Ceritasilat Novel Online

Pencuri Hati 3

Pencuri Hati Karya Rara El Hasan Bagian 3


keatas ranjang. " kalau begitu say permisi dulu non sesillia."Tukas mbok tija menimpali.
" Silahkan mbok." Ujar sesillia.
Mbok tija menutup pintu kamar sesillia dan berlalu pergi kedapur.
Ditempat lain, lusiano sudah kembali dari kantor, ibunya itu benar-benar mereptkan, bisa-bisanya ia mengaudisi semua wanita dikantornya untuk dijadikan
calon istri Huh!. Lusiano masuk kedalam rumah, ia ingin minum kopi, mengilangkan kepenatan pikirannya.
" Sesillia.....!!" Panggil Lusiano kencang, tapi tak ada jawaban. Ia beranjak kelantai dua, kekamar sesillia dan mengetuk pintu itu beberapa kali.
" Sesillia,,,, kamu didalam?" Ujar lusiano ketika sesillia tak kunjung keluar.
" Sesillia, sesillia.." Panggil lusiano lagi.
Merasa curiga, kenapa sesillia tak kunjung keluar, lusiano memberanikan diri membuka kamar sesillia. Tak ada siapapun, sesillia tak ada didalam kamar,
kemana wanita itu. Lusiano tertegun, lemari pakaian sesillia terbuka, lemari itu tampak kosong, tak ada satupun baju disana. Apa sesillia pergi dari rumah
ini? Lusiano mendekat memastikan, benar saja, sesillia memang sudah pergi dari rumah ini, tas pakaiannya pun sudah tak ada.
Lusianona naik tikam, berani-beraninya wanita itu pergi tanpa bilang apa-apa, dasar wanita tak tahu terima kasih. Lusiano pergi dari kamar itu.Tania,ia
harus kerumah Tania,tadi saat lusiano pergi kekantor, sesillia sedang bersama Tania dirumah ini.
**** Chapter 23 " Brak ... Brak." Lusiano memukul pintu rumah Tania keras, membuat sang pemilik rumah segera membuka pintu dengan wajah herannya.
" Huft, sudah kuduga ini dirimu, hanya kamu satu-satunya orang yang bertamu kerumahku tanpa adab bertamu yang baik." Celoteh Tania.
" Jangan banyak bicara, dimana sesillia, kau sembunyikan dimana wanita itu?" Tanya Lusiano geram.
" memang sesillia kemana? Bukannya dia ada dirumahmu." Balas Tania pura-pura tak tahu.
" Jangan belagak bodoh, pasti kamu biang keladinya, cepat katakana kamu bawa kemana wanita siput itu." Lusiano bertambah geram.
" Seanaknya saja kamu menuduhku, aku tidak tahu dimana sesillia." Sahut Tania sedikit meninggikan suaranya.
" Aku tidak pernah percaya mulut palsumu itu." Ujar Lusiano. Kali in I perkataan Lusiano sudah keterlaluan, tidak bisa ditoleransi lagi.
" Perkataanmu sudah keterlaluan lusiano, cepatlah angkat kaki dari rumahku atau aku panggil keamanan kompleks untuk menyeretmu pergi." Ancam Tania. Lusiano
mengeratkan gerahamnya, giginya menggeletuk menahan emosi, tapi ia lebih memilih pergi dan tak ingin membuat keributan.
??????????????????????????????????????????????? ****
Sesillia membantu mbok Tija memasak makan malam, walaupun dirumah ini hanya tinggal bertiga, termasuk dirinya, tapi suasana didalam rumah tak pernah sepi,
mbok Tija dan pak parmin adalah orang-orang yang care, ada saja yang jadi bahan perbincangan, membuat sesillia mulai betah ?disini, padahal barun tinggal
setengah hari. " Sudah non tidak usah bantuin mbok, non sesillia nonton tv saja sama pak parmin sekalian jagain siena." Pinta mbok Tija.
" Tadi pak parmin menawarkan diri menjaga siena, mungkin sedang tiduran dikasur depan tv." Jawab Sesillia.
" Non Sesill kan tamu disini, masak ya ikut masak didapur juga." Sahut mbok Tija sembari mencuci ikan ayam dari dalam kulkas.
" Tamu yang merepotkan, sudahlah mbok, sesillia sudah merepotkan disini, hanya ini yang bisa sesill lakukan." Ujar sesillia sembari mengiris cabe.
" Aduh....." Sesilial mengaduh, saat tanpa sengaja jarinya teriris pisau. Alhasil, darah segar menetes dengan derasnya keatas meja.
" Weladalah gusti, kok ya bisa toh non." Ujar Mbok Tija, menghampiri sesillia, dan mencuci luka sesillia dengan air keran.
" Apa ada yang sedang non sesill pikirkan?" Tanya mbok Tija.
"Tidak ada mbok." Ujar sesillia jujur.
" Mungkin sedang ada yang ngangenin kali non." Celoteh mbok Tija, membuat sesillia berpikir keras, apa benar? Siapa? Apa Lusiano? Ah tidak mungkin. Ngomong-ngomong
mengenai Lusiano, sedang apa ya laki-laki itu sekarang.
?**** ?????????????? Lusiano duduk dimeja makan dengan perut keroncongan, tumben-tumbenan sesillia lama membuat makan malam, masak apa sih sebenarnya, masak
sandal jepit? Habis lama bener matengnya.
" Sesillia, cepat!" Teriak Lusiano tapi tak ada jawaban. Karena digelayuti rasa kesal, lusiano berniat pergi kedapur, meneggur wanita siput itu.
" He! Lama sekali masak-." Ucapan lusiano teputus ketika menyadari ia hanya berbicara dengan udara, dapur ini kosong, ia baru sadar sesillia sudah pergi,
biasanya jam-jam segini sesillia selalu berkutat dengan resep-resep barunya disini.
Lusiano terdiam, serasa ada yang hilang, terlalu sering ia menghabiskan waktu dirumah ini bersama sesillia, tapi saat sesillia tak ada, apa yang bisa dilakukannya.
" Kruyuk...Kruyuk." Perut Lusiano berbunyi lagi, mau tak mau ia harus memasak, tak ada pilihan lain. Lusiano menghampiri kulkas, taram...... kulkasnya
kosong, ternyata sudah saatnya ia belanja bulanan, lusiano beralih kelemari penyimpanan... dan.....taram lagi, hanya ada mie instan disana.
" Cuma mie instan, tak apalah ganjal perut." Ujar Lusiano pada diri sendiri.
Lusiano meletakkan panci yang sudah berisi air diatas kompor, menunggu airnya mendidih, setelah airnya mendidih lusiano memasukkan mie instan kedalamnya,
sembari menunggu mienya matang, Lusiano meracik bumbunya kedalam piring.
" Bluk.. Bluk." Karena keasyikan meracik bumbu, lusiano lupa mengecek mienya, alhasil, karena tadi lusiano terlalu banyak mengisi air dipancinya, saat
mendidih, airnya naik sampai tumpah dari panci.
" Shit!" Teriak lusiano, segera ia mematikan kompor dan mengangkat pancinya, sangking paniknya, ia lupa memakai serbet untuk mengangkat panci yang terbuat
dari alumunium itu. Karena merasa tangannya kepanasan, reflek lusiano menjatuhkan panci yang masih berisi mie hingga air panas didalamnya tumpah mengenai
pergelangan kakinya. " Adoooooohhhhh!!!!!!" 2
??????????????????????????????????? ****
" Lusiano!!!!!!" Teriak sesillia, berjingkat bangun dari tidurnya, tanpa perpikir panjang, ia segera berlari ke dapur, melihat kondisi Lusiano yang tersiram
air panas. Saat sampai didepan dapur, ia tertegun, apa yang dilakukannya, ini bukan dirumah lusiano, dan tadi, itu hanya mimpi, kenapa bisa ia seheboh
ini. Tapi mimpi itu seperti nyata, apa ia pergelangan tangan lusiano tersiram air panas, Haha! Semoga saja dia baik-baik saja.
" Non sesillia, ada apa?" Ujar mbok Tija yang mengikutinya.
" Tak ada apa-apa mbok, maaf mengagetkan." Sahut sesillia tak enak hati.
" Seharusnya mbok yang meminta maaf, membiarkan non sesill tidur dikursi, mbok tidak berani membangunkan." Ujar mbok Tija.
" Tidak apa-apa mbok." Sahut Tania, setelah itu melangkah masuk kedalam dapur, ia sempat melirik jam diding yang menunjuk
?angka Sembilan. Apa lusiano sudah makan malam? Laki-laki itu kan anti sama makanan siap saji, katanya tidak sehat, mana tidak bisa masak lagi tuh orang.
Sesillia menyiapkan bumbu ? bumbu, memotong bawang merah dan bawang putih.
" Mau masak non?" Tanya mbok Tija sembari mendekati sesillia, berniat membantu.
" Iya Mbok, sesillia kepikiran majikan sesillia, biasanya jam segini, waktunya makan malam, beliau tidak suka memesan makanan cepat saji ?dan tidak memasak."
Tukas Sesillia, membuat mbok Tija tersenyum mengerti.
" Sini mbok bantuin ya." Tawar mbok Tija.
" Apa tidak merepotkan mbok." Tanya sesillia memastikan.
" Tentu tidak non." Sahut mbok Tija.
Setelah berkutat didapur selama tiga puluh menit, akhirnya dua kotak nasi goreng dengan telur mata sapi siap diantarkan.
"Mbok Tijapunya sepeda? Kalau punya sesillia pinjam ya mbok untuk mengantarkan ini." Tanya sesillia.
" Biar pak Parmin saja non yang mengantarkan." Sahut mbok Tija.
" Jangan mbok, biar sesillia saja." Ujar sesillia mencegah.
" Sudah malem non, kasih tahu saja apa yang harus dilakukan." Sahut mbok Tija.
" Baiklah mbok, tunggu sebentar ya." Tukas sesillia kemudian berlalu kekamarnya, setelah beberapa menit, ia kembali lagi kedapur dengan dua amplop surat
ditangannya. "begini mbok, nanti makannanya diantarkan saja kerumah Tania ya, dan berikan kedua surat ini juga." Ujar sesillia menjelaskan.
" Ok non, kalau gitu mbok ke pak parmin dulu ya, non sesill istirahat saja." Sahut mbok tija.
" Sekali lagi terima kasih ya mbok." Ujar sesillia untuk kesekian kalinya.
" Iya non." Jawab mbok Tija singkat, kemudian berlalu pergi menuju ruang tamu.
**** " Tok.. ToK... Non Tania, assalamualaikum."
" Waalaikum salam." Tania membuka pintu rumahnya, mendapati pak parmin, berdiri didepan pintu dengan kantong plastik ukuran sedang ditangannya.
" Pak parmin, ada apa pak malam? malam kemari." Tanya Tania, ingin tahu.
" Ini non ada titipan dari non sesillia." Ujar pak parmin, sembari menyerahkan kantong plastik ditangannya. Tania menerima kantong plastic itu, dan mencium
aromanya. ": Nasi goreng, tumben tumbenan tuh anak." Tukas Tania heran.
" Ini juga ada titipan surat non." Ujar pak parmin sembari menyerahkan surat itu.
Tania membuka salah satu surat, yang tertera namannya dimuka amplop.
Tania, ini nasi goreng, yang kotak pink untukmu, dan yang kotak hijau tolong berikan pada Lusiano, beserta suratnya juga. Terimakasih.
Tania memasukkan lagi surat itu kedalam amplop, ia menggelengkan kepalanya, tak habis pikir, sesillia ini terlalu baik atau polos sih, bisa-bisanya masih
memikirkan keadaan lusiano.
" Iya sudah pak, terimakasih ya." Ujar sesillia pada pak parmin.
" Ya sudah saya pamit pulang non." Tukas pak parmin, disambut anggukan kepala oleh Tania.
" Assalamualaikum."
" Waalaikum salam, hati-hati pak." Ujar Tania. Pak parmin kemudian melajukan motornya pergi, sedang Tania, memutuskan pergi kerumah Lusiano, mengantarkan
nasi goreng titipan sesillia.
" Ting Tong." Tania menekan bel lusiano beberapa kali, sampai lusiano keluar dengan langkah kakinya yang sedikit pincang.
" Kamu kenapa?" Tanya Tania, saat lusiano sudah didepannya.
" Taka pa, ada apa?" Tanya lusiano ketus.
" Nih ada titipan." Ujar Tania, sembari menyerahkan kantong plastic berisi nasi goreng.
" Apa ini?" Tanya Lusiano.
" Lihat saja sendiri." Jawa Tania.
" Dari siapa?" Tanya lusiano lagi.
" Didalam ada suratnya baca saja sendiri." Jawab Tania lagi.
" Ok, kamu boleh pulang." Usir Lusiano.
Tanpa pamit, Tania melengos pergi meninggalkan rumah Lusiano. Lusiano yang penasaran dengan bingkisan untuknya, segera mengambil surat didalam kantong
plastic, membukanya dan membacanya.
?Ini nasi goreng untuk makan malam, pasti belum makan, ?semoga bisa mengenyangkan.
Hanya itu isi dari surat didalamnya, tapi lusiano tahu, siapa yang mengirimnya, hanya sesillia yang tahu jam makan malamnya, dan kebiasaanya rela tak makan
kalau harus membeli makanan siap saji.
Lusiano berlalu masuk dan duduk dimeja makan, membuka kotak makan, mendapati nasi goreng dengan telur mata sapi. Lusiano memakannya dengan lahap, entah
kenapa ia merindukan rasa nasi goreng buatan sesillia ini, enak, rasanya sangat enak.
?????????????????????????????????????? ****
Melani berjalan menuju apartementnya sempoyongan, ia mabuk,bebrapa saat lalu, ia menghabiskan satu botol wiski di ulang tahun sahabatnya.
" So.. Sexy, im so beauty.. la...la...la.." Celoteh Melani dalam keadaan tak sadar.
Melani masuk kedalam apartementnya, melemparkan tas sembarangan, melepaskan sepatunya juga tak beraturan, dan terakhir melepaskan gaun yang dipakainya,
menyisahkan pakaian dalam membalut tubuhnya. Melani berniat masuk kedalam kamar mandi, saat mulutnya dibekap, dan tubuhnya diseret kebelakang secara paksa.
Keadaan ruangan yang masih gelap, membuat melani sulit mengenali siapa orang yang dapat masuk kedalam apartementnya dengan mudah.
" Kamu merindukanku sayang." Ujar suara yang sangat dikenal Melani.
" Hendra!" Tebak Melani.
" Benar sekali! Sudah lihat berita yang sudah disebabkan mantan kekasihmu." Tukas Hendra, sembari menindih tubuh Melani yang terbaring diatas sofa.
" I...Iy..Iya..." Ujar melani terbatah-batah, ia sangat ketakutan, laki-laki didepannya ini tak tanggung-tanggung membunuh demi mendapatkan apa yang dia
mau. " Ini semua juga karena kamu!" Geretak Hendra.
" Ma...aaf....maaf." Ujar Melani semakin ketakutan.
"Aku beri waktu satu minggu, untuk menghancurkan Lusiano! Hancurkan! Kalau kamu masih mau ?melihat ibumu hidup." Ancam Hendra.
" Jangan, jangan bunuh ibuku." Pinta Melani, mulai terisak.
" Aku tidak segan-segan bermain main dengan nyawa ibumu, termasuk nyawamu." Tukas Hendra tak main-main.
" Kumohon jangan." Pinta Melani mengiba.
" Kalau kamu tak mau hal itu terjadi, lakukan, cari cara menghancurkan Lusiano, mengerti!!" Tanya Hendra memastikan.
" I...Iya." Jawab Melani ragu.
Hendra, meraba tubuh melani yang cukup bebas, membuat melani yang tadinya takut, kini beralih bergairah, ia mendesah tak karuan, pengaruh alcohol juga
cukup membuatnya terlena.
" Aku merindukan tubuhmu." Ujar Hendra, sembari menciumi leher melani.
" Lakukan." Pinta Melani, diiringi desahan kencang. Mendapat persetujuan dari wanitanya, hendra menggendong tubuh melani dan membawanya masuk kedalam kamar.
**** Chapter 24 Pagi ini Lusiano lagi-lagi bangun kesiangan, ia segera mandi dan mengenakkan setelan kantornya, setelah itu pergi kelaci penyimpanan untuk mengambil dasi.
" Oh Shit! Dasi manual." Rutuk Lusiano ketika tak menemukan satupun dasi instannya.
" Sesillia....... Kemarilah, bantu aku mengenakan dasi sialan ini." Teriak Lusiano memanggil sesillia. Merasa tak kunjung ada jawaban, Lusiano memanggil
sesillia lagi. "Siput! Kamu tuli ya." Lusiano geram, ia berniat menghampiri Sesillia ke kamarnya, tapi saat didepan pintu kamar, hendak membukanya, ia teringat bahwa
sesillia sudah pergi dua hari yang lalu.
" Arggggg!!" Teriak Lusiano sembari melemparkan dasinya kelantai. Ia mengacak rambutnya frustasi, disaat-saat seperti ini sesillia sangat dibutuhkan. Lusiano
melihat jam dipergelangan tangannya, tepat pukul tujuh, oh sempurna ia ada rapat dengan client jam tujuh. Segera ia mengambil dasi yang tergeletak dilantai,
menggunakannya secara asal, alhasil, panjang dasinya berbeda, lebih panjang bagian belakang dibandingan bagian depannya, hahaha... kasihan om Lusiano.
Lusiano berlari kelantai bawah, tanpa sadar, menginjak kulit pisang yang ia lempar sembarangan didepan pintu keluar, membuatnya terpleset dan jatuh terduduk
ke? lantai. Lusiano mengaduh kesakitan, kemudian segera berdiri lagi, dan mengelus pantatnya yang terasa sakit.
" Dasar kulit pisang sialan." Geram? Lusiano marah-marah pada kulit pisang yang membuatnya terpleset.
Lusiano kembali melanjutkan langkahnya menuju garasi, memanasi mesin mobilnya sebentar, dan pergi berlalu meninggalkan rumah dengan kecepatan tinggi.
**** " Pagi pak." Sapa salah satu karyawati sembari menahan tawa.
" Hmmm..." Jawab Lusiano sesukannya.
Lusiano masuk kedalam lift, menuju ruangannya dilantai 3. Selama didalam Lift, ia merasa risih, para karyawan melihatnya sembari menahan tawa, bagaimana
tidak tertawa, orang bentuk dasi Lusiano aneh banget.. hahaha.
Bukan Lusiano namanya, kalau tidak bisa bersikap santai dalam menghadapi situasi seperti ini. Setelah lift terbuka, ia segera berjalan menuju ruangannya,
Lusiano melewati beberapa karyawati yang? bergerombol, sepertinya mereka sedang? menggosip, hingga tak menyadari kedatangan Lusiano
" Kalian tahu tidak, aku tadi bertemu pak Lusiano di lobi, masa iya dia pakai dasi lebih panjang dibagian belakang." Cerita salah satu karyawati sembari
tertawa cekikikan. " Masa sih?" Tanya karyawati yang lain tak percaya.
" Iya aku tadi juga sempat lihat, lucu." Tukas Karyawati yang lain.
Samar-samar Lusiano mendengar pembicaraan mereka, sebenarnya Lusiano tahu kalau mereka sedang membicarakan bentuk dasinya yang panjang dibagian belakang.
" Ehem.." Dehem Lusiano kencang, membuat para karyawati yang sedang menggosip, seketika berhenti dan kembali ketempat duduknya masing-masing, dengan ekspresi
wajah tak enak dan takut.
" Kalian datang kemari untuk bekerja atau mengosip, kalau kalian sudah bosan bekerja, silahkan risaind dari sini." Ujar Lusiano mengingatkan. Tidak ada
jawaban berarti dari karyawannya, mereka hanya menunduk tak berani menatap Lusiano.
" Pak Lusiano, cepat client menunggu." Ujar Vanilla, ketika meliat Lusiano. Lusiano segera menghampiri Vanilla,mengajak Sekretarisnyatu menuju ruang rapat.
" Pak tunggu dulu." Cegah Vanilla ketika Lusiano hendak membuka pintu ruangan. Lusiano mengernyitkan dahi, menanyakan tujuan Vanilla mencegahnya.
Vanilla meletakan dokumen dokumen rapat keatas meja didekatnya, kemudian beralih membetulkan bentuk dasi lusiano yang berantakan.
" Masa bapak mau metting dengan client, bentuj dasinya seperti ini, bisa jadi bahan tertawaan pak." Tukas Vanilla, Lusiano tersenyum penuh terima kasih.
" Sudah, begini kan bagus." Ujar vanilla ketika selesai membetulkan bentuk dasi Lusiano.
" Terima kasih." Ujar Lusiano singkat,dibarengi senyum memikatnya.
" Sama-sama." Sahut vanilla, tertunduk malu.
Lusiano melangkahkan kakinya masuk kedalam ruang rapat, menyapa para Client dan memulai presentasi produknya.
**** " Senang bekerja sama dengan anda pak Lusiano." Tukas salah satu client sembari menjabat tangan lusiano.
" Semoga ini menjadi kerja sama kita yang sukses." Jawab Lusiano berharap.
Vanilla, meninjau lagi berkas-berkas hasil rapat, ia tercengang, benar-benar diluar dugaan, semua client yang selalu menjalin kerja sama dengan perusahaan
Hendra Siantanu, kali ini beralih keperusahaan ini.
" Pak, bapak kesini sebentar." Panggil Vanilla. Lusiano menghampiri sekretrisnya itu, ketika selesai menyalamai client yang terakhir.
" Ada apa?" Tanya Lusiano ingin tahu.
" Amazing pak, seluruh client hari ini,? adalah client tetap perusahaan Hendra Siantanu." Tukas Vanilla semangat.
" Kamu tidak salah mengecek." Tanya Lusiano memastikan.
" Tentu saja tidak pak, saya hafal siapa saja cliet lama kita." Ujar Vanilla yakin.
Senyum kemenangan terkembang dari bibir Lusiano, Skak mat, "Kamu kalah hari ini Hendra" Ujar Lusiano dalam hati.
**** " Apa!!!!" " Iya Boss, beberapa client berpotensi kita membatalkan ?kerja sama dengan perusahaan kita." Ujar sekretaris Hendra.
" Kenapa bisa seperti itu?" Tanya hendra ingin tahu.
" Mungkin berita yang berkembang saat ini mengenai anda, sedikit banyak membuat client kita mempertanyaan kejujuran anda." Tukas Sekretaris Hendra.
" Bisa-bisanya mereka termakan berita gosip murahan seperti itu." Protes Hendra.
" Sekarang apa yang harus saya lakukan boss." Tanya sekretaris hendra lagi.
" Keluarlah, beri waktu aku untuk berpikir." Pinta hendra, membuat sekretarisnya pamit keluar dari ruangannya.
" Argggg." Hendra geram, ia menjatuhkan apapun yang ada diaaseja kerjanya, sampai memecahkan bingkai foto yang berisikan foto pernikahannya dengan Nikol.
" Lusiano keparat!!!!!!!! Tunggu apa yang bisa kulakukan untuk menghancuranmu." Ancam Hendra emosi.
**** Chapter 25 Sesillia masuk kedalam restaurant, hari ini ia mulai masuk kerja lagi, dilihatnya sarah, sedang membersihkan meja. Sesillia mengendap-endap mendekatinya,
berniat mengagetkan. " Dorrrr!" Gertak Sesillia, membuat Sarah kaget.
" Astaga kamu membuatku kaget sesillia, mau membuatku jantungan." Tukas Sarah tak terima.
" Haha.. tentu saja tidak, kamu ini selalu berpikiran negative terhadapku." Sahut Sesillia.
Mereka asyik mengobrol, hingga seorang wanita cantik masuk kedalam restaurant dan membuat Sarah seketika diam, Sesillia yang tak tahu menahu dan tak mengenal
wanita itu, cari aman, dengan mengikuti Sarah diam.
" Pagi bu melani." Sapa Sarah saat wanita itu lewat didepannya. Ternyata wanita itu melani? Wah, bakal sial nih si sesillia.
Melani berhenti, memandang pegawainya yang menyapanya tadi, dan alangkah terkejutnya ia, ketika mendapati, wanita yang jadi target incarannya sedang berdiri
didepannya, seperti buruang menyerahkan diri, seketika itu juga terlintas ide jahat di pikirannya. " Ternyata tidak butuh cara sulit untuk menghancurkan
Lusiano." Ujar Melani dalam hati.
" Pagi." Ujar melani menjawab sapaan Sarah.
" Dia pegawai baru?" Tanya melani? lagi sembari menunjuk sesillia.
" Oh. iya buk, saya sesillia, terimakasih sudah menerima saya bekerja disini." Ujar sesillia memperkenalkan diri.
" Ok, bekerjalah dengan baik." Tukas Melani kemudian berlalu pergi keruangannya.
Melani meletakkan tas kerjanya diatas meja, "Lusiano, lusiano.. rupanya kamu salah mencari lawan main. Lihat saja apa yang bisa aku lakukan untuk menghancurkanmu"
Ujar Melani sembari? tertawa terbahak-bahak.
**** ??????? " Sill, aku tak menyangkah ternyata kamu mantan istri Hendra siantanu, dan pembantu Lusiano arifian, Wow! Kamu dikelilingi pria-pria kaya." Ujar
Sarah kagum. " Sudahlah Sarah, aku sedang tidak ingin membahas hal itu, bisakah kamu mengganti topik pembicaraan yang lain?" Pinta sesillia.
" Ok, ok.... sorry." Ujar sarah tak enak hati.
" Tak masalah." Sahut Sesillia, sembari terus mengelap meja.
" Kamu ingat Robi, Sill?" Tanya Sarah tiba-tiba.
" Robi, artis itu?" Sesillia balik bertanya.
" Iya, kamu tahu, dia selalu datang setiap hari kesini, dan itu hanya untuk mencarimu." Ujar Sarah.
" Benarkah?" Sesillia tak percaya, kenapa Robi mencarinya, apa ada yang ingin dibicarakan.
" Suer." Ujar Sarah cepat. " Aku iri padamu, Robi si tampan itu kenapa mencarimu, bukan mencariku." Celetuk Sarah. Mendengar hal itu, Sesillia tertawa
cekikikan, ada-ada saja nih sih sarah.
" Jika kamu mau, boleh untukmu." Sahut Sesillia, ditengah tawanya.
" Ogah itu bekasmu." Tukas Sarah mencibir.
" Hahaha.... Aku kedapur dulu ya, haus." Pamit Sesillia.
Sesillia pergi kedapur, meninggalkan Sarah yang masih asik mengelap meja sembari menyenandungkan lagu? dangdut. Sarah ini penikmat dangdut akademi, kalau
restaurant sedang libur, dari pada untuk tidur, sarah lebih memilih menghabiskan waktu liburnya menonton dangdut akademi di studio indosiar, katanya lebih
berasa dangdutnya kalau nonton langsung
" Hai, apa sesillia sudah masuk kerja hari ini." Ujar seorang laki-laki, berhasil membuat Sarah berjingkat kaget.
" Astagfirullah." Sahut Sarah, sembari mengelus dada.
"Astaga, reaksimu berlebihan." Tukas laki-laki itu yang tak lain dan tak bukan? adalah Robi.
" kamu? Mencari Sesillia lagi?" Tanya sarah.
" Ya, apakah dia sudah bekerja hari ini." Jawab Robi, kemudian kembali bertanya.
" Sudah, duduklah disini, akan ku panggilkan." Ujar Sarah, sembari menarikkan kursi didepannya untuk Robi.
" Baiklah, aku tunggu." Jawab Robi, sembari duduk.
" Kamu juga wajib memesan sesuatu tentunya." Ujar Sarah, sebelum pergi.
" Ok, bawakan apa saja sesukamu." Tukas Robi dan dijawab acungan jempol oleh Sarah, kemudian berlalu pergi, memanggil sesillia.
?????????????????????????? ****
" Mencariku?" Tanya sesillia pada Robi. Robi mendongak, mendapati sesillia berdiri disampingnya.


Pencuri Hati Karya Rara El Hasan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

" Hai Sill, duduklah." Ujar Robi, sembari menunjuk kursi didepannya.
" Aku sedang bekerja Robi, Maaf aku tidak bisa duduk bersamamu." Sahut Sesillia, menolak secara halus.
" Oh begitu ya, baiklah tak masalah."
" Jika tidak ada? lagi yang ingin dibicarakan, apa aku boleh pergi." Ujar Sesillia meminta izin.
" Tentu saja, pergilah. Aku hanya ingin melihatmu saja." Tukas Robi, yang hanya dibalas senyum ramah oleh sesillia.
" Permisi." " Silahkan." Sesillia kembali bekerja, Melayani tamu yang lain. Sedang Robi, yang ia lakukan hanya terus memandangi setiap pergerakan sesillia.
Disisi lain, Melani sedang asyik mengobrol dengan Hendra lewat telepon, sepertinya mereka sedang merencanakan sesuatu yang tidak baik. Semoga saja, apapun
yang akan mereka lakukan, tidak merugikan Sesillia.
??????????????????????????????????? ****
" Aku tak melihat bu? Rosella hari ini." Ujar sesillia.
" Absen, bu? Rosella sedang sakit. Makanya, Bu Melani kesini." Sahut Sarah.
" Oh begitu."Ujar sesillia sembari manggut-manggut paham.
" Semuanya kumpul." Panggil melani pada pegawainya.
Mendengar atasannya memanggil, sesillia dan Sarah segera meninggalkan pekerjaanya, berkumpul dengan yang lain, mendengarkan pengarahan Melani.
" Hari ini kalian harus lembur hingga jam 1 malam, akan ada pesta nanti malam, dan kalian dibutuhkan." Ujar Melani, membuat Sesillia khawatir. Melihat
kekhawatiran diwajah sahabatnya, Sarah tak bisa tinggal diam, ia harus bicara pada bu Melani, Sesillia pasti tak berani jika harus bicara sendiri, mengingat
ia hanya karyawan baru. " Bu, sesillia hanya kerja part time, apa dia juga harus pulang malam ?" Tanya Sarah.
" Tentu saja, apalagi dia pegawai baru, saya belum pernah mentraining dia, saya tidak mau, ada karyawan diistimewakan disini." Ujar Melani ketus dan tak
mau dibantah. " Tapi Bu." Tukas Sarah, berusaha mencoba lagi.
" Tidak ada tapi-tapian, kalau kalian masih mau bekerja disini, ikuti perkataan saya." Ancam Melani.
"Sudah tak apa Sarah." Tukas sesillia.
" Bener kamu tidak keberatan." Tanya Sarah khawatir.
" Apa Kata Bu Melani ada benarnya Sarah, aku masih karyawan baru, harus mengikuti kemauan atasan." Sahut Sesillia, sembari mengembangkan senyum menenangkan.
" Baiklah, terserah? kamu saja Sesillia" Ujar Sarah.
" Bisa dimengerti, tidak boleh ada yang pulang sebelum pesta selesai." Tukas melani mengingatkan.
" Baik bu." Pegawainya serentak menjawab.
?**** Sesillia keluar dari ruang istirahat karyawan dengan perasaan gunda, Sarah yang berpapasan dengannya, ketika akan sholat, menyapanya dan menanyakan kegusaran
yang terlihat jelas diwajahnya.
" Kamu sudah sholat mahrib Sill?" Tanya Sarah.
" Sudah Sarah." Ujar Sesillia cepat, terdengar jelas kecemasan dari nada suaranya.
" Kenapa kamu terlihat gelisah sekali sesillia." Tanya Sarah.
" Barusan, aku dari ruangan ibu melani, aku ingin pulang sebentar untuk memberi tahu orang rumah tapi tidak diperbolehkan." Sahut Sesilli binggung.
" Kamu bisa memakai ponselku untuk menghubungi mereka." Ujar Sarah sembari menyodorkan ponsel miliknya.
" Itu juga yang jadi masalahnya Lusi, aku tidak hafal apalagi menyimpan nomer ponsel mereka." Tukas Sesillia semakin khawair.
" Kamu ini bagaimana, masa tidak menyimpan satu nomerpun." Tanya Sarah, dijawab gelengan kepala oleh sesillia.
" Andai bu rosella masuk hari ini, pasti aku bisa meminjam ponselnya untuk menghubungi Tania." Ujar Sesillia. Ia terlihat meremas-remas jari-jari tangannya,
tidak tenang. " Ya sudah, ya sudah... semoga saja orang rumah mengerti Sill." Tukas Sarah, sembari menggiring sesillia untuk mengikutinya.
**** Chapter 26 Hingar binggar musik disko mulai terdengar, sesillia berdiri didepan bar dengan perasaan tak nyaman, baru kali ini ia terlibat kehidupan malam. Untung
saja Melani memperbolehkannya tetap memakai pakaian muslim, tidak seperti yang lain, hanya? mengenakan rok mini hitam dan tangtop putih.
Pemandangan tak biasa bagi sesillia, melihat para tamu wanita mengenakan baju terbuka, memperlihatkan lekuk tubuhnya , mengumbar aurat, bergelayut mesra
ketubuh laki-laki yang tentunya bukan muhrim atau suami mereka, minuman berakohol serta dentuman musik disko begitu memekakan telinga, membuat sesillia
menelan ludah berkali-kali dan bergidik ngeri.
" Hai, nona! Apa yang kamu lakukan disini, lepas penutup kepalamu dan layani para tamu." Ujar bar tander, sembari tertawa, mentertawakan penampilan sesillia.
" jangan ganggu dia dimas, berkonsentrasilah bekerja, layani tamu yang lain." Tukas Melani ketus, mengingatkan. Dimas mengangguk dan kembali sibuk menyajikan
mimuman untuk yang lain. " Hai Sesillia." Sapa Melani ramah.
" Bu melani." Jawab sesillia singkat.
" Aku yakin kamu tidak terbiasa dengan kehidupan malam seperti ini." Ujar Melani menebak.
" Iya bu."Tukas sesillia singkat.
" Kamu tidak perlu ketakutan seperti itu, tamu-tamu disini tidak akan menggoda para pelayan, bukan level mereka." Ujar Melani, yang dibalas anggukan kepala
oleh sesillia. " Minumlah ini." Tukas Melani lagi, sembari menyodorkan segelas minuman. Sesillia sedikit ragu menerima minuman dari sesillia, ia khawatir kalau minuman
itu adalah mimuman berakohol.
Melani yang menyadari, sesillia hanya memandangi gelas yang disodorkannya dan tak berniat sedikitpun untuk mengambilnya, mengerti apa yang ditakutkan sesillia.
" Hahaha... tenang saja sesillia, ini bukan alcohol, ini hanya Sprite, aku berani menjamin itu." Ujar Melani memastikan. Tangan sesillia bergerak perlahan,
berniat mengambilnya. " Ayo ambilah, ini sebagai penghormatanku padamu, sebagai pegawai baru." Tukas Melani menambahi.
Sesillia memberanikan diri mengambilnya, mendekatkan ujung gelas kebibirnya, dan mulai mencicipi air dalam gelas itu. Benar, ini bukan alcohol, ini hanya
sprite, ternyata bu Melani tak berbohong padanya.
" Sekarang kamu percaya kan sesillia, aku tidak akan membuatmu mabuk." Ujar Melani, ketika melihat isi gelas yang disodorkannya sudah habis, tak tersisah
setetespun. " Terima kasih bu." Tukas sesillia, sembari menyunggingkan senyum tulusnya.
" Youre welcome, baiklah, bekerjalah dengan baik, aku harus menemui rekan-rekanku dulu." Ujar Melani, kemudian berbalik badan meninggalkan sesillia.
" Hem, aku memang tak akan membuatmu mabuk sesillia, tapi aku akan membuatmu kehilangan kehormatan." Tukas Melani pada diri sendiri, kemudian tertawa pelan,
tawa penuh kebencian. **** " Owek... Owekkk." Tangis Siena begitu kencang dan menggemah, mbok Tija yang sedang menggedongnya terlihat begitu cemas, sudah semalam ini Sesillia tak
kunjung pulang. " Duh pak-ne, ibu khawatir non sesillia belum pulang-pulang. Siena juga nangisnya makin keras, tak mau diam, walau sudah ibu timang." Tukas Mbok Tija cemas.
" Bapak juga cemas buk-ne, tadi pamitnya kemana toh?" Tanya pak parmin pada istrinya.
" Katanya sih bekerja, jam empat sudah pulang gitu." Sahut mbok Tija.
" Tapi ini sudah hampir jam Sembilan buk." Tukas pak parmin.
" Duh, kemana ya pak, jangan-jangan terjadi apa-apa sama non sesillia." Ujar mbok Tija.
"Hust, jangan bilang gitu buk." Larang pak Parmin.
"Coba bapak kerumah non Tania, siapa tahu non Tania tahu dimana tempat non sesillia bekerja." Ujar mbok Tija memberi saran.
" Yowes buk-ne, bapak tak kerumahnya non Tania dulu yo." Tukas Pak parmin sembari berpamitan.
" Ati-ati yo pak."
" Iyo buk." Pak parmin mengendarai motor bututnya menuju rumah Tania.
**** Sesillia sibuk mengantarkan minuman, tapi? entah kenapa tiba-tiba ia merasa kepanasan sekali, seakan tubuhnya terbakar,terasa? gerah.
Ia berlari kemeja bar, memintah air putih, meneguk hingga tandas, tapi tak ada perubahan yang berarti, sesillia semakin kepanasan.
perasaan yang dulu pernah dirasakannya ketika bersama hendra sekarang muncul lagi. Perasaan ingin dijumbu, ah! Apa yang terjadi, area keintimannya juga
mulai basah. Matanya bergerak liar, baginya laki-laki dihadapannya adalah mangsa nikmat, Entah setan apa yang menggelayuti sesillia, sampai wanita itu nekat membuka
hijabnya, dan berlari ketenga lantai dansa, menari dengan seronok ditengah kerumunan para lelaki yang siap menyentuh tiap jengkal tubuhnya. Sesillia melepas
ikatan rambutnya, membuat rambut panjangnya terurai, menambah kesan hot dan menantang.
Semakin kencang dentuman musik disko semakin seronok tarian sesillia, para laki-laki disekelilingnya juga tak segan menyentuh tubuh sesillia, bahkan dibagian
intim, sepertinya kesadaran sesillia sudah hilang.
Disudut lain, empat pasang mata sedang menatapnya lekat-lekat, mereka terlihat kasak-kusuk, mentertawakan kelakuan sesillia.
" Hahaha... lihatlah mangsamu Hendra, bagaimana cara kerjaku." Tanya melani.
" Kamu hebat sayang. Beruntung sekali laki-laki disekitarnya bisa menikmati tubuh seksi sesillia." Ujar Hendra.
" Jadi, bagimu kamu tidak beruntung menceraikannya." Sergap melani.
" Tentu saja tidak begitu, aku sudah bosan menidurinya tiap hari." Ujar Hendra merendahkan.
" Terus, apa yang harus aku lakukan sekarang." Tanya Melani.
" Hubungi Lusiano, beritahu dia sesillia ada disini, sedang bergelung dengan laki-laki hidup belang." Ujar lusiano sembari mencecap wiskinya.
" Oke." Sahut melani singkat kemudian berlalu menjauhi Hendra, menghubungi Lusiano.
Pak parmin memarkir motor bututnya didepan rumah Tania, Tania yang sedang menikmati angin segar, segera berdiri, menghampiri pak parmin, membuakakan pagar
rumah untuk bawahannya itu.
" Ada apa pak?" Tanya Tani, ketika melihat kecemasan diwajah pak Parmin.
" Non, mbak sesillia sampai sekarang belum pulang, tadi pamitnya bekerja, non Tania tahu dimana tempat kerja mbak Sesillia." Tania kaget mendengar ucapan
pak parmin, sekejab ia-pun ikut khawatir, bukan apa-apa, kalau memang sesillia masih bekerja sampai sekarang, berarti ia bekerja di club malam, bukankah
jika sudah menjelang petang, restaurant tempat kerja sesillia beralih fungsi menjadi diskotik.
" Ya Allah pak, bener sesillia tadi pamitnya bekerja?" Tanya Tania memastikan.
" Iya non." Jaswab pak parmin yakin.
" Kita harus menyusulnya pak, tapi bagaimana, tempatnya cukup jauh, tidak mungkin kita pakai motor malam-malam, Tania tidak boleh terkena asap kendaraan
pak, mana mobilnya sedang dibengkel, mobil mas Romi dibawa keluar kota." Ujar Tania. Tania memiliki penyakit saluran pernapasan, jika terkena asap kendaraan
akan terbatuk-batuk beberpa hari.
" Terus gimana non?" Tanya pak parmin bingung.
**** Lusiano sedang terlelap dalam dunia mimpi, ketika suara dering ponselnya, membuatnya terbangun.
" Hallow, jawabnya dengan malas."
" Malam my honey Lusiano." Mendengar sapaan menjijikan melani, seketika Lusiano menegakkan tubuhnya.
" Buat apa kamu menghubungiku?"
" Hanya untuk mengabari, wanitamu sedang bergelung dengan banyak laki-laki di club-ku." Ujar Melani. Lusiano mengernyitkan dahi, wanitanya? Siapa yang dimaksud
melani. "Siapa yang kamu maksud?" Tanya Lusiano.
" Siapa lagi kalau bukan sesillia, wanita berhijabmu." Sontak perkataan melani, menyulut amarah Lusiano.
" Apa yang kamu lakukan pada sesillia, jangan sekali-kali kamu mencelakainya." Ancam Lusiano.
" Segeralah kemari, dan kamu bisa lihat sendiri apa yang dilakukan wanitamu, hahaah." Tukas melani kemudian mematikan sambungan telepon.
Tanpa berpikir panjang, lusiano meraih mantel hitamnya dan kunci mobilnya, ia tak peduli walaupun masih mengenakan piama tidur. Sesillia dalam bahaya,
yang terpenting ia harus mengeluarkan sesillia dari sana.
Lusiano berjalan cepat menuju lantai bawah, membuka pintu dan mendapati Tania dengan raut wajah cemasnya.
" Kamu mau kemana Lusiano?" Tanya Tania.
" Ada perlu." Ujar Lusiano, sembari berjalan menuju garasi, tak menghiraukan Tania.
" Antar aku ketempat kerja sesillia." Tukas Tania, membuat lusiano berhenti berjalan seraya menoleh pada Tania, penuh pertanyaan.
" Bekerja? Sejak kapan? Dimana?" Tanya Lusiano bertubi-tubi.
" Sejak masih disini, dan dia bekerja di restaurant cemang."
" Oh shit!!!!" Ujar lusiano, kemudian segera masuk kedalam mobil.
" Kamu tahu, sesillia sedang dalam bahaya saat ini." Tukas lusiano lagi, kemudian melajukan mobilnya dengan cepat.
Tania masih berdiri ditempatnya dengan beribu pertanyaan diotaknya, sesillia dalam bahaya? semoga saja sesillia kembali dengan selamat dan tidak terjadi
apa-apa. *** Chapter 27 sesillia terbangun dengan sakit yang teramat dikepala, apa yang terjadi, ia tak mengingat apapun. sesillia memijat keningnya perlahan, berusaha meredakan
denyutan menyakitkan yang mendera.? Dengan mata yang masih mengantuk, ia menoleh kesamping ranjang, berniat melihat putri kecilnya Siena.
Bukan Siena yang ia temukan terlelap tidur disampingnya, melainkan lusiano arifian mantan majikannya, yang tengah? tidur seranjang dengannya? tanpa busana
lengkap, bukan bukan, lebih tepat jika dikatakan tanpa busana sepotong pun.
Tanpa busana? dengan cepat ia mengamati kondisinya sendiri, alangkah shocknya ia, ketika mendapati kondisi tubuhnya? tak jauh berbeda dengan kondisi tubuh
lusino, telanjang bulat dan hanya terbalut selimut.
Sesillia kembali melihat lusiano, ia benar, sama. Bedanya selimut yang menutupi tubuh lusiano tersikap, dengan gamblang memperlihatkan organ intimnya yang
mengeras. Sesillia melotot tajam, kenyataan yang begitu menohok hatinya, bagai ditimpa batu berjuta-juta kg beratnya, kejadian itu membuat naluri kewanitaannya
berteriak. tangan sesillia reflek menutupi mulut, mencegah agar tak berteriaK, detak jantungnya pun berdetak melebihi detakan normal, ia sungguh tak percaya dengan
apa yang terpampang didepan matanya.
Sesillia menangis, ia menangis tersedu-sedu, tangisan yang terdengar kencang dan membuat lusiano terbangun.
Lusiano mengusap wajahnya kasar, kemudian megusap mata, membuat? pelupuk matanya terbuka sempurna. Dengan santainya ia meregangkan otot otot tubuhnya,
menguap berkali kali dan berniat turun dari ranjang. Saat hendak berdiri, ia dikagetkan oleh? organ intimnya yang menegang. Seketika kesadaran lusiano
kembali sepenuhnya, tak biasanya ia tidur dengan kondisi telanjang bulat seperti ini. Lusiano merabah- rabah sisi sampingnya, berniat mengambil ponsel
yang biasa ia letakkan diatas nakas, setiap menjelang tidur. Lagi lagi lusiano terheran heran, meja di samping tempat tidurnya tidak ada, siapa yang berani?
memindahkan. Tunggu sebentar! Lusiano mengamati setiap bagian ruangan tempat ia berada saat ini, ini bukan kamarnya, kamarnya tidak seperti ini! Jadi ini dimana?!.
" hu..hu. ..hu... " lusiano mendengar tangis kencang seorang wanita, ia memberanikan diri menoleh kebelakang, memastikan apakah pendengarannya masih normal.
" sesilllia!!!!!!!" Ujar lusiano kaget.
Lusiano mendapati sesillia tengah menangis dibelakangnya, wanita itu sepertinya telanjang bulat dan hanya mengenakan kain selimut sebagai penutupnya.
" oh shit!!!!!!!!!!" Bentak lusiano, kemudian menarik sisah selimut untuk menutupi organ intimnya.
" shit...Shit..." ujar luasiano lagi? tak percaya. Apa yang terjadi? Kenapa bisa ada sesillia dikamarnya, bukan! Yang benar, kenapa ia dan sesillia terjebak
dikamar ini dengan kondisi mengenaskan begini.
" hu...Hu....hu. " lagi lagi hanya suara tangis itu yang terdengar dari mulut sesillia.
" oh come on sesillia, berhentilah menangis." Pinta lusiano, ketika ia merasa tangis sesillia semakin memperburuk keadaan.
" apa yang terjadi." Tanya sesillia sesenggukan.
" tak tahu, jika kamu bertanya padaku, aku harus bertanya pada siapa." Ujar lusiano tak serius.
" kamu gila ya, masih saja bisa bercanda dalam kondisi seperti ini." Tukas sesillia mencela.
" hei! kamu kira aku mau terjebak dalam situasi seperti ini bersamamu." Sahut lusiano tak terima.
" apa yang kamu lakukan padaku lusiano." Sergap sesillia.
" harusnya pertanyaan itu lebih tepat jika aku yang menanyakannya." Ujar lusiano, sembari memutar tubuhnya menghadap sesillia.
"apa maksudmu." Tanya sesillia tak paham.
" ya, aku menemukanku dalam kondisi yang mengkhawatirkan, kamu menari bak penari strriptis ditengah kerumunan laki-laki." Ujar lusiano membuat sesillia
kaget dnn tak percaya. " kamu jangan membohongiku lusiano." Tukas sesillia
" apa untungnya buatku berbohong mengenai hal itu." Ujar lusiano menjelaskan.
Sesillia terdiam, ia seperti mengingat ingat sesuatu, apa benar yang dikatakan lusiano. Entah, ia tak mengingat apapun.
" terakhir kali yang aku ingat,bu melani memberiku minuman sprite dan setelah itu, sekujur tubuhku terasa panas sekali, kesadaranku tiba tiba hilang dan
aku? tak.bisa? mengingat apapun lagi." Ujar sesillia menjelaskan, ia hanya tertunduk, memikirkan kemungkinan kemungkinan terburuk? yang mungkin terjadi.
" kita dijebak sesillia, tidak salah lagi, melani itu wanita suruhan hendra." Tukas lusiano, membuat sesillia segera menoleh padanya, memperlihatkan tatapan
tak percaya. " aku harus membuktikan merekalah pelakunya ." Ujar lusiano kemudian turun dari ranjang, memunguti pakaiannya yang berserakan dilantai.
Sesillia membuang muka, tak mau melihat lusiano tengah mengenakan kembali? pakaiannya.
" tak bisakah kamu memakai pakaianmu dikamar mandi." Pinta sesillia.
" apa kamu melihat ada kamar mandi disini." Jawab lusiano dan? kembali bertanya .
" ti...tidak.". Balas sesillia.
" kalau begitu, jangan melihatnya. " ujar lusiano.
" siapa juga yang mau melihatmu." Sembari membenarkan lilitan selimut ditubuhnya.
" sebaiknya, kamu segera memakai pakaianmu, aku tunggu diluar." Lusiano selesai mengenakan pakaian kemudian berlalu pergi meninggalkan kamar.
Sesillia menunggu hingga lusiano menutup pintu, sesillia turun dari ranjang, memunguti pakaiannya yang tercecer dilantai dan mengenakannya dengan cepat.
**** Lusiano mengacak rambutnya tak karuan , apa yang direncanakan wanita dan pria brengsek itu. Lusiano memutar bola matanya, mengamati kesekitar. Ini club
malam milik melani,semalam ia merasa ada yang memukul tengkuknya, setelah itu ia tak tahu apa lagi yang terjadi.
Lusiano melangkah? berat menuju pintu club malam, berharap pintu itu tak dikunci, dan benar, pintunya sedikit terbuka.
Lusiano memegang kenop pintu berniat membukanya lebih lebar, tapi urung katika ia melihat kerumunan wartawan berdiri tepat didepan pagar.
Ada apa? Apa yang terjadi? Kenapa banyak wartawan disini? Ujarnya dalam hati.
Lusino menutup kembali pintunya, mengarahkan langkah kakinya keatas, berniat memberi tahu sesillia.
" kring... kring..." suara ponselnya berdering dering dalam saku celananya. Lusiano merogoh saku celananya, meraih ponsel seraya mengangkatnya.
" ya vanilla ada apa kamu meneleponku dihari libur dan sepagi ini pula." Tanya lusiano.
" maaf? pak saya menganggu anda sepagi ini, tapi saya harus memberitahu bapak, sejak beberapa jam lalu para client dan investor kita, berbondong bondong
menghubungi saya untuk mengadakan pertemuan pembatalan kerja sama." Ujar vanilla.
" kamu jangan bercanda vanilla."
" tidak pak saya tidak sedang bercanda, sedari tadi saya mencoba menghubungi and tapi tidak kunjung tersambung."
" mengapa mereka membatalkan kerjasama, apa yang terjadi, apa perusahaan kita melakukan kesalahan." Tanya lusiano tak mengerti.
" bukan perusahaan pak, tapi anda, seluruh infotainment memberitakan perihal foto syur anda bersama mantan istri hendra siantanu." Tukas vanilla, mengabarkan
berita yang sangat mengagetkan lusiano.
" foto syur apa lagi?" Tanya lusiano.
" sebaiknya bapak lihat sendiri." Tawar vanilla.
" baiklah, urus semuanya vanilla, 2 jam lagi kita bertemu dikantor." Ujar lusiano.
" baik pak." Balas vanilla kemudian menutup sambungan telepon.
lusiano membuka televisi streamingnya, memilih salah satu saluran televisi, dan benar apa yang dikatakan vanilla sekretarianya. Berita tentang dirinya
menjadi topik pembahasan, lusiano membelalakan matanya, apa apaan ini, kenapa ada foto dirinya dan sesillia sedang tidur, foto itu memperlihatkan tubuhnya
dan tubuh sesillia yang telanjang, bagian dada sesillia diblur alias di sensor, oh astaga, mala petaka.
Lusiano tergopoh gopoh menuju lantai atas, ia harus segera pergi dari tempat ini. Lusiano membuka kenop pintu, mendapati sesillia tengah celingukan mencari
sesuatu. " lusiano kamu lihat hijabku tidak?" Tanya sesillia, ketika melihat lusiano menghampirinya.
" tidak." Jawab lusiano singkat.
Lusino melepas mantel hitamnya,memakaikan ketubuh sesillia, kemudian menghela sesillia keluar kamar. Sesillia mendongak , menatap lusiano yang terlihat
gusar, ekspresi wajah yang jarang ditunjukan lusiano sebelumnya.
lusiano membuka kenop pintu, seraya memeluk tubuh sesillia erat? dengan satu tangannya.? Sesillia tercengang, lebih dari sepuluh orang berdiri mengerumuni
mereka, menanyakan beberapa pertanyaan secara bersamaan, terdengar seperti gumaman bagi sesillia.
Lusiano mengiring tubuh sesillia cepat, berusaha menghindari para wartawan yang semakin brutal. Lusiano menuju area parkir, membuka pintu mobil, menyuruh
sesillia masuk dan mengemudikan mobilnya cepat, meninggalkan para wartawan yang masih berusaha mencari informasi.
Sesillia bungkam seribu bahasa, pikirannya beradu hebat, ia mencium mara bahaya, ia juga tak pernah terlibat peristiwa besar nan memalukan seperti ini.
Bagaiman mungkin ia bisa tidur dengan laki laki yang bukan suaminya dalam keadaan telanjang bulat.
Kotor, dirinya sudah kotor, apa yang dilakukannya dengan lusiano semalam, bagaimana jika mereka sudah berhubungan badan, berarti ia sudah melakukan zina.
Hah! Semoga saja tidak. Tapi? Para wartawan itu, sepertinya ada sesuatu yang terjadi,? dan itu menyangkut dirinya serta lusiano.
Tanpa diminta, air mata meluncur deras dari pelupum matanya, menyebabkan isakan kecil tak tertahan.
" arrrrgggg...? berhentilah menangis! Kamu membuatku semakin pusing." Bentak lusiano, sembari memukul setir mobilnya berkali kali.
Sesillia tidak menanggapi ucapan lusiano, memilih? terus menangis, bukan ia lemah, tapi rasa takut dan cemas begitu menghantui perasaannya.
**** Chapter 28 Lusiano menghentikan laju mobilnya beberapa meter dari kediamannya. Emosinya yang sedikit mereda, kini harus tersulut lagi,? rahangnya mengeras, Giginya
menggeletuk saling beradu, emosi yang membuncah, semakin tak tertahan.
" sialan, kenapa mereka juga ada disini." Ujar lusiano, ketika melihat para wartawan berkumpul didepan rumahnya.
" kenapa orang orang itu juga ada disini, sebenarnya apa yang terjadi."tanya sesillia lugu.
Lusiano menyodorkan ponselnya pada sesillia, sesillia terdiam, apa tujuan lusiano menyerahkan ponsel itu padanya.
"Ambilah, lihat sendiri apa penyebab orang orang itu selalu mengikuti kita." Tukas lusiano, tanpa sedikitpun memandang sesillia.
Sesillia mengambil ponsel yang disodorkan lusiano, membuka layarnya, mendapati kenyataan yang membuat hatinya hancur.
" kamu sudah tahu sekarang, apa penyebabnya? Mau tidak mau kita harus menghadapi kenyataan itu, sepertinya ada orang yang sengaja ingin menghancurkan kita."
Tukas lusiano emosi. Sesillia terdiam, mau bicara apa, sesillia tidak meragukan foto itu, foto yang terlihat keasliannya, benar kata lusiano, mungki ia? sedang dijadikan korban
untuk penjebakan. Tapi apa benar pelakunya bu melani? Ah! Rasanya kepalanya mulai sakit, semua ini terlalu mendadak, ia tak pernah siap dan tak pernah
terlintas sedikitpun dipikirannya akan mengalami peristiwa memalukan seperti ini.
Sesillia menutup mulutnya, terisak pelan disela sela pergulatan batin yang dialaminya.
" astaga kamu menangis lagi, apa dengan menangis masalah ini bisa selesai? tidak! Tangisanmu itu tidak membawa perubahan,Jadi berhentilah menangis, aku?


Pencuri Hati Karya Rara El Hasan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pusing? jika? kamu terus menangis." Tukas lusiano tak suka.
Sesillia tak memperdulikan ucapan lusiano, ia terus menangis, menumpahkan seluruh kegundahan hatinya. lusiano berkali kali menggelengkan kepalanya, wanita
disampingnya ini benar benar cengeng, sedikit sedikit menangis, tapi baru kali ini lusiano melihat sesillia begitu rapuh, oh tuhan apa yang harus dilakukannya,
ia tak pernah berpikir hendra akan seberani ini.
Lusiano meraih ponselnya,? terlihat sedang menghubungi seseorang.
" tania kamu dimana?"
".............."
" bagus, tolong bukakan pintu pagar."
lusiano mematikan panggilan, kembali melajukan mobilnya mendekati rumah, melihat mobil lusiano mendekat, para pencari berita yang sudah menunggu, langsung
mengerumuni mobil, ada yang mengetuk? jendela mobil, ada yang menghadang didepan,sebisa mungkin mereka harus mendapatkan gambar, atau mewawancarai langsung
sang pelaku. lusiano membunyikan klakson dengan membabi buta, membuat para wartawan sedikit menjauh, memberi jalan? pada mobil lusiano untuk? masuk saat
pagar terbuka. lusiano turun dari mobil, melewati tania yang berdiri didepannya, bersiap mengajukan pertanyaan, tapi senasib dengan para pemburu berita tadi,? lusiano
sepertinya tak ingin ditanyai, dan lebih memilih langsung? masuk kedalam rumah.
Sedang tania , ia segera menuju sisi pintu mobil yang lain, membuka pintunya dan mendapati sesillia duduk termenung? diposisinya.
" sesillia.. sesillia.." panggil? tania, sembari menguncang pelan bahu sesillia. Sesillia menggeragap, ia menoleh kesamping, mendapati tania dengan raut
wajah khawatir.? Tanpa banyak kata, sesillia menghambur kepelukan tania, sekali lagi ia tak bis membendung laju air matanya.
" tania aku takut." Ujar sesillia dengan suara bergetar.
" tenang sesillia... tenang.... sebaiknya kita masuk." Ajak tania, kumudian menbantu sesillia turun dari mobil dan menggiringnya masuk kedalam rumah.
Sesillia melihat beberapa orang berkumpul di ruang tamu, termasuk? lusiano.? Mereka saling diam, tak ada pembicaraan yang terjadi.
" siena. " ujar sesillia ketika Mendapati putri kecilnya berada dalam gendongan suharti. Sesillia menghampiri suharti, merentangkan tangannya, meminta
izin mengambil siena. Suharti menampilkan? senyum lembutnya seraya menyerahkan siena pada ibu kandungnya, sesillia.
" tania ajak sesillia kekamarnya." Perintah lusiano. tania mengangguk, kemudian menggiring sesillia kekamarnya.
" Apa yang terjadi luasiano?" tanya suharti? dengan ekspresi bercampur sedih dan kecewa.
" ini.." ujar suharti,sembari meleparkan majalah ke atas meja Tepat didepan lusiano.
" ini..."? melemparkan majalah kedua. " Ini juga, dan ini." Sembari menyalakan televisi dan memperlihatkan saluran berita yang memberitakan tentang? skandal
yang dilakukan lusiano. " baik media cetak dan elektronik, semua memberitakan tentang skandal? foto syur yang kamu lakukan. "? tukas suharti emosi.
" berita ini tersebar begitu cepat, hanya dalam hitungan jam, fotomu terpampang diseluruh sampul majalah maupun koran, mau ditaruh dimana nama baik keluarga."
Suharti terus saja mengomel.
" aku dijebak, sesillia dan aku sengaja dijebak." Ujar lusiano kesal.
" siapa yang menjebakmu?" Tanya rudi. Lusiano terdiam dan tertunduk lesu.
" hendra dan melani." Tukas lusiano yakin.
" apa kamu yakin mereka yang melakukanya." Tanya rudi lagi.
" ya." Jawab lusiano singkat.
" kalau begitu tunggu apa lagi, kita harus melaporkan mereka ke polisi." Ujar rudi menawarkan.
" tidak semudah itu, aku tidak memiliki? bukti apapun untuk? memberatkan mereka, walaupun aku yakin merekalah palakunya." Lusiano mengacak rambutnya kasar,
ia terjebak, dimana jalan keluarnya, semuanya buntu.
" apa yang terjadi sebenarnya, aku dengar dari tania, kamu pergi untuk menjemput sesillia semalam." Tanya rudi.
" ya, semalam? aku pergi menjemput sesilia ditempatnya, sebelumnya melani sudah menghubungiku, memberitahu jika sesillia tak sadarkan diri. ternyata itu
jebakan, aku menemukan sesillia bagaikan? wanita jalang, menari ditengah lantai disko, dengan pakaian terbuka dimana mana, saat aku ingin membawanya pulang,
seseorang? memukul tengkukku? hingga tak saarkan diri, dan saat? terbangun, aku sudah dalam keadaan telanjang bulan dengan sesillia disampingku.
" kamu yakin tidak berhubungan badan dengan sesillia?" Tanya rudi penasaran.
" tentu saja tidak, aku tidak menyentuhnya." Jawab lusiano yakin.
" kamu harus menikahi sesillia, terlepas kamu menyentuhnya atau tidak." Timpal? suharti, membuat lusiano kaget.
" tidak, mana mungkin aku menikahi pembantu." Tukas lusiano menolak mentah mentah.
" kamu seorang muslim, sesillia juga seorang wanita muslim, ia memiliki harga diri. Mau tak mau kamu harus menikahinya." Paksa suharti.
" benar kata kanjeng ibu lusiano, apa kamu tidak kasihan melihat nasib sesillia nantinya. akibat foto syur yang sudah tersebar luas itu, aku yakin laki
laki akan berpikir dua kali untuk melamar sesillia." Ujar Rudi menjabarkan.
" tidak, aku tidak sudih menikahi wanita pembawa sial itu ." Sahut lusiano kekeh.
" jaga ucapanmu lusiano!! nama baikmu sudah hancur, apa kamu mau semakin menghancurkannya karena kamu tidak mau bertanggung jawab setelah meniduri sesillia."
Sahut tania, ikut bergabung dalam pembicaraan.
"arrrgggg... entahlah, aku pusing." Ujar lusiano, sembari menyandarkan tubuhnya dan memijit kepalanya keras.
" sesillia begitu terpukul lusiano, kepribadiannya berubah, sekaranh ia jadi pendiam. Padahal sesillia yang kukenal bukan wanita pendiam." Tukas tania.
" apa kamu kira aku juga tidak terpukul." Bentak lusiano.
" pikirkan bagaimana kehidupan sesillia setelah ini, ibalah sedikit, jagan telalu memikirkan dirimu sendiri ." Sahut tania.kecewa.
" mau tak mau kamu harus menikahi sesillia, ibu akan menyiapkan seluruh keperluan pernikahannya." Ujar suharti kemudian pergi ke kamar sesillia.
" ibu.. ibu..tunggu!!!!!!" Panggil lusiano tak digubris oleh suharti.
**** " tok tok" suharti mengetuk pintu kamar sesillia, menunggu dipersilahkan masuk.
" masuk ." Ujar sesillia mempersilahkan.
Suharti masuk, mendapati sesillia tengah melepas mukenah, mungkin habis sholat dhuha.
Suharti mendekati sesillia, Sembari mengusap punggungnya, berusaha menenangkan.
" bagaimana keadaanmu sesillia?" Tanya suharti, saat melihat? wajah sesillia? begitu pucat.
" baik kanjeng ibu." Jawab sesillia lemah.
" ibu berfikiran menikahkanmu dengan lusiano, apa kamu setuju?" tanya suharti to the poin. Sesillia tersentak kaget, bagaimana mungkin ia menikah dengan?
lusiano, ia hanya wanita biasa, bukan wanita high class, seperti wanita yang biasa dikencani lusiano.
" saya hanya wanita biasa kanjeng ibu, apa pantas menikah dengan lusiano." Sahut sesillia.
" saat ini, hal itu sudah tidak penting lagi. Pernikahan kalian akan? menyelamatkan nama baik lusiano serta nama baikmu " tukas suharti, membuat sesilli
tertundu, berfikir. Memang benar, harga diri dan nama baik dirinya serta lusiano sedang dipertaruhkan saat ini,? mungkin tidak ada lagi laki laki yang
mau menikahinya setelah foto syur dirinya yang tersebar luas didunia maya .
" bagaimana sesillia, apa kamu menerima." Tanya suharti lagi.
" apa lusiano tahu hal ini kanjeng ibu." Sesillia balik bertanya.
" sudah, tinggal menunggu persetujuanmu." Ujar suharti menimpali.
Lagi lagi sesillia hanya diam, apa yang harus dijawab, ia masih sangat bingung.
" besok pagi saya akan memberi jawaban, saya perlu sholat istiqarah untuk mencari jawaban ? kanjeng ibu."? Ujar sesillia, meminta persetujuan.
" baiklah, aku beri waktu? untuk kamu berpikir, pertimbangkan baik baik, hanya ini jalan satu satunya yang bisa menyelamatkan harga dirimu." Tukas? suharti,
sembari mengelus lembut kepala sesillia.
" semoga nanti malam saya mendapatkan jawabanya." Ujar sesillia sembari mengembangkan senyum dibalik wajah pucatnya.
" entah manusia iblis macam apa, yang tega menjebakmu? sesillia." Tukas suharti iba bercampur? emosi, iba pada sesillia, marah? pada pelaku, ia berharap
siapapun pelakunya, akan mendapat balasan yang setimpal.
" yasudah, cepatlah turun, kita makan siang bersama." Pinta suharti yang dijawab anggukan kepala oleh sesillia. Suharti? melangkah keluar dari kamar sesillia,
meninggalkan sesillia tengah merenungi permintaan suharti.
Sesillia melipat mukenahnya, meletakkannya diatas ranjang, kemudian menggendong siena dan mengajaknya turun. Para keluarga besar lusiano sudah berkumpul
didepan meja makan, berbagai macam jenis makanan tersaji di meja, jika tidak dalam situasai yang mendebarkan seperti ini, pasti sesillia sudah makan dengan
lahapnya, tapi sayang, makanan seenak itu, tetap saja tidak membuat sesillia berselera untuk makan.?
Sesilli ikut bergabung didepan meja makan, ia memilih? duduk disamping lusiano, bukan memilih, tapi memang kursi disamping lusiano lah yang tersisah, mau
tak mau sesillia harus duduk disitu.
Aura berbeda langsung terasa, semua orang memilih diam, tak ada tegur sapa, ekspresi merekapun beragam, tapi yang paling ketara, ekspresi cemas dan khawatir.
Sesillia menyendokan soup kedalam makuknya, kali ini ia tak selera makan, beberapa suap? soup sepertinya cukup untuk menganjal perutnya.
Entah kenapa sesillia merasa tak nyaman, bukan karena suasana dimeja makan yang berbeda, tapi lebih pada tatapan lusiano padanya, ya! lusiano menatapnya
dengan Tatapan tak suka, rasa tak suka itu terpancar jelas dari sorot matanya.
Lusiano meletakan sendoknya, kemudian berdiri dan berlalu pergi meninggalkan ruangan. Belum sampai beberapa langkah, suharti memintanya kembali, awalnya
lusiano menolak, tapi perintah suharti tak bisa dibantah, apalagi nama baik keluarga sedang dipertaruhkan saat ini.
" minggu depan pernikahan kalian akan segera? digelar." Ujar suharti membuat luasiano geram.
" tidak!" Sahut lusiano cepat.
" ini perintah, kamu tidak bisa membantahnya." Ujar suharti tak mau kalah.
" tidak! Aku tidak mau menikah dengan dia!" Sahut lusiano sembari menunjuk sesillia.
Sesillia tertunduk takut, ia lebih memilih diam dan tidak ingin ikut campur dalam perdebatan ibu dan anak itu.
" kamu harus setuju!!! Ini demi nama baik keluarga dan nama baikmu juga." Ujar suharti berapi api.
Lusiano beranjak berdiri, memandang ibunya dengan tatapan tak suka.
" terserah apa mau ibu, tapi aku tidak sudi? menikah wanita pembawa sial ini." Ujar lusiano, kemudian berlalu pergi meninggalkan ruangan. kali ini suharti
tidak mencegahnya, dan membiarkab lusiano tetap? pergi.
Sesillia tertegun, seburuk itukah dirinya, apa benar ia hanya wanita pembawa sial. Semua orang akan menolak kehadirannya, dimanapun ia menginjakkan kaki.
Sebisa mungkin sesillia membendung air matanya, tidak bisa dipungkiri, perkataan lusiano tadi, berhasil melukai hatinya.
" maafkan perkataan lusiano ya sesillia." Ujar suharti tak enak hati. Sesillia mengangguk menanggapi permintaan maaf dari suharti.
Sesillia memilih pergi meninggalkan ruang makan, dan kembali kekamarnya. Sorot mata penuh belas kasihan mengiringi setiap langkah kakinya. Selalu, selalu
ekspresi yang sama, Ekspresi tak suka dan kasihan.
**** Malam semakin larut, beberapa jam lalu, para pemburu berita yang setia menunggu didepan rumah lusiano memilih untuk pergi, mungkin mereka lelah, karena
tak mendapatkan informasi apapun.
Dengan suaranya yang begitu merdu, sesillia? melantunkan ayat? suci al- quran. Membaca al-quran merupakan obat hati yang paling mujarab, tak ada tandingannya
diseluruh dunia, dengan melantunkan kalam illahi, sedikit banyak bisa menenangkan hati dan pikirannya.
Sedangkan disisi lain, lusiano begitu kalut dan bingung, perusahaanya terancam bangkrut. Prosentase saham perusahaannya? dipasar modal kini merosot tajam.
Foto itu benar benar membawa imbas besar, berita yang berkemban semakin keterlaluan dan menyudutkan. sampai para pakar telematikapun berbondong bondong
ingin membuktikan keaslian foto itu. Kali ini lusiano benar benar habis, mungkin ia terlalu meremehkan kelicikan hendra.
lusiano mendaratkan? tubuhnya keatas ranjang, hah! Ranjang yang empuk sekarang terasa keras, sekeras otaknya. Ia lelah, lelah? memutar otaknya untuk mencari
jalan keluar dari masalah yang tak kunjung menemukan titik terang. Apalagi ibunya terus saja memaksanya menikahi wanita sialan itu.? Semua ini karena wanita
itu, semenjak wanita itu datang kekehidupannya, hidup lusiano selalu ditimpa kesialan.
" arrrrrrggggg" teriak lusiano kesal.
Andai saja ia tak menolong sesillia saat wanita itu ingin bunuh diri, pasti lusano tidak akan sesial ini. Ia benar benar menyesal telah? mengenal sesillia,
oh! Sesillia sudah seperti? devil baginya.
Lusiano melangkahkan kakinya keluar dari kamar, ia berniat pergi kedapur, mengambil air minum, menghilangkan rasa dahaga di tenggorokannya. Tapi saat melewati
kamar sesillia, ia berhenti, mendekatkan telunganya kepintu, menguping percakapan sesillia dengan siena, lebih tepatnya sesillia berbicara sendiri, tentu
bayinya belun mengerti apa yang dibicarakan ibunya.
" maafin? bunda ya sayang, selalu membawamu kedalam situasi berat. Bunda sendiri tak tahu, kenapa semua orang begitu membenci bunda, semua orang selalu
menolak kehadiran bunda. Maafkan bunda juga membuatmu tidak bisa merasakan kasih sayang? seorang ayah, tapi bunda pastikan, saat kamu dewasa nanti, semua
orang akan menyayangimu, mencintaimu. Bunda janji."
Lusiano terdiam, seberat itukah beban yang ditanggung sesillia, benarkah sesillia selalu menerima penolakkan, termasuk penolakan darinya. Ia pun? menyalahkan
sesillia atas apa yang telah terjadi.
Tidak! Dirinya tak akan membiarkan sesillia menerima penolakan lagi, dan? bayi? kecil? mengemaskan itu,?tidak boleh merasakan masa depan yang suram,? menanggung
rasa malu cemooh orang orang.
Lusiano tak pernah merasakan perasaan seperti ini,? perasaan ingin? melindungi sesillia, perasaan yang menyeruak begitu kuat dari hatinya.
*** Chapter 29 Sesillia membuka pintu, mendapati tas bajunya tergeletak persis didepannya. Siapa yang meletakkan tas ini disini, sesillia celingukan, mencari pelakunya.
" Aku yang meletakkan tas itu disitu." Lusiano keluar dari kamarnya, dengan penampilan segar, sepertinya ia baru? selesai? mandi, terlihat dari rambut
rapinya yang masih basah.
" bukankah tas ini ada dirumah lama tania?" Sesillia heran, kapan tas ini diambil.
" aku yang menyuruh tania mengambilnya, bukankah sebentar lagi kamu akan jadi istriku." Ujar lusiano santai. Mulut sesillia terbuka lebar, serasa engsel
dirahannya rusak, membuat mulutnya susah tertutup lagi.
" i...istri."lidah sesillia keluh, membuat kata yang keluar dari mulutnya terpenggal- penggal.
" acara pernikahan kita satu minggu lagi, tapi ingat, aku menikahimu demi manyelamatkan nama baikku."
Lusiano bersandar pada penyangga tangga, melipat kedua tangannya dibawah dada, dan melihat sesillia lekat lekat.
" ta. ...ta...tapi."
" tak ada tapi tapian, nama baikku dalam bahaya. Siapkan dirimu untuk pernikahan kita." Ujar lusiano, kemudian berlalu pergi meninggalkan sesillia yang
masih tercengang didepan pintu.
Seperti dejavu, kejadian yang baru saja dialaminya, sama persis dengan mimpi yang datang didalam tidurnya setelah sholat istiqoroh. Apakah ini pertanda,
jika lusiano memang jodohnya? tapi, kenapa laki laki satu itu begitu cepat berubah pikiran, bukankan sampai tadi malam, ia menolak mati matian rencana
pernikahan ini. Sesillia menghembuskan napas berat, membalikkan tubuhnya, kembali? masuk kedalam kamar.
**** Setelah memandikan siena, sesillia turun kebawah, pergi kedapur untuk memasak sesuatu, kondisi rumah begitu sepi, mungkin semua orang? sedang? sibuk dengan
urusan masing- masing. Setelah beres memasak, sesillia beralih keruang tamu, semenjak kejadian itu, ia tak pernah berani menonton tv, baginya tv sudah seperti momok yang paling
menakutkan. Diintipnya kolong dibawah meja, biasanya lusiano selalu menaruh beberapa buku bacaan dipenyangga meja.? bukan buku yang tersimpan disana, tapi
majalah serta koran yang terlihat masih baru. Didasari rasa ingin tahu yang tinggi sesillia mengambil seluru majalah dan koran itu, ia membaca judul besar
disetiap majalah. " ya allah." Sentaknya, sembari menutup mulutnya dengan tangan. Sesillia tak mengira berita yang berkembang akan separah ini, semuanya seakan menyudutkan
dirinya. Sesillia mulai membaca judul besar dimajalah maupun surat kabar lainnya.
" sesillia ulfa simpanan para taipan kaya"
" foto syur lusiano arifian dan wanita yang mengaku mantan istri hendra siantanu tersebar luas didunia maya."
" skandal taipan kaya lusiano arifian dengan wanita berhijab terkuak"
" dibalik kepolosannya, sesillia ulfa mantan istri hendra siantanu, adalah wanita pengincar para taipan kaya."
" mengaku mantan istri hendra sintanu, sesillia ulfa tidur dengan lusiano arifian."
Sesillia melempar seluruh majalah dan koran menjauh darinya. Air mata mulai menetes deras membasahi pipinya, ia tak habis pikir, kenapa orang orang memberitakan,
berita yang belum tentu terbukti kebenarannya. Sesillia meringsutkan tubuh ketepi sofa, dirangkulnya Bantal kecil disampingnya, ia terus saja menangis,
menggunakan bantal itu sebagai penyangga kepalannya yang terasa berat, berat karena beban yang menghimpitnya.? Matanya terlihat begitu sembab, hapir seharian
tak henti hentinya ia menangis, apa yang bisa dilakukannya selain menangis, ia tak pernah menghadapi masalah sehebat ini, ia pun tak punya kendali merubah
semuanya menjadi baik baik saja, karena ia bukan orang kaya atau presiden yang memilikki kekuasaan.
Sesillia merebahkan tubuhnya, kepalanya mulai berdenyut, menimbulka rasa sakit yang begitu hebat.? Ia memijit keningnya perlahan, tapi nihil, rasa sakit
itu semakin mendera, membuat sesillia tak kuasa lagi untuk menahannya dan memillih memejamkan mata, lalu dibawa pergi oleh kegelapan.
**** Lusiano menyandarkan kepalanya kekepala kursi, tatapannya kosong, pikirannya menerawang jauh, ia bingung, binggung harus berbuat apa. Baru dua hari berita
itu beredar, tapi imbas yang ditimbulkan benar benar? dasyat. Perusahaannya dinyatakan mengalami invalasi, banyak karyawan memilih risaind, mereka takut
jika nanti perusahaan benar benar bangkrut, mereka tidak akan mendapat uang pesangon.
Lusiano memejamkan mata, berharap dengan mengistirahatkan tubuhnya, beban dipikirannya sedikit menguap. Tapi suara ketukan pintu, membuatnya urung. Lusiano
memperasilahkan masuk orang yang terus mengetuk pintunya.
" pak ini laporan saham diperusahaan kita dan ini surat pengunduran beberapa pegawai yang lain. " vanilla meletakkan berkas berkas itu keatas meja, didepan
lusiano. " hanya pemilik saham rendah saja yang terus bertahan diperusahaan kita." Ujar lusiano, sembari membuka halaman demi halaman berkas didepannya.
" benar pak, yang lainnya memilih mundur dari kerja sama."
Lusiano menghembuskan napas berat berkali kali, buntu, otaknya terasa buntu, tak ada satupun jalan keluar melintas dipikirannya.
" Pak?" Panggil vanilla, ketika melihat lusiano melamun.
" hmm ya." Jawab lusiano cepat.
" bapak sepertinya lelah, apa tidak sebaiknya bapak istirahat dirumah? Nanti saya kabari terus perkembangan perusahaan."
Sepertinya yang dikatakan vanilla ada benarnya, masalah ini membuatnya tak enak tidur dan makan. Ia butuh istirahat, mungkin ia harus pulang dan membawa
pekerjaan kantor kerumah.
" baiklah, kamu urus semuanya vanilla, kabari saya terus perkembangannya." Lusiano meraih jas kantornya, menyinpannya dipergelangan tangan dan berlalu
menuju pintu. " pak, bapak lewat belakang saja, didepan beberapa wartawan sudah menunggu anda." Lusiano mengangguk dan berlalu pergi meninggalkan ruangannya.
**** Lusiano mamarkir mobilnya kedalam bagasi, mulai hari ini, lusiano mempekerjakan dua secutity untuk mengamankan rumahnya dari para wartawan yang tak segan
segan naik pagar berusaha masuk.
Lusiano masuk kedalam rumah dengan langkah gondai, ia mengerakkan kepalanya kekanan dan kiri, meluruskan lehernya yang terasa kaku. Lusiano membuka kenop
pintu, membawa kakinya masuk keruang tamu, mendapati sesillia tertidur disofa. Lusiano meletakkan tas kerjanya keatas meja, mendekati sesillia, berjongkok
mensejajarkan posisinya agar mudah memandangi wajah wanita yang akan dinikahinya itu.
Dahi lusiano mengernyit, ada bekas air mata diujung matanya, napasnya juga berhembus cepat, pasti sesillia menangis lagi. Lusiano mengedarkan pandangannya
kesekitar, melihat koran dan majalah berserakan dilantai. Lusiano menghembuskan napas berat, pasti sesillia menangis karena membaca artikel artikel ini.
Bagaiman tidak sedih, headline surat kabar ini begitu menyudutkannya.
Lusiano memusatkan perhatiannya lagi pada sesillia, begitu cantik, wanita ini begitu cantik, cantiknya alami, kulitnya putih, pipinya merah merona, wajahnya
terlihat bercahaya. Diarahkannya punggung tangannya mengusap pipi sesillia dengan lembut, usapannya terhenti, dahinya mengernyit, hangat? Lusiano mengarahkan
punggung tangannya kekening sesillia, mengukur suhu tubuhnya. Benar, tubuh sesillia hangat, apa ia sakit.
" sesillia bangun...." lusiano berusaha membangunkan sesillia dengan mengguncang tubuhnya.
Sesillia membuka matanya perlahan, matanya terlihat sayu dan berat.
"PUsing." Gumam sesillia setelahnya.
Tak banyak pikir, lusiano segera mengangkat tubuh sesillia, menggendongnya hingga kekamar dan merebahkannya keatas ranjang.
Lusiano pergi kedapur, mengambil baskom berisi air? hangat dan kain kompres. Dicelupkannya kain itu kedalam baskom, memerasnya hingga tak tersisah air
yang menetes, kemudian mengompreskan kekening sesillia. Lusiano mangamati lekat lekat wajah sesillia, wajahnya pucat pasi, bibirnya kering, lusiano sedih,
entah kenapa hatinya terasa teriris iris melihat sesillia, ah perasaan apa ini, perasaan sedih bercampur marah, perasaan ingin memeluk sesillia erat erat,
menjaganya. Lusiano mendekatkan wajahnya, mencium puncak kepala sesillia lembut, sembari bergumam pelan.
" cepat sembuh sesillia, kita hadapi masalah ini berasama sama." Lusiano menjauhkan wajahnya, mengambil ponsel dari dalam saku celana, mendial nomer tania,
menghubunginya. " assalamuallaikum." Sapa tania diujung sana.
" waallaikum salam, ada dimana?"
" di toko undangan sama kanjeng ibu, ada apa?"
" cepatlah pulang, jaga siena, sesillia sedang sakit. "
" sakit!!! Kok bisa?"
" mungkin ia benar benar tetekan."
" baiklah baiklah aku dan kanjeng ibu akan segera pulang."
" baiklah." Lusiano menutup sambungan telepon, kemudian beralih menghubungi dokter lukman, dokter pribadi keluarganya.
Sembari menunggu yang lain datang, lusiano memasak bubur untuk sesillia, kalau hanya membuat bubur lusiano bisa melakukannya.
Lusiano melihat tania dan ibunya menghampirinya, seraya meletakan belanjaan.
" aku keatas ya, mau lihat kondisi sesillia." Ujar tania, kemudian melangkah ke lantai atas.
Suharti mengambil alih pekerjaan lusiano, sedang lusiano memilih membuat kopi, beberapa hari ini, ia jarang minum kopi lagi, kopi bikinanya tak pernah
enak seperti kopi buatan sesillia.
" bagaimana perkembangan masalah ini?"? Tanya suharti.
"? entahlah, masalah ini seperti tak ada titik terangnya."? Lusiano mencecap kopinya, sembari berpikir keras.
" apa kamu sudah menyelidikan? hendra dan melani."
" aku sudah menyuruh orang kepercayaannku untuk membuntuti mereka." Lusiano meletakkan cangkir kopinya yang sudah kosong, sedang suharti menuangkan bubur
hangat kemangkuk. " rudi bilang perusahaanmu mengalami invlasi? Benar kabar itu."
" hmmm...? aku terancam bangkrut."
" ini tidak bisa dibiarkan, kamu harus mengadakan konferensi pers, bilang ke orang orang, kalau kamu dijebak."
" untuk bicara seperti itu mudah saja ibu, tapi foto itu cukup memberatkan, dan dizaman sekarang, orang tidak akan mudah percaya jika tak ada bukti." Lusiano
beranjak berdiri dari tempat duduknya, menghampiri suharti, mengambil mangkok bubur untuk sesillia.
" apa kamu mau terus bungkam, sampai kapan, kamu tidak lelah diikui wartawan terus setiap hari."
" biarkan masalah ini reda dengan sendirinya."
" tidak akan lusiano, yang ada malah usaha yang kamu rintis dari awal, benar benar akan hancur." Tania ikut berbicara, ia tak bisa tinggal diam melihat
kakak iparnya dirundung masalah.
" bagaimana keadaan sesiillia. " tanya lusiano.
" suhu tubuhnya masi panas. "? tania mendekati lemari penyimpanan, meraih susu formula dan botol susu, berniat membuat susu untuk siena yang berada dalam?
gendongannya. " tania, selama sesillia, tolong jaga siena." Pesan lusiano, kemudian berlalu pergi kekamar sesillia dengan semangkok bubur ditangannya.
**** Lusiano mendapati sesillia tengah bersandar dikepala ranjang, seulas senyum terkembang dari bibir pucatnya. Lusiano mendekat, duduk ditepi ranjang, menatap
sesillia seraya menyentuk keningnya.
" bagaiman keadaanmu sesillia, apa yang kamu rasakan."


Pencuri Hati Karya Rara El Hasan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

" pusing, kepalaku rasanya pusing banget." Sesillia mengernyit kesakitan, menahan sakit kepala yang terus menderanya.
" mungkin tekanan darah- mu naik."
Lusiano menyendokkan bubur kedepan mulut sesillia.
" buka mulutmu, makanlah, setelah itu kamu harus minum obat." Pinta lusiano. Sesillia mengangguk kemudian membuka mulutnya, menerima suapan bubur dari
lusiano dan mengunyahnya.
" maaf, aku menbuat hidupmu susah."? tukas sesillia penuh rasa bersalah.
" jangan bicara seperti itu, ini semua bukan salahmu."
Lusiano menyuapi sesillia hingga bubur didalam mangkok tinggal setengah.
" tok...tok..." suara pintu diketuk, membuat lusiano meninggalkan aktifitas menyuapi sesillia, seraya berdiri, membukakan pintu.
Dokter lukman berdiri didepan pintu, dengan baju dinas dan tas dokternya, lusiano mempersilahkan dokter lukman masuk, membiarkannya memeriksa sesillia.
" tekanan darahnya naik lusiano, apapun masalah yang sedang kalian hadapi, usahakan sesillia jangan samapai tertekan." ujar dokter lukman memberitahu.
" ini resep obat yang harus kamu tebus di apotik." Dokter lukman menyerahkan resep obat, kemudian memasukkan kembali alat alatnya kedalam tas, dan pamit
untuk meninggalkan ruangan.
" aku antar dokter lukman dulu ya." Pamit lusiano, sembari mengelus lembut kepala sesillia, dan mengikuti langkah dokter lukman.
Sesillia tersenyum melihat tingkah lusiano, laki laki itu berubah baik padanya, semoga saja perubahan itu tidak sesaaat.
Lusiano kembali masuk kedalam kamar, menghampiri sesillia, duduk disampingnya.
" lusiano, bagaimana?" Sesillia menatap lusiano lekat lekat.
" bagaiman apanya?" Tanya lusiano balik.
" masalah ini, apa semakin bergulir?"
" ya, tapi kamu tak perlu memikirkan hal itu, aku bisa menanganinya. Yang terpenting kamu lekas sembuh, pernikahan kita akan segera digelar." Sesillia
terdiam, dari mulut lusiano? sendirilah, ia mendengar bahwa laki laki didepannya ini, telah menyetujui pernikahan yang akan digelar satu minggu lagi. apa
ini tak? salah, atau ini? hanya sebuah mimpi.
" lusiano, apa kamu yakin dengan keputusanmu. " tanya sesillia memastikan.
" semoga saja, semoga saja aku tak akan pernah menyesali keputusanku ini." Seulas senyum terkembang dari bibir lusiano, senyum yang membuat paasnya terlihat?
semakin sempurna. " beristirahatlah sesillia, nanti jika obatmu sudah datang aku akan? membangunkanmu." Tukas lusiano, sembari membelai lembut kepala sesillia. Ia beranjak
berdiri, menatap sesillia sekali lagi, dan berlalu pergi meninggalkan kamar.
Sesillia merebahkan tubuhnya lagi, seulas senyum terkembang dari bibirnya, senyum yang tak dimengerti oleh siapapun apa makna dibalik senyum itu, termasuk
oleh sesillia sendiri, ia tak mengerti kenapa bisa hatinya begitu bahagia? memerima perlakuan baik lusiano, apa rasa cinta yang ia kira sudah hilang, sebenarnya
masih ada? Ah! Entahlah, bukan saatnya ia berpikiran seperti ini dalam situasi serumit ini.
?????????????????????????????????????????? ****
Chapter 30 Dering ponselnya begitu memekakan telinga, lusiano menggerutu kesal, siapa yang menghubunginya tengah malam seperti ini, tak tahu apa, ia lelah, lelah
karena harus menjaga sesillia, sampai suhu tubuhnya kembali normal.
Lusiano meraba raba, meraih? ponsel diatas nakas, dengan mata yang masih terpejam, lusiano menyapa orang dibalik telepon.
" hallo" " hallo..hallo.. apa yang kamu lakukan lusiano!" Bentak suara yang sudah sangat dikenalnya.
" rizal!" Sahut lusiano.
" apa yang sudah kamu lakukan? aku kan sudah mengingatkanmu, untuk menghentikan hobbymu yang? suka berganti ganti pasangan, sekarang terjadi juga apa yang
selama ini aku? khawatirkan."
" hai...hai..? seenaknya!!! Aku dijebak, ada orang yang sengaja menjebakku."
" siapa? Gila foto yang tersebar benar benar vulgar, kukira ponselmu dicuri atau apa sampai foto syurmu jadi konsumsi halayak umum."
" gila saja, walaupun aku berengsek, aku tak akan mau tidur dengan wanita yang belum menjadi istriku."
" kamu ini! berhentilah memperbanyak musuh, sudah berapa juta daftar orang yang jadi mushmu."
" kamu seperti? baru mengenalku saja, sejak masih? muda aku ini suka bikin onar..hahaha." lusiano meraih rokok diatas meja, menyulut satu batang, dan disesepanya
dalam. " sepertinya kamu ini sudah tidak? waras, dengan? masalah sebesar ini, kamu masih bisa tertawa lepas."
" terus? Apa aku harus guling guling atau bunuh diri? Bukan sifatku seperti itu."
" pikirkan perusahaanmu yang terancam bangkrut, majalah bisnis gencar memberitakan? perusahaanmu yang mengalami invlasi."
" ya, itu yang aku pusingkan sekarang, seluruh penanam saham terbesar diperusahaan mencabut kerja sama."
" sepertinya kamu membutuhkan bantuanku lusiano."
" sepertinya, kemarilah,? bantu aku mencari jalan keluar. Sekalian menghadiri acara pernikahanku."
" hah apa?! Kamu mau nikah, dengan? siapa? Wanita difoto itu?"
" tentu saja, dia wanita baik baik yang harus jadi korban, dalam persaingan bisnisku."
" oke, mungkin besok atau lusa aku terbang ke jakarta, kamu harus meceritakan versi lengkapnya."
" ya...ya... sekarang tutup teleponnya. Aku mau tidur lagi, ngantuk."
" baiklah, malam, assalamualaikum."
" waalaikum salam."
Lusiano melemparkan ponselnya sembarangan, menarik selimut, membenarkan posisi bantalnya,dan mencoba untuk tidur lagi.
?????????????????????????? ****
Rizal begitu? kesal hari ini, sahabatnya tertimpa masalah, istrinya, si keras kepala itu, entah kenapa tiba tiba tadi pagi meminta diantar kerumah orang
tuanya, katanya ia nyidam tidur rumah orang tuanya, nyidam yang menyusahkan.
Tak tahu apa,? ia punya bayi tua yang tak bisa ditinggal, rizal paling tak bisa tidur tanpa bilqis disampinya, alhasil? insomnia menyerbunya. Sampai pukul
tiga pagi, matanya belum mau terpejam juga.
Besok atau lusa ia harus terbang ke jakarta, lusiano butuh bantuanya, lusiano sudah banyak membantunya dulu, sekarang sudah saatnya, ia membalas budi laki
laki yang sudah jadi sahabatnya sejak kecil itu.
ia tak habis pikir, kenapa lusiano bisa? terjerat skandal foto syur, ya walaupun tidak bisa dipungkiri, lusiano laki laki bengal,sulit dikasih tahu. Tapi
ia sangat mengenal kepribadian lusiano, lusiano? begitu? menjunjung tinggi adat ketimuran, walaupun kehidupan malam tak luput dari kesehariannya.
Ketiika ia tengah asyik beradu dengan pemikiran pemikirannya, pintu kamar dibuka kasar, membuat rizal kaget dan melompat menuruni ranjang, memasang kuda
kuda. Melihat suaminya memasang kuda kuda hendak menyerang, membuat bilqis menghentikan langkahnya.
Rizal menegakkan tubuhnya, menghela napas lega, sekaligus memasang wajah sumringah, ketika didapatinya istri tercintanyalah yang masuk kedalam kamar, bukan
pencuri atau setan. Secepat kilat, rizal menghambur kepelukan bilqis, memeluk istrinya dengan erat, sampai bilqis kesulitan bernapas.
" mas...enggap. enggap ini lho." Protes bilqis, berusaha melepaskan diri? dari pelukan rizal.
Rizal melepaskan pelukannya, menatap bilqis lekat lekat, kemudian memanggut bibir ranum istrinya penuh kerinduan.
" mas, kamu ini...baru saja ditinggal beberapa jam, tingkahnya sudah seperti ditinggal berhari hari." Gerutu bilqis.
" kamu tahu, suamimu yang tampan ini tidak bisa ditinggalin barang sedetikpun." Rizal berniat mengusap pipi bilqis, tapi ditangkis sempurna oleh sang istri.
" gombal!" Rizal mengerutkan dahinya, penuh pertanyaan.
" kok gombal si sayang." Rizal menggendong tubuh bilqis yang mulai terasa berat dengan gaya bridal. Merebahkannya diatas ranjang, iapun ikut berbaring
disamping istrinya dengan napas terengah engah.
" tuhkan, mas rizal capek gendong aku, badanku gembul banget sekarang, sedangkan diluar sana masih banyak wanita cantik dengan body seksi seksi, pasti
mas rizal lebih tertarik melihat merika dibanding melihatku" Bilqis berujar dengan raut wajah sedihnya.
" kamu ini bicara apa sih sayang, kamu gendut seperti ini,? karena aku juga. Coba kalau aku tidak menghamilimu, pasti si rizal junior yang hobby makan
itu tak ada diperutmu." Ujar rizal, sembari menarik tubuh bilqis merapat ketubuhnya.
" apapun kondisimi, aku akan setia disampingmu bilqis, jadi jangan sekali kali berpikiran seperti itu. " bilqis menjadi terharu mendengar penuturan suaminya,
ia memeluk suami yang sagat dicintainya itu dengan erat, seakan tak mau melepaskannya lagi.
Rizal tertawa cekikikan, istrinya ini tipe wanita yang suka digombali, tapi? bukan berarti, apa yang diucapkannya tadi hanyalah? sebuah bualan, yang dikatanya
tadi, benar benar tulus dari dalam hati.
" tapi kenapa tiba tiba kamu pulang, bukanya kamu bilang? lagi nyidam tidur dirumah orang tuamu."? Mendengar ucapan rizal, bilqis melepas pelukanya, seraya
bangun dari tudurnya. " iya, aku lupa! Aku mau menunjukkan sesuatu padamu mas." Bilqis turun dari ranjang, menggambil tas jinjingnya, mengeluarkan sebuah majalah dari dalam
tasnya. " ini mas, bukankah ini lusiano. " tukas bilqis sembari menunjuk foto lusiano di cover majalah.
" iya aku tahu, saat ini lusiano tengah terjerat scandal foto syur."
" masalahnya, aku kenal wanita ini!" Ujar bilqis, sembari menunjuk foto wanita disamping lusiano.
" kamu mengenalnya?"
" iya dia sesillia ulfa, salah satu anak di panti asuhan bibikku dijakarta. Tidak mungkin sesillia melakukan hal sememalukan ini mas, aku cukup mengenalnya,
dulu sebelum aku menikah, aku sering menginap dipanti asuhan bibiku jika liburan. Sesillia ini wanita yang begitu menjunjung tinggi harga dirinya, ia juga
wanita yang rajin ibadah." Bilqis menghentikan ucapanya, terlihat seperti berpikir, kemudian mengeluarkan statment? yang membuat rizal kaget luar biasa.
"hari ini kita harus terbang ke jakarta mas."
" jangan gila, kamu sedang hamil bilqis, tidak! Aku tidak akan mempertaruhkan keselamatan anak kita."
" jangan khawatir mas, aku akan baik baik saja, lusiano juga kan sahabatmu, dia pasti membutuhkan bantuanmu."
" memang aku berencana ke jakarta besok atau lusa, untuk membantu sekaligus menghadiri pernikahannya." Ujar rizal sembari memeluk bilqis dari belakang.
" tuh kan! Sesillia sahabatku, sahabat macam apa yang tidak hadir dipesta pernikahan sahabatnya." Protes bilqis, ia melepas pelukan rizal, memandang? kesal
suaminya itu. " sayang, kamu ini keras kepala banget! Bahaya."
" kamu tega meninggalkanku dirumah sendirian." Gerutu bilqis, sembari mengerucutkan bibirnya.
" kamu kan bisa menginap dirumah bunda dan ayah."
" oke kalau begitu, mas rizal boleh berangkat, tapi! Bilqis tidak mau lagi kembali kerumah ini " ujar bilqis sembari membuang muka. Sontak perkataan bilqis
itu membuat rizal shock, ia menarik dagu bilqis agar menatapnya, dengan raut wajah sedih, rizal mempertanyakan maksud ucapab istrinya itu.
" maksudnya apa qis! Kamu minta cerai!"
" bisa jadi." " jangan meminta sesuatu yang membuatku bisa bunuh diri."
" ya habis mas gitu, ajak aku ya, pleas." Bilqis memohon mohon, menampilkan eyes pupilnya. Tak ada jawaban, suasana hening sejenak, bilqis menunggu dengan
beribu pengharapan, semoga saja mas rizal? mengizinkannya ikut.
" ya sudah terserah kamu saja." Ujar rizal berat, ia menyerah, memilih menuruti kemauan istrinya dari pada harus kehilangan wanita yang dicintaknya itu.
Dengan wajah sumringah, bilqis memeluk rizal, kemudian mencium pipi suaminya itu berkali- kali.
**** Sesillia tengah memilih undangan pernikahannya, tania dan suharti begitu antusias mendapingi wanita itu memilih undangan mana yang cocok dan bagus.
Tapi kebahagiaan mereka harus terganggu oleh? ulah lusiano, laki laki itu pulang dalam keadaan mabuk. Mabuk???? Gila!!!? Ini masih jam 6 sore, bisa bisanya
laki laki itu pulang dalam keadaan mabuk seperti ini.
Sesillia meninggalkan aktifitasnya, segera menyongsong tubuh lusiano yang hampir terjatuh. Tuh kan menyusahkan saja si om..buat jalan saja sempoyongan.
Bau alkohol begitu tercium saat lusiano membuka mulut, memang ia minum berapa drum, baunya begitu menusuk. Sesillia memapah tubuh lusiano kekamarnya, sedang
suharti dan tania, memilih berkutat didapur, memasak ait hangat dan membuatkan bubur.
Sesillia merebahkan tubuh lusiano keatas ranjang, gumaman gumaman tak jelas terus saja terlontar dari mulut lusiano, dalam situasi seperti ini, sesillia
merasa begitu sedih, lusiano, laki laki yang dicintainya kenapa berakhir seperti ini.
" kamu bajingan hendra!! Kamu membuatku bangkrut!!!"
" lihat saja apa yang bisa kulakukan, lihat saja." Gumam lusiano.
Sesillia menitihkan air mata, selama tinggal dirumah ini, baru kali ini ia melihat lusiano mabuk. Apa masalah ini sangat membebaninya, ya allah, sesillia
bingung harus berbuat apa? Jika boleh memilih, ia lebih memilih tak mengenal lusiano, dengan begitu? keadaan lusiano tidak akan seburuk ini.
Sesillia melepas sepatu serta kaos kaki yang dikenakan lusiano, kemudian membenarkan posisi tidurnya dan menaikkan selimut hingga dada laki laki itu.
Adzan maghrib berkumandang, sesillia memutuskan meninggalkan lusiano untuk menunaikan sholat maghrib. Sesillia meminta tania menjaga lusiano selagi ia
sholat, duh! Calon mantu idaman.
Tania meminumkan obat pada lusiano ketika laki laki itu mulai sadar, setelah meminumya, tania? meminta lusiano? untuk istirahat lagi, menunggu reaksi obatnya
bekerja. . **** Sesillia melihat jam diatas nakas, pukul 9 malam, tadi tania bilang, ia sudah meminumkan obat pada lusiano, tapi kenapa lusiano tak kunjung bangun juga.
Sejak tadi sesillia setia menunggu lusiano, ia duduk disamping ranjang laki laki itu, menunggu hingga lusiano terbangun.
Sesillia menguap berkali kali, ia mulai mengantuk, diputuskannya merebahkan kepalanya di atas? ranjang, mungkin memejamkan matanya sebentar dapatb mengurangi
rasa kantuk yang dideritannya.
Saat sesillia mulai terlelap tidur, lusiano terjaga dari tidurnya, ia memijit kepalanya yang terasa sedikit pusing, terakhir kali yang ia ingat sesillia
menopang tubuhnya, ketika dirinya? hampir jatuh.
Lusiano berusaha menegakkan tubuhnya, ia merasa haus, butuh air putih untuk? menghilangkan rasa dahaganya.
Pergerakan tubuh lusiano itu membuat sesillia terbangun, dengan cepat dicekalnya lengan lusiano, melarangnya turun dari ranjang.
" mau kemana?" " mau..ehem." merasa suaranya begitu parau, lusiano berdehem untuk mengembalikannya.
" mau kedapur, ambil minum."
" biar aku saja yang mengambilnya, kamu disini saja." Sesillia berdiri, berniat pergi kedapur? mengambilkan air putih. Tapi kali ini giliran lusiano yang
mencekal tangannya, melarangnya pergi. Membuat sesillia menatapnya dengan tatapan penuh pertanyaan.
" terimakasih, kamu sudah menjagaku selama aku tak sadarkan diri." Ujar lusiano dengan senyum terbaiknya.
" kita impas lusiano, 1 - 1 ." Jawab sesillia, menampakkan cengiran kudanya.
Lusiano terkekeh pelan, kemudian berjalan mendahului sesillia seraya menggandeng tangan wanita itu, mengajaknya pergi.
" lho! Mau kemana, kamu kan belum sehat sepenuhnya."
" hanya begini saja, aku sudah segar, sekarang kita masak, aku lapar." Lusiano mengelus perutnya dengan satu tangannya yang bebas. Sesillia hanya tersenyum,
menuruti apa kemauan laki laki itu.
" masak apa kita malam ini." Tanya lusiano sembari memasang celemek ketubuhnya.
" hari ini kamu chefnya, aku akan membantu jika kamu butuhkan."
" kamu memberiku tes memasak, baiklah, duduklah disana, akan kumasakan sesuatu yang spesial untukmu. " lusiano menyuruh sesillia duduk di pantry. lusiano
mulai memasak, Dengan lihainya ia memotong bawang serta cabai merah, hal baru yang membuat sesillia tercengang dan kagum, ternyata lusiano bisa memasak,
wow!!!. Sesillia memperhatikan setiap pergerakan tubuh lusiano.
" astagfirullah." Ujarnya sembari memalingkan wajah. Lusiano belum resmi menjadi suaminya, tidak sepatutnya ia memandang laki laki itu dengan begitu intens,
tanpa berkedip. Ya allah, imannya belum teguh.
" sesillia, kamu tidak apa apa?" Tanya lusiano, ketika melihat sesillia tertunduk.
" tidak ada apa apa, lanjutkan saja memasaknya." Lusiano menaikan kedua bahunya, kemudian kembali berkonsentrasi dengan masakannya.
" lusiano apa aku boleh menanyakan sesuatu hal? padamu."ujar sesillia tanpa merubah posisi kepalanya, tetap tertunduk dan tak mau menatap lusiano secara
langsung. " apa." Lusiano terus bekonsentrasi memasak.
" apa setiap ada masalah, kamu selalu melampiaskannya dengan minum?" Pertanyaan yang membuat lusiano tertegun.
" aku kalut sesillia, mobil sport dan beberapa mobilku yang lain terpaksa dijual untuk menutupu kerugian perusahaan yang semakin bertambah tiap harinya."
" harga ini hanya titipan lusiano, Allah berhak mengambilnya kapanpun ia mau."
" aku ini pendosa sesillia, mungkin tuhan menghukumku saat ini."
" Allah maha pemurah dan pengampun, ia akan memaafkan kesalahan hambanya, asal hambanya itu benar benar bertaubat."
Lusiano diam, ia merenungi setiap kata yang diucapkan sesillia.
" apa orang sepertiku bisa termaafkan?" Tanya lusiano.
" tentu saja." Sesillia menegakkan kepalanya, memandang lusiano dengan mata berbinar.
Lusiano mengembangkan senyum terbaiknya, mendekati sesillia, kemudian mengusap kepala wanita itu dengan lembut.
" aku akan memulainya." Ujar lusiano.
" ayo kita makan." Ajaknya, mendahului sesillia pergi kemeja makan.
Sesillia menatap punggung lusiano, pergi? menjauhinya, ia berharap mulai saat ini lusiano bisa berubah menjadi pribadi yang? lebih baik. semoga saja masalah
yang dialaminya dan lusiano saat ini, bisa menjadi pembelajaran penting, untuk lebih mendekatkan diri lagi pada sang khalik.
**** Chapter 31 Sesillia melepas mukenahnya, bersamaan dengan suara bel rumah yang berbunyi nyaring. Sesillia bergegas turun, membuka pintu, mendapati laki laki tampan
berdiri didepannya. " siapa ya?" Tanya sesillia.
" lusiano ada?"? rizal balik bertanya.
" ada didalam silahkan masuk." Sesillia memiringkan badannya, mempersilahkan masuk.
Bilqis mengintip dari balik punggung suaminya, ingin memastikan wanita yang membukakan pintu untuk mereka adalah sesillia, sahabat lamanya.
" sesillia." Panggilnya. Ketika yakin wanita yang membukakan pintu untuknya benar benar sesillia.
Mendengar namanya dipanggil sesillia menoleh kembali, mendapati wanita yang lama dirindukannya berdiri didepannya dengan seulas senyum.
" bilqis." Teriak sesillia, melompat kegirangan, dan menghambur kepelukan sahabatnya itu.
Tak jauh berbeda, respon yang ditunjukkan bilqis pun sama, ia tak menyangka bisa bertemu lagi dengan sesillia. Bilqis berniat melompat kegirangan juga,
tapi ditahan oleh suaminya.
" ingat, perutmu segede apa." Tukas rizal memicingkan matanya.
" hehehehe.... lupa, habis ketemu teman? masa? muda, jadi berasa masih perawan." Bilqis berujar, menggoda suaminya yang terlihat? lelah.
" masih perawan? Perutmu itu sudah segede balon, masih saja berasa abg."
" memang masih abg." Bilqis menjulurkan lidahnya mengejek.
" sudah, yuk masuk dulu." Ajak sesillia, sembari menggandeng tangan bilqis.
Rizal dan bilqis duduk diruang tamu, sedang sesillia pergi kedapur membuat minuman.
Beberapa menit kemudian, sesillia kembali dari dapur dengan dua cangkir teh diatas nampan. Ia meletakkan cangkit teh itu keatas meja. Kemudian ikut duduk
bersama dua tamunya. " bagaimana kabarmu sesillia, terakhir kali aku kepanti, bibi bilang kamu sudah menikah? Tapi aku dengar dari mas rizal kamu akan menikah minggu depan
dengan lusiano, beberapa hari lagi." Tanya bilqis panjang lebar.
" ceritanya panjang, nanti akan ku ceritakan. Oh ya! Maaf aku tidak hadir di acara pernikahanmu." Sesillia memasang wajah tak enak.
" tidak apa apa sesillia."
" selamat ya, sebentar lagi kamu akan jadi ibu." Tukas sesillia senang.
" nanti kamu juga akan merasakan kalau sudah menikah."
" aku sudah memiliki baby bilqis." Peryataan sesillia membuat bilqis tersedak teh yang diminumnya.
" kamu bercanda, kamu sudah memiliki anak." Sesillia mengangguk, membenarkan peryataan bilqis.
" boleh aku melihatnya?" Pinta bilqis.
" tentu saja." Saat bilqis.hendak berdiri, rizal menahan tangannya.
" nanti saja lihatnya, kamu mau meninggalkanku sendirian disini." Ujar rizal manja, bilqis memelototkan matanya, kemudian mencubit pinggang suaminya.
Sesillia tersenyum geli melihat tingkah dua sejoli didepannya, tapi tak bisa dipungkuri, ia begitu mendambakan kemesraan seperti itu. Matanya mulai berkaca
kaca, tapi ia berusaha sebisa mungkin tidak menangis didepan para tamunya.
" sesillia." Panggil bilqis ketika mendapati sesillia tertunduk sedih.
Sesillia cepat cepat menyeka air mata di? pelupuk matanya, kemudian menegakkan kembali wajahnya, seraya menampilkan senyum khasnya.
"kamu sakit." Tanya bilqis lagi.
" tidak, aku baik-baik saja. Oh ya, aku panggil lusiano sebentar ya." Pamit sesillia, kemudian melangkah menaiki tangga menuju kamar lusiano.
Berkali kali pintu kamar lusiano diketuknya, tak ada tanggapan berarti, apa lusiano sudah tidur, Tapi tak biasanya lusiano tidur sesore ini. Perlahan sesillia
memutar kenop pintu, membuka pintu kamar lusiano perlahan, mengintip dicela pintu yang dibukanya sedikit. Didapatinya? lusiano duduk bersila membelakanginya,
tangannya menengadah, suaranya lemas diiringi isak tangis, ia mengadu, meminta maaf.
Seulas senyum terkembang dari bibir sesillia, lusiano sedang berdoa, pemandangan langkah, ajaib, secepat ini ia berubah.
Ungkapan syukur berkali kali terujar dari mulut sesillia, Allah maha agung, dengan mudah memutar balik perasaan dan pendirian seseorang.
Sesillia memberanikan diri masuk kedalam kamar, memanggil lusiano dengan suara amat pelan.
" lusiano." Mendengar namanya disebut, lusiano mengakhiri doanya, seraya menoleh kebelakang, melihat sesillia yang duduk dibelakangnya.
Misteri Tujuh Lonceng 1 Pendekar Bodoh Pengejaran Ke Masa Silam Dendam Manusia Paku 1

Cari Blog Ini