Ceritasilat Novel Online

Birunya Skandal 3

Birunya Skandal Karya Mira W Bagian 3


"Kenapa tidak bertanya kepadanya mengapa dia
mi?nta saya datang?"
Tika bangkit dari kursinya. Meraih tasnya. Me?
birunya skandal FINAL.indd 217
217 ma?sukkan barang-barangnya. Lalu menatap kem?
bali Yusna dengan tenang.
"Masih ada pertanyaan?"
"Saya akan kembali," geram Yusna menahan
ma?rah. "Saya belum puas."
"Setiap hari saya ada di sini. Ibu boleh datang
se?tiap saat. Tapi jika ingin tahu affair ayahmu, ta?
nya?lah kepadanya. Jangan kepada saya. Karena
saya tidak punya waktu untuk menjawabnya."
Tika melangkah ke pintu. Ketika dia melewati
Yusna, perempuan itu menatapnya dengan gusar.
"Dokter tidak takut skandal ini mengotori na?
ma?mu yang harum?" "Skandal apa? Saya tidak pernah membiarkan
ayah?mu mengotori tubuh saya. Jika kamu ingin
me?nyebarkan gosip, silakan saja. Tapi tanya dulu
ayah?mu. Mungkin dia ingin kamu menunggu sam?
pai ibumu tidak usah mendengarnya lagi."
Tika melewati Suster Ida yang sedang melongo
bi?ngung. Ketika dia sadar dokternya mau lewat,
cepat-cepat dia membuka pintu.
"Selamat sore," sapa Tika tenang.
Lalu dengan langkah-langkah mantap tapi ang?
gun, dia melangkah meninggalkan kamar prak?tek?
nya. "Selamat sore, Dok," sahut Suster Ida meng?
gagap. Dia masih menunggu beberapa detik sebelum
birunya skandal FINAL.indd 218
218 me?noleh kepada Yusna yang masih tegak mema?
tung di depan meja tulis.
"Masih lama, Bu?" tegurnya tidak sabar.
Yusna seperti baru terjaga dari mimpi buruk?
nya. Tanpa menjawab, dia memutar tubuhnya.
Ke?tika dia melewati Suster Ida, perawat itu meng?
ucap?kan selamat sore. Tetapi Yusna tidak meng?
acuh?k?an?nya. Dia tidak sabar menemui ayahnya. Tetapi Ba?
pak pulang malam sekali hari itu. Suaminya sam?
pai sudah tidak sabar menunggu.
"Kenapa sih baru diributkan sekarang?" gerutu?
nya kesal. "Peristiwa itu sudah basi! Dan Ibu su?
dah hampir meninggal!"
"Dari dulu aku penasaran!" geram Yusna sengit.
"Dan kamu ingin membongkar perselingkuhan
Bapak sekarang? Setelah Ibu hampir pergi? Buat
apa? Buat apa mengungkit luka lama?"
"Kenapa perempuan itu menemui Ibu?"
"Kenapa tidak tanya Ibu?"
"Ibu tidak mau menjawab!"
Bapak juga tidak. Dokter Nurdin yang ditemui
anak-menantunya malam itu dalam keadaan letih,
sama sekali tidak merasa perlu untuk menjawab.
"Ibu yang minta Dokter Kartika menemuinya,"
sa?hutnya singkat. "Untuk apa?" "Tanya saja Ibu."
birunya skandal FINAL.indd 219
219 "Ibu diam saja."
"Kalau begitu jangan tanyakan lagi."
"Apakah tentang affair Bapak?"
"Bukan urusanmu."
"Urusan saya juga. Saya anak Bapak dan Ibu."
"Tidak ada yang perlu diceritakan. Sekarang
pulanglah. Bapak sudah capek."
Yusna masih penasaran. Tetapi suaminya sudah
mendesak mengajak pulang.
"Apa lagi sih maumu?" gerutunya di mobil.
"Buat apa menyiksa Bapak lagi? Bapak sudah cu?
kup tersiksa dengan kondisi Ibu sekarang!"
"Saya curiga Bapak menyambung kembali
affair-nya!" "Dengan Dokter Kartika? Yang benar saja!"
"Dokter itu cuma kelihatannya saja suci! Di da?
lam?nya dia penuh borok! Makanya suaminya ka?
bur!" "Gosipnya bilang Anggada Subianto kabur ka?
rena terpikat perempuan lain!" Suami Yusna ter?
tawa pendek. "Aku percaya. Lelaki itu memang
ter?kenal buaya dari muda!"
"Waktu dia menikahi Dokter Kartika saja, saya
heran dia diobati dukun dari mana!"
"Mungkin dia sakit. Butuh dokter seumur hi?
dup!" suami Yusna tertawa gelak-gelak.
Dan tawanya berhenti dengan sendirinya ketika
dilihatnya istrinya tidak ikut tertawa.
birunya skandal FINAL.indd 220
220 "Dulu saya punya firasat Bapak selingkuh. Sejak
Ibu sakit, firasat itu datang lagi. Firasat seorang
anak perempuan!" "Wajar saja jika Bapak selingkuh. Ibu sakit.
Tidak bisa melayani kebutuhan biologis Bapak.
Masa dia harus menjadi pertapa?"
"Enak amat pendapat lelaki!"
"Loh, itu kan normal! Aku bicara apa adanya!
Ja??ngan menyalahkan Bapak. Dia harus bagai?ma?
na?" "Istri sakit keras, suami boleh selingkuh? Enak
saja!" "Ibu saja mengerti kebutuhan Bapak dan meng?
izinkan. Kenapa kamu yang tidak puas?"
"Karena Bapak tidak adil! Seharusnya dia me?
ne?mani Ibu yang sedang sakit. Menghiburnya.
Me?nguatkan. Bukan keluyuran sampai malam
men?jajakan dirinya!"
"Ibu di rumah sakit. Bapak yang selalu men?
jaga??nya. Menemaninya berobat. Masa dia tidak
boleh istirahat?" "Bukan istirahat di pelukan perempuan lain!"
"Apa bedanya lagi buat Ibu sekarang? Dia tidak
bisa memberikan apa yang Bapak butuhkan. Dan
itu bukan salah Bapak!"
"Bukan salah Ibu juga. Ibu sakit! Sudah sampai
di ujung hidupnya. Mengapa Bapak masih tega
me?nya?kiti hatinya?"
birunya skandal FINAL.indd 221
221 "Siapa sih yang bilang Bapak menyakiti hati
Ibu? Itu kan imajinasimu sendiri!"
"Mengapa Ibu memanggil perempuan itu? Pasti
karena Ibu mengira Bapak main gila dengan dia
lagi!" "Rasanya Ibu sudah tidak peduli lagi Bapak
main gila dengan separuh perempuan di Jakarta
se?ka?lipun! Ibu kan tahu semua lelaki punya ke?bu?
tuh?an biologis, setua apa pun dia. Berapa pun
umur?nya." "Kalau Ibu sudah rela Bapak memenuhi kebu?
tuhan biologisnya, mengapa harus memanggil
pe?rem?puan itu lagi?"
"Barangkali Ibu hanya ingin meninggalkan pe?
san." "Pesan apa?" "Supaya menjaga Bapak baik-baik sepeninggal?
nya. Jangan memaksa Bapak terlalu capek. Karena
Ba?pak sudah tua. Jantungnya bisa minta time out
k?alau diforsir di tempat tidur"
"Jangan bercanda! Nggak lucu!"
birunya skandal FINAL.indd 222
222 Bab XIII BERGEGAS Tika turun dari mobilnya. Seperti
yang selalu dilakukannya setiap kali sampai di ru?
mah. Dia tergesa-gesa ingin melihat Dian. Meng?
gen?dong?nya. Mengajaknya ngobrol kalau belum
tidur. Ah, anak itu sudah menjadi segala-galanya da?
lam hidupnya di samping pasien-pasiennya yang
kian bertambah banyak. Rasanya Tika tidak sabar.
Ingin buru-buru menjumpainya.
"Dian!" panggilnya begitu pembantu mem?buka?
kan pintu untuknya. "Sudah tidur, Bu," kata pembantunya dengan
sed?ikit perasaan menyesal. Mengerti sekali ke?
ingin?an majikannya untuk menemui anaknya se?
be?lum dia terlelap. "Yaaa." Tika tersenyum pahit.
Terlambat lagi. Permata hatinya sudah terlelap.
Ti?dak bisa bermain-main lagi dengan Dian sebe?
lum tidur. Dan dia melihat Astri.
birunya skandal FINAL.indd 223
223 "Malam, Ma. Dian sudah tidur?"
"Pulas sekali." Astri tersenyum tipis. Dan entah
mengapa, di mata Tika, senyumnya tidak seperti
biasa. Tika agak cemas melihatnya.
"Dian kenapa, Ma?"
"Nggak apa-apa. Dian baik. Semua beres."
"Tapi seperti ada yang mengganggu pikiran
Mama." "Memang susah membohongi dokter," Astri
men?coba membuyarkan kekhawatiran Tika.
"Mama nggak enak badan?" desak Tika. "Apa
yang dirasa, Ma? Mari saya periksa."
"Mama tidak apa-apa. Sudahlah. Lebih baik ka?
mu lihat Dian dulu."
"Betul Mama tidak apa-apa?"
"Betul. Sudahlah. Sana lihat Dian."
Tika melangkah ke kamar anaknya. Membuka
pintu kamarnya dengan hati-hati. Dan masuk ke
dalam. "Malam, Bu," sapa Emi setengah berbisik, takut
membangunkan Dian. Tika hanya mengangguk. Matanya tidak ber?
pindah dari wajah anaknya yang sedang terlelap.
Tak sadar Tika tersenyum tipis. Selalu terbit
se??nyum?nya kalau melihat wajah Dian. Semakin
be?sar dia terlihat semakin manis. Walaupun pro?fil?
nya kurang proporsional. Dahinya lebar. Matanya
me?le?kuk dalam. Dagunya runcing.
birunya skandal FINAL.indd 224
224 Tika duduk di sisi tempat tidur Dian. Membelai
ke?palanya dengan penuh kasih sayang. Lalu mem?
bung?kuk dan mengecup dahinya dengan lembut.
"Mama sayang Dian," bisiknya halus.
Dian sama sekali tidak terjaga. Tidurnya lelap
se?kali. Dia memeluk boneka beruangnya. Teman
ti?durnya sejak bayi. Sampai berumur empat tahun, Dian memang
tidak bisa tidur kalau tidak memeluk boneka be?
ruang?nya. Boneka itu sudah lusuh. Tapi Dian sa?
ngat menyayanginya. Pernah boneka itu hilang.
Dan seluruh rumah kelabakan mencarinya.
Lama Tika menatap anaknya. Wajahnya begitu
tenang. Damai. Seolah-olah tak ada penyakit yang
ditakutinya. Seolah-olah dia percaya ada Mama
yang akan melindunginya. Rela mengorbankan
apa pun demi menyelamatkannya.
Setelah merapikan selimut Dian, Tika mening?
gal?kan kamarnya. Dan menghampiri Astri yang
se?dang memotong apel di meja makan. Seperti
biasa, dia menyodorkan sepiring apel yang telah
dipo?tong-potongnya untuk Tika.
"Ah, Mama," keluh Tika sambil tersenyum.
"Kan Tika sudah bilang, jangan potongi saya apel
lagi. Saya bisa gigit sendiri kok, Ma. Lebih enak,
kan. Digerogot, gitu."
"Biasanya kan kamu lupa. Sudah kecapekan,
ha?bis makan terus tidur."
birunya skandal FINAL.indd 225
225 "Mama selalu memanjakan saya!"
"Habis siapa lagi yang bisa Mama manjakan?"
Sesudah mengucapkan kata-kata itu, Astri terdiam.
Wajahnya berubah. Tika tahu sekali siapa yang tiba-tiba melintas di
be?nak mantan mertuanya. Dia juga tahu Astri
mer?indukan anaknya. Hanya saja dia tidak pernah
meng?ungkapkannya. Dibelainya punggung Astri dengan lembut.
Lalu dia duduk di sampingnya.
Astri menyendokkan nasi ke piring Tika.
"Jangan banyak-banyak ah, Ma. Kenyang."
"Kamu harus makan. Lihat, badanmu sudah
jauh lebih kurus. Capek praktek siang-malam."
"Saya nggak apa-apa kok, Ma."
"Hasil tesmu yang terakhir bagus?"
"Saya sudah pulih seratus persen."
"Tes Dian juga bagus?"


Birunya Skandal Karya Mira W di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tes fungsi hatinya normal. Artinya sejauh ini
tidak ada penolakan organ hati yang dicangkok?
kan." "Syukurlah. Mama khawatir sekali. Katamu kita
harus menunggu paling tidak setahun untuk tahu
ada penolakan atau tidak, kan? Sekarang sudah
dua tahun." "Biasanya penolakan akut berlangsung dalam
beberapa hari sesudah transplantasi, Ma. Penolak?
an kronis bisa sampai satu tahun atau lebih. Tidak
birunya skandal FINAL.indd 226
226 ada waktu yang pasti. Karena kedokteran bukan
mat?e?matik. Kita doa saja terus ya, Ma. Mudahmu?dah?an tidak ada penolakan. Tidak ada kom?
plikasi." "Mama doa siang-malam, Tika."
"Jangan lupa, Mama juga harus kontrol darah.
Sudah enam bulan lebih kan, Ma? Mata juga
sudah dua tahun tidak dicek. Mama repot ngurusi
kami sampai lupa kesehatan sendiri."
"Ah, Mama merasa sehat kok. Ayo, makan.
Nanti keburu dingin."
"Mama yang bikin tempe bacem ini, kan? Rasa?
nya beda sama bikinan si Marni. Lebih terasa,
gitu. Nggak anyep." "Ah, kamu bisa saja." Tapi suara Astri terdengar
penuh kebanggaan. Mata tuanya sedikit berbinar
di balik kacamata putihnya.
Mereka mengobrol sambil menyantap makan
ma?lam. Tika menceritakan kejadian-kejadian di
ru???mah sakit, sementara Astri menceritakan kelu?
cu??an-kelucuan Dian. "Kamu sudah mau tidur?" tanya Astri ketika
me??reka meninggalkan meja makan.
"Belum," sahut Tika mantap. "Ada yang Mama
mau ceritakan, kan?"
"Dari mana kamu tahu?"
"Muka Mama yang bilang."
"Memang susah bohongi kamu."
birunya skandal FINAL.indd 227
227 "Emi sms terus sampai lupa memandikan
Dian?" Tika tersenyum lebar. "Atau Marni sudah
pu???nya pacar, langganan sayur Mama?"
"Bukan," sahut Astri sambil tertawa kecil.
"Mama cuma ingin tanya."
"Tanya apa?" "Kamu mau mengantarkan Mama ke rumah
sakit besok?" Tika tersentak kaget. Matanya menatap Astri
dengan tegang bercampur cemas.
"Mama sakit apa? Apa yang dirasa, Ma? Kenapa
baru bilang? Ayo ke kamar. Saya periksa!"
Buru-buru Tika bangkit dan meraih tangan
man?tan mertuanya. "Mama tidak sakit!" bantah Astri cepat sebelum
di?se?ret ke kamar. "Mama cuma mau minta to?
long" "Minta tolong?" belalak Tika agak kesal. "Kayak
bukan Mama saja yang ngomong! Mama tidak
perlu minta tolong! Tinggal bilang, Ma!"
"Mama minta tolong supaya kamu mau lihat se?
orang pasien besok. Itu juga kalau kamu sem?pat"
"Tentu saja saya sempat. Ada teman Mama
yang sakit jantung?"
"Anak Bang Samin, tukang daging ayam kam?
pung langganan Mama. Kamu kenal juga, kan? Itu
tuh bekas satpam bank yang di-PHK karena me?
mu?kul nasabah. Mama pernah cerita, kan?"
birunya skandal FINAL.indd 228
228 Tika tersenyum tipis. "Mana saya ingat, Ma? Mama kan punya lang?
ganan tukang sayur, tukang buah, tukang roti, tu?
kang kue pancong, tukang bakso, tukang sate."
Astri ikut tersenyum. "Bang Samin sudah tua baru punya anak, Tika.
Makanya dia dan istrinya sayang sekali sama anak
itu. Anak tunggal." "Mana ada orangtua yang tidak sayang anak,
Ma? Tua atau muda kan sama saja. Anak mereka
sa?kit jantung?" "Katanya sakit jantung bawaan. Kemarin ke?
jang-kejang terus pingsan. Mereka tidak punya
uang untuk berobat ke dokter jantung, Tika. Ka?
mu mau menolongnya?"
"Tentu saja. Besok saya periksa. Tapi lain kali
Mama jangan bikin saya yang sakit jantung ya, Ma!"
"Terima kasih, Tika. Kamu memang dokter
yang sangat baik." "Mama baru tahu sekarang?" gurau Tika sambil
ter?senyum. "Sudah, Mama tidur sana. Sudah ma?
lam." "Kamu belum mau tidur?"
"Masih ada kerjaan, Ma. Sebentar lagi deh."
"Jangan terlalu malam. Kamu sendiri harus ba?
nyak istirahat, Tika."
"Iya, Ma." Tika mengucapkan selamat malam
dan melangkah ke kamar kerjanya.
birunya skandal FINAL.indd 229
229 Ketika sedang berjalan ke sana, dia berpikir
alang?kah beruntungnya dia memperoleh seorang
ibu mertua yang sebaik Astri. Dan tiba-tiba saja
ba?yangan Angga melintas di depan matanya.
Masih di Amerikakah dia? Bersama istrinya yang
muda dan cantik? Astri memang tidak pernah menceritakannya.
Dia tidak mau menambah sakit hati Tika. Tetapi
ketika Tika dalam pemulihan setelah dioperasi,
Astri berbisik di telinganya karena mengira Tika
be?lum sadar. "Maafkan Angga, Tika. Dia tidak bisa datang
karena teman gadisnya hampir melahirkan. Dia
titip doa untukmu dan Dian."
Ada segurat perasaan perih di hati Tika setiap
kali dia teringat mantan suaminya. Sakitnya lebih
pedih daripada luka bekas operasi. Dan sakitnya
tidak berkurang biarpun dua tahun telah berlalu.
Pada saat yang sama, nun jauh di belahan bumi
utara sana, Angga pun sedang terkenang kepada
man?tan istrinya. Pada kebaikan-kebaikannya. Pe?
ngorbanannya untuk Dian. Dan kata-katanya yang
terakhir, yang tak pernah mau hilang dari telinga
Angga. "Aku tidak pernah menodai diriku."
Ketika kemarahan sedang menguasai dirinya,
ke?tika egonya tengah terlukai, Angga tidak ber?pikir
panjang untuk bercerai. Apalagi membayang?kan
birunya skandal FINAL.indd 230
230 sakit hatinya tatkala dia memilih merawat anak
orang lain sementara anaknya sendiri digu?gur?kan.
Angga mengira mengejar cintanya yang ter?
kubur di bawah timbunan salju di Yellowstone
mam?pu mengembalikan kebahagiaannya.
Ternyata cinta memang bukan segala-galanya.
Ketika seseorang menjadi dewasa, dia bisa ber?
ubah. Ketika kepahitan hidup menyapa, bahkan
ma?nisnya cinta tak terasa lagi.
Andromeda banyak berubah. Sikapnya tidak
s?emanis dulu lagi. Pelayanannya tidak setelaten
biasa. Dia lebih sering berada di luar dengan te?
man-temannya. Dia pulang ke apartemen larut
ma?lam. Kadang-kadang menjelang pagi.
Angga mengerti ada jurang perbedaan umur
yang mulai mengganggu hubungan mereka. Dalam
usia di awal dua puluh, hidup sedang tersenyum
le?bar kepada Andromeda. Keceriaan dan semangat
pe?tualangannya sedang memuncak.
Dia bosan mengurung diri di rumah dengan
se?orang lelaki yang lebih banyak mengomel. Jadi
lebih baik jika dia berada jauh di luar. Daripada
tidak habis-habisnya bertengkar.
Kalau sedang risau setelah bertengkar, sering
Angga terkenang kepada mantan istrinya. Selama
delapan tahun menikah, berapa kali dia bertengkar
dengan Tika? Hampir tidak pernah karena Tika
selalu mengalah. birunya skandal FINAL.indd 231
231 Tika memang istri yang baik. Selalu melayani.
Se?lalu patuh. Selalu berusaha menyenangkan
suami. Selalu setia. Kecuali pada saat terakhir. Ke?
tika dorongan ingin punya anak membuatnya ter?
ge?lincir, mengkhianati suaminya.
Mungkin aku harus memaafkan dan melupa?
kan?nya. Demi Dian. Keluarga bukan hanya masalah DNA, kata
Mama. Tetapi aku harus bagaimana lagi, keluh Angga
pahit. Istriku berselingkuh. Aku jijik membayang?
kan dia dipeluk dan disetubuhi mantan dosennya
yang tua bangka itu. Aku menceraikannya baik-baik. Meninggal?kan?
nya diam-diam. Supaya tidak timbul skandal yang
akan mencoreng nama baiknya. Aku harus bagai?
mana lagi? Salahkah kalau setelah resmi bercerai aku kem?
bali kepada Andromeda? Aku benar-benar men?
cintainya. Dan mendambakan punya anak kan?
dung. Anakku sendiri. Darah dagingku.
Jika aku harus membayarnya dengan sangat
mahal sekalipun, aku tidak akan menyesalinya.
Karena itu harga yang harus kubayar.
Hanya satu yang kusesali. Aku harus me?ning?
gal??kan Dian. Justru pada saat dia sangat mem?bu?
tuh?kan dukungan ayahnya.
Siapa yang harus menggendongnya ketika rasa
birunya skandal FINAL.indd 232
232 sakit yang hampir tak tertahankan melanda tu?buh?
nya? Kata-kata Mama terasa tepat menikam ulu ha?
ti?nya. Meninggalkan rasa nyeri yang teramat pe?
dih. Dian harus menghadapi operasi yang sangat
be?rat. Dan ayahnya meninggalkannya! Tega mem?
biarkannya menyabung nyawa seorang diri! Ka?
rena ibu yang selalu siap melindunginya juga saat
itu sedang berjuang menyabung nyawa! Mem?beri?
kan sebagian dirinya untuk anak yang dicintainya!
Kapan aku bisa melihat Dian lagi? Pertanyaan
itu selalu mengoyak hati Angga. Masih adakah
ke?sem?patan melihat matanya yang bening me?na?
tap??ku dengan berbinar? Ya, mata Dian me?mang
se?lalu bersinar kalau menatapku. Mungkin karena
dia sudah mengenaliku sebagai ayahnya!
Atau semuanya itu tinggal kenangan?
Berapa usia Dian sekarang? Empat tahun? Su?
dah bisakah dia menanyakan di mana ayahnya?
Me?ngapa dia tidak punya ayah seperti teman-te?
man?nya? "Dian selalu menanyakanmu," tulis Mama da?
lam sms yang dikirimnya. "Karena bagi Dian, cu?
ma kamulah ayahnya. Ayah yang dikenalnya sejak
bayi." "Apa Dian masih mengenali saya, Ma?" tulis
Angga dengan perasaan haru. "Saya meninggal?kan?
birunya skandal FINAL.indd 233
233 nya ketika dia masih bayi! Saya tidak berada di
sampingnya ketika dia dioperasi! Ayah macam apa
saya ini? Saya tidak pantas menjadi ayahnya!"
"Bagi Dian, kamu tetap ayahnya. Selamanya.
Ka?pan kamu punya waktu untuk melihatnya?
Anak?mu sudah cukup besar untuk ditinggalkan
se?mentara bersama ibunya, kan?"
Mama tidak tahu, saya tidak mungkin mening?
gal?kan anak kami! Karena ada yang saya tidak bisa
ceritakan kepada Mama! Rumah tangga kami sedang bermasalah. Kami
men?jadi sering bertengkar. Walaupun hampir se?
tiap pertengkaran selalu diakhiri dengan kemesra?
an. "Maafkan Meda, Mas," Andromeda selalu me?
minta maaf dengan suara lirih setiap kali mereka
selesai memadu cinta. "Cinta Meda kepada Mas
Angga tak pernah berkurang. Meda sendiri bi?
ngung kenapa sekarang kita jadi sering berteng?
kar." "Cinta tidak selamanya manis, Meda," sahut
Angga sambil membelai mesra kepala istrinya
yang bersandar ke dadanya. "Kadang-kadang te?
rasa pahit. Apalagi kalau kita selalu bersama. Dan
sudah punya anak." "Bukankah kata orang anak akan menambah
ke?b?ahagiaan kita, Mas? Mengapa kita justru tam?
bah sering ribut setelah punya anak?"
birunya skandal FINAL.indd 234


Birunya Skandal Karya Mira W di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

234 Itu karena kamu masih sangat muda, Meda!
Mung?kin belum saatnya kamu punya anak! Kamu
belum cukup dewasa untuk menjadi seorang ibu!
"Janji jangan bertengkar lagi ya, Mas?" pinta
Andromeda setiap kali mereka selesai bermesraan.
Jari-jemarinya yang lentik memainkan bulu-bulu
yang tumbuh di dada Angga. "Tegur Meda jika
salah. Tapi jangan dibentak, ya?"
"Maafkan aku kalau kelepasan membentakmu,"
Angga mengecup dahi Andromeda dengan penuh
kasih sayang. "Kadang-kadang stres yang membuat
aku cepat meledak." "Mas Angga stres karena seharian mengurus
Gun?tur?" "Aku seharusnya bekerja. Membantumu men?
cari uang." "Lalu siapa yang mengurus Guntur?"
"Kapan kuliahmu selesai?"
"Mas sudah bosan menunggu?"
"Aku sudah tidak sabar untuk membawamu dan
Gun?tur pulang ke Indonesia."
"Mas yakin kita tidak bakal bertengkar di sa?
na?" "Paling tidak di Indonesia kita bisa hidup se?
per?ti pasangan normal. Suami bekerja. Istri meng?
u?rus anak." "Itu pendapat kuno, Mas."
Dan mereka mulai bertengkar lagi.
birunya skandal FINAL.indd 235
235 Bab XIV SETELAH menunggu sehari-semalam di ruang
tung?gu rumah sakit bersalin, akhirnya bayi Andro?
meda lahir juga. Penderitaan Andromeda sudah hampir tak ter?
ta?hankan. Dia sudah minta dokter melakukan
ope?rasi Caesar. Tetapi dokter menolak. Selama
da?pat melahirkan normal, tidak boleh dilakukan
ope?rasi. Setelah sakitnya tak tertahankan lagi, dia
ha?nya diberi anestesi epidural.
Penderitaan Angga pun hanya sedikit lebih
ringan. Dia harus duduk di bangku yang keras di
ruang tunggu yang sederhana. Karena rumah sakit
ber?salin itu termasuk rumah sakit umum, suasana?
nya cukup ramai. Pasien yang mau melahirkan, pa?
sien yang sudah melahirkan, keluar-masuk se?pan?
jang hari. Beda sekali dengan rumah sakit swasta tempat
Tika melahirkan. Sudah ruang tunggunya nyaman,
sofanya empuk, ada televisi dan dispenser, lagi.
birunya skandal FINAL.indd 236
236 Mau pesan makanan tinggal telepon. Mau ma?
kan di kantin, jenis makanan yang disajikan tak
kalah rasanya dengan restoran.
Karena proses melahirkan Andromeda seluruh?
nya ditanggung asuransi, dia tidak bisa memilih
kelas yang lebih mahal. Bahkan dokter pun hanya
da?tang jika ada kesulitan. Jika semuanya berlang?
sung normal, ada midwife, semacam bidan, yang
me?na?nganinya. Tetapi terlepas dari sederhananya perawatan
yang diperoleh, cara mereka menangani pasien
sangat terlatih dan etis. Dokter menolak operasi,
karena memang di luar negeri tidak diperkenan?
kan melakukan operasi Caesar tanpa indikasi me?
dis yang menyokong. Ketika untuk pertama kalinya menggendong
putr?anya, Angga merasa dadanya membuncah
oleh haru dan bangga. Rasanya semua pen?de?ri?ta?
an?nya langsung lenyap. Semua kesulitan berlalu.
Se?mua penyesalan punah. Yang ada di depannya hanya sesosok makhluk
baru lahir yang sedang memekik meneriakkan ke?
ha?dir?annya di dunia. "Selamat datang di dunia, Guntur Bahana
Subianto. Semoga gemuruh kelahiranmu memba?
hana ke seluruh mayapada."
Saat itu ada petir yang menyambar. Seleret ca?
haya kilatnya menerobos kaca jendela. Seakan
men?jawab sapaan Angga. birunya skandal FINAL.indd 237
237 Angga menggendong dan memeluk bayinya de?
ngan penuh kasih sayang. Inilah anaknya. Anak
kan?dungnya. Darah dagingnya.
Guntur sangat tampan. Bahkan ketika masih
ber?ujud bayi baru lahir, kombinasi kecantikan
ibunya dan kegantengan ayahnya sudah menjelma
di parasnya. Ketika dua hari kemudian Angga menggendong
bayinya pulang, dia merasa seakan-akan tidak mau
dipisahkan lagi. "Aku akan membawa kalian pulang ke Indo?nesia,"
kata Angga di dalam apartemen Andro?meda. "Aku
tidak bisa lagi berpisah dengan Gun?tur."
Andromeda tidak menjawab. Dia masih merasa
letih setelah mendaki tiga puluh enam anak
tangga. Di apartemennya tidak ada lift. Dan kalau
se?belum melahirkan dia masih bisa mengatasinya,
se?karang dia merasa agak pengap.
Angga tidak begitu memperhatikan karena dia
se?dang sibuk menimang-nimang bayinya. Seluruh
dunia?nya seolah-olah tiba-tiba mengerucut di
sepu?tar bayi ini. Hanya Guntur yang terlihat di
depan matanya. Hari demi hari Angga semakin lengket kepada?
nya. Dia yang meninabobokan Guntur. Dia yang
ba?ngun malam kalau Guntur menangis. Dia yang
meng?ganti popok. Memandikan. Menukar baju.
Yang dia tidak bisa cuma menyusuinya.
birunya skandal FINAL.indd 238
238 Tetapi ketika Andromeda sudah memompa air
susu?nya dan memasukkannya ke dalam botol,
Angga bisa memberi minum anaknya setiap kali
dia menangis. Andromeda menyimpan beberapa botol susu di
lemari es. Jadi dia bisa meninggalkan bayinya sam?
pai malam ketika dia sudah mulai kuliah dan
bekerja lagi. Angga-lah yang merawat bayinya.
Setiap kali dia menggendong Guntur, dia
melaku?kannya sama seperti ketika dia meng?gen?
dong Dian dulu. Dia melekatkan kepala bayinya
ke dada dan mengusap-usap punggungnya. Dan
se??tiap kali melakukannya, dia terkenang kepada
Dian. Setiap kali itu pula hatinya perih diiris ke?
rin??duan. Sedang apakah Dian sekarang? Apakah hatinya
sudah tidak bermasalah lagi? Bagaimana jantung?
nya? Mama memang masih mengirim sms sekalisekali. Tetapi sudah tidak sesering dulu lagi. Kalau
Angga minta dikirimi foto, Mama baru mengirim
mms. Dan Angga menerima foto itu seperti me?
ne?rima gaji bulanan. Diciuminya foto Dian dengan
pe?nuh kerinduan. birunya skandal FINAL.indd 239
*** 239 Ketika mereka hampir tidak dapat lagi mengatasi
ke?sulitan ekonomi, Angga minta agar Andromeda
membawa Guntur pulang ke Indonesia.
Mula-mula Andromeda enggan memenuhi
permintaan Angga. "Kuliahku belum selesai," itu alasannya.
"Tapi kita sudah tidak bisa tinggal di sini lagi,
Meda. Aku harus pulang untuk mencari uang."
"Mas bisa balik lagi ke sini, kan?"
"Kamu kan tahu aku tidak bisa berpisah de?
ngan Guntur." "Apa salahnya berpisah sebentar, Mas? Kalau
Mas Angga sudah punya uang, balik ke sini se?ce?
pat?nya. Kami akan menunggumu di sini."
"Hidup di sini sangat mahal. Kalau di Indo?
nesia, aku bisa kerja untuk membiayai kalian.
Kamu tidak usah bekerja lagi, Meda."
"Tapi bagaimana kuliahku, Mas? Sampai kapan
ba?ru selesai?" "Kamu sudah punya anak, Meda. Sekarang
yang terpenting adalah Guntur. Bukan ijazah.
Kamu tidak punya kewajiban lagi mempersembah?
kan gelar kepada ayahmu, kan?"
Mula-mula Andromeda memang selalu me?nen?
tang keinginan Angga. Tetapi lama-kelamaan dia
me?nyerah juga. Hidup bertambah sulit karena te?
kanan ekonomi. Dan pertengkaran mereka kian
kerap. birunya skandal FINAL.indd 240
240 "Aku capek bertengkar, Mas," kata Andromeda
ma?lam itu ketika dia sedang berlunjur lelah di
sofa. Angga sedang menggendong Guntur yang
ma?lam ini agak rewel. "Kalau Mas mau pulang,
pulanglah sendiri." Meledak kemarahan Angga mendengar kata-kata
Andromeda. Dia juga sudah lelah mengurus Gun?tur
seharian. Jangan kira karena dia bekerja di luar
rumah, keletihannya lebih dari yang Angga rasakan.
"Kalau belum ada Guntur, aku sudah lama pu?
lang!" "Kembali kepada istrimu?"
"Apa katamu?" "Mas pasti akan kembali kepada istrimu!"
"Kami sudah bercerai!"
"Mungkin dia mau rujuk."
Angga menggeleng-gelengkan kepalanya dengan
kesal. Tidak menyangka beginilah akhir kisah cinta
mereka yang begitu indah. Apakah cinta mereka
hanya indah di bawah guyuran hujan salju?
Saat itu Guntur menangis. Angga harus mem?
bawa?nya ke kamar. Mencoba menghentikan ta?
ngis?nya. Selama hampir lima menit dia sia-sia
me?m?bujuk Guntur. Segala macam mainan sudah
di?beri?kan. Tetapi tangisnya malah makin keras.
Yang membuat Angga tambah jengkel, Andro?
meda tidak masuk ke kamar untuk menggendong
Guntur. Paling tidak membantu menenangkannya.
birunya skandal FINAL.indd 241
241 "Meda!" teriak Angga kesal. "Mungkin dia la?
par! Buatkan susu!" "Dia baru sejam nyusu," sahut Andromeda sam?
bil menguap. "Susu formulanya habis. Besok harus
beli dulu." Ketika lima menit kemudian Angga keluar dari
ka?mar, Andromeda sudah terlelap di sofa. Angga
menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menatap
wanita itu. Terbit sesalnya ketika melihat betapa
nyenyak tidurnya. Dia pasti sangat lelah, pikir Angga muram. Ka?
lau dia tidak bertemu denganku, mungkin hi?dup?
nya masih jauh lebih enak. Ada orangtua yang
mem?biayainya. Dan dia belum punya anak di
ujung masa remajanya. Hidupnya mungkin masih penuh tawa dan
mimpi. Bukan seperti sekarang. Kuliah sambil
kerja. Sesampainya di rumah masih diganggu ta?
ngis anak. Kadang-kadang malah bertengkar
dengan Angga. Setelah menidurkan Guntur, Angga kembali ke
ruang tengah. Hati-hati dia merengkuh Andro?
meda. Dan menggendongnya ke kamar.
Andromeda hanya melenguh sedikit. Walaupun
sebenarnya dia sudah terjaga. Dia hanya pura-pura
me?mejamkan matanya. Tetapi ketika Angga meletakkan tubuhnya de?
ngan hati-hati di tempat tidur, Andromeda me?ling?
birunya skandal FINAL.indd 242
242 kar?kan lengannya di leher laki-laki itu dan men?
desah. Lalu semua pertengkaran mereka larut dalam
ke?mesraan yang pekat. Seperti itulah selalu akhir
per?tengkaran mereka. Dan anehnya, kemesraan
me?reka serasa lebih pekat setelah pertengkaran
yang panas. "Mas betul-betul mau pulang ke Indonesia?"
ta?nya Andromeda perlahan setelah kemesraan itu
berlalu. "Tidak kalau harus meninggalkan kamu dan
Guntur di sini." "Mas Angga mau tetap tinggal di sini?"
"Sampai diusir karena tidak bayar sewa tiga bu?
lan," Angga tersenyum pahit. "Kamu bisa pindah
ke asrama di kampusmu? Boleh bawa anak?"
"Ah, Mas Angga!" Andromeda mendesah sam?
bil memukul dada lelaki itu dengan manja. Mata?
nya yang indah, mata bening yang berbinar bagai
bin?tang kejora, menatap Angga dengan menggoda.


Birunya Skandal Karya Mira W di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kalau pisah dengan Mas Angga, siapa yang
meng?urus Guntur?" "Kan ada mamanya," Angga mencolek hidung
yang mancung itu. "Biar kamu juga merasakan
pun?ya anak! Memandikan, mengganti pampers,
ba?ngun tengah malam. Jangan enak-enak saja ti?
dur! Bangun!" Lalu Angga mencubit dan menggelitiki ping?
birunya skandal FINAL.indd 243
243 gang Andromeda sampai dia tertawa terpingkalping?kal sambil menggeliat-geliat geli. Dan mereka
terbuai lagi dalam kemesraan.
"Kapan kita pulang, Mas?"
Itu pertanyaan Andromeda ketika dia sedang
me?nyiapkan sarapan pagi.
Angga yang baru keluar dari kamar dengan
mata masih setengah terpejam tertegun. Matanya
lang?sung melebar menatap Andromeda.
"Apa katamu?" "Kapan Mas akan membawa aku dan Guntur
pulang ke Indonesia?"
"Kamu mau?" desak Angga tidak percaya.
Andromeda tersenyum masam.
"Apa aku punya pilihan?"
Angga menghambur memeluk Andromeda.
Men?ciumi wajah dan lehernya sampai dia meng?
geliat geli sambil berteriak-teriak. Teriakannya
baru berhenti ketika dindingnya digedor tetangga
sebelah. "Ada tetangga seperti ini di rumahmu, Mas?"
ta?nya Andromeda sambil menyeringai jengkel.
"Apa aku pernah bilang aku punya rumah?"
"Jadi kita numpang di mana?"
"Kamu tidak keberatan tidur di penampungan?"
Andromeda memekik panjang. Dan dindingnya
digedor lagi. Kali ini lebih keras.
birunya skandal FINAL.indd 244
244 *** Akhirnya beberapa minggu kemudian, mereka kem?
bali ke Indonesia. Saat itu Guntur berumur dua
tahun. Tidak mudah membawa seorang anak kecil naik
pe?sawat terbang. Sulit membuatnya diam, ter?
utama kalau telinganya sakit ketika pesawat lepas
lan?das. Tangisnya mengganggu hampir semua pe?
numpang yang duduk di dekat mereka.
Tetapi harapan Angga dan Andromeda untuk
memulai hidup baru yang lebih nyaman di negeri
sendiri, membuat mereka lebih sabar menghadapi
kerewelan Guntur. Ternyata hidup di tanah air pun tidak semudah
yang digambarkan Angga. Mereka tidak punya ru?
mah. Tidak ada keluarga yang menampung. Ka?
rena baik Angga maupun Andromeda tidak mem?
beri?tahukan kedatangan mereka pada keluarga
masing-masing. Angga harus mengontrak sebuah rumah kecil
yang terletak di dalam gang. Suasana di sekitar ru?
mah mereka lumayan gaduh, tidak peduli siang atau
malam. Pedagang keliling, dari tukang bakso sampai
tu?kang ketoprak, menjajakan dagangan mereka
samb?il menabuh ketokan atau piring. Sementara
tukang roti dan tukang es krim, berkeliling dengan
pengeras suara. birunya skandal FINAL.indd 245
245 Anak-anak tetangga main bola di gang depan
ru?mah sambil berteriak-teriak penuh semangat,
seolah-olah mereka berada dalam stadion. Sekalisekali ada bola nyasar membentur pintu rumah.
Karena dinding rumah sangat tipis, suara di
gang terdengar seperti di kamar sebelah. Bukan
cuma Guntur yang sering tersentak kaget. Andro?
meda pun jadi sulit tidur.
Dan karena dia tidak punya pekerjaan, seharian
dia harus diam di rumah merawat Guntur. Padahal
ru?mah itu sangat panas. Pendingin ruangan tidak
di?izinkan dipergunakan oleh pemilik rumah ka?
rena listriknya besar. Dan dia belum sempat men?
curi listrik. Kalau Andromeda terpaksa membuka jendela
karena panas, sebatalyon nyamuk menyerbu
m?asuk. Dalam waktu seminggu, seluruh kulit
Guntur sudah berubah merah. Sebagian karena
ser?buan nyamuk. Sebagian lagi karena disengat
pa?nas. Ketika Andromeda membawanya ke dokter, dia
ti?dak bisa menebus obat. Karena tarif dokternya
sangat mahal. Begitu juga harga obatnya. Padahal
di Amerika, semuanya tidak bayar karena dia pu?
nya asuransi. "Rasanya lebih baik kami di Amerika, Mas,"
ke?luh Andromeda ketika Angga pulang ke rumah
malam itu. "Kasihan Guntur."
birunya skandal FINAL.indd 246
246 "Kasihan Guntur atau kamu?" sindir Angga
sam??bil menggendong anaknya.
Suasana hatinya memang sedang buruk. Dia
be?lum dapat pekerjaan tetap di stasiun televisi.
Dan dia melihat bagaimana kulit bayinya yang
mu?l?us sudah bebercak-bercak merah.
"Mas tidak lihat kulitnya merah-merah begitu?"
"Sudah kamu obati? Mana salepnya? Kamu ke
dokter tadi pagi, kan?"
"Aku tidak bisa menebus obatnya, Mas. Obat?
nya mahal sekali. Uangku sudah habis buat bayar
dokter!" "Seharusnya kamu ke puskesmas."
"Di puskesmas tidak ada spesialis kulit, Mas!"
"Tapi ada dokter! Masa dokter tidak bisa meng?
obati bekas gigitan nyamuk?"
"Kalau begitu besok Mas saja yang bawa Gun?
tur ke sana!" "Kamu yang cari kerja? Kalau aku tidak kerja,
kita mau makan apa?"
"Memang Mas sudah kerja?"
Angga mengatupkan rahangnya menahan ma?
rah. Barangkali Andromeda cuma bertanya. Tidak
bermaksud menyindir. Tapi lalu lintas Jakarta yang
macet di mana-mana, udara panas yang menye?
ngat, membuat tekanan darah gampang naik. Dan
ke?ma?rahan mudah meledak.
birunya skandal FINAL.indd 247
247 "Kamu mau aku merampok?" geram Angga se?
ngit. "Loh?" Andromeda membeliak kesal. "Siapa
yang suruh Mas merampok? Lagian Mas mau me?
ram?pok di mana? Pistol saja tidak punya!"
"Jangan memancing kemarahanku, Meda!"
"Mas yang datang-datang ngajak bertengkar!"
"Aku kan cuma ingin Guntur diobati!"
"Tapi aku tidak punya uang untuk menebus
obat??nya! Apa aku harus membakar resepnya un?
tuk dioleskan ke kulitnya?"
Mengapa hidupku jadi begini susah, pikir
Angga gemas. Dia memandangi anak yang sedang digendong?
nya dengan sedih. Guntur balas menatap ayahnya
de?ngan air mata berlinang. Tatapannya sangat me?
nye?n?tuh. Membangkitkan iba. Membuat hati
Angga sangat trenyuh. Aku benar-benar ayah yang tidak berguna, ke?
luh??nya penuh penyesalan.
*** Rupanya penderitaan mereka belum cukup. Se?
minggu kemudian, Guntur terjangkit demam ber?
darah. Dia harus dirawat di rumah sakit.
Angga tergopoh-gopoh datang ketika Andro?
meda menelepon dari Instalasi Gawat Darurat.
"Bagaimana keadaannya?" tanyanya gugup.
birunya skandal FINAL.indd 248
248 "Dokter bilang harus dirawat, Mas. Trombosit?
nya tinggal dua puluh ribu. Kita harus menyiap?kan
darah." "Memang rumah sakit tidak punya persediaan
darah? Pada ke mana darah di PMI?"
"Katanya golongan darah Guntur jarang, Mas.
AB positif. Dan yang harus ditransfusi kan trom?
bositnya. Mereka sedang tidak ada persediaan."
"Harus beli?" geram Angga sengit.
"Mereka tidak bilang begitu. Hanya menyuruh
kita menyiapkan darah. Tapi darahku A. Dan berat
badanku tidak cukup."
"Golongan darahku B," desis Angga kesal. "Kita
tidak bisa mendonorkan darah untuk anak kita sen?
diri!" "Jadi bagaimana, Mas?"
"Di mana Guntur?"
"Masih di IGD."
"Belum dapat kamar?"
"Mereka tanya mau kelas berapa."
Angga mengeretakkan giginya. Urat-urat le?her?
nya bersembulan. Dadanya hampir meledak me?
na?han stres. "Berapa tarif kelas tiga?"
"Kelas tiga penuh, Mas."
"Kelas dua?" "Mesti tunggu sampai ada yang pulang nanti
sore." birunya skandal FINAL.indd 249
249 "Jadi kelas berapa yang kosong?"
"Yang ada kelas satu dan VIP."
"Tunggu apa lagi? Masuk saja kelas satu dulu.
Nanti pindah kalau ada kelas dua yang kosong.
Guntur kan tidak bisa disuruh tunggu di sini!"
"Mereka minta uang muka, Mas."
Angga mengepalkan tinjunya menahan marah.
Udara panas melewati rongga hidungnya. Paruparunya serasa terbakar.
"Tidak bisa masuk dulu? Kondisi Guntur sudah
cukup jelek, kan? Apa harus tunggu perdarahan
dulu baru dirawat?" geram Angga sengit.
"Jangan marah padaku, Mas! Sana marah di ba?
gian admisi!" sergah Andromeda sama jengkel?nya.
"Biasanya kamu pintar merayu orang!"
"Loh, Mas suruh aku merayu kakek-kakek yang
sudah bau tanah supaya dapat kamar?"
Dan mereka sudah bertengkar di depan IGD
kalau tidak diusir perawat karena ada pasien gawat
yang didorong masuk dengan brankar. Mereka di?
anggap menghalangi jalan.
"Jangan ngobrol di sini, Mas!" tegur perawat itu
judes. "Ini IGD, bukan warung kopi!"
"Memang kami kelihatannya lagi ngobrol?"
bela?lak Angga kesal. Untung perawat itu sudah keburu masuk. Kalau
ti?dak, mereka bisa ribut di situ. Angga benar-be?
nar sedang naik darah. birunya skandal FINAL.indd 250
250 "Tidak bisa bayar DP dengan kartu kredit?"
desisnya penasaran. "Bisa. Tapi kartu kreditku ditolak."
"Jadi kita harus bagaimana? Tidak bisa ngutang
dulu?" "Utang ke rumah sakit ya tidak bisa, Mas. Pa?
ling-paling pinjam uang ibuku."
"Kamu tunggu apa lagi?" sergah Angga tidak
sa?bar. "Tunggu izinmu!" gerutu Andromeda gemas.
"Buat apa lagi izinku? Memang kamu mau beli
sa?ham?" "Mas tidak marah kalau aku minta uang pada
ibu?ku untuk membayar rumah sakit anak kita?"
"Untuk membayar pengobatan Guntur, aku
tidak peduli dari mana kamu dapat uang!"
birunya skandal FINAL.indd 251
251 Bab XV HARI ketiga setelah tiba di Jakarta, Angga lang?
sung menelepon ibunya. Dia ingin menjumpai
Mama. Sekaligus melihat Dian. Tetapi dia tidak
berani datang ke rumah. Takut dilarang Tika.
"Mama bisa menemui saya di kafe dekat ru?
mah? Tolong bawa Dian. Saya kangen sekali."
"Mama tidak berani bawa Dian keluar, Angga.
Takut Tika marah. Kamu datang ke rumah saja.
Dian sedang tidur. Kamu bisa melihatnya seben?
tar." "Bagaimana kalau Tika tiba-tiba pulang, Ma?"
gu?mam Angga bimbang. "Biasanya dia tidak pernah pulang sampai ma?
lam. Kecuali kalau Dian sakit."
Akhirnya Angga datang ke rumah Tika. Karena
rindunya kepada Dian sudah tak tertahankan lagi.
Seluruh kenangan masa lalu menyentuhnya be?


Birunya Skandal Karya Mira W di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

gitu dia memasuki rumah itu. Angga sampai me?
birunya skandal FINAL.indd 252
252 rasa dadanya berdebar hangat. Seolah-olah semua
elemen di rumah itu menyapanya dengan ramah.
Hampir tak ada perubahan besar di rumah itu.
Tika seperti sengaja melestarikan kenangan masa
lalu mereka. Bahkan kamar kerja Angga belum
di?ubah. Semuanya masih tertata seperti ketika di?
ting?galkannya. "Tika juga belum berubah," kata ibunya seperti
mengerti perasaan yang mengharubiru hati Angga.
"Dia masih tetap seperti dulu. Tidak ada lelaki
yang pernah menggantikan tempatmu."
Angga tidak menjawab. Dia hanya melangkah
bisu di belakang ibunya. Mengikutinya dengan
lang?kah gontai ke kamar Dian.
Dan melihat anak perempuan yang sedang ter?
le?lap itu, air matanya meleleh tak tertahankan lagi.
Dia terkenang masa-masa ketika mereka masih
ber?sama. Ketika dia menggendong Dian. Mende?
kap?nya ke dada sambil membelai-belai pung?gung?
nya. Sekarang Dian sudah besar. Angga hampir tidak
mengenalinya lagi! Hati-hati Angga berlutut di samping tempat
tidurnya. Membelai pipi Dian dengan lembut.
Dan begitu jari-jemari Angga menyentuh kulit
yang halus itu, Dian tersentak sedikit. Tetapi dia
tidak terjaga. Hanya bibirnya yang bergerak-gerak
se?dikit, seperti ada yang mau diucapkannya.
birunya skandal FINAL.indd 253
253 Barangkali dia ingin menyapa ayah yang dilihatnya
dalam mimpi. Ingin bertanya mengapa Papa baru
datang sekarang. "Maafkan Papa, Dian," bisik Angga penuh haru.
"Papa tidak ada di sampingmu pada saat kamu
sangat membutuhkan Papa."
Astri yang tegak tidak jauh dari sana mengawasi
me?reka dengan mata berkaca-kaca. Dia sudah ber?
pikir untuk membangunkan Dian. Kapan lagi
Dian bisa melihat ayahnya? Tetapi bagaimana
kalau dia mengadu pada ibunya nanti?
"Jangan, Ma," Angga mencegah niat Astri.
"Rindu saya sudah terobati. Kalau sudah ketemu
Tika nanti, saya ingin minta izin untuk bertemu
Dian lagi." "Kamu mau ketemu Dian lagi? Kapan?"
"Saya tinggal di Jakarta, Ma. Masih banyak wak?
tu." "Kamu pindah ke Jakarta?" Astri tersendat.
"Ya, kami memutuskan untuk tinggal di sini,
Ma." "Sudah dapat pekerjaan?"
"Belum, Ma. Tapi Angga sedang mencari yang
cocok." Atau belum ada yang mau memakaimu, keluh
ibunya dalam hati. Astri tahu betapa sulitnya presenter yang karier?
nya mulai meredup seperti Angga memperoleh
birunya skandal FINAL.indd 254
254 pekerjaan. Apalagi kalau dia sudah lama mening?
ga?l?kan pekerjaan itu. Mungkin dia harus mulai
dari bawah lagi. Sementara kebutuhan keluarganya
sudah mendesak. "Uangmu masih ada? Hidup di Jakarta tidak
mu?rah." "Jangan khawatir, Ma. Angga masih punya
uang." Tetapi seorang ibu tahu sekali jika anaknya ber?
bo?hong. Karena itu sebelum Angga permisi
pulang, Astri menyelipkan sebuah amplop berisi
uang di genggaman anaknya.
"Buat apa, Ma?" tanya Angga pura-pura kaget.
"Buat cucu Mama," sahut Astri tegas. "Belikan
dia mainan." Sekilas Angga melihat isi amplop itu.
"Sebanyak ini? Dia belum bisa naik sepeda,
Ma!" "Ya, belikan susu saja."
"Terima kasih, Ma. Tapi saya belum membu?
tuh???kan?nya." Atau yang benar, saya tidak mau m?e?
ma?kai uang Tika, betapapun saya membutuh?kan
uang itu. "Minggu depan saya boleh nengok Dian
lagi? Saya ingin menggendongnya seperti dulu."
"Temui Tika dulu, ya. Minta izinnya."
"Saya boleh menemuinya di sini? Atau harus di
ru??mah sakit?" "Jika kamu menemuinya di sini, Tika mengira
birunya skandal FINAL.indd 255
255 kamu hanya ingin menemui Dian. Jadi Mama rasa
lebih baik kamu temui dia di rumah sakit. Kalau
Tika berkenan, baru kamu minta izin menengok
Dian." "Terima kasih, Ma," Angga memeluk ibunya
dan mengecup pipinya. Ketika sedang memeluk wanita tua itu, untuk
per?tama kalinya Angga bersyukur dia memiliki
seorang ibu yang begitu penuh pengertian.
"Maafkan Angga, Ma, karena Angga tidak bisa
menjadi anak yang Mama harapkan."
Astri tidak menjawab. Karena dia tidak mampu
membuka mulutnya. *** Angga belum sempat menemui Tika. Guntur ke?
buru jatuh sakit. Dia terjangkit demam berdarah
yang sedang melanda Jakarta. Angga harus mene?
ma?ni?nya siang-malam di rumah sakit.
Angga tidak mau beranjak sedikit pun dari sisi
anak?nya. Ketika sedang menemani Guntur be?re?
but nyawa dengan Malaikat Maut, tiba-tiba saja
ingatan Angga melayang kepada Tika. Seperti ini
jugakah perjuangannya ketika Dian sakit?
Atau perjuangan Tika malah lebih berat lagi
ka?rena Dian bukan hanya sakit. Dia dioperasi. Ma?
lah Tika sendiri ikut dioperasi ketika dia men?do?
nor?kan sebagian hatinya untuk anaknya.
birunya skandal FINAL.indd 256
256 Dan aku tidak berada di samping mereka, ser?
gah Angga dalam hati. Pada saat mereka sangat
mem?butuhkan kehadiranku!
Selama Guntur sakit, Angga tidak mencari
kerja. Padahal uangnya sudah sangat menipis. Dia
sudah bertekad untuk menelepon ibunya ketika
Andro?meda mencegahnya. Andromeda sudah menemui ibunya. Dia me?
min?jam uang untuk biaya perawatan Guntur.
Tentu saja tanpa setahu ayahnya. Karena ayahnya
sud?ah tidak mau mengenalnya lagi sejak dia hamil.
Ternyata yang dipinjamkan ibunya bukan hanya
uang untuk biaya perawatan Guntur di rumah
sakit. Karena suatu hari seminggu setelah Guntur
keluar dari rumah sakit, mereka menghilang.
Ketika Angga pulang ke rumah malam itu, ru?
mah kontrakannya telah kosong. Andromeda
mem?bawa Guntur pergi. "Rasanya ini jalan yang terbaik untukku dan
Gun?tur, Mas," tulis Andromeda di ponsel yang
ditinggalkannya di atas meja. "Bukan karena aku
tidak mencintaimu lagi. Karena cintaku kepadamu
akan seabadi Old Faithful Geyser."
Semalam-malaman Angga dilanda kepanikan.
Mungkin dia bisa kehilangan Andromeda, walau?
pun dia sangat mencintainya. Tetapi dia tidak bisa
ke?hi?langan Guntur. Anak itu telah menjadi se?ba?
gian dirinya. birunya skandal FINAL.indd 257
257 "Kamu tidak bisa membawanya, Meda," desis?
nya ketika dia berguling seorang diri di ranjangnya
ma?lam itu. Sebelah tangannya meraba kasur
kosong di sebelahnya. Di sanalah Guntur biasanya
tidur. Di antara ayah dan ibunya. "Memang kamu
yang melahirkan Guntur. Tapi aku yang mem?be?
sar?kannya. Dia bukan hanya milikmu. Kamu tidak
bisa membawanya pergi. Dia milikku juga."
Kehilangan Guntur membuat Angga hampir
gila. Setiap saat dia seperti melihat Guntur. Di ru?
mah. Di gang. Bahkan di jalan raya. Juga di pasar.
Di mal. Di toko. Di mana pun.
Sering dia mengejar anak yang dikiranya anak?
nya. Sering dia menerkam anak kecil yang dikira?
nya Guntur. Bahkan di rumah dia sering melihat
ba?yangan anaknya dan beberapa kali menerjang
tem?pat kosong. Kenapa kamu sekejam ini, Meda, rintihnya
ketika sedang duduk di lantai kamar sambil
menutupi mukanya. Kamu tahu aku tidak bisa
kehilangan Guntur! Inikah hukuman atas dosaku? Aku meninggal?
kan Dian pada saat dia sangat membutuhkan
ayah?nya! Kini aku kehilangan anak kandungku!
Angga bertekad untuk mencari Guntur. Dan dia
tahu ke mana Andromeda membawanya.
"Saya perlu uang, Ma," katanya ketika dia me?
ne?le?pon ibunya malam itu. "Pinjami saya uang.
birunya skandal FINAL.indd 258
258 Saya harus mencari anak saya. Andromeda men?
culik?nya." "Kamu tidak menikah, Angga," keluh ibunya
setelah menghela napas panjang. "Secara hukum
anak itu bukan anakmu."
"Saya akan membawanya pulang, Ma. Dia men?
culik anak saya." "Dia ibunya, Angga. Dia hanya membawa anak?
nya bersamanya. Bukan menculik."
"Saya tidak peduli. Guntur anak saya."
"Sadarlah, Angga. Kamu tidak punya hak apaapa atas anak itu," keluh Astri iba.
"Saya tetap akan mencarinya, Ma. Tolong pin?
jami saya uang." "Ke mana kamu mau mencarinya, Angga?
Amerika begitu luas."
"Saya sudah bersumpah akan mencari Guntur,
Ma. Di mana pun dia berada."
"Mama tidak mau kamu kecewa, Angga."
"Saya memang sudah kecewa, Ma. Hidup saya
pe?nuh kekecewaan. Jangan Mama tambah lagi ke?
ke?ce?waan saya." Dan untuk tidak mengecewakan anaknya, Astri
me?minjami Angga uang. birunya skandal FINAL.indd 259
*** 259 Tidak mudah mencari Andromeda dan Guntur.
Me?reka tidak ada di apartemen yang pernah me?
reka sewa di Salt Lake City. Tidak ada di kedai
ham?burger tempat Andromeda sehari-hari bekerja.
Tidak ada di hotel tempat Andromeda biasa be?
kerja mengisi waktu liburnya di Yellowstone. Bah?
kan Angga tidak bisa menemukan Andromeda di
Utah State University. "Barangkali saya memang ditakdirkan tidak pu?
nya anak, Ma," tulis Angga dalam sms kepada
ibu?nya. Astri dapat merasakan kehancuran putranya.
Dan dia ikut merasakan kepedihannya.
Tuhan sudah menganugerahi kamu seorang anak,
Angga, bisik Astri ketika dia memangku Dian
sambil menonton TV. Diciumnya kepala anak itu
dengan lembut. Kamu yang menyia-nyia?kan?nya.
Ketika Dian merasa ada setetes air hangat yang
m?e?rembas ke kepalanya melalui sela-sela rambut?
nya, dia menengadah. Dan melihat mata neneknya
yang berkaca-kaca, dia memiringkan kepalanya
dan menatap heran. "Eyang nangis?"
Dian memang dilahirkan dengan penuh keku?
rang?an pada fisiknya. Tetapi sejak kecil dia telah
mem??p?erlihatkan kelebihan lain. Dia sangat mem?
perhatikan orang-orang di sekitarnya. Terutama
orang-orang yang dekat dengannya.
birunya skandal FINAL.indd 260
260 "Jangan nangis, Yang," Dian mengelus-elus pipi
ne?neknya. "Dian nggak nakal lagi."
"Dian nggak pernah nakal," Astri meraih tangan
cucu?nya dan menciumnya dengan penuh kasih
sayang. "Eyang nangis karena ingat Papa."
"Papa Dian? Papa pelgi kalena Dian nakal?"
"Nggak, Sayang," Astri memeluk cucunya dan
me?n?ciumi kepalanya penuh haru. "Dian nggak
salah apa-apa." "Dian pengen lihat Papa, Yang. Semua temen
Dian punya papa." Akhirnya, pikir Astri terharu. Saat itu datang


Birunya Skandal Karya Mira W di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

juga. Saat seorang anak menanyakan ayahnya.
"Suatu hari Dian bisa ketemu Papa."
"Kapan?" Kamu sudah ketemu Papa, Sayang. Tapi saat itu
kamu sedang tidur. Kamu hanya bisa melihatnya
dalam mimpi. "Kapan-kapan." "Eyang mau antelin Dian?"
"Ke mana?" "Cali Papa." Astri hanya mengangguk sendu. Karena dia ti?
dak berani menjanjikan apa-apa.
Sejak itu Dian sering menanyakan seperti apa
ayah?nya. Apa Papa sayang padanya. Mengapa Papa
pergi. Suatu hari setahun kemudian, Astri melihat
birunya skandal FINAL.indd 261
261 cucu?nya tegak di depan foto pernikahan orangtua?
nya di ruang tengah. Ketika Astri menghampiri?
nya, Dian menoleh. "Dian pengen punya poto Papa, Yang," cetusnya
tiba-tiba. "Buat apa? Dian kan bisa lihat foto itu kalau
ka?ngen Papa." "Unjukin temen-temen."
Ketika Astri memberikan selembar foto Angga,
Dian menyimpan foto itu di tasnya. Sering Astri
me?mergoki cucunya sedang menatap foto itu.
Tetapi suatu hari Dian bukan hanya menatap. Dia
me?ngecup foto itu. "Jangan dicium fotonya ya, Sayang," pinta Astri
terharu. "Kotor. Nanti Dian sakit."
"Dian pengen cium Papa."
"Boleh. Nanti kalau Dian ketemu Papa ya."
"Kapan?" "Dian pengen ketemu Papa?"
"Papa di mana, Yang?"
"Papa jauh, Sayang."
"Mesti naik mobil? Kayak ke Puncak?"
"Lebih jauh lagi. Dian mesti terbang."
Dan Astri tidak henti-hentinya menyesali katakatanya saat itu.
Karena keesokan harinya, Dian tergelincir dari
puncak tangga. Dia seperti terbang ke lantai dasar
rumah mereka. birunya skandal FINAL.indd 262
262 *** Tika sedang melakukan operasi pada seorang anak
yang menderita Patent Ductus Arteriosus. Pada
bayi normal, pembuluh darah itu seharusnya
sudah menutup pada waktu lahir atau beberapa
hari sesudahnya. Karena pembuluh darah itu ha?
nya berguna ketika janin masih berada dalam kan?
dungan, pada saat paru-parunya belum ber?fungsi.
Tetapi pada beberapa bayi yang menderita
PDA, pembuluh darah itu tetap terbuka, sehingga
me?nga?caukan aliran darah dua pembuluh darah
be?sar dari jantung yaitu Aorta dan Arteri Pulmo?
nalis. Operasi itu belum selesai ketika ponsel yang
ditaruh di ruang ganti berbunyi. Untuk panggilan
da?rurat dari rumah, Tika sudah memilih suara
alarm untuk ponselnya. Dan dia sudah berpesan
ke?pada semua perawatnya, kalau alarm berbunyi,
dia harus diberitahu, apa pun yang sedang dilaku?
kan?nya. Karena alarm itu berarti ada sesuatu yang
ter?jadi pada Dian. "Dian jatuh, Dok," kata Suster Uni di pintu ka?
mar operasi. "Terpeleset di tangga. Sekarang se?
dang dibawa ke IGD."
Tika terkejut setengah mati sampai pinset ham?
pir lepas dari tangannya.
"Bagaimana keadaannya?" tanyanya gugup. Ke?
birunya skandal FINAL.indd 263
263 ringat langsung membanjir, lebih banyak dari saat
dia mengoperasi pasien. Suster Hani harus buruburu menghapus peluhnya, supaya tidak me?ngo?n?
ta?minasi pasien. "Kesadarannya? Kompos?men?tis?"
"Belum tahu, Dok. Belum ada laporan."
"Monitor terus. Lapor pada saya kalau sudah
sam?pai IGD." "Baik, Dok." Tetapi sejak itu konsentrasi Tika terganggu. Be?
berapa kali dia membuat kesalahan sampai timnya
saling pandang dengan cemas.
Tika harus mengeraskan hatinya untuk tetap
ber?tahan sampai operasi selesai. Jiwanya berperang
antara tugasnya sebagai dokter dan nuraninya se?
bagai ibu. Bayangan Dian jatuh dari tangga, terluka, me?
me?kik kesakitan dan menangis memanggil-mang?
gil ibunya, tak mau hilang dari benaknya. Darah
yang mengalir dari luka pasiennya seperti tiba-tiba
berubah menjadi darah yang mengalir dari kepala
Dian. Tika harus memejamkan matanya untuk meng?
usir bayangan itu. Tetapi dia harus cepat-cepat
mem??bu?kanya kembali ketika sadar di mana dia
ber?ada. Ada seorang pasien yang nyawanya tergantung
keahlian tangannya. Pasien yang terbujur tak sadar
di hadapannya. Pasien cilik yang orangtuanya se?
birunya skandal FINAL.indd 264
264 dang menunggu dengan harap-harap cemas di
ruang tunggu. Tika masih dapat mendengar kata-kata ibu pa?
siennya, istri tukang daging ayam kampung lang?
ganan Astri, ketika Tika mengatakan tidak ada
pi?lihan pengobatan lain kecuali operasi.
Sudah hampir setahun Tika mencoba terapi
konservatif dengan obat-obatan. Belakangan dia
juga melakukan tindakan medis berupa kateteri?
sasi, mencoba menutup lubang yang masih me?
nganga. Tetapi tampaknya pengobatan itu sia-sia.
Ke?adaan pasiennya semakin memburuk. Tampak?
nya tidak ada pilihan lain kecuali operasi.
"Apa tidak bahaya, Dok? Nita baru lima tahun!"
"Tidak ada operasi yang tidak berbahaya, Bu,"
sahut Tika sabar. Dia juga seorang ibu. Dia punya
anak perempuan yang sebaya. Dian juga pernah
dioperasi. Tika tahu sekali bagaimana cemasnya
hati seorang ibu. Bagaimana takutnya mendengar
anaknya harus dioperasi. "Tapi rasanya saat ini
kita tidak punya pilihan lain."
"Kami serahkan nyawa anak kami ke tangan
Dokter," cetus ayah Anita pasrah setelah be?run?
ding dengan istrinya. "Dokter lebih tahu mana
yang terbaik." "Nyawa manusia di tangan Tuhan, Pak," sahut
Tika lunak. "Manusia hanya bisa berusaha."
"Tapi kami percaya pada kemampuan Dokter
birunya skandal FINAL.indd 265
265 Kartika," kata ayah Anita mantap. "Dokter bukan
cuma pintar. Dokter sudah sangat berpengalaman.
Saya bilang pada istri saya, kepada siapa lagi kita
harus minta tolong?"
Mereka sangat bersyukur ketika Bu Astri, lang?
ganan daging ayam mereka, mau minta tolong
pada menantunya, Dokter Kartika Kencana yang
ter?kenal. Dokter Kartika bukan hanya mau mem?
be?ri?kan pemeriksaan gratis. Dia malah bersedia
meng?operasi tanpa meminta bayaran.
"Asisten saya dan dokter anestesi juga tidak
perlu dibayar. Tapi rumah sakit tidak bisa gratis.
Ba?pak harus minta surat OTM. Orang tidak mam?
pu. Untuk meringankan biaya rumah sakit."
"Saya akan mengusahakannya, Dokter," kata
Bang Samin penuh rasa terima kasih. Duh, baik?
nya dokter ini! Tidak bohong kata orang, Dokter
Kartika memang dokter yang sangat dermawan!
"Tolong Nita, Dok," pinta ibu Anita mengibaiba. "Dia anak kami satu-satunya. Suami saya s?a?
ngat menyayanginya."
"Saya akan berusaha semampu saya, Bu."
Dan Tika menepati janjinya. Dia bertahan sam?
pai operasi selesai. Walaupun Suster Uni mengata?
kan Dian sudah tiba di IGD. Meskipun katanya
Dian menangis terus memanggil-manggil ibunya.
Biar??pun katanya nenek Dian sudah berkali-kali min?
ta tolong agar bisa bicara sebentar dengan Tika.
birunya skandal FINAL.indd 266
266 Astri pasti sangat cemas. Bukan hanya cemas.
Dia pasti merasa bersalah. Dian jatuh. Dan Tika
se?dang tidak berada di rumah.
Memang Dian bukan tanggung jawabnya. Ada
pra?musiwi yang bertugas menjaganya. Tapi Tika
tahu, Astri merasa bertanggung jawab atas kesela?
ma?tan cucunya. Sekarang Dian jatuh. Pasti Astri sangat bingung.
Dia ingin Tika datang menjenguk. Memeriksa.
Me?nolong anaknya. Tika bukan hanya ibu Dian. Dia seorang dok?
ter. Kepada siapa lagi pasien harus minta tolong
ka?lau bukan kepada dokter? Masa orang lain bisa
ditolongnya, anak sendiri tidak?
Tetapi Tika terpaksa menunggu sampai operasi
se?le?sai. Walaupun berbagai pertanyaan terus
meng??ha?n?tuinya. Siapa dokter yang menangani
Dian? Seburuk apa keadaannya?
"Lanjutkan," katanya kepada asistennya. Saat itu
Dok?ter Amin tinggal menjahit dan menutup luka.
"Saya ke IGD sebentar."
Tika membuka masker dan sarung tangannya
lalu dia menghambur ke Instalasi Gawat Darurat.
"Trauma kapitis, Dok," kata dokter jaga yang
me?nangani Dian. "Dan suspek fraktur radius
sinistra. Kalau sudah tenang akan saya kirim ke
radiologi untuk cito foto lengan bawah. Dokter
ingin sekalian CT scan kepala?"
birunya skandal FINAL.indd 267
267 "Terima kasih," sahut Tika singkat.
Dia langsung menuju ke ranjang tempat Dian
ber?baring. Tangisnya sudah terdengar dari balik
tirai. Mendengar tangisnya, hati Tika seperti dica?
bik-cabik. Tika menyibakkan tirai dan melihat Dian se?
dang berbaring sambil menangis. Astri tegak di
sam?ping ranjang, berusaha menenangkannya.
Ketika melihat Tika, tangis Astri langsung pecah.
"Maafkan Mama, Tika."
Tika menyentuh bahu mantan mertuanya lalu
memeluk Dian. "Nggak apa-apa, Sayang," katanya sambil ber?
usaha mengekang perasaannya. "Mama sudah di
sini." Terus terang Tika takut sekali. Tetapi dia ber?
usaha tampil tegar. Supaya Dian tidak makin pa?nik.
Dia melakukan pemeriksaan singkat. Dan
meng?hela napas lega ketika semuanya tampak
baik-baik saja kecuali lengan bawah kiri Dian yang
mung?kin patah. "Tadi Dian nggak sadar, Tika. Dan muntah-mun?
tah. Mama takut sekali. Semua salah Ma?ma."
"Bukan salah Mama. Dian yang nakal," hibur
Tika sambil menggendong Dian ke bagian radio?
logi. "Mungkin tulang lengannya patah dan dia
ge?gar otak. Malam ini Dian perlu diobservasi. Ka?
lau semua baik, besok boleh pulang."
birunya skandal FINAL.indd 268
268 Ketika Dian sudah bisa ditinggal, Tika kembali
se?cepat-cepatnya ke ruang operasi.
"Titip Dian, Ma. Saya harus lihat anaknya Pak
Sa?min." Astri hanya bisa mengangguk. Sebenarnya dia
takut ditinggal sendiri. Tapi dia sadar, Tika ada
tu?gas yang tidak dapat lama-lama ditinggalkannya.
Sebenarnya bukan cuma Astri yang tidak mau
ditinggal. Dian juga. Dia menangis ketika ibunya
me?ninggalkannya. Hancur hati Tika ketika harus
meninggalkan anaknya menangis ketakutan begitu.
Dian bukan hanya takut. Dia juga kesakitan.
Dan tidak ada Mama yang menggendongnya. Me?
meluknya. Membujuknya. Padahal Mama adalah
orang yang paling diharapkan berada di sam?ping?
nya ketika dia sakit. Tika harus menyembunyikan air matanya ke?
tika meninggalkan anaknya di bagian radiologi.
Dia ingin sekali menemani Dian. Tapi dia sadar
dia harus kembali secepatnya ke ruang operasi.
Tika percaya asistennya bisa melanjutkan ope?
rasi itu. Mereka sudah sering melakukannya. Dan
yang dilakukan asistennya hanya menutup luka
operasi. Tetapi Tika tetap menganggap operasi itu
sebagai tanggung jawabnya.
"Semua oke?" tanyanya begitu masuk kamar


Birunya Skandal Karya Mira W di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

operasi. "Oke, Dok," sahut Dokter Amin sigap. "Ba?gai?
mana Dian?" birunya skandal FINAL.indd 269
269 "Fraktur radius sinistra. Komosio serebri. Se?
dang persiapan untuk CT scan."
"Dokter tidak perlu menunggui Dian?"
"Saya harus memantau Anita dulu." Tidak sadar
Tika menghela napas berat.
Karena itu kewajiban seorang dokter! Walaupun
ka?dang-kadang harus menelantarkan keluarga.
*** Operasi itu berlangsung sukses. Tetapi keesokan
harinya anak perempuan yang baru berumur lima
tahun itu meninggal di ruang ICU.
Tika yakin tidak ada kesalahan dalam prosedur
operasinya. Tidak ada kesalahan yang dibuat oleh
asis?tennya waktu menutup luka.
Tetapi bagaimanapun ada seleret sesal di hati?
nya karena pasiennya meninggal. Lebih-lebih ka?
rena dia merasa konsentrasinya terganggu di te?
ngah-tengah operasi. Dan pasien itu seumur Dian. Tika selalu ter?
ingat anaknya setiap kali membayangkan pasien
itu. Ingatan itu justru menambah rasa sesalnya.
"Saya sudah berusaha," kata Tika di depan
orang?tua pasiennya. Selalu merupakan tugas yang
paling berat untuk mengatakan hal seperti ini ke?
pada keluarga pasien. Lebih-lebih keluarga yang
sangat memercayai kemampuannya. "Tetapi kami
tidak dapat menyelamatkan Anita."
birunya skandal FINAL.indd 270
270 Orangtua Anita tidak dapat mengucapkan sepa?
tah kata pun. Ibunya malah masih menangis da?
lam pelukan suaminya yang merangkulnya dengan
mata berkaca-kaca. Tika tidak tega menyaksikan mereka lebih lama
lagi. Dia tahu betapa hancurnya hati mereka. Dan
dia dapat merasakannya. Tetapi apa lagi yang
dapat dilakukannya? Manusia boleh berusaha.
Tapi Tuhan yang punya kuasa.
Tika menganggukkan kepalanya kepada orang?
tua Anita. Lalu dia berlalu.
Sambil melangkah menjauh, dia masih dapat
men?dengar isak tangis ibu pasiennya.
"Buat apa Tuhan memberikan Anita kalau kita
cuma boleh sebentar memilikinya?" ratap wanita
itu dalam pelukan suaminya.
Suaminya mengatupkan rahangnya sebelum
men?jawab dengan pahit. "Kamu masih percaya ada Tuhan? Apa lagi yang
belum kita lakukan untuk kesembuhan Anita?"
Tika masih dapat mendengar dengan jelas katakata mereka. Diam-diam dia menghela napas pan?
jang. Dalam pengalamannya sebagai dokter, berapa
banyak pasien yang bersikap seperti ayah Anita?
Mereka kehilangan kepercayaan karena per?min?
ta?annya seolah-olah tidak didengar Tuhan. Padahal
berapa banyak orangtua yang tidak mengabulkan
birunya skandal FINAL.indd 271
271 permintaan anaknya bila dirasanya mengabulkan
permintaan itu bukan pilihan yang terbaik?
Jika kelak Tuhan juga mengambil Dian, apakah
dia juga akan bersikap seperti ayah Anita? Da?pat?
kah dia bersikap sebaliknya, pasrah menerima
semua kehendak Tuhan, seperti apa pun menya?
kit?kannya takdir yang menimpa Dian?
Tolong ajari saya untuk menerima semua k?e?
hendak-Mu, Tuhan, bisik Tika sambil melang?kah
gontai. Karena hanya Engkau yang tahu mana
yang terbaik. birunya skandal FINAL.indd 272
272 Bab XVI ETIKA sedang menunggui cucunya di?obser?
vasi di rumah sakit, Astri sudah berjanji dalam
hati?nya, jika Dian sembuh, dia akan membawa
cucu?nya me?nemui ayahnya.
Dian memang harus menjalani operasi pema?
sang?an pen di lengan bawahnya. Tetapi selain itu
tak ada yang mengkhawatirkan. Gegar otaknya
ter?hi?tung ringan dan pulih dengan sempurna.
Karena itu Astri memberanikan diri untuk min?
ta izin membawa Dian menemui Angga di Ame?
rika. "Dian ingin terbang menemui ayahnya," katanya
saat minta izin pada Tika. "Dan Mama sudah janji
akan membawanya menemui Angga jika Tika
meng???izinkan. Sekarang Angga berada di Yellow?
stone." "Bukan perjalanan yang dekat ke Amerika, Ma,"
sa?hut Tika ragu. "Tujuh belas jam ke Los Angeles.
birunya skandal FINAL.indd 273
273 Dari sana masih harus naik pesawat lagi, baru naik
mobil ke Yellowstone. Apa Dian sanggup? Apa
Mama kuat?" "Jangan pikirkan Mama. Periksa saja kondisi
Dian. Jika menurut pendapatmu dia sehat, Mama
akan membawanya menemui ayahnya."
"Tapi Mas Angga tidak percaya Dian anaknya,
Ma. Buat apa membawa Dian ke sana?"
"Dian ingin sekali menemui ayahnya."
"Jika Mas Angga menyangkal, bukankah trauma
itu malah sangat menyakiti hati Dian, Ma?"
"Mungkin Dian bukan darah dagingnya. Tapi
Mama tahu Angga menyayanginya."
Begitu sayangnya sampai tidak muncul waktu
Dian dioperasi? Tika ingin mengucapkannya. Tetapi dia tidak
ingin menyakiti hati Astri. Karena itu ditelannya lagi
kata-kata yang sudah berada di ujung lidah?nya.
Astri melihat perubahan air muka Tika. Dan
dia dapat menerka apa yang tersirat di benaknya.
"Kamu tidak percaya Angga masih menyayangi
Dian?" "Saya khawatir Mas Angga tidak mau melihat?
nya lagi, Ma. Dia menganggap Dian adalah anak
ha?sil perselingkuhan saya. Bukankah karena itu
ka?mi bercerai?" Angga sudah datang melihatnya, Tika. Hanya
saja Mama tidak berani mengatakannya kepadamu.
birunya skandal FINAL.indd 274
274 "Kalau saja Mas Angga tahu, saya tidak pernah
ber??selingkuh" gumam Tika dengan mata ber?
kaca-kaca. "Cinta saya kepadanya tidak pernah
layu sekalipun semua bunga di dunia sudah lu?
ruh." "Apakah belum saatnya untuk membuka ra?ha?
sia?mu, Tika?" desah Astri terharu. "Angga sudah
berpisah dengan perempuan itu. Andromeda
mem?bawa anak mereka dan menghilang entah ke
mana. Angga masih mencari anaknya dan me?
nung?gu mereka. Entah sampai kapan."
"Saya sudah berjanji tidak akan membuka ra?ha?
sia ini selama saya masih hidup, Ma. Mungkin di
ambang ajal nanti, Tuhan masih memberi saya
ke??s??empatan untuk menceritakannya kepada Dian."
"Mengapa harus menyiksa diri, Tika? Kamu
dan Angga sama-sama menderita. Dan sekarang
ada seseorang yang sama-sama kalian cintai ikut
seng?sara. Jika kamu ceritakan hanya pada Mama,
mung?kinkah rahasia ini tetap menjadi rahasia
kita?" Tetapi Tika tetap memegang janjinya kepada
Dok?ter Nurdin. Dia tidak ingin menceritakan ra?ha?
sianya kepada siapa pun. Tidak juga kepada Astri.
Dia mengizinkan Astri membawa Dian mene?
mui ayahnya dengan satu syarat.
"Mama percaya Mas Angga masih menyayangi
Dian?" birunya skandal FINAL.indd 275
275 "Mama yakin, Tika. Angga sangat menyayangi?
nya." "Kalau begitu bawalah Dian menemui ayahnya,
Ma." *** Malam itu, Tika sengaja menutup prakteknya. Ka?
rena dia ingin menghabiskan malam terakhir
bersama Dian sebelum anaknya berangkat ke
Amerika. "Dian mesti nurut sama Eyang, ya," kata Tika
sam?bil membelai-belai kepala Dian.
Saat itu mereka sudah berbaring bersebelahan
di ranjang Tika. Karena malam itu, Dian ingin ti?
dur bersama ibunya. "Dian nggak boleh nakal. Nggak boleh bikin
Eyang capek." "Emang ngomel capek ya, Ma?"
Tika tersenyum antara geli dan haru mendengar
pertanyaan lucu anaknya. "Buat orang setua Eyang, ngomong saja ka?dangkadang sudah capek, Dian. Apalagi ngomel. Jadi
Dian janji nggak bandel, kan? Supaya Eyang nggak
ngomel terus?" Dian mengangguk. Matanya menatap ibunya
dengan cermat. "Sama siapa Mama di lumah kalo kita semua
nggak ada?" birunya skandal FINAL.indd 276
276 "Sendirian," Tika tersenyum pahit. "Makanya
Dian jangan pergi lama-lama, ya? Mama kesepian
nih!" "Kenapa Mama nggak ikut aja?"
"Kalau Mama pergi, kasihan kan pasien-pasien
Mama? Sakit tidak ada dokter yang mengobati?"
"Iya. Nanti pasien Mama mati ya, Ma?" mata
Dian mengawasi ibunya dengan penuh tanda
tanya. "Ke mana olang pelgi kalo mati, Ma?"
"Ke surga, Dian. Ke rumah Tuhan."
"Dali sana nggak bisa balik lagi?"
"Tidak ada yang pernah kembali dari sana,
Dian." "Kalo gitu Dian nggak mau mati. Nggak bisa
ke?temu Mama lagi." Tika meraih anaknya ke dalam pelukannya. Dia
ingin mendekapnya erat-erat. Supaya tidak usah
mele?paskannya lagi. Tetapi sesaat sebelum mende?
kap?nya, dia ingat lengan Dian yang patah.
Dibelainya lengan itu dengan hati-hati. Di?
ciumi?nya pipinya dan dahinya dengan penuh kasih
sa?yang. "Hati-hati lengan Dian, ya. Jangan patah lagi."
"Ada seklupnya ya, Ma?"
Tika mengangguk sambil tersenyum.
"Papa juga nggak boleh meluk?"
"Boleh. Asal hati-hati."
"Mama kangen juga sama Papa?"
birunya skandal FINAL.indd 277
277 Mata Tika menjadi berkaca-kaca mendengar
per?tanyaan anaknya. Dia hanya mampu meng?
angguk?kan kepalanya. Kamu tidak tahu betapa rindunya Mama pada
aya?h??mu, Sayang! Jika saja Mama punya sayap un?
tuk menjenguknya Tapi maukah Papa dije?nguk?
Karena dia sudah tidak mau melihat Mama lagi!
Dian melihat mata ibunya yang basah. Diulur?
kan?nya tangan kanannya. Ujung jarinya meng?ha?
pus air di mata ibunya dengan lembut.
"Jangan nangis, Ma. Nanti Dian bilang Papa,
Mama kangen. Kangeeen banget. Sampe Mama
na?ngis." "Mama nangis karena bakal kesepian ditinggal
Dian." "Jangan nangis, Ma. Kata Eyang, olang pintel
nggak boleh nangis."
Tika merengkuh kepala Dian ke dadanya. Dan
men?ciuminya dengan air mata berlinang.
"Cepat pulang ya, Sayang," bisiknya menahan
haru. "Mama tidak bisa berpisah dengan Dian."
"Bial Abubu nemenin Mama bobok ya. Bial
Mama nggak kesepian."
Abubu adalah boneka beruang kesayangan
Dian. Boneka itu dinamai sesuai bunyi yang sering
kel?uar dari mulut Dian ketika dia masih bayi.
Boneka itu selalu menemaninya tidur. Dian
hampir tak pernah berpisah dengan Abubu. Se?
birunya skandal FINAL.indd 278
278 karang dia mau memberikan Abubu untuk me?ne?
mani ibunya tidur? Tika hampir tidak percaya.
Dipegangnya kedua belah pipi Dian. Ditatapnya
ma?tanya dengan terharu. "Betul Dian mau suruh Abubu nemenin Ma?


Birunya Skandal Karya Mira W di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ma? Dian bisa tidur kalau tidak ada Abubu?"
"Kan ada Papa," sahut Dian spontan. "Bial
Abubu nemenin Mama."
"Terima kasih, Sayang," Tika mengecup dahi
anak?nya dengan lembut. "Kalau Mama kangen
Dian, Mama ciumin Abubu."
*** "Dua hari yang lalu mantan mertuaku membawa
Dian menemui ayahnya di Amerika," kata Tika
ketika dia bertemu Nurdin di kantin. "Sekarang
mungkin Dian baru bisa tidur bersama ayahnya."
Ada perbedaan waktu tiga belas jam antara
Jakarta dan Yellowstone. Kalau saat itu jam tangan
Tika menunjukkan pukul satu siang, berarti di
Yellow?stone jam dua belas malam. Dian pasti sudah
tidur nyenyak. Dan dia tidak perlu ber?mim?pi lagi
bertemu ayahnya. Karena Papa kini sudah berada di
dekatnya. Tika sedang makan seorang diri ketika Nurdin
minta izin duduk di mejanya. Karena saat itu tidak
ada meja kosong di kantin, Tika terpaksa meng?
izin?kan. birunya skandal FINAL.indd 279
279 Begitu melihat murungnya paras Tika, Nurdin
tahu ada yang tidak beres. Mula-mula dikiranya
Dian sakit. Ketika dia tahu Tika hanya kesepian
ka?rena Dian pergi menengok ayahnya, dia malah
men?jadi jengkel. "Untuk apa?" dengus Nurdin sengit. "Dia sudah
menganggap Dian bukan anaknya, kan? Buat apa
Dian mencarinya?" "Dian sangat ingin melihat ayahnya."
"Carilah ayah lain untuknya."
Tika tersenyum pahit. "Aku belum ingin mencari pengganti mantan
suami?ku." "Tapi Dian membutuhkan seorang ayah."
"Selama ini aku sudah menjadi orangtua tung?
gal untuk Dian." "Dian butuh figur ayah. Kamu tidak bisa mem?
berikannya." "Aku tidak akan menikah dengan laki-laki yang
tidak kucintai, hanya supaya Dian punya ayah."
"Juga laki-laki yang pernah kamu cintai?"
Tika tertegun. Ditatapnya Nurdin dengan ta?
jam. Apa arti kata-katanya? Apakah dia ma?sih?
"Istriku sudah meninggal," Nurdin menghela
na?pas berat. "Anak-anakku sudah menikah. Mung?
kin pada usiaku sekarang, aku bukan hanya mem?
bu?tuh?kan seorang kekasih. Aku butuh teman."
"Kalau begitu biarkan aku tetap jadi temanmu,"
kata Tika lembut. birunya skandal FINAL.indd 280
280 Nurdin menggeleng sambil menatap Tika de?
ngan sungguh-sungguh. Mata tuanya yang masih
bersorot tajam di balik kacamata putihnya terlihat
sangat serius. Seperti dulu. Ketika Tika masih
menjadi mahasiswinya. Dan dia sedang diuji di
depan sebuah presentasi kasus.
"Aku ingin seorang teman yang bisa mendam?
pingi?ku di malam-malam yang sepi, Tika. Ketika
kesunyian menemaniku di kamar tidur."
"Kalau begitu carilah pengganti istrimu. Se?
orang wanita yang bersedia mendampingimu. Aku
yakin anak-anakmu tidak keberatan. Mungkin me?
reka malah merasa lega karena tidak usah meng?
urusi ayah mereka lagi."
"Wanita yang kuinginkan kini berada di hadap?
an?ku." "Aku sudah berjanji akan mengabdikan diriku
seutuhnya untuk merawat Dian. Hanya karena dia
aku masih ingin melihat matahari esok pagi."
"Kita bisa merawat Dian bersama-sama, Tika.
Sambil merajut kembali impian masa lalu kita."
"Dalam usia kita sekarang, sudah tidak ada lagi
mimpi, Bang. Yang ada hanya kenyataan. Aku su?
dah punya Dian. Sekarang dia adalah segala-gala?
nya bagiku. Aku tidak ingin mengecewakannya."
"Aku berjanji tidak akan mengecewakannya.
Aku akan berusaha menjadi ayah yang baik bagi?
nya. Ayah yang tidak pernah dimilikinya."
birunya skandal FINAL.indd 281
281 "Dian sudah punya seorang ayah. Di hatinya,
hanya ada Mas Angga."
Tetapi lelaki itu bukan ayahnya!
Nurdin belum sempat menjawab ketika se?se?
orang tiba di dekat meja mereka. Saat itu kantin
sangat ramai karena jam makan siang. Nurdin dan
Tika juga sedang terlibat pembicaraan yang cukup
serius. Mereka tidak memperhatikan keadaan sekitar?
nya. Tidak heran kalau mereka tidak sadar orang
tak dikenal itu sudah berada begitu dekat dengan
meja mereka. Padahal dia bukan pelayan.
Orang itu tidak berkata apa-apa. Tidak seorang
pun menduga apa yang hendak dilakukannya. Dia
meng?hampiri Tika. "Kami sangat mengharapkanmu, Dokter Kar?
tika," suaranya hampir hilang ditelan keramaian
sua?sana. Tidak seorang pun bisa mendengarnya
de?ngan jelas. "Dokterlah harapan kami satu-satu?
nya untuk menyelamatkan Anita. Tapi Dokter
me?nge??cewakan kami. Mentang-mentang kami
orang tidak mampu!" "Pak Samin?" Refleks Tika bangkit dengan ter?
pe?ranjat. "Dokter Tika meninggalkan operasi sebelum
sele?sai," geram ayah Anita sengit. Matanya merah
se?kali. Pelupuknya membengkak. Seperti sudah
sebulan menangis terus. Dia menatap Tika dengan
berang. "Dokter membunuh Nita!"
birunya skandal FINAL.indd 282
282 Lalu dia melakukan gerakan yang tidak di?sang?
ka-sangka. Tangan kirinya mengeluarkan sesuatu
dari balik bajunya. Hanya sekilas Tika melihat kilatan benda itu.
Se?belum dia merasakan sakit yang teramat nyeri
di bagian kanan atas perutnya. Nyerinya terasa
bu?kan hanya sekali. Tapi berkali-kali.
"Tika!" samar-samar dia mendengar pekikan
Nurdin. Suaranya seperti bergema di ruang ko?
song. Benarkah itu suara Nurdin? Suaranya bergalau
dengan berbagai jeritan lain. Suara orang-orang
yang tidak dikenalnya. Lalu Tika merasa dia sedang melayang jatuh.
Dan sesuatu yang hangat merembas ke tangannya
yang secara spontan menebah perutnya.
"Dian" rintihnya sesaat sebelum memejam?
kan matanya. "Tika! Tika!" ada suara yang terdengar amat
jauh di telinganya. Semakin lama semakin memu?
dar. "Jangan pergi, Tika! Jangan tinggalkan aku!"
Dia merasa ada tangan yang kuat menekan ba?
gian kanan perutnya yang terasa sakit. Lalu ada
ba?yangan hitam yang menaunginya.
"Buka matamu, Tika! Buka! Sadar! Jangan per?
gi!" Tika tahu jika dia kehilangan kesadarannya,
mun?g?kin dia tidak akan pernah membuka mata?
birunya skandal FINAL.indd 283
283 nya lagi. Karena itu dia berusaha keras untuk tetap
terjaga. Berjuang untuk membuka matanya.
Tetapi dia gagal. Kegelapan yang pekat me?nye?
li?muti?nya. Kaki-tangannya mulai tidak bisa merasakan apaapa. Dan dia merasa kedinginan.
"Dian" erangnya sesaat sebelum kehilangan
kesa?darannya. Mungkin hanya dia yang mendengar erangan
itu. Mungkin juga dia tidak sempat meng?ucap?kan?
nya. Hanya bisikan dalam hati.
Sekilas dia melihat wajah Dian. Sebelum gam?
bar?an itu mengabur. Tinggal bayang-bayang yang
se?ma?kin samar. Lalu keheningan tiba-tiba menyengat. Dan dia
melu?pa?kan segala-galanya.
birunya skandal FINAL.indd 284
284 Bab XVII KETIKA pertama kali menginjakkan kakinya di
Yellowstone, Dian berumur lima tahun.
Dan dia bukan hanya pertama kali melihat
Yellow?stone. Dia juga untuk pertama kalinya me?
li?hat ayahnya setelah Papa menghilang saat dia
ma?sih bayi. Sosok yang tegak di hadapannya jauh berbeda
de?ngan foto yang diberikan Eyang. Foto yang se?
lalu tersimpan di dekatnya. Dan kini berada di
sa?ku???nya. Foto yang sudah lusuh karena selalu me?
ne????ma?ninya tidur. Tetapi seperti apa pun sosok yang kini tegak di
ha?dapannya, Dian tahu, itulah sosok yang selalu
dicarinya. Figur yang selalu didambakan. Seumur
hidupnya. Angga juga tidak menyangka dia bisa bertemu
dengan Dian lagi. Sudah setahun berlalu sejak dia
melihat Dian terlelap di ranjangnya.
birunya skandal FINAL.indd 285
285 Kenangannya kembali ke masa Dian masih
bayi. Ketika Angga selalu mendekapkannya ke
dada dan membelai-belai punggungnya. Kini bayi
yang dulu selalu ditimang-timangnya itu telah
men??jelma menjadi seorang anak perempuan ber?
umur lima tahun. Dian tidak cantik. Tapi dia punya sepasang
mata yang bening dan selalu bersorot penuh per?
hatian. Senyum yang terlukis di bibirnya begitu
ha?ngat. Begitu magis. Angga langsung memeluk Dian. Mendekapnya
erat-erat tanpa mampu mengucapkan sepatah kata
pun. Dadanya membuncah oleh luapan kasih sa?
yang yang berbaur dengan kerinduan dan pe?nye?
sal?an. Dian membenamkan dirinya dalam pelukan
ayah?nya. Membiarkan tubuh dan jiwanya menik?
mati dekapan yang sangat dirindukannya.
Akhirnya dia berhasil menemui ayahnya. Akhir?
nya dia tahu, dia memiliki seorang ayah yang nya?
ta. Bukan sekadar impian atau khayalan.
Papa tidak secakep dalam foto. Tidak setampan
yang Dian bayangkan. Dia jauh lebih tua. Lebih
kurus. Tampil loyo. Capek. Tidak bersemangat.
Tetapi bagi Dian, itulah ayahnya! Tidak peduli
b?a?gai?manapun penampilannya!
Angga ingin minta maaf. Ingin menyatakan pe?
nye?salannya. Tidak hadir pada masa-masa paling
birunya skandal FINAL.indd 286
286 su?lit dalam hidupnya. Menolak mengakuinya seba?
gai anaknya. Tetapi tidak ada sepatah kata pun yang bisa
meng?alir dari celah-celah bibirnya. Dia hanya
men?dekapkan Dian ke dadanya. Mengenang saatsaat Dian masih bayi. Ketika Angga selalu mende?
kap?kan kepalanya ke dadanya. Dan matanya terasa
panas. Seberkas penyesalan merambah ke hatinya.
Mengapa tega kutinggalkan Dian? Mengapa
sam?pai hati kubiarkan dia merindukan ayahnya?
Kata siapa bayi belum dapat merasa sedih, merasa
rindu, bahkan mungkin merasa ditinggalkan?
Dian telah membuktikan, dia mungkin bayi
yang lemah. Bayi yang tidak sempurna. Bayi yang
pe?nyakitan. Tapi dia punya hati yang kuat. Se?
mangat yang kokoh. Tekad yang tegar membara.
Dian mampu mencari ayahnya. Bahkan me?
nem?puh ribuan kilometer untuk menemui ayah
yang telah meninggalkannya. Menelantarkannya.
Menyia-nyiakannya. Menolaknya.
Siapakah aku sampai aku bisa bertindak seke?
jam ini kepada anak yang sangat kusayangi? Anak
yang mungkin memang bukan darah dagingku.
Tapi telah melekat di hatiku sejak lahir.
Keluarga bukan hanya masalah DNA, kata
Mama. Mama seorang wanita sederhana. Tetapi dia
jauh lebih bijak dari kebanyakan orang yang me?
rasa pintar. birunya skandal FINAL.indd 287
287 Keluarga bukan hanya masalah DNA. Anak
juga bukan cuma masalah genetik.
Bayi bukan hanya tercipta dari sebutir sel telur
yang dibuahi sperma. Bayi adalah paduan kasih
sayang. Ketika sedang mendekap Dian erat-erat, mele?


Birunya Skandal Karya Mira W di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kat?kan kepalanya yang mungil ke dadanya, mem?
biar?kan kehangatan tersalur dari tangan yang mem?
belai punggungnya seperti ketika dia masih bayi
dulu, Angga bersumpah, dia tidak akan me?nyianyiakan Dian lagi. Tidak akan menyang?kali?nya lagi,
tidak peduli gen siapa yang bersemayam di tubuh?
nya. Baru ketika sadar Dian selalu menyingkirkan
le??ngan kirinya, Angga merasa ada yang salah.
"Lengan kirinya bekas patah," Astri yang men?
jel?askan sambil menahan senyum geli bercampur
haru. "Dian memang anak pintar. Emosi tidak per?
nah menutupi kecerdasannya."
Angga menatap anaknya dengan takjub. Ter?
nyata Tuhan telah menganugerahinya seorang
anak yang sangat istimewa. Dia yang telah menyianyiakan anugerah sebesar itu!
*** Astri sangat terharu melihat pertemuan ayah de?
ngan anak itu. Rasanya semua jerih payahnya ke?
sam?paian. Semua keletihan menempuh perjalanan
birunya skandal FINAL.indd 288
288 yang begitu jauh tidak sia-sia. Semua kecemasan
yang bergumpal di dada mencair sudah.
Dian bukan saja terlihat sehat. Dia malah tam?
pak sangat gembira bersua dengan ayahnya.
Parasnya yang berseri seolah berkata, benar
kata Eyang, aku juga punya ayah! Seperti temante?man?ku yang lain!
Matanya yang berbinar, senyumnya yang cerah,
se?akan-akan berbicara mewakili hati yang ber?den?
dang riang. Sikap Angga juga amat menyentuh perasaan
Astri. Ternyata dia bukan hanya membuktikan dia
sa?ngat menyayangi Dian. Dia juga menampilkan
pe?nyesalan karena telah meninggalkannya.
Hanya satu yang membuat Astri berduka.
Penampilan anaknya sangat berbeda. Dia bukan
ha?nya tampak kurus, tak terawat, dan tak bahagia.
Angga juga seperti kehilangan semangat.
Selama di Yellowstone, dia bekerja di sebuah
ho?tel sebagai pelayan, karena izin kerjanya belum
habis. Dia tinggal di sebuah kamar bersama dua
orang pelayan lain, di kompleks karyawan yang
terl?etak di bagian belakang hotel.
Selama Astri tinggal di hotel itu, dia minta agar
Angga tinggal bersamanya. Tetapi Angga menolak.
"Karyawan tidak boleh seenaknya tinggal di ka?
mar tamu hotel, Ma," katanya sambil tersenyum
pahit. birunya skandal FINAL.indd 289
289 "Biarpun ibu dan anakmu yang datang?"
"Peraturan tetap peraturan, Ma."
"Mama ingin kamu pulang, Angga. Apa lagi
yang kamu tunggu di sini?"
"Suatu hari saya pasti menemukan anak saya, Ma.
Saya yakin, suatu hari Meda pasti membawa Gu?ntur
kembali." "Kamu seperti mengharapkan burung di langit
sementara punai di tangan dilepaskan, Angga,"
keluh Astri sedih. "Lihatlah Dian. Kamu memiliki
se?orang anak yang begitu mengagumkan. Masih
mau kamu sia-siakan anak sehebat dia?"
"Saya berjanji tidak akan menyia-nyiakannya
lagi, Ma. Dian akan menjadi anak saya kembali.
Tetapi Guntur juga tetap anak saya."
"Ibunya tidak menghendakimu lagi, Angga.
Sam?pai kapan baru kamu sadar?"
"Saya masih percaya, Andromeda masih men?
cin?tai saya." "Tapi wanita bisa berubah, Angga."
"Cinta kami tak pernah berubah, Ma. Cinta ka?
mi akan seabadi Old Faithful Geyser."
"Mama percaya. Tapi kadang-kadang seorang
wanita punya pertimbangan sendiri. Apalagi se?
orang wanita yang baru menginjak kedewasaan se?
perti dia." "Apa yang Mama inginkan? Saya harus ba?gai?
mana lagi?" birunya skandal FINAL.indd 290
290 "Pulanglah bersama Mama dan Dian, Angga.
Tem??patmu bukan di sini. Buat apa menyia-nyia?kan
hi?dupmu?" "Tika mungkin sudah tidak mau memaafkan
saya, Ma. Terlalu kejam apa yang saya lakukan pa?da?
nya." "Dia sudah lama memaafkanmu, Angga. Dia
mengerti mengapa kamu meninggalkannya."
"Dia pernah mengakui affair-nya di depan
Mama?" "Tika selalu bilang dia tidak pernah menodai
dirinya. Dan Mama percaya."
"Kalau begitu bagaimana dokter tua itu bisa
men?jadi ayah biologis Dian?"
"Kata Tika, dia akan membuka rahasianya di
dep?an Dian menjelang ajal menjemputnya."
"Mungkinkah dokter itu mendonorkan sperma?
nya untuk membuahi sel telur Tika?"
"Kalau hanya itu kesalahan Tika, tidak maukah
ka?mu memaafkannya?"
"Ego saya sebagai suami terlukai, Ma. Sel telur
istri saya dibuahi sperma lelaki lain tanpa sepenge?
ta?huan saya." "Dan sampai kapan Dian harus menunggu sam?
pai lukamu sembuh? Tidak tergugahkah harga
diri?mu yang begitu tinggi ketika Tika men?do?nor?
kan hatinya untuk Dian?"
Malam itu Angga masih bergulat dengan ego?
nya sebagai laki-laki ketika berita itu datang.
birunya skandal FINAL.indd 291
291 Pukul dua belas malam, Mama menyampaikan
tragedi itu sambil menangis.
Tika ditikam orangtua pasiennya yang kecewa
karena anaknya meninggal.
Keadaannya sangat kritis karena pisau melukai
b?e?kas operasi di perutnya. Dan tembus ke hatinya.
*** Selama keadaan Tika sangat kritis, Nurdin hampir
tidak pernah meninggalkannya sekejap pun. Dia
malah seolah-olah tidak peduli lagi kalau seluruh
dunia mengetahui hubungannya dengan Tika. Per?
setan dengan segala macam skandal.
Sesaat sebelum didorong ke kamar operasi,
Tika memperoleh kesadarannya sekejap. Dan ha?
nya satu permintaannya kepada Nurdin.
"Jika aku tidak berhasil melewati operasi ini,
tolong ceritakan kepada Dian sejarah kelahirannya,
Bang. Aku berutang penjelasan kepadanya."
"Jangan ngomong yang bukan-bukan, Tika.
Kamu akan keluar dengan selamat dari kamar
operasi. Dan kamu akan memeluk Dian lagi. Kita
akan membesarkannya bersama-sama. Sampai dia
cukup dewasa untuk mendengar rahasia kita."
"Berjanjilah, Bang," pinta Tika sambil berusaha
men?cari tangan Nurdin. Nurdin langsung menggenggam tangannya de?
birunya skandal FINAL.indd 292
292 ngan mata berkaca-kaca. Tidak peduli ada berapa
pasang mata yang menatap mereka dengan bi?
ngung. "Kamu akan keluar dengan selamat dari pintu
itu, Tika," seperti tidak sadar Nurdin bicara se?
orang diri ketika brankar Tika didorong masuk ke
kamar operasi. "Dan aku akan menunggumu di
sini." Tika memang keluar dengan selamat dari ruang
operasi. Tetapi kondisinya tetap kritis.
"Kita harus menunggu satu-dua hari, Prof," kata
dokter bedah gastroenterologi kepada Nurdin.
"Kami harus membuang segmen anterior lobus he?
pa?tis dexter. Padahal Dokter Kartika telah men?
donorkan sebagian heparnya."
"Diaphragma dan bagian bawah paru kanan
juga robek akibat tikaman pisau yang kedua," sam?
bung dokter bedah toraks. "Prognosis Dokter
Kar?tika benar-benar dubia ad malam, Prof."
Nurdin tahu artinya. Harapan hidup Tika cen?
de?rung ke arah buruk. Dalam satu-dua hari nasib
Tika akan ditentukan. Dia bisa mengatasi masa
kritis?nya. Atau meninggal.
Alangkah buruk nasibmu, Tika, keluhnya pilu.
K?amu dokter yang sangat baik. Hampir seluruh
hi?dupmu kamu dedikasikan untuk pasien. Se?ka?
rang justru pasien yang merenggut hidupmu.
"Bang Samin?" erang Astri ketika dia sampai di
birunya skandal FINAL.indd 293
293 rumah sakit dan mendengar cerita Suster Ida.
Mereka langsung ke rumah sakit dari bandara.
Sungguh tidak disangka-sangka. Dia yang minta
tolong kepada Tika untuk membantu anak Bang
Samin yang mengidap penyakit jantung bawaan!
Sekarang justru Bang Samin yang menikam Tika?
Hampir membunuhnya? "Pak Samin bilang Dokter Kartika meninggal?kan
anaknya ketika sedang dioperasi," sambung Sus?ter
Uni. "Makanya Anita meninggal. Padahal waktu
Dokter Kartika menengok Dian di IGD, ope?rasi kan
sudah selesai. Dokter Amin tinggal men?jahit luka.
Jangankan dokter, koas saja bisa kok!"
"Apa sebenarnya yang terjadi, Suster?" rintih
Astri sedih. "Mengapa Bang Samin sampai menya?
lah?kan Tika? Dia dokter yang sangat baik. Tidak
mung?kin dia mencelakakan pasien!"
"Kita semua juga berpendapat begitu, Bu. Se?
dang dibentuk tim medis untuk menyelidiki kasus
Anita. Tapi Pak Samin sudah ditahan. Dia harus
mem?pertanggungjawabkan perbuatannya! Dia
pan?tas dihukum!" Tetapi ancaman hukuman seberat apa pun tidak
men?janjikan kesembuhan Tika. Dia masih ter?ba?
ring lemah di ruang ICU. Kesadarannya hilangtim?bul. Sejawat-sejawatnya di rumah sakit itu
ber?juang untuk menyelamatkan nyawanya. Tetapi
kon?disinya tetap kritis.
birunya skandal FINAL.indd 294
294 "Dokter Kartika masih di ICU," kata Dokter
Yuniarti murung. "Keadaan umumnya memburuk
sejak tadi malam. Dia ditikam berkali-kali. Perut?
nya robek. Dan ujung pisau tembus sampai ke hati
dan bagian bawah paru kanan. Dokter harus mem?
buang sebagian hatinya yang sudah hancur."
Astri memejamkan matanya dengan ngeri sam?
bil menahan tangis. Dia tidak berani memba?yang?
kan apa yang terjadi. Dipeluknya Dian erat-erat.
Ingin dia menutup telinga anak itu supaya dia
tidak mendengar apa yang menimpa ibunya.
"Boleh kami melihatnya, Dok?" sergah Angga
te?r?sendat. Suaranya basah tertekan.
Mantan istrinya yang selalu tegar dalam segala
kon?disi itu kini terbaring tak berdaya menanti ajal.
Padahal biasanya dialah yang selalu berjuang me?
lawan ajal pasien-pasiennya.
"Satu per satu saja ya," kata Dokter Lestari,
dok??ter penanggung jawab ICU. "Dan saya anjur?
kan agar Dian tidak dibawa masuk."
Terus terang Astri tidak setuju. Mungkin Dian
akan ketakutan melihat keadaan ibunya. Tapi me?li?
hat Dian mungkin akan membangkitkan se?ma?ngat
hidup Tika. Dia sangat menyayangi Dian. Sa?ngat
melindungi. Mungkinkah dia akan ber?juang untuk
hidup supaya dapat seterusnya me?lin?dungi Dian?
"Kamu dulu yang masuk," pinta Astri kepada
Angga. birunya skandal FINAL.indd 295
295 Sesaat Angga menoleh kepada ibunya. Matanya
bersinar ragu. "Mama yakin?" tanyanya hampir berbisik.
Selama ini Mama-lah yang mendampingi Tika
dalam suka-duka. Mama yang selalu berada di
sampingnya jika Tika membutuhkan. Mama lebih
berhak mendapat kesempatan pertama. Bahkan
mungkin Mama-lah yang ingin dilihat Tika. Bukan
Angga. Astri mengangguk. Dan mengisyaratkan dengan
matanya agar Angga segera masuk ke ICU. Astri
membimbing Dian ke ruang tunggu.
"Kita belum boleh lihat Mama, Yang?" tanya
Dian penasaran. Kata Eyang, Mama sakit. Harus dirawat. Seperti
Dian dulu. Cuma Eyang tidak bilang Mama sakit
apa. Mama kan dokter. Masa dia tidak bisa me?
nyem?buh?kan dirinya sendiri?
"Gantian ya, Sayang," sahut Astri menahan ta?
ngis. Sementara Angga sudah mengikuti Dokter


Birunya Skandal Karya Mira W di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lestari yang mengantarnya ke ICU. Dan dia ter?te?
gun sesaat, hampir tidak memercayai matanya
sen?diri melihat keadaan Tika.
Dalam keheningan yang menyiksa, ketika hanya
de?ngung suara pendingin ruangan, monitor fungsifungsi vital dan embusan oksigen yang terdengar,
birunya skandal FINAL.indd 296
296 Tika terbujur pucat dan kaku. Hampir seperti
mayat. Sungguh berbeda penampilannya saat Angga
me?ninggalkannya! Dan seleret sesal berkepan?ja?
ngan menikam hatinya. Angga jatuh berlutut di samping tempat tidur
Tika. Tangannya menyentuh tangan mantan istri?
nya yang terkulai lemah. Dan ketika kulit mereka bersentuhan, ketika
Angga merasakan betapa dinginnya tangan Tika,
tiba-tiba saja seperti ada sepercik bara api me?
nyam?bar dian yang telah padam di hatinya.
Saat itu untuk pertama kalinya Angga me?nya?
dari, masih ada cinta yang tersisa di lubuk hatinya
yang paling dalam. Cinta yang kini menyala kem?
bali. Kehangatannya merambah sampai ke relung
yang paling dingin di sudut hatinya.
"Aku cinta kamu, Tika," bisiknya dengan se?pe?
nuh hati. "Maafkan kebodohanku. Menyia-nyiakan
cinta yang begitu murni yang kamu berikan pa?
daku dan Dian." Lalu semuanya seperti berputar kembali di de?
pan matanya. Seperti film kenangan masa lalu.
Ketika dia melamar Tika. Ketika mereka menikah.
Ke?tika bulan madu menjadi momen paling manis
da?lam hidup mereka. Lalu tatkala Dian lahir me?
nye?marakkan biduk pernikahan mereka yang se?
perti telah menggapai pantai kebahagiaan.
birunya skandal FINAL.indd 297
297 Angga tidak tahan lagi berdiam lama-lama di
sana. Air matanya hampir membanjir keluar. Dia
tidak ingin menangis di depan Tika. Walaupun dia
ingin Tika tahu, betapa menyesalnya dia. Betapa
ingin??nya dia memutar kembali jam waktu.
Angga langsung keluar. Di depan ICU dia me?
ninju dinding. Dan menelungkupkan kepalanya ke
dinding itu. Menumpahkan sesal yang meng?haru?
biru di dada. Sesal berkepanjangan yang mem?
buat??nya merasa pengap. Parunya terasa sesak di?
dera penyesalan. Jantungnya nyeri ditikam rasa
ber??salah. "Jika kamu bisa membuka matamu kembali,
Tika," bisik Angga pahit, "akan kubisikkan di te?
linga??mu, tidak peduli darah siapa yang mengalir di
tu??buh Dian, aku akan mengakuinya sebagai anak?
ku." Ketika dia membalikkan badannya, matanya
ma?sih berkaca-kaca. Dan dia melihat lelaki itu.
Te?gak di hadapannya. Penampilannya sudah jauh berubah. Tetapi
Angga tahu siapa dia. "Tika tidak pernah mengkhianatimu," suara
Dok?ter Nurdin terdengar lemah dan pilu. Wajah?
nya tam?pak sangat tua seperti kakek-kakek seratus
ta?hun. Ketika melihat penampilan lelaki itu, Angga
tahu bukan hanya dia yang berduka. Nurdin tidak
birunya skandal FINAL.indd 298
298 kalah sedihnya. Dan entah mengapa, tiba-tiba saja
saat itu kebenciannya lenyap entah ke mana. Dan
dia memaafkan lelaki itu. Karena sekarang Angga
tahu, Nurdin sangat mencintai Tika. Bahkan de?
ngan cinta yang lebih dari cinta Angga sendiri.
Dan betapapun menyimpangnya cinta, dia tak
per?nah salah. Tak seorang pun bisa mengusirnya
jika cinta telah datang menjenguk.
"Tika ingin aku membuka rahasianya kepada
Dian kalau ajal telah menjemputnya. Katanya dia
ber?utang penjelasan kepada Dian siapa ayahnya.
Dari mana asal usulnya. Bagaimana sejarah ke?la?
hir?annya. Tapi aku rasa, aku tidak sanggup. Kau
saja yang mengatakannya. Karena bagi Dian, kau?
lah ayahnya, biarpun dia tidak tercipta dari sper?
ma?mu." "Aku tidak ingin mendengarnya," potong Angga
di?ngin. "Sekarang dan selamanya, Dian adalah
anak?ku. Tidak peduli dari mana asal usulnya."
"Tika tidak pernah mengotori dirinya," lanjut
Nu?rdin seakan-akan dia tidak mendengar kata-kata
Angga. Tidak peduli di mana mereka berada.
"Tika tidak pernah menodai perkawinannya. Dia
pe?rempuan paling suci yang pernah kukenal. Bah?
kan ketika dia belum menikah, aku tak pernah
ber?hasil membujuknya ke tempat tidur."
"Aku tahu!" sela Angga dengan nyeri yang me?
ni?k?am di dada. Sakitnya terasa sampai ke tulang
birunya skandal FINAL.indd 299
299 sumsum. "Yang aku tidak tahu, mengapa DNA-mu
ada di tubuh Dian!" "Itulah keajaiban medis. Sekaligus penyim?pang?
an?nya. Dian telah tercipta sebagai suatu kesalahan
se?jak dalam kandungan. Dia lahir dari embrio
yang dibekukan di laboratorium. Karena embrio?
mu dan Tika sudah gugur sebelum sempat dila?hir?
kan." "Tidak," Angga mengatupkan rahangnya mena?
han emosi. "Aku memang telah berbuat banyak
ke?sa?lahan. Tapi Dian bukan suatu kesalahan. Aku
dan Tika sangat mendambakannya. Dia adalah
per?mata dalam hidup kami."
"Tika minta aku melakukan tindakan yang tidak
etis selaku dokter, demi menyelamatkan per?ka?win?
an kalian. Dia sangat mencintaimu, lelaki yang ti?
dak berharga untuk dicintai. Dia minta agar aku
me?la?kukan IVF dengan frozen embryo pasienku."
Angga tertegun. Kali ini dia tidak mampu
mem?buka mulutnya. Bahkan tidak sanggup me?
nge?dipkan matanya. Tika dokter yang sangat etis. Sangat berdedikasi
pada pasien. Dan dia nekat melakukan tindakan
ile?gal demi menyelamatkan perkawinannya! Ka?
rena itulah harga cintanya kepadaku! Cinta yang
harus dibayar betapapun mahalnya!
"Dan Tika sama sekali tidak tahu, embrio yang
kumasukkan ke rahimnya adalah sel telur wanita
birunya skandal FINAL.indd 300
300 yang telah dibuahi spermaku. Wanita yang kukira
bisa kunikahi setelah istriku meninggal. Tapi yang
akhirnya tidak mampu meninggalkan suaminya."
Meledak kemarahan Angga sampai rasanya dia
ingin mencekik kakek tua itu.
"Aku telah melakukan aib yang sangat memalu?
kan," kata Nurdin terus terang. "Melakukan tin?
dak?an medis yang tidak etis. Majelis Etik Ke?dok?
ter?an dan IDI akan merekomendasikan untuk
mem?bekukan izin praktekku. Tapi mereka tidak
perlu lagi melakukannya. Karena aku memang
akan mengundurkan diri. Aku tidak menyesal. Ka?
rena Dian akan menjadi keajaiban medis. Satusatu?nya hal yang kusesali hanyalah karena aku
tidak bisa melindungi Tika. Padahal aku berada di
sam?pingnya." Nurdin membalikkan tubuhnya. Dan melang?
kah gontai meninggalkan Angga. Tidak peduli
be?b?erapa pasang mata perawat yang kebetulan ber?
ada di sana menatapnya dengan nanar.
*** Atas izin dokter, Astri membawa Dian menjenguk
Tika. "Ibu yakin Dian akan kuat?" tanya Dokter Les?
tari ragu-ragu. "Tidak syok melihat kondisi ibu?
nya?" birunya skandal FINAL.indd 301
301 "Jika ada seseorang yang ingin dilihat Tika se?
be?lum pergi," rintih Astri menahan tangis, "Dianlah orangnya."
"Kalau Tika membuka matanya lagi," desah
Angga lirih, "saya akan melamarnya sekali lagi, Ma."
Astri tidak dapat menahan tangisnya sampai dia
sesenggukan di kursi. Dian mengawasi neneknya dengan iba walau
dia belum mengerti sepenuhnya apa yang terjadi.
Tapi dia langsung memanjat ke kursi dan me?me?
luk neneknya. "Jangan nangis, Yang," katanya lembut, mem?
buat mata semua orang di ruang itu berkaca-kaca.
"Mama bakal sembuh. Mama kan doktel."
Astri tidak mampu membuka mulutnya untuk
men?jawab. Dia hanya balas merangkul cucunya.
Air matanya mengalir deras ke pipinya. Dian me?
nyeka air mata neneknya dengan tangan kanannya
yang mungil. "Jangan nangis telus-telusan, Yang. Mama bilang
kalau sakit, boleh nangis. Tapi jangan banyak-ba?
nyak." Dian menengok ke arah ayahnya, masih
dalam pelukan neneknya. "Betul kan, Pa?"
"Betul, Sayang," Angga mengelus kepala anak?nya
dengan terharu. "Karena Mama nggak pernah
salah." Papa yang salah! Salah karena meninggalkanmu
dan Mama! birunya skandal FINAL.indd 302
302 Ketika melihat tangis neneknya makin sendu,
Dian menegurnya dengan gaya orang tua yang
mem?buat semua orang yang melihatnya ingin ter?
se?nyum sekaligus menangis.
"Kan Eyang yang bilang olang pintel nggak bo?
leh nangis! Kok Eyang malah nangis telus?"
"Biar Eyang nangis sebentar ya, Sayang," Angga
meraih anaknya dan menggendongnya dengan
mata berkaca-kaca. "Kadang-kadang orang dewasa
juga perlu nangis supaya lega."
"Tapi kita nggak boleh nangis kalau ngeliat
Mama, kan? Nanti Mama sedih."
"Dian janji nggak nangis kalau lihat Mama?"
"Sekalang kita boleh liat Mama, Pa?"
"Betul Dian janji bakal kuat? Nggak nangis?"
"Kenapa nangis, Pa? Mama kesakitan?"
"Nggak, Sayang. Mama lagi bobok."
"Nggak bisa dibangunin, Pa?"
"Dian mau bangunin Mama?"
"Boleh, Pa?" "Boleh. Biar Mama bisa lihat Dian."
"Dan liat ini nih," Dian merogoh sakunya dan
mengeluarkan boneka bison kecil. "Oleh-oleh buat
Mama." Angga harus menahan air matanya agar tidak
mengalir ke pipi. "Dian beliin buat Mama?"
"He-eh. Di elpot. Waktu mo pelgi, Dian kan
birunya skandal FINAL.indd 303
303 kasih si Abubu buat nemenin Mama bobok. Kata?
nya Mama kesepian. Sekalang Mama punya kebon
binatang. Nggak bakal kesepian lagi."
Angga ingin tersenyum mendengarnya. Sekali?
gus ingin menangis. Wajahnya jadi sangat me?me?
las. Membuat semua yang melihatnya ikut tre?
nyuh. Angga merengkuh Dian dan menggendongnya.
Mendekapkan kepalanya di dada, agar Dian tidak
melihat air yang berlinang di matanya.
"Jika Dian ingin melihat ibunya, rasanya kita
harus cepat, Pak," sela Dokter Lestari terharu.
"W?aktu?nya mungkin tidak lama lagi. Tekanan da?
rah?nya menurun terus."
"Kalau boleh, kami akan melihatnya bersamasama, Dok," pinta Angga dengan dada sesak me?
na?han kesedihan. Kali ini Dokter Lestari tidak melarang, karena
me?mang sudah saatnya keluarga pasien berkumpul
me?nunggu saatnya tiba. Saat untuk mengucapkan
selamat jalan. Dian begitu terkejut melihat keadaan ibunya.
Dia benar-benar tidak menyangka melihat Mama
dalam keadaan seperti itu. Angga harus meme?luk?
nya lebih erat ketika merasa tubuh Dian me?nge?
jang dalam gendongannya. Lama Dian tidak mampu mengucapkan sepatah
kata pun. Parasnya memucat. Matanya setengah
birunya skandal FINAL.indd 304
304 ter?beliak. Mulutnya separuh ternganga. Tetapi dia
tidak menangis. Dian memang anak yang luar
biasa. "Mama bobok ya, Pa?" bisiknya kepada Angga
yang menggenggam tangan kanannya erat-erat.
Angga hanya dapat mengangguk. Apa lagi yang
harus dikatakannya? Sampai hatikah dia mengatakan kepada anaknya


Birunya Skandal Karya Mira W di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang baru berumur lima tahun, ibunya akan se?
gera pergi meninggalkannya? Ke tempat yang s?a?
ngat jauh. Yang tidak seorang pun pernah kembali
dari sana. "Boleh Dian bangunin?"
Ketika Angga terpaku tidak menjawab, Dian
meng?guncang-guncang tangan ayahnya.
"Boleh, Pa?" "Dian bisa bangunin Mama?" desah Angga p?a?
rau. "Kalo Mama kesiangan bangun, Dian yang ba?
ngunin. Dian goyang-goyangin tangannya. Gini
nih, Pa." Dian merengkuh tangan ibunya yang terkulai
lemah. Dan mengguncangnya berkali-kali.
Tidak ada yang berani melarangnya. Karena apa
lagi yang ditakuti? Seandainya seluruh kabel mo?
nitor dan infusnya lepas sekalipun, apa bedanya
lagi? "Ma, bangun, Ma!" sergah Dian, mula-mula
birunya skandal FINAL.indd 305
305 per?lahan, makin lama makin keras. "Bangun! Dian
udah pulang!" Ketika ibunya diam saja, Dian mulai panik.
"Kok Mama diem aja, Pa?" tanyanya sambil
me?nengadah kepada ayahnya dengan bingung.
Angga berlutut di samping anaknya. Dia sendiri
sedang terguncang. Sedang syok. Sedang terluka.
Tetapi untuk Dian, Angga tahu, dia harus kuat.
Harus tegar. Anaknya sedang berada pada masa
yang sangat sulit. Hampir kehilangan ibu yang di?
sa?yanginya. Pendampingnya. Pelindungnya. Pe?nye?
lamatnya. Segala-galanya.
"Cium pipi Mama, Sayang. Bisikkan di telinga?
nya, Dian sayang Mama. Dian mau Mama mem?
buka matanya." Angga menggendong Dian. Dan mendekat?kan?
nya ke tubuh Tika. Ketika berada begitu dekat dengan wanita yang
suatu saat dulu pernah menjadi orang yang paling
dekat dengannya, Angga hampir tidak kuat me?na?
han perasaannya. Dia seperti masih dapat mencium aroma par?
fumnya. Wangi rambutnya. Dian mengecup pipi ibunya. Dan melekatkan
bibir?nya di telinga Tika.
"Bangun, Ma," pintanya sambil mengelus ram?
but ibunya. "Dian sayang Mama."
Tidak seorang pun menduga permintaan itu
birunya skandal FINAL.indd 306
306 akan dikabulkan Tuhan. Barangkali benar, Tuhan
sayang anak-anak. Tuhan mendengar permintaan
mereka. Bahkan Angga yang berada dalam tahap me?ra?
gu?kan keberadaan Tuhan, menyadari ada satu ke?
kuat?an di atas sana yang melampaui kekuatan
ma??nusia. Tika membuka matanya. Dan menatap anaknya
de?ngan tatapan yang hanya seorang ibu yang
mam??pu melakukannya. Angga meletakkan Dian dengan hati-hati di
sam??ping Tika. Lalu dia berlutut sambil meng?geng?
gam tangan mantan istrinya.
"Maukah kamu menjadi istriku sekali lagi,
Tika? Maukah kamu memberiku kesempatan se?
kali lagi untuk menjadi ayah Dian?"
Tika tidak menjawab. Tetapi ketika Angga tegak
di sisinya sambil masih menggenggam tangannya,
ma?ta?nya seolah menatap Angga.
Dan mungkin hanya ilusi Angga, dia mem?ba?
yang?kan mata Tika berkata, dia mengerti apa yang
dika?takan Angga. Dan menerimanya.
?Lalu kepala Tika terkulai. Dan matanya seperti
me?li?hat kembali kepada Dian. Mata itu seolaholah tersenyum. Sebelum menutup kembali de?
ngan tenang. Kalau bisa bicara, mata itu seolah berkata, Ja?
ngan takut, Dian. Mama akan selalu berada di
birunya skandal FINAL.indd 307
307 de?kat?mu. Seperti hati Mama yang selalu berada di
tubuh?mu. "Mama mau bobok lagi, Dian," kata Angga sam?
bil menahan tangisnya. "Ada lagi yang mau Dian
katakan sebelum Mama tidur?"
Dian menggeleng. Dia seperti tidak mau meng?
ganggu tidur ibunya. Mama juga tidak pernah
meng?usiknya kalau dia ngantuk. Mama malah me?
nin?a?bobokannya. Jadi Dian hanya meletakkan boneka bisonnya
di dada ibunya. Dan mengusap wajah Mama de?
ngan lembut. Astri sudah lama menyingkir. Karena dia tidak
mau tangisnya menghalangi jalan Tika ke tempat
tujuannya. "Selamat jalan, Tika," bisiknya sesenggukan.
"Jangan khawatirkan Dian. Mama akan menjaga?
nya sampai helaan napas Mama yang terakhir."
birunya skandal FINAL.indd 308
308 LEMBAR PENUTUP ANGGA ingin menepati janjinya. Dia ingin me?
nikahi Tika kembali. Tetapi Tika tidak pernah
mem??peroleh kesadarannya kembali. Dia pergi de?
ngan tenang. Dikelilingi oleh orang-orang yang
di???cintainya. Namun Angga yakin, Tika mengerti keinginan
man??tan suaminya. Dan membawa janji itu ber?
sama??nya ke akhirat. Angga tidak pernah meninggalkan Dian lagi.
Dan anak itu menjadi pelipur lara sekaligus pene?
guh semangatnya. "Papa mungkin tidak sehebat Mama," katanya
kepada Dian. "Tidak bisa merawat dan mengobati
Dian seperti Mama. Tapi Papa berjanji, Papa akan
mem??berikan semua yang Dian butuhkan. Sekali?
pun nyawa Papa taruhannya."
Angga juga masih menunggu kembalinya
Andro???meda dan Guntur. Entah sampai kapan.
birunya skandal FINAL.indd 309
309 Tiap tahun dia membawa Dian menunggu me?
reka di Yellowstone. Dia percaya, suatu hari, kalau
salju turun di Yellowstone, Andromeda akan da?
tang menjumpainya. Salju masih turun membasahi Norris Geyser
Basin. Old Faithful Geyser juga masih setia me?
nyem?burkan air panasnya. Jenny Lake masih se?
biru cintanya. Tidak ada yang berubah. Kecuali
kini hidupnya lebih berwarna karena ada Dian.
Dian sungguh-sungguh menjadi salah satu ke?
ajaiban medis. Tidak sia-sia pengorbanan dan
per??juangan ibunya. Ketika dia duduk di kelas empat, dia menulis
se?buah karangan yang dimuat di majalah dinding
sekolahnya. Judulnya, "Cita-citaku".
Dalam karangan itu, Dian menulis bagaimana
dia pergi ke Amerika untuk mencari ayahnya. Dia
juga menulis ingin menjadi dokter seperti ibunya.
Dan dia selalu merasa Mama ada di dekatnya. Tak
per?nah meninggalkannya. Kata Eyang, Mama memang tidak pernah m?e?
ninggalkanku. Karena Mama telah memberikan
hatinya untukku. Dokter Nurdin meninggal hanya sebulan sesu?
dah Tika pergi. Dan tidak seorang pun berniat
meng?ung?kap skandalnya. Skandal itu tetap sebiru laut yang menerima
abun?ya. Karena dia minta dikremasi. Dan Yusna
birunya skandal FINAL.indd 310
310 me?ma?tuhi amanat terakhir ayahnya untuk mene?
bar abu itu di laut. "Biarkan api menyucikan tubuhku, air laut
mem???bilas jasadku," pintanya sebelum menutup
m?ata untuk selama-lamanya. "Jangan sampai dosa?
ku mengotori bumi lagi."
Ketika warisannya sedang dibagi kepada lima
orang anaknya, seorang wanita muda muncul ber?
sama seorang anak perempuan yang kira-kira ber?
umur lima tahun. "Anak Prof Nurdin," kata wanita itu lirih. "Dia
sakit sejak lahir. Suami saya sudah tidak sanggup
mem?biayai pengobatannya."
Yusna dan adik-adiknya tidak mau menerima gu?
gatan itu begitu saja. Mereka minta pembuktian
se?cara medis dengan pemeriksaan darah dan tes
DNA. Saat itu Yusna baru menyesal telah menuduh
Dok?ter Kartika berselingkuh dengan ayahnya ketika
ibunya sedang menanti ajal. Ternyata Bapak pu?nya
affair dengan perempuan lain. Bahkan su?dah punya
anak! Investigasi kasus kematian Anita juga telah ditu?
tup. Dokter Kartika Kencana dinyatakan tidak me?
la?kukan kesalahan prosedur operasi. Karena dia
me?ning?galkan ruang operasi setelah operasi sele?sai.
Dokter Amin Tohjaya juga tidak melakukan ke?
sa?lahan medis. Dia telah menutup luka operasi
dengan jahitan yang adekuat.
birunya skandal FINAL.indd 311
311 Anita meninggal karena komplikasi. Bukan ka?
rena kesalahan prosedur. Tetapi kepergiannya meninggalkan penyesalan
di hati semua orang. Bukan hanya karena telah
per?gi seorang yang tidak bersalah. Tetapi sekaligus
se?orang dokter yang penuh dedikasi. Yang sangat
dib?u?tuhkan pasien-pasiennya.
Yang punya moto yang selalu menjadi panduan
hidu?pnya. "Tempat seorang dokter adalah di samping pa?
sien-pasiennya." birunya skandal FINAL.indd 312
312 BUKU-BUKU KARYA MIRA W. 1. Sepolos Cinta Dini 2. Cinta Tak Pernah Berhutang
3. Permainan Bulan Desember
4. Tatkala Mimpi Berakhir
5. Matahari di Batas Cakrawala
6. Kuduslah Cintamu, Dokter
7. Ketika Cinta Harus Memilih
8. Di Sini Cinta Pertama Kali Bersemi
9. Kemilau Kemuning Senja
10. Benteng Kasih (Kumpulan Cerpen)
11. Firdaus yang Hilang 12. Cinta di Awal Tiga Puluh
13. Seandainya Aku Boleh Memilih
14. Masih Ada Kereta yang Akan Lewat
15. Dari Jendela SMP 16. Tak Cukup Hanya Cinta
17. Seruni Berkubang Duka
18. Saat Genta Cemburu Berdentang (Kumpulan
Cerpen) birunya skandal FINAL.indd 313
313 19. Relung-Relung Gelap Hati Sisi
20. Tak Selamanya Gelap Itu Gulita (Kumpulan
Novelet) 21. Jangan Pergi, Lara 22. Merpati Tak Pernah Ingkar Janji
23. Memburu Jodoh (Kumpulan Cerpen)
24. Galau Remaja di SMA 25. Cinta Cuma Sepenggal Dusta
26. Kidung Cinta buat Pak Guru (Sisi Merah
Jambu) 27. Di Tepi Jeram Kehancuran
28. Perisai Kasih yang Terkoyak
29. Bilur-Bilur Penyesalan
30. Satu Cermin Dua Bayang-Bayang
31. Sematkan Rinduku di Dadamu (Kumpulan
Novelet) 32. Luruh Kuncup Sebelum Berbunga
33. Dakwaan dari Alam Baka
34. Biarkan Kereta Itu Lewat, Arini
35. Tersuruk dalam Lumpur Cinta
36. Perempuan Kedua 37. Cinta Seindah Tatapan Pertama
38. Trauma Masa Lalu 39. Di Bahumu Kubagi Dukaku
40. Sekelam Dendam Marisa
41. Jangan Biarkan Aku Melangkah Seorang Diri
42. Kuukir Pelangi Kasih di Hatimu
43. Mahligai di Atas Pasir
birunya skandal FINAL.indd 314
314 44. Sampai Maut Memisahkan Kita


Birunya Skandal Karya Mira W di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

45. Di Ujung Jalan Sunyi
46. Segurat Bianglala di Pantai Senggigi
47. Limbah Dosa 48. Nirwana di Balik Petaka
49. Perempuan Tanpa Masa lalu (Kumpulan
Novelet) 50. Bukan Cinta Sesaat 51. Deviasi 52. Delusi 53. Jangan Ucapkan Cinta
54. Semburat Lembayung di Bombay
55. Dunia Tanpa Warna (Kumpulan Novelet)
56. Cinta Menyapa dalam Badai
57. Cinta Berkalang Noda
58. Cinta Tak Melantunkan Sesal
59. Dan Cinta pun Merekah Lagi
60. Mekar Menjelang Malam
61. Titian ke Pintu Hatimu
62. Semesra Bayanganmu 63. Jangan Renggut Matahariku
64. Di Bibirnya Ada Dusta
65. Dikejar Masa Lalu 66. Bukan Istri Pengganti
67. Bila Hatimu Terluka 68. Pintu Mulai Terbuka 69. Di Sydney Cintaku Berlabuh
70. Solandra birunya skandal FINAL.indd 315
315 71. Tembang yang Tertunda
72. Obsesi sang Narsis 73. Sentuhan Indah Itu Bernama Cinta
74. Cinta Sepanjang Amazon
75. Dua Kutub Cinta 76. Kupinjam Napas Iblis
77. Suami Pilihan Suamiku
78. Surat buat Themis 79. Serpihan Cinta Bipolar
80. Birunya Skandal birunya skandal FINAL.indd 316
316 Dua minggu sebelum pernikahannya, mantan
suami?nya muncul kembali. Dia menepati sumpah?
nya. "Suatu hari aku akan mencarimu. Untuk me?
lu??nasi utangku. Sekalipun harus meminjam na?pas
iblis." birunya skandal FINAL.indd 317
317 Almarhum suaminya berjanji akan mengirimkan
seorang suami pilihan untuk menggantikannya.
Tapi apa jadinya kalau dia justru jatuh cinta pada
suami perempuan lain? birunya skandal FINAL.indd 318
318 Dalam hidupnya, telah dua kali Dila dikhianati pria.
Anak perempuannya menjadi korban penyele?
weng?an suaminya. Sementara anak laki-lakinya menjadi mangsa
seorang pedofil. Ketika Dila mencari keadilan, masihkah Dewi
Themis berpaling padanya?
birunya skandal FINAL.indd 319
319 Kisah seorang istri yang ditinggalkan suami yang
mengidap bipolar. Cinta dan kesetiaannya diuji
ta?t?kala prahara mengguncang perkawinannya.
Kisah seorang ibu yang tidak pernah menyerah,
ber????juang untuk menyembuhkan anaknya yang
men??derita bipolar. birunya skandal FINAL.indd 320
320 "Kita sudah berbuat dua kesalahan.
Jangan ada yang ketiga."
BIRUNYA SKANDAL Dokter Kartika sangat mencintai suaminya
sampai dia rela melakukan apa pun, termasuk
tindakan medis yang tidak etis.
Ketika kesalahan itu telah menjelma menjadi
penyakit langka, bersalahkah dia?
Adakah maaf jika skandal itu terjadi atas
nama cinta? "Sejak dalam kandungan, aku telah
tercipta sebagai suatu kesalahan."
BIRUNYA SKANDAL, buku MIRA W. yang ke 80 BIRUNYA SKANDAL seorang bayi yang lucu tetapi mengidap
BIRUNYA Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Kompas Gramedia Building Blok I, Lantai 5 Jl. Palmerah Barat 29-37 Jakarta 10270 www.gramediapustakautama.com
birunya skandal.indd 1 SKANDAL Satria November 1 Rembulan Tenggelam Di Wajahmu Karya Tere Liye Suramnya Bayang Bayang 22

Cari Blog Ini