Ceritasilat Novel Online

Never Let Me Go 3

Never Let Me Go Karya Kazuao Ishiguro Bagian 3


Pasti saat itu aku melihat bahwa semua pengakuan yang terlontar di sekelilingku tidak masuk akal. Bagaimanapun juga, ketika musim panas mendekat, aku semakin merasa seperti orang yang lain sendiri. Dengan suatu cara seks jadi mirip dengan "menjadi kreatif" beberapa tahun sebelumnya. Seolah-olah kalau belum melakukannya, kau wajib melakukannya, dan segera. Dan dalam kasusku, semua jadi lebih rumit karena kenyataan bahwa dua gadis yang paling dekat denganku sudah pasti melakukannya. Laura dengan Rob D., meskipun mereka belum pernah benar-benar pacaran. Dan Ruth dengan Tommy.
Begitulah, aku menundanya untuk waktu yang sangat lama, mengingatkan diriku pada nasihat Miss Emily?"Kalau kau tak bisa menemukan seseorang dengan siapa kau benar-benar ingin berbagi pengalaman ini, jangan lakukan!" Tapi sekitar musim semi di tahun yang kubicarakan sekarang, aku mulai berpikir aku tidak keberatan berhubungan seks dengan laki-laki. Bukan hanya untuk mengetahui rasanya, tapi juga karena terpikir olehku bahwa aku perlu mengakrabkan diri dengan seks, dan sebaiknya aku pertama mempraktikkannya dengan anak laki-laki yang tidak terlalu kusukai. Nanti kalau aku bersama seseorang yang istimewa, aku punya kesempatan lebih banyak untuk melakukannya dengan benar. Maksudku adalah, kalau Miss Emily benar dan seks adalah perkara penting bagi manusia, maka aku tak ingin melakukannya untuk pertama kali pada saat justru sangat penting bahwa hal itu menyenangkan.
Maka aku memilih Harry C. Aku memilihnya karena beberapa alasan. Pertama, aku tahu ia sudah pernah melakukannya dengan Sharon D. Selanjutnya, aku tidak begitu menyukainya, tapi aku juga tidak menganggapnya memuakkan. Juga ia pendiam dan sopan, jadi tak mungkin ia bakal menyebarkan cerita tentang itu setelahnya bila ternyata tidak berjalan lancar. Dan sudah beberapa kali ia memberi isyarat bahwa ia ingin berhubungan seks denganku. Baiklah, banyak anak laki-laki membuat bunyi-bunyian tak senonoh kala itu, tapi jelas mana yang benar-benar ajakan dan mana yang cuma olok-olokan anak laki-laki.
Maka aku memilih Harry, dan aku menundanya selama dua bulan hanya karena ingin memastikan secara fisik kondisiku baik. Miss Emily bercerita ini bisa terasa sakit dan dapat gagal total kalau kau tidak cukup basah, dan inilah yang sangat kucemaskan. Bukan masalah kami bakal robek di bagian bawah sana, yang sering kami jadikan guyonan, dan diam-diam merupakan ketakutan banyak gadis. Aku terus berpikir, selama aku bisa basah cukup cepat, maka takkan ada masalah, dan aku sering melakukannya sendiri hanya untuk memastikan.
Aku sadar mungkin kedengarannya aku mulai obsesif, tapi aku ingat aku juga banyak menghabiskan waktu untuk membaca ulang bab-bab dalam buku-buku di mana orang berhubungan seks, membaca berulang kali kalimat-kalimatnya, mencoba mencari petunjuk. Masalahnya buku-buku di Hailsham tak banyak membantu. Kami punya banyak buku abad kesembilan belas seperti karangan Thomas Hardy dan orang-orang semacamnya, yang bisa dibilang tidak berguna. Beberapa buku modern, oleh penulis seperti Edna O'Brien dan Margaret Drabble, menceritakan sedikit seks, tapi tak pernah jelas apa yang sebenarnya terjadi, karena para penulis menganggap pembaca sudah punya banyak pengalaman seks sehingga tak perlu merincinya. Maka aku melewatkan waktu yang penuh frustrasi dengan buku-buku itu, sementara video juga tidak lebih baik. Kami punya pemutar video di mang biliar beberapa tahun sebelumnya, dan pada musim semi itu sudah terkumpul cukup banyak film bagus. Banyak yang memiliki adegan seks di dalamnya, tapi banyak adegan langsung berakhir ketika seks dimulai, atau kalau tidak kau hanya melihat wajah dan punggung mereka. Dan kalaupun ada adegan yang berguna, sangat sulit untuk menyaksikannya lebih dari hanya sekilas, karena biasanya ada dua puluh orang lain menonton bersamamu. Kami sudah mengembangkan sistem di mana kami meminta adegan favorit tertentu diputar ulang" misalnya saat si orang Amerika melompati kawat berduri dengan sepedanya dalam The Great Escape. Terdengar teriakan, "Rewind! Rewind!" sampai seseorang mengambil remote control dan kami melihat bagian itu lagi, kadang-kadang tiga, empat kali. Tapi tentu saja aku tidak bisa berteriak sendirian agar memutar ulang hanya untuk melihat adegan seks.
Maka aku menundanya minggu demi minggu, sementara aku terus bersiap, sampai musim panas tiba dan aku memutuskan sudah sangat siap. Saat itu aku bahkan merasa cukup percaya diri, dan mulai memberikan isyarat-isyarat kepada Harry. Semua berjalan mulus dan sesuai rencana, sampai ketika Ruth dan Tommy putus dan semuanya jadi membingungkan.
BAB 9 YANG terjadi adalah, bahwa beberapa hari sesudah mereka bertengkar dan putus, aku sedang di Ruang Seni bersama beberapa gadis lain, menggambar objek mati. Aku ingat hari itu pengap, meskipun kipas angin berderak di belakang kami. Kami menggunakan arang, dan karena seseorang telah mengambil semua standar, kami terpaksa bekerja dengan papan di pangkuan. Aku duduk di sebelah Cynthia E., dan kami mengobrol dan mengeluh tentang panasnya udara. Lalu entah bagaimana kami akhirnya membahas anak laki-laki, dan ia berkata, tanpa mendongak dari gambarnya,
"Dan Tommy. Aku tahu hubungannya dengan Ruth tidak bakal bertahan. Nah, kupikir wajar saja kalau kau menggantikannya."
Ia mengatakan itu dengan sikap sambil lalu. Tapi Cynthia seorang yang tanggap, dan karena ia bukan anggota kelompok kami, komentarnya malah lebih berbobot. Maksudku, mau tak mau aku berpikir bahwa ia mewakili pandangan siapa saja di luar kelompok kami. Bagaimanapun, aku bersahabat dengan Tommy selama bertahun-tahun sampai masalah pacaran ini muncul. Sangat mungkin bagi orang luar menganggap wajar saja bila aku menjadi "pengganti Ruth". Aku tidak menanggapinya, dan Cynthia tidak mengatakan apa pun tentang itu.
Lalu mungkin satu atau dua hari kemudian, aku sedang berjalan keluar dari paviliun bersama Hannah ketika tiba-tiba ia menyenggolku dan mengangguk ke arah sekelompok anak laki-laki di Lapangan Bermain Utara.
"Lihat," katanya tenang. "Tommy. Duduk sendirian."
Aku mengangkat bahu seakan-akan berkata, "Memangnya kenapa?" Dan hanya sampai di situ. Tapi sesudahnya aku banyak memikirkannya. Mungkin Hannah hanya ingin menunjukkan bahwa Tommy, sesudah putus dengan Ruth, kelihatan agak seperti semacam suku cadang. Tapi aku tak sepenuhnya percaya hal ini; aku sangat mengenal Hannah. Caranya menyikutku dan merendahkan suaranya membuatnya jelas sekali ia juga sedang melontarkan asumsi, yang mungkin sedang beredar, bahwa aku akan menjadi "pengganti Ruth".
Semua ini, seperti kukatakan, membuatku agak bingung, karena hingga saat itu aku sudah memutuskan rencanaku dengan Harry. Bahkan, kalau diingat lagi, aku yakin aku akan berhubungan seks dengan Harry kalau saja tidak ada masalah "pengganti Ruth" ini. Aku sudah memikirkan semuanya, dan semua persiapanku sudah berjalan baik. Dan aku masih menganggap Harry pilihan yang baik untuk tahap hidupku saat itu. Kupikir ia akan bersikap penuh perhatian dan lembut, dan mengerti apa yang kuinginkan darinya.
Aku melihat Harry sekilas beberapa tahun yang lalu di panti pemulihan di Wiltshire. Ia sedang dibawa masuk sesudah donasi. Suasana hatiku tidak terlalu bagus karena malam sebelumnya donorku sendiri baru saja meninggal. Tak seorang pun menyalahkanku atas hal itu"operasinya memang tidak begitu rapi"tapi tetap saja aku tidak senang. Aku tidak tidur semalaman, mengurus semua hal, dan aku sedang di ruang depan, bersiap pergi, ketika kulihat Harry masuk. Ia duduk di kursi roda"karena ia sangat lemah, belakangan aku baru mengetahuinya, bukan karena ia tidak bisa berjalan"dan aku tak yakin apakah ia mengenaliku ketika aku menghampiri dan menyapanya. Kurasa tak ada alasan mengapa aku harus memiliki tempat khusus dalam ingatannya. Kami tak pernah banyak berhubungan kecuali sekali itu. Baginya, kalau toh ia mengingatku, aku hanya gadis bodoh yang pernah mendekatinya, menanyakan apakah ia ingin berhubungan seks, lalu mundur. Pasti ia cukup dewasa untuk usianya, karena ia tidak merasa jengkel atau menyebarkan kepada orang-orang bahwa aku perayu atau semacamnya. Jadi ketika aku melihatnya dibawa masuk hari itu, aku merasa berterima kasih padanya dan berharap aku menjadi perawatnya. Aku melihat berkeliling, tapi siapa pun perawatnya, orang itu tidak ada. Para petugas mmah sakit sudah tak sabar ingin memasukkannya ke kamar rawatnya, jadi aku tidak bicara lama dengannya. Aku hanya menyapanya, berkata kuharap ia akan segera merasa baikan, dan ia tersenyum letih. Ketika aku menyebut Hailsham ia mengangkat jempolnya, tapi aku tahu ia tidak mengenaliku. Mungkin nanti, kalau ia sudah tidak terlalu letih, atau ketika pengaruh obat sudah tidak terlalu kuat, ia akan mencoba mengetahui siapa aku, lalu ingat.
Pokoknya, aku sedang membicarakan masa lalu: bagaimana setelah Ruth dan Tommy putus, semua rencanaku berantakan. Kini ketika mengingatnya lagi, aku merasa agak kasihan pada Harry. Setelah semua isyarat yang kulontarkan minggu sebelumnya, sekonyong-konyong aku malah membisikkan agar ia mundur. Kupikir aku menganggap ia sudah sangat bersemangat, sehingga aku bersusah payah hanya untuk menolaknya. Karena setiap kali melihatnya, aku selalu mengatakan sesuatu dengan cepat, lalu lari sebelum ia bisa mengatakan sesuatu. Baru lama kemudian aku tersadar mungkin ia sama sekali tidak memikirkan seks. Mungkin saja ia dengan senang hati melupakan semuanya, hanya saja setiap kali melihatku, di lorong atau di lapangan, aku mendekatinya dan membisikkan beberapa alasan mengapa aku tidak mau berhubungan seks dengannya saat itu. Pasti kelihatan bodoh sekali jika dilihat dari sudut pandangnya, dan seandainya ia bukan tipe sopan, sudah pasti aku bakal jadi bahan tertawaan. Nah, pokoknya, masa menolak Harry ini bertahan mungkin selama dua minggu, lalu muncullah permintaan Ruth.
MUSIM panas itu, tepat setelah lenyapnya udara panas, kami mengembangkan cara yang aneh untuk mendengarkan musik bersama-sama di lapangan. Walkman bermunculan di Hailsham sejak Sale tahun sebelumnya dan pada musim panas itu ada sedikitnya enam Walkman. Yang jadi kegemaran saat itu adalah beberapa orang duduk bersama di rumput mengerumuni sebuah Walkman, sambil mengedarkan headset-nya berkeliling. Oke, kedengarannya cara yang bodoh untuk mendengarkan musik, tapi mampu menciptakan perasaan yang benar-benar asyik. Kau mendengarkan selama kurang-lebih dua puluh detik, melepaskan headset, meneruskannya ke orang lain. Sesudah beberapa lama, asalkan yang diputar adalah kaset yang sama, sangat mengherankan bahwa rasanya nyaris seakan-akan kau sudah mendengar seluruh kaset itu sendirian. Seperti kataku kegiatan itu benar-benar mewabah pada musim panas itu, dan selama istirahat makan siang kau bisa melihat kelompok-kelompok siswa berbaring di rumput di sekeliling Walkman. Para guardian tidak begitu senang, mereka bilang kami akan menyebarkan infeksi telinga, tapi toh mereka membiarkan kami terus melakukannya. Aku tak bisa mengingat musim panas itu tanpa memikirkan siang-siang di sekeliling Walkman itu. Seseorang bakal mendekat dan bertanya, "Musik apa?" dan kalau menyukai jawabannya, mereka duduk di rumput dan menunggu giliran. Selalu ada suasana bagus di antara sesi-sesi ini dan aku tak ingat ada orang yang pernah ditolak berbagi headset.
Bagaimanapun itulah yang sedang kulakukan dengan beberapa gadis lain ketika Ruth datang untuk bertanya apakah kami bisa bicara. Aku tahu pasti sesuatu yang penting, maka kutinggalkan teman-temanku yang lain dan kami pergi, sampai ke pondok tidur kami. Sesampai di kamar aku duduk di tempat tidur Ruth, di dekat jendela"matahari sudah menghangatkan selimutnya"dan ia duduk di tempat tidurku di dekat dinding belakang. Seekor lalat hijau terbang sambil berdengung, dan selama semenit kami tertawa sambil bermain "tenis lalat hijau", mengibaskan tangan kami agar makhluk itu terbang dari satu ke yang lainnya di antara kami. Lalu ia berhasil keluar dari jendela dan Ruth berkata,
"Aku ingin Tommy dan aku berbaikan lagi. Kathy, kau mau membantu?" Lalu ia bertanya, "Ada apa?"
"Tidak apa-apa. Aku hanya agak kaget, sesudah apa yang terjadi. Tentu saja aku akan membantu."
"Aku belum cerita kepada siapa-siapa bahwa aku ingin berbaikan lagi dengan Tommy. Bahkan ke Hannah pun tidak. Kau satu-satunya yang kupercaya."
"Apa yang kau ingin kulakukan?"
"Hanya bicara kepadanya. Kau selalu bisa mengendalikannya. Dia akan mendengarkanmu. Dan dia tahu kau tidak membual tentangku."
Beberapa saat kami duduk sambil mengayun-ayunkan kaki.
"Bagus sekali kau menceritakan ini kepadaku akhirnya aku berkata. "Mungkin aku orang terbaik. Bicara dengan Tommy dan sebagainya."
"Yang kuinginkan adalah agar kami bisa mulai lagi dari awal. Sekarang kedudukan kami seri, kami sama-sama sudah melakukan hal-hal bodoh hanya untuk saling menyakiti, tapi sudah cukup sekarang. Martha H. keparat, coba pikir! Mungkin Tommy melakukannya hanya agar aku tertawa. Nah, kau bisa bilang dia berhasil, dan kedudukannya seri. Sudah waktunya kami jadi dewasa dan mulai dari awal. Aku tahu kau bisa membujuknya, Kathy. Kau akan menanganinya sebaik mungkin. Jadi kalau dia belum siap untuk bersikap bijak, aku tahu tak ada gunanya lagi meneruskan hubungan dengannya."
Aku mengedikkan bahu. "Seperti katamu, Tommy dan aku selalu bisa bicara."
"Ya, dan dia benar-benar menghormatimu. Aku tahu karena dia sering membicarakannya. Bahwa kau berani dan bagaimana kau selalu konsisten dengan perkataanmu. Dia pernah bilang kalau sedang kesulitan dia lebih suka dibela olehmu daripada anak laki-laki mana pun." Ruth tertawa singkat. "Harus kauakui, itu pujian yang tulus. Jadi, memang harus kau yang menyelamatkan kami. Tommy dan aku sudah jodoh dan dia akan mendengarkanmu. Kau mau melakukan itu untuk kami, kan, Kathy?"
Sesaat aku tidak mengatakan apa-apa. Lalu aku bertanya, "Ruth, apakah kau serius mengenai Tommy" Maksudku, kalau aku membujuknya, dan kalian berbaikan lagi, apakah kau takkan menyakitinya lagi?"
Ruth mendesah tidak sabar. "Tentu saja aku serius. Kita sekarang sudah dewasa. Tak lama lagi kita akan meninggalkan Hailsham. Ini bukan permainan lagi."
"Baiklah. Aku akan bicara padanya. Seperti katamu, sebentar lagi kita akan pergi dari sini. Kita tidak boleh membuang-buang waktu."
Sesudah itu aku ingat kami duduk di tempat tidur, mengobrol selama beberapa waktu. Ruth ingin membahas semuanya berulang kali: betapa bodoh sikap Tommy, betapa serasinya mereka, betapa mereka akan melakukan semuanya dengan cara berbeda jika sudah berbaikan lagi, bahwa mereka akan bersikap lebih tertutup di depan umum, dan akan berhubungan seks di tempat yang lebih baik di saat yang lebih baik. Kami membahas semuanya dan ia meminta nasihatku atas semuanya. Lalu saat aku memandang ke luar jendela ke arah bukit-bukit di kejauhan, aku terkejut merasakan Ruth, yang tiba-tiba sudah berdiri di sampingku, meremas bahuku.
"Kathy, aku tahu aku bisa mengandalkanmu," katanya. "Tommy benar. Kau memang orang yang dibutuhkan kalau sedang kesulitan."
KARENA satu dan lain hal, aku tidak mendapat kesempatan untuk bebicara dengan Tommy selama beberapa hari berikutnya. Lalu suatu istirahat makan siang aku melihatnya di pinggir Lapangan Bermain Selatan, sedang berlatih football. Sebelumnya ia berlatih dengan dua anak laki-laki lain, tapi sekarang ia sendirian, melempar-lemparkan bola ke udara. Aku menghampirinya dan duduk di rumput di belakangnya, bersandar ke tiang pagar. Ini pasti tidak lama sesudah aku menunjukkan tanggalan Patricia C. dan ia pergi, karena aku ingat kami tidak begitu yakin bagaimana perasaan kami terhadap satu sama lain. Ia melanjutkan melempar-lempar bola, mengerutkan dahi penuh konsentrasi"lutut, kaki, kepala, kaki"sementara aku duduk sambil mengambili daun semanggi dan memandang hutan di kejauhan yang dulu sangat kami takuti. Akhirnya aku memutuskan memecahkan keheningan dan berkata,
"Tommy, mari kita bicara sekarang. Ada yang ingin kubicarakan denganmu."
Begitu aku mengatakan ini, ia membiarkan bolanya menggelinding pergi dan duduk di dekatku. Itu khas Tommy, begitu ia tahu aku ingin bicara, maka sisa-sisa kedongkolan langsung lenyap; tinggal semacam gairah penuh syukur yang mengingatkanku pada bagaimana kami dulu ketika masih di tingkat Junior ketika seorang guardian yang memarahi kami akhirnya baik lagi. Tommy agak terengah, dan meskipun tahu itu karena latihan football, ia jadi kelihatan semakin bersemangat. Dengan kata lain, sebelum kami mengatakan sesuatu, ia sudah membuatku jengkel. Lalu ketika aku bilang kepadanya, "Tommy, aku tahu. Akhir-akhir ini kau tidak bahagia," ia berkata, "Apa maksudmu" Aku sangat bahagia. Benar-benar bahagia." Lalu ia tersenyum lebar, diikuti tawa keras. Membuat kemarahanku meledak. Bertahun-tahun kemudian, bila sesekali teringat kejadian itu, aku hanya tersenyum. Tapi waktu itu aku benar-benar jengkel. Kalau Tommy misalnya berkata kepadamu, "Aku benar-benar sedih," ia harus memasang ekspresi sedih saat itu juga, untuk mendukung kata-katanya. Maksudku, ia tidak melakukan itu dengan sinis. Ia benar-benar menyangka dengan begitu ia akan lebih meyakinkan. Maka sekarang, untuk membuktikan dirinya bahagia, ia mencoba tampak berseri-seri penuh keramahan. Seperti kukatakan, akan tiba waktunya aku menganggap ini manis; tapi musim panas itu, yang kulihat hanyalah bahwa itu menunjukkan betapa Tommy masih kekanak-kanakan, dan betapa mudah kita bisa memanfaatkannya. Waktu itu aku belum tahu banyak tentang dunia yang menanti kami di luar Hailsham, tapi kuduga kami perlu terus waspada, dan kalau Tommy melakukan sesuatu seperti ini, aku merasa nyaris panik. Sebelumnya aku selalu mengabaikannya"rasanya terlalu sulit untuk dijelaskan"tapi kali ini aku marah sambil berkata,
'Tommy, kau kelihatan tolol, tertawa seperti itu! Kalau kau ingin berpura-pura bahagia, jangan seperti itu! Percayalah, jangan lakukan hal seperti itu! Pokoknya jangan! Begini, kau harus jadi dewasa. Dan kau harus kembali ke jalurmu. Belakangan ini, semua tentangmu jadi tak terkendali, dan kita sama-sama tahu kenapa."
Tommy kelihatan bingung. Setelah yakin aku sudah selesai bicara, ia berkata, "Kau benar. Semuanya berantakan. Tapi aku tidak mengerti apa maksudmu, Kath. Apa maksudmu, kita sama-sama tahu" Aku tidak mengerti dari mana kau tahu. Aku tidak memberi tahu siapa pun."
"Jelas aku tidak punya rinciannya. Tapi kita semua tahu kau dan Ruth sudah berpisah."
Tommy masih tampak bingung. Akhirnya ia tertawa lagi, tapi kali ini tawanya sungguh-sungguh. "Aku mengerti maksudmu," ia bergumam, lalu berhenti sebentar untuk memikirkan sesuatu. "Jujur saja, Kath," akhirnya ia berkata, "Sebenarnya bukan itu yang mengusikku. Tapi sesuatu yang lain sama sekali. Aku selalu memikirkannya. Tentang Miss Lucy."
Dan begitulah caranya aku mendengar tentang hal itu, tentang apa yang terjadi antara Tommy dan Miss Lucy di awal musim panas. Kelak ketika punya waktu untuk memikirkannya, aku mengira-ngira itu terjadi tak lebih dari beberapa hari sesudah pagi itu, ketika aku melihat Miss Lucy di Ruang 22, mengurek-urek kertas. Dan seperti kukatakan, aku marah sekali pada diriku karena tidak mendengar tentang ini dari Tommy lebih cepat.
Waktu itu siang hari mendekati "jam mati?"ketika pelajaran sudah selesai tapi masih ada waktu sampai makan malam. Tommy melihat Miss Lucy keluar dari rumah utama, tangannya penuh flipchart dan box file, dan karena sepertinya ia bakal menjatuhkan sesuatu, Tommy menghampiri dan menawarkan bantuan.
"Nah, ia memberiku beberapa barang untuk dibawa dan kami akan pergi ke ruang kerjanya. Bahkan untuk kami berdua bawaannya terlalu banyak dan aku menjatuhkan beberapa barang sepanjang perjalanan. Lalu ketika kami sudah mendekati Orangery, mendadak ia berhenti, dan kusangka ia menjatuhkan sesuatu. Tapi ia memandangku, seperti ini, menatap wajahku, serius sekali. Lalu katanya kami perlu bicara, bicara serius. Aku bilang baiklah, maka kami masuk ke Orangery, masuk ke ruang kerjanya, meletakkan semua barang. Lalu ia menyuruhku duduk, dan aku duduk persis di tempatku dulu duduk, kau tahu kan, bertahun-tahun yang lalu itu. Dan aku tahu ia juga ingat saat itu, karena ia mulai membicarakannya seakan-akan kejadian itu baru kemarin. Tidak ada penjelasan, sama sekali tidak, ia langsung mengatakan sesuatu semacam Tommy, aku kelim, semua yang kukatakan padamu dulu. Dan seharusnya sudah lama ku-betulkan/ Lalu katanya aku harus melupakan semua yang dulu dikatakannya kepadaku. Bahwa ia sudah merugikanku karena mengatakan tidak perlu mencemaskan soal jadi kreatif. Bahwa para guardian yang lain selama ini benar, dan tak ada alasan kalau karya seniku seperti sampah..."
"Sebentar, Tommy. Apakah dia benar-benar mengatakan karya senimu seperti 'sampah'?"
"Kalau bukan 'sampah', pokoknya sesuatu semacam itu. Sepele. Mungkin itu istilahnya. Atau tidak kompeten. Sama saja dengan 'sampah'. Katanya dia menyesal mengatakan apa yang dikatakannya kepadaku dulu karena kalau saja dia tidak mengatakannya, mungkin sekarang aku sudah berhasil mengatasinya."
"Apa yang kaukatakan selama itu?"
"Aku tidak tahu harus bilang apa. Akhirnya dia bertanya. Katanya, 'Tommy, apa yang kaupikirkan"' Kukatakan aku tidak yakin tapi dia tidak perlu khawatir karena sekarang aku baik-baik saja. Katanya, tidak, aku tidak baik-baik saja. Karyaku buruk, dan sebagian itu gara-gara salahnya karena mengatakan apa yang dikatakannya kepadaku. Kukatakan padanya, apakah itu penting" Aku baik-baik saja sekarang, tak ada lagi yang menertawakanku tentang hal itu. Tapi ia terus menggeleng sambil berkata, 'Itu penting. Seharusnya aku tidak mengatakan apa yang kukatakan.' Maka terlintas dalam benakku bahwa yang dia bicarakan adalah masa depan, kau tahu kan, sesudah kita pergi dari sini. Jadi kataku, 'Tapi aku akan baik-baik saja, Miss. Aku benar-benar baik-baik saja, aku tahu bagaimana harus mengurus diriku. Kalau sudah saatnya untuk donasi, aku akan mampu melakukannya dengan baik sekali.' Ketika aku mengatakan ini, dia mulai menggelengkan kepala, menggelengkannya sangat keras hingga aku khawatir dia bakal pusing. Lalu katanya, 'Dengar,
Tommy, karya senimu, itu sangat penting. Dan bukan hanya karena itu bukti. Tapi demi kebaikanmu sendiri. Kau akan mendapat banyak darinya, untuk dirimu sendiri.'"
"Tunggu. Apa maksudnya, 'bukti'?"
"Aku tidak tahu. Tapi dia jelas bilang begitu. Katanya seni kita sangat penting, dan bukan hanya karena itu 'bukti'. Hanya Tuhan yang tahu apa maksudnya. Aku bahkan bertanya, waktu dia mengatakannya. Kataku aku tidak mengerti apa yang dikatakannya padaku, dan apakah itu ada hubungannya dengan Ma-dame dan galerinya" Lalu dia mendesah dan berkata, 'Galeri Madame, ya, itu penting. Jauh lebih penting daripada yang pernah kusangka. Sekarang aku baru tahu.' Lalu dia bilang, 'Begini, banyak sekali yang tidak kaupahami, Tommy, dan aku tidak bisa menceritakannya kepadamu. Hal-hal mengenai Hailsham, tentang tempatmu di dunia luas, segala macam hal. Tapi barangkali suatu hari nanti, kau akan mencoba dan tahu. Mereka takkan membuatnya mudah bagimu, tapi kalau kau ingin, benar-benar ingin, mungkin kau bakal mengetahuinya.' Dia mulai menggelengkan kepala lagi sesudah itu, meskipun tidak sekeras sebelumnya, dan katanya, 'Tapi kenapa kau harus berbeda" Para siswa yang pergi dari sini, mereka tak pernah tahu banyak. Kenapa kau harus berbeda"' Aku tidak tahu apa yang dibicarakannya, jadi aku bilang saja lagi, 'Aku akan baik-baik saja, Miss.' Ia diam sebentar, lalu tiba-tiba berdiri dan agak membungkuk dan memelukku. Bukan dengan cara yang seksi. Lebih seperti yang mereka lakukan waktu kita masih kecil. Aku bersikap se-diam mungkin. Lalu ia mundur dan sekali lagi mengatakan menyesal tentang apa yang sudah dikatakannya kepadaku. Dan bahwa masih belum terlambat, aku harus segera memulai, mengejar ketinggalanku. Kurasa aku tidak bilang apa-apa, dan dia memandangku dan kupikir dia akan memelukku lagi. Tapi dia hanya berkata, 'Lakukan demi aku, Tommy.' Kataku aku akan berusaha keras, karena saat itu aku ingin pergi secepatnya dari situ. Mungkin wajahku merah padam, karena dia memelukku dan sebagainya. Maksudku, sekarang kan berbeda, kita sudah besar."
Aku begitu terhanyut dengan cerita Tommy, sehingga melupakan alasanku berbicara dengannya. Tapi ketika ia mengatakan "sudah besar", aku jadi teringat alasanku sebenarnya.
"Begini, Tommy," kataku, "kita perlu membahas ini dengan hati-hati tak lama lagi. Ini sangat menarik dan aku tahu ini pasti sudah membuatmu sedih. Tapi bagaimanapun juga, kau harus lebih mengendalikan diri. Kita akan pergi dari sini musim panas ini. Kau harus membereskan dirimu, dan ada satu hal yang bisa kaubereskan sekarang juga. Ruth bilang dia siap untuk sepakat, dan berbaikan lagi denganmu. Kukira itu kesempatan baik untukmu. Jangan kacaukan."
Tommy terdiam selama beberapa detik, lalu berkata, "Entahlah, Kath. Begitu banyak yang harus dipikirkan."
"Tommy, dengar. Kau benar-benar beruntung. Dari semua orang di sini, Ruth menyukaimu. Sesudah kita pergi, kalau kau bersamanya, kau tidak perlu khawatir. Dia yang terbaik, dan kau akan baik-baik saja selama kau bersamanya. Katanya, dia ingin mulai dari awal lagi. Jadi jangan sampai gagal."
Aku menunggu tapi Tommy tidak bereaksi, dan sekali lagi aku merasakan semacam kepanikan melandaku. Aku condong ke depan dan berkata, "Dengar, kau bodoh, kau takkan mendapat banyak kesempatan lagi. Apakah kau tidak sadar, kita tidak akan bersama-sama seperti ini untuk waktu lama lagi?"
Aku tercengang ketika jawaban Tommy datang, tenang dan penuh pertimbangan"sisi Tommy yang semakin sering muncul dalam tahun-tahun berikutnya.
"Aku sadar itu, Kath. Justru itulah sebabnya aku tidak bisa terburu-buru kembali kepada Ruth. Kami harus memikirkan langkah selanjutnya dengan sangat hati-hati." Lalu ia mendesah dan menatapku lurus-lurus. "Seperti katamu, Kath. Kita akan segera pergi dari sini. Ini sudah tidak seperti permainan lagi. Kita harus berpikir dengan hati-hati."
Tiba-tiba aku tidak tahu harus bilang apa dan hanya duduk di situ, menarik-narik daun semanggi. Bisa kurasakan mata Tommy memandangku, tapi aku tidak menengadah. Kami bisa saja terus seperti itu selama beberapa saat lagi, hanya saja ada gangguan. Kurasa anak laki-laki teman Tommy tadi bermain football telah kembali, atau mungkin beberapa siswa yang kebetulan lewat kemudian mampir dan duduk bersama kami. Pokoknya, percakapan dari hati-ke-hati kami berakhir dan aku pergi dengan perasaan belum melakukan apa yang tadinya ku-niatkan"bahwa entah bagaimana aku sudah mengecewakan Ruth.
AKU tak pernah sempat menilai dampak percakapanku dengan Tommy, karena keesokan harinya kabar itu merebak. Sudah hampir siang dan kami sedang mendengarkan ceramah Pengetahuan Budaya. Dalam pelajaran ini kami harus memerankan berbagai tokoh yang kami dapati di sana"pelayan kafe, polisi, dan sebagainya. Pelajaran itu selalu membuat kami bersemangat sekaligus cemas, maka kami sudah cukup tegang. Lalu di akhir pelajaran, ketika kami berjalan keluar, Charlotte E. bergegas masuk dan kabar tentang Miss Lucy meninggalkan Hailsham segera menyebar di antara kami. Mr. Chris, yang mengajar saat itu dan pasti sudah tahu sejak awal, pergi dengan menyeret kaki, dengan sikap bersalah, sebelum kami bisa bertanya kepadanya. Mula-mula kami tak yakin apakah Charlotte hanya memberi-tahu kabar angin, tapi semakin banyak yang diceritakannya, semakin jelas bahwa ini benar. Paginya, salah satu kelas Senior masuk ke Ruang 12 dan menantikan pelajaran Apresiasi Musik dari Miss Lucy. Tapi yang ada malah Miss Emily, dan ia mengatakan Miss Lucy tidak bisa datang saat itu, jadi ia menggantikannya. Selama dua puluh menit pertama semua berlangsung normal. Lalu tiba-tiba"di tengah ucapannya"Miss Emily berhenti bicara tentang Beethoven dan mengumumkan bahwa Miss Lucy meninggalkan Hailsham dan tidak akan kembali. Kelas itu selesai beberapa menit lebih awal"Miss Emily bergegas pergi dengan kerutan di wajahnya"dan kabar itu segera menyebar begitu para siswa keluar.
Aku langsung mencari Tommy, karena sangat ingin ia pertama mendengarnya dariku. Tapi ketika aku melangkah ke pelataran, kulihat aku sudah terlambat. Tommy ada di sana, di ujung terjauh, di pinggir lingkaran anak-anak laki-laki, mengangguk mendengarkan apa yang sedang dikatakan. Anak-anak laki-laki lainnya sangat heboh, bahkan penuh semangat, tapi tatapan Tommy tampak hampa. Sore itu juga Tommy dan Ruth berbaikan lagi, dan aku ingat Ruth mencariku beberapa hari kemudian untuk mengucapkan terima kasih karena "sudah membereskannya dengan baik". Kukatakan aku tidak banyak membantu, tapi ia menyanggahnya. Jelas dalam pandangannya aku sudah sangat berjasa. Dan begitulah keadaannya sepanjang hari-hari terakhir kami di Hailsham.
BAGIAN KEDUA BAB 10 KADANG-KADANG aku meluncur melewati jalan panjang yang berkelok-kelok melintasi rawa-rawa, atau mungkin melewati barisan ladang bergalur-galur, sementara langit luas dan kelabu dan tak pernah berubah sepanjang jalan yang berkilometer panjangnya, lalu aku memikirkan esaiku, yang seharusnya kutulis waktu itu, ketika kami masih tinggal di Cottage. Sepanjang musim panas terakhir itu para guardian berulang kali membicarakan esai-esai yang harus kami buat, mencoba membantu kami mencari topik yang akan membuat kami sibuk selama dua tahun. Tapi entah kenapa"mungkin kami melihat sesuatu dalam sikap para guardian"tak seorang pun percaya esai-esai itu benar-benar penting, dan di antara kami sendiri hal itu jarang dibahas. Aku ingat ketika memberitahu Miss Emily bahwa topik yang kupilih adalah tentang novel gaya Victoria, aku sebenarnya belum memikirkannya dengan serius dan kulihat ia juga mengetahuinya. Tapi ia hanya memandangku dengan tatapan menyelidik, dan tidak mengatakan apa-apa.
Tapi begitu kami sampai di Cottage, esai tersebut mendapat makna baru. Pada hari-hari pertama kami di sana, dan bagi beberapa di antara kami bahkan lebih lama lagi, rasanya kami berpegangan pada esai masing-masing, tugas terakhir kami dari Hailsham, seolah-olah itu kenang-kenangan perpisahan dari para guardian. Dengan berlalunya waktu, mereka akan terhapus dari benak kami, tapi untuk beberapa waktu esai-esai itu membantu kami untuk tetap bertahan dalam lingkungan baru kami.
Kalau sekarang mengingat esaiku, yang kulakukan adalah memikirkan beberapa detail: misalnya memikirkan pendekatan yang sama sekali baru yang seharusnya kulakukan, atau tentang penulis dan buku lain yang seharusnya kubahas. Bisa saja aku sedang minum kopi di pompa bensin, memandang ke jalan raya lewat jendela-jendela besar, lalu tiba-tiba esaiku muncul tanpa alasan. Lalu aku cukup menikmati duduk di sana, memikirkan esai itu sekali lagi. Baru akhir-akhir ini aku berpikir-pikir untuk kembali dan mengerjakannya lagi, kalau aku sudah bukan perawat lagi dan punya waktu. Tapi akhirnya, kurasa aku tidak serius tentang hal itu. Itu hanya sedikit nostalgia untuk melewatkan waktu. Aku memikirkan esai sama seperti aku memikirkan pertandingan rounders di Hailsham ketika aku bermain lumayan baik, kalau tidak perdebatan jauh di masa lalu ketika sekarang aku bisa memikirkan banyak hal cerdas yang seharusnya kukatakan waktu itu. Yah, begitulah"semacam khayalan. Tapi seperti sudah kukatakan, tidak seperti itu ketika kami pertama tiba di Cottage.
Delapan di antara kami yang meninggalkan Hailsham pada musim panas itu ditempatkan di Cottage. Yang lain pergi ke White Mansion di perbukitan Welsh, atau ke Poplar Farm di
Dorset. Waktu itu kami tidak tahu semua tempat ini sama sekali tak punya kaitan erat dengan Hailsham. Kami tiba di Cottage dengan harapan akan mendapati versi lain Hailsham khusus untuk siswa yang lebih senior, dan kurasa seperti itulah kami memandangnya selama beberapa waktu. Kami jarang memikirkan kehidupan kami sesudah Cottage, atau tentang siapa yang mengelolanya, atau bagaimana perannya dalam dunia luas. Tak satu pun dari kami berpikir begitu pada masa itu.
Cottage adalah sisa sebuah pertanian yang jatuh bangkrut beberapa tahun sebelumnya. Ada sebuah rumah pertanian tua, dan di sekelilingnya gudang-gudang, kamar mandi, kandang-kandang yang semua diubah fungsinya untuk menjadi tempat tinggal bagi kami. Ada beberapa bangunan lain, biasanya paling luar, yang benar-benar bobrok dan tak bisa dimanfaatkan, tapi kami merasa bertanggung jawab atasnya meski tidak jelas"terutama gara-gara Keffers. Ia laki-laki tua cemberut yang datang sekitar dua-tiga kali seminggu dengan tmknya yang kotor, untuk memeriksa tempat kami. Ia jarang bicara kepada kami, dan caranya berkeliling sambil mengeluh dan menggeleng jijik mengesankan bahwa kami tidak melakukan cukup banyak untuk memelihara tempat itu dengan baik. Tapi tak pernah jelas apa lagi yang sebenarnya ia ingin kami lakukan. Ia sudah memperlihatkan suatu daftar tugas sewaktu kami pertama kali datang, dan para siswa yang sudah ada di sana?"para veteran", begitu sebutan Hannah untuk mereka"sudah sejak lama membuat jadwal tugas yang kami ikuti dengan cermat. Tak banyak yang bisa kami lakukan kecuali melaporkan talang bocor dan mengepel sesudah banjir.
Rumah pertanian lama"pusat Cottage"memiliki beberapa perapian tempat kami bisa membakar kayu bakar yang sudah dibelah, yang ditumpuk di gudang. Jika tidak, kami harus puas dengan kotak pemanas. Masalahnya, semua harus dinyalakan dengan gas, dan kalau tidak benar-benar dingin, Keffers tidak membawa banyak. Kami selalu memintanya meninggalkan banyak persediaan, tapi ia menggeleng murung, seolah-olah kami pasti akan menghabiskannya dengan sembrono atau menyebabkan ledakan. Maka aku ingat, kecuali musim panas, udara amat sangat dingin. Kau mengenakan dua, bahkan tiga sweter, tapi jinsmu masih saja dingin dan kaku. Kadang-kadang kami tetap mengenakan bot Wellington kami seharian, meninggalkan jejak berlumpur dan lembap di seluruh ruangan. Keffers, melihat ini, menggeleng lagi, tapi kalau kami bertanya apa lagi yang harus kami lakukan, lantainya seperti itu, ia tidak menjawab.
Mungkin aku membuatnya kedengaran buruk, tapi tak ada di antara kami yang keberatan dengan keadaan tidak nyaman tersebut"itu bagian dari seluruh kesenangan karena berada di Cottage. Jika jujur, terutama pada saat-saat awal, hampir semua kami mengakui merindukan para guardian. Beberapa dari kami, beberapa waktu lamanya, bahkan berusaha menganggap Keffers sebagai semacam guardian, tapi ia menolak. Kalau kau menghampiri untuk menyapa ketika ia datang dengan van-nya, ia hanya menatapmu seakan-akan kau sudah sinting. Tapi ini satu hal yang sudah diberitahukan kepada kami berkali-kali: bahwa setelah Hailsham, takkan ada lagi para guardian, jadi kami harus saling menjaga. Dan secara keseluruhan, menurutku Hailsham sudah mempersiapkan kami dengan baik untuk hal itu.
Kebanyakan siswa yang dekat denganku di Hailsham, juga ditempatkan di Cottage musim panas itu. Cynthia E."gadis yang menyebutku "pengganti" Ruth di Ruang Seni itu"aku menyukainya, tapi ia pergi ke Dorset dengan gengnya sendiri. Dan Harry, anak laki-laki yang nyaris bercinta denganku, kudengar pergi ke Wales. Tapi semua anggota geng kami tetap bersama-sama. Dan kalau kami merindukan yang lain, kami bisa mengatakan tak ada yang menghalangi kami untuk mengunjungi mereka. Terlepas dari pelajaran peta yang diberikan Miss Emily, saat itu kami tak punya bayangan tentang jarak dan seberapa mudah atau sulit mengunjungi tempat tertentu. Kami bicara tentang menumpang mobil para veteran bila mereka bepergian, atau kalau tidak, tentang bagaimana kami sendiri akan belajar mengemudi sehingga bisa menemui mereka kapan pun kami mau.
Tentu saja, dalam praktiknya, terutama selama bulan-bulan pertama, kami jarang keluar perbatasan wilayah Cottage. Kami bahkan tidak menyusuri pedesaan di sekeliling kami atau pergi ke desa terdekat. Menurutku bukan karena kami takut. Kami tahu tak ada yang bakal menghentikan kami jika kami pergi, asalkan kami kembali pada hari dan jam yang kami cantumkan pada buku catatan Keffers. Pada musim panas kedatangan kami, kami selalu melihat veteran mengemas tas dan ransel mereka, lalu pergi selama dua atau tiga hari yang bagi kami kelihatannya sangat sembrono. Kami memperhatikan mereka dengan tercengang, bertanya-tanya apakah pada musim panas berikutnya kami akan melakukan hal yang sama. Tentu saja begitu, tapi pada masa awal itu, sepertinya mustahil. Kau perlu ingat bahwa hingga saat itu kami belum pernah keluar dari kompleks Hailsham, dan kami sangat bingung. Kalau saat itu kau mengatakan kepadaku bahwa dalam setahun aku bukan hanya akan berjalan-jalan sendirian untuk waktu lama, tapi juga belajar mengemudi mobil, pasti kau akan kuanggap gila.
sama. Dan kalau kami merindukan yang lain, kami bisa mengatakan tak ada yang menghalangi kami untuk mengunjungi mereka. Terlepas dari pelajaran peta yang diberikan Miss Emily, saat itu kami tak punya bayangan tentang jarak dan seberapa mudah atau sulit mengunjungi tempat tertentu. Kami bicara tentang menumpang mobil para veteran bila mereka bepergian, atau kalau tidak, tentang bagaimana kami sendiri akan belajar mengemudi sehingga bisa menemui mereka kapan pun kami mau.
Tentu saja, dalam praktiknya, terutama selama bulan-bulan pertama, kami jarang keluar perbatasan wilayah Cottage. Kami bahkan tidak menyusuri pedesaan di sekeliling kami atau pergi ke desa terdekat. Menurutku bukan karena kami takut. Kami tahu tak ada yang bakal menghentikan kami jika kami pergi, asalkan kami kembali pada hari dan jam yang kami cantumkan pada buku catatan Keffers. Pada musim panas kedatangan kami, kami selalu melihat veteran mengemas tas dan ransel mereka, lalu pergi selama dua atau tiga hari yang bagi kami kelihatannya sangat sembrono. Kami memperhatikan mereka dengan tercengang, bertanya-tanya apakah pada musim panas berikutnya kami akan melakukan hal yang sama. Tentu saja begitu, tapi pada masa awal itu, sepertinya mustahil. Kau perlu ingat bahwa hingga saat itu kami belum pernah keluar dari kompleks Hailsham, dan kami sangat bingung. Kalau saat itu kau mengatakan kepadaku bahwa dalam setahun aku bukan hanya akan berjalan-jalan sendirian untuk waktu lama, tapi juga belajar mengemudi mobil, pasti kau akan kuanggap gila.
sama. Dan kalau kami merindukan yang lain, kami bisa mengatakan tak ada yang menghalangi kami untuk mengunjungi mereka. Terlepas dari pelajaran peta yang diberikan Miss Emily, saat itu kami tak punya bayangan tentang jarak dan seberapa mudah atau sulit mengunjungi tempat tertentu. Kami bicara tentang menumpang mobil para veteran bila mereka bepergian, atau kalau tidak, tentang bagaimana kami sendiri akan belajar mengemudi sehingga bisa menemui mereka kapan pun kami mau.
Tentu saja, dalam praktiknya, terutama selama bulan-bulan pertama, kami jarang keluar perbatasan wilayah Cottage. Kami bahkan tidak menyusuri pedesaan di sekeliling kami atau pergi ke desa terdekat. Menurutku bukan karena kami takut. Kami tahu tak ada yang bakal menghentikan kami jika kami pergi, asalkan kami kembali pada hari dan jam yang kami cantumkan pada buku catatan Keffers. Pada musim panas kedatangan kami, kami selalu melihat veteran mengemas tas dan ransel mereka, lalu pergi selama dua atau tiga hari yang bagi kami kelihatannya sangat sembrono. Kami memperhatikan mereka dengan tercengang, bertanya-tanya apakah pada musim panas berikutnya kami akan melakukan hal yang sama. Tentu saja begitu, tapi pada masa awal itu, sepertinya mustahil. Kau perlu ingat bahwa hingga saat itu kami belum pernah keluar dari kompleks Hailsham, dan kami sangat bingung. Kalau saat itu kau mengatakan kepadaku bahwa dalam setahun aku bukan hanya akan berjalan-jalan sendirian untuk waktu lama, tapi juga belajar mengemudi mobil, pasti kau akan kuanggap gila.
BAHKAN Ruth pun tampak gentar pada hari cerah ketika minibus mengantar kami hingga ke depan rumah pertanian, mengitari kolam kecil dan lenyap saat mendaki bukit. Kami bisa melihat perbukitan di kejauhan, yang mengingatkan kami pada bukit-bukit di kejauhan Hailsham, namun bagi kami kelihatannya bentuk bukit-bukit ini aneh, seperti kalau kau menggambar wajah seorang teman dan hasilnya mirip tapi tidak sama persis, dan wajah pada kertas itu membuatmu ngeri. Tapi setidaknya saat itu musim panas, tidak seperti Cottage beberapa bulan se-telahnya, ketika semua kolam membeku dan tanah yang kasar menjadi es keras. Tempat itu tampak indah dan nyaman, dengan rumput yang terlalu tinggi di mana-mana"hal baru bagi kami. Kami berdelapan berkerumun, memperhatikan Keffers keluar-masuk rumah pertanian, berharap ia menyapa kami sewaktu-waktu. Tapi ia tidak melakukannya, dan yang bisa kami tangkap hanya omelan jengkel tentang siswa-siswa yang sudah tinggal di sana. Sekali, ketika mengambil sesuatu dari van-nya, ia melemparkan pandangan muram ke arah kami, lalu kembali ke rumah pertanian dan menutup pintu di belakangnya.
Namun tak lama kemudian para veteran, yang menikmati melihat keadaan kami yang menyedihkan"kami melakukan hal yang kurang-lebih sama pada musim panas berikutnya"keluar dan membimbing kami. Bahkan, kalau diingat-ingat lagi, aku melihat mereka benar-benar berupaya keras membantu kami kerasan. Meskipun begitu, minggu-minggu pertama itu terasa aneh dan kami senang masih bersama-sama. Kami selalu ber-sama-sama dan tampaknya melewatkan kebanyakan waktu dengan berdiri canggung di luar rumah pertanian, tanpa tahu harus melakukan apa.
Sekarang lucu rasanya kalau mengingat bagaimana keadaan pada awalnya, karena ketika aku memikirkan dua tahun di
Cottage itu, awal yang penuh rasa takut dan bingung itu seakan-akan tak ada kaitannya dengan semua hal lainnya. Kalau sekarang seseorang menyebut Cottage, yang kuingat adalah hari-hari santai ketika kami keluar-masuk kamar yang lain, siang hari yang dengan lamban melebur menjadi sore kemudian malam. Aku mengingat tumpukan buku-buku lamaku, halaman-halamannya melekuk, seakan-akan tadinya berasal dari laut. Aku mengingat bagaimana aku membacanya, menelungkup di rumput pada siang yang hangat, rambutku"yang kubiarkan panjang waktu itu"selalu jatuh menutupi pandanganku. Aku ingat pagi hari terbangun di kamarku di atas Lumbung Hitam karena mendengar suara-suara para siswa di luar di ladang, berdebat tentang puisi atau filsafat; atau musim-musim dingin yang panjang, sa-rapan-sarapan dalam dapur yang hangat, diskusi yang melantur di sekeliling meja tentang Kafka atau Picasso. Selalu pembicaran yang sama pada saat sarapan; tidak pernah tentang dengan siapa kau berhubungan seks semalam, atau mengapa Larry dan Helen tidak saling berbicara lagi.
Tapi kalau aku mengingatnya lagi, ada juga perasaan bahwa gambaran tentang kami di hari pertama itu, berkerumun di depan rumah pertanian, sama sekali tidak terlalu aneh. Karena barangkali, sebenarnya kami tidak meninggalkan semuanya seperti sangkaan kami. Karena di bawah sadar kami, sebagian diri kami tetap seperti itu: takut pada dunia luar di sekitar kami, dan"tak peduli seberapa besar kami membenci diri sendiri karena hal itu"tidak bisa sepenuhnya saling melepaskan.
PARA veteran, yang tentu saja tidak tahu apa-apa tentang riwayat hubungan Tommy dan Ruth, memperlakukan mereka sebagai pasangan yang sudah mapan, dan rupanya ini sangat menyenangkan hati Ruth. Selama beberapa minggu pertama sejak kedatangan kami, ia membesar-besarkannya, selalu menggandeng Tommy, kadang-kadang mencumbunya di sudut ruangan sementara banyak orang di sekitarnya. Yah, sikap semacam ini mungkin wajar-wajar saja di Hailsham, tapi di Cottage terlihat kekanak-kanakan. Para pasangan veteran tidak pernah pamer di depan umum, sikap mereka seperti ibu dan ayah dalam keluarga normal.
Tanpa sengaja ada sesuatu yang kuperhatikan pada pasangan-pasangan veteran di Cottage ini"sesuatu yang tak tertangkap bahkan oleh Ruth, padahal ia mengamati mereka dengan saksama"yaitu bahwa banyak perilaku mereka ditiru dari televisi. Aku pertama kali menyadarinya ketika melihat pasangan ini, Susie dan Greg"mungkin siswa-siswa tertua di Cottage dan secara umum dianggap "penguasa" tempat itu. Ada sesuatu yang dilakukan Susie setiap kali Greg mulai berbicara tentang Proust atau siapa pun: Susie akan tersenyum pada kami semua, memutar-mutar bola mata, dan mengatakan dengan penuh tekanan, tapi tanpa suara, "Ya Tuhan, selamatkan kami." Di Hailsham televisi sangat dibatasi, di Cottage juga"meskipun tak ada yang menghalangi kami untuk menontonnya sepanjang hari"tak ada keranjingan TV. Tapi ada sebuah televisi tua di rumah pertanian dan satu lagi di Lumbung Hitam, dan sesekali aku menontonnya. Karena itulah aku menyadari bahwa ucapan "Ya Tuhan, selamatkan kami" berasal dari film seri Amerika, salah satu di mana penontonnya selalu tertawa atas apa pun yang dikatakan atau dilakukan karakternya. Ada seorang karakter"wanita bertubuh besar, tetangga para karakter utama"yang melakukan persis yang dilakukan Susie, jadi kalau si suami mulai berbicara panjang-lebar, para penonton sudah menunggunya memutar-mutar bola mata dan berkata, "Ya Tuhan, selamatkan kami" agar mereka bisa terbahak-bahak. Sekali melihat itu, aku mulai melihat banyak hal lain yang dicontoh para pasangan veteran dari program TV: cara mereka saling memberi isyarat, duduk bersama di sofa, bahkan cara mereka berdebat dan keluar dengan marah dari ruangan.
Pokoknya, maksudku, tidak butuh waktu lama bagi Ruth untuk menyadari bahwa sikapnya dan Tommy sama sekali tidak cocok di Cottage, jadi ia berusaha mengubah perilaku mereka di depan orang-orang. Dan ada satu isyarat yang dicontoh Ruth dari para veteran. Di Hailsham, jika suatu pasangan akan berpisah, meski hanya beberapa menit, itu sudah jadi alasan untuk berpelukan dan bercumbu. Namun di Cottage, bila suatu pasangan berpamitan, nyaris tak ada kata-kata, apalagi pelukan atau ciuman. Sebaliknya kau menepuk lengan pasanganmu di dekat sikunya, dengan ringan menggunakan buku jarimu, seperti yang kaulakukan kalau ingin menarik perhatian seseorang. Biasanya si gadis melakukannya pada si laki-laki, tepat ketika mereka saling bergerak menjauh. Kebiasaan ini sudah memudar di musim dingin, tapi ketika kami baru datang, gaya itulah yang sedang tren dan tak lama kemudian Ruth melakukannya pada Tommy. Ingat, awalnya Tommy sama sekali tidak tahu apa yang terjadi, dan menoleh tiba-tiba ke arah Ruth dan bertanya, "Apa?" sehingga Ruth terpaksa memandangnya marah, seakan-akan mereka sedang bersandiwara dan Tommy melupakan dialognya. Kupikir akhirnya Ruth memberitahunya, karena sesudah kira-kira seminggu mereka berhasil melakukannya dengan benar, kurang-lebih sama seperti para pasangan veteran.
Aku tidak benar-benar melihat tepukan pada siku di televisi, tapi aku yakin dari sanalah gagasan itu datang, dan juga yakin sekali bahwa Ruth tidak menyadarinya. Karena itulah, siang itu ketika aku membaca Daniel Deronda di rumput dan Ruth bersikap menjengkelkan, aku memutuskan sudah waktunya ada yang memberitahunya.
SUDAH hampir musim gugur dan udara mulai dingin. Para veteran lebih banyak melewatkan waktu di dalam ruangan dan secara umum kembali ke rutinitas yang biasa mereka lakukan sebelum musim panas. Tapi kami yang datang dari Hailsham tetap duduk di luar di rumput yang tidak dipotong"ingin mempertahankan satu-satunya rutinitas yang kami kenal, selama mungkin. Meski begitu, siang itu hanya ada sekitar tiga atau empat orang selain aku yang membaca di lapangan, dan karena aku sudah dengan susah payah mencari sudut yang tenang untukku sendiri, aku yakin sekali tak ada yang bisa menguping apa yang terjadi antara aku dan Ruth.
Aku berbaring di atas terpal tua sambil membaca, seperti kataku tadi, Daniel Deronda, ketika Ruth datang dan duduk di sebelahku. Ia mengamati sampul bukuku dan mengangguk. Lalu setelah sekitar satu menit, seperti sudah kuduga, ia mulai menceritakan garis besar kisah Daniel Deronda. Sebelumnya suasana hatiku cukup bagus, dan senang melihat Ruth, tapi sekarang aku jengkel. Ia pernah melakukan hal semacam ini beberapa kali, dan aku melihatnya melakukan ini pada orang lain. Sebut saja gayanya, semacam ketidakacuhan tapi tulus, seolah ia berharap orang-orang benar-benar berterima kasih atas bantuannya. Okelah, bahkan pada masa itu, aku samar-samar tahu apa yang ada di baliknya. Pada bulan-bulan awal itu entah bagaimana kami mengembangkan gagasan bahwa tingkat keberhasilanmu menyesuaikan diri di Cottage"seberapa baik kau mengatasinya"entah bagaimana tecermin dari berapa banyak buku yang kaubaca. Kedengarannya aneh, tapi begitulah, itulah yang kami percaya, para penghuni yang datang dari Hailsham. Seluruh pendapat itu sengaja dibiarkan agak samar"bahkan, mengingatkan pada sikap kami dalam menghadapi seks di Hailsham. Kau bisa memberi kesan sudah membaca segala macam, mengangguk dengan sikap tahu betul, jika seseorang menyebutkan misalnya, War and Peace, dan ada pengertian di antara kami bahwa tak ada yang akan membahas pengakuanmu itu. Kau harus ingat, karena kami selalu bersama-sama sejak tiba di Cottage, tak mungkin salah satu dari kami membaca War and Peace tanpa yang lainnya melihatnya. Tapi persis seperti masalah seks di Hailsham, ada kesepakatan tak terucapkan untuk membiarkan suatu dimensi misterius tentang kami pergi dan membaca buku itu.
Seperti kukatakan, itu permainan yang kami lakukan sampai batas tertentu. Meski begitu, Ruth sering kelewatan. Dialah yang selalu berpura-pura sudah selesai membaca apa pun yang sedang dibaca orang lain; dan hanya dia yang berpendapat bahwa cara untuk menunjukkan kelebihanmu dalam membaca adalah dengan menceritakan isi novel yang tengah kita baca. Karena itulah, ketika ia mulai menceritakan Daniel Deronda, meskipun aku tidak terlalu menyukainya, aku menutup buku itu, bangkit duduk dan berkata kepadanya begitu saja,
"Ruth, aku bermaksud menanyakan ini padamu. Kenapa kau selalu menepuk siku Tommy kalau kalian berpisah" Kau tahu maksudku."
Tentu saja ia tidak mengaku tahu, maka dengan sabar aku menjelaskan apa yang kubicarakan. Ruth mendengarkan lalu mengangkat bahu.
"Aku tidak sadar telah melakukannya. Pasti aku mempelajarinya begitu saja."
Beberapa bulan sebelum itu mungkin aku akan membiarkannya"atau mungkin malah sama sekali tidak menyinggung hal ini. Tapi siang itu aku terus mendesaknya, sambil menjelaskan bahwa perilakunya ditiru dari seri televisi. "Itu bukan sesuatu yang pantas untuk ditiru," aku memberitahunya. "Orang-orang di luar sana, dalam kehidupan normal, tidak benar-benar melakukannya, kalau saja kau mengira begitu."
Aku tahu Ruth marah, tapi tidak yakin bagaimana harus menentangku. Ia membuang muka dan mengangkat bahu. "Memangnya kenapa?" ia berkata. "Bukan sesuatu yang penting. Banyak kita melakukan itu."
"Maksudmu Chrissie dan Rodney melakukannya."
Begitu mengatakan ini aku sadar sudah membuat kesalahan; bahwa sebelum aku menyebut kedua orang itu, aku sudah berhasil memojokkan Ruth, tapi sekarang ia lolos. Seperti ketika kau menggerakkan bidak dalam permainan catur dan begitu melepaskan jarimu dari bidak itu kau menyadari kesalahan yang sudah kaubuat, lalu kau panik karena belum tahu seberapa besar bencana yang sekarang kauhadapi. Aku melihat kilatan di mata Ruth dan ketika ia bicara lagi, suaranya sama sekali berbeda.
"Jadi itu rupanya, itu yang mengganggu Kathy kecil yang malang. Ruth tidak memberi cukup perhatian kepadanya. Ruth sudah mendapat banyak teman baru yang dewasa dan adik bayi kurang sering diajak bermain...."
"Hentikan. Pokoknya bukan begitu yang dilakukan keluarga normal. Kau tidak tahu apa-apa tentang itu."
"Oh Kathy, pakar keluarga sejati. Maaf. Tapi itu kan masalahnya" Kau masih percaya pendapat ini. Kita kelompok Hailsham, harus tetap bersama, sebagai kelompok kecil yang erat, jangan pernah mendapat teman baru."
"Aku tidak pernah bilang begitu. Aku hanya membicarakan Chrissie dan Rodney. Kelihatannya konyol, caramu meniru semua yang mereka lakukan."
"Tapi aku benar, kan?" Ruth melanjutkan. "Kau kesal karena aku berhasil maju, mendapat teman baru. Beberapa di antara para veteran malah nyaris tidak mengingat namamu, dan siapa bisa menyalahkan mereka" Kau tak pernah bicara dengan siapa pun kecuali mereka dari Hailsham. Tapi kau tidak bisa berharap aku akan memegang tanganmu sepanjang waktu. Kita sudah ada di sini hampir dua bulan sekarang."
Aku tidak terpancing, tapi sebaliknya malah berkata, "Jangan hiraukan aku, jangan hiraukan Hailsham. Tapi kau selalu menyulitkan Tommy. Aku memperhatikanmu, kau sudah melakukannya beberapa kali minggu ini. Kau membiarkannya telantar, seperti suku cadang saja. Itu tidak adil. Kau dan Tommy kan pasangan. Artinya kau harus memperhatikan dia."
"Benar sekali, Kathy, kami memang pasangan, seperti katamu. Dan kalau kau harus ikut campur, aku akan memberitahumu. Kami sudah membahas hal ini, dan kami sudah mencapai kesepakatan. Kalau kadang-kadang Tommy merasa tak ingin bergabung dengan Chrissie dan Rodney, itu terserah dia. Aku takkan memaksanya melakukan sesuatu yang belum siap dilakukannya. Tapi kami sudah sepakat, dia tidak boleh menahanku. Baik sekali kau memedulikan ini." Kemudian ia menambahkan, dengan nada suara yang sama sekali berbeda, "Kalau dipikir-pikir, kurasa kau juga sudah cukup mendapat teman baru dengan setidaknya beberapa veteran."
Ia memperhatikan aku dengan saksama, lalu tertawa, seakan-akan mengatakan, "Kita masih berteman, kan?" Tapi aku tidak merasa ada yang lucu dalam komentar terakhirnya ini. Aku hanya mengambil bukuku dan pergi tanpa sepatah kata lagi.
BAB 11 AKU harus menjelaskan mengapa aku begitu kesal pada apa yang dikatakan Ruth. Bulan-bulan awal di Cottage merupakan masa aneh dalam persahabatan kami. Kami bertengkar tentang segala macam hal sepele, tapi juga semakin saling memercayai. Khususnya, kami biasa bercakap-cakap di kamarku di atas Lumbung Hitam persis sebelum tidur. Bisa dikatakan itu semacam warisan obrolan kami di kamar tidur sesudah lampu dimatikan. Pokoknya, kenyataannya adalah, betapa pun kami berselisih hari itu, pada waktu tidur Ruth dan aku akan duduk berdampingan di tempat tidurku, menyeruput minuman panas kami, saling curhat tentang hidup baru kami, seolah-olah tak ada perselisihan di antara kami. Dan yang memungkinkan terjadinya percakapan dari hati ke hati itu"bahkan bisa dibilang apa yang memungkinkan persahabatan kami tetap bertahan saat itu"adalah pengertian bahwa apa pun yang kami ceritakan pada momen-momen itu akan diperlakukan dengan penuh hormat: kami menghormati rasa percaya, dan tak peduli kami sering bertengkar, kami takkan memanfaatkan apa pun yang kami bahas selama waktu itu untuk saling menjatuhkan. Baiklah, ini tak pernah benar-benar dibicarakan, tapi jelas merupakan sikap saling pengertian, dan hingga siang itu, sebelum perkara Daniel Deronda, tak satu pun dari kami melanggarnya. Itulah sebabnya ketika Ruth mengatakan bahwa aku juga cukup banyak berteman dengan berapa veteran, aku bukan hanya marah. Bagiku, itu pengkhianatan. Karena tak dapat disangsikan lagi apa maksudnya; ia membicarakan sesuatu yang kuakui padanya pada suatu malam tentang diriku dan seks.
Seperti bisa kauduga, seks di Cottage berbeda dengan dulu di Hailsham. Di Cottage masalah seks jauh lebih terus terang"lebih "dewasa". Kau tidak menggunjingkan atau tertawa cekikikan tentang siapa berhubungan seks dengan siapa. Bila kau tahu dua siswa berhubungan seks, kau tidak langsung mulai menduga-duga apakah mereka sudah jadi pasangan serius. Dan kalau suatu hari muncul pasangan baru, kau tidak membahasnya seakan-akan itu sangat penting. Kau hanya menerimanya dengan tenang, dan sejak itu bila kau menyebut salah satu, kau juga akan menyebut pasangannya, seperti "Chrissie dan Rodney, atau "Ruth dan Tommy". Bila ada yang ingin berhubungan seks denganmu, itu pun jauh lebih blakblakan. Seorang pemuda datang dan bertanya apakah kau mau melewatkan satu malam di kamarnya "untuk selingan", atau sesuatu semacam itu, sama sekali tidak heboh. Kadang-kadang itu karena si pemuda tertarik menjadi pasanganmu; kadang-kadang hanya untuk selingan semalam.
Suasananya, seperti kukatakan, jauh lebih dewasa. Tapi bila aku mengingat kembali, seks di Cottage kelihatannya lebih bersifat fungsional. Mungkin justru karena semua gunjingan dan
kerahasiaan telah lenyap. Atau mungkin karena hawa yang dingin.
Bila teringat seks di Cottage, yang terbayang olehku adalah melakukannya di ruangan sangat dingin dalam kegelapan, biasanya di bawah tumpukan selimut. Dan selimut itu sering kali bukan selimut, melainkan kombinasi yang benar-benar aneh" tirai-tirai lama, bahkan potngan-potongan karpet. Kadang-kadang begitu dingin hawanya sehingga kau terpaksa menumpuk apa pun yang bisa ditumpuk ke atasmu, dan kalau kau berhubungan seks di bawah itu semua, rasanya seperti gunung selimut menekanmu, sehingga separuh waktu kau bahkan tak tahu pasti apakah kau melakukannya dengan si pemuda atau dengan semua kain itu.
Pokoknya, aku melakukan beberapa kali selingan seks semalam tak lama sesudah datang ke Cottage. Aku tidak merencanakannya seperti itu. Rencanaku adalah untuk bersabar, mungkin menjadi pasangan seseorang yang kupilih dengan hati-hati. Aku belum pernah menjalani hubungan berpasangan, dan setelah memperhatikan Ruth dan Tommy, aku cukup tertarik untuk mencobanya sendiri. Seperti kukatakan tadi, begitulah rencanaku, dan ketika selingan semalam terus saja terjadi, aku agak gelisah. Karena itulah aku memutuskan untuk mengakuinya kepada Ruth malam itu.
Tak ada yang istimewa dari pertemuan malam itu. Kami membawa cangkir teh dan duduk di kamarku, berdampingan di kasur, kepala kami agak membungkuk karena kaso-kaso atap. Kami membicarakan segala macam pemuda di Cottage, dan apakah di antara mereka ada yang cocok untukku. Dan waktu itu sikap Ruth sangat baik: menyemangati, lucu, penuh pengertian, dan bijak. Karena itulah aku memutuskan untuk menceritakan tentang selingan-selingan semalam itu. Kukatakan itu terjadi tanpa aku benar-benar menginginkannya; dan meskipun kami tak mungkin punya bayi, tapi seks itu sudah memengaruhi perasaanku, persis seperti yang diperingatkan Miss Emily. Lalu aku berkata kepadanya,
"Ruth, aku ingin bertanya. Apakah kau pernah merasa benar-benar harus melakukannya" Bahkan nyaris dengan siapa saja?"
Ruth mengangkat bahu, lalu berkata, "Aku kan punya pasangan. Jadi kalau ingin, aku hanya melakukannya dengan Tommy."
"Kupikir juga begitu. Mungkin hanya aku yang begini. Mungkin ada sesuatu yang tidak beres denganku, di bawah sana. Karena kadang-kadang aku benar-benar perlu melakukannya."
"Itu aneh, Kathy." Ia menatapku prihatin, dan itu membuatku semakin khawatir.
"Jadi kau tidak pernah merasa begitu."
Ia mengangkat bahu lagi. "Tidak sampai aku bersedia melakukannya dengan siapa saja. Yang kaukatakan memang agak aneh, Kathy. Tapi mungkin sesudah beberapa waktu itu akan mereda."
"Kadang-kadang perasaan itu tidak ada untuk waktu lama. Lalu tiba-tiba sangat terasa. Seperti waktu hal itu pertama kali terjadi. Pemuda itu mulai mencumbuku, dan aku ingin dia me-lepaskanku. Tapi mendadak perasaan itu muncul, begitu saja. Pokoknya aku harus melakukannya."
Ruth menggeleng. "Memang kedengaran agak aneh. Tapi mungkin ini akan hilang. Mungkin ada hubungannya dengan makanan yang kita makan di sini."
Ia tak banyak membantu, tapi ia penuh simpati dan sesudahnya aku merasa lebih baik tentang hal itu. Karena itulah ketika Ruth menyinggung hal itu dengan cara seperti itu di tengah pertengkaran kami di lapangan, aku merasa sangat terkejut.
Baiklah, mungkin tak ada yang bisa mendengar kami, meski begitu, ada sesuatu yang salah dengan apa yang dilakukannya. Selama beberapa bulan pertama di Cottage persahabatan kami tetap, karena setidaknya dari pihakku, aku mempunyai pandangan bahwa ada dua Ruth. Satu Ruth yang selalu ingin membuat para veteran terkesan, yang takkan ragu untuk mengabai-kanku, Tommy, siapa pun yang lain, bila ia menganggap kami menghalanginya. Ini Ruth yang tidak kusukai, yang setiap hari kulihat berlagak dan berpura-pura"Ruth yang melakukan gerak isyarat tepukan pada siku. Tapi Ruth yang duduk di sampingku di kamar lotengku yang kecil di penghujung hari, dengan kaki terjulur melewati pinggiran kasur, dengan cangkirnya yang beruap di tangan, itu adalah Ruth dari Hailsham, dan apa pun yang terjadi seharian itu, aku bisa langsung melanjutkan dari titik kami berhenti terakhir kali duduk bersama seperti itu. Dan hingga siang itu di lapangan, ada pengertian bahwa kedua Ruth ini takkan menyatu; bahwa Ruth kepada siapa aku mengaku sebelum pergi tidur adalah yang mutlak bisa kupercaya. Karena itulah ketika ia mengatakan itu, tentang aku "juga cukup cepat berteman dengan setidaknya beberapa veteran," aku sangat kesal. Karena itulah aku langsung mengambil bukuku dan pergi.
Tetapi bila kupikirkan sekarang, aku bisa melihat segalanya dari sudut pandang Ruth. Misalnya aku bisa melihat bahwa mungkin ia merasa justru akulah yang pertama-tama melanggar kesepakatan, dan bahwa ejekannya hanya serangan balasan. Hal ini tak pernah terlintas dalam benakku waktu itu, tapi kini aku melihat itu mungkin saja, dan itu penjelasan atas apa yang terjadi. Bagaimanapun, tak lama sebelum ia melontarkan komentarnya itu, akulah yang berbicara tentang masalah tepukan siku. Sekarang memang agak sulit untuk menjelaskan ini, tapi semacam pemahaman sudah berkembang di antara kami tentang bagaimana perilaku Ruth di depan para veteran. Baiklah, ia sering menggertak dan menyatakan berbagai hal yang aku tahu tidak benar. Kadang-kadang, seperti sudah kukatakan, ia melakukan sesuatu dengan mengorbankan kami hanya untuk memberi kesan hebat kepada para veteran. Tapi aku merasa Ruth yakin, pada taraf tertentu, ia melakukan itu semua justru demi kepentingan kami semua. Dan peranku, sebagai sahabatnya, adalah memberinya dukungan diam-diam, seakan-akan aku berada di barisan terdepan penonton saat ia sedang pentas di panggung. Ia sedang berjuang menjadi orang lain, dan mungkin tekanan yang dirasakannya melebihi kami yang lain, karena seperti sudah kukatakan, ia menganggap dirinya bertanggung jawab atas kami semua. Dengan begitu, maka caraku membicarakan tepukan pada siku itu bisa dianggap pengkhianatan, dan mungkin saja ia justru merasa berhak membalas seperti yang dilakukannya. Seperti kukatakan, penjelasan ini baru akhir-akhir ini muncul dalam benakku. Waktu itu aku tidak melihat gambaran keseluruhannya atau peranku sendiri di dalamnya. Kupikir, secara umum aku tak pernah menghargai upaya keras Ruth untuk berkembang, menjadi dewasa, dan meninggalkan Hailsham. Ketika memikirkan hal itu sekarang, aku teringat sesuatu yang pernah diceritakannya kepadaku, ketika aku merawatnya di panti pemulihan di Dover. Kami duduk di kamarnya, memperhatikan matahari terbenam, seperti yang sering kami lakukan, sambil menikmati air mineral dan biskuit yang kubawa, dan aku bercerita padanya aku masih menyimpan peti koleksi Hailsham-ku yang disimpan dengan aman di dalam peti kayu cemara di kamar kontrakanku. Lalu"aku bukan bermaksud memancing atau apa"aku berkata kepadanya,
"Kau tidak pernah punya koleksi sesudah Hailsham, bukan?"
Ruth, yang duduk di tempat tidur, diam membisu hingga
lama sekali, sementara cahaya matahari terbenam jatuh ke dinding berubin di belakangnya. Lalu ia berkata,
"Kau ingat para guardian, sebelum kita meninggalkan Hailsham, bagaimana mereka selalu mengingatkan bahwa kita bisa membawa koleksi kita. Maka kukeluarkan segala sesuatu dari petiku dan kumasukkan ke tas serbaguna. Rencanaku adalah menemukan peti kayu yang betul-betul bagus begitu aku masuk Cottage. Tapi ketika kita tiba di sana, kulihat tak satu pun dari para veteran yang mempunyai koleksi. Hanya kita yang punya, dan itu tidak umum. Pasti kita semua menyadari hal itu, bukan" Jadi aku tidak mencari peti baru. Berbulan-bulan kubiarkan semua barangku tetap di dalam tas serbaguna, lalu akhirnya aku membuangnya."
Aku menatapnya. "Kau membuang koleksimu bersama-sama sampah?"
Ruth menggeleng, dan selama beberapa saat sepertinya berbagai benda dalam koleksinya bermunculan di benaknya. Akhirnya ia berkata,
"Kumasukkan semua ke kantong sampah, tapi aku tidak tega untuk membuangnya bersama sampah. Jadi aku bertanya pada Keffers tua, suatu kali ketika dia baru akan pergi, apakah dia bisa membawa kantong itu ke toko. Aku tahu toko-toko amal, aku sudah mencari tahu tentang itu. Keffers membongkar-bongkar kantong itu, tidak tahu benda apa saja semua itu"ya, tentu saja tidak"lalu dia tertawa dan bilang, tak ada toko yang dia tahu akan mau menerima barang-barang seperti itu. Lalu kataku itu barang-barang bagus, benar-benar bagus. Melihat aku mulai agak emosional, dia mengubah sikapnya. Dia mengatakan sesuatu semacam, 'Baiklah, Missy, aku akan membawanya ke orang-orang Oxfam.' Lalu ia berusaha keras dan berkata, 'Setelah aku melihat lebih teliti, kau benar, memang barang-barang ini lumayan bagus!' Tapi tidak terlalu meyakinkan. Kurasa dia hanya membawa dan memasukkannya ke tong sampah entah di mana. Tapi setidaknya aku tidak perlu tahu hal itu." Lalu ia tersenyum dan berkata, "Kau memang berbeda. Aku ingat. Kau tidak pernah malu atas koleksimu dan tetap menyimpannya. Sekarang aku menyesal dulu tidak melakukannya juga."
Maksudku, kami sedang berjuang untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan baru kami, dan kupikir kami pernah melakukan sesuatu di masa itu yang kemudian kami sesali. Aku benar-benar kesal dengan komentar Ruth waktu itu, tapi tak ada gunanya mencoba menghakimi dia atau siapa pun atas perilaku mereka selama masa-masa awal di Cottage.
KETIKA musim gugur tiba, dan aku semakin akrab dengan lingkungan kami, aku mulai melihat hal-hal yang sebelumnya tidak kuperhatikan. Misalnya sikap janggal terhadap siswa-siswa yang baru saja pergi. Para veteran tak pernah ragu mengungkapkan anekdot lucu tentang orang-orang yang mereka temui dalam perjalanan ke White Mansion atau Poplar Farm; tapi mereka nyaris tak pernah menyebut-nyebut para siswa yang hingga sesaat sebelum kami tiba, pasti merupakan sahabat mereka.
Hal lain yang kuperhatikan"dan bisa kulihat itu berkaitan" adalah suasana penuh rahasia yang menyelimuti para veteran tertentu ketika mereka pergi ke "kursus?"yang kami tahu ada hubungannya dengan menjadi perawat. Mereka mungkin pergi selama empat sampai lima hari, tapi nyaris tidak disebut-sebut waktu itu; dan ketika kembali, tak ada yang menanyai mereka dengan serius. Kupikir mereka mungkin bicara dengan teman dekat mereka secara pribadi. Tapi jelas ada kesepakatan agar tidak menyebut perjalanan-perjalanan ini secara terbuka. Aku ingat pada suatu pagi memperhatikan lewat jendela dapur yang berkabut, dua veteran berangkat ke kursus, dan bertanya-tanya apakah pada musim semi atau panas berikutnya mereka akan pergi selamanya, dan dengan sengaja kami tidak menyebut-nyebut mereka.
Tapi mungkin terlalu berlebihan untuk mengatakan para siswa yang pergi adalah hal tabu. Kalau perlu disebut, toh mereka disebut juga. Biasanya kau akan mendengar mereka disebut secara tak langsung, berkaitan dengan suatu benda atau tugas tertentu. Misalnya, jika talang perlu diperbaiki, akan ada banyak diskusi tentang "seperti cara Mike biasanya melakukannya." Dan ada tunggul pohon di luar Lumbung Hitam yang disebut "tunggul Dave" karena selama lebih dari tiga tahun, hingga seminggu sebelum kedatangan kami, ia duduk di atasnya untuk membaca dan menulis, kadang-kadang bahkan meskipun hari hujan atau dingin. Lalu, mungkin yang paling banyak dikenang adalah Steve. Tak satu pun dari kami menemukan banyak tentang pribadi Steve"kecuali bahwa ia menyukai majalah porno.
Sesekali kau mungkin menemukan majalah porno di Cottage, dilempar ke belakang sofa atau di antara tumpukan surat kabar lama. Majalah-majalah itu dari jenis yang bisa dikatakan porno "halus", meskipun kami belum memahami perbedaannya waktu itu. Kami belum pernah menemukan hal semacam itu dan tak tahu harus berpikir apa. Para veteran biasanya tertawa bila majalah semacam itu muncul dan membuka-bukanya dengan sambil lalu sebelum melemparnya, maka kami pun melakukan hal yang sama. Ketika Ruth dan aku mengenang semua ini beberapa tahun yang lalu, ia mengakui banyak sekali majalah serupa beredar di lingkungan Cottage. "Tak ada yang mau mengakui menyukainya," katanya. "Tapi kau ingat, kan" Bila majalah semacam itu muncul di suatu ruangan, semua berpura-pura menganggapnya membosankan. Lalu setengah jam kemudian kau kembali dan majalahnya pasti sudah lenyap."
Singkat kata, yang kumaksud adalah, setiap kali majalah sejenis muncul, orang-orang akan bilang itu tadinya "koleksi Steve". Dengan kata lain, Steve bertanggung jawab atas setiap majalah porno yang muncul. Seperti kukatakan, kami tak pernah tahu lebih banyak tentang Steve. Meski begitu kami melihat sisi lucunya, sehingga kalau ada yang menunjuk dan berkata, "Lihat, majalah Steve," mereka melakukannya dengan agak sinis.
Omong-omong, majalah-majalah ini membuat Keffers berang. Ada desas-desus ia sangat saleh dan sangat menentang bukan hanya pornografi, tapi seks secara umum. Kadang-kadang ia menjadi sangat marah"kau bisa melihat wajahnya di balik kumisnya yang kelabu bebercak merah karena marah"dan ia berkeliling dengan langkah mengentak-entak, memasuki kamar-kamar tanpa mengetuk pintu, bertekad mengumpulkan semua "majalah Steve". Kami berusaha keras untuk menganggapnya lucu, tapi ada sesuatu yang benar-benar menakutkan padanya jika suasana hatinya sedang seperti itu. Misalnya gerutuan yang biasanya terlontar dari mulutnya mendadak berhenti dan diamnya itu malah membuatnya tampak mengerikan.
Aku ingat salah satu kesempatan ketika Keffers sudah mengumpulkan enam atau tujuh "majalah Steve" dan bergegas membawanya ke van-nya. Laura dan aku memperhatikannya dari kamarku di atas, dan aku sedang menertawakan sesuatu yang baru saja dikatakan Laura. Lalu aku melihat Keffers membuka pintu van, dan mungkin karena ia membutuhkan dua tangan untuk memindahkan barang-barang di dalamnya, ia meletakkan majalah-majalah itu di tumpukan bata di luar pondok mesin boiler"beberapa veteran mencoba membangun alat bar-becue di sana beberapa bulan sebelumnya. Tubuh Keffers membungkuk ke depan, kepala dan bahunya tersembunyi di dalam van, terus mengaduk-aduk hingga lama sekali, dan sesuatu dalam hatiku mengatakan bahwa, meskipun ia sangat marah beberapa saat yang lalu, sekarang ia sudah lupa sama sekali tentang majalah-majalah itu. Benar saja, beberapa menit kemudian aku melihatnya menegakkan tubuhnya, masuk ke belakang kemudi, membanting pintu, dan meluncur pergi.
Ketika aku memberitahu Laura bahwa Keffers meninggalkan majalah-majalah itu, ia berkata, "Nah, pasti sebentar lagi sudah lenyap. Dia perlu mengumpulkannya lagi, kali berikut dia memutuskan untuk melakukan razia."
Tapi ketika aku berjalan melewati pondok mesin boiler kira-kira setengah jam kemudian, aku melihat tumpukan majalah itu masih belum tersentuh. Sesaat terpikir olehku untuk membawanya ke kamar, tapi terpikir olehku kalau majalah-majalah itu ditemukan di kamarku, orang-orang akan terus mengejekku; dan tak mungkin mereka akan mengerti alasanku melakukannya. Karena itulah aku memungut majalah-majalah itu dan membawanya ke pondok mesin boiler.
Pondok mesin boiler sebenarnya sebuah gudang, yang dibangun di ujung rumah pertanian, berisi mesin pemotong rumput dan garu rumput"barang-barang yang menurut Keffers takkan mudah terbakar jika tahu-tahu mesin boiler meledak. Keffers juga menyimpan sebuah meja kerja di sana, jadi kuletakkan majalah-majalah itu di atasnya, menyingkirkan beberapa kain gombal dan naik ke meja untuk duduk. Cahaya di dalam tidak terlalu terang, tapi ada jendela kusam di belakangku, dan ketika aku membuka majalah pertama, aku mendapati bisa melihat dengan cukup jelas.
Banyak sekali foto gadis-gadis yang membuka paha atau memamerkan bokong. Kuakui, kadang-kadang aku memandang foto-foto semacam itu dan merasa bergairah, meskipun tak pernah berkhayal melakukannya dengan perempuan. Tapi bukan itu yang kucari siang itu. Aku membuka-buka halamannya dengan cepat, tak ingin terusik gairah yang menguar dari halaman-halaman itu. Aku nyaris tidak melihat tubuh-tubuh yang menggeliat itu, karena memusatkan perhatian pada wajah mereka. Bahkan dalam iklan-iklan kecil atau apa pun yang ditempatkan di tepi, aku mengamati wajah si model sebelum mengalihkan perhatian.
Baru ketika sudah hampir selesai, aku menyadari seseorang berdiri di luar gudang, persis di samping ambang pintu. Aku memang membiarkan pintu terbuka karena begitulah biasanya keadaannya, dan karena aku membutuhkan cahaya; dan sudah dua kali aku menoleh, karena mengira mendengar bunyi. Tapi tak ada siapa-siapa, jadi aku melanjutkan apa yang kulakukan. Sekarang aku yakin, dan sambil menurunkan majalah aku menghela napas keras yang bisa terdengar jelas.
Aku menunggu bunyi cekikikan, atau mungkin dua atau tiga siswa menyerobot masuk ke gudang, penuh semangat karena memergokiku dengan setumpuk majalah porno. Tapi tak ada apa-apa. Jadi aku berseru, dengan nada suara yang kuusahakan terdengar jemu,
"Senang sekali kau bisa bergabung denganku. Kenapa malu-malu begitu?"
Terdengar tawa kecil, lalu Tommy muncul di ambang pintu. "Hai, Kath," ia berkata malu-malu.
"Masuklah, Tommy. Ayo ikut menikmati ini."
Ia menghampiriku dengan hati-hati, lalu berhenti beberapa langkah dari tempatku. Ia memandang mesin boiler, dan berkata, "Aku tidak tahu kau suka hal semacam itu."
"Perempuan juga boleh, kan?"
Aku terus membalik-balik halaman majalah, dan beberapa saat Tommy tetap diam. Lalu aku mendengar ia berkata,
"Aku bukan memata-mataimu. Tapi aku melihatmu dari kamarku. Aku melihatmu keluar dan mengambil tumpukan majalah yang ditinggalkan Keffers."
"Kau boleh melihatnya sesudah aku selesai."
Ia tertawa canggung. "Itu kan hanya seks. Kurasa aku sudah melihatnya." Ia kembali tertawa, tapi ketika aku menengadah, kulihat ia memperhatikanku dengan ekspresi serius. Lalu ia bertanya,
"Apakah kau mencari sesuatu, Kath?"
"Apa maksudmu" Aku hanya melihat gambar-gambar porno."
"Cuma untuk sensasi?"
"Sepertinya begitu." Aku meletakkan satu majalah dan mulai membuka-buka yang berikutnya.
Lalu aku mendengar langkah Tommy mendekat hingga ia tepat di sampingku. Ketika aku menengadah, tangannya terangkat, seakan-akan aku sedang melakukan sesuatu yang sulit dan ia sudah tak sabar ingin membantu.
"Kath, kau jangan... Yah, kalau untuk mendapat sensasi, jangan lakukan seperti itu. Kau harus menatap gambar-gambar itu dengan lebih teliti. Tak ada pengaruhnya kalau kau hanya melihatnya sekilas."
"Bagaimana kau tahu apa yang cocok untuk perempuan" Atau mungkin kau sudah melihat-lihat foto-foto ini bersama Ruth" Maaf, aku asal bicara."
"Kath, apa yang kaucari?"
Aku tidak menghiraukannya. Aku sudah hampir sampai ke majalah terakhir dan ingin segera menyelesaikannya. Lalu Tommy berkata,
"Aku pernah melihatmu melakukan ini."
Kali ini aku berhenti dan memandang Tommy. "Ada apa, Tommy" Apakah Keffers menyewamu untuk patroli porno?"
"Aku bukan bermaksud memata-mataimu. Tapi aku memang melihatmu, minggu lalu, ketika kita masuk ke kamar Charley. Ada satu majalah porno di situ, dan kau menyangka kami sudah pergi. Tapi aku kembali untuk mengambil sweterku dan pintu kamar Claire terbuka, jadi aku bisa memandang langsung ke kamar Charley. Itulah sebabnya aku melihatmu di situ, membuka-buka majalah itu."
"Nah, memangnya kenapa" Kita semua perlu sensasi, apa pun caranya."
"Kau tidak melakukannya demi sensasi. Aku tahu, seperti sekarang aku juga tahu. Wajahmu di kamar Charley waktu itu, Kath, aneh. Seperti sedih, mungkin. Dan agak takut."
Aku melompat turun dari meja, mengumpulkan majalah-majalah dan menyerahkannya ke tangan Tommy. "Nih. Berikan kepada Ruth. Coba, barangkali berguna untuknya."
Aku melewatinya dan keluar dari gudang. Aku tahu ia kecewa karena aku tidak menceritakan apa pun padanya, tapi saat itu aku sendiri belum selesai memikirkan semua itu dan belum siap menceritakan kepada siapa pun. Tapi aku tidak keberatan ia masuk ke pondok mesin boiler mengejarku. Aku sama sekali tidak keberatan. Aku merasa terhibur, bahkan nyaris seperti dilindungi. Akhirnya aku menceritakannya kepadanya, tapi baru beberapa bulan kemudian, ketika kami tamasya ke Norfolk.
BAB 12 AKU ingin membahas tamasya ke Norfolk, dan semua yang terjadi hari itu, tapi aku perlu mundur sedikit dulu, untuk menjelaskan mengapa kami pergi.
Waktu itu musim dingin pertama kami sudah hampir berlalu, dan kami merasa jauh lebih mapan. Terlepas dari kesulitan-kesulitan kecil kami, Ruth dan aku tetap mempertahankan kebiasaan menutup hari di kamarku, mengobrol sambil minum minuman panas. Dalam salah satu obrolan, ketika kami bergurau tentang sesuatu, tiba-tiba Ruth berkata,
"Kupikir kau pasti sudah mendengar apa yang dikatakan Chrissie dan Rodney."
Ketika aku bilang belum, ia tertawa dan melanjutkan, "Mungkin juga mereka hanya mempermainkanku. Cara mereka berkelakar. Lupakan saja aku menyebutnya."
Tapi aku tahu sebenarnya ia ingin aku memancing hal itu keluar darinya, jadi aku terus mendesaknya hingga akhirnya ia berkata dengan suara berbisik,
"Kau ingat minggu lalu waktu Chrissie dan Rodney pergi" Mereka ke Cromer, di pantai Norfolk utara."
"Untuk apa mereka ke sana?"
"Oh, kupikir mereka punya teman di sana, orang yang dulu pernah tinggal di sini. Tapi itu tidak penting. Yang penting mereka mengaku melihat... orang ini. Bekerja di kantor tanpa sekat mang. Dan, yah, kau tahu. Menurut mereka orang ini adalah suatu kemungkinan. Untukku."
Meskipun kebanyakan kami pertama kali menemukan gagasan tentang "kemungkinan" waktu di Hailsham, kami merasa hal itu tak sepatutnya dibahas"meskipun, tentu saja, hal itu sangat menarik perhatian dan sekaligus mengganggu. Dan bahkan di Cottage, itu bukan topik yang bisa kauajukan sambil lalu. Ada kecanggungan tertentu yang meliputi pembahasan tentang kemungkinan, lebih daripada pembahasan tentang seks. Pada saat yang sama kau bisa melihat orang-orang sangat terpesona"dalam beberapa kasus, terobsesi"maka hal itu sering muncul, biasanya dalam perdebatan serius, yang sangat jauh dari perdebatan kami tentang James Joyce, misalnya.
Gagasan mendasar di balik teori "kemungkinan" sangat sederhana, dan tidak menimbulkan banyak argumen. Kira-kira seperti ini teorinya. Karena kami masing-masing dikopi dari seseorang yang normal, maka pasti di luar sana, bagi kami masing-masing, di suatu tempat, ada seorang model yang menjalani kehidupannya. Hal ini berarti, setidaknya menurut teori, bahwa kau bisa menemukan orang yang menjadi modelmu. Karena itulah, bila kau sendiri sedang berada di luar sana"di kota, pusat perbelanjaan, kafe"kau memperhatikan apakah ada "kemungkinan?"orang yang mungkin menjadi model bagimu atau teman-temanmu.
Selain hal-hal dasar itu, tak banyak konsensus. Pertama-tama, tak ada yang bisa sepakat apa yang harus kami perhatikan waktu mencari kemungkinan. Beberapa siswa berpikir kau harus mencari orang yang dua hingga tiga puluh tahun lebih tua dari-padamu. Tapi yang lain mengatakan ini sentimental. Mengapa harus ada generasi yang "wajar" antara kami dengan para model kami" Mereka bisa saja menggunakan bayi, orang berusia lanjut, apa bedanya" Yang lain berdebat mereka pasti menggunakan orang-orang yang berada pada kondisi puncaknya, karena itu mereka lebih mungkin berada pada usia "wajar sebagai orang-tua". Tapi kami merasa sudah berada di wilayah yang tak ingin kami masuki, dan argumen-argumen akan lenyap.
Lalu ada pertanyaan-pertanyaan mengapa kami ingin mencari model kami. Satu gagasan besar di balik menemukan modelmu adalah, kalau berhasil, kau bisa mengintip masa depanmu. Maksudku bukannya kami benar-benar berpikir bahwa jika modelmu ternyata, katakanlah, orang yang bekerja di stasiun kereta api, kau nantinya juga akan berprofesi seperti itu. Kami tahu tidak sesederhana itu. Bagaimanapun juga, kami semua, dengan tingkat berbeda-beda, percaya bahwa jika kau melihat orang dari siapa kau dikloning, kau akan mendapat sedikit wawasan tentang siapa dirimu jauh di dalam, dan mungkin, kau akan melihat apa yang diberikan hidup ini kepadamu nanti.
Sebagian menganggap bodoh sekali memikirkan soal kemungkinan. Model-model kami tidak penting, hanya kebutuhan teknis untuk melahirkan kami ke dunia ini, tak lebih dari itu. Tergantung diri kami masing-masing untuk membentuk kehidupan sebisa mungkin. Ruth memihak pada pandangan ini, mungkin aku juga. Bagaimanapun, setiap kali kami mendengar laporan tentang suatu kemungkinan"untuk siapa pun"mau tak mau kami jadi ingin tahu.
Seingatku, penampakan kemungkinan biasanya datang secara kolektif. Berminggu-minggu bisa berlalu tanpa ada yang menyebut hal itu, lalu satu penampakan yang dilaporkan akan memicu banjir penampakan lainnya. Kebanyakan di antaranya jelas tak layak dikejar: seseorang yang terlihat dalam mobil yang lewat, hal-hal semacam itu. Tapi sesekali, suatu penampakan tampak nyata"seperti yang diceritakan Ruth kepadaku malam itu.
MENURUT Ruth, Chrissie dan Rodney sibuk menjelajahi kota pinggir pantai yang mereka kunjungi, kemudian berpisah sementara. Ketika mereka bertemu lagi, Rodney sangat bersemangat dan berkata kepada Chrissie bagaimana ia mengembara di anak-anak jalan High Street, dan melewati sebuah kantor dengan jendela kaca sangat besar. Di dalamnya ada banyak orang, beberapa duduk di depan meja, beberapa berjalan ke sana kemari dan ber-cakap-cakap. Dan di situlah ia melihat kemungkinan Ruth.
"Chrissie menceritakan kepadaku begitu mereka pulang. Dia menyuruh Rodney menceritakan semuanya, dan Rodney berusaha sebaik mungkin, tapi mustahil untuk tahu pasti. Sekarang mereka mendesak terus untuk mengantarku ke sana, tapi aku tidak yakin. Aku tidak yakin apakah aku harus melakukan sesuatu tentang itu."
Aku tak ingat persis apa yang kukatakan padanya malam itu, tapi waktu itu aku sudah cukup skeptis. Bahkan, jujur saja, aku menduga Chrissie dan Rodney hanya mengarang semua itu. Aku bukannya mengatakan Chrissie dan Rodney jahat"itu tidak adil. Malah dari berbagai segi, aku menyukai mereka. Tapi nyatanya adalah, cara mereka memandang kami para pendatang baru, terutama Ruth, jauh dari keterusterangan.
Chrissie gadis jangkung yang cukup cantik bila ia berdiri tegak, tapi rupanya ia tidak menyadari hal itu, dan ia terbiasa sedikit membungkuk hingga tingginya sejajar dengan kami. Itu sebabnya ia lebih mirip Nenek Sihir Jahat daripada bintang film"kesan yang semakin diperkuat oleh kebiasaannya untuk menohokmu dengan jarinya persis sebelum ia mengatakan sesuatu padamu. Ia lebih suka memakai rok panjang daripada jins, dan kacamata kecil yang terlalu menekan wajahnya. Ia salah satu veteran yang menyambut kami dengan tulus ketika kami datang pada musim panas, dan awalnya aku benar-benar terpesona olehnya dan memandangnya sebagai teladan. Tapi setelah berminggu-minggu berlalu, aku mulai agak meragukannya. Ada sesuatu yang aneh pada caranya selalu menyebut fakta bahwa kami datang dari Hailsham, seolah-olah itu bisa menjelaskan hampir semua yang berkaitan dengan kami. Dan ia selalu menanyakan berbagai hal tentang Hailsham"detail-detail kecil, seperti banyak dilakukan para donorku sekarang"dan meskipun ia berusaha agar terdengar sambil lalu, aku tahu ada sesuatu di balik perhatiannya. Hal lain yang membuatku kesal adalah caranya selalu kelihatan ingin memisahkan kami: mengajak salah satu ketika beberapa dari kami sedang melakukan sesuatu ber-sama-sama, atau kalau tidak, mengajak dua dari kami untuk melakukan sesuatu sementara meninggalkan dua lainnya terkatung-katung"hal-hal semacam itulah.
Kau hampir tak pernah bisa melihat Chrissie tanpa pacarnya, Rodney. Rodney berkeliaran dengan rambut dibuntut kuda. Bagai musisi rock tahun tujuh puluhan, dan ia banyak membicarakan hal-hal seperti reinkarnasi. Sebenarnya aku cukup menyukainya, tapi ia di bawah pengaruh Chrissie. Dalam setiap diskusi ia harus mendukung pandangan Chrissie, dan bila Chrissie mengatakan sesuatu yang sedikit lucu, Rodney pasti tertawa terkekeh-kekeh dan menggeleng-geleng seakan-akan ia terheran-heran betapa lucunya.
Baiklah, mungkin aku agak jahat terhadap mereka. Waktu aku mengingat-ingat mereka bersama Tommy belum lama ini, menurutnya mereka lumayan baik. Tapi aku menceritakan semua ini kepadamu sekarang untuk menjelaskan mengapa aku begitu skeptis tentang laporan penampakan kemungkinan model Ruth. Seperti kukatakan, instingku pertama-tama adalah tidak memercayainya, dan menduga Chrissie sedang merencanakan sesuatu.
Hal lain yang membuatku ragu tentang semua ini, berkaitan dengan uraian yang diberikan Chrissie dan Rodney: gambaran mereka tentang wanita yang bekerja dalam kantor berkaca lebar. Bagiku, saat itu, hal ini rasanya terlalu mirip dengan apa yang waktu itu kami kenal sebagai "mimpi masa depan" Ruth.
Kuduga mungkin terutama kami saja, para pendatang baru, yang membicarakan "mimpi masa depan" di musim dingin itu, meskipun beberapa veteran juga melakukannya. Beberapa yang lebih tua"terutama mereka yang sudah memulai pelatihan" akan mengeluh diam-diam dan meninggalkan mangan bila percakapan semacam ini dimulai, tapi untuk waktu lama kami bahkan tidak menyadarinya. Aku tak yakin apa sebenarnya yang berkecamuk dalam kepala kami selama diskusi-diskusi itu. Mungkin kami tahu itu tidak serius, tapi toh kami juga tidak menganggapnya khayalan belaka. Mungkin setelah kami meninggalkan Hailsham, maka ada kemungkinan, meski hanya untuk setengah tahun, sebelum pembicaraan tentang menjadi perawat, sebelum pelajaran mengemudi, dan semua hal lain itu, untuk waktu yang cukup lama kami bisa melupakan siapa sebenarnya diri kami; melupakan apa yang diceritakan para guardian kepada kami; melupakan ucapan Miss Lucy pada siang berhujan di paviliun, juga semua teori yang sudah kami kembangkan bertahun-tahun di antara kami sendiri. Tentu hal itu tak bisa bertahan, tapi seperti kukatakan, hanya untuk beberapa bulan itu, entah bagaimana kami berhasil hidup dalam suasana nyaman di mana kami bisa merenungi hidup kami tanpa batasan yang biasanya ada. Ketika memikirkannya lagi sekarang, rasanya kami sudah melewatkan waktu sangat lama di dapur beruap sesudah sarapan, atau berkerumun di sekeliling api yang setengah padam di pagi buta, asyik mengobrol tentang rencana-rencana kami untuk masa depan.
Perlu diingat, tak ada yang kelewat melebih-lebihkannya. Aku tak ingat ada yang mengatakan akan menjadi bintang film atau semacamnya. Pembicaraannya hanya tentang menjadi tukang pos atau bekerja di pertanian. Beberapa siswa ingin menjadi sopir, dan sering sekali, bila pembicaraan membelok ke sini, beberapa veteran mulai membandingkan rute perjalanan dengan pemandangan indah yang pernah mereka lalui, kafe pinggir jalan favorit, bundaran yang sulit, hal-hal semacam itu. Sekarang ini tentu saja dengan mudah aku bisa mengimbangi mereka membahas topik ini. Namun waktu itu aku hanya mendengarkan, tidak mengatakan apa-apa, menyerap percakapan mereka. Kadang-kadang bila sudah larut malam aku memejamkan mata dan meringkuk di sandaran tangan sofa"atau lengan seorang pemuda, kalau kebetulan aku sedang dalam tahap singkat "berpasangan" dengan seseorang"tertidur dan terjaga silih berganti, membiarkan gambaran jalan-jalan itu terlintas di kepalaku.
Kembali ke maksudku, ketika jenis percakapan ini berlangsung, sering sekali Ruth yang membawanya lebih jauh"terutama bila ada veteran di dekatnya. Ia berbicara tentang kantor sudah sejak awal musim dingin, tapi hal itu baru benar-benar hidup dan menjadi "mimpi masa depannya", sesudah pagi ketika ia dan aku berjalan-jalan ke desa.
Waktu itu cuaca dingin menusuk, dan pemanas gas kami rusak. Kami bisa lama sekali mencoba menyalakannya tanpa hasil, dan kami sudah semakin sering tidak menggunakannya"juga ruangan-ruangan yang seharusnya dipanaskan pemanas-pemanas itu. Keffers menolak memperbaikinya, katanya itu tanggung jawab kami, tapi akhirnya, ketika cuaca benar-benar sudah sangat dingin, ia memberi kami amplop berisi uang dan catatan tentang minyak pemantik yang perlu kami beli. Maka Ruth dan aku menjadi sukarelawan untuk pergi ke desa membelinya, dan karena itulah kami melewati jalan di pagi yang dingin itu. Kami sudah sampai ke tempat dengan pagar-pagar tinggi di kedua sisinya, dan tanah tertutup tahi sapi yang sudah membeku, ketika Ruth tiba-tiba berhenti beberapa langkah di belakangku.
Butuh sejenak bagiku untuk menyadarinya, sehingga ketika aku menoleh ia sedang bernapas di atas jemarinya dan menatap ke bawah, asyik memperhatikan sesuatu di samping kakinya. Kupikir mungkin makhluk malang yang mati kedinginan, tapi ketika mendekatinya, aku melihat itu majalah berwarna"bukan sejenis "majalah Steve", tapi salah satu majalah berwarna cerah yang biasanya diberikan gratis bersama surat kabar. Majalah itu terbuka di halaman iklan dua halaman yang mengilat, dan meskipun kertasnya basah dan ada lumpur di sudutnya, kau masih bisa melihatnya dengan jelas. Gambar itu menampilkan sebuah kantor indah yang terbuka dengan tiga atau empat pegawai di dalamnya, sedang berkelakar. Tempat itu kelihatan cemerlang, begitu pula orang-orangnya. Ruth menatap gambar itu dan ketika melihatku berdiri di sampingnya, ia berkata, "Nah, ini baru tempat yang pantas untuk bekerja."
Lalu ia jadi malu"bahkan mungkin marah karena aku memergokinya seperti itu"lalu ia melangkah lagi lebih cepat daripada sebelumnya.
Tapi beberapa sore kemudian, ketika beberapa dari kami duduk-duduk di sekeliling perapian di rumah pertanian, Ruth mulai menceritakan tentang jenis kantor tempat ia ingin bekerja, dan aku langsung mengenalinya. Ia menguraikan semua detailnya"tanaman-tanamannya, perabot yang mengilap, kursi-kursi dengan putaran dan roda"dan ceritanya begitu hidup sehingga semua membiarkannya berbicara tanpa menyelanya hingga lama sekali. Aku memperhatikannya dengan cermat, tapi rupanya tak pernah terpikir olehnya bahwa aku bisa menghubungkannya" mungkin ia sendiri lupa dari mana gambaran itu berasal. Ia bahkan mengatakan orang-orang di kantornya semua bersifat "dinamis, dengan motivasi kuat untuk maju". Dan aku ingat jelas kata-kata tersebut tercantum dengan huruf-huruf besar di atas iklan itu: "Apakah kau tipe dinamis, dengan motivasi kuat untuk maju?""sesuatu semacam itu. Tentu saja aku tidak mengatakan apa-apa. Bahkan, dengan mendengarkannya, aku mulai bertanya-tanya apakah semua itu memang mungkin: bahwa suatu hari kami semua pindah ke suatu tempat semacam itu dan tetap melanjutkan hidup kami bersama-sama.
Tentu saja malam itu Chrissie dan Rodney mendengarkan dengan saksama. Lalu berhari-hari kemudian Chrissie berusaha terus agar Ruth berbicara lebih banyak tentang hal itu. Aku melewati mereka sedang duduk di sudut ruangan dan Chrissie bertanya, "Kau yakin tidak akan saling mengganggu kalau bekerja bersama-sama di tempat semacam itu?" hanya agar Ruth mulai membahasnya lagi.
Hal pokok tentang Chrissie adalah"dan ini berlaku juga bagi banyak veteran"bahwa meskipun ia agak merendahkan kami ketika kami pertama kali datang, tapi ia kagum sekali karena fakta bahwa kami berasal dari Hailsham. Setelah lama sekali baru aku menyadari hal ini. Misalnya masalah kantor Ruth: Chrissie takkan pernah bicara tentang bekerja di kantor, apalagi kantor semacam itu. Tapi karena Ruth berasal dari Hailsham, entah mengapa seluruh gagasan itu menjadi sesuatu yang mungkin terjadi. Begitulah Chrissie menilainya, dan kukira Ruth kadang-kadang mengatakan sesuatu yang mendukung gagasan bahwa memang, dengan cara misterius, suatu rangkaian aturan yang berbeda berlaku bagi kami para siswa Hailsham. Aku tak pernah benar-benar mendengar Ruth berbohong kepada para veteran; ia lebih sering tidak menyangkal hal-hal tertentu, dan menyatakan hal-hal lain yang berbeda. Kadang-kadang ada kesempatan aku bisa saja membuka kedoknya. Tapi kalau toh kadang-kadang Ruth malu, ketika menangkap sorot mataku saat ia menceritakan sesuatu atau hal lain, rupanya ia yakin aku takkan membuka rahasianya. Dan tentu saja, aku tidak melakukannya.
Maka begitulah latar belakang pengakuan Chrissie dan Rodney bahwa mereka sudah melihat "kemungkinan" model Ruth, dan mungkin sekarang kau bisa melihat mengapa aku waswas tentang hal itu. Aku tidak begitu suka Ruth pergi bersama mereka ke Norfolk, meskipun aku tidak tahu mengapa. Dan ketika sudah jelas ia sangat ingin pergi, aku mengatakan akan ikut. Mula-mula kelihatannya ia tidak begitu senang, dan ia bahkan memberi isyarat tidak membolehkan Tommy ikut. Akhirnya kami semua pergi, kami berlima: Chrissie, Rodney, Ruth, Tommy, dan aku.
BAB 13 RODNEY, yang punya SIM, sudah meminjam mobil untuk hari itu dari pekerja pertanian di Metchley, beberapa kilometer dari tempat kami. Ia sudah biasa mendapatkan mobil dengan cara ini, tapi khusus kali ini, sehari sebelum kami akan berangkat, kesepakatan meminjam itu batal. Meskipun masalah itu bisa dibereskan dengan cukup mudah"Rodney pergi ke pertanian dan dijanjikan mobil lain"yang menarik adalah reaksi Ruth selama beberapa jam ketika tamasya kami terancam batal.
Tadinya ia bersikap seakan-akan seluruh masalah itu hanya semacam lelucon, bahwa kalau toh ikut, itu hanya demi menyenangkan hati Chrissie. Dan ia memang sudah sering mengutarakan bahwa kami kurang sering menikmati kebebasan kami sejak meninggalkan Hailsham; bahwa bagaimanapun juga sudah sejak dulu ia ingin ke Norfolk untuk "menemukan semua barang hilang kami". Dengan kata lain ia bempaya keras agar kami tahu ia tidak terlalu serius tentang prospek bisa menjumpai "kemungkinan modelnya".
Hari itu sebelum kami pergi, aku ingat Ruth dan aku sedang berjalan-jalan, dan kami sampai di dapur rumah pertanian tempat Fiona dan beberapa veteran membuat rebusan. Fiona sendirilah yang, tanpa menoleh dari pekerjaannya, memberitahu kami bahwa pesuruh pertanian telah datang membawa pesan itu. Ruth berdiri persis di depanku, sehingga aku tak bisa melihat wajahnya, tapi sosoknya membeku. Lalu tanpa mengatakan apa pun ia berbalik dan keluar dari pondok meninggalkan aku. Aku melihat wajahnya sekilas, dan saat itulah aku menyadari betapa terguncangnya ia. Fiona mulai mengatakan sesuatu semacam "Oh, entahlah...." Tapi aku berkata cepat, "Bukan itu yang dirisaukan Ruth. Ini tentang hal lain, sesuatu yang terjadi tadi." Memang tidak begitu bagus, tapi itulah yang terbaik yang bisa kulakukan.
Si Tangan Iblis 1 Pendekar Bego Karya Can Id Peperangan Raja Raja 8

Cari Blog Ini