Ceritasilat Novel Online

Misteri Virus Maut 2

Dewi Ular Misteri Virus Maut Bagian 2


"Sudah berapa korban yang masuk dalam laporan?"
"Sampai tadi pagi, Sersan Burhan menyebutkan
sudah ada sembilan korban, Kehabisan darah dan sebagian tubuhnya dimakan oleh. ."
"Tengkorak api, " sahut perempuan muda itu. Ia langsung duduk di salah satu sofa, sementara Kumala dan Sandhi pun segera duduk di sofa depannya.
"Agaknya kamu sudah banyak tahu tentang kasus ini, ya?"
"Aku mendengarkan berita pagi. Semalam aku nggak keluar ke mana-mana. Tapi aku merasakan adanya getaran gaib di sekitar Jakarta."
"Kenapa kamu nggak turun?"
"Kamu tahu sendiri .Tadi malam adalah malam selasa kliwon. bukan? Aku harus membersihkan diri, dan tidak boleh terbangun oleh emosi atau aktivitas gaib apapun."
"0, ya. .. malam Selasa Kliwon. Aku malah nggak tahu"
"Ya, jelas, sebab yang kamu ingat cuma menjelang bulan purnama aja sih. Terus. .. terus bagaimana rencanamu, Kumala?" '
"Apakah kau tahu siapa yang memiliki Tengkorak Api itu?"
"Tengkorak api?! Hmmm. . . dari tadi aku sedang mengingat-ingat apa dan bagaimana dengan kesaktian seperti itu .Dalam berita memang disebut-sebut kan "tengkorak api", tapi sebenarnya istilah itu nggak ada dalam kamus pengetahuan gaibku."
"Dia menempati raga seseorang. Si pemilik raga
dibuat kurus secara drastis. Kulitnya kering dan berkerut-kerut. Garing sekali deh pokoknya. Nah, kalau sudah begitu dia akan merubah diri menjadi liar, ganas dan tak mengenal lingkungnnya lagi." ' .
"Apakah melalui proses penyusutan serat daging juga.?"
"Iyaiah. . . pokoknya persis kayak tengkorak terbungkus kulit." '
"Hmm. . . kalau begitu, pasti disebabkan oleh wabah bumi,, .
"Wabah bumi?!" "Semacam virus yang membuat seseorang, mengalami proses penyusutan raga. Muminitas. Virus itu menyerang lewat udara. Sasarannya siapa saja. Tak punya ketentuan khusus. Siapa yang menghirup udara bercampur virus mumi, dialah yang akan mengalami proses muminitas." '
"Kau yakin begitu keadaan sebenarnya?!"
"Aku sangat yakin. Dan, aku tahu siapa pemilik Virus bumi itu."
"Siapa?" "Mazrum, si Dewa Terkutuk!"
Kumala dan Sandhi saling beradu pandang, Sedikit kaget juga Sandi mendengar nama Mazrum. Ia masih ingat, dulu Kumala pernah bertarung melawan keluarga Mazrum, yaitu yang dikenal juga sebagai dewa terkutuk. Ia memiliki kutukan-kutukan maut. Kumala pernah
dikutuk menjadi batu atau arca saat berhadapan melawan Dewa Mazrum. Sementara itu, keluarga kahyangan sudah tidak mau menganggap dia sebagai dewa lagi , karena sudah digolongkan sebagai kawanan iblis terkutuk, sehingga permusuhan dengan pihak Kahyangan tetap terjadi. (Baca serial Dewi Ular dalam episode "KEMESRAAN TERKUTUK").
Agaknya penjelasan si penghuni apartemen 409 itu tidak disangsikan lagi kebenarannya. Kumala Dewi dan Sandhi saling mengangguk artinya mereka percaya betul dengan keterangan tersebut, sebab orang yang bicara itu adalah Audy, jelmaan dari mantan pengikutnya Dewa Kegelapan yang sekarang bergabung dengan Kumala Dewi, yaitu Nyimas Kembangdara, ( Baca Serial Dewi Ular dalam episode:
"MISTERI PURI MESUM").
"Penduduk kota ini akan habis menjadi korban virus mumi itu." Kata Audy dengan mata menerawang. Tapi kemudian ia menatap Kumala.
"Setiap orang yang terkena virus mumi, ia memang akan menjadi mumi hidup lebih dulu .Setelah raga orang itu seperti mumi, barulah kekuatan iblisnya si Mazrum akan memanfaatkannya. Mereka sebenarnya adalah antek-anteknya Mazrum yang butuh santapan lezat, yaitu darah dan daging manusia. Setelah bisa menyingkirkan seluruh manusia di muka bumi, maka bumi ini akan dikuasai oleh mereka."
"Aku telah menghancurkannya,
" kata Kumala "Tapi baru dua dan yang lain.. ..".
"Oh, celaka itu!" sahut Audy cepat. Ia sedikit tegang
"Benar, kau sudah hancurkan mereka?
"Baru dua." . Audy menarik nafas-_ Seperti kecewa mendengarnya.
"Memangnya kenapa?" tanya Sandhi.
"Bukankah itu hal yang baik? Kita tinggal mencari sisanya untuk dihancurkan.
" "Dengar. . . !" matanya memandang Sandhi tajam.
"Setiap satu bayangan gaib yang kalian sebut tengkorak api itu hancur, maka ia akan menyatu dengan udara, menjadi sekian banyak virus. Dan, itu berarti akan menular pada setiap orang yang kebetulan menghirup
udara tersebut. KhuSusnya orang yang stamina tubuhnya sedang tidak baik, kondisi kesehatannya menurun, itulah yang mudah terserang virus mumi."
"Gawat !" "Dari tiap satu kehancuran tengkorak api, bisa mengakibatkan munculnya sepuluh atau bahkan seratus mumi baru."
"Ya, ampunm. . ." Kumala tertegun bengong. Penuh penyesalan.
"Tapi kalau nggak dihancurkan, mereka akan memangsa korban lain dan memakan habis seluruh penghuni bumi, kan?" Sandhi melakukan pembelaan untuk majikan cantiknya.
"Memang,. tapi dengan menghancurkan mereka, berarti mempercepat perkembangbiakan mumi baru. Tengkorak api jumlahnya berjuta-juta di alam si dewa terkutuk itu. Mereka tidak memiliki raga. Dengan munculnya mumi baru tanpa pembatas gaib, maka itu sama saja memberi kesempatan mereka untuk hidup di muka bumi ini! Paham?"
"Habis, bagaimana cara mencegah keganasan mereka?" Sandhi masih bernada agak ngotot Seakan ia tak relajika Kumala disalahkan.
"Bukan dengan cara dihancurkan."
"Jadi, diapakan?"
"Aku lupa!" jawab Audy pendek dan cepat. Ia pun termenung beberapa saat, mencoba mengingat-ingat bagaimana cara melumpuhkan energi kesaktiannya si Dewa Mazrum itu. Kumala masih tertegun memendam penyesalan. Ia baru bicara setelah mendengar dering HP-nya.
"Ya, halo ,. .?"
"Kumala, ini aku, Linnita."
"Oh, kamu? Nomor HP-mu kok ganti?"
"Pakai punyanya Rudy. Hmmm, kau bisa segera meluncur ke kantor?"
"Ada apa? Pramuda memanggilku?"
"BOSS belum tahu persoalan ini. Tapi setelah pulang nanti pasti beliau akan mengetahuinya .Sebaiknya kau segera ke kantor deh." '
"Bisa kaujelaskan sedikit persoalannya, Lin?"
"Barnu ditangkap polisi. Kumala!" .
"Barnu??! Masalah apa kok sampai polisi menangkapnya?"
"Entahlah .Tadi sempat ribut di sini. Barnu barusaja sampai disini, tahu-tahu sudah disusul oleh beberapa petugas kepolisian berpakaian preman. Dia langsung dibawa ke kantor polisi."
"Kau kenal siapa petugas yang, membawanya?"
"Nggak. Aku nggak kenal."
Kumala dan Sandhi sama-sama tegang. Barnu petugas ekspedisi di kantor Kumala, ditangkap polisi. Menurut keterangan Lunnita, penangkapan itu terkesan suatu pemaksaan yang sangat aneh. Yang jelas, mereka yang menangkap Barnu.bvkan polisi-polisi yang sering mereka lihat sebagai teman kumala. Dan, Lunnita yakin mereka bukan anak buahnya Sersan Burhan atau Letnan Polwan Melina Swastika. Penangkapan yang tidak disertai penjelasan lengkap, serta terkesan sangat terburu-buru itu sempat menghebohkan suasana kantor. Mendengar kabar seperti itu. Kumala pun tidak bisa tinggal diam. Ia harus mencari keterangan secara lengkap, apa sebab Barnu ditangkap.
Setelah mendapat keterangan lebih jelas lagi dari Lunnita, Kumala dan Sandhi segera pergi ke kantor polisi. Ternyata di kantor polisi bukan hanya Barnu saja yang ditangkap, tapi ada empat belas orang lagi yang ikut
diamankan oleh pihak kepolisian. Ketiga belas orang tersebut terdiri dari lelaki dan perempuan, ada yang sudah berusia separuh baya, ada yang masih berusia semuda Sonna. Mereka dikumpulkan dalam suatu ruangan khusus, dijaga ketat oleh beberapa petugas. Kumala Dewi segera ditemui oleh Sersan Burhan begitu ia memasuki ruangan tersebut.
"Orangku ditangkap juga, Pak Sersan?"
"Sorry, ini keamanan umum." .
"Okey. Saya bisa menerima alasan itu kalau ada penjelasan mengapa Barnu ditangkap?" .
"Dia termasuk calon iblis seperti Fifin atau Sonna."
"Darimana bisa diketahui begitu?"
"Ada tandanya, Kumala."
"Kata siapa?" "Kata seorang paranormal yang sekarang sedang bicara dengan komandanku, di ruang kerja kami. Mau ketemu dia?"
"Setidaknya aku perlu berkenalan dengan orang sakti itu, Bang,
" bisik Kumala agak kaku. Ia menahan rasa kesal atas penangkapan diri Barnu, sebab menurutnya Barnu orang biasa, baik-baik saja bahkan tidak tahu banyak tentang dunia mistik dan gaib.
"Siapa orang yang bikin ulah itu, Kumala?" bisik Sandhi. .
"Kita lihat saja nanti, siapa dia,
" balas Kumala dengan nada berbisik pula .Langkah mereka mengikuti
Sersan Burhan, memasuki ruang kerja komandan
Senior Superintendent .Dellson Mandaeng adalah komandan Sersan Burhan. Pria berperawakan gagah, trendy tapi punya wibawa yang cukup bijak itu seperti figur seorang ayah bagi Kumala Dewi. Apalagi Kumala secara tak resmi telah dijadikan konsultan kriminal di lingkungan kepolisian, sehingga tak jarang Kaditserse ini Sering dibantu Kumala dalam menyelesaikan kasus kasusnya yang bernuansa gaib, (Baca serial Dewi Ular dalam episode "PUNCAK KEMATIAN CINTA").
Ketika Kumala masuk ke ruang kerja komandan, Pak DelSOn tepat duduk berhadapan dengan pintu masuk. Maka, kehadiran Kumala langsung dapat dilihat oleh Pak Dellson, sehingga Sersan Burhan pun dapat memberi laporan begitu masuk ke ruangan tersebut.
"Kumala ingin bertemu, Ndan."
"O, ya. Hmm, di ruang lain saja, ya?"
"Siap, Ndan!" Sersan Burhan segera membawa Kumala dan Sandhi keruang sebelahnya. Ruangan itu dengan ruang kerja komandan bersebelahan dan hanya dibatasi dengan dinding kaca transparan.
"Selamat siang, Pak Del,
" sapa Kumala dengan senyum cantiknya. Jabat tangan pun mereka lakukan sebagai tanda hormat Kumala kepada pria berkumis dan berusia sekitar 48 tahun.
"Senang sekali kau datang, Dewi. Ada yang ingin
kubicarakan denganmu mengenai tamuku itu."
Mereka melirik ke ruang samping, sang tamu sedang memandang kearah lain. Sepertinya cuek terhadap apa yang dilakukan Pak Dellson dan yang lainnya. Tamu itu Seorang lelaki kurus, berpakaian sangat sederhana, rambutnya sedikit beruban. Penampilannya bukan seperti orang kaya. Dari pakaiannya dapat ditengarai bahWa orang itu memiliki status sosial yang cukup rendah. _
"Siapa dia, Pak?"
"Aku memanggilnya . Pak Bon. Kalau nggak salah dia punya nama lengkap: Subono'
. "Sudah lama Pak Del kenal dia?"
"Sudah satu minggu lebih dikit,
" jawab Pak Dellson cukup serius tapi tidak terlalu formil, Mengingat yang ada dalam ruangan itu hanya Kumala dan Sandhi, sementara Sersan Burhan sedang keluar sebentar. Mungkin menyelesaikan beberapa urusan di ruangan tadi.
"Dia salah satu 'dari tukang batu yang sedang membangun rumahku, Dewi. Seperti kau ketahui. dari bulan lalu aku kan sedang bikin pavilyun di samping rumah. Karena kekurangan tukang, aku minta mandor yang menangani pembangunan itu menambah tenaga kerjanya Ada tiga orang yang dia bawa, salah satu adalah Pak Bon, sebagai tukang batunya."
Kumala manggut manggut sambil sesekali melirik
ke ruang sebelah. Radar gaibnya tidak menemukan apa apa pada diri Pak Bon. Tidak ada yang istimewa. Tidak ada getaran gaib tingkat tinggi. Menurutnya, memang lelaki berkulit gelap itu memiliki energi gaib,namun tidak seberapa hebat. Biasa-biasa saja.
"Ternyata Pak Bon itu punya kekuatan supranatural yangcukup hebat, Dewi." kata Pak Dellson meneruskan penjelasannya. _Kumala hanya menggumam dan mengangguk pendek.
"Dia kan tidurnya di rumah mandorku, nggak jauh dari rumah kok. Kebetulan kemarin sore ada seorang tetanggaku yang mengalami penyakit aneh. Tubuhnya kurus mendadak, menjadi kering, dan mirip tengkorak terbungkus kulit. Nah, Pak Bon bersama rekan rekannya menengok orang tersebut, karena kebetulan orang yang sakit aneh itu _adalah pelayan samping rumahku. Ech, Pak Bon segera ambil bagian dalam hal menangani orang tersebut, Dewi." . '
"Maksudnya bagaimana, Pak?" _
' "Dia minta air putih segelas dicampur garam sedikit. Kemudian diminumkan kepada orang yang sakit. Dalam waktu relatif si ngkat, proses penuaan berhenti. Si sakit pun lambat laun menjadi sehat seperti sediakala. Nah, dari situlah aku tertarik pada Pak Bon. Ketika kutanya, dia bilang bahwa penyakit aneh itu adalah gejala menularnya kuman purba." _
"Kuman purba?! " Sandhi langsung menggumam
bernada heran. "Begini, Sandhi... menurut Pak Bon, kuman itu sendiri mengandung kekuatan gaib iblis. Sepertinya sengaja disebarkan dari alam gaib. Dia bisa mengetahui, mana orang yang terkena kuman purba, mana yang tidak. Menurutnya, orang yang terkena kuman purba akan memiliki tanda di bola matanya."
"Seperti apa tandanya, Pak?" tanya Kumala
"Dia nggak jelaskan tanda itu. Cuma dia yang bisa melihat tanda tersebut. Menurutnya, orang yang terkena kuman purba, dia akan menjadi ganas dan berbahaya bagi keselamatan orang banyak, sebab membutuhkan darah dan memakan daging orang. Kebetulan, kemarin sampai tadi pagi kuterima laporan dari beberapa anak buahku tentang kasus pembunuhan yang korbannya kehilangan darah dan sebagian dagingnya dimakan si pelaku. Maka, kupanggil Pak Bon." "
"Terus, apa katanya?" desak Kumala.
"Pelakunya adalah orang yang terkena kuman purba, dan sudah menjadi sekutu iblis. Maka, untuk mencegah terjadinya korban lebih banyak lagi, dia sanggup menunjukkan siapa-siapa orang yang akan terkena kuman purba itu Dengan mengetahui dan mengamankan orang yang memiliki tanda bakal terkena kuman purba, maka angka kematian massal dapat dikurangi.
' Setidaknya kita dapat mencegah terjadinya pembunuhan misterius, yang pelakunya akan sulit kita tangkap, karena
memiliki kekuatan Rilis."
"Ooo. . . begitu?" Kumala tetap menggumam kalem. Tenang sekali.
" "Sersan Burhan dan anak buahnya kutugaskan untuk mengamankan orang-orang yang memiliki tanda di matanya. Operasi ini tentu saja melibatkan Pak Bon, sebagai orang yang dapat melihat tanda itu. Jadi kalau memang ada orang kantormu yang terjaring dalam operasi ini, kuharap kau dapat memahami. Aku tahu, orang bernama Barnu adalah orang kantormu. Tapi menurut Pak Bon, ketika ia melihat Barnu di lampu merah, ia melihat tanda itu di mata Barnu. Maka, anak buahnya Sersan Burhan pun memburunya hingga ke kantormu, dan sedikit terjadi keributan di sana tadi, karena Barnu menolak untuk diamankan. Tujuan kami cuma sekedar mengamankan dan menetralisir kuman itu. ' '
"Siapa yang akan menetralisir kuman itu, Pak?" tanya Kumala.
"Pak Bon sanggup melakukannya. Tapi ia minta syarat." .
"Apa syarat yang dimintanya?"
"Kelapa gading. Itu tuh. . . kelapa yang kuning?"
"Ya, saya tahu kelapa itu Tapi bagaimana caranya, saya nggak tahu, Pak Del. Mengapa Bapak bisa percaya begitu saja padanya?"
"Hmmm. . ., "Pak Dellson Mandaeng sedikit bingung
menjawabnya. "Aku sudah melihat sendiri saat dia mengobati pelayan sebelah rumahku dengan air garam. Timbullah rasa percaya dihatiku, bahwa Pak Bon dapat mengobati atau menetralisir orang yang sudah terlanjur terkena kuman purba. Langkah itu dimaksud untuk mencegah agar orang yang terserang tidak sampai mengalami proses penuaan dan menjadi ganas, seperti beberapa contoh yang sudah-sudah."
"Lalu, sekarang dia sedang menunggu syarat itu?"
' "Benar. Anak buahku sedang mencari sejumlah kelapa gading yang dimintanya. Tapi kayaknya barang itu sudah ada. Baru saja tiba, kalau nggak salah. Cuma, tadi aku masih perlu bicara beberapa hal dengannya. lalu, kalian berdua datang."
"Pak, boleh saya kenalan dengannya?"
"0, kenapa tidak"? Yuk, yuk. . . kukenalkan kalian padanya!" Pak Dellson bergegas bangkit lebih dulu, sepertinya sangat senang dan penuh semangat memperkenalkan Kumala Dewi dengan Pak Bon.
"Pak Bon, kenalkan ini putriku yang cantik, mungkin bisa bantu bantu Pak Bon dalam masalah kuman purba itu,
" kata Pak Dellson .Ia memang sering bersikap sebagai ayah, atau memperlakukan Kumala seperti anak Sendiri, karena memang dalam perkawinannya sampai sekararg belum dikaruniai seorang anak pun.
Kumala Dewi tetap memberikan senyum yang manis. ramah dan terkesan bersahabat sekali sewaktu
bersalaman dengan Pak Bon. Tetapi pada saat tangan mereka saling bersalaman, Kumala merasa ada sesuatu yang mengalir dari telapak tangan Pak Bon. Seperti arus listrik kecil yang berusaha menembus tangan Kumala sendiri. Buru-buru aliran kecil itu dibendung dengan hawa sakti Kumala, sehingga sulit menembus ke dalam tangannya.
Cras. . .! Terjadilah percikan kecil di dalam jabatan tangan mereka. Percikan seperti korek api yang sulit dinyalakan itu membuat Sandhi kaget, dan Pak Dellson pun terperanjat cemas. Sandhi semakin menaruh curiga kepada Pak Bon. Dilihatnya pria itu memandang Kumala dengan perasaan aneh. Senyumnya pun terkesan dingin. Ia tak menyebutkan namanya sementara. Kumala jelas jelas nenyebutkan namanya secara lengkap.
"Kumala Dewi. Senang sekali saya bisa berkenalan dengan Pak Bon." '
"Saya juga, Nona."
Kumala berkata dalam hati,
"Rupanya dia tadi pamer kekuatan. Mungkin dia tahu apa yang ada dalam benakku saat memandanginya dari ruang sebelah, sehingga saat bersalaman dia keluarkan kebisaannya. Tapi tidak seberapa. Kecil sekali. Hanya saja,firasatku mengatakan, dia menyembunyikan kekuatan besarnya di balik jantungnya. Aku nggak bisa mendeteksi detak jantungnya. Apa benar dia begitu? Atau mungkin hanya dugaanku yang berlebihan saja. '
"Dewi !kutinggal sebentar, ya .?'
"0, ya. Silakan, Pak!" ' .
Senyum Kumala dan Sandhi mengiringi kepergian Pak Dellson. Kumala duduk berhadapan dengan Pak Bon, sementara Sandhi ada di kursi lain Agak jauh dari meja mereka. ,
"Apa yang bisa saya bantu, Pak?"
"Maksud Nona?" "Saya senang mendengar Pak Bon akan membantu masyarakat mengatasi masalah kuman purba ini. Barangkali ada yang bisa saya lakukan untuk membantu Pak Bon? Karena, pada prinsipnya saya sangat setuju untuk memusnahkan kekuatan iblis yang berbentuk kuman purba itu." '
"Saya sih nggak bisa apa-apa, Non Saya cuma membantu Pak Dellson untuk mengenali siapa-siapa yang memiliki tanda bakal terkena kuman purba. Kalau soal yang lain-lain, silakan tanya sama Pak Dellson, Non. Kalau mau tahu, apa yang harus Nona lakukan, ya tanyakan saja sama Pak Dellson. Saya tidak mengerti apa-apa sih"
Dewi Ular tersenyum kecil. Orang ini merendahkan diri untuk meninggikan hatinya,
" pikir Kumala. "Tapi, biarlah apa kata dia karena itu memang sudah menjadi karakternya, barangkali."
"Saya dengar Pak Bon mau mengobati yang pada kena kuman purba dengan kelapa gading, apa benar?"
"ya, saya cuma mau coba-coba mmggunakan kelapa gading."
"Coba-coba, Pak?"
"Iya, artinya. .. kalau sembuh ya syukur, nggak sembuh ya udah." Polos. Tapi sebenarnya kata-katanya bertujuan menyanjung diri sendiri. Tampaknya iajuga kurang suka ada pihak lain yang ikut campur dalam
'pekerjaannya. Hal ini sangat disadari oleh Kumala, sehingga Kumala pun memutuskan untuk tidak turut campur terlalu dalam. '
"Kalau nantinya Pak Bon butuh bantuan saya, saya siap membantu. Tapi kalau tidak butuh bantuan, saya pun tidak akan mencampuri urusan Pak Bon ini."
"Terima kasih sebelumnya. Tapi saya rasa, saya tidak boleh merepotkan orang lain kalau mau bekerja beginian. Tapi kalau Nona mau ikut, sekadar melihat cara kerja saya, yaah. .. silakan. Nggak apa-apa kok. Siapa tahu ada cara kerja yang belum Nona ketahui, kan bisa Nona tiru untuk keperluan kemudian hari." .
"Sialan nih orang!" geram Sandhi dalam hati.
"Secara nggak langsung dia suruh Kumala berguru padanya Kurangajar banget dia! Dia belum tahu siapa Kumala sih!"
Sandhi tampak gusar, ekspresinya menunjukkan rasa tak suka terhadap Pak Bon. Tapi Kumala tidak demikian. Gadis cantik itu tetap tampak ramah, bersahabat, dan berkharisma .Anggun Tak ada kesan '
bermusuhan atau kesal terhadap sikap Pak Bon.
Sersan Burhan masuk "Pak Bon!! kelapa gadingnya sudah siap tuh. Bisa dimulai sekarang?"
"0, ya Baik." Pak Bon bangkit berdiri, lalu pergi tanpa basa-basi dengan Kumala. Sandi dan Kumala pun segera beranjak dari tempat duduknya. Sandhi mendekati Kumala yang belum melangkah. '
"Konyol sekali orang itu, ya?"
"Hmm; . !" gumam pendek Kumala tak jelas artinya, Sandhi masih memandangi kepergian Pak Bon dan Sersan Burhan. Tapi Kumala tidak.
"Menurutmu apakah dia memang punya ilmu?"
"Sepertinya memang begitu. Ilmunya cukup tinggi "
"Ah, darimana _kau bisa simpulkan begitu? Apa alasanmu?" .
"Lihat tempat duduknya tadi,
" bisik Kumala Sandhi memandang bekas tempat duduk Pak Bon. Ia terperanjat melihat kursi itu berasap tipis. Mebel tempat duduk Pak Bon tadi rusak. Ada bekas hitam hangus di sana yang masih panas dan berasap tipis. Tapi tak terlihat ada api menyala. Asap itu pun segera hilang. Tapi bekas hitam hangusnya masih tetap ada.
"Gila! Kenapa tempat duduknya bisa hangus begitu, ya?" '
"Mungkin dia menahan gelombang energi gaibku
sejak tadi" "Kau .?" "Dia lebih dulu mencoba mendesakku dengan kekuatan pandangan matanya. Aku membalas dengan tenang. Dia pandai menyembunyikan kekuatannya sehingga akhirnya tempat yang di dudukinya tadi menjadi hangus seperti ini."
"Wah, wah, wah..."
"Kalau dia pandai menyembunyikan serangan lawan, berarti dia juga pandai menyembunyikan kesaktian. Kalau dia bisa berbuat begitu berani dia memang orang berilmu."
"Jadi. ,." "Kita lihat saja apa yang dia lakukan terhadap mereka dengan menggunakan kelapa gading itu,
" kata Kumala memutus ucapan Sandhi. Ia bergegas pergi,
sehingga Sandhi buru-buru mengikutinya.
*** MENUNGGU merupakan suatu pekerjaan yang menyebalkan bagi siapa pun. kecuali Sandhi .Hampir setiap hari Sandhi berhadapan dengan rutinitas "menunggu", sehingga pekerjaan itu sudah tidak lagi menyebalkan baginya. Ia sudah pandai menikmati pekeijaan menunggu. Ia bisa gunakan untuk tidur di mobil, atau mendengarkan musik., atau pula bermain SMS malalui HP-nya.
Tapi . sore ini ia sengaja tidak menggunakan kebiasaan tersebut. Ia memang berada di dalam mobil, menunggu Kumala selesai bicara dengan seorang boss besar yang dikenal sebagai investor bertangan dingin. Sektor apapun yang melibatkan dirinya selalu berhasil dan tak pernah merugi. Karena urusan itu adalah urusan bisnis, maka Sandhi tidak perlu ikut mendampingi Kumala sampai ke dalam pembicaraan serius. Ia cukup menunggu di mobil. .
Dalam menunggu itu benaknya sengaja dipakai membahas tentang apa yang dilihatnya kemarin siang, di kantor polisi. Ia masih belum habis pikir, mengapa
seorang tukang batu seperti Pak Bon dapat melakukan tindakan yang bersifat spektakuler seperti itu? Toh kenyataannya tindakan itu cukup berhasil. Padahal apa yang dilakukan Pak Bon sangat sepele, menurutnya. Ringan sekali
Sandhi masih ingat, ketika Kumala dan dirinya berada di ruangan tempat dikumpulkannya orang-orang yang dikatakannya menderita kuman purba, Pak Bon memang tidak mau banyak bicara. ia bahkan tak peduli sama sekali dengan kehadiran Kumala Dewi di situ.
"Apakah kau melihat ada keanehan pada diri orang-orang ini?" bisik Sandhi kepada majikan cantiknya
"Sejak tadi aku sedang berusaha menembus aura orang-orang, ini. Tapi aku nggak menemukan apa-apa pada mereka. Kucoba memandangi mata mereka, juga nggak ada yang mencurigakan. Biasa-biasa saja tuh."
. "Kalau begitu, ini semua hanya rekayasa Pak Bon, begitu?" ' _ '
"Jangan mudah berpandangan negatif pada seseorang. Mungkin memang aku punya kelemahan dan dia punya kelebihan." '
"Ah, aku nggak percaya! Masa dia sebagai tukang batu bisa lebih sakti dibandingkan kamu yang sebagai anak dewa dari Kahyangan sih?"
"Tidak ada manusia yang sempurna, begitu pun dewa,
" bisik Kumala tetap merendah. Tapi rupanya
Sandhi waktu itu masih penasaran. Tahu-tahu ia menghampiri Pak Bon yang sedang menatap beberapa kelapa gading di atas meja kosong. Sandhi nekad berbisik kepada Pak Bon.
"Maaf, Pak Bon. . . . bolah saya minta tolong sebentar?" .
"Apa yang kau inginkan dari orang yang tidak kau percaya ini?"
Napas seperti tersendat kuat mendengar bisikan balik dari Pak Bon. Seolah-olah tukang batu itu mengetahui betul bahwa Sandhi sangat tidak mempercayai kebisaannya. Hal itu membuat Sandhi kikuk. Terpukul cepat mentalnya. Tapi ia masih tetap berusaha untuk tidak menunjukkan kelabilannya.
"Saya cuma mau minta tolong. bagaimana caranya supaya kami yang ada di sini bisa yakin betul bahwa di mata orang-orang ini ada tanda aneh, yaitu tanda bahwa mereka terserang kuman purba. Saya ingin bukti yang jelas, Pak Bon."
"Apakah kau polisi juga'?" '
"Saya asistennya Kmnala dewi."
"Apakah majikamnu yang meminta pembuktian?"
"Anggap saja begitu, walaupun sebenarnya tidak,"
Kini si tukang batu kurus itu menatap Sandhi setelah Sejak tadi bicara sambil menunduk, memperhatikan kelapa di tangannya. Tatapannya begitu dalam dan
membuat Sandhi deg-degan. Sandhi berusaha untuk tetap tegar menghadapi tatapan seperti itu. Setelah sekitar sepuluh hitungan lelaki kurus itu memandang tajam, ia pun manggut-manggut nyaris tak kentara. Ia
' bicara kepada seorang polisi yang baru ingin menghampirinya untuk menyerahkan kain putih seperti saputangan .
"Maaf, Pak.. bisakan semua lampu di ruangan ini dipadamkan?? ' . '
"Begitu? Nanti gelap semua dong. Kan ruangan ini nggak ada jendelanya, Pak. Ini memang ruangan untuk menginterogasi para tahanan."
"Saya ingin semuanya menjadi gelap sebentar saja, pak.!!
"Oh, gitu? Ya, ya. . . sebentar, ya?!"
Lalu, Pak Bon bicara kepada Sandhi dengan nada berbisik.
"Bossmu itu terlalu kalem, jadi nggak bisa mendidik asistennya menjadi orang'yang santun."
"Apa maksudnya Pak Bon bicara begitu?!" Sandhi tersinggung, mulai menampakkan perlawanan kecil dalam hatinya. Tetapi tak sempat berkepanjangan karena listik segera dipadamkan.
Blaab. .! Semuanya menjadi gelap, sebab pintu masuk pun ditutup rapat.
"Lihatlah sendiri sekarang,
" bisik Pak'Bon Sandhi terperangah tegang. Beberapa petugas kepolisian yang ada di ruangan itujuga menjadi cemas.
Ternyata orang-orang yang diamankan itu, termasuk Barnu,. memiliki bola mata kuning seperti mata seekor harimau.
"Cukup, Pak. Bisa dinyalakan lagi,
" seru Pak Bon .Lampu pun menyala kembali. Anehnya, mereka yang diduga telah terkena kuman purba tidak saling mengetahui keganjilan di mata mereka. Satu dengan yang lainnya tidak melihat warna kuning di bola mata temannya. Itulah sebabnya mereka bertanya-tanya, mengapa wajah-wajah para polisi yang ada di situ menjadi tercengang dan sedikit pucat .
Sewaktu lampu sudah terang kembali. Kumala sudah ada di belakang Sandhi. Tak diketahui kapan gadis itu bergerak menuju ke tempat Sandhi dan Pak Bon berdiri. Padahal lampu padam hanya limadetik. Berjalan mendekati Sandhi butuh Waktu sekitar sepuluh detik kurang dikit. Berarti pada saat lampu padam, Kumala menggunakan gerak saktinya, sehingga bisa lebih cepat tiba di situ '
"Masih kurang percaya kau, Nak?" tanya Pak Bon kepada Sandhi yang masih tertegun bengong.
"Maafkan saudaraku ini Pak Bon. memang naif,
" kata Kumala dengan santun sekali.
"San, sini ikut aku sebentar; . . !" '
Lalu keduanya menjauhi Pak Bon.Langkah kaki Kumala terdengar bergema di aula tersebut. Mereka kembali berdiri dekat pintu masuk yang sekarang sudah
terbuka Kembali. "Jangan memancing kemarahannya! Dia berbahaya san."
"Aku hanya butuh pembuktian darinya."
"Itu sama saja menunjukkan ketidakmampuan dalam menyikapi masalah ini. Jangan begitu lagi, ya?"
"Iya deh, " jawab Sandhi pelan, sementara wajah
Kumala pun .biasa saja. Tidak menunjukkan kemarahannya.
Apa yang dilakukan Pak Bon saat itu juga terkesan ringan bagi Kumala dan Sandhi, karena Sandhi pernah menyaksikan sesuatu yang lebih menakjubkan lagi. yaitu tentang hal-hal aneh yang dilakukan Kumala .Tetapi menurut beberapa saksi mata lainnya, mungkin apa yang di lakukan oleh Pak Bon adalah sesuatu yang hebat. Pak Bon memangkas ujung kelapa bukan dengan go lok atau
pisau, melainkan dengan satu jari tangannya.
Begitu jari tangannya mengupas bagian atas buah kelapa itu, langsung saja sabutnya terlepas dan kelapa' menjadi berlubang sebesar mulut gelas. Jari tangan Pak Bon jauh lebih tajam dari sebuah golok. Setelah itu, ia mencelupkan telunjuknya ke dalam air kelapa. Hanya beberapa detik, lalu air kelapa itu diminum oleh Barnu. Begitu pula dengan kelapa yang lain, untuk orang yang lain pula.
Setelah semua orang yang diamankan itu meminum air kelapa, Pak Bon menyatakan mereka telah bebas
dari kuman purba. Pak Dellson saat itu ada di tempat. Untuk membuktikan kepada Sersan Burhan. Pak Dellson terutama kepada Sandhi dan Kumala, maka Pak Bon meminta agar listrik dipadamkan kembali. Ternyata mata Barnu yang tadi tampak kuning saat listrik dipadamkan, sekarang sudah tidak tampak kuning lagi. Biasa. Menurut Pak Bon kuman purba telah hancur dan tidak akan menjadikan mereka sekutu iblis yang memangsa darah dan nyawa manusia. Mereka pun dibebaskan.
"Apa benar begitu?" bisik Sandhi kepada Kumala.
"Kita harus menghormati dan mengakui kelebihannya, San."
"Apakah dengan begitu maka kita akan disebut sebagai orang bijak?"
"Bijak dan tidak hanya ada di dalam hati sendiri. Cuma kita yang tahu, sebenarnya."
sampai di sini lamunan Sandhi terputus. Ia dipanggil oleh Kumala yang kini sudah berada di belakang mobil. Sandhi buru-buru menuju ke sana .
"Sudah selesai?" tanyanya.
"Belum. Masih ada dua poin lagi yang harus kubicarakan. Tapi sekarang sudah hampir petang."


Dewi Ular Misteri Virus Maut di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

" Terus?" "Pergi dan temui Audy di apartemennya."
"Sendirian?" "Iya dong. Katakan padanya, suruh dia selidiki siapa
sebenarnya Pak Bon, karena dari tadi gaibnya selalu menghampiriku .Entah apa maksudnya ia melekat dalam bayangkanku terus-menerus. Sementara aku masih sibuk dengan urusan ini. Mungkin ada sesuatu yang terjadi pada dirinya, atau dia ingin mengajak kita bekerja sama berburu kuman purba itu. Pokoknya, suruh Audy mewakili diriku menemui Pak Bon. Sebentar lagi sudah malam lho, San."
"Ya, ya.. . aku mengerti. Tapi mengapa hanya Audy? Mengapa kau nggak suruh si Buron saja untuk mewakili'
"Audy lebih tahu mengenai kekuatannya di Dewa Mazrum itu. Jika terjadi sesuatu, biar dia yang berhadapan dengan Mazrum. Kesaktian Buron kalah dibandingkan kesaktiannya Dewa Mazrom. Setidaknya, Audy lebih tahu banyak seluk beluk kuman purba ini kan?" '
"O, begitu. Lalu, di mana Audy harus menemui Pak Bon?"
"Suruh dia mencarinya dengan teropong gaib."
"Dan, setelah itu. . . apakah aku harus mendampinginya atau kembali lagi kemari?"
"Kamu langsung balik ke sini dong setelah menjelaskan masalah Pak Bon kemarin itu. Tapi kalau keadaan memaksa, yasudah. . . dampingi dia,asal kamu telepon aku dulu. Paham?"
"Ya." Sandhi mengangguk .Iapun segera pergi
menuju ke apartemennya Audy, walau hatinya waswas untuk bertemu empat mata dengan gadis itu. Bagaimana pun Audy bukan orang baru bagi Sandhi. Masih terbayang dalam ingatan Sandhi bagaimana awalnya ia bertemu dengan Audy dan ia pun ingat bahwa Audy memiliki rupa yang cukup menyeramkan. Ia pernah melihat Audy dalam sosok sebagai Nyimas Kembangdara, pelindung para selir si Dewa Kegelapan alias Lokapura. (Baca serial Dewi Ular dalam episode "KUPU-KUPU IBLIS"). Meski begitu, ia tetap pergi menemui Audy. Karena ia tak pernah berani menolak perintah dari majikan cantiknya.
Ada dua orang tamu yang saat itu sedang berada di apartemennya Audy. Mereka adalah wanita-wanita cantik berusia separoh baya. Tampaknya Audy juga membuka praktek konsultasi gaib khusus untuk para wanita karir yang berkaitan dengan dunia usaha. Tak heran jika kedua wanita cantik yang petang itu bertamu di apartemennya Audy mengenal siapa Sandhi, sebab mereka juga kenal dengan Kumala Dewi. Hanya saja, karena Kumala memang sulit ditemui, terlalu padat acaranya, maka mereka lari ke Audy. Mereka tahu bahwa Audy adalah teman Kumala yang juga memiliki kekuatan supranatural, walau pun Audy selalu mengaku dirinya tidak lebih hebat dari Kumala Dewi.
Kedua tamu itu segera pergi, kebetulan urusan mereka memang sudah selesai. Kini tinggal Sandhi
seorang yang berhadapan dengan Audy. Dan pada saat itu jantung Sandhi mulai berdetak-detak, berdebar-debar cemas, karena secara manusia hati kecil Sandhi tak dapat menyangkal lagi bahwa Audy berpenampilan cantik, menarik dan sexy sekali. Selama ini Sandhi selalu berusaha menghindari pertemuan empat mata dengan Audy, karena ia takut tergiur oleh kecantikan tersebut. Apalagi ia tahu, Audy pernah menggunakan ilmu pengasihannya yang membuatnya tergila-gila oleh kemesraan Audy, maka sangatlah sulit baginya untuk melupakan masa lalu tersebut. Supaya tidak terjebak dan terjerat dalam kencan kemesraan Audy, Sandhi harus tidak bertemu secara empat mata .Jika ada Kumala atau Buron, Audy tak berani menggoda Sandhi dengan menggunakan daya pikatnya yang menyerupai hipnotis itu.
Tapi sekarang hal itu tidak dapat dihindari. Sandhi harus bertemu empat mata dengan Audy. Walau pun Audy pernah berjanji di depan Kumala bahwa ia tidak akan mengganggu kemesraan batin Sandhi lagi, tapi bisa saja Audy ingkar janjinya sebagai wujud dari kenakalan seorang wanita yang doyan bercinta.
"Tumben kau berani ke sini sendirian, San?" ejek Audy dengan senyum geli. Sandhi berlagak tidak memperhatikan ejekan ini. Ia berusaha mengarahkan pikiran Audy ke pokok persoalan sebenarnya.
"Kumala minta kau mewakiti dirinya menemui Pak
Bon." ""Siapa itu Pak Bon?"
Sandi menceritakan secara singkat terutama apa yaeg ia ketahui mengawali si tukang batu itu. Audy menyimak sambil mondar-mandir mamibenahi tempat yang tadi agak berantakan karena kedatangan beberapa tamu.Ia hanya mengenakan gaun ketat pas badan sepanjang paha., lututnya tak tertutup. Gaun itu memiliki belahan punggung dan dada cukup lebar, sehingga kemulusan kulitnya yang putih itu terpampang jelas-jelas di mata Sandhi. Sandhi berusaha tidak mau melihat ke arah sana, walau sebenarnya di dada Audy memiliki sepasang bukit yang montok, kencang dan sangat menggoda dalam keadaan terbungkus kain seketat itu.
"Orangnya memang agak. konyol. Aku sangat dongkol dengan lagaknya. Ngeselin banget deh pokoknya! Tapi dia memiliki ilmu yang nggak bisa diremehkan begitu saja. Kumala minta agar aku pun mengakui kehebatan Pak Bon."
"Tunggu." potong Audy sambil duduk di samping Sandhi dalam satu sofa panjang.
"Tadi kau menyebut istilah "kuman purba', apakah. . .."
"Bukan aku yang mengatakan begitu. Pak Bon' itulah yang punya istilah "kuman purba" . Mungkin, sama pengertiannya dengan istilahmu; virus mumi."
"Oo. . . terus?" :
"Yah, begitulah. .. Kumala minta agar'kamu menemui
Pak Bon sekarang juga .Ada sinyal darinya yang datang kepada Kumala, tapi nggak jelas maksudnya. Mungkin malam ini Pak Bon berburu kuman purba lagi, dan membutuhkan bantuan Kumala. Karena saat ini Kumala sedang ada urusan bisnis, maka dia minta kau yang mewakilinya" _ .
"Aku lelah sekali, San,
" katanya dengan matanya memandang sayu.
"Kau menolak perintah dari Kumala?"
"Aku capek seharian ini terima tamu."
Sandhi semakin berdebar-debar dipandang dengan mata sayu begitu.
"Aku butuh kekuatan. Refreshing Sebentar."
"Kamu jangan macam-macam, Audy. Nanti kuadukan kepada Kumala."
"Aku cuma bilang, bahwa aku butuh _refreshing sebentar. Bukan menolak tugas darinya kan?"
"Ak... aku. .. aku nggak ngerti maksudmu,
" Sandhi mulai gugup'. Tatapan mata sayu Audy Membangkitkan gairahnya. Darah menjadi panas dan mengalir deras, mengusik kemesraan yang tertidur nyenyak. .
"Aku telah menguras energi seharian ini. aku _ butuh energi baru yang dapat membangkitkan' semangatku." Sambil ia tersenyum yang begitu indah, manis menggoda, makin mendebarkan hati Sandhi. Buru-buru wajah Sandhi dipalingkan ke arah lain agar
tak tergoda oleh tatapan mata dan senyum Audy. Namum, kini ia baru sadar bahwa lehernya telah terkunci oleh semacam kekuatan yang membuatnya tak dapat berpaling menghindari tatapan Audy.
Celaka! "Kita sudah lama nggak ketemu empat mata begini, ya San?"
"Ja. .. jangan macam-macam kau,
" bisik Sandhi lemah dan salah tingkah. Tapi agaknya Andy semakin nakal. Tangannya mulai menyentuh pangkuan Sandhi. Repotnya lagi, tangan Sandhi tak mampu digerakkan untuk menyingkirkan sentuhan itu. Untuk hal lain. bisa
"Mati aku!" pikirnya "Aku terkena lirikannya lagi? Nah. bagaimana harus menghindarinya, ya? Aku semakin terjerat kalau begini terus. Duuuh. . . sulit sekali menyingkirkan tangannya. yang semakin menuju ke pusat kerawananku ini?"
"Masih ingat saat aku membawamu ke tanah Dangiang dulu, San?"
"Jangan ingat-ingat lagi soal itu,
" suara Sandhi masih lemah. Ia tak punya kemampuan untuk membentak atau menolak hadirnya debar-debar indah di dalam dadanya.
"Aku memang nggak ingin mengingat-ingatnya. Tapi setiap kali aku jumpa denganmu, ingatan dan kenangan manis itu muncul lagi._Scperti sekarang ini, San."
"ingat Andy. . . kamu sudah berjanji kepada Kumala untuk tidak mengganggu, dan sekarang. . .,
" "Apakah sekarang aku mengganggumu?" potong
Audy dengan senyum semakin menggoda dan suara ' semakin mendesah.Tangan gadis itu pun semakin nakal. Jelas itu mengganggu. Tapi anehnya, Sandhi tak mampu menyatakan bahwa dirinya merasa terganggu oleh kenakalan Audy.
"Apakah aku sedang mengganggumu, San?"
"Hmm, ehh, hmmm. .. nggak tahulah. Yangjelas..."
"Kita saling membutuhkan, Bukan berarti saling mengganggu"
"Hmm, eeh. . . ya memang sih. Tapi. . .. Tapi. . .."
"Kau satu-satunya pria paling berkesan dalam hidupku, San."
"Kau... kau..." , Mata Audy semakin sayu. Semakin menembus ke relung kemesraan Sandhi. Hal itu membuat Sandhi gemetar diburu oleh keinginan yang sedang dikalahkan oleh hatinya sendiri. Tapi ternyata ia tak mampu mengalahkannya, sehingga yang muncul dalam batinnya saat itu adalah sebuah tuntutan mesra. Tuntutan itu makin lama makin besar semakin menekan jiwa, dan menggerakkan segala refleks pada tubuhnya.
"Kau pria yang menggairahkan dalam perjalanan hidupku, San."
"Kau... kau.: . kau juga, Audy,
" Sandhi berbisik pelan sekali.
"Cuma kau yang dapat memuaskan hasratku selama ini"
"Cuma kau yang dapat membuat. . . ketagihan, Audy,
" suaranya separau suara Audy. Maka, ketika wajah cantik Audy mendekat terus, Sandhi tak bisa hanya diam saja. . . Ia pun mendekat dan akhirnya saling bersentuhan. Bibir mereka bersentuhan. Mula-mula hanya bersentuhan. tapi karena kehangatan napas mereka membakar asmara, maka bibir Audy pun merekah dan Sandhi mulai memagut bibir itu. Pagutan tersebut dibalas dengan lumatan lembut yang makin lama semakin membuat tangan Audy menyelusupkan ke dalam celah kegelapan. Tangan Sandhi pun secara refleks menerobos sesuatu yang memang disajikan untuknya, hingga akhirnya keduanya sama-sama bergumul di lantai. Saling menukar kemesraan. Saling mencapai puncak kenikmatan .Hingga pukul sepuluh malam acara itu baru selesai. Saling menemukan kepuasan.
"Elu memang gila! Mestinya ini nggak perlu kita lakukan!" kecam Sandhi dengan nada geram. Seakan ia baru menyadari semuanya, lalu menyesali keindahan yang telah didapatkan. Namun ketika Audy mengecup keningnya dengan lembut. Sandhi pun luluh kembali.Tak jadi melancarkan protes dan kecaman lebih lanjut.
"Sckarang energiku sudah pulih kembali. Mari kita cari lelaki yang bernama Pak Bon itu!"
"Aku harus mandi dulu, Audy."
"Ya. aku setuju. Mari kita mandi bersama."
"Oh! jangan. Nanti nggak ada habisnya Kita nggak pergi ke mana-mana kalau kita terus mandi bersama" Audy tertawa kecil, Sandhi pun akhirnya tertawa
geli. "Kita berdua memang sama~sama gila,
" tambah Sandhi saat ia harus menuju kamar mandi dan Audy semakin tertawa cekikikan.
Gara-gara tak bisa menolak kencan indah, Sandhi akhirnya tak bisa menolak pula ajakan Audy Untuk bersama-sama mencari. Pak Bon. Audy merengek manja. Menjengkelkan, sebenarnya. Tapi timbul pula di hati Sandhi untuk memanjakannya.Seperti nya segala keinginan Audy 'mengandung kekuatan gaib pemikat yang membuat Sandhi tak pernah bisa menolaknya.
"Aku harus bilang dulu pada Kumala."
"Teleponlah sana. Bilang, aku minta didampingi kamu!"
"Pulsaku habis. Tinggal sedikit."
"Pakai teleponku"
Hal-hal kecil itu pun tak bisa dijadikan alasan penolakan bagi Sandhi. Maka, malam itu sandhi pun menjadi sopir pribadi Audy. Mereka menggunakan BMW-nya Kumala untuk mencari getaran energi milik Pak Bon. Audy menggunakan kesaktiannya untuk menemukan energi yang dimaksud. Agak sulit menemukan orang yang belum pernah dikenal dan belum pernah dilihat bagi Audy. Tapi akhirnya suara dentuman
di wilayah selatan menjadi tanda bagi firasat Audy.
"Aku yakin itu bukan sekedar dentuman bom biasa .Juga bukan ledakan sebuah petasan,
" kata Audy. "Kita menuju ke selatan Saja." ,
"Baik, Nyonya besar;" sindir Sandhi.
"Tapi bagaimana kau'akan menemukan Pak Bon dengan menggunakan modal suara dentuman itu?"
"Menemukan atau tidak, yang jelas arahkan mobil ke sana sampai kita temukan sumber ledakan."
** Jakarta seperti diambang kehancuran. Suasananya mencekam sekali. Malam itu, tak banyak kendaraan yang bersimpang siur. Tapi mobil polisi, ambulance, dinas pemadam kebakaran, tampak bermunculan di sana-sini. Sepertinya laksana akan dilanda perang yang mengerikan. Wajah-wajah panik banyak terdapat di jalanan, terutama jalur menuju sebuah pom bensin.
Sebuah mobil meledak di pom bensin. ledakan itu membuat pom bensin itu sendiri ikut meledak hingga apinya berkobar-kohar. Di samping pom bensin terdapat tanah lapang, bagian dari sebuah taman penghijauan. Di tanah lapang berumput pendek itu terdapat beberapa mayat yang terkapar dalam keadaan menyedihkan sekali. Berlumur darah dan penuh luka mengerikan. Jika di tanah lapang itu ada tiga mayat. maka di seberang jalan terdapat dua mayat wanita yang keadaannya juga mengerikan.
Ketika Sandhi dan Audy tiba di sana, pemadam
kebakaran Sedang sibuk memadamkan pom bensin dan mobil yang terbakar. Police line sudah dipasang untuk memberi batas yang tidak boleh dimasuki oleh umum. Kesibukan para petugas agaknya baru Saja dilakukan, setelah keadaan di sekitar tempat itu cukup aman bagi keselamatan mereka sendiri. Audy dan Sandhi sengaja turun dari mobil dan menyaksikan dari jarak agak jauh.
"Ape yang terjadi di sini sebenarnya?" Sandhi seperti bertanya pada diri sendiri. Tapi Audy yang mendengarnya segera menjawab. _.
"Bukan malapetaka biasa. Aku mencium aroma gaib yang tersisa di sekitar sini." '
"Apakah ada hubungannya dengan Pak Bon?"
"Mungkin saja." _
"Itu dia Sersan Burhan. Ada diseberang sana .Aku akan mencari keterangan dari beliau. Kau disini dulu. Jaga mobil jangan sampai dicuri orang."
"Sial!" Geram Audy. Sandhi bergegas pergi nekad menerobos garis pembatas dari kepolisian. Ia berlari agak cepat menghampiri Sersan Burhan. Sementara itu, Audy merasa dijadikan tukang parkir yang bertugas
menjaga BMW-nya Kumala Dewi. '
"Sejak kapan akujadi tukang parkir di sini, San!" serunya dengan kesal. Lalu, dengan kesaktiannya Audy menyentakkan tangannya, dan sekejap kemudian BMW hijau giok itu telah lenyap dari tempatnya. Yang ada di tempat itu adalah bak sampah besar yang penuh dengan
sampah. Tentu saja orang segan menghampiri atau mendekati bak sampah tersebut. Dengan begitu Audy juga bebas meninggalkannya dan segera menyusul Sandi.
"Hey, Nona. . tunggu! Anda dilarang..." seorang petugas polisi berseru ingin mencegah Audy agar tidak menerobos garis pembatas. 'Tetapi petugas itu tak dapat melanjutkan kata katanya. Ia justru terbengong-bengong kaget ketika melihat dengan jelas Audy raib seperti ditelan bumi. Petugas itu gemetar ketakutan. Ia tak tahu bahwa detik itujuga Audy sudah ada di samping Sandhi. Ikut mendengarkan penjelasan dari Sersan Burhan.
"Selamat malam, Bang Sersan."
"Eh, kau ikutjuga. Audy?"
"Kumala Dewi mewakilkan Audy untuk mencari keberadaan Pek Bon." kata Sandhi.
"Apakah kejadian di sini ada hubungannya dengan Pak Bon, Bang?"
"Ya, sepertinya memang begitu!"
Sersan Burhan menjelaskan berdasarkan laporan beberapa anak buahnya yang menjadi saksi mata peristiwa meledaknya pom bensin. Menurut mereka, sebelum terjadi peledakan di tempat ini telah terjadi suatu peristiwa mengerikan. Empat orang aneh yang menyerupai zombi turun dari sebuah mobil kijang. Mereka menyerang orang-orang yang kebetulan berada tak jauh dari pom bensin, termasuk dua petugas pom bensin itu sendiri.
Kabarnya sempat terjadi kejar-kejaran di tanah lapang itu, sehingga akhirnya tiga korban jatuh di sana. Mereka diterkam oleh para penumpang mobil kijang yang mula-mula seperti ingin isi bensin. Mereka digigit, dihirup darahnya, dimakan karena memiliki tanda terkena kuman purba di mata mereka. . ~
Pak Bon segera turun dari mobil patroli dengan diiringi turunnya petugas lain .Salah seorang petugas polisi melepaskan tembakan ke arah zombi yang menyerang wanita. Peluru menembus punggung, tapi tidak membuat zombi itu tumbang. Justru berbalik menyerang. dengan ganas. Pak Bon segera bertindak Dengan mengayunkan tangan kanannya .kedua 20mbie itu berhasil dibuatnya melayang setinggi tujuh meter, lalu meledak di udara dengan suara ledakan tak begitu keras. Beberapa saksi mata melihat sosok merah muncul dari zombi yang meledak di udara. Bentuknya seperti tengkorak dari bara api. Kedua tengkorak api itu berusaha menyerang Pak Bon ketika Pak Bon mengalihkan perhatian kepada dua 'zombi yang sedang berlari menuju mobil kijangnya.
Dengan satu kali lemparan batu yang melesat akibat ditendang kaki Pak Bon, mobil Kijang itu meledak bersama kedua zombi disana. Dan ledakan itulah yang menyebabkan pom bensin ikut meledakjuga. Dari sana muncul pula kedua sosok tengkorak api yang segera melayang menyerang Pak Bon bersama-sama dua sosok yang tadi muncul dari udara. Sebatang pohon diterjang
oleh salah satu tengkorak api. Pohon itu tidak tumbang. tapi hangus seketika. Rontok semua daunnya menjadi abu ... '
"Mungkin dengan maksud untuk menghindari korban lagi, Pak Bon segera mengarahkan gerakan tengkorak api ke arah lain. Sebab,jika salah satu dari Tengkorak api itu menyentuh manusia biasa, maka manusia itu akan hangus seketika seperti pohon di ujung sana,
" kata Sersan Burhan sambil menunjuk ke arah yang dimaksud.
"Jadi sekarang Pak Bon ada di mana, Bang?"
"Itulah yang kami bingungkan dari tadi. Menurut saksi mata, Pak Bon seperti diseret oleh keempat tengkorak api ke arah terowongan flay over itu, dan di sanalah ia hilang bersama keempat sosok bayangan itu.?! '
"Hilang lenyap begitu saj a?!"
' "Ya. Dan, sampai sekarang anak buah kami sedang mencari di sana .Lihat tuh; . . mereka masih melakukan pemeriksaan terhadap keadaan di sekitar terowongan. Tapi sampai sekarang belum ada hasilnya."
"Kalau begitu, aku harus menyusulnya,
" kata Audy. "Hey, menyusul ke mana? Kau tahu ke mana perginya Pak Bon dan keempat tengkorak api itu?!" kata Sandhi.
"Aku tahu, aku tahu . . !" Audy manggut-manggut.
"Audy. boleh aku ikut denganmu?' kata Sersan
Burhan. "Kita harus menyelamatkan Pak Bon. Dia telah menyelamatkan orang banyak.
" ' "Boleh saja. Tapi apakah Bang Sersan sudah siap untuk menembus lorong gaib?! Kita akan melakukan pengejaran ke alam gaib, Bang,
" "Ke alam gaib?! " Sersan Burhan tercengang mendengarnya. Sikap diam dan terbengongnya merupakan suatu keputusan yang tak jelaS, apakah ia berani melakukan pengejaran sampai ke alam gaib atau
tidak. *** SEBERKAS cahaya kuning muncul dari kegelapan malam. Cahaya kuning itu jelas bukan cahayanya Baron, karena 'bentuknya tidak seperti komet, melainkan seperti pecahan kaca. Menyebar. Cahaya itu jatuh seperti telurpecah. Tepat di atasjalan layang
Bumm. . .! Jalanan tersebut terguncang, begitu pula tanah di sekitarnya. Mereka yang masih adadi luar batas police line saling menjerit panik. Mereka sangka ada gempa bumi.
"Tunggu dulu, Audy!" cegah Sandhi.
"Ada sesuatu yang perlu kau periksa dulu diatas sana!"
Audy tak jadi pergi ke lain alam. Ia segera memeriksa sesuatu yang jatuh di atas jalan layang. Sersan Burhan dan beberapa orangnya ikut memeriksa pula. Sandhi lebih dulu berseru karena ia cepat mengenali apa yang baru saja jatuh berdebam itu.
"Ya, ampun.. itu kan Pak Bon?!"
Sersan Burhan dan anak buahnya membenarkan. Memang orang yang terkapar tak berdaya itu adalah Pak Bon. Sekujur tubuhnya penuh luka seperti bekas gigitan binatang buas. Anehnya, tidak ada darah yang
mengalir dari tubuh Pak Bon .Yang ada hanya luka koyak berwama hitam.Mungkinkah seluruh darah Pak Bon sudah dihisap habis oleh tengkorak tengkorak api di alam sana? Pertanyaan itu membuat Audy cukup hati-hati memeriksa Pak Bon.
"Dia belum mati, " kata Audy walau belum sempat menyentuh tubuh Pak Bon. Beberapa anak buah Sersan Burhan yang ingin segera menyentuh tubuh Pak Bon buru-buru dilarang oleh Audy.
"Jangan sentuh dia! Jangan!"
"Dia harus segera dilarikan ke rumah sakit sebelum. . ." '
"Lihat!" Potong Audy membuat Sersan Burhan berhenti bicara.
"Perhatikan luka-lukanya itu. Dia sedang melakukan pemulihan raga." '
"Pemilihan raga?!" gumam Sersan Burhan dan beberapa orangnya. Mereka memang memperhatikan luka-luka di sekujur tubuh Pak Bon. Ternyata luka-luka itu bergerak-gerak seperti hidup. Sorot lampu mobil patroli yang baru saja tiba di situ membuat keadaan semakin jelas. Ternyata luka-luka itu bergerak merapat sendiri-sendiri.
Setiap luka yang akan menutup rapat mengeluarkan percikan kecil, menyerupai korek api yang gagal dinyalakan Setelah terjadi percikan kecil, luka tersebut hilang. Kulit dan dagingnya tertutup rapat kembali. Seperti tak pernah terluka. Dari kepala sampai kaki
terjadi hal demikian, sehingga mereka yang ada di sekeliling Pak Bon diam terbengong kagum menyaksikan keajaiban tersebut.
Setelah semua luka hilang. Pak Bon mulai mengerang kecil. Menggeliat pelan .Kemudian bangkit seperti habis bangun tidur. Ia memandangi sekeliling sebentar, lalu berdiri. Rupanya kekuatannya belum semuanya pulih. Ia agak bingung dan ingin jatuh waktu berdiri. Sandhi buru-buru menangkapnya. Pak Bon tegak kembali dan menatap siapa orang yang menahannya tingga tak sampai jatuh itu. _ . '
"Kau lagi . ?!" gumam Pak Bon masih terdengar kurang akrab.
"Dunia ini sempit, Pak Bon. Mau nggak mau kita ketemu lagi,
" Sandhi membalas dengan kata-kata sinis. Pak Bon segera memandang Sersan Burhan. Ia ingin mengatakan sesuatu, tapi batal karena pandangan matanya segera tertuju pada Audy.
"Oh, kau juga ada di sini, Nyimas k?mbangdara?!"
Sandhi kaget mengetahui Pak Bon mengenali jati diri Audy. Tapi bagi Audy itu bukan hal aneh, karena rupanya dia juga mengenali siapa sebenarnya Pak Bon itu. Mata Audy menyipit saat memandang tajam ke arah Pak Bon.
"Dasar terkutuk, kau sendiri' rupanya?!" geram Audy membingungkan Sandhi. Sebenarnya Sandhi ingin menanyakan kepada Audy. siapa Pak Bon itu. Tetapi niatnya
tertunda akibat suatu tindakan yang dilakukan oleh Pak Bon terhadap Audy. _
Begitu tangan Pak Bon menyentak seperti membuang sesuatu kearah Audy, tiba-tiba saja sekujur tubuh Audy terbalut perban kuat-kuat.
Seert. . . ! Perban itu berwaama putih kusam, agak kecoklatan, berbau busuk. Audy terjerat tanpa bisa bergerak. Semua yang ada di sekitar tempat itu berlarian menjauh. Pak Bon memancarkan kemarahan dari sebuah permusuhan. Matanya menjadi merah. '
Tetapi sebelum Pak Bon berbuat lebih banyak lagi, tubuh Audy melambung naik dalam posisi tegak lurus.
Suuut. . . ! Pak Bon mengejarnya dengan satu lompatan kecil, namun membuat tubuhnya meluncur seperti roket.
Weese! Blaaam. . . ! Suara dentuman menggema keluar dari gerakan Audy. Dentuman itu menbuat semua perban yang, menjerat tubuhnya hancur berantakan. Terbakar. Kedua tangan Audy menyentak ke samping, melepaskan pengikat perban tadi. Kini tubuhnya meluncur turun dalam keadaan bebas dari penjerat apapun. Sementara itu, Pak Bon sedang menyusul naik. Mereka bertemu di pertengahan jarak.
Audy melepaskan pukulan dengan kedua tangannya .Pukulan itu ditahan oleh Pak Bon menggumkan kedua tangan pula. Benturan kedua tangan mereka menimbulkan ledakan besar yang menggetarkan jalan layang
dan sekitarnya. blaaaarrr. . .! Warna merah terang tersembur dari adu pukulan sakti.Audy terhempas hingga tersangkut pada salah satu dahan pohon.
Kraak.. .! Dahan pohon itu nyaris patah. Tetapi Pak Bon terlempar jauh. Melayang dalam posisi mundur. Akhirnya ia terhempas di atas sebuah gedung bertingkat 15. Membentur sebuah antena parabola yang dipasang di sana.
"Apa yang terjadi sebenarnya, Sandhi?! Mengapa mereka justru beradu kesaktian?!" tanya Sersan Burhan kebingungan, tak tahu harus berbuat bagaimana saat itu. '
"Kita lihat saja. Saya sendiri' nggak tahu mengapa mereka justru saling menyerang, Bang,
" kata Sandhi sambil napasnya terengah-engah akibat kaget dan menahan rasa takut tadi.
Weesst. . .! Audy melesat luar biasa cepatnya, sehingga menimbulkan kilasan angin kencang yang menerbangkan helm seorang petugas Sabhara. Mata mereka kalah cepat mengikuti gerakan Audy yang ternyata sudah berada di puncak gedung berlantai lima belas itu. Dari tempat mereka berdiri dapat terlihat cukup jelas apa yang dilakukan Audy dan Pak Bon di atas gedung tersebut.
Pak Bon menyambut kedatangan Audy dengan mmyemburkan kabut dari tangannya. Kabut itu dalam sekejap saja telah membungkus tubuh Audy. Anehnya.
kabut itu segera menjadi padat dan berbentuk seperti peti mati kuno. Peti mati itu dihantam dengan satu tangan oleh Pak Bon.
Deeeg. . .! Wuuuusss.. .! Melesat cepat dalam keadaan terbakar api. Peti mati itu berkobar kobar di udara. Namun gerakannya segera memutar, berbalik arah menghampiri Pak Bon.
Dengan cepat Pak Bon melambung ke udara. Tinggi sekali. Ketika peti mati yang terbungkus api itu tiba di tempatnya berdiri tadi, Pak Bon bergerak turun sangat cepat. Kakinya menjejak tutup peti mati itu.
Draak. . .! Ternyata peti itu tidak hancur, melainkan justru menjadi kendaraan bagi Pak Bon. Lelaki kurus yang dikenal sebagai tukang batu itu berdiri tegak di atas peti mati yang melayang-layang ke arah tak beraturan. Pak Bon seperti berada di atas papan selancar. Rupanya ia sedang berusaha mengendalikan gerakan peti mati itu. Tapi tentu saja Audy tidak tinggal diam di dalamnya .Kekuatan gaib Audylah yang menggerakkan peti mati itu hingga lawan di atasnya kebingungan mengendalikannya .Pada saat peti itu meluncur dalam keadaan datar, Audy berhasil mengerahkan kesaktiannya. Peti itu meledak hingga menjadi serpihan kecil, selembut pasir.
Blegaaamrr...! Audy sendiri hilang dari dalamnya. Pak Bon terpelanting jatuh di atap gedung yang lebih pendek dari yang tadi. Posisi gedung itu lebih dekat lagi dengan jalan layang. Tepatnya seratus meter dari pom bensin yang terbakar.
Duuuuuurrr. . .! Gedung berlantai sembilan itu bergetar saat menerima tubuh Pak Bon. Dapat dibayangkan seberapa berat saat itu tubuh Pak Bon sampai bisa menggetarkan gedung tersebut. Mereka yang menyaksikan pertarungan sengit itu hanya bisa berdebar-debar sambil tertegun bengong,, terkesima oleh serunya pertarungan aneh itu. Mereka ikut berdesir ketika Pak Bon jatuh. Merek juga ikut terperangah cemas ketika mengetahui bahwa ternyata Audy sudah ada di atas gedung itu, seolah-olah menunggu lawannya jatuh di depannya.
"Cepat, hubungi Kumala Dewi. Kasih tahu kalau di sini terjadi kesalahpahaman yang sangat berbahaya bagi kedua belah pihak' Kata Sersan Burhan karena ia tahu Sandhi sudah mulai memegang handphone. Rupanya Sandhi memang sudah punya rencana menghubungi Kumala, tapi karena terkesima oleh pertarungan maka ia tak pernah berhasil menekan ponselnya. Teguran itu membuatnya sadar dengan rencana semula, sehingga dengan gugup dan gemetar ia mulai menekan ponselnya.
"Ungsikan masyarakat dari tempat ini'"
Tiba-tiba terdengar suara Kumala dari belakang mereka. Sersan Burhan dan Sandhi kaget melihat Kumala sudah ada di belakang. Baru saja turun dari mobilnya Niko.
"Oh syukurlah kau sudah ada di sini, Kumala."kata
sersan Uurhan. Kumala tetap tenang memandang ke arah gedung tempat di mana Audy masih bertarung melawan Pak Bon dengan adu kesaktian. '
"Dewi. . .?! Sejak kapan kau ada dalam mobilku dan. . . dan kenapa aku jadi ada di sini?!"
Rupanya Niko Madawi mengalami keajaiban lain. Ia mendengar kabar dari salah seorang kenalannya tentang peristiwa misterius yang terjadi sekitar pom bensin. Ia segera meluncur dengan mobilnya untuk menyaksikan peristiwa tersebut. Ia tak sadar telah melewati jalan yang tak jauh dari tempat Kumala melakukan pembicaraan bisnis dengan seorang investor. Kumala menerima signal gaib mengenai peristiwa di pom bensin itu. Maka, ia segera pergi dan meninggalkan investor tersebut. Kebetulan ia melihat mobil Niko melintas. Secara gaib pula Kumala masuk ke dalam mobil Niko tanpa diketahui oleh pengemudinya. Mobil itu menembus lapisan dimensi gaib, sehingga dalam waktu sangat singkat sudah berada di atas jalan layang.
Kebingungan Niko tidak diperhatikan oleh mereka, termasuk oleh Kumala. Pusat perhatian mereka tetap tertuju pada pertarungan sengit yang berkali-kali menimbulkan ledakan keras dan meresahkan masyarakat setempat. Itulah sebabnya Kumala meminta agar Sersan Burhan dan jajarannya membantu mengungsikan masyarakat ke tempat lain, supaya tidak seorang pun
yang menjadi korban salah sasaran dari pertarungan tersebut.
"Cegah' pertarungan itu, Kumala!" ucap Sandhi dengan tegang.
"Kurasa lebih cepat mencegah atau melerai mereka daripada mengungsikan masyarakat yang di sekitar sisi!" '
"Akan kulakukan. Tapi, perhatikan ke arah timur sana!" Kumala menunjuk kc arah timur. Jalan layang yang memiliki bentuk sedikit lengkung kekanan itu memperjelas apa yang dimaksud Kumala. Ada. serombongan massa tak di kenal sedang menuju ke tempat ini. Sekitar tigapuluh orang lebih sedang berjalan dengan terhuyung-huyung dan sedikit membungkuk. seperti jalannya seekor sipanse. Posisi jalan seram itu sudah mulai dikenali oleh petugas termasuk Sersan Burhan. Itulah sebabnya Sersan Burhan menjadi sangat tegang dan segera mengerahkan anak buahnya untuk membikin barikade dan menyingkirkan orang-orang yang ada di sebelah timur:
"Rombongan zombi datang kemari! Celaka!"
"Bang. . ." panggil Kumala ketika Sersan Burhan ingin berlari menghubungi beberapa anak buahnya yang lain '
"Aku akan membendung mereka di sana!"
"Ya, tapi yang di sebelah barat itu juga harus dibendung,Bang!"
"Hahh...?!" Sersan Burhan tercengang lebih tegang
lagi.Ternyata jalanan sebelah barat juga Sudah dikuasai oleh serombongan massa aneh yang berjalan seperti _mOnyet besar. Mereka adalah orang-orang yang telah ditunggangi kekuatan iblis tengkorak api, dan menjadi zombi paling ganas. Jumlah mereka yang ada di sebelah barat sekitar hampir lima puluh orang.
"Gawat!" geram suara Sandhi dengan gemetar sekali. Niko Madawi bergegas menghampiri Sandhi dengan maksud ingin bicara kepada Kumala, tapi saat itu Kumala Dewi sudah lenyap dari tempatnya. Tahu tahu gadis cantik yang menyebarkan aroma wangi bunga cendanagiri itu sudah berada di atas gedung tempat pertarungan Audy dengan Pak Bon.
Kedua tangan Dewi Ular segera direntangkan ketika dua sinar muncul dari mata Audy dan dari mata Pak Bon. Kedua sinar yang ingin beradu ini membenlur cahaya hijau yang keluar dari telapak tangan Dewi' Ular.
Blaaaammm. . .! Dentumannya tidak seberapa keras, menandakan bahwa kedua sinar tersebut berhasil diredam dan diamankan oleh Dewi Ular. Pada saat itu Audy segera menyadari bahwa Kumala sudah ada di depannya, dan Pan Bon pun segera menghentikan penyerangannya terhadap Audy. Kumala tampil sangat wibawa dan membuat Pak Bon menjadi segan padanya
. "Minggirlah, Kumala! Biar kuhancukan dulu terkutuk itu!" geram Audy. Pak Bon pun menggeram penuh permusuhan. '
"Jangan paksa diriku melukaimu, Nona. Pergilah sana!"
"Aku tidak minta dilukai, Pak Bon. Aku hanya ingin meminta perhatian kalian agar ditujukan ke arah timur dan barat itu!"
Sambil demikian Kumala menuding ke dua arah. Mereka terperanjat dan sama-sama memendam ketegangan. Mereka berhasil dibuat tercekam oleh Kumala dengan menunjukkan dua bahaya yang akan datang. Pak Bon sendiri merasa terancam. Dialah yang dicari-cari oleh para zombi itu, sementara Audy merasa bertanggung jawab atas munculnya ancaman maut yang dapat menimbulkan korban lebih banyak lagi. Ia menyangka dentuman akibat pertarungannya tadi telah membangkitkan emosi para zombi untuk datang ke tempat itu. '
"Akan kutangani mereka di barat!" kata Audy sambil bergegas 1 pergi. Namun begitu ia ingin melompat seperti mau terbang, tiba-tiba Pak Bon menjambak rambutnya dan menariknya mundur dengan kuat hingga Audy terpelanting .Jambakan itu dilakukan dari jarak tiga meter. Tangan Pak Bon tak sampai menyentuh rambut Audy, namun sudah membuat gerakan Audy tertahan.
"Jangan bodoh kau, Nyimas Kembangdara! Mereka bukan tandinganmu!"
"Omong kosong apa lagi yang ingin kau pamerkan padaku hah?!" , '
"cukup! Bukan waktunya kalian untuk berdebat!" tegas Kumala. Membuat hati mereka sama-sama bergetar. Ciut nyali .
"Nona, mereka memang harus dicegah. tapi jangan dihancurkan. Setiap kehancuran mereka akan mengakibatkan tersebarnya kuman purba jauh lebih banyak. Satu orang bisa mmyebadkan puluhan kuman dan akan membuat orang orang disekelilingnya menghirup kuman tersebut lalu, menjadi ganas."
"Jadi, apa yang harus kita perbuat sekarang?"
"Jika kamu mampu, Nona. . . jerat mereka agar tak bisa bergerak dengan caramu sendiri. Biar aku yang akan menghancurkannya .Mereka hanya bisa dihancurkan dengan kekuatanku. Itulah sebabnya aku datang kemari untuk menghancurkan mereka!"
Terdengar jeritan histeris di kejauhan timur.
"Aaaaaaaaaaa.....!!" _ '
Lalu, dari arah barat pun terdengar jeritan histeris pula.
"Aaaaaaa.." Toloooong,aaaaaaahhh...!!?
"Cepat bergerak! Pak Bon ke timur, aku ke barat!"
Weeassttt. . .! Ketiganya lenyap dalam sekejap. Gerakan meleka sulit dilihat atau diikuti mata manusia biasa. Tahu-tahu mereka sudah berada di tempatnya masing-masing. Pak Bon menghadang langkah para zombi yang sedang mendekati berikade. Berikade itu dibuatdari deretan mobil,baik milik umum maupun milik
petugas dari kepolisian. Jumlahnya sangat tidak memadai karena bantuan dari markas kepolisian belum datang. Di sebelah timur pun dilakukan hal yang sama. Kumala dan Audy berdiri di depan para petugas yang siap membidikkan senjatanya.
Namun karena seorang pedagang rokok telah menjadi korban, diserang tiga zombi dan disantap beramai-ramai, maka dua petugas melepaskan tembakan peringatan. Tembakan itu tidak dihiraukan sehingga petugas mengarahkan tembakan ke tubuh para zombi yang telah menghirup darah si pedagang rokok. Salah satu diantaranya adalah Fifin. Meski Niko tahu ada Fifin di sana namun ia tak dapat berbuat apa-apa., karena ia sadar gadis itu sudah bukan lagi Fifin yang dikenalnya. .
"Jangan tembak!" seru Kumala. Ia khawatir kematian para zombi hanya akan menyebarkan kuman lebih banyak lagi. Tetapi beberapa petugas tidak mendengar seruan itu, sehingga Kumala Dewi melakukan tindakan fantastik. Ia membungkam semua senapan yang dipegang oleh para petugas, termasuk pistol milik Sersan Burhan. Caranya dengan menaburkan semacam hawa dingin dari tangannya, maka semua senapan atau pistol tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya
Bloeegggaaam...! Dentuman menggelegar terdengarjelas. Datangnya dari timur. Pak Bon menggunakan kesaktiannya untuk menghancurkan para zombi yang saat itu sedang memangsa seorang korban. Kelompok lain semakin ganas melihat sejumlah temannya hancur. Mereka menyerang Pak Bon. Namun dengan cepat Pak Bon melepaskan kesaktiannya kembali, Sehingga dalam sekali sapu zombi-zombi itu
pun hancur. Dari kepulan asap hitam muncul bayangan bayangan tengkorak api. Mereka melayang menyerang Pak Bon.
Pengalaman pahit yang tadi baru dialami Pak Bon telah membuat Pak Bon menyiapkan perlawanan tandingan. Dari kedua matanya melesat sepasang sinar putih. Sinar itu segera mengurung tengkorak-tengkorak api. Dalam sekejap saja mereka seperti berada dalam tabung besar tembus pandang. Mereka mengerang tanpa suara, berusaha keluar dari tabung namun tak pernah berhasil mendobraknya.
"Mohon jangan ada yang tembak cahaya itu!" katanya kepada para petugas yang berjaga-jaga di tempatnya.
Jegaaar, jegaaar, jegaaar. . .!
"Tahan, Audy!" seru Kumala. Tapi Audy yang sudah terlanjur jengkel itu tetap melepaskan pukulan saktinya, sehingga dalam beberapa kejap saja semua zombi telah hancur. Tapi kehancuran itu justru memunculkan tengkorak api yang banyak sekali
jumlahnya. Mereka mengerang berisik, menyeringai ngeri, melayang-layang sesaat lalu menyerang Audy.
Melihat Audy sudah siap menggunakan kesaktiannya lagi untuk menghancurkan tengkorak-tengkorak api, Dewi Ular segera berkelebat seperti angin. Tahu-tahu Audy sudah terlempar sejauh 50 meter dari tempatnya semula. Hal itu membuat Kumala sedikit kewalahan, karena kini dialah yang menjadi sasaran tengkorak tengkorak api itu.
Claap, bluuubb. . .! Sepasang cahaya putih bening berkelebat.Cahaya itu segera mengurung tengkorak tengkorak api. Cahaya itu muncul dari Pak Bon yang tahu-tahu sudah berdiri di belakang Kumala. kumala belum sempat mengucapkan terima kasih, karena perhatiannya segera tertuju pada lawan-lawannya yang kini terkurung dalam tabung cahaya, menyerupai bola besar yang mengambang di udara. '
"Hancurkan mereka sekarang juga!" ' seru Audy-yang berlari menghampiri Kumala dan Pak Bon. '
"Jangan!" cegah Pak Bon.
"Harus ada kekuatan lain yang dapat menghancurkan mereka!"
"Katamu tadi hanya kesaktianmu yang bisa menghancurkan mereka!" '
"Benar. Tapi kekuatanku itu telah lumpuh akibat pertarunganku saat mereka menyeretku kealam lain tadi. Aku kehabisan daya penghancur!"
"Dasar sinting kau!" maki Audy dengan kasar.
"Kalau kalian berdua ada yang memiliki hawa inti salju, maka gunakanlah .Mereka dapat hancur dan
kuman purba tidak menyebar apabila dihancurkan dengan hawa inti salju !"
Audy segera menatap Dewi Ular.
"Lakukanlah. . . .!"
Dewi Ular tarik napas dan mengangguk pendek. Rupanya Audy tahu bahwa Dewi Ular memiliki pukulan inti salju, sehingga ia wakilkan pekerjaan itu kepada Dewi Ular. Sebenarnya kesaktian itu bukan bernama inti salju melainkan "Jantung Naga Beku", yaitu sebuah keSaktian andalan Kumala untuk menghancurkan kekuatan api yang membandel. Kesaktian ini pernah ia gunakan ketika melawan kekuatan apinya Maztro, (Baca serial Dewi Ular dalam episode:
"MANUSIA METEOR")
Jantung Naga Beku berupa sinar putih dari tengah dada seksinya Dewi Ular. Sinar itu melesat dalam bentuk bayangan seekor naga .Begitu menghantam tabung cahaya, sinar itu menggumpal di dalamnya. Membungkus tengkorak-tengkorak api, lalu meledak dengan suara terendam pelan, namun memiliki getaran cukup hebat. Mengguncangkan jalanan.
Bluuummbb. . .! Tengkorak-tengkorak api itu hancur dan lenyap. tanpa asap. Tak ada bau busuk ataupun bekas bakaran .Justru yang menyebar adalah bau wangi dari bunga cendanagiri.
"Kau berhasil!" kata Pak Bon tampak lega. ,
"Sekarang lakukanlah untuk yang sebelah timur"
Werrsst. .. ! Ketiganya lenyap dalam sekejap, muncul lagi di sebelah timur. Aji "Jantung Naga Beku" beraksi kembali.
Bluummhb. . . ! Tengkorak-tengkorak api itu pun hancur, lenyap, tanpa asap. Aroma wangi bunga ccndanagiri dari Kahyangan mcnyebar kemana mana.
Wajah-wajah mereka mengendur lega. Ada senyum kecil di wajah Tua Pak Bon. Sebelum ia menuju Sersan Burhan, ia sempat mengucapkan terima kasih kepada Dewi Ular.
"Terima kasih kau telah membantu tugasku"
""Terima kasih juga, Pak Bon tadi telah menahan mereka saat ingin menyerangku. Sebenarnya apakah benar tugas ini adalah tugas Pak Bon?"


Dewi Ular Misteri Virus Maut di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ya, ini adalah tugasku, karena kuman purba adalah ciptaanku, Tapi kekuatan itu dicuri oleh si Keparat Gandrapala." ,
"Oh, maksudmu Gandrapala menantunya si Dewa Kegelapan itu?"
"Benar. Dia akan menciptakan kerajaan sendiri di bumi, dengan cara menyebarkan kuman purba untuk menghabisi para penghuni bumi. Maka ia curi kesaktianku itu, dan ia gunakan di sini. Aku tidak rela jika kesaktianku digunakan olehnya. Maka, aku harus melumpuhkan kuman-kuman itu. Dan, sekarang ada yang harus kukerjakan lagi, Nona. Untuk melumpuhkan
sumber kesaktian itu, aku harus menghancurkan ular bayangan! Ular bayangan itulah titik kelemahan kesaktian ini!"
"Ular Bayangan?"
"Ular yang muncul dalam bayangan. Biasanya ditandai dengan prilaku aneh yang dialami seseorang, di mana ia selalu melihat ular yang sebenarnya tidak ada dalam penglihatan jasadnya. Ular itu hanya ada dalam bayangan gaib semata .Ular itulah yang harus dihancurkan secepatnya. Jika tidak, maka penyebaran kuman purba ini akan dilakukan oleh Gandrapala lagi."
Gandrapala adalah suami dari Sekar Baruni, Sementara yang bernama Sekar Baruni adalah putri sulungnya Dewa Kegelapan. Menantunya si Dewa Kegelapan pernah bertarung melawan Kumala dan ia tak mampu mengalahkan kesaktian Kumala dewi, (Baca serial Dewi Ular dalam episode:
"MISTERI SERIGALA BERKAKI NAGA"). Di samping memiliki unsur balas dendam, agaknya Gandrapala juga punya misi lain, yaitu mendirikan kerajaan di muka bumi, sehingga ia harus mencuri sebuah kesaktian berisi kuman kuman purba. Mungkin cara itu dimaksudkan, seandainya gagal maka pihak lain yang akan dituduh sebagai penyebar kuman-kuman purba itu Bukan dirinya. Dan, rupanya si pemilik kesaktian tak ingin menelan getahnya sehingga turun sendiri menghabisi kuman-kuman ciptaannya itu.
"Pak Bon, aku akan mengantarkamnu bertemu dengan Geany. Dialah gadis yang memiliki bayangan ular yang kau maksud. Aku akan mencari alamat tempat tinggalnya menggunakan lorong gaibku dulu. "
"Benar. Geany itulah orang yang memiliki bayangan ular. Hanya bersifat kebetulan saja kekuatan gaib itu jatuh pada diri Geany, sehingga ia selalu melihat ular dalam bayangannya. Ia sendiri tidak tahu bahwa ular dalam bayangannya adalah sumber dari kekuatan kuman-kuman purba, yang menurut istilah Audy adalah virus mumi Maka setelah Kumala berhasil menemukan tempat tinggal Geany, mereka segera pergi menemui kekasih Morrsa itu. Geany dipancing dengan hawa saktinya Kumala hingga dapat melihat seekor ular dalam bayangan.
"Itu dia. .. itu.. . itu dia ada di atas tembok teras.. . !" teriak Geany dengan sangat ketakutan.
Pak Bon menaburkan semacam serbuk putih yang tahu-tahu muncul dari genggaman tangannya. Serbuk itu membuat ular dalam bayangan tampak seperti nyata di mata siapa saja. Maka, dengan menggunakan kesaktian berupa sinar biru dari mulut Pak Bon, ular itu pun dihancurkan.
Blaaam. . . !! Hancurnya ular berubah menjadi tengkorak api berukuran besar sekali. Pak Bon buru-buru mengurungnya, dan Kumala Dewi menggunakan kesaktian "Jantung Naga Beku"nya menyempurnakan kehancuran tengkorak api besar itu.
Blegaaammm. . . ! "Selesai sudah tugasku !" kata Pak Bon.
"Sekali lagi, aku berterimakasih kepadamu Nona. Mungkin di lain waktu kita bertemu, bisa sebagai teman, bisa sebagai lawan"
Claaap. . . ! Pak Bon hilang'berbentuk sinar kuning lurus seperti anak panah .Melesat ke tengah kegelapan malam. Kumala dan Audy diam memandanginya. Audy sempat berseru mengunakan suara saktinya yang dapat menggema ke mana-mana.
"Kapan saja kau datang aku siap melanjutkan perseteruan kita, Dewa terkutuk. . . !!"
"Hey. . . !" Kumala mencolek pundak Audy.
"Dia itu siapa sebenarnya? Mengapa bermusuhan denganmu?"
"Dia memang pandai menyembunyikan jati dirinya di depanmu, tapi di depanku dia tidak bisa bersembunyi .Dia adalah Dewa Mazrum"
"Astaga. . . ?" Kumala terperangah
"Dari dulu aku bermusuhan dengannya, karena aku pernah melumpuhkan anak-anaknya, sehingga tidak satupun dari keturunannya yang dapat terpilih sebagai pelindung para selirnya si Lokapura. Itulah sebabnya, kapan pun kami bertemu, kami akan selalu bermusuhan!"
"Oooo. . .." Kumala Dewi manggut-manggut sambil tersenyum geli .Kali ini ia harus mengakui kekurangannya. Ternyata ia masih bisa dikelabui oleh kesaktian
mantan lawannya. Ia sama sekali tak menyangka bahwa Pak Bon adalah jelmaan dari si Dewa Mazrum yang memiliki Segudang kesaktian para mumi itu.
"Kau terkecoh kali ini, Kumala,
" bisik sandhi. "Kan sudah kubilang, tidak ada manusia yang sempurna, begitupun dewa." .
"Huhh, nge-les. . . !" sambil Sandi nyengir lucu, dan Kumala tertawa geli. Cibiran itu hilang seketika karena tahu-tahu Sandhi dicolek Audy dari belakang. Saat Sandhi berpaling, Audy mengerdipkan mata Nakalnya. Sandhi berdebar gelisah menerima tantangan mesra itu.
"Wah, gawat nih. ..!" keluhnya dalam hati.
Ebook dipersembahkan oleh Group Fb Kolektor E-Book
https://m.facebook.com/groups/1394177657302863
dan Situs Baca Online Cerita Silat dan Novel
http://ceritasilat-novel.blogspot.com
Sampai jumpa di lain kisah ya !!!
Situbondo,26 Agustus 2018
Terimakasih TAMAT Badik Buntung 19 Pedang Siluman Darah 10 Kutukan Brahmana Loka Arya Bentrok Rimba Persilatan 9

Cari Blog Ini