Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa Bagian 23
Dua jago itu bertempur sampai duapuluh jurus lebih, masih belum kelihatan siapa yang lebih unggul, dan siapa yang akan kalah.
Cian-lie Tui-hong yang beradat berangsan naampaknya semakin bernafsu, dengan suara menggeledek ia berseru:
"Kalau kau ada satu laki2 sambutilah seranganku ini".
Dengan tenaga penuh, ia melontarkan serangan.
"Sekalipun seratus serangan, kauwya mu juga sanggup menyambuti". sahutnya Kauw Sam bengis, yang juga menyambuti serangan itu, dengan tenaga penuh.
Setelah kedua belah saling beradu, masing2 Dampak mundur dua langkah.
Cian-lie Tui-hong kembali tegak berdiri untuk
melanjutkan serangannya yang kedua. Kali ini nampak berbeda dengan yang duluan, kelihatannya tidak bertenaga, hanya ringan saja.
Kauw Sam setelah menyambuti serangan yang pertama, matanya ber-kunang2 jantungnya berdebar keras. Selagi hendak mengatur pernapasannya, apa mau serangan kedua 386
dari si Pengemis Pincang itu sudah tiba. Dengan tanpa pikir panjang lagi, ia terpaksa harus menyambuti serargan tersebut.
"Bummm!" Suara ledakan hebat terdengar nyaring, kemudian disusul oleh hembusan angin yang berputaran dan meluncur ke kiri dan ke kanan. Kauw Sam
perdengarkan suara seruan tertahan, ia mundur lima kaki, darahnya bergolak dan sudah sampai di tenggorokan, tapi ia ada seorang buas dan keras kepala, ia paksa telan lagi darah yang hendak menyembur keluar dari mulutnya.
Si Pengemis Pincang sendiri juga sempoyongan, hampir tidak bisa berdiri tegak.
Kedudukan Kauw Sam dalam Hong-lui-po sangat
tinggi, hari itu telah mengalami kekalahan di hadapan orang banyak, bagaimana mau ia mengerti" Maka setelah paksakan dirinya menahan luka, mendadak menerjang seperti kerbau gila, tangannya melancarkan serangan hebat dan gencar.
Adatnya si Pengemis Pincang juga berangasan. Melihat Kauw Sam menghujani serangan begitu hebat, ia tidak mau lagi menggunakan akal untuk menghabiskan tenaga lawannya yang telah mengamuk itu, sebaliknya
menyambuti secara kekerasan pula. Setelah beberapa kali beradu kekuatan, Kauw Sam tiba2 menekan dadanya dengan tangan, dengan sempoyongan mundur beberapa langkah.
Kali ini ia tidak sanggup menahan lagi, darah segar menyembur keluar dari mulutnya, kakinya tidak kuat berdiri, hampir saja rubuh di tanah.
Si pengemis pincang juga lantas mundur ke samping Lim Tiang Hong.
387 Lim Tiang Hong tahu pahlawannya ini tergoncang dalamnya, maka ia berkata padanya dengan suara pelahan:
"Tui-hong Congkoan, lekas makan sebutir Soat-som-wan dan beristirahatlah dulu sebentar lagi barangkali masih ada urusan!"
Melihat keadaan pada saat itu, Cian-lie Tui-hong memang juga mempunyai kesan demikian, maka buru2 ia menerima dari tangannya Gin-siu-siu sebutir Soat-som-wan, yang segera ditelannya dan kemudian pejamkan matanya untuk pulihkan tenaganya.
Kauw Sam sudah kalah ditangan Cian-he Tui-hong, hal itu membuat Bo-yong Pek kehilangan muka, maka ia lantas buka kipasnya dan berkata bepada Lim Tiang Hong:
"Mereka sudah bertanding, dan sekarang adalah giliran kita!"
"Kalau kau memang ada itu kegembiraan, sudah
selayaknya aku akan melayani, tapi lebih dahulu aku ingin menyelaskan, ialah pertandingan kali ini, semata mata hanya bersifat persahabatan saja, seandai beruntung aku yang memang, harap kau suka dengar beberapa patah perkataanku," demikian Lim Tiang Hong berkata.
Dengan wajah pucat dan perasaan gusar Bo-yong Pek menyahut: "Tidak usah kau banggakan diri. Bo-yong Pek selamanya tidak suka memakai segala peraturan yang tiada gunanya. Dalam pertempuran antara kau dan aku, siapa yang menang, dialah yang boleh menjadi jago, masing2
boleh menggunakan kepandaian yang didapatkan dari pelajaran gurunya!"
Lim Tiang Hong maju menghampiri Bo-yong Pek, ia berhenti dihadapan pocu yang jumawa itu sejarak lima kaki. Dua pemuda itu, satu adalah jago muda yang akhir2
ini yang muncul di daerah Tionggoan dengan
388 kepandaiannya yang menggemparkan dunia kang-ouw.
Yang lain adalah pocu dari daerah barat yang sudah anggap dirinya sebagai raja.
Karena masing2 merasa jeri oleh nama besar pihak lawannya, maka tidak berani berlaku semborono. Diam2
pada memasalkan kekuatan masing2.
Untuk mengunjukkan bahwa dirinya tidak akan
menggunakan senjata, Bo-yong Pek telah simpan senjata kipas emasnya yang selamanya belum terpisah diri tangannya.
Dengan mata tidak berkedip ia mengawasi Lim Tiang Hong. Kakinya bergerak dengan perlahan.
Lim Tiang Hong mengerti bahwa pertempuran hari itu, bukan saja akan menyangkut nama baiknya Hong-hong-tie, tapi juga ada hubungannya dengan mati hidupnya ratusan jiwa orang2 rimba persilatan daerah Tionggoan. Maka sikapnya nampak sangat tegang.
Kedua pihak setelah berhadapan sekian lama, Bo-yong Pek lebih dulu gerakkan tangannya, menyerang jalan darah
'Ciang-thay' dan Khie-bun"
Lim Tiang Hong tahu bahwa gerakannya orang she Bo-yong kali ini adalah gerakan tipu belaka. Di belakangnya pasti akan diikuti oleh serangnannya yang mamatikan, maka ia lantas geser kakinya. Dengan menggunakan ilmu
'Sam-sam Pou-hoat" ia melesat kesamping, kemudian turun tangan secara mendadak, menyambur tangan lawannya.
Gerak kakinya sangat aneh, gerak tangannya begitu cepat, kesemuanya ini membuat Bo-yong Pek diam2
tercekat. Dengan cepat ia tarik tangannya dan badannya memutar. Dalam waktu sekejapan saja, ia melancarkan sembilan kali serangan. Yang di arah kelihatannya meski 389
hanya belakang dan kedua sisi ketiak tapi sebetulnya adalah jalan darah sekujur badan, yang hampir seluruhnya di bawah ancaman serangannya itu.
Lim Tiang Hong meski sudah pernah menghadapi
banyak pertempuran hebat, tapi terhadap musuh tangguh yang serangannya sangat aneh ini, diam2 juga terkejut.
Setelah sambaran tangannya tadi tidak berhasil, tangannya tidak diam begitu saja, segera merubah taktiknya. Dengan agak membungkuk, ia melancarkan tiga kali serangan. Meski ia tahu bahwa serangannya ini tidak akan mengenakan sasarannya, tapi berhasil menghambat serangan musuh. Selagi serangan musuh agak kendor, dengan kecepatan bagaikan kilat, ia sudah melancarkan serangannya yang menggunakan ilmu pukulan 'Lui tian-hui-huan-ciang'.
Kedua pihak sama2 menggunakan siasat keras bahkan sama2 tahu kalau sedang berhadapan dengan lawan tangguh, maka kedua pihak sama2 mengeluarkan seluruh kepandaiannya. Begitu mulai, sudah melakukan saatu pertempuran dahsyat yang tidak ada taranya.
Di dalam medan pertempuran kala itu hanya tertampak berkelebatnya dua bayangan yang sebentar berputaran, sebentar berterbangan, sebentar lompat ke sana ke sini.
Hembusan angin yang keluar dari serangan kedua pihak, dirasakan oleh orang2 disekitarnya makin lama makin santar, sehingga salju pada beterbangan memenuhi angkasa.
Hebatnya pertempuran, gencarnya serangan yang
dilakukan oleh kedua belah pihak, merupakan suatu serangan yang dahsyat yang belum ada pada sebelurnnya.
Orang2 yang ada di situ, sebagian besar merupakan orang2
kang-ouw, yang termasuk golongan orang2 kuat, dalam hi-390
dup mereka entah berapa pertempuran yang sudah dialami, tapi juga dibikin kesima oleh pertempuran luar biasa itu.
Terutama Tho-hoa Tocu, yang hampir seumur hidupnya berdiam dipulaunya dan selama itu belum pernah menemukan tandingan yang setimpal. Tapi ketika menyaksikan pertempuran itu, rupa2 pikiran timbul dalam otaknya. Seketika itu seolah-olah dirinya bertambah tua beberapa tahun, diam2 ia merasa malu terhadap
kepandaiannya sendiri. Saat itu, pertandingan sudah seratus lima puluh jurus lebih, namun belum kelihatan siapa yang lebih unggul dan siapa yang asor. Bo-yong Pek yang selama itu anggap dirinya sendiri ada seorang kuat nomor satu di dalam dunia, sekarang baru tahu bahwa dunia ini bukan cuma sedaun anggrek, orang yang berkepandaian tinggi ternyata bukan cuma dia seorang saja. Seperti musuh yang dihadapinya pada saat itu, harapan untuk merebut kemenangan nampaknya makin tipis.
Lim Tiang Hong sediri juga telah merasakan bahwa pocu ini benar2 memang bukan cuma nama kosong belaka.
Hendak menangkan padanya, benar2 harus banyak
mengeluarkan tenaga dan memerlukan banyak pikiran.
Per-lahan2 gerakan kedua belah pihak mulai perlahan dari gerakan cepat, keras telah berubah menjadi gerakan aneh dengan tipu2 yang luar biasa untuk merebut kemenangan.
Kedua pihak sama2 mengerahkan kekuatannya dikedua telapakan tangannya. Tipu2 serangan yang aneh dan luar biasa telah keluar semua. Tapi dalam hal ini Bo-yong Pek ternyata tidak dapat mengimbangi Lim Tiang Hong.
Karena jago dari Hong-hong-tie, itu ada mempunyai kepandaian dari beberapa guru, yang semuanya merupakan 391
ilmu2 silat yang sudah lama menghilang dari rimba persilatan.
Setelah bertempur kira2 enam puluh jurus ia lantas mengerti bahwa jika bertempur terus secara demikian, ia sendiri akhirnya pasti akan kehabisan akal untuk menghadapi. Maka ia lantas tarik mundur dirinya dan berkata sambil angkat tangan memberi hormat.
"Kepandaian hengtay, benar2 sangat luar biasa, aku Bo-yong pek sesungguhnya merasa kagum, mari kita
menggunakan senjata tajam main2 berapa jurus
bagaimana?" Lim Tiang Hong segera membalas hormat dan
menjawab: "Aku menurut saja".
Bo-yong Pek kembali mengeluarkan sejata kipasnya dan berkata dengan suara pelahan: "Silahkan!"
Lim Tiang Hong juga sudah mengeluarkan senjata seruling emasnya. Dengan pelahan ia melakukan gerakan menotok. Ini ada satu gerakan Tan-hong Tiauw yang atau burung Hong menghadap matahari, yang biasa saja, tapi keluar dari tangan jago muda kita, nampaknya sangat berlainan.
Bo-yong Pek pentang kipasnya dan memberi pujian:
"Satu gerakan yang sangat bagus sekali!"
Kipasnya nampak bergerak, ia tidak mundur, sebaliknya malah maju, kipasnya digunakan untuk menotok jalan darah Kian-kim dan Khie-bun.
Lim Tiang Hong getarkan tangannya. Gerak tipu Tang-hong Tiauw-yang telah berubah menjadi gerakan Khong-ciok Khay-peng atau burung merak pentang sayap. Seruling emasnya nampak berkilauan, suaranya mengaung di udara.
392 Di depan badannya seolah olah dikurung oleh tembok emas.
Kembali Bo-yong Pek memberi pujian "Ilmu seruling hengtay, benar2 luar biasa tingginya!"
Mendadak ia tutup kipasnya dan disodorkan ke depan.
Dalam waktu singkat ia sudah melakukan gerakan menotok sampai tujuh kali, ini ada satu gerak tipu totokan jari tangan, benar2 sangat aneh.
"Gerak tipu tuan, barulah yang merupakan satu
kepandaian luar biasa!" demikian Lim Tiang Hong memberi pujiannya.
Ia lalu putar serulingnya, hingga mengeluarkan lingkaran sinar emas yang tersebar di tengah udara.
Kipasnya Bo-yong Pek yang masuk dalam lingkaran emas itu seolah olah ditekan oleh semacam kekuatan yang tidak kelihatan.
Kembali terdengar suara pujian Bo-yong Pek "Bagus!
hari ini siauwtee benar2 baru terbuka mata!"
Kipasnya diputar lagi dan melancarkau serentetan serangan cepat ke arah berbagai jalan darah lawannya.
Lim Tiang Hong yang menemukan lawan setimpal
dengan gerak tipunya yang aneh2, semangatnya lantas terbangun seketika. Ia keluarkan seluruh kepandaiannya, untuk membendung serangan lawan. Ia telah kurung dirinya dengan sinar seruling begitu rapat, seolah olah tembok besi.
Nyata, bahwa dua jago muda yang sama2 kuat dan tangkasnya. Satu sama lain nampak mulai saling menyayangi kepandaian masing2 walaupun masing2
mengerahkan seluruh kepandaiannya untuk diakukan 393
serangan, tapi sikapnya sudah tidak begitu saling bermusuhan seperti semula.
Keadaan demikian, dimatanya orang lain tidak
merupakan apa2, tapi tidak demikian halnya dalam mata Pek-tok Hui-mo dan Khiu-pan-po. mereka itu sangat kuatir, maka diam2 lantas berunding: "Jika kedua bocah itu nanti benar menjadi sahabat, habislah kita semua".
Dalam cemasnya, Pek-tok Hui mo lantas berbangkit menghadapi Kauw Sam dan berkata padanya: "Kauw Congkoan, barusan bukankah kau dengar sendiri" Orang-orang kuat Tionggoan segera akan datang, kalau kita tidak bergerak sekarang, akibatnya sulit bagi kita".
Kauw Sam yang sudah mendapat cukup waktu
mengatur peraapasannya. Lukanya sudah sembuh sebagian besar, maka ia lantas anggukkan kepala dan berkata:
"Tentang ini memang sangat menguatirkan sekali! Tapi, pocu kini sedang menghadapi bocah itu, kita tidak dapat minta perkenan dari padanya, sebaiknya tunggu lagi sebentar!"
Khiu-pan-po lantas berkata: "Waktunya sangat
mendesak. Aku lihat sebaiknya kita bertindak melihat gelagat! Jika Congkoan merasa berat untuk bertindak, biarlah kita yang turun tangan lebih dulu! Dan itu orang-orang yang terkurung mabok dalam In-yan-kok, sebaiknya juga kita bereskan lebih dulu. Jika terjadi apa2, bukankah akan tersia-sia semua usaha kita?"
Kauw Sam teringat kehinaannya yang barusan
dikalahkan oleh Cian-lie Tui-hong, maka hatinya lantas menjadi panas, katanya dengan suara mantap: "Baiklah!
demikianlah kita bertindak. Biarlah siauwtee bersedia menerima hukuman dari pocu andaikata tindakan kita ini dianggap lancang"
394 Pek-tok Hui-mo yang berhati jahat dan mengandung maksud tertentu, sudah tentu merasa girang mendengar perkataan itu. Belum habis perkataan orang she Kuaw itu, ia sudah keluarkan perintah orang2 Thian-cu-kauw supaya mulai bertindak dan ia sendiri segera menyerbu Cian-lie Tui-hong, karena ia sudah bertekad hendak membasmi orang2nya Hong-hong-tie lebih dulu, kedua karena dianggapnya si Pengemis Pincang itu belum pulih kembali kekuatannya.
Tapi ia tidak tahu bahwa Pengemis Pincang itu sudah tinggi sekali kepandaian dan kekuatannya, apalagi ia mendapat didikan dan petunjuk dari Kie-lin Kokcu, hingga tubuhnya menjadi kebal, walaupun ia tidak makan obat Suat-som-wan, luka yang tidak berarti itu juga tidak menjadi halangan baginya. Maka ketika melihat Pek-tok Hui-mo menyerang dengan mendadak, ia lantas
menyambuti dengan senjata tongkat besinya.
"Gurun pasir ini akan merupakan tempat kuburan bagi kalian. Semua orang yang datang pada hari ini, satupun jangan harap bisa kabur!" demikian Pek-tok Hui-mo berkata dengan penuh ejekan.
Pada saat itu juga, Khiu-pan-po, Lak-chiu Sian-nio, Pie-ma Thian-kauw dan lain-lainnia juga sudah bergerak.
Diantara orang-orang Hong-hong-tie, Gin-sie-siu merupakan seorang yang paling sabar dan bisa beepikir.
Kepandaiannya tidak dibawah Cian-lie Tui-hong. Ketika melihat Pek-tok Hui-mo sengaja mengobarkan peperangan, ia tahu bahwa pertumpahan darah besar besaran tidak dapat dicegah lagi. Walaupun ia sudah cukup sabar, tidak urung menjadi murka juga.
Dengan suara keras ia membentak: "Biang keladinya angkara murka adalah kau si manusia buas ini. Hari ini 395
tidak dapat kita lepaskan padanya begitu saja! Ceng-phao hiantee, kau layani nenek Biauw-kiang itu, saudara Koan berdua dan saudara Han, mari ikut aku!"
Dengan cepat ia sudah menyerbu ke dalam rombongan orang banyak itu lebih dulu.
Orang2 dari Hong-hong-tie meski jumlahnya kecil, tapi setiap orang ada merupakan orang2 kuat kelas satu. Maka begitu mereka turun tangan, suara jeritan ngeri terdengar di sana sini. Beberapa anggauta Thian-cu-kauw telah rubuh binasa atau luka parah.
Ketika Kauw Sam dapat lihat Pek-tok Hui-mo sudah bertindak, ia juga lantas perintahkan orang2nya Hong-lui-po untuk bergerak, dan dia sendiri lari menyerbu Tho-hoa Tocu.
Tho-hoa Tocu barusan hampir celaka di tangan Bo-yong Pek, hatinya masih merasa penasaran. Mendadak dapat lihat orang2 Hong-lui-po mendadak bergerak, kemudian melihat Kauw Sam menyerbu padanya, lantas berkata sambil ketawa terbahak-bahak: "Jahanam, kau begitu berani mati menghina lohu!"
Segera hendak maju untuk memapaki orang she Kauw itu, mendadak Hong-gwat Kongcu melesat keluar dari belakangnya, dengan pedang terhunus menyerang Kauw Sam.
Orang2 kuat dari Hong-lui-po yang berada disitu jumlahnya tidak kurang dari lima puluh orang. Begitu mendengar perintah Kauw Sam, mereka lantas bergerak mengurung orang-orang yang berada dalam lapangan.
Sesaat kemudian terjadilah pertempuran kalut secara besar2an.
396 Bo-yong Pek yang sedang menggunakan seluruh
kepandaiannya menghadapi Lim Tiang Hong, sama sekali tidak menduga akan terjadinya perubahan itu. Maka keduanya pada terperanjat.
Lim Tiang Hong segera dapat lihat berkelebatnya senjata tajam dan bergeraknya orang2 banyak, sedang orang2 dari daerah Tionggoan, karena jumlahnya tidak berimbang, semua telah terkurung dalam lautan manusia.
Selain daripada itu, orang2 Hong-lui-po juga nampak berkelompok-kelompok, yang terdiri sembilan orang sekelompoknya, se-olah2 bintang pagi, tersebar diempat penjuru medan pertempuran.
Keadaan itu dengan tegas telah menggambarkan,
sekalipun orang2 pelbagai partai daerah Tionggoan bisa lolos dari kepungan orang2 Thian-cu-kau dan orang2 Hong-lui-po, juga sulit untuk terlolos dari kepungan kelompok2
manusia itu, sebab dilihat dari keadaan dan gerakan mereka, terang itu ada merupakan semacam barisan yang sangat kuat.
Hawa amarahnya lantas berkobar. Sambil genggam serulingnya, ia membentak dengan suara keras: "Suatu perbuatan rendah yang sangat memalukan!"
Dalam sengitnya ia sudah melancarkan serangannya dengan hebat. Kali ini karena dalam keadaan gusar, maka setiap serangannya ditujukan ke arah jalan darah penting anggauta badan Bo-yong Pek.
Bo-yong Pek tidak menduga orang2 bawahannya sudah bergerak tanpa menunggu perintahnya, selagi hendak menegur, mendadak sudah dihujani serangan begitu hebat oleh Lim Tiang Hong.
397 Dalam gugupnya, ia terdesak mundur sampai 7-8 kaki, baru berhasil terhindar dari ancaman maut. Dengan cepat ia berseru: "Tahan dulu, ijinkan aku selidiki dulu urusan ini, nanti kita bicara lagi".
Lim Tiang Hong yang sudah murka, menjawab sambil ketawa dingin: "Perbuatan pengecut semacam ini kau hendak menipu siapa" Jika mereka tidak mendapat perintah dari kau, bagaimana mereka berani bertindak?".
Ia kuatir pocu ini nanti akan memimpin orang2 baju kulit warna merah itu nanti menggerakkan barisannya, maka ia lantas hunus pedang To-liong-kiamnya.
Bo-yong Pek yang memang ada seorang sombong dan kini Lim Tiang Hong tidak memberikan padanya
kesempatan untuk memberi keterangan, maka perasaannya mau tersinggung, timbullah pula hati kejamnya.
"Bo-yong Pek hanya pandang kau ada mempunyai
keberanian sebagai laki2 sejati, maka terhadap kau aku berlaku merendah. Apa kau kira pocu dari Hong-lui-po merasa takut padamu" demikian katanya.
Ia lihat serangan Lim Tiang Hong itu ada begitu hebat, sedikitpun tidak memberi kelonggaran padanya, maka ia segera dorong kipasnya, menotok ujung pedang. Serangan itu ternyata juga hebat, ujung pedang yang terkena totokan kipas sampai menggetar.
Ia tidak berhenti begitu saja, kipasnya diteruskan untuk melanjutkan serangannya yang sangat gencar. Kali ini karena ia sudah-gusar benar2, maka serangannya jauh berbeda daripada yang duluan, jalan2 darah terpenting seperti 'Hian-kie', 'Ciang-thay' Cit-kian "Ciang-bun dan lain2nya, semua tidak luput dari ancaman senjata kipasnya.
398 Lim Tiang Hong juga merasakan bahwa serangannya Bo-yong Pek kali ini agak ganas untuk sekian lamanya ia ternyata tidak berdaya memunahkan serangan2 itu. Karena sudah tidak ada lain jalan, terpaksa ia putar tubuhnya dan geser kakinya, kemudian pedang To-liong-kiam nya diputar demikian rupa, hingga seluruh badannya tertutup rapat oleh sinar pedang.
Ini adalah satu gerakan tipu dalam ilmu pedangnya Toliong Keng-hong yang dinamakan Kiam-ie Biauw-hwa.
Bo-yong Pek yang sedang menggunakan gerak tipu ilmu kipasnya yang terampuh, mendadak menghadapi gerak tipu demikian rupa dahsyatnya, diam2 merasa kaget. Buru2 ia rubah siasatnya, kipasnya dipentang, baru berhasil meloloskan diri dari ancaman ujung pedang, Tapi walaupnn demikian, ia sudah terdesak mundur sampai 7-8
langkah. Lim Tiang Hong yang sudah menggunakan ilmu
pedangnya To-liong Keng-hong, sudah tentu tidak mau kalau belum mendapat korban, maka serangan2 selanjutnya lantas menyusul saling beruntun, hingga menempatkan Bo-yong Pek dalam posisi yang sangat buruk, dimana saja ia menyingkir selalu di-kejar2 oleh ujung pedang.
Bo-yong Pek yang biasanya sangat angkuh, tinggi hati dan tidak pandang mata orang lain, ia anggap bahwa dunia rimba persilatan hanyalah ia sendiri yang mempunyai kepandaian tinggi dan kini setelah menghadapi ilmu pedang luar biasa itu, kesombongaunya lantas lenyap seluruhnya.
Ia terpaksa kerahkan seluruh kekuatannya dan
kepandaiannya yang belum pernah dikeluarkan, untuk melayani lawan.
Kita balik lagi ke pertempuran sengit, antara orang2
Hong-lui-po yang mengeroyok orang Hong-hong-tie dan 399
To-hwa Tocu serta kawan2nya, yang kini benar2 sudah semakin dahsyat dan mengerikan. Orang2 dari daerah Tionggoan, yang total jendral jumlahnya tidak lebih dari dua puluh orang tapi harus menghadapi musuh buas yang jumlahnya lebih dari seratus jiwa, pertempuran sesungguhnya sangat pincang.
Walaupun dari pihak tetamu umumnya terdiri dari orang2 kuat kelas satu, tapi di pihaknya hong-lui-po juga ada Kouw Sam, Lam-tao, Pak-kek dan Thian-cao ketiga Suncu. Di samping itu masih ada Pek-tok Hui-mo, Khiu-pan-po Lak-ciu Sian-nio, Pie-ma Thian-kauw dan lain2nya orang2 kuat dari Thian-cu-kauw.
Dalam pertempuran antara mati dan hidup ini, akal budi setiap orang sudah hilang lenyap. Setiap orang cuma memikirkan bagaimana harus membinasakan lawannya.
Setiap serangan selalu ditujukan kejalan darah kematian, sehingga seorang beribadat tinggi seperti Khe-tek Taysu dan empat orang golongan tua dari Ngo-thay-pay, juga hilang untuk sementara hatinya yang welas asih, dengan secara matian pertahankan jiwanya.
Sang waktu telah berlalu di bawah ancaman maut, bangkai manusia sesosok demi sesosok telah rubuh seperi rubuhnya palang pintu. Orang2 Hong-lui-po dan Thiau-cu-kauw dalam tiga orang pasti ada satu yang binasa. Sedang dari pihak tamu, delapan Hongcu dari gunung Bu-san, tiga diantaranya sudah gugur, dua antaranya terluka parah sedang empat orang tua dari Ngo-thay-pay dan empat pahlawan dari Tho-hoa-to, juga terluka ringan. Hanya enam pahlawan dari Hong-hong-tie, tiada seorangpun yang terluka.
Tapi, bagaiman kesudahannya pertempuran itu" Siapa pun tidak berani membayangkan. Jika berlangsung terus, 400
setiap orang mungkin akan mampus karena kehabisan tenaga.
Lim Tiang Hong meski sedang menghadapi musuh
tangguh, tapi matanya selalu tidak terlepas dari medan pertempuran itu. Ketika menampak keadaan demikian, hatinya diam2 juga merasa cemas. Pikirnya "Apakah orang tua itu membohongi aku" Bukankah ia katakan sendiri bahwa ia sudah mempunyai suatu jalan yang paling baik untuk menghindarkan pertikaian ini" Mengapa hingga saat ini ia belum unjukkan diri" Orang2 yang datang memenuhi undangan seperti Pek-lap Siansu dan lain2nya, entah berhasil dari bahaya maut atau tidak" Jika orang tua itu membohongi aku, maka jiwa mereka sesungguhnya sangat menguatirkan sekali.
Memikir sampai disitu, ia lantas sesalkan dirinya sendiri mengapa terlalu percaya kepada orang lain. Kala itu mengapa ia tidak menolong sendiri kepada mereka" Jika orang2 kuat dari rimba persilatan yang jumlahnya tidak kurang dari seratus orang itu binasa semuanya, meski bukan ia yang membinasakan, tapi sedikit banyak ia turut bertanggung jawabnya. Dan apa bila betul sampai terjadi demikian, bagimana nanti harus menerangkan ktpada-kawan2 didunia kang-ouw.
Dalam cemasnya, ia lantas ambil keputusan, hendak mengakhiri pertempuran itu dengan cepat. Ia lalu kerahkan seluruh kekuatannya menyerang Bo-yong Pek.
Bo-yong Pek yang sudah melayani sampai seratus jurus lebih dengan susah payah, tidak menduga akan diserang begitu hebat oleh Lim Tiang Hong. Ia merasa kemana saja ia menyingkir, selalu tidak terlepas dari ancaman ujung pedang lawannya.
401 Terpaksa juga ia kerahkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya, untuk menangkis pedang lawannya. Tidak nyana tangkisannya yang begitu tangkas, ternyata tidak mampu menahan lajunya tikaman pedang, tahu2 pedang itu sudah mengancam depan mata, hingga ia kaget dan ketakutan. Tapi sebagai seorang yang berkepandaian tinggi, ia tetap dapat berlaku tenang. Dengan cepat kipasnya digunakan untuk mengibas pedang yang mengancam dirinya. setelah itu ia lantas lompat mundur sejauh lima kaki.
Tapi, gerakannya itu ternyata masih agak terlambat.
Ujung baju panjangnya telah terpapas oleh ujung pedang Lim Tiang Hong.
Sebagai orang kuat yang belum pernah mengalami kekalahan, kali ini telah dibikin jatuh oleh satu anak muda yang usianya tidak lebih tua dari padanya, maka nama baiknya selama itu, dengan kekalahannya itu seolah-olah menjadi ludas, bagi ia, seorang yang beradat tinggi dan sombong. Rasanya lebih baik dari pada mengalami hinaan semacam itu Maka setelah kesima sejenak, ia lalu lompat maju sambil berseru: "Aku akan adu jiwa denganmu!"
Tapi, Lim Tiang Hong sudah menggunakan kesempatan itu, lompat melesat ke dalam rombongan orang banyak yang sedang bertempur.
Kebetulan pada saat itu Sin-lie Hongcu sedang dibikin ripuh oleh empat orang kuat dari Hong-lui-po. Gadis tangkas yang sedang menghadapi bahaya itu, mungkin segera akan jatuh gugur apabila Lim Tiang Hong tidak tiba pada waktu yang tepat.
Sambil membentak keras Lim Tiang Hong putar
pedangnya, lalu disusul oleh suara jeritan ngeri berulang-402
ulang, empat orang buas itu sudah terkutung badannya tanpa dapat melawan.
Setelah membereskan empat musuhnya, ia kembali putar tubuhnya dan menyerang kepada musuh yang sedang melawan Cit-seng Hong-cu.
Pedangnya berkelebatan laksana bianglala. Dalam waktu sekejap mata saja, kembali dua jiwa telah melayang di ujung pedangnya. Setelah itu, ia lantas lompat melesat menghampiri Pek-tok Hui-mo dan berkata padanya dengan suara keras: "Tui-hong Congkoan, kau hadapi sisa.
Manusia buas itu iblis jahat ini serahkan padaku".
Cian-lie Tui-hong yang sudah bertempur tiga ratus jurus lebih dengan Pek-tok Hui-mo memang sudah merasa agak letih. Begitu mendengar perkataan Kokcunya, semangatnya terbangun lagi. Setelah mengucapkan "Baik!," orangnya lantas melesat ke arah Mo-ie Kim-kho. Setelah membikin remuk kepala orang pendek katai yang melawan kawannya itu, ia lantas berkata padanya: "Lo Han, senjatamu yang mematikan itu, mengapa kau tidak gunakan" Apakah pada waktu dan keadaan semacam ini, kau masih mempunyai perasaan kasian?"
Mo-ie Kim-kho nama aslinya adalah Han Thao, nama julukan itu didapatkan karena ia mahir sekali menggunakan senjata rahasia serupa Kimkho yang dibikin kecil semacam anak panah. Senjata itu panjangnya cuma tiga chun, digunakannya serupa dengan anak panah kecil biasa.
Hanya cara melepaskannya ada menggunakan semacam cara istimewa yang ia ciptakan sendiri, bahkan dapat melepaskan dengan menggunakan kedua tangannya. Sekali ia menggunakan senjatanya itu, sudah dapat dipastikan kalau musuhnya tidak dapat lolos dari tangannya.
403 Kini setelah mendengar perkataan Cian-lie Tui-hong, ia lantas simpan senjata besarnya dan mengeluarkan senjata rahasianya yang sangat ampuh, lalu berkata sambil ketawa terbahak-bahak: "Lo han hari ini akan membuka
pantangannya untuk melakukan pembunuhan besar2an".
Dengan tiba2 ia gerakan tangannya, lima batang senjata rahasianya melesat keluar meluncur ke arah beberapa orang Thian-cu-kauw.
Setelah melancarkan serangannya itu, kembali ia melancarkan dengan kedua tangan, hingga sinar emas berkelebatan, kemudian disusul oleh suara jeritan dan jatuhnya korban. Dalam waktu sekejap mata saja, sudah ada hampir sepuluh orang yang rubuh.
Dari rombongan kawanan orang jahat terdengar suara ramai "Menggunakan senjata untuk melukai lawannya, apakah itu ada perbuatannya satu orang gagah?".
Cian-lie Tui-hong lantas menyahut sambil ketawa terbahak-bahak: "Terhadap manusia seperti kamu ini, perlu apa harus memakai aturan segala?"
Tanpa banyak rewel, tongkatnya lantas diputar, menghantam kawanan manusia buas itu.
Sesaat kemudian, keadaan lantas menjadi kalut. Suara beradunya senjata tajam, suara bentakan, suara jeritan terdengar di sana sini.
Dipihaknya Pek-tok Hui-mo, ketika melihat Lim Tiang Hong berada di depannya, wajahnya berubah seketika. Tapi ia masih tetap coba berlaku tenang, sambil perdengarkan suara tertawanya yang aneh ia berkata: "Dulu, di gunung Bongsan aku telah ampuni jiwamu, tapi hari ini aku tidak dapat membiarkan kau lolos dari tanganku lagi".
404 Dengan sikap dan nada suara dingin Lim Tiang Hong berkata: "Hunus senjatamu! perlu apa banyak bicara!"
"Seumur hidup aku belum pernah menggunakan
senjata, majulah saja!"
Lim Tiang Hong lantas simpan pedangnya dan berkata pula: "Tuan mudamu tidak akan berlaku curang, aku juga akan menggunakan sepasang tangan kosong untuk
menghadapi kau!" Kulit diwajahnya Pek-tok Hui-mo nampak bergerak-gerak. Per-lahan2 ia angkat tangannya, tapi ia tidak berani menyerang dengan lantas. Meski saat itu ia sudah faham ilmu Kana Kim-kong Sian-ciang dari golongan Buddha, tapi pengalamannya dalam pertempuran di gunung Bongsan, ia tahu benar bahwa ia masih belum mampu
menandingi anak muda itu. Selagi kedua pihak sedang bersiap-siap hendak melakukan pertempuran dahsyat, di luar kalangan tiba2 terdengar suara nafiri yang menyeramkan. Semua pahlawan2 Hong-lui-po dan Thian-cu-kauw, ketika mendengar suara itu lantas pada undurkan diri dan lari serabutan keluar kalangan. Begitu juga dengan Pek-tok Hui-mo, meski matanya memandang Lim Tiang Hong tanpa berkedip, tapi kakinya pe-lahan2 ditarik mundur dan kemudian lompat melesat meninggalkan musuhnya.
Pertempuran hebat yang berlangsung sekian lama tadi, telah berhenti secara mendadak hingga dimedan
pertempuran tadi juga mendadak berubah menjadi sunyi.
Hanya bangkai2 manusia yang rebah berserakan serta suara rintihan dari orang2 yang terluka parah saja yang masih ada.
Lim Tiang Hong dibikin heran oleh perubahan secara mendadak ini. Ketika ia menyaksikan keadaan yang 405
mengenaskan itu, ia hanya dapat menghela napas dan berjalan menghampiri Gin-sie-siu.
Pada saat itu, baik orang2nya Hong-hong-tie, Tho-hoato, maupun orang2-nya Ngo-thay-pay dan gunung Bu-san, semuanya sudah mandi darah, beberapa diautaranya malah ada yang terluka.
Dengan sungguh2 Lim Tiang Hong berkata kepada Gin-sie-siu: "Kau ada membawa berapa banyak Soat-son-wan?"
Gin-sie-siu lalu mengeluarkan sebotol kecil dan diberikan kepada Lim Tiang Hong seraya berkata:
"Barangkali ada duapuluh butir lebih".
"Hong-lui-pocu telah kandung maksud hendak
menguasai dunia rimba persilatan daerah Tionggoan, hal ini sudah diketahui oleh kita semua. Tapi tujuannya mungkin bukan cuma itu saja. Kini kita semua orang2 dari pelbagai partai persilatan harus bekerja sama, harus bersatu-padu untuk menghadapi musuh. Obat itu kau berikan kepada semua orang yang terluka". demikian perintahnya Lim Tiang Hong.
Setelah itu ia menghampiri Tho-hoa Thocu, yang juga sudah menghampiri padanya bersama anaknya.
Dengan hati masih panas, jago tua itu berkata: "Lohu sesungguhnya tidak menduga, orang2 Hong-lui-po akan menggunakan siasat begitu rendah untuk menghadapi kita".
Khe-tek Taysu mendadak berkata sambil memuji nama Buddha: "O-Mie-ToHud! Sian-cay! tidak nyana dalam pertempuran mati2an ini, lolap juga termasuk salah satu algojonya!"
Cian-lie Tui-hong lantas nyeletuk sambil ketawa ter-bahak2: "Aku tidak membunuh orang, orang akan
406 membunuh aku. Kau lihat, mereka kembali hendak membunuh kita entah dengan cara apa lagi!"
Lim Tiang Hong berpaling, ia segera dapat lihat bahwa itu orang2 berpakaian kulit warna merah, per-lahan2 sudah mulai bergerak. Mereka itu setiap sembilan orang merupakan satu kelompok dan kelompok2 serupa ini, sedikitnya ada 20 kelompok. Mereka itu merupakan suatu barisan yang rapi, bergerak secara teratur, sekelompok demi sekelompok berjalan maju mendekati bekas medan pertempuran taii. Sedang Hong-lui Pocu Bo-yong Pek, dengan wajah bengis berdiri jauh2, di belakangnya ada disertai beberapa pahlawannya.
Congkoan Kouw Sam bersama empat Suncu, saat itu masing2 sudah mengenakan semacam pakaian khusus, terdiri dari macam2 warna merah, kuning, biru, putih dan hitam. Mereka itu lompat masuk ke dalam rombongan beberapa kelompok orang baju kulit itu dan kemudian berdiri diempat penjuru. Nampaknya mereka itu bertindak selaku pemimpin kelompok2 itu. Kouw Sam yang berpakaian warna merah, berdiri di tengah, mungkin ia bertindak sebagai komando.
Tho-hoa Tocu yang menyaksikan itu perdengarkan suara dihidung, kemudian berpaling dan berkata kepada Lim Tiang Hong. "Tahukah kau apa yang mereka hendak lakukan?"
"Tidak tahu. Tapi menurut dugaan boanpwee ini pasti ada semacam barisan yang amat lihay karena kekuatan gabungan dari orang2 yang berdiri di kelompok2 itu"
jawabnya Lim Tiang Hong sambil gelengkan kepala.
Gin-sie-siu sambil mengurut jenggotnya yang panjang, nampak bepikir. Mendadak ia terperanjat dan berkata: 407
"Celaka! ini barangkali ada semacam barisan yang sangat ampuh".
"Bagaimana kau tahu?" tanya Tho-hoa Tocu.
"Setiap kelompok terdiri dari sembilan orang, setiap orang tangannya diletakkan di atas pundak orang yang berada di depannya, dengan demikian pasti dapat saling menyalurkan kekuatan tenaga mereka. Pakaian kulit yang dikenakan di badan mereka, pasti juga ada gunanya, mungkin dapat digunakan untuk menahan serangan tangan lawannya. Dengan adanya dua macam syarat yang
menguntungkan itu, walaupun lemah juga bisa berubah menjadi kuat. Apalagi kalau mereka dikendalikan oleh seorang yang pandai mengatur barisan, pasti dapat menggerakkan kekuatannya yang hebat. Dan dari gerak-gerik mereka yang begitu gesit dan cekatan, mungkin mereka itu sudah terlatih baik sekali"
"Mungkin mereka akan segera melakukan serangan, maka kita juga harus siap sedia untuk menghadapi serangan itu" berkata Lim Tiang Hong.
Khe-tek Taysu membenarkan pikiran pemuda itu,
katanya: "Siauwhiap benar, setidak tidaknya kita harus membagi orang2 kita menjadi empat rombongan".
Pada saat itu, kembali terdengar suara nafiri yang tajam melengking dan menyeramkan.
Cian-lie Tui-hong lantas menggeram "orang2 yang mengantarkan jiwa itu sudah bergerak kemari...."
Belum lagi habis ucapannya, mendadak kelompok
orang2 berpakaian warna merah itu nampak bergerak begaikan gelombang air laut yang mengamuk, menggulung ke arah Lim Tiang Hong dan kawan2nya.
408 dwkz Bab 61 SAMBIL membentak keras, Tim Tiang Hong
menyerang kelompok orang2 itu dengan kekuatan tenaga dalam. Tapi di luar dugaannya, orang2 yang datang menyerbu itu seolah-olah tidak merasa apa2. Kembali terdengar suara seperti angin puyuh. Gelombang kedua dari hembusan angin kembali menggulung padanya dari samping.
Tho-hoa Tocu lantas kebutkan lengan bajunya, juga dengan kekuatan tenaga dalamnya menyambuti hembusan angin itu, tapi ternyata juga tidak membawa hasil yang diharapkan.
Serangan dari gelumbang ketiga dan keempat saling menyusul bagaikan angin taufan. Lim Tiang Hong dapat kenyataan bahwa orang2 berpakaian kulit merah itu, dipimpin oleh empat Suncu yang memakai tanda pakaian warna kuning biru, putih dan hitam. Barisan yang tiap kelompok terdiri dari sembilan orang itu berputaran atau saling menyilang, melakukan serangan dari empat penjuru.
Sedang congkoan Kouw Sam, dengan berpakaian warna merah dan tangan membawa nafiri, berdiri di tengah tengah, seolah olah merupakan kuncinya barisan itu.
Barisan istimewa itu mulai bergerak dengan tertentu, serangan yang mereka lancarkan makin lama makin gencar.
Lim Tiang Hong tiba2 dapat lihat bahwa barisan ini sangat aneh, kecuali tujuan yang di arah oleh orang2
berpakaian kulit merah itu mempunyai urutan tertentu, tapi juga setiap serangan yang dilancarkan oleh setiap 409
Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kelompok, seolah-olah serangan yang keluar dari tinju atau telapakan tangan.
Serangannya itu ada demikian cepat dan mengandung kekuatan sangat hebat serta menurut gerak tipu tertentu.
Dalam waktu yang amat singkat, tekanan kekuatan dari empat penjuru makin bertambah maka ia lantas serukan kepada kawan2nya: "Kita orang2 dari empat golongan lekas sambuti serangan mereka dari empat jurusan. Tui-hong Congkoan, kau bantu Hongcu dari gunung Bu-san.
Mo ie Kim-kho, boleh pergi bantu Ngo-tay-pay."
Hakekatnya, orang2 dari empat golongan itu memang sudah terpencar menjadi empat kelompok, menyambuti serangan orang2 baju kulit itu. Apa yang menyulitkan adalah: serangan mereka itu begitu masuk dalam kekuatan yang menyerbu dari empat penjuru itu lantas lenyap tanpa bekas, sedang serangan yang dilancarkan oleh orang2
berpakaian kulit itu, nampaknya sedikitpun tidak takut serangan hebat dari mereka. Walaupun mereka itu setiap orang mem-punyai kepandaian tinggi dan kekuatan cukup, tapi tidak dapat bertindak sejengkalpun.
Dalam waktu yang sangat singkat sekali, jago2 dari daerah Tionggoan, itu sudah mulai kewalahan. Mendadak terdengar pula suara nafiri, rombongan orang2 pakaian kulit itu mendadak pada menghunus senjata golok tebal bergigi.
Sebentar kemudian, keadaan lantas berubah seolah olah gunung golok, orang2 itu maju menyerbu.
Cian-lie Tui-hong sambil putar tongkatnya berseru dengan suara keras: "Kita tidak dapat duduk saja menunggu dihantam mari terjang keluar!"
Si Pengemis Pincang yang terkenal dengan tenaganya seperti kerbau itu, serangan dengan tongkatnya itu seolah 410
olah sebuah lokomotif, yang menyerbu rombongan orang berpakaian kulit itu. Menurut perhitungan, walaupun tidak dapat mengenakan sasarannya, setidak tidaknya juga bisa membuka satu lobang untuk menerjang keluar. Di luar dugaannya, orang2 berpakaian kulit itu agaknya tidak merasakan serangannya. Rombongan pertama lewat di depannya, rombongan kedua sudah ada di depannya lagi.
Hong-gwat Kongcu yang berada di sebelah kanannya, lantas berseru "Aku tidak percaya segala kekuatan gaib!"
Segera ia putar pedangnya, dengan cepat sudah
melakukan serangannya. Ia yang sangat mahir dalam ilmu pedang, serangannya itu sesungguhnya tidak boieh dianggap ringan. Tapi serangannya itu begitu masuk ke dalam kekuatan angin yang keluar dari serangan orang2
berpakaian kulit itu, lantas musnah, hanya tinggal sedikit getaran gelombangnya saja.
Pada saat itu, serangan orang2 berpakaian kulit itu makin hebat, lingkaran kepungan makin ketat. Orang2 yang terkurung oleh barisan itu meski semuanya merupakan orang2 kuat kelas satu, tapi juga mundur terus.
Lim Tiang Hong yang sejak semula terus perhatikan barisan itu, ia merasa bahwa berputarnya orang2 itu, bukan kesatu arah, melainkan berseliweran, dengan menggunakan berputarnya tenaga angin, untuk mengimbangi hembusan angin, yang dilancarkan oleh lawannya, maka walaupun hembusan angin yang keluar dari serangan para jago itu hebat sekali, juga tidak dapat menebus bendungan tersebut.
Setelah mengetahui teorinya itu, segera ia dapatkan suatu pikiran untuk menerjang keluar. Tepat pada saat itu, sekelompok orang berpakaian kulit dengan sembilan golok bergigi mereka, telah menyerbu padanya seolah-olah gunung golok.
411 Ia lalu melancarkan suatu serangan hebat, untuk menahan serangan tersebut. Serbuan orang2 berpakaian kulit itu, ternyata cepat sekali, setelah melancarkan serangannya, dengan cepat sudah melalui dirinya.
Lim Tiang Hong membentak keras, tangannya
dipentang. Dengan gerak tipu Sie-koan Kim-khun atau menggulung langit dan bumi, sambaran kekuatan angin dari tenaga dalamnya menyerang belakang kelompok orang2
itu. Pada saat itu, kelompok kedua sudah berada di depan hiduugnya dan menyerang padanya dengan kekuatannya yang hebat.
Tapi ia sengaja hendak menempuh bahaya. Setelah melancarkan serangannya, orangnya juga bergerak secepat kilat mengikuti dan menerjang ke arah kelompok yang pertama.
Tipu serangannya Sie-koan Kiam-khun, ada merupakan gerak tipu terhebat dalam ilmu silat Lui-thian Hui-huan-ciang. Sambaran angin yang keluar dari tangannya itu laksana angin puyuh menggulung kelompok orang2 itu, sehingga terdampar ke samping.
Menggunakan kesempatan itu, Lim Tiang Hong sudah menempatkan dirinya ke tempat kelompok orang pertama tadi. Dengan berhasilnya serangannya itu, semangatnya lantas terbangun. Cara itu ia lakukan berulang kali, tibalah ia ke pinggir barisan, kemudian ia melesat setinggi lima tombak. Dengan satu gerakan Sam-hwee Kiu-kiok, ia telah berhasil meloloskan diri dari dalam kepungan.
Ia berhasil meloloskan diri, karena mengandal
kecerdasan otaknya. Tapi kalau tidak mempunyai kekuatan tenaga dalam dan kepandaian yang melebihi manusia biasa, juga tidak dapat berhasil. Sesaat selagi ia baru keluar dari kepungan, dalam kalangan terdengar suara bentakan.
412 Hong-lui Pocu Bo-yong Pek, sudah memimpin
serombongan pahlawannya mengurung padanya. sambil ketawa dingin Pocu itu berkata: "Meski kau ada mempunyai kepandaian menerjang keluar dari dalam barisan Hong-lui-tin, tapi dalam sisa hidupmu ini, jangan harap bisa balik ke daerah Tionggoan lagi".
Lim Tiang Hong memandang padanya dengan sorot
mata dingin, mendadak berkata padanya dangan mata beringas: "Sekali lagi aku peringatkan padamu, lekas kau tarik mundur barisanmu ini, untuk menghindarkan pertumpahan darah lebih banyak. Kau harus tahu bahwa partai persilatan daerah Tionggoan, sudah mempunyai riwayat cukup lama, hingga sudah meluas kemana mana.
Sekalipun orang2 yang datang hari ini binasa semuanya di sini, tapi, ibarat api unggun, tidak madah ditumpas, begitu tertiup angin, lantas menyala lagi. Begitu pula keadaannya dengan partai persilatan daerah Tionggoan, satu runtuh, dua tumbuh. Banyak kekuatan tenaga muda nanti yang akan menggantikan kedudukan mereka yang sudah tiada, untuk membangun kembali kekuatannya. Apa lagi Hong-lui-po belum tentu dapat membasmi mereka semuanya.
Perkataanku sudah cukup sampai di sini dulu, kalau kau masih mempunyai kepandaian, bolehlah keluarkan seluruhnya!"
Bo-yong Pek meski tahu bahwa perkataan anak muda itu memang ada benarnya, tapi pada saat itu ia sudah dipengarui oleh wataknya yang hendak menguasai seluruh dunia Kang ow, hingga ia tidak memikirkan lagi apa akibatnya.
"Hari ini sudah tiada jalan lain, kita cuma dapat selesaikan dengan mengandal kepandaian masing2, Bo-yong Pek kalau tidak mempunyai kepandaian untuk 413
menundukan orang2 kuat itu, sudah tentu tidak berani menjagoi di daerah barat ini. Aku tahu di daerah Tionggoan kau mendapat sedikit nama, tapi hari ini kalau kau ingin keluar dari Hong-lui-po dalam keadaan utuh, barangkali tidak mudah lagi." demikian jawabnya.
"Kalau kau memang sudah tidak bisa insyaf, baiklah kita nanti lihat saja bagaimana kesudahannya".
Lim Tiang Hong segera menghunus pedangnya, tangan kiri mencabut seruling emasnya, dengan kedua senjata ditangan, ia berdiri tegak, siap untuk menghadapi lawannya.
Semua pahlawan Hong lui-po, tadi sudah menyaksikan sendiri bagaimana anak muda itu tadi telah mengalahkan pocu mereka. Meski semua sudah siap sedia, tapi tiada satupun yang berani bergerak menantang lebih dahulu.
Bo-yong Pek yang menyaksikan keadaan demikian, hatinya semakin mendongkol. Ia lantas pentang kipasnya, dengan mata beringas menghampiri musuhnya.
Mendadak dari jauh terdengar derap kaki kuda. Dari suaranya dapat diduga bahwa kuda itu sedikitnya ada tiga atau empat puluh ekor banyaknya. Lim Tiang Hong segera mengerti bahwa itu pasti pengikut2 Hong-hong-tie yang tersebar hampir diseluruh pelosok, yang datang hendak memberi bantuan.
Bo-yong-pek lantas berubah wajahnya, iapun tahu bahwa orang2 yang baru datang itu pasti ada orang2 yang dimaksudkan oleh Gin-sie-siu. Selagi masih belum tahu apa yang harus diperbuat, rombongan orang yang pada naik kuda itu sudah tiba, mereka ternyata terdiri dari orang campuran dengan dandanan mereka yang beraneka ragam, jumlahnya kurang lebih empat puluh orang.
414 Lim Tian Hong begitu melihat, sudah dapat pastikan bahwa orang2 itu memang benar ada orang Hong-hong-tie.
Dari rombongan orang2 itu, mendadak muncul keluar seorang penunggang kuda yang bedal kudanya
menghampiri Lim Tiang Hong, setelah berada di hadapan anak muda, penunggang kuda itu lantas lompat turun dan memberi laporan: "Laporan, bahwa saudara2 kita dari kedua tepi sungai Huangho sudah tiba semuanya, harap Kokcu suka memberi petunjuk selanjutnya".
Lim Tiang Hong lantas mengenali bahwa ia adalah itu nelayan muda Lam-hay Theng-kauw, maka lantas ulapkan tangannya sembari berkata: "Suruh mereka beristirahat dulu di samping!"
Saat itu, semua orang itu sudah pada lompat turun dari atas tunggangannya dan berdiri tegak di depan Lim Tiang Hong.
Bo-yong Pek yang menyaksikan keadaannya orang2 itu, diam2 terkejut. Sebagai orang yang mengerti ilmu silat, begitu melihat saja ia sudah mengetahui bahwa orang2 itu ternyata tidak dapat dibandingkan dengan orang2 kuat atau bangsa busu biasa saja.
Memang benar, rombongan itu masing2 terdiri dari jago2 terkenal dimasing-masing tempatnya atau ketua salah satu golongan. Setiap orang mempunyai kepandaiannya yang istimewa. Dibanding dengan orang2 atau pahlawan2
Hong-lui-po, perbedaannya seolah-olah bumi dengan langit.
Bo-yong Pek tahu apabila ia bergerak, orang2 yang baru datang itu pasti juga turut campur tangan. Tapi kalau tidak bergerak, ia sudah terlanjur bertindak sampai sedemikian jauh bagaimana harus ditarik kembali"
415 Untuk menjaga muka dan nama baiknya, terpaksa ia keraskan kepala, sambil gigit bibir ia keluarkan perintah:
"Maju!" Ia sendiri lantas gerakan kipasnya mengarah jalan darah Hian-kie-hiat lawannya serangan itu dilakukan dengan tenaga sepenuhnya. Maka bukan buatan hebatnya. Sebelum mengenakan sasarannya, hembusan anginnya sudah menyambar bagaikan lajunya anak panah yang terlepas dari busurnya.
Semua pahlawan Hong-lui-po yang sejak tadi sudah siap, juga lantas bergerak maju menyerang.
Dengan tenang Lim Tiang Hong menangkis serangan Bo-yong Pek dengan pedangnya. Sedang seruling emas di tangan kirinya digunakan untuk menghalau orang2 Hong-lui-po hingga pada terdesak mundur.
Orang2 Hong-hong-tie tidak mau tinggal diam. Semua dengan serentak lantas bergerak menyerang orang2 Hong-lui-po. Sebentar saja banyak orang2 Hong-lui-po sudah rubuh binasa atau luka-luka.
Lim Tiang Hong yang menyaksikan keadaan demikian, lantas mendesak Bo-yong Pek, kemudian berkata kepada orang2nya: "Di sini tidak memerlukan bantuan kalian. Tui-hong Congkoan sekalian disana telah terkurung oleh barisan yang kuat, lekas bantu mereka!"
Hong-hong-tie keadaannya sangat berlainan dengan partai2 persilatan umumnya. Persatuan ini terdiri dari orang2 kang-ouw yang sudah undurkan diri dari dunia kang-ouw. Guru mereka sudah tentu tidak sama, tapi tujuannya ialah satu, yaitu melakukan kebaikan bagi umat manusia, melindungi pihak yang lemah, membasmi kawanan yang jahat.
416 Begitu mendengar perintah Kokcunya, orang2 itu lantas mundur dan berkumpul untuk berunding. Setelah itu mereka itu lantas dipecah menjadi empat rombongan, menyerbu kepada orang2 berpakaian kulit merah.
Tapi mereka masih meninggalkan empat orangnya yang terkuat, untuk melindungi Kokcunya dari bokongan musuh.
Lim Tiang Hong yang sudah tidak perlu memikirkan nasib orang2nya yang terkepung oleh barisan itu, melakukan serangannya makin hebat.
Suatu pertempuran sengit yang tidak ada taranya, kembali telah berlangsung di atas tanah yang penuh salju....
Kita balik kepada Cian-lie Tui-hong, Tocu dan
kawau2nya. Ketika dapat lihat Lim Tiang Hong sudah berhasil keluar dari kepungan barisan, juga pada berusaha untuk menerjang, keluar, tapi ternyata sudah agak terlambat. Tiba2 terdengar pula suara tiupan nafiri, dan serangan orang2 berpakaian kulit itu semakin cepat hingga tekanan mereka dirasakan semakin hebat. Mereka bukan saja sudah mendesak lawannya balik kedudukan semula, bahkan lingkarannya nampak semakin ciut.
Orang2 yang terkurung itu meski setiap orang
mempunyai kepandaian tinggi, tapi karena kekuatan lawan terdiri dari kekuatan gabungan sembilan orang, maka semakin lama semakin kewalahan, belum antara lama, mereka sudah merasa hampir kehabisan tenaga.
Pada saat demikian, tiba2 terdengar pula suara nafiri yang amat nyaring dan tajam. Mereka mengira, musuh hendak menggunakan muslihat lainnya lagi, siapa nyana setelah suara nafiri itu berhenti, tekanan musuh dirasakan agak berkurang. Orang2 berpakaian kulit yang tadinya 417
menyerang mereka secara berseliweran, meski masih berlangsung terus, tapi jumlahnya sudah banyak berkurang.
Tho-hoa Tocu yang sudah banyak pengalaman, begitu menyaksikan perubahan itu lantas berkata: "Nampaknya Lim Siauwhiap telah memimpin orang2nya menyerang dari pihak luar, mari kita menerjang keluar!"
Ia telah bertindak lebih dulu, Lengan bajunya digunakan sebagai senjata. menyerang dengan gencar kepada musuhnya. Karena hebatnya serangan tersebut, barisan orang2 berpakaian kulit itu telah terbuka sebuah lubang.
Berbareng pada saat Tho-hoa Tocu melesat keluar dari
'lubang' itu, dipihak Cian-lie Tui-hong juga sudah berhasil merubuhkan beberapa orang musuh dengan tongkatnya.
Demikian pula dengan Hong-gwat Kongcu, yang ternyata juga tidak mau ketinggalan.
Giu-sie-siu, Cheng-phao-siu dan lain2nya telah menggunakan kesempatan itu, melakukan serangan dengan serentak. Maka hampir pada saat itu juga, sudah berhasil membuka sebuah 'lubang' pula- Karena dipihaknya orang2
berpakaian kulit itu harus menarik sebagian orang2nya untuk menghadapi orang yang menyerang dari luar, maka kekuatan mereka agak kendor.
Dalam keadaan demikian pihak yang dikurung
melakukan serangan yang lebih hebat pula. Cian-lie Tui-hong yang paling berangasan, sekali pukul sudah merubuhkan lagi tiga orang dari barisan terdepan. Dengan cepat Gin-sie-siu kebutkan lengan baju panjangnya, tiga korban tongkat si Pengemis Pincang itu disapu dan terbang ke arah barisan kedua.
Barisan yang menggunakan kekuatan dari gabungan banyak orang itu, mereka harus bertindak gesit dan bersatu 418
padu secara erat, baru berhasil mengurung musuhnya. Tapi apabila tidak berhasil memenuhi syarat tersebut, maka lenyap seluruh kekuatan barisan itu. Karena kelompok pertama barisan itu terhalang, sebelum kekuatannya diisi oleh kelompok kedua, orang2 yang terkurung sudah menggunakan kesempatan pada saat tiga bangkai orang berpakaian kulit yang dilemparkan oleh kipasan lengan baju Gin-sie-su kepada kelompok kedua, telah menerjang keluar.
Dengan demikian, maka barisan itu lantas menjadi kalut. Khe-tek Taysu, Cit-eng Hong-cu dan lain2nya. juga tidak mau ketinggalan, hingga keadaan semakin kacau balau.
Si Pengemis Pincang yang tadi sangat mendongkol, kini telah mengamuk bagaikan kerbau gila, hingga banyak jiwa yang melayang di bawah tangannya.
Kalau pihak orang yang dikepung tadi kini menerjang keluar dengan melakukan serangan secara kalap, orang2
Hong-hong-tie yang menyerang dari luar juga merangsak dan mengejar orang2 Hong-lui-po itu tanpa kasian. Sial bagi orang2 Hong-lui-po itu, dalam waktu sangat singkat sudah hampir terbasmi seluruhnya.
Kauw Sam yang menyaksikan keadaan demikian, masih berdaya sedapat mungkin untuk perbaiki barisannya. Tiba2
Cian-lie Tui-hong berada didepannya. Sambil ketawa mengejek si pengemis itu berkata: "Tidak usah kau main2
dengan nafirimu lagi. Aku si pengemis hendak antar kau menghadap kepada Giam-lo-ong!"
Dengan cepat tongkatnya sudah digunakan masuk
menyerang. Karena Kauw Sam dulu sudah pernah menjadi pecundangnya, maka ketika tongkat si pengemis pincang itu mengancam dirinya, Kauw Sam buru2 lompat mundur lima 419
kaki tapi, si Pengemis yang sudah kalap, terus mengejar dan menghadang musuhnya dengan tongkatnya.
Kauw Sam sudah tidak dapat kendalikan barisannya lagi, ia terpaksa harus melayani Cian-lie Tu-liong.
Kalau dipihaknya Kauw Sam sudah diserbu oleh Cianlie Tui-hong, dipihaknya empat Sin-liu juga sudah diterjang oleh Tho-hoa Tocu dan lainnya. Dengan demikian, maka barisan itu sudah kehilangan komandonya, hingga tidak merupakan barisan lagi.
Orang2 itu meski sudah mendapat latihan cukup lama, tapi begitu barisan itu hancur berantakan, tidak ampun lagi lantas menjadi korban senjata lawannya. Hingga dalam waktu sekejapan saja sudah pada menggelegak menjadi bangkai.
Walaupun diantara mereka sudah banyak yang gugur, tapi, tiada satupuh yang coba kabur. Mereka terus maju merangsak, maka akhirnya pada binasa semua.
Ini adalah merupakan satu kekalahan yang terbesar selama berdirinya Hong-lui-po.
Sekarang mari kita tengok Lim Tiang Hong dengan dua senjata dikedua tangan. Ia telah berhasil mendesak Bo-yong Pek, sedang semua pahlawan Bo-yong Pek juga dibikin tidak bergerak oleh empat orang Hong-hong-tie yang menjaga mereka, hingga tiada satupun yang dapat memberi bantuan.
Pada saat itu, dari dalam benteng terdengar suara nafiri, lalu disusul oleh rombongan kaum wanita dengan pedang terhunus dan gerak geriknya yang lincah dan gesit menyerbu ke arah Lim Tiang Hong. Dalam waktu singkat Lim Tiang Hong dan empat pahlawannya sudah berada dalam kepungan barisan srikandi2.
420 Barisan wanita itu ternyata tidak boleh dipandang ringan. Mereka ternyata merupakan lawan yang sangat tangguh. Tapi bagi Lim Tiang Hong, betapapun kuatnya lawan, ia masih sanggup menghadapi. Tidak demikian dengan empat pahlawannya, yang agaknya merasa
kewalahan. Dalam keadaan demikian, mendadak terdengar pula suara pujian Buddha, kemudian disusul oleh suaranya orang berkata: "Buddha meski penuh welas kasih, tapi keadaan hari ini sudah tidak mungkin lagi loceng tidak membuka pantangan untuk melakukan pembunuhan! O-Mie To-Hud!"
Tidak antara lama dari dalam benteng kembali muncul serombongan paderi yang dipimpin oleh seorang paderi tua tinggi besar. Mereka itu adalah rombongan paderi Siauwlim-sie yang dipimpin oleh ketuanya Pek-lap Siansu.
Begitu tiba di kalangan, lantas harus berhadapan deugan barisan wanita itu, hingga terjadilah suatu pertempuran yang sengit tapi juga agak ganjil.
Di belakang kawanan paderi dari Siauw-lim-sie, lantas muncul pula orang2 dari enam partai golongan Hian-bun bersama orang2 kang-ouw lainnya.
Sudah sekian lama mereka dikurung dalam ruangan tamu loteng In-yan-kok oleh Bo-yong Pek. Meski mereka tidak sampai jatuh karena sudah diberi obat tahan racun oleh Lim Tiang Hong, tapi biar bagaimana hati mereka merasa panas, maka begitu keluar dari dalam bahaya, lantas menyerbu Bo-yong Pek.
Betapapun tingginya kepandaian Bo-yong Pek juga tidak mampu menghadapi serangan begitu banyak orang kuat dari rimba persilatan. Apalagi di samping mereka masih ada 421
lagi saru lawan kuat yang merupakan dirinya Lim Tiang Hong, yang pernah mengalahkan dirinya.
Suara jeritan ngeri terdengar ber-ulang2, para jago dari daerah Tionggoan dalam keadaan murka, telah melakukan pembunuhan besar-besaran di tanah gurun pasir itu.
Lim Tiang Hong yang menyaksikan keadaan sangat mengenaskan itu, lantas tarik kembali senjatanya dan berseru kepada kawan2nya: "Tahan dulu!"
Suara seruan itu ketika didengar oleh orang2-nya Hong-hong-tie, mereka lantas hentikan gerakannya dengan serentak, yang lainmya karena tidak tahu apa maksud jago muda itu, hanya berhenti sejenak, untuk menantikan penjelasannya.
Lim Tiang Hong berkata pula dengan suara keras sambil menuding Bo-yong Pek: "Mengapa kau tidak suruh mereka berhenti" Apakah kau hendak membiarkan supaya
pertumpahan darah besar2an ini berlangsung terus?"
Dengan wajah bengis Bo-yong Pek tiba-tiba keluarkan siulan nyaring, orang2 Hong-lui-po yang mendengar suara itu, serta merta mundur dan berbaris rapi di belakang pocunya.
Setelah pertempuran berhenti seluruhnya, Bo-yong Pek baru berkata kepada Lim Tiang Hong: "Kau hendak berkata apa, katakanlah saja!"
Lim Tiang Hong yang menyaksikan keadaan dimedan pertempuran, lantas berkata sambil menghela napas:
"Dalam penumpahan darah besar2an ini sebetulnya siapa yang salah, pada dewasa ini masih susah dibuktikan. Tapi, biar bagaimana kita tidak dapat membiarkan hal ini berlangsung terus".
422 Dengan wajah pucat pasi, Bo-yong Pek ketawa dingin, tapi ia tidak menjawab perkataan Lim Tiang Hong.
Yu-liong-cu dari Khong-tong-pay, mendadak maju menghampiri dan berkata: "Kalau kau ingin supaya Hong-lui-po tidak ludas, lekas kau kembalikan panji persekutuan enam partai itu kepadaku, jikalau tidak, hari ini Hong-lui-po akan rata dengan bumi".
Bo-yong Pek dongakan kepala dan ketawa dingin, diwajahnya terlintas nafsunya membunuh, tapi ia tidak segera bertindak.
Yu-liong-cu barusan kalah ditangan pocu ini, dalam hatinya masih merasa penasaran, maka kini setelah menyaksikan sikapnya yang sangat jumawa, lantas naik pitam, kembali ia lompat maju dan membentak padanya dengan suara keras: "Apa kau kira bahwa enam partai sudah tidak ada orangnya" Hm! Benar2 tidak tahu diri".
Selagi Bo-yong Pok masih belum menjawab, Kau Sam sudah lompat keluar dan berkata sambil ketawa dingin:
"Hei hidung kerbau, kau jangan bertingkah. Bukan aku si orang she Kauw hendak omong besar, jikalau kau hendak turun tangan, kalau kalau kau mampu melayani sepuluh jurus dan bisa lolos dari bawah tanganku, aku Kauw Sam akan kutungkan kedua tanganku. Selanjutnya tidak akan bicarakan soal ilmu silat lagi".
Bukan kepalang gusarnya Yu-liong-cu. Dengan tanpa banyak bicara ia sudah lantas menyerang orang she Kauw itu.
Kau Sam ketawa dingin, ia tidak menyingkir atau berkelit, mendadak ulur tangannya, menyambuti serangan tersebut. Setelah kekuatan mereka saling beradu, Yu-liong-423
cu lantas mundur dua langkah, sedang Kauw Sam cuma tergoyang badannya.
Dengan kedudukannya sebagai seorang dari tingkatan tua, ia coba keluar muka, tidak tahunya malah mendapat malu besar. Pertama kalah di tangannya Hong-lui Pocu, dan kini kembali kalah di tangannya Kauw Sam, kemana ia harus taruh mukanya"
Dalam murkanya, ia lantas lompat maju lagi hendak adu jiwa dengan Kauw Sam.
Mendadak Lim Tiang Hong lompat maju menghalangi maksudnya, sambil ketawa dan memberi hormat, anak muda itu berkata: "Locianpwee harap jangan gusar dulu, hari ini sudah terjadi pembunuhan besar2-an, kalau ada apa2 harap dibicarakan dengan tenang, jangan sampai terjadi lagi penumpahan darah yang lebih besar,"
Tapi Yu-liong-cu yang sedang kalap dan gelap pikiran, bukan saja tidak mau dengar nasehat baik itu, sebaliknya malah semakin gusar. Dengan satu kebutan keras ia membentak: "Kau manusia macam apa, mana ada hak turut bicara?"
Dalam keadaan gusar itu, kebutkan bajunya itu
sedikitnya ada mengandung kekuatan tidak kurang dari tujuh ratus kati, tapi Lim Tiang Hong ternyata tidak bergerak dari tempatnya, ia masih tetap bersenyum dan berkata: "Kita toh sama2 orang kang-ouw, mengapa aku tidak ada hak untuk bicara?"
Meski Lim Tiang Hong sendiri tidak nampak gusar, tapi ucapan Yu-liong-cu tadi telah menimbulkan perasaan tidak senang bagi yang lainnya, terutama Cian-lie Tui-hong yang adatnya memang berangasan, maka ia lantas maju membentak sambil putar tongkatnya: "Hong-hong-tie ada 424
satu persatuan besar, siapa berani mengatakan bahwa Kokcu Hong-hong-tie tidak ada hak untuk bicara?"
"Kau siapa?" Yu-liong-cu balas menanya dengan sikap keren.
"Aku si pengemis tua adalah Cian-lie Tui-hong, kini menjabat kedudukan Cong-koan untuk urusan luar Hong-hong-tie. Kau imam busuk, apa kau kira dirimu ada seorang kuat yang tiada bandingannya, hingga berani menghina Kokcu, aku si Pengemis Pincang ingin timbang dirimu, sebetulnya ada berapa berat" jawabnya si Pengemis Pincang sambil lintangkan tongkatnya.
"Kau bawa2 nama Hong-hong-tie, apa kau kira dapat menggertak pinto" Benar2 lucu!"
Lim Tiang Hong tidak menginginkan timbulnya
perselisihan antara orang sendiri, maka buru2 berkata sambil ulapkan tangannya: "Tui-hong Congkoan, kau mundur dulu!"
Tapi pada saat itu, Tho-hoa Tocu sudah maju dan berkata sambil ketawa dingin: "Imam tua, aku hendak tanya padamu, bagaimana maksudmu yang sebenarnya?"
Yu-liong-cu meski seorang jumawa, tapi ia tidak berani berlaku kasar, terhadap jago tua dari pulau Tho-hoa-to ini, jawabnya segera: "Kalau Hong-lui-po hari ini tidak menyerahkan kembali panji persekutuan enam partai golongan Hian-bun, orang2 enam partai itu tidak mau mengerti".
"Soal itu mudah sekali". berkata Tho-hoa Tocu sambil ketawa terbahak bahak, "Lim lo-tee, harap kau sabar dulu, Hong-hong-tie dan Tho-hoa to, untuk sementara boleh berdiri sebagai penonton saja!"
425 Orang2 berbagai persilatan daerah Tionggoan juga tidak merasa puas terhadap sikapnya Yu-liong-cu. Merekapun yakin bahwa dalam urusan ini, hanya Lim Tiang Hong yang mampu membereskan. Maka setelah mendengar perkataan Tho-hoa Tocu lantas pada mundur, hanya orang2 dari enam partai dengan orang2 Hong-lui-po, yang masih berdiri di tempat masing2.
Hal ini sesungguhnya di luar dugaan orang enam partai golongan Hian-bun, terutama Pek-ho Totiang, melihat sikap dan kelakuan Yu-liong-cu, terhadap Lim Tiang Hong tadi, bukan saja merasa tidak senang, juga merendahkan derajatnya sendiri. Kini setelah menyaksikan semua orang pada undurkan diri, ini berarti menyulitkan kedudukan orang2 partai golongan Hian-bun. Ia cukup tahu kekuatannya pihak sendiri, dalam pertempuran digunung Heng-san tempo hari, Hong-lui-po hanya beberapa Suncu saja, sudah berhasil membuat orang2 enam partai kucar kacir, maka kali ini jika harus berhadapan dengan orang2
Hong-lui-po lagi, itu berarti mencari mati sendiri.
Tapi, keadaan sudah memaksa, walaupun harus
korbankan jiwa di gurun pasir ini, juga terpaksa harus dilakukan.
Yang paling celaka adalah Yu-liong-cu. Sebagai seorang tertua ia coba mengunakan pengaruhnya untuk mengangkat derajat golongannya, tapi ternyata tidak diindahkan oleh lawannya. Iapun tahu bahwa pocu Hong-lui-po tinggi sekali kepandaiannya, bahkan ia sendiri sudah pernah kalah di bawah tangannya, tapi karena menuruti hawa nafsunya, menuruti adatnya yang keras kepala, sehingga kedudukan sendiri menjadi terpencil.
Dengan perasaan agak menyesal ia mengawasi Pek-ho Totiang sejenak, lalu maju ke depan Bo-yong Pek dan 426
berkata padanya: "pinto masih tetap dengan ucapan yang pinto keluarkan tadi, kalau panji persekutuan itu kau serahkan kembali, maka pinto akan bikin habis urusan ini,"
Hong-lui Pocu masih unjukkan sikapnya yang masih jumawa. Ia hanya dongakan kepala, tidak menghiraukn perkataannya. Dengan berbuat demikian, Pocu ini sebetulnya ada mempunyai maksud sendiri, dalam keadaan seperti itu makin panjang mengulur waktunya, baginya makin menguntungkan. Orang2 enam partai itu sama sekali tidak dipandang oJehnya.
Kauw Sam yang berdiri di samping, lantas menjawab dengan nada suara dingin: "Panji itu ada di Hong-lui-po, kalau kalian hendak ambil kembali, harus lihat bagaimana kepandaian kalian".
Biar bagaimana ini ada merupakan persoalan yang menyangkut semua partai yang tergabung dalam enam partai besar golongan Hian-bun itu. Meski tindakan Yu-liong-cu itu terlalu lancang, tapi setelah menghadapi tantangan demikian, ia malah tidak berani mengambil keputusan sendiri. Maka ia lantas mengawasi Pek-ho Totiang dan Heng-san Gek-siu secara bergiliran, maksudnya mungkin hendak minta pendapat mereka.
Hian-ie Liehiap Oh Bie Cu dari partai Ngo-hie-pay, yang pandai bicara dan sangat berani, mendadak buka suara: "Locianpwee, boanpwee numpang tanya, urusannya partai Khong-tong-pay apakah kau berhak mengurusnya semua?"
Yu-liong-cu tidak mengerti apa maksudnya pertanyaan itu, maka lantas menjawab sekenanya: "Urusan partai Kho-thong-pay, diurus oleh ciangbujinnya sendiri, pinto tidak turut campur".
427 Oh Gie Cu ketawa dan berkata: "Kiranya locianpwee tidak perdulikan urusannya Kho-tong-pay, sebaliknya hendak campur tangan terhadap urusannya partai lain.
Diantara aku dengan kau, meski tingkatannya berbeda, tapi satu sama lain tidak termasuk urusannya enam partai.
Dengan hak apa, kau setiap kali bertindak sendiri tanpa berunding dulu dengan Pek-ho Supek sekalian?"
Yu-liong-cu yang memang panas hati, maka begitu mendengar pertanyaan itu, maka semakin naik darah, dengan suara keras ia membentak: "Budak yang tidak diajar, kau berani tidak memandang mata kepada orang tingkat tua, aku nanti bikin mampus kau".
Dengan cepat ia putar badannya dan menghampiri Oh Gie Cu.
Oh Gie Cu hunus pedangnya, sambil ketawa dingin ia berkata: "Nonamu ada orang dari partai Ngo-bie, sudah tentu ada gurunya sendiri yang mengajar. Kalau benar2 ada orang tua yang tidak tahu diri coba2 hendak menghina nonamu, hm! pedangku ini tidak kenal orang".
Pek-ho Totiang melihat keadaan semakin runyam, buru2 maju menghalangi Yu-liong-cu seraya berkata:
"Musuh besar berada di depan mata, yang penting ialah kita harus merundingkan persoalan yang pokok, perlu apa melayani seorang tingkatan muda?" Lalu ia berkata kepada Oh Bie Cu: "Nona Oh, sudah kau jangan bicara lagi!"
Oh Bie Cu dengan pedang ditangan, hanya ketawa dingin saja. Sebaliknya dengan Yu-liong-cu, orang tua itu wajahnya merah padam: ber-ulang2 ia berteriak: "Berontak!
berontak! seorang muda berani berlaku begitu kurang ajar terhadap aku, ini. Adalah salahnya Biauw In Loni yang tidak becus mendidik murid, maka aku nanti pasti akan tegur padanya".
428 Meski ia berjingkrak-jingkrak seperti orang kebakaran jenggot, tapi semua orang yang menyaksikan hanya diam2
ketawa geli, tiada seorang yang melayani padanya.
Lim Tiang Hong yang berdiri sebagai penonton, telah menyaksikan orang2 Hong-lui-po sudah membalut
kawan2nya yang terluka, sisanya yang masih segar, kembali membentuk barisan kelompok sembilan orang, bahkan sikapnya Bo-yong Pek sendiri, nampaknya sedang menantikan apa2. Maka seketika itu hatinya lantas tergerak ia segera lompat maju dan berkata kepada Bo-yong Pek sambil ketawa dingin: "Satu laki2 tidak akan berlaku curang, apa sebetulnya yang terkandung dalam hatimu, baiknya kau katakan terus terang. Menurut anggapanku semua huru hara sehingga menimbulkan malapetaka ini, biangkeladinya adalah Pek-tok Hui-mo dan beberapa gelintir manusia busuk dari rimba persilatan Tionggoan.
Jikalau Hong-lui-po tidak memberi perlindungan kepada orang2 itu dan selain daripada itu, panji persekutuan yang enam partai dulu dirampas oleh Lam-tao Suncu kau kembalikan kepada mereka, maka aku yang rendah berani jamin, bahwa sahabat2 rimba persilatan daerah Tionggoan, pasti dapat memaafkan Hong-lui po."
Bo-yong Pek lantas menjawab sambil ketawa:
"Maksudmu ini meski baik, tapi Hong-lui-po tidak sudi perjanjian menakluk. Bo-yong Pek dengan terus terang beri tahukan padamu, Hong-lui-po masih tetap menghendaki dengan jalan mengadu kepandaian untuk menyelesaikan persengketaannya dengan sahabat2 rimba persilatan daerah Tionggoan"
Lim Tiang Hong melongo, ia cuma bisa gelengkan kepala sambil kerutkan keningnya.
429 Tho-hoa Tocu mendadak ketawa, terbahak bahak dan berkata: "Begitupun baik, lohu tahu bahwa kau tentu belum merasa puas sebelum sampai disungai Hoangho".
Pek-lap Siansu maju dua tindak dan berkata sambil memuji nama Buddha: "Darah yang membanjiri tanah dan bangkai bertumpuk tumpuk keadaan yang mengenaskan tadi, apakah masih belum menggerakkan hatimu?"
Bo-yong Pek dongakan kepala, sambil ketawa dingin ia menjawab: "Inilah justru itu hutang darah yang Hong-lui-po harus tagih....".
Selama berlangsungnya penbicaraan itu, orang2 Hong-lui-po sudah bergegas gegas hendak bergerak.
Lim Tiang Hong yang menyaksikan keadaan demikian, dalam hati merasa sedih. Saat itu, orang2 kedua pihak jumlahnya tidak kurang dari seratus jiwa. Kalau pertempuran itu nanti berkobar lagi, akan merupakan suatu pembunuhan besar besaran yang tidak ada taranya, tidak perduli pihak mana yang menang, yang sudah pasti ialab korban yang jatuh pasti jatuh lebih banyak daripada semula.
Orang2 berbagai partai daerah Tionggoan, memang sudah pada sakit hati karena rencana keji Hong-lui-po dan kini ketika menyaksikan sikap congkak dari Hong-lui Pocu, sudah tentu semakin gusar. Maka semuanya lantas pada menghunus senjata dan berteriak-teriak: "Hari ini kita akan menentukan siapa yang kuat dan siapa yang lemah terhadap Hong-lui-po"
Seketika keadaan menjadi gawat, bertempuran segera terjadi pada setiap saat. Hanya orang2 Hong-hong-tie dan Tho-hoa-to, yang masih tetap tenang.
Pek-lap Siansu dari Siauw-limsie, dengan suara perlahan memuji nama Buddha, kemudian menghampiri Pek-ho 430
Totiang dan berkata padanya: "Kejadian ini kita tidak dapat membiarkan terulang lagi, bagaimana pendapat Totiang?"
"Melihat keadaan, penumpahan darah besar2an
barangkali tidak dapat kita hindarkan lagi" jawabnya Pek-tok Totiang dengan suara perlahan.
Lim Tiang Hong menyaksikan keadaan semakin panas, pertempuran sengit segera dimulai dalam hati merasa cemas, diam2 ia merasa heran, mengapa orang tua aneh itu hingga saat ini belum unjukkan diri"
Baru berpikir demikian, mendadak terdengar suara siulan nyaring, dari dalam benteng tiba2 melesat keluar dua bayangan orang, dengan pesat sudah melayang turun ke dalam kalangan. Mereka ternyata ada seorang tua berambut panjang dan seorang pelajar setengah tua. Lim Tiang Hong yang menyaksikan kedatangan dua orang itu, bukan kepalang girangnya.
Dua orang itu bukan lain daripada Kie-lin Kokcu Ho-lok Siu-su dan si orang tua yang sangat misterius Maka ia lantas maju menghampiri untuk memberi hormat seraya berkata:
"Ayah, ayah juga sudah datang!"
Ho-lok Siu-su anggukkan kepala dan tersenyum,
kemudian mengawasi orang2 Hong-hong-tie. Dalam kalangan itu segera terdengar suara sambutan riuh.
Orang tua aneh itu juga telah menghampiri Bo-yong Pek dan berkata padanya dengan suara keras: "Bo-yong Pek ingatkan kau, amanat apa yang ditinggalkan oleh kakek moyangmu" Mengapa kau berani melanggar pelajaran kakek moyangmu, mengumpulkan segala sampah
masyarakat, menimbulkan pertikaian dengan berbagai partai daerah Tionggoan. Perbuatan yang melanggar 431
hukum ini, berarti kau telah membawa Hong lui-po ke jurang kehancuran! lekas tarik mundur semua orang2 itu!"
Perkataan itu mengandung arti perintah, sudah tentu Bo-yong Pek yang belum tahu siapa adanya orang tua itu, lantas terperanjat. Tapi ia tidak lantas menjawab, hanya Kauw Sam yang beradat berangasan dan tinggi hati, merasa tidak puas, mendadak ia maju menghampiri si orang tua dan membentak dengan suara keras: "Kau manusia macam apa, berani berlaku kurang ajar terhadap Pocu?"
Orang tua itu perdengarkan suara ketawa dingin kemudian berkata: "Orang2 semacam kamu ini yang telah menjerumuskan dia berbuat jahat, lekas enyah dari sini!"
Mendadak tangannya melontarkan satu serangan
dengan gayanya yang luar biasa anehnya. Percuma saja Kauw Sam berkepandaian tinggi, ternyata tidak berhasil menghindarkan serangan tersebut. Serangan itu
mengenakan dirinya dengan telak, sehingga terlempar mundur sejauh 7-8 kaki, mulutnya menyemburkan darah segar.
Perbuatan orang tua itu di luar dugaan semua orang.
Pak-kek dan Thian-cao kedua Suncu lantas lompat keluar dan membentak dengan suara bengis: "Sungguh besar nyalimu, berani melukai Cong-koau Hong-lui-po"
Masing2 telah mengerahkan kekuatan tenaga dalamnya, setindak demi setindak menghampiri orang tua. Tapi orang tua itu selolah olah tidak menggubris, dongakan kepalanya ke atas.
Bo-yong Pek yang menyaksikan gerak tipu yang
digunakan oleh orang tua itu tadi, wajahnya berubah seketika. Ia perintahkan mundur kepada kedua Suncu sambil ulapkan tangannya. Kemudian membungkukkan 432
badan memberi hormat kepada si orang tua seraya berkata:
"Lojinkee (sebutan terhadap orang tua) bagaimana petunjukmu" Mohon diberitahukan!"
Orang tua itu mengawasi padanya dengan sorot mata dingin, kemudian dari dalam sakunya mengeluarkan sepotong batu giok yang memancarkan sinar berkilauan.
Benda itu di letakkan dalam tangannya dan menanya: "Apa kau kenal ini?"
Bo-yong Pek setelah menyambuti batu giok itu,
mendadak berseru kaget: "Apakah lojinkee adalah kakek kita yang sudah menghilang sudah beberapa tahun lamanya itu?"
Orang tua itu anggukan kepalanya dan berkata dengan suara pelahan: "Ternyata kau masih ingat".
Kejadian yang sangat aneh itu membuat semua orang2
Hong-lui-po pucat pasi. Mereka memang masih ingat tentang peristiwa itu, pada empatpuluh tahun berselang, pocu tua membawa serombongan anak buahnya pergi untuk melakukan suatu pertempuran kesudahannya ternyata tiada satupun yang balik kembali dalam keadaan hidup. Kejadian itu setelah lewat beberapa tahun lamanya, semua erang menganggap bahwa pocu tua sudah mendapat celaka. Sungguh tidak diduga pada saat itu telah muncul lagi dalam keadaan demikian. Gerak tipu serangannya kepada Kauw Sam tadi, merupakan satu gerak tipu Hong-lui-po yang tidak diturunkan kepada siapapun kecuali ahli warisnya sendiri. Karena pocu tua itu tadi mengunakan gerak tipu yang hanya dipahami oleh pocu saja, maka baru menarik perhatian Bo-yong Pek.
Orang tua itu setelah berdiam sekian lama, mendadak buka matanya dan berkata dengan tegas: "Biang keladi semua bencana ini adalah Thian-cu-kauwcu dan si nenek 433
dari Biauw-kiang, maka lekas perintahkan orang2 Hong-lui-po menangkap mereka."
Bo-yong Pek terima baik perintah kakeknya, lalu balikkan badan dan keluarkan perintahnya: "Lekas tangkap itu pelarian2 dari daerah Tionggoan!"
Thian-cao dan Lam-tao lantas bergerak, tapi sudah terlambat, kecuali tertangkap beberapa orang yang tidak berarti, Pek-tok Hui-mo, Khiu-pan-po, Lak-chiu Sian-nio dan lain2nya orang terpenting sudah kabur lebih dahulu.
Pada saat itu, Ho-lok Siu-su dan anaknya, Tho-hoa Tocu dengan kongcunya serta lain2-nya telah pada maju menghampiri si orang tua.
Orang tua itu perkenalkan Ho-lok Siu-su kepada Bo-yong Pek:
(dw^^kz) Jilid ke 8 "Tuan ini adalah Kie-lin Kokcu yang tua, yang
namanya sangat kesohor dikolong langit, lekas kau memberi hormat." kemudian ia berkata pula sambil menghela napas: "Lohu tidak perlu menyangkal, oleh karena suatu keinginan yang hendak membuktikan kepandaian sendiri selama empatpuluh tahun keram diri, tadi siang telah main2 sehingga limaratus jurus lebih dengan Lim Tayhiap. Dengan kekuatan yang sudah mempunyai latihan hampir seratus tahun seperti lohu, ternyata masih sulit menandingi ilmunya 'Sian-thian Cin-it Khie-kang' Lim Tay-hiap. Apa mau oleh karenanya, telah terlantarkan kewajibanku, sehingga terjadilah penumpahan 434
darah besar2an seperti tadi itu. Di sini juga merupakan suatu bukti bahwa kepandaian ilmu silat Hong-lui-po masih belum cukup untuk menjagoi didaerah Tionggoan, maka itu, sekarang kau boleh kubur keinginanmu itu!"
Bo-yong Pek cuma bisa mendengarkan sambil berdiri menjublak.
Orang tua itu berkata pula sambil menunjuk Lim Tiang Hong: "Dan Lim Siauwhiap ini, baik kepandaiannya maupun keluhuran bathinnya, mungkin kau tidak
menempil barang sedikit, maka untuk selanjutnya kau harus banyak belajar daripadanya".
Setelah itu lalu ia berkata tentang panji persekutuan:
"Panji persekutuan enam partai golongan Hiao-bun yang kau ambil itu, kau bawa atau tidak" Lekas suruh orang ambil dan kembalikan kepada pemiliknya!"
Bo-yong Pek lalu perintahkan kepada Lam-tao Suncu:
"Lekas kau ambil panji enam partai itu".
Lain-tao Suncu nampak bersangsi sejenak, mendadak maju ke depan dua tindak dan berkata kepada pocunya dengan suara pelahan: "Maafkan dosa hamba, panji persekutuan itu telah hilang. Menurut dugaan hamba, mungkin panji itu sudah dicuri dan dibawa kabur oleh nenek dari Biauw-kiang itu."
Bo-yong Pek yang mendengar keterangan itu, seketika menjadi murka, dengan suara keras ia berkata: "Nenek itu ada begitu jahat, Bo-yong Pek bersumpah akan bunuh mati padanya."
Orang2 enam partai golongan Hia.n-bun, saat itu juga sudah pada maju mengerumun, ketika mendengar bahwa panji persekutuan itu kembali telah lenyap, satu sama lain saling berpandangan. Tapi karena mereka mengetahui 435
bahwa hal itu memang sebenarnya, maka tidak bisa berbuat apa2 terhadap orang2 Hong-lui-po.
Lim Tiang Hong yang menyaksikan keadaan demikian lantas berkata: "Kedatangan orang2 enam partai golongan Hian-bun dari tempat begitu jauh, maksudnya ialah hendak minta kembali panji persekutuan dan panji itu kini telah hilang lagi, benar2 sangat mengecewakan. Tapi karena kejadian sudah terlanjur terjadi, terpaksa kita harus berusaha lagi. Aku yang rendah tidak lama lagi akan melakukan perjalanan ke Biauw-kiang, nanti akan berusaha sepenuh tenaga untuk mintakan kembali panji bagi Totiang semua!"
Pek-ho Totiang lantas menjawab sambil menghela napas: "Kejadian sudah terlanjur begini, apalagi dikata.
Kalau panji persekutuan itu memang benar tidak ada di Hong-lui-po, pinto akan segera berangkat ke Biauw-kiang, bagaimana berani membikin repot Lim Siauwhiap lagi".
Orang tua rambut panjang itu melihat suasana sudah reda, lantas menyoja kepada semua orang dan dengan penuh penyasalan ia berkata: "Cucuku masih terlalu muda usianya, karena perbuatan kawanan pengkhianat yang mengadu domba, sehingga melakukan suatu kedosaan besar terhadap sahabat2 rimba persilatan daerah Tionggoan, Hal ini lohu benar2 merasa sangat menyesal, kini atas nama seluruh warga Hong-lui-po, lohu-minta maaf se-besar2nya terhadap tuan2 yang budiman sekalian. Selain dari pada itu, lohu juga akan menjamin dengan sisa umur lohu ini, hendak memperbaiki keadaan dalam tubuh Hong-lui-po dan selanjutnya akan mengamalkan tenaga dan kepandaian yang kami orang punyai untuk kebaikan dan kesejahteraan dunia kang-ouw, guna menebus dosa ini."
436 Para jago dari berbagai partai daerah Tionggoan, meski diantaranya masih ada yang kurang puas, tapi karena keadaan sudah berubah sedemikan rupa, apa mau dikata.
Apalagi orang tua itu dengan kedudukannya sebagai Pocu tua sudah minta maaf di hadapan umum, sudah tentu mereka tidak dapat berbuat apa2.
Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Pek-lap Siansu yang tujuannya terpenting untuk mencari kembali kitab Tat-mo-kheng yang dicuri oleh Pek-tok-hui-mo dan kini setelah mengetahui iblis itu sudah kabur, ia anggap tiada gunanya diam lama2 lagi di situ. maka ia lantas berkata: "Kitab Tat-mo-kheng perguruan kami, telah dibawa kabur oleh Pek-tok-Hui-mo, adalah menjadi tugas dan kewajiban kita untuk menghajar bangsat itu dan minta kembali kitab tersebut. Oleh karenanya, maka loceng minta diri lebih dulu".
Setelah itu ia lalu memimpin kawanan paderi Siauwlim-sie, meninggalkan tempat tersebut.
Setelah Pek-lap Siansu dan kawannya berlalu, Lim Tiang Hong lantas juga maju dan berkata: "Aku juga harus mengejar iblis jahat itu kali ini tidak boleh lagi membiarkan dia kabur,"
Ho-lok Siu-su lalu berkata sambil tersenyum: "Kau tak perlu tergesa-gesa, kali ini tidak nanti dia dapat kabur lagi".
Pada saat itu, orang2 dari daerah Tionggoan, sebagian besar sudah berangkat pulang, Lim Tiang Hong juga segera mengumpulkan orang2 nya, ia memberikan perintahnya:
"Urusan dengan Hong-lui-po telah selesai, buat kalian sudah tidak ada apa2 yang harus dilakukan, maka boleh pulang ke tempat mereka masing2. Kie-lin-kok, tetap minta Gin-sie Congkoan yang duduk dan menjaga. Sedangkan Tui-hong Tiongkoan segera berangkat ke Biauw-kiang bersama sama Mo-ie Kim-kho, Cong-pian Jie-lo, untuk 437
rnenyelidiki gerak gerik orang2 Boan-cong-muy, aku sendiri juga akan segera menyusul".
Sehabis memberikan perintahnya, ia berpaling ternyata Ho-lok Siu-su entah kapan sudah berlalu. Sedangkan orang2 Hong-lui-po sebagian besar juga sudah balik pulang kebenteng, hanya si orang tua rambut panjang dan Bo-yong Pek yang masih berdiri di tempatnya.
Lim Tiang Hong lantas maju menghampiri dan berkata sambil menyoja: "Kali ini untung Locianpwee datang pada saat yang tepat. hingga terhindarlah suatu penumpahan darah besar2an".
Orang tua rambut panjang itu menyahut sambil
tersenyum: "Tapi lohu masih anggap agak kelambatan sedikit!"
Bo-yong Pek tiba2 ketawa besar dan berkata dengan gagah: "Dengan sejujurnya, jikalau siauwtee tidak timbul perasaan sayang terhadap kepandaian saudara Lim, barangkali bukan demikianlah kesudahannya hari ini."
Lim Tiang Hong terkejut. Bo-yong Pek berkata pula: "Saudara Lim cuma tahu bahwa obat mabuk 'Ngopou-bie hun-cian-jit-cui' itu sangat luar biasa dahsyatnya" tapi tidak tahu bahwa Hong-lui-po masih ada banyak lagi barang2 mujijat dan ganas yang belum digunakan! andai barang2 itu kita gunakan, haha, sekalipun saudara Lim mempanyai kepandaian yang sudah tidak ada taranya, barangkali juga tidak bisa lolos dari bahaya maut."
Orang tua rambut panjang itu hanya tersenyum saja, kemudian ia berkati sambil lambaikan tangannya: "Tidak usah banyak bicara lagi, barang itu biar bagaimana bukan 438
barang benar, sesungguhnya tidak patut untuk dibanggakan, adalah benar kalau kau tidak gunakan".
Mendengar perkataan antara kakek dan cucu itu, Lim Tiang Hong mau percaya bahwa dalam Hong-lui-po pasti masih ada banyak lagi senjata2 rahasia beracun yang masih belum digunakan, hingga diam-diam merasa bergidik.
Andaikata Hong-lui-po benar2 bertindak dengan
membabi buta, entah bagaimana akibatnya"
Orang tua itu menyaksikan Lim Tiang Hong berdiam saja, lantas berkata sambil ketawa terbahak-bahak: "Jika Lim Siauwhiap tidak ada urusan penting, bolehkah singgah dulu di Hong-lui-po untuk satu dua hari, baru pulang?"
"Boanpwee perlu segera berangkat ke Biauw-kiang, dilain hari apabila ada waktu, pasti akan berkunjung lagi kemari".
Setelah itu, ia lantas pamitan kepada orang tua dan cucunya, untuk melanjutkan perjalanannya ke Biauw-kiang.
-dkz- Bab 62 SETELAH meninggalkan Hong-lui-po, Lim Tiang Hong melanjutkan perjalanannya ke Biauw-kiang. Dalam perjalanan itu, tiba2 ia menemukan suatu kejadian yang di luar dugaannya.
Selagi ia enak berjalan, tiba2 terdengar suara saling bentak.
Ia percepat kakinya, kira2 sepuluh tombak lebih jauhnya, ia telah dapat lihat seorang laki2 dan seorang wanita sedang bertempur mati2an.
439 Daya pandangnya yang tajam, segera dapat kenali bahwa dua orang yang sadang bertempur sengit itu ternyata adalah ibunya sendiri Lok-hee Hujin, sedang yang menjadi lawannya bukan lain dari pada Pek-tok Hui-mo.
Sementara itu, Khiu-pan-po dan Lak-chiu Sian-nio nampak berdiri di samping sebagai penonton.
Pek-tok Hui-mo nampaknya sedang kalap. Dengan mata beringas dan mulut menggeram, menglayani wanita yang pernah menjadi isterinya itu secara hebat. Karena memang kekuatan mereka tidak seimbang, maka Lok-hee Hujin terus terdesak dan sangat berbahaya keadaannya,
Lim Tiang Hong yang menyaksikan keadaan demikian, lalu kerahkan ilmunya meringankan tubuh, seolah-olah anak panah terlepas dari busurnya, melesat ke tempat pertempuran itu. Tapi ia telah terlambat setindak, Lok-hee Hujin telah terpukul pundaknya dan mundur terhuyung huyung sambil mengeluarkan darah segar dari mulutnya.
Pek-tok Hui-mo nampaknya sudah bertekad hendak menghabisi jiwanya. Setelah memberi pukulan yang pertama, serangan yang kedua segera menyusul dan serangan itu apabila mengenai sasarannya, sekalipun Lok-hee Hujin bertulang besi juga akan remuk.
Tepat pada saat itu, dari samping tiba2 menyerbu sesosok bayangan langsing sambil perdengarkan suara yang tajam "Jangan....!"
Serangan Pek-tok Hui-mo itu dilakukan dengan
kekuatan tenaga sepenuhnya, bahkan menggunakan ilmu Kana Kim-kong Sian-ciang yang amat dahsyat, maka sesosok bayangan orang yang memapaki serangan tersebut tidak ampun lagi lantas terpukul dengan telak dan terbang setinggi tiga tombak. Bayangan orang itu cuma
440 perdengarkan suara jeritannya yang mengerikan, kemudian jatuh ke tanah dan tidak berkutik lagi.
Lok-hee Hujin tadinya mengira bahwa kali ini pasti ia akan binasa ditangan bekas suaminya itu tidak diduga bahwa ada orang yang telah menalangi jiwanya. Ketika ia mengawasi siapa adanya orang yang rela mengorbankan jiwanya sendiri untuk menyelamatkan jiwanya, ternyata adalah puterinya sendiri, Im-san Mo-lie....
Seketika itu hatinya remuk rendam, maka dengan secara kalap ia lantas berteriak: "Sungguh kejam kau iblis, aku akan adu jiwa denganmu!"
Dengan tanpa mengukur tenaganya sendiri, ia sudah lompat melesat menghujani serangan bertubi-tubi kepada Pek-tok Hu-mo.
Pek-tok Hui-mo hanya ketawa dingin saja, kemudian ia membentak: "Perempuan hina, kau cari mampus!"
Dengan cepat ia ulur tangannya untuk balas menyerang bekas isterinya. karena ia menggunakan ilmunya kana Kim-kong Sia-ciang, sudah tentu Lok-hee Hujin lantas terpental jatuh. Kali ini lukanya agak berat, maka ia sudah tidak mampu bangun lagi.
Pek-tok Hui-mo memang serupa dengan nama
julukannya, manusia buas nomor satu! Setelah
membinasakan puterinya, sikapnya tetap tidak berubah, bahkan ketawa terbahak-bahak dan berkata: "Perempuan hina, kemana lelaki yang menjadi gendakmu itu" Dan kemana itu anak haram" Mengapa anak itu tidak datang menolongi kau" Hihihi, dalam sisa hidupmu ini mungkin sudah tidak akan melihat mereka lagi".
Ia angkat tangannya, kembali hendak menyerang....
441 Tiba2 sesosok bayangan orang melesat ke depannya dan menyambuti serangan yang sudah meluncur turun, lalu terdengar suara orang itu: "Iblis, jangan turun tangan kejam!"
"Bumm!" Pek-tok Hui-mo dibikin terpental oleh serangan orang itu. Ketika angkat kepala, ia baru dapat lihat bahwa orang yang menyambuti serangannya itu tenyata adalah Lim Tiang Hong, itu pemuda kosen yang paling dimalui.
Dalam kagetnya lantas ia berseru dengan suara bengis:
"Bagus! bagus! sekarang mari kita bikin balas perhitungan kita. Anak haram, majulah! hari ini kalau bukan kau adalah aku yang mampus!"
Lim Tiang Hong yang menyaksikan ibunya yang rubuh dengan mandi darah, hatinya terasa seperti diiris-iris. Tapi saat itu ia sudah tidak mendapat kesempatan untuk memeriksa keadaannya.
Dengan mata beringas ia membentak kepada Pek-tok Hu-mo: "Iblis, kalau hari ini kau masih bisa lolos dari tanganku, benar2 Tuhan tidak berlaku adil!"
Ia kerahkan ilmunya Sian-thian It-ku Sin-kang, siap sedia untuk menamatkan riwayat hidup musuh besarnya itu.
Pek-tok Hui-mo sebagai manusia buas, ia sedikitpun tidak merasa sedih atas kematian puterinya dan nasib isterinya. Rambutnya yang nampak berwarna kuning nampak berdiri. Ia juga kerahkan kekuatan tenaganya, telah bertekad bulat untuk memukul mampus sekaligus kepadi Lim Tiang Hong, untuk menyingkirkan bahaya di
kemudian hari. 442 Dua orang itu bagaikan dua banteng yang hendak diadu, saling memandang dengan mata beringas. Berdua berjalan perlahan2, masing2 menantikan kesempatan baik untuk menggempur lawannya.
Pada saat itu, dari jauh tiba2 terdengar suara siulan nyaring dan panjang, hingga lama menggema diangkasa.
Lim Tiang Hong yang mendengar itu, hatinya tergerak.
Tapi karena itu, Pek-tok Hui-mo sudah lantas bergerak, memberi pukulan yang amat dahsyat.
Lim Tiang Hong yang sudah siap sedia lantas
menyambuti serangan itu dengan ilmunya Sian-thian It-ku Sin-kang.
Setelah terdengar suara gempuran nyaring, Pek-tok Hui-mo terdampar mundur lima langkah dengan badan
sempoyongan seperti orang mabuk arak, sedangkan Lim Tiang Hong sendiri juga nampak bergoyang pundaknya dan mundur setindak. Hawa dalam dadanya seperti hendak melonjak keluar, hingga belum puas kalau belum dikeluarkan.
Mendadak ia membentak dengan suara keras dan
hendak melakukan serangannya yang kedua.
Tiba-tiba nampak berkelebatannya sesosok bayangan orang, yang sebentar kemudian sudah berada di
hadapannya, lalu terdengar suara orang itu berkata: "Hong-jie. kau minggir! biarlah ayahmu yang melayani padanya!"
Kiranya orang yang baru datang itu adalah Ho-lok Siu-su.
Lim Tiang Hong melihat ayahnya telah datang, lantas meninggalkan Pek-tok Hui-mo dan pergi menghampiri Lok-hee Hu-jin, sambil membimbing bangun, ia menanya 443
dengan suara sedih: "Ibu! ibu!.... bagaimana dengan ibu....?"
Lama, baru kelihatan Lok-hee Hu-jin membuka
matanya. sambil menghela napas ia berkata dengan suara lemah: "Ibumu sudah tidak berguna lagi....".
Lim Tiang Hong lalu mengeluarkan botol kecil dari dalam sakunya, ia keluarkan sebutir pil Soat som-wan dan dimasukkan ke dalam mulut ibunya seraya berkata: "Ibu, ini adalah obat Soat-som-wan Hong-hong-tie yang sangat mujarab untuk menyembuhkan segala macam luka dalam, lekas ibu memakannya!"
Lok-hee Hu-jin dengan air mata ber-linang2, ia mendorong taugan Lim Tiang Hong sambil berkata dengan suara ter-putus2: "Ibumu sudah tiada ada gunanya, makan, obat juga percuma, lekas. Lekas suruh ayahmu berhenti, jangan melukai padanya, biarkan dia pergi".
Pada saat itu mendadak terdengar suara geram Pek-tok Hui-mo. Si iblis itu kemudian jatuh terlentang, tapi dengan cepat sudah lompat bangun lagi.
Kiranya tadi ketika Pek-tok Hui-mo mengetahui
kedatangan Ho-lok Siu-su, ia segera mengerti bahwa hari itu tidak mudah baginya untuk lolos dari tangan mereka, tapi sifat buasnya yang sudah mendalam, ia merasa penasaran sebelum dapat melukai lawannya. Maka ketika Ho-lok Siu-su menengok ke arah Lok-hee Hujin, tiba2
melancarkan serangannya dengan sepenuh tenaga. Tidak disangka, serangannya itu se-olah2 membentur sebuah tembok yang mempunyai daya membalik, hingga bukan lawannya yang rubuh, melainkan ia sendiri yang terpental mundur.
444 Kali ini ia mendapat luka lebih parah daripada mengadu kekuatan tenaga dengan Lim Tiang Hong, tapi justru itu, semakin buaslah hatinya. Sambil merayap bangun ia berkata dengan suara bengis: "Lim Thian Sun, apakah kau masih berani mengaku adalah seorang laki2 gagah" Kau telah merampas isteri orang, kembali hendak mencelakakan jiwa suaminya. Cis, perbuatanmu ini apakah juga terhitung peebuatannya seorang gagah?"
Ho-lok Siu-su nampak berubah wajahnya, setelah itu ia menjawab: "Kau jangan sembarangan memfitnah orang.
Dengan bermaksud hendak merampas lukisan gambar peta gunung dewa, kau hendak mencelakakan diriku dengan cara sangat rendah dan jijik. Hm! kalau tidak dlindungi oleh Tuhan Yang Maha Esa, aku si orang she Lim mungkin sudah binasa di dalam tanganmu. Maka hari ini aku si orang she Lim sengaja datang mencari kau, untuk membuat perhitungan hutangmu di gurun pasir pada masa yang lampau. Selain daripada itu, perbuatanmu yang menumpas seluruh keluarga Pek-pou Sin-koan, kau tentunya masih ingat, bukan?"
Mengingat kematian seluruh keluarga Pek-pou Sin-koan Oey Chungcu yang sangat mengenaskan itu, nafsunya hendak membinasakan musuh besarnya itu semakin tebal Pek-tok Hui-mo sudah terluka parah dalamnya kalau ia masih bisa merangkak bangun, itu disebabkan karena paksakan diri saja, maka begitu lihat Ho-lok Siu-su mendekati lagi, dengan tanpa sadar setindak demi setindak ia melangkah mundur.
Pada saat itu, kembali terdengar suara Lok-hee Hujin yang sangat lemah dan ter-putus2: "Jangan bunuh dia, biarlah dia pergi!"
445 Ho-lok Siu-su merasa tidak tega hati menolak
permintaan seorang wanita yang sudah dekat pada ajalnya, maka dengan tanpa dirasa, kakinya berhenti bertindak.
Lim Tiang Hong yang menyaksikan keadaan demikian, mendadak ingat perkataan Bu-ceng Kiam-khek yang diucapkan padanya: "Bunuhlah itu manusia buas nomor satu di dunia, jika membiarkan dia berbuat kejahatan lagi, maka dosa lohu akan bertambah besar".
Maka, dengan cepat ia lompat melesat. Lok-hee Hujin buru2 menarik bajunya dan menanya dengan suara cemas:
"Kau hendak berbuat apa....?"
Perempuan itu meski sangat membenci Pek-tok Hui-mo, tapi biar bagaimana pernah menjadi suaminya, maka ia tidak tega melihat kematian suaminya di hadapan matanya sendiri, itulah sifatnya seorang wanita!
Lim Tiang Hong sebetulnya merasa tidak puas terhadap perbuatan Lok-hee Hujin itu tapi karena saat itu nampak keadaan ibunya sudah hampir putus jiwanya, maka ia juga tidak tega menyakiti perasaannya, dengan demikian, mau tidak mau ia juga urungkan maksudnya.
Ho-lok Siu-su tidak jadi turun tangan. Lim Tiang Hong dirintangi oleh ibunya, hingga keadaan disitu berubah menjadi sunyi. Kiu-phan po dan Lak-chiu Sian-nio telah menggunakan kesempatan itu diam2 telah kabur.
Pek-tok Hui-mo yang buas bagaikan srigala, licin bagaikan kancil, ketika menampak keadaan demikian, maka timbullah pikirannya melarikan diri. Diam2 ia kerahkan sisa kekuatan tenaganya dan geser kakinya dengan perlahan. Tapi perhitungan manusia kadang2 ada melesetnya. Baru saja ia hendak kabur, mendadak dua 446
sosok bayangan lari mendatangi dan dalam waktu sekejap sudah berada di depan matanya.
Yang berjalan di depan adalah seorang bocah tolol yang kulitnya hitam, begitu berada di depannya, bocah itu lantas perdengarkan suaranya yang seperti geledek: "Hei, manusia keparat, kembalikan jiwa ayahku!"
Tanpa banyak rewel, ia lantas menyerang dengan kedua tinjunya.
Pek-tok Hui-mo terperanjat, ia buru2 tarik mundur dirinya, tapi, kepandaian bocah tolol itu ternyata tidak cuma sampai disitu saja. Kedua tinjunya dipentang, dengan kecepatan bagaikan kilat, kembali menyerang sampai lima kali.
Pek-tok Hui-mo nampaknya pandang ringan bocah itu, tapi saat itu ia merasa bahwa serangan bocah itu bukan saja sangat hebat, tapi juga luar biasa anehnya. Ia sendiri tidak perduli menyingkir ke mana, selain terancam oleh hembusan angin yang keluar dari serangannya. Dalam cemas dan gusarnya, ia lantas menyambuti serangan tersebut dengan tenaga sepenuhnya.
Sudah tentu bocah itu masih bukan merupakan
tandingannya, maka tidak ampun lagi lantas terdampar mundur sampai 7-8 kaki jauhnya. Tapi, ia sendiri juga mundur setindak, bahkan mulutnya juga lantas
menyemburkan darah. Bocah itu setelah terpukul mundur, nampaknya sangat penasaran, sambil menggeram hebat kembali ia menyerang dangan tinjunya. Berbareng dengan saat bocah tolol itu menerjang musuhnya, terdengarlah suara bentakan nyaring lalu disusul oleh berkelebatnya sinar hitam bagaikan bianglala menggulung Pek-tok Hui-mo.
447 Pek-tok Hui-mo diserang dari kanan, merasa cemas dan gusar. "Kamu siapa" Mengapa berani membokong aku?"
demikian tegurnya. Sinar hitam itu mendadak lenyap, sebagai gantinya seorang wanita muda dengan tangan membawa senjata gendewa berdiri di hadapannya.
Sambil menuding padanya wanita muda itu berkata padanya: "Iblis jahat, ingatkan kau peristiwa berdarah di perkampungan Oey Kee-chung" Nonamu ini adalah anak perempuannya Pek-pau Sin-koan, Yu-kok Oey-eng, hari ini aku sengaja datang mencari kau untuk menagih hutang darah itu".
Lalu ia menunjuk si bocah tolol dan berkata pula: "Dia adalah Hoo Ah-gu, anak lakinya Hoo Congkoan, yang pada kala itu telah dikejar kejar oleh anak buahmu. Atas perintahmu dan kemudian kau binasakan di tengah jalan.
Hutang jiwa bayar jiwa, serahkanlah jiwamu!"
Senjata gendewanya lantas bergerak menyambar
pinggang Pek-tok Hui-mo. Ah-gu tidak mau ketinggalan, ia juga menyerang dengan tinjunya.
Pek-tok Hui-mo yang sudah terluka parah ditangan Ho-lok Siu-su, sebetulnya sudah hampir kehabisan tenaga. Kini mendadak bertemu dengan bocah, yang ternyata juga mempunyai kepandaian cukup tinggi, hingga ia mengerti bahwa hari ini tidak mungkin bisa mengundurkan diri dalam keadaan utuh. Maka ia lantas mengambil keputusan nekad, biar bagaimana ia harus berusaha, untuk melukai salah satu diantara dua bocah itu.
Dengan secara berani ia nerobos dalam gumpalan sinar hitam, dengan beruntun melancarkan serangannya sampai delapan kali. Bertempur secara nekad itu, pengaruhnya 448
memang besar, maka Yu-kok Oey-eng terpaksa mundur ber-ulang2 untuk menghindarkan serangannya.
Ah-gu yang tolol dan belum banyak pengalaman, sudah tentu tidak mengerti bilamana bahayanya seorang yang sudah berlaku nekad.
Dengan secara berani ia juga menghujani musuhnya dengan tinjunya. Kali ini ia menggunakan gerak tipu menurut pelajaran dalam kitab kecil yang dihadiahkan oleh orang tua rambut panjang itu. Oleh karena gerak tipu itu adalah ilmu pukulan ciptaan orang tua aneh itu selama empat puluh tahun dalam rumah kecil, sudah tentu merupakan satu pukulan yang luar biasa ampuhnya.
Pek-tok Hui-mo yang pusatkan perhatiannya kepada Yu-kok Oey-eng, ia tidak menduga bahwa ilmu pukulan bocah tolol itu ternyata ada demikian dahsyat. Tidak ampun lagi, jalan darah Cit-kian-hiat terkena serangan tinju Ah-gu dan lantas menyemburkan darah dari mulutnya.
Yu-kok Oey-eng tidak me-nyia2kan kesempatan baik itu.
Dengan luar biasa cepatnya senjata gendewanya segera menyambar pinggang Pek-tok Hui-mo, setelah terdengar suara jeritan ngeri, pinggang Pek-tok Hui-mo ternyata telah tertabas kutung.
Lok-hee Hujin yang mendengar suara jeritan suaminya, mendadak menjerit, setelah mulutnya menyemburkan darah, jiwanya lantas melayang seketika.
Lim Tiang Hong yang berbatin luhur, meski sang ibu itu agak tidak benar kelakuannya. tapi biar bagaimana, ibu tetap adalah ibu. Apalagi persoalan yang sangat rumit itu, juga bukan ibunya yang harus tanggung jawab seluruhnya!
perasaan sedih timbul seketika. Airmatanya mengalir turun 449
dengan derasnya dan mulutnya terus memanggil: "Ibu, ibu....". tidak hentinya.
Lama ia terbenam dalam kesedihan, ketika ia
dongakkan kepala. Ho-lok Siu-su entah sejak kapan sudah berlalu. Sedang Yu-kok Oey-eng masih berdiri di sampingnya dengan air mata berlinang-linang.
Ketika melihat Kokcunya sudah berhenti menangis, Yu-kok Oey-eng memberikan padanya sehelai sapu tangan seraya berkata dengan suara lemah lembut: "Ibumu sudah meninggal, sudah tentu ia tidak dapat hidup kembali, dan kau harus jaga dirimu baik2, itulah yang terpenting".
"Kasihan ibuku menderita hampir seumur hidupnya, dan akhirnya binasa di tangan itu iblis ganas....". berkata Lim Tiang Hong sambil menghela napas.
Mendadak ia seperti ingat sesuatu, lalu ia berkata pula:
"Ayah!... Oh ayah, kaupun sungguh kejam, telah meninggalkan ibu begitu saja".
Dengan perlahan Yu-kok Oey-eng meng-usap2 pundak Lim Tiang Hong dan menasehatkan padanya. "Kau tak usah menuruti perasaan hatimu sendiri. Ayah juga mempunyai kesulitan sendiri. Ah! persoalan yang begini ruwet dan rumit, sekalipun ia berada di sini, apakah yang dapat diperbuat olehnya?"
Lim Tiang Hong hanya bisa meng-geleng2kan
kepalanya, memang, hal ini juga tidak dapat ia sesalkan ayahnya.
Keduanya berdiri berhadapan sekian lama. Akhirnya Yu-kok Oey-eng berkata pula dengan suara perlahan: "Mari kita kubur jenazah ibu!" Lim Tiang Hong mengangguk, Yu-kok Oey-eng lalu menyuruh Ah-gu membantunya.
450 Mereka bertiga segera membuat sebuah lubang untuk mengubur jenazah Lok-hee Hujin.
Lim Tiang Hong mengawasi mayat Pek-tok Hui-mo
sejenak, lalu di sisi kuburan ibunya kembali ia membuat lubang pula. Kemudian ia mengambil kitab Tat-mo-keng dari dalam saku iblis itu, setelah itu barulah ia kubur jenazah iblis itu di samping kuburan ibunya.
Mendadak terdengar suara Ah-gu berseru "Eh! itu siapa?".
Lim Tiang Hong dan Yu-kok Oey-eng segera berpaling.
Mereka lantas dapat lihat dirinya Hong-gwat Kongcu, siapa sedang membuat lubang sambil tundukan kepala, kemudian dengan hikmatnya ia mengubur jenazah Im-san mo-lie.
Setelah selesai mengubur, kembali ia berdiri di depan kubur entah sedang membaca doa apa.
Lim Tiang Hong dan Yu-kok Oey-eng saling
berpandangan, tapi mereka tidak mau mengganggu padanya.
Setelah sekian lama dalam keheningan, barulah Hong-hwat Koogcu berjalan menghampiri mereka berdua dengan perasaan sedih.
Yu-kok Oey-eng mendadak ketawa dan menegur
padanya. "Mau dikata tidak mempunyai perasaan, tidak tahunya berperasaan, kiranya kau terhadap dia masih ada mempunyai perasaan juga?"
"Satu laki2 harus bisa membedakan dengan tegas antara kebajikan dan kejahatan. Urusan Im Tay Seng dengan Henghay Kow-loan setelah beres, siauwtee sebenarnya bermaksud mencari padanya untuk membereskan persoalan antara aku dengannya. Tidak disangka ia telah binasa di tangan ayahnya sendiri, ah....".
451 Kemudian ia berpaling dan menanya Lim Tiang Hong:
"Saudara Lim hendak ke mana?"
"Siauwtee ingin segera berangkat ke Biauw-kiang,"
"Kalau begitu siauwtee pergi dulu,"
Sehabis berkata dengan tanpa menuggu jawaban ia sudah berlalu.
Lim Tiang Hong menyaksikan berlalunya Hong-gwat Kongcu dengan perasaan terharu, kemudian berkata sambil menghela napas: "Mari kita juga pergi"
"Ke mana?" "Biauw-kiang". "Kau hendak mencari Yan-jie lagi" bukan" Hm! kalau orang2 Boan-ciong-muy turun tangan lagi terhadap kau, bagaimana?"
"Aku toh bukan anak umur tiga tahun. "
"Hm, sekarang saja kau berkata demikian, nanti setelah mendengar perkatan manis, kau lantas lupa segala-galanya!
tidak aku tidak izinkan kau pergi!"
"Kenapa?" "Aku kuatir kau akan dibikin mabok oleh itu siluman.
Lagi pula, kalau kau hendak membalas budi Heng-lim Chun-loan, sudah cukup mengirim beberapa orang pergi menolong dia, kemudian serahkan kepada Sin-soan Cu-kat, bukankah sudah cukup" Perlu apa harus pergi sendiri?"
Lim Tiang Hong mengawasi padanya sejenak mendadak berkata dengan tegas: "Kau pulang dulu dengan Ah-gu ke Hong-hong-tie menunggu aku. Biau-kiang sudah pasti aku akan pergi, dalam perja!anan ini bukan cuma untuk 452
menolong Yan-jie saja, aku dengan Boan-ciong Nio-nio juga masih ada mempunyai perjanjian".
Oleh karena ia kuatir akan dirintangi oleh Yu-kok Oey-eng lagi, maka setelah berkata demikian ia lantas lompat melesat dan berlalu dengan cepatnya.
Yu-kok Oey-eng sangat mendongkol sambil gebrakkan kakinya ia berkata: "Kau tak usah pulang untuk selama-lamanya".
Tapi Lim Tiang Hong sudah pergi jauh, sudah tentu ia tidak dapat dengar ucapannya.
-dw-kz- Bab 63 SETELAH berlalu dari sampingnya Yu-kok Oey-eng, Lim Tiang Hong kabur ke arah Lam-bong. Karena Pek-tok Hui-mo sudah binasa di tangan Yu-kok Oey-eng, maka hanya persoalan dengan Boan-ciong-muy yang ia harus selesaikan. Sudah tentu, yang terpenting adalah persoalan yang menyangkut dirinya Yan-jie. Jika ia tidak dapat memulihkan keadaannya Yan-jie seperti sedia kala, supaya ia terlepas dari cengkramannya Boan-cong-muy, hal ini akan membuat penyesalan untuk selama-lamanya terhadap Heng-lim Chun-loan almarhum.
Selagi ia kabur dengan menggunakan ilmunya lari pesat It-sia Cian-lie, tiba2 dapat lihat dirinya Hong-gwat Kongcu sedang berdiri dan berbicara dengan tiga laki2 tua. Ia segera dapat kenali bahwa diantara tiga laki2 tua itu, terdapat dirinya Ham-hay Liong-kun yang pernah menjadi
pecundangnya. 453 Ham-hay Liong-kun yang melihat kedatangan si anak muda, lantas berkata sambil ketawa terbahak-bahak: "Nah, ini dia orangnya telah datang!"
Lim Tiang Hong tidak mengerti maksud perkataannya, maka lantas menanya kepada Hong-gwat Kongcu: "Dengan maksud apa mereka menghadang di sini?"
Dengan bersungut-sungut Hong-gwat Kongcu menjawab sambil menunjuk seorang tua berusia kira2 enam puluh tahun dengan wajah putih dan jenggot panjang: "Dia bergelar Gobi Giok Liong (Naga Kumala dari gurun pasir Gobi)"
Pendekar Pedang Sakti 13 Siluman Ular Putih 20 Murka Penghuni Kubur Dendam Empu Bharada 20
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama