Ceritasilat Novel Online

Perintah Maut 10

Perintah Maut Karya Buyung Hok Bagian 10


Pedang Put-im suthay digeserkan, mengoles ke arah pipi Sim Siang.
Sim Siang menjerit kaget, ia memiringkan sedikit kepalanya, dengan maksud mengelakan irisan pedang tadi.
Tapi gerakan Put-im suthay begitu cepat, latihannya selama puluhan tahun tidak cuma, kecepatan pedang dan gerakan itu tidak bisa dielakkan, cret, pipi Sim Siang yang licin ini tergores sedikit.
Dari sana menyembur darah ? Tidak ! Pipi buatan, berkedok kulit yang tipis, hanya melotek, tiada darah yang keluar dari sana.
Put-im suthay tidak bekerja sampai situ, brebet......dia menguliti kedok kulit palsu itu. Maka wajah Liauw in nikauw pun lenyap berganti dengan lain wajah, wajah seorang gadis yang sangat cantik jelita.
Seorang wanita paling sayang kepada kulit mukanya, Sim Siang ini tidak terkecuali. Dia tidak gentar untuk disiksa, tapi mendapat ancaman merusak pipi itu, ia menjadi menangis, mengeluarkan suara lengkingan panjang dan berteriak :
"Nenek tua ! Bunuhlah l Bunuh aku ! Aku tidak mau hidup lagi."
Yen Yu San berkata : "Kalau kau bersedia memberi sedikit keterangan tentang partai Ngo-hong-bun, kami bersedia memberi pengampunan."
"Tidak ...!" Sim Siang menjerit.
Put-im suthay membentak : "Apa muridku Liauw in sudah mati ditanganmu ?"
"Aku tidak tahu !" menjerit Sim Siang.
"Tidak tahu ?" Put-im suthay mengancam. "Aku bisa memaksa kau memberi keterangan."
"Betul2 aku tidak tahu." berteriak Sim Siang lagi.
"Baiklah, akan kupotong dahulu sebelah kupingmu, akan kulihat apa betul2 kau tidak tahu ?"
Pedang Put-im suthay digerakkan kedepan per-lahan2 hendak mengirisi telinga Sim Siang.
Duta keliling dari partai Ngo-hong-bun yang mengenakan wajah Cin Siok Tin tiba2 membentak : "Tahan pedang itu !"
Put-im suthay menoleh ke arahnya dan bertanya : "Apa kau hendak menalangi memberi keterangan ?"
Duta keliling itu menoleh ke arah Sim Siang dan berkata :
"Apa yang hendak mereka ketahui, tidak perlu dirahasiakan lagi. Tidak lama, mereka akan bisa merasakan penghidupan didunia lain. Jawablah pertanyaan2 itu menurut apa yang tahu."
Ia mempunyai pegangan kuat, karena penyerangan dari partai Ngo-hong-bun segera tiba sebelum matahari menyingsing, Put-im suthay dan kawan2 akan terbasmi habis. Karena itulah rahasia mereka tak perlu ditutup lagi.
Sim Siang itu masih meratap, memandang kearah sang duta keliling dan berkata : "Betul? aku tidak tahu! Aku baru saja mendapat tugas disini."
Yen Yu San bertanya : "Siapa yang membunuh Yen Siu Lan ? Kau ?"
"Bukan !" Sim Siang menggelengkan kepala.
"Siapa ?" bentak Put-im suthay, "Siapa yang membunuh Yen Siu Lan?"
"Lengcu....lengcu Panji Hitam." akhirnya Sim Siang memberi keterangan.
Sepasang mata Put-im suthay seperti hendak memancarkan api, ia membentak lagi :
"Dengan alasan apa lengcu Panji Hitam membunuh Yen Siu Lian?"
Sim Siang ragu2, ia menoleh kearah sang duta kelilingnya, inilah permintaan setuju. Duta keliling itu menganggukkan kepala, artinya sangat jelas, ia tidak keberatan kalau Sim Siang memberi keterangan maka Sim Siangpun berkata:
"Lengcu panji hitam membunuh Yen Siu Lan dengan maksud mengadu domba, agar terjadi bentrokan2 diantara kalian dan Kang Han Cing.."
Tiba2 .... Diluar kamar itu terdengar suara tertawa panjang, katanya : "Suthay, sudah jelas, bukan?"
Wajah Put-im suthay berubah, ia menoleh kesana dan membentak : "Siapa disitu ?"
"Kang Han Cing......" suara itu semakin lama semakin perlahan dan akhirnya lenyap.
(Bersambung15) *** Jilid 15 SEPASANG mata Yen Yu San bercahaya terang, ia bisa menduga asal usulnya orang itu, tapi tidak dicetuskan olehnya.
Put-im suthay berkata dingin :
"Baiklah. Aku tidak akan menyusahkanmu lagi. Aku bisa mencari lengcu Panji Hitam untuk membuat perhitungannya. Keluarkan obat penawar racunmu, agar Kui Hoa bisa siuman. Dan sesudah itu, kalian akan ikut aku ke kelenteng Ceng-lian-sie."
Sim Siang mempunyai kedudukan yang jauh dibawah sang duta keliling, lagi2 ia menoleh kearah wanita itu.
Duta keliling dari partai Ngo-hong-bun yang memalsukan Cin Siok Tin menganggukkan kepala: "Berikan kepadanya !"
Sim Siang segera mengerjakan sesuatu, dari sakunya mengambil obat penawar, ditaburi didepan hidung Kui Hoa, maka pelayan benteng Penganungan Jaya itu berbangkis, meng-ucek2 mata, ia sadar dan siuman. Ia melihat Put-im suthay disana, cepat2 lompat memberi hormat dan berkata : "Hamba menerima salah, penjahat sudah."
"Sudahlah !" Yen Yu San turut bicara. "Segala sesuatu sudah menjadi jelas. Dan kini kau mendapat tambahan orang tawanan ! Jaga mereka baik2 ! Bawa ke kelenteng Ceng-lian-sie."
"Baik," Kui Hoa menerima perintah.
Put-im suthay melihat waktu dan berkata : "Sudah waktunya kita berangkat."
Yen Yu San dan Kui Hoa mengiring kedua orang tawanannya meninggalkan tempat itu.
Dibagian depan, mereka disambut oleh Beng-bu dan para jago benteng Penganungan Jaya.
Mereka bingung, karena menyaksikan Put-im suthay dan Yen Yu San masih belum berangkat, lebih bingung lagi mendapat tambahan seorang tawanan baru.
Put-im suthay menoleh kearah Yen Yu San dan berkata: "Apa Yen tayhiap tidak keberatan membawa kedua orang tawanan ini ke kelenteng Ceng-lian-sie ?"
"Kukira lebih baik dibawa saja," berkata Yen Yu San.
"Nah! Aku setuju membawa semua orang. Disini sudah tidak perlu penjagaan."
"Boleh juga," Yen Yu San girang. Memandang kearah Beng-bu dan memberi perintah, "Persiapkan semua orang. Semua turut serta."
Perjalanan kearah kelenteng Ceng-lian sie ditambah beberapa orang.
*** Jarak dari vihara Ciok-cuk-am dan kelenteng Ceng-lian-sie tidak terlalu jauh, sebentar kemudian mereka sudah sampai ditempat tujuan.
Waktu baru saja jam satu, kentongan kedua kali belum dipukul. Malam gelap bintang2 berhamburan diangkasa, kabut tipis dan embun pagi menutup pandangan mata.
Kelenteng Ceng-lian-sie dibangun disekitar pohon2 tinggi yang tua, keadaan gelap gulita.
Disaat rombongan Put-im suthay dan Yen Yu San tiba, tampak beberapa bayangan yang bergerak. Ciok Sim taysu dan Ciok Beng taysu menyambut keluar, dibelakang kedua jago itu turut serta juga pendekar baju besi Yen Siu Hiat, dan empat orang padri berjubah biru. Yen Siu Hiat berada ditempat ini atas perintah Yen Yu San, sebelumnya ia sudah memberi keterangan-keterangan yang dibutuhkan orang.
Ciok Sim taysu memberi hormat dan berkata : "Suthay, Yen tayhiap, mengapa baru sampai ?"
Dengan singkat, Put-im suthay memberi jawaban : "Lebih baik kita bicarakan didalam."
Ciok Sim taysu bisa melihat adanya dua tawanan wanita yang digiring oleh Kui Hoa dan jago2 benteng Penganungan jaya, ia tersenyum, katanya: "Mari kedalam ! Masuk ! Kita minum2 dahulu."
Mereka memasuki kelenteng Ceng-lian-sie. Disetiap tempat-tempat yang strategis, terdapat padri-padri dengan senjata lengkap, biasanya padri-padri itu bersemedi dan membaca doa, hari ini mengenakan pakaian-pakaian ringkas, dibawah pantulan cahaya bintang-bintang pagi, senjata itu ber-kilap2. Wajah mereka sangat keren.
Di belakang Ciok Beng taysu terdapat empat padri berjubah hijau. Sepintas lalu, bisa dibedakan ketidak-samaan dari padri2 yang ada, keempat padri itu adalah empat padri Siauw-lim-sie yang turut serta didalam perjalanan Ciok Beng taysu.
Melihat adanya penjagaan2 yang ketat, Yen Yu San sangat puas, ia memuji didalam hati :
"Tidak percuma kelenteng Ceng-lian-sie menjadi salah satu cabang dari Siauw lim-pay, para padri ini memiliki tenaga dalam yang hebat. Mempunyai ketenangan yang luar biasa."
Untuk mempernahkan kedua kawannya, Yen Yu San membisiki sesuatu kepada Yen Siu Hiat.
Yen Siu Hiat menerima perintah, segera menitahkan Beng-bu, Kui Hoa dan lain2nya menggiring duta keliling partai Ngo-hong-bun dan Sim Siang.
Ciok Beng taysu dan Ciok Sim taysu mengawani Yen Yu San dan Put-im suthay menuju ruang tengah.
Diruang tengah telah tersedia meja makan dan beberapa bangku, inilah markas sementara. Tempat memberi komando untuk menghadapi penyerangan2 partai Ngo-hong bun.
Sesudah keempat jago2 itu mengambil tempat duduk masing2, seorang padri kecil membawakan teh wangi.
Diempat penjuru terdapat empat padri yang melakukan penjagaan ketat. Kecuali beberapa gelintir orang itu, ruangan tengah yang besar kosong tiada berisi.
Ciok Sim taysu menoleh kearah Yen Yu San dan bertanya :
"Yen Siu Hiat siecu belum lama saja datang, dikatakan akan adanya penyerangan dari partai Ngo-hong-bun, saat itu segera tiba, tapi kami belum tahu jelas yang lebih terperinci, apakah yang menyebabkan terjadinya hal2 ini ?"
Yen Yu San tidak segera menjawab pertanyaan itu, ia balik bertanya : "Apa taysu telah mengerahkan semua kekuatan yang ada?"
"Kita lebih percaya kepada keterangan, dari pada pikiran sendiri, walau masih ragu2 atas info yang didapatkan itu, tapi seperti apa yang Yen Siecu sudah pesan, semua padri telah dikerahkan, penjagaan pasti ketat."
"Sukurlah." berkata Yen Yu San. Ciok Beng taysu berkata :
"Dari mana Yen tayhiap tahu kalau bakal terjadinya penyerangan mereka? Tentunya Yen tayhiap bisa memberi gambaran yang jelas."
Yen Yu San berkata: "Ceritanya sangat panjang." berkata Yen Yu San, "Pengalaman dipuncak Tay biao-hong tentunya sudah diceritakan oleh Siu Hiat, bukan ?"
"Yen Siu Hiat siecu sudah menceritakan," berkata Ciok Beng taysu menganggukkan kepala.
Yen Yu San berkata: "Hadirnya partai Ngo-hong-bun ditempat ini mempunyai dua maksud tujuan, tujuan mereka adalah mengendalikan empat datuk persilatan untuk memperkuat partai Ngo-hong-bun. Sesudah itu menimbulkan bentrokan2, kekacauan2. Yang terutama adalah huru-hara Siauw-lim-pay dan Ngo bie-pay agar bentrok dengan Partai Baru."
"Oh.?" "Kemarin mereka menantang diriku di puncak Tay-bio-hong, adalah salah satu rangkaian rencana mereka, sesudah menyingkirkan diriku, mereka lebih mudah dan bebas bergerak. Sesudah itu mereka akan meluruk dan menghancurkan Ciok-cuk-am dan Ceng-lian-sie !"
"Kami masih membutuhkan keterangan-keterangan yang lebih jelas," berkata Ciok Sim taysu.
Yen Yu San berkata : "Beberapa hari yang lalu, kita pernah menghadang Kang Han Cing. Itu waktu Kang Han Cing sudah jatuh kedalam tangan Partai Baru. Kita tidak tahu asal usul dari partai baru itu tapi kita kenal pada si Jaksa bermata satu, karena penghadangan itu, maka kita bentrok dengan partai baru, itulah insident kecil, tapi didalam rimba persilatan sudah termasuk salah satu persengketaan......."
Sesudah menenggak minumannya sebentar, Yen Yu San melanjutkan keterangan :
"Partai Ngo-hong-bun menggunakan sedikit insident itu hendak mengadu domba, semua orang sudah tahu, kalau kita tidak puas kepada partai baru, demikianlah rencana mereka dimalam ini, menyamar dari orang2 partai baru, menghancurkan kelenteng Ceng-lian-sie, membunuh mati semua orang yang ada dan membebaskan Ciok Beng taysu seorang, agar taysu bisa kembali ke kelenteng Siauw-lim-pay dan memberitahu bahwa partai baru membuat penyerangan besar2an. Nah! Kalau sampai kejadian yang seperti ini, Ngo-bie-pay dan Siauw lim-pay akan menyerang partai baru. Partai Ngo-hong-bun menonton berpeluk tangan."
"Tipu keji !" berkata Ciok Beng taysu.
"Tentu Yen tayhiap mendapat keterangan ini dari si pendekar misterius yang bernama Lie Siauw San itu bukan?"
"Ya." Yen Yu San menganggukkan kepala, "Lie Siauw San memiliki kecerdikan otak yang luar biasa, ilmu silatnya hebat. Kukira info tidak akan salah lagi."
Ciok Beng taysu berkerut alis dan bertanya:
"Gerakan mereka hendak dilakukan serentak? Menyerbu Ciok cuk-am dan Ceng-lian-sie? Berapa banyakkah orang mereka itu ?"
"Orang2 dari partai Ngo-hong-bun cukup banyak, apalagi sesudah menyatukan golongan Perintah Maut. Menurut apa yang kutahu, golongan Perintah Maut memiliki empat panji berwarna, lengcu Panji Hitam, lengcu Panji Putih, lengcu Panji Merah dan lengcu Panji Hijau, beserta dengan anak buahnya, setiap lengcu itu memiliki belasan anak buah. Sudah pasti lima puluhan orang lebih, diatas mereka masih ada seorang Kwee hu-huat yang mengepalai golongan Perintah Maut. Ilmu silatnya tidak bisa dipandang rendah."
"Huh !" Put-im suthay mengeluarkan dengusan dari hidung. "Apa kita perlu takut kepada mereka ?"
Yen Yu San tertawa, ia memberi keterangan lain: "Partai Ngo-hong-bun adalah partai yang tidak boleh dipandang ringan, ia memiliki sedikit keajaiban."
"Dimana letak keajaibannya?" bertanya Put-im suthay.
"Seperti apa yang suthay tadi sudah saksikan, Sim Siang yang memalsukan Liauw-in nikauw memiliki ilmu kepandaian lihai betul, tidak mungkin ia bisa menandingi suthay sendiri, tapi sudahkah suthay perhatikan gerakan2nya ?"
"Gerakan2 apa?" bertanya Put-im suthay heran.
"Kalau penilaianku tidak salah, gerakan yang dilakukan oleh Sim Siang adalah gerakan ilmu silat yang tercatat didalam pusaka goa siluman !"
"Aaaaa." "Oh.........!" "Gerakan ilmu silat dari pusaka goa siluman ?"
"Gerakan ilmu silat yang dicatat didalam pusaka goa siluman, tidak ada gerakan yang bisa lebih cepat dari gerakan itu. Adakah gerakan yang bisa menandingi kecepatan suthay ? Perhatikan sekali lagi !"
Wajah Put-im suthay baru berubah, "Gerakan ilmu silat yang tercatat di dalam pusaka goa siluman.....?" tidak henti2nya ia bergumam.
"Omitohud." Ciok Beng taysu menyebut nama budha, "Mungkinkah partai Ngo-hong-bun memiliki hubungan dengan nenek goa siluman ?"
"Inilah celakanya !" berkata Yen Yu San.
"Takut apa !" berkata Put-im suthay berangasan. "Biarpun partai Ngo-hong-bun mempunyai hubungan baik dengan si nenek goa siluman, tapi namanya sudah busuk, kejahatan2 nenek itu sudah meliwati takeran, mengapa takut? Bunuh saja, beres !"
"Lolap setuju," berkata Ciok Sim taysu. "Kekuatan kita juga sudah cukup. Kalau mereka betul berani ! Pertempuran pasti tidak bisa dielakkan."
Yen Yu San tersenyum, ia berkata: "Apa lagi, mengingat dibelakang kita masih ada suatu kekuatan yang bisa datang memberi bantuan."
Ciok Beng taysu menoleh ke arahnya saking heran bertanya :
"Apa Yen tayhiap sudah meminta bantuan pada pihak lain ?"
"Belum." jawab Yen Yu San.
"Siapakah kekuatan baru itu ? Mungkin si pendekar misterius Lie Siauw San ?"
"Tepat !" berkata Yen Yu San. "Semua keterangan tadi kudapat dari Lie Siauw San. Sim Siang juga terpukul jatuh olehnya. Dari bukti-bukti yang ada, tidak mungkin ia berpeluk tangan."
*** Bab 51 "PENYERANGAN MUSUH berjumlah besar. Kalau betul-betul kita tidak tahan, mungkinkah satu Lie Siauw San bisa membendung mereka ?"
"Seorang Lie Siauw San mungkin tidak kuat membendung banyak orang. Tapi kekuatan yang kumaksudkan mungkin kuat untuk membendung mereka?"
"Kekuatan dari mana lagi ?" tanya Put-im suthay.
"Coba suthay pikir baik2, kekuatan yang ada dikota Kim-leng ini, tenaga siapa yang kita bisa minta bantuannya?"
Dengan heran Put-im suthay berkata :
"Jago silat ternama dikota Kim-leng kecuali Datuk Selatan, siapa lagi yang ada ?"
"Bantuan yang kumaksud, bantuan itu datangnya dari keluarga Datuk Selatan," berkata Yen Yu San.
"Keluarga Datuk Selatan ? Maukah mereka membantu ?" bertanya Ciok Sim taysu.
Disaat ini, tiba2 tampak Yen Siu Hiat berlari datang, sikapnya agak gugup.
Hati Yen Yu San tercekat, menduga kepada penyerangan musuh, ia bertanya : "Ada apa ?"
Yen Siu Hiat membungkukkan badan dan memberi hormat kepada semua orang, lalu ia menjawab pertanyaan sang pamannya: "Baru saja kita berhasil menangkap dua mata2 musuh."
"Dua mata2 musuh ? Coba kau ceritakan !"
"Disaat kita sedang mempernahkan kedua tawanan perempuan itu, tiba2 terdengar suara gaduh diatas, terdengar gedubrak...gedubrak...dua orang jatuh dari atas wuwungan rumah. Keadaan mereka sudah tidak sadarkan diri, tentunya kena totokan orang, didalam keadaan jalan darah tertotok, maka kita segera ringkus kedua mata2 itu."
"Apa betul mereka mata-mata musuh ? Sudah kau tanyakan mereka tentang asal usulnya ?"
"Belum. Kedua orang itu tertotok jalan gagunya tidak bisa bicara, sudah kita berusaha membuka totokannya, tapi tidak berhasil..."
Tiba2..... Terdengar suara genteng pecah, dari atas terbanting jatuh lagi tubuh seseorang.
Wajah semua orang berubah.
Put-im suthay menoleh kesana, dengan dingin berkata: "Betul2 banyak mata2 !"
Terjadi sedikit kekalutan, para padri Ceng-lian-sie membuat penyergapan, meringkus orang yang baru jatuh dari atas wuwungan rumah itu. Lagi2 seorang mata-mata musuh yang jatuh tanpa sebab.
Orang yang jatuh dari atas, adalah seorang berpakaian hitam, orang itu mengenakan kerudung hitam.
Dua padri segera meringkus dan dihadapkan kepada pemimpinnya.
Yen Yu San memperhatikan, hatinya berpikir :
"Orang ini mengenakan pakaian serba hitam, tentunya anak buah dari lengcu Panji hitam."
Dugaan Yen Yu San tidak salah. Orang yang hendak menyelidiki keadaan Ceng-lian sie sudah jatuh di hadapannya, itulah anak buah dari lengcu panji Hitam.
Seorang padri berusaha membuka totokan tawanan baru itu, tapi tidak berhasil, segera ia memberi laporan.
"Taysu, orang ini mendapat totokan2 berat."
Disaat ini, Ciok Sim taysu yang mengejar keatas genting sudah balik kembali, Put-im suthay memandang dan bertanya: "Ada sesuatu yang dicurigakan ?"
Ciok Sim taysu menghela napas panjang, ia berkata: "Gerakan orang itu terlalu gesit, tidak terlihat bayangannya !"
"Kukira Lie Siauw San." Put-im suthay mengemukakan pendapat.
Ciok Beng taysu menganggukan kepala. Ia menduga kepada Lie Siauw San yang membantu mereka.
Ciok Sim taysu menghampiri orang tawanannya dan menotok beberapa jalan darah. Maka laki2 berpakaian serba hitam itu membuka mata, wajahnya berubah. Segera ia membentak :
"Hei, seorang suci juga melakukan serangan bokongan?"
Ternyata orang itu jatuh tanpa mengetahui siapa yang menotok dirinya, ia menduga kepada rombongan dari kelenteng Ceng-lian-sie. Maka ia membentak seperti tadi.
Yen Yu San mengurut jenggot dan berkata :
"Sahabat, tengah malam buta kau mendatangi kelenteng ini, menggunakan tutup kerudung muka, mengapa terbalik menyalahkan orang ?"
Dengan bangga dan congkak, orang berkerudung hitam itu menjawab : "Aku mendapat tugas untuk mengirim surat tantangan."
"Oh, begitu ?" berkata Yen Yu San, "Sahabat dari jauh hendak mengantarkan surat tantangan, seharusnya menggunakan pintu depan. Kelenteng Ceng-lian-sie sudah menjadi salah satu cabang dari partai Siauw-lim-pay, mana bisa membiarkan orang beterbangan diatas wuwungan rumahnya begitu saja ?"
Orang berbaju hitam itu menoleh ke arah Yen Yu San, ia merangkapkan tangan, memberi hormat dan berkata : "Bukankah tuan adalah pengurus dari penganungan jaya, Yen Yu San tayhiap?"
Hati Yen Yu San bergumam: "Oh ! Ya ! Ia menganggap aku sebagai komplotannya yang diselundupkan !"
Karena itulah, menganggukkan kepala dan berkata : "Tepat ! Aku Yen Yu San."
Lak?2 berbaju dan berkerudung hitam itu berkata : "Aku bernama Tong Jin Gie, mendapat perintah dari lengcu untuk mengirim surat tantangan untuk kelenteng Ceng-lian-sie."
lnilah code2 tertentu dengan maksud mendapat penyambutan dari Yen Yu San. Tentu saja sangka orang itu, ia sedang berhadapan dengan Yen Yu San palsu, Yen Yu San asli sudah di"bawah" mereka, dan kini 'sedang' disamarkan oleh Han Sie Yong.
Yen Yu San menunjuk ke arah Ciok Sim taysu dan berkata :
"Inilah ketua kelenteng Ceng-lian-sie Ciok Sim taysu, surat saudara boleh diserahkan kepadanya."
Laki2 berbaju hitam berkata : "Surat tantangan tidak berupa surat. Hanya merupakan berita lisan saja."
Alasan ! Datangnya hendak menyelidiki kesiap-siagaan kelenteng Ceng-lian-sie. Tapi ia tertotok jatuh, karena itu menggunakan alasan mengirim tantangan.
Ciok Sim taysu merangkap kedua tangan dan bertanya :
"Siecu datang tengah malam, jelaskan apa maksud kunjungan yang sebenarnya?"
Laki2 berbaju hitam yang bernama Tong Jin Gie berkata :
"Kami mendapat tugas untuk menyampaikan berita bahwa lengcu kami segera tiba pada jam tiga nanti."
"Sudah lama kami menantikan kedatangannya," berkata Ciok Sim taysu.
"Oh! Kalau begitu, selamat tinggal." orang berpakaian hitam itu berkata sambil membalikkan badan, siap meninggalkan ruangan itu.
Put-im suthay bergerak, tubuhnya melayang dan menghadang kepergian Tong Jin Gie, ia membentaknya: "Eh, begitu saja kau hendak kabur !"
Dua padri berjubah hijau juga sudah bergerak, masing2 mengerahkan tenaga dalam, menekan pundak Tong Jin Gie dan berkata : "Tunggu dulu !"
Bersamaan dengan saat itu, lenyaplah kekuatan Tong Jin Gie, wajahnya berubah memandang kearah Ciok Sim taysu dan membentak :
"Kami hanya sebagai utusan, sesudah menyampaikan berita, kami hendak meminta diri kembali melapor pada lengcu !"
Ciok Sim taysu berkata: "Apa siecu lupa kepada dua kawan siecu ?"
Wajah Tong Jin Gie berubah, ternyata dua kawannya juga sudah ditangkap.
"Dua negara yang berperang tidak akan mengganggu utusan. Kami datang hanya untuk menyampaikan berita. Tentu saja berkedudukan sebagai utusan. Tidak layak kalau kalian mengganggu utusan2."
Ciok Sim taysu dengan tenang berkata:
"Kedua kawanmu itu tertangkap ketika sedang celangak celinguk dibelakang kelenteng, ia hendak menyelidiki keadaan kelenteng kami, kukira tindakannya yang demikian bukanlah selaku seorang utusan."
"Apa yang kalian hendak lakukan?" Tong Jin Gie mengeluarkan suara menantang.
Ciok Sim taysu balik bertanya: "Kami hendak mengetahui, apa langkah2 yang berikutnya dari gerakan partai Ngo-hong-bun ?"
Wajah laki2 berbaju hitam Tong Jin Gie berubah, ia membentak: "Hendak menahan orang?"
Ciok sim taysu tidak biasa menghadapi persoalan yang seperti ini, ia menjadi kikuk juga, katanya: "Bukan itu maksudku."
"Maka segera bebaskan kami." berkata laki2 berbaju hitam Tong Jin Gie.
Put-im suthay tidak perduli apapun yang terjadi, ia segera memberi jawaban:
"Huh! Kalian bertiga menggunakan tutup kerudung muka datang secara menggelap, inilah penyelidik, bukan utusan. Sesudah tertangkap, men-cari2 alasan sebagai utusan menyampaikan berita. Aku tidak perduli dengan kalian. Kalau kau tidak mau memberi sedikit keterangan tentang apa yang kau ketahui, jangan harapkan bisa bebas dari siksaanku, betapa kuat pun tubuhmu, kau bisa merasakannya sendiri."
Laki berbaju hitam itu menoleh kearah Put im suthay dan berkata: "Nikauw tua, meskipun kau bunuh diriku, jangan harap bisa mengorek rahasia."
Wajah Put-im suthay menjadi matang biru, ia menghadapi orang tawanan itu dan berkata :
"Tentu saja aku tidak mau membunuhmu terlalu pagi, aku bisa menggunakan ilmu Ngo-im-ciat-meh, didalam sekejap mata, kau akan menjawab segala pertanyaan-pertanyaan yang kuajukan."
Wajah laki2 berbaju hitam itu menjadi bergemerinding, ia menoleh dan memandang kearah Yen Yu San, mengedip-ngedipkan mata, memberi isyarat, inilah meminta bantuan.
*** Bab 52 YEN YU SAN bisa mengerti, ia tawa heheeh, lalu berkata : "Suthay, tunggu dulu !"
Disaat ini, Put-im suthay sudah siap menjalankan ancamannya, tapi keburu dicegah oleh Yen Yu San, ia menoleh dan bertanya: "Yen tayhiap mempunyai usul baru?"
Yen Yu San berkata : "Dia menyebut dirinya sebagai utusan Ngo-hong-bun. Terlepas dari benar tidaknya keterangan itu, lebih baik kita jangan mengganggu, urusan ini serahkan kepadaku, kalau saja dia bersedia memberikan sedikit keterangan, kita bebaskan dirinya, bagaimana pendapat suthay ?"
"Apa dia mau membuka rahasia golongannya ?" bertanya Put-im suthay.
"Biar aku yang membujuk, mungkin juga ia mau." berkata Yen Yu San.
Sesudah itu Yen Yu San menoleh ke-arah Ciok sim taysu dan Ciok Beng taysu dan kawan2. Semua hweeshio tidak memberi komentar. Setuju dan acc.
Sesudah itu Yen Yu San memandang kepada dua padri berjubah hijau, yang masih memegangi pundak Tong Jin Gie, ia berkata : "Jiwie, didepan kita, tidak mungkin dia bisa melarikan diri."
Kedua padri itu memandang ke arah pemimpinnya, Ciok Sim taysu menganggukkan kepala. Maka mereka membebaskan laki2 berbaju hitam itu.
"Sahabat." berkata Yen Yu San. "turut dibelakangku. Ada beberapa yang hendak kuketahui."
Betul-betul Yen Yu San menjauhkan diri dari orang, turut serta ia mengajak orang tawanannya.
Sesudah jauh dari rombongan orang2 kelenteng Ceng-lian sie dengan suara perlahan Yen Yu San berkata : "Dari mana datangnya lintah, dari sawah turun ke hati."
Inilah code dari partai Ngo-hong-bun, Yen Yu San bisa mengetahui code2 itu dari Sim Siang yang menyamar menjadi Liauw-in nikauw. Code tertentu dari partai Ngo-hong bun, code untuk mengadakan hubungan kontak.
Betul2 laki2 berbaju hitam itu memberi penyahutan yang spontan. "Dimana orang kita berada, disitulah musuh binasa !"
Mengetahui jawaban yang tepat, Yen Yu San segera berkata perlahan : "Aku Han Sie Yong."
Tong Jin Gie berkata : "Lengcu pernah berpesan, agar aku bisa menghubungi saudara Han."
"Apa lagi yang lengcu perintahkan ?" bertanya Yen Yu San.
Membelakangi orang2 banyak, laki2 itu mengeluarkan sesuatu bungkusan, diserahkan kepada Yen Yu San dan berkata : "Perintah lengcu, benda ini harus ditaburkan didalam dupa pembakaran, sebelum jam tiga pagi."
Yen Yu San menerima pemberian tadi, walau dengan hati kebat-kebit, ia menganggukkan kepala dan berkata : "Aku tahu. Berapa orang yang akan datang nanti ?"
Laki2 berbaju hitam Tong Jin Gie berkata : "Tugas saudara Han adalah melempar benda ini kedalam dupa pembakaran, lain hal tidak perlu tahu !"
Hati Yen Yu San memaki. "Manusia licin."
Tapi ia tidak mengutarakan perasaannya dengan perlahan bertanya :
"Ada baiknya kalau saudara memberi tahu sedikit dari gerakan2 kita. Agar aku bisa membujuk mereka untuk membebaskan dirimu."
"Ng....." laki2 itu menjadi ragu2.
"Jangan khawatir," berkata Yen Yu San, "mereka hendak mengetahui rahasia2 gerakan kita, sedikit banyak harus kita bocorkan."
"Apa betul kau hendak membocorkan rahasia kepada mereka ?"
"Sedikit banyak harus. Maka aku mempunyai alasan untuk membebaskan dirimu."
Berdiam beberapa saat, laki2 itu bisa terbujuk, ia berkata :
"Malam ini gerakan di bawah pimpinan Kwee hu-huat, tapi info kami telah mendapat tahu kalau Ciok Beng taysu telah balik kembali, karena itulah gerakan diperlambat. Diperlambat satu jam. Kita bergerak pada jam tiga tepat."
Yen Yu San bertanya : "Mungkinkah empat lengcu panji berwarna dan kita semua tidak cukup untuk menghadapi mereka?"
Laki2 itu menjawab: "Malam ini kita kurang kekuatan, Lengcu Panji merah dan Lengcu panji hijau tidak turut serta didalam gerakan ini!"
"Eh," Yen Yu San menjadi heran. "Mengapa kedua lengcu itu tidak turut serta?"
Laki2 itu berkata: "Lengcu Panji Hijau sudah pergi ke utara, menghadapi Datuk Utara, lengcu panji merah juga mendapat tugas untuk menghadapi duta barat."
"Mengapa harus mengundurkan waktu penyerangan sampai satu jam ?"
"Kita menunggu kedatangan seorang kuat sambil menunggu reaksi obat ini," berkata Tong Jin Gie sambil menunjuk bungkusan yang diserahkan kepada Yen Yu San.
Yen Yu San tidak perlu meragukan berita ini, mengingat kalau laki2 berbaju hitam itu tidak tahu kalau dirinya adalah Yen Yu San asli, dengan tidak hadirnya lengcu panji hijau dan panji merah, sedikit banyak tekanan kepada kelenteng Ceng-lian-sie agak berkurang.
Laki2 berbaju hitam Tong Jin Gie berkata lagi:
"Sudah hampir jam dua, aku harus cepat kembali memberi laporan, lebih baik saudara Han berusaha membebaskan diriku."
Untuk membebaskan Tong Jin Gie tidak terlalu sulit, tapi bagaimana akibatnya kalau dua kawannya juga diminta pulang? Bagaimana kalau sampai terjadi Cin Siok Tin palsu dan Sim Siang juga minta dibebaskan pasti rahasia pertukaran Yen Yu San palsu akan terbongkar.
Berpikir beberapa saat, Yen Yu San berkata :
"Kalau membebaskan seseorang mungkin mudah, kalau harus membebaskan tiga orang sekaligus kukira sulit. Begini saja kuatur, aku mohon kepada mereka agar bisa membebaskan dirimu saja."
"Begitu juga boleh." Tong Jin Gie harus mengalah. "Tapi jagalah alat2 kerahasiaan kita."
"Tentu....tentu...." berkata Yen Yu San.
Sesudah itu, Yen Yu San berkata: "Mari kita balik ketempat mereka !"
Dengan mengajak Tong Jin Gie, Yen Yu San kembali ke ruang tengah, ia disambut oleh Put im suthay, dan tanyanya dengan tidak sabaran : "Apa yang dikatakannya ?"
Yen Yu San memberi keterangan :
"Tong Jin Gie ini memang kawan baik, dikatakan olehnya, jumlah orang dari partai Ngo-hong-bun yang datang berada dibawah pimpinan Kwee hu-huat, jumlah mereka belasan orang. Dan penyerangan akan dilakukan pada jam tiga tepat !"
"Eh !" Ciok-sim taysu memperlihatkan sikap terkejut. "Tadi dikatakan jam dua malam ?"
"Penyerangan diundurkan. Kedudukan Kwee hu-huat jauh berada diatas panji2 berwarna."
"Bagaimana kita harus mempernahkan orang tawanan ini ?" bertanya Ciok Sim taysu.
Yen Yu San mengurut jenggot dan berkata :
"Dia adalah seorang utusan saja. Lebih baik bebaskan. Dengan nama Ceng-lian-sie, mungkinkah takut kepada kurcaci2 biasa ?"
"Baiklah," Ciok Sim taysu bisa diberi mengerti. Memandang ke arah Tong Jin Gie dan berkata: "Siecu boleh berangkat."
Laki2 berbaju hitam Tong Jin Gie membalikkan badan, siap meninggalkan semua orang itu.
Tiba2 terdengar Ciok Sim taysu membentak : "Tunggu dulu !"


Perintah Maut Karya Buyung Hok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tong Jin Gie terhenti, menoleh dengan pandangan mata heran : "Apa lagi ?" ia bertanya.
Ciok Sim taysu berkata : "Kelenteng Ceng-lian-sie bukanlah tempat biasa yang boleh pergi dan datang begitu saja, lebih baik siecu jalan dari pintu depan."
Laki2 berbaju hitam Tong Jin Gie berjalan diawasi oleh beberapa orang itu.
Setelah Tong Jin Gie berlalu, Ciok Sim taysu bertanya : "Yen tayhiap, apa lagi yang dikatakan olehnya ?"
"Ha, haa" Yen Yu San tertawa, "Sangkanya aku adalah samaran Yen Yu San, semua dijelaskan kepadaku."
"Siapa yang datang nanti ?" bertanya Put-im Suthay.
"Pemimpin tetap Kwee hu-huat, hanya waktunya saja yang diundurkan. Seharusnya jam dua. Mengingat Ciok Beng taysu sudah balik kembali, kini mereka menggunakan waktu penyerangan tepat jam tiga, dibantu oleh seorang sancu dari partai Ngo-hong-bun."
Ciok Beng taysu merangkapkan kedua tangan menyebut nama budha dan berkata:
"Dia begitu takut kepada lolap?"
"Bagus. Hendak kulihat, bantuan siapa yang ditonjolkan mereka?" berkata Put-im suthay.
"Kukira Sam kiongcu," Yen Yu San berkata. "Lengcu Panji Hijau dan Lengcu Panji Merah telah mendapat tugas lain, karena itulah, orang2 yang datang hanya barisan lengcu Panji putih dan lengcu panji hitam. Kukira kekuatan mereka tidak banyak orang."
"Oh....kalau begitu kekuatan kita bisa seimbang ?" kata Ciok Beng taysu.
"Pihak mereka telah bertambah seorang kuat. Mungkin Sam kiongcu."
"Sam kiongcu, Kwee hu-huat, lengcu Panji putih dan lengcu Panji hitam. Jumlah mereka hanya empat orang. Kita disini juga berjumlah empat orang. Satu lawan satu ! Tidak perlu ditakutkan."
"Ya ! Dan anak buah lengcu panji hitam dan lengcu panji putih bisa saja kita hadapi dengan anak buah kita sendiri."
Yen Yu San tidak sependapat dengan mereka, ia telah melihat dengan mata sendiri, bagaimana lihainya orang2 dari partai Ngo-hong-bun. Karena itu ia tidak mempunyai pegangan kuat.
Ciok Beng taysu menengadahkan kepala, memandang langit dan berkata :
"Waktu baru jam dua. Masih ada satu jam. Sesudah mengetahui penyerangan mereka dilakukan pada jam tiga, lebih tidak mungkin sekarang membikin persiapan2. Inilah pertarungan yang menentukan, menggunakan waktu sebelum mereka menyerang, lebih baik kita orang istirahat. Kita bisa menggunakan waktu yang kuat."
Sesudah itu, mengebut lengan bajunya, mematikan api penerangan.
Ruangan besar itu menjadi gelap gulita, hanya sinar rembulan dari pekarangan yang mencorot masuk, samar2 mempetakan bayangan-bayangan orang disana.
Ciok Beng taysu sudah merapatkan kedua mata, duduk bersila dan bersemadi.
Didalam hati Yen Yu San memuji: "Diambang pertempuran yang menentukan, hweeshio tua ini mempunyai ketenangan yang luar biasa. Sungguh hebat!"
Semua orang menunggu datangnya penyerangan dari partai Ngo-hong-bun, ber-siap2 dan mengatur politik pertahanan.
Berbeda dengan Ciok Beng taysu, Yen Yu San dan Put-im suthay tidak bisa menekan gejolak hati mereka, inilah pertempuran yang menentukan, pertempuran yang menentukan mati hidup mereka, pertempuran yang akan menentukan ketenangan rimba persilatan.
Ampat padri berjubah hijau berdiri di ke empat sudut, menjaga keamanan dari para pemimpin mereka.
Detik2 berlalu.... Kecuali suara angin malam yang meniup daun, tiada terdengar suara lain. Seluruh kelenteng Ceng-lian-sie diliputi oleh ketegangan.
Sang waktu menjelang jam tiga, seorang padri berjubah abu2 berlari datang memasuki ruangan itu.
Tidak menunggu sampai si padri memberi laporan, Ciok-sim taysu bertanya: "Apa melihat gerakan musuh?"
"Hongtiang," berkata padri itu. "Dari laporan kelenteng terdepan, di bawah gunung telah terdapat serombongan orang2 berbaju hitam, dan lain rombongan berbaju putih."
"Berapa jumlah mereka ?" bertanya Ciok Sim taysu.
"Untuk sementara belum jelas," lapor padri itu.
"Selidiki lagi." perintah Ciok-sim taysu, "selidiki berapa jumlah orang yang datang."
"Baik." padri itu mengundurkan diri.
Put-im suthay juga turut bicara, memandang Ciok-sim taysu dan bertanya: "Mereka sudah datang?"
"Masih dibawah gunung." Jawab Ciok-sim taysu.
Hening lagi untuk beberapa waktu.
Tidak seberapa lama, padri yang tadi tampil kembali, tentu mendapat berita baru, langsung menghampiri Ciok-sim taysu membungkukkan badan dan memberi laporan:
"Hongtiang, dua rombongan dari pihak penyerang telah berada didepan kelenteng."
"Berapa jumlah mereka?"
"Empat puluh delapan orang."
"Bagaimana gerakannya ?"
"Masing2 memecah diri. Satu diutara, dan satu diselatan. Mereka berbaris rapi, diam dan tegak2, tidak bergerak."
"Sebelum mereka bergerak, kita juga jangan bergerak lebih dahulu." memberi perintah Ciok Sim taysu. "Awas2i saja mereka."
"Baik." pelapor itu menjalankan tugas dan mengundurkan diri.
Put-im-suthay berkata : "Mungkin Sam-kiongcu mereka belum tiba."
Dengan tertawa Yen Yu San berkata : "Sekarang belum jam tiga."
Yang paling tidak sabaran adalah Put-im suthay, sesudah itu Yen Yu San dan Ciok Sim taysu. Kecuali ketiga tokoh silat tadi, Ciok Beng taysu masih tetap bersemadi. Se-olah2 ketegangan2 itu tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan dirinya.
Diluar kelenteng Ceng-lian-sie lampu2 telah dipadamkan keadaan gelap gulita.
Dibelakang balik2 pohon, telah berbaris dua rombongan, dua puluh empat orang berbaju hitam dengan kerudung tutup muka berwarna hitam. Dilain bagian ada duapuluh empat orang berbaju putih dengan seragam kerudung putih. Mereka adalah barisan lengcu panji putih.
Tidak jauh dari barisan mereka masing2 berdiri sang pemimpin, itulah lengcu Panji Hitam dan lengcu Panji Putih.
*** Bab 53 KEDATANGAN kedua rombonga itu membuat suasana mendadak panas, keadaan agak panik. Hati para padri yang menyaksikan serangan hendak disiapkan mulai ber-debar2, siap menantikan pertumpahan darah.
Para padri Ceng-lian-sie menunggu serangan-serangan dari orang2 berseragam putih dan berseragam hitam itu, tapi dua rombongan tadi telah memecah diri, tidak bergerak, mereka menunggu kedatangannya Sam-kiongcu, pemimpin mereka.
Kedua belah pihak menunggu, masing2 menunggu !
Yang akan menentukan situasi itu adalah Sam-kiongcu !
Tong......Tong......Tong...
Kentongan malam tiga kali dipukul, akhirnya keteganganpun memecah.
Sam-kiongcu akhirnya tiba, entah bagaimana caranya, mendadak saja disana telah bertambah seorang bertopeng perunggu, topeng itu berhidung lancip, bermata besar, topeng yang sangat menyeramkan. Itulah tokoh misterius Ngo-hong-bun !
Rombongan panji hitam dan panji putih menyongsong kedatangan mereka.
Sam-kiongcu tidak datang seorang diri, tak jauh dibelakangnya berlerot empat dayang perempuan, masing2 dua dikanan dan dikiri.
Kecuali keempat dayang perempuan itu turut juga seorang kakek tua berpakaian putih, hidungnya bengkong, inilah Kwee hu-huat.
Sam-kiongcu memandang kepada orang2nya, mendekati lengcu panji hitam dan berkata beberapa patah kata.
Lengcu panji hitam membungkukkan badan, ia mengundurkan diri, kini ia berdiri menghadapi kelenteng Ceng-lian-sie, mulutnya dipentang dan berkoar:
"Dengar ! Seluruh orang2 Ceng-lian-sie diminta perhatian ! Kepada seluruh penghuni Ceng-lian-sie. Pemimpin kami tiba, segera suruh Ciok Beng dan Ciok-sim keluar membuat penyambutan."
Suaranya lengcu panji hitam berkumandang lama.
Diruang besar, Ciok Beng taysu membuka kedua matanya memandang ketiga jago lain berkata kepada mereka: "Mari kita menyambut penyerangan-penyerangan itu."
Ciok Beng taysu, Ciok-sim taysu, Yen Yu San dan Put-im suthay meninggalkan ruangan, mereka siap menghadapi penyerang-penyerang dari partai Ngo-hong-bun.
Keempat padri berjubah hijau mengiring mereka.
Tiba didepan kelenteng, memandang ke arah rombongan2 penyerang, Ciok Beng taysu berkata: "Siapa yang bernama Kwee-hu-huat ?"
Kwee-hu-huat tampil kedepan, menudingkan jari ke arah Ciok Beng taysu, kakek tua itu membentak: "Siapa yang menjadi pemimpin kelenteng Ceng-lian-sie?"
Ciok-sim taysu tampil kedepan, memberi hormat dan berkata :
"Omitohud. Lolap Ciok sim, bagaimana sebutan Siecu yang mulia ?"
"Huh !" Kwee hu-huat mengeluarkan dengusan dari hidung. "Sesudah berada didepan Sam-kiongcu kami, mengapa tidak menunjuk hormat ?"
"Apa maksud kalian mendatangi kelenteng Ceng-lian-sie dimalam buta?" tanya Ciok-sim taysu.
"Kalian semua memang mencari penyakit sendiri." berkata Kwee hu-huat. "Kematian sudah berada diambang mata, tapi tiada satupun yang bertekuk lutut."
"Manusia gila !" tiba2 Put-im suthay tampil kedepan, sreet, ia mengeluarkan pedangnya, di-acung2kannya kearah Kwee hu-huat dan membentak. "Kakek bangkotan, sekali lagi kau mengucapkan seperti itu biar kutabas dahulu batang lehermu."
Tiba2 terdengar suara Sam-kiongcu : "Eh, dari mana munculnya orang yang berani berkoar seperti ini dihadapanku ?"
Kwee hu-huat memberi laporan : "Dia adalah ketua Ciok-cuk-am, Put-im suthay."
"Tangkap !" Sam-kiongcu memberi perintah.
Kwee hu-huat segera menoleh ke arah lengcu panji hitam, dan ia berkata:
"Lengcu Panji Hitam, kau mendapat kesempatan pahala pertama."
Lengcu Panji Hitam tampil kedepan menghadapi Put-im suthay dan berkata: "Nikouw tua, mau nyerah begitu saja? Atau harus diringkus dengan kekerasan?"
Memandang ke arah lengcu Panji Hitam, sepasang mata Put-im suthay ber-kilat2, ia berteriak: "Kau inikah lengcu Panji Hitam?"
"Tidak salah." berkata lengcu Panji Hitam. "Sesudah mengetahui usulku, menunggu apa lagi, atau masih hendak memberi perlawanan ?"
Tanpa gemetar sama sekali, Put-im suthay membentak:
"Aku mempunyai seorang murid yang bernama Yen Siu Lan, dia sudah mati. Tidak diketahui siapa yang membunuh dirinya. Tapi ada yang mengatakan ia mati dibawah tanganmu, betulkah ada kejadian yang seperti itu ?"
"Eh, dari mana kau tahu ?" berkata lengcu Panji Hitam.
"Apa masih mau disangkal ?" bentak Put-im suthay.
"Betul. Muridmu itu mati dibawah tanganku. Mau apa?"
"Kau harus ganti jiwa muridku dengan jiwamu !" bentak Put-im suthay. Berbareng pedangnya disabetkan, tanpa perduli kalau lawan itu belum siap sedia, tidak menggunakan peraturan-peraturan rimba persilatan, Put-im suthay menyerang dan membacok kearah leher lengcu Panji hitam, gerakannya sangat hebat dan cepat, gesit laksana kilat.
Lengcu Panji Hitam juga bukan orang biasa, secepat itu tubuhnya mundur kebelakang, maka pedangpun keluar dari serangkanya, dilintangkan didepan, trang.........membentur serangan lawan. Sesudah itu, dengan dingin ia berkata:
"Jangan sok jago! Sinar matahari pagi menyingsing, kalian segera menjadi bangkai, satu persatu berjatuhan di tanah, dan orang pertama yang menjadi sasaran utama adalah dirimu."
Put-im suthay pernah malang melintang dirimba persilatan selama puluhan tahun, jarang sekali mendapat tandingan, belum lama dipermainkan oleh Kang Han Cing, tapi muncul pula seorang panji hitam, ia memiliki ilmu kekuatan yang tidak berada dibawah dirinya, benturan tadi membuat ia termundur sedikit, betul2 ia harus memuji kekuatan lawan. Tapi adatnya agak berangasan, tanpa banyak bicara ia mengayunkan pedang tadi dan menyabetnya pula. Kini mengarah pundak lawan.
Trangggg.... Terjadi lagi benturan yang kedua, kali ini lengcu Panji hitam terdorong satu langkah.
Hawa pembunuhan telah meliputi Put-im suthay, tidak memberi kesempatan kepada orang setapak, beruntun sampai lima kali menyerang kearah lengcu panji Hitam.
Cahaya pedang telah mengurung di sekitar tubuh lengcu Panji Hitam, ber-kilat2 dan berkilauan. Inilah ilmu pedang Ngo-bie-pay yang ternama !
Sejurus demi sejurus lengcu Panji Hitam melayani serangan2 Put-im suthay.
Ini waktu, Hakim bermuka merah Yen Yu San mengurut jenggot menggunakan suara gelombang tekanan tinggi, ia mendekati Ciok Beng Taysu, berkata:
"Taysu, awas kepada orang yang bernama Kwee hu-huat itu, aku akan menghadapi lengcu Panji putih."
Kecuali Ciok Beng taysu, tidak ada orang lain yang tahu kalau Yen Yu San itu berbicara kepadanya.
Ciok Beng taysu bisa memahami keadaan dan maksud tujuan Yen Yu San, ia menganggukkan kepala suatu tanda mengerti, juga menggunakan suara tekanan tinggi menjawab: "Yen tayhiap harus ber-hati2."
Dengan langkah lebar, Yen Yu San tampil kedepan, langsung menghadapi lengcu panji putih, memberi hormat dan berkata :
"Lengcu Panji putih, dunia ini terlalu sempit bagi kita, baru kemarin malam bertemu dipuncak Tay-biao-hong, tidak disangka, malam ini kita berjumpa kembali."
Lengcu Panji putih tertegun, pikirnya: "Apa maksud tujuan Han Sie Yong yang seperti ini ? Wah ! Tentu ada laporan penting !"
Pikirannya bekerja cepat, segera ia berkata kepada Kwee hu-huat dengan suara perlahan.
"Han Sie Yong menantang perang, tentu ada berita baru."
"Ajaklah ke tempat yang agak sepi." Kwee-hu-huat memberi perintah.
Lengcu Panji putih menganggukkan kepala. Han Sie Yong adalah anak buahnya, dengan rencana memalsukan Yen Yu San dan menghancurkan Ceng-lian-sie dan Ciok-cuk-am, kini Yen Yu San maju kedepan, ia tidak tahu kalau Yen Yu San itu masih berupa Yen Yu San asli, sangkanya adalah samaran Han Sie Yong Yen Yu San palsu, maka ia tampil ke depan memberi hormat dan berkata: "Yen tayhiap hendak menjajal ilmu kepandaian."
Dengan suara lantang Yen Yu San berkata: "Apa lengcu tahu sedang berhadapan dengan siapa?"
Sekali lagi lengcu panji putih termekmek, apa pula maksud kata2 yang seperti ini? Ia belum bisa menduga tepat, karena itu menjawab dengan sekenanya.
"Menurut berita orang, Yen tayhiap pernah mendapat didikan dari Siauw-lim pay, apa betul ?"
"Ha, ha....." Yen Yu San tertawa. "Tepat ! Karena itulah dalam keadaan yang terdesak seperti ini, aku tidak bisa berpeluk tangan membiarkan Siauw-lim-pai dirundung kemalangan. Ceng-lian-sie termasuk salah satu cabang Siauw-lim-pai, masakan aku bisa duduk saja? Semalam, aku sebagai wakil benteng Penganungan Jaya membuat janji perdamaian dengan partai Ngo-hong-bun, masing2 tidak akan menyerang tapi......"
*** Bab 54 LENGCU Panji Putih berkerut alis, ia bertanya : "Mengapa ?"
"Langkah di hari ini tidak ada sangkut pautnya dengan benteng Penganungan Jaya. Benteng Penganungan Jaya bisa berdamai dengan partai Ngo-hong-bun, tapi Ceng-lian-sie berada di dalam kesusahan maka atas nama pribadi, aku Yen Yu San harus membela Ceng-lian-sie ! Tidak ada hubungan dengan benteng Penganungan Jaya, bisakah Lengcu menyelami kesulitanku ??"
"Oh !" lengcu panji putih meng-angguk2kan kepala, "Kami bisa memaklumi kesulitan Yen tayhiap. Karena sifat pertempuran ini bersifat prive, dan tidak ada hubungan dengan benteng penganungan jaya."
"Itulah ! Yen Yu San datang untuk membela Ceng-lian-sie, apa boleh buat harus meminta pelajaran silat dari lengcu."
Hati lengcu baju putih bergumam:
"Betul juga ia menyamar sebagai Yen Yu San, didalam keadaan seperti ini ia wajib membantu Ceng-lian sie. Harus juga bertempur dalam beberapa jurus."
Sambil menganggukan kepala lengcu panji putih berkata : "Apa Yen tayhiap tidak salah memilih lawan ?"
"Kukira tidak." berkata Yen Yu San.
"Baiklah." berkata lengcu panji Putih, "Kami selalu siap menerima tantangan yang datangnya dari manapun juga. Bagaimana Yen tayhiap hendak bertanding?"
"Menurut pendapatku, salah satu dari kita harus mendapat ketentuan."
"Silahkan !" berkata lengcu Panji Putih.
"Tempat disini terlalu sempit, bisa mengganggu usaha banyak orang. Bagaimana kalau kita mencari tempat yang agak luas ? Biar bisa bergerak lebih leluasa."
Lagi2 lengcu panji putih salah menerima, ia bergumam : "Betul saja ! Ia hendak mengucapkan sesuatu yang amat penting !"
Karena itu lengcu panji putih memandang ke tempat disekitar mana mereka berada, menuju ke arah pelataran timur yang agak luar, ia berkata : "Disana saja kita bertanding ! Setuju ?"
Yen Yu San tidak banyak bicara, ia sudah lompat dan menuju kearah tempat yang ditunjuk. tempat itu agak jauh dengan tempat jalannya pertempuran.
Lengcu Panji putih mengikuti ke belakangnya.
Di suatu tempat yang terpisah Yen Yu San berkata geram : "Silahkan lengcu mengeluarkan senjata !"
Dari lubang tutup kerudungnya, sepasang sinar mata lengcu panji putih memancarkan cahaya berkelebatan, ia berkata dengan suara perlahan : "Lekas katakan, ada perobahan apa yang terjadi?"
Yen Yu San berkata, "Lengcu, keluarkan senjata. Sambil bertempur, kita banyak mempunyai kesempatan bicara."
Lengcu panji putih tidak menduga sesuatu, ia mengeluarkan pedang.
Yen Yu San mengacungkan senjata menyerang ke arah lengcu panji putih. Teriaknya keras : "Awas serangan !"
Lengcu Panji Putih mengelak serangan itu, mendekati Yen Yu San dan berkata perlahan : "Nah! Apa ada perobahan baru ?"
"Menyeranglah," berkata Yen Yu San, "Agar tidak dicurigai orang."
Mau tak mau lengcu Panji Putih mengangkat pedang, kini ia menyerang kearah Yen Yu San. Caranya menyerang itu tentu bukan secara menyerang sungguh2, seenaknya saja ia menusukkan pedang. Sangkanya Yen Yu San ini adalah samaran Han Sie Yong. Maka ia tidak menduga sesuatu yang baik.
Lain Lengcu panji putih, lain pula maksud Yen Yu San. Begitu serangan itu datang, ia menangkis keras.
Traannggg.... Terdengar suara benturan pedang, lengcu Panji Putih kesemutan, hampir saja senjata itu terlepas, kalau ia tidak buru2 memperkokoh pegangannya.
Tidak memberi kesempatan lagi, Yen Yu San membentak keras: "Nah ! Terima seranganku."
Membayangi gerakannya, lagi2 Yen Yu San menyerang, menusuk ke arah tenggorokan.
Berbeda dengan serangan lengcu panji putih yang berupa serangan main2, serangan Yen Yu San adalah serangan maut. Betul-betul bisa menjatuhkan lawan.
Sreeeet...sreeet....sreeet... lagi-lagi ia menyerang tiga kali.
Hati lengcu Panji putih tercekat, ia menerima serangan2 itu, menangkis dengan gelagapan.
"Hei !!" Ia berteriak kaget.
Yen Yu San bertarung sungguh2, tenaganya dikerahkan penuh mengemplang ke arah lengcu panji putih.
Lengcu Panji putih menangkis datangnya serangan itu, trang.....tergentar keras, menatap Yen Yu San, ia berteriak : "Kau ????!!!"
Dengan tertawa kecil Yen Yu San berkata perlahan :
"Kalau kita tidak bertempur secara sungguh, bagaimana bisa menipu mata mereka ?"
"Mengapa takut ?" berkata lengcu panji putih. "Hari ini tidak seorangpun yang bisa hidup lagi."
Yen Yu San mengirim satu serangan, dan mendekati lengcu panji putih, dengan perlahan berkata: "Lengcu, sesudah menyuruh orang menyamar membuat Cin Siok Tin palsu, mengapa tidak memberi tahu kepadaku ?"
Lengcu Panji Putih terkejut, membelalakan mata, katanya: "Bagaimana kau tahu ?"
Rencana Partai Ngo-hong-bun memang hebat. Rencananya adalah memalsukan Yen Yu San palsu, juga memalsukan Cin Siok Tin palsu, tapi tidak saling memberi tahu, hal ini mengingat pentingnya rahasia mereka, menjaga sesuatu yang terjadi diluar dugaan. Dimisalkan salah satu dari mata-mata yang diselundupkan itu berkhianat, masih ada seorang lagi yang mengawasinya. Betul2 hebat.
"Bagaimana kau tahu kalau Cin Siok Tin itu Cin Siok Tin palsu ?" bertanya lagi Lengcu Panji Putih.
Yen Yu San berkata: "Penyamarannya kurang sempurna, mengalami kegagalan."
"Bagaimana bisa gagal ?" bertanya lengcu panji putih.
Yen Yu San berkata : "Asal mula kejadian dari murid Liauw-in nikauw, ia kebobolan. Dipaksa oleh Put-im suthay, maka menceritakan penyamarannya. Itu waktu Duta Keliling bersiap sedia melepas burung merpati, memberi tahu, meminta bantuan, tapi gagal pula."
"Bagaimana keadaannya?" bertanya lengcu panji putih.
"Sudah kubunuh mati !" berkata Yen Yu San.
Lengcu Panji putih semakin marah, membantingkan kaki membentak :
"Duta keliling adalah orang kepercayaan Sam kiongcu, mendapat tugas menyamar Cin Siok Tin memimpin seluruh mata2 yang berada ditempat ini, kau juga berada di bawah kekuasaannya, mengapa....mengapa kau membunuh dirinya, berapa cadangan jiwa yang kau miliki berani membunuh orang begitu saja?"
Yen Yu San berkata : "Put-im suthay bukan seorang yang mudah dikelabui, kalau tidak kubunuh, bisa berantakan semua rencana kita."
"Gila ! Gila !" mengoceh lengcu panji putih. "Aku tidak bisa mengambil keputusan, hayo ikut aku menemui Kwee hu-huat, biar dia yang mengambil putusan."
Dengan suara perlahan Yen Yu San berkata :
"Malam ini kelenteng Ceng-lian-sie mendapat dukungan dari jago kuat, keadaan kita sangat lemah, kalau begitu saja aku turut pada lengcu, mungkin bisa menimbulkan kecurigaan mereka."
"Siapa yang mendukung kelenteng Ceng-lian-sie?" bertanya lengcu Panji Putih.
Yen Yu San berkata : "Kurang jelas. Menurut logat suara Ciok Beng taysu, pendukung dibelakang layar ini mempunyai ilmu silat hebat. Kita harus waspada."
"Rencanamu bagaimana?"
Yen Yu San berkata : "Boleh saja kalau lengcu ber-pura2 kalah, dan memberi kesempatan kepada Kwee hu-huat agar menempur diriku. Demikianlah seperti kita begini, sambil bertempur sambil cerita, akan kulaporkan segala kejadian yang lebih terperinci kepadanya."
Berpikir beberapa saat, lengcu panji putih bisa menyetujui usul itu, melintangkan pedang, menangkis, memutar satu lingkaran dan akhirnya mengundurkan diri.
Terus menerus Yen Yu San membentak dan menyerang panji putih.
Lengcu Panji Putih mundur secara sengaja, Yen Yu San menyerang secara hebat tentu saja lengcu panji putih terdesak dijepit.
Menerima serangan itu beberapa kali, akhirnya Lengcu Panji Putih berteriak: "Hei kau bukan Han Sie Yong !"
"Aku Yen Yu San." berkata Yen Yu San tertawa.
"Ya. Bukan Yen Yu San yang palsu."
"Tentu saja bukan Yen Yu San palsu."
Dan pertempuran dilangsungkan, kali ini betul-betul pertarungan sengit.
Dilain gelanggang, Put-im suthay masih menempur lengcu panji hitam, masing-masing mengeluarkan ilmu kepandaiannya, pertempuran berlangsung lebih dari tigaratus jurus, belum ada tanda2 siapa yang akan keluar sebagai pemenang.
Orang bertopeng perunggu hijau memperhatikan jalannya pertempuran itu, melihat waktu dan menoleh kearah Kwee-hu-huat.
Inilah suatu tanda, dan Kwee-hu-huat mengeluarkan teriakan panjang: "Serang !!"
Maka orang2 partai Ngo-hong-bun mulai berlompatan keluar dari tempat persembunyian mereka, mengurung ke arah kelenteng Ceng-lian-sie.
Ciok Beng taysu sudah siap sedia, memberi komando kepada para hweeshio dan berkata :
"Siapkan barisan Lo-han-tin !"
*** Bab 55 BARISAN Lo han-tin adalah salah satu nama dari barisan Siauw-lim-pay yang terkenal, terbagi menjadi barisan Lo-han-tin besar dan barisan lo-han-tin kecil. Barisan Lo-han-tin besar digerakkan oleh seratus delapan orang, dan barisan Lo-han-tin kecil digerakkan oleh delapan belas orang. Menurut keadaan dan kondisi masing2 siap untuk melakukan penyerangan menghadapi serangan musuh. Dalam pertempuran ini jumlah mereka sangat terbatas, maka menggunakan barisan Lo-han-tin kecil.
Mulai terjadi perang besar2an ! Ciok Sim taysu langsung berhadapan dengan Kwee hu-huat, Kwee hu-huat menyodok, menyerang Ciok Sim taysu dan membentak : "Serahkan jiwamu !"
Kali ini, Kwee hu-huat menggunakan gembolan besi, gembolan itu bercahaya terang, membuat Ciok Sim taysu terkejut, mengenali benda tadi, ia bisa menduga asal usul Kwee hu-huat, segera ia berteriak : "Aaaa..siecu adalah."
Sebelum Ciok Sim taysu bisa menyebut nama Kwee hu-huat, tiba2 satu gulungan bergulung2 datang, melewati barisan Lo-han-tin, meliwati orang2 partai Ngo hong-bun, menerjang kearah rombongan menangkap gembolan Kwee hu-huat.
Orang itu tertawa ringan dan berkata : "Benda ini banyak permainannya, lebih baik jangan digunakan."
Ternyata senjata Kwee hu-huat adalah senjata istimewa yang bisa menyemburkan racun dan bisa mengeluarkan senjata rahasia.
Terkejutnya Kwee hu-huat tidak kepalang, disaat ia memperhatikan orang tersebut gulungan hijau itu sudah meluncur lagi membuang senjatanya.
Kemarahannya Kwee hu-huat me-luap2, ia membentak :
"Manusia kurang ajar, jangan lari !" Dan dia mengejar gumpalan bayangan hijau tadi, meninggalkan Ciok Sim taysu.
Dua bayangan saling ber-gulung2 saling kejar, yang didepan adalah orang yang baru datang, Kwee hu-huat mengejar dibelakangnya.
Orang yang baru datang itu mempunyai kecepatan yang luar biasa, tiada tara, sebentar kemudian sudah berkeliling satu lingkaran dan mendatangi ke arah gelanggang arena pertempuran yang terjadi diantara lengcu Panji hitam dan Put-im suthay, tidak hentinya orang itu berteriak:
"Awas....awas.....!"
Pertarungan yang terjadi antara Put-im suthay dan lengcu panji hitam sudah sampai pada detik2 yang sangat menentukan, lengcu Panji hitam mempunyai permainan ilmu pedang yang luar biasa, aneh diluar dugaan, galak dan sengit. Put-im suthay agak terdesak.
Betul2 hari naas bagi Put-im suthay, walau mempunyai pengalaman yang luar biasa, ia tidak bisa menduga dari mana aliran ilmu pedang yang dimainkan oleh lengcu Panji hitam ini, karena itu ia tidak mempunyai daya untuk menangkis.
Disaat ini, orang berbaju hijau itu sudah berlari datang, langsung menerjang diantara kedua jago yang sedang bertempur.
Lengcu Panji Hitam menggencar dengan serangan2 yang mematikan, tiba2 mendapat terjangan baru, ia tersentak kaget. Belum mengetahui apa yang terjadi, tiba2 saja pedangnya sudah direbut orang, cepat2 dia lompat ke belakang, menjauhi dan mengelakan serangan2 yang berikutnya.
Saat itu, pada waktu saat yang hampir bersamaan, terdengar suara dua pedang beradu, trang...........ternyata orang yang baru merebut pedang lengcu Panji Hitam itu sudah menggunakan senjata tadi menangkis serangan Put-im suthay.
Hal ini sudah wajib terjadi, mengingat cepatnya perubahan situasi, Put-im-suthay tidak menyangka kalau ada orang yang berani menyelak diantara kedua jago yang sedang sengit bertempur, maka ia masih menyerang ke arah lengcu Panji Hitam, dan disaat itu lenyap bayangan orang, digantikan oleh segumpalan uap hijau.
Orang berbaju hijau ini berhasil merebut pedang lengcu Panji Hitam, berhasil menangkis pedang Put-im suthay, ia bergerak lebih cepat lagi. wingg.....tubuhnya melejit, tanpa menghentikan geraknya, ia meluncur kearah arena pertempuran lain. Itulah gelanggang pertempuran yang terjadi diantara si hakim bermuka merah Yen Yu San yang masih menempur lengcu panji putih.
Yen Yu San menang dengan kekuatannya yang tebal, pengalamannya yang luas, tapi lengcu panji putih memiliki ilmu pedang yang luar biasa, mereka telah bertempur lebih dari tiga ratus jurus.
Mulut orang berbaju hijau masih tidak henti2nya berteriak : "Awas! .... Awas!......"
Bayangannya pun tiba, lagi-lagi ia menerjang kedua jago yang masih sengit bertempur itu. Trang...trang...memukul dua pedang, mendesak lengcu panji putih, dan menyingkirkan Yen Yu San.
Maksudnya adalah mengacau situasi, menghentikan pertempuran2, tanpa berhenti, orang berbaju hijau ini berganti haluan, dari selatan ke tenggara, dan menuju kearah utara, berputar terus dan masuk ke arah kelenteng Ceng-lian-sie.
Dibelakang orang berbaju hijau, masih mengejar Kwee hu-huat, ia masih sakit hati dan penasaran, ia membentak: "Mau lari kemana ?"
Orang berbaju hijau itu menghentikan langkahnya, semua terpeta wajah seorang pemuda yang tampan, dia menggunakan kerudung tipis yang berwarna hijau, kini ia melempar pedang rebutan, ditujukan ke arah Kwee hu-huat, dan berkata: "Terima pedangmu !"
Kemudian ia berbalik badan lagi dan masuk kedalam kelenteng Ceng-lian-sie.
Lemparan pedang orang berbaju hijau itu berakibat panjang, bagaikan bianglala putih, meluncur kearah Kwee hu-huat, tidak tara dan tanpa bisa ditangkis, pedangnya hendak memantek Kwee hu-huat di tempat.
Orang berkedok perunggu menyeramkan Sam-kiongcu cepat lompat maju menyentil tangan, trang.....pedang itu meleset kesamping, dengan cara demikianlah Kwee hu-huat terhindar dari mara bahaya.
Disaat yang sama Ciok Beng taysu tampil kedepan, maka ia berhadap2an dengan Sam-kiongcu.
(Bersambung 16) *** Jilid 16 SAM-KIONGCU menoleh kepala, menghadapi Ciok Beng Taysu, dari topeng perunggunya, sepasang mata yang bening berkilauan memantulkan cahaya tajamnya yang sangat dingin. Hati Ciok Beng Taysu tercekat, pikirnya : "Tentunya orang ini bernama Sam-kiongcu."
Terdengar Sam kiongcu berkata : "Tentunya kau yang bernama Ciok Beng taysu bukan ?"
"Omitohud." Ciok Beng Taysu merangkap kedua tangan. "Lolap Ciok Beng dari bagian Lo-han-tong Siauw-lim sie."
Kejadian2 yang kita tuturkan diatas tadi berlangsung pada detik2 yang saling susul, pertempuran lengcu Panji hitam dan Put-im Suthay terhenti. Pertarungan Lengcu Panji putih dan Yen Yu San juga terbengkalai, masing2 mengundurkan diri dipihaknya, menantikan perkembangan berikut yang terjadi.
Sam kiongcu menghadapi Ciok Beng Taysu, dengan dingin ia berkata :
"Oho ! Pantas saja kalian tidak takut kepada partai Ngo hong bun, ternyata mendapat backing kuat, heh ? Hoi ! Tianglo Siauw lim pay dari mana yang membantu kalian ?"
Ciok Beng Taysu ter-mangu2 ditempat.
Sam kiongcu berkata : "Hei ! Siapa orang itu ?"
Ciok Beng Taysu menoleh kearah lenyapnya bayangan hijau, terlalu gesit gerakannya, terlalu cepat, maka wajah orang tersebut tidak bisa dilihat jelas, hanya tampak bayangan gulungan hijau yang saling gelinding, yang lari kian kemari, kemudian lenyap didalam kelenteng Ceng lian sie, ternyata Sam kiongcu menanyakan asal usulnya orang tersebut, karena itulah Ciok Beng Taysu menggelengkan kepala dan berkata : "Lolap sendiri juga tidak tahu."
Dengan dingin Sam kiongcu berkata :
"Enak saja lepas tangan begitu, hee ? Dia masuk kedalam kelenteng, bagaimana kau tidak tahu ?"
"Betul2 lolap tidak tahu." Berkata Ciok Beng Taysu.
Walau pertempuran diantara pimpinan2 partai Ngo hong bun dan klik Ceng lian sie sudah terhenti, anak buah partai Ngo hong bun masih mengadakan penyerangan2, ini waktu Sam kiongcu mengulapkan tangan.
Seorang pelayan berbaju hijau mengetok sesuatu. Itulah tanda penghentian bertempur.
Maka orang2 dari partai Ngo hong bun yang menyerang barisan Lo han tin mengundurkan diri.
Disaat ini, Sam kiongcu berkata lagi :
"Hayo ! Panggil orang itu keluar, hendak kulihat bagaimana bentuk cecongornya."
Sebelum Ciok Beng Taysu bisa menjawab tantangan tadi, terdengar satu suara yang lantang, dan orang itu berkata : "He, hei.Cecongorku berada di tempat ini."
Suatu bayangan meluncur turun dari sebuah pohon yang tidak jauh dari tempat mereka, itulah bayangan si orang baju hijau, bayangan seorang pemuda yang cakep ganteng, berdiri didepan Sam kiongcu.
Bukan Sam-kiongcu saja yang terkejut, Ciok Beng Taysu juga tercekat, pemuda ini memiliki ilmu yang luar biasa, tanpa bisa disadari oleh semua orang dia masuk kelenteng dan keluar lagi, bersembunyi di atas pohon yang tidak jauh dari tempat mereka berada itu.
Ciok Beng Taysu pernah mendengar cerita dari Yen Yu San, segera ia menduga kepada Lie Siauw San.
Sam-kiongcu menghadapi orang tersebut dan bertanya : "Bagaimana sebutan tuan ?"
Pemuda berbaju hijau memberi hormat, ia berkata :
"Haa ! Kau tidak kenal kepadaku, tapi aku kenal baik kepadamu, dibalik topeng perunggu yang menakutkan itu tentunya terdapat satu wajah yang menarik, Sam-kiongcu, betul seorang ajaib. Selamat bertemu !"
Lagi2 kata2 yang mengejutkan Sam kiongcu, tapi dia berhasil menenangkan gejolak hatinya, berdengus dan membentak : "Manusia congkak, buka tutup kerudungmu itu."
Ternyata pemuda berbaju hijau masih menggunakan tutup kerudung.
Sebagai jawaban dengan suara yang tidak kalah congkaknya pemuda berbaju hijau berkata: "Orang2 dari golongan kalian menggunakan tutup kerudung mukanya. Dan kau, Sam kiongcu juga menggunakan topeng perunggu, apa salahnya kalau mengikuti jejak kalian, tutup kerudung seperti ini mengapa harus dibuka, aku tidak memaksa kau membuka topeng perunggu yang menakutkan itu. Mengapa kau harus memaksa orang membuka tutup kerudung muka ? Apa tidak keterlaluan ?"


Perintah Maut Karya Buyung Hok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dengan dingin Sam kiongcu bertanya : "Hei, orang yang menghentikan pertempuran tadi, telah masuk kedalam kelenteng, tentunya dirimu ?"
Pemuda berbaju hijau balik bertanya : "Apa Sam-kiongcu masih kurang yakin ?"
Sepasang sinar mata Sam-kiongcu memancarkan sinar mata pembunuhan, ia berkata : "Bah ! Belum pernah ada orang berani mengucapkan kata2 ini kepadaku."
"Ha ! Ha." Orang itu tertawa. "Ternyata kejadian itu sudah terjadi !"
"Kau hendak membela kelenteng Ceng-lian sie ?" Bertanya Sam kiongcu.
"Setiap orang wajib membela keadilan dan kebenaran !" Jawab si baju hijau.
"Baik," berkata Sam kiongcu, "Biar kau kusingkirkan dahulu."
Tressss.. jari Sam kiongcu terangkat sedikit, dari sana meluncur uap yang tidak terlihat menusuk ke arah si pemuda berbaju hijau.
Pemuda berbaju hijau tidak mengelak datangnya serangan, tampak ia berdiri tegak, tiba2 bajunya bergelembung, itulah kekuatan tenaga dalam dan ia menerima serangan dari jarak jauh tadi.
Maka patah pula serangan Sam kiongcu. Hal tadi membuat Ciok Beng Taysu yang menyaksikan jalannya pertandingan terkejut, ia bergumam :
"Umur Lie Siauw San ini masih muda, ternyata ia sudah memiliki tenaga murni yang bisa mengekang dirinya."
"Bah !" Terdengar suara dengusan Sam kiongcu. "Pantas saja kau mempunyai kecongkakan luar biasa, ternyata kau berisi juga, hanya ilmu kepandaian yang seperti ini, berani menantang partai Ngo hong bun? Hayo keluarkan pedangmu, berani kau bertanding ilmu pedang ?"
"Seorang yang berani datang ke tempat ini tentu berani menanggung segala akibatnya." Berkata si pemuda berbaju hijau. "Mendapat penghormatan Sam-kiongcu, betul2 aku menjadi gembira, sebetulnya, ada sesuatu yang hendak kukatakan."
"Apa yang hendak kau katakan ?" Bertanya Sam-kiongcu.
"Aku Lie Siauw San.."
"Buka tutup kerudungmu !" Bentak Sam kiongcu.
Kali ini Lie Siauw San tidak menolak, per-lahan2 ia membuka tutup kerudung mukanya, tampak seorang pemuda yang cakap dan ganteng.
"Lie Siauw San !" Bentak Sam kiongcu. "Berulang kali kau mengganggu usaha kami, apa kau sudah bosan hidup ?"
"Sam-kiongcu, semua orang ditakdirkan untuk hidup. Kita wajib menerima berkah-berkah ini. Tapi hidup tanpa perdamaian bukanlah hidup yang kita harapkan."
"Hanya inikah obrolanmu ?"
"Sabar, biar bagaimana, perdamaian itu lebih abadi dari pada peperangan."
"Oh ! Hendak menjadi juru damai, kau takut menghadapi pertempuran ? Menerima tantanganku ?"
"Huh !" Lie Siauw San berdengus. "Orang yang cinta damai bukan berarti takut kepada kekerasan, maksudku alangkah baiknya kalau kita mengadakan pertukaran tawanan perang"
"Tawanan apa ?" Bentak Sam-kiongcu.
"Seseorang anak buah Sam-kiongcu, ada seorang yang menggunakan nama samaran Duta keliling, ia menyamar putri ketua Penganungan Jaya Cin Siok Tin, tapi berhasil diketahui oleh kami, kini telah menjadi orang tawanan kita."
Sepasang sinar mata Sam kiongcu memancarkan kemarahan yang me-luap2, ia menoleh kesamping, menatap Kwee hu-huat dan membentak : "Kwee hu-huat.."
Kwee hu-huat menunduk kepalanya.
Sam-kiongcu membentak lagi : "Kwee hu-huat, bagaimana keadaan Han Sie Yong ? Mengapa tidak memberi laporan ?"
Ter-sipu2 Kwee hu-huat menjawab : "Menurut keterangan lengcu Panji putih..."
Terdengar suara tertawa besar dari si hakim bermuka merah Yen Yu San, ia tampil ke depan dan berkata :
"Untuk jelasnya, biar aku yang memberi penjelasan. Anak buah partai Ngo hong bun yang bernama Han Sie Yong sudah menggantikan diriku, mati dibawah senjata-senjata rahasia Kwee hu-huat dan empat Panji berwarna, dan sesudah itu, aku mewakili Han Sie Yong menyamar menjadi diriku sendiri. Ha, ha, ha, ha.."
Betapa geramnya Sam kiongcu, terdengar dari suara giginya yang gemerutuk, memandang Kwee hu-huat dan bertanya, "Apa betul ada kejadian yang seperti ini ?"
Wajah Kwee hu-huat menjadi merah, ia malu. Plintat plintut menjawab : "Hamba salah set, kira2 bisa terjadi kejadian tersebut."
Sam kiongcu berdengus dan berkata : "Hebat sekali pekerjaan kalian heh ?"
Kwee hu-huat menundukkan kepala, tidak berani memberi jawaban.
"Sam-kiongcu," Suasana itu dicetuskan oleh Lie Siauw San. "Bagaimana pendapatmu kalau kita membuat pertukaran tawanan perang ?"
"Huh !" Berkata Sam-kiongcu. "Kau mempunyai maksud untuk menukar seorang bawahanku dengan putri ketua Penganungan Jaya Cin Siok Tin ?"
"Apa nilai perbandingan itu kurang stabil ?" Bertanya Lie Siauw San.
"Tentu saja menguntungkan pihakmu."
"Kami bersedia mengadakan tambahan. Seorang anak buah lengcu Panji hijau yang bernama Sim Siang telah jatuh kedalam tangan kami, dia dipinjam oleh lengcu Panji hitam menyamar menjadi Liauw in nikouw dan penyamaran itu juga sudah pecah"
"Kedudukan putri Penganungan Jaya, betapa agung, apa boleh ditukar dengan mereka ?" Potong Sam-kiongcu.
"Sabar !" Berkata Lie Siauw San. "Malam ini lengcu Panji hitam telah mengutus tiga orangnya membikin penyelidikan, dua telah tertawan didalam kelenteng dan kedua orang ini bila juga menjadi tambahan, bagaimana empat ditukar satu ? Kita bersedia membebaskan keempat orang tadi, kalau saja Sam-kiongcu bersedia membebaskan nona Cin Siok Tin."
Sam kiongcu tertegun memandang ke arah Kwee hu-huat dan membentak : "Begitu banyak orang kita yang jatuh ke dalam tangan mereka ?"
Badan Kwee hu-huat menjadi gemetaran, dengan suara yang tidak lancar ia menjawab : "Hamba juga baru saja tahu."
"Huh !" Sam kiongcu mengeluarkan dengusan.
"Bagaimana ?" Bertanya Lie Siauw San, "Apa Sam-kiongcu bersedia mendengar saran-saran ini?"
Dengan menggelengkan kepala Sam kiongcu berkata : "Aku tidak setuju."
"Sebagai seorang juru damai, aku menjadi cemas sekali." berkata Lie Siauw San. "Kukira langkah Sam-kiongcu kurang bijaksana, langkah itu adalah kesalahan yang terbesar."
"Apa artinya kesalahan yang terbesar ?" Bentak Sam kiongcu.
Lie Siauw San berkata : "Maksud tujuan gerakan Sam-kiongcu di malam ini adalah membasmi dan menghancurkan Ceng-lian-sie dan Ciok cuk am, sesudah itu menguasai empat Datuk persilatan, menguasai rimba persilatan dan dengan demikian partai Ngo hong bun hendak menjadi raja dari rimba persilatan.."
Sepasang sinar mata Sam kiongcu berkilat, ditatapnya terus menerus dan berkata : "Teruskan keteranganmu !"
"Tapi situasi tidak menguntungkan untuk partai Ngo hong bun," berkata Lie Siauw San. "Kenyataan yang sudah terbentang di depan mata, Ciok cuk am bebas dari bahaya cengkraman Ngo hong bun. Ceng lian sie juga bukan sendirian, kami bersedia membela dengan titik darah yang penghabisan, bertempur belum tentu bisa menentukan kemenangan berada dipihak siapa. Masih suatu tanda tanya. Yang jelas, banyak anak buah partai Ngo hong bun jatuh kedalam tangan kami, rencana kalian bisa saja kami beberkan, demikianlah partai Ngo hong bun akan menjadi sasaran2 rimba persilatan, tidak mungkin melaksanakan tujuan2 yang terencana baik itu."
Tiba2 tangan Sam kiongcu terayun, dengan lengkingan yang panjang berkata : "Semua ini gara2 munculnya dirimu."
Lie Siauw San menepuk datangnya serangan bokongan itu, tertawa panjang dan berkata : "Sabar, nona manis."
Yang aneh, cemoohan 'nona manis? itu tidak membawa reaksi besar, tidak terjadi perubahan pada diri Sam kiongcu dibalik topeng perunggunya itu.
Kedua orang terpisah, gelombang tenaga mereka terpecah ke empat penjuru dan buyar diantara para jago2 yang berada di tempat itu.
Ciok Beng Taysu, Put im Suthay dan Yen Yu San turut merasakan adanya gelombang kekuatan buyar itu. Di dalam hati masing-masing berkata : "Hebat ! Sambil bicara, mereka telah mengadu tenaga dalam."
Mereka memuji kekuatan Lie Siauw San, dan mereka tercekat akan ilmu kepandaian Sam Kiongcu.
Ya ! Lie Siauw San dan Sam Kiongcu telah mengadu kekuatan bathin, mereka masih berdiri tegak ber-hadap2an.
"Sam Kiongcu." Lie Siauw San tidak meneruskan pembicaraannya.
"Ada apa ?" Bentak Sam Kiongcu.
Lie Siauw San ber-teleng2 kepala.
"Sam Kiongcu," panggilnya lagi. "Ketahuilah, sepandai-pandainya tupai melompat, bukan berarti ia telah merajai, menguasai dibidang perlompatan. Se-mahir2nya seorang jago silat, tidak mungkin bisa menaklukkan semua rimba persilatan. Partai Ngo hong bun hendak berkuasa diatas takhta Kangouw ? Ini sudah bukan rahasia lagi. Pikirlah dua kali, sebelum mengambil langkah-langkah yang tidak bisa ditarik pulang."
"Ha, ha..." Sam Kiongcu tertawa besar, berkumandang didaerah sekitar tempat itu. "Hanya obrolan yang semacam ini yang hendak dikemukakan ?"
"Baiklah, Sam Kiongcu tidak membutuhkan Duta Kelilingmu ? Berapa banyak rahasia yang bisa keluar dari mulutnya ? Celakalah, kalau rahasia2 Ngo hong bun itu jatuh kedalam tangan kami."
"Jangan kau mimpi, tidak mudah untuk mengorek keterangan darinya." Berkata Sam Kiongcu dingin.
"Memang tidak mudah. Tapi bisa saja bukan ?"
Sam Kiongcu harus berpikir lama, tampak topeng perunggunya yang ber-kilat2 itu dan tampaknya ia tidak berdaya untuk berkeras lagi, beberapa saat kemudian, dengan nada yang agak mendingin ia berkata : "Baiklah. Kau memang pandai bicara. Aku bersedia menukar tawanan."
Lie Siauw San berkata : "Sebelumnya kami menghaturkan banyak terimakasih. Asal Sam Kiongcu tidak membuat seorang Cin Siok Tin duplikat lagi."
"Kau tidak percaya ?" Sam Kiongcu naik darah.
"Siapa yang tidak percaya kepada Sam Kiongcu ? Sebagai salah seorang pemimpin Ngo hong bun, kami wajib percaya. Sayang sekali pernah terjadi kejadian2 palsu. Tentunya bukan buah tangan Sam Kiongcu. Kami lebih suka berhubungan dengan Sam Kiongcu. Nah, bila tawanan2 itu harus ditukar ?"
"Aku segera mengutus orang untuk membawa Cin Siok Tin ke tempat ini. Dan kuharap saja kalian bisa menyerahkan orang2 kami kepadanya."
"Tunggu dulu," Berteriak Put Im Suthay. "Bagaimana keadaan muridku ?"
Sam Kiongcu tidak menggubris teguran itu, menoleh kesampingnya, disana berdiri Kwee hu-huat, dan kepada orang ini dia memberi perintah :
"Kwee hu-huat tolong kau ambil Cin Siok Tin dan Liauw In Suthay ! Bawa mereka ke tempat ini, serahkan kepada mereka untuk ditukar dengan orang2 kita !"
"Baik." Kwee hu-huat menerima perintah, berbalik dan berjalan pergi.
"Dan kau !" Sam Kiongcu menundingkan jarinya ke arah Lie Siauw San. "Berani kau bertanding secara perorangan ?"
Lie Siauw San menganggukkan kepala : "Aku selalu siap menerima tantangan."
"Jangan lupa, esok malam jam tiga kunantikan kehadiranmu di Yen cu-kie."
"Jam tiga tepat, boleh kau nantikan kehadiranku ditempat itu."
"Undangan hanya untuk seorang. Jangan mengundang bala bantuan."
"Tentu. Yang mengundang bala bantuan, bukan manusia sejati," Lie Siauw San menerima semua tantangan.
"Kunantikan kehadiranmu di Yen-cu-kie," berkata Sam Kiongcu, sesudah itu ia mengajak rombongannya meninggalkan tempat itu.
Ceng lian sie bebas dari cengkeraman maut.
Semua orang mengeluarkan elahan napas lega.
"O-mi-to-hud." Ciok Beng Taysu menyebut nama Budha. Ia menghampiri Lie Siauw San dan menyekal tangannya, dengan terharu memandangi pemuda itu, "Siecu telah banyak menolong kami. Jasa siecu tidak akan kami lupakan."
Lie Siauw San melepaskan pegangan tangan Ciok Beng Taysu, ia membalas hormat dan berkata :
"Tidak lama lagi, orang2 Ngo hong-bun itu balik kembali, harap Taysu ber-hati2, boanpwe masih mempunyai lain urusan, selamat tinggal."
Tubuhnya melejit, meninggalkan tempat itu.
Kesan Put im Suthay kepada Lie Siauw San kurang baik, ia berdengus : "Huh, sombongnya."
Tapi Yen Yu San berkata : "Kukira dia hendak membuntuti orang2 Ngo-hong bun itu."
Mengapa Lie Siauw San cepat2 meninggalkan semua orang ?
Seperti apa yang Yen Yu San duga, pemuda itu masih harus menyelesaikan tugasnya per-lahan2 hendak menyingkap sedikit kemisteriusan partai Ngo hong bun.
*** Bab 56 MALAM pekat gelap.. Sebelum matahari pagi menyingsing, itulah keadaan yang paling gelap. Gedung keluarga Kang diliputi oleh kabut tebal.
Tiba-tiba. Satu sosok bayangan melesat keatas tembok pekarangan, dan lenyap di balik semak-semak.
"Hmmm." Terdengar suara dengusan, tampak seorang pemuda memandang ke arah kamar Kang Puh Cing.
Siapakah pemuda ini ? Dia jago muda kita, Kang Han Cing.
Ia memperhatikan kamar sang toako beberapa saat, lagi2 Kang Han Cing mengeluarkan suara dengusan hidung : "Hmm."
Langkah Kang Han Cing diayun ke arah kamar Kang Puh Cing. Perlahan-lahan ia mengetuk :
Toktok.tok.. Tidak terdengar suara jawaban.
Sebagai putra pertama Datuk selatan, tidak seharusnya kalau hal itu bisa terjadi. Betul, didalam keadaan pulas, daya reflek seorang yang melatih ilmu silat mempunyai konsentrasi yang kuat, baru dia bisa menjagoi rimba persilatan.
Toktok. Tok. Lagi2 Kang Han Cing mengetuk pintu.
"Siapa ?" Kali ini terdengar suara pertanyaan Kang Puh Cing.
"Toako, buka pintu." Jawab Kang Han Cing.
Pintu terbuka, disana tampak kepala Kang Puh Cing yang masih kusut, ia baru bangun tidur. Memperhatikan adiknya dengan rasa tercengang.
"Hai, kemana saja beberapa hari ini kau pergi ?" Bertanya sang toako dengan penuh perhatian.
Kang Han Cing memasuki kamar itu, mengambil tempat duduk. Diikuti juga oleh Kang Puh Cing. Kini kedua saudara itu duduk ber-hadap2an.
"Kemana saja kepergianmu ?" Ulang Kang Puh Cing lagi.
Kang Han Cing meninggalkan gedung keluarga Kang tanpa memberitahu kepada toakonya. Sebagai seorang saudara tua, pantaslah rasanya untuk memberi teguran.
"Toako, beberapa hari ini siauwtee sudah mengubah wajah dan menjelma sebagai Lie Siauw San."
"Lie Siauw San ?" Berkata Kang Puh Cing terkejut. "Mengapa tidak memberitahu kepadaku ? Kau menyusahkan orang saja. Kukira diculik orang. Beberapa orang yang kuberi tugas untuk mencari dirimu tidak berhasil. Kemana saja kau pergi ?"
"Siauwtee baru saja kembali dari kelenteng Ceng-lian-sie."
"Kelenteng Ceng-lian-sie ?" Kang Puh Cing memperlihatkan wajahnya yang serius, "Apa kerjamu dikelenteng itu ?"
"Toako betul2 tidak tahu, atau pura2 tidak tahu ?"
"Bagaimana aku bisa tahu. Baru kemarin lohor aku kembali dari kota Tin-kang. Usahaku sia2. Oh.Mungkinkah kau dalam taraf tugas menyelidiki drama pembunuhan Yen Siu Lan ?"
"Bukan." "Eh, apa pula yang terjadi ? Hari ini seperti ada sesuatu yang aneh."
"Memang. Ada sesuatu yang aneh. Bukankah toako juga baru kembali dari kelenteng Ceng-lian-sie, mengapa seperti tidak tahu apa yang terjadi ?"
"Maksudmu ?" "Toako masih ingat kepada Lengcu Panji Hitam ?"
"Orang yang menyamar menjadi diriku itu ?"
"Ya." "Oh." Kang Puh Cing menepok kepala. "Mungkinkah dia main lagi ? Menyamar sebagai diriku, melakukan kejahatan ?"
"Bukan." "Jitee, katakanlah. Apa yang terjadi." Berkata Kang Puh Cing kewalahan.
"Sulit diterima. Tapi inilah kenyataan." Berkata Kang Han Cing. "Lengcu Panji Hitam turut serta didalam penyerangan ke arah Ceng-lian-sie. Sesudah membubarkan diri, kubayangi dirinya. Dia menuju ke arah sini. Mendahului gerakannya, aku bersembunyi dibelakang taman. Dan sesudah itu kehilangan jejaknya."
Wajah Kang Puh Cing menjadi pucat. "Ia menghilangkan jejak ditempat kita ?" Tanyanya. "Betul2 berani !"
"Memang seorang yang pemberani." Berkata Kang Han Cing. "Tapi dia telah memasuki jaring yang dipasang. Tidak bisa lari lagi."
"Kau sudah tahu tempat persembunyiannya ?"
"Segera." Berkata Kang Han Cing. Sesudah itu, ia berteriak ke arah lain: "Saudara Goan, kau boleh keluar dari tempat persembunyianmu."
Saudara Goan ? Siapakah yang dipanggil? Mungkinkah Goan tian Hoat ? Dimana pula Goan Tian Hoat selama ini ?
Tepat ! Dari kolong tempat tidur Kang Puh Cing bergerak sesuatu bayangan, disana menongol kepala orang, itulah kepala jago muda yang memiliki kecerdikan luar biasa, murid Hay yang-pay yang terpercaya, Goan Tian Hoat !
Kang Puh Cing mengeluarkan jeritan kaget, tangannya bergerak, memukul kepala orang tersebut.
Gerakan Kang Han Cing lebih cepat lagi, sebelum sang toako bisa melakukan sesuatu yang merugikan Goan Tian Hoat, ia sudah menyekal pergelangan tangan itu, menotok jalan darahnya.
Kang Puh Cing tidak berdaya.
"Kuharap toako bisa menjaga kesabaran, jangan terkena tekanan darah tinggi." Mengancam Kang Han Cing.
Kang Puh Cing lunglai lemas.
Kang Han Cing memandang Goan Tian Hoat dan bertanya : "Saudara Goan, dimana disembunyikan olehnya ?"
"Disini." Jawab Goan Tian Hoat sambil menarik keluar sebuah peti kecil. Dibukanya peti itu, isinya sangat sederhana, hanya seperti pakaian seragam hitam, komplit dengan panji hitam dan tutup kerudungnya. Itulah pakaian Lengcu Panji Hitam !
Sebagai menghadapi seorang pesakitan, Kang Han Cing menatap wajah toakonya dalam2, ia bertanya sedih : "Apa artinya permainan ini ?"
Kang Puh Cing berkerut alis, sebagai orang yang bersalah, ia menundukkan kepala, dengan suara parau berkata : "Jietee, kau harus bisa memahami kesulitanku."
Kesulitan apa yang sedang dihadapi oleh Kang Puh Cing ? Kang Han Cing menjadi ragu2.
Giliran Goan Tian Hoat yang mengambil alih pengacara setempat, tertawa ringan ia berkata :
"Tidak guna menyangkal lagi."
Kang Puh Cing mendongakkan kepala menantang sepasang sinar mata Goan Tian Hoat, dia boleh merasa malu kepada Kang Han Cing, tapi ia tidak takut kepada Goan Tian Hoat, mengingat orang ini hanya sebagai pengurus gedung didalam keluarganya. "Saudara Goan," ia berkata. "Dimisalkan telah terjadi kesalahan atas diriku, mungkinkah kau berani melakukan sesuatu ? Kau masih meragukan keaslianku ?"
"Tidak perlu disangkal lagi." Berkata Goan Tian Hoat.
*** Bab 57 KEDUDUKAN Kang Han Cing agak terjepit, ia sudah berhasil membuka kedok penyamaran si Lengcu Panji Hitam. Ternyata Lengcu Panji Hitam adalah saudaranya sendiri. Apa yang bisa dilakukan ? Memperhatikan dari segala sudut, ia tidak bisa menyangsikan keaslian dari toako itu. Logat pembicaraan, bentuk tubuh, wajah muka dan segalanya, persis seperti apa yang sang toako miliki. Adakah orang bisa menyamar begitu mirip ? Diserahkan segala kebijaksanaan itu kepada Goan Tian Hoat.
"Saudara Goan," ia berkata. "Kau yakin dia bukan toakoku ?"
"Jie Kongcu." berkata Goan Tian Hoat, "Kau masih kurang percaya ?"
Didekatinya Kang Puh Cing yang sudah mati kutu itu, dan Goan Tian Hoat berkata lagi :
"Penyamarannya memang luar biasa. Keasliannya juga hebat. Tapi jatuh kedalam tanganku jangan harap bisa membebaskan diri lagi."
Dari dalam saku bajunya Goan Tian Hoat mengeluarkan sesuatu, di-oles2kannya ke wajah Kang Puh Cing, ia harus membuka kedok penyamaran orang itu.
Sepasang mata Kang Puh Cing memancarkan api kebencian yang me-nyala2, jalan darahnya sudah tertotok, ia tidak berdaya, terdengar suara gemerutuk giginya, menandakan betapa gemasnya orang ini.
Tangan Goan Tian Hoat masih belum berhenti, mulutnya bergumam :
"Hampir saja kau berhasil mengelabui sepasang mataku. Tapi kecurigaanku sudah timbul didalam kuburan tua itu."
Dengan heran Kang Han Cing bertanya : "Itu waktu mengapa saudara Goan tidak mengatakan kepadaku ?"
"Dahulu belum ada bukti2 kuat yang bisa memaksanya bicara. Mana boleh sembarang menduga orang ?"
Kang Han Cing memperhatikan, bagaimana Goan Tian Hoat meng-oles2 wajah toakonya, tapi tidak terjadi perobahan apa2.
"Eh," berteriak Goan Tian Hoat. "Ilmu kimia baru ? Tidak bisa dicuci dengan obatku ? Ternyata kau sudah menyiapkan pada sebelumnya, ya ?"
Tidak berobahnya wajah Kang Puh Cing adalah suatu bukti kalau Lengcu Panji Hitam itu adalah jelmaan Kang Puh Cing asli. Dan kalau sampai terjadi hal ini tidak mudah menyelesaikan perkara berikutnya.
"Saudara Goan, bagaimana ?" Bertanya Kang Han Cing.
"Jangan khawatir. Tidak ada sesuatu yang bisa lepas dari obat2anku. Tunggulah sebentar lagi. Dia sudah menyangka akan adanya kejadian yang seperti ini, maka make-up itu dilapisi oleh semacam bahan kimia baru. Tunggulah beberapa saat, maka bahan kimia itupun bisa meletak, tidak sulit dikorek."
"Saudara Goan yakin, kalau dia bukan Kang Puh Cing toako ?"
"Nah ! Lihatlah." Berteriak Goan Tian Hoat. Per-lahan2 ia menarik kulit tipis yang seperti kulit salak, diperetelinya kulit itu, baru meng-gosok2 lagi.
Kini terjadi perubahan, wajah Kang Puh Cing itupun lenyap, disana terpeta sebuah wajah laki2 kurus.
"Nah ! Inilah manusia aslinya." Berkata Goan Tian Hoat girang.
Kang Han Cing juga mengeluarkan napas lega, ia tidak perlu ragu2 kepada orang ini.
"Hei !" ia membentak: "Mengapa kau menyamar menjadi toako ?"
"......" Orang itu tidak menjawab.
"Hayo ! Jawab pertanyaanku." Bentak Kang Han Cing: "Dibawa kemana lagi toakoku ?"
"Jangan sombong." Berkata orang itu dingin. "Kemenangan belum tentu berada dipihakmu."
"Dimana kau simpan toa Kongcu ?" Bentak Goan Tian Hoat beraksi.
"Dimarkas !" "Dimana markas Ngo-hong-bun ?"
"Kau kira aku bisa memberi tahu ?"
"Apa harus menggunakan kekerasan, maka baru mau bicara ?"
"Hee, heeUk, ukkk..." Tiba2 orang itu jatuh meloso, mulutnya berbuih, napasnya terhenti.
"Hei ??" Kang Han Cing berteriak kaget.
Dengan tenang Goan Tian Hoat berkata: "Dia telah menelan racun yang sudah tersedia didalam mulutnya."
"Bunuh diri ? Bagaimana kita bisa mencari tahu markas mereka lagi ?"
"Jangan khawatir. Kita bisa menggunakan tanda ini." Goan Tian Hoat mengacungkan sebuah panji kecil, panji itu berwarna hitam, lambang dari orang yang sudah bunuh diri tadi. "Dengan menggunakan code2 tertentu, Jie Kongcu menyamar sebagai Lengcu Panji Hitam mengikuti gerakan2 mereka, mungkinkah tidak bisa sampai di markas Ngo hong bun ?"
Dan mulai saat itu, jabatan Kang Han Cing bercabang tiga, didalam keadaan biasa, dia adalah Kang Han Cing asli. Bila mana perlu, dengan kedok kulit pemberian Tong Jie Peng, hadir dan muncullah seorang pemuda misterius Lie Siauw San. Kalau menutup kerudung mukanya, Lengcu Panji Hitam siap kemana saja.
Kang Han Cing ? Lie Siauw San ? Lengcu Panji Hitam menjadi tiga serangkai yang tidak bisa dipecahkan lagi.
Didalam keluarga Kang, karena adanya urusan pembunuhan Yen Siu Lan, Kang Han Cing melenyapkan diri, yang ada hanya Kang Puh Cing, maka Goan Tian Hoat mengubah wajah Kang Han Cing, sesudah tambah sana, tambah sini, hadirlah Kang Puh Cing lagi, dan hal ini tidak terlalu sulit, mengingat banyak persamaan diantara wajah kedua saudara itu.
Kang Han Cing tidur didalam kamar sang toako, kini dia memegang peranan sebagai Kang Puh Cing.
Peranan yang dipegang oleh Kang Han Cing semakin banyak, empat wajah berada didalam tangannya, kini dia harus melakonkan jiwa raga sang toako.
Sesudah membereskan mayat Lengcu Panji Hitam dari partai Ngo-hong bun, Goan Tian Hoat juga selesai me-make-up Kang Han Cing, dengan menyusut keringatnya, tokoh cerdik ini berkata:
"Jie Kongcu, sudah satu malam kau tidak istirahat. Tidurlah dikamar ini."
Tidak lupa, setelah perangkat Lengcu Panji Hitam disimpan pada peti kecil semula.
Goan Tian Hoat mengundurkan diri.
Kang Han Cing mulai merasakan kondisi badannya menurun, hal ini disebabkan oleh banyaknya tugas2 yang dipikul, satu malaman ia belum tidur, apa lagi mengingat janji perang dengan Sam Kiongcu, ia harus memelihara kekuatan, ilmu silat si topeng perunggu itu lihay, istirahat itu sangat perlu. Lompat keatas tempat tidur, duduk bersila mengatur peredaran jalan darahnya.
Kang Han Cing selesai membulatkan 36 kali perputaran jalan darah. Ia membuka mata sesudah matahari tergantung ditengah-tengah. Turun dari tempat pembaringan dan membuka pintu, disana pelayan perempuan Siauw Leng sudah menunggu didepan, melihat munculnya majikan itu, cepat-cepat Siauw Leng memberi hormat.
"Toa Kongcu baru bangun ?" Sapanya merdu. "Tuan pengurus baru saja datang lagi."
Kalau bukan sebutan 'Toa Kongcu' tadi, hampir Kang Han Cing melupakan peran apa yang sedang dipegang, ia menganggukkan kepala tanda mengerti, membawakan logat sang toako, bertanya : "Apa yang dikatakan oleh tuan pengurus ?"
Goan Tian Hoat tentu hendak melapor sesuatu yang sangat penting.
"Tidak meninggalkan pesan." Jawab Siauw Leng. "Mengetahui kalau Toa Kongcu masih tidur nyenyak, dia tidak berani membangunkan."
"Nggg." Kang Han Cing tidak bertanya lagi.
Cepat2 Siauw Leng membawakan air cuci muka, diletakkannya didekat jendela. Kang Han Cing membersihkan diri !
Tidak lama, terdengar suara derap langkah kaki yang menuju ke arah itu, Goan Tian Hoat balik kembali.
"Apa Toa Kongcu baru bangun ?" Bertanya Goan Tian Hoat.
"Toa Kongcu sedang membersihkan diri" jawab Siauw Leng keras2.
Goan Tian Hoat memasuki kamar, dan itu waktu Kang Han Cing sudah selesai, mereka mengambil tempat duduk untuk merundingkan sesuatu. Siauw Leng melayani segala kebutuhan mereka.
"Siauw Leng." Panggil Goan Tian Hoat. "Tolong beritahu kepada tukang masakku, makanan boleh dibawa ke tempat ini, banyak sekali yang hendak kurundingkan dengan Toa kongcu. Kami hendak makan bersama."
"Baik." Siauw Leng mengundurkan diri.
Sesudah bayangan Siauw Leng lenyap, mendekati telinga Kang Han Cing, Goan Tian Hoat berkata : "Asal usulnya gadis ini masih diragukan."
"Saudara Goan curiga kepadanya ?" Bertanya Kang Han Cing.
"Menurut pemeriksaan, gadis ini masuk kerja sesudah Jie Kongcu meninggalkan rumah. Calo perantara adalah Hun Cun Cay, tidak ada keterangan yang lebih jelas. Daftar alamat hanya tertulis kelahiran Kim-leng. Kukira, dia adalah mata2 Ngo-hong-bun."
"Tidak kusangka, dirumah ini masih ada mata2 Ngo-hong-bun," Berkata Kang Han Cing menghela napas.
"Mata2 Ngo hong-bun lebih dari pada satu," Berkata Goan Tian Hoat.
"Masih ada lagi ? Siapakah mereka ?"
"Masih ada tiga atau empat orang yang kucurigakan, tapi tidak apa. Dengan adanya mereka, kukira lebih memudahkan menjalankan rencana kita. Lebih baik kasih sedikit gerakan kepada mereka, hal ini menguntungkan laporan palsu yang kita akan ciptakan."
Dari dalam saku bajunya, Goan Tian Hoat mengeluarkan sebuah tabung kecil yang berisikan surat Ngo hong-bun, diserahkan kepada Kang Han Cing dan berkata :
"Surat tugas dari markas Ngo-hong-bun cabang Kang lam yang memberi perintah kepada Lengcu Panji Hitam, diharuskan segera berangkat untuk membantu usaha Lengcu Panji Hijau."
"Surat tugas dari markas Ngo hong bun cabang Kang-lam ?"
"Betul surat tugas dari partay Ngo-hong bun cabang Kang-lam yang dibubuhi stempel tanda kilat dan segera."
"Bagaimana saudara Goan bisa mendapatkan surat ini ?"
"Kita sedang mengadu kepintaran, siapa gesit, itulah yang akan mendapat kemenangan. Sudah lama kuperhatikan gerak-gerik mereka, dan cara bagaimana mereka mengirim / menerima info2 rahasia. Tidak ada sesuatu yang sulit, kalau betul2 kita memperhatikan dengan cara seksama."
Kang Han Cing membuka surat yang terdapat didalam tabung kecil itu, ia berkerut alis dan berkata :
"Perintah ini harus segera dilaksanakan, aku sudah menerima tantangan Sam Kiongcu mengadu silat di Yen-cu-kie pada jam tiga malam ini. Bagaimana bisa memecah diri ?"
"Sepenerimanya surat perintah, sudah terpikir olehku tentang adanya kesulitan2 itu. Maka segera datang untuk merundingkan dengan Jie Kongcu."
"Katakanlah, bagaimana rencana saudara Goan ?"
Goan Tian Hoat membisiki sesuatu dipinggir kuping Kang Han Cing, diutarakan rencananya untuk menyelundup masuk kedalam partay Ngo hong-bun, tentu saja Kang Han Cing yang harus memegang peran sebagai Lengcu Panji Hitam. Rencana dilaksanakan tanpa mengganggu jalannya pertandingan di Yen-cu-kie.
Tidak lama kemudian, pelayan Kang Puh Cing yang bernama Siauw Leng itu sudah kembali. Dan disaat itu, Goan Tian Hoat sudah selesai mengeluarkan isi rencananya.
Mereka makan bersama, dilayani oleh Siauw Leng.
Menyantap beberapa kali, sengaja Kang Puh Cing berkerut alis, ia memandang Goan Tian Hoat dan berkata :
"Mengapa Jie-tee belum kembali ? Tentunya jatuh kedalam tangan orang2 dari partay Baru. Mereka memiliki banyak jago kuat. Kuharap saudara Goan bisa mengajak beberapa orang untuk mencarinya."
Suara ini sengaja diucapkan dengan keras sehingga turut didengar oleh Siauw Leng.
Betul saja Siauw Leng tertarik, tampak jelas dari sepasang matanya yang berkilat terang, perubahan cahaya sinar mata yang memperlihatkan rasa girang, tentu saja ia menarik perhatian, mengingat pentingnya berita baru itu.
Goan Tian Hoat berkata : "Membawa orang sangat merepotkan, juga mudah menarik perhatian lawan. Lebih baik menunggu selesainya urusan Toa Kongcu."
"Baiklah." Peran Kang Han Cing sebagai Toa Kongcu berjalan sukses. "Kalau ada laporan lain, segera beritahu."
"Bila Toa Kongcu berangkat ?" Bertanya Goan Tian Hoat.
"Aku hendak segera berangkat," Jawab Kang Han Cing.
Betul2 Kang Han Cing membuat persiapan, dikatakan ia hendak berangkat menuju ke kota Tin-kang.
Didalam waktu yang sangat singkat, seluruh isi gedung keluarga Kang dapat mengetahui kepergiannya ?Toa Kongcu? mereka.
Inilah angin berita asap yang dilepas oleh Goan Tian Hoat.
Dan berita lain ialah keberangkatan pengurus gedung Goan Tian Hoat, tuan pengurus ini menyelidiki lenyapnya Jie Kongcu.
Jabatan tuan pengurus gedung dipegang oleh saudara seperguruan Goan Tian Hoat yang bernama Co Yun Thay.
Sering kali apa yang didesas-desuskan itu berlawanan dengan apa yang menjadi kenyataan. Kalau berita yang disebarkan didalam gedung keluarga Kang menyatakan ?Toa Kongcu? menuju kearah kota Tin kang, kenyataan ?Toa Kongcu? itu menuju kembali kearah rumah penginapan Seng-kie Kek-ciam. Berwujut sebagai tokoh silat misterius Lie Siauw San.
Dan Goan Tian Hoat yang diberitakan mencari jejak ?Jie Kongcu' yang hilang, kenyataan menuju kearah kelenteng Ceng-lian-sie, membawakan rool lainnya.
Peran apa yang dikerjakan oleh Goan Tian Hoat ? Untuk sementara kita tangguhkan. Kita mengikuti perjalanan Kang Han Cing dan pengalamannya selama bertemu dengan pemimpin Ngo-hong-bun cabang Kang-lam Sam Kiongcu.


Perintah Maut Karya Buyung Hok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

*** Bab 58 YAN-CU KIE adalah nama tempat dari suatu daerah indah di tepi sungai Tiang kang. Terdiri dari batu2 cadas besar yang menerobos ombak, dan sebagian berada di sungai Tiang kang, ditempat itulah dibangun sebuah gardu pemandangan, dari sana melihat kebawah, se-olah2 berada di awan yang tersembul ombak. Deburan air muncrat, suara gemuruh dari surut pasangnya sungai Tiang-kang membawa panorama yang lain dari pada yang lain. Suatu tempat pemandangan istimewa.
Rembulan tergantung ditengah awan yang berjalan, menyinari disekitar Yan-cu-kie.
Dipinggir bangunan gardu itu tampak bayangan seorang gadis, tubuhnya langsing, menarik, berpakaian warna hijau gemulai, sayang ia menutup wajahnya dengan sebuah topeng menyeramkan yang terbuat dari bahan perunggu. Inilah Sam Kiongcu !
Di luar gardu pemandangan, berdiri dua gadis pelayan, juga mengenakan pakaian warna hijau, mereka adalah dayang2 Sam Kiongcu.
Kehadiran Lie Siauw San yang diharapkan oleh mereka.
Bayangan orang yang mereka harap2kan itu tidak terlalu lama, membarengi suara pekikan panjang, Lie Siauw San sudah berada didepan Sam Kiongcu.
Si Topeng Perunggu Sam Kiongcu mengeluarkan suara dengusan hidung : "Baru datang ?"
"Ha, ha.." Lie Siauw San tertawa, "Sam Kiongcu datang lebih pagi dariku. Maafkan aku yang datang terlambat."
"Belum terlambat," Berkata Sam Kiongcu dingin. "Masih ada waktu setengah jam dari apa yang sudah ditetapkan."
"Hampir saja aku tidak bisa membebaskan diri !"
"Mengapa ?" Bertanya Sam Kiongcu pura-pura heran.
"Mengapa Sam Kiongcu menyuruh dua anak buah mengintil dibelakangku ?"
Hati Sam Kiongcu tercekat, bagaimana musuh ini tahu kalau dia mengutus dua pelayannya membuat pengawasan dirumah penginapan Seng-kie Kek-ciam ? Sedangkan dua pelayan itu sudah menyamar menjadi dua tamu biasa ? Betul2 pemuda hebat !
"Oh ! Itu yang kau maksudkan." Katanya. "Mereka hanya mendapat tugas untuk membunuh dirimu, kalau kau tidak berani mendatangi tempat ini."
"Luar biasa. Langkah Sam Kiongcu selalu sudah diperhitungkan secara sempurna."
Tiba2 Sam Kiongcu merasakan sesuatu yang aneh, sesudah Lie Siauw San bisa hadir ditempat ini, dengan alasan kedua dayangnya itu tidak kembali ?
"Hei," Dia berteriak. "Kau apakan kedua dayangku itu ?"
"Sudah ku 'suruh? mereka istirahat." Jawab Lie Siauw San. "Terlalu letih membuat penjagaan yang seperti itu."
Sam kiongcu masih kurang yakin kepada keterangan lawannya, mengingat kalau kedua dayang perempuannya itu memiliki ilmu kepandaian yang cukup tinggi, tapi inilah kenyataan, mau tidak mau ia harus percaya. Kedua dayang tidak sanggup menghadapi Lie Siauw San.
"Sam Kiongcu." Panggil si pemuda. "Kau membutuhkan sesuatu, maka menugaskan aku datang ke tempat ini, apakah kebutuhanmu itu ?"
"Huh ! Mengapa kau tidak membawa pedang ?"
"Mengapa harus membawa pedang ?"
"Apa kau bertanding tanpa senjata ?"
"Senjata adalah benda yang berupa malapetaka. Membawa2 senjata berarti menyelubungkan diri sendiri kepada maut. Aku enggan kepada maut, maka aku tidak membawa senjata."
"Manusia congkak, apa kau sudah lupa kepada tantanganku ?"
"Belum pernah aku melupakan janji orang, apa lagi janji seorang wanita."
"Bagus." Sam Kiongcu mengeluarkan pedang, sret, ia menghadapi Lie Siauw San. Manakala melihat lawan itu masih berdiri tenang di tempatnya, kemarahannya berlimpah-limpah kembali.
"Awas," ia meneriaki seorang pelayannya. "Beri pinjam pedangmu itu."
Dayang perempuan Sam Kiongcu yang bernama A Wan itu mempunyai gerakan yang gesit dan cekatan, seiring dengan perintah majikannya, ia sudah mengeluarkan pedang dan berdiri didepan Lie Siauw San.
"Silahkan kau menggunakan pedang ini." Berkata A Wan dengan suaranya yang merdu.
Triiingggg.. Dayang ini membalikkan pedang, gerakannya tidak kalah dengan jago kelas satu.
Lie Siauw San menerima pemberian pedang A Wan, juga dengan demonstrasi istimewa, kini dia harus berhati2 kalau musuh mengeroyok dirinya, tidak mungkin bisa mengalahkan mereka.
Si Topeng perunggu Sam Kiongcu berkata dengan suara penuh wibawa :
"A Wan, mundur ! Bersama2 Bu Lan, kalian hanya boleh nonton dari tempat yang jauh, dilarang membantu diriku, mengerti ?"
"Mengerti," Jawab serta merta A Wan dan Bu Lan.
Dengan adanya janji ini, Lie Siauw San bisa melegakan hatinya. Ia telah menyaksikan ilmu kepandaian A Wan, juga pernah bentrok dengan dua pelayan Sam Kiongcu lainnya, mereka itu tidak boleh dibuat gegabah, tanpa adanya bantuan mereka, ia masih mampu mengalahkan Sam Kiongcu.
Sam Kiongcu sudah berada didepan Lie Siauw San. "Apa kau sudah siap ?" ia bertanya penuh emosi pertandingan.
"Silahkan, Sam Kiongcu boleh mulai." Berkata Lie Siauw San tersebut.
Trraaaanng.. Saking cepatnya serangan Sam Kiongcu, begitu sebatnya pula tangkisan Lie Siauw San, bayangan kedua pedang itu tidak terlihat, hanya terdengar suara benturan senjata, suatu bukti kalau clash sudah dimulai.
Trangg. trangggg..... Dua kali lagi suara benturan pedang, betul-betul Lie Siauw San memuji kekuatan Sam Kiongcu. Kini ia menghadapi lawan berat.
Kemarin malam Lie Siauw San pernah menjajal kepandaian manusia bertopeng ini, dan ia bisa merasakan latihan tenaga dalamnya yang luar biasa, mengingat dirinya juga pernah menguasai kekuatan sempurna, ia tidak gentar kepada kekuatan Sam Kiongcu yang terang2 masih mendapat urutan dibawahnya, karena itulah ia membentur setiap serangan yang datang. Ilmu pedang Sam kiongcu yang hebat belum terhenti, kini mendapat serangan pedang yang bertubi2, tercekatlah hati pemuda kita, ilmu pedang itu agak sulit dilawan. Pantas saja dia diajak bertanding ilmu pedang !
Bagai hujan bayangan pedang, Sam Kiongcu mempergencar serangannya, inisiatip yang sangat agresip.
Lie Siauw San menangkis dengan hasil jitu dan tepat. Betapa gencar serangan lawan, secepat itu pula ditangkisnya dengan baik. Walau beberapa kali hampir menemukan cedera.
Hanya didalam beberapa kali kedipan mata, Sam Kiongcu sudah menyerang sehingga 4 kali. Diantaranya 5 tusukan pedang hampir menempel di tubuh lawan.
Lima puluh jurus kemudian Lie Siauw San mengganti taktik. Dari sikap yang bertahan, ia mengubah posisi, keras dilawannya dengan kekerasan pula, penyerangan ditangkis oleh penyerangan juga.
Maka denting pedang bersusulan, gemeriuh menabuh suasana Yen-cu-kie. Bagi siapa yang kurang awas, maut selalu mengintip dari tempat yang dekat.
Pedang Lie Siauw San terangkat, gilirannya yang menyerang. Sam Kiongcu juga menyerang.
Tiba2 sejalur angin meresap tulang pundak Lie Siauw San dan disaat itu pedang Sam Kiongcu menjulur, arah tujuan tenggorokan.
Lie Siauw San terbokong orang, ia tidak kuat menambah kecepatan gerak, karena mengetahui tidak bisa mengelakan tusukan pedang, ia memeramkan mata.
Secepat itu pedang Sam Kiongcu menukik cepat......
Lie Siauw San menjatuhkan pedangnya dan siap menerima kematian.
Secepat-cepatnya gerakan Sam Kiongcu, kekuasaan berada didalam benak pikiranya, secepat itu pula ia menarik pulang serangan, mempelototkan mata dan membentak :
"Hei, apa2an nih ! Hendak bunuh diri via tanganku? Dengan mudah kau bisa menangkis serangan tadi, mengapa melempar pedang, memeramkan mata ?"
Lie Siauw San membuka mata, dengan marah berteriak :
"Ber-pura2 apa lagi, kau menyuruh orang membokong, bukankah segaris dengan apa yang kalian rencanakan ?"
Hawa dingin yang menyerang pundak Lie Siauw San meresap terus, sebelah tangannya sudah tidak bisa digunakan.
"Siapa yang membokong dirimu !" Bentak Sam Kiongcu.
"Siapa yang tahu ? Tentu salah satu dari orangmu."
Sam Kiongcu memandang kearah A Wan dan Bu Lan, kedua pelayan itu tidak akan berani melanggar perintah, sudah dipesan tidak boleh membantu, tentu tidak turun tangan, apa lagi belum ada tanda2 kalau ia berada dibawah angin. Siapa pula yang berani mengacau jalan pertandingan ?
Sam Kiongcu memandang kearah sebuah batu besar, memperhatikannya beberapa waktu dan membentak : "Siapa yang berada di tempat itu?"
Jarak batu itu dengan arena pertandingan adalah tempat yang patut dicurigai.
Dua bayangan mumbul keatas, betul saja mereka menyembunyikan diri dibalik batu, tentu kedua orang ini yang mengacau tadi.
Lie Siauw San turut menoleh, seorang yang baru muncul itu tidak asing lagi. Kwee huhoat dari partay Ngo hong-bun.
Membarengi dan merendengi munculnya Kwee huhoat adalah seorang hwesio berjubah kuning. Mereka menghampiri Sam Kiongcu dan memberi hormat.
Menatap wajah hwesio baju kuning itu, Sam Kiongcu bertanya : "Bila taysu berada ditempat ini ?"
"Punceng datang atas perintah Tay Kiongcu, dengan tugas membantu usaha Sam Kiongcu."
"Taysu yang menyerang dirinya ?" Bertanya lagi Sam Kiongcu.
"Bocah ini terlalu kurang ajar, masakkan berani melawan Sam Kiongcu ? Karena itulah, punceng telah memberi hadiah ?Jari inti es?."
"Jari Inti Es ?" Berteriak Sam Kiongcu kaget. "Menurut keterangan Tay Kiongcu, ilmu Jari Inti es yang taysu miliki adalah ilmu yang merajai malaikat elmaut. Tidak bisa ditolong lagi ?"
"Tepat ! Tidak bisa ditolong lagi. Di dalam waktu 6 jam orang yang terkena serangan Jari Inti Es segera membengkak, pembuluh darah pecah dan meledak."
"Apa taysu tidak mempunyai obat penawar racun itu?" bertanya Sam Kiongcu.
"Hanya obat In-khek-it-yang-tan yang bisa menawarinya." Berkata hwesio jubah kuning.
Suara Sam kiongcu tercetus dari balik topeng perunggunya: "Tolong taysu berikan obat In-khek-it-yang-tan itu."
Hwesio jubah kuning kemekmek ragu2 sebentar dan kurang yakin akan mendapat permintaan yang seperti itu, ia berkata :
"Menurut keterangan Kwee huhoat, bocah ini adalah biang kekacauan, perintang jalan partay Ngo-hong-bun. Mengapa Sam kiongcu mau membela dirinya?"
"Aku yang mengadakan tantangan satu lawan satu. Tanpa bantuan siapa pun juga. Cara taysu yang membantu secara diam2 itu telah melanggar peraturan. Tentu saja wajib mengorbankan sebutir obat In khek-it-yang-tan."
"Ha, ha..." Hwesio berjubah kuning tertawa. "Si bocah menganut politik yang tidak sama dengan aliran kita, mengapa harus menggunakan tata aturan ? Sembelih saja, beres. Siapa suruh dia tidak mau menjadi partay Ngo-hong-bun ?"
Kwee huhoat turut menggunakan kesempatan dan angin baik itu, katanya :
"Betul, Sam Kiongcu, ada baiknya kau menerima saran Hian-keng Taysu. Membasmi musuh harus ke-akar2nya. Hari ini tidak berani mengadakan penyembelihan, tidak mudah menaklukkannya dikemudian hari......."
"Cukup." "Sam Kiongcu, Hian-keng Taysu adalah huhoat kelas satu kita menurut hemat hamba......."
"Aku tahu. Hian-keng Taysu adalah huhoat kelas satu. Perintah Tay Kiongcu tentunya menambah tenaga kekuatanku, bukan ? Diutus untuk memperlancar usaha, bukan untuk mengacau. Setiap orang yang berada ditempat ini wajib mendengar perintahku."
Kemudian, menoleh dan memandang hwesio jubah hijau itu, baru Sam Kiongiyu bertanya :
"Bagaimana perintah Tay Kiongcu? Tentunya membantu usahaku, bukan ? Tunduk di bawah markas cabang Kang-lam, bukan?"
"Begitulah perintah Tay Kiongcu," Jawab hwesio jubah kuning.
"Nah ! Boleh serahkan obat penawar racun Jari Inti Es itu."
Secara apa boleh buat, karena adanya pesan Tay Kiongcu yang menugaskan dia membantu Sam Kiongcu dan mendengar dibawah perintahnya, hweshio jubah kuning Hian-keng menyerahkan obat penawar racun Jari Inti Es.
Sam Kiongcu berkata : "Nah ! Silahkan kedua Hu-huat menunggu perintah berikutnya di markas saja."
Itulah cara pengusiran halus.
Kwee Huhoat dan Hian-keng memberi hormat. Mereka meninggalkan Yen-cu-kie.
Menunggu sampai kedua pengacau urusannya itu lenyap dari pemandangan, Sam Kiongcu menghampiri Lie Siauw San, si pemuda sedang menekunkan peredaran jalan darahnya, ia melawan hawa2 dingin yang meresap tulang, itulah racun Jari Inti Es.
Dengan suara sabar Sam Kiongcu berkata : "Nah, inilah obat penawar racun. Makanlah."
Lie Siauw San membuka mata, mendongak dan berkata dengan suara ketus: "Terima kasih."
Dia menolak pemberian obat penawar racun itu. Hanya tangan yang kaku kesemutan, dan hal ini tidak mengganggu perjalanan, ia berjalan pergi.
Sam Kiongcu mematung ditempat, tertegun sebentar, dan tiba2 saja ia berteriak memanggil pemuda kepala batu : "Hei, tunggu dulu."
Lie Siauw San menghentikan ayunan langkah kakinya, menoleh kebelakang, berbalik dan bertanya : "Apa lagi yang Sam Kiongcu hendak janjikan ?"
Dari selubung topeng perunggunya, Sam Kiongcu memperlihatkan sepasang sinar mata simpatik, dengan penuh rasa khawatir dan perlahan ia berkata :
"Kau sudah kena racun Jari Inti Es Hian-keng taysu, tanpa obat penawar racunnya, kau tidak bisa..."
"Terima kasih atas perhatian Sam Kiongcu. Tapi legakanlah hatimu. Aku tidak akan mati hanya terkena racun yang semacam ini."
"Aku bukan memperhatikan kematian atau bukan kematianmu," berkata Sam Kiongcu. Ia juga naik darah atas kebandelan si pemuda. "Tantangan adu ilmu pedang adalah atas saranku, dengan janji tanpa meminta bantuan orang lain. Secara diluar sepengetahuanku, Hian keng Taysu telah membokong, inilah kekalahanku. Dan untuk menebus dosa ini, aku wajib memberi obat. Sesudah kau sembuh, aku masih hendak meneruskan pertandingan, kalau sampai terjadi kau mati pada itu waktu, jangan kira aku mau berkabung, tahu ?"
Tiga Naga Sakti 18 Pedang Penakluk Iblis ( Sin Kiam Hok Mo) Karya Kho Ping Hoo Tersembunyi Hidden 1

Cari Blog Ini