Ceritasilat Novel Online

Lambang Naga Panji 7

Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung-shen Bagian 7


433 berjumpa, bila dipikir sekarang, hal tersebut sungguh
merupakan suatu tindakan yang terlalu ceroboh."
Ia merandek sejenak, kemudian sambungnya.
"Bila kita bicarakan dari situasi yang kita hadapi saat
ini, urusan semakin jelas lagi tertera, dan aku rasa apa
maksud Ke Kongcu mengundang aku orang she Kwan
datang kemaripun seharusnya boleh segera diterangkan." Sekalipun berada di musim salju yang dingin, Ke Giok
Lang masih menggoyang goyang kipasnya juga untuk
menyejukkan badan. "Kwan heng" ujarnya. "Perkataan dari orang she Ke
sudah dijelaskan?" "Sungguh sayang pikiranku tumpul sehingga tidak
dapat menduga apa maksud yang sebenarnya dari Ke
Kongcu." "Ke Kongcu" tiba tiba Phoa Ceng Yan menimbrung
dari samping. "Urusan kantor dari Cong Piauw-tauw kami
terlalu banyak dan tak bisa berdiam terlalu lama di sini,
bilamana Ke Kongcu ada perkataan lebih baik diutarakan
saja secara terus terang, jikalau maksudmu mengundang
kami datang hanya ingin berjumpa saja, sekarang kita
semua telah bertemu."
Wajah Ke Giok Lang masih penuh dihiasi oleh
senyuman. "Setelah meneguk secawan arak, seribu cawanpun
dikatakan kurang. Pembicaraan tidak cocok separuh
katapun dikatakan terlalu banyak. Kelihatan Phoa heng
tidak ingin terlalu lama berkumpul dengan aku orang she
Ke" 434 Selagi Phoa Ceng Yan siap memberikan tanggapannya, mendadak tampak seorang lelaki kekar
berusia tiga puluh tahunan dengan memakai
separangkat baju singsat buru-buru lari masuk ke dalam
ruangan kemudian mendekati Ke Giok Lang dan
membisikkan sesuatu ke telinga si Hoa Hoa Kongcu ini.
Ke Giok Lang kebutkan kipasnya, lelaki kekar itu
segera putar badan dan mengundurkan diri dari ruangan.
Suasana seketika itu juga berubah jadi sunyi senyap
tak kedengaran sedikit suarapun, di tengah kesunyian
suasana terasa semakin menegang"..
"Kwan heng!" ujar Ke Giok Lang kemudian sembari
menutup kipas di tangannya. "Menurut pengetahuan di
dalam kota Kay Hong, kecuali Piauw su dari perusahaan
Liong Wie Piauw-kiok masih ada jago jago lihay siapa
lagi?"" "Di dalam kota Kay Hong, naga harimau hilir mudik
tiada hentinya, jago lihay banyak jumlahnya, entah Ke
Heng ingin tanyakan yang mana?"
"Benar, di kota Kay Hong memang banyak terdapat
jago lihay, tetapi yang berani bermusuhan dengan aku
orang she Ke rasanya tidak seberapa banyak."
Kwan Tiong Gak tertawa hambar.
"Cayhe percaya Ke Kongcu bukan seorang yang
pandai pentang mulut besar, apa yang bisa kau utarakan
tentu punya pegangan yang kuat, tentunya sejak semula
kau sudah tanam pengaruh di kota Kay Hong ini."
Entah karena urusan apa mendadak Ke Giok Lang
telah kehilangan kepandaiannya untuk menguasai diri
sendiri, senyuman yang semula menghiasi wajahnya
435 berubah menjadi suatu mimik yang dingin dan kaku
terbentang di depan mata.
"Kwan Cong Piauw-tauw terlalu memuji, di kota Kay
Hong aku orang she Ke tidak lebih banyak berhasil
berkawan dengan beberapa orang."
"Jika kudengar dari nada ucapan Ke Kongcu, agaknya
terhadap aku orang she Kwan hatimu punya rasa tidak
puas." "Hmmmm! Apabila di kota Kay Hong ini ada orang
yang berniat membawa maksud buruk terhadap aku
orang she Ke, maka paling sedikit perusahaan Liong Wie
Piauw-kiok termasuk salah satu diantaranya?"
Ia merandek sejenak lalu sambungnya.
"Dengan orang-orang yang punya kedudukan serta
nama di kota Kay Hong kebanyakan aku Ke Giok Lang
pernah berhubungan sebagai kawan, tapi terhadap
perusahaan Liong Wie Piauw-kiok kalian selamanya tidak
pernah mengganggu, hal ini dikarenakan kau orang she
Kwan." Walaupun ucapan ini kedengarannya tidak mengandung sesuatu maksud tertentu, padahal maksud
sebenarnya terkandung suatu penyerangan yang tajam.
Tidak salah lagi ia sedang mengatakan apabila kawan
kawan Bu lim yang ada di kota Kay Hong ini kecuali
perusahaan Liong Wie Piauw-kiok sudah kena
ditaklukkan semua oleh Ke Giok Lang, Kwan Tiong Gak
adalah seorang jagoan yang berpengetahuan sangat
luas, sudah tentu iapun dapat menangkap nada ucapan
tersebut, setelah termenung beberapa saat katanya.
"Bila di kota Kay Hong ini hanya kami orang-orang
perusahaan Liong Wie Piauw-kiok saja yang berani
436 merusak pekerjaan Ke Kongcu, maka orang-orang
perusahaan kami memang patut kalian curigai terus, tapi
jika didengar dari nada ucapan Ke Kongcu agaknya
kecuali kami perusahaan Liong Wie Piauw-kiok paling
sedikit masih ada seorang yang patut dicurigai, entah
siapakah orang itu?"
"Seorang toosu tua dari kuil "Ting To Sia Yen". Cuma
menurut apa yang aku orang she Ke ketahui Thian Peng
Totiang ini hanya menerjunkan diri dalam soal agama, ia
tidak ingin bergaul dengan akui orang she Ke ini bukan
berarti ia memusuhi aku orang."
"Ke Kongcu, kau mengupasi orang persoalan ini satu
demi satu, dan akhirnya kau merasa begitu yakin bila
kami orang-orag dari perusahaan Liong Wie Piauw-kiok
lah yang memusuhi dirimu."
"Tentang soal ini seharusnya dalam hati kecil Kwan
Cong Piauw-tauw sudah punya perhitungan sendiri,
perusahaan Liong Wie Piauw-kiok bisa berdiri di dalam
dunia persilatan sebagai perusahaan piauw-kiok nomor
wahid di kolong langit, ini mengartikan baik dalam
kecerdasan maupun dalam soal kepandaian silat. Kwan
Cong Piauw-tauw benar benar luar biasa."
Air muka Kwan Tiong Gak perlahan lahan berubah
semakin serius. "Ke Kongcu, perusahaan Liong Wie Piauw-kiok kami
bisa mendapat kemajuan seperti ini hari sudah tentu
sebagian besar harus berdasarkan bantuan dari kawan
kawan kangouw, tetapi kami pun selama ini menjagajaga peraturan perusahaan piauw-kiok ketat-ketat dan
selamanya belum pernah dilanggar, kedatangan aku
orang she Kwan kali ini untuk memenuhi undangan pun
tidak lebih hanya ingin menarik kembali tanda terima
437 tersebut, kecuali itu perusahaan Liong Wie Piauw-kiok
kami sama sekali tidak mempersiapkan tindakan apaapa, kedatangan aku orang she Kwan ke sini juga
dilakukan terang terangan dan hingga kini belum pernah
tiba saat saat penggunaan senjata, apa perlunya aku
orang she Kwan menggunakan akal licik" Ke Kongcu,
ucapak aku orang she Kwan pun hanya sampai di sini
saja." Pada dasarnya wajah Kwan Tiong Gak memang keren
berwibawa, apalagi ucapan tersebut diutarakan lancang,
hal ini membangkitkan rasa percaya di hati semua orang.
Ke Giok Lang kerutkan keningnya sehabis mendengar
ucapan tersebut. "Kecuali dari perusahaan Liong Wie Piauw-kiok kalian
yang secara diam-diam main setan, hanya tinggal toosutoosu dari kuil "Ting To Sia Yen" saja. Hmmm! Toosutoosu hidung kerbau ini sungguh bernyali besar."
"Ke Kongcu," sambung Phoa Ceng Yan dari samping.
"Kota Kay Hong adalah sebuah kota kenamaan, orang
yang berlalu lalang dan hilir mudik bagaikan aliran air di
sungai, setiap hari berganti wajah mengapa kau begitu
ngotot mengatakan tentu orang-orang penduduk Kay
Hong lah yang memusuhi dirimu?"
"Jika orang itu datang dari luar kota, aku rasa tak
akan sedemikian kebetulannya, memusuhi diriku apalagi
mereka-pun tidak tahu kejadian yang sesungguhnya di
balik kesemuanya ini."
"Ke Kongcu, kau sudah bicara setengah harian,
sebenarnya apa yang telah terjadi?"
"Walaupun Liuw Thayjien sudah lama bergulungan di
dalam pemerintahan, tetapi dia masih merupakan
438 seorang yang bisa pegang janji, setelah melihat surat
tanda terima tersebut, ia telah menyerahkan peta lukisan
pengangon kambing itu kepada orang yang kukirim."
"Dan kini peta lukisan pengangon kambing itu kembali
dirampas orang?" sambung Kwan Tiong Gak dengan
wajah serius. "Sedikitpun tidak salah, Kwan Cong Piauw-tauw,
bagaimana pendapatmu mengenai peristiwa ini?"
Kwan Tiong Gak termenung beberapa saat lamanya
kemudian tertawa hambar. "Peristiwa ini terjadi sangat mendadak dan berada di
luar dugaanku, aku orang she Kwan tak dapat
memberikan pendapat mengenai peristiwa ini."
"Kalau begitu apakah Kwan Cong Piauw-tauw sudah
mempercayai ucapan siauwte?"
"Cayhe mau percaya atau tidak
hubungannya dengan diri Ke Kongcu?"
entah apa Mendadak Ke Giok Lang mendongak dan menggapai
seorang lelaki berusia tiga puluhan melangkah maju ke
muka. Si Hoa Hoa Kongcu segera membisikkan sesuatu ke
samping telinganya, lelaki itu manggut tiada hentinya lalu
memggapai pula ke arah kawannya.
Empat orang lelaki menyahut dan maju ke muka,
kemudian lima sosok bayangan manusia laksana
sambaran petir lari keluar dari ruangan.
Menanti kelima orang anak buahnya sudah berlalu Ke
Giok Lang baru berpaling kembali ke arah Kwan Tiong
Gak. 439 "Kwan heng, tanda terima tersebut sudah kami
serahkan ke tangan Liuw Thayjien, peta lukisan
pengangon kambing-pun kena dirampas orang, bilamana
Kwan heng ingin minta kembali tanda terima tersebut
rasanya amat sulit sekali."
"Apakah Ke Kongcu menaruh curiga terhadap aku
orang she Kwan?" "Soal ini sih siauwte tidak berani memastikan, selama
hidup siauwte hanya bekerja setelah ada bukti yang
nyata, tetapi bilamana dikatakan siauwte sama sekali
tidak menaruh curiga, tentunya kau orang she Kwan pun
tak akan percaya." "terus terang aku hendak beritahu kepada Ke Kongcu,
siauwte sendiripun rada menaruh curiga terhadap diri Ke
Kongcu." Mendengar ucapan tersebut Ke Giok Lang segera
tertawa terbahak bahak. "Haaa?"haaa"..haaa".. hal ini sudah kuduga
sebelumnya." "Ke Kongcu, setelah kau kehilangan peta lukisan
pengangon kambing agaknya sama sekali tidak
menunjukkan rasa gelisah ataupun cemas."
"Urusan sudah jadi begini, cemaspun tak ada
gunanya." "Kalalu begitu bagaimana kalau siauwte mohon diri
terlebih dahulu ".?"
Perlahan lahan Ke Giok Lang menghela napas
panjang. "Kwan heng, lebih baik kau jangan pergi dahulu."
"Mengapa?" 440 "Siauwte menaruh curiga terhadap Kwan heng, dan
Kwan heng pun menaruh curiga terhadap siauwte, lebih
baik kita sama sama berkumpul jadi satu menanti hingga
urusan ini menjadi beres dan terang."
"Jikalau siauw-te tidak ingin berdiam di sini?"
"Lebih baik Kwan heng jangan ngotot hendak
menggunakan kekerasan, daripada harus terjadi
bentrokan kekerasan di antara kita."
Kwan Tiong Gak termenung beberapa saat lamanya,
akhirnya ia berkata. "Untuk minta siauw-te berada di sini tidak sukar tetapi
kita harus bicarakan dulu satu syarat."
"Bagus! Ada syarat bisa dibicarakan, Kwan Cong
Piauw-tauw silahkan berbicara."
"Untuk berdiam di sini bagi cayhe tidak sukar, tapi aku
berharap bisa menarik kembali tanda terima tersebut".."
Ia termenung sejenak lalu tambahnya.


Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Mungkin dalam pandangan cuwi menuduh aku orang
she Kwan terlalu takut menghadapi urusan, kenyataannya memang tidak salah, aku orang she Kwan
adalah seorang rakyat biasa, tidak dapat dibandingkan
dengan keadaancuwi sekalian."
"Haaa?"haaa".haaa".. Kwan heng adalah rakyat
baik baik kalau begitu kami adalah kaum penyamun
bukan?" "Perkataanku bukan mengartikan demikian, kami
orang-orang yang membuka perusahaan piauw-kiok
boleh dihitung sebagai kaum pedagang, kita kita harus
membuka kantor cabang di setiap tempat secara baik
baik untuk mencari keuntungan material, ada pepatah
441 mengatakan bila rakyat janganlah cari gara-gara dengan
pembesar. Cayhe tidak berharap ada surat tanda bukti
yang terjatuh ke tangan kaum pembesar pemerintahan."
"Jikalau Kwan Cong Piauw-tauw hanya merisaukan
tanda terima saja, urusan semakin mudah diselesaikan,
malam ini juga cayhe bisa pergi mengambilnya.
Walaupun Liuw Thayjien sendiri adalah seorang yang
lemah tak bertenaga, tetapi keketatan serta kerapatan
penjagaan dalam istana jendral seharusnya kaupun tahu,
beberapa orang Bu su melindungi istana pun bukan
manusia sembarangan, jikalau Ke Kongcu bermaksud
hendak mencuri tanda terima itu, takut urusan malah
akhirnya berubah makin besar, ini namanya melukis
harimau tidak jadi yang muncul adalah sejenis anjing."
"Tidak mudah, tidak mudah, kiranya bukan saja Kwan
Cong Piauw-tauw begitu paham terhadap seluk beluk Bu
Lim, ternyata terhadap keadaan istana jendral pun
mengetahui begitu jelas." puji Ke Giok Lang sambil
tersenyum. "Aaah! Ke Kongcu terlalu memuji."
Ke Giok Lang mendongak dan tertawa terbahak
bahak. "Haaa?"haaa". haaaa".. seorang yang punya
nama besarpun ternyata bisa begitu merendah".."
Ia merandek sejenak, lalu tambahnya.
"Menurut pendapat Kwan Cong Piauw-tauw, tanda
bukti itu tak boleh dicuri, tetapi benda tersebut sudah
berada di tangan Liuw Thayjien, entah apa yang harus
kami lakukan sekarang?"
"Cara gelap ada beribu ribu cuma yang terang
terangan hanya sebuah saja."
442 "Silahkan penjelasan." Kwan Cong Piauw-tauw memberi "Menggunakan peta lukisan pengangon kambing
untuk ditukar dengan tanda terima tersebut."
"Aaakh! Suatu cara yang amat bagus, cuma lukisan
pengangon kambing itu sudah tidak berada di tanganku
lagi!" Ke Giok Lang tertawa hambar.
"Cayhe percaya Ke Kongcu pasti dapat mencari
kembali lukisan pengangon kambing yang hilang."
"Kwan heng terlalu memandang tinggi diri siauw-te!"
Si Hoa Hoa Kongcu tertawa tergelak, kemudian
tambahnya. "Memandang di atas nama Kwan Tiong Gak mu ini
biarlah untuk kali ini siauwte jual muka untukmu, asalkan
siauwte berhasil mencari kembali lukisan pengangon
kambing itu, aku orang she Ke rela bersama-sama Kwanheng pergi minta kembali tanda terima tersebut."
"Perkataan Ke Kongcu berat bagaikan sembilan
Hioloo, sebelumnya siauwte mengucapkan terima kasih
dahulu." "Semisalnya siauwte tak berhasil mencari kembali
lukisan pengangon kambing itu?" tiba tiba si Hoa Hoa
Kongcu bertanya kembali. "Tentang soal ini, tentang soal ini".."
"Jikalau lukisan pengangon kambing tak berhasil
kudapatkan kembali, siauwtepun akan berusaha keras
untuk mencarinya kembali."
"Ucapan dua macam, semisalnya Ke Kongcu tidak
berhasil mencari kembali lukisan pengangon kambing itu,
443 mka aku orang she Kwan pun terpaksa akan ikut
mengadu untung." "Entah dapatkah Kwan heng menyanggupi siauwte
semisalnya kau yang berhasil mendapatkan kembali
lukisan pengangon kambing itu suka mengabarkan
siauwte untuk kemudian bersama-sama pergi menghadapi Liuw Thayjien dan minta kembali surat
tanda terima tersebut?"
"Boleh, boleh, asalkan siauwte berhasil menemukan
kembali lukisan pengangon kambing itu, bagaimana juga
Ke Kongcu pasti akan kami kabari, kecuali cayhe tidak
berhasil temukan dirimu."
"Aaaakh! Ucapan ini terlalu samar, entah dalam
keadaan bagaimana Kwan heng anggap tidak berhasil
menemukan siauwte?" "Aku orang she Kwan selamanya bicara satu tetap
satu, bicara dua tetap dua, apakah Ke Kongcu hendak
memaksa aku untuk angkat sumpah."
"Siauwte tidak berani berbuat demikian." dengan buruburu Ke Giok Lang berkelit. "Cuma setelah Kwan heng
berhasil menemukan kembali lukisan pengangon
kambing itu, aku harap kaupun mempunyai suatu
pernyataan yang jelas."
"Perduli bagaimanakah cara mengutarakan pernyataan tersebut, asalkan tidak menyukarkan diriku,
pasti akan cayhe penuhi."
Ke Giok Lang agak termangu mangu sejenak, setelah
itu katanya. "Bila ditinjau situasi yang dihadapi saat ini, agaknya
sebelum Kwan Cong Piauw-tauw berhasil dapatkan
444 kembali surat tanda terima tersebut untuk sementara tak
akan meninggalkan tempat ini?"
"Siauwte berharap sebelum Cap Go Meh bisa kembali
ke Peking, soal mendapatkan kembali lukisan
pengangon kambing itu bisa lebih cepat sudah tentu
lebih baik." Ke Giok Lang menunggu kembali lalu mengangguk.
"Baiklah, jikalau Kwan heng berhasil menemukan
kembali lukisan pengangon kambing itu, harap kau
pasang sebuah lentera merah di depan pintu kantor
cabang Piauw kok kalian selama dua malam, jikalau
siauwte belum juga tiba maka ini berari siauwte telah
meninggalkan kota Kay Hong."
"Ke Kongcu bisa mencari aku, tetapi bagaimana
caranya pula apabila cayhe ingin mencari Ke Kongcu?"
"Tiga hari sebagai batas waktu, bilamana cayhe
berhasil mendapatkan kembali lukisan pengangon
kambing itu sudah tentu bisa kuhantar sendiri ke
perusahaan Piauw-kiok kalian untuk berjumpa dengan
Kwan heng, bilamana yang aku dapat hanya berita saja
tentang lukisan pengangon kambing itu, maka siauwte
akan kirim orang untuk melaporkan berita tersebut
kepada Kwan heng." "Baik! Kita tentukan demikian saja, jikalau Ke Kongcu
membutuhkan bantuan siauwte, kirim saja orang untuk
memberitahu, siauwte pasti akan segera berangkat."
"Terimakasih atas kesudian Kwan heng." buru-buru Ke
Giok Lang menjura. "Asalkan siauwte berjumpa dengan
musuh yang sangat tangguh tentu akan kukirim orang
untuk minta bantuan Kwan heng, dan semisalnya Kwan
heng yang membutuhkan bantuan siauwte silahkan
445 pasang pula lentera merah di depan pintu kantor cabang
piauw-kiok, siauw-te segera akan datang memberi
bantuan." Kwan Tiong Gak segera mendongak dan tertawa
terbahak bahak. "Semoga Ke Kongcu bisa memperoleh hasil, siauwte
menanti kabar baikmu di dalam kantor piauw-kiok."
Setelah menjura ia menoleh kepada Phoa Ceng Yan
sekalian. "Mari kita pergi."
Dengan langkah lebar ia berlalu terlebih dulu dari
ruangan. Ke Giok Lang mengikuti dari belakang dan
menghantar rombongan tersebut hingga keluar ruangan.
"Kwan-heng, dapatkah kau berhenti sebentar." tiba
tiba serunya. Dengan cepat Kwan Tiong sepasang matanya berkilat.
Gak putar badan, "Apakah Ke kongcu masih ada urusan?"
"Barusan saja siauwte teringat akan satu hal
semisalnya Kwan heng ingin mempertahankan diri
sebagai penduduk baik-baik lebih baik untuk sementara
waktu bersembunyi dahulu."
"Aku orang she Kwan adalah seorang lelaki sejati,
kenapa harus menyembunyikan diri."
"Siauwte tidak memiliki kepandaian untuk meramal
kejadian yang akan datang, tapi aku akan ingat ingat
terus persoalan ini mau mendengarkan atau tidak itu
terserah pada Kwan heng sendiri."
446 "Tentang soal ini Ke Kongcu tak usah kuatir."
"Kalau begitu anggap saja siauwte terlalu banyak
bicara" seru si Hoa Hoa Kongcu kemudian sambil
tempelkan tangan kanannya di tepian kipas sendiri.
"Ke Kongcu terlalu merendah."
"Cuwi silahkan berangkat!"
Kwan Tiong Gak ulapkan tangannya dengan
membawa Phoa Ceng Yan sekalian berlalu dari kuil
Thian Ong Bio. Setelah jauh meninggalkan kuil tersebut, Phoa Ceng
Yan berpaling dan setelah dirasakan tak ada yang
menguntit bisiknya kepada sang Cong Piauw-tauw-nya.
"Agaknya Ke Giok Lang bukan seorang jago yang
gampang diusir." Kwan Tiong Gak menghela napas panjang.
"Entah siapakah yang telah memberi gelar "Hoa Hoa
Kongcu" kepadanya, bukan saja tidak sesuai dengan
wataknya, bahkan pandai sekali dia memancing orang
untuk terperosok ke dalam langkah-langkah yang salah."
Ia merandek, sejenak kemudian tambahnya.
"Dia adalah seorang yang berpengetahuan luas,
pikirannya tajam dan akalnya banyak seharusnya
terhadap manusia macam begini tak boleh diberi julukan
sebagai si Hoa Hoa Kongcu."
"Toako, agaknya perkataannya.?" kau masih mempercayai "Dalam soal sekecil ini, aku percaya ia tak bakal bicara
bohong," kata Kwan Tiong Gak seraya mengangguk.
"Justru yang menjadi persoalan pada saat ini adalah
447 terjatuh ke tangan siapakah lukisan pengangon kambing
itu?" Ia menghembuskan napas panjang.
"Sayang aku belum pernah membicarakan persoalan
ini dengan diri Liuw Thayjien pribadi."
"Cong Piauw-tauw, apakah kau merasa peristiwa ini
ada kemungkinan adalah permainan setan dari Liuw
Thayjien?" sela Nyoo Su Jan.
"Liuw Thayjien sudah ada puluhan tahun lamanya
berkecimpungan di dalam pemerintahan, ia benar-benar
bukan seorang yang patut dipandang enteng, tetapi aku
belum pernah memperhatikan dirinya dengan cermat dan
tak kuketahui bagaimanakah wataknya?"
"Dia adalah seorang yang penuh dengan pengetahuan, penuh dengan pengalaman?" timbrung
Phoa Ceng Yan. "Orang she Liuw ada banyak bagian yang sangat
berbeda dengan orang lain, sebagai seorang pembesar
kelas dua pada waktu ini ternyata ia berkecimpung pula
dalam soal Bu Lim, sungguh merupakan suatu peristiwa
yang sangat aneh," sambung Kwan Tiong Gak kembali.
"Siauwtepun berpendapat demikian, aku lihat agaknya
terhadap lukisan pengangon kambing itu ia sama sekali
tidak menaruh rasa sayang, oleh karena itu siauwte-pun
merasa yakin jelas terhadap rahasia lukisan pengangon


Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kambing itu pembesar she Liuw ini sama sekali tidak
mengerti." "Emmmm, urusan ini memang ada sedikit
mengherankan, cuma sampai detik ini kita masih belum
dapat memahami keseluruhannya."
448 "Ke Giok Lang bisa menaklukkan si Dewa Api Ban
Cau untuk bergabung ke dalam pihaknya ini cukup
membuktikan kecerdikan Ke Kongcu luar biasa sekali,"
kata Nyoo Su Jan. "Persoalan tentang rahasia lukisan pengangon
kambing tidak banyak yang tahu, rasanya peristiwa
lenyapnya lukisan pengangon kambing tersebut apabila
bukan permainan setan dari pihak Ke Kongcu sendiri,
ada kemungkinan merupakan siasat dari Liuw Thayjien."
"Sebelum kita berhasil mendapatkan bukti yang nyata,
janganlah sembarangan ambil kesimpulan sendiri."
akhirnya Kwan Tiong Gak mencegah anak buahnya
bicara lebih lanjut. Gerakan tubuhnya dipercepat untuk kembali ke kantor
cabang Piauw-kiok-nya. Ketika beberapa orang itu tiba di depan pintu kantor,
beberapa orang anggota piauw-kiok sudah menyambut
kedatangan mereka. Tahun baru sudah tiba, untuk sementara perusahaan
Liong Wie Piauw-kiok berhenti bekerja, pintu besar
tertutup rapat, bendera perusahaan yang sepanjang jalan
selalu berkibarpun telah diturunkan.
Kwan Tiong Gak sekalian bersama sama masuk ke
dalam ruangan belakang, setelah ambil duduk Liem Toa
Lek memerintahkan kokinya persiapkan makanan.
Sejurus kemudian perjamuan telah dipersiapkan.
Tapi belum sampai seteguk arak masuk mulut
mendadak tampak seorang lelaki lari masuk ke dalam
dengan terburu-buru. "Ada urusan apa?" tegur Kwan Tiong Gak seraya
meletakkan kembali cawan araknya ke meja.
449 "Tangan kanan dari Tok Say mohon bertemu dengan
Cong Piauw-tauw" lapor lelaki itu seraya menjura.
Walaupun Kwan Tiong Gak adalah seorang jago
gagah perkasa yang berjiwa jantan tetapi dia adalah
seorang pedagang yang mencari sesuap nasi dengan
membuka perusahaan piauw-kiok, mendengar tangan
kanan dari sang Tok Say datang mencari dirinya ia agak
sedikit melengak. Jilid 14 Setelah termenung beberapa saatnya, akhirnya ia
ulapkan tangannya. "Undang ia ke ruang tengah."
Pelayan itu menjura kemudian mengundurkan diri.
Kwan Tiong Gak segera singkirkan cawan awak dan
bangun berdiri. "Bila orang-orang Bu-lim terpaksa harus berurusan
dengan orang-orang dari pemerintahan, ini berarti
kerepotan sudah menjelang datang, kalian tunggulah
sebentar di sini, aku akan pergi menemui mereka
sendiri"." "Hamba dengan kedua orang Bu su istana Jendral
pernah saling mengenal, bagaimana kalau aku
menemani Cong Piauw-tauw pergi menemui mereka?"
"Baiklah!" Kwan Tiong Gak mengangguk.
Ia lantas melangkah keluar.
Sebelum berlalu Liem Toa Lek membisik sesuatu ke
sisi telinga Phoa Ceng Yan, ujarnya.
"Tangan kanan dari Tok Say ini mempunyai asal usul
yang tidak kecil, jikalau tidak ada urusan penting ia tak
450 akan datang kemari, Hu Cong Piauw-tauw serta Nyoo-ya
harap tunggu sebentar di sini, bila ada urusan akan
kukirim orang untuk memberi kabar."
"Ehmm" kalau ada urusan cepat-cepat beritahu
kepadaku," sahut Phoa Ceng Yan mengangguk, wajhnya
kelihatan sangat keren. "Soal ini hamba tahu."
Ia putar badan dan cepat-cepat mengejar Kwan Tiong
Gak menuju ke ruang tengah.
Belum sempat kedua orang itu ambil duduk, seorang
lelaki anggota perusahaan telah mengiringi seorang
lelaki berusia pertengahan berjalan masuk ke dalam
ruangan. Cukup ditinjau dari pakaian yang dikenakan sudah
bisa diketahui dia adalah seorang pembesar, bahkan
wajahnya sangat asing belum pernah dijumpai.
Tetapi ada satu hal Liem Toa Lek merasa yakin yaitu
orang yang datang adalah seorang ahli tenaga lweekang,
terbukti kedua keningnya menonjol tinggi.
Dengan cepat ia berebut maju ke depan seraya
menjura. "Siauw-te adalah Liem Toa Lek, ketua piauw su dari
Liem Wie Piauw-kiok cabang kota Kay Hong."
Lelaki berusia pertengahan
tangannya membalas hormat.
itupun merangkap "Telah lama siauwte mengagumi nama saudara,
hanya saja karena urusan tugas terlalu banyak tak ada
waktu datang berkunjung."
Sinar matanya segera dialihkan ke atas wajah Kwan
Tiong Gak, sambungnya. 451 "Tentunya saudara ini adalah Kwan Cong Piauw-tauw
bukan?" "Caye benar adalah Kwan Tiong Gak, tolong tanya
siapakah nama besar kawan?"
"Siauwte she Jen bernama Pek To, selama ini
mengikuti terus di sisi Tok Say dan jarang berkelana
dalam dunia kangouw, aku rasa belum tentu Kwan Cong
Piauw-tauw pernah mendengar namaku," kata si lelaki
berusia pertengahan itu sambil tertawa.
Dalam hatinya Kwan Tiong Gak menggulangi nama itu
berulang kali, Jen Pek To, Jen Pek To, nama ini benarbenar terasa sangat asing sekali dalam pendengarannya.
Walaupun di hati ia heran, diluaran jawabnya.
"Jen-heng dapat mengikuti di sisi Tok Say, memakai
jubah kebesaran yang cemerlang tentu seorang jago silat
yang maha lihay, siauwte merasa sangat kagum."
Jen Pek To tersenyum. "Nama besar Kwan Piauw-tauw-pun telah menggemparkan seluruh kolong langit, aku sebagai
seorang petugas yang makan gaji pemerintahan dapat
berkawan diri dengan diri Kwan-heng, hal ini merupakan
keuntungan bagi orang she Jen selama tiga generasi.
Kata-kata kagum dari Kwan heng tak berani siauwte
terima"." Ia tertawa terbahak-bahak, sambungnya, "Tak ada
urusan tak akan menaiki kuil Sam Poo Tien, kedatangan
siauwte kali ini karena ada satu urusan yang hendak
disampaikan kepada diri Kwan-heng."
"Jen heng silahkan mengutarakan," kata Kwan Tiong
Gak dengan air muka serius.
452 "Siauw-te berharap Kwan-heng suka mengikuti kami
untuk mengunjungi istana Jendral."
"Jen-heng! Sebelum aku orang she Kwan
menyanggupi undanganmu, dapatkah aku bertanya dulu
akan satu persoalan?" perlahan lahan Kwan Tiong Gak
menghembuskan napas panjang.
"Asal siauwte tahu tentu akan kujawab."
"Kalau begitu bagus sekali, siauwte ingin bertanya
kepada Jen heng, undangan untuk aku orang she Kwan
dalam kunjungannya ke istana Jendral ini merupakan
undangan pribadimu sendiri ataukah perintah dari Tok
Say?" "Urusan ini adalah atas perintah Tok Say, tetapi
karena siauwte sudah lama mengagumi nama besar
Kwan heng, aku rasa apabila hanya mengirim seorang
tentara kroco untuk datang menyampaikan undangan
tersebut takut-takut hal ini akan melukai nama besar
Kwan-heng, aku oleh sebab itu siauwte datang sendiri
untuk mengundang Kwan-heng suka menghadap
sebentar." "Aku orang she Kwan merasa sangat berterima kasih
atas maksud baik dari Jen heng".." Kwan Tiong Gak
tertawa hambar. Ia merandek sejenak, kemudian sambungnya.
"Sekarang juga kita hendak berangkat?"
"Tidak salah. Sekarang Tok Say sedang menanti
dalam istana." "Bagus sekali, aku orang she Kwan akan
meninggalkan pesan dahulu kepada mereka kemudian
segera berangkat." 453 Jen Pek To tersenyum. "Siauwte akan menanti di ruangan."
Habis berkata ia putar badan dan berlalu dari ruangan
tengah. Kwan Tiong Gak segera berpaling dan memandang
sekejap ke atas wajah Phoa Ceng Yan, sikapnya
kelihatan amat serius. "Saudara Phoa, agaknya urusan makin lama berubah
semakin rumit. Tok Say adalah seorang pembesar yang
pegang pimpinan tertinggi dari ketentaraan asalkan ia
hadiahkan nama jelek dan berdosa buat kita, maka
perusahaan Liong Wie Piauw-kiok segera akan tutup
pintu, undangan sang pembesar yang disampaikan Jen
Pek To ini bagaimanapun juga harus aku hadiri".."
"Bagaimana Toako?" kala siauwte mengiringi kepergian Dengan cepat Kwan Tiong Gak menggeleng.
"Sekalipun mereka ingin tangkap aku seketika itu juga,
kitapun tak bisa turun tangan melawan, bahkan jika
didengar dari nada ucapan Jen Pek To, agaknya mereka
hanya menggundang aku seorang, kalian lebih baik di
rumah saja." Ia tersenyum sejenak, kemudian tambahnya.
"Kepergianku ini akan mendatangkan rejeki atau
celaka saat ini susah ditentukan, tetapi perduli sudah
terjadi peristiwa apapun kalian tidak boleh bergerak
secara gegabah." "Aaaaai?" siauwte tidak becus tak dapat melindungi
barang kawalan ini, sehingga mendatangkan banyak
454 kesulitan buat toako." perlahan lahan Phoa Ceng Yan
menghela napas panjang. "Soal ini tak akan kusalahkan dirimu."
Dengan langkah lebar Cong Piauw-tauw dari
perusahaan Liong Wie Piauw-kiok ini melangkah keluar.
Melihat munculnya Kwan Tiong Gak,
tersenyum Jen Pek To segera menyambut.
sambil "Bila Kwan heng masih ada urusan, berangkat rada
terlambat pun tidak mengapa."
"Haaa?"..haaa?".haaa?"
siauwte hanya meninggalkan beberapa pesan saja, kita segera boleh
berangkat." Kwan Tiong Gak mendongak dan tertawa
tergelak. Ia merebut jalan dulu ke muka memimpin keluar dari
kantor Piauw-kiok. Selama di tengah perjalanan Kwan Tiong Gak tidak
banyak bicara lagi, sedangkan Jen Pek To sendiripun
tidak memberi penjelasan.
Menanti mereka tiba di depan pintu istana Jendral, Jen
Pek To baru berhenti seraya bisiknya lirih.
"Kwan-heng, ada pepatah mengatakan si miskin tak
ingin bergaul dengan si kaya, rakyat tidak ingin bergaul
dengan kaum pembesar, sewaktu berjumpa dengan Tok
Say nanti, harap Kwan heng bisa sedikit menahan sabar.
"Tok Say adalah pembesar kelas satu dalam
pemerintahan, kekuasaan-nya meliputi hampir satu
keresidenan, siauwte sebagau seorang rakyat jelata
mana berani bersikap kurang ajar."
"Siauwte percaya Tok Say sudah mengundang Kwanheng berjumpa di dalam istananya, tentu beliau tidak
455 mengandung maksud jahat, asalkan Kwan-heng bisa
bertindak sopan aku rasa tak bakal mendatangkan
banyak kerepotan." Mendengar petunjuk itu Kwan Tiong Gak tersenyum
dan merangkap tangannya menjura.
"Terima kasih atas petunjuk-petunjuk dari Jen-heng!"
Buru-buru Jen Pek To bongkokkan badannya balas
memberi hormat. "Nama besar Kwan-heng sudah terkenal di seluruh
Bu-lim, siauw-te percaya tak akan memadahinya, harap
Kwan-heng suka menanti sejenak di luar istana agar
siauwte dapat masuk untuk memberi laporan terlebih
dahulu, sekalipun penjagaan dalam istana Jendral
sangat ketat, akupun tak akan membiarkan mereka
melukai kehormatan Kwan-heng."
Selesai berkata ia melangkah masuk ke dalam istana.
Tidak selang beberapa saat kemudian pintu istana


Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terbuka lebar-lebar, disusul Jen Pek To dengan cepat
menyongsong datang. "Tok Sat menanti kedatangan Kwan-heng di ruang
kedua, silahkan mengikuti siauwte" bisiknya.
Demikianlah dengan mengikuti dari belakanag Jen
Pek To, Kwan Tiong Gak melangkah masuk ke dalam
istana dan mengambil kesempatan itu ia memperhatikan
keadaan di sekeliling tempat itu.
Tampak ruangan istana sangat luas, atap hijau
dengan lantai yang mengkilap, setiap pintu masuk
berdirilah seorang tentara berseragam lengkap serta
seorang lelaki berpakaian preman.
456 Agaknya tentara-tentara penjaga pintu itu sudah
memperoleh pendidikan yang keras, perawakannya ratarata kekar berotat, kepalanya memakai topi perak
dengan pakaian perang bersisik, pinggangnya tergantung sebilah golok dan tangannya mencekal
sebuah tombak panjang, sikapnya penuh kewibawaan.
Sedangkan si lelaki berpakaian preman tadi
menggembol golok atau pedang, pakaiannya ringkas
dengan sebuah kantong piauw tergantung di atas
pinggangnya. Jikalau ditinjau dari kegagahannya maka tentara itu
jauh lebih keren, tapi dalam pandangan Kwan Tiong Gak
ia mengerti si lelaki berpakaian ringkas itulah baru
seorang jago benar-benar.
Agaknya kedudukan Jen Pek To dalam istana tidak
rendah, setiap kali ia melewati pintu tentara serta lelaki
berpakaian ringkas itu tentu memberi hormat kepadanya.
Setelah melewati tiga buah halaman serta ruangan,
sampailah mereka di depan sebuah ruangan yang
beralaskan batu giok. Ketika mereka baru saja tiba di depan pintu dua orang
lelaki kekar berpakaian ringkas warna hitam dan
menggembol senjata di pinggang telah menyongsong
kedatangannya seraya berseru.
"Harap saudara suka tinggalkan senjata tajam serta
senjata rahasia di luar ruangan."
Kwan Tiong Gak adalah seorang jago kawakan yang
pernah menggetarkan enam karesidenan di daerah
utara, pengalaman di dalam Bu Lim sangat luas dan
badai seberapa besarpun pernah ia alami.
457 Walaupun suasana di dalam istana Tok Say ini amat
ketat, sikap Kwan Tiong Gak tetap tenang saja, ia hanya
tersenyum dan melepaskan pisau belati serta kedua
belas batang Kiem Leng Piauw-nya."
"Ini adalah peraturan istana, harap Kwan-heng jangan
tersinggung." buru-buru Jen Pek To berbisik memberi
penjelasan. "Ehmm?" memang seharusnya begini".
Kedua orang lelaki yang menghadang di tengah jalan
tadi setelah menerima pisau belati serta Kiem Leng
Piauw segera menyingkir ke samping.
Jen Pek To pun melangkah maju ke muka seraya
bisiknya. "Tok Say menanti di dalam ruangan, silahkan Kwanheng masuk!"
"Terima kasih atas perhatianmu."
Ia melangkah naik keatas tangga batu dan masuk ke
dalam ruangan. Dengan sepasang mata yang tajam Kwan Tiong Gak
mendongak dan memandang sejenak kemudian
menunduk kembali. Tetapi dalam sekali pandangan itulah secara garis
besarnya ia dapat melihat jelas situasi di dalam ruangan
tersebut. Seorang kakek tua berusia lima puluh tahunan dengan
memelihara jenggot hitam dan memakai jubah kulit
bercelana hitam duduk di sebelah kiri meja berukiran
bunga, di samping kanannya duduk seorang lelaki
berusia pertengahan yang memakai jubah warna hijau.
458 Sewaktu masih berada di Peking, Kwan Tiong Gak
pernah berjumpa dengan lelaki berjubah hijau itu, karena
dia bukan lain adalah Liuw Thayjien yang merupakan
langganannya yang minta perlindungan dari perusahaan
Liong Wie Piauw-kiok. Tampak Jen Pek To maju dua langkah ke muka dan
menjura ke arah si lelaki berjenggo hitam itu kemudian
lapornya. "Lapor Tok Say, Kwan Tiong Gak telah datang
menghadap." Si Kakek tua itu mendehem sejenak lalu meletakkan
kantong tembakaunya dan ulapkan tangan kiri.
Jen Pek To segera mengundurkan diri dari sana.
Menanti si orang she Jen mengundurkan diri, Kwan
Tiong Gak baru maju ke depan seraya jatuhkan diri
berlutut. "Rakyat jelata Kwan Tiong Gak menghunjuk hormat
buar Tok Say Thayjien".!"
"Cepat bangun, pertemuan ini adalah pertemuan
pribadi, tak perlu menjalankan penghormatan berlebihan." "Terima kasih atas kebaikan Thayjien!"
Perlahan-lahan Kwan Tiong Gak bangun dan berdiri di
samping dengan kepala tertunduk, tangan lurus ke
bawah. Si kakek tua itu memperhatikan sekejap diri Kwan
Tiong Gak setelah itu sinar matanya dialihkan ke arah
Liuw Thayjien. "Liuw Nian-heng, apakah kau pernah berjumpa
dengan Kwan Cong Piauw-tauw ini?"
459 "Sewaktu berada di ibukota Siauwte pernah berjumpa
sekali ketika siauwte datang berkunjung ke kantor
perusahaan Liong Wie Piauw-kiok-nya."
Si kakek berjenggot hitam itu tersenyum, ia berpaling
kembali ke arah Kwan Cong Piauw-tauw.
"Kwan Tiong Gak!" serunya. "Aku dengar daganganmu
luar biasa besarnya, di dalam enam karesidenan daerah
utara semuanya tersebar kantor-kantor cabangmu?""
"Hal ini hanya memperoleh bantuan dari kawan belaka
sehingga pekerjaan hamba membuka perusahaan
ekspedisi Liong Wie Piauw-kiok memperoleh kemajuan,
Thayjien terlalu memuji."
"Ehm"..! Namamu sungguh terkenal dalam kolong
langit" kembali si kakek berjenggot hitam itu tertawa.
"Teringat sewaktu tahun yang lalu Ciu Thay Lang menteri
urusan ketentaraan dari ibukota datang berkunjung
kemari iapun pernah mengungkap soal namamu."
"Ciu Thayjien mengatakan soal apa?" seru Kwan
Tiong Gak agak terperanjat.
"Ia mengatakan hubunganmu sangat luas sekali,
nama besarmu cemerlang dan tersohor, enama
karesidenan di daerah utara tak ada yang tidak kenal
nama besarmu." "Aaaah! Thayjien terlalu memuji."
"Setelah kau memiliki nama besar sedemikian
tersohor, sebagian besar jago-jago kangouw di daerah
utara tentu kau kenali semua bukan"..?"
"Lapor Tok Say Thayjien, hamba tidak bisa dikatakan
kenal dengan mereka semua, aliran yang berbeda sukar
untuk bergaul bersama, hamba adalah seorang
460 pedagang jarang sekali berhubungan dengan orangorang kangouw."
"Baiklah! Kalau begitu kita bicarakan dalam soal
perdagangan saja?".."
Kalau didengar dari nada ucapan tersebut kurang
beres, Kwan Tiong Gak mendongak, dilihat selembar
wajah Tok Say Thayjien yang semula penuh dihiasi
senyuman saat ini, telah berubah jadi penuh
kewibawaan, hatinya kontan jadi tergetar keras.
Tetapi, bagaimanapun juga dia adalah seorang yang
sering menjumpai peristiwa-peristiwa tegang, badai
sebagaimana dahsyatpun pernah dijumpainya, sekalipun
sangat jarang dia berhubungan dengan orang-orang dari
kalangan pembesar pemerintahan, tapi dalam kegugupan ia tidak sampai jadi kacau, buru bur ia
menjura. "Tok Say Thayjien terlalu memuji, hamba bernyali kecil
mana berani melampaui kewibawaan serta kekuatan Tok
Say" jikalau Tok Say membutuhkan tenaga hamba,
silahkan diutarakan saja, sekalipun terjun ke lautan api
tak akan kutolak." Agaknya si pembesar urusan tentara ini paling suka
mendengar kata-kata sanjungan dari Kwan Tiong Gak,
senyuman kembali menghiasi wajahnya.
"Kalau begitu sangat bagus sekali, jikalau demikian
adanya aku masih ingin minta bantuanmu tentang satu
hal." Kwan Tiong Gak buru-buru jatuhkan diri berlutut.
"Tok Say terlalu menerimanya." memuji, hamba tidak berani 461 "Haaa?".haaa?"..haaa?"".. memang rada
cengli semisalnya kau bisa memperoleh nama besar di
dalam dunia persilatan, watakmu sangat mengembirakan
sekali, tetapi kaisar tak akan membiarkan tentaranya
kelaparan, di dalam permulaan tahun rasanya orangorang dalam piauw-kiok kalianpun kebanyakan mulai
beristirahat untuk melewati tahun baru."
Ia merandek sejenak, lalu serunya.
"Sediakan tiga ratus tahil perak sebagai uang jasa."
Seorang tentara mengiakan, dengan
sebuah nampan kumala diatasnya tersusun
batang emas murni berjalan mendekat. Kwan
melirik sekejap ke arah tumpukan emas
sedang dalam hati pikirnya.
membawa tiga puluh Tiong Gak murni itu, "Ehm"..suatu balas jasa yang sangat besar, sekali
persen tiga ratus tahil emas, gayanya sebagai pembesar
susah ditandingkan dengan orang lain."
Buru-buru serunya, "Hadiah dari Tok Say tak berani
hamba terima, bilamana ada urusan silahkan
diperintahkan saja, asalkan hamba bisa melakukan tentu
tak akan kutolak." "Kwan-heng, lebih baik kau terima saja," mendadak
Jen Pek To menimbrung dari samping. "Sewaktu Tok
Say berperang ke utara, berperang ke selatan, banyak
orang pandai yang merupakan tulang punggung beliauw
selama itu, karenanya terhadap orang-orang pintar,
beliau merasa sangat sayang dan kagum."
Sekalipun terang-terangan Kwan Tiong Gak mengerti
setelah ia terima tiga ratus tahil emas murni itu berarti
pundaknya bertambah lagi dengan sebuah beban
seberat seribu kati, tetapi ucapan Jen Pek To sudah
462 sangat jelas sekali, mau ditolakpun sungkan, terpaksa
dengan keraskan kepala ia sambut kepingan emas
tersebut. "Pemberian Tok-Say akan hamba terima dengan hati
syukur!" katanya lambat-lambat.
Si Kakek berjenggot mengangguk. hitam itu tersenyum dan "Kalian orang-orang yang belajar ilmu silat lebih
mengutamakan kejadian serta keberanian, soal ini aku
sering dapat dengar dari Pek to"..!"
Mendengar ucapan tersebut Kwan Tiong Gak segera
merasakan hatinya agak tergerak, pikirnya.
"Dengan kedudukannya yang tinggi sebagai Tok Say,
ternyata memanggil Jen Pek To langsung dengan
namanya, jelas hubungan mereka berdua melebihi
antara majikan dengan bawahannya."
Terdengar si pembesar berjenggot hitam ini
mendehem perlahan kemudian sambungnya lebih lanjut.
"Padahal urusan inipun mempunyai sangkut paut
dengan perusahaan Liong Wie Piauw mkiok kalian."
Di hati Kwan Tiong Gak masih bikin perhitungan,
pikirnya. "Topi ini sudah kukenakan di kepala sungkan
berdiripun tak dapat, terpaksa aku harus menerimanya."
Setelah mengambil keputusan iapun berkata.
"BIla Thayjien ada perintah silahkan dijelaskan, sudah
seharusnya hamba mengerjakan sebaik-baiknya."
"Pek to!" si pembesar berjenggot hitam itu berpaling
dan memandang sekejap Jen Pek To yang ada
463 dibelakangnya/ "Aku lihat lebih baik kau saja yang


Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membicarakan persoalan ini dengan Kwan Cong Piauwtauw, bagaimana akhirnya kau segera beri laporan
kepadaku." "Hamba terima perintah," dengan hormat Jen Pek To
menjura. Ia lantas berjalan ke sisi Kwan Tiong Gak seraya
berkata, "Kwan-heng, mari kita bercakap-cakap di kamar
samping!" Kwan Tiong Gak bangun berdiri untuk memberi
hormat lalu dengan mengikuti dari belakang Jen Pek To
mengundurkan diri ke kamar sebelah.
"Kwan-heng, silahkan duduk" seru Jen Pek To
kemudian sambil tertawa setelah tiba di dalam ruangan
samping. "Walaupun Siauwte sudah lama mengikuti Tok
Say, rasanya masih belum kehilangan sifat dan
semangat seorang Bu lim."
Kwan Tiong Gak mengerling sekejap keadaan dalam
ruangan itu perlahan-lahan ia melepaskan nampan
kumala tadi ke atas meja.
"Jen-heng, ketiga ratus tahil emas ini siauwte terima
karena menuruti perkataan Jen-heng saja.
Mendengar ucapan itu Jen Pek To tersenyum.
"Soal emas adalah suatu persoalan kecil cuma benda
ini adalah hadiah Tok Say buat Kwan-heng, walaupun
Kwan-heng tidak membutuhkannya, ada seharusnya
dibawa pulang untuk dihadiahkan buat anak buah
perusahaanmu." "Tentang persoalan ini untuk sementara waktu tak
usah kita bicarakan dulu, maksud Tok Say mengundang
464 kehadiran aku orang she Kwan kali ini tentunya ada
persoalan yang sangat berat bukan?" potong Kwan Tiong
Gak kemudian dengan nada berat.
"Secara lapat-lapat agaknya Tok Say sudah pernah
mengungkap persoalan ini, ia ingin memohon bantuan
dari Kwan-heng, cukup berdasarkan hal ini bisa kita
ketahui seberapa tingginya Tok Sat memandang diri
Kwan-heng." "Aaakh".! Kesemuanya ini adalah mengandalkan
budi kebaikan Jen-heng yang terlalu memuji diriku, disini
siaute mengucapkan terima kasih terlebih dahulu" seru
Kwan Tiong Gak tertawa getir.
"Nama besar Kwan-heng sudah menggemparkan
seluruh kolong langit, semua jago di dalam Bu Lim
memandang kagum terhadap dirimu, bilamana siauwte
mohon bantuan sudahlah sepatutnya."
Diam-diam Kwan Tiong Gak berpikir keras setelah
mendengar ucapan tersebut.
"Orang mengatakan keadaan Bu Lim bahaya, penuh
kelicikan dan susah dihadapi, tidak nyana orang yang
bekerja dalam pemerintahan-pun ternyata licik, susah
diduga." Di hati berpikir demikian, di luar ia berkata."
"Di bawah pimpinan Tok Say Thayjien ternyata
mempunyai jago semacam Jen-heng, siauwte benarbenar dibikin tidak paham bantuan apakah sebetulnya
yang ingin kalian minta?"
"Apabila urusan ini tiada sangkut pautnya dengan
Kwan-heng, sudah pasti Tok Say tak akan mencari
Kwan-heng." 465 "Jadi maksudmu urusan ini ada sangkut paut dengan
hilangnya peta lukisan pengangon kambing milik Liuw
Thayjien"." Setelah ucapan ini meluncur keluar, Kwan Tiong Gak
baru merasa kata-kata ini diutarakan terlalu cepat, tetapi
untuk diubahpun sudah tak gampang lagi.
Tampak sepasang mata Jen Pek To memancarkan
cahaya berkilat. "Agaknya Kwan-heng pun telah mengetahui soal
lenyapnya lukisan pengangon kambing itu."
"Siauwte hanya mendengar sedikit kabar angin, tetapi
tidak berani begitu memastikan dan semakin tak tahu
apa sebenarnya yang telah terjadi," sahut Kwan Cong
Piauw-tauw dari perusahaan Liong Wie Piauw-kiok
setelah termenung sejenak.
"Jen Pek To tertawa hambar.
"Urusan ini justru salahnya terletak pada selembar
surat tanda terima yang terjatuh ke tangan Tok-Say,
walaupun tanda terima itu ditulis oleh Liuw Thayjien,
tetapi tercantum pula nama dari Phoa Hu Cong Piauwtauw dari perusahaan kalian."
"Ooouw?".lalu apa yang dikatakan oleh Tok Say?"
"Sebagai seorang pembesar pemerintahan, ia tidak
mengetahui bagaimana urusan yang menyangkut dunia
persilatan, ketika melihat tercantumnya nama besar Phoa
Hu Cong Piauw-tauw dari perusahaan Liong Wie Piauwkiok, beliau jadi gusar dan memerintahkan cayhe untuk
menyegel perusahaan kalian serta tangkap seluruh
piauw-su yang ada untuk diperiksa."
"Tok Say Thayjien sebagai seorang pembesar tingkat
satu sudah tentu mempunyai kekuasaan sebesar ini, tapi
466 rasanya perusahaan kami sudah ternoda dengan nama
yang berdosa bukan."
"Untuk mengecap siapa berdoa harus diperiksa
darimana bencana itu berasal, apalagi tanda terima
tersebut pada saat ini sudah berada di tangan Tok Say,
ia menuduh kalian bersekongkol dengan kaum penjahat
untuk memeras dan memaksa sang majikan
menyerahkan barangnya."
Sepasang mata Kwan Tiong Gak berputar dan
memandang wajah Jen Pek To tajam tajam, dirasakan
sepasang mata busu ini tajam, wajahnya gagah dan
merupakan seorang jago yang susah dihadapi, ia segera
tertawa tergelak. "Dan bagaimana menurut pandangannya Jen-heng
sendiri?" "Pandangan aku orang she Jen sudah tentu berbeda
dengan pandangan Tok-Say, menurut sistim Bu-lim
urusan ini sebenarnya sangat biasa, mencantumkan
nama di atas surat pernyataan hanya bermaksud sebagai
saksi belaka, tetapi lain menurut pandangan orang-orang
pemerintahan, walaupun Tok-Say hanya seorang
panglima perang yang menguasai tentara, tetapi sewaktu
peperangannya ke daerah selatan ia memperoleh pujian
dari sang kaisar dan kini memperoleh kekuasaan untuk
memerintah di sekitar karesidenan Lu, Shia, Kan dan
sekitarnya, Kwan heng sebagai seorang penduduk yang
sudah lama berdiam di ibukota tentu mengerti bukan
apabila ucapan siauwte bukan omong kosong belaka."
"Sekalipun kekuasaan Tok Say mencakup daerah
yang luas, tapi kita dari perusahaan Liong Wie Piauwkiok pun merupakan rakyat baik-baik, rasanya Tok Sat
467 tak akan turunkan perintah untuk menjatuhkan hukuman
pancung kepala kepada kami."
Jen Pek To sekali lagi tersenyum.
"Tok Say adalah seorang yang pandai dan mengerti
dalam membereskan satu persoalan, setelah mendapat
penjelasan dari Siauwte akhirnya ia bisa berubah niat
dan mengirim siauwte untuk mengundang datang Kwanheng agar suka menghadap bahkan menghadiahkan
pula tiga ratus tahil emas murni untukmu, walaupun
dengan suksesnya Kwan-heng dalam perdagangan tidak
memandang sebelah matapun terhadap ketiga ratus tahil
emas murni ini, tapi hadiah yang tidak kecil jumlahnya
tersebut boleh membuktikan apabila Tok Say kami masih
pandang tinggi diri Kwan-heng."
"Budi Jen-heng akan aku orang she Kwan catat di hati,
entah urusan apakah yang diperintahkan Tok Say
kepada aku orang she Kwan" harap Jen-heng suka
memberikan penjelasan."
"Sudah tentu tentang lukisan pengangon kambing
itu".." "Kini dimanakah lukisan pengangon kambing itu?"
"Jika kamipun tahu dimanakah lukisan pengangon
kambing itu sekarang berada, aku rasa pada saat ini
kami tidak perlu mencari diri Kwan Cong Piauw-tauw
lagi." Kwan Tiong Gak termenung sejenak, lalu ujarnya.
"Jen-heng, dapatkah seluruhnya dengan jelas?"
kau menceritakan kisah "Baik! Tentang tercantumnya nama besar Phoa Hu
Cong Piauw-tauw dari perusahaan kalian di atas tanda
terima rasanya Kwan heng sudah mengetahui bukan?"
468 "Aku tahu" "Liuw Thayjien sebagai sahabat karib dari Tok Say
memang seorang lelaki yang sangat pegang janji,
setelah surat tanda terima itu ia tulis sendiri sebagaimana
janjinya ia serahkan pula lukisan pengangon kambing
itu." "Sebelum terjadinya peristiwa ini apakah Jen-heng
sama sekali tidak tahu?"
"Tidak tahu" Jen Pek To menggeleng berulang kali.
"Mungkin Liuw Thayjien tidak ingin mengganggu
ketenangan Tok Say, menanti setelah terjadi kekacauan
Liuw Thayjien baru menceritakan kisah sebenarnya".."
"Siauwte ingin tahu kisah terjadinya
tersebut," sela Kwan Tiong Gak tiba-tiba.
peristiwa "Yang paling mengagumkan adalah orang yang
datang membawa tanda terima tersebut untuk minta
lukisan pengangon kambing ternyata adalah Thoa Ci
Jien seorang kenamaan dalam kota Kay Hong, orang ini
sendiri pernah menjadi sahabat Tok Say selama banyak
tahun bahkan merupakan salah seorang kawan main
catur beliau, tidak disangka sesungguhnya ia punya
persekongkolan dengan kaum penjahat untuk dapat
menerima peta lukisan tersebut."
"Dimanakah Thio Ci Jien saat ini?"
"Thio Ci Jien sering mengunjungi istana bahkan
merupakan sahabat karib Liuw Thayjien pula,
kedatangannya bertamu merupakan suatu kejadian yang
sangat biasa, setelah ia menerima peta lukisan
pengangon kambing tersebut orang itu pamit dan
pulang." 469 "Siapa sangka ketika tiba di luar istana, ia mendapat
bokongan orang dan menderita luka parah, sedang
lukisan pengangon kambing itu sendiri kena dicuri pergi,
bukan begitu saja bahkan kedua orang tukang tandunya
serta seorang pelayan-nya kena dirobohkan juga."
"Apakah beberapa orang itu sudah mati semua?"
"Sang pelayan serta kedua orang tukang tandu itu
kena ditotok jalan darahnya oleh semacam ilmu menotok
batu, sedangkan Thio Ci Jien sendiri dilukai dengan
suatu ilmu yang maha aneh."
"Apakah Jen-heng pertolongan.?" turun tangan memberi Merah padam selebar wajah Jen PekTo sewaktu
mendapat pertanyaan tersebut.
"Si tukang tandu serta si pelayan berhasil cayhe tolong
sehingga tersadar kembali, lain halnya denga luka yang
diderita Thio Cie Jien, siauwte sama sekali tidak mengerti
pukulan apakah yang bersarang di tubuhnya, karena itu
tak berhasil kutolong, Tok Say sendiri walaupun
merupakan seorang jendral yang menguasai beratusratus laksa tertera tetapi wataknya sangat mulia dan
ramah, sekalipun dalam hal peristiwa ini Thio Cie Jien tak
dapat lolos dari tuduhan persekongkolan dengan
penjahat tetapi dikarenakan ia jatuh tidak sadar diri maka
terpaksa ia perintah orang untuk hantar orang she Thio
itu pulang, di samping itu memanggilkan seorang tabib
untuk memeriksakan penyakitnya."
"Thio Ci Jien tak bisa berbicara, tentu persoalan yang
lebih jelas kalian dengar dari mulut Liuw Thayjien."
"Tidak salah, setelah peristiwa ini terjadi kekacauan,
maka Liuw Thayjien pun tak dapat merahasiakan
470 persoalan ini, terpaksa ia ceritakan seluruh peristiwa ini
di samping serahkan tanda terima tadi kepada Tok Say."
"Peristiwa ini pulang pergi sangat jelas dan tidak
membingungkan, Jen-heng siap memerintahkan siauwte
untuk membuat apa" Silahkan sekarang juga
diutarakan." "Maksud Tok Say adalah minta Kwan-heng untuk
bantu mencari balik lukisan gembala kambing itu."
"Kecuali Thio Cie Jien yang jatuh tidak sadarkan diri
serta dua orang tukang tandu dan seorang pelayan,
apakah kau dapat memberi sedikit keterangan lainnya?"
"Soal ini sudah siauwte tanyakan kepada merekamereka ini, tetapi jawaban yang didapat adalah sama,
sebelum mereka melihat sesuatu jalan darahnya sudah
ditotok." "Jen-heng! Urusan ini kelihatannya agak mudah
diselesaikan," setelah Kwan Tiong Gak setelah
termenung sejenak. "Setelah Phoa Hu Cong Piauw-tauw
dari perusahaan kami ikut menanda tangani surat tanda
terima itu sudah tentu kamipun tahu surat itu tadinya
diberikan kepada siapa, sedangkan Liuw Thayjien sendiri
rela menulis tanda terima tersebut jelas bukan tak ada
alasan, mungkin tentang hal ini ia sudah beritahu kepada
Tok Say"." "Tok Say sendiri juga pernah berpikir sampai soal itu,
tetapi dia dengar Liue Thayjien bercerita sendiri siapakah
orang itu sudah tentu Tok Say tidak enak mendesak lebih
jauh. dengan demikian urusanpun berlarut."
"Orang itu adalah si Hoa Hoa Kongcu Ke Giok Lang,
entah pernahkah Jen-heng mendengar nama orang ini?"


Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

471 "Hoa Hoa Kongcu, Ke Giok Lang" Bukankah dia
seorang penjahat cabul?"
"Aaaah?".. hal ini disebabkan kawan kawan Bu Lim
telah kena dipengaruhi oleh gelarnya".."
Mendadak Kwan Tiong Gak merasa ia terlanjur bicara,
buru-buru ucapannya dipotong di tengah jalan.
Jen Pek To tersenyum. "Kwan-heng, kau pernah berjumpa dengan Ke Giok
Lang?" "Pernah!" Cong Piauw-tauw she Kwan
perusahaan Liong Wie Piauw-kiok ini mengangguk.
dari "Bagaimana menurut pandangan Kwan-heng terhadap
manusia yang bernama Ke Giok Lang ini?"
"Dia adalah seorang jago yang sangat berbakat!"
"Saat ini cayhe mempunyai suatu cara yang bagus
untuk dilakukan. asalkan Kwan heng berhasil mencari
balik peta pengangon kambing tersebut dan minta Ke
Giok Lang menyembuhkan luka yang diderita Thio Cie
Jien, cayhe rela memikul tugas tanggung jawab ini di
hadapan Tok Sat untuk tidak mencari tahu lagi persoalan
di balik kejadian ini, akan kuhitung persoalan ini telah
selesai!" Air muka Kwan Tiong Gak segera berubah serius,
ujarnya, "Kalau peta pengangon kambing itu terjatuh
kembali ke tangan Ke Giok Lang sedang Thio Ci Jian
sebagai anak buahnya terluka pula di tangan Hoa Hoa
Kongcu ini, urusan jauh lebih mudah diselesaikan, justeru
menurut pendapat cayhe urusan mungkin tidak
segampang ini." 472 "Maksud Kwan-heng ada orang ketiga yang mencuri
peta ini?" Sepasang mata Kwan Tiong Gak berkilat balik
tanyanya. "Sebenarnya berapa banyak yang Jen heng ketahui
tentang peta mustika pengan kambing ini."
"Cayhe hanya merasa sedikit heran saja," kata Jen
Pek To buru-buru menggeleng. "Peta lukisan pengangon
kambing bukan termasuk lukisan kenamaan, mengapa
begitu banyak jago Bu-Lim yang memperebutkannya?"
"Justru disinilah letak kunci utama dari semua
persoalan!" seru Kwan Tiong Gak sambil mendehem.
"Tok Say memerintahkan siauwte untuk menerima tugas
pencarian peta lukisan pengangon kambing itu, bila
kutinjau keadaan yang tertera di depan mata, rasanya
kendati kutolak-pun tak bisa jadi, tapi hingga detik ini
persoalan mengambang bagai awan di angkasa, siauwte
rasa batas waktu yand disediakan seharusnya
diperpanjang lagi?"."
Jen Pek To tidak memberi jawaban atas pertanyaan
dari Kwan Tiong Gak, sebaliknya dia malah bertanya.
"Kwan-heng bersiap hendak berbuat apa?"
"Tengok dulu bagaimana keadaan dari Thio Ci Jien,
karena menurut pendapatku kalau dia bukan terluka oleh
semacam ilmu totok, pasti terluka oleh semacam ilmu
silat yang istimewa, kalau kita bisa sadarkan dirinya agar
dia memberi keterangan hal ini jauh lebih bagus kalau
tidak bisa ditolong aku berharap dari keadaan lukanya
berhasil mendapatkan sedikit tanda-tanda yang bisa
dipakai sebagai pegangan!"
473 "Baik" dengan cepat Jen Pek To mengangguk. "Aku
akan memberi laporan dulu kepada Tok Say, asal Kwanheng suka bekerja sama dengan kami, di hadapan Tok
Say tentu siauwte akan berusaha memikul tanggung
jawab ini." "Jen-heng! Lebih baik dalam melaksanakan tugas ini
kaupun ikut serta sehingga kau-pun dapat mengetahui
bagaimanakah perkembangannya dan bisa setiap saat
memberi laporan kepada Tok Say."
"Kalau memang keikutan siauwte tidak menganggu,
siauwte rela membantu sepenuh tenaga."
"Kalau begitu kebetulan sekali, Jen-heng tak usah
terlalu merendah lagi.!"
"Yang kumaksudkan mengganggu adalah kedudukanku sebagai petugas hukum, kalau akupun
membantu Kwan-heng dalam pencarian sang pembunuh,
aku takut kawan-kawan Bu-lim akan mengecap Kwanheng bekerja dengan minta bantuan orang-orang
pemerintahan. "Tok Say memerintahkan aku ikut campur dalam
persoalan ini bukankah tanpa sadar aku telah
mengandalkan kekuatan pemerintahan?" seru Kwan
Tiong Gak sambil tertawa hambar.
Jen Pek To jadi jengah dan dalam keadaan serba
salah ia tertawa. "Jika Kwan-heng merasa siauwte boleh ikut serta
dalam pekerjaan ini, Siauwte rela membantu dengan
senang hati." "Jen Thayjien terlalu merendah!"
Setelah merandek sejenak, sambungnya, "Sekarang
kita harus pergi memeriksa keadaan luka Thio Ci Jien,
474 bila siauwte pergi seorang diri, aku takut susah
menjumpai dirinya." "Baik! Cayhe akan melapor sebentar pada Tok Say
kemudian kita bersama-sama pergi menengok Thio Ci
Jien." "Siauwte akan menanti disini!"
"Baik, sebentar lagi siauwte pasti datang!" Jen Pek To
bangkit dan melangkah keluar.
Beberapa saat kemudian ia sudah balik lagi ke dalam
ruangan itu. "Kwan-heng, mari kita berangkat!"
Dengan membawa Kwan Tiong Gak, dia berjalan
meninggalkan istana Jendral berangkat menuju ke rumah
kediaman Thio Ci Jien. Lantaran Jen Pek To membawa kartu nama Tok Say,
dengan mudah mereka dapat berhasil menemui si
pengurus rumah keluarga Thio.
Jen Pek To adalah pengawal Tok Say yang jarang
keluar. Si pengurus rumah ini tidak kenal dengan dia, tapi
lantaran dia membawa kartu nama sang Jendral, sudah
tentu saja penguasa keluarga Thio itu tidak berani
berlaku ayal, dengan penghormatan besar disambutnya
kedua orang tamu tak diundang ini.
Gerak-gerik Jen Pek To benar benar keren penuh
wibawa mencerminkan kedudukan sebagai tangan kanan
Tok Say, sambil melirik sekejap wajah pengurus rumah
keluarga Thio itu tanyanya, "Bagaimana keadaan Thio Ci
Jien?" "Majikan kami tetap dalam keadaan tak sadarkan diri."
475 "Cayhe mendapat perintah Tok Say untuk menjenguk
keadaan luka Thio Thayjien!"
"Cayhe segera membawa jalan buat kalian berdua."
Di dalam kota Kay Hong, sebenarnya keluarga Thio Ci
Jien pun termasuk seorang pembesar terkemuka, hanya
saja disebabkan yang hadir saat ini dari istana jenderal,
si pengurus rumah itu tidak berani banyak bicara.
Ia langsung membawa kedua orang itu memasuki
kamar Thio Ci Jien. Lambat lambat Kwan Tiong Gak mendekati
pembaringan orang she Thio itu pucat pasi bagai mayat,
sepasang matanya terpejam rapat-rapat.
"Jen-heng!" ujar Kwan Tiong Gak sambil berpaling ke
Jen Pek To. "Lukanya terletak di sebelah mana?"
"Agaknya terletak di pundak sebelah kirinya."
Kwan Tiong Gak kali ini mengalihkan sinar matanya ke
arah si pengurus rumah keluarga Thio itu perintahnya,
"Eeeei". coba kau lepaskan pakaian yang dikenakan
majikanmu itu." "Soal ini".soal ini ?"".."
Agaknya pengurus rumah keluarga Thio dibikin
tertegun. "Kami mendapat perintah Tok Say untuk datang
kemari memeriksa keadaan luka majikanmu," sela Jen
Pek To dari samping. Mendengar ucapan ini si pengurus rumah keluarga
Thio itu tak berani banyak berkutik lagi, buru-buru ia
mendekati pembaringan dan melepaskan pakaian yang
dikenakan Thio Ci Jien. 476 Pada pundak sebelah kiri orang she Thio itu,
tampaklah selapis warna merah darah membekas
dengan nyata di sana. "Kwan heng, sungguh aneh, bekas luka ini, " bisik Jen
Pek To lirih, "Agaknya luka ini bukan bekas telapak, juga
tidak membengkak, entah ia terluka oleh pukulan apa?"
Air muka Kwan Tiong Gak amat serius, ia tidak
menjawab pertanyaan Jen Pek To, agaknya semua
perhatiannya telah dipusatkan pada keadaan luka Thio
Ci Jien. Kurang lebih seperminum teh lamanya baru berpaling
dan memandang sekejap wajah si pengusaha keluarga
Thio, tanyanya, "Majikan kalian sudah minum obat?"
"Tiga orang tabib kenamaan sudah datang memeriksa
keadaan lukanya tapi mereka tidak berhasil menemukan
sebab-sebab penyakit itu, setelah tiga orang tabib itu
merunding sejenak mereka masing-masing membuka
sebuah resep, tapi walaupun obat itu sudah diberikan
majikan kami masih juga tidak sadarkan diri."
"Ia tidak pernah bangun satu kalipun?"
"Benar, ia tidak pernah sadar barang satu kalipun."
"Keadaannya juga tidak bertambah buruk."
Si pengurus rumah keluarga Thio itu mengangguk.
"Sejak semula gingga kini keadaannya tak berubah!"
"Bantu dia kenakan bajunya," perintah Kwan Tiong
Gak kemudian setelah termenung sejenak. Lalu ia
berpaling kepada Jen Pek To dan tambahnya, "Mari kita
pergi!" Kedua ornag itu dengan mulut membungkam
menggundurkan diri dari istana pembesar she Thio itu, di
477 tengah jalan Jen Pek To tak dapat menahan sabar lagi
dan berkata, "Kwan-heng, apakah berhasil menemukan
sesuatu?" "Kita kembali dulu ke kantor cabang kami, bagaimana
kalau kita bicarakan lagi persoalan itu di sana?"
"Cayhe menurut saja kemauan Kwan heng."
Kwan Tiong Gak tersenyum dan mengangguk, dengan
membawa serta pengawal pribadi Tok Say ini, ia kembali
ke kantor cabang perusahaan ekspedisinya.
Waktu itu Phoa Ceng Yan, Liem Toa Lek serta Nyoo
Su Jan sekalian lagi menunggu di ruang tengah dengan
hati gelisah, wajah mereka murung dan kesal.
Menanti ditemuinya Kwan Tiong Gak muncul kembali
tanpa kekurangan sesuatu apapun mereka baru hilang
kesalnya dan menyambut kedatangan Cong Piauw-tauw
mereka dengan muka berseri-seri sekali.
"Sudahlah, tak perlu banyak adat, " Kwan Tiong Gak
ulapkan tangannya mencegah orang-orang itu memberi
hormat kepadanya. Dengan langkah lebar ia masuk ke dalam ruangan,
sambil memandang Jen Pek To ia berkata, "Jen-heng,
boleh kau hitung termasuk juga orang-orang Bu-lim,
sewaktu berada di hadapan Tok Say sudah banyak
membantu diriku." Phoa Ceng Yan, Nyoo Su Jan serta Liem Toa Lek
buru-buru merangkapkan tangannya menjura mengucapkan terima kasih.
"Terima kasih banyak atas
serunya hampir saja berbareng.
bantuan Jen-heng!" 478 "Siauwte hanya berusaha sedapat mungkin saja, tidak
berani menerima penghormatan dari Cuwi bertiga!" Jen
Pek To dengan membalas menjura.
Phoa Ceng Yan mendehem, katanya serius.
"Toako, apa yang dikatakan Tok Say kepadamu?"
"Jen-heng sudah menyampaikan isi perinta Tok-say
kepadaku, ia minta siauw-heng cari kembali peta
pengangon kambing tersebut."
Mengambil kesempatan itu Jen Pek To mengeluarkan
ketiga ratus tahil emas murni itu diangsurkan ke depan.
"Karena harus merepotkan Cuwi sekalian, Tok Say
merasa tidak tenteram, oleh karena itu sedikit
penghargaan harap cuwi sudi menerimanya."
"Tok Say memberi hadiah terlalu banyak" ujar Kwan
Tiong Gak sambil tertawa getir.
"Sebetulnya peristiwa ini merupakan peristiwa Bu-lim
belaka, tidak nyana kini sudah terseret masuk dalam soal
pemerintahan." "Persoalan ini disebabkan siauw-te mau potong kepala
masuk penjara sudah sebetulnya siauwte tanggung
seorang diri," kata Phoa Ceng Yan cepat.
Mendengar ucapan saudaranya Kwan Tiong Gak
segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaa"..haaa?" yang Tok-Say perintah kita cari
adalah peta pengangon kambing dan atas tanggungan
Jen-hen ini, Tok Say pun sudah berjanji untuk tidak
menyelidiki persoalan yang lebih mendalam."
"Kalau begitu, asal kita berhasil menemukan kembali


Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

peta pengangon kambing maka urusan selesai?" tanya
Nyoo Su Jan agak ragu-ragu.
479 "Tentang soal ini siauwte berani tanggung.!" sambung
Jen Pek To dengan cepat. "Asal peta pengangon kambing dapat ditemukan, Tok
Say pasti takkan menyelidiki urusan ini lagi bahkan surat
pernyataan yang berisikan tanda tangan Phoa-heng pun
akan diserahkan kembali kepada kalian."
Mendengar ucapan yang demikian tegas, Phoa Ceng
Yan berpaling ke arah Kwan Tiong Gak.
"Toako, apa yang hendak kau lakukan?" tanyanya.
"Sampai kini aku masih belum mendapatkan suatu
cara yang baugs, aku rasa persoalan ini agak
merepotkan".." Bicara sampai di situ, sinar matanya dialihkan ke atas
wajah Jen Pek To dan tanyanya.
"Apa pendapat Jen heng mengenai persoalan ini?"
"Selama beberapa tahun ini siauwte sangat jarang
berhubungan dengan orang-orang Bu Lim, terus terang
saja dalam urusan ini aku benar-benar buta, sebaliknya
Kwan-heng tersohor dalam kolong langit, aku rasa tentu
ada cara yang bagus bukan untuk mengatasi persoalan
ini" menurut pendapat siauwte untuk membongkar tekateki tak berujung pangkal ini kita boleh selesaikan
mengikuti cara-cara Bu Lim."
"Aku orang she Kwan sudah banyak berkelana dalam
dunia persilatan, banyak sahabat kangouw yang telah
terkenal tapi mereka adalah manusia-manusia yang
kasar paling tidak suka berhubungan dengan petugas
hamba negara semisalnya Jen-heng ikut serta dalam
penyelidikan kasus ini aku berharap agar jangan
memperkenalkan diri sebagai pengawal pribadi Tok
Say?" 480 "Ehmmm?""..ucapan ini sedikitpun tidak salah" Jen
Pek To mengangguk. "Terutama sekali tidak banyak
orang kangouw yang kukenal, asal Kwan-heng suka
memberi siauwte sebuah jabatan itu sudah cukup apalagi
anggota kantor cabang di sini banyak jumlahnya asal
siauwte mengaku sebagai seorang piauwsu, orangpun
tak akan tahu." "Tapi bukankah kami akan sedikit merendahkan
derajat Jen-heng?" "Kwan-heng sudah banyak membantu siauwte, untuk
hal ini aku sudah merasa sangat berterima kasih, mana
berani mengucapkan kata-kata "penghinaan" lagi?"
Kwan Tiong Gak termenung sejenak, akhirnya ia
mengangguk. "Baik! Lebih baik sekarang kita usahakan untuk
menjumpai dahulu si Hoa Hoa Kongcu Ke Giok Lang
".." Ia berpaling kepada Liem Toa Lek dan perintahnya.
"Pasang lentera merah
melakukan pertemuan".."
kemudian kirim orang "Hamba Paham!" Liem Toa Lek segera bangkit berdiri
terima perintah. Sepeninggalnya orang she Liem itu, Kwan Tiong Gak
berpaling dan tersenyum ujarnya.
"Jen-heng! Urusan jadi begini mau gelisahpun
percuma, mari kita teguk dulu dua cawan arak sebagai
tanda terima kasih aku orang she Kwan kepada dirimu."
Ia Ulapkan tangan dan berseru, "Hidangkan arak!"
Walaupun saat menunjukkan penutupan tahun tapi
berhubung Cong Piauw-tauw hadir maka kebanyakan
481 piauwsu yang ada dalam kantor cabang ini tidak pulang
ke kampung bahkan sebagian besar anak buah tetap
tinggal di kantor menanti perintah.
Begitu perintah hidangkan arak diucapkan sebentar
saja sayur dan arak sudah dihidangkan.
Kwan Tiong Gak duduk di kursi pertama dan
mempersilahkan Jen Pek To duduk di sebelahnya,
kemudian disusul Phoa Ceng Yan dan Nyoo Su Jan
mengiringi dari samping. Demikianlah sebuah meja perjamuan hanya dihadiri
oleh empat orang. "Jen-heng!" di tengah perjamuan Kwan Tiong Gak
angkat cawan araknya." Mari aku menghormati dirimu
dengan secawan arak!"
"Terima kasih".terima kasih." dan sekali teguk Jen
Pek To menghabiskan isi cawannya.
"Haaa".haaa".bagaimana dengan takaran minum
arakmu?" "Aaakh, sangat cetek!"
"Mari kita minum arak sepuasnya".!"
Kekuatan minum arak keempat orang itu rata-rata
kuat, dengan demikian arakpun tiada hentinya berpindah
tempat dari teko ke mulut.
Perjamuan ini berlangsung satu jam lamanya sampai
akhirnya Jen Pek To mendorongkan cawan sembari
berseru, "Cukup".cukup".! Siauwte tidak berani minum
lagi, aku takut nanti mabok di sini."
"Jikalau Jen-heng sudah tak kuat, mari kita samasama berhenti"."
482 Belum habis ia berkata dengan tergesa-gesa Liem
Toa Lek telah munculan diri, ujarnya sambil menjura,
"Cong Piauw-tauw, hamba telah menjumpai Ke Giok
Lang".!" "Ehm". ia berada di mana?"
"Kini berada di luar ruangan tamu!"
Tiba-tiba Jen Pek To bangkit seraya menyambung,
"Kwan-heng, kenapa tidak sekalian undang masuk ke
dalam?" Kwan Tiong Gak mengangguk, bisiknya kepada Liem
Toa Lek mengiyakan dan segera berlalu dari ruangan.
Beberapa saat kemudian Ke Giok Lang muncul di
depan ruangan sambil menggoyang-goyangkan kipasnya. Buru-buru Kwan Tiong Gak menjura.
"Merepotkan saudara hadir kemari, aku orang she
Kwan merasa tidak tentram!"
"Mana"..mana".. Kwan heng kirim orang untuk
mengunjungi siauwte, rasanya tentu ada urusan penting
yang hendak dibicarakan bukan?"
Sambil bicara sepasang matanya tiada berhenti
memeriksa wajah Jen Pek To dengan seksama.
"Kalau tak ada urusan mana berani mengganggu Ke
Kongcu." "Mengenai peta pengangon kambing itu, siauwte
berhasil mendapatkan sedikit berita."
Ke Giok Lang tersenyum. "Bukankah kalian berdua telah mengunjungi Thio Ci
Jien?" Ucapan dari Ke Giok Lang ini datang laksana
483 guntur di siang hari bolong membuat hati Kwan Tiong
Gak tergetar keras tapi di luaran berusaha untuk
mempertahankan ketenangannya, ia tertawa.
"Aku rasa Thio Ci Jien tentu komplotan Ke heng
bukan?" "Oouuuuw"..soal ini" Aku rasa sulit untuk dikatakan
kita yang sering melakukan perjalanan di luaran
seharusnya berkenalan dengan banyak sahabat."
Sinar matanya dialihkan ke atas wajah Jen Pek To
dan sambungnya, "Saudara ini adalah ?""
"Siauwte she Jen?"."
"Kalau begitu dugaan siauwte sama sekali tidak
meleset" tukas Ke Giok Lang dengan cepat. "Jen-heng
adalah manusia penting dari istana Jendral!"
Ucapan Ke Giok Lang yang membongkar asal-usul
Jen Pek To, bukan saja membuat Jen Pek To pribadi
terperanjat, bahkan Kwan Tiong Gak sekalian dibikin
tertegun. Terdengar Ke terbahak-bahak. Giok Lang mendongak tertawa "Haaaa?"haaaa".. walaupun di balik pintu istana
penuh rahasia bagaikan dasar samudra, tapi Jen-heng di
dalam istana adalah manusia penting, semua anggota
istana tidak seorangpun yang tidak kenal, asal siauwte
buang beberapa tahil perak tidak susah untuk
mendapatkan berita yang jelas tentang dirinya Jen-heng!"
Walaupun hatinya bergolak, tapi Jen Pek To berusaha
untuk menenangkan hatinya.
"Aku rasa tidak segampang seperti apa yang kau
ucapkan!" 484 "Lebih baik kita jangan membicarakan urusan ini
lagi".." Ke Giok Lang tertawa hambar, sinar matanya
segera dialihkan ke arah Kwan Tiong Gak dan terus
bertanya, "Entah ada urusan apa Kwan-heng
mengundang siauwte datang kemari, aku harap segera
persoalan dibicarakan."
"Ehmmm?". aku rasa Ke-heng sudah tahu jelas
bukan bahwa peta pengangon kambing itu kena direbut
orang dari tangan Thio Ci Jien?"
"Soal ini siauwte sudah tahu, tapi siapakah orangnya
yang merampas benda itu?"
"Justru Siauwte mengundang Ke-heng datang kemari,
untuk diajak merundingkan persoalan ini."
Ke Giok Lang berpikir sebentar, lalu ujarnya, "Thio Ci
Jien pingsan tidak sadarkan diri, menurut perasaanku
kalau keterangan ini kita tak berhasil mendapatkannya
dari mulut orang itu jelas susah untuk mendapatkan titik
terang, entah Kwan-heng hendak turun tangan secara
bagaimana?" "Maka dari itu kita harus bertemu untuk merundingkan
bersama-sama." Ke Giok Lang kembali tertawa hambar.
"Kalau kita bertiga bisa bekerja sama menyelidiki
persoalan ini, kejadian tersebut pasti akan timbulkan
kegemparan dalam Bu lim, kaum hamba negera bekerja
sama dengan kaum bajingan ditambah pula ikut sertanya
seorang Toa Piauw-su untuk sama-sama menyelidiki
suatu peristiwa pembegalan. Peristiwa ini sungguh
menggelikan sekali."
485 "Ke Kongcu, kau memandang dirinya sebagai
bajingan, apakah tidak merasa terlalu rendah diri?" seru
Jen Pek To tiba-tiba. "Membandingkan seorang tangan kanan Tok Say
sebagai kuku garuda atau tukang pukul sang pembesar
negara, apakah kaupun tidak merasa terlalu
merendahkan diri?" balas Ke GIok Lang kalem.
Air muka Jen Pek To berubah hebat, agaknya ia siap
mengumbar hawa amarahnya tapi akhirnya dipaksakan
juga untuk bersabar, ia tertawa terbahak-bahak.
"Haaa?"".haaa?""haaa". Ke Kongcu, kalau
bicara dengan aku harus sedikit tahu sopan!"
"Ehmmm?"! Jen-heng, ada satu persoalan aku
ingin terangkan dulu kepadamu sehingga sampai
waktunya Kwan Cong Piauw-tauw jadi serba salah!" seru
Ke Giok Lang sambil tertawa.
"Urusan apa?" "Kwan Cong Piauw-tauw adalah seorang pedagang
besar, maka terhadap orang-orang pemerintahan macam
kalian merasa amat jeri. Tapi kaupun harus ketahui ia
takuti bukan ilmu silat kau Jen-heng atau beberapa laksa
orang prajurit anak buah Tok Say, melainkan yang
ditakutkan adalah kantor perusahaan expedisinya tak
bisa dibuka terus, takut beberapa ribu orang anak
buahnya yang tersebar di enam karesidenan besar
puluhan buah kantor cabang perusahaan tak bisa
melanjutkan hidup." Ia merandek sebentar untuk mendehem, kemudian
sambungnya, "Seandainya aku orang she Ke yang
melakukan perjalanan di dalam dunia persilatan sama
sekali tidak memandang di dalam hati terhadap kau Jen486
heng, bicara yang baik kita adalah kawan, bicara yang
jelek mau coba pindah ke gelanggang adu senjata
akupun akan melayani terus!"
"Hmm! Apakah Ke Kongcu ada maksud menggertak
diri siauwte?" dengus Jen Pek To sambil tersenyum
dingin. "Apa yang siauwte ucapkan adalah kata sejujurnya,
kalau Jen-heng tidak mempercayai kamipun tak bisa
memaksa kau untuk mendengarkannya."
"Sudah".sudahlah! Kalian berdua tak perlu ribut lagi"
sela Kwan Tiong Gak melerai.
"Ada persoalan kita rundingkan bersama-sama buat
apa cekcok sendiri."
Jilid 15 "Kwan-heng! Aku tahu kesulitanmu," ujar Ke Giok
Lang dengan wajah serius,"Cuma kalau aku Ke Giok
Lang tidak terangkan persoalan ini terlebih dahulu aku
takut hal ini akan semakin menyinggung perasaan Kwan
Cong Piauw-tauw." "Urusan apa?" "Lukisan pengangon kambing sudah jadi milik siauwte,
kalau kita tidak berhasil menemukan urusan tak usah
dibicarakan lagi, semisalnya bisa ditemukan menurut
Kwan Cong Piauw-tauw peta lukisan pengangon


Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kambing itu hendak diserahkan kepada siapa?"
"Tok say ingin menarik kembali peta tersebut,"
sambung Jen Pek To. "Ehmmm, cukup dalam persoalan ini kita sudah tak
dapat berunding secara baik-baik." teriak Ke Giok Lang.
487 "Ke-heng!" ujar Kwan Tiong Gak, "Lukisan pengangon
kambing pada mulanya memang bukan milikmu, apalagi
daerah kekuasaan Tok Say meliputi empat karesidenan,
kenapa Ke-heng tidak suka mengalah selangkah buat
mereka?" "Dagangan Kwan-heng terlalu besar, tentu saja takut
urusan, tetapi aku orang she Ke tidak memandang
persoalan ini terlalu serius, kalau api sampai berkobar
akupun ingin berpesiar pula ke dalam istana kaisar."
Ia tertawa terbahak-bahak sambungnya.
"Kalau mau bicara menurut aturan, peta itu sudah
disanggupi oleh Liuw Thayjien untuk dihadiahkan kepada
cayhe. Jikalau Tok Say ingin mendapatkan benda yang
sama dengan mengandalkan kekuasaannya, bukankah
ini berarti mereka hendak merampas barang milik rakyat,
kalau atasannya saja berbuat demikian, mana mungkin
hukum negara dapat ditegakkan dan dihormati setiap
orang?" "Kalau begitu Ke-heng sudah pastikan diri untuk
menginginkan peta pengangon kambing itu?" tanya Jen
Pek To dengan mata yang berkilat.
"Sedikitpun tidak salah, benda itu adalah milikku
kenapa aku tidak boleh memintanya kembali?"
Mendengar percekcokan menghela napas panjang. itu Kwan Tiong Gak "Jikalau peta pengangon kambing itu berhasil siauwte
dapatkan kembali, apa yang hendak Ke-heng lakukan?"
Hoa Hoa Kongcu mengalihkan sinar matanya ke atas
wajah Kwan Tiong Gak, setelah dipandangnya beberapa
saat ia menjawab, "Bila kita berbicara menurut keadaan
biasa, tindakan Kwan-heng yang plin-plan ini pasti akan
488 diejek oleh orang-orang kangouw, tetapi keadaan
lingkunganmu berbeda, siauwte bisa memahami
kesulitan diri Kwan-heng."
Ucapan ini benar-benar bernada tajam, selapis hawa
gusar segera menghiasi wajah menambah kekerenan
sikap orang ini, terdengar Kwan Tiong Gak tertawa
hambar, "Setelah barang kawalan tiba ditempat tujuan,
tugas kamipun telah selesai dan seharusnya tak usah
ikut campur lagi dalam semua urusan, tapi cayhe belum
pernah mengakui kalau peta pengangon kambing itu
menjadi milik Ke-heng seperti pula apa yang Ke-heng
ucapkan tadi, aku orang she Kwan adalah seorang
rakyat biasa tentu saja tak bisa dibandingkan dengan kau
Ke Kongcu." Ke Giok Lang mendongak tertawa terbahak.
"Apa yang Kwan-heng maksudkan siauwte sudah
paham dengan mengambil kesempatan ada Jen-heng di
sini, kitapun harus membicarakan dulu persoalan itu
sampai jelas." Ia merandek sejenak, sinar matanya dialihkan ke atas
wajah Jen Pek To dan sambungnya, "Jen-heng, peta
pengangon kambing itu adalah pemberian Liuw Thayjien
kepada aku orang she Ke. Menurut keadaan seharusnya
saat ini benda tersebut sudah menjadi milik aku orang
she Ke dan kau sekarang Jen-heng ikut campur di dalam
persoalan ini, sekalipun berhasil kau dapatkan kembali
peta pengangon kambing yang lenyap itu aku orang she
Ke tetap akan berusaha untuk menariknya kembali."
"Kalau kau Ke-kongcu mempunyai kepandaian
semacam ini, terpaksa aku orang she Jen akan mengaku
kalah." tukas Jen Pek To cepat. "Cuma Siauwte-pun ada
beberapa patah kata mau tak mau harus diterangkan
489 terlebih dahulu. Walaupun Siauwte berasal dari Bulim
tapi sudah lama mengikuti Tok Say, terhadap orangorang kangouw aku orang she Jen jarang mengadakan
hubungan, bilamana sampai persoalan ini jadi makin
membesar, siauwte tidak berani bertanggung jawab
apabila dari pihak pemerintah ikut campur pula di dalam
persoalan ini." Ke Giok Lang tersenyum. "Aku orang she Ke berani minta kembali peta
pengangon kambing itu dari tangan kalian, terus terang
saja sudah kupahami seberapa besar kekuatan yang
dimiliki pihak Tok Say, memandang kau Jen-heng pun
berasal dari orang Bu-lim, aku orang she Ke ingin
menasehati sepatah dua patah kata kepadamu. Kalau
orang lagi cemas ia akan mengadu jiwa, kalau anjing lagi
gelisah ia akan melompat pagar, jikalau Tok Say
Thayjien sampai berani turunkan perintah kesempatan
keresidenan untuk menangkap aku orang she Ke maka
aku menasehati ada baiknya ia lindungi dulu batok
kepalanya, aku orang she Ke adalah gelandangan Bulim, mati hidup bukan jadi persoalan bagiku, sebaliknya
Tok Say adalah seorang pejabat terhormat, jikalau
sampai terjadi"..wah"urusan bukan kecil!"
"Oouuuw".. kau berani menyelundup masuk ke
dalam istana untuk membunuh Tok Say kami?"
"Siapa yang bilang tidak berani?" jengek Ke Giok Lang
sambil goyang-goyangkan kipasnya. "Cuma, belum tentu
yang melakukan aku orang she Ke, beberapa orang
kawan Bu-lim yang tidak takut matipun, tidak susah kita
temukan, oleh sebab itu harap Jen-heng sekembalinya
ke dalam istana suka menasehati majikanmu agar
menimbang dulu berat entengnya persoalan ini."
490 Sinar matanya dialihkan ke atas wajah Kwan Tiong
Gak lalu sambungnya, "Seorang lelaki sejati tidak akan
sudi mengeluarkan ucapan buruk, agaknya hubungan
cayhe dengan Kwan-heng hanya sampai disini saja,
sejak kini hubungan putus apa yang hendak Kwan-heng
lakukan aku tak mau tahu lagi, dan aku orang she Ke
mohon diri terlebih dahulu."
Setelah menjura, ia putar badan berlalu.
"Ke Kongcu, silahkan berangkat sendiri, maaf aku
orang she Kwan tak bisa mengantarkan dirimu."
"Tidak perlu." Ke Giok Lang tertawa hambar.
"Sekalipun diantar sejauh ribuan lie akhirnya pisah juga,
kapan saja Kwan-heng bisa melepaskan diri dari
persekongkolanmu dengan pihat pemerintah, kita tetap
berdiri sebagai sahabat."
Ia percepat langkahnya dan dalam sekejap mata
sudah lenyap tak berbekas.
Menunggu hingga bayangan punggung Ke Giok Lang
telah lenyap dari pandangan mata, Kwan Tiong Gak baru
berkata, "Jen-heng, Ke Giok Lang adalah seorang
manusia yang bisa berkata bisa berbuat, urusan ini kau
Jen-heng harus pikirkan masak-masak."
"Kwan-heng, kau suruh aku pikir apa?" tanya Jen Pek
To setelah termenung sejenak.
"Keselamatan Tok Say Thayjien!"
"Kemungkinan sekali Ke Giok Lang benar-benar
memiliki kepandaian silat yang tinggi tapi cayhe-pun telah
mengatur persiapan serta penjagaan yang ketat dalam
istana, setelah Ke Giok Lang berani bicara besar macam
begini, cayhepun mau tak mau harus melakukan
persiapan." 491 Ia tertawa hambar dan tambahnya.
"Bagaimanakah watak Tok Say, aku rasa Kwan-heng
sudah menjumpainya, aku tidak berani mengatakan dia
adalah seorang pejabat berhati jujur, paling sedikit ia
bukan pembesar korup, seorang pejabat berhati serong,
aku rasa di dalam persoalan ini akupun harus
menantikan sikap dari Kwan-heng."
"Jen-heng, kau bermaksud hendak menyuruh siauwte
berbuat bagaimana?" "Kalau dibicarakan menurut aturan Bu-lim agaknya
aku orang she Jen tak dapat terlalu menyusahkan kau
Kwan-heng, tetapi perkembangan persoalan ini telah
berubah, dari peta pengangon kambing kini beralih ke
dalam soal keselamatan sang Tok Say, setelah Kwanheng terjerumus ke dalam persoalan ini, aku rasa untuk
menarik diri-pun rada susah."
"Jen-heng, kalau mau bicara katakan saja secara
terus terang, apa yang kau inginkan dari aku orang she
Kwan?" seru Kwan Tiong Gak setelah termenung
sebentar. "Yang siauwte pikirkan hanya dua persoalan, pertama
adalah soal keselamatan Tok Say dan yang kedua
adalah mencari kembali peta pengangon kambing."
"Kedua persoalan ini sama beratnya tetapi
penyelesaiannya memang saling ada hubungan, siauwte
tidak bisa selalu berada di dalam istana untuk melindungi
keselamatan diri Tok Say."
"Untuk menghadapi persoalan ini, kita harus mencari
jalan yang baik untuk menghadapinya."
492 "Aku paham maksud Jen-heng bukankah kau ingin
melakukan suatu gerakan sekalian menangkap Ke Giok
Lang dan masukkan dia ke dalam penjara.?"
"Kalau perbuatan ini bisa mendatangkan keselamatan
bagi Tok Say, maukah Kwan-heng membantu?"
"Sekalipun siauwte membantu belum tentu punya
kekuatan sebesar itu!"
"Jadi Kwan-heng tidak ingin campur tangan dalam
persoalan ini?" "Dalam persoalan ini siauwte-pun tak bisa berpeluk
tangan belaka" sambung Kwan Tiong Gak sambil
menggeleng. "Jika begitu Kwan-heng pun sudah mempunyai
rencana bagus di dalam hatimu?"
"Maksud siauwte, peduli persoalan ini makin
memburuk macam apapun, biarlah perusahaan kami
Liong Wie Piauw-kiok yang memunculkan diri coba-coba
menasehati Ke Giok Lang agar jangan berbuat
sembarangan, kemudian menggunakan kemampuan
masing-masing bersama-sama mencari dapat peta
pengangon kambing, siapa yang menemukan peta itu
terlebih dahulu siapa yang berhak untuk memiliki peta
tersebut, dengan demikian masing-masing pihak tidak
akan saling bermusuhan."
Jen Pek To termenung sebentar lalu tanyanya, "Lalu
apakah Kwan-heng punya pegangan untuk mendapatkan
kembali peta pengangon kambing tersebut?"
Soal pegangan siauwte tidak berani mengatakan"
sahut Kwan Tiong Gak tersenyum. "Tapi aku percaya kita
bisa menemukan benda tersebut lebih dulu, kecuali luka
yang diderita Thio Ci Jien adalah kesengajaan."
493 "Kagum, kagum ?"!" seru Jen Pek To setelah
melengak beberapa saat. "Dari keadaan luka yang ada di
tubuh Thio Ci Jien, apakah Kwan-heng berhasil
menemukan asal usul si pembunuh tersebut?"
"Siauwte hanya berhasil mengetahui ia terluka oleh
pukulan macam apa, dengan berdasarkan penemuan ini
rasanya tidak terlalu susah, untuk menemukan orangnya,
hanya saja siauwte ingin mengirim seseorang untuk
menjumpai dirinya terlebih dahulu!"
"Kwan-heng bicara demikian tentu kau sudah
menjumpai kesulitan-kesulitan?" tanya orang she Jen
kembali sesudah termenung.
Dengan cepat Kwan Tiong Gak menggeleng.
"Sampai detik ini kami belum berani memastikan
seratus persen Thio Ci Jien terluka ditangannya, sebelum
persoalan ada bukti yang nyata siauwte tidak ingin
mencari gara-gara dengan dirinya?""
Dengan wajah penuh perasaan curiga Jen Pek To
melirik sekejap ke atas wajah Kwan Tiong Gak, ia
berusaha keras untuk mempertahankan ketenangannya.
Kwan Tiong Gak menghela napas, ujarnya kembali,
"Di dalam hati aku duga Jen-heng tentu mempunyai
banyak persoalan yang mencurigakan hatimu bukan"
padahal aku orang she Kwan pun mempunyai banyak
kesulitan yang susah sekali diutarakan, Jen-heng
mengikuti Tok Say ini boleh dianggap bahwa kau adalah
hamba negara, terhadap jago-jago kangouw yang
kukoay wataknya mau tak mau siauwte harus
merahasiakan karena aku orang she kwan tak boleh
membiarkan namaku hancur dengan dikatakan sebagai
manusia tak berbudi oleh kawan-kawan Bulim.
494 "Aku paham, cayhe ingin kembali dulu ke dalam istana
mengatur penjagaan sedang mengenai pandangan
Kwan-heng yang terlampau tinggi terhadap Ke Giok
Lang, aku rasa orang ini tentu mempunyai hal-hal yang
sangat luar biasa. Nah! Selamat tinggal dan besok pagi
siauwte akan menjenguk kembali kemari."
"Baik! Kita berjumpa besok pagi, maaf siauwte tidak
mengantar." "Tidak berani!" ia putar badan dan berlalu.
Liem Toa Lek segera menghantar Jen Pek To keluar
pintu, setelah mengunci kembali pintu depan ia balik
kembali ke dalam ruangan tengah.
Suasana sunyi untuk beberapa saat lamanya
memandang air muka Cong Piauw-tauw yang penuh
keseriusan tak tertahan Phoa Ceng Yan berbisik lirih,
"Toako, agaknya persoalan ini semakin lama semakin
kacau, aku lihat karena peristiwa ini bakal menimbulkan
badai besar di dalam dunia persilatan.
Kwan Tiong Gak menghembuskan napas panjang,


Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ujarnya, "Kalau dua tahun berselang bisa menghentikan
perusahaan Liong Wie Piauw-kiok ini maka tidak
mungkin bisa terjadi kerepotan macam hari ini "."
Ia berpaling dan memandang sekejap ke arah Liem To
Lek, sambungnya, "Coba suruh mereka hitung
keuntungan kita tahun ini dan siapkan uang tersebut.
Walaupun dalam hati merasa curiga Liem Toa Lek
tidak berani banyak bertanya, ia segera menjura.
"Hamba akan segera memerintahkan mereka untuk
melakukan hal tersebut"."
Dari dinding Kwan Tiong Gak mengambil goloknya
dan digantung pada punggungnya, setelah mengenakan
495 jas hujan ia berkata, "Aku mau pergi keluar sebentar,
paling lambat besok pagi pada kentongan kelima tentu
kembali." "Toako!" seru Phoa Ceng Yan dengan cepat. "Biarlah
mereka pergi bersamamu, agar kalau ada urusan mereka
bisa membantu." Tapi dengan cepat Kwan Tiong Gak menggelengkan
kepalanya. "Tidak perlu".."
Sembari melangkah keluar sambungnya.
"Siauw-heng hendak menggunakan waktu setengah
harian ini untuk mencari kembali itu peta pengangon
kambing, kalau besok bisa kita serahkan lukisan itu pada
Jen Pek To maka itu hari juga kita segera berangkat
pulang ke Peking dan kantor cabang Kay Hong pun
ditutup sampai di sini saja, seluruh keuntungan bagikan
kepada semua anggota kita."
"Bagaimana dengan Liem Toa Lek?"
"Perintahkan dia dengan membawa beberapa orang
piauwsu sesudah menyelesaikan persoalan di sini segera
berangkat ke ibukota."
"Toako bermaksud membubarkan kantor cabang Kay
hong sejak ini?" "Seluruh perusahaan Liong Wie Piauw-kiok sudah
masanya untuk ditutup, aku berharap pada pertengahan
tahun depan semua persoalan sudah selesai dan semua
kantor cabang telah dibubarkan."
"Hal inipun baik juga," kata Phoa Ceng Yan sambil
menghela napas panjang. "Dengan demikian toako-pun
tidak usah lagi memikul tugas dan beban seberat ini."
496 Sewaktu pembicaraan berlangsung sampai disitu,
mereka telah tiba di pintu depan.
Kwan Tiong Gak mendadak berhenti dan berpaling.
"Kalian tak usah mengantar aku lagi, suruh mereka
baik-baik berjaga diri, jangan timbulkan persoalan lagi,
dalam keadaan seperti ini jangan sekali-kali kita bikin
keonaran." "Siauwte akan berusaha untuk menghindari hal
tersebut, Toako-pun harus berhati-hati."
Kwan Tion Gak tersenyum dengan langkah lebar ia
segera berlari. Menanti bayangan punggung dari Cong Piauwtauwnya sudah lenyap dari pandangan, Phoa Ceng Yan
sekalian baru mengundurkan diri dari sana dan menutup
pintu kantor. Malam semakin kelam, inilah saat yang paling tepat
bagi setiap keluarga untuk berkumpul sambil merayakan
tahun baru. Di dalam ruangan kantor cabang perusahaan Liong
Wie Piauw-kiok pun dihangatkan oleh sebuah tungku
dengan beberapa orang duduk berkerumun di sana,
hanya saja mereka bukan sekeluarga yang merayakan
malam tahun baru, melainkan sekelompok piauwsu yang
bersenjata lengkap dengan wajah murung dan kesal.
Phoa Ceng Yan menghembus asap huncweenya ke
angkasa, sambil menghela napas ia berkata.
"Tak ada gading yang tak retak, tak ada panglima
yang takut mati dalam pertempuran, di bawah pimpinan
Cong Piauw-tauw perusahaan Liong Wie Piauw-kiok kita
sudah berkembang sangat pesat, kantor perusahaan
cabang tersebar luas di enam karesidenan, kegagahan
497 dan kecemerlangan macam begini biasanya susah
ditandingi oleh perusahaan manapun pada jaman
apapun juga, selama dua puluh tahun di bawah kerja
keras beberapa puluh orang kawan dengan taruhan jiwa
dan tenaga berhasil mengangkat perusahaan kita
dengan merek emas, tidak disangka kecuali kita harus
menghadapi penjahat-penjahat dari kalangan Liok-lim,
sekarang harus berurusan pula dengan orang
pemerintahan, Aaai"..agaknya Cong Piauw-tauw
merasa putus asa oleh persoalan.?"
"Hal inipun tak bisa disalahkan dirinya," kata Nyoo Su
Jan memberikan pendapatnya.
"Persoalan di dalam perusahaan Liong Wie Piauw-kiok
kita makin hari semakin banyak di samping Cong Piauwtauw harus bertanggung jawab dalam melatih para
anggota dengan ilmu silat banyak persoalan pula yang
harus ia tangani sendiri, agaknya makin lama Cong
Piauw-tauw merasa makin jemu dengan urusan
pengawalan barang, selama beberapa tahun ini jarang
sekali barang kawalan kita menjumpai persoalan,
mungkin orang lain jeri dengan merek emas kita, padahal
yang sebenarnya semua persoalan ini adalah hasil kerja
Cong Piauw-tauw seorang"."
"Eeei".sebetulnya apa yang telah terjadi, Nyoo-heng
kalau bicara yang jelas sedikit." tukas Liem Toa Lek
cepat. Dengan andalkan kuda jempolannya yang setiap hari
bisa menempuh perjalanan ribuan lie, kadang-kadang ia
seorang diri menghajar habis-habisan musuh-musuh
yang akan menghadang barang kita, semua orang hanya
tahu mengiringi kereta barang berangkat ke selatan atau
ke utara, siapa yang tahu kalau sepanjang jalan yang
498 mereka lalui telah diamankan dahulu oleh Cong Piauwtauw."
"Aaakh"..! Persoalan ini takkan kuketahui kalau tidak
kau katakan saat ini," teriak Phoa Ceng Yan tersentak
kaget. "Pada tahun yang lalu, kebetulan hamba sakit dan
harus beristirahat beberapa bulan di rumah, sebab
memandang tinggi hamba, Cong Piauw-tauw melarang
aku mengawal barang setengah tahun lamanya, karena
itulah sepanjang waktu aku selalu berada di dalam
perusahaan, kadang-kadang sampai malam baru tidur,
dan kadang-kadang berlatih silat di tengah malam buta,
kebetulan sering sekali bertemu Cong Piauw-tauw
dengan menunggang kuda seorang diri pergi keluar di
tengah malam buta, pada perjumpaan yang pertama kali
hamba tidak terlalu memperhatikan, tapi karena
seringnya perjumpaan ini maka timbul rasa curiga dalam
hatiku, diam-2 kuperhatikan terus gerak-geriknya dan
akhirnya kuketahui setiap kali pengawalan barang dalam
jumlah besar berangkat maka pada malam harinya Cong
Piauw-tauw tentu berangkat pula, orang-orang kantor
hanya tahu urusan Cong Piauw-tauw sangat repot dan
tidak ada di dalam kantor, padahal siapa yang tahu
kesusahannya" "
"Demi nama baik perusahaan Liong Wie Piauw-kiok
tiada jemunya ia menempuh bahaya seorang diri.
Aaaaiii". selama beberapa tahun ini kita sudah cukup
menyusahkan dirinya."
"Aaaii?".kita sebagai piauwsu perusahaan Liong
Wie Piauw-kiok ternyata tidak dapat membantu COng
Piauw-tauw dalam mengurangi kemurungannya, bila
dipikir kita seharusnya merasa malu, " seru Liem Toa
Lek. 499 "Maka dari itu akupun berharap ia cepat bisa menutup
perusahaannya, sehingga sisa hidupnya bisa dilewatkan
dengan hati tenteram selalu," sambung Phoa Ceng Yan.
"Walaupun ucapan Hu COng Piauw-tauw tidak salah,
tapi untuk menutup pintu perusahaan Liong Wie Piauwkiok kita yang sudah sedemikian besar, sedikit banyak
hatiku ikut merasa susah juga."
Phoa Ceng Yan tertawa hambar.
"Di kolong langit tak ada perjamuan yang tidak bubar,
Cong Piauw-tauw pun tidak bisa susah payah sepanjang
tahun, kalau kita harus berdiri dengan bersandar pada
dia seorang siksaan ini sungguh luar biasa sekali, cuma
selama beberapa tahun ini perusahaan kita sudah
banyak beruntung, dengan watak Cong Piauw-tauw yang
ridak memandang harta sewaktu membubarkan
perusahaan, ia pasti tak akan merugikan cuwi sekalian,
biaya hidup selanjutnya tentu terjamin."
Malam itu dilewatkan beberapa orang itu dengan
mengobrol mengelilingi tungku pemanas.
Menanti kentongan kelima telah tiba, mendadak di luar
halaman terdengar suara ringan bergema datang.
"Siapa?"" bentak Phoa Ceng Yan sambil mematikan
lampu lilin yang ada di atas meja.
"Aku." "Suara itu jelas berasal dari mulut Kwan Tiong Gak.
Suara tersebut agak dikenal baik oleh Phoa Ceng Yan
maupun siapa saja, buru-buru mereka bangun berdiri
menyambut. "Cong Piauw-tauw!"
500 Waktu itu Liem Toal Lek sudah menyulut kembali
lampu lilin di atas meja, di tengah sorotan cahaya Kwan
Tiong Gak berjalan masuk ke dalam ruang tengah.
Pada dasarnya memang berwajah keren ditambah
pula keseriusan yang diperlihatkan saat ini menambah
keseraman bagi orang yang melihat.
Liem Toa Lek serta Nyoo Su Jan tidak berani banyak
bicara diam-diam mereka mengundurkan diri ke samping.
Setibanya di tepi tungku Kwan Tiong Gak melepaskan
goloknya dan mempersilahkan orang duduk.
Beberapa orang itu mengikuti ucapannya dan mencari
tempat duduk. Phoa Ceng Yan yang ada di sisi Kwan
Tiong Gak segera bertanya, "Toako! Apakah kau berhasil
menemukan jejak peta pengangon kambing itu?"
"Belum," sang Cong Piauw-tauw menggeleng. "Ia
sudah lama meninggalkan kota Kay Hong."
"Apakah ia muncul kembali di sini karena peta
pengangon kambing itu ".?" tanya Nyoo Su Jan.
"Kalau benar demikian saat ini sudah terbang jauh ke
angkasa, untuk menemukan kembali peta pengangon
kambing rasanya bukan suatu persoalan yang terlalu
gampang." Setelah termenung beberapa saat sambungnya
kembali, "Ini hari adalah tanggal satu tahun baru,
sekalipun kita tidak berhasil menemukan peta
pengangon kambing juga harus tetap berada di sini,
aaai", entah kita harus berada di sini sampai kapan?"
"Aku lihat untuk jelasnya kita harus melakukan
penyelidikan terhadap diri Ke Giok Lang" kata Phoa Ceng
Yan. 501 Sewaktu mereka sedang bercakap-cakap mendengar
suara langkah manusia berkumandang di luar pintu.
Liem Toa Lek melongok keluar jendela, hari baru saja
terang tanah, dan ia segera bangkit.
"Entah keluarga mana yang pagi pagi yang sudah
datang untuk mengucapkan selamat tahun baru?"
"Coba kau tengok, kalau tidak terlalu penting, jangan
mengatakan kalau aku ada di sini."
Liem Toa Lek mengiakan dan dengan langkah lebar ia
berjalan keluar. Beberapa saat kemudian dengan membawa sebuah
kotak merah ia muncul kembali dalam ruangan, ujarnya,
"Hu Cong Piauw-tauw, sahabat karibmu dari kota Kay
Hong telah mengirimkan hadiah tahun baru untukmu."
Mendengar ucapan itu Phoa Ceng Yan mengerutkan
dahi, ia bangun berdiri menerima kotak itu, di atas
sebuah kartu nama dituliskan bahwa kotak ini
diperuntukkan Phoa Ceng Yan disertai kata-kata ucapan
selamat tahun baru. "Apa isi kotak itu?" tanya Kwan Tiong Gak sambil
memandang sekejap kotak merah itu.
"Siauwte sendiri tidak tahu!"
"Siapa yang memberikan kepadamu?"
"Siauwte sendiri juga tidak tahu."
Kwan Tiong Gak segera mengambil kotak tadi dan
diperhatikannya kotak tersebut.
"Waktu membuka kotak ini haruslah berhati-hati!"
502 Phoa Ceng Yan mengiakan perlahan-lahan ia menuju
ke pintu ruangan, setelah membuka kotak kain tadi
muncullah sebuah kotak kayu yang sangat indah.
Di atas tutup kotak itu berukiran lukisan yang indah,
hal ini membuat siapapun yang melihat dapat
membayangkan kalau isi kotak ini tentu sebuah benda
yang sangat berharga. Phoa Ceng Yan tidak berani langsung membuka kotak
itu, setelah digoyang-goyangkan sebentar dan tidak
menemukan sesuatu suara ia baru membuka kotak tadi
lambat-lambat. Karena tidak tahu siapakah yang memberikan kotak
tersebut, Phoa Ceng Yan tidak berani berlaku gegabah,
seluruh hawa murninya disalurkan ke seluruh badan
bersiap sedia terhadap segala kemungkinan.
Perlahan-lahan kotak dibuka, dan dari balik kotak
tersebut tidak dijumpai sesuatu yang mencurigakan.
Perlahan-lahan Phoa Ceng Yan alihkan sinar matanya
ke dalam kotak, tapi sebentar kemudian ia sudah
menjerit tertahan dan berdiri termangu-mangu.
Kiranya isi dari kotak tersebut bukan lain adalah peta
pengangon kambing yang lenyap tak berbekas.


Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Hu Cong Piauw-tauw, apa isi kotak itu ?"" tanya Nyoo
Su Jan tak tertahan lagi.
"Peta pengangon kambing!"
"Apa peta pengangon kambing?" teriak Kwan Tiong
Gak melengak. "Benar, siauwte pernah melihat peta ini dan rasanya
tidak salah lagi".."
503 Ia ambil peta tadi dalam kotak kemudian diangsurkan
ke tangan Kwan Tiong Gak.
Cong Piauw-tauw dari perusahaan Liong WIe Piauwkiok ini menerimanya dan diperiksanya dengan seksama
lukisan tersebut. Sembari memeriksa tanyanya kembali.
"Saudara, coba kau pikir dari siapakah lukisan ini kau
dapat?" "Siauwte tak bisa menemukan orang itu."
Agaknya perhatian Kwan Tiong Gak sudah terhisap
oleh lukisan pengangon kambing itu, ia tidak bicara lagi
dan menumpahkan seluruh perhatiaannya di atas peta
tadi. Walaupun cuaca sudah terang tanah, tapi suasana
dalam ruangan masih gelap, di atas meja berdiri sebuah
lilin merah yang memancarkan cahaya terang.
Tiba-tiba Kwan Tiong Gak menghantam meja seraya
berseru, "Lukisan bagus! Lukisan bagus, tidak aneh
kalau begitu banyak orang yang ingin memperebutkannya." "Haaa?"..haaa?"haaa".. Kwan-heng betul-betul
naga di tengah manusia, siauwte betul-betul merasa
kagum," tiba-tiba terdengar suara tegoran seseorang
berkumandang datang dari tempat luaran.
Dengan terkesiap semua orang alihkan sinar matanya
ke depan, entah sejak kapan Jen Pek To dengan
memakai pakaian ringkas warna hitam telah berdiri di
depan pintu. Mungkin disebabkan semua perhatian orang yang ada
di dalam ruangan telah dihisap lukisan pengangon
504 kambing maka tak seorangpun yang merasa akan
kehadiran orang itu. "Hmmm! Jen-heng, sungguh hebat ilmu meringankan
tubuhmu!" jengek Phoa Ceng Yan sambil tertawa dingin.
Merah padam selembar wajah Jen Pek To.
"Siauwte datang terlalu pagi, karena pintu kantor
belum buka maka siauwte masuk dengan meloncati pintu
pagar." "Jen-heng, sungguh kebetulan sekali kedatanganmu!"
seru Kwan Tiong Gak sambil tersenyum.
Ia masukkan peta tadi ke dalam kotak dan
sambungnya lebih lanjut, "Jen-heng, pernahkah kau
menjumpai lukisan peta pengangon kambing ini?"
"Siauwte belum pernah menjumpai!"
"Jadi ini berarti Jen-heng pun tidak bisa menentukan
keaslian dari benda ini bukan."
"Siauwte percaya dengan ketajaman mata Kwanheng tak bakal tertipu oleh orang lain."
Perlahan-lahan Kwan Tiong Gak menutup kembali
kotaknya dan menjawab, "Menurut pendapat siauwte,
lukisan pengangon kambing yang ada di dalam kotak ini
adalah benda yang asli, siauwte tidak berani mencari
jauh, sebenarnya lukisan ini kudapatkan tanpa
membuang banyak tenaga?"
Ia menarik napas panjang, sambungnya lebih jauh,
"Perduli bagaimanapun juga, lukisan itu sudah
kudapatkan kembali, aku rasa persoalan ini-pun telah
selesai sampai di sini, harap Jen-heng suka membawa
lukisan ini kembali ke istana untuk dilaporkan kepada Tok
505 Say sedang aku orang she Kwan segera akan kembali ke
ibukota." "Kwan-heng!" ujar Jen Pek To sambil menghela
napas panjang. "Di tengah suasana tahun baru
melakukan perjalanan apakah kau tidak merasa terlalu
menderita?" "Orang yang mencari sesuap nasi dengan mengawal
barang, sudah terlalu biasa menanggung sengsara kena
hujan dan kedinginan di tengah jalan, kekuatiran Jenheng biarlah siauwte terima dalam hati saja."
"Sejak siauwte masuk ke dalam pintu hingga kini
hanya bicarakan soal lain saja dengan Kwan-heng,
siauwte selalu tidak ada kesempatan untuk bicara".."
tiba-tiba Jen Pek To berkata sambil menghela napas.
Tidak mengetahui apa yang dimaksudkan Kwan Tiong
Gak tertegun. "Apa yang hendak kau ucapkan?" tanyanya.
"Tok Say merasa punya jodoh dengan Kwan-heng, ia
berharap bisa berjumpa sekali lagi dengan dirimu."
"Soal ini aku rasa sudah tak perlu lagi."
"Malam ini di istana Tok Say sedang mempersiapkan
perjamuan, harap Kwan-heng suka memberi muka
kepada kami." "Jen-heng!" ujar Kwan Tiong Gak setelah termenung
sebentar. "Siauwte tidak lebih hanya seorang Piauw-tauw
pengawal barang, bila hendak berhubungan dengan Tok
Say Thayjien kami merasa tidak memadahinya."
"Walaupun Tok Say adalah tiang tonggak negara, tapi
watak pribadinya amat ramah dan suka bersahabat, dia
sangat mengagumi diri Kwan-heng!"
506 Tapi dengan cepat Kwan Tiong Gak sudah
menggeleng, tukasnya, "Jen-heng, kami adalah orang
kangouw yang mencari sesuap nasi dengan jual nyawa,
bagi kami terlalu sering mengadakan hubungan dengan
para pejabat pemerintahan malah tidak menguntungkan
posisi kami." Jen Pek To tertawa hambar, dari dalam sakunya ia
mengambil keluar sebuah kartu undangan warna merah
dan diangsurkan ke depan.
"Kartu undangan ini khusus dibuat Tok Say untuk
mengundang Kwan-heng, harap Kwan-heng suka
menerimanya." Kwan Tiong Gak memeriksa sebentar kartu undangan
tersebut, akhirnya ia tersenyum, "Baiklah! Sampai
waktunya cayhe akan menghadiri perjamuan ini," katanya
terpaksa. Setelah mendengar orang itu setuju, Jen Pek To baru
alihkan sinar matanya ke arah kotak kayu tadi.
"Kwan-heng!" katanya. "Siauwte ingin minta petunjuk
akan satu persoalan."
"Silahkan Jen-heng utarakan."
"Lukisan pengangon kambing bukan termasuk lukisan
kenamaan, mengapa begitu banyak orang yang ingin
memperebutkan benda-benda tersebut?"
"Jen-heng adalah pengawal kepercayaan dari Tok
Say, tiada halangan engkau minta ijin dari Tok Say agar
lukisan ini untuk sementara waktu Jen-heng yang
simpan, coba kau perhatikanlah lukisan pengangon
kambing ini dengan seksama, mungkin sekali kau akan
dapat menemukan sesuatu."
507 Sembari berkata ia angsurkan kotak itu kepada Jen
Pek To. Jen Pek To menerima kotak itu dan mengangguk.
"Kegagahan seorang enghiong hoohan memang
berbeda dengan manusia biasa. Setelah Kwan Cong
Piauw-tauw menemukan apabila benda ini adalah
sebuah benda yang sangat berharga, tiada timbul rasa
rakus dan serakah cayhe betul-betul merasa kagum."
Sengsara Membawa Nikmat 4 Pendekar Hina Kelana 34 Utusan Dari Negeri Leluhur Perompak Perompak Laut Cina 1

Cari Blog Ini