Balada Padang Pasir Karya Tong Hua Bagian 15
permata dalam hati kaisar, tak ada yang berani melakukan
apapun padanya, hanya saja, anak kecil mudah terkena masalah,
hari ini terjatuh, besok tercebur ke dalam kolam, atau tangan dan
kakinya terluka, semuanya dapat terjadi. Saat itu, walaupun
kaisar akan marah, paling-paling ia akan membunuh pelayan
yang tak becus merawatnya".
Kalau bukan karena dirinya, mungkin aku dapat menikah dengan
Huo Qubing; kalau bukan karena dirinya, Liu Che belum tentu
membawa anak itu ke istana untuk dibesarkan; kalau bukan
karena dirinya, aku tak usah menjalankan rencana yang buruk ini,
menempatkan orang-orang yang kucintai dalam bahaya serta
mengelilingi gerbang neraka; penderitaan Jiu Ye beberapa hari ini
juga seluruhnya karena dirinya, begitu pula dengan Qubing yang
sekarang menyalahkan dirinya sendiri dan merasa sedih.......
Senyumnya terlalu puas diri, terlalu girang, saat ini ia tak seperti
Li Yan yang selalu bertindak selangkah demi selangkah dengan
hati-hati, ia hanya seseorang yang menjadi menyimpang karena
kehidupan di istana dan membenci takdirnya sendiri, lalu
melampiaskannya pada diriku. Kalau aku menderita,
kemarahannya karena tak dapat memperoleh kebahagiaan hidup
seorang wanita biasa juga akan banyak berkurang.
Segala kemarahanku terhadapnya yang terpendam dalam hatiku
sekonyong-konyong meledak, dengan sekali mengegos aku telah
berdiri di hadapannya, tanganku mencengkeram lehernya. Wajah
Li Yan menjadi pucat pasi, ia terbatuk-batuk, namun masih
tersenyum, "Aku melupakan ilmu silatmu! Namun ini bukan Xiyu
atau padang pasir dimana kau dapat berbuat sesuka hatimu!
Apakah kau berani melakukannya" Apakah kau sanggup
menanggung akibatnya?"
Ternyata tak hanya ia yang gila, sebentar lagi aku pun akan
terpaksa menjadi gila. Aku menarik napas panjang, lalu dengan perlahan melepaskan
cengkeramanku, sambil tersenyum aku menghormat padanya,
"Mohon niangniang memaafkan kekhilafan sesaat hamba".
Aku membantunya merapikan pakaiannya, lalu dengan suara
yang amat pelan, aku berkata, "Li Niangniang, aku dan Qubing
bukan orang yang lemah hati, kalau Shan er kehilangan sehelai
rambutnya saja, aku akan membunuh seribu orang Loulan, kalau
Shan er terjatuh, aku akan membunuh selaksa orang Loulan,
kalau sampai ada kecelakaan lain, aku pasti akan.......mengubur
seluruh Loulan untuk menemaninya!"
Li Yan memandangku dengan terkejut, ketika ia baru saja hendak
berbicara, aku merapikan rambut yang berantakan di sisi
telinganya, lalu sambil mengelus pipinya, dengan lembut aku
berkata, "Jangan khawatir, aku tak akan membocorkan jati dirimu,
selamanya tak akan melakukannya, paling-paling aku hanya akan
menghancurkan Loulan. Qubing memegang kekuasaan militer
yang amat besar, kalau ketika pergi berperang ia melewati
Loulan, dan membunuh sepuluh atau dua puluh ribu orang
Loulan, kaisar tak akan memperdulikannya. Ai! Entah ada berapa
banyak orang di Loulan" Aku dapat mengatur agar Loulan
melakukan pembangkangan terhadap kaisar dan membuat kaisar
murka, lalu dengan satu jurus memusnahkan Loulan".
Sepasang mata Li Yan terbuka lebar-lebar, "Kau tak mungkin
dapat melakukannya!"
Semakin banyak aku berbicara, ia justru semakin tak percaya,
aku tak berkata apa-apa, hanya melangkah mundur sambil
tersenyum lebar, dan terus menatapnya. Melihat ekspresi
wajahku, Li Yan segera tak lagi terlalu percaya pada kata-katanya
sendiri. Melihat raut wajahnya, aku tahu bahwa ancamanku berhasil,
setelah membungkuk memberi hormat padanya, aku berbalik dan
pergi. Shan er, ini adalah hal kecil yang dapat kulakukan untukmu
dari hati seorang ibuku yang merasa bersalah.
Di belakangku, Li Yan mendadak tertawa, lalu berkata dengan
perlahan, "Jin Yu, kau sungguh......"
Aku tak berpaling, aku tahu saat ini ia tak dapat berkata apaapa?".
Setelah meninggalkan istana, Qubing duduk di depan bak pasir,
ia duduk di depannya semalaman, aku mengira ia sedang
mengatur posisi pasukan, mengusir rasa sedihnya dengan
bermain perang-perangan, maka aku tak mengusiknya,
membiarkannya mengurai beban di hatinya.
Sebelum tidur, aku menghampiri bak pasir itu, kulihat hanya ada
beberapa huruf 'Shan' yang ditorehkan dalam-dalam di pasir.
Ketika melihatku memandang bak pasir itu dengan terpana, ia
mengangkat kepalanya dan tersenyum, matanya berbinar-binar
dan ia menarikku ke dalam pelukannya, "Yu er, tak perduli apa
yang dipikirkan kaisar, aku pasti akan mengembalikan anak kita
ke sisimu". Aku terkejut dan cepat-cepat berkata, "Sekarang keadaan di
istana sedang genting, permaisuri dan Jenderal Wei tak akan
setuju kau membangkang pada kaisar".
Kematian Li Guang membuat konflik diantara keluarga
bangsawan Li dan keluarga Wei yang merupakan ipar kaisar
semakin tajam. Sima Qian dan para pejabat sipil lainnya berdiri di
sisi keluarga Li dan menolak keluarga Wei. Selain itu, rakyat
jelata sangat menghormati Jenderal Li Guang dan diam-diam
menyalahkan Wei Qing atas kematiannya yang mengenaskan. Li
Yan dan selir-selir lain di istana mana bisa melewatkan
kesempatan ini" Secara alami, mereka memutuskan beraliansi
untuk mengoyang keluarga Wei yang selama ini tak tergoyahkan
dengan mengesampingkan akibat yang akan terjadi. Semua
orang di istana yang memperebutkan kedudukan putra mahkota
sekarang bergabung menjadi satu, tanpa perduli apakah kelak
mereka akan bermusuhan atau tidak.
Saat ini adik Li Guang, Li Cai, menjabat sebagai perdana menteri
dan merupakan pemimpin ratusan pejabat, dahulu ia diangkat
sebagai adipati karena berjasa di angkatan bersenjata, sehingga
ia juga dihormati di markas angkatan bersenjata. Sejak Li Guang
wafat, ia selalu bersikap amat tenang, dan berusaha sekuat
tenaga menahan putra dan cucu keluarga Li agar tak bertindak
dengan gegabah, namun semakin tenang sikapnya, ia semakin
menakutkan. Sebelum datang badai besar, semakin tenang
cuaca, semakin besar kekuatan merusak badai yang akan datang
itu. Saat ini, Wei Zifu sudah bukan wanita yang paling disayangi
kaisar di istana belakang, Wei Qing pun bukan pria yang paling
dianak emaskan dan dipercaya oleh kaisar. Walaupun Wei Zifu
adalah permaisuri, namun semua orang tahu bahwa Li Yan
adalah permata dalam hati kaisar, walaupun Wei Qing adalah
seorang jenderal besar, namun semua pejabat di istana dapat
melihat bahwa kaisar menggunakan Huo Qubing untuk menekan
dan mengikis kekuatannya.
Saat ini, Huo Qubing yang tak mau bergaul dan tak mau
bersekongkol dengan orang lain, namun memegang kekuasaan
yang amat besar dan sangat disukai kaisar, menjadi pusat
pusaran badai pertarungan diantara keluarga Wei dan kekuatankekuatan lainnya. Keluarga Wei mencoba menerka sikapnya,
kekuatan-kekuatan lain di istana pun melakukan hal yang sama.
Kalau ia tak mau terlibat, kalau tak hati-hati, kedua belah pihak
mungkin akan berusaha menghancurkannya. Persekongkolan
untuk mencelakai dirinya yang berasal dari pihak lain sama sekali
tak menakutkan, namun kalau keluarga Wei, untuk mencegah Liu
Che menggunakan dirinya untuk menekan Wei Qing,
bersekongkol untuk mencelakai dirinya, apakah ia dapat
bertahan" Apakah keluarga Wei mengerti bahwa di balik sikap
tak banyak bicara dan dingin Huo Qubing, tersembunyi api yang
berkobar-kobar" Kalau mereka tenggelam dalam persekongkolan
diantara mereka sendiri, mereka tak akan memahaminya.
Ketika mendengar perkataanku, untuk sesaat Huo Qubing tak
mengerti kenapa aku begitu mengkhawatirkan keluarga Wei, ia
sangat heran, namun setelah ia memahami kekhawatiranku, rasa
sedih sekilas muncul di matanya, lalu matanya berubah menjadi
tenang, dan akhirnya menjadi hangat, sambil tersenyum, ia
memelukku erat-erat, "Yu er yang bodoh, tak usah
mengkhawatirkan diriku, aku akan melindungimu dan anak kita
untuk seumur hidup, aku mana bisa begitu mudah dijebak
orang?" Di balik tirai terdengar suara yang amat pelan sampai hampir tak
terdengar, Huo Qubing, mungkin karena perhatiannya
sepenuhnya terpusat pada diriku, atau karena ia percaya pada
Paman Chen dan karena ini adalah rumahnya, tak sewaspada
saat ia berada di medan perang, sehingga ia tak mendengarnya.
Beberapa saat kemudian, Qingwu masuk dari balik tirai sambil
mengusung baki teh, wajahnya merona merah, ia tak berani
memandang kami berdua yang sedang duduk sambil berpelukan,
sambil menunduk, dengan sikap hormat ia menaruh teh di meja,
lalu segera berbalik dan pergi.
Huo Qubing sama sekali tak memperhatikannya, namun sambil
tersenyum aku melirik kakinya,
ternyata Qingwu tak hanya pandai menari dengan lincah seperti
namanya. Di wisma ini entah ada berapa orang seperti dirinya"
Sepasang tanganku memeluk leher Qubing, aku mencium
bibirnya. Sejak ia pulang, walaupun kami telah tinggal bersama
berbulan-bulan lamanya, karena tubuhku belum pulih, ia selalu
menahan nafsunya, sekarang karena aku menggodanya, ia sulit
menahan diri, sambil balas menciumku dengan bergairah, ia
segera membopongku dan berjalan ke dalam.
Begitu tiba di dipan, kami berdua segera berpelukan, mula-mula
aku menggodanya hanya untuk berpura-pura di depan orang lain,
setelah berada di dalam kamar, aku akan dapat berbicara di
bawah empat mata dengannya, akan tetapi sekarang ia pun
membakarku, napasku terengah-engah, pikiranku kacau balau.
Tiba-tiba gerakannya melambat, ia menyangga tubuhnya dengan
sebuah tangannya, memandangiku dengan seksama, lalu
mencium dahiku, sambil menciumi pipiku ia mengumam pada
dirinya sendiri, "Aku amat merindukanmu........"
Dengan sisa kesadaran terakhirku, sepasang tanganku
memeluknya, tubuh kami berdua pun saling menempel. Mungkin
karena tak ingin bersikap egois, ia hendak memperlambat
gerakannya, agar dapat lebih menyenangkan diriku, akan tetapi
karena digoda olehku seperti ini, ia sukar menahan diri lagi,
sambil memanggil 'Yu er', ia hendak membuka sepasang
kakiku........ "Qubing, Shan er bukan anak kita". Bibirku menempel di
telinganya, suaraku bagai denging nyamuk.
Sekujur tubuhnya mendadak menjadi kaku, matanya menatapku
dengan tajam, mataku berlinangan air mata, aku cepat-cepat
memeluknya dan berkata, "Maafkan aku, aku tak bisa
membiarkan anak kita masuk ke istana, maka aku minta Jiu Ye
mencari seorang anak yatim piatu yang lemah tubuhnya untuk
diam-diam ditukar dengan anak kita. Aku tak bermaksud
menipumu, tapi aku khawatir karena kau setiap hari masuk
istana, aku takut ketika semua orang memandangmu, mereka
akan tahu, sebenarnya aku sudah beberapa kali hendak
mengatakannya, tapi selalu karena........"
Melihat wajahnya yang perlahan-lahan menjadi kelam, suaraku
pun makin pelan, segala penjelasan yang ingin kuucapkan
kutelan kembali. Semua ini salahku, untuk apa mencari alasan
lagi" Air mataku berlinangan memenuhi rongga mataku, aku berusaha
keras untuk membuka mataku dan menahan air mataku jatuh
bercucuran. Dada Huo Qubing naik turun dengan cepat, aku
khawatir ia akan marah dan pergi, dengan jeri aku menarik
tanganku yang memeluknya, namun lalu dengan tak rela
mencengkeram erat-erat jubahnya yang sudah terbuka sampai ke
pinggang. Ia menatapku dengan tajam untuk beberapa saat, lalu berkata
dengan perlahan, "Aku sangat marah, tapi bukan marah karena
kau menipuku. Tak perduli bagaimana kau menipuku, aku
percaya bahwa kau melakukannya untuk kebaikan kita berdua.
Sesuatu yang kau lakukan dalam keadaan darurat, masa aku tak
mengerti" Tapi aku marah karena kau membahayakan jiwamu
sendiri. Katakanlah, apakah persalinan dinimu itu disengaja"
Kalau tak dipersiapkan sebelumnya dengan seksama dan dibantu
dengan persalinan dinimu, pertukaran bayi ini mana bisa tak
diketahui oleh orang-orang istana?"
Aku telah menyiapkan alasan untuknya, akan tetapi tak nyana ia
marah bukan karena aku menipunya, ia mempercayaiku
sepenuhnya. Air mataku yang tertahan pun jatuh bercucuran,
tiba-tiba aku memeluknya erat-erat, lalu berkata sambil menangis,
"Setelah ini tak akan terjadi lagi, setelah ini tak akan terjadi
lagi......." Sekonyong-konyong, ia memukul dipan dengan tinjunya,
walaupun amat marah, namun suaranya sangat pelan, "Si Meng
Jiu ini kenapa selalu menuruti kehendakmu" Sampai membiarkan
dirimu membahayakan jiwamu" Anak kita dibawa Meng Jiu
kemana" Apakah ia sehat?"
Sambil tersedu sedan aku berkata, "Ya, ia sudah dibawa keluar
dari Chang'an, ke sebuah tempat yang sangat aman. Walaupun
ia lahir terlalu dini dua bulan, namun ia tak seperti Shan er di
istana yang tubuhnya lemah dan sakit-sakitan, tubuhnya amat
sehat dan kuat". Ia cepat-cepat menghapus air mataku, "Jangan menangis,
walaupun aku marah padamu, aku lebih menyalahkan diriku
sendiri. Di depan makam A Diemu aku bersumpah untuk menjaga
dirimu baik-baik, dan tak membiarkanmu menderita sedikitpun,
akan tetapi sejak kau mengikutiku pulang ke Chang'an, kau terus
menderita. Hal ini terjadi karena aku pergi dan tak berada di
sisimu, dan membiarkanmu menghadapi semuanya seorang diri".
Selagi ia berbicara, air mataku jatuh dengan semakin deras. "Yu
er sayang, jangan menangis, aku tak marah lagi. Tapi, Yu er,
setelah ini, tak perduli apapun yang terjadi, kau tak boleh
membahayakan jiwamu lagi, kalau benar-benar ada masalah,
biarkan aku......." Tiba-tiba suaranya tercekat, matanya penuh
rasa sedih, beberapa saat kemudian, ia baru berkata dengan
perlahan, "Kau tak cuma Yu er ku yang tercinta, mungkin kaulah
satu-satunya keluargaku di dunia, satu-satunya Yu er yang selalu
percaya padaku tak perduli apapun yang terjadi dan selalu berdiri
di sisiku. Kau mengerti?"
Aku mengangguk kuat-kuat, "Aku tak akan melakukan sesuatu
seperti ini lagi, aku.......", jari jemariku mengelus wajahnya dengan
lembut, "Walaupun saat itu aku tak sadarkan diri, kau berhari-hari
berjaga di sisi diriku yang hidup-matinya tak menentu sambil
bersedih dan menyalahkan dirimu sendiri, aku mengerti, setelah
ini aku akan menjaga diriku baik-baik, dan tak akan membuatmu
menderita seperti itu lagi".
Matanya penuh kehangatan, tiba-tiba ia mengangkat daguku,
mengecup bibirku, lalu menciumiku dari bibir sampai ke mata,
menghapus air mata yang belum kering dengan kecupannya. Api
Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
diantara kami berdua pun kembali berkobar, makin lama makin
panas, tak lama kemudian kesadaran kami pun telah terbakar
habis, aku mengumam, "Qubing, kau pun tak boleh membuatku
menderita seperti itu".
Ia mengumam, mengiyakan, pinggangnya bergerak ke depan,
dan tubuh kami berdua pun bersatu........
-------------------- Musim semi tahun kelima Yuanshou sama sekali tak seperti
musim semi, awal musim semi sudah lama berlalu, namun hawa
dingin masih sangat mencekam, rumput dan dedaunan pun
belum bersemi. Ketenangan yang menyelimuti Chang'an selama setengah tahun
lebih tiba-tiba terusik, perdana menteri Han Agung, Li Cai, dituduh
telah merampas tanah pemakaman dan tanah suci milik para
dewa. Liu Che sangat percaya pada setan dan dewa, ia selalu
mementingkan para dewa, di istana, para dukun sangat disukai
kaisar, sehingga kalau melihat mereka para pangeran dan putri
bersikap amat hormat. Akan tetapi perdana menterinya sendiri
justru berani merampas tanah para dewa, Liu Che murka, ia
menjebloskan Li Cai ke dalam penjara untuk menunggu diadili.
Selama hidupnya, Jenderal Li Guang jujur dan suka menolong
orang yang miskin atau berada dalam bahaya, walaupun selama
empat puluh tahun lebih menikmati gaji dua ribu tahil, setelah
meninggal dunia ia seakan tak punya harta benda sedikitpun.
Ketika peti matinya memasuki Chang'an, rakyat jelata di seluruh
penjuru kota menangis, terkenang akan kemurahan hatinya.
Sekarang Li Guang belum lama wafat, namun adik sepupunya
yang menjadi pemimpin keluarga Li, dituduh telah memperkaya
dirinya sendiri dan merampas tanah suci para dewa. Walaupun
perkaranya belum diadili, namun kabar buruk itu telah disebarkan
di luar dan dalam kota oleh orang-orang yang ambisius.
Rakyat jelata mana mengerti pasang surut keadaan di istana"
Pendapat publik mudah diubah, dengan cepat reputasi keluarga
Li menurun drastis. Li Gan berusaha keras untuk mencari dukungan di istana, bahkan
sampai datang ke Wisma Huo dan mohon bertemu Qubing,
namun Qubing tak menemuinya.
Bertahun-tahun yang silam, Permaisuri Chen dibuang dan Wei
Zifu diangkat menjadi permaisuri karena di istana Chen A Jiao
ditemukan boneka-boneka kecil Wei Zifu dan wanita-wanita
kesayangan kaisar lain, kabarnya Chen A Jiao tiap hari menusuk
boneka-boneka itu untuk menyantet wanita-wanita itu.
Kali ini, ketika dukun di istana menyuarakan kemarahan para
dewa, mereka sebenarnya sangat menguntungkan keluarga Wei.
Aku mulai meragukan boneka-boneka sihir yang ditemukan saat
itu, dan sekarang juga meragukan kebenaran perampasan tanah
suci itu. Boneka-boneka sihir dapat dengan mudah diselundupkan
ke dalam istana A Jiao dengan bantuan dayang-dayang istana,
atau mungkin cara yang lebih cerdas adalah dengan menyuruh
orang mempengaruhi A Jiao yang sudah kehabisan akal,
sedangkan mengenai tanah yang dirampas Li Cai, hal itu adalah
suatu hal sepele, asalkan catatan di dokumen tanah diubah
sedikit, karena tak hati-hati, Li Cai dapat secara tak sengaja
mengambilnya. Sebenarnya, hal ini sangat cocok dengan ilmu perang, keluarga
Wei menarik seluruh perhatian keluarga Li, namun diam-diam di
balik mereka ada sebuah pasukan besar yang sekonyongkonyong muncul tanpa diduga siapapun dan menyerang secara
mendadak, sehingga musuh kalah telak. Akan tetapi, mereka
masih belum dapat memojokkan musuh, kalah-menang masih
belum dapat dipastikan. Ketika kasus ini sedang diadili dan belum diputuskan, tanpa
disangka-sangka, Li Cai bunuh diri di penjara untuk menghindari
hukuman. Sang Jenderal Qingche, Adipati Anle dan perdana
menteri Han Agung tak nyana membunuh diri di penjara karena
merampas satu mu tanah suci.
Bunuh diri" Aku berpikir sambil tertawa sinis, kalau saat itu aku
dan Wei Ji mati keracunan di penjara, bukankah kami akan juga
akan dikatakan telah membunuh diri"
Dalam setengah tahun yang pendek, dua anggota keluarga Li
yang paling tinggi jabatannya, yaitu Li Guang dan Li Cai, telah
mati bunuh diri, sebelum selesai berkabung, perkabungan baru
telah dimulai. Kedua jenderal itu tak mati di bawah pedang
Xiongnu melainkan mati bunuh diri.
Dengan dingin Huo Qubing menonton kejadian itu, ia masih
berlatih silat dan memanah seperti biasa, bahkan mengajak orang
main cuju di rumahnya, suasana di lapangan cuju masih ramai,
namun rasa lelah di mata Qubing semakin nampak dengan jelas.
Gongsun He mengajak Wei Junru mengunjungi Huo Qubing,
katanya ia kebetulan lewat dan hendak berkunjung, namun
kunjungan ini sangat tepat waktunya, yaitu saat posisi perdana
menteri kosong dan semua faksi di istana mengincarnya.
Begitu melihatku, Wei Junru menarik tanganku sambil tersenyum,
ia menanyakan kesehatanku dan kehidupan sehari-hariku, nada
suaranya mengandung teguran pada Huo Qubing, "Kau sudah
biasa memakai sedikit pakaian, tapi coba lihat pakaian Yu er,
hawa masih dingin, aku saja belum membuka mantelku, kenapa
kau tak mengingatkan Yu er untuk berpakaian dengan hangat?"
Ia berpaling dan tersenyum ke arah diriku, "Kalau Qubing berani
menekanmu, carilah aku, kami adalah keluargamu".
Walaupun Qubing kelihatannya dingin, namun dalam hati ia
selalu menyayangi keluarganya, walaupun bermarga Huo,
sebenarnya ia tumbuh besar di tengah keluarga Wei. Tak
diterimanya diriku oleh keluarga Wei selalu merupakan suatu
ganjalan dalam hatinya, sekarang ketika melihat bagaimana
kakak perempuan tertua keluarga Wei memperlakukanku,
walaupun air mukanya tak berubah dan ia masih berbicara
dengan hambar kepada Gongsun He, matanya nampak girang, ia
menikmati ramainya kunjungan kerabatnya.
Dalam hati aku menghela napas, pada mulanya aku hanya
membiarkan Wei Junru menarik tanganku, namun sekarang aku
menarik tangannya, "Kalau bibi membantuku, Qubing tak akan
berani menekanku lagi. Beberapa hari ini belakangan ini aku
sedang menyulam, tapi tak pernah dapat menyulam dengan baik,
untung saja bibi datang, mohon sedikit petunjuk bibi".
Ketika mendengar perkataanku, Gongsun He memandang
wajahku dengan sekilas, rupanya ia merasa berterima kasih
padaku karena aku tahu bagaimana harus bersikap, di matanya
nampak rasa kagum yang jarang terlihat.
Wei Junru memandang Qubing sambil tersenyum, "Di luar banyak
wanita penyulam yang pandai, masa Menteri Perang Dinasti Han
masih ingin Yu er mengerjakannya sendiri" Apakah kau
membuatnya untuk Qubing" Coba kulihat".
Pandangan mata Qubing menyapu wajahku, walaupun ia
berusaha menahan diri, namun ia masih nampak tersenyum,
sekaligus samar-samar merasa puas diri.
Melihat wajah Huo Qubing, Wei Junru dan Gongsun He dengan
cepat bertukar pandang. Aku tersenyum dan menarik lengan Wei
Junru, sambil mengobrol dan bergurau, kami keluar untuk melihat
sulamanku, membiarkan Gongsun He mengatakan apa yang
ingin dikatakannya pada Huo Qubing.
Malam itu, ketika aku sudah agak mengantuk, tiba-tiba Qubing
memanggilku dengan pelan, "Yu er", namun setelah itu untuk
beberapa saat ia tak berkata apa-apa lagi.
Aku tersenyum dan mengigit-gigit bahunya dengan lembut,
"Kenapa belum tidur" Lakukanlah apa yang ingin kau lakukan.
Walaupun aku tak ingin kau terlibat dalam perebutan kekuasaan
karena hal itu adalah permainan catur hidup dan mati, tapi kalau
kau ingin melakukannya, aku tak akan menentangnya".
Ia tak berkata apa-apa, hanya menarik diriku ke dalam
pelukannya dan memelukku erat-erat.
Akan tetapi, tak lama kemudian tangannya menjadi nakal, aku
berbisik memohon-mohon di telinganya, "Setelah beban
pikiranmu hilang, kau mengodaku! Aku capek! Biarkan aku
tidur......ah!" Sambil tersenyum, ia menciumku untuk menghentikanku,
membuat perkataanku berhenti di bibir dan lidahku.
Entah apakah ia banyak membaca kitab mengenai bidang ini,
atau mungkin karena sering keluar masuk istana ia menjadi
'banyak melihat dan berpengalaman luas', bagaimanapun juga
permainan asmara Qubing luar biasa. Beberapa saat kemudian,
aku telah digoda olehnya hingga tak kuasa bersuara, sekujur
tubuhku panas membara dan lemas, bagai sulur yang membelit
pohon, membelit tubuhnya.......
Persekongkolan Maut Balada Padang Pasir Karya Tong Hua
Karena Li Cai bunuh diri untuk menghindari hukuman, posisi
perdana menteri kosong, setiap faksi berusaha mati-matian untuk
mengisinya, keramaian yang membuat mata berkunang-kunang
dimana berbagai orang dicalonkan dan dipilih pun dimulai.
Di tengah hiruk-pikuk itu, Huo Qubing tetap mempertahankan
sikapnya yang dingin dan tak perduli pada kejadian-kejadian
dalam istana, ia hanya memperdulikan melatih pasukan,
bertamasya, berburu dan bermain cuju. Hanya saja, sosok sang
putra mahkota, Liu Ju, berulangkali muncul di lapangan cuju. Huo
Qubing pun mengajaknya bertamasya dan berburu, tanpa
memperdulikan peraturan istana dan tanpa membawa pengiring,
dua saudara sepupu itu diam-diam masuk ke hutan belantara,
mereka pergi selama tiga hari, sibuk mengejar binatang buruan
dan tak ingin pulang. Karena tiba-tiba kehilangan putra mahkota selama tiga hari,
Permaisuri Wei yang biasanya lembut sikapnya menjadi amat
marah, sang putra mahkota pun berlutut di hadapan seluruh
istana untuk mohon ampun. Ia tak hanya mohon ampun, tapi juga
bertanggung jawab atas segala yang terjadi, dengan sepenuh
hati, ia mohon agar Qubing tak dihukum, namun dengan marah
Permaisuri Wei berkata, "Kalian dua bersaudara ini harus
dihukum!" Akan tetapi, sambil tersenyum kecut Liu Che
menggeleng dan berkata, "Sudahlah! Sudahlah! Qubing berwatak
gegabah, kau bukannya tak mengetahui hal ini. Ketika untuk
pertama kalinya berperang, ia berani membawa delapan ratus
orang menerobos garis pertahanan Xiongnu, sudah bagus ia tak
membawa Ju er bertamasya di Xiyu".
Huo Qubing tak menuruti aturan dan bersikap sesuka hatinya, hal
ini bukan sesuatu yang baru, yang baru adalah kedekatannya
dengan Liu Ju. Ketika musim gugur tiba, Liu Che memutuskan untuk memberikan
kedudukan perdana menteri pada guru muda sang putra
mahkota, Zhuang Qingzhai. Setelah Li Guang bunuh diri,
akhirnya serangan terhadap keluarga Wei berakhir dengan
kemenangan telak mereka. Aku belum pernah berbicara dengan putra mahkota, kesanku
terhadapnya hanya berasal dari kabar burung di istana, aku tahu
sifatnya dan sifat Liu Che berlainan, sifatnya lebih mirip Wei Qing
dan Wei Zifu, walaupun kedudukannya sebagai putra mahkota
tinggi, namun ia selalu bersikap rendah hati dan sopan,
bersimpati pada kesusahan rakyat jelata yang amat menderita
karena kesukaan Liu Che berperang, sehingga ia disukai para
sastrawan yang menganjurkan pemerintahan yang welas asih.
Tingkah laku putra mahkota kali ini membuatku terkejut. Ia dalam
hati tentu sudah tahu maksud Huo Qubing, sebelumnya ia tak
menolak dan memakai kesempatan itu untuk dengan diam-diam
meninggalkan Chang"an. Berdasarkan sifat sang putra mahkota
yang selama ini selalu menuruti aturan, siapapun tentu tahu
bahwa Huo Qubinglah yang bertindak dengan gegabah, akan
tetapi ia berulangkali minta ampun untuk Huo Qubing dan selalu
berkata bahwa semua itu adalah kesalahannya, hal ini membuat
Huo Qubing yang tak banyak bicara dan dingin semakin nampak
bersalah dan dirinya sendiri dipuji semua orang.
"Qubing, usia putra mahkota masih muda namun ia sudah begitu
pandai bermuslihat".
Qubing tersenyum hambar, "Bagi orang yang kedudukannya
seperti dirinya, pandai bermuslihat bukan hal yang jelek. Kau
jangan terlalu menyalahkannya, kalau ia sama sekali tak bisa
bermuslihat, kita malahan benar-benar harus khawatir".
Ia berkata demikian, namun di mata Huo Qubing sekilas masih
nampak rasa kecewa dan sedih. Hatiku pun penuh rasa iba dan
sedih, kau telah berusaha sekuat tenaga membantu mereka,
namun mereka tak pernah dapat benar-benar mempercayaimu.
Mereka ingin kau berusaha sekuat tenaga untuk mereka, namun
pada saat yang sama hendak mengurangi kekuatan dan
pengaruhmu di istana. Aku ingin membuyarkan kesedihannya, maka aku meleletkan
lidahku ke arahnya, lalu berkata sambil mencibir, "Karena kau
bersedia menjadi si murah hati, aku tak akan mencampuri
urusanmu lagi! Tapi?"", aku beringsut ke sisinya dan menarik
lengannya, "Kau harus mengajakku pergi berburu, kabarnya
kaisar berencana mengajak para pejabat sipil dan militer pergi
berburu di Istana Ganquan, ajaklah?""
Ia segera berkata, "Tak bisa!"
Aku mengoyang-goyangkan lengannya sambil memohon-mohon,
namun sambil berjalan pergi ia berkata padaku tanpa mau
melihatku, "Aku pergi ke markas dulu, setelah aku pulang kita
akan membicarakannya lagi".
Aku tak menghiraukannya siasat untuk meloloskan diri itu dan
masih menempelnya sambil mengoyang-goyangkan lengannya,
ia pun berkata untuk membujukku, "Yu er, nanti kalau aku ada
waktu luang, aku akan mengajakmu bermain ke gunung untuk
beberapa hari, untuk apa pergi bersama mereka" Namanya
berburu, tapi sebenarnya diam-diam berpolitik, kau pun tak akan
bisa bermain sepuasmu".
Aku mendengus, "Waktu luang" Kau sepanjang hari mana punya
waktu luang" Kau sibuk dengan urusan pekerjaan, atau sibuk
dengan urusan sepele, memanah, main cuju dan berburu,
kelihatannya bermain-main, tapi semua mengandung maksud
tersembunyi" Sangat melelahkan, kulihat kau ini tak punya
banyak waktu, masa aku masih mengharapkan kau mengajakku
bermain" Ajak aku! Ajak aku!?""
Di sepanjang jalan, melihat sikapku yang terlalu intim, para
pelayan menunduk untuk menghindar melihat ke arah kami, Huo
Qubing pun menghela napas, "Kulit wajahmu semakin lama
semakin tebal!" Aku terus menerus memandanginya, sama sekali tak
memperhatikan sekelilingku, ketika diingatkan olehnya, aku
merasa agak jengah, namun aku masih tak mau kalah,
"Bukankah aku mempelajarinya dari Jenderal Besar Huo! Karena
mereka sudah pernah melihat saat-saat yang lebih intim, apa
yang kutakuti" Ajak aku pergi! Ajak aku pergi!?"", aku kembali
merengek-rengek. Akhirnya ia tak tahan lagi dan berpaling memandangku, mulamula sinar matanya nampak tegas, namun setelah melihat
Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ekspresi wajahku, ia menghela napas, lalu menggeleng-geleng
dengan tak berdaya, "Baiklah! Jangan cemberut, aku akan
mengajakmu". Seketika itu juga, aku tersenyum lebar, tadinya ia tersenyum
kecut, akan tetapi melihatku tersenyum, ia pun tersenyum dengan
girang dan mencubit pipiku, "Tak heran Meng Jiu menurut
padamu, tak berdaya menolakmu".."
Aku tak tahu apakah aku masih tersenyum lebar, namun
senyumnya membeku, ia sadar bahwa ia telah salah bicara, tak
seharusnya bergurau tentang diriku dan Jiu Ye, maka ia pun
segera menelan perkataan yang belum diucapkannya itu.
Seakan tak terjadi apa-apa, ia tersenyum dan berkata, "Cukup
mengantarku sampai di sini saja!"
Kulihat bahwa kami telah tiba di ambang pintu, aku pun
mengangguk-angguk. Setelah memandangi punggungnya sampai menghilang, akhirnya
wajahku menjadi lemas. Aku sangat banyak berhutang pada Jiu
Ye, namun satu-satunya balasan yang diinginkannya tak bisa
kuberikan padanya dalam kehidupan ini, aku hanya dapat berbuat
seperti yang dimintanya, yaitu berusaha sekuat tenaga untuk
hidup dengan bahagia, dengan demikian, ia akan merasa sedikit
berbahagia. Namun kebahagiaan macam apa itu"
Aku mendongak memandang langit yang berwarna biru tua,
apakah para dewa benar-benar tinggal di atas awan putih itu"
Kalau begitu kumohon pada kalian agar membuat Jiu Ye
melupakanku, dan memberinya kebahagiaan yang
sesungguhnya. ?"?"?"?"?"
Sampai kami duduk di kereta kuda, keluar dari Chang"an menuju
Istana Ganquan, Huo Qubing masih tak paham kenapa aku
berkeras mengikutinya berburu. Ia tahu aku tak suka bergaul
dengan keluarga kekaisaran, akan tetapi perburuan kali ini jelas
adalah pertemuan para kerabat kaisar, putra mahkota Liu Ju,
ketiga pangeran, Jenderal Besar Wei, Gongsun He, Gongsun Ao,
Li Gan, Li Guangli, Zhao Ponu?"serta serombongan
bangsawan baru dan lama, dan para pejabat tinggi istana. Karena
kaisar, putra mahkota, para jenderal dan adipati semua berada di
sini, mau tak mau kami dikawal oleh sebuah pasukan besar.
Perjalanan ini nampaknya seperti sebuah perburuan, namun
sebenarnya keadaan dapat berubah dengan amat cepat,
berbagai faksi saling bertarung, entah siapa yang berburu siapa
dalam perjamuan besar ini. Aku tak ingin menunggu seorang diri
di Chang'an dengan cemas, aku hanya ingin menemaninya,
kalaupun aku tak bisa membantunya, paling tidak, tak perduli apa
yang terjadi, kami akan bersama.
Ketika Liu Che melihatku, ia menunjuk Huo Qubing sambil
menggeleng-geleng dan tersenyum. Melihat Li Yan di belakang
Liu Che, Huo Qubing pun tersenyum dan berkata, "Kali ini hamba
dan Yang Mulia punya pikiran yang sama".
Liu Che tertawa dan berkata, "Bagus kalau kau punya pikiran
yang sama, kalau kau menghadang di depanku, kau akan dapat
melindungiku dari orang-orang cerewet yang selalu berkata
bahwa aku adalah seorang kaisar yang tenggelam dalam paras
cantik dan membahayakan negara. Orang yang kejam belum
tentu seorang pahlawan, orang yang penuh cinta, yang seumur
hidupnya hidup dengan bebas merdeka dan menikmati hidup
sepuasnya adalah orang gagah sejati".
"Bagus", puji Huo Qubing, ia lalu dengan enteng mengambil
sebuah kantung arak yang tergantung di punggung kuda dan
mengangsurkannya kepada Liu Che dengan sikap hormat,
namun ia justru minum seteguk besar arak terlebih dahulu, Liu
Che mengambil kantung arak itu sambil tertawa terbahak-bahak,
lalu ikut minum. Saat ini mereka berdua seperti dua orang gagah dunia persilatan
yang saling mengagumi, tak seperti seorang kaisar dan seorang
pejabat. Tak heran kalau Liu Che menganakemaskan Huo Qubing, watak
mereka banyak kesamaannya, keduanya penuh semangat
kepahlawanan, pemberani dan suka berbuat sesuka hati, serta
tak mempedulikan aturan kesopanan, hal-hal ini membuat Liu
Che menyukai Huo Qubing; namun di pihak lain mereka sangat
berbeda, yang seorang haus kekuasaan, sedangkan yang
seorang lagi acuh tak acuh terhadap kekuasaan, hal ini membuat
Liu Che semakin mengandalkan Huo Qubing.
Li Yan sangat tak sehat, di dalam kereta kuda ia nampak sangat
lesu. Hari ini tentunya keadaannya sangat tak baik, selain itu
tubuhnya memang lemah, karena selalu khawatir, mau tak mau ia
sakit-sakitan. Rupanya Liu Che sengaja mengajaknya keluar
istana untuk menghiburnya.
Liu Che benar-benar menyayangi Li Yan melebihi siapapun di
istana belakang, ketika pergi berburu, walaupun merepotkan, ia
mengajak Li Yan yang tertiup angin pun akan ambruk.
Istana Ganquan dinamai demikian karena terletak di Gunung
Ganquan, hutan di gunung itu lebat, penuh batu karang aneh,
mata air mengalir di lerengnya, pemandangannya sangat indah.
Sejak kecil Qubing sering mengunjunginya bersama kaisar dan
Jenderal Besar Wei, ia sangat mengenal seluk beluk gunung ini,
di jalanan gunung, ia mengobrol dan tertawa dengan suara pelan
denganku, menunjukkan tempat-tempat indah dan menceritakan
asal usulnya. Akhirnya ia mengajakku meninggalkan rombongan besar itu,
kuda pun kami tinggalkan, kami berjalan menyusuri jalan setapak,
mendaki sambil bergandengan tangan.
Entah kapan orang-orang lain tiba di Istana Ganquan, di
sepanjang jalan aku dan Qubing saling menggoda, ketika hari
sudah gelap kami baru memasuki Istana Ganquan.
Kami berdua masih tak mau berjalan di jalan besar dan memilih
berjalan di jalan kecil yang sepi, di tengah jalan kecil itu, diantara
batu-batu karang, samar-samar terlihat dua sosok manusia.
Mataku dan mata Qubing lebih tajam dari orang biasa, walaupun
hanya ada sinar rembulan, kami sudah dapat menebak siapa
mereka. Ketika melihat mereka, walaupun untuk sesaat aku terkejut, aku
bereaksi dengan tenang, namun Qubing nampak amat terkejut, ia
segera berhenti melangkah, matanya penuh rasa tak percaya.
Aku tak tahu apakah perjumpaan ini benar-benar suatu
kebetulan, atau suatu 'perjumpaan kebetulan' yang sengaja
dibuat. Aku melihat Li Gan sedang menghormat pada Li Yan
sambil menekuk lututnya dan menunduk, Li Yan mengangsurkan
tangannya, menyuruhnya bangkit, namun ketika bangkit,
sekonyong-konyong Li Gan menarik ujung-ujung jari Li Yan.
Rupanya Li Yan pun tak menduga Li Gan akan melakukan
perbuatan itu, wajahnya nampak terkejut, namun tubuhnya
gemetar pelan, tiba-tiba, air matanya samar-samar nampak
berlinangan. Li Yan yang selalu pintar dan licin kali ini berubah menjadi
sebongkah batu, ia tak menarik tangannya dan hanya
memandang Li Gan dengan nanar, Li Gan menengadah
memandang Li Yan, ketika pandangan mata mereka bertemu,
dalam sekejap mata Li Gan seakan tersadar, ia cepat-cepat
melepaskan pegangan tangannya, lalu mundur beberapa
langkah. Walaupun hanya sesaat, begitu pendek hingga aku mengira
pandangan mataku kabur, walaupun hanya tiga ujung jari,
sehingga Li Gan jangan-jangan belum sempat merasakan
kehangatan tangan Li Yan, namun gairah yang meledak-ledak itu
benar-benar mengejutkan. Entah apakah sebelumnya Li Yan ingin memperingatkan Li Gan,
akan tetapi sekarang Li Yan diam seribu bahasa, ia cepat-cepat
menghindar, gerakannya amat cepat, sebelum aku dan Qubing
sempat mencari tempat bersembunyi, ia telah melihat kami.
Ia segera berhenti di tempat, dengan wajah pucat pasi
memandang kami berdua, Li Gan pun telah melihat kami berdua,
tanpa sadar, ia berjalan ke depan dengan langkah-langkah lebar,
lalu menghadang di depan Li Yan, seakan kami adalah binatang
buas yang hendak menyerang Li Yan, namun ia pun segera
menyadari bahwa keadaan saat ini jauh lebih mengerikan dari
bertemu binatang buas. Sepasang mata Li Gan berkilat-kilat dingin, tangannya mengepal
erat. Rasa terkejut di mata Huo Qubing sirna, ia menarikku ke
sisinya untuk melindungiku, sambil tersenyum sinis, ia berkata, "Li
Sange, apakah kau bermaksud membunuh orang untuk
melenyapkan saksi mata?"
Li Yan tertawa pelan, ia keluar dari balik tubuh Li Gan, dalam
waktu yang singkat, wajahnya telah kembali seperti biasanya,
"Hidup atau mati kami tentunya tak masuk hitungan Jenderal
Piaoqi, akan tetapi Yue er mu yang tercinta nampaknya tak akan
dapat meloloskan diri".
Li Gan dan Huo Qubing tak mengerti makna perkataannya itu,
aku mendengus, "Aku tak tahu kenapa reaksi kalian begitu aneh,
begitu aku dan Qubing datang, kami melihat niangniang berlari
menghampiri kami, namun sebelum kami sempat menyapamu,
Yang Mulia Li sudah menerjang keluar".
Li Yan tersenyum dan berkata, "Aku sudah lama berjalan-jalan
dan sudah lelah, aku kembali dulu".
Setelah selesai berbicara ia berjalan pergi dengan perlahan, aku
berpaling memandang punggungnya, "Aku memang tak ingin
mengunakan hal ini terhadapnya, kalau tidak aku tak akan
menunggu sampai hari ini, bukan karena takut, melainkan karena
merasa iba". Langkah kaki Li Yan belum menghilang di tengah kegelapan
malam, namun dalam sekejap mata, punggungnya yang tadinya
tegak menjadi agak bungkuk, seakan tak kuat menahan beban
berat. Dengan dingin Li Gan memandang diriku dan Huo Qubing, lalu
berbalik dan pergi tanpa berkata apa-apa.
Ujung-ujung bibir Huo Qubing melengkung ke atas, dengan
tersenyum namun seakan tak tersenyum, ia memandangku, aku
mengangkat tanganku, memberi isyarat akan menyerah, sambil
tertawa aku pun berkata, "Aku akan menceritakan semuanya
padamu". Walaupun berkata akan menceritakan semuanya padanya, aku
hanya memberitahunya tentang bagaimana Li Gan memungut
sapu tangan Li Yan, lalu tentang bagaimana aku memberikan
sapu tangan itu kepada Li Yan, serta kenapa saat itu Li Gan ingin
memanahku, sedangkan mengapa sebelumnya aku membakar
sapu tangan itu, lalu kemudian berubah pikiran dan
memberikannya pada Li Yan, tak kusebut-sebut. Aku bukan ingin
menutup-nutupinya, namun aku tak tahu bagaimana harus
menceritakan perasaanku saat itu padanya, dan juga tak tahu
apakah kejujuran seperti itu akan melukainya atau tidak.
Setelah cerita selesai, kami telah pulang ke kediaman kami.
Terhadap masalah itu, ia tak bertanya sepatah kata pun, ia
berbaring di dipan dengan wajah tanpa ekspresi, tanpa berkata
apa-apa, ia memandangku menanggalkan pakaian dan
perhiasanku. Aku beberapa kali membuka mulut, hendak
menyampaikan hal-hal lain padanya, namun ia tak
menanggapinya, aku pun ikut diam, kesunyian aneh di kamar itu
menghimpitku hingga sukar benapas.
Dari cermin aku memperhatikannya, hatiku semakin lama
semakin tak enak, aku mengigit-gigit bibirku, ketika baru hendak
berbicara, tiba-tiba ia bangkit, berjalan ke belakang diriku, duduk
sambil menyilangkan kaki, lalu mengambil sisir dan menyisir
rambutku. "Qubing, aku"."
"Tak usah menjelaskannya, semua yang kau lakukan untuk Meng
Jiu saat itu tak salah, watakmu memang begitu, yang aku sukai
justru kau yang seperti itu. Aku hanya dapat bersukacita karena
aku lebih beruntung dari Meng Jiu, setelah ini, yang memiliki
semua ini adalah diriku". Ia memelukku sambil berkata dengan
lembut. Ketika aku sedang merasa benar-benar tersentuh karena katakatanya, aku melihat di cermin bahwa bibirnya tersenyum dan
matanya mengerling nakal, sekonyong-konyong aku bereaksi,
aku meronta-ronta, lalu berbalik dan memukulnya, "Kau sengaja
melakukannya! Kau sengaja berpura-pura marah, berlagak
tersinggung, kau sengaja menakut-nakutiku! Dasar picik!"
Ia tertawa terbahak-bahak, dengan santai ia melayani beberapa
jurusku, lalu dengan sebuah tangannya ia mengenggam
tanganku, sedangkan tangannya yang satu lagi menarik
pinggangku, kami berdua pun jatuh bergulingan di atas
permadani, "Dahulu kau membuatku tak sedikit menelan pil pahit,
kalau sekarang aku menakut-nakutimu tak ada artinya".
Suara tawanya yang nyaring dan omelan manjaku pun memenuhi
kamar itu. ?"?"?"?"?"
Dua hari setelah itu, aku terus menempel di belakang Huo Qubing
seperti sebuah ekor. Dalam menunggang kuda dan berburu aku
tak kalah dari para lelaki itu, bahkan kalau benar-benar
dibandingkan, aku adalah orang yang paling banyak menangkap
binatang buruan. Namun sekarang bukan saatnya aku
memamerkan bakat berburuku, aku hanya melakukannya agar
lelaki-lelaki lain tak menganggapku sebagai beban bagi Huo
Qubing. Namun aku mempunyai sebuah kebiasaan yang sangat buruk,
aku selalu lupa menggunakan busur dan anak panah. Begitu
melihat binatang buruan, aku selalu memilih untuk mendekatinya
dan menerkamnya, melihat kekuranganku ini, Qubing tertawa
sampai terbungkuk-bungkuk, ia selalu mengingatkanku, "Yu er,
kau bisa menggunakan busur dan panah di punggungmu, tak
usah selalu menerkam seperti serigala". Ketika melihatku
berpaling dan menatapnya, ia cepat-cepat menambahkan sambil
tersenyum, "Wajahmu ketika hendak menerkam sangat lucu,
sebenarnya aku sangat suka melihatnya".
Hah! Melihat seringai nakalnya, aku mana percaya padanya"
Setan kecil! Dari balik gunung, terdengar sebuah teriakan dari kejauhan,
"Kawanan rusa besar!" Begitu mendengarnya aku segera
bertepuk tangan dan berkata, "Daging rusa!"
Huo Qubing melompat ke depan dan lari menghampirinya, sambil
tersenyum ia berseru, "Perburuan yang bagus, lihatlah
kepandaian suamimu, malam ini aku akan membuatmu makan
kenyang". Benar-benar ada sebuah kawanan rusa besar, kawanan itu
sangat padat, mungkin ada beberapa ribu ekor rusa di dalamnya,
mereka berlari di tengah lembah, tanduk runcing di atas kepala
mereka berkilauan di bawah sinar mentari.
Dengan heran aku memandang kawanan rusa liar itu, kawanan
rusa biasanya tak sebesar ini, di tempat ini, bagaimana bisa ada
kawanan rusa liar yang begitu besar"
Ketika berpaling, aku melihat Gongsun Ao berdiri di sisi Huo
Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Qubing, entah apa yang dikatakannya pada Huo Qubing, wajah
Qubing nampak kelam, rupanya ia amat marah. Aku berjalan ke
arahnya, Gongsun Ao tersenyum ke arahku sambil mengangguk
dan memanggilku, sambil menunjuk ke arah kawanan rusa, ia
berkata pada Huo Qubing, "Jenderal besar berkeras untuk
menyembunyikan masalah ini agar tak menimbulkan keributan,
aku pun baru tahu kemarin ketika secara tak sengaja mendengar
pelayan pribadi jenderal berbicara tentangnya. Karena jenderal
sudah tahu, berhati-hatilah, sekarang bersenang-senanglah".
Aku bertanya, "Ada apa?"
Huo Qubing membidikkan anak panahnya ke arah kawanan rusa
di lembah itu, "Li Gan memukul paman". Bersamaan dengan
perkataannya, anak panah dengan cepat melesat, jaraknya
begitu jauh, namun anak panah Huo Qubing tepat menembus
leher seekor rusa. "Hah" Ia?".", aku tak tahu harus berkata apa tentang Li Gan,
tak nyana ia begitu gegabah, berani memukul Wei Qing.
Kedudukan Wei Qing dalam hati Qubing sangat istimewa. Sejak
kecil Qubing tak punya ayah, sedangkan saat itu Wei Qing belum
mempunyai putra, ketika Qubing untuk pertama kalinya naik
kuda, Wei Qinglah yang mengendongnya, ketika untuk pertama
kalinya mementang busur, Wei Qinglah yang mengajarinya, cerita
pertama yang didengar Qubing adalah kisah sang paman
berperang dengan bangsa Xiongnu, impian seumur hidup Qubing
pun muncul dari rasa hormat dan kagumnya pada sang paman
ketika masih kanak-kanak. Walaupun sekarang nampaknya Wei
Qing dan Qubing berjalan sendiri-sendiri di markas, namun
kedudukan Wei Qing di dalam hatinya masih tak tergantikan.
Perbuatan Li Gan memukul Wei Qing lebih buruk daripada kalau
ia memukul Qubing sendiri.
"Kau bukannya ingin makan daging rusa" Kalau tak cepat-cepat,
rusanya sudah kabur". Huo Qubing memimpin kami melompat ke
dalam lembah, Gongsun Ao ikut berlari ke arah kawanan rusa
bersamanya. Kulihat bahwa ia sedang berusaha keras menahan amarahnya,
maka aku tak ingin banyak bicara tentang masalah itu dan
membiarkannya, aku berlari mengikutinya dan Gongsun Ao ke
lembah itu. Para pengawal yang mengenal baik lembah itu berseru-seru
untuk menunjukkan jalan dan tempat-tempat yang sudah
ditempati orang pada sang majikan. Liu Dashan, pengawal yang
mengikuti di belakangku, karena tak hati-hati, terkilir karena
tersandung batu, walaupun lukanya tak parah, namun larinya
nampak melambat, ia mempersilahkanku mendahuluinya. Aku
merasa bahwa walaupun kami belum mendekati kawanan rusa
itu, namun kalau rusa-rusa liar itu berlari kemari, keadaan akan
berbahaya, oleh karenanya aku tak berani meninggalkannya,
"Tak usah tergesa-gesa, kita berjalan dengan lebih lambat sedikit
saja, hal ini tak akan mempengaruhi perburuan rusa itu". Aku
menengadah mencari sosok Huo Qubing, hendak menyuruhnya
menungguku sebentar, tapi entah kapan, ia dan Gongsun Ao
telah menghilang di balik batu karang dan pepohonan, rupanya
karena sangat marah, ia hanya ingin pergi memanah rusa,
menumpahkan darah segar untuk melampiaskan amarah dalam
hatinya. Sebelum mendekati lembah, tiba-tiba aku mendengar suara
teriakan kaget dari bawah, karena tercampur dengan suara derap
kaki rusa, suara itu terdengar sayup-sayup. Hatiku tak tenang,
hanya memikirkan Huo Qubing, tak memperdulikan orang lain
lagi, aku segera berkata pada pengawal di sisiku, "Kau tinggal di
sini, jangan turun, aku pergi dulu".
Sebelum sempat menyelesaikan perkataanku, aku sudah pergi
dengan amat cepat. Ketika sedang berlari dengan cepat diantara
batu karang, sekonyong-konyong aku melihat seorang wanita
yang pakaiannya serupa denganku berlari melewatiku, aku amat
terkejut, namun tanpa berpikir panjang lagi, aku cepat-cepat
berlari ke depan. Lembah itu semakin sempit, tebing di kedua sisinya amat curam,
suara derap kaki kawanan rusa yang berlari bagai guntur,
mengema di kedalaman lembah itu. Ternyata Huo Qubing berdiri
seorang diri di tengah kawanan rusa itu, tak jauh darinya, Li Gan
yang dadanya tertembus anak panah terbaring di belakang
beberapa ekor rusa mati, entah sudah mati atau masih hidup.
Huo Qubing melepaskan tiga batang anak panah sekaligus,
setiap anak panahnya melesat dengan sebat dan ganas, rusarusa yang berlari mendekatinya satu persatu mati dengan
mengenaskan di hadapannya, namun rusa di belakang mereka
masih lari berbondong-bondong ke depan, tanduk di kepala
mereka tajam bagai mata pedang, setiap saat dapat menusuk
Huo Qubing. Dengan enteng ia menendang tubuh rusa-rusa yang
mati di dekat kakinya, dan menumpuknya di sisi dirinya dan Li
Gan, menjadikan mereka penghalang sementara.
Para pengawal yang berada di luar lembah berteriak-teriak
seakan gila, Zhao Ponu dan yang lainnya beberapa kali hendak
menerjang ke tengah kawanan rusa, namun selalu terpaksa
mundur karena kawanan rusa itu, mereka pun hanya dapat
melepaskan anak panah dari luar lembah.
Di bawah perlindungan para pengawal, Liu Che muncul, begitu
melihat keadaan Huo Qubing, ia berseru dengan marah ke arah
para pengawal, "Kalian masih belum menolongnya juga?"
Para pengawal segera melapor, "Rusa terlalu banyak dan amat
liar, alam di tempat ini pun sangat sulit, di kedua sisi terdapat
tebing, diantaranya hanya ada sebuah jalan sempit, kami amat
sulit melewatinya, mungkin kita harus mengerahkan pasukan".
Liu Che serta merta tersadar, ia segera menanggalkan liontin giok
yang dipakainya dan memberikannya pada Gongsun He,
"Sampaikan titah zhen, kerahkan pasukan penjaga Istana
Ganquan kemari untuk menyelamatkan mereka".
Li Yan yang berada diantara kerumunan pengawal memandang
Huo Qubing dan Li Gan yang berada di tengan kawanan rusa,
wajahnya pucat pasi, tubuhnya bergoyang-goyang hampir
terjatuh. Sambil mengepalkan tangan erat-erat, Liu Che berjalan mondarmandir, sambil dengan cemas menunggu pasukan datang, ia
bertanya dengan marah, "Sebenarnya apa yang terjadi" Apa
yang terjadi pada Li Gan?"
Para pengawal saling memandang dengan kebingungan, salah
seorang diantara mereka yang pemberani melapor dengan sikap
hormat, "Hamba tak tahu apa yang terjadi, saat itu tak ada
pengawal di sisi Jenderal Piaoqi dan Adipati Guannei".
Saat itu Wei Kang yang berdiri di tengah kerumunan orang dan
tak nampak khawatir seperti kami memandang ke arah Huo
Qubing, matanya seperti samar-samar tersenyum.
Sejak para pengikut Wei Qing berduyun-duyun meninggalkannya,
hanya Ren An yang masih setia pada keluarga Wei, sekarang ia
adalah guru muda putra mahkota. Ia berdiri sendirian di sebuah
sudut, dengan wajah muram memandang ke kejauhan, dari waktu
ke waktu, ia bertukar pandang dengan Wei Kang.
Saat itu, Wei Qing yang sedang berburu di kejauhan telah tiba,
begitu melihat keadaan itu dan mendengar laporan para
pengawal, wajahnya yang tenang bagai gunung berubah,
pandangan matanya menyapu wajah Gongsun Ao, Ren An dan
Wei Kang, Gongsun Ao dan Ren An menghindari pandangan
matanya dan menunduk, namun dengan bandel Wei Kang
membalas pandangan mata ayahnya.
Aku berdiri di pucuk pohon, memandang semua yang terjadi dari
ketinggian. Anak panah di tempat panah Qubing semakin lama
semakin sedikit, tanpa anak panah, bagaimana Qubing dapat
melawan ribuan kaki dan tanduk rusa yang tajam" Mau tak mau
tubuhku gemetar, hatiku yang kebingungan dan ketakutan
hendak melompat keluar dari dadaku.
Aku harus menenangkan diri! Aku harus menenangkan diri! Jin
Yu, kalau kau ingin Qubing tetap hidup, kau harus tenang.
Setelah mengucapkan perkataan itu beberapa kali, aku melompat
turun dari pohon, lalu berlari ke arah Zhao Ponu.
Anak panah Huo Qubing hanya tersisa tiga batang, semua orang
memandangnya sambil menahan napas, ia melirik Li Gan yang
tergeletak di tanah, sambil melepaskan tiga anak panah dengan
serentak, ia melompat ke arah Li Gan dengan amat cepat,
setelah dalam sekejap mata merengut tempat anak panah yang
dibawa Li Gan, dengan gerakan yang gesit dan indah, ia
melompat kembali ke tempatnya semula, ia memasang anak
panah dan menarik busur, lalu kembali melepaskan tiga batang
anak panah, dalam sekejap mata, tiga rusa pun terjatuh, namun
masih ada seekor rusa yang menerjang ke hadapannya, jaraknya
amat dekat, sehingga tenaga panah tak dapat merobohkannya.
Tanduk rusa yang amat tajam itu menikam ke pinggangnya, rusarusa yang berada di kejauhan pun menerjang ke arahnya. Empat
jari tangan kanannya mencengkeram tiga batang anak panah, ia
mengangkat kaki kanannya dan mementang busur, sedangkan
tangan kirinya menghunus pisau, ketika mata pisau yang tajam itu
dengan telak menembus leher rusa di hadapannya, tiga batang
anak panah pun dengan cepat melesat dan menembus leher tiga
ekor rusa lain. Gerakan Huo Qubing secepat kilat, bagai seekor elang yang
menerkam kelinci, ia berada diantara hidup dan mati, namun
masih bersikap santai dan sesuka hati, luar biasa gagah, semua
orang, termasuk Liu Che dan Wei Qing, mau tak mau berseru,
"Bagus!" Para jenderal dan adipati yang pernah bertempur di bawah panjipanji Huo Qubing mengayun-ayunkan pedang mereka, seakan
sedang bertempur, sambil berseru-seru, "Jenderal Piaoqi!
Jenderal Piaoqi!" Aku menarik Zhao Ponu, "Adipati Zhao, mohon kejar Gongsun
He, setelah ia selesai menyampaikan titah, cari cara untuk dapat
kembali bersamanya. Kau tak perlu melakukan apapun, kau
hanya perlu mengawasi segala tindak-tanduknya". Aku tak punya
waktu untuk bersikap sopan dan menjelaskannya dengan
panjang lebar, hanya dengan singkat mengatakan permintaanku.
Wajah Zhao Ponu nampak panik, lalu dengan suara pelan, ia
berkata, "Siap!" Ia menggunakan perkataan yang digunakan
dalam pasukan untuk menerima perintah militer, tanpa banyak
bicara bersumpah untuk melaksanakan permintaanku, dengan
berterima kasih, aku mengangguk, ia pun segera berbalik dan
pergi. Aku merampas tempat panah dari tangan beberapa pengawal,
lalu mengikatkan semuanya di tubuhku, setelah itu, aku memanjat
ke sebuah tempat yang terpencil, setelah merasa ketinggian dan
sudutnya tepat, aku bergelantungan di sebatang pohon cemara
yang menonjol keluar dari lereng gunung, memejamkan mataku,
lalu meneriakkan sebuah lolongan panjang dari tenggorokanku.
Bersamaan dengan lolongan itu, aku melepaskan pegangan
tanganku, bagai bintang jatuh, dengan amat cepat tubuhku
terjatuh ke dalam lembah. Begitu mendengar lolongan serigala,
gerakan kawanan rusa menjadi kacau balau, dengan ketakutan
mereka berusaha sekuat tenaga menghindari tempatku berada.
Rusa terlalu banyak, lembah itu pun sangat sempit, mereka saling
bertubrukan, walaupun kecepatan berlari mereka sudah
melambat, namun tak ada tempat untuk menghindar.
Aku melontarkan ikat pinggang manik emasku, ikat pinggang itu
membelit pohon dan memperlambat gerakan jatuhku, lalu aku
segera melepaskannya, setelah mengulangi gerakan itu tiga kali,
aku telah mendekati permukaan tanah, namun ketika melepaskan
ikat pinggangku untuk terakhir kalinya, aku hampir tak dapat
menemukan tempat untuk berpijak diantara tanduk-tanduk rusa.
Semua orang memandangku sambil menahan napas, saat ini aku
berada di udara dan tak punya tempat untuk mendarat,
sedangkan di bawah kakiku rusa berlarian, kecepatan jatuhku
bertambah cepat, sepertinya aku pasti akan tewas.
Ikat pinggang manik emas mendahuluiku dan memukul tiga ekor
rusa, tiga ekor rusa itu pun tewas dan terjatuh, sedikit
menghadang kawanan rusa yang berlari ke arahku, dengan
memanfaatkan kesempatan itu, aku mendarat di belakang tanduk
rusa-rusa mati itu, ikat pinggangku berputar-putar, dengan hatihati melindungi tubuhku, pada saat yang sama, aku melolong
untuk memperlambat lari kawanan rusa.
Huo Qubing berseru, "Jin Yu!" Namun ia tak berseru girang
karena melihatku, melainkan berseru dengan marah dan terkejut.
Aku tersenyum ke arahnya, sambil dengan susah payah berjalan
mendekatinya di tengah kawanan rusa, aku berteriak, "Jaga
dirimu baik-baik, kalau aku tahu kau terluka karena kurang
waspada, aku tak akan bicara padamu setahun penuh".
Jarak diantara kami dekat, dahulu, dengan kepandaian kami,
kami hanya perlu melompat beberapa kali, namun hari ini kami
begitu sulit melangkah, setiap langkah kami ambil diantara
ratusan ekor rusa yang berlarian dan bertanduk tajam, ketika aku
berhasil melewati tembok pelindung yang dibuatnya dari
tumpukan mayat rusa dan mendarat di sisinya, mataku dan
matanya berlinangan air mata.
Tak perduli setelah ini apapun yang terjadi, tak perduli apakah
hari ini kami dapat lolos hidup-hidup, paling tidak kami akan
bersama. Ketika aku tiba di sisinya, ia kebetulan sedang melepaskan anak
panah terakhirnya. Aku segera melemparkan tempat anak panah
di punggungku ke arahnya, Huo Qubing menyambutnya, lalu
menarik keluar anak panah, gerakannya secepat kilat. Melihat
rusa berjatuhan, ketenanganku tiba-tiba buyar, jantungku
melompat-lompat dengan cemas, untung saja, aku tiba tepat
pada waktunya, kalau terlambat sedikit saja, aku tak berani
memikirkan apa yang akan terjadi.
Kepandaian memanahku tak sebaik dirinya, oleh karenanya aku
tak mau mensia-siakan anak panah dan menaruh semua tempat
anak panah yang kubawa di samping kakinya. Setelah menarik
dan menumpuk rusa-rusa mati menjadi sebuah "benteng", aku
cepat-cepat memeriksanya untuk mengetahui apakah ia terluka.
Sambil memasang anak panah, dengan suara pelan ia
memakiku, "Kau ini perempuan bodoh!"
Li Gan yang berbaring di tanah tanpa bergeming terbatuk-batuk,
lalu berkata dengan terbata-bata,
"Kebodohan"..semacam".ini".adalah"..keberuntunganmu".
Kulihat bahwa walaupun di tubuh Huo Qubing nampak tak sedikit
bercak darah, ia sendiri tak terluka, maka aku berbalik dan
memperhatikan Li Gan, anak panah menembus tubuhnya dalamdalam, karena ia memakai baju hitam, aku tak dapat melihatnya
dari kejauhan, namun sekarang aku menemukan bahwa sebagian
besar tubuhnya telah berlumuran darah.
Aku menuangkan seluruh obat Jinchuang di lukanya, ia menarik
ujung-ujung bibirnya, dengan susah payah tersenyum, "Ini panah
Huo Qubing, tak usah"..berusaha dengan sia-sia. Walaupun tak
ingin mencabut nyawaku dengan sebatang anak panah, ia pun
tak berbelas kasihan. Kalau aku mendapatkan pertolongan sedikit
lebih cepat, mungkin aku masih akan dapat hidup,
sekarang"..sudah tak bisa".
Dengan cemas, aku berusaha menghentikan aliran darahnya,
"Kau harus tetap hidup, Li Yan berada di luar sana, ia hampir
pingsan, kalau kau benar-benar mati, jangan-jangan ia akan sakit
Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
keras". Ekspresi wajah Li Gan berubah-ubah tak menentu, suka duka
seumur hidup dalam sekejap mata muncul di wajahnya.
"Qubing, kau"..kenapa?" Saat ini aku tak ingin menyebutnya
bodoh, namun saat ini ia benar-benar melakukan suatu tindakan
yang bodoh, tindakan itu sendiri tak salah, tapi ia seharusnya tak
melakukannya dengan cara yang begitu bodoh. Li Gan adalah
seorang adipati Dinasti Han yang terhormat, keluarganya telah
turun-temurun melayani Dinasti Han, kalau ia memanah Li Gan
hingga tewas seperti ini, menurut hukum Dinasti Han ia akan
dihukum mati. Tanpa berkata apa-apa, Huo Qubing menatap kawanan rusa di
hadapannya, "Wus, wus!", dua ekor rusa pun terjatuh.
Dengan lirih Li Gan berkata, "Kau jangan marah, kami berdua
dijebak orang. Beberapa hari ini hatiku tak senang, maka aku
memerintahkan para pengawalku untuk pergi, dan memilih
tempat yang terpencil untuk berburu sendirian, setibanya di
tempat itu, seorang wanita tiba-tiba muncul, dan tanpa alasan
yang jelas menyerangku, setiap jurusnya ganas, membuatku
terpaksa melawan mati-matian, melihat pakaianmu hari ini, aku
baru tersadar?"" Ia terbatuk-batuk, perkataannya terputus.
Sambil membantunya bernapas, aku berkata, "Aku mengerti.
Barusan ini dengan samar-samar aku melihat seorang
perempuan yang berpakaian seperti diriku. Suasana kacau
karena kawanan rusa yang berlarian membuat pikirannya kacau
dan amarahnya meluap-luap, sehingga nafsu membunuhnya
keluar, selain itu, sebelumnya, amarah Qubing pun telah
dipancing keluar oleh Gongsun He, oleh karenanya, ia
memanahmu dengan murka".
Li Gan tertawa terkekeh-kekeh, darah di sudut bibirnya muncrat,
"Gongsun He berkata padamu bahwa aku memukul Jenderal
Besar Wei?" Huo Qubing diam seribu bahasa, tak menjawabnya, Li Gan tak
mengacuhkannya dan berkata, "Saat itu, ketika mendengar ayah
bunuh diri, untuk sesaat aku lupa diri karena berduka, aku
langsung pergi mencari Jenderal Besar Wei untuk mencari tahu
apa yang terjadi, kenapa ia tak mau membiarkan ayah memimpin
pasukan di garis depan, ayah pun bukan untuk pertama kalinya
tersesat, kenapa kali ini ia bunuh diri" Para pengawalnya
menghadangku, tak memperbolehkanku menemuinya, perkataan
mereka pun kasar, semuanya memaki-maki ayah. Karena marah
aku berkelahi dengan mereka, untung saja Jenderal Besar Wei
keluar, ia hendak berseru untuk menyuruhku berhenti, namun
dalam kemarahanku aku mendorongnya, tapi aku segera ditarik
oleh para pengawalnya. Jenderal Besar Wei bertanya kenapa aku
memukul mereka, aku harus berkata bagaimana, masa harus
mengulangi penghinaan mereka terhadap ayahku sekali lagi"
Lagipula saat itu kemarahanku sudah sampai ke ubun-ubun, aku
merasa mereka semua adalah orang hina, aku malas banyak
bicara, tak nyana, maling berteriak maling, para pengawal itu
malahan berkata bahwa akulah yang sengaja mencari gara-gara".
Aku mendengus, lalu berkata dengan sinis, "Hal ini sudah terjadi
setengah tahun yang lalu, namun Gongsun He tak berkata apaapa tentangnya, dan justru mengatakannya hari ini".
Li Gan mendadak terbatuk-batuk hebat, darah tak henti-hentinya
menyembur dari mulutnya, ia menarik tanganku, "Nona Jin Yu,
mohon kau?"mohon kau".."
Kulihat nyawa seseorang sedang melayang di depan mataku,
melihat rasa rindu dan duka di matanya, aku tiba-tiba merasa
bahwa segala ganjalan di masa lalu tak perlu diungkit-ungkit lagi,
dengan bimbang aku berkata, "Aku tak bisa melakukan
segalanya, namun aku berjanji padamu untuk dengan sebisanya
bersabar pada Li Yan, dan akan berusaha sebisaku untuk
menasehati Qubing untuk tak mencelakainya".
Li Gan terengah-engah beberapa kali, matanya penuh rasa
terima kasih, walaupun wajahnya pucat pasi, ekspresinya
nampak amat tenang, melihat ketenangannya, rasa bimbang di
hatiku pun sirna, tanpa menyesal sedikitpun, aku berjanji
padanya. Ia memejamkan sepasang matanya, bibirnya tersenyum tipis,
telunjuk kanannya perlahan-lahan bergerak, tangannya gemetar,
namun ia masih berusaha melakukan sesuatu, setelah bergetar
untuk beberapa saat, akhirnya tangannya behenti bergerak, tak
bergeming. Senyum tipisnya membeku di tengah darah yang
berwarna merah tua, memancarkan rasa duka yang tak
terlukiskan. Dengan hati-hati aku mengangkat tangannya, sebuah sulur yang
digambar dengan darah segar nampak di sisi lengan bajunya,
walaupun belum selesai digambar, namun karena sangat akrab
dengannya, aku tahu bahwa sulur itu adalah sulur yang membelit
huruf 'li' itu. Aku bukan seorang yang melankolis, namun melihat huruf 'li' itu,
aku teringat akan saat pertama kali melihatnya, saat ia minum
arak dari mangkuk besar dan makan sepotong daging besar,
dengan semangat kepahlawanan yang berkobar-kobar, hatiku
pun terasa pedih, mula-mula aku bermaksud segera memotongmotong lengan baju itu dengan pisau hingga hancur, namun lalu
berubah pikiran, dengan hati-hati aku memotong lengan baju itu,
lalu menyimpannya dalam saku dadaku.
Di kejauhan, Zhao Ponu, Fuluzhi dan Yijijian memimpin pasukan
bersenjata lengkap memisahkan kawanan rusa, jumlah rusa yang
menerjang ke arah kami pun banyak berkurang, kebetulan anak
panah kami juga sudah habis, dengan enteng Huo Qubing
membuang busurnya, lalu menebas rusa-rusa yang menerjang ke
arah kami. "Ia sudah meninggal". Aku berjalan ke sisi Huo Qubing, dengan
manik-manik emasku, aku memukul rusa-rusa yang hendak
menerjang dari samping, "Karena Li Gan sudah mati, tak ada
saksi mata, namun masih banyak jejak yang dapat diselidiki
orang. Kawanan rusa ini sangat aneh, walaupun aku tak tahu
bagaimana mereka mengumpulkan rusa-rusa itu di sini, berilah
aku sedikit waktu, aku pasti akan dapat menyelidikinya hingga
tuntas". Huo Qubing mengenggam tanganku, matanya mengawasi Zhao
Ponu dan yang lainnya yang sedikit demi sedikit mendekat, "Aku
ingin kau melupakan semua yang dikatakan Li Gan padamu
barusan ini". Tangannya sedingin es, tanganku pun berubah menjadi sedingin
es. Air mata berlinangan di mataku, aku mengigit bibirku keraskeras, memaksa air mata berhenti mengalir, "Baik!"
Zhao Ponu berlari ke hadapan kami, lalu berlutut dengan satu
kaki pada Huo Qubing, namun wajahnya menghadap ke arahku,
"Hamba berhasil melaksanakan perintah!"
Ketika Zhao Ponu melihat Li Gan yang bersimbah darah, untuk
sesaat air mukanya berubah, namun Fuluzhi dan Yijijian bersifat
lugas, tanpa takut maupun tegang, mereka bertanya, "Apakah
Adipati Guannei sudah meninggal?"
Dengan hambar Huo Qubing memberi perintah, "Bawa jasad Li
Gan ke atas". Setelah selesai berbicara ia tak memperdulikan
semua orang dan langsung berjalan di depan. Zhao Ponu
bersujud di hadapanku, "Kalau saja hamba sedikit lebih cepat
datang, mungkin Adipati Guannei masih hidup". Aku menggeleng,
lalu mengikuti Huo Qubing tanpa berkata apa-apa.
Begitu melihat Huo Qubing, untuk sesaat Liu Che kegirangan,
namun segera menahan dirinya.
Fuluzhi meletakkan jasad Li Gan di atas tanah, tanpa berkata
apa-apa, Li Yan jatuh pingsan, dayang-dayang dan tabib segera
membawanya kembali ke Istana Ganquan.
Pandangan mata Liu Che menyapu jasad Li Gan, lalu dengan
sedingin es menatap Huo Qubing seraya melambaikan
tangannya, para pengawal dan pejabat yang berjaga di
sekelilingnya pun cepat-cepat pergi jauh-jauh. Seorang pengawal
hendak mengajakku pergi, namun aku menatapnya tanpa
bergeming dengan tenang. Wei Qing yang biasanya sedikit bicara
mendadak berkata, "Biarkan ia tinggal!" Pengawal itu bimbang
sejenak, lalu segera pergi. Tak lama kemudian, di tempat itu
hanya tersisa Wei Qing, Gongsun Ao, Gongsun He dan para
pejabat tinggi lain. Dengan dingin Liu Che berkata, "Beri zhen penjelasan. Memanah
pejabat tinggi istana hingga mati adalah kejahatan yang
hukumannya adalah hukuman mati!" Huo Qubing melangkah
maju, lalu berlutut di hadapan Liu Che, namun tak berkata
sepatah kata pun. Wajah Liu Che perlahan-lahan berubah menjadi kelam, Gongsun
Ao cepat-cepat berlutut, lalu berkata sambil tersedu-sedan,
"Hamba pantas mati! Saat itu Adipati Guannei memukul Jenderal
Besar Wei, akan tetapi Jenderal Besar Wei memakluminya
dengan mempertimbangkan bahwa Adipati Guannei baru saja
kehilangan ayahnya, dan karena terlalu berduka melakukan suatu
perbuatan yang tak pantas, oleh karenanya ia sama sekali tak
mempermasalahkan kejadian itu. Akan tetapi hari ini hamba salah
bicara dan malahan menceritakan kejadian itu secara panjang
lebar pada Jenderal Piaoqi".
Dengan geram Liu Che menendang Gongsun Ao, "Apakah kau
sama sekali tak tahu watak Qubing?"
Gongsun Ao terguling-guling di tanah, lalu segera kembali
berlutut, tanpa menghiraukan luka yang dideritanya, ia bersujud
tanpa henti sambil terus menerus berkata, "Hamba pantas mati,
hamba pantas mati".."
Tak lama kemudian, wajah Gongsun Ao telah berlumuran darah.
Sinar mata Wei Qing nampak rumit, akhirnya ia tak kuasa
menahan diri untuk tak mengambil keuntungan dari kejadian itu.
Bertahun-tahun yang silam, Gongsun Ao telah menyelamatkan
nyawanya, ia benar-benar merasa berhutang budi pada Gongsun
Ao seumur hidupnya. Wei Qing berlutut di hadapan Liu Che, lalu
berkata sambil bersujud, "Yang seorang adalah keponakan
hamba, sedangkan yang seorang lagi adalah bawahan hamba,
hamba seharusnya bertanggung jawab atas kematian Li Gan,
mohon Yang Mulia menghukum hamba juga".
Liu Che tak menghiraukan Wei Qing, ia hanya dengan murka
menunjuk Huo Qubing sambil memakinya, "Zhen lihat dari
caramu memimpin pasukan dan bertindak, kau sudah jauh lebih
tenang dibandingkan saat muda dahulu, dan zhen pikir karena
sudah mempunyai anak istri, kau tahu cara menahan diri, tapi hari
ini kau kembali melakukan perbuatan semacam ini, beritahu zhen
dengan jujur, sebenarnya apa yang dilakukan oleh Li Gan?"
Tubuh Huo Qubing tegak lurus bagai buluh, punggungnya
nampak tegang, namun hatinya sedingin es, ia menggunakan
sikapnya yang keras untuk menyembunyikan duka dalam hatinya,
keluarga Wei yang sejak kecil dianggapnya sebagai keluarganya
telah mengkhianatinya. Liu Che tentunya juga merasakan bahwa
ada sesuatu yang mencurigakan dalam masalah ini, dengan
perkataannya itu, ia membantu Huo Qubing mencari alasan,
berharap dapat mengalihkan tanggung jawab kepada Li Gan,
namun bagaimana Huo Qubing dapat menimpakan kesalahan
kepada seseorang yang sudah mati dan tak dapat membela diri
demi menyelamatkan dirinya sendiri" Ia lebih-lebih lagi tak dapat
mengatakan hal yang sebenarnya dan membuat Wei Qing
kesulitan. Liu Che selalu mencari kesempatan untuk menekan
Wei Qing, namun Wei Qing tak pernah melakukan kesalahan,
setelah masalah ini muncul, tak perduli apakah Wei Qing tahu
tentang masalah itu atau tidak, Liu Che tak akan membiarkan
kesempatan emas ini berlalu. Wei Qing adalah gunung besar
tempat seluruh keluarga Wei bersandar, kalau Wei Qing
melakukan kesalahan, seluruh keluarga Wei akan berada dalam
bahaya. Liu Che menunggu Huo Qubing untuk beberapa lama, namun ia
masih tak mengucapkan sepatah kata pun. Liu Che pun berkata
dengan geram, "Kau pikir zhen tak akan membunuhmu?" Tibatiba ia menunjukku dan berkata, "Jin Yu, kemari!"
Aku maju ke depan dan berlutut di sisi Huo Qubing tanpa berkata
apa-apa, tubuh Huo Qubing yang selama ini tenang gemetar
pelan, namun ia masih memandang ke tanah, diam seribu
bahasa. Liu Che berkata, "Hari ini zhen melihat tindakan Jin Yu, walaupun
zhen tak menyukai Jin Yu, namun mau tak mau zhen harus
memujinya, wanita ini bersedia melakukan segalanya demi
dirimu, apakah kau ingin membuatnya menjadi seorang janda?"
Kedua tangan Huo Qubing yang menempel di kedua sisi
tubuhnya mengepal erat, urat-urat biru di tangannya menonjol
keluar, jari-jemarinya bergerak, tanpa sadar, ia memunggut kerikil
di tanah dan mengenggamnya, darah pun merembes keluar dari
sela-sela jari tangannya. Dengan dingin Liu Che bertanya dengan
perlahan, "Atau membiarkan Jin Yu menemanimu mati?"
Aku mengenggam tangan Huo Qubing, dengan sekuat tenaga
membuka kepalan tangannya, lalu membuang kerikil dalam
genggamannya, setelah membersihkan tangan kirinya, aku
berkata, "Tangan yang satunya lagi". Ia tertegun sejenak, lalu
memberikan tangannya yang lain padaku, dengan lembut aku
membuang kerikil di dalamnya, lalu mengambil sehelai sapu
tangan dan mengelapnya hingga bersih, setelah itu, dengan
hambar aku berkata, "Sudah". Setelah berbicara aku
mengenggam tangannya, walaupun ia tak mendorongku pergi, ia
seperti sebatang kayu, sama sekali tak bereaksi. Dengan bandel
aku terus mengenggam tangannya, mataku terus menatapnya
dengan terpana. Setelah beberapa saat, akhirnya ia berpaling
memandangku, ia tersenyum ke arahku, matanya berbinar-binar,
rasa bersalah dan kehangatan bercampur di dalamnya,
sedangkan rasa duka dan dingin di dalamnya pun agak
berkurang, dengan perlahan ia balas mengenggam tanganku.
Di samping kami berdua seakan tak ada orang, semua orang pun
tertegun. Liu Che tiba-tiba tertawa dingin beberapa kali, "Jin Yu,
jangan-jangan zhen tak perlu bertanya apakah kau hendak mati
atau tidak". Dengan sikap hormat aku bersujud, hatiku penuh rasa terima
kasih pada Liu Che, entah karena sayang pada orang berbakat,
atau meragukan masalah ini, ia terus memberi kesempatan pada
Huo Qubing, bahkan sampai hendak menggunakan nyawaku
untuk memaksa Huo Qubing membuka mulut, "Yang Mulia,
hamba akan mengikuti Jenderal Piaoqi".
Tanpa berkata apa-apa, Liu Che berjalan mondar-mandir di
tempatnya semula, di satu pihak ada hukum Han Agung dan
reputasinya di kemudian hari, di lain pihak ada hidup Huo Qubing,
kaisar yang selalu dipuji orang sebagai kaisar Dinasti Han yang
bijak dan berpandangan jauh itu pun merasa amat pusing.
Setelah lama, wajahnya nampak kelelahan, ia pun bertanya,
"Kabarnya hari ini juga ada pengawal yang karena tak hati-hati
tewas terinjak-injak rusa?"
Kepala pengawal di sampingnya segera menjawab, "Benar,
secara keseluruhan ada delapan orang pengawal yang tewas
terinjak rusa, Zhang Jing, Liu Dashan?""
Liu Dashan" Pandangan mataku menyapu ke wajah Wei Kang,
Gongsun He dan Ren An, mereka benar-benar telah melakukan
semuanya dengan tuntas.
Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Setelah mendengarnya, Liu Che mengangguk, ia mendongak
memandang langit, lalu seakan berkata pada dirinya sendiri, ia
berkata, "Li Gan terperangkap di tengah kawanan rusa, karena
tak hati-hati ia tewas terinjak-injak rusa, makamkan ia dengan
kehormatan penuh!" Semua orang tertegun, Zhao Ponu dan yang lainnya berlutut,
"Hidup Yang Mulia!" Sebagian besar para hadirin pun ikut
bereaksi dan ikut berseru "hidup Yang Mulia", namun ada juga
yang masih merasa geram dan menatap Huo Qubing dengan
penuh kebencian, akan tetapi, di bawah pandangan mata Liu Che
yang dingin dan tegas, mereka menunduk, lalu ikut berlutut.
Setelah Huo Qubing menyuruhku untuk melupakan semua yang
dikatakan Li Gan padaku, aku telah dengan amat tenang
menunggu keputusan sang kaisar, sekarang hatiku bergejolak,
untuk pertama kalinya, aku bersujud pada Liu Che dengan tulus,
dan dengan sepenuh hati berseru, "Hidup Yang Mulia!"
Liu Che memandang Huo Qubing yang sedang bersujud,
matanya masih penuh amarah, ia mengibaskan lengan bajunya
dan berlalu, "Hah! Hidup Yang Mulia" Kalau kalian benar-benar
menginginkan zhen panjang umur, jangan membuat masalah
untuk zhen". Perburuan untuk menghibur diri berakhir dengan mengenaskan.
Adipati Guannei, Li Gan, tewas terinjak-injak rusa, sedangkan
karena amat terkejut, Nyonya Li jatuh sakit. Liu Che tak lagi ingin
bertamasya dan segera memimpin para pejabat sipil dan militer
meninggalkan Istana Ganquan dan kembali ke Chang'an.
Huo Qubing berubah menjadi luar biasa pendiam, sering sehari
penuh tak berbicara sepatah kata pun.
Ikatan kekerabatan adalah suatu kemewahan bagiku, ia sejak
kecil telah memilikinya, namun ikatan itu hancur di hadapan
kekuasaan dan kedudukan. Aku tak tahu bagaimana harus
menghiburnya, aku hanya dapat menemani di sisinya dengan
tenang, agar ketika berpaling ia dapat melihat diriku, dan tahu
bahwa ia sama sekali tak sendirian.
Tanpa terasa, musim semi tahun keenam Yuanshou tiba di
Chang'an, saat menyadarinya, bunga persik telah mekar dan
pohon liu telah menghijau, musim semi sedang semaraksemaraknya.
Aku dan Huo Qubing berjalan berendeng pundak di tengah pohon
persik, dengan enteng ia memetik sekuntum bunga persik dan
menyelipkannya di pelipisku, lalu berbisik di telingaku, "Apakah
kau ingin menjenguk anak kita?"
Aku tertegun sejenak, tak berani mempercayainya, "Bukan yang
di istana?" Dengan pelan ia mengiyakan.
Kalau rahasia ini bocor, tak hanya hidup kami yang berada di
ujung tanduk, Jiu Ye dan yang lainnya pun akan terkena
getahnya, oleh karena itu, aku dan Huo Qubing selalu mengunci
mulut kami rapat-rapat. Akan tetapi, bagaimana kami bisa tak
memikirkannya" Hanya saja kami tak berani memikirkannya. Aku
berbalik dan memeluk pinggang Qubing, wajahku bersandar di
dadanya, "Ingin".
Ia tersenyum dan mencubit hidungku, "Ai! Ai! Coba lihat! Kita
belum mengucapkan delapan kata itu, tapi kau sudah berani
memelukku di depan orang banyak. Jangan takut! Walaupun kau
tak merayuku, aku tetap akan berusaha sekuat tenaga".
Aku merasa jengah sekaligus gusar dan mendorongnya, lalu
berbalik hendak pergi, namun ia tertawa di belakangku. Wajahku
nampak gusar, namun hatiku girang, ia telah dengan perlahan
kembali menjadi Huo Qubing yang dulu.
Setelah makan malam, Huo Qubing memanggil Huo Guang ke
kamar baca, mereka berdua lama berbicara di dalam kamar itu.
Setelah keluar, sinar mata Huo Guang nampak makin penuh
tekad, seakan dalam waktu yang singkat ia telah lebih dewasa
beberapa tahun. "Apakah kau menasehati Adik Guang untuk meninggalkan
Chang'an dan pulang ke rumah?"
"Tidak! Setiap lelaki punya jalan yang ingin ditempuhnya, dimana
ia dapat mewujudkan impiannya, hidupnya ditentukan sendiri
olehnya. Aku hanya menjelaskan situasi di Chang'an sekarang
padanya, memberitahunya bahwa di kemudian hari aku mungkin
tak hanya tak dapat melindunginya, melainkan justru akan
merepotkan dan membahayakan dirinya".
Aku mengingat ekspresi wajah Huo Guang barusan ini dan sudah
tahu apa keputusan Huo Guang, "Apakah Adik Guang
memutuskan untuk tetap tinggal di Chang'an?"
Sambil tersenyum, Huo Qubing mengangguk-angguk, sinar
matanya nampak bangga. Di bulan tiga, bunga persik sedang mekar dengan semarak,
namun pertarungan di istana lebih ramai dari bunga persik yang
paling merah. Di pemakaman Li Gan, Huo Qubing tak muncul, justru Wei Qing,
Gongsun Ao dan yang lainnyalah yang datang untuk
berbelasungkawa. Putri Pingyang secara pribadi mengatur perjodohan kedua putri Li
Gan. Liu Che, entah karena merasa bersalah pada Li Gan, atau
karena ingin lebih jauh memecah belah Wei Qing dan Huo
Qubing, setuju untuk menikahkan mereka berdua dengan sang
putra mahkota, Liu Ju, dan menjadikan kedua gadis yang masih
kecil itu selir putra mahkota.
Walaupun keluarga Li telah ditinggalkan lelaki-lelaki mereka yang
paling cakap dan sedang berada dalam usia puncak, dan hanya
menyisakan para janda, wanita yang lemah dan kanak-kanak,
sehingga keluarga besar itu nampaknya akan runtuh, namun
sejak zaman Dinasti Qin, keluarga Li telah banyak menghasilkan
jenderal-jenderal besar, mereka masih hidup di dalam hati rakyat
jelata dan orang-orang istana. Keponakan Li Gan, Li Ling,
walaupun masih berusia muda, sudah menunjukkan bakat
kemiliteran yang sangat besar dan sangat disukai Liu Che, Liu
Che berkata bahwa setelah ia sedikit lebih besar, ia akan
diangkat menjadi pengawal pribadinya. Ketika berumur delapan
belas tahun, Huo Qubing juga diangkat menjadi pengawal sang
Putra Langit, diam-diam, Li Ling pun berubah menjadi calon
jenderal besar di masa datang.
Untuk menghadapinya, keluarga Wei berusaha merebut hati
istana dan rakyat, berusaha menarik para pendukung keluarga Li
untuk mendukung putra mahkota, serta segera menegaskan
bahwa mereka tak terlibat dalam peristiwa pembunuhan Li Gan
oleh Huo Qubing. Kabar Huo Qubing membunuh Li Gan tersiar dengan cepat, di
istana orang yang bersimpati kepada nasib buruk keluarga Li
semakin banyak, sebelumnya semua orang tak suka Wei Qing
menjadi kepala keluarga Wei, namun sekarang mereka merasa
bahwa Wei Qing yang selalu bersikap rendah hati dan sopan
lebih baik daripada Huo Qubing yang sering menyinggung orang,
sedangkan perlindungan yang mereka berikan pada orang-orang
tua dan kanak-kanak keluarga Li membuat orang kagum, mata
tombak mereka pun mulai diam-diam mengarah ke Huo Qubing.
Walaupun Liu Che menekan mereka, ia tak bisa menghalangi
mereka mengajukan berbagai petisi untuk memakzulkan Huo
Qubing, bahkan sampai ada serombongan pejabat yang sambil
menangis memohon pada kaisar untuk tak mengingkari hukum
negara. Liu Che tak berdaya dan terpaksa menghukum Huo
Qubing dengan memerintahnya menjaga kota Shuofang,
sehingga ia dapat meninggalkan Chang'an jauh-jauh dan
menghindari keadaan yang tak menguntungkan baginya itu.
Ketika Liu Che untuk pertama kalinya menanyai Huo Qubing,
hanya ada sedikit orang di tempat itu, setelah itu, kabar tentang
kejadian itu juga ditutup-tutupi. Kenapa saat itu hanya sedikit
orang yang tahu, dan sekarang semua orang di istana
mengetahuinya" Kenapa tiba-tiba begitu banyak orang berani
memakzulkan Huo Qubing" Di istana sekarang, kekuatan apa
yang dapat menyerang Huo Qubing dengan begitu hebat
walaupun kaisar jelas-jelas melindunginya"
Huo Qubing seakan tak melihat badai di istana itu, ia terus
bersikap seperti biasa. Ia sepertinya diam-diam memberi
semangat pada orang-orang yang ingin memakzulkan dirinya,
sebenarnya ia dapat melakukan sesuatu untuk menghentikan
badai itu, akan tetapi ia hanya dengan hambar menonton badai
dalam istana itu mengamuk makin hebat.
Sebelum berangkat ke Shuofang, untuk pertama kalinya, Huo
Qubing melanggar kebiasaannya sendiri, ia mengambil inisiatif
untuk ikut campur dalam urusan istana, langkahnya mengejutkan,
ia mohon kaisar mengangkat ketiga pangeran sebagai raja muda,
dipimpin oleh Liu Bo. Hamba Menteri Perang Qubing mengajukan petisi pada Yang
Mulia Kaisar dengan jaminan nyawa sendiri: Yang Mulia memberi
titah pada hamba Qubing untuk menebus kesalahan dengan
menjaga perbatasan. Hamba yang tak lebih dari anjing atau kuda,
dengan jaminan nyawa sendiri, mohon Yang Mulia
menganugerahkan kedudukan pada para pangeran di hari
keberuntungan di tengah musim panas. Surat ini hanya ditujukan
pada Yang Mulia seorang. Hamba Qubing sekali lagi
menghaturkan sembah. Setelah selesai menulis petisi yang berisi permohonan
pengangkatan ketiga pangeran itu, Huo Qubing memberikannya
padaku, setelah membacanya dengan teliti, aku
mengembalikannya padanya, "Bagus sekali! Sangat sopan dan
rendah hati, tapi orang yang benar-benar sopan dan rendah hati
tak akan menulis petisi semacam ini. Entah apa pendapat kaisar
tentangnya?" Huo Qubing tersenyum dan menyimpan petisi itu,
tak lagi banyak bicara. Setelah diangkat menjadi raja muda, seorang pangeran harus
meninggalkan Chang'an dan pergi ke wilayahnya. Mereka
nampaknya memiliki wilayah kekuasaan sendiri, namun
sebenarnya hal ini menghentikan ambisi mereka untuk berebut
kekuasaan dengan putra mahkota di Chang'an.
Tindakan drastis yang diambil Huo Qubing dalam keadaan
mendesak itu bagai sebutir batu yang menimbulkan seribu
gelombang, pertarungan pun memenuhi danau, pertarungan
diantara faksi yang mendukung putra mahkota dan faksi yang
menolaknya menjadi panas. Para pejabat yang sebelumnya
merasa untuk sementara tak perlu ikut dalam pertarungan itu
sekarang mau tak mau harus memikirkan harus berpihak pada
siapa. Liu Che belum menjawab permohonan Huo Qubing, kedua
kubu di istana sama-sama tak mau mengalah.
Beberapa hari kemudian, Perdana Menteri Zhuang Qingdi,
Penasehat Kekaisaran Zhang Tang, Menteri Upacara Zhao
Chong, Li Si dan Guru Muda Putra Mahkota Ren An bersamasama menandatangani sebuah petisi mendukung Menteri Perang
Huo Qubing. Liu Che masih tak menjawab.
Setelah itu, Zhuang Qingdi, Zhang Tang, Gongsun He dan para
pejabat tinggi lainnya kembali mengajukan permohonan itu
hingga empat kali berturut-turut, mereka berkata bahwa mereka
mempertaruhkan nyawa mereka sendiri, namun pengikut mereka
semakin banyak, diam-diam ada seratus pejabat yang
mendukung mereka, suara-suara yang menentang pun perlahanlahan ditekan, hingga akhirnya hampir tak terdengar suara
apapun. Liu Che masih tak memberi jawaban juga.
Permohonan untuk mengangkat para pangeran itu dilontarkan
oleh Huo Qubing, namun sejak itu ia tak berbuat apa-apa, hanya
dengan hambar menonton keadaan dalam istana. Melihat
usahanya hampir berhasil, dahinya justru berkerut, "Bagaimana
paman bisa membiarkan keadaan menjadi seperti ini" Ai!
Rupanya saat ini ia tak bisa menahan begitu banyak orang yang
terlalu ambisius. Sekarang kaisar sedang gagah-gagahnya,
perbuatan seperti ini, walaupun kaisar menyetujuinya, akan
membuat kaisar semakin takut pada kekuatan putra mahkota dan
keluarga Wei". Aku berkata, "Keluarga Wei adalah kekuatan yang diciptakan oleh
kaisar, namun sekarang ia tak dapat mengendalikan mereka,
kalau Jenderal Wei tak bisa mengendalikan keluarga Wei, hal ini
tak aneh. Permaisuri, Putri Pingyang, putri tertua, putra mahkota,
para jenderal dan adipati, berapa banyak orang yang
berkepentingan di dalamnya" Kekuatan mereka semakin besar,
jangan-jangan akan banyak pertentangan diantara mereka. Coba
lihat keluarga Lu, Dou dan Wang di masa lalu, benar-benar tak
mudah bagi Jenderal Besar Wei untuk mengendalikan mereka
sampai sekarang". Qubing tersenyum getir, "Benar! Setiap orang punya ambisi dan
keinginannya sendiri-sendiri, bukankah aku juga demikian" Aku
tahu bahwa dari hari ke hari kaisar menjadi makin waspada
terhadap kekuatan putra mahkota, ia tak ingin kekuatan putra
mahkota terlalu cepat berkembang dan ingin menggunakan
pangeran lain untuk mengendalikan putra mahkota, namun aku
telah memberikan sebuah masalah pelik baginya".
Semua orang di dalam dan luar istana sedang menunggu
keputusannya, masalah ini sudah menjadi masalah yang
berbahaya, kalau Liu Che tak setuju, situasi dalam istana akan
menjadi mengerikan. Kurasa saat ini banyak kerabat kekaisaran
dan bangsawan tak dapat tidur nyenyak, buktinya, bisnis rumah
hiburan dan rumah bordil bertambah ramai.
Di saat seperti ini, tiba-tiba Nyonya Li mengundangku. Hal ini
benar-benar diluar dugaan, aku pun menduga-duga apa yang
hendak dilakukannya. Huo Qubing melemparkan titah itu ke
samping, lalu berkata dengan hambar, "Tak ada bagusnya,
berpura-puralah sakit untuk menolaknya".
Setelah berpikir sejenak aku berkata, "Kabarnya ia sakit-sakitan,
aku ingin menemuinya. Lagipula, dengan mendengarkan
perkataannya, kita akan dapat mengetahui maksud musuh".
Huo Qubing merasa tindakanku berlebihan, namun ia tak ingin
menentang keinginanku, ia tersenyum dan berkata, "Terserah
padamu, kebetulan aku juga ingin mengunjungi permaisuri, ayo
masuk istana bersama!"
Sebelum tiba di tempat, aku telah mencium bau obat yang pekat.
Di balik tirai, Li Yan memberi perintah pada gadis pelayan dengan
suara pelan, "Suruh Jin Yu masuk". Rasa heran nampak di mata
gadis pelayan itu, ia menyingkapkan tirai agar aku dapat masuk.
Wajah Li Yan pucat pasi, namun pipinya merah padam.
Walaupun tak paham ilmu pengobatan, aku merasa bahwa
sakitnya tak ringan. Sambil tersenyum ia menunjuk ke sisi dipan,
"Duduklah sedikit lebih dekat agar aku tak usah mengerahkan
tenaga untuk berbicara".
Senyumnya tak seperti dahulu, tapi agak mirip senyumnya ketika
kami saling mengenal untuk pertama kalinya, tenang dan ramah,
tak terlalu berjarak dan waspada.
Aku menurutinya dan duduk di dekatnya, sambil tersenyum ia
memandangiku, "Kau kelihatannya begitu cantik dan sehat, masih
mekar dengan semarak, sedangkan aku sudah melayu".
"Jangan berkata seperti itu, di istana ada tabib yang pandai, kalau
beban pikiranmu hilang, kau akan sembuh".
Ia tersenyum, "Aku lebih memahami keadaan tubuhku dari
siapapun juga, hari-hariku tak banyak lagi. Aku terus menerus
Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bermuslihat, namun kehilangan lebih banyak daripada yang
kuperoleh. Jin Yu, apakah kau masih membenciku?"
Peristiwa demi peristiwa di masa lalu berkelebat dalam benakku:
gadis bermata jeli yang bercadar tipis itu; gadis yang wajahnya
dapat meruntuhkan negara namun selalu sedih itu; gadis yang
mengajariku meniup seruling dan tertawa di bawah sinar lentera
itu?". Aku menggeleng-geleng, "Aku tak ingin membencimu. beberapa
tahun belakangan ini aku menemukan sebuah prinsip, yaitu
bahwa sebelum menghancurkan musuh, kebencian sering
terlebih dahulu menghancurkan diri kita sendiri. Aku ingin
melupakannya, dan ingin mengingat peristiwa-peristiwa yang
mengembirakan dalam hidup, ingin mencampakkan semua yang
tak menyenangkan di belakangku, lalu terus berjalan ke depan.
Hidup manusia hanya beberapa puluh tahun yang pendek, kalau
kita menjalaninya dengan terburu-buru, mungkin kita tak punya
waktu untuk melihat banyak sekali hal yang bagus atau menarik.
Kalau kau tak punya waktu untuk menikmati hidup dan justru
punya tenaga untuk membenci, lebih baik kau menggunakannya
untuk menikmati kebahagiaan yang telah kau miliki".
Li Yan berpaling dan terbatuk, aku segera mengambil sapu
tangan dan memberikannya padanya, ketika ia meletakkan sapu
tangan itu di sampingnya, sapu tangan itu telah penuh bercak
darah. Hatiku sedih, namun ia tersenyum seakan sama sekali tak
memperdulikannya, "Xiao Yu, nasibmu baik, oleh karenanya kau
dapat berkata seperti ini. Dalam hidup ini ada dendam yang tak
dapat dilupakan, contohnya aku. Kalau ada orang yang
mencelakai Huo Qubing, apakah kau dapat memaafkannya"
Apakah kau dapat melupakannya" Apakah kau dapat
membiarkannya begitu saja" Jangan-jangan kau akan
mempertaruhkan nyawamu sendiri untuk membalas dendam".
Tanpa menunggu jawabanku, ia melambaikan tangannya,
"Karena keadaan sudah seperti ini, kita tak perlu bertengkar lagi.
Hari ini aku mengundangmu hanya karena ingin memohon suatu
hal padamu dan bertanya tentang suatu hal padamu".
"Silahkan katakan, kalau aku dapat melakukannya, aku akan
berusaha sekuat tenaga melakukannya".
"Jin Yu, hatiku sudah mati, aku tak memperdulikan apapun juga.
Namun aku tak bisa melupakan orang-orang terdekatku yang
kuseret ke dalam pertarungan ini karena sikapku yang egois. Aku
tak mengkhawatirkan Bo er, asalkan aku mohon kaisar
menyetujui permohonan Huo Qubing untuk mengangkatnya
menjadi raja muda, Bo er akan meninggalkan Chang"an jauh-jauh
dan tentunya akan dapat menghindari semua ini, akan tetapi,
kakak-kakakku tak akan dapat menghindar, terlebih lagi kakak
kedua, semakin lama ia semakin haus kekuasaan".
"Aku mengerti maksudmu, akan tetapi Li Yan, kau harus mengerti
bahwa hal ini tergantung pada Li Guangli, kalau ia tak bisa
menahan diri dalam bertindak, cepat atau lambat akan timbul
masalah. Sedangkan mengenai Qubing, kau tak usah khawatir,
kurasa"..kurasa setelah kaisar mengabulkan permohonannya,
kemunginan besar ini adalah hal terakhir yang dilakukan Qubing
untuk putra mahkota dan keluarga Wei".
Kehidupan luar biasa Huo Qubing sejak kecil hingga dewasa, dan
kedudukan penting yang diperolehnya pada usia delapan belas
tahun dari kaisar tak dapat dipisahkan dari hubungannya dengan
keluarga Wei, asalkan dalam hatinya ia menganggap hutang
budinya pada mereka sudah terbalas, sejak saat ini, keluarga Wei
adalah keluarga Wei, dan dirinya adalah dirinya.
Li Yan nampaknya tak memahami maksud perkataanku, dengan
kebingungan ia berkata, "Hal terakhir?" Melihatku tak hendak
menjelaskannya, ia tersenyum dan tak banyak bertanya lagi, "Aku
akan berusaha sebisaku untuk memperingatkan dan mengekang
kakak kedua, akan tetapi tentang apakah ia akan menurut atau
tidak, aku tak dapat berbuat apa-apa. Kaisar akan merindukanku
dan tentunya akan bersikap sedikit lebih lunak padanya. Aku
sudah berusaha sebisaku, dan sekarang hanya dapat
menundukkan diri pada kehendak Langit saja".
Li Yan memandangi asap tipis dari pedupaan tanpa berkata apaapa, untuk beberapa lama ia diam seribu bahasa, aku pun tak
bersuara, dengan diam menunggunya menanyakan hal yang
ingin ditanyakannya. "Li"..Li Gan, apa yang dikatakannya menjelang ajal?"
Ini adalah yang pertama dari dua keinginan Li Yan yang belum
terpenuhi menjelang ajalnya, kalau Li Gan di alam baka tahu
akan hal ini, ia akan dapat memejamkan matanya dengan puas.
Diam-diam aku menghela napas dan mengeluarkan lengan baju
berlumuran darah itu dari saku dadaku, lalu memberikannya pada
Li Yan. Dengan terpana Li Yan memandang sapu tangan itu, kabut
perlahan-lahan muncul di matanya, bagai butir-butir mutiara yang
terlepas dari ikatannya, air matanya jatuh setetes demi setetes di
atas lengan baju itu. Tiba-tiba aku mengigit telunjukkku sendiri, dan menyelesaikan
tulisan huruf "li" yang belum selesai itu dengan tetesan darahku
sendiri. Bercak darah yang lama sudah menghitam, sedangkan
darah baru masih merah menyala, gelap dan terang saling
kontras satu sama lain, tak saling bercampur, melainkan saling
berlawanan, seperti takdir mereka yang tak bisa bersatu dalam
kehidupan ini. Ia mengangkat lengan baju itu dan melihatnya sekali lagi, lalu
memberikannya padaku, "Dalam kehidupan ini aku akan kembali
mohon bantuanmu. Bantu aku membakarnya di depan makan LI
Gan". Aku mengangguk-angguk.
Sambil tersenyum ia mengenggam tanganku, aku pun balas
mengenggam tangannya. Ia tersenyum ke arahku, cantik jelita
bagai sekuntum bunga, seperti saat kami pertama kalinya
bertemu bertahun-tahun yang lampau, senyumnya bagai
rembulan muram ketika ia membuka cadarnya hari itu, "Xiao Yu,
pulanglah! Aku akan mohon kaisar untuk memberikan Shan er
pada kalian, tapi kedudukan Jenderal Huo sekarang"..kaisar
sepertinya tak akan mengizinkannya, kuharap kau tak
mendendam padaku. Kalau pada suatu hari pasukan Han benarbenar tiba di depan kota Loulan, kumohon kau mengingat
persahabatan kita ketika kita saling mengenal dan mohon pada
Jenderal Huo untuk berbelas kasihan pada rakyat jelata yang tak
berdosa, untuk mengekang pasukannya dan tak membunuh
mereka". Aku merapikan rambut di pelipisnya, lalu memapahnya agar
dapat kembali berbaring di atas bantal, "Sakitmu sepenuhnya
disebabkan karena pikiran, tak usah khawatir, kalau benar-benar
ada suatu hari seperti itu, aku pasti akan berusaha sebisaku.
Jangan lupa, Xiyu pun terhitung separuh kampung halamanku".
Ia memejamkan matanya, suaranya amat lirih, seakan berkata
pada dirinya sendiri, "Aku amat lelah, lelah sekali, sebentar lagi
aku akan dapat beristirahat, kalau ibu melihatku, tentunya ia tak
akan menyalahkanku" Aku sudah berusaha sebisaku, entah
apakah ia sudah berjumpa dengan ayah atau belum. Aku ingin
mendengar lagu gembala di tepi Sungai Kongque, arak Qiongyao
yang harganya sepuluh ribu tahil emas kenapa tak seenak air
Sungai Kongque" Sebenarnya yang kuinginkan hanya menari
dan menyanyi di sekeliling api unggun di malam hari, dan pergi
mencari padang rumput untuk sapi dan domba bersama orangorang yang kucintai di siang hari, aku lebih suka pinggangku
menjadi gemuk karena melahirkan banyak anak, lebih suka
tanganku menjadi kasar dan pecah-pecah karena mencabut bulu
domba?"" Dengan pelan aku bangkit, lalu berjalan keluar.
Para gadis pelayan telah diusir keluar, saat ini, di dalam istana
yang luas dan gelap hanya ada Li Yan yang terbaring di balik
kelambu, seumur hidupnya ia selalu sebatang kara.
Sebelumnya aku selalu ingin bertanya, apakah ia menyesal telah
memilih untuk masuk ke istana, namun hari ini, semua hutang
budi dan dendam sudah hilang, aku hanya berharap agar ia dapat
pergi dengan tenang. Bagi dirinya sendiri, ia benar-benar telah
berusaha sekuat tenaga. Kalau semua wanita Loulan seperti
dirinya, andaikan Liu Che hendak menaklukkan Xiyu, walaupun
mungkin akan berhasil, ia harus menghabiskan harta Dinasti Han
dan mengorbankan banyak orang. Kalau menang, rakyat jelata
menderita, kalau kalah rakyat jelata pun menderita, tak perduli
apakah menang atau kalah, selamanya rakyat jelata yang tak
bersalahlah yang keluarganya akan tercerai-berai.
Aku memberitahu gadis-gadis pelayan yang berjaga di luar agar
masuk ke dalam, ketika aku hendak pergi, gadis pelayan yang
selalu melayani Li Yan menarikku, "Nona Jin, mohon bantuanmu
untuk menasehati niangniang agar ia mau menemui kaisar".
Wajahku kebingungan tak paham, ia pun menjelaskan, "Setelah
niangniang sakit berat, ia tak mau menemui kaisar lagi, setiap kali
kaisar datang, ia paling-paling hanya berbicara dengan kaisar dari
balik kelambu, sekarang kaisar amat geram, ia beberapa kali
ingin memaksa masuk, tapi khawatir sakitnya akan bertambah
parah". Tanpa berkata apa-apa, aku berpikir sejenak, lalu berpaling
memandang istana di belakangku. Li Yan, apakah kau
menggunakan siasat ini untuk mengukir dirimu lebih dalam dalam
hati Liu Che" Apa yang tak bisa didapatkan oleh kaisar yang
memiliki semuanya di kolong langit ini" Akan tetapi ia akan
segera kehilangan dirimu, di saat kau sedang paling cantik, dan di
saat ia paling ingin melihat wajahmu sekali lagi.
Aku mengangguk pada gadis pelayan itu, "Maaf, aku tak bisa
melakukannya". Setelah selesai berbicara, aku cepat-cepat pergi.
Di dalam kereta kuda, Qubing memandangiku tanpa berkata apaapa, namun juga tak mengusikku, ia membiarkanku termenung
dengan diam. Setelah beberapa lama, tanpa ujung pangkal, aku
berkata, "Kaisar akan berjanji untuk menganugerahkan gelar raja
muda itu". Alis Huo Qubing sedikit terangkat, "Apakah Nyonya Li dapat
dengan begitu mudah melepaskan masalah ini?" Ia segera
bereaksi, "Apakah ia benar-benar tak dapat bertahan lagi?"
"Ya, pada dasarnya tubuhnya lemah, sekarang tubuh dan
pikirannya sudah lemah, demi keselamatan putranya, sebelum
meninggal ia akan memohon kaisar untuk menganugerahkan
gelar raja muda pada para pangeran, sekarang para pejabat
pendukung putra mahkota di istana sudah berkali-kali memohon,
kalau Li Yan juga memohon kaisar untuk memenuhi permintaan
terakhirnya, kaisar pasti akan menyetujuinya".
Huo Qubing tak merasa girang, ia malahan menghela napas
panjang, lalu menarikku ke dalam pelukannya, aku pun
memeluknya erat-erat, lalu mendadak teringat akan pertanyaan Li
Yan yang barusan ini belum kujawab, kurasa Li Yan tak ingin aku
menjawabnya, karena ia sudah tahu dengan jelas jawabanku
yang sebenarnya, mau tak mau pelukanku menjadi semakin erat,
"Qubing!" "Ya?" "Kau harus selamanya bersamaku!"
Pelukan Huo Qubing bertambah erat, bagai seribu jun kuatnya,
"Baik!" Bunga persik melayu, menari-nari ditiup angin, luruh dan
membuat bumi menjadi merah, wanita cantik yang dapat
meruntuhkan negara pun seperti bunga yang luruh, jiwanya yang
wangi tersebar di tengah angin.
Di hari terakhir hidup Li Yan, akhirnya kaisar berjanji untuk
menganugerahkan gelar raja muda pada para pangeran, Li Yan
pun pergi dengan senyum di wajahnya.
Li Yan meninggalkan legenda yang tak terhitung banyaknya
tentang kecantikannya, meninggalkan kerinduan yang tak
berbatas pada Liu Che, dan meninggalkan legenda tentang gadis
miskin yang menjadi wanita yang paling dicintai kaisar, namun
perjuangan pahit di baliknya telah terkubur tanpa jejak di dunia
yang fana ini, diriku, satu-satunya orang yang mengetahui
rahasianya, akan memendam semuanya di lubuk hatiku yang
terdalam. ?"?"?"?"?"?"
Huo Qubing mengajakku meninggalkan Chang"an, menapaki
jalan ke Shuofang. Sebelum pergi, ia mohon agar diizinkan
membawa Shan er pergi bersama kami, namun kaisar merasa
tubuh Shan er tak sehat, sedangkan Shuofang sangat dingin,
sebaliknya, di istana ada tabib pandai, oleh karenanya ia menolak
permohonannya. Huo Qubing tak banyak berbicara tentang hal-hal lain, namun
Zhao Ponu memberitahuku bahwa Wei Kang sedang
merencanakan sesuatu, ia pun mohon pada kaisar agar
diperbolehkan menemani kami. Entah karena pertimbangan apa,
walaupun tahu dengan jelas bahwa Wei Kang dan Huo Qubing
tak cocok, kaisar mengabulkan permohonannya.
Aku tak ingin memikirkan hal-hal yang tak menyenangkan itu,
hanya berpikir bahwa akhirnya aku akan meninggalkan Chang"an,
dan segera akan bertemu dengan putraku, putraku yang
langsung meninggalkanku begitu dilahirkan. Setelah merasa
girang, aku juga samar-samar merasa sedih, saat bertemu
dengan putraku juga berarti saat mengucapkan selamat tinggal
pada Jiu Ye, hampir setahun aku telah tak berjumpa dengannya,
apakah ia sekarang baik-baik saja"
Namanya menjaga kota, namun Shuofang telah direbut Jenderal
Besar Wei Qing dari tangan bangsa Xiongnu bertahun-tahun
yang silam, dan setelah bertahun-tahun diperintah oleh Jenderal
Besar Wei, telah menjadi amat kuat, lagipula, saat ini bangsa
Xiongnu telah melarikan diri jauh ke utara Gurun Gobi,
sebenarnya tak ada yang perlu dijaga. Di sepanjang jalan ke
barat itu, Huo Qubing berjalan dengan amat santai, kalau
menemukan pemandangan yang kusukai, ia sering berhenti, dan
setelah aku puas bermain, baru meneruskan perjalanan lagi.
Sebenarnya hatiku amat cemas, akan tetapi, semakin tegang,
aku semakin menahan kecemasanku, khawatir kelihatan aneh
dan mengundang kecurigaan orang lain.
Wei Kang mewarisi sikap tegas Wei Qing dalam memimpin
pasukan, namun tak memiliki sikap rendah hati dan pandai
menahan diri Wei Qing, dalam dirinya lebih banyak sikap angkuh
seorang bangsawan. Ia sangat tak puas terhadap cara Huo
Qubing memimpin pasukan dengan sesuka hatinya, setiap kali
Huo Qubing berkata hendak berhenti beberapa hari, ia selalu
menentang, namun perkataannya dianggap angin lalu oleh Huo
Qubing, ia sama sekali tak menghiraukan Wei Kang. Wajah Wei
Kang semakin lama semakin tak enak dilihat, karena tahu
menentang tak ada gunanya, ia tak lagi berkata apa-apa dan
hanya menutup mulutnya saja, akan tetapi, di belakang punggung
Huo Qubing, pandangan matanya semakin gelap dan penuh
kebencian. Kami berjalan, berhenti dan bermain, dan akhirnya tiba di
Shuofang, setelah Huo Qubing mengatur segalanya, ia
mengajakku bertamasya ke segala penjuru.
Kebanyakan prajurit di Shuofang adalah bekas bawahan Wei
Qing, begitu Wei Kang tiba, ia semakin angkuh, akan tetapi
Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
karena tak mempunyai senjata dan tak banyak yang harus
dikerjakan, tak ada kesempatan baginya dan Huo Qubing untuk
bertengkar. Perbedaan suhu dalam sehari dan semalam di padang pasir
besar, walaupun di siang hari panasnya membuat orang
terpanggang, begitu sang mentari tenggelam di balik gunung,
hawa segera menjadi sejuk. Aku dan Huo Qubing sering
menunggang kuda cepat dan berkuda semalaman di padang
pasir, terkadang aku merasa bahwa sangat baik kalau dapat
tinggal di Shuofang seperti ini dan meninggalkan Chang"an jauhjauh, namun aku tahu bahwa hal ini mustahil, bersama dengan
semakin besarnya putra mahkota, kekuatan keluarga Wei pun
semakin besar, Qubing adalah satu-satunya orang yang dapat
mengendalikan kekuatan Wei Qing di markas, kaisar tak akan
dengan mudah melepaskannya, dan kalau kaisar tak
melepaskannya, Qubing akan berada dalam bahaya, dan
semakin besar kekuatan putra mahkota, semakin besar pula
bahaya yang mengancamnya.
Huo Qubing mengajakku mengenang masa lalu, di kejauhan aku
melihat Mingsha Shan. Saat itu tanggal lima belas, bulan
purnama tergantung di atas puncak gunung, sinarnya yang
terang-benderang menyelimuti padang pasir. Hatiku bergejolak,
aku mendongak dan berseru keras-keras, lalu segera melompat
turun dari kuda, sambil tertawa, aku berlari secepat-cepatnya ke
mata air itu. Di Chang"an, aku selamanya tak dapat berbuat
seperti ini, saat ini aku benar-benar merasa telah meninggalkan
Chang"an. Melihatku kegirangan, tak seperti di sepanjang perjalanan,
kegirangan spontan yang berasal dari lubuk hati terdalamku, Huo
Qubing tertawa terbahak-bahak.
Di tepi mata air, kami berdua menikmati bulan purnama, pasir
yang keperakan dan air yang hijau bagai kumala.
"Yu er, apa kau tahu apa yang paling kusesali seumur hidupku?"
Aku mencopot sepatu, lalu mencelupkan kakiku di mata air,
setelah berpikir keras sejenak, aku berkata, "Tak mendapat
kesempatan untuk bertarung satu lawan satu dengan Yizhixie,
karena Jenderal Besar Wei Qing telah mengalahkan kekuatan
Shanyu Xiongnu". Ia mencopot sepatu dan kaus kakinya, lalu merendam kakinya di
mata air, "Kemenangan dalam perang tak tergantung pada
kekuatan seseorang, melainkan tergantung pada kerja sama dan
kekuatan semua orang, paman menghadapi Shanyu, aku
menghadapi Raja Bijak Kiri, siapapun yang mengalahkan sang
Shanyu tak penting, yang penting adalah meraih kemenangan
dengan bekerja sama secara harmonis".
"Kematian Li Gan?"
Ia menggeleng-geleng, "Walaupun aku tak turun tangan, ia tak
akan dapat menghindari kematian, lagipula, lelaki sejati yang
berdiri di bawah langit, kenapa harus menyesal" Ia harus
melakukan yang harus dilakukan olehnya, walaupun merasa
kasihan, namun tak menyesalinya".
Aku bermain air dan sambil tertawa berkata, "Semuanya salah,
aku tak mau menebak lagi".
Ia terdiam sesaat, matanya memandang ke permukaan air,
"Penyesalanku yang terbesar adalah, ketika meninggalkan Yueya
Quan bertahun-tahun yang silam, walaupun jelas tahu bahwa kau
akan datang ke Chang"an, aku tak memberitahukan identitasku
padamu". Aku sedang menunduk sambil bermain air, mendengar
perkataannya, senyumku membeku, tanganku masih mengadukaduk air, tapi hatiku tak lagi riang gembira. Sebenarnya di tepi
mata air ini, orang yang pertama kukenal dan yang pertama
kuucapi selamat tinggal, sama sekali bukan dirinya.
Suara percakapan kami berdua mendadak menghilang, suara air
di tanganku menjadi satu-satunya suara di padang pasir, cahaya
rembulan menonjolkan kesunyian yang canggung itu.
Huo Qubing menggelitik telapak kakiku dengan kakinya, aku takut
geli dan cepat-cepat menghindar, tapi kakinya bergerak dengan
lincah, bagaimanapun juga aku tak dapat menghindarinya,
setelah beberapa kali bertarung, tanpa terasa perasaan
canggung itu telah terusir pergi. Sambil tersenyum aku berkata,
"Kalau kau menindasku lagi, aku akan melawan". Selagi
berbicara, aku telah meraup air dan menyiramkannya ke
wajahnya. Dengan tangannya, ia mencipratkan air ke arahku, sudut-sudut
bibirnya terangkat, wajahnya menyeringai nakal, tiba-tiba ia
menjejak air keras-keras, "Byur!", sekujur tubuh kami berdua pun
basah kuyup. Aku meraung, "Sekujur tubuh basah kuyup, bagaimana bisa
pulang" Nanti tubuh kita akan penuh pasir".
Sambil tertawa ia mencebur ke dalam air, "Karena sudah basah
kuyup, sekalian tak usah pulang saja, kita akan bermalam di sini,
setelah matahari terbit besok, kita akan jemur pakaian sampai
kering, lalu pulang". Sambil menanggalkan jubah luarnya dan
dengan enteng melemparkannya ke tepi air, ia melirikku dengan
penuh arti. Dengan kesal, aku menunjuk dirinya, "Kau sudah merencanakan
semua ini". Sambil tertawa girang ia menarikku,, "Apa tak sayang, kalau
tempat yang begitu bagus ini tak dimanfaatkan dengan baik?"
Aku memasang muka tembok, tak sudi ikut dengannya masuk ke
dalam air, namun ia sama sekali tak menghiraukanku, senyum
memenuhi wajahnya, sebuah tangannya menarikku, sedangkan
yang sebuah lagi menggelitik telapak kakiku, untuk sesaat aku
mencoba menghindar namun tak dapat menghindar lagi, tak
dapat bertahan dari godaannya, dengan tak berdaya aku pun
menurutinya masuk ke dalam air.
Ia menarikku untuk berenang ke tengah mata air, tiba-tiba aku
memberi isyarat padanya agar berhenti bersuara, dengan heran
ia berhenti, lalu mendengarkan dengan seksama.
Ternyata suara itu suara seruling, melayang-layang dari suatu
tempat yang amat jauh, suaranya sedikit demi sedikit bertambah
keras, seakan orang yang meniup seruling itu sedang berjalan
dengan amat cepat ke arah Yueya Quan. Tak lama kemudian,
Huo Qubing pun mendengarnya, dengan kesal ia menggerutu, "Di
Xiyu muncul seorang gila, orang gila yang di tengah malam
bukannya enak-enak tidur di rumah tapi malahan berkeliaran tak
tentu arah sambil meniup seruling di padang pasir".
Aku tertawa dan berkata, "Para pelanggar hukum Han Agung dan
Xiongnu, atau orang angkuh yang tak mau terikat oleh hukum,
sering berkumpul di Xiyu, di tempat ini ada berbagai negara yang
saling mempengaruhi, sebuah tempat dimana orang baik dan
jahat berkumpul, sangat tak aneh kalau ada beberapa orang gila
di sini". Aku berenang ke tepi air, dengan enggan, Huo Qubing pun
mengikutiku. Suara seruling itu berubah, dari riang gembira berubah menjadi
Rahasia Istana Terlarang 1 Pendekar Rajawali Sakti 38 Dewa Iblis Percobaan The Test 2
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama