Perintah Maut Karya Buyung Hok Bagian 13
"Begitu ?" Berkata Burung Kelima. "Apa tidak kemahalan harga diriku ? Ketahuilah. Didalam Ngo-hong-bun aku hanya sebagai Burung Kelima, sedangkan betapa pentingnya Kong Kun Bu ? Masakan ditukar begitu saja ? Kukira pimpinan Ngo-hong-bun tidak mau menerima."
"Yang penting kau sudah bersedia, bukan?" Bertanya Tan Siauw Tian.
"Aku juga tidak bersedia."
"Mengapa ?" "Tidak apa2." "Apa kau tidak menginginkan kebebasan?" Bertanya Tan Siauw Tian.
"Semua orang ingin bebas. Akupun tidak terkecuali. Kalau kau hendak membebaskan diriku, tentu saja aku berterima kasih."
"Kita bersedia membebaskan dirimu," berkata Tan Siauw Tian. "Asalkan saja kalian membebaskan Kong Kun Bu."
"Kukira tidak begitu mudah." Berkata si Burung Kelima.
"Atau kau menghendaki sesuatu ?"
"Aku menghendaki Kang Han Cing." Berkata si Burung Kelima, ia melirik ke arah jago muda kita. "Dia turut kesana."
Kang Han Cing tersenyum kecil.
Tan Siauw Tian berkerut alis. "Apa maksudnya ?" Ia bertanya heran.
"Maksudku, dia boleh turut denganku dan ia akan membawa Kong Kun Bu kembali lagi."
"Oh, begitu ?" Berkata Kang Han Cing. "Boleh saja. Aku gembira bisa mengiringi pengembalian nona."
"Jie kongcu.." Berkata Tan Siauw Tian.
"Jangan khawatir," berkata Kang Han Cing. "Aku tidak takut kepada tipu muslihatnya."
"Tentu saja kau tidak takut," berkata si Burung Kelima. "Aku benci kepadamu."
Tian hung totiang meng-urut2 jenggot, melalui suara gelombang tekanan tinggi ia membicarakan sesuatu kepada Tan Siauw Tian. Agaknya tongcu Lembah Baru ini tidak setuju kalau Kang Han Cing menyertai Burung Kelima ke markas Ngo-hong-bun. Belum tentu Kong Kun Bu dilepaskan, sedangkan bahaya Kang Han Cing akan bertambah karenanya. Karena itu ia hendak mencegah. Demikianlah Tian-hung totiang memberikan usul2nya, agar Tan Siauw Tian membiarkan persoalan kepada kemauan Kang Han Cing.
"Baiklah." Akhirnya Tan Siauw Tian berkata. "Aku minta waktu satu hari untuk merundingkannya."
"Apa lagi yang harus ditunggu." Berkata Kang Han Cing yang belum memahami maksud Tian-hung totiang dan Tan Siauw Tian.
Tan Siauw Tian tidak banyak bicara, menggunakan jarinya, memilih tempat jalan darah tidur si Burung Kelima, ia menotoknya. Gadis penyelundup itu jatuh pingsan.
Tan Siauw Tian memandang ke arah Hiang Lan. "Hendak kuberi tugas penting kepadamu. Ber-hati2lah kau melaksanakannya."
"Hamba selalu siap sedia," berkata Hiang Lan. "Tugas apakah yang harus hamba lakukan ?"
"Potongan badanmu agak mirip dengannya," berkata Tan Siauw Tian. "Kau boleh menyamar menjadi Kong Kun Bu. Kedok penyamaran sudah tersedia. Kita menghendaki kepastian, bagaimana pendirian Kwee In Su itu."
Membukakan kedok yang dipakai oleh Burung Kelima, Hiang Lan berubah diri, tampak pula hidup lain Kong Kun Bu.
Menerima tugas yang diberikan kepadanya, hanya seorang diri, Hiang Lan menuju ke arah kamar Kwee In Su.
Gambarnya, seorang Kong Kun Bu mendatangi kamar Kwee In Su. Dia adalah samaran pelayan Hiang Lan.
Sesudah Kwee In Su dibokong orang, ditugaskan Thio Tek Lok menjaga keamanan orang penyeberangan Ngo-hong-bun itu. Melihat kedatangan 'Kong Kun Bu', cepat2 Thio Tek Lok memberi hormat. "Kong hu tongcu." Ia memanggil perlahan.
"Kau boleh istirahat." Berkata Hiang Lan melagukan suara Kong Kun Bu.
"Baik." Thio Tek Lok mengundurkan diri.
Hiang Lan memasuki kamar, tampak Kwee In Su terbaring ditempat tidurnya. Menurut keterangan Tian-hung totiang, Hiang Lan menotok jalan darah geger otak Kwee In Su. Tidak lama kemudian, Kwee In Su sudah sadarkan diri, per-lahan2 membuka mata dan bangkit dari tempat tidurnya.
Hiang Lan tertawa geli, seperti apa yang Tian hung totiang beritahu, kalau mendapat totokannya itu, belum Kwee In Su sadarkan diri, betul2 ia ditotok orang. Kalau Kwee In Su sadarkan diri, dia adalah Ngo-hong-bun asli !
Kwee In Su segera memberi hormat kepada si Kong Kun Bu tiruan.
"Kong hutongcu, terima kasih atas perhatianmu."
Hiang Lan berdengus didalam hati, dari cara2 panggilan Kwee In Su yang menggunakan bahasa panggilan seperti itu adalah suatu bukti kalau bekas huhuat kelas satu Ngo hong-bun ini bukan orang biasa. Walau hanya berdua, tetap menggunakan istilah Kong hutongcu. Dengan bersungguh-sungguh, ia berkata :
"Kwee huhuat, apa kau tidak sadar kalau kita berada didalam situasi bahaya ?"
"Aaaaa.." "Mereka menaruh curiga besar kepadamu."
"Kalau begitu.."
"Lekas lari ! Pulang ke markas dan beritahu kepada mereka. Keadaan bahaya !"
"Baik." Kwee In Su siap meninggalkan gedung keluarga Wie.
Nah ! Terbuktilah sudah, hati dan kesetiaan Kwee In Su masih berada didalam partay Ngo-hong-bun.
"Kwee huhuat." Panggil Hiang Lan. Kini tidak perlu disangsikan lagi, menyerahnya Kwee In Su kepada Lembah Baru adalah sandiwara belaka. Nyatanya huhuat kelas satu itu masih setia kepada Ngo-hong bun. Sangkanya Hiang Lan adalah si Burung Kelima, maka ia mendengar perintah. Sudah waktunya membuka kartu, sebelum Kwee In Su meninggalkan tempat, mereka harus menangkapnya. Maka Hiang Lan memanggil dengan suara asli.
Kwee In Su kaget, memandang ke arah Hiang Lan dan membentak : "Kau...kau bukan Burung Kelima ?"
"Ya. Aku memang bukan Burung Kelima," berkata Hiang Lan tertawa.
Tangan Kwee In Su terayun memukul ke arah Hiang Lan.
Tapi lain tangan lebih cepat, itulah tangan Kang Han Cing yang sudah siap sedia, hanya satu kali tangkap, ia berhasil membuat Kwee In Su tidak berdaya.
Tentu saja, bagaimanapun Kwee In Su tidak bisa menduga kalau dirinya sudah diketahui dan diincar oleh mereka. Didalam kurang kesiap-siagaan, ditambah ilmu kepandaian Kang Han Cing yang memang hebat, ia tercekuk basah.
Kwee In Su digusur dan dibawa ke tempat si Burung Kelima, maka sadarlah huhuat kelas satu ini, mengapa kedudukannya didalam gedung keluarga Wie tidak bisa dipertahankan.
"Nah !" Berkata Tan Siauw Tian. "Kau boleh pulang dan beritahu kepada pimpinan kalian, kalau Burung Kelima sudah jatuh kedalam tangan kami. Segera bebaskan Kong Kun Bu, maka kitapun membebaskan si Burung Kelima ini."
Kwee In Su dibebaskan, sebagai jaminan, kalau mereka menghendaki kebebasan Kong Kun Bu yang jatuh kedalam tangan Ngo hong bun, dengan jaminan membebaskan Burung Kelima.
Kwee In Su meninggalkan gedung keluarga Wie dengan badan lesu. Ia membawa misi berat, kalau pihak sana tidak mau membebaskan Kong Kun Bu, tentunya pihak Lembah Baru menahan Burung Kelima.
*** Bab 73 MENINGGALKAN cerita Kwee In Su yang kembali ke markas Ngo-hong-bun untuk daerah itu.
Menceritakan Tian-hung totiang menyerahkan obat Thian-kie-tan, obat pemberian Sam Kiongcu, obat pusaka dari nenek Goa Naga Siluman yang istimewa. Diceritakan juga bagaimana cara2 ia mendapat pemberian obat itu. Tidak lupa digambarkan juga keadaan Tong Jie Peng.
"Aaa." Teriak Kang Han Cing. "Tong toako !"
"Sudah pinto duga, tentu kenalan lama Jie kongcu." berkata Tian-hung totiang. "Bagaimanakah asal usulnya si Tong toako ?"
"Penyakit keracunanku juga disembuhkan oleh Tong toako," berkata Kang Han Cing. "Asal usulnya belum diberitahukan."
"Dan Sam Kiongcu Ngo hong bun itu ?" Tanya lagi Tian-hung totiang.
Wajah Kang Han Cing menjadi merah. Diceritakannya secara singkat perkenalannya dengan Sam Kiongcu Sun Hui Eng. Hanya karena perkenalan kecil itu ia mendapatkan obat Thian-kie tan yang berharga.
Tian-hung totiang memandang Tan Siauw Tian dan berkata :
"Tidak bisa disangsikan lagi. Ngo hong-bun mempunyai hubungan erat dengan nenek Goa Naga Siluman. Inilah yang kokcu kuatirkan. Ternyata Jie kongcu berhasil mendapatkan ilmu Tiga Jurus Pukulan Burung Maut, mungkin mempunyai arti besar bagi kita, kalau saja bisa mengajak Jie kongcu ke Lembah Baru, memperlihatkan jurus2 itu, lebih mudah menghadapi Ngo-hong-bun dikemudian hari."
Sampai disaat ini, Kang Han Cing belum tahu siapa yang menjadi biang pimpinan Lembah Baru. Mengapa kokcu Lembah Baru menyembunyikan diri dan menyembunyikan namanya ? Kang Han Cing menjadi sangat tertarik. Terbayang kembali bagaimana ia didalam keadaan tertawan oleh golongan Perintah Maut, Tan Siauw Tian dkk yang menolong dirinya dengan maksud tujuan hendak dibawa ke Lembah Baru. Sampai sekarang ia belum tahu dimana letaknya Lembah Baru dan bagaimana keadaan Lembah baru. Karena itu ia ragu2.
Teringat Kang Puh Cing yang masih tertawan didalam kuburan tua, hati Kang Han Cing semakin goyah.
Kang Han Cing bersedia tinggal didalam gedung keluarga Wie karena hendak membongkar penyelundupan orang2 Ngo hong-bun yang disalurkan kedalam gerakan Lembah Baru. Kini usahanya sudah berhasil, Burung Kelima dan Kwee In Su sudah berhasil disingkirkan, sudah waktunya pulang ke Kim leng.
Walau daya tarik kemisteriusan Lembah Baru sangat memikat, kepentingan dan keselamatan saudara harus lebih diutamakan, karena itu ia menolak tawaran ke Lembah Baru. "Terima kasih," katanya. "Lain kali sajalah. Kalau sudah berhasil menolong toako, pasti bersedia."
"Jie kongcu," Tan Siauw Tian turut bicara. "Kita bisa memahami keadaanmu, walau kau segera menuju ke Kim leng, mengingat peyamaranmu sebagai Lengcu Panji Hitam sudah diketahui orang, hanya melepas seekor burung merpati, agen mereka di tempat itu segera membuat persiapan2, tentu perangkap sudah dipasang, pergi ke tempat itu sekarang berarti mengantarkan jiwa secara percuma. Per-lahan2lah, aku berjanji seluruh warga Lembah Baru berdiri dibelakangmu. Tidak mungkin kita berpeluk tangan, sudah kuberitahu kepada anak buah kita di Kim leng untuk mengusahakan penolongan Kang Toa kongcu."
"Jie kongcu," turut bujuk Tian-hung totiang. "Percayalah, di Lembah Baru kau segera bertemu Ciok-kiam Sianseng, gurumu bisa memberi penjelasan yang memuaskan."
"......." Kang Han Cing bungkam.
"Jie kongcu," berkata Tan Siauw Tian. "Waktu sudah hampir pagi. Istirahatlah dahulu, biar esok kita rundingan lagi."
Perundingan itu ditutup sampai di situ.
*** KANG HAN CING kembali ke kamarnya. Ia agak bingung memikirkan kemisteriusan Lembah Baru. Tidak perlu disangsikan lagi, Lembah Baru adalah kekuatan pembela keadilan dan kebenaran, maka sang guru bisa memasuki dan menduduki penasehat hukumnya.
Pendekar Bambu Kuning Ciok-kiam Sianseng pernah mengatakan kepada muridnya, ia tidak akan turut campur didalam persoalan rimba persilatan lagi. Mengapa menyimpang dari tujuan hidupnya ? Betul2 Kang Han Cing tidak bisa menyelami keadaan guru itu.
Ia duduk bersila dan mengatur jalan peredaran darahnya.
Delapan kali putaran kemudian, Kang Han Cing dikejutkan oleh suara ketukan pintu. "Siapa?" Ia bangkit dan bertanya.
"Hamba," terdengar suara Hiang Lan. "Tan tongcu menyuruh hamba memanggil Jie kongcu, maafkan hamba kalau mengganggu ketenangan Jie kongcu."
Kang Han Cing bisa mengerti, tentunya ada sesuatu yang amat penting, segera ia membuka pintu, mengikuti dibelekang Hiang Lan menuju ke tempat menunggunya Tan Siauw Tian.
Mereka pergi ke arah ruang tamu, disana bertambah dua orang, itulah putra Datuk Utara, Lie Wie Neng dan seorang lagi si Pendekar Cerdik Pandai Goan Tian Hoat !
Kang Han Cing berlompat girang melihat kehadirannya sang pengurus keluarga itu.
Tan Siauw Tian memberi perkenalan : "Jie kongcu, mari kuperkenalkan, inilah Lie Wie Neng kongcu."
Menunjuk kearah Kang Han Cing, berkata : "Inilah Kang Han Cing kongcu."
Dua orang putra dari dua Datuk Persilatan memberi hormat.
Ternyata kedatangan Lie Wie Neng atas berita Lembah Baru yang mengatakan kalau Lie Kong Tie sedang berada didalam pengobatan mereka, tempat yang digunakan adalah gedung keluarga Wie. Karena itu, ber-sama2 Goan Tian Hoat, mereka tiba ditempat itu.
Goan Tian Hoat membawa berita yang lebih menggirangkan. Ternyata mereka sudah berhasil meredakan gap yang memisahkan hubungan2 4 Datuk Persilatan, sudah terjadi persepakatan untuk membuat perserikatan datuk2 persilatan. Datuk Utara, Datuk Barat, Datuk Timur dan Datuk Selatan bersedia bekerja sama untuk menghadapi partay Ngo hong-bun.
Dijelaskan juga, partay Ngo hong-bun berada dibawah pimpinan nenek Goa Naga Siluman beserta kelima murid perempuannya. Nenek tua itu hendak menjadi raja persilatan dan berhasrat besar untuk menaklukkan semua tokoh2 silat di masa itu.
Inilah penjajahan ! Maka, sesudah Yen Yu San bujuk sana bujuk sini, putar lidah kian kemari, terjadi juga Perserikatan 4 Datuk Persilatan.
Goan Tian Hoat bercerita secara terperinci. Sebelum terjadinya Perserikatan 4 Datuk Persilatan, dengan mendapat dukungan penuh dari Benteng Penganungan Jaya dan warga Datuk Utara, mereka berhasil menumpas seluruh anak buah Panji Hitam didaerah Kim-leng. Mereka masih menggunakan kuburan tua itu sebagai markas, dimana mereka berhasil menolong Kang Puh Cing.
Kang Puh Cing sudah bebas dari cengkraman partay Ngo-hong-bun !
Maka, sebagai wakil Datuk Selatan, Kang Puh Cing menandatangani perjanjian Perserikatan 4 Datuk Persilatan.
Mewakili Datuk Utara, Lie Wie Neng juga menandatangani Persetujuan 4 Datuk Persilatan.
Datuk Barat, diwakili oleh Yen Yu San dan Datuk Timur diwakili oleh Kho See Ouw, masing2 sudah menandatangani Persekutuan 4 Datuk Persilatan.
Semua kekuatan disiapkan untuk menghadapi partay Ngo-hong-bun.
(Bersambung 21) *** Jilid 21 NENEK GOA NAGA SILUMAN bisa menciutkan hati semua orang. Apa lagi dibantu oleh seluruh sisa orde Ngo-hong-bun dan Perintah Maut. Bencana ini adalah bencana yang terbesar.
Untuk mengetahui lebih jelas bagaimana cerita nenek Goa Naga Siluman dipersilahkan mengikuti cerita BENCANA RIMBA PERSILATAN.
Suksesnya Perserikatan 4 Datuk Persilatan berarti kemenangan bagi Lembah Baru. Mereka bersorak gembira.
Lie Kong Tie berada digedung itu, sudah tidak perlu disangsikan lagi, maka Lie Wie Neng datang untuk menjenguk ayahnya.
Tapi mereka bercerita panjang lebar dari kejadian2 lama yang sudah diketahuinya, hal ini membuat sang putra datuk seperti duduk diatas kursi berduri, bangun salah dudukpun salah.
Sekiranya pembicaraan hampir selesai, cepat-cepat ia memotong : "Tan tongcu, bisakah aku bertemu dengan ayah ?"
Tan Siauw Tian memandang ke arah Tian-hung totiang, tabib lihay itu yang harus dan bisa memberi putusan.
Tian-hung totiang menganggukkan kepala seraya berkata :
"Keadaan Lie khungcu agak mendingan, kukira tidak menjadi soal. Hari ini giliran si Kakek Beracun yang menyedot sisa2 racun jahatnya. Mari kita kesana."
Haripun sudah menjadi pagi, langsung dan beramai2 mereka mengunjungi tempat kediaman Lie Kong Tie.
Sesudah Lie Kong Tie mengalami keracunan yang lambat, mengingat keadaan jago itu yang sudah berada diambang pintu kematian, golongan Ngo hong-bun menyertainya keberangkatan Kwee In Su. Mana disangka kalau Lembah Baru berhasil mengundang si Kakek Beracun Cu Hoay Uh, sebagai seorang yang kebal dan tidak mempan racun, Cu Hoay Uh mahir segala macam virus dari aneka macam racun, ditambah seorang akhli ketabiban Tian-hung totiang, penderita dari manakah yang tidak bisa disembuhkan mereka ?
Inilah kejadian yang berada diluar dugaan partay Ngo-hong-bun.
Tentang cerita Cu Hoay Uh, para pembaca dipersilahkan mencari buku dengan judul MANUSIA BERACUN.
Mereka tiba ditempat kamar tempat Lie Kong Tie, seorang gadis berpakaian warna hitam berdiri dimuka pintu, gadis ini bukan pelayan gedung keluarga Wie, terbukti dari cara2 dandanannya yang tidak sama, disertai keangkuhan dan sikapnya yang dingin sekali. Melihat rombongan yang begitu banyak, ia membentak : "Berhenti ! Semua orang berhenti !" Sikapnya galak sekali.
Inilah putri Cu Hoay Uh, namanya Cu Liong Cu, dengan gelar Putri Beracun. Juga seorang akhli racun2, ia mewarisi segala macam keracunan ayahnya.
Semua orang menghentikan langkah kaki mereka, tidak terkecuali Tan Siauw Tian dan Tian-hung totiang yang tersenyum meringis.
Tian-hung totiang bisa merendengi kedudukan si Kakek Beracun, tapi ia tidak berani menyenggol si Putri Beracun. Cu Liong Cu terlalu dimanjakan, menyinggung perasaannya berarti menimbulkan kemarahan Cu Hoay Uh, itu sangat berbahaya !
Ia berani mengajak banyak orang ke tempat ini karena mengetahui keadaan Lie Kong Tie yang sudah boleh bicara dengan orang. Tidak disangka bisa mendapat bentakan itu, apa boleh buat, ia tertawa nyengir.
Tan Siauw Tian maju kedepan dan berkata : "Nona Cu, inilah Lie Wie Neng kongcu, ia hendak melihat keadaan ayahnya." Tangan si Jaksa Bermata Satu menunjuk ke arah Lie Wie Neng.
"Sebentar. Akan kutanya kepada ayah dahulu. Sebelum itu, jangan kalian mencoba untuk menyentuh daun pintu ini, he !" Ia berjalan masuk.
Tidak lama kemudian, gadis berbaju hitam itu tampil kembali, diperhatikannya semua orang satu persatu, ia menganggukkan kepala. Tanpa bicara. Sikapnya kaku dan dingin.
Lie Wie Neng tidak sabaran, dia adalah orang pertama yang menerjang kedepan.
"Berhenti !" Terdengar bentakan suara Cu Liong Cu yang bisa membangkitkan bulu roma seorang yang paling berani.
Tubuh Lie Wie Neng terasa tertarik mundur, disaat ia menoleh, itulah tangan Tian-hung totiang. Dengan tersenyum, Tian-hung totiang memberi penjelasan :
"Lie kongcu, sabar. Seluruh ruangan ini penuh dengan virus2 racun yang sangat jahat. Lengah sedikit saja atau menyentuh sesuatu bisa menimbulkan keracunan. Tunggu sebentar."
Tampak Cu Liong Cu menaburi serbuk2 putih di lantai, demikian seterusnya sehingga ke dalam.
Di dalam itu, tampak seorang kakek berbaju hitam berdiri di tepi sebuah pembaringan. Yang terbaring adalah Datuk Utara Lie Kong Tie. Ia masih berada dibawah pengawasannya Kakek Beracun Cu Hoay Uh.
Cu Liong Cu menaburi serbuk2 putih sehingga pembaringan Lie Kong Tie.
Lagi2 Tian-hung totiang yang memberi keterangan kepada semua orang :
"Awas, diharap perhatian cuwie sekalian, jangan menginjak tempat yang tidak ditaburi spiritus abu putih, lebih2 jangan mencoba menjamah benda2 dikamar ini, penuh virus2 beracun yang bisa mengakibatkan keracunan."
Dengan dikepalai oleh Tian-hung totiang dan Lie Wie Neng, mereka berjalan masuk kedalam ruang yang sudah penuh virus2 beracun itu.
Mengetahui kalau jiwa ayahnya ditolong oleh si Kakek Beracun, cepat Lie Wie Neng bertekuk lutut di depan si kakek berbaju hitam. "Boanpwe Lie Wie Neng menghaturkan terima kasih," katanya. "Budi ini tidak akan boanpwe lupakan."
"Bangun." Berkata Cu Hoay Uh ketus.
Lie Wie Neng menyembah sehingga tiga kali, inilah penghormatan terbesar kepada seseorang.
Wajah Cu Hoay Uh berubah, dengan kaku ia berkata :
"Sudah kukatakan, bangun ! Tidak dengarkah kau ? Aku tidak senang dengan segala macam adat peradatan. Apa aku juga diharuskan membalas menyembah dirimu seperti itu ?"
Cepat2 Tian hung totiang membangunkan Lie Wie Neng, ia berkata :
"Lie kongcu, jangan kau samakan si Kakek Beracun dengan manusia2 lainnya. Ia tidak suka cara penghormatan yang berlebih-lebihan, karena banyak orang yang hormat dan manis mulut itu belum tentu memiliki hati jujur. Kalau betul2 kau berterima kasih, hanya hatimu yang tahu, seseorang yang berhati baik tidak bisa memperlihatkan hatinya. Inilah motto hidup Cu cianpwe. Bangunlah. Cara pengobatan Menyedot Racun tidak bisa ditiru oleh orang kedua. Cukup kau ingat didalam hati kalau ia pernah menanam budi besar kepada keluargamu."
"Boanpwe tahu," berkata Lie Wie Neng.
Cu Hoay Uh berdengus, ia berkata : "Mengapa kau tidak menyebut jasa2mu? Walau cara penyedotan racunku itu luar biasa, satu hari hanya bisa kusedot satu tetes darah beracun. Kalau tidak ada obat Soat cie tan yang menjadi milikmu itu, apa mungkin bisa berhasil ?"
Kang Han Cing memperhatikan gerak-gerik si Kakek Beracun Cu Hoay Uh. Tan Siauw Tian menyelak pembicaraan : "Kalian tidak perlu merendah diri, kedua-dua mempunyai andil besar didalam pengobatan Lie Kong Tie tayhiap."
"Ha, ha.." Semuanya tertawa.
Sedari tadi, Lie Wie Neng memperhatikan sang ayah yang masih terbaring ditempat tidur, sepasang mata Lie Kong Tie terkatup. Mungkin tertidur, atau keadaannya yang belum normal betul.
Gelak tawa orang banyak itu membuatnya membuka mata, walau agak berat, masih dikenali juga akan kehadirannya sang putra.
"Wie Neng." Ia memanggil perlahan.
Lie Wie Neng berlutut dan memberi hormat kepada ayah itu. "Ayah..." Panggilnya terharu.
"Awas ! Jangan sentuh tubuhnya." Kakek Beracun Cu Hoay Uh memberi peringatan.
Lie Wie Neng menjauhkan diri.
"Ayah, bagaimana keadaanmu ?" Tanya sang putra.
"Agak mendingan," berkata Lie Kong Tie. "Bagaimana kau menyelesaikan urusan dirumah ?"
"Sudah beres," jawab Lie Wie Neng. Secara singkat diberitahukan juga tentang Perserikatan 4 datuk persilatan.
"Syukurlah." berkata Lie Kong Tie. "Memang sudah waktunya kita bersatu."
Takut kalau mengganggu penyakit Lie Kong Tie yang belum sembuh betul, Tian hung totiang berkata : "Lie khungcu masih membutuhkan istirahat, lebih baik sampai disini dahulu."
Beramai2 mereka mengundurkan diri dari kamar Lie Kong Tie.
Cu Hoay Uh dan Cu Liong Cu membiarkan orang2 itu meninggalkan mereka, Kakek dan Putri Beracun itu memiliki sifat-sifat yang angkuh dan dingin, tidak mudah didekati.
Rombongan Tian-hung totiang dan Tan Siauw Tian belum sempat membubarkan diri, tiba-tiba datang laporan yang memberitahu, Kong Kun Bu sudah dibebaskan dari Ngo hong-bun, sudah kembali dan siap bertemu dengan orang2 itu. Tentu saja kedatangan Kong Kun Bu sangat menggembirakan semua orang, mereka mengadakan penyambutan dan pesta.
Sesudah memperkenalkan orang yang berada ditempat itu, Tan Siauw Tian mengajukan pertanyaan : "Dimana mereka membebaskan hutongcu ?"
"Sungguh malu diceritakan," berkata Kong Kun Bu. "Siauwtee sadar sesudah berada ditempat yang tidak jauh dari sini."
"Bagaimana perlakuan mereka?"
"Mereka sungguh lihay, agaknya mengenal baik keadaan siauwtee. Pertanyaan yang mereka ajukan hanya itu2 lagi."
"Mungkinkah mereka bertanya tentang kokcu kita ?" Tan Siauw Tian mengutarakan dugaannya.
"Eh, bagaimana tongcu tahu ?" Kong Kun Bu memperlihatkan sikapnya yang heran.
"Mudah diterka, mereka tidak banyak menanyakan persoalan lain. Karena mereka mempunyai banyak mata2. Yang belum mereka ketahui ialah Siapa kokcu Lembah baru? Tentu saja menanyakan soal ini."
Kang Han Cing yang mendengar pembicaraan mereka membuat pengilmiahan. Siapa kokcu dari Lembah Baru ? Mengapa begitu misterius sehingga ditakuti oleh Ngo hong-bun ? Ingin sekali ia bisa menemuinya.
Tan Siauw Tian memandang Kong Kun Bu dan bertanya : "Dimana mereka menawan dirimu ?"
"Didalam goa2 yang banyak tembusannya." Jawab Kong Kun bu.
"Oh.Itulah Goa Sarang Tawon," Berkata Kang Han Cing.
Kong Kun Bu berkata : "Goa Sarang Tawon ? Memang agak tepat kalau disebut Goa Sarang Tawon. Seperti tempat penghuni lebah saja layaknya tempat itu."
"Apa lagi yang mereka katakan?" Tanya Tan Siauw Tian.
"Tidak...Oh...Mereka meninggalkan ini didalam kantong bajuku." Dikeluarkannya sepucuk surat dan diserahkan kepada Tan Siauw Tian.
Itulah surat dari Ngo-hong-bun yang ditujukan kepada Lembah Baru, demikian bunyi isi surat:
"Dengan hormat, Menerima pengembaliannya Kwee In Su huhuat yang menyatakan kekalahan kami dipihak tuan, dengan ini kami menerima dan menyatakan kegagalan itu, sesudah mengetahui jalannya situasi, Kong Kun Bu kami lepas kembali, dengan harapan bisa menepati janji dan melepas Burung Kelima kami yang masih berada di tempat tuan."
Baru Tan Siauw Tian sadar kalau pertukaran tawanan itu segera berhasil, cepat2 ditugaskan Hiang Lan untuk membawa Burung Kelima ke tempat itu.
Tidak lama kemudian si Burung Kelima dibawa datang, membebaskan totokannya dan Tan Siauw Tian berkata :
"Nona, orang kalian sudah membebaskan Kong hutongcu, dan seperti apa yang kita sudah janjikan, kau bebas."
"Sekarang ?" Bertanya si Burung Kelima dengan sikapnya yang penuh tantangan.
"Tentu saja sekarang juga." Jawab Tan Siauw Tian.
"Apa kau tidak akan menyesal di kemudian hari ?" Berkata gadis gagah ini. "Tidak takut pembalasanku dikemudian hari ?"
"Ha, ha.Aku berani membebaskan dirimu, tentu tidak takut pembalasan." Berkata si Jaksa Bermata Satu.
Si Burung Kelima meninggalkan ruangan itu, sebelum lenyap dari pemandangan mereka, ia sempat menolehkan diri, memandang Kang Han Cing dan mengancam : "Kang Han Cing, ingat kekurang ajaranmu, aku Co Hui Hee tidak nanti bisa melupakan, tunggulah pembalasanku !"
Sesudah itu, tubuhnya melejit meninggalkan gedung keluarga Wie.
"Huh," Kang Han Cing berdengus. "Aku Kang Han Cing tidak takut kepadamu."
Tiba2 pemuda ini teringat sesuatu. "Aaaaaa..." Ia berteriak. "Co Hui Hee ? Nama si Burung Kelima Co Hui Hee ?"
"Ada apa ?" Tanya Tan Siauw Tian.
"Kukira, gadis tadi adalah Go Kiongcu dari Ngo hong bun."
"Aaaaa.." "Kalau begitu, dia adalah murid kelima dari si nenek Goa Naga Siluman !"
"Kemungkinan itu besar sekali."
"Ya ! Si Burung Kelima Co Hui Hee adalah murid kelima dari si nenek Goa Naga Siluman, Sumoay Sam Kiongcu, kelima murid nenek Goa Naga Siluman menggunakan nama Hui di-tengah2 nama mereka, inilah ciri2 yang paling khas."
Kini mereka sudah membebaskan tokoh penting itu.
*** Bab 74 HARI BERIKUTNYA Dikali gedung keluarga Wie bagian belakang sudah terhenti dua perahu tertutup.
Ternyata, kota Hang-ciu adalah kota sungai, setiap rumah mewah memiliki terusan2 yang bisa menghubungi sungai2 itu, mereka menggali aliran2 kali, setiap saat bisa pesiar dengan perahu sendiri, langsung turun didalam rumah. Gedung keluarga Wie tidak terkecuali, didalam gedung itu terdapat kali kecil yang bisa menghubungi sungai2 didepan dan dibelakang rumah mereka.
Dua perahu tertutup itu berlabuh didalam pekarangan rumah keluarga Wie.
Jelasnya cerita, Tan Siauw Tian dkk sudah mengambil persepakatan untuk mengantar Lie Kong Tie ke Lembah Baru, disana mereka bisa meneruskan pengobatannya tanpa takut gangguan Ngo-hong-bun.
Mata2 Ngo-hong-bun terlalu banyak, mereka harus melakukan perjalanan yang dirahasiakan.
Pagi2 sekali, dibalik kabut yang masih menipis, 4 dayang perempuan menggotong tandu yang dibawa masuk kedalam perahu tertutup yang didepan.
Sesudah itu tampak Kang Han Cing, Goan Tian Hoat, Lie Wie Neng memasuki perahu itu. Perahu segera diberangkatkan.
Menyusul perahu tertutup yang pertama, tampak gerakan2 didalam perahu kedua, disana tampak Kakek Beracun Cu Hoay Uh, Putri Beracun Cu Liong Cu dan Tian-hung totiang. Perahu kedua inipun bergeser pergi.
Kecuali itu tampak Tan Siauw Tian dan Kong Kun Bu ditepian, mengantarkan keberangkatan kedua perahu.
Air sungai dari tembusan mengalir terus, mengikuti arus ini, perahu bergeser pergi. Perjalanan menuju kearah Lembah Baru yang penuh misterius.
Mengikuti gerakan perahu pertama, dimana duduk Kang Han Cing, Goan Tian Hoat dan Lie Wie Neng. Mereka terdiri dari kaum muda gagah perkasa, umurnya sebaya, pendiriannya sama, dengan pergaulan mereka yang bebas aktif, secepat itu pula sudah mendapat kecocokan hidup. Memperbincangkan tragedi2 dan drama rimba persilatan, uplek dengan urusan mereka sendiri. Tanpa terasa, perahu sudah meninggalkan kota Hang-ciu.
Sesudah meninggalkan kota Hang-ciu, perahu berlaju lebih pesat, jalan yang berliku2 sudah hampir tidak tampak, kini memasuki daerah Hu-kang-cun.
Pada hari kedua, perahu tiba di Tong-kee-pu, untuk menambah perbekalan mereka menambat perahu, istirahat ditempat itu.
Tidak lama, perahu keduapun menyusul datang, juga menambat tali, menambah perbekalan ditempat yang sama.
Kecuali anak2 buah perahu, tidak satu pun dari jago2 kita yang keluar dari perahu tertutup itu.
Kang Han Cing, Lie Wie Neng dan Goan Tian Hoat pasang omong didalam perahu mereka.
Tiba2 terdengar suara panggilan dari tepi, ditujukan ke perahu mereka !
"Hei, tolong beritahu kepada tuan kalian, diantaranya satu yang bernama tuan Lie Siauw San, bukan ?"
"Tidak ada...Tidak ada.Jangan mengganggu kita." Berkata beberapa tukang perahu.
Terdengar suara orang yang bersitegang itu berkata lagi :
"Tolong kau beritahu kepada tuan2mu itu. Aku membawa berita untuknya."
"Sudah kukatakan tidak, ya tidak. Tidak ada."
"Urusan ini sangat penting sekali."
"Kalau tidak ada, bagaimana ?"
"Pasti ada." "Tidak ada." Perdebatan dari hamba2 perahu dan orang itu kian menghebat.
"Eh, eh...Mau kemana ?" Bentak tukang perahu.
"Kalian tidak mau memberitahukan kepadanya, terpaksa aku masuk sendiri. Urusan ini penting sekali, tahu ?"
"Stop ! Berhenti. Perahu ini milik majikan kami." Berkata si tukang perahu.
"Usir saja," Teriak seorang. Terdengar bentakan2, mereka mulai mengadakan penghadangan.
"Eh, mau mengeroyok ?" Bertanya orang yang baru datang.
"Jangan cari setori, bocah, akan kami lemparkan ke tengah sungai, tahu !"
"Kalau kalian mempunyai itu kemampuan, silahkan." Orang itu menantang.
"Kunyuk kecil...." Tiba2 suara ini terhenti. "Aaa.Kau memukul orang?"
"Tutup mulutmu yang kotor itu." Bentak orang yang mencari Lie Siauw San. "Huh, mentang2 dari Lembah Baru !"
Terdengar suara2 senjata, agaknya sudah hampir terjadi pertempuran.
"Biar kuhadapinya," berkata Kang Han Cing berdiri dari tempat duduknya.
"Tunggu dulu," berkata Goan Tian Hoat. "Jie kongcu jangan menampilkan diri. Bisa menyolok perhatian, biar aku saja."
"Betul." Lie Wie Neng setuju. "Saudara Goan adalah orang tepat yang bisa menghadapi orang itu. Jie kongcu belum waktunya keluar."
Goan Tian Hoat meninggalkan perahu, tampak orang2nya sudah menghunus senjata, mengurung seorang pemuda berbaju hijau.
"Tunggu dulu," teriak Goan Tian Hoat.
Para tukang perahu mengundurkan diri.
Si pemuda berbaju hijau menghadapi Goan Tian Hoat dan berkata : "Huh, orang2mu ini terlalu kurang ajar !"
"Dengan masksud apa saudara mengganggu perahu kami ?" Tegur Goan Tian Hoat.
"Aku hendak bicara dengan tuan Lie Siauw San," Berkata pemuda berbaju hijau itu.
"Ada urusan apa ?" Bertanya Goan Tian Hoat.
"Baiklah, boleh juga kusampaikan kepadamu, Goan congkoan, perjalanan yang kalian rahasiakan ini tidak bisa mengelabui orang. Tolong kau sampaikan kepadanya.."
Kemudian dengan suara yang perlahan, pemuda berbaju hijau itu meneruskan kata-katanya:
"Tolong beritahu, mereka sudah mengumpulkan banyak jago, membuat pengejaran. Rencana serangan ditentukan malam ini, majikanku memberi anjuran, lebih baik Lie Siauw San kongcu mengundurkan diri dari pertikaian ini."
"Siapakah yang saudara maksudkan dengan mereka itu," bertanya Goan Tian Hoat, juga dengan suara perlahan. "Bagaimana dengan rencana pergerakannya ?"
"Aku tidak bisa lama2 disini. Inilah perintah majikanku." Kata si pemuda berbaju hijau. "Pesanan sudah kusampaikan. Selamat tinggal."
Datangnya cepat, kepergian pemuda berbaju hijau itupun cepat. Didalam sekejab mata, ia sudah melenyapkan diri.
Kembali kedalam perahu, Goan Tian Hoat mendapat pertanyaan Lie Wie Neng : "Ada urusan apa orang itu mencari Kang Jie kongcu ?"
"Ia membawa berita yang mengatakan Ngo-hong-bun hendak melakukan penyergapan dimalam ini."
Alis Lie Wie Neng terjengkit, "Musuh kita betul2 hebat," katanya. "Belum pernah kita menongolkan kepala. Tokh bisa diketahui juga."
Perintah Maut Karya Buyung Hok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Siapakah orang tadi ?" Bertanya Kang Han Cing.
"Dari bentuk tubuh, orang itu adalah samaran dari wanita." jawab Goan Tian Hoat. "Katanya ia hanya mendapat perintah majikannya, tentu salah satu dari pimpinan Ngo-hong-bun."
Kang Han Cing segera teringat kepada kedua pelayan Sam Kiongcu, dayang2 yang bernama A Wan dan Bu Lan itu, mungkin salah satu dari mereka ?
Goan Tian Hoat sudah memanggil pengurus perahu dan bertanya kepadanya : "Apa namanya tempat ini ?"
"Tong kee-pu." "Tempat-tempat mana lagi yang hendak kita lalui ?"
"Sesudah ini, rencana akan bermalam di Tong-lu. Tong-lu adalah tempat yang agak sepi dari keramaian."
"Kecuali Tong lu, apa tidak ada tempat-tempat sepi lainnya?" Bertanya Goan Tian Hoat.
"Daerah sepanjang Tong-lu adalah daerah subur, di sepanjang pantai terdapat kota-kota nelayan, diantaranya Tay-ya-bun agak sepian."
"Cukup. Kita bermalam ditempat itu saja." Berkata Goan Tian Hoat. Ternyata, sebelum keberangkatan mereka, telah terjadi persepakatan, dan Tan Siauw Tian juga sudah memberitahu kepada orang2nya, mereka langsung berada dibawah perintah Goan Tian Hoat. Maka jago ini mempunyai hak memberi putusan.
"Baik." Pengurus perahu mengundurkan diri.
Tidak lama, perjalanan dilanjutkan. Kini dua perahu tidak terpisah lagi, perahu menuju kearah Tong-lu.
Deru ombak sungai yang terdampar membuat irama perjalanan yang mengesankan.
Lie Wie Neng dan Kang Han Cing tidak pernah keluar dari perahu itu, sebagai akhli waris dari dua pendekar ternama, Lie Wie Neng sudah mendapatkan semua ilmu kipas si Pendekar Kipas Wasiat Sin Soan Cu, sedangkan Kang Han Cing sudah mendapatkan ilmu pedang dari si Pendekar Bambu Kuning Ciok-kiam Sianseng. Didalam alam pikiran kedua jago ini tidak tercantum istilah kata2 'takut?.
Walau berada dibawah ancaman Ngo-hong-bun, kedua jago itu masih bicara dengan tenang.
Tidak lama, pengurus perahu memasuki ruangan, wajahnya pucat pasi.
"Ada apa ?" Tanya Lie Wie Neng.
"Ada sesuatu yang hendak hamba laporkan." Berkata pengurus perahu itu.
"Katakanlah, ada apa ?" Tanya Lie Wie Neng lagi.
Goan Tian Hoat tertawa dan berkata : "Mungkinkah kita sudah dibuntuti musuh?"
"Ya." Pengurus perahu itu menganggukkan kepala. "Sesudah kita meninggalkan Tong-kee-pu, jauh dibelakang kita kedapatan perahu tertutup yang membayangi."
"Belum lama, dua perahu balap sudah melewati perahu kita, bukan ?" Potong Goan Tian Hoat.
"Eh, bagaimana Goan congkoan tahu ?"
"Dari percikan2 air yang bertambah keras itu, kecuali perahu2 balap, tidak mungkin ada lain kemungkinan," berkata Goan Tian Hoat.
"Dugaan Goan congkoan tepat." berkata si pengurus perahu. "Kita sudah berada di dalam jepitan mereka. Mungkin.Mungkin belum sempat kita tiba di Tay ya bun, mereka sudah turun tangan."
"Bagaimana ilmu kepandaian air dari 12 anak buah perahumu ?" Tanya Goan Tian Hoat.
"Dua belas saudara2 itu adalah jago air pilihan, rata2 memiliki ilmu kepandaian yang cukup baik." Jawab sipengurus perahu.
"Apa perahu2 kita siap anak panah ?" Tanya lagi Goan Tian Hoat.
"Enam belas gendewa sudah kita siapkan. Enam diantaranya adalah gendewa2 panah otomatis, bisa menyemburkan panah secara terus menerus tanpa istirahat."
"Bagus," berkata Goan Tian Hoat. "Siapkan panah2 itu. Perhatikan gerakan musuh, kalau ada tanda2 penyergapan, segera pinggirkan perahu ke tepi, agar kita tidak jatuh kedalam kurungan mereka."
"Perjalanan masih diteruskan ?"
"Bergeraklah seperti biasa."
"Baik." Pengurus perahu itu mengundurkan diri.
Sesudah itu, Goan Tian Hoat memandang Kang Han Cing. "Jie kongcu, kita membuat persiapan perang," katanya. Inilah penyerahan mandat, agar Kang Han Cing mengatur siasat perang.
Dibidang politik, Goan Tian Hoat berkuasa, untuk peperangan Kang Han Cing yang memegang otak peranan.
Memandang kedua rekan seperahu itu, dengan wajah yang bersungguh, Kang Han Cing berkata :
"Jumlah orang kita terbatas, mereka tahu akan hal ini, kalau musuh berani datang, pasti dengan jumlah besar. Maksudku, kita harus bisa mempertimbangkan posisi kekuatan kedua pihak."
"Saudara Kang bisa menduga, siapa2kah kekuatan mereka ?" Bertanya Lie Wie Neng.
Kang Han Cing berkata : "Menurut apa yang kutahu, Ngo-hong-bun berada dibawah pimpinan Toa Kiongcu, Jie Kiongcu dan Sam Kiongcu. Mungkin juga bertambah dua orang, Su kiongcu dan Go Kiongcu, mereka sebagai pimpinan tertinggi. Sesudah itu, huhuat2 kelas satu seperti Kwee In Su, Hui-keng dan Hian-keng, dibawah mereka, masih ada 4 Lengcu Panji Berwarna, kecuali Lengcu Panji Hitam yang mungkin sudah ganti orang, ketiga lengcu lainnya memiliki ilmu silat cukup tinggi."
"Tentu Toa Kiongcu yang memiliki ilmu silat tertinggi, bukan ?"
"Mungkin," Kang Han Cing menganggukkan kepala. "Dari ilmu kepandaian Jie Kiongcu yang lebih sempurna kalau dibandingkan dengan Sam kiongcu, dugaan itu memang cukup beralasan. Kalau aku bisa memenangkan Sam kiongcu, agaknya tidak mudah mengalahkan Jie Kiongcu."
"Saudara Kang setuju dengan rencana Tan tongcu yang menginstruksikan kita meninggalkan perahu, mengelakkan peperangan langsung dengan Ngo-hong bun ? Membiarkan nona Cu seorang diri yang menghadapi mereka ?" Bertanya Lie Wie Neng.
Ternyata kekuatan mereka hanya terdiri dari jago2 muda, direncanakan juga untuk menumpas kelenteng Sin-ko-sie, menggunakan siasat Berteriak di Timur, Menyerang di Lain Tempat, memberangkatkan dua perahu meninggalkan gedung keluarga Wie, se-olah2 mereka menuju kearah Lembah Baru dengan rombongan itu. Kenyataannya tidak, hanya Kang Han Cing, Lie Wie Neng, Goan Tian Hoat dan Putri Beracun beserta belasan orang2 Lembah Baru, tandu usungan hanya buntelan kosong, Lie Kong Tie tidak berada didalam perahu itu, dengan lain jalan, Lie Kong Tie diberangkatkan ke Lembah Baru.
Tian-hung totiang dan Kakek Beracun Cu Hoay Uh juga tidak berada ditempat itu, mereka menyelinap dari perahu kedua, bersama2 dengan Tan Siauw Tian, Kong Kun Bu, merencanakan penggempuran ke kelenteng Sin-ko-sie. Ini namanya berteriak di Timur Menyerang di Lain Tempat.
Kang Han Cing dkk hanya pancingan, tujuan utama si Jaksa Bermata Satu Tan Siauw Tian merusak kelenteng Sin-ko-sie.
Balik mengikuti cerita Kang Han Cing, Goan Tian Hoat dan Lie Wie Neng, mereka berada diperahu pertama. Didalam perahu kedua, dimana hanya Cu Liong Cu seorang saja.
Kalau Goan Tian Hoat bisa menyetujui siasat si Jaksa Bermata Satu, Kang Han Cing dan Lie Wie Neng kurang sependapat dengan rencana itu, sebagai murid2 Pendekar Kipas Wasiat dan Pendekar Bambu Kuning yang ternama, mereka segan mengelakkan pertempuran. Takut dikatakan sebagai pengecut, maka motto hidup 'Musuh tidak menyerang, kitapun diam. Musuh menyerang, kita lawan?, mereka melakukan perjalanan itu.
Ceritanya, perahu sampai di Tay ya-bun. Daerah pegunungan yang ber-semak2.
Mereka tiba didalam gelap, mengajak semua tukang perahu beserta anak2 panah yang menjadi perbekalan mereka, Kang Han Cing, Goan Tian Hoat dan Lie Wie Neng meninggalkan perahu, menyembunyikan diri dibalik semak2 itu, memperhatikan perahunya, bagaimana Ngo hong-bun mengadakan penyerangan itu.
Dari perahu kedua tidak tampak gerakan, kecuali para tukang perahu, tidak terlihat bayangan Cu Liong Cu. Kakek Beracun Cu Hoay Uh dan Tian-hung totiang tidak berada didalam perahu, mereka mendapat tugas khusus untuk menggempur kelenteng Sin-ko-sie yang berada didalam kekosongan, meninggalkan perahu secara diam2.
Malam semakin pekat, angin berembus dingin, mengalun air sungai yang mengalir deras.
Kang Han Cing dkk sudah mencari tempat strategis, kalau sampai terjadi rencana Cu Liong Cu mengalami kegagalan, mereka bisa memberi bantuan didalam waktu yang sangat singkat.
Kedua perahu yang sudah dikosongkan di ombang-ambingkan air.
Lie Wie Neng memandang Goan Tian Hoat dan mengajukan pertanyaan : "Mengapa tidak ada gerakan ?"
Bukan saja tidak ada gerakan dari pihak Ngo-hong-bun, juga tidak ada gerakan dari pihak si Putri Beracun.
"Mungkin belum waktunya." Jawab Goan Tian Hoat.
"Seharusnya Cu Liong Cu mengatur siasat penting untuk menghadapi Ngo-hong-bun, mengapa harus menunggu kedatangan mereka ? Keburukah dia ?"
"Kita lihat saja nanti."
Disaat kedua orang ini ber-cakap2, Kang Han Cing tidak turut serta, pemuda ini sedang memandang kearah jauh, pusat konsentrasinya tercurah kesana.
Lie Wie Neng menoleh dan mengajukan pertanyaan : "Apa yang saudara Kang lihat ?"
"Mungkin perahu Ngo-hong-bun," jawab Kang Han Cing tanpa mengalihkan pandangan incaran matanya kearah jauh. "Tiga perahu besar, tapi kurang jelas."
Betapa lihay mata Kang Han Cing, di tempat yang begitu gelap, sejarak yang begitu jauh tentu tidak bisa memberi gambaran yang lebih jelas.
Beberapa saat kemudian, Lie Wie Neng bertanya lagi : "Bagaimana ?"
"Nah ! Betul2 perahu Ngo-hong-bun. Mereka mulai mengepung dua perahu kita. Lihat, dua puluhan orang sudah mulai berlompatan ditepi pantai."
"Sayang sekali Cu Liong Cu tidak ada persiapan," berkata Lie Wie Neng. "Kalau tidak, kita bisa menumpas 20 orang ini."
"Hanya jumlah ini yang datang ? Kekuatan kitapun sudah cukup, bukan ?"
"Ya. Semburan2 anak panah akan menyambut mereka." Goan Tian Hoat turut bicara.
Kepala pimpinan tukang perahu sudah menyiapkan rombongan anak panah, menunggu perintah Goan Tian Hoat, mereka sudah berada didalam keadaan siap.
Dari 3 perahu Ngo-hong-bun, 2 sudah menggencet perahu2 Lembah Baru, masing2 dikiri dan kanan. Sebuah perahu lagi adalah perahu inti, disana tampak seorang bertopeng perunggu sebagai pimpinan tinggi, itulah Sam Kiongcu Sun Hui Eng !
Hati Kang Han Cing bergelora, teringat kembali pertempuran di Yen-cu kie, dan terbayang pula kebaikan2 gadis itu.
Beberapa orang mendampingi Sam Kiongcu, diantaranya terdapat si cantik jelita Co Hui Hee yang pernah menyamar sebagai Kong Kun Bu didalam gedung keluarga Wie.
Turut hadir pula dua hweeshio, mereka adalah ketua kelenteng Sin-ko-sie, Hui-keng dan suteenya yang bernama Hian-keng itu.
Dua dayang tidak pernah lepas dari sisi Sam Kiongcu, itulah dua pengawal pribadinya, A Wan dan Bu Lan.
Dari rombongan Ngo-hong-bun yang turun ketepi, tampak seorang komandan, itulah huhuat kelas satu Kwee In Su.
Dua puluh orang2 Kwee In Su sudah mengurung 2 perahu Lembah Baru, keadaan itu sangat menegangkan, dimalam gelap yang tidak ada penerangan, menghadapi perahu2 diam tak bergerak, tentu saja Kwee In Su ber-hati2, sesudah betul memperketat kurungannya, Kwee In Su menghadapi dua perahu Lembah Baru dan berteriak :
"Diminta perhatian kawan2 diatas perahu, kalian sudah berada didalam kepungan kami, siapa yang hendak menyerah, satu persatu dipersilahkan turun ke darat."
Itulah anjuran kepada anak buah perahu Lembah Baru !
Tentu saja tidak mendapat penyahutan, mengingat anak buah Lembah baru sudah meninggalkan perahu mereka.
Kwee In Su berteriak lagi : "Atas perintah Sam Kiongcu, aku minta menghadap Kang Jie kongcu dan Lie kongcu."
Tidak ada penyahutan. "Kang Han Cing, Lie Wie Neng." Tiba2 Kwee In Su menambah keras suaranya. "Betul2 kalian tidak mau keluar dari perahu ? Hanya dua buah perahu tertutup bisa menyembunyikan diri kalian ?"
Betapa congkaknya manusia ini ! Lupa kalau dirinya itu pernah dibebaskan, sesudah akal bulusnya didalam gedung keluarga Wie ketahuan orang.
Dari tempat yang lebih tinggi, Kang Han Cing, Lie Wie Neng dan Goan Tian Hoat memperhatikan gerakan didalam perahu2 mereka, mereka heran kepada Cu Liong Cu yang belum menampilkan diri.
Lie Wie Neng tidak sabaran. "Bagaimana kita beri sedikit hajaran kepadanya ?" Ia memberi usul.
"Nona Cu masih berada didalam perahu," berkata Goan Tian Hoat tidak setuju. "Tunggulah sebentar lagi."
Sesudah beberapa kali Kwee In Su bekoar tanpa balasan suara, memandang kepada anak buahnya, hanya satu kali gerakan code tangan, ia memberi perintah : "Geledah isi perahu !"
Maka ber-lompat2anlah belasan orang, mereka meluruk dan menggerebek perahu2 Lembah Baru.
Tentu saja pemeriksaan itu berjalan cepat, mereka tidak menemukan seorangpun yang berada ditempat itu.
Seorang diantaranya memberi hormat kepada Kwee huhuat, ia berkata :
"Laporan, tidak seorangpun yang berada didalam perahu."
Kwee In Su tertegun. "Hanya dua perahu kosong ?" Ia curiga.
Tampak orang yang baru melapor tadi hendak menganggukkan kepala, tiba2 saja terjadi sesuatu, entah bagaimana orang itu jatuh ngeloso, kelejetan sebentar dan demikian ia terbaring ditepi pantai sungai itu.
Sepasang mata Kwee In Su menjadi liar, memandang kelilingnya dan membentak : "Siapa yang melepas senjata gelap ?"
Disaat yang sama, belasan orangnya yang baru turun dari perahu mengalami kejadian yang serupa, satu persatu berguguran jatuh, seperti daun rontok, mereka berserakan dipasir putih itu.
"Mundur." Kwee In Su memberi perintah kepada sisa2 orangnya.
Secara serentak, 7 orang yang belum sempat jatuh itu mengundurkan diri. Lagi2 terjadi keanehan, kalau mereka tidak bergerak, masih tidak mengapa, karena mereka tidak turut naik keatas perahu, kini gerakan itu membawa malapetaka, seperti kawan2nya yang sudah berserakan lebih dahulu, mereka pun mengalami nasib yang sama, tidak ampun lagi menggeletak pula orang2 Ngo hong bun ini.
Si Badan Besi Kwee In Su berubah menjadi pucat, ia diam di tempat, tidak berani sembarang bergerak lagi, takut kalau2 menyentuh sesuatu yang bisa mengakibatkan maut bagi dirinya.
Perubahan itu tidak lepas dari mata Kang Han Cing, dugaannya segera jatuh kepada buah tangan si Putri Beracun Cu Liong Cu.
Juga tidak lepas dari pandangan pati2 Ngo-hong-bun diatas perahu, ketua kelenteng Sin-ko-sie Hui-keng menoleh dan memandang Sam Kiongcu. "Ada sesuatu yang kurang beres," katanya. "Biar pinceng lihat."
Sam Kiongcu menganggukkan kepala perunggunya, menoleh kearah Co Hui Hee, berkata : "Go sumoay boleh menyertainya."
Si Burung Kelima Co Hui Hee betul2 menduduki kursi ke 5 dari Ngo-hong-bun, dia adalah Go kiongcu !
Co Hui Hee, Hian-keng dan Hui-keng lompat turun, mereka menghampiri Kwee In Su yang masih ter-mangu2 dipantai.
"Kwee huhuat," pimpinan Ngo hong-bun kelima ini bertanya. "Apa yang terjadi ?"
"Ada semacam senjata gelap yang mengandung racun jahat menyerang kita." Kwee In Su memberi laporan.
Mata Hui-keng memandang kearah dua perahu Lembah Baru yang dikosongkan, memandang ke penutup perahu itu dan membentak : "Kecuali Manusia Beracun siecu yang berada di tempat itu, tidak mungkin ada orang kedua."
Betul saja. Dari arah yang diteliti oleh Hui-keng itu, bergerak satu bayangan kecil, mengenakan pakaian warna hitam dan juga menggunakan tutup kerudung hitam, se-olah2 bayangan hantu, dengan gerakannya yang menyeramkan datang mendekati pantai.
Itulah Putri Beracun Cu Liong Cu. Hian-keng membentak : "Hei, kau yang mem-bunuh2i orang2ku ini ?"
"Tidak salah." Jawab Cu Liong Cu singkat, suaranya sangat dingin.
"Kemana pula kawan2mu yang lainnya ?" Bertanya Hui-keng.
"Sudah tidak ada." Jawaban ini lebih singkat lagi.
"Kemana mereka pergi ?" Tanya Hui-keng.
"Mana kutahu ? Mereka mempunyai kaki2 sendiri, siapa yang tahu kemana kepergiannya ?" Putri Beracun Cu Liong Cu belum melepas kerudung mukanya.
"Baiklah. Mari turut ke perahu kita." Berkata Hui-keng.
"Mengapa harus turut kalian ?" Tanya Cu Liong Cu.
"Mengapa tidak ? Kau sudah membunuh banyak orang Ngo-hong-bun, tentu saja harus memberi pertanggung jawaban."
"Hanya melukai beberapa gelintir orang Ngo-hong-bun, kalian hendak menyerat diriku ? Huh ! Tidak ubahnya seperti mengimpi pada siang hari bolong !"
"Eh, eh...." Hian-keng mendelikkan mata. "Berani kau.."
Tangannya dijulurkan, dengan Jari Dinginnya menyerang Cu Liong Cu.
"Rebah kau !" Bentak Cu Liong Cu tanpa bergeser dari tempatnya yang semula.
Jampi yang sangat manjur, tubuh Hian-keng ber-goyang2, turut merebahkan diri, lagi-lagi tambah satu korban keracunan.
"Hei," Go Kiongcu Co Hui Hee mengeluarkan senjatanya, itulah kebutan yang terbuat dari bulu sutra es, disentakkannya ke arah Cu Liong Cu.
Putri si Kakek Beracun sudah mewarisi semua kepandaian orang tuanya, melebihi kehebatan Cu Hoay Uh, entah dengan cara bagaimana, gadis berkerudung hitam itu merobohkan Co Hui Hee.
Kejadian2 terlalu cepat diberitahukan, Kwee In Su melompongkan mulut, semakin tidak berani menggeser tempat.
Rombongan penyergapan dan pencegatan perahu2 Lembah Baru itu dikepalai oleh Sam Kiongcu, menyaksikan tidak seorangpun yang bisa mengelakkan bekerjanya racun2 jahat, ia dipaksa turun tangan, tubuhnya melayang meninggalkan perahu, menghadapi si gadis berkerudung hitam itu.
Cu Liong Cu membiarkan sang lawan mendekati sehingga hadap-berhadapan. "Kukira aku sedang berhadapan dengan Sam Kiongcu Ngo-hong-bun, bukan ?" Berkata gadis ini.
"Tidak salah." Jawab Sun Hui Eng. "Dan kalau dugaanku tidak salah, kau adalah putri si Manusia Beracun Cu Hoay Uh kolot itu. Belum ada orang kedua yang bisa menggunakan racun2 kelas tinggi seperti apa yang kalian lakukan."
"Begitu ?" Balas tanya Cu Liong Cu, "Kalau ya, bagaimana ?"
"Serahkan obat penawar racun kepadaku." Berkata Sam Kiongcu.
"Ngo-hong-bun juga pandai ilmu racun2an, bukan ? Mengapa harus minta kepada orang ?"
"Kau tidak mau menyerahkan obat itu ?"
"Tidak." "Baiklah," kata Sam Kiongcu, "Coba kau gerakkan kedua tanganmu itu keatas."
Tiba2 Cu Liong Cu berteriak : "Aaaa..Kau membokong ?"
"Itulah ilmu jarum Bu-siang Sin-ciam. Sepandai2nya tupai melompat, satu haripun jatuh juga. Bagaimana akhirnya kau menggunakan racun, sesudah jalan darahmu tertutup oleh jarum Bu siang Sin ciam, mungkinkah kau bisa menabur racun lagi?"
"Bah ! Tidak tahu malu. Membokong orang secara gelap." Dari balik tutup kerudungnya, Cu Liong Cu berdengus.
"Apa kau sudah tahu malu ?" Balik cemooh Sam Kiongcu. "Siapa yang begitu banyak meracuni orang dengan terang2an. Apa kau juga tidak menggelap ?"
Sesudah itu Sam Kiongcu menoleh kebelakang, di sana sudah turut serta 2 pelayan setianya, A Wan dan Bu Lan, kepada ke 2 pengawal pribadi ini, ia berkata :
"Ringkus gadis berbaju hitam itu. Tapi awas ! Jangan sentuh kulit atau tubuhnya. Gunakanlah sesuatu untuk menghindarkan sentuhan badan."
A Wan dan Bu Lan membuat persiapan2, mereka harus mencari kain terpal, agar bisa mengelakkan sentuhan tubuh dengan kulit si gadis berbaju hitam yang serba beracun itu.
Keadaan Cu Liong Cu berbahaya !
Tiba2 satu bayangan menyelak turun, itulah Kang Han Cing yang keluar dari tempat persembunyiannya.
"Tunggu dulu !" Teriaknya lantang.
Kehadiran Kang Han Cing disertai oleh dua bayangan lain, itulah Lie Wie Neng dan Goan Tian Hoat. Tiga pendekar muda kita siap menghadapi rintangan2 Ngo hong-bun.
Dari sepasang lubang topeng perunggunya, Sam Kiongcu memancarkan sinar mata bercahaya, ditatapnya Kang Han Cing sehingga beberapa saat.
Kang Han Cing maju tiga langkah.
Dua pasang mata beradu dekat2, tidak jelas bagaimana perubahan wajah Sam Kiongcu yang tertutup oleh topeng perunggu itu. Hanya tampak getaran badannya, perasaan terangsang, karena berhasil menjumpai si jantung hati, perasaan penyesalan, karena si ?dia? tidak menurut kehendak hatinya, dan perasaan malu, aneka macam perasaan itu berkecamuk menjadi satu.
Didepan orang2 bawahan dan sumoaynya, kewibawaan seorang pemimpin harus dipegang kuat2, dengan dingin Sam Kiongcu berkata : "Jie kongcu, kau masih berada di tempat ini?"
Kata2 yang tersembunyi sangat jelas dan mudah dimengerti ! Itulah teguran, mengapa kau tidak mendengar bujukanku dan memisahkan diri dengan orang2 Lembah Baru ?
Kang Han Cing mengangkat tangan memberi hormat, ia berkata : "Sam Kiongcu, tentunya kau hendak menghadang perjalanan kami yang mengantar Lie Kong Tie tayhiap, bukan ?"
Sambil bicara Kang Han Cing mengeluarkan suara tekanan tinggi : "Terima kasih kepada pemberian obat Sam Kiongcu. Lebih berterimakasih lagi pemberitahuan tentang penyergapan ini."
Dua orang yang bersatu hati bertemu didalam suasana panas permusuhan. Dari balik topeng perunggunya, Sam Kiongcu juga menyalurkan suara rahasianya : "Mengapa kau tidak mendengar nasihatku ?"
Lain disuara gelap, lain pula didepan umum, dengan suara kaku, ia berkata : "Dimana kalian sembunyikan Lie Kong Tie itu ?"
"Tentu saja tidak berada disini," Jawab Kang Han Cing dengan suara resmi.
Dan dengan saluran2 gelombang tertentu, ia bicara pribadi : "Mengapa Sam Kiongcu tidak mau meninggalkan Ngo hong-bun ?"
Disaat ini Lie Wie Neng turut bicara : "Bedebah, hendak kalian apakan pula ayahku ?"
"Lie kongcukah ?" Bertanya Sam Kiongcu Sun Hui Eng.
"Huh !" Dengus Lie Wie Neng. "Sesudah meracuni ayahku, kalian masih belum puas ?"
"Maksud Lie kongcu ?"
"Se-pandai2nya Sam kiongcu, tokh kehabisan anak buah juga. Menyerahlah !"
Menunjuk kearah Cu Liong Cu yang sudah tertotok, Sam Kiongcu berkata : "Putri Manusia Beracun sudah berada di pihakku, apa yang kalian bisa lakukan ?"
Disaat itu, A Wan dan Bu Lan sudah mengancam Cu Liong Cu, dua batang pedang terarah selalu, maksudnya jelas, kalau kompromi tidak dapat diselesaikan, si Putri Beracun adalah sandera.
"Saudara Lie, tunggu dulu," Cegah Kang Han Cing sebagai juru pemisah.
Sesudah itu, dihadapinya Sam Kiongcu dan berkata : "Sam Kiongcu, bisakah kau membebaskan nona Cu ?"
"Dan bagaimana keadaannya dengan begitu banyak orang2ku yang terkena bisa racunnya ?" Tanya Sam kiongcu.
"Sesudah kau membebaskan nona Cu Liong Cu, kita bisa membujuknya untuk memberi pengobatan," Jawab Kang Han Cing.
"Apa kau berani jamin, dia mau memberi obat penawar racun ?"
Sebelum Kang Han Cing memberi jawaban, Lie Wie Neng berteriak :
"Saudara Kang, jangan tolol. Kita hanya minta satu orang. Satu tukar satu. Hanya satu yang bisa disembuhkan."
Kang Han Cing membisiki sesuatu ditelinga Lie Wie Neng : "Bagaimana kita memberi pertanggung jawabannya kepada Cu Hoay Uh cianpwe ? Kalau sampai terjadi putrinya jatuh kedalam tangan Ngo-hong-bun ?"
Tentu saja. Lie Wie Neng pernah melepas janji kepada Cu Hoay Uh, ia tidak akan melupakan budi kakek itu, mengingat pertolongan yang pernah diberikan untuk menyembuhkan racun2 Lie Kong Tie. Kini Cu Liong Cu jatuh kedalam tangan orang, bagaimana kalau pihak Ngo-hong-bun ngotot tidak mau melepaskannya ?
"Bagaimana ?" Tanya Sam Kiongcu menjadi tidak sabaran. "Apa kalian belum selesai berunding ?"
Kang Han Cing segera bicara : "Baiklah. Kalau Sam Kiongcu bersedia melepas nona Cu Liong Cu, aku berjanji untuk menyembuhkan racun orang2 itu."
"Baik. Aku percaya kepadamu." Sam Kiongcu Sun Hui Eng bersedia melepas Cu Liong Cu, dengan syarat menyembuhkan keracunan orang2nya.
"Sam Kiongcu," tiba2 si Badan Besi Kwee In Su nyeletuk.
"Ada apa ?" Sun Hui Eng menjadi tidak puas atas cegahan itu.
"Obat penawar racun sudah tentu berada didalam badannya." Sambil menunjuk Cu Liong Cu. Kwee In Su tidak setuju melepaskan si Putri Beracun, karena itu ia berusaha mencegah. "Sesudah dia jatuh kedalam tangan kita, mengapa harus menyerahkan kepada orang2nya ? Apa lagi kalau mereka menelan kembali janji dan....."
"Cukup," potong Sam Kiongcu. "Kang Jie kongcu bukan orang tidak bisa dipercaya. A Wan bebaskan dan cabut jarum Bu-siang Sin-ciam !"
A Wan mengeluarkan sebuah besi sembrani, didekatinya kearah kedua lengan Cu Liong Cu, maka tersedot keluarlah dua jarum bu siang Sin-ciam itu.
Sam Kiongcu tidak banyak bicara lagi, dari jarak jauh ia menotok hidup jalan darah Cu Liong Cu.
Si Putri Beracun berhasil mendapat kembali kebebasannya, dari balik kerudung hitam, ia mengeluarkan dengusan, membalikkan badan berjalan pergi.
"Nona Cu, tunggu dulu," Teriak Kang Han Cing.
Cu Liong Cu menghentikan langkahnya, tanpa membalik badan, ia bertanya : "Ada apa ?"
"Nona sudah terkena jarum Bu-siang Sin-ciam Ngo-hong-bun, karena itu.."
Cu Liong Cu berbalik, dari sepasang lubang tutup kerudungnya, ia bertanya : "Kau yang menolong diriku ?"
"Bukan. Tapi sudah kujanjikan Sam Kiongcu untuk mengobati orang2nya yang terkena racun2 itu."
"Kau mempunyai obat penawarnya ?" Tanya Cu Liong Cu.
"Nona, kalau tidak kujanjikan seperti itu, mereka tidak mau memberi kebebasan, sedangkan kau berada didalam tangan mereka, bagaimana aku.aku"
"Kalau aku tidak mau menyerahkan obat penawar racun itu, bagaimana?" Potong Cu Liong Cu. "Dan lagi, siapa yang menyuruhmu memberi jaminan ? Kau sudah membuyarkan rencana Tan tongcu yang hendak meringkus mereka semua ini, tahu ?"
Kang Han Cing memandang si gadis berkerudung hitam dengan mulut terbelalak.
"Bagaimana ?" Bertanya Cu Liong Cu.
Apa yang bisa dilakukan oleh Kang Han Cing ? Merebut obat penawar racun dari tangan Cu Liong Cu ? Tentu tidak mungkin. Bukan tidak mungkin karena ia tidak mempunyai kemampuan untuk meringkusnya, tetapi tidak mungkin karena mengingat jasa-jasa ayah putri berkerudung ini kepada rimba persilatan pada umumnya.
Menyaksikan keadaan Kang Han Cing yang seperti itu, akhirnya Cu Liong Cu mau juga mengalah. "Baiklah," katanya. "Demi nama baik Kang Jie kongcu, aku bersedia menyerahkan obat penawar racun itu."
"Terima kasih..Terima kasih....." Berkata Kang Han Cing girang.
"Tunggu dulu, jangan terlalu cepat menjadi girang." Berkata Cu Liong Cu.
".." Kang Han Cing memandang dengan sikap bingung.
"Demi janjimu kepada orang, aku harus menyerahkan obat ini. Dan bukan kepada mereka."
Kang Han Cing menyengir, yang membutuhkan obat penawar racun itu adalah orang2 Sam Kiongcu, bagaimana harus diserahkan kepada dirinya.
"Maksud nona, bagaimana menyerahkan kepada mereka ?" Memang bingung untuk menghadapi seorang gadis yang seperti Cu Liong Cu.
"Begitu sayangnya ?" Tanya Cu Liong Cu. "Boleh juga menyerahkan obat dengan syarat2 tertentu."
"Syarat apakah itu ?"
"Kau harus bisa menyuruh Sam Kiongcu membuka tutup topeng perunggunya yang menakutkan itu."
"Mungkin..Mungkin.."
"Mungkin apa lagi. Kalau ia tidak bersedia membuka topeng perunggu, apa salah kalau aku menahan obat penawar racun ?"
"Baik, akan kucoba." Berkata Kang Han Cing. Ia segera menghampiri Sam Kiongcu.
Cu Liong Cu mengikuti dibelakang Kang Han Cing. Terjadi lagi pertengkaran kecil, hanya kata2 mereka dipercakap dengan perlahan, tidak terdengar oleh lain orang.
Menyaksikan keadaan yang seperti itu, Lie Wie Neng menghela napas. "Saudara Goan," katanya. "Dugaanmu selalu tepat."
"Hanya satu kebetulan," Berkata Goan Tian Hoat tertawa.
Di tempat lain Sam Kiongcu merasa disakitkan. Betapa tidak, menyaksikan keadaan Kang Han Cing yang mengobrol uplek dengan seorang gadis lain.
"Bagaimana ?" Teriaknya. "Apa kalian belum selesai berunding ?"
"Nona Cu sudah bersedia menyerahkan obat penawar racun," Jawab Kang Han Cing.
"Mana obat itu ?"
"Obat sudah diserahkan kepadaku."
"Nah, boleh kau keluarkan bukan ?"
"Nona Cu mengajukan syarat lain." Berkata Kang Han Cing, apa boleh buat.
"Kalau aku tidak bisa memenuhi syarat itu tentunya dia tidak mau menyerahkan obat penawar racun, bukan ?" Tanya Sam Kiongcu.
"Begitulah pesan nona Cu."
"Apa syarat yang diajukan olehnya ?" Tanya Sam Kiongcu.
"Bisakah Sam Kiongcu membuka topeng perunggumu didepannya ?"
"Hendak melihat wajah orang?" Tanya Sam Kiongcu. "Apa kau sudah janjikan aku bersedia membuka topeng didepannya ?"
"Belum." "Syukurlah," berkata Sam Kiongcu. "Sebelumnya tidak ada syarat embel2 lain, bukan ? Kau yang berjanji, menjamin penyerahan obat penawar racun sesudah membebaskan dirinya. Karena itu tuntutanku adalah tuntutan wajib. Apa lagi kau tidak pernah berjanji kepadanya kalau aku bersedia membuka topeng didepannya. Maka tanpa pembukaan topeng itupun dia harus menyerahkan obat."
Terus menerus Kang Han Cing menghadapi problem, berkerut alis dalam2, bagaimanakah dia hari ini ? Dari kedua gadis yang tidak sepaham itu mendapat banyak kesulitan.
"Tapi..Tapi" Susah memberi penjelasan yang lebih mendalam.
"Apa lagi yang menyusahkan Jie kongcu ?" Tanya Sam Kiongcu.
"Inilah permintaan nona Cu, kalau tidak dipenuhi, mungkin..Mungkin"
"Dia tidak mau menyerahkan obat penawar racun itu ?"
"Begitulah." "Begitu tunduk kepadanya ?" Berkata Sam Kiongcu. "Baiklah, tolong juga sampaikan salamku. Lain kali, kalau saja ia jatuh kedalam tanganku, akan kusayati wajahnya yang ditutup itu."
Di pihak lain, Cu Liong Cu juga berteriak :
"Jie kongcu, sampaikan juga salamku, lain kali, tanpa kehadiranmu. Matipun jangan harap bisa meminta sesuatu dariku."
Sebetulnya, jarak kedua gadis cukup dekat, tanpa orang ketigapun bisa didengar oleh pihak lainnya. Tokh mereka memviakan Kang Han Cing sebagai juru bicara.
Menonton jalannya cerita, Goan Tian Hoat menoleh kearah Lie Wie Neng dengan mesem meng-geleng2kan kepala.
Sam Kiongcu sudah menyodorkan tangan meminta obat penawar racun yang sudah dijanjikan. "Boleh kau serahkan, bukan ?" Katanya. "Demi kepentinganmulah, acc."
Kang Han Cing mengeluarkan obat penawar racun, siap diserahkan kepada Sun Hui Eng. Tiba2 terdengar teriakan Cu Liong Cu :
"Tunggu dulu, begitu percaya kepadanya ? Kalau dia tidak mau membuka topeng perunggunya sesudah menerima obat itu, bagaimana ?"
"Kukira hal itu tidak mungkin terjadi," Berkata Kang Han Cing.
"Kau berani memberi jaminan ?" Tanya Cu Liong Cu. Ia bersitegang mau melihat wajah asli Sam kiongcu yang tersembunyi dibalik topeng perunggu, sebelum obat penawar racun diserahkan kepadanya.
"Orang sudah membebaskan nona, hanya percaya kepada diriku. Suatu bukti kalau ia tidak menelan janji. Baik. Kuberikan jaminan itu."
Sam Kiongcu tertawa puas, katanya : "Baiklah. Mendengar kata2mu yang memang cukup manis, aku bersedia mengalah."
Sesudah itu Sam Kiongcu mencopot topeng perunggunya. Bercahayalah seketika atas pimpinan Ngo-hong-bun itu. Walau di malam gelap, alam tidak akan menyembunyikan umatnya yang cantik.
"Betul2 seorang perempuan." Bergumam Cu Liong Cu. Kalau tadinya ia hanya menduga, kini kepastian itu ada. Pantas saja Kang Han Cing sangat jinak kepadanya.
Sam Kiongcu menyingkap rambutnya yang halus terurai, dikenakan lagi topeng perunggu penutup wajah itu. "Ya, aku seorang wanita, ada hubungan apa dengan dirimu ?" Tanyanya mengejek.
"Pantas dia lulut sekali." Berkata Cu Liong Cu, membanting kaki sebentar, ia meninggalkan tempat itu.
Kang Han Cing tidak menduga sampai disitu, memandang arah lenyapnya si Putri Beracun, tanpa pengejaran.
Goan Tian Hoat dan Lie Wie Neng juga tidak bisa mencegah kepergian gadis dingin itu.
Sun Hui Eng memandang Kang Han Cing dan berkata : "Se-olah2 aku ini tidak boleh menjadi wanita ! Apa dia sendiri saja yang boleh ?"
Singkatnya, sesudah Kang Han Cing menyerahkan obat penawar racun, A Wan dan Bu Lan menyembuhkan orang2 Ngo-hong bun, satu persatu mulai sadarkan diri.
Yang paling penasaran adalah Go Kiongcu Co Hui Hee, begitu melihat adanya Kang Han Cing ditempat itu, tanpa mengucapkan ba dan bu, ia menyodok kearah tulang pinggang.
Kang Han Cing sedang membelakangi orang, tokh mempunyai panca-indra yang lihay, secepat itu ia melejit kesamping.
Perintah Maut Karya Buyung Hok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Co Hui Hee memungut kebutannya, satu kali lagi serangan diteruskan.
"Sumoay !" Bentak Sam Kiongcu.
Tanpa bentakan itu, Kang Han Cing masih bisa mempertahankan diri. Biar bagaimanapun, ia lebih unggul dari Co Hui Hee. Mengingat kejadian digedung keluarga Wie, Co Hui Hee mendapat malu atas perbuatannya, Kang Han Cing harus mengalah sedikit. Karena itu, ia hanya mengelak tanpa membalas atau membuat serangan balasan.
Dibentak oleh sucienya, dan ia tahu sulit memenangkan ilmu kepandaian Kang Han Cing, Co Hui Hee menunggu kesempatan yang lebih baik. Pertempuran terhenti.
Di pihak lain, Hian-keng dan Hui keng sudah berhadapan dengan Goan Tian Hoat dan Lie Wie Neng. Sudah menjadi kebiasaan Hian-keng membokong orang, walau di mulut dipasang lidah manis, bertanya kepada Lie Wie Neng : "Dimanakah gadis berbaju dan berkerudung hitam tadi ?" Secara menggelap, tangannya mengirim satu serangan dingin.
Lie Wie Neng bukan putra datuk biasa, segera sadar akan adanya ancaman itu, tangannya dibalikkan, dengan mulut membentak, menggempur datangnya hawa dingin.
"Kurang ajar ?" Bentak Lie Wie Neng. "Membokong orang ?"
"Dimana gadis berkerudung hitam itu ?" Tanya lagi Hian keng.
"Mana kutahu !" Jawab Lie Wie Neng.
"Bukankah satu rombongan dengan kalian ?"
"Memang satu rombongan..!"
Disaat ini, lagi2 serangan gelap Hian-keng menjulur datang.
"Hei, orang macam apakah kau ini ?" Teriak Lie Wie Neng sambil menangkis datangnya serangan berjalur dingin itu.
Terjadilah pertempuran ! Hui-keng menerjang hendak menerjang Goan Tian Hoat.
Baru saja Sam kiongcu Sun Hui Eng berhasil melerai pertengkaran Co Hui Hee dan Kang Han Cing, didengar lagi suara pertempuran, cepat2 ia memanggil kedua huhuatnya : "Jiwie huhuat.!"
"Inilah putra Datuk Utara Lie Wie Neng..." Jawab Hian-keng.
"Bisakah kalian menghentikan pertempuran ?" Berkata Sun Hui Eng.
"Sam Kiongcu ada petunjuk ?" Tanya Hian keng dan Hui keng.
"Hentikan pertempuran !" Inilah perintah. Sun Hui Eng harus menggunakan kekuasaannya.
Hian-keng dan Hui-keng mengundurkan diri, mereka tidak dikejar oleh kedua lawannya.
Sun Hui Eng memandang kepada orang2nya dan melanjutkan komando perintah : "Hentikan semua pertempuran !"
Hian-keng, Hui keng dan Kwee In Su dkk yang sudah siap menarik kembali semua persiapan itu, mereka taat kepada perintah.
"Sam Kiongcu...." Berkata Hian-keng minta penjelasan.
Sun Hui Eng berkata : "Kalian sudah terkena serangan racun jahat, kalau bukannya Kang Jie kongcu yang murah hati dan memberi obat penawar racun, kita terjungkel habis2an ditempat ini. Gerakan pasukan ketiga ditunda, semua kembali ke kapal !"
Hui-keng tertegun atas kejadian itu, ia berkata : "Sam Kiongcu, bagaimana kita memberi tanggung jawab kepada Jie Kiongcu yang mengharuskan meringkus dirinya ?"
Ia menunjuk Kang Han Cing.
Putra Datuk Selatan Kang Han Cing tertawa panjang, ia mengirim tantangan, katanya : "Hendak kulihat bagaimana kalian hendak meringkus diriku ?"
Sam Kiongcu menoleh ke arah Kang Han Cing, dari sepasang lubang topeng perunggunya ia memancarkan sinar malu penuh penyesalan, se-olah2 mengandung arti : Tidak bisakah kau mengalah sedikit ?
Sesudah itu, dihadapi pula Hui keng dkk dan berkata :
"Semua tanggung jawab dari hasil gerakan ini berada diatas kedua pundakku. Sesudah mana menerima pemberian hadiah orang, tidak patut berkeras kepala. Kwee huhuat, kibarkan bendera keberangkatan, pulang !"
Kata2 terakhir ditujukan kepada si Badan Besi Kwee In Su.
Kwee In Su segera mengibarkan bendera pengunduran pasukan.
"Kembali ke kapal dan.Berangkat !"
Mereka bergerak teratur dengan arah perahu-perahu besar Ngo hong-bun.
Tiba2..... "Hmm...." Satu suara berkumandang, memasuki telinga semua orang. Disana bertambah sesosok tubuh berselubung, dengan kepala terperongsong topeng perak, itulah Jie Kiongcu Ngo-hong-bun.
Kang Han Cing bersua dengan orang ini, mendekati Goan Tian Hoat dan Lie Wie Neng, ia berkata perlahan : "Itulah Jie Kiongcu."
Turut dibelakang Jie Kiongcu adalah tiga bayangan yang berlainan warna, mereka adalah Lengcu Panji Putih, Lengcu Panji hijau dan Lengcu Panji Merah.
Hui-keng dan Hian keng menduduki huhuat kelas satu, tokh mereka harus taat kepada perintah ketiga pimpinan Ngo hong-bun. Mereka tidak berani membantah Sam Kiongcu, karena itu, kedatangan Jie Kiongcu tepat memasuki lubuk hatinya, hanya Jie Kiongcu atau Toa Kiongcu yang bisa merobah pendirian Sam Kiongcu, karena itu mereka bergembira hati.
"O-mi-to hud," kata Hui keng. "Kedatangan Jie Kiongcu tepat pada waktunya."
Sun Hui Eng memberi hormat kepada saudara seperguruan itu. "Sucie." Panggilnya perlahan. "Kau juga datang ?"
"Rasa khawatirku tidak bisa dilenyapkan." berkata Jie Kiongcu. "Karena itu aku menyusul kemari."
Menoleh ke arah tiga jago muda, Jie Kiongcu berkata :
"Selamat bertemu, kukira aku sedang berhadapan dengan Lie Wie Neng kongcu dari Datuk Utara dan Pendekar Cendikiawan Goan Tian Hoat."
"Dugaan yang tepat," berkata Lie Wie Neng. Ia hendak menjajal ilmu kepandaian Jie Kiongcu Ngo-hong-bun itu, mengingat Kang Han Cing pernah menggembar-gemborkan ilmu kepandaiannya. "Apa kau juga hendak turut berperang?" Tanyanya penuh tantangan.
"Boleh juga turut didalam arena pertandingan," berkata Jie Kiongcu. Kemudian dihadapi Goan Tian Hoat. "Kudengar kau pandai berdiplomasi, maka sampai bisa tercipta Perserikatan 4 Datuk Persilatan." Katanya dengan sikap angkuh. "Suatu kejadian yang sangat merugikan Ngo hong bun."
"Adanya Ngo-hong-bun adalah kejadian yang mengganggu ketenangan rimba persilatan," Berkata Goan Tian Hoat.
"Ya...Ya....Memang kita menganut idiologi yang tidak sama. Masing-masing menganggap mengganggu ketenangannya," berkata Jie Kiongcu, "Eh, mengapa tidak tampak si Manusia Beracun dan si hidung kerbau dari kelenteng Pek-yun-koan ?"
"Ha, ha, ha, ha.. Cu Hoay Uh cianpwe dan Tian-hung totiang yang kau maksudkan ? Nah ! Akhirnya kau tokh kalah perhitungan."
"Kalah perhitungan ?" Jie Kiongcu tidak mengerti.
"Cu Hoay Uh cianpwe dan Tian-hung-totiang sudah tidak berada ditempat ini." berkata Kang Han Cing.
"Aaa......" Teriak Jie Kiongcu. "Siasat Cecak Melepas Buntut ? Kalau begitu Lie Kong Tie sudah tidak berada di tempat ini ?"
"Tentu saja tidak berada disini," Berkata Lie Wie Neng.
"Mereka sudah berada dikelenteng Sin ko-sie, mungkin sedang mengubrak-abrik sarang kalian itu," berkata Kang Han Cing. "Inilah siasat Memancing Macan Meninggalkan Sarangnya."
Ketua kelenteng Sin-ko sie mengeluarkan keringat dingin, hal itu sangat berbahaya, mengingat inti kekuatan Sin-ko-sie dan Ngo hong-bun sedang berada di tempat itu. Seperti apa yang Kang Han Cing cetuskan, itulah tipu siasat Memancing Macan Meninggalkan Sarangnya, menggunakan 2 perahu kosong sebagai umpan, perahu2 yang disangka Ngo hong-bun membawa Lie Kong Tie dkk menuju kearah Lembah baru, mereka terpancing.
Bukan seperti apa yang Jie Kiongcu katakan, siasat Cecak Melepas Buntut tidak terlalu penting, 'Buntut? yang dilepas adalah 3 jago muda gagah perkasa yang tidak mudah dilayani.
"Kalau sampai terjadi sesuatu didalam kelenteng Sin-ko sie, jangan harap kalian bisa tidur nyenyak." Ancam Hui-keng.
"Ha, ha..Sesuatupun sudah terjadi, apa yang taysu bisa lakukan kepada kita ?" Tantang Kang Han Cing.
"Mengkeremus tubuh kalian !" Teriak Hui-keng dengan suara jeritan.
"Betul." Jie Kiongcu mempertegasnya. "Mengkeremus 3 ekor cecak yang sudah mereka tinggalkan. Terutama kau."
Ia menunjuk Kang Han Cing dan meneruskan kata2nya :
"Sesudah mencuri Tiga Pukulan Burung Maut golongan kami jangan harap kau bisa hidup tancap kaki, sebelum mengembalikan ilmu2 Ngo hong-bun itu."
Mengembalikan ilmu2 Ngo hong-bun berarti memunahkan ilmu kepandaian Kang Han Cing. Keadaan menjadi tegang kembali, orang2 Ngo-hong-bun yang sudah siap kembali ke perahu2 mereka kini mulai tegang kembali.
"Sucie..." Tiba2 terdengar suara Sam Kiongcu Sun Hui Eng. Sedari tadi ia tidak turut bicara, baru sekarang ia meminta hak sebagai pemimpin gerakan.
"Ada apa ?" Bertanya topeng perak Jie Kiongcu.
"Gerakan pasukan di malam ini atas perintah Toa Sucie, siapakah yang mendapat tugas sebagai pemimpin gerakan ? Sucie atau aku ?"
"Tentu saja sumoay." Berkata Jie Kiongcu.
"Mungkinkah Jie Sucie tidak melihat, kalau aku sudah memberi perintah untuk menangguhkan semua gerakan pasukan ?"
"Aku tahu." Jawab si topeng perak.
Topeng perunggu Sun Hui Eng berkata : "Nah. Tangguhkanlah gerakan malam ini. Semua kembali."
"Tapi.." (Bersambung 22) *** Jilid 22 "TUGAS PERTAMA, Toa sucie mengharuskan kita menangkap Lie Kong Tie, sedangkan Lie Kong Tie sudah tidak berada ditempat ini, mungkinkah kita masih bercokol disini terus?"
"Tentang tugas kedua ?"
"Tugas kedua untuk menangkap Kang Han Cing. Sayang sekali Jie sucie tidak menyaksikan bagaimana orang2 kita terjungkel dibawah racun Cu Liong Cu, kalau tidak ada Kang Jie kongcu yang memberi obat penawar racun, mungkinkah kita bisa meneruskan usaha. Untuk sementara, urusannya harus dirembuk kembali ber-sama2 Toa sucie, lain kali saja kita meminta ilmu kepandaian itu."
Topeng Perak Jie Kiongcu menoleh ke arah Hui-keng dan bertanya : "Betulkan ada kejadian yang seperti itu? Kalian tidak bisa mengelakkan racun2 Cu Liong Cu?"
"Diluar dugaan semua orang," Hui-keng menganggukkan kepala. "Hanya Sam Kiongcu seorang yang kebal racun, maka tidak menderita keracunan."
"Bukan kebal racun," berkata Sam kiongcu. "Walau aku berhasil menotoknya dengan jarum Bu-siang Sin-ciam, siapakah yang berani menyentuh tubuh penuh racun2 itu ?"
Pantas saja Cu Liong Cu tidak takut, ternyata si gadis berkerudung hitam memiliki banyak permainan beracun.
"Ya," jawab Jie kiongcu. "Hal ini bisa kubayangkan. Siapakah yang berani mendekati manusia2 beracun ?"
"Nah, tunggu apa lagi? Mengapa Jie sucie tidak turut kita kembali ?"
"Tunggu dulu," berkata si Topeng Perak. "Sam sumoay sudah membuat pernyataan penundaan perang. Itu urusanmu, tapi aku masih mempunyai urusan dengan Kang Jie kongcu."
"Baiklah," berkata Sam kiongcu. "Kita berangkat pulang terlebih dahulu."
Memandang kearah Kwee In Su, memberi perintah agar komando penarik pulangan itu diteruskan.
Kwee In Su berteriak keras : "Atas perintah Sam Kiongcu, semua naik keatas kapal !"
Dan puluhan orang2 berbaju seragam naik keatas perahu Ngo-hong-bun. Hanya Hui-keng, Hian keng dan beberapa orang saja yang ragu2 atas komando itu.
Sam Kiongcu memandang A Wan dan Bu Lan, ia memberi komando lain : "Semua pasukan harus ditarik pulang. Siapa yang berani membangkang, gunakanlah Hak Ketiga, bunuh orang2 kita yang berani membangkang perintah."
Kemudian memandang Co Hui Hee, Sun Hui Eng berkata : "Sumoay, mari pulang."
Co Hui Hee, Hui-keng, Hian-keng dan lain2nya kembali ke perahu masing2.
Hanya Tiga Lengcu Berwarna yang belakangan datang ber-sama2 Jie Kiongcu yang masih berada di belakang si topeng perak itu.
"Samwie Lengcu." teriak A Wan dan Bu Lan. "Apa kalian tidak taat kepada Perintah Ketiga?"
Lengcu Panji Putih, Lengcu Panji Merah dan Lengcu Panji Hijau memandang kearah si topeng perak.
"Pergilah." Berkata Jie Kiongcu. "Agar jangan sampai Sam susiok kalian marah dan uring2an."
Ketiga lengcu ini memberi hormat dan meninggalkan Jie Kiongcu.
Perahu2 besar Ngo-hong-bun mulai berangkat, inilah cara2 Sam kiongcu yang tidak ingin mengeroyok Kang Han Cing bertiga. Sebelum berangkat, ia masih sempat memberi kisikan penting :
"Ber-hati2lah menghadapi jurus ketiga dari Tiga Jurus Pukulan Burung Mautnya."
Jurus ketiga dari Tiga Pukulan Burung Maut diberi nama 'Mengaduk dan Menghancurkan Jagat', Kang Han Cing pernah turut mempelajari ilmu ini, walau memang bukan ilmu yang bisa digolongkan kelas biasa, tokh ilmu yang sudah berada didalam kantong bajunya, mengapa harus takut ?
Si topeng perak menghadapi ketiga jago tanpa bantuan, se-olah2 mempunyai pegangan penuh untuk mengalahkan lawan2nya.
Kang Han Cing pernah bercerita, kalau ilmu kepandaian topeng perak ini berat dihadapi, suatu hal yang membuat Lie Wie Neng penasaran, sebagai murid Pendekar Kipas Wasiat yang ternama, belum pernah ia tunduk kepada orang, dengan adanya kesempatan baik ini, segera ia tampil kedepan, dihadapi Jie Kiongcu sambil membentak: "Hayo, hadapi dahulu 'buntut cecak? yang pertama !"
"Oooow, mau bertanding ? Jangan khawatir, satu persatu mendapat giliran." Berkata Jie Kiongcu.
"Saudara Lie.." Kang Han Cing hendak mencegah.
"Saudara Kang, serahkan pertandingan pertama kepadaku." Berkata Lie Wie Neng.
"Ya, hendak kujajal bagaimana ilmu kepandaian anak murid Pendekar Kipas Wasiat Sin Soan Cu yang ternama itu."
Sret.. Jie kiongcu mengeluarkan pedang, disabetkan ke kanan dan kiri, sreet, sret.. Ia sudah menyerang Lie Wie Neng ber-turut2 sampai dua kali.
Tersipu-sipu Lie Wie Neng mengeluarkan kipasnya, kalau menghadapi orang biasa, mungkin Lie Wie Neng tidak gugup seperti kali itu, yang membuatnya agak repot adalah arah pedang Jie Kiongcu yang terlalu cepat, untuk membuat posisi bagus terpaksa ia mundur dua tiga langkah.
Jie Kiongcu tidak meneruskan serangannya, menahan ujung pedang ditengah jalan, ia bercemooh : "Hanya seperti inikah ilmu kepandaianmu? Sungguh memalukan Datuk Utara. Memalukan Pendekar Kipas Wasiat."
Lie Wie Neng sudah membuktikan ilmu pedang si topeng perak, ia tidak banyak adu mulut lagi, kipasnya dilipat dan menotok lima tempat jalan darah lawan. Serangannya terbuka dan merangsek hebat, dengan mengambil inisiatip penyerangan.
Jie Kiongcu menahan setiap datangnya serangan, setapakpun ia tidak mau mengalah, kalau perlu, ia tidak segan mengadu tenaga dalam, maka pertempuran itu hebat dan seru.
Satu saat Lie Wie Neng merasakan tubuhnya tersedot, dan mencong pulalah serangan kipasnya, traaang..Kipas itu diterbangkan pergi.
Keringat dingin membasahi sekujur tubuh Lie Wie Neng. Ia lompat mundur jauh ke belakang.
Lagi2 si topeng perak menghentikan pengejaran, ia menyindir :
"Seperti ini sajakah ilmu kepandaian kipas wasiat? Huh ! kau belum cukup umur untuk menandingi diriku. Panggil saja gurumu, mungkin ia bisa mengadakan perlawanan yang lumayan."
"Tidak perlu dipanggil. Aku sudah berada disini," sambung satu suara, disana bertambah seorang kakek berbaju putih, itulah Pendekar Kipas Wasiat Sin Soan Cu.
"Suhu," Lie Wie Neng memberi hormat kepada orang tua itu, airmatanya meleleh turun, ia bersedih atas kekalahannya dan sesuatu yang membuat sang guru turut malu.
"Bangunlah," berkata Pendekar Kipas Wasiat. "Aku tidak menyalahkan dirimu yang kalah oleh murid Nenek Goa Naga Siluman. Belum pernah terbayang olehmu, betapa hebat kepandaian Nenek Goa Naga Siluman, kecuali Sepasang Dewa dari Tong hay, siapakah yang pernah ditakuti olehnya? Jangan kata dirimu, sampai kipasku pun turut tidak dipandang mata."
Hati Jie kiongcu sedang me-nimbang2, inikah orangnya yang mendapat julukan Pendekar Kipas Wasiat ?
"Hei, kau yang bernama Sin Soan Cu ?" ia mengajukan pertanyaan.
"Ha, ha..nama itu belum lama kau sebut2, bukan ?" tertawa Sin Soan Cu.
"Dan juga mau turun tangan ?" tanya lagi si topeng perak.
"Lebih baik tidak turun tangan, kalau tidak sampai sangat terpaksa sekali."
"Syukur sajalah." Berkata Jie kiongcu. "Bawa saja muridmu itu, dan meninggalkan tempat ini."
Si topeng perak hendak mengelakkan pertempuran melawan Sin Soan Cu.
Pendekar Kipas Wasiat tertawa berkakakan. "Belum lama kudengar ada orang yang menantang perang, siapakah orang itu? Kalau pendengaranku tidak salah, kau menyuruh muridku memanggilku, bukan?" jago tua ini tidak mau mengalah begitu saja.
Jie kiongcu mempersilahkan Sin Soan Cu mengajak Lie Wie Neng meninggalkan tempat itu, bukannya berarti ia takut kepada si Pendekar Kipas Wasiat, sebagai murid Nenek Goa Naga Siluman, belum pernah ia takut kepada siapapun juga, kecuali keturunan Liu Ang Ciauw dari Tong hay.
Maksud dari mengelakkan pertempuran adalah mengurangi jumlah musuh, kalau Sin Soan Cu tidak berada di tempat itu, mungkin lebih mudah menghadapi Kang Han Cing dan Goan Tian Hoat.
Kini Sin Soan Cu menantang, si topeng perak mengeluarkan dengusan dingin, katanya bertolak pinggang : "Sin Soan Cu, jangan kira semua orang takut kepadamu. Mungkin saja kalau nama Pendekar Kipas Wasiat bisa menakutkan orang lain. Tapi aku tidak. Baiklah, mari, mari kita menjajal ilmu kekuatan."
Sret.Sin Soan Cu mengeluarkan kipasnya, lebih besar sedikit dari ukuran yang digunakan oleh Lie Wie Neng, inilah kipas yang pernah menggemparkan rimba persilatan, kipas istimewa tiada tandingan, kipas yang bisa mengeluarkan suara guntur, senjata yang bisa menciutkan nyali lawannya.
"Bedebah ! Mentang2 memiliki ilmu simpanan dari si Nenek Goa Naga Siluman, lantas menjadi sombong dan congkak ? Kalau tidak kuberi sedikit pelajaran, kau bisa memandang rendah semua jago rimba persilatan. Hayo, ber-siap2lah untuk menerima pelajaranku."
"Jangan banyak putar lidah, perlihatkanlah kemampuanmu." Berkata Jie kiongcu penuh tantangan.
"Ya. Kukira tidak ada orang yang mengatakan aku menghina anak muda, mengingat kedudukanmu sebagai murid Nenek Goa Naga Siluman yang ternama."
Membarengi dan seiring dengan kata2 Sin Soan Cu yang terakhir, terdengar satu suarablegurinilah suatu pertanda dari mulainya gerakan tipu silat kipas wasiat. Arah kipas ditujukan ke arah batok kepala si Topeng Perak.
Traaangg.Jie kiongcu meletakkan pedang diatas kepala menangkis datangnya serangan itu, terdengarlah suara berdengung dari beradunya dua senjata.
Pendekar Kipas Wasiat Sin Soan Cu menelungkupkan senjatanya, berganti dan mengikuti arah gerakannya, mengancam tenggorokan. Satu kecepatan yang tiada tara.
Traaaanngg.. Lagi2 Jie kiongcu menangkis datangnya ancaman itu.
Seperti apa yang sudah dikatakan, kalau suara guntur gemuruh yang bisa membisingkan telinga itu sangat mengganggu konsentrasinya lawan kipas wasiat. Jie kiongcu berhasil menekan gangguan fisik tersebut, sebagai murid Nenek Goa Naga Siluman yang ternama, ia tidak kehilangan pamor.
Kipas dan pedang saling gempur !
Kang Han Cing turut mengikuti jalannya pertempuran, hatinya bergumam :
"Pendekar Kipas Wasiat Sin Soan Cu memang luar biasa, kekuatan Jie kiongcu tidak mungkin bisa memenangkan si jago tua."
Bukan Kang Han Cing saja yang memaklumi akan adanya perbedaan kekuatan tenaga dalam. Sin Soan Cu juga sudah memperhitungkan untung ruginya dari jalan pertandingan tadi, ia akan mengalahkan si topeng perak dengan mengandalkan kekuatan tenaga dalamnya yang ber-lebih2an. Serangannya tidak pernah mereda.
Kilatan gerak kipas dan suara gemuruh menguasai suasana, seketika angkasa menjadi gelap.
Walau begitu, Jie kiongcu masih bisa bertahan, ilmu pedangnya memang luar biasa, dibidang perubahan2 silat inilah ia menanam keunggulannya, pedangnya yang lincah memberi perlawanan yang gigih.
Triiiinngg..triiiing..traaaang.traaanngg..
Tiba2 suara menjadi sunyi, dua bayangan itu terpisah.
Lie Wie Neng, Kang Han Cing dkk terkejut, mementangkan mata mereka lebar2. Tampak Jie kiongcu mundur tiga sampai empat langkah, pedangnya dilintang menjaga dada, deburan napasnya seperti uap lokomotif, sengal2 keras.
Di pihak lain, walau keadaan Sin Soan Cu agak baikan, juga mengalami cedera, sebagian lengan bajunya pecah panjang, itulah bekas goresan luka pedang lawan. Pendekar tua ini mengatupkan kedua matanya, juga sedang mengheningkan cipta.
Tiba2 terdengar suara dengusan dingin yang dicetuskan oleh Jie kiongcu, kaki manusia bertopeng perak ini melejit, maka badan pun lurus segaris dengan pedang, meluncur ke arah Pendekar Kipas Wasiat.
Sin Soan Cu sudah selesai membenarkan peredaran2 jalan darah yang menyimpang ke beberapa jaluran salah, memperhitungkan dan menerima bisingan suara ancaman bahaya itu, ia tertawa berkoar : "Ciiiiaaattt..!"
Dan terdengarlah suara gelugurnya kipas memapaki datangnya serangan Jie kiongcu.
Kang Han Cing memeras keringat dingin, bisakah Sin Soan Cu menahan datangnya serangan ?Kehadirannya Burung Tanpa Sayap? ? salah satu dari Tiga Pukulan Burung Maut, intisari tipu silat golongan Ngo hong bun itu ?
Sin Soan Cu mengipas dan mengipas lagi, bukan kipasan biasa, itulah kipasan yang disertai oleh tenaga dalam, dibina bersama kipas wasiatnya. Mengingat keadaan tenaga dalam Jie kiongcu yang jauh berada dibawah Sin Soan Cu, seharusnya manusia berselubung topeng perak itu harus bisa diterbangkan dari tempat kedudukannya.
Gambar yang sudah digambarkan itu betul2 terjadi, tapi perkembangan berikutnya memang aneh, tubuh Jie kiongcu yang terapung itu menukik, terjadilah posisi kedua dari jurus Tiga Pukulan Burung Maut, gerak tipu yang diberi nama ?Gagah Perkasa Membentangkan Sayap?, bagaikan seekor kelelawar, ia balik terbang kembali, tetap menyerang Sin Soan Cu.
Pendekar Kipas Wasiat salah membuat perhitungan, mana disangka kalau ada seseorang yang bisa terbang seperti itu ? baru saja ia siap sedia dengan posisi baru, serangan Jie kiongcu sudah datang, apa boleh buat, ia menggebrik kipas cepat.
Terjadilah pergumulan jarak dekat, gedubrak.gedubrak.salah satu dari dua bayangan yang saling gumul itu mental jauh.
Perubahan2 tadi terlalu cepat, tidak bisa diikuti oleh bayangan mata, hati Lie Wie Neng ber-debar2, siapakah yang dikalahkan? Sang guru atau Jie kiongcu?
Disaat ini terdengar suara Sin Soan Cu yang lantang : "Nah, lain kali jangan suka menantang orang yang belum hadir ditempatnya."
Sudah tentu yang kalah bukan si Pendekar Kipas Wasiat itu.
Panorama ditempat itu baru terpeta, tampak sebagian rambut Sin Soan Cu terpapas botak. Keadaan Sin Soan Cu memang agak mengenaskan, mengingat sobek baju dan rambut yang berserakan, pindah dari tempatnya semula. Lebih mengenaskan lagi adalah keadaan Jie Kiongcu, topengnya meleng kesamping, hampir copot, ia duduk numprah di tanah, darah berceceran di beberapa tempat, tangannya masih memegang pedang, tapi hanya pedang sepotong, bagian tajamnya sudah hilang, ternyata pedang itu sudah patah menjadi dua bagian, ia hanya memegang yang bagian gagang, dan sebagian lagi tertancap pada pundak sendiri, ia dikalahkan Sin Soan Cu.
"Sin Soan Cu," berkata Jie kiongcu dengan suara lemah. "Catat perhitungan di hari ini, tunggulah pembalasan Ngo-hong-bun dikemudian hari."
Sesudah itu tubuhnya melejit, meninggalkan lapangan.
Kang Han Cing, Lie Wie Nenga dan Goan Tian Hoat menghampiri Pendekar Kipas Wasiat Sin Soan Cu.
"Suhu, bagaimana keadaanmu ?" bertanya Lie Wie Neng.
"Ilmu silat Hu hong kiam hoat dari Nenek Goa Naga Siluman memang tiada tara." Sin Soan Cu menghela napas. "Hampir saja aku dikalahkan olehnya."
"Yang digunakan tadi adalah ilmu Tiga Pukulan Burung Maut," berkata Kang Han Cing. "Inti sari dari ilmu Hui hong kiam hoat."
Sin Soan Cu menoleh, memandang putra Datuk Selatan tersebut, ia agak heran, karena jago muda itu bisa menyebutkan nama dari ilmu golongan sesat. "Bagaimana kau tahu ?" Ia mengajukan pertanyaan. "Gurumu jua pandai menggunakan ilmu Hui hong kiam hoat ?"
"Bukan." Berkata Kang Han Cing. "Hanya suatu kebetulan boanpwe bisa turut mempelajari ilmu Tiga Pukulan Burung Maut itu."
Diceritakan juga bagaimana cara ia mendapat pelajaran ilmu Tiga Pukulan Burung Maut.
"Ouw.." Sin Soan Cu bisa menerima kenyataan. "Kalau begitu, murid Nenek Goa Naga Siluman itu hanya menggunakan dua jurus saja? Jurus ketiga yang diberi nama ?Mengamuk dan Menghancurkan Jagat? itu belum dikeluarkan? Tentunya lebih hebat dari 2 jurus yang terdahulu."
"boanpwe belum bisa menyelami perobahan2nya." Berkata Kang Han Cing. "Menurut catatan yang ada, tipu ke 3 adalah tipu terhebat di ini masa."
"Oh, begitu ?" berkata Sin Soan Cu. "Tadi seharusnya kuberi kesempatan ia menggunakan tipu itu, hendak kusaksikan betapa hebatnya tipu tersebut."
Bicara sampai disini, teringat bagaimana ia pun hampir mendapat cedera, kalau kurang lihay saja, batok kepalanya tergelincir jatuh. Kalau tidak bantuan rambut diatasnya, dan kini ia menjadi botak, lengan bajunyapun terluka, ia tertawa sendiri. "Mungkin," katanya secara jujur. "Kalau murid Nenek Goa Naga Siluman tadi sempat menggunakan tipu Mengamuk dan Menghancurkan Jagat, yang menjadi pecundang adalah diriku sendiri."
"Suhu," berkata Lie Wie Neng. "Begitu hebatkah ilmu Nenek Goa Naga Siluman ?"
Sin Soan Cu menganggukkan kepala, menunjuk Kang Han Cing dan berkata :
"Gurunya juga turun gunung, hanya karena Nenek Goa Naga Siluman ini. Kalau kita tidak bisa bekerja sama untuk menghadapinya, tidak ada orang yang bisa mengalahkan nenek tersebut."
"Ilmu tidak ada tandingan ?" bertanya Lie Wie Neng.
"Kecuali Sepasang Dewa dari daerah Tong-hay." Berkata Sin Soan Cu. "Hanya cucu keturunan Liu Ang Ciauw itulah yang pernah mengalahkan Nenek Goa Naga Siluman."
Kehadiran Sin Soan Cu bukan suatu kebetulan, ia datang dengan berita yang menyatakan kehilangannya Cu Liong Cu. Tentunya sudah jatuh kedalam tangan partay Ngo-hong bun. Untuk menyelidiki dengan pasti, mereka berpencaran.
*** Bab 75 MENGIKUTI PERJALANAN Kang Han Cing, karena jumlah mereka terbatas, seorang satu jurusan dan Kang Han Cing membuat penyelidikan seorang diri.
Ia meninggalkan perjalanan air, menyusup dan menyamar sebagai seorang sastrawan.
Tidak ada kampung dan tidak ada perumahan, hanya pohon2 liar yang tumbuh, itulah daerah Tay ga-hun-san. Kini Kang Han Cing sedang menerobosi daerah ini, daerah yang pasti diliwati Hang-ciu dan Kim-hoa.
Disini terletak sebuah kedai minuman, namanya saja kedai minuman, dia juga merangkap sebagai pondokan bagi mereka yang sedang melakukan perjalanan jauh disini, kadang kala bermalam juga di tempat itu.
Kedai Tay-ga-bun-san sangat kecil dan jorok, tokh tidak ada orang yang mengomel oleh karenanya. Kecuali kedai itu, tidak ada tempat istirahat kedua.
Pemilik kedai bernama Thio Lo Sit, kini sedang ada dua orang tamu ditempatnya, kedua tamu itu adalah pedagang2 cita. Mereka sedang memandang keluar, tampak hujan mulai turun.
"Hei, tambah arak lagi !" berkata seorang pedagang cita yang di sebelah kiri, badannya lebih besar dari kawannya.
"Dan untukku tambah daging," berkata sang kawan, agak kurus dan bermata sipit.
Thio Lo Sit tidak menggunakan pembantu, ia melayani sendiri segala kebutuhan dari tamu2nya. Membawakan barang-barang yang diminta.
Kedua pedagang cita itu menenggak arak dan memakan daging, hujan masih belum mau berhenti, turun rintik2.
"Lo Teng," berkata pedagang cita yang agak gemukan. "Didalam keadaan yang seperti ini, siapakah yang mau melakukan perjalanan?"
"Jalan hanya satu," berkata orang yang dipanggil Lo Teng. "Kalau tidak menggunakan jalan ini, kemanakah ia melangkah?"
Baru selesai ucapnya, disaat itulah Kang Han Cing tiba. Memasuki kedai minuman Thio Lo Sit. Kedai itu sangat strategis, tidak ada jalan kedua untuk menyimpang dari apa yang sudah ditentukan.
"Minum the cap botol, tuan," berkata Thio Lo Sit menjamukan jajanannya.
Kang Han Cing menganggukkan kepala sambil menyeret bangku duduk, ia mengiyakan tawaran itu.
Tidak lama Thio Lo Sit membawakan minuman khasnya.
"Tuan mau makan apa?" tanya pemilik kedai ini.
"Bawakan saja barang yang ada," berkata Kang Han Cing.
Thio Lo Sit membawakan makanan2 kecil. Disaat ia hendak mengundurkan diri, tiba2 Kang Han Cing memanggil : "Lo-tong-kee."
"Tuan hendak menambah sesuatu?" tanya Thio Lo Sit.
"Bukan," Kang Han Cing menatapnya dalam. "Aku hendak menanyakan sesuatu."
"Apakah yang tuan hendak tanyakan itu ?"
"Aku hendak menanyakan seseorang."
"Bagaimanakah orang itu? Tua? Muda? Atau mempunyai ciri2 lainnya?"
"Dia adalah adikku, seorang gadis berpakaian warna hitam."
Thio Lo Sit berpikir beberapa waktu, akhirnya ia berkata : "Kukira tidak ada gadis yang tuan sebutkan itu melewati kedai kami."
Dua pedagang cita Lo Teng dan Bah Cing sedang uplek memperbincangkan urusan mereka, kini mulai tertarik dengan pertanyaan Kang Han Cing, mereka mengalihkan pandangan, memandang jago muda kita.
"Heran," berkata Kang Han Cing. "Jalan hanya satu, bagaimana ia tidak melewati tempat ini?"
"Ada urusan apa yang menyebabkan tuan sibuk?" bertanya Thio Lo Sit.
"Adikku sedang ngambek, melarikan diri." Berkata Kang Han Cing.
"Mungkin salah jalan," berkata Thio Lo Sit.
"Wah, bagaimana baiknya, ya." Kang Han Cing melamun.
"Tuan," berkata Thio Lo Sit. "Kedua tamu itu adalah pedagang2 cita yang sering mundar-mandir disekitar daerah ini, mungkin tahu kalau2 ada seorang gadis seperti tuan sebutkan itu."
Thio Lo Sit menghampiri Lo Teng dan Bah Cing, kepada mereka ia mengajukan pertanyaan :
"Tuan2 mungkin bisa membantu, kalau2 bertemu dengan adik perempuannya yang sesat di jalan, entah dimana kini berada."
"Dimanakah sesatnya gadis itu?" bertanya Bah Cing.
Thio Lo Sit menoleh dan memandang Kang Han Cing, artinya agar orang yang bersangkutan langsung bisa memberi penjelasan.
Kang Han Cing berkata : "Adikku itu meninggalkan Tay-si khung, entah dimana kini ia berada."
Lo Teng memandang Bah Cing dan berkata : "Bah Cing, kau belum lama berkeliaran disekitar daerah itu, mungkinkah melihat adik saudara yang digambarkan?"
"berapakah umur adik saudara?" bertanya Bah Cing.
"19 tahun," jawab Kang Han Cing.
"Pakaian warna apa yang dikenakan olehnya?"
"Ia mengenakan pakaian warna hitam."
"Juga mengenakan kerudung tipis yang berwarna hitam?"
"Aaaa.." berteriak Kang Han Cing. Itulah Cu Liong Cu. Kalau tidak, bagaimana seorang pedagang cita bisa memberi gambaran yang begitu tepat? "Betul.betul." katanya cepat. "Dimana saudara melihat adik kami ?"
"Disaat aku meliwati kelenteng To liong tan, seorang gadis yang agak mirip dengan adik saudara itu memasuki kelenteng, mungkin juga masih disana."
"Terima kasih..terima kasih" berkata Kang Han Cing memberi hormat. Sesudah mendapat gambaran tentang letak tempat yang bernama kelenteng To liong tian dan membereskan rekening makanannya, jago kita segera meninggalkan kedai Tay-go hun-san.
Itu waktu, hujan sudah berhenti, tapi waktu sudah menjelang sore hari, redup dan gelap-gelap.
Kelenteng To liong tian adalah sebuah kelenteng bobrok yang sudah tiada penghuninya, sebentar kemudian Kang Han Cing sudah berada di tempat itu.
Disudut ruang pendopo sedang meringkuk seseorang, itulah Cu Liong Cu yang mengenakan kerudung sutra tipis, walau membelakangi dirinya, Kang Han Cing masih tidak melupakan bentuk potongan gadis tersebut.
Hadirnya Kang Han Cing tidak menarik perhatian Cu Liong Cu. Mungkinkah masih mengambek? Kang Han Cing tidak mengerti apa yang dikerjakan oleh Cu Liong Cu didalam kelenteng ini?
"Nona Cu.." panggil Kang Han Cing.
Cu Liong Cu menoleh di dalam keadaan gelap, tidak tampak perubahan wajah gadis itu, juga tidak membuka suara.
Sangka Kang Han Cing, tentunya Cu Liong Cu masih ngambek, karena ia membela Sam kiongcu. Karena itulah ia datang menghampiri.
Disini letak kesalahan Kang Han Cing, tiba2 orang yang dianggap Cu Liong Cu itu meletik, gesit sekali, terlalu cepat dilukiskan, maka pinggang Kang Han Cing menjadi kesemutan.
"Kang Han Cing," teriak gadis berkerudung itu. Kini ia sudah membuka tutup kerudungnya. "Lihatlah biar jelas, siapa diriku."
"Kau Go kiongcu?" Kang Han Cing membekap pinggangnya yang sakit, ia sudah dibokong orang.
"Ya," berkata Go kiongcu Co Hui Hee. "Akhirnya kau jatuh juga ke dalam tanganku. Kau sudah kuberi jarum Ular."
"Jarum Ular?" Kang Han Cing berkerut alis, kini mulai dirasakan bisa racun yang menyusuri peredaran2 jalan darahnya, cepat2 ia menahan menjalarnya racun2 tersebut dengan jalan bersemadi. Tapi tidak tahan, racun Co Hui Hee memang racun pilihan, butiran2 keringat berhujanan dari sendi2 pembuluhnya.
"Ya," berkata Co Hui Hee. "Jarum Ular tidak ada obatnya. Di dalam waktu dua puluh empat jam seluruh kulit dan isi dagingmu segera mencair."
Co Hui Hee menuntut kematian Kang Han Cing, mengingat pemuda itu pernah melakukan perbuatan kurang ajar, menyobek bajunya bagian depan, disaat si gadis menyamar sebagai Kong Kun Bu didalam gedung keluarga Wie.
Bisakah Kang Han Cing mati keracunan oleh Jarum Ular Beracun yang sudah ditancapkan pada punggungnya?
Mari kita saksikan pada bab berikutnya dari cerita ini.
*** Bab 76 KANG HAN CING sedang melawan virus2 bisa racun yang menyusuri peredaran darahnya, matanya berkerut terus menerus, menahan semua penderitaan.
Co Hui Hee membokong dengan jarum beracunnya, karena sakit hati kepada Kang Han Cing, disamping itu ia pun mulai tertarik kepada pemuda itu, dibalik kebencian adalah benih cinta, hanya kedua unsur inilah yang bisa menciptakan sejarah dunia kita.
Perintah Maut Karya Buyung Hok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Menyaksikan keadaan Kang Han Cing yang tersiksa, hati Co Hui Hee menjadi tidak tega. Timbul rasa penyesalannya. Dendam permusuhan itu belum melampaui batas kematian si pemuda. Tokh hanya menyobek bajunya saja? Apa lagi mengingat ketidak-sengajaan Kang Han Cing. Co Hui Hee menganggap sudah melakukan sesuatu yang keliwatan.
"Jie kongcu.." panggilnya perlahan.
Kang Han Cing membuka matanya yang dikatupkan, sepatah katapun tidak keluar dari mulut itu.
"Jie kongcu," panggil lagi Co Hui Hee. "Hanya karena kesembronoanmu yang menyobek bajuku, apa lagi di depan beberapa orang, rasa benciku susah dipadamkan, sesudahnya kejadian ini, aku.aku.meminta Jarum Ular berbisa"
"Itu waktu," berkata Kang Han Cing. "tidak kusangka, kalau orang yang menyamar sebagai Kong Kun Bun adalah seorang wanita. Bukan maksudku membuat kau menjadi malu. Aku menyesal karena tidak memperhatikan terlebih dahulu, maka kematianku dibawah tanganmu sudah kuanggap sebagai satu hukum karma, timbal balik."
Dengan sibuk Co Hui Hee berkata : "Walau hatiku penuh kebencian, bersumpah membunuh, tapi..sesudah jarum ular itu tertancap di dalam dagingmu, timbul rasa penyesalanku. Betul-betul aku menyesal."
Kang Han Cing tertawa tawar. "Yang jelas," katanya. "Jarum jahat itu sudah bersarang di dalam tubuhku."
"Mengapa kau tidak berusaha mengeluarkan bisa racun itu ?" bertanya Co Hui Hee.
Kang Han Cing mendelikkan mata. "Bagaimana aku bisa tenang kalau digeriyengi terus menerus?" berkata si pemuda dingin.
"Akuaku." Co Hui Hee tidak bisa meneruskan pembicaraannya.
"Lekas pergi !" bentak Kang Han Cing. "Aku tidak membutuhkan belas kasihanmu."
Wajah Co Hui Hee berubah, tiba-tiba tangannya terayunplak..ia menempiling pipi si pemuda.
Gedubrak..tubuh Kang Han Cing segera terbanting jatuh, didalam keadaan yang seperti itu, semua kepandaian si pemuda sudah tidak dapat digunakan lagi.
"Ohh" Co Hui Hee mengeluarkan jeritan tertahan. Cepat dipondong tubuh si pemuda. Ia meratap. "Ohaku tidak sengaja."
Dua butir airmata yang bening menetesi wajah Kang Han Cing. Sebagai pemimpin kelima dari partay Ngo hong bun, Co Hui Hee belum pernah mengucurkan airmata, kini didepannya seorang yang belum lama mau dibunuh, ia tidak bisa membendung bahan kesedihannya itu.
Urat2 Kang Han Cing mulai mengejang, inilah tanda2 dari keracunan. Jatuhnya airmata Co Hui Hee membuat si pemuda sadarkan diri lagi, memandang si gadis sebentar, dengan suara lemah, ia berkata : "Nona, kukira tidak guna ditangisi, jiwaku tidak bisa ditolong. Racun jarum itu terlalu cepat bekerja. Lebih baik nona bisa segera meninggalkan tempat ini."
"Tidakkk." Co Hui Hee berteriak histeris. "Tidak akan kubiarkan kau mati seperti ini."
Tiba2 Co Hui Hee menggendong tubuh Kang Han Cing, secepat itu meninggalkan kelenteng To liong tian. Dengan maksud memberi pertolongan kepada si pemuda.
Kemanakah Co Hui Hee hendak membawa Kang Han Cing?
Jarum ular didapat dari Nenek Siluman Ular, dan kini Co Hui Hee hendak membawa korban keracunan itu kepada akhli yang bersangkutan. Ia menuju kearah Lembah Ular.
Berapa lama Kang Han Cing berada didalam gendongan si gadis, jago kita tidak tahu, disaat ia sadarkan diri, segera mengajukan pertanyaan : "Kemana nona mau membawa diriku ?"
"Lembah Ular," jawab Co Hui Hee singkat, ia tidak menghentikan larinya. "Akan kumintakan obat kepada Nenek Ular. Hanya dia seorang yang bisa menyembuhkan racun ciptaannya."
"Lebih baik nona tidak terlalu menyusahkan diri." Berkata Kang Han Cing.
"Mengapa ?" "Sebelum kita tiba disana, aku sudah kehilangan napasku." Jawab Kang Han Cing.
"Tidak," jerit Co Hui Hee. "Latihanmu cukup kuat. Kalau saja bisa mempertahankan agar racun2 itu tidak menyerang jantung, didalam waktu 24 jam pasti Nenek Ular bisa menyembuhkannya."
Seorang diri Co Hui Hee membawa Kang Han Cing, tanpa istirahat, tentu saja merupakan pekerjaan berat, keringatnya mulai bertetesan, bersatu padu dengan keringat Kang Han Cing yang menahan rasa penderitaan bisa racun. Ia masih melarikan diri.
Didalam gendongan Co Hui Hee, Kang Han Cing merasakan kehangatannya seorang gadis, hanya terpisah oleh selapis baju, wajah si pemuda tepat berada di depan payudara tokoh Ngo hong bun kelima itu.
Inipun termasuk salah satu penderitaan.
Co Hui Hee sedang berpacu dengan waktu, kalau nasib bagus, mungkin ia bisa membawa Kang Han Cing ke tempat tujuan, sebelum pemuda itu menghembuskan napasnya yang penghabisan. Tapi kalau nasib buruk, terlambat tiba, tentu tidak bisa menolongnya lagi. Apa mau dikata, karena itulah, sedapat mungkin ia berlaku cepat. Napasnya tersengal-sengal.
"Nona, istirahatlah." Berkata Kang Han Cing. Ia dapat mengikuti irama sengalan napas gadis tersebut.
Co Hui Hee meletakkan tubuh si pemuda, gerakannya sangat berhati2 sekali. "Dimana dirasakan sakit ?" ia bertanya penuh perhatian.
Kang Han Cing menghendaki suatu istirahat untuk kepentingan pribadi nona itu sendiri, bagaimanapun Co Hui Hee bisa mati konyol kalau dipaksakan mengerjakan sesuatu beban berat terus menerus seperti itu.
Co Hui Hee salah terima, sangkanya istirahat untuk si pemuda. Begitu penuh pusat konsentrasinya yang dijatuhkan kepada Kang Han Cing, sampai ia melupakan kelelahan diri sendiri.
"Maksudku, nonalah yang istirahat." Berkata Kang Han Cing lemah.
"Lembah Ular sudah tidak jauh." Berkata Co Hui Hee. "Kita harus sudah berada di tempat itu sebelum virus bisa racun menyerang ulu hatimu."
Tanpa memperdulikan keadaan dirinya yang sudah hampir kehabisan tenaga, lagi2 Co Hui Hee membopong Kang Han Cing, tetap ditujukan kearah Lembah Ular.
"Nona begitu baik kepadaku, bagaimana aku harus membalas budi ini ?" berkata Kang Han Cing.
"Gara2 aku juga." Berkata Co Hui Hee. "Kalau aku tidak menusuk dengan Jarum Ular, tentu tidak sampai terjadi kejadian ini. Sudah menjadi kewajibanku untuk menyembuhkanmu."
"Sebelumnya aku mengucapkan terimakasih." Berkata Kang Han Cing.
"Jangan berkata seperti itu," berkata Co Hui Hee penuh perhatian, se-olah2 merawat calon suaminya sendiri.
Singkatnya cerita, mereka sudah berada di mulut Lembah Ular. Disana terpasang pengumuman yang berbunyi seperti ini :
DAERAH BERBAHAYA !!! BANYAK ULAR BERBISA !! SEMUA ORANG DILARANG MASUK !
Nama Lembah Ular selalu di-hubung2kan dengan Nenek Siluman Ular, setiap jengkal dari tempat itu memang tersembunyi bahaya ular, maka diberi nama seperti diatas.
Ada yang mengatakan nama Lembah Ular didapat karena adanya Nenek Siluman Ular. Ada juga yang mengatakan nama Lembah Ular didapat karena daerah itu memang banyak bersemayam 1001 macam ular. Bagaimana kebenaran dua pendapat ini? Tidak seorangpun yang bisa memberi keputusan.
Yang jelas ialah : didalam Lembah Ular terdapat seorang nenek yang bernama Nenek Siluman Ular, juga didiami oleh ribuan ular berbisa atau ular tidak berbisa.
Nenek Siluman Ular bukan penghuni baru, dia sudah menempati daerah itu puluhan tahun. Terkenal dengan jamu2 anti bisa, hanya Nenek Siluman Ular yang bisa menjual aneka macam ular dan hasil2 yang didapat dari ular2.
Siapa saja yang kena keracunan, sesudah makan obat anti bisa si nenek, pasti sembuh segera. Begitu juga kena gigitan serangga beracun atau gigitan ular beracun, sesudah ditaburi atau diolesi obat si nenek, pasti sembuh segera. Karena itulah banyak toko2 obat memesan obat anti bisa Nenek Siluman Ular. Tentu saja dengan harga yang luar biasa pula. Harga obat2an si nenek diperhitungkan dengan harga emas, tidak lagi dengan jumlah uang biasa.
Setiap tahun Nenek Siluman Ular biasa mengutus muridnya memperdagangkan obat2 istimewa itu, dan pasti laris terjual, tidak pernah ada sisa.
Ketenaran Nenek Siluman Ular tidak lepas dari hasil2 ularnya itu.
Hanya satu pantangan, yaitu ia melarang orang memasuki Lembah Ular, baik yang dikenal atau yang tidak dikenal. Walau orang itu berkepentingan hendak membeli sesuatu darinya, kalau saja berani melanggar pantangan Lembah Ular itu, kematian adalah jalan satu2nya. Karena itu daerah Lembah Ular masih berupa daerah yang misterius.
Lain orang lain, lain lagi Co Hui Hee, hubungannya dengan si nenek bukan hubungan biasa, kini gadis itu langsung memasuki Lembah Ular.
Tidak lama Co Hui Hee sudah berada di depan sebuah bangunan, ciri dari bangunan ini adalah di?tumbuhi? oleh aneka macam ular, binatang2 tanpa kaki itu menjadi penjaga rumah majikannya.
"Bibi..bibi ular." Panggil Co Hui Hee di depan rumah ular tersebut.
"Oh, nona kelima, kau baru kembali." Terdengar satu suara menyahuti panggilan Co Hui Hee, itulah suara si Nenek Siluman Ular.
Seiring dengan suara Nenek Siluman Ular, pintu rumah ularpun terbuka. Disana tampak seorang nenek dengan rambut awut2an, bukan rambut yang awut2an itu, disana ber-iap2an binatang kesayangannya, itulah ular2 kecil yang selalu dibawa ke-mana2. Mungkin nama Nenek Siluman Ular didapat dari sebab ini.
Pusaka Negeri Tayli 10 Pendekar Gila 26 Undangan Maut Manusia Setengah Dewa 12
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama