Ceritasilat Novel Online

Puing Puing Dinasti 2

Puing Puing Dinasti Karya Stefanus Sp Bagian 2


berikan kepada serombongan pengungsi yang
mendahului kalian. Mohon maaf sebesarbesarnya."
Rupanya karena pegawai warung itu melihat
pakaian Helian Kong bertiga tidak lebih baik dari
pengungsi-pengungsi yang lain, lalu menyangka
Helian Kong bertiga sama dengan yang lain.
Apalagi melihat ada perempuannya yang
menggendong bayi segala. Siangkoan Heng yang menjawab, "Kami tidak
mau makanan sisa. Kami mau beli makanan
seperti mereka....."
Siangkoan Heng menunjuk beberapa tamu
yang sedang duduk di dalam warung, orang-orang
106 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
yang duduk di dalam itu pakaiannya memang jauh
lebih bagus dari para pengungsi.
Si pegawai warung agak heran mendengar
perkataan Siangkoan Heng, lalu diamat-amatinya
Siangkoan Heng seolah-olah menaksir berapa
tebal isi kantong si dekil ini"
"Saudara-saudara ini mau..... beli makanan?"
ia mencari penegasan, seolah perkataan
Siangkoan Heng yang tadi masih kurang
meyakinkan. "Ya." "Saudara..... punya uang berapa?"
Siangkoan Heng menunjukkan uangnya.
"Apakah ini cukup untuk tiga mangkuk....." ia
berhenti sebentar untuk melihat apa yang
dimakan tamu-tamu lainnya. Kelihatan ada yang
makan ayam goreng, Siangkoan Heng tahu pasti
uangnya akan kurang, lalu dilihatnya yang lain
sedang makan bubur ayam jamur, maka Siangkoan
Heng melanjutkan kata-katanya yang terputus
tadi, ".....tiga mangkuk bubur ayam jamur?"
Si pegawai warung melirik gumpalangumpalan kecil perak di tangan Siangkoan Heng,
kemudian mengangguk. 107 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Tetapi ketika Helian Kong dan rombongannya
hendak melangkah masuk ke warung, si pegawai
warung cepat-cepat melintangkan lebar badannya, dan berkata sambil cengengesan
sungkan, "Maaf..... silahkan Saudara-saudara
menunggu di luar. Di sana, di bawah pohon itu,
cukup teduh dan ada bangkunya. Nanti
makanannya kami antar ke sana. Pelayanannya
sama kok, pelayanan kami selalu memuaskan."
"Kenapa kami harus di luar dan orang lain
boleh di dalam" Apakah karena pakaian kami
tidak sebagus pakaian mereka?"
Si pegawai warung masih cengengesan, "Buat
kami, semua tamu adalah raja, semuanya kami
perlakukan dengan hormat tanpa membedakan
pakaian. Tetapi..... tamu-tamu yang di dalam itu
barangkali..... keberatan."
Hampir Siangkoan Heng menjotos wajah
cengengesan itu, namun Helian Kong mencegahnya, "Saudara Siangkoan, kalau kau
pukul orang ini, kau turunkan dirimu sendiri jadi
sama dengan dia. Kau juga harus menjotos
sebagian besar orang di permukaan bumi ini,
108 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
sebab begitulah watak orang-orang di sebagian
besar permukaan bumi."
Apa boleh buat, Helian Kong serta anak
isterinya dan iparnya harus duduk di luar warung,
di bawah pohon. Sambil menunggu pesanan.
Lama pesanan belum datang-datang juga.
Kemudian mereka lihat ada tamu-tamu baru di
warung itu. Ketiganya adalah pemuda-pemuda
yang lebih muda sedikit dari Helian Kong maupun
Siangkoan Heng. Mereka gagah-gagah, tampantampan, pakaiannya bagus dan masing-masing
membawa pedang yang dihias bagus dengan
ronce-ronce di gagang pedang yang indah. Mereka
kelihatannya merupakan murid-murid dari sebuah
perguruan yang baru saja turun gunung.
Mereka tentu saja dipersilakan duduk di
dalam oleh si pegawai warung yang tadi menemui
Siangkoan Heng. Sikap si pegawai warung
berlebih-lebihan ramahnya sehingga terkesan
amat menjilat. Dari bawah pohon di luar warung,
Siangkoan Heng menatap dengan jengkel,
gerutunya, "Setelah mendapat tamu yang
berpakaian bagus, jangan-jangan si mata duitan
tadi sudah lupa pesanan kita?"
109 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
"Biar kutanyakan," kata Helian Kong sambil
meninggalkan bangkunya, mendekati si pegawai
warung dan berbicara perlahan di dekat kuping si
pegawai warung. Si pegawai warung menganggukangguk.
Toh tamu-tamu baru tadi tetap dilayani lebih
dulu. Untungnya sebelum Siangkoan Heng
mengamuk, pesanan mereka sudah datang. Tiga
mangkuk besar bubur ayam jamur yang baunya
merangsang selera. Mereka mulai makan. Siangkoan Heng
perlahan-lahan makannya, supaya tidak cepat
habis, sebab bubur itu ternyata memang lezat
sekali, tidak seperti bubur gratisnya Pangeran
Hok-ong. Melihat gaya makan kakaknya yang
dihemat-hemat itu, Siangkoan Yan tertawa geli
dan menggoda, "Kalau melihat cara makanmu itu,
Kakak Heng, apakah masih ada orang percaya
kalau Kakak mengaku sebagai putera Menteri
Siangkoan Hi di jaman dinasti Beng?"
"Aku tidak peduli orang percaya atau tidak."
Sementara mereka mendengar dari dalam
warung percakapan tiga pemuda gagah berpedang
tadi. 110 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Kata pemuda yang alisnya amat tebal dan
rahangnya kelihatan kokoh, "Kita tidak terburuburu melanjutkan jalan. Santailah sedikit, isi
perut dengan makanan enak, lenyapkan dahaga
dengan anggur yang baik, baru kita lanjutkan ke
Lam-khia yang tidak jauh lagi."
"Kiranya mereka juga hendak ke Lamkhia....." pikir Helian Kong. Ia dengar logat ketiga
orang itu adalah logat orang barat laut, sama
dengan Helian Kong. Pemuda lain yang pipinya gemuk kemerahmerahan seperti pipi bayi, menjawab, "Guru
berpesan kepada kita, agar di Lam-khia nanti kita
hati-hati memilih calon penguasa yang akan kita
abdi." Pemuda ketiga yang mukanya pucat
menyambung, "Benar. Ada banyak pilihan di sana
nanti. Selain para pangeran, juga para jenderal.
Jangan sampai kita bekerja pada orang yang
salah. Kalau kita mengabdi orang yang salah, baru
sebentar kita mengabdi tahu-tahu yang kita abdi
jatuh terjungkal, jadi pecundang, kan kita ikut
repot" Dan kehilangan masa depan yang
cemerlang?" 111 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Mendengar itu, Helian Kong yang di luar
diam-diam menarik napas. Ternyata penafsiran
atas kata "pengabdian" itu tidak sama pada
masing-masing orang. Orang-orang muda ini
misalnya, mereka anggap pengabdian itu untuk
mencari posisi yang enak, yang mengamankan
cita-cita mereka akan masa depan yang gemilang.
Si Pipi Bayi menoleh ke arah Si Alis Tebal dan
bertanya, "Kalau begitu, begitu kita tiba di Lamkhia nanti, apa yang harus kita perbuat?"
Si Alis Tebal agaknya adalah saudara
seperguruan yang tertua, ia kerutkan alisnya
berpikir sebentar, lalu katanya, "Kita jangan buruburu menemui pangeran ini atau pangeran itu lalu
melamar pekerjaan. Jangan dulu. Kita lakukan
dulu perbuatan-perbuatan menggemparkan, supaya nama kita dikenal orang, nanti pangeranpangeran itulah yang akan mendatangi kita untuk
merangkul kita ke pihak mereka. Nah, saat itu
barulah kita banding-bandingkan tawaran mana
yang paling menarik dan paling pantas kita
terima." "Ah, Kakak sungguh berpikir hebat!" puji Si
Pipi Bayi. 112 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Si Muka Pucat kemudian bertanya, "Untuk
mengangkat nama, tentu kita harus mencari nama
di Lam-khia itu pun sekedar nama pemberian
orang tua kita. Nah, kita belum punya nama
julukan seperti pendekar-pendekar umumnya."
Si Alis Tebal mengangguk-angguk, "Betul juga
katamu. Di Lam-khia kita harus punya julukan.
Nah, coba kalian pikirkan, julukan apa yang
pantas buat kita?" Si Pipi Bayi menjawab, "Bagaimana kalau.....
Tiga Macan Buas Dari Pegunungan Barat Laut?"
Si Muka Pucat tertawa geli, "Macan buas"
Wajahmu dengan pipi yang montok kemerahmerahan itu tidak kelihatan buas sedikit pun. Kau
hanya buas bila berhadapan dengan semangkuk mi
pangsit." Si Pipi Bayi menjawab dengan gusar, "Coba
berkaca dan lihat tampangmu sendiri yang kaya
orang penyakitan, apa cocok dengan muka
seorang pendekar?" "Banyak lho pendekar yang tampangnya
sepele. Misalnya Thai-lik-ku-hou (Macan Kurus
Bertenaga Raksasa) Oh Kui-hou. Dia kurus, pendek
dan pakaiannya kedodoran. Orang yang bertemu
113 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
dengannya pasti takkan menyangka kalau dia
pendekar hebat. Sedang aku, setidaknya punya
potongan lebih gagah dari dia."
Dua saudara seperguruan itu hampir
bertengkar, namun Si Alis Tebal cepat
melerainya, "Jangan bertengkar. Kalian kuminta
mencari julukan yang cocok buat kita, kok malah
saling mengejek dan bertengkar?"
Mereka diam pula, sambil makan juga
mencari julukan yang bakal diterjunkan di "bursa
pendekar" yang bakal berlangsung di Lam-khia. Si
Muka Pucat tiba-tiba usul, "Bagaimana kalau.....
Tiga Elang Perkasa Bersayap Pedang Menyambar
dari Pegunungan Barat Laut?"
"Ah, terlalu panjang. Julukan harus pendek,
mudah diingat, menggetarkan. Tidak, yang itu
tidak bisa dipakai. Ayo, pikirkan lagi."
Tiba-tiba dari pojok ruangan terdengar
tertawa mengejek dan berkata, "Aku usul.
Bagaimana kalau kalian pakai saja julukan Tiga
Kantong Nasi Mencari Mati?"
Tiga pemuda perlente yang sedang sibuk
mencari julukan itu pun serempak menoleh ke
arah suara itu. 114 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Di pojok itu duduk seorang lelaki empat
puluhan tahun. Pakaiannya tidak bagus, bahkan
kumal, jadi mengherankan bagaimana dia bisa
duduk di dalam warung tanpa diusir oleh pegawai
warung yang mata duitan tadi" Mungkin yang
membuat si pegawai warung tidak berani
mencegahnya adalah sorot matanya yang
menggidikkan hati. Ada bekas luka menyilang
mata kirinya. Tiga "calon pendekar" yang hendak mencari
nama di Lam-khia itu pun berang, namun agak
gentar juga. Mereka sudah diberitahu oleh guru
mereka sebelum turun gunung, bahwa tidak
sedikit jagoan di rimba persilatan yang suka cari
gara-gara, sekedar ingin berkelahi tanpa alasan
yang jelas, atau mungkin juga dalam rangka cari
nama buat dirinya. Sekarang menemui kejadian
seperti yang diceritakan oleh guru mereka, ketiga
"calon pendekar" ini keder juga.
Tetapi sudah terlanjur gagah-gagahan,
terpaksa urusan itu harus dihadapi juga. Si Alis
Tebal sebagai saudara seperguruan tertua,
bertanya kepada orang itu, "Apa urusan Tuan
dengan kami?" 115 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
"Tidak ada urusan apa-apa kecuali sebal
melihat di mana-mana orang jual tampang,


Puing Puing Dinasti Karya Stefanus Sp di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

padahal kosong, tanpa isi."
"Boleh kami tahu nama Tuan?"
"Aku sampai sudah lupa namaku sendiri,
tetapi orang-orang menyebutku Si Pedang Buruk.
Ini julukan yang diberikan orang, bukan kukarang
sendiri." Sambil berkata demikian, perlahan ia
mencabut pedang tanpa sarung yang diselipkan
pada ikat pinggangnya untuk diangkat dan
diperlihatkan. Ternyata benar-benar sebatang
pedang yang sangat buruk. Kusam, tidak ada
kilatannya sedikitpun, bahkan ada bercak-bercak
karat di sana-sini. Tangkainya dari kayu
sembarangan saja dan dibalut kain-kain rombeng
agar menyerap keringat waktu dipegang dan tidak
licin. Pedang macam itu, dibuang di tempat
sampah pun orang enggan mengambilnya.
Si tiga "calon pendekar" tersenyum mengejek
melihat pedang itu, alangkah jauh bedanya
dengan pedang mereka yang bagus, mengkilat,
ada ronce-roncenya dan sarung pedangnya juga
berukir bagus dan ada lambang perguruan
116 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
mereka. Lebih-lebih lagi nama Si Pedang Buruk
belum pernah mereka dengar.
Karena itu, keberanian ketiga orang muda itu
serempak bangkit, bahkan mereka menganggap
munculnya suatu peluang untuk mulai mengangkat nama. Bukankah tempat itu cukup
ramai, banyak orang yang akan menyebar-luaskan
peristiwa yang terjadi di situ"
Jilid III Kalau ketiga pemuda itu menganggap
remeh, sebaliknya yang kaget adalah Helian Kong.
Ia pernah dengar nama Si Pedang Buruk sebagai
pembunuh bayaran yang kejam, kadang-kadang
tanpa bayaran pun membunuh orang untuk
"melatih" profesinya. Helian Kong jadi mengkhawatirkan tiga pemuda itu.
Yang dikhawatirkan sendiri malah sudah siap
dengan permainan "pendekar-pendekaran" mereka
tanpa menyadari resikonya. Dengan penuh gaya,
Si Alis Tebal pun menghunus pedangnya sambil
117 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
berdiri. Ancamnya, "Bung yang menamakan diri
Pedang Buruk, minta maaflah kepada kami supaya
kau tidak menyesal."
"Siapa akan menyesal?" Si Pedang Buruk
tertawa dingin. Tiba-tiba telapak tangan kirinya
menepuk meja, hanya perlahan, namun tiga buah
mangkuk di atas mejanya terlontar ke atas.
Pedangnya hilang bentuk menjadi cahaya kusam
yang menyambar mangkuk-mangkuk itu. Terdengar suara berdenting lembut tiga kali.
Lalu mangkuk-mangkuk itu "mendarat"
kembali di permukaan meja, namun sudah lebih
pendek, sebab mangkuk-mangkuk itu terpotong
keliling sejarak setengah jari dari bibirnya.
Potongannya dalam bentuk gelang-gelang porselen yang rapi jatuh berdentingan di meja.
Si Pedang Buruk menyelipkan kembali
pedangnya ke ikat pinggang, lalu duduk acuh tak
acuh. Sedangkan si tiga orang muda memucat
wajahnya, mereka sadar bahwa mereka bertiga
tetap bukan tandingan Si Pedang Buruk itu.
Bergegas mereka pergi sebelum menghabiskan
118 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
makanan mereka. Uang pembayarannya mereka
lemparkan begitu saja ke meja kasir.
Sementara Helian Kong merasa lega tidak
ada korban jiwa. Ia sedikit banyak memang
pernah mendengar tentang tabiat si pembunuh
ini. Kata orang, kalau Si Pedang Buruk sekedar
memamerkan ketrampilan pedangnya seperti
membabat mangkuk tadi, itu tandanya dia cuma
sedang haus pujian tetapi tidak sedang haus
darah. Kalau Si Pedang Buruk bersikap sangat
ramah, malah berbahaya, itu tandanya dia sedang
menggebu-gebu nafsu membunuhnya, entah ada
yang membayar atau tidak. Rupanya kali ini Si
Pedang Buruk sekedar sedang sebal terhadap tiga
orang muda tadi, dan cuma ingin mengusirnya
pergi. "Beruntunglah tiga orang muda yang masih
hijau tadi....." Helian Kong bersyukur dalam hati.
"Si Pedang Buruk ini apakah juga sedang ke Lamkhia untuk 'cari order'?"
Tidak lama kemudian, bumi seolah bergetar
karena datangnya serombongan orang berkuda.
Jumlah rombongan berkuda itu ada belasan
orang. Yang paling depan adalah tiga orang
119 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
berseragam perwira, pengiringnya adalah prajurit-prajurit berkuda. Waktu mereka berkuda,
logam-logam di seragam militer
mereka memantulkan cahaya matahari.
Mereka menghentikan kuda di depan warung
dan berlompatan turun. Tiga perwira itu
mendahului masuk ke dalam, setelah menyerahkan kendali kuda mereka kepada anak
buah. Helian Kong mengamat-amati perwira yang
gagah berkumis, tak terasa ia berdesis, "Li Tengkok."
Kakak-beradik Siangkoan agaknya juga
mengenal perwira berkumis itu, Li Teng-kok,
salah seorang perwira yang dulu termasuk dalam
kelompok penentang Co Hua-sun si pembesar
korup di jaman dinasti Beng. Kakak beradik
Siangkoan kenal Li Teng-kok, sebab dulu rumah
Keluarga Siangkoan di Pak-khia adalah tempat
pertemuan gelap para penentang Co Hua-sun.
Yang sering ikut berkumpul di situ antara lain ya
Li Teng-kok inilah, yang waktu itu berada di Pakkhia karena diutus oleh atasannya, Jenderal Thio
Hian-tiong. 120 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Pedangnya hilang bentuk menjadi cahaya kusam yang
menyambar mangkuk-mangkuk itu. Terdengar suara
berdenting lembut tiga kali.
121 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
"Kenapa Li Teng-kok di sini?" Siangkoan Heng
membisiki Helian Kong. "Alasannya sama dengan kenapa kita di sini."
"Kenapa bukan Jenderal Thio Hian-tiong
sendiri" Pengaruhnya sangat kuat, sebab Jenderal
Thio menguasai militer seluruh Se-cuan yang
merupakan propinsi bahan pangan?"
"Lupakah apa yang dikatakan Bhikuni Sioksim alias Puteri Tiang-ping, bahwa pihak Manchu
sedang mengirim tentara besar di bawah
pimpinan Bu Sam-kui untuk menguasai daerah
barat laut, dan bukankah daerah barat laut
berarti berhadapan dengan kedudukan Jenderal
Thio di Se-cuan?" "Apakah akan kita temui Li Teng-kok?"
Ternyata selagi Helian Kong masih belum
memutuskan akan menemui Li Teng-kok, malahan
Li Teng-kok yang lebih dulu sudah melihat Helian
Kong dan berseru gembira, "Panglima Helian!
Kaukah ini?" Tak terhindari pertemuan kedua sahabat
lama itu. Mereka berpelukan di halaman warung
itu, kemudian Li Teng-kok juga memeluk
Siangkoan Heng yang dikenalnya baik pula.
122 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Si pegawai warung yang tadi bersikap
menghina Helian Kong dan rombongan kecilnya,
sekarang gemetar ketakutan melihat adegan itu,
apalagi tadi ia mendengar Li Teng-kok menyebut
si "pengungsi" itu dengan sebutan "Panglima
Helian". Si pegawai warung lalu membisiki majikannya, si pemilik warung, si majikan
memaki kecerobohan pegawainya, kemudian ia
sendiri tergopoh-gopoh keluar menyambut.
Li Teng-kok lalu memperkenalkan Helian
Kong dan Siangkoan Heng kepada kedua rekannya,
"Saudara Helian dan Saudara Siangkoan, inilah
rekan-rekanku dari Se-cuan, sesama perwira
bawahan Jenderal Thio. Ini adalah Saudara Gai
Leng-ki dan yang ini Lau Bun-siu. Saudara Gai dan
Lau, inilah Helian Kong yang namanya pasti sudah
kalian dengar, dan ini Saudara Siangkoan Heng,
iparnya, itu Nyonya Helian."
Gai Leng-ki dan Lau Bun-siu berbarengan
memberi hormat kepada Helian Kong, kata Gai
Leng-ki, "Tentu saja kami pernah mendengar
nama Panglima Helian yang termashyur, bukan
saja gagah berani di medan tempur, tetapi juga
123 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
mempertaruhkan nyawa untuk menentang kekorupan Co Hua-sun di istana."
Helian Kong balas menyanjung, "Aku pun
sudah mendengar kalian yang disebut 'empat
harimau' di bawah pimpinan Jenderal Thio. Tetapi
kenapa ada satu 'harimau' yang tidak ikut kemari,
yaitu Saudara Sun Ko-bong?"
Memang Jenderal Thio Hian-tiong di Se-cuan
terkenal mempunyai empat panglima perang yang
tangguh : Sun Ko-bong, Li Teng-kok, Gai Leng-ki
dan Lau Bun-siu. Kini yang berdiri di depan Helian
Kong kurang Sun Ko-bong seorang.
Jawab Li Teng-kok, seperti yang sudah
diterka Helian Kong sejak tadi, "Kakak Sun tetap
mendampingi Jenderal Thio. Pasukan Manchu
sedang menyusun posisi di sebelah utara posisi
kita di Se-cuan, Jenderal Thio harus mengimbangi
gerakan itu. Bahkan, mungkin saat ini Jenderal
Thio sudah menyeberangi keluar dari perbatasan
Se-cuan dan lebih dulu merangsek tentara Manchu
di Siam-sai yang dipimpin sobat baik kita, Bu Samkui."
Bicara tentang "sobat baik kita Bu Sam-kui"
suara Li Teng-kok jadi getir. Maklumlah, di antara
124 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
perwira-perwira yang menentang kekorupan Co
Hua-sun dulu, Bu Sam-kui juga termasuk, juga
sering kumpul-kumpul secara rahasia di rumah
Keluarga Siangkoan. Tapi sejak menyerahkan kota
San-hai-koan ke tangan orang Manchu, Bu Sam-kui
sudah menjadi Panglima Manchu. Pertama
memang hanya ditugasi menggempur sisa-sisa
pengikut Li Cu-seng yang masih berkeliaran di
barat laut setelah Li Cu-seng sendiri tewas di
Pegunungan Kiu-kiong-san. Tetapi lama-lama Bu
Sam-kui juga diperalat Manchu untuk menggempur bekas teman-temannya sendiri di
jaman dinasti Beng dulu. Dengan menahan Tan
Wan-wan, kekasih Bu Sam-kui, pihak Manchu lalu
bisa menyuruh Bu Sam-kui berbuat apa saja.
Helian Kong pun menarik napas, "Penyerahan
San-hai-koan ke pihak Manchu itu sungguh


Puing Puing Dinasti Karya Stefanus Sp di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengejutkan aku. Padahal aku sudah sekuat
tenaga mencegahnya. Aku bahkan menyelundup
ke istana yang saat itu masih dikuasai Li Cu-seng
Si Gembong Pelangi Kuning, aku ingin menculik
Tan Wan-wan untuk disatukan dengan Bu Sam-kui.
Ternyata semua tindakan pencegahanku masih
kalah cepat oleh tindakan ceroboh Bu Sam-kui."
125 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
"Sudahlah, sekarang kita harus bersatu untuk
menyelamatkan yang masih tersisa. Bukankah
demikian juga tujuan Saudara Helian dan
Siangkoan ke Lam-khia?"
Helian Kong mengangguk. Sementara itu, Si Pemilik Warung telah
berlutut di depan Helian Kong sambil berkata,
"Tuan Panglima, sungguh pegawaiku itu tidak
pantas hidup karena telah berlaku amat tidak
menghormati Tuan. Dia tidak tahu kalau Tuan
adalah seorang Panglima yang menyamar."
Helian Kong tertawa, "Aku tidak sedang
menyamar. Memang dulu aku pernah jadi
Panglima, kemudian jadi peladang di pegunungan.
Aku tidak merasa dihina oleh perlakuan orangmu
tadi." "Ah, beruntunglah Si Goblok itu bahwa Tuan
Panglima begini besar hati. Kami mempersilakan
Tuan-tuan duduk di dalam, biar kami diberi
kesempatan untuk menghormati Tuan-tuan
sekedarnya." Karena warung itu tidak luas tempatnya,
maka yang masuk hanya Li Teng-kok, Gai Leng-ki,
Lau Bun-siu, Helian Kong serta anak isteri dan
126 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
iparnya. Dua meja harus disambung jadi satu
supaya mereka dapat berbincang-bincang sambil
makan. Waktu Helian Kong menoleh ke tempat duduk
Si Pedang Buruk tadi, nampaklah tempat itu
sudah kosong. Rupanya Si Pedang Buruk sudah
menyelinap pergi secara diam-diam, entah
membayar entah tidak. Kehadiran si pembunuh bayaran tadi
memberi suatu gagasan kepada Helian Kong
bersangkutan dengan kehadirannya di Lam-khia.
Pikirnya, "Di Lam-khia saat ini pastilah
berkeliaran orang-orang bermental semacam itu,
yang siap menangguk di air keruh demi
keuntungan diri sendiri. Dalam situasi dimana
banyak pihak berambisi memenangkan persaingan
menjadi kaisar, pastilah orang-orang macam Si
Pedang Buruk ini banyak kemungkinan digunakan
tenaganya. Orang-orang macam para jenderal dan
para pangeran gerak-geriknya gampang disoroti
orang, karena itu lebih baik aku di Lam-khia
dalam keadaan tetap terselubung, tidak muncul
ke permukaan, dengan demikian leluasa
127 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
mengawasi gerak-gerik orang-orang macam Si
Pedang Buruk tadi." "Saudara Helian, apa yang sedang kau
pikirkan?" tanya Li Teng-kok dari seberang meja.
Helian Kong menarik napas, kepada sahabat
lama ini dia berterus-terang, "Di Lam-khia nanti,
ada baiknya Saudara Li, Gai maupun Lau tidak
menyebut-nyebut tentang diriku di hadapan
Pangeran yang manapun juga. Aku akan lebih
leluasa bekerja di Lam-khia, kalau aku tetap
berada di bawah permukaan dan bekerja secara
diam-diam, jauh dari pusat perhatian orang.
Dianggap tidak ada."
"Kenapa Saudara Helian berpikir demikian"
Apa yang hendak Saudara lakukan?"
"Aku menduga, dalam persaingan memperebutkan tahta dinasti Beng, selain gejolak
yang nampak di permukaan, juga akan ada arus
bawah tanah yang berbenturan, tidak ada
bedanya menjelang jatuhnya ibukota Pak-khia ke
tangan para pemberontak Pelangi Kuning dulu.
Bukan mustahil pula dalam pergolakan arus bawah
permukaan ini dicampuri oleh tangan-tangan
asing Manchu. Aku ingin tidak menarik perhatian
128 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
orang sedikitpun, agar bisa ikut 'bermain' di arus
bawah permukaan demi kejayaan dinasti Beng
kita tentunya." Li Teng-kok mengangguk-angguk mengerti. Di
antara "empat macan palagan" bawahan Jenderal
Thio Hian-tiong, Li Teng-kok dikenal cerdik dan
penuh siasat sehingga ada yang menyamakannya
dengan tokoh legendaris Cukat Liang alias Khong
Beng. Sedangkan Sun Ko-bong sering disamakan
dengan tokoh yang kurang baik, Co Coh.
"Baiklah, Saudara Helian. Tetapi berhubunganlah terus dengan kami."
"Tentu." Hidangan-hidangan lezat pun keluar, Meski
Helian Kong dan rombongan kecilnya sudah lebih
dulu makan bubur ayam jamur, sekarang mereka
makan lagi macam-macam makanan lezat yang
dibayari oleh Li Teng-kok.
Sambil makan, Li Teng-kok mengajukan
sebuah pertanyaan kepada Helian Kong, "Saudara
Helian, saat ini di Lam-khia berkumpul Pangeran
Hok-ong, Lou-ong, Kui-ong, Tong-ong dan Kongong. Menurut analisa Saudara Helian atau Saudara
129 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Siangkoan, siapa di antara mereka yang paling
pantas menjadi penerus kekuasaan dinasti Beng?"
Kalau yang bertanya bukan Li Teng-kok yang
sudah Helian Kong kenal ketulusan hatinya, tentu
Helian Kong akan merasa sedang "dijajagi"
sikapnya, mau di pihak mana. Namun di depan Li
Teng-kok, Helian Kong terang-terangan saja,
"Terus terang, tidak satu pun pantas, menurut
pandanganku. Namun toh tetap harus diangkat
satu penerus tahta, sebagai tali pengikat
persatuan menghadapi Manchu."
"Siapa menurut Saudara Helian, si pangeran
yang meskipun tidak pantas tetapi harus diangkat
itu." "Aku belum punya pandangan."
Li Teng-kok tertawa lebar, "Saudara Helian,
masa kepada sobat lama seperti aku juga main
rahasia-rahasiaan" "
"Aku tidak main rahasia-rahasiaan, tetapi aku
memang masih bingung memilih. Maka ingin lihatlihat dulu di Lam-khia. Kalau Saudara Li pilih
siapa?" "Kalau menurut pilihanku pribadi, aku
melihat Pangeran Cu Yu-long alias Kui-ong yang
130 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
paling cocok. Memang pribadinya tidak sempurna,
tapi di kolong langit ini mana ada manusia
sempurna" Ia memenuhi syarat, selain wilayah
kekuasaannya paling luas, kemungkinan juga
pendukungnya dari kalangan militer paling
banyak. Tetapi aku pun dibebani pesan Jenderal
Thio." "Bagaimana pesannya?"
"Pesannya seperti kau, Saudara Helian.
Jangan buru-buru menjatuhkan pilihan, lihat-lihat
dulu, pertimbangkan dulu masak-masak segala
sesuatunya. Ha-ha-ha, seperti mau memilih isteri
saja." "Ini lebih penting dari memilih isteri. Ini
memilih kaisar yang akan menentukan nasib
berjuta-juta orang di wilayah dinasti Beng yang
masih tersisa ini. Tentu saja pertimbangannya
harus jauh lebih cermat dari memilih isteri,
Saudara Li." "Ha-ha-ha, betul juga. Tetapi memang ada
beberapa teman-teman kita yang datang ke Lamkhia
ini sudah dengan pilihan yang ditentukannya." 131 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
"Ada perkataan Puteri Tiang-ping yang
kupegang teguh." "Puteri Tiang-ping" Kapan kau bertemu dia,
Saudara Helian?" "Dialah yang mengobarkan semangatku untuk
meninggalkan pegunungan dan ke Lam-khia."
"Apakah dia selamat dalam dua kali peralihan
Ibukota Pak-khia?" "Ya. Waktu kaum Pelangi Kuning merebut
Pak-khia, Li Cu-seng tidak mengusik keluarga
kerajaan dinasti Beng, bahkan dilindunginya.
Waktu Manchu merebut Pak-khia dari tangan Li
Cu-seng, Puteri Tiang-ping dan Pangeran Cu Sam
berhasil lolos keluar dari Pak-khia. Kini Pangeran
Cu Sam berlindung di bawah Yang-peng Kun-ong
alias Laksamana The Seng-kong, sedang Puteri
Tiang-ping menjadi biarawati dengan nama
Bhikuni Siok-sim." "Syukurlah mereka selamat....." kata Li Tengkok lega. "Dan perkataan Puteri Tiang-ping yang
bagaimana yang kau pegang teguh itu, Saudara
Helian?" "Para pangeran itu sulit bersatu, tetapi
orang-orang militer seperti kita-kita ini 132 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
hendaknya jangan ikut terpecah-belah, yang satu
mendukung pangeran ini, yang lain mendukung
pangeran itu, demikian akan memperkeruh
keadaan. Lebih baik kalau orang-orang militer
dari berbagai wilayah menjadi satu kekuatan yang
kompak dan satu suara, dengan demikian akan
memaksa para pangeran untuk mengendalikan
tindakannya. Bagaimanapun para pangeran itu
masih membutuhkan orang-orang militer."
Lalu Bun-siu yang diam sedari tadi,
menggangguk-angguk sambil memuji, "Jalan
pikiran Saudara Helian sungguh cemerlang.
Memang jangan sampai kita ikut-ikut terpecahbelah, justru harus menjadi contoh persatuan."
"Bukan buah pikiranku, tetapi buah pikiran
Puteri Tiang-ping." "Apakah Puteri Tiang-ping juga akan hadir di
Lam-khia?" "Dia tidak mengatakannya."
"Alangkah baiknya kalau buah pikirannya itu
bisa terwujud benar-benar. Para pangeran akan
memperhitungkan suara kita, kaum militer, dan
bukan hanya memperalat kita demi ambisi
mereka." 133 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Mereka makan minum, waktu Li Teng-kok
mengajak Helian Kong sekalian untuk naik kuda
sampai ke Lam-khia dan memasukinya bersamasama. Namun Helian Kong tertawa dan berkata,
"Belum sampai satu jam, Saudara Li sudah lupa
omonganku yang tadi."
Li Teng-kok membelalak sebentar, lalu
tertawa terbahak-bahak dan menepuk jidatnya
sendiri sambil berkata, "Wah, kenapa aku jadi
pikun sekarang" Ya, ya, aku ingat bahwa Saudara
Helian ini ingin 'bermain di bawah permukaan air'
dan tidak ingin menarik perhatian sedikitpun di
Lam-khia. Maaf, maaf."
Namun Helian Kong tidak menolak waktu Li
Teng-kok menaruh sekantong uang ke tangan
Siangkoan Heng. Tolong-menolong dalam soal
keuangan di antara mantan sesama penentang Co
Hua-sun sudah wajar, kedua pihak sama-sama
tidak merasa kikuk di antara sobat-sobat lama.
Dulu waktu Li Teng-kok diutus Jenderal Thio ke
Pak-khia dan terkatung-katung di Pak-khia serta
kehabisan bekal, dia pun tidak jarang menumpang
makan dan tidur di rumah keluarga Siangkoan,
bahkan sering diberi uang juga.
134 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Mereka

Puing Puing Dinasti Karya Stefanus Sp di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

saling mengucapkan selamat berjuang, kemudian berpisah. Kedua pihak
berjanji akan tetap saling kontak di Lam-khia
nanti, tetapi caranya memasuki Lam-khia itulah
yang berbeda. Li Teng-kok dan rombongan
berkudanya sudah pasti menarik perhatian orang
karena kuda-kuda tunggangan mereka dan
seragam mentereng mereka, sedangkan Helian
Kong sekalian hendak menyelinap masuk Lam-khia
dengan membaur bersama ribuan pengungsi dekil,
sehingga tidak kentara. Bahkan waktu mendekati Lam-khia, Helian
Kong mengajak rombongannya berhenti di suatu
tempat yang sepi dan mengatur siasat. Kata
Helian Kong, "Aku ingin penyamaranku aman,
dengan demikian aman juga kalian dan Si Kecil Abeng. Untuk itu, semenjak kita memasuki Lamkhia, kita harus mulai mengaburkan pengamatan
orang atas kita." "Siapa yang mengamati kita?" tanya
Siangkoan Yan. "Dalam situasi politik macam ini, pihak
manapun pasti menyebarkan mata-mata yang
berbaur di antara orang banyak. Bahkan bukan
135 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
mustahil pihak Manchu juga. Harus kuakui
kehebatan jaringan mata-mata mereka. Siapa
tahu kita pun diamat-amati tanpa kita sadari"
Nah, kita kacaukan pengamatan mereka."
"Caranya?" Helian menunjuk bergantian kakak-beradik
Siangkoan dan berkata, "Kalian menyamarlah
sebagai suami-isteri dengan satu anak yang dari
golongan ekonomi menengah tetapi mengungsi ke
Lam-khia." "Waduh....." keluh Siangkoan Heng tiba-tiba.
"Kenapa?" "Kalau orang-orang Lam-khia memandang aku
sudah punya isteri, tentu aku sulit dapat jodoh di
Lam-khia. Gadis mana yang mau dengan lelaki
sudah beristeri?" Helian Kong dan Siangkoan Yan tertawa. Tapi
mereka tahu Siangkoan Heng hanya berkelakar.
Tanya Siangkoan Heng pula, "Lalu kau menyamar
sebagai apa, Saudara Helian?"
"Satu dari ribuan pengungsi dekil, takkan ada
yang memperhatikan aku sehingga aku lebih
leluasa." 136 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Siangkoan Yan ingat, suaminya ini di Pak-khia
dulu juga pernah menyamar secara total demi
melacak jaringan mata-mata kaum Pelangi
Kuning, menyamarnya jadi gelandangan dan tidak
tanggung-tanggung, sampai tidak mandi puluhan
hari, tidur di emperan toko dan sebagainya.
"Berarti kita..... berpisah?" Siangkoan Yan
agak keberatan. Helian Kong menjawab, "Tidak. Kita berpisah
hanya di mata orang-orang. Kita cari tempat
tinggal yang berdekatan, entah sebelah menyebelah, atau saling membelakangi, atau
berseberangan, sehingga kita dapat bertemu
diam-diam setiap saat. Tentu saja tempat yang
akan kita sewa harus sesuai dengan penyamaran
kita masing-masing. Kalian harus mencari tempat
yang agak baik, agar sesuai dengan pengakuan
kalian sebagai mantan pedagang dari utara.
Sedang aku harus menyesuaikan diri pula."
"Baiklah." "Percayalah, kita akan berdekatan terus,
meski tidak terang-terangan di mata orang
banyak." "Sampai kapan?"
137 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
"Mungkin sampai..... dinasti Beng mempunyai
Kaisar yang baru. Rasanya itu tidak terlalu lama."
Demikianlah mereka memasuki Lam-khia
dalam keadaan seperti yang direncanakan Helian
Kong. *** Lam-khia adalah kota terbesar di daratan
Cina, bahkan lebih besar dari Pak-khia yang
berganti-ganti dijadikan ibukota berbagai dinasti
yang menguasai Cina. Lam-khia juga sering
disebut "ibukota lama", sebab waktu dinasti Beng
didirikan oleh Cu Goan-ciang berabad-abad yang
silam, Lam-khia inilah yang dijadikan Ibukota. Di
Lam-khia juga ada kompleks pemakaman rajaraja dinasti Beng yang megah, disebut Beng-hauleng. Kaisar pertama dinasti Beng adalah Cu
Goan-ciang yang bergelar Kaisar Hong-bu,
kemudian digantikan bukan oleh putera
mahkotanya yang mati muda melainkan oleh
cucunya yang bergelar Kaisar Kian-bun, yang
kurang teguh pemerintahannya. Salah seorang
bangsawan, Pangeran Yan-ong, anak Kaisar Hong138
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
bu sekaligus paman dari Kaisar Kian-bun,
memberontak kepada keponakannya sendiri
sehingga berhasil naik tahta sebagai Kaisar Yunglo yang legendaris. Keponakannya, mantan Kaisar
Kian-bun, lari ke negeri asing lewat lautan. Kata
orang, Kaisar Yung-lo sampai tujuh kali mengirim
armada kapal perang di bawah pimpinan
Laksamana Ceng Ho, menjelajah negeri-negeri
asing sampai ke pantai timur benua hitam,
resminya sebagai utusan persahabatan ke negerinegeri yang disinggahi, namun sebenarnya
Laksamana Ceng Ho juga mengemban tugas
rahasia untuk menemukan si mantan Kaisar Kianbun yang keponakannya sendiri itu. Tidak
diketahui hasil tugas rahasia pelayaran Laksamana
Ceng Ho yang sampai tujuh kali itu. Tapi sejak
Kaisar Yung-lo berkuasa, ibu kota kerajaan
dipindahkan dari Lam-khia ke Pak-khia sampai
berakhirnya dinasti Beng.
Saat itu, Lam-khia yang sudah berabad-abad
dilupakan, mendadak menjadi pusat perhatian
karena berkumpulnya kekuatan-kekuatan pendukung dinasti Beng di tempat itu. Pangeran
Hok-ong yang mengundang mereka. Sama sekali
139 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Pangeran Hok-ong tidak menyebut dalam
undangannya mengenai penobatan dirinya sebagai
kaisar penerus dinasti Beng, sebab kalau disebut
demikian dalam undangan, tentu pangeranpangeran yang lain juga merasa berhak atas
tahta, takkan mau datang. Pangeran Hok-ong
menulis pula, ia akan mendukung pangeran yang
mana saja yang akan menjadi pewaris tahta.
Semuanya dengan mengingat makin gawatnya
ancaman Manchu dari sebelah utara.
Undangan bernada merendahkan diri itu
berhasil memancing datang semua pangeran
dinasti Beng yang masih tersisa. Pangeran Kuiong, Pangeran Luo-ong, Pangeran Tong-ong dan
bahkan Pangeran Kong-ong yang pendukungnya
paling lemah. Para penguasa militer pun
berdatangan ke Lam-khia, kecuali Jenderal Thio
Hian-tiong yang sedang disibukkan untuk
membendung laju tentara Manchu di wilayah
barat. Namun Jenderal Thio mengirim si cerdik Li
Teng-kok sebagai wakilnya, didampingi Gai Lengki dan Lau Bun-siu dan sepuluh prajurit pengawal.
Begitulah, di Lam-khia berhimpun wakilwakil dari unsur-unsur sisa dinasti Beng yang coba
140 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
menyusun kekuatannya kembali. Namun begitu
para pangeran dari luar Lam-khia itu memasuki
Lam-khia, mereka merasakan situasi yang tidak
menyenangkan. Mereka melihat tempat-tempat
pembagian makanan gratis bagi para pengungsi
dari utara, yang diselenggarakan Pangeran Hokong. Mereka mendengar bagaimana Pangeran
Hok-ong dengan pakaian sederhana sering
mengunjungi desa-desa, menolong penduduk,
merebut hati rakyat. Di mana-mana ada orang
yang memuji-muji Pangeran Hok-ong, meskipun
ini tidak lepas dari usaha pengikut-pengikut
Pangeran Hok-ong yang menyusup di antara orang
banyak. Pangeran Kui-ong yang punya basis kuat di
dua propinsi, Hun-lam dan Kui-sai, peluangnya
untuk naik tahta cukup kuat, dan dia tidak senang
melihat rakyat Lam-khia begitu menyanjung
Pangeran Hok-ong. "Lam-khia sudah menjadi panggung sandiwara besar buat Pangeran Hok-ong,
panggung sandiwara untuk memamerkan wajah
palsunya....." kata Pangeran Kui-ong sinis, ketika
ia dan rombongannya memasuki wilayah pengaruh
141 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Pangeran Hok-ong. "Tetapi aku akan menunjukkan, bahwa yang bisa menahan Manchu
adalah otot yang keras dan pedang yang tajam,
dan itulah yang aku punyai. Bukan senyum yang
ramah." Penasehatnya, Lim Kui-teng, yang berkuda di
sebelahnya dalam iring-iringan megah itu,
menasehati junjungannya, "Memang Lam-khia
sekarang adalah panggung sandiwara, para
pemain sandiwara harus dapat menarik simpati
penonton. Dan kita juga salah satu dari pemainpemain itu."
"Jadi kita harus meniru-niru Pamanda Hokong" Membagi-bagi makanan gratis kepada
makhluk-makhluk kelaparan yang tak kenal
kenyang itu" Atau keluyuran di desa-desa,
merendahkan martabat dengan bercakap-cakap
dengan petani-petani bau?"
"Kalau itu aturan mainnya, dan Pamanda
Pangeran bisa, kenapa kita tidak bisa?"
"Hem, mengambil hati rakyat. Kekuatan apa
yang rakyat punyai sehingga kita harus merundukrunduk di depan mereka?"
142 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
"Bukan mengambil hati orang-orang bau itu,
tetapi mengambil hati para panglima militer dari
segala penjuru negeri yang sekarang berkumpul di
sini. Para panglima itulah yang punya kekuatan
nyata di medan perang, dan mereka harus
memihak kita." "Dan jenderal-jenderal itu banyak yang
berasal dari rakyat kecil, mereka punya hubungan
batin. Mengambil hati rakyat sama dengan
mengambil hati para jenderal itu secara tidak
langsung," sambung penasehatnya yang lain yang
bernama Bhe Ting-lai, yang memakai jubah
pembesar sipil namun tangkas naik kuda seperti
orang militer. Bahkan juga punya ilmu silat yang
tinggi sehingga punya julukan Siau-bin-jiat-sin
(Malaikat Maut Wajah Tersenyum).
"Hem....." Pangeran Kui-ong cuma mendengus. Lim Kui-teng yang berseragam militer itu
membujuk pula, "Mari kita kalahkan Pamanda
Pangeran dengan permainannya sendiri, di
tempatnya sendiri, dengan aturan main yang dia
buat sendiri." 143 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
"Artinya, kita lakukan hal yang sama dengan
yang dilakukannya sekarang?"
"Tidak, nanti kita dikira berotak kosong dan
tidak punya gagasan sendiri. Kita pakai cara lain
untuk langsung menarik simpati para panglima
dari berbagai daerah yang sedang berkumpul."
"Caranya?" "Saat ini negeri dalam suasana prihatin,
karena separuh negeri sudah dicaplok bangsa
Manchu. Kita tunjukkan keprihatinan kita secara
mencolok. Kita dirikan perkemahan prajurit di
luar kota, kita jangan bermalam di gedung indah
di dalam kota, melainkan di kemah. Kita juga
harus menunjukkan kehidupan yang sederhana,
dalam pakaian sehari-hari dan sebagainya."
"Gagasan yang bagus," dukung Bhe Ting-lai
sambil mengelus jenggotnya. "Para panglima akan
terkesan. Menunjukkan kita punya semangat
prajurit. Saat inilah saat yang cocok untuk


Puing Puing Dinasti Karya Stefanus Sp di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menunjukkan itu." "Tetapi Tuan Bhe juga punya tugas lho....."
kata Lim Kui-teng. Wajah Bhe Ting-lai tiba-tiba cemberut. Ia
ikut Pangeran Kui-ong sebagai kepala dari jago144
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
jago kepruk pribadi Pangeran, dengan harapan
akan ikut mendapat kemuliaan hidup kalau
Pangeran Kui-ong menang bersaing kelak, sebab
kelihatannya Pangeran Kui-onglah yang paling
besar peluangnya. Sedangkan Lim Kui-teng adalah
kepala pasukan bawahan Pangeran Kui-ong. Tidak
dapat dirahasiakan bahwa antara Bhe Ting-lai dan
Lim Kui-teng bersaing, kalau perlu saling
menjatuhkan. Bhe Ting-lai paling tidak senang
kalau saingannya ini memerintah kepadanya
seolah-olah ia bawahannya. Begitu juga kali ini,
Bhe Ting-lai langsung menjawab ketus, "Kau
bukan atasanku dan tak berhak memerintah aku.
Hanya Pangeran yang boleh memerintah aku."
Pangeran Kui-ong mencegah perpecahan di
antara orang-orangnya dan berkata kepada Lim
Kui-teng, "Jenderal Lim, jangan urusi yang bukan
urusanmu." "Baik, Pangeran....." kata Lim Kui-teng
sambil melirik mendongkol ke arah Bhe Ting-lai
yang acuh tak acuh. Sementara itu, di kejauhan sudah nampak
tembok kota Lam-khia, Pangeran Kui-ong lalu
berkata, "Kita akan berkemah di luar kota,
145 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
perkemahan sederhana dalam suasana keprihatinan akan nasib negeri. Seperti kata
kalian, untuk menarik simpati para panglima.
Tetapi aku tidak akan menghadap Pamanda Hokong, sebab menghadap lebih dulu dalam
pandangan orang tentu aku seolah-olah takluk dan
mengakui dia lebih berkuasa dari aku."
Pembantu-pembantunya memahami pertimbangan macam itu. Pangeran Kui-ong
merasa bahwa ia datang ke Lam-khia itu "sudah
cukup rendah hati" dan ia tidak mau disuruh lebih
rendah lagi dengan mendahului "menghadap"
Pangeran Hok-ong. Kemudian Pangeran Kui-ong berkata pula,
kali ini kepada Bhe Ting-lai, "Lakukan
penyelidikan diam-diam di Lam-khia. Nanti malam
harus sudah kuterima laporannya. Menyamarlah.
Jangan sampai ada yang tahu bahwa kau adalah
orangku." "Baik, Pangeran," sahut Bhe Ting-lai sambil
memacu kudanya mendahului rombongan.
Ternyata memang benar "ramalan" Helian
Kong. Selain persaingan terbuka "di atas
panggung" yang bisa dilihat semua orang, juga
146 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
berkembang intrik-intrik di belakang layar yang
bakal ikut menentukan siapa sang pemenang
nanti. Pangeran Kui-ong ternyata menunjuk Bhe
Ting-lai untuk "bermain" di belakang layar
baginya, dan pihak-pihak lain pun akan melakukan
hal yang sama. Perkemahan Pangeran Kui-ong berdiri di luar
kota. Sebagai taktik merebut hati para jenderal,
perkemahan sengaja dibuat sederhana dalam
suasana "keprihatinan" dan Pangeran Kui-ong juga
melarang orang-orangnya berpakaian bagus,
tetapi senantiasa berada dalam seragam tempur.
Pangeran Kui-ong sendiri harus menahan nafsunya
terhadap baju yang indah-indah yang menjadi
kegemarannya. Malam harinya, Bhe Ting-lai datang ke
perkemahan itu dan melapor, "Pangeran, ternyata
Pangeran-pangeran lain juga sudah berdatangan
ke Lam-khia. Pangeran Kong-ong bahkan sudah
sebulan lebih di Lam-khia, bertempat tinggal di
rumah seorang saudagar hasil bumi yang kaya
raya, Cong Hong-lui, yang adalah sahabat
karibnya. Tapi para pangeran yang sudah
berkumpul di Lam-khia ini, belum satu pun yang
147 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
menemui Pangeran Hok-ong di istananya.
Pangeran Hok-ong juga belum menjemput tamutamunya untuk datang ke istananya."
Pangeran Kui-ong menyeringai kecut. Sikap
"tahan harga" antara pihak tuan rumah dan tamutamunya semacam ini bisa berlangsung berbulanbulan kalau tidak ada terobosan. Pangeran Kuiong yang sifatnya tidak sabaran itu tahu dirinya
tak mungkin bermain tunggu-menunggu selama
ini, karena ia ingin cepat selesai dan kalau bisa
dialah yang naik tahta, melanjutkan dinasti Beng.
Ia ingin membuat suatu terobosan untuk
mengatasi kemacetan gara-gara gengsi itu. Tapi
sudah tentu tidak dengan mengorbankan
gengsinya sendiri. "Ting-lai, untuk selanjutnya kau harus
membaur dengan kalangan bawah tanah di Lamkhia, menggalang mereka dalam sebuah kekuatan
yang setiap saat bisa kita gunakan. Tetapi, jangan
sampai ada yang bisa melacak hubungan antara
kekuatan yang kau galang itu denganku. Mengerti
maksudku?" "Hamba paham, Pangeran."
148 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Waktu itu yang ada di kemah hanya Pangeran
Kui-ong dan Bhe Ting-lai berdua, dan Pangeran
juga berbicara dengan suara ditekan rendah,
sehingga memberi kesan betapa penting sekaligus
amat rahasianya urusan itu.
"Untuk itu, Ting-lai, sejak sekarang kau tidak
boleh lagi terlihat oleh orang berada di
sampingku. Kau hanya boleh menemui aku diamdiam, tanpa orang ketiga, untuk memberikan
laporan-laporan secara teratur, dan menerima
perintah-perintahku. Kau harus menyamar di
dalam kota Lam-khia, entah sebagai apa terserah
kau, dan mencari orang-orang yang kira-kira bisa
kita pakai tenaganya untuk melaksanakan jurus
'lempar batu sembunyi tangan' kita. Kau sendiri
bilang kepadaku beberapa hari yang lalu, bahwa
dalam situasi macam ini ada banyak jagoan
menganggur yang cari 'order' tanpa peduli pihak
yang mana, pokoknya dapat uang, begitu bukan?"
"Betul, Pangeran, juga pemuda-pemuda yang
baru keluar dari perguruan dan ingin mendapat
nama. Mereka semua bisa kita pergunakan."
"..... tanpa mereka sadari," Pangeran
menambahkan. "Ini penting."
149 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
"Hamba perhatikan, Pangeran. Hamba ingin
bertanya, setelah kita temukan orang-orang yang
bisa kita manfaatkan, lalu kita suruh apa
mereka?" "Perintahnya akan kau dapatkan kelak.
Sekarang dapatkan dulu orang-orang itu."
"Baik, Pangeran," sahut Bhe Ting-lai sambil
bangkit mengambil pedangnya, namun Pangeran
Kui-ong menahan, "Tunggu!"
"Ada apa, Pangeran?"
"Hasil penyelidikanmu selama setengah hari
ini, apakah mendapatkan suatu kelemahan
Pamanda Hok-ong" Misalnya, dalam suatu hal apa
yang membuat tidak puas rakyat Lam-khia?"
Bhe Ting-lai mengingat-ingat sebentar, lalu
katanya, "Betul, aku mengingat sesuatu,
Pangeran. Tadi ketika aku makan di sebuah
warung di dalam kota, ada dua hwesio meminta
derma makanan. Lalu orang-orang di warung itu
membicarakan suatu peristiwa di Lam-khia dulu.
Terjadinya setahun yang lalu, ketika itu Manchu
belum masuk ke sebelah dalam Tembok Besar,
bahkan kaum Pelangi Kuning belum merebut Pakkhia."
150 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
"Sehingga Pamanda Hok-ong juga belum
sebajik sekarang?" sambung Pangeran Kui-ong
sambil tertawa. Bhe Ting-lai ikut tertawa, "Ya, orang-orang
kalangan awam di Lam-khia kebanyakan merasa
heran melihat perubahan drastis tingkah laku
Pangeran Hok-ong akhir-akhir ini, dulu korup dan
kejam, sekarang kenapa berubah jadi baik hati
dan dermawan?" Tawa Pangeran Kui-ong makin berkepanjangan, tetapi ia ingin segera tahu kisah
setahun yang lalu, "Teruskan ceritamu yang tadi,
Ting-lai." "Begini, Pangeran. Setahun yang lalu ada
sebuah wihara di pinggiran kota Lam-khia,
tempatnya indah dan pemandangannya bagus.
Suatu kali, salah seorang keponakan dari isteri
Pangeran Hok-ong menginginkan tempat itu untuk
dijadikan puri musim semi, sebuah tempat
peristirahatan, sementara keponakan isteri
Pangeran Hok-ong itu sendiri sudah punya tiga
puri di berbagai tempat. Ada puri musim gugur,
ada puri musim dingin dan panas."
151 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Pangeran Kui-ong mengangguk-angguk. Ia
sendiri punya delapan puri dan lima taman pribadi
yang berpencaran letaknya, orang-orang yang
semula menghuni tempat-tempat itu sebelum
dibangun, sudah dipindahkan ke tempat lain.
Dan Bhe Ting-lai meneruskan ceritanya,
"Maka Pangeran Hok-ong lalu memberlakukan
pajak tanah yang tinggi atas wihara itu dan
sekitarnya, sedemikian rupa sampai orang-orang
di wihara dan sekitarnya tidak mampu
membayarnya. Setelah tunggakan pajaknya cukup
banyak, mereka digusur karena tak mampu
membayar." "Kalau begitu, bangkitkan kembali cerita itu
agar rakyat Lam-khia mengingatnya kembali.
Jangan pakai mulutmu sendiri, sewa mulut orang
lain. Uangnya masih ada kan?"
"Ya..... sudah agak berkurang, tetapi masih
cukup." Pangeran Kui-ong mengeluarkan sekantong
uang dari bajunya dan diberikan kepada Bhe Tinglai. "Ini kutambah."
"Terima kasih, Pangeran."
152 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Malam itu juga Bhe Ting-lai menyelinap dalam
kegelapan, masuk kembali ke kota Lam-khia.
*** Helian Kong dan rombongan kecilnya sudah
berada di tengah-tengah Lam-khia. Sesuai dengan
rencana, Siangkoan Heng, Siangkoan Yan dan
bayinya mengaku sebagai orang dari kelas
menengah yang terpaksa mengungsi ke selatan
menghindari perang. Dengan uang pemberian Li
Teng-kok yang cukup banyak, mereka dapat
membeli pakaian yang cukup pantas sesuai
dengan penyamaran mereka. Dan mereka juga
dapat menyewa sebuah rumah yang sedang
besarnya, cukup nyaman terutama buat si kecil
Helian Beng. Sedangkan Helian Kong yang menyamar
sebagai pengungsi miskin, menempati sebuah kuil
bobrok yang bukan kebetulan ia pilih yang
letaknya saling membelakangi dengan rumah yang
disewa "suami isteri" gadungan Siangkoan Heng
dan Siangkoan Yan. Suatu kebetulan, kelenteng
bobrok itu didesas-desuskan ada hantunya, tidak
153 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
ada orang tinggal di situ, dan ini sangat baik buat
Helian Kong yang membutuhkan keleluasaan
gerak dalam tugas bawah tanahnya.
Malam pertama mereka berada di Lam-khia,
keluarga kecil itu bertemu diam-diam di bagian
belakang rumah sewaan Siangkoan Heng.
"Kakak sudah dapat tempat?" tanya Siangkoan
Yan kepada suaminya. "Tepat di belakang rumah ini, sebuah
kelenteng bobrok yang kata orang ada hantunya,
jadi tidak ada yang berani di situ."
"Hantu?" Helian Kong tertawa, "Malah kebetulan, jadi
tidak ada orang usil gentayangan ke tempat itu.
Kalau tidak ada hantunya, akulah yang akan
bermain hantu-hantuan, agar tetap aman."
"Apakah Kakak nyaman diam di situ?"


Puing Puing Dinasti Karya Stefanus Sp di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Biar tempatnya berantakan, kubuat jadi
senyaman mungkin. Ada sebuah kamar belakang
yang temboknya masih cukup utuh. Kuperbaiki
genteng di atasnya, kusapu kamarnya, dan untuk
sementara cukup nyaman."
154 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
"Malam ini Kakak di sini saja," pinta
Siangkoan Yan agak malu-malu dengan pipi
bersemu merah. Helian Kong mengangguk maklum.
Esok harinya, Helian Kong melompati tembok
belakang rumah sewaan itu dan tiba di "kuil
berhantu". Ia memakai pakaian penyamarannya,
dan hari itu keluarlah ia di jalanan Lam-khia
sebagai pengemis. Kota Lam-khia sudah bertambah penduduknya dengan ribuan pengungsi yang
bicaranya berlogat utara, seperti lalat jumlahnya.
Dan kalau hanya ketambahan satu Helian
Kong, pastilah tidak kentara.
Kemudian kalau Helian Kong lebih banyak
berkeliaran di dekat-dekat rumah makan, bukan
karena ia mengharapkan sisa-sisa makanan, meski
demi penyamarannya dia juga menerima dan
memakan makanan-makanan sisa. Melainkan
karena rumah-rumah makan biasanya menjadi
"kantor berita" bagi kalangan rimba persilatan. Di
rumah-rumah makanlah berita-berita dipertukarkan, desas-desus disebarluaskan, bumbu-bumbu cerita ditambah atau dikurangi.
155 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Dari beberapa rumah makan yang Helian
Kong datangi setengah hari itu, "berita utama"
yang Helian Kong dapatkan ialah cerita lama
tentang Pangeran Hok-ong yang menggusur
sebuah wihara di atas bukit, untuk bisa dijadikan
puri peristirahatan musim semi bagi keponakan
dari isteri Pangeran Hok-ong.
Helian Kong merasakan menyebarnya berita
lama itu agak tidak wajar. Kalau ia dengar cerita
itu hanya di satu warung, itu masih masuk akal,
mungkin saja ada yang kebetulan ingat cerita
lama itu, lalu mengatakannya dan membicarakannya kembali. Namun suatu cerita
lama muncul serempak di beberapa "kantor
berita" alias rumah makan, itu tidak wajar,
menimbulkan kesan bahwa hal itu direkayasa dan
ada yang mendalanginya. Waktu Helian Kong berjalan pura-pura
pincang sambil memegangi tongkat butut,
jalannya juga sambil menggerogoti makanan sisa,
dalam hatinya ia diam-diam berpikir, "Berita itu
pastilah disebarkan oleh saingan-saingan Pangeran
Hok-ong, untuk mencegah terbangunnya simpati
orang banyak terhadap Pangeran Hok-ong. Tetapi
156 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
saingan yang mana" Sebab di kota ini sudah
berkumpul para Pangeran Lou-ong, Tong-ong,
Kong-ong dan kudengar kemarin sore Pangeran
Kui-ong juga sudah tiba. Para pangeran sudah
berkumpul di satu tempat, namun belum satu pun
yang mau lebih dulu menemui yang lain,
terhalang gengsi rupanya."
Helian Kong terjun ke Lam-khia dalam sikap
netral, belum mau mendukung pangeran yang
manapun juga. Ia "mau melihat-lihat dulu" siapa
yang pantas didukung, dan ia juga mau lebih dulu
mencocokan pendapat dengan rekan-rekan
sesama panglima dinasti Beng yang berdatangan
dari berbagai daerah. Begitulah, mendengar
munculnya kembali cerita lama yang merugikan
nama Pangeran Hok-ong, Helian Kong tidak
langsung menuruti emosinya untuk memihak ke
sini atau ke sana, menentang pangeran yang ini
atau yang itu, melainkan akal jernihnya tetap
berjalan. Ia tahu bahwa cerita lama itu bisa saja
benar, tingkah laku korup dari beberapa
bangsawan dinasti Beng sudah bukan rahasia lagi,
dan tingkah itu diikuti oleh sanak keluarga yang
terdekat dengan menggunakan kesempatan
157 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
mumpung lagi dekat dengan yang punya
kekuasaan. Helian Kong hanya ingin tahu, siapa
penyebar cerita lama ini. Inilah langkah pertama
Helian Kong untuk memasuki "pertempuran di
belakang layar" seperti yang sudah diniatinya
semula. Ketika ia melewati sebuah jalanan yang
kotor, jalanan yang kiri-kanannya ditempati
gubuk-gubuk asal jadi dari kaum pengungsi,
Helian Kong melihat di depannya ada seorang
hwesio berpakaian compang-camping, berjalan
dengan langkah lunglai dengan mangkuk derma di
tangannya. Jubah pendetanya kelihatan sudah tua
dan lusuh. Mula-mula hwesio itu tidak menarik
perhatian Helian Kong, tetapi waktu Helian Kong
perhatikan, keadaan tubuh Si Hwesio agak kurang
cocok dengan pakaiannya. Keadaan tubuhnya
terlalu segar bagi seorang hwesio miskin yang
minta sedekah kesana-kemari, meskipun tubuh itu
dan mukanya juga sengaja dikotori dengan tanah,
tapi sulit menipu mata Helian Kong yang tajam.
Ia lihat hwesio itu meminta sedekah di
sebuah kedai kecil. Dengan kata-kata yang
158 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
mengharukan, hwesio itu menceritakan kesengsaraannya, mengingatkan orang-orang di
kedai akan kuilnya yang digusur. Memang hwesio
itu tidak terang-terangan menyebut di mana letak
kuilnya, juga tidak menyebut siapa yang
menggusurnya, tetapi kata-katanya cocok dengan
cerita lama yang sedang hangat dibicarakan
kembali saat itu, maka pendengar-pendengarnya
lalu membentuk gambarannya sendiri.
Helian Kong yang mengawasinya dari jarak
beberapa langkah, diam-diam membatin, "Mungkin hwesio ini ada hubungannya dengan si
pengungkit cerita lama, dalam rangka persaingan
antar pangeran." Salah seorang tamu di warung itu nampak iba
mendengar penuturan memelas dari Si Hwesio,
lalu ibanya berubah menjadi gusar, sehingga ia
menepuk meja sambil berkata keras sampai
didengar seorang di kedai itu, "Entah penguasa
busuk macam apa yang sampai hati menggusur
tempat ibadah" Thian (Langit atau Tuhan) tidak
buta, dia pasti akan mengutuk orang itu sehingga
tidak beruntung dalam ambisinya!"
159 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Mula-mula hwesio itu tidak menarik perhatian Helian Kong,
tetapi waktu Helian Kong perhatikan, keadaan Si Hwesio agak
kurang cocok dengan pakaiannya.
160 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Lewat jendela, dari luar Helian Kong coba
memperhatikan reaksi orang-orang di dalam
warung mendengar kata-kata bernada membakar
itu. Kata-kata yang sedikitpun memang tidak
menyebut nama Pangeran Hok-ong, cuma
menyebut "penguasa busuk" namun sebagaimana
kata-kata Si Hwesio tadi, kata-kata tamu di
warung itu pun jelas ditujukan kepada siapa.
Helian Kong dengan matanya yang tajam
berhasil menyapu dalam sekejap ke wajah orangorang itu. Ia lihat dua lelaki berpakaian ringkas
yang duduk di pojokan, bereaksi gusar atas katakata itu. Yang seorang hendak bangkit, namun
temannya buru-buru menahan pundaknya sambil
mengedipkan mata. Di sebelah lain, nampak dua orang lainnya,
mengangguk-angguk seperti membenarkan katakata tamu tadi. Ada orang lain lagi yang
menggeleng-geleng sambil menarik napas. Agak di
dekat pintu, Helian Kong mengenal tiga orang
pemuda berpedang yang pernah dilihatnya di luar
kota Lam-khia dulu. Tiga orang pendekar ingusan
yang ingin memanfaatkan situasi kota Lam-khia
untuk mencari nama, sekaligus mencari junjungan
161 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
yang bisa mereka "boncengi" ke masa depan yang
gemilang. Kalau orang-orang lain cuma bereaksi dengan
tatapan mata gusar, atau mengangguk-angguk
atau menggeleng-geleng sambil menarik napas,
maka si tiga orang muda ini justru ingin menarik
perhatian dengan sikap mereka. Si Alis Tebal ikutikutan menggebrak meja sambil menyambung
kata-kata tamu tadi, "Penguasa busuk macam itu
pantasnya dipotong lehernya, lalu batok
kepalanya ditaruh di pintu gerbang atau simpang
jalan, agar semua orang yang lewat meludahinya!" Kata-kata itu memang dahsyat, orang-orang
di dalam warung itu banyak yang buru-buru keluar
setelah membayar. Sementara Helian Kong sendiri
melihat bahwa ketiga pendekar ingusan itu
rupanya tidak paham benar apa yang mereka
ucapkan dengan gagah. Mereka sekedar ikut
gagah-gagahan mengucapkan sesuatu yang
kedengaran "gagah berani". Namun Helian Kong
diam-diam merasa kasihan kepada anak-anak
muda itu, bahwa dengan kata-kata mereka yang
sembrono itu mereka sudah menaruh diri mereka
162 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
di tengah-tengah pertentangan yang barangkali
mereka sendiri tidak ketahui ujung pangkalnya.
Si pemilik warung agaknya merasa keadaan
gawat, ia tidak ikut-ikutan politik, cuma sayang
kalau sampai warungnya kena bencana. Maka
buru-buru ia keluar membawa sedekah makanan
untuk Si Hwesio agar Si Hwesio cepat-cepat pergi.
Ternyata sebelum pergi pun Si Hwesio
mengucapkan terima kasih yang panjang lebar,
dan sekali lagi mengingatkan orang-orang akan
kesengsaraannya. Hwesio itu kemudian berlalu. Dua orang di
pojokan yang bereaksi keras gusar tadi, menunggu
sesaat supaya tidak menyolok gerakannya,
kemudian membayar makan-minum mereka dan
menyelinap keluar lewat pintu samping yang
kurang menarik perhatian. Namun tidak lolos dari
mata Helian Kong, bahwa kedua orang itu
kemudian membuntuti Si Hwesio dari kejauhan.
Ternyata meski dua orang yang bereaksi
gusar tadi bergerak tanpa menarik perhatian, toh
tetap memancing tindakan serupa dari tamu yang
menanggapi kata-kata Si Hwesio tadi. Jadi, Si
Hwesio dibuntuti dua orang, dua orang yang
163 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
membuntuti itu dibuntuti pula Si Tamu tadi. Dan
Si Tamu tadi dibuntuti oleh Helian Kong.
"Wah, makin seru nih....." pikir Helian Kong
sambil melangkah terpincang-pincang. Sekali lagi
ia mengingatkan diri sendiri, bahwa ia baru ingin
"lihat-lihat dulu" dan belum memihak kepada
pangeran yang mana pun. Yang tidak beranjak malahan tiga orang
pendekar ingusan, karena kehijauan pengalaman
mereka belum mampu menangkap situasi. Mereka
masih saja di mejanya sambil makan-minum dan
mengucapkan kata-kata yang gagah-gagah dan
hebat-hebat supaya didengar orang.


Puing Puing Dinasti Karya Stefanus Sp di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Namun Helian Kong malah ngeri mendengarnya, sehingga ketika Helian Kong
hendak meninggalkan warung itu untuk membuntuti orang-orang tadi, dalam hatinya
Helian Kong mendoakan ketiga pemuda itu,
"Semoga panjang umur."
Orang-orang yang saling membuntuti itu
melewati beberapa lorong kota yang berkelokkelok. Si Hwesio yang "memimpin" iring-iringan
saling membuntuti itu masih sempat mampir di
dua kedai lain, bukan untuk menambah
164 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
sedekahnya melainkan untuk menyebar-luaskan
keluhannya tentang wiharanya yang digusur
dengan semena-mena. Satu saat, Si Hwesio tiba di sebuah tempat
sepi, dekat kuburan tetapi masih di dalam batas
kota Lam-khia. Saat itulah dua orang yang
membuntutinya tidak sabar lagi, mereka
mempercepat langkah sambil berteriak, "He,
bangsat gundul, berhenti!"
Si Hwesio berhenti dan membalikkan badan
dengan sikap waspada. "Siapa kalian?" tanyanya
dengan sebelah telapak tangan tegak di depan
dada, sikap yang kelihatannya agak dibuat-buat.
Kedua orang yang menghadang hwesio itu
sama-sama bertampang garang dan bertubuh
tegap. Mereka langsung mendekati Si Hwesio
dengan sikap mengancam, namun Si Hwesio pun
kelihatannya juga tidak gentar, meskipun harus
satu lawan dua. Bahkan Si Hwesio menyeringai dan lebih dulu
mengenali kedua penghadangnya, "He, bukankah
kalian berdua adalah Siang-long (Sepasang
Serigala) yang terkenal" Buat apa kalian jauh-jauh
datang kemari" Kelaparan di kandangmu sendiri?"
165 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Kedua penghadang itu tertegun. Mereka
memang kakak-beradik yang disebut Siang-long,
nama masing-masing adalah Cong Liu dan Cong
Seng, pembunuh-pembunuh bayaran dari wilayah
Kam-siok yang jauh dari Lam-khia. Makanya
mereka tertegun heran bahwa seorang "hwesio
peminta-minta" di Lam-khia bisa mengenali
mereka. Mereka mulai curiga bahwa si hwesio
cuma gadungan. Sementara Si Hwesio masih cengengesan di
hadapan Sepasang Serigala yang sikapnya
mengancam itu. Kata Si Hwesio, "Dan kenapa
kalian menghentikan aku dengan sikap segalak ini"
Aku kan tidak punya utang kepada kalian?"
Cong Liu dan Cong Seng sudah menghunus
senjata-senjata mereka, dan ternyata mereka
masing-masing memiliki senjata berpasangan yang
aneh. Tangan kanan memegang tongkat yang
panjangnya cuma kira-kira empat jengkal, tetapi
penuh dengan kaitan logam yang menghadang ke
berbagai arah, ujung-ujung kaitan tidak
mengkilap melainkan berwarna suram kebirubiruan menandakan kalau diolesi racun. Kaitankaitan itu bisa digunakan untuk merampas senjata
166 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
musuh, tapi kalau melukai kulit juga bisa
membunuh dengan racunnya. Kaitan-kaitan itu
sendiri bisa bergerak-gerak membuka dan
menjepit, digerakkannya melalui sejenis tombol
yang ada di bagian pegangan dari tongkat pendek
itu. Itulah senjata-senjata yang dipasang di
tangan kanan kedua "serigala" itu, sedang tangan
kiri mereka memakai semacam kaus tangan
berwarna keperak-perakan yang sampai ke siku,
sedang di ujung-ujung jari-jari sarung tangan itu
ada kuku-kuku logam yang melengkung dan juga
nampak beracun. Si Hwesio nampak berhati-hati menatap
senjata-senjata itu, katanya, "Wah, wah, wah,
rupanya kalian bersungguh-sungguh ya" Belumbelum sudah mengeluarkan senjata maut kalian.
Sebenarnya apa yang kalian maui?"
"Jawab saja, siapa menyuruhmu menyebarluaskan cerita tentang wihara yang digusur dan
dijadikan puri musim semi itu?"
"Waduh, lucunya, sejak kapan Si Sepasang
Serigala yang selama ini tahunya cuma membunuh
lalu dapat uang, sekarang tiba-tiba peduli kepada
masalah itu" Ini benar-benar lucu."
167 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
"Kami tidak munafik, kami pun lakukan ini
hanya demi uang." "Jadi kalian dibayar suatu pihak untuk
mencegah menyebarnya cerita lama itu?"
"Memangnya kau sendiri tidak dibayar"
Kelihatannya kau bukan hwesio sungguhan. Jubah
pendetamu itu hanya untuk menyelubungi
kegiatanmu." Si Hwesio tertawa terbahak-bahak, "Wah,
wah, wah, mata kalian benar-benar lihai. Memang
benar aku pun hanya orang bayaran, sama dengan
kalian. Kita sama-sama cari makan dengan
menjual jasa, sayangnya kita dibayar pihak yang
berbeda. Bagaimana kalau kita tidak usah bentrok
saja, kalian jalankan tugas kalian dan terima upah
kalian, aku jalankan tugasku dan terima upahku.
Sama-sama enak kan?"
"Kalau penyebaran cerita lama itu belum
berhenti sama sekali, kami belum menerima
separuh upah kami yang tersisa. Jadi kami harus
menghentikannya, termasuk menghentikanmu.
Nampaknya karena kami tidak mampu membujukmu menghentikan mulutmu, maka kami
akan memakai cara praktis kegemaran kami, yaitu
168 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
membuatmu tidak mampu bicara lagi, alias
mampus." "Wah, wah, wah....." Si Hwesio yang ternyata
gadungan itu kini kelihatan tegang, tak terasa
kakinya undur selangkah. Ia sudah kenal
kehebatan Sepasang Serigala ini, dan ini
membuatnya agak tegang. Cong Liu dan Cong Seng di pihak yang yakin
akan membereskan Si Hwesio gadungan. Mereka
tidak membiarkannya lari, maka begitu melihat Si
Hwesio gadungan jelalatan matanya mencari
kesempatan untuk kabur, Cong Seng yang lebih
lincah dari kakaknya itu tiba-tiba melompati
kepala Si Hwesio gadungan, lalu mendarat di
belakangnya, mencegat niat kabur Si Hwesio
gadungan. "Nah, jalan larimu sekarang hanya ke langit,
ke akherat....." kata Cong Liu mengejek.
Si Hwesio gadungan mengeluh perlahan,
"Susah benar cari uang di jaman sekarang. Harus
berkelahi dengan rekan-rekan seprofesi demi
uang." Lalu ia keluarkan segulung tali hitam dari
dalam jubahnya. Waktu keluarnya hanya
169 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
berwujud segulung tali hitam yang gampang
digenggam, namun begitu Si Hwesio gadungan
mengayunkan tangannya, udara sekitarnya
mendadak seperti dipenuhi puluhan ular terbang
hitam yang meliuk-liuk bersambaran. Itulah
bayangan dari tali hitamnya, dan waktu ia
sentakkan tangannya, serempak bayanganbayangan tali itu menghilang kembali dan
menjadi segulung tali hitam seperti wujud aslinya
itu. Siang-long tegang melihat ketangkasan
bermain tali dari Si Hwesio gadungan, sekaligus
membongkar ingatan mereka akan "rekan
seprofesi" yang juga punya nama di wilayah barat
daya. "Kau..... Jiat-so (Si Tali Maut) Duan Po?"
tanya Cong Liu ragu-ragu.
"Benar." "Kenapa kau di sini pula?"
"Kenapa aku di sini" Alasannya sama dengan
alasan kalian berdua, karena Lam-khia sekarang
sedang menjadi lahan subur buat orang-orang
macam kita." 170 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Namun begitu Si Hwesio gadungan mengayunkan tangannya,
udara sekitarnya mendadak seperti dipenuhi puluhan ular
terbang hitam yang meliuk-liuk bersambaran.
171 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
"Tidak peduli kau siapa, bahkan setan dari
neraka sekalipun, aku sudah terima bayaran untuk
membungkam siapa pun yang menyebar-luaskan
cerita lama itu. Nah, Duan Po, bersiaplah untuk
menerima kematianmu."
"Ah, kau memegang teguh kepercayaan
langganan. Aku pun akan memegang teguh
kepercayaan orang yang mengupah aku....." sahut
Duan Po Si Tali Maut sambil memutar-mutar
talinya. Pada detik pertarungan hendak dimulai, tibatiba dari balik sebatang pohon terdengar suara
dingin, "Wah, ini tidak adil, masa dua lawan satu?"
Lalu dari balik pohon itu muncul orang yang
tadi di warung menanggapi Duan Po ketika Duan
Po bicara tentang penggusuran wihara itu.
Orangnya kurus, kulitnya agak hitam, pakaiannya
cukup bagus namun agak kedodoran karena tidak
pas dengan tubuhnya yang kurus. Waktu ia
meraba ke pinggangnya, tahu-tahu di tangannya
sudah tergenggam sebatang pedang lemas yang
batangnya bergetar terus-menerus. Sejenis
pedang yang bisa dipakai sebagai ikat pinggang,
172 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
itulah senjata yang sangat khusus, hanya
segelintir pandai besi yang bisa membuatnya.
"Siapa kau?" tanya Cong Liu beringas.
"Aku bukan orang sejenis denganmu, jadi kau
mungkin belum pernah mendengar namaku."
"Sebut saja namamu, Si Tikus atau Si Celurut
atau entah apa, supaya kami tidak membunuh
orang tak bernama." Bukannya gusar, Si Pemegang Pedang Lemas
itu malahan tertawa-tawa, "Yah, kalau kau mau
panggil Si Tikus atau Si Celurut, ya semaumulah.
Pokoknya aku mau ikut berkelahi, di pihak Duan
Po." "Siapa yang mengupahmu?"
"Aku bertindak begini bukan demi uang,
tetapi demi masa depan yang kuharapkan cerah.
Bukankah sudah kubilang tadi, aku tidak sama
dengan kalian?" Cong Liu habis sabar, ia memberi isyarat
kepada adiknya, dan Sepasang Serigala itu pun
bergerak serempak menerkam lawannya masingmasing.
Cong Liu menerkam ke arah Si Pedang Lemas
yang tidak mau menyebutkan namanya itu. Kuku173
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
kuku logam di tangan kirinya sengaja digerakgerakkan dengan cepat di depan Si Pedang Lemas
untuk memecahkan perhatian lawannya, sementara tongkat pendek berkaitnya menunggu
peluang untuk menggores kulit di tubuh lawan.
Kulit yang di bagian tubuh mana saja, asal bisa
memasukkan racunnya ke tubuh lawan.
Si Pedang Lemas melangkah berputar-putar
sambil waspada, ia tidak mau hanya mengawasi
salah satu senjata lawan, melainkan keduaduanya. Tiba-tiba ia melangkahkan sebelah
kakinya maju, seakan hendak menikam, ternyata
hanya menggetarkan pedang tipisnya sehingga
bayangannya seolah memenuhi di depan
tubuhnya. Begitulah, kedua pembunuh bayaran yang
berlainan pihak itu untuk beberapa saat hanya
saling mengganggu dengan gerakan-gerakan tak
berarti, menunggu saat untuk melancarkan
gebrakan yang sungguh-sungguh.
Cong Liu rupanya lebih tidak sabar bermain
kutak-katik demikian, suatu saat ia pun


Puing Puing Dinasti Karya Stefanus Sp di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menerkam ganas dengan dua senjatanya
sekaligus. Senjata di tangan kiri hendak mencabik
174 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
muka, pentung pendek bergerigi lengkung di
tangan kanannya menghantam perut dari arah
samping. Jilid IV Si Pedang Lemas berkelit sambil menebarkan
lengannya, dan tiba-tiba saja di depan tubuhnya
seperti terbentuk semacam "jala" keperakperakan dari bayangan pedangnya, jadi Cong Liu
seperti sedang memasukkan diri sendiri ke "jala"
itu untuk memotong-motong tubuhnya sendiri.
Namun jagoan sekaliber Cong Liu tidak
mudah menjadi bingung menghadapi tipu
bayangan senjata macam itu, biarpun harus
mempertajam matanya, ia dapat mengenali
pedang musuh yang asli dan yang asli itulah yang
dihantamnya dengan tongkat pendeknya, bahkan
langsung hendak dijepitnya dengan pengaitpengait yang bisa dimainkan dari pegangan
senjatanya itu. 175 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
"Jala pedang" kontan lenyap, namun Si
Pedang Lemas belum kalah, sambil melejit ke
samping ia menggerakkan pedangnya meliuk-liuk
seperti seekor ular perak, mencoba menerobos
pertahanan Cong Liu. Pertarungan kedua jagoan kelas menengah
ini cukup seru, keduanya cukup cakap dalam
memainkan senjatanya masing-masing dalam gaya
masing-masing pula. Cong Liu bagaikan serigala
yang ganas, menerkam dan menerjang dengan
buas, namun sebenarnya cermat juga dan tidak
ngawur, buktinya apabila diperlukan dia telaten
juga main saling menunggu dengan lawan dengan
gerakan- gerakan palsu. Sedang Si Pedang Lemas lebih tepat disebut
penari pedang daripada pendekar pedang, kalau
dilihat gerakannya yang indah dan beraneka
ragam. Kadang pedangnya membentuk jala
cahaya keperakan, kadang meliuk-liuk bagai ular,
kadang tercurah bertitik-titik bagai air hujan.
Namun si "penari pedang" dengan pedangnya yang
setajam pisau cukur dan ketepatan arahnya,
membuat ia jadi "penari maut" yang bisa
176 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
membuat Cong Liu jadi beberapa potong kalau
lengah. Helian Kong mengintip di tempat sembunyinya, dan ia melihat orang-orang yang
berkelahi itu tidak ubahnya para pangeran sendiri
yang berkelahi. Ternyata, masing-masing pangeran punya "orang-orang bawah tanah" untuk
memperlancar maksud-maksud mereka menuju
tahta dinasti Beng. Siang-long mudah ditebak,
tentu dibayar oleh pihaknya Pangeran Hok-ong,
karena berusaha menghentikan menyebarnya
cerita lama yang merugikan nama Pangeran Hokong, selagi pangeran itu mencoba merebut
simpati orang banyak dengan bubur gratisnya.
Sedang lawan-lawan Siang-long pasti dari saingansaingan Pangeran Hok-ong, tetapi pangeran yang
mana" Di Lam-khia sudah berkumpul lima
pangeran keturunan dinasti Beng, berkumpul
namun tidak ada yang sudi lebih dulu merendah
untuk menemui pihak yang lain.
Helian Kong yang belum menentukan akan
memihak ke pangeran yang mana, dengan
sendirinya juga tidak ingin memihak dalam
pertempuran antar kaki tangan para pangeran itu.
177 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Tetapi ia memperhatikan kemampuan tempur
orang-orang itu, siapa tahu suatu kali ia berurusan
dengan mereka" Namun Siang-long Cong Bersaudara serta
Jiat-so Duan Po sudah pernah Helian Kong dengar.
Si Pedang Lemas itulah yang belum diketahui
namanya, tetapi Helian Kong berani memastikan
bahwa orang itu berasal dari perguruan Cong-lampai kalau dilihat dari gaya main pedangnya.
"Namun tidak berarti perguruan itu memihak
kepada salah satu pangeran. Bisa jadi hanya salah
seorang anggotanya yang mengambil sikap secara
perorangan." pikir Helian Kong.
Lalu dilihatnya pertempuran yang lainnya,
antara Si Tali Maut Duan Po melawan "serigala
kedua" Cong Seng. Keduanya nampak masih
seimbang. Tali hitam Duan Po digerakkan amat
mahir sehingga tali itu seolah-olah puluhan ular
hitam bernyawa yang beterbangan di udara, bisa
menerkam dan menjerat dari mana saja, bahkan
dari belakang tubuh musuhnya karena tali itu
cukup panjang. Gaya berkelahi Cong Seng mirip kakaknya,
ganas dan buas, tapi juga ada bedanya. Ia
178 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
memiliki kelincahan dan kecepatan gerak melebih
kakaknya, namun tidak sekuat kakaknya.
Menghadapi lingkaran-lingkaran tali hitam yang
seolah hendak menjeratnya dari berbagai
penjuru, untuk sementara Cong Seng berada
dalam posisi bertahan saja. Sepasang senjatanya
terlalu pendek untuk menggapai lawannya yang
"berkepompong" di dalam bayangan-bayangan tali
hitamnya. Kemudian Cong Seng menggunakan suatu
akal yang cerdik, perlahan ia bergeser dari
jalanan yang lapang, ke lereng kuburan yang
banyak pepohonannya. Ia berharap di tempat
yang banyak pepohonan itu maka permainan tali
hitam Duan Po akan jadi kurang leluasa.
Ternyata, meski benar bahwa Duan Po tidak
seleluasa tadi, ia tetap saja hebat dengan tali
panjangnya. Meskipun sekarang harus lebih
berhati-hati agar talinya tidak tersangkut atau
terlibat di pepohonan dan batu-batu nisan di
kuburan itu. Dan sekarang Cong Seng dapat sedikit leluasa
untuk membalas serangan, sambil berputar-putar
179 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
dan berloncatan di antara pohon-pohon dan batu
nisan. Diam-diam Helian Kong harus bergeser
sedikit di tempat sembunyinya, agar dapat
mengawasi seluruh arena dengan bebas, gara-gara
bergesernya tempat pertarungan Cong Seng dan
Duan Po. Puluhan gebrak berlangsung, kedua pihak
sulit memastikan akan keluar sebagai pemenang,
ataukah terkapar sebagai pecundang tak
bernyawa. Mereka sudah tahu resiko itu, sejak
mereka menerjuni "pekerjaan" sebagai pemburu
nyawa upahan. Saat itu adalah siang hari bolong, namun
jalan di dekat kuburan sepi-sepi saja, juga
meskipun tempat itu masih di dalam lingkungan
tembok yang melingkari kota besar Lam-khia. Ada
seorang lelaki dan anaknya yang muncul di ujung
jalan, bermaksud melewati tempat itu, namun
waktu melihat ada perkelahian di tempat itu
mereka pun terbirit-birit menjauh.
Keempat orang yang berkelahi itu mulai
sadar, bahwa masing-masing punya ketrampilan
yang seimbang dengan lawan masing-masing,
180 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
dengan demikian urusannya sekarang adalah adu
panjangnya napas. Siapa yang lelah duluan, dialah
yang juga akan berangkat duluan ke akherat. Atau
terjadi perkembangan yang di luar perhitungan.
Sambil menyaksikan keempat orang itu baku
hantam secara sengit, Helian Kong sebagai
penonton gelap diam-diam berpikir juga, "Entah
keterangan apa yang bisa kudapat dari menonton
perkelahian ini" Dan apakah aku juga akan
melihat saja kaki tangan para pangeran ini mati
bersama?" Dan macam-macam pikiran lain berseliweran
di benak Helian Kong saling membantah dan
saling mendukung. "Kalau ada korban jiwa di antara para kaki
tangan pangeran-pangeran ini, tidakkah persaingan antar pangeran bertambah sengit, dan
pertentangan atau perpecahan makin dekat?"
"Ah, tidak, hakekatnya para pangeran tidak
peduli nyawa orang-orang upahan ini. Orangorang upahan ini barangkali juga tidak pernah
tahu siapa yang mengupah mereka, mereka hanya
disuruh lakukan ini-itu oleh orang-orang suruhan
pula." 181 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Selagi Helian Kong berpikir-pikir, mendadak
dari belakang sebuah nisan besar terdengar suara
orang, keras dan sengit, "Kalian berempat
menjemukan! Kalian hanya bikin ribut dan
mengganggu tidurku!"
Lalu muncul seorang dari balik nisan. Tadinya
orang itu berbaring di tanah di bawah keteduhan
sebatang pohon, sekarang ia bangkit memperlihatkan dirinya. Seorang lelaki berusia
empat puluhan tahun yang tubuhnya langsing
berotot, pakaiannya kumal, tatapan matanya
tajam menggidikkan, ditambah dengan sebuah
luka bekas senjata yang menyilang mata kirinya.
Pada ikat pinggangnya terselip sebatang pedang
yang amat jelek, tanpa sarung. Pedang itu kusam,
tidak mengkilap, bahkan ada karatnya dan
mungkin berasal dari darah yang tidak
dibersihkan. Gagang pedangnya dari kayu yang
dibuatnya sembarangan saja, dibalut kain-kain
gombal aneka warna agar tidak licin kena keringat
kalau sedang digunakan untuk bertempur.
Di tempat persembunyiannya, Helian Kong
langsung mengenalinya sebagai pembunuh 182 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
bayaran pula, yang dikenal julukannya sebagai Si
Pedang Buruk, sedang namanva entah siapa.
"Tambah ramai nih....." kata Helian Kong
dalam hatinya. "Entah Si Pedang Buruk ini sudah
jadi kaki tangan pangeran yang mana?"
Munculnya Si Pedang Buruk dengan suaranya
yang cukup berpengaruh dan garang itu, membuat
pertarungan berhenti. Orang-orang yang berkelahi
saling berlompatan menjauh, bukan saja untuk
melihat siapa yang datang, melainkan juga untuk
memperbaiki napas yang terengah-engah. Keempat orang itu, tanpa kecuali, sudah mandi
keringat dan terengah napasnya.
Agaknya Cong Liu langsung mengenali Si
Pedang Buruk, tanyanya, "Sobat yang digelari Si
Pedang Buruk, di pihak mana kau berdiri?"
"Aku belum seberuntung kalian, yang sudah
mendapat tempat untuk menyewakan tenaga
kalian, itulah sebabnya aku masih menggelandang, tidur di sembarang tempat dan
makan tidak teratur. Sekarang, tidurku pun
terganggu oleh berisiknya kalian berkelahi tak
sudah-sudahnya." 183 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Si Tali Maut Duan Po tertawa, "Aku
bersimpati kepadamu, Sobat. Sekarang daripada
kau luntang-lantung, berpihaklah kepada kami.


Puing Puing Dinasti Karya Stefanus Sp di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bantu kami menyembelih kedua serigala ini, akan
ada hadiah buatmu." "Benar," sambung Si Pedang Lemas, bahkan
untuk memperkuat tawarannya, ia langsung
mengeluarkan sepotong kecil emas berbentuk
persegi yang ditaruh di telapak tangan kirinya
untuk ditunjukkan. Rupanya dia sadar, tanpa ada
perubahan keseimbangan, maka kedua pihak
hanyalah saling adu panjang napas, dan entah
kapan selesainya pertempuran. Kalau beruntung,
pihak sendiri yang keluar sebagai pemenang.
Kalau nasib sial, ia dan rekannya Si Hwesio
gadunganlah yang akan terkapar jadi mayat di
situ. Si Pedang Buruk hilang kantuknya melihat
potongan emas itu. Ia menatapnya lama-lama
sambil mengusap-usap dagunya, namun tidak
buru-buru menerima tawaran itu. Malah menoleh
kepada sepasang serigala sambil bertanya, "Nah,
apa tawaran kalian" Kalau tawaran kalian lebih
tinggi, tentu saja aku membantu kalian."
184 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Buat orang-orang dari luar kalangan para
pembunuh bayaran, tawar-menawar begitu bisa
jadi amat memuakkan, tetapi di kalangan para
pembunuh bayaran itu adalah hal biasa. Duan Po
dan Si Pedang Lemas pun harus siap-siap terima
resiko kalau tawarannya kalah unggul dari lawan
mereka. Namun mereka boleh lega melihat Cong
Bersaudara kelabakan, agaknya mereka tidak
membawa uang kontan yang cukup banyak untuk
menandingi tawaran Si Pedang Lemas kepada Si
Pedang Buruk. Tetapi Cong Seng tidak putus asa, katanya
kepada Si Pedang Buruk, "Sobat, kami memang
tidak bawa uang kontan sekarang ini, tapi kami
bisa memperkenalkanmu dan membawamu ke
lingkungan orang yang bermasa depan cerah
karena mendukung calon yang berpeluang paling
besar menjadi Kaisar di negeri ini. Saat itu
jangankan cuma sepotong emas kecil, sekotak
besar pun mudah kau dapatkan."
Begitulah, kedua pihak berebut menawarkan
iming-iming untuk menarik Si Pedang Buruk ke
pihaknya. 185 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Di tempat sembunyinya, Helian Kong ikut
tegang juga. Pihak yang dibantu Si Pedang Buruk
pasti akan menang dan lawan-lawannya akan
mati. Helian Kong tidak memihak siapa-siapa,
namun ia merasa wajib mencegah pertumpahan
darah di antara kaki tangan para pangeran yang
bisa memperburuk hubungan antar pangeran,
padahal persatuan sedang dibutuhkan.
Sementara itu Si Pedang Buruk sudah
mengambil keputusan, "Sekeping kecil emas yang
sudah di depan mata, jauh lebih baik dari sekotak
intan berlian yang masih di angan-angan. Sobat
yang berpedang lemas, aku di pihakmu!"
"Pilihan yang bijaksana!" puji Duan Po, lalu
tatapan matanya mengejek Sepasang Serigala,
begitu pula mulutnya. "Jangan sesali nasibmu.
Mestinya tadi kalian bawa banyak emas."
Sementara Cong Liu mencaci Si Pedang
Buruk, "Dasar otak kerbau, tidak punya wawasan
ke masa depan!" Si Pedang Buruk melangkah memasuki
gelanggang, katanya dingin menyeramkan, "Kau
akan membayar mahal untuk ucapanmu itu."
186 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Pertempuran babak kedua pun akan dimulai,
dengan perimbangan yang berubah. Tiga lawan
dua. Kehadiran Pedang Buruk di pihak golongan
penyebar desas-desus adalah jaminan kemenangan. Sepasang Serigala juga menyadari itu, namun
mereka tidak takut mati. Sudah terbiasa, resiko
pekerjaan mereka. Ternyata pertempuran yang hampir mulai itu
harus tertunda lagi, sebab dari suatu tempat
tersembunyi terdengar suara, "Tawaran yang
menarik. Menjadi orang bawahan calon Kaisar di
negeri ini, dan mendapat kedudukan enak. Aku
jadi tertarik....." Kelima orang itu serempak menoleh, dan
melihat munculnya seorang pengemis yang
mukanya amat kotor penuh dengan tanah.
Bertangan kosong, tidak membawa senjata apa
pun. Sebenarnya pengemis itu bukan lain adalah
Helian Kong yang akhirnya memutuskan untuk
muncul. Alasannya bukan untuk mendapatkan
hadiah, itu alasan bohong-bohongan saja. Helian
Kong hanya ingin mencegah pembantaian yang
187 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
akan memperpanas hubungan antar pangeran
serta ingin memasuki lingkungan orang-orang
jenis ini, untuk mencari tahu lebih banyak.
Helian Kong sengaja mengotori mukanya
dengan tanah, agar wajahnya sulit dikenali, juga
tidak membawa pedang Tiat-eng Po-kiam sebab
pedang itu sering membuka identitasnya baik
sebagai ketua perguruan Tiat-eng-bun maupun
pahlawan dinasti Beng yang terkenal.
Itulah sebabnya kemunculan Helian Kong
tidak menimbulkan kegentaran di pihak yang
hendak dilawan, sebaliknya juga tidak menimbulkan harapan di pihak yang hendak
dibantunya, yaitu Sepasang Serigala.
Duan Po tertawa mengejek sambil gelenggeleng kepala, "Astaga, jembel macam ini pun
mau ikut dalam permainan berbahaya ini?"
Helian Kong sengaja bersikap "amatiran",
sambil tertawa cengengesan dia menjawab
dengan lagak malu-malu, "Ya..... apa salahnya
memperjuangkan masa depan" Aku dulu jagoan
bertinju di desaku Iho."
Para pembunuh bayaran itu, di pihak
manapun, sama-sama tertawa geli. Bahkan
188 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Sepasang Serigala yang sedang terancam maut itu
pun merasa mendapat sedikit hiburan sebelum
ajal mereka. Kata Duan Po pula, "He, jembel, ini
bukan urusan main-main. Mengerti?"
Helian Kong berlagak penasaran dan
memelototkan matanya, "Siapa bilang aku mainmain" Aku sungguh-sungguh. Aku sudah terjepit
dan susah mendapat lapangan kerja, dulu berjual
buah-buahan gagal, berdagang juga bangkrut, jadi
apa salahnya cari nafkah dengan ketrampilanku
berkelahi?" "Mana senjatamu?"
Helian Kong menunjukkan sepasang tinjunya,
"Dulu di kampung, pernah kubekuk dua maling
ayam bersenjata hanya dengan kedua tangan
kosong ini. Buat apa senjata?"
Cong Liu biarpun pembunuh bayaran namun
merasa iba juga kepada "jembel tolol" ini. "Bung,
minggirlah. Terima kasih atas niatmu hendak
membantu kami berdua, tetapi nyawamu bisa
amblas karenanya. Jadi minggir sajalah."
"Tidak! Kalau jembel yang itu boleh ikut
mengadu nasib di sini dan mendapat sekeping
emas....." kata Helian Kong sambil menuding Si
189 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Pedang Buruk yang tampangnya memang mirip
jembel juga. "..... kenapa aku tidak boleh"
Apakah karena jembel yang itu mempunyai
pedang rongsokan itu" Kalau itu syaratnya, aku
pun dengan gampang akan menemukan pedang
yang bahkan lebih bagus dari itu, di tempat
barang apkiran para tukang besi!"
"Si jembel dengan pedang rongsokan itu
bukan sembarang orang. Kau mau tahu siapa dia?"
"Aku tidak peduli siapa dia. Pokoknya aku
mau memperjuangkan masa depanku lewat cara
ini. Kalau aku tewas, itu nyawaku sendiri dan
tidak perlu orang lain risau. Ayo mulai berkelahi,
aku di pihak dua orang ini (maksudnya Sepasang
Serigala)." Cong Bersaudara tidak mencegahnya lagi,
"Terserahlah. Kalau ingin mati dengan cara ini,
matilah." Para pembunuh bayaran itu mulai bersiapsiap bertempur. Mereka mulai saling menggeser
langkah berkeliling, mengincar sasaran, memainkan langkah-langkah jebakan, menggerakgerakkan senjata tapi belum dalam serangan
sungguh-sungguh. Dan dari kedua belah pihak
190 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
tidak ada yang menggubris Helian Kong si "jagoan
kampung". Mereka benar-benar menganggap
Helian Kong bukan apa-apa.
Ternyata Helian Kong sendiri menikmati
"permainannya" itu. Berperanan sebagai "bukan
apa-apa" sambil berpikir. "Dalam urusan yang
serba sungguh- sungguh, ada baiknya juga sedikit
permainan untuk menjadi penyegar dalam segala
sesuatu." Helian Kong pun ikut bergeser kesana kemari
sambil memainkan beberapa gerak kembangan.
Dan ia semakin dipandang remeh, sebab gerak
kembangan yang ditunjukkannya adalah dari Tamcap Hoa-hong, suatu rangkaian gerak dasar silat
yang amat terkenal di Cina Utara. Terdiri dari
jurus-jurus Tam-cui, Cap-kun, Hoa-kun dan Hongbun. Begitu umum sampai setiap bakul obat di
pinggir jalan bisa memainkannya dengan baik.
Itulah gerak silat yang lebih pantas disebut senam
kesehatan daripada jurus-jurus tempur.
Duan Po tertawa geli, tetapi Si Pedang Buruk
yang pendendam itu merasa jemu, ia masih
marah mendengar kata-kata Helian Kong tadi,
yang meremehkannya. 191 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Katanya, "biar kusingkirkan dulu jembel tak
tahu diri ini ke akherat. Takkan melebihi satu
jurus!" Cong Bersaudara merasa kasihan, tetapi
menolong diri sendiri pun mereka entah bisa
entah tidak, jangankan menggubris orang lain.
Sementara Si Pedang Buruk telah meluncur
bagaikan ular meluncur di air, dengan ujung jarijari tangan kirinya ia menotok ke tenggorokan
Helian Kong. Ia bahkan terlalu sombong untuk
tidak menggunakan pedang jeleknya. Ia tidak mau
menambah karat-karat bekas darah di pedang
jeleknya itu dengan karat darah seorang "jembel
tolol", sedang karat-karat di pedangnya yang ada
sekarang berasal dari darah jago-jago ternama
yang menjadi korbannya. Kebetulan Helian Kong juga jemu dengan Si
Pedang Buruk ini, sejak pertama kali melihatnya
di sebuah warung di luar kota Lam-khia. Orang
macam ini dalam pandangan Helian Kong
hanyalah memperkeruh keadaan, bisa dibeli siapa
saja yang punya uang. Tetapi Helian Kong masih
ingin sedikit "bermain-main", maka serangan
tangan kosong Si Pedang Buruk itu disambutnya
192 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
hanya dengan jurus tukang jual jamu yang sangat
umum, disebut Heng-shia-tan-pian (Miringkan
Tubuh dan Menggantungkan Cambuk), tangan kiri
menepis dengan telapak tangan ke pergelangan
tangan musuh, tangan kanan dengan punggung
kepalanya menghantam ke siku lawan. Inilah jurus
yang terlalu sering dipertontonkan tukang-tukang
jual jamu di pinggir jalan.
Ternyata jurus sederhana ini mengejutkan Si
Pedang Buruk, karena kecepatan, ketepatan dan
kekuatan yang terkandung di dalamnya yang bisa
dirasakan lawannya. Seperti lidah ular yang
ditarik masuk kembali ke mulutnya, begitu Si
Pedang Buruk menarik tangannya cepat-cepat.
Helian Kong kembali tertawa cengengesan
"He-he-he, pukulanku lumayan ya" Bisa untuk
modal memperjuangkan masa depan."


Puing Puing Dinasti Karya Stefanus Sp di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Waktu itu, baik Sepasang Serigala maupun
Duan Po dan Si Pedang Lemas belum saling
bergebrak sungguh-sungguh sehingga mereka
sempat melihat gebrakan antara Si Pedang Buruk
dan Si "jago kampung " itu dan mereka tercengang
melihat serangan pertama Si Pedang Buruk
193 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
dipunahkan begitu mudah oleh sebuah gerak tipu
sederhana. Si Pedang Buruk malu dan gusar. Kalau ia
kalah dari teknik-teknik silat tingkat tinggi macam
Lo-han-kun (Pukulan Arhat) atau yang sekelas
dengan itu, ia tidak malu. Tapi serangannya
dipatahkan oleh jurus tukang jamu.
"Jembel, dari mana kau belajar pukulan itu?"
Helian Kong sengaja hendak meruntuhkan
kesombongan Si Pedang Buruk, jawabnya pun
seenaknya, "Dulu waktu kecil aku sering
menonton tukang obat main silat di pasar, aku
tirukan, eh, ternyata bisa. Maling ayam saja
roboh kena pukulanku, apalagi hanya kau."
Dengan kalimat terakhir itu, Helian Kong
sengaja menaruh "ranking" Si Pedang Buruk di
bawahnya maling ayam. Sementara Cong Seng mengejek Si Pedang
Buruk, "Wah, katanya tidak akan melebihi satu
jurus?" Si Pedang Buruk menggeram, pedang
karatannya tiba-tiba membuat gerak melengkung
ke atas seperti pelangi, secepat kilat, hendak
194 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
membelah dua tubuh Helian Kong mulai dari
ubun-ubun sampai ke pantat.
Helian Kong tahu orang itu sudah marah dan
ia tidak berani bermain-main lagi. Ia tidak berani
memainkan Tam-cap-hoa-hong lagi untuk meladeni Si Pedang Buruk.
Si Pedang Buruk sudah yakin pedangnya akan
membelah tubuh Si "jembel" karena ia sudah
gunakan seluruh kemampuannya. Ternyata
pedang karatannya tetap saja cuma membelah
angin, bahkan ia tidak tahu secara jelas apa yang
terjadi, waktu merasa lengannya terguncang lalu
tubuhnya terhuyung-huyung ke belakang.
"He-he-he..... benar tidak kataku tadi, kau
tidak lebih hebat dari maling ayam yang
menggerayangi kampungku dulu." ejek Helian
Kong pula. "Aku ini jelek-jelek dulu bekas anggota
ronda malam di kampungku lho."
Sekarang penilaian para pembunuh bayaran
itu terhadap Helian Kong berubah. Sepasang
Serigala jadi timbul harapan kembali, Si "jembel"
itu mampu diandalkan menghadapi Si Pedang
Buruk. Dengan semangat itu mulailah dua Saudara
Cong itu menerjang ke arah Duan Po dan Si
195 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Pedang Lemas, dan mereka bertempur seperti
tadi, seperti sebelum munculnya Si Pedang Buruk
dan Si "jembel".
Si Pedang Buruk sendiri sadar, kalau sampai
kejadian itu tersebar luas, hancurlah kepercayaan
orang terhadap dirinya, dan takkan ada lagi yang
mau menyewa jasanya sebagai pembunuh
bayaran. Satu-satunya jalan untuk "mempertahankan nafkah" ia harus mencincang Si
"jembel". Dia bangkit, lalu dengan pedangnya dia mulai
menyerang gencar dan ganas ke arah Helian Kong.
Meski pedangnya jelek, namun permainan
pedangnya tidak jelek. Permainan pedangnya
sama sekali mengabaikan keindahan gerak,
sebaliknya hanya mengandalkan gempuran bertubi-tubi yang ganas dan penuh semangat
membunuh. Gaya tempurnya membuat ia juga
kurang menaruh perhatian pada soal kuda-kuda.
Helian Kong meladeni dengan hati-hati, tidak
cengengesan lagi. Namun ia tetap yakin bahwa
dengan tangan kosong pun ia akan dapat
menundukkan lawan yang ganas ini.
196 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Si Pedang Buruk menggeram, pedang karatannya tiba -tiba
membuat gerak melengkung ke atas seperti pelangi, secepat
kilat, hendak membelah dua tubuh Helian Kong mulai dari
ubun-ubun sampai ke pantat.
197 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Belasan gebrak berlangsung, Helian Kong
cuma berkelit atau menghindar tanpa membalas
menyerang satu pukulan pun. Ia mengambil
kesempatan untuk mengamati gaya permainan
lawannya. Biarpun Helian Kong tidak membalas, namun
ketangkasannya menghindari serangan-serangan Si
Pedang Buruk yang rapat dan cepat serta bertubitubi sampai belasan gebrakan itu mengherankan
Si Pedang Buruk sendiri. Mulai terbuka matanya
bahwa Si "jembel" ini bukan orang yang sekedar
ingin main untung-untungan seperti kata-katanya
sendiri tadi. Sementara ketajaman mata Helian Kong
sendiri mulai melihat betapa lawannya lemah di
bagian bawah, pada kuda-kudanya. Lawannya
kelewat bernafsu melakukan sabetan pedang
berantai sehingga tubuhnya sering mengambang
di tanah. Satu kali Si Pedang Buruk menerjang dengan
sebuah gerak mengiris dari kanan bawah ke kiri
atas. Helian Kong dengan tabah menanti sampai
pedang lawan dekat benar dengan tubuhnya,
198 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
tahu-tahu menjatuhkan diri secepat kilat sambil
menyapukan kakinya ke kaki Si Pedang Buruk.
Sekian lama Helian Kong tidak membalas, Si
Pedang Buruk menyangka Si "jembel" tidak
mampu membalasnya biarpun ketrampilannya
menghindar cukup mencengangkan. Si Pedang
Buruk tidak siap, tidak menduga Helian Kong
dapat membalasnya dengan cara itu. Maka
tersapulah kakinya dan ia jatuh terduduk dengan
pantat teposnya menghantam tanah begitu keras.
Ia memang kaget, namun sebagai tukang
berkelahi yang penuh pengalaman, ia masih
sempat dalam posisi duduk memutar tubuhnya
membacok Helian Kong. Di luar dugaan Helian Kong berguling lagi
begitu cepat dan sepasang kakinya menjepit leher
Si Pedang Buruk serta menjatuhkannya ke tanah.
Menyusul tumit Helian Kong menghantam rahang,
Si Pedang Buruk demikian keras, membuat
pembunuh bayaran itu tidak sadarkan diri.
Begitulah, sekian lama Helian Kong tidak
membalas, dan sekali membalas dengan
serangkaian "permainan bawah" maka lawannya
pun tidak berkutik lagi. 199 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Dengan geram Helian Kong mematahkan
pedang karatan yang sudah makan banyak jiwa itu
menjadi empat potong. Runtuhnya Si Pedang Buruk yang menjadi
andalan Duan Po serta Si Pedang Lemas, membuat
semangat tempur mereka pun melorot tajam.
Mereka sama-sama berpikir, kalau tidak buru-buru
kabur bisa-bisa mampus di tempat itu.
Si Tali Maut Duan Po tiba-tiba membentak,
menggetarkan tali hitamnya sehingga berubah
seperti kabut menutupi tubuhnya. Si Pedang
Lemas juga menggetarkan pedangnya demikian
rupa membentuk "jala pedang" menjadi tirai bagi
dirinya. Buat yang belum berpengalaman, pertunjukan macam itu barangkali terlihat
menakjubkan, namun sebenarnya itulah tipu-tipu
untuk persiapan melarikan diri, tipu yang tidak
punya daya gempur. Dan memang sesaat kemudian, kedua orang
itu pun memutar tubuh dan kabur terbirit-birit.
Cong Liu dan Cong Seng hendak mengejar,
tetapi Helian Kong mencegahnya, "Tidak perlu
dikejar." 200 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Kalau tadi Cong Liu dan Cong Seng merasa
iba kepada Si "jembel" yang mereka kira akan
mati konyol di tangan Si Pedang Buruk, tentu saja
sekarang sikap mereka lain setelah melihat Si
Pedang Buruk yang pingsan tergeletak di tanah.
Tidak banyak orangnya di seluruh Cina yang bisa
merobohkan Si Pedang Buruk hanya dalam belasan
gebrakan, apalagi hanya dengan tangan kosong
sedangkan Si Pedang Buruk memegang pedang
mautnya yang terkenal. Sikap dua Saudara Cong
itupun berubah amat sungkan kepada Helian.
Cegahan Helian Kong tadi tak berani mereka
bantah. "Kenapa tidak kau biarkan kami mengejar
mereka" Mereka masih bisa menyebarkan fitnah
tentang wihara yang di gusur itu, sedangkan kami
diupah untuk mencegahnya."
"Cerita tentang wihara yang digusur itu
bukan fitnah, tetapi memang kebenaran."
"Biarpun kebenaran, tetapi harus dibungkam.
Kami sudah diupah untuk menutupi."
"..... biarpun kebenaran?"
"Sobat, kau tahu, orang-orang yang bekerja
macam kita ini, yang penting uang. Benar atau
201 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
tidak benar itu bukan urusan kami. Kami diupah
untuk melakukan sesuatu, kami jalankan sebaikbaiknya agar kami tetap dipercaya melakukan
pekerjaan kami." Helian Kong seperti diguyur air dingin
kepalanya, ia begitu menggebu omong soal
kebenaran, sampai lupa yang dihadapinya bukan
kaum idealis macam Li Teng Kok atau Puteri
Tiang-ping, melainkan kaum yang cuma memburu
uang. Helian Kong buru-buru menahan mulutnya,
ia khawatir kalau dirinya terlalu cerewet soal
kebenaran, yang diajaknya bicara akan curiga dan
mempersulit niat Helian Kong untuk bergabung
dengan "kaum bawah tanah" ini.
Maka Helian Kong pun tertawa cengengesan,
berlagak menjadi orang sejenis dengan Sepasang
Serigala ini, katanya, "Ya, dalam jaman sesulit
ini, siapa peduli benar atau tidak benar" Pokoknya
dapat duit, habis perkara."
"Itu baru betul," puji Cong Seng.
"Sekarang Si Pedang Buruk ini akan kita
apakan?" 202 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
"Ikat saja di pohon, biarkan sampai sadar
sendiri. Setelah sadar nanti, biar dia tahu bukan
dia satu-satunya jagoan di kolong langit ini."
Dua saudara Cong menuruti kata-kata Helian
Kong itu, dan melaksanakannya. Tubuh Si Pedang
Buruk diikat di pohon di pinggir jalan sepi itu.
Pengikatnya adalah ikat pinggangnya sendiri.
Kemudian Helian Kong mengutarakan maksudnya kepada dua saudara Cong itu.
Lagaknya sambil menggosok-gosokkan sepasang
telapak tangannya dan cengar-cengir, "Eh, Bung
berdua, tadi Bung bilang bisa mengajak orang
menikmati masa depan yang gemilang dengan
mengabdi orang yang bakal menjadi Kaisar negeri
ini. Aku ini sekarang masih menganggur, kalau
bisa....." "Aku tahu, aku tahu," tukas Cong Liu sambil
menepuk-nepuk pundak Helian Kong dengan
ramah. "Kau hebat, Sobat, bisa merobohkan Si
Pedang Buruk. Tetapi kami sendiri cuma orang
upahan, tidak berhak merekrut tenaga baru."
"Kalau begitu, antar saja aku kepada orang


Puing Puing Dinasti Karya Stefanus Sp di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang mengupah kalian, biar aku sendiri bicara
dengan dia." 203 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
"Ingin sekali kami mengabulkan permintaanmu, Sobat, siapa tidak senang punya
kawan sehebat kau" Tetapi kami tidak bisa
menemui orang itu, sebab kami tidak tahu dimana
tempatnya, orang itulah yang datang mencari
kami." "Kapan dia ketemu kalian?"
"Tidak bisa dipastikan. Tetapi kapan saja dia
ketemu kami, kami akan bicarakan tentang
dirimu, eh, dari tadi kami belum tahu namamu."
Enteng saja Helian Kong menyebut sebuah
nama asal jadi, "Namaku Ek Beng-ti, dari Kamsiok."
"O, pantas, logat bicaramu bukan logat orang
sini. Baik, akan kami katakan namamu kepada
orang yang mengupah kami itu." janji Cong Liu.
"Bukan hanya menceritakan, tetapi juga
memuji-mujimu, Sobat Ek," tambah Cong Seng.
"Ek Beng-ti" mengangguk-angguk gembira.
"Eh, Sobat Ek, seandainya kami sudah ketemu
orang itu, di mana kami bisa menjumpaimu untuk
memberi kabar?" Helian Kong tidak ingin memberi-tahu
tempatnya yang tetap di Lam-khia ini, maka ia
204 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
menjawab, "Kalian tahu Gapura Hong-bun, yang
dekat dengan jalan yang menuju ke Beng-hauleng (Kuburan Raja-raja Dinasti Beng)?"
"Ya, ya, kami tahu."
"Nah, dekat gapura itulah aku sering berada."
"Apa yang dikerjakan di situ?"
"Ya, sekedar kumpul dengan teman-teman
asal sekampung." "Baiklah. Selamat tinggal, Sobat Ek."
Bahkan sebelum berpisah, Cong Seng
menyisipkan beberapa keping uang ke tangan
Helian Kong yang menerimanya sambil tertawa
dalam hati. "Beruntung juga Ek Beng-ti ini."
*** Malam harinya, Helian Kong diam-diam
menemui Li Teng-kok. Sudah tentu dalam
keadaannya yang wajar, tidak menyamar segala.
Li Teng-kok bermalam di rumah seorang
pensiunan pejabat sipil kelas dua dari jaman
dinasti Beng dulu, namun bertugas di Lam-Khia.
Orang itu kebetulan asal sekampung dengan Li
205 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Teng-kok dan teman baik ayah Li Teng-kok. Li
Teng-kok memanggilnya "Paman Phoa".
Gedung Si Paman Phoa ini besar, dan bagian
sayap kirinya digunakan oleh serombongan Li
Teng-kok. Helian Kong tidak ingin bertele-tele, maka
malam itu ia lompati saja dinding halaman
samping. Tak terduga, sebelum kakinya menginjak tembok bagian atas, dari sebelah
dalam halaman terdengar bentakan seorang
pemuda, "Bangsat, rasakan pisau terbangku!"
Dan sebatang pisau terbang kecil menyambar
Helian Kong, namun Helian Kong dengan mudah
menjepitnya dengan dua jari, lalu mendarat di
tanah, di sebelah dalam tembok.
Helian Kong melihat seorang pemuda berusia
delapan belasan tahun, berpakaian latihan silat
dan bermandi keringat di halaman belakang. Di
sekitarnya bergeletakan alat-alat latihan silat
seperti ciok-so (kunci batu) untuk membina
tenaga, tonggak-tonggak berformasi bwe-hoa
(bunga sakura), se-pau (kantong pasir) dan
bermacam-macam senjata panjang, sedang
maupun pendek. Waktu Helian Kong melompat
206 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
datang tadi, si pemuda agaknya sedang berlatih
membidik dengan pisau kecil ke arah sebuah
orang-orangan kayu yang belasan langkah
jaraknya. Rupanya pemuda ini begitu giat, hingga
malam-malam pun berlatih.
Namun melihat Si "maling" dapat menangkap
pisau terbangnya begitu gampang, Si Pemuda
kaget, lalu berteriak, "Ada penjahat! Ada
penjahat!" "Aku bukan penjahat!" bantah Helian Kong.
Tetapi seluruh penghuni gedung itu sudah
terlanjur berhamburan keluar semua. Baik para
centeng rumah itu, maupun Li Teng-kok dan
rombongannya yang menginap di situ.
Helian Kong hampir bergebrak dengan para
tukang pukul, kalau tidak Li Teng-kok dengan
pakaiannya yang acak-acakan karena bangun tidur
berteriak mencegah, "Tahan! Dia bukan penjahat!" Si Pemuda yang berlatih silat tadi sudah siap
menyambitkan pisau terbangnya lagi, namun
gerak tangannya kini tertahan di udara. "Kakak Li,
Kakak mengenalnya?" 207 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Li Teng-kok tersenyum lebar sambil
melangkah mendekati Helian Kong, namun katakatanya ditujukan kepada Si Pemuda, "A-bian,
inilah Helian Kong yang pernah kuceritakan
kepadamu. Masih ingat ceritaku tentang dia?"
Si Pemuda terbelalak, "Helian Kong" Tokoh
sehebat dalam dongeng itu" Yang tetap teguh
hatinya membela dinasti, meskipun difitnah Co
Hua-sun ataupun disuap segudang emas?"
Helian Kong tertawa sambil geleng-geleng
kepala, tanyanya kepada Li Teng-kok, "Saudara Li,
dongeng macam apa yang kau ceritakan kepada
Saudara Kecil ini?" Sementara si tuan rumah yang dipanggil
"Paman Phoa" oleh Li Teng-kok juga sudah ikut
keluar karena mendengar ribut-ribut itu. Ia
seorang bertubuh gemuk, rambutnya sudah
ubanan semua, berwajah ningrat meskipun
sebenarnya keturunan rakyat jelata. Mungkin
disebabkan sikap dan tindak-tanduknya yang
sudah terbiasa keningrat-ningratan ketika menjadi pembesar dulu. Li Teng-kok dengan bersemangat memperkenalkan Helian Kong kepada semua
208 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
orang, sementara Helian Kong sendiri mengeluh
dalam hati, "Waduh, Li Teng-kok agaknya sudah
lupa pesanku bahwa aku tidak ingin diketahui
hadir di Lam-khia ini, agar dapat bergerak di
bawah tanah dengan leluasa. Sekarang Li Tengkok malahan mengumumkan kehadiranku kepada
semua orang." Tetapi Helian Kong tahu bahwa Li Teng-kok
tidak bermaksud jahat. Ia berbuat demikian
semata-mata karena kekagumannya akan kepribadian Helian Kong. Sambutan Si Tuan rumah pun luar biasa
waktu mendengar tamunya adalah Helian Kong
yang terkenal. Bahkan Si Tuan rumah
menyamakan Helian Kong dengan almarhum
Jenderal Wan Cong-hoan, itu panglima dinasti
Beng yang legendaris, besar jasanya tetapi
malahan dihukum mati gara-gara fitnah Co Huasun.
Si pemuda ternyata adalah anak tunggal dari
si tuan rumah, namanya Phoa Bian-li. Tuan rumah
memperoleh anak ini ketika usianya hampir lima
puluh tahun, tidak heran kalau dia sangat
memanjakan puteranya ini. Kini Phoa Bian-li
209 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
berlutut di depan Helian Kong sambil berkata,
"Jenderal Helian, sudah kudengar tentang ilmumu
yang tinggi. Maafkan seranganku tadi, sekarang
terimalah aku sebagai muridmu."
Helian Kong pun garuk-garuk kepala
kebingungan. Rencananya ialah menemui Li Tengkok secara diam-diam untuk membicarakan situasi
terakhir, tak terduga malah jadi seramai ini.
Rencananya pun jadi kacau.
Terpaksa Helian Kong berkata, "Maaf, Tuantuan, caraku datang ke tempat ini sangat tidak
sopan. Terpaksa aku lakukan, karena sekarang
sudah larut malam, dan aku tidak ingin
mengganggu tidur Tuan-tuan. Aku cuma ingin
berbicara sendiri dengan Saudara Li."
Perkataan Helian Kong itu seperti seember
Partai Rimbah Hitam 1 Pedang Naga Kemala Giok Liong Kiam Karya Kho Ping Hoo Nurseta Satria Karang Tirta 11

Cari Blog Ini