
keraton itu bagaikan boneka yang tidak berarti. Dan
pada akhir kisah yang lalu diceritakan bahwa raden
Purbaya dan Cempaka yang menerapkan ajian
263 24. KISAH DI TANAH NAGA Halimunan ditengah samudera di wilayah Cina tiba di
Karang Sedana dan berjumpa dengan dua orang
pengemis tongkat merah yang tengah diburu oleh
prajurit Karang Sedana. "Celaka tuanku. Ketiwasan," ketiwasan. Karang Sedana
sudah luluh tuanku. Karang Sedana sebagaimana yang tuan
tinggalkan dahulu sudah tidak ada lagi. Yang ada kini adalah
tirani angkara murka."
"Oh, seberapa jauhkah kekuatan resi Amista kini,
sehingga paman Raka Parungpang tidak berani menghadapinya?" "Saya tidak mengerti, apa yang sesungguhnya tengah
terjadi di dalam istana Karang Sedana. Tapi yang jelas, tuanku
Raka Parungpang sedikitpun tidak berani mengambil tindakan.
Pajak yang dibebankan pada rakyat Karang Sedana naik
menjadi tiga kali lipat dari biasanya. Dan," Ah, bahkan menurut
pimpinan pusat tongkat merah, aki Parang Pungkur, pajak yang
menggila seperti itu adalah atas anjuran dari tuanku Purbaya."
"Heeh" Aki Parang Pungkur berkata begitu?" Cempaka
bertanya sengit. "Ohh, Pi" pimpinan kami mendapat keterangan itu
langsung dari tuan Raka Parungpang sendiri beberapa waktu
yang lalu." "Ahh, kita datang saja ke keraton sekarang."
"Tidak. Kita tidak boleh tergesa-gesa. Kita harus
264 24. KISAH DI TANAH NAGA mengetahui dulu dengan jelas, apa yang sebenarnya terjadi
dengan keraton Karang Sedana."
"Ooh, apa yang akan kita lakukan sekarang tuanku?"
"Kita akan mencoba mencari kakek Parang Pungkur.
Dapatkah paman menunjukkan bagaimana caranya kami dapat
bertemu?" "Ah, aki Parang Pungkur saat ini berada di sekitar
wilayah Galuh guna mengumpulkan tenaga untuk menghadang
kekuatan resi Amista. Dan besok di kota raja akan ada
pertemuan para pendekar."
"Ah, di kota raja"! Kota raja Karang Sedana maksud
paman?" "Ah, benar tuanku. Mereka akan berkumpul di kuil
Syiwa Agung sebelah barat kota raja."
Tiba-tiba terdengar derap kuda mendekati tempat mereka
berbicara. "Oh! mereka datang kembali kakang."
"Tenang sajalah disini. Mereka tidak akan melihat
kehadiran kalian disini."
"Sebagian dari kalian boleh kembali, dan enam orang
membantuku terus mencari. Tuan Raka mengharapkan setidaktidaknya dua puluh anggota tongkat merah dapat kita tangkap
hari ini. Dua orang buruan kita tadi harus kita dapatkan hari ini
265 24. KISAH DI TANAH NAGA juga. Menyebar! Dua buruan kita pasti tidak jauh dari tempat
ini. Diluar daerah ini sudah terkepung dengan para prajurit. Jika
mereka memang kesana, keduanya sudah dapat diringkus oleh
kelompok prajurit lainnya. Nah, menyebarlah kalian!"
"Hmm, ki Mandaraka?"
"Iya, ki Mandaraka. Apa yang akan kita lakukan" Kita
akan menemuinya?" "Aku kira, jangan tuanku. Kita akan mengejutkannya.
Dan jika sampai berita tentang kehadiran kita diketahui oleh
resi Amista, tentu urusannya akan menjadi runyam. Resi itu
akan mempersiapkan diri lebih jauh lagi."
"Ya, kau benar kak Cempaka. Selama ini resi Amista
tidak berani mengganggu kita secara langsung. Itu karena dia
merasa gentar dengan kekuatan suci yang bersamayam dalam
tubuh kita." "Jadi, ah" apa yang akan kita lakukan sekarang?"
"Kita akan pergi meninggalkan tempat ini."
"Oh, paman berdua" kami akan segera meninggalkan
tempat ini. Kalian jagalah diri baik-baik"
"Iya raden." "Ah, tuan akan meninggalkan kami berdua di tempat
ini" Bukankah tuan dapat membantu menyelamatkan saya dan


Babad Tanah Leluhur Karya Tizar Sponsen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengusir mereka, tuan" Oh, tolonglah kami tuanku Purbaya.
266 24. KISAH DI TANAH NAGA Tolonglah?" "Kami tidak akan menjumpai mereka untuk saat ini.
Tetapi kami akan berusaha menolong kalian. Pergunakanlah
kesempatan saat mana mereka menjauhi tempat ini. Ah, awas!
Mereka sudah mulai mendekati tempat ini."
"Kita akan mencobanya kembali, adik Purbaya."
"Ya. Mereka sudah semakin dekat. Sekaranglah saatnya,
mari! Huppp!" "Ah, itu disana kakang!"
"Kejaaarrr! Tangkaaap!!! Ayo cepat dua orang itu
tangkap! Ayo! Ayo! Ayo!"
Segera saja prajurit-prajurit Karang Sedana dibawah pimpinan
ki Mandaraka meluruk cepat dua sosok bayangan yang berlari
ke arah semak-semak yang tidak jauh dari tempat mereka dan
bersembunyi tidak bergerak-gerak lagi. Sementara itu enam
orang prajurit Karang Sedana sudah tiba di tempat tersebut.
"Kepung ayo cepaat!"
"Dua duanya harus kita serahkan pada tuan Raka
Parungpang." "Ayo, keluarlah! Apalagi yang kalian tunggu, hah"!
Ataukah kalian ingin kami membabat semak-semak ini
sekaligus membelah tubuh kalian" Haahh! Ayo keluarlah!"
267 24. KISAH DI TANAH NAGA "Kita babat saja!"
"Tunggu, tunggu dulu! Kemarikan tombakmu. Kau
pakailah pedangmu saja. Hmm, aku akan melihat sepertinya?"
"Hah!" Hilang"! Kenapa tidak ada gerak sedikitpun di
dedaunan semak-semak itu, hah"! Jika memang ada dua orang
bersembunyi di gerumbul semak itu, aku kira pasti setidaktidaknya telingaku dari jarak dua tombak seperti ini dapat
mendengar napasnya, atau geraknya yang gelisah itu. Huaah!
Setan, apakah aku tadi melihat dua bayangan setan, hah"!
Hiyaaatt!!" Ki Mandaraka yang merasa sesak dadanya dengan perasaan
takut, gelisah dan penasaran berteriak keras sambil melempar
tombaknya ke arah gerumbul semak yang tidak terlalu luas.
"Ah"! Tidak ada gerakan apapun" Apakah mereka sudah
lari" Tapi bagaimana itu mungkin" Gerumbul semak ini
terputus oleh tanah rumput yang berpasir cukup lapang."
"Ah, kita tebas saja gerumbul ini kakang Mandaraka."
"Dua iblis itu sudah lenyap menghilang. Hah! Tidak ada
sesuatupun di dalam gerumbul semak itu."
"Bagaimana mungkin, saya lihat dia masuk kemari. Kita
tebas saja, hayo! Hayo!"
Ki Mandaraka membiarkan saja enam orang prajuritnya yang
mulai menjadi tidak sabaran itu menerjang semak belukar,
membabat dan membacok sana sini. Sementara itu beberapa
268 24. KISAH DI TANAH NAGA ratus tombak dari tempat tersebut"
"Oh, kita berhasil adik Purbaya. Kita terpisah jauh dari
para prajurit yang mengejar dua pengemis tadi."
"Aji Halimunan, benar-benar merupakan sikap
kedewataan, seperti yang dikatakan kekuatan agung itu. Aku
benar-benar berterima kasih atas limpahan aji yang tiada tara
ini." "Hei, itu" itu ada dua orang berkuda menuju kemari."
"Oh, mereka sudah melihat kita. Biarlah, kita tunggu
saja. Ku kira dia tidak akan mengenali kita dengan pakaian
seperti ini. Dan lagi mereka bukanlah prajurit Karang Sedana."
"Siapakah kalian berdua ini, heh"! Rupanya kalian
adalah dua orang pribumi. Mengapa kalian mengenakan
pakaian seperti itu?"
"Kami adalah dua orang pembantu dari saudagar cina
dari kota Palasari di Galuh. Ada apakah tuan datang pada
kami?" "Hmm, kami datang dari tempat yang jauh. Dari dataran
tinggi parahyangan. Kami datang hendak berjumpa dengan
penguasa Karang Sedana yang telah mengundang kami.
Dapatkah engkau menunjukkan jalan ke arah istana Karang
Sedana?" "Kota raja terletak di sebelah barat sana. Tuan berdua
sudah menuju ke arah yang tepat. Tuan akan tiba di kota raja
269 24. KISAH DI TANAH NAGA setelah melalui dua buah desa."
"Ah, terima kasih anak muda. Engkau harus berhati-hati
menjaga kekasihmu yang cantik itu. Keadaan di sekitar tempat
ini kulihat tidak begitu aman."
"Terima kasih tuan, kami akan perhatikan nasihat tuan."
"Ah, mari kakang kita lanjutkan perjalanan kita."
"Hiyyah! Hiyyahh! Hiyyahh!" dua kuda mereka
meringkik lalu berderap meninggalkan tempat itu.
"Hmm, penguasa Karang Sedana" Oh, siapakah yang
tengah dicarinya" Paman Raka Parungpang ataukah resi
Amista?" "Entahlah. Kita akan dapat mengetahuinya segera.
Sekarang apa yang sebaiknya kita lakukan" Mencari aki Parang
Pungkur berkeliling, mencari kakek Mamang Kuraya, ataukah
kita ke padepokan Goa Larang mencari berita situasi di Karang
Sedana?" "Kukira ada baiknya kita menunggu besok saja. Kita
gunakan waktu yang ada saat ini untuk mencoba memecahkan
aji Banyu Agung yang hingga saat ini belum juga dapat kita
kuasai." "Yah, mungkin nanti pada saatnya. Entah itu besok atau
lusa kita memerlukannya. Sebaiknya sekarang kita mencari
tempat yang sunyi di tegalan sana."
"Iya, baiklah. Huupp!"
270 24. KISAH DI TANAH NAGA "Kira-kira, maksud dari kata-kata itu" tujuh ada pada
tiga, enam ada pada dua, lima ada pada satu. Eeh" eeh
bagaimana kak?" "Entahlah," Huup! Haitt! Haiit!! Hiyyah!"
"Jurus kesatu," Jurus kedua," Jurus ketiga?"
"Jurus-jurusnya yang walaupun cukup baik, tetapi tidak
terlalu luar biasa. Tidak bisa diandalkan."
"Coba," coba kau teruskan lagi gerakanmu. Teruskan
jurus berikutnya." "Hhh" baiklah. Hup! Hait! Hup! Hiyaat! Hiyaat! Jurus
kelima. Jurus keenam. Jurus ketujuh. Bagaimana" Ada yang
dapat engkau temukan adik Purbaya?"
"Sepertinya, eh" sepertinya ada sesuatu dalam jurusjurus itu yang luar biasa. Tapi, ah entahlah. Oh, ada yang
mengintai kita." "Iya" Kisanak, untuk apa kalian bersembunyi menonton
kami berlatih. Keluarlah! Jangan merunduk dibalik batu seperti
seekor kadal busuk."
"Huahahahaha! Ternyata mata kakangku Danyang
Berem tidak salah. Kalian adalah dua orang remaja yang tidak
dapat dipandang enteng. Kalian sangat menarik perhatian
kakangku. Karena itu kakangku Danyang Berem menunda
urusan kami dengan penguasa Karang Sedana. Hmm, siapakah
271 24. KISAH DI TANAH NAGA sebenarnya kalian?" "Bukankah sudah kami jelaskan tadi" Bahwa kami
adalah dua pembantu seorang saudagar cina dari Palasari di
Galuh." "Hmmm, hahahahaha. Janganlah main-main dengan
kami anak muda. Aku ini adalah Danyang Keling. Kami berdua
di dataran tinggi Parahyangan dikenal sebagai dua bersaudara
yang sangat disegani. Heheheh, Siapakah kalian ini
sesungguhnya?" "Ah, baiklah. Sebelum kami menjawab pertanyaan
kalian, aku minta kalian menjawab dahulu pertanyaanku. Untuk
apakah kalian bertemu dengan penguasa Karang Sedana?"
"Hmmm, kalian benar-benar anak muda yang bernyali
harimau. Adik Danyang Keling, cobalah gebrak anak itu. Aku
ingin tahu sampai dimana kemampuannya."
"Heheheheheheh, aku memang sudah tidak sabaran
ketika mengitip dan melihat gerakan anak dara itu cukup lincah.
Agaknya aku telah salah alamat memberikan nasihat kepada
kalian untuk berhati-hati. Haah" sekarang jagalah serangan
pertamaku ini, Hup! Haittt! Hiyaah!"
"Awas, kak Cempaka. Jangan mencari perkara."
"Apa maksudnya kekasihmu berkata begitu" Apakah
maksudnya agar engkau tidak meneruskan perlawanan ini?"
"Hahaha, kau salah paman. Maksudnya adalah agar aku
272 24. KISAH DI TANAH NAGA jangan sampai membuatmu cedera."
"Hah, kau sudah berhasil menghindarkan dua
gebrakanku. Sekarang jagalah seranganku. Kau hebat sekali
nona muda." "Luar biasa, kau hebat sekali. Kau" kau semakin
merangsang aku untuk lebih jauh mengeluarkan aji-aji
andalanku" "Jangan terlalu banyak bicara Keling. Aku khawatir kau
justru tidak akan mampu mengalahkannya."
"Kakang terlalu menghinaku!"
"Kau cobalah, aku melihat gerak dari gadis itu jauh lebih
cepat darimu, dan tenaganya pun jauh lebih mantap darimu."
"Huh! Baiklah akan aku tunjukkan padamu kakang.
Bahwa aku dapat membuatnya jatuh dan merangkak di bawah
kakiku hanya dalam waktu tidak lebih dari dua puluh jurus!
Huupp!!!" "Maafkan aku nona jika engkau harus ku kalahkan
dengan luka yang cukup parah. Aku sudah terlanjur terikat
keharusan mengalahkanmu."
"Maaf tuan Danyang Keling, jika aku yang akan
menyelesaikan pertarungan ini dalam dua puluh jurus."
(25) Pada kisah yang lalu diceritakan, Cempaka tengah
273 24. KISAH DI TANAH NAGA terlibat pertarungan dengan Danyang Keling.
Sementara Danyang Berem saudaranya memperhatikan pertarungan itu tanpa membantunya.
Bahkan sampai saat Danyang Keling adiknya berhasil
dilempar oleh Cempaka. "Maafkan aku tuan Danyang Keling, jika pukulanku
terlalu keras. Aku melakukan itu semata-mata karena ingin
pertarungan ini tidak lebih dari dua puluh jurus."
"Engkau kira, engkau sudah dapat mengalahkan aku
nona muda" Aku masih memiliki satu jurus pamungkas."
"Mundurlah engkau Danyang Keling. Jangan
memaksakan dirimu untuk mengadu nyawa dengannya. Biarlah
aku yang akan memberikan hajaran padanya."
"Tuan Danyang Berem, sebaiknya kita sudahi saja
pertarungan yang tidak ada artinya ini."
"Hehehehehe, mana bisa. Semuanya sudah terlanjur.
Kami meninggalkan pertapaan kami semata-mata adalah untuk
mengatasi kemelut yang terjadi di Karang Sedana. Dan
sekarang, jika sampai dua orang muda saja kami tidak dapat
menunjukkan kekuatan kami, bagaimana kami ada muka untuk
menghadap penguasa Karang Sedana" Dan menyatakan janji
untuk mengatasi kemelut di tanah ini?"
"Uh, kemelut" Apakah disini tengah terjadi kemelut"
Pergolakan?" "Aku tidak tau. Tetapi penguasa Karang Sedana
274 24. KISAH DI TANAH NAGA mengundang kami dan meminta bantuan kami."
"Tapi, apakah tuan mengetahui siapakah penguasa
Karang Sedana yang mengundang Tuan?"
"Ah, kenapa jadi banyak bicara dengan mereka kakang
Danyang Berem" Jika kakang memang dapat membalaskan
kekalahanku dengannya tanpa jurus pamungkas, buktikanlah!"
"Baiklah, kau akan segera melihatnya. Hup!"
"Nah, maafkan anak muda. Aku akan membalaskan dulu
sakit hatiku. Baru jika ada yang ingin kau bicarakan, dapat kau
bicarakan. Aku sebenarnya sudah mulai tertarik dengan kalian.
Jagalah aji Lingkaran Maut ini. Huupp!!"
Danyang Berem mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Dan
kemudian segulung angin yang kuat berputar-putar disekitar
tubuhnya. Lingkaran Angin Maut yang kini digelarkan oleh
Danyang Berem jauh lebih hebat jika dibandingkan dengan
yang telah digelarkan oleh adiknya, Danyang Keling.
"Kepandaian Danyang Berem tidak dapat kubuat mainmain. Pimpinan pengemis tongkat merah pun belum tentu
dapat mengalahkannya dengan muda. Ah, aku akan
menghadapinya dengan aji Kincir Metu tingkatan terakhir."
pikir Purbaya. "Aku harus segera menyelesaikan pertarungan
ini dan mencari tempat yang sepi untuk mempelajari aji Banyu
Agung. Cepat atau lambat aku pasti akan berhadapan dengan
resi Amista." "Haiitt! Heyaaahh! Awas tuan Danyang Berem berhati275 24. KISAH DI TANAH NAGA hatilah! Hupp! Heaahhh!"
"Uhukk! Buaaghh!! Eeuh?"
"Hait! Hiyahh! Ayolah kakang Danyang Berem. Kita
hadapi bersama dua anak muda itu dengan ilmu pamungkas
kita. Danyang bersaudara pantang mendapat malu!"
"Ah, tunggu! Tunggu adik Danyang Keling. Tunggu dulu,
ada yang ingin aku tanyakan dengan anak muda itu. Ah, anak
muda" apakah aku baru saja kau buat tak berdaya dengan aji
Kincir Metu dari Goa Larang?"
"Benar tuan Danyang, ini adalah aji Kincir Metu. Nah,
sekarang bagaimanakah?"
"Ooh?" "Apakah tuan Danyang mau menjawab pertanyaan saya
tadi" Siapakah penguasa yang akan tuan temui di sana?"
"Ah, ayolah kakang. Kita hancur leburkan pemuda yang


Babad Tanah Leluhur Karya Tizar Sponsen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sombong ini." "Ahh tunggu dulu, tunggu dulu adik Danyang Keling.
Sepertinya kita telah salah menumbuk orang. Jika aku tidak
salah, ajian yang membuatku terjungkal tadi adalah Kincir
Metu. Euh, bagaimana anak muda. Apakah tidak salah
dugaanku itu?" "Benar tuan Danyang Berem. Aku mempergunakan aji
Kincir Metu untuk menghadapi seranganmu yang sangat
276 24. KISAH DI TANAH NAGA dahsyat tadi." "Ah hahahaha, hahahahaha. Haahh, jika begitu aku
telah salah menumbuk orang. Hmm, apakah hubunganmu
dengan resi Wanayasa, anak muda?"
"Aah, tidak mungkin kakang Danyang Berem!
Kepandaian kakang tidak berada disebelah bawah resi
Wanayasa. Bagaimana mungkin ajian tadi adalah Kincir Metu"
Resi Wanayasa sendiri tidak akan mampu mengalahkan
kakang!" "Aku mempelajari ajian Kincir Metu tingkatan terakhir
ini dari kakek Mamang Kuraya. Apakah tuan-tuan mengenal
mereka" Kakekku dan eyang resi Wanayasa adalah guruku."
"Oh, hahahahaha. Anak muda, resi Wanayasa adalah
sahabatku saat mudanya. Tetapi lebih dari tiga puluh tahun
yang lalu aku menghilang jauh dibalik dataran tinggi
Parahyangan untuk mempelajari satu jenis ilmu pamungkas.
Dan, hahahaha" tidak nyana, aku malah bertemu dengan
muridnya sekarang. Heheheheh, Apakah kedatangan kalian
kemari untuk membantu Karang Sedana mengatasi kemelut
yang terjadi di sini" Uohohoho, iya iya iya. Apakah kalian tidak
berdusta dengan cerita tadi, bahwa kalian adalah pembantu
dari saudagar ?" "Tidak! Paman Danyang Berem, Paman Danyang
Keling" eh, kami berdusta. Kami memakai pakaian ini adalah
karena terpaksa. Dan tidak memiliki pakaian lainnya saat ini."
potong raden Purbaya. 277 24. KISAH DI TANAH NAGA "Hmm, lalu bagaimanakah dengan pertanyaan kami tadi
Paman?" melihat situasi mulai mereda, Cempaka buka suara.
"Emmm, siapa penguasa Karang Sedana yang mengundang?"
"Di desa kecil tempatku mengasingkan diri, sesekali juga
pernah terdengar tentang sebuah kerajaan Karang Sedana yang
diperintah oleh seorang raja yang adil, yaitu prabu Aji Konda.
Yang kemudian diteruskan oleh puteranya. Nah, muridku
Legawa mengabdi kepada beliau. Dan lima hari yang lalu,
seorang utusan dari muridku itu memaksa aku untuk datang
kemari. Membantu mereka mengatasi kemelut di sini."
Raden Purbaya menarik nafas dalam-dalam. Dia tidak memberi
komentar apapun atas cerita Danyang Berem. Dia hanya
menoleh dan menatap dalam-dalam pada Cempaka.
Setelah beberapa saat menarik nafas dalam-dalam, Cempaka
pun mendekati Danyang Berem dan Danyang Keling.
"Umm, ah" paman Danyang Berem dan Danyang
Keling. Umm, ah" sesungguhnyalah pemuda yang kini berada
dihadapan paman adalah penguasa Karang Sedana yang
sesungguhnya," Prabu Purbaya?"
"Ha! Kau" kau" prabu Purbaya"! Tapi eh" mengapa
bisa begini?" "Aku telah meninggalkan tanah Pasundan lebih dari
satu purnama. Dan aku pun tidak mengerti apa yang telah
terjadi. Tetapi dari suara-suara disekitar kota raja yang saya
dapatkan, resi Amista telah mengambil alih istana Karang
Sedana. Dan, ah" agaknya murid paman saat ini mengabdi
278 24. KISAH DI TANAH NAGA padanya. Karena beberapa waktu yang lalu, semasa saya
menjabat di dalam istana itu, kami belum mengenal nama itu."
"Umm, lalu sekarang apa yang akan paman berdua
lakukan?" "Hmmm! Datang ke istana itu dan menyeret Legawa
muridku dan memberikan hukuman karena telah mengabdi
pada pemberontak hina dan nista, tuanku!"
"Tunggu dulu paman, tunggu dulu. Sebaiknya paman
jangan terburu nafsu dalam bertindak. Resi Amista tidak dapat
kita hadapi secara sembarangan. Kepandaiannya sangatlah
tinggi. Sebaiknya," ah paman menunggu esok hari. Kita
bicarakan masalah ini dengan para pendekar lainnya."
"Ahh, iya aku harus percaya dengan semua katakatamu. Jika emm, kalian berdua sudah mengakui kehebatan
mereka. Hmm, akupun harus mau mengerti."
"Terima kasih paman. Jika begitu kami tunggu paman
berdua di?" "Di kuil Syiwa Agung di sebelah barat kota raja. Paman
dapat menemukan kuil itu dengan mudah. Semua penduduk
kota raja mengetahuinya."
"Hmm, mmm baiklah kita akan bertemu lagi besok di
sana tuanku. Mmm, marilah adik Danyang Keling."
"Ah, permisi. Hamba permisi tuanku Purbaya. Selamat
tinggal." 279 24. KISAH DI TANAH NAGA "Lalu sekarang apa yang sebaiknya kita lakukan lagi"
Tempat ini rupanya bukanlah tempat yang tepat bagi kita untuk
mempelajari dan memecahkan rahasia dari aji Banyu Agung itu
adik Purbaya. Emm, sebaiknya kita mencari tempat yang sunyi
adik Purbaya." "Yah, kita tidak boleh membuang-buang waktu. Ayo kita
ke hutan perbatasan Karang Sedana dengan Galuh. Hupp!"
Raden Purbaya melesat menuju arah utara. Cempaka
mengikutinya dari belakang dan beberapa saat kemudian"
"Hiyaiittt, hupp! Hiyaah! Jurus kelima!"
"Cukup! Cukup Kak. Semakin aku paksakan kok semakin
buntu." "Apakah arti tujuh ada pada tiga, ohh" itu semacam"
penggabungan gerak atau jurus itu"! Ya" Jurus tujuh dan jurus
tiga. Begitu bukan?"
"Ah, penggabungan jurus tujuh dengan jurus tiga. Lalu
enam ada pada dua merupakan penggabungan jurus enam dan
jurus dua. Begitu maksudmu?"
"Ah, iya dan jurus lima digabungkan dengan jurus satu."
"Lalu bagaimana selanjutnya" Apa yang akan kita
lakukan dengan jurus keempat" Agaknya bukan begitu
maksudnya kak." 280 24. KISAH DI TANAH NAGA "Haahhh" oh, ataukah mungkin Banyu Agung ini
mempunyai hubungan dengan aji-aji sebelumnya. Dengan Aji
Penolak Bala. Ah, mari coba kita hubungkan dengan Banyu
Agung. Aku akan memainkan aji Penolak Bala. Engkau boleh
menyerangku dengan seluruh kepandaianmu. Dan perhatikan
juga segala gerakan yang aku lakukan. Ehmm, apakah mungkin
ada hubungannya dengan aji Banyu Agung."
"Baiklah, bersiaplah!"
Raden Purbaya segera saja menerjang Cempaka dengan
pukulan-pukulan cepatnya. Cempaka hanya memerlukan
waktu sekejap saja untuk menerapkan aji Penolak Bala,
memasrahkan dirinya pada Hyang Maha Agung. Seketika itu
juga tubuhnya bagaikan sehelai kapas bergerak kesana kemari
menghindari setiap serangan raden Purbaya yang datang
menerpanya. Gerakan kakinya bagaikan ada yang mengatur
bergerak kesana kemari. "Bagaimana adik Purbaya apakah ada sesuatu yang
dapat menolongmu memecahkan rahasia aji Banyu Agung?"
"Tidak, tidak ada yang dapat aku temukan. Ah aku tidak
dapat berpikir banyak Kak. Semua perhatianku setiba di tanah
Pasundan ini sudah tertuju pada keraton Karang Sedana.
Rasanya tidak ada salahnya jika sekarang saja kita satroni
keraton Karang Sedana."
"Iya, walaupun kita belum berhasil menguasai aji Banyu
Agung kita masih akan dapat menjaga diri kita dengan aji
Penolak Bala dan aji Halimunan. Ohh, sebaiknya kita segera cari
ganti pakaian dan kemudian kita akan coba menyatroni istana
281 24. KISAH DI TANAH NAGA Karang Sedana." Sementara itu di istana Karang Sedana,"
"Hahahahahahahahaha, untuk apa kau katakan, heh"
Untuk apa?" "Iya?" "Hahahahahah!!"
"Saya benar-benar tidak mengerti tujuan tuan Amista
menangkapi para pengemis tongkat merah itu?"
"Hohohohoho, untuk apa lagi" Ya tentu saja untuk ku
gantung! Untuk ku gantung di alun-alun Karang Sedana, Hee.
Hehehehehehe. Aku akan memanggil Parang Pungkur,
ketuanya yang usil huh! Sukur jika dia datang juga bersama
teman-teman yang lainnya. Hahahahaha"
"Begitukah" Tetapi" kenapa tiba-tiba tuan bersikap
seperti itu?" "Huh! Orang-orang yang kusebar hingga saat ini belum
dapat mencium dimana Parang Pungkur berada. Dan juga apa
yang saat ini tengah dilakukannya. Mhhh! Aku khawatir saat ini
secara sembunyi-sembunyi dia tengah melakukan sebuah
persiapan yang serius, sebuah persiapan yang matang untuk
mengganggu ketentramanku. Karena itu, aku justru memilih
lebih dahulu mengganggunya dan memaksanya keluar.
Hiehahahahah! Kita akan menggantung enam belas pengemis
tongkat merah besok siang di alun-alun."
282 24. KISAH DI TANAH NAGA "Ampun tuan resi, diluar ada dua orang tamu yang ingin
bertemu dengan tuan Legawa."
"Oh, itu pasti guruku tuan resi. Mereka telah datang."
"Hmm"! Hahahaha, bagus. Hahaha, bagus sekali.
Kebetulan, aku ingin sekali bertemu dengannya. Heh, suruh
mereka masuk!" "Baik tuanku, akan segera hamba sampaikan kepada
mereka" "Hmmm, kedua orang itu datang pada saat yang tepat.
Dan hahahah, mudah-mudahan saja mereka berdua tidaklah
mengecewakan diriku" Hmm. Oh, itu mereka berdua datang."
(26) Pada kisah yang lalu diceritakan, raden Purbaya dan
Cempaka belum mampu untuk memecahkan rahasia
dari aji Banyu Agung yang terdapat dalam warangka
kujang pusaka. Juga diceritakan tentang Danyang
Bersaudara yang ternyata adalah sahabat baik dari resi
Amista Wanayasa pada masa mudanya. Dan pada akhir
kisah yang lalu diceritakan tentang kedatangan Danyang
bersaudara ke istana Karang Sedana.
"Ah, itu dua orang gurumu datang. Mereka datang pada
saat yang tepat. Mudah mudahan saja mereka tidak
mengecewakan aku. Hmm."
"Hmm, eeh" Mhh, eh" guru" engkau datang pada saat
283 24. KISAH DI TANAH NAGA yang tepat. Eeh, ini" ini adalah tuan Amista, penguasa Karang
Sedana." "Hmm"! Ini penguasa Karang Sedana"! Mengapa aku
tidak melihat ada mahkota di kepalanya" Jangan berolok-olok
Legawa, katakan saja siapa sesungguhnya laki-laki ini!"
"Ummm, eeh" Eehh, eee" Dia,"Dia benar-benar
penguasa Karang Sedana, guru. Bahkan penguasa lima negara
di sekitar Pasundan ini. Dan untuk masing-masing kerajaan
kekuasaannya diserahkan kepada orang lain untuk
mewakilinya." "Hmmm, aku melihat dari sikap tuan berdua adalah
hendak mencari perkara. Dengarlah, aku mengundang tuan
baik-baik. Karena itu marilah kita bekerja sama. Tuan akan
mendapatkan imbalan yang jauh lebih bernilai dari pekerjaan
yang nanti kalian lakukan. Hmm, hehehehe"
"Baiklah, lalu apakah yang harus kami lakukan?"
"Seperti yang dikatakan dalam surat undangan, bahwa
untuk mengamankan daerah ini dari ancaman para pengacau."
"Ah aneh, tetapi kami tidak melihat adanya kekacauan
di sekitar kota raja. Eh hanya keributan kecil. Dan itupun
asalnya dari prajurit Karang Sedana sendiri. Pengejaran
terhadap para pengemis tongkat merah."
"Hm"! Hahahaha benar, itulah salah satu tugas yang
akan kita hadapi besok atau pun lusa. Aku akan menggantung
mereka, para pengacau di wilayah Karang Sedana!"
284 24. KISAH DI TANAH NAGA "Hmm"! Pengemis-pengemis itu perusuh di kawasan
ini?" "Iya! Kita akan menggantung, dan menunggu datangnya
pimpinan mereka untuk kemudian menangkapnya."
"Mmm, eh lalu apakah sekarang aku sekarang tidak
perlu untuk menghadap pada penguasa Karang Sedana ini,
prabu Purbaya?" "Heeeh"! Prabu Purbaya" Ohhh, guru mengenal nama
itu" Darimanakah guru mendapat tahu, penguasa Karang
Sedana ini bernama prabu Purbaya?"
"Mhhh, prabu Purbaya sudah lama sekali menyerahkan
kekuasaannya pada Raka Parungpang. Dan dia kini telah lenyap
entah kemana. Hehehehe, jangalah sebut namanya lagi di sini,
he"! Hehehehehe"
"Ah, hahahahaha. Baiklah aku tidak akan menyebut
namanya lagi di sini. Tapi satu hal yang harus kau ketahui tuan
Amista. Kedatanganku kemari adalah untuk menyeret anak
muridku!" "Ehh! Apa yang sebenarnya terjadi" Mengapa guru tibatiba saja bersikap seperti ini?"
"Pulang! Hanya itu yang kami minta darimu Legawa.
Kembali ke pertapaan."
"Ah! Tidak! Aku tidak akan kembali ke pertapaan. Aku
tidak akan kembali ke tempat sunyi seperti itu. Di sini adalah
duniaku, di sini adalah tempatku. Guru tidak bisa memerintah
285 24. KISAH DI TANAH NAGA aku seperti itu."

Babad Tanah Leluhur Karya Tizar Sponsen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Apakah kau ingin aku membuat malu dirimu disini,
hmm?" "Cukup! Semula kami menganggap kalian adalah tamu
kami. Tetapi semakin lama sikap kalian semakin menjemukan.
Karena itu saat ini sekalipun kalian pamit ingin kembali, aku
sudah tidak lagi mengijinkan. Hmmhh!! Berlututlah! Berlutut
dan mohonlah maaf padaku! Ayo berlutut!"
"Eh, hey" gila! Kekuatan apa ini" Oww lututku" lututku
gemetar. Ah rasanya aku tak tahan lagi untuk berdiri. Ah" ah"
aku harus, harus menguasai kekuatan hitam ini."
Danyang Berem mengeluarkan suara yang amat keras berusaha
menguak lepas dari kekuatan hitam resi Amista yang
mencekamnya. Dan sesaat setelah dia berhasil lepas, pukulan
Lingkaran Angin Maut mendering menerpa resi Amista yang
masih memusatkan pikirannya pada kekuatan hitamnya.
"Guru! Jangan!"
"Hahahahaha, rupanya kehebatannya. Hahahahahaha."
hanya sekian saja Keributan di serambi istana membuat para pengawal dalam
dan para prajurit penjaga yang berada di sekitar tempat itu
berdatangan dan mengepung tempat tersebut.
"Tunggu! Jangan ada yang bertindak pada mereka.
Mereka adalah bagianku. Kalian tunggu dan diam saja di situ.
286 24. KISAH DI TANAH NAGA Kalian boleh saksikan apa yang akan kuperbuat pada mereka.
Hmmm, hehehehe". Jangan salah mengira, aku masih cukup
kuat untuk membuat kalian berdua merangkak. Hmm"
Hahahahahaa." "Hmm, bagus. Kau memang hebat tuan Amista dapat
menahan pukulan Lingkaran Angin Mautku yang
mempergunakan tujuh bagian tenagaku."
"Hohohoho, sekalipun seluruh tenagamu heh! Seluruh
tenaga kalian tidak akan ada artinya bagi aku, resi Amista. Heh!
Huupp?" "Ooh, aji apakah ini kakang Danyang Berem" Sepertinya
masih merupakan aji hitam?"
"Oh, entahlah. Aku tidak dapat membedakan mana
bentuk asli dan juga bentuk semu diantara lima bentuk itu. Ah,
awas bentuk itu sudah siap untuk menyerang."
"Agaknya kelima bentuk ini memiliki tenaga dan
kekuatan yang tidak berbeda."
"Ah, agaknya benar kata anak muda itu. Iblis ini sangat
sukar kita tundukkan. Ah, mari kita musnahkan dengan aji
pamungkas dari Lingkaran Angin Maut!"
Danyang bersaudara itu mulai mempersiapkan aji pamungkas
mereka. Karena di arena serambi kiri istana Karang Sedana
menjadi semakin tegang. Tetapi belum kekuatan dari Danyang
bersaudara yang mulai terungkap itu dibenturkan"
287 24. KISAH DI TANAH NAGA "Setan! Ada apa lagi itu" Legawa bereskan pengacau
itu! Biarkan aku selesaikan dua guru mu ini."
"Baik tuan Amista!"
"Mau kemana kau setan pengganggu"! Biarlah aku beri
hajaran pada pengacau yang baru tiba ini."
"Hoooo! Legawa! Ajaklah kawan-kawanmu itu untuk
meringkus gurumu itu! Aku akan meringkus bayangan setan
itu." Baru saja para tokoh dalam keraton Karang Sedana menerjang
Danyang bersaudara, tiba-tiba muncul sebuah bayangan hitam
lain yang kembali menerjang ke tengah arena pertempuran itu.
"Paman berdua, tinggalkanlah tempat ini segera.
Tenaga paman masih kami perlukan."
"Ah" Ehmm" kau. Tapi, ah" Legawa murid kami itu?"!"
"Tinggalkan! Murid paman itu dapat diselesaikan pada
saat saat yang lain. Kami harap paman tidak mengganggu
rencana yang telah kami susun."
"Ah, baiklah. Mari adik Danyang Keling, kita tinggalkan
tempat ini. Hup!!" "Awas kau Legawa, aku pasti mengambilmu dari tempat
ini. Dan memberikan hukuman bagimu yang sepantasnya.
Hupp!" 288 24. KISAH DI TANAH NAGA "Jangan biarkan dia lolos! Legawaa!!"
"Kau tidak usah mengurus mereka. Uruslah diriku ini.
Haaiiittt, heyaahhh!"
"Setan! Ah, siapakah manusia bertopeng ini" terdengar> "Kami tidak ada waktu untuk melayani kalian semua
disini!" "Heh! Jangan harap kau bisa lolos dari tempat ini
dengan begitu saja!"
Resi Amista mengejar bayangan hitam yang membuatnya
penasaran itu. Melompat naik ke atas atap bangunan istana,
tetapi setibanya di atas dia tidak menemukan buruannya.
"Oh"! Dimana pengacau itu" Mengapa tiba-tiba saja dia
menghilang" Ah" Tidak mungkin! Pastilah dia masih
bersembunyi disekitar sini. Hupp!"
Resi Amista kemudian melesat turun, kemudian naik lagi.
Berkali-kali dia berputar ke setiap bagian dari sudut istana itu
untuk mencari buruannya. Akan tetapi "
"Iblis! Apakah aku menghadapi iblis di siang hari seperti
ini, hah" Hmm, aku akan melihat seorang lagi kawannya.
Heuupp!" "Itu dia, seorang lagi pengacau itu masih berada di
tempat ini. Hemm," Aku akan mengepung dan menangkapnya.
Mustahil jika dia dapat melepaskan diri dariku. Heupp!
289 24. KISAH DI TANAH NAGA Hiyaattt!" "Rupanya, adik Purbaya telah meninggalkan istana ini.
Aku akan segera pergi ke tempat yang telah kami tentukan.
Hupp! Haiitt! Hiaayyattt!"
"Kau tidak akan dapat lolos, pengacau! Hai kalian,
serang jika dia mencoba menerobos!"
"Baik tuanku!" "Ayo, buat lingkaran! Persiapkan anak panah kalian.
Serang pengacau itu saat dia mencoba lari!"
"Tidak ada jalan lagi, aku harus segera meninggalkan
tempat ini dengan aji Halimunan dari hadapan mereka."
"Haah!!" Iblisss! Pengacau itu rupanya bukanlah
manusia. Dia telah menghilang dari hadapan kita."

"Hah, Legawa kau ikut aku! Ada yang ingin aku
bicarakan denganmu. Bubarkan segera para prajurit itu Ki
Jantuk." "Ah, baik tuanku."
"Hmm, siapakah kira-kira dua bayangan tadi Jantuk
Legawa" Apakah ada hubungannya dengan dua orang
gurumu?" 290 24. KISAH DI TANAH NAGA "Eeuh," eh. Saya tidak tau tuan resi. Sepanjang
pengetahuan saya, guru Danyang bersaudara tidak mempunyai
hubungan dengan dua orang seperti tadi. Guru saya terlalu
tinggi hati dan selalu menganggap diri mereka adalah yang
terhebat. Dan selama saya menemani dua orang guru saya,
mereka tidak pernah bercerita tentang dua orang sahabatnya
yang mempunyai kepandaian seperti itu."
"Ahh, gila. Kedatangannya ke istanaku hari ini apakah
ada hubungannya denganku untuk selanjutnya" Apakah
mungkin dia akan menjadi duri bagi kekuasaanku?" Amista
menggeram, "Apapun yang akan terjadi, rencana kita akan
tetap berjalan. Kita akan menggantung enam belas pengemis
besok di alun-alun!"
"Eeh, tapi apakah tidak mungkin dua sosok tadi adalah
iblis dalam arti yang sesungguhnya" Ee" eee" karena
bagaimana bisa tuanku," dia" dia menghilang benar-benar di
hadapan kita" Dan lagi, seujung rambutnya pun kami tidak
berhasil menyentuh tubuhnya dalam pertempuran tadi"
"Ahhh, iya. Iya, aku kira dia adalah iblis dalam artian
yang sesungguhnya." "Heh, kau beristirahat." pergilah keluar Legawa. Aku akan "Baiklah tuanku. Hamba permisi?"
"Mudah-mudahan saja, yang aku temui tadi adalah iblis
dalam artian yang sesungguhnya..."
291 24. KISAH DI TANAH NAGA Resi Amista yang mulai dilanda oleh kebimbangan mencoba
untuk memejamkan matanya, tetapi matanya tidak juga dapat
dipejamkan. Berbagai hal yang menakutkan mulai terlintas
dalam pikirannya. (27) Pada kisah yang lalu diceritakan, istana Karang Sedana
yang dikuasai kekuatan baru dari resi Amista disatroni
oleh Danyang bersaudara. Ketika mendapat kesulitan
didalam istana Karang Sedana, tiba-tiba muncul dua
orang yang menggunakan pakaian hitam dan juga
penutup wajah berwarna hitam. Dalam kekacauan yang
dibuatnya, Danyang bersaudara berhasil melarikan diri.
Sementara itu dua orang yang mengenakan penutup
wajah menghilang dari hadapan sekian banyak
pengepungnya. Hal mana membuat resi Amista cemas
dan gelisah. "Ahh, siapakah sesungguhnya dua orang tadi" Apakah
mereka itu benar-benar manusia" Hmmpph, tetapi bagaimana
mungkin dia dapat menghilang dari hadapanku dan sekian
banyak orang" Ahh, apakah itu sejenis ilmu atau aji Halimunan"
Huhh, setan benar! Aku tidak gentar sekalipun dua orang tadi
berdiri di pihak lawanku. Aku tidak gentar! Ahahahahahahaa,
resi Amista tidak akan mungkin dapat dikalahkannya
ehehehehh. Dengan aji Rawa Rontek tidak akan ada satu
kekuatanpun yang akan dapat mengalahkan aku. Hehehehe,
tidak akan ada satu kekuatanpun yang akan dapat membunuh
aku. Hmm! Huahahaha. Besok hukuman itu akan tetap aku
laksanakan di alun-alun."
*** 292 24. KISAH DI TANAH NAGA "Bu! Bu! Buka pintunya. Ini aku datang, bu"
"Iya, sebentar pak. Jangan keras-keras ketuknya."
"Ooh, lama sekali engkau membukanya Bu!"
"Aku kan berada di dapur, Pak. Aku mendengar engkau
mengetuk pintu. Eh, tetapi aku masih harus mengangkat sayur
yang sudah mendidih dan mulai tumpah ke perapian kita. Heeh,
apa lagi itu yang kau bawa?"
"Aku ke rumah si Pandu."
"Pandu siapa pak" Untuk apa engkau ke sana?"
"Hehehehe, kamu ini bagaimana Bu" Pandu siapa" Dan
lagi melihat ayam ini, masakkan engkau masih juga bertanya
Pandu siapa, Bu" Bu" Iya Pandu itu pedagang ayam. Aku ke
rumahnya membeli dua ayam untuk tambahan masakan kita
malam ini, Bu." "Haa" Kau ingin aku memasaknya sekarang" Aah,
bukannya kita sudah menyiapkan ikan bakar" Sayur santan dan
juga lalapan rebus."
"Aah, tetapi tidak ada salahnya jika kita menambahnya
dengan ayam goreng atau ayam bakar. Dua anak muda itu
sudah terlalu banyak memberikan uang pada kita, Bu. Dan
segala yang kita sediakan ini, serta dua potong pakaian yang
kita belikan masih belum ada artinya dengan uang yang
diberikan pada kita. Haah, dua keping uang emas, Bu! Serta
beberapa keping uang perak. Haaa, ini! Ini lihat, Bu. Hee. Ahh,
293 24. KISAH DI TANAH NAGA dua keping uang perak ini pun tidak akan habis kita gunakan
untuk makan besar selama beberapa hari bersama dua
tetangga kita. Haa, apa lagi ini Bu" Ini. Uang emas ini, Bu."
"Hooh!?" "Sudahlah, cepat! Masak saja ayam ini. Dan biarlah aku
akan memotong ayam ini dan membersihkan bulunya," sang
suami kemudian hendak beranjak keluar rumah untuk
memotong ayam yang dibawanya. Ayam itu berkotek-kotek
agak riuh. Belum sempat dia keluar, dia berbalik dan bertanya
kembali pada istrinya, "Oh iya, dimana dia sekarang, Bu" Sudah
kembali?" "Eeh, sudah sejak tadi. Sejak kau keluar dari rumah ini."
Pintu terbuka, Cempaka masuk dan tersenyum ke arah kedua
pemilik rumah itu. "Ah, ada apak Pak" Bu" Saya mendengar Bapak dan Ibu
sibuk sekali. Sudahlah tidak perlu repot-repot. Kami hanya
beristirahat semalaman saja di rumah Bapak dan Ibu."
"Eeh, eeh, ini Nak. Bapak, baru saja membeli dua ekor
ayam untuk menambah lauk malam ini."
"Haduuh, kenapa jadi seperti itu. Ah, sudahlah Bu. Tidak
usah ayam itu dipotong. Biarkan saja. Kami dapat makan
seadanya walaupun itu sekedar nasi putih saja. Bahkan
singkong ataupun ubi dapat kami jadikan pengisi perut kami."
"Naah, apa itu Pak" Bukankah aku sudah katakan,
294 24. KISAH DI TANAH NAGA makanan yang kami sediakan sudah lebih dari cukup. Kami
mengambil enam ekor ikan emas yang cukup besar, sayur
santan kami buat untuk makan malam ini. Bahkan lalap dan
telur rebus juga sudah tersedia."
"Aduuh, itu juga sudah banyak sekali. Oh, apakah sudah
siap makanan itu?" "Oh, ehehh ehehh, sudah Nona. Dan sebentar lagi akan


Babad Tanah Leluhur Karya Tizar Sponsen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kami siapkan di balai-balai itu. Eeh, apakah teman Nona sedang
tidur?" "Oh, eh tidak Bu. Dia sedang bersemadhi. Hmm, jika
begitu saya akan membangunkannya. Perut ini sudah lapar
sekali." "Eehehehhh, baiklah jika begitu. Eh, ibu siapkan segera
ya." "Heh Bu, Bu, heeh tadi apa kata nona itu" Eh, sedang
apa anak muda temannya itu" Semedhi?"
"Iya, semedhi."
"Hooh"! Eh Bu, apa itu semedhi itu, Bu" Hmm,
semedhi?" "Heeh, semedhi itu adalah semacam olah kejiwaan
pada Hyang Agung. Suatu sikap dari kalangan satria dan
brahma." "Ohh, ooh jika begitu tentu anak muda itu pastilah
295 24. KISAH DI TANAH NAGA seorang pendekar ya, Bu" Ya Iya" Eh tidak, nah lalu apa
maksudnya tadi sore minta kita mencarikan pakaian hitam"
Untuk apa pakaian itu, Bu" Hee"!"
"Yaa sudahlah, jangan mengajak aku bicara saja.
Bukannya membantu, malah mengganggu. Uang kamu terima
tapi curiga jalan terus. Eeh, dasar kakek-kakek tidak tahu diri."
omel istrinya. "Eh, Itu apa lagi" Kenapa ayam itu kau bawa ke dapur
sini. Cepat, ikat dibelakang saja." Sang istri kembali mengomel,
"Nah! Nah! Lihat itu dia membuang kotoran di sini. Eeh, bawa
cepat ke sana, Kek!"
"Baik, baik Bu. Baik."
"Hmm, sudah siap semuanya. Hehehe. Sekarang aku
akan mengetuk pintu kamar mereka."
Belum sempat nenek pemilik rumah mengetuk kamar yang
ditempati Cempaka, terdengar pintu depan rumah diketuk
orang. "Siapa lagi itu" Kok gila amat mengetuk pintunya, si
kakek gila apa ini" Heh, tunggu! Itukah engkau pak?"
"Lah" Lah" Aku kok disalahkan" Aku ada di belakang."
"Habis, siapa tamu gila ini?"
"Biar aku saja yang melihatnya, kebetulan si pati ini ada
dipinggangku!" 296 24. KISAH DI TANAH NAGA "Eh! Eh! Eh pak! Mau apa pakai cabut golok segala?"
"Heh! Bukakan pintu ini! Aku ingin menumpang tidur!"
"Heeh! Geblek! Gendeng! Benar-benar tamu tidak tahu
diuntung! Uh!" "Ee.. eh, ee eh pak. Masukkan golokmu itu. Mau apa
engkau hah?" Ditengah-tengah kecemasan melanda diri kakek dan nenek tua
itu, raden Purbaya yang tengah beristirahat di dalam kamar
bersama Cempaka keluar menjenguk ribut-ribut yang terjadi di
ruang tengah pondok tempatnya menginap.
"Ada apakah, Pak, Bu?"
"Eeh, ini" ini. Heh, itu. Dengar tuan. Ada tamu gila yang
tidak kami undang." "Haai! Bukakan pintu, aku ingin bermalam! Apakah di
rumah ini tidak ada penghuninya?"
"Bukakanlah pintu itu, Pak. Tapi sarungkan dulu golok
itu." "Ooh, ba" ba" baik. Baik." tergagap kakek tua itu
kemudian menyarungkan golok yang tadinya hendak
digunakan untuk memotong ayam.
"Heeeh! Kenapa lama sekali membukanya" Aku Barung.
Ingin menumpang tidur malam ini. Di luar nyamuk-nyamuk
297 24. KISAH DI TANAH NAGA kebun menggangguku." Pria kasar itu mengomel, tapi sekejap
kemudian hidungnya kembang kempis dan dengan suara
sumringah dia berkata, "Oh, ah apa ini" Hmm" Ooh rupanya
kalian tengah bersiap-siap untuk makan malam. Ah, kebetulan
sekali aku juga merasa lapar."
"Tunggu, jangan sentuh dahulu makanan itu!"
"Eh" eheh, kenapa" Apakah
mendapatkan bagian makanan ini?"
aku tidak boleh "Ah, Tuan" Siapakah tuan ini sebenarnya" Seorang
tamu" Jika tuan memang seorang tamu, bersikaplah sebagai
seorang tamu yang baik. Jika tuan ingin memohon tumpangan
menginap ataupun makan, katakanlah itu secara baik-baik.
Saya kira tuan bukanlah seorang perampok gila yang nyasar ke
pondok ini." "Ehehehe, yah. Iya iya, aku bukanlah seorang perampok
gila yang nyasar kemari, hmm"! Hehehe, tapi sikapmu hebat
sekali nona cantik. Hmm, ah bagaimana aku harus
menyebutnya, engkau ini nona ataukah nyonya" Eh, mungkin
engkau bersama dengan anak muda itu adalah pasangan suami
istri. Aah, jika begitu kau juga harus menjaga sikapmu dengan
sebaik-baiknya. Bagaimana jika kau salah bertindak dan
bertemu dengan perampok gila" Sikapmu itu akan menjadi
bumerang. Bukankah sayang sekali, padahal kalian baru saja
menikah." "Aah, sudahlah. Jangan panjang-panjang mengoceh.
Sekarang kau boleh bicara langsung saja dengan pemilik
pondok ini, dan katakan maksudmu secara baik-baik. Apakah
298 24. KISAH DI TANAH NAGA mereka akan mengijinkannya."
"Aah, jika saja kau ini adalah seorang anggota dari
keluarga ini, keluarga pondok ini, aku tidak akan tersinggung
nona. Tetapi engkau yang juga seorang tamu bisa bersikap
seperti ini,.. eh benar-benar aku tidak bisa menerimanya."
"Ah, bagaimana Bu" Pak" Apakah kalian bisa menerima
laki-laki ini untuk menginap dan makan disini?"
"Eeh, itu semuanya adalah terserah Nona. Semua ini
kami sediakan untuk kalian berdua. Dan, dan uangnya pun nona
yang memberi." "Baiklah, jika begitu saya yang memutuskan saja.
Silakan" silakan duduk Tuan dan mari kita makan bersamasama." berkata raden Purbaya.
"Ah ahahaha hahaha, ini baru sikap yang bijaksana,
hmm. Hehehe. Ah baiklah, ah mengingat sikap dari suamimu
ini, aku menyudahi saja semua ganjalan hatiku ini. Hehehe"
"Ayolah Kak, naiklah kau ke tengah balai-balai itu. Mari
Pak, Bu. Balai-balai ini cukup besar. Kita makan bersama-sama."
"Ah, biarlah kami" kami sudah makan tadi. Eh, kalian"
kalian makan sajalah. Huh, kami berdua akan menunggu di
belakang." "Silakan tuan."
"Hooh, perut sudah terisi penuh. Eh, sebentar lagi
299 24. KISAH DI TANAH NAGA mataku ini pasti akan terpejam. Ah, aku akan bermalam di sini."
"Hei, kakek, nenek! Kemarilah sebentar."
"Eh, ada apa Tuan?"
"Dengar aku akan menginap malam ini di rumahmu.
Nah, ini aku berikan padamu uang. Terimalah, uang itu lebih
dari cukup untuk membayar kamar di sebuah penginapan."
"Oh, Eeh, tapi" kami," kami tidak lagi mempunyai
kamar. Rumah ini hanya mempunyai sebuah kamar yang besar
dan sebuah lagi kamar yang kecil, tuan."
"Nah, berikanlah padaku kamar yang besar itu untuk
semalam." "Oh, tidak. Tidak bisa tuan. Kamar itu sudah ditempati
oleh dua tamu kami yang pertama."
"Heeh"!" "Hmm, jika tuan ingin menginap, mungkin mereka tidak
keberatan hanya di balai-balai ini."
"Hei, di balai-balai ini" Aku ki Barung kau suruh tidur di
balai-balai ini" Ah, benar-benar keterlaluan. Seharusnya kalian
penduduk Karang Sedana berterima kasih padaku ini yang baru
datang untuk?" Belum sempat ki Barung menyelesaikan
sesumbarnya, kembali terdengar pintu depan rumah itu
digedor-gedor dengan keras.
300 24. KISAH DI TANAH NAGA "Hoi! Buka! Buka pintu ini. Kami prajurit Karang Sedana,
hendak melakukan pemeriksaan."
"Lho, pak?" "Hehehehe, kalian semua masuk saja ke dalam kamar.
Biar aku yang menyelesaikan mereka. Ah, aku telah membunuh
salah seorang dari kawan mereka. Masuklah!"
Cempaka segera saja menggamit raden Purbaya untuk masuk
ke dalam kamar. Demikian juga dengan kakek dan nenek
pemilik pondok itu, masuk ke dalam kamarnya dengan tubuh
yang gemetaran. Sementara itu ki Barung lelaki kasar dengan
tubuh yang tinggi besar menuju pintu yang semakin keras
diketuk para prajurit Karang Sedana.
"Tunggu!" "Ahahahah, ahahaha, selamat! Bertemu lagi."
"Hmm, akhirnya dapat kami temukan juga jejakmu
pengacau! Hari ini jangan harap kau bisa lolos dari kepungan
kami. Hmm!" "Ini dia pengacau itu tuan Legawa"
"Sungguh berani, Heheh, Karang Sedana yang kali ini
bukanlah yang dahulu. Kau tidak dapat berbuat dan bertingkah
sekehendak hatimu. Kepung tempat ini ki Salaka. Aku tidak
ingin laki-laki ini mempergunakan kegelapan malam untuk lari
menyelamatkan diri."
301 24. KISAH DI TANAH NAGA "Hooi, pasukan! Ayo kepung tempat ini rapat-rapat.
Pengacau dan pembunuh teman kita ini tidak boleh lolos. Dan
tidak boleh kita biarkan."
"Ayo, ayo." "Hahaha, mundurlah sedikit. Mundurlah. Jangan
sampai perkelahian kita ini merusak pondok kakek dan nenek
tua. Hahaha. Eh kisanak, kau tidak mengenakan pakaian
prajurit. Agaknya kau adalah tokoh andalan Karang Sedana.
Antek dari resi asing itu."
"Memang iya, mampuslah kau pengacau."
"Sial, agaknya sembarangan." lawanku ini bukanlah lawan Ki Legawa terus menyerang Ki Barung dengan serangan kilat
yang tidak putus-putusnya. Hal mana yang membuat ki Barung
menjadi kerepotan. (28) Pada kisah yang lalu diceritakan, di sebuah pondok kecil
di sebuah desa raden Purbaya dan Cempaka bermalam
sambil bersembunyi menantikan hari pertemuan
pendekar esok hari di kuil Shiwa Agung di kota raja
Karang Sedana. Juga diceritakan hadirnya seorang lakilaki kasar yang bernama Ki Barung yang ternyata
merupakan buronan prajurit Karang Sedana.
"Heheheh" hahaha" ehaahahaha! Mundurlah sedikit,
302 24. KISAH DI TANAH NAGA mundurlah! Jangan sampai perkelahian kita merusak pondok
kakek dan nenek tua. Eh, kau tidak mengenakan pakaian
keprajuritan tuan Legawa. Agaknya kau adalah bukan prajurit
biasa, Hmm"! Kau pasti adalah prajurit khusus yang merupakan
tokoh andalan dari Karang Sedana. Antek dari resi asing."
"Huaahh! Apapun bicaramu malam ini, kau harus kami
tangkap! Dan tiang gantungan adalah bagianmu esok hari!"
"Haeeh"! Besok" Besok hari kematianku"! Ahahahah"
Ahahahahah" Hahahah! Esok adalah hari Respita bulan Aspini,
Haeeh"! Hari baik sekali. Hari baik, jika aku mati besok.
Hahahaha! Aku rela mati pada bulan dan hari yang suci itu.
Tetapi tentu saja, kematianku harus diiringi dengan
kematianmu dan juga kematian resi asing itu. Hahaha!"
"Setan!! Mampus kau pengacau gila! Haaaittt!"
"Kau hebat sekali tuan Legawa! Heh, berapakah
bayaranmu satu bulannya" Hmm, nah hampir saja kau
membunuhku dengan serangan ganasmu. Bukankah hari ini
hari budha, respita baru besok hari. Kenapa engkau ingin
membunuhku sekarang?"
"Diamlah, jangan banyak bicara. Sebentar lagi kau akan
ku ringkus, hidup atau mati!"
"Gila, hebat sekali kepandaian lawanku ini"
"Heh, mau lari ke mana kau" Kau tidak akan dapat lolos
lagi dari tanganku malam ini juga"
303 24. KISAH DI TANAH NAGA "Heh, bagaimana engkau ini, hah"! Katanya esok hari
adalah hari kematianku!?"
"Mampus kau pengacau gila!"
"Ayo mengocehlah lagi, sebelum kau mampus. Aku
tidak bisa menunggu dan melihatmu. Hari ini juga aku akan
melenyapkanmu. Hiyaaat!!"
"Tunggu dulu, tunggu! Tunggu?"
"Apa lagi?" "Ahh" Sebelum aku mati," hehehe, aku ingin
memberikan sisa uangku ini. Beberapa keping uang perak pada
pemilik pondok ini. Ya kakek dan nenek tua itu."
"Ah, setan! Nyawa sudah di ambang pintu, kau masih
juga hendak bergurau"!"
Ki Legawa yang menjadi geram dengan tingkah Ki Barung
segera saja mengangkat tangannya, dan kemudian
menghamburkan serangan yang sangat dahsyat. Ki Barung, lakilaki kasar kelihatan sudah mulai pasrah. Sedikitpun dia tidak
berusaha menghindar dari serangan maut itu. Sambil
tersenyum dia menunggu datangnya serangan itu. Akan
tetapi" "Heit, hiyaaa!"
"Uaarrghh, Oh," oh engkau lagi rupanya iblis! Siapakah
engkau ini sesungguhnya?"
304

Babad Tanah Leluhur Karya Tizar Sponsen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

24. KISAH DI TANAH NAGA "Hehehehehe, siapakah aku engkau tidak perlu tahu.
Aku datang hanya ingin mengusik tahta Karang Sedana yang
kini tengah dikuasai oleh resi asing itu."
"Wuah! Pengecut! Jika kau seorang yang berani
bersikap ksatria dan bertanggung jawab bukalah cadar
hitammu itu. Dan datanglah kembali ke istana Karang Sedana.
Tuan Amista menunggu kedatanganmu!"
"Eh, paman pergilah. Tinggalkan tempat ini. Biar saya
yang menjaganya. Menjaga antek-antek resi asing itu."
"Bersiaplah! Bersiaplah kalian semua. Jangan biarkan
dua pengacau itu melarikan diri. Serang! Dan gempur mereka
dengan anak panah!" "Heeh, benar-benar kalian sendiri yang mencari mati!"
"Huh, tempat ini cukup gelap untuk dapat melihat
gerakan setiap serangan licik mereka. Huh, tidak ada jalan lain,
aku akan melempar mereka dengan kekuatan saktiku."
"Cepatlah paman tinggalkan tempat ini, sebaiknya
paman tidak kembali lagi kemari!" seru Cempaka.
"Uhh, baiklah. Terima kasih tuan penolong. Selamat
tinggal?" "Eh, uh" Setan ini benar-benar tidak dapat kuhadapi
sendiri. Oh, tuan resi sendiri mendapatkan kesulitan. Iya,
kesulitan menghadapinya. Baiklah?" dengan dada sesak Ki
305 24. KISAH DI TANAH NAGA Legawa memutuskan untuk menghindar dari sosok bercadar
hitam dihadapannya, setelah dia mengingat bahwa resi Amista
pun tidak mudah menghadapinya.
"Baiklah kau menang lagi pengecut cadar hitam. Tapi
satu saat, pimpinan kami resi Amista akan menghancurkan
dirimu berikut kesombonganmu dengan aji Rawa Rontek nya.
Ayo" kita tinggalkan tempat ini!" Ki Legawa berseru sesumbar
pada sosok hitam di hadapannya, kemudian dia berlari ke arah
kuda dan memerintahkan anak buahnya segera meninggalkan
tempat itu. Derap belasan kuda tergesa-gesa menjauhi pondok
itu. "Bagaimana adik Purbaya, apakah kita tinggalkan saja
tempat ini" Atau kita tetap bermalam di sini?"
"Kita bermalam di sini saja. Aku kira prajurit itu tidak
akan kembali ke tempat ini. Karena dia mengira tidak akan
mendapat apapun di pondok ini. Buruannya Ki Barung telah
pergi entah ke mana."
"Ooh, ternyata Ki Barung adalah salah satu tokoh
undangannya Ki Parang Pungkur untuk menentang kekuatan
resi Amista di Karang Sedana ini." Menyadari hal itu, Cempaka
menghela napas. Walaupun hatinya sangat kesal atas
kekasaran laki-laki itu, tapi mau tak mau dia menghargai
kesetiaan tokoh tersebut pada Karang Sedana.
306 24. KISAH DI TANAH NAGA "Ah, sudahlah. Sebaiknya kita tidur saja."
"Emhh, ya. Baiklah. Tetapi saya harap, kau juga dapat
tidur adik Purbaya. Jangan lagi pikirkan aji Banyu Agung itu
untuk sementara." "Ah, baiklah. Kau tidurlah di balai-balai itu. Biar aku
bersemedhi di bangku ini."
"Oh, tidak! Tidak mungkin begitu! Eh," engkau yang
harus tidur di balai-balai itu, biar saya yang di bangku itu."
"Ah, apakah kita akan ribut kembali"!"
"Ooh, tetapi" bagaimana mungkin saya tidur di balaibalai itu, dan tuan justru tidur" ah, hanya bersemedhi di
bangku itu"!..."
"Ah?" "Atau?" "Ya. Kita tidak usah bertengkar. Balai-balai ini cukup
besar untuk tidur dua orang" jika engkau tidak keberatan?"
"Ah," Emmh, silakan?"
Malam semakin larut, dua remaja yang teramat letih bergulat
dengan bahaya sejak dari lautan sekitar wilayah Cina hingga
tiba di tanah Pasundan, tak dapat lagi menahan kantuknya.
Mereka pulas terlena oleh kesunyian musik malam hari serta
semilir udara sejuk di kaki gunung Ciremai.
307 24. KISAH DI TANAH NAGA Dalam lelapnya, sepasang remaja itu bermimpi. Mereka
merasakan tubuh mereka melayang bersama-sama ke tempat
yang jauh. Ke tempat yang tidak dikenalnya. Tempat yang indah
dan mempesona. Tempat yang dipenuhi bunga-bunga yang
harum, telaga dan sungai yang sukar untuk dilukiskan dengan
kata-kata keindahannya. "Heiii, oh" tempat apakah ini adik Purbaya" Begitu
indahnya! Oh, aku suka sekali tempat ini. Haii, lihatlah itu adik
Purbaya" burung-burung berkicau di dedahanan yang rendah,
dan heii, lihatlah itu" Oh, agaknya semua burung yang ada di
sini, semua berpasangan."
"Ya, indah sekali" Ah, lihat itu! Di sebelah sana, di
pinggir telaga" ada dua orang tengah duduk berdampingan.
Kita kesana?" "Oh, jangan! Jangan ganggu mereka adik Purbaya.
Agaknya mereka adalah sepasang kekasih yang tengah
memadu kasih. Dan," heiii itu juga di sana! Lihatlah, ada
sepasang kekasih lainnya" Oh, itu lagi. Heii, lihat! Disana juga
ada adik Purbaya." "Oh, tempat apakah ini" Banyak sekali pasangan remaja
yang tengah memadu kasih. Wajah mereka nampak begitu
ceria. Begitu bergembira. Tidak hanya laki-laki dan wanita,
tetapi burung-burung juga saling berpasangan."
Kemudian kedua remaja itu kembali merasakan tubuhnya
melayang jauh ke tengah daratan yang indah. Daratan yang
308 24. KISAH DI TANAH NAGA bagaikan nirwana. Mereka melayang terus sampai akhirnya
mereka sampai ke sebuah istana kecil.
"Kukira sebaiknya kita masuk saja ke istana itu. Kita
coba lihat, apalagi yang kita temukan di sana. Oh, anak tangga
ini dipenuhi aneka bunga yang berserakan. Oh harumnya
tempat ini bagaikan istana Dewa!"
"Ayolah, kita teruskan saja naik ke atas."
"Hmm, sepertinya istana indah ini tidak berpenghuni.
Ah, coba" kau bukalah pintunya adik Purbaya."
"Baik, kak?" "Oh! Adik Purbaya, lihatlah itu?"
"Lihatlah itu," bukankah disana lelaki agung yang
bersemayam di dalam tubuhmu?"
"Oh," sang Hyang Wishnu! Dan itu, bukankah wanita
agung yang bersemayam di dalam tubuhmu, Kak?"
"Iyaa," Nyai Pohaci. Oh, apa yang terjadi dengan
mereka adik Purbaya?"
"Entahlah, aku juga tidak mengerti. Mengapa tubuh
Hyang Wishnu terikat dengan bunga. Dan agaknya dia
sedikitpun tidak berdaya untuk bergerak melepaskan diri."
"Iya, begitu juga Nyai Pohaci" tubuhnya terikat dengan
bunga. Dan dia juga tidak kuasa melepaskan dirinya."
309 24. KISAH DI TANAH NAGA "Mereka terikat saling terpisah?"
"Oh, iya" Betapa menyedihkan, mereka terpisah"
sementara di sekeliling mereka semua makhluk saling memadu
cinta." "Aku akan menolong melepaskan ikatan itu?"
"Oh, iya" kita harus menolongnya. Kau melepaskan
ikatan bunga yang membuat Hyang Wishnu tidak berdaya, dan
aku akan melepaskan ikatan Nyai Pohaci."
Dengan tanpa ragu-ragu, mereka kemudian melepaskan ikatan
Hyang Wishnu dan Nyai Pohaci. Setelah terbebas dari ikatan
bunga yang membelenggunya, Hyang Wishnu mendekati Nyai
Pohaci. Merekapun saling pandang penuh arti.
Sementara itu raden Purbaya dan Cempaka yang telah merasa
puas dan bahagia telah menolong mereka saling genggam
dengan mesranya. Seketika itu juga, Hyang Wishnu merangkul
Nyai Pohaci dan kemudian terbang melayang sambil melambailambaikan tangannya tanda terima kasih.
"Se" semoga cintamu kekal dan abadi."
"Oh," se" selamanya."
"Oh, lepaskan tanganku adik Purbaya?"
"Ah, apa yang terjadi" Kita telah bermimpi"!"
310 24. KISAH DI TANAH NAGA "Ah, iya. Agaknya kita telah bermimpi hal yang sama.
Ooh, apa arti dari semua mimpi itu adik Purbaya?"
"Uh, mungkin" mungkin mereka tengah menantikan
uluran tangan serta bantuan dari kita."
"Oh" Apa maksudmu adik Purbaya?"
"Ah, kukira kau sudah mengerti" kakek Mamang Kuraya
telah menjelaskan segalanya kepada kita. Paduan cinta kita
adalah juga paduan cintanya, cinta mereka?"
"Ooh, jadi" agar mereka bahagia, kita harus selalu
bersama-sama"!"
"Juga karena mereka, tapi karena diri kita."
"Oh, iya" kita" Kita akan bersama-sama?"
Raden Purbaya segera saja menyambar tangan Cempaka,
menggenggamnya erat-erat dan mesra. Kemudian Cempaka
membalasnya dengan hangat.
Keesokan harinya," "Oh, banyak sekali penjagaan di gerbang kota raja ini
adik Purbaya." "Ah, apakah mereka akan mengenali kita kak" Mereka
adalah prajurit Karang Sedana. Prajurit-prajuritku."
311 24. KISAH DI TANAH NAGA "Ah, hahaha?" Cempaka terkekeh kecil. "Dengan
pakaian jelek seperti ini. Dan dengan topi caping yang lebar dan
berjalan dengan sedikit menunduk" tidak akan ada seorang
pun yang tahu bahwa engkau adalah junjungan mereka prabu
Purbaya. "Untung rambutmu yang indah itu kau gelung dan kau
masukkan ke dalam topi. Jika tidak pasti akan menarik
perhatian laki-laki yang disudut sana itu" Itu?"
"Ohh,.. Ki Legawa"! Hmm, agaknya dia tengah meronda.
Duduk diatas kudanya dengan dada tengadah. Hmm, lihat itu.
Agaknya mereka sedang memberikan laporan pada Ki Legawa
yang memimpin perondaan?"
"Ayo, kita lanjutkan saja perjalanan kita ke kuil Shiwa
Agung. Kita harus segera bertemu dengan Aki Parang Pungkur!"
"Ah, tunggu dulu adik Purbaya. Ehmm, aku" aku ingin
tau apa yang dilaporkan oleh prajurit yang baru datang itu.
Hmm, telingaku sedikit dapat menangkap bahwa mereka tadi
menyebut-nyebut nama kuil Shiwa Agung."
"Jika begitu kita coba gelar aji Empat Arah Pembeda
Gerak. Kita harus tahu lebih banyak apa yang mereka
bicarakan." "Oh, percuma adik Purbaya, lihatlah itu" mereka sudah
siap untuk berangkat. Kita ikuti mereka. Ayo!"
312 24. KISAH DI TANAH NAGA Melihat Ki Legawa meninggalkan gerbang kota raja, raden
Purbaya dan Cempaka kemudian mengikutinya.
(29) Pada kisah yang lalu diceritakan, raden Purbaya dan
Cempaka tengah menginap di rumah kakek dan nenek
yang baik hati, kembali menyelamatkan Ki Barung
seorang pendekar undangan Ki Parang Pungkur dari
kejaran para tokoh Karang Sedana di bawah pimpinan
Ki Legawa. Juga diceritakan pada malam harinya, raden
Purbaya dan Cempaka bermimpi melepaskan belenggu
bunga yang mengikat dan memisahkan Hyang Wisnu
dan Nyai Pohaci. Dan pada akhir kisah yang lalu raden
Purbaya dan Cempaka yang tiba di gerbang kota raja
mendengar secara tidak sengaja laporan dari seorang
prajurit Karang Sedana yang menyebut-nyebut kuil Siwa
Agung. Untuk itu keduanya segera mengikuti Ki Legawa
yang melarikan kudanya. "Ah, kita dapat membuat para peronda curiga dengan
berlari-lari seperti ini. Eh, sebaiknya kita ikuti dengan aji
Halimunan." bisik raden Purbaya.
"Kita cari tempat untuk menerapkan aji itu, di tempat
ini akan dapat menimbulkan kegemparan jika ada yang melihat
kita tiba-tiba saja lenyap dari pandangan mata. Mari ke sudut
sana, sebelum kuda-kuda itu semakin menjauh." Cempaka
menjawab, dan segera mengajak junjungannya ke sebuah
tikungan yang memiliki beberapa pohon yang cukup besar
batangnya. Tidak lama kemudian mereka segera menerapkan
313 24. KISAH DI TANAH NAGA ajian Halimunan. Tubuh keduanya lenyap dari pandangan mata.
Dengan ajian Halimunan raden Purbaya mengikuti rombongan
Ki Legawa bersama-sama dengan Cempaka.
"Kalian semua tunggulah di sini. Biar aku yang masuk
melapor pada tuan resi Amista. Hup"
"Tuan resi! Tuan resi!" Ki Legawa memanggil-manggil
dengan lantang. "Oh, ada apa engkau berteriak-teriak?"
"Emm, eh, seorang pengawal hamba melihat hadirnya
beberapa orang yang mencurigakan disekitar kulil Siwa Agung,
sebelah barat kota raja."
"Hemm," menggeram. mendengar laporan itu resi Amista "Hamba yakin di kuil Siwa Agung saat ini telah
berkumpul beberapa tokoh dari dunia kependekaran."
"Hmm"! Hehehehehehe, aku yakin ini semua adalah
perbuatan si pengemis usil. Hmm! Hehehehehe, biarlah.
Biarkan saja. Kalian tidak usah mengganggu mereka. Biarkan
nanti pada saatnya mereka semua pasti akan berkumpul di
alun-alun. Heeh, biarlah siasat mereka yang secara sembunyisembunyi datangnya akan kuhadapi juga dengan siasat
sembunyi-sembunyi." "Hmm, hoo"! Siasat sembunyi-sembunyi" Apakah


Babad Tanah Leluhur Karya Tizar Sponsen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

314 24. KISAH DI TANAH NAGA maksud tuan resi?" "Aku telah menarik belasan tenaga dari berbagai
tempat dan juga beberapa tokoh dari kerajaan-kerajaan
tetangga yang berada di bawah kekuasaan kita telah kutarik
kemari." "Tetapi tuan resi," apakah para tokoh dan perwiraperwira dari kerajaan tetangga itu dapat dipercaya?"
"Heeh"! Apa maksudmu Legawa?"
"Mereka pada dasarnya bukanlah pengikut tuanku.
Mereka adalah kaum ksatria yang tunduk karena berhasil
tuanku kalahkan. Hamba khawatir pada suatu saat mereka
akan menjadi duri dalam setiap gerakan kita."
"Hahahahaha," resi Amista tertawa mendengar
penjelasan Ki Legawa. "Jangan khawatir, Heh. Aku justru akan
lebih dahulu mengumpan mereka menghadapi para pendekar
yang akan kita hadapi. Hehehehehe. Hmm, marilah masuk. Kau
akan kuperkenalkan dengan mereka, Legawa."
"Hehehehehe, nah itu mereka. Mereka baru saja tiba
beberapa saat setelah engkau memimpin perondaan."
"Hoh, bangkitlah kalian semua. Aku akan
memperkenalkan pembantu utamaku di istana Karang Sedana.
Dia adalah Legawa. Legawa bersama lima orang tokoh lainnya
di istana ini membantu para prajurit dan dalam menciptakan
perdamaian." 315 24. KISAH DI TANAH NAGA "Hmm, iya. Senang sekali berkenalan dengan sesama
rekan kelompok dari tuan resi. Ha, iya" nama saya adalah
Rangkut. Saya membantu tuan resi di istana Kencana Wungu."
"Hahahahaha, mengingat waktu yang semakin sempit
sebaiknya biar aku saja yang memperkenalkan kalian. Heh,
hahahaha. Lihatlah itu mereka kebetulan sekali duduk berjajar.
Mereka adalah pembantuku dari lima negara bawahan Karang
Sedana. Mereka adalah Ki Pangkut, Pating Kali, Jagal Manjung,
Sampir, Kala Soka. Mereka berlima datang dengan membawa
beberapa orang pembantu, yaitu perwira-perwira yang gagah
dari kerajaannya. Nah, sekarang dengarlah. Tugas kalian saat ini
adalah menyamar seperti rakyat biasa membaur ditengah
keramaian alun-alun."
"Hmm, ya ya. Kami mengerti tuan. Mengamati jika saja
ada orang-orang dari Parang Pungkur atau tokoh lainnya yang
akan membebaskan anggota tongkat merah ini. Ya, tetapi
bilakah kami harus bertindak" Dan siapakah kelak yang akan
memberikan tanda atau perintah?"
"Ki Legawa akan memberikan perintah jika diapun
merasa pasti sasaran sudah berada di hadapan kalian semua.
Ingat, kaupun harus melepaskan segala yang dapat
menimbulkan kecurigaan. Sembunyikan senjata kalian dibalik
baju kalian masing-masing. Mengerti"!"
"Mengerti!" serempak yang hadir menjawab.
"Bagus, hahahahaha, jika begitu bersiaplah. Dan
segeralah berangkat."
316 24. KISAH DI TANAH NAGA Tanpa sepengetahuan mereka, seluruh pembicaraan mereka di
dalam pondokan kecil resi Amista itu didengar oleh raden
Purbaya dan Cempaka yang tengah menerapkan aji Halimunan.
"Kita harus segera memberitahukan pada kakek Parang
Pungkur akan adanya rencana busuk dari resi Amista ini."
"Ya, kita akan memberitahukan segera. Tapi sebaiknya
kita masuk dan melihat keadaan paman Raka Parungpang. Apa
yang telah terjadi dengannya."
"Oh, iya. Asalkan tidak terlalu lama adik Purbaya."
"Aku mengerti, marilah."
Dengan tanpa diketahui seorangpun raden Purbaya dan
Cempaka menuju ke bagian utama istana Karang Sedana di
tempat mana Raka Parungpang bertempat tinggal.
"Oh, lihat itu adik Purbaya. Paman Raka Parungpang
sedang duduk di muka kamarnya."
"Ya, agaknya paman Raka Parungpang tidak kurang
suatu apapun. Hei, itu ibunda Ratih Pudakwangi, ibunda dari
adik Paramita. Mengapa dia berada di kamar paman Raka
Parungpang" Eh, Apakah" apakah mereka telah menikah?"
"Ohh, iya. Aku kira pasti begitu. Ah, sudahlah kita harus
segera ke kuil Siwa Agung. Keadaan mereka tidaklah terlalu
memprihatinkan." "Resi Amista dan kekuatannya telah menekan paman
317 24. KISAH DI TANAH NAGA Raka Parungpang. Ah, kita pergi saja segera ke kuil Siwa Agung."
Sementara itu pada saat yang hampir bersamaan di kuil Siwa
Agung belasan tokoh dari berbagai perguruan tengah
berkumpul membicarakan masalah angkara murka dari resi
Amista. Dan diantara mereka terdapat Ki Parang Pungkur,
Danyang bersaudara, Ki Barung serta belasan tokoh lainnya.
"Heeh, sayang sekali pada saat ini Anting Wulan dan
raden Saka Palwaguna tidak hadir. Tetapi dalam suratnya yang
aku terima ini, dia menyatakan akan segera datang kemari.
Pada saat ini keadaan kandungannya yang mulai membesar
kerap menggangu keadaan dirinya. Sedangkan raden Seta
Keling dan Sariti tidak berhasil dihubungi oleh anggotaanggotaku."
"Kukira, ketidakhadiran beberapa undangan tuan
Pungkur itu tidak usah menjadikan kita resah. Kita sembilan
belas tokoh utama, masakkan takut menghadapi resi Amista
bersama dengan antek-anteknya?"
"Hmm benar, kau benar Ki Barung. Kita tidak perlu takut
pada mereka selama kita berpijak diatas kebenaran tidak ada
hal apapun yang menjadikan kita gentar. Tetapi hmm resi
Amista heeh kepandaian itu sangatlah tinggi. Tidak ada
seorangpun diantara kita disini yang dapa menghadapinya."
"Hmm, ya benar kata-kata tuan Pungkur aku sudah
pernah merasakan sendiri kehebatan resi Asing itu. Tetapi jika
kita menghadapinya bersama-sama, masakkan tidak dapat kita
lumpuhkan?" 318 24. KISAH DI TANAH NAGA "Heeh, Ya ya jika saja itu terjadi beberapa tahun yang
lalu. Ya mungkin itu benar. Tetapi saat ini keadaannya,
keadaannya sudah lain sekali. Resi Amista telah menguasai aji
Rawa rontek?" "Hah!" Aji Rawa Rontek?" yang hadir terkesiap dan
saling bergumam. Tak seorangpun menyangka ajian yang
legendaris dari tanah jawa yang membuat pemiliknya tidak
mati sekalipun lehernya terputus tersebut dapat dikuasai oleh
seorang resi asing. "Ya rawa rontek, dengan aji tersebut resi Amista
seakan-akan berubah menjadi iblis neraka yang tidak dapat kita
hancurkan. Tidak dapat kita bunuh."
"Hmm, tetapi apakah tidak mungkin kita membunuhnya
jika kita memenggal kepalanya dan menguburnya di tempat
yang berbeda?" "Hmm ya ya, aku kira itu adalah satu-satunya jalan yang
dapat kita lakukan."
Terdengar pintu diketuk dari luar.
"Hoh, siapa lagi itu yang datang" Apakah salah seorang
dari yang kita tunggu" Ya, masuk!"
"Ah, ehm" ampun bapak ketua, tuanku," tuanku prabu
Purbaya dan putri Cempaka berada di luar?"
"Ha"! Prabu Purbaya" Prabu Purbaya" hadirin geger.
"Ohh, prabu Purbaya. Oh ya ya, baiklah. Aku akan
319 24. KISAH DI TANAH NAGA segera keluar untuk menyambutnya."
Ki Parang Pungkur segera bergegas keluar. Sementara itu
seluruh tokoh undangan memandang ke arah pintu dengan
wajah yang mulai dirambati oleh harapan. Tidak beberapa lama
kemudian dari balik pintu itu muncul raden Purbaya bersama
dengan Cempaka. "Salam hormat kami pada yang mulia tuanku Purbaya."
"Ah, terima kasih paman-paman sekalian. Terima kasih
paman Pungkur. Aku tahu pertemuan kalian hari ini, hari yang
baik ini, semata-mata adalah untuk menggulingkan kekuasaan
resi Amista dari Karang Sedana. Untuk itu mengucapkan terima
kasih" Seluruh hadirin menunduk mendengarkan prabu Purbaya yang
mulai angkat bicara. Sementara itu beberapa orang di antara
mereka, yaitu Ki Barung dan Danyang bersaudara terpukau
memandang dua orang muda di hadapannya yang
sesungguhnya telah dikenalnya.
"Hooh, ternyata dua muda-mudi yang kutemui di jalan
desa kemaren adalah gusti Prabu bersama dengan tuan putri
Cempaka." "Benar-benar aku ini pantas untuk mendapat hukuman
mati, yah" dia yang telah ku kasari tadi malam adalah
junjunganku. Tetapi kenapa dia tidak menjadi marah" Kenapa
justru dia menolongku" Benar-benar beliau adalah seorang raja
yang bijaksana. Seorang yang arif."
320 24. KISAH DI TANAH NAGA ?" Akan tetapi, untuk dapat mengatasi resi Amista kita
harus benar-benar mencari cara dan jalan yang tepat untuk
dapat mengalahkannya."
"Hamba mengerti akan kehebatan resi Amista. Tetapi
jika tuanku telah hadir kembali, tidak ada lagi yang menjadikan
kami khawatir." "Benar, kami semuanya menjadi sangat yakin bahwa
resi Amista akan dapat kita hancurkan."
"Iya, mereka semua benar tuanku Purbaya. Tuanku bisa
membuktikannya nanti. Jika resi Amista melihat kehadiran
tuanku, mereka tentu akan berpikir banyak untuk tetap
bercokol di istana itu. Hmm" Tetapi yang hamba inginkan saat
ini adalah musnahnya resi asing itu. Sudah cukup banyak
penderitaan yang dibuatnya. Naah, hmm" Oya, apakah tuanku
telah mengetahui tentang peristiwa yang terjadi di padepokan
Goa Larang?" "Oh, tidak kek,.. peristiwa apakah itu?" Cempaka
bertanya. "Apakah yang terjadi di sana Kek?" Purbaya pun
bertanya. "Eh," sebaiknya" Hmm, sebaiknya nanti saja saya
ceritakan, Gusti. Heeh, hamba tidak sanggup untuk
mengungkapkan hal itu saat ini. Ah, maafkan hamba Tuanku."
"Oh, ada apakah sesungguhnya Kek" Katakan saja, aku
kira tuanku Purbaya akan sanggup mendengar berita itu."
321 24. KISAH DI TANAH NAGA "Ah, iya Kek. Katakanlah, apa yang sebenarnya telah
terjadi di padepokan Goa Larang."
"Heeh, saat itu kami kira tuanku masih ada di
padepokan ketika tiba-tiba saja terjadi kekacauan. Resi Amista
datang memporak-porandakan padepokan itu. Besanku yang
juga sahabatku, Wanayasa telah gugur."
"Oh, eyang Wanayasa telah tewas Kek?"
"Iya untuk menutupi rasa malu karena telah membuat
para tamu undangannya mendapat susah, dia tidak lagi dapat
mengendalikan emosinya. Dia lalu menerjang resi Amista tanpa
menghiraukan keselamatan sendiri. Heeh, dan akhirnya?"
"Oh?" Cempaka tercekat.
"Oh, lalu, dimanakah saat itu kakek Mamang Kuraya
berada" Apakah kakek juga tidak berhasil menahan amukan
resi Amista?" "Ya, mungkin jika saat itu keadaanya tidak menjadi
kumat, dia dapat menahan amukan resi Amista?"
"Oohh" lalu," lalu," apakah yang telah terjadi dengan
kakek Mamang Kuraya" Oh, Apa yang telah terjadi dengan
kakek" apakah" Apakah"," suara Cempaka terdengar
gemetar, tak sanggup membayangkan kemungkinan buruk
yang dapat terjadi pada guru yang telah dianggapnya sebagai
kakeknya itu. 322 24. KISAH DI TANAH NAGA "Yah," kakekmu yang saat itu kumat kembali
penyakitnya, mendapat sebuah pukulan hebat dari resi asing
itu, dan" dan diapun tewas beberapa saat di pinggir arena?"
Ki Parang Pungkur berkata perlahan, kepalanya pun perlahan
pula tertunduk dan dia mulai menitikkan airmatanya. Sesak
sekali terasa dadanya. "Kurang ajar! Hiaaa!!!"
Raden Purbaya menjadi gemetar karena menahan perasaan
marahnya, menghentakkan seluruh emosinya dengan
menghentakkan kaki ke lantai. Seketika itu juga kuil Siwa Agung
seakan-akan hendak runtuh.
(30) Pada kisah yang lalu diceritakan, raden Purbaya yang
hadir dalam pertemuan di kuil Shiwa Agung mendapat
tahu tentang kematian resi Amista dan lainnya. Sesaat
setelah mendengar hal itu, raden Purbaya menyalurkan
kemarahannya dengan menghentakkan kakinya ke
lantai. Sementara itu Cempaka mengepal tinjunya
berusaha untuk mengendalikan diri.
"Oh, kakek terbunuh oleh resi Amista!"... Terlalu jauh"
terlalu jauh" angkara murka yang telah dibuatnya."
"Iya, kita harus menghentikannya tuanku! Kita harus
membuat perhitungan secara tuntas hari ini."
"Iya, meski begitu kita harus berhati-hati dan
mempersiapkan diri. Kita tidak boleh bertindak ceroboh."
323 24. KISAH DI TANAH NAGA "Kita akan mengatur strategi" Oh, bagaimana" apakah
Aki Parang Pungkur telah mempunyai cara untuk menghadapi
resi Amista dan para anteknya?"
"Sebelumnya kami hendak mengabarkan, bahwa
sesungguhnya pertemuan hari ini telah diketahui oleh resi
Amista. Tetapi dia tidak melakukan sesuatu. Dia akan
mempersiapkan pasukannya yang terdiri dari tokoh-tokoh
golongan hitam untuk menusuk dari belakang."
"Haah, untunglah kita telah mengetahui semua ini
terlebih dahulu. Jika tidak, ahh" entahlah apa yang akan terjadi
dengan nasib kita semua. Ah, baiklah" kita akan tetap


Babad Tanah Leluhur Karya Tizar Sponsen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melakukan semua yang telah kita bicarakan. Dan berita yang
baru kita dapatkan tadi akan kita sesuaikan dengan kita. Ah, oh
untuk itu kami membutuhkan bantuan tuanku Purbaya dan
tuan putri Cempaka" "Bantuan apakah itu, Kek" Katakanlah, kami akan
melakukan apapun juga demi untuk Karang Sedana."
"Kami hanya ingin, tuanku tampil pada saat mana
hukuman dilaksanakan pada keenam belas anggota kami. Dan
pada saat itulah, kita tengah bermain kucing-kucingan dengan
para tokoh hitam yang disebar. Saya yakin kehadiran tuanku
akan membuat terkejut."
"Baik, aku dan Cempaka akan melakukan tugas itu. Nah,
matahari akan naik tinggi diatas kepala. Hukuman itu akan
segera dilaksanakan. Kita harus segera tiba di sana."
"Ah, baiklah. Menyebarlah kalian."
324 24. KISAH DI TANAH NAGA Begitu mendapat perintah dari Ki Parang Pungkur, delapan
belas tokoh undangan itu segera menuju kebelakang dan
mencari jalan keluar melalui pintu depan dan belakang. Tetapi
tiga orang masih saja tetap berdiri di tempat. Sementara
seluruh kawannya yang lain telah lenyap, ketiga lelaki itu
ternyata adalah Ki Barung dan Danyang bersaudara. Danyang
Beureum dan Danyang Keling menghampiri raden Purbaya dan
kemudian menghaturkan sembah.
"Ampunkanlah semua kesalahan hamba, tuanku.
Semua sikap kami kemarin yang tidak berkenan di hati tuanku.
Itu semua terjadi karena semata-mata kami tidak tahu dengan
siapa kami tengah berhadapan. Ampuun tuanku?"
"Hmm, demikian juga hamba. Harus mengucapkan
banyak terima kasih. Serta mohon ampun atas segala peristiwa
kemarin itu. Sikap hamba yang telah menyinggung, telah
tuanku balas dengan pertolongan. Bukankah tuanku yang telah
menolong hamba kemarin"!"
"Ah" Darimanakah paman mendapat tahu?"
"Karena rasanya tidak semua orang sanggup berbuat
seperti itu. Hamba telah banyak mendengar kabar tentang
kehebatan tuan sejak tuanku masih kecil. Tentang peristiwa di
gerbang keraton Karang Sedana. Sebuah mukjizat di dalam diri
tuanku?" "Sudahlah, tidak usah kau ungkit semua itu paman. Aku
hanya seorang manusia biasa. Nah, ayolah kita menuju ke alunalun istana, dan waspadalah." Purbaya menyela ucapan Ki
325 24. KISAH DI TANAH NAGA Barung, dan mengajak mereka segera ke tempat acara
hukuman akan dilaksanakan.
"Yang mulia gusti Raka Parungpang memasuki
panggung kehormatan!" terdengar lantang suara teriakan
seorang prajurit dari atas panggung membuka acara. Disusul
dengan suara terompet yang susul menyusul.
"Salam sejahtera bagi yang mulia gusti prabu Raka
Parungpang!" serempak hadirin yang ada di seputaran tempat
itu berhenti berbicara, kemudian dengan khidmat semua
menjura ke arah panggung dan memberi ucapan salam. Tak
berapa lama, kembali prajurit tersebut berkata-kata lantang
kembali. "Yang mulia maha resi Amista, maha resi agung dari
Karang Sedana memasuki panggung kehormatan!"
"Salam sejahtera bagi resi agung, resi Amista!"
Resi Amista maju mendekat ke arah pinggir panggung.
Diamatinya kerumunan orang dihadapannya. Senyumnya
tersungging. Kemudian resi itu mengangkat kedua tangannya,
dan kemudian mulai berseru dengan suara yang dalam.
"Atas nama yang mulia, gusti prabu Raka Parungpang!
Pelaksanaan hukuman mati bagi pengacau dan pengganggu
ketentraman kerajaan akan segera mendapatkan hukuman.
Bawa ke arena ke enam belas tawanan itu!"
"Sejak kapankah paman Raka Parungpang menobatkan
dirinya?" Prabu Purbaya berbisik heran pada Aki Parang
326 24. KISAH DI TANAH NAGA Pungkur yang berada di sisinya.
"Entahlah, hamba pun baru mendengarnya."
"Bila itu semua diatur oleh resi Amista, paman Raka
tidak dapat berbuat apapun kecuali atas kehendak resi Amista."
Cempaka mengungkapkan pendapatnya.
"Atas nama gusti prabu Raka Parungpang, ke enam
belas anggota pengemis tongkat merah yang membuat
kekacauan akan segera dihukum mati! Sekaranglah
pelaksanaan hukuman itu!"
"Baik tuan, bawa secepatnya para pengacau itu!"
perintah Ki Legawa pada anak buahnya yang berada di bawah
panggung. Dari tempat yang penuh dikelilingi puluhan tokoh golongan
hitam, keenam belas anggota pengemis tongkat merah digiring
ke tengah lapangan. Mereka diarahkan ke tempat yang telah
disediakan. Belum lagi keenam belas anggota tongkat merah
yang tidak berdaya itu naik ke panggung kecil yang akan
menghantar nyawa mereka, terdengar bentakan kecil yang
mengandung daya pengaruh tinggi.
"Tunggu!" Orang-orang berpaling ke arah suara itu.
"Oh, prabu Purbaya! Itu prabu Purbaya! Dan itu
sepertinya tuan putri Cempaka!" orang-orang itu berseru-seru
dan makin riuh rendah. Beberapa bahkan bertepuk tangan
327 24. KISAH DI TANAH NAGA kegirangan. Banyak dari mereka yang langsung mengenali
junjungan mereka yang sempat menghilang itu.
"Aku harap kalian semua menunda hukuman ini, jika
memang mereka bersalah, harus diselesaikan dahulu melalui
pengadilan yang seadil-adilnya." Purbaya mulai angkat bicara,
setelah suara orang-orang mereda. Resi Amista kaget bukan
kepalang. "Ohh! Apakah" apakah aku tidak tengah bermimpi?"
"Bangsat, mengapa aku tidak melihatnya sedari tadi!"
umpat resi asing itu dalam hatinya.
"Aku berharap, paman Raka Parungpang untuk segera
menyelesaikan masalah ini. Setahuku para pengemis tongkat
merah selalu bahu membahu mempertahankan ketentraman
dan keamanan Karang Sedana. Aku tunda pelaksanaan
hukuman ini." Raka Parungpang terpaku di tempat duduknya. Sedikitpun dia
Pendekar Muka Buruk 22 Pendekar Naga Putih 22 Tragedi Gunung Langkeng Rahasia Makam Mahesa 1

Cari Blog Ini