Ceritasilat Novel Online

Lambang Naga Panji 8

Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung-shen Bagian 8


Kembali Kwan Tiong Gak menghela napas panjang,
ujarnya, "Benda ini memang bukan milikku, tentu saja
cayhe tidak berhak untuk mengangkanginya, cuma
akupun ingin menasehati Jen-heng dengan beberapa
patah kata!" "Baik! Silahkan Kwan-heng bicara, siauwte tentu akan
mendengarkannya baik-baik."
"Lukisan pengangon kambing ini adalah semacam
mustika Bu-lim, tapi merupakan benda yang dapat
menemukan bencana pula bagi pemiliknya, benda itu
bisa memancing datang banyak jago Bu-lim yang ingin
merampas benda itu, sekalipun di dalam istana ada
beberapa ratus laksa prajurit, belum tentu bisa menahan
terobosan seorang jago Bu-lim kelas wahid?"
"Ooouww".maksud Kwan-heng adalah Ke Giok
Lang?" "Ke Giok Lang hanya salah seorang diantaranya yang
kumaksudkan adalah jago-jago lihay dari dunia persilatan
kecuali ia tidak tahu peta pengangon kambing adalah
benda mestika dan tidak tahu kalau lukisan itu berada di
dalam istana Tok Say. Kalau sekali mereka tahu, aku
rasa Jen-heng pun bisa membayangkan sekali walaupun
kau mempunyai tenaga menaklukkan harimau meringkus
508 naga-pun jangan harap bisa menghadapi kerubutan jago
Bu-lim." "Nasehat Kwan-heng akan siauwte catat dalam hati,
sekembalinya ke dalam istana tentu akan kusampaikan
laporan ini kepada Tok Say agar ia ambil keputusan
sendiri, bagaimanakah seharusnya dia perbuat untuk
menyelesaikan masalah peta lukisan pengangon
kambing ini!" "Ucapan siauwte hanya terbatas sampai di sini saja."
ujar Kwan Tiong Gak sambil tertawa hambar. "Apa yang
hendak kalian lakukan itu urusan Tok Say serta Jen heng
sendiri!" "Secara bagaimana Tok Say hendak menyelesaikan
soal peta lukisan pengangon kambing ini, siauwte tentu
akan mengirimkan laporan buat Kwan-heng"."
"Soal ini, aku rasa tidak perlu!"
"Terima kasih atas petunjuk Kwan-heng, siauwte
mohon diri terlebih dahulu, nanti sebelum perjamuan
siauwte akan datang menjemput.!"
"Tidak berani terlalu merepotkan Jen-heng, bila
sampai waktunya aku orang she Kwan pasti akan
datang!" "Baiklah." Jen Pek To tersenyum. "Mengikuti apa
maksud Kwan-heng, sampai waktunya cayhe akan
menantikan kehadiranmu di depan istana."
Buru-buru ia putar badan dan berlalu.
"Jen-heng, tunggu sebentar!" tiba-tiba Kwan Tiong
Gak berseru. "Aku orang she Kwan ada suatu persoalan
hendak kuutarakan kepadamu!"
Jen Pek To berhenti dan berpaling.
509 "Kwan-heng terlalu merendah, entah ada urusan apa
lagi?" "Di hadapan Tok Say aku berharap Jen heng suka
mewakili aku minta diri!"
"Maksudmu?""
"Setelah selesai perjamuan malam ini, siauwte akan
segera berangkat pulang ke ibukota, harap sejak ini hari
Tok Say jangan mencari kami orang dari perusahaan
Liong Wie Piauw-kiok lagi!"
Jen Pek To tidak langsung menjawab, ia termenung
sejenak, baru kemudian ujarnya, "Kwan-heng, ada suatu
persoalan siauwte-pun ingin menerangkan terlebih dulu,
perjamuan yang diadakan malam ini adalah maksud dari
Tok Say sendiri, siauwte sama sekali tidak memberi
pendapat, cuma siauwte menyanggupi dirimu untuk
menasehati Tok Say agar sejak ini hari tidak mencari
kalian pihak perusahaan ekspedisi Liong Wie Piauw-kiok
lagi." "Baik! Jen-heng suka menerima permintaanku ini,
siauwte-pun boleh berlega hati."
Jen Pek To mengangguk sambil tertawa, dengan
langkah lebar ia berjalan keluar.
"Jen-heng baik-baik jaga diri, maaf aku orang she
Kwan tak dapat mengantar terlalu jauh."
"Tidak berani merepotkan dirimu."
Sebentar kemudian ia sudah keluar dari pintu dan
lenyap dari pemandangan. Menanti Jen Pek To sudah lenyap dari pandangan,
baru Phoa Ceng Yan geleng-gelengkan kepalanya.
510 "Toako, aku rasa dalam persoalan ini ada sedikit tidak
beres." "Eeei". bagian mana yang kau anggap tidak beres?"
"Aku rasa belum tentu Tok Say benar-benar ada
maksud minta kembali lukisan pengangon kambing ini
"." "Maksudmu, Jen Pek To pura-pura menggunakan
perintah Tok Say?" sambung Kwan Tiong Gak.
"Sekalipun bukan pura-pura, paling sedikit ia yang
usulkan pendapat ini agar bisa diterima."
Kwan Tiong Gak tertawa hambar.
"Apa yang tercantum di atas peta lukisan pengangon
kambing memang cukup membuat orang terpesona, tapi
benda itu bukan benda yang mendatangkan rejeki,
walaupun Jen Pek To ada maksud meminjam kekuatan
Tok Say, belum tentu ia bisa mempertahankan benda
itu"." Sinar matanya dialihkan ke atas wajah Phoa Ceng
Yan dan sambungnya lebih lanjut, "Justru yang membuat
orang tidak paham adalah dari manakah benda ini bisa
muncul" siapa yang mengirim benda itu untukmu?"
"Soal ini siauwte sendiri juga tidak tahu." dengan cepat
Phoa Ceng Yan menggeleng. "Aku sudah lama
memikirkan persoalan ini, tapi tak terpikir olehku
siapakah yang suka menghadiahkan peta lukisan itu
untuk diriku." "Tiada angin tak akan menimbulkan ombak, bila
kutinjau dari beberapa lukisan itu jelas dia adalah
seorang yang kenal dengan dirimu atau paling sedikit
511 pernah berjumpa dengan kau, coba pikirlah sekali lagi
dengan cermat!" Lama sekali Phoa Ceng Yan termenung, tapi akhirnya
ia menggeleng dan tertawa getir.
"Siauwte tidak berhasil mengingat-ingat siapakah
orang itu?" "Saudara dari mana munculnya peta ini merupakan
kunci utama dalam pemecahan persoalan ini" kata Kwan
Tiong Gak sambil menepuk pundak Phoa Ceng Yan.
"Coba pikir dengan perlahan-lahan, kalau kau tidak dapat
menemukan orang itu di antara sahabat atau sanak
keluargamu, tiada halangan membayangkan kembali
kejadian-kejadian yang kau temui sepanjang perjalanan!!" Mendengar ucapan yang terakhir ini, mendadak satu
ingatan berkelebat di dalam benak orang she Phoa ini,
kemudian ujarnya, "Kalau dicari hal-hal yang
mencurigakan, rasanya hanya peristiwa itulah yang patut
dicurigai." "Persoalan apa yang mencurigakan?"
"Di tengah jalan siauwte telah menolong seorang
pemuda yang terhajar senjata rahasia beracun."
"Bagaimana macamnya orang itu?" tukas Kwan Tiong
Gak dengan cepat. "Seorang pemuda tampan yang gagah dan menarik,
tetapi sikapnya terhadap orang lain amat hambar,
walaupun siauwte telah menolong jiwanya, ia sama
sekali tidak mengucapkan sepatah katapun ucapan
terima kasih, bahkan tanpa meninggalkan namanya telah
berlalu!" 512 "Orang itu mempunyai hal yang istemewa?" tanya
Kwan Tiong Gak lebih lanjut.
"Ada! Ia mempunyai seekor kuda putih yang agaknya
amat cerdik, ia tahu bagaimana caranya mencarikan
pertolongan buat majikannya, mengucurkan air mata
melihat nasib pemuda itu, kalau bukan kuda putih tadi
amat cerdik mungkin orang ini sudah mati keracunan di
tengah jalan dan mati terkurung di tumpukan salju."
"Kuda jempolan memang bisa menolong majikannya."
Kwan Tiong Gak mengangguk.
"Aku duga pemuda ini tentu mempunyai asal usul
yang terkenal." ia merandek sejenak lalu tambahnya.
"Kecuali peristiwa ini apakah kau menjumpai sesuatu
yang istimewa sepanjang perjalanan?"
"Tidak ada" "Baik!" akhirnya Kwan Tiong Gak mengangguk.
"Semalaman kita tidak tidur, setengah harian ini kita
gunakan untuk tidur sejenak nyenyaknya, ada urusan
sore ini kita bicarakan lagi."
Tanpa menanti jawaban lagi ia segera berlalu.
Memandang bayangan punggung Kwan Tiong Gak
yang berlalu, baik Phoa Ceng Yan maupun Liem Toa
Lek, Nyoo Su Jan sekalian tak ada yang berani bersuara.
Menanti Cong Piauw-tauwnya sudah lenyap dari
pandangan, Nyoo Su Jan baru berkata lirih, "Cuwi sudah
melihatnya?" "Melihat apa?" tanya Phoa Ceng Yan.
"Walaupun Cong Piauw-tauw berusaha untuk
mempertahankan ketenangnannya, padahal ia sudah
amat lelah." 513 "Siauwte pun berpendapat demikian," sahut Liem Toa
Lek sambil mengangguk. "Kemarin malam Cong Piauw
tauiw tentu sudah melakukan pertarungan sengit."
"Dengan kepandaian silat yang dimiliki Cong Piauwtauw, cukup duduk semedi setengah hari kelelahannya
bisa dipulihkan kembali seperti sedia kala, mengambil
kesempatan ini kitapun baik-baik beristirahat, dengan
situasi yang kita jumpai saat ini sekalipun di luaran
kelihatan amat tenang, padahal ombak sudah
menggulung di permukaan air yang tenang, setiap saat
pertarungan berdarah bisa berlangsung dengan
serunya." "Silahkan cuwi kembali ke kamar untuk beristirahat,
cayhe harus melayani dulu sahabat-sahabat yang datang
mengucapkan selamat."
"Kalau begitu kami merepotkan Liem-heng!"
Orang she Nyoo ini merandek dan berpaling ke arah
Phoa Ceng Yan, sambungnya, "Hu Cong Piauw-tauw
pun harus baik baik beristirahat!"
"Aaai". Su Jan, agaknya situasi semakin lama
semakin kacau dan rumit" seru Phoa Ceng Yan.
Perlahan-lahan iapun melangkah keluar dari ruangan.
Nyoo Su Jan mengikuti dari belankang Hu Cong
Piauw-tauw ini keluar dari ruangan sambil jalan ujarnya
lirih, "Hu Cong Piauw-tauw tidak perlu risau karena
persoalan ini bila kita tinjau dari situasi saat ini banyak
persoalan yang tidak dapat kita kuasai lagi, terutama
sekali Jen Pek To orang ini benar benar keji dengan
melibatkan perusahaan Liong Wie Piauw-kiok kita ke
dalam kancah pergolakan ini sehingga membuat semua
orang merasa tidak tenang."
514 "Aaaai! Karena sebuah lukisan pengangon kambing
menimbulkan pergolakan sedemikian besarnya, sungguh
tak kusangka sebelumnya, semoga saja malam ini COng
Piauw-tauw melepaskan diri dari ikatan Tok Say dan
kembali ke ibukota sehingga hati kitapun turut menjadi
tenang." "Hu Cong Piauw-tauw, jangan murung lagi karena
persoalan ini!" seru Nyoo Su Jan sambil ulapkan
tangannya. "Silahkan kembali ke kamar untuk
beristirahat!" Setengah hari lewat dengan cepatnya siang hari telah
lewat dan para jagoanpun telah berkumpul di tengah
ruangan besar. Kali ini Kwan Tiong Gak telah berganti baju dengan
memakai sebuah jubah lebar warna biru, setelah
memandang sekejap wajah para jago ujarnya.
"Kalau urusan lancar malam ini juga kita berangkat
pulang ke ibukota".!"
Ia berpaling ke arah Liem Toa Lek dan tambahnya.
"Tambah bahan makanan untuk kuda kuda itu, pada
kentongan kedua semua pelana harus siap."
"Hamba turut perintah!" seru Liem Toa Lek sambil
menjura. Sinar mata Kwan Tiong Gak perlahan-lahan dialihkan
ke diri Nyoo Su Jan, ujarnya kembali.
"Su Jan, beritahu kepada Too Hauw, Giok Liong
sekalian dilarang berpesiar keluar, penjagaan dalam
kantor harus diperketat!"
"Hamba tahu!" 515 Dan kini Kwan Tiong Gak alihkan sinar matanya
kepada Phoa Ceng Yan ujarnya sambil tersenyum.
"Saudara, kau tetap hadir di kantor, walaupun situasi
yang kita lihat sangat gampang padahal amat kacau dan
ruwet, setiap saat Ke Giok Lang bisa mencari gara-gara
dengan pihak kita, si jago lihay yang menghadiahkan
lukisan

Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pengangon kambing kepadamu-pun kemungkinan besar bisa datang menjenguk dirimu, lebih
baik kau tahan tamu terhormat itu agar aku bisa
berjumpa dengan dirinya kalau ia bersikeras mau pergi
dan tidak ingin menjumpai cayhe harap ia suka
tinggalkan nama." "Siauwte akan berusaha menahan dirinya.
"Baik".baiklah"."
Ia mengulangi beberapa patah kata ini sampai
beberapa kali lalu tambahnya pula.
"Sebelum aku kembali dan Ke Giok Lang mengirim
surat perjanjian kalian jangan ambil keputusan sendiri,
tunggu sampai aku kembali baru berunding kembali."
"Siauwte akan ingat sekali" jawab Phoa Ceng Yan
mengangguk. Kwan Tiong Gak menghembuskan napas
panjang. "Perduli mereka memancing dengan cara apapun
kalian jangan coba meninggalkan kantor perusahaan
barang selangkahpun."
"Toako boleh berlega hati."
Di tengah pembicaraan perjamuan telah diatur dalam
ruangan tersebut. Kwan Tiong Gak duduk di kursi pertama disusul para
jago-jago duduk disekelilingnya.
516 Pertama-tama Kwan Tiong Gak menghormati dahulu
setiap orang dengan secawan arak lalu ujarnya.
"Semoga Thian suka melindungi kita perusahaan
Liong Wie Piauw-kiok bisa mempunyai nasib yang baik."
Liem Toa Lek bangun berdiri, ujarnya.
"Sepeninggal Cong Piauw-tauw dari kota Kay Hong,
aku segera bereskan uang kekayaan di sini dan
bubarkan perusahaan, terutama sekali saat-saat tahun
baru lebih membantu kita untuk mengurangi rasa berat di
hati masing-masing."
Sekali teguk ia habiskan isi cawannya.
"Kalau bicara, duduklah!" ujar Kwan Tiong Gak halus.
Liem Toa Lek menurut dan duduk.
"Setelah kau bubarkan kantor cabang di kota Kay
Hong, harap kau suka berangkat ke ibukota."
"Hamba paham, setelah membubarkan kantor cabang
di sini, hamba segera akan berangkat ke kantor pusat."
Walaupun takaran arak Kwan Tiong Gak sangat
besar, tapi untuk mempersiapkan diri dalam menghadiri
perjamuan malam nanti dalam istana Tok Say, ia tidak
terlalu banyak minum arak.
Perjamuan ini akhirnya ditutup selesai lewat satu jam
lamanya. Sang surya lenyap di balik gunung dan malam haripun
kembali menjelang datang, seluruh ruangan bermandikan
cahaya lampu. Kwan Tiong Gak segera bangun berdiri, ujarnya,
"Sekarang waktu sudah tiba, kalian teruskan santapan
517 kalian, cuma lebih baik kurangi arak kalian sehingga
setiap saat bisa mempertahankan kesegaran pikiran."
"Toako boleh berlega hati! Siauwte bisa memberi
peringatan kepada mereka," sahut Phoa Ceng Yan ikut
berdiri. Dari dinding Kwan Tiong Gak mengambil topi kulitnya
untuk dikenakan lalu melangkah keluar.
Para Jago mengantar Cong Piauw-tauw mereka
hingga tiba di luar pintu kantor perusahaan.
Setelah berpamitan dengan anak buahnya, dengan
langkah lebar Kwan Tiong Gak berlalu menuju ke kantor
Jendral. Ketika ia tiba kurang lebih setengah li dari istana
dengan langkah lebar Jen Pek To datang menyambut.
"Merepotkan perjalanan." Kwan heng harus melakukan Buru-buru Kwan Tiong Gak menjura.
"Jen-heng jauh menyambut kedatanganku, aku orang
she Kwan tidak berani menerimanya."
"Saat ini Tok Say masih menjamu beberapa orang
pembesar negeri, mari kita duduk sebentar dalam istana
samping." Belum habis berkata mendadak terdengar suara
langkah manusia berkumandang datang, disusul
munculnya seorang pengemis berbaju compang-camping
tergesa-gesa lewat di sisi mereka berdua.
"Berhenti!" mendadak Kwan Tiong Gak berseru
dengan air muka berubah hebat.
518 Mengiringi bentakan tersebut, badanpun ikut mengejar
ke depan, sekali sambar ia mencengkeram punggung
sang pengemis itu. Siapa nyana pengemis tersebut ternyata amat lincah
dan waspada, sewaktu serangan hampir di atas
punggungnya mendadak ia menjatuhkan diri ke depan,
dengan suatu gerakan yang amat tepat ia berhasil
meloloskan diri dari datangnya cengkeraman tersebut.
Setelah berhasil meloloskan diri dari datangnya
serangan itu, mendadak pengemis tersebut makin
mempercepat langkah kakinya.
Ketika secara mendadak melihat Kwan Tiong Gak
turun tangan menangkap pengemis itu, pada mulanya
Jen Pek To merasa agak tertegun, tapi setelah
menemukan apabila pengemis itu berhasil meloloskan
diri dari datangnya serangan Kwan Tiong Gak dengan
gerakan begitu mudah, hatinya baru bergerak, pikirnya.
"Si pengemis ini ternyata seorang jago yang memiliki
kepandaian silat yang lihay, gerakannya untuk loloskan
diri dari serangan barusan walaupun kelihatannya
seolah-olah dilakukan secara tidak sengaja, jelas inilah
suatu jurus yang luar biasa, kalau menemui orang yang
sedikit gegabah, pasti penyaruan-nya tak bakal
konangan." Ketika itulah terdengar Kwan Tiong Gak sedang
berkata, "Saudara, keadaanmu yang sebenarnya sudah
konangan, aku rasa tiada berguna kau coba melarikan
diri, kalau tidak mau berhenti lagi".Hmmm! Jangan
salahkan aku orang she Kwan akan bertindak dengan
menggunakan senjata rahasia Kiem Leng Hwie Piauw!"
519 Setelah mendengar ancaman itu, sang pengemis baru
mengiakan dan berhenti berlari, ujarnya sambil berpaling
dan tertawa, "Kwan Toaya, senjata rahasia Kiam Ling
Piauw mu sangat luar biasa, kalau benar-benar kau
keluarkan bukankah sama artinya menginginkan
selembar jiwaku?""
"Hmmm! Siapakah kau?"
Sembari mengajukan pertanyaan
mendekat dengan gerakan cepat.
ia melangkah Buru-buru pengemis itu mundur dua langkah ke
belakang. "Manusia macam aku si pengemis peminta-minta
bukan hanya seorang dua orang saja, di kolong langit
ada puluhan ribu bahkan puluhan laksa orang."
Pada waktu itu Kwan Tiong Gak telah mendekati sang
pengemis sehingga mencapai empat lima depa jauhnya
dan segera berhenti. Sreet".! Mengambil kesempatan itulah Jen Pek To
berkelebat dari sisi si pengemis itu kemudian
menghadang jalan perginya.
Bersamaan itu pula ia bersuit nyaring.
Mendengar suitan itu sang pengemis tertawa dingin.
"Oooouw?". saudara bermaksud hendak mengundang keluar para anak buahmu yang
bersembunyi di sekitar sini untuk membereskan aku si
pengemis?" Pada mulanya Jen Pek To melengak di susul
kemudian tertawa hambar. "Kawan, kiranya kau sudah lama mengawasi dan
menyelidiki keadaan istana jendral"
520 Sahut si pengemis itu dengan suara dingin.
"Cukup kutinjau dengan sekali pandangan saja dapat
kuketahui apabila di sekitar tempat ini sudah dipasangi
jebakan." "Ooooouw".. sungguh tajam pandanganmu kawan!"
"Heee".heee?"heee?". terlalu memuji, terlalu
memuji!" Sinar mata Kwan Tiong Gak berkilat, ia pandang
wajah si pengemis itu tajam-tajam lalu ujarnya, "Kawan,
kau berasal dari perkumpulan Kay Pang?"
"Kwan Cong Piauw-tauw!" seru sang pengemis
tertawa hambar. "Kau adalah seorang manusia yang
memiliki nama serta kedudukan tersohor, tentu saja tidak
kenal aku si pengemis yang berkedudukan paling rendah
ini." "Kawan, kau suka munculkan diri, aku rasa tentunya
ada petunjuk-petunjuk yang akan diberikan kepada aku
orang she Kwan, bukan!"
"Aaakh! Tidak kusangka di dalam sepasang mata
Kwan Cong Piauw-tauw tidak kemasukan sebutir pasir,
petunjuk aku tak berani menerimanya, hanya saja ada
sepatah dua patah kata hendak dipersembahkan
kepadamu." "Cayhe pasti mendengarnya." pentang telinga lebar-lebar untuk Pengemis itu mendehem beberapa kali untuk
menyaringkan tenggorokannya kemudian ujarnya, "Kwan
Cong Piauw-tauw, kau adalah seorang jago yang
namanya telah tersohor di kolong langit, orang-orang
kangouw baik dari golongan Hek-to maupun dari
kalangan Pek-to sama-sama menaruh hormat 521 kepadamu. Kwan Cong Piauw-tauw, selama ini
perusahaan ekspedisi Liong Wie Piauw-kiok bisa aman
tentram tak pernah terjadi urusan pun separuh
terghantung dari kelihayan anak buah COng Piauw-tauw
yang rata-rata memiliki kepandaian silat tinggi,
separuhnya lagi disebabkan kawan-kawan Bu-lim pada
memandang hormat watak serta tindak-tandukmu dan
banyak mengalah buat perusahaan Liong Wie Piauw-kiok
kalian, oleh karena itu aku si pengemis berani
mengucapkan beberapa kata yang agak kasar.
Perusahaan ekspedisi Liong Wie Piauw-kiok tak perlu
lagi menjadi pengawal rumah orang lain."
Dengan cermat dan seksama Kwan Tiong Gak
mendengarkan perkataan dari pengemis itu hingga
selesai, kemudian perlahan-lahan jawabnya.
"Terima kasih atas petunjuk kawan, aku orang she
Kwan merasa sangat berterima kasih, tapi perusahaan
ekspedisi Liong Wie Piauw-kiok kami mempunyai garis
pegangan untuk menjadi rakyat yang berkelakuan sopan,
kami mempunyai kesusahan kami sendiri."
"Kawan!" tiba-tiba Jen Pek To menimbrung dari
samping. "Secara diam-diam kau mengawasi gerak-gerik
istana jendral, kau tentu mempunyai persiapan untuk
melakukan sesuatu pekerjaan."
Jilid 16 MENDADAK pengemis itu berpaling dan memandang
wajah Jen Pek To tajam. "Saudara yang bernama Jen
Pek To?" "Sedikitpun tidak salah!" Jen Pek To mengangguk
setelah tertegun beberapa saat.
Kembali sipengemis itu tertawa hambar.
522 "Aku si pengemis merasa wegah dan malas untuk
banyak bersilat lidah dengan diri mu, selamat tinggal."
Mendadak ia melayang ketengah udara, sekali loncat
badannya mencapai sejauh dua tombak lebih dan
berkelebat pergi. "Kawan, kau hendak pergi kemana?" Bentak Jen Pek
To keras. Sembari berseru iapun enjotkan badan melakukan
pengejaran dari arah belakang.
Pengemis itu tertawa, mendadak ia putar badan
mengirim sebuah pukulan. Jen Pek To bura baru salurkan hawa murninya seraya
ayunkan tangan menyambut datangnya serangan
tersebut dengan keras lawan keras.
"Braaaak"..!" di tengah suara bentrokan keras,
sepasang telapak saling beradu satu sama lainnya,
meminjam tenaga dorongan yang di pancar keluar dari
telapak tangan Jen Pek To itulah secara kilat badannya
menerobos ketempat kegelapan dan melenyapkan diri.
Sabaliknya Jen Pek To sendiri dipukul getar oleh
tangannya serangan pengemis tadi sehingga badannya


Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mundur dua langkah ke-belakang.
"Jen heng tak perlu kau kejar lagi." Terdengar scara
hiruk pikuk bercampur dengan suara dengusan berat
berkumandang datang dari tempat kegelapan, diantara
suara tersebut bahkan terdengar pula suara jatuh nya
senjata-senjata tajam keatas tanah.
"Suara apakah itu?" tanya Kwan Tiong Gak dengan
sepasang alis berkerut. 523 "Cayhe telsh menyebarkan jebakan-jebakan serta
pertahanan di sekitar tempat ini, mungkin mereka sedang
turun tangan menghadang perjalanannya?"
"Aaaai"." Kwaa Tiong Gak menghela napas panjang.
"Jen heng, aku lihat urusan makin lama semakin
merepotkan." Jon Pek To termenung berpikir sebentar. "Apakah
pengemis itu berasal dari perkumpulan Kay Pang?"
tanyanya kemudian. "Tidak, tidak mirip orang Kay pang."
"Kalau begitu, mari kita bicarakan soal ini didalam
istana saja!" Kwan Tiong Gak pun tidak banyak bicara lagi, ia
segera melangkah masuk kedalam istana Jendral
mengikuti dari belakang Jen Pek To.
Jen Pek To membawa Kwan Tiong Gak masuk
kedalam sebuah ruangan yang kecil mungil disisi sebuah
kebun luas, ia penuhi sendiri cawan tetamunya dengan
air teh lalu berkata: "Kwan heng mari minum secawan air teh terlebih
dahulu, siauwte masih ada urusan yang hendak
dibicarakan dengan dirimu."
"Jen heng!" kata Kwan Tiong Gak sambil menerima
cawan air teh tersebut. "Kalau urusan itu menyangkut
soal urusan istana Jendral kalian, siauwte tidak ingin
campur setelah makan malam nanti siauwte segera akan
membawa orang berangkat ke Utara."
Mendengar ucapan itu Jen Pek To menghela napas
panjang. 524 "Kwan heng siauwte sangat jarang berhubungan
dengan orang orang dunia persilatan, kali ini karena
terdesak oleh keadaan"."
Kwan Tiong Gak segera ulapkan tangannya
memotong ucapan Jen Pek To yang belum selesai,
ujarnya: "Kau punya Tok Say sebagai tulang punggung, jikalau
bukan keadaan yang terlalu memaksa aku rasa orang Bu
Lim tak akan berani mengganggu dan cari gara gara
dengaumu." Jen Pek To kembali termenung beberapa saat
lamanya. "Aaaai".bicara pulang pergi juga dikarenakan peta
lukisan pengangon kambing itu."
"Apa yang kuucapkan barusan hanyalah menurut
pandangan siauwte pribadi, tiada halangan Jen-heng
pertimbangkan lagi."
Sekali lagi Jen Pek To menghela napas lanjang.
"Sianw te setuju usul Kwan heng dan akan
kuterangkan kepada Tok say agar beliau suka
menyerahkan peta pengangon kambing itu, tapi kami
sangat berharap Kwan heng bisa berdiam dua hari lagi
dikota Kay Hong hingga urusan ini dibuat beres."
Seketika Kwan Tieng Gak kerutkan dahinya.
"Sudah dua tiga kali aku terangkan kepada Jen heng
bahwasanya aku tidak ingin mencampuri urusan ini,
bahkan setelah menghadiri perjamuan yang diselenggarakan Tok-say malam ini siauwte segera akan
berangkat balik ke Utara."
525 "Kwan heng." kata Jen Pek To kemudian setelah
termenung sebentar, "Siauw tak ingin di karenakan
selembar peta pengangon kambing mengakibatkan
seluruh istana Jenderal jadi kacau balau. Tapi akupun
sangat jarang berkelana di dalam dunia persilatan,
maksud nya siauwte ingin meminjam nama baik Kwan
heng didalam dunia persilatan untuk mengundang
seluruh jago yang ada disekitar kota Kay Hong kemudian
dihadapan mereka akan kubakar peta pengangon
kambing tersebut agar di kemudian nari mereka tak usah
mengacau istana Jendral lagi."
"Jadi kau ingin memusnahkan peta pengangon
kambing itu?" tanya Kwan Tiong Gak sambil mendehem.
"Lukisan rahasia itu sudah menimbulkan badai besar
didalam dunia persilatan, kalau dibiarkan tetap ada di
kolong langit aku takut hal tersebut bakal menimbulkan
suatu drama berdarah yang lebih mengerikan lagi."
"Apakah Tok Say bisa menyetujui usulmu itu?" tanya
Kwan Tiong Gak setelah termenung sebentar.
"Soal ini biarlah siauwte yang pergi membicarakannya,
asalkan Tok-say tak setuju Siauwtepun tak akan
menahan diri Kwan-Heng lagi, semisalnya Tok say
setuju, aku sangat mengharap Kwan heng suka
memenuhi harapan kami ini, karena berbuat demikian
bukan saja telah membantu siauwte bahkan telah
melakukan saatu perbuatan baik juga bagi dunia
persilatan." Kembali Kwan Tiong Gak termenung. berpikir
beberapa saat lamanya, akhirnya ia mengangguk.
"Baiklah! Jikaiau Jen-heng bisa mendapatkan
persetujuan dari Tok say, siauwte tentu akan berdiam
dua hari lagi disini."
526 "Perkataan Kwan heng berat bagaikan batu karang,
setelah kau mengucapkan kata-kata tersebut siauwte
pun bisa berlega hati."
"Semoga saja perkataan Jen heng bisa menimbulkan
hasil dan melenyapkan pertikaian Bu lim."
Di tengah pembicaraan tersebut mendadak muncul
seorang lelaki berbaju hitam berjalan mendekati dengan
langkah lebar, ia langsung mendekati Jen Pek To dan
segera menjura. "Tok say mengundang Jen ya menghadap diruang
indah di beranda tengah"."
"E h m . " "
" Ehmm.. sudah tahu." ia merandek dan bangun
berdiri, lalu terusnya. "Kwan heng. silahkan!"
Demikianlah mereka berdua dengan jalan beriringan
menuju keberanda tengah. Saat ini udara malam sangat bersih, berlaksa bintang
memancarkan sinar yang redup, angin dingin berhembus
membawa bau bunga yang harum menambahkan
samerbak nya suasana. Di tengah tumbuhan beraneka warna bunga berdirilah
sebuah bangunan loteng yang indah dan megah, lampu
lentera dipasang di empat penjura menerangi sekitar
sana membuat seluruh loteng terang benderang bagti
siang hari saja. Lampu lilin menerangi pula seluruh ruangan loteng,
secara lapat lapas dapat tampak segala benda yang
berada dibalik jendela. 527 Ketika Jen Pek To tiba diatas anak tangga berbatu,
pintu pagoda mendadak terpentang. Segulung hawa
hangat berhembus keluar dari ruangan.
Jen Pek To berpaling, kepada Kwan Tiong Gak
ujarnya seraya menjura. "Kwan hangat." heng, silahkan masuk kedalam pagoda Tidak sungkan sungkan lagi Kwan Tiong Gak
melangkah masuk kedalam pagoda dengan langkah
lebar. Ketika ia alihkan sinar matanya ketengah ruangan
tampaknya Sang Tok-say dengan memakai jubah
berwarna hijau duduk disebuah kursi kebesaran warna
merah darah di tangannya nenyekal sebuah hun cwee
bertangkai perak, dibelakangnya berdirilah seorang
bocah tampan berusia lima enam belas tahunan.
Buru buru Kwan Tiong Gak melangkah maju kedepan
dan jatuhkan diri berlutut.
"Rakyat jelata Kwan Tiong Gak menemui Tok say
cayjien!" "Tak usah banyak adat" Siorang berjubah hijau itu
ulapkan tangan, "tempat ini adalah ruangan khusus yang
aku orang gunakan untuk berbicara dengan pakaian
preman silahkan duduk"
"Terima kasih atas kemurahan hati Thay jien!" sahut
Kwan Tong Gak kemudian sambil bangkit berdiri dan
duduk disamping. Tok say segera angkat tangan kirinya, sang bocah
yang berada dibelakangnya menerima Hun cwee
tersebut dan diletakkaa di atas sebuah rak kayu.
528 Kemudian setelah mengulet sang pembesar berjubah
hijau itu berkata. "Selama dua hari ini Pek To selain mengungkap soal
dirimu dan memuji kepandaian silatmu luar biasa jadi
orang bijaksana dan mulia. Oleh karena itu sengaja Pun
say (membasmi diri sendiri buat seorang pembesar
mengundang kau kemari untuk makan malam tahun baru
disamping bercakap cakap."
"Rakyat Bu lim yang pandai dua tiga gerakan
kembangan sebagai alat mencari hidup, mana berani
menerima pujian setinggi langit dari Thay jien!"
Ketika itu Jan Pek To pun sudah masuk kedalam
pagoda hangat, pengawal segera merapatkan pintu
pagoda membuat ruangan tersebut terasa semakin
hangat lagi. Dengan meminjam Cahaya yang menerangi seluruh
ruangan, Kwan Tiong Gak dapat melihat wajah sang Tok
say dengan sangat jelas, ia temukan orang ini
mempunyai rsut muka empat persegi dengan jenggot
panjang terurai kebawah, walaupun wajahnya di hiasi
dengan senyuman tetapi secara lapat-lapat memancarkan satu wibawa yang menggidikkan.
Jen Pek To langsung berjalan mendekati meja dan
menjura penuh rasa hormat "Menemui Tok Siy Thayjin!"
Pembesar berjubah hijau itu tersenyum "Pek To, kau
duduklah, malam ini kita berbicara sembari bersantap
sama sekali tidak mempersoalkan urusan dinas, kau pun
tak usah mamandang diri sebagai seorang Tok Say?"!"
Ia berpaling kearah bocah yang ada di-belakangnya
lalu sambungnya lebih lanjut:
529 "Sampaikan perintah untuk sediakan arak dsn sayur
tak perlu banyak tapi harus ysng mewah dan lezat,
arakpun harus arak wangi yang sengaja didatangkan dari
Keresidenan Ci Kiang."
Bocah itu mangiakan dan segera mengundurkan diri.
Diempat buah sudut ruangan terletaklah empat buah
tungku dengan api yang membara, disanping tungku
tertumpang sebuah poci yang amat besar api berkobar
sangat membara, air dalam poci mendidih bergulung
gulung mendatangkan rasa hangat diseluruh ruangan.
Setelah mengambil duduk, Jen Pek To lantas berkata:
"Kwan-heng watak Tok Say sangar tegas. Ia
membedakan soal pribadi dan dinas, dengan nyata,
malam ini adalah perjamuan pribadi dari Tok Say dari
Kwan-heng tak usah terikat oleh tata kesopanan lagi "
"Benar!" sambung pembesar berjubah hijau itu,
"Malam ini adalah perjamuan pribadi diantara kita, harap
Kwan Cong Piauw tauw bisa bersikap lebih bebas
sehingga menambah kemesraan diantara kita."
Setelah tertawa terbahak bahak, sambungnya:
" Walau aku seorang pembesar negeri, yang
memerintah empat keresidenan, tapi aku amat senang
berkenalan dengan kawan, kebanyakan orang mereka
menaruh rasa jeri dan hormat kepadaku, tidak berani
bicara secara bebas dan blak blakan, sebaliknya Kwan
Cong Piauw tauw adalah seorang Bu lim Hoo-han, aku
harap kau jangan terlalu terikat segala peraturan den
adat istiadat!" "Tok say terlalu merendah," seru Kwan Tiong Gak
sambil berdiri. 530 Mendadak ia putar badan, pergelangan kanan diayun
dan serentetan cahaya keemas emasan berkelebat
keluar. Perubahan yang terjadi secara tiba tiba ini membuat
Jen Pek To jadi tertegun "Kwan heng, apakah ada orang?" tanya nya agak
keheranan. Sebelum Kwan Tiong Gak memberi jawaban,
mendadak terdengar suara genta berkumandang datang.
Agaknya Tok say

Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

thay jien masih bisa mempertahankan ketenangan, air mukanya sama sekali
tidak menunjukkan perasaan kaget.
bahkan sewaktu mendengar suara bunyi bel tersebut
ia malah tersenyum. "Oooouw"..dari mana datangnya suara bel itu?"
"Lapor Tok say, suara bel itu berasal dari senjata
rahasia bel emas hamba."
"Jikalau diatas senjata rahasiamu kau pasang bel
emas, kenapa sewaktu dilepaskan tadi sama sekali tidak
terdengar sedikit suara pun."
"Kwan heng," timbrung Cen Pek To pula dari samping.
"Tentang soal ini bukan saja Tok say tidak paham
sekalipun siauwte sendiripun tidak mengerti, apakah
disebabkan caramu melepaskan senjata rahasia terlalu
cepat maka pertama kelihatan dulu cahaya piauw
kemudian baru mendengar suaranya."
Kwan Tiong Gak tidak langsung menjawab pertanyaan
dari kedua orang itu, setelah pasang telinga
mendengarkan sebentar katanya:
"Aaakh?".ia berhasil melarikan diri."
531 Tok say thay jien saling berpandangan sekejap
dengan Jen Pek To, lalu hampir berbareng tanyanya:
"Apa yang melarikan diri?"
"Pembunuh gelap!"
"Pembunuh gelap," seru Tok say thay-jien tertegun.
"Penjagaan sekitar istana sangat ketat sangat rapat,
secara bagaimana pembunuh gelap itu bisa menyelundup masuk," "Senjata rahasia kim leng piauw dari Sisuw beng
adalah sebuah senjata rahasia yang sangat istimewa,
setelah senjata rahasia tersebut dilepaskan dengan
andalkan suara bel bisa diambil kesimpulan senjata
tersebut berhasil mengenai sasarannya atau tidak"
"Akh. . , . .ternyata ada urusan seperti ini, menurut
anggapanmu sambitan senjata rahasiamu tadi berhasil
mengenai sasaran atau tidak."
"Sekalipun berhasil mengenai sasaran, tapi luka yang
diderita bukan suatu luka yang terlalu parah, ia telah
melarikan diri dengan membawa luka ",!"
Tok-Say Thayjin mengelus jenggotnya dan tertawa
tergelak. "Beberapa dibuktikan T" patah perkataanmu itu apakah bisa "Setiap sasaran yang terhajar oleh Piaw emas Siauw
heng pasti akan mengucurkan darah, karena itu tentu
akan ditemui noda darah disekelilingi tempat dimana ia
terkena sambitan tadi."
"Bisakah pun say meninjau kesana?"
"Diluar ruangan angin dingin berhembus bagaikan
sayatan pisau, lebih baik Tok Say jangan pergi sendiri
532 biarlah siauw beng serta jen-heng pergi meninjaunya
kemudian baru jen heng yang memberi laporan."
"tidak lebih baik aku pergi sendiri untuk menambah
pengetahuan." kata Tok Say tay jien sambil bangun
berdiri. Tidak menanti jawaban lagi ia segera melangkah
keluar. Jen Pek To segera melepaskan sebuah jubah luar
terbuat dari bulu binatang dikena kan diatas pundak Tok
Say. Dua orang lelaki berbaju hitam yang berjaga
dibelakang pintupun masing membawa sebuah lentera
berjalan dipaling depan. Mengandalkan ingatan sewaktu senjata rahasia bel
emasnya berbunyi Kwan Tiong Gak membawa beberapa
orang itu menuju ke bawah sebuah pohon besar.
Pada waktu itu dedaunan sudah pada rontok dan
tinggi ranting ranting gundul yang kering dan layu.
Pengawal berbaju hitam segera mengangkat lentera
keatas Tok Say Thay jien mendongak dan
memperhatikan sekejap pohon yang gundul itu lalu
ujarnya ; "Sedikitpun tidak Salah, diataS ranting pohon banyak
terdapat noda salju, hal ini membuktikan kalau diatas
pohon pernah di gunakan orang sebagai tempat
persembunyian bahkan arahpun tepat searah dengan
pagoda hangat." "Harap Tok say memeriksa , "
"!Tapi bukti ini belum bisa membuktikan kalau ia benar
benar terkena sambitsn senjata rahasia Kiem Leng
533 Piauw mu," kata Tok say kemudian sambil berpaling dan
tertawa "Silahkan Tak say memeriksa permukaan tanah."
Dua orang lelaki berbaju hitam yang membawa lentera
itu sessra menurunkan lenteranya kebawah.
Ketika semua Orarg mengalihkan sinar matanya maka
terlihatlah diatas permukaan salju yang putih bersih
ternoda oleh beberapa titik hitam.
Tak say menunjuk dan memeriksa titik-titik hitam ini
beberapa saat lamanya, kemudian ia mengangguk.
"Sedikitpun tidak salah, titik hitam ini adalah noda
daish, hanya saja telah membeku"
Ia mendongak berpaling sekejap, terusnya:
"Disekeliiing istanaku Ini dibangun tembok-tembok
yang tinggi serta penjagaan yang ketat, kenapa mereka
bisa pergi datang seenak nya tanpa diketahui penjaga
penjagaku, cukup andalkan kepandaian silat ini sudah
amat luar biasa?" "Berjalan diatas atap melewati tembok pekarangan
hanya merupakan suatu kepandaian kecil, tak bisa dipuji
sebagai suatu kepandaiaa yang maha dahsyat."
Malam senakin kelam dan hawa semakin dingin, "ada
perkataan mari kita bicarakan didalam pagoda saja "
timbrung Jen Pek To secara tiba tiba.
Mendengar nasehat itu Tok Say tersenyum.
"Pek To, kau tak usah merasa kuatir buat diriku,
selama beberapa tahun ini badanku masih kuat dan
sehat, hanya sedikit hawa dingin sih aku masih sanggup
menahannya." 534 Sinar mata kembali dialihkan kearah wajah Kwan
Tiong Gak, sambungnya lebih jauh,.
"Pek To sering membicarakan sampat di manakah
kehebatan ilmu silatmu, teras terang, saja kukatakan
bahwa dalam hati aku masih tidak percaya, barusan kau
telati pamerkan serangkaian kepandaian yang sangat
luar biasa, kini aku ingin bertanya beber&pa persoalan
kepadamu, entah boleh tidak?"
Buru-buru Kwan Tiong Gak menjura: "Silahkan Tok
Say ajakan pertanyaan asal Siauw heng tahu tentu akan
kujawab." "Coba katakan menurut pendapatmu selelah orang ini
terkena senjata rahasia Kiem Ling Piauw mu. Ia
melarikan diri kearah sebelah mana?"
Kwan Tiong Gak memperhatikan sekejap keempat
penjuru, kemudian jawabnya:
"Ssharusnya ia lari menuju ke arah Timur hanya saja
luka yang ia derita tidak terlalu parah mungkin saat ini
sudah jauh melarikan diri, untuk dikejarpun percuma."
"Bukan?".. aku sana sekali tidak tiada berminat
untuk mengejar dirinya," bura buru Tok say
menerangkan. Setelah merandek sejenak, serunya: "Ayoh jalan kita
minum arak di dalam pagoda hangat."
Tidak menanti jawaban ia segera berjalan lebih dahulu
kembali kedalam ruangan. Kwan Tiong Gak mengikuti dari belakangnya, sambil
berjalan otaknya, berputar kencang, pikirnya ;
"Jen Pek To memiliki Serangkaian ilmu silat yang lihay
tapi ia rela mengikuti kaum pembesar, saat ini aku masih
535 merasa bahwa Tok say thayjien ini benar benar lain dan
pada yang lain." Selagi ia masih berpikir, mereka telah tiba kembali
didalam ruangan pagoda hangat.
Dua orang lelaki berbaju hitam itu meletakkan kembali
lenteranya ketempat semula dan menutup pintu.
Waktu itu perjamuan telah dipersiapkan dalam
ruangan, delapan macam sayur lezat serta satu guci
araK wangi. Tok say segera merebut poci arak dan memenuhi
cawan Kwan Tiong Gak serta Jen Pek To, lalu sambil
tertawa ujarnya: "Aku adalah tuan rumah, mari aku hormati kalian
dengan secawan arak."
Kwan Tiong Gak serta Jen Pek To masing masing
menghabiskan secawan arak.
Setelah meletakkan secawan araknya ke atas meja,
sambil tertawa Tok lay berkata:
"Kwan Cong Piauw tauw, dengan Pek to bercerita
kalian orang orang kangonw mempunyai satu peraturan
Bu lim yang tak tercantum mengatakan bahwa orang Bu
lim tidak diperkenankan mengadakan hubungan dengan
kaum pembesar negeri, apakah betul ada kejadian
semacam ini?" "Aaaai?"..! sedikitpan tidak salah, peraturan tersebut
kebanyakan merupakan pesan wanti wanti dari para
cianpwee terdahulu dari perguruan serta partai dalam Bu
lim dan lama sekali tiada peraturan yang tercantum
diatas kertas, oleh karena itu secara resminya peraturan
ini tidak terlalu mengikat?".."
536 "Ehhhmm?"..! apakah dibalik hal tersebut masih
tersembunyi sebab tertentu?"
"Mungkin", oleh karena itu aku harus mengumpulkan
tenaga yang ada untuk sedia payung sebelum hurian".."
Ia meluruskan tangannya, setelah merandek sebentar
terusnya: "Walaupun aku punya maksud berbuat demikian tapi
sku mengerti kekuatanku tak bisa memenuhi harapan
tersebut, karena untuk berjaga jaga membutuhkan
banyak bantuan dari kaum patriot serta pendekar sejati,
oleh sebab itu sering sekali aku membicarakan soal Bu
Lim dengan diri Pek To dan berharap para patriot serta
pendekar sejati Bu Lim suka melenyapkan peraturan
yang menjauhksn hubungan antara pemerintahan
dengan kaum orang gagah serta suka membantu cita
citaku ini." Mendengar uraian tersebut, sepasang mata Kwan
Tiong Gak berkilat. "Sie Tok Say ada maksud melindungi negara dan
rakyat, hamba merasa sangat kagum."
Berbicara sampai disitu mendadak ia membungkam.
Sie Si Cong tertawa hambar, ujarnya kembali:
"Semisalnya saja seorang jago berkepandaian tinggi
macam Kwan Cong Piauw-tauw,asalkan kau suka
membantu diriku untuk melenyapkan kelaliman, dan
mempertahankan kejujuran dalam pemerintahan maupun
rakyat, maka dunia tentu akan aman."
Buru buru Kwan Tiong Gak bangun berdiri menjura.
"Dapat memperoleh perhatian dari Tok Say Thayjien,
aku orang she Kwan merasa sangat berterima kasih,
537 hanya aaja aku orang she Kwan mempunyai
kesusahanku sendiri yang tak bisa diceritakan sehingga
sulit bagi ku untuk membantu Tok Say mencapai cita-cita
tersebut" "Manusia punya pendapat sendiri. Pun Say akan
memaksa Kwan heng untuk menerima usulku ini. Mari
kita minum secawan lagi." Sie Tok Say sambil angkat
cawannya, Dengan kedudukannya sebagai seorang
pembesar tinggi yang memerintah empat keresidenan,
ternyata ia sudi memanggil seorang Piauw tauw dengan
sebutan saudara, seketika membuat Kwan Tiong Gak
jadi terkejut. Setelah termangu mangu beberapa saat serunya.
"Tok say terlalu menyanjung diriku, Siauw beng tiada
berkepandaian apa apa, tidak berani membasmi saudara
dengan diri Tok say."
Melihat keadaan tersebut Sie Si Cong tertawa.
"Tadi sudah kukatakan bahwa perjamuan malam ini
adalah pembicaraan pribadi tak terlalu mengindahkan
soal sebutan maupun kedudukan"
"Tok say begitu menaruh perhatian, siauw beng akan
turut perintah." Sekali teguk ia menghabiskan isi
cawannya. Ucapan Sie Si Cong ternyata dipegang teguh, setelah
berjanji tidak akan membicarakan lagi tentang
permintaannya agar Kwan Tiong Gak berbakti pada
pemerintah, ia benar benar tidak mengungkapnya
kembali. Ditengah pembicaraan sembari minum arak tanpa
terasa satu poci araK wangi sudah dibikin ludes.


Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

538 Walaupun Sie Tok say belum sampai di bikin mabok,
tapi saat ini ia telah membawa beberapa bagian mabok,
kepada sang kacung buru buru serunya.
"Cepat pergi dan ambilkan arak pemberian Kaisar
"Giok Ih Pek Hoa Siang" malam ini sebelum mabuk kita
jangan berhenti " Mendengar disebutkannya arak tersebut Kwan Tiong
Gak terperanjat. "Thayjian harap tunggu sebentar, dengarkan dulu
sepatah kata siauw Beng, arak sudah cakup buat kami"
"Haaaa . . . . haa Kwan heng, kau sama sekali belum
terpengaruh oleh air kata kata mana boleh berhenti
ditengah jalan." "Terhadap soal arak Siauw heng hanya mengerti
sedikit saja apalagi arak yang barusan kita minum adalah
arak yang berusia seratus tahun keatas, kalau kita
melanjutkan minum arak bukan saja Tok say segera
akan mabok bahkan siauwheng serta Jen heng pun tak
akan tahan dan segera akan roboh. Apa lagi pemberian
kaisar mana boleh digunakan untuk menjamu rakyat kecil
macam kami." Sie Si Cong tertawa. "Budi Kaisar berlimpah limpah, kalian berdua harus
minum secawan seorang agar bisa pula memiliki hati
untuk menjaga negeri dan rakyat. Ambil Arak."
Kwan Tiong Gak serta Jen Pek To hanya bisa saling
berpandangan sekejap lalu membungkam diri.
Sekali lagi kacung buku itu menjura kemudian
mengundurkan diri dari dalam ruangan.
539 Beberapa saat kemudian ia muncul kembali dengan
membawa seorang pembesar dengan berpakaian dinas.
Pembesar negeri ini menggotong sebuah nampan
terbuat dari batu kumala putih, di atas nampan tersusun
selapis kain berwarna Kuning, dan diatas kain kuning itu
terdapat sebuah guci berwarna putih.
Sie Si Cong segera bangun berdiri, katanya"Walaupun kita sedang melakukan perjamuan pribadi,
tapi memberi hormat kepada Yang mulia tak boleh
dilupakan." Ia segera bangun berdiri dan menjura kearah guci
arak tersebut. Karena melihat Tok-say thayjien telah memberi
hormat, terpaksa Kwan Tiong Gak Serta Jen Pek To pun
ikut memberi hormat. Walaupun ditengah malam buta, pembesar itu
memakai pakaian dinas lengkap dengan topi kebesaran,
sepasang tangannya yang membawa nampan diangkat
tinggi tinggi keatas. Menanti ketiga orang itu sudah selesai memberi
hormat, ia meletakkan nampan kumala tadi keatas meja
dan mengundurkan diri dari dalam ruangan tersebut.
Lambat-lambat Sie Si Cong berjalan mendekati meja,
membuka kain penutup guci, melepaskan tanda segel
dan membuka penutupnya segulung bau harum segera
tersiar menusuk hidung. Walaupun Kwan Tiong Gak bukan seorang jago
minum arak, tapi setelah tercium bau harum yang sangat
menusuk hidung itu tak terasa lagi ia berseru memuji.
"Ooouw?" arak bagus! Arak bagus!"
540 Mendengar pujian itu Sie Si Cong tersenyum.
"Menurut berita yang kudengar arak ini sudah
disimpan selama tiga ratus tahun lama nya didalam
gudang timbunan alang-alang di kota Mo Thay, akhirnya
atas perintah Jendral penguasa daerah tersebut arak ini
di kirim ke ibu kota dan dipersembahkan kepada yang
mulia sebanyak tiga guci, salahkan kalian berdua ikut
mencicipi bagaimanakah rasanya arak ini.
"Tidak usah kami cicipi, cukup mencium bau harum
yang tersiar keluar dari guci pun sudah cukup
membuktikan apabila arak ini adalah arak bagus yang
kenamaan," kata Kwan Tiong Gak.
Si kacung bocah tadi dengan langkah lebar segera
berjalan mendekat, memenuhi sebuah poci arak dan
menyegel kembali guci tersebut.
Ketiga orang itu duduk kembali ketempatnya semula
dan mulai merasakan nikmatnya araK wangi ini.
Bau arak yang harum merangsang gairah orang untuk
mencicipinya, tanpa terasa mereka bertiga sudah
meneguk air kata kata melebihi takaran masing-masing.
Selama Kwan Tiong Gak melakukan perjalanan baik
menuju keselatan maupun berada di Utara dan Seantero
dunia boleh dikata Ia sudah mencicipi beraneka ragam
arak wangi, tapi menjumpai arak sewangi ini boleh dikata
baru untuk pertama kalinya.
Setelah meneguk beberapa cawan, Sambil menghela
napas ujarnya: "Sebelum menjumpai Tok say thayjien cayhe sana
sekali tidak menyangka apabila Tok say sebenarnya
adalah seorang pembesar yang begitu memperhatikan
negara dan rakyat." 541 "Kwan-heng terlalu memuji".."
Setelah menghela napas panjang, sambungnya Si Sie
Cong lebih lanjut, "Semoga saja Kwan heng suka membantu diriku agar
aku bisa mententramkan hati rakyat empat keresidenan,
mendapat berkah dari Kaisar dan memenuhi cita cita
leluhurku." Kwan Tiong Gak kemudian ujarnya: termenung berpikir sebentar, "Baru pertamakah Tok-say thayjien menJumpai aku
orang she Kwan, ternyata perhatianmu terhadap diri
siauw heng sudah begitu tebal, hal ini membuat aku
orang she Kwan merasa sangat berterima kasih sekali
tapi siauw heng sudah banyak tahun makan nasi dari
kalangan kangouw, sebenarnya rada susah bagiku untuk
berbakti dengan seorang pembesar negeri. Kendati
begitu semisalnya dari Tok-say pribadi ada urusan atau
perintah, perduli menerjang lautan api atau naik
kegunung golok, aku orang she Kwan pasti tak akan
menampik." Sie Si Cong mendongak tertawa terbahak bahak
sehabis mendengar ucapan tersebut ta tanya:
"Setelah ada janjimu semacam ini maka setiap kali
aku melepaskan kedudukanku sebagai pembesar kita
boleh dihitung sebagai sahabat karib."
Mendadak Kwan Tiong Gak bangun berdiri, cawan
arak yang berada di tangan kanan nya dengan berisi
arak penuh secara tiba tiba di sambit keluar jendela.
"Siapa!?" bentaknya keras.
Bersamaan dengan sambitan cawan arak itu, dari luar
jendela terdengar suara tawa tergelak dari seorang.
542 "Haa haa liaaa terima kasih atas hadiah arak dari
Kwan Cong piauw tauw. Ooouw?" sungguh arak
bagus! Sungguh arak bagus".! "
Di tengah suara bentrokan keras, kedua belah pintu
kayu dari pagoda hangat itu tahu tahu terpentang lebar
oleh tenaga pukulan ssseorang.
Dengan cepat Jen Pek To meloncat bangun dan
berdiri di hadapan Sie Si Cong dengan maksud
melindungi keselamatan majikannya, sepasang telapak
disilangkan didepakkan kepintu, tampaklah seorang
pengemis di-dada melakukan persiapan.
Sebaliknya buat Sie Si Cong sendiri ternyata masih
bisa bersabar, dengan suara rendah ujarnya:
"Jen Pek To, menyingkirlah sedikit keselamatanku,
kalian orang-orang Bu lim hanya ingin membunuh kaum
pembesar yang lalim, soal ini aku tak merasa takut
karena aku percaya belum pernah menyeleweng dari
tugas, apa lagi ada Kwan Tiong Gak tahu-tahu ada disini.
Rasanya ia tidak akan berhasil melukai diriku."
"Ucapan Thayjien sadikitpun tak salah." Jen Pek To
mengangguk. Perlahan lahan ia mengundurkan diri ke samping,
walaupun kelihatannya tidak bersiap sedia, padahal
secara diam-diam ia terus mengawasi keadaan di
sekeliling tempat itu. Menanti sinar mata semua orang dialihkan
kepintu,tampaklah seorang pengemis cilik yang
berpakaian dekil, dengan rambut awut awutan serta
wajah penuh berminyak telah munculkan diri disana.
Terdengar Kwan Tiong Gak tertawa dingin tiada
hentinya. 543 "Heeeheehee".kiranya Thian Liong atau si Naga
Langit Pouw Cing dari Kay Pang, tidak aneh kalau ilmu
meringankan tubuh yang kau miliki amat sempurna."
"Kwan Cong Piauw tauw terlalu memuji."
Dengan tangan sabelah mencekal cawan arak,
sambungnya lebih lanjut: " Cawan arak ini kukembalikan kepada si pemiliknya
tanpa menderia cidera apapun, hanya saja arak yang
ada didalam cawan telah aku, si pengemis cilik minum
sedikit" Tangan kanannya diangkat, secepat kilat cawan arak
itu melayang kembali kearah Kwan Tiong Gak.
Sang Cong Piauw tauw dari perusahaan Ekspedisi
Hauw Wie Piauw kiok dengan sebat ayunkan tangan
kanannya kemudiam lambat lambat diletakkan kembali
keatas meja ujarnya kembali"
"Menurut apa yang cayhe ketahui, orang orang dari
pihak Kay-pang sangat jarang ada yang suka
menyelundup masuk kedalam rumah tinggal lain. aku
rasa kedatangan saudara ditengah malam buta kali ini
tentu mempunyai alasan alasan tertentu."
"Kwan Cong Piauw tauw," seru sinaga langit Pouw
Cing sambil tertawa hambar.
"Agaknya kau sangat hapal terhatap peraturan dari
perkumpulan Kay Panga kami"
"Pangcu dari perkumpulan kalian mempunyai jodoh
beberapa kali berjumpa dengan aku orang she Kwan,
walaupun diantara masing-masing pihak tidak bisa
dikatakan mampunyai hubungan persahabatan erat, tapi
kami bisa saling mencocoki satu sama lain."
544 "Sungguh sayang, kali ini Pangcu kami tidka berada
dikota Kay Pang" "Aku orang she Kwan hanya menerangkan
hubunganku dengan Pangcu kalian dan sama sekali
tidak ada maksud meminjam kekuatan Pangcu kalian
untuk menekan diri saudara," tukas Kwan Tiong Gak
cepat. "Kalau Kwan Cong Piauw tauw tidak mempunyai niat
demikian, hal itu semakin bagus lagi. dengan demikian
aku si pengemis cilik pun bisa berbicara secara bebas."
"Jikalau kedatanganmu adalah bermaksud ada urusan
dengan aku, orang she Kwan maka aku berharap kita
bisa bicarakan persoalan ini diluaran saja, tempat ini
adalah rumah pribadi Tok say Thayjien, kita tak boleh
menggunakannya sebagai tempat pembicaraan."
"Walaupun urusan ini ada hubungannya dengan kau
Kwan Cong Piauw tauw, tujuan ku yang terutama sudah
bukan kau lagi melainkan si Tok say Thayjien ini."
"Cuang su! seru Sie Si Cong kemudian, "Apabila
pendekar bermaksud mencari diri Pun say, bagaimana
kalau kita bicarakan soal ini sambil duduk."
Bicara sampai disitu ia lantas berpaling Kearah sang
kacung yang berdiri disisinya.
"Coba sediakan seperangkat sumpit serta Seawan
buat pendekar ini." Pouw Ceng termenung sebentar, kemudian ujarnya:
"Sewaktu aku si pengemis cilik menemukan Kwan
Cong Piauw-tauw pun berada disini, aku tahu
kedatanganku malam ini hanya sia sia belaka dan
seharusnya aku segera angkat kaki, tapi bau arak dari
Thayjien terlalu merangsang gairahku untuk tetap tinggal
545 disini. inilah akibat buruk yang langsung kuterima dari si
pengemis tua, sewaktu aku si pengemis cilik sering
berkelana dengan dirinya?".gemar minum arak tak
bisa dihindari lagi."
"Pemberian Kaisar tentu ssja bukan benda yang
sembarangan," Sela Sie Si Cong dari samping "Dalam
guci masih terdapat banyak arak, kalau Cuang su
memang suka minum, kenapa tidak secara terbuka
mencicipinya?" ada urusan kita bicarakan setelah minum
arak." Pada mulanya sinaga langit Pouw Cing agak tertegun,
akhirnya ia menghela napas panjang.
"Aaaai?",kiranya kau adalah seorang pembesar
bijaksana." "Kalau kau sudah paham, hal ini jauh lebih bagus lagi,"
sambung Kwan Tiong Gak dingin.
Si naga langit Pouw Cing berpaling memandang
sekejap kearah orang she Kwan itu lalu tertawa.
"Kwan Cong piauw tauw, agaknya kau menaruh rasa
tidak senang terhadap aku si pengemis cilik?"
"Aku Orang she Kwan hanya merasa heran orang
orang Kay Pang pada umumnya mengutamakan
kejujuran, kebijaksanaan serta memegang teguh tata
kesopanan, tidak di sangka kau berani menyelundup
masuk kedalam rumah kediaman seseorang, apa
maksudmu aku harap kau suka memberi jawaban."
" Kelihatannya kalau aku si pengemis cilik tidak


Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menerangkan maksud kedatanganku maka malam ini
Kwan Cong Piauw tauw tak akan membiarkan aku si
pengemis cilik meninggalkan tempat dalam keadaan
selamat." 546 "Asal kau memberi alasan yang tepat dan tidak terlalu
dibuat buat,tentu saja aku tak akan menyusahkan dirimu,
tapi kalau kau tidak berhasil memberikan alasan yang
tepat, maka aku berharap kau suka meninggalkan
,semacam barang, dikemudian hari aku akan minta
pertanggungan jawaban dari Pangcu kalian."
"Aaaa.,.. haaa"- aku lihat agaknya Kwan Cong Tiauw
telah menjadi pengawal pribadi dari Tok Say Thayjien
ini." Air muka Kwan Tiong Gak kontan berubah hebat,
ujarnya dengan nada dingin dan serius:
"Aku orang she Kwan paling tidak suka berbicara dan
bergurau dengan orang lain, Aku harap kau sipengemis
cilik bisa bicara sedikit tahu keadaan."
Pada dasarnya ia memiliki wajah yang menyeramkan,
ditambah lagi saat membawa beberapa bagian hawa
gusar, wajahnya makin angker dan menggidikkan hati.
"Baik". baiklah." seru Pouw Cing kemudian setelah
mendehem beberapa kali. "Biarlah aku si pengemis cilik
terangkan keadaan sebenarnya?""
Ia merandek sejenak, lalu sambungnya
"Diantara barang kawalan perusahaan saudara kali ini
ada terdapat sebuah lukisan pengangon kambing."
"Sedikitpun tidak salah, memang ada sebuah lukisan
pengangon kambing." tukas Kwan Tiong Gak cepat.
"Tidak kusangka pihak Kay Pang ternyata punya maksud
untuk memilikinya." "Kwan Cong Piauw tauw! aku mengharap diantara
perkataanmu janganlah membawa kata kata menyakiti
pangcu kami, aku si pengemis cilik bisa sabar terhadap
sindiran serta ejekan kau Kwan Cong Piauw tauw, kalau
547 kau berani menghina seluruh perkumpulan Kay Pang
kami atau Pangcu kami. sampai waktu itu kau jangan
menyalahkan aku si pengemis cilik akan berlaku kurang
sopan dan membuat dosa terhadap kau Kwan Tiong
Piauw tauw." "Heee".. heee". teruskan!" seru Kwan Tiong Gak
tertawa dingin. "Perbuatanku menyelundup masuk, ke dalam rumah
kediaman Tok say thayjien malam ini adalah muncul dari
niat aku sipengemis cilik sendiri, sama sekali tiada
hubungannya dengan pangcu kami serta seluruh
perkumpalan Kay Pang. Hanya saja kaupun harus tahu,
kedatangan aku sipengemis cilik malam malam kemeri
sama sekali bukan bertujuan untuk mencari atau
mendapatkan peta pengangon kambing itu."
"Kalau begitu coba kau terangkan apa maksud
kedatanganmu malam-malam begini?"
"Ada Suatu persoalan mungkin Kwan Cong Piauw
tauw masih belum tahu, berita tentang diserahkannya
kembali peta pengangon kambing ketangan pihak Toksay telah tersiar diseluruh kota Kay Hong. kecuali aku
sipengemis cilik, sudah banyak orang yang mempersiapkan diri akan menyelundup masuk kedalam
istana pada malam ini"."
Sinar matanya menyapu sekejap kearah Jen Pek To,
lalu terusnya kembali: "Aku sipengemis cilik merasa tidak percaya apa bila
orang orang didalam istana Tok say bisa melindungi
keselamatan peta pengangon kambing itu, juga peta
pengangon kambing itu tak boleh sampai terjatuh
ketangan orang lain. maka dari itu aku si pengemis cilik
menyelundup masuk kedalam istana Tok say dengan
548 harapan semisalnya peta pengangon kambing itu sampai
terjatuh ketangan orang jahat, maka aku si pengemis cilik
akan turun tangan menghadang perjalanan mereka."
"Ehhmm"..aku orang she Kwan percaya apa yang
kau ucapkan adalah kata-kata sejujurnya." Kwan Tiong
Gak mengangguk. "Apa yang aku sipengemis cilik katakan adalah katakata yang sejujurnya, Kwan Cong Piauw tauw mau
percaya hal itu tentu saja jauh lebih bagus, kalau tidak
percaya akupun tak bisa berbuat apa apa."
Sie Si Cong tersenyum. "Kalau begitu, agaknya Cu wi tidak memandang
sebelah matapun terhadap penjagaan ketat yang diatur
disekitar istana Tok say ini, dan kalian anggap seolah
olah lapangan tanpa manusia saja." serunya.
"Kalau ditinjau dari penjagaannya memang boleh
dikata amat ketat, bagi Busu-busu kangouw kelas satu
memang sulit untuk menembusinya." kata Pouw Cing
sambil tertawa. "Tapi bagi jago jago kangouw kelas
wahid, langkah caturmu ini salah besar."
"Asaai". sebelum kejadian malam ini Pun say sama
sekali tidak tahu kalau dalam dunia persilatan sebetulnya
banyak terdapat Jago jago yang memiliki kepandaian
silat-silat luar bissa?"
Ia lantas berpaling kearah sikacung buku yang berada
disisinya. "Penuhi cawan tamu dengan arak!"
Dengan cepat kacung itu mengiakan dan memenuhi
cawan Pouw Cing dengan araK wangi.
549 Agaknya Pouw Cing tidak ganti lagi, dengan cepat ia
angkat cawan sendiri dan meneguk isinya hingga ludes.
Melihat kerakusan sang pengemis, Sie Si Bong
tersenyum. "Cuwi silahkan ambil duduk, mari kita kongkouw
sambil minum arak?"."
Kwan Tiong Gak. Jen Pek To serta Pouw Cing sama
sama menurut dan ambil tempat duduk, sedang kacung
tadipun segera memenuhi kembali cawan Pauw Cing
dengan arak. Berturut turut Pouw Cing menghabiskan tiga cawan
arak, kemudian sambil menguap mulutnya ia berkata:
"Aku sipengemis cilik telah mengikuti pengemis tua
berkelana hampir meliputi seluruh daerah utara maupun
selatan, arak wangi yang kucicipi sudah tiada terhingga
banyaknya, tapi menjumpai arak sewangi ini baru untuk
pertama kalinya." "Dalam guci masih terdapat banyak persediaan arak,
Pouw Cuangcu silahkan menikmati arak sampai puas."
Bicara sampai disitu sinar matanya segera dialihkan
keatas wajah Jen Pek To dan terusnya.
"Pek To, sebenarnya pusaka apakah peta pengangon
kambing itu, kenapa begitu banyak jago jago kangonw
yang mengincar dan ingin mendapatkannya?"
Nada ucapannya amat sungkan dan ia sama sekali
tidak mengurangi rasa hormatnya terhadap jago jago Bu
lim. Mendapat pertanyaan tersebut Jen Pek To menghela
napas panjang. 550 "Lapor Tok say rahasia apa sebenarnya yang
terkandung didalam peta pengangon kambing teriebut
hamba kurang mengerti tapi menurut dugaan hamba
sendiri agaknya rahasia itu ada hubungannya dengan
suatu ilmu silat yang amat lihay dan dahsyat serta
sejumlah harta karun".."
"Aaaaaii. . . . Ada kejadian seperti ini." lekas Sie Si
Cong berseru tertahan. "Harta karun apakah yang
dimaksukan!" " "Soal ini hamba kurang tahu, apakah rahasia itu besar
menunjukkan sejumlah harta karun, hamba tak berani
ambil kesimpulan dan memastikannya!"
"Sekarang, peta pengangon kambing itu berada
ditangan siapa?" "Disimpan dalam saku hamba."
"Keluarkan dan mari kita teliti bersama"
Jen pok To msngiakan dan dari dalam sakunya ia
ambil keluar peta pengangon kambing tersebut.
Sie Si Cong segera membentangkan peta pengangon
kambing itu diatas meja, ujarnya sambil tertawa.
"Kwan-neng, Pouw Can su, mari kita bersama sama
menelitinya, bilamana Pun say merasa tidak paham
harap kalian bardua suka memberi petunjuk-petunjuk."
"Aaaakh! Tok say terlalu merendahkan diri. aku
sipengemis cilik tidak berani menerimanya." kata Pouw
Cing cepat. Walaupun diluaran ia bicara demikian sang badan
tanpa terasa sudah bangun beridri dan berjalan ke sisi
pembesar itu untuk ikut meneliti.
551 Sie Si Cong segera alihkan sinar matanya keatas meja
tersebut, tampak olehnya lukisan dari berbagai macam
kambing yang tersebar dimana mana, sikap maupun
gaya setiap kambing tersebut berbeda satu sama
lainnya. Kecuali ia merasa bahwa gaya lukisa pelukis tak
bernama ini sangat hidup, tak ada keistimewaan lain
yang berhasl ia temukan. Sebaliknya kwan Tiong Gak yang memandang kearah
lukisan itu agak terpesona dibuatnya. wajahnya
menunjukkan sikap keren penuh wibawa.
Lain halnya dengan si Naga Langit Pouw Cing,
sepasang alisnya berkerut kencang agaknya ia tidak
begitu paham terhadap apa yang dilihatnya didepan
mata saat ini. Akhirnya Sie Si Cong mendehm ringan.
"Pok to!" Serunya. "Aku sama sekali tidak menemukan
titik titik rahasia istimewa, coba kau katakan tanda tanda
mana yang menunjukkan ilmu silat dan tanda tanda
mana yang menunjukkan harta karun?"
"Thayjien silahkan mulai meneliti dari kambing paling
atas dan terutama lalu perlahan lahan menelitinya
kebawah, perhatikan sikap serta gerak gerik lukisan
tersebut." Sie si cong menurut dah ia meneliti kembali dari atas
hingga kebawah, tapi yang ditemukan olehnya hanya
terbatas pada lukisan yang hidup dari kawanan kambing
tersebut serta sikap yang berbeda dari tiap ekor kambing
yang dilukis, kecuali itu tak ditemukan kembali titik titik
keanehan yang menunjukkan letak disimpannya
sejumlah harta karun. 552 Setelah memandangnnya sesaat belum juga berhasil
menemukan sesuatu apapun, ia lantas menggulung
kembali peta tersebut, katanya:
"Sewaktu aku mengejar balik peta pengangon
kambing ini, sama sekali tak kuketahui bahwasanya
diatas peta lukisan ini sebenarnya tersimpan rahasia
letak sejumlah harta karun?"."
"Lukisan ini sebetulnya hak milik Liauw Tayjien,
seharusnya dialah yang menyimpannya." tukas Kwan
Tiong Gak "Jikalau di atas peta pengangon kambing itu benar
benar menunjukkan suatu tempat disimpannya sejumlah
harta karun yang terdiri dari emas, intan serta
sebangsanya. Kendati dalam istanaku ini tak berani
diletakkan menumpuK setinggi gunung, tapi bendabenda itu bukan termasuk benda yang aneh, maka dari
itu, Pun sai menyimpan peta lukisan ini lagi.
Si Naga Langit Pouw Tian yang mendengar ucapan itu
jadi tertegun. "Jadi Tok say hendak menghadiahkan peta lukisan ini
kepada orang lain?" "Untuk dihadiahkan kepada orang sih pasti akan
kuberikan, hanya saja peta lukisan ini bukan milikku,
karenanya dihadiahkann kepada orang, bukan seharusnya muncul dari mulutku."
"Peta lukisan ini agaknya mempunyai hubungan serta
sangkut paut dengan orang orang Bu lim" Kata Kwan
Tiong Gak memberi pendapatnya. "Kalau Thayjien
menyimpan peta lukisan tersebut hanya akan
mendapatkan banyak kerepotan saja, menurut siauw
553 heng, lebih baik diserahkan kepada orang lain saja
sehingga bisa mengurangi banyak kerepotan."
"Lalu menurut pendapat Kwan heng, peta lukisan ini
harus diserahkan kepada siapa?" tanya Sie Si Cong
sambil tertawa. "Soal ini sih susah untuk dikatakan, paling sedikit
Thayjien harus merasa bahwa orang yang diserahi peta
lukisan ini harus punya kemampuan untuk melindungi
peta lukisan ini." "Di dalam hati kecilku sih sudah ada satu pandangan,
hanya aku takut jago lihay ini tidak mau menerimanya."
"Siapa yang dimaksudkan Tok-say?"
"Kwan Tiong Ga. Cong Piauw-tauw dari perusahaan
ekspedisi Hauw wie Piauw kiok."
"Minta aku yang melindungi?"" seru Kwan Tiong
Gak. "Sedikitpun tidak salah," Sie Si Cong menukas.
"Sebenarnya peta lukisan ini didapatkan kembali oleh
Kwan heng, dan pada saat ini aku hanya kembalikan lagi
ketanganmu. Dengan nama besar Kwan-heng serta
banyaknya jumlah Piauwsu dalam perusahaan ekspedisi


Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hauw Wie Piauw kiok, aku rasa sudah cukup kuat untuk
melindungi peta lukisan ini."
Mendengar sampai disitu Kwan Tiong Gak tertawa
getir. "Perintah dari Thayjien, Siauw heng tak berani
menampik, hanya saja aku berharap thayjien bisa
menentukan batas batas waktu nya.."
"Batas waktu apa?"
554 "Batas waktu menyimpan peta lukisan ini, setelah
thayjien menentukan batas waktu aku orang she Kwan
pun bisa menyusun rencana selanjutnya."
"Batas waktu ini sukar untuk dikatakan nanti setelah
aku bicarakan soal ini dengan Liaw thayjien, pesanku,
kita bicarakan lagi batas batas waktu tersebut,
bagaimana?" "Setelah thayjien berkata demikian, siauw heng pun
harus menyanggupinya"." Kwan Tiong Gak tertawa
getir. Setelah memperoleh pernyataan sanggup orang she
Kwan tersebut, Sie Si Cong tersenyum.
"Kalau begitu simpanlah dulu peta lukisan ini."
Air muka Kwan Tong Gak berubah amat serius,
setelah menerima peta lukisan itu serunya sambil
menjura: "Aku orang she Kwan ingin minta waktu sebentar."
"Silahkan!" Perlahan lahan Kwan Tiong Gak berjalan keluar dari
ruang pagoda, sambil berdiri diatas permukaan salju
ditengah halaman luar, ujarnya seraya menjura ke
sekeliling tempat itu. "Kawan kawan. Aku orang she Kwan memberi selamat
tahun baru buat kalian. Sekaratng Tok Say Thayjien telah
menyerahkan peta lukisan ini untuk disimpan dalam saku
orang she Kwan untuk sementara jika Cu Wi sekalian
ada maksud mendapatkan lukisan ini maka lebih baik
carilah dulu aku orang she Kwan. Besok pagi adalah
tanggal satu, dan aku orang she Kwan ingin menjamu
kalian di hutan pohon liuw ditepi telaga Shen Yang Auw
pada kentongan pertama kalau Cu wi ada urusan
555 silahkan menghadiri perjamuan pada waktunya, saat itu
aku orang she Kwan tentu akan memberi jawaban"
Perkataan ini di utarakan dengan suara keras, semua
orang yang di dalam ruangan dapat mendengarnya
sangat jelas. "Apa yang sebenarnya telah terjadi?" tanya Sie Sie
Cong sambil menyapu sekejap wajah Jen Pek To serta
Si Naga Langit Pouw Cing.
"Perbuatan mulia Tok say Thayjien yang merisaukan
negara serta rakyat telah menggetarkan hati Kwan Cong
Piauw tauw." Pouw Cing pun menghela napas panjang katanya:
"Kau adalah seorang pembesar baik, Kwan Cong
Piauw tauw sadah memikul tanggung jawab Hujan badai
ini" Sie Si Cong termenung berpikir sebentar. mendadak
ia bangun berdiri dan berjalan keluar dari perkarangsn
pagoda. "Ia sedang berbicara dengan siapa?" tanyanya.
Si Naga Langit Pouw Cing memandang sekejap
kearah Jen Pek To, mendadak ia berebut jalan lebih
dahulu didepan Tok Say sedangkan Jen Pek To
mengiringnya dari belakang seraya- sahutnya dengan
suara lirih; "Thayjien, disekeliling pagoda hangat ke mungkinaa
Besar sudah tersembunyi banyak sekali Jago Jago bu
lim. harap ThayJien suka berhati-hati, lebih baik jangan
meninggalkan pagoda ini."
"Pek To aku bukan orang yang terlalu menjaga
keselamatan diri sendiri" kata Sie Si Cong sambil
556 tertawa. "ditengan pertempuran sengit dimana berlaksa
tentara dan kuda saling bertempur,pedang tampak
bagaikan lautan, anak panah berdesir bagaikan curahan
hujanpun aku tidak takut mati, kenapa sekarang harus
jeri" aku sama sekali tidak pernah memikirkan
keselamatanku." Sembari berkata ia melanjutkan langkahnya ke luir
dari pagoda hangat. Mendadak serentetan cahaya tajam dengan
membawa suara desiran keras meluncur ke arah Sie Si
Cong. "Thayjien, hati-hati!" bentak Jen Pek To cepat buruburu ia menyambut datangnya sambaran tajam tersebut.
Tapi ketika itulah si Naga Langit Pouw Cing sudah
berkelebat keangkasa, serentetan cahaya putih
menyambar lewat, sebatang anak panah pendek sudah
tersampok jatuh ketanah. Ketika Sie Si Cong mempehatikan dengan teliti,
ditemuinya si Naga Langit Pouw Cing sedang
memasukkan kembali sebilah golok pendek yang
memancarkan cahaya tajam ke sakunya.
Golok tersebut berbentuk sangat aneh, panjangnya
tidak lebih dari beberapa depa dengan lebar hanya
empat jari, berhubung golok itu terlalu pendek maka
setelah disembunyikan dalam saku seolah olah tidak
membawa senjata lagi, orang yang tak tahu rahasia ini
tentu tak akan menyangka sampai disitu.
Setelah Jen Pek To pun ikut menubruk kedepan. ia
segera pungut panah baja tadi dan dimasukan kedalam
saku kemudian berdiri di depan Sie Si Cong melindungi
keselamatannya. 557 Jilid 17 SELURUH kejadian hanya berlangsung dalam sekejap
mata, ketika Kwan Tiong Gak berpaling. Pouw Cing telah
menyampok jatuh senjata rahasia tersebut dan
masukkan kembali goloknya kedalam saku.
Terdengar dari arah sebelah timur dari antara
gerombolan bunga berkumandang keluar suara yang
dingin dan menyeramkan. "Heee". heee". heee". tidak kusangka Perusahaan
ekspedisi Hauw Wie Piauw kiok yang tersohor dikolong
langit ternyata telah menjadi pelindung halaman besar
negeri, orang Kay Pang pun kini sudah menjadi kuku
garuda". sungguh memalukan"
Kwan Tiong Gak mendehem ringan. "Aku she Kwan
sudah jelaskan, besok malam aku akan menanti kalian
dalam perjamuan ditepi telaga Shen Yang Auw dalam
hutan pohon Liaw, semisalnya kawan menaruh rasa
curiga boleh kau ajukan pertanyaanmu ini dalam
perjamuan esok malam, aku orang she Kwan tentu akan
memberikan suatu jawaban yang memuaskan hati."
Sebaliknya si Nsga Langit Pouw Cing berkata dengan
suara dingin, "Didalam permukaan Kay Pang kami ada
peraturan ketat yang membelenggu setiap anggotanya,
kalau aku sipengemis cilik telah melanggar peraturan
perkumpulan, hal ini tak usah kawan banyak ikut campur,
kali ini aku si pengemis cilik akan membatasi
pembicaraan dan tak akan mencaci maki dirimu, cuma
kau harus tahu aku sipengemis cilik telah mengerti
siapakah dirimu, kalau kau berani buka suara menghina
Kay Pang lagi, jangan salahkan aku sipengemis cilik
segera akan mengucapkan kata kata yang tidak enak
didengar." 558 Pada waktu itu para pengawal istana sudah
menemukan keadaan yang tidak beres, suara tambur
dan gembrengan dibunyikan dari empat penjuru. Diikuti
bayangan manusia berkelebat memenuhi kebun bunga
tersebut, Melihat kejadian itu Kwan Tiong Gak
mendehem perlahan, bisiknya lirih, "Thayjien, sekalipun
tentara tentara kerajaan memenuhi kebun bunga inipun
susah mengurung serta menangkap jago jago lihay
tersebut, bahkan sebaliknya malah akan mengakibatkan
banyak kematian sia sia diantara mereka, lebih baik
thayjien perintahkan mereka cepat cepat mengundurkan
diri." "Sedikitpun tidak salah," Sie Si Cong mengangguk.
"Pek To cepat cepat suruh mereka mengundurkan diri."
Jen Pek To mengiakan dan segera berjalan keluar
kebun, teriaknya lantang, "Thayjien sedang bercakap
cakap dengan beberapa orang teman karib, mengapa
kalian datang mengacau?"
Pemimpin tentara kerajaan berseru tertahan, buru
buru ia putar badan berlalu, dalam sekejap saja suara
gembrengan berhenti bertalu dan suasana kembali jadi
sunyi senyap. Menanti suasana disekeliling tempat itu sudah pulih
kembali jadi sunyi. Kwan Tiong Gak baru ulapkan tangannya.
"Cu wi sekalian. Sie Tok say adalah seorang
pembesar budiman yang pernah kutemui sepanjang
hidup"." Ia merandek sebentar kemudian tegasnya, "Mungkin
hal ini tiada hubungannya dengan kalian tapi aku maksud
kedatangan kalian apakah demi peta lukisan pengangon
559 kambing, sekarang peta lukisan tersebut telah berada
dldalam saku aku orang she Kwan semisalnya kalian
tidak urusan atau ikatan dendam dengan Sie Tok say
silahkan berangkat terlebih dahulu, besok malam
kentongan pertama bagi mereka yang bernyali boleh
mendatangi hutan pohon liuw ditepi telaga Shen Yang
Auw untuk merebut peta tersebut dari tangan aku orang
she Kwan." Diam diam Sie Si Coag memperhatikan keadaan
disekeliling tempat itu, ditemuinya suasana gelap gulita
sama sekali tak tertampak sesosok bayangan
manusiapun. Si Naga Langit Pouw Cing mendehem berat, ujarnya
pula, "Aku sipengemis cilikpun belum lama berselang
baru saling berkenalan dengan Sie Tok lay ini, tapi
setelah menjumpai kejadian semacam ini tak bisa tidak
aku harus turut campur pula. kalau adi diantara kalian
yang mengikat permusuhan dengan Sie Tok say, biarlah
aku sipengemis cilik yang melayani."
"Perkataan dari aku orang she Kwan sudah diutarakan
sangat jelas, Cuwie boleh berlalu."
Begitu ucapan tersebut selesai diutarakan tampak
bayangan manusia berkelebat lewat ,empat, lima sosok
bayangan bagaikan kilat-telah meluncur keluar dari
halaman tersebut. Bersamaan dengan berlalunya orang-orang itu, Kwan
Tiong Gak meloncat naik keatas pagoda hangat, setelah
diamati beberapa waktu ia melayang turun kembali
keatas tanah, katanya, "Thayjien silahkan kembali
kedalam ruangan, mereka semua telah berlalu."
Sie Si Cong tertawa dan menganggak.
560 "Malam ini boleh dihitung aku sudah mendapat banyak
pengetahuan baru, sungguh mengagumkan, sungguh
mengagumkan" Jen Pek To pun buru-buru manjura, "Terima kasih atas
bantuan Kwan heng apabila tak ada Kwan-heng,
mungkin malam Ini cayhe akan kelabakan dan tak
sanggup melayani mereka itu."
"Tujuan mereka hanya terletak pada peta itu aku yang
simpan mereka tak akan mendatangi istana Tok say
untuk bikin onar lagi besok malam cayhe akan keluarkan
semua kekuatan yang kupunyai untuk bikin urusan, ini
jadi terang kembali. Terima kembali. Terima kasih atas
hidangan arak dan sayur pada malam ini! Waktu sudah
tidak pagi Thayjien pun harus segera pergi beristirahat".
"Aaaai"., aku serahkan peta pengangon kambing
kepadamu, hal ini bukan bermaksud agar kau
menghadapi bahaya"."
" Soal ini siauw heng paham." tukas Kwan Tiong Gak
dengan cepat. Mendadak si Naga Langit tersenyum.
"Kwan Cong Piauw-tauw, aku sipengemis cilik tidak
paham, kau ingin menggunakan cara apa untuk
membereskan pertikaian pengangon ksmbing ini" Kalau
kau ingin andalkan ilmu silat untuk memberebutnya aku
si pengemis cilik akan ambil satu bagian."
"Kalau kau ada bergembiraan, dengan senang hati
aku persilahkan kau ikut hadir dalam pertemuan dibawah
pohon Liauw besok malam." jawab Kwan Tiong Gak
sambil tertawa. "Terima kasih atas undanganmu, sampai waktunya
aku sipengemis cilik pasti akan hadir"
561 Selesai berkata segera meloncat keatas wuwungan
rumah, dalam tutulan ujung kaki nya sekali lagi ia
meluncur kedepan dan akhirnya lenyap ditengah
kegelapan. Kali ini Sie Si Cong dapat melihat kejadian itu dengan
sangat jelas, dalam hati ia merasa sangat kagum.
"Gerakannya ini mirip meloncat, boleh dikata bagaikan
terbang saja"."
"Ia bernama si Naga Langit Pouw Cing". ujar orang
she Kwan memberi keterangan. "Ilmu meringankan tubuh
adalah kepandaian gadaiannya."
"Ooooo ".begitu," sinar matanya menyapu sekejap
sekeliling tempat itu. "Apakah masih ada orang?"
"Siauw-heng sudah periksa, mereka semua telah
berlalu", "Silahkan Kwan heng duduk kembali didalam ruangan,
aku ada urusan ingin minta petunjukmu." kata Sie Si
Ceng sambil putar badan berjalan masuk kedalam


Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pagoda hangat. Kwan Tiong Gak, Jen Pek To dengan seiring
mengikuti dari belakangnya.
Setelah ambil tempat daduk, Si Sie Cong berkata,
"Kwan heng, walaupun penjagaan di-dalam istana kami
bukan termasuk burung binatang susah berlalu, tapi
boleh dihitung sangat ketat dan rapat terutama sekali
dalam beberapa hal Ini Pek To sudah menambah banyak
jago diantaranya. tapi kenapa mereka bisa menyeludup
masuk kedalam kebun tanpa diketahui oleh pihak
penjaga" Bila ku-tinjau dari keadaan tersebut bukan saja
mereka bisa pergi datang sesuka hati bahkan sama
sekali tidak dipandangnya sebagai suatu halangan."
562 "Hal ini kesemuanya karena ketidak becusan hamba,"
buru buru Jen Pek To menjura.
"Pek To, bukannya aku sedang membicarakan soal
dirimu, aku hanya ingin minta petunjuk dari Kwan heng
bagaimanakah caranya mengatasi kesulitan ini?"
Kwan Tiong Gak termenung berpikir sebentar, lalu
ujarnya ; "Para jago yang datang pada malam ini rata rata
bukan manusia sembarangan, mereka adalah jago kelas
wahid didalam dunia persilatan, pertama karena cuaca
sangat gelap dan kedua mereka sudah mengadakan
persiapan tentu saja susah untuk menemukan jejak
mereka. Perduli ilmu meringankan tubuh seseorang
berhasil dilatih sampai mencapai taraf yang bagaimanapun mereka tetap akan neninggalkan jejak
untuk bisa berhati-pati sedikit dan sekali lagi mengatur
penjagaan disekitar istana, rasanya tidak susah untuk
mengawasi semua keadaan."
Mendadak Sie Si Cong tersenyum.
"Kwan heng apa maksudmu mengundang mereka
untuk berjumpa ditepi telaga Shen Yang Auw?"
tanyanya. "Aku ingin memberi penjelasan yang seterang
terangnya bagaimana watak Tok say Thayjien, aku
berharap mereka bisa memandang di atas wajahmu
untuk sementara melepaskan peta pengangon kambing
ini cuma Saja tindakanku ini bukan suatu cara yang
bagus untuk suatu waktu yang lama, karena itu aku pun
berharap Thayjien serta besan-mu bisa cepat
mendapatkan suatu cara untuk menyelesaikan masalah
peta ini. Tetap mempertahankan peta tersebut akhirnya
hanya mendatangkan bencana."
563 "Soal ini aku bisa manberi penjelasan kepadanya, dua
tiga hari kemudian pasti akan memberi suatu jawaban
kepadamu, justeru yang kukatakan adalah bilamana
besok malam mereka tak mau melepaskan dirimu dan
mencari gara-gara dengan kalian."
"Tentang soal ini thayjien boleh berlega hati, kalau aku
orang she Kwan tidak punya kepercayaan tak akan
berani kuambil keputusan ini." kata Kwan Tiong Gak
sambil tertawa. "Entah bolehkah cayhe ikut pergi?" Thayjien.
"kau tak boleh menempuh bahaya." seru orang she
Kwan dengan hati terperanjat. "Bagaimanakah perubahan situasi besok malam cayhe belum bisa
membayangkan, kalau Thayjien sampai ikut campur
dalam urusan ini bukan saja urusan akan susah
diselesaikan, cayhe pun belum tentu bisa melindungi
keselamatan thayjien."
Sie Si Cong tersenyum. "Tujuan mereka terletak pada peta pengangon
kambing itu dan aku sudah serahkan peta rahasia
tersebut kepadamu aku rasa mereka tidak seharusnya
mencari gara gara lagi dengan diriku."
"Dalam dunia persilatan banyak gerombolan
gerombolan manusia yang tidak tahu diri bahkan banyak
diantara mereka yang bekerja dengan menggunakan
cara keji apapun, kalau thayjien ikut menghadiri
pertemuan itu mungkin sebaliknya malah akan
merepotkan aku orang she Kwan saja."
Sie Si Cong kembali tersenyum, ia tidak mendesak
lebih lanjut sebaliknya segera alihkan bahan
pembicaraan kesoal yang lain.
564 "Kwan heng, malam semakin kelam, apakah Kwan
heng ada maksud menginap semalam disini."
"Tidak perlu, didalam kantor masih ada orang
menantikan kedatanganku apa lagi urusan sangat
mendesak aku harus pulang untuk mempersiapkan diri,
Siauw heng harus mohon diri."
"Pun-say belum menghantar dirimu?" lelah, bagaimana kalau aku Buru buru Kwan Tiong Gak menjura.
"Jangan".jangan".budi kebaikan thayjien biarlah
siauw heng terima dalam hati saja."
"Baiklah, lebih baik aku mengikuti saja permintaanku.
Pek To coba kau wakili saja dia aku mangantar diri Kwan
heng." "Thayjien pun seharusnya beristirahat," kata Jen Pek
To. Setelah menjura kedua orang itupun segara
mengundurkan diri dari dalam ruangan.
Setelah keluar dari pintu istana, Kwan Tiong Gak
silangkan tangan mencegah Jen Pek To menghantar
lebih jauh. "Kau tak usah menghantar lagi."
"Siauwte merasa menyesal dan minta maaf karena
sudah menunda waktu pemberangkatan Kwan heng
pulang kampung." Kwan Tiong Gak tertawa getir. "Sebelum menjumpai
Sie Tok say Siauwte sama sekali tidak pernah
menyangka kalau pembesar negeri yang memegang
kekuasaan empat keresidenan besar sebetulnya adalah
seorang peramah yang suka berkenalan dengan rakyat
jelata" 565 "Aaaai. ". .! Kwan heng, kalau Sie Tok say bukan
seorang pembesar baik yang cinta negara cinta rakyat,
bagaimana siauwte sudi berdiam dalam istana Jendral
sampai beberapa tahun lamanya."
"Sie Thayjien benar merupakan seorang pembesar
budiman yang sukar ditemui, siauwte telah melanggar
pantangan dengan munculkan diri membebaskan
kesulitannya kali ini. Tapi Kau harus tahu tindakan
siauwte ini sama sekali tidak bertujuan hendak merebut
nama maupun kedudukan, setelah kembali ke ibu kota
nanti aku akan membubarkan perusahaan Hauw Wie
Piauw kiok, urusan disini setelah selesai pun siauwte
segera akan berangkat pulang, perduli Sie thayjien akan
mencegah dengan cara apapun siauwte sudah bulatkan
tekad yang tak akan berdiam lebih lama lagi, daripada
aku berlalu tanpa pamit lebih baik Jen-heng suka
memberi penjelasan sebaik baiknya."
"Soal ini Kwan-heng boleh lega hati, sebenarnya
urusan ini tidak seharusnya dipikul Kwan-heng. Pertama,
karena urusan terlalu mendesak dan siauwte tahu aku
tidak sanggup. Kedua, agaknya Tok say thayjien merasa
berjodoh dengan Kwan heng, kau adalah seorang Bu lim
Hoohan dan dia adalah seorang pembesar setia yang
memikirkan nasib negara serta bangsa, inilah mungkin
yang mengakibatkan antara enghiong timbul hubungan
intim"." "Aku orang she Kwan hanya merupakan manusia
kasar, mana boleh dibandingkan dengan Tok say
thayjien," tukas Kwan Tiong Gak cepat cepat.
"Perduli apa yang kau pikirkan tapi dalam kenyataan
memang begini, siauwte sudah banyak tahun mengikuti
disisi Tok say. ataupun ia bersikap ramah terhadap siapa
pun tapi belum pernah membasahi orang dengan
566 sebutan saudara, terhadap kau Kwan heng boleh dikata
baru untuk pertama kalinya."
"Aku paham. Agaknya Tok-say thayjien menaruh rasa
sayang yang luar biasa terhadap aku orang she Kwan."
"Soal ini adalah urusan diantara kalian sendiri, sedang
mengenai maksud Kwan heng hendak kembali ke utara
setelah menyelesaikan urusan disini, siauwte berani
menanggung tak akan mencari kerepotan lagi dengan
diri Kwan heng. setelah urusan pokok beres, urusan
selanjutnya akan siauwte tanggung sendiri."
"Bagus kita putuskan dengan sepatah kata ini,
sebelumnya aku orang she Kwan mengucapkan banyak
terima kasih." Seraya berkata ia menjura lalu putar badan dan
berlalu. Buru buru Jen Pek To balas menjura,
"Kwan beng selamat jalan, kalau membutuhkan
tenaga siauwte kirimkanlah orang untuk mengabari
diriku." "Aku rasa tidak perlu merepotkan diri Jen heng lagi "
Sembari berkata ia tidak menghentikan langkahnya.
Cong piauw tauw dari perusahaan Hauw Wie Piauw kiok
ini langsung kembali kekantornya.
Pui Cong Yan, Liem Toa Lek serta Nyioo Su Jan
masih menanti kedatangannya di ruang tengah.
Kwan Tiong Gak langsung berjalan masuk kedalam
ruangan. Melihat munculnya sang Cong Piauw-tauw
segera serunya ; 567 "Toako, Giok Liong sekalian sudah mempersiapkan
kereta, menanti Toako telah datang, kita segera
berangkat." Tapi dengan tangannya. cepat Kwan Tiong Gak ulapkan "Suruh mereka turunkan pelan pelan itu malam ini kita
tidak jadi berangkat."
"Toako sudah berubah pikiran?"
Kwan Tiang Gak tertawa getir. lambat lambat ia
berjalan kesisi tungku api dan duduk.
"Sie Tok say adalah seorang pembesar budiman."
katanya. "Susah buat kita untuk berjumpa dengan
pembesar budiman semacam dia, setelah Siauw heng
bicarakan beberapa saat dengan dirinya, tak tahan aku
terpaksa, ikut campur dalam urusannya."
"Ikut urusan apa?"
"Urusan peta rahasia pengangon kambing Sie ToKsay telah menyerahkan peta rahasia, tersebut kepada
siau heng dan aku telah mengadakan perjanjian dengan
para jago, besok malam akan membuka perjamuan di
tepi telaga She Yang Auw hutan pohon Liauw untuk
menyelesaikan persoalan ini."
"Cong Piauw tauw, bukankah dia ini mencari repot
buat diri sendiri?" tanya Nyioo Su Jan.
Air muka Kwan Tiang Gak berubah jadi amat serius.
"Manusia, kadang kadang lebih baik mencari sedikit
hal yang merepotkan."
Sinar matanya dialihkan keatas wajah Lim Toa Lek
dan sambungnya lebih lanjut, "Toa Lek, hal ini harus
merepotkan diri mu."
568 "Hamba menanti perintah." dengan cepat Lim Toa Lek
berseru. "Besok pagi adalah tanggal satu tahun baru, semua
rumah makan pada tutup dan beristirahat, mempersiapkan sayur serta arak bukan Suatu urusan
yang gampang, aku rasa pihak koki harus bekerja
lembur." "Ooobw". ". urusan itu gampang sekali."
"Baik! Aku telah berjanji akan berjumpa dengan
mereka pada kentongan pertama, karena itu sebelum
kentongan pertama, kau harus mempersiapkan empat
meja perjamuan yang diatur didalam hutan pohon Liauw
tepi telaga Shen Yang Auw."
"Harap Cong Piauw tauw berlega hati, hamba tak akan
salah bekerja." "Toa to!" tiba tiba Poei Ceng Yan berseru.
"Siapa saja yang kau undang dalam perjamuan besok
malam?"" Kwan Tiong Gak termenung sebentar, kemudian
jawabnya, " Kemarin malam mereka menyelundup masuk
kedalam istana Tok Say, siapakah orang orang itu siauw
heng tidak berhasil menemui nya dengan jelas, tapi
dapat kuketahui ke Giok Lang tidah termasuk
diantaranya. yang jelas orang orang itu terdiri dari jago


Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jago lihay Bu Lim." "Apakah Toako bermaksud menghadiri pertemuan itu
seorang diri?" "Kali ini aku hendak minta bantuan kalian. Su Jan, Toa
Hauw. Giok Long sekalian semua ikut"."
Ia merandek sejenak lalu terusnya ;
569 "Sekarang kita harus beristirahat semua, Besok sore
kita akan mengatur rencana."
Semalam lewat dengan cepatnya, ketika sore harinva
telah menjelang datang Kwan Tiong Gak pun mulai
mengatur tugas untuk masing masing anak buahnya
Ketika malam hari kembali menjelang para jago jago
secara beriring bersama sama berangkat kedalam hutan
pohon Liuw ditepi telaga She Yan Auw.
Sejak tadi Liem Toa Lek sudah menanti didalam
hutan, ditepi telaga Shen Yang Auw yang sunyi
terdapatlah empat meja perjamuan yang sudah diatur
sangat rapih. Walaupun malam ini adalah suatu malam yang bersih
dan terang, tapi hawa dingin sangat menusuk badan,
bintang bertaburan di angkasa menambah sunyinya
suasana. Perlahan lahan Kwan Tiong Gak tarik napas panjang
panjang. "Sekarang sudah jam berapa?"
"Hampir kentongan pertama," sahut Liem Toa Lek
cepat. "Coba pasanglah lentera dan perintahkan para koki
untuk mempersiapkan sayur dan hidangkan diatas meja
perjamuan." "Semuanya telah siap. tak akan kacaukan urusan."
Bicara sampai disitu orang she Liem ini lantas
berpaling pada dua orang pembantunya
"Pasang lampu dan naikkan lentera."
570 Cahaya api nampak berkilat, sebentar saja delapan
buah lentera sudah digantungkan diempat penjuru
diujung pohon liuw api tungku berkobar kobar, dua orang
koki-memasang wajan dan mulai melakukan kerjanya.
Seketika bau harum tersebar menusuk hidung
membuat napsu bersantap menyerang dihati setiap
orang. dengan membawa enam orang, dua orang koki dan
empat orang pembantu yang cakap untuk membereskan
semua urusan. Walaupun jumlah orang sangat sedikit tapi setiap
orang cakap dan pandai bekerja, dalam sekejap mata
lampu sudah dipasang dan mangkuk serta sumpit sudah
dihidangkan diatas meja. Kwan Tiong Gak dengan memakai seperangkat
pakaian ketat berwarna Hitam dengan jubah terbuat dari
kulit macan berdiri disebelah Timur menantikan
kehadiran tetamunya Poei Ceng Yan serta Nyioo Su Jan
berdiri berjajar dibelakangnya.
Sedangkan Thio Toa Hauw, Lie Giok Liong serta Lie
Can masing masing membawa dua orang pembantu
berjaga disudut sudut yang berbeda.
Belum lama sayur dan arak dihidangkan mendadak
terdengar suara gelak tertawa seseorang berkumandang
datang. "Kwan heng, kau sungguh pandai, melakukan sesuatu
yang aneh dan menarik. ditengah hawa dingin yang
menusuk badan ternyata kau hendak menjamu tetamu
didalam hutan pohon Liuw diatas permukaan salju yang
dingin menusuk badan ini Siauwte sudah menjelajahi
hampir tiga belas keresidenan di daerah Selatan tapi
571 baru saja pertama kali ini menghadiri perjamuan macam
begini." Sembari berkata muncullah seorang pemuda, dia
bukan lain adalah si Hoa Hoa Kong cu, Ke Giok Lang.
Dia, tetap memakai jubah biru dengan topi model
siangkong, tangannya mencekal sebuah kipas dan
berjalan mendekat dengan langkah tenang.
Sebelum sempat Kwan Tiong Gak buka suara, Nyioo
Su Jin telah buru buru menyambut, ujarnya sembari
menjura, "Nyioo Su Jan mewakili Cong Piauw-tauw
menyambut kedatangan tetamu terhormat, silahkan Ke
Kongcu ambil tempat duduk."
Dengan pandangan dingin Ke Giok Lang memandang
sekejap kearah Nyioo Su Jan, lalu tanpa mengucapkan
sepatah katapun ambil tempat duduk dan tak bergerak
lagi. Mengikuti dari belakang Ke Giok Lang meluncur
datang segulung angin angin berbau harum, seorang
dara berpakaian ketat warna hijau dengan celana
berwarna hijau ikat kepala warna hijau serta menyoreng
sebilah pedang laksana kilat melewati Nyioo Su Jan dan
duduk tepat dihadapan Ke Giok Long.
Dibawah sorotan sinar lentera, dapat dilihat dara
berbaju hijau itu mempunyai paras muka yang sangat
cantik dengan sepasang mata yang jeli serta bibir yang
kecil mungil. Agaknya Ke Giok Long merasa tidak puas atas
tindakan Kwan Tiong Gak yang tidak menyambut sendiri
kehadirannya, tanpa memperdulikan diri orang she Kwan
lagi ujarnya kepada dara berbaju hijau itu, "Sejak dulu
pertemuan tidak bakal ada pertemuan ysng baik,
572 biasanya perjamuan selalu diadakan diatas loteng yang
indah atau ruangan yang megah. Lain halnya dengan
perjamuan yang diadakan malam ini ditengah hutan yang
dingin dan terpencil, kalau ditinjau keadaan sekitar sini
seharusnya perjamuan ini disebut sebagai perjamuan
Pah Ong!" "Ke Kongcu," timbrung Nyioo Su Jen lambat lambat,
"perjamuan yang di adakan Cong Piauw tiauw di malam
ini disebut perjamuan Ciang Thaykong memancing ikan,
siapa yang mau hadir sama halnya kena terpancing . ."
"Hm, sudah lama kudengar orang orang perusahaan
Hauw Piauw kiok pandai berbicara ternyata ucapan ini
sedikitpun tak salah." jengek Ke Giok Lang sambil
tertawa, "Ke Kongcu terlalu memuji, padahal dalam kenyataan
kalau di bicarakan siapa yang pandai bicara aku orang
she Nyioo masih tertinggal apabila dibandingkan dengan
diri Ke Kongcu." Sreeet".! Ke Ciok Lang membentangkan kipasnya
dan mulai menggoyangkan benda tersebut kendati
berada ditengah cuaca yang sangat dingin, katanya
sambil tertawa "Aku orang she Ke memang suka banyak bicara, tak
aneh kalau kau pun sukar menutup mulut. Tapi disini
terdapat pula seorang gadis perawan, istilahmu
memancing ikan, benar benar terlalu menghina dirinya,
kau sepatutnya memperoleh tamparan keras."
Baru saja ia menyelesaikan kata-katanya mendadak
gadis berbaju hijau itu meloncat bangun dan laksana kilat
mengirim sebuah serangan,
573 Nyioo Su Jan tidak menyangka kalau dara berbaju
hijau itu bisa melancarkan serangan mendadak bahkan
serangannya tepat dan cepat, untuk menyingkir tak
sempat lagi, tidak ampun pipi kirinya kena ditampar satu
kali, saking kerasnya bukan saja wajah jadi merah
membengkak bahkan tertera pula bekas lima telapak.
Sewaktu turun tangan gerakan yang dilakukan dara
berbaju hijau itu sangat cepat-waktu menarik kembali
tangannya pun luar biasa cepatnya tidak menanti Nyioo
Su Jao melancarkan serangan balasan ia sudah mundur
kembali ketempatnya semula.
Nyioo Su Jan mundur dua langkah sambil memegangi
pipi kirinya dan berdiri termangu mangu disana, bukan
saja ia dibuat terperanjat atas kecepatan gerak dara
berbaju hijau itu bahkan Iapun merasa bingung apa yang
harus dilakukan pada saat ini.
Terdengar Ke Giok Lang tertawa terkgelak.
" Hahahaha". sungguh tepat sekali tamparan ini!
Tidak terlalu perlahanpun tidak terlalu berat, bukan saja
telah menghukum mulutnya yang dipentang seenak
sendiri bahkan tidak sampai melukai perasaan, lebih laik
cepat cepatlah kau mencari kesempatan untuk
mengundurkan diri!" Jelas dua patah perkataan terakhir sengaja ditujukan
kepada diri Nyioo Su Jan.
Nyioo Su Jan adalah seorang jago yang banyak
pengalaman dan terlatih, ia tahu apabila di sebabkan
dirinya kena di tampar dan mencari gara gara dalam
keadaan seperti ini perjamuan yang di selenggarakan
oleh Cong Piauw tauw pasti akan mengalami kekacauan
oleh sebab itu tetap bersabar diri.
574 Pada saat itulah dengan langkah lebar Pui Ceng Yan
berjalan mendekat serunya, "Su Jan, tak perlu kita ribut
dalam Keadaan seperti ini. Legi pula seorang lelaki sejati
tidak usah banyak mencari urusan dengan kaum wanita.
Kau mundurlah untuk beristirahat, biarlah aku yang
melayani Ke-Kongcu serta nona ini."
Nyioo Su Jan menghela napas, perlahan lahan ia
mengundurkan diri kebelakang.
Setelah orang she Nyioo mengundurkan diri, Pui Ceng
Yan baru alihkan sinar matanya kearah dara berbaju
hijau itu ujarnya dingin, "Gerakan nona sewaktu turun
tangan sungguh cepat sekali, aku orang she Pui merasa
kagum"." "Saudara ini adalah Hu Cong Piuw tauw dari
perusahaan ekspedisi Hauw Wie Piauw kok," tukas Ke
Giok Lang memperkenalkan. "Orang orang menyebut
dirinya sebagai si "Thiat Ciang Kiem Huan" atau telapak
besi berselang emas, ilmu telapak Thiat Sang Ciang nya
telah berhasil dilatih hingga mencapai tarap menghancur
lumatkan batu nisan."
"Ooouw". Ke Kongcn terlalu memuji kepandaian
cakar ayam dari cayhe, hal ini membuat siauwte merasa
amat malu." Ke Giok Long tersenyum, perlahan-lahan Ia berpaling
dan ujarnya, "Poci Ao Cong Piauw tauw, kenalkah kau
dengan nona ini?" "Aku orang sha Poei jarang sekali berkenalan dengan
kaum wanita, maaf aku tidak mengenalnya."
"Tidak mengenalnya memang sangat tepat sekali
dalam penggunaan katamu, sekali-pun kau tidak kenal
575 siapakah nona ini, toh kau kenal bukan dengan ayahnya
si Pancingan sakti Hoo Tong?""
"Jadi dia adalah Hoo Lian Hoa, nona Hoo?" seru Poci
Ceng Yan tertegun, "Sedikitpun tidak salah, dia bukan
lain adalah nona Hoa. Hoo Lian Hoa yang dicari kesana
kemari oleh Tui Hong Hiap atau pendekar pengejar angin
Cing Lok San!" "Maaf, maaf". cayhe pernah berjumpa satu kali
dengan ayahmu." kata orang she Poei lagi seraya
menjura. Hoo Lin Hoa tertawa hambar.
"Kawan ayahku sangat banyak, orang yang pernah
berjumpa sekali dengan beliau sudah tak bisa dihitung
lagi dengan jari." Ketenggor batunya mendehem perlahan. Poei Ceng Yan terpaksa "Si pendekar pengejar angin Cing Jieya pernah
berjumpa dengan diriku beberapa hari berselang."
katanya perlahan. "Dengan menempuh hujan salju ia
melakukan perjalanan kesana kemari untuk mencari
kabar berita dari nona, entah dia sudah menjumpai diri
nona belum?" "Paman Cing Jie siok sudah kujumpui."
"Apakah nona tidak pulang bersama sama dirinya?"
"Soal ini adalah urusan kami pribadi, tak usah orang
ikut merasa khawatir." tegur Hoo Lian Hoa dengan alis
berkerut. Mendengar jawaban yang hambar Pui Ceng Yan
tertawa pahit. 576 "Nona, ayahmu si pancingan sakti Hoo Tong Adalah
seorang jago yang tersohor dikolong langit. "."
"Ayahku punya nama besar didalam kolong langit atau
tidak, apa sangkut pautnya dengan dirimu?" tukas dara
she Hoo itu dingin. "Aku sangat mengagumi ayahmu."
"Kau sangat kagum dengan ayahku, pergilah mencari
ayahku, apa sangkut pautnya dengan diriku?"
Diam diam Tui Ceng Yan salurkan hawa murninya
melakukan persiapan, kemudian ambil menghela napas
panjang katanya, "Cayhe ikut merasa sedih dan
menyesal atas perbuatan diri nona"."
"Apa yang perlu kau sesali" apa yang perlu kau
sedihkan?"" "Aku merasa menyesal karena nona tidak tahu diri dan
tidak bisa membedakan mana orang baik mana orang
jahat. Didalam dunia persilatan Ke Kongcu mempunyai
sebuah sebutan entah tahukah nona akan hal ini?"
"Bukankah Hoa Hoa Kongcu?"
"Sedikitpun tidak salah, setelah kau tahu siapakah
dirinya, kenapa kau masih hantarkan diri kemulut
macan?"

Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mendengar perkataan itu Hoo Lian Hoa jadi amat
gusar. "Kurang ajar, kau orang melihat Sam-kok
mengucurkan air mata, merasa risau bagi orang orang
kuno"." "Sekalipun nona tidak mau mendengarkan cayhe pun
akan selesaikan perkataanku, hal Inipun merupakan hal
yang membuat cayhe mewakili ayahmu merasa sedih,
577 terang terang kau nona tahu bahwa dirimu sedang
mengantarkan diri kemulut mscan, kenapa kau justru
memilih jalan tersebut" Bukankah perbuatanmu ini akan
menghancurkan nama baik ayahmu?"."
Ke Giok Lang yang selama ini tidak banyak bicara
mendadak menukas, "Pui Hui Cong Piauw tauw, apakah
kau masih belum merasa puas" Seseorang kadang kala
harus mengetahui batas batas diri dalam pembicaraan."
Selagi Pui Ceng Yan siap beradu bicara mendadak
tampak dua orang berjalan datang mendekati meja
perjamuan tersebut. Orang pertama adalah seorang lelaki berbaju hitam
yang berusia empat puluh tahunan, ditangannya
menyekal sebuah bantalan berbentuk panjang.
Orang kedua adalah seorang pengemis dengan
pakaian compang camping serta rambut awut awutan,
dia adalah si Naga Langit Pouw Cing.
Lelaki berbaju hitam itu memandang sekejap kearah
Kwan Tiong Gak lalu mencari tempat duduk sendiri.
Ssdangkan si Naga Langit Pouw Cing menyapu
sekejap keempat penjuru lalu serunya, "Sungguh aneh
sekali, kenapa yang datang tidak banyak?"
Puei Ceng Yan segera maju menghampirinya.
"Dari pihak Kay Pang apakah hanya kau seorang?"
"Urusan ini tiada sangkut pautnya dengan pihak Kay
Pang urusan ini adalah urusan aku orang she Pouw
pribadi." "Kalau begitu silahkan duduk."
"Selamanya aku sipengemis cilik tak perlu orang
menyapa, Poei Hu Cong Piauw tauw pun tak usah repot
578 repot terhadap diriku" Karena sipengemis sudah berkata
demikian Poei Ceng Yan pun segera putar badan
menjura kearah lelaki berbaju hitam itu.
"Kawan, dapatkah kau sebutkan siapakah namamu7"
"Kau sedang bertanya kepada diri cayhe?" tanya lelaki
berbaju hitam itu sambil meletakkan buntalannya.
"Sedikitpun tidak salah!"
"Cayhe she Kouw, soalnya namaku kurang enak
didengar maka lebih baik tak usah kukatakan saja."
Sebelum Poei Ceng Yan sempat mengucapkan
sesuatu, seorang kakek tua berbaju serba merah secara
diam diam tanpa menimbulkan sedikit suarapun sambil
duduk disebuah kursi. Orang itu memakai pakaian yang sangat istimewa
seluruh tubuhnya memakai baju berwarna darah, dia
bukan lain adalah sidewa api Ban Cauw adanya.
"Ooouw".! saudarapun ikut hadir?" tegur Poci Ceng
Yan segera. "Kalau bukan dikarenakan peta pengangon kambing
serta perusahaan Hauw Wie Piauw kiok yang
mengundang, belum tentu bisa mengundang loohu hadir
ditempat ini." Jawaban dari Ban Cau amat dingin sekali.
Poei Ceng Yan tetawa hambar.
"Jago lihay yang ikut hadir pada malam ini sangst
banyak sekali lebih baik Ban heng jangan terlalu tinggi
menaruh harapan." 579 Ban Cau mandengus dingin, sinar mata nya berputar
tiada hentinya disekeliling tempat itu, entah apa yang
sedang ia cari. Pada saat itu, diatas empat buah meja tamu, kecuali
diduduki Giok Lang aerta Go Lian Hoa dalam sate meja,
disisinya Si Dewa Api Ban Cau, si naga langit Pouw Cing
serta lelaki she Kouw itu masing masing menempati
sebuah meja tersendiri, dengan demikian empat meja
perjamuan ditempati oleh lima orang.
Orang she Ouw itu walaupun belum lama datang,
tetapi ia paling tidak sabaran, sambil tertawa dingin
mendadak serunya, "Siapakah yaag menjadi tuan rumah
dalam pertemuan kali ini?"
Kwan Tiong Gak yang selama ini berdiri Menonton
disamping segera menjawab lantang, "Cayhe adanya,
entah saudara ada petunjuk apa?"
"Kau orangkah yang bernama Kwan Tiong Gak. Cong
Piauw tauw dari perusahaan Hauw Wie Piauw kiok?"
" Sedikitpun tidak salah, entah siapakah nama
saudara?" "Tadi sudah siauwte katakan bahwa namaku sangat
tidak enak didengar, kalau Cong Piauw tauw ingin
bertanya juga, terpaksa siauwte harus mengutarakannya
keluar".,"."
Setelah mendehem berat terusnya, "Siauwte bernama
Kouw Put Cian." (Put Cian artinya tidak lengkap).
"Oooooow"., kiranya si "Koei So Si Hun" atau si
tangan setan pencabut nyawa Kouw Put Cian." seru
Kwan Tiong Gak sambil tertawa hambar.
Kouw Put Cian segera tersenyum.
580 "Tadi sudah siauwte katakan kalau nama serta
sehutanku sangat tidak enak didengar, tapi kau Kwan
Ciong Piauw tauw ingin tahu juga, terpaksa cayhe
utarakan keluar"."
"Tidak mengapa, tidak mengapa, aku orang she Kwan
paling tidak pantang terhadapi sebutan apapun juga."
"Aku dengar orang berkata, pertemuan didalam hutan
pohon liaw ini akan diselengarakan pada kentongan
pertama?" "Sedikitpun tidak salah "
"Sekarang sudah jam berapa?"
"Hampir mendekati kentongan kedua!"
"Kwan Cong Piauw tauw mengundang kami datang ke
hutan sesunyi ini apakah hanya untuk bersantap
belaka?" "Tentu saja ada urusin lain!"
"Baik! waktunya sudah tiba. Kwan Cong Piauw
tauwpun boleh segera berbicara!"
Perlahan lahan Kwan Tiong Gak mengangguk.
"Kita sudah menunggu sangat lama, kawan kawan
yang tak bisa salahkan kami tidak menepati janji"."
Dari dalam sakunya ia mengambil keluar pengangon
kambing itu dan dengan langkah lebar berjalan
kehadapan Kouw Put Cian, sambil berhenti katanya lebih
lanjut, "Ditengah malam sedingin ini cuwi berdatangan
kemari, aku rasa semuanya tentu dikarenakan peta
pengangon kambing ini,"."
581 "Sedikitpun tidak salah" tukas Kouw Put Cian. "Entah
Kwan heng siap hendak menyelesaikan masalah peta
pengangon kambing ini dengan cara bagaimana?"
"Peta lukisan ini"."
Terdengar suara langkah manusia berkumandang
datang memotong perkataan Kwan Tiong Gak yang
belum selesai diucapkan. Ketika semua orang berpalirg, terlihatlah dua orang
toosu dengan seorang paderi telah berjalan datang
dengan langkah lebar. Walaupun kedua orang toosu itu sama memakai baju
berwarna hijau, tapi orang yang berada disebelah kiri
sudah berusia empat puluh tahunan sedang yang berada
disebelah kanan baru berusia dua puluh tahunan
dipunggung masing-masing tersoreng sebilah pedang.
Sedangkan paderi tersebut memakai jubah hweesio
berwarna abu abu, usianya diantara tiga puluh tiga, tiga
puluh empat dengan badan yang putih bersih,
kelihatannya sangat halus dan terpelajar. Ia bertangan
kosong tidak membawa senjata tajam apapun.
Ke Giok Lang, Kouw Put Cian, Ban Cau, Pouw Cing
serta Kwan Tiong Gak sekalian mengalihkan sinar
matanya keatas wajah sang paderi serta kedua orang
toosu itu. Pada saat beberapa orang itu sedang memperhatikan
kehadiran sang paderi serta dua orang toosu itu, seorang
pemuda berbaju warna biru dengan kepala tertunduk
diam-diam berjalan kesisi meja Pouw Cing dan duduk
disana tanpa menimbulkan suara sedikitpun.
Gerakan lincah dan ringan apabila perhatian semua
orang dicurahkan atas hadirnya beberapa orang lain,
582 maka tidak seorangpun yang memperhatikan munculnya
pemuda ini. Pada saat itulah terdengar Kie Giok Lang tertawa
hambar. "Selamat berjumpa, selamat berjumpa, tidak disangka
Han Im Toosiang yang memiliki nama tersohor juga ikut
hadir kemari." Toosu berusia setengah baya itu berpaling sekejap
kearah Ke Giok Leng lalu sapanya, "Ke Kongcu, selamat
Api Di Bukit Menoreh 24 Love United, High School Paradise, Nd2 Half Karya Orizuka Anak Naga 4

Cari Blog Ini