Sabuk Kencana Ikat Pinggang Kemala Karya Khu Lung Bagian 15
"Kalau memang cianpwee memerintahkan demikian, boanpwee terpaksa harus menurut perintah."
Habis berkata ia segera mengundurkan diri dari tempat itu.
000dOw000 Bab 35 SI NYONYA ular keji Giam Giok Ciauw segera tertawa merdu, serunya:
"Setan penyakitan, orang lain mungkin merasa jeri terhadap ilmu jari sakti Tan Ci Sin Thong-mu, tetapi bagi aku Giam Giok Ciauw... Hmm...hmm... sama sekali tak kupandang sebelah matapun !"
Sastrawan penyakitan tertawa terbahak-bahak, dari dalam sakunya dia ambil keluar sebuah kipas yang bersisi dua, pada sisi se?belah kipas itu berwarna hitam sedang pada sisi yang lain berwarna merah darah, kemudian katanya :
"Sudah lama aku dengar akan kelihayan dari "Tui Hoen Tok Loei" atau Putih ra?cun pengejar nyawa dari sinyonya ular keji yang dikatakan setaraf dengan kelihayan "Toan Hoen To Hoa" bunga To pemutus sukma dari kauwcu siluman rase berwajah bu?nga To. Waah.. kalau kepandaian-kepandaian maha hebat itu harus dibandingkan dengan kepandaian siauw seng, ilmu cakar ayamku mana bisa menangkan kalian?"
Dengan penuh kebanggaan Giam Giok Ciauw tertawa cekikikan.
"Hiiih...hiiih....orang dungu, anggap saja pengetahuanmu benar2 sangat luas. Asalkan kau berhasil menyambut jurus serangan "Cin Poh To Hoa Coe Swie Liuw" maka kau pasti akan kuberi pahala yang amat besar."
"Cisss! kalau mau gebrak terus gebrak saja," jengek sastrawan penyakitan sambil menjengek sinis. "Meskipun aku si orang duda punya penyakit, tetapi aku si orang duda tidak doyan perempuan rendah semacam kau!"
Berbicara sampai disini tanpa banyak bi?cara lagi, kipasnya direntangkan lebar2 ke?mudian dengan jurus "Woe In Pit Jiet" atau Awan hitam menutupi salju, bagaikan hem?busan angin puyuh menyerang lawannya habis2an.
Merasa datangnya ancaman sinyonya ular keji segera menekuk pinggang melangkah silang dan tertawa cekikikan, senjata kuning berbentuk ularnya dengan menyipakan selapis keemas emasan, memakai jurus "Thian Soen Cian Bian" atau Thian Soen menggunting sutera langsung membabat pergelangan kanan Wan Boe Gie si sastrawan penyakitan itu, jurusnya aneh serangannya dahsyat.
Sastrawan penyakitan buru2 menggetarkan pergelangannya, kipas dikebas keluar, dari serangan membabat segera berubah jadi sera?ngan totokan.
Antara kedua orang jago itu segera ber?langsunglah suatu pertarungan yang amat seru...
Bagaimana kelanjutan pertarungan ini ? Baiklah untuk sementara waktu kita tinggal dahulu.
Dalam pada itu Yoe Leng sinomor sembilan yang pura2 sedang menderita sakit didalam istana Yoe Leng Koei Hoe tetap ting?gal didalam markas besar untuk melakukan perobahan.
Sedang si Putri Istana Emas? Berhubung To bin Yauw Hoe melihat kesadarannya remang2 mulai berobah, maka diapun diting?gal dalam istananya untuk beristirahat.
Sejak ia berturut turut minum dua kali pil "Hoan Hun Wan" yang secara diam2 dicampurkan kedalam air tehnya oleh pendekar tampan berbaju hijau Gong Yu, gadis ini dapat mulai teringat kembali akan pe?ristiwa terceburnya dia dari puncak gunung Moe-Coe-san.
Disamping itu diapun dapat teringat kembali bahwa ia pernah menangis dengan amat sedihnya diatas puncak gunung tersebut, seakan-akan dikarenakan suatu pukulan batin yang berat hatinya jadi amat sedih, tapi sebenarnya apa yang telah terjadi ? dia sendiripun tak dapat mengingatnya kembali.
Berdasarkan daya ingatan yang berhasil dikumpulkannya itu, maka jelaslah gambar?an dalam benaknya bahwa antara dia dengan Hoan Soh Soh sama sekali tiada hubungan antara ibu dan anak.
Semenjak ia mulai menaruh curiga atas asal usulnya sendiri itulah, gadis ini mulai memperhatikan semua kejadian disekelilingnya, dan hasil dari pengamatannya itu menunjukkan bahwa ibunya sama sekali tidak menaruh rasa sayang terhadap dirinya, bahkan kadangkala malah terlintas rasa den?dam dan benci yang amat sangat diatas wajahnya, hal ini membuat ia terkesiap dan diam-diam bergidik.
Bagaimana dengan sikap encinya Hoan Pek Giok? Dalam pembicaraan walaupun ia tunjukkan sikap gembira, tapi dalam tingkah lakunya justru kebalikan dari itu, apa sebabnya ia selalu jauh lebih mengetahui tentang banyak persoalan daripada dirinya ? disamping itu diapun merasakan hubungan yang agak renggang dengan dirinya.
Malahan sebaliknya si pendekar tampan berbaju hijau yang selama ini dianggap sebagai musuh besarnya justru malah mendatangkan rasa simpatik yang tebal, perhatiannya serta cinta kasihnya membuat ia merasa begitu hangat dan rapat hubungannya dengan orang itu. Mungkinkah dia adalah anak saudaranya ?
Berpikir sampai disini, jantungnya segera terasa berdebar keras, dalam keadaan begini ia sangat berharap dapat bertemu kembali dengan dirinya.
Tapi ... orang itu toh musuhnya ? mungkinkah ia menempuh mara bahaya dan memasuki sarang naga gua harimau hanya untuk menjenguk dirinya belaka ?
Setelah putar otak berpikir tak karuan akhirnya gadis itu menghela napas panjang, berpejaman mata membaringkan tubuh dia?tas pembaringan, lama kelamaan ia mulai merasa mengantuk.
Tiba2... ia merasa ada seseorang menero?bos masuk kedalam kamar tidurnya, lang?kah kaki orang itu sama sekali tidak me?nimbulkan sedikit suarapun, jelas ilmu silatnya yang dimiliki orang itu jauh diatas kepandaian silat sendiri.
Ia membuka sedikit matanya dan melirik kearah pintu, tampaklah seorang lelaki berbaju hitam sedang memasuki kamarnya de?ngan sangat ber-hati2.
Melihat orang itu bukan pemuda berbaju hijau yang diidam idamkan, seketika itu ju?ga timbul napsu membunuh didalam hati gadis itu.
Cuma...satu perasaan ingin tahu muncul pula dalam hatinya, ia pingin tahu apa yang hendak dilakukan orang itu.
Maka putri istana emas tetap berbaring diatas pembaringannya pura-pura tidur.
Agaknya orang itu sangat hapal dengan keadaan kamar tersebut, setelah melirik sekejap sekeliling tempat itu ia berjalan ke sisi meja, mengambil sisa air teh dalam cawannya yang ada diatas meja dan sekaligus menghabiskan isinya, kemudian dari dalam saku ambil keluar sebuah botol obat memasukkan bubuk obat tadi kedalam cawan memenuhi dengan air teh baru dan diletakkan kembali ditempat semula.
Melihat perbuatan orang itu, dalam hati Putri istana emas segera berpikir:
"Jangan2 dia ada maksud hendak meracuni diriku.... tetapi bukankah antara aku dengan dirinya tidak terikat dendam sakit hati apapun jua, kenapa ia hendak mencelakai diriku?"
Sementara sambil pejamkan mata ia masih berpikir yang bukan2, terdengarlah orang tadi selangkah demi selangkah berjalan mendekati kearahnya, hal ini seketika menggusarkan hatinya, pikirnya didalam hati:
"Kurangajar.... bangsat ini benar2 menjengkelkan sekali, bukan saja ia hendak meracuni diriku bahkan hendak memperkosa perawanku...."
"Hmmm! kalau ia berani berbuat tidak senonoh, aku segera akan menghabiskan jiwanya....."
Belum habis dia berpikir, orang itu telah tiba didepan pembaringannya. Setelah menatap wajahnya beberapa saat per-lahan2 ia membelai rambutnya dengan penuh kasih sayang.
Jantung Putri Istana Emas berdebar semakin keras, sementara ia hendak meraba pedang Muni-kiamnya untuk membunuh orang itu, mendadak terasalah sebutir air mata jatuh menetes diatas jidatnya, diikuti orang itu menghela napas dan bergumam dengan suara sedih :
"Si burung nuri berparuh tipis Liuw Ci Goan telah berkata bahwa obat "Hoan-Hun wan" ini asal diminum tiga kali, maka daya ingatanmu akan pulih kembali seperti sedia kala, tetapi......ooh Wan-moay, kau sudah menelan dua kali, kenapa keadaanmu sama sekali belum berubah......."
Selesai berbicara, kembali dia menghela napas panjang.
Dalam pada itu si Putri Istana Emas telah berhasil mengetahui siapa lawannya dari nada suara tersebut, ia tidak menyangka si pemuda tampan berbaju hijau yang telah dinanti-nantikan selama banyak hari ternyata telah muncul disisinya.
"Aaaai......kalau begitu ia sering munculkan diri disisiku......." pikir dara tersebut.
Disamping itu diapun menyadari bahwa dengan kepandaian silat yang dimilikinya sekarang, tak nanti akan berhasil menghalangi kepergiannya......
Oleh sebab itu menggunakan kesempatan dikala pemuda itu sedang melelehkan air matanya, mendadak dengan gerakan burung belibis meloncat keangkasa, ia melayang kedepan pintu dengan waktu serta jarak yang tepat seperti apa yang diperhitungkan sebelumnya, begitu tiba didekat pintu ia segera mengunci pintu kamarnya, berpaling dan serunya :
"Hey pendekar tampan berbaju hijau, rupanya setelah berlalu kau telah kembali lagi kemari. Sebenarnya apa maksudmu menyusup kedalam kamar tidur pun koencu?"
Melihat rahasianya ketahuan pihak lawan, mula-mula Gong Yu tertegun diikuti dengan wajah berseri-seri dan hati kegirangan, serunya :
"Wan-moay, ternyata kau tidak tidur !"
"Perduli kau akan sebut apa terhadap diriku, Pun Koencu tidak akan menampik, betul ! Aku memang tidak tidur."
"Kalau begitu semua gerak serta tingkah lakuku selama ini telah kau saksikan semua ?"
"Tentang soal ini apa gunanya kau bertanya kembali !"
"Kalau begitu bagus sekali, sedari dahulu aku telah mempunyai pendapat bahwa cepat atau lambat pasti ada kejadian seperti hari ini !"
"Sebelum kau utarakan maksud kedatangan?mu kemari, hey pendekar tampan berbaju hijau, aku persilahkan dirimu untuk minum saja air teh diatas meja itu sampai habis !"
Pendekar tampan berbaju hijau Gong Yu yang mendengar perkataan itu jadi tertegun, kemudian kelabakan dengan sendirinya dan tidak mengerti apa yang harus dilakukan.
"Tidak bisa jadi !" serunya kemudian dengan alis berkerut. "Aku telah memasuk?kan obat didalam cawan air teh itu dan obat itu khusus untuk mengobati sakit lupa ingatan yang sedang kau derita, kau harus tahu untuk membuat obat tersebut bukan saja aku harus mengalami pelbagai kesulitan yang membuang banyak tenaga dan pikiran, bahkan obat itupun atas jerih payah si tabib sakti Liuw Ci Goan yang bekerja selama banyak waktu. Wan moay! kau telah menelan dua kali, kali ini adalah kali yang terakhir bagimu untuk minum obat tersebut."
Ucapan ini sangat mengharukan hati Putri Istana Emas, namun dengan nada menyelidik katanya kembali :
"Dari mana aku bisa tahu kalau ucapanmu itu benar2 atau bohong? Menurut keadaan yang semestinya, kendati pun Koencu kehilangan ingatan lalu apa sangkut pautnya dengan orang lain? Dan kenapa pula harus merepotkan orang lain? Dua kali kau menyusup kedalam kamar tidurku, bukankah hal ini membuktikan bahwa kau ada maksud mencelakai diriku?"
"Oooh! Jadi kau menaruh curiga kepadaku bahwasanya obat yang ada didalam cawan air teh itu adalah racun keji?"
"Benar !" Gong Yu segera menghela napas panjang.
"Aaaai....! Tingkah laku serta perbuatanku ini memang tak akan menghindari kecurigaan orang lain terhadap maksudku. Wan-Moay! aku tak akan menyalahkan dirimu!"
"Hmmm! Ucapanmu yang tiada ujung pangkalnya sangat mencurigakan hati orang, siapa yang suka mempercayai dirimu!"
"Lalu apa yang harus kulakukan agar kau suka mempercayai diriku?" tanya Gong Yu kemudian dengan perasaan serba salah.
"Hal ini harus ditanyakan kepada dirimu sendiri!"
"Bertanya kepada diriku sendiri?"
"Benar, bertanya pada dirimu sendiri!"
Gong Yu benar2 terdesak oleh keadaan mendadak ia mendongak dan tertawa keras. Untung pintu kamar tertutup rapat sehingga suaranya tidak sampai tersiar keluar.
"Apa yang kau tertawakan?" tegur Putri Istana Emas.
"Wan-moay, anggap saja dirimu adalah Putri Istana Emas! Seandainya kedatanganku kemari adalah mengandung maksud jahat dan bukan mengandung maksud baik, coba bayangkanlah setelah secara beruntun kau minum dua kali obat campuranku; apakah kau bisa hidup lebih jauh ? Ini adalah bukti pertama. Kedua, ditengah tidurmu yang amat nyenyak, asal kuangkat tanganku melakukan serangan, kau pasti sudah meninggal sejak dulu2, mungkinkah kau sekarang masih bisa berbicara ?"
Dengan alis berkerut si Putri Istana Emas segera tertawa hambar.
"Walaupun perkataanmu tidak salah, tapi siapa tahu kalau kau cuma alasan belaka? Disamping itu kau mengatakan bahwa pun koencu sudah dua kali minum obatmu dengan maksud baik, tetapi mana buktinya...?"
"Wan-moay, akan kuajukan dua bukti yang akan membuktikan bahwa ucapanku bukan kata2 kosong belaka. Pertama kali kau minum obat itu adalah setelah kau pergi menjenguk ayahmu didalam penjara, air dalam cawan itu adalah sisa dari separuh cawan air yang telah kau minum sebelum pergi, tentunya kau masih ingat bukan ?"
"Kedua harinya adalah sehari setelah kabar bohong mengenai wafatnya ayahmu disiarkan, kau tentu masih ingat bukan waktu itu pikiranmu kacau dan tak bisa tidur, bahkan pernah pula memaki beberapa patah kata : yang membuang diriku, hari kemarin tak boleh ditinggalkan, yang membuat hatiku kacau, ini hari semakin merisaukan ha?tiku !"
Mendengar sampai disini air muka Putri Istana Emas berubah hebat, badannya laksana kilat menerjang kehadapan Gong Yu, cahaya merah dalam genggamannya berkelebat lewat, tahu-tahu pedang Muni-kiam tersebut telah ditudingkan keatas lambung si anak muda itu.
"Hey pendekar tampan berbaju hijau !" serunya. "Detik ini juga kau harus menceritakan apa hubunganmu dengan diriku, kalau tidak.... jangan salahkan kalau aku akan bunuh dirimu sehingga darah segar berceceran diatas lantai !"
Haruslah diketahui gadis ini tidak me?nyangka kalau apa yang dialami selama ini dapat diketahui oleh pihak lawan, apalagi apa yang diucapkan si pendekar tampan berbaju hijau semuanya merupakan kenya?taan, dari kagetnya gadis itu jadi terce?ngang dan menaruh curiga.
Ditodong oleh ujung senjata, mula2 Gong Yu merasa terkesiap dan kaget setengah mati, tapi sesudah berpikir sejenak dengan lantang ia menjawab:
"Adik wan, kau tak usah cemas ataupun gelisah, hubungan antara kita meski tidak tanyakan, cepat atau lambat akupun pasti akan memberitahukan kepadamu!"
"Sudahlah....jangan ngomong yang bukan2 melulu, cepat jawab pertanyaanku."
"Baiklah, akan kukatakan sebenarnya, kau serta aku sama2 adalah anak murid dari Bu lim Jie Seng..."
"Jadi kalau begitu kita adalah saudara seperguruan?" sela putri Istana Emas.
"Betul, kalau bukan begitu mengapa kita berdua sama2 dapat menggunakan ilmu langkah Chiet Ciat Tay Nah Ih Hoat?" Bukan?nya menjawab malahan ia sebaliknya bertanya.
Putri Istana Emas tak sanggup menjawab, ia termenung beberapa saat sebelum teringat persoalan lain dan bertanya kembali:
"Hey pendekar tampan berbaju hijau, bukankah kau tadi pernah mengatakan bahwa kabar wafatnya ayahku hanyalah kabar kosong belaka, sebetulnya apa maksud ucapanmu itu?"
Ia tarik kembali pedang Muni kiam tersebut dari atas lambung si anak muda itu dan disimpan kedalam sakunya, disamping itu sikap serta ucapanpun menunjukkan perubahan seratus delapan puluh derajat.
"Tentu saja kabar isapan jempol itu sama sekali tidak benar!" sahut Gong Yu sambil duduk diatas kursi.
Kali ini giliran Putri Istana Emas yang terperanjat, serunya tertahan:
"Kau maksudkan ayahku masih hidup di?kolong langit ?"
"Sedikitpun tidak salah !"
"Tetapi.... lalu siapa yang telah mati di penjara dibawah tanah itu?"
"Seorang anggota perkumpulan Yoe Leng Kauw..penjaga dari penjara tersebut."
"Ooouw......! Rupanya kejadian ini kembali adalah hasil karyamu?"
"Betul! Itulah tugas kedua yang harus kulakukan setelah kedatanganku kedalam istana setan Yoe-Leng Koei-Hoe ini."
Putri Istana Emas tidak berbicara lagi, dengan langkah lambat ia berjalan kesisi meja, mengangkat cawan air teh tadi dan sekali teguk menghabiskan isinya.
Melihat perbuatan gadis itu, Gong Yu jadi sangat terharu. Katanya :
"Wan-moay, semoga daya ingatanmu dapat cepat pulih kembali seperti sedia kala. Ucapan dari si tabib sakti burung nuri berpatuk tipis tak akan mengibuli."
Setelah minum obat itu Putri Istana Emas segera duduk bersila dan mengatur pernapasan, dengan demikian daya kerja obat itupun menyebar keseluruh tubuhnya semakin cepat.
Dan kini marilah kita balik lagi ketengah gelanggang pertarungan dimana sedang berlangsung pertempuran sengit antara sinyonya ular keji melawan sastrawan berpenyakitan dari gunung Thian-Tay.
Dalam sekejap mata tiga ratus jurus berlalu, namun untuk sementara waktu sulit untuk menentukan siapa menang siapa kalah.
Menyaksikan kejadian ini Yoe-Leng Kauwcu Hoan Soh Soh lantas mencari bahwasanya kekuatan para jago serta pendekar dikalangan lurus yang berkumpul dewasa ini jauh lebih kuat dan ampuh dari pada keadaan dahulu, bila pertarungan keras dilangsungkan terus sebelum Ban Tok Ci Ong Raja diraja dari selaksa racun menggabungkan diri dengan mereka, niscaya pihaknya bakal menderita kekalahan total.
Oleh karena itu diapun lantas punya ingatan untuk mengundurkan diri dari situ setelah berhasil menyelidiki kekuatan lawan, dari pada sebaliknya pihak mereka yang dibasmi.
Dalam pada itu senjata gunting emas berbentuk ular ditangan nyonya ular keji secara beruntun telah melepaskan serangan keji yang mematikan, demikian gencarnya serangan itu sehingga memaksa si sastrawan berpenyakitan dari gunung Thian-Tay terdesak mundur sejauh tiga langkah lebih.
Setelah itu menggunakan kesempatan dikala pihak lawannya terdesak mundur itulah, nyonya ular keji merogoh kedalam sakunya mengambil keluar segenggam Tui-Hun-Tok-Loei Petik racun pengejar sukma, kemudian dengan gerakan Seluruh angkasa penuh dengan bunga hujan, ia sambit senjata rahasia itu kedepan.
Seketika itu juga tampaklah selapis bayangan cahaya berwarna merah meluruk ke arah sastrawan berpenyakitan dengan dahsyatnya.
Wan Boe Gie tertawa terbahak-bahak, kipasnya segera direntangkan lebar2, secara beruntun ia lancarkan belasan kebutan yang mana seketika menggulung seluruh senjata rahasia itu hingga lenyap tak berbekas.
Si Nyonya Ular Keji tertawa lengking, serunya :
"Jangan keburu bersenang hati, coba sambutlah seranganku ini !"
=dw= Jilid : 25 SASTRAWAN berpenyakitan mengerlingkan matanya sekejap kearah pihak lawan, tampaklah kali ini perempuan tersebut telah melepaskan senjata rahasianya sebatang demi sebatang, kemudian dengan memecahkan diri jadi tiga bagian dengan posisi segi tiga meluncur datang secara berbareng.
Sastrawan berpenyakitan Wan Boe Gie jadi terperanjat, buru2 kipasnya diayunkan kian kemari menciptakan segulung angin puyuh yang berhembus dengan kencangnya, dengan susah payah dan harus mengeluarkan banyak tenaga akhirnya ia berhasil menghadapi juga serangan putik racun pengejar sukma yang dilancarkan si nyonya ular keji tersebut.
Siapa sangka setelah melancarkan tiga gelombang serangan tadi, sebetulnya diantara tiga jari2 tangan si perempuan siluman itu masih bersembunyikan sebatang putik beracun, sengaja ia menambahi rambutnya yang kusut untuk melamurkan perhatian orang, kemudian dengan menggunakan kesempatan dikala si sastrawan berpenyakitan itu tidak waspada, tangannya segera diayunkan kedepan.
Putik beracun yang sengaja ia sembunyikan diantara sela-sela jari tangan ini lem?but dan halus bagaikan bulu, tanpa membawa sedikit desiran anginpun dengan cepat telah meluncur kedepan.
Wan Boe Gie tidak menyangka kalau lawannya bakal main licik, tahu-tahu lengan kirinya menjadi kaku seperti digigit lebah, segera sadarlah jago ini bahwasanya ia su?dah terbokong.
Untuk berkelit atau menghindar sudah tak sempat lagi, terpaksa sambil menutup jalan darahnya jari tangan kanannya segera meletik melancarkan sebuah serangan sentilan.
Namun si Nyonya ular keji cukup licik, setelah menyaksikan serangannya berhasil ia segera tertawa mengejek dan serunya :
"Kalau kau berani menggunakan tenaga murni lagi untuk melancarkan serangan, maka jiwamu bakal lebih cepat lagi mening?galkan raga kasarmu...hiih...hiih...hiih..."
Sehabis bicara, badannya cepat-cepat berkelebat melayang balik kedalam barisannya.
Yoe Leng Kauwcu Hoan Soh Soh yang menyaksikan anak buahnya berhasil merobohkan lawannya segera berseru:
"Persoalan yang terjadi pada malam ini untuk sementara waktu kita sudahi sampai di sini saja, selama tiga hari berikutnya kalian semua boleh putar otak berpikir tiga kali. Barangsiapa yang berani memusuhi perkum?pulan kami ...... Hmmm ! Hmmm.....! Maka kami akan membuat mayat orang itu berge?limpangan dibukit gunung In Boe san ini tanpa kubur yang layak !"
Selesai bicara ia segera membentak keras, diiringi anak buahnya laksana segulung angin hitam para jago lihay dari perkumpulan Yoe Leng Kauw segera berlalu dari situ dan lenyap dibalik pandangan.
Sepeninggalnya gembong2 iblis itu, Soat-san Seng Nie merangkap tangannya memuji keagungan Buddha lalu berkata:
"Omintohud !! Sin Ceng, perempuan silu?man itu terlalu licik, melihat situasi serta posisi tidak menguntungkan bagi dirinya, ternyata ia tahu gelagat dan segera mengundurkan diri. Bila manusia manusia seperti ini dibiarkan merajalela dalam dunia persilatan, maka berbahaya dan terancamlah keselamatan untuk manusia dikolong langit !"
"Ucapan dari Seng Nie memang tepat dan masuk akal," sahut Tay Coe Sin Ceng dengan alis berkerut. "Tapi sejak dulu hingga seka?rang kaum sesat tak bisa menangkan kaum lurus, bila saat yang matang telah tiba ma?ka barang siapakah yang pernah melakukan kejahatan dia tak bakal akan lolos dari hukuman yang setimpal, sekarang biarkan?lah mereka mengundurkan diri dari sini !"
Dikala kedua orang tokoh Bu lim sedang bercakap2 itulah, si burung nuri berpatuk tipis Liuw Ci Goan telah memberikan sebutir obat mustajab kepada sastrawan penyakitan yang terkena senjata rahasia beracun, kemu?dian dengan batu semberani hisap keluar senjata Putik racun pengejar sukma itu dari dalam tubuhnya, setelah segumpal darah hitam yang kental dan amis meleleh keluar maka sembuhlah luka tersebut.
Sudah tentu si sastrawan berpenyakitan Wan Boe Gie merasa sangat berterima kasih sekali.
Dalam pada itu para anggota perkumpu?lan Yoe Leng Kauw mengundurkan diri dari kalangan pertempuran, bagai segulung angin puyuh segera kembali kedalam istana setannya.
Sekembalinya kedalam istana Koei-Hoe, dengan hati murung dan kesal siluman rase berwajah bunga To Hoan Soh Soh duduk terpekur, ia sedang menduga-duga mengapa Ban Tok Ci Ong si raja diraja dari selaksa racun yang diundangnya hingga sekarang belum juga tiba.
Mendadak.... dari luar pintu terdengarlah suara gelak tertawa yang amat nyaring berkumandang memecahkan kesunyian, disusul seseorang berseru:
"Bilamana kedatangan loohu terlambat satu langkah hingga tak bisa mengikuti per?tempuran yang dilangsungkan pada malam ini, harap kalian suka memberi maaf yang sebesar-besarnya!"
Mendengar suara itu wajah Yoe Leng Kauwcu Hoan Soh Soh kontan berseri-seri, ia segera bangkit menyambut kedatangan tokoh lihay itu sambil ujarnya :
"Oooh... setelah cianpwee datang kemari, kekuatan perkumpulan kami pasti akan bertambah ampuh.... cianpwee ! Kau harus tahu kekuatan para jago-jago Bu-lim yang kali ini sedang berkumpul didalam benteng.
Cian-Liong Poo benar2 sangat ampuh dan dahsyat, seandainya kedua belah pihak sampai terjadi pertempuran entah siapa yang bakal menang dan siapa yang bakal kalah... Telah lama aku dengar akan kelihayan cianpwee dalam menggunakan racun, seandainya kau dapat membinasakan dan melenyapkan para bajingan pendekar kalangan lurus yang sedang berkumpul dalam benteng Cian-Liong Poo tanpa menggunakan senjata serta tanpa dirasakan sama sekali oleh mereka .....haaa ....haaah...... itulah baru hebat namanya."
Yoe-Leng Sin-Koen Ci Tiong Kian yang ikut datang bersama2 Ban-Tok Ci-Ong ikut berbicara dari samping :
"Cianpwee, kenapa tidak masuk dahulu ke dalam kamar untuk membicarakan persoalan ini dengan lebih seksama ?"
Ban-Tok Ci-Ong si Raja diraja dari selaksa racun mengangguk, setelah berada didalam ruangan dan duduk ujarnya :
"Harap kauwcu sekalian tak usah risau ataupun murung, menurut apa yang loohu ketahui didalam dunia persilatan dawasa ini sudah jarang sekali kedapatan jago lihay yang sanggup menangkan diri loohu. Bilamana kalian suruh loohu melakukan tindakan yang tidak terang-terangan, terus terang saja loohu katakan bahwa aku tidak sudi untuk melakukannya ...... baiklah kalian katakan dahulu dari pihak lawan jago2 lihay mana saja yang sudah berkumpul disitu?"
"Tentu saja tiga manusia aneh dari kolong langit yang bertindak sebagai pentolan dibantu oleh para jago dari sembilan partai besar serta pentolan-pentolan Bu-lim lainnya," jawab Hoan Soh Soh dengan nada manja.
Mendengar nama2 orang itu Ban-Tok Ci-Ong segera gelengkan batok kepalanya yang besar bagaikan tampah itu. Serunya :
"Cuma manusia-manusia semacam itu saja? Hhhuhh.......asalkan loohu keluarkan sebuah jurus "Ban-Tok-Koei-Tiong" niscaya manusia2 itu bakal modar semua tanpa sanggup melakukan perlawanan......."
Dikala beberapa orang pentolan perkumpulan Yoe-Leng-Kauw sedang melakukan perundingan rahasia itulah sesosok bayangan hitam menerobos masuk kedalam kamar Putri Istana Emas, setelah kedua orang itu melakukan pembicaraan lirih, bayangan hitam tadi meluncur keluar lagi dari istana setan Yoe-Leng Koei-Hoe dan bagaikan segulung asap menuruni puncak Pek-Yan-Gay menuju kearah benteng Cian-Liong-Poo.
Para peronda serta penjaga keamanan dalam benteng Cian-Liong-Poo sama sekali tidak terasa adanya sesosok manusia menerobos masuk kedalam wilayah penjagaan mereka, kecuali berhembusnya segulung asap putih sama sekali tidak menemukan apapun.
Tay Coe Sin-ceng yang berada didalam ruang tengah, mendadak membentak keras:
"Siapa yang telah datang?"
Bayangan hitam tadi segera melayang turun kedalam ruangan, dan muncullah seorang pemuda berbaju hijau.
"Aaaah, si pendekar tampan berbaju hijau!" seru para jago didalam ruangan itu hampir berbareng.
Si sastrawan berbaju biru Hoo Thian Heng serta si perempuan iblis berwajah riang Poei Hong segera maju menghampiri sutenya siap hendak menanyakan keadaan sakit dari Lie Wan Hiang.
Tetapi sebelum mereka buka suara, Gong Yu telah berseru terlebih dahulu dengan hati gelisah:
"Persoalan harus cepat cepat diatasi, mu?suh yang amat tangguh sesaat lagi bakal da?tang menyerang kita, mana Liuw cianpwee?"
"Sauwhiap, ada persoalan apa kau men?cari loohu ?" sahut si burung nuri berpatuk tipis sambil melangkah keluar dari antara para jago.
"Mari kita berempat melakukan penyaruan kembali sebagai Kong Hoa Soe Loo..."
"Kau maksudkan sigembong iblis tua dari lembah selaksa kabut telah turun gunung?" tanya Poei Hong.
Gong Yu mengangguk. Demikianlah keempat orang itu dengan gerakan yang sangat cepat segera masuk keda?lam kamar untuk melakukan penyaruan.
Para jago lainnya yang berkumpul dalam ruangan setelah melihat ketegangan wajah Gong Yu seketika menyadari bahwa musuh yang bakal tiba pastilah seorang manusia yang sangat lihay, tetapi tak seorangpun yang tahu manusia lihay macam apakah yang telah bersemayam didalam selat selaksa kabut itu.
Dikala para jago Bu-lim itu sedang men?duga-duga, dari balik ruangan segera muncullah empat orang kakek tua berpakaian parlente, setelah menjura kepada semua orang, mereka segera berlalu dari situ.
Suma Ci-Yan si gadis nakal ingin tahu permainan setan apakah yang sedang dilakukan Gong Yu berempat, setelah keempat orang itu berlalu diam-diam ia segera menguntit dari belakang.
Ilmu meringankan tubuh "Siauw Yauw Yoe" yang dimilikinya memang termasuk suatu kepandaian yang sangat hebat didalam dunia persilatan, oleh sebab itu dengan ri?ngan dan mudah sekali ia sanggup menguntil dibelakang beberapa orang itu.
Setelah berbelok pada dua buah bukit, mendadak dilihatnya keempat orang itu te?lah berhenti bergerak dan segera berpangku tangan pura-pura sedang menikmati keindahan rembulan..
Suma Ci Yan segera meloncat kebelakang sebuah batu besar dan menyembunyikan diri disitu sambil mengawasi tingkah laku Gong Yu sekalian.
Bebetapa saat kemudian dari arah gunung In Boe san tampaklah sesosok bayangan hitam laksana kilat meluncur datang dengan cepatnya, begitu bayangan hitam tadi munculkan diri dan melihat empat orang kakek berbaju perlente sedang menikmati rembulan disitu, dengan terkejut ia berseru tertahan, lalu katanya:
"Hey Siauw Yauw cu, kembali kita berjumpa muka disini!"
"Haaah...haaahhaaaah. itulah yang dinamakan manusia dimanapun kita bisa saling berjumpa," sahut Gong Yu yang menyaru sebagai Siauw Yauw cu, "Eeei sahabat lama, kau berlarian seorang diri dengan tergopoh-gopoh seperti sedang dikejar sesuatu, apakah kau hendak kembali keselat selaksa kabutmu?"
Ban-Tok Ci-Ong si Raja diraja dari selaksa racun yang tidak bisa berbohong segera gelengkan kepalanya yang besar bagaikan tampah itu berulang kali.
"Bukan, aku sedang pergi mencari keparat2 cilik itu untuk bikin keonaran !"
"Ooooow . sahabat tua, siapakah yang telah membuat kesalahan terhadap dirimu? Kami bersaudara pasti akan membantu dirimu untuk bikin pembalasan."
"Bukan....bukan...tiada orang yang menyalahi diriku...." kata Ban-Tok Ci-Ong sambil menggeleng kembali.
Salah seorang kakek berbaju perlente yang punya jenggot sepanjang dada tiba2 menyela:
"Sahabat tua, kalau memang begitu perbuatanmu itu tidak benar, kita toh merupakan manusia2 yang sudah mencapai usia ratusan tahun, kenapa musti mencari gara2 dengan orang lain ?"
Rupanya Ban-tok Ci-Ong tak mau dianggap bersalah, buru2 ia membantah :
"Meskipun mereka tidak menyalahi diriku tetapi mereka telah menyalahi sahabat2 dari cucu muridku, bahkan cucu muridku itu telah mereka bunuh sampai mati. Coba bayangkan apakah aku tidak seharusnya pergi mencari satroni dengan orang2 itu ?"
"Seharusnya memang begitu......" sahut si Kakek parlente yang bermulut perongos.
Mendengar ucapan itu Ban-Tok Ci-Ong jadi kegirangan setengah mati, ia segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaaah....haaaah.....haaaah......kalau memang begitu kenapa kalian sahabat-sahabat tua tidak ikut serta diriku untuk pergi kesana? Saksikanlah kepandaian Ban-Tok-Koei-Tiongku, akan kubasmi orang2 itu hanya di dalam sejurus saja !"
"Sahabat tua, sebelum itu semestinya kau jelaskan dulu kepada kami, sahabat2 macam apa saja yang telah digauli oleh cucu muridmu itu !"
"Ooouw......mereka? Mereka adalah anggota perkumpulan Yoe-Leng Kauw yang sedang munculkan diri didalam dunia persilatan dewasa ini !"
"Perkumpulan Yoe-Leng Kauw?" seru si orang tua berbaju parlente. "Menurut apa yang kuketahui, mereka adalah manusia2 laknat yang tergabung didalam sebuah perkumpulan yang paling jahat, paling kejam serta paling licik dikolong langit !"
Kakek berbaju parlente lain yang berbadan kurus kecil ikut menimbrung pula de?ngan suara yang serak :
"Bilamana cucu muridmu telah bergaul dengan manusia-manusia semacam itu, sepantasnya kalau kau lakukan pembersihan ter?hadap perguruanmu dari manusia-manusia laknat yang patut dikutuk ! Hmm...sungguh tak nyana dengan batok kepalamu yang gede seperti tampah, ternyata otak untuk berpikirpun tidak punya !"
Dimaki dan disindir-sindir oleh beberapa orang sahabat dimasa kecilnya, Ban Tok Ci Ong merasakan hatinya sangat tidak enak, serunya berulang kali :
"Aaah, mungkin kalian terlalu berat se?belah....."
"Mungkin saja ucapanmu itu benar. Saha?bat tua ! Tahukah kau kami Keng Hoa Soe Loo jauh-jauh dari ribuan li datang kemari sebenarnya dikarenakan apa ?"
Ban Tok Ci Ong si raja diraja dari selaksa racun gelengkan kepalanya tanda tidak me?ngerti.
"Kamipun datang kemari untuk mencari satroni dengan orang lain," seru kakek berbaju parlente itu dengan suara lantang.
"Siapa yang sedang kalian cari?" Tanya Ban Tok Ci Ong dengan hati terperanjat. "Tentu saja menusia2 yang tergabung didalam perkumpulan Yoe-Leng Kauw!"
"Apa sebabnya kalian berbuat demikian?"
"Hmmm! Tidak lain karena mereka telah membinasakan ahli waris yang kami sayangi !"
"Waaah.... kalau keempat orang tua bangka ini munculkan diri bersama, pihak perkumpulan Yoe-Leng Kauw pasti akan mengalami kehancuran total...." pikir Ban-Tok Ci-Ong didalam hati. "Sebaliknya kalau aku harus satu melawan satu dengan mereka juga belum tentu bisa menang, apalagi mereka dengan empat lawan satu? Aaaai...! Bagaimanapun juga kita sudah tua semua, kenapa musti saling bergebrak dengan mempertaruh?kan jiwa...."
Karena berpikir demikian, iapun lantas berkata :
"Sahabat tua, bagaimana kalau kita sama2 tidak membantu pihak manapun?"
Si kakek tua parlente itu pura2 termenung sejenak, akhirnya ia mengangguk.
"Siauw Gouw-cu, baiklah! Memandang hubungan persahabatan kita, kami terpaksa harus menjual muka untukmu, tebing Pek-Yan Gay pun kami tak akan kunjungi lagi."
Janji itu sangat menggirangkan hati Ban-Tok Ci Ong.
"Sungguh sulit bagi kita untuk saling berjumpa muka, bagaimana kalau kita masuk kekota untuk minum arak sampai mabok?" ajaknya.
Dengan cepat keempat orang kakek berbaju parlente itu menyanggupi, dalam sekejap mata mereka telah berlalu dari situ dan lenyap dari pandangan.
Suma Ci Yan yang bersembunyi dibelakang batu besar selama ini tak berani berkutik sedikitpun jua, menanti si gembong iblis tua itu sudah pergi jauh ia baru kembali kedalam benteng dan menceritakan semua yang dijumpainya tanpa ketinggalan sepatah katapun.
Tay-Coe-Sin-ceng pernah mendengar akan nama besar Ban-Tok Ci-Ong dari sucouwnya, bukan saja perbuatannya sangat keji terutama sekali ilmu beracunnya tiada tandingan dikolong langit dewasa ini.
Ia sadar seandainya kali ini tiada pendekar tampan berbaju hijau yang telah memancing kemundurannya dengan akal licik, entah berapa banyak jago lihay dari kalangan lurus yang bakal menemui ajalnya ditangan gembong iblis tersebut.
Terdengar Go Hoan taysu berkata :
"Gembong iblis itu pernah mengunjungi pula gunung Siong san, cukup membicara?kan tentang ilmu silatnya betul betul luar biasa sekali hingga sukar dilukiskan dengan kata kata. Tempo dulu sangat beruntung Gong sauwhiap dapat mengundurkan pula dirinya dengan akal, kalau tidak... aaai..entah apa yang bakal terjadi !"
Setelah kentongan ketiga lewat, tampak?lah empat sosok bayangan manusia melayang masuk kedalam benteng Cian Liong Poo.
Sementara itu para jago masih tetap menunggu didalam ruangan sambil menantikan kabar beritanya.
Setelah berganti pakaian, pendekar tampan berbaju hijau segera masuk kedalam ruangan dan berkata:
"Walaupun tingkah laku Ban Tok Ci Ong terlalu membela pada pihaknya dan dipe?ngaruhi oleh emosi, tapi ia sangat menjunjung tinggi rasa persahabatannya. Setelah ia kembali kedalam selat selaksa kabutnya, kejadian ini boleh dibilang merupakan suatu keberuntungan bagi umat Bu lim dikolong langit, kalau tidak ..... mungkin hanya guruku saja yang sanggup menaklukkan dirinya."
"Kepergian Ban Tok Ci Ong tanpa pamit kali ini pasti akan menimbulkan kecurigaan serta kepanikan dipihak perkumpulan Yoe-Leng Kauw," ujar si sastrawan berbaju biru Hoo Thian Heng. "Kenapa kita tidak menggunakan kesempatan ini untuk mengepung ra?pat rapat tebing Pek Yan Gay ? Mumpung penyakit hilang ingatan yang diderita Lie Wan Hiang sumoay telah sem?buh dan pihak mereka masih belum menyiap?kan siasat busuk lainnya, kita basmi saja kawanan iblis itu hingga ludas sama sekali !"
"Betul !" puji si jago minum teh dari gu?nung Pa Gak san, Louw Put Thong setelah meneguk secawan air teh. "Usul dari Hoo tayhiap memang sangat tepat sekali, kita serang kawanan kurcaci itu dan sekalian membasminya dari muka bumi!"
"Omintohud," sambung Soat san Seng Nio setelah memuji keagungan sang Buddha. "Berbicara dari posisi kita untuk melenyapkan kejahatan dari muka bumi, usul itu memang sangat berharga sekali untuk dilaksa?nakan !"
Tay Coe Sin Ceng yang bertindak sebagai pimpinan didalam operasi pembasmian terhadap perkumpulan Yoe Leng Kauw kali ini segera menghela napas panjang.
"Siapa yang berani melanggar ajaran Thian dan berbuat kejahatan, selamanya memang harus mendapatkan hukuman setimpal dengan perbuatannya, kalau memang se?mua orang mengusulkan demikian, loolap sudah tentu tiada pendapat lain lagi!"
Maka pada saat itu juga segera dilang?sungkan perundingan rahasia mengenai penyergapan terhadap bukit Pek-Yan-Gay.
Demikianlah kecuali meninggalkan si sas?trawan berpenyakitan dari gunung Thian Tay serta Cian Liong Poocu untuk tetap tinggal didalam benteng Cian Liong Poo, hampir seratus orang jago lihay dunia per?silatan serentak segera berangkat menuju kepuncak Pek-Yan-Gay digunung In-Boe-san.
Setibanya diatas tebing, dengan cepat menuju mulut gua keistana setan Yoe-Leng Koei-Hoe dikurung dan dijaga rapat oleh Tiga manusia aneh dari dunia persilatan, Hoei Hay taysu, pendekar tampan berbaju hijau Gong Yu, sastrawan berbaju biru Hoo Thian Heng serta si iblis wanita berwajah riang Poei Hong sekalian tujuh orang, sedangkan diluar gua pada lapisan pertama dengan cepat disiapkan barisan Thian-Kang-Tin dari partai Bu-tong, sedang pada lapisan kedua disiapkan barisan Loo-Han-Tin dari partai Siauw-lim.
Diluar barisan Loo-Han-Tin tersebut, tersebarlah para jago lainnya melakukan persiapan. Mereka antara lain terdiri dari Biauw Sim An-cu dari gunung Hoa-san, Kak Liauw siansu dari gunung Go-bie, Ceng Soat Tootiang dari gunung Ceng-Shia, Liok-Eng Kiam Khek, Ciong Soe cinjien dari gunung Khong tong, Pek In cinjien dari gunung Thiam-Cong, Si kepalan sakti tanpa tandingan Tie Kong Cuan dari Ciong-Lay Pay, si pedang tunggal dari gunung Sian-Hee-san Yauw Khie, si nelayan dari sungai Goan-Kang Tong Soe Kiat, si kakek huncwee dari gunung Bong-san Yu Boe, sitombak emas dari gunung Tay-san Tay Lip, Ciang Mo sangjien dari gunung Thian-san, Tay Gie siancu dari gunung Heng-san serta Sah Cian Lie, Him Ceng Tay, Tio Ci Kiam, Suma Ci-Yan sekalian.
Semua orang jago diluar barisan ini bertugas untuk memutuskan bantuan yang datang dari luar.
Penjagaan serta pengepungan yang demikian ketatnya betul2 ampuh laksana tembok baja, dikolong langit mungkin tiada barisan pengepungan yang lebih kuat dari posisi para jago Bu-lim saat ini.
Pihak perkumpulan Yoe-Leng Kauw sendiri, kendati jago lihay yang berkumpul disana sangat banyak, tapi setelah disergap secara mendadak mereka segera diperintahkan untuk tutup pintu istana rapat2 dan melakukan pertahanan.
Penyumbatan oleh para jago kalangan lurus yang menutupi tenggorokan istana setan Yoe-Leng Koei-Hoe ditambah pula pengambilan daerah disekitar tebing Pek-Yan Gay oleh jago2 lihay yang lain menggelisahkan hati Siluman rase berwajah bunga To Hoan Soh Soh yang menduduki jabatan sebagai kauwcu. Ia segera undang semua jagonya untuk melakukan perundingan kilat.
Dalam pertemuan tadi, Piauw-Biauw Hujien Mo Yoe Yauw mengemukakan suatu kabar yang sangat mengejutkan, katanya :
"Selama beberapa waktu belakangan ini telah ditemukan banyak anggota perkumpulan kita yang melarikan diri, terhadap manusia-manusia seperti itu kita harus melakukan tindakan yang tegas!"
Diikuti iapun mengemukakan salah satu contoh yakni Yoe-leng Nomor sembilan, ia anggap orang tersebut sebagai seorang jago kawakan yang sudah lama berbakti pada perkumpulan, tapi secara mendadak orang itu lenyap tak berbekas, hal ini membuktikan kalau orang tadi kalau bukan terbunuh oleh pihak lawan, pastilah musuh dalam selimut yang sengaja memata matai tindak tanduk mereka.
Seandainya dugaan ini tidak salah, maka keadaan tersebut boleh dibilang jauh lebih menakutkan daripada menghadapi musuh yang sangat tangguh.
Yoe-Leng Sin-Koen Ci Tiong Kian menganggap dalam keadaan musuh memblokir pintu masuk serta daerah sekitarnya, tak mungkin bagi orang-orang itu untuk melarikan diri. Mengenai masalah kesetiaan terha?dap perkumpulan, gembong iblis ini berpendapat asal ditemukan bukti kuat yang me?nunjukkan akan penghianatan orang itu, maka orang tadi harus dijatuhi hukuman siksaan yang terkejam yakni "Ngo-Koei-Soh Hoen" atau lima setan merogoh sukma.
Setelah itu dibicarakan pula masalah bertahan atau melawan, sang Kauwcu memberikan penjelasan terlebih dahulu tentang ke?kuatan pihak lawan, setelah itu dia berharap agar para jago lihaynya bisa melakukan perundingan sebaik-baiknya, karena masalah itu menyangkut mati hidupnya perkumpulan mereka.
Yang setuju bertahan mengemukakan alasannya dengan menyertakan kata-kata dida?lam ilmu berperang yang mengatakan : Pertahanan yang terbaik apabila bersembunyi didasar tanah tingkat kesembilan.
Mereka berpendapat tempat pertahanan mereka berada didalam tanah dengan persediaan bahan makanan selama tiga bulan, dalam guapun terdapat sumber air bersih, meski minim jumlahnya namun cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka, pihak lawan yang tidak mengetahui seluk beluk tempat itu lama kelamaan pasti tak akan sabar menanti dan membuyarkan pemblokirannya, menggunakan kesempatan itulah mereka baru melancarkan serangan kilat, sebab dengan cara begitu kemungkinan memperoleh untung jauh lebih banyak.
Sebaliknya yang setuju melakukan perlawananpun mempunyai alasan yang tepat pula, mereka anggap kata2 dalam ilmu berperang itu tidak tepat dengan keadaan sebenarnya, haruslah diketahui yang disebut tanah tingkat kesembilan adalah menunjukkan gua dengan cabang2 mulut gua yang banyak sehingga pihak lawan tak dapat menduga darimana bakal munculnya serangan mendadak dan kini pihak musuh telah menduduki tebing Pek-Yan Gay, bahan makanan yang mereka siapkan pasti banyak dan ber-lebih2an, apalagi para jago itu datang dari tempat yang sangat jauh, tidak nanti orang2 itu akan bubar dengan begitu saja.
Andaikata tiga bulan kemudian pihak musuh belum juga akan menarik pasukannya, bukankah keadaan mereka akan terjebak dalam posisi yang serba salah ? Karena itu mereka berpendapat lebih baik kerahkan segenap jago lihaynya untuk menyerang secara serentak, meskipun jumlah musuh lebih banyak dan ampuh, belum tentu mereka berhasil mem?bendung serangan mereka secara serentak ini.
Ditambah lagi para gembong iblis dari kalangan hek-to ini sudah terbiasa meman?dang tinggi diri sendiri, suruh mereka bertahan belum tentu sanggup melakukan, lagi pula sifat liar sukar dikendalikan, bila waktu dipertahankan lebih lama, ada kemung?kinan bisa terjadi kekacauan.
Mengenai masalah ini Hoan Soh Soh si siluman rase berwajah bunga To memahami sedalam-dalamnya, oleh sebab itu dia mengambil keputusan untuk menempuh mara bahaya.
Segenap jago lihaynya segera dikumpulkan menjadi satu, dalam satu komando gembong gembong iblis itu serentak membanjiri ke?luar dari dalam gua.
Tampaklah bayangan manusia berkelebat silih berganti, suitan tajam mendengung memecahkan kesunyian, si pendekar tampan berbaju hijau sekalian pura2 tidak kuat menahan diri, mereka segera mengundurkan diri beberapa tombak jauhnya memberi kesempatan kepada pihak lawan untuk meluruk keluar dari sarangnya.
Penyerangan serentak ini dipimpin oleh Yoe-Leng Sin-Koen Ci Tiong Kian, disusul oleh Tok Lan Sangjien, Tiang Coen Siancu, Jiak-Kioe-Kiam-Khek, si nenek bongkok Loo Peng Sim dari negeri Hoe-sang, Ban-Hoa Sin-Mo Yu Hoa, Piauw-Biauw Hujien Mo Yoe Yauw ditambah tiga orang Hiong-Hoen, tujuh orang Lee-pok serta tiga puluh enam orang Yoe-Leng.
Sebaliknya To-Bin Yauw-Hoe Hoan Soh Soh dengan membawa Putri Bumi serta Putri Istana Emas dengan pedang Muni-Kiam tersoren ditangan, memperhatikan perubahan situasi dikalangan dengan tenang.
Tandingan dari Tok Lan Sangjien adalah Tay Coe Sin-Ceng, lawan dari Tiang-Coen Siancu adalah Soat-Nie, si pendekar tampan berbaju hijau mendapat musuh Yoe-leng Sin Koen Ci Tiong Kian, sastrawan berbaju biru Hoo Thian Heng dengan andalkan serulingnya menghajar si nenek bongkok Loo Peng Sim habis-habisan, si iblis wanita ber?wajah riang Poei Hong mempermainkan si jago pedang bola daging dengan ikat pinggang kumalanya, sedang tandingan dari Pa Gak Teh Khek adalah Ban Hoa Sin Mo, dan akhirnya Hoei Hay Sang-jien dengan keku?atan angin pukulannya mengurung Piauw Biauw Hujien Mo Yoe Yauw rapat-rapat.
Entah sengaja atau tidak ternyata Tiga orang Hiong-Hun serta tujuh orang Lee Pok terjaring didalam barisan pedang Thian Kang Kiam Tin dari partai Bu-tong, sedang ketiga puluh enam orang Yoe-Leng terje?blos didalam barisan Loo Han Tin dari partai Siauw-lim.
Mula-mula To Bin Yauw Hoe Hoan Soh Soh masih dapat berdiri dengan wajah ber?seri-seri, didalam anggapan mereka ketiga orang Hiong-Hun, tujuh orang Lee-Pok ser?ta ketiga puluh enam orang Yoe Lengnya dengan gampang pasti akan berhasil mele?paskan diri dari barisan dan melakukan penyergapan secara serentak dari luar dan dalam.
Siapa tahu setelah orang2 itu terjeblos didalam kurungan barisan partai Siauw-lim serta partai Bu-tong, seketika kehilangan tenaganya sama sekali untuk melawan, saat inilah ia baru merasakan posisi yang sangat berbahaya bagi pihaknya, tapi perasaan itu datangnya rada sedikit terlambat.
Air muka siluman rase berwajah bunga To Hoan Soh Soh kontan berubah hebat, pikirnya didalam hati:
"Dalam pertempuran yang sedang berkobar pada saat ini, hanya kemenangan yang boleh kita peroleh, seandainya tidak beruntung hingga pihak kami memperoleh kekalahan, sudah pasti jiwaku bakal melayang..."
Semakin dipikir ia merasakan hatinya semakin gelisah dan tidak tenteram, tanpa sadar jantungnya berdebar keras.
Untung pada saat itu pertempuran sengit masih berlangsung dengan serunya, para jago lihay dari pihaknya masih belum ada yang terluka atau mati binasa hingga sedikit banyak ia masih berlega hati.
-00d0O00w0- Bab 36 Satu jam dengan cepatnya telah berlalu, sementara itu fajar mulai menyingsing.
Bintang, rembulan serta kegelapan telah terusir lenyap, sementara ditebing Pek Yan Gay masih berlangsung pertempuran sengit yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Putri istana emas yang menyaksikan kejadian itu dengan alis berkerut segera berkata :
"Ibu, kalau pertempuran ini dibiarkan berlangsung terus dengan kekerasan, maka situasi menunjukkan bahwa posisi perkumpulan kita tidak menguntungkan, sebaliknya kalau kita bertiga mencampurkan diri didalam pertempuran, maka menang kalah sege?ra akan menunjukkan perubahan yang sangat besar."
To Bin Yauw Hoe merasa bahwa pendapat putrinya tidak salah, maka sambil me?ngangguk ia menjawab :
Sabuk Kencana Ikat Pinggang Kemala Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Baiklah! Kita lakukan seperti apa yang barusan kau katakana !"
Selesai berkata badannya dengan cepat melayang masuk kedalam kalangan pertempuran.
Putri istana emas bersuit nyaring, bagaikan burung hong yang mementangkan sayapnya pedang Muni-kiam dengan menciptakan selapis bianglala berwarna merah menyambar keatas tubuh Putri Bumi Hoan Pek Giok yang berdiri disebelah kanannya sambil membentak:
"Budak bangsat! Hatimu terlalu keji dan perbuatanmu terlalu sadis, bukan saja kau telah mencelakai aku Lie Wan Hiang sekeluarga hingga sanak tercerai berai, nama hancur berantakan. Hmmm! Ini hari adalah saatnya bagi pembalasan terhadap dirimu! Sekarang apa yang hendak kau katakan lagi?"
Putri Bumi Hoan Pek Giok jadi amat terkesiap menghadapi perubahan yang terjadi secara mendadak ini mimpipun ia tidak menyangka kalau Lie Wan Hiang yang telah kehilangan daya ingatan ternyata telah sembuh sama sekali, nyalinya kontan pecah, serunya terpatah-patah :
"Kau.... kau.. daya ingatanmu..., ssu... sudah pu.... pulih kem.... kem.... kembali !"
"Benar! Daya ingatanku telah pulih kembali seperti sedia kala," jawab Lie Wan Hiang ketus. "Sebelum ajalmu tiba, semestinya kau ingin tahu bukan sebetulnya apa yang telah terjadi? Agar kau bisa mati dengan hati meram?"
"Dugaanmu tepat sekali, aku memang ingin mengetahui akan rahasia ini......." sahut Putri Bumi Hoan Pek Giok sambil gertak giginya keras-keras.
"Berbicara kepadamu pun tiada halangannya, ingatanku bisa pulih kembali seperti sedia kala adalah disebabkan secara beruntun aku telah minum obat Hoan-Hoen Wan yang dikirimkan engkoh Yu kepadaku sebanyak tiga kali, mengenai persoalan ini tentu kau tidak menyangka bukan?"
"Hmmm! Rupanya ia berhasil menyusup kedalam istana setan karena wajahnya sudah menyaru wajah orang lain, kejadian ini tidak termasuk suatu kejadian yang aneh atau patut diherankan, tetapi kau tentu tidak tahu bukan apa sebabnya aku bisa berbuat sedemikian kejinya terhadap dirimu?"
Mendengar pertanyaan ini sekujur tubuh Lie Wan Hiang bergetar keras.
"Kenapa? Kenapa kau berbuat kejam terhadap diriku?" serunya cepat.
"Hmmm! Beritahu kepadamu pun tak ada halangannya, sebab kau telah merampas orang yang kucintai !"
"Maka....." "Maka aku hendak membuat sepasang tanganmu berlumuran darah segar!" sambung Hoan Pek Giok cepat.
Lie Wan Hiang segera mendengus dingin.
"Hmmm! Suatu perbuatan yang amat keji....." teriaknya.
Sang badan berkelebat lewat, jari tangannya segera bekerja cepat menotok jalan darah "Ciang-Tay" ditubuh Hoan Pek Giok, dara itu menjerit kesakitan dan segera jatuh tak sadarkan diri diluar gua.
Dalam pada itu To-Bin Yauw-Hoe Hoan Soh Soh sedang membantu Piauw-Biauw Hujien Mo Yoe Yauw menghadapi Hoei Hay Siansu, ketika secara tiba2 menyaksikan putri kesayangannya roboh terjengkang diluar gua karena termakan oleh serangan totokan Lie Wan Hiang, hatinya jadi amat terperanjat sehingga sukar dilukiskan dengan kata2.
Dengan cepat ia melayang balik kedalam gua, air mukanya berubah jadi dingin membesi, hardiknya:
"Hong Giok. Apa yang telah kau lakukan?"
Lie Wan Hiang mendengus dingin.
"Hmm! Siapa yang bernama Hong Giok? Kau anggap aku benar2 kehilangan ingatan?"
Perubahan yang terjadi secara tiba2 ini sangat mengejutkan hati To Bin Yauw-Hoe di samping rada cengang yang tak terkirakan, pikirnya :
"Apakah secara tiba2 daya ingatannya pulih kembali seperti sedia kala? Aaah, benar. Tidak aneh kalau beberapa hari belakangan ini hatinya selalu murung seperti sedang memikirkan satu persoalan, tanda2 tersebut sama sekali tidak mirip dengan sikap seseorang yang kehilangan daya ingatan."
Ingatan tersebut tiada hentinya berkecamuk didalam benaknya, untuk beberapa saat lamanya si To-Bin Yauw-Hoe ini tidak mengerti apa yang harus dilakukan.
Terdengar Lie Wan Hiang membentak lagi dengan suara berat :
"Siluman rase, sekarang aku mau bertanya kepadamu, mengapa kau tawan ayahku dan kemudian dipenjarakan ?"
Sekilas napsu membunuh berkelebat diatas wajah Hoan Soh Soh yang genit, sahutnya :
"Apakah kau ingin tahu masalah tetek bengek seperti ini ?"
Sambil berkata diam2 tangannya merogoh kedalam saku dan menggenggam segenggam senjata rahasia Toan-Hoen-To-Hoa bunga To pemutus sukma.
Semua gerak gerik perempuan siluman itu tidak lolos dari pengawasan Lie Wan Hiang, hanya saja ia pura2 tidak melihat bahkan sinar matanya malah dialihkan kearah arena pertempuran dimana para anggota perkumpulan Yoe-Leng Kauw sedang melakukan pergulatan menghadapi maut.
"Tentu saja !" sahutnya.
Setelah menggenggam senjata rahasia dita?ngan, dalam hati To-Bin Yauw-Hoe merasa semakin tenang, ia yakin berhasil melukai sidara tersebut diujung senjata rahasianya.
Maka sambil tertawa seram ujarnya :
"Kalau begitu menggunakan kesempatan sesaat sebelum kau putus nyawa, akan kuberi tahukan suatu rahasia kepadamu."
"Kalau mau bercerita, katakanlah secepat?nya !"
"Dua puluh tahun berselang, ada seorang anak murid partai Kun-lun yang baru saja ?tamat belajar silat diperguruannya ditengah jalan ia telah bertemu dengan seorang gadis. Berhubung gadis itu menderita luka dan tak bisa bangun, bahkan sering kali merintih kesakitan maka akhirnya ia ditolong oleh si pemuda dari partai Kun-lun yang bernama Lie Hong. Tidak lama kemudian dibawah rayuan maut dari Lie Hong, suatu malam gadis itu diperkosa dan kehilangan perawannya, bahkan kemudian diketahui gadis itu mengandung."
"Sebenarnya pemuda Lie Hong ada maksud mengawininya sebagai istri, tapi kemudian peristiwa itu diketahui oleh Hoei Hay si keledai gundul dari Kun lun dimana kemudian pemuda Lie Hong ditangkap dan dibawa kegunung Kun lun."
"Sembilan bulan kemudian gadis itu melahirkan seorang bayi perempuan, dan untuk mengingat ingat hasil hubungan kedua orang itu, dara tadi diberi nama Pek Giok. Karena untuk melahirkan bayi perempuan itu gadis tadi telah banyak kehilangan darah, tubuhnya menderita setengah lumpuh, belasan tahun lamanya ia berdiam dilembah Cian To Kok digunung Soat san untuk berobat. menanti sakitnya telah sembuh dan dia turun gunung mencari pemuda she Lie tadi, ternyata ia sudah melupa?kan kekasih lamanya dan malahan telah beristri dan beranak, disamping itu namanya dari Lie Hong diubah menjadi Lie Kie Hwie..."
"Kau tak usah lanjutkan ceritamu itu lagi," mendadak Lie Wan Hiang menukas de?ngan nada ketus, "Aku mengetahui dengan pasti watak serta tindak tanduk ayahku, kalau orang lain tidak menyakiti hatinya tak nanti dia akan menyakiti orang lain, rupanya perempuan itu adalah seorang perempu?an jalang yang berwatak cabul serta tak ta?hu malu, kalau tidak su kong dia orang tua tak akan mencampuri urusan pribadi itu."
"Suatu saat setelah ilmu silat perempuan cabul itu pulih kembali, dan untuk merampas ayahku dengan suatu siasat licik ia berhasil menculik dia orang tua, tapi ayahku mengetahui keadaan dan tidak sudi berkumpul kembali dengan perempuan jalang itu, bahkan bersedia mengorbankan jiwanya, dari pada menuruti kehendak binatang perempuan cabul tadi, dalam gusarnya perempuan itu sudah menjebloskan ayahku kedalam penjara, bukankah begitu ?"
Mendengar ucapan ini Hoan Soh Soh si Siluman rase berwajah bunga To jadi terkejut bercampur tercengang, serunya:
"Rahasia ini tentulah Pek Giok yang memberitahukan kepadamu !"
Lie Wan Hiang menunjukkan sikap meng?hina, ia mendengus dingin.
"Hmm, kejadian ini bakal berkembang jadi begitu, kenapa aku harus diberitahu orang lain?"
"Coba kau katakan lagi apa yang kemudian terjadi, akan kulihat apakah tebakanmu benar atau tidak."
"Huuh ! Apanya yang perlu ditebak ? Melihat siasat yang diaturnya mengenai sa?saran kosong dan tidak mendatangkan hasil, perempuan cabul itu merasa amat gusar sekali. Dalam suatu kesempatan yang terjadi dengan kebetulan ia telah berkenalan deng?an Yoe Leng Sin Koen bajingan laknat itu, dalam keadaan yang sama-sama bejad akhirnya terjadilah hubungan gelap antara manusia cabul dengan perempuan bermoral bejad ini, dimana akhirnya perempuan tadi me?nerjunkan diri menjadi anggota perkumpulan Yoe Leng Kauw."
"Dan disebabkan pula putrinya kenal dengan si pendekar tampan berbaju hijau, maka digunakanlah kesempatan karena persa?maan wajahku dengan wajah putrinya mengatur suatu jebakan licik yang membuat aku jadi murka terhadap engkoh Yu, dalam ke?adaan gusar bercampur kesal aku terjatuh dari atas puncak mengakibatkan otakku terluka dan hilang ingatan, karena kau hendak menjerumuskan aku kedalam lembah kehancuran dan penghinaan maka diperintahkannya Pek Giok menggunakan keadaanku yang tidak sadar untuk melakukan pembunuhan terha?dap para Bu lim cianpwee yang sebetulnya patut dihormati serta disegani."
"Kau telah menghancurkan hidupku, agar aku tidak punya wajah untuk bertemu kembali dengan para sahabat Bu lim serta para pendekar sejati. Andaikata pada waktu itu sekali bacok kau binasakan diriku, mungkin tak akan ada orang yang membenci dirimu, tetapi siasatmu yang licik dan keji serta perbuatan terkutukmu yang diluar batas membuat setiap orang jadi gusar, dan setiap orang ingin mencabut jiwa anjingmu......."
Siluman rase berwajah bunga To Hoan Soh Soh tertawa dingin.
''Budak sialan, apa yang kau bisa lakukan terhadap pun kauwcu ?"
"Kenapa ? Sudah tentu menghancur lumatkan tubuhmu menjadi beberapa bagian !"
"Huhuh ! Kau anggap dengan mengandalkan kepandaianmu sudah cukup sanggup untuk membereskan aku?"
Belum habis dia berkata lengannya laksana kilat dikebaskan kedepan, puluhan titik bayangan merah bagaikan hujan gerimis segera mengurung tubuh Lie Wan Hiang rapat2.
Senjata rahasia Toan-Hoen To-Hoa bunga To pemutus sukma ini benar2 luar biasa sekali, sejak dua puluh tahun berselang kedahsyatan ilmu serangan senjata rahasia ini sudah menggetarkan seluruh dunia persilatan, bisa dibayangkan betapa dahsyatnya serangan kali ini setelah dikerahkan dengan segenap kekuatan yang dimilikinya.
Hanya saja........sayang sekali musuh yang dihadapinya saat ini terlalu ampuh baginya, tampak bayangan hijau berkelebat menyilaukan mata, tahu2 puluhan batang senjata rahasia beracun yang dilancarkan tadi telah mengenai pada sasaran yang kosong.
Bukan begitu saja, bersama dengan lenyapnya senjata rahasia beracun itu terasalah segulung desiran angin tajam menyambar lewat, cahaya bianglala berwarna merah memancar keseluruh angkasa, ditengah jeritan ngeri yang menyayatkan hati sebutir batok kepala diiringi semburan darah segar yang segera membasahi seluruh permukaan mencelat keangkasa dan kemudian jatuh menggelinding diatas permukaan tanah.
Demikianlah... ditengah sorotan cahaya sang surya dipagi hari, gembong iblis wanita yang terkenal akan kecabulan serta kekejiannya telah mati dalam keadaan mengenaskan diatas puncak tebing Pek-Yan Gay.
Kematian dari Yoe Leng Kauwcu Hoan Soh Soh diujung pedang muni kiam ini masih belum terasa apa2 bagi tiga orang Hiong hoen, tujuh orang Lee pok serta tiga puluh enam orang Yoe leng yang terkurung didalam barisan Thian Kang Kiam Tin dari partai Bu-tong serta barisan Loo-Han Tin dari partai Siauw lim, karena orang2 itu tidak sempat menyaksikan jalannya peristiwa.
Lain keadaannya bagi Yoe Leng Sin Koen Ci Tiong Kian, Tok Lan Sangjien, Tiang coen Siancu, Jiak Kioe Kiam Khek, si nenek bongkok Loo Peng Sim, Ban Hoa Sin Mo Yoe Hoa, serta Piauw Biauw Hujien Mo Yoe Yauw sekalian gembong iblis yang terke?pung ditengah, kontan nyali mereka pecah dan sukma serasa melayang meninggalkan raganya.
Yang paling mendesirkan hati para gem?bong iblis itu adalah sikap seram dari Lie Wan Hiang yang berjaga-jaga dimulut gua dengan pedang Muni-Kiam terhunus.
Sekarang keadaan mereka boleh dibilang sudah terjepit sama sekali, mau maju tak mungkin mau mundurpun sama saja bakal menemui kematian, tahulah para gembong iblis itu bahwa keadaan mereka bagaikan ikan yang berada didalam jaring, tak mungkin bisa terlepas lagi dari situ dalam ke?adaan hidup-hidup.
Yoe Leng Sin Koen Ci Tiong Kian yang menyaksikan keadaan sudah tidak mengun?tungkan bagi pihaknya jadi terkejut bercampur gusar. Wajahnya kontan berubah jadi biru membesi, dua rentetan cahaya hijau yang tajam memancar keluar dari balik matanya, ilmu pedang Yoe Leng Kiam Hoat dimainkan semakin gencar, ia bermaksud me?maksa mundur lawan tandingnya si pendekar tampan berbaju hijau Gong Yu, kemudian dengan mengandalkan keanehan dari ilmu silat aliran Yoe Leng Kauwnya melarikan diri dari arena pertempuran.
Tapi sayang seribu kali sayang, rupanya Gong Yu sudah mengetahui maksud hati la?wan bagaikan melihat jari tangan sendiri, ikat pinggang kumalanya dengan menciptakan diri jadi berjuta-juta buah bayangan tajam mengurung tubuh gembong iblis itu rapat-rapat, sekalipun diserang oleh pelba?gai gempuran yang gencar namun semua serangan tadi berhasil dipunahkan dengan gampang. Jangan dikata memaksa musuhnya keteter, untuk mendesak mundur musuhnya setengah langkahpun ia tak sanggup.
Seluruh kepandaian silat yang berhasil dipelajarinya dari kitab pusaka Yoe-Leng-Pit Kip telah digunakan semua namun pihak lawan masih tetap bertahan dengan gagahnya, hal ini lama kelamaan menggidikkan hati Yoe Leng Sin Koen Ci Tiong Kian.
Segera pikirnya didalam hati :
"Oouw...! Sungguh tak nyana kepandaian silat yang dimiliki keparat cilik ini makin hari maju semakin pesat...."
Untuk sesaat ia jadi terkesiap hingga ke?ringat dingin mengucur keluar membasahi seluruh tubuhnya.
Sekarang ia baru tahu bahwa tidak mungkin lagi baginya untuk mengundurkan diri dari arena pertarungan itu dalam keadaan selamat, giginya segera digertak hingga berbunyi gemerutukan, pedang Yoe-Leng Kiam digetarkan menciptakan berkuntum-kuntum bunga pedang yang tajam, dengan mengeluarkan jurus "Hiong-Hoen-Si-Jien" atau sukma ganas menggigit orang beserta pedangnya ia segera menubruk kearah tubuh Gong Yu dengan gerakan mengerikan.
Pertarungan semacam ini adalah pertempuran mengadu jiwa yang sangat nekad. Diam-diam si pendekar tampan berbaju hijau mendengus dingin, badannya menyingkir kesamping diiringi geseran langkah kakinya, pergelangan digetar kebawah, ikat pinggang kumalanya disertai desiran tajam yang amat memekikkan telinga segera menyapu kearah sikut kiri Yoe-Leng Sin-Koen Ci-Tiong Kian.
Kraak........! Ditengah benturan keras, tulang bahu gembong iblis ini seketika itu juga terhajar telak sehingga hancur berkeping keping. Sungguh dahsyat iblis ini, ia menjerit ngeri karena kesakitan kemudian menjejakkan kakinya keatas tanah dan meluncur kearah depan.
Menyaksikan perbuatan si gembong iblis itu, pendekar tampan berbaju hijau segera membentak nyaring :
"Bajingan keparat, manusia laknat ! Kau hendak melarikan diri kemana lagi ?"
Dengan ilmu meringankan tubuh "Kiong-Hoei-Kioe Thian" atau naga Sakti terbang kelangit tingkat sembilan seketika itu juga si anak muda tadi melakukan pengejaran, disamping itu hawa sakti Tay-Sie Hian-Thian-Sinkangnya segera dikerahkan dan melancarkan sebuah babatan kearah depan.
Yoe-Leng Sin-Koen Ci Tiong Kian bersuit panjang, pedang mustika Yoe-Leng Kiamnya mendadak dilepaskan dari cekalannya.
Dalam perkiraan gombong iblis ini si pendekar tampan berbaju hijau pasti akan berkelit karena ancaman pedangnya ini, siapa tahu menghadapi sambitan pedang mustikanya itu bukan saja pihak lawan sama sekali tidak berkelit, bahkan terasa segulung tenaga dorongan yang amat kuat memancar keluar dari telapak lawan membuat pedang Yoe Leng Kiam itu segera merubah arah dan meluncur balik dengan gerakan yang jauh lebih dahsyat.
Yoe-Leng Sin-Koen Ci Tiong Kian jadi amat terperanjat, buru2 ia enjotkan badannya meloncat ketengah udara.
Mendadak ......Duuuuk ! Jalan darah Yong-Sian-Hiatnya tahu tahu tertumbuk oleh gagang pedang tadi membuat separuh tubuhnya menjadi kaku, badannya yang ada ditengah udara dengan sendirinya kehilangan keseimbangan, tidak ampun lagi tubuh gembong iblis itu segera meluncur jatuh kedalam jurang yang dalamnya mencapai selaksa tombak disisi tebing Pek-Yan-Gay itu.
Terdengar jeritan ngeri yang menggidikkan hati berkumandang keluar dari dasar jurang dimana suara tadi makin lama semakin kecil dan akhirnya lenyap tak berbekas.....
Dengan matinya Yoe-Leng Sin-Koen, perasaan hati para gembong iblis lainnya jadi bertambah kacau dan tidak tenteram.
Diantara kesemuanya itu keadaan dari Piauw-Biauw Hujien Mo Yoe Yauw paling payah, sedari tadi ia sudah mulai keteter hebat dan tak sanggup melakukan perlawanan lagi, apalagi sekarang setelah menyaksikan kematian Yoe-Leng Sin-Koen dalam keadaan mengerikan, perlawanannya semakin kacau.
Suatu ketika Hoei Hay Sangjien berhasil mendesak maju kedepan, tangannya segera berkelebat melancarkan sebuah totokan, dan robohlah perempuan itu tak dapat berkutik.
Sebaliknya si nenek bongkok Loo Peng Sim dari negeri Hoe sang sudah jelas bukan tandingan dari sastrawan berbaju biru Hoo Thian Heng.
Saat ini ia mulai merasa menyesal kenapa dirinya sudah salah langkah sehingga bergaul dengan kaum durjana, teringat bahwa tulang belulangnya bakal terkubur didaratan Tionggoan, tanpa terasa air mata jatuh ber?linang membasahi wajahnya.
Mendadak Hoo Thian Heng menarik kembali serangannya dan berkata:
"Popo, aku mengerti bahwa watakmu adalah suka menang sendiri, hanya disebabkan pergaulan yang salah mengakibatkan kau tersesat jalan dan terjerumus kelembah kehinaan. Kini perkumpulan Yoe Leng Kauw sudah mendekati kehancuran total, mengingat kau orang tuapun belum pernah melakukan kejahatan besar maka Boanpwee akan membuka satu jalan kehidupan bagimu. Nah ! Cepat2lah tinggalkan tempat ini dan pulanglah ke negerimu!"
"Sepanjang hidup aku si nenek tua merasa tindakanku selalu benar," sahut si nenek bongkok dari negeri Hoe sang dengan nada se?dih. "Siapa nyana pada usia tuaku aku te?lah bergaul dengan manusia yang bermoral jelek, dalam keadaan begini mana aku punya muka untuk bertemu lagi dengan pa?ra sahabat dunia kangouw dikolong langit."
Berbicara sampai disitu, tangannya segera berkelebat dan ditabokkan keatas ubun2nya sendiri.
Mendadak...segulung desiran angin tajam menyambar lewat dan tepat menotok jalan darah Cian Ceng hiat diatas bahu Loo Peng Sim, nenek tua itu segera merasakan lengan kirinya jadi kaku dan tak sanggup meneruskan serangannya lagi.
Sesosok bayangan manusia berkelebat le?wat, tahu2 si pendekar tampan berbaju hi?jau Gong Yu telah memunculkan diri ditempat itu, terdengar ia berkata :
"Hey orang tua, perbuatan serta tingkah laku perkumpulan Yoe Leng Kauw telah membangkitkan kemarahan umum dan menggusarkan seluruh umat Bu lim yang ada di?kolong langit, bila kau belum juga tahu diri hingga keadaan terlambat mungkin kami tak bisa melindungi keselamatanmu. Nah mumpung keadaan belum kasip, cepat2lah berlalu dari sini, semoga kau setelah kembali kenegerimu dapatlah kau orang tua menginsafi semua perbuatan yang pernah kau lakukan didaratan Tionggoan serta bisa bertobat dari sifat suka menangmu..."
Nenek bongkok dari negeri Hoe sang tidak mengucapkan kata2 lagi, dengan wajah lesu dan badan lunglai selangkah demi selangkah ia berlalu dari situ dan lenyap di balik tikungan bukit.
Sepeninggal si nenek bongkok dari negeri Hoe sang, si sastrawan berbaju biru segera berjalan menuju kemulut gua, ujarnya:
"Wan moay! Gua ini serahkanlah kepadaku...."
Lie Wan Hiang dapat memahami arti kata dari ucapan suhengnya ini, yakni memberi kesempatan baginya untuk berbuat jasa untuk menebus dosa, betapa terharu serta terima kasihnya dara ini kepada jago lihay she Hoo tersebut.
Ia segera mengangguk, pedang mustika Muni kiamnya disertai kilatan cahaya bianglala berwarna merah segera muncul kearah depan dan mengurung kearah tubuh Tiang Coen Siancu Soh Soat Hong.
Seraya melancarkan serangan dahsyat yang amat gencar, ia berseru kepada Soat san Seng Nie dengan suara lantang:
"Seng Nie, serahkanlah si gembong iblis perempuan ini kepada boanpwee!"
"Omintohud !" sembari memuji keagungan Sang Buddha, Soat san Seng Nie pun mengundurkan dari arena pertarungan.
Melihat majunya gadis cantik ini, Tiang-Coen Siancu Soh Soat Ang segera tertawa lengking ejeknya:
"Budak ingusan, sekalipun lawanku berganti dengan kau, dianggapnya kau sanggup mengapakan diri siancu ?"
Walaupun diluaran ia mengucapkan kata2 demikian, padahal didalam kenyataannya gembong iblis perempuan ini merasa keder dan pecah nyali, ia tahu bahwa pedang mus?tika Muni kiam yang berada dicekalan Lie Wan Hiang merupakan senjata ampuh yang sulit dihadapi, terutama sekali sewaktu be?rada digunung Toa Soat san tempo dulu, antara dirinya dengan gadis itu telah mengikat tali permusuhan yang mendalam, ia me?nyadari bahwa jiwanya tak bakal lolos di tangan lawannya........
Karena berpendapat demikian, maka senjata Tiang Coen Thengnya segera digetarkan keras2 dan menekan kebawah, serunya:
"Hmmm! Kalau memang si nenek kura2 tua tak berani munculkan diri kembali didunia persilatan dan bersembunyi didalam gua bagaikan cucu kura2, rasanya hutang piutang lama pada lima puluh tahun berselang harus kuperhitungkan dengan dirimu !"
Begitu mendengar suhunya dihina dan dicaci maki oleh Tiang Coen siancu, kontan hawa amarah dalam hati Lie Wan Hiang berkobar, teriaknya :
"Ini hari kalau nonamu bisa membiarkan kau bertahan sebanyak seratus jurus, akan kuberi kesempatan bagimu untuk melarikan diri !"
Tiang-coen Siancu Soh Soat Hong segera tertawa cekikikan, sambil berpaling memandang kearah pendekar tampan berbaju hijau serunya merdu:
"Adik Yu, apakah kau menyetujui ucapan dari sumoaymu itu?"
"Setuju !" jawab pendekar tampan berbaju hijau tanpa berpikir panjang lagi.
"Sungguh lantang jawabmu itu," jengek Tiang Coen Siancu setengah menjengek. "Hmmm, tidak malu kalian hidup sebagai suami istri yang pernah melakukan hubungan gelap selama semalam !"
Merah jengah selembar wajah Lie Wan Hiang begitu habis mendengarkan seruan orang, dari malunya ia jadi naik pitam, bentaknya nyaring :
"Mulutmu penuh berbisa dan pandai bi?cara yang tidak senonoh, ini hari nonamu bersumpah tak akan membiarkan dirimu lolos dari ujung pedangku !"
Begitu selesai berkata pergelangan ta?ngannya segera digetarkan, dan beterbanganlah cahaya bianglala berwarna merah me?menuhi seluruh angkasa.....
Buru-buru Tiang Coen siancu menggeserkan tubuhnya berganti langkah, sambil memutar senjata Tiang-coen Thengnya dengan gerakan "Cing-Soe-Kie-Coet" atau benang cinta membelenggu kaki, ia berseru lantang :
"Kau sibudak ingusan pandai betul ber?bicara gede dan sesumbar, hmm ! Sekalipun gurumu si nenek kura-kura tua hadir ditengah kalangan sendiripun belum tentu berani mengutarakan kata-kata sesumbar itu terhadap diriku !"
Napsu membunuh serta watak berangasan dari Lie Wan Hiang segera berkobar kembali, kakinya dengan mengeluarkan il?mu langkah Chiet-Ciat-Tay-Na-Ie-hoa bergerak maju kedepan, sementara pedang mustika Munikiamnya secara beruntun melancarkan belasan babat yang dahsyat dan mengerikan, semua jurus serangan itu merupakan gerakan2 yang ganas dan mematikan.
Seketika itu juga seluruh tubuh Tiang-Coen Siancu Soh Soat Hong terkurung ditengah kelebatan bayangan pedang yang ber-lapis2, kendati posisinya terdesak dibawah angin dan setiap saat jiwanya terancam bahaya maut, tapi sebaliknya bukan gelisah gembong iblis perempuan ini malah gembira.
Sebabnya adalah dikarenakan pantangan terberat bagi seseorang dalam menggunakan ilmu pedang tingkat paling atas adalah napsu angkara murka, siapa saja yang terbakar angkara murkanya maka ia tak akan sanggup mengerahkan kehebatan serta keajaiban dari kepandaian tersebut.
Begitulah, dengan berkobarnya hawa amarah dalam dada gadis itu, diam2 Tiang Coen Siancu tertawa didalam hati dan kegirangan setengah mati, setengah seperminum teh kemudian lima puluh jurus telah berlalu.
Pendekar tampan berbaju hijau Gong Yu yang menyaksikan jalannya pertarungan dari sisi kalangan segera berseru tertahan oleh keadaan tersebut, kendati seruan tadi diutarakan sangat lirih namun Lie Wan Hiang dapat mendengarnya dengan jelas.
Hatinya kontan bergetar keras, diam-diam pikirnya :
"Aah, sebetulnya apa yang terjadi ?"
Karena pikiran itu timbullah kewaspadaan didalam hati kecilnya.
Maka dengan cepat ia menekan hawa amarah yang sedang berkobar dalam dadanya, serangkaian ilmu pedang Muni-Kiam Hoat dikerahkan dengan dahsyatnya.
Setiap tusukan pedang yang dilancarkan disertai inti sari yang terdahsyat dari ke?pandaian itu, cahaya merah yang memancar keluar dari ujung pedangnya seketika bertambah panjang empat depa dari keadaan semula.
Bianglala merah berkilauan terkena sorotan cahaya sang surya, diatas tebing Pek Yan Gay dengan cepat muncullah suatu peman?dangan yang sangat aneh.
Tiang Coen Siancu dengan bayangan kekuning-kuningannya berlarian hilir-mudik di dalam arena pertarungan berusaha keras melepaskan diri dari ancaman maut.
Kiranya dibawah desakan serta terjangan ilmu pedang Muni-kiam hoat yang dilan?carkan Lie Wan Hiang dengan amat gencar ini, gembong iblis perempuan itu dibikin kalang kabut dan pecah nyali, sukmanya serasa sudah melayang meninggalkan raganya.
Gelak tertawa cabul sudah tidak pernah kedengaran lagi, sering kali tampaklah kerlingan mata penuh perasaan memohon di?lemparkan kearah diri Gong Yu.
Dalam pada itu si pendekar tampan berbaju hijau sendiri sedang memperhatikan ja?lannya pertempuran sengit antara Tok Lan sanjien melawan Tay Coe Sin ceng, kedua orang itu sama2 merupakan tokoh lihay di?dalam tenaga dalam, pertarungan berjalan jauh lebih seru dari pada yang lain lain, oleh karena itu dia sama sekali tidak mem?perhatikan kerlingan mata penuh perasaan memohon dari Tiang Coen siancu.
Dalam sekejap mata delapan puluh jurus telah lewat, ia hanya berharap bisa berta?han hingga jurus yang keseratus tanpa men?derita kekalahan, dengan demikian maka jiwanya bisa diselamatkan.
Ia mengerti bahwa bagi orang2 dari kala?ngan lurus amat memegang janji, bilamana ia benar benar sanggup bertahan hingga jurus keseratus, tidak sulit baginya untuk mengundurkan diri dari situ.
Tampaklah jurus yang kesembilan puluh lima telah lewat, ia berharap lima jurus yang terakhirpun bisa dilewatkan dengan selamat.
Lie Wan Hiang segera menggetarkan pe?dang Muni-Kiamnya menciptakan berkuntum kuntum bunga teratai merah, cahaya tajam beterbangan diangkasa, secara beruntun ia keluarkan lima jurus yang terampuh untuk menyelesaikan pertarungan tersebut, jurus itu masing-masing adalah "Hoet-Wan-Kwong-Ciat" atau Jodoh sang Buddha te?ramat luas, "Phu-Tok-Tiong-Seng" atau Hidup makmur bagi masyarakat umum, "Thian Hoa Coet-Ten" atau bunga langit berguguran kebumi, "Tok-Heng-Ko-Wan" atau Melakukan perjalanan keujung bumi serta "Ciat-Yauw-Hoe Mo" atau membunuh siluman menundukkan iblis.
Diujung pedang mustika itu seketika itu juga terwujudlah selapis hawa pedang yang tak berwujud dimana segera mengepung sekujur tubuh Tiang-coen Siancu Soh Soat Hong hingga membuat gembong iblis perempuan ini sama sekali tak dapat berkutik.
Sekalipun hawa sakti "Chiet-It-Hian-Sat"nya telah dihimpun disekujur badan, tetapi ketajaman hawa pedang Muni-kiam itu tiada hentinya menembusi pertahanan hawa Hian-sat tadi dan menyerang tubuhnya.
Dalam keadaan seperti ini hatinya jadi gugup dan kacau balau, mendadak terdengar desiran tajam menyambar lewat, pedang Muni-kiam dengan jurus "Ciat-Yauw-Hoe-Mo" atau Membasmi siluman menundukkan iblis tiba2 menerobos masuk kedalam pertahanannya.
Sebelum gembong iblis perempuan ini sanggup bertindak sesuatu, tahu2 ujung pedang itu sudah menembusi ulu hatinya, darah segar segera memancar keluar dengan derasnya, diiringi jeritan kesakitan yang mendirikan bulu roma Tiang-Coen siancu roboh keatas tanah dan tamatlah riwayatnya.
Jiak-Kioe Kiam-Khek si jago pedang bola daging dari laut Tang-hay ini setelah melihat kebinasaan Tiang Coen ciancu serta melihat ilmu silat Ban-Hoa Sin-Mo Yu Hoa di tangan si jago minum teh dari gunung Pa Gak san, hatinya jadi terkesiap, apalagi setelah diketahui hingga saat itu hanya tinggal dia serta Tok Lan sangjien dua orang saja yang masih hidup, hatinya sema?kin keder.
Siauw bin Loo sat Poei Hong paling benci dengan jagoan ini, sebab ia tahu bahwa suaminya suatu ketika hampir saja menemui ajalnya ditangan penjahat ini.
Sementara si jago pedang bola daging siap-siap melarikan diri dari sana, Poei Hong segera tertawa lengking, dengan gerakan "Soh Hiang Geng Im" atau bayangan harum menutup badan, ia gulung tubuh musuhnya yang bulat itu kemudian melemparkannya beberapa tombak jauh dari kalangan.
Begitu keras daya lempar tersebut, seketi?ka itu juga membuat jago pedang Bola daging pusing tujuh keliling dan untuk be?berapa saat lamanya tak sanggup merangkak bangun.
Merasakan keadaan yang terdesak dan tipis harapannya untuk lolos dalam keadaan hi?dup, si jago pedang bola daging dari laut Tang Hay ini jadi nekad dan muncul kalapnya, seakan akan seekor harimau yang terluka ia pentang cakarnya dan menggembor keras beberapa kali, walaupun hawa murninya amat sempurna dan jurus pedangnya sangat aneh, namun dibawah terjangan ikat pinggang kumala dari iblis wanita berwajah riang dia sama sekali tak berkutik sekujur badannya sudah tersapu hingga terluka dan babak belur.
Ia sama sekali tidak menyangka setelah malang melintang didalam dunia persilatan selama banyak tahun, akhirnya ia dibikin keok dan sama sekali tak berkutik di tangan seorang nyonya muda, bahkan keadaannya kian lama kian bertambah mengenaskan, bisa dibayangkan betapa sedihnya hati jago ini, saat inilah ia baru mulai menyesal, menyesal tidak seharusnya menerjunkan diri menjadi anggota perkumpulan Yoe-Leng Kauw dan membantu kaum laknat melakukan kejahatan.
Tapi menyesal dalam keadaan demikian sudah terlalu lambat baginya.
Jago pedang ini sadar seandainya ia sampai tertawan dan dibekuk oleh pihak lawan nis?caya dirinya bakal dihina dan mendapat malu, berada dalam keadaan demikian ia tak bisa berbuat lain kecuali menghela napas dengan suara berat, tanpa mengucapkan sepatah katapun ia hantam ubun-ubunnya sendiri dengan sebuah pukulan berat.
Praak ! Batok kepalanya segera hancur berantakan, otaknya berceceran dipermukaan tanah dan darah segar muncrat keempat penjuru, seorang pendekar sakti yang memiliki kepandaian lihay, hanya disebabkan pergaulan yang salah, akhirnya harus mengalami nasib yang tragis diujung telapak sendiri.
Kini diantara para jago lihay pihak perkumpulan Yoe-Leng Kauw tinggal Tok Lan sangjien seorang yang masih bertahan, pada saat ini ingatan jahatnya telah timbul, dari sakunya ia segera cabut keluar tujuh bilah anak panah pendek, lengannya diayun berbareng dan tampaklah serentetan cahaya keperak perakan meluncur kedepan mengancam tubuh Tay Coe Sin-ceng dengan dahsyatnya.
Melihat seorang padri suci yang agung nyaris menemui celaka, semua jago yang hadir disana sama2 menjerit kaget.
Pada saat itulah si pendekar tampan berbaju hijau membentak nyaring, serunya :
"Keledai gundul, kau sendiri yang mencari mati, jangan salahkan kalau aku bertindak keji terhadap dirimu!"
Sambil berseru sepasang lengannya dia?yun secara berbareng....suatu kejadian aneh pun segera berlangsung.
Tujuh bilah kilatan cahaya yang sedang meluncur kearah tubuh Tay Coe Sin ceng mendadak berubah arah dan...Sreet! Sreet! ketujuh bilah anak panah pendek itu serentak mencelat balik kebelakang dan menancap semua diatas tubuh serta ulu hati Tok Lan Sangjien.
Sekali lagi jeritan ngeri yang mendirikan bulu roma bergema memecahkan kesunyian, begitu keras suaranya hingga mengalun dan bergema diseluruh bukit tersebut, lama sekali baru sirap.
Tay Coe Sin ceng pun merangkapkan ta?ngannya didepan dan memuji keagungan sang Buddha.
"Omintohud! terima kasih atas bantuan sicu yang telah menyelamatkan loolap dari bencana maut !"
"Sing ceng, tak usah kau berterima kasih kepada diri boanpwee, kau tidak waspada adalah dikarenakan ketulusan hati Sin ceng yang sama sekali tidak memperhatikan serangan bokongan dari Tok Lan sangjien, sebaliknya bagi boanpwee yang pernah minta petunjuk ilmu Chiet Ciat Ciam Hoatnya sewaktu ada digunung Soe Bong san dahulu, sedari tadi sudah melakukan persiapan serta perhatian terhadap dirinya, membasmi kaum manusia laknat dari muka bumi adalah tugas setiap orang, oleh sebab itu Sin-Ceng tak usah berterima kasih kepadaku !"
Setelah gembong2 iblis utama berhasil dimusnahkan semua, para jago baru mengalihkan sinar matanya kearah barisan Thian Kong Kiam Tin dari partai Bu-Tong, terlihatlah dari tiga orang Hiong hun serta tujuh orang Lee Pok hampir boleh dibilang sebagian besar telah punah sama sekali.
Saat ini yang tersisa dalam keadaan hidup tinggal burung elang botak dari gurun pasir Peng Ciam Kwee serta Say Bin Toojien dari Ceng Hay dua orang saja.
Hal ini disebabkan karena di dalam barisan Thian-Kang Kiam-Tin dari partai Bu-tong yang diatur kali ini telah ditambah dengan kekuatan Cin Yang cinjien serta Ci Yang cinjien dua orang Goan-loo.
Sejak keponakan murid mereka Hian Cing tootiang mendapat celaka ditangan musuh, kedua orang Goan-loo dari partai Bu-tong ini selalu memendam rasa dendamnya dida?lam hati, dan ini hari setelah mendapat kesempatan untuk melakukan pembalasan den?dam, sudah tentu merekapun lantas membuka pantangan untuk membunuh guna mem?basmi musuh-musuh besarnya ini.
Didalam keadaan begini bisa dibayangkan sampai dimanakah parahnya keadaan musuh musuhnya, jeritan ngeri berkumandang susul menyusul, tiga orang Hiong-Hoen serta em?pat orang Lee-Pok secara beruntun telah menemui ajalnya didalam barisan Thian Kang Kiam Tin.
Sisanya si burung elang botak dari gurun pasir Peng Ciam Kwee serta Say Bin toojien dari gunung Lauw-san pun keadaannya tidak lebih baik, sekujur tubuh mereka penuh dengan luka, darah segar membasahi seluruh badannya.
Menyaksikan keadaan yang mengerikan itu, Tay Coe Sin-ceng segera memuji keagungan Buddha lalu berseru :
"Perkumpulan Yoe-Leng Kauw telah hancur berantakan, Loolap mohon kepada Hian Hek tootiang ketua dari partai Bu-tong untuk berbuat kebajikan serta memberi jalan hidup bagi sisa korban kalian, bagaimana seandainya kalian musnahkan saja ilmu silat mereka dan melepaskan orang2 itu berlalu?"
Hia Hok Tootiang menghela napas panjang, "Aaaa...! siancay ! siancay"
Pedangnya ditundukkan kebawah, barisan Thian-Kang-Kiam-Tin pun berhenti bergerak, Hian Sioe tootiang serta Hian Biauw tootiang segera maju kedepan melancarkan sebuah totokan menghajar jalan darah Chiet-Kan hiat ditubuh si burung elang botak serta Say Bin Tootiang, seketika itu juga ilmu silat yang mereka miliki musnah sama sekali.
Kedua orang gembong iblis ini tidak melawan dan hanya menghela napas sedih, per-lahan2 mereka turun dari bukit In-Boe-san dan lenyap dari pandangan.
Sementara itu ketiga puluh enam orang Yoe Leng yang terkurung didalam barisan Loo Han Tin, meskipun sudah puluhan orang yang mati tapi keadaannya jauh berbeda dengan keadaan barisan Thian-Kang-Kiam-Tin.
Diantara gerombolan kaum padri ada dua orang terluka, hal ini bukan disebabkan karena barisan Loo-Han-Tin dari partai Siauw lim jauh lebih lemah dari barisan Thian-Kang Kiam tin yang ditunjang oleh Hian-Sioe, Hian Hok, Cing Yang serta Ci Yang cinjien sekalian jago lihay, sedangkan dalam barisan Loo-Han-tin hanya dipimpin oleh Go Hoan Sangjien seorang, sebaliknya adalah jumlah yang jauh lebih banyak dari musuh musuh yang terkurung dalam barisan itu meski ilmu silat mereka jauh lebih lemah.
Walaupun begitu para pendekar yang berada diluar barisan sering kali mendengar jeritan2 ngeri yang menyayatkan hati berkumandang tiada hentinya, membuat hati orang jadi ngeri.
Tay Coe Sin ceng segera maju kedepan barisan, serunya lantang.
''Omintohud! Perkumpulan Yoe-Leng Kauw sedari sang Kauwcu beserta tiga hiong-hoen tujuh Lee-pok telah musnah semua, kalian semua bilamana mau menyerah dan mengaku salah, hukuman mati bisa terhindar dari kalian semua !"
Begitu ucapan tersebut diutarakan keluar, para gembong iblis itu segera merasakan nyalinya pecah, mereka tahu bahwa dengan andalkan kepandaian silat yang dimilikinya jelas tak akan berhasil lolos dari tebing Pek Yan Gay tersebut, karena itu senjata tajam mereka segera dilemparkan kelantai dan merekapun menantikan hukuman yang bakal dijatuhkan terhadap mereka.
Barisan Loo-Han-Tin dibawah bentakan keras dari Go Hoan Sangjien segera berhenti bergerak.
Dengan alis berkerut pendekar tampan berbaju hijau maju kedepan, sepuluh jarinya bergerak serentak, dua puluh empat orang Yoe-Leng yang sudah menyerah segera dipunahkan ilmu silatnya, setelah itu dia pun membebaskan jalan darah dari Putri Bumi Hoan Pek Giok, Piauw Biauw Hujien Mo Yoe Yauw serta Ban Hoa Sin Mo Yu Hoa untuk dikumpulkan menjadi satu guna men?dengarkan petuah dari Tay Coe Sin-ceng.
Terdengarlah padri tua itu merangkap tangannya didepan dada dan berseru :
"Omintohud ! Sang Buddha pernah berkata lepaskan golok pembunuh, berpaling adalah tepian, meskipun ilmu silat yang dimi?liki sicu sekalian telah punah tetapi jiwa kalian masih bisa dipertahankan, hal itu sudah merupakan satu keberuntungan yang besar, bila kalian dapat kembali kedusun masing-masing, carilah pekerjaan yang se?suai untuk melanjutkan hidup, mereka yang bisa bertani pergilah bertani, yang bisa berdagang pergilah berdagang, janganlah punya ingatan untuk membuat kejahatan lagi agar kehidupan bisa berlangsung dengan aman, damai. Ingatlah! Asal kalian mau bertobat dari perbuatan-perbuatan jahat yang telah lampau, masa depan kalian masih panjang dan gemilang, tapi kalau masih saja berbu?at kejahatan, suatu saat karma akan menimpa kalian semua. Nah, sekarang pergilah dari sini dan kembalilah kekampung hala?man masing-masing...."
Pendekar tampan berbaju hijau segera ulapkan tangannya.
"Sana, pergilah semua, ingat, jangan kalian lupakan perkataan dari Sin-ceng !"
Para gembong iblis itu tidak membantah, selangkah demi selangkah mereka berlalu dan turuni bukit In-Boe-san.
Lie Wan Hiang yang masih mendendam terhadap Putri Bumi Hoan Pek Giok karena gara2nya mengakibatkan ia kehilangan ingatan serta membunuh Ciangbunjien dari partai Siauw-lim, Thian-Hoe-Cioe-Sian Lauw Bong Ling, Siauw-Yauw-sangjien Suma Boe Yoet serta dua bersaudara she Cia dari partai Thiam-cong, melihat gadis itu berlalu ia segera membentak keras :
"Hoan Pek Giok, berhenti kau !"
Mendengar bentakan itu air muka Hoan Pek Giok seketika berubah hebat, mendadak sambil menggigit bibir serunya :
"Budak sialan Wan Hiang, aku tahu bahwa kau takkan melepaskan diriku......"
"Hmm! Gara-gara kau, aku sampai menderita siksaan batin," jerit Lie Wan Hiang lagi dengan alis berkerut. "Hatimu terlalu kejam, perbuatanmu terlalu bengis dan sadis."
"Wan-moay......!" teriak pendekar tampan berbaju hijau.
Air mata segera jatuh bercucuran membasahi seluruh wajah Lie Wan Hiang, sambil ulapkan tangannya ia lantas berseru :
"Pergi! Pergi! Sekalipun kubunuh dirimu juga tak akan menyelamatkan diriku !"
Hoan Pek Giok tidak banyak bicara, selangkah demi selangkah dengan tindakan yang berat ia berlalu.......
Sepeninggalnya Hoan Pek Giok, Lie Wan Hiang pun maju kedepan menggenggam tangan Suma Ci-Yan. Serunya :
"Adik Yan, apakah kau benci terhadap diriku?"
Air mata segera jatuh bercucuran membasahi wajah Suma Ci-Yan, ia menggeleng.
"Dahulu aku pernah membenci dirimu, tetapi setelah aku mengetahui bahwa kaupun jatuh kecundang ditangan orang sehingga mengakibatkan ingatanmu hilang, aku tidak membenci dirimu lagi, yang kubenci adalah To-bin Yauw-hoe serta putrinya. Enci Wan Hiang, kita adalah orang yang sama-sama dicelakai orang. Sejak kematian ayahku, selama ini aku selalu hidup sebatang kara, kalau kau tidak menampik keinginanku bagaimana kalau kupanggil dirimu dengan sebutan cici ?"
Lie Wan Hiang tak dapat menahan rasa sedihnya lagi, ia menangis terisak, mimpipun ia tidak menyangka kalau Suma Ci-Yan berjiwa besar, saking terharunya ia segera membelai rambut gadis itu seraya berkata :
"Adik Yan, sudah tentu dengan senang hati akan kusambut uluran tanganmu itu, disamping hal tersebut akupun berharap dikemudian hari kau bisa baik2 melayani engkoh Yu bagaikan sikapku terhadap dirinya, kau pasti tak akan menolak bukan ?"
Untuk sesaat Suma Ci-Yan tak dapat menangkap arti yang sebenarnya dari ucapan itu, ia segera mengangguk.
"Kabulkanlah permintaanku itu!" sahutnya Lie Wan Hiang segera menoleh dan berkata kembali :
"Engkoh Yu, apa yang kuucapkan tentu sudah kau dengar bukan ! Ingatlah, kau harus baik2 melayani dirinya."
"Pesan dari Wan-moay, pasti akan kuturuti !" sahut Pendekar tampan berbaju hijau.
Air muka Lie Wan Hiang segera berubah jadi serius, kepada para enghiong hoohan dari seluruh kolong langit serunya:
"Para ciangbunjien, para cianpwee sekalian, karena tidak beruntung terkena siasat jahat dari musuh aku Lie Wan Hiang telah kehilangan ingatan, kejadian ini mengakibatkan Thian Hong sangjien ketua dari partai Siauw-lim yang lalu, Hian Cing Too-tiang ketua partai Bu-tong yang lalu, Thian-Hoe Cioe-sian empek Lauw, Siauw-Yauw Sang-jien empek Suma serta dua orang loocianpwee dari partai Thiam cong menemui kematian tragis di tanganku, Wan-Hiang mera?sa sangat menyesal atas terjadinya peristiwa berdarah itu, maka untuk menebus dosa tadi aku akan bunuh diri dihadapan cuwi semua..."
Berbicara sampai disini, pedang Muni-kiam segera berkelebat lewat dan menggorok keatas leher sendiri.
"Adik Wan..,.," jerit Gong Yu, pandangannya kontan jadi gelap dan si anak muda inipun jatuh tak sadarkan diri.
Jeritan kaget segera berkumandang memenuhi seluruh tebing Pek-Yan Gay....
Sastrawan berbaju biru Hoo Thian Heng dengan cepat menghampiri sutenya dan menempelkan telapaknya keatas jalan darah Hian-Kie, hawa murni disalurkan keluar berusaha menyadarkan dirinya dari pingsan.
Menanti si anak muda itu telah mendusin kembali, ia segera berteriak keras:
"Adik Wan..., oooh... adik Wan.... setelah kau pergi, akupun tak mau hidup seorang diri....."
Sembari berkata telapaknya segera diayun siap menghantam keatas ubun ubun sendiri.
Satrawan berbaju biru Hoo Thian Heng yang berada disisinya dengan cepat menghalangi keinginan sutenya itu, ia berseru:
"Adik Yu, Wan-moay sama sekali tidak mati, coba lihatlah sendiri !"
Ketika Gong Yu membuka matanya, sedikitpun tidak salah tampaklah Lie Wan Hiang sedang berdiri disisi Suma Ci-Yan sambil berseru:
"Engkoh Yu, kenapa kau musti berbuat begitu?"
Pendekar tampan berbaju hijau Gong Yu tidak banyak berbicara, ia segera meloncat kedepan dan menggenggam tangan gadis she Lie itu kencang-kencang, pintanya :
"Adik Wan, jawab dulu. Kau berjanji tak akan berpisah lagi dengan diriku!"
Air muka Lie Wan Hiang pada saat itu pucat pias menyeramkan, mendengar perkataan itu ia segera mengangguk dan kemudian membiarkan sucinya si iblis wanita berwajah riang melanjutkan pekerjaannya mengobati luka yang diderita.
Rupanya sejak permulaan tadi Siauw-Bin Loo-sat Poei Hong sudah melihat adanya tanda-tanda Lie Wan Hiang hendak bunuh diri untuk menebus dosanya, maka secara diam-diam ia segera menghampiri kesisi tubuhnya, menanti gadis itu hendak menggorok leher sendiri, laksana kilat ia segera turun tangan mencegah.
Lie Wan Hiang pun segera serahkan pedangnya ketangan kiri, dan ia berjanji :
"Suci, aku berjanji tak akan bunuh diri lagi......"
Poei Hong mengira janjinya itu betul2, maka diapun melepaskan cekalannya, siapa tahu pada saat itulah pedang Muni kiam di tangan kirinya berkelebat lewat, sebuah lengan diiringi pancaran darah segar terpotong jadi dua dan menggeletak diatas tanah.
Poei Hong sangat terperanjat, buru-buru ia menotok beberapa jalan darah ditubuh Lie Wan Hiang untuk menghentikan aliran darah, setelah itu dia baru membalut serta memberi obat pada kutungan tangan tersebut.
Para jago Bu lim dari kolong langit yang menyaksikan perbuatan gagah dari Lie Wan Hiang ini sama2 merasa kagum dan memuji akan keberaniannya.
Gong Yu yang merasakan keadaan tidak beres, segera menarik lengan kanan kekasih?nya, tapi setelah mengetahui lengan tersebut sudah kutung ia jadi sangat terharu, air mata jatuh berlinang membasahi seluruh wajahnya.
Tetapi peristiwa telah berlangsung demikian, apalagi perkumpulan Yoe Leng Kauw pun telah berhasil dimusnahkan, ditengah kepedihan hatinya karena lengan kanan Lie Wan Hiang jadi kutung, diam2 pemuda inipun bersyukur karena perjuangannya selama ini telah mendatangkan hasil.
Demikianlah secara beruntun para jago dari seluruh kolong langitpun satu demi satu mohon diri dan berlalu.
Akhirnya terdengarlah si kakek Huncwee dari gunung Bong san dengan air mata bercucuran berkata:
"Anakku, tingkah laku serta perbuatan?mu yang dahulu adalah perbuatan disaat ingatanmu hilang, mengenai peristiwa ini semua orang dikolong langit telah mengetahuinya, kenapa kau lalu menguntungi lenganmu sendiri hingga menjadi cacad?"
Lie Wan Hiang tak sanggup mengucapkan sesuatu, ia hanya berteriak keras.
"Gie hu!" Pecahlah isak tangis yang amat menyedihkan hati membuat semua orang yang mendengar ikut merasa terharu dan sedih.
Sementara itu menanti para jago Bu lim telah berlalu semua, dan disana tinggal tiga manusia aneh dari kolong langit, si nelayan sakti Tong Soe Kiat dari sungai Goan-Kang, si pedang tunggal Yauw Kie dari gunung Sian-Hee-san serta si kepalan sakti tanpa tandingan Tie Kong Cuan, maka sas?trawan berbaju biru Hoo Thiang Hengpun ber?kata :
"Mereka telah berlalu semua! Aku rasa kitapun sudah tiba pada saatnya untuk memisahkan diri ......!"
Para jago mengangguk lega....... setelah mengubur dua puluhan sosok mayat dalam sebuah liang besar, oleh si pendekar tampan berbaju hijau segera diambilnya sebuah batu cadas yang amat berat untuk menutup buntu pintu masuk menuju keistana setan Yoe-Leng Koei-Hoe.
Setelah itu dia baru membimbing kekasihnya Lie Wan Hiang, mengikuti dibelakang para jago lainnya berjalan turun gunung.
Beberapa saat berselang tebing Pek Yan Gay pernah digemparkan karena berlangsungnya pertempuran sengit golongan Lurus dari dunia persilatan melawan para anggota dari perkumpulan Yoe Leng Kauw, kini yang tersisa hanyalah sebuah gundukan tanah yang baru serta hembusan angin gunung yang tertiup sepoi2....
Suasana sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun
Perkumpulan Yoe Leng Kauw sebuah perkumpulan besar yang sangat menggemparkan dunia persilatan dengan demikian telah ta?mat riwayatnya...
Bagaimana dengan Gong Yu si pendekar tampan berbaju hijau? Bersama istrinya Lie Wan Hiang mereka hidup dalam kedama?ian serta kebahagiaan yang didambakan sebe?lumnya oleh mereka berdua....
Dengan demikian sayapun akhiri cerita sampai disini, sampai jumpa dilain kesempa?tan.
T a m a t Llano Estacado 3 Siluman Ular Putih 22 Hantu Tangan Api Neraka Untuk Sang Pendekar 2
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama