Ceritasilat Novel Online

Perintah Maut 15

Perintah Maut Karya Buyung Hok Bagian 15


"Ha, ha." Nenek itu tertawa. "Puluhan tahun ini, kau yang pertama kali berani menentang kata2ku."
"Mengapa tidak berani?" tantang terus Kang Han Cing. "Kita sama2 tidak tahu menahu, bukan?"
"Eh, sesudah menemuiku, kau tidak tahu siapa diriku ?"
"Kaukau Nenek Goa Naga Siluman ?"
"Bedebah !" sepasang sinar mata nenek itu menjadi liar, sebentar kemudian redup kembali. Dengan tenang berkata : "Gunakanlah istilah yang lebih sopan, kalau kau minta dirimu lebih dihormati orang."
Secara tidak terduga, Kang Han Cing sudah menerobos masuk ke dalam kamar semedhi si Nenek Goa Naga Siluman.
"Hei, siapa namamu?" bertanya si nenek.
"Boanpwe Kang Han Cing."
"Kang Han Cing ?"
"Ya ! Mengapa ?"
"Hmm.menurut keterangan Sin Hui Siang, seorang pemuda bernama Kang Han Cing memelet Co Hui Hee dan Sun Hui Eng secara serentak. Kau itukah orangnya?"
"Boanpwe memang Kang Han Cing. Tapi tentang cerita itu bukanlah cerita yang sebenarnya."
"Huh ! A Pie !" si nenek memanggil keluar.
"Siap !" seorang dayang perempuan berlari masuk. Inilah yang bernama A Pie. "Sri Ratu ada perintah baru ?"
"Pergi ambil air sebaskom, suruh orang ini membersihkan wajahnya yang celomotan itu," perintah Nenek Goa Naga Siluman.
"Siap," dayang istana yang bernama A Pie mengundurkan diri. Tidak lama kemudian ia sudah balik kembali dengan menenteng ember untuk cuci muka yang sudah terisi air, disodorkannya ke depan Kang Han Cing.
Bukan maksud tujuan Kang Han Cing menyembunyikan diri dibalik wajah belepotan bedak itu, hal mana terjadi karena pandainya si Nenek Ular membawa orang. Sesudah menemukan air dan mendapat kesempatan itu, Kang Han Cing membersihkan wajahnya. Terpeta kembalilah sebuah wajah pemuda yang tampan, walau masih mengenakan pakaian wanita, wajah itu tidak menghilangkan cahaya sang putra Datuk Selatan.
Tampak sekilas senyuman di bibir Nenek Goa Naga Siluman, menganggukkan kepala memberi pujian : "Betul2 pemuda ganteng. Pantas saja kalau Co Hui Hee dan Sun Hui Eng bisa jatuh cinta. Eh, siapakah yang memberi pelajaran ilmu silat kepadamu? Kulihat kau memiliki kekuatan yang luar biasa."
"Suhu boanpwe Ciok-kiam Sianseng !" jawab Kang Han Cing.
"Pendekar Bambu Kuning Ciok-kiam Sianseng ?" Ulang Nenek Goa Naga Siluman kurang yakin kepada keterangan itu. "Aku tidak percaya. Bagaimanapun si Ciok-kiam Sianseng tidak akan bisa mendidik seorang murid yang seperti dirimu."
"Mengapa tidak bisa? Apa sebelumnya ada yang percaya kalau guru cianpwe berhasil menciptakan tokoh tenar seperti cianpwe?"
"Ha, hakau adalah jago pertama yang berani menentang diriku," berkata Nenek Goa Naga Siluman. Kemudian menoleh kearah A Pie. "A Pie," perintahnya. "Sediakan seperangkat pakaian laki2, suruh dia ganti pakaian."
"Mari ikut aku," berkata A Pie.
Kang Han Cing turut kepada A Pie, ia mengundurkan diri, sebelum itu ia memberi hormat kepada Nenek Goa Naga Siluman dan berkata : "Banyak terima kasih atas perhatian dan kasih cianpwe."
Di dalam masih mengenakan pakaian perempuan, agaknya kelakuan Kang Han Cing itu sangat lucu, Nenek Goa Naga Siluman tertawa kecil. "Semua orang takut kepadaku, hanya kau seorang yang tidak, mengapa?" ia bertanya.
"Mengapa harus takut?" berkata Kang Han Cing. "Didalam anggapan boanpwe, tidak ada sesuatu dari tingkat cianpwe yang menakutkan. Cianpwe cukup ramah dan bijaksana."
"Ha, ha..lekas kau turut A Pie untuk ganti pakaian," Nenek Goa Naga Siluman bangga karena mendapat pujian yang seperti itu.
Kang Han Cing mengundurkan diri. A Pie sudah menyerahkan kepadanya seperangkat pakaian pria dan membiarkan si pemuda ganti pakaian. Sesudah merapikan diri, Kang Han Cing dipersilahkan menghadap Nenek Goa Naga Siluman yang ke 2 kalinya.
Seorang dayang perempuan lain sudah berada di tempat itu dan sedang memberi laporan : "Lapor kepada Sri Ratu, diluar sudah menunggu Coa Khu Po yang hendak minta bertemu."
Hati Kang Han Cing mencelos, kalau sampai Nenek Ular menghadap Nenek Goa Naga Siluman, bisakah ia menghindari diri dari kesulitan2 itu ?
Ternyata rasa takut Kang Han Cing itu bisa mereda sesudah mendengar putusan Nenek Goa Naga Siluman yang menolak permintaan bertemunya sang dayang lama, katanya : "Katakan kepada Coa Khu Po, aku masih ada tamu. Tunggulah sebentar."
Dayang istana itu mengundurkan diri.
Nenek Goa Naga Siluman menggapaikan tangan, ia menggunakan tangan kiri karena tangan kanannya sudah Masuk Api, karena terluka dibawah tangan kedua orang tua Tong Jie Peng.
"Anak muda," katanya. "Duduk disini. Banyak yang hendak kutanyakan kepadamu."
Kang Han Cing duduk di tempat yang sudah ditunjuk.
"Anak muda," bertanya lagi Nenek Goa Naga Siluman. "Berapa umurmu?"
"Boanpwe 19 tahun."
"Hee.Co Hui Hee berumur 20, lebih besar 1 tahun. Dan Sun Hui Eng 18, satu tahun lebih kecil dari umurmu."
Kang Han Cing sulit mengelakkan persoalan yang menyangkut kedua murid nenek itu, ia bungkam.
Nenek Goa Naga Siluman bertanya lagi : "Bagaimana keadaan rumah tanggamu? Siapa2 saja yang masih ada? Berapa saudara?"
"Boanpwe hanya mempunyai seorang saudara tua."
"Ouw.saudaramu sudah beristri?"
"Belum." "Dan kau?" "Umur boanpwe masih terlalu kecil untuk mengikuti persoalan itu."
"Ouw..apa sudah ada tunangan."
"Belum." "He, he..syukurlah.syukurlah.." nenek ini tertawa terkekeh. "Eh, apa kau bersedia belajar silat dariku ?"
"Boanpwe sudah mempunyai guru," jawab Kang Han Cing. "Tidak baik merubah pintu perguruan. Atas kebaikan hati cianpwe itu boanpwe hanya bisa mengucapkan terima kasih."
"he, he.memang murid berbakti. Aku tidak memaksa untuk mengganti pintu perguruan, maksudku untuk memberi petunjuk2 penting, mengingat bakat2mu yang memang luar biasa, kalau saja bersedia menetap di tempat ini 2 atau 3 bulan, pasti akan tercipta seorang anak muda tanpa tandingan yang pertama."
"Sebetulnya tidak baik menolak kebaikan hati cianpwe, tapi.."
"Eh, Co Hui Hee dan Sun Hui Eng mempunyai kecantikan yang hampir sama, siapa diantara kedua muridku itu yang lebih mencocoki seleramu?"
"Cianpwe salah paham. Sebetulnya perkenalan boanpwe dengan mereka hanya berjalan."
"Ha, hasudahlah..! aku tahu. Memang jamak kalau lelaki mata keranjang. Yang ini cinta, yang itu sayang. Begini saja kuatur, tinggallah untuk beberapa waktu, per-lahan2, kau bisa memilih satu diantara kedua muridku itu."
"Cianpwe" "Tidak perlu diragukan. Mereka mendapatkan didikan langsung dariku. Mungkin seimbang dengan ilmu yang kau miliki. Agar tidak dikatakan aku berat sebelah. Begini saja kuatur. Tidak salah lagi, pilihan mereka tidak salah. Aku bukan ibu kandung mereka, tapi semua kudidik sedari kecil. Hubungan kami lebih erat dari ibu dan anak, anggap saja aku sebagai mertua sendiri. Ha, ha, ha, ha."
"Cianpwe" "Nah ! kukira cukup sampai disini. Aku hendak menemui Coa Khu Po. Kau boleh mengundurkan diri."
"Terima kasih." Kang Han Cing memberi hormat dan meninggalkan tempat itu.
"Tunggu dulu !" tiba2 Nenek Goa Naga Siluman berteriak.
Kang Han Cing hendak cepat2 meninggalkan tempat itu, ingin sekali tidak menggubris panggilan tadi, tapi ia tahu sampai dimana ilmu kepandaian sang Sri Ratu, tindakan itu adalah tindakan berbahaya. Maka dengan amat terpaksa ia balik kembali.
Nenek Goa Naga Siluman mengeluarkan sesuatu, diserahkannya kepada Kang Han Cing dan berkata : "Istana Naga tidak bisa disamakan dengan tempat biasa. Peganglah ini, agar kau bebas dari gangguan2 mereka."
Itulah tanda bebas jalan untuk seluruh Istana Naga, ukiran tulang ikan yang terbuat dari pada batu kumala.
Kang Han Cing menerima hadiah itu, membungkukkan badan dan memberi hormat, demikian ia mengundurkan diri, tidak lupa mengucapkan terima kasihnya.
Nenek Goa Siluman tersenyum puas dan mengoceh seorang diri : "Sungguh anak muda yang tahu diri. Jarang sekali ada pemuda yang hormat seperti ini."
Lebih daripada jarang, hanya Kang Han Cing seorang yang bisa menemukan pengalaman2 seperti tadi.
Bagaikan orang yang bebas dari vonis hukuman, Kang Han Cing keluar dari kamar semedhi Nenek Goa Naga Siluman. Ia tidak berani melarikan diri, karena mengingat bahaya yang masih mengancam. Berjalan beberapa waktu, memilih lorong2 yang tepat, sesudah jauh, baru ia mengayun langkahnya cepat2. Kali ini ia tidak banyak mendapat kesusahan, menemukan jalan yang benar dan keluar dari lorong tangga undakan batu.
Keluar dari goa rahasia, waktu sudah malam, disana disambut oleh Sun Hui Eng. Dengan kecemasan yang tidak terhingga, si gadis menegur : "Mengapa lama sekali?"
"Aku ditahan oleh gurumu." Kang Han Cing memberi keterangan.
"Heh ?!!" Sun Hui Eng memperhatikan pakaian Kang Han Cing yang sudah ganti pakaian pria, hatinya penuh tanda tanya.
Secara singkat diceritakan pengalamannya yang sesat jalan itu. Dan kini mereka meneruskan pelariannya. Jumlah mereka 4 orang, Sun Hui Eng berhasil melepas Cu Hoay Uh dan Cu Liong Cu.
Keluar dari istana, mereka berlari2 diantara semak2, dengan adanya Sun Hui Eng sebagai petunjuk jalan, mereka tidak banyak mengalami kesulitan. Dikala hendak melewati pos penjagaan si Kepala Keamanan Pang Khong Goan, dengan tenang Sun Hui Eng mendekati tempat itu.
"Siapa?" terdengar suara bentakan Pang Khong Goan.
"Paman Pang, aku !" sahut Sun Hui Eng.
"Oh ! Sam kiongcu, mau kemana ?" bertanya si Kepala Keamanan Tulang Ikan.
"Suhu memberi sesuatu tugas, tolong paman Pang buka pintu."
"Dan mereka ?" "Mereka bekas anak buah Perintah Maut, tentu saja turut serta."
"Sam kiongcu jangan menjadi gusar. Tunggulah sebentar. Biar kuhubungi Kepala Istana Kui Ku Po."
"Mengapa harus menunggu Kui Ku Po? Tugas ini sangat penting, tahu?"
"Eh, tidak percaya? Hayo ikut kepada suhuku." Sun Hui Eng mulai cemas, ia berlagak galak.
Disebutnya tanda Tulang Ikan membuat hati Kang Han Cing tergerak, ia turut bicara : "Sam kiongcu, apa perlu memperlihatkan tanda Tulang Ikan?"
Sun Hui Eng tidak menyangka kalau Kang Han Cing memiliki pas jalan Istana Naga, sangkanya hanya gertak sambel saja, karena itu ia berkata : "Tugas kita harus dirahasiakan. Mengapa harus memperlihatkan tanda Tulang Ikan?"
"Paman Pang bukan orang luar." Berkata Kang Han Cing. "Tidak ada salahnya kalau memperlihatkan tanda Tulang Ikan kepadanya. Nah! Tanda Tulang Ikan berada disini, lekas buka pintu !"
Betul2 Kang Han Cing memperlihatkan tanda Tulang Ikan yang didapat dari Nenek Goa Naga Siluman.
Mengenali kepada tanda kebesaran itu, Pang Khong Goan memberi perintah kepada orang2nya untuk membuka pintu gerbang.
Disaat ini terdengar suara lonceng bahaya dibunyikan !
Dua orang berbaju hitam yang membuka pintu gerbang menjadi ragu2, sebelum mereka sempat menutup pintu kembali, Sun Hui Eng dkk sudah bergerak cepat mencelat dari sela2 pintu gerbang itu.
Pang Khong Goan menerima code tanda bahaya, wajahnya berubah, melihat kelakuan Sun Hui Eng dkk yang mencurigakan, ia turut mengejar.
"Sam kiongcu," teriaknya. "Tunggu dulu !"
Cu Hoay Uh berada di paling belakang, mengetahui datangnya bahaya pengejaran, ia mengebutkan lengan baju. "Tidak perlu menyusahkan diri," katanya. "Kami bisa berjalan sendiri."
Sepintas lalu kebutan Cu Hoay Uh itu hanya kebutan biasa saja, kenyataannya mengandung satu kekuatan besar yang tidak tampak. Menyerang Pang Khong Goan.
Sebagai Kepala Keamanan Gunung Tulang Ikan, Pang Khong Goan tidak mudah ditipu mentah2, ia bisa melihat gelagat yang kurang baik, cepat2 mengerahkan tenaga dalam, memukul kebutan si Kakek Beracun.
Terjadi benturan tenaga, tubuh Pang Khong Goan terpental balik. Disaat itu, ia melihat orang2nya yang hendak mengejar, maka berteriak memberi peringatan : "Awas, pukulannya yang beracun!"
Ternyata Cu Hoay Uh memberi sedikit permainannya, membuat Pang Khong Goan keracunan, karena itu si Kepala Keamanan tidak bisa meneruskan pengejarannya, ia harus duduk bersila, mendesak keluar benih2 racun yang memasuki tubuhnya.
Cu Hoay Uh, Cu Liong Cu, Kang Han Cing dan Sun Hui Eng melarikan diri. Mereka di-kejar2 oleh 16 orang Pang Khong Goan. Beruntung mendapat peringatan si Kepala Keamanan, 16 pengawal keamanan itu tidak berani mengejar terlalu dekat, takut kalau kena racun lagi.
Keadaan yang seperti inipun sudah sangat menyulitkan Sun Hui Eng dkk, mereka tidak bisa membebaskan diri dari pengejaran orang2 itu.
Sun Hui Eng memandang Kang Han Cing bertiga. "Kalian lari dahulu, biar kuhadapi mereka itu." Katanya sambil menunggu para pengejar2nya.
16 orang pengawal keamanan mengurung gadis itu. Sun Hui Eng memperhatikan mereka, satu persatu ditatapnya dalam2, kemudian memandang seorang yang menjadi pemimpinnya seraya membentak : "An Kie To, apa maumu?"
"Hamba hanya mendapat perintah," jawab orang yang dipanggil An Kie To itu.
"Kau berani?" bentak Sun Hui Eng.
"Sam kiongcu, kembalilah ber-sama2 kami," berkata An Kie To merendah.
"Tutup mulut !" bentak Sun Hui Eng. "Seperti inikah kau bicara denganku ?"
"Sam kiongcu" Sedang mereka adu mulut tidak ada habisnya, dari jauh terdengar satu suara teriakan nyaring: "Tangkap! Tangkap Sam kiongcu yang mau kawin lari !"
Itulah suara Go kiongcu Co Hui Hee !
Wajah Sun Hui Eng berubah, meninggalkan rombongan An Kie To, mengejar ke arah larinya Kang Han Cing. Sebentar kemudian mereka berkumpul kembali. Tetap dikejar oleh 16 orang anak buah Pang Khong Goan.
Dengan adanya pembuntutan2 yang seperti itu, tentu saja sangat memudahkan pengejaran pihak Ngo hong bun. Sebentar kemudian, Co Hui Hee berhasil menyusul tiba, dengan disertai oleh seorang nenek gemuk, inilah kepala istana Naga Kui Ku Po. Dibelakang mereka turut juga si Nenek Ular Coa Khu Po.
"Tangkap perawan lari ! Tangkap perawan melarikan laki2 !" teriak Co Hui Hee tidak berhenti.
Sun Hui Eng mendelikkan mata. "Go sumoay," tegurnya. "Apa kau tidak bisa menggunakan mulut yang lebih bersih?"
"Mau apa?" rasa cemburu Co Hui Hee bertambah besar, manakala melihat Kang Han Cing yang mendampingi dan merapat disebelah sang sucie.
"Go kiongcu," mengetengahi nenek bunga Kui Ku Po. "Sam kiongcu, kalian tidak usah bertengkar mulut. Sri Ratu sudah tahu urusan ini, lebih baik kalian balik kembali. Biar Sri Ratu yang memberi putusan."
"Aku tidak mau kembali," teriak Sun Hui Eng.
"Sam kiongcu." "Bibi Kui Ku Po," berkata Sun Hui Eng dengan airmata bercucuran. "Baiklah. Aku bersedia kembali, asalkan kalian bersedia membebaskan mereka."
"Itu tidak mungkin." Kui Ku Po menolak. "Perintah Sri Ratu belum pernah dibantah ! Orang yang dikehendaki adalah pemuda she Kang itu."
"Aku disini," teriak Kang Han Cing. "Mau apa?"
"Han Cing," Sun Hui Eng menubruk dan mendekap dada si pemuda. "Jangan kau turut campur. Pergilah segera. Biar aku turut dengannya. Didepan suhu, ia bisa membela diriku. Legakanlah hatimu."
Melihat mereka bermesra-mesraan, Co Hui Hee meludah : "Cih ! tidak tahu malu. Pacar2anpun harus memilih tempat dahulu."
Kakek Beracun Cu Hoay Uh tampil kedepan, ia berteriak keras : "Cukup ! siapapun tidak perlu berdebat. Apa yang kalian kehendaki? Aku Kakek Beracun tidak akan tinggal diam."
"Cu Hoay Uh !" bentak Kui Ku Po. "Bukankah kau hendak menemui Sri Ratu? Kini beliau sudah selesai bersemedhi, mengapa kau sudah tidak ingin menemuinya lagi?"
"Tidak perlu," Cu Hoay Uh sudah siap sedia. "Aku sudah berhasil menemukan putriku, kini hendak pulang dahulu."
Memandang kearah Kang Han Cing dan Sun Hui Eng, si kakek berkata : "Mari kita pulang. Siapa yang berani menghadang peryalanan, dia akan belajar dengan permainan2 racunku."
"Masih mau lari?" Co Hui Hee menyelak diantara rombongan orang2 itu.
"Go kiongcu," Cu Hoay Uh memberi peringatan. "Kalian saudara seperguruan janganlah berlaku kelewatan."
"Huh ! Siapa yang sudi menjadi saudara seperguruannya orang yang sudah gila laki?"
"Go sumoay.." "Apa ? Apa salah ?"
Lagi2 Cu Hoay Uh menyelak ditengah, mendorong Sun Hui Eng dan berkata : "Berangkatlah dahulu."
Dihadapinya Co Hui Hee dan berkata : "Go kiongcu, jangan katakan aku tidak mengenal budi."
Lagi2 ia mengibaskan lengannya, memaksa Co Hui Hee pergi dari tengah jalan.
Satu kali letikan badan, Co Hui Hee belum mau menyerah, itu waktu Sun Hui Eng dan Cu Liong Cu sudah lari jauh, para anak buah Pang Khong Goan hanya berdiri mematung, tidak membuat pencegatan. Hal ini membuat ia naik darah dan memaki kepada orang2 itu : "Hei, apa kalian sudah menjadi mayat hidup? Mengapa tidak berusaha menahan larinya mereka?"
Cu Liong Cu tersenyum kecil. "Tepat !" sambungnya. "Mereka sudah menjadi mayat2, tapi bukan mayat hidup. Mereka sudah menjadi mayat mati."
Satu kali sapuan tangan, 8 pengawal keamanan Gunung Tulang Ikan jatuh roboh. Mereka terkena racun si gadis.
Di pihak lain, Nenek Ular Coa Khu Po menerjang Kang Han Cing. "Kembalikan Ular Lindungku !" teriaknya penasaran.
Benturan tidak bisa dielakkan, tubuh Coa Khu Po terbanting jatuh, manakala membentur kekuatan Kang Han Cing yang luar biasa.
Kang Han Cing tertawa mengejek, memperhatikan keadaan nenek itu, ia masih siap menerima serangan2 berikutnya.
Coa Khu Po berusaha bangkit kembali, sepasang matanya yang sipit dikernyitkan, dengan kebencian yang tidak terhingga, ia bekoar : "Kau berani, he? Nah, rasakan kehebatan si Nenek Ular."
Ia sudah mencopot sepasang ?Gelang jambrut?nya, dilempar kearah si pemuda.
Sun Hui Eng berteriak : "Han Cing, awas ular beracun!"
Sudah terlambat ! kedua ular itu melingkar seperti gelang, dari kiri dan kanan, meluncur ke arah si pemuda. Kang Han Cing masih menganggap sebagai senjata rahasia biasa, dengan satu kali sawut, kedua ?Gelang? itu sudah berada didalam genggamannya.
Semua orang akan tertipu, Kang Han Cing tidak terkecuali ! Begitu miripnya ular jambrut itu tidak seorangpun yang akan menduga, termasuk pemuda kita, terpeganglah segera. Kini dua ekor ular itu menggunakan taringnya, menggigit pergelangan tangan Kang Han Cing, menyantel dan menggantung.
Tradisi lamanya, orang yang terpagut ular jambrut terkena keracunan, ular itu tidak akan lepas sebelum orang yang digigit mati biru.
Menyimpang dari tradisi2 itu, sepasang ular jambrut yang memagut pergelangan tangan Kang Han Cing kelojotan, bagaikan menggigit besi panas, cepat2 melepaskan taring mereka.
Terlalu lambat untuk diceritakan, disaat Kang Han Cing terjengkit karena gigitan ular2 itu, ia sadar kalau dirinya sudah tertipu, secepat itu mengeraskan pegangannya, ditariknya kekiri dan kekanan, kedua ekor ular itu terpotong menjadi empat bagian. Dilemparkannya bangkai2 ular dan berteriak : "Nenek jahat, hayo ! senjata aneh apa lagi yang kau miliki? Keluarkan semua!"
Mulut Coa Khu Po melompong lebar2 menyaksikan keadaan itu, hatinya terasa menjadi sedih, mengingat kedua ular kesayangannya itu dipotongi orang. Sepasang matanya menjadi liar, dengan geram berteriak : "Aaaaaku lupa kalau kau sudah minum darah Ular Lindung."
"Apa? Aku minum darah ular?"
"Belagak tolol ! Ular Lindung yang sudah kutungkuli selama 30 tahun di dalam kolam rahasia menjadi korbanmu. Huh ! Lekas kembali menemui Sri Ratu."
Co Hui Hee pernah melihat adanya ruang rahasia di bawah tanah dari bangunan ular. Itu waktu ia tidak sempat mendapat keterangan yang lebih jelas, dengan heran ia mengajukan pertanyaan : "Eh, bibi ular, kau memelihara Ular Lindung dibawah ruang rahasia? Apakah kegunaan Ular Lindung itu?"
"Untuk menyembuhkan dan mengembalikan lengan kanan suhumu," berkata Coa Khu Po. "Tapi dicolong oleh anak muda ini, menjengkelkan tidak?"
Dihadapinya lagi Kang Han Cing dan membentak : "Hayo ! Lekas kembalikan darah Ular Lindung itu. Kau boleh memberi keterangan kepada Sri Ratu."
Kang Han Cing baru mengerti apa yang telah menimpa dirinya, sehingga merasakan sesuatu yang lain, pantas saja tenaganya bertambah, ternyata ia sudah meminum darah Ular Lindung, sambil tertawa ia berkata : "Baru saja aku dari Nenek Goa Naga Siluman."
"Huh ! Jangan kurang ajar."
"Apa yang kurang ajar? Aku memang sudah bertemu dengan Nenek Goa Naga Siluman."
"Sri Ratu ! Gitu !"
"Baik. Aku sudah menemui Sri Ratu," berkata Kang Han Cing. "Dan diapun menghadiahkan tanda bebas jalan Tulang Ikan yang terbuat dari batu kemala."
"Itu waktu beliau tidak tahu kalau kau sudah merampas darah Ular Lindungnya."
"Sesudah tahu, bagaimana?"
"Minta ganti rugi."
"Bagaimana harus memberi ganti kerugiannya?"
"Serahkan darahmu !"
"Mana bisa? Aku mati, bukan?"
"Jangan banyak rewel. Lekas ikut pulang ke Istana Naga !"
"Silahkan coba bila kau mampu mengalahkan diriku." Berkata Kang Han Cing menantang.
Coa Khu Po sudah mengeluarkan ban pinggang, juga berupa ular beracun yang mempunyai kulit keras, kebal senjata, dilayangkannya ke arah si pemuda, dengan satu gerakan silat.
Kang Han Cing sudah mengeluarkan pedang lemas, dipapaskan kearah datangnya serangan itu. Passsular kuat Coa Khu Po terpapas putus.
Mata si Nenek Ular semakin liar. Kui Ku Po berteriak : "Cicie, serahkan kepadaku."
Didalam keadaan seperti itu, permainan Coa Khu Po sudah kehabisan. Ia menang di bidang racun2an, teristimewa meminta bantuan ular2nya, kini ular beracun tidak mempan, karena Kang Han Cing sudah meminum darah Ular Lindung. Ular kuat yang digunakan sebagai senjatanya tidak guna, karena Kang Han Cing mempunyai pedang pusaka, kecuali menyerahkan sang lawan kepada Kui Ku Po, memang tidak ada jalan lain. Karena itu ia mengundurkan diri.
Kui Ku Po menggantikan kedudukan Coa Khu Po, menghadapi Kang Han Cing yang selalu siap tempur. Ilmu kebanggaan Kui Ku Po bernama Ilmu Pukulan Angin Kiu-coan-ciang, istimewanya bisa menggempur lebih dari satu kali, mudah menghancurkan isi dalam lawan. Kini digunakan memukul si pemuda.
Kang Han Cing menyimpan kembali pedang pusaka, dilipat dipinggang. Menghadapi Kui Ku Po yang bertangan kosong, ia juga siap dengan telapak tangannya. Terdengar beradunya kedua pukulan, masing2 tidak dapat mempertahankan kedudukan semula.
Kui Ku Po menatap lawannya beberapa saat, ia mendapatkan anak muda itu tidak menderita kerugian sesuatu apa. "Bagus," geramnya. "Terima lagi sekali pukulanku ini."
Tubuhnya berputar sebentar, dan Kui Ku Po melaksanakan ancamannya.
Kang Han Cing memanjangkan tangan, dengan jurus Pendekar Bambu Kuning yang bernama Ciang-liong-cut-hay, siap menerima pukulan Kui Ku Po.
Pukulan kedua Kui Ku Po yang sudah mendapat persiapan matang, kekuatannya bisa membelah perut gajah. Didalam anggapannya, pukulan ini bisa menghancurkan Kang Han Cing, se-tidak2nya membuat pemuda itu jatuh ngeloso.
Mengingat rahasia simpanan pukulan angin Kiu-coan-ciang, anggapan Kui Ku Po memang masuk diakal. Mana disangka kalau Kang Han Cing menghadapinya dengan tipu Ciang-liong-cut-hay, perlawanan yang menjadi momok dari segala macam pukulan magic hitam.
Sebelumnya Kang Han Cing sudah menyedot napasnya dalam2, maka sesudah terdengar bunyi benturan tenaga, kedudukannya tidak tergoyah lagi.
Hal ini membuat Kui Ku Po meng-garuk2 kepala, kalau didalam tahap pertama ia berhasil menggeser kedudukan bhesi si pemuda, mengapa pukulan kedua ini tidak membawa hasil yang diharapkan? Sedang ia tahu betul kalau pukulan tenaga kedua tadi dikerahkan lebih besar dari tenaga pukulan pertama. Mungkinkah bisa terjadi sesuatu, didalam sekejap mata Kang Han Cing menerima tambahan tenaga baru?
Kui Ku Po mana bisa mengerti, apa hasil ramuan darah Ular Lindung yang mendapat bantuan obat Thian-kie-in-kang-tan, semakin besar datangnya serangan semakin besar pula tenaga simpanan yang berada di dalam gudang urat. Dengan cara pukulan Kui Ku Po yang menggunakan tenaga secara bertahap, secara tidak langsung membangkitkan tenaga listrik raksasa Kang Han Cing yang tersimpan.
Kalau gebrakan pertama menghasilkan kesudahan remis, gebrakan2 berikutnya tidak menguntungkan Kui Ku Po, semakin lama tampak Kang Han Cing yang semakin gagah, tentu saja kebalikan dari pada itu, si Nenek Bunga yang menyadi payah.
Beberapa kali lagi benturan, tubuh Nenek Bunga Kui Ku Po terpental ke belakang, tentu saja ia tidak tahan menerima kekuatan Kang Han Cing yang sudah bertambah berlipat ganda.
Co Hui Hee turun ke gelanggang, dihadapinya Kang Han Cing dengan tipu2 Tiga Pukulan Burung Maut.
Ganti lawan ! Kini Kang Han Cing menghadapi Co Hui Hee !
Menghadapi permainan2 ini, Kang Han Cing sudah apal, maka pertempuran berjalan seimbang.
Dilain pihak, Pang Khong Goan sedang menempur Kakek Beracun Cu Hoay Uh, ia mengejek sang lawan, dikatakan hanya pandai menggunakan racun2an dan tidak mempunyai kepandaian asli. Hal ini membuat Cu Hoay Uh naik darah, diterimanya tantangan perang tanpa racun2an, dan ternyata mereka sama kuat, sama ulet.
Cu Hoay Uh berjanji didalam 100 gebrakan, ia tidak akan menggunakan racun dan pasti bisa mengalahkan Pang Khong Goan.
Pang Khong Goan juga berjanji didalam waktu 100 jurus itu, ia akan mengalahkan si Kakek Beracun tanpa bantuan orang. Ia rela menyerahkan batok kepala, kalau tidak bisa melaksanakan janji itu.
Demikian pertempuran berjalan sengit.
Cu Liong Cu berhasil mengajak Sun Hui Eng menerobos kurungannya orang2 Istana Naga. Tapi mereka masih mengkhawatirkan keselamatan Kang Han Cing.
Kalau Kang Han Cing bisa mengalahkan Coa Khu Po dan Kui Ku Po, mengapa tidak bisa mengalahkan Co Hui Hee? Ya ! seharusnya Co Hui Hee tidak bisa berbuat banyak, mengingat ilmu kepandaian Go kiongcu yang masih berada dibawah jago muda kita. Lain lagi kesudahannya, sesudah Tong Jie Peng memberi ilmu pelajaran hebat dari pulau Tong-hay, kini kita lihat si gadis menggerakkan jari2nya, dengan cara2 yang belum lama dipelajari, tanpa bisa dielakkan, tubuh Kang Han Cing terpental jauh, dengan sebelah tangan mati sebelah.
"Aaaa.." Co Hui Hee mengeluarkan jeritan tertahan. Cepat2 ia menubruk kearah pemuda yang dicintainya.
Disaat yang sama melihat Co Hui Hee berhasil merobohkan Kang Han Cing, kedua nenek tua, Coa Khu Po dan Kui Ku Po menubruk ke arah si pemuda.
Cu Liong Cu tidak mau ketinggalan, mengikuti jejak Sun Hui Eng, juga siap membantu Kang Han Cing.
Yang datang paling dahulu adalah Coa Khu Po dan Kui Ku Po, mereka menerkam Kang Han Cing. Jago muda kita sudah tidak bisa menggerakkan tangan kanan, tapi sebelah tangan pun cukup mengelakkan sergapan kedua nenek tua itu, satu persatu dibuat terpental jauh. Ber-sama2 dengan Cu Liong Cu dan Sun Hui Eng, dibawah apitannya kedua gadis itu, mereka melarikan diri.
"Ayah !" Cu Liong Cu meneriaki si Kakek Beracun. "Lekas selesaikan pertempuran itu."
Tentu saja kalau Cu Hoay Uh mau, ia bisa cepat2 melepaskan gas beracun untuk menyelesaikan pertempurannya dengan Pang Khong Goan, tapi itu melanggar peraturan dan menyimpang dari janjinya yang masih mampu mengalahkan lawan tanpa bantuan racun2an.
"Sebentar lagi," ia meneriaki putrinya.
"Keadaan Jie kongcu sudah tidak mengijinkan kita lama2 berada di tempat ini." Berkata Cu Liong Cu.
Ya ! Kang Han Cing sudah kehilangan kekuatan tempurnya !
Cu Hoay Uh menahan satu serangan Pang Khong Goan, sesudah itu ia berteriak : "Tahan !"
"Masih ada tiga jurus lagi !" berkata Kepala Keamanan Gunung Tulang Ikan yang masih penasaran. "Tidak mungkin."
Mungkin atau tidak, si Kakek Beracun sudah bertekad meninggalkan lawannya, karena itu tanpa memperdulikan janjinya yang bersedia melayani sampai 100 jurus, tubuh Cu Hoay Uh melejit, meninggalkan lawannya, siap menggabungkan diri bersama2 Sun Hui Eng dkk.
"Jangan lari !" Pang Khong Goan berteriak dan mengejar. "Lanjutkan dahulu sisa 3 jurus yang belum selesai itu."
Ternyata mereka sudah bergebrak sebanyak 97 ronde.
"Sisa tiga jurus ini biar dilanjutkan lain kali saja." Cu Hoay Uh tertawa dan tetap berlari.
"Tidak mungkin," Pang Khong Goan tidak setuju, dengan tinjunya yang keras, ia mengejar dan mengirim pukulan.
"Ha, ha" Cu Hoay Uh tertawa. Tangannya terayun ke belakang, dari sana mengepul asap berwarna hitam, sebentar kemudian asap itu berkembang biak, menutup semua pemandangan.
Pang Khong Goan dkk menahan kaki mereka, mana mungkin kalau asap hitam si Kakek Beracun tidak disertai kombinasi istimewa? Terhentilah pengejaran itu.
Tidak henti2nya Cu Hoay Uh melepas asap hitam, menggabungkan diri dengan Cu Liong Cu, Sun Hui Eng dan Kang Han Cing, mereka meninggalkan gunung Tulang Ikan.
Asap yang dilepas oleh si Kakek Beracun mana mungkin bisa disamakan dengan asap biasa ! tidak seorangpun dari pihak Ngo hong bun yang berani mengejar. Dengan cara demikian, Kang Han Cing dkk bebas meninggalkan Istana Naga.
(Bersambung 25) *** Jilid 25 ORANG PERTAMA yang menemukan rombongan Kang Han Cing dkk adalah Lie Wie Neng dan Goan Tian Hoat, dapat dibayangkan, betapa girangnya mereka, karena bukan Kang Han Cing seorang saja yang ditemukan, Cu Liong Cu dan Cu Hoay Uh yang tidak ada berita itupun tidak mengalami sesuatu apa.
Lie Wie Neng dan Goan Tian Hoat memandang kearah Sun Hui Eng, mereka tidak kenal kepada Sam Kiongcu dari Ngo hong-bun itu.
Keadaan Kang Han Cing menjadi payah sekali, sebelah tangannya praktis sudah tidak bisa digunakan. Lebih dari pada itu, sedikit sentuhan ditempat lainpun bisa menyeret urat2 nadi yang menghubungkan ke tempat itu, rasa sakitnya tidak kepalang. Ini akibat pukulan Go Kiongcu Co Hui Hee.
Ya ! Pukulan istimewa dari Tong-hay yang disediakan untuk membela Kang Han Cing membawa akibat yang sangat bertentangan. Pukulan hadiah Tong Jie Peng ini pula yang menyiksa Kang Han Cing.
Pukulan istimewa daerah Tong-hay memang bukan pukulan biasa, siapa yang terkena pukulan itu, daging2nya akan berkerinyut sedikit demi sedikit, proses ini bisa berlangsung sehingga puluhan tahun, Nenek Goa Naga Siluman adalah suatu bukti.
Nenek Goa Naga Siluman mengasingkan diri dari rimba persilatan, bersembunyi didalam Istana Naganya yang dirahasiakan, karena ia sedang berkutat dengan siksaan2 sakit Ngo-hang-ciat-mek-ciang.
Pukulan Ngo hang-ciat-mek ciang adalah nama pukulan Tong hay itu ! Nenek Goa Naga Siluman terkena pukulan tersebut dari kedua orang tua Tong Jie Peng.
Dan kini Kang Han Cing terkena pukulan itu dari tangan Co Hui Hee. Suatu hal yang tidak pernah dibayangkan oleh Tong Jie Peng.
Mengingat keadaan Nenek Goa Naga Siluman yang tidak bisa memadai rasa sakit itu, bagaimana Kakek Beracun bisa menyembuhkannya?
Putusan mereka, segera mengajak Kang Han Cing ke Lembah Baru !
Perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan kendaraan perahu.
Per-tama2 tangan Kang Han Cing yang terkena pukulan membengkak, kemudian menyusut, semakin lama semakin kecil. Hal ini mengherankan semua orang.
"Pukulan apakah ini?" semua orang hanya bisa ber-tanya2.
Kakek Beracun Cu Hoay Uh memeriksa beberapa saat dan berkata : "Dia seperti terkena semacam pukulan yang bernama in-khiu-pit-hiat."
"Pukulan jahat in-khiu-pit-hiat?" bertanya Lie Wie Neng. "Pukulan dari manakah itu?"
"Pukulan in-khiu-pit-hiat adalah semacam pukulan beracun, bedanya, racun pukulan ini tidak seperti racun2 biasa. Menyerang secara per-lahan2, menyusutkan daging dan tulang2, sehingga saat ini belum ada cara menyembuhkannya." Cu Hoay Uh memberi keterangan.
"Kalau tahu Co Hui Hee begitu jahat, kita racuni saja." Berkata Cu Liong Cu dengan hati panas. Ia menoleh kearah Sun Hui Eng dan bertanya, "Eh, kalian sebagai satu pintu perguruan, tentunya tahu bagaimana cara untuk menyembuhkan orang yang terkena pukulan in-khiu-pit-hiat ?"
Sun Hui Eng berkerut alis dalam2. "Suhu tidak bisa ilmu in-khiu-pit-hiat." Ia memberi keterangan. "Heran ! dari mana Co Hui Hee mendapatkan pelajaran itu ?"
Goan Tian Hoat memandang Cu Hoay Uh. "Cu cianpwe," katanya. "Menurut cianpwe, tokoh dari aliran mana lagi yang masih memiliki ilmu kepandaian in-khiu-pit-hiat?"
Mereka salah sangka, ilmu Ngo-hang-ciat-mek-ciang dari Tong-hay dianggap ilmu in-khiu-pit-hiat.
Tentu saja Cu Hoay Uh tidak bisa memberi keterangan yang memuaskan, katanya : "Ilmu in-khiu-pit-hiat boleh dikata sudah lenyap dari rimba persilatan. Bukan saja karena kesesatannya, juga karena tidak mudah melatih ilmu tersebut. Maka dikalangan tokoh2 silat yang sekarang rata2 sudah tidak mengenal ilmu sesat itu."
"Ya ! Dia sendiripun tidak mengenal !
Sun Hui Eng berkata : "Menurut Toa sucie, sebelah tangan suhu juga rusak terkena pukulan Sepasang Dewa dari daerah Tong-hay. Mungkinkah ilmu in-khiu-pit-hiat yang dimaksudkan?"
Tiga puluh tahun yang lalu, Nenek Goa Naga Siluman kalah dibawah tangan Sepasang Dewa dari Tong-hay hanya tidak ada yang tahu, kalau sebelah tangan si nenek sudah rusak karenanya. Dari keterangan Sun Hui Eng, mereka baru sadar mengapa Nenek Goa Naga Siluman tidak pernah menampilkan diri dimuka rimba persilatan, ternyata sudah rusak tangan.
"Kalau begitu, tidak ada orang yang bisa menolong luka saudara Kang?" bertanya Lie Wie Neng.
"Nasib seseorang berada di tangan Tuhan." Berkata Kang Han Cing. "Walau luka ini tidak bisa disembuhkan, aku tidak akan banyak pikiran."
Sedikit gerakan Kang Han Cing menggeser urat2 besarnya, terasa sakit yang tidak terhingga, ia meringis sakit.
"Jie kongcu luka dibawah tangan Go sumoay, tentunya ia bisa menyembuhkannya, mengapa kita tidak balik mencarinya saja?" Sun Hui Eng memberi usul.
"Didalam Lembah Baru sedang berkumpul jago2 pandai." Berkata Cu Hoay Uh. "Masakan tidak satu diantara mereka yang mengetahui cara2 pengobatan in-khiu-pit-hiat?"
Menoleh kearah Lie Wie Neng dan berkata : "Ciok-kiam sianseng berpengalaman luas, mungkin bisa menyembuhkan penyakit Jie kongcu. Sayang sekali gurumu itu belum tiba di Lembah Baru."
Sepasang mata Lie Wie Neng bercahaya terang, katanya : "Kalau suhu betul2 bisa, syukur saja. Begitu mendengar berita tentang kita, pasti menuju ke Lembah Baru."
Perjalanan dilanjutkan. Hari berikutnya, disaat perahu menepi, beberapa orang berpakaian ringkas menyambut mereka, tersedia juga kuda2 pilihan yang dikosongkan, khususnya untuk rombongan yang hendak menuju kearah Lembah Baru itu.
Ternyata pihak Lembah Baru telah mendapat berita dari penemuannya Kang Han Cing dkk, mereka adalah orang2 bawahan.
Salah seorang yang menjadi pemimpin rombongan itu memberi hormat dan berkata : "Hamba sekalian ditugaskan untuk membawa kuda. Harap cuwie sekalian bisa menerima tunggangan2 ini agar lebih cepat tiba di Lembah Baru."
Cu Hoay Uh mewakili rombongannya menerima kuda2 itu, masing2 seekor, dari Lie Wie Neng, Goan Tian Hoat, dia sendiri, Cu Liong Cu, Sun Hui Eng dan Kang Han Cing. Dari sekian banyak orang2 itu, keadaan Kang Han Cing yang seperti tidak mengijinkan, memandang si pemuda, Kakek Beracun bertanya : "Apa Jie kongcu masih kuat naik kuda ?"
"Hanya luka ditangan ini tidak ada artinya." Berkata Kang Han Cing sok sombong. Dan ia menghampiri seekor dari 6 ekor kuda yang sudah tersedia.


Perintah Maut Karya Buyung Hok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Cu Hoay Uh sudah lompat kearah kuda yang pertama.
Sun Hui Eng mendekati Kang Han Cing, dengan penuh perhatian berkata perlahan : "Keadaan lukamu belum sembuh betul. Bagaimana bisa melakukan perjalanan dengan kuda ?"
"Kukira aku masih bisa bertahan." berkata Kang Han Cing.
Goan Tian Hoat menuntun seekor kuda yang tidak terlalu tinggi, mendekati Kang Han Cing seraya berkata : "Jie kongcu, biar kupayang kau naik."
"Akh, masakan naik kuda saja harus dipepayang ?" Kang Han Cing menolak. Sesudah itu ia mengangkat sebelah kaki, dan lompat naik keatas kuda tersebut.
Segala sesuatunya itu tidak bisa dipaksakan, keadaan Kang Han Cing yang mengalami totokan Ngo hang-ciat-mek-ciang membekukan semua jalan2 darahnya, sedikit gerakan saja sudah cukup membetot otot2 itu, apa lagi mau lompat keatas punggung kuda ? Mana bisa ! Sebelum ia bisa berpegangan kuat, rasa sakitnya yang menguasai separuh badannya bergetar, ia terjengkang jatuh.
Sun Hui Eng kaget, dengan mulut menjerit, ia memayang pemuda itu.
"Jie kongcu," Goan Tian Hoat juga segera membantu. "bagaimana ?"
"Uh." Kang Han Cing hanya bisa mengeluarkan keluhan rasa sakit.
Sun Hui Eng menotok jalan darah tidur Kang Han Cing, dengan cara seperti ini, ia bisa meringankan penderitaan si pemuda, sebagai jawaban atas pertanyaan Goan Tian Hoat, ia berkata : "Lukanya tidak ringan. Sudah kutotok jalan darah tidurnya. Serahkan saja kepadaku. Dengan satu kuda tunggangan, aku bisa banyak memperhatikannya."
Sesudah itu, dengan menggendong Kang Han Cing, Sun Hui Eng menggunakan satu kuda tunggangan.
Goan Tian Hoat juga mencongklang kuda yang sudah tersedia.
Dipihak lain Cu Liong Cu sudah memilih seekor kuda berbulu merah, mendekati mereka, ia bertanya penuh perhatian : "Bagaimana keadaan Jie kongcu ?"
"Sudah kutotok jalan darah tidurnya. Biar saja satu kuda denganku." Sun Hui Eng tidak main2 lagi, menggendong Kang Han Cing.
"Rejeki Kang Jie kongcu memang bagus. Selalu mendapat kawan wanita yang baik hati." Berkata Cu Liong Cu tertawa.
Sun Hui Eng meng-erlip2kan kedua matanya. "Adik Liong Cu," ia berkata. "Jangan jauh2 dariku. Sebentar kalau aku kecapaian, kau harus menggantikan diriku, memondongnya."
Cu Liong Cu menjadi jengah sendirinya. "Terimakasih," katanya. "Bukan hak bagianku untuk menggendong."
"Ya, kalau orang lain tentu saja bukan hak bagianmu," berkata Sun Hui Eng. "Tapi ketahuilah, Kang Jie kongcu terkena Jarum Ular karena demi kepentinganmu, bukan? Bagaimana kau tega, membalas air susu dengan air tuba?"
Cu Liong Cu menundukkan kepala.
Demikianlah kedua gadis itu bergilir merawat dan menggendong Kang Han Cing menuju ke arah Lembah Baru.
*** Bab 84 MEREKA TIBA di Lembah Baru, suatu tempat yahg terasing, seperti makna arti dari kata2 ?Baru?, tempat itu memang baru saja ditempati.
Lahirnya Lembah Baru adalah sejalan dengan munculnya partay Ngo-hong-bun.
Nenek Goa Naga Siluman terpukul oleh Sepasang Pendekar dari Tong hay, sebelah tangannya menyusut dan menderita penyakit tahunan, sengaja menyuruh Coa Khu Po menciptakan Ular Lindung, sedianya untuk menyembuhkan daging2 dan tulang yang susut itu. Maka kelima muridnya mendirikan partay Ngo-hong bun.
Kelahiran Ngo-hong-bun berarti bencana bagi rimba persilatan. Tokoh dari keempat Datuk Persilatan menjadi sasaran utama. Dengan demikian lahirlah Lembah Baru. Mau tahu pemimpin utama Lembah Baru?
Dan jawaban ini tidak terlalu lama lagi terpecah, sementara ada baiknya juga kita rahasiakan.
Rombongan Co Hoay Uh dkk tiba di Lembah Baru, mereka disambut oleh seorang gadis cantik. "Paman Cu.." Panggil gadis lincah itu.
"Ha, ha." Co Hoay Uh tertawa. "Mari kuperkenalkan."
"Inilah putra Datuk Utara Lie Wie Neng," Sambil menunjuk kearah putra Lie Kong Tie.
Dan menunjuk Kang Han Cing yang dipepayang oleh Cu Liong Cu dan Sun Hui Eng, ia berkata : "Inilah putra Datuk Selatan Kang Han Cing."
Dan satu persatu diperkenalkan kepada gadis lincah itu.
Terakhir, baru ia mengenalkan utusan Lembah Baru kepada semua orang. Ternyata si gadis adalah cucu perempuan Nenek Wie Tay Kun, keturunan bengcu rimba persilatan lama, nama si gadis ialah Wie Ceng Ceng.
Sikap Wie Ceng Ceng sangat hormat kepada semua orang, hanya bersikap dingin kepada Sun Hui Eng seorang. "Oh" Katanya. "Ternyata Sam Kiongcu dari Ngo-hong-bun."
Acuh tak acuh ! Suaranya mengejek dan mengandung cemoohan.
Sun Hui Eng juga bisa membedakan ketidak-samaan dari sikap yang diperlihatkan Wie Ceng Ceng kepada dirinya, wajahnya berubah.
Wie Ceng Ceng mengalihkan pandangannya ke arah si Kakek Beracun. "Paman Cu," katanya. "Beberapa hari ini kedatangan banyak tamu, kedatanganmu sedang di-tunggu2. Harap bisa turut serta didalam perundingan mereka itu. Dan yang lain2nya sudah tersedia petak2 dibagian timur."
"Siapa2 saja yang datang ?" Bertanya Cu Hoay Uh.
"Datuk Timur Kho See Ouw ayah dan putra, Kang Toa kongcu dari Datuk Selatan, dari Benteng Penganungan Jaya adalah paman Yen Yu San dan putri Datuk Barat Cin Giok Tin, Datuk Utara Lie Kong Tie dan lain2nya sudah komplit hadir semua."
"Aaaa....." Cu Hoay Uh bersorak girang. "Sudah komplit ?"
"Toako berada disini ?" Kang Han Cing juga turut gembira.
"Kang Toa kongcu baru saja tiba dua hari." Wie Ceng Ceng tertawa manis.
"Nona Wie," berkata Lie Wie Neng. "Bagaimana keadaan penyakit ayahku ?" Ia belum tahu keadaan penyakit ayah itu.
"Dibawah perawatan Tian-hung Totiang dkk, kesehatan paman Lie Kong Tie sudah pulih kembali," jawab Wie Ceng Ceng.
Masing2 menanyakan keadaan sanak famili mereka. Semua jago segera berkumpul di Lembah Baru.
Siapakah kokcu atau ketua lembah kekuatan baru itu ? Sebentar lagi akan kita ketahui.
Kita bayangi perjalanan Wie Ceng Ceng yang mengajak Cu Hoay Uh, Lie Wie Neng, Goan Tian Hoat dan Kang Han Cing. Melalui lorong2 panjang, mereka tiba disebuah ruangan besar.
Dari ruang itu keluar sepasang pemuda dan seorang pemudi, melihat kedatangan rombongan orang yang dibawa oleh Wie Ceng Ceng, mereka kemekmek sebentar, seorang pemuda diantaranya segera berteriak : "Jie-tee." langsung ia menubruk Kang Han Cing.
"Toako.." Kang Han Cing juga berteriak girang.
Orang itu adalah putra pertama dari Datuk Selatan, engkoh Kang Han Cing yang bernama Kang Puh Cing. Sedari terculiknya Kang Puh Cing oleh rombongan Perintah Maut, inilah perjumpaan mereka engkoh dan adik yang pertama kali. Mereka saling ber-peluk2an.
Atas geseran jiwa itu, Kang Han Cing meringis lagi, menahan rasa sakit yang terkena pukulan Ngo hang ciat mek-ciang.
"Jie-tee, mengapa ?" Bertanya Kang Puh Cing.
"Tidak apa2," lagi2 Kang Han Cing meringis sakit.
"Oh, lupa kuperkenalkan," Berkata Kang Puh Cing. "Inilah adikku."
Dan menunjuk kearah sepasang muda-mudi yang tadi bersama-sama dengannya, ia berkata : "Inilah Kho Siang Siang dan Kho In In, kedua putra-putri dari Datuk Timur Kho See ouw."
Mereka saling berjabatan tangan. Dan sesudah itu baru diperkenalkan dengan rombongan lain2nya.
Dikala memperkenalkan Sun Hui Eng, suara Kang Han Cing agak gugup : "Nona Sun Hui Eng..."
Kang Puh Cing memberi hormat kepada Sun Hui Eng.
"Sam Kiongcu dari Ngo-hong-bun !" Wie Ceng Ceng turut nimbrung.
Kang Puh Cing, Kho Siang Siang dan Kho In In kemekmek, tidak disangka kalau Kang Han Cing mengajak salah satu dari anggota musuh mereka.
Keadaan itu sangat canggung sekali. Akhirnya Goan Tian Hoat meminta bantuan Lie Wie Neng, dengan memberi satu lirikan mata, agar putra Datuk Utara itu bisa memberi sedikit keterangan.
Lie Wie Neng tampil kemuka dan berkata : "Didalam membebaskan diri dari partay Ngo hong-bun, nona Sun Hui Eng mempunyai andil jasa yang terbesar. Nona Sun rela meninggalkan kepentingannya, demi keselamatan kita semua." Kemudian diceritakan juga jalannya cerita.
Kang Puh Cing mulai tertarik. "Istana Naga? Gunung Tulang Ikan ? Dimanakah letak tempat2 itu ? Begitu hebat ? Sampai Cu cianpwe juga bisa tertawan ditempat itu !"
"Istana Naga adalah tempat persembunyian baru dari Nenek Goa Naga Siluman." Lie Wie Neng memberi keterangan.
"Aaaa." "Nenek Goa Naga Siluman ? Nenek Siluman yang pernah digembar-gemborkan orang dahulu itu ?"
"Ya ! Dan nona Sun ini adalah salah satu dari kelima muridnya."
"Oh" Dijelaskan juga, bagaimana kelima Kiongcu itu mendirikan sebuah partay yang diberi nama Ngo-hong-bun bagaimana menerima partay2 atau golongan2 sesat yang mau bernaung dibawah panji kebesarannya, salah satu dari golongan itu adalah golongan Perintah Maut.
Jelaslah sudah, siapa yang menjadi biang keladi rimba persilatan. Rasa curiga kepada Sun Hui Eng bisa mereda, Kang Puh Cing memberi hormat dan berkata : "Atas bantuan nona yang sudah dicurahkan kepada saudaraku, dengan ini aku mengucapkan banyak terima kasih. Kalau ada sesuatu keperluan, keluarga Kang selalu siap membantu."
Putri Datuk Timur Kho In In tertawa. "Semua orang yang berada ditempat ini adalah orang sendiri. Setiap orang wajib bantu membantu." katanya tertawa. "Lihat, ayah pun datang."
Dari arah yang ditunjuk, datang seorang tua berjenggot putih, itulah Datuk Timur Kho See Ouw yang ternama.
Mengiringi Datuk Timur adalah Yen Yu San dan Yen Siu Hiat. Dibelakang mereka turut serta juga putri Benteng Penganungan Jaya Cin Siok Tin.
"Ha, ha, ha" Terdengar suara gelak tawa Yen Yu San yang menyerobot maju kedepan. "Jie kongcu berhasil membebaskan diri ? Ha, ha, ha.. Mereka semua mengkhawatirkan keselamatanmu. Kukatakan tidak perlu, dengan ilmu kepandaian yang kau miliki, siapakah yang bisa mengganggu? Ha, ha, ha betul saja. Kau sudah bebas, bukan?"
Kang Han Cing menyengir, mana si Hakim Muka Merah tahu kalau jiwanya sudah berulang kali menempuh maut ?
Tidak lama, Lie Kong Tie juga muncul di ruangan itu. Hal ini sangat menggirangkan Lie Wie Neng.
Kalau Wie Ceng Ceng sangat ramah kepada semua orang, sikap yang diperlihatkan kepada Sun Hui Eng sangat menyolok sekali, se-olah2 memandang rendah gadis itu.
Cu Liong Cu mendampingi Sun Hui Eng dengan suara perlahan berkata : "Gadis ini menjabat Tongcu Lembah Baru, putri bengcu lama, turun menurun keluarganya menduduki pemimpin rimba persilatan, kalau saja ia berkepandaian tinggi, entah bagaimana lagi sombongnya ? Huh ! Sedari kecil ia dimanjakan oleh neneknya, maka suka memandang rendah orang. Jangan kau tersinggung."
"Kita sebagai tamu mana berani disamakan dengannya," berkata Sun Hui Eng.
Dari sekian banyak orang itu, keadaan Kang Han Cing yang paling menderita, sakitnya ditahan sedapat mungkin. Dan hal ini tidak lepas dari penilaian Kang Puh Cing.
"Jie-tee," katanya. "Apa yang kau rasakan sakit ?"
"Pundak Jie kongcu terkena pukulan." Goan Tian Hoat menalangi memberi jawaban.
"Biar kuantar istirahat." Berkata sang toako.
Ber-sama2 Goan Tian Hoat, Kang Han Cing diantar ke kamar yang sudah tersedia.
Itu waktu, Pendekar Kipas Wasiat Sin Soan Cu, Tan Siauw Tian, Kong Kun Bu dan lain2nya belum kembali dari pencarian Kang Han Cing, Cu Liong Cu dkk. Tapi mereka sudah diberi tahu tentang keselamatan orang yang dicari. Pada hari berikutnya satu persatu mulai kembali ke Lembah Baru. Keadaan semakin meriah.
Lie Wie Neng mendekati gurunya dan memberi tahu tentang luka Kang Han Cing yang agak aneh.
"Apa betul ia terkena pukulan in-khiu-pit-hiat?" Pendekar Kipas Wasiat Sin Soan Cu berkerut alis.
"Cu cianpwe mengatakan terkena pukulan In-khiu pit-hui." Jawab Lie Wie Neng.
"Jago mana lagi yang bisa menggunakan pukulan In-khiu-pit-hiat ?" Kerut Sin Soan Cu semakin dalam, "Ilmu In-khiu-pit-hiat berupa ilmu sesat jaman silam. Tidak mudah dipelajari orang. Mungkinkah masih ada jago tersembunyi ?"
Yen Yu San memandang Tian hung Totiang dan Sin Soan Cu bergantian, dengan tertawa ia berkata : "Kehadiran kalian berdua sungguh kebetulan, bukan ? Yang satu akhli obat2an, dan yang lain akhli ilmu totokan2, mengapa tidak mau bekerja sama menyembuhkan penyakit Kang Jie kongcu ?"
"Kau tahu apa ?" Berkata Sin Soan Cu.
"Yang kutahu, sesudah penyakit Kang Jie kongcu sembuh ! Beres ! Ha, ha.." Hakim Muka Merah Yen Yu San tertawa berkakakan.
"Tidak mudah, kawan." Berkata Pendekar Kipas Wasiat Sin Soan Cu.
"Apa lagi yang tidak mudah ?"
"Luka In-khiu pit-hiat bukan termasuk luka ringan."
"Aku tahu. Tapi kalian berdua juga bukan jago2 kelas ringan, bukan ?"
"Huh ! Kalau betul Kang Jie kongcu terkena pukulan in khiu pit hiat, kalian juga tidak bisa berpeluk tangan," Berkata Sin Soan Cu sambil memandang Yen Yu San dan Kho See Ouw sekalian.
"Eh..??!!" "Jangan takut. Kita selala siap sedia." Kho See Ouw memberikan janjinya.
"Untuk menyembuhkan penyakit In-khiu-pit-hiat, kita harus mencari 6 jago kuat yang mempunyai kekuatan hampir sama." berkata Sin Soan Cu.
"Enam jago kuat, buat apa ?"
"Pukulan In-khiu pit-hiat digerakkan dengan 6 jari kuat, menutup dan merusaki tempat jalan darah. Maka kita membutuhkan 6 tokoh silat, masing2 mengarah satu tempat, secara serentak memecahkan tempat2 yang buntu itu." Sin Soan Cu memberi keterangan.
Tan Siauw Tian memandang kepada orang2 yang hadir ditempat itu, kecuali pengurus Lembah Baru Ouwyang Goan, disana masih ada Datuk Timur Kho See Ouw, pejabat Benteng Penganungan Jaya Yen Yu San, ketua kelenteng Pek-yun-koan Tian-hung Totiang dan Pendekar Kipas Wasiat Sin Soan Cu. Dengan dia pribadi, jumlah mereka hanya lima orang.
"Disini sudah ada 5 orang, masih kurang satu," ia kata.
"Bagaimana kalau meminta bantuannya si Manusia Beracun Cu Hoay Uh ?"
"Mungkin..." "Tidak ada mungkin lagi, lekas panggil orang beracun itu."
Putusan rapat selesai, 6 jago utama berusaha menyembuhkan penyakit Kang Han Cing yang dianggap terkena pukulan in-khiu-pit hiat. Bagaimana hasilnya ?
Tentu saja salah jalan. Bukan caranya menyembuhkan penyakit pukulan Ngo-hang ciat-mek-ciang dengan cara menyembuhkan pukulan in-khiu pit hiat.
Betapa kuat daya pendobrakan ke 6 jago itu, cukup menghancurkan sebuah gunung, secara bertahap diselipkannya ke urat-urat Kang Han Cing, dengan maksud menjebol bagian2 yang buntu.
Kekuatan Tian-hung Totiang masuk dari jalan darah Tay in-keng, Tan Siauw Tian masuk dari Ciat in-keng, Kho See Ouw masuk dari Tay yang keng, Cu Hoay Uh dari Yang beng-keng, Yen Yu San dari Yang yu keng, dan Sin Soan Cu dari Siauw yang-keng.
Enam jalur kekuatan itu per-lahan2 bertambah.
Kang Han Cing yang sudah mendapat pemberitahuan, mengikuti datangnya bantuan keenam jalur tenaga tadi, diteroboskannya kearah tangan kanan dengan maksud memecah otot2 yang tertutup atau tersumbat. Rambatee ratas hayoo...
Terdengar suara jeritan Kang Han Cing, si jago muda jatuh pingsan.
Perubahan itu mengejutkan semua orang, terutama Sun Hui Eng yang menantikan hasil baiknya, ia berteriak : "Jie kongcu...Jie kongcu.."
Kang Puh Cing juga menjadi bingung. Memandang ke arah 6 jago kelas satu, mereka sudah mulai menarik tenaganya.
"Dia tidak tahan !" Berkata Yen Yu San menggelengkan kepala.
"Heran !" Berkata Sin Soan Cu. "Kemana larinya enam kekuatan kita itu ?"
Dengan wajah tegang, Tian-hung Totiang memeriksa urat nadi Kang Han Cing, berkerut alis sebentar dan berkata : "Jangan takut. Ia tidak mengalami suatu apa. Hanya pingsan karena tidak tahan menerima kekuatan yang besar. Bukan kekuatan kita berenam saja yang berada didalam tubuhnya. Masih ada satu kekuatan liar yang tidak terkendalikan turut merajalela, kekuatan inilah yang mengacau rencana."
"Kekuatan apakah itu ?"
"Ini yang membuat aku tidak mengerti." Berkata Sin Soan Cu.
Bukan Sin Soan Cu seorang yang tidak mengerti, semuapun tidak mengerti, mengapa kekuatan gabungan 6 tokoh kelas satu tidak bisa mengusir virus jahat yang mengganggu Kang Han Cing itu ? Itulah kekuatan hasil campuran obat Thian-kie-in-kang-tan dan Ular Lindung.
Sun Hui Eng menangis sesambatan. Kang Puh Cing bingung tidak keruan. Dan begitupun yang lain2nya.
Beberapa saat kemudian, Kang Han Cing bisa sadarkan diri, menyaksikan keadaan penolongnya yang seperti itu, ia menyengir.
"Tidak perlu para cianpwe menyusahkan diri," katanya lemah. "paling2 hanya kehilangan sebelah tangan saja, bukan ?"
Dan ia siap membacok tangan yang menyusahkan banyak orang itu. Hal mana cepat2 dicegah oleh mereka.
Tiba2 Sun Hui Eng bangkit berdiri merapikan rambut dan berkata : "Jie kongcu, tunggu sebentar. Biar kutemukan Go sumoay." Ia siap kembali ke gunung Tulang Ikan.
Cu Liong Cu terkejut, cepat2 meng-halang2inya. "Tidak mungkin," ia berkata. "Itulah satu perbuatan yang mengandung resiko."
Sun Hui Eng sudah melarikan diri dari Ngo hong bun, kembali berarti mencari kematiannya.
"Walau apapun yang terjadi, akan kuseret Co Hui Hee ke tempat ini." Berkata Sun Hui Eng.
Tian-hung Totiang turun tangan, katanya : "Nona Sun, harap kau bersabar. Walau kita belum berhasil menemukan cara2 untuk menyembuhkan Kang Jie kongcu, tapi jiwanya belum terancam bahaya. Lain lagi kepergianmu ke tempat itu. Bagaimana pula kalau terjadi sesuatu?"
Atas bujukan2 yang lain2nya, Sun Hui Eng bisa diberi mengerti.
"Begini saja," berkata Cu Liong Cu. "Kita tunggu hasil mereka. Kalau 3 hari masih tidak ada perubahan, biar kukawani kau memasuki Istana Naga."
Demikian hari itu dilewatkan.
Hari berikutnya, ketua Lembah Baru mengadakan perjamuan makan, turut hadir 4 datuk persilatan dan semua tokoh yang ada di tempat itu.
Semua belum pernah bertemu muka dengan ketua Lembah Baru, tokoh misterius yang bisa menghubungi tokoh2 tidak terkendalikan seperti Cu Hoay Uh, Sin Soan Cu, Ciok-kiam Sianseng dan lain2nya.
Dan kini mereka berhadapan muka dengan kokcu itu, ia mengenakan tutup kerudung muka, berarti masih gelap pula asal usulnya.
Meja perjamuan dipecah menjadi 6 rombongan. Pada meja kesatu tampak Datuk Timur Kho See Ouw beserta kedua putra-putrinya. Meja berikutnya adalah Kang Puh Cing dan Kang Han Cing. Mereka sebagai wakil2 dari Datuk Selatan. Di meja ini turut memeriahkan juga Goan Tian Hoat dan Sun Hui Eng.
Meja ketiga adalah Yen Yu San, Yen Siu Hiat dan Cin Siok Tin, mereka sebagai wakil2 Datuk Barat.
Meja keempat adalah Lie Kong Tie, Lie Wie Neng, sepasang jago dari gunung Yen-san Yo Su Kiat dan Khong Bun Hui. Mereka dari pihak Datuk Utara.
Meja kelima adalah penasehat2 Lembah Baru yang terdiri dari Pendekar Kipas Wasiat Sin Soan Cu, ketua kelenteng Pek yun koan Tian-hung Totiang dan Kakek Beracun ayah dan anak Cu Hoay Uh-Cu Liong Cu.
Kecuali mereka, terdapat juga jago2 Lembah Baru lainnya, seperti Tan Siauw Tian, Kong Kun Bu, Wie Ceng Ceng, Ouwyang Goan dan beberapa orang lagi.
Sesudah semua orang duduk komplit, ketua Lembah Baru memberi hormat dan mengucapkan 'Selamat datang di Lembah Baru', ia membawakan sikap dan kemisteriusannya. Di sebelah ketua Lembah Baru duduk seorang tosu tua, tidak seorangpun yang kenal kepada tosu tua ini.
Sesudah mengucapkan beberapa kata sambutan, ketua Lembah Baru memperkenalkan tosu tua yang duduk disebelahnya itu.
"Mari kuperkenalkan tokoh satu2nya yang pernah berhubungan dengan Nenek Goa Naga Siluman, inilah ex ketua partay Hoa-san-pay See-lie-cu."
"Aaaa." Semua orang memberi hormat kepada tosu tua itu.
Ketua Lembah Baru meneruskan kata-katanya : "Hubungan kami dengan See Lie cu totiang sudah berlangsung tahunan, sifatnya tidak mau tahu urusan orang. Hari ini kita berhasil menahannya karena ia mendengar diantara kita turut hadir salah satu murid Nenek Goa Naga Siluman, ia hendak berkenalan dengan nona Sun Hui Eng."
Sun hui Eng bangkit dari tempat duduknya, memberi hormat kepada See-lie-cu.
"Sebelumnya," berkata lagi ketua Lembah Baru. "Biar kujelaskan maksud dari pertemuan ini. Seperti apa yang cuwie sekalian sudah maklum, Lembah Baru bukan berupa partay atau golongan yang berambisi kekuasaan, Lembah Baru lahir karena adanya pertentangan dengan partay Ngo hong bun. Lembah Baru untuk menolong rimba persilatan dari gangguan2 Ngo-hong-bun. Cerita dimulai dari belasan tahun yang lalu, secara tidak disengaja, Pendekar Bambu Kuning Ciok-kiam Sianseng menemukan murid tertua dari Nenek Goa Naga Siluman mengadakan gerakan2, menarik kekuatan dari golongan hitam, suatu bukti kalau Nenek Goa Naga Siluman bisa bangkit kembali. Untuk menghadapi Ngo-hong-bun secara perorangan tentu tidak mungkin, bukan? Maka lahirlah Lembah Baru."
Ia menelan ludah sebentar dan meneruskan ceritanya : "Tiga puluh tahun yang lalu, rimba persilatan pernah mengalami masa kegelapan. Nenek Goa Naga Siluman merajalela dan mengganas, masa2 gelap itu berakhir sesudah munculnya Sepasang Dewa dari daerah Tong-hay yang mengalahkannya."
"Tapi.." Meneruskan lagi cerita ketua Lembah Baru. "Apa yang pernah terjadi sebelum itu ? Mari kita saksikan sebuah gambar."
Dari salah satu orang bawahannya, ketua Lembah Baru membentangkan sebuah gulungan kertas, itulah gambar punggung dari seorang pendekar.
Semua orang sedang menimbang2, apa maksud tujuan ketua Lembah Baru yang membentangkan gambar tersebut?
Diantaranya, Sun Hui Eng lebih mengerti, mendekati Kang Han Cing dan bertanya: "Jie kongcu, kau sudah mengerti?"
"Mengerti apa?" Kang Han Cing heran.
"Gambar itu adalah tanda2 luka dari seseorang."
"Luka2 seseorang?"
"Sudah lupa kepada pelajaran Tiga Pukulan Burung Maut?" bertanya Sun Hui Eng. "Orang di dalam gambar adalah terkena luka2 ilmu pedang Hui-hong-kiam hoat, inti dari Tiga Pukulan Burung Maut."
"Aaaa." Kang Han Cing mulai sadar. "Orang itu terkena goresan2 luka pedang dari gurumu?"
Sun Hui Eng menganggukkan kepala.
Terdengar lagi suara kokcu Lembah Baru : "Cuwie sekalian sudah melihat jelas, gambar ini adalah gambar seseorang yang terkena luka pedang Hui-hong kiam hoat di 18 tempat. Hanya seorang ini yang lolos dari kematian karena serangan Nenek Goa Naga Siluman, walau ia menderita luka2 yang begitu banyak. Betul, ia meninggal juga, tapi berhasil meninggalkan gambar ini kepada anak cucunya, gambar bersejarah penting untuk dipelajari agar sang anak cucu bisa lebih berhati2 untuk menghadapi Nenek Goa Naga Siluman."
Terbayang kembali keganasan2 Nenek Goa Naga Siluman sebelum tokoh itu dikalahkan oleh Sepasang Dewa dari daerah Tong-hay.
Betul saja, ketua Lembah Baru masih meneruskan cerita : "Ketua Tian khong-pay Kat Tay Hian, ketua Siauw lim pay Hian-hoat Taysu, ketua Ngo-bie-pay Hoan-hoan Siansu dan lain-lainnya tidak luput dari kematian....."
Cerita ketua Lembah Baru adalah cerita lama yang sudah diketahui umum, hampir sebagian besar dari orang2 yang berada di tempat itu pernah mendengar cerita tadi. Itulah keganasan2 Nenek Goa Naga Siluman.
Ketua Lembah Baru meneruskan cerita : "Tahun ketiga dari terjadinya drama2 diatas, muncul seorang kakek tanpa nama, langsung mencari Nenek Goa Naga Siluman, tidak terlalu sulit untuk ditemukan, terjadi pertempuran, yang dinamakan pertempuran hanya dua kali gebrakan, didalam dua jurus serangan, kakek tanpa nama itu menderita luka di 18 tempat. Nah ! Inilah gambar luka dari si kakek tanpa nama."
Pusat mata tertuju kepada gambar yang terpancang, ternyata gambar luka di 18 tempat dari kakek tanpa nama yang diceritakan.
"Siapakah kakek tanpa nama itu ?" Bertanya Datuk Timur Kho See Ouw.
"Itulah ayahku yang rendah," Berkata ketua Lembah Baru.
"Aaa" Ternyata si kakek tanpa nama yang berhasil memberi gambaran2 ilmu pedang Nenek Goa Naga Siluman adalah ayah dari ketua Lembah Baru.
Yen Yu San berkata : "Belum pernah ada orang yang bisa menghindarkan diri dari permainan ilmu pedang Hui-hong kiam hoat si Nenek Goa Naga Siluman." berkata Yen Yu San. "Termasuk ketua2 partay dari aliran ternama. Kalau ayah kokcu bisa menerima 2 jurus serangannya, dan kembali sehingga bisa membuat gambar luka2nya, inilah suatu bukti, kalau ilmu kepandaian ayah kokcu sudah berada diatas kepandaian orang."
"Menurut cerita ayah," berkata ketua Lembah Baru. "Beliau hanya bisa menerima satu jurus saja. Jurus berikutnya berarti pengorbanan, disengajakan untuk menjelajahi ilmu pedang Hui-hong-kiam-hoat."
"Dengan maksud memberi petunjuk kepada keturunan dan generasi selanjutnya untuk berdaya upaya, mencari jalan memecahkan ilmu pedang Hui-hong-kiam-hoat yang ganas," sambung Yen Yu San.
"Itulah tujuan utamanya. Kalau dibiarkan Nenek Goa Naga Siluman mengganas terus menerus, tanpa ada yang mengenal permainan ilmu pedang Hui-hong-kiam-hoat, apakah jadinya rimba persilatan kita ?"
Lie Kong Tie memberi pujian : "Pengorbanan ayah kokcu adalah pengorbanan yang berbudi luhur."
Ketua Lembah Baru berkata : "Dan ditahun itu juga Nenek Goa Naga Siluman dikalahkan oleh Sepasang Dewa dari Tong-hay. Tahun berikutnya, ayah kami meninggal dunia, dan sebelum itu beliau berpesan : Walau Nenek Goa Naga Siluman tidak ada berita, bahaya Hui-hong-kiam-hoat merupakan bahaya latent yang tidak bisa dimusnahkan, harus tetap waspada. Kita diwajibkan mencari penyelesaian untuk mengalahkannya. Dan dugaan itu tepat, 20 tahun kemudian, ilmu pedang Hui hong-kiam-hoat muncul diantara anggota2 Ngo hong bun.."
"Tentunya kokcu sudah bisa menemukan cara untuk memecahkan ilmu pedang Hui-hong-kiam-hoat itu, bukan ?" Bertanya Kho See Ouw.
"Sangat malu diceritakan," berkata kokcu Lembah Baru. "Untuk menghadapi ilmu pedang hui-hong-kiam-hoat yang lemas, mungkin bisa bertahan sampai beberapa jurus. Tapi....Untuk mengalahkannya kukira...kukira masih jauh. Apa lagi kalau mengingat Nenek Goa Naga Siluman tidak tinggal diam, dimisalkan dia juga mendapat kemajuan baru, bukankah sulit ditandingi ? Kebetulan nona Sun Hui Eng bersedia memihak kepada kita, bisakah nona memberi sedikit gambaran ?"
Kata2 yang terakhir ditujukan kepada Sun Hui Eng.
"Suhu telah menciptakan semacam ilmu baru yang diberi nama Tiga pukulan Burung Maut, yang terdiri dari inti2 ilmu pedang Hui-hong-kiam-hoat," berkata Sun Hui Eng.
Kokcu lembah Baru menoleh kearah Ketua partay Hoa-san-pay See-lie-cu. "Bagaimana ?" Ia tertawa, "Ha, ha, ha.dugaanku tidak salah, bukan ?"
Suara tertawa kokcu Lembah Baru berkumandang diseluruh ruangan, dan suara ini menggetarkan jiwa Kang Han Cing dan Kang Puh Cing, inilah suara tertawa yang tidak asing bagi telinga mereka.
Demikian Sun Hui Eng mendemonstrasikan ilmu pedang Hui-hong-kiam-hoat, juga memperlihatkan ilmu Tiga Pukulan Burung Maut.
Semua orang yang menonton memberi pujian kepada dua macam ilmu hebat itu. Sun Hui Eng kembali ke tempat duduknya. Masih berdengung dan memperbincangkan ilmu pedang Hui hong kiam hoat dan ilmu Tiga Pukulan Burung Maut.
Hanya seorang yang tidak puas, itulah Wie Ceng Ceng yang menaruh sentimen besar kepada Sun Hui Eng, hal ini bisa dimaklumi, mengingat Kang Han Cing lepas dari bagiannya. Dari penuturan sang nenek, jodohnya hendak dirangkapkan sedari kecil, tapi yang mendampingi Kang Han Cing sekarang adalah gadis lain, bagaimana Wie Ceng Ceng tidak menaruh cemburu ?
Dikala semua orang memuji ilmu pedang dan ilmu pukulan Sun Hui Eng, di kala semua orang berkecap-kecup atas pemberontakan yang sudah dilakukan Sun Hui Eng kepada partay dan pintu perguruannya, secara diam2, Wie Ceng Ceng meninggalkan ruangan.
Pesta masih dilanjutkan. Bekas ketua Hoa san-pay lama See lie-cu meminta beberapa petunjuk dari keistimewaan ilmu pedang Hui-hong-kiam-hoat dan ilmu Tiga Pukulan Burung Maut.
Dengan tidak bosan2nya Sun Hui Eng menjelaskan apa yang diminta.
Dikala pesta masih berlangsung, tiba2 Wie Ceng Ceng masuk kembali, langsung mendatangi kokcu Lembah Baru, memberi hormat dan berkata : "Lapor kepada kokcu. Lembah Baru kedatangan dua mata2 musuh, sesudah berhasil banyak melukai orang kita. Mereka berhasil ditangkap. Atas keterangan yang mereka berikan, kedatangan mereka dengan maksud untuk menemukan Sam kiongcu."
Sengaja atau tidak sengaja Wie Ceng Ceng melirik ke arah Sun Hui Eng.
Wajah Sun Hui Eng berubah. "Mencari aku ?" ia tidak mengerti. "Wie Tongcu, bagaimanakah kedua orang itu ? Laki atau wanita?"
"Nona Sun jangan gugup," berkata ketua Lembah Baru. "Duduk saja tenang2."
Dihadapi Wie Ceng Ceng dan berkata : "tolong kau bawa mereka masuk."
Dengan bangga Wie Ceng Ceng membalikkan badan, didepan pintu ruangan ia berteriak keras : "Giring masuk kedua mata2 itu !"
Seiring dengan kata2nya, empat anak buah Wie Ceng Ceng yang mengenakan pakaian seragam hijau menggiring masuk 2 pengemis kotor yang penuh luka, beberapa pengiring Wie Ceng Ceng itu terdiri dari kaum wanita, mereka dari gedung keluarga Wie, beberapa diantaranya terluka, hal ini yang menambah dendam dan kemarahan Wie Ceng Ceng.
Kedua mata2 yang tertangkap oleh Wie Ceng Ceng itu segera menemukan adanya Sun Hui Eng diantara rombongan orang2 yang hadir ditempat itu, mereka berteriak keras : "Sam Kiongcu, hamba A Wan dan Bu Lan."
Ternyata kedua pengemis yang tertawan itu adalah samarannya A Wan dan Bu Lan, kedua dayang terpercaya Sun Hui Eng di dalam jabatan Sam Kiongcu Ngo-hong-bun.
"Heeei, bagaimana kalian bisa mencari ke tempat ini ?" Sun Hui Eng juga merasa heran.
"Jie Kiongcu memenjarakan kami dan kami melarikan diri dari tahanan." A Wan memberi keterangan.
Sun Hui Eng menganggukkan kepala, memandang Wie Ceng Ceng dan berkata : "Wie Tongcu, mereka betul2 adalah kedua dayangku. Bisakah tolong membebaskan ikatannya ?"
"Membebaskan ikatan mata2 dari Ngo-hong-bun ?" Wie Ceng Ceng berdengus. "Begitu mudah ?"
"Mereka adalah orang2ku," Sun Hui Eng masih merendah diri.
"Apa Sam Kiongcu berani menjamin, kalau mereka tidak memata2i Lembah Baru ?" Wie Ceng Ceng masih tidak mau membebaskan ikatan A Wan dan Bu Lan.
"Aku sudah bukan Sam Kiongcu lagi." berkata Sun Hui Eng. "Tentang kejujuran mereka, tentu menjadi tanggung jawabku."
"Tanggung jawab yang bagaimana ?" Wie Ceng Ceng masih ngotot. Maksudnya jelas dan gamblang. Ia menyangsikan keputihan hatinya Sun Hui Eng, tidak percaya kepada tanggungan jawabnya.
Semutpun bisa berteriak, kalau diinjak terus menerus, penghinaan Wie Ceng Ceng yang terlalu menyolok mata mengakibatkan kemarahan Sun Hui Eng, alisnya melentik naik, dengan tidak puas berkata :
"Wie Tongcu, jangan anggap aku takut kepadamu. Merendah berarti memberi penghormatan. Tapi junjung tinggilah sesama maksud baik, jangan terlalu menghina orang....."
"Kalau aku mau menghina, bagaimana ?" Wie Ceng Ceng juga tidak kalah galak. Kedua gadis itu siap adu urat !
Kokcu Lembah Baru tidak menghendaki terjadi percekcokan seperti itu, segera ia melerai mereka, katanya : "Ceng Ceng, jangan kau membawakan adat lamamu. Biar bagaimana nona Sun adalah tamu kita, hormatilah setiap tamu yang datang di Lembah Baru."
Kemudian, tanpa menunggu reaksinya, menggunakan kekuasaannya sebagai ketua setempat, ia membentak ke empat dayang Wie Ceng Ceng : "Bebaskan ikatan !"
Orang2 itu segera membebaskan ikatan yang mengekang kebebasan A Wan dan Bu Lan.
Kemarahan Sun Hui Eng masih belum mereda, menggunakan kesempatan itu, segera ia mengutarakannya :
"Kokcu, pernahkah aku melakukan kesalahan. Begitu tiba ditempat ini, Wie Tongcu seperti tidak puas, seperti menaruh dendam yang sangat besar. Untuk meredakan ketegangan ini, biar sampai disini saja pertemuan kita. Aku meminta diri."
Cepat2 kokcu Lembah Baru menggoyangkan tangan, katanya : "Nona Sun salah paham. Adat Wie Tongcu memang demikian. Bukannya ia menaruh dendam. Memang sifat2 orang itu tidak sama. Pandanglah muka terangku, dan sudahilah persoalan ini."
Dihadapinya Wie Ceng Ceng dan berkata : "Ceng Ceng, nona Sun berbudi luhur. Secara rela sudah memihak kepada kita, inilah suatu kebanggaan. Tidak dibenarkan untuk menaruh dendam. Mari.Mari.. kudamaikan kalian berdua."
"Oh ! Dia berbudi luhur ?" Berkata Wie Ceng Ceng dingin. "Kalau begitu tentunya aku yang bersalah ?"
Ia membalikkan badan, memandang dayang-dayangnya dan berkata : "Berangkat pulang !"
Dan rombongan dari keluarga Wie itu meninggalkan ruangan.
Kokcu Lembah Baru meng-geleng2kan kepala, dihadapi lagi Sun Hui Eng dan berkata : "Sedari kecil, dia sudah kehilangan kasih sayang kedua orang tuanya. Terlalu dimanjakan oleh Nenek Wie Tay Kun. Sifatnya menjadi seperti ini. Jangan kau menaruh didalam hati."
Disaat ini terdengar lagi suara gaduh2, kokcu Lembah Baru bengong sejenak. "Mata-mata dari mana lagi yang berani mendatangi Lembah Baru ?" Ia bergumam.
Siuuuttttt. Entah bagaimana, disana bertambah seorang tua beralis putih. "Ha, ha......" Ia tertawa. "Aku juga dianggap sebagai mata2 ?"
Kedatangan orang tua bermuka putih ini sangat menggirangkan Yen Yu San dan Cin Siok Tin, yang satu berteriak 'Cin pocu? dan lainnya berteriak 'ayah? !
Orang yang datang adalah Datuk Barat Cin Jin Cin, ketua Benteng Penganungan Jaya yang ternama. Sesudah lama ia menghilang, menyembunyikan diri secara misterius, mendadak sontak bisa muncul di tempat itu.
"Ha, ha, ha" Kokcu Lembah Baru juga tertawa.
Suara tertawa ketua Lembah Baru ini lagi yang menggerakkan hati Kang Han Cing dan Kang Puh Cing, mereka teringat kepada suara seseorang yang sudah tiada.
Datuk Barat Cin Jin Cin memandang kokcu Lembah Baru yang mengenakan tutup kerudung muka itu, beberapa lama kemudian ia membentak : "siapa kau ?"
Disaat ini, muncul lagi satu bayangan, inilah Pendekar Bambu Kuning Ciok-kiam sianseng !
"Saudara Cin." teriak Ciok-kiam Sianseng. "Sungguh keliwatan kau ! Membuat aku capai percuma."
Cin Jin Cin memandang Ciok kiam Sianseng dan mengajukan pertanyaan : "inikah ketua Lembah Baru ?" Ia menunding kearah si orang berkerudung yang mengepalai rombongan orang2 ditempat itu.
Ciok kiam Sianseng menganggukkan kepala. "Mari kuperkenalkan," ia berkata. "Inilah kokcu Lembah Baru, Datuk Selatan Kang Sang Fung !"
"Aaaa..." "Oh.." "Eeeee." Semua orang terbelalak atas ucapan Ciok kiam Sianseng itu. Ketua Lembah Baru adalah Datuk Selatan Kang Sang Fung yang diceritakan sudah meninggal dunia ? Bukan diceritakan saja bagi Kang Han Cing yang sudah melihat bagaimana mayat sang ayah dipantek didalam peti mati, tentu saja merasa bingung, bagaimana ayah itu bisa bangkit dan hidup kembali ?
Kang Han Cing dan Kang Puh Cing saling pandang ! Betulkah keterangan Ciok kiam sianseng itu ?
"Suhu !" Teriak Kang Han Cing. "Apa betul dia ayahku ?"
Ciok-kiam Sianseng menoleh, memandang ketua Lembah Baru dan bertanya : "Eh, apa belum kau beritahu ?"
"Ha, ha, ha." Ketua Lembah Baru membuka tutup kerudungnya. Disana terpeta wajah orang tua tidak berjenggot, inilah Datuk Selatan Kang Sang Fung !
"Ayah !!!" Secara berbareng Kang Han Cing dan Kang Puh Cing berteriak.
Betul2 Kang Sang Fung yang sudah dimasukkan kedalam peti mati bangkit kembali ! Dan kini dia menjabat sebagai kokcu Lembah Baru.
Perubahan itu membingungkan semua orang yang hadir. Kecuali tokoh2 yang terdekat seperti Sin Soan Cu, Tian hung Totiang dan beberapa orang lagi.
*** Bab 85 GETARAN JIWA Kang Han Cing menyeret otot2nya yang masih membeku, ia berteriak, menjerit dan jatuh.
Cepat2 Sun Hui Eng memayang bangun pemuda itu.
"Hei," Pendekar Bambu Kuning Ciok-kiam Sianseng juga terkejut. "Kau menderita luka ?" Ia menghampiri muridnya.
"Dia terkena pukulan In khiu pit-hiat." Cu Hoay Uh memberi keterangan.
Didalam hal ini, bukan pengalaman Cu Hoay Uh yang serampangan menduga penyakit orang, tapi memang sewajarnya, ciri2 penyakit orang yang terkena pukulan In-khiu pit hiat itu memang tidak jauh berbeda dengan orang yang terkena pukulan Ngo-hang ciat mek-ciang.
Seperti apa yang pembaca maklumi, asal usul Tong Jie Peng adalah keturunan Liu Ang Ciauw, didalam cerita ANAK PENDEKAR sedikit banyak sudah kita ungkapkan. Pelajaran Ngo-hang-ciat-mek ciang memang satu aliran dengan pukulan In khiu-pit-hiat. Maka Kakek Beracun mengatakan kalau Kang Han Cing terkena pukulan In-khiu-pit hiat.


Perintah Maut Karya Buyung Hok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Pukulan In-khiu pit-hiat ?" Bergumam Ciok kiam Sianseng. "Apa Tian hung Totiang belum diberitahu ?"
Begitu percayanya kepada ilmu ketabiban Tian hung Totiang, anggapnya penyakit Kang Han Cing belum bisa disembuhkan, karena Tian-hung Totiang belum tahu.
"Sungguh malu diceritakan," Tian hung Totiang turut bicara, "Penyakit muridmu adalah penyakit luar biasa yang baru kutemukan."
"Ouw.." "Spirma2nya seperti spirma pukulan In-khiu pit hiat. Tapi agak mengalami perubahan. Disamping itu, masih ada kekuatan tenaga liar yang sukar dikendalikan turut bicara, ini yang lebih menyulitkan kita."
"Ohhh......" Ciok-kiam Sianseng mendekati sang murid, tentu saja ia tidak bisa menemukan sesuatu yang baru. Kalau tokoh2 yang seperti Sin Soan Cu dan Tian hung Totiang tidak berdaya, mana mungkin Ciok-kiam Sianseng lebih hebat darinya ?
Ketua Lembah Baru Kang Sang Fung menyuruh orang menambah meja baru, menyediakan Cin Jin Cin dan Ciok-kiam Sianseng.
Disaat perjamuan masih berlangsung, masuk seorang pelapor. "Laporan." katanya lantang. "Wie Tongcu mengajak 4 pengikutnya keluar lembah."
Pengurus lembah Auw-yang Goan terbelalak, ia bertanya : "Apa sebelumnya Wie Tongcu tidak memberitahu maksud kepergiannya ?"
"Dari cetusan Wie Tongcu, agaknya mereka hendak pulang ke gedung keluarga Wie dikota Heng-ciu."
"Akh, Wie Tongcu terlalu susah dikendalikan." Berkata Auwyang Goan. "Kurang memahami disiplin organisasi."
"Biar saja," berkata Kang Sang Fung. "Aku percaya Nenek Wie Tay Kun akan menyuruhnya kembali lagi."
"Ya," berkata Auwyang Goan.
Dan penjaga lembah itu sudah mengundurkan diri.
Hampir semua jago rimba persilatan berkumpul diruangan persahabatan Lembah Baru. Dari Datuk Selatan Kang Sang Fung, Datuk Utara Lie Kong tie, Datuk Barat Cin Jin Cin dan Datuk Timur Kho See Ouw beserta putra-putri mereka, tokoh2 ternama seperti Pendekar Kipas Wasiat Sin Soan Cu, Pendekar Bambu Kuning Ciok kiam Sianseng, ketua kelenteng Pek-yun-koan tian-hung Totiang, Hakim Bermuka Merah Yen Yu San, Jaksa Bermata Satu Tan Siauw Tian dan lain2nya, tidak satupun yang tidak hadir, itulah pertemuan terbesar di dalam sejarah rimba persilatan.
Ya ! Perselisihan diantara Datuk2 persilatan itu belum pernah mereda. Tapi sesudah terjadinya perserikatan 4 Datuk diteken, gap dan perbedaan idiologi mereka itu bisa dikesampingkan. Mereka sedang menghadapi musuh utama, Nenek Gua Naga Siluman beserta partay murid2nya yang bernama partay Ngo hong bun.
Mungkin, ada juga beberapa tokoh yang tidak puas atas kursi kedudukan ketua Lembah Baru yang dipegang oleh Datuk Selatan, mengingat perlunya kekompakan, mereka tidak segera mengetengahkan ketidak-puasan itu.
Kang Sang Fung memiliki peta gambar cara2 permainan ilmu pedang Ngo-hong kiam-hoat, Sun Hui Eng begitu rapet dengan Kang Han Cing, otomatis ilmu Tiga Pukulan Burung Maut tidak sulit dihadapi lagi. Hal ini yang memperkokoh kedudukan Datuk Selatan.
Disaat itu tiba2 terdengar suara kentongan dipukul, itulah tanda bahaya Lembah Baru !
Wajah Auw-yang Goan berubah. "Lembah Baru kedatangan musuh !" Katanya sambil meninggalkan orang2 itu demi tugasnya sebagai pengurus lembah.
Tidak lama, terdengar suara pertempuran, sebentar kemudian suara itu terhenti sebentar, berkumandanglah satu suara nyaring : "Siapa menjadi ketua Lembah Baru? Lekas tampilkan diri ! Sambut kedatangan jago2 Ngo hong bun !" Suara itu berdengung dan memasuki telinga semua orang.
Wajah Sun Hui Eng berubah. "Itulah Toa sucie," katanya. "Namanya Pan Hui Hong."
Kang Sang Fung mengenakan kembali tutup kerudung mukanya, di dalam hal ini ia masih wajib mempertahankan kemisteriusannya ketua Lembah Baru, agar bisa memperlambat turun tangannya Nenek Goa Naga Siluman yang masih tetap berupa momok terbesar.
Turut dibelakang ketua Lembah Baru adalah Datuk Utara Lie Kong Tie, Datuk Barat Cin Jin Cin, Datuk Timur Kho See Ouw, Ciok-kiam Sianseng, Sin Soan Cu, ex ketua partay Hoa-san pay Sie lie cu dan lain2nya.
Di depan Lembah Baru sudah berkumpul banyak orang, membuat satu garis pertahanan, para anggota Lembah Baru sedang menghadang pihak musuh, orang2 ini berada di bawah pimpinan Auwyang Goan.
Melihat sang ketua sudah menampilkan diri, Auw-yang Goan memberi jalan.
Maka jelaslah sudah, siapa2 yang menyatroni Lembah Baru. Di barisan terdepan adalah 4 manusia bertopeng, mereka adalah keempat kiongcu Ngo hong bun. Dari Topeng Emas Toa Kiongcu, Topeng Perak Jie Kiongcu, Topeng Aluminium Su Kiongcu dan Topeng Besi Go Kiongcu.
Hanya Topeng Perunggu Sam Kiongcu Sun Hui Eng yang sudah melepaskan diri dari barisan itu.
Mengapit 4 Kiongcu Ngo-hong bun adalah Nenek Ular Coa Khu Po, ketua kelenteng Sin-kho-sie Hui-keng, huhuat kelas satu Hian-keng dan seorang berjubah putih bertongkat yang bernama Bak Cang Ong. Harus diketahui nama Bak Cang Ong ini sejajar dengan nama Kakek Beracun Cu Hoay Uh, juga seorang akhli racun2an, mereka adalah jago2 inti dari Ngo hong-bun.
Jago inti Ngo-hong bun bertemu dengan jago komplit dari Lembah Baru. Inilah pertemuan yang bersejarah besar.
Ketua Lembah Baru diapit oleh Datuk2 rimba persilatan lainnya menghadapi kedatangan orang2 itu.
Memandang jago berkerudung kita, Toa Kiongcu Pan Hui Hong memberi hormat, katanya : "Kukira aku sedang berhadapan dengan pemimpin Lembah Baru. Apa kau yang menjadi ketua perkumpulan ini ?"
"Tidak salah," berkata Kang Sang Fung. "Apa maksud kedatangan Toa Kiongcu di tempat ini?"
"Sebelumnya aku hendak bertanya, apa kokcu pernah melihat Kang Jie kongcu dari Kim leng?"
"Oh ! Kang Jie kongcu ?" Berkata Kang Sang Fung dengan satu senyuman. "Dia sebagai tamu Lembah Baru, mengapa ?"
Luar biasa ! Anaknya sendiri dikatakan sebagai tamu ! Mentang2 orang tidak tahu !
"Dan ada seorang yang menyertai Kang Jie kongcu," berkata Pian Hui Hong. "Namanya Sun Hui Eng, ada turut serta juga ?"
"Oh ! Maksud kedatangan Toa Kiongcu hanya untuk menanyakan kedua orang ini ?"
"Kuharap kokcu bisa menyerahkan kedua orang itu. Maka urusanpun beres," berkata Toa Kiongcu.
"Alasannya ?" "Kokcu memang tidak tahu, atau sengaja berpura2 tidak tahu ?"
"Artinya ?" "Sun Hui Eng yang menyertai Kang Jie kongcu itu adalah pelarian dari Ngo-hong bun dan kami dari pihak Ngo hong bun wajib menangkapnya kembali."
"Dan bagaimana hubungannya dengan Kang Jie kongcu ?"
"Kang Jie kongcu sudah mencuri pelajaran Ngo hong bun, tentu saja harus ditarik kembali."
"Jadi kalian menghendaki kedua orang itu, bukan ?"
"Tentu. Seharusnya kokcu bisa menyerahkan mereka."
"Kalau tidak, bagaimana ?" Berkata ketua Lembah Baru. "Lembah Baru tidak akan tunduk dibawah kekuasaan Ngo hong bun."
"Oh ! Apa kokcu sudah memikirkan masak-masak akibat dari kata2 ini ? Apa tidak terlalu pagi?"
"Lembah Baru berani menantang Ngo-hong bun, tentu saja berani mengambil resiko," Berkata Kang Sang Fung. "Apa yang Toa Kiongcu hendak lakukan ? Kami selalu siap sedia."
"Jangan keliwat memaksa orang, ketahuilah, perintahku berarti kehancuran total Lembah Baru. Satupun tidak ada yang hidup lagi."
"Oh ! Begitu ?" Berdengus Kang Sang Fung. "Toa Kiongcu memang lebih congkak dari gurumu. Dimisalkan gurumu itu datang sendiri, belum tentu ia berani mengucapkan kata2 seperti tadi."
"Kokcu kenal kepada suhu ?" Toa Kiongcu Ngo hong-bun itu merasa heran.
"Dari orang2 yang hadir ditempat ini, paling sedikit ada tiga orang yang kenal kepada suhu Toa Kiongcu, mereka adalah sahabat-sahabat lama."
"Huh ! Suhu belum pernah berkenalan dengan orang. Ia tidak mempunyai sahabat."
"Kalau tidak mau dikatakan sahabat, tentunya musuh2 lama," Berkata kokcu Lembah Baru.
"Mengapa kokcu tidak memperkenalkan orang itu ?" Bertanya Toa Kiongcu.
"Aku adalah salah satu diantaranya." berkata ex ketua Hoa san-pay Sie-lie cu. Dan ia bergerak kedepan.
Membarengi gerakan Sie-lie cu, yang lain-lainnya turut bergerak maju, tidak terkecuali juga jago2 mudanya, seperti Kang Han Cing, Goan Tian Hoat, Lie Wie Neng, Kong Kun Bu, Yen Siu Hiat, Kho Siang Siang, Kho In In, Cu Liong Cu, Cin Siok Tin, Khong Bun Hui, Yo Su Kiat dan lain-lainnya.
"Eh." hati Pan Hui Hong juga tercekat. "Kau siap main keroyokan ?"
"Ha, ha, ha.." Kang Sang Fung tertawa.
Diantara rombongan jago muda itu tampak hadir juga Sun Hui Eng, hal ini membuat Pan Hui Hong semakin marah. "Sun Hui Eng," bentaknya. "Keluar !"
Menoleh kepada orang2 rombongannya, Topeng Emas ini memberi komando : "Siapa yang mau menalangi diriku membekuk Sam Kiongcu ?"
Pian Hui Hong maklum sampai dimana ilmu kepandaian Sun Hui Eng, kecuali dia pribadi dan Sin Hui Siang, yang lain2nya tidak akan bisa menandingi Sam Kiongcu itu, maka walau ia mengucapkan kata2 tadi kepada semua orang, matanya diarahkan ke tempat Topeng Perak Jie Kiongcu.
Tanpa ragu2, Sin Hui Siang lompat ke depan, ia menerima perintah dan berkata : "Kalau ternyata Sam sumoay sudah berkhianat kepada partay, biar aku yang menangkapnya."
Dihadapinya Sun Hui Eng dan membentak : "Sam sumoay, sesudah kedatangan Toa-sucie, apa kau masih belum mau menyerahkan diri ?"
"Aku sudah bukan orang Ngo-hong bun lagi," berkata Sun hui Eng. "Bagaimanapun tidak pulang kembali."
"Sam sumoay apa hendak memaksa aku turun tangan ?" Sin Hui Siang mengancam.
"Lebih baik Jie sucie jangan terlalu mendesak." Berkata Sun Hui Eng.
"Perempuan hina, jangan kira aku tidak berani ! Walau dibelakangmu sudah siap dengan jago2 Lembah Baru, Ngo hong bun tidak pernah takut kepada siapapun juga. Hayo lekas menyerahkan diri !"
"Hua, hua, ha, ha" Kang Sang Fung tertawa. "Jie Kiongcu kau tidak bisa mendesak seorang tamu Lembah Baru seperti itu. Ketahuilah, memukul anjing pun harus melongok majikannya dahulu. Apa lagi orang yang akan dihadapi itu masih sumoaymu sendiri, bukan ? Kau tidak berhak mengadakan paksaan."
"Eh, apa kokcu juga sudah gatal tangan ?" Bertanya Sin Hui Siang menantang.
Sin Soan Cu menggoyangkan kipas, dengan tertawa ia tampil kedepan, katanya : "Jie Kiongcu, kau tidak mempunyai hak bicara seperti itu. Mari....Mari kita bertanding lagi. Kita lawan lama, bukan?"
Kalau musuh lama bertemu muka, panasnya memang tidak terkira, tanpa menerima tantangan kedua, Sin Hui Siang sudah menerjang Sin Soan Cu, inilah pertempuran mereka yang kedua kalinya. Seru ! Tegang dan hebat !
Masing2 sudah mengetahui keunggulan lawan, kalau Sin Soan Cu berusaha menekan lawan dengan kekuatan, Sin Hui Siang berusaha memperlincah variasi ilmu pedang. Masing2 berkutet mempertahankan kemampuannya, mengelakkan kelemahannya. Tidak seorangpun yang bisa menarik keunggulannya.
Kang Sang Fung mendekati Sun Hui Eng dan berkata dengan perlahan : "Silahkan nona Sun menarik diri kebarisan belakang."
Sun Hui Eng memandang kokcu itu, mulutnya sudah berkemak kemik, hendak mengutarakan sesuatu tapi dibatalkan, ia mengundurkan diri, lagi2 berdiri disamping sisi Kang Han Cing.
Terdengar suara bentakan Toa Kiongcu : "Tunggu ! Jangan kau melarikan diri."
Kokcu Lembah Baru sudah menghadang di tengah2. "Sesudah Toa Kiongcu berada di Lembah Baru, semua urusan boleh diselesaikan denganku," katanya tertawa. "Ha, ha, ha.."
Hui keng Hweeshio mendekati pemimpinnya, ia berbisik : "Toa Kiongcu, suara kokcu ini seperti seseorang yang dikenal, biar serahkan kepadaku saja."
Hui keng Hweeshio memang pernah kenal Kang Sang Fung, dari suara tertawa tadi, tiba2 ia teringat peti mati Datuk Selatan yang tidak berisi, karena itu ia tidak berani memastikan, dengan permintaan izin tempur tadi, ia hendak mendapat kepastian dari apa yang diduga semula.
"Baiklah, tapi berhati2." Toa Kiongcu memberi izin tempur.
Pengurus Lembah Baru Auwyang Goan tentu saja tidak membiarkan ketuanya dijajal pulang pergi, karena itu iapun menampilkan diri, mulutnya berteriak : "Hui-keng menangkan aku dahulu, baru kau mempunyai hak kesempatan itu."
Hian-keng sudah mendampingi suhengnya dan hweeshio ini turut mengirim tantangan : "Auwyang Goan, kau bukan tandingan suhengku. Mari, mari kita bermain beberapa jurus."
Tantang menantang ! Auw-yang Goan merasa terhina, tanpa pikir panjang, ia menerima tantangan Hian-keng Hweeshio, maka terjadi gelanggang pertempuran yang kedua, disamping pertempuran Sin Hui Siang kontra Sin Soan cu yang masih berlangsung seru !
Menggunakan kesempatan ini, Toa Kiongcu menghampiri Kang Sang Fung.
Jaksa Bermata Satu Tan Siauw Tian selalu siap sedia, begitu melihat gelagat yang kurang baik, ia berteriak : "Tunggu dulu !"
Kemudian menoleh kepada ketua Lembah Baru dan meminta izin tempur : "Kokcu, serahkan orang ini kepadaku."
Ketua lembah Baru menganggukkan kepala. "Awas ! Jangan sekali2 lengah." Ia memberi peringatan.
Tongkat Kulit Beracun Bak Cang Ong turut tampil kedepan, membungkukkan badan dan berkata : "Toa Kiongcu, serahkan orang ini kepadaku !"
Pian Hui Hong menggelengkan kepala bertopeng emasnya, inilah suatu tanda, kalau ia tidak setuju main ganti2an seperti itu. Tidak perduli siapa, hendak disingkirkan satu persatu, baru ia bisa berhadapan dengan kokcu Lembah Baru. Nah ! Itu waktu, sesudah mengalahkan mereka, masakan Sun Hui Eng bisa melarikan diri ?
Pian Hui Hong mempunyai pegangan penuh untuk mengalahkan Tan Siauw Tian, dihadapinya Tongcu Lembah Baru itu dan membentak: "Kau ini kiranya yang bernama Jaksa Bermata Satu Tan Siauw Tian ?"
Tan Siauw Tian pernah mempelajari ilmu 'Gambar luka ilmu pedang Hui-hong-kiam-hoat, anggapnya, iapun bisa mengimbangi kekuatan murid Nenek Goa Naga Siluman itu, mendapat teguran yang kurang sedap, ia balik bercemooh : "Kau inikah murid Nenek Goa Naga Siluman yang bernama Toa kiongcu Pian Hui Hong ?"
"Kurang ajar !" Bentak Pian Hui Hong sambil mengirim satu pukulan.
Tan Siauw Tian mengelakkan datangnya serangan itu. "Toa Kiongcu," cemoohnya. "Mengapa kau tidak menggunakan pedang?"
"Untuk melawan jaksa yang sepertimu belum waktunya menggunakan pedang," berkata Pian Hui Hong. Lagi2 ia menyerang dan mendesak si Jaksa Bermata Satu.
(Bersambung 26) *** Jilid 26 TERJADI arena pertempuran ketiga di samping pertempuran Sin Soan Cu kontra Sin Hui Siang dan Hian-keng hweeshio lawan Auwyang Goan.
Tan Siauw Tian mengeluarkan senjatanya yang berupa ruyung Kiu-kiat-pian, dengan senjata ini ia membuka serangannya, hendak disaksikan bagaimana Toa kiongcu Ngo-hong-bun itu melawan tanpa senjata.
Jaksa bermata satu memang luar biasa, yang lebih hebat adalah lawannya, murid tertua dari Nenek Naga Siluman yang dijadikan momok rimba persilatan, dengan gerak2annya yang lincah, setiap saat bisa mengelakkan serangan ruyung Kiu-kiat-pian Tan Siauw Tian.
Dari tiga gelanggang pertandingan, arena inilah yang paling menarik. Semua jago menyaksikan dengan menahan napas.
"Gerakan Naga Siluman !" Kang Han Cing mengeluarkan keluhan perlahan.
Ya ! Gerakan Toa Kiongcu Ngo hong bun itu adalah gerakan Naga Siluman, ilmu terbaru yang bisa mengimbangi ketenaran ilmu pedang Hui-hong-kiam-hoat dan ilmu pukulan Tiga Pukulan Burung Maut.
Perubahan itu terlalu cepat, sebelum Tan Siauw Tian dapat menarik pulang senjatanya yang hendak digunakan membela diri, perubahan Pian Hui Hong terlalu cepat, walau bertangan kosong, dengan lincah mendesak lawannya yang menggunakan ruyung.
Berkutet setengah mati Tan Siauw Tian mempertahankan diri. Satu saat, terdengar suara Pian Hui Hong : "Sudah cukup, bukan ?"
Tangannya dijulurkan mengincar ruyung Kiu kiat-pian Tan Siauw Tian.
Tidak bisa dielakkan lagi, ruyung itu berpindah tangan. "Pergi !" terdengar bentakan Pian Hui Hong yang disertai terpentalnya tubuh Tan Siauw Tian.
Pertarungan tercepat di dalam sejarah setempat.
Pian Hui Hong tidak mengejar jatuhnya lawan itu, melempar senjata rebutannya dan memandang kearah pihak lawan. "Siapa yang hendak maju !" Ia menantang.
Hampir di-saat2 yang bersamaan, 2 arena lainnyapun mengalami kejadian sama. Terdengar dentingan senjata pecah, berbareng turut lenyap pula suara gemuruh kipas wasiat Sin Soan Cu, kedua bayangan yang saling serang itu terpisah, pertempuran inipun terhenti. Pada pundak Sin Soan Cu tertancap belahan pedang Sin Hui Siang, sedangkan sang Jie Kiongcu meringis dengan belahan pedang yang terputus itu. Lagi2 pertempuran remis ! Masing2 menderita kekalahan yang tidak sama.
"Sin Soan Cu," bentak Sin Hui Siang. "Apa kau masih mempunyai kemampuan tempur ?"
Disaat Sin Soan Cu hendak menjawab tantangan itu, sebuah bayangan terlempar ke arahnya, itulah tubuh Auwyang Goan. Tanpa ayal ia menyanggah datangnya tubuh itu.
Ternyata pertempuran terakhirpun telah selesai, Hian-Keng hweeshio terjerembab dengan muntah darah, tapi sebelum itu, ia masih sempat mengirimkan pukulan mautnya, menerbangkan tubuh Auwyang Goan. Kekuatan mereka tidak jauh berbeda, setali tiga uang.
Sesudah mempernahkan Auwyang Goan, Sin Soan Cu masih penasaran, ia masih siap menerima tantangan Sin Hui Siang, disaat ini ketua Lembah Baru tampil kedepan, dengan suaranya yang berwibawa, menghentikan semua pertempuran :
"Tunggu dulu ! Pertempuran lebih baik ditangguhkan. Kalian sama kuat. Yang satu kena pukulan, yang lain tertusuk belahan pedang. Sama kuat, siapapun tidak kalah."
Pian Hui Hong juga membentak sumoaynya : "Kembali !"
Sin Soan Cu dan Sin Hui Siang kembali ke regu masing2.
Masih Pian Hui Hong dan kokcu Lembah Baru yang berhadap2an.
"Bagaimana dengan kita ?" Bertanya Pian Hui Hong menantang.
Sebelum Datuk Selatan menjawab pertanyaan itu, tiba2 terdengar satu suara : "Tunggu dulu. Tiba2 saja tanganku gatal. Biar aku yang melawan Toa Kiongcu Ngo-hong bun."
Datuk Timur Kho See Ouw sudah menyelak didepan dan menghadapi Pian Hui Hong, jago inilah yang belum lama pentang suara.
"Kebetulan," berkata Toa Kiongcu Pian Hui Hong. "Kau berani menempur diriku? Berapa jurus bisa sanggup bertahan ?"
Tanggapan yang lebih sombong dari pada lawannya, masakan seorang Datuk Persilatan ditantang seperti itu ?
Dada Kho See Ouw dirasakan mau meledak, ditekannya kemarahan itu sedapat mungkin, dengan berdengus ia berkata : "Berapa lama pertempuran selesai. Sampai saat itulah kita bisa sanggup bertahan."
Yang dimaksud dengan kata2 "kita", mengandung dua macam arti : Mungkin Kho See Ouw yang dikalahkan, mungkin juga Pian Hui Hong yang dikalahkan.
"Untuk melawan jago kelas satu, aku membutuhkan sepuluh ronde, dan untukmu sembilan juruspun cukuplah sudah." berkata Pian Hui Hong.
Keterlaluan ! Datuk Timur Kho See Ouw juga termasuk jago kelas satu, tapi diturunkan derajatnya sebegitu rupa. Perang fisik !
Kalau saja Kho See Ouw tersinggung dan naik darah lagi, masuk perangkaplah dia ! di dalam keadaan kemarahan yang memuncak, seseorang lebih mudah melakukan kesalahan.
Wajah Datuk Timur matang biru, ia berdengus : "Kalau aku bisa bertahan sampai sepuluh jurus, bagaimana?"
"Kalau kau sanggup bertahan lebih dari 10 gebrakan, anggap saja aku yang kalah."
"Mengaku kalah memang mudah," berkata Kho See Ouw. "Sesudah kalah, hasil perjanjian bagaimana yang Toa kiongcu bisa beri jaminan?"
"Kalau kalah, aku segera membubarkan partay Ngo-hong-bun. Untuk selanjutnya Pian Hui Hong tidak menampilkan diri didalam rimba persilatan."
"Bagus," berkata Kho See Ouw. "Bila kita mulai mengadakan pertandingan?"
"Segera, sesudah kau mengeluarkan senjata," berkata Pian Hui Hong.
"Disini selalu siap tersedia senjata," berkata Kho See Ouw. Ia memperlihatkan kedua lengan bajunya.
"Baiklah kau boleh mulai," berkata Toa Kiongcu.
Kho See Ouw menepuk kedua tangan, sesudah itu ia merentangkannya pula, kedua telapak didorong kedepan, merah membara !
Kang Sang Fung yang menyaksikannya bersorak didalam hati : "Ilmu Api Membara Cek-san-ciang!"
Tepat ! Ilmu yang digunakan oleh si Datuk Timur adalah ilmu Api Membara Cek-san-ciang. Bisa menyerang orang tanpa geseran angin, ciri2 istimewanya, orang yang terkena pukulan Cek-san-ciang sulit ditolong, mati mereres selama 7 hari. Dan tidak lebih dari 7 hari itu !
Toa Kiongcu juga mengenali ilmu Cek san-ciang itu, ia tidak berani menerima pukulannya, dengan menggeser telapak kaki, mengelakkan datangnya pukulan.
Kho See Ouw menduduki urutan Datuk Timur dari 4 datuk persilatan, orang hanya mengenal nama, tidak mengenal ilmu silatnya. Menyaksikan ia mendesak Toa kiongcu Ngo-hong bun didalam satu gebrakan, semua orang bersorak girang !
Mundurnya Pian Hui Hong bukan mundur kekalahan, ia mengelakkan bahaya yang mengancam, sesudah itu menempati posisi yang baik menyerang kedepan.
Kho See Ouw mengebutkan lengan bajunya, dari sana tampak sesuatu yang bergulung-gulung, dilemparkan kearah Pian Hui Hong, benda tersebut segera melibat kiongcu itu. Ternyata itulah senjata simpanannya berupa gulungan tali dadung !
Terlalu cepat diceritakan, bagaimana cara pelemparannya, sulit diikuti dengan mata. Dan disaat Pian Hui Hong maju, ia sudah terlibat oleh senjata aneh lawannya.
Terdengar suara lengkingan panjang Pian Hui Hong, dengan mengerahkan tenaga dalamnya, tali2 itu beterbangan diudara, ter-potong2 menjadi ratusan belah. Tubuhnya tetap mengancam daerah lemah. Semua penonton berteriak kaget !
Didalam keadaan terdesak, Kho See Ouw membungkukkan badan, lagi2 ia mengeluarkan sesuatu, kali ini senjata yang digunakan olehnya berupa sepasang gelang emas murni 1000 gram ! Ditempulungkannya ke arah leher Toa Kiongcu.
Para penonton mengeluarkan napas lega.
Pian Hui Hong lebih tepat melihat adanya gelang 1000 gram yang mau merantai lehernya itu, ia cepat maju, lebih cepat lagi kemundurannya, ciiit Menjauhi musuh.
"Tidak sedikit benda2 anehmu, he ?!" Ia bercemooh. "Apa namanya benda yang berbengkung itu ? Termasuk senjata resmi atau senjata gelap ?"
"Terserah nama yang Toa Kiongcu berikan," jawab Kho See Ouw. "Toa Kiongcu bisa berkenalan lagi. Tapi harap berhati-hati, masih banyak permainan yang mengisi perutnya si 1000 gram ini !"
"Oh, begitu ?" Berkata Toa Kiongcu mengeluarkan pedang. "Silahkan kau perkenalkan senjata2 lainnya itu."
Dengan pedang di tangan, Toa Kiongcu lebih galak dan lebih berani !
Kho See Ouw menyerang dengan sepasang gelang 1000 gram. Toa Kiongcu juga menyerang dengan pedang. Masing2 sama2 menyerang !
Diantara para jago Lembah Baru, Ciok kiam Sianseng sering membanggakan ilmu pedangnya, menyaksikan permainan Ilmu pedang Pian Hui Hong yang berupa ilmu pedang Hui-hong Kiam hoat, hatinya menjadi tunduk dan takluk. "Dari permainan ilmu pedang yang seperti ini, bukan mustahil kalau Kho See Ouw tidak sanggup bertahan sampai 10 jurus," gumamnya didalam hati.
Itulah kenyataan ! Kho See Ouw mulai terdesak, pada jurus yang ketujuh, gelang emas murni 1000 gram terpapas, dari sana menyembur aneka macam senjata halus !
Wajah Pian Hui Hong berubah, itulah cairan beracun, tubuhnya melejit tinggi bagaikan seekor burung alap2 ia menukik kembali, pedangnya terayun, tanpa bisa dielakkan, tubuh Kho See Ouw terpental jauh, tentu saja dengan luka2 berat, luka di 7 tempat.
Pada detik2 bersamaan, Kho In In dan Kho Siang Siang, Ciok-kiam Sianseng dan Sie lie-cu sudah lompat ke medan gelanggang perang, tokh mereka terlambat datang.
Pendekar Bambu Kuning memayang bangun kawan seperjuangannya, Kho In In dan Kho Siang Siang mengeluarkan obat2an, merawat luka2 ayah mereka.
Sedangkan ex ketua hoa san-pay Sie lie cu sudah menghadapi Pian Hui Hong.
"Eh, tokoh silat terpendam dari mana lagi yang datang ?" Pian Hui Hong bercemooh.
"Aku Sie-lie-cu." Jawab tosu tua ini secara singkat.
Toa Kiongcu Ngo hong bun Pian Hui Hong menoleh kesamping, disana ia didatangi oleh 2 jago kelas satu, itulah Ciok-kiam Sianseng dan Kho See Ouw, ternyata si Datuk Timur masih penasaran, sesudah mendapat balutan2 seperlunya, ia maju kembali. Ciok-kiam Sianseng memberi bujukan, mendampinginya.
"Bagus," Pian Hui Hong berkata kepada mereka. "Nah ! Kalian boleh maju bersama."
Sie lie-cu, Ciok kiam Sianseng dan Kho See Ouw saling pandang, betapapun tidak becusnya kepandaian mereka, tidak mungkin mengadakan pengeroyokan seperti itu, apa lagi mengingat simpanan2 mereka sebagai jago kelas satu, sungguh memalukan sekali kalau diberi merk mengeroyok seseorang jago Ngo-hong-bun, dan yang dikeroyok itu adalah seorang gadis muda.
Pian Hui Hong seperti bisa menduga isi hati dari ketiga jago yang sudah berada di depannya, dari balik topeng emasnya, ia berdengus: "Jangan malu2," katanya. "Lekas selesaikan pertikaian ini, agar aku bisa cepat-cepat pulang tidur."
Satu penghinaan yang terlalu besar ! Dan terpercik satu rumusan, memang tidak mudah mengalahkan pemimpin Ngo hong bun ini, mengingat kalau Pian Hui Hong adalah murid dari Nenek Naga Siluman.
Agaknya Pian Hui Hong sangat yakin kalau ia bisa mengalahkan ketiga jago itu sekaligus, mengingat keadaan Kho See Ouw yang sudah terluka, tanpa memberi kesempatan lawan2nya mengundurkan diri, mengingat sudah kepalang tanggung dengan pedang terayun menyerang mereka ! Itulah ilmu pedang Hui-hong-kiam hoat !
Ilmu pedang Hui-hong kiam-hoat adalah ilmu pedang musuh dari jago2 Lembah Baru. Ayah Kang Sang Fung almarhum sengaja menjajalkan dirinya untuk mendapat lukisan gambar bekas2 luka ilmu pedang tersebut. Ber-tahun2 para jago utama Lembah Baru meyakinkan ilmu pedang tersebut dan tentu saja disertai dengan pemecahan2nya, selalu siap untuk mengelakkan ilmu pedang lihay si Nenek Naga Siluman.
Cara Pian Hui Hong yang menggunakan ilmu pedang Hui-hong Kiam-Hoat agak kurang bijaksana. Permainan inilah yang diharapkan oleh Ciok-kiam Sianseng dan Sie-lie-cu, secara serentak mereka menerjang kuat2.
Kedatangan Kho See Ouw di Lembah Baru terlalu lambat, dan keadaannya yang dipaksakan dengan membawa luka juga tidak mengijinkan ia berlaku nekad. Dibiarkan saja kedua rekan tersebut menerjang, ia menyerang dari posisi sayap.
Akibatnya sungguh luar biasa, tubuh si Topeng Emas terpental naik, menerjang awang-awang !
Suatu kejadian yang sangat menggembirakan para jago Lembah Baru !
Sebelum ada orang yang sempat berteriak, mereka dikejutkan lagi oleh demonstrasi Toa kiongcu Ngo-hong-bun, bagaikan manusia bersayap, Pian Hui Hong mengapung secara luar biasa, begitu pandainya ia melatih diri, tidak menunggu sampai ujung kaki menyentuh tanah, langsung menyerang ketiga lawannya. Hai ini membuat Sie-lie-cu gelagapan.
Ilmu yang Pian Hui Hong gunakan adalah ilmu tiga Pukulan Burung Maut ! Ilmu terbaru yang diolah dari ilmu Hui hong Kiam-hoat.
Karena terjangan mereka yang pertama membawa hasil, Sie-lie cu dan Ciok-kiam Sianseng mengulang perlawanannya. Kini ditambah dengan kekuatan Kho See Ouw yang sudah siap.
Akibatnya memang luar biasa, kesudahan dari penerjangan keras itu menghasilkan suatu akhir pertempuran. Mata semua orang terbelalak, dari Topeng Emas Toa Kiongcu yang terpental copot, tampaklah wajah Pian Hui Hong yang cantik, walau didalam keadaan pucat pias, hal mana tidak mengurangi sifat2 kegadisannya. Dikeroyok dan diterjang keras, walau menderita luka yang tidak berarti, iapun tunggang langgang juga.
Ujung pedang si Pendekar Bambu Kuning Ciok-kiam sianseng sudah tidak berada pada tempatnya, yang dipegangi hanya gagang buntung. Pada pundak, punggung, iga dan 4 bagian lainnya tertancap pecahan hancuran pedang sendiri, ternyata pedang itu sudah terpotong menjadi 7 bagian dan membungai 7 bagian ditubuhnya. Darah bercucuran dari luka2 itu.
Sie-lie-cu meringis dengan teklek sebelah tangan.
Yang paling parah adalah keadaan Kho See Ouw, ia jatuh pingsan.
Membiarkan pecundang2nya itu, Pian Hui Hong belum mundur, dia memang seorang pemimpin yang pantang mundur, kini dihadapi ketua Lembah Baru, membentaknya dengan suara geram : "Masih tidak mau menyerahkan Sun Hui Eng dan Kang Han Cing ?"
Sebelum ketua Lembah Baru mengeluarkan tanggapan, beberapa orang sudah minta ijin perang, mereka terdiri dari jago2 muda kita yang berada dibawah pimpinan Kang Han Cing, itulah Lie Wie Neng, Cin Siok Tin, Cu Liong Cu dan lain2nya.
Ketua Lembah Baru Kang Sang Fung mengulapkan tangan kepada anak2 muda itu. "Mundur !" Ia menolak permintaan bertanding mereka.
Lie Wie Neng dkk mengundurkan diri.
"Bagaimana ?" Pian Hui Hong masih menantang. "Sudah siap mengadakan perundingan ?"
"Sudah kukatakan," berkata Kang Sang Fung. "Nona Sun Hui Eng adalah tamu Lembah Baru. Sebagai tuan rumah yang tahu diri, tidak mungkin menjual tamunya, bukan ?"
Sesudah itu tanpa memperdulikan kemarahan Pian Hui Hong, sang ketua Lembah Baru menggapaikan tangan kepada 4 bocah pengiringnya, dan menganggukkan kepala kepada mereka.
Creng... creng... creng...
Secara serentak, keempat bocah pengiring ketua Lembah Baru mengeluarkan pedang, masing2 2 batang, berkilauan dan bercahaya, jumlah itu menjadi 8 bilah pedang, mengelilingi Pian Hui Hong, membawakan sikapnya yang mengurung.
"Oh...!" Pian Hui Hong tidak menjadi gentar. "Hendak menggunakan barisan tin ?" ia bisa menduga maksud tujuan ketua Lembah Baru.
"Tidak salah." Kang Sang Fung tertawa. "Aku mendidik mereka selama 10 tahun, untuk menunggu kedatangannya hari ini. Kuharap saja Toa Kiongcu bisa memberi pelajaran kepada mereka didalam barisan tin Anti Hui-hong Kiam-hoat."
Barisan tin Anti Hui hong Kiam hoat ! Demikian nama barisan tin ini, ternyata disediakan terang2an untuk menghadapi ilmu pedang Hui-hong Kiam hoat.
"Bedebah !" Pian Hui Hong naik darah. Bagaimana tidak, kalau ilmu kesayangan gurunya hendak disaingi oleh sebuah barisan tin yang mengandung nama seperti itu? Tentu saja membuat sang Toa Kiongcu marah2. "Hanya 4 bocah yang belum lepas ingusan ini ?" ia bercemooh. "Ha, ha"
Untuk melepaskan kejengkelannya, Pian hui Hong menerjang kedepan. Disambut oleh Kang Sang Fung dengan satu sontekan pedang. Keempat bocah Lembah Baru tidak berpeluk tangan, mereka sudah selesai membuat posisi baik, maka terjadilah hujan pedang. 8 pedang yang sudah ditaburi racun itu menggerumut ke pusat.
Salah besar kalau Pian Hui Hong menggunakan ilmu pedang Hui hong Kiam-hoat untuk menghadapi barisan tin Anti Hui-hong Kiam-hoat. Adanya lukisan Berdarah dari bekas korban Hui-hong Kiam hoat sangat menguntungkan Kang Sang Fung, puluhan tahun ia mempelajari ilmu itu untuk mencari jalan keluar dari mengatasinya. Dan kini betul2 ia berhasil. Dengan dibantu oleh keempat bocah pengiringnya mendesak Pian Hui Hong.
Beberapa jurus kemudian, Pian Hui Hong mulai kejepit. Sun Hui Eng selalu mendampingi Kang Han Cing, mereka juga turut menyaksikan jalannya pertempuran itu. Beberapa waktu kemudian, Sun Hui Eng berbisik perlahan : "Kukira barisan tin tidak bisa mengalahkan Toa sucie."
"Alasannya?" berkata Kang Han Cing.
"Nah, lihat !" berkata Sun Hui Eng. "Toa sucie sudah mulai mengadakan perubahan. Dia tidak lagi menggunakan ilmu pedang Hui-hong kiam-hoat."
"Oh !" Kang Han Cing mulai sadar. "Kalian masih memiliki senjata lain, gerakan Naga Siluman memang luar biasa."
"Teristimewa Tiga pukulan Burung Maut." Sambung Sun Hui Eng.
Seperti apa yang mereka perbincangkan, Pian Hui Hong sudah mengganti politik tempurnya maka tidak lama kemudian, ia berhasil meloloskan diri dari kepungannya Kang Sang Fung dkk. Tanpa menggunakan pedang, gadis itu mengelakkan 8 pedang para bocah Lembah Baru dan pedang inti ketua Lembah Baru.
Kang Sang Fung berdiri dengan wajah pucat pasi.
Tiba2 terdengar pekik suara burung, entah bagaimana, disana sudah bertambah seorang pemuda berpakaian putih, menyelak diantara Kang Sang Fung dan Pian Hui Hong.
"Tong Toako !" Kang Han Cing bersorak girang.
Ya ! Orang yang baru datang adalah akhli waris Tong-hay Tong Jie Peng !
Kecuali Kang Han Cing, masih ada seorang yang mengenali asal usul Tong Jie Peng, bahkan lebih jelas dan lebih mengerti, orang ini adalah Go kiongcu Ngo-hong nun Co Hui Hee.
Sampai dimana kepandaian Tong Jie Peng, Co Hui Hee mengerti secara mendalam. Hanya 1 jurus pelajarannya, ia berhasil mengalahkan Kang Han Cing yang sulit dijatuhkan. Takut kalau sang Toa sucie menderita sesuatu atas kelengahannya kepada musuh yang belum jelas asal usulnya ini, Co Hui Hee lari kedepan dan membisiki sesuatu.
Pian Hui Hong menganggukkan kepala. Co Hui Hee mengundurkan diri lagi.
"Apa maksud kedatanganmu menyelak ditengah2 urusan orang ?" Pian Hui Hong mengadakan teguran.
"Apa kau juga hendak mengikuti perjalanan gurumu, dikalahkan oleh kami ?" Balik tanya Tong Jie Peng.
"Siapa yang akan dikalahkan ?" Bertanya Pian Hui Hong dengan satu dengusan. "Aku hendak menuntut balas atas perbuatan guru-gurumu itu."
Tong Jie Peng menoleh ke arah Co Hui Hee, ia membentak : "Sudah kau beritahu kepadanya?"
"Sudah selayaknya kalau seorang adik seperguruan memberitahu kepada Toa sucienya, bukan?" berkata Co Hui Hee tanpa gentar.
"Ya." Sambung Pian Hui Hong. "Kau sudah memberi pelajaran kepadanya, mungkinkah ilmu"
"Namanya pukulan Ngo-hang Sin-ciang," Potong Tong Jie Peng.
"Bagus, kini aku hendak menjajal permainan ilmu pedangmu." tantang Pian Hui Hong.
"Kau hendak mengadu ilmu pedang ?" Bertanya Tong Jie Peng tersenyum.
Rahasia Pedang Siluman Darah 1 Kasus Kasus Perdana Poirot Poirots Early Cases Karya Agatha Christie Nisan Batu Mayit 1

Cari Blog Ini