Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa Bagian 15
mata orang2 itu, dengan sikap tawar mengawasi mereka 1408
lalu berkata dengan suara acuh tak acuh: "Hai kalian manusia2 yang tidak tahu diri, apa perlu kalian cari mampus disini"!"
Baru saja tertutup mulutnya, kembali terdengar
suara riuh pekik jeritan orang, disusul dengan munculnya Pek-bin It-koay dan Ang-hoat Lo-lo dan selang tak lama kemudian kelihatan Lionghouw Koan-cu dengan
membawa rombongan imam2 pembawa bendera berlerot2 datang kesitu. Lim Tiang Hong mendadak dongakkan kepala
sambil tertawa ber-gelak2 berkata: "Bagus! Bagus! Kalian manusia2 yang mau mampus malam ini datang semua.
Aku juga akan adakan pembunuhan besar2an!"
Tetapi yang mengherankan, beberapa kali ia
berkata, dari rombongan orang2 itu tidak ada
seorangpun yang kelihatannya ingin menyahuti, hingga dalam hatinya diam2 timbul perasaan heran. Mungkinkah orang" itu sudah menjadi setan bawaan orang tua tadi"
Selagi Lim Tiang Hong masih merasa heran, dari
jauh tiba2 terdengar suara yang menyeramkan. Suara itu pertama kali terdengar, nyata masih sejauh beberapa lie dari situ. Tapi kemudian dalam sekejap mata sudah 1409
terdengar bagai dilamping gunung itu. Jika didengar dengan seksama, suara itu mengandung keanehan pula.
Diduga, orang yang mengeluarkan suara aneh itu sudah amat tinggi sekali latihan ilmunya. Pun membangkitkan perasaan dalam hati Lim Tiang Hong, suara itu rasa2nya pernah dikenalnya, tetapi di-ingat2 tetap tidak tahu siapa.
Selagi suara masih berkumandang keras ditengah
udara, dua bayangan orang yang tinggi dan kate sudah melayang turun kesitu
Yang tinggi itu, ternyata adalah Kauwcu Thian-cukauw Pek-tok Hui-mo, dan yang lain adalah si Dukun Biauw-ciang Kui-pan-po.
Lim Tiang Hong sungguhpun berkepandaian tinggi
dan besar nyalinya, tapi dalam sekejapan ber-turut2
menghadapi begitu banyak kawanan iblis nomor wahid, diam2 juga jadi terkejut.
Pek-tok Hui-mo yang sampai duluan diatas, berdiri dengan sikap sombong. Matanya mengawasi teman2nya sejenak, kemudian dengan suara tawar menghadap Lim Tiang Hong seraya katanya. "Sekarang kuberikan
ketempatan terakhir buat kau: Jika pada saat ini kau bisa 1410
rubah niatmu dan mengaku salah dan berlutut didepan bapakmu ini, kau tetap akan dianggap sebagai Kauwcu mudanya Thian-cu-kauw! Malah kekuasaan dan hak yang akan kau dapat nanti, akan jauh lebih besar daripada apa yang kuberikan pada engkornu. Tapi kalau tetap bandel, aku sebagai orang tua tidak punya daya lain buat
melindungi ancaman orang2 ini sekalian!"
Lim Tiang Hong tahu malam itu pertumpahan darah
besar2an takkan mungkin dapat dihindarkan. Maka
diam2 ia mengatur pernapasannya, mengerahkan
seluruh kekuatan murninya menindas perasaannya
supaya tidak tergoncang hebat. Setelah itu ia baru berkata dengan suara lantang: "Tidak perlu kau
keluarkan perkataan yang seperti membujuk anak kecil!
Terus terang kukatakan: Aku sudah dapatkan keterangan serba lengkap mengenai kau, juga mengenal siapa
adanya kau. Kaulah si Manusia Buas Nomor Satu
dikolong jagat yang suhuku Bu-ceng Kiam-khek haruskan membunuhnya. Dan mengena! sebab dulu aku bisa
lepaskan begitu saja, karena aku masih perlu menghargai dan mentaati pesan seorang locianpwee. Tapi kau
tunggulah saja, pasti ada gilirannya buat kau mati!"
1411 Ketika ia coba mengucapkan perkataan2nya yang
penghabisan ini, sikap dan suaranya bengis sekali.
Pek-tok Hui-mo yang mendengar demikian, hampir
seluruh rambutnya berdiri. Dan perasaan jeri tiba2
menggoncangkan semangatnya. Kini ia merasa berkuatir.
Sebabnya, sebenarnya amat sederhana sekali. Orang tua Penyipta telah memesan Lim Tiang Hong mengambil
jiwanya. Meski malam itu ia dapat mendahulu tindakan anak muda itu sebelum maksudnya tercapai, tapi,
bagaimana si orang tua gurunya mau menyudahi perkara begitu saja"
Tapi betul2 Pek-tok Hui-mo bersifat licik dan
pengecut! Sekalipun dalam hatinya ia merasa takut yang tak alang kepalang tapi diluarnya tetap tidak
memperlihatkan perubahan dan tiba2 membentak
bengis: "Anak haram! Sungguh besar nyalimu eh"! Kau tidak pandang orang tuamu" Lihat sajalah! Apa kiramu aku tidak mampu beri ajaran kepadamu!"
Berbareng dengan diucapkannya kata2 itu,
tangannya yang besar mengulap perlahan.
Kawanan iblis yang semenjak tadi hanya sebagai
pendengar dan penonton, setelah melihat ulapan tangan 1412
Pek-tok Hui-mo, semua lalu berpencaran mengambil
tempat sendiri2 dan maju ke depan lambat2.
Lim Tiang Hong menyaksikan semua kejadian di
sekelilingnya sambil berpeluk tangan. Kedua matanya bersorot beringas, menyapu orang2 didepannya.
Perasaan gusar yang me-luap2 bagai tak dapat
dikendalikannya lagi. Setelah keluarkan dehemam ia lalu ketawa dingin dan menggeram.
Tiba2 matanya dapat melihat, si setan tengkorak
Bu-kui Siancu muncul disitu dengan itu pemuda yang menamakan diri Pang It Kie. Maka seketika itu juga meledaklah keinginan membunuhnya.
Dengan cepat ia melompat maju, terus menerjang
kearah pemuda itu sambil membentak keras, "Eh!
Dimana kau sembunyikan adik Yan-ku!"
Gerakan Lim Tiang Hong begitu mendadakan,
cepatnya luar biasa. Pang It Kie dalam kagetnya buru2 ingin
menjauhkan diri, tetapi tiba2 melihat berkelebatnya satu bayangan hitam.
1413 Kemudian terdrngar suara benturan hebat, diatas
tebing lalu timbul suara angin menderu serta suara batu kecil yang berterbangan dan jatuh ke dalam lembah Seseorang tua berbaju hitam nampak mundur
sempoyongan sampai tiga tindak, sedang Lim Tiang
Hong nampak berputaran di tengah udara dan melayang turun sejauh lima kaki.
Kiranya ketika Lim Tiang Hong tadi menerjang
pemuda Pang It-kie secara mendadak, orang tua baju hitam itu sudah menyambuti serangan Lim Tiang Hong dari samping.
Orang tua itu kekuatan tenaga dalamnya sudah
mencapai ke tingkat yang sempurna. Sadang Lim Tiang Hong yang sudah menghamburkan kekuatan tenaga
dalamnya begitu banyak, maka setelah mengadu
kekuatan kedua2nya sama kuatnya
Selagi Lim Tiang Hong melayang turun, lalu
terdengar suara riuh, Lam-hay Gia-mo, Pek-bin It-koay, Biauw-chiu Thian-koan dan lain2nya sudah pada
menyerbu menyerang Lim Tiang Hong.
Dengan cepat Lim Tiang Hong geser kakinya
mengelakkan serbuan kawanan iblis itu. Kemudian ia 1414
berkata sambil ketawa ber-gelak2: "Tidak nyana kalian manusia yang pernah lolos dari tanganku ini kini semua telah bernaung dibawah bendernya Thian-cu-kauw. Aku benar2 merasa malu mengingat kedudukan kalian
sekarang!" Pek-bin It-koay ada merupakan seorang yang paling jumawa di dalam golongan hitam. Tidak nyana baru saja gabungan diri dengan Thian-cu-kauw sudah mendapat perintah untuk turut mengepung Lim Tiang Hong. Di dalam hatinya sudah lama dia merasa tidak puas dengan kedudukannya sebagai bawahan. Maka ketika mendapat sindiran Lim Tiang Hong, hatinya semakin sakit seperti ter-iris2 sembilu. Tapi ia masih coba menutupi
kemaluannya dengan bicara keras. "Anak kecil, tidak perlu kau menggonggong! Jika kau punya kepandaian keluarkan cepat!"
Lim Tiang Hong yang berada dibawah ancaman 3-4
puluh orang kuat, tidak mau banyak bicara dengarnya. Ia lalu gerakkan kedua tangannya untuk menyambuti
serangan yang dilancarkan dari berbagai jurusan. Sedang dalam hatinya memikir: bahwa bertempur secara
demikian tidak boleh dibiarkan lama2. Sekalipun dapat 1415
memukul hancur orang2 itu, tapi Pek-tok Hui-mo dan Kui-pan-po serta Bu-kui Siancu pasti akan maju untuk bantu menyerang.
Dan pada waktu itu aku yang sudah kehabisan
tenaga mana ada kekuatan buat menghadapi mereka
lagi" Oleh sebab itu maka timbul pikiran buat angkat kaki sementara dulu.
Tiba2 terdengar satu siulan panjang. Dengan satu
kali pukul, dia telah merubuhkan salah seorang anak buah golongan Lam-hay sehingga menimbulkan
kekalutan sebentar. Dan Lim Tiang Hong yang dapat menggunakan kesempatan itu, lantas lompat melesat dan melayang turun ke bawah tebing.
Tidak nyana, baru saja terlepas dari kepungan
rombongan orang banyak itu, kembali ia harus
menghadapi sekelompok manusia liar itu. Itulah
orang2nya Thian-cu-kauw, diantaranya terdapai Liauwtong Kiam-cie, Hwee-san Koay-khek, Khong Bun Thian dan lain2nya, yang segera membentuk kepungan baru di sekitar Lim Tiang Hong.
1416 Thian-cu-kamv Kauwcu Pak-tok Hui-mo pernah
menderita kekalahan di Toan-hua-gay. Kekalahan yang pahit itu menimbulkan rasa benci sekali terhadap Lim Tiang Hong. Telah timbul niatnya akan membunuh
pemuda itu. Dan kebetulan, kali ini Pang It-kie pada suatu kesempatan yang tak terduga2 telah dapat
menarik perhatian Yan-jie dan dapat membawa Yan-jie ke situ.
Dengan adanya Yan-jie sebagai umpan, maksudnya
ingin memancing Lim Tiang Hong kegunung Hoan-cengsan yang amat strategis letaknya.
Pek-tok Hui-mo diam2 lalu mengatur anak buahnya
serta orang2 kuat yang baru masuk manjadi anggotanya itu mengepung rapat pemuda itu. Ia menunggu giliran sesudah habis tenaga Lim Tiang Hong baru mau turun tangan mengambil jiwanya.
Lim Tiang Hong yang cuma mengerti bahwa
tujuannya ke situ adalah untuk menolong Yan-jie maka tidak memikir bahwa ia sendiri berada dalam bahaya besar. Maka ia dari Tiang-lim, lalu terus supaya dapat tiba ketempat tujuan pada waklunya. Tapi justru
perbuatannya itu memakan banyak tenaganya. Bukan
1417 sedikit tenaga yang dihambur tiada guna. Maka kini setelah mengetahui harus berhadapan dengan begitu banyak musuh2 kuat, barulah ia menyesali diri sendiri mengapa tidak mengambil waktu secukupnya buat
mengaso" Dan sekarang, ia telah terkurung dalam kepungan
orang banyak. Menyesalpun tiada berguna lagi. Ia curna bisa kertak gigi, mengusahakan se-bisa2nya untuk
menyambuti setiap serangan yang datang dari berbagai jurusan. Orang2nya Thian-cu-kauw ini karena bertempur didepan mata Kauwcu sendiri, sudah tentu semuanya ingin ber-dulu2 memperlihatkan kerahkan ilmu tertinggi yang mereka miliki.
Sementara itu rombongan Lam-hay Gia-mo dan
lain2 yang baru masuk jadi anggota, tentu tak mau kalah sebat, selekas itu memburu dan kembali sudah
mengepung Lim Tiang Hong. Ini benar2 menyulitkan
kedudukan anak muda itu. Sebab semenjak dia unjukkan diri didunia kang-ouw, pertama kalinya itulah dia harus menghadapi begitu banyak orang2 buat dalam suatu
pertempuran yang paling kejam. Apalagi dia dalam
keadaan badan yang tidak menguntungkan sama sekali, 1418
per-lahan2 ia merasakan tekanan yang hebat tentu saja baginya merasa, ae-akan2 kekuataanya jadi merosot jauh sekali. Meskipun ilmu Sam-sam Po-hoat nya luar biasa hebat, tetapi dibawah kepungan musuh2 tangguh begitu banyak yang terus mendesaknya secara bergiliran sedikitpun tidak mengijinkannya ia memperbaiki
keadaan. Disamping itu Pek-tok Hui-mo dan Kui-pan-po
masih menonton dari jauh agaknya seperti menanti
kesempatan terbaik buat turun tangan. Selama itu dua orang ini hanya tunjuk kesini menuding kesatu dan memberi petunjuk2 kepada anak buahnya bagaimana
cara menciutkan kepungan.
Setelah jam tiga dan jam empat malam berlalu, Lim Tiang Hong tiba2 ingat mengapa selama itu ia bertangan kosong tidak menggunakan senjata" Dengan capat ia mencari lowongan mencabut seajatanya, seruling emas kini telah keluar.
Dengan seruling emasnya ini ia mengamuk.
Sebantar saja suara jeritan pekik orang2 terdengar di-mana2 dan mereka yang bandel kontan rubuh dan mati.
Senjata tersebut demikian hebat dalam tangan Lim Tiang 1419
Hoag, hingga kembali dalam detik2 berikut beberapa orang harus mengikuti kawan2nya yang terdahulu ke alam baka
Dalam waktu sekelebatan saja dikalangan itu sudah menjadi kubangan darah. Jerit mengerikan terdengar saling susul dan kepungan agak kucar kacir. Kini dalam tangan Lim Tiang Hong telah bertambah satu senjata lain, yakni pedang To-liong-kiam nya. Semangatnya terbangun lagi dan serangan2nya semakin gencar. Saat itulah tiba2 terdengar suara Lam-hay Gia-mo yang
nyaring tajam. "Bocah! Jangan bangga dulu!"
Kemudian ia tarik dirinya dan mengeluarkan
senjatanya, yakni Kiam-kek semacam pedang yang
bercagak, lalu lompat masuk lagi dalam kalangan
berdarah. Perbuatannya demikian segera ditelad oleh yang lain2, semua orang sudah menghunus senjata
masing-2 dan kembali mereka mengepung!
Pertempuran itu sekalipun berat sebelah, tapi jauh lebih seru daripada pertempuran yang manapun juga.
Dibawah sinar bintang yang remang2 hanya terlihat berkelebatnya bayangan2 manusia yang lompat sana
lompat sini, dengan diantaranya terlihat berkelebat 1420
senjata2 tajam dibarengi dengan terdengernya ber-kali2
jeritan maut. Hanya perasaan gusar dan nafsu membunuh yang
memenuhi dadalah yang merajai pertandingan di situ, semua orang berkeras ingin membunuh pihak lawan.
Lim Tiang Hong sudah mengeluarkan seluruh
kepandaiannya melayani sekalian lawaanya. Seberlalunya pertempuran setengah jam kemudian, meskipun sudah banyak dari lawannya yang agak lembekan mati
terbunuh kena pedang atau seruling, tapi biar bagaimana Lim Tiang Hong cuma manusia yang terdiri dari darah serta daging, apalagi ia sudah 7 hari 7 malam tidak pernah mengaso terus menerus melakukan perjalanan.
Maka saat itu berulah ia merasakan kekuatannya jauh berkurang. Jika ia tidak pernah mendapatkan
kesaktiannya dari kegaiban alam, mungkin sudah dari tadi dia menggeletak sebagai bangkai Lim Tiang Hong!
Sementara dari pihak lawannya yang begitu
banyak, semua satu2 atau beramai-ramai maju
menghajar Lim Tiang Hong, seperti tidak ada batas mengaso buat mereka.
1421 Pek-tok Hui-mo dan Kui-pan-po yang berdiri diluar kalangan jadi sengit melihat anak buah mereka yang paling kuat dari hasil pemilihan yang benar2, telah 3 jam bertempur tidak membawa hasil apapun. Mereka tambah gusar terhadap sipemuda, namun demikian disamping rasa gusar mereka harus menyayangkan kepandaian
orang demikian hebat, apakah sebentar lagi akan hilang dari muka bumi" Lim Tiang Hong tidak mau kena pancing dengan jalan apa sekalipun!
Dengan mendadak ia mengeluarkan suara
mengaum seperti binatang buas. Matanya yang bersinar biru memandang Bu-kiu Siancu sejenek. Orang tua yang dipandang demikian merasa tergetar hatinya. Kemudian perdengarkan suara ketawa aneh dan lantas lompat
melayang ke dalam medan pertempuran.
Gerakannya itu betul2 cepat dan kilat. Begitu dekat ia lalu tantang semua jari2nya dan mengeluarkan
serangan dari tengah udara!
Lim Tiang Hong waktu itu merasa tekanan berat
sekali. Tapi melihat Bu-kui Sian-cu melayang, jauh2
sudah geser kakinya dan menyambuti orang tua itu
dengan ujung pedangnya, sedang seruling emas di
1422 tangan kirinyapun dikerjakan, ditujukan kepada orang2
banyak yang turunan maju.
Semua itu terjadi dalam waktu singkat. Tiba2 di
tengah kalangan terdengar suara seperti burung hantu yang aneh, kemudian disusul dengan berkelebatnya satu sosok benda hitam, dengan beribu-ribu lembar seperti benang rajut dengan ceput mengurung kepala Lim Tiang Hong. Saat itulah terdengar satu suara mengatakan
"Rebah!" Kemudian terdengar suara "Ser-ser" an. Sinar emas mengurung depan tubuh Lim Tiang Hong!
Lalu terdengar suara ketava dari sambutan Lim
Tiang Hong dengan sambutannya "Kau maui Siauwya mu rebah" Tidak begitu gampang!"
Bayangan hitam yang menerjang tadi ternyata
adalah Kui-pan-po. Ketika melihat serangan pertamanya tidak membawa hasil, badannya berputaran ditengah udara dan kembali menerjang!
Bu-kui Siancu yang lebih dulu datang menyerang
pun menggunakan waktu itu menerjang lagi!
Entah dari mana datangnya kekuatan, tiba2 Lim
Tiang Hong seru keras, Pedang To-liong-kiam digunakan 1423
menyambuti Kui-pan-po sedang suling mas diayun
dengan tangan kiri ke arah Bu-kui Siancu.
Itu baru usaha menyingkirkan dua lawan sekaligus, juga merupakan usaha terakhirnya buat menyudahi
pertandingan itu yang sudah bertempur hampir semalam suntuk mana mempunyai kekuatan lagi buat menambah semangatnya guna menghadapi lawan2 yang segar2 ini"
Maka hanya beberapa jurus terakhir ini saja ia sudah terdesak mundur, sedangkan orang2nya Thian-cu-kauw yang mengepung tadi kembali sudah datang bagai
gelombang air pasang yang takkan habis2nya. Diatas itu ia sudah tidak mempunyai tenaga lebih lagi untuk
melayani musuh2nya. Ia merasakan darah di dada
bergolak hebat, matanya mulai berkunang2 hingga
diam2, ia telah mengeluh "Habislah! Tidak urung aku Lim Tiang Hong harus mati disini"
Dalam hatinya meski mengeluh ber-ulang2, tapi
keinginan untuk tetap hidup, memaksa dia mengeluarkan sisa2 tenaganya menghadapi semua lawan2nya.
Cuaca menjelang pagi. Dari sebelah timur, sudah
kelihatan sinar kuningnya matahari.
1424 Di bawah tebing kelihatan beberapa manusia
berwajah bengis sedang mengurung seorang pemuda
yang sudah berlepotan darah.
Setindak demi setindak pemuda itu terus mundur,
keadaannya sudah parah sekali.
Tiba2..... Satu siulan panjang yang amat nyaring terdengar
dikejauhan. Baru suaranya berhenti, di kalangan
pertempuran mendadak terdengar bentakan yang keras:
"Kawanan penjahat! Sungguh keji kelakuan kalian! Keji dan buas...."
Satu sosok bayangan hitam dengan kecepatan
bagaikan kilat turun ke medan pertempuran.
Lawan2 Lim Tiang Hong sekalian masih merasa
kaget mendengar bunyi siulan dari jauh, mendadak
mendengar lagi suara orang. Itu belum seberapa kalau baru melihat satu orang yang datang. Tapi di belakang satu orang yang datang duluan itu kembali datang dua bayangan merah! Juga mereka ini menerjang musuh2
Lim Tiang Hong. Kawanan penjahat, ketika mendengar bentakan,
juga telah mendapat firasat bahwa orang yang datang itu 1425
tentu berada di pihak Lim Tiang Hong. Maka mereka mendesak semakin gencar, ingin sekali membunuh anak muda itu sebelum para penolongnya datang.
Saat itu keadaan Lim Tiang Hong sungguh
mengenaskan sekali. Bu-kui Siancu yang tidak melepas kesempatan baik itu mendadak angkat tangannya dan membentak "Kau rebahlah!"
Dari kedua tangannya itu lalu meloncur keluar
hembusan angin kuat. Lim Tiang Hong ketawa panjang dan berkata sambil
mengelit "Tidak begitu gampang!"
Suling emasnya pun lantas diputar gencar,
membuang ke samping senjata lawan.
Suara benturan nyaring tak dapat dielakkan. Lim
Tiang Hong sempoyongan mundur ke belakang.
Mulutnya menyemburkan darah segar.
Kui-pan-po kala itu ketawa cekikikan dan berseru
"Bocah, kau menyerah sajalah"
Ia juga melompat melesat dan menerjang anak
muda itu. Dalam keadaan demikian gentingnya datang
bintang penolong bagi Lim Tiang Hong.
1426 Mendadak terdengar suara desir angin keras,
seorang tinggi besar melayang turun ketengah kalangan dengan bentakannya yang kuat. "Enyah kalian!?"
Suara gemuruh terdengar nyaring.
Setelah itu tubuh Kun-pan-po nampak melayang
tujuh-delapan kaki jauhnya dan terdengar pula kaokan-2nya yang aneh.
Orang yang baru datang itu adalah seorang
pengemis berkaki satu dengan wajahnya yang penuh
berewok. Pengemis mana agaknya sudah terlalu gusar, hingga matanya yang melotot lebar nampak
Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menakutkan. Begitu tiba ditanah lantas menyapu dengan tongkatnya. Serangannya ini menggunakan tenaga
penuh. Ditambah pula dia sedang gusar keluarkan
serangannya, betapa hebatnya tak dapatlah
dibayangkan. Diantara suara jeritan ngeri, dua Tancu Thian-cukauw korban pertama sudah hancur berantakan
badannya! Ini membuat orang2 di dekatnya kena
cipratan darahnya. Setelah pengemis kaki satu melancarkan
serangannya yang hebat, dua bayangan yang barusan 1427
meluncur turun juga sudah berada di dalam kalangan.
Satu membantu Lim Tiang Hong dan yang lainnya
menerjang orang banyak musuh Lim Tiang Hong.
Sebentar saja keadaan segera berganti kulit.
Kawanan manusia buas belum lagi mengetahui jelas
siapa2 yang datang, beberapa diantaranya sudah roboh dengan badan hancur oleh dua bayangan merah yang
belakangan. Hingga saat itu keadaan disitu kalut, suara jeritan ngeri dan teriakan2 peringatan terdengar ramai.
Lim Tiang Hong yang sedang menahan rasa
sakitnya untuk bertempur sampai pada titik darah yang penghabisan, tiba2 merasa satu lengan halus menyentuh tubuhnya. Dan terdengar suara lemah lembut disamping telinganya: "Kongcu, mengasolah dahulu. Orang2 kita sudah datang semua".
Lim Tiang Hong membuka matanya. Seseorang
berdiri di hadapannya. Ia menghela napas sambil
gelengkan kepala. Saat itu juga di belakang dirinya kembali terdengar suara lemah lembut: "Engko Hong!
apa kau tidak ada halangan suatu apa?" Itulah suaranya Yan-jie.
1428 Begitu dengar, Lim Tiang Hong segera dapat
mengenal kali ini kedatangannya ke lembah yang sangat berbahaya dan hampir antarkan jiwanya, semata-mata jalan karena gara2 si nona cilik itu.
Ketika ia melihat si nona cilik itu tidak berhalangan suatu apa, hatinya lantas mulai lega tapi matanya mendadak dirasakan gelap. Badannya sempoyongan
hampir saja ia jatuh ke tanah. Untung, Siauw-Yong masih memegang tangannya, hingga buru2 menariknya.
Lim Tiang Hong tahu bahwa kekuatan tenaganya
telah diobral terlalu banyak, maka ia buru2 atur
pernapasannya serta tidak berani banyak bicara lagi.
Siauw-Yong mengambil sebutir obat Soat-som-wan
serta dimasukkan dalam mulutnya seraya berkata: "Kau boleh mengaso dengan tenang, kita berdua akan
melindungi kau. Sementara itu kawanan penjahat sudah ada orang lain yang membereskan"
Pada saat itu di dalam medan pertempuran entah
sejak kapan telah muncul seorang jangkung dengan
dandanannya seperti seorang pelajar, bersama dua
orang tua berpakaian hijau.
1429 Dua orang tua itu begitu tiba di medan
pertempuran, lantas maju menerjang, sedang si orang jangkung itu nampak berjalan lambat menghampiri Pek-tok Hui-mo.
Pek-tok Hui-mo mendadak merasakan seperti
dipagut ular, ia lalu berseru: "Ho-lok Siu-su! apakah kau belum mampus?"
Seruannya itu dengan tegas mengandung perasaan
kaget, heran dan jeri, hampir saja suaranya itu berubah seperti tidak wajah. Lim Tiang Hong yang sedang
mengatur pernafasannya, ketika mendengar suara Pek-tok Hui-mo, lantas pentang lebar matanya dan
menengok kearahnya. Matanya segera dapat lihat bahwa itu orang seperti pelajar pertengahan umur dan berbadan jangkung, yang dahulu pernah memberikan tanda mata Kie-lin-pay
dikelenteng Nie kow sat, sedang berdiri berhadaphadapan dengan Pek-tok Hui-mo.
Sekalipun Pek-tok Hui-mo berkaok-kaok seperti
orang kalap, tapi orang tinggi jangkung itu masih tetap dengan sikapnya yang tenang, kemudian terdengar
suaranya yang dingin: "Tidak salah. Aku si orang she Lim 1430
masih belum mati. Rekening antara kau dengan aku
diwaktu dahulu, sekarang sudah tiba waktunya untuk dibikin perhitungan".
Biar bagaimana, Pek-tok Hui-mo adalah seorang
penjahat besar dan berhati buas serta ganas, maka ketakutannya barusan harta sekejapan saja lantas
lenyap. Mendadak ia unjukkan ketawa dingin, kemudian
berkata: "Membikin kucar-kacir rumah tangga orang, mengambil isteri orang. Perbuatanmu itu, aku si orang she Im pasti hendak menuntut balas dendam, maka tidak perlu kau mencari aku!"
Laki2 jangkung yang dipanggil Ho-lok Siu-su itu
agaknya dibikin terperanjat oleh perkataannya Pek-tok Hui-mo itu. Wajahnya mendadak mengunjukkan
perubahan aneh, dengan membungkam ia terus
mengawasi manusia buas itu.
Pek-tok Hui-mo ada seorang cerdik. Melihat
keadaan demikian, lantas mengetahui bahwa Ho-lok Siu-su agaknya merasa menyesal mengenai hal2 yang sudah lalu.
1431 Kembali ia berkata sambil ketawa bergelak-gelak:
"Pada saat ini kau barangkali juga merasa menyesal atas perbuatanmu itu. Aku seorang she Im juga tidak mau pada saat ini membikin perhitungan dengan kau. Nanti 3
tahun kemudian, kita mencari suatu tempat untuk
mengadakan pertandingan serta membikin beres
persoalan ini" Dengan tidak menantikan jawaban musuhnya lagi,
ia lantas melompat melesat dan menghilang dari depan musuhnya.
Ho-lok Siu-su tidak mengejar, sedang di medan
pertempuran itu telah terjadi perubahan besar.
Banyak bangkai manusia bergelimpangan tapi
semua itu agaknya tidak menarik sedikitpun juga
perhatiannya Ho-lok Siu-su. Ia hanya melirik Lim Tiang Hong sejenak, kemudian melayang pergi.
Lim Tiang Hong yang minyaksikan keadaan
demikian, dalam hatinya timbul suatu perasaan,
mendadak ia berseru dengan suara nyaring: "Ayah!"
Tapi Lim Tiang Hong yang sudah terlalu letih serta terluka dalamnya, ketika memanggil ayahnya dengan menggunakan tenaga dalam, ternyata menambah bekas 1432
lukanya. Dadanya dirasakan sakit sekali, kemudian dari mulutnya menyemburkan darah segar serta hampir saja jatuh pingsan.
Yan-jie buru2 menyanggah dirinya dan Siauw Yong
buru2 menjejalkan sebutir obat pil Soat-som-wan nya kedalam mulutnya.
"Kongcu, kau kenapa" Lekas mengaso dengan baik!
Urusan lainnya tak usah perduiikan! Sebentar lagi kau tentu akan pulih kewarasanmu" demikian katanya si gadis cilik itu.
Akan tetapi, semua kejadian tadi yang telah
didengar dan disaksikan oleh Lim Tiang Hong, tentu tak bisa menenteramkan hatinya buat merawat luka2nya.
Kembali ia membuka matanya menengok ke arah
medan pertempuran. Ia baru mengetahui bahwa Yu-kok Oey-eng, si pengemis kaki satu, Gin-sin-siu den Ceng-pauw-siu telah datang semuanya dan sedang bertempur sengit dengan sekalian orang2 jahat tadi. Pertempuran berlangsung seru sekali.
Si Pengemis kaki satu dengan berewoknya berdiri
dan mata mendelik menghantam lawan2nya dengan
tangan dan tongkatnya. Ia turunkan tangan dan
1433 senyatanya begitu ganas, siapa yang berada di dekatnya tidak terlolos dari ancamannya. Keadaan seperti itu betul2 seperti raksasa sedang mengamuk.
Gin-sie-siu dan Ceng-pauw-siu malam itu agaknya
sudah tidak bisa kendalikan amarahnya lagi. Dengan alis berdiri dan suara seperti geledek, mengamuklah mereka dalam kalangan di atas tebing.
Sementara itu, Yu-kok Oey-eng dengan
menggunakan gendewa sebagai senjata, bergerak gesit dan lincah sekali mengitari lawan2nya. Dimana saja senjatanya menyambar pasti minta korban. Saat itu jeritanpun terdengar tidak putus2nya sebagai akibat dari amukan mereka.
Yan-jie yang belum pernah menyaksilan
pertempuran yang demikian dahsyat, ber-ulang2
keluarkan seruan kaget sambil menutup mukanya.
Memang juga, sungguh mengerikan untuk dilihat.
Apakah gerangan yang menjadikan pertempuran
demikian" Lim Tiang Hong tiba2 buka mata dan tertawa bergelak2 "Sebagai anak rimba persilatan sudah tentu tidak bisa terhindar dari pertempuran semacam ini! Jikalau kau 1434
tidak membunuh mereka, mereka akan mendahuluimu
membunuhmu!" Siapa nyana suara tertawanya Lim Tiang Hong
sudah manarik perhatian Kiu-ban-po yang sedang
bertempur. Nenek dari daerah Biauw-ciang itu setelah perdengarkan suara ketawanya yang aneh, lantas
melayang ke arah Lim Tiang Hong dengan gayanya
seperti burung elang menerkam kelinci.
Kepandaian ilmu silatnya Yan-jie yang didapat dari didikan Heng-lim Cun-loan sendiri, diantara tingkatan muda juga terhitung salah satu orang kuat. Akan tetapi ia belum berpengalaman sedikitpun dalam dunia kang-ouw. Pun belum pernah bertempur dengan sesamanya.
Ia yang pada saat itu hanya memperhatikan keadaan pertempuran yang begitu dahsyat dan menakutkan
hatinya sedikitpun tidak ber-jaga2 hingga juga tidak mengetahui adanya orang yang datang ingin
membokong Lim Tiang Hong.
Dan ketika melihat kedatangan Kiu-ban-po ia lantas menjerit kaget serta buru2 menghunus pedangnya. Tapi sepasang tangan Kiu-ban-po dengan cepat sudah berada 1435
didepan mukanya Lim Tiang Hong dengan jarak tinggal satu kaki lagi saja!
Tiba2 berkelebat satu bayangan merah! Disusul
dengan terdengarnya suara tamparan yang amat
nyaring, menyusul lagi makian yang yang halus dan nyaring. "Phui! Nenek tua tidak tahu diri. Lekas pergi kau dari sini....!"
Belum habis suara itu, mendadak terdengar suara
bentakan keras. "Kau sesungguhnya juga terlalu
pandang rendah aku si orang she Lim!"
Suara itu dibarengi dengan menyambarnya satu
tangan, tangan Lim Tiang Hong menyambar muka Kiuban-po. Nenek itu tadinya menyangka kalau Lim Tiang Hong
yang diam2 begitu, tentu sedang terluka parah. Maka tanpa memperdulikan kedudukannya sendiri yang sudah tinggi ia ingin membokong! Pada anggapannya,
perbuatannya demikian pasti membawa hasil.
Siapa nyana, selagi kedua tangannya berada dekat
sekali di depan muka Lim Tiang Hong, pipinya sendiri malah yang mengalami tabokan keras sampai dua kali.
Itu adalah perbuatan si gadis cilik, Siauw-yong!
1436 Yong sikecil atau disebut Yong-jie, meski kecil
tubuhnya, tapi tamparannya berat. Tubuhnya yang
langsing, menyebabkan dia bisa bergerak gesit. Setelah kedua tengannya menggampar muka Kiu-ban-po, dengan gerak yang gesit sekali menekuk tubuhnya dengan kaki menendang dada si nenek itu, dan setelah mana ia
melesat jauh2. Gerakan Kiu-ban-po tadi, sebetulnya cepat luar
biasa. Tapi setelah digampar dua kali dan mendapat tendangan pula, gerakannya agak lambat. Dan justru pada saat inilah Lim Tiang Hong sudah mengerahkan kekuatan yang ada dan menyerang sekalian!
Sebentar kemudian hanya terdengar suara jeritan
ngeri. Nenek itu badannya dibikin terpental setombak lebih untuk akhirnya jumpalitan.
Masih untung kekuatannya cukup, tenaga dalamnya
sempurna. Meski telah dihajar pulang pergi sampai tiga kali masih dapat dia mempertahankan untuk tidak
sampai rubuh. Setelah kakinya menginjak tanah, ia mundur sempoyongan sampai beberapa langkah. Namun demikian, mulutnya tak urung tak dapat menahan
semburan darah. 1437 Ia pentang lebar2 matanya, dengan sorot buas
memandang Lim Tiang Hong dan Siauw Yong sejenak,
dan kemudian lari ngacir.
Lim Tiang Hong sendiri, selelah memukul mundur
nenek tua itu, ia sendiri juga mesti mundur sampai tiga tindak. Untung tidak sampai mengeluarkan darah. Kalau demikian tentu si nenek akan balik lagi. Karena dengan cepat pula ia sudah tenangkan diri dan tidak bergerak, membuat Kiu-ban-po ketakutan dan ngiprit.
Pertempuran kembali berlangsung satu jam. Disitu
hanya tertinggal Pek-bin It-koay, Ang-hoat Lo-lo, Lam-hay Gia-mo, Biauw-ciu Thian-koan, Koancu dari Lionghouw-koancu serta Liauw-tong Kim-cie, Hwee-san Koay-khek, Kong Bun Thian dari pihak Thian-cu-kauw dan Bi-kui Siancu yang menghadapi orang2 dari Kie-lin-kok.
Jikalau diambil perbandingan dari jumlah orangnya, terang pihak Thian-cu-kauw lebih banyak. Tetapi ditilik dari sudut kekuatan dan kemahiran bersilat orang2
tersebut adalah kebalikannya.
Tiga orang Hong-hong-tie yang terkuat dengan satu Yu-kok Oey-eng bukan saja merupakan tenaga2 baru
yang masih segar dan dalam kekuatan dan kemahiran 1438
bersilat juga lebih jauh tinggi dari orang2 buas dan kejahatan mereka sudah ber-tumpuk2, namun belum
pernah mereka saksikan orang demikian buas dan ganas seperti si pengemis kaki satu itu, juga boleh dikata orang2 itu jika berhadapan dengan pengemis kaki satu itu, se-olah2 berhadapan dengan macan yang sedang mengamuk hingga siapa saja yang dihadapinya ia terus terjang dan terkam sehingga tidak bernyawa lagi.
Sedangkan senjata tongkat besinya yang tidak
punya mata, telah membuat kawanan orang2 jahat itu harus berlaku hati2 kalau tidak mau kena kemplangan di atas kepala mereka.
Maka di setiap hati orang2 itu lalu timbul niatan akan mengundurkan diri. Pertempuran harus
mengandalkan semangat kuat, terutama dalam
pertempuran kalut yang semacam itu. Maka setelah
kawanan penjahat itu sudah berniat kabur, sudah tentu sudah tidak ada semangat tempur mereka lagi.
Justru pada saat itu si pengemis kaki satu tiba2
menggeram dengan suara keras sekali. Senjatanya telah mematahkan senjata Ang-hoat Lo-lo, tongkat lawan
tongkat. 1439 Tongkat merah Ang-hoat Lolo sudah patah,
tangannya dirasakan sakit dan keluar darah. Cepat ia mengundurkan diri, tapi si pengemis kaki satu secara kilat sudah maju pula sambil berkata dengan suara dingin: "Kau masih mau kabur..."
Tangan kirinya lalu bergerak, dan dari telapak
tangannya itu keluar kekuatannya yang hebat
menggulung menyambar muka Ang-hoat Lo-lo.
Nenek rambut merah itu lantas menjerit dan segera tubuhnya terbang melayang dan masuk ke dalam jurang yang curam.
Kawanan penjahat yang menyaksikan keadaan
demikian mengerikan, pada ketakutan setengah mati.
Biauw-chiu Thian-koan dengan diam2 dan secara
tiba2 melompat ke belakang dan kabur lebih dulu.
Selanjutnya menyusul tindakan si pengecut itu
berlarianlah Pek-bin It-koay, Lam-hay Gia-mo ter-birit2
ke bawah gunung! Si Pengemis kaki satu melintangkan tongkat
besinya, tertawa ber-gelak2 dan berkata: "Tidak tahunya cuma menghadapi kawanan tikus yang tidak tahan
gebuk! Ha, ha.... Aku si pengemis tua sebenarnya belum 1440
puas tidak merasa apa2 kenapa sudah pada ngacir
semua?" Yu-kok Oey-eng juga sudah menyimpan senjatanya
dan melayang ke dekat Lim Tiang Hong.
Gin sie-siu mengawasi Lim Tiang Hong sejenak,
pada kala itu si anak muda sedang duduk pejamkan
mata menunjukkan bahwa dia tidak menderita terlalu hebat. Maka lalu menggapaikan Yong-jie dan berkata:
"Kok-cu sudah berlalu, kita juga sudah harus pergi...."
Yong-jie monyongkan mulutnya menggelenggelengkan kepala menyatakan bahwa dia belum mau
pergi meninggalkan tempat itu.
Tapi akhirnya ia mengikuti juga ketiga orang itu
untuk selanjutnya menghilang diantara rentetan gunung itu.
Pertempuran hebat yang yang jarang terlihat itu
sudah berkesudahan dengan kekalahan dipihak Thian-cu-kauw!
Anggota Thian-cu-kauw baik yang baru maupun
yang lama, banyak yang terbinasa, sedikitnya diduga seratus orang. Hingga lembah Bu-kui-kok banjir oleh darah dan mayat orang yang bergelimpangan disana sini.
1441 Pada saat itu diatas tebing gunung hanya tinggal
Yu-kok Oey-eng, Yan-jie dan Lim Tiang Hong yang
sedang duduk mengatur pernapasannya. Dan gadis itu nampak berdiri dengan mulut bungkam, tak ber-kata2.
Ketika matahari sudah doyong ke barat, baru kelihatan Lim Tiang Hong membuka matanya per-lahan2. Itupun berarti bahwa untuk memulihkan tenaganya kembali itu tanpa dirasa sudah menggunakan waktu tiga jam
lamanya. Pengalamannya kali ini terlalu hebat. Kalau orang lain kiranya yang mengalami, sekalipun tidak binasa, juga pasti habis tenaganya. Hilang semua tenaganya. Tetapi dasar Lim Tiang Hong, dia yang memiliki dasar2
kekuatan yang amat sempurna yang luar biasa dari
semua pengalaman2 gaib yang pernah dialaminya, cukup dapat mempertahankan jiwanya. Pendek kata,
kekuatannya tidak gampang2 dibikin habis!
Setelah kekuatannya dirasakan balik kembali,
begitupun merasa badan baikan, Lim Tiang Hong perlahan2 membuka matanya.
1442 Yang pertama dilihatnya Yu-kok Oey-eng, lalu Yanjie di sisinya. Ia lalu menarik napas dan berkata. "Adik Yan, kali ini sebenarnya kau mau kemana?"
Yan-jie yang selamanya belum pernah mengalami
penderitaan demikian hebat, kali dilembah Bu-kui-kok telah menjadi tawanan beberapa hari lamanya hingga dalam hatinya merasa sangat jengkel, ketika mendengar pertanyaan Lim Tiang Hong parasnya semu merah dan menyahut dengan suara sedih: "Tadi kalau tidak datang encie ini yang menolongku, aku benar2 tidak tahu apa yang akan terjadi"
Dari perkataan Yan-jie diduga bahwa dia masih
belum mengenal Yu-kok Oey-eng yang tengah di
hadapannya. Maka Lim Tiang Hong buru2 perkenalkan mereka seraya katanya: "Adik Yan, kau barangkali masih belum kenal. Mari kuperkenalkan, encie Oey-eng inilah yang dulu pernah kusebut2 namanya kepadamu"
"Encie Oey-eng....?"
Yan-jie mementang matanya lebar2 bagai ingin
sekali meneliti orang yang disebutnya encie Oey-eng tadi.
1443 Lama sekali ia mengawasi dari atas kebawah dan
balik lagi keatas, baru berkata. "Oh! Kalau begitu inikah dia yang bakal jadi ensoku....?"
Perasaan sedih sebenarnya telah timbul dalam
hatinya, telah merasa bahwa semua pengharapannya
buyar. Gadis cantik molek luar biasa yang dihadapinya dia rasakan sebagai oraang yang pernah melepas budi kepadanya, tetapi juga sebagai saingan dalam merebut cinta Lim Tiang Hong.
Yu-kok Oey-eng sementara itu, terhenyak dia
menolongi Yan-jie lapat2 dapat meraba hati gadis cilik itu yang dari percakapannya dapat diduga, terhadap Lim Tiang Hong dia telah mencintainya sangat.
Kini setelah mengetahui perhubungan dengan Lim
Tiang Hong, nyata benar kedukaan Yan-jie, hingga dalam hatinya timbul rasa kasihan. Maka dengan tindakan perlahan2 ia menghampiri si gadis dan berkata: "Adik Yan, aku juga sering dengan engko Hong menceritakan
halmu" Yan-jie yang masih terlalu muda dalam usia, tentu tidak bisa mencegah gerak-geriknya yang ke-kanak2an.
Ketika mendengar hiburan Yu-kok Oey-eng yang
1444 diucapkan lemah lembut, matanya sudah merah, hampir ia menangis. Tetapi ia masih memaksa menahan tidak sampai keluar air mata, dan tiba2 berkata "Aku mesti buru2 pulang ke Kang-lam. Sin-sian Sioksiok tentunya masih belum tahu kalau aku sudah terlepas dari bahaya.
Entah bagaimana gelisah perasaan hatinya...."
Kesedihan dalam hatinya pada saat itu benar2
sukar dapat dilukiskan. Kalau ia buru2 ingin pulang, sebagian karena takut Sin-sian Cu-kat sekalian sangat gelisah. Tapi tentu sebab yang utama karena tidak suka menyaksikan Lim Tiang Hong dengan Yu-kok Oey-eng
nanti menunjukkan sikap yang hangat di hadapannya.
Lim Tiang Hong tahu benar pikiran Yan-jie, tetapi kecuali merasa kasihan dan bersimpati, tidak ada ucapan yang lebih tepat yang dikira bisa dikeluarkan untuk menghibur nona itu. Baru saja dia berkata: "Yan-jie, sendirian kau pulang apa tidak merasa kesepian?"
Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Yan-jie sudah lompat melesat dan menghilang dari
depan mata. Maka ia hanya dapat berkata "ia
sebenarnya bernasib malang...."
Yu-kok Oey-eng berlagak tidak dengar perkataan
kekasihnya, sebab sebagai manusia biasa dalam saingan 1445
memilih kekasih tentu tidak bisa dan tidak mau
mengalah. Lim Tiang Hong yang mengetahui Yu-kok Oey-eng
tidak mengatakan apa2, ia juga tidak berkata-kata lagi.
Ia teringat peristiwa dirumah Heng-lim Cun-loan.
Ia pernah menggunakan tanda perintah Kie-lin
memanggi! Orang2nya Hong-hong-tie minta mereka cari keterangan tentang pembunuhan Heng-lim Cun-loan.
Yam-kiong Kiam-khek pernah menjanjikan dalam
waktu sebulan akan mengirim keterangan mengenai itu kepadanya. Dan waktu itu sudah hampir tiba, maka
harus segera pergi menemui mereka, tetapi sayang Yan-jie keburu berlalu. Pikirnya, baik pergi ber-sama2 dengan nona itu untuk mendengar berita pembunuhan ayah
anak itu. Ia sedang memikir dan bagai merenung, mendadak
mendengar suara Yu-kok Oey-eng: "Aku tahu
hubunganmu dengan Yan-jie tadi baik sekali. Tapi harus kau tahu, peruntungan kita sudah ditetapkan sejak masing2 kita dalam-perut ibu. Apalah daya kita untuk mencegah hati yang telah diatur oleh orang2 tua kita?"
1446 Lim Tiang Hong dibikin tercengang, lama sekali ia baru dapat menangkap arti perkataan itu, maka lantas menjawab sambil ketawa getir: "Perkataanmu itu kau ucapkan tentu karena tidak mengenal pikiranku.
Sebaiknya juga disini kututurkan: Ayah Yan-jie tadi, yakni Heng-lim Cun-loan pernah menolongku dan karena mau menolongku dia sampai terbinasa secara begitu
mengenaskan. Karena itu mana bisa kulepaskan
tanggung jawabku buat me-lihat2 anaknya yang sudah piatu itu" Tapi jangan salah paham lagi, aku cuma anggap Yan-jie sebagai adik sendiri, kau percayalah!
Mengenai urusan antara kita, sekalipun orang2 tua kita tidak mengatur lebih dulu, tapi aku.... atas perhatianmu yang begitu besar, sebagai manusia dan bukan patung, mana aku tidak mempunyai perasaan balik terhadapmu"
Sekalipun aku si orang she Lim tidak ada guna, tidak mau membiarkan pribadiku rusak seperti binatang.... kau kenalilah aku"
Perkataan2 Lim Tiang Hong yang diucapkan sangat
bernapsu, membuat selebar wajahnya si nona merah.
Yu-kok Oey-eng tiba2 tertawa geli dan bertata:
"Aku cuma berkata sembarangan, kenapa kau begitu
1447 gelisah takut dicemburui barangkali" Aku tahu, orang yang tahu dan menghargai budi sudah baik sekali.
Sedikitpun tidak ada maksudku perlakukan Yan-jie
seperti adik tiri! Jika tidak begitu, perlu apa aku jauh2
datang kemari dan untuk menolong dia?"
Sehabis berkata demikian, dengan tangannya ia
membereskan rambutnya yang kusut, lalu mengeluarkah selembar saputangan. Dengan sikap yang sangat open mulai memesut tanda2 darah di wajah kekasihnya seraya katanya: "Kau harus cari suatu tempat untuk bersihkan tubuh dan pakaianmu! Sekalian untuk istirahat, perlu tempat yang aman dan baik. Sebetulnya kemanapun kau pergi aku ingin ikut dengan kau, tapi sekarang belum lagi waktunya, terpaksa di sini sajalah kita berpisah dulu"
Lim Tiang Hong mendengar ucapan Yu-kok Oeyeng bagai dara me-rayu2, membaui lagi harum semerbak tubuhnya itu, ia merasa semangatnya telah terbang jauh!
Manakah tidak begitu" Ia yang semenjak kecil hidup sebagai anak piatu, sedikit sekali merasai kecintaan wanita. Baik ibunya, maupun teman2 wanitanya. Dan kali ini ia menghadapi seorang gadis cantik molek laksana 1448
bidadari, yang pun merupakan calon isterinya tentu girang sekali hatinya.
Maka dengan tiba2 ia memeluk erat2 tubuh Yu-kok
Oey-eng sang kekasih, wajahnya yang masih bernoda darah terus ditempelkan ke paras tunangannya!
Yu-kok Oey-eng meronta sedikit, tapi Lim Tiang
Hong yang sudah bagai binatang buas tidak melepaskan kesempatan itu, mencium dan merangkul kekasihnya itu se-puas2nya.
Yu-kok Oey-eng tidak melawan. Ia membiarkan
dirinya diciumi dan didekapi, lama baru ia buka mulut:
"Perjodohan kita meski sudah ditetapkan, tapi sekarang ini masih ada peraturan yang membatasi kita jangan sampai berbuat yang tidak sopan. Jangan sekali2 karena cinta lantas lupa daratan. Bukanlah begitu?"
Lim Tiang Hong bukanlah pemuda hidung belang.
Barusan kelakuannya demikian buas, karena
perasaannya cintalah yang me-luap2. Selain itu telah mengetahui bahwa wanita itu adalah tunangannya. Dan kini mendengar kata2 sang kekasih, hatinya merasa agak menyesal. Ia melengak dan lama tidak bisa bicara.
1449 Yu-kok Oey-eng mengira bakal suaminya itu merasa
tidak senang atas kata2nya, maka dengan perlahan
mendorong pula dirinya sembari berkata: "Aku se-kali2
tidak menolak kau rapat dan intim sekali denganku, melainkan mengharap kau bisa jaga diri jangan sampai terlibat oleh pengaruh setan. Perkataanku barusan maukah tidak ditaruh dalam hatimu?"
Lim Tiang Hang meng-angguk2, bagai anak kecil
baru disadarkan dari kekeliruannya, hingga dalam hati merasa tidak enak.
Yu-kok Oey-eng tiba2 berkata pula sambil
tersenyum manis: "Tolol, kenapa kau berdiri saja" Kau harus berangkat dan aku juga akan pergi!"
Sehabis berkata tubuhnya melejit ke atas, sebentar menghilang dari depan mata Lim Tiang Hong.
Kini Lim Tiang Hong merasa bagai baru mendusin
dari tidurnya. Tiba2 ia ingat, Yu-kok Oey-eng orangnya Hong-hong-tie, mengapa tidak sekalian minta dia sama2
pergi ke Hong-hong-tie tadi" Mungkin disana ia bisa membuka tabir rahasia mengenai dirinya sendiri.
Karena berpikir demikian, bayangan Ho-lok Siu-su
yang tinggi jangkung itu kembali melintas didepan 1450
matanya. Yah, itu adalah Ho-lok Siu-su Lim Thian Sun.
Dialah ayah Lim Tiang Hong, pun yang di-sebut2 Kie-lin Kokcu oleh orang2 Hong-hong-tie saat ini.
Tapi dalam otaknya kembali timbul beberapa
pertanyaan. Ke-satu: Kalau betul2 Kie-lin Kokcu ayahnya mengapa tadi seperti tidak mau mengenali anaknya"
Meskipun benar dalam bahaya selalu ia dilindungi, mengapa harus secara diam2" Kedua: Kalau benar Kie-lin Kokcu adalah Ho-lok Siu-su, mengapa tidak
mempergunakan gelar yang lebih sedap Ho-lok Siu-su itu" Apa ia menyimpan rahasia dalam hatinya" Ketiga: Ada permusuhan apa antara Kie-lin Kokcu dan Pek-tok Hui-mo" Barusan keduanya berhadapan satu sama lain.
Kenapa tidak lantas bertempur" Pek-tok Hui-mo pernah memaki dia merusak rumah tangganya mengambil
isterinya Mengapa Kie-lin Kokcu tidak membantah" Jadi benarkah demikian"
Semua pertanyaan2 itu membikin dia tidak habis
pikir. Dan keadaan yang disaksikan tadi ketika Kie-lin Kokcu bertemu muka dengan Pek-tok Hui-mo ia lantas mengingat perbuatan Pek-tok Hui-mo yang selalu
memakinya sebagai anak haram. Ia lalu menarik satu 1451
kesimpulan: Kalau begitu jadi akulah anak dari seorang ibu yang adakan hubungan gelap dengan Kie-lin Kokcu"
Jikalau hubungan antara Kie-lin Kokcu dengan Lok-hee Hujin itu tidak terang, maka kepribadian agungnya Kie-lin Kokcu bisa dijadikan persoalan besar dan tentu saja ia tidak berani menggunakan nama Ho-lok Siu-su lagi.
Mengingat akan hal demikian, lalu timbul kesannya tidak baik terhadap ayahnya. Apakah benar ayahku
semacam manusia rendah sekali"
Sendirian ia berdiri terus, sekian lama belum juga bergerak. Tiba2 kesiuran angin malam itu membikin dia sadar! Dan benar2 si pemuda alias Lim Tiang Hong baru engah kalau hari sudah menjelang senja.
Buru2 ia gerakkan kakinya meninggalkan tempat
yang penuh darah itu. Tidak sampai dua hari Lim Tiang Hong sudah
kembali ke kelenteng Thian-cee-bio, dimana sudah
menunggu Yam-kiong Kiam-khek suami isteri. Dan
mereka begitu melihat kedatangan Lim Tiang Hong,
lantas disambut dengan meriah.
Yam-kiong Khw-khek lantas tertawa dan berkata:
"Sutee, kenapa baru sekararg kau datang" Kau bikin 1452
cemas hatiku saja!. Kokcu sudah kasih perintah kita semua harus pulang ke Hong-hong-tie. Oleh karena aku petlu sampaikan kabarmu dulu, terpaksa memperlambat waktu dua hari"
Lim Tiang Hong lalu berkata sambil menyoja:
"Semua itu adalah karena salahku. Maaf!"
Seterusnya ia lantas mencaritakan apa yang pernah dialaminya dilembah Bu-kui-kok dalam usahanya
menolong Yan-jie. Yam-kiong Kiam-khek lantas berkata: "Kita sebagai saudara2 sendiri, tidak perlu begitu merendah. Urusan yang kau pesan kepadaku dulu, yaitu buat carikan
keterangan soal pembunuban Heng-lim Cun-loan, sudah juga kudapat. Begini: Tapi ingat, soal pembalasannya harus dibicarakan kemudian hari lagi, ini juga pesan Kokcu. Kiranya Hiantee bisa juga mentaati bukan?"
Lim Tiang Hong mengangguk, tapi dalam hati
merasa bingung. Kenapa Yam-kiong Kiam-khek tidak
menjelaskan dulu apa sebabnya Kokcu memesan
demikian. Ia lalu melanjutkan penuturannya demikian:
1453 "Tentu kau masih ingat, waktu baru2 kau
munculkan diri dengan nama Lim Tiang Hong, lantas bertemu dengan banyak orang2 Hian-bun yang mereka pandang sebagai musuh, bukan lain dari itu lantaran kau timbulkan urusan patung kuno Siauw-lim-pay menimbulkan urusan besar dalam gereja Siauw-lim-sie dan membuat orang2 persilatan pada tumplekkan
perhatiannya terhadapmu. Pada waktu itu sebetulnya mereka salah mata. Semua urusan itu dilakukan oleh Im-san Mo-lie. Dialah yang menyaru laki2 sebagai kau hiantee! Tentu kaupun telah mengerti sebab wajah dan
segala2 dari dia mirip dengan kau. Im-san Mo-lie yang juga tahu orang2 itu menyangka kau yang berbuat,
lantas berdiri sebagai penonton disamping sambil
kadang2 cari kesempatan buat merugikan orang lain.
Tentu siapa yang bisa duga begitu" Mereka hanya tahu kau punya kepandaian tinggi. Dan kau sebagai orang baru kau dinyatakan menggemparkan dunia kang-ouw
waktu itu. Oleh karenanya Im-san Mo-lie lalu berpikiran hendak menempel kau. Kebetulan Lok-hee Hujin suruh dia pergi ke Tang-gak bio, katanya buat carikan satu anak laki2 yang pernah dititipnya dikelenteng itu dan 1454
anak laki2 itu adalah kau sendiri. Semula Lok-hee Hujin tidak mengharap Kauwcu Thian-cu-kauw mengetahui
persoalannya. Tapi siapa tahu urusan makin lama makin meluas. Kauwcu sendiri juga akhirnya mengetahui kabar itu. Memang juga sudah ada niatnya ingin merampas Tat-mo-kheng, jadi kebetulan ada kau sebagai pemuda berkepandaian hebat. Setelah dirundingkan dulu dengan Lok-hee Hujin untuk membujukmu harus akui dia sebagai ayahnya, malah pernah dikatakan olehnya kau akan
dijadikan Kauwcu sebagai ganti kedudukan dia. Itulah sebabnya orang2 Thian-cu-kauw pertama menyebutmu
Kauwcu muda. Kau ingat" Mereka ingin pinjam
tenagamu, sudah barang tentu tidak mau sampai kau tahu riwayatmu. Heng-lim Cun-loan mengenal kau dan ingin membuka rahasia riwayatmu, maka lalu dibunuh oleh Im-san Mo-lie yang keji akalnya. Lain daripada itu, mereka juga membuat huru-hara di-mana2 supaya di-mana2 ada musuhmu sehingga kau nanti akan terpaksa masuk menjadi anggota Thian-cu-kauw atau minta
perlindungan dari dia. Sementara mengenai urusan
lain2nya, semua sudah kau tahu sendiri, rasanya tidak sulit buat kau pikirkan sendiri"
1455 Lim Tiang Hong mendengar uraian Yam-kiong
Kiam-khek, lalu mengenangkan kembali semua kejadian2
masa lalunya. Ia lalu sadar. Mendadak menggeram dan berkata: "Sungguh tak kusangka Im-san Mo-lie begitu kejam hatinya! Lihat nanti kalau ketemu denganku akan kuhabiskan riwayatnya! Hmm!"
Hiang-ie Siancu berbicara dari samping: "Ya sudah seharusnya mati bagiannya. Tapi hubungan dia dengan kau, apa kau tahu" Sedarah daging! Apalagi Kokcu sudah pesan supaya kau tahan sementara waktu"
Lim Tiang Hong yang sudah gemas berkata dengan
suara nyaring: "Aku mau bunuh Pek-tok Hui-mo, tidak diijinkan Kokcu! Sekarang Im-san Mo-lie, juga dilarang.
Apa sih maksudnya?" Yam-kiong Kiam-khek kibas2kan kipasnya dan
berkata dengan suara tenang: "Suhu sudah memikir
panjang dan luas pengetahuannya. Segala urusan kalau sampai kepadanya, tentu memakai pertimbangannya
yang teliti. Dalam hal ini tentu ada sebabnya ia
melarangmu, maka janganlah coba2 melangkahi
pesannya" 1456 "Dimana sekarang adanya Kokcu" Bisakah kau ajak
aku menemui dia?" "Sementara waktu ini, biarlah jangan. Kokcu pesan begitu. Nanti setelah tiba saatnya, katanya beliau akan mencari padamu sendiri"
"Kenapa?" "Tentang ini suheng mu tidak tahu"
"Apa dia punya rahasia yang tidak boleh diketahui orang lain?"
Tiba2 berubah air muka Yam-kiong Kiam-khek, dan
katanya: "Apa maksud pertanyanmu ini" Kau masih
sangsikan pribadi Kokcu" Jikalau kau bukan orang yang paling dekat dengan Kokcu, sudah dari tadi suhengmu tidak mau sungkan2 lagi terhadapmu!"
Lim Tiang Hong juga sudah merasa sendiri, bahwa
kata2nya tadi kurang dipikirkan. Setelah mendapat teguran suheng-nya demikian, wajahnya seketika
menjadi merah. Hiang-ie Siancu kuatir Lim Tiang Hong merasa
hilang muka, maka mendadak mendorong suaminya dan menyesali dengan kata2nya: "Bagaimana sih" Orang
1457 yang tidak tahu persoalan tentu mesti menanyakan
demikian. Mana boleh lantas kau perlakukan begitu".
Lim Tiang Hong lantas menyambungi, "Perkataan
suheng tadi betul. Tadi adalah siauwtee yang kurang teliti mengeluarkan kata2".
Yam-kiong Kiam-kek yang dari luar kelihatan lemah lembut, tapi sebetulnya beradat berangasan dan keras.
Cuma terhadap suhunya, yakni Kie-lin Kokcu yang
dipandangnya setinggi langit, maka sedikitpun ia tidak memperbolehkan orang menyangka gurunya jelek.
Tegurannya terhadap Lim Tiang Hong adalah yang paling merendah. Dan setelah Lim Tiang Hong suka akui
kesalahannya, dia juga tertawa dan berkata, "Kalau hiantee sudah tahu salah, itulah yang paling baik.
Selanjutnya, jika dikemudian hari ada kesempatan, aku bisa ajak kau menemui Kokcu. Waktu itulah kau akan tahu bahwa semua perkataan2ku tidak dusta!"
Ia lalu bangkit dan berkata lagi: "suheng dan
sosomu harus cepat kembali ke Hong-hong-tie, sampai disinilah dulu. Sampai kita bertemu lagi!"
Sehabis berkata demikian ia lalu meninggalkan
kelenteng itu bersama isterinya.
1458 Lim Tiang Hong tidak minta lagi pergi ber-sama2 ke Hong-hong-tie. Ia tahu percuma saja minta ikut lagi, sebab toh tidak akan diajak. Lagipula, lambat atau laun bukankah suhengnya ini pernah menjanjikan akan
mengantarkan kesitu"
Cuma mengenai dendam sakit hati Heng-lim Cunloan yang perasaannya harus lekas2 dibereskan, maka ia merasa tidak enak memikir pesan Kokcu Hong-hong-tie.
Dan seberlalunya suami isteri Yam-kiong Kiam-khek, iapun lekas meninggalkan tempat itu.
Berjalan belum lama, mendadak dilihatnya satu
bayangan berkelebat lalu mencekal tangannya sambil membentak: "Binatang, bagus sekali perbuatanmu....!"
0-0dw-kz0-0 Bab 36 DAYA reflek Lim Tiang Hong ada sangat tajam.
Tatkala orang itu ulur tangannya hendak mencengkram dadanya, dengan cepat ia kempeskan dadanya dan
menyedot hawa napasnya, sedang satu tangannya
secepat kilat mencekal pergelangan tangan orang
tersebut. 1459 Tapi, ketika ia mengetahui bahwa orang itu adalah Heng-thian It-ouw, tangan yang menyambar
pergelangan tangan orang tadi lantas ditarik kembali dan diturunkan ke bawah. Dengan perasaan bingung ia
menanya: "Ada urusan apakah yang membuat
locianpwee sedemikian gusar?"
Dengan nada suara dingin, Heng-thian It-ouw
menjawab: "Semua ada gara2nya kelakuanmu yang
bagus itu, aku si tua bangka cuma mempunyai seorang murid. Lantaran kau, sekarang telah dipaksa menjadi anggotan Thian-cu-kauw. Jikalau kau tidak segera
mencarinya, kau lihat, apakah aku nanti dapat
mengampuni dosamu atau tidak?"
Dalam hati Lim Tiang Hong merasa sangat
mendongkol hingga alisnya sampai berdiri. Wajahnya beberapa kali berubah tapi ketika menngingat bahwa yang menuduh itu adalah orang dari tingkatan tua, apalagi masih pernah subo nya, maka ia terpaksa harus kendalikan hawa amarahnya dan dengan suara
merendah ia berkata: "Apa yang terjadi tempo hari, benar2 tidak ada hubungannya dengan teecu. Perbuatan terkutuk itu adalah kauwcu muda Thian-cu-kauw yang 1460
melakukan. Tentang ini, enci Kouw-loan sendiri juga sudah mengerti"
Tapi Heng-thian It-ouw rupanya masih tidak mau
mengerti, ia berkata dengan sengit: "Ngaco. Sudah terang adalah perbuatanmu, sekarang kau hendak
timpakan dosamu kepada lain orang. Dengan terus
terang, apa yang terkandung dalam hati muridku, apa kau kira aku tidak tahu" Dia apakah kau kira ia bisa jatuh cinta kepada orang semacam itu?"
Lim Tiang Hong nampak semakin cemas, ia
terpaksa membantah "Bagaimana teecu berani
membohong dihadapan subo" Pemuda keparat itu
melakukan perbuatannya ialah ketika enci Kouw-loan sedang kehabisan tenaga!"
Heng-thian It-ouw mendadak lintangkan
tongkatnya, dengan suara gemas ia berkata: "Untuk sementara aku percaya keteranganmu, tunggu nanti
setelah aku menemukan bocah itu kita bicarakan lagi.
Kalau terbukti kau berani membohongi aku, aku nanti segera bunuh mati padamu!"
Sehabis mengucap demikian, dengan cepat ia
menghilang dari depan matanya Lim Tiang Hong.
1461 Lim Tiang Hong geleng2kan kepala sambil ketawa
getir, lalu berkata kepada dirinya sendiri "Urusan ini benar2 menjadi runyam. Enci Kouw-loan benar2 telah masuk menjadi anggota Thian-cu-kauw, meski ia sudah mendapatkan jodohnya, tapi ini berarti ia sudah lompat ke dalam api...."
Tapi kemudian ia berpikir pula: "Satu2nya jalan
buat sekarang ini cuma bisa turun tangan memperbaiki martabat Im Tay Seng! Jika dia bisa merubah
kelakuannya, sungguh beruntung hidupnya encie Kouw-loan. Tapi jika tidak bisa, bukan cuma dia sendiri akan celaka. Bisa2 membikin encie Kouw-loan menderita
selamanya.... Aah! Kenapa Tuhan mempermainkan
umatnya begitu rupa....?"
Dengan pikiran kusut Lim Tiang Hong seorang diri
keluar dari kelenteng Thian cee-bio. Tiba2 telinganya dapat menangkap suara2 orang memuji nama Buddha
yang amat nyaring "Omi To Hud"
Dan selanjutnya terdengar pula kata2nya: "Apakah
Sicu selama ini baik2 saja?"
Lim Tiang Hong terperanjat. Ketika menengok, di
depannya sudah berdiri itu padri dari Siauw-lim-sie yang 1462
pernah dijumpainya di puncak bukit Ban-kiap-hong, yakni Tay-tie Siansu.
Padri tersebut, dengan jubahnya yang
gedombrongan ter-tiup2 angin, bertindak mendekati Lim Tiang Hong. Padri berilmu tinggi dari Siauw-lim-sie ini sudah 40 tahan lamanya mengasingkan diri digunung Go-bie. Selama itu belum pernah terjunkan diri ke dunia kang-ouw. Tapi karena waktu2 belakangan ini geger, dengan kabar berita terampasnya kitab Tat-mo-keng, dan atas permintaan Hui-hui Taysu sendiri yang
menghadap kepada orang berilmu itu, baru dia turun gunung lagi.
Lim Tiang Hong dalam hatinya berpikir apa perlunya padri tua itu mencari dirinya" Sementara itu Tay-tie Siansu telah merangkap tangannya, berkata dengan
suara perlahan: "Kitab peninggalan Tat-mo Couwsu sekali2 tidak boleh hilang. Kabarnya kitab itu sudah berada pada Sicu. Maka sebaiknya Siauw Sicu kembalikan kitab tersebut kepada gereja kami agar supaya persahabatan kita tidak terganggu"
Lim Tiang Hong melongo. Jelas kata2 itu diucapkan dengan nada menuduh dan minta kembali barang secara 1463
sembarangan muka setelah tertegun sejenak, lalu ia menyahut: "Bagaimana bisa Taysu ucapkan perkataan demikian?"
"Salah seorang murid partai kami pernah melihat
dengan mata kepala sendiri yang Siauw Siculah, dengan muridnya Heng-thian It-ouw yang dipanggil Henghay Kouw-loan bersama2 membawa kitab itu. Rasanya toh tidak salah!"
Ini kembali merupakan suatu tuduhan yang
menggelikan. Disamping rasa mendongkol, Lim Tiang Hong pun merasa geli. Tuduhan yang langsung dan
datang secara mendadak itu sungguh diluar dugaannya.
Tapi setelah dipikir sejenak, lantas disahutinya si padri dengan sabar, "Aku mengerti, Kembali ada orang yang menyaru sebagai Lim Tiang Hong, dan lagi2 telah timbul kesalahan paham yang cukup dalam!"
Kala itu, usia Tay-tie Siansu, sudah melewati
sembilan puluh tahun usianya, kesabarannya luar biasa.
Karena sudah kenyang makan asam garam dunia kangouw, sebenarnya dalam hatipun dia sudah mengerti, tidak ada alasan buat mencurigai Lim Tiang Hong.
Apapun dahulu pernah terdengar olehnya soal
1464 penyamaran orang lain sebagai Lim Tiang Hong. Tetapi karena salah seorang muridnya berkukuh mengatakan pernah melihat dengan mata kepala sendiri, bahwa
betul2 Lim Tiang Hong dan Honghay Kouw-loan berjalan sama2 membawa kitab suci, maka keadaan menjadi lain.
Sebab, sekalipun ada orang yang menyaru, toh tidak mungkin bisa berada ber-sama2 dengan Henghay Kouw-loan. Setelah mendengar pernyaan tidak terimanya Lim Tiang Hong, padri tua itu lalu berkata sambil tersenyum:
"Harap Siauw Sicu jangan mengelakkan perbuatan
sendiri. Apa dalam dunia ini ada manusia yang begitu besar nyalinya, berani menyaru sebagai sutee di hadapan sucinya sendiri" Tentu dalam hal ini Loceng tidak percaya dan betul2 tidak percaya!"
"Orang itu, menurut dugaanku adalah Siauw
Kauwcu Thian-cu-kauw, Im Tay Seng. Percaya tidaknya, terserah kepada Taysu. Aku si orang she Lim masih mempunyai urusan lain, tidak banyak waktu untuk
melayani Taysu. Sekarang ingin minta diri" Lim Tiang Hong berkata demikian dan benar2 saja berlalu setelah menyoja dalam2 kepada padri tua Siauw-lim-sie itu.
1465
Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tetapi Tay-tie Siansu lantas menghadang
didepannya seraya berkata: "Siauw Sicu, jangan pergi dulu! Perkataan yang barusan sicu ucapkan membuat hati Loceng curiga. Cobalah turut renungkan: Henghay Kouw-loan adalah seorang gadis keturunan manusia
baik2 dan sebagai manusia terhormat mana mungkin
berada ber-sama2 dengan Siauw Kauwcu Thian-cu-kauw seperti apa katamu?"
"Sebab2nya dalam hal ini, tidak bisa terlalu jelas diterangkan diriku. Pendek kata, aku si orang she Lim sama sekali tidak tahu. Dan Taysu tidak perlu terus merongrong aku" Getas sekali Lim Tiang Hong memberi penyahutan, alisnya dikerutkan.
Sehabis berkata, tiba2 tubuhnya melesat, se-olah2
anak panah lepas dari busurnya, sudah berada di tempat jauh.
Waktu itulah Tay-tie Siansu berseru sambil
menyebut nama Buddha. "Siauw Sicu! Apa dengan cara begitu saja kau lantas mau kabur?"
Sambi! kebutkan lengan jubahnya, padri tua itu
mengejar. Baru saja kaki Lim Tiang Hong menginjak 1466
tanah, Tay-tie Siansu sudah melayang turun di
hadapannya lagi. Padri tua itu merupakan orang kuat nomor satu
dalam cabang persilatan Siauw-lim-pay pada masa itu.
Kepandaian dan kekuatannya mempunyai latihan lebih dari lima puluh tahun. Oleh karena dalam partainya kecurian benda yang paling berharga, beliau tanpa mengindahkan tata tertib dunia persilatan sediakan diri buat turun tangan terhadap seorang tingkatan muda seperti Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong sendiri, karena merasa desakan
Tay-tie Siansu yang agak keterlaluan menurut pikirnya, menjadikan gusarnya timbul juga. Dengan suara kasar disambutnya padri tua itu: "Apa Siansu bermaksud
menahan aku?" "Menahan Loceng rasa tidak perlu. Tapi sebaiknya
berikanlah kesempatan Loceng geledah badan Sicu".
Lim Tiang Hong mendadak tertawa ber-gelak2 dan
katanya: "Siansu sesungguhnya berkata menghina
orang! Aku si orang she Lim sekali mengatakan tidak tetap tidak! Apalagi mencuri atau merampok, Haram bagiku! Kenapa Siansu bisa keluarkan perkataan
1467 menggeledah itu" Jikalau kau tetap paksa ingin
menggeledah boleh juga, cuma aku ingin lihat ada tidak kemampuanmu!".
Tay-tie Siansu agaknya merasa mendongkol juga
mendengar kata2 kasar Lim Tiang Hong, dengan alis agak berdiri berkata: "Jikalau Siauw Sicu benar2 tidak suka kembalikan barang itu, Loceng pikir juga akan menggunakan kekerasan. Bagaimana?"
"He, heeh...." Lim Tiang Hong tertawa hambar,
selanjutnya tidak mau meladeni padri tua itu dan balik badan.
Tay-tie Siansu, bukan cuma merupakan orang
tertua dalam cabang persilatan Siauw-lim-pay saja, bahkan dalam dunia kang-ouw umumnya dapat
dikatakan dialah salah seorang golongan tua yang sangat terhormat namanya. Dan kala itu menerima penghinaan demikian dari seorang tingkatan muda, betapa lebih tinggi lagi sekalipun sabarnya, barangkali juga tidak akan sanggup mengendalikan amarahnya. Demikianlah
mendadak Siansu itu tertawa ber-gelak2 sambil
menyebut nama Buddha ber-kali-2 lalu katanya: "Siauw 1468
sicu tidak suka Loceng geledah, maka terpaksalah
Loceng akan bertindak meskipun betul kurang sopan!"
Mendadak badannya bergerak, tangannya secepat
kilat menyambar pergelangan tangan Lim Tiang Hong.
Sambil ketawa dingin Lim Tiang Hong kerahkan ilmunya, Sam-sam Po-hoat. Badannya sejenak terlihat bergerak, sambaran tangan Tay-tie Siansu nyasar ke tempat
kosong, Ilmu Kin-na Chin-hoat cabang Siauw Sim-sie
merupakan suatu ilmu tersendiri yang sudah terkenal kelihayannya. Terutama digunakan oleh orang tingkatan tertua seperti Tay-tie Siansu, tentu saja lebih baik dan lebih sempurna. Siapa nyana, dalam menghadapi
seorang bocah ingusan, benar2 ia gagal!.
Dan ketika padri tua itu melirik kearah Lim Tiang Hong anak muda itu masih tetap berdiri tegak
ditempatnya sambil mesem2!. Rupanya belum setengah tindakpun dia menggeser tubuhnya. Dalam kaget dan herannya, padri tua ini balikkan tangannya dan kembali cepat bagaikan kilat tangannya mengarah jalan darah Ciok-tie hiat, berbareng dengan gerakan mana ikut menyambar lengan jubahnya yang gedombrongan yang
1469 mengeluarkan hembusan angin cukup kuat, maksudnya ingin menghalangi jaian mundurnya Lim Tiang Hong.
Bagaimanapun juga, padri tua itu sudah mempunyai
banyak sekali pengalaman dalam menghadapi lawan
tangguh. Begitulah gerakannya kali ini membuat Lim Tiang Hong diam2 kaget. Dengan badan tetap berdiri ditempat, dikerahkan ilmunya, Siauw-yang It-ku sinkang!
Ia meluncurkan serangannya ini dengan tangan sebelah, kemudian lengannya yang lain bergerak dan membalik, menggunakan tipu pukulan yang dinamakan "Ular melibat gajah" salah satu gerak tipu dalam Kim-liong Pat-jiauw.
Gerakan itu merupakan gerakan balas mencekal
pergelangan tangan. Tay-tie Siansu Si padri tua semula menyangka Lim Tiang Hong pasti menggunakan gaya
Sam-sam Po-hoat yang semula digunakan
menghindarkan serangannya. Siapa nyana pemuda
tersebut bisa begitu cepat merubah tipu serangannya, maka sebentar hanya terdengar suara benturan dari tenaga kedua pihak, hingga dua2nya merasa terkejut!
Padahal tangan Lim Tiang Hong saat itu tepat
mencekal pergelangan tangan Tay-tie Siansu! Karuan saja kaget tak kepalang bagi padri beribadat itu, cepat 1470
ditarik kembali tangannya, kakinya digeser mundur sampai lima kaki.
Tay-tie Siansu merupakan satu2nya orang golongan
tertua yang masih ada dalam cabang persilatan Siauw-lim-pay, sungguh tidak diduga belum sampai dua jurus sudah terdesak mundur demikian oleh lawannya. Malu sekali tentunya, hingga seluruh wajahnya merah
membara. Dengan terpaksa dikerahkannya seluruh
kekuatannya. Dengan mendadak membalikkan telapak
tangannya, kekuatan tenaga dalam meluncur dari situ, kekuatan yang tak berujud itu telah meluncur keluar seolah2 gelombang air laut pasang!
Lim Tiang Hong tidak menduga yang padri tua itu
akan dapat mengeluarkan serangannya secara begitu mendadak. Dalam keadaan terancam sangat, dia
menggunakan sebelah tangannya menyambuti serangan pertama, hanya dipakai lima bagian kekuatan tenaganya saja!
"Bluummmmm!" Disertai suara yang dahsyat terdengar nyaring, baju panjangnya Lim Tiang Hong ber-kibar2. Badannya
mundur beruntun sampai lima tindak. Sedang Tay-tie 1471
Siansu, masih berdiri tegak ditempatnya sedikitpun tidak nampak bergeming. Sambil ketawa panjang padri tua itu berkata: "Kekuatan tenaga dalam Siauw Sicu masih
selisih jauh sekali. Loceng tidak suka mendesak seorang muda sampai keterlaluan, maka sebaiknyalah Siauw Sicu lekas keluarkan kitab itu!"
Sikap padri tua yang menganggap dirinya orang
yang menang dan menganggap rendah pecundangnya,
seketika itu lantas menimbulkan kegusaran Lim Tiang Hong yang wataknya tinggi hati. Dengan suara besar dan tertawa ter-bahak2 berkatalah pemuda ini: "Untuk
sementara kau boleh bangga. Untuk menentukan siapa kalah siapa pecundang masih tidak dapat ditentukan sekarang"
Perkataannya itu dibarengi dengan melesatnya satu bayangan dan tangan Lim Tiang Hong telah mengerjakan satu serangan! Kali ini, rupanya dia sudah gusar benar2, telah dikeluarkan delapan bagian tenaganya. Angin yang keluar dari tangannya demikian hebat bagai angin puyuh atau gelombang laut pasang, menggulung ke tubuh si padri tua.
1472 Tay-tie Siansu yang melihat keadaan demikian,
berubah wajahnya seketika. Kembali lengan jubahhnya tampak ber-kibar2 Ilmu Bu-siang Sin-kangnya
dikeluarkan guna menyambuti serangan Lim Tiang Hong.
Kembali terdengar suara gempuran hebat bagai
bumi akan hancur. Disusul dengan menderunya angin dahsyat yang ber-putar2 ke atas, beberapa pohon yang tumbuh di kedua samping orang2 yang sedang
bertempur itu pada bertumbangan.
Tay-tie Siansu ber-goncang sedikit pundaknya.
Kedua kakinya sudah melesak ketanah setengah kaki dalamnya, sedang kala itu Lim Tiang Hong kelihatan tenang2 saja, tidak bergerak barang setindak. Hanya dalam hatinya diam2 merasa kaget, orang tua dari
siauw-lim-pay yang dihadapinya itu benar2 tangguh....
Tay-tie Siansu benar2 tidak menduga bahwa
seorang diri golongan muda bisa mempunyai tenaga
dalam begitu tinggi. Perasaan itu telah mendorong hatinya untuk menang sendiri. Setelah mulutnya memuji nama Buddha, mendadak tubuhnya melesat tinggi ke
atas lalu menubruk Lim Tiang Hong bagai burung bangau menubruk ikan di lautan.
1473 Dalam waktu sekejapan saja telah keluarkan 15 kali beruntun serangan dari lengan jubahhnya. Padri tua ini sudah memiliki lebih dari 10 rupa kepandaian dari partainya, Siauw-lim-pay. Maka begitu turun tangan, bukan kepalang hebatnya sudah dapat dibayangkan!
Setiap serangannya merupakan serangan maut bagi
lawan, tempat sekitar tiga tombak persegi se-olah2
mengalami hujan angin hebat, batu2 berguguran dan abu mengulak tinggi.
Lim Tiang Hong mengeluarkan seluruh
kepandaiannya. Ia tahu pertempuran sengit sudah tak dapat dielakkan lagi. Hakekatnya, dalam keadaan
demikian pemuda itu tidak dapat mengerjakan lain atau berpikir panjang. Maka lalu digerakkannya kedua
tangannya, menyambuti setiap serangan yang
dilancarkan oleh Tay-tie Siansu.
Secepat kilat pula ia sudah mengeluarkan serangan balasan sampai 13 kali, menukar cara bersilatnya sampai 8 kali, baru berhasil dapat mengimbangi suasana.
Pertempuran sengit kali itu, merupakan suatu
pertempuran terhebat yang pernah dialami Lim Tiang Hong semenjak dia keluar dari perguruannya. Pada
1474 waktu2 biasanya, sedikit sekali dikeluarkan tipu2
serangannya yang aneh2. Tapi pada kali ini, serangan yang aneh2 dan luar biasa itu terus keluar bagai air banjir.
Dibawah teriknya sinar matahari, cuma kelihatan
bayangan abu2 dan bayangan biru yang bertukar tindih, atau sebentar melayang ke atas dan kebawah, dilain saat ber-putar2an! Sedangkan hembusan angin yang keluar dari tangan kedua manusia itu membikin tanaman dan batu2 pasir disekitar tempat tiga tombak persegi menjadi beterbangan dan tersapu bersih! Suara benturan dari kekuatan keduanya sebentar2 terdengar nyaring! Suara itu bercampur kadang2 dengan suara bentakan, geraman atau siulan. Kecuali itu semua kedua orang itu sama2
membungkam tidak mengeluarkan kata2.
Tigapuluh jurus, limapuluh jurus, seratus jurus....
Dalam waktu sekejapan mata saja sudah sampai ke
jurus yang ke seratus lima puluh, kekuatan kedua pihak nampak masih berimbang.
Bagi Tay-tie Siansu, yang merupakan orang tertua
dan namanya sudah tersohor hampir seratus tahun,
kalau dapat merebut kemenangan dalam pertempuran
1475 tersebut, tidaklah mengherankan. Tetapi bagaimana kalau kalah" Tentu akan menjadikan penyesalan untuk selama2nya. Maka pertempuran berlangsung semakin
lama, hatinya semakin kuatir.
Dalam keadaan bimbang cemas dan takut, padri tua
itu telah mengerahkan seluruh ilmunya, Bu-siang Sinkang yang telah diyakinkannya selama 90 tahun dengan
pengharapan dapat mengalahkan lawannya. Tapi pada saat itu tiba2 dia merasa bahwa pengharapan semacam itu cuma akan mendatangkan kekecewaan hatinya. Pihak lawan, meski usianya masih muda, namun kekuatan
tenaga dalamnya kelihatan mengalir terus tiada habisnya se-olah2 air dari sungai Tiang-kang dan lautan yang tidak ada habisnya. Sekalipun bertempur sampai seribu jurus, juga tidak bisa kehabisan tenaga.
Akan tetapi, kejadian telah terlanjur menjadi
demikian, kecuali bertempur secara nekad, apa yang dapat diperbuatnya" Maka lantas dirubahnya tipu
serangannya dengan mendadak. Ilmu simpanan Siauwlim-pay, antaranya yang bernama Hok-mo Ciang-hoat, lantas dikeluarkan hingga tipu serangannya dari tidak berwujud, berubah jadi mengeluarkan suara. Dalam
1476 waktu sekejapan medan pertempuran bagai
mengeluarkan suara men-deru2, menimbulkan gulungan angin puyuh yang demikian hebat, membuat Lim Tiang Hong mau tak mau harus mundur tujuh sampai delapan tindak.
Tipu serangan Hok-mo Ciang-hoat ini, sewaktu
untuk pertama kalinya Lim Tiang Hong menyatroni
Siauw-lim-sie, sudah dikenalnya dengan baik. Tapi digunakan oleh Tay-tie Siansu yang kekuatannya lain dari yang lain, bukan cuma hebat saja, tapi perubahannya seperti banyak sekali. Daa selagi pikirannya agak lengah, ia sudah terdesak mundur.
Dalam cemasnya, tiba2 mulutnya mengeluarkan
suara siulan. Refleks lantas keluar ilmunya Lui-thian Hui-hoan
Ciong-hoat. Diantara menderunya angin buatan, suara beledak suara gempuran terdengar tidak berhentinya.
Tay-tie Siansu sudah berubah wajahnya, kelihatan
urat2 hijau menonjol dibadannya. Kepalanya yang gundul mengeluarkan uap putih, dirasa kakinya menindak
mundur sampai kembali ke tempat asalnya.
1477 Mendadak Lim Tiang Hong ketawa ber-gelak2 dan
berkata: "Taysu! Coba sambuti seranganku sekali ini!"
Medan pertarungan mendadak mengeluarkan suara
keras laksana guntur! Wajah Tay-tie Siansu nampak heran, mundur tiga
tindak. Lim Tiang Hong kelihatan hanya pundaknya yang ber-goyang2, tapi kemudian berdiri seperti biasa. Setelah itu terdengar suara keratak kerotok dari tulang2 dalam badan Tay-tie Siansu, jubahnya yang berwarna abu2
mendadak melembang seperti balon. Ketika lengan
jubahnya dikebaskan, tertampak lengan tangannya
kurus, urat2nya menonjol. Tangan itu ditujukan ketengah udara, lalu dengan per-lahan2 diturunkan sebatas
dada.... Lim Tiang Hong yang sudah mendapat banyak
pengalaman segera mengerti bahwa dalam gusarnya,
pasti padri tua itu akan mengeluarkan serangannya yang mematikan, hingga diam2 telah mengeluarkan ilmu Hian-kang nya, sedang ilmu Siauw-yang It-ku Sin-kang nya telah terpusat di kedua tangannya. Tangan kiri
selanjutnya tertekuk sebatas dada untuk melindungi bagian tubuh sebelah atas depan, sedang tangan
1478 kanannya diangsurkan dengan telapak tangan
menghadap kemuka! Itu adalah suatu persiapan akan meluncurkan serangan dengan tipunya Lui-thian Hui-hoan Ciang.
Saat itu hawa udara cerah. Matahari sedang
hebat2nya memancarkan sinarnya, diangkasa sedikitpun tiada berawan. Ditanah juga tidak kelihatan angin menghembus. Namun suasana sangat tegang.
Keringat segede kacang kedele mengetel keluar dari kepala Tay-tie Siansu yang botak kelimis. Sebagian badan jubahnya yang gedombrongan sudah basah
dengan peluh. Lim Tiang Hong dengan alis berdiri dan mata memancarkan sinar tajam, kala itu bertambah
keren. Wajahnya yang cakap saat itu nampak merah seperti kepiting direbus. Baju panjangnya yang berwarna biru, juga dibasahi oleh air keringat. Kedua pihak, waktu itu terang tidak ada yang berani berlaku lengah.
Dibawah teriknya sang surya, cuma kelihatan dua
mahluk Tuhan yang ber-gerak2 kesana kemari dengan tindakan lambat2. Itulah Lim Tiang hong dan Tay-tie Siansu!
1479 Tiba2 terlihat dua bayangan manusia itu, dengan
gerakan gesit luar biasa saling gempur....
Kembali terdengar suara gemuruh!
Dua pihak dengan cepat mengambil jarak, masing2
mengambil tempat semula. Lim Tiang Hong masih tetap dengan tangan kanan melindungi dada tangan kiri
terangkat ke atas, namun wajahnya yang tadi kelihatan merah membara kini kelihatan pucat pasi. Dadanya juga nampak kembung kempis.
Ternyata kedua orang itu dalam waktu tak lebih
dari sedetik, sudah mengadu kekuatan lagi.
Kelihatan sepasang tangan Tay-tie Siansu melurus
kebawah tubuhnya agak condong ke depan. Kedua
lututnya kelihatan agak tertekuk se-olah2 kerbau tarung tengah mengawasi lawannya.
Mendadak Lim Tiang Hong berkata dengan
suaranya yang keras "Siansu, sudah terluka jerohanmu.
Pertempuran ini biarlah kita habisi sampai disini!"
Terdengar suara batuk2 kecil, kemudian dari mulut Tay-tie Siansu tersembur darah hidup. Setelah mana, padri tua itu tertawa ber-gelak2 dan berkata: "Tidak 1480
perlu berlagak murah hati! Keadaanmu sendiri barangkali tidak akan lebih baik dari padaku!"
"Jikalau rasanya masih kurang puas, boleh coba2
lagi beberapa jurus!"
"Apa kiramu Loceng takut kepadamu?".
"Kalau kehendakmu ingin sampai pada titik darah
penghabisan, silakanlah!"
Tepat pada saat itu mendadak muncul dua
bayangan orang yang lari ke gelanggang tempur itu laksana kilat. Dari jauh, seorang sudah meng-aok2 nama Tay-tie Siansu sambil rangkap tangan. "Su-couw!
Barusan ada perintah dari pusat, Henghay Kouw-loan dan bocah itu sudah tertangkap oleh para saudara kita!
Empat Locu dari bagian rangon penyimpan kitab masing2
sudah berangkat menuju ke utara, mohon keputusan
Sucouw!" Tay-tie Siansu tiba2 menghela napas panjang.
Sambil ulap-kan tangannya berkata: "Sudah tahu! Kalian boleh jalan dulu!"
Dua padri yang baru datang itu tundukkan kepala,
merangkap tangan memberi hormat kemudian membalik 1481
tubuh dan buru2 berlalu ke jurusan asalnya mereka datang.
Entah bagaimanalah kiranya perasaan Tay-tie
Siansu pada saat itu, sulit dapat dilukiskan. Badannya menggigil seperti orang kedinginan, mukanya pucat pias.
Oleh karena tindakannya yang serampangan tanpa
mengusut perkara dengan teliti, telah membuatnya sekarang berada di pihak serba salah dan sampai mengalami kekalahan sedemikian rupa. Hal itu, apabila tersiar ke kalangan persilatan, apa masih ada muka buat dia
menemui orang lagi" Kepalanya yang tadi tunduk terangkat, mengawasi
wajah Lim Tiang Hong yang sudah bersemu merah,
kemudian tundukkan kepala lagi dan menarik napas.
Lalu, dengan diam2 tubuhnya bergerak lompat melesat ke dalam rimba dan lantas menghilang tanpa bekas.
Lim Tiang Hong ambil tempo sejenak buat istirahat, darahnya yang tadi bergolak sudah tenang lagi. Telah dilihatnya juga keadaan Tay-tie Siansu yang
mengenaskan. Dalam hati merasa kasihan dan tidak
enak. Kesulitan yang tak ter-duga2 telah merecoki dirinya, meski betul dengan datangnya dua padri
1482 belakangan sudah dibikin terang, tapi akibatnya telah membikin nama buruknya Tay-tie siansu sendiri. Namun, siapakah yang mesti disalahkan"
Mendadak teringat oleh Lim Tiang Hong
perjalanannya sendiri yang bermaksud ingin memperbaiki martabatnya Im Tay Seng. Karena pada saat itu sedang dikejar oleh orang2 Siauw-lim-pay, jikalau tidak segera mendapat pertolongan niscaya akan tamatlah
riwayatnya. Dan bagaimana pula nasibnya Henghay
Kouw-loan yang berada ber-sama2 dengan dia" Boleh jadi karena hubungannya dalam kenyataan yang sudah menjadi suami isteri. Jikalau ada terjadi apa2 atas diri Im Tay Seng, ia sendiri juga barangkali tidak akan hidup sendiri. Memikir soal itu, perasaan kuatir timbul dalam hati Lim Tiang Hong. Tanpa berani berayal lagi seketika itu juga diayunnya kakinya mengambil arah utara.
0-0dw-kz0-0 Bab 37 MALAM telah tiba. Keadaan yang senja yang terang, telah menjadi gelap gulita.
1483 Lim Tiang Hong yang menyusul keutara tidak
memperdulikan gelapnya cuaca dan dinginnya hawa
malam itu. Saat itu sudah tiba di kaki gunung Thay-san.
Dalam perjalanannya itu, sedikitpun tidak di
jumpainya tanda2 telah menemui jejak. Tentu sulit mengejar secara membabi buta. Ia yang tidak mendapat petunjuk apa2 dan tidak tahu apa maksudnya Im Tay Seng dari arah mana yang dituju.
Maka ketika melihat tengah malam buta itu sudah
berada dikaki gunung, pikirannya sudah lebih cemas.
Dalam keadaan demikian, tiba2 telinganya
menangkap suara berkibarnya pakaian. Daya
pendengarannya yang sangat tajam segera dapat
membedakan bahwa suara tadi bukan dari seorang saja, melainkan dari banyak orang. Maka diam2 lantas
pikirannya bekerja, "Apa mereka itu kawanan padri Siauw-lim-pay?"
Ia lalu sembunyikan diri kesebuah batu cadas yang besar.
Tidak antara lama terlihat olehnya sembilan
bayangan manusia, bagaikan serombongan burung
gagak melayang melalui jalanannya tadi.
1484 Daya penglihatan tajam Lim Tiang Hong hebat
bukan main. Segera dikenalnya rombongan orang2 itu, terdiri dari wakil ketua Thian-cu-kauw Pie-ma Thian-kauw, yang memimpin Liauwtong Kim-cie, Hwee-san
Koay-khek, Cit-sat-sin, Khong Bun Thian dan beberapa anggota pelindung hukum Thian-cu-kauw lainnya.
Saat itu terdengar suaranya Pie-ma Thian-kauw
yang bicara dengan nada rendah sekali: "Kabarnya
mereka berdua sudah masuk ke daerah gunung Thay-san ini. Kawanan padri Siauw-lim juga sudah datang
mengejar, maka dalam soal ini harus cepat kita turun tangan jangan sampat kedahuluan oleh kepala gundul itu, bisa runyam...."
(0-0dw-kz0-0) Jilid ke 16 Ia angkat kepalanya, seperti memeriksa keadaan
sekitarnya Lalu katanya pula: "Sekarang kita harus adakan penyelidikan dengan berpencaran. Aku minta saudara Liauw-tong Kim-cie dan saudara Khong Bun
Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Thian membawa dua kawan adakan penyelidikan dari
kanan dan kiri. Aku sendiri akan menyelidiki ke bagian 1485
tengah dengan Hwee-san Koay-khek. Kalau ada apa2, lekas gunakan tanda api merah buat saling beri kabar".
Sehabis berkata, wakil ketua itu lari lebih dahulu, terus naik ke atas.
Liauw-tong Kim-cie dan Khong Bun Thian juga
lantai berpencar ke kanan dan kiri dengan masingmembawa dua pengikut. Lim Tiang Hong yang menyaksikan semua kejadian,
dalam hati merasa heran sedikit. Dilihat dari kejadian mereka tadi, terang Im Tay Seng sudah lepaskan diri dari Thian-cu-kauw....
Jikalau benar demikian halnya, menjadi lebih
mudah lagi usaha Lim Tiang Hong. Barangkali Im Tay Seng telah terkena pengaruh Henghay Kouw-loan dan bisa banting stir menuntut hidup baru dengan jalan baik2.
Berhubung dengan adanya pikiran Lim Tiang Hong
ini, girang sekali hatinya, sebab dapat memperbaiki seorang pemuda yang bermoral bejat menjadikan
seorang anak muda baik2. Itu sesungguhnya merupakan suatu kejadian langka dan patut digembirakan. Apalagi orang itu dengan dia masih erat hubungannya.
1486 Seberlalunya Pie-ma Thian-kauw dau kawan2nya,
Lim Tiang Hong juga lantas keluar dari tempat
sembunyinya dan mengikuti rombongan Pie-ma Thiankauw. Daerah gunung Thay-san demikian luas. Untuk
mencari orang satu dua gelintir kesitu, sesungguhnya bukan soal mudah.
Rombongan Pie-ma Thian-kouw di depan, diikuti
oleh Lim Tiang Hong dari belakang. Orang2 itu dengan susah payah membuat jalan di pegunungan. Kira2 satu jam lamanya, mendadak dari sebelah timur, kelihatan api warna biru yang meluncur ke tengah udara. Dibawah penerangan api tanda itu, nampak wajah setiap orang dalam rombongan Thian-cu-kauw tegang sekali. Tiba2
terdengar suara Pie-ma Thian-kauw yang keras: "Ada disana! Lekasss!!!"
Perkataannya itu disusul dengan gerakan tubuhnya
sendiri yang cepat, lari menuju ke arah dari mana tanda api tadi terlihat.
Karena tujuannya sudah ditunjuk, Lim Tiang Hong
merasa tidak perlu mengejar mereka, dengan cepat
dikeluarkannya ilmu meringankan tubuhnya yang tinggi, 1487
se-akan2 asap terbang sebentar saja sudah melalui Pie-ma Thian-kauw menuju ke arah api pertandaan tadi.
Ilmunya lt-shia Cian-lie Lim Tiang Hong boleh
dibilang sukar dapat tandingannya. Dalam waktu
sekejapan saja sudah dilihatnya di suatu tempat bergerak satu bayangan manusia, juga berkelebatnya sinar senjata tajam.
Ternyata empat padri Siauw-lim-sie dari bagian
rangon penyimpan kitab dengan berpencaran mengambil posisi segi empat mengurung Im Tay Seng dan Honghay Kouw-lan di tengah2. Sedang di belakang mereka itu, ada 36 anak murid Siauw-lim-pay yang membawa
senjata ..... dari golongan Buddha.
Dilain sudut, tampak berdiri Liauw-tong Kim-cie dan dua orang kawannya. Mereka nampak bertengkar
dengan Im Tay Seng. Lim Tiang Hong hanya mendengar Hui-bing Siansu
yang berkata: "Orang ini tidak perduli murid penghianat perkumpulanmu atau bukan, baik dia Kauwcu muda
kalian, tidak boleh bebas sebelum Lolap ambil kitab dari badannya!"
1488 Liauw-tong Kim-cie meng-urut2 beberapa lembar
jenggotnya, menyahut sambil ketawa hambar: "Siauw-lim-pay merupakan salah satu partai terbesar dalam kalangan persilatan! Tujuh puluh dua jenis ilmu silat kalian sudah merajai dunia kang-ouw! Bagaimana seperti orang mati tidak bila menjaga peti matinya" Bisa
membikin hilang kitab peninggalan sucouw nya sendiri.
Ha! ini benar2, membikin orang tidak habis mengerti!"
Hui-kak Siansu tahu bahwa ucapan Liauw-tong Kimcie yang keras itu menyindir mereka, maka lantas
membentak dengan suara keras: "Sicu tidak usah
berlagak. Seperti apa yang Sicu katakan tadi, Siauw-limpay sebagai salah satu partai terkuat. Itu benar!
Meskipun jarang menimbulkan perkara diluaran, jangan itu dianggap kami takut berurusan diluaran. Jikalau mau dikatakan bahwa kitab itu tidak berada di badan Siauw Sicu ini, biarlah Lolap mengadakan penggeledahan dulu, baru nanti kita bicarakan hal2 lainnya belakangan"
Dengan mendadak Hui-kak Siansu maju ke depan
dan mencekal pergelangan tangan Im Tay Seng.
1489 Tiba2 dengan secepat kilat Henghay Kouw-loan
menggerakkan pedangnya menghalangi niat Hui-kak
Siansu menawan orang. Henghay Kouw-loan pernah ikut Lim Tiang Hong
menerjang Siauw-lim-pay. Itulah sebabnya empat padri Siauw-lim-sie bagian rangon penyimpanan senjata telah mengenal dia sebagai murid Leng-thian It-ouw.
Dan kini mendadak dia memihak pihak Thian-cukauw, membuat Hui-kak Siansu kebingungan sendiri.
Sambil menyebut nama Buddha, padri tua ini berkata:
"Orang ini dosanya sudah melewati takaran. Dialah Kauwcu mudanya Thian-cu-kauw, bukan Lim Siauwhiapl Apa sebabnya nona menghalangi pinceng?"
Henghay Kouw-loan dengan paras pucat dan suara
gemetar berkata "Tidak perduli siapa dia, tidak kuijinkan kalian menghina dia tanpa alasan yang cukup kuat!"
Hui-kak Siaissu yang mendongkol hatinya,
mendadak tertawa ber-gelak2 dan terus berkata: "Li Sicu, kau juga terlalu keras kepala! Kitab Tat-mo-keng bagi kami amat penting artinya, yang harus diambil kembali buat Siauw-lim-sie. Siapapun yang berani
merintangi, kami anggap dia sebagai musuh kami. Dan 1490
tanpa ampun bisa kami bunuh! Harap sebaiknya Li Sicu jangan ikut campur dalam urusan Loceng sekali ini"
Dalam keadaan demikian, Henghay-Kouw-loan
sebetulnya sudah tahu bahwa Im Tay Seng berada dalam keadaan terjepit benar2. Tetapi karena dia telah
serahkan dirinya kepada anak muda tersebut, sudah dengan sendirinya dia tidak mau tahu bahaya apa yang akan menimpa dirinya. Sekalipun binasa ber-sama2
dengan pemuda itu, dia sudah rela. Perkataan2 Hui-kak Siansu yang bersifat mengancam meski mengejutkan
hatinya, masih tetap dia keras kepala. Sambil putarkan pedang panjang ditangannya, berkata: "Urusan malam ini, aku Henghay Kouw-loan pasti akan ikut ambil bagian!
Terserah dengan kepandaian apa kalian ingin melayani nonamu!"
Hui-kak Sansu berkata sambil ketawa menyengir:
"Kalau begitu, Loceng terpaksa pun akan berlaku kurang ajar"
Dengan cepat tubuhnya maju dua tindak, tetapi
ketika bermaksud hendak turun tangan, dari luar
kalangan tiba2 terdengar suara bentakan keras: "Tahan dulu! Tunggu sampai aku si orang she Beng
1491 membereskan urusan dalam rumah tanggaku kalau
masih ingin bertempur terus!"
Bersama dengan itu, Pie-ma Thian-kauw Beng Sie
Kiu bagaikan burung terbang sudah melayang ke tengah lapangan. Wakil ketua Thian-cu-kauw ini sebetulnya sudah lama mengincar kitab peninggalan Tat-mo Cauwsu buat dikangkangi sendiri, cuma belum berani secara terang2an. Kali ini, setelah Pek-tok Hui-mo menyerahkan buat selesaikan tugas pembersihan dalam Thian-cu-kauw, tiba2 Kauwcu itu menghilang, yang dalam dugaan Beng Sie Kiu, atau anggapan sang Kauwcu yang
beberapa kali pernah menderita kekalahan itu menutup diri atau pergi ke lain tempat untuk berlatih lagi dengan kitab Siauw-lim-sie hasil curian.
Diluar dugaan, gundik Pek-tok Hui-mo, yakni Lakchiu Sian-nio tiba2 memberitahukan bbahwa Im Tay
Seng sudah mencuri kitab peninggalan Tat-mo Couwsu itu dan kabur ber-sama2 Henghay Kouw-loan. Dan Pie-ma Thian-kauw diminta bantuannya buat pergi mengejar.
Kejadian ini barang tentu membuat Pie-ma Thian-kauw girang bukan kepalang, maka segera turun tangan
sendiri untuk melaksanakan tugas atau lebih tepat untuk 1492
dapat mewujudkan cita2nya mengangkangi kitab. Itulah kesempatan satu2nya buat dia untuk mendapatkan kitab tersebut dan jika berhasil berarti telah 90% maksudnya terlaksana.
Sayangnya kitab yang didapatkan oleh Im Tay Seng
hanya bagian terakhir dari apa yang didapat oleh Pek-tok Hui-mo. Pelajaran2 dalam kitab itu hanya cocok bagi kaum wanita, maka Pek-tok Hui-mo sengaja
meninggalkan perkumpulannya, memberi bagian yang
tidak penting itu kepada Lak-chiu Sian-nio.
Gundiknya itu, dalam kebingungan tidak bisa
membedakan kitab mana yang dicuri itu, hingga
membikin geger seluruh orang2 Thian-cu-kauw.
Mari kita tengok gerak-gerik Pie-ma Thian-kau
setelah berada di tengah kalangan. Dengan sombongnya dihampirinya Im Tay Seng seraya katanya: "Tahukah kau dengan menggunakan hukuman apa perkumpulan Thian-cu-kauw menghukum muridnya yang berkhianat"
Sekarang mengingat kau adalah putra Kauwcu sendiri, cukup dengan kau serahkan Kitab Tat-mo-keng itu dan ikut aku pulang ke pusat perkumpulan serta minta
1493 ampun kepada Sian-nio, Aku berani berikan jaminan, urusan akan dibikin habis begitu saja!"
Setelah didengarnya perkataan2 Pie-ma Thian-kauw
yang sombong itu, lantas berubah wajahnya Im Tay
Seng yang tampan. Setelah ketawa panjang
menyeramkan, lalu berkata: "Beng Sie Kiu! Kau toh bukan lain daripada satu pembantu ayahku! Kenapa
berani begitu kurang ajar didepanku" Dengan terus terang Thian-cu-kauw telah didirikan oleh ayahku
seorang saja, tidak pernah pinjam tenaga orang lain! Apa yang kau katakan Kitab Tat-mo-keng juga benda ayahku!
Andai kata benar aku mati dan ambil adalah wajar, tidak ada hak kau mengurusi urusanku! Apalagi kau mengatakan aku pengkhianat, lagi juga Lak-chiu Sian-nio itu orang macam apa?"
Pie-ma Thian-kauw yang mengandung maksud lain
sudah tentu tidak mau mendengar segala ocehannya Im Tay Seng. Ia kukuh dengan pengaduan Lak-chiu Sian-nio. mengatakan bahwa kedatangannya itu dengan
membawa titah Kauwcu, maka lantas membentak
dengan suara keras: "Sungguh besar nyalimu eh! Berani tidak pandang mata seorang dari tingkatan tua" Hai 1494
saudara2 lekas ringkus bocah ini. Jika dia berani melawan bunuh saja habis perkara!"
Dibawah perintah, dengan menggunakan alasan
menangkap pengkhianat, sudah tentu Liauw-tong Kim-cie dan lain2nya segera sudah hendak turun tangan.
Im Tay Seng gusar sekali. Lalu dihunus peclangnya dan membentak: "Siapa berani melanggar Siauw Kauwcu akan dianggap sebagai pengkhianat. Lekas mundur!"
Biar bagaimana, Im Tay Seng tetap putera Kauwcu.
Maka sebelum mendapat perintah Kauwcu sendiri,
Kauwcu muda ini masih tetap merupakan seorang
berwibawa yang tidak boleh sembarangan diraba. Liauwtong Kim-cie dan kawan2nya merasa berada dalam
keadaan serba salah, semuanya hentikan tindakaanya tidak berani melangkah lagi.
Pie-ma Thian-kauw gusar. Ia lalu mengeluarkan
simbol Thian-cu-kauw yang dinamakan Thian-cu Pek-kut-leng. Sambil angkat tinggi2 benda itu diatas kepalanya dia keluarkan perintahnya sekali lagi: "Siapa yang tidak dengar perintah kami, akan mendapat hukuman menurut peraturan perkumpulan!"
1495 Simbol Thian-cu Pek-kut-leng itu adalah benda
kepercayaan bagi orang2 terpenting dalam Thian-cu-kauw yang mewakili perintah Kauwcu, hingga buat orang yang membawa simbol itu dianggap sebagai Kauwcu
sendiri. Benda yang berupa tulang putih itu semuanya ada tiga buah. Dan yang dibawa oleh Beng Sie Kiu itu adalah yang didapatnya dari Lak-chiu Sian-nio
Liauw tong Kim-cie dan kawan2nya setelah
mendengar perintah kerasnya Pie-ma Thian-kauw, tidak bersangsi lagi. Tiba2 Im Tay Seng ketawa ber-gelak2
seraya katanya. "Kau gunakan simbol Thian-cu Pek-kut-leng, apa kiramu bisa menggertak aku Ha, ha, ha...."
Setelah itu pemuda ini masukkan tangannya
kedalam sakunya, lantas sebuah Thian-cu Pek-kut-leng berada dalam genggamannya dan diangkat tinggi2
didepan anak buahnya hingga Lauw-tong Kim-cie dan kawan2nya yang sudah sedia akan turun tangan,
terpaksa membatalkan tindakan mereka. Sesaat lamanya suasana sunyi.
Pie-ma Thian-kauw putar terus otaknya untuk
mencari daya upaya yang sempurna atau alasan2 buruk yang dapat dikemukakan buat dapat membinasakan Im 1496
Tay Seng. Dan dalam waktu singkat itu, dia tidak dapat pikirkan daya upaya apapun.
Sebagai orang cerdik ia mengetaiul apa akibat dari tindakannya itu. Jikalau tidak mempunyai alasan tepat untuk menimpakan segala dosa kepada Im Tay Seng dan turun tangan sembarangan tanpa alasan, beberapa
anggota pelindung hukum itu pasti akan berbalik
melawannya. Sebab mereka ini, biar bagaimana adalah orang2nya Pek-tok Hui-mo dan setia pada sang
pemimpin tersebut. Lama dalam keadaan sunyi, hingga kawanan padri
dari golongan Siauw lim-pay sudah merasa tak sabaran lagi. Hui-bing Siansu segera keluarkan suaranya yang nyaring. "Jahanam! Lekas serahkan kitab itu! Apa benar2
kau kehendaki Loceng sekalian turun tangan?".
Oleh karena terdapatnya orang2 Thian-cu-kauw
yang begitu banyak, membuat Im Tay Seng merasa
dapat tambah angin. Ketika mendengar suara Hui-bing Siansu, dia ketawa ber-gelak2 dan berkata: "Kepala gundul! Jangan mimpi siang2. Kitab itu sekalipun betul berada delam badan tuan mudamu, juga jangan harap bisa kau minta balik! Kau dengar: Jikalau ada
1497 kepandaian, boleh lekas keluarkan semua disini! Tuan mudamu sedikitpun tidak akan merasa jeri!"
Bukan kepalang gusarnya Hui-bing Siansu. Lengan
jubahnya lantas digulung dan tangannya melancarkan serangan hebat detik itu pula.
Henghay Kouw-loan yang berdiri di samping Im Tay
Seng, tiba2 menggeram keras: "Berani!" Pedang
panjangnya lalu bergerak, menyerang dari atas.
Dengan adanya rintangan ini, Hui-bing Siansu mau
tidak mau manarik kembali serangannya.
Pie-ma Thian-kauw yang menyaksikan keadaan
demikian mendadak ketawa ber-gelak2 dan berkata:
"Aku sekarang mengerti. Kiranya kau mengkhianati
perkumpulanmu sendiri adalah disebabkan karena
adanya budak hina ini. Haa.... haa..."
Dia berhenti sejenask, kemudian membentak
dengan suara keras: "Liauw-tong Hok-hoat! Tangkap dulu budak hina itu!".
Liauw-tong Kim-cie segera menyahut "Baik" dan
meluncurkan badannya cepat sekali, menyerang
Henghay Kouw-loan secara mendadak.
1498 Im Tay Seng merasa cemas dan gusar. Ia keluarkan
bentakan yang keras: "Siapa berani bergerak
sembarang" Lekas berhenti!"
Tetapi belum lenyap suara bentakannya, Pie-ma
Thian-kauw sudah menerjang seperti kerbau gila. Tanpa perdulikan apapun akibatnya terus menyeruduk Im Tay Seng, beruntun dengan tiga kali serangannya.
Kepandaian silat wakil Kauwcu ini jauh diatas Im
Tay Seng. Apalagi dia sudah menggunakan waktu lengah ingin membunuh Kauwcu muda itu, ditambah pada setiap serangannya dipergunakan sepenuh tenaganya, tentu saja dalam waktu singkat itu Im Tay Seng merasa
keteter dan tidak punya kesempatan untuk muka mulut lagi. Dia terpaksa mundur sampai tujuh delapan kaki dengan perasaan dongkol.
Pertarungan antara orang2 sendiri itu sebetulnya
adalah suatu kesempatan baik yang dapat dipergunakan orang2 Siauw-lim-pay buat sementara menonton dulu untuk kemudian menggulingkan yang menang. Akan
tetapi Hui-bing Siansu yang sudah banyak pengalaman dan mempunyai perhitungan tajam, sudah dapat lihat bahwa perbuatannya Pie-ma Thian-kauw itu jauh diluar 1499
garis2 peraturan manapun. Agaknya dia sudah bertekad bulat ingin membunuh Kauwcu muda Thian-cu-kauw itu.
Oleh karenanya, ia yang merasa kuatir nanti akan
didahului oleh wakil Kauwcu itu.
Dengan pertimbangan itulah dia merasa perlu
segera bertindak, Setelah menyebut nama Buddha,
betul2 badanya digerakkan seraya berseru: "Sicu sekalian supaya lekas berhenti! Tunggu nanti sampai loceng bereskan soal kitab milik Siauw-lim-sie kalau masih mau diteruskan!"
Setelah itu, ia lalu menyerbu kedalam medan
pertempuran. Tangannya dikibaskan dua kali, maksudnya ingin melerai orang2 yang bertempur itu.
"Duk! Beleduk!"
Tangan Hui-bing Siansu beraduan dengan tangan
Pie-ma Thian-kauw, keduanya mundur masing2 setindak.
Pie-ma Thian-kauw terperanjat. Dengan mata
melotot lebar berkata menahan geram: "Sungguh tidak nyana partai kenamaan Siauw lim-pay bisa membantu kawanan pengkhianat! Haa, ha. ha.... Apa tidak takut nama partaimu dijadikan buah tertawaan orang2 dunia kang-ouw"!"
1500 Hui-bing Siansu mendongkol, dengan suara tak
kalah kerasnya, ia berkata: "Loceng tidak ada maksud ikut campur tangan dalam urusan rumah tangga kalian!
Yang paling perlu kembalikan dulu kitab kami itu".
Oleh karena terjunnya Hui-bing Siansu
kegelanggang itu Khong Bun Thian dan lain2 anggota pelindung hukum Thian-cu-kauw semua pada meluruk
ketengah. Hui-kak Siansu dan tiga kawannya juga
mengurung sekitar Im Tay Seng, mereka terus adakan penjagaan kuat di sekitar pemuda itu, hingga keadaan merupakan yang paling tegang dan sangat rawan sekali, salah2 bisa segera timbul suatu pertempuran kalut.
Lim Tiang Hong semenjak tadi terus sembunyikan
diri melihat gelagat, telah merasa bahwa saat untuknya turun tangan akan segera sampai. Dengan gerakan yang tak terduga oleh siapapun juga, badannya sudah
melayang turun ke tengah kalangan.
Setelah perdengarkan suara ketawanya sejenak,
lalu menyambungi perkataan Hui-bing Siansu tadi
dengan suara nyaring: "Kitab Tat-mo-keng sebetulnya adalah barang Siauw-lim-pay yang terhilang. Sudah sepatutnya kalau dikembalikan lekas kepada pemiliknya!
1501 Sementara itu tentang urusan saudara Im yang didakwa mengkhianati perkumpulan oleh Pie-ma Thian-kauw aku perlu dapatkan penjelasan se-terang2nya dulu dari Hu-kauw-cu ini. Perkumpulan Thian-cu-kauw siapa
sebetulnya yang mendirikan" Apakah tuan sendiri atau Lak-chiu sian-nio kah yang menegakkan nama Thian-cu-kauw?"
Munculnya Lim Tiang Hong secara mendadakan itu
membuat sekalian orang melongo. Reaksi yang timbul pada setiap manusia di situ ber-lain2an. Kalau pihak Hui-bing Siansu setelah melihat anak muda itu jadi tenteram pikirannya, adalah pihak Thian-cu-kauw yang gelisah pikirannya. Umumnya orang2 Siauw-lim-sie mengenal pemuda itu, merasa berterima kasih atas kedatangannya kesitu. Tidak demikan halnya dengan Pie-ma Thian-kauw yang secara diam2 berpikir, bahwa rencananya hari itu akan gagal keseluruhan.
Bagi Im Tay Seng, disamping rasa girang yang
timbul mendadak, juga merasa ketar-ketir hatinya.
Girang karena bahaya pasti dapat dielakkan. Dan dapat pula ia memastikan dengan eratnya hubungan antara dia dengan Henghay Kouw-loan, Lim Tiang Hong tentu akan 1502
membantunya dalam menghadapi anak buahnya. Tetapi apa yang menjadikan hatinya ketar ketir, mengetahui watak Lim Tiang Hong yang tegas dalam mengambil
tindakan bagi siapa yang salah diantara yang benar.
Untuk hal ini, pihaknya akan terdesak, kitab Tat-mo-keng tidak akan dapat dipertahankan lebih lama. Dan kalau benar demikian halnya, bagaimana" Sebab....
tindakannya kali ini, adalah pada kitab pusaka tersebut.
Hanya Henghay Kouw-loan lah yang saat itu
merasakan pikirannya bercampur aduk tidak karaun.
Setelah ia menyingkirkan serangan, dengan cepat balik kembali dan berdiri disamping Im Tay Seng. Semua
perbuatannya itu terang2 memperlihatkan bahwa
perhubungan antara dia dan Im Tay Seng baik sekali.
Tetapi disamping itu dalam hatinya juga timbul perasaan malu dan jengah sebab Lim Tang Hong adalah satu2nya pemuda yang pertama merebut hatinya, sehingga dia sudah mencintai pemuda itu secara diam2, malah sudah bersedia hendak pasrahkah dirinya kepada si pemuda.
Akan tetapi siapa sangka siapa nyana waktu itu
ternyata berbalik berada dalam pelukan musuh.
Meskipun dalam hal ini dia merasa amat terpaksa,
1503 meskipun ini juga satu2nya jalan yang diharapkan oleh Lim Tiang Hong untuk memperbaiki kesalahan yang telah lampau, tapi biar bagaimana ia masih merasa jengah.
Maka saat itu ia hanya menunduk tanpa berani
sedikitpun mencuri lihat wajah pemuda pujaannya itu.
Pada saat itu Pie-ma Thian-kauw agaknya sudah
dapat pulihkan ketenangan dalam hatinya, sambil
menuding Lim Tiang Hong dengan sifat menantang,
berkata keras2: "Perkumpulan Thian-cu-kauw
diberdirikan oleh siapapun tidak ada urusannya dengan kau. Lain dari itu setiap perkumpulan mempunyai
peraturannya masing2. Urusan dalam perkumpulan kami tidak diperbolehkan siapapun dari orang luar
mencampuri. Aku lihat sebaiknya kau tahu gelagat!"
Lim Tiang Hong mendongak, tertawa ter-bahak2.
Kemudian baru berkata: "Aku si orang she Lim justru mempunyai tabiat yang suka mencampuri urusan orang lain yang tidak benar! Im Tay Seng adalah putera Thian-cu-kauw Kauwcu sendiri. Tidak peduli Kitab Tat-mo-keng itu kepunyaan siapapun, tapi pada masa ini, masih terhitung barang kepunyaannya Pek-tok Hui-mo. Anak mengambil barang milik ayahnya tidak boleh dicampuri 1504
oleh siapapun juga tidak bisa dikatakan melanggar perkumpulan. Ayah bunda sendiri toh masih tidak
menanyakan soal itu, kenapa kalian menggunakan nama perkumpulan untuk kepentingan sendiri ikut2 campur tangan" Apa maksud kalian yang sebenarnya?"
Pie-ma Thian Thian-kauw orangnya cerdik dan
cerdas otaknya. Sebetulnya dia tidak suka adu mulut terlalu lama dengan pemuda itu. Tetapi karena per-tama2 ada rasa jeri sedikit terhadap pemuda itu, kedua memang dia mengandung maksud jahat, maka ia harus mencari alasan yang tepat untuk dapat mengendalikan orang2 Thian-cu-kauw sebawabannya supaya berani
turun tangan terhadap Im Tay Seng. Maka ia pura2
berlagak gusar dan membentak dengan suara keras:
"Urusan dalam perkumpulan Thian-cu-kauw
sebetulnya tidak perlu dibicarakan banyak2 dengan kau!
Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tapi aku perlu menjelaskan dalam soal ini kauwcu masih belum tahu sama sekali. Jikalau tahu barangkali bocah itu siang2 dibunuh mati olehnya sendiri! Aku si orang she Beng meskipun mendapat perintah dari Lak-chiu Sian-nio dan diberikan kebebasan untuk bertindak dengan adanya simbol perkumpulan Thian-cu Pek-kut-leng, tapi aku 1505
tidak akan memakai itu untuk mengambil jiwanya. Aku cuma mau supaya dia bisa insyaf dan sadar, bisa
serahkan kembali kitab milik ayahnya itu kepadaku!"
"Kau tidak usah berkata begitu melit dan berlagak murah hati. Jika benar Kauwcu tidak ada, toh masih ada ibunya sendiri Lok-hee Hujin yang bisa mengurusi soal anaknya" Tentang Lak-chiu Sian-nio seorang gundik apa artinya?"
"Ternyata kau masih ngaco! Lok-hee Hujin sudah
tidak akur lagi dengan Kauwcu! Lama sudah diusir keluar dari perkumpulan. Sekarang adalah Lak-chiu Sian-nio yang menjadi istrinya Kauwcu!"
Mendengar perkataan itu, pening kepala Lim Tiang
Hong seperti disambar geledek. Badannya menggigil, menahan rasa gusar yang dapat meluap seketika. Dalam otaknya terbayang, biar bagaimana, se-buruk2nya Lok-hee Hujin adalah ibunya juga. Baik buruk perbuatannya, ibu tetap ibu yang pernah mengandungnya. Sekarang ibunya mengalami nasib buruk disebabkan perilaku suami tidak benar, sudah tentu dalam hatinya timbul suatu perasaan gusar.
1506 Bilamana.... mengenangkan nasib ibunya, tambah
benci terhadap Pek-tok Hui-mo yang tidak mempunyai perikemanusiaan.
Jika dilihat keadaan hari itu, memang merupakan
suatu kenyataan mereka berani kurang ajar terhadap Im Tay Seng, tentu pula disebabkan karena Lok-hee Hujin sudah tidak mendapat cinta suaminya.
Oleh karena itu, lebih teguh lagi kemauannya
herdak membantu Im Tay Seng. Seketika itu alisnya berdiri, dengan suara keras membentak: "Aku si orang she Lim tidak sudi banyak bicara dengan kau. Malam ini jika siapapun jika berani mengganggu Im Tay Seng akan kusuruh dia rasakan tajamnya pedang To-liong-kiam!"
Sehabis bicara, ia berdiri tegak di tangah lapangan dengan sebelah tangan mencekal gagang pedangnya.
Sikapnya yang demikian gagah membuat Pie-ma Thian-kauw tidak berani membantah lagi, bungkam dalam
seribu bahasa! Pada saat itu Hui-bing Siansu mendadak berkata
setelah menyebut nama Buddha: "Sekali lagi Loceng ingin memberi Sicu keterangan. Maksud kedatangan
kami sekalian kemari ialah untuk mendapatkan kembali 1507
benda kami yang terhilang, lain tidak. Bagaimana
baiknya kalau Sicu dalam perkara ini tidak mencampuri".
Loceng rasa kurang baik kalau sicu tetap berkukuh ingin membantu dia".
Lim Tiang Hong mengawasi Hui-bing Siansu sejenak
dengan sikap acuh tak acuh sambil ulur tangannya:
"Keluarkan! Kembalikan barang orang lain itu"
Im Tay Seng yang jika pada waktu biasanya suka
ugal2an menuruti kemauannya sendiri, hari itu dihinakan demikian rupa oleh Lim Tiang Hong, sebetulnya dalam hati sudah sangat mendongkol. Perbuatan Lim Tiang Hong yang tegas tanpa ragu2 bertindak, terang2
membuat dia tambah dongkol hingga badannya
gemetaran dan wajahnya pucat
Akhirnya ia berkata sambil ketawa ber-gelak2:
"Mana bisa begitu gampang" Aku si orang she Im
sekalipun harus korbankan nyawapun tidak akan
gampang2 kembalikan benda ini kepada mereka! Kau
juga tidak perlu ikut campur!"
Lim Tiang Hong tanpa memperlihatkan perubahan
sedikitpun pada wajahnya, berkata sungguh2: "Aku si orang she Lim dalam urusan hari ini se-mata2 hanya 1508
untuk menyenangkan encie Kouw-loan dan kau. Mau
kembalikan atau tidak takkan kupaksa. Tapi harus kau lihat dulu gelagat sekarang ini, kau tidak akan mampu keluar dari kepungan mereka! Aku minta kau pikirkan dulu masak2 setelah itu boleh kau jawab atau tidak...."
Lim Tiang Hong berhenti sejenak, kemudian
meneruskan: "Barang, masing" ada yang memiliki,
janganlah memperkosa milik orang lain. Jikalau saudara Im mulai saat ini benar2 bisa merubah kelakuanmu yang buruk, aku si orang she Lim suka menjadi sahabatmu sampai akhir jaman. Lain daripada itu, aku juga bisa turunkan pelajaran ilmu dari Hong-hong Pie-kok
Pendekar Bego 12 Dibatasi Dua Kamar Karya Panjang Kaki Dibalik Keheningan Salju 6
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama