Ceritasilat Novel Online

Pendekar Tanpa Tandingan 5

Pendekar Tanpa Tandingan Bu Tek Enghiong Karya Tjo Beng Siang Bagian 5


dan pikiran, bahkan nyawapun menjadi taruhan!
Sungguhpun demikian, dan betapa pun berat dan berbahayanya pekerjaan yang
harus dihadapinya, namun ia berjanji pada diri sendiri bahwa ia akan melakukan
kewajiban ini dengan sungguh-sungguh tanpa merasa kecil hati. Oleh karena pekerjaan
ini adalah demi kepentingan masyarakat dan juga harapan dari suhunya, Bu Beng Lojin!
Kemudian bayangan pekerjaan dan tanggung jawab yang bakal dihadapinya mulai
hari besok itu buyar, karena dadanya tiba-tiba berdebar-debar ketika teringat kembali
kepada nona Yang Hoa yang menginap dan yang akan tinggal di rumahnya untuk
sementara itu. Ah, alangkah gembiranya kalau ia dapat membantu mendapatkan
manusia-manusia jahat yang telah membunuh ayah dara itu dan alangkah lebih senang
hatinya kalau nona itu bukan tinggal hanya untuk sementara saja di rumahnya,
melainkan untuk.. . selama-lamanya!
Bun Liong kini sudah menjadi dewasa. Biarpun tiada orang yang memberitahukan
kepadanya, namun hatinya telah mendapat bisikan bahwa meski baru sehari saja ia
bertemu kembali dengan bekas kawan bermainnya sewaktu kecil yang sudah berpisah
Ia masih ingat benar, bahwa betapa manis dan akrabnya persahabatan antara ia
dan gadis itu semasa masih sama bocah berusia tujuh delapan tahun. Dan memang,
tiada kenangan yang lebih indah dan menyenangkan daripada kenangan semasa kita
masih merupakan, bocah cilik yang belum tahu apa-apa tentang keruwetan
penghidupan! Semenjak kecilnya, Bun Liong sudah mempunyai sifat gagah atau sedikitnya
bercita-cita ingin menjadi seorang gagah. Ia sering meniru ayahnya menunggang kuda
manakala orang tua itu pergi mengawal barang, maka sering kali ia membuat kudakudaan dari ranting pohon, lalu berlaridengan lagak seorang Piauw-su berangkat mengantar barang kawalan, seperti
ayahnya. Ia lewat di depan rumah Yang Hoa dan apabila bocah perempuan yang dikuncir
rambutnya itu kebetulan berada di depan rumahnya, ia melambai-lambaikan tangan
kepada gadis cilik itu yang membalasnya dengan lambaian tangan pula sambil tertawatawa kecil.
Bu Tek Enghiong - Halaman 197
berdiri di belakangnya kedua tangannya berpegang erat-erat kepada bahu Bun Liong
-larianlah mereka hilir mudik dengan wajah berseri-seri dan napas terengah-engah.
Tidak jarang ketika sedang berlarian seperti itu Yang Hoa benar-benar jatuh dari
-jerit dan mengaduh, lalu Bun Liong memapah
membujuk dan menghiburnya. Lalu meminta kepada orang tuanya supaya mengobati
baret kecil yang tampak menggores di lutut nona itu.
Mungkin karena suka jatuh seperti itu, Yang Hoa kadang-kadang tidak mau kalau
ia membetot kuciran rambut Yang Hoa yang menyebabkan gadis cilik itu menangis
menjerit dan berlari ke dalam rumah untuk mengadu kepada orang tuanya.
Kalau sudah demikian, Bun Liong merasa bersalah dan karena ia takut kalau orang
panting memasuki rumahnya, dan bersembunyi di kolong tempat tidur sambil menahan
napas! Teringat akan kenangan indah itu, Bun Liong jadi tersenyum sendiri! Gadis yang
dahulu suka ditarik-tarik rambut kucirnya itu sekarang telah berada di rumahnya dan
hatinya merasa suka sekali kepada nona bekas kawan bermainnya itu. Ah, alangkah
senangnya hatiku kalau aku sekarang dapat bermain-main dengan dara jelita itu
seakrab dahulu, kata hatinya setengah mengeluh dan kembali ia tersenyum-senyum.
Mendengar teguran yang tiba-tiba ini Bun Liong tersentak dari lamunannya. Ia
menjadi tergagap dan agak jengah ketika melihat ibunya telah berdiri disampingnya,
dan ia tak segera dapat menjawab tegurannya yang bersifat menggoda itu.
Agaknya Kho In Hoa telah lama meninggalkan tamunya, dan ia berdiri di situ sambil
memperhatikan puteranya yang sedang asyik melamun sambil tersenyum-senyum
seorang diri. Tapi nyonya janda ini cukup bijaksana dan dapat membaca apa yang
sedang dilamunkan oleh Bun Liong, maka dengan berpura-pura tidak melihat
kegagapannya, orang tua ini lalu duduk berhadapan dengan putera tunggalnya itu.
Bu Tek Enghiong - Halaman 198
n dan pendapatmu tentang kedatangan kedua tamu kita yang pada hakekatnya sudah bukan orang lain
akupun merasa gembira dengan kedatangan dan kesudian mereka menginap di rumah
dengan mereka. Akan tetapi aku yakin, bahwa perasaan gembira di hatimu jauh lebih
besar dan mendalam dari Kata-kata ibunya ini benar-benar merupakan pukulan yang sangat jitu bagi hati Bun
Liong, sehingga pemuda ini untuk sejenak tak dapat berkata-kata wajahnya kemerahmerahan karena malu.
mempunyai maksud penting yang ingin kusampaikan kepadamu sekarang juga.
Ketahuilah, semenjak kau masih kecil, kami orang-orang tua telah mengadakan
persetujuan mempertunangkan kau dengan nona Yang Hoa dan persoalan ini memang
sama sekali belum pernah kukatakan kepadamu.
mempertimbangkan persoalan-persoalan yang layak dihadapi oleh orang yang sudah
dewasa seperti kau ini, maka dengan kedatangan bibimu yang sengaja membawa
puterinya kemari, kuanggap sudah tibalah saatnya persoalan penting ini kubicarakan
denganmu. Tadi aku dan bibimu berunding dan kami telah bermufakat untuk
menyandingkan kau dan nona Yang Hoa
Mendengar pernyataan yang demikian terus terang dan tanpa tedeng aling-aling
ini, Bun Liong hampir saja tidak percaya pada pendengarannya sendiri dan ia khawatir
kalau hal ini hanya terjadi di dalam mimpi saja. Namun sekarang hal ini terjadi
sebenarnya dan memang ibunya bicara seperti apa yang didengarnya tadi.
Bun Liong tidak berani mungkir bahwa ia sudah jatuh hati atau jelasnya merasa
cinta kepada gadis itu dan tentu saja ia mengharapkan bahwa kelak gadis itu bisa
menjadi jodohnya. Apa yang telah bersemi di lubuk hatinya, khayalan indah yang
mengganggunya sejak tadi kini menjadi kenyataan.
Hanya saja sama sekali ia tidak pernah mengira bahwa kenyataan ini akan terjadi
demikian cepat dan tiba-tiba sehingga akan terjadi demikian cepat dan karenanya, jalan
Bu Tek Enghiong - Halaman 199
pikirannya menjadi kalut. Untuk sejenak ia membisu saja sambil menunduk, hatinya
berguncang keras karena.. . girang!
-laki yang telah menerima gemblengan lahir batin
dari suhumu" Jawablah, bagaimana pendapat dan pendirianmu tentang persoalan
menyelami emosi puteranya.
penglihatanku, Yang Hoa adalah gadis yang baik sekali baik mengenai rupa dan
tabiatnya maupun mengenai ilmu silatnya. Pendapatku sangat cocok sekali dijadikan
mantuku, apalagi perjanjian pertunangan itu telah menjadi kemauan dari mendiang
ayah nona itu dan ayahmu sendiri dan yang tentu saja telah mendapat persetujuan
dari pihak para isterinya, yakni aku sebagai ibumu dan bibimu, ibu dari Yang Hoa itu.. .
terhadap ibumu ini, namun betapapun juga sekali-kali aku takkan memaksa atau
menyuruh kau untuk melakukan sesuatu yang berlawanan dengan kehendak hatimu
sendiri. Apalagi soal perjodohan, karena bukan aku yang akan menjalani, melainkan kau
sendiri yang bakal mengecap manis pahitnya. Maka sebelum kau menyatakan betapa
pe Kini Bun Liong sudah dapat menguasai perasaan dan pikirannya lagi. Ia mengerti
bahwa gagasan ibunya yang sungguh-sungguh dan setengah mendesak adalah
berdasarkan rasa kasih sayang orang tua yang ingin melihat anaknya berbahagia. Maka,
biarpun ia makin merasa jengah, akhirnya dapat juga menjawab dengan suara agak
gemetar dan sember, kehendakmu pula dan juga telah bermufakat dengan keluarga paman Ho Kim Teng.. .
baiklah, anak.. . anakmu ini menerima gagasanmu dan merasa setuju serta.. . merasa
kesatria, jujur dan terus terang. Dengan demikian, terikrarlah sudah kehendak dari
tiba-tiba teringat kepada mendiang suaminya.
kita begini miskin dan aku belum bisa bekerja untuk mencari nafkah, kita sudah berani
Bu Tek Enghiong - Halaman 200
membiarkan soal perjodohan" Mama, hidup kita demikian melarat dan sengsara dan
anakmu masih belum dapat menanggulangi keadaan kita ini.
eban kita makin berat dan mungkinkah
dia dapat menyesuaikan diri dengan keadaan kita seperti ini" Ah, tidak! Aku takut
Hati Kho In Hoa makin terharu ketika mendengar ucapan Bun Liong yang ternyata
dapat berpikir panjang dan mempunyai rasa tanggung jawab dalam hal kehidupan
suami isteri yang bakal dihadapinya. Akan tetapi, sebelum ibu yang bijaksana ini sempat
berkata untuk menghibur puteranya yang sangat berkecil hati memikirkan hari
depannya itu, tiba-tiba ia dan juga Bun Liong tersentak kaget karena saat terdengar
suara orang yang menyahuti perkataan pemuda itu tadi.
Ketika ibu dan anak itu menoleh, ternyata Li Lan Eng telah muncul dari ruangan
dalam dan karena nyonya janda Ho ini mendengarkan percakapan In Hoa dan Bun
Liong, maka ketika ia mendengar ucapan yang terakhir dari pemuda itu, yang
mencerminkan bahwa calon mantunya itu berkecil hati karena keadaannya yang
miskin dan sengsara, lantas saja nyonya ini menukas:
-jie, tak perlu k pernikahan tergantung kepada umur dan sekali-kali bukan bersandarkan kepada kaya
miskin keadaan seseorang. Ibarat bunga mekar pada musimnya, barulah selaras
dengan kemauan alam! maksudku keadaan kekayaannya. Yang terpenting adalah keadaan batinnya! Liong-jie,
watak dan tabiatmu sudah kukenal sejak kau masih kecil dan sekarang kupercaya
bahwa kau akan menjadi teman hidup Yang Hoa yang baik.
benar hatiku sangat puas dan merasa berterima kasih. Tadinya, sebelum kudengar
pernyataanmu itu, aku sangat khawatir kau akan menampik anakku yang bodoh itu.
Tapi sekarang, ketegasan soal perjodohanmu dengan anakku ini, ternyata sudah beres.. .
harus kuakui bahwa kalau orang sudah beristeri, apalagi kalau sudah mempunyai anak,
kewajiban dan beban yang ditanggungnya menjadi bertambah berat. Akan tetapi hal ini
menurut pendapatku tak perlu kau pusingkan sekarang, karena pernikahanmu boleh
Bu Tek Enghiong - Halaman 201
dilangsungkan kapan saja, misalnya kelak setelah kau merasa mampu. Yang
-kata dan pendapat calon besanku ini sangat benar dan bijaksana,
tak usahlah kau terlalu berkecil hati memikirkan ma
Pikiran dan perasaan Bun Liong kini menjadi tenang dan lega setelah mendengar
ucapan Lan Eng tadi yang alasannya dapat diterima. Tanpa ragu-ragu lagi dan bahkan
dadanya berdebar-debar girang, ia bangkit dari tempat duduknya dan berlutut
Lan Eng menerima penghormatan dari calon menantunya itu dengan perasaan
terharu dan bahagia. Ia membangunkan Bun Liong dan menyuruhnya duduk kembali
di tempatnya. Kemudian dengan mata berlinang-linang namun wajahnya berseri
bungah, ia berkata kepada nyonya janda Souw,
-arwah suami kita tentu merasa puas melihat rencana mereka
membasah pula, karena kata-kata calon besannya itu mengingatkannya akan suaminya
yang, sudah tiada. Bun Liong pun merasa pilu juga hatinya, akan tetapi pemuda ini segera menemukan
jalan keluar dari pada suasana yang sedih itu, dengan berkata,
-bo dan mama ini bagaimana sih" Masa persoalan perjodohan ini hanya
dilakukan antara kita bertiga saja dan kalian hanya mendesak persetujuanku sepihak
saja, sedangkan pihak yang terpenting, yaitu adik Yang Hoa, sama sekali tidak didengar
maksudnya yaitu kau ingin mendengar sendiri betapa reaksi dari calon isterimu dalam
persoalan ini. Sungguhpun ia sudah menurut dan sependapat denganku ketika kami
berunding di kamar tadi, namun untuk memunahkan rasa sangsimu, baiklah kupangil
Bu Tek Enghiong - Halaman 202
Terdengar suara daun pintu dikuak dan ditutup kembali dan bersamaan dengan itu,
terdengarlah suara tindakan kaki yang perlahan. Hal ini membuat Bun Liong menahan
napas dan lebih dan tiga kali meneguk air liur, karena menahan kedak-dik-duk-an
hatinya. Kemudian nona itu tampil di antara mereka dan berdiri menghadap ibunya sambil
menunduk seakan-akan untuk menyembunyikan warna merah yang menjalari seluruh
muka dan telinganya. Karena ia sebenarnya sudah maklum akan maksud dari panggilan
ibunya. adalah mengenai pertunanganmu dengan Bun Liong. Sejak masih kecil kalian telah
kami pertalikan. dari pemuda tunanganmu maka sekarang wajiblah kau mengeluarkan pernyataanmu
dihadapan kami. Bagaimana pendapat dan pendirianmu mengenai soal ikatan jodoh ini"
Yang Hoa adalah seorang wanita, maka dalam hal ini tentu saja baginya amat berat
untuk menjawab. Biarpun sudah maklum bahwa sejak kecil sudah dipertunangkan
dengan Bun Liong, kawan bermainnya dan meskipun kini ia mendapat kenyataan
bahwa bekas kawan bermainnya yang dahulu suka menarik-narik rambut kucirnya itu
telah menjadi seorang pemuda tampan, gagah dan berkepandaian silat tinggi.
Dan ia telah mendengar pula suara pernyataan pemuda itu di dalam kamarnya tadi
dengan diam-diam, sehingga hatinya merasa girang dan setuju dengan ikatan jodoh ini.
Akan tetapi mulutnya tak sanggup menyatakannya.
Ia hanya berdiri diam bagaikan patung, mukanya yang menjadi makin merah
ditundukkan, dan kalau saja jari-jari dari kedua tangannya tidak bergerak memintalmintal ujung sabuk pengikat pinggangnya, ia akan benar-benar tampak seperti sebuah
patung. Sampai lama keadaan menjadi sunyi oleh karena semua orang, terutama Bun
Liong yang sudah menahan napas menanti jawaban nona ini yang tak kunjung
terdengar. Namun akhirnya, Lan Eng ketawa terkekeh, wajah In Hoa berseri dan Bun Liong
hampir bersorak saking girangnya dan merasa hendak menubruk dan memeluk tubuh
calon isterinya itu ketika melihat Yang Hoa yang biarpun dari mulutnya tidak terdengar
Bu Tek Enghiong - Halaman 203
sepatah kata, namun telah mengunjukkan pernyataannya, yang positip ketika gadis itu
menjatuhkan diri berlutut dihadapan In Hoa!
-jie, jelaslah sudah bagimu kini apa jawaban dari puteriku dengan
memberi hormat kepada ibum
Bun Liong yang tak dapat memberikan penyahutan karena rongga dadanya serasa
sesak saking.. . girangnya!
Begitulah, sebagai peresmian pertunangan itu, pada malam harinya mereka
mengadakan pesta kecil. Mereka mengundang beberapa orang tetangga yang terdekat
untuk dijadikan saksi pada peristiwa bahagia tersebut.
In Hoa dan Lan Eng menyatakan kepada para tamu, bahwa perkawinan kedua orang
muda itu masih belum dapat ditentukan waktunya yang dijadikan patokan oleh mereka,
perkawinan baru dapat dilangsungkan setelah keamanan daerah Tong-koan pulih kem
bali. Jadi tegasnya, Bun Liong harus menyelesaikan dulu pekerjaannya.
Dan apabila Pauw-an-tui yang dipimpinnya dapat berkonfrontasi dan mengganyang
komplotan penjahat sampai keakar-akarnya, sehingga keadaan daerah Tong-koan
normal kembali seperti sediakala, barulah pernikahan itu dapat dilangsungkan.
Demikianlah sifat orang-orang gagah, kepentingan umum jauh lebih utama daripada
kepentingan diri sendiri!
Malamnya, setelah pesta kecil itu selesai dan para tetangga sudah pada pulang, In
Hoa, Lan Eng dan nona Yang Hoa membereskan piring mangkok bekas perjamuan
sederhana tadi. Adapun Bun Liong yang seharusnya membantu mereka, pergi dan
berjalan ke arah belakang rumahnya.
Ketika ia hendak keluar dari pintu belakang, kebetulan ia bertemu dengan calon
isterinya yang membawa seember air yang diambilnya dari perigi di belakang rumah
itu. Untuk sejenak mereka tertegun dan sepasang calon suami isteri ini saling
berpandangan. Bun Liong memandang dengan sinar mata yang penuh kasih mesra
dan berkata dengan suara perlahan:
-moay, bila pekerjaanmu sudah beres, sangat kuharapkan kau dapat
Sebagai jawaban Hoa hanya mengangguk sambil bibirnya menyungging senyuman
dan berjalan masuk membawa seember air yang dijinjingnya itu. Agaknya gadis ini
hendak mencuci segala perabotan kotor bekas pesta kecil tadi.
Bu Tek Enghiong - Halaman 204
Sementara Bun Liong berjalan seorang diri menuju halaman belakang rumahnya.
Halaman ini dulunya, semasa Souw Cian Ho masih hidup, dijadikan kebun yang ditanami
sayur mayur. Tapi sekarang tanah itu menjadi kering karena sudah lama tidak terurus.
Bun Liong lalu duduk di bawah sebatang pohon siong.
Malam itu walaupun tidak berbulan, langit sangat cerah dan dihiasi bintang-bintang
gemerlapan bagaikan ribuan intan permata yang tersebar. Bun Liong menengadah ke
angkasa dan memandang bintang-gemintang seakan-akan hendak mencari dan
menilai binang mana yang paling indah.
Akan tetapi ia tidak berhasil menemukan bintang yang paling indah di langit karena
bintang-bintang yang gemerlapan dan yang sebenarnya sangat indah itu baginya tiada
yang menarik dan semuanya menjadi suram dalam penglihatannya. Karena
terkalahkan oleh keindahan bintang hatinya, yaitu nona Yang Hoa.
Pengalamannya di siang hari tadi, benar-benar merupakan pengalaman yang patut
dibanggakan dan paling indah. Pada hari itu ia telah berhasil membuat nama besar di
antara masyarakat Tong-koan dan pada hari itu pula ia bertemu dengan seorang dara
jelita bekas kawan bermainnya semasa kecil.
Dan begitu bertemu ia sudah merasa jatuh hati, dan tahu-tahu gadis itu adalah
tunangannya dan kini dengan resmi telah menjadi calon isterinya! Bukankah kejadiankejadian yang sama sekali tidak disangka ini, layak dibanggakan dan dianggap indah
oleh pemuda ini" yang diletakkan di pundakku ini, mengganyang segolongan manusia yang menuntut
penghidupan sewenang-wenang, yaitu komplotan penjahat yang menimbulkan huru
hara, merusak dan merugikan rakyat jelata dan yang menyebabkan daerah Tong-koan
ini menjadi demikian tak aman dan genting! Dan apabila komplotan penjahat sudah
diganyang habis dan keadaan menjadi aman kembali, maka aku dapat melangsungkan
Demikian Bun Liong berkata di dalam hatinya, sambil memandang bintang-bintang
di langit. Pemuda ini sedang dilamun khayalan yang muluk-muluk.
Akan tetapi lamunan ini kemudian berganti dengan rasa cemas ketika ia teringat
bahwa betapa berat dan berbahayanya tugas yang ia harus tunaikan, sehingga hatinya
mengeluh,

Pendekar Tanpa Tandingan Bu Tek Enghiong Karya Tjo Beng Siang di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bu Tek Enghiong - Halaman 205
pertempuran hebat i napas panjang, batinnya seakan-akan menjerit meminta perlindungan Tuhan, supaya
peristiwa yang sangat mengecilkan hatinya tidak sampai terjadi.
TibaBun Liong segera sadar dari lamunannya. Ia cepat berdiri dan menengok ke
belakang. Melihat gadis tunangannya telah datang yang berarti telah memenuhi
permintaannya tadi. Bun Liong dapat segera menekan perasaan cemasnya dan ia tersenyum sambil
-moay, agaknya kau sudah lama datang dan berdiri diam-diam di
Dalam malam yang hanya disinari oleh cemerlangnya bintang-bintang di angkasa
cerah, mata Bun Liong yang memang sudah terlatih untuk melihat di tempat gelap,
melihat gadis tunangannya yang mengenakan pakaian tidur berwarna putih tersenyum
manis, sebagian rambutnya terurai ke jidat menambah kemanisannya.
Kemudian terdengarlah dara itu menyahut:
dan mereka duduk berdampingan di atas
rumput hijau yang bagi mereka merupakan permadani indah. Kemudian ia berkata:
kalau-kalau aku mendapat celaka dan tewas dalam pekerjaanku itu..
sa sedih, kalau aku sampai menemukan ajal, aku tidak
Bu Tek Enghiong - Halaman 206
Tangan kanan Bun Liong bergerak dan cepat ia memegang lengan Yang Hoa. Gadis
itu agak terkejut oleh karena baru sekali inilah ia merasakan tangannya dipegang oleh
seorang pemuda. Mengingat bahwa pemuda itu bukan orang lain tetapi justeru bakal
suaminya, maka Yang Hoa tinggal diam saja, sungguhpun ia merasa sangat canggung
dan dadanya berdebar-debar.
-tidak, Yangketika tadi ibuku membicarakan hal perjodohan kita aku hampir bersorak kegirangan,
karena sesungguhnya, semenjak kita berjumpa siang tadi, aku.. . aku sudah merasa jatuh
Yang Hoa hanya menundukkan kepalanya dengan cara ini agaknya ia hendak
menyembunyikan rasa malu dan girang yang membayang di wajahnya yang dalam
pandangan Bun Liong yang mencinta, cantik bagaikan bidadari.
Liong dengan irama kata menggetar dan sementara tangannya yang memegangi
tangan tunangannya, digenggamkan semakin erat.
Perlahan-lahan Yang Hoa mengangkat kepalanya dan matanya yang indah jeli
bagaikan mata burung Hong menatap kepada Bun Liong dengan pandangan penuh arti,
kemudian ia menunduk kembali sambil menyahut lemah:
erhanaan, kesopanan dan kegagahanmu di atas
lui-tay siang tadi dan sementara itu belum kuketahui bahwa kau adalah tunanganku
sejak kecil, sebenarnya hatiku sudah terpikat sehingga diam-diam aku merasa suka
kepadamu. Dan sekarang setelah aku mendapat kenyataan bahwa kita sejak kecil sudah
dipertunangkan oleh orang-orang tua kita, maka sebagai seorang anak yang mencinta
dan berbakti kepada orang tua, tentu saja aku menurut kepada segala yang menjadi
kehendak orang tuaku, dan dalam perjodohan kita ini.. . ten
-akan ingin menyelami isi hati
tunangannya. Bu Tek Enghiong - Halaman 207
Yang Hoa menggelengkan kepalanya dan suaranya penuh kepastian tatkala ia
harus dipatuhi, akan tetapi dalam hal perjodohan, kalau aku sendiri tidak setuju, pasti
duduknya sehingga rapat dengan si gadis dan pegangan tangannya tambah dipererat.
Kembali Yang Hoa menunduk.
Bun Liong tak sabar menunggu jawaban si nona yang hanya menunduk dan
membisu maka ia mendesak dengan suara
bilanglah terusYang Hoa mengangkat mukanya lagi, matanya yang indah itu ditatapkan kepada
mata tunangannya dan kemudian ia mengangguk perlahan.
-betulkah kau cinta padaku dan rela menjadi isteriku" Ingat adikku, aku
seorang miskin dan jika kau menjadi isteriku, maka kau akan hidup serba kekurangan
yang cintanya hanya berdasarkan atas harta kekayaan" Koko, orang bijaksana pernah
mengatakan bahwa kebahagiaan rumah tangga tidak semata-mata bergantung pada
banyaknya harta kekayaan. Oleh karena itu, koko, biarpun akan menderita hidup miskin,
percayalah bahwa Bun Liong menarik lengan Yang Hoa sehingga gadis itu tersentak dan jatuh
bersandar ke dadanya yang bidang.
Dengan sangat mesra ia berbisik di dekat telinga tunangannya,
ati mulia! Tahukah kau bahwa
ketika tadi ibuku membicarakan perjodohan kita ini aku merasa amat kecil hati karena
takut kalau-kalau kau akan sengsara. Sekarang, setelah kudengar pernyataanmu, hatiku
puas dan aku menjadi berani, karena dengan kau disampingku, aku berani menempuh
Yang Hoa meramkan matanya, dan dengan hati berdebar-debar penuh
kebahagiaan, ia menyandarkan punggung dan kepalanya di dada tunangannya.
Angin malam berhembus sepoi-sepoi basah, memberi kesejukan kepada sepasang
calon suami isteri yang duduk rapat berdampingan dengan penuh kehangatan itu. Untuk
Bu Tek Enghiong - Halaman 208
beberapa saat mereka tidak berkata-kata karena keduanya sedang hanyut dalam
alunan asmara, dibuai kasih yang mesra. Kedua teruna itu membisu dalam seribu basa.
Si gadis bersandar di dada tunangannya sambil memeramkan mata. Si perjaka
duduk sambil tangan kanannya menggenggam tangan si gadis dan jari-jari tangan
mereka saling meremas, sedangkan lengan kirinya dipelukkan kepada pinggangnya
yang ramping. Wajahnya menengadah ke angkasa cerah memandang bintang-bintang
yang berkilau-kilau. Tetapi tiba-tiba Bun Liong tersentak kaget karena dilihatnya di ufuk timur dari langit
yang cerah itu, membayang cahaya merah seakan-akan kaki langit terbakar!
Yang Hoa yang sedang meram menikmati hikmahnya kemesraan asmara,
tersentak dan segera memandang ke arah timur.
-koan dan malam ini mengertakkan giginya mencerminkan hatinya yang dipenuhi kegemasan.
uw-an-tui dibentuk dan barisannya diatur,
pengganyangan dapat segera dilakukan.. .! Mudah-mudahan kekuatan Pauw-an-tui akan
dapat mengatasi kekuatan komplotan manusia-tiba
Bun Liong menghentikan kata-katanya dan ia mengeluarkan keluhan.. .
heran ketika melihat sikap tunangannya berubah dan wajahnya tiba-tiba muram.
-kalau aku tidak bisa kawin
denganmu karena siapa tahu, kalau dalam menjalankan tugas yang penuh bahaya itu,
meneruskan kata-katanya untuk memberi semangat dan membesarkan hati calon
suaminya y -benar sampai gugur Bu Tek Enghiong - Halaman 209
maksud perkataan tunangannya. Ia memandang wajah dara itu dengan mengerutkan
dahinya. pergi bersamamu menghadap Cio wan-gwe dan menyatakan bahwa aku akan menjadi
anggauta Pauw-an-tui. ping kusumbangkan sedikit kepandaianku dalam
perjuangan mulia ini, aku berhasil juga menemukan pembunuh-pembunuh ayahku yang
merasa bangga dan berterima kasih, karena selain cantik jelita calon isteriku berhati
bijaksana, bahkan merupakan pula seorang lihiap (pendekar wanita) yang gagah
Yang Hoa menyambut kegembiraan dan kebanggaan tunangannya hanya dengan
senyum manis. ooOoo Keesokan harinya, hari masih agak pagi ketika Souw Bun Liong bersama Ho Yang
Hoa sudah duduk dalam pertemuan dengan Cio Song Kang wan-gwe, Can Po Goan
kauw-su dan Lu Sun Pin si Pagoda Besi. Mereka ini yang dapat disebut sebagai tokohtokoh penting dalam organisasi yang dinamakan Pauw-an-tui, duduk mengitari sebuah
meja bundar di ruangan tamu dalam gedung Cio wan-gwe yang besar dan mewah. Di
atas meja bundar tersebut sudah dihidangkan oleh beberapa orang pelayan hidanganhidangan pagi yang masih hangat dan persis di tengah-tengah meja, terdapat sebuah
guci, berisi arak wangi yang mahal.
Mula-mula ketiga orang tua itu heran melihat Bun Liong hadir bersama seorang
wanita yang masih begitu muda dan cantik jelita, akan tetapi kemudian setelah Bun
Liong menerangkan kepada mereka bahwa gadis yang, kini duduk di sebelahnya itu
adalah calon isterinya yang juga ingin menyumbangkan tenaganya dalam Pauw-an-tui,
maka mereka menjadi gembira dan puas.
as perhatianmu kepada organisasi ini
yang akan segera kami bentuk supaya mulai hari ini juga dapat segera bekerja. Mudahmudahan turut sertanya kau dalam Pauw-an-tui ini dapat menjadi teladan bagi para
Bu Tek Enghiong - Halaman 210
lihiappanitia, kepada Yang Hoa.
mikian ujar Cio wan-gwe selaku
Yang Hoa yang sejak tadi memperhatikan wajah Cio wan-gwe, Lu Sun Pin dan Can
Po Goan karena pada kesempatan inipun nona itu selalu mencoba mencari pembunuh
ayahnya, ketika mendengar perkataan Cio wan-gwe yang ditujukan kepadanya tadi,
segera bangkit dari duduknya dan memberi hormat dengan menjura.
siauwli dalam Pauw-an-tui karena siauwli yang lemah sangat mungkin sama sekali
kata nona itu. Cio wan-gwe ketawa puas mendengar ucapan yang merendah dari Yang Hoa, dan
sebagai ahli silat yang mempunyai penglihatan tajam, ia maklum bahwa dibalik
kecantikannya, gadis itu memang berisi.
Akan tetapi Lu Sun Pin yang mempunyai sifat jumawa berlainan pendapat dengan
Cio wan-gwe, si Pagoda Besi memandang rendah sekali kepada Yang Hoa, dara yang
tampaknya lemah lembut sikapnya itu.
dalam organisasi kami ini, maka kunasehatkan bahwa sebaiknya kau tidak usah turut
Dari cerita calon suaminya semalam, Yang Hoa sudah maklum bahwa orang she
Lu ini bertabiat kasar dan sombong. Maka ketika mendengar ucapan si Pagoda Besi
yang kedengarannya menasehati dan bermaksud baik, namun disamping itu dapat juga
diartikan sangat menghinanya.
Yang Hoa yang memang berhati keras jadi agak mendongkol. Tetapi dara ini dapat
menekan perasaan hatinya dan menyahut ramah:
tetapi, siauwli akan merasa kecewa sekali kalau tak dapat menjadi anggauta Pauw-antui dan turut berjuang bersama-sama dengan calon suamiku.
Bu Tek Enghiong - Halaman 211
dalam pengganyangan kaum gerombolan, kamipun harus pula m
kata Lu Sun Pin yang tetap memandang remeh kepada gadis itu.
Sementara itu Bun Liong sudah merasa khawatir kalau-kalau tunangannya yang
keras hati itu akan bentrok dengan si Pagoda Besi yang mempunyai tabiat suka
memandang rendah kepada orang, akan tetapi tiba-tiba Can Po Goan, guru silat bekas
tentara yang jangkung kurus tampil ke depan dan berkata:
-katamu sangat beralasan, namun kurasa kau tak usah
terlampau selempang kepada nona calon isteri pang-cu kita ini dan menurut
pendapatku, percayalah, bahwa sebagai calon isteri Souw sicu tentu tak kan sudi turut
serta dalam pekerjaan yang penuh bahaya, kalau ia tidak memiliki kepandaian yang
sudah dijadikan andalannya. Pula, aku percaya bahwa Souw sicu sendiri akan sanggup
Bun Liong merasa lega dan Yang Hoa pun merasa berkurang kemendongkolan
hatinya karena ucapan Can kauw-su selain memuji kepadanya secara tak langsung,
berarti juga bantahan yang amat mengena bagi bekas satrunya, Lu Sun Pin.
disamping itu tentu saja kita harus merasa gembira menerima bantuan dari seorang
lihiap. Nah, sekarang kita mulai mengadakan perundingan untuk menyusun dan
mengatur cara kerja perkumpulan kita, dan aku harap Souw sicu sebagai ketua
mengeluarkan sarandiri sebagai ketua, dan istilah pang-cu samasekali tidak cocok dengan siauwtee yang
masih sangat hijau ini. -cu yang cuwi berikan kepada siauwtee ini sebenarnya hanya
secara kebetulan saja karena kemarin siauwtee kebetulan berhasil mengalahkan Ciam
Tang si Srigala Hitam dan Bong Pi serta Bu-kiam si Dua Buaya Sungai Kuning. Padahal
kepandaianku tidak jauh selisihnya dengan kepandaian dari kalian tiga orang tua.
wi (kalian bertiga), terutama oleh Can lopeh dan Lu sianseng yang sudah mempunyai
nama besar dan amat terkenal di kalangan kang-ouw. Oleh karena itu, maka kedudukan
ketua sama sekali tak sesuai ditempati olehku dan kuserahkan kepada seorang di
antara sam- Bu Tek Enghiong - Halaman 212
Ke tiga orang tua itu agak tercengang dan mereka termenung sejenak menganalisa
gagasan pemuda itu dan betapapun juga akhirnya mereka mengakui bahwa alasan Bun
Liong memang dapat dibenarkan, bahwa selaku ketua dari sebuah perkumpulan, apalagi
perkumpulan Pauw-an-tui yang merupakan organisasi massa, tidak bergantung kepada
tingginya ilmu silat saja, melainkan harus mempunyai syarat-syarat lain lagi yang
penting. Melihat betapa ke tiga orangtua itu berdiam saja dan sama-sama mengerutkan
kening. Bun Liong segera -gwe lah yang paling Dan reaksinya, terdengarlah Cio wanMana ada aturan seperti ini" Biarpun organisasi ini boleh dibilang aku yang menelurkan,
tapi untuk menjadi ketua, benarKembali semua orang diam. Bun Liong yang cerdik maklum bahwa kedudukan
ketua sebuah perkumpulan adalah sangat berat tanggung-jawabnya, sehingga Cio wangwe juga tidak mau, sama halnya dengan dia sendiri. Maka pemuda ini lalu berkata dan
seng saja Tiba-tiba si Pagoda Besi itu mendelikkan matanya yang besar.
dan pemandangan yang luas! Aku sama sekali tidak bijaksana, tidak mempunyai
kesabaran, berpemandangan cupat dan lagi tingkat kepandaianku berada di bawah
tingkat kepandaian saudara Can. Saudara Can orangnya memiliki kesabaran,
kebijaksanaan dan pengalamannya sebagai bekas tentara tentu lebih masak daripada
kita, maka kurasa tidak ada orang lain di antara kita yang lebih cakap kecuali saudara
Can Po Goan menggelengkan kepala sambil menarik napas panjang, dan kemudian
tlak dinyatakan sebagai ketua, maka kuanggap Souw sicu lah yang harus menjadi ketua
Diam-diam Yang Hoa merasa geli hati melihat dan mendengar orang itu dan
memang sanggah perbantahan dari satu terhadap yang lain amat beralasan.
Bu Tek Enghiong - Halaman 213
Setelah mendengar betapa Can kauwsu akhirnya melemparkan kembali kedudukan
ketua kepadanya, benar-benar kepala Bun Liong sangat pusing. Karena pemuda ini
menyadari bahwa dirinya masih terlalu hijau dan sama sekali belum mengerti tentang
organisasi, apalagi harus menjabat kedudukan ketua!
Kalau dipaksakan juga menerima kedudukan ini, bagaimana kalau nanti terjadi
kekusutan karena salah urus, salah tindak, yang akibatnya bukan saja merugikan
perkumpulan, tapi juga dijadikan buah cemoohan. Dan bahkan sangat mungkin ia akan
mendapat teguran keras dari gurunya!
Kemaren Bun Liong merasa gembira dan bangga dapat merebut kedudukan ketua
Pauw-an-tui dan gelar Tong-koan Ho-han. Akan tetapi sejak semalam ia merundingkan
soal ini dengan calon isterinya yang biarpun masih sangat muda tapi ternyata
mempunyai kecerdasan luar biasa dan berpemandangan luas.
Maka sadarlah Bun Liong bahwa kebanggaan yang diperolehnya sama sekali tak
dapat dibenarkan. Karena, menjadi seorang ketua atau pemimpin, kata calon isterinya
bukan saja berat tanggung jawab, juga resikonya sangat besar, salah sedikit saja nama
baiknya akan jatuh ke dalam jurang yang memalukan!
Itulah sebabnya mengapa kini Bun Liong merasa keberatan menjadi ketua Pauwan-tui dan ia menyatakan lebih suka menjadi anggauta saja. Akan tetapi kenyataannya,
setelah ia menyerahkan kedudukan ketua kepada Cio wan-gwe, kemudian kepada Lu
Sun Pin yang lalu menunjuk Can Po Goan yang akhirnya menunjuk kepada dirinya pula,
benar-benar Bun Liong merasa boh-wat (hilang akal)!
Akan tetapi, biarpun Bun Liong sangat bingung, berkat kecerdikannya dapat juga
berkata sebagai pernyataan menerima akan tetapi sekaligus merupakan tangkisan:
sambil ters -wi benar-benar memaksa siauwtee harus
dari persoalan yang amat berat tanggung jawabnya itu.
kegirangan serempak memandang dengan heran kepada pemuda ini.
bahwa sam-wi ini tidak mau berpikir secara luas. Sebagaimana pernah tadi siauwtee
Bu Tek Enghiong - Halaman 214
katakan, bahwa siauwtee ini tak lebih dari seorang pemuda yang hijau, dan kalau kalian
memaksakan juga menjadi ketua, sam-wi sekalian harus berpikir, bahwa kebaikan
apakah yang dapat siauwtee lakukan"
-paling siauwtee akan berbuat serampangan menurutkan pergolakan darah
muda yang panas dan berdasarkan kebodohan siauwtee. Dan kalau terjadi kekalutan
dalam organisasi kita ini sebagai akibat dari tak becusnya pucuk pimpinan dan
andaikata sampai terjadi hal yang sebaliknya misalnya organisasi kita yang diganyang
oleh komplotan penjahat itu siapakah yang dipersalahkan dalam hal ini"
-wi sekalian mempertimbangkan masalah kedudukan ketua ini masak-masak dan jangan
mengambil keputusan serampangan belaka sehingga kelak akan menyesal, rugi dan
Kembali tiga orang tua itu diam dan saling berpandangan dengan wajah bodoh.
Benar juga gagasan pemuda she Souw ini, pikir mereka. Keadaan di ruangan sepi,
karena ke tiga orang tua itu seperti terbentur pada jalan buntu!
Adapun nona Yang Hoa yang sejak tadi sudah merasa geli hati melihat persoalan
ketua ini yang agaknya amat membingungkan bagi mereka yang bersangkutan, lalu
berpaling kepada Bun Liong yang duduk di sebelahnya dan pemuda itupun menoleh
dan memandang kepadanya. Dari sinar mata tunangannya, Yang Hoa dapat membaca isi hatinya bahwa ia
meminta bantuan kepadanya untuk mencari jalan keluar dari masalah yang amat sulit
ini. Yang Hoa menggerakkan alisnya ke atas seakan-akan ia bertanya kepada
tunangannya apakah ia boleh mengeluarkan pendapat untuk membantunya.
Dan sebagai jawaban Bun Liong menggedikkan kepala ke arah ke tiga orang tua itu
sebagai isyarat bahwa gadis tunangannya yang mempunyai kecerdasan luar biasa ini
boleh bicara. Yang Hoa tersenyum manis dan ia berkata kepada ke tiga tokoh penting
dari Pauw-an-tui yang masih termangu-mangu itu.
-wi sekalian! Maafkanlah kalau siauwli berani bersikap lancang, karena siauwli


Pendekar Tanpa Tandingan Bu Tek Enghiong Karya Tjo Beng Siang di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tahu bahwa seharusnya siauwli selaku anggauta bawahan, turut duduk dan ikut bicara
di sini. Akan tetapi, mendengar persoalan kedudukan ketua ini yang membuat kalian
nampak kebingungan dan lagi siauwli mendapat isyarat dari tunanganku yang minta
bantuan unkuk mencari jalan keluar dari kesulitan ini, maka perkenankanlah siauwli
Bu Tek Enghiong - Halaman 215
Serempak, tiga orang tua itu memandang kepada gadis itu tanpa berkata-kata dan
hal ini dianggap oleh Yang Hoa sebagai isyarat bahwa ia boleh bicara terus.
belum mengerti urusan perkumpulan atau organisasi, namun dari buku-buku yang
siauwli pernah baca (sengaja ia tidak menyebutkan bahwa buku-buku yang pernah
dibaca sebenarnya adalah kitab-kitab ketika ia bermukim di kuil Thian-an-si), di
antaranya siauwli masih ingat buku tentang pedoman organisasi dan perkumpulan
sehingga siauwli tahu sedikit peraturan dan syarat-gwe dengan sinar mata yang penuh
harapan. menjadi ketua harus memiliki kesabaran, kebijaksanaan, berpemandangan luas dan
ilmu silatnya tinggi, dan pendapat kalian ini memang tepat sekali.
sebenarnya sudah terdapat pada Can lopeh. Pengalaman tempur yang dahsyat dan
kegagahan, sudah dimiliki oleh Lu sianseng yang berjuluk Pagoda Besi yang tentunya
sudah mempunyai pergaulan luas di dunia kang-ouw.
komplotan gerombolan, maka orang yang menjadi ketuanya harus memiliki kepandaian
yang sesuai dengan sifat perkumpulan, yaitu kepandaian bu (silat) dan menurut apa
yang siauwli dengar tadi hal ini dimiliki oleh koko Bun Liong setelah berhasil menjadi
juara dari pertandingan pibu yang dilangsungkan di depan gedung kemaren.
i dan sekarang menurut pengetahuan siauwli setelah tiga syarat tadi harus ditambah lagi
syarat keempat yaitu keuangan! Sebuah perkumpulan atau organisasi harus cukup kuat
keuangannya agar perkumpulan yang dibentuknya pun kuat. Apalagi di dunia ini segala
sesuatu kekuatan dan kehormatan selalu dipandang dari segi keuangan!
perkumpulan, disamping harus memenuhi tiga syarat yang telah disebutkan di atas,
juga yang sangat penting, harus kuat keuangannya, yakni tegasnya seorang hartawan,
agar dihormati, disegani dan badan yang dipimpinnya dapat bekerja lancar.
Bu Tek Enghiong - Halaman 216
yang sudah dimiliki oleh kalian berempat maka apa sukarnya untuk mengatur siapa
yang pantas menjadi pang-cu Pauw-an-tui ini"
dibentuk ketua gabungan yang terdiri dari empat orang" Kalian berempat dapat
memegang jabatan sebagai ketua gabungan ini, selain lebih kuat, juga
memperlambangkan persatuan dan kerjasama yang baik dalam perkumpulan, memberi
tauladan kepada semua anggauta! Bagaimana pendapat dan pikiran kalian dengan usul
Ke tiga orang tua itu saling berpandangan sebentar. Wajah Cio wan-gwe nampak
berseri, Lu Sun Pin memandang Yang Hoa dengan matanya yang terbuka lebar seolaholah ia tidak percaya bahwa usul itu keluar dari mulut si nona, sedangkan Can Po Goan
mengangguk-angguk kecil. sependapat dengan nona dan memanglah kalau di antara masing-masing
merasa keberatan menjadi ketua, maka lebih baik kita berempat dijadikan ketua
-gwe kemudian dan hartawan ini lalu bertanya kepada Lu
Sun Pin yang duduk di sebelah
-tee dan juga kau Can kauw- Cio wan-gwe terhadap Bun Liong yang diamdiam mengagumi kecerdasan tunangannya.
-wi menyetujui usul dari Yangepada nona calon isteri Souw sicu ini, karena kalau tiada dia di sini, pasti kita akan terus saling tunjuk
tiada putusnya seperti tadi.
dipecahkan dengan hasil yang sempurna, maka marilah kita merundingkan bersama
bagaimana cara dan baiknya mengatur anggauta-anggauta barisan keamanan kita ini
supaya gerombolan garong itu dapat di atasi kebrutalannya, bahkan tujuan organisasi
Bu Tek Enghiong - Halaman 217
kita ini mengganyang mereka sampai habis! Dan tentu saja kita sangat mengharapkan
buah pikiran dan usulDemikianlah, mereka berlima terus berunding dan dalam perundingan ini ternyata
rancangan dari Can Po Goan yang mereka jadikan pedoman, karena guru silat bekas
tentara ini memang sangat paham tentang menyusun barisan, mempunyai banyak
siasat untuk membendung, mengepung dan menggempur musuh!
Perundingan kilat yang dilakukan dalam musyawarah kecil itu diakhiri oleh mereka
sambil mengganyang santapan pagi yang sudah terhidang itu sampai licin tandas,
sebagai lambang bahwa komplotan garong yang akan mereka ganyang itu, pasti
terkikis habis! Sementara itu di luar gedung, di pelataran depan di mana kemaren berdiri
panggung lui-tay yang kini ternyata sudah dibongkar, telah banyak berkumpul pemudapemuda yang datang dari seluruh wilayah Tong-koan. Jumlah mereka sangat besar
sekali dan jauh lebih banyak dari jumlah orang-orang yang menonton pibu kemaren.
Mereka datang berbondong-bondong dan semuanya sebagai sukarelawan untuk
mendaftarkan diri menjadi anggauta Pauw-an-tui.
Dan orang-orang yang sibuk mendaftarkannya, terdiri dari Tan Seng Kiat, Kwe Bun
(murid-murid dari Can kauw-su), Sim Kang Bu, So Ma Tek (murid-murid dari Lu Sun Pin)
dan dibantu oleh Cio Swi Ho, putera tunggal Cio wan-gwe. Para anak muda yang tadinya
saling bermusuhan ini, sekarang bekerja sama dan sibuk mencatat nama-nama para
calon anggauta yang datang berbondong itu.
Mereka duduk menghadapi sebuah meja panjang dan kelihatannya akur sekali
seakan-akan sebelumnya tidak pernah terjadi permusuhan yang hebat. Para anak muda
ini, setelah berakhirnya pibu kemaren dan melihat betapa guru-guru mereka menjadi
akur, maka merekapun mencontoh perbuatan gurunya yang memang memberi nasehat
pada mereka bahwa permusuhan yang tidak semestinya itu harus diakhiri.
Para anak murid Can kauwsu maupun Lu Sun Pin memang sangat mentaati guruguru mereka, dan itulah sebabnya maka hari itu mereka bekerja sebagai pencatat nama
orang-orang yang menyatakan diri menjadi anggauta Pauw-an-tui. Disamping
kesibukannya, mereka bekerja dengan wajah yang berseri-seri karena mereka sadar
bahwa kini mereka sudah sama-sama menjadi kawan sehaluan untuk menggalang
persatuan dan tekad yang sama, yaitu mengganyang musuh-musuh mereka, musuhBu Tek Enghiong - Halaman 218
musuh masyarakat wilayah Tong-koan umumnya, yaitu gerombolan garong dan
komplotan bajak sungai! ooOoo Cahaya merah yang terlihat oleh Bun Liong dan Yang Hoa semalam memang
perbuatan komplotan penjahat tersebut yang untuk kesekian kalinya kembali
mengunjukkan keganasannya. Beberapa rumah penduduk di pinggir kota Tong-koan
telah dibakar, harta benda rakyat jelata habis digasak, dan dua orang gadis muda hilang
diculik! Peristiwa semacam ini memang bukan rahasia lagi bagi seluruh penduduk wilayah
Tong-koan, tapi peristiwa yang terjadi malam itu agaknya disebabkan karena komplotan
garong tersebut ingin melampiaskan dendam mereka setelah Ciam Tang si Srigala
Hitam, Bu Kiam dan Bong Pi dikalahkan oleh Bun Liong di atas panggung lui-tay pada
siang harinya. Mereka mengunjukkan aksi mereka sebelum barisan keamanan dibentuk
dan beberapa orang penduduk sempat mendengar teriakan-teriakan dan sesumbar
mereka: -an-anHal ini benar-benar merupakan tantangan dan penghinaan yang hebat bagi Pauwan-tui!
Itulah sebabnya, maka ketua gabungan yang merupakan Catur-tunggal dari Pauwan-tui, setelah selesai berunding pada pagi hari itu merasa perlu untuk segera
mengerahkan tenaga barisan keamanan yang mereka pimpim mulai hari itu juga.
Pemimpin Catur-tunggal ini mengatur bagaimama wilayah Tong-koan harus dijaga.
Tan Seng Kiat dan Sim Kang Bu serta para suteenya, diangkat menjadi pemimpin
regu. Para anggauta Pauw-an-tui yang ternyata sangat banyak jumlahnya itu diatur
dan diharuskan supaya menjaga dusun-dusun tempat tinggal masing-masing dengan
dipimpin dan dibantu oleh kepala-kepala regu yang sudah ditunjuk dan mereka
diwajibkan mengadakan perlawanan apabila komplotan musuh memperlihatkan batang
hidungnya! Demikianlah sejak hari dan malam itu seluruh pelosok wilayah Tong-koan telah
dijaga oleh anggauta-anggauta Pauw-an-tui. Sebagian besar orang-orang lelaki dengan
Bu Tek Enghiong - Halaman 219
membekal senjata yang ada pada mereka melakukan penjagaan dengan waspada dan
siap siaga. Biarpun kebanyakan mereka terdiri dari penduduk biasa dan tidak bisa main silat,
akan tetapi oleh karena semuanya setuju dengan tujuan organisasi Pauw-an-tui dan
ditambah lagi mereka dipimpin oleh kepala-kepala regu yang mengerti ilmu silat, maka
semangat dan keberanian mereka bangkit sehingga menimbulkan tekad yang bulat
untuk bertempur mati-matian dengan gerombolan musuh mereka dan musuh seluruh
masyarakat wilayah Tong-koan!
Semenjak masih sore, rumah-rumah telah menutup pintunya dan semua orang
lelaki berada di luar rumah melakukan penjagaan, sedangkan para wanita dan anakanak bersembunyi di dalam rumah dengan hati berdebar-debar. Setiap bunyi gaduh
yang terdengar oleh mereka, baik bunyi tikus maupun kucing, membuat mereka pucat
ketakutan. Seluruh wilayah Tong-koan dalam keadaan tegang, karena kalau biasanya
gerombolan-gerombolan datang merajah hanya akan menimbulkan kerugian bagi
mereka. Kini pasti akan timbul pertempuran hebat karena semua orang lelaki akan
melakukan perlawanan yang nekad!
Malam itu tidak terlalu gelap. Walaupun tidak berbulan, namun ribuan bintang di
langit cukup memberikan penerangan yang remang-remang di muka bumi. Pemimpin
Catur-tunggal dari Pauw-an-tui yang dibantu oleh nona Yang Hoa yang tidak mau
berpisah dari calon suaminya dan yang tidak mau diam saja menghadapi situasi
genting ini, telah melakukan kewajiban mereka masing-masing.
Cio wan-gwe yang pada malam itu telah mengenakan pakaian silat yang serba
ringkas, membekal senjata sebatang toya, dikawani oleh Lu Sun Pin yang bersenjatakan
golok besarnya dan Cio Swi Ho, yakni putera tunggal Cio wan-gwe, yang membawa
senjata sebatang pedang, berjalan berkeliling dengan berpencar melakukan perondaan
di dalam kota. Sedangkan Can kauw-su, Bun Liong dan Yang Hoa mendapat tugas meronda di
bagian luar kota! Menurut petunjuk dari Can kauw-su, Bun Liong dan tunangannya harus
berkeliling meronda di pinggir wilayah Tong-koan bagian utara, sedangkan Can kauwsu sendiri berkeliling meronda di pinggir bagian selatan.
Setiap kelilingnya mereka mesti bertemu di pinggir barat dan timur, dan setelah itu,
mereka berpisah pula untuk terus melakukan perondaan, mengontrol para anggauta
Bu Tek Enghiong - Halaman 220
penjaga yang terdapat di setiap pelosok dan memimpin mereka itu untuk melakukan
perlawanan apabila gerombolan musuh mereka datang mengganggu! Baik Can kauwsu maupun Bun Liong atau Yang Hoa, melakukan perondaan itu sambil memainkan
kepandaian ilmu lari cepat masing-masing, sehingga tubuh mereka hanya nampak
berkelebat bagaikan bayangan setan malam!
Akan tetapi sampai jauh malam dan entah sudah berapa belas kali mereka bertemu
di pinggir timur dan barat, sama sekali belum terlihat gejala-gejala munculnya
gerombolan garong itu. -su ketika mereka bertemu pula di atas wuwungan rumah di
pinggir barat wilayah Tong-koan.
Sedangkan Yang Hoa ketika itu nampak sedang membereskan segumpal rambut
yang terjuntai di atas keningnya, yang terlepas karena tiupan angin malam.
ada perbuatan penjahat yang tidak pengecut, dan mereka tentu selalu
mencari kesempatan dan keuntungan selagi pihak kita lemah dan lengah. Oleh karena
itu, maka betapapun juga, jangan kita lekas merasa bosan dalam melakukan tugas kita
-su setengah memberi semangat kepada dua teruna itu.
Setelah beristirahat melepaskan lelah sejenak, mereka kembali menjalankan tugas.
Sudah tiga malam berturut-turut mereka melakukan penjagaan dan perondaan
seperti itu, akan tetapi ternyata gerombolan penjahat tidak muncul. Hal ini tentu saja
membuat segenap para penjaga jengkel dan lelah dan pula karena tiga malam terus
menerus tidak berani tidur dan selalu bergadang, maka semangat dan tubuh mereka
menjadi sangat lesu. Gejala yang dapat melemahkan kedudukan penjagaan ini dapat dimaklumi oleh
pemimpin Catur-tunggal, dan Can kauw-su berkata kepada Bun Liong dan tunangannya
ketika mereka bertemu pula di tempat biasanya, yaitu pada malam keempat.
-terusan begini, dengan sendirinya kedudukan kita pasti
menjadi lemah dan hal ini sangat berbahaya sekali, maka besok sebaiknya kita
lebih baik kita satroni saja sarang-sarang mereka dari pada kita bekerja seperti ini yang
Bu Tek Enghiong - Halaman 221
sama sekali tidak menguntungkan, bahkan kemungkinan besar kita bisa menderita
kita pun memang hendak mengganyang habis mereka.
-su tidak sempat melanjutkan perkataannya, karena ketika itu tiba-tiba saja ia melihat cahaya
api berkobar dikejauhan, yaitu kira-kira di dalam kota Tong-koan.
dan Yang Hoa hampir berbareng, karena kedua anak muda yang selalu waspada inipun telah melihat
pula cahaya merah yang berkobar-kobar dalam waktu yang bersamaan.
di luar tahu ki -su berteriak marah dan segera ia mengajak Bun Liong dan
Maka dengan mengerahkan ilmu lari cepat, mereka segera berlarian ke arah
berkobarnya api itu. Pada waktu itu, tengah malam telah lama lewat, bahkan telah
mendekati fajar. Ketika mereka sudah mulai memasuki kota, jelas tampak oleh mereka
bahwa cahaya api yang terlihat dari jauh tadi adalah rumah-rumah di banyak tempat
yang telah menjadi lautan api, dan ketika mereka sudah masuk ke dalam kota,
terdengarlah sorak sorai dan pekik jerit yang campuh sekali!
Dan memanglah pada malam keempat dan setelah mendekati fajar itu, komplotan
perampok telah berhasil memasuki dan menyerbu ke dalam kota Tong-koan tanpa
dapat dibendung lagi oleh para anggauta Pauw-an-tui yang menjaga di pinggir kota.
Ternyata komplotan perampok itu, yang belum diketahui dari pihak gerombolan si Cakar
Harimau atau anak buah dari si Sungai kuning, atau sangat mungkin dari ke dua-duanya
seperti yang sudah-sudah, telah menyerbu dan memasuki wilayah Tong-koan dari
berbagai jurusan. Siasat ini membuat para penjaga menjadi kacau-balau dan kekuatan mereka
menjadi terpecah-pecah. Lebih kacau lagi ketika perampok-perampok dari luar dusun
mempergunakan anak-anak panah yang membawa api, sehingga dengan cepat dan
mudah beberapa buah pondok yang terdekat telah terbakar.
Sebenarnya, para penjaga di garis depan sudah melakukan pertahanan dan
perlawanan dengan bertempur nekad dan mati-matian sehingga akibatnya, tidak sedikit
juga para perampok yang terluka dan tewas. Akan tetapi kawanan perampok jauh lebih
Bu Tek Enghiong - Halaman 222
kuat dan lebih ganas, sehingga pertahanan para anggauta Pauw-an-tui jadi kewalahan
dan bobol. Dengan demikian maka kawanan perampok bisa masuk dan menyerbu ke dalam
kota dan di sini mereka disambut pula oleh Barisan Penjaga Keamanan yang
mengadakan pertahanan dan perlawanan secara gagah berani! Sebentar saja
pertempuran hebat segera terjadi dan beberapa rumah penduduk jadi terbakar oleh
anak-anak panah berapi yang dilepaskan oleh para perampok!
Ketika Can kauw-su, Bun Liong dan Yang Hoa tiba di tempat kekacauan keadaan
benar-benar sudah sangat panik. Suara robohnya rumah-rumah yang dibakar
gerombolan demikian gemuruh bagaikan bunyi bukit runtuh, jerit minta tolong dari
wanita-wanita dan anak-anak penghuni rumah yang terbakar bercampur dengan teriak
dan suara beradunya senjata dari orang-orang yang bertempur!
-moay, lebih baik kita berpencar dan sebaiknya kalian
pergi ke rumah Cio Tayjin, siapa tahu di sana terbit kekacauan yang lebih hebat dan
Can kauw-su terkejut ketika teringat kepada rumah hartawan Cio karena mengingat
bahwa hartawan itu menjadi pelopor dari Pauw-an-tui, maka sangat mungkin Cio wangwe dan gedungnya menjadi sasaran utama dari para penjahat ini. Cepat Can kauwsu
berlari ke arah tempat yang dimaksud diikuti oleh nona Yang Hoa setelah memberi
Can kauw-su dan Yang Hoa berlari cepat seperti terbang menuju ke tempat tinggal
Cio wan-gwe. Di tengah perjalanan mereka membantu para anggauta Pauw-an-tui dan
pedang-pedang mereka membabat para perampok!
Can kauw-su merasa kagum melihat sepak terjang dan kegagahan nona Yang Hoa
yang mengamuk bagaikan singa betina. Setiap kali pedangnya berkelebat, pasti seorang
perampok menjerit dan roboh, karena dalam jiwa nona ini sudah tertanam kebencian
yang mendalam terhadap segala macam orang jahat!
Sementara Bun Liong bertindak dan turun tangan ketika melihat tidak jauh di
depannya ada empat orang anggauta Pauw-an-tui sedang mengeroyok dua orang yang
berpakaian serba hitam, yang menjadi ciri khas dari kaum perampok yang ilmu
silatnya cukup tinggi sehingga penjaga-penjaga itu terdesak hebat. Dua orang perampok
itu bersenjata golok besar dan ketika Bun Liong baru saja muncul di antara mereka,
Bu Tek Enghiong - Halaman 223
seorang anggauta Pauw-an-tui telah rebah berlumuran darah dan kawannya yang tiga
orang lagi itupun sudah kewalahan sekali.
Bun Liong maklum bahwa menghadapi pertempuran yang campuh itu, lebih praktis
ia menggunakan senjatanya. Maka sekali tangannya merenggut tali pengikat
pinggangnya, seutas tali yang merupakan cambuk itu telah berada di tangannya dan
sekali saja tangannya bergerak, maka terdengarlah bunyi:
Dua golok di tangan perampok itu terlempar jauh dibuatnya karena telah disamber,
bergerak, dan akibatnya sekaligus dua orang perampok roboh tidak berdaya!
Para penjaga menjadi girang, lalu tubuh kedua perampok itu dijadikan bulanbulanan kegemasan dan kemarahan mereka, dengan dihujani bacokan, pentungan,
gebukan dan tendangan mereka, sehingga mayat musuh seluruh penduduk Tong-koan
itu menjadi hancur luluh dan mengerikan!
Bun Liong berlari ke arah lain di mana juga terdapat dua orang perampok yang
dikeroyok oleh para penjaga. Dua orang perampok ini ternyata lebih lihay lagi sehingga
di tempat ini sudah ada empat orang anggauta Pauw-an-tui yang menggeletak
berlumuran darah, sedangkan lima orang kawannya lagi yang masih mengeroyok,
sudah terdesak sekali.

Pendekar Tanpa Tandingan Bu Tek Enghiong Karya Tjo Beng Siang di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

an-tui itu ketika melihat pemuda yang menjadi pang-cu mereka datang, segera
melompat mundur. Sebaliknya, dua orang perampok ketika melihat Bun Liong, serempak
maju mengeroyok sambil mempergunakan golok-golok besar mereka.
Dengan mempergunakan kesebatannya Bun Liong berkelit sehingga dengan mudah
dia dapat menghindari serangan dua batang golok yang seakan-akan hendak
menggunting tubuhnya dari kanan dan kiri itu. Dan berbareng dengan itu iapun
menyabetkan cambuknya memberi serangan balasan dan ternyata dua orang
perampok itu cukup gesit sehingga dapat melayani untuk beberapa jurus.
Akan tetapi Bun Liong tidak mau membuang banyak waktu untuk melayani mereka.
Ia mainkan cambuknya dengan cepat dan dua gebrakan kemudian cambuknya kembali
telah merampas senjata perampok tersebut dan pada waktu itu juga terdengar mereka
menjerit, karena yang seorang telah mendapat sodokan kilat dari kaki Bun Liong yang
menghantam lambungnya dan yang seorang lagi, telah roboh dalam keadaan lemas
Bu Tek Enghiong - Halaman 224
karena jalan darah hian-hi-hiat di bawah tenggorokannya telah kena ditotok oleh ujung
cambuk! Para anggauta Pauw-an-tui bersorak gembira sambil menubruk mereka dan tubuh
perampok yang sudah tidak berdaya itu dijadikan pelepas kemarahan mereka!
Bun Liong lalu melompat ke tempat lain di mana terdengar hiruk pikuk dari orangorang yang bertempur dan pemuda ini mendapat kenyataan bahwa benar-benar
komplotan perampok itu amat cerdik. Mereka bergerak dengan berbareng pada waktu
yang sama sehingga Bun Liong yang baru sekali menghadapi pertempuran campuh,
agak bingung dan sukar sekali baginya untuk membagi-bagi tenaganya.
Terpaksa ia bekerja cepat dan dengan mengerahkan ginkangnya yang tinggi. Ia
berlari kesana kemari untuk membantu para penjaga yang terdesak oleh para
perampok itu! Para perampok yang sukar ditaksir jumlahnya itu ketika mendengar bahwa pemuda
yang menjadi pang-cu Pauw-an-tui telah datang dan mengamuk sehingga banyak
kawan mereka telah jatuh menjadi korban, maka mereka lalu bersatu. Dan ketika Bun
Liong sedang menghadapi keroyokan tiga orang perampok di dekat tumpukan puing
yang masih menyala dari sebuah rumah penduduk yang dibakar oleh salah seorang
kawan mereka, datanglah enam orang perampok lain dan sebentar saja Bun Liong
dikepung dan dikeroyok oleh sembilan orang perampok yang bersenjata pedang, golok,
tombak dan lain sebagainya!
Bun Liong sedikitpun tidak jerih, bahkan sambil menggertak gigi karena menahan
marah, ia segera memainkan ilmu cambuknya Shan-kong-joan-pian. Cambuk di
tangannya bergerak-gerak dan memnyamber-nyamber bagaikan kilat sambil
membelah suasana. Dalam menghadapi sembilan orang lawan yang mengeroyoknya ini, Bun Liong tidak
berani berlaku sembarangan dan karena memang ia ingin bekerja cepat, maka pemuda
ini telah mengeluarkan jurus-jurus dari ilmu cambuknya yang terlihay yaitu gerak tipu
yang disebut Kim-coa-hitelah kena dihajar oleh sabetan ujung cambuk yang membuat kulit muka mereka amat
sakit dan pedas dan kepala mereka jadi pening.
Bu Tek Enghiong - Halaman 225
Senjata yang dipegangnya terlepas dengan sendirinya karena kedua tangan
mereka menutupi wajah mereka yang ternyata telah pecah dan berdarah. Untuk sesaat
mereka berdiri sambil berteriak-teriak kesakitan dan akhirnya keduanya jatuh
tersungkur sambil terus mengaduh-aduh.
Bun Liong meneruskan serangannya. Cambuknya diulur sampai panjang dan
meluncur berlegat-legot seperti seekor ular emas yang sedang bermain di air dan
sekali disentakkan ke belakang, ujung cambuk itu secara istimewa sekali telah melibat
pinggang tiga orang lawan dan ketika sekali lagi Bun Liong menarik cambuk itu sambil
berseru keras, maka tak ampun lagi tiga orang perampok serempak roboh terguling
saling bertindihan! Empat orang perampok yang belum kebagian dihajar, seketika menjadi melongo
karena amat kagetnya. Sama sekali tidak mereka sangka bahwa pemuda itu dalam dua
gebrakan saja telah dapat merobohkan lima orang kawannya. Tapi seorang diantaranya,
yang mempunyai keberanian sangat besar, segera melompat maju dan golok di
tangannya berkelebat bagaikan sambaran halilintar.
Perampok ini merasa pasti bahwa serangannya akan berhasil karena ia menyerang
dari arah belakang pemuda itu. Akan tetapi ia kecele dan kaget, karena secepat kilat
Bun Liong membalikkan tubuh dan cambuknya terayun menyambut golok.
Perampok itu menyabetkan goloknya hendak membabat cambuk dan ketika
goloknya membentur ujung cambuk itu, ia rasakan tangannya menggetar dan ternyata
ujung cambuk itu tidak dapat terputus oleh sabetan goloknya, bahkan sebelum ia
sempat mengelak, ujung cambuk secara istimewa sekali telah dapat melibat
pinggangnya! Sebelum ita dapat meronta dan melepaskan diri, terdengarlah Bun Liong berseru
nyaring dan tahu-tahu tubuhnya telah ditarik dan melayang ke udara bagaikan
dilontarkan oleh tenaga raksasa. Dan sial sekali baginya, karena ketika tubuhnya jatuh
kembali, persis menimpa gundukan puing yang masih menyala sehingga ia berteriakteriak sambil meronta dan menggeliat, akhirnya ia mampus dalam keadaan hangus!
Pengeroyok yang tinggal tiga orang lagi, setelah melihat bahwa kelihayan pemuda
itu benar-benar hebat, mereka jadi merasa jerih dan serempak bagaikan mendapat
perintah, ketiganya segera menggunakan gerak tipu mengangkat kaki seribu alias, lari
ngacir! Bu Tek Enghiong - Halaman 226
Tetapi Bun Liong yang sudah marah sekali terhadap musuh yang dikonfrontasinya
tidak mau membiarkan mereka mabur begitu saja. Cambuknya yang panjang itu segera
-tarmengeluarkan lengkingan meninggi dan tubuh mereka dalam saat yang sama jatuh
tersungkur dengan hidung mencium tanah.
Selain baju bagian belakang mereka telah robek dan kulit punggung mereka
menjadi pecah dan berdarah terkena sabetan ujung cambuk, juga ujung cambuk itu
setelah menghajar punggung-punggung mereka langsung meluncur dan berputar ke
bawah sehingga sekaligus membelit kaki-kaki mereka. Dan inilah yang membuat
mereka jatuh tersungkur! Tentu saja para anggauta Pauw-an-tui menjadi girang luar biasa melihat hal ini,
mereka berebutan maju dan memberi hajaran tambahan terhadap tubuh-tubuh dari
delapan perampok itu! Tiada hentinya para anggauta Pauw-an-tui memuji kegagahan
pang-cu mereka yang masih muda.
Akan tetapi Bun Liong yang dipuji sudah semenjak tadi pergi dari tempat itu dan
cepat berlari menuju ke gedung Cio wan-gwe, selain untuk membantu hartawan itu
sendiri bersama Lu Sun Pin, dan Can kauw-su, juga pemuda ini merasa khawatir kalau
tunangannya mendapat bahaya!
Sementara itu Yang Hoa juga menghadapi lawan, bahkan lawannya lebih berat
daripada yang dihadapi Bun Liong. Benar seperti yang menjadi dugaan Bun Liong tadi
bahwa rumah Cio wan-gwe tentu akan menjadi sasaran utama dari serbuan komplotan
perampok. Dan memang begitulah kenyataannya, ketika Yang Hoa bersama Can kauw-su tiba
di situ mereka melihat pertempuran hebat di depan gedung Cio wan-gwe! Lima orang
perampok sedang mengamuk dan biarpun Cio wan-gwe telah menjaga rumahnya
dengan sepuluh orang anggauta Pauw-an-tui pilihan yang terdiri dari murid-murid Lu
Sun Pin dan Can kauw-su, tetap tak berdaya bahkan Yang Hoa melihat bahwa enam
orang anggauta Pauw-an-tui ketika itu sudah rebah sambil merintih-rintih!
Tidak jauh dari tempat pertempuran itu, tampak pula Cio wan-gwe sedang
bertempur mati-matian menghadapi seorang perampok yang bertubuh tinggi besar.
Perampok tinggi besar ini mudah dikenal oleh siapapun, ialah Ciam Tang si Srigala
Hitam yang memimpin penyerbuan ini!
Bu Tek Enghiong - Halaman 227
Ketika itu, permainan toya Cio wan-gwe sudah kacau dan ia sudah terdesak hebat
dan terus didesak oleh Ciam Tang yang mengeluarkan ilmu goloknya yang benar-benar
tinggi. Tidak jauh dari tempat pertempuran kedua orang ini, tampaklah tubuh Lu Sun
Pin menggeletak berlumuran darah dan sudah tak berkutik. Agaknya Pagoda Besi ini
sudah dirobohkan terlebih dulu oleh pemimpin gerombolan itu!
Tanpa banyak cakap Can kauw-su dan Yang Hoa segera maju dan menyerbu. Kalau
Can kauw-su menghadapi lima orang perampok yang telah merobohkan enam orang
anggauta Pauw-an-tui tadi, maka Yang Hoa segera menyela di antara pertempuran
Ciam Tang dan Cio wan-gwe.
menyabetkan pedang pendeknya ke arah Ciam Tang.
Cio wan-gwe yang memang sudah terdesak itu girang mendapat bantuan nona ini,
maka segera melompat mundur dari kalangan tapi bukan untuk istirahat, melainkan
pergi membantu Can kauw-su!
Sambil menggerakkan goloknya menangkis, Ciam Tang ketawa bergelak.
-an-tui ini terdapat seorang anggauta wanita yang cantik seperti bidadari, dan kabar itu benar-benar tidak
bohong karena sesungguhnya kau lebih cantik dan lebih gagah dari segala macam
kurang ajar. tangannya berkelebat menyambar.
diam ia merasa sayang kalau harus bertempur dengan gadis secantik itu.
Seketika juga timbullah maksud jahatnya, yaitu ingin menangkap Yang Hoa hiduphidup dan menculiknya. Karena ia belum mengetahui kepandaian si nona sehingga
dianggapnya lawan ringan dan menyenangkan, maka sambil berkelit itu, ia maju
setindak ke depan dan tangan kirinya secepat kilat mengulur hendak menotok jalan
darah di pinggul si nona.
Yang Hoa maklum maksud keji dari pemimpin gerombolan ini, maka dengan marah
ia menyabetkan pedangnya dan kalau saja Ciam Tang tidak berlaku gesit dan cepat
menarik kembali tangannya, pasti tangan itu akan terbabat!
Bu Tek Enghiong - Halaman 228
oleh calon suamiku di atas panggung lui-tay tempo hari sehingga kau jatuh dari
panggung seperti seekor anjing buduk kena tendang, maka kini kau membawa anak
b diam-diam ia mengagumi kegesitan si Srigala Hitam.
isterinya pun demikian sombong, berlagak seperti seoran
dari bocah ingusan yang sudah menghinaku, maka kaupun berhak menerima
Kemudian ia mengeluarkan suara auman seperti seekor harimau lapar sambil
melompat maju dan goloknya yang besar mengirim serangan dahsyat ke arah Yang
Hoa! Memanglah, si Srigala Hitam ini merasa sakit hati kepada Bun Liong dan
penyerbuan malam inipun hanya untuk melampiaskan dendamnya.
Karena ia belum bertemu dengan Bun Liong, sedangkan sekarang berhadapan
dengan calon isteri musuh besarnya itu, maka ia merasa cukup pantas kalau nona
galak ini menerima pembalasannya mewakili calon suaminya. Kalau tadi ia bermaksud
menangkap nona ini dan menculiknya untuk kemudian dijadikan permainan, kini
maksud itu dibuangnya jauh-jauh dan diganti dengan nafsu membunuh!
Yang Hoa yang melihat betapa si Srigala Hitam mulai membuka serangan, cepat
miringkan tubuhnya untuk berkelit dan secepat kilat pedangnya digerakkan mengirim
serangan balasan ke arah kaki lawan sehingga pada detik berikutnya Ciam Tang dan
gadis ini telah terlibat dalam sebuah pertempuran hebat!
Serangan-serangan golok Ciam Tang dilancarkan demikian kuat, cepat dan ganas!
Setelah bertempur sampai belasan jurus ia mengakui bahwa nona lawannya sangat
gesit sehingga sukar sekali untuk dijadikan sasaran bagi goloknya, maka ia mengganti
taktik dan kini ia selalu mengarahkan goloknya ke pedang si nona, dengan maksud
hendak mematikan pedang lawan alau membikin pedang itu terlepas dari pegangan.
Kalau sudah demikian, ia akan lebih mudah mencapai kemenangan, pikirnya.
Akan tetapi, ternyata Ciam Tang kecele! Sudah lebih enam kali goloknya sengaja
nyaring sekali dan bunga api berpancaran keluar setiap kali dua batang senjata saling
membentur dengan hebatnya!
Bu Tek Enghiong - Halaman 229
Disamping merasa kecele, Ciam Tang diam-diam hatinya terkejut sekali karena
bukan saja pedang gadis itu tidak terbabat putus atau terpental, bahkan ia merasa
telapak tangannya bergetar, sakit dan pedas akibat sambutan tenga lweekang yang
amat kuat dari gadis itu. Untung tenaga gwa-kangnya cukup kuat dan iapun segera
menyalurkan tenaga lweekang agar goloknya tidak sampai terlepas dari pegangannya,
akan tetapi betapapun juga pengalaman ini sudah cukup mengagetkannya.
Ciam Tang maklum bahwa gadis yang semula dipandang ringan ini, kini ternyata
tidak boleh dibuat sembarangan. Tetapi iapun jadi penasaran dan marah sekali, maka
sambil menggertak gigi ia mengerahkan seluruh tenaga dan kepandaiannya, dan
memainkan goloknya dengan lebih dahsyat!
Yang Hoa yang sudah menerima gemblengan matang dari Goat Im Nionio tetap
saja dapat mematahkan semua serangan lawannya dengan kelincahan, ketangkasan
dan ketenangannya yang mengagumkan.
Ketika pertempuran sudah mencapai jurus ketigapuluh, Ciam Tang melancarkan
serangannya dengan geraktipu-geraktipu yang paling lihay. Sambil mulutnya berseru
keras, ia menggerakkan goloknya dengan tipu Kim-so-tui-tee (Kunci Emas Jatuh Di
Tanah), golok yang besar dan mengkilap tajam itu setelah membuat gerakan berputar
ke atas, tiba-tiba meluncur ke bawah menyentuh tanah sambil mengeluarkan bunyi
membuat serangan miring ke atas yang merupakan sabetan maut ke arah dada Yang
Hoa! Melihat datangnya serangan hebat ini, Yang Hoa lalu miringkan tubuhnya ke kiri
dan pedangnya digerakkan dari arah kiri ke kanan menangkis golok lawan yang
meluncur ke arah dadanya itu, sehingga kembali pedang dan golok beradu menerbitkan
bunyi nyaring dan bunga api berpijar. Akan tetapi gadis tidak berhenti sampai di situ
saja, karena dari pertemuan pedang dan golok itu ia sengaja membuat pedangnya
terpental untuk kemudian diteruskan dengan menggunakan gerak tipu Duri Menusuk
Dari Bawah Bunga. Pedangnya berkelebat di bawah golok dan melesat ke arah
tenggorokan lawan dengan amat cepatnya!
Gerakan ini benar-benar di luar dugaan Ciam Tang yang menjadi terkejut dan gugup
sekali. Ia berseru keras untuk mengerahkan tenaga dan sambil menarik kembali
goloknya, ia mencoba menjatuhkan dirinya ke belakang agar dirinya terhindar dari
serangan yang benar-benar berbahaya. Akan tetapi ia kurang cepat dan ujung pedang
Yang Hoa masih menyerempet pangkal lengan kirinya!
Bu Tek Enghiong - Halaman 230
Disamping menahan rasa sakit pada pangkal lengannya yang terluka, kini Ciam
Tang benar-benar terkejut dan gentar. Karena selain sudah membuktikan bahwa gadis
itu mempunyai kepandaian yang jauh melampaui dugaannya semula, bahkan pada
hakekatnya ia merasa kalah unggul oleh gadis itu!
Pada saat itu, Ciam Tang mendengar teriakan-teriakan dan pekikan-pekikan susul
menyusul dan ketika ia mengerling ke arah suara itu, anak buahnya telah roboh semua
dihajar oleh Can kauw-su bersama Cio wan-gwe! Hal ini benar-benar mematikan
semangat Ciam Tang karena belum pernah ia mengalami peristiwa kehancuran seperti
kali ini dan ia jadi mengakui bahwa dengan terbentuknya Pauw-an-tui, benar-benar ia
Tetapi Yang Hoa tidak mau membuang kesempatan ini. Ia segera melompat maju
dan pedangnya mengirim serangan yang mematikan, sehingga untuk menyelamatkan
dirinya, Ciam Tang kembali membuat tiga kali lompatan ke belakang dan ketika ia sudah
berdiri pula di tempat yang kira-kira sejauh lima tombak dari si nona, si Srigala Hitam
tiba-tiba bersuit nyaring dan ia melarikan diri di dalam gelap!
Agaknya suitan itu sebagai isyarat bagi para anak buahnya supaya segera angkat
kaki. Akan tetapi ternyata tidak seorangpun anak buahnya yang mentaati isyarat
pemimpinnya ini, karena semuanya telah menggeletak di tanah akibat pengganyangan
organisasi Pauw-an-tui yang untuk pertama kalinya telah mencatat kemenangan!
a melihat pemimpin gerombolan itu melarikan diri dan segera mengejar.
yang baru tiba ke tempat itu.
Ketika Yang Hoa mendengar ini menjadi girang hatinya karena calon suaminya
dalam kekacauan ini ternyata tidak kurang suatu apa, maka dengan perasaan yang
senang sekali ia terus berlari mengejar Ciam Tang.
Bun Liong sendiripun, setelah melihat bahwa di tempat itu sudah aman, segera
berlari menyusul tunangannya untuk sama-sama mengejar pemimpin gerombolan
yang melarikan diri itu. Tak lama kemudian para anggauta Pauw-an-tui berdatangan dari berbagai pelosok
untuk membantu kawan-kawannya di pusat terjadinya penyerbuan kawanan perampok
itu, tapi mereka mendapatkan bahwa tempat itu sudah aman dan tidak seorang
perampokpun yang masih hidup.
Bu Tek Enghiong - Halaman 231
Ketika mereka melihat Yang Hoa dan Bun Liong berlari mengejar si Srigala Hitam
yang mabur itu, merekapun tidak mau ketinggalan, semuanya turut mengejar. Sambil
berteriak-teriak, mereka berlari-lari jauh di belakang Yang Hoa dan Bun Liong.
Akan tetapi, oleh karena pemimpin gerombolan itu menggunakan ilmu lari cepat,
demikian pula Yang Hoa dan Bun Liong, sebentar saja para anggauta Pauw-an-tui
tertinggal jauh dan menjadi bingung karena ketiga orang itu tidak terlihat lagi sehingga
mereka tidak tahu ke jurusan mana harus mengejar!
Ternyata ilmu lari cepat dari Ciam Tang sudah cukup tinggi, sehingga untuk
beberapa lama, Yong Hoa dan Bun Liong belum berhasil menyusulnya. Dalam
kesempatan ini, biarpun tidak pernah berjanji lebih dulu, telah digunakan oleh Yang Hoa
dan Bun Liong untuk saling menguji ilmu lari cepat masing-masing karena memang
kedua calon suami isteri ini belum pernah saling mengunjukkan kepandaian masingmasing dalam keadaan yang asli.
Hal ini pada dasarnya mempunyai dua macam kebaikan. Pertama, mereka jadi
mempunyai kesempatan untuk saling memperlihatkan ilmu lari cepat yang dimilikinya
dari satu kepada yang lain dan kedua, mereka tambah mempercepat pengejaran
terhadap si Srigala Hitam yang sudah agak jauh di depannya itu!
Yang Hoa yang berlari terlebih dulu, telah mengerahkan seluruh kepandaian dalam
hal ilmu lari cepatnya, sehingga Bun Liong yang menyaksikan betapa si nona berlari
demikian cepat di depannya dan sebentar-bentar menengok kepadanya seakan-akan


Pendekar Tanpa Tandingan Bu Tek Enghiong Karya Tjo Beng Siang di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menantang supaya ia mengejarnya, maka dengan sendirinya ia merasa bahwa dirinya
hendak diuji dan diajak balap oleh calon isterinya.
Ketika Yang Hoa mengerahkan ilmu larinya yang paling dibuat andalan, yakni ilmu
lari Liok-tee-hui-heng (Lari Terbang Di Atas Bumi), tubuhnya melesat maju sedemikian
cepatnya seakan-akan terbangnya seekor burung walet.
Bun Liong pun segera mengerahkan ilmu larinya yang juga paling diandalkan, yaitu
Teng-peng-toh-cuy (Menginyak Rumput Menyeberang Air), sehingga tubuhnya yang
memang memiliki gin-kang tinggi itu menjadi sedemikian ringan seakan-akan sehelai
daun kering yang tertiup angin santer, melesat ke depan dengan kecepatan luar biasa
dan menyusuI Yang Hoa! Bu Tek Enghiong - Halaman 232
Yang Hoa jadi terkejut dan kagum ketika tiba-tiba merasa angin bertiup dari
belakang dan tubuh Bun Liong cepat menyambar lewat disampingnya. Diam-diam si
mengganti ilmu larinya dengan ilmu lompat yang disebut Anak Panah Terlepas Dari
Busurnya. Dalam berlarinya, sekali saja sepasang kaki Yang Hoa menginjak bumi, maka segera
tubuhnya mencelat ke depan dalam suatu gerak lompatan yang cepat sekali sehingga
benar-benar seperti meluncurnya sebatang anak panah dan benar saja. Dengan
mempergunakan ilmu lompat yang luar biasa ini, Yang Hoa berhasil menyusul Bun
Liong dan bahkan ia dapat melampauinya jauh di depan dan ketika tubuhnya yang
melayang turun lagi dengan sepasang kakinya kembali menyentuh bumi, lalu
menengok ke belakang. Ia jadi tersenyum kagum ketika dilihatnya betapa tubuh calon suaminya itupun
telah melayang mendatangi yang ternyata telah mempergunakan ilmu lompat pula
yang disebut Naga Sakti Mengejar Mustika, dan tahu-tahu pemuda itu telah berada tepat
di sebelah kirinya! Yang Hoa tersenyum manis sambil mengerling tajam, dibalas oleh calon suaminya
dengan senyum bahagia dan pandangan mata yang penuh kasih mesra! Mereka terus
berlari lagi dan ternyata akibat dari balap lari itu, kini mereka sudah dapat menyusul
Ciam Tang dekat sekali! Sementara itu, fajar mulai menyingsing dan karena pagi itu tidak ada halimun, maka
sebentar saja keadaan menjadi terang. Hal ini amat menggelisahkan hati Ciam Tang
yang melarikan diri oleh karena ketika ia sudah sampai jauh di luar perbatasan wilayah
Tong-koan dan hendak memasuki hutan, ke dua orang pengejarnya terus mengejar dan
tak mau melepaskannya, serta keadaan yang mulai terang itu tidak memungkinkannya
untuk menyembunyikan diri.
kini benar-benar ia berhasil mendekati Ciam Tang dan pedangnya pun nampak
berkelebat membabat punggung pemimpin gerombolan itu.
Akan tetapi, ketika itu Ciam Tang mendadak membuat gerakan yang tiba-tiba.
Karena maklum bahwa pedang nona pengejarnya itu mengancam punggungnya,
Bu Tek Enghiong - Halaman 233
secepat kilat ia membalikkan tubuh dan goloknya disamberkan bukan untuk menangkis
pedang lawan, tetapi justeru ia sengaja hendak merabas pinggang si nona! Hal ini
sungguh mengagetkan Bun Liong yang melihatnya sehingga pemuda ini segera
berseru: -moay, awas Namun, Yang Hoa sudah cukup waspada biarpun ia sendiri sangat kaget karena
gerakan Ciam Tang benar-benar di luar dugaannya. Tapi berkat gin-kangnya yang
sudah tinggi, nona ini dapat berlaku sebat menjatuhkan diri bergulingan ke samping
sehingga dirinya terlepas dari serangan yang tiba-tiba itu dan kesempatan ini
digunakan oleh Ciam Tang untuk segera membalikkan tubuhnya dan terus melarikan
diri pula! Akan tetapi sebelum pemimpin gerombolan ini berlari jauh dan menghilang ke
dalam hutan, tiba-tiba seutas tali meluncur ke arah sepasang kakinya, tapi sebelum
ujung cambuk dari Bun Liong ini sempat menjerat sasarannya, tiba-tiba penjahat itu
terdengar berteriak dan tubuhnya roboh terguling berkelojotan!
Bun Liong heran karena cambuknya belum mengenakan sasaran dan penjahat itu
sudah mendahului berteriak dan roboh. Pemuda yang waspada ini menaruh curiga
kalau-kalau si Srigala Hitam itu hanya berpura-pura belaka untuk kemudian memberi
serangan mendadak seperti barusan, maka ia meneruskan serangan ujung cambuknya
yang ditotokkan ke arah jalan darah yang-kwan-hiat di punggung penjahat itu sehingga
seketika itu juga si Srigala Hitam jadi berhenti dari berkelojotannya dan tidak berkutik
pula! Ketika Bun Liong mendekati dan memeriksa tubuh si Srigala Hitam yang telungkup,
ia melihat bahwa punggung penjahat itu, telah menjadi sasaran sebatang Piauw yang
menancap tepat di tengah-tengah dan ternyata piauw tersebut disambitkan oleh Yang
Hoa secara cepat dan jitu sekali!
UN LIONG maklum bahwa si Srigala Hitam telah menemui ajalnya dan ia
memandang kepada calon isterinya yang ketika itu sudah berdiri di sisinya.
memuji dengan sejujurnya.
Bu Tek Enghiong - Halaman 234
Yang Hoa tersenyum, dan biarpun dara ini kelihatan amat letih, namun wajahnya
makin cantik dalam penglihatan Bun Liong.
membersihkan pedangnya dari noda-noda darah bekas pertempuran di dalam kota tadi,
kemudian pedang itu dimasukkan ke dalam sarungnya yang tergantung di pinggangnya.
Akan tetapi, sebelum kedua anak muda ini sempat melangkahkan kaki mereka dari
tempat itu, tiba-tiba mereka dikejutkan oleh kehiruk-pikukan suara sorak sorai dari
dalam hutan dan serempak banyak sekali orang-orang yang berpakaian serba hitam
muncul dan berlompatan keluar dari balik tetumbuhan liar, mereka ini langsung
menyerbu Bun Liong dan Yang Hoa!
Biarpun kedua anak muda ini amat terkejut tetapi hati mereka cukup tabah. Mereka
tidak takut bahkan sebaliknya mereka menjadi sangat marah ketika dilihatnya bahwa
penyerbuan itu dipimpin oleh dua orang yang mereka sudah kenal, yaitu si Sepasang
Buaya Sungai Kuning, yang berlari paling depan dengan senjata siap di tangan!
Agaknya gerombolan bajak sungai ini sengaja hendak menyerbu ketika fajar baru
menyingsing dan di tempat itu kebetulan sekali mereka bertemu dengan Bun Liong dan
seorang dara cantik. Hal ini sangat menggirangkan hati Bong Pi dan Bu Kiam yang
memang hendak membalas sakit hati mereka terhadap pemuda yang pernah
mengalahkan mereka di atas panggung lui-tay tempo hari!
Kalau saja mereka kali ini berhasil membunuh pemuda yang mereka sudah rasakan
kelihayannya bukan saja rasa sakit hati mereka terbalas, tapi juga sekaligus mereka
dapat melenyapkan ketua Pauw-an-tui, demikian pikir mereka! Oleh karena itu, maka
Sepasang Buaya Sungai Kuning ini segera mengepalai para anak buahnya dan
menyerbu hendak mengeroyok si pemuda yang dianggap sebagai musuh besar
mereka! Sebentar saja Bun Liong dan Yang Hoa sudah dikurung, dan Bong Pi serta Bu Kiam
langsung menyerang Bun Liong. Sambil ketawa mengejek, pemuda ini menyambut
serbuan mereka dengan ayunan cambuknya!
Adapun nona Yang Hoa setelah mencabut kembali pedangnya, segera mengamuk
laksana seekor singa betina dan kalau Bun Liong sementara itu menghadapi Bong Pi
dan Bu Kiam, maka nona ini melawan para anak buah bajak sungai yang mengurungnya
Bu Tek Enghiong - Halaman 235
itu. Yang Hoa yang sangat membenci segala kaum penjahat, telah menggunakan
pedangnya dengan tidak kepalang tanggung.
Walaupun dirinya dikurung, dan banyak senjata menyerang bagaikan hujan dari
segala jurusan, akan tetapi apakah arti para anak buah bajak sungai yang terdiri dari
manusia-manusia kasar bagi dara perkasa ini"! Setiap kali pedangnya berkelebat,
menjerit dan robohlah tubuh seorang bajak sehingga sebentar saja sudah tak kurang,
dari lima orang anggauta bajak sungai yang menggeletak luka atau tewas dan Yang
Hoa terus menggerakkan pedangnya bagaikan halilintar menyambar-nyambar
menyabet dan membabat sehingga jerit pekik dan robohnya tubuh-tubuh
pengeroyoknya susul menyusul!
Adapun Bong Pi dan Bu Kiam, dengan penuh nafsu membunuh menggerakkan
pedang mereka mengeroyok Bun Liong dan tadinya mereka menganggap bahwa
dengan pengeroyokan beramai, mereka pasti dapat merobohkannya, tapi kini mereka
kecele! Mereka repot sendiri karena pedang-pedang mereka lebih banyak dipergunakan
untuk melindungi diri mereka dari sabetan-sabetan cambuk Bun Liong, daripada untuk
menyerang! Kalau tempo hari mereka berdua menghadapi Bun Liong yang hanya bertangan
kosong saja sudah dibikin tidak berdaya, apalagi sekarang pemuda itu menggunakan
senjatanya yang istimewa, maka keruan saja mereka jadi repot. Dan permainan pedang
mereka yang biasanya sangat dibanggakan karena mempunyai sistim kerja sama dan
taktik yang kompak, kini menjadi kacau berantakan!
Kalau menurutkan hawa amarah, sebenarnya Bun Liong ingin membunuh mereka
secepat mungkin, tapi pemuda ini kurang puas kalau tidak mempermainkan mereka
lebih dulu! Sambil terenyum-senyum cambuk di tangannya digerakkan dengan
seenaknya saja, tetapi akibatnya ternyata Bong Pi dan Bu Kiam terdesak hebat! Pakaian
mereka sudah compang camping dan kulit tubuh mereka sudah pecah-pecah dan
berdarah dilecut ujung cambuk Bun Liong!
serangan gelom menariberjingkrak-jingkrak kesakitan karena kaki-kaki mereka kena dihajar pecutnya!
Ketika itu tiba-tiba terdengar pula suara sorak sorai dari lain jurusan. Bun Liong dan
Yang Hoa cepat melirik dengan terkejut karena mengira bahwa kawanan gerombolan
Bu Tek Enghiong - Halaman 236
datang pula, tetapi hati mereka serempak menjadi lega karena suara sorak sorai itu
adalah dari para anggauta Pauw-an-tui yang ikut mengejar Ciam Tang tadi, akhirnya
mereka sampai di situ! Demi dilihatnya betapa pangcu mereka dan tunangannya sedang dikeroyok oleh
para penjahat maka tanpa komando lagi mereka serempak maju dan membantu Bun
Liong dan Yang Hoa yang sebenarnya tidak perlu dibantu oleh mereka itu!
Maka tempat itu ramailah oleh suasana pertempuran yang ribut. Para anggauta
Pauw-an-tui yang gagah berani menggerakkan senjata masing-masing sehingga
gerombolan bajak sungat itu dikepung dan tak diberi jalan lolos!
Melihat datangnya bala bantuan dari anggauta Pauw-an-tui ini Bong Pi dan Bu Kiam
yang benar-benar sudah merasa kewalahan itu jadi kebingungan, akan tetapi berkat
pengalamannya yang banyak mereka tidak cepat putus asa, bahkan untuk
menyelamatkan diri dari kepungan yang berbahaya ini segera mereka mengeluarkan
serangan licik, yaitu serempak seperti berjanji lebih dulu, Bong Pi dan Bu Kiam merogoh
kantong baju mereka dan pada detik berikutnya, dalam saat yang sama berlesatanlah
dari tangan mereka enam batang senjata rahasia ke arah Bun Liong!
Bun Liong yang selalu waspada sudah maklum maksud mereka ketika dilihatnya
mereka merogoh kantong baju tadi, maka ketika melihat dirinya diserang secara begitu
tiba-tiba oleh enam batang senjata rahasia sekaligus, sedikitpun ia tidak menjadi gugup.
Akan tetapi karena pihak penyerang sangat dekat dan senjata-senjata rahasia itu
meluncur sangat cepat sehingga ia tidak keburu untuk menyampok atau menyambut
enam batang piauw tersebut.
Maka jalan satu-satunya untuk menghindarkan diri dari serangan berbahaya ini, ia
segera melompat ke atas dan tubuhnya membuat salto tiga kali di udara dengan sangat
indahnya sehingga enam batang Piauw tadi mengenai tempat kosong dan berlesatan
di bawahnya! Akan tetapi celaka sekali, senjata-senjata rahasia yang tidak mengenakan
sasarannya ini langsung menghantam tiga orang anggauta Pauw-an-tui yang kebetulan
sekali berada tidak jauh di belakang Bun Liong, sehingga tiga orang yang sial ini
terguling roboh sambil menjerit-jerit kesakitan!
Kesempatan yang demikian baik, yaitu ketika Bun Liong sedang berjungkir balik di
udara, telah digunakan oleh Bong Pi dan Bu Kiam untuk melarikan diri sambil berseru
Bu Tek Enghiong - Halaman 237
Inilah istilah rahasia bagi para anak buahnya untuk cepat melarikan diri, dan setelah
membobolkan kepungan dengan merobohkan empat orang anggauta Pauw-an-tui yang
mengurung dan menghadangnya, Bong Pi dan Bu Kiam dapat melarikan diri dan
menghilang ke dalam hutan, diikuti oleh sisa anak buahnya yang lari berserabutan!
-an-tui dengan bernafsu dan mereka lari mengejar.
Para anggauta Pauw-an-tui itu membatalkan pengejarannya dan berjalan dengan
sikap panasaran dan heran. Bun Liong maklum apa yang dirasakan di hati mereka,
maka ia berkata memberi penyelasan:
-saudaraku, musuh yang sudah melarikan diri ke dalam hutan, jangan
sekali-sekali kita Puaslah para anggauta Pauw-an-tui mendengar penjelasan ini dan kemudian atas
ajakan Bun Liong, mereka beramai-ramai kembali ke kota sambil menggendong atau
menggotong kawan-kawan mereka yang luka, dan empat orang di antaranya ternyata
telah tewas! Ditengah perjalanan mereka bertemu dengan Cio wan-gwe dan Can kauw-su yang
agaknya hendak menyusul mereka. Ke dua orang tua gagah ini menyatakan terima
kasih kepada Bun Liong dan Yang Hoa dan para anggauta Pauw-an-tui sekalian atas
bantuan mereka yang telah berhasil mengganyang komplotan pengacau dan
membunuh Ciam Tang, dan berhasil memberi hajaran pula terhadap komplotan bajak
sungai sebelum mereka sempat membuat kerusuhan di dalam wilayah Tong-koan.
Tapi sebaliknya Bun Liong dan kawan-kawannya terkejut dan berduka cita, setelah
mendengar dari Cio wan-gwe bahwa Lu Sun Pin telah tewas akibat pertempuran
dengan si Srigala Hitam Ciam Tang tadi. Hanya nona Yang Hoa saja yang bersikap lain
mendengar kematian si Pagoda Besi ini, daripada terkejut dan berduka cita dara ini
lebih banyak memperlihatkan kemenyesalan.
Demikianlah, dengan berbondong-bondong mereka berjalan menuju ke kota dan di
setiap dusun yang mereka lalui, mereka disambut oleh para penduduk yang mengeluelukan kemenangan mereka. Para penduduk mengagumi Yang Hoa, selain mengagumi
kecantikannya, juga memuji keberanian dan kegagahan dara perkasa itu!
Bu Tek Enghiong - Halaman 238
Para anggauta Pauw-an-tui yang menderita luka ditampung di rumah-rumah
perguruan silat milik Can kauw-su dan mendiang Lu Sun Pin, yang dijadikan rumah
sakit darurat dimana sudah tersedia jururawat-jururawat sukarelawan dan beberapa
orang tabib. Setelah mengubur para korban yang gugur sebagai pahlawan termasuk jenazah Lu
Sun Pin dan mengubur pula para anggauta gerombolan yang mati konyol itu, semua
anggauta Pauw-an-tui lalu pulang ke rumah masing-masing untuk beristirahat. Para
anggauta Pauw-an-tui yang mendapat tugas jaga siang menempati tempat-tempat
penjagaan yang sudah ditentukan, untuk menggantikan tugas kawan-kawannya yang
semalam telah bekerja berat!
Hari itu penduduk wilayah Tong-koan merayakan peristiwa kemenangan semalam
dengan gembira sekali disamping turut belasungkawa atas kematian para anggauta
Pauw-an-tui. Semua penduduk wilayah Tong-koan memberi nama pujian bagi Yang Hoa
yakni Pauw-an-tui Sianli atau Dewi Pauw-an-tui!
Nama pujian ini memang tepat sekali karena bukan saja Yang Hoa sudah
membuktikan kegagahannya, akan tetapi juga merupakan anggauta wanita yang satusatunya dalam Barisan Penjaga Keamanan itu. Bahkan sangat jelita pula, hingga
Ketika Bun Liong dan Yang Hoa sudah tiba di rumahnya, kedua anak muda ini
disambut oleh nyonya janda Souw dengan pelukan kelegaan hati sedangkan nyonya
janda Ho, menyambut kedatangan mereka dengan wajah berseri-seri menandakan
bahwa hati orang tua ini merasa gembira melihat puteri dan calon menantunya
selamat dan bangga akan kegagahan dua orang muda itu.
Kemudian Bun Liong dan Yang Hoa mendengar cerita dari nyonya janda Souw
bahwa semalaman rumah mereka telah didatangi oleh tiga orang penjahat. Itu agaknya
mempunyai maksud hendak mengambil jiwa Bun Liong.
Akan tetapi sebelum mereka sempat bertindak dan baru saja mengintai di atas
genteng rumah, seorang demi seorang telah dapat diganyang oleh nyonya janda Ho
dengan menyambitkan tiga batang Piauw dari dalam rumah. Biarpun ke tiga orang
penjahat itu terhalang oleh genteng sehingga nyonya ini tidak melihat sasaran yang
diarahnya dan hanya berdasarkan kira-kira saja tetapi ternyata ke tiga batang piauw
yang disambitkannya telah mengenai sasarannya dengan sangat jitu sehingga ke tiga
orang penjahat itu, yang dapat dipastikan suruhan dari Ciam Tang, berteriak dan jatuh
Bu Tek Enghiong - Halaman 239
dari atap rumah dan kemudian menemui ajalnya di bawah gebukan dan bacokan
orang-orang yang memang sudah berjaga-jaga dan siap siaga!
-olah berkata pada diri sendiri.
-ko, tak usah kau berkecil hati. Selama ibuku berada di sini, apakah yang mesti
Bun Liong menatap tunangannya dengan sikap berterima kasih dan sinar matanya
ooOoo Prakarsa dari Can kauw-su untuk menyerbu sarang kaum gerombolan seperti yang
pernah diutarakan kepada Bun Liong, segera dikemukakan dalam pertemuan dengan
Cio wan-gwe pada keesokan harinya.
garong itu akan melakukan pembalasan kepada kita. Maka aku beranggapan bahwa
sudah seharusnya kita mendahului memukul mereka di sarangnya. Hal ini kurasa lebih
baik dan daerah kita ini akan cepat aman dari pada kita harus selalu berjaga-jaga tanpa
mengetahui bila mereka akan bergerak menyerang kita.
Prakarsa ini, setelah dipertimbangkan masak-masak, disetujui oleh Cio wan-gwe.
Demikianlah pada hari itu juga persiapan untuk menyerbu ke sarang gerombolan
garong segera diatur, disamping barisan untuk menjaga keamanan daerah pun
diperkuat! Sarang garombolan yang terletak di hutan sebelah selatan kota, yaitu sarang
komplotan perampok yang dikepalai oleh Houw-jiauw Lo Ban Kui, diputuskan untuk
diserbu lebih dulu mengingat pihak komplotan perampok ini akan melakukan serangan
pembalasan besar-besaran setelah Ciam Tang berikut anak buahnya diganyang sampai
benar-benar ludas!

Pendekar Tanpa Tandingan Bu Tek Enghiong Karya Tjo Beng Siang di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Barisan untuk penyerbuan telah diatur oleh Can kauw-su yang lebih matang
pengalamannya selaku bekas tentara. Bun Liong dan Yang Hoa yang sudah diketahui
kegagahannya, mendapat tugas untuk mendatangi sarang gerombolan sebagai siasat
pancingan, sedangkan Can kauw-su sendiri memimpin sejumlah anggauta Pauw-an-tui
untuk menyusul belakangan dengan diam-diam dan akan menyerbu sarang
gerombolan dari lain jurusan!
Bu Tek Enghiong - Halaman 240
Siasat penyerbuan ini telah diatur secara seksama dan cermat dan Bun Liong serta
Yang Hoa pun diberi petunjuk-petunjuk oleh guru silat bekas tentara itu betapa
sepasang anak muda ini harus berbuat dalam penyerbuan ini!
Sementara itu, Cio wan-gwe sendiri memimpin barisan penjagaan di dalam daerah
untuk berjaga-jaga kalau-kalau sementara kawan-kawannya pergi menyerbu, datang
serangan mendadak dari pihak gerombolan bajak sungai yang sarangnya akan diserbu
pula kemudian, setelah penyerbuan sarang komplotan perampok berhasil!
Sebagaimana sudah diterangkan bahwa yang menjadi pemimpin komplotan
perampok penghuni hutan sebelah selatan kota Tong-koan adalah Houw-jiauw Lo Ban
Kui, seorang setengah tua yang tinggi ilmu silatnya, terutama ilmu silat Houw-jiauwkun-hoat (Ilmu Silat Cakar Harimau), dengan kuku-kuku dari ke sepuluh buah jari
tangannya yang sengaja dipeliharanya sampai panjang dan runcing serta beracun,
sungguh berbahaya sekali!
Justeru dari kehebatan kuku-kuku jari-jari tangannya inilah maka ia mendapat
julukan si Cakar Harimau. Karena selain kuku-kuku itu demikian kuat sehingga dapat
merobek kulit tubuh, juga sedikit atau berat luka di kulit yang disebabkan sentuhan
kuku-kuku itu berarti bahaya maut, kuku-kuku tersebut mengandung racun yang sangat
berbahaya! Bentuk tubuh Lo Ban Kui tidak tinggi besar seperti kebanyakan kepala perampok
yang nampaknya menyeramkan, melainkan ia bertubuh pendek kecil sehingga
merupakan seorang kakek kerdil dan punggungnya agak bungkuk. Rambut di kepalanya
jarang sekali sehingga ia kelihatan setengah botak, demikian juga kumis dan jenggotnya,
seutas demi seutas agaknya dapat dihitung dengan mudah karena jarangnya seperti
rumput tumbuh di tanah yang tandus! Hanya matanya saja yang bersinar tajam dan
bergilar liar, mencerminkan sifat yang bengis dan kejam!
Kakek kerdil bungkuk ini mempunyai pembantu dua orang, yaitu si Srigala Hitam
Ciam Tang dan Tiat-pi-him (Beruang Lengan Besi) Go Bang, seorang ahli gwa-kang
(tenaga luar) yang mempunyai tenaga luar biasa kuatnya!
Mereka bertiga merupakan tiga serangkai yang telah membuat nama besar di
daerah utara. Akan tetapi pada suatu hari, di utara telah muncul seorang pendekar tua
yang memiliki kepandaian yang tinggi sekali.
Munculnya pendekar perantau yang tidak mau memperkenalkan namanya ini, yang
amat benci terhadap golongan liok-lim dan kaum penjahat, telah membnat gempar di
Bu Tek Enghiong - Halaman 241
kalangan rimba hijau. Banyak kepala perampok yang telah tewas dan roboh di tangan
pendekar tua ini. Dan Houw-jiauw Lo Ban Kui beserta kawan-kawannya dapat menyelamatkan diri
dari pengganyangan pendekar tersebut setelah sarang mereka diobrak-abrik dan tak
sedikit anak buah mereka menjadi korban!
Tiga serangkai kepala perampok ini bersama sisa anak buahnya lalu lari ke selatan
dan akhirnya memilih tempat di hutan sebelah selatan kota Tong-koan dan di daerah
ini mereka mengeduk rejeki tanpa ada yang menghalang-halangi! Tapi pekerjaan
mereka ini mendapat saingan dari komplotan bajak sungai yang kebetulan waktu itu
melakukan operasi di kota dan daerah Tong-koan.
Hal ini bagi Lo Ban Kui dan anak buahnya bukan merupakan penghalang, melainkan
-lomba menggasak harta milik penduduk Tong-koan. Berlomba membuat kekacauan dan kekejaman, sehingga
keadaan kota dan daerah Tong-koan sangat menyedihkan.
Akan tetapi, dengan dibentuknya Pauw-an-tui yang anggauta-anggautanya terdiri
dari seluruh lapisan masyarakat wilayah Tong-koan, mau tak mau mereka ini mesti
mengakui bahwa mereka kini menghadapi penghalang dan lawan yang kuat! Apalagi
Houw-jiauw Lo Ban Kui setelah Ciam Tang dan para anak buahnya diganyang ludes
oleh barisan penjaga keamanan tersebut.
Hal ini benar-benar baginya merupakan pukulan hebat dan diam-diam ia mengakui
kekuatan Pauw-an-tui! Namun, disamping itu, hati si Cakar Harimau ini merasa panas
dan penasaran, karena dari anak buah penyelidiknya ia mendapat keterangan bahwa
ketua Pauw-an-tui itu hanya seorang pemuda yang masih muda sekali dibantu oleh
seorang dara cantik jelita yang berkepandaian tinggi dan yang menyebabkan kematian
Ciam Tang berikut para anak buahnya.
Terhadap para anak buahnya ia kemudian mengadakan peraturan keras dan
disiplin. Disamping mengandung maksud hendak mengadakan pembalasan besarbesaran, juga sejak malam kematian Ciam Tang, si Cakar Harimau ini mengatur
penjagaan sarangnya dengan amat kuat karena ia sudah dapat menduga bahwa
organisasi Pauw-an-tui itu suatu waktu pasti akan datang menyerbu ke tempat mereka!
Bu Tek Enghiong - Halaman 242
Dibuatnya jebakan-jebakan dan di setiap sudut hutan di sekitar sarang yang
dijadikan tempat takhta kerajaan si Cakar Harimau ini dipagari dengan para anak
buahnya yang sembunyi di balik tumbuh-tumbuhan hutan. Maka ditugaskan sebagai
penjaga dan penyelidik sehingga karenanya, kedatangan Bun Liong dan nona Yang Hoa
ketempat ini, telah mereka ketahui dengan cepat!
Tiat-pi-him Go Bang yang mengepalai penjagaan mendapat bisikan dari salah
seorang anak buahnya yang bertindak selaku penyelidik bahwa dua orang muda yang
mendatangi adalah Souw Bun Liong pang-cu Pauw-an-tui bersama tunangannya yang
bergelar Pauw-an-tui Sianli.
an-tui yang mendapat julukan Tong-koan Ho-han seorang pendekar besar bertangan
selusin. Tidak tahunya hanya bocah cilik yang masih bau susu!
eh, bocah perempuan itu benar-benar cantik sehinngga tidak terlalu berkelebihan kalau
mendapat julukan Sianli (dewi). Biarlah akan kutangkap hidup-hidup untuk hiburan di
Sungguhpun Bun Liong dan Yang Hoa masih berada di tempat yang agak jauh dari
tempat persembunyian Go Bang dan anak buahnya, namun karena kedua anak muda
ini telinganya sudah terlatih sehingga berpendengaran tajam, maka ucapan si Beruang
Lengan Besi mereka dengar dengan cukup jelas.
Yang Hoa yang beradat keras dan paling muak kalau mendengar perkataan kurang
ajar, apalagi ditujukan terhadap dirinya dan diucapkan oleh perampok yang sangat
dibencinya sejak kematian ayahnya, maka nona ini dengan hati marah dan gemas
mempercepat langkah kakinya dan menuju ke arah suara si Beruang Lengan Besi tadi.
Sedangkan Bun Liong mengikutinya di belakangnya. Pemuda ini berlaku tenang dan
sabar, hanya sinar matanya yang tajam saja yang menunjukkan bahwa ia selalu
waspada. Ketika kedua anak muda ini tiba di tanjakkan sebuah bukit di mana para perampok
yang dipimpin oleh Go Bang telah menanti sambil bersembunyi di balik semak belukar
yang rungkut. Tiba-tiba dari depan terdengar suara mengiuk dan tidak kurang dari lima
batang anak panah meluncur cepat dan mengarah ke kedua anak muda itu.
Bu Tek Enghiong - Halaman 243
Bun Liong masih bersikap tenang-tenang saja tampaknya, akan tetapi Yang Hoa
merasa marah sekali dan gadis ini secepat gerakan kijang telah melompat ke depan
sambil mencabut pedangnya. Dan sekali saja senjata ini diputarkan, runtuhlah semua
anak panah yang menyambar ke arah dirinya dan calon suaminya, bagaikan air hujan
yang terhalang payung! yang membuat gerakan cepat dan tepat yang dsebut gerak tipu Dewi Kwan-Im
Membuka Payung! -perampok rendah dan hina dina! Becusnya menyerang secara
sembunyi saja! Kalau benar kalian laki-laki sejati, keluarlah untuk menyambut
Suara bentakan ini menggema di dalam kesepian hutan. Dan belum lagi gema ini
lenyap dari pendengaran, tiba-tiba dari balik semak-semak dan belakang pohon-pohon
besar berlompatan keluar empat orang liauw-lo (anggauta rampok) yang bertubuh
beraneka bentuk dan masing-masing memegang golok di tangan.
Mereka ini langsung menubruk dengan golok terangkat yang hendak disabetkan ke
arah Yang Hoa. Tepat dikala itu yakni ketika tubuh Yang Hoa yang berpotongan indah
itu agaknya hampir tercincang oleh ke empat bilah golok para liauw-lo tadi, tiba-tiba
terdengar seruan keras dari balik semak:
ngatan dari Tiat-pi-him Go Bang terhadap anak buahnya, karena seperti pernah dikatakannya
tadi, si Beruang Lengan Besi ini menghendaki nona cantik itu ditangkap hidup-hidup!
Akan tetapi, sebelum ke empat liuwlo itu sempat menahan gerakan golok mereka
untuk gerakan yang dibuat Yang Hoa. Karena gadis ini telah berseru keras sambil
menyabetkan pedangnya bagaikan sambaran halilintar sehingga sekali tangkis saja ke
empat golok lawannya terpental!
Anak buah perampok itu terkejut dan hendak lari agaknya akan kembali ke tempat
persembunyian mereka, akan tetapi tangan kiri dan kaki kanan Yang Hoa bergerak
cepat. Dan entah gadis ini membuat gerakan bagaimana, tahu-tahu dua orang liauw-lo
yang lari paling belakang telah roboh dan mengaduh-aduh!
Bu Tek Enghiong - Halaman 244
Sementara itu dua orang liauw-lo yang lari duluan telah menghilang di antara
semak-semak sehingga Yang Hoa merasa gemas sekali tidak keburu memberi hajaran
terhadap mereka. Oleh karena itu, untuk melampiaskan kegemasan hatinya, nona yang mempunyai
sifat telengas ini setelah dengan cepat menyarungkan kembali pedangnya. Segera
kedua tangannya menyambar lengan tangan kedua liauw-lo yang baru saja
dirobohkannya itu, dihela dan disentakkan ke atas sambil berseru:
Sungguh luar biasa sekali, bagaikan seekor burung rajawali menyambar dua ekor
itik dengan mudah, dengan sekali ayun saja Yang Hoa telah membuat kedua tubuh
perampok melayang di udara dan terlempar ke arah sebatang pohon besar di depan!
Dapat dipastikan dua orang liauw-lo sial itu akan mati dengan kepala pecah atau tulang
remuk membentur pohon kalau saja ketika itu tidak terdengar seruan:
reng dengan itu dari balik semak-semak
melayang keluar seorang lelaki bertubuh tinggi besar dan bermuka hitam, sehitam
pakaian yang dikenakannya, yang cepat menyambar tubuh kedua liauw-lo yang masih
melayang dan agaknya hendak membentur batang pohon itu!
Begitu orang tinggi besar ini mengulurkan kedua tangannya, ia berhasil menangkap
dengan tepat leher baju kedua liauw-lo itu dan tubuhnya melayang turun dengan
gerakan ringan sekali. Kemudian ia mendorong tubuh kedua liauw-lo itu ke kanan dan
ke kiri sehingga keduanya jatuh terguling ke dalam semak!
Diam-diam Yang Hoa dan Bun Liong merasa terkejut dan kagum melihat gerakan
Garuda Sakti Menyambar Kelinci yang diperlihatkan oleh orang tinggi besar itu untuk
menolong kedua kawannya tadi. Tubuh yang demikian tmggi besar tapi mempunyai
gerakan yang demikian cepat dan ringan, dan selagi ia melompat keluar dari semak
dapat menyanggap tubuh kedua kawannya dengan tepat. Hal ini sudah membuktikan
betapa tinggi kepandaian orang tinggi besar itu!
uda, apakah yang kalian kehendaki maka datang-datang
pi-him Go Bang, sambil bertolak pinggang dan matanya yang besar berapi-api.
Sedangkan goloknya yang besar dan tidak bersarung, nampak menggantung dan
bergoyang-goyang di pinggangnya, sehingga sangat menyeramkan kelihatannya!
Bu Tek Enghiong - Halaman 245
maksudmu maka kedatangan kami yang membawa maksud baik ini disambut dengan
Makin menghitamlah kulit muka Go Bang saking marahnya mendengar dirinya
kemarahannya kepada nona itu, tiba-tiba Bun Liong maju ke depan, sambil menjura di
hadapan si Beruang Lengan Besi pemuda ini berkata dengan berdiplomasi sabar dan
hormat, -ong maafkanlah atas kelancangan kami yang datang berkunjung ke tempatmu
tanpa memberi kabar terlebih dahulu. Maksud sebenarnya kunjungan kami berdua ini,
selaku utusan dari Pauw-an-tui hendak bertemu dengan Houw-jiauw Lo Ban Kui
locianpwee untuk merundingkan suatu hal yang penting mengenai kebaikan kita
bersama. Benarkah yang berkenan berhadapan dengan siauwtee ini adalah Houw-jiauw
Melihat sikap yang sopan dan mendengar tutur sapa yang teratur penuh hormat
dari Bun Liong, agak meredahlah kemarahan di hati Go Bang sehingga si Beruang
Lengan Besi ini menyeringai senang. Dan biarpun tadi ia sudah tahu siapa sebenarnya
sepasang anak muda itu, dari pada menjawab pertanyaan yang diajukan Bun Liong,
sebaliknya ia balas menanya pura-pura tidak tahu:
-an-tui, maka jelaskanlah
siapa nama kalian dan menjabat kedudukan apakah dalam Pauw-anTanpa ragumemalukan sekali untuk dikatakan, akan tetapi karena hal ini atas permintaan tay-ong,
maka baiklah ku akui bahwa siauwtee yang bodoh ini bernama Souw Bun Liong yang
secara kebetulan sekali mendapat kepercayaan selaku ketua Pauw-an-tui.
pendekar wanita Ho Yang Hoa yang baru-baru ini mendapat gelar kehormatan dengan
Unforgiven Hero 2 Dewi Ular 46 Misteri Bocah Jelmaan Raja Silat 18

Cari Blog Ini