Ceritasilat Novel Online

Pencuri Hati 6

Pencuri Hati Karya Rara El Hasan Bagian 6


adegan seperti ini setiap hari, alangkah sempurna hidupnya.... oh ya....selama sesillia memasak, siena digendong sama robi lho...hehehe...berasa punya
anak sendiri ya om robi. Setelah nasi goreng buatan sesillia matang, robi menyantapnya bak orang tak makan sepuluh tahun, kalut dan berantakan. Sesillia hanya bisa menimpali napsu
makan robi yang luar biasa itu dengan cekikikan lirih, Takut takut kalau orang yang sedang ia tertawakan tersinggung.
"Ha! Kenyang." Ujar robi setelah menghabiskan satu piring nasi goreng penuh tanpa bantuan orang lain. Dibawanya tubuh atletisnya berdiri, sembari meraih
ponsel dan kunci mobil diatas meja makan.
"Mau pergi." Tanya sesillia juga ikut beranjak berdiri.
" iya, tiga puluh menit lagi syuting dimulai."
"Baiklah, terima kasih untuk mainan dan baju baju yang kamu hadiahkan untuk siena." Ujar sesillia sembari menyunggingkan senyum terbaiknya.
"Oh...shit....ayolah sill, jangan senyum itu lagi, kamu membuatku enggan pergi."
"Hemm.. mulai deh merayunya, ya sudah gih sana pergi nanti telat di marahi sutradara lho." Sesillia mendorong tubuh robi dengan satu tangannya yang bebas
kearah pintu. "Iya...iya...oh ya nanti kalau ada apa apa aku sudah meninggalkan kartu nama diatas meja makan."
"Iya." Sahut sesillia, sembari membukakan pintu.
"Kalau kamu lagi pengen sesuatu dan suamimu yang tolol itu sedang tak dirumah, hubungi aku."
"Iya...... sana gih.. kapan perginya..." ujar sesillia, ketika robi tak kunjung pergi juga.
"Iya sudah aku pergi ya sill, terima kasih nasi gorengnya."
"Iya.... " sahut sesillia cepat.
Robi menyentuh pipi sesillia sekilas, kemudian berlalu pergi meninggalkan sesillia yang memandangnya dengan senyum simpul.
Setelah memastikan robi benar benar sudah pergi, sesillia menutup pintu dan berlalu kemeja makan, membereskan piring dan gelas sisah makan robi serata
menyimpan kartu nama robi dalam saku bajunya. Saat sesillia hendak membawa piring dan gelas kontor untuk dicuci, bel rumah berbunyi lagi. Membuatnya berpikiran
bahwa itu pasti robi, ada apa laki laki itu kembali lagi? Apa ada barangnya yang tertinggal? Sesillia? meletakkan kembali piring dan gelas ke atas meja,
kemudian melangkah perlahan menuju pintu.
"Ada apa lagi Rob-" ujar sesillia sembari membuka pintu, tapi seketika itu juga ucapanya terhenti, bukan robi yang ia temukan dibalik pintu, tapi orang
lain. "Apa benar ini rumah lusiano arifian."
"Iya betul, saya istrinya, bapak siapa ya?"
"Saya herman ayah nikol kekasih lusiano." Ujar laki laki itu.
**** Chapter 47 "Apa benar ini rumah lusiano arifian."
"Iya betul, saya istrinya, bapak siapa ya?"
"Saya herman ayah nikol kekasih lusiano." Ujar laki laki itu. Sesillia tertegun, ayah nikol? Untuk apah ayah nikol kemari, bukankah lusiano sudah ada dirumah
sakit. "Maaf pak, suami saya sedang tidak dirumah, mas ian sedang pergi kerumah sakit."
"Ya, aku tahu, aku tidak berniat bertemu lusiano tapi aku ingin bicara denganmu." Ujar herman dengan nada ketus.
"Tapi maaf pak, bukan saya melarang anda masuk, tapi suami saya sedang tidak dirumah."
"Kalau begitu kita bicara diluar saja, bisa?".
Sesillia terlihat berpikir, tapi beberapa saat kemudian ia mengangguk menyetujui.
"Tunggu sebentar ya pak, saya ambil putri saya dulu."
"Baiklah, saya tunggu dimobil." Sesillia mengangguk kemudian bergegas masuk untuk mengambil siena, sedangkan herman kembali ke mobilnya, menunggu sesillia
disana. beberapa menit kemudian, sesillia keluar dengan siena digendongannya, herman membukakan pintu untuk sesillia dari dalam.
"Masuklah." Ujar herman. Sesillia? masuk kedalam mobil, dan mobil itu langsung melenggang pergi meninggalkan rumah sesillia.
Selama di perjalanan tak ada obrolan yang terjadi, sesillia sibuk dengan pemikirannya sendiri, sebenarnya ayah nikol mau membawanya kemana? Apa yang ingin
dibicarakan. Apa? ....... Apa ayah nikol memintanya merelakan lusiano untuk putrinya? Oh ya allah semoga saja itu tak terjadi.
"Nikol adalah kekasih lusiano, dulu mereka dipisahkan karena sesuatu hal, tapi sekarang nasib mempertemukan mereka lagi." Ujar herman, membuat sesillia
panas dingin, apa apaan orang ini, kenapa berkata seperti itu.
"Saya istri sah lusiano." Sahut sesillia pelan.
"Aku tahu kamu istri sah lusiano, tapi setelah melihat kenyataan? yang akan ku tunjukkan nanti, kamu pasti tahu bagaimana perasaan lusiano? sebenarnya
padamu." Ujar herman, semakin membuat sesillia takut. Bukankah nikol masih istri sah hendra, tapi kenapa sepertinya orang ini ingin memisahkan dirinya
dengan lusiano. Setelah menempuh perjalanan kurang dari tiga puluh menit, herman memarkirkan mobilnya diarea parkir rumah sakit. Sesillia mengernyitkan dahi, bukankah ini
rumah sakit tempat ia periksa kandungan kemarin, apa nikol dirawat disini juga.
Herman turun dari mobil terlebih dahulu, kemudian berjalan cepat kesisi pintu tempat duduk sesillia, membukakan pintu untuk wanita itu.
" terimakasih." Ujar sesillia, sembari turun dari mobil.
"Ya." Jawab herman singkat.
"sekarang, Ikut denganku." Ajak herman kemudian.
Sesillia mengekor dibelakan herman. Mereka berdua menyusuri lorong rumah sakit, kemudian berhenti tepat? didepan ruang icu.
Herman mengajak sesillia untuk mendekat kedepan kaca ruang icu, seakan ingin? memperlihatkan sesuatu hal pada sesillia.sesillia menurut, ia melangkahkan
kakinya perlahan mendekati kaca, tirai ruangan itu tidak tertutup sempurna, membuatnya bisa melihat aktifitas yang terjadi didalam sana.
Betapa terkejutnya ia ketika mendapati kenyataan yang begitu tak ingin dilihatnya. Suaminya, lusiano tengah menciumi punggung tangan nikol yang juga sedang
melihat kearah suaminya itu.
Sesillia tak habis pikir, rupanya kenyataan ini yang ingin ditunjukkan oleh ayah nikol padanya. Seketika sakit hati yang dirasakanya beberapa hari ini
semakin terasa begitu menyakitkan, bak luka yang dengan sengaja disiram air garam. tubuh sesillia lemas, bahkan ia sedikit limbung kebelakang, untung saja
ia bisa menjaga keseimbangan tubuhnya, sehingga tak?? sampai membuatnya terjatuh. Tak berbeda jauh dengan organ tubuh lainnya, indra penglihatannya pun
tak kala memberi respon yang dramatis, buliran buliran bening sudah menumpuk dipelupuk matanya, sekali saja ia berkedip, buliran itu niscaya akan bergulir
turun. Dan benar saja, kini air mata itu turun dengan cepatnya melintasi pipi sesillia.
"Kamu lihat sendiri, bagaimana kedekatan mereka, memang saat ini lusiano sudah jadi milikmu, tapi kamu hanya memiliki raganya saja, hati dan jiwa lusiano
hanya untuk nikol putriku."
"Lusiano suami saya."
"Sadarlah, kamu hanya pelabuhan bagi lusiano sedangkan dermaganya adalah nikol, apa kamu tak sadar juga, lihat sekarang disaat kamu tengah hamil lusiano
lebih memilih menjaga putriku."
"Bagaimana anda bisa tahu kalau saya sedang hamil."
"Pengawalku melihatmu membeli testpack di apotik." Sesillia terkejut, jadi selama ini laki laki ini banyak tahu tentang dirinya.
"Anda mengikuti saya?"
"Ya, ketika aku tahu nikol terlelap tidur dengan foto lusiano dipelukannya, saat itu pulalah, aku berusaha mencari tahu tentang kehidupan lusiano saat
ini, dan sepertinya keberuntungan tengah berpihak padaku, nikol tanpa sengaja bertemu lusiano ditaman, memudahkanku untuk menyatukan mereka." Ujar herman
tanpa mengalihkan pandangannya dari nikol dan lusiano yang tengah berada didalam.
"Lusiano mencintai saya." Ujar sesillia berusaha meneguhkan hatinya.
"Tapi dia lebih mencintai nikol. Relakan lusiano, kamu sudah memiliki anak darinya, sedangkan putriku, ia hanya memiliki lusiano."
"Bagaimana jika saya tidak mau?"
"Berapa uang yang kamu butuhkan,? akan kuberikan berapapun yang kamu minta, setelah itu pergilah menjauh dan jangan pernah menghampiri lusiano lagi." Herman
mengalihkan pandangannya kali ini menatap wajah sesillia yang sudah terlihat sangat kacau.
"Saya tidak butuh uang pak, kebahagiaan hidup saya tidak bisa diukur dengan uang berapapun." Ujar sesillia kemudian pergi begitu saja.? Selama perjalanan
keluar rumah sakit, ia tak henti hentinya menangis, apa saat ini ia harus pergi dari lusiano, melihat keakraban dan kemesraan nikol dan lusiano tadi semakin
membuatnya yakin jika memang lusiano masih memiliki perasaan pada nikol.
Sesillia menghentikan taksi yang kebetulan lewat didepan rumah sakit, secepat kilat sesillia masuk kedalam taksi dan meminta supir taksi itu mengantarnya
pulang. Selama diperjalanan tak henti hentinya sesillia menangis, ia bingung, bingung harus berbuat apa, ia ingin sekali mempertahankan rumah tangganya, tapi jika
lusiano tak ingin mempertahankannya, percuma, usahanya sia sia saja.
?Saat sesillia sibuk dengan pemikirannya, tiba tiba saja, taksi yang ditumpanginya berhenti mendadak, membuat kepala sesillia membentur dudukan didepannya.
" ada apa pak?" Tanya sesillia pada supir.
"Itu, ada orang yang menghadang mbak."
Sesillia menegakkan tubuhnya, melihat kedepan, mendapati herman ayah nikol tengah berjalan kearahnya dengan pengawalan beberapa orang berbaju hitam dibelakangnya.
Herman mengetuk kaca taksi tepat disamping sesillia.
" turunkan kacanya pak." Pinta sesillia pada supit taksi.
"Baiklah mbak."
perlahan kaca taksi terbuka, membuat sesillia bertatapan langsung dengan herman.
Wajah laki laki terlihat penuh penyesalan, kalut dan bingung.
"Maaf, aku? sudah berlaku buruk padamu, tapi aku mohon dengan sangat, bahkan jika perlu aku bersujud dikakimu." Seketika sesillia menoleh, tak yakin dengan
apa yang dikatakan laki laki itu, Allah tak tergadai dengan apapun, bisa bisanya laki laki itu berkata demikian.
"Izinkan dan ikhlaskan lusiano untuk nikol, umur nikol tak lama lagi nak, aku ingin ia merasakan kebahagiaan di akhir akhir kehidupannya, jika kamu menjadi
seorang ibu dan berada di posisiku maka aku pastikab kamu akan melakukan hal yang sama sepertiku. pertimbangkan itu baik baik sesillia." Ujar herman kemudian
berlalu pergi. Sesillia terdiam, apa ia harus merelakan lusiano? Entahlah, ia butuh menyerahkan diri pada tuhannya untuk mencari jawaban.
*** chapter 48 Sesillia menatap bayangan dirinya didalam cermin, terlihat semakin kurus, pucat dan sangat tak terawat.
Ditariknya rambut panjangnya frustasi, kenapa kesialan demi kesialan selalu membuntutinya,? apa benar kata lusiano bahwa nasibnya lah yang membawa keburukan.
Kali ini ia tak bisa bertahan, letih dan bosan, ia letih dengan masalah yang terus menghampirinya seperti? tak ada habisnya. Ia bosan, bosan jika harus
belagak kuat, kenyataanya ia tak setangguh itu.
"Kamu pembawa sial, belum puas kamu membuatku sengsara, kamu membuat hendra pergi sekarang mau membuat lusiano pergi juga." Runtuk sesillia pada bayangan
dirinya dicermin. Diambilnya fas bunga dari atas meja, dilemparkanya kencang kearah kaca, hingga membuat kaca itu pecah tak beraturan, bahkan beberapa pecahan kaca menancap
sempurna di telapak? kakinya, karena tak sengaja terinjak. Alhasil keramik putih kamar mandi harus berbercak merah karena darah.
Sesillia mendudukkan tubuhnya disudut kamar mandi, ia menangis tersedu sedu, melampiaskan sakit hati yang dirasakannya. apa?...Apa yang harus dilakukannya...
ia ingin menyelesaikan masalah ini, tapi lusiano tak pernah ada waktu untuknya, bahkan? sesillia yakin beberapa hari ini, yang ada di otak lusiano hanya
nikol dan nikol. Sembari terus meratapi nasibnya, sesillia mencabut perlahan pecahan pecahan kaca ditelapak kakinya, sesekali ia mengernyit kesakitan, tapi sakit yang dirasakan
hatinya saat ini tak ada tandingannya dengan sakit sakit manapun, bahkan sakit karena tertancap pecahan kaca yang dialaminya sekarang.
"Sill...kamu didalam." Pangil suara dari luar kamar mandi. Sesillia berjingkat kaget, ia mengenal suara itu, itu suara lusiano.
"Sill...kamu sedang apa?"
"Mandi...."sahut sesillia singkat.
"Oh..kalau begitu aku tunggu ruang tamu ya, kita bicara."
"Iya....." Didengarnya langkah sepatu lusiano yang mulai menjauh. Sesillia membuka kenop pintu, diintipnya kondisi kamarnya sesaat, sepi, hanya ada siena sedang tidur.?
Sesillia keluar dari kamar mandi, pergi mengambil ? kotak ? p3k dengan langkah kaki? menjinjit, takut darahnya akan menempel dilantai jika ia berjalan
normal. Dibersihkannya telapak? kaki kirinya yang terkena pecahan kaca dengan alkohol, kemudian memakaikan hansaplas. Setelah itu, ia pergi keluar kamar dengan
kaki sedikit pincang, menemui lusiano yang sudah menunggunya di ruang tamu.
Sebelum menemui lusiano, sesillia membawa tubuhnya ke dapur terlebih dahulu, membuatkan kopi untuk lusiano.? Diaduknya kopi itu dengan pikiran melayang,
melayang memikirkan apa sebenarnya yang ingin dibicarakan lusiano padanya.
dengan? cangkit kopi ditangannya, sesillia menghampiri lusiano yang tengah asyik menonton televisi, diletakkannya kopi untuk lusiano itu diatas meja, kemudian
ia duduk disamping lusiano.
"Terimakasih." Ujar lusiano.
"Mas...mas sudah tidak kembali lagi kan ke rumah sakit?"
"Tidak, tapi ayah nikol ingin bicara denganku, jadi setelah ini aku harus pergi menemuinya." Sesil terdiam, jangan jangan ayah nikol meminta lusiano untuk
meninggalkannya. "Kamu tidak keberatan kan?" Tanya lusiano ketika melihat sesillia terdiam.
"Hah? Ti...tidak." jawab sesillia berat hati.
Lusiano beranjak dari tempat duduknya, kemudian melangkah pergi meninggalkan sesillia yang terus menatapnya.
"Mas mau kemana?" Tanya sesillia cepat.
"Tidur, capek sill." Jawab lusiano malas, kemudian melangkahkan kakinya cepat menaiki anak tangga, menuju lantai dua.
Sesillia terdiam sejenak, dilihatnya cangkir kopi diatas meja, tak disentuh sama sekali, utuh. Baru kali ini kopi buatannya tak diminum sedikitpun, biasanya
kopi itu selalu habis. Dihembuskannya napas berat, kemudian beranjak dari tempat duduknya dan? berlalu pergi menyusul lusiano kekamar. Dibukanya kenop pintu, mendapati lusiano
tengah? tertidur pulas dengan pakaian? lengkapnya. Ia mendekat kearah ranjang, kemudian? membuka pakaian yang membalut tubuh? lusiano, hingga menyisahkan
kaos putih tipis dan celana bakal hitam.
Diamatinya wajah lusiano? lekat lekat, wajah laki laki yang teramat dirindukannya. Sesillia mendekatkan wajahnya ke wajah lusiano, mengecup bibir suaminya
sekilas kemudian membisikkan kata mujarab ditelinga suaminya.
"aku mencintaimu mas." Bisik sesillia.
Lusiano memberikan pergerakkan kecil ditubuhkan, seakan merespon perkataan sesillia.
"Ni.nikol." ujar lusiano terdengar seperti igauan.
Sesillia tersentak kaget, kenapa nama nikol yang disebut suaminya dalam mimpi... kenapa wanita itu. Sesillia mulai menitihkan air mata, dengan cepat ia
membawa telapak tangannya untuk membungkam mulutnya, menahan isakkan yang keluar . Tubuhnya terhuyun kebelakang sampai membentur lemari pakaian, untung
saja tak menimbulkan bunyi gaduh.
Saat ini, detik ini juga, sesillia yakin bahwa memang tak ada lagi dirinya dihati lusiano, dan benar apa kata ayah nikol, jika ia tetap disini, maka ia
hanya akan jadi benalu dalam hubungan lusiano dan nikol.
Sesillia melangkahkan kakinya perlahan mengambil tas pakaian, dimasukkannya beberapa pakaian dirinya dan siena kedalam tas itu.? Setelah selesai packing,
sesillia mengambil kertas note dari dalam laci meja, kemudian menuliskan pesan untuk lusiano.
Diletakkannya note itu diatas meja yang terletak disamping? tempat tidur,? jika lusiano bangun nanti, sesillia berharap suaminya itu bisa langsung menemukan
note yang ditinggalkannya.
Sesillia mengusap pelan cincin pernikahannya, kenangan kenangan indah bersama lusiano seketika menyeruak, membuatnya bimbang untuk pergi, tapi tiba tiba
saja, bayangan akan wajah lusiano dan niko muncul bak pengingat, membuatnya tekatnya bulat.
Dilepasnya cincin itu cepat, dan meletakkannya diatas note yang ditulisnya tadi. Sesillia berlalu ke ranjang siena, menggendong putri kecilnya itu seraya
menenteng tas pakaiannya.
Sesillia melangkah berat menuju pintu, membuka pintu dan membawa tubuhnya keluar. Sebelum ia menutup kembali pintu itu, dilihatnya lusiano dengan perasaan
hati yang berkecambuk, bahkan air mata yang menetes dari pelupuk matanya seakan tahu bagaimana kegundahan? hatinya saat ini.
"Aku mencintaimu lusiano arifian." Ujar sesilli, sembari menutup kembali pintu kamarnya.
???????????????????????????????????? ****
sesillia berjalan menyusuri jalanan ibu kota yang begitu terik dan panas, sesekali ia menyeka peluhnya yang mengucur deras.?
Harus pergi kemana? Ia tak punya tujuan, tak mungkin ia pergi ke panti, pasti kehadirannya akan sangat? merepotkan, menyewa rumah? Sepeserpun ia tak punya
uang. Yang bisa dilakukannya hanya terus berjalan, dan berjalan.
Sesillia mengistirahatkan tubuhnya didalam halte bus yang tak terpakai lagi, siena tiba tiba saja menangis, mungkin ia haus, tapi susu yang dibawanya sudah
habis, sedari tadi siena minum tak ada hentinya. Ditimangnya tubuh siena perlahan, berharap dengan begini, putri kecilnya itu akan tenang.
"Jangan menangis lagi sayang......? " ujar sesilia dengan raut wajah begitu sedih.
Ditimang seperti apapun siena tak mau diam,mungkin juga ia merasa kepanasan, Ya allah harus berteduh dimana dirinya.
Saat sibuk dengan pemikiran itu, sesillia teringat kalau robi pernah meninggalkan kartu nama untuknya. Dirogohnya saku baju gamisnya, dan benar ia menemukan
sebuah kartu nama. Diamatinya kartu nama itu lekat lekat, apa ia harus kerumah robi, mungkin ia bisa menumpang berteduh disana untuk beberapa saat. Tidak!! Ia tak mau merepotkan
orang lain, apalagi robi adalah laki laki yang baru dikenalnya.
Tapi saat tangis siena semakin mengencang, tak ada pilihan lain selain pergi ke rumah robi, apalagi ketika sesillia menyentuh kening siena, dan mendapati
suhu tubuh putri kecilnya itu terasa hangat.
Sesillia berjalan ketepi jalan, menghentikan angkot yang kebetulan lewat.
Setelah menempuh perjalanan hampir satu jam, akhirnya sesillia sampai didepan komplek perumahan yang berderet rumah rumah mewah. Sesillia mengangah lebar,
benarkah robi tinggal di salah satu rumah di kompleks ini. Wow.......
Sesillia berjalan menyusuri satu persatu deretan istana istana megah itu, hingga berhenti didepan sebuah rumah berlantai dua dengan gaya eropa dan? di
dominasi cat berwarna putih.
Diketuknya pintu kayu yang tingginya minta ampun, bak pintu kerajaan di film film disney yang suka ditontonya.?
Sekali dua kali sesillia mengetuk pintu tapi tak ada jawaban, apa robi sedang tidak dirumah? Ah mungkin iya, mungkin robi sedang syuting.
Sesillia menghebuskan napas berat, kemudian berbalik badan berniat pergi, tapi saat ia ingin melangkah pergi, didengarnya pintu rumah itu terbuka lebar.
Buru buru sesillia menoleh, memastikan apa yang didengar indra pendengarannya benar? ternyata benar, pintu itu terbuka, menampilkan sosok robi yang sepertinya
baru bangun tidur, terbukti rambutnya benar benar berantakan, dan beberapa kali ia menguap menahan kantuk.
"Sesillia?" Panggil robi dengan memelototkan matanya, mungkin ia tak menyangka bidadari hatinya bisa sampai dirumahnya.
Sesillia mengangguk, entah kenapa tiba tiba saja ia menangis, mungkin ia tak kuasa menahan kelelahan tubuh serta pikirannya.
Robi Yang melihat wanita yang dicintainya itu bersimbah air mata, segera dihampirinya dan membawa sesillia? kedalam pelukannya, berusaha menenangkan.
"Hei princess... kenapa menangis?" Tanya robi. Sesillia hanya mengangguk tanpa tahu harus berkata apa.
"Sudah... sudah jangan menagis, kamu bisa menceritakan semua masalah yang membebani pikiranmu padaku. Tapi jika kamu percaya untuk membagi kehidupan pribadimu
padaku." Tukas robi panjang lebar.
Sesilli mendogakkan wajahnya, melihat robi dengan wajah letihnya.
"Bolehkah aku berteduh beberapa saat disini?" Ujar sesillia memohon.
"Tentu saja princess, masuklah." Robi mengiring tubuh sesillia masuk, dan mempersilahkan wanita itu duduk dikursi, sedang dirinya pergi kedapur untuk membuatkan
minuman dingin untuk sesillia.
Robi meletakkan satu gelas penuh orange jus diatas meja.
"Minumlah sill, tenangkan hatimu." Ujar robi sembari mengusap lembut punggung sesillia, berusaha menenangkan? dan meredakan isak tangisnya.
"Apa ada ceritta yang ingin kamu bagi denganku sesillia?" Tanya robi lagi.
Sesillia menarik napas panjang, sepertinya robi bisa membantu dan menilai apakah keputusan yang diambilnya ini benar.
Perlahan namun pasti sesillia menceritakan semua ganjalan hatinya dengan runtut pada robi. robi yang mendengarkan cerita sesillia dengan seksama itu, terlihat
mengepalkan tangan dan mengeratkan rahangnya, cerita sesillia itu benar benar membangkitkan emosinya.
"Apakah keputusan yang kuambil sudah benar robi?" Tanya sesillia setelah menyelesaikan ceritanya.
"Benar. Keputusanmu sangat benar, kamu jangan khawatir sesillia, kamu bisa tinggal disini untuk sementara waktu, disini banyak kamar kosong dan kamu tak
perlu khawatir, karena kita tidak akan tinggal berdua disini, ada adik perempuanku dan managemenku." Tukas robi sembari mengatur deru napasnya yang meninggi
karena emosi. "Terima kasih robi, aku tak tahu harus membalasnya dengan apa."
"Tak perlu, kamu tak perlu membalasnya,aku ikhlas".
Robi beranjal berdiri dari tempat duduknya, kemudian menenteng tas pakaian milik sesillia, mengajak wanita itu kekamarnya.
"Ayo sill, aku tunjukkan kamarmu." Ajak robi. Sesillia beranjak dari tempat duduknya, mengekor dibelakang robi, dan masuk kedalam sebuah kamar yang sangat
besar dengan prabotan mewahnya.
"Ini kamarmu sill." Sesillia mengernyitkan dahi, apa kamar ini tidak berlebihan jika untuk dirinya yang statusnya hanya numpang.
"Apa ini tak terlalu berlebihan, aku tinggal dikamar pembantu saja robi." Buru buru robi mencekal kedua lengan sesillia, memutar tubuh wanita itu menghadapnya.
"Kamu bukan pembantu, tapi kamu tamu spesial bagiku. Sekarang istirahatlah, aku akan membelikan susu untuk siena."
Robi memutar tubuhnya dan berlalu pergi tanpa mendengar penuturan apapun dari sesillia. Sedang sesillia, hanya bisa menyunggingkan senyum kagumnya pada laki-laki itu, laki-laki yang sangat baik menurutnya.
*** Chapter 49 Lusiano berjalan di tepian pantai, entah mengapa ia ada disini. Pantai ini juga tak pernah dikunjunginya.
Semilir angin pantai yang menerpa tubuhnya, begitu membuatnya tenang dan nyaman. Huft! Ia butuh ketenangan seperti ini, disaat saat kerumitan demi kerumitan
datang silih berganti tak ada habisnya, satu masalah selesai datang masalah lain.
Direntangkan kedua tangannya lebar lebar, membiarkan sang angin menjalar kesetiap jengkal tubuhnya. Debur ombak pun tak mau kalah mengambil bagian, menggulung
pergelangan kakinya dengan cepat. Lusiano memejamkan mata, mengatur deru napasnya.
"Ya allah aku butuh jawaban, kau pertemukan aku dengan dua wanita yang sama sama berartinya bagiku. Aku dilanda kebimbangan, aku memang hambamu yang hina,
tak bisa lepas dari mahluk yang kau ciptakan dengan teramat sempurna, yaitu wanita. Berikan aku jawaban, siapa.yang harus ku pertahankan." Teriak lusiano
keras keras. Dibukanya kelopak matanya perlahan, lega, rasanya ganjalan dihatinya hilang seketika.
Lusino menghamburkan pandangannya kesekitar, sepi, kenapa pantai ini sepi sekali, hanya ada dirinya.. oh tidak! Bukan hanya ada dirinya, tapi ada wanita
itu juga. Dipusatkan pandangannya pada seorang wanita yang tengah duduk ditepi pantai, wanita itu terlihat sangat cantik dengan pakaian putihnya, mungkinkah
ini yang namanya bidadari?
Astaga! Bukan.... wanita itu bukan bidadari, ia mengenal sekali wanita itu.
"Sesillia." Panggil lusiano kencang.
Wanita itu menoleh kearahnya, benar ternyata ia sesillia, istrinya. Tapi, kenapa wajah sesillia terlihat sedih, dan..dan kenapa ia malah beranjak berdiri
lalu pergi. "Sesillia tunggu...sesillia." lusiano melarikan kakinya, mengejar sesillia yang kini juga berlari didepannya.
Lusiano mempercepat langkah kakinya, ia harus bisa mengimbangi langkah kaki sesilli. Saat ia sudah berada tepat dibelakang sesillia, ditariknya tangan
wanita itu hingga terhuyun kebelakang dan menabrak tubuh bidangnya, kesempatan yang tak disia siakan oleh lusiano, dipeluknya erat tubuh istrinya itu,
oh.... perasaan apa ini, kenapa ia merasa bahagia dan sangat sangat nyaman memeluk istrinya, bukankah bukan sekali dua kali ia memeluk sesillia seperti
ini. "Kamu mau kemana?" Tanya lusiano.
"Pergi, aku ingin pergi sejauh mungkin agar tak bisa bertemu denganmu lagi." Lusiano mengernyitkan dahi, apa yang diucapkan istrinya ini?ia sungguh tak
mengerti. Direnggangkan pelukannya ditubuh sesillia, sehingga bisa dengan leluasa menatap wajah cantik istrinya itu.
"Apa yang kamu ucapkan, kamu mau meninggalkanku? Tidak, kamu tidak boleh pergi."


Pencuri Hati Karya Rara El Hasan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

" kamu sudah mendustai segala janjimu padaku, lagi pula, aku sudah membawa bagian dari dirimu bersamaku, aku rasa ini sudah cukup." Ujar sesillia sembari
mengusap perutnya lembut. Lusiano menatap aktifitas aaaaatangan sesillia yang mengelus perutnya sendiri. Sebenarnya apa yang terjadi?
Saat lusiano sibuk dengan pemikiranya, tiba tiba sesillia mengecup pipinya dengan lembut. Kecupan ringan yang membawa perasaan aneh di diri lusiano, perasaan
teramat bersalah, perasa tak mau kehilangan dan perasaan cinta, perasaan cinta yang teramat besar. Ya... rupanya ini jawaban tuhan, istrinya...istrinyalah
yang paling utama dan terpenting.
Tapi saat lusiano menyadari hal itu, semuanya sudah terlambat, sesillia sudah pergi. Diedarkan pandangannya kesekitar pantai, mencari sosok istrinya itu,
tapi perca saja, sesillia tak terlihat lagi.
"Sesillia....sesillia....."
"Sesillia..............." lusiano menggeragap bangun. Napasnya berpacu cepat, peluh mengalir deras dari keningnya.
Diusapnya wajah serta rambutnya kasar, sesillia, ia tak ingin kehilangan sesillia.
Lusiano turun dari ranjang cepat, membuka setiap ruangan didalam kamar, mencari wanitanya itu.
"Sesillia.... ." Panggil lusiano sembari membuka pintu kamar mandi. Tak ada sesillia juga tak ada disini, padahal ini ruangan terakhir yang belum dibukanya,
kemana wanita itu, apa ia sedang ada didapur.
Lusiano membawa tubuhnya mendekati nakas disamping tempat tidur, diraihnya ponsel dari sana cepat.
"Apa ini?" Ujar lusiano ketika melihat cincin dan sebuah note diatas meja.
Diambilnya cincin itu, dan betapa kagetnya ia ketika mengetahui itu cincin pernikahan milik sesilli, dengan rasa was was lusiano meraih note itu dan membacanya.
Aku mencintaimu, Aku tak akan menangis, tak akan...
Aku tak mungkin melupakanmu, karena aku tak sanggup.
Tapi, aku tak kuasa untuk tak pergi dari sisimu, karena aku tak mampu dan tak bisa membagimu dengan wanita lain.
Aku tak ingin membuatmu memilih, karena aku tahu kamu tak sanggup memilih. Maka, aku akan membantumu, untuk lebih mudah membuat pilihan.
Jangan coba mencariku lusiano, karena kamu tak akan menumakanku.
Walaupun kamu bilang kamu masih cinta, namun kenyataannya kita tetap harus berpisah.
Aku sangat membutuhkanmu, tapi ada yang lebih membutuhkan dirimu.
Aku sangat mengharapkanmu, tapi ada yang lebih mengharapkan kehadiranmu disisinya.
Jangan khawatir, kamu akan selalu abadi dihatiku, karena aku bersama sebagian dirimu ditubuhku.
kuserahkan cincin darimu ini padamu.....Nikahi..nikol.
SESILLIA ULFA ?2 "Argggggg!!!!!!" Lusiano berteriak frustasi, tidak ia tidak boleh kehilangan sesillia, oh tuhan, ia memang bersalah, tapi bukankah kesempatan kedua itu
ada. 1 "Tunggu aku sayang, aku akan membawamu pulang." Lusiano meraih kemejanya, menggunakannya cepat. Kemudian meraih kunci mobilnya dan melenggang dengan langkah
setengah berlari meninggalkan rumah.
Lusiano melajukan mobilnya cepat, ia harus menemukan sesillia harus!!! Tidak peduli bagaimanpun caranya.
Dengan kecepatan lambat lusiano menyusuri setiap jalan di sepanjanh jalanan ibukota, ia berharap bisa menemukan sesillia diantara pejalan kaki atau orang
orang yang tengah duduk santai dikursi kursi pinggiran jalan, tapi tidak, sesillia tidak ada dimanapun, sudah hampir dua jam ia berkeliling, tapi tak didapatkannya
tanda tanda sesillia sedikitpun. Bahkan ia hampir frustasi, mau mencari istrinya itu dimana lagi.
"Shit...shit.... maaf.. aku minta maaf telah menelantarkanmu sesillia...kembalilah." ujar lusiano frustasi. Ia terus saja melajukan mobilnya tanpa arah,
yang terpenting baginya saat ini adalah menemukan istrinya.
Lusiano menghentikan mobilnya mendadak, beregas turun dari mobil, ia melihat sesillia, ia melihat istrinya itu tengah membeli bunga. Dilarikan kaki jenjangnya
dengan cepat menghampiri sesillia dan menepuk pundak istrinya itu cepat.
"Sesillia."panggil lusiano. Membuat wanita yang ditepuknya berbalik badan. Lusiano menurunkan senyum sumringahnya menjadi senyum sedih, ternyata bukan sesillia,
ia salah orang, wanita yang ia kira sesillia ternyata orang lain.
"Maaf...maaf mbak, saya kira istri saya."
Lusiano menghembuskan napas berat. Ya allah, harus dicari dimana istri tercintanya itu. Lusiano berjalan kembali ke mobilnya dengan tertunduk lesu. Tak
ada semangat, tak ada tenaga, yang ia inginkan hanya bersama dengan sesillia lagi.
*** chapter 50 Lusiano tertidur di meja kerjanya, hari ini sudah hari kelima sejak sesillia pergi dari rumah.berbagai macam? cara telah? dilakukannya untuk mencari keberadaan
istri tercintanya itu, dari menyewa detektif profesional, sampai menyebar selembaran yang berisi pemberitahuan orang hilang, tapi belum membuahkan hasil
apapun. Suara pintu diketuk membangunkan lusiano, dilangkahkan kakinya dengan malas kearah pintu, seraya membukanya lebar. Didapatinya wanita paruh baya sedang
berdiri didepannya dengan berkaca pinggang, raut wajahnya pun tak kalah garang. Tanpa dipersilahkan terlebih dahulu, wanita itu nyelonong masuk.
"Kamu apakan menantu ibu lusiano." Tukas suharti emosi.
"Oh apa lagi ini........kalau kanjeng ibu kesini tujuannya untuk marah marah,? lebih baik kanjeng ibu balik lagi ke jogja." Ujar lusiano sembari menegadahkan
wajahnya keatas. "Tidak bisa, ibu tak akan pulang kalau sesillia belum kembali ke rumahmu."
"Ini juga masih dicari ibu, jangan semakin membuatku? pusing." Suharti mendaratkan tubuhnya di sofa.
"Bagaimana bisa seillia pergi dari rumah, pasti ada penyebabnya. Tidak mungkin jika ada asap tapi tak ada api."
"Lusiano yang salah ibu, aku? menelantarkan sesillia, aku terlalu sibuk menjaga nikol yang sedang menderita kanker otak." Ujar lusiano dengan raut wajah
penuh penyesalan. Suharti mengernyitkan dahi, sepertinya ia mengenal nama itu, tapi siapa? Nama itu familiar di ingatannya.
"Nikol?" Tanya suharti ingin tahu.
Lusiano menegakkan kepalanya, menatap ibu kandungnya itu lekat lekat.
"Nikol mantan pacarku dulu ibu, putri herman."
Seketika itu juga, suharti beranjak dari tempat duduknya, raut wajahnya terlihat tak suka.
"Jadi gara gara anak herman kamu menyakiti sesillia. Asal kamu tahu herman itu laki laki yang sudah membunuh ayahmu." Perkataan suharti berhasil membuat
mata lusiano membelalak, membunuh? Apa maksudnya? Herman ayah nikol membunuh ayahnya?
"Maksud ibu apa? Herman membunuh ayah?".
"Iya....!! Laki laki itu telah membunuh ayahmu. "
"Bagaimana bisa?"
"Ayahmu terkena serangan jantung bukan tanpa? alasan. Herman menaruh mata mata didalam perusahaan kita, dan konsep terbaru yang akan diluncurkan kepasaran
berhasil dicuri oleh orang suruhannya." Lusiano terdiam, benarkah apa yang dikatakan ibunya. Jadi herman pembunuh ayahnya.
"Ibu tak mau tahu, besok sesillia harus sudah ditemukan. Jangan sampai kamu membuat kesalahan lagi...mengerti."
Suharti bangkit dari tempat duduknya, melangkahkan kakinya cepat meninggalkan ruangan lusiano.
????????????????????????????????????? ****
Robi mengolesi kaki sesillia dengan minyak pijat, kata dokter tari, kaki sesillia harus rutin diolesi minyak? agar bengkakan dikaki sesillia bisa segera
kempes. "Robi... sudah, biar aku sendiri yang mengolesinya." Pinta sesillia tak enak hati.
"Diam....sill.... sudah nurut saja kenapa? Mau tiduran terus dan tidak bisa kemana mana?" Sesillia menggeleng, ia bosan jika harus dikamar terus terusan.
"Kalau begitu, nurut saja apa yang kulakukan, aku? sudah ngeri liat kakimu yang segede semangka ini." Ujar robi sembari mengembangkan senyum iba.
"Apa kamu hari ini tak ada syuting robi?"
"Tidak memangnya kenapa?"
"Tak apa, jika kamu ada syuting lebih baik pergilah."
"Aku free hari ini." Ujar robi sembari meletakkan minyak gosok ke atas meja.
"Nah sekarang sudah selesai, istrahatlah sill, aku akan ke supermarket sebentar, membelikan susu dan kebutuhan lainnya untuk siena. Apa kamu tak ingin
sesuatu?" "Tidak terima kasih." Ujar sesillia sembari merebahkan tubuhnya.
"Baiklah aku tinggal sebentar ya." Sesillia mengangguk, mengiyakan permintaan robi.
Sesillia memejamkan mata,? ini sudah hari kelima setelah insiden kabur dari rumah. Entah kenapa ia sangat merindukan lusiano, rindu dekapan laki laki itu,
rindu aroma tubuhnya. Tak terasa bulir bening mulai mengalir keluar dari pelupuk mata, semakin lama membuat isakannya semakin dalam.
"Mas sedang apa kamu sekarang? Aku sangat merindukanmu."
??????????????????????????????????? ****
Entah sudah berapa kali herman menghubunginya, tapi lusiano tak pernah mengangkat panggilan itu.
Lelah, ia lelah....ia hanya ingin fokus mencari sesillia tanpa diganggu pikiran lain.
Diraihnya foto pernikahan dirinya dan sesillia yang terbingai cantik diatas meja, diusapnya lembut potret sesillia dengan rasa rindu yang membuncah luar
biasa. "Sampai kapan kamu akan menghukumku seperti ini sesillia, tak inginkah kamu pulang?" Ujar lusiano, sembari menitihkan air mata. Ia kacau teramat kacau,
yang dibutuhkannya sekarang hanya sesillia dan sesillia tak ada yang lain.
Saat ia tengah asyik dengan dunia kesedihannya. Suara notificasi sms berbunyi nyaring, memaksanya meninggalkan aktifitas, dan menilik sebentar siap yang
mengirim pesan untuknya. Kumohon kemarilah, kondisi nikol semakin memburuk, kumohon.
Herman. "Shit......." runtuk lusiano, kenapa harus disaat seperti ini, kondisi nikol memburuk. Tapi, jika ia tak kesana?....arggggg........ baiklah, mungkin hanya
untuk kali ini. Lusiano meraih jasnya, kemudian meletakkan kembali foto pernikahannya diatas meja, dan berlalu pergi menuju rumah sakit.
????????????????????????????????? ****
Sesillia terbangun dari tidurnya, tiba tiba saja ia merasa mual. Disibaknya selimut yang menutupi tubuhnya, kemudian turun dari ranjang, dan mencoba berjalan
secara? perlahan. Saat kakinya menyentuh tanah, rasa sakit itu langsung menyerangnya, tanpa memeperdulikan rasa itu, sesillia berusaha berjalan perlahan
menuju wastafel didalam kamar mandi
Tapi, saat sesillia? baru menginjakkan kaki masuk kedalam kamar mandi, tiba tiba saja ia kehilangan keseimbangan, membuat tubuhnya terhuyun kedepan,? mengakibatkan
perutnya membentur meja terlebih dulu.
Seketika Itu juga tubuhnya oleng dan jatuh kelantai tak sadarkan diri dengan darah yang mengalir deras dari selangkangannya.
Sedangkan di sisi lain, robi tengah melangkah masuk kedalam rumah, ditentengnya beberapa tas belanjaan yang berisi susu dan lainnya. Setelah meletakkan
semua belanjaan didapur, robi membawa tubuhnya masuk kedalam kamar sesillia. Diedarkannya pandangan keseluru penjuru kamar, tak ada tanda sesillia yang
ada hanya siena yang tertidur pulas.
Robi melangkahkan kakinya ke kamar mandi, mungkin saja sesillia ada disana. Tapi saat ia hendak membuka kenop kamar mandi, dilihatnya cairan yang lebih
mirip dengan darah mengalir melewati celah celah pintu. Seketika itu juga rasa khawatir berkecambuk dalam hati robi, dibukanya? kenop pintu cepat dan mendapati
sesillia tengah tersungkur dilantai tak sadarkan diri.
Kenyataan lain yang membuat robi tak bisa berkata kata, ada darah mengalir deras diantara paha sesillia.
"Oh..my god..sesillia." robi berjongkok,.menggoyang tubuh sesillia perlahan,? tapi tak ada respon.
Dengan cekatan, robi menggendong tubuh sesillia dan mengajaknya pergi meninggalkan kamar.
"Hardi....!!!!!! Siapkan mobil!!!!!!" Teriak robi pada drivernya.
Robi membuka kenop pintu rumah, membawa tubuh sesillia masuk kedalam mobil.
"Cepat jalan!!"perintah robi pada hardi.
Mobil robi melaju kencang, sekencang detak jantungnya sekarang, kaos putih yang dipakainya pun kini telah berubah warna menjadi merah, Karena darah.
"Sill, kamu harus bertahan." Ujar robi sembari mencium kening sesillia.
Setelah beberapa menit, akhirnya mobil robi sampai dirumah sakit, buru buru robi? menggendong tubuh sesillia masuk, meletakkannya diatas ranjang dorong
yang sudah disediakan rumah sakit.
Robi mengikuti para suster? yang membawa tubuh sesillia masuk ruang IGD.
" maaf pak,bapak tidak bisa masuk. Sebaiknya tunggu diluar saja."
"Baik..." Robi terduduk di kursi tunggu dengan perasaan khawatir, semoga saja tidak terjadi apa apa dengan sesillia dan bayi yang dikandungnya.
*** Chapter 51 Lusiano melangkah cepat masuk kedalam rumah sakit, saat ia sudah mendekati ruang icu, herman menyongsongnya dengan wajah teramat kalut.
"Kondisi nikol benar benar menurun." Ujar herman dengan wajah cemas.
Tanpa menanggapi perkataan herman, lusiano langsung beranjak masuk ruang icu, tapi kehadirannya diruangan itu sangat mengganggu proses penanganan dokter,
Sehingga salah satu dokter memaksanya untuk keluar.
" bapak tunggu diluar saja, kami akan melakukan yang terbaik untuk menyelamatkan pasien." Salah satu dokter yang menangani nikol menggiring lusiano keluar.
Alhasil ia hanya dapat melihat upaya penyelamatan nikol dari balik kaca ruangan itu.
Rasa khawatir mulai menggelayuti perasaan lusiano, nikol terlihat tak berdaya, bahkan sangat tak berdaya. Beberapa kali dokter menancapkan jarum suntik
di tubuhnya, dan beberapa kali juga dokter menempelkan alat pacu jantung didada wanita itu.
Lusiano mangalihkan pandangannya dan lebih memilik? mengedarkan pandangannya.melihat kondisi disekitar tempatnya berdiri, ia tak tega melihat nikol seperi
ini. Disaat itulah, ia tak sengaja melihat robi melintas tidak jauh dari tempatnya berdiri, seketika itu juga dahinya mengernyit dalam, untuk apa robi kesini?
dan ia terlihat sedang mengiringi seorang wanita yang tak sadarkan diri.?
Dan alangkah terkejutnya ia, saat mengenali wanita yang tengah tak sadarkan diri itu sebagai istrinya yang selama beberapa hari? ini? menghilang.
Tanpa menunggu lama lagi, segera dilarikan kakinya mengikuti arah tubuh sesillia dibawa. dan tak memperdulikan herman yang berkali kali memanggil namanya,
melarangnya pergi. Lusiano memperlambat langkah kakinya ketika Dilihatnya robi tengah berdiri didepan ruang IGD, dengan? raut wajah yang? terlihat sangat
khawatir. Sebenarnya apa yang terjadi, ada apa dengan sesillia?
Lusiano menghampiri robi, mencekal kerah baju laki laki itu? dengan ekspresi kemarahan yang begitu terpancar jelas diwajahnya. Robi yang tak siap akan
diperlakukan seperti itu, hanya bisa menerima saja perlakuan kasar? lusiano padanya.
"Siapa wanita yang bersamamu katakan!!!" Bentak lusiano.
"Istrimu, kenapa? Mau memukulku? Silahkan" tantang robi. Lusiano mulai tersulut emosi, laki laki biadab ini benat benar membuat tangannya gatal.
"Jadi kamu yang menyembunyikan istriku selama ini." Lusiano melemparkan bogem mentahnya kerahang robi, membuat laki laki itu oleng kebelakang dan jatuh
tersungkur kelantai dengan kondisi? bibir robek.
Bukan mengerang kesakitan, robi malah menyerigai penuh kemenangan.
"Sepertinya istrimu akan meninggalkanmu dan jatuh kepelukanku lusiano." Ujar robi terang terangan.
"Bangsat!!!" Sahut lusiano geram. Ia menghampiri robi dan meninjunya lagi.
Tapi kali ini robi tak tinggal diam, ia beranjak? berdiri, dan membalas pukulan lusiano tak kalah kerasnya, sehingga lusiano harus rela tubuh kokohnya
jatuh kelantai dengan memar dipipinya.
"Kamu yang bangsat!!!!! Lebih mementingkan wanita lain dibandingkan istrimu sendiri. Seharusnya sesillia tidak hidup dengan laki laki pengecut macam dirimu."
Tukas robi berapi api, lusiano terdiam dengan mengelus pipinya yang mulai nyut nyutan.? Benar apa kata robi, ia laki laki pengecut, harusnya wanita sebaik
sesillia tidak hidup dengan dirinya, laki laki yang tak memiliki pendirian.
"Jika kamu masih memiliki otak, lebih baik kamu ceraikan sesillia." Sahut robi, membuat lusiano membelalak.
"Jangan harap." Lusiano bangkit, hendak memukul robi lagi. Tapi suara pintu ruang IGD yang terbuka, membuat perkelahian mereka terhenti, buru buru?? lusiano
dan robi menghampiri dokter yang menangani sesillia, menayakan kondisi wanita yang mereka cintai.
"siapa dari kalian berdua yang merupakan keluarga pasien?"
"Saya." Sahut lusiano dan robi bebarengan. Setelah itu lusiano dan robi saling berhadapan memancarkan? tatapan membunuh.
"tak penting siapa diantara kalian yang merupakan keluarga pasien. Yang terpenting sekarang, pasien mengalami pendarahan hebat, dan kami membutuhkan pendonor
yang bersedia mendonorkan darahnya, persediaan darah golongan AB? dirumah sakit ini habis, jika tidak segera didapatkan maka akan sangat berbahaya bagi
keselamatan janin yang dikandungnya." Ujar dokter panjang lebar.
Lusiano tertegun, matanya membelalak sempurna. Janin? Didalam perut sesillia ada janin? Berarti sesillia sedang hamil? Dan... pasti itu calon anaknya!
Seketika itu juga tibuh lusiano melemas, ia benar benar membenci dirinya sendiri saat ini. Ia? tak tahu sesillia sedang hamil, ia tak ada waktu untuk menjaga
istri dan calon anaknya. Ia sibuk mengurus wanita yang seharusnya hanya menjadi masa lalunya.
"Apa darah tipe lain bisa dok?" Tanya robi dengan raut wajah khawatir.
"Sayang sekali tidak bisa."
"Ambil darah saya dok, darah saya AB."sahut lusiano cepat.
"Baiklah pak, mari ikut saya." Dokter mengajak lusiano kedalam ruangan untuk diambil darahnya.
Selama darahnya diambil, tak banyak yang dilakukan lusiano. Ia diam, bungkam seribu bahasa. Didalam otaknya hanya berisi rutukan rutukan sadis pada dirinya
sendiri, saat ini ia merasa menjadi suami sekaligus ayah yang biadab. Bagaimana bisa, sampai ia tak tahu istrinya sedang hamil.
"Ya allah... selamatkan istriku, agar aku bisa meminta maaf padanya." Doa lusiano ditenggah tenggah gejolak hatinya yang tak karuan.
Lusiano memejamkan matanya, membayangkan betapa menderitanya sesillia selama ini.
????????????????????????????????????? ****
Lusiano dan robi menunggu dikursi tunggu, sudah hampir dua jam sesillia mendapat penanganan, tapi tak kunjung ada pemberitahuan lebih lanjut dari dokter.
"Sepertinya akulah orang pertama yang mengetahui sesillia sedang hamil, bahkan akulah yang mengantarnya memeriksakan kandungan kerumah sakit." Ujar robi,
membuat lusiano sontak menatapnya dengan tatapan tak suka.
"Sesillia Terlalu baik untukmu,? tapi kamu tak pernah memperlakukannya dengan baik." Sahut robi lagi, tak habis pikir, apa sebenarnya yang ada di otak
laki laki disampingnya ini.
"Diamlah!" Bentak lusiano.
"Tak sanggup menerima kenyataan eh? Bahwa kenyataannya kamu lebih pantas dipanggil laki laki biadab, dibandingkan ayah atau suami."
Lusiano geram, ia hampir saja melayangkan bogemnya pada wajah robi, tapi terhenti tepat didepan wajah laki laki itu. Lusiano membuang tangannya, lebih
memilih beranjak dari tempat duduknya dan pergi.
Ia ingin mencuci muka, menetralkan ekspresi wajahnya yang terlihat frustasi, dilangkahkan kakinya masuk kedalam bilik kamar mandi, duduk diatas closet
dengan wajah tertunduk. Dokter bilang kemungkinan hidup janin dalam perut sisillia sangat tipis, menginggat kondisi psikis sesillia yang tertekan serta kondisi kandungannya yang
cukup lemah, apalagi pendarahan yang dialami sesillia cukup serius, membuat dokter sedikit pesimis.
Saat lusiano benar benar tertekan karena merasa segala ketidak beruntungan sesillia, akibat perbuatannya. Tiba tiba saja ia mendengar langkah kaki seseorang
tengah masuk kedalam kamar mandi sembari berbincang bincang. Sepertinya laki laki itu tengah berbicara dengan seaeorang melalui? ponsel, laki laki yang
amat dikenali oleh lusiano sebagai herman ayah nikol.
"Bodoh!!!!!! Kenapa kalian baru memberitahuku jika wanita itu dirawat disini. Pantas saja lusiano buru buru pergi." Tukas hermas dengan nada meninggi.
"................."
" aku tidak mau tahu, sampai wanita itu selamat!! pasti ia akan menggangu hubungan lusiano dan nikol lagi." Lusiano mulai geram, ia tahu dan paham siapa
wanita yang dimaksud herman itu.
".................."
"Jika perlu habisi istri lusiano itu." Seketika itu juga lusiano keluar dari dalam kamar mandi, dan langsung menerjang tubuh tambun herman, membuat laki
laki itu terjatuh kelantai dengan posisi lusiano ada diatas tubuhnya. Tanpa pandang bulu atau takut ada orang lain yang memergoki aksinya, lusiano mendaratkan
beberapa pukulan dipipi dan rahang herman. Ia tak pedulia jika lawan tandingnya tak seimbang, ia kalab, rupanya laki laki bangkotan ini memang berniat
menghancurkan kehidupan rumah tangganya.
"Bajingan!!! Jadi kamu sengaja ingin menghancurkan rumah tanggaku dang ingin menghabisi istriku." Ujar lusiano berapi api.
"Ampun.? Ampun..." herman memohon memohon pada lusiano agar menghentikan pukulannya.
Pelipis,bibir dan hidung herman? kini sudah mengeluarkan darah, pandangannyapun mulai kabur. Walaupun melihat musuhnya sudah tak berdaya, lusiano tak sedikitpun
berniat menghentikan aksi brutalnya, ia tetap melancarkan pukulan pukulan mematikan hingga hasrat amarahnya terpuaskan.
Tiba tiba pintu kamar mandi terbuka lebar, menampilkan sosok robi yang berdiri dengan ekspresi tak percaya terpancar jelas dari raut wajahnya. Sesegara
mungkin ia mengangkat tubuh lusiano, memaksa laki laki? itu untuk menghentikan tindakannya,? karena saat ini herman terlihat benar benar sudah tak berdaya.
"Lepaskan!!! aku harus menghabisi? bangkotan biadab ini." Ronta lusiano sembari berusaha menendang tubuh herman dengan kakinya.
"Jangan bertindak bodoh, kamu bisa membunuhnya. Ayo pergi, sesillia mengalami masa kritis." Ujar robi membuat lusiano terdiam, badannya serasa membatu.
"Masa kritis?" Tanya lusiano.
"Iya, detak jantungnya melemah, ia tak mendapatkan asupan cukup oksigen untuk anaknya." Ujar robi membuat lusiano menitihkan air mata.
Secepat kilat, ia berlari meninggalkan kamar mandi dan menuju ruang perawatan sesillia. Selama perjalanan menuju ruang IGD yang bisa dilakukan lusiano
hanya meminta maaf dan terus meminta maaf.
"Maafkan aku sill, kumahon bertahanlah demi siena, aku dan? cinta kita."? Ujar lusiano dalam kekalutan hatinya.
Ia terus berlari dan berhenti tepat didepan ruang IGD, dilihatnya para suster keluar dengan membawa keranjang dorong yang berisi pasien dengan kondisi
telah? ditutup dengan kain kafan, menandakan bahwa pasien itu sudah tak bernyawa.
Lusiano terduduk lesu, sesillianya, sesillianya pergi tanpa bisa menerima maaf darinya, pergi dengan membawa buah hati mereka bersamanya.? Lusiano menitihkan
air mata, kebodohan yang tak mungkin termaafkan, kebodohan yang dilakukan dan mebuatnya harus kehilangan sesillia untuk selamanya.
Bidadarinya pergi tanpa meneteskan setetes air matapun dihadapannya.
**** chapter 52 Robi berdiri dibelakang lusiano yang tengah tertunduk lesu, ia terlihat tersenyum penuh kemenangan dan bertepuk tangan membuat lusiano kaget. Lusiano menolek
kearahnya dengan dahi mengernyit, bisa bisanya robi? tertawa dan bertepuk tangan kegirangan disaat seperti ini.
"Well...well... lihatlah wajahmu kacau sekali, bagaimana nanti jika sesillia benar benar meninggalkanmu." Goda robi.
"Diam!!!! Apa yang sedang kamu bicarakan?! bukankah jenaza yang dibawa keluar suster baru saja adalah jenaza sesillia."
"Jika itu sampai terjadi, kamu orang pertama yang akan kuhabisi karena kamu salah satu orang yang menyebabkan sesillia meninggal dunia."
"Apa yang kamu maksudkan? Jadi jenaza itu? Bukan jenaza sesillia?" Tanya lusiano dengan raut wajah penuh pengharapan.
"Tentu saja bukan, itu jenaza wanita yang mengalami kecelakaan beberapa saat lalu." Tukas robi sembari mengunyah permen karetnya. Sedang lusiano, ketika
mendengar kabar bahwa itu bukan jenaza sesillia, segera bangun, menghampiri robi dan mencekal kerahnya, hendak memukul.
"Jadi kamu membohongiku!!!!!" Teriak robi tepat didepan wajah robi.
"Astaga, selain susah move on ternyata sesillia juga menikahi laki laki preman, bisanya main tonjok." Cibir robi sembari menyerigai.
"Jaga ucapanmu bayi!!"lusiano semakin geram.
"Santai om... aku memang ingin membuatmu tampak bodoh, sepertinya ini? bukan balasan yang pas jika disandingkan dengan perbuatanmu terhadap sesillia."
Seketika itu juga, lusiano melepaskan cekalannya dan sedikit memundurkan posisi tubuhnya.
Lusiano tertunduk, umurnya dengan robi sangat terpaut jauh, tapi ternyata umur tak dapat menentukan cara berpikir seseorang. Terbukti robi lebih memiliki
pemikiran dewasa dibanding dirinya.
"Terimakasih." Kata yang sangat jarang terlontar dari mulut lusiano, kali ini terucap untuk robi, laki laki yang sempat dibencinya.
Robi tertegun, tak percaya dengan apa yang didengarnya, tapi sedetik kemudian ia menghembuskan napas lega dan menyunggingkan senyum tulusnya.
Didekatinya tubuh lusiano, kemudian dipeluknya dan ditepuk tepuknya perlahan punggung laki laki itu sebentar.
"Sama sama... sekarang sepenuhnya sesillia milikmu, jaga dia baik baik, jangan biarkan aku menjotosmu karena membuat sesillia menangis. Sekarang pergilah
jaga dia, beberapa saat setelah kamu pergi, sesillia sudah dipindahkan keruang inap." Ujar robi kemudian mulai melangkah pergi.
"Hai! Anak kecil, kamu mau kemana?" Teriak lusiano saat robi mulai melangkah menjauh.
"Mengampil putrimu yang satunya." Sahut robi sembari? menyengir ramah.


Pencuri Hati Karya Rara El Hasan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ia berjalan melewati lorong inap.dengan santainya.?? Tapi saat melewati ruang icu, ia menghentikan langkah kakinya tepat didepan laki laki paruh baya tengah
menangis tersedu sedu. Robi mengamati lekat wajah laki laki yang tengah tertunduk lesu itu dengan senyum serigai.
"Hai! Bukankah kamu herman ayah nikol?" Tanya robi, membuat laki laki tua yang ternyata herman itu mendongak dan mengangguk cepat.
"Apa yang terjadi?" Tanya robi lagi.
"Putriku.... putriku tiada." Ujar herman sembari terisak.
"Oh....sungguh malang nasibmu."celoteh robi terkesan mengejek.
"Kamu siapa?" Tanya herman sembari mengernyitkan dahi.
"Oh ya kenalkan, aku robi, teman nikol di dunia keartisan." Sembari mengulurkan tangan, sedangkan herman menjabat tangan laki laki yang ternyata teman seprofesi
nikol itu tak bertenaga. "Satu lagi, selain teman nikol, aku juga anak sidarta hadi, kamu masih ingat kan nama itu?" Herman terlihat berpikir, tapi beberapa saat kemudian matanya
membelalak sempurna. "Sidarta hardi supir pribadiku dulu."
"Ya.... seratus untuk ingatanmu pak tua, aku anak sidarta hadi, orang kepercayaanmu yang telah kamu tuduh mencuri, karena ia menasehatimu agar tidak berlaku
curang dalam dunia bisnis! Kamu masih ingat itu kan herman? Karena ulahmu ayahku masuk penjara? dan ditemukan bunuh diri satu minggu setelahnya." Seketika
itu juga, raut wajah? herman terlihat ketakutan, kenangan kenangan masa lalu seperti diangkat? secara paksa untuk diingatnya.
"Jangan takut, aku tak berniat membalas dendam padamu...... sudah cukup aku melihatmu menderita." Ujar robi sembari menyunggingkan seulas senyum menyakitkan.
Kemudian berlalu bergi meninggalkabn herman yang terdiam bak patung. Tapi baru beberapa jengkal robi melangkah, ia memutar badannya lagi menghadap herman,
sepertinya ada sesuatu hal yang lupa ia ucapkan.
"Oh ya...hampir saja aku lupa.... aku turut berduka cita ya pak tua." Ujar robi sembari menepuk pelan pipi herman. "Semoga kamu cepat menyusul juga." Timpalnya,
kemudian mengembangkan senyum menyakitkan? bak senyum penjahat joker di film batman.
Setelah puas mengolok olok musunya, robi pergi dengan bersiul ringan meninggalkan rumah sakit.
**** Lusiano membuka pintu kamar inap sesillia perlahan, dilihatnya wanita yang sangat dirindukannya tengah tertidur pulas.
Sebelum ia kekamar sesillia, tadi ia sempat menemui dokter yang menangani istirnya itu untuk menanyakan kondisi sesillia saat ini.
Syukur alhamdulilah, dokter bilang masa kritis sesillia sudah terlewati, kini tinggal menjalani masa pemulihan. janin yang ada dalam kandungannya pun selamat
dan sehat. Lusiano mendekati ranjang sesillia, jarum infuse terpasang di pergelangan tangan kirinya, wajah bidadarinya itu masih terlihat pucat dan lelah. Diusapnya
lembut rambut sesillia yang tidak terlapis hijab. Setelah itu lusiano memberanikan diri mengecup kening sesillia, kemudian turun ke pipi kanan dan kirinya.
Lusiano mendudukkan tubuhnya diatas kursi tepat disamping ranjang sesillia, dibawanya pergelangan tangan kiri istrinya keatas telapak tangannya dan digenggamnya
sangat perlahan. "Hai sayang... kamu tak ingin bangun? "
Hening sejenak.... "Maafkan semua kesalahanku, harusnya aku tak meninggalkanmu, harusnya aku menjagamu." Lusiano membawa pergelangan tangan sesillia kedepan wajahnya dan
mengecupnya mesra. "Bangunlah sayang, aku janji aku akan memperbaiki semuanya." Ujar lusiano sembari beranjak dari tempat duduknya dan mencium bibir sesillia sekilas, kemudian
berlalu kearah perutnya dan mengecupnya dengan perasaan sayang yang begitu membuncah.
"Tumbuhlah dengan sehat nak..... ayah harap kamu seorang jagoan, agar nantinya bisa melindungi bunda dan kakakmu..." ujar lusiano didepan perut sesillia.
Lusiano beranjak mendekati sofa yang jaraknya tak terlalu jauh dari ranjang sesillia, direbahkan tubuhnya yang terasa begitu letih disana, perlahan lahan
ia memejamkan mata, membiarkan sang mimpi membawa raganya pergi.
**** "Cupp" lusiano terbangun, pipinya terasa basah, sepertinya ada yang sengaja mengecupnya, didedarkan pandangannya kesekitar, dan dilihatnya sesillia tengah
berada diatasnya. Rupanya kali ini ia tengah tertidur dipangkuan istrinya, dan tempat mereka berada saat ini, juga tak asing baginya. Ini pantai tempat ia dan sesillia bertemu
saat itu, saat sesillia pergi darinya.
"Hai... kamu sudah bangun tuan pemarah." Sapa sesillia sembari membelai lembut rambut lusiano. Sedang lusiano bukanya bangun atau berdiri, ia malah memutar
tubuhnya sehingga wajahnya kini menghadap perut sesillia secara langsung.
Dilingkarkannya kedua tangannya ke pinggang sesillia, dan tanpa henti hentinya ia menciumi perut istrinya itu? penuh? sayang.
"Jagoan ayah...ayah harap kamu tidak cemburu pada ayah ya... karena ayah bermesraan seperti ini dengan bundamu." Goda lusiano diringi ciuman ringan dipeut
sesillia terus menerut. "Mas... aku maunya perempuan."
"Tidak boleh... bayi ini harus jagoan... harus lusiano kecil bukan sesillia kecil."
"Aku ingin sekali anak ini perempuan." Ujar sesillia tak mau kalah.
"Kita kan sudah punya siena.... harusnya laki laki yang ini biar komplit." Sahut lusiano sembari menunjuk perut istrinya.
"Tak mau tahu, pokoknya perempuan, lagi pula yang hamil aku." Rutuk sesillia sembari membuang muka.
Karena merasa? istrinya itu benar benar keras kepala. Lusiano bangun dari tidur manjanya, dan menggendong tubuh? sesillia hingga ke tepi pantai. Sesillia
yang tak siap akan diperlakukan seperti itu oleh lusiano, hanya bisa meronta ronta kecil minta diturunkan.
"Laki laki atau perempuan?" Tanya lusiano sembari bersiap melempar sesillia ke air.
"Perempuan." Tukas sesillia dengan menjulurkan lidahnya mengejek.
"Sekali lagi aku tanya, laki laki atau perempuan." Kali ini lusiano benar benar membuat ancang ancang untuk melempar sesillia.
"Tetap perempuan." Ujar sesillia kekeh.
"Ok....." sahut lusiano cepat? " siap ya.. satu..dua..? tig.."
"Aaaaaaaaaa.....iya iya... laki laki." Sahut sesillia sembari menutupi wajahnya dengan tangan, karena takut lusiano akan benar benar melemparnya.
Lusiano tersenyum sumringah, dengan cept ia menurunkan tubuh sesillia, melingkarkan satu pingganya ke tubuh istrinya itu.. dan satu tangannya lagi membuka
tangan sesillia yang digunakannya untuk menutupi wajahnya.
"I LOVE YOU."ujar lusiano mesra, kemudian melumat bibir istrinya itu tanpa ampun. Bak padang pasir yang merindukan oase, sesilliapun membalas lumatan lumatan
lusiano dibibirnya dengan tak kalah bergairahnya.
Sesekali tangan lusiano menegadahkan wajah sesillia, membuat ciumanya semakain dalam, napas yang mulanya tenang, kini beradu hebat, jantung yang tadinya
berdegup normal, kini degupnya bak genderang perang. Ciuman yang awalnya mesra dan ringan, kini berubah menjadi ciuman membabi buta. Diiringi hembusan
angin pantai dan deburan ombak bergemulung, mereka melepaskan rasa rindu yang menggunung dihati dalam penyatuan cinta abadi tanpa tepi.
**** chapter 53 Robi masuk ke kamar inap sesillia dengan menggendong siena, didapatinya lusiano tangah tertidur pulas di atas sofa. Robi mendekatinya, sesekali lusiano
terlihat tersenyum dalam tidurnya. Apa yang terjadi? Seperinya ia memimpikan sesuatu hal? yang indah.
"Lihat ayahmu siena, tidur sambil tersenyum." Ujar robi berbicara pada siena.
Robi menguncang tubuh lusiano pelan, berusaha? membangunan laki laki itu dari tidur indahnya.
"Lusiano...bangun.... kebakaran!!" Ujar robi menggoda.
Lusiano menggeragap dan langsung meloncat turun.
"Kebakaran!!!! Dimana kebakaran...!!!!!" Sahut lusiano panik.
"Huahahaha.... ternyata kamu mudah dibohongi."
"Oh shit!!" Rutuk lusiano sembari menjitak kepala robi cukup keras.
"Aduh...seenaknya kamu om." Gerutu robi sembari mengusap kepalanya yang terasa sedikit sakit.
Lusiano berniat mengambil siena dari gendongan robi, tapi robi mencegahnya.
"Sudahlah biar aku saja yang menjaganya, kamu pulanglah ambil pakaian ganti untuk siena, pakaian siena yang dibawa sesillia kerumahku hanya sedikit dan
masih kotor semua." "Baiklah... aku titip anak dan istriku.... " ujar lusiano yang dijawab acungan jempol oleh robi.
Lusiano menghampiri ranjang sesillia, kemudian mengecup bibir istrinya itu singkat.
"Ehem..... berasa dunia milik berdua, bisa bisanya om tua ini berciuman didepan anak kecil sepertiku." Ledek robi. Membuat wajah lusiano bersemu merah
karena malu. "Jika kamu merasa anak kecil sebaiknya tutup matamu." Tukas lusiano melempar kesalahan.
"Aku memang? tidak pernah menang jika berdebat denganmu om." sahut robi sembari mendudukkan tubuhnya diatas sofa.
Lusiano hanya terkekeh pelan ketika? mendengarkan celotehan robi, tanpa peduli lagi, apa yang sedang digerutukan laki laki itu, lusiano kembali memusatkan
perhatiannya pada istri tercintanya yang tak kunjung bangun.
"Sayang aku pulang dulu sebentar ya, untuk sementara biar robi yang menjagamu." Pamit lusiano pada sesillia, kemudian berlalu pergi menuju pintu. Dibukanya
kenop pintu itu perlahan dan dilangkahkan?? kakinya cepat meninggalkan rumah sakit, tujuannya kali ini adalah area parkir? rumah sakit. Ia harus segera
pulang dan kembali lagi, bukan karena tak percaya pada robi, tapi ia tak mau saat sesillia sadar, bukan dirinyalah orang pertama yang dilihat, melainkan
robi? si anak ingusan itu.
Lusiano mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi, untung saja jalanan sore itu cukup lengang. Tak perlu memakan banyak waktu, lusiano sudah tiba di
rumah mewahnya. Dilangkahkan kakinya cepat masuk kedalam rumah, diambilnya koper baju dan dikeluarkannya beberapa pakaian milik? seina dari? dalam lemari. Karena terlalu
terburu buru, lusiano tak sengaja menjatuhkan sebuah buku, bukan.... lebih tepat jika disebut diary, dari dalam lemari baju milik siena.
Dengan dahi yang mengerut dalam, lusiano mengambil diary? itu seraya mengamatinya? lekat-lekat.
Matanya membelalak tak percaya, rupanya ini diari milik sesillia, dan umur diari ini tak tanggung tanggung lamanya, ?sudah dua tahun.? Ia tahu itu dari
cover depannya yang tercantum tanggal pertama kali sesillia membeli buku diary ini.
Dilandasi rasa ingin tahu yang maha dasyat, lusiano membuka lembar tiap lembar buku diary itu, membaca sekilas isi dari setiap halamannya, dan setelah
beberapa menit sibuk membolak balik setiap halamannya. tiba tiba saja? tangan lusiano berhenti pada satu halaman dengan alat testpeck melekat disana, alat
testpack yang direkatkan dengan selotip, bak menjadi ornamen pemanis. Dengan seksama lusiano membaca isi tulisan dibawah alat testpeck yang terlihat kucal
itu dan mendapati kenyataan yang menohok hatinya, bahwa selama ini sesillia benar-benar tersakiti oleh ulahnya.
Hari ini rabu tanggal 22 april 2015
Hari yang sangat membahagiakan bagiku, bagaimana tidak, didalan rahimku tertanam janin kecil yang nantinya akan tumbuh setiap harinya.
Seorang bayi kecil yang akan? membuat rumah tanggaku semakin? sempurna. Bayi kecil yang membuat cintaku bertambah kokoh.
Kasih...... Andai dirimu ada disini, betapa bahagianya diriku. Tapi entah kenapa, kamu semakin menjauh dariku....
Kasih... Sejujurnya harus ku katakan, aku mengantungkan hidup dan memasrahkan? jiwaku padamu, jadi aku berharap kamu tak menyakituku...
Tapi seperinya tidak.... Hatimu terganti, hatimu terbelah dua, tak hanya ada aku disana, tapi ada masa lalumu, yang lebih memiliki ruang lebih.
Andai kamu mau sedetik saja berada disampingku saat ini, aku hanya ingin mengatakan, berbahagialah dirimu, karena kamu akan menjadi seorang ayah.
Lusiano menutup buku diary itu dengan perasaan bercampur aduk, bahagia dan sedih, bahagia karena ia memiliki seorang bidadari yang layak dan wajib dilindungi,?
sedih karena ia sempat mematahkan sayap bidadari itu hingga membuatnya tak dapat terbang.
Lusiano meraih bulpoin dari atas meja, kemudian membuka buku diari milik sesillia? ditangannya, mencari halaman kosong dan menuliskan sesuatu disana. 1
Setelah beberapa menit, dan halaman kosong itu kini sudah terisi penuh oleh tulisan tangannya. Lusiano meletakkan kembali? buku diari itu ketempatnya,
disunggingkannya senyum bahagia seraya berlalu pergi, dan berharap sesillia akan membaca tulisannya itu suatu saat nanti.
?????????????????????????????????????? ****
Sesillia membuka kelopak matanya perlahan, menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk kedalam indra penglihatannya. dikedip kedipkan matanya beberapa kali dan
diedarkan pandangannya kesekitar, Mendapati sebuah ruangan yang didominasi? warna putih, dengan bau obat yang santer tercium.
"Dimana ini?" Tanyanya begitu lemah dan pelan.
Seketika pertanyaan yang terlontar dari mulut sesillia itu membuat lusiano dan robi tersentak kaget, mereka saling berpandangan seraya menyunggingkan senyum
penuh kelegaan, lantas segera menghampiri sesillia, memastikan apa benar wanita yang sama berharganya bagi mereka berdua itu sudah sadarkan diri.
"Sesillia." Panggil lusiano, menegur pertama kali.
" Hai princess, akhirnya kamu bangun juga, aku kira kamu betah tinggal? di dunia mimpi." Sahut robi menimpali. Sesillia membalas dengan senyum sekilas.
"Sayang." Ujar lusiano sembari mengusap lembut pipi sesillia, membuat istrinya itu langsung menoleh kearahnya, menatapnya dengan rasa kerinduan yang membuncah.
"Mas." Panggil sesillia lemah.
Robi yang mengerti kehadirannya diruangan ini cukup menggangu, berinisiatif meninggalkan dua sejoli itu untuk melepas rasa rindu dan saling berbicara dari
hati ke hati. Dihampirinya lusiano dan meminta alih menggendong siena, seraya membisikkan sesuatu ditelinga lusiano.
"Aku kasih privasi untuk kalian berbicara, tapi? ingat jangan sampai macam macam ya." Tukas robi amat lirih.
Lusiano terkekeh pelan, kemudian menyerahkan siena pada robi, seraya menyunggingkan senyum penuh terima kasih. Sedang Robi, menepuk bahu lusiano pelan,
kemudian berlalu pergi meninggalkan ruangan.
Lusiano duduk disamping ranjang sesillia, mengamati lekat-lekat wajah wanita yang sangat dicintainya itu, tak sedikitpun ia melepaskan senyum penuh kebahagiaan,
dan tak henti hentinya ia mengucap syukur dalam hati.
Diraihnya pergelangan tangan sesillia, dan digenggamnya halus dalam genggaman tangannya, tak ada ujaran berarti yang terlontar dari mulut sesillia, yang
ada, wanita itu hanya menyunggingkan seulas senyum dan menitihkan air mata cukup deras.
" Hai, kenapa kamu menangis sayang?" Lusiano menyeka air mata sesillia yang terus turun dari pelupuk matanya.
" Entah, aku sendiri tak tahu kenapa bisa menangis seperti ini." Ujar sesillia dengan nada suaranya yang begitu lemah.
" Maafkan aku, aku tahu ini semua salahku, aku tahu kamu begitu tersakiti karena ulahku." Lusiano membawa genggaman tangan sesillia didepan dadanya.
" Aku berusaha sebisa mungkin untuk tidak menangis didepanmu, tapi nyatanya aku hari ini mengingkarinya." Sesillia berujar disela- sela isakannya yang
semakin dalam. "Kamu mengingkari semuanya sesillia, kamu melupakanku, kamu pergi dariku." Tukas lusiano. Matanya pun mulai berkaca kaca dan memerah.
Tanpa menunggu jawaban dari sang istri, lusiano naik keatas ranjang, merebahkan tubuhnya disamping tubuh sesillia dan memeluk wanita itu dengan eratnya.
Sesillia yang menerima pelukan dari lusiano, hanya bisa terisak sembari memukuli dada bidang lusiano, menyalurkan seluruh sakit hati yang dirasakannya
selama ini. " Aku mencintaimu sesillia, aku mencintaimu. maafkan aku telah menyakitimu, maafkan aku sudah menjadi suami yang sangat-sangat tak pantas kamu bangakan."
Lusiano berujar penuh penyesalan.
" Aku teramat membencimu mas, sangat membencimu, kamu tak ada waktu sedikitpun untukku, kamu lebih mementingkan wanita lain." Hardik Sesillia sembari terus
memukuli dada lusiano. " Aku perbaiki semuanya, aku perbaiki semua rumah tangga kita yang hampir hancur." Ujar lusiano sembari mendongakkan wajah sesillia agar menatapnya.
" Entahlah aku takut kamu menyakitiku lagi." Sahut sesilli singkat, terlihat jelas dari raut wajahnya bahwa ia masih ragu.
Lusiano menekuk wajahnya, dari penuturan sesillia dapat diambil kesimpulan bahwa wanita itu belum bisa memafkannya.
" sebegitu bencinya-kah kamu padaku sill." Lusiano melepas pelukannya, dan berniat turun dari ranjang. tapi belum sampai niatnya itu terealisasikan, sesillia
sudah terlebih dulu mencekal lengannya, membuatnya menoleh penuh pertanyaan.
"Aku tidak marah, tapi aku kesal padamu, kamu tak pekah. Asal kamu tahu mas, aku tersiksa setiap hari karena ingin mencium bau badanmu." Tukas sesillia
sembari mengerucutkan bibirnya kesal.
Lusiano, kembali naik keatas ranjang, mendekap tubuh sesillia begitu dalam. Kali ini ia tak akan mengulangi kesalahan yang sama, kali ini ia ingin benar
benar menjaga bidadari hatinya itu baik-baik.
" Sekarang kamu bisa mencium aroma tubuhku kapanpun kamu mau sayang, mulai saat ini, aku akan terus menjagamu dan calon anak kita yang berada didalam rahimu
dengan ekstra ketat." Sesillia seketika melepaskan pelukan lusiano, dan memegangi perutnya dengan raut wajah penuh ketakutan.
" Tenang saja sayang, calon anak kita baik-baik saja, sekarang kita tunggu lusiano junior ini tumbuh dengan sehat." Lusiano menumpukkan tangannya diatas
tangan sesillia yang terus mengusap-usap perutnya.
"Kamu tahu aku hamil mas?" Tanya sesillia dengan memelototkan mata.
" Iya aku tahu, tapi aku harus menghukummu karena aku bukan orang pertama yang tahu perihal kehamilanmu." Gerutu lusiano.
"Salah sendiri, kamu terlalu sibuk dengan cinta masa lalumu itu." Sahut sesillia tak mau disalahkan.
"Ya...kamu kan bisa menungguku? sampai aku? ada waktu." Tukas lusiano tak mau kalah.
"Buktinya, kamu tetap tak ada waktu untukku."
"Tak peduli, baimanapun kamu harus dihukum."
"Seenaknya." Sesillia melepaskan pelukan lusiano, kemudian membalikkan? badan memunggungi lusiano. Lusiano yang selalu punya seribu pemikiran jahil itu, tiba tiba saja
mengelitiki pinggang sesillia, membuat istrinya itu bergerak tak karuan karena merasa kegelian.
"Mas.. haha. ..ampun.? haha... hentikkan......geli." ujar sesillia, berusaha melepaskan tangan lusiano yang terus menggelitiki pinggangnya.
"Ini hukuman untukmu." Sahut lusiano, tampa ampun terus menggelitiki? pinggang sesillia.
"Iya...haha..iya....maaf."
Karena melihat istrinya yang mulai kelelahan, lusiano menghentikan aksinya, dan kembali membawa tubuh sesillia kedalam pelukannya.
Dibawanya dagu sesillia menatap kearahnya, tanpa banyak tanya, lusiano menghujam bibir sesillia dengan bibirnya tanpa ampun, tanpa pemanasan, tanpa cara
halus. Lusiano melumat kasar bibir istrinya itu hingga sesillia? kehabisan napas.
"Astaga! benar kan yang aku bilang... kalian berdua ini, tak tahu apa ini rumah sakit, bukan hotel."hardik robi yang masuk kedalam ruangan dengan siena
yang menangis digendongannya.
Reflek sesillia dan lusiano melepaskan pelukan, menjauhkan tubuh mereka masing masing, sedikit memberi jarak.? Lusiano memilih turun dari ranjang, dan
berjalan mendekati robi yang kini sudah duduk disofa.
" Tak bisakah kamu mengetuk pintu terlebih dahulu?" Tukas Lusiano sembari menggendong siena.
" Hah! lihatlah buah hatimu menangis tanpa henti, membuatku pusing." Sahut robi tak terima disalahkan.
" Hahaha... pintar nak,kenapa tidak kamu pipisi saja om ini." Tukas Lusiano, membuat robi menggerutu kesal.
"Ayah macam apa kamu ini." Robi beranjak dari tempat duduknya cepat, memukul lengan lusiano cukup keras.
" Hai.. sudah hentikan, lusiano sudah! bersikaplah dewasa sayang." Lerai sesillia sembari mengingatkan.
" Baiklah, aku hanya ingin menggodanya sayang."
" Tak cukup kamu menggodaku, sekarang robi kamu jadikan bahan kejahilanmu juga." Sahut sesillia lagi.
" Tuh, om... dengarkan apa kata istrimu." Tukas robi sembari mendekati sesillia.
" Sill, aku pamit pulang dulu ya, aku harus melanjutkan syuting nanti. kalau ada waktu luang aku pasti kemari." Ujar robi sembari mengusap rambut sesillia
lembut. " Entah apa yang harus kuberikan padamu, sepertinya rasa terima kasih saja tak cukup untuk membalas semua kebaikanmu padaku."
" Sudahlah sill, berdoalah saja, agar aku mendaparkan istri seperti kamu nantinya." Tukas robi, kemudian berlalu pergi mendekati lusiano.
" Jaga sesillia baik-baik, jika aku tahu kamu menyakitinya. Jangan harap aku membiarkanmu lolos." Ancam robi.
" Tak akan kubiarkan itu terjadi." Sahut robi kemudian mengulurkan tangannya.
Robi yang melihat tangan lusiano terulur kearahnya, segera menjabat tangan laki-laki itu seraya menyunggingkan senyum persahabatan.
**** Sesillia menata baju siena kedalam lemari pakaian, sudah dua hari ini ia pulang dari rumah sakit, setelah dirawat tiga hari disana.
Ketika selesai menata semua baju siena kedalam lemari, sesillia mengambil buku diarynya yang ia simpan dibawah tumpukan baju. Sudah beberapa hari ini,
ia tak menjamah sama sekali buku diarynya itu, kali ini ia ingin sekali, mencurahkan semua isi hatinya yang sedang melanglang buana bahagianya, kedalam
sana. Dibukanya halaman demi halaman buku diary itu, mencari halaman yang kosong. Tapi tiba tiba saja? ia mengernyitkan dahi, terlihat berpikir keras, dilihatnya?
halaman yang harusnya kosong, kini telah terisi tulisan, tapi bukan tulisan tangannya.
"Aku sangat mencintaimu sesillia, istriku."
Sesillia tersenyum sumringah, ia tahu ini tulisan tangan lusiano. Dipeluknya erat buku diary itu, sembari membayangkan bahwa yang dipeluknya adalah lusiano
suaminya. Tapi, tiba tiba saja ia membuka matanya cepat, dirasakannya sebuah lengan kokoh? melingkar di pinggangnya, memeluknya dengan erat dari belakang.
Sesillia menoleh kebelakang, mendapati lusiano tengah menumpukan dagu dibahunya.
"Mas habis baca buku diaryku?"tanya sesillia.
"Huumb.... kenapa? Marah?" Lusiano semakin mengeratkan pelukannya, sesekali ia mendaratkan kecupan kecupan mesra dileher sesillia yang tak terbalut hijab.
"Tidak, tapi... terima kasih ya."
"Untuk apa?" Lusiano melepaskan pelukannya, dan memutar badan sesillia menghadapnya.
"Terima kasih sudah berusaha memperbaiki hubungan pernikahan kita." Sesillia memeluk lusiano lembut, mendaratkan kepalanya didada bidang suaminya itu,
merasakan detak jantung lusiano yang berdegup normal.
"Sama sama..... aku akan terus menjaga keharmonisan rumah tangga kita sayang..... ". Lusiano mengeratkan tubuh sesillia yang sudah berada didalam dekapannya.
Hening sesaat....... suasana menjadi hening, memberikan waktu pada lusiano dan sesillia untuk menikmati kemesraan mereka.
Saat puas berpelukan, lusiano melepaskan pelukannya, seraya berjongkok didepan sesillia, menciumi perut istrinya itu yang masih terlihat datar.
"Lusiano junior sedang apa kamu disana,cepat besar ya jagoan, ayah tak sabar menunggumu lahir." Ujar lusiano didepan perut sesillia. Sesillia yang mendengar
penuturan suaminya itu, menyunggingkan seulas senyum penuh kebahagiaan. Dielusanya rambut lusiano lembut dan? sayang. Seraya mendengarkan ujaran ujaran
lusiano yang lain. "Nanti kalau sudah mulai besar, jangan sakiti perut bunda ya sayang.... jangan main bola disana." Ujar lusiano, membuat sesillia terkekeh pelan.
"Sayang......". Panggil sesillia.
"Iya sayang." Lusiano mendogak, menatap istrinya itu lekat lekat.
"Aku pengen mangga muda." Pinta sesillia? manja. Lusiano menampilkan senyum singkat seraya mengangguk cepat dan beranjak berdiri, kemudian? mencium pipi
kanan sesillia singkat. "Beres... kalau begitu aku beli dulu ya....." ujar lusiano, sembari membalikkan badan dan mulai melangkah menjauh.
"Mas......." panggil sesillia lagi, membuat lusiano berhenti dan langsung menoleh kebelakang.
"Iya sayangku."
"Aku tidak mau mangga yang beli dari penjualnya." Tukas sesillia membuat dahi lusiano mengernyit dalam.
"Terus?" "Aku maunya mas metik langsung dari pohonnya, dan harus mangga punya pak haji salim depan rumah kita."
Lusiano membuka rahangnya lebar, matanya pun melotot lebar..... sepertinya istrinya ini ingin membuatnya babak belur,? ia kan paling tak bisa manjat? pohon.....
"Mas.... ayo.... aku ingin mangga muda ..... kamu harus manjat pohon itu ya....."
"TTIIDDDAAAKKKKK......!!!!!!!!!!"
End. **** Epilog Lusiano mengenakan bandana bunga bunga di kepala siena putri kecilnya yang kini semakin tumbuh besar dan cantik.
"Nah... siena, seperti ini kan cantik." Ujar lusiano sembari membenarkan gaun peincess yang digunakan siena.
"Ayah..nanti di ulang tahun adik abil, om robi datang?" Tanya siena dengan suara cadelnya.
"Tentu saja, kenapa siena selalu menanyakan om robi." Lusiano mengendong siena, dan mengajaknya ketaman belakang, menemui sesillia dan abil putra mereka
yang tengah asyik mengawasi Event organiser menyiapkan acara ulang tahun.
Lusiano mengernyitkan dahi, siena tak kunjung menjawab pertanyaannya, putri kecilnya itu malah asyik bermain dengan dasi dilehernya.


Pencuri Hati Karya Rara El Hasan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sayang...pertanyaan ayah kok tidak dijawab."
"Ayah beneran pengen tahu?" Lusiano mengangguk cepat.
"Kata om robi, siena itu pacarnya." Seketika itu juga, mulut lusiano menganga lebar, matannya memelotot sempurna, bahkan bola matanya seperti mau copot.
Dengan cepat dilangkahkan kakinya mendekati sesillia yang kini sedang memantau abil tengah berlari lari kecil mengelilingi taman.
"Sesillia....sesillia..." panggil lusiano,membuat sesillia langsung menoleh cepat kearah suami dan putri kecilnya itu.
"Ada apa mas?" Lusiano menurunkan siena dari gendongannya, membiarkan putri kecilnya itu bermain bersama adiknya.
"Apa yang diucapkan robi pada siena sampai putri kecil kita bilang, kalau ia adalah pacar robi." Ujar lusiano khawatir. Sesillia terkekeh pelan, kemudian
mengusap lembut dada suaminya, berniat meredakan emosinya.
"Sabar mas.. iya biar nanti aku tanyakan ke robi dan sekalian memberi peringatan ke anak itu."
"Aku tak mau siena jadi milik siapapun." Sahut lusiano sembari memutar tubuh sesillia membelakanginya dan memeluknya erat.
"Tidak bisa gitu mas, suatu hari nanti siena dan abil akan menikah." Ujar sesillia sembari bergerak tak karuan karena lusiano menciumi pundaknya. "Mas....hentikan...
disini banyak orang.... malu." Sahut sesillua berusaha menghentikan perbuatan suaminya.
"Kalau begitu nanti kita bikin baby lagi, jadi kita tidak mungkin kesepian." Ujar lusiano dengan terus menciumi pundak sesillia. Ia tak peduli, dan terus
melakukan kemanjaannya, walaupun beberapa pasang mata mengamati mereka dengan menggelengkan kepala dari jarak tak begitu jauh.
"Pantas saja aku menekan bel berkali kali tak kunjung ada yang membukakan pintu, orang pemilik rumahnya lagi bermesraan disini." Ujar seorang laki laki,
membuat lusiano dan sesillia menoleh kearahnya cepat.
"Bilqis...." sahut sesillia, kemudian berhambur kepelukan sahabat lamanya itu.
"Hai sesillia.. makin cantik saja kamu..."puji bilqis.
"Terima kasih.. kamu juga tak pernah berubah..tetap fashionable...."
"Haha... kamu tahu kan mas rizal itu paling suka kalau melihat istrinya berdandan cantik." Tukas bilqis sembari terkekeh pelan.
"Berbeda jauh dengan mas ian...ia paling cemburu kalau aku keluar rumah dengan make up lengkap, katanya takut ada yang naksir..." sahut sesillia sembari
tertawa renyah. Obrolan mereka terhenti sejenak, ketika sesillia merasa ujung bajunya ditarik tarik pelan.
"Hei.... dinda tidak boleh, nanti baju tante sesillia kusut." Bilqis menghampiri putri kecilnya, berjongkok, mensejajarkan tinggi tubuhnya dengan dinda,
berusaha menghentikan perbuatan putrinya itu.
"Biar saja Qis..." sahut sesillia, ikut berjongkok juga, kemudian mengusap lembut rambut dinda, putri bilqis itu dengan penuh rasa sayang.
"Ada apa sayang?" Tanya sesillia lembut.
"Abil...dimana tante?" Sahut dinda dengan suara cadelnya.
"Mungkin didalam rumah, coba dinda cari didalam ya." Ujar sesillia yang dijawab anggukan dinda, kemudian gadis kecil itu berlalu pergi masuk kedalam rumah.
"Tak terasa ya Sill, putra dan putri kita sudah tumbuh besar." Bilqis berujar sembari menegakkan tubuhnya lagi, dan disusul oleh sesillia yang melakukan
hal sama. "Huumb... aku bersyukur sekali, kita dikaruniahi keluarga yang lengkap dan bahagia." Ujar sesillia sembari melihat lusiano suaminya yang tengah berbincang
dengan rizal, serta putra kecilnya abil yang tengah bermain dengan dinda putri bilqis, secara bergantian.
"Bagaimana kalau dinda dan abil kita jodohkan sill?" Ujar bilqis mengusulkan. Usulan yang membuat sesillia seketika menoleh dan menganggukan kepala cepat.
"Ide bagus Qis... nanti deh kita bicarakan ini dengan suami kita masing masing." Bilqis mengangguk menyetujui saran sesillia.
Disudut lain, para pejantan tengah asyik mengobrol, lusiano dan rizal yang tetap terlihat tampan walau usia mereka tak mudah lagi, terlihat hanyut dalam
perbincangan yang tak jauh dari dunia bisnis.
"Bagaimana kemajuan bisnis kita di indramayu lusiano?" Tanya rizal sembari mencecap minumannya.
"Setahuku sih berkembang pesat, tapi yang tahu pastinya si rudi.. kita tunggu saja dia sampai datang." Sahut lusiano santai.
"Wah... sepertinya ada yang menyebut namaku nih."? Ujar rudi yang tiba tiba datang mengagetkan mereka.
"Astagfirullah... salam dulu tidak bisa ya?"? Tukas lusiano sembari memukul bahu adik tirinya itu kencang.
"Sorry...sorry..... oh ya... mengenai perusahaan kita di indramayu.. jangan khawatir.... perusahaan itu berkembang dengan pesat." Sahut rudi sembari menyambar
minuman diatas meja. "Syukurlah jika begitu." Ujar lusiano sembari menghembuskan napas kelegaan.
"Dimana tania dan randi?" Rizal celingukan mencari istri dan putra dari sahabatnya itu.
"Tania bilang tadi ia mau bertemu sesillia dan bilqis." Sahut rizal yang dibalas anggukan kepala oleh rizal.
"Kalau begitu kita chers, merayakan keberhasilan bisnis kita." Lusiano mengangkat gelas minumannya ke udara, bersamaan dengan itu, rizal dan rudi melakukan
hal yang sama, mengangkat gelas minuman dan menempelkan kegelas lusiano.
??????????????????????????????????????? ****
"Abil." Panggil dinda sembari berlari kecil menghampiri abil yang tengah sibuk menata kue keatas meja bersama siena dan pembantu rumah tangga mereka.
"Dinda." Sahut abil, sembari meninggalkan aktifitasnya dan menghampiri dinda.
"Abil cedang apa?" Tanya dinda malu malu.
"Menata kue ke atas meja, dinda mau ikut." Abil mengulurkan tangannya pada dinda.
"Dinda boleh ikut?"
"Boleh, ayo." Abil meraih telapan tangan dinda, menggandengnya menuju meja saji. Dengan semangat dua anak balita umur tiga? tahun itu menata kue keatas
meja. "Cie...abil sama dinda pacaran." Sahur siena menggoda.
"Tidak, dinda teman abil." Tukas abil mengelak.
"Siena... siapa yang mengajari bilang begitu." Tanya pembantu rumah tangga keluarga lusiano.
"Om robi." Sahut siena singkat, sembari terus menata kue keatas meja.
Pembantu rumah tangga lusiano mengelengkan kepala, anak sekarang kecil kecil sudah tahu pacaran.
"Siena....." panggil suara dari arah pintu belakang, suara yang mampu membuat siena meninggalkan kegiatannya dan? langsung turun menghampiri pemilik suara
itu. "Om robi." Siena berlari kencang, menghambur kepelukan robi, laki laki yang sangat dididolakannya.
"Hallo....pacar om yang paling cantik." Ujar robi sembari menggendong siena dan menciumi pipi gadis kecil itu berulang kali.
"Hallo om..." sahut siena singkat. Robi menurunkan siena, seraya berjongkok didepan gadis kecil itu.
"Oh ya om robi punya banyak hadiah buat siena dan temen temennya. Yuk kita kedepan."
"Bener om." Sahut siena dengan mata berbinar.
"Iya...yuk ajak temen temennya kedepan."siena langsung berbalik badan, menghampiri dinda dan abil. Mengajak mereka mengambil hadih dari robi didepan.
**** Lusiano menutup pintu kamarnya amat perlahan, berusaha tidak membuat istrinya sadar akan kehadirannya. Beberapa saat lalau, ia mengikuti sesillia yang
pergi kekamar untuk mengambil baju ganti buat abil.
Dilangkahkan kakinya mendekati sesillia, kemudian mendekap tubuh istrinya itu dari belakang, sembari membuka hijabnya dan menciumi leher jenjang milik
istrinya. "Ihhh.... mas...apaan sih, kita harus segera turun, tamu tamu udah pada nungguin." Ujar sesillia sembari merontah minta dilepaskan.
Lusiano melepaskan rengkuhannya, membalik tubuh sesillia agar menghadapnya. Tanpa banyak tanya dilumatnya bibir istrinya itu penuh gairah dan sayang. Sesillia
yang menikmati perlakuan suaminya itu, hanya bisa membalas dan tak berniat sedikitpun menolaknya.
Tak terasa umur pernikahan sesillia dan lusiano? sudah menginjak? empat tahun, keluarga kecil mereka begitu sempurna sejak kehadiran abil atara, putra
pertama mereka sekaligus anak kedua bagi sesillia yang hari ini genap berusia dua tahun. Sedang putri pertama mereka siena arizha, semakin hari semakin
tumbuh besar. Kali ini sesillia tahu betapa berharganya keluarga yang ia miliki. Seberat apapun masalah dan ujian yang menimpanya beberapa saat lalu, ia rela mengalaminya
beberapa ratus kalipun, untuk sampai disaat seperi ini.
"Aku mencintaimu istriku... sekarang dan sampai seterusnya." Ujar lusiano sembari memeluk sesillia erat.
Ia tak akan melepaskan pelukan tubuhnya di tubuh sesillia sampai maut lah yang membuat mereka tak bisa menjalin kemesraan seperti ini.
Bagi lusiano, sesillia bukan hanya seorang ibu dari anak anaknya.... tapi juga sebagai pencuri hati dan pikirannya.
***** Misteri Penculik Asmara 1 Olga 02 Back To Libur Dewi Asmara Darah 1

Cari Blog Ini